2. Amila Nuskiya 26040120140044 3. Rania Tri Fardani 26040120140084 4. Mita Eka Septiani 26040120140086 5. Fita Ajeng Pangesti 26040120140100
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Pendidikan Kewarganegaraan atau PPKn merupakan mata pelajaran wajib yang sudah diajarkan dari mulai berada di sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memberikan pengajaran mengenai pengembangan nilai, moral, dan sikap perilaku siswa. Sebagaimana misi dari mata pelajaran ini adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Dalam PPKn lebih banyak membahas mengenai kehidupan manusia sehari-hari, mengajarkan bagaimana menjadi warga negara yang baik, warga negara yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Tujuan lainnya adalah untuk membangun kesiapan seluruh warga negara agar menjadi warga dunia yang cerdas. Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan kelanjutan dari studi sebelumnya hanya saja dalam konteks ini lebih diperdalam atau mendetail. Dasar mengapa PPKn diajarkan hingga ke perguruan tinggi adalah pasal 37 ayat (1) dan (2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan Kewargenagaraan wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal ini bertujuan untuk menbentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam Perguruan Tinggi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian yang dirancang untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa mengenai pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkaitan dengan hubungan antar warga negara serta pendahuluan tentang pendidikan bela negara sebagai bekal agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan juga memuat materi mengenai hukum dan politik yang ada. Mahasiswa diajarkan untuk menjadi lebih demokratis, lebih kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri. Tidak hanya teori yang diberikan, tetapi juga memberikan sentuhan moral dan sikap sosial. Dengan menyaring budaya dari luar agar sesuai dengan kepribadian bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi yang diajarkan juga beragam dan berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di Indonesia. Adapun materi yang diajarkan, diantaranya: 1. Hak Asasi Manusia Materi ini mencangkup mengenai hak-hak manusia yang hidup di dunia ini. selain itu, mereka juga akan diberi pemhaman mengenai pentingnya menghargai dan menghormati hak-hak manusia. 2. Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara Indonesia Sebagai warga negara Indonesia, generasi penerus bangsa khususnya mahasiswa akan diberi pemahaman mengenai proses berbangsa serta bernegara, hak dan kewajiban seorang warga negara Indonesia terhadap negerinya. 3. Bela Negara Bela negara merupakan sikap dan tindakan warga negara yang dilandasi rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, kerelaan berkorban guna menghadapi setiap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) baik yang dating dari dalam maupun dari luar yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sebagaimana ditegaskan dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Dan diatur pula dalam Pasal 30 ayat (1) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Meskipun sejak dini sudah dibekali mengenai pengetahuan tentang kewarganegaraan tetapi masih sering terjadi kasus-kasus yang melanggar norma dan hukum. Sebagaimana Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, budaya, ras, dan agama pastinya memiliki perbedaan yang mencolok. Dari hal tersebut, seringkali terdapat masyarakat yang mempermasalahkan perbedaan yang ada. Kurangnya toleransi, pemahaman tentang pentingnya menghargai keberagaman tampak masih kurang di implementasikan oleh masyarakat. Hal ini sangat disayangkan karena dapat menyebabkan perpecahan bangsa dan negara. Di bawah ini terdapat beberapa uraian kasus yang terjadi di Indonesia. 1. Pentingnya Perwujudan Bela Negara di Tengah Kasus Covid-19 Saat ini Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak virus covid-19. Kasus covid-19 yang terjadi di Indonesia semakin lama semakin bertambah dan belum menunjukkan adanya pengurangan kasus. Dalam hal ini, upaya bela negara selain kewajiban seluruh warga negara, juga termasuk sebuah kehormatan yang dilakukan dengan kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam bentuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Apapun alasannya virus covid-19 ini telah mewabah dan sebagai warga negara tidak bisa menganggap remeh. Faktanya virus ini dapat meluas dengan cepat menjadi epidemic yang sangat mudah menjangkit masyarakat. Dalam upaya penanggulangan virus ini, tentunya membutuhkan kesigapan dan ketegasan pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap keselamatan dan pelayanan kesehatan masyarakat, dokter dan para medis, serta masyarakat secara umum. Tidak hanya pemerintah, seluruh warga negara pun memiliki kewajiban untuk terus menjaga tatanan kehidupan di negara ini terutama dalam menghadapi wabah covid-19. 2. Kasus Diskriminasi terhadap Minoritas di Indonesia Kasus kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Indonesia tidak kunjung berakhir. Tidak hanya terus berulang, kasus ini juga jarang terselesaikan dengan baik. Salah satu contoh peristiwa yang terjadi yaitu tindak kekerasan dan penyerangan di Solo, Jawa Tengah. Tibdak kekerasan tersebut dilakukan oleh sekelompok orang pada upacara Midodareni yang diselenggarakan di kediaman almarhum Segaf Al-Jufri tepatnya di daerah Pasar Kliwon, Surakarta. Sekelompok orang tersebut melakukan penyerangan, merusak sejumlah mobil dan memukul beberapa anggota keluarga yang melakukan upacara Midodareni sembari meneriakan bahwa syiah bukan islam dan darahnya halal. Kejadian tersebut menambah daftar kasus diskirminasi dan intoleransi terhadap kelompok minoritas khususnya dalam kerukunan beragama. Pada tahun 2018 lalu, Komnas HAM bersama Litbang Kompas meluncurkan survey berjudul “Survei Penilaian Masyarakat terhadap Upaya Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis di 34 Provinsi.” Hasil survey memperlihatkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap isu diskriminasi ras dan etnis masih perlu ditingkatkan. Meskipun di dalam peraturan perundang-undangan telah diatur bahwa setiap orang berhak menikmati dan mengembangkan budayanya, tetapi dalam realitanya terbukti masih ada tindak diskriminasi terhadap kaum minoritas. Ajaran dan pemahaman mengenai kebebasan dalam menikmati budaya masing-masing masih harus terus disuarakan. Hal ini supaya tindak diskriminasi dapat dihindari. Peran pemerintah dan aparat hukum juga sangat dibutuhkan dalam menangani banayaknya kasus diskriminasi ini. selain itu, sebagai warga negara juga harus memiliki kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki berjuta- juta kebudayaan yang seharusnya dapat saling dihargai. Jika kesadaran dan pemahaman mengenai kebebasan berbudaya dapat terwujud, dapat dipastikan bahwa tindakan diskriminasi ini bisa tercegah. Kesimpulan 1. Pendidikan kewarganegaraan menjadi sebuah pengajaran yang meliputi pengembangan moral, perilaku dan juga mengenai hukum dan politik dimana keseluruhan hal tersebut sangat penting untuk diajarkan. Hal ini karena dapat membentuk kepribadian sesorang yang lebih berkebangsaan dan cinta tanah air serta dapat memiliki kepribadian moral yang baik. 2. Peningkatan kesadaran dan juga pemahaman mengenai bela negara harus terus ditingkatan. Seperti di kondisi saat ini dimana negara yang sedang dilanda wabah covid-19. Selain itu tingkat diskriminasi yang semakin meningkat harus dicegah dan diatasi dengan salah satu caranya yaitu menegakkan hukum mengenai kebebasan berbudaya