Anda di halaman 1dari 222

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON

BERTULANG GEDUNG K UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Dan Sains
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

YOSAPAT NASHULAH
1703010046

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
JULI 2022
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON
BERTULANG GEDUNG K UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

SKRIPSI

YOSAPAT NASHULAH
1703010046

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
JULI 2022

I
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang diajukan oleh :


Nama : Yosapat Nashulah
NIM : 1703010046
Program Studi : Teknik Sipil S1
Fakultas : Teknik Dan Sains
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Judul : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Gedung K
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Telah diterima dan disetujui dalam ujian skripsi


Purwokerto, Juli 2022

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

M. Agus Salim Al Fathoni, S.T., M.T. Besty Afriandini. S.T., M.Eng.


NIK. 2160119 NIK. 2160715

II
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang diajukan oleh :


Nama : Yosapat Nashulah
NIM : 1703010046
Program Studi : Teknik Sipil S1
Fakultas : Teknik Dan Sains
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Judul : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Gedung K
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : M. Agus Salim Al Fathoni, S.T., M.T. ( )

Penguji 2 : Besty Afriandini, S.T., M.Eng. ( )

Penguji 3 : Arif Kurniawan Suksmono, S.T., M.T. ( )

Ditetapkan di : Purwokerto
Tanggal : Juli 2022

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik dan Sains

Ir. Teguh Marhendi, S.T., M.T., ASEAN.Eng., ACPE., IPM.


NIK. 2160172

III
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yosapat Nashulah
NIM : 1703010046
Program Studi : Teknik Sipil S1
Fakultas : Teknik Dan Sains
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan
semua sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar serta bukan
hasil menjiplak dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada
unsur penjiplakan, saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, Juli 2022


Yang membuat pernyataan,

Yosapat Nashulah
NIM. 1703010046

IV
MOTTO

“Trimalah cobaan dengan ikhlas dan lapang dada, karna di akhir cerita semua
cobaan itu hanya akan menjadi cerita”

“Teruslah mencoba dan janganlah takut usahamu gagal, karna sesungguhnya


kesuksesan yang kita cari berada di belakang semua kegagalan yang sudah kita
alami”

“Bagikanlah ilmu yang kamu miliki kepada yang membutuhkan dan jangan
pernah menyembunyikan ilmu yang kamu miliki kepada orang yang
membutuhkan, karna sejatinya ilmu akan terus berkembang jika kamu mau
membaginya”

“Terkdang kesempatan hanya akan datang satu kali, maka belajarlah sebelum
kesempatan itu datang”

“Jadikanlah hinaan dan cacian sebagai motivasi untuk memperbaiki diri”

“Buatlah prasasti dalam hidupmu, karna prasasti tidak akan hilang dimakan oleh
waktu”

“Bermimpilah setinggi yang kamu mau dan pastikan bahwa mimpimu akan kamu
usahakan”

“Pastikan cangkirmu dalam keadaan kosong, agar cangkirmu bisa diisi dengan
ilmu yang baru”

V
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perencanaan Struktur
Gedung Beton Bertulang Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Skripsi ini merupakan salah satu kewajiban yang harus diselesaikan untuk
memenuh sebagian persyaratan akademik untuk meperoleh gelar Sarjana Teknik
Sipil di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Sebagai penulis saya menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas
bantuan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima kasih saya yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dr. Jebul Suroso, S.Kp., Ns., M.Kep., selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Purwokerto.
2. Ir. Teguh Marhendi, S.T., M.T., ASEAN.Eng., ACPE., IPM., selaku Dekan
Fakultas Teknik dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
3. Dr. T. Ir. Iskahar, S.T., M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
4. M. Agus Salim Al Fathoni, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I Tugas
Akhir yang senantiasa memberikan arahan dan masukan sehingga dapat
terselesaikan tugas akhir ini dengan baik.
5. Besty Afriandini, S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing II Tugas Akhir yang selalu memberikan saran dan
arahannya demi terselesaikannya tugas akhir ini dengan baik.
6. Ucapan terima kasih saya yang sebesar - besarnya kepada orang tua, saudara
dan saudari saya yang telah memberikan dukungan moril dan materi serta
doanya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
7. Kepada teman - teman saya dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu saya ucapkan terima kasih atas doa dan segala dukungannya.

Akhir kata, dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa isi
dan penelitian ini masih terdapat kekurangan, maka penulis mengharapan kritik dan

VI
saran dari pembaca yang akan sangat berharga bagi penulis. Semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat begi semua pihak yang membaca.

Purwokerto, Juli 2022

Penulis

VII
HALAMAN PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini.

Trimakasih kepada kedua orang tua, Ayah Yosa Wasmanto dan Ibu Warminah
yang telah memberikan support hingga saat ini.

Trimakasih kepada Bapak Agus Salim, S.T., M.T. , Ibu Besty Afriandini, S.T.,
M.Eng. , Bapak Arif Kurniawan Suksmono, S.T., M.T. yang telang memberikan
ilmu, bimbingan serta dukungannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini

Trimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Teknik Sipil Universitas


Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan ilmu kepada mahasiswa

Trimakasih kepada seluruh Staff yang telah memberikan pelayanan yang terbaik
kepada mahasiswa.

Trimakasih kepada seluruh pimpinan dan tim Cv. Insani Karya yang telah
memberikan ilmu, pengalaman serta dukungan moral maupun materil sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Trimakasih kepada seluruh teman-teman terdekat saya yang telah senantiasa


bersedia membantu dan menemani dalam segala hal.

VIII
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan demi


pengembangan ilmu pengetahuan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yosapat Nashulah
NIM : 1703010046
Program Studi : Teknik Sipil S1
Fakultas : Teknik Dan Sains
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jenis Karya : Skripsi
Menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) kepada Universitas Muhammadiyah Purwokerto atas karya
ilmiah saya yang berjudul :
Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Gedung K Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Purwokerto berhak menyimpan,
mengalih media/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasi tugas akhir saya dengan tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Purwokerto
Pada tanggal : Juli 2022
Yang menyatakan,

Yosapat Nashulah

IX
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG GEDUNG K
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Yosapat Nashulah1, M. Agus Salim Al-Fathoni2, Besty Afriandini3

ABSTRAK

Penelitian kali ini akan merencanakan gedung perkuliahan beton bertulang di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Guna memenuhi kebutuhan mahasiswa akan akan prasarana
belajar maka perlu ada penambahan gedung kuliah. Tujuan penelitian kali ini adalah untuk
merencanakan dimensi struktur,dan penulangan kemudian menganalisis simpangan antar
lantai Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Aspek perencanaan meliputi
struktur dan gambar gedung kuliah lima lantai dengan luas bangunan 6980 m2 dengan
Layout U. Pada penelitian ini juga menganalisis simpangan antar lantai dan efek kestabilan
P-Delta yang terjadi untuk mengetahui apakah struktur yang didesain sudah aman tehadap
beban-beban yang berkerja sesuai dengan peraturan SNI 1726 2019, analisis struktur
dilakukan dengan bantuan software SAP2000 V22. Hasil perencanaan adalah sebagai
berikut, menggunakan struktur beton bertulang dengan f’c 26,4 MPa (K 300) dengan mutu
baja tulangan ulir fy 420 MPa dan mutu baja tulangan polos fy 280 MPa. Dimensi struktur
beton sebagai berikut, tebal pelat atap 100 mm, tebal pelat lantai 120 mm, tebal pelat tangga
dan bordes 120 mm, tebal dinding geser 300mm, Dimensi balok dibagi menjadi 5 tipe , B1
400 mm x 600mm, B2 350 mm x 500 mm, B3 300 mm x 400 mm, B4 200 mm x 300 mm,
B5 200 mm x 250mm. Dimensi kolom dibagi menjadi 3 tipe, K1 500 mm x 500 mm, K2
400 mm x 400 mm, K3 300 mm x 300 mm. Struktur tersebut sudah aman terhadap
simpangan antar lantai dan efek kestabilan P-Delta sesuai dengan SNI 1726 2019

Kata Kunci: Struktur Gedung, Beton Bertulang, Simpangan antar Lantai, Kestabilan P-
Delta, Penulangan Balok, Kolom, dan Pelat, SAP2000 V22.

X
STRUCTURAL PLANNING OF REINFORCED CONCRETE BUILDING
GEDUNG K UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Yosapat Nashulah1, M. Agus Salim Al-Fathoni2, Besty Afriandini3

ABSTRACT

This research will plan a reinforced concrete lecture building at Muhammadiyah University
Purwokerto. In order to meet the needs of students for learning infrastructure, it is necessary
to add lecture buildings. The purpose of this study was to plan the dimensions of the
structure, reinforcement, and deviation between floors of Building K, University of
Muhammadiyah Purwokerto. Planning aspects include the structure and drawings of a five-
story college building with a building area of 6980 m2 with U layout . This study also
analyzes the deviation between floors and the effect of P-Delta stability that occurs to
determine whether the designed structure is safe and in accordance with SNI regulations.
The existing structure analysis was carried out with the help of SAP 2000 V22 software.
The results of the plan will use a reinforced concrete structure with f'c 26.4 MPa (K 300)
with the quality of threaded reinforcing steel fy 420 MPa and the quality of plain
reinforcing steel fy 280 MPa. The dimensions of the concrete structure are as follows, the
roof slab is 100 mm thick, the floor slab is 120 mm thick, the stairs and landing plates are
120 mm thick, the shear wall is 300 mm thick, and the beam dimensions are divided into 5
types, B1 400 mm x 600mm, B2 350 mm x 500 mm , B3 300 mm x 400 mm, B4 200 mm
x 300 mm, B5 200 mm x 250mm. Column dimensions are divided into 3 types, K1 500
mm x 500 mm, K2 400 mm x 400 mm,and K3 300 mm x 300 mm. The structure is safe
against drift between floors and the effect of P-Delta stability.

Keywords: Building Structure, Interfloor Deviation, P-Delta Stability Effect,


Reinforcement of Beams, Columns, and Slabs, Sap 2000 V22.

XI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….I
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ II
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. III
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. IV
MOTTO .................................................................................................................V
KATA PENGANTAR ......................................................................................... VI
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... VIII
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ...... IX
ABSTRAK .............................................................................................................X
ABSTRACT ......................................................................................................... XI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... XII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ XIV
DAