Oleh :
Medi Tikara
STB. F 111 09 015
Tugas akhir ini telah disetujui oleh Majelis Penguji dan dinyatakan diterima sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Teknik Sipil
Mengesahkan :
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Majelis Penguji :
No. Nama/ NIP Jabatan Tanda Tangan
Ir. Burhan Tatong, M.Si
1 Ketua
NIP. 19560305 198601 1 001
Harun Mallisa, ST., MT.
2 Sekretaris
NIP. 19690624 199802 1 004
Ir. Nicodemus Rupang, M.Si
3 Anggota
NIP. 19561123 198603 1 001
Ir. Shyama Maricar, M.Si
4 Anggota
NIP. 19580505 198701 2 001
I Ketut Sulendra, ST., MT.
5 Anggota
NIP. 19731024 199903 1 003
Dosen Pembimbing :
No. Nama/ NIP Jabatan Tanda Tangan
Andi Arham Adam, ST., M.Sc., Ph.D
1 Pembimbing I
NIP. 19680420 199412 1 001
I Wayan Suarnita, ST., MT.
2 Pembimbing II
NIP. 19660615 199903 1 001
Palu, 25 September 2013
Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Dengan ini menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini adalah benar merupakan
hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar
pustaka. Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar
adanya, maka saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala
konsekuensinya.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Medi Tikara
F 111 09 015
iii
Halaman Motto dan Persembahan
MOTTO :
Punya impian itu sangat bagus, tapi jangan sampai impian membuai kita
sehingga kita justru lupa untuk bertindak
PERSEMBAHAN :
Tugas Akhir ini penulis persembahkan :
1. Teristimewa dengan rasa hormat, haru, gembira dan bangga sebagai tanda terima kasih yang
tulus serta sembah sujud penuh rasa hormat dan cintaku kepada Ayahanda Yohanes Sapan
Tikara yang memberi material sehingga karya ilmiah ini dapat terselesai dan Ibunda
Sarlina Bira Sawe yang telah melahirkan, membesarkan, mengasuh, mendidik serta selalu
melantunkan doa dan percikan kasih sayang yang tak ternilai harganya serta selalu merestui
perjalanan hidupku.
2. Kepada kakakku tersayang, Siska Tikara, A.Md. serta adikku tercinta Yuniati Santi Tikara
yang selalu memotivasi hidup penulis untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain.
3. Kepada sahabatku Horianto sebagai rekan seperjuangan (partner) yang berkat bantuan dan
kerjasama yang baik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
4. Buat sahabatku Agoes Chandra, Andal Agung, Archimedes, Dwi Wardhina Bandi, Eny
Kunthari, Fenny Natalia Lapoliwa, Indra Adnan, John Pakan, Rachmad Jumantra, Sakinah
Almahdali, Sulfiani Sidin S. Pagesa, Yelni Christin Mbolian, teman-teman angkatan 2009,
senior-senior angkatan 2006, angkatan 2007 dan angkatan 2008 serta junior-junior angkatan
2010 yang tidak dapat diucapkan satu persatu atas bantuan, kritikan dan segala bentuk
keceriaan yang telah kalian berikan selama ini.
5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih telah memberikan saran, dukungan dan doa buat penulis.
iv
ABSTRAK
Medi Tikara,Pengaruh Komposisi Alkali Aktivator Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan
Dasar Abu Terbang. (Dibimbing oleh Andi Arham Adam dan I Wayan Suarnita.)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi alkali aktivator yang menghasilkan kuat tekan
optimum untuk mortar geopolimer berbahan dasar abu terbang. Dalam penelitian ini digunakan Abu Terbang tipe F
dari PLTU Mpanau dan aktivator yang digunakan adalah Sodium Silikat (Na2SiO3) dan Sodium Hidroksida
(NaOH). Benda uji yang dibuat adalah mortar berbentuk kubus dengan ukuran 50 x50 x 50 mm dengan ratio massa
antara abu terbang dengan pasir adalah 1 : 2,75 dan rasio massa air terhadap solid (w/s) adalah 0,35. Variasi dosis
aktivator yang digunakan adalah 25%, 40% dan 55% dengan perbandingan Sodium Silikat terhadap Aktivator
(W/A) sebesar 0; 0,3; 0,5; 0,7 dan 1. Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian kuat tekan menunjukkan bahwa kuat tekan mortar geopolimer yang paling besar serta kuat
tekan yang optimum (sudah bisa digunakan sebagai elemen struktur) adalah mortar dengan komposisi dosis 55%
dan W/A = 0,5 menghasilkan kuat tekan sebesar 24,72MPa.
Kata-kata kunci :Abu terbang, alkali aktivator, dosis, geopolimer, kuat tekan
ABSTRACT
Medi Tikara, The Effect of Alkaline Activator Composition on Compressive Strength of Fly Ash Based
Geopolymer Mortar (Supervised by Andi Arham Adam and I Wayan Suarnita).
The purpose of this research was to determine the composition of alkaline activator which produce
optimum compressive strength of fly ash based geopolymer mortar. In this research, class F fly ash from PLTU
Mpanau was used. The alkaline activator used in this research were sodium silicate (Na2SiO3) and sodium
hydroxide (NaOH). The specimens were 50x50x50 mm mortar cubes with mass ratio between the fly ash and sand
was 1 : 2.75 and water to solid ratio of 0.35. The variations of activator dosage were 25%, 40% and 55% with ratio
of sodium silicate to activator (W/A) were 0; 0,3; 0,5; 0,7 and 1. Compressive strength test was performed at age of
3, 7, 14 and 28 days.
The test result shows that the highest and optimum (acceptabe for use in structural elements) compressive
strength of geopolymer mortar was 24,74 Mpa which was the geopolymer mortar with activator dosageof 55% and
W/A = 0,5.
Keywords : Fly ash, alkaline activator, dosage, geopolymer, compressive strength
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan berkat, izin dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini berjudul :
“Pengaruh Komposisi Alkali Aktivator Terhadap Kuat Tekan Mortar
Geopolimer Berbahan Dasar Abu Terbang”
Teristimewa dengan rasa hormat, haru, gembira dan bangga kepersembahkan
tulisan ini sebagai tanda terima kasih yang tulus serta sembah sujud penuh rasa
hormat dan cintaku kepada Ayahanda Yohanes Sapan Tikara yang memberi
material sehingga karya ilmiah ini dapat terselesai dan Ibunda Sarlina Bira Sawe
yang telah melahirkan, membesarkan, mengasuh, mendidik serta selalu melantunkan
doa dan percikan kasih sayang yang tak ternilai harganya serta selalu merestui
perjalanan hidupku.
Ucapan terima kasih penulis kepada kakak tersayang, Siska Tikara, A.Md.
serta adik yang terkasih Yuniati Santi Tikara yang selalu memotivasi hidup penulis
untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan rasa hormat serta terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Andi Arham Adam, ST., M.Sc, Ph.D
selaku Pembimbing I dan Bapak I Wayan Suarnita, ST., MT. selaku Pembimbing II
yang senantiasa meluangkan waktu dan perhatian dalam memberikan arahan dan
petunjuk sejak awal penyusunan hingga tersusunnya skripsi ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Armin Basong, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Tadulako.
2. Bapak Ir. Muh. Sarjan, MT selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Tadulako.
3. Ibu Ir. Triyanti Anasiru, MT selaku Pembantu Dekan II Fakultas Teknik
Universitas Tadulako.
vi
4. Ibu Ir. Pudji Astutiek, M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas Teknik
Universitas Tadulako.
5. Ibu DR. Ir. Nirmalawati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.
6. Bapak Kusnindar Abd. Chauf, ST., MT selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
7. Bapak I Ketut Sulendra, ST., MT selaku Ketua KDK Struktur Fakultas Teknik
Universitas Tadulako.
8. Ibu Ir. Ismadarni, M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan nasehat
dan arahan selama melaksanakan studi di Fakultas Teknik Universitas
Tadulako.
9. Ibu Ir. Shyama Maricar, M.Si, Bapak Ir. Nicodemus Rupang, M.Si, Bapak Ir.
Burhan Tatong, M.Si, Bapak I Ketut Sulendra, ST., MT., dan Bapak Harun
Mallisa, ST., MT. selaku Tim Penguji yang telah memberikan kritikan dan
saran yang sangat membantu dalam menyempurnakan tulisan ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
11. Asisten Laboratorium Struktur dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik
Universitas Tadulako Bapak Sultan Tangnga ST, Bapak Firhansyah, SST.,
dan Bapak I Nyoman Darmayasa, A.Md. yang memberikan motivasi, nasehat
dan bantuan dalam penelitian.
12. Kepada sahabatku Horianto sebagai teman seperjuangan satu tim yang berkat
bantuan dan kerjasama yang baik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
13. Buat sahabatku Agoes Chandra, Andal Agung, Archimedes, Dwi Wardhina
Bandi, Eny Kunthari, Fenny Natalia Lapoliwa, Indra Adnan, John Pakan,
Rachmad Jumantra, Sakinah Almahdali, Sulfiani Sidin S. Pagesa, Yelni
Christin Mbolian, teman-teman angkatan 2009, senior-senior angkatan 2006,
angkatan 2007 dan angkatan 2008 serta junior-junior angkatan 2010 yang
tidak dapat diucapkan satu persatu atas bantuan, kritikan dan segala bentuk
keceriaan yang telah kalian berikan selama ini.
vii
14. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tak dapat disebutkan satu
persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan kritikan serta saran-saran yang menuju ke arah perbaikan
tulisan ini sangat diharapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Kiranya Tuhan Memberkati.
Amin.
Medi Tikara
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ............. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................. v
ABSTRACT .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
DAFTAR NOTASI .................................................................................. xviii
ix
2.3.1.2 Komposisi Abu Terbang .............................................. II-7
2.3.1.3 Sifat-sifat Abu Terbang ............................................... II-8
2.3.2 Alkaline Activator (Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida) .. II-10
2.3.2.1 Sodium Silikat (Na2OSiO3).......................................... II-10
2.3.2.2 Sodium Hidroksida (NaOH) ........................................ II-11
2.3.3 Agregat Halus ......................................................................... II-11
2.3.3.1 Gradasi Agregat Halus................................................. II-12
2.3.3.2 Modulus Kehalusan Butir ............................................ II-13
2.3.3.3 Kadar Air Agregat Halus ............................................. II-13
2.3.3.4 Persyaratan Agregat Halus ........................................... II-15
2.3.4 Air ........................................................................................... II-16
2.4 Kuat Tekan ...................................................................................... II-17
2.5 Pengaruh Komposisi Aktivator Terhadap Kuat Tekan Mortar
Geopolimer ...................................................................................... II-17
2.6 Keamanan Produk Beton atau Mortar Geopolimer Terhadap
Lingkungan ...................................................................................... II-22
x
3.5.4 Detail Mix ............................................................................... III-10
3.6 Langkah-langkah Pembuatan Mortar Geopolimer ............................. III-11
3.6.1 Pembuatan Larutan Sodium Hidroksida 10 M .......................... III-11
3.6.2 Pencampuran Mortar Geopolimer ............................................ III-12
3.7 Pengujian Akhir ............................................................................... III-15
3.8 Penyajian dan Analisis Data ............................................................. III-16
xi
4.2.2 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer dengan Wvariasi
W/A yang Berbeda .................................................................. IV-14
4.2.3 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer Dosis 25% terhadap
Umur Mortar ........................................................................... IV-18
4.2.4 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer Dosis 40% terhadap
Umur Mortar ........................................................................... IV-19
4.2.5 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer Dosis 55% terhadap
Umur Mortar ........................................................................... IV-20
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Fly Ash dari Berbagai Daerah di
Australia .............................................................................. II-6
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Berbagai Jenis Abu Terbang dan Semen .. II-7
Tabel 2.3 Persyaratan Kimia Jenis-jenis Fly Ash .................................. II-8
Tabel 2.4 Persyaratan Fisik Abu Terbang ............................................ II-9
Tabel 2.5 Batas-batas Gradasi untuk Agregat Halus ............................. II-12
Tabel 2.6 Kuat Tekan Mortar Geopolimer dengan Dosis Aktivator
serta Modulus Aktivator yang Berbeda ................................. II-18
Tabel 2.7 Kuat Tekan Rata-rata Fly Ash-Based Geopolymer Mortar
dengan Variasi Kadar Aktivator ........................................... II-19
Tabel 2.8 Kuat Tekan Rata-rata Fly Ash-Based Geopolymer Mortar
dengan Variasi Modulus Alkali ............................................ II-20
Tabel 2.9 Kuat Tekan Beton Geopolimer Umur 7 Hari dengan
Molaritas dan Perbandingan Sodium Hidroksida dan
Sodium Silikat yang Berbeda ............................................... II-21
Tabel 3.1 Variabel Dosis serta Modulus Aktivator ............................... III-8
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer ............. III-8
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Uji Kuat Tekan Mortar Semen ..................... III-9
Tabel 3.4 Proporsi Campuran Mortar Geopolimer Per 1 Liter Mix ....... III-10
Tabel 4.1 Kandungan Oksida Abu Terbang yang Digunakan ............... IV-2
Tabel 4.2 Penggolongan Tipe Fly Ash .................................................. IV-2
Tabel 4.3 Kehalusan Fly Ash ............................................................... IV-3
Tabel 4.4 Berat Jenis dan Kadar Air Fly Ash ........................................ IV-3
Tabel 4.5 Berat Isi Sodium Hidroksida (NaOH) ................................... IV-4
Tabel 4.6 Kadar Air Sodium Silikat ..................................................... IV-4
Tabel 4.7 Kadar Na dalam Sodium Silikat ........................................... IV-5
Tabel 4.8 Kadar Na2O dan SiO2 Sodium Silikat ................................... IV-5
Tabel 4.9 Berat Isi Sodium Silikat ....................................................... IV-5
xiii
Tabel 4.10 Distribusi Ukuran Butiran Agregat Halus ............................. IV-6
Tabel 4.11 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus ........................... IV-7
Tabel 4.12 Kadar Air Agregat Halus ...................................................... IV-7
Tabel 4.13 Berat Isi Agregat Halus ........................................................ IV-8
Tabel 4.14 Bahan Lewat Saringan No.200 Pada Agregat Halus ............. IV-8
Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Kotoran Organik ..................................... IV-9
Tabel 4.16 Kuat Tekan Mortar Geopolimer untuk Setiap Variasi
Komposisi Alkali Aktivator dan Mortar Semen .................... IV-9
Tabel 4.17 Konversi Variasi Komposisi Aktivator (Dosis Na2 O) yang
digunakan dalam Penelitian ke Variasi Komposisi Aktivator
yang digunakan dalam Penelitian Adam (2009) .................... IV-13
Tabel 4.18 Konversi Variasi Komposisi Aktivator (Ms) dari Penelitian
yang Dilakukan ke Variasi Komposisi Aktivator yang
digunakan dalam Penelitian Adam (2009) ............................ IV-17
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bentuk Ikatan Polimerisasi Berdasarkan Perbandingan
Si dan Al .............................................................................. II-2
Gambar 2.2 Ikatan Polimerisasi yang Terjadi pada Beton/Mortar
Geopolimer .......................................................................... II-3
Gambar 2.3 Ikatan yang Terjadi pada Beton/Mortar (Kiri) dan Ikatan
yang Terjadi pada Beton/Mortar Geopolymer (Kanan) ........ II-3
Gambar 2.4 Pengaruh Rasio Si/Al pada Ikatan Polimer ........................... II-4
Gambar 2.5 Pengambilan Abu Terbang di PLTU Mpanau ....................... II-7
Gambar 2.6 Scanning Electron Microscopy (SEM) dari Campuran
Antara Fly Ash dengan Sodium Silikat ................................. II-10
Gambar 2.7 Scanning Electron Microscopy (SEM) dari Campuran
Antara Fly Ash dengan Sodium Hidroksida .......................... II-11
Gambar 2.8 Batas Gradasi Pasir .............................................................. II-13
Gambar 2.9 Kondisi Air Pada Agregat .................................................... II-15
Gambar 2.10 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Dasar Abu
Terbang dengan Suhu Perawatan 800 C dan Durasi 20 Jam.... II-18
Gambar 2.11 Hubungan Antara Umur Pengujian dan Kuat Tekan
Rata-rata Fly Ash-Based Geopolymer Nortar dengan Variasi
Kadar Aktivator .................................................................... II-19
Gambar 2.12 Hubungan Antara Umur Pengujian dan Kuat Tekan Rata-rata
Fly Ash-Based Geopolymer Nortar dengan Variasi Modulus
Alkali ................................................................................... II-20
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Mortar Geopolimer ........................ III-2
Gambar 3.2 Material yang Digunakan dalam Pembuatan Mortar
Geopolimer .......................................................................... III-4
Gambar 3.3 Pemeriksaan Agregat Halus .................................................. III-5
Gambar 3.4 Notasi Benda Uji untuk Mortar Geopolimer Berbahan Dasar
Abu Terbang ........................................................................ III-7
xv
Gambar 3.5 Proses Pembuatan Larutan Sodium Hidroksida (NaOH)
10M ..................................................................................... III-12
Gambar 3.6 Konfigurasi Tumbukan Alat Pemadat Benda Uji .................. III-13
Gambar 3.7 Langkah Kerja Pembuatan Benda Uji ................................... III-14
Gambar 3.8 Pengujian Kuat Tekan Mortar............................................... III-15
Gambar 4.1 Grafik Gradasi Agregat Halus .............................................. IV-6
Gambar 4.2 Kuat Tekan Mortar Geopolimer untuk Setiap Variasi
Komposisi Alkali Aktivator dan Mortar Semen .................... IV-10
Gambar 4.3 Hubungan Antara Dosis Aktivator dengan Kuat Tekan
Mortar Geopolimer pada Umur 28 Hari ................................ IV-11
Gambar 4.4 Perbandingan Hasil Kuat Tekan Mortar Geopolimer pada
Umur 28 Hari dari Penelitian Terdahulu dengan Hasil Uji
Dengan Dosis Na2O yang Berbeda ....................................... IV-14
Gambar 4.5 Hubungan Antara W/A (Waterglass/Aktivator) dengan Kuat
Tekan Mortar Geopolimer pada Umur 28 Hari ..................... IV-14
Gambar 4.6 Perbandingan Hasil Kuat Tekan Mortar Geopolimer pada
Umur 28 Hari dari Penelitian Terdahulu dengan Hasil Uji
Dengan Ms yang Berbeda .................................................... IV-17
Gambar 4.7 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Mortar Semen
dan Mortar Geopolimer pada Dosis 25% dan W/A = 0-1 ...... IV-18
Gambar 4.8 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Mortar Semen
dan Mortar Geopolimer pada Dosis 40% dan W/A = 0-1 ...... IV-19
Gambar 4.9 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Mortar Semen
dan Mortar Geopolimer pada Dosis 55% dan W/A = 0-1 ...... IV-20
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kandungan Oksida Abu Terbang ....................................... L-1
Lampiran 2 Kehalusan Abu Terbang .................................................... L-2
Lampiran 3 Pemeriksaan Berat Jenis Abu Terbang ............................... L-3
Lampiran 4 Kadar Air Abu Terbang ..................................................... L-4
Lampiran 5 Berat Jenis Sodium Hidroksida (Soda Api) ........................ L-5
Lampiran 6 Kadar Air Sodium Silikat (Waterglass) ............................. L-6
Lampiran 7 Pemeriksaan Kadar Na dalam Sodium Silikat .................... L-7
Lampiran 8 Tabel Periodik Unsur ........................................................ L-8
Lampiran 9 Perhitungan %Na2O dan %SiO2 dalam Na2SiO3 ................ L-9
Lampiran 10 Berat Jenis Sodium Silikat (Waterglass) ............................ L-10
Lampiran 11 Analisa Saringan Agregat Halus ........................................ L-11
Lampiran 12 Berat Jenis dan Penyerapan Air ......................................... L-12
Lampiran 13 Kadar Air Agregat Halus ................................................... L-13
Lampiran 14 Kadar Lumpur Agregat Halus............................................ L-14
Lampiran 15 Berat Isi Agregat Halus ..................................................... L-15
Lampiran 16 Bahan Organik Dalam Agregat Halus ................................ L-16
Lampiran 17 Bahan Lolos Saringan No. 200 .......................................... L-17
Lampiran 18 Pemeriksaan Berat Jenis Semen......................................... L-18
Lampiran 19 Kehalusan Semen Portland ............................................... L-19
Lampiran 20 Konsistensi Normal Semen ............................................... L-20
Lampiran 21 Penentuan Waktu Pengikatan semen Hidrolis .................... L-21
Lampiran 22 Pemeriksaan Komposisi Semen ......................................... L-22
Lampiran 23 Pemeriksaan Air Bersih ..................................................... L-23
Lampiran 24 Kalkulasi 1 Liter Larutan NaOH 10 M .............................. L-24
Lampiran 25 Kalkulasi Proporsi Campuran untuk Mortar Geopolimer ... L-25
Lampiran 31 Nilai Sebar Mortar Geopolimer dan Mortar Semen ............ L-31
Lampiran 32 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer.......................... L-32
Lampiran 47 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Semen ................................. L-47
xvii
DAFTAR NOTASI
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
sebagai material dasar untuk membuat beton atau mortar geopolimer. Dengan
adanya teknologi geopolimer ini dapat membantu mereduksi limbah abu terbang
sehingga menjadi bahan yang bermanfaat serta memiliki nilai jual. Selain itu
penggunaan abu terbang sebagai bahan dasar beton atau mortar juga dapat
mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer karena dapat mengurangi produksi
semen portland atau bahkan dapat menggantikan produksi semen portland.
Belum adanya standar yang baku tentang komposisi alkali aktivator yang
tepat untuk membuat beton atau mortar geopolimer yang memiliki mutu yang
sama bahkan lebih baik dari beton atau mortar berbahan dasar semen, membuat
para peneliti dari berbagai negara mulai melakukan penelitian mengenai
komposisi alkali aktivator yang tepat untuk membuat beton atau mortar
geopolimer yang memiliki kualitas yang sama atau bahkan lebih baik dari beton
atau mortar yang menggunakan semen portland. Selain belum memiliki standar
komposisi aktivator yang baku, abu terbang (fly ash) yang merupakan bahan
utama penyusun beton atau mortar geopolimer juga memiliki tipe dan
karakteristik atau komposisi bahan penyusun yang berbeda di setiap daerah
(Jaarsveld dkk, 2002). Hal ini dikarenakan kondisi pembakaran serta kandungan
batu bara yang berbeda di setiap daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “PENGARUH KOMPOSISI ALKALI AKTIVATOR
TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN
DASAR ABU TERBANG”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan mortar
sebagai bahan penelitian dengan menggunakan abu terbang sebagai bahan
pengganti semen yang diharapkan dapat menghasilkan kuat tekan mortar yang
setara atau lebih kuat dari mortar semen portland.
I-2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi alkali
aktivator yang menghasilkan kuat tekan optimum untuk mortar geopolimer
berbahan dasar abu terbang. Sehingga komposisi tersebut sudah bisa digunakan
untuk bahan konstruksi struktural.
1.3.2 Manfaat
Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang komposisi bahan aktivator yang dapat
menghasilkan kuat tekan optimum untuk mortar geopolimer berbahan
dasar abu terbang.
2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
komposisi alkali aktivator pada mortar ataupun beton geopolimer berbahan
dasar abu terbang.
I-3
beberapa penelitian yang terkait dengan pengaruh komposisi aktivator terhadap
kuat tekan mortar maupun beton, yaitu tesis Adam (2009) dengan judul “Strength
and Durability Properties of Alkali Activated Slag and Fly Ash-Based
Geopolymer Concrete”, skripsi Dian Rahma Fitriani (2010) dengan judul
“Pengaruh Modulus Alkali dan Kadar Aktivator Terhadap Kuat Tekan Fly Ash-
Based Geopolymer Mortar”, kemudian ada pula skripi Leoindarto dan Sanjaya
(2006) dengan judul “Komposisi Alkaline Aktivator dan Fly Ash untuk Beton
Geopolymer Mutu Tinggi”, serta penelitian yang dilakukan oleh Hardjito dan
Rangan (2005) dengan judul “Development and Properties of Low-Calcium Fly
Ash-Based Geopolymer Concrete”.
Hal yang membedakan tugas akhir ini dengan tugas yang pernah ada
adalah selain menggunakan abu terbang dari sumber yang berbeda, tinjauan juga
berbeda, yaitu memfokuskan pada penggunaan salah satu dari dua bahan aktivator
atau penggunaan kedua bahan aktivator tersebut yang mana pada penelitian
sebelumnya belum dilakukan hal serupa. Penelitian-penelitian sebelumnya
berfokus pada beberapa faktor seperti pengaruh konsentrasi dan perbandingan
aktivatornya, faktor air fly ash (w/b), kadar agregat halus serta waktu persiapan
larutan aktivator.
I-4
BAB II
2.1 Mortar
Berdasarkan SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai bahan
campuran material yang terdiri dari pasir kwarsa, air suling dan semen portland
dengan komposisi tertentu. Bila tanah liat yang dipakai sebagai bahan perekat
disebut mortar lumpur (mud mortar), bila kapur yang dipakai sebagai bahan
perekat disebut mortar kapur dan bila semen yang dipakai sebagai bahan perekat
maka disebut mortar semen. Pasir berfungsi sebagai bahan pengisi (bahan yang
direkat).
Agregat halus (pasir) merupakan butir-butir partikel yang diikat oleh pasta
bahan pengikat (binder) dalam mortar harus dapat terlapisi dengan sempurna agar
mempunyai kohesi dan adhesi. Susunan gradasi yang seragam akan membuat
banyaknya rongga udara dalam mortar sehingga dibutuhkan bahan pengikat yang
lebih banyak daripada gradasi yang tidak seragam. Hal ini berpengaruh pada
kepadatan mortar dan daya lekat yang berkurang. Gradasi pasir yang baik (well
gradded sand) berisi butir-butir pasir yang bervariasi ukurannya, karena dapat
mengurangi rongga udara dan kebutuhan binder dan air. Sedikit campuran binder
dan air akan mengurangi susut dan susut yang kecil cenderung untuk mengurangi
retak pada mortar.
II - 1
Polysialate-Disiloxo (Si-O-Al-O-Si-O-Si-O) (Davidovits, 1999). Mortar
geopolymer dihasilkan dengan sepenuhnya mengganti semen portland (PC)
dengan fly ash. Diharapkan dalam pembuatan mortar geopolymer tidak hanya
mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2), tetapi juga memanfaatkan bahan–
bahan produk sampingan seperti fly ash dan menggantikan fungsi semen sebagai
bahan utama.
II - 2
Gambar 2.2 Ikatan Polimerisasi yang Terjadi pada Beton/Mortar Geopolimer
(Sumber : www.geopolymer.org)
Gambar 2.3 Ikatan yang Terjadi pada Beton/Mortar Memen (Kiri) dan Ikatan
yang Terjadi pada Beton/Mortar Geopolymer (Kanan)
(Sumber : www.geopolymer.org)
II - 3
Gambar 2.4 Pengaruh Rasio Si/Al pada Ikatan Polimer
(Sumber : www.geopolymer.org)
II - 4
Oleh karena itu dalam membuat mortar geopolimer perlu diketahui bahan-
bahan penyusunnya serta kualitas bahannya. Berikut adalah material penyusun
mortar geopolimer antara lain :
II - 5
Dengan sifat pozzolan tersebut abu terbang mempunyai prospek untuk
digunakan dalam berbagai keperluan bangunan. Pada hasil sisa pembakaran
industri PLTU yang menggunakan batu bara terbentuk dua jenis abu yaitu abu
terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Partikel abu yang terbawa gas buang
disebut abu terbang dan partikel abu yang tertinggal di dasar tungku disebut abu
dasar. Sebagian abu dasar berupa lelehan abu yang disebut terak (slag). Abu
terbang ditangkap dengan menggunakan electric precipitator sebelum dibuang ke
udara melalui cerobong.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Fly Ash dari Berbagai Daerah di Australia
Element SASOL Tarong Port Port Port Macquarie
as oxide Augusta I Augusta II Hedland
SiO2 50,1 61,4 48,1 48,5 49,7 59,9
Al2O3 28,3 33,0 28,2 29,6 24,6 21,6
CaO 8,2 0,6 9,4 6,1 4,9 2,9
Fe2O3 4,0 1,1 3,3 4,6 12,7 4,7
MgO 2,0 0,3 2,4 2,3 1,4 1,4
TiO2 1,5 2,0 2,1 2,5 1,5 0,8
Na2O 0,5 0,1 2,8 3,7 0,0 0,4
K2O 0,9 0,1 1,0 0,9 0,5 2,3
SO3 0,4 0,0 0,4 0,3 0,4 0,2
Loss on 4,1 1,4 2,3 1,5 4,3 5,8
ignition
Sumber : Jaarsveld dkk, 2002
II - 6
mempunyai sifat pozolan dan sifat seperti semen dengan kadar kapur
diatas 10%.
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Berbagai Jenis Abu Terbang dan Semen
Jenis Abu Terbang
No. Komposisi Kimia Semen
Jenis F Jenis C Jenis N
1 SiO2 51,90 50,90 58,20 22,60
2 Al2O3 25,80 15,70 18,40 4,30
3 Fe2O3 6,98 5,80 9,30 2,40
4 CaO 8,70 24,30 3,30 64,40
5 MgO 1,80 4,60 3,90 2,10
6 SO2 0,60 3,30 1,10 2,30
7 Na2O dan K2O 0,60 1,30 1,10 0,60
Sumber : Urip, 2003
II - 7
Tabel 2.3 Persyaratan Kimia Jenis-jenis Fly Ash
Persyaratan Kelas
N F C
SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 ≥ 70,0% ≥ 70,0% ≥ 50,0%
S03 ≤ 4,0% ≤ 5,0% ≤ 5,0%
Kadar Air ≤ 3,0% ≤ 3,0% ≤ 3,0%
Hilang Pijar ≤ 10,0% ≤ 6,0% ≤ 6,0%
Sumber : ASTM C618-03
4. Kepadatan (Density)
Kepadatan abu terbang bervariasi, tergantung pada besar butir dan hilang
pijarnya. Biasanya berkisar antara 2,43 gr/cc sampai 3 gr/cc. Luas permukaan
II - 8
spesifik rata-rata 225 m2/kg – 300 m2/kg. Ukuran butiran yang kecil kadang-
kadang terselip dalam butiran yang besar yang mempunyai fraksi lebih besar dari
300 mm.
5. Hilang pijar
Hilang pijar menentukan sifat pozolan abu terbang. Apabila hilang pijar
10% - 20% berarti kadar oksida kurang, sehingga daya ikatnya kurang, yang
berarti sifat pozolannya kurang.
Tabel 2.4 Persyaratan Fisik Abu Terbang
No. Uraian Persyaratan
1 Kehalusan :
Jumlah yang tertinggal di atas ayakan No.325 (0,045 mm) maks % 34
2 Indeks keaktifan pozzolan :
a. Dengan menggunakan semen Portland kuat tekan pada umur 75% KT adukan
28 hari, minimum. pembanding.
b. Dengan menggunakan kapur padam yang aktif, kuat tekan 7 550
hari, minimum N/mm
3 Kekekalan bentuk pengembangan/penyusutan dengan autoclave,
maksimum % 0,8
4 Jumlah air yang digunakan 105% dari jumlah
air untuk adukan
pembanding
5 Keseragaman :
Berat jenis dan kehalusan dari contoh uji masing-masing tidak
boleh banyak berbeda dari rata-rata 10 benda uji atau dari seluruh
benda uji yang jumlahnya kurang dari 10 buah, maka untuk :
a. Berat jenis, perbedaan maksimum dari rata-rata, % 5
b. Persentase partikel yang tertinggal pada ayakan No.325
perbedaan dari rata-rata, % 5
6 Pertambahan penyusutan karena pengeringan (pada umur 28 hari
maksimum, %) 0,03
7 Reaktifitas dengan alkali semen :
Pengembangan mortar pada umur 14 hari, maksimum % 0,02
Sumber : SNI -3-2460-1991
II - 9
2.3.2 Alkaline Activator (Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida)
Sodium silikat (waterglass) dan sodium hidroksida digunakan sebagai
alkaline aktivator (Hardjito dkk, 2004). Sodium silikat atau waterglass
mempunyai fungsi untuk mempercepat reaksi polimerisasi. Sedangkan sodium
hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al dan Si yang terkandung
dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang kuat.
