OLEH:
ERI AKSAN R.
E1A1 10 069
Mengetahui :
• as 1,n
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
ii
SKRIPSI
''''"'
ANALISA PENGARUH PERUBAHAN DEBIT TERHADAP PERUBAHAN PENAMPANG PADA
PIPA (UJI LABORATORIUM)
........,. iBIGMIUII NIIUMHAN DUff TWIADAP PDVMIIAN NNAIIMJIIGPAM
.... fUll l.A80IIATOIIIIJM)
Dipersiapkan dan disusun Oleh:
Triyantini Sundi Putri, ST.,M.Eng Fatma Balany, ST.,M.Eng. M.Sc Ahmad Syarif Sukri, ST.,MT
NIP: 19750505 200212 2 001 NIP: 19720107 200501 1 001
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Teknik
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
NIM : E1 A1 10 069
Dengan ini menyatakan skripsi yang saya tulis adalah benar – benar hasil
karya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti ataupun dapat dibuktikan skripsi ini hasil
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, atas Berkah
dan Limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis mendapatkan kesehatan dan tekad
untuk menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Analisa Pengaruh Perubahan
Debit Terhadap Perubahan Penampang Pada Pipa (Uji Laboratorium)” sebagai
salah satu syarat dalam kelulusan sarjana Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Halu Oleo Kota Kendari.
Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda M.
Syarif, SKM.,M.Kes dan Ibunda Hasnawati yang telah mencurahkan segenap
cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materil. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan di
akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis mendapatkan banyak sekali doa, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak dalam menyelesaikan tugas akhir ini sehingga penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas
bimbingan dan bantuan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas
Halu Oleo.
2. Bapak Mustarum Musaruddin.,ST.,MIT.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Ahmad Syarif Sukri, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
4. Bapak Weka Adi Suryawan, ST.,M.Eng, selaku pembimbing I.
5. Bapak Muriadin ST.,M.Eng, selaku pembimbing II.
6. Bapak Ahmad Syarif Sukri, ST.,MT, Ibu Fatma Balany, ST.,M.Eng.M.Sc,
dan Ibu Triyantini Sundi Putri, ST.,M.Eng, selaku tim penguji.
7. Seluruh Dosen dan Staf jurusan Teknik Sipil yang telah banyak memberikan
ilmu baik secara materi keteknikan maupun sosial budaya.
8. Sahabat seperjuangan S1 Sipil 2010, yang bisa tetap memberikan dukungan
selama penyusunan tugas akhir ini, Asmin, ST, Afwan Khalifah,
v
Muhammad Handy Dwi Adityawan,, La Ode Muhammad Ardi Wirapno, La
Ode Muhammad Asgar, Aryono Wijaya, Irmanto, Ikwan Ciptadi,
Fakhruddin Manfudzh, Grian Damani, Khaerul Ikhsan, Askar, Irvan
Susandi, Hengki, Aksan, Fachdal Arfa Hasnur, Alif Dirgantara Putra,
Syamsuar Alam, Marcel Ervian Lawalata, Abdul Wahid Ismail, Indra Tri
Purnama,Nurul Hadija, Asy’ Ari Suyanto, Muhammad Arismanto, Aspul,
La Ode Aswan, La Ode Forisman, Muhammad Yusuf Rahmat, Ronny Ritty,
La Ode Chaerun Bardai, LM. Aksar, Ilma Amalia Taba, Nopyanthi
Masabali, Yana Imbarwati, Muhammad NurAldin, Anjas Asmara, Ardianto
Yusuf, Wiwin Yudistira. Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada teman-
teman yang namanya belum tercatat, semoga tidak tersinggung, karena
hanya sebuah kekhilafan. Terima kasih untuk 6 tahun lebihnya bersama
kalian, banyak hal yang telah terlewati bersama.
9. Buat senior-senior Fakultas Teknik angkatan 2009 khususnya Ramli ST
yang telah memberikan banyak motivasi, adik-adik junior 2011, 2012, dan
2013 berkat dukungan seta masukan-masukan berupa materi maupun moril
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis,
vi
ABSTRAK
Dalam instalasi pipa sering ditemukan sambungan (fitting) atau belokan
(bend). Hal ini tidak bisa dipungkiri, alasannya adalah agar fluida dapat
tersalurkan ke tempat tujuannya. Namun sambungan (fitting) dan belokan (bend)
akan menyebabkan kehilangan tekanan dalam instalasi pipa. Semakin banyak
kehilangan yang terjadi, maka aliran air semakin tidak efisien. Diperlukan
efisiensi penggunaan energi agar diperoleh keuntungan maksimal.
