DI SISI GEDUNG
Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh
Maranatha
NIM.5113413045
TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
ii
iii
iv
MOTTO
Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia. (Aklitab, Kolose 3:23)
Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak
pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul dalam hati manusia: semua
yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (Alkitab, 1 Korintus
2:9)
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
(Alkitab, Filipi 4:13)
v
PERSEMBAHAN
1. Untuk Allah Bapa yang di Surga, Yesus Kristus dan Allah Roh Kudus yang
karena anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan baik.
2. Untuk Ibu saya (Sri Rahayu) dan Bapak saya (Parijadi) yang telah berada di
Surga, kerena selalu mendukug, menyayangi, dan mendoakan saya hingga saat
ini.
3. Untuk kakak-kakak saya yang telah memerikan dorongan, motivasi, dan
semangat dalam setiap langkah hidup saya sehingga saya dapat mencapai apa
yang Tuhan rencanakan dalam hidup saya.
4. Untuk dosen pembimbing skripsi (Drs. Henry Apriyatno, M.T.) yang tiada lelah
dan dengan penuh kesabaran telah membimbing dan memberikan pengarahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Untuk seluruh dosen dan staff Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan arahan dan bantuan selama kuliah di UNNES.
6. Untuk teman-teman seperjuangan saya (Asri Hanifah Nurma Ariani, Andre Rizky
Ananda, dan Ari Shiyam Permana) yang selalu mendukung satu dengan yang lain
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk sahabat-sahabat saya Grup Wanita Rombel 2 Teknik Sipil 2013 yang telah
memberikan dukungan yang sangat besar dan sebagai tempat berbagi bahagia
serta susah sampai sekarang ini.
8. Untuk temen-temen rombel 2 Teknik Sipil S1 angkatan 2013, terimakasih atas
kebersamaan, keceriaan dan kekeluargaan selama kuliah di Teknik Sipil Unnes.
9. Untuk teman-teman seangkatan Teknik Sipil S1 angkatan 2013 yang telah sama-
sama berjuang.
10. Untuk Almamaterku tercinta Universitas Negeri Semarang.
vi
ABSTRAK
Maranatha. 2018. “Analisis Perilaku Struktur Pada Model Gedung Tanpa Shear Wall,
Model Gedung Dengan Shear Wall di Lift dan Model Gedung di Sisi Gedung”.
Pembimbing I : Drs. Henry Apriyatno, M.T. Program Teknik Sipil, S1.
Semakain tinggi suatu gedung itu dibangun maka semakin rendah tingat
keamanan terhadap gaya lateral, terutama akibat gaya yang ditimbulkan oleh gempa. Di
Indonesia gempa merupakan Negara dengan intensitas terjadinya yang tinggi. Pengaruh
beban gempa dapat mengakibatkan terjadinya simpangan antar lantai. Apabila simpangan
yang terjadi melebihi batas yang disyaratkan, maka gedung mengalami keruntuhan.
Untuk mengatasinya salah satu cara adalah dengan memasang dinging geser (shear wall).
Kinerja struktur akan akan bertambah dan lebih stabil jika pola penempatan dinding geser
tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku gedung dengan model
penempatan shear wall yang berbeda yaitu dengan meninjau hasil simpangan, toris,
momen dan geser yang dihasilkan dari tiap model melalui program struktur ETABS.
Untuk memastikan hasil dari tiap model bebeda, maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan metode Krusial Wallis menggunakan program SPSS.
Dengan menggunakan perencanaan sruktur gedung yang sama pada tiap model
gedung menghasilkan Model 3 Struktur Gedung dengan Shear Wall di Sisi Gedung
adalah model yang memiliki nilai simpangan rata-rata terkecil dibandingkan dua model
lainnya sebesar 0,0018 m untuk arah X dan 0,0015 m. Sedangkan simpangan rata-rata
terbesar terdapat pada Model 1 Struktur Gedung Tanpa Shear Wall sebesar 0,0096 m
untuk arah X dan 0,0141 untuk arah Y. Apabila ditinjau dari nili Torsi, Model 2 Struktur
Gedung dengan Shear Wall di Lift memiliki nilai torsi yang lebih kecil baik dari arah X
maupun Y sebesar 0,929 dan 0,931. Jika menurut nilai momen dan geser pada balok
maupun kolom, gedung Model 3 Struktur Gedung dengan Shear Wall di Sisi Gedung
memiliki nilai momen dan geser yang terkecil, dilanjukan dengan Model 2 Struktur
Gedung dengan Shear Wall di Lift dan Model 1 Struktur Gedung Tanpa Shear Wall
didapati memiliki nilai momen dan geser yang terbesar.
Kata Kunci : Gaya gempa, struktur, dinding geser (shear wall), simpangan, momen,
geser
vii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena
kemurahan-Nya sehinga telah melimpahkan anugerah serta karinua-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Struktur Pada Model
Gedung Tanpa Shear Wall, Model Gedung Dengan Shear Wall di Lift dan Model
Gedung di Sisi Gedung” Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
Penyelesaian karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan
kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus, M.T, Dekan Fakultas Teknik, Dra. Sri Handayani, MPd, Ketua
Jurusan, Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc, Kordinator Program Studi
Teknik Sipil atas fasilitas yang disediakan bagi mahasiwa.
3. Drs. Henry Apriyatno M.T., selaku Pembimbing I yang penuh perhatian dan atas
perkenaan memberi bimbingan dan dapat dihubungi sewaktu-waktu disertai
kemudahan menunjukan sumber-sumber yang relevan dengan penulisan karya
ini.
4. Endah Kanti Pengestuti, S.T., M.T. dan Mego Purnomo, S.T.,M.T., Penguji I
dan II yang telah memberi masukan yang sangat berharga berupa saran, ralat,
perbaikan, pertanyaan, komentar, tanggapan, menambah bobot dan kualitas karya
ini.
5. Semua dosen Jurusan Teknik Sipil FT. UNNES yang telah memberi bekal
pengetahuan yang berharga.
6. Orangtua saya yang selalu senantiasa memberikan motivasi dan semangat dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
viii
7. Teman - teman satu angkatan Teknik Sipil S1 2013 yang selalu memberi
semangat dan bantuan kepada penulis.
8. Berbagai pihak yang memberikan bantuan dalam karya tulis ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sangat mendalam kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam segala hal yang berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini semoga
diberikan balasan dan rahmat dari Tuhan. Penulis telah melakukan dan memberikan yang
terbaik unutk menyelesaikan skripsi ini. Tetapi seperti kata pepetah tiada gading yang tak
retak begitu pula, tidak ada manusia yang sempurna. Penyusunan tugas akhir ini pun
masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan singkatnya waktu penulis
untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai bekal untuk
pengembangan pengetahuan penulis di masa mendatang.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
BAB I - PENDAHULUAN
x
2.3.1. Beban Hidup ..................................................................................... 7
2.10. SPSS............................................................................................................ 21
xi
3.2.4. Material Struktur .............................................................................. 26
xii
4.2. Material Struktur ........................................................................................ 49
4.5.1 Simpangan Antar Lantai Model 1 Struktur Tanpa Shear Wall ....... 60
di Lift ................................................................................................ 61
4.5.5. Torsi Model 2 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall di Lift ........ 66
xiii
4.5.5.2. Torsi Arah Y .............................................................................. 68
Gedung .............................................................................................. 68
xiv
DAFTAR TABEL
Table 2.4 Simangan Antar Lantao Ijin Rangka momen KDS D, E dan F ................ 21
Tabel 2.5 Rumus Momen Inersia Tampang yang Sering Digunakan ....................... 22
Tabel 3.12 Faktor R, Cd dan Ω0 unuk Sistem Penahan Gaya Gempa ....................... 38
Tabel 3.13 Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang Dihitung ...................... 39
xv
Tabel 3.15 Konfigurasi Tiap Bagian ......................................................................... 43
Tabel 4.1 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang Dihitung ......................... 50
Tabel 4.3 Modal Periods and Frequencies pada Model 1, Model 2 dan Model 3 .... 52
Tabel 4.4 Faktor R, Cd dan Ω0 unuk Sistem Penahan Gaya Gempa ......................... 53
xvi
Tabel 4.19 Torsi Sumbu pada Y Model 3 ................................................................ 70
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gaya Inersia Akibat Gerakan Tanah pada Benda Kaku ....................... 10
Gambar 3.8 Rencana Shear Wall di Sisi Gedung Tampak Atas ............................... 44
Gambar 4.1 Denah Struktur Model 1 Struktur Bangunan Tanpa Shear Wall........... 46
Gambar 4.2 Bentuk 3D pada Model 1 Struktur Bangunan Tanpa Shear Wall ......... 46
Gambar 4.3 Denah Struktur Model 2 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall
di Lift.................................................................................................... 47
Gambar 4.4 Bentuk 3D pada Model 2 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall
di Lift ...................................................................................................... 47
Gambar 4.5 Denah Struktur Model 3 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall
xviii
Gambar 4.6 Bentuk 3D pada Model 3 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall
Gambar 4.9 Diagram Perbandingan Nilai Simpangan Antar Lantai Arah X............ 74
Gambar 4.10 Diagram Perbandingan Nilai Simpangan Antar Latai Arah Y............ 75
Gambar 4.19 Kotak Dialog Test for Severat Independen Sample ............................ 81
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Tanah ........................................................................................... 87
xx
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap gaya yang terjadi dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada
struktur bagunanan, seperti beban mati, beban hidup dan beban gempa. Beban
gempa mempunyai kontribusi pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
struktur. Terlebih lagi Indonesia merupakan Negara dengan intensitas
terjadinya gempa yang terbilang tinggi.
1
Oleh karenanya untuk memperkecil simpangan yang terjadi akibat gaya
horizontal atau gaya lateral yang ditimbulkan maka pada struktur bangunan
dapat dibuat dalam beberapa pilihan yaitu pertama dengan memperkokoh
kolom, kedua dapat menggunakan rangka pengaku (braced frame) yeng terdiri
dari balok dan kolom yang ditambahkan pengaku diagonal. Adanya pengaku
diagonal akan berpengaruh pada fleksibilitas perpanjangan/perpendekan lantai
di mana pengaku tersebut ditempatkan. Pilihan sistem penahan lateral yang
terakhir adalah dengan menambahkan dinding geser (shear wall). Pilihan
struktur gedung dengan sistem kombinasi antara dinding geser dengan sistem
rangka pemikul momen atau yang biasa disebut sebagai sistem ganda (dual
system) banyak digunakan dalam merencang bangunan tinggi karena memiliki
fungsi mampu menyerap beban lateral yang ditimbulkan dari gaya gempa.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pertimbangan dari gagasan-gagasan latar belakang, maka
didapat beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan struktur gedung tahan gempa pada:
a) Model 1 Struktur Bangunan Tanpa Dinding Geser (Shear Wall);
b) Model 2 Struktur Bangunan Dengan Dinding Geser (Shear Wall) di Lift;
c) Model 3 Struktur Bangunan Dengan Dinding Geser (Shear Wall) di Sisi
Gedung.
2. Bagaimana menganalisis perilaku gedung pada ketiga model struktur jika
ditinjau dari besaran momen, geser, simpangan antar lantai, torsi?
3
7. Perancanan elemen struktur mengacu pada Persyaratan Beton Struktur
untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2013.
8. Perencanaan beban gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2012.
9. Analisis gempa mengunakan Analisis Dinamik Respond Spektrum.
10. Hasil analisis ditinjau dari besaran momen, geser dan simpangan antar
lantai pada balok dan kolom yang didapat dari hasil output ETABS v16
11. Menganalisis hasil yang diperoleh dari software ETABSv16 untuk
mengetaui sigifikansi perbedaan nilai pada ketiga model yang ada
menggunkan software SPSSv17 menggunkan metode Kruskall Wallis.
1.4 Tujuan
Tujuan penyusunan Skripsi adalah :
1. Mencanakan struktur gedung tanah gempa pada :
a) Model 1 Struktur Struktur Struktur Bangunan Tanpa Dinding Geser
(Shear Wall);
b) Model 2 Struktur Bangunan Dengan Dinding Geser (Shear Wall) di Lift;
c) Model 3 Struktur Bangunan Dengan Dinding Geser (Shear Wall) di Sisi
Gedung.
2. Menganalisis perilaku struktur gedung dari ketiga model ditinjau dari gaya
momen, gaya geser, serta simpangan antar lantai.
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan secara singkat tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penuisan ini, serta
sistematika penulisan.
2. BAB II TINJUAN PUSTAKA
4
Dalam bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
beberapa hal yang beritan tentang permsalahan yang akan dibahas.
3. BAB III METODOLOGI PERENCANAAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang alur perencanaan struktur, aturan-aturan
yang digunakan dalam merencanakan struktur gedung, , rumus-rumus yang
digunakan dalam menganalisis.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan tentenag pengolahan data, hasil analisis
perhitungan yang didapat dari program struktur, pemodelan struktur.
5. BAB V PENUTUP
Dalam bab ini dijelaskan mengenai simpulan dan saran terkait dengan hasil
analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2 Dasar Perencanaan
Perancangan struktur bangunanmengacu pada aturan dan syarat
yang berlaku sesuai dengan dasar perencaan yang belaku, adalah sebagai
berikut :
1. SNI 1727-2013 tentang beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain.
2. SNI 2847-2013 tentang persyaratan beton structural untuk bangunan
gedung
3. SNI 1726-2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non gedung.
Beban hidup adalah beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur
untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban
hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.
Beban yang diakibatkan oleh hunian atau penggunaan (occupancy loads)
atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir,
atau beban mati adalah beban hidup. Beban yang diakibatkan oleh air hujan,
juga temasuk ke dalam beban hidup. Semua beban hidup mempunyai
karakteristik dapat berpindah atau, bergerak. Besarnya beban hidup lantai
bangunan menurut SNI 1727:2013.ditunjukan pada Tabel 2.1.
7
Tabel 2.1 Beban Hidup untuk Gedung
Faktor Faktor
N Reduksi Reduks
Fungsi Bangunan
o untuk i untuk
Portal Gempa
1 Perumahan : rumah tinggal, asrama hotel, rumah 0,75 0,30
sakit, perkantoran
2 Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
3 Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop, 0,90 0,50
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran
Gedung perkantoran : kantor, bank
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan : 0,60 0,30
4
took, toserba, pasar, gudang, ruang arsip, 0,80 0,80
5 perpustakaan 0,90 0,50
6 Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir 1,00 0,90
7 Bangunan industri : pabrik, bengkel
8
2.3.2 Beban Mati (Dead Load)
9
2.3.3 Beban Gempa
Gambar 2.1. Gaya Inersia Akibat Gerakan Tanah Pada Benda Kaku
10
Tanah merupakan element yang terpenting untuk mengetahui seberapa kuatmya
beban gepa yang akan terjadi. Dengan mengetaui jenis tanah kekuatan tanah, serta
kerakteristiknya, dapat diketahui beban gempa sehingga para ahli dapat
merencanakan kekeuatan struktur sesuai dengan analisis beban gempa yang telah
dilakukan. Oleh karena itu jauh sebalum bangunan itu dibangun terlebih dahulu
dilakukan penyelidikan terhadap tanah yang akan dibangun sebuah struktur, dapat
melakukannya dengan N-SPT atau sondir. Dari data tanah dapat diketahui
klasifikasi tanah situsnya yang merupakan salah satu tahapan untuk mendapatkan
analisis gempa. Berikut adalah tahapan untuk mengetaui analiss gempa :
11
Pada SNI 1726:2012, unuk kombinasi dengan pengaruh beban
gempa untuk desain kekuatan adalah:
5. (1,2 + 0,2 SDS)D + ρQE + L
7. (0,9 – 0,2 SDS)D + ρQE + 1,6H
Sedangkan kombinasi dasar untuk desain tegangan ijin adalah:
7. (1,0 + 0,14 SDS)D + H + F + 0,7ρQE
6. (1,0 + 0,10 SDS)D + H + F + 0,525ρQE + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
8. (0,6 + 0,14 SDS)D + 0,7ρQE + H
Dimana :
D = beban mati (dead load)
L = beban hidup (live load)
Lr= beban hidup pada atap (roof live load)
R = beban air hujan (rain load)
W = beban angin (wind load)
H = beban tekanan tanah lateral, tekanan air dalam tanah atau
tekanan berat sendiri material (load due to lateral earth pressure,
ground water pressure, or pressure of bulk materials)
E = beban gempa (earthquake load)
F = beban tekanan fluida (load due to fluids with well-defined
pressures and maximum heights)
2.4 Beton
Beton adalah campuran yang terdiri dari semen portland degan air,
ditambah pasir dan kerikil, kemudian diaduk hingga rata, lalu dibiarkan hingga
mengeras. (Ali Asroni, 2010:5)
12
notasi dengan fc’, yaitu kuat tekan silinder beton yang disyaratkan pada
waktu berumur 28 hari. Mutu beton dibedakan menjadi 3 macam menurut
kuat tekannya yaitu :
a. Mutu beton dengan fc’ kurang dari 10 Mpa, digunakan untuk beton non
struktur (misalnya: kolom praktirs, balok praktis)
b. Mutu beton dengan fc’ antara 10 Mpa sampa 20 Mpa, digunakan
struktur beton struktur (missal : balok, kolom, pelat, maupun pondasi)
c. Mutu beton dengan fc’ sebesar 20 Mpa ke atas, digunakan untuk
struktur beton yang direncanakan tahan gempa.
E = 4700√𝑓𝑐
Dimana :
E : Modulus elastisitas
𝑓𝑐 : Kuat tekan beton
13
2.5 Baja Tulangan
14
terjadi akibat beban gempa, dimana berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal
14.5.3.1, tebal minimum dinding geser (td) tidak boleh kurang dari 100 mm.
Terdapat 3 jenis dinding geser ditinjau dari letak dan fungsinya, antara
lain:
15
Gambar 2.3 Core wall (McCormac,2003:216)
2.6.2 Fungsi Dinding Geser
Fungsi dinding geser pada bangunan adalah :
a) Memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk melawan
kekuatan gempa horizontal.
b) Memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau lantai d atas
dari sisi goyangan yang berlebihan.
2.6.3 Perilaku Struktur Rangka – Dinding Geser (Shear Wall)
16
dan dinding geser akan bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang
bekerja baik itu beban gravitasi maupun beban lateral. Selain itu, dengan
menggunakan sistem ganda ini, maka simpangan lateral akan jauh berkurang
seiring dengan peningkatan jumlah lantai struktur. Semakin tinggi suatu
struktur gedung, semakin kecil simpangan yang terjadi. Besarnya simpangan
keseluruhan yang terjadi pada sistem rangka kaku-dinding geser diperoleh
dengan cara menggabungkan perilaku kedua elemen tersebut seperti yang
terdapat pada Gambar 2.4
Dimana :
17
yang menghasilkan kurva S datar. Dengan demikian, struktur
rangka dan struktur dinding geser akan berkombinasi untuk
menahan gaya lateral akibat gempa.
Keterangan:
Cd = faktor amplifikasi defleksi
δxe = defleksi pada lokasi yang ditentukan dengan analisis elastis
Ie = faktor keutamaan gempa
18
Gambar 2.5 Penentuan Simpangan antar Lantai
Pada penentuan kesesuaian dengan batasan simpangan antar lantai
tingkat, diijinkan untuk menentukan simpangan antar lantai elastis (δxe)
menggunakan gaya desain seismik berdasarkan pada perioda fundamental
struktur yang dihitung tanpa batasan atas (CuTa). Simpangan antar lantai
tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingka ijin
(∆a) seperti didapatkan dari Tabel 2.4 untuk semua tingkat.
Tabel 2.4 Simpangan antar Lantai Ijin Rangka Momen KDS D,E, dan F.
Kategori risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu 0,025 hsx 0,020 hsx 0,015 hsx
bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding
interior, partisi, langit-langit dan sistem
dinding eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar lantai
tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010 hsx 0,010 hsx 0,010 hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx
Semua sruktur lainnya 0,020 hsx 0,015 hsx 0,010 hsx
Keterangan:
hsx = tinggi tingkat di bawah tingkat x
Sistem penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen
pada sruktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F,
simpangan antar lantai tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi ∆a/ρ untuk
semua tingkat dengan ρ adalah faktor redundansi.
19
a. Ketidakberaturan torsi, didefinisikan ada jika simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di sebuah
ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,2 kali simpangan
antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
b. Ketidakberaturan torsi berlebihan, didefinisikan ada jika simpangan antar
lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di
sebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali
simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
20
Tabel 2.5 Rumus Momen Inersia Tampang yang sering Digunakan
2.10 SPSS
21
Norman H Nie, Hadlai Hull dan Dale H Bent dari Stanford Uiversity pada
tahun 1968.
Asumsi yang digunakan untuk uji Kruskall Wallis adalah data yang
dianalisis terdiri lebih dari 2 kategori, skala data yang digunakan skala
nimerik atau skala ordinal, tidak boleh ada sampel yang berada pada 2
kategori atau lebih (independen), variable yang diamati harus continue.
22
BAB III
METODE PERENCANAAN
23
Mulai
Analisis Gempa
Kesimpulan
Selesai
i
Gambar 3.1. Diagram Alur Perencanaan
24
3.2.2 Data Lokasi Perencanaan
LOKASI
PERENCANAAN
25
3.2.4 Material Struktur
a. Beton
Fc = 30 MPa
E
c
Modulus geser, G = [2 x (1+v)]
b. Baja Tulangan
26
3.3.1 Balok
Dasar perencanaan balok induk maupun balok anak mengacu pada SNI 03-
2847-2013. Pada Tabel 3.1 diperlihatkan ukuran balok yang digunkan untuk
perencanaan struktur.
1 B1 40 x 70
2 B2 35 x 70
3 B3 30 x60
4 B4 25 x 60
5 B5 45 x 70
6 B6 25 x 50
7 B7 50 x 80
8 B8 45 x 70
9 B9 60 x 80
3.3.2 Kolom
1 K1 50 x 50
2 K2 80 x 80
3 K2’ 70 x 70
4 K3 90 x 90
27
3.3.3 Plat
Struktur gedung dirancang mampu menahan beban mati, hidup dan gempa
sesuai SNI Gempa 03-1726-2012 Pasal 4.1.1. Kombinasi pembebanan yang
digunakan mengacu pada SNI-03-1727-2013 Pasal 2.3.2 sebagai berikut:
Kombinasi = 1,4 DL
Kombinasi = 1,2 DL + 1,6 LL
Kombinasi = 1,2 DL + Lr ± 1 E
Keterangan:
DL : beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self weight,
SF) dan beban mati tambahan (superimposed dead load, D),
LL : beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung,
Lr : Beban atap
E : beban gempa (earthquake load)
Kombinasi pembebanan yang dipilih adalah yang memberikan pengaruh
paling besar pada struktur. Rincian kombinasi beban yang ditunjukkan pada
Tabel 3.3. berikut :
28
COMB 5 (0,9 – 0,2.SDS) D+ ρ.QE
COMB 6 (1,0 + 0,14.SDS) D + 0,7.ρ.QE
COMB 7 (1,0 + 0,10.SDS) D + 0,525.ρ.QE + 0,75.L
COMB 8 (0,6 – 0,14.SDS) D+ 0,7.ρ.QE
29
3. Beban mati pada atap
waterproofing aspal 2cm =0,02 x 14 = 0,28 kN/m2
Beban instalasi ME = 0,25 kN/m2
Berat plafon penggantung = 0,20 kN/m2
Jumlah = 0,73 kN/m2
30
Tabel 3.4. Faktor Reduksi Beban Hidup yang Digunakan
Faktor Faktor
Reduksi Reduksi
No Fungsi Bangunan
untuk untuk
Portal Gempa
1 Perumahan : rumah tinggal, asrama hotel, rumah 0,75 0,30
sakit, perkantoran
2 Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop, 0,90 0,50
3
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran
Gedung perkantoran : kantor, bank
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan : 0,60 0,30
4 took, toserba, pasar, gudang, ruang arsip, 0,80 0,80
5 perpustakaan 0,90 0,50
6 Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir 1,00 0,90
7 Bangunan industri : pabrik, bengkel
31
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manuaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung tidak termasuk kedalam kategori IV, yang
memiliki potensi untukm menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-
hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara III
lain:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung tidak termasuk kedalam kategori rseiko IV,
(termasuk, tapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan
bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya,
atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun
atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk, anatara lain:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadaman kebakaran, ambulans, dan kantor IV
polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
32
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas public lainnya yang
dibutuhkan pada keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi,
tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiunlistrik, tangki air pemadam kebakaran atau
struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan
untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk kedalam kategori resiko
IV.
III 1,25
IV 1,50
33
∑𝒏𝒊=𝟏 𝒅𝒊
̅=
𝑵
𝒅
∑𝒏𝒊=𝟏 𝒊
𝑵𝒊
Keterangan:
N = nilai hasil test penetrasi standar rata-rata,
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter
Ni = hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke-i.
Didapatkan dasil penyelidikan taah melalui N-SPT yangdisajikan dalam pada
Tabel 3.7 berikut :
= 31,79
Tabel 3.8 Klasifikasi Situs
Kelas Situs ̅
𝑁
34
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, didapatkan nilai N sebesar 31,79
sehingga sesuai dengan Tabel 3.7 klasifikasi situs tanah adalah SD (tanah sedang),
karena nilai 15 > N > 50
35
FV 1,849
PSA (g) 0.391
SMS
(g) 0.902
SM1
(g) 0.509
SDS (g) 0.601
SD1 (g) 0.340
T0
(detik) 0.113
TS
(detik) 0.565
36
Tabel 3.10 Kategori Desain Seismik Bedasarkan Respons Percepatan pada
Periode Pendek (SDS)
Kategori Risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 < SDS <0,33 B C
0,33 < SDS <0,50 C D
0,50 < SDS D D
37
Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan
didetailkan sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang ditetapkan
dalam dokumen acuan yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel 3.12
38
Berdasarkan Tabel 3.12, sistem struktur untuk KDS D yang tidak dibatasi
adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan sistem ganda beton
bertulang khusus. Nilai R untuk SRPMK adalah 8 dan sistem ganda adalah 7.