Gambar 2.6 Scanning Electron Microscopy (SEM) dari Campuran antara Fly Ash
dengan Sodium Silikat
(Sumber: Milestone dan Lyndsale, 2004 dalam Fitriani 2010)
II - 10
2.3.2.2 Sodium Hidroksida (NaOH)
Sodium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al dan Si
yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang
kuat. Campuran antara fly ash dan sodium hidroksida membentuk ikatan yang
kurang kuat tetapi menghasilkan ikatan yang lebih padat dan tidak ada retakan
seperti pada campuran sodium silikat dan fly ash.
Gambar 2.7 Scanning Electron Microscopy (SEM) dari Campuran antara Fly Ash
dengan Sodium Hidroksida
(Sumber: Milestone dan Lyndsale, 2004 dalam Fitriani 2010)
II - 11
lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut
clay (SK SNI T-15-1991-03).
Komposisi kimia pasir dan keadaan geologi mempengaruhi kualitas
agregat halus. Gradasi yang baik dari agregat halus tersebut juga memberikan
efek yang penting pada kelecakan dan ketahanan mortar. Agregat halus dengan
butiran yang sangat halus tidak praktis untuk kelecakannya, sehingga pada
umumnya harus ditambahkan semen untuk mengisi rongga-rongga di antaranya.
Pada penelitian ini digunakan fly ash sebagai material pengganti semen. Di
sisi yang lain mortar yang menggunakan pasir dengan butiran yang besar
biasanya lemah, karena rongga antara butiran cukup lebar sehingga tegangan
tidak dapat menyebar secara merata.
II - 12
Keterangan :
Zona 1 : Pasir kasar Zona 3 : Pasir agak halus
Zona 2 : Pasir agak kasar Zona 4 : Pasir halus
II - 13
= x . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.1)
Dengan :
Atamb = Air tambahan dari agregat, dalam liter
K = Kadar air di lapangan, dalam %
KSSD = Kadar air jenuh kering muka (SSD), dalam %
Wag = Berat agregat jenuh kering muka (SSD), dalam kg
Kadar air dalam pasir dapat diukur dengan cara sebgai berikut :
Kadar air = x 100 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
II - 14
pasta selain itu kadar air di lapangan lebih banyak mendekati keadaan SSD
daripada kering tungku.
II - 15
4. Susunan butir agregat halus, mempunyai modulus kehalusan antara 1,50 –
3,80 dan harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya.
Apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk
dalam salah satu dalam daerah susunan butiran menurut zona : 1, 2, 3 atau
4 (SKBI/BS.882) (lihat Gambar 2.8) dan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus minimum 2% berat.
b. Sisa di atas ayakan 1,2 mm, harus minimum 10% berat.
c. Sisa di atas ayakan 0,3 mm, harus minimum 15% berat.
2.3.4 Air
Air yang dimaksudkan disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam
konstruksi bangunan meliputi kegunaannya dalam pembuatan dan perawatan
beton, pemadaman kapur, adukan pasangan dan adukan plesteran (mortar).
Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya
harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
(PUBI-1982), antara lain :
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam-asam,
zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan klorida
(Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000
p.p.m. sebagai SO3.
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi.
Air untuk pembuatan mortar minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-
lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus
memenuhi syarat sebagai air minum. Secara umum air yang memenuhi
II - 16
persyaratan sebagai air minum juga memenuhi syarat untuk bahan campuran
mortar.
Keterangan:
f’m = kuat tekan mortar (MPa)
P = beban maksimum (N)
A = luas permukaan yang dibebani, (mm2)
b,d = panjang sisi dari benda uji mortar 5 mm
II - 17
menggunakan fly ash tipe F. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat jelas di dalam
Tabel 2.6 dan Gambar 2.10 di bawah ini.
Tabel 2.6 Kuat Tekan Mortar Geopolimer dengan Dosis Aktivator serta
Modulus Aktivator yang Berbeda
Na2O Activator Compressive strength (Mpa)
Mix
Dosage Modulus (Ms) 3 days 7 days 28 days
G10-1,00 10% 1,00 53,67 51,04 57,04
G10-1,25 10% 1,25 57,13 52,77 59,71
G10-1,50 10% 1,50 59,20 59,21 61,03
G15-1,00 15% 1,00 71,40 70,96 74,69
G15-1,25 15% 1,25 75,92 77,99 79,26
G15-1,50 15% 1,50 63,59 67,16 69,16
Sumber : Adam, 2009
Berdasarkan Tabel 2.6 di atas serta Gambar 2.10 di bawah Adam (2009)
menyimpulkan bahwa dosis Na2O yoang terdapat dalam larutan sodium
hidroksida dan sodium silikat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kekuatan mortar geopolimer barbahan dasar abu terbang. Serta modulus aktivator
juga mempengaruhi kekuatan dari mortar geopolimer berbahan dasar abu terbang,
meskipun pengaruhnya kurang signifikan seperti dosis Na2O.
Gambar 2.10 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Dasar Abu Terbang
dengan Suhu Perawatan 800 C dan Durasi 20 Jam
(Sumber : Adam, 2009)
Selain penelitian yang dilakukan oleh Adam (2009) ada juga penelitian
II - 18
yang terkait yang meneliti tentang pengaruh komposisi aktivator terhadap kuat
tekan mortar geopolimer yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2010)
yang meneliti tentang pengaruh dosis atau kadar aktivator dan modulus alkali
terhadap kuat tekan beton geopolimer berbahan dasar abu terbang. Dalam
penelitian tersebut mortar dibuat dengan ukuran 5x5x5 cm, kemudian cetakan
benda uji dibuka setelah berumur 1 hari, lalu dilakukan curing dengan cara
membiarkan benda uji terekspos dalam suhu ruang laboratorium sampai dilakukan
pengujian untuk setiap umur yang ditentukan, yaitu umur 7, 14, 28 dan 56 hari.
Penelitian ini menggunakan fly ash tipe C. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat
jelas di dalam Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.11 Hubungan Antara Umur Pengujian dan Kuat Tekan Rata-rata Fly
Ash-Based Geopolymer Nortar dengan Variasi Kadar Aktivator
(Sumber : Fitriani, 2010)
II - 19
Tabel 2.8 Kuat Tekan Rata-rata Fly Ash-Based Geopolymer Mortar
dengan Variasi Modulus Alkali
Kode Benda Kuat Tekan Rata-rata (MPa)
Uji 7 hari 14 hari 28 hari 56 hari
GM.Mal 1 10,65 21,97 29,73 38,07
GM.Mal 1,25 26,29 29,23 30,08 45,8
GM.Mal 1,5 16,91 28,11 29,93 35
GM.Mal 1,75 3,75 10,07 11,61 12,33
GM.Mal 2 3,95 5,87 10,16 11,07
Sumber : Fitriani, 2010
Gambar 2.12 Hubungan Antara Umur Pengujian dan Kuat Tekan Rata-rata Fly
Ash-Based Geopolymer Nortar dengan Variasi Modulus Alkali
(Sumber : Fitriani, 2010)
Berdasarkan Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 serta Gambar 2.11 dan Gambar 2.12
di atas Fitriani (2010) menyimpulkan bahwa kuat tekan tertinggi didapatkan dari
fly ash-based geopolymer mortar dengan modulus alkali 1,25 dan kadar aktivator
49%.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2010) ada juga penelitian
yang terkait yang meneliti tentang pengaruh komposisi aktivator terhadap kuat
tekan mortar geopolimer yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hardjito dan
Rangan (2005) yang meneliti tentang Perbandingan Sodium Hidroksida (NaOH)
II - 20
dan Sodium Silikat (Na2SiO 4) terhadap kuat tekan beton geopolimer berbahan
dasar abu terbang. Pada penelitian yang dilakukan Hardjito dan Rangan beton
dibuat dengan ukuran 15 x 30 cm, kemudian dilakukan curing dengan durasi 24
jam dengan suhu 600C dengan memasukan benda uji ke dalam oven
kemudian dilakukan pengujian compressive strength atau kuat tekan beton pada
sampel beton umur 7 hari. Dalam penelitiannya, Hardjito dan Rangan (2005)
menggunakan fly ash tipe F. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat lebih jelas pada
dalam Tabel 2.9 di bawah.
II - 21
2.6 Keamanan Produk Beton atau Mortar Geopolimer Terhadap
Lingkungan
Jika ditinjau dari sisi keamanan terhadap lingkungan, produk beton atau
mortar geopolimer juga tergolong aman digunakan sebagai bahan material
bangunan walaupun dalam pembuatannya menggunakan bahan kimia. Hal ini
dapat dibuktikan berdasarkan hasil analisis leaching pada penelitian sebelumnya.
Dimana analisis leaching bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur dalam
produk geopolimer yang terlarut dalam air seperti Na, Fe dan Mg sehingga dapat
diketahui unsur yang terlarut tersebut apabila bercampur dengan air tanah aman
terhadap lingkungan.
II - 22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pemeriksaan Bahan
Spesifikasi
Tidak
Ya
Mix Design
Analisa Data
III - 2
3.2 Persiapan Bahan
Dalam melakukan penelitian terlebih dahulu perlu dilakukan berbagai
pekerjaan persiapan yang meliputi pengambilan material di lapangan, pemeriksaan
material dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan pada percobaan.
Adapun bahan-bahan utama yang akan digunakan dalam pengujian inii
adalah :
1. Bahan dasar (raw material) berupa abu terbang (fly ash) yang diambil dari
PLTU Mpanau.
2. Agregat halus yang digunakan adalah pasir yang berasal dari Sungai Palu.
3. Aktivator berupa sodium hidroksida (NaOH) dan sodium silika (Na2SiO3)
yang banyak dijual pada toko-toko penjualan bahan kimia.
4. Air yang digunakan adalah air bersih yang diambil dari Laboratorium Bahan
dan Beton Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
III - 3
5. Aktivator yang digunakan berupa sodium silika (Na2SiO3) dan sodium
hidroksida (NaOH) yang banyak dijual pada toko-toko penjualan bahan
kimia.
