Anda di halaman 1dari 100

TUGAS AKHIR (608205A)

PENGARUH CAMPURAN ASAM SITRAT DAN


ASAM SULFAMAT SEBAGAI ALTERNATIF
PEMBERSIHAN KERAK PADA PIPA MATERIAL
CARBON STEEL

Rival Ekananda
NRP. 0815040010

DOSEN PEMBIMBING:
Ir. ENDAH WISMAWATI, M.T.
EKKY NUR BUDIYANTO, S.ST., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERPIPAAN


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

Pengaruh Campuran Asam Sitrat Dan Asam Sulfamat Sebagai Alternatif


Pembersihan Kerak Pada Pipa Material Carbon Steel

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Program Studi D-4 Teknik Perpipaan
Jurusan Teknik Permesinan Kapal

Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : Agustus 2019
Periode Wisuda : Oktober 2019

Mengetahui/menyetujui,

Dosen Penguji Tanda Tangan

1. Budi Prasojo, S.T., MT. (…………………………)


2. Ir. M. M. Eko P, M.MT. (…………………………)
3. Pranowo Sidi, S.T., M.T. (…………………………)
4. Ika Erawati, S.S., M.Pd. (…………………………)

Dosen Pembimbing Tanda Tangan

1. Ir. Endah Wismawati, M.T (…………………………)


2. Ekky N. B, S.ST., M.T (…………………………)

Program Studi D-4 Teknk Perpipaan


Jurusan Teknik Permesinan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Mengetahui/menyetujui Mengetahui/menyetujui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

George Endri K. S.T., M.Sc.Eng. R. Dimas Endro W. S.T., M.T


NIP. 197605172009121003 NIP.197604122002121003

iii
iv
No. : F.WD I. 021
Date : 3 Nopember 2015
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Rev. : 01
Page : 1 dari 1

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : RIVAL EKANANDA
NRP. : 0815040010
Jurusan/Prodi : Teknik Permesinan Kapal / D4-Teknik Perpipaan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
Tugas Akhir yang saya kerjakan dengan judul :

PENGARUH CAMPURAN ASAM SITRAT DAN ASAM


SULFAMAT SEBAGAI ALTERNATIF PEMBERSIHAN KERAK
PADA PIPA MATERIAL CARBON STEEL
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya, 22 Februari 2019


Yang membuat pernyataan,

(RIVAL EKANANDA)
NRP. 0815040010

v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis juga mengucapkan shalawat serta salam kepada Rasullah Muhammad SAW
yang telah memberikan teladan bagi seluruh umat manusia.
Tugas Akhir ini yang berjudul “Pengaruh Campuran Asam Sitrat Dan
Asam Sulfamat Sebagai Alternatif Pembersihan Kerak Pada Pipa Material
Carbon Steel” disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan perkuliahan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Penulis
menyadari penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat serta
ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Eko Julianto, MSc. FRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
2. Bapak George Endri K, ST., MSc. Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak R. Dimas Endro W, ST., MT. selaku Koordinator Program Studi
Teknik Perpipaan, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Pekik Mahardhika, S.ST., M.T sebagai Koordinator Tugas Akhir.
5. Ibu Ir. Endah Wismawati, M.T sebagai dosen pembimbing I yang
telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama pengerjaan
tugas akhir.
6. Bapak Ekky Nur Budiyanto, S.ST., M.T sebagai dosen pembimbing II yang
telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama pengerjaan
tugas akhir.
7. Kedua orang tua penulis (Bapak Yudianto dan Ibu Saenab Agustianingsih)
yang telah memberikan banyak kasih sayang, nasehat hidup, doa, dukungan
moril serta materil, dan segalanya bagi penulis.
8. Adik penulis (Rhesa Yunasuta) yang selalu memberikan cinta, doa &
semangat kepada penulis.

vii
9. Pembimbing OJT di PT. POMI, Paiton: Bapak Bambang Sarwoko, Bapak
Herdian, Bapak Rokhmad, dan karyawan – karyawan lainnya yang namanya
tidak bisa disebutkan satu persatu.
10. Para dosen dan staf pengajar Program Studi Teknik Perpipaan yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
11. Rekan-rekan OJT, saudara M. Khoirul Umam Mujibius dan saudara Bagas
Harits Wibowo yang telah memberi semangat kepada penulis.
12. Rekan sejawat, saudara Febrianda, saudara Fajar, Saudara Luis, dan Saudara
Lutfhi yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
13. Dewi Adelia yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
14. Teman – teman Teknik Perpipaan angkatan 2015 yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – satu. Penulis menyadari
bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan Tugas
Akhir ini. Penulis berharap semoga buku Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya.

Surabaya, 22 Juni 2019

Rival Ekananda

viii
PENGARUH CAMPURAN ASAM SITRAT DAN ASAM
SULFAMAT SEBAGAI ALTERNATIF PEMBERSIHAN
KERAK PADA PIPA MATERIAL CARBON STEEL

Rival Ekananda

ABSTRAK
Kerak merupakan suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang
mengendap dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substrat.
Endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat menimbulkan masalah
seperti kerak. Kerak di dalam pipa akan menghambat laju aliran yang
melewatinya, sehingga pipa kemungkinan akan pecah karena overheated.
Penelitian ini menggunakan pengujian scanning electron microscopy (SEM) untuk
mengetahui bentuk morfologi serta kandungan senyawa kimia yang ada pada kerak.
Untuk menghilangkan kerak, dilakukan pengujian pada 18 pipa menggunakan
larutan asam sitrat dan asam sulfamat dengan variasi konsentrasi, debit, dan waktu.
Menghitung nilai ekonomis setelah pengujian pembersihan kerak pada pipa.
Setelah pengujian dilakukan, didapatkan hasil pengurangan berat terbesar 1,6 gram
dan terkecil 0,5 gram. Untuk penambahan diameter terbesar yaitu 0,36 mm dan
yang terkecil 0,16 mm. Bentuk visual antara sebelum dan sesudah berbeda karena
semakin tinggi konsentrasi, debit, dan waktu akan semakin cepat scale atau kerak
terlarut. Berdasarkan perhitungan ekonomis pembersihan kerak pada equipment
pipa material Carbon Steel A106 Gr. B setelah pengujian pembersihan kerak pada
pipa perkiraan nilai produksi dalam satu tahun bertambah sebesar Rp. 4.478.425.

Kata Kunci: Kerak, SEM, Konsentrasi, Debit, Time, Temperatur, Ekonomis

ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

x
THE EFFECT OF MIXTURE OF CITRIC ACID AND
SULFAMATE ACID AS AN ALTERNATIVE OF CLEANING IN
CARBON STEEL MATERIAL PIPE

Rival Ekananda

ABSTRACT

The scale is a deposit of inorganic compounds that settles and forms crystal
deposits on the surface of a substrate. The scale in the pipe will inhibit the flow
inside the pipe, so the pipe will likely break because of overheating. Scale in the
pipe will inhibit the flow rate through it, so the breaker pipe will break due to
overheating.This study uses SEM (scanning electron microscopy) testing to
determine the morphological shape and content of chemical compounds in the
scale. To remove the scale, tested 18 pipes using a solution of citric acid and
sulfamic acid with variations in concentration, debit, and time. Calculating the
economic value after testing the scale removal on the pipe. After the testing is done,
the biggest weight loss results were obtained 1.6 grams and the smallest 0.5 grams.
The diameter of the pipe increases with the largest value which is 0.36 mm and the
smallest is 0.16 mm. The visual form between before and after is different because
the higher concentration, debit, and time the faster scale dissolves. Based on
economic calculation of scale crust in the equipment pipe Carbon Steel A106 Gr. B
after testing the scale removal in the pipe the estimated production value in one year
increase by Rp. 4.478.425.

Keywords: Scale, SEM, Concentration, Debit, Time, Temperature, Economic

xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xxi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Kerak ........................................................................................................ 5
2.2 Larutan Asam Sitrat .................................................................................. 7
2.3 Larutan Asam Sulfamat ............................................................................ 8
2.4 Scale ......................................................................................................... 9
2.4.1 Penyebab Terjadinya Endapan Scale ................................................ 9
2.4.2 Penyebab Terjadinya Proses Kristalisasi ........................................ 10
2.4.3 Jenis – Jenis Scale ........................................................................... 12
2.4.4 Tanda – Tanda Terjadinya Scale ..................................................... 15
2.4.5 Problem Scale pada Oil & Gas Production System ........................ 15
2.4.6 Cara Mengatasi Problem Scale ....................................................... 16
2.4.7 Pencegahan Scale ............................................................................ 16
2.4.8 Scale Removal ................................................................................. 17
2.5 Konsentrasi Larutan ............................................................................... 19
2.5.1 Mol .................................................................................................. 20

xiii
2.5.2 Molaritas .......................................................................................... 20
2.5.3 Pengenceran Larutan ....................................................................... 21
2.6 Komposisi Larutan .................................................................................. 22
2.7 Massa Relative ........................................................................................ 22
2.8 Pengaruh Larutan Terhadap Kerak ......................................................... 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 25
3.1 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 25
3.2 Tahap Identifikasi Awal .......................................................................... 26
3.3 Tahap Pengumpulan Data ....................................................................... 26
3.3.1 Data Primer ........................................................................................... 26
3.3.2 Data Sekunder ....................................................................................... 26
3.4 Pengujian Lab ......................................................................................... 26
3.5 Penentuan Larutan Asam sitrat ............................................................... 28
3.6 Pengambilan Data Percobaan ................................................................. 28
3.7 Tahap Pengolahan Data .......................................................................... 29
3.8 Tahap Kesimpulan dan Saran ................................................................. 29
3.9 Jadwal Penelitian .................................................................................... 29
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 31
4.1 Data Penelitian ........................................................................................ 31
4.2 Komposisi Kerak di Pipa ........................................................................ 31
4.3 Data Pengujian ........................................................................................ 32
4.3.1 Konsentrasi larutan .......................................................................... 32
4.3.2 Debit ................................................................................................ 32
4.3.2 Waktu .............................................................................................. 32
4.4 Perhitungan Pengenceran ........................................................................ 33
4.5 Hasil Pembersihan Kerak ........................................................................ 35
4.5.1 Hasil pengurangan berat pipa .......................................................... 35
4.5.2 Hasil penambahan diameter dalam pipa .......................................... 36
4.6 Pengaruh Variasi ..................................................................................... 37
4.6.1 Pengaruh variasi terhadap kerak pada pengurangan berat............... 38
4.6.2 Pengaruh variasi terhadap kerak pada penambahan diameter dalam
42
4.7 Bentuk Visual ......................................................................................... 46

xiv
4.8 Perhitungan Ekonomis ........................................................................... 47
4.8.1 Penentuan dimensi kebutuhan equipment ....................................... 47
4.8.2 Rencana perhitungan harga pembersihan pipa................................ 47
4.8.3 Penentuan nilai kerugian produksi dari pembersihan equipment .... 48
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 51
5.2 Saran ....................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53
LAMPIRAN

xv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .............................................................................................................. 5


Gambar 2.2 ............................................................................................................ 11
Gambar 2.3 ............................................................................................................ 11
Gambar 2.4 ............................................................................................................ 12
Gambar 2.5 ............................................................................................................ 13
Gambar 2.6 ............................................................................................................ 13
Gambar 2.7 ............................................................................................................ 14
Gambar 2.8 ............................................................................................................ 17
Gambar 2.9 ............................................................................................................ 19
Gambar 2.10 .......................................................................................................... 21
Gambar 3.1 ............................................................................................................ 25
Gambar 4.1 ............................................................................................................ 31
Gambar 4.2 ............................................................................................................ 32
Gambar 4.3 ............................................................................................................ 46

xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ................................................................................................................ 14


Tabel 3.1 ................................................................................................................ 30
Tabel 4.1 ................................................................................................................ 36
Tabel 4.2 ................................................................................................................ 37
Tabel 4.3 ................................................................................................................ 38
Tabel 4.4 ................................................................................................................ 42
Tabel 4.5 ................................................................................................................ 47
Tabel 4.6 ................................................................................................................ 48
Tabel 4.7 ................................................................................................................ 48

xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xx
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 .............................................................................................................. 39


Grafik 4.2 .............................................................................................................. 40
Grafik 4.3 .............................................................................................................. 41
Grafik 4.4 .............................................................................................................. 43
Grafik 4.5 .............................................................................................................. 44
Grafik 4.6 .............................................................................................................. 45

xxi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xxii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pengendapan beberapa senyawa anorganik biasa terjadi pada
peralatan-peralatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan
gas, proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Terakumulasinya endapan-
endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat menimbulkan masalah seperti
kerak. Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang kompleks dan selalu terjadi
di dalam suatu kegiatan industri terutama pada alat-alat seperti water reservoir,
boiler, heat exchanger, dan condenser.
Kerak juga dapat terjadi pada industri perminyakan misal pada lubang
sumur, rangkaian pompa dalam sumur, casing, flow line, manifold, separator,
tangki, dan peralatan produksi lainnya. Kerak merupakan suatu deposit dari
senyawa-senyawa anorganik yang mengendap dan membentuk timbunan kristal
pada permukaan suatu substrat. Pengerakan adalah proses alami yang terjadi
karena adanya reaksi kimia antara beberapa kandungan yang tidak dikehendaki
di dalam air. Kandungan yang dimaksudkan meliputi alkalin, kalsium, klorid,
sulfat, nitrat, besi, seng, tembaga, phosphat, aluminium dan lain lain. Pembentukan
kerak pada dasarnya merupakan fenomena pengkristalan yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor.
Dengan adanya timbunan kerak di dalam pipa maka akan menghambat
laju aliran yang melewatinya sehingga aliran akan berkurang serta dapat
menghambat perpindahan panas dan apabila tidak segera diatasi akan terjadi
overheating juga menurunkan efisiensi. Selain itu, tekanan pada pipa menjadi
semakin tinggi, sehingga kemungkinan pipa akan pecah dan rusak. Timbunan
kerak juga memperkecil diameter pipa, sehingga untuk mempertahankan
kecepatan transfer tetap seperti semula diperlukan tenaga pemompaan yang lebih
besar. Pada studi ini saya akan melakukan 18 kali pengujian permbersihan kerak
didalam pipa menggunakan larutan asam sitrat dan asam sulfamat. Dalam
percobaan tersebut menggunakan 3 variasi yaitu konsentrasi, debit, dan waktu.

1
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat
untuk mengurangi scale yang ada di dalam Pipa dengan material Carbon
Steel A106 Grade B ?
2. Bagaimana pengaruh debit untuk mengurangi scale yang ada di dalam Pipa
dengan material Carbon Steel A106 Grade B ?
3. Bagaimana pengaruh waktu untuk mengurangi scale yang ada di dalam
Pipa dengan material Carbon Steel A106 Grade B ?
4. Bagaimana pengaruh larutan asam sitrat dan asam sulfamat pada Pipa
dengan material Carbon Steel A106 Grade B yang terdapat kerak dalam
bentuk visual sebelum dan sesudah ?
5. Berapa nilai perhitungan ekonomis dari pembersihan Pipa pada material
Carbon Steel A106 Grade B ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat
untuk mengurangi scale yang ada di dalam Pipa dengan material Carbon
Steel A106 Grade B.
2. Mengetahui pengaruh debit untuk mengurangi scale yang ada di dalam
Pipa dengan material Carbon Steel A106 Grade B.
3. Mengetahui pengaruh waktu untuk mengurangi scale yang ada di dalam
Pipa dengan material Carbon Steel A106 Grade B.
4. Mengetahui pengaruh larutan asam sitrat dan asam sulfamat pada Pipa
dengan material Carbon Steel A106 Grade B dalam bentuk visual sebelum
dan sesudah.
5. Mengetahui nilai perhitungan ekonomis dari pembersihan pipa pada
material Carbon Steel A106 Grade B.

2
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi perusahaan
Tugas akhir ini dapat menjadi referensi dalam menentukan komposisi
larutan asam sitrat untuk membersihkan kerak pada suatu material.
2. Manfaat bagi institusi
Tugas akhir ini dapat dipergunakan sebagai referensi dan dikembangkan
untuk penelitian mahasiswa.
3. Manfaat bagi pribadi
Penelitian ini menjadi salah satu syarat kelulusan dan nilai tambah
penulis yang dapat mendukung disiplin ilmu serta keprofesian.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :
1. Jenis fluida yang digunakan yaitu air tawar dan larutan asam sitrat dan
asam sulfamat.
2. Material yang digunakan untuk pipa yaitu Carbon Steel A106 Gr. B.
3. Tidak membahas mengenai pengaruh pengurangan kerak terhadap
ketebalan pipa.
4. Konsentrasi larutan asam sitrat maksimal 5%.
5. Jumlah semua pengujian adalah 36 pengujian.
6. Tidak membahas lifetime material pipa Carbon Steel A106 Gr. B.
7. Debit maksimal 600 L/h.
8. Waktu yang digunakan 5 dan 10 menit.
9. Tidak membahas reaksi kimia.