vii
ABSTRACT
This study uses fluid friction apparatus test equipment. Aiming to know
how to influence the discharge of the head loss on the change in the cross section
in a series of pipes. Data collection was performed by opening the tap located on
the hydraulic bench. Then read high pressure that occurs every once running
contained in fluid friction apparatus tool.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................................ vii
ABSTRACT..................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
ix
2.2.2. Aliran Turbulen.......................................................................................... 14
2.2.3. Aliran Transisi ........................................................................................... 14
2.3. Persamaan Dasar Aliran Fluida ......................................................................... 16
x
4.2.9. Kehilangan Tekanan di Perubahan Penampang Dengan Pendekatan Hukum
Bernoulli .................................................................................................... 48
4.3. Pembahasan ....................................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan........................................................................................................ 64
5.2 Saran.................................................................................................................. 64
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
penampang ....................................................................................... 51
penampang ....................................................................................... 51
penampang ....................................................................................... 54
Gambar 4. 5. Grafik Hubungan antara debit dan selisih kehilangan tekanan ...... 56
xii
Gambar 4. 9. Perbandingan debit terhadap kehilangan tekanan teoritis dan
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Demikian juga dengan kebutuhan air pada rumah tangga, penggunaan pipa ini
paling banyak digunakan baik untuk penyaluran air bersih maupun sanitasi.
Pipa merupakan sarana fluida yang memiliki berbagai ukuran dan bentuk
bermacam – macam yaitu baja, plastik, PVC, tembaga, kuningan dan lain
Kehilangan tekanan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu mayor losses dan
minor losses. Mayor losses adalah besar nilai kehilangan energi yang
diakibatkan oleh gesekan antara fluida dengan dinding pipa lurus yang
mempunyai luas penampang yang tetap. Sedangkan minor losses adalah besar
nilai kehilangan energi aliran fluida di dalam pipa yang disebabkan oleh
perubahan luas penampang jalan aliran, entrace, fitting dan lain sebagainya.
(Helmizar. 2010).
1
Dalam instalasi pipa semakin banyak kehilangan yang terjadi, maka
aliran air semakin tidak efisien. Diperlukan efisiensi penggunaan energi agar
berikut:
2
1.4. Manfaat Penelitian
Apparatus
3
1.6. Keaslian Penulisan
benar asli dan belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian
a. Persamaan :
b. Perbedaan :
pada jenis – jenis belokan pada instalasi pipa, sedangkan pada tugas
penampang.
Bervariasi”
4
3. Helmizar (2010), Universitas Bengkulu
penampang pipa
Laporan penelitian ini terdiri dari lima (5) bab. Dimana pada bab
sebagai berikut :
Bab II Tinjauan Pustaka, pada bab ini berisi tentang teori – teori yang
yang meliputi penjelasan mengenai alur penelitian dan metode analisa data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, pada bab ini berisi tentang uraian hasil
Bab V Penutup, pada bab ini berisi poin – poin penting dari hasil penelitian
berdasarkan dari tujuan dan hasil penelitian pada bab sebelumnya serta saran
selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya aliran fluida dapat di bedakan atas dua (2) yaitu
permukaan keras, dan aliran sekitar benda yang dikelilingi oleh fluida yang
berlaku pada kedua keadaan tersebut. Aliran melalui pipa dipilih untuk
1. Uniform Flow
Merupakan aliran fluida yang terjadi dimana besar dan arah dari
selanjutnya.
juga berubah.
7
3. Steady Flow
termampatkan.
fluida nyata (viscous fluid) dan fluida ideal (non viscous fluid). Fluida
nyata adalah fluida yang memiliki kekentalan, fluida ini dapat kita
fluida ideal, tidak ada dalam kehidupan sehari-hari dan hanya dipakai
8
2.1.1. Berat Jenis
berikut:
= .......................... (2. 1)
V
Dengan:
= berat jenis (kg/m3 atau N/m3),
w = berat benda (kg),
V = volume (m3).
9
Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
= ....................... (2. 2)
Dengan:
= rapat massa (kg/m3),
m = massa benda (kg),
V = volume (m3).
antara rapat massa suatu zat dan rapat massa air. karena =
perbadingan antara berat jenis suatu zat dan berat jenis air
10
2.1.4. Tekanan
= ........................ (2. 4)
Dengan:
P = Tekanan (Pa),
F = Gaya (N),
A = Luas Penampang (m2).
2.1.5. Temperatur
2.1.6. Viskositas
gas.
12
perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George
=6 v ................. (2. 5)
Dengan:
Fs = gaya gesekan stokes (N),
r = jari – jari (m),
= koesfisien viskositas (Pa.s),
v = kecepatan fluida (m/s).
aliran, yaitu apakah aliran adalah laminar, turbulen, atau transisi serta
13
2.2.2. Aliran Turbulen
dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang
14
Adapun rumus untuk mengetahui angka reynolds suatu aliran adalah
sebagai berikut:
= ......................................... (2. 6)
Dengan:
Re = Angka reynolds,
V = kecepatan fluida (m/s),
D = diameter dalam pipa (m),
= Viskositas kinematik fluida (m2/s).
tersebut mempunyai bilangan reynolds (Re) kurang dari 2000. Untuk aliran
transisi berada pada bilangan 2000 < Re < 4000, disebut juga sebagai
15
Lanjutan Tabel 2.1
26 0,875
27 0,856
28 0,837
29 0,812
30 0,801
(Sumber : GUNT Manual)
Garis aliran (system line) diartikan sebagai jalur aliran fluida ideal
kita arah kecepatan fluida. Garis alir tidak terpotong satu sama lain
mulut tabung. Untuk itu semua fluida tidak boleh dimasukkan dari
sifat fluida yang massa jenisnya tetap, maka persamaan itu menjadi :
=
( ∙ ∙ v) = ( ∙ ∙ v) …………….. (2. 7)
16
Dengan :
A1 = luas penampang 1 (m2)
A2 = luas penampang 2 (m2)
v1 = kecepatan fluida 1 (m/s)
v2 = kecepatan fluida 2 (m/s)
1 = rapat massa fluida 1 (kg/m3)
2 = rapat massa fluida 2 (kg/m3)
∙v = ∙ v ........................(2. 8)
Dengan :
A1 = luas penampang 1 (m2)
A2 = luas penampang 2 (m2)
v1 = kecepatan fluida 1 (m/s)
v2 = kecepatan fluida 2 (m/s)
17
2.3.2. Hukum Bernoulli
18
Energi masuk = Energi keluar
( + + ∀) = ( + + ∀) .............(2. 9)
Dengan:
Ep = Energi potensial (J),
Ek = Energi kinetik (J),
P∀ = Energi tekanan (J).
ℎ+ + ∀ = ℎ+ + ∀ .........(2. 10)
ℎ+ + = ℎ+ + .........(2. 11)
energi "Head". Head pada persamaan diatas terdiri dari head ketinggian
"z", head kecepatan "v/2g", dan head tekanan "p/ρg". Head ketinggian
yang dibutuhkan untuk mengalirkan air setinggi "m" kolom air. Yang
terakhir, head tekanan adalah energi aliran dari "m" kolom air yang
+ + = + + + ℎ .................(2. 12)
Dengan:
P = tekanan fluida (N/m2),
= massa jenis fluida (kg/m3),
g = percepatan gravitasi (m/s2),
v = kecepatan fluida (m/s),
z = elevasi (m),
he = kehilangan tekanan (m)
= berat jenis fluida (kg/m3).
ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka momentum total
v2. Jika kedua bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka
berikut:
L∆ =∆
v − v′ = −( v − v′ )
v + v = v′ + v′
Dengan:
p1 = momentum bola 1 sebelum tumbukan (kg.m/s),
p2 = momentum bola 2 sebelum tumbukan (kg.m/s),
p‘1 = momentum bola 1 setelah tumbukan (kg.m/s),
p‘2 = momentum bola 2 setelah tumbukan (kg.m/s),
m1 = massa bola 1 (kg),
m2 = massa bola 2 (kg),
21
v1 = kecepatan bola 1 sebelum tumbukan (m/s),
v2 = kecepatan bola 2 sebelum tumbukan (m/s),
v’1 = kecepatan bola 1 setelah tumbukan (m/s),
v’2 = kecepatan bola 2 setelah tumbukan (m/s).
Debit air adalah kecepatan aliran zat cair per satuan waktu.
debit air maka kita harus mengetahui satuan ukuran volume dan
satuan ukuran waktu terlebih dahulu, karena debit air berkaitan erat
= ∙ , dimana =
Dengan:
Q = debit aliran (m3/s),
A = luas penampang (m2),
v = kecepatan (m/s),
V = volume (m3),
D = diameter pipa (m).
22
2.4. Kehilangan Dalam Pipa
Kehilangan tekanan yang disebabkan oleh gesekan aliran fluida yaitu aliran
pipa. Pada zat cair yang mengalir di dalam bidang batas akan
dan 2 adalah p1 dan p2. Jarak antara tampang 1 dan 2 adalah L.
23
Gaya – gaya yang bekerja pada zaat cair adalah gaya tekanan pada
v
ℎ = ............................ (2. 16)
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. 4. Kondisi aliran masuk. (a) Reentrant, (b) tepi-tajam,
(c) sedikit dibulatkan, (d) dibulatkan dengan baik.
(Sumber: Munson, Bruce. R dkk. 2003)
24
Setiap geometri mempunyai nilai kerugian yang
berkaitan. Suatu pola aliran yang khas dari aliran yang masuk
pada bagian (2) dari pada bagian (3). Jika fluida berkecepatan
Dalam hal seperti ini, seluruh energi kinetik dari fluida yang
25
bercampur dengan fluida di dalam tangki dan kemudian
(a) (b)
(c) (d)
ℎ = ................................................(2. 17)
26
Dengan Kb adalah koefisien kehilangan tekanan pada belokan yang
kehilangan tekanan tergantung pada perbandingan antara jari – jari belokan dan
diamter pipa. Nilai Kb untuk berbagai nilai R/D diberikan dalam tabel berikut:
R/D 1 2 4 6 10 16 20
27
Hubungan antara Kb dan radius relatif r/d tidak
terletak antara r/d = 3 sampai 5 untuk belokan 90O. Untuk r/d >
28
c. Sambungan T
Aliran lurus, berflensa 0,2
Aliran lurus, berulir 0,9
Aliran cabang, berflensa 1,0
Aliran cabang, berulir 2,0
e. Katup
Globe, bukaan penuh 10
Sudut, bukaan penuh 2
Gerbang, bukaan penuh 0,15
Gerbang, ¼ tertutup 0,26
Gerbang, ½ tertutup 2,1
Gerbang, ¾ tertutup 17
Cek swing, aliran maju 2
Cek swing, aliran mundur ∞.
Katup bola, bukaan penuh 0,05
Katup bola, 1/3 tertutup 5,5
Katup bola, 2/3 tertutup 210
(Sumber: Munson, Bruce R.dkk. 2003)
29
Gambar 2. 9. Sketsa Pembesaran Mendadak
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
akan terjadi olakan atau pusaran air. Adanya olakan ini akan
30
2
ℎ = 1− 1
× ................... (2. 18)
2
Dengan:
he = kehilangan tekanan (m),
v1 = kecepatan fluida di penampang kecil (m/s),
g = percepatan gravitasi (m/s2),
A1 = luas penampang pipa ukuran kecil (m),
A2 = luas penampang pipa ukuran besar (m).
31
cara seperti pada perbesaran penampang mendadak, yaitu dari vena
( / , )
ℎ = (1 − 0,6)2 × ................. (2. 19)
Dengan:
he = kehilangan tenaga (m)
V2 = kecepatan fluida di titik 2 (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
2.5. Pipa
untuk mengalirkan air ke pertanian mereka kira kira 3000 tahun sebelum
Valley (sekarang Pakistan dan sebelah utara India) pada tahun 2500
32
sawah-sawah mereka. Negara Roma juga berhasil dalam hal mendesain dan
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pipa_(saluran))
Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan
bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk ke dalam saluran terbuka.
(Triatmodjo, B. 2010).
33
2.6. Jenis – Jenis Sambungan
cabang pipa, memperkecil ukuran perpipaan, dan lain – lain. Ada beberapa
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tenggara. Penelitian ini dimulai pada akhir bulan desember 2015 hingga
3.2.1. Alat
35
dan membesar. Laju aliran dapat bervariasi jika menggunakan
pengukuran.
36
Dengan:
1. Rangka pipa baja dengan bantalan pengisap
2. Dinding belakang
3. Keran penghambat aliran fluida
4. Cincin penyambung pipa
5. Pengukur tekanan
6. Pengatur sistem pengukuran
7. Pengatur objek aliran
8. Alat pengatur aliran
9. Katup pengalir air
10. Selang
3.2.2. Bahan
37
3.3.2. Tahap Pelaksanaan
tersebut.
hijau dan membuka katup pengatur debit agar air dapat mengalir
liter.
pengatur debit.
38
i. Mengulangi prosedur g dan h untuk hingga mencapai tekanan
terkecil.
yang sesuai.
penelitian.
berikut:
39
MULAI
PERUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
PENGUMPULAN DATA:
1. Tinggi Tekanan
2. Waktu
3. Volume
SELESAI
40
BAB IV
h1 h2 h3 h4
penampang.
41
Tabel 4. 1. Hasil Pengukuran
Pembesaran Pengecilan
Running Volume Waktu
Penampang Penampang
Ke- (liter) (detik)
h1 (cm) h2(cm) h3(cm) h4(cm)
1 94,5 100 99 75,8 20 40,14
2 91,5 97 96 73,5 20 41,67
3 85,6 91,2 89,6 68,5 20 42,53
4 81 86,4 84,5 64 20 43,51
5 75,5 80,6 79,5 60,4 20 44,06
6 69,8 74,8 73,5 55,5 20 46,26
7 62,4 66,9 65,8 49,4 20 47,43
8 57 61,3 60,3 45 20 48,33
9 55,5 60 59 43,9 20 49,01
10 52,5 56,6 55,9 41,4 20 50,49
11 48,6 52 51 37,8 20 53,6
12 47 51 50 36,9 20 54,09
13 46,5 49,9 49,3 36,2 20 55,71
14 44,8 48 47,2 35 20 56,57
15 43 46,7 45,7 33,5 20 57,49
16 41,5 45 44 32,4 20 58,73
17 39,8 43,2 42 30,5 20 59,4
18 34,6 37,7 37,2 26,8 20 60,75
19 31,5 35 34 24,3 20 61,79
20 30,9 34 33 23,5 20 62,91
21 29 31,9 31,5 22,3 20 64,4
22 28,3 31,1 30,5 21,5 20 65,21
23 27,4 30 29,2 20,4 20 66,1
24 25 27,6 27 19 20 67,77
25 23,4 27,1 26,5 18,5 20 68,85
26 22 25,3 24,2 16,5 20 69,97
Sumber: Hasil Pengukuran, 2016
42
V
Q
t
0,02
40,14
4,98 10 4 m 3 /s
berukuran 0,0284 m.
1
A1 D2
4
3,14 0,017
1 2
4
2, 27 10 4 m 2
sama.
1
A2 D2
4
3,14 0,0284
1 2
4
6,33 10 4 m 2
sama.
43
4.2.3. Kecepatan Aliran
Q
v1
A1
4,98 10 4
2,27 10 4
2,196 m/s
Q
v4
A4
4,98 10 4
2,27 10 4
2,196 m/s
44
4.2.4. Angka Reynold
10-7
v 1 D1
Re1
v
2,196 0,017
8,37 10 7
43279
v2 D2
Re 2
v
0,787 0,0284
8,37 10 7
15507
v3 D3
Re 3
v
0,787 0,0284
8,37 10 7
15507
v4 D4
Re 4
v
2,196 0,017
8,37 10 7
43279
45
4.2.5. Koefisien Kehilangan Tekanan
Pembesaran Penampang
2
A
K B 1 1
A2
2
2,27 10 4
1
6,33 10 4
0,412
Pengecilan Penampang
K K 1 0,6
2
0,160
2
v1
he B K B
2 9,81
0,412
2,196
2
2 9,81
0,101 m
v 4 / 0,62
he K K K
2 9,81
0,160
2,196 / 0,62
2 9,81
0,1093 m
46
4.2.7. Kehilangan Tekanan di Penampang Konstan
9,81 m/s2.
0,316 v
ℎ = × ×
H , 2
ℎ = 0,0156
Pembesaran Penampang
∆ℎ = ℎ − ℎ
= 1,0 − 0,945
= 0,055
Pengecilan Penampang
∆ℎ = ℎ − ℎ
= 0,758 − 0,99
= −0,232
47
4.2.9. Kehilangan Tekanan di Perubahan Penampang Dengan Pendekatan
Hukum Bernoulli
a. Pembesaran Penampang
v v
ℎ + =ℎ + +ℎ ′
2 2
2,196 0,787
0,945 + =1+ +ℎ ′
2 ∙ 9,81 2 ∙ 9,81
1,1909 = 1,0316 + ℎ ′
−1,0316 + 1,1909 = ℎ ′
ℎ ′ = 0,1593
b. Pengecilan Penampang
v v
ℎ + =ℎ + +ℎ ′
2 2
0,758 2,196
0,99 + = 0,758 + +ℎ ′
2 ∙ 9,81 2 ∙ 9,81
1,0216 = 1,0039 + ℎ ′
−1,0039 + 1,0216 = ℎ ′
ℎ ′ = 0,0177
48
4.3. Pembahasan
didapatkan dengan cara membuka katup pada Basic Hydraulic Bench pada
bukaan penuh. Secara otomatis tekanan air yang dihasilkan besar. Sedikit
demi sedikit katup ditutup sampai pada tekanan air terkecil. Semakin kecil
tekanan air maka waktu pengaliran yang diperoleh akan semakin besar
dibahas lebih lanjut pada sub bab selanjutnya. Berikut di bawah ini adalah
49
Tabel 4. 2. Hasil Analisa Debit dan Tinggi Tekanan
Tinggi Tekanan (m)
Pembesaran Pengecilan
Running 3
Debit (m /s) Penampang Penampang
Ke-
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
(h1) (h2) (h3) (h4)
1 4,983 X 10-4 0,945 1 0,99 0,758
2 4,800 X 10-4 0,915 0,97 0,96 0,735
3 4,703 X 10-4 0,856 0,912 0,896 0,685
-4
4 4,597 X 10 0,81 0,864 0,845 0,64
-4
5 4,539 X 10 0,755 0,806 0,795 0,604
6 4,323 X 10-4 0,698 0,748 0,735 0,555
-4
7 4,217 X 10 0,624 0,669 0,658 0,494
8 4,138 X 10-4 0,57 0,613 0,603 0,45
-4
9 4,081 X 10 0,555 0,6 0,59 0,439
10 3,961 X 10-4 0,525 0,566 0,559 0,414
-4
11 3,731 X 10 0,486 0,52 0,51 0,378
-4
12 3,698 X 10 0,47 0,51 0,5 0,369
13 3,590 X 10-4 0,465 0,499 0,493 0,362
-4
14 3,535 X 10 0,448 0,48 0,472 0,35
15 3,479 X 10-4 0,43 0,467 0,457 0,335
16 3,405 X 10-4 0,415 0,45 0,44 0,324
17 3,367 X 10-4 0,398 0,432 0,42 0,305
-4
18 3,292 X 10 0,346 0,377 0,372 0,268
-4
19 3,237 X 10 0,315 0,35 0,34 0,243
20 3,179 X 10-4 0,309 0,34 0,33 0,235
-4
21 3,106 X 10 0,29 0,319 0,315 0,223
22 3,067 X 10-4 0,283 0,311 0,305 0,215
-4
23 3,026 X 10 0,274 0,3 0,292 0,204
24 2,951 X 10-4 0,25 0,276 0,27 0,2
-4
25 2,905 X 10 0,234 0,271 0,265 0,185
-4
26 2,858 X 10 0,22 0,253 0,242 0,165
Sumber: Hasil Analisa Data, 2016
hitungan terhadap nilai – nilai tinggi tekanan (h) yang didapatkan dari hasil
dimana sumbu X berupa debit, sedangkan sumbu Y adalah nilai h1, h2, h3,
h4.