6. Benda uji yang digunakan adalah kubus 5 x 5 x 5 cm.
Sodium Sodium
Silikat Hidroksida
Air
III - 4
3.4.1 Pemeriksaan Abu Terbang (Fly Ash)
Pemeriksaan abu terbang yang dilakukan terdiri dari 4 (empat) pemeriksaan,
yaitu uji X-Ray Fluorescence (XRF) untuk memperoleh informasi tentang
kandungan komposisi kimia abu terbang yang digunakan, dimana Pemeriksaaan ini
dilakukan di Laboratorium Sains Terpadu Universitas Hasanuddin. Selain itu
dilakukan pemeriksaan kehalusan, kepadatan dan kadar air dari fly ash.
III - 5
4. Berat jenis dan penyerapan agregat halus, untuk menentukan berat jenis
curah, berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry/SSD)
serta berat jenis semu. Prosedur ini menggunakan metode SNI 03-1970-
1990.
III - 6
4. Komposisi unsur semen dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako.
3.5 Mix Design
3.5.1 Variabel dan Notasi
Variabel yang digunakan untuk mortar geopolimer berbahan dasar abu
terbang (Fly Ash) dalam penelitian ini adalah berdasarkan literatur dimana :
1. Dosis Aktivator (%): persentase perbandingan massa antara aktivator
dengan fly ash.
2. Waterglass/Aktivator (W/A): perbandingan massa antara sodium silikat
atau waterglass (Na2SiO3) dengan aktivator (Na2SiO3 + NaOH).
Notasi benda uji yang digunakan untuk mortar geopolimer berbahan dasar
abu terbang diberikan pada Gambar 3.4 berikut :
* NS = Mortar Geopolimer Berbahan dasar Abu Terbang
dengan sodium silikat dan sodium hidroksida sebagai
aktivator
* N = Mortar Geopolimer Berbahan dasar Abu Terbang
dengan sodium hidroksida sebagai aktivator
(W/A) Waterglass /
* S = Mortar Geopolimer Berbahan dasar Abu Terbang Alkali Aktivator
dengan sodium silikat/waterglass sebagai aktivator
NS55-0,5
Dosis Aktivator (Fly Ash
Aktivator )
X 100%
Gambar 3.4 Notasi Benda Uji untuk Mortar Geopolimer Berbahan Dasar Abu
Terbang
III - 7
Tabel 3.1 Variabel Dosis serta Modulus Aktivator
Komposisi Aktivator
Aktivator yang Notasi Variabel
Dosis Aktivator Na2SiO3/Aktivator
Digunakan Penelitian
(%)
NaOH N25-0 25 0
N40-0 40 0
N55-0 55 0
NaOH + NS25-0,3 25 0,3
Na2SiO3 NS40-0,3 40 0,3
NS55-0,3 55 0,3
NS25-0,5 25 0,5
NS40-0,5 40 0,5
NS55-0,5 55 0,5
NS25-0,7 25 0,7
NS40-0,7 40 0,7
NS55-0,7 55 0,7
Na2SiO3 NS25-1 25 1
NS40-1 40 1
NS55-1 55 1
Selanjutnya pada penelitian ini untuk setiap variabelnya akan dibuat 5 buah
sampel untuk memenuhi kebutuhan dan keakuratan data. Berikut adalah Tabel 3.2
yang berisi jumlah benda uji yang akan dibuat.
III - 8
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer
(Lanjutan)
No Jenis Aktivator yang Umur Mortar Jumlah
Digunakan 3 hari 7 hari 14 hari 28 hari Sampel
2 NaOH + NS25-0,3 5 5 5 5 20
Na2SiO3 NS40-0,3 5 5 5 5 20
NS55-0,3 5 5 5 5 20
NS25-0,5 5 5 5 5 20
NS40-0,5 5 5 5 5 20
NS55-0,5 5 5 5 5 20
NS25-0,7 5 5 5 5 20
NS40-0,7 5 5 5 5 20
NS55-0,7 5 5 5 5 20
3 Na2SiO3 S25-1 5 5 5 5 20
S40-1 5 5 5 5 20
S55-1 5 5 5 5 20
Jumlah Sampel 300
Dalam penelitian ini juga di buat beberapa sampel untuk mortar semen yang
digunakan sebagai pembanding. Benda uji diberikan perawatan berupa
perendaman. Kebutuhan jumlah benda uji mortar semen yang akan diuji dapat
diolihat pada Tabel 3.3.
III - 11
kebutuhan padaatan sodium hidroksida untuk membuat larutan sodium
hidroksida 10 M dapat dilihat pada Lampiran 24).
2. Setelah sodium hidroksida padatan ditimbang sesuai kebutuhan larutan
sodium hidroksida 10 M pada gelas ukur. Pindahkan gelas ukur dari
timbangan, lalu masukkan air bersih secara perlahan-lahan sambil diaduk
dengan sendok plastik tahan panas (lihat Gambar 3.5 bagian 2) selama 1
menit sampai volume larutannya mencapai 1 Liter.
3. Setelah larutan diaduk dan volumenya sudah mencapai 1 liter, diamkan
larutan selama 1 hari sebelum digunakan dalam pencampuran mortar
geopolimer.
1 2
III - 12
4. Jalankan mesin pengaduk (mixer) dan setel alat pengaduk pada kecepatan
rendah (140±5rpm) selama ± 8 menit (lihat Gambar 3.7 Bagian 6).
5. Setelah itu, matikan mesin dan kemudian masukkan air tambahan ke dalam
mangkuk mixer. Kemudian jalankan kembali mesin pengaduk masih dengan
kecepatan rendah selama ± 1 menit (lihat Gambar 3.8 Bagian 1).
6. Selanjutnya masukkan pasir yang telah ditimbang secara perlahan-lahan ke
dalam mangkuk tanpa mematikan mesin pengaduk selama ± 1 menit masih
dalam kecepatan rendah (lihat Gambar 3.8 Bagian 2).
7. Setelah semua pasir telah dimasukkan ke dalam mangkuk, matikan mesin,
dan ubah kecepatan pengaduk ke kecepatan sedang (285±10rpm) setelah itu
aduk campuran selama ± 2 menit.
8. Matikan mesin pengaduk, biarkan campuran tetap di dalam mangkuk
selama satu menit. Lalu kembali nyalakan mesin pengaduk dengan
kecepatan sedang selama ± 2 menit.
9. Setelah itu campuran mortar di uji kekentalannya dengan menggunakan
meja leleh dan ukurlah diameter mortar di atas meja leleh minimal 4 tempat
yang berlainan, lalu hitung diameter rata-rata mortar tersebut (lihat Gambar
3.8 Bagian 3-5).
10. Aduk kembali mortar di dalam mangkok pengaduk dengan kecepatan
pengadukan sedang 285±10rpm selama 15 detik.
III - 13
dengan 4 kali putaran dalam 10 detik. Konfigurasi pemadatan seperti
tercantum pada Gambar 3.6. Pekerjaan pencetakan benda uji, harus sudah
dimulai dalam waktu paling lama 2 ½ menit setelah pengadukan semula
(lihat Gambar 3.8 Bagian 6-8).
12. Kemudian benda uji yang telah dicetak dibiarkan selama ± 3 jam, setelah
itu benda uji beserta cetakannya dibungkus dengan plastik tahan panas atau
cling warp, dan kemudian benda uji dimasukkan ke dalam oven dengan
suhu 1000 dan durasi 20 jam (lihat Gambar 3.8 Bagian 9-10).
13. Setelah benda uji di masukkan ke dalam oven dengan suhu 1000 dan durasi
20 jam, matikan oven dan biarkan suhu benda uji di dalam oven menjadi
normal kurang lebih 2 jam, kemudian benda uji dikeluarkan dan dibiarkan
di dalam suhu ruang selama kurang lebih 1 jam sebelum dilepaskan dari
cetakan. Hal ini bertujuan agar benda uji tidak rusak dikarenakan perubahan
suhu secara drastis dan tiba-tiba.
14. Setelah itu mortar dibiarkan di dalam suhu ruang sampai dilakukan
pengujian Compressive Strength Test pada hari ke-3, 7, 14 dan 28, mortar
terlebih dahulu ditimbang dan diukur dimensinya. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui berat volume daripada mortar tersebut (lihat Gambar 3.8 Bagian
11).
1 2 3
4 5 6
4 5 6
7 8 9
10 11
III - 15
Gambar 3.9 Pengujian Kuat Tekan Mortar
III - 16
BAB IV
IV - 1
Universitas Hasanuddin. Hasil pemeriksaan komposisi kimia dari fly ash yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Dari hasil pemeriksaan fly ash pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa fly
ash yang digunakan berdasarkan kandungan kimianya tergolong dalan fly ash tipe
F, penggolongan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menunjukkan tipe dari
fly ash yang digunakan berdasarkan standar ASTM C618-03.
Tabel 4.2 Penggolongan Tipe Fly Ash
SiO2 + Al2O3 S03 Kadar Hilang
Komponen
+ Fe2O3 (%) (%) Air (%) Pijar (%)
Standar ASTM C618-03 ≥ 70,0 ≤ 5,0 ≤ 3,0 ≤ 6,0
(Fly Ash Tipe F)
Fly Ash PLTU Mpanau Palu 93,3 1,3 8,45 0,6
IV - 2
Tabel 4.3 Kehalusan Fly Ash
Persentase (%) Rata-rata
Saringan No. Test
Tertahan Lolos Tertahan (%)
I 1,4 98,6
No. 100 1,5
II 1,6 98,4
I 19,2 80,8
No. 200 25,9
II 32,6 67,4
IV - 3
Tabel 4.5 Berat Isi Sodium Hidroksida (NaOH)
Rata-rata
Jenis Bahan I II Spesifikasi
(Kg/L)
Sodium Hidroksida 1,296 1,292 1,294 -
Dari hasil pemeriksaan sodium hidroksida diperoleh nilai berat isi sodium
hidroksida adalah 1,294 Kg/L.
IV - 4
Tabel 4.7 Kadar Na dalam Sodium Silikat
Parameter Terkandung dalam sodium silikat (%)
Natrium (Na) 5,73
Setelah mengetahui data kadar Na dan kadar air dalam sodium silikat, maka
kadar Na2O dapat diperoleh. Langkah perhitungan untuk memperoleh % Na2O dan
%SiO2 dapat dilihat pada Lampiran 7. Kadar Na2O dan SiO2 dalam sodium silikat
dapat dilihat pada Tabel 4.8. Hasil perhitungan berdasarkan kadar Na dalam
Sodium Silikat maka diperoleh persentase dari Na2O dan SiO2 masing-masing yaitu
15,4% dan 32,33%.
IV - 5
4.1.4.1 Pemeriksaan Distribusi Agregat Halus
Pemeriksaan distribusi agregat dilakukan untuk menentukan pembagian
butir (gradasi) dari agregat yang digunakan dalam penelitian.
Hasil dari pengujian analisa saringan agregat halus dapat dilihat dalam
Tabel 4.10 di bawah. Berdasarkan hasil pemeriksaan analisa saringan terhadap
sampel agregat halus diperoleh nilai modulus halus butir 2,75 dan gradasi butiran
seperti yang terlihat pada Gambar 4.1. Dengan demikian pasir yang digunakan
masuk dalam zona II dan termasuk dalam kategori pasir agak kasar.
100
90
80
70
60
% Lolos
50
40
30
20
10
0
IV - 6
4.1.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Dari hasil pemeriksaan berat jenis agregat halus dapat diketahui bahwa berat
jenis bulk SSD (Bj.SSD) untuk agregat halus yang digunakan adalah 2,604 dan dari
pengujian penyerapan didapatkan bahwa persentase penyerapan air agregat kasar
adalah sebesar 1,071 % maka agregat tersebut dapat digolongkan agregat normal,
karena berat jenis agregat normal adalah berkisar 2,5 sampai 2,7 dan kemampuan
penyerapan air berkisar 1% sampai 2%. Hasil dari pengujian Berat Jenis dan
Penyerapan Agregat Halus dapat dilihat pada Tabel 4.11.
IV - 7
Tabel 4.13 Berat Isi Agregat Halus
Uraian I II Rata-rata Spesifikasi
Berat Isi Lepas/gembur
1,593 1,598 1,596
(gr/cm3) Min. 1,2
Berat Isi Padat (gr/cm3) 1,676 1,694 1,685
Dari hasil percobaan didapatkan berat isi lepas agregat halus adalah 1,596
gr/cm3 sedangkan berat isi padat agregat halus adalah 1,685 gr/cm3. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa agregat yang digunakan memenuhi syarat
untuk dipakai dalam campuran mortar karena berat isi minimal untuk campuran
mortar adalah tidak boleh kurang dari 1,2 gr/cm3.
IV - 8
Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Kotoran Organik
Pemeriksaan I II
Warna cairan yang terlihat setelah didiamkan selama 24
1 1
jam adalah sama dengan standar warna no. 1
IV - 9
Tabel 4.16 Kuat Tekan Mortar Geopolimer untuk Setiap Variasi
Komposisi Alkali Aktivator dan Mortar Semen (Lanjutan)
Kuat Tekan (MPa)
Mix
3 hari 7 hari 14 hari 28 hari
NS25-0,7 0,15 0,15 0,00 0,00
S25-1 0,00 0,00 0,00 0,00
N40-0 1,40 0,60 1,45 1,55
NS40-0,3 3,92 4,56 5,52 5,68
NS40-0,5 12,16 12,16 13,76 15,36
NS40-0,7 17,28 16,32 17,36 17,44
S40-1 0,60 0,87 1,07 1,93
N55-0 3,87 3,33 2,67 3,87
NS55-0,3 12,48 12,48 13,92 14,24
NS55-0,5 21,68 20,88 24,00 24,72
NS55-0,7 17,68 18,96 20,32 21,84
S55-1 0,40 0,27 0,27 0,60
Mortar Semen 15,73 21,87 25,87 27,60
30,00
Kuat Tekan (MPa)
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
Variasi Mix
Gambar 4.2 Kuat Tekan Mortar Geopolimer untuk Setiap Variasi Komposisi
Alkali Aktivator dan Mortar Semen
IV - 10
4.2.1 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer dengan Dosis Aktivator
yang Berbeda
Hasil pengujian kuat tekan mortar geopolimer dengan dosis aktivator yang
berbeda untuk setiap variasi W/A (waterglass/aktivator) pada mortar umur 28 hari
dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah.
30,00
25,00 24,72
21,84
Kuat Tekan (MPa)
20,00
17,44 W/A = 0
15,00 15,36 14,24 W/A = 0,3
0,00
0,00 W/A = 0,5
10,00 0,10
W/A = 0,7
0,00 5,68
5,00 0,00 W/A = 1
3,87
1,55
0,00 1,93 0,60
20 30 40 50 60
Dosis Aktivator (%)
Gambar 4.3 Hubungan Antara Dosis Aktivator dengan Kuat Tekan Mortar
Geopolimer pada Umur 28 Hari
Dari Gambar 4.3 di atas dapat dilihat kuat tekan mortar geopolimer pada
umur 28 hari dengan dosis 25% hanya menghasilkan kuat tekan paling tinggi 0,1
MPa pada variasi W/A = 0,5. Setelah dosis dinaikkan menjadi 40% kuat tekan dari
mortar geopolimer semakin meningkat hingga 17,44 MPa pada variasi W/A = 0,7
dan setelah dosis dinaikkan lagi menjadi 55% kuat tekan dari mortar geopolimer
juga semakin bertambah dan peningkatan yang paling signifikan terjadi pada mortar
dengan variasi W/A = 0,5 yaitu 24,72 MPa dimana pada mortar dengan W/A = 0,5
tersebut selain menunjukkan peningkatan kuat tekan yang signifikan, peningkatan
kuat tekannya terhadap dosis aktivator juga cenderung konstan atau linier. Selain
itu jika dilihat dari peningkatannya, jika dosis aktivatornya ditingkatkan dapat
menghasilkan kuat tekan yang lebih besar lagi
Hal yang berbeda terlihat juga pada grafik dengan W/A = 0,7 dimana pada
dosis 55% kuat tekannya justru lebih rendah dibandingkan dengan grafik dengan
IV - 11
W/A = 0,5 yang mana pada dosis 40% kuat tekan pada komposisi W/A = 0,7 lebih
tinggai dibandingkan dengan W/A = 0,5. Hal tersebut terjadi karena pada komposisi
W/A = 0,7 dengan dosis 55% memiliki kekentalan campuran yang lebih besar
dibandingkan dengan kekentalan pada W/A = 0,5 karena jumlah sodium silikat
yang sifatnya sangat kental pada W/A = 0,7 lebih besar dari pada jumlah sodium
hidroksida cenderung encer sehingga pada saat pencetakan campurannya kurang
padat dibandingkan W/A = 0,5 sehingga menghasilkan kuat tekan yang lebih
rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa dosis dari aktivator memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap kuat tekan mortar geopolimer, karena dengan
meningkatkan dosis aktivator berarti juga meningkatkan kadar Na2O yang terdapat
pada sodium hidroksida dan sodium silikat serta meningkatkan kadar SiO2 yang
terdapat pada sodium silikat. Dimana Na2O dan SiO2 tersebut berpengeruh terhadap
reaksi polimerisasi yang terjadi.
Kadar Na2O yang sangat kecil dalam larutan aktivator dapat
memgakibatkan melemahnya kuat tekan mortar geopolimer, karena komponen ini
berfungsi untuk melarutkan unsur silika dan aluminium yang terdapat dalam fly
ash untuk membentuk reaksi geopolimer, sehingga jika dosis aktivator berkurang
akan mengakibatkan jumlah Na2O yang melarutkan silika dan aluminium dalam fly
ash juga berkurang sehingga unsur silika dan aluminium dalam fly ash tidak
bereaksi semua dan menghasilkan kuat tekan yang rendah dan begitu pula
sebaliknya.
Hal yang sedikit berbeda terjadi pada variasi W/A = 1 dimana dari grafik
(Gambar 4.4) menunjukkan kenaikan kuat tekan pada dosis 40%, namun pada dosis
55% kuat tekannya justru berkurang, hal ini menunjukkan bahwa kadar aktivator
yang semakin tinggi hingga melewati batas optimum untuk mortar geopolimer
dengan W/A = 1 (hanya menggunakan sodium silikat sebagai aktivator) dapat
mengurangi kuat tekan mortar geopolimer.
Dari hasil penelitian berdasarkan Gambar 4.3 di atas jika dibandingkan
dengan hasil dari beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Adam
(2009) dengan cara mengubah variasi dari komposisi aktivator yang digunakan
IV - 12
dalam penelitian ini menjadi variasi komposisi aktivator yang digunakan dalam
penelitian Adam (2009). Perubahan bentuk variasi komposisi aktivator dari
penelitian yang dilakukan menjadi variasi komposis aktivator yan digunakan dalam
penelitian Adam (2009) dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dibuat grafik perbandingan antara dosis
aktivator terhadap kuat tekan mortar geopolimer pada umur 28 hari dari hasil
penelitan yang terdahulu yang dilakukan oleh Adam (2009) serta hasil penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini.
Grafik perbandingan antara dosis Na2O terhadap kuat tekan mortar
geopolimer pada umur 28 hari dari hasil penelitan yang terdahulu serta hasil
penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.4 di
bawah. Dari Gambar 4.4 di bawah dapat dilihat juga bahwa pengaruh dari dosis
Na2O terhadap kuat tekan mortar geopolimer juga cukup signifikan, dimana pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh Adam (2009), serta penelitian yang dilakukan
dapat dilihat pertambahan dari kuat tekan mortar geopolimer yang cukup besar
untuk setiap kenaikan dosis aktivator.
IV - 13
Hasil Uji Adam (2009)
80 74,69
70
Kuat Tekan (MPa)
57,04
60
50
40
30 24,72
20 15,36
10 0,10
0
Dosis 4,8% Dosis 7,7% Dosis 10,6% Hasil Uji Dosis 10% Dosis 15% Adam
(2009)
Dosis Na2O
Gambar 4.4 Perbandingan Hasil Kuat Tekan Mortar Geopolimer pada Umur 28
Hari dari Penelitian Terdahulu dengan Hasil Uji Dengan Dosis Na2O yang
Berbeda
4.2.2 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer dengan Variasi W/A yang
Berbeda
Hasil pengujian kuat tekan mortar geopolimer dengan W/A
(waterglass/aktivator) yang berbeda untuk setiap variasi dosis aktivator pada mortar
umur 28 hari dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah.
30,00
25,00 24,72
21,84
Kuat Tekan (MPa)
20,00
17,44
15,36
15,00 14,24 Dosis 25%
Dosis 40%
10,00
Dosis 55%
5,68
5,00
3,87
1,55 0,00 0,10 0,00 1,93
0,00 0,60
0,00 0,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
W/A
IV - 14
Dari Gambar 4.5 di atas dapat dilihat kuat tekan mortar geopolimer pada
umur 28 hari dengan W/A = 0 kuat tekan paling tinggi dan rendah yang dihasilkan
adalah 3,87 MPa untuk dosis 55% dan 0,00 MPa untuk dosis 25%. Kuat tekan dari
mortar geopolimer semakin meningkat jika W/A juga ditingkatkan hingga
mencapai batas optimum dimana pada W/A = 0,3 menghasilkan kuat tekan hingga
14,24 MPa pada dosis 55% dan untuk W/A = 0,5 menghasilkan kuat tekan hingga
24,72 MPa pada dosis 55%, dan kuat tekan dari mortar kemudian menurun pada
W/A = 0,7 dengan kuat tekan paling besar adalah 21,84 MPa untuk dosis 55%
kemudian kuat tekan mortar geopolimer semakin menurun hingga 0 MPa untuk
dosis 25% dan paling tinggi 1,93 MPa untuk dosis 40% pada W/A = 1. Sehingga
dari gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa rasio W/A yang optimum digunakan
adalah W/A = 0,5-0,7 yang menghasilkan kuat tekan optimum.
Hal ini menunjukkan bahwa W/A (waterglass/aktivator) juga
mempengaruhi kuat tekan mortar geopolimer, karena dengan meningkatkan rasio
W/A dari campuran mortar geopolimer berarti sodium silikat yang digunakan
dalam aktivator akan semakin banyak sehingga meningkatkan jumlah SiO 2 dalam
aktivator dimana unsur ini mempunyai peranan untuk mempercepat terjadinya
reaksi geopolimerisasi pada unsur silika dan aluminium yang terkandung di dalam
fly ash sehingga menghasilkan ikatan polimerisasi yang kuat. Namun semakin
tinggi rasio W/A yang digunakan dapat mengurangi kuat tekan dari mortar
geopolimer itu sendiri, hal ini terlihat jelas pada Gambar 4.5 di atas yang
menunjukkan semakin rendah atau tingginya rasio W/A yang digunakan hingga
melewati batas optimum dapat menghasilkan kuat tekan mortar geopolimer yang
rendah.
Dari grafik hubungan antara W/A dengan kuat tekan mortar di atas
menunjukkan bahwa dengan menggunakan W/A terendah hingga 0 (nol) atau hanya
menggunakan sodium hidroksida sebagai aktivator walaupun dengan dosis hingga
55% hanya menghasilkan kuat tekan sebesar 3,87 MPa. Hal ini menunjukkan
kelebihan dan kekurangan dari campuran fly ash dengan hanya menggunakan
sodium hidroksida sebagai aktivatornya berdasarkan literatur yang terdapat pada
BAB II oleh Milestone dan Lyndsale (2004 dalam Fitriani, 2010), yaitu dapat
IV - 15
membentuk ikatan yang lebih padat tetapi menghasilkan ikatan yang kurang kuat
sehingga kuat tekan yang dihasilkan dari mortar geopolimer dengan hanya
menggunakan sodium hidroksida sebagai aktivatornya sangatlah kecil.
Dari grafik hubungan antara W/A dengan kuat tekan mortar di atas juga
menunjukkan bahwa dengan menggunakan W/A tertinggi hingga 1 (satu) atau
hanya menggunakan sodium silikat sebagai aktivator walaupun dengan dosis
hingga 55% hanya menghasillkan kuat tekan sebesar 0,6 MPa yang bahkan lebih
kecil dari hasil kuat tekan mortar dengan dosis 40% yaitu 1,93 MPa. Hal ini juga
menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari campuran fly ash dengan hanya
menggunakan sodium silikat sebagai aktivatornya berdasarkan literatur yang
terdapat pada BAB II oleh Milestone dan Lyndsale (2004 dalam Fitriani, 2010),
yaitu campuran dari fly ash dengan sodium silikat dapat membentuk ikatan yang
sangat kuat tetapi banyak menimbulkan retakan-ratakan antar mikrostrukturnya.
Sehingga kuat tekan yang dihasilkan dari mortar geopolimer dengan hanya
menggunakan sodium silikat sebagai aktivatornya sangatlah kecil.
Dari hasil penelitian berdasarkan Gambar 4.5 di atas jika dibandingkan lagi
dengan hasil dari penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Adam (2009)
dengan cara mengubah variasi dari komposisi aktivator yang digunakan dalam
penelitian ini menjadi variasi komposisi aktivator yang digunakan dalam penelitian
Adam (2009). Perubahan bentuk variasi komposisi aktivator dari penelitian yang
dilakukan menjadi variasi komposisi aktivator yang digunakan dalam penelitian
Adam (2009) dapat dilihat pada Tabel 4.18 di bawah.
Berdasarkan Tabel 4.18 di bawah dapat dibuat grafik perbandingan antara
modulus aktivator (Ms) terhadap kuat tekan mortar geopolimer pada umur 28 hari
dari hasil penelitan terdahulu yang dilakukan oleh Adam (2009) serta hasil
penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. Grafik perbandingan antara Ms
(SiO2/Na2O) terhadap kuat tekan mortar geopolimer pada umur 28 hari dari hasil
penelitan yang terdahulu serta hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 4.6 di bawah.
IV - 16
Tabel 4.18 Konversi Variasi Komposisi Aktivator (Ms) dari Penelitian
yang Dilakukan ke Variasi Komposisi Aktivator yang
digunakan dalam Penelitian Adam (2009)
Hasil Uji Adam (2009)
Variasi Penelitian Konversi Variasi Penelitian
Dosis Ms Ms
W/A Dosis Na2O Dosis Na2O
Aktivator (SiO2/Na2O) (SiO2/Na2O)
55% 0 12,8% 0 10% 1
55% 0,3 11,5% 0,46 10% 1,25
55% 0,5 10,6% 0,84 10% 1,5
55% 0,7 9,8% 1,27
55% 1 8,5% 2,09
70
59,71 61,03
60 57,04
Kuat Tekan (MPa)
50
40
30 24,72
21,84
20 14,24
10 3,87
0,60
0
0 0,46 0,84 1,27 2,09 Hasil Uji 1 1,25 1,5 Adam
(2009)
Ms (SiO2/Na2O)
Gambar 4.6 Perbandingan Hasil Kuat Tekan Mortar Geopolimer pada Umur 28
Hari dari Penelitian Terdahulu dengan Hasil Uji Dengan Ms yang Berbeda
Dari Gambar 4.6 di atas dapat dilihat juga bahwa Ms (SiO2/Na2O) memiliki
pengaruh terhadap kuat tekan mortar geopolimer walaupun tidak signifikan jika
dibandingkan dengan pengaruh dosis Na2O, dimana pada hasil penelitian yang
dilakukan oleh Adam (2009), serta penelitian yang dilakukan dapat dilihat
pertambahan dari kuat tekan mortar geopolimer yang untuk setiap kenaikan Ms
IV - 17
(SiO2/Na2O) hingga mencapai batas optimum dimana dari peneliatan tersebut pada
hasil penelitian yang dilakukan batas optimum dari Ms adalah 0,84-1,27 dan pada
penelitian yang dilakukan oleh Adam (2009) batas optimum dari Ms adalah 1,25.
4.2.3 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer Dosis 25% terhadap Umur
Mortar
30
25,87 27,60
25
21,87
Kuat Tekan (MPa)
FA25-0
20
15,73 FA25-0,3
15
FA25-0,5
10
0,00 0,00 0,00 0,00 FA25-0,7
0,00 0,00 0,00 0,00
5 0,00 0,00 0,00 0,10 FA25-1
0,15 0,15 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
0 Mortar Semen
0 7 14 21 28 35
Umur (Hari)
Gambar 4.7 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Mortar Semen dan
Mortar Geopolimer pada Dosis 25% dan W/A = 0-1
Hasil pengujian kuat tekan untuk mortar geopolimer dengan dosis aktivator
25%, untuk W/A 0; 0,3; 0,5; 0,7 dan 1 pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari dapat dilihat
pada Gambar 4.7 di atas. Dari hasil pengujian didapatkan kuat tekan untuk W/A =
0; 0,3 dan 1 pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari semuanya sebesar 0 MPa dan tidak
mengalami peningkatan sama sekali. Kemudian untuk W/A = 0,5 pada umur 3, 7,
14 dan 28 hari masing-masing sebesar 0, 0, 0 dan 0,1 MPa. Kemudian untukl W/A
= 0,7 pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari masing-masing sebesar 0,15; 0,15; 0 dan 0
MPa. Gambar 4.8 di bawah menunjukkan bahwa pada dosis aktivator 25% dengan
W/A = 0; 0,3; 0,5 dan 1 menghasilkan kuat tekan yang sangat kecil bila
dibandingkan dengan W/A = 0,7 dan hingga 28 hari kuat tekannya sedikit
meningkat. Walaupun kuat tekan yang dihasilkan dengan W/A = 0,7 juga sangat
kecil, hal ini menunjukkan bahwa dengan dosis 25% tidak menghasilkan kuat tekan
yang baik karena unsur-unsur pereaksi dalam aktivator seperti Na2O dan SiO2
sangat kurang untuk membentuk reaksi polimerisasi walaupun dengan suhu
IV - 18
perawatan yang cukup tinggi 1000C dan durasi 20 jam. Pada W/A = 0,7 terdapat
sedikit kuat tekan, hal ini disebabkan karena unsur SiO 2 yang mencapai batas
optimum untuk melakukan reaksi polimerisasi dalam mortar geopolimer walaupun
jumlahnya masih sedikit sehingga sedikit menghasilkan kuat tekan.
4.2.4 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer Dosis 40% terhadap Umur
Mortar
30
25,87 27,60
25
21,87
Kuat Tekan (MPa)
20 FA40-0
17,28 17,36
16,32 17,44 FA40-0,3
15,73 15,36
15
13,76 FA40-0,5
10 12,16 12,16
FA40-0,7
5,52
5 3,92 4,56 5,68 FA40-1
1,40 0,60 1,45 1,55 Mortar Semen
0 1,07 1,93
0,60 0,87
0 7 14 21 28 35
Umur (Hari)
Gambar 4.8 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Mortar Semen dan
Mortar Geopolimer pada Dosis 40% dan W/A = 0-1
Hasil pengujian kuat tekan untuk mortar geopolimer dengan dosis aktivator
40% dengan W/A = 0-1 dapat dilihat pada Gambar 4.8 di atas. Untuk W/A = 0 kuat
tekan yang dihasilkan justru menurun pada umur 7 hari, yaitu 0,6 MPa dan naik
kembali pada umur 14 dan 28 hari menjadi 1,55 MPa. Kemudian untuk W/A = 0,3
menunjukkan kenaikan yang tidak signifikan mulai dari umur 3 sampai 28 hari
dengan kuat tekan hingga 5,68 MPa, untuk W/A = 0,5 juga menunjukkan kenaikan
yang tidak terlalu signifikan mulai dari umur 3 sampai 28 hari dengan kuat tekan
hingga 15,35 MPa, untuk W/A = 0,7 juga menunjukkan kenaikan yang tidak terlalu
signifikan dan pada umur 7 hari kuat tekannya justru menurun hingga 16,32 MPa
dan berangsur naik kembali pada umur 14 dan 28 hari dengan kuat tekan hingga
17,44 MPa, dan untuk W/A = 1 juga menunjukkan menunjukkan kenaikan yang
tidak terlalu signifikan mulai dari umur 3 sampai 28 hari dengan kuat tekan hingga
1,93 MPa.