3
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerak
Kerak merupakan suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang
mengendap dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substansi.
Terbentuknya kerak dikarenakan larutan telah mencapai keadaan lewat jenuh.
Dalam keadaan larutan lewat jenuh, beberapa molekul akan bergabung membentuk
inti kristal. Inti kristal tersebut akan larut kembali jika ukurannya lebih kecil dari
ukuran partikel kritis. Sebaliknya, kristal-kristal akan berkembang jika ukurannya
lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar dari
inti kritis, maka pertumbuhan kristal akan dimulai, dari kristal kecil membentuk
kristal dengan ukuran yang lebih besar (penebalan lapisan kerak). Kristal-kristal
yang terbentuk mempunyai muatan ion lebih rendah dan cenderung menggumpal
sehingga terbentuklah kerak. Berikut kerak didalam pipa pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Kerak di dalam Pipa


(Sumber: www.ahlisumur-professional.blogspot.com)

Kerak juga dapat terbentuk karena campuran air yang digunakan tidak sesuai.
Campuran air tersebut tidak sesuai apabila air berinteraksi secara kimia dan
mineralnya mengendap jika dicampurkan. Contoh tipe air yang tidak sesuai adalah
air laut dengan konsentrasi SO42- tinggi tetapi konsentrasi Ca2+ rendah dan air

5
formasi dengan konsentrasi SO42- sangat rendah tetapi konsentrasi Ca2+ tinggi.
Campuran air ini menyebabkan terbentuknya endapan CaSO4.
Berikut merupakan beberapa komponen khas kerak yang sering dijumpai
terdiri dari kalsium sulfat (CaSO4), kalsium karbonat (CaCO3), turunan dari
kalsium bikarbonat, kalsium dan seng fosfat, kalsium fosfat, sejumlah besar
kalsium, dan ortofosfat. Biasanya dikarenakan air yang terlalu sering dirawat, silika
dengan konsentrasi tinggi, besi dioksida, senyawa yang disebabkan oleh kurangnya
kontrol korosi atau alami berasal dari besi yang teroksidasi, besi fosfat, senyawa
yang disebabkan karena pembentukkan lapisan film dari inhibitor fosfat, mangan
dioksida (mangan teroksidasi tingkat tinggi), magnesium silika, silika, dan
magnesium (pada konsentrasi tinggi dengan pH tinggi), magnesium karbonat
(magnesium dengan konsentrasi tinggi dan pH tinggi serta CO2 tinggi) (Suharso &
Buhani, 2015).
Kerak yang terbentuk pada pipa akan memperkecil diameter dan menghambat
aliran fluida pada system perpipaan tersebut. Terganggunya aliran fluida dapat
menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi, maka kemungkinan
pipa akan pecah dan rusak. Penyebab langsung terbentuknya scale adalah
penurunan tekanan, perubahan temperatur, dan bercampurnya dua macam mineral
dengan kandungan susunan mineral yang tidak saling cocok (Syahri & Sugiarto,
n.d.). Silikon adalah unsur yang paling melimpah kedua dikerak bumi dan oksigen
adalah unsur yang paling melimpah sehingga tidak mengejutkan bahwa 88% dari
semua mineral berbentuk silikat. Di kerak bumi hampir 70% oksigen terikat dengan
silikon dan hampir semua mineral berbasis silikon memiliki oksigen di dalam
ikatannya (Setiawan, 2017).
Kerak dalam ukuran tertentu menyebabkan penampang pipa dimana fluida
dialirkan menjadi lebih kecil sehingga menyebabkan penurunan debit fluida yang
mengalir di dalam pipa dan berakibat memperpanjang waktu proses sehingga
menyebabkan biaya produksi meningkat. Penambahan ketebalan dinding pipa
akibat keberadaan massa kerak yang menempel akan menghambat proses
perpindahan panas secara konduksi sebab terhalang oleh lapisan kerak dan akan
terjadi penurunan efisiensi perpindahan panas dan selanjutnya menyebabkan
terjadinya pemborosan enerji (Mangestiyono, 2015). Penurunan tekanan dan

6
temperature air garam, yang akan menurunkan kelarutan garam (umumnya mineral
yang paling banyak mengendap adalah kerak karbonat seperti CaCO3). Proses acid
wash merupakan proses pembersihan kerak menggunakan larutan asam kerap
diterapkan pada peralatan industri, misalnya pada alat electrolyzer (Septiani, 2019).

2.2 Larutan Asam Sitrat


Larutan Citric Acid (Asam sitrat) merupakan asam organik lemah yang
ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa
ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai
penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam
sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam
mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat
digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran. Namun, pada
jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut) ditemukan nilai
konsentrasi yang tinggi, yaitu mencapai 8% bobot kering. Rumus kimia asam sitrat
adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan).
Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-
propanatrikarboksilat.
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah
kanan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang
dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan
adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk
mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam
membentuk garam sitrat. Selain itu sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan
pengkeletan, sehingga digunakan sebagai pengewet dan penghilang kesadahan air.
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.
Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk
monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.
Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk
monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di

7
atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainya. Jika
dipanaskan di atas 175 °C, asam sitat terurai dengan melepaskan karbondioksida
dan air.

2.3 Larutan Asam Sulfamat


Asam sulfamat adalah senyawa molekuler dengan rumus H3
NSO 3. Senyawa tak berwarna dan larut dalam air ini menemukan banyak aplikasi.
Asam sulfamat mencair pada 205 °C sebelum terurai pada suhu yang lebih tinggi
menjadi air, belerang trioksida, belerang dioksidadan nitrogen. Asam sulfamat
(H3 NSO3) dapat dianggap sebagai senyawa antara antara asam sulfat (H2 SO4)
dan sulfamida (H4 N2 SO2), yang secara efektif menggantikan gugus hidroksil (-
OH) dengan amina (-NH2) kelompokkan pada setiap langkah. Pola ini tidak dapat
meluas lebih jauh di kedua arah tanpa merusak bagian sulfonyl (–SO2-
). Sulfamat adalah turunan dari asam sulfamat.
Asam sulfamat digunakan sebagai zat pembersih asam, terkadang murni atau
sebagai komponen campuran eksklusif, biasanya untuk logam dan keramik. Sering
digunakan untuk menghilangkan karat dan limescale, menggantikan asam klorida
yang lebih mudah menguap dan mengiritasi. Bila dibandingkan dengan sebagian
besar asam mineral yang umum, asam sulfamat memiliki sifat kerak air yang
diinginkan, volatilitas rendah dan toksisitas rendah. Asam sulfamat membentuk
garam kalsium dan besi yang larut dalam air.
Asam sulfamat lebih disukai daripada asam klorida dalam penggunaan rumah
tangga, karena keamanan intrinsiknya. Apabila dicampur dengan cara yang salah
dengan produk berbasis hipoklorit seperti pemutih, Asam sulfamat tidak
membentuk gas klor, sedangkan asam yang paling umum adalah reaksi (netralisasi)
dengan amonia, menghasilkan garam. Asam sulfamat juga diaplikasikan dalam
pembersihan industri peralatan susu dan tempat pembuatan bir. Meskipun dianggap
kurang korosif dibandingkan asam klorida, inhibitor korosi sering ditambahkan ke
pembersih komersial yang merupakan komponennya. Asam sulfamat dapat
digunakan untuk membersihkan kerak rumah kopi, mesin espresso dan pembersih
gigi tiruan.

8
2.4 Scale
Scale adalah deposit atau endapan keras dari mineral (ion) yang bersifat
unorganic dan menempel pada logam atau permukaan fasilitas oil dan gas
production system. Pengendapan scale merupakan suatu proses kristalisasi yang
kompleks. Umumnya air mengandung ion-ion yang larut dan dalam jumlah yang
banyak. Kombinasi dari ion-ion akan membentuk persenyawaan yang mempunyai
daya larut yang rendah di dalam air. Ketika air yang melarutkan senyawa tersebut
telah jenuh, maka senyawa akan diendapkan sebagai solid. Senyawa ini biasanya
berupa senyawa karbonat, silikat maupun fosfat/sulfat. Untuk daerah operasi
onshore biasanya senyawa yang terbentuk adalah jenis kalsium karbonat, sementara
itu untuk daerah operasi offshore seperti di Laut Utara sering ditemui deposit berupa
barium sulfat. Senyawa karbonat memiliki keunikan dimana pada suhu yang tinggi
kelarutannya dalam air cenderung mengendap. Tingkat kecenderungan
terbentuknya scale pada suatu formasi biasannya ditentukan/diukur dalam skala
scale index. Scale index didapat dari sampling air atau melalui analisa laboratorium.
Senyawa – senyawa yang ada dalam sampling air tersebut akan dianalisa
kesetimbangannya untuk menentukan tendensi terbentuknya scale (Zahroh, 2017).
2.4.1 Penyebab Terjadinya Endapan Scale
Scale merupakan kristalisasi dan pengendapan mineral yang berasal dari
hasil reaksi ion-ion yang terkandung dalam air formasi. Pengendapan dapat terjadi
di dalam pori-pori batuan formasi, lubang sumur bahkan peralatan permukaan.
Berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya endapan scale, yaitu :
1. Bercampurnya dua jenis Air yang Berbeda
Dua jenis air yang sebenarnya tidak mempunyai kecenderungan
untuk membentuk scale, bila bercampur kemungkinan membentuk suatu
komponen yang tidak larut. Contoh yang umum adalah pencampuran antara
air injeksi dengan air formasi di bawah sumur, dimana yang satu
mempunyai kelarutan garam-garam barium yang tinggi, sedangkan yang
lainnya mengandung larutan sulfate.
Pencampuran ini akan mengakibatkan pembentukan endapan
barium sulfate (BaSO4) yang dapat menyumbat dan sulit untuk dibersihkan.
Endapan carbonate dan sulfate akan menjadi lebih keras dan makin

9
bertambah apabila larutan mineralnya dalam keadaan bersentuhan (kontak)
dengan permukaan dalam waktu yang lama.
2. Penurunan Tekanan
Dengan diproduksinya fluida formasi secara terus menerus tentu
akan menyebabkan turunnya tekanan formasi. Penurunan tekanan ini terjadi
pada formasi ke dasar sumur, dari dasar sumur ke permukaan dan dari Well
Head ke Mani Fold. Dengan turunnya tekanan ini akan menyebabkan
terlepasnya CO2 dari ion-ion bikarbonat. Adanya gas CO2 didalam air akan
membentuk suatu asam yang disebut asam karbonat. Perubahan tekanan
yang terjadi pada reservoir secara langsung akan berpengaruh terhadap
tekanan parsial CO2, merupakan hasil kali komposisi mol CO2 dengan
tekanan total. Jumlah gas CO2 yang terlarut dalam air sebanding dengan
tekanan parsialnya, sehingga bila tekanan naik maka tekanan parsial CO2
juga naik dan kelarutan gas CO2 juga meningkat. Sebaliknya jika tekanan
CO2 turun akan menyebabkan berkurangnya kelarutan CaCO3, sehingga
kemungkinan terbentuknya scale CaCO3 akan meningkat (Ali, 2016).
3. Perubahan Temperatur
Pada saat terjadi perubahan (kenaikan) temperatur, maka akan
terjadi penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan, dan hal ini akan
mengakibatkan terjadinya pembentukan scale. Temperatur mempunyai
pengaruh pada pembentukan semua tipe scale, karena kelarutan suatu
senyawa kimia sangat tergantung pada temperatur. Misalnya kelarutan
CaCO3 akan berkurang dengan kenaikan temperatur dan kemungkinan
terbentuknya scale CaCO3 semakin besar.
2.4.2 Penyebab Terjadinya Proses Kristalisasi
Ada tiga kondisi yang menyebabkan terjadnya proses kristalisasi dari
senyawa – senyawa air :
1. Supersaturation (Larutan lewat jenuh)
Supersaturation adalah larutan yang mengandung senyawa-senyawa yang
dapat larut dalam jumlah konsentrasi tinggi (jenuh) dibandingkan dengan
konsentrasi seimbang. Supersaturation dapat terjadi akibat adanya perubahan

10
(kenaikan) Ph Air, perubahan tekanan air, perubahan agitasi, campuran air yang
tidak kompatibel. Contoh gambar supersaturation pada Gambar 2.2.
2. Nucleation (Pengintian)
Nucleation merupakan awal terbentuknya endapan yang terjadi dalam
campuran yang jenuhnya mempunyai ion-ion di dalamnya. Ion-ion tersebut
berada dalam gerakan yang konstan bergerak ke dalam dan keluar yang
disebabkan oleh pengaruh bidang ion yang lain. Ion dipenuhi tenaga listrik dan
akibatnya ditarik ke ion yang mempunyai tenaga listrik yang berlawanan,
sehingga terbentuk kelompok-kelompok ion yang disebut “cluster”. Gabungan
cluster yang terjadi secara terus menerus menjadi lebih besar dan disebut
crystallites. Proses terbentuknya crystallites disebut nucleation. Apabila proses
nucleation telah mencapai tahap crystallite, proses akan berlanjut sampai
menghasilkan crystal. Berikut contoh nucleation pada Gambar 2.3:

Gambar 2.2 Cluster CaCO3 Aragonite


(Sumber: www.wikipedia.org)

Gambar 2.3 Cluster CaCO3 Calcite


(Sumber: www.alamy.com)

11
Gambar 2.4 Calcite Crystall
(Sumber: rockyroadminerals.com)

3. Contact time and Crystal growth


Contact time yang cukup diantara supersaturation dan tempat
terjadinya nucleation pada permukaan logam diperlukan dalam
pembentukan scale dari proses supersaturation dan proses nucleation.
Waktu yang dibutuhkan bervariasi tergantung kepada temperature,
pressure, agitation, tipe mineral, semakin kecil tingkat daya larutnya,
semakin sedikit waktu yang dibutuhkan. Untuk derajat
supersaturation, semakin tinggi derajatnya semakin pendek contact
time. Semua variable di atas memiliki pengaruh pada mekanisme
pertumbuhan crystal. Contoh calcite crystall pada Gambar 2.4.
2.4.3 Jenis – Jenis Scale
Jenis scale yang umumnya ditemukan di oil dan gas production system
yaitu:
a. Calcium Carbonate atau calcite (CaCO3)
Ketidakstabilan air formasi dapat mengakibatkan menurunnya tekanan
pada sistem, lepasnya CO2 yang terlarut dalam air, naiknya pH air, dapat
menyebabkan terbentuknya calcium carbonate. Calcium carbonate adalah
senyawa kimia dengan formula CaCO3. Scale jenis Calcium Carbonate atau
calcite terbentuk dari kombinasi ion calcium dengan ion bicarbonate
Ca++ + 2(HC03-) Ca (HCO3)2
Ca (HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O
Berikut contoh gambar calcium carbonate pada Gambar 2.5:

12
Gambar 2.5 Calcium Carbonate
(Sumber: https://docplayer.info)

Kondisi yang berpotensi untuk terbentuknya CaCO3 yaitu kenaikan


temperature, kenaikan pH, penurunan tekanan, dan penurunan Total
Dissolved Solid (TDS).
b. Calcium Sulfate atau Gypsum (CaSO4.2H2O)
Calcium Sulfate adalah salah satu contoh mineral dengan kadar
kalsium yang mendominasi pada mineralnya. Calcium sulfate scale dapat
terjadi apabila ada penurunan tekanan dalam sistem dan temperature
dibawah 100oF (semakin tinggi temperature, maka semakin kurang
kemungkinan gypsum scale terjadi). Berikut contoh calcium sulfate pada
Gambar 2.6:

Gambar 2.6 Calcium Sulfate


( Sumber :www.iqshalahuddin.wordpress.com)

c. Barium Sulfate (BaSO4)


Bercampurnya incompatible water pada umumnya kebanyakan air
formasi mengandung barium dan strontium. Jika bercampur dengan air laut
yang banyak mengandung sulfate akan menyebabkan terbentuknya scale
tipe barium sulfate. Berikut contoh barium sulfate pada Gambar 2.7:

13
Gambar 2.7 Barium Sulfate
(Sumber: www.fqechemicals.com)

d. Iron Compound
Iron Compound seperti FeCO3 (iron carbonate), Fe2O3 (iron oxide),
dan FeS2 (iron sulfide).
● CO2 bereaksi dengan iron membentuk scale FeCO3 (siderite). Scale ini
tergantung pada kondisi pH air (pH ≥ 7 mudah terbentuk).
● H2S akan membentuk iron sulfide (FeS2) dan membentuk scale yang tipis. Iron
sulfide membentuk “black water” dan mudah dikenali dengan melihat
warnanya. Iron sulfide tergantung pada kondisi pH dan konsentrasi H2S.
● Iron scale dapat juga dibentuk oleh bakteri gallionella ferruginea. Bakteri ini
akan mengambil Fe++ dari air dan mengendapkan Fe++.
Tabel di bawah ini memperlihatkan pengaruh kelarutan oleh temperature
atau pressure pada beberapa jenis scale :
Cara pembacaan : (contoh gypsum)
Kelarutan air formasi terhadap gypsum akan meningkat pada kenaikan
T (temperature) dan meningkat pada kenaikan P (pressure):
Tabel 2.1 Pengaruh Kelarutan oleh Temperature (T) dan Pressure (P) pada
jenis scale
SCALE T P
Calcite (CaCO3) ↓ ↑
Gypsum (CaSO4.2H2O) ↑ ↑
Hemyhidrate (CaSO4.1/2H2O) ↑ ↑
Anyhidrate (CaSO4) ↓ ↑
Barite (BaSO4) ↑ ↑
Celestite (SrSO4) ↓ ↑

14
Jika temperature Gypsum, Hemyhidrate, dan Barite naik (↑) maka
pressurenya juga akan naik (↑). Berbeda dengan Calcite, Anyhidrate, dan Celestite,
apabila temperaturnya menurun (↓) maka pressurenya akan naik (↑).
2.4.4 Tanda – Tanda Terjadinya Scale
Ada beberapa cara untuk mengetahui terjadinya scale yaitu sebagai
berikut :
1. Semakin besar Ph
Semakin besar pH cairan, maka akan mempercepat terbentuknya scale.
Scale biasanya terbentuk pada kondisi basa (pH≥7).
2. Terjadinya Agitasi (Pengadukan)
Pengadukan atau goncangan akan mempercepat terbentuknya endapan
scale. Scale biasanya terbentukpada tempat dimana factor turbulensi besar,
seperti sambungan pipa, valve, dan daerah-daerah penyempitan aliran.
3. Kelarutan Zat Padat
Kelarutan zat padat yang dikandung oleh air sangat berperan dalam
pembentukan scale, sebab bila kelarutan zat padat rendah atau kecil, maka
kemungkinan untuk terbentuknya scale akan semakin besar.
2.4.5 Problem Scale pada Oil & Gas Production System
Problem scale akan terjadi selama fluida yang diperoduksi reservoir
mengandung air. Ketika umur well (sumur) bertambah tua dan sekian banyak
hidrokarbon diproduksi dari reservoir, maka kolam air akan naik dan well (sumur)
mulai memproduksi air. Kondisi tersebut akan berpotensi meningkatkan
pengendapan scale.
Pada oil & gas production system tempat-tempat yang berpotensi terjadinya scale
adalah:
• Wellbore
• Well tubular
• Choke
• Flow Line/Production
• Production Separator
• Tank

15
• Waterline
Problem umum yang diakibatkan oleh scale formation adalah:
• Berkurangnya produksi
• Wellplugging
• Mengurangi kapasitas pipa
• Meningkatkan resiko kecelakaan dan operasi
• Biaya operasi menigkat
2.4.6 Cara Mengatasi Problem Scale
Ada beberapa cara untuk mengatasi problem scale yaitu :
1. Penambahan larutan EDTA ( Ethylene Diamine Tetra Acetic )
2. Acidizing (Penambahan larutan HCl atau HCl:HF)
Scale juga dapat dihilangkan dengan cara penambahan asam. Kalsium karbonat
larut di dalam asam klorida, asam format, asam asetat dan asam sulfamic. Asam
klorida bisa digunakan untuk menghilangkan scale CaCO3 akan tetapi harus
mengandung salah satu sequestering agents seperti asam asetat, asam oksalat atau
asam glukonat untuk mencegah presipitas besi yang tidak diinginkan.
3. Menambahkan Inhibitor
Pembentukan scale dapat dicegah dengan menambahkan inhibitor. Berbagai
senyawa telah diketahui efektif menghambat pembentukan scale dengan cara
menghilangkan ion pembentuk scale dan padatan tersuspensi dari air. Inhibitor
anorganik yang umum digunakan adalah natrium hexametaphosphate dan natrium
tripolyphosphate.Inhibitor ini efektif pada konsentrasi rendah (2-5 ppm untuk
CaC03 dan 10-12 ppm untuk CaS04). Namun inhibitor hexametaphosphate akan
membentuk orthophosphate yang tidak diinginkan di atas temperatur 140°F
(59.5°C). Inhibitor scale organik contohnya adalah aminotrimethylene phosphoric
acid (ATMP). Inhibitor ini stabil hingga temperatur 250°F (120°C) dan pada semua
nilai pH.
2.4.7 Pencegahan Scale
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya scale yaitu :
1. Menghindari tercampurnya air yang incompatible (tidak boleh tercampur).

16
2. Mengubah komposisi air dengan water dilution (pengencer air) atau mengontrol
pH.
3. Menghilangkan zat pembentuk scale.
4. Penambahan scale control chemical.
2.4.8 Scale Removal
Treating untuk scale adalah suatu proses yang agak rumit karena
memerlukan perhatian yang berlebih. Problem scale idealnya diatasi lebih awal
karena apabila itu tidak dilakukan, problem pada downhole dan pembersihan di
permukaan akan menghadang. Metode yang umum dan paling baik digunakan
untuk mencegah dan mengontrol pengendapan scale adalah scale inhibitor. Scale
inhibitor dapat mengganggu scale deposit. Untuk menghilangkan Calcium
Carbonate atau Magnesium hydroxide scales, sirkulasi larutan asam yang dihambat
(HCl, H2SO, C6H8O7 (asam sitrat) or HSO3NH2). Menambahkan inhibitor ke
asam pada dasarnya untuk mengurangi efek korosifnya pada logam (Majeed, 2010).
Berikut contoh scale inhibitor pada Gambar 2.8:

Gambar 2.8 Chemical Jenis Scale Inhibitor


(Sumber: PK Teknik Produksi Migas,2013)

Ada beberapa treatment scale inhibitor yang sering digunakan antara lain:
a. Injeksi Surface
Yaitu injeksi scale inhibitor secara terus menerus di permukaan, meliputi injeksi
pemipaan, gas boot, well head, dan sebagainya.
b. Injeksi Downhole
Yaitu injeksi scale inhibitor secara terus menerus dengan tujuan melindungi
tubing/pompa dengan cara menyuntikan chemical ke dasar sumur/formasi.
c. Injeksi Squeeze

17
Yaitu injeksi scale inhibitor secara batch. Diinjeksikan ke dalam formasi dalam
jumlah besar sebanyak satu kali dalam 6 sampai 12 bulan dan secara perlahan akan
tersedot ke permukaan.
Banyaknya scale inhibitor yang digunakan berkisar antara 2 hingga 20 ppm dari
air yang terproduksi. Efektifitas scale inhibitor biasanya diukur dengan
menggunakan scale coupon, dimana semakin besar pertambahan berat scale
coupon yang ditanam, maka pertumbuhan scale semakin ganas atau scale inhibitor
semakin kurang kinerjanya (Amin, 2013).
Scale Coupon adalah sebuah alat berupa lembaran besi seukuran 2 x 1 “ dengan
lubang - lubang yang beraneka ukuran, yang dipasang secara melintang pada aliran.
Lubang – lubang ini akan tertutup oleh scale dengan bertambahnya waktu.
Penambahan berat akibat terbentuknya scale dinyatakan dalam satuan mgpsdfd (
miligramper square feet per day/ milligram scale yang terbentuk per kaki persegi
per hari).
Chemical jenis ini menggunakan satu atau lebih dari tiga cara dalam proses
kerjanya :
a. Mengganggu Proses Nucleation
Pada proses ini ion – ion inhibitor dengan ukuran cukup besar mampu
mengganggu scalling cluster dan mencegahnya untuk tumbuh dan membentuk
crystallities.
b. Mengganggu Pertumbuhan Crystal
Pada proses ini inhibitor dengan jumlah sedikit harus mampu mengganggu
pertumbuhan kristal yang terjadi di tempat tertentu.
c. Memodifikasi Permukaan Crystal

18
Gambar 2.9 Contoh Material Data Sheet
(Sumber: PK Teknik Produksi Migas,2013)

2.5 Konsentrasi Larutan


Banyak reaksi kimia lebih suka dilakukan dalam larutan dibanding dalam zat
murninya. Larutan adalah campuran yang homogen, sampai ke tingkat molekular,
dari dua atau lebih zat. Larutan sederhana biasanya terdiri dari satu zat terlarut dan
zat lain yang disebut dengan pelarut. Larutan yang dibuat di laboratorium biasanya
berbentuk cairan, dan seringkali pelarut yang digunakan adalah air. Larutan dengan
pelarut air disebut dengan larutan aqueous (aq). Sebagai contoh larutan asam

19
hidroklorik dapat dibuat dengan melarutkan hidrogen klorida ( HCL berbentuk gas
pada tekanan udara dan temperatur ruang) dalam air. Larutan sodium hidroksida
dibuat dengan melarutkan padatan NaOH kedalam air. Kita sering kali
menggunakan larutan untuk mensuplai reaktan dalam reaksi kimia. Larutan
memungkinkan pencampuran secara rapat zat-zat yang direaksikan sampai tingkat
molekul, jauh lebih baik dibandingkan pada fasa padat. Kita terkadang mengatur
konsentrasi larutan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi. Pada
bagian ini kita akan mempelajari cara menyatakan jumlah berbagai komponen yang
ada dalam larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam jumlah zat terlarut
tiap berat atau volume larutan, atau jumlah zat terlarut pada sejumlah berat atau
volume pelarut.
2.5.1 Mol
Mol adalah satuan pengukuran dalam Sistem Satuan Internasional (SI)
untuk jumlah zat. Satuan ini didefinisikan sebagai jumlah zat kimia yang
mengandung jumlah partikel representatif, misalnya atom, molekul, ion, elektron,
atau foton. Berikut rumus 2.1 adalah perhitungan mencari mol:
n= ....................................................................................................(2.1)

Keterangan:
n = mol
gr = gram
Mr = Massa relative
2.5.2 Molaritas
Molaritas (M) atau konsentrasi molar, adalah satuan yang umum dipakai
untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan. Molaritas didefinisikan sebagai
jumlah mol zat terlarut pada tiap liter larutan. Berikut rumus 2.2 adalah perhitungan
mencari Molaritas adalah

Molaritas = ..................................................(2.2)

Untuk menyiapkan satu liter larutan satu molar, satu mol zat terlarut
diletakan dalam labu volumetric satu liter, tambah pelarut secukupnya terlebih
dahulu dan kocok, kemudian tambah pelarut sampai tepat 1 liter. Siswa biasanya
membuat kesalahan dengan mengasumsikan larutan 1 molar, berisi 1 mol zat

20
terlarut dalam 1 liter pelarut. Bukan demikian yang benar, karena 1 liter pelarut
ditambah 1 mol zat terlarut umumnya memiliki volume total lebih dari 1 liter. Suatu
larutan 0.100 M berisi 0.100 Mol zat terlarut dalam 1 liter larutan pada Gambar
2.10:

(a) (b) (c)


Gambar 2.10 Penyiapan Larutan
(Sumber: Jurnal CPEAA Qonita Zahroh 2017)

Gambar 2.10 Penyiapan larutan 0.0100 M KMnO4 (kalium permanganate). 250


mL larutan sampel KMnO4 0.0100 M berisi 0.395 g KMnO4 ( 1 mol = 158 g)
a) 0.395 g KMnO4 ( 0.00250 mol) ditimbang dengan hati- hati dan dimasukkan ke
dalam labu voumetrik 250 mL.
b) KMnO4 dilarutkan dalam air.
c) Ditambahkan H2O ke dalam labu sampai volume 250 mL. Labu kemudian
ditutup dan isinya dikocok agar menghasilkan larutan yang homogen.
Air adalah pelarut yang paling banyak dijumpai. Kecuali bila dituliskan, maka
kita menganggap air adalah pelarutnya. Jika pelarutnya bukan air, kita harus
menyatakannya dengan ekplisit.
2.5.3 Pengenceran Larutan
Definisi molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dibagi dengan volume
larutan dalam liter.

21
jumlah mol zat terlarut
Molaritas =
jumlah liter larutan
Dengan mengalikan kedua sisi dengan volumenya, diperoleh :
volume "L$ × molaritas = jumlah mol dari zat terlarut
Mengalihkan konsentrasi molar dengan volume larutannya (dalam liter)
akan menghasilkan jumlah zat terlarut dalam larutan.Bila kita mengencerkan
larutan dengan menambahkan pelarut, jumlah zat terlarut di dalamnya tidak akan
berubah. Tetapi volume dan konsentrasi larutan yang berubah. Karena jumlah mol
zat terlarut tetap, tetapi dibagi dengan volume yang lebih besar, maka molaritasnya
akan turun. Subcript 1 digunakan untuk menunjukan konsentrasi awal, dan subcript
2 untuk menunjukan konsentrasi larutan yang telah diencerkan, maka berikut rumus
2.3 :
Volume1 × Molaritas1 = Volume2 × Molaritas2
Atau
V1 x M1 = V2 x M2......................................................................(2.3)
Keterangan:
V1 = volume 1
V2 = volume 2
M1 = molaritas 1
M2 = molaritas 2

2.6 Komposisi Larutan


Larutan campuran asam sitrat dan asam sulfamat mempunyai komposisi dari
beberapa kandungan senyawa kimia yang lain. Komposisi larutan asam sitrat dan
asam sulfamat adalah asam sitrat, asam sulfamat, aquadest, isopropanol, surfactan,
dan HCl. Larutan asam sitrat dan asam sulfamat yang dibuat sebanyak 30 liter.

2.7 Massa Relative


Massa molekul relatif (Ar) atau disebut pula massa molekul (m) adalah massa
suatu molekul, yang diukur dalam satuan massa atom (u atau Da). Molekul berbeda
dengan senyawa yang sama mungkin memiliki massa molekul yang berbda karena
mengandung isotop dari suatu unsur yang berbeda. Kuantitas terkait yakni massa

22
molekul relatif, seperti yang didefinisikan oleh IUPAC, adalah rasio massa molekul
terhadap satuan massa atom dan tidak memiliki satuan.
Massa relative (Mr) adalah jumlah total dari massa molekul relatif (Ar).
Kandungan senyawa kimia dari larutan adalah asam sitrat (C6H8O7), asam
sulfamat (H3NSO3), isopropanol (C3H8O), surfactan CHNaO, HCl, dan H2O.
Untuk massa molekul relatif (Ar) dari senyawa kimia larutan diatas merupakan C
= 12, H = 1, O = 16, N = 14, S = 32, Na = 23, dan Cl = 35. Jadi massa relative (Mr)
larutan tersebut adalah 455.

2.8 Pengaruh Larutan Terhadap Kerak


Penghambatan pertumbuhan kristal tampaknya menjadi metode yang paling
efisien mengendalikan kerak CaCO3, CaF2, CaSO4, 2H2O dan BaSO4. Efektivitas
inhibitor kerak tergantung pada kemampuan sebuah aditif untuk mengganggu
langkah-langkah pembentukan kerak, yaitu baik dengan langkah nukleasi atau
dengan pertumbuhan kristal (Tzotzi dkk., 2007). Asam malat dengan gugus
karboksilat ganda juga menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap morfologi
kristal. Asam malat mempengaruhi morfologi kristal bahkan pada konsentrasi
sangat rendah.Konsentrasi asam malat dan pH awal larutan penting bagi morfologi
akhir dari CaCO3. Mao dan Huang dalam percobaannya membuat konsentrasi
CaCl2 dan urea adalah tetap pada masing-masing 0,1 dan 0,6 M, pH awal adalah
bervariasi antara 7sampai dengan 11,5, konsentrasi asam malat [MA] divariasi dari
0 sampai 40mM dan waktu aging bervariasi 1 sampai 12 jam. Sehubungan dengan
dampak yang ditimbulkan kerak sangat merugikan, maka pertumbuhan kerak harus
dicegah ataupun dihambat pertumbuhannya.

23
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

24
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Identifikasi dan
Merumuskan Masalah
Studi Lapangan Studi Literatur

Data Data
Pengumpulan Data Sekunder
Primer

Pengolahan Data

Pengujian Lab Jenis


Scale Yang Ada
Dengan Pengujian
SEM

Penentuan
Konsentrasi Larutan
Asam Sitrat Dan
Asam Sulfamat

Alat Uji
Pembersihan Scale
Pembersih
Yang Ada
Scale

Analisa Teknis Analisa Ekomomis

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengerjaan Penelitian

25
3.2 Tahap Identifikasi Awal
Tahap identifikasi awal ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi
yang digunakan penelitian ini dikumpulkan melalui :
a. Studi Laboratorium (laboratory research)
Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap larutan,
material pipa, dan alat alat yang siap digunakan untuk pengujian. Data dan
informasi diperoleh dari pembimbing kampus PPNS (Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya).
b. Studi Literatur (library research)
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan teori dan jurnal yang berhubungan
dengan penelitian ini. Pengumpulan teori dan jurnal tersebut digunakan sebagai
acuan dalam menganalisa tentang scale.

3.3 Tahap Pengumpulan Data


Data–data yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder yang selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut:
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung oleh peniliti.
Data primer dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Sample scale.
b. Sample larutan Asam Sitrat dan Asam Sulfamat.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari sumber yang sudah ada.
Data sekunder dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Jenis scale yang terbentuk.
b. Material Pipa.

3.4 Pengujian Lab


Pada tahap ini pengujian dilakukan di lab yang bertujuan untuk mengetahui
proses pengaruh penambahan larutan asam sitrat terhadap pengurangan kerak pada
pipa 2” di Laboratorium Kimia PPNS dengan menggunakan beberapa alat sebagai
berikut:

26
1. Alat dan Bahan:
- Pipa berkerak berjumlah 36
- Gelas Ukur
- Timbangan
- Jangka Sorong
- Pompa Aquarium
- Pipa PVC
- Selang
- Air
- Larutan Scale Removal
- Timba
2. Langkah Kerja Pembersihan Kerak dengan Scale Removal
a. Menimbang pipa sebelum pengujian.
b. Mengukur diameter pipa (ID) sebelum pengujian.
c. Memfoto pipa bagian dalam sebelum pengujian.
d. Mencatat hasil menimbang pipa dan mengukur diameter (ID) pipa sebelum
pengujian.
e. Menyiapkan 6000 ml air pada timba.
f. Mencampurkan 3%, 4%, 5% scale removal dengan menggunakan gelas ukur
pada timba yang berisikan air 6000 ml.
g. Memasukkan pompa aquarium didalam timba, lalu pompa tersebut dihubungkan
dengan pipa PVC.
h. Menghubungkan pipa PVC dengan pipa yang diujikan.
i. Mengatur debit pompa aquarium 200 L/h, 400 L/h, dan 600 L/h.
j. Menyalakan pompa aquarium, dan menunggu dengan waktu yang sudah
ditentukan 5 menit, dan 10 menit.
k. Menimbang pipa sesudah pengujian.
l. Mengukur diameter pipa (ID) sesudah pengujian.
m. Memfoto pipa bagian dalam sesudah pengujian.
n. Mencatat hasil menimbang pipa dan mengukur diameter (ID) pipa sesudah
pengujian.

27
3.5 Penentuan Larutan Asam sitrat
Penentuan larutan asam sitrat dan asam sulfamat ini beracuan dengan
penelitian yang sudah dilakukan. Dengan cara memvariasikan konsentrasi larutan
asam sitrat dan asam sulfamat.

3.6 Pengambilan Data Percobaan


Tahap pengambilan data percobaan ini dilakukan 2 kali yaitu pengambilan
data di lapangan dan pengambilan data di Lab. Pengambilan data ini dengan cara
mengamati pengaruh proses penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat
terhadap pengurangan kerak dengan memvariasikan konsentrasi larutan asam sitrat
dan asam sulfamat, flow meter, material.
1. Konsentrasi
Konsentrasi scale removal yang dipilih untuk penelitian adalah 3%, 4%, 5%.
Konsentrasi scale removal maksimal 5% karena chemical scale removal itu dari
HCL. Sedangkan HCL sangat korosif terhadap logam sehingga bisa mempercepat
laju korosi. Oleh karena itu setelah diinjeksi dengan scale removal alangkah
baiknya diinjeksi dengan scale inhibitor.
2. Debit
Debit yang ditentukan untuk penelitian adalah 200 L/h, 400 L/h, 600 L/h.
Pemilihan debit meter menyesuaikan berdasarkan data penelitian dari Laboratorium
Kimia PPNS.
3. Waktu
Waktu yang digunakan adalah 5, dan 10 menit. Waktu tersebut divariasikan
dengan konsentrasi, flow meter, dan temperature untuk mendapatkan hasil
perbandingan yang lebih baik.
4. Sasaran
Sasaran dari pengujian ini adalah tingkat kebersihan pengangkatan kerak pada
pipa, membandingkan bobot pipa, mengukur ketebalan pipa sebelum dan sesudah
pengujian. Tingkat kebersihan dilihat dari semua hasil percobaan untuk
mendapatkan hasil perbandingan yang lebih baik.

28
3.7 Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data merupakan tindak lanjut dari pengumpulan data yang
selanjutnya dilakukan pengerjaan sebagai berikut :
1. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap variasi
konsentrasi.
2. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap variasi
debit.
3. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap variasi
waktu.
4. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap bentuk
visual pipa sebelum dan setelah pengujian.
5. Menghitung perhitungan nilai ekonomis dari pengujian pembersihan pada
pipa.

3.8 Tahap Kesimpulan dan Saran


Tahap akhir dari penelitian ini yaitu membuat suatu hasil analisa mengenai
penelitian tersebut, sehingga dapat mengetahui pengaruh proses penambahan
larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap pengurangan kerak di material Pipa
Carbon Steel A106 Gr. B.

3.9 Jadwal Penelitian


Pelaksanaan tugas akhir ini dimulai pada akhir semester 7 yang diawali dengan
pengajuan proposal tugas akhir dan pengerjaan efektif pada semester 8 selama
kurang lebih 6 bulan. Berikut jadwal penelitian pada tabel 3.1:

29
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

30
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian


Tahap awal dari penelitian ini yaitu menentukan data yang akan digunakan
untuk membantu dalam pengerjaan tugas akhir ini. Data ini beberapa ditentukan
sesuai kondisi lapangan dan sebagian diambil dari standart yang digunakan. Hal ini
bertujuan agar data yang digunakan diharapkan sesuai dengan kondisi yang aktual.

4.2 Komposisi Kerak di Pipa


Setelah melakukan pengujian SEM – EDX di Laboratorium pada kerak
yang berada di dalam Pipa, didapatkan beberapa komposisi. Komposisi tersebut
diantaranya Fe, O, Si, dan C. Berikut gambar dari pengujian SEM – EDX:

Gambar 4.1: Kerak Pada Pipa dengan pembesaran 5000 x

Gambar 4.1 merupakan contoh kerak yang berada di dalam pipa dengan
pembesaran 5000x. Pembesaran dilakukan ketika pengujian SEM – EDX.
Pengujian SEM – EDX untuk mengetahui komposisi kerak yang berada didalam
Pipa.

31
Gambar 4.2: Komposisi Kerak Pada Pipa

Gambar 4.2 merupakan komposisi kerak yang didapatkan dari hasil


pengujian SEM adalah carbon (C), oxygen (O), silikon (Si), ferous (Fe). Komposisi
Carbon (C) ditunjukkan dengan warna merah, oxygen (O) dengan warna hijau,
silikon (Si) dengan warna ungu, dan ferous (Fe) dengan warna kuning.

4.3 Data Pengujian


Pada tahap data pengujian ini dilakukan sebanyak 36 kali di Laboratorium
Kimia PPNS. Pengujian tersebut menggunakan variasi konsentrasi, debit, waktu
dan temperature. Berikut tahapan untuk pengambilan data pengujian:
4.3.1 Konsentrasi larutan
Kosentrasi larutan yang digunakan untuk pengujian pembersihan kerak
pada pipa adalah 3%, 4%, dan 5%.
4.3.2 Debit
Debit untuk pengujian pembersihan kerak pada pipa adalah 200 l/h, 400 l/h,
dan 600 l/h.
4.3.2 Waktu
Waktu untuk pengujian pembersihan kerak pada pipa adalah 5 menit dan 10
menit.

32
4.4 Perhitungan Pengenceran
Untuk mendapatkan nilai pengenceran berikut tahapan perhitungan
pelarutan scale removal pada pipa dengan 6 L air:
1. Pelarutan Scale Removal Konsentrasi 3%
- Diketahui:
Massa = 13 kg = 13000 gram
Mr = 455
V = 30 L
+,---
n= = = 28,57 mol
.//
12,/4
Molaritas (3% dari 30 L) = = = 31,74 Molaritas
0 -.6
,6-
n (3% dari 13 Kg) = = = 0,86 mol
.//
Molaritas (3% Asam Sitrat dan Asam Sulfamat)
-,27
= = = 0,96 Molaritas
0 -,6
Pengenceran
- Diketahui:
M1 = 31,74 Molaritas
M2= 0,96 Molaritas
V1= ?
V2= 6000 ml
Pengenceran = M1 . V1 = M2 . V2
31,74 . V1 = 0,96 . 6000
-,67 8 7---
V1 =
,+,4.
V1 = 181,47 ml

2. Pelarutan Scale Removal Konsentrasi 4%


- Diketahui:
Massa = 13 kg = 13000 gram
Mr = 455

33
V = 30 L
+,---
n= = = 28,57 mol
.//
12,/4
Molaritas (4% dari 30 L) = = = 23,81 Molaritas
0 +,1
/1-
n (4% dari 13 Kg) = = = 1,14 mol
.//
Molaritas (4% Asam Sitrat dan Asam Sulfamat)
+,+.
= = = 0,95 Molaritas
0 +,1
Pengenceran
- Diketahui:
M1 = 23,81 Molaritas
M2= 0,95 Molaritas
V1= ?
V2= 6000 ml
Pengenceran = M1 . V1 = M2 . V2
23,81 . V1 = 0,95 . 6000
-,6/ 8 7---
V1 =
1,,2+
V1 = 239,4 ml

3. Pelarutan Scale Removal Konsentrasi 5%


- Diketahui:
Massa = 13 kg = 13000 gram
Mr = 455
V = 30 L
+,---
n= = = 28,57 mol
.//

Molaritas (5% dari 30 L)


12,/4
= = = 19,05 Molaritas
0 +,/

34
n (5% dari 13 Kg)
7/-
= = = 1,43 mol
.//
Molaritas (5% Asam Sitrat dan Asam Sulfamat)
+,.,
= = = 0,953 Molaritas
0 +,/
Pengenceran
- Diketahui:
M1 = 19,05 Molaritas
M2= 0,953 Molaritas
V1= ?
V2= 6000 ml
Pengenceran = M1 . V1 = M2 . V2
19,05 . V1 = 0,953 . 6000
-,6/, 8 7---
V1 =
+6,-/
V1 = 300,16 ml
Dari perhitungan – perhitungan pengenceran larutan, diketahui bahwa Scale
Removal dengan konsentrasi 3% sebanyak 181,47 ml, 4% sebanyak 239,4, dan 5%
sebanyak 300,16 ml. Konsentrasi – konsentrasi tersebut kemudian dilarutkan
dengan air sebanyak 6000 ml untuk pengujian pembersihan kerak pada pipa.

4.5 Hasil Pembersihan Kerak


Setelah pengujian pembersihan kerak pada pipa akan mendapatkan hasil
pembersihan kerak pada pipa untuk pengurangan berat dan penambahan diameter.
4.5.1 Hasil pengurangan berat pipa
Hasil dari pengurangan berat didapatkan sebelum dan sesudah pengujian
pembersihan kerak pada pipa. Berikut hasil pengurangan berat pada Tabel 4.1:

35
Tabel 4.1 Hasil Pengurangan Berat Pipa
Weight (gr)
Pipa Konsentrasi
Sebelum Sesudah Pengurangan Berat
Pipa 1 431,1 430,6 0,5
Pipa 2 440,9 440,3 0,6
Pipa 3 444,2 443,6 0,6
3%
Pipa 7 446,8 446,2 0,6
Pipa 8 445,3 444,6 0,7
Pipa 9 443,9 443,2 0,7
Pipa 13 447,8 447,1 0,7
Pipa 14 442,9 442,2 0,7
Pipa 15 443,8 443 0,8
4%
Pipa 19 440 439 1
Pipa 20 446,8 445,6 1,2
Pipa 21 438,9 437,6 1,3
Pipa 25 438,5 437,2 1,3
Pipa 26 442,7 441,4 1,3
Pipa 27 441,7 440,3 1,4
5%
Pipa 31 446,4 444,9 1,5
Pipa 32 446,6 445 1,6
Pipa 33 443,4 441,8 1,6

Tabel 4.1 menunjukkan hasil pengurangan berat pipa setelah dilakukan


pengujian pembersihan kerak pada pipa sebelum dan sesudah. Di konsentrasi
larutan 3% pengurangan berat paling tinggi yaitu 0,7 gram. Di konsentrasi larutan
4% pengurangan berat paling tinggi yaitu 1,3 gram. Di konsentrasi larutan 5%
pengurangan berat paling tinggi yaitu 1,6 gram. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi
larutan asam sitrat dan asam sulfamat kerak yang terlarut semakin banyak terhadap
pengurangan berat pada pipa.
4.5.2 Hasil penambahan diameter dalam pipa
Hasil dari penambahan diameter didapatkan sebelum dan sesudah pengujian
pembersihan kerak pada pipa. Berikut hasil penambahan diameter pada Tabel 4.2:

36
Tabel 4.2 Penambahan Diameter Dalam Pipa
ID (mm)
Pipa Konsentrasi
Sebelum Sesudah Penambahan Diameter
Pipa 1 52,22 52,38 0,16
Pipa 2 52,09 52,27 0,18
Pipa 3 52,77 52,96 0,19
3%
Pipa 7 52,46 52,64 0,18
Pipa 8 52,13 52,32 0,19
Pipa 9 51,83 52,03 0,2
Pipa 13 52,3 52,53 0,23
Pipa 14 52,77 53,01 0,24
Pipa 15 51,29 51,54 0,25
Pipa 19 52,74 53,01 0,27
Pipa 20 4% 52,88 53,16 0,28
Pipa 21 52,49 52,78 0,29
Pipa 22 52,43 52,72 0,29
Pipa 23 52,62 52,92 0,3
Pipa 24 52,46 52,78 0,32
Pipa 25 52,11 52,42 0,31
Pipa 26 53,31 53,63 0,32
Pipa 27 52,93 53,26 0,33
5%
Pipa 31 52,4 52,74 0,34
Pipa 32 52,58 52,93 0,35
Pipa 33 52,75 53,11 0,36

Tabel 4.1 menunjukkan hasil penambahan diameter dalam pada pipa setelah
dilakukan pengujian pembersihan kerak pada pipa sebelum dan sesudah. Di
konsentrasi larutan 3% penambahan diameter dalam paling tinggi yaitu 0,22 mm.
Di konsentrasi larutan 4% penambahan diameter dalam paling tinggi yaitu 0,32
mm. Di konsentrasi larutan 5% penambahan diameter dalam paling tinggi yaitu
0,36 mm. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat
kerak yang terlarut semakin banyak terhadap penambahan diameter dalam pada
pipa.

4.6 Pengaruh Variasi


Hasil dari pengujian pembersihan kerak pada pipa berpengaruh pada
pengurangan berat dan penambahan diameter. Variasi yang digunakan adalah
konsentrasi, debit, waktu, dan temperatur.

37
4.6.1 Pengaruh variasi terhadap kerak pada pengurangan berat
Pengaruh variasi terhadap pengurangan berat didapatkan sebelum dan
sesudah pengujian pembersihan kerak pada pipa. Variasi yang digunakan untuk
pembersihan kerak pada pipa adalah konsentrasi, debit, waktu, dan temperatur.
Berikut pengaruh variasi terhadap pengurangan berat pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3 Pengaruh Variasi Terhadap Kerak Pada Pengurangan Berat Pipa
Waktu
Konsentrasi Debit (L/h) Pengurangan berat (g) Kode (pipa)
(menit)

200 0,5 1
5 400 0,6 2
600 0,6 3
3
200 0,6 7
10 400 0,7 8
600 0,7 9
200 0,7 13
5 400 0,7 14
600 0,8 15
4
200 1 19
10 400 1,2 20
600 1,3 21
200 1,3 25
5 400 1,3 26
600 1,4 27
5
200 1,5 31
10 400 1,6 32
600 1,6 33

Dari tabel 4.3 di atas pengaruh variasi terhadap kerak pada pengurangan
berat pipa didapatkan grafik sebagai berikut:

38
Pengaruh Konsentrasi
Terhadap Pengurangan Berat Pipa
1,8

1,6
Pengurangan Berat (g)

1,4 debit 200 l/h, waktu 5 menit


1,2 debit 200 l/h, waktu 10 menit
1 debit 400 l/h, waktu 5 menit

0,8 debit 400 l/h, waktu 10 menit

0,6 debit 600 l/h, waktu 5 menit


debit 600 l/h, waktu 10 menit
0,4
3 4 5
Konsentrasi (%)

Grafik 4.1 Pengaruh Konsentrasi terhadap Pengurangan Berat Pipa

Grafik 4.1 menunjukkan hasil pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200
l/h dengan waktu 5 menit didapat pengurangan berat 3% sebesar 0,5 gram, 4%
sebesar 0,7 gram, dan 5% sebesar 1,3 gram terhadap pengurangan berat pipa.
Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200 l/h dengan waktu 10 menit didapat
pengurangan berat 3% sebesar 0,6 gram, 4% sebesar 1 gram, dan 5% sebesar 1,5
gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit
400 l/h dengan waktu 5 menit didapat pengurangan berat 3% sebesar 0,6 gram, 4%
sebesar 0,7 gram, dan 5% sebesar 1,3 gram terhadap pengurangan berat pipa.
Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 400 l/h dengan waktu 10 menit didapat
pengurangan berat 3% sebesar 0,7 gram, 4% sebesar 1,2 gram, dan 5% sebesar 1,6
gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit
600 l/h dengan waktu 5 menit didapat pengurangan berat 3% sebesar 0,6 gram, 4%
sebesar 0,8 gram, dan 5% sebesar 1,4 gram terhadap pengurangan berat pipa.
Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 600 l/h dengan waktu 10 menit didapat
pengurangan berat 3% sebesar 0,7 gram, 4% sebesar 1,3 gram, dan 5% sebesar 1,6
gram terhadap pengurangan berat pipa. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi larutan
akan banyak melarutkan kerak (scale) yang ada di dalam pipa.

39
Pengaruh Debit
Terhadap Pengurangan Berat Pipa
1,8

1,6
Pengurangan Berat (g)

1,4
konsentrasi 3 %, waktu 5 menit
1,2 konsentrasi 3 %, waktu 10 menit

1 konsentrasi 4 %, waktu 5 menit


konsentrasi 4 %, waktu 10 menit
0,8
konsentrasi 5 %, waktu 5 menit
0,6
konsentrasi 5 %, waktu 10 menit
0,4
200 400 600
Debit (L/h)

Grafik 4.2 Pengaruh Debit terhadap Pengurangan Berat Pipa

Grafik 4.2 menunjukkan hasil pengaruh debit untuk konsentrasi 3% dengan


waktu 5 menit didapat pengurangan berat 200 l/h sebesar 0,5 gram, 400 l/h sebesar
0,6 gram, dan 600 l/h sebesar 0,6 gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh
debit untuk konsentrasi 3% dengan waktu 10 menit didapat pengurangan berat 200
l/h sebesar 0,6 gram, 400 l/h sebesar 0,7 gram, dan 600 l/h sebesar 0,7 gram
terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 4% dengan
waktu 5 menit didapat pengurangan berat 200 l/h sebesar 0,7 gram, 400 l/h sebesar
0,7 gram, dan 600 l/h sebesar 0,8 gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh
debit untuk konsentrasi 4% dengan waktu 10 menit didapat pengurangan berat 200
l/h sebesar 1 gram, 400 l/h sebesar 1,2 gram, dan 600 l/h sebesar 1,3 gram terhadap
pengurangan berat pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 5% dengan waktu 5
menit didapat pengurangan berat 200 l/h sebesar 1,3 gram, 400 l/h sebesar 1,3 gram,
dan 600 l/h sebesar 1,4 gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh debit
untuk konsentrasi 5% dengan waktu 10 menit didapat pengurangan berat 200 l/h
sebesar 1,5 gram, 400 l/h sebesar 1,6 gram, dan 600 l/h sebesar 1,6 gram terhadap
pengurangan berat pipa. Jadi pengaruh tinggi debit akan banyak melarutkan kerak
(scale) yang ada di dalam pipa.

40
Pengaruh Waktu
Terhadap Pengurangan Berat Pipa
1,8

1,6
konsentrasi 3 %, debit
200 l/h
1,4 konsentrasi 3 %, debit
400 l/h
Pengurangan Berat (g)

konsentrasi 3 %, debit
600 l/h
1,2 konsentrasi 4 %, debit
200 l/h
konsentrasi 4 %, debit
1 400 l/h
konsentrasi 4 %, debit
600 l/h
konsentrasi 5 %, debit
0,8 200 l/h
konsentrasi 5 %, debit
400 l/h
konsentrasi 5 %, debit
0,6
600 l/h

0,4
5 menit 10 menit
Waktu Pengujian (menit)

Grafik 4.3 Pengaruh Waktu terhadap Pengurangan Berat Pipa

Grafik 4.3 menunjukkan hasil pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%,


dengan debit 200 l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 0,5 gram, dan 10
menit sebesar 0,6 gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%, dengan debit 400
l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 0,6 gram, dan 10 menit sebesar 0,7
gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%, dengan debit 600 l/h didapat
pengurangan berat 5 menit sebesar 0,6 gram, dan 10 menit sebesar 0,7 gram.
Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4%, dengan debit 200 l/h didapat pengurangan
berat 5 menit sebesar 0,7 gram, dan 10 menit sebesar 1 gram. Pengaruh waktu untuk
konsentrasi 4%, dengan debit 400 l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar
0,7 gram, dan 10 menit sebesar 1,2 gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4%,
dengan debit 600 l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 0,8 gram, dan 10
menit sebesar 1,3 gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5%, dengan debit 200
l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 1,3 gram, dan 10 menit sebesar 1,5

41
gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5%, dengan debit 400 l/h didapat
pengurangan berat 5 menit sebesar 1,3 gram, dan 10 menit sebesar 1,6 gram.
Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5%, dengan debit 600 l/h didapat pengurangan
berat 5 menit sebesar 1,4 gram, dan 10 menit sebesar 1,6 gram. Jadi pengaruh tinggi
waktu akan banyak melarutkan kerak (scale) yang ada di dalam pipa.
4.6.2 Pengaruh variasi terhadap kerak pada penambahan diameter dalam
Pengaruh variasi terhadap pengurangan berat didapatkan sebelum dan
sesudah pengujian pembersihan kerak pada pipa. Variasi yang digunakan untuk
pembersihan kerak pada pipa adalah konsentrasi, debit, waktu, dan temperatur.
Berikut pengaruh variasi terhadap penambahan diameter pada Tabel 4.4:

Tabel 4.4 Pengaruh Variasi Terhadap Penambahan Diameter Dalam


Penambahan
Waktu
Konsentrasi Debit (L/h) diameter dalam Kode (pipa)
(menit)
(mm)
200 0,16 1
5 400 0,18 2
600 0,19 3
3
200 0,18 7
10 400 0,19 8
600 0,2 9
200 0,23 13
5 400 0,24 14
600 0,25 15
4
200 0,27 19
10 400 0,28 20
600 0,29 21
200 0,31 25
5 400 0,32 26
600 0,33 27
5
200 0,34 31
10 400 0,35 32
600 0,36 33

Dari tabel 4.4 di atas pengaruh variasi terhadap kerak pada penambahan
diameter dalam pipa didapatkan grafik sebagai berikut:

42
Pengaruh Konsentrasi
Terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa
0,4
Penambahan diameter (mm)

0,35
debit 200 l/h, waktu 5 menit
0,3
debit 200 l/h, waktu 10 menit
debit 400 l/h, waktu 5 menit
0,25
debit 400 l/h, waktu 10 menit
0,2 debit 600 l/h, waktu 5 menit
debit 600 l/h, waktu 10 menit
0,15
3 4 5
Konsentrasi (%)

Grafik 4.4 Pengaruh Konsentrasi terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

Grafik 4.4 menunjukkan hasil pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200
l/h dengan waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,16
mm, 4% sebesar 0,23 mm, dan 5% sebesar 0,31 mm terhadap penambahan diameter
dalam pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200 l/h dengan waktu 10
menit didapat penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,18 mm, 4% sebesar 0,27
mm, dan 5% sebesar 0,34 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa.
Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 400 l/h dengan waktu 5 menit didapat
penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,18 mm, 4% sebesar 0,24 mm, dan 5%
sebesar 0,32 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh konsentrasi
larutan untuk debit 400 l/h dengan waktu 10 menit didapat penambahan diameter
dalam 3% sebesar 0,19 mm, 4% sebesar 0,28 mm, dan 5% sebesar 0,35 mm
terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk
debit 600 l/h dengan waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 3%
sebesar 0,19 mm, 4% sebesar 0,25 mm, dan 5% sebesar 0,33 mm terhadap
penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 600 l/h
dengan waktu 10 menit didapat penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,2 mm,
4% sebesar 0,29 mm, dan 5% sebesar 0,36 mm terhadap penambahan diameter

43
dalam pipa. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi larutan akan banyak melarutkan kerak
(scale) yang ada di dalam pipa.

Pengaruh Debit
terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa
0,4
Penambahan Diameter (mm)

0,35
konsentrasi 3 %, waktu 5 menit
0,3
konsentrasi 3 %, waktu 10 menit
konsentrasi 4 %, waktu 5 menit
0,25
konsentrasi 4 %, waktu 10 menit
0,2 konsentrasi 5 %, waktu 5 menit
konsentrasi 5 %, waktu 10 menit
0,15
200 400 600
Debit (L/h)

Grafik 4.5 Pengaruh Debit terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

Grafik 4.5 menunjukkan hasil pengaruh debit untuk konsentrasi 3% dengan


waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,16 mm, 400
l/h sebesar 0,18 mm, dan 600 l/h sebesar 0,19 mm terhadap penambahan diameter
dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 3% dengan waktu 10 menit didapat
penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,18 mm, 400 l/h sebesar 0,19 mm,
dan 600 l/h sebesar 0,2 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh
debit untuk konsentrasi 4% dengan waktu 5 menit didapat penambahan diameter
dalam 200 l/h sebesar 0,23 mm, 400 l/h sebesar 0,24 mm, dan 600 l/h sebesar 0,25
mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi
4% dengan waktu 10 menit didapat penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar
0,27 mm, 400 l/h sebesar 0,28 mm, dan 600 l/h sebesar 0,29 mm terhadap
penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 5% dengan
waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,31 mm, 400
l/h sebesar 0,32 mm, dan 600 l/h sebesar 0,33 mm terhadap penambahan diameter
dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 5% dengan waktu 10 menit didapat

44
penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,34 mm, 400 l/h sebesar 0,35 mm,
dan 600 l/h sebesar 0,36 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Jadi
pengaruh tinggi debit akan banyak melarutkan kerak (scale) yang ada di dalam pipa.

Pengaruh Waktu
Terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa
0,4

0,35
Penambahan Diameter (mm)

konsentrasi 3 %, debit 200 l/h


konsentrasi 3 %, debit 400 l/h
0,3 konsentrasi 3 %, debit 600 l/h
konsentrasi 4 %, debit 200 l/h

0,25 konsentrasi 4 %, debit 400 l/h


konsentrasi 4 %, debit 600 l/h
konsentrasi 5 %, debit 200 l/h
0,2
konsentrasi 5 %, debit 400 l/h
konsentrasi 5 %, debit 600 l/h
0,15
5 menit 10 menit
Waktu (menit)

Grafik 4.6 Pengaruh Waktu terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

Grafik 4.6 menunjukkan hasil pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%


dengan debit 200 l/h didapat penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,16 mm,
dan 10 menit sebesar 0,18 mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3% dengan debit
400 l/h didapat penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,18 mm, dan 10 menit
sebesar 0,19 mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3% dengan debit 600 l/h
didapat penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,19 mm, dan 10 menit
sebesar 0,2 mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4% dengan debit 200 l/h didapat
penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,23 mm, dan 10 menit sebesar 0,27
mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4% dengan debit 400 l/h didapat
penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,24 mm, dan 10 menit sebesar 0,28
mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4% dengan debit 600 l/h didapat
penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,25 mm, dan 10 menit sebesar 0,29

45
mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5% dengan debit 200 l/h didapat
penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,31 mm, dan 10 menit sebesar 0,34
mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5% dengan debit 400 l/h didapat
penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,32 mm, dan 10 menit sebesar 0,35
mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5% dengan debit 600 l/h didapat
penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,33 mm, dan 10 menit sebesar 0,36
mm. Jadi pengaruh tinggi waktu akan banyak melarutkan kerak (scale) yang ada di
dalam pipa.

4.7 Bentuk Visual


Pembersihan kerak pada pipa berpengaruh juga pada bentuk visual yaitu
perubahan berat dan diameter. Pengujian yang dilakukan pada pipa tersebut
menggunakan variasi konsentrasi, debit, waktu, dan temperatur. Berikut pada
Gambar 4.3:

Pipa 1 (diameter), sebelum pembersihan Pipa 1 (berat), sebelum pembersihan

Pipa 1 (diameter), sesudah pembersihan Pipa 1 (berat), sesudah pembersihan

Gambar 4.3: Bentuk Visual Pipa


Gambar 4.3 di atas menunjukkan contoh bentuk visual pembersihan kerak
pada pipa 1. Larutan asam sitrat dan asam sulfamat berpengaruh pada perubahan

46
bentuk visual dari pipa sebelum dan sesudah permbersihan yaitu pada diameter
dalam pipa berubah. Bentuk visual pembersihan kerak pada pipa 2-36 dapat dilihat
pada Lampiran A.

4.8 Perhitungan Ekonomis


Untuk menentukan nilai ekonomis pada kedua material dibutuhkan dimensi
panjang pipa serta daftar harga plat dari material tersebut. Hasil pengukuran di
lapangan terhadap dimensi panjang pada semua equiment digunakan sebagai data
utama dalam menentukan nilai ekonomis pada pipa. Acuan yang digunakan dalam
menghitung nilai ekonomis adalah daftar harga tarif pengerjaan seperti pengelasan,
pembongkaran, pembersihan, dan pemasangan equipment.
4.8.1 Penentuan dimensi kebutuhan equipment
Menentukan dimensi dan kebutuhan plat yang akan digunakan dengan cara
mengukur langsung di lapangan dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Berat Pipa per meter
Equipment Panjang (m) Berat Pipa Keseluruhan (kg)
(kg/m)
Pipa 3,6 5,44 19,58

Sumber: Hasil Survey

Berdasarkan hasil survey pada PT. POMI dimensi equipment pipa memiliki
dimensi panjang 3,6 m. Berat pipa per meter 5,44 kg/m, jadi berat pipa keseluruhan
19,58 kg. Dimensi pipa tersebut untuk menghitung berat keseluruhan panjang pipa
4.8.2 Rencana perhitungan harga pembersihan pipa
Tabel 4.5 Rincian Harga Pengerjaan
Harga Pengerjaan Alokasi
Jenis
Jenis Material Waktu
Las Bongkar Pembersihan Pasang Pengelasan Pengerjaan
Carbon Steel Rp Rp Rp Rp
SMAW 240 menit
(A106 Gr. B) 18.000 60.000 20.000 16.000

Sumber: Hasil Survey

Tabel 4.5 harga untuk bongkar, pembersihan, pasang, dan pengelasan


dihitung per kilogram dari berat material equipmentnya.

47
Tabel 4.6 Perhitungan Rencana Harga Pengerjaan
Harga Berat Material
Total
Pengerjaan (kg)
Bongkar Rp 18.000 Rp 352.512
Pembersihan Rp 60.000 Rp 1.175.040
19,584
Pasang Rp 20.000 Rp 391.680
Pengelasan Rp 16.000 Rp 313.344
Total Rp 2.232.576

Sumber: Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan rencana harga pengerjaan di atas terdapat harga total


pengerjaan bongkar, pembersihan, pasang, dan pengelasan pada equipment pipa
dengan material Carbon Steel jika dijumlahkan sebesar Rp. 2.232.576,000.
4.8.3 Penentuan nilai kerugian produksi dari pembersihan equipment
Menentukan nilai kerugian produksi sangat penting untuk pembersihan
equipment, karena pada sistem service water digunakan untuk kebutuhan yang ada
diperusahaan. Jika ada scale dan setelah pembersihan tersebut maka akan
mengetahui nilai produksi pada service water dan perlu diperhitungkan.
Tabel 4.7 Data Propertis Produksi Fresh Water

Hasil Produksi Harga Produksi/m³ Jumlah Produksi /tahun

Fresh Water (Normal) Rp. 700 932650,20


Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil survey lapangan diketahui nilai produksi normal untuk


fresh water pertahun 932650,20 m³, nilai produksi tersebut diinterpolasi untuk
mendapatkan nilai produksi ada scale dan setelah pengujian pembersihan kerak
pada pipa. Melakukan perhitungan nilai produksi untuk membandingkan nilai
ekonomis dari produksi normal dengan produksi ada kerak (scale). Berikut tahapan
perhitungan nilai ekonomis.
Diketahui:
• Produksi normal (tahun)= 932650,2 m³
• Harga jual produksi= Rp. 700
• ID pipa 2”= 52,48 mm

48
• ID pipa 2” ada scale= 52,21 mm (kode pipa 35 sebelum pengujian pembersihan
kerak pada pipa)
• ID pipa 2” setelah pembersihan= 52,57 mm (kode pipa 35 sesudah pengujian
pembersihan kerak pada pipa)
- Produksi ada Scale:
:; < < 1” E > FG " $
9:; < < 1” > ?@ABC
D=9 x
D

52,48 mm 932650,2 ³
9 D=9 D
52,21 mm x
x = 927851,89 m³
Nilai produksi = Produksi ada scale (tahun) x Harga jual produksi
= 927851,89 m³ x Rp. 700
= Rp. 649.496.323
- Produksi Setelah Pembersihan:
52,48 mm 932650,2 ³
952,57 mmD = 9 x
D

x = 934249,64 m³
Nilai produksi = Jumlah produksi (tahun) x Harga jual produksi
= 934249,64 m³ x Rp. 700
= Rp. 653.974.748
Nilai produksi stelah pembersihan yang diperkirakan adalah sebagai berikut:
Nilai produksi = Nilai produksi (setelah pembersihan) – Nilai produksi
(ada scale)
= Rp. 653.974.748 – Rp. 649.496.323
= Rp. 4.478.425
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai produksi ada kerak (scale)
sebesar Rp.649.496.323 dan setelah pengujian pembersihan kerak pada pipa
sebesar Rp.653.974.748. Sehingga apabila dilakukan pembersihan kerak pada pipa
untuk produksi service water, maka perkiraan nilai ekonomis produksi bertambah
dalam 1 tahun sebesar Rp.4.478.425.

49
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

50
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Pengaruh konsentrasi larutan pada pembersihan kerak pada pipa dengan
material Carbon Steel A106 Grade B menunjukkan jika semakin tinggi
konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat maka akan banyak kerak
yang terlarut.
2. Pengaruh debit pada pembersihan kerak pada pipa dengan material Carbon
Steel A106 Grade B menunjukkan jika semakin tinggi debit maka kerak
akan semakin cepat terlarut.
3. Pengaruh waktu pada pembersihan kerak pada pipa dengan material Carbon
Steel A106 Grade B menunjukkan jika semakin tinggi waktu maka akan
banyak kerak yang terlarut.
4. Pengaruh konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat untuk
pembersihan kerak pada pipa material Carbon Steel A106 Grade B
menunjukkan perubahan bentuk visual dari pipa sebelum dan sesudah
permbersihan yaitu pada diameter dalam pipa berubah.
5. Hasil nilai perhitungan ekonomis pada material Carbon Steel A106 Grade
B apabila dilakukan pembersihan kerak pada pipa untuk produksi service
water, maka perkiraan nilai ekonomis produksi bertambah dalam 1 tahun
sebesar Rp.4.478.425.

5.2 Saran
Saran dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Untuk perusahaan proses jika ingin mengetahui nilai produksi, sebaiknya
membandingkan dan menghitung ulang dengan material sebelumnya atau
dengan material lain pada sistem service water.

51
2. Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya berdasarkan
penelitian ini sebaiknya juga menggunakan metode celup agar mendapatkan
perbandingan dan hasil yang maksimal.

52
DAFTAR PUSTAKA

Ali, R. (2016). Penanggulangan Scale Dalam Pipa Distribusi Minyak Mentah Dari
Sumur Produksi Ke Mani Fold Secara Kimiawi Pada Lapangan Minyak Dan
Gas Job Pertamina Talisman (Ogan Komering) Ltd Di Desa Metur
Kabupaten Oku Sumatera Selatan.
Amin, M. (2013). PK Teknik Produksi Migas (1st ed.). Jakarta.
Aragonit. http://id.wikipedia.org. (21 Desember 2018).
Hempel, S. 2011. http://www.alamy.com. (23 February 2011).
Houston, P. 2019. Barium Sulfate Scale. https://fqechemicals.com.
Majeed, N. s. (2010). Study The Perfomance Of Sulfamic Acid And Citric Acid
In Removal The Scale Deposited On The Dura Refinery. Engineering
College, 16(march).
Mangestiyono, W. (2015). Pengaruh Temperatur Terhadap Pertumbuhan Kerak
CaCO3 Di Dalam Pipa Beraliran Laminer. Science And Engineering,
1(Sens1), 108–114.
Rocky, R. 2019. https://rockyroadminerals.com.
Septiani, M. (2019). Efektivitas Asam Nitrat (HNO3) Sebagai Pelarut Alternatif
Pada Proses Acid Wash Terhadap Plate Electrolyzer Di PT. Kaltim Nitrate
Indonesia. Journal of Chemical Process Engineering, 3(2), 17.
https://doi.org/10.33536/jcpe.v3i2.258
Setiawan, A. (2017). Analisis Removal Scaling Silika Pada Jalur Re-Injeksi Brine
Pembangkit Listrik Energi Panas Bumi Dengan Menggunakan Asam
Fluorida. Journal of Research and Technology, 3(1).
Setiososari, Eka. 2018. Penggunaan Asap Cair. https://docplayer.info.
Shalahuddin, iqbal. 2018. Jenis-jenis Silika. https://iqshalahuddin.wordpress.com.
Sugeng, M. 2015. Cara Mengatasi Kerak/lumut Pada Pipa Air Bersih.
http://ahlisumur-professional.blogspot.com. (1 Januari 2015).
Suharso, P., & Buhani, D. (2015). Penanggulangan Kerak (2nd ed.).
Syahri, M., & Sugiarto, B. (n.d.). Scale Treatment Pada Pipa Distribusi Crude Oil
Secara Kimiawi, 104(0274), 33–37.

53
Zahroh, Q. (2017). Pengaruh Proses Penambahan Scale Removal Terhadap
Pengurangan Kerak Pada Pipa 4" Di SP 1 Ledok KSO PT. Pertamina EP -
PT. Geo Cepu Indonesia. 2nd Conference On Piping Engineering And It’s
Application.

54
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
BENTUK VISUAL PEMBERSIHAN PIPA

Pipa 1 (Diameter), sebelum Pipa 1 (Berat), sebelum


pembersihan pembersihan

Pipa 1 (Diameter), sesudah Pipa 1 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan

Pipa 2 (Berat), sebelum


Pipa 2 (Diameter), sebelum pembersihan
pembersihan

Pipa 2 (Berat), sesudah


Pipa 2 (Diameter), sesudah
pembersihan
pembersihan
Pipa 3 (Berat), sebelum
Pipa 3 (Diameter), sebelum pembersihan
pembersihan

Pipa 3 (Berat), sesudah


Pipa 3 (Diameter), sesudah pembersihan
pembersihan

Pipa 7 (Berat), sebelum


Pipa 7 (Diameter), sebelum pembersihan
pembersihan

Pipa 7 (Diameter), sesudah Pipa 7 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan
Pipa 8 (Berat), sebelum
Pipa 8 (Diameter), sebelum
pembersihan
pembersihan

Pipa 8 (Berat), sesudah


Pipa 8 (Diameter), sesudah
pembersihan
pembersihan

Pipa 9 (Diameter), sebelum Pipa 9 (Berat), sebelum


pembersihan pembersihan

Pipa 9 (Diameter), sesudah Pipa (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan
Pipa 13 (Berat), sebelum
Pipa 13 (Diameter), sebelum pembersihan
pembersihan

Pipa 13 (Diameter), sesudah Pipa 13 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan

Pipa 14 (Diameter), sebelum Pipa 14 (Berat), sebelum


pembersihan pembersihan

Pipa 14 (Diameter), sesudah Pipa 14 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan
Pipa 15 (Diameter), sebelum Pipa 15 (Berat), sebelum
pembersihan pembersihan

Pipa 15 (Berat), sesudah


Pipa 15 (Diameter), sesudah pembersihan
pembersihan

Pipa 19 (Diameter), sebelum Pipa 19 (Berat), sebelum


pembersihan pembersihan

Pipa 19 (Diameter), sesudah Pipa 19 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan
Pipa 20 (Diameter), sebelum Pipa 20 (Berat), sebelum
pembersihan pembersihan

Pipa 20 (Diameter), sesudah Pipa 20 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan

Pipa 21 (Diameter), sebelum Pipa 21 (Berat), sebelum


pembersihan pembersihan

Pipa 21 (Berat), sesudah


Pipa 21 (Diameter), sesudah
pembersihan
pembersihan
Pipa 25 (Diameter), sebelum Pipa 25 (Berat), sebelum
pembersihan pembersihan

Pipa 25 (Diameter), sesudah Pipa 25 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan

Pipa 26 (Diameter), sebelum Pipa 26 (Berat), sebelum


pembersihan pembersihan

Pipa 26 (Diameter), sesudah Pipa 26 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan
Pipa 27 (Berat), sebelum
Pipa 27 (Diameter), sebelum
pembersihan
pembersihan

Pipa 27 (Diameter), sesudah Pipa 27 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan

Pipa 31 (Berat), sebelum


Pipa 31 (Diameter), sebelum pembersihan
pembersihan

Pipa 31 (Diameter), sesudah Pipa 31 (Berat), sesudah


pembersihan pembersihan
Pipa 32 (Berat), sebelum
Pipa 32 (Diameter), sebelum pembersihan
pembersihan

Pipa 32 (Berat), sesudah


Pipa 32 (Diameter), sesudah pembersihan
pembersihan

Pipa 33 (Berat), sebelum


Pipa 33 (Diameter), sebelum pembersihan
pembersihan

Pipa 33 (Berat), sesudah


Pipa 33 (Diameter), sesudah pembersihan
pembersihan
Used in USDOE-NE standards
Designation: A 106/A 106M – 04

Standard Specification for


Seamless Carbon Steel Pipe for High-Temperature Service1
This standard is issued under the fixed designation A 106/A 106M; the number immediately following the designation indicates the year
of original adoption or, in the case of revision, the year of last revision. A number in parentheses indicates the year of last reapproval.
A superscript epsilon (e) indicates an editorial change since the last revision or reapproval.

This standard has been approved for use by agencies of the Department of Defense.

1. Scope* 2. Referenced Documents


1.1 This specification2 covers seamless carbon steel pipe for 2.1 ASTM Standards: 3
high-temperature service (Note 1) in NPS 1⁄8 to NPS 48 [DN 6 A 530/A 530M Specification for General Requirements for
to DN 1200] inclusive, with nominal (average) wall thickness Specialized Carbon and Alloy Steel Pipe
as given in ASME B 36.10M. It shall be permissible to furnish E 213 Practice for Ultrasonic Examination of Metal Pipe
pipe having other dimensions provided such pipe complies and Tubing
with all other requirements of this specification. Pipe ordered E 309 Practice for Eddy-Current Examination of Steel Tu-
under this specification shall be suitable for bending, flanging, bular Products Using Magnetic Saturation
and similar forming operations, and for welding. When the E 381 Method of Macroetch Testing Steel Bars, Billets,
steel is to be welded, it is presupposed that a welding procedure Blooms, and Forgings
suitable to the grade of steel and intended use or service will be E 570 Practice for Flux Leakage Examination of Ferromag-
utilized. netic Steel Tubular Products
2.2 ASME Standard:
NOTE 1—It is suggested, consideration be given to possible graphitiza-
tion. ASME B 36.10M Welded and Seamless Wrought Steel
NOTE 2—The dimensionless designator NPS (nominal pipe size) [DN Pipe4
(diameter nominal)] has been substituted in this standard for such 2.3 Military Standards:
traditional terms as “nominal diameter,” “size,” and “nominal size.” MIL-STD-129 Marking for Shipment and Storage5
1.2 Supplementary requirements (S1 to S7) of an optional MIL-STD-163 Steel Mill Products, Preparation for Ship-
nature are provided for seamless pipe intended for use in ment and Storage5
applications where a superior grade of pipe is required. These 2.4 Federal Standard:
supplementary requirements call for additional tests to be made Fed. Std. No. 123 Marking for Shipments (Civil Agencies)5
and when desired shall be so stated in the order. Fed. Std. No. 183 Continuous Identification Marking of Iron
1.3 The values stated in either SI units or inch-pound units and Steel Products5
are to be regarded separately as standard. The values stated in 2.5 Other Standards:
each system may not be exact equivalents. Therefore, each SSPC-SP 6 Surface Preparation Specification No. 66
system is to be used independently of the other.
3. Ordering Information
1.4 The following precautionary caveat pertains only to the
test method portion, Sections 11, 12, 13, 14, and 15, of this 3.1 The inclusion of the following, as required will describe
specification: This standard does not purport to address all of the desired material adequately, when ordered under this
the safety concerns, if any, associated with its use. It is the specification:
responsibility of the user of this standard to establish appro- 3.1.1 Quantity (feet, metres, or number of lengths),
priate safety and health practices and determine the applica-
bility of regulatory limitations prior to use.
3
For referenced ASTM standards, visit the ASTM website, www.astm.org, or
contact ASTM Customer Service at service@astm.org. For Annual Book of ASTM
Standards volume information, refer to the standard’s Document Summary page on
1
This specification is under the jurisdiction of Committee A01 on Steel, the ASTM website.
4
Stainless Steel and Related Alloys and is the direct responsibility of Subcommittee Available from American Society of Mechanical Engineers (ASME), ASME
A01.09 on Carbon Steel Tubular Products. International Headquarters, Three Park Ave., New York, NY 10016-5990.
5
Current edition approved March 1, 2004. Published April 2004. Originally Available from Standardization Documents Order Desk, DODSSP, Bldg. 4,
approved in 1926. Last previous edition in 2002 as A 106 – 02a. Section D, 700 Robbins Ave., Philadelphia, PA 19111-5098.
2 6
For ASME Boiler and Pressure Vessel Code applications see related Specifi- Available from Steel Structures Painting Council (SSPC), 40 24th St., 6th
cations SA-106 in Section II of that Code. Floor, Pittsburgh, PA 15222-4656.

*A Summary of Changes section appears at the end of this standard.


Copyright © ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959, United States.

1
A 106/A 106M – 04
3.1.2 Name of material (seamless carbon steel pipe), 6. General Requirements
3.1.3 Grade (Table 1), 6.1 Material furnished to this specification shall conform to
3.1.4 Manufacture (hot-finished or cold-drawn), the applicable requirements of the current edition of Specifi-
3.1.5 Size (NPS [DN] and weight class or schedule number, cation A 530/A 530M unless otherwise provided herein.
or both; outside diameter and nominal wall thickness; or inside
diameter and nominal wall thickness), 7. Chemical Composition
3.1.6 Special outside diameter tolerance pipe (16.2.2), 7.1 The steel shall conform to the requirements as to
3.1.7 Inside diameter tolerance pipe, over 10 in. [250 mm] chemical composition prescribed in Table 1.
ID (16.2.3),
3.1.8 Length (specific or random, Section 20), 8. Heat Analysis
3.1.9 Optional requirements (Section 9 and S1 to S8),
8.1 An analysis of each heat of steel shall be made by the
3.1.10 Test report required (Section on Certification of
steel manufacturer to determine the percentages of the ele-
Specification A 530/A 530M),
ments specified in Section 7. If the secondary melting pro-
3.1.11 Specification designation (A 106 or A 106M, includ-
cesses of 5.1 are employed, the heat analysis shall be obtained
ing yeardate),
from one remelted ingot or the product of one remelted ingot
3.1.12 End use of material,
of each primary melt. The chemical composition thus deter-
3.1.13 Hydrostatic test in accordance with Specification
mined, or that determined from a product analysis made by the
A 530/A 530M or 13.3 of this specification, or NDE in
manufacturer, if the latter has not manufactured the steel, shall
accordance with Section 14 of this specification.
be reported to the purchaser or the purchaser’s representative,
3.1.14 Special requirements.
and shall conform to the requirements specified in Section 7.
4. Process
9. Product Analysis
4.1 The steel shall be killed steel, with the primary melting
process being open-hearth, basic-oxygen, or electric-furnace, 9.1 At the request of the purchaser, analyses of two pipes
possibly combined with separate degassing or refining. If from each lot (Note 3) of 400 lengths or fraction thereof, of
secondary melting, using electroslag remelting or vacuum-arc each size up to, but not including, NPS 6 [DN 150], and from
remelting is subsequently employed, the heat shall be defined each lot of 200 lengths or fraction thereof of each size NPS 6
as all of the ingots remelted from a single primary heat. [DN 150] and over, shall be made by the manufacturer from the
4.2 Steel cast in ingots or strand cast is permissible. When finished pipe. The results of these analyses shall be reported to
steels of different grades are sequentially strand cast, identifi- the purchaser or the purchaser’s representative and shall
cation of the resultant transition material is required. The conform to the requirements specified in Section 7.
producer shall remove the transition material by any estab- 9.2 If the analysis of one of the tests specified in 9.1 does
lished procedure that positively separates the grades. not conform to the requirements specified in Section 7,
4.3 For pipe NPS 11⁄2 [DN 40] and under, it shall be analyses shall be made on additional pipes of double the
permissible to furnish hot finished or cold drawn. original number from the same lot, each of which shall
4.4 Unless otherwise specified, pipe NPS 2 [DN 50] and conform to requirements specified.
over shall be furnished hot finished. When agreed upon NOTE 3—A lot shall consist of the number of lengths specified in
between the manufacturer and the purchaser, it is permissible Sections 9 and 21 of the same size and wall thickness from any one heat
to furnish cold-drawn pipe. of steel.

5. Heat Treatment 10. Tensile Requirements


5.1 Hot-finished pipe need not be heat treated. Cold-drawn 10.1 The material shall conform to the requirements as to
pipe shall be heat treated after the final cold draw pass at a tensile properties prescribed in Table 2.
temperature of 1200°F (650°C) or higher.
11. Bending Requirements
TABLE 1 Chemical Requirements
11.1 For pipe NPS 2 [DN 50] and under, a sufficient length
Composition, %
of pipe shall stand being bent cold through 90° around a
Grade A Grade B Grade C cylindrical mandrel, the diameter of which is twelve times the
Carbon, maxA 0.25 0.30 0.35 outside diameter (as shown in ASME B 36.10M) of the pipe,
Manganese 0.27–0.93 0.29–1.06 0.29–1.06 without developing cracks. When ordered for close coiling, the
Phosphorus, max 0.035 0.035 0.035
Sulfur, max 0.035 0.035 0.035 pipe shall stand being bent cold through 180° around a
Silicon, min 0.10 0.10 0.10 cylindrical mandrel, the diameter of which is eight times the
Chrome, maxB 0.40 0.40 0.40 outside diameter (as shown in ASME B 36.10M) of the pipe,
Copper, maxB 0.40 0.40 0.40
Molybdenum, maxB 0.15 0.15 0.15 without failure.
Nickel, maxB 0.40 0.40 0.40 11.2 Subject to the approval of the purchaser, for pipe
Vanadium, maxB 0.08 0.08 0.08
whose diameter exceeds 10 in. [250 mm], it shall be permis-
A
For each reduction of 0.01 % below the specified carbon maximum, an sible for the bend test to be substituted for the flattening test
increase of 0.06 % manganese above the specified maximum will be permitted up
to a maximum of 1.35 %. described in Section 12. The bend test specimens shall be bent
B
These five elements combined shall not exceed 1 %. at room temperature through 180° with the inside diameter of

2
A 106/A 106M – 04
TABLE 2 Tensile Requirements
Grade A Grade B Grade C
Tensile strength, min, psi [MPa] 48 000 [330] 60 000 [415] 70 000 [485]
Yield strength, min, psi [MPa] 30 000 [205] 35 000 [240] 40 000 [275]
Longitu- Transverse Longitu- Transverse Longitu- Transverse
dinal dinal dinal
Elongation in 2 in. [50 mm], min, %:
Basic minimum elongation transverse strip tests, and for all small 35 25 30 16.5 30 16.5
sizes tested in full section
When standard round 2-in. [50-mm] gage length test specimen is 28 20 22 12 20 12
used
A A A
For longitudinal strip tests
For transverse strip tests, a deduction for each 1⁄32-in. [0.8-mm] 1.25 1.00 1.00
decrease in wall thickness below 5⁄16 in. [7.9 mm] from the basic
minimum elongation of the following percentage shall be made
A
The minimum elogation in 2 in. [50 mm] shall be determined by the following equation:
e 5 625 000A0.2 U 0.9 /
for SI units, and
e 5 1 940A0.2 /U 0.9

for Customary US unites,

where:
e = minimum elongation in 2 in. [50 mm], %, rounded to the nearest 0.5 %,
A = cross-sectional area of the tension test specimen, in.2 [mm2], based on specified outside diameter or nominal specimen width and specified wall thickness
rounded to the nearest 0.01 in. 2 [1 mm2] (If the area thus caluclated is equal to or greater than 0.75 in. 2 [500 mm2], then the value 0.75 in.2 [500 mm2] shall
be used), and
U = specified tensile strength, psi [MPa].

the bend being 1 in. [25 mm], without cracking on the outside shall be permissible for the full body of each pipe to be tested
portion of the bent portion. with a nondestructive electric test described in Section 14.
11.3 For pipe whose diameter exceeds 25 in. [635 mm] and 13.3 Where specified in the purchase order, pipe shall be
whose diameter to wall thickness ratio is 7.0 or less, the bend furnished without the hydrostatic test and without the nonde-
test described in 11.2 shall be conducted instead of the structive electric test in Section 14. In this case, each length so
flattening test. furnished shall include the mandatory marking of the letters
“NH.”
NOTE 4—Diameter to wall thickness ratio = specified outside diameter/
nominal wall thickness. 13.4 Where the hydrostatic test and the nondestructive
Example: For 28 in. [711 mm] diameter 5.000 in. [127 mm] thick pipe electric test are omitted and the lengths marked with the letters
the diameter to wall thickness ratio = 28/5 = 5.6 [711/127 = 5.6]. “NH,” the certification, where required, shall clearly state “Not
Hydrostatically Tested,” and the letters “NH” shall be ap-
12. Flattening Tests pended to the product specification number and material grade
12.1 Except as allowed by 11.2, for pipe over NPS 2 [DN shown on the certification.
50], a section of pipe not less than 21⁄2 in. [63.5 mm] in length
shall be flattened cold between parallel plates until the opposite 14. Nondestructive Electric Test
walls of the pipe meet. Flattening tests shall be in accordance 14.1 As an alternative to the hydrostatic test at the option of
with Specification A 530/A 530M, except that in the formula the manufacturer or where specified in the purchase order as an
used to calculate the “H” value, the following “e” constants alternative or addition to the hydrostatic test, the full body of
shall be used: each pipe shall be tested with a nondestructive electric test in
0.08 for Grade A accordance with Practice E 213, E 309, or E 570. In such cases,
0.07 for Grades B and C the marking of each length of pipe so furnished shall include
12.2 When low D-to-t ratio tubulars are tested, because the the letters “NDE.” It is the intent of this nondestructive electric
strain imposed due to geometry is unreasonably high on the test to reject pipe with imperfections that produce test signals
inside surface at the six and twelve o’clock locations, cracks at equal to or greater than that produced by the applicable
these locations shall not be cause for rejection if the D-to-t ratio calibration standard.
is less than ten. 14.2 Where the nondestructive electric test is performed, the
lengths shall be marked with the letters “NDE.” The certifica-
13. Hydrostatic Test tion, where required, shall state “Nondestructive Electric
13.1 Except as allowed by 13.2, 13.3, and 13.4, each length Tested” and shall indicate which of the tests was applied. Also,
of pipe shall be subjected to the hydrostatic test without the letters “NDE” shall be appended to the product specifica-
leakage through the pipe wall. tion number and material grade shown on the certification.
13.2 As an alternative to the hydrostatic test at the option of 14.3 The following information is for the benefit of the user
the manufacturer or where specified in the purchase order, it of this specification:

3
A 106/A 106M – 04
14.3.1 The reference standards defined in 14.4 through 14.6 14.5.2 Transverse Tangential Notch—Using a round tool or
are convenient standards for calibration of nondestructive file with a 1⁄4-in. [6-mm] iameter, a notch shall be filed or
testing equipment. The dimensions of such standards are not to milled tangential to the surface and transverse to the longitu-
be construed as the minimum sizes of imperfections detectable dinal axis of the pipe. The notch shall have a depth not
by such equipment. exceeding 121⁄2 % of the specified wall thickness of the pipe or
14.3.2 The ultrasonic testing referred to in this specification 0.004 in. [0.1 mm], whichever is greater.
is capable of detecting the presence and location of significant 14.5.3 Longitudinal Notch—A notch 0.031 in. [0.8 mm] or
longitudinally or circumferentially oriented imperfections: less in width shall be machined in a radial plane parallel to the
however, different techniques need to be employed for the tube axis on the outside surface of the pipe, to have a depth not
detection of such differently oriented imperfections. Ultrasonic exceeding 121⁄2 % of the specified wall thickness of the tube or
testing is not necessarily capable of detecting short, deep 0.004 in. [0.1 mm], whichever is greater. The length of the
imperfections. notch shall be compatible with the testing method.
14.3.3 The eddy current examination referenced in this 14.5.4 Compatibility—The discontinuity in the calibration
specification has the capability of detecting significant imper- pipe shall be compatible with the testing equipment and the
fections, especially of the short abrupt type. method being used.
14.3.4 The flux leakage examination referred to in this 14.6 For flux leakage testing, the longitudinal calibration
specification is capable of detecting the presence and location reference notches shall be straight-sided notches machined in a
of significant longitudinally or transversely oriented imperfec- radial plane parallel to the pipe axis. For wall thicknesses under
1⁄2 in. [12.7 mm], outside and inside notches shall be used; for
tions: however, different techniques need to be employed for
the detection of such differently oriented imperfections. wall thicknesses equal to and above 1⁄2 in. [12.7 mm], only an
14.3.5 The hydrostatic test referred to in Section 13 has the outside notch shall be used. Notch depth shall not exceed 121⁄2
capability of finding defects of a size permitting the test fluid % of the specified wall thickness, or 0.004 in. [0.1 mm],
to leak through the tube wall and may be either visually seen whichever is greater. Notch length shall not exceed 1 in. [25
or detected by a loss of pressure. Hydrostatic testing is not mm], and the width shall not exceed the depth. Outside
necessarily capable of detecting very tight, through-the-wall diameter and inside diameter notches shall be located suffi-
imperfections or imperfections that extend an appreciable ciently apart to allow separation and identification of the
distance into the wall without complete penetration. signals.
14.3.6 A purchaser interested in ascertaining the nature 14.7 Pipe containing one or more imperfections that pro-
(type, size, location, and orientation) of discontinuities that can duce a signal equal to or greater than the signal produced by the
be detected in the specific applications of these examinations is calibration standard shall be rejected or the area producing the
directed to discuss this with the manufacturer of the tubular signal shall be reexamined.
product. 14.7.1 Test signals produced by imperfections which cannot
14.4 For ultrasonic testing, the calibration reference notches be identified, or produced by cracks or crack-like imperfections
shall be, at the option of the producer, any one of the three shall result in rejection of the pipe, unless it is repaired and
common notch shapes shown in Practice E 213. The depth of retested. To be accepted, the pipe must pass the same specifi-
notch shall not exceed 121⁄2 % of the specified wall thickness cation test to which it was originally subjected, provided that
of the pipe or 0.004 in. [0.1 mm], whichever is greater. the remaining wall thickness is not decreased below that
14.5 For eddy current testing, the calibration pipe shall permitted by this specification. The OD at the point of grinding
contain, at the option of the producer, any one of the following may be reduced by the amount so reduced.
discontinuities to establish a minimum sensitivity level for 14.7.2 Test signals produced by visual imperfections such as
rejection: those listed below may be evaluated in accordance with the
provisions of Section 18:
14.5.1 Drilled Hole—The calibration pipe shall contain
depending upon the pipe diameter three holes spaced 120° 14.7.2.1 Dinges,
apart or four holes spaced 90° apart and sufficiently separated 14.7.2.2 Straightener marks,
longitudinally to ensure separately distinguishable responses. 14.7.2.3 Cutting chips,
The holes shall be drilled radially and completely through the 14.7.2.4 Scratches,
pipe wall, care being taken to avoid distortion of the pipe while 14.7.2.5 Steel die stamps,
drilling. Depending upon the pipe diameter the calibration pipe 14.7.2.6 Stop marks, or
shall contain the following hole: 14.7.2.7 Pipe reducer ripple.
Diameter of 14.8 The test methods described in this section are not
NPS DN Drilled Hole necessarily capable of inspecting the end portion of pipes, a
# 1⁄2 # 15 0.039 in. [1 mm] condition referred to as “end effect.” The length of such end
> 1⁄2 # 11⁄4 > 15 # 32 0.055 in. [1.4 effect shall be determined by the manufacturer and, when
mm]
> 11⁄4 # 2 > 32 # 50 0.071 in. [1.8
specified in the purchase order, reported to the purchaser.
mm]
>2#5 > 50 # 125 0.087 in. [2.2 15. Nipples
mm]
>5 > 125 0.106 in. [2.7 15.1 Nipples shall be cut from pipe of the same dimensions
mm] and quality described in this specification.

4
A 106/A 106M – 04
16. Dimensions, Mass, and Permissible Variations required but consideration should be given to the necessity of
16.1 Mass—The mass of any length of pipe shall not vary exploring all surface imperfections to assure compliance with
more than 10 % over and 3.5 % under that specified. Unless 18.2.
otherwise agreed upon between the manufacturer and the 18.2 Surface imperfections that penetrate more than 121⁄2 %
purchaser, pipe in NPS 4 [DN 100] and smaller may be of the nominal wall thickness or encroach on the minimum
weighed in convenient lots; pipe larger than NPS 4 [DN 100] wall thickness shall be considered defects. Pipe with such
shall be weighed separately. defects shall be given one of the following dispositions:
16.2 Diameter—The tolerances for diameter shall be in 18.2.1 The defect shall be removed by grinding, provided
accordance with the following: that the remaining wall thickness is within the limits specified
16.2.1 Except for pipe ordered as special outside diameter in 16.3.
tolerance pipe or as inside diameter tolerance pipe, variations 18.2.2 Repaired in accordance with the repair welding
in outside diameter shall not exceed those precribed in Table 3. provisions of 18.6.
16.2.2 For pipe over 10 in. [250 mm] OD ordered as special 18.2.3 The section of pipe containing the defect may be cut
outside diameter tolerance pipe, the outside diameter shall not off within the limits of requirements on length.
vary more than 1 % over or 1 % under the specified outside 18.2.4 Rejected.
diameter. 18.3 To provide a workmanlike finish and basis for evalu-
16.2.3 For pipe over 10 in. [250 mm] ID ordered as inside ating conformance with 18.2 the pipe manufacturer shall
diameter tolerance pipe, the inside diameter shall not vary remove by grinding the following noninjurious imperfections:
more than 1 % over or 1 % under the specified inside diameter. 18.3.1 Mechanical marks, abrasions (Note 5) and pits, any
16.3 Thickness—The minimum wall thickness at any point of which imperfections are deeper than 1⁄16 in. [1.6 mm].
shall not be more than 12.5 % under the specified wall 18.3.2 Visual imperfections commonly referred to as scabs,
thickness. seams, laps, tears, or slivers found by exploration in accor-
dance with 18.1 to be deeper than 5 % of the nominal wall
17. Lengths
thickness.
17.1 Pipe lengths shall be in accordance with the following 18.4 At the purchaser’s discretion, pipe shall be subjected to
regular practice: rejection if surface imperfections acceptable under 18.2 are not
17.1.1 The lengths required shall be specified in the order, scattered, but appear over a large area in excess of what is
and considered a workmanlike finish. Disposition of such pipe shall
17.1.2 No jointers are permitted unless otherwise specified. be a matter of agreement between the manufacturer and the
17.1.3 If definite lengths are not required, pipe may be purchaser.
ordered in single random lengths of 16 to 22 ft [5 to 6.7 m] 18.5 When imperfections or defects are removed by grind-
with 5 % 12 to 16 ft [3.7 to 4.8 m], or in double random lengths ing, a smooth curved surface shall be maintained, and the wall
with a minimum average of 35 ft [10.7 m] and a minimum thickness shall not be decreased below that permitted by this
length of 22 ft [6.7 m] with 5 % 16 to 22 ft [5 to 6.7 m]. specification. The outside diameter at the point of grinding is
permitted to be reduced by the amount so removed.
18. Workmanship, Finish and Appearance
18.5.1 Wall thickness measurements shall be made with a
18.1 The pipe manufacturer shall explore a sufficient num- mechanical caliper or with a properly calibrated nondestructive
ber of visual surface imperfections to provide reasonable testing device of appropriate accuracy. In case of dispute, the
assurance that they have been properly evaluated with respect measurement determined by use of the mechanical caliper shall
to depth. Exploration of all surface imperfections is not govern.
18.6 Weld repair shall be permitted only subject to the
TABLE 3 Variations in Outside Diameter approval of the purchaser and in accordance with Specification
Permissible Variations in
A 530/A 530M.
Outside Diameter 18.7 The finished pipe shall be reasonably straight.
NPS [DN Designator]
Over Under
NOTE 5—Marks and abrasions are defined as cable marks, dinges, guide
in. mm in. mm marks, roll marks, ball scratches, scores, die marks, etc.
1⁄8 to 11⁄2 [6 to 40], ⁄
1 64 (0.015) 0.4 ⁄
1 64 (0.015) 0.4
incl 19. End Finish
Over 11⁄2 to 4 [40 to ⁄
1 32 (0.031) 0.8 ⁄
1 32 (0.031) 0.8
100], incl 19.1 The Pipe shall be furnished to the following practice,
Over 4 to 8 [100 to ⁄
1 16 (0.062) 1.6 ⁄
1 32 (0.031) 0.8 unless otherwise specified.
200], incl
Over 8 to 18 [200 to ⁄
3 32 (0.093) 2.4 ⁄
1 32 (0.031) 0.8 19.1.1 NPS 11⁄2 [DN 40] and Smaller—All walls shall be
450], incl either plain-end square cut, or plain-end beveled at the option
Over 18 to 26 [450 to 18 ⁄ (0.125) 3.2 ⁄
1 32 (0.031) 0.8 of the manufacturer.
650], incl
Over 26 to 34 [650 to ⁄
5 32 (0.156) 4.0 ⁄
1 32 (0.031) 0.8 19.1.2 NPS 2 [DN 50] and Larger—Walls through extra
850], incl strong weights, shall be plain-end-beveled.
Over 34 to 48 [850 to ⁄
3 16 (0.187) 4.8 ⁄
1 32 (0.031) 0.8
1200], incl 19.1.3 NPS 2 [DN 50] and Larger—Walls over extra strong
weights, shall be plain-end square cut.

5
A 106/A 106M – 04
NOTE 6—Plain-end beveled is defined as plain-end pipe having a bevel and another from as close to the inner surface as possible. The
angle of 30°, +5° or -0°, as measured from a line drawn perpendicular to specimens shall be either 1⁄2 by 1⁄2 in. [12.5 by 12.5 mm] in
the axis of the pipe with a root face of 1⁄16 6 1⁄32 in. [1.6 6 0.8 mm]. Other section or 1 by 1⁄2 in. [25 by 12.5 mm] in section with the
bevel angles may be specified by agreement between the purchaser and the
manufacturer.
corners rounded to a radius not over 1⁄16 in. [1.6 mm] and need
not exceed 6 in. [150 mm] in length. The side of the samples
20. Number of Tests placed in tension during the bend shall be the side closest to the
20.1 The tensile requirements specified in Section 7 shall be inner and outer surface of the pipe respectively.
determined on one length of pipe from each lot (Note 3) of 400 22.5 All routine check tests shall be made at room tempera-
lengths or fraction thereof of each size under NPS 6 [DN 150], ture.
and from each lot of 200 lengths or fraction thereof of each size
NPS 6 [DN 150] and over. 23. Certification
20.2 For pipe NPS 2 [DN 50] and under, the bend test 23.1 When test reports are requested, in addition to the
specified in 11.1 shall be made on one pipe from each lot of requirements of Specification A 530/A 530M, the producer or
400 lengths or fraction thereof of each size. The bend test, supplier shall furnish to the purchaser a chemical analysis
where used as permitted by 11.2 or required by 11.3, shall be report for the elements specified in Table 1.
made on one end of 5 % of the pipe from each lot. For small
lots, at least one pipe shall be tested. 24. Product Marking
20.3 The flattening test specified in Section 12 shall be 24.1 In addition to the marking prescribed in Specification
made on one length of pipe from each lot of 400 lengths or A 530/A 530M, the marking shall include heat number, the
fraction thereof of each size over NPS 2 [DN 50], up to but not information as per Table 4, an additional symbol “S” if one or
including NPS 6 [DN 150], and from each lot of 200 lengths or more of the supplementary requirements apply; the length, OD
fraction thereof, of each size NPS 6 [DN 150] and over. 1 %, if ordered as special outside diameter tolerance pipe; ID
20.4 If any test specimen shows flaws or defective machin- 1 %, if ordered as special inside diameter tolerance pipe; the
ing, it shall be permissible to discard it and substitute another schedule number, weight class, or nominal wall thickness; and,
test specimen. for sizes larger than NPS 4 [DN 100], the weight. Length shall
be marked in feet and tenths of a foot [metres to two decimal
21. Retests places], depending on the units to which the material was
21.1 If the percentage of elongation of any tension test ordered, or other marking subject to agreement. For sizes NPS
specimen is less than that prescribed in Table 1 and any part of 11⁄2 , 11⁄4 , 1, and 3⁄4 [DN 40, 32, 25, and 20], each length shall
the fracture is more than 3⁄4 in. [19 mm] from the center of the be marked as prescribed in Specification A 530/A 530M. These
gage length of a 2-in. [50-mm] specimen as indicated by scribe sizes shall be bundled in accordance with standard mill practice
scratches marked on the specimen before testing, a retest shall and the total bundle footage marked on the bundle tag;
be allowed. If a specimen breaks in an inside or outside surface individual lengths of pipe need not be marked with footage.
flaw, a retest shall be allowed. For sizes less than NPS 3⁄4 [DN 20], all the required markings
21.2 Should a crop end of a finished pipe fail in the shall be on the bundle tag or on each length of pipe and shall
flattening test, one retest is permitted to be made from the include the total footage; individual lengths of pipe need not be
failed end. Pipe shall be normalized either before or after the marked with footage. If not marked on the bundle tag, all
first test, but pipe shall be subjected to only two normalizing required marking shall be on each length.
treatments. 24.2 When pipe sections are cut into shorter lengths by a
subsequent processor for resale as material, the processor shall
22. Test Specimens and Test Methods transfer complete identifying information, including the name
22.1 On NPS 8 [DN 200] and larger, specimens cut either or brand of the manufacturer to each unmarked cut length, or
longitudinally or transversely shall be acceptable for the to metal tags securely attached to bundles of unmarked small
tension test. On sizes smaller than NPS 8 [DN 200], the diameter pipe. The same material designation shall be included
longitudinal test only shall be used. with the information transferred, and the processor’s name,
22.2 When round tension test specimens are used for pipe trademark, or brand shall be added.
wall thicknesses over 1.0 in. [25.4 mm], the mid–length of the 24.3 Bar Coding—In addition to the requirements in 24.1
longitudinal axis of such test specimens shall be from a and 24.2, bar coding is acceptable as a supplementary identi-
location midway between the inside and outside surfaces of the fication method. The purchaser may specify in the order a
pipe. specific bar coding system to be used.
22.3 Test specimens for the bend test specified in Section 11
and for the flattening tests shall consist of sections cut from a
pipe. Specimens for flattening tests shall be smooth on the ends TABLE 4 Marking
and free from burrs, except when made on crop ends. Hydro NDE Marking
22.4 Test specimens for the bend test specified in 11.2 and Yes No Test Pressure
11.3 shall be cut from one end of the pipe and, unless otherwise No Yes NDE
No No NH
specified, shall be taken in a transverse direction. One test Yes Yes Test Pressure/NDE
specimen shall be taken as close to the outer surface as possible

6
A 106/A 106M – 04
25. Government Procurement specified in the contract, the producer shall use his own, or any
25.1 When specified in the contract, material shall be other suitable facilities for the performance of the inspection
preserved, packaged, and packed in accordance with the and test requirements specified herein, unless disapproved by
requirements of MIL-STD-163. The applicable levels shall be the purchaser. The purchaser shall have the right to perform
as specified in the contract. Marking for the shipment of such any of the inspections and tests set forth in this specification
material shall be in accordance with Fed. Std. No. 123 for civil where such inspections are deemed necessary to ensure that the
agencies and MIL-STD-129 or Fed. Std. No. 183 if continuous material conforms to the prescribed requirements.
marking is required for military agencies.
25.2 Inspection—Unless otherwise specified in the contract, 26. Keywords
the producer is responsible for the performance of all inspec-
26.1 carbon steel pipe; seamless steel pipe; steel pipe
tion and test requirements specified herein. Except as otherwise

SUPPLEMENTARY REQUIREMENTS

One or more of the following supplementary requirements shall apply only when specified in the
purchase order. The purchaser may specify a different frequency of test or analysis than is provided
in the supplementary requirement. Subject to agreement between the purchaser and manufacturer,
retest and retreatment provisions of these supplementary requirements may also be modified.

S1. Product Analysis required shall also be specified. If a specimen from any length
S1.1 Product analysis shall be made on each length of pipe. shows objectionable defects, the length shall be rejected,
Individual lengths failing to conform to the chemical compo- subject to removal of the defective end and subsequent retests
sition requirements shall be rejected. indicating the remainder of the length to be sound and
reasonably uniform material.
S2. Transverse Tension Test
S5. Carbon Equivalent
S2.1 A transverse tension test shall be made on a specimen
from one end or both ends of each pipe NPS 8 [DN 200] and S5.1 The steel shall conform to a carbon equivalent (CE) of
over. If this supplementary requirement is specified, the num- 0.50 maximum as determined by the following formula:
ber of tests per pipe shall also be specified. If a specimen from %Mn %Cr 1 %Mo 1 %V %Ni 1 %Cu
CE 5 %C 1 6 1 5 1 15
any length fails to meet the required tensile properties (tensile,
yield, and elongation), that length shall be rejected subject to S5.2 A lower CE maximum may be agreed upon between
retreatment in accordance with Specification A 530/A 530M the purchaser and the producer.
and satisfactory retest. S5.3 The CE shall be reported on the test report.

S3. Flattening Test S6. Heat Treated Test Specimens


S3.1 The flattening test of Specification A 530/A 530M S6.1 At the request of the purchaser, one tensile test shall be
shall be made on a specimen from one end or both ends of each performed by the manufacturer on a test specimen from each
pipe. Crop ends may be used. If this supplementary require- heat of steel furnished which has been either stress relieved at
ment is specified, the number of tests per pipe shall also be 1250°F or normalized at 1650°F, as specified by the purchaser.
specified. If a specimen from any length fails because of lack Other stress relief or annealing temperatures, as appropriate to
of ductility prior to satisfactory completion of the first step of the analysis, may be specified by agreement between the
the flattening test requirement, that pipe shall be rejected purchaser and the manufacturer. The results of this test shall
subject to retreatment in accordance with Specification A 530/ meet the requirements of Table 1.
A 530M and satisfactory retest. If a specimen from any length
of pipe fails because of a lack of soundness, that length shall be S7. Internal Cleanliness–Government Orders
rejected, unless subsequent retesting indicates that the remain- S7.1 The internal surface of hot finished ferritic steel pipe
ing length is sound. and tube shall be manufactured to a free of scale condition
equivalent to the visual standard listed in SSPC-SP6. Cleaning
S4. Metal Structure and Etching Test shall be performed in accordance with a written procedure that
S4.1 The steel shall be homogeneous as shown by etching has been shown to be effective. This procedure shall be
tests conducted in accordance with the appropriate sections of available for audit.
Method E 381. Etching tests shall be made on a cross section
from one end or both ends of each pipe and shall show sound S8. Requirements for Carbon Steel Pipe for Hydrofluoric
and reasonably uniform material free from injurious lamina- Acid Alkylation Service
tions, cracks, and similar objectionable defects. If this supple- S8.1 Pipe shall be provided in the normalized heat-treated
mentary requirement is specified, the number of tests per pipe condition.

7
A 106/A 106M – 04
S8.2 The maximum carbon equivalent based upon heat S8.4 Vanadium and niobium maximum content based upon
analysis shall be as follows: heat analysis shall be:
Maximum specified wall thickness Maximum vanadium = 0.02 wt %
less than or equal to 1 in. [25 mm] CE maximum = 0.43 Maximum niobium = 0.02 wt %
Maximum specified wall thickness Maximum vanadium plus niobium = 0.03 wt %
greater than 1 in. [25 mm] CE maximum = 0.45
(Note—niobium = columbium)
S8.3 Determine the carbon equivalent (CE) as follows: S8.5 The sum of the nickel and copper contents, based upon
CE = C + Mn/6 + (Cr + Mo + V)/5 + (Ni + Cu)/15 heat analysis, shall not exceed 0.15 wt %.
S8.6 The carbon content shall be at least 0.18 wt %.

SUMMARY OF CHANGES

Committee A01 has identified the location of selected changes to this specification since the last issue,
A 106 – 02a, that may impact the use of this specification. (Approved March 1, 2004)

(1) Deleted Note 2 in 1.1. (5) Added Supplementary Requirements S8 for HF acid
(2) Deleted Tables 3 and 4 and renumbered subsequent tables. alkylation service.
(3) Deleted Appendixes X1 and X2.
(4) Included rationalized SI units throughout, creating a com-
bined standard.

Committee A01 has identified the location of selected changes to this specification since the last issue, A 106 – 02, that may
impact the use of this specification. (Approved December 10, 2002)

(1) 13.1, 13.3, 13.4, and 14.2 were editorially revised. (3) 20.4 was deleted.
(2) 13.2 and 14.1 were revised to allow NDE as an alternative (4) 20.5 was renumbered as 20.4 and was editorially revised.
to the hydrostatic test at the option of the manufacturer.

ASTM International takes no position respecting the validity of any patent rights asserted in connection with any item mentioned
in this standard. Users of this standard are expressly advised that determination of the validity of any such patent rights, and the risk
of infringement of such rights, are entirely their own responsibility.

This standard is subject to revision at any time by the responsible technical committee and must be reviewed every five years and
if not revised, either reapproved or withdrawn. Your comments are invited either for revision of this standard or for additional standards
and should be addressed to ASTM International Headquarters. Your comments will receive careful consideration at a meeting of the
responsible technical committee, which you may attend. If you feel that your comments have not received a fair hearing you should
make your views known to the ASTM Committee on Standards, at the address shown below.

This standard is copyrighted by ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959,
United States. Individual reprints (single or multiple copies) of this standard may be obtained by contacting ASTM at the above
address or at 610-832-9585 (phone), 610-832-9555 (fax), or service@astm.org (e-mail); or through the ASTM website
(www.astm.org).

8
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai