oleh
Maulana Dzaki Munawar
NIS 16.62.08403
Disusun oleh :
Maulana Dzaki Munawar
NIS 16.62.08403
Disahkan oleh,
Kepala Sekolah Menngah Kejuruan
SMAK Bogor,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, Laporan Praktik Kerja Industri ) yang berjudul “Perbandingan
Efektivitas Poli Aluminium Klorida (PAC) dengan Aluminium Sulfat (Tawas)
Sebagai Koagulan Pada Pengolahan Air di PERUMDA TIRTA PAKUAN Kota
Bogor“ dapat diselesaikan sebagaimana mestinya dan tidak lepas dari bantuan
maupun kerjasama dengan pihak lain. Laporan ini disusun atas dasar praktik yang
telah dilakukan penulis di Laboratorium PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor yang
dilaksanakan dari tanggal 4 November 2019 hingga 27 Februari 2020. Berkenaan
dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Dwika Riandari, M.Si., selaku Kepala Sekolah SMK-SMAK Bogor
2. Ibu Amilia Sari Ghani, S.S., selaku Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang
Hubungan Kerjasama Industri
3. Bapak H. Deni Surya Sanjaya, selaku Direktur Umum PERUMDA Tirta
Pakuan Kota Bogor, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas bagi
penyusun selama melaksanakan Praktik Kerja Industri .
4. Bapak Ruly Satriadi, selaku Asisten Manajer Laboratorium dan selaku
Pembimbing institusi yang telah memberikan saran/masukan perbaikan
sehingga pelaksanaan Praktik Kerja Industri dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
5. Bapak Hernawan Andriana, selaku asisten pembimbing institusi.
6. Ibu Nur Hidayati selaku Pembimbing Sekolah yang telah banyak memberikan
semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Laporan Praktik
Kerja Industri ini.
7. Personel laboratorium seperti Pak Ade, Pak Andri, Pak Jenar, Pak Mangku,
Pak Taufik, dan Kak Rama atas pengarahan, kritik, dan saran mengenai
pekerjaan kita.
8. Orang tua dan keluarga besar SMK-SMAK Bogor yang selalu menyemangati
dalam melakukan kegiatan prakerin ini
9. Muhmmad Akif Azmi, Muhammad Dimas Sabila Zhafran Aghna , Ika Annisa
Al Hana,Afra Shafa Ghaida,dan Muthi Ananda Sharfina selaku rekan praktek
melewati prakerin bersama di PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor
i
10. Teman–teman seperjuangan angkatan 62 , terimakasih atas motivasi,
persahabatan, dan kebersamaan yang telah dijalani selama ini.
11. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang diberikan semua pihak di atas menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa dan Laporan Praktik Kerja Industri ini menjadi informasi bermanfaat
bagi para pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
iii
D. Penggunaan Zat Koagulan .................................................................. 17
1. Poli Aluminium Klorida (PAC) .......................................................... 18
2. Aluminium Sulfat (Tawas) ................................................................ 19
E. Jar Test................................................................................................ 20
F. Parameter Uji ....................................................................................... 21
1. pH ................................................................................................... 21
2. Total Padatan Terlarut (TDS) .......................................................... 22
3. Kekeruhan ....................................................................................... 23
4. Zar Organik ..................................................................................... 24
5. Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS ) ................................. 25
a. Fe ............................................................................................. 26
b. Mn ............................................................................................ 27
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
SMK – SMAK Bogor merupakan salah satu unit pendidikan kejurusan yang
bernaung di bawah Kementerian Perindustrian RI yang bertugas
menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga menengah yang
terampil, khususnya di bidang kimia analisis.
Dengan meningkatnya pembangunan di sektor industri dan keikutsertaan
Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka SMK – SMAK Bogor
diharuskan mampu menghadapi tuntutan masyarakat industri yang akan semakin
meningkat. Untuk menghadapi hal tersebut, maka pengembangan pendidikan
kejuruan khususnya kimia analisis difokuskan kepada pengembangan kualitas
lulusan. Kualitas lulusan yang diharapkan adalah lulusan yang profesional dan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat baik di dunia industri maupun dunia
wirausaha, baik nasional maupun internasional. Untuk mencapai kualitas lulusan
seperti itu, perlu ada kemitraan antara sekolah dan industri dengan adanya
program-program kemitraan, dimana salah satu program kemitraan tersebut
adalah Prakerin.
11
rangka memasuki lapangan kerj
3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam dunia
kerja, antara lain: struktur organisasi, disiplin, lingkungan dan sistem kerja.
4. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan instrumen kimia
analisis yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia di
sekolah.
5. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di SMK - SMAK Bogor.
6. Memperkenalkan fungsi dan tugas seorang analis kimia (sebutan bagi lulusan
SMK – SMAK Bogor) kepada lembaga-lembaga penelitian dan perusahaan
industri di tempat pelaksanaan prakerin (sebagai konsumen tenaga analis
kimia).
12
BAB II GAMBARAN WILAYAH PRAKTIK
13
Perusahaan Umum Daerah (PERUMDA) Kota Bogor sebagai Badan Usaha
Milik Daerah secara resmi berdiri tanggal 31 Maret 1977 berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bogor No. 5 dan disahkan oleh Gubernur Daerah Tingkat I Jawa
Barat. Pada tahun 1967, Departemen PUTL merencanakan penambahan
kapasitas air untuk mengatasi kebutuhan jangka pendek dengan sumber mata air
Bantar Kambing melalui reservoir Cipaku. Pada tahun 1970, diperoleh bantuan
hibah dari pemerintahan Australia dengan nama Proyek Combo Plan. Proyek
tersebut bertujuan untuk meningkatkan penyediaan air minum yang salah satunya
adalah peningkatan kapasitas melalui sumber mata air Tangkil pada tahun 1973.
PERUMDA Kota Bogor pada tahun 1988 mulai melakukan studi kelayakan
dengan berencana memanfaatkan air permukaan sebagai sumber air lainnya.
PERUMDAberhasil menambah kapasitas produksinya dengan membangun
Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau Water Treatment Plant (WTP) di Cipaku pada
tahun 1988 dan di Dekeng pada tahun 1997.
Pada tahun 2002, PERUMDA Kota Bogor mengalami pergantian nama dan logo
baru berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bogor No. 001.45-47 tahun 2002
tanggal 29 April 2002, tentang penetapan logo baru PERUMDA Kota Bogor dan
penambahan nama Tirta Pakuan. Nama perusahaan kemudian menjadi
PERUMDA Tirta Pakuan Bogor.
PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor telah meresmikan sumber mata air dan
IPA Palasari pada tahun 2009 dengan kapasitas produksi sebesar 30 liter per detik.
Pada awal bulan November 2013, telah diresmikan IPA Dekeng II sehingga total
produksi air dari IPA Dekeng mencapai 1400 liter per detik.
Pada tahun 2015, dibangun IPA Cikereteg dengan kapasitas 40 liter per detik.
Sekarang ini, PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor telah berpedoman pada acuan
ISO 9001:2008 mengenai semua sistem yang tercakup di dalamnya. Sedangkan
khusus untuk bagian laboratorium berpedoman kepada ISO 17025:2005.
Produksi total PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor per bulan Desember 2016
adalah sebesar 2.180 liter per detik yang sebagian besarnya berasal dari hasil
pengolahan air sungai Cisadane, sungai Cikondang, dan sungai Cikereteg.
14
C. Fasilitas PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor
15
`
E. Ketenagakerjaan
Karyawan PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor pada umumnya bekerja dari
hari Senin sampai Jumat, mulai pukul 07.30 – 16.30 WIB. Karyawan pada Sub
Departemen Pengolahan, Sub Departemen Laboratorium, Sub Departemen
Sumber, Sub Departemen Transmisi dan Distribusi, Bagian Satuan Keamanan dan
Sub Departemen Kebocoran memiliki jam kerja yang berbeda yaitu dengan sistem
shift. Setiap shift, karyawan-karyawan bekerja secara bergantian selama 24 jam.
Shift pertama dimulai pukul 07.0 – 15.00 WIB, shift ke dua dimulai pukul 15.00 –
23.00 WIB, dan shift terakhir dimulai pukul 23.00 – 07.00 WIB, kecuali Sub
Departemen Sumber dan Sub Departemen Laboratorium yang terbagi menjadi dua
shift, shift pertama dimulai pukul 07.00 – 19.00 WIB dan shift ke dua dimulai pukul
19.00 – 07.00 WIB. Sistem penggajian karyawan dilakukan pada akhir bulannya.
Karyawan PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor termasuk ke dalam anggota
KORPRI dan mengikuti peraturan pegawai negeri walaupun sebenarnya bukan
pegawai negeri. Tercatat per Januari 2020, jumlah tenaga kerja di PERUMDATirta
Pakuan Kota Bogor yaitu sebanyak 401 orang karyawan tetap dan 47 orang
karyawan kontrak.
F. Kegiatan Perusahaan
PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor telah melaksanakan segala usaha yang
berhubungan langsung dengan penyediaan dan distribusi air minum yang
memenuhi persyaratan kesehatan bagi semua warga, PERUMDA Tirta Pakuan
Kota Bogor melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengusahakan penyediaan air minum sesuai dengan program pemerintah
daerah.
2. Membangun, mengelola serta memelihara instalasi sumber mata air dan
penyimpanannya.
16
3. Memasang dan memelihara pipa induk dan distribusi serta fasilitas lainnya.
4. Menyediakan layanan keluhan pelanggan bila terdapat keluhan mengenai air
hasil olahan PERUMDA yang tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
H. Sistem Produksi
17
Pengolahan lengkap dilakukan terhadap air permukaan yang berupa air baku
yang berasal dari sungai Cisadane, sungai Cikondang, dan sungai Cikereteg. Air
baku ini harus diolah melalui proses penjernihan air agar menghasilkan air yang
sesuai dengan persyaratan. Urutan proses pengolahan yang dilakukan di IPA
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pra Sedimentasi
2. Koagulasi
18
Koagulasi adalah suatu proses penambahan senyawa koagulan diikuti
dengan pengadukan cepat untuk membentuk koloid. Koagulan yang biasa
digunakan adalah PAC (Poly Aluminium Chloride).
3. Flokulasi
4. Sedimentasi
19
5. Aerasi
Aerasi merupakan proses terjadinya kontak antara air dengan udara bebas
yang bertujuan untuk menambah kandungan O2, mengurangi kandungan CO2 ,
dan menikkan pH dalam air .
6. Filtrasi
20
lapisan atas pasir, sedangkan air kotor dengan lumpur lumpur yang dihasilkan
akan ke tempat pembuangan air kotor
7. Desinfeksi
21
Gambar 9. Penambahan Gas Klor di IPA Dekeng
Distribusi air oleh PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor dilakukan dengan dua
cara. Cara pertama yang paling dominan yaitu langsung dialirkan dengan gaya
gravitasi, karena sebagian besar daerah distribusi terletak di dataran yang lebih
rendah dari fasilitas produksi. Cara ke dua dengan bantuan booster pump untuk
22
daerah distribusi yang lebih tinggi. Dengan demikian, PERUMDA Tirta Pakuan Kota
Bogor dapat mendistribusikan air minum merata sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Secara visualisasi, sistem pendistribusian air oleh PERUMDA Tirta
Pakuan Kota Bogor dapat dilihat di lampiran 1
Berikut ini adalah produksi air PERUMDA Tirta Pakuan Bogor per Januari 2020:
1. Produksi air dari Mata Air Kota Batu mencapai 65,37 Liter/detik, melayani
pelanggan zona 6 (Cikaret, Gunung Batu, Loji, Mulya Harja, Pasir Jaya, dan Pasir
Mulya).
2. Produksi air dari Mata Air Bantar Kambing mencapai 156,04 Liter/detik, melayani
pelanggan zona 2 (Cipaku, Ranggamekar, Batu tulis, dan Genteng) dan sebagian
untuk membantu melayani pelanggan zona 5 melalui reservoir Pamoyanan dan
Ranggamekar.
3. Produksi air dari Mata Air Tangkil mencapai 116,01 Liter/detik, melayani
pelanggan zona 1 (Tajur, Sindang Rasa, Baranangsiang, Pakuan, Kertamaya,
Griya Katulampa, Sindang Sari, Cipaku, Muara Sari, Ciherang Pondok,
Lawanggintung. Harjasari. Genteng, Rancamaya, dan Bojongkerta).
4. Produksi IPA Cipaku mencapai 272,48 Liter/detik, melayani pelanggan zona 3
(Baranangsiang. Batutulis, Bondongan, Sukasari, Babakan Pasar, Empang,
Mulyaharja, Gudang, Pasir Jaya, Katulampa, Paledang, Tanah Baru,
Lawanggintung, dan Panaragan).
5. Produksi IPA Dekeng mencapai 1630,51 Liter/detik, melayani pelanggan zona 4
(Mekar Wangi, Tegal Gundil, Bantarjati, Tanah Baru, Cibadak, Kebon Pedes,
Kebon Kalapa, Sukaraja, Kencana, Tegalega, Babakan, Ciwaringin, Cimahpar,
Panaragan, Cibogor, Pabaton, Cibuluh, Sempur, Ciluar, Tanah Sareal, Gunung
Batu, Semplak, Kedung Halang, Kedung Badak, Cilendek Barat, Sukaresmi,
Ciparigi, Sukadamai, Bubulak, Curug Mekar, Situ Gede, dan Margajaya).
6. Produksi air dari Mata Air Palasari dan IPA Palasari mencapai 31,71 Liter/detik,
melayani pelanggan zona 5 (Pamoyanan, Ranggamekar, dan Palasari).
7. Produksi air dari IPA Rancamaya mencapai 36,04 Liter/detik, melayani
pelanggan zona 1.
8. Produksi air dari IPA Katulampa mencapai 201,00 Liter/detik, melayani
pelanggan zona katulampa.
9. (Laporan Produksi PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor bulan Januari 2020)
23
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Air
Air adalah material paling berlimpah di bumi, berkisar 71% menutupi
permukaan bumi. Tubuh manusia terdiri dari 65% air dan seluruh proses kimia
dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air (Winarno, 2008). Air
merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun kepentingan generasi masa mendatang (Effendi, 2003)
B. Sumber Air
1. Air Tanah
Air tanah adalah hasil proses resapan air dari permukaan tanah
. Air tanah terjadi karena adanya proses penyerapan air pada permukaan
tanah. Air tanah mengandung bahan mineral yang berguna bagi tubuh.,
tetapi bergantung pada jenis lapisan tanah yang didahuluinya. Semakin
dalam air tanah diamnil, maka kadar mineral yang terlarut didalamnya akan
semakin bertambah . (Winarno, 1986).Air tanah terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu:
24
a. Air tanah dangkal
Bila air hujan/air permukaan hanya meresap sampai muka air tanah
yang berada di atas lapisan rapat/kedap air, maka disebut air tanah
dangkal. Air tanah dangkal ini umumnya mempunyai kedalaman kurang
dari 50 m, dan lokasinya seringkali ditemui berdekatan dengan sumber air
permukaan.
