Anda di halaman 1dari 7

NAMA : REFAN AHMAD FAUZAN

KELAS : IX-G
TUGAS : PKN

BELA NEGARA

I. Pengertian

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh
kecintaan pada tanah air, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi
kelangsungan dan kejayaan Bangsa dan Negara.

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) adalah pembentukan


tekad, sikap dan tindakansetiap warga Negara secara teratur, menyeluruh,
terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh rasa cinta tanah air untuk selalu
membela keutuhan / kepentingan bangsa dan Negara dengan semangat Bhineka
Tunggal Ika.

II. Landasan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara


1. Asas Demokrasi dalam pembelaan Negara

Pasal 27 ayat (3) UUN 1945 menyatakan bahwa usaha bela Negara
merupakan hak dan kewajiban warga Negara artinya bahwa setiap warga
Negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan Negara
melalui lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR/DPD/DPRD).

2. Esensi Bela Negara (UU No.3 Tahun 2002

Esensi bela Negara adalah bersikap, berbuat dan bertindak yang terbaik bagi
bangsa dan Negara.
III. Pola Pikir menuju semangat Bela Negara
1. Semangt bela Negara akan terwujud bila rasa cinta tanah air telah dijiwai
oleh seluruh warga Negara.
2. Rasa cinta tanah air akan terwujud bila semangat persatuan dan kesatuan
bangsa telah tertananam diseluruh lapisan masyarakat.
3. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa akan terwujud diseluruh lapisan
masyarakat bila sikap untuk saling hormat-menghormati (sesuai adat,
budaya, dan ajaran agama) dapat terpelihara dalam kehidupan masyarakat,
kehidupan berbangsa dan kehidupan bernegara.Idealnya adalah bila
semangat persatuan dan kesatuan bangsa telah terwujud, rasa cinta tanah air
pun akan tertanam dalam jiwa seluruh warga Negara, sehingga tuntutan dan
kewajiban untuk bela Negara akan terwujud pula.
IV. Ancaman – ancaman terhadap Negara
1. Ancaman Dari Luar

a. Sengketa Kepulauan Spratly yang melibatkan beberapa negara di


kawasan ini, masalah Timor Timur yang menyebabkan ketegangan antara
Indonesia dan Australia, dan sengketa Pulau Sipadan/Ligitan antara
Indonesia dan Malaysia, namun diperkirakan semua pihak yang terkait
tidak akan menyelesaikan masalah tersebut melalui kekerasan bersenjata.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam jangka waktu pendek
ancaman dalam bentuk agresi dari luar relatif kecil.
b. Potensi ancaman dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya
menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi,
propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat terlarang, film-film porno
atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa
Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya dapat merusak
budaya bangsa.
c. Potensi ancaman dari luar lainnya adalah dalam bentuk “penjarahan”
sumber daya alam Indonesia melalui eksploitasi sumber daya alam yang
tidak terkontrol yang pada gilirannya dapat merusak lingkungan atau
pembagian hasil yang tidak seimbang baik yang dilakukan secara “legal”
maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan pejabat pemerintah terkait
sehingga meyebabkan kerugian bagi negara.

2. Ancaman Dari Dalam

Meskipun tokoh-tokoh LSM banyak yang menyatakan hal ini sebagai


sesuatu yang mengada-ada, pada kenyataannya potensi ancaman yang
dihadapi negara
Republik Indonesia tampaknya akan lebih banyak muncul dari dalam negeri,
antara lain dalam bentuk:

a. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan


sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah
terhadap kebijakan pemerintah pusat
b. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran
Hak Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru-
hara/kerusuhan massa
c. upaya penggantian ideologi Panca Sila dengan ideologi lain yang ekstrim
atau yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa
Indonesia
d. potensi konflik antar kelompok/golongan baik akibat perbedaan pendapat
dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA
e. perbedaan pendapat yang justru adalah esensi dari demokrasi malah
merupakan potensi konflik yang serius

V. Konsep Bela Negara

Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak


dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Konsep Bela Negara
dapat diuraikan yaitu secara fisik maupun non-fisik.

Secara fisik yaitu dengan cara “memanggul bedil” menghadapi serangan


atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi
ancaman dari luar.

Bela Negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai “segala upaya


untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan
terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara”.

1. Bela Negara Secara Fisik

Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara


merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara Republik
Indonesia yang diatur dalam UU no 3 tahun 2002 dan sesuai dengan doktrin
Sistem Pertahanan Semesta,
Maka pelaksanaannya dilakukan oleh Rakyat Terlatih (Ratih) yang terdiri
dari berbagai unsur misalnya Resimen Mahasiswa, Perlawanan Rakyat,
Pertahanan Sipil, Mitra Babinsa, OKP yang telah mengikuti Pendidikan
Dasar Militer dan lainnya. Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi yaitu
Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat dan
Perlawanan Rakyat.

2. Bela Negara Secara Non-Fisik

Di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi


saat ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal
berbagai potensi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik dari luar
maupun dari dalam seperti yang telah diuraikan di atas.

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara tidak selalu


harus berarti “memanggul bedil menghadapi musuh”. Keterlibatan warga
negara sipil dalam bela negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan
cara:

a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati


arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak
memaksakan kehendak
b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang
tulus kepada masyarakat
c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya
nyata (bukan retorika)
d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang
dan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia
e. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat
menangkal pengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada
Allah swt melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing

Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam


melakukan bela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik
yang pada gilirannya merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi
atau bahkan dihilangkan sama sekali.
Kegiatan bela negara secara non-fisik sebagai upaya peningkatan
Ketahanan Nasional juga sangat penting untuk menangkal pengaruh budaya
asing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi (atau
disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakin
canggihnya teknologi komunikasi.XII. Motivasi dalam Bela Negara

Bela Negara tidak semestinya dipahami sebagai upaya “memanggul


senjata” atau berbau “militerisme” dan bukan semata-mata hanya tugas TNI,
tetapi merupakan tugas segenap warga Negara sesuai kemampuan dan
profesi dalam masyarakat.

Usaha pembelaan Negara bertumpu pada kesadaran setiap warga


Negara akan hak dan
kewajibannya yang ditumbuh kembangkan untuk mencintai tanah air. Hal
ini akan berhasil bila setiap warga Negara memahami keunggulan, kelebihan
dan kekurangan bangsanya.
Untuk itu perlu mengetahui :

1. Sejarah perjuangan bangsa.


2. Kedudukan geografis nusantara yang sangat strategis.
3. Keadaan dan jumlah penduduk (demografis).
4. Kekayaan sumber daya alamnya.
5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK.
6. Kemungkinan timbulnya bencana perang.
7. Situasi dan dampak globalisasi bagi kehidupan bangsa terutama terhadap
kedifupan sosial masyarakat.

VI. Faktor – faktor yang mempengaruhi


1. Lingkungan Pemukiman.
a. Keluarga. Terbentuknya motivasi juang dan semangat kebangsaan di
lingkungan keluarga.
b. Aparat Terkait. Terwujudnya organisasi pembina serta kegiatan yang
terprogram dan terpadu dengan melibatkan semua pihak.
c. Tokoh Agama. Terwujudnya kepedulian tokoh agama dalam
menanamkan semangat kebangsaan melalui jalur agama.
2. Lingkungan Pendidikan.
a. Dukungan dunia pendidikan. Terwujudnya guru/pengajar/dosen yang
punya tanggung jawab moral dalam menanamkan semangat kebangsaan
serta pemahaman materi PPBN yang optimal.
b. Kegiatan Ekstra Kurikuler. Terselenggaranya kegiatan ekstra kurikuler
yang dapat disisipi PPBN dan menumbuhkan wawasan kebangsaan.
c. Kegiatan Kepramukaan. Terselenggaranya kegiatan kepramukaan yang
dapat menumbuh kan sikap hidup mandiri, ulet dan pantang menyerah
sebagai modal dasar dalam menanamkan semangat bela negara.
3. Media Massa .
Terwujudnya media massa yang dapat membantu membentuk opini
masyarakat dalam rangka menanamkan jiwa atau semangat bela negara.
4. Komitmen Pemerintah.
Adanya program – program pemerintah yang diterapkan oleh instansi yang
berwenang secara konsisten dan bertanggung jawab serta adanya peraturan
yang dapat mengeliminir pemanfaatan generasi muda secara sempit.
5. Lingkungan Pekerjaan.
Terciptanya kondisi di lingkungan pekerjaan yang dapat menumbuhkan
semangat wawasan kebangsaan.

VII. Metode yang digunakan didalam melaksanakan upaya-upaya meningkatkan


wawasan kebangsaan melalui PPBN, antara lain :
1. Sosialisasi

Yaitu semua langkah-langkah yang bertujuan untuk memasyarakatkan


paradigma nasional, peraturan-peraturan serta hukum yang berlaku bagi
setiap warga Indonesia untuk ditaati dalam kehidupan sehari-hari.

3. Dialog

Yaitu diskusi dari pihak-pihak yang terkait guna mencari solusi secara
damai, penuh kebudayaan, saling memahami dan penuh rasa kekeluargaan.

4. Tatap Muka

Yaitu pertemuan langsung secara berhadapan untuk saling memberi


informasi atau menjelaskan sesuatu masalah berkaitan dengan peningkatan
kesadaran masyarakat berbangsa dan bernegara.

5. Ceramah

Yaitu pertemuan dalam rangka menjelaskan sesuatu topik yang ingin


didalami terutama yang erat kaitannya dengan peningkatan kesadaran
masyarakat berbangsa dan bernegara.
6. Persuasif

Yaitu langkah-langkah yang mengutamakan pendekatan manusiawi dalam


menggugah kesadaran warga negara agar secara tulus ikhlas melakukan
yang terbaik bagi kepentingan bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai