Anda di halaman 1dari 114

EVALUASI KESESUAIAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL

TERHADAP ATURAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA


(Studi Kasus Di Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh:
FIRMAN ADI WICAKSONO
NIM 112510042

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016

i
MOTTO

Masa depan tidak tergantung pada pekerjaan yang dilakukanya, melainkan pada
orang yang mengerjakannya. (Dr. George Crag)

“Allah SWT akan meninggikan beberapa derajat orang yang diberi ilmu
pengetahuan” (QS : Al Mujaadilah : 11)

“Ilmu adalah hidup. Islam adalah tiangnya iman, barang siapa mengerjakan maka
allah akan menyempurnakan pahalanya dan barang siapa yang belajar kemudian
mengamalkanya maka Allah akan mengajar yang tidak diketahui.” (HR. Baihaqi)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. Alam Nasyrah;6)

“...Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan


baginya kemudahan dalam urusannya.” (Q.S. Ath Thalaaq;4)

“Ilmu adalah hidup. Islam adalah tiangnya iman. Barangsiapa mengerjakan, maka
Allah akan menyempurnakan pahalanya dan barangsiapa yang belajar kemudian
mengamalkannya maka Allah akan mengajar yang tidak diketahui”

(HR. Baihaqi)

v
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah S.W.T yang telah memberikan
banyak nikmat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai Tugas Akhir studi
Strata Satu di Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis persembahkan karya sederhana ini untuk:
 Ibu “Titik Nasochah” dan Bapak “Bambang Setiyono” terima kasih atas
perjuangan, kasih sayang, dukungan, dan doa yang telah mengiringi setiap
langkahku. Engkaulah alasanku untuk terus melangkah maju. Tanpa engkau,
cita-citaku hanya sebatas mimpi.
 Kakak dan Adikku “Muhammad Syarifudin S.Pd, Sofia Paramita S.ST,
Khoerunnisa salsabila”, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,
senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan
kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.
 Sahabatku terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, dan semangat
yang kamu berikan selama kuliah, aku tak akan melupakan semua yang
telah kamu berikan selama ini. angkatan Civil 11 yang turut membantu
selama ini, “Nurwigianto, Zaini Muhammad, Suherman, Annas Sungging
Wahyu Adi, Gilang Septemara Wijaya, Jamaludin dan semua teman-teman
yang lain” terima kasih atas bantuan kalian, semoga keakraban di antara
Teknik Sipill 2011 selalu terjaga. Hidup Civil 11 !!
 “Navisah Ismail S.Pd”, Sebagai tanda cinta kasihku, Surya kecil ini
kuprsembahkan buatmu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan
kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam
meneyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik
buatku dan masa depanku.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiinnn.

vi
PRAKATA

Alhamdulillah, tiada sanjungan dan pujian yang berhak diucapkan, selain

hanya kepada Allah Swt. Atas limpahan karunia dan segala kemudahan yang telah

diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Evaluasi

kesesuaian struktur bangunan rumah tinggal sederhana tipe 30 dan 36 dikompleks

perumahan kabupaten purworejo terhadap pedoman rumah sederhana tahan

gempa”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Sarjana Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penyusunan skripsi

ini penulis banyak mengalami kesulitan, namun berkat adanya bantuan,

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat

diselesaikan.

Terwujudnya skripsi ini semoga dapat memberikan gambaran tentang

bangunan sekolah tahan gempa. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak

terima kasih kepada:

1. rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk belajar di Universitas Muhammadiyah Purworejo dari

awal sampai akhir studi;

vii
2. dekan Fakultas Teknik Sipil yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Teknik Sipil, Universitas

Muhammadiyah Purworejo;

3. ketua Progdi Teknik Sipil yang telah memberikan izin dalam penyusunan

skripsi ini;

4. Nurmansyah Alami, M.T. selaku dosen pembimbing pertama dan H.

Muhamad Taufik, M.T. Selaku dosen pembimbing kedua yang selalu

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan sampai terselesaikannya skripsi ini;

5. pihak sekolah yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian,

sehingga skripsi ini bisa selesai.

6. sahabat-sahabatku yang tidak dapat saya sebutkan, kalian selalu menjadi

penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman seangkatan

yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas hari-

hari dan kenangan indahnya, yang tidak mungkin dilupakan.

Penulis berdoa semoga amal baik tersebut mendapat imbalan yang lebih

agung dan mulia dari Allah Swt. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembangunan rumah sederhana yang tahan gempa

selanjutnya.

Purworejo, ................................

Peneliti

Firman Adi Wicaksono

viii
ABSTRAK

Firman Adi Wicaksono. 2016. “Evaluasi kesesuaian struktur rumah tinggal


terhadap aturan rumah sederhana tahan gempa”.Skripsi. Program Studi Teknik
Sipil. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi
bagaimana kontruksi bangunan rumah tinggal sederhana tahan gempa di
Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Objek penelitian ini adalah rumah yang sudah ada atau sudah dibangun diwilayah
Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi
pustaka, observasi dan data pegukuran dilapangan. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah hasil pengukuran di lapangan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode skoring dengan alat bantu berupa program aplikasi
komputer yaitu program SPSS for windows 16.0 dan microsoft excel.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Untuk kontruksi


bangunan rumah sederhana di Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo
bangunan rumah tembokan dengan dinding terbuat dari pasangan bata merah,
sedangkan bahan pondasi menggunakan batu kali, dan terdapat sloof, kolom,
balok lintel maupun ring balok. (2) Berdasarkan analisis deskriptif data penelitian
dilakukan di Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo dengan jumlah rumah
108 yang sudah ada atau sudah dibangun. Dengan hasil nilai tertinggi yaitu
kategori kurang sesuai dengan prosentase 48,15% atau frekuensinya 52, kategori
sesuai dengan persentase 33,33% atau frekuensin 36, kategori tidak sesuai dengan
persentase 18,52% atau frekuensinya 20. Jadi persentase kategori sesuai 33,33%
lebih rendah dibandingkan yang masuk kategori kurang sesuai dan tidak sesuai
dengan persentase 48,15% dan 18,52%. Jadi kesesuaian strukturnya masih
dibawah standart pedoman teknis PU Cipta Karya Tahun 2006.

Kata Kunci : bangunan rumah sederhana tahan gempa, bangunan tahan


gempa.

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDU…................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iii
PERNYATAAN...................................................................................... .... iv
MOTTO.................................................................................................. .... v
PERSEMBAHAN................................................................................... .... vi
PRAKATA.............................................................................................. .... vii
ABSTRAK.............................................................................................. .... ix
DAFTAR ISI........................................................................................... .... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................. . .... xii
DAFTAR TABEL................................................................................ ... .... xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 2
C. Batasan Masalah ........................................................................... 2
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS .... 4


A. Kajian Teori ................................................................................. 4
1. Umum ...................................................................................... 4
2. Gaya Gempa ............................................................................. 4
3. Sistem struktur bangunan rumah sederhana tahan gempa ...... 14
4. Perbaikan dan Perkuatan Bangunan Rumah Sederhana ......... 25
5. Teori Pengumpulan Data.......................................................... 42
6. Uji Validitas Konstruk ............................................................ 45
7. Uji reliabilitas ........................................................................... 46

x
B. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 47
C. Hipotesis ...................................................................................... 48

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 49


A. Desain Penelitian ......................................................................... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 50
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 51
D. Pengumpulan Data ....................................................................... 52
E. Instrumen Penelitian .................................................................... 54
F. Analisa Data ................................................................................. 55
G. Bagan Alir ..................................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DATA ............... 57


A. Deskripsi Data .............................................................................. 57
B. Analisis Data ................................................................................ 79
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian ................................................ 86

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 85


D. Kesimpulan .................................................................................. 85
E. Saran ............................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 91


LAMPIRAN ................................................................................................ 92

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gelombang Primer............................................................... 11


Gambar 2. Gelombang Sekunder .......................................................... 12
Gambar 3. Gelombang Love ................................................................ 13
Gambar 4. Gelombang Raylaigh ........................................................... 13
Gambar 5. Denah Bangunan Gedung ................................................... 15
Gambar 6. Detail Pondasi Potongan Melintang ................................... 16
Gambar 7. Jenis Pondasi Menerus M enggunakan Batu Kali .............. 16
Gambar 8. Jenis Pondasi Umpak ......................................................... 17
Gambar 9. Hubungan Pondasi Dengan Sloof ....................................... 18
Gambar 10. Detail Konstruksi Rangka Sederhana Beton Bertulang
Dengan Dinding Pasangan .................................................. 21
Gambar 11. Detail Hubungan Balok Dengan Kolom ............................. 21
Gambar 12. Detail Hubungan Balok Dengan Ring Balok ..................... 22
Gambar 13. Contoh Atap......................................................................... 23
Gambar 14. Sambungan Kuda-Kuda ...................................................... 23
Gambar 15 Kuda-Kuda Papan Kayu ...................................................... 25
Gambar 16. Perbaikan Retak Pada Dinding Dengan Lebar 0,075 cm
-0,6 cm ................................................................................. 32
Gambar 17. Perbaikan Retakan Pada Dinding Dengan Lebar >0,6 cm .. 33
Gambar 18. Balok Ditunjang Dengan Rangka Kayu .............................. 36
Gambar 19. Perbaikan Kolom Praktis Yang Rusak ................................ 37
Gambar 20. Rencana Penempatan Kolom Dan Balok Baru .................... 38
Gambar 21. Pemasangan Tulangan Balok Dan Kolom Baru .................. 39
Gambar 22. Pemasangan Tulangan Balok Dan Kolom Baru ................. 39
Gambar 23. Pemasangan Tulangan Balok Dan Kolom Baru ................. 40
Gambar 24. Peta Kecamatan Kutoarjo ................................................... 50
Gambar 25. Grafik Kesesuaian Rumah Tinggal Berdasarkan
Persentae (A) ....................................................................... 67
Gambar 26. Grafik Kesesuaian Rumah Tinggal Berdasarkan
Persentase (B) ...................................................................... 67
Gambar 27. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal 85
Gambar 28. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal 85

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Teknik untuk meningkatkan kekuatan konstruksi beton


bertulang.. ........................................................................................ 30
Tabel 2. Teknik untuk meningkatkan kekuatan konstruksi beton
bertulang.. ................................................................................. 31
Tabel 3. Daftar Desa............................................................................... 58
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen .................................................................. 61
Tabel 5. Uji Validitas Instrumen ............................................................ 63
Tabel 6. Reliabilitas Instrumen ....................................................... ...... 64
Tabel 7. Persentase Tanggapan Responden ........................................... 65
Tabel 8. Nilai Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal ........................... 79

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian


Lampiran 2. Tabulasi Data
Lampiran 3. Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah sederhana di Kecamatan Kutoarjo merupakan salah satu

bangunan yang berpotensi mengalami kerusakan pada saat terjadinya gempa dan

beresiko jatuhnya korban. Mengingat penghuni rumah yang berada di dalam

bangunan, untuk itu dibutuhkan suatu bangunan yang tahan terhadap getaran

gempa apabila terjadinya gempa bumi.

Bangunan rumah yang sudah dibangun di Kecamatan Kutoarjo,

Kabupaten Purworejo, dimungkinkan kurang sesuai dengan standar bangunan

rumah sederhana tahan gempa selain itu umur bangunan yang sudah lama akan

berpengaruh pada kekuatan strukturnya. Dengan kondisi bangunan rumah

sederhana ini akan mengakibatkan kerusakan yang parah pada bangunan tersebut

apa bila terjadi gempa yang besar dan sangat beresiko menimbulkan korban jiwa

mengingat bangunan ini diguanakan untuk tempat tinggal.

Melihat uraian diatas Kecamatan Kutoarjo ini perlu dilakukan penelitian

pada konstruksi yang digunakan apakah sudah sesuai dengan standar bangunan

rumah sederhana tahan gempa atau belum, karena kecamatan ini berada di

selatan pulau jawa tepatnya di Kabupaten Purworejo yang memungkinkan

terjadi gempa. Dalam penelitian ini diawali dengan pengumpulan data,

kemudian dilakukan perbandingan dengan pedoman teknis bangun rumah

sederhana tahan gempa PU Ciptakarya 2006.

1
2

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah:

1. Kabupaten Purworejo berpotensi mengalami gempa dengan skala yang besar

dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur lainya.

2. Bangunan rumah sederhana di Kecamatan Kutoarjo diperkirakan belum

memenuhi standar bangunan rumah sederhana tahan gempa.

C. Batasan Masalah

Agar penulisan ini tidak terlalu luas sehingga menyimpang dari tujuan

penulisan, maka penyusun memberi batasan sebagai berikut.

1. Sampel yang diambil untuk penelitian adalah bangunan rumah permanen

yang sudah dibangun.

2. Studi kasus di Kecamatan Kutoarjo, Kabubaten Purworejo.

3. Pembanding standar bangunan tahan gempa menggunakan Pedoman Teknis

Bangunan Gedung Tahan Gempa Departemen Pekerjaan Umum dan SNI

2006

4. Pengambilan data penelitia menggunakan kuisioner.

5. Setiap desa diambil 4 sempel.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah:

1. Bagaimana konstruksi bangunan rumah sederhana di Kecamatan Kutoarjo ?


3

2. Apakah bangunan rumah sederhana di Kecamatan Kutoarjo sudah sesuai

dengan aturan Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa,

PU Ciptakarya dan SNI 2006?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan tentunya memiliki tujuan tertentu, adapun

yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengevaluasi apakah bangunan rumah sederhana di Kecamatan

Kutoarjo sudah memenuhi standar bangunan rumah sederhana tahan gempa.

2. Menganalisa bangunan rumah sederhana yang telah di bangun di Kecamatan

Kutoarjo, terhadap kesesuaian standar Teknis Bangunan Rumah Sederhana

Tahan Gempa, PU Ciptakarya dan SNI 2006.

F. Manfaat Penelitian

1. Memperdalam pengetahuan dalam ilmu kebencanaan, khususnya gempa

bumi yang berhubungan dengan aturan rumah sederhana tahan gempa.

2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat, sehingga masyarakat

menyadari bahwa pembangunan rumah tinggal yang tahan gempa sangat

penting untuk diterapkan.

3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, Pemerintah Kabupaten Purworejo

lebih memperhatikan bangunan rumah tinggal yang tidak layak huni untuk

menghindari kerusakan bangunan, harta benda dan jatuhnya korban.


BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA,
DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Umum

Dalam penelitian ini obyek yang diteliti yaitu bangunan rumah tinggal

permanen yang telah dibangun di Kecamatan Kutoarjo. Dengan teknik

pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian.

Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa

sumbernya, dan apa alat yang digunakan.instrumen penelitian merupakan alat

bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian

dengan cara melakukan pengukuran. Untuk memperoleh data tentang

kesesuaian bangunan rumah tinggal terhadap pedoman rumah sederhana tahan

gempa. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket yang berisi

pertanyaan.

Dasar teori ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan analisis dan

penelitian. Landasan teori tersebut dikumpulkan dari berbagai jurnal dan buku

yang relevan dengan tujuan penelitian.

4
5

2. Gaya Gempa

a. Pengertian Gempa

Gempa bumi yaitu pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi

yang berasal bawah atau dasar permukaan bumi dan bisa juga disebabkan

adanya letusan gunung api. Gempa bumi yang terjadi di berbagai wilayah

indonesia merupakan jenis gempa bumi tektonik. Selain gempa tektonik

masih ada beberapa jenis gempa bumi.

Padaprinsipnyagayagempabekerjasebandingdenganberatmassabangun

an dandapatdirumuskandenganhukumNewton;

F=m.a(m=massabangunan,a =

percepatanyangdihasilkan).Sehinggasemakinberatmassabangunansemakin

besargayagempayangbekerjapadabangunantersebut.Halinisangatberpengar

uh pada konsep dasarperencanaanbangunanuntuk dapat

bertahanterhadapgaya gempa yang timbul.

Gaya gempa yang bekerja pada elemen struktur dapat dibedakan

menjadi dua, sebagai berikut.

1) GayaVertikal

Gaya vertikal adalah gaya yang bekerja searah sumbu – Z

dengan arah beban ke bawah, terjadi karena beban – bebab,seperti

kolom-kolom,jenisbalokkantilever, dinding, ring balok, dan atap.


6

2) Gaya Horizontal

Gaya horizontal dalam bangunan adalah gaya yang bekerja

searah sumbu – X atau sumbu – Y, gaya horisontal terjadi karena

bebab – beban seperti angin dan gempa.

Gaya gempa yang terjadi pada bangunan merupakan respon

bangunan

terhadappergerakantanahpermukaanakibatgempa.Gayagempayangterjadip

ada bangunan dapat diformulasikan dengan hukum Newton sebagai

berikut :

…………………………………… 1

Dengan :

F = Gaya gempa yang terjadi pada bangunan (N)

m = massa bangunan (kg)

a = percepatan tanah akibat gempa (m/s2)

Hubungan dari formulasi gaya gempa di atas, dapat dijelaskan

sebagai berikut.

(a) Gayagempapadabangunan(F)berbandinglurusdenganmassabangunan(m)

danpercepatantanah(a)akibatgempa.Besaranmassabangunanataupercepa

tan

gerakantanah,berakibatpadabesarangayagempayangterjadipadabanguna

n.
7

(b) Percepatangerakantanah(a)akibatgempabumi,dipengaruhiolehkondisige

ologis tanahsesuaizonagempa.Bangunanrumah

tinggalyangberadapadazonarawangempaakanmemilikipercepatanperger

akantanahyanglebihbesar.

(c) Massa bangunan (m) dipengaruhi oleh tingkat konstruksi bangunan

dan pembebanan yang terjadi.

b. Penyebab Terjadinya Gempa

Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan

dari tekanan lempengan yang saling bertemu, semakin lama tekanan itu

semakin membesar dan akhirnya mencapai keadaan dimana tekanan pada

ujung lempengan yang bertemu tidak dapat ditahan lagi dan terjadilah

patahan pada bagian lempengan yang bertemu, pada saat itu terjadi

pelepasan energi patahan yang menyebabkan gempa pada permukaan

bumi. Gempa bumi akan terjadi bila energi yang dilepas mencapai 1020 –

1030 Fsg.

c. Jenis – Jenis Gempa Bumi

Gempa yang ada di permukaan bumi ini dapat dikelompokan

menjadi 3 jenis gempa sebagai berikut.

1) Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan faktor penyebabnya, gempa bumi atau seisme

dikelompokkan menjadi tiga yaitu.


8

a) Gempa Tektonik

Gempa tektonik adalahgempa bumi yang terjadi karena adanya

proses pergeseran dan patahnya lapisan batuan di litosfer. Bahaya

gempa ini besar sekali, sebab tanah dapat mengalami retakan,

bergeser.

b) Gempa Vulkanis

Gempa Vulkanis adalahgempa yang terjadi di sekitar gunung

api yang akan meletus atau setelah meletus.

c) Gempa Guguran (runtuhan)

Gempa runtuhan adalah gempa bumi yang terjadi karena

runtuhnya masa batuan atau tanah di gua kapur atau terowongan

tambang. Biasanya terjadi di bekas goa goa tambang dan bekas sungai

bawah tanah.

2) Berdasarkan Jarak Hiposentrumnya

Hiposentrum adalah pusat gempa yang letaknya jauh atau sangat

dalam di perut bumi. Sedangkan pusat gempa yang letaknya lebih

dangkal, yaitu di permukaan bumi atau di atas hiposentrum disebut

episentrum. Gempa yang letak pusat gempanya di permukaan

(episentrum) inilah yang paling berbahaya sebab kekuatannya besar

sehingga menimbulkan kerusakan yang amat besar. Berdasarkan jarak

pusat gempanya (hiposentrumnya), gempa bumi berdsarkan

kedalaman dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut ini.


9

a) Gempa bumi dalam

Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang jarak atau

kedalaman hiposentrumnya lebih dari 300 kmdibawah permukaan

bumi. Contoh gempa bumi dalam yaitu gempa bumi yang

hiposentrumnya terdapat dibawah laut sulawesi, laut Banda, Laut

Flores, dan lainya. Gempa bumi jenis ini tidak terlalu

membahayakan sebab kekuatan gempanya kecil karena sumber

atau pusat gempanya jauh.

b) Gempa bumi Menengah

Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang jarak atau

kedalaman hiposentrumnya berada antara 100km dan 300km

dibawah permukaan bumi. gempa bumi menengah ini sedikit lebih

kuat daripada gempa bumi dalam, sehingga sedikit membahayakan.

Contoh gempa bumi menengah yaitu gempa bumi yang

hiposentrumnya terdapat di sepanjang Pulau Sumatra sebelah barat,

Jawa sebelah Selatan, Nusa Tenggara, antara Sumbawa dan

Maluku, Sepanjang Teluk Tomini, dan Sebagainya.

c) Gempa Bumi dangkal

Gempa Bumi dangkal adalah gempa bumi yang jarak atau

kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km dibawah

permukaan bumi. Makin dangkal pusat gempa bumi akan semakin

besar kekuatannya dan semakin berbahaya. Gempa bumi dangkal


10

inilah yang paling berbahayakarena kekuatannya terbesar dari pada

kekuatan gempa bumi yang lain.

3) Berdasarkan Intensitas atau Kekuatannya

Intensitas atau kekuatan gempa dapat diketahui berdasarkan

pengamatan pengamatan akibat langsung terhadap benda benda di

permukaan bumi. Berdasarkan intensitas atau kekuatannya, gempa

bumi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a) Makroseisme

Makroseisme adalah gempa bumi yang intensitas atau

kekuatanya besar dan dapat diketahui secara langsung tanpa

menggunakan alat.

b) Mikroseisme

Mikroseisme adalah gempa bumi yang intensitas atau

kekuatannya kecil dan hanya dapat diketahui dengan alat pengukur

gempa.

d. Gelombang Gempa

Gelombang seismik merupakan gelombang elastik yang menjalar

keseluruh bagian dalam bumi dan melalui permukaan bumi akibat adanya

lapisan batuan yang patah secara tiba – tiba atau adanya ledakan.

Gelombang utama gempa bumi terdiri dari dua macam sebagai berikut.
11

1) Gelombang Badan (body wave)

Gelombang badan merupakan gelombang menjalar melalui

bagian dalam bumi dan biasanya disebut free wave karena dapat

menjalar ke segala arah di dalam bumi. Gelombang badan terdiri dari

dua jenis sebagai berikut.

a) Gelombang Primer

Gelombang primer merupakan gelombang longitudinal atau

gelombang kompresional, gerakan partikel sejajar dengan arah

perambatanny.Gelombang ini memiliki kecepatan rambat sekitar 8

km/det, dan menjalar akibat adanya penekanan dan peregangan,

dapat dilihat pada Gambar. 1

Gambar 1. Gelombang Primer

Sumber : http://koboijonggol.blogspot.co.id/2011/11/gelombang-gempa-

seismic-wave.html
12

b) Gelombang Sekunder

Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang

yang merambat seperti gelombang primer dengan kecepatan yang

sudah berkurang yaitu 4 – 7 km/det. Gelombang sekunder tidak

dapat merambat melalui lapisan cair, dapat dilihat pada Gambar.2

Gelombang sekunder (S Wave) ini memiliki lebar goyangan

(amplitudo) yang besar sehingga akan memiliki kekuatan yang

sangat besar untuk merusak bangunan serta menyebabkan

longsoran pada tebing – tebing yang curam.

Gambar 2. Gelombang Sekunder

Sumber : http://koboijonggol.blogspot.co.id/2011/11/gelombang-

gempa-seismic-wave.html

2) Gelombang Permukaan (Surface wave)

Gelombang permukaan merupakan gelombang elastik yang

menjalar melalui permukaan bebas yang disebut sebagai Tide

waves. Gelombang permukaan dibagi menjadi dua jenis sebagai

berikut.
13

a) Gelombang Love

Gelombang love merupakan gelombang yang menjalar

di permukaan bumi yang karakteristiknya memiliki pergerakan

yang mirip dengan gelombang S, yaitu arah pergerakan

partikel medan yang dilewati arahnya tegak lurus terhadap

arah perambatan gelombang. Yang membedakan adalah

lokasi perambatan gelombang cinta terdapat di permukaan

bumi. Dan getarannya secara mendatar (lateral), dapat dilihat

pada Gambar. 3

b) Gelombang Rayleigh

Gelombang Rayleigh gelombang permukaan juga yang

arah pergerakan partikelnya bergerak berputar di permukaan,

dapat dilihat pada Gambar. 4

Gambar 3. Gelombang Love.

Sumber : http://koboijonggol.blogspot.co.id/2011/11/gelombang-

gempa-seismic-wave.html
14

Gambar 4.Gelombang Rayleigh

Sumber : http://koboijonggol.blogspot.co.id/2011/11/gelombang-

gempa-seismic-wave.html

3. Sistem Struktur Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa

a. Denah bangunan Rumah Sederhana yang baik di daerah gempa

1) Denah bangunan gedung sebaiknya sederhana, simetris terhadap

kedua sumbu bangunan dan tidak terlalu panjang, perbandingan lebar

bangunan dengan panjang yaitu 1 : 2, pada setiap 20 m bangunan

diberi dilatasi sebesar ± 10 cm,

2) Bila dikehendaki denah bangunan yang tidak simetris, maka denah

bangunan tersebut harus dipisahkan dengan alur pemisah sehingga

denah bangunan merupakan rangkaian dari denah yang simetris,

sebagai contoh dapat diliha pada Gambar. 5


15

BANGUNAN BANGUNAN

SIMETRIS SIMETRIS BANGUNAN

SIMETRIS

CELAH DILATASI
BANGUNAN
± 10 CM BANGUNAN
SIMETRIS
SIMETRIS

Gambar 5. Denah bangunan gedung yang terdiri dari rangkaian

bangunan simetris

Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa

Tahun 2006

b. Pondasi

Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan

merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya dengan kedalaman 60 cm.

Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi

dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batukali

maka perlu dipasang balok pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.

Pondasi batu kali biasanya hanya dipakai untuk kontruksi yang tidak

berat, seperti pagar, rumah tinggal sederhana yang tidak bertingkat. Pondasi

ini dibuat menerus untuk pondasi dinding. Seluruh beban atap/ beban

bangunan umumnya dipikul oleh kolom dan dinding, diteruskan ke tanah

melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.


16

Gambar 6. Detail pondasi potongan melintang

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006

Gambar 7.Jenis Pondasi menerus menggunakan batu kali

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006


17

Bila digunakan pondasi setempat/umpak, maka masing-masing

pondasi setempat tersebut harus diikat satu dengan lainnya secarakaku

dengan balok pengikat

Gambar 8.Jenis Pondasi umpak/setempat

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006

c. Sloof

Fungsi utama balok sloof adalah sebagai pengikat antar pondasi

sehingga diharapkan bila terjadi penurunan pada pondasi, penurunan itu

dapat tertahan atau akan terjadi secara bersamaan.

Hubungan antara Pondasi batu kali dan balok sloof sangat

penting,karena energi getaran gempa yang telah diterima pondasi akan

diterima pertama kali oleh sloof. Sangat penting untuk memastikan sloof

tidak bergeser dan terlepas dari pondasi, karena hal ini dapat

menyebabkan runtuhnya seluruh bangunan di atasnya. Diameter tulangan

utama untuk balok sloof atau balok pengikat pondasi minimum Ɵ12 mm,
18

dan ukuran sengkang minimum Ɵ8 mm dengan jarak as ke as sengkang

15 cm.

Gambar 9. Hubungan pondasi dengan sloof

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006

d. Dinding

Dinding adalah bagian non-struktur dari sebuah bangunan.

Dinding adalahbagian yang lemah dan tidak dapat menahan beban. Pada

saat terjadi getaran gempa, dinding adalah salah satu bagian yang paling

rentan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka luasan dinding harus dibatasi.

Disarankan luas maksimal dinding adalah 9 m². Apabila sebuah bidang

dinding mempunyai luasan lebih besar dari 9 m², maka harus dipasang

kolom penguat (kolom praktis), atau bahkan balok penguat.

Yang perlu diperhatikan untuk mengatasi kegagalan dinding

adalah material bata dan adukan pasangan beton. Material bata harus

benar dari segi bentuk dan ukuran, tidak mudah patah atau pecah, sudut-
19

sudutnya siku, bebas dari debu dan kotoran yang menempel, bila diketuk

dengan benda keras berbunyi nyaring. Sesaat sebelum dipakai bata harus

dibasahi dulu dengan air dengan merendamnya 2-8 menit dalam air

bersih. Komposisi campuran untuk adukan pasangan tembok yaitu 1 PC :

6 Pasir memenuhi persyaratan teknis pasangan bata.

Pengangkuran pada dinding yang di ikatkan pada setiap kolom

sangat berpengaruh pada kekuatan dinding. Angkur yang digunakan

untuk mengangkur dinding sebagai pengikat batu bata adalah dengan

menggunakan diameter Ɵ8 mm dengan jarak antar angkur setiap 6 lapis

bata dan setiap panjang kanan kiri kolom 30 cm.

Plesteran dan acian dinding bata juga sangat berpengaruh bagi

kegagalan dinding. Plesteran yang terlalu tebal 3 cm menyebabkan

pekerjaan yang sempurna sulit diperoleh, akibat gravitasi semakin besar

pada adukan, volume yang besar dan permukaan yang luas memberikan

peluang yang semakin besar bagi terjadinya keretakan. Acian yang terlalu

tebal juga menyebabkan keretakan. Tebal acian yang baik 0,5 cm sampai

dengan 1 cm. Tembok yang diplester harus dibasahi dengan sikat untuk

menghilangkan debu dan meratakan penghisapan dari pasangan tembok.


20

e. Kolom, Balok, dan Ring Balok

Beton dan baja tulangan untuk rangka pengaku dinding dari beton

bertulang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.

1. Campuran beton yang dianjurkan minimum perbandingan adalah 1

bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil serta ½ bagian air,

sehingga menghasilkan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari

minimum 175 kg/cm².

2. Bahan pasir dan kerikil harus bersih dan air pencampur tidak boleh

mengandung lumpur.

3. Pengecoran beton dianjurkan dilakukan secara berkesinambungan (tidak

berhenti di setengah balok atau di setengah kolom).

4. Pengadukan beton sedapat mungkin menggunakan alat pencampur beton

(beton molen).

5. Diameter tulangan utama untuk balok lintel, ring balok dan kolom

minimum Ɵ 10 mm, dan untuk sengkang minimum Ɵ 8 mm dengan

jarak as ke as sengkang 15 cm.

Untuk mencegah terjadinya retak pada sudut-sudut bukaan pintu dan

jendela, maka dipasang kolom-kolom pengaku yang menerus dari balok

lintel ke balok sloof/balok pengikat. Agar memudahkan dalam pengerjaan

pengecoran beton dan mendapatkan hasil beton yang berkualitas baik,

maka dianjurkan untuk mengunakan ukuran penampang balok minimum


21

15 cm x 20 cm dan ukuran penampang kolom minimum 15 cm x 15 cm..

Gambar 10. Detail konstruksi rangka sederhana beton bertulang

dengan dinding pasangan.

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006

Balok harus diikatkan ke kolom dengan detailing penulangan pada

sambungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 11. Detail hubungan balok dengan kolom.

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006


22

Ring balok harus diikatkan pada kolom-kolom rangka dengan

detailing sambungan seperti terlihat pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12. Detail hubungan balok dengan ring balok.

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006

f. Rangka Atap

Konstruksi atap sebaiknya menggunakan bahan yang ringan dan

sederhana. Rangka atap sebuah bangunan juga turut berperan dalam

mempercepat keruntuhan sebuah bangunan. Kebanyakan pekerja

bangunan melaksanakan pemasangan rangka atap berdasarkan selera

mereka masing-masing. Padahal rangka atap adalah termasuk bagian

struktural dari sebuah bangunan dan tidak boleh dianggap remeh. Apabila

terjadi getaran gempa, rangka atap akan mudah runtuh dan sangat

membahayakan bagi keruntuhan struktur secara keseluruhan.


23

Pemasangan rangka atap pada balok beton atau ring balok harus

memperhatikan sistem pengangkuran antara rangka atap dengan ring

balok. Angkur besi sebagai pengikat rangka harus benar-benar masuk ke

dalam balok kayu. Kesalahan yang banyak terjadi di lapangan adalah

pekerja malas untuk membuat lubang pada kayu, padahal cukup dengan

menekuk angkur besi pada balok, kemudian diperkuat dengan beberapa

paku, pengangkuran telah memenuhi syarat konstruksi.

Gambar 13. Contoh atap direktur jendral cipta karya 2006

Gambar 14. Sambungan kuda-kuda

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006

Kuda-kuda untuk bangunan gedung dan rumah tahan gempa

disarankan menggunakan kuda-kuda kayu. Kuda-kuda ini cukup ringan


24

dan pembuatannya cukup sederhana. Ukuran kayu yang digunakan 5 cm x

10 cm, dan jumlah paku yang digunakan minimum 4 buah paku dengan

panjang 2,5 kali tebal kayu.


25

Gambar 15. Kuda-kuda papan paku

Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 2006


26

4. Perbaikan dan Perkuatan Bangunan Rumah Sederhana

a. Identifikasi Kerusakan Akibat Gempa

Pasca terjadinya gempa langkah awal yang dilakukan terkait dengan

bangunan sekolah adalah identifikasi kerusakan akibat gempa.

Berdasarkan tingkat dan skalanya mengacu pada Pedoman Gedung Tahan

Gempa dari PU – Ciptakarya, kerusakan bangunan akibat gempa dapat

dikategorikan sebagai berikut.

1) Kerusakan ringan non struktur

Bangunan rumah sederhana dikategorikan mengalami kerusakan

ringan non struktur apabila terjadi hal – hal sebagai berikut.

a) Retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plasteran.

b) Serpihan plasteran berjatuhan.

c) Mencangkup luas yang terbatas.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan secara arsitektur

tanpa perlu mengosongkan bangunan.

2) Kerusakan ringan struktur

Bangunan rumah sederhana dikategorikan mengalami kerusakan

ringan struktur apabila terjadi hal – hal sebagai berikut.

a) Retak kecil (lebar celah antara 0,075 – 0,6 cm) pada dinding.

b) Plasteran berjatuhan.

c) Mencangkup luas yang lebar.


27

d) Kerusakan bagian – bagian nonstruktur seperti talang, lisplang, dan

sebagainya.

e) Kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak

berkurang.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan yang bersifat

arsitektur agar daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan

dengan kerusakan ringan pada struktur dapat dilakukan tanpa

mengosongkan bangunan.

3) Kerusakan struktur tingkat sedang

Bangunan rumah sederhana dikategorikan mengalami kerusakan

struktur tingkat sedang apabila terjadi hal – hal sebagai berikut.

a) Retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding.

b) Retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding

pemikul beban, dan kolom.

c) Kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang

sebagian.

4) Kerusakan struktur tingkat berat

Bangunan rumah sederhana dikategorikan mengalami kerusakan

struktur tingkat berat apabila terjadi hal – hal sebagai berikut.

a) Dinding pemikul beban terbelah dan runtuh.

b) Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur – unsur pengikat.

c) Kira – kira 50 % elemen utama mengalami kerusakan.