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam adalah air yang menembus lapisan rapat air pertama
dan berada diantara dua lapisan kedap/rapat air. Biasanya air tanah ini
terletak cukup jauh di bawah permukaan tanah. Air tanah dalam ini
terdapat pada kedalaman 100-300 m. Jika tekanan air ini besar maka air
dapat menyembur ke atas. Inilah yang disebut dengan artesis.
c. Mata air (Air Permukaan )
Mata air dapat terjadi karena air permukaan meresap ke dalam tanah
dan menjadi air tanah. Air tanah kemudian mengalir melalui retakan dan
celah di dalam tanah yang dapat berupa celah kecil sampai gua bawah
tanah. Air tersebut pada akhirnya akan menyembur keluar dari bawah
tanah menuju permukaan dalam bentuk mata air. Di daerah pegunungan
atau perbukitan sering terdapat mata air. Air mata air berasal dari air hujan
yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul keluar tanah kembali
karena kondisi batuan geologis di dalam tanah.
2. Air hujan
25
3. Air Permukaan
a) Air sungai
Air sungai adalah air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan
mengalir melewati daerah aliran sungai (DAS). Mempunyai
kandungan mineral yang kecil, tetapi mempunyai kandungan zat
padat terlarut dan kandungan bakteri yang besar. Dari segi kualitas
perlu dilakukan pengolahan sebelum digunakan sebagai air minum.
b) Air danau
c) Air Rawa
26
rawa- rawa banyak ditumbuhi hutan bakau (mangrove)
1. Koagulasi
2. Flokulasi
27
yg dapat dipisahlan oleh proses sedimentasi.
3. Sedimentasi
28
berkurang, suspensi terdestabilisasi.
29
Secara umum PAC dapat digunakan untuk mengolah:
a) Air permukaan maupun air tanah untuk memperoleh air minum ataupun
air proses industri
b) Air limbah industri, misalnya dari industri tekstil dan pertambangan.
Karakteristik PAC:
a) PAC dapat bekerja dengan tingkat keefektifan pada interval 6-9.
b) Aplikasinya luas, dan cocok untuk kebanyakan jenis air.
c) Kemampuan koagulasi tidak di pengaruhi oleh suhu.
d) PAC mengandung suatu polimer khusus dengan struktur polielektrolit
yang dapat mengurangi atau tidak perlu sama sekali dalam pemakaian
bahan pembantu.
e) Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam
air sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim, menghemat
pemakaian alkali, serta efek korosinya sedikit.
f) PAC lebih cepat membentuk flok dari pada koagulan biasa ini
diakibatkan dari gugus aktif aluminat yang bekerja efektif.
g) Membentuk flok dengan diameter lebih besar sehingga mempercepat
proses pengendapan.
h) Dengan menggunakan PAC, maka konsentrasi yang digunakan lebih
kecil.
30
dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika, 1984).
Aluminium sulfat Al2(SO4)3 tersedia secara komersil dalam
bentuk bubuk dan cair. Kualitas alum ditentukan dari kadar Al2O3.
Aluminium sulfat (Al2SO4) merupakan turunan alumunium yang paling
luas penggunaannya dan tersedia secara komersil dalam bentuk bubuk
dan cair.
Alum sebagian besar tidak larut pada harga pH antara 5-7. Pada
pH ≤ 5, alum mengurangi membentuk ion aluminium. Pada pH ≥ 7, Tawas
mengurangi menjadi ion aluminat.
Alumunium dan garam – garam besi adalah bahan kimia yang
efektif bekerja pada kondisi air yang mengandung alkalin. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
Al2(SO4)3→ 2Al+3+3SO42- ,kemudian air mengalami hidrolisis
H2O → H++OH- sehinggga
Al+3 +6OH--→ 2Al(OH)3 ,selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2+6H+→ 3H2SO4
Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan
maka pH akan semakin turun.
E. Jar Test
31
diperoleh campuran yang homogen antara koagulan dan larutan yang
dilanjutkan dengan pengadukan lambat agar partikel yang telah mengalami
destabilisasi dapat saling mendekat untuk membentuk flok. Setelah itu
campuran contoh air baku dan koagulan dibiarkan tanpa pengadukan untuk
memberi kesempatan bagi flok untuk mengendap.
Proses pengadukan cepat dan pengadukan lambatdapat dilakukan
dalam seperangkat alat jar test yang terdiri dari beberapa pengaduk dn motor
yang diatur kecepatannya . Proses koagulasi dan flokulasi dengan
penambahan koagulan ke dalam air mengandung koloid yang bermuatan
negatif akan menyebabkan terbentuknya flok setelah diaduk dengan cepat.
Flok-flok ini bertambah besar dengan pengadukan lambat sehingga setelah
didiamkan flok akan mengendap. Simulasi ini dilakukan dalam skala kecil di
laboratorium yang disebut percobaan jar test .
Jar tester adalah alat yang digunakan pada uji jar test . Jar test
memberikan data mengenai dosis optimum koagulan, pH, metode
pembubuhan bahan kimia, kepekatan larutan bahan kimia, waktu , dan
intensitas pengadukan cepat dan lambat serta waktu penjernihan.
32
F. Parameter yang Diujikan
1. pH
33
2. Total Padatan Terlarut (TDS)
34
Gambar 13. Alat Konduktometer merk HACH model Sension 5
3. Kekeruhan
35
Dinyatakan dalam satuan 1 JTU. Selain dengan menggunakan
Jackson Candler Turbidimete. Kekeruhan sering diukur denga metode
Nephelometric . Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada contoh
dan intensitas cahay yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab
kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin
sebagai larutan standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan metode
Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Turbidy Unit ) (Effendi, 2003)
4. Zat Organik
36
oksigen ). Produk yang dihasilkan dari jenis kedua reaksi oksidasi
tersebut berbeda . Produk akhir dari dekomposisis atau oksidasi bahan
organik pada kondisi aerob adalah senyawa senyawa stabil ( anorganik),
misalnya CO2, NH3, H2O. Sedangkan produk akhir dari dekomposisi
pada kondisi anaerob selain karbondioksida, dan air , juga berupa
senyawa senyawa yang tidak stabil dan bersifat toksik, misalnya
ammonia, metana, hidrogen sulfida (Effendi, 2003 )
37
Pengujian logam yang dikerjakan ialah logam :
1. Besi (Fe)
38
kandungan zat besinya sangat bervariasi dari konsentrasi yang
rendah sampai kosentrasi tinggi (1-10 mg/liter ) (Asmadi et al,
2011)
2. Mangan (Mn)
Mangan merupakan unsur logam golongan VII, dengan
berat atom 54,9, titik didihnya 2032°C dan melebur pada suhu
sekitar 1250 °. Di alam jarang sekali berada dalam keadaan
unsur . Umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan
berbagai macam valensi. Di dalam hubungannya dengan
kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan
dengan valensi 2,valensi 4, dan alensi 6 (Asmadi et al, 2011)
Logam mangan bereaksi dengan air hangat membentuk
membentuk mangan (II) hidroksida dan hidrogen :
Mn2+ 2H2O > Mn(OH)2+H2
Mangan yang biasanya ada dalam a`ir permukaan,
terdapat dlam bentk terlarut dan suspensi. Pada sistem
pengolahan air, mangan terdapat dalam bentuk bervalensi lebih
besar ( Mn4+), sedangkan mangan yg terkandung dalam air tanah
berbentuk terlarut (Mn+2 ) akibat dari keadaan tidak ada oksigen
dan mangan terlarut kemungkinana terus meningkat (PDAM,
2005 )
Jika dibiarkan di udara terbuka dan mendapat cukup
oksigen, air dengan kadar mangan (Mn2+) tinggi (> 0,01 ppm)
akan membentuk koloid karena akan terjadinya proses oksidasi
Mn2+>Mn4+.Koloid ini mengalami presipitas membentuk warna
coklat gelap sehingga air menjadi keruh ( effendi,.2003 )
Toksisitas mangan relatif sudah tampak pada konsentrasi
rendah. Oleh karena itu tingkat kandungan mangan yang
diizinkan dalam air yang digunakan untuk keperluan domestik
adalah sangat rendah, dibawah 0,05 ppm.alasan batas
yangsangat rendah ini adalah karena pakaian yang dicuci dan
peralatan kamar mandi dapat berkarat oleh mangan yang
kosentrasinya rendah dalam air( Effendi, 2003)
39
BAB IV KONSEP RANCANGAN / METODE YANG DIGUNAKAN
A. Identifikasi Masalah
B. Hipotesis
C. Abstrak
1. Bahan
Bahan bahan yang digunakan pada praktek kali ini meliputi bahan
uji dan bahan analisis kimia. Bahan Uji adalah air baku sungai cisadane di
daerah Dekeng, Bogor, Jawa Barat, yang diambil dari pengolahan air yang
ada di Instalasi Pengolahan Air (IPA ) PERUMDA Dekeng dan air hasil jar
test pada dosis optimum . Sedangkan bahan kimia yang digunakan dalam
analisis meliputi bahan bahan dalam penetapan secara fisika( pH,TDS, dan
NTU ) dan kimia (ZO, Fe, dan Mn) . Serta bahan kimia dalam proses jar
test ( untuk menentukan dosis optimum ).
2. Alat
E. Kegiatan Praktek
41
Aluminium Sulfat (tawas ) .Sebelum dilakukan penetuan dosis optimum
koagulan, terlebih dahulu dilakukan karakteristik air baku dengan cara
mengecek NTU,pH,TDS, Zat Organik, logam Mn2+, dan logam Fe2+.
Kemudian, dari air baku tersebut dilakukan jar test dengan koagulan PAC
dan Tawas pada deret 10-100 ppm. Hasil jar test tersebut, dilakukan
pengukuran NTU, TDS, dan pH. Penentuan dosis optimum koagula
dilakukan dengan cara membandingan nilai NTU tiap koagulan pada range
kosentrasi 10-100. Ditentukan nilai dosis optimum pada kosentrasi pertama
kali dibawah 5 NTU.
Setelah didapatkan hasil dosis optimum pada tiap koagulannya,
dilakukan penentuan konsentrasi Zat Organik, Logam Mn+2, dan logam
Fe2+. Nilai pH diukur menggunakan pH-meter, Fe & Mn diukur
menggunakan AAS dan zat organik diukur menggunakan metode
titrasi.Kemudian dari data yang didapatkan, lalu dibuatlah kurva Hubungan
nilai Kekeruhan, pH, dan TDS dengan Dosis Koagulan dan Nilai (%)
Efektivitas Koagulan PAC dan Tawas terhadap kekeruhan, pH, TDS, Fe2+,
Mn2+, dan Zat Organik. Kemudian dibuat perbandingan efektivitas PAC dan
Alum berdasarkan parameter tersebut dan ditentukan koagulan mana yang
paling efektif berdasarkan standar yang berlaku.
Adapun tahapan tahapan yang dilakukan ialah pengambilan sampel
air baku , pembuatan larutan koagulan, pebubuhan larutan koagulan pada
proses jar test,serta pengukuran parameter fisika (pH,TDS, dan NTU ) dan
kimia (Fe,Mn, dan za organik ) terhadap filtrat air baku dan air hasil jar test
Kemudian seluruh data percoban dibandigkan dengan
persyaratan Permenkes No.492/per/IV/2010
Sampel air baku berasal dari air sungai cisadane yang diambil
dari di Instalasi Pengolahan Air (IPA Dekeng) .Sampel air baku
ditampung dalam jerigen besar berukuran 30 L , lalu dihomogenkan
dengan pengadukan (agar koloid tetap stabil ), kemudian dilakukan
analisa karakteristik air baku sebelum dilakukan jar test ( pengecekan
42
air baku meluputi parameter pH, NTU, TDS , ZO, Fe2+, dan Mn2+)
43
Koagulan Kekeruhan Variasi Dosis Koagulan (ppm)
Air Baku
PAC 155 NTU 10,20,30,40,50,60,70,80,90,100
Aluminium Sulfat 155 NTU 10,20,30,40,50,60,70,80,90,100
𝐴−𝐵
Efektivitas (%) = | 𝐵
| x 100%
44
4. Uji Parameter Fisika
Prinsip
Intensitas cahaya sampel uji yang di serap dan dibiaskan,
dibandingkan terhadap intensitas cahaya suspensi baku
Cara kerja:
1) Turbidimeter dikalibrasi dengan larutan standar dengan nilai
kekeruhan tertentu (0,02; 10; dan 1000 NTU) .
2) Dimasukkan sampel ke dalam tabung turbidimeter, kemudian
diseka dengan tisu.
3) Diperiksa dan dicatat skala yang ditunjukkan oleh alat.
45
Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion
hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan
menggunakan pH meter.
Cara Kerja :
1) pH meter dikalibrasi dahulu dengan larutan buffer pH 4 dan
pH 7 (sesuai instruksi kerja setiap kali akan melakukan
pengukuran).
2) Ditekan tombol read dan dicatat slope.
3) Dibilas elektrode dengan air suling, selanjutnya dikeringkan
dengan tissue
4) Dimasukkan sampel ke piala gelas 100 ml
5) Dicelupkan elektroda dan dicatat hasil yang tertera
46
Perhitungan:
Keterangan:
Vp = Volume KMnO4 0,01N (mL)
b = Normalitas KMnO4
c = Normalitas asam oksalat (0,01 N)
31,6 = bst KMnO4
Cara kerja:
1) Dipipet 1 mL larutan standar induk Fe2+ 1000 mg/L ke
dalam labu ukur 100 mL (10 mg/L).
2) Dibuat deret standar Fe 0,10 - 1,00 mg/L (0,00; 0,10; 0,20;
0,40; 0,60; 0,80; dan 1,00 mg/L) dari larutan standar Fe 10
mg/L ke dalam labu ukur 100 mL.
3) Ditambahkan 1 mL larutan CaCO3, diencerkan, ditepatkan
sampai tanda tera, dan dihomogenkan.
4) Ditambahkan 100 mL contoh uji ke dalam piala labu ukur
47
100 mL.
5) Ditambahkan 1 mL larutan CaCO3 dan dihomogenkan.
6) Sampel dan deret standar diukur serapannya dengan AAS
Perhitungan:
Reaksi:
Cara kerja:
1) Dipipet 1 mL larutan standar induk Mn 1000 mg/L ke
dalam labu ukur 100 mL (10 mg/L).
2) Dibuat deret standar Mn 0,10 - 1,00 mg/L (0,00; 0,10;
0,20; 0,40; 0,60; 0,80; dan 1,00 mg/L) dari larutan standar
Mn 10 mg/L ke dalam labu ukur 100 mL.
3) Ditambahkan 1 mL larutan CaCO3, diencerkan, ditepatkan
sampai tanda tera, dan dihomogenkan.
4) Ditambahkan 100 mL contoh uji ke dalam piala labu ukur
100 mL.
5) Ditambahkan 1 mL larutan CaCO3 dan dihomogenkan.
6) Sampel dan deret standar diukur serapannya dengan AAS
48
Perhitungan:
49
Keterangan
Standar diambil berdasarkan persyaratan kualitas air baku dan air
minum
1. Standar 1 : SK Gubernur jawa Barat No.6 Tahun 1999
2. Standar 2 : Permenkes No.492/Menkes/Per/2010
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa karakteristik air sungai Cisadane
yang meliputi Kekeruhan,TDS, pH, Fe, dan Mn masih berada dalam batas
baku mutu kualitas air baku berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
Barat No.6 Tahun 1999 (Standar 1) .
Sedangkan parameter kekeruhan,Fe, dan Zat Organik tidak
memenuhi persyaratan Permenkes No.492/Menkes/Per/2010 (standar 1 )
sebagai parameter persyaratan kualitas air minum.Sehingga perlu
dilakukan proses pengolahan air terlebih dahulu agar memenuhi
persyaratannya.
Karakteristik air baku sungai Cisadane dapat terus berubah, baik
parameter fisika (kekeruhan, total padatan terlarut ) dan parameter kimia
(pH, logam besi, dan logam mangan, dan zat organik ) .
Berubahnya karakteristik tersebut dapat disebabkan oleh berubah-
ubahnya kondisi air di hulu sungai, perubahan musim dan tingginya
padatan tersuspensi dalam air. Pada musim hujan, debit air relatif besar
dengan kekeruhan reltif tinggi, sedangkan pada musim kemarau air yang
mengalir relatif sedikit dan mengakibatkan air baku memiliki kekeruhan
relatif rendah.
50
Pada Kekeruhan Dosis Optimum ( ppm)
PAC Tawas
155 NTU 20 60
Dosis pemakaian koagulan ditentukan dari hasil uji jar test, yaitu pada
saat kekeruhan pertama kali turun dibawah 5 NTU, bukan dari tingkat
kekeruhan terendah. Hal ini dilakukan karena setelah proses koagulasi,
flokulasi, dan sedimentasi, masih ada proses lain yang dapat menurunkan
kekeruhan yaitu penyaringan. Bila dua atau lebih dosis koagulan
menghasikan kekeruhan dibawah 5 NTU, maka dipilih pH air yang tinggi .
Batas minimum pH air bersih menurut Permenkes No.492/Menkes/IV/2010
ialah 6,5 maka dosis koagulan dipilih yang menghasilka air dengan pH di
atas 6,5
Dari tabel diatas dapat diketahui pemakaian dosis optimum Koagulan
PAC dan Tawas. Dilakukan dengan kekeruhan 155 NTU, dosis optimum
PAC yang digunakan sebesar 20 ppm . sedangkan untuk Aluminium Sulfat
dosis optimum yang digunakan sebesar 60 ppm. Hal ini menunjukkan
bahwa dosis optimum PAC lebih rendah dibandingkan dengan Aluminium
Sulfat.
Air hasil Jar test dengan dosis optimum koagulan yang didapat harus
memenuhi persyaratan kualitas air bersih berdasarkan standar Permenkes
No.492/Menkes/Per/IV/2010. Karakteristik Dosis Optimum Koagulan PAC
& Tawas dapat dilihat pada tabel 4
51
Parameter Standar 1 DO PAC 20 ppm DO Tawas 60 ppm
NTU 5 3.96 3.75
pH 6.5-8.5 7.40 6.75
TDS 1000 ppm 72.3 ppm 84.2 ppm
ZO 10 ppm 7,76 ppm 8.99 ppm
Fe 0.3 ppm 0.0288 0.0157
Mn 0.4 ppm 0.0017 0.0061
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan air hasil jar test dengan dosis
optimum PAC 20 ppm maupun Tawas 60 ppm telah memenuhi persyaratan
kualitas air bersih (Permenkes No.492/Menkes/Per/2010 ). Hal ini
menunjukan pengolahan air dengan menggunakan koagulan PAC 20 ppm
maupun Tawas 60 ppm telah memenuhi standar pada air baku kekeruhan
155 NTU.
D. Efektivitas Koagulan
52
Koagulan Dosis Kekeruhan
(ppm) Sebelum Sesudah Efektivitas (%)
PAC 20 155 3.50 97.74%
Tawas 60 155 3.96 97.45%
53
KURVA HUBUNGAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN DENGAN
KEKERUHAN
PAC Tawa
sum
155
100
36.5
23.1
10 12
7.95 7.8 6.4 6.53
5.16
3.96 3.75 3.55 3.3
2.67 2.6 2.42
1.28 1.56 1.69 1.85
1 0.89
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0.1
DOSIS KOAGULAN (PPM)
54
maka sedikit partikel koloid yang terdestabilisasikan, sehingga koloid
tidak seluruhnya mengendap.
55
Kurva hubungan dosis koagulan dengan pH
8.5
8
7.67
3
7.5 7.54 7.48
7.4
pH 7.28 7.15 7.18
7 7 6.98
6.82 6.82 6.75 6.85 6.82 6.76 6.73
6.5
6.37 6.31 6.21
6 6.1
5.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
DOSIS KOAGULAN
(ppm)
PAC Tawas
Tawas
Gambar 17. Kurva Hubungan antara nilai pH dengan Dosis Koagulan PAC
dan Tawas
56
No.492/Menkes yaitu 6.5-8.5.Sehingga diperluka zat yang dapat
menambahkan pH agar sesuai dengan persyaratan standar.
Bahan kimia yang umumnya digunakan untuk mengatur
(menaikkan pH) yaitu kapur atau Natrium Karbonat (Soda Ash)
Dosis TDS
Koagulan Efektivitas (%)
(ppm) Sebelum Sesudah
9.73 %
PAC 20 80.1 72.3
(Penurunan)
57
No.492/Menkes/2010
Kurva hubungan antara dosis koagulan Poli Aluminium Klorida
(PAC) dan Aluminium Sulfat dengan TDS pada kekeruhan 155 NTU
dapat dilihat pada Gambar 7
110
100
TDS
94.1
90 89.1 89.7 91 92
1.4
2
88.7
84.2 86.2
80
80.
1 6689.6 72
0.3
46 65
4.4
1 66.4
2
60 62.1
0 10 20 30 50 60 80 90
4 7 10
DOSIS KOAGULAN
(ppm)
PAC Tawas
Gambar 18. Kurva Hubungan antara nilai pH dengan Dosis Koagulan PAC dan
Tawas
58
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa koagulan Poli
Aluminium Klorida (PAC) pada dosis optimum lebih efektif dalam
menurunkan kadar besi dibandingkan Koagulan Aluminium Sulfat.
Yaitu diperoleh efektivitas penurunan kadar besi (Fe ) sebesar 95.04%
pada kekeruhan 155 NTU dengan koagulan PAC dibanding Poli
Aluminium Klorida yang memiliki efetivitas penurunan kadar besi (Fe
2+
) sebesar 91.00% .
Besi (Fe ) dalam Air minum pada tingkat konsentrasi <0.3 ppm
tidak memberikan pengaruh yang buruk pada kesehatan. Tetapi, kadar
besi yang berleibih dapat mengganggu kesehatan .Dampaknya tidak
secara langsung terlibat. Tetapi jika dikonsumsi secara terus menerus
dapat merusak ginjal dan hati, selain itu pada perpipaan air dapat
menyebabkan korosi karena bersifat korosif.
59
Konsentrasi Mn yang dipersyaratkan Permenkes sebesar 0.1
pm, apabila konsentrasi Mn >0,1 ppm , maka akan mempengaruh rasa
dan meninggalkan noda pada pakaian.Pengaruh kadar mangan bagi
kesehatan jika melebihi batas syarat juga dapat menyebabkan
kerusakan pada hati .
60
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa dosis optimum Poli Aluminium
Klorida (PAC) pada kekeruhan 155 NTU sebesar 20 ppm, Aluminium Sulfat
sebesar 60 ppm. Hasil Jar test dengan koagulan DO PAC 20 ppm dan
Tawas 60 ppm telah memenuhi standar memenuhi persyaratan Permenkes
No.492/Menkes/Per/2010
Kedua dosis optimum tersebut, keduanya dapat memiliki efektivitas
berbeda terhadap kekeruhan, pH, TDS, Mn2+,dan Fe2+ .
Koagulan PAC lebih efektif untuk pengolahan air baku sungai cisadane
di Pengolahan Air PERUMDA Tirta Pakuan Kota Bogor. Dapat diihat bahwa
Dosis Optimum PAC memiliki efektivitas yang lebih besar dalam
menurunkan nilaiKekeruhan (97.74%), TDS (9,73%),
Fe(95.04%)Mn(65.30%), dan ZO (73.01%).
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian/percobaan lainnya dengan koagulan
PAC/lainnnya pada air baku sungai Cisadane untu mengetahui efektvitas
yang lebih baik di sungai cisadane.
61
Daftar Pustaka
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3608/132401004.p
df?sequence=1&isAllowed=y
https://www.berpendidikan.com/2019/07/pengertian-air-permukaan-dan-
macam-macamnya.htmlhttps://bisakimia.com/2013/12/01/penggunaan-
polyaluminium-chloride/
https://www.academia.edu/3508597/KINERJA_KOAGULAN_POLY_ALU
MINIUM_CHLORIDE_PAC_DALAM_PENJERNIHAN_AIR_SUNGAI_KAL
IMAS_SURABAYA_MENJADI_AIR_BERSIH
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 2. Diagram Alir Sistem Penyediaan Air Minum
64
Lampiran 3 : Permenkes No.492/Menkes/Per/2010
65
Gambar 21. Permenkes No.492/Menkes/Per/2010
66
Lampiran 4 : SK Gubernur jawa Barat No.6 Tahun 1999
67
Lampiran 5: Cara Kerja Pembuatan Koagulan PAC dan Tawas
68
Lampiran 6.Data Koagulan PAC dan Tawas
Tabel 11 .Data Nilai kekeruhan, pH, dan TDS hasil jar test
69
Lampiran 8: Daftar Pembuatan Pereaksi
1. Penetapan kadar zat organik
2 Larutan H2SO4 4N
Sebanyak 112 mL H2SO4(p) (98%) diencerkan dengan 1000
mLaquadest.
70
Lampiran 9: Data Analisis Fe & Mn
71
• Data dan Kurva Deret Standar Mn
Label Konsentrasi (ppm) Absorbansi
Blanko 0 0.0000
Standar 1 0.1000 0.0205
Standar 2 0.2000 0.0411
Standar 3 0.4000 0.0831
Standar 4 0.6000 0.1216
Standar 5 0.8000 0.1612
Standar 6 1.0000 0.1993
72
• Data hasil Konsentrasi Fe dan Mn
Fe2+ Mn2+
Label
Konsentrasi ABS Konsentrasi ABS
Blanko - 0.0004 - 0.0016
STD 0.6 0.4731 0.0496 0.5730 0.1153
ABD 1 0.3222 0.0337 0.0042 0.0008
ABD 2 0.3113 0.0326 0.0055 0.0011
PAC1 0.0186 0.0020 0.0010 0.0002
PAC 2 0.0128 0.0013 0.0024 0.0005
Tawas 1 0.0302 0.0032 0.0050 0.0010
Tawas 2 0.0274 0.0029 0.0072 0.0015
73