39
Tabel 3.14 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x
Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka
memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan
tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen
yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi
jika dikenai gaya gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Keterangan:
SDS : parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang
perioda pendek
R : faktor modifikasi respons
Ie : faktor keutamaan gempa
𝑺𝑫𝑺
Nilai yang dihitung sesuai dengan persamaan 𝑪𝒔 = 𝑹 tidak perlu melebihi
( )
𝑰𝒆
berikut ini:
𝑺𝑫𝟏
𝑪𝒔 = 𝑹
𝑻( )
𝑰𝒆
40
V = CsW
Keterangan:
Cs : koefisien respons seismik
W : berat seismik efektif
Direncanakan :
Letak shear wall direncanakan pada Lift dan bagian sisi gedung. Bentuk
shear wall pada lift adalah (Gambar 3.4) kemudian dibagi dalam tiap bagian
(Gambar 3.5)
41
Gambar 3.5 Perbagian
Diketahui :
- b1 : 490 cm
- h1 : 30 cm
- b2 : 30 cm
- h2 : 250 cm
- b3 : 30 cm
- h3 : 250 cm
- b4 : 30 cm
- h4 : 250 cm
a. Menentukan Titik Berat Benda
Penentuan titik berat pada penampang berdasarkan bentuk yang telah
dibagi mejadi beberapabagian (Gambar 2.6)
42
Tabel 3.15 Konfigurasi Tiap Bagian
A Y X AY AX
Bagian
cm2 cm cm cm cm
1 14700 265 245 3895500 3601500
2 7500 125 15 937500 112500
3 7500 125 245 937500 1837500
4 7500 125 475 937500 3562500
Jumlah 37200 6708000 9114000
∑ 𝐴𝑌
Yo =
∑𝐴
6708000
=
37200
= 180,322 cm
∑ 𝐴𝑋
Xo =
∑𝐴
9114000
=
37200
= 245 cm
43
2 39062500 562500 0 230
3 39062500 562500 0 0
4 39062500 562500 0 230
Iy = 1/12 × B × H3
1089310000 = 1/12 × 30 × H3
H3 = 435724000
H = 785,118 cm ≈ 785 cm
44
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
45
Gambar 4.1 Denah Struktur Model 1 Struktur Bangunan Tanpa Shear Wall
46
Letak Dinding Geser
Di Lift
Gambar 4.3 Denah Struktur Model 2 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall di
Lift
47
Letak Dinding Geser
Di Sisi Gedung
Gambar 4.6 Bentuk 3D pada Model 3 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall di
Sisi Gedung.
48
4.2 Meterial Struktur
a. Beton
Fc = 30 MPa
E
c
Modulus geser, G = [2 x (1+v)]
b. Baja Tulangan
49
lokasi yang sesuai dengan koordinat atau juga dapat dengan mengisikan nama
kota sesuai dengan lokasi gedung.
Hasil parameter yang didapat dari situs puskim.pu.go.id adalah
sebagai berikut :
Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) = 0.752 g
S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) = 0.275 g
Faktor amplifikasi getaran terkait perc. getaran perioda pendek (Fa)= 1.199 g
Faktor amplifikasi getaran terkait perc. getaran perioda 1 detik (Fv) = 1.849 g
Parameter spektrum respons percepatan perioda pendek (Sms) =FaSs=0.902 g
Parameter spektrum respons percepatan perioda 1 detik (Sm1)=FvS1 = 0.508 g
Parameter percepatan spektral desain perioda pendek, SDS = 2/3Sms = 0.601 g
Parameter percepatan spektral desain perioda 1 detik, SD1 = 2/3Sm1 = 0.339 g
To = 0,2SD1/SDS = 0.113 detik
Ts = SD1/SDS = 0,564 detik
0,3 1,4
0,2 1,5
50
0,15 1,6
0,1 1,7
51
Tabel 4.3 Modal Periods and Frequencies pada Model 1, Model 2,dan
Model 3
MODEL 1 MODEL 2 MODEL 3
Tcx Tcy Tcx Tcy Tcx Tcy
det det det det det det
0.421 0.442 0.372 0.336 0.422 0.327
52
Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan
didetailkan sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang
ditetapkan dalam dokumen acuan yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel
4.4.
Tabel 4.4 Faktor R, Cd dan Ω0 unuk Sistem Penahan Gaya Gempa
Batasan sistem struktur
dan batasan tinggi
struktur, hn(m)c
Sistem penahan gaya seismik (R) (Ω0) (Cd)
Kategori desain Seismik
B C Dd Ed Fe
53
Sistem struktur termasuk dalam KDS D yang tidak dibatasi adalah
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) untuk Model 1 Struktur
Bangunan Tanpa Dinding Geser (Shear Wall) dan sistem ganda beton
bertulang khusus untuk Model 2 Struktur Bangunan Dengan Dinding Geser
(Shear Wall) di Lift dan Model 3 Struktur Bangunan Dengan Dinding Geser
(Shear Wall) di Sisi Gedung. Nilai R dan Cd untuk SRPMK adalah 8 dan 5,5
serta sistem ganda adalah 7 dan 5,5.
