Anda di halaman 1dari 9

SIKAP NASIONALISME, PATRIOTISME DAN BELA

NEGARA PEMUDA DI MASA PANDEMI COVID-19

Proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu penugasan Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang di empu oleh Dr. Ridwan Effendi, M.Ed.

Oleh
Fitzal Shidqi Albachaj 2007898
Fikri Fauzi 2006397

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
Sikap Nasionalisme, Patriotisme dan Bela Negara Pemuda
Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

A. Pendahuluan

Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang integralistik, dalam arti


yang tidak membeda-bedakan masyarakat atau warga negara atas dasar golongan
atau yang lainnya, melainkan mengatasi segalakeanekaragaman itu tetap diakui
Persoalan nasionalisme dan patriotisme di era global sebenarnya bukan hanya
masalah yang dialami oleh Indonesia. Amerika Serikat yang merupakan negara
adidaya dengan kekuatan politik, ekonomi, budaya, dan hankam yang tak
tertandingi pun harus berdaya upaya sekeras-kerasnya dalam membangun
semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan warganya. Demikian pula
dengan negara-negara lain. Bahkan Malaysia, misalnya, beberapa waktu
belakangan ini tengah ramai diskusi dan program tentang pembangunan
nasionalisme dan patriotisme di negara tersebut.

Rasa nasionalisme penting dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam


menghadapi pandemi Covid-19. Jika di masa lalu seluruh komponen bangsa
dengan rasa nasionalisme tinggi bersatu berjuang melawan penjajah untuk
merebut kemerdekaan, maka sekarang ini kita sebagai bangsa Indonesia dengan
rasa nasionalisme tinggi pula harus bersatu melawan Covid-19. Caranya dengan
menerapkan berbagai protokol yang telah ditetapkan, terlebih ketika kita akan
memasuki masa tatanan kehidupan baru (new normal life). Karena, pada
kenyataannya pandemi Covid-19 belum berakhir. Tanpa memiliki rasa
nasionalisme tinggi yang didukung dengan kesadaran dan kedisiplinan tinggi pula
sangat sulit kiranya melaksanakan new normal life secara baik. Nasionalisme
dalam situasi negara seperti saat ini diperlukan karena dapat menjadi pemersatu
bangsa dan untuk mempertahankan keutuhan NKRI tercinta terlebih jika dikaitkan
dengan konstitusi negara Republik Indonesia. Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945) menyatakan, "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara". Ayat tersebut intinya menjelaskan bahwa
kita wajib melakukan upaya pembelaan negara yang tentunya harus dengan rasa
nasionalisme yang timbul dari diri kita sendiri. Perwujudan bela negara di masa
kini bermacam-macam caranya, tidak seperti di masa lalu ketika masa revolusi
merebut kemerdekaan dengan cara angkat senjata menjadi kombatan untuk
memerangi penjajah. Namun, contoh wujud bela negara saat ini antara lain: Setia
kepada ideologi Pancasila dan konstitusi UUD 1945 Mengabdikan diri sesuai
dengan profesi yang kita miliki Mentaati dan mematuhi berbagai peraturan yang
berlaku (taat hukum) Membayar pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah (taat
pajak) Mencintai produk-produk dalam negeri Melaksanakan hak dan kewajiban
sesuai ketentuan yang berlaku. Selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas,
contoh lain sebagai wujud nasionalisme dan bela negara yang bisa kita saksikan
sekarang adalah adanya solidaritas sosial dalam rangka membangun persatuan
untuk memutus penyebaran pandemi Covid-19 dan berempati kepada mereka
yang terdampak Covid-19. Salah satu caranya memberikan bantuan berupa obat-
obatan dan logistik bahkan menggalang donasi untuk dapat membantu yang
terdampak kemudian bersatu pula untuk melakukan pemulihan (recovery)
ekonomi dengan memperhatikan prototokol Kesehatan.

Nasionalisme adalah masalah yang fundamental bagi sebuah negara,


terlebih jika negara tersebut memiliki karakter primordial yang sangat pluralistik.
Klaim telah dicapainya bhinneka tunggal ika, apalagi lewat politik homogenisasi,
sebetulnya tidak pernah betul-betul menjadi realitas historis, melainkan sebuah
agenda nation-building yang sarat beban harapan. Oleh sebab itu, ia kerap terasa
hambar. Dengan penafsiran tersendiri, ini merupakan bentuk imagined society
seperti istilah Benedict Anderson. Benedict Anderson (1999) menggunakan istilah
imajinasi untuk menggambarkan kemiripan makna tentang fantasi. Penjelasannya
lebih condong menggunakan analisis sejarah politik untuk menjelaskan kaitan
antara imajinasi kolektif yang mengikat suatu komunitas. Orang disatukan sebagai
suatu negara karena persamaan identitas darah, ideologi, dan kepentingan. Kalau
mau jujur, gagasan Indonesia sebagai negara adalah produk kolonialisme.
Kesatuan teritorial dagang di bawah Belanda, Inggris, kemudian diambil alih
Jepang dan diwariskan ke pemerintahan bersama warga lokal yang bernama
Indonesia. Indonesia adalah laboratorium sosial yang sangat kaya karena
pluralitasnya, baik dari aspek ras dan etnis, bahasa, agama dan lainnya. Itu pun
ditambah status geografis sebagai negara maritim yang terdiri dari setidaknya
13.000 pulau. Bahwa pluralitas di satu pihak adalah aset bangsa jika dikelola
secara tepat, di pihak lain ia juga membawa bibit ancaman disintegrasi. Karakter
pluralistik itu hanya suatu pressing factor dalam realitas ikatan negara. Negara itu
sendiri pada hakikatnya merupakan social contract, seperti istilah Rousseau, yang
secara intrinsik selalu memiliki tantangan disintegrasi. Yang menjadi soal,
seberapa besar derajat ancaman itu dan seberapa baik manajemen
penyelesaiannya. Ada faktor contagion, bahwa langkah yang satu dapat ditiru
yang lain, akan memperkuat tekanan itu terlebih bila masing-masing mengalami
pengalaman traumatik yang mirip.

 Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat


perundangan dan petinggi suatu negara tentang semangat cinta tanah air
seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen warga negara Indonesia dalam
kepentingan mempertahankan eksitensi negara Indonesia. Bela negara juga adalah
hak dan kewajiban setiap warga negara, bukan hanya para petinggi pertahanan
negara saja, akan tetapi setiap warga negara juga memiliki hak dan kewajiabn
untuk membela negara. Di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia,
seharusnya setiap warga negara memiliki hak dan kewajibannya, dengan cara
mematuhi kebijakan pemerintah pusat maupun daerah untuk selalu menjaga jarak
dengan orang lain minimal dengan jarak satu meter atau social distancing.

Setiap warga negara wajib mengamankan, melindungi, dan membela


negara yang mengancam kedaulatan negara dan keutuhan wilayah. Kewajiban
bela negara diemban oleh seluruh masyarakat Indonesia berlandaskan Pancasila,
Undang–Undang Dasar 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
Tidak hanya itu, upaya membela negara bukanlah tugas Tentara Nasional
Indonesia (TNI) saja, melainkan seluruh masyarakat Indonesia. Hal inilah yang
mendasari pelaksanaan program bela negara yang dilaksanakan oleh Kementerian
Pertahanan Republik Indonesia dan seluruh instansi terkait. Program bela negara
tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Program ini dijalakan secara sistemasis
dan terarah melalui jalur pendidikan mengingat pendidikan merupakan ruang
dalam pembangunan kesadaran bangsa yang berlandaskan Pancasila dan UUD
1945. Pendidikan merupakan kegiatan untuk membantu perkembangan peserta
didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengartikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Bela Negara dalam arti
luas tidak hanya dalam menghadapi ancaman militer tetapi juga non militer, di era
globalisasi dan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bentuk
ancaman sangat variative dan kompleks, hanya bangsa yang mempunyai
keunggulan kompetitif lah yang mampu bersaing dan memenangkan persaingan
tersebut.

Memperhatikan kenyataan di atas dimana masalah pembangunan


nasionalisme dan patriotisme saat ini tengah menghadapi tantangan yang berat,
maka perlu dimulai upaya-upaya untuk kembali mengangkat tema tentang
pembangunan nasionalisme dan patriotisme. Apalagi di sisi lain, pembahasan atau
diskusi tentang nasionalisme dan patriotisme di Indonesia justru kurang
berkembang (atau mungkin memang kurang dikembangkan).

B. Identifikasi Masalah

Di masa pandemi seperti ini pemuda dipaksa untuk berdiam diri (social
distancing) di rumah agar dapat memutus rantai penyebaran Covid-19 yang
menjadikan mereka tidak punya pilihan kegiatan lain selain belajar atau
berselancar di internet. Internet merupakan media untuk mencari sesuatu entah itu
informasi atau hiburan dari seluruh penjuru negeri dengan bebas. Globalisasi
inilah yang dapat menjadi ancaman negara karena orang orang jadi tertarik dengan
hal-hal yang tidak penting dan tidak seharusnya dimiliki yang akan berdampak
pada kehidupan bernegara mereka. Misalnya hal yang sedang tren sekarang yakni
anime khususnya yang berjudul “Attack On Titan”. Anime ini adalah animasi
kartun buatan jepang, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi otak dan
perilaku remaja remaja di Indonesia menjadi kejepang jepangan. Selain Anime,
ada juga drama korea dan K-Pop. Layaknya anime, drama korea ini juga dapat
mempengaruhi kebiasaan remaja menjadi kekoreaan. Itu semua dapat
menyebabkan lunturnya nasionalis dan kebudayaan Indonesia.

Permasalahan diatas bukanlah hal yang sepele dan perlu disikusi mengenai
penanganannya dengan serius. Karena jika dibiarkan, remaja remaja yang akan
memimpin masa depan tersebut akan mengkhawatirkan, bayangkan saja jika
pemimpin kita di masa depan tidak memiliki sifat nasionalis, bela negara dan
patriotism, tentu saja negara kita tidak akan menjadi negara dengan fondasi yang
kuat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka


dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menghadapi era globalisasi di masa pandemic seperti ini


agar rasa nasionalime, patriotism dan bela negara tidak luntur ?
2. Apa saja Sikap Nasionalisme yang dapat dilakukan di masa pandemic
sekarang ini?
3. Apa saja Sikap Patriotisme yang dapat dilakukan di masa pandemic
sekarang ini?
4. Apa saja Sikap Bela Negara yang dapat dilakukan di masa pandemic
sekarang ini?
D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian


sebagai berikut :

1. Mengetahui cara menghadapi era globalisasi di masa pandemic seperti ini


agar rasa nasionalime, patriotism dan bela negara tidak luntur.
2. Mengetahui sikap Nasionalisme yang dapat dilakukan di masa pandemic
sekarang ini.
3. Mengetahui sikap Patriotisme yang dapat dilakukan di masa pandemic
sekarang ini.
4. Mengetahui sikap Bela Negara yang dapat dilakukan di masa pandemic
sekarang ini.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan gambaran permasalahan yang sedang
dihadapi mengenai pentingnya nasionalisme, patriotism, dan bela
negara pada masa pandemic khususnya pada para remaja penerus
bangsa.
b. Sebagai bahan informasi.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai Tugas besar Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Sebagai Karya tulis Ilmiah.

F. Metodologi Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pemahaman
terhadap fenomena social yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian
ini, peneliti menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran yang
diutamakan dalam memperoleh hasil penelitian, dalam hal ini peneliti
menggunakan metode survei.
DAFTAR PUSTAKA

Shabrina R.S. 2020. Memperkuat Kesadaran Bela Negara Di Tengah Pandemi


Covid-19

Metiadini A, Putri H.R, Rahmat K.H, Uksan A. Urgensi Pendidikan Bela Negara
Guna Membangun Sikap Nasionalisme Pada Generasi Millenial Di Indonesia. Al-
Muaddib :Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman Vol. 5 No.2 (2020)

Affan M.H, Maksum H, Affan. 2016. Membangun Kembali Sikap Nasionalisme


Bangsa Indonesia Dalam Menangkal Budaya Asing Di Era Globalisasi. JURNAL
PESONA DASAR Vol. 3 No.4, Oktober 2016, Hal 65 - 72 ISSN: 2337-9227

Setiawan D. 2017. Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara


terhadap Sikap Nasionalisme dan Karakter Kebangsaan. Jurnal Pendidikan Ilmu-
Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 24-33

Anda mungkin juga menyukai