Skripsi
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh
Khotib Safa’at
NIM.5113413047
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2018
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
Skripsi Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Drs. Henry Apriyatno, M.T. Dr. Eng. Mahmud Kori Effendi, S.T., M.T.
NIP.195904091987021001 NIP. 198004022006041001
ii
PENGESAHAN
Oleh:
Ketua Sekretaris
Dra. Sri Handayani, M.Pd Dr. Rini Kusumawardani, S.T, M.T, M.Sc
NIP. 196711081991032001 NIP.197809212005012001
Arie Taveriyanto, S.T., M.T. Drs. Henry Apriyatno, M.T. Dr. Eng. M. Kori E., S.T., M.T.
NIP.196507222001121001 NIP.195904091987021001 NIP. 198004022006041001
Mengetahui:
Dekan Fakultas Teknik UNNES
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Khotib Safa’at
NIM.5113413047
iv
MOTTO
• Bila kau tidak tahan lelahnya belajar, maka kau harus menahan perihnya
kebodohan (imam Asy Syafi’i)
• Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Al-Insyirah : 68)
• Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan juga orang-orang
yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat. (QS. AlMujadalah:
11)
• Banyak kegagalan hidup terjadi karena orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya kesuksesan ketika mereka menyerah (Thomas Alfa Edison)
• "Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik." (Evelyn Underhill)
• "Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah." (Lessing)
• "Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita
selalu menyesali apa yang belum kita capai." (Schopenhauer)
• Kita berdo’a kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga
berdo’a dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. (Kahlil Gibran)
• Musuh yang paling berbahaya di dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman
yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. (Andrew
Jackson)
PERSEMBAHAN
• Untuk Ayah tercinta Sumardi dan ibunda tersayang Siti Masitoh yang tiada henti
memberi materi dan mengarahkan kepada kebaikan dunia akhirat.
• Untuk saudara kandung (Mas Hakim, Mba Hikmah, Mas Habibi, Mba Habibah,
Dek Khotibah) serta saudara ipar (Mba Rum, Mas Sholah, Mba Husnul, Mas
Tyo) yang selalu mendoakan dan memberi semangat.
• Untuk dosen pembimbing skripsi (Bpk Drs. Henry Apriyanto, M.T. dan Bpk Dr.
Eng. Mahmud Kori Effendi, S.T., M.T.) yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
• Untuk Bpk. Maskud dan putranya Wirawan Suryo Prabowo yang selalu
mengerti dan mendukung penulis.
• Untuk Sahabatku Alm. Roki Reagen Done, Andre, Owel, Kholik, Kak Fran,
Ipul, Ajik, Rizky, Edo, Indra, Sulton, Pandu, Ari, Budi, Nurma, Ara, Rohman,
Yudi yang telah mensupport dan mewarnai hari-hariku.
• Untuk teman-teman rombel 2 Teknik Sipil S1 Universitas Negeri Semarang
angkatan 2013, terimakasih atas kebersamaan, keceriaan, dan kekeluargaan
selama kuliah.
• Untuk masa depanku yang masih dirahasiakan Allah.
• Semua teman-teman satu almamater tercinta Universitas Negeri Semarang.
• Almamater kebanggaanku Universitas Negeri Semarang.
ABSTRAK
Hasil analisis didapatkan bahwa gaya aksial dan momen ultimit yang dapat
ditahan kolom tabung baja terisi beton jauh lebih besar dibandingkan dengan kolom beton
bertulang.
Kata kunci : diagram interaksi, kolom beton bertulang, kolom tabung baja terisi beton,
penampang persegi, perbedaan, interaction diagram, kolom concrete filled steel tube,
optimization, gaya aksial, momen, P - M, SNI 03-2847-2002, architectural institute of
japan, AIJ
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat dan
hidayahnya sehingga penulisan Skripsi dengan judul “Perbandingan Diagram
Interaksi Aksial-Momen (P-M) Kolom Tabung Baja Terisi Beton dan Beton
Bertulang Dengan Penampang Persegi”.
Penulis,
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
MOTTO .................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
x
2.1.3 Kolom Komposit ................................................................................. 7
2.1.4 Tabung Baja Terisi Beton (Concrete Filled Steel Tube)..................... 8
2.2 Kelebihan Kolom Tabung Baja Terisi Beton (CFT) .................................... 8
2.3 Diagram Interaksi ......................................................................................... 9
2.4 Diagram Interaksi Pada kolom Beton Bertulang ......................................... 12
2.4.1 Titik-Titik Signifikan Pada Diagram Interaksi Kolom ....................... 14
2.4.2 Gaya Aksial Maksimal ........................................................................ 16
2.5 Kekuatan Maksimal pada kolom Tabung baja Terisi Beton ...................... 16
2.6 Penelitian Mengenai Diagram Interaksi pada CFT dan Beton Bertulang .. 18
4.2 Analisis dan Perhitungan Kolom Tabung Baja Terisi Beton ..................... 29
4.2.1 Pembuatan Diagram Interaksi Kolom Tabung Baja Terisi Beton ..... 30
xi
4.3.4Penampang Kolom pada Kondisi Beton Tekan Menentukan .............. 44
4.3.5 Penampang Kolom pada Kondisi Beban Pn = 0 ................................. 49
LAMPIRAN ............................................................................................................. 60
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Interaksi Gaya Aksial (P) dan Momen Lentur (M) pada
beton bertulang ............................................................................ 2
Gambar 2.1 Kolom Steel Reinforced Concrete ................................................ 7
Gambar 2.2 Kolom Concrete Filled Steel Tube ............................................... 7
Gambar 2.3 Beban dan momen pada kolom..................................................... 10
Gambar 2.4 Diagram interaksi untuk kolom elastis dengan |ftu| = |fcu| ........... 11
Gambar 2.5 Diagram interaksi untuk kolom elastik dengan |ftu| ≠ |fcu| .......... 12
Gambar 2.6 Proses Perhitungan P dan M pada Distribusi Tegangan ............... 13
Gambar 2.7 5 ...................................................................................................
Hubungan Diagram Regangan dengan Titik-Titik pada Diagram
Interaksi ....................................................................................... 15
Gambar 2.8 Distribusi Tegangan untuk Momen Lentur Maksimal.................. 18
Gambar 3.1 Flowchart Penyelesaian Tugas Akhir ........................................... 19
Gambar 3.2 Flowchart Perhitungan Kolom Tabung Baja Terisi Beton ........... 22
Gambar 3.3 Flowchart Perhitungan Kolom Beton Bertulang kondisi Tekan...
Menentukan ................................................................................. 24
Gambar 3.4 Flowchart Perhitungan Kolom Beton Bertulang Kondisi Seimbang
..................................................................................................... 25
Gambar 3.5 Flowchart Perhitungan Kolom Beton Bertulang Kondisi Tarik ...
Menentukan ................................................................................. 26
Gambar 3.6 Flowchart Perhitungan Kolom Beton Bertulang Kondisi Pn = 0 .
..................................................................................................... 27
Gambar 4.1 Spesifikasi Kolom Tabung Baja Terisi Beton (CFT) ................... 30
Gambar 4.2 Penampang Tabung Baja Terisi Beton (CFT) .............................. 30
Gambar 4.3 Diagram Interaksi Kolom Tabung Baja Terisi Beton (CFT) ........ 32
Gambar 4.4 Spesifikasi Kolom Beton Bertulang ............................................. 33
Gambar 4.6 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton ........................................... 35
xiii
Gambar 4.7 Distribusi regangan pada masing-masing baja tulangan .............. 35
Gambar 4.8 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton ........................................... 40
Gambar 4.9 Distribusi regangan pada masing-masing baja tulangan .............. 40
Gambar 4.10 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton ......................................... 45
Gambar 4.11 Distribusi regangan pada masing-masing baja tulangan ............ 45
Gambar 4.12 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton ......................................... 49
Gambar 4.13 Distribusi regangan pada masing-masing baja tulangan ............ 50
Gambar 4.14 Diagram Interaksi P-M Beton Bertulang (Kondisi Batas) .......... 54
Gambar 4.15 Diagram Interaksi P-M Beton Bertulang (dengan faktor reduksi ϕ)
..................................................................................................... 55
Gambar 4.16 Diagram Interaksi P-M Tabung Baja Terisi Beton dan Kolom Beton
Bertulang (Kondisi Batas) ........................................................... 56
Gambar 4.17 Diagram Interaksi P-M Tabung Baja Terisi Beton dan Kolom Beton
Bertulang (dengan faktor reduksi ϕ) ............................................ 57
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Faktor Reduksi (ϕ) untuk Kolom dan Balok .................................... 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul
beban dari balok. Kolom meneruskan beban beban dari elevasi paling atas ke elevasi
paling bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. Karena kolom
merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan collapse (runtuhnya) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
batas total (ultimate total collapse) seluruh strukturnya. (Edward G. Nawy, 1998 : 306)
Pada kolom gaya aksial dan momen lentur akan bekerja secara bersama-sama,
saling mempengaruhi, dan tidak terpisahkan dan pola keruntuhan yang dibentukpun
sejenis. Karenanya dalam merencanakan kolom perlu lebih waspada yaitu dengan
memberikan kekuatan cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada balok
dan elemen struktural yang lainya. (Edward G. Nawy, 1998 : 306)
Biasanya konstruksi kolom terbuat dari material beton bertulang. Namun, dengan
cepatnya perkembangan IPTEK, banyak material baru yang mulai digunakan dalam dunia
kontruksi di Indonesia diantaranya adalah kolom komposit tabung baja terisi beton
(Concrete Filled Steel Tube - CFT) berpenampang persegi. Pada beton bertulang,
diagram interaksi kolom dihitung dengan mengasumsikan serangkaian distribusi
tegangan yang terjadi, masing masing ditinjau pada titik-titik netral (neutral axis) tertentu
dan menghasilkan kombinasi antara nilai P dan M. Hasil perhitungan kombinasi P dan M
1
2
diplotkan pada grafik dan membentuk suatu diagram interaksi P dan M pada beton
bertulang. Namun, informasi mengenai diagram interaksi antara gaya aksial (P) dan
momen lentur (M) pada material kolom komposit tabung baja terisi beton (CFT) masih
sangat sedikit. Sehingga diperlukan penelitian mengenai pengembangan interaksi antara
gaya aksial (P) dan Momen Lentur (M) pada kolom komposit tabung baja terisi beton
(CFT) untuk memberikan referensi dalam merencakan kapasitas kolom komposit tabung
baja terisi beton (CFT).
Gambar 1.1 Diagram Interaksi Gaya Aksial (P) dan Momen Lentur (M) pada beton
bertulang
Penelitian ini akan membahas mengenai diagram interaksi gaya aksial (P) dan
momen lentur (M) pada kolom komposit tabung baja terisi beton (CFT) penampang
persegi dan membandingkan dengan beton bertulang penampang persegi dengan ukuran
yang sama.
3
4. Meneliti perbedaan kekuatan pada kolom komposit tabung baja terisi beton dan
beton bertulang.
Ruang lingkup permasalahan dan pembatasan pada penelitian ini dibatasi beberapa
hal antara lain:
1. Penelitian ini hanya meninjau elemen struktur komposit tabung baja terisi beton
(CFT) dan beton bertulang yang mengalami kombinasi gaya aksial dan momen
lentur.
2. Penelitian ini hanya meninjau kolom komposit tabung baja terisi beton (CFT)
berpenampang bujur sangkar (Rectangular) tanpa tulangan.
3. Perhitungan kolom komposit terisi beto mengacu pada Architectural Institute
of Japan (AIJ) tentang “Rekomendasi untuk Desain dan Konstruksi Tabung
Baja Terisi Beton (CFT)”.
4. Perhitungan kolom beton bertulang mengacu pada SNI 03-2847-2002.
5. Asumsi material baja sudah leleh sempurna (Full Plastic).
6. Dalam perhitungan, kekuatan tarik beton tidak diperhitungkan atau diasumsikan
nol (0).
4. Dapat menjadi rujukan untuk membedakan kolom tabung baja terisi beton (CFT)
dan beton bertulang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
a.penampang
b. gaya eksentris
Gaya tekan maksimal dari kolom terjadi ketika momen M = 0 dan Pmax = fcu.A.
Begitu pula dengan momen maksimal pada kolom terjadi ketika gaaksial P = 0 dan
Mmax = (fcu.I/y). dengan mensubtitusikan Pmax dan Mmax didapat
P My
1 (2.3)
P max M max
Persamaan diatas dinamakan persamaan interaksi, karena menunjukan hubungan
antara P dan M pada kondisi batas yang diplotkan pada garis AB pada gambar 2.5.
Untuk persamaan pada gaya tarik P tergantung dengan ftu pada gambar ditampilkan
dengan garis BC. Dan untuk garis AD dan DC terjadi jika momen memiliki aran yang
berlawanan.
Gambar 2.5 menunjukkan diagram interaksi. Garis AB, AD, BC dan CD
mempresentasikan daya tahan penampang dalam menahan gaya P dan momen M.
Apabila titik kombinasi P dan M pada suatu kasus berada pada garis itu berarti
penampang berada pada batas kekuatanya, apabila titik kombinasi berada di dalam
diagram, seperti pada titik E, menunjukan kombinasi P dan M tidak menimbulkan
kegagalan struktur atau masih dalam kondisi aman. Namun jika titik kombinasi berada
11
di luar garis, seperti pada titik F, menunjukan kombinasi beban dan momen pada
struktur kolom melebihi kekuatan yang mampu dipikul kolom atau kolom mengalami
kegagalan struktur.
Gambar 2.5 menunjukan diagram interaksi pada material elastis dengan ftu = -fcu.
Gambar 2.6-a menunjukan diagram interaksi untuk material yang elastis dengan kuat
tekan fcu dan kuat tarik ftu = 0, dan gambar 2.6-b menunjukan dengan material |ftu| =
0.5 |fcu|. Garis AB dan AD mengindikasikan batas kegagalan struktur akibat gaya tekan
fcu dan garis BC dan DC mengindikasikan batas kegagalan struktur akibat gaya tarik.
Pada kasus lain, titik B dan D pada gambar 2.5 dan 2.6 menunjukan kondisi balance
atau seimbang, yang mana kuat tarik dan kuat tekan material mencapai kondisi
seimbang pada kolom.
Gambar 2.5 Diagram interaksi untuk kolom elastis dengan |ftu| = |fcu|
12
Gambar 2.6 Diagram interaksi untuk kolom elastik dengan |ftu| ≠ |fcu|
2.4 Diagram Interaksi Pada Kolom Beton Bertulang
Beton mempunyai sifat tidak elastis dan memiliki kuat tarik jauh lebih kecil
dibanding kuat tekanya. Dengan adanya tulangan pada sisi tarik beton bertulang,
banyak peniliti yang mengembangkan kuat tarik yang dimilikinya. Maka dari itu,
perhitungan diagram interaksi pada beton bertulang jauh lebih kompleks dibanding
material elastis yang dijelaskan pada bagian 2.3, yang mana secara keseluruhan diagram
interaksi pada beton bertulang menyerupai gambar 2.6-b.
Meskipun memungkinkan untuk mendapatkan persamaan untuk mengevaluasi
kekuatan kolom yang memiliki kombinasi momen lentur dan gaya aksial (lihat
persamaan 2.3) , persamaan ini terlalu sederhana. Maka dari itu, Diagram interaksi
13
dari daerah rapuh di titik C dan lentur pada titik D, sesuai regangan baja pada
0.002 dan 0.005 pada kondisi ekstrim dari lentur baja.
7. Titik E – Hanya Terjadi Momen, Pada titik ini momen hanya mengalami
momen tanpa gaya aksial.
Dimana
k3f’c = tegangan ijin maksimal pada kolom desain
Ag = Luas kotor penampang beton bertulang (beton dan baja)
fy = tegangan leleh baja tulangan
Ast = total luas tulangan pada penampang
Besarnya k3f’c berasal dari persamaan (2.1), (2.2), (2.3) dan normalnya sebesar
0.85 f’c.
Kekuatan yang diberikan oleh persamaan (2.4) biasanya tidak dapat dicapai oleh
struktur karena hampir selalu ada reaksi momen yang terjadi, seperti yang ditunjukan
oleh gambar 2.5, 2.6 dan 2.8, akan ada momen yang mempengaruhi sehigga
mengurangi kapasitas gaya aksial. Seperti momen atau eksentrisitas yang timbul dari
ketidak seimbangan balok, tidak lurusnya sumbu as kolom pada tiap tiap lantai, tidak
ratanya pemadatan pada penampang beton, atau tidak lurusnya sumbu as tulangan.
M u c M u s M u (2.6)
Kekuatan yang muncul dari sN, cN, sM, cM, pada persamaan (2.5) dan (2.6)
diberikan pada persamaan berikut:
Untuk CFT penampang persegi:
c Mu
1
1 xn1 xn1 .c D 3 .c ru .Fc (2.8)
2
t
s M u 1 s D 2 21 x n1 x n1 .c D 2 s t. s y (2.10)
D
Dimana
cD = lebar atau diameter penampang beton
D = lebar atau diameter penampang CFT
st = tebal pipa baja
xn = posisi garis netral (parameter of neutral axis, PNA)
sσy = tegangan leleh pipa baja
Fc = kuat tekan beton
c ru = faktor reduksi beton, 0.85
Kondisi seimbang antara gaya dalam dan gaya luar digambarkan pada persamaan
(2.5) dan (2.6), dan gaya aksial dan momen lentur dari beton dan pipa baja pada posisi
maksimal dihitung menggunakan persamaan (2.7) ~ (2.18). Kekuatan ini berdasarkan
dari diagram tegangan pada gambar 2.9 dengan garis netral (neutral axis)pada jarak xn
dari serat terluar tekan beton. Peningkatan kekuatan akibat terkekangnya beton dihitung
dengan c cB , dan perubahan gaya aksial tekan dan tegangan leleh pada pipa baja karena
2.6 Penelitian Mengenai Diagram Interaksi pada Tabung Baja Terisi Beton CFT
dan Beton Bertulang
Penelitian mengenai diagram interaksi pada kolom tabung baja terisi beton dan
beton bertulang telah dilakukan sebelumnya oleh Francesco Trentadue, dkk. Dengan
judul “Closed-form approximations od interaction diagrams for assessment and design
of reinforced concrete columns and concrete-filled steel tubes with circular cross
section”. Francesco Trentadue, dkk membuat diagram interaksi kolom beton bertulang
berdasarkan “Reinforced concrete-design tables and abacus for design section”.
Sedangkan pembuatan diagram interaksi kolom tabung baja terisi beton berdasarkan
“Eurocode 4: Design of composite steel and concrete structure”. Hasil penelitianya
menunjukan diagram interaksi pada beton bertulang dan tabung baja terisi beton dengan
beragam variasi ukuran penampang bulat dan penulangan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Metodologi penelitian ini berisi mengenai urutan pelaksanaan penyelesaaian
skripsi, mulai dari pengumpulan data, studi literatur, tahap perencanaan, analisis data dan
sebagainya.
Start
Studi Literatur
Mempelajari Hitungan
Analisis Perhitungan
Plot Grafik
Finish
19
20
Dan sebagai pembanding akan dibuat kolom beton bertulang dengan spesifikasi
sebagai berikut:
- Dimensi = 300 mm x 300 mm
- Kuat tekan beton (fc’) = 20 MPa
- Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
- Diameter tulangan = 16 mm, 19 mm, 22 mm, 25 mm
- Jumlah tulangan = 8 buah
21
c Pu xn .c B.c ru . f c '
s Pu 2s t (2 xn c B) f y
3. Mencari nilai momen lentur ultimate Mu, dengan menjumlahkan momen yang
terjadi pada beton cMu dan momen yang terjadi pada baja sMu pada setiap garis
netral yang ditinjau. Nilai Mu dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
M u c M u s M u ,dengan
c Mu
1
c B xn c B.xn .c ru . f c '
2
c Pu xn .c B.c ru . f c ' s Pu 2 s t (2 xn c B) f y
Gaya aksial, Pu c Pu s Pu
c Mu
1
c B xn c B.xn .c ru . f c ' s M u s B.s t.s y . s B s t 2 s t.x n .s y . c B x n
2
Momen Lentur, M u c M u s M u
Plot Grafik
Pada kondisi beban sentris (P0) ini dapat dianalisis seperti berikut:
Ag = b.h
1
Ast = n. .d 2
4
An = Ag – Ast
Cc = 0,85 fc . An
Cs = Ast . fy
fc’,fy,b,h,Es,ds,Dtulangan,ntulangan
600 .d
Cb=
600 f y
c > cb
ya
fc’ ≤ 30 MPa ɛs1= 0,003 xcb d 1
tidak cb
ya
β1< 0,65 fsi = ɛsi x Es
β1= 0,65 fsi = fy
tidak β1= 0,65
fc’,fy,b,h,Es,ds,Dtulangan,ntulangan
600 .d
Cb=
600 f y
ya
fc’ ≤ 30 MPa ɛs1= 0,003 xcb d 1
tidak cb
ya
β1< 0,65 fsi = ɛsi x Es
β1= 0,65 fsi = fy
tidak β1= 0,65
fc’,fy,b,h,Es,ds,Dtulangan,ntulangan
600 .d
Cb=
600 f y
c < cb
ya
fc’ ≤ 30 MPa ɛs1= 0,003 xcb d 1
tidak cb
ya
β1< 0,65 fsi = ɛsi x Es fsi = fy
β1= 0,65
tidak β1= 0,65
fc’,fy,b,h,Es,ds,Dtulangan,ntulangan
600 .d
Cb=
600 f y
c = ditentukan
trial error
ya
fc’ ≤ 30 MPa ɛs1= 0,003 xcb d 1
tidak cb
ya
β1< 0,65 fsi = ɛsi x Es fsi = fy
β1= 0,65
tidak β1= 0,65
4.2 Analisis dan Perhitungan Kolom Tabung Baja Terisi Beton (CFT)
Acuan yang digunakan dalam perhitungan kapasitas kolom tabung baja terisi beton
(CFT) adalah Architechtural Institute of Japan (AIJ) tentang “Rekomendasi untuk Desain
dan Konstruksi Tabung Baja Terisi Beton (CFT)”. Analisis kapasitas kolom tabung baja
29
30
terisi beton (CFT) didapatkan dengan menghitung kekuatan momen ultimit (ultimate
bending strength) dari kolom tabung baja terisi beton CFT. Ultimate bending strength
Mu dipengaruhi oleh besarnya gaya aksial Nu dan dihitung mengikuti ketentuan dari AIJ.
Adapun spesifikasi penampang kolom yang akan dianalisis dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Dimensi (D) = 300 mm x 300 mm
Dimensi beton (cD) = 260 mm x 260 mm
cru = 0,85
Gambar 4.1 Spesifikasi Kolom Tabung Baja Terisi Beton (CFT)
4.2.1 Pembuatan Diagram Interaksi Kolom Tabung Baja Terisi Beton (CFT)
Dalam pembuatan diagram interaksi kolom tabung baja terisi beton CFT dilakukan
perhitungan gaya aksial ultimit (Nu) dan momen ulimit (Mu) pada titik netral (xn) dengan
interval 1 mm untuk mendapatkan kurva diagram lebih akurat. Berikut merupakan contoh
perhitungan gaya aksial ultimit (Nu) dan momen ulimit (Mu) pada titik netral (xn) = 150
mm
Kemudian hitung nilai perbandingan xn dan cD (xn1) :
D = 300 mm
cMu =
1
1 xn1 xn1 .c D 3 .c ru .Fc
2
=
1
1 0,5769 0,5769 x 260 3 x0,85 x 20 x10 6
2
= -36,465 kNm
Momen akibat gaya aksial tabung baja (sMu)
t
sMu = 1 s D 2 21 x n1 x n1 .c D 2 s t.s y .10 6
D
20 2
300 21 0,5769 0,5769 x 260 20 x 400 x10
6
= 1 2
300
= 936 kNm
Gaya aksial ultimit (Nu)
Nu = cNu + sNu
= 663 + 640
= 1303 kN
32
Mu = cMu + sMu
= 36,465 + 936
= 972,465 kNm
Dengan melakukan prosedur perhitungan yang sama pada titik netral (xn) dengan
interval 1 mm, maka didapatkan diagram interaksi kolom tabung baja terisi beton CFT.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran.
10000
9000
8000
7000
GAya Aksial (kN)
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0
200
400
600
800
1000
Momen (kNm)
Gambar 4.3 Diagram Interaksi Kolom Tabung Baja Terisi Beton (CFT)
beton pada sisi lainya mencapai batas retak atau batas ultimit. Kondisi ketiga yaitu kondisi
tarik menentukan. Kekuatan penampang kolom pada kondisi tarik menentukan
bergantung pada kuat leleh tulangan tarik. Kondisi keempat yaitu kondisi tekan
menentukan. Kekuatan penampang pada kondisi tekan menentukan bergantung pada
kekuatan tekan beton. Kondisi kelima yaitu penampang kolom pada kondisi beban Pn =
0 (lentur murni). Spesifikasi penampang kolom yang akan dianalisis dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
b = 300 mm Jumlah tulangan = 8 buah
h = 300 mm Diameter tulangan = 16 mm
fc’ = 20 MPa Selimut Beton (ds) = 50 mm
fy = 400 MPa Es = 200000 MPa
Jarak antar tulangan (X) = 100 mm
Gambar 4.4 Spesifikasi Kolom Beton Bertulang
Pada kondisi beban sentris (P0) ini dapat dianalisis spserti berikut:
Ag = b.h
= 300 x 300
= 90000 mm2
1
Ast = n. .d 2
4
= 8 x 0.25 x π x 162
= 1608,5 mm2
An = Ag – Ast
= 90000 – 1608,5
34
= 88391,5 mm2
Cc = 0,85 fc . An
= 0.85 x 20 x 88391,5
= 1502,656 kN
Cs = Ast . fy
= 1608,5 x 400
= 643,4 kN
Dengan mempetimbangkan kesetimbangan maka diperoleh:
P0 = Cc + C s
= 1502,656 + 643,4
= 2146,056 kN
Pada kenyataanya, beban yang betul betul sentris jarang sekali dijumpai, dan
dianggap tidak ada. Oleh karena itu Pasal 12.3.5 SNI 03-2847-2002 memberi batasan
kuat tekan nominal maksimal sebagai berikut:
Pn maks = 0,8 . 0,65 . P0
= 0,8 x 0,65 x 2146,056
= 1115,948 kN
atau batas ultimit (ɛc’ = ɛcu’ = 0,003). Nilai cb dapat ditentukan dengan cara berikut
(lihat gambar 4.5)
ɛcu’ = 0,003
fy
ɛs =
200000
35
cb d cb
cu ' s
Subtitusi nilai ɛcu’ dan ɛs maka diperoleh
600 .d
cb =
600 f
y
600x 250
=
600 400
= 150 mm
Kemudian hitung jarak tulangan terhadap tepi beton (di)
X = 100 mm
H = 300 mm
ds = 50 mm
d2 = X + ds =100 + 50 = 150 mm
d3 = ds = 50 mm
Gambar 4.6 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung regangan pada masing masing baja
tulangan. Untuk distribusi regangan dapat dilihat pada Gambar 4.7 dibawah ini
0,003 xcb d1
ɛs1 = = -0,002
cb
0,003 xcb d 2
ɛs2 = = 0
cb
0,003 xcb d 3
ɛs3 = = 0,002
cb
Berdasarkan pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002 dapat disimpulkan:
• Untuk ɛsi < fy / Es, maka fsi = ɛsi x Es
= 2 x 0.25 x π x 162
= 402,124 mm2
• Luas total tulangan lapis 3
As3 = 3 x 0.25 x π x D2
= 3 x 0.25 x π x 162
= 603,186 mm2
Fs1 = fs1 x As1
= -400 x 603,186
= -241,274 kN
Fs2 = fs2 x As2
= 0 x 402,124
= 0 kN
Fs3 = fs3 x As3
= 400 x 603,186
= 241,274 kN
Resultan gaya-gaya internal baja tulangan
Cs = Fs1 + Fs2 + Fs3
= -241,274 + 0 + 241,274
= 0 kN
Tinggi blok tegangan tekan beton
a = β1 x cb
f '30
2. Untuk fc’ > 30 MPa β1 = 0,85 – 0,05 . c , tetapi β1 0.65
7
β1 = 0,85
a = β1 x cb
38
= 0,85 x 150
= 127,5 mm
Gaya internal pada beton tekan
Cc = 0,85 x fc’ x a x b
= 0,85 x 20 x 127,5 x 300 x 10-3
= 650,25 kN
Gaya aksial nominal
Pn = Cs + Cc
= 0 + 650,25
= 650,25 kN
Gaya aksial rencana
Pu = ϕPn
= 0,65 x 650,25
= 422,663 kN
Momen akibat gaya internal masing-masing baja tulangan
Ms1 = Fs1 x ( h/2 – d1 )
= -241,274 x ( 300/2 – 250)
= 24127,4 kNmm
Ms2 = Fs2 x ( h/2 – d2 )
= 0 x ( 300/2 – 150)
= 0 kNmm
Ms3 = Fs3 x ( h/2 – d3 )
= 241,274 x ( 300/2 – 50)
= 24127,4 kNmm
Momen total akibat gaya internal baja tulangan
Ms = Ms1 + Ms2 + Ms3
= 24127,4 + 0 + 24127,4
= 48254,8 kNmm
39
= 0,65 x 104,3389
= 67,8203 kNm
d2 = X + ds =100 + 50 = 150 mm
d3 = ds = 50 mm
Gambar 4.8 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung regangan pada masing masing baja
tulangan. Untuk distribusi regangan dapat dilihat pada Gambar 4.9 dibawah ini
0,003 xc d 2
ɛs2 = = -0,0015
c
0,003 xc d3
ɛs3 = = 0,0015
c
Berdasarkan pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002 dapat disimpulkan:
• Untuk ɛsi < fy / Es, maka fsi = ɛsi x Es
As2 = 2 x 0.25 x π x D2
= 2 x 0.25 x π x 162
= 402,124 mm2
• Luas total tulangan lapis 3
As3 = 3 x 0.25 x π x D2
= 3 x 0.25 x π x 162
= 603,186 mm2
Fs1 = fs1 x As1
= -400 x 603,186
= -241,274 kN
Fs2 = fs2 x As2
= -300 x 402,124
= -120,637 kN
Fs3 = fs3 x As3
= 300 x 603,186
= 180,995 kN
Resultan gaya-gaya internal baja tulangan
Cs = Fs1 + Fs2 + Fs3
= -241,274 + (-120,637) + 180,995
= -180,956 kN
Tinggi blok tegangan tekan beton
a = β1 x cb
f '30
4. Untuk fc’ > 30 MPa β1 = 0,85 – 0,05 . c , tetapi β1 0.65
7
β1 = 0,85
43
a = β1 x c
= 0,85 x 100
= 85 mm
Gaya internal pada beton tekan
Cc = 0,85 x fc’ x a x b
= 0,85 x 20 x 85 x 300 x 10-3
= 433,5 kN
Gaya aksial nominal
Pn = Cs + Cc
= -180,956 + 433,5
= 252,5443 kN
Momen akibat gaya internal masing-masing baja tulangan
Ms1 = Fs1 x ( h/2 – d1 )
= -241,274 x ( 300/2 – 250)
= 24127,4 kNmm
Ms2 = Fs2 x ( h/2 – d2 )
= -120,637 x ( 300/2 – 150)
= 0 kNmm
Ms3 = Fs3 x ( h/2 – d3 )
= 180,955 x ( 300/2 – 50)
= 18095,6 kNmm
Momen total akibat gaya internal baja tulangan
Ms = Ms1 + Ms2 + Ms3
= 24127,4 + 0 + 18095,6
= 42223 kNmm
Momen akibat gaya internal tekan beton
Mc = Cc x ( h – a ) / 2
= 433.5 x ( 300 – 127,5 ) / 2
44
= 46601,25 kNmm
Momen nominal
Mn = Ms + Mc
= 42223 + 46601,25
= 88824,25 kNmm
= 88,82425 kNm
Menurut table 4.1, maka nilai faktor reduksi (ϕ) dapat dihitung:
0.002 < ɛs1 = -0,0045 < 0,005 , maka
ϕ = 0,65 t 0,002
250
3
d2 = X + ds =100 + 50 = 150 mm
d3 = ds = 50 mm
Gambar 4.10 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung regangan pada masing masing baja
tulangan. Untuk distribusi regangan dapat dilihat pada Gambar 4.11 dibawah ini
0,003 xc d 2
ɛs2 = = 0,00075
c
0,003 xc d3
ɛs3 = = 0,00225
c
Berdasarkan pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002 dapat disimpulkan:
• Untuk ɛsi < fy / Es, maka fsi = ɛsi x Es
46
= -90,478 kN
Fs2 = fs2 x As2
= 150 x 402,124
= 60,318 kN
Fs3 = fs3 x As3
= 400 x 603,186
= 241,274 kN
Resultan gaya-gaya internal baja tulangan
Cs = Fs1 + Fs2 + Fs3
= -90,478 + 60,318 + 241,274
= 211,115 kN
Tinggi blok tegangan tekan beton
a = β1 x cb
nilai β1 berdasarkan pasal 12.2.7.3 SNI 03-2847-2002 diambil sebagai berikut:
1. Untuk fc’ 30 MPa β1 = 0,85
f '30
2. Untuk fc’ > 30 MPa β1 = 0,85 – 0,05 . c , tetapi β1 0.65
7
β1 = 0,85
a = β1 x cb
= 0,85 x 200
= 170 mm
Gaya internal pada beton tekan
Cc = 0,85 x fc’ x a x b
= 0,85 x 20 x 170 x 300 x 10-3
= 867 kN
Gaya aksial nominal
Pn = Cs + Cc
48
= 211,115 + 867
= 1078,115 kN
Momen akibat gaya internal masing-masing baja tulangan
Ms1 = Fs1 x ( h/2 – d1 )
= -90,478 x ( 300/2 – 250)
= 9047,8 kNmm
Ms2 = Fs2 x ( h/2 – d2 )
= 60,318 x ( 300/2 – 150)
= 0 kNmm
Ms3 = Fs3 x ( h/2 – d3 )
= 241,274 x ( 300/2 – 50)
= 24127,4 kNmm
Momen total akibat gaya internal baja tulangan
Ms = Ms1 + Ms2 + Ms3
= 9047,8 + 0 + 24127,4
= 33175,2 kNmm
Momen akibat gaya internal tekan beton
Mc = Cc x ( h – a ) / 2
= 867 x ( 300 – 127,5 ) / 2
= 56355 kNmm
Momen nominal
Mn = Ms + Mc
= 33175,2 + 56355
= 89530,2 kNmm
= 89,5302 kNm
Menurut table 4.1, maka nilai faktor reduksi (ϕ) dapat dihitung:
ɛs1 = -0,00075 > 0,005 , maka
ϕ = 0,65
49
d2 = X + ds =100 + 50 = 150 mm
d3 = ds = 50 mm
Gambar 4.12 Jarak Tulangan Terhadap Tepi Beton
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung regangan pada masing masing baja
tulangan. Untuk distribusi regangan dapat dilihat pada Gambar 4.13 dibawah ini
50
0,003 xc d 2
ɛs2 = = -0,00348
c
0,003 xc d3
ɛs3 = = 0,00084
c
Berdasarkan pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002 dapat disimpulkan:
• Untuk ɛsi < fy / Es, maka fsi = ɛsi x Es
f '30
2. Untuk fc’ > 30 MPa β1 = 0,85 – 0,05 . c , tetapi β1 0.65
7
β1 = 0,85
a = β1 x cb
= 0,85 x 69,42
= 59,0059 mm
Gaya internal pada beton tekan
Cc = 0,85 x fc’ x a x b
= 0,85 x 20 x 59,0059 x 300 x 10-3
= 300,93 kN
Gaya aksial nominal
Pn = Cs + Cc
= -300,88 + 300,935
= 0,055 kN
Momen akibat gaya internal masing-masing baja tulangan
Ms1 = Fs1 x ( h/2 – d1 )
= -241,274 x ( 300/2 – 250)
= 24127,4 kNmm
Ms2 = Fs2 x ( h/2 – d2 )
= -160,85 x ( 300/2 – 150)
= 0 kNmm
Ms3 = Fs3 x ( h/2 – d3 )
= 101,239 x ( 300/2 – 50)
53
= 10123,9 kNmm
Momen total akibat gaya internal baja tulangan
Ms = Ms1 + Ms2 + Ms3
= 24127,4 + 0 + 10123,9
= 34251,3 kNmm
Momen akibat gaya internal tekan beton
Mc = Cc x ( h – a ) / 2
= 300,93 x ( 300 – 127,5 ) / 2
= 3626,2 kNmm
Momen nominal
Mn = Ms + Mc
= 34251,3 + 36261,2
= 70513 kNmm
= 70,513 kNm
Menurut table 4.1, maka nilai faktor reduksi (ϕ) dapat dihitung:
ɛs1 = -0,0078 > 0,005 , maka
ϕ = 0,9
Gaya aksial rencana
Pu = ϕPn
= 0,8 x 0,055
= 0,049 kN
Momen Rencana
Mu = ϕMn
= 0,9 x 70,513
= 63,46 kNm
54
3500
3000
2500
GAya Aksial (kN)
2000
1500
1000
500
0
140
0
20
40
60
80
100
120
160
180
200
Momen (kNm)
Beton D16 Beton D19 Beton D22 Beton D25
1800
1600
1400
1200
GAya Aksial (kN)
1000
800
600
400
200
0
0
20
40
60
80
100
120
140
Momen (kNm)
Beton D16 Beton D19 Beton D22 Beton D25
Gambar 4.15 Diagram Interaksi P-M Beton Bertulang (dengan faktor reduksi ϕ)
56
4.4 Perbandingan Diagram Interaksi Tabung Baja Terisi Beton (CFT) dan Beton
Bertulang
Dari hasil perhitungan gaya aksial dan momen pada kolom tabung baja terisi beton
(CFT) dan kolom beton bertulang maka didapatkan grafik gabungan sebagai berikut:
10000
9000
8000
7000
GAya Aksial (kN)
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0
200
400
600
800
1000
Momen (kNm)
CFT Beton D16 Beton D19 Beton D22 Beton D25
Gambar 4.16 Diagram Interaksi P-M Tabung Baja Terisi Beton dan Kolom Beton
Bertulang (Kondisi Batas)
57
10000
9000
8000
7000
GAya Aksial (kN)
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0
200
400
600
800
1000
Momen (kNm)
CFT Beton D16 Beton D19 Beton D22 Beton D25
Gambar 4.17 Diagram Interaksi P-M Tabung Baja Terisi Beton dan Kolom
Beton Bertulang (dengan faktor reduksi ϕ)
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai perbandingan diagram interaksi
kolom tabung baja terisi beton (CFT) dan kolom beton bertulang penampang persegi
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Setiap perubahan ukuran diameter tulangan pada beton bertulang dengan
dimensi yang sama, terjadi kenaikan pada gaya aksial dan momen yang mampu
ditahan oleh kolom beton bertulang.
2. Gaya aksial ultimit yang dapat ditahan kolom tabung baja terisi beton (CFT)
jauh lebih besar dibandingkan dengan kolom beton bertulang. Kenaikan yang
terjadi mencapai 3 kali nilai gaya aksial ultimit pada beton bertulang.
3. Momen ultimit yang dapat ditahan kolom tabung baja terisi beton (CFT) jauh
lebih besar dibandingkan dengan kolom beton bertulang. Kenaikan yang terjadi
mencapai 4 kali nilai momen kolom beton bertulang.
5.2 Saran
Saran yang diperoleh dari perbandingan diagram interaksi kolom tabung baja terisi
beton (CFT) dan kolom beton bertulang penampang persegi adalah sebagai berikut :
1. Analisis yang dilakukan pada kolom tabung baja terisi beton hanyalah
mengenai berpenampang persegi. Perlu adanya penelitian mengenai
penampang lingkaran dan bentuk penampang lainya.
2. Perlu adanya pembuatan program (software) mengenai diagram interaksi
kolom tabung baja terisi beton (CFT) supaya pemakaianya lebih mudah.
3. Pembuatan diagram interaksi dapat dilakukan menggunakan program yang
berbeda.
58
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03 – 2847 – 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
Badan Standardrisasi Nasional BSN, Jakarta.
Architechtural Institute of Japan (AIJ). 1997. Recommendations for Design and
Construction of Concrete Filled Steel Tubulat Structures.
Trentadue, Francesco dkk. 2016. Closed-form approximation of interaction diagrams for
assessment and design of reinforced concrete columns anf concrete filled steel tubes
with circular cross-section. Enginering Structures. 127: 594-601.
James K. Weight dan James G. MacGregor. 2009. Reinforcement Concrete : Mechanics
and Design – 6th edition.
Dipohusodo, Istimawan. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia pustaka
utama.
Lazuardi L. 2012. Pengembangan diagram interaksi kolom beton sesuai SNI 03-2847-
2002 [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Morino, Shosuke dan Tsuda Keigo. Design and Construction of Concrete Filled Steel
Tube Column System in Japan.
Effendi, M. Kori. 2015. A Study on Impact Resistant Capacity of Concrete Filled Steel
Tubular Member Against Tsunami Flotsam Collision.
Hardick, C. Patel dkk. Development of P-M Interaction Chart for Concrete Filled Steel
Tube. IJARSE Vol. No. 5, Issue No. 04 April 2016.
Jong Wan Hu. Advance Analysis ang Performance Based Evaluation of Concrete Filled
Steel Tube (CFT) Column.
Stephen P. Schneider, dkk. 2004. The Design and Construction of Concrete Filled Steel
Tube Column Frame. 13th World Conference on Earthquake Engineering. 252.
59
LAMPIRAN 1
Diagram Interaksi Beton Bertulang Menurut ACI 318-2008
800
Pn vs Mn
Pmax
600 Pu vs Mu
applied forces Pu and Mu
400 balanced case
strain of .005
200
Axial Load, kips
0
0 300 600 900 1200 1500 1800 2100
-200
-400
-600
Moment Capacity, kip-in
60
LAMPIRAN 2
sMu cMu
xn sNu (kN) cNu (kN) (kNm) (kNm) Nu (kN) Mu (kNm)
1 -4128.00 4.42 676.14 0.57 -4123.58 676.72
2 -4096.00 8.84 680.26 1.14 -4087.16 681.40
3 -4064.00 13.26 684.34 1.70 -4050.74 686.04
4 -4032.00 17.68 688.38 2.26 -4014.32 690.65
5 -4000.00 22.10 692.40 2.82 -3977.90 695.22
6 -3968.00 26.52 696.38 3.37 -3941.48 699.75
7 -3936.00 30.94 700.34 3.91 -3905.06 704.25
8 -3904.00 35.36 704.26 4.46 -3868.64 708.71
9 -3872.00 39.78 708.14 4.99 -3832.22 713.14
10 -3840.00 44.20 712.00 5.53 -3795.80 717.53
11 -3808.00 48.62 715.82 6.05 -3759.38 721.88
12 -3776.00 53.04 719.62 6.58 -3722.96 726.19
13 -3744.00 57.46 723.38 7.10 -3686.54 730.47
14 -3712.00 61.88 727.10 7.61 -3650.12 734.72
15 -3680.00 66.30 730.80 8.12 -3613.70 738.92
16 -3648.00 70.72 734.46 8.63 -3577.28 743.09
17 -3616.00 75.14 738.10 9.13 -3540.86 747.23
18 -3584.00 79.56 741.70 9.63 -3504.44 751.32
19 -3552.00 83.98 745.26 10.12 -3468.02 755.38
20 -3520.00 88.40 748.80 10.61 -3431.60 759.41
21 -3488.00 92.82 752.30 11.09 -3395.18 763.40
22 -3456.00 97.24 755.78 11.57 -3358.76 767.35
23 -3424.00 101.66 759.22 12.05 -3322.34 771.26
24 -3392.00 106.08 762.62 12.52 -3285.92 775.14
25 -3360.00 110.50 766.00 12.98 -3249.50 778.98
26 -3328.00 114.92 769.34 13.45 -3213.08 782.79
27 -3296.00 119.34 772.66 13.90 -3176.66 786.56
28 -3264.00 123.76 775.94 14.36 -3140.24 790.29
29 -3232.00 128.18 779.18 14.80 -3103.82 793.99
30 -3200.00 132.60 782.40 15.25 -3067.40 797.65
31 -3168.00 137.02 785.58 15.69 -3030.98 801.27
32 -3136.00 141.44 788.74 16.12 -2994.56 804.86
33 -3104.00 145.86 791.86 16.56 -2958.14 808.41
34 -3072.00 150.28 794.94 16.98 -2921.72 811.93
35 -3040.00 154.70 798.00 17.40 -2885.30 815.40
61
62