IV - 19
Hal ini menunjukkan bahwa dengan dosis 40% sudah mulai menghasilkan
kuat tekan yang cukup baik, pertambahan kuat tekan dari mortar geopolimer yang
tidak terlalu signifikan juga menunjukkan bahwa unsur-unsur pembentuk reaksi
polimer dalam mortar geopolimer sudah bereaksi secara penuh pada saat
dikeluarkan dari oven dengan suhu 1000C dan durasi 20 jam, sehingga pada umur
3 hari hingga 28 hari tidak menunjukkan peningkatan kuat tekan yang signifikan.
4.2.5 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer Dosis 55% terhadap Umur
Mortar
30
25,87 27,60
25 24,72
21,68 21,87 24,00
Kuat Tekan (MPa)
20,88 21,84
20 FA55-0
17,68 20,32
18,96 FA55-0,3
15,73
15 14,24 FA55-0,5
13,92
10 12,48 12,48
FA55-0,7
5 3,87 FA55-1
3,33 2,67 3,87
Mortar Semen
0 0,60
0,40 0,27 0,27
0 7 14 21 28 35
Umur (Hari)
Gambar 4.9 Hubungan Antara Umur dengan Kuat Tekan Mortar Semen dan
Mortar Geopolimer pada Dosis 55% dan W/A = 0-1
Hasil pengujian kuat tekan untuk mortar geopolimer dengan dosis aktivator
55%dengan W/A = 0-1 dapat dilihat pada Gambar 4.9 di atas. Untuk W/A = 0 kuat
tekan yang dihasilkan justru menurun pada umur 7 sampai 14 hari hingga 2,67 MPa
dan naik kembali pada umur 28 hari menjadi 3,87 MPa. Kemudian untuk W/A =
0,3 menunjukkan kenaikan yang tidak signifikan mulai dari umur 3 sampai 28 hari
dengan kuat tekan hingga 14,24 MPa, untuk W/A = 0,5 juga menunjukkan kenaikan
yang tidak terlalu signifikan mulai dari umur 3 dan justru menurun pada 7 hari
sebesar 20,88 MPa dan naik kembali pada umur 28 hari dengan kuat tekan hingga
24,72 MPa, untuk W/A = 0,7 juga menunjukkan menunjukkan kenaikan yang tidak
terlalu signifikan mulai dari umur 3 sampai 28 hari dengan kuat tekan hingga 21,84
MPa dan untuk W/A = 1 juga menunjukkan kenaikan yang tidak terlalu signifikan
IV - 20
mulai dari umur 3 dan justru menurun pada 7-14 hari sebesar 0,27 MPa dan naik
kembali pada umur 28 hari dengan kuat tekan hingga 0,6 MPa.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan dosis 55% sudah bisa menghasilkan
kuat tekan yang optimum (dalam hal ini optimum berarti sudah bisa digunakan
sebagai elemen struktural), pertambahan kuat tekan dari mortar geopolimer yang
tidak terlalu signifikan juga menunjukkan bahwa unsur-unsur pembentuk reaksi
polimer dalam mortar geopolimer sudah bereaksi secara penuh pada saat
dikeluarkan dari oven dengan suhu 1000C dan durasi 20 jam, sehingga pada umur
3 sampai 28 hari tidak menunjukkan peningkatan kuat tekan yang signifikan.
IV - 21
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian kuat tekan mortar geopolimer berbahan dasar abu
terbang, komposisi aktivator yang dapat menghasilkan kuat tekan yang
optimum (sudah bisa digunakan untuk bahan knstruksi struktural) adalah
komposisi aktivator dengan dosis aktivator 40% dengan W/A = 0,5-0,7
dan dosis aktivator 55% dan W/A = 0,3-0,7 dengan kuat tekan mulai dari
14,24 MPa hingga 24,72 MPa.
2. Dosis aktivator yang baik digunakan untuk menghasilkan kuat tekan
mortar geopolimer yang baik adalah dosis 40% - 55%.
3. W/A (Waterglass/Aktivator) yang baik digunakan untuk menghasilkan
kuat tekan mortar geopolimer yang optimum adalah W/A = 0,3 – 0,7.
4. Dari hasil pengujian kuat tekan mortar geopolimer berbahan dasar abu
terbang,dengan hanya menggunakan sodium hidroksida sebagai aktivator
hanya dapat menghasilkan kuat tekan sebesar 3,87 MPa dengan komposisi
dosis aktivator 55% dan W/A = 0.
5. Dari hasil pengujian kuat tekan mortar geopolimer berbahan dasar abu
terbang, dengan hanya menggunakan sodium silikat sebagai aktivator
hanya dapat menghasilkan kuat tekan sebesar 1,93 MPa dengan komposisi
dosis aktivator 40% dan W/A = 1.
5.2 Saran
Setelah melakukan pengujian dan kajian terhadap hasil kuat tekan, maka
rekomendasi-rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
V-1
2. Pada penelitian selanjutnya yang terkait dengan mortar geopolimer
sebaiknya meneliti tentang pengaruh jumlah air (w/s) dalam mortar
geopolimer terhadap kuat tekan mortar geopolimer.
3. Saat mengambil material fly ash sebaiknya diambil fly ash yang lebih
kering (tidak lembab) dan tidak menggumpal agar saat dicampur menjadi
mortar ataupun beton geopolimer dapat menghasilkan kuat tekan yang
lebih besar.
4. Karena pembuatan mortar ataupun beton geopolimer membutuhkan
ketelitian yang tinggi, maka dalam melakukan pemcampuran, bahan-bahan
yang digunakan harus ditimbang dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan
penimbangan.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Adam A.A. (2009). Strength and Durability Properties of Alkali Activated Slag
and Fly Ash-Based Geopolymer Concrete. Thesis. (Unpublished). RMIT
University. Melbourne, Australia.
Adam A.A., Molyneaux T.C.K., Patnaikuni I., and Law D.W. (2007). Strength of
Mortar Containing Activated Slag and Fly Ash. The Fourth International
Structural Engineering and Construction Conference (ISEC-4).
Innovations in Structural Engineering and Construction. Taylor & Francis,
Melbourne.
Adam A.A., Molyneaux T.C.K., Patnaikuni I., Law D.W. (2009). The Effect of
Dosage and Modulus of Actvator on the Strength of Akali Activated Slag
and Fly Ash-Based Geopolymer Mortar. International Conference on
Sustainable Infrastructure and Built Environmet in Developing Countries,
Bandung, Indonesia.
American Society for Testing and Materials. (2003). Standard Specification for
Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete.
ASTM Designation: C618-03. Amerika.
Badan Standar Nasional, SNI 03-2460-1991. Spesifikasi Abu Terbang Sebagai
Bahan Tambahan Untuk Campuran Beton, Jakarta.
Badan Standar Nasional, SNI 03-6825-2002. Metode Pengujian Kekuatan Tekan
Mortar Semen Portland Untuk Pekerjaan Sipil, Jakarta.
Davidovits, J. (1994b). Properties of Geopolymer Cements, Proceedings of the 1st
International Conference on Alkaline Cements and Concretes, Kiev State
Technical University, Kiev, Ukraine, pp.131-149
Davidovits, J. (1999). Chemistry of Geopolymeric Systems, Terminology.
Geopolymer. ’99 International Conference, France.
Davidovits, J. (2005). Geopolymer Chemistry and Sustainable Development. The
Poly(sialate) Trminology : A Very Useful and Simple Model for the
Promotion and Understanding of Green-Chemistry. In J. Davidovits (Ed.),
P-1
Geopolymer, Green Chemistry and Sustainable Development Solutions
(pp. 9-15). Saint-Quentin, France: Institut Géopolymère.
Davidovits, J. (2008). Geopolymer Chemistry and applications. Saint-Quentin,
France, Institut Geopolymer.
Fitriani, D.R. (2010). Pengaruh Modulus Alkali Dan Kadar Aktivator Terhadap
Kuat Tekan Fly Ash-Based Geopolymer Mortar. Tugas Akhir. (Tidak
Diterbitkan). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hardjito, D. and Rangan, B.V. (2004). Influence Of Aggregate On The
Microstructure Of Geopolymer. Curtin University of Technology. Perth,
Australia.
Hardjito, D. and Rangan, B.V. (2005). Development And Properties Of Low-
Calcium Fly Ash-Based Geopolymer Concrete. Research Report. Curtin
University of Technology. Perth, Australia.
Hermansyah, M.F. (2008). Pembuatan dan Karakteristik Beton Geopolimer
Berbahan Dasar Abu Terbang Dengan Abu dasar Sebagai Agregat Halus.
Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Universitas Indonesia, Jakarta.
Himawan A. dan Darma D.S. (2000). Penelitian Awal Metode Self Compacting
Concrete. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Kristen Petra,
Surabaya.
Jaarsveld, v. J.G.S., Deventer, v. J.S.J., and Lukey, G.C. (2002). The
Characterisation Of Source Materials In Fly Ash-Based Geopolymers.
University of Melbourne, Australia.
Mulyono T (2004). Teknologi Beton. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Pontoh, S. (2009). Analisis Kuat Tekan Beton dengan Aditif Kapur dan Fly Ash
Ex. PLTU MPanau. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas
Tadulako, Palu.
Prasetio, P.P., Kartadinata G., Hardjito D. dan Antoni (2012). Karakteristik
Mortar dan Beton Geopolimer Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo. Skripsi.
Universitas Kristen Petra, Surabaya.
P-2
Sanjaya, A. dan Leoindarto, C.Y. (2011). Komposisi Alkaline Activator dan Fly
Ash Untuk Beton Geopolymer Mutu Tinggi. Skripsi. Universitas Kristen
Petra, Surabaya.
Urip, Ratmaya. (2003). Teknologi Semen dan Beton: Fly Ash, Mengapa
Seharusnya Dipakai pada Beton. PT. Semen Gresik Indonesia dan PT.
Varia Usaha Beton, Gresik
http://www.geopolymer.org/applications/introduction_developments_and_applica
tions_in_geopolymer_2, di akses 16 Februari 2013
http://www.geopolymer.org/Chemical Structure and Applications.htm , di akses
13 Februari 2013
http://www.geopolymer.org/science/chemical-structure-and-applications.htm, di
akses 13 Februari 2013
P-3
LAMPIRAN