50
Hubungan Debit & Tinggi Tekanan Terukur di
1,2 Pembesaran Penampang
1
Tinggi Tekanan (m)
0,8 Sebelum
Pembesaran
0,6
Setelah
0,4 Pembesaran
0,2
0
2,70E-04 3,20E-04 3,70E-04 4,20E-04 4,70E-04 5,20E-04
Debit (m3/s)
Gambar 4. 2. Grafik Hubungan Debit dengan tinggi tekanan di pembesaran penampang
1
Tinggi Tekanan (m)
0,8
Sebelum
0,6 Pengecilan
Setelah
0,4 Pengecilan
0,2
0
2,7E-04 3,2E-04 3,7E-04 4,2E-04 4,7E-04 5,2E-04
Debit (m3/s)
Terlihat pada gambar 4.2 dan gambar 4.3 bahwa antara debit dan
tinggi tekanan berbanding lurus. Semakin besar debit yang diberikan, maka
semakin besar tinggi tekanan yang terjadi. Pada gambar 4.2 nilai awal h1
51
naik menjadi h2. Tetapi berbeda yang terjadi pada gambar 4.3 dimana nilai
Penampang
kehilangan tekanan (K) dengan kecepatan (v). (Lihat sub bab 4.2.7).
Terlihat pada grafik (Gambar 4.4) bahwa hubungan antara debit dan
besar debit yang diberikan, maka kehilangan tekanan yang terjadi semakin
53
kehilangan tekanan di pembesaran penampang lebih kecil jika dibandingkan
0,1
Kehilangan Tekanan (m)
0,08
Pembesaran
Penampang
0,06
Pengecilan
0,04 Penampang
0,02
0
2,70,E-04 3,20,E-04 3,70,E-04 4,20,E-04 4,70,E-04
Debit (m3/s)
Gambar 4. 4. Grafik Hubungan antara debit dan kehilangan tekanan di perubahan
penampang
54
sehingga bisa mempermudah pembuatan grafik. Untuk hasil
55
Tabel di atas menunjukan debit (Q) terhadap nilai perubahan tinggi
tekanan (h) dari kehilangan tekanan (h) terukur. Dan untuk mengetahui
0,2
Pembesaran
0,15 Penampang
Pengecilan
Penampang
0,1
0,05
0
0,00028 0,00033 0,00038 0,00043 0,00048
Debit (m3/s)
Gambar 4. 5. Grafik Hubungan antara debit dan perubahan tinggi tekanan
56
tekanan antara titik 3 dan 4 selisihnya besar. Untuk nilai tinggi tekanan
jika angka reynold menunjukan lebih dari 4000, maka jenis aliran
tabel berikut:
Angka Reynolds
Debit (m3/s)
Re1 Re2 Re3 Re4
-4
4,983 X 10 44608 15983 15983 44608
4,800 X 10-4 42970 15397 15397 42970
4,703 X 10-4 42101 15085 15085 42101
4,597 X 10-4 41153 14745 14745 41153
4,539 X 10-4 40639 14561 14561 40639
4,323 X 10-4 38706 13869 13869 38706
4,217 X 10-4 37751 13527 13527 37751
4,138 X 10-4 37048 13275 13275 37048
4,081 X 10-4 36534 13091 13091 36534
3,961 X 10-4 35463 12707 12707 35463
3,731 X 10-4 33406 11970 11970 33406
3,698 X 10-4 33103 11861 11861 33103
3,590 X 10-4 32141 11516 11516 32141
3,535 X 10-4 31652 11341 11341 31652
3,479 X 10-4 31145 11160 11160 31145
3,405 X 10-4 30488 10924 10924 30488
3,367 X 10-4 30144 10801 10801 30144
3,292 X 10-4 29474 10561 10561 29474
3,237 X 10-4 28978 10383 10383 28978
3,179 X 10-4 28462 10198 10198 28462
57
Lanjutan Tabel 4.5
-4
3,106 X 10 27804 9962 9962 27804
3,067 X 10-4 27458 9839 9839 27458
-4
3,026 X 10 27088 9706 9706 27088
2,951 X 10-4 26421 9467 9467 26421
-4
2,905 X 10 26007 9318 9318 26007
-4
2,858 X 10 25590 9169 9169 25590
Sumber: Hasil Analisa Data, 2016
reynolds.
35000
Bil.
30000
Reynolds
25000 di titik 2
20000
Bil.
15000 Reynolds
10000 di titik 3
5000
Bil.
0 Reynolds
2,70,E-04 3,20,E-04 3,70,E-04 4,20,E-04 4,70,E-04 di titik 4
Debit (m3/s)
Gambar 4. 6. Grafik Hubungan antara debit dan angka reynolds
Pada gambar 4.6 terlihat bahwa debit berbanding lurus dengan angka
reynolds. Semakin besar debit yang diberikan, maka semakin besar juga
sub bab 4.2.7). Untuk selanjutnya akan diberikan pada tabel berikut:
0,014
0,012
Kehilangan
0,01 Tekanan di
0,008 pipa
0,006 konstan
0,004
0,002
0
2,2E-04 2,7E-04 3,2E-04 3,7E-04 4,2E-04 4,7E-04 5,2E-04
Debit (m3/s)
terjadi.
2.4 dan 2.5 yang sering digunakan. Namun untuk kehilangan tekanan
60
tinggi tekanan (h) dan tinggi kecepatan (v2/2g) sebelum dan setelah
berada pada garis datar (Lihat sub bab 4.2.8). Notasi (he)
berikut:
0,14 Kehilangan
Tekanan
0,12
Teoritis
0,1
0,08 Kehilangan
0,06 Tekanan
0,04 Terukur
0,02
0
2,5E-04 3,0E-04 3,5E-04 4,0E-04 4,5E-04 5,0E-04 5,5E-04
Debit (m3/s)
62
Kehilangan Tekanan Teoritis vs Kehilangan Tekanan Terukur
0,12 di Pengecilan Penampang
0,1
Kehilangan Tekanan (m)
Kehilangan
0,08 Tekanan
Teoritis
0,06
Kehilangan
0,04 Tekanan
Terukur
0,02
0
2,5E-04 3,0E-04 3,5E-04 4,0E-04 4,5E-04 5,0E-04 5,5E-04
Debit m3/s
4.9, grafik kehilangan tekanan terukur (he') naik turun dan tidak
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
sebagai berikut:
64
DAFTAR PUSTAKA
Bansode, V.H dkk. 2015. Pressure Drop Analysis Of Inlet Pipe With Reducer And
Engineering.
Fadly. 2011. Analisis Kerugian Tekanan Fluida Cair Yang Melalui Elbow 90ODengan
German.
Helmizar. 2010. Studi Eksperimental Pengukuran Head Losses Mayor (Pipa PVC
Diameter ¾) dan Head Losses Minor (Belokan Knee 90O Diameter ¾) Pada
Kaprawi. 2009. Aliran Dalam Pipa Lengkung 90O Dengan Radius Yang Bervariasi.
Khamdani, Fatih. 2012. Studi Eksperimental Aliran Campuran Air-Crude Oil yang
1
Negara, Priana Wendy. 2011. Perbandingan Analisis Pressure Drop pada Pipa
Lengkung 90O Standar ANSI B36.10 dengan COSMOSflo Works 2007. Jurnal
http://2.bp.blogspot.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Pipa_(saluran)
https://pipasaluranair.wordpress.com
www.idpipe.com
2
TABEL PERHITUNGAN
1 0,945 1 0,99 0,758 0,02 40,14 4,983E-04 2,196 0,787 0,787 2,196
2 0,915 0,97 0,96 0,735 0,02 41,67 4,800E-04 2,116 0,758 0,758 2,116
3 0,856 0,912 0,896 0,685 0,02 42,53 4,703E-04 2,073 0,743 0,743 2,073
4 0,81 0,864 0,845 0,64 0,02 43,51 4,597E-04 2,026 0,726 0,726 2,026
5 0,755 0,806 0,795 0,604 0,02 44,06 4,539E-04 2,001 0,717 0,717 2,001
6 0,698 0,748 0,735 0,555 0,02 46,26 4,323E-04 1,906 0,683 0,683 1,906
7 0,624 0,669 0,658 0,494 0,02 47,43 4,217E-04 1,859 0,666 0,666 1,859
8 0,57 0,613 0,603 0,45 0,02 48,33 4,138E-04 1,824 0,654 0,654 1,824
9 0,555 0,6 0,59 0,439 0,02 49,01 4,081E-04 1,799 0,645 0,645 1,799
10 0,525 0,566 0,559 0,414 0,02 50,49 3,961E-04 1,746 0,626 0,626 1,746
11 0,486 0,52 0,51 0,378 0,02 53,6 3,731E-04 1,645 0,589 0,589 1,645
12 0,47 0,51 0,5 0,369 0,02 54,09 3,698E-04 1,630 0,584 0,584 1,630
13 0,465 0,499 0,493 0,362 0,02 55,71 3,590E-04 1,582 0,567 0,567 1,582
0,017 0,0284 0,0284 0,017 0,000227 0,000633 0,000633 0,000227
14 0,448 0,48 0,472 0,35 0,02 56,57 3,535E-04 1,558 0,558 0,558 1,558
15 0,43 0,467 0,457 0,335 0,02 57,49 3,479E-04 1,533 0,549 0,549 1,533
16 0,415 0,45 0,44 0,324 0,02 58,73 3,405E-04 1,501 0,538 0,538 1,501
17 0,398 0,432 0,42 0,305 0,02 59,4 3,367E-04 1,484 0,532 0,532 1,484
18 0,346 0,377 0,372 0,268 0,02 60,75 3,292E-04 1,451 0,520 0,520 1,451
19 0,315 0,35 0,34 0,243 0,02 61,79 3,237E-04 1,427 0,511 0,511 1,427
20 0,309 0,34 0,33 0,235 0,02 62,91 3,179E-04 1,401 0,502 0,502 1,401
21 0,29 0,319 0,315 0,223 0,02 64,4 3,106E-04 1,369 0,490 0,490 1,369
22 0,283 0,311 0,305 0,215 0,02 65,21 3,067E-04 1,352 0,484 0,484 1,352
23 0,274 0,3 0,292 0,204 0,02 66,1 3,026E-04 1,334 0,478 0,478 1,334
24 0,25 0,276 0,27 0,187 0,02 67,77 2,951E-04 1,301 0,466 0,466 1,301
25 0,234 0,271 0,265 0,185 0,02 68,85 2,905E-04 1,280 0,459 0,459 1,280
26 0,22 0,253 0,242 0,165 0,02 69,97 2,858E-04 1,260 0,451 0,451 1,260
Kehilangan Tekanan di Kehilangan Tekanan di Kehilangan Tekanan Perubahan Tinggi
Angka Reynold Koefisien Kehilangan
Penampang Konstan Perubahan Penampang (Hukum Bernoulli) Tekanan (m)
Pengecilan Pembesaran
R1 R2 R3 R4 f hf (m) he B (m) he K (m) he' B (m) he' K (m) h 1-2 h 3-4
(KK ) (KB )
44608 15983 15983 44608 0,0281 0,0156 0,101 0,1093 0,1593 0,0177 0,0550 0,232
42970 15397 15397 42970 0,0284 0,0146 0,094 0,1014 0,1438 0,0262 0,0550 0,225
42101 15085 15085 42101 0,0285 0,0141 0,090 0,0973 0,1349 0,0201 0,0560 0,211
41153 14745 14745 41153 0,0287 0,0136 0,086 0,0930 0,1284 0,0226 0,0540 0,205
40639 14561 14561 40639 0,0288 0,0133 0,084 0,0907 0,1269 0,0131 0,0510 0,191
38706 13869 13869 38706 0,0291 0,0122 0,076 0,0823 0,1113 0,0187 0,0500 0,180
37751 13527 13527 37751 0,0293 0,0117 0,073 0,0783 0,1085 0,0105 0,0450 0,164
37048 13275 13275 37048 0,0294 0,0113 0,070 0,0754 0,1048 0,0052 0,0430 0,153
36534 13091 13091 36534 0,0295 0,0110 0,068 0,0733 0,0987 0,0073 0,0450 0,151
35463 12707 12707 35463 0,0298 0,0105 0,064 0,0691 0,0944 0,0096 0,0410 0,145
33406 11970 11970 33406 0,0302 0,0094 0,057 0,0613 0,0862 0,0118 0,0340 0,132
33103 11861 11861 33103 0,0303 0,0093 0,056 0,0602 0,0780 0,0130 0,0400 0,131
32141 11516 11516 32141 0,0305 0,0088 0,053 0,0567 0,0772 0,0198 0,0340 0,131
0,160 0,412
31652 11341 11341 31652 0,0306 0,0086 0,051 0,0550 0,0759 0,0141 0,0320 0,122
31145 11160 11160 31145 0,0307 0,0083 0,049 0,0533 0,0675 0,0175 0,0370 0,122
30488 10924 10924 30488 0,0309 0,0080 0,047 0,0510 0,0651 0,0159 0,0350 0,116
30144 10801 10801 30144 0,0310 0,0079 0,046 0,0499 0,0639 0,0171 0,0340 0,115
29474 10561 10561 29474 0,0312 0,0076 0,044 0,0477 0,0626 0,0104 0,0310 0,104
28978 10383 10383 28978 0,0313 0,0073 0,043 0,0461 0,0554 0,0066 0,0350 0,097
28462 10198 10198 28462 0,0314 0,0071 0,041 0,0445 0,0562 0,0078 0,0310 0,095
27804 9962 9962 27804 0,0316 0,0068 0,039 0,0424 0,0542 0,0088 0,0290 0,092
27458 9839 9839 27458 0,0317 0,0067 0,038 0,0414 0,0532 0,0088 0,0280 0,090
27088 9706 9706 27088 0,0318 0,0065 0,037 0,0403 0,0530 0,0090 0,0260 0,088
26421 9467 9467 26421 0,0320 0,0062 0,036 0,0383 0,0492 0,0078 0,0260 0,083
26007 9318 9318 26007 0,0322 0,0061 0,034 0,0371 0,0358 0,0072 0,0370 0,080
25590 9169 9169 25590 0,0323 0,0059 0,033 0,0360 0,0375 0,0065 0,0330 0,077
FOTO – FOTO DOKUMENTASI