28

Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan

sekolah. Atau dilakukan perbaikan dan perkuatan secara menyeluruh

sebelum bangunan sekolah difungsikan kembali. Dalam kondisi

kerusakan seperti ini, bangunan rumah sederhana menjadi sangat

berbahaya sehingga harus dikosongkan.

5) Kerusakan total

Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total atau roboh apabila

terjadi hal – hal sebagai berikut.

a) Bangunan roboh seluruhnya.

b) Sebagian komponen utama struktur rusak.

c) Tidak layak fungsi atau huni.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan,

membersihkan lokasi, dan mendirikan bangunan baru.

b. Jenis dan Metode Perbaikan

Perbaikan pada bangunan rumah sederhana yang telah

teridentifikasi kerusakannya, dapat dibagi menjadi 3 jenis sebagai berikut.

1) Perbaikan arsitektur

Tujuannya adalah mengembalikan bentuk arsitektur bangunan

agar semua perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali, tindakan

– tindakan yang termasuk jenis ini sebagai berikut.


29

a) Menambal retak – retak pada tembok, plasteran, dan lain – lain.

b) Memperbaiki pintu – pintu, jendela – jendela, mengganti kaca, dan

lain – lain.

c) Memperbaiki kabel – kabel listrik.

d) Memperbaiki pipa – pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.

e) Membangun kembali dinding pemisah, cerobong, pagar, dan lain –

lain.

f) Memplaster kembali dinding – dinding.

g) Mengatur kembali genteng – genteng.

h) Mengecat ulang.

2) Restorasi (restoration)

Tujuannya melakukan perbaikan pada elemen – elemen struktur

penahan beban, tindakan – tindakan yang termasuk jenis ini sebagai

berikut.

a) Menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke

dalam retak – retak kecil yang terjadi pada dinding pemikul beban,

balok, maupun kolom. Retak kecil adalah retak yang mempunyai

lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6 cm.

b) Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul, balok,

maupun kolom yang mengalami retak besar kemudian diplester

kembali. Retak besar adalah retak yang mempunyai lebar celah

lebih besar dari 0,6 cm.


30

c) Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan

menggantikannya dengan dinding baru dengan spesi yang lebih

kuat dan dijangkar pada portal.

3) Perkuatan (Strengthening)

Tujuannya meningkatkan kekuatan struktur dibandingkan

dengan kekuatan semula, Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini

sebagai berikut.

a) Menambah daya tahan terhadap beban lateral dengan jalan

menambah dinding, menambah kolom, dll.

b) Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan mengikat

semua unsur penahan beban satu dengan lainnya.

c) Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang dapat

menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan di bagian tertentu

sebagai berikut.

(1) Penyebaran letak kolom yang tidak simetris.

(2) Penyebaran letak dinding yang tidak simetris.

(3) Beda kekakuan yang menyolok antara lantai yang satu dengan

yang lainnya.

(4) Bukaan-bukaan yang berlebihan.

d) Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara

memasang tulangan sesuai dengan detail-detail untuk mencapai

daktilitas yang cukup.


31

c. Teknik – Teknik Perkuatan Konstruksi Beton Bertulang

1) Teknik untuk meningkatkan kekuatan, dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel. 1 Teknik untuk meningkatkankekuatan konstruksi beton bertulang

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU – Ciptakarya

2) Teknik untuk meningkatkan daktilitas, dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel. 2 Teknik untuk meningkatkandaktalitas konstruksi beton bertulang

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU – Ciptakarya


32

d. Metode Perbaikan dan Perkuatan

1) Perbaikan dinding retak diagonal dan dinding retak pada sudut

bukaan-bukaan.

a) Untuk retak kecil (retak dengan lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6

cm, yaitu :

(1) plesteran lama di sekitar retak dikupas lalu retak tersebut diisi

dengan air semen, dan,

(2) setelah celah rapat dinding diplester kembali dengan campuran

spesi 1 semen : 3 pasir,

Sebagai contoh kerusakan dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16.Perbaikan retak pada dinding dengan lebar 0,075 cm –

0,6 cm.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptakarya
33

b) Untuk retak yang besar (retak yang mempunyai lebar celah lebih

besar dari 0,6 yaitu :

(1) Plesteran lama di sekitar retak dikupas lalu retak tersebut diisi

dengan air semen,

(2) Setelah celah rapat, pada bagian bekas retakan dipasang kawat

anyaman yang dipaku kuat, dan,

(3) Dinding diplester kembali dengan campuran spesi 1 semen : 3

pasir.

Sebagai contoh kerusakan dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Perbaikan retak pada dinding dengan lebar > 0,6 cm.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptakarya
34

2) Perbaikan dan perkuatan dinding hancur

Dibuat balok pondasi, balok keliling dan kolom praktis lengkap

dengan angkur angkur setiap 10 lapis bata ke dinding baru. Panjang

angkur minimum 30 cm.

3) Perbaikan rangka atap yang lepas dari dudukannya

Jika kolom tempat tumpuan kuda-kuda tidak roboh, hanya

sambungan saja yang terlepas, kuda-kuda diangkur ke kolom atau

balok keliling dengan baik, bila kolom tempat bertumpunya kuda-kuda

roboh:

a) Buat kolom baru lengkap dengan angkur untuk ke dinding dan

diikat ke balok keliling serta balok pondasi dengan baik, dan,

b) Ikat kuda-kuda dengan kolom.

4) Perbaikan pada pertemuan balok dan kolom praktis

Langkah-langkah perbaikan sebagai berikut:

a) balok praktis harus ditunjang terlebih dulu dengan perancah /rangka

dari kayu balok 5/10 cm.

b) beton yang mengalami retak-retak dibongkar sedemikian rupa

sehingga tulangan pada balok dan kolom terlihat bebas,

c) tulangan memanjang pada balok dan kolom yang mengalami

tekuk/bengkok, dirapihkan dan atau dipotong dan diganti dengan

yang baru,
35

d) penyambungan tulangan memanjang yang lama dan yang baru

harus memperhatikan ketentuan panjang penyaluran yaitu 40 d (d =

diameter tulangan memanjang),

e) tulangan sengkang yang rusak pada balok dan kolom diganti

dengan yang baru yang memiliki kekuatan tarik sama dengan yang

terpasang,

f) permukaan beton dan besi tulangan dibersihkan dari debu yang

mengganggu kelekatan beton lama dan baru,

g) pasang bekisting bisa dari papan 2/20 atau multiplek, dan,

h) Lakukan cor beton baru dengan mutu yang sama dengan mutu

beton lama atau campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.\


36

Gambar 18.Balok ditunjang dengan rangka kayu.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptakarya

5) Perbaikan kolom praktis yang rusak

Cara perbaikannya sebagai berikut :

a) balok praktis harus ditunjang terlebih dulu dengan perancah /rangka

dari kayu balok 5/10 cm seperti Gambar. 18

b) beton yang mengalami retak-retak dibongkar sedemikian rupa

sehingga tulangan pada balok dan kolom terlihat bebas,


37

Gambar 19. Perbaikan kolom praktis yang rusak.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptakarya

c) tulangan memanjang pada balok dan kolom yang mengalami

tekuk/bengkok, dirapihkan dan atau dipotong dan diganti dengan

yang baru,

d) penyambungan tulangan memanjang yang lama dan yang baru

harus memperhatikan ketentuan panjang penyaluran yaitu 40 d (d =

diameter tulangan memanjang),


38

e) tulangan sengkang yang rusak pada balok dan kolom diganti dengan

yang baru yang memiliki kekuatan tarik sama dengan yang

terpasang,

f) permukaan beton dan besi tulangan dibersihkan dari debu yang

mengganggu kelekatan beton lama dan baru,

g) pasang bekisting bisa dari papan 2/20 atau multiplek, dan,

h) Lakukan cor beton baru dengan mutu yang sama dengan mutu

beton lama atau campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.

6) Penambahan Balok dan kolom Baru pada Kolom Terpasang

Gambar 20. Rencana penempatan kolom dan balok baru.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptakarya
39

Gambar 21. Pemasangan tulangan balok dan kolom baru.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptakarya

7) Perkuatan dinding dengan kolom dari beton bertulang

a) Pada dinding menerus

Gambar 22. Pemasangan tulangan balok dan kolom baru.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptaka Karya
40

b) Pada pertemuan dua dinding di sudut

Gambar 23. Pemasangan tulangan balok dan kolom baru.

Sumber : PedomanTeknis Bangunan GedungTahan Gempa, PU –

Ciptakarya
41

5. Pengambilan Data

a. Kuesioner

Kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan

untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil

datanya melalui angket). Angket atau kuesioner dapat disebut sebagai

wawancara tertulis, karena isi kuesioner merupakan satu rangkaian pertanyaan

tertulis yang ditujukan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden.

Menurut Meredith D. Gall 2003 langkah – langkah yang dilakukan

dalam menyusun dan mengelola kuesioner penelitian sebagai berikut.

1) Menentukan Tujuan Penelitian

Mendefinisikan permasalahan penelitian dan tujuan khusus yang

akan dicapai atau hipotesis yang akan diuji dengan kuesioner merupakan

hal penting untuk dipertimbangkan oleh seorang peneliti sebelum

mengembangkan kuesioner, agar memperoleh hasil sesuai dengan yang

diharapkan.

2) Menentukan Kelompok Sampel

Setelah tujuan atau hipotesis telah dinyatakan secara jelas, target

populasi dari mana sampel akan dipilih harus diidentifikasi.

3) Merancang Kuesioner

a) Menghindari kuisioner yang singkat.

b) Mengatur item sehingga mudah dibaca dan lengkap


42

c) Jangan menggunakan istilah teknis, istilah khusus, atau istilah

kompleks yang tidak dapat dipahami responden.

d) Hindari menggunakan kata – kata atau daftar pada formulir.

e) Membuat kuisioner yang menarik dengan teknik seperti menggunakan

tinta berwarna cerah atau kertas dan pencetakan laser.

f) Nomor pada halaman kuisioner dan item.

g) Masukan nama dan alamat individu kepada siapa kuesioner harus

dikembalikan pada awal dan akhir dari kuesioner.

h) Kalimat yang singkat, instruksi yang jelas, dicetak dengan huruf tebal

dan huruf besar dan kecil.

i) Mengatur kuesioner dalam urutan yang logis.

j) Ketika pindah ketopik baru, termasuk sebuah kalimat transisi untuk

membantu responden beralih melihat pemikiran mereka.

k) Mulailah dengan item yang menarik dan tidak terlalu memojokan.

l) Kalimat yang sulit ditempatkan di akhir kuisioner.

m) Memberi dasar pemikiran untuk item sehingga responden memahami

relevansi mereka untuk penelitian.

n) Sertakan contoh bagaimana merespon item yang mungkin

membingungkan atau sulit dipahami.

o) Hindari beberapa istilah seperti, kebanyakan, dan biasanya, yang tidak

memiliki makna yang tepat.

p) Setiap item dinyatakan sesingkat mungkin.


43

q) Menghindari setiap pertanyaan item negatif karena memungkinkan

responden salah mengartikan.

r) Menghindari makna ganda item seperti itu memerlukan subjek untuk

merespon dua gagasan yang terpisah dengan jawaban tunggal.

s) Ketika menggunakan pertanyaan umum bersamaan dengan pertanyaan

khusus yang terkait, maka pertanyaan umum diajukan terlebih dahulu.

t) Hindari bias atau peranyaan terkemuka

4) Menguji kuisioner

Sebuah kuesioner disebarkan kepada responden, ujicobakanlah lebih

dahulu kepada sejumlah kecil responden.

5) Komunikasi Awal

Peneliti menemukan bahwa menghubungi responden sebelum

mengirimkan kuesioner akan meningkatkan tingkat respon.

6) Surat Pengantar Kuisioner

Tujuan utama dalam melakuakan survey dengan kuesioner adalah

untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Surat pengantar yang

menyertai kuisioner sengat mempengaruhi tingkat pengembalian, oleh karena

itu harus dirancang dengan hati – hati.


44

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan

mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal – hal tertentu yang

diamati.

6. Uji Validitas Konstruk

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen

mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan

instrumen. Tanpa ada keterkaitan antara butir instrumen dengan indikator,

maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid secara konstruk dan tidak bisa

digunakan untuk mengukur hal yang diteliti, karena data tidak

menggambarkan dan mewakili hal yang teliti.

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dilakukan dengan

menganalisis yaitu dengan mengkorelasi skor butir dengan skor total pada

setiap variabel. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan

bantuan komputer program SPSS for window 16.0.

Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson

Product moment sebagai berikut.

ΝΣXY ΣX ΣY
rXY ………………. 2
NΣX X NΣY Y
45

Dengan keterangan :

= Skor total
= Skor butir
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N =Jumlah sempel
Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta

korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas

yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat

adalah kalau r = 0,3.

7. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakunkan dengan bantuan komputer

program SPSS for Windows 16.0 program uji keandalan alpha cronbach. Adapun

rumusnya sebagai berikut :

1 ………………. 3
1

Dengan keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal

∑σb2 = Jumlah varians butir

= Varians total.
46

suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha

sekurang-kurangnya 0,7”.
47

B. Tinjauan Pustaka

Pada tugas akhir ini penulis akan menganalisa kesesuaian struktur

bangunan rumah sederhana yang telah dibangun di Kecamatan Kutoarjo, dengan

ketentuan standar bangunan rumah sederhana gempa tahun 2006. Pada bab ini

akan disajikan reverensi yang berhubungan dengan tugas akhir ini.

Menurut DR. A.J. Katili 10% dari gejala-gejala gempa yang terjadi di

dunia berasal dari Indonesia. Daerah papasan (Shelf) sunda dan Sahul tidak

termasuk daerah gempa, karena daerah ini kompak dan stabil, kedua paparan ini

disebut juga region non seismic. Tetapi daerah-daerah seperti laut Kalimantan

Timur, Selatan Jawa, Laut Sekeliling Sulawesi, Lereng UtaraPegunungan Irian

Jaya, Laut-laut Maluku dan Banda termasuk dalam daerah yang aktif akan

terjadinya gempa.

Menurut Max Tamara dalam tulisannya yang berjudul Evaluasi Kerusakan

Bangunan Akibat Gempa Besar, menyebutkan bahwa kerusakan bangunan dapat

digolongkan dalam beberapa tipe atau penyebab. Penyebab utama adalah disain

struktur yang tidak memenuhi syarat bangunan tahan gempa, dapat disebabkan

oleh peraturan yang tidak memadai, ataupun tidak menerapkan konsep bangunan

tahan gempa. Penyebab lainnya berada pada tahap pelaksanaan ataupun

kecerobohan pemasangan tulangan. Kerusakan yang paling berbahaya apabila

kolom bagian bawah hancur duluan yang menyebabkan kerusakan bangunan

secara menyeluruh yang menyebakan banyak korban. Khususnya bangunan

pemukiman yang struktur bangunannya spesifik (traditional) seperti bangunan


48

dengan dinding dari lumpur (mud brick) tanpa perkuatan di beberapa negara

tertentu. Bangunan dinding kayu tipis dengan rangka kayu tanpa skor (bracing)

dan atap dari genteng yang berat seperti di Jepang dan Pulau jawa.

Menurut I Ketut Sulendra dalam bukunya yang berjudul Kerusakan Akibat

Gempa dan Metode Perbaikan Elemen Struktur Pasca Gempa, menuliskan bahwa

pada masa lalu banyak bangunan mengalami kerusakan akibat gempa. Beberapa

contoh dari perbaikan dan/atau perkuatan dari gedung beton bertulang telah

dilaporkan dalam beberapa literatur. Metode perbaikan yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu perbaikan setempat meliputi perbaikan join balok-kolom serta

perbaikan join fondasi-kolom. Metode yang diusulkan serta hasil yang diperoleh

menunjukkan perbaikan perilaku struktural yang efektif, ditinjau dari kekuatan,

kekakuan serta disipasi energi dari elemen struktur yang ditinjau. Teknik

perbaikan yang diusulkan pada elemen-elemen struktur tersebut terbukti efektif.

C. Rumusan Hipotesis

Dari kajian literatur yang telah disusun, maka dapat dibuat suatu hipotesis

penelitian sebagai berikut ini.

Dengan melihat standar nasional indonesia untuk bangunan rumah

sederhana tahan gempa, diperkirakan konstruksi bangunan rumah tinggal di

kabupaten purworejo khususnya untuk, Kecamatan Kutoarjo, kurangsesuai

dengan standar nasional indonesia untuk bangunan rumah sederhana tahan gempa.
49

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistemati, meetodologis, dan

konsisten, bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran yang diperoleh dari

hasil pengolahan data penelitian.

Pada tahap ini perlu disiapkan hal – hal yang penting sehubungan

dengan survey lapangan dan pengumpulan data untuk memperoleh hasil

analisis yang tepat dan dapat digunakan sebagai reverensi untuk kegiatan

berikutnya, subyek yang akan diteliti pada tugas akhir ini adalah bangunan

Rumah Sederhana , dengan judul tugas akhir sebagai berikut Analisa

Kesesuaian Konstruksi Bangunan RumahTinggal Terhadap Ketentuan

Bangunanrumah sederhana Tahan Gempa Study Kasus Kec. Kutoarjo.

A. Desain Penelitian

Sebelum memulai pengumpulan data dari responden, maka terlebih

dahulu dilakukan wawancara dengan responden. Dari hasil wawancara ini

digunakan perbandingan dengan hasil akhir dari pengolahan data yang

diperoleh.

Setelah selesai melakukan survey dengan kuisioner selanjutnya

dilakukan penyusunan dan pengolahan data dengan bantuan program

komputer, untuk mencari hasil dari survey yang telah dilakukan.


50

Obyek penelitian ini adalah bangunan rumah sederhana yang telah

dibangun di Kabupaten Purworejo khususnya untuk Kecamatan Kutoarjo.

Subjek dalam penelitian ini adalah bangunan yang telah dibangun..

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini diambil 1 (satu) lokasi di Kabupaten Purworejo yaitu

Kecamatan Kutoarjo. Lokasi ini diambil karena letaknya tidak terlalu jauh

dari pesisir pantai yang memiliki kemungkinan besar untuk terjadi gempa

yang besar.

Gambar 24. Peta Kecamatan Kutoarjo.


51

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan kerangka berjalannya penelitian yang

berhubungan dengan lamanya proses penelitian mulai dari awal sampai akhir

penelitian, berikut di sajikan jadwal penelitian yang akan dilaksanakan

C. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2010:61). Dalam penelitian ini populasi yang

akan di ambil yaitu bangunan rumah sederhana yang telah dibangun di

Kecamatan Kutoarjo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil

menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Dalam

penelitian ini sampel yang akan diambil sebanyak 4 sempel setiap desanya.
52

D. Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting

demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara

mengumpulkan data, siapa Sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis

Sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh apakah data diperoleh

dari Sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari Sumber tidak

langsung (data sekunder).

1. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh peneliti secara

langsung dari obyek yang diteliti. Untuk memperoleh data primer ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.

a. Kuisioner

Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan

kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.

Kuisioner ini diperoleh dari literatur – literatur yang berhubungan

dengan penelitian, dengan kuisioner ini diharapkan responden lebih

memahami dan mengerti arahan dan tujuan dari peneliti. Pengisian

kuisioner dilakukan dengan bertemu langsung dengan responden.

Mengumpulkan data berarti melakukan penyelidikan untuk

mengetahui karakteristik elemen – elemen yang menjadi obyek

penelitian atau pengumpulan data. Apabila dalam pengumpulan data


53

menggunakan kuesioner, maka yang ditanyakan tergantung pada

tujuan penyelidikan untuk menjamin diperolehnya data yang relevan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

metode kuisioner tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda

centang pada kolom atau tempat yang sesuai.

b. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung pada sampel

yang diteliti untuk memperoleh data fisik dari sampel, data ini dapat

berupa foto, kondisi, dan lainnya.

c. Wawancara

Wawancara ini digunakan untuk melakukan studi pendahuluan

tentang permasalahan yang akan diteliti.

1) Bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang

permasalahan yang akan diteliti.

2) Bahwa yang dinyatakan responden kepada peneliti adalah benar

dan bisa dipercaya, dan interpresentasi responden terhadap

petanyaan – pertanyaan yang diajukan peneliti sama dengan yang

dimaksud oleh peneliti.


54

2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari

Sumber yang sudah ada yaitu dari penelitian yang telah dilakukan oleh

oranglain, dari buku – buku , dan lainnya. dalam penelitian ini data – data

sekunder yang dibutuhkan sebagai berikut.

a. Pedoman teknis rumah dan bangunan gedung tahan gempa, PU –

Ciptakarya tahun 2006

b. Daftar Desa di Kecamatan.

c. Peta Kecamatan yang diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam pembuatan kuisioner untuk

mendapatkan data tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan

konstruksi bangunan dalam menahan gaya gempa pada bangunan rumah

sederhana di Kecamatan Kutoarjo. Sebagai berikut ini.

1. Mencari topik yang berhubungan dengan konstruksi bangunan rumah

sederhana yang digunakan.

2. Menyusun data dari responden yang dibutuhkan untuk penelitian yaitu dari

proses observasi pada bangunan rumah sederhana dan pemilik rumah.

3. Dari pernyataan – pernyataan kuesioner, pengamatan yang dilakukan pada

obyek penelitian dan dari literatur – literatur terkait ataupun teori yang

berhubungan dengan bangunan rumah sederhana gempa.


55

4. Memberi dua pilihan pada daftar pertanyaan – pertanyaan yang ada pada

kuisioner sesuai dengan penerapan dilapangan.

F. Analisis Data

Tahapan dalam analisis data merupakan urutan langkah yang

dilaksanakan secarasistematis dan logis sesuai dasar teori permasalahan

sehingga didapat analisisyangakurat untuk mencapai tujuan penulis.

Dalam perhitungan pengolahan data, peneliti menggunakan metode

skoring dengan alat bantu berupa program aplikasi komputer yaitu

program microsoft excel dan SPSS for Windows 16.0.

Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknik analisis data

deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:234) “penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa

adanya pada saat penelitian dilakukan”.

Penghitungan menggunakan bantuan komputer program SPSS for

Windows 16.0.dari data hasil penelitian dideskripsikan dalam skor

tertinggi dan skor terendah. selanjutnya untuk menentukan jarak interval

indikator bangunan rumah tinggal dengan pedoman rumah sederhana

tahan gempa dar sesuai (S) sampai dengan tidak sesuai (TS), digunakan

rumus dalam buku S. Eko Putro Widoyoko(2014:110) sebagai berikut :

௝௨௠௟௔௛௦௞௢௥௧௘௥௧௜௡௚௚௜ି௝௨௠௟௔௛௦௞௢௥௧௘௥௘௡ௗ௔௛
Jarak interval (i) =
௝௨௠௟௔௛௞௘௟௔௦௜௡௧௘௥௩௔௟
56

G. Bagan Alir

MULAI

Studi Literatur

Populasi, Sampel, dan Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Sekunder

1. Kuisioner 1. Standar Bangunan Tahan


2. Observasi Gempa
3. Wawancara 2. Daftar Desa
3. Peta Kecamatan

Tidak Lengkap
Analisa

Data

Lengkap

Analisa dengan teori Pedoman


Teknis Rumah Sederhana Tahan
Gempa, PU Cipta Karya Tahun 2006

Hasil

Kesimpulan

Selesa
57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil Kecamatan Kutoarjo

Kecamatan Kutoarjo terletak di bagian selatan Kabupaten

Purworejo. Luas wilayah Kecamatan Kutoarjo adalah 37,59 km2. Jumlah

penduduk menurut data tahun 2012 sebanyak 58.103jiwa. Kepadatan

penduduk 1.559,6 jiwa/km2 (www.purworejo.go.id).

Letak geografis Kecamatan Purwodadi sebagai berikut ini.

1. sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

2. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemiri, Bruno, Pituruh.

3. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bayan.

4. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Butuh.

Kecamatan Kutoarjo terdiri dari 27 Desa dengan perkembangan Desa

semuanya sudah swasembada. 27 Desa tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel. 3
Daftardesa
NO Nama Desa Sampel NO Nama Desa Sampel
1 Kaligesing 4 10 Semawung Kembaran 4
2 Karangwuluh 4 11 Semawung daleman 4
3 Karangrejo 4 12 Sidarum 4
4 Katerban 4 13 Sukoharjo 4
5 Kebundalem 4 14 Suren 4
6 Kepuh 4 15 Tepus Kulon 4
7 Kiyangkongrejo 4 16 Tepus Wetan 4
8 Pacor 4 17 Tursino 4
9 Pringgowijayan 4 18 Tungtung Pait `4

57
58

Lanjutan tabel 3
19 Wirun 4 24 Bandungrejo 4
20 Kuwurejo 4 25 Tunggorono 4
21 Majir 4 26 Purwosari 4
22 Bayem 4 27 Kemadu 4
23 Kutoarjo 4
Jumlah total sampel : 108

Letak Kecamatan Kutoarjo yang berbatasan langsung dengan

Samudra Hindia mengakibatkan spektrum topografi yang bervariasi,

serta aktivitas kegempaan dan vulkanisme yang aktif. Belajar dari

pengalaman tentang bencana yang diakibatkan oleh gempa-gempa yang

pernah terjadi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa kerusakan atau

keruntuhan bangunan pada umumnya banyak dijumpai pada bangunan-

bangunan sederhana (non-engineered building) seperti rumah penduduk,

bangunan komersial, sekolah, masjid, dll. Dari hasil pengamatan di

lapangan, kegagalan dari bangunan-bangunan ini pada umumnya

disebabkan karena perencanaan atau pengerjaan yang tidak baik, dan

kurang baiknya mutu bahan bangunan yang digunakan.

Selama ini banyak ilmuan menemukan bangunan terutama rumah

sederhana yang runtuh akibat gempa bumi. Banyak sekali kesalahan

dalam pendirian bangunan tersebut, mulai dari bagian bawah/dasar,

bagian tembok hingga bagian atap rumah. Kalau kita perhatikan dari segi

kelayakan bangunan tahan gempa, bangunan di daerah belumlah masuk

dalam kriteria rumah tahan gempa. Berikut alasan kenapa rumah

sederhana tidak tahan gempa.


59

1. Rumah tidak mempunyai pondasi yang cukup dalam.

2. Tulangan rangka yang diletakkan di setiap sudut rumah adalah

balok kayu.

3. Tulangan rangka kebanyakan dipasang tanpa adanya ikatan dengan

pondasi dan tidak saling mengikat dengan tulangan yang lain.

4. Angkur yang dijadikan pengikat antara tulangan dengan tembok,

ukurannya terlalu pendek bahkan ada yang tidak memakai angkur

sama sekali

5. Kebanyakan angkur dibagian bantalan kuda-kuda atap dengan

tembok tidak dipasang.

Sehubung dengan itu penulis tertarik untuk mengadakan studi

kasus untuk mengetahui apakah perencanaan struktur waktu membangun

rumah tinggal bagi warga Kecamatan Kutoarjo sudah sesuai dengan

pedoman yang berlaku. Karena dapat dikatakan kota Purworejo adalah

kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi.


60

2. Data Hasil Penelitian

Tabel. 4
Kisi-kisi Instrumen

No
No Pertanyaan
butir

1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2006 ?

2. Apakah bangunan menggunakan pondasi ?


a. Bahan pondasi
1) Bata merah A1
2) Batu kali A1

b. Ukuran Pondasi
1) Tinggi ( T ) ≥ 60 cm A2
2) Lebar bawah ( B' ) ≥ 60 cm A3
3) Lebar atas ( B ) ≥ 30 cm A4
4) Kedalaman dari muka tanah ( T' ) ≥ 60 cm A5

3. Apakah bangunan menggunakan sloff ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 20 cm A6
b) Lebar (B) ≥ 15 cm A7
2) Diameter tulangan pokok ≥ 12 mm A8
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A9
4) Ukuran begel ≥ 8 mm A10
5) Jarak begel ≤ 15 cm A11

4 Apakah bangunan menggunakan kolom ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A12
b) Lebar (B) ≥ 15 cm A13
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A14
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A15
4) Ukuran begel ≥ 8 mm A16
5) Jarak begel ≤ 15 cm A17

5 Apakah bangunan menggunakan balok lintel ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 mm A18
61

b) Lebar (B) ≥ 15 mm A19


2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A20
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A21
4) Ukuran begel ≥ 8 mm A22
5) Jarak begel ≤ 15 cm A23

6 Apakah bangunan menggunakan ring balok ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 20 mm A24
b) Lebar (B) ≥ 15 mm A25
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A26
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A27
4) Ukuran begel ≥ 8 mm A28
5) Jarak begel ≤ 15 cm A29
7 Apakah bidang dinding diberi kolom praktis setiap luasan 9 m2 A30

8 Apakah ada angkur antara pondasi dan sloof ?


1) Diameter angkur ≥ 8 mm A31
2) Jarak angkur ≤ 150 cm A32
Apakah ada angkur antara kolom dengan dinding
9
pengisi ?

Apakah disetiap pertemuan joint, tulangan pokok dibuat


10 A33
kait/ditekuk sepanjang 40D ?

11 Apakah ada kolom praktis ditengah gunung - gunung yang


A34
menerus sampai ke pondasi ?

Apakah gunung - gunung diangkur dengan kolom


12 A35
praktis ?
13 Apakah kuda-kuda diangkur dengan kolom praktis ? A36

Keseluruhan jumlah butir pertanyaan adalah 36 butir, dengan kriteria

penilaian menggunakan pilihan respon skala 3.

S (sesuai) = 3; KS (kurang sesuai) = 2; dan TS (tidak sesuai) = 1.


62

a. Hasil Uji Validitas dan Uji Realiabilitas

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian kesesuaian bangunan

struktur rumah tinggal dengan pedoman rumah sederhana tahan gempa sebagai

berikut berikut.

Tabel. 5
Uji Validitas Instrumen

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Item


Deleted Scale Variance if Item Deleted Correlation Deleted

a1 61.8000 468.178 .370 .982

a2 62.3000 469.789 .415 .981

a3 62.3000 469.789 .415 .981

a4 62.4000 465.378 .723 .981

a5 62.3000 469.789 .415 .981

a6 63.0000 453.556 .828 .980

a7 62.8000 441.956 .929 .980

a8 63.1000 458.989 .861 .980

a9 62.6000 439.822 .854 .980

a10 63.0000 453.556 .828 . .980

a11 62.9000 445.878 .925 . .980

a12 62.8000 445.956 .965 . .980

a13 62.8000 445.956 .965 . .980

a14 62.8000 445.956 .965 . .980

a15 62.4000 440.044 .868 . .980

a16 62.9000 453.656 .856 . .980

a17 62.8000 445.956 .965 . .980

a18 63.1000 448.322 .824 . .980

a19 63.3000 459.344 .654 . .981

a20 63.3000 459.344 .654 . .981

a21 63.2000 455.511 .625 . .981

a22 63.4000 466.933 .637 . .981


63

Lanjutan Tabel 5

a23 63.3000 459.344 .654 . .981

a24 63.1000 464.767 .601 . .981

a25 62.9000 451.433 .935 . .980

a26 62.8000 445.956 .965 . .980

a27 62.4000 440.044 .868 . .980

a28 62.9000 453.656 .856 . .980

a29 62.8000 445.956 .965 . .980

a30 62.4000 440.044 .868 . .980

a31 63.2000 455.956 .746 . .981

a32 63.1000 448.322 .824 . .980

a33 62.6000 451.378 .585 . .982

a34 62.8000 453.289 .554 . .982

a35 63.0000 444.444 .818 . .980

a36 62.4000 440.044 .868 . .980


Sumber : Data Perhitungan

Berdasarkan tabel di atas,dapat diketahui hasil uji validitas instrumen

bahwa dari 36 item memiliki nilai validitas tertinggi yaitu 0,965 dan nilai

validitas terendah yaitu 0,370 (0,370> 0,3).Maka dapat disimpulkan bahwa

36 item soal dinyatakan valid.

Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian rumah tinggal

sederhana tahan gempa diperoleh hasil sebagai sebagai berikut :

Tabel. 6
Reliability Instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.981 36
Sumber : Data Perhitungan
64

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai Cronbach’s Alpha

yaitu 0,981 yang berarti nilai reliabilitas > 0,7. Maka dapat disimpulkan

bahwa instrumen dengan 36 item pertanyaan dinyatakan reliabel.

b. Hasil Perhitungan Data Lapangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di seluruh Desa Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Purworejo, data yang terkumpul dari angket, dapat

dideskripsikan skor jawaban responden tentang bangunan rumah tinggal

dengan pedoman rumah sederhana tahan gempa sebagai berikut :

Tabel. 7
Persentase Tanggapan Responden
No. Tanggapan Responden Persentase Jawaban Responden
Soal KS S TS KS S TS
A1 63 37 8 58% 34% 7%
A2 69 39 0 64% 36% 0%
A3 76 32 0 70% 30% 0%
A4 85 23 0 79% 21% 0%
A5 78 30 0 72% 28% 0%
A6 21 57 30 19% 53% 28%
A7 48 30 30 44% 28% 28%
A8 6 72 30 6% 67% 28%
A9 76 2 30 70% 2% 28%
A10 19 59 30 18% 55% 28%
A11 60 17 31 56% 16% 29%
A12 60 40 8 56% 37% 7%
A13 63 37 8 58% 34% 7%
A14 43 57 8 40% 53% 7%
A15 100 0 8 93% 0% 7%
A16 28 72 8 26% 67% 7%
A17 71 27 10 66% 25% 9%
A18 12 21 75 11% 19% 69%
Lanjutan Tabel
A19 12 7 18 78 11% 17% 72%
A20 20 10 78 19% 9% 72%
A21 30 0 78 28% 0% 72%
65

A22 8 22 78 7% 20% 72%


A23 19 11 78 18% 10% 72%
A24 7 73 28 6% 68% 26%
A25 40 38 30 37% 35% 28%
A26 34 44 30 31% 41% 28%
A27 78 2 28 72% 2% 26%
A28 19 61 28 18% 56% 26%
A29 66 14 28 61% 13% 26%
A30 90 5 13 83% 5% 12%
A31 26 6 76 24% 6% 70%
A32 11 21 76 10% 19% 70%
A33 67 30 11 62% 28% 10%
A34 77 5 26 71% 5% 24%
A35 79 2 27 73% 2% 25%
A36 82 5 21 76% 5% 19%
Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan tabel.7dari hasil tanggapan responden diatas dapat

dibuat grafik kesesuaian rumah tinggal sederhana berdasarkan kategori

dan persentase.
66

100%

90%

80%
Persentase Kesesuaian

70%

60%

50% Kurang Sesuai

40% Sesuai
Tidak Sesuai
30%

20%

10%

0%
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
Butir Instrumen Pertanyaan

Gambar 25. Grafik Kesesuaian Rumah Tinggal Berdasarkan Persentase (A)

90%

80%

70%
Persentase Kesesuaian

60%

50%
Kurang Sesuai
40% Sesuai
30% Tidak Sesuai
20%

10%

0%
A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 A36
Butir Instrumen Pertanyaan

Gambar 26. Grafik Kesesuaian Rumah Tinggal Berdasarkan Persentase (B)


67

Berdasarkan tabel 7 yang terkumpul dari penelitian dilapangn

dapat dideskripsikan dengan skor instrumen pertanyaan sebagai berikut

ini.

1. Sebanyak37 rumah (34%) bahan pondasi yang digunakan sudah

sesuai, 63 rumah (58%) bahan pondasi yang digunakan kurang

sesuai karena tidak menggunakan batu kali berdasarkan pedoman

PU Cipta Karya Kementrian Umum, 8rumah (7%) bahan pondasi

yang digunakan tidak sesuai karena menggunakan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

2. Sebanyak 39 rumah (36%) tinggi pondasi sudah sesuai, 69 rumah

(64%) tinggi pondasi kurang sesuai karena kurang dari 60 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 0

rumah (0%) tinggi pondasi tidak sesuai.

3. Sebanyak 32 rumah (30%) lebar bawah pondasi sudah sesuai, 76

rumah (70%) lebar bawah pondasi kurang sesuai karena kurang

dari 60 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta

Karya, 0 rumah (0%) lebar bawah pondasi tidak sesuai.

4. Sebanyak 23 rumah (21%) lebar atas pondasi sudah sesuai, 85

rumah (79%) lebar atas pondasi kurang sesuai karena kurang dari

30 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

0 rumah (0%) lebar atas pondasi tidak sesuai.

5. Sebanyak 30 rumah (28%) kedalaman pondasi dari muka tanah

sudah sesuai,78 rumah (72%) kedalaman pondasi dari muka tanah


68

kurang sesuai karena kurang dari 60 cm sesuai yang dianjurkan

berdasarkan pedoman Cipta Karya, 0 rumah (0%) kedalaman

pondasi dari muka tanah tidak sesuai.

6. Sebanyak 57 rumah (53%) dimensi sloof dengan tinggi yang

digunakan sudah sesuai, 21 rumah (19%) dimensi sloof dengan

tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 20 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 30

rumah (28%) dimensi sloof dengan tinggi yang digunakan tidak

sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

7. Sebanyak 30 rumah (28%) dimensi sloof dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 48 rumah (44%) dimensi sloof dengan

lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 30

rumah (28%) dimensi sloof dengan lebar yang digunakan tidak

sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

8. Sebanyak 72 rumah (67%) diameter tulangan pokok pada sloof

sudah sesuai, 6 rumah (6%) diameter tulangan pokok pada sloof

kurang sesuai karena kurang dari 12mm sesuai yang dianjurkan

berdasarkan pedoman Cipta Karya, 30 rumah (28%) diameter

tulangan pokok pada sloof tidak sesuai karena menggunakan sloof


69

dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata

merah tanpa perkuatan.

9. Sebanyak 2 rumah (2%) jumlah tulangan pokok pada sloof sudah

sesuai, 76 rumah (70%) jumlah tulangan pokok pada sloof kurang

sesuai, 30 rumah (28%) diameter tulangan pokok pada sloof tidak

sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

10. Sebanyak 59 rumah (55%) diameter tulangan begel pada sloof

sudah sesuai, 19 rumah (18%) diameter tulangan begel pada sloof

kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang dianjurkan

berdasarkan pedoman Cipta Karya, 30 rumah (28%) diameter

tulangan pokok pada sloof tidak sesuai karena menggunakan sloof

dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata

merah tanpa perkuatan.

11. Sebanyak 17 rumah (16%) jarak begel pada sloof sudah sesuai,

60 rumah (56%) jarak begel pada sloof kurang sesuai karena lebih

dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta

Karya, 31 rumah (29%) diameter tulangan pokok pada sloof tidak

sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

12. Sebanyak 40 rumah (37%) dimensi kolom dengan tinggi yang

digunakan sudah sesuai,60 rumah (56%) dimensi kolom dengan

tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm


70

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 8

rumah (7%) dimensi kolom dengan tinggi yang digunakan tidak

sesuai karena menggunakan kolom dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

13. Sebanyak 37 rumah (34%) dimensi kolom dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 63 rumah (58%) dimensi kolom dengan

lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 8

rumah (7%) dimensi kolom dengan lebar yang digunakan tidak

sesuai karena menggunakan kolom dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

14. Sebanyak 57 rumah (3%) diameter tulangan pokok pada kolom

yang digunakan sudah sesuai, 43 rumah (40%) diameter tulangan

pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai karena kurang

dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta

Karya, 8 rumah (7%) diameter tulangan pokok pada kolom yang

digunakan tidak sesuai karena menggunakan kolom dengan

sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

15. Sebanyak 0 rumah (0%) jumlah tulangan pokok pada kolom yang

digunakan sudah sesuai, 100 rumah (93%) jumlah tulangan pokok

pada kolom yang digunakan kurang sesuai, 8 rumah (7%) jumlah

tulangan pokok pada kolom yang digunakan tidak sesuai karena


71

menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

16. Sebanyak 72 rumah (67%) diameter begel pada kolom yang

digunakan sudah sesuai, 28 rumah (26%) diameter begel yang

digunakan kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 8 rumah (7%)

diameter begel kolom yang digunakan tidak sesuai karena

menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

17. Sebanyak 27 rumah (25%) jarak begel pada kolom yang

digunakan sudah sesuai, 71 rumah (66%) jarak begel pada kolo,

yang digunakan kurang sesuai karena lebih dari 15 cm sesuai

yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 10 rumah

(9%) jarak begel pada kolom yang digunakan tidak sesuai karena

menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

18. Sebanyak21 rumah (19%) dimensi balok lintel dengan tinggi yang

digunakan sudah sesuai, 12 rumah (11%) dimensi balok lintel

dengan tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari

15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

75 rumah (69%) dimensi balok dengan tinggi yang digunakan

tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel


72

dan sebagian menggunakan balok lintel dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

19. Sebanyak 18 rumah (17%) dimensi balok lintel dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 12 rumah (11%) dimensi balok lintel

dengan lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15

cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

78rumah (72%) dimensi kolom dengan lebar yang digunakan

tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel

dan sebagian menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

20. Sebanyak 10 rumah (9%) diameter tulangan pokok pada balok

lintel yang digunakan sudah sesuai, 20 rumah (19%) diameter

tulangan pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai karena

kurang dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman

Cipta Karya, 78 rumah (72%) diameter tulangan pokok pada

kolom yang digunakan tidak sesuai karena banyak yang tidak

menggunakan balok lintel dan sebagian menggunakan kolom

dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata

merah tanpa perkuatan.

21. Sebanyak 0 rumah (0%) jumlah tulangan pokok pada balok lintel

yang digunakan sudah sesuai, 30 rumah (28%) jumlah tulangan

pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai, 78 rumah

(72%) jumlah tulangan pokok pada balok lintel yang digunakan


73

tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel

dan sebagian menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

22. Sebanyak 22 rumah (20%) diameter begel pada balok lintel yang

digunakan sudah sesuai, 8 rumah (7%) diameter begel yang

digunakan kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 78 rumah (72%)

diameter begel pada balok lintel yang digunakan tidak sesuai

karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel dan sebagian

menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

23. Sebanyak 11 rumah (10%) jarak begel pada balok lintel yang

digunakan sudah sesuai, 19 rumah (18%) jarak begel pada balok

lintel, yang digunakan kurang sesuai karena lebih dari 15 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,78

rumah (72%) jarak begel pada balok lintel yang digunakan tidak

sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel dan

sebagian menggunakan balok lintel dengan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

24. Sebanyak 73 rumah (63%) dimensi ring balok dengan tinggi yang

digunakan sudah sesuai, 7 rumah (6%) dimensi ring balok dengan

tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 20 cm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,


74

28rumah (26%) dimensi ring balok dengan tinggi yang digunakan

tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan sistem

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

25. Sebanyak 38 rumah (35%) dimensi ring balok dengan lebar yang

digunakan sudah sesuai, 40rumah (37%) dimensi ring balok

dengan lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15

cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 30

rumah (28%) dimensi ring balok dengan lebar yang digunakan

tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan sistem

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

26. Sebanyak 44 rumah (41%) diameter tulangan pokok pada ring

balok sudah sesuai, 34 rumah (31%) diameter tulangan pokok

pada ring balok kurang sesuai karena kurang dari 10 mm sesuai

yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 30 rumah

(28%) diameter tulangan pokok pada ring balok tidak sesuai

karena menggunakan ring balok dengan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

27. Sebanyak 2 rumah (2%) jumlah tulangan pokok pada ring balok

sudah sesuai, 78 rumah (72%) jumlah tulangan pokok pada ring

balok kurang sesuai, 28 rumah (26%) diameter tulangan pokok

pada ring balok tidak sesuai karena menggunakan ring


75

balokdengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata

merah tanpa perkuatan.

28. Sebanyak 61 rumah (56%) diameter tulangan begel pada ring

balok sudah sesuai, 19rumah (18%) diameter tulangan begel pada

ring balok kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 28 rumah (26%)

diameter tulangan pokok pada ring balok tidak sesuai karena

menggunakan ring balok dengan sistem struktur dinding pemikul

yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

29. Sebanyak 14 rumah (13%) jarak begel pada ring balok sudah

sesuai, 66 rumah (61%) jarak begel pada ring balok kurang sesuai

karena lebih dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan

pedoman Cipta Karya, 28 rumah (26%) jarak begel pada ring

balok tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan sistem

struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.

30. Sebanyak 5 rumah (5%) kolom praktis pada luasan dinding sudah

sesuai, 90 rumah (83%) kolom praktis pada luasan dinding kurang

sesuai karena kurang dari 9 sesuai yang dianjurkan

berdasarkan pedoman Cipta Karya, 13 rumah (12%) kolom

praktis pada luasan dinding tidak sesuai karena menggunakan

sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa

perkuatan.
76

31. Sebanyak 6 rumah (6%) diameter tulangan angkur antara pondasi

dan sloof sudah sesuai,26 rumah (24%) diameter tulangan angkur

antara pondasi dan sloof kurang sesuai karena kurang dari 8 mm

sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 76

rumah (70%) diameter tulangan angkur antara pondasi dan sloof

tidak sesuai karena kebanyakan tidak menggunakan sistem

perkuatan angkur, dan sebagian menggunakan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

32. Sebanyak 21 rumah (19%) jarak angkur antara pondasi dan sloof

sudah sesuai, 11 rumah (10%) jarak angkur antara pondasi dan

sloof kurang sesuai karena lebih dari 150 cm sesuai yang

dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 76 rumah (70%)

jarak angkur antara pondasi dan sloof tidak sesuai karena

kebanyakan tidak menggunakan sistem perkuatan angkur, dan

sebagian menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu

pasangan bata merah tanpa perkuatan.

33. Sebanyak 30 rumah (28%) tekukan kait sepanjang 40D disetiap

pertemuan joint sudah sesuai, 67 rumah (62%) tekukan kait

sepanjang 40D disetiap pertemuan joint kurang sesuai karena

kurang dari yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,

11 rumah (10%) tekukan kait sepanjang 40D disetiap pertemuan

joint tidak sesuai karena menggunakan sistem struktur dinding

pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.


77

34. Sebanyak 5 rumah (5%) kolom praktis ditengah gunung-gunung

sudah sesuai, 77 rumah (71%) kolom praktis ditengah gunung-

gunung kurang sesuai karena tidak menerus sampai ke pondasi,

seperti yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,26

rumah (24%) kolom praktis ditengah gunung-gunung tidak sesuai

karena menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu

pasangan bata merah tanpa perkuatan.

35. Sebanyak 2 rumah (2%) angkur kolom praktis dengan gunung-

gunung sudah sesuai, 79 rumah (73%) angkur kolom praktis

dengan gunung-gunung kurang sesuai karena tidak menerus

sampai ke pondasi, seperti yang dianjurkan berdasarkan pedoman

Cipta Karya, 27 rumah (25%) angkur kolom praktis dengan

gunung-gunung tidak sesuai karena menggunakan sistem struktur

dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.

36. Sebanyak 5 rumah (5%) angkur kolom praktis dengan kuad-kuda

sudah sesuai, 82 rumah (76%) angkur kolom praktis dengan kuda-

kuda kurang sesuai karena tidak menerus sampai ke pondasi,

seperti yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 21

rumah (19%) angkur kolom praktis dengan kuda-kuda tidak

sesuai karena menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu

pasangan bata merah tanpa perkuatan.


78

B. Analisis Data

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh Desa Kecamatan Kutoarjo,

Kabupaten Purworejo. Adapun jumlah Desa sebanyak 27 Desa, sedangkan

sampelnya adalah 108 rumah dengan1 Desa diambil 4 sampel rumah yang

diambil secara random sampling.

Dari data hasil penelitian dideskripsikan dalam skor tertinggi dan skor

terendah. Dengan jumlah butir pernyataan 36 dan alternatif jawaban sebanyak

3, maka didapat jumlah skor tertinggi 108 dan jumlah skor terendah 36. Dari

skor tersebut dapat diketahui jarak intervalnya sebagai berikut :

Jarak interval (i) =

= 24

Tabel 8

Nilai Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Skor Kategori Frekuensi Persentase


36-60 Tidak Sesuai 20 18,52
Kurang
61-84 52 48,15
Sesuai
85-108 Sesuai 36 33,33

Sumber : Data Yang Diolah


84

Contoh perhitungan persentase dari nilai kesesuaian bangunan rumah tinggal,

nilai frekuensi dapat diambil dari tabel 9.

1) Nilai frekuensi = 20

Jumlah total sempel = 108

Pr = 100

= 100 = 18,52%

2) Nilai frekuensi = 52

Jumkah total sempel = 108

Pr = 100

= 100 = 48,15%

3) Nilai frekuensi = 36

Jumlah total sempel = 108

Pr = 100

= 100 = 18,52%

Dari data tabel 8 juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram

seperti pada diagram frekuensi dan diagram persentase sebagai berikut ini.
85

Diagram Kesesuaian Bangunan Rumah


Tinggal terhadap Sampel Rumah
110
100
90
80
Sampel Rumah

70
60
52
50
40 36

30
20
20
10
Frekuensi
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai

Gambar 27. Diagram FrekuensiKesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Diagram Persentase Kesesuaian


Bangunan Rumah Tinggal

33,33%
18,52%

48,15%

Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai

Gambar 28. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal

Berdasarkan gambar 27 dan gambar 28 di atas, hasil tersebut

menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman rumah

sederhana tahan gempa di Kecamatan Kutoarjo lebih tinggi di angka


86

(33,33%). Hal ini didukung data-data pada tabel 8 dan gambar diagram

27serta gambar 28 yang menunjukkan bahwa skor tersebut terletak pada

interval skor 84-108. Berdasarkan tabel 8 dan gambar diagram 28 di atas,

diketahui kesesuaian rumah tinggal tehadap pedoman rumah sederhana tahan

gempa yang memiliki kategori sesuai yaitu 33,33%, kategori kurang sesuai

48,15%, kategori tidak sesuai18,52%.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis deskriptif data dengan pengambilan sampel setiap

desa 4 rumah, menunjukkan hasil kesesuain bangunan rumah tinggal yang

diteliti masih kurang dari setengah yang masuk kategori sesuai dengan

persentase 33,33%.

Persentase bangunan rumah tinggal yang masuk kategori sesuai lebih

rendah dibandingkan yang masuk kategori kurang sesuai dan tidak sesuai

diangka 48,15% dan 18,52%, dapat diketahui kurangnya pemahaman

masyarakat tentang bangunan rumah tinggal sederhana tahan gempa yang

sesuai pedoman teknis Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Umum

tahun 2006.

Solusi perbaikan pada struktural bangunan yang dianjurkan dalam

pedoman teknis rumah dan gedung Direktorat Jendral Cipta Karya

Kementrian umum adalah sebagai berikut ini.

1. Perbaikan pada bagian bagian balok adalah dengan kolom (kolom

lama) dibobok sampai kelihatan tulangannya untuk menyambung

tulangan yang baru untuk balok baru, bersihkan beton dari debu
87

yang akan mengganggu melekatnya beton lama dengan yang baru,

buat perancah dari kayu untuk menunnjang tulangan balok baru

dengan ketinggian sesuai rencana, dan, pasang begisting untuk

pengecoran.

2. Perbaikan pada bagian kolom adalah balok (balok lama) dibobok

sampai kelihatan tulangannya untuk menyambung tulangan yang

baru untuk kolom baru, bersihkan beton dari debu yang akan

mengganggu melekatnya beton lama dengan yang baru, buat

perancah dari kayu untuk menunnjang tulangan kolom baru dengan

ketinggian sesuai rencana, dan, pasang begisting untuk pengecoran.

3. Perbaikan pada bagian besi tulangan adalah balok atau kolom

dibongkar seluruhnya sehingga yang tersisa hanya tulangan saja,

buat perancah dari kayu untuk menunnjang bagian struktur yang

lain dengan ketinggian sesuai rencana, besi tulangan yang kurang

sesuai diganti dengan yang baru, tulangan sengkang dirapihkan

kembali dan yang rusak atau putus diganti dengan yang baru, dan,

pasang begesting untuk pengecoran beton baru.

Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan bisa menjadi tambahan data

Pemerintah Daerah tentang bangunan tahan gempa untuk menanggulangi

jatuhnya korban saat bencana. Sebagai masukan Dinas BPBD dalam

persiapan penanggulangan bencana daerah khususnya gempa bumi. Sebagai

referensi bacaan tentang bangunan rumah tinggal sederhana tahan gempa


88

yang sesuai pedoman teknis Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian

Umum tahun 2006.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Dari Dari semua sampel bangunan rumah sederhana yang diambil di

Kecamata Kutoarjo terdapat kesamaan struktur yang belum di

terapkan pada struktur bangunan rumah tinggal yang telah di bangun

yaitu : perpanjangan 40D disetiap pertemuan join, penggunaan

angkur antara pondasi dan sloof.

2. Persentase bangunan rumah tinggal sederhana tahan gempa yang

masuk katagori sesuai dengan prosentase 33.3% lebih rendah

dibandingkan yang masuk katagori kurang sesuai dan tidak sesuai

dengan prosentase 48.15% dan 18.52%. Sehingga dapat diketahui

kurangnya pemahaman masyarakat tentang rumah tinggal sederhana

tahan gempa berdasarkan pedoman rumah dan gedung tahan gempa

Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Umum Tahun 2006.

B. Saran

1. Saran Untuk Lembaga Terkait

Dari kesimpulan yang telah diperoleh maka dapat disampaikan

saran-saran sebagai berikut ini.

89
90

a. Pembangunan rumah tinggal perlu mendapat perhatian khusus dalam

penerapan aturan rumah tahan gempa, tanpa mengabaikan faktor

pelaksanaan, pengawasan , dan keselamatan.

b. Pemerintah daerah sebaiknya perlu melakukan sosialisasi kepada

masyarakat dan tenaga ahli bangunan khususnya pada penerapan

rumah tinggal sederhana tahan gempa terkait kesesuaian bangunan

rumah tinggal terhadap aturan yang berlaku.

c. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, Pemerintah Kabupaten

Purworejo lebih memperhatikan bangunan rumah tinggal yang tidak

layak huni untuk menghindari kerusakan bangunan, harta benda dan

jatuhnya korban.

d. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain yang

mempengaruhi rumah tinggal sederhana tahan gempa terhadap rumah

tinggal sederhana di Kecamatan Kutoarjoi, Kabupaten Purworejo.

2. Saran Untuk Peneliti yang Akan Datang

Sebaiknya untuk peneliti yang akan datang lebih memperluas

daerah penelitian yang rawan terhadap bencana khususnya gempa bumi,

rumah yang dibuat sampel tidak hanya bangunan rumah sederhana,

sehingga peneliti yang akan datang dapat semakin memberikan gambaran

yang lebih spesifik.


91
90

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2002. Rekayasa Gempa-Untuk Teknik Sipil. Padang: ITP Press.

Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarata: PT. Rineka Cipta

Boen, Teddy. 2000. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana-Belajar Dari


Kesrusakan Akibat Gempa, Lokarya Nasional Bangunan Rumah Tinggal
Sederhana Tahan Gempa. Yogyakarata.

BPNP. 2011. Jurnal Penanggulangan Bencana. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2006. Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan


Gedung Tahan Gempa. Jakarta.

Direktur Jendral Cipta Karya 2006. Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan
Gedung Tahan Gempa Dilengkapi Dengan Metode Dan Cara Perbaikan
Kerusakan. Jakarta.

Eko Putro Widoyoko, S. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Belajar

ERIN, 2011. Analisa Resiko Kerusakan Bangunan Rumah Tinggal Tipe 36


Akibat Gempa (Studi Rumah Tinggal di Sebuah Perumahan di Kota
Depok). Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono, 2011. Statistika untuk penelitian. Alfabeta, Bandung.


Universitas Muhammdaiyah Purworejo, 2016. Pedoman Penyusunan Skripsi.
Purworejo.
91

LAMPIRAN 1
SKORING

Nomor :
No Pertanyaan Nilai Sesuai Kurang Tidak

1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2010 ?

2. Apakah bangunan menggunakan pondasi ?


a. Bahan pondasi
1) Bata merah
2) Batu kali

b. Ukuran Pondasi
1) Tinggi ( T ) ≥ 60 cm
2) Lebar bawah ( B' ) ≥ 60 cm
3) Lebar atas ( B ) ≥ 30 cm
4) Kedalaman dari muka tanah ( T' ) ≥ 60 cm

3. Apakah bangunan menggunakan sloff ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 20 cm
b) Lebar (B) ≥ 15 cm
2) Diameter tulangan pokok ≥ 12 mm
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah
4) Ukuran begel ≥ 8 mm
5) Jarak begel ≤ 15 cm

4 Apakah bangunan menggunakan kolom ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 cm
b) Lebar (B) ≥ 15 cm
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah
4) Ukuran begel ≥ 8 mm
5) Jarak begel ≤ 15 cm

5 Apakah bangunan menggunakan balok lintel ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 mm
b) Lebar (B) ≥ 15 mm
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah
4) Ukuran begel ≥ 8 mm
5) Jarak begel ≤ 15 cm

6 Apakah bangunan menggunakan ring balok ?


1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 20 mm
b) Lebar (B) ≥ 15 mm
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm
3) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah
4) Ukuran begel ≥ 8 mm
5) Jarak begel ≤ 15 cm
7 Apakah bidang dinding diberi kolom praktis setiap luasan 9 m2

8 Apakah ada angkur antara pondasi dan sloof ?


1) Diameter angkur ≥ 8 mm
2) Jarak angkur ≤ 150 cm
9 Apakah ada angkur antara kolom dengan dinding pengisi ?

10 Apakah disetiap pertemuan joint, tulangan pokok dibuat kait/ditekuk


kait/ditekuk sepanjang 40D ?

11 Apakah ada kolom praktis ditengah gunung - gunung yang menerus


sampai ke pondasi ?

12 Apakah gunung - gunung diangkur dengan kolom praktis ?

13 Apakah kuda-kuda diangkur/ dibuat kait dengan kolom praktis ?


9492

LAMPIRAN 2
93
98

LAMPIRAN 3
103
94

LAMPIRAN 4

Anda mungkin juga menyukai