= 1,839
Untuk sistem ganda’
R=7
𝐼𝑒
Faktor Skala (FS) = 𝑔
𝑅
1,5
= 9,81
7
= 2,102
54
lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan 0.85(V/Vt). V = geser
dasar prosedur gaya lateral ekivalen dan Vt = geser dasar dari kombinasi
ragam yang disyaratkan. Ditampilkan salah satu condoh perhitungan dari
ketiga model. Berdasarkan hasil analisis struktur dihasilkan sebagai berikut:
Contoh Model 1
W = 168138,33 kN
SD1 = 0,339
T = 1,2817
Gempa statik ekivalen arah x :
𝑆𝐷1
Csx = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒
0,339
= 8
1,2817( )
1,5
= 0,0496
Vx = Csx × W
= 0,0496 × 168138,33
= 8337,906 kN
85%Vx = 0,85 × 8337,906
= 7087,221 kN
Gempa analisis dinamik arah x diperoleh output dari etabs :
Vdinx = 1232,639 KN
= 10,575
55
Gempa static ekuivalen arah y :
𝑆𝐷1
Csy = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒
0,339
= 8
1,2817( )
1,5
= 0,0496
Vy = Csx × W
= 0,0496 × 168138,33
= 8337,906 kN
85%Vy = 0,85 × 8337,906
= 7087,552
Gempa analisis dinamik arah y diperoleh output dari etabs:
Vdiny = 1213,552 KN
= 7087,220
Setelah FSbaru dimasukan pada program struktur, maka didapatkan hasil
Vdinx sebesar 7089,629 dan Vdiny sebesar 7089,630.
Dengan cara yang sama dilakukan pada Model 2 dan Model 3
Hasil rekapitulasi dalam menentukan skala gaya untuk setiap
model adalah sebagai berikut :
56
Tabel 4.5 Rekapitulasi perhitungan skala gaya Model 1 Struktur Bangunan
Tanpa Shear Wall
Ta Rangka Pemikul Momen Ta Rangka Pemikul Momen
Ct 0.0466 Ct 0.0466
Hn 39.75 Hn 39.75
x 0.9000 x 0.9000
Ta 1.2817 Ta 1.2817
57
Tabel 4.6 Rekapitulasi perhitungan skala gaya Model 2 Struktur Bangunan
Dengan Shear Wall di Lift
Ta Rangka Pemikul Momen Ta Rangka Pemikul Momen
Ct 0.0466 Ct 0.0466
Hn 39.75 Hn 39.75
x 0.9000 x 0.9000
Ta 1.2817 Ta 1.2817
58
Tabel 4.7 Rekapitulasi perhitungan skala gaya Model 3 Struktur Bangunan
Dengan Shear Wall di Sisi Gedung
Ta Rangka Pemikul Momen Ta Rangka Pemikul Momen
Ct 0.0466 Ct 0.0466
Hn 39.75 Hn 39.75
x 0.9000 x 0.9000
Ta 1.2817 Ta 1.2817
59
4.5 Hasil Analisis Struktur
Hasil analisis struktur didapat dari output program ETABS.
4.5.1 Simpangan Antar Lantai Model 1 Struktur Bangunan Tanpa Shear
Wall
Persyaratan agar struktur dikatakan aman simpangan anatar lantainya
adalah nilai simpangannya tidak boleh melebihi simpangan antar lantai ijin
(∆a) = 0,010 hsx/ρ juga tidak boleh melebihi batasan ratio dtift 0,020/ρ. Dari
tabel nilai simpangan diatas maka simpangan antar lantai arah X maupun arah
Y pada gedung Model 1 memnuhi syarat. Hasil simpangan arah X maupun
arah Y dapat ditunjukan pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.
4.5.1.1 Simpangan Arah X
60
4.5.1.2 Simpangan Arah Y
Pada Tabel 4.9 adalah nilai simpangan arah Y yang terjadi pada
Model 1. Tampak simpangan arah Y memiliki nilai yang lebih kecil dari
simpangan ijin. Artinya simpangan arah Y untuk Model 1 memenuhi
syarat.
Simpangan perlantai arah Y memiliki range nilai sebesar 0 – 0,21
meter dengan nilai puncak atau simpangan terbesar terjadi di lantai 3 dan
lantai 4. Nilai simpangan rata-rata yang dihasilkan adalah 0.014 meter.
61
4.5.2.1 Simpangan Arah X
62
Dari Tabel 4.11 adalah nilai simpangan yang terjadi pada Model 2
arah Y. Terlihat pada hasil simpangan antar lantai arah Y lebih kecil dari
simpangan ijin. Itu artinya nilai simpangan antar lantai arah Y untuk Model
2 memenuhi syarat.
Nilai simpangan antar lantai mempunyai range nilai antara 0 – 0.014
meter dengan simpangan terbesar yang terjadi pada lantai 4 dan 6. Nilai
simpangan rata-ratanya adalah 0,01 meter.
63
yang lebih kecil dari syarat yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada kolom
ke- 8. Dengan demikian simpangan arah X untuk Model 1 memenuhi syarat.
Simpagan antar lantai memiliki range nilai berkisar antara 0 –
0,0028 meter dengan simpangan yang terbesar terjadi di lantai 3. Nilai
simpangan rata-ratanya adalah 0,0018 meter.
4.5.3.2 Simpangan Arah Y
Pada Tabel 4.13 dapat diketahui nilai simpangan arah Y yang terjadi
pada Model 3. Tampak memiliki nilai simpangan arah Y lebih kecil dari
syarat yang ditentukan. Artinya simpangan arah Y untuk Model 3
memenuhi syarat.
Simpangan perlantai arah Y memiliki range nilai sebesar 0 –
0,00214 meter dengan nilai puncak atau simpangan terbesar terjadi di lantai
6. Nilai simpangan rata-rata yang dihasilkan adalah 0.0015 meter.
64
struktur ketidakberaturan torsi. Hasil torsi arah X maupun arah Y dapat
ditunjukan pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15.
4.5.4.1 Torsi Arah X
Tabel 4.14 menunjukkan nilai torsi yang terjadi pada arah X lebih
kecil dari syarat SNI sebesar 1,2. Dengan demikian torsi arah X Model 1
struktur gedung tanpa shear wall memenuhi syarat. Nilai torsi arah X
memiki rata-rata sebesar 0,931.
65
4.5.4.2 Torsi Arah Y
Tabel 4.15 adalah hasil rekap perhitungan torsi yang memiliki nilai
yang lebih keil dari syarat yang telah ditetapkan yaitu sebesar 1,2. Itu
menunjukan bahwa nilai torsi arah Y pada Model 1 memenuhi syarat. Nilai
rata-rata torsi sebesar 0,931.
66
4.5.5.1 Torsi Arah X
67
4.5.5.2 Torsi Arah Y
4.5.6 Torsi Model 3 Struktur Bangunan Dengan Shear Wall di Sisi Gedung
68
4.5.6.1 Torsi Arah X
Tabel 4.18 di atas adalah hasil rekap perhitungan torsi arah X Model
3 struktur gedung dengan shear wall di sisi. Tampak pada tabel nilai torsi
yang lebih kecil dari syarat yang telah ditetapkan, maka nilai torsi arah X
Model 3 memenuhi syarat, dengan nilai rata-rata torsi sebesar 0,938.
69
4.5.6.2 Torsi Arah Y
Nilai momen dan nilai geser didapatkan dari hasil analisis program
struktur ETABSv16 dengan meninjau balok yang sama untuk semua model.
Balok yang ditinjau dalam penelitian ini berada di lantai 1 dangan label B71
seperti pada Gambar 4.7.
70
Gambar 4.7 Balok yang Ditinjau
71
b. Output Nilai Geser pada Balok
Nilai momen dan nilai geser pada kolom diambil pada letak kolom
yang sama untuk semua model bagunan yaitu pada lantai 1 dengan label
kolom C47. Letak kolom yang ditinjau dapat dilihat seperti Gambar 4.8.
72
a. Output Nilai Momen pada Kolom
73
4.6 Pembahasan
4.6.1 Grafik Perbandingan Simpangan
a. Arah X
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
74
b. Arah Y
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
75
4.6.2 Grafik Perbandingan Torsi
a. Arah X
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
Pada Tabel 4.11 adalah diagram perbandingan nilai torsi arah X pada
tiap model. Dapat dilihat bahwa nilai torsi terbesar terdapat pada Model 3
dengan nilai rata-rata 0,938. Dan sesuai nilai torsi rata-rata terkecil adalah
Model 2 sebesar 0,929. Nilai torsi rata-rata terbesar kedua terdapat pada
Model 1 dengan nilai 0.931
b. Arah y
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
76
Gambar 4.12 adalah diagram perbandingan nilai torsi arah Y pada
tiap model. Dapat dilihat bahwa nilai torsi terbesar terdapat pada Model 3
dengan nilai rata-rata 1,047. Nilai torsi rata-rata Model 1 dan Model 2
adalah sama yaitu sebesar 0.931.
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
77
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
b. Geser
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
78
4.6.4 Perbandingan Nilai Momen dan Geser pada Kolom
a. Momen
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
b. Geser
Keterangan:
Model 1 : Tanpa
dinding geser
Model 2 : Ada dinding
geser di Lift
Model 3 : Ada dinding
geser di sisi gedung
79
disusul Model 2 dengan nilai 314,946 kN dan yang memiliki nilai geser
paing kecil adalah Model 3 dengan nilai 159,773 kN.
80
Gambar 4.19 Kotak Dialog Test for Severat Independen Sample
c. Pilih option lalu akan muncul kotak dialog Severat Independen Sample.
Pada kotak dialog tersebut terdapat kolom Statistic, centang bagian
Descriptive dan pada kolom Missing Value centang Exclude cases test-
by-test, keudian klik continue.
d. Pilih Difine Range lalu isi 1 pada kotak minimum da nisi 3 pada kotak
maksimum. Kemudian klik continue.
81
Gambar 4.21 Mengisi Range fo Grouping Variable
e. Setelah kembali pada kolak dialog Test for Severat Independen Sample,
pilik OK. Lalu akan keluar hasil seperti berikut:
Syarat
Asymp Sig > 0,050 maka H0 diterima
Asymp Sig < 0,050 maka H0 ditolak
82
Dari hasil di atas nilai Asymp Sig terlihat sebesar 0,026 maka H0
ditolak (0,026 < 0,050). Artinya hasil output nilai momen dan geser dari
3 model berbeda.
83
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
terkecil pada balok yang ditinjau adalah pada Model 2 dengan besaran
159,0121 kNm dan yang momen tumpuan terkecil adalah pada Model 3
pada kolom yang ditinjau yaitu pada Model 3 dengan nilai 272,3 kNm.
4. Nilai geser terkecil yang terjadi pada balok terdapat pada Model 3
sebesar 196,950 kN.m. Sedangkan nilai geser terkecil yang terjadi pada
84
yang lebih bila dibandingkan dengan Model gedung tanpa shear wall.
5.2 Saran
85
DAFTAR PUSTAKA
McCormac, Jack. C. Design of Reinforced Contrete. Fifth Edition. John Wiley &
Sons, Inc. Inggris. Terjemahan Sumargo. Desain Beton Bertulang. Edisi
Kelima. Gelora Aksara Pratama. Bandung
Asroni, Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Edisi Pertama. Graha Ilmu.
Yogjakatra
86