Anda di halaman 1dari 36

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa
dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai
dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang
ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang
mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai
Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam
konsep wawasan nusantara yang merupakan cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama
dan menjaga keamanan lingkungan.
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran
berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung
jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga
dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta
kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat
mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara. Bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran
dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam setiap
pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini
tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh
negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ
PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga
dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam
diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya
dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
a. Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita
cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap
masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air
kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita
mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-
budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya
menjaga nama baik negara kita.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita
yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian
antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak
bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun
internasional.
c. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu
keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam
budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah
yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan
hambatan.
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja
keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun
mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk
bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan
hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki
pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama
menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket
demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi
mengharumkan nama bangsa.
e. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut
dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian
dari Siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita
ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam,
menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri,
mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi
generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan
atau antar kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi
perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi
dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor
barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional
maupun internasional.

2. Analisis Isu Kontemporer


Saat ini konsep negara,bangsa dan nasionalisme dalam
konteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara
globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai
perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi
pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi
kepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakanan logika
sederhana, “pada tahun 2020,diperkirakan jumlah penduduk dunia
akan mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara
sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia
akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus
melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa
globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu
yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari
interaksi peradaban dan bangsa.
Berdasarkanpenjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS
sebagai aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang
dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus
kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI
dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa
dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap
PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis
kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/
terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi
masal seperti cybercrime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain
sebagainya.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Untuk melatih kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS ada
beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan
mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gosip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.
Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :
a. Cinta tanah air
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran
sifik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi
CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai Dasar PNS


1. Akuntabilitas
a. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas memiliki 5
tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder (Kusumasari et al., 2015).
b. Aspek Akuntabilitas
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a
relationship)
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is results
oriented)
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability
requires reporting)
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences)
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves
performance)
c. Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas
yang lebih tinggi. Akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
d. Tingkatan Akuntabilitas
1) Akuntabilitas Personal
2) Akuntabilitas Individu
3) Akuntabilitas Kelompok
4) Akuntabilitas Organisasi
5) Akuntabilitas Stakeholder
e. Nilai-nilai Akuntabilitas
1) Kepemimpinan: Pimpinan memberi contoh pada orang lain,
adanya
2) komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
3) Transparansi: keterbukaan informasi akan mendorong
tercapainya akuntabilitas
4) Integritas: mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
5) Responsibilitas: kewajiban bagi setiap individu dan lembaga,
bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab
atas keputusan yangtelah dibuat.
6) Keadilan: landasan utama dari akuntabilitas yng harus
dipelihara dan dipromosikan karena ketidakadilan dapat
menghancurkan
7) kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang mengakibatkan
kinerja tidak optimal.
8) Kepercayaan: rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan
9) Keseimbangan: keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian yang yang dimiliki
2. Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan atau paham kecintaan
terhadap bangsa dan tanah air Indonesia yang didasarkan pada
Pancasila (Latief et al., 2015).
b. Nilai-nilai Nasionalisme
Adapun nilai-nilai nasionalisme jumlahnya ada 5 yang
sesuai dengan sila Pancasila, diantaranya:
1) Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa
a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan yang Maha Esa,
b) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab,
c) Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan yang
Maha Esa,
d) Membina kerukunan hidup diantara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa,
e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan yang Maha Esa,
f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing,
g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa kepada orang lain.
2) Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa,
b) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial,warna kulit dan sebagainya,
c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,
d) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira,
e) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain,
f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
g) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan,
h) Berani membela kebenaran dan keadilan,
i) Bangsa Indonesia merasa dirinyaa sebagai bagian dari
seluruh umat manusia,
j) Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja
sama dengan bangsa lain.
3) Sila ketiga: Persatuan Indonesia
a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan,
b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan,
c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa,
d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia,
e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,
f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika,
g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
4) Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
a) Sebagai wara negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama,
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain,
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama,
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan,
e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah,
f) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah,
g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan,
h) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur,
i) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama,
j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.
5) Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a) Mengembangkan perbuatan yang luhur,yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan,
b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama,
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,
d) Menghormati hak orang lain,
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri,
f) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain,
g) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah,
h) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau Tidak menggunakan hak milikmerugikan kepentingan
umum,
i) Suka bekerja keras,
j) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama,
k) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk
orang lain di dalam institusi yang adil (LAN, 2015). Etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang
baik atau benar. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika
publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik (LAN, 2015). Integritas publik
menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara
penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan
kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko dalam LAN,
2015).
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis
(LAN, 2015). Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode
perilaku ASN yakni sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN;
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan
publik yang bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang
berkualitas dan relevan, dimensi modalitas yang terdiri dari
akuntabilitas, transparansi, dan netralitas, serta dimensi tindakan
integritas publik (LAN, 2015). Ketiga dimensi tersebut dapat
menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik yang beretika.

4. Komitmen Mutu
LAN RI (2015) menjelaskan bahwa karakteristik utama yang
dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat dari
capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi
kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan
biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI
(2015) menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara
perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat
(bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan
organisasi untuk memenangkan persaingan.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu
yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai
dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut
jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak
hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan
mekanisme yang ke luar alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau
bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar
yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan
dalam mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam
Zulian Zamit, 2010), yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;
e. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering
dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang
luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.
Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang. (Widita, 2015)
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi
yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya
kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang
berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan
transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap
godaan untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial
tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana
masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita,
dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial
tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara
yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang
lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang
memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna
bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan
kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang
yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan
tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah
untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama
manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya
akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir
dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik
yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya
dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu
tanpa mengeluarkan keringat.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia
tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan
pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki
keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak
kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan
berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani
berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan
teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi
dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak
kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan
menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah
upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi
kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan
kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran
bagi masyarakat dan bangsanya.
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan
spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai
manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan
waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat
menjadi benteng kuat untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual
yang baik akan menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk
memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat
untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil
terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
C. Kedudukandan Peran PNS dalam NKRI
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN diselenggarakan
berdasarkan Sistem Merit. Manajemen ASN meliputi Manajemen
PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen ASN meliputi penyusunan
dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan
perlindungan (LAN, 2015).
Pegawai ASN wajib :
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran,. Kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam
maupun diluar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2. Whole of Government(WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaborasi
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lbh luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. WoG dikenal sebagai pendekatan interagency yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan.
Untuk mengatasai wicked problem tidak hanya dibutuhkan
koordinasi tetapi juga kolaborasi. Koordinasi dengan kolaborasi
memiliki perbedaan, dimana koordinasi merupakan kerja sama intra
atau inter instansi tetapi masing-masing memiliki tujuan dan
kepentingannya sendiri. Sedangkan kolaborasi, masing-masing
pihak yang bekerjasama memiliki tujuan dan kepentingan bersama.

3. Pelayanan Publik
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan
penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam
kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat UUD RI 1945.
Pengertian pelayanan publik menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
disebutkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayan publik.
Pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian
layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan atau
organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu,
sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan
ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima layanan.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik yaitu
a. Organisasi penyelenggara pelayanan publik;
b. Penerima layanan (orang, masyarakat, organisasi lain);
c. Kepuasan yang diberikan atau diterima oleh penerima layanan.
D. Kesehatan Ibu Hamil
1. Definisi
Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting
untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan
karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi
yang tidak diharapkan. Setiap ibu hamil akan menghadapi risiko
yang bisa mengancam jiwanya.
2. Faktor resiko Ibu Hamil
a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor
atau kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda,
primi tua, primi tua sekunder, anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi
Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit, kehamilan hidramnion
dan riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama yang
menyebabkan ibu hamil berisiko.
- Primi muda ibu yang hamil pertama kali pada usia ≤ 16
tahun, Primi tua
- infertilitas
- Primi tua sekunder, ibu yang mengalami kehamilan
dengan jarak persalinan sebelumnya adalah ≥ 10 tahun.
- Anak terkecil ≤ 2 tahun
- Multigrande yaitu Ibu yang pernah mengalami persalinan
sebanyak 4 kali atau lebih
- Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih
- Tinggi Badan (TB) 145 cm atau kurang
- Ibu hamil dengan riwayat obstetric jelek
b. Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan,
persalinan, dan nifas. Beberapa penyakit ibu hamil yang
dikategorikan sebagai gawat obstetri yaitu: anemia, malaria
pada ibu hamil, penyakit TBC, payah jantung, diabetes militus,
HIV/AIDS, toksoplasmosis, Pre-eklamsia.
BAB III
PROFIL PUSKESMAS KARANGAWEN II

A. Profil
1. Gambaran Umum
Puskesmas Karangawen II merupakan Puskesmas rawat jalan
yang berada di dataran rendah dimana mempunyai wilayah kerja
sebanyak 6 desa, yaitu:
a. Desa Rejosari
b. Desa Tlogorejo
c. Desa Wonosekar
d. Desa Jragung
e. Desa Margohayu
f. Desa Teluk

Gambar 3.1 Tampak Depan Puskesmas Karangawen II


Luas wilayah kerja Puskesmas Karangawen II adalah 36,488
KM2.Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Karangawen II
adalah sebagai berikut:
a. Batas Utara : Desa Brambang
b. Batas Timur : Kabupaten Grobogan
c. Batas Selatan : Kabupaten Semarang
d. Batas Barat : Kecamatan Mranggen
Wilayahkerja Puskesmas Karangawen II terdiri dari 6 desa
dengan 76 RW dan 320 RT. Yang ditunjukkan oleh peta wilayah kerja
Puskesmas Karangawen II dibawah ini:

Gambar 3.2Peta Wilayah Kerja Puskesmas Karangawen II


Jumlah penduduk Kecamatan Karangawen wilayah Puskesmas
Karangawen II berdasarkan hasil registrasi penduduk 2018 sebanyak
51,318 jiwa terdiri atas 25.798 laki-laki dan 25.520 perempuan. Jumlah
penduduk masing-masing desa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Masing-Masing Desa

No Nama Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)


1 Rejosari 12.756
2 Tlogorejo 10.037
3 Wonosekar 9.401
4 Jragung 8.385
5 Margohayu 5.057
6 Teluk 5.664
Tabel diatas menunjukkan jumlah penduduk masing-masing
desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Karangawen II, desa
Rejosari merupakan desa dengan penduduk terbanyak di wilayah
Puskesmas Karangawen II.
Piramida penduduk wilayah kerja Puskesmas Karangawen II
tahun 2018 dibawah ini menjelaskan jumlah penduduk terbanyak
adalah golongan usia 45-49 tahun, terdapat pada penduduk berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan.

Piramida Penduduk
Tahun 2018
75+
60 - 64
45 - 49
30 - 34
15 - 19
0-4
-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20

Perempuan Laki-laki

Gambar 3.3 Piramida Penduduk Tahun 2018


2. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar
upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya
yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Puskesmas merupakan organisasi kesehatan yang merupakan
ujung tombak dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Produktifitas seseorang akan maksimal jika didukung
oleh derajat kesehatan yang optimal. Puskesmas sebagai Pusat
Pelayanan kesehatan yang menyeluruh baik usaha kesehatan kuratif,
promotif dan preventif mempunyai tanggung jawab mewujudkan
Pembangunan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan Nomor75 tahun
2014 tentang Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan shat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

Puskesmas mempunyai fungsi:


a. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat
pertama di wilayah kerjanya; dan
b. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat
pertama di wilayah kerjanya.

Salah satu kebutuhan dasar dalam pelaksanaan pembangunan


dan usaha mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah informasi
yang valid, akurat dan konsisten.Oleh karena itu pengembangan sistem
informasi, khususnya di bidang kesehatan perlu dimantapkan dan
dikembangkan guna mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan
dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.

3. Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja


Visi dan Misi puskesmas Karangawen II serta Motto dan Janji
Layanan yang di tetapkan Puskesmas Karangawen II adalah:
VISI
Terwujudnya Masyarakat Puskesmas Karangawen II sehat dan mandiri
MISI
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
profesional.
Menyelenggarakan pelayanan yang komprehensif, mulai promotif,
preventif, kuratif, hingga rehabilitatif.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat melalui
pemberdayaan UKBM.
Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
TUJUAN
Meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
MOTO
Kesehatan Anda Tujuan Kami
JANJI LAYANAN
Kami Melayani dengan 4 S (SENYUM, SAPA, SALAM, SANTUN)
 SENYUM
Gelak tawa ekspresif untuk menunjukkan rasa senang, gembira, dan
suka. Tersenyumlah maka anda akan terlihat menarik, berikanlah
senyum yang tulus kepada lawan bicara. Tatap lawan bicara
sehingga senyum yang kita berikan tumbuh dari hati yang paling
dalam.
 SAPA
Sapaanyang hangat, akanmemberikan pengaruh yang luar biasa
pada pelayanan yang kita berikan, Sapaan yang penuh
kekeluargaan membuat orang lain merasa di hargai dan di hormati.
 SALAM
Ucapan Pernyataan hormat yang di sampaikan kepada lawan bicara,
berikan salam dengan lembut dan hangat, yang disertai dengan
bersalaman tangan. Ucapkan salam dengan nada suara ramah dan
sopan. Berikan ucapan selamat sesuai waktu dan adat yang berlaku.
 SANTUN
Pencerminanperbuatan dengan tingkah laku yang baik.Selalu
mempersilahkan kepada orang yang lebih tua atau lebih tinggi
jabatannya memasuki ruangan.Berdirilah bila di perkenalkan dengan
seseorang.Tidak merokok di ruang ber AC. Buanglah sampah pada
tempatnya.

TATA NILAI BUDAYA KERJA


“SMILE”
 SEMANGAT:
Puskesmas Karangawen II berkomitmen untuk bekerja, melayani
dengan penuh semangat
 MANDIRI:
Puskesmas Karangawen II mendorong kemandirian hidup sehat bagi
individu, keluarga, kelompok danmasyarakat.
 INOVATIF:
Puskesmas Karangawen II mempunyai kemampuan
untukmenciptakan sesuatu yang baru dengan sumber daya yang
ada.
 LUHUR :
Petugas berbudi pekerti yang baik dan Tidak Membedakan dalam
memberikan pelayanan.
 EMPATI :
Petugas mempunyai kemampuan berbagi perasaan dengan
landasan kepedulian untuk menemukan pemecahan masalahnya.
4. Struktur Organisasi

KEPALA PUSKESMAS KARANGAWEN II


dr. ANTON HERMAWAN

KEPALA SUBBAG TATA KEUANGAN


KETUA TIM MUTU PUSKESMAS USAHA
1. BEND.
SUNDARI, S.S.iT, SKM, M.Kes MINTARSO, S.Kep, Ners OPERASIONAL
APBD
SUJATNI
2. BEND. BARANG
SIMPUS RUMAH TANGGA RETNO
&KEPEG SULISTIYANI, S.Gz
ABDUL ROFIQ 3. BEND. JKN
SUJATNI M. FADLOLI, S.Kep

PENANGGUNG JAWAB UKP PENANGGUNG JAWAB UKM PENANGGUNG JAWABJARINGAN


DAN JEJARING FASKES
dr. ENDANG PUJI ASTUTI DEWI RETNO S., S.Tr.Keb
ENDA SAFITRI, S.Tr.Keb

1. Pelayanan Pemeriksaan Umum UKM UKM JARINGANPUS JEJARING


dr. ENDANG PUJI ASTUTI KESMAS PUSKESMAS
2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan ESENSIAL PENGEMBANGAN
Mulut 1. PP 1. Klinik Pratama
drg. FIKRATUL ULYA R. 2. Pusling Anugrah
3. Pelayanan KIA-KB yang bersifat 3. 11 Bidan 2. 12 BPM
UKP Desa 3. Apotk
SUNDARI, S.S iT, SKM, M.Kes Sidomulyo
1. Promosi Kesehatan 1. UKS Farma
4. Pelayanan Gawat Darurat
SEKAR RATIH W,S.Kep INA SRIANI,
SEKAR RATIH W, S.Kep
2. Kesehatan Lingkungan AMKg
5. Pelayanan Gizi yang Bersifat
EDY SUSILO, S.Kep 2. Kesehatan Gigi
UKP
3. Kesehatan Ibu dan dan Mulut
RETNO SULITIYANI, S.Gz
Anakserta KB INA SRIANI,
6. Pelayanan Persalinan
SEKAR RATIH W, S.Kep AMKg
ENDANG PANGESTUTI, S.S.iT
4. Gizi Masyarakat 3. Kesehatan Jiwa
7. Pelayanan Kefarmasian
RETNO SULITIYANI, SRI
MAHDLOTUN NIHAYAH, Amd,
S.Gz RAHAYUNINGSIH
Farm
5. Pencegahan dan 4. Kesehatan Indera
8. Pelayanan Laboratorium
Pemberantasan Pengakit RUMIYATUN
ANA RIA SHOFA, AMAK
Menular 5. Kesehatan Lansia
HELMINAWATI, AMK SRI KUNTARI,
6. PERKESMAS S.ST
EKO ADRIYANTO, AMK 6. Pembinaan Batra
RUBIAH, S.ST

Gambar 3.4 Struktur Organisasi Puskesmas Karangawen II


5. Kondisi Sumber Daya Kesehatan
a. Sarana Kesehatan
1) Data Dasar Puskesmas
Puskesmas Karangawen II mempunyai:
 1 Puskesmas Induk di Desa Tlogorejo
 1 Puskesmas Pembantu di Desa Teluk
Sarana transportasi Puskesmas Karangawen II terdiri dari:
 1 mobil Ambulan
 1 Mobil Puskesmas Keliling
 4 Sepeda Motor
2) Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
UKBM yang ada di wilayah kerja Puskesmas Karangawen II
antara lain:
 6 desa siaga
 5 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes): Rejosari 1, Rejosari 2,
Wonosekar, Margohayu dan Jragung
 44 Posyandu Balita dan 9 Posyandu Lansia
 6 Posbindu
 9 Kelas ibu hamil dan 9 kelas balita
 3 Poskestren
3) Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta
Sementara di Puskesmas Karangawen II terdapat layanan
kesehatan swasta yaitu:
 3 dokter umum praktek
 14 bidan praktek mandiri
 1 klinik pratama
b. Ketenagaan
Puskesmas Karangawen II mempunyai 34 orang Pegawai Negeri
Sipil dan 7 Non PNS dengan rincian sebagai berikut:
No Nama Jabatan Jumlah Pegawai
PNS Non PNS
1. Kepala Puskesmas 1
2. Dokter Umum 1
3. Dokter Gigi 1
4. Tata Usaha 1
5. Bidan Koordinator 1
6. Bidan Desa 9
7. Perawat 7
8. Perawat Gigi 1
9. Pranata Laborat 1
10. Pelaksana Farmasi 1
11. Sanitarian 0
12. Nutrisionis 1
13. Tenaga Administrasi 3
14. Pengemudi 1
15. Penjaga Kantor 1
16. Wiyata Bidan 4
17. Wiyata Perawat 3
18. Promoter Kesehatan 1
JUMLAH 28 10
Sumber: Data Tata Usaha tahun 2018

c. Sumber Dana
Pelaksanaan Program di Puskesmas Karangawen II dibiayai oleh:
1) Dana dari APBD (Belanja langsung dan belanja tidak langsung)
2) Dana dari APBN (BOK )
3) Dana Kapitasi JKN dan persalinan BPJS
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Apratur Negara
Nomor: 139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter
dan Angka Kreditnya diterangkan bahwa dokter adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan.
Tugas pokok dokter adalah memberikan pelayanan kesehatan pada
sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di
bidang kesehatan kepada masyarakat.
Rincian kegiatan penulis sebagai calon Dokter Pertama yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: 139/KEP/M.PAN/11/2003 yaitu:
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama;
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh dokter umum;
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh dokter umum;
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana;
6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7. Melakukan tindakan darurat medik/pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) pada pasien rawat inap;
9. Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan pemulihan mental kompleks tingkat I;
11. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan Ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak;
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan medik rawat jalan;
22. Membuat catatan medik rawat inap;
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan;
27. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana;
28. Melakukan visum et repertum kompleks tingkat 1;
29. Menjadi saksi ahli;
30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaam laboratorium;
32. Melakukan tugas jaga panggilan/ on calls;
33. Melakukan tugas jaga di tempat / rumah sakit;
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat
sederhana.
C. Role Model

Role Model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang patut ditiru
atau baik untuk dicontoh seperti teladan, kelakuan, perbuatan, sifat dan
sebagainya.
Sejak menjadi CPNS hingga menjadi Kepala Puskesmas beliau
bertugas di Puskesmas Karangawen II kabupaten Demak. Beliau
adalah pemimpin yang dapat menjadi panutan, inspirasi, contoh dan
teladan bagi penulis.
Selama penulis bekerja di berbagai tempat dan instansi, beliau
adalah sosok yang paling bisa menempatkan diri dimana, kapan dan
bagaimana situasi yang ada. Dr. Anton selalu memberikan solusi yang
terbaik dan objektif terhadap masalah kepentingan Puskesmas atau
masyarakat. Beliau tidak pernah bersikap diskriminatif, bukan melihat
siapa yang menyampaikan pendapat/saran, tetapi melihat apa yang
disampaikan saat menerima masukan. Setiap harinya beliau selalu
memberikan kata-kata penyemangat dan motivasi kepada para
karyawan agar selalu melaksanakan semua tugas dengan baik dan
menerapkan nilai-nilai ANEKA. Terutama saat pembuatan rancangan
aktualisasi ini, beliau sangat beperan andil dalam rancangan dan
kegiatan yang akan kami lakukan berprinsip bukan hanya formalitas
menyelesaikan tugas melainkan sebagaimana mungkin apa yang kami
kerjakan dapat bermanfaat untuk masyarakat serta meningkatkan mutu
pelayanan Puskesmas karangawen II. Meskipun jadwal beliau sebagai
Kepala Puskesmas sangat padat, namun beliau selalu memperhatikan
penampilan yaitu tampil rapi dan menarik. Sebagai Penyedia layanan
publik hal tersebut harus dicontoh, agar masyarakat merasa senang
dilayani oleh Pegawai yang Profesional, berpakaian rapi.

Anda mungkin juga menyukai