Ancaman serta Tantangan Bangsa Indonesia dalam Implementasi
Wawasan Nusantara A. Ancaman bangsa Indonesia dalam implementasi Wawasan Nusantara Ancaman terhadap sebagian wilayah merupakan ancaman seluruh wilayah dan menjadi tanggung jawab segenap bangsa. Hal tersebut merupakan arti Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan Pertahanan dan Keamanan. Adapun beberapa ancaman yang mengancam Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan : Bidang Ideologi : Adanya ideologi luar yang ingin menggantikan Pancasila Implementasi : Mengalakkan pendidikan Pancasila Bidang Politik : Maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme Implementasi : Memberantas korupsi sejak dini Hoaks dalam pemilihan umum Implementasi : Pemilihan dalam mengonsumsi berita Bidang Ekonomi : Kecenderungan masyarakat membeli barang impor Implementasi : Mencintai dan menggunakan produksi dalam negeri Bidang Sosial Budaya Tergerusnya budaya lokal dengan budaya asing Implementasi : Melestarikan budaya lokal Bidang Pertahanan dan Keamanan Ancaman militer seperti : Sabotase, dan Terorisme Implementasi : Memperkuat pertahanan dan keamanan negara B. Tantangan bangsa Indonesia dalam implementasi Wawasan Nusantara Dalam dunia ini, yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan dengan wawasan nusantara yang syarat dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan dibentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuandan kesatuan itu akan terhanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang Wawasan Persatuan bangsa. Tantangan itu antara lain adalah pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia yang tanpa batas, era baru kapitalisme, dan kesadaran warga negara. 1) Pemberdayaan Masyarakat a) John Nasibit dalam bukunya “Global Paradox” Menyatakan negara harus dapat memberikan peranan sebesar- besarnya kepada rakyatnya. Pemberdayaan masyarakat dalam arti ini adalah memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara maju dengan button-up planning, sedangkan untuk negara berkembang dengan top-down planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan landasan operasional berupa GBHN b) Kondisi Nasional (Pembangunan) Kondisi nasional (pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat diperlukan terutama untuk daerah- daerah tertinggal. Kondisi tersebut menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan social di masyarakat, apabila kondisi ini berlarut-larut masyarakat di daerah tertinggal akan berubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak, mengingat masyarakat sudah tidak berdaya dalam aspek kehidupannya. 2) Dunia Tanpa Batas a) Perkembangan IPTEK Perkembangan global saat ini sangat maju dan pesat, didukung dengan perkembangan IPTEK yang sangat modern khususnya di bidang teknologi informasi, komunikasi, dan transformasi seakan dunia sudah menyatu menjadi kampong sedunia, dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas negara, sehingga dunia menjadi tanpa batas. b) Kenichi Omahe dalam bukunya “Borderless Word” dan “The End of Nation State” Dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografi dan politik relative masih tetap, namun kehidupan dalam satu negara tidak mungkin dapat membatasu kekuatan global ynag berupa informasi, investasi, industry, dan konsumen yang makin individual. Untuk dapat menghadapi kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. 3) Era Baru Kapitalisme a) Sloan dan Zureker Dalam bukunya yang berjudul “Dictionary of Economics”, menyebutkan tentang kapitalisme adalah sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri. b) Lester Thurow Dalam bukunya yang berjudul “The Future of Capitalism”, ditegaskan antara lain bahwa untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan antara paham individu dan paham sosialis. Dikaitkan dengan era baru kapitalisme tidak terlepas dari globalisasi, maka negara-negara maju dalam rangka mempertahankan eksistensinya di bidang ekonomi menekankan negara-negara berkembang dengan isu global yang mencakup demokratisasi HAM dan lingkungan hidup. 4) Kesadaran Warga Negara a) Pandangan bangsa Indonesia tentang hak dan kewajiban Bangsa Indonesia melihat bahwa hak tidak terlepas dari kewajiban, maka manusia Indonesia baik sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat, mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, karena merupakan satu kesatuan tiap hakmengandung kewajiban dan demikian sebaliknya, kedua-duanya merupakan dua sisi dai mata uang yang sama. b) Kesadaran Bela Negara Pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menunjukkan kesadaran bela negara yang optimal, dimana seluruh rakyat bersatu pada berjuang tanpa mengenal perbedaan, tanpa pamrih dan tidak kenal menyerah yang ditunjukkan dalam jiwa heroism dan patriotism karena senasib sepenanggungan dan setia kawan melalui perjuangan fisik untuk mengusir penjajag demi merdeka. Di dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dihadapi adalah perjuangan nonfisik yang mencakup seluruh aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenajngan sosial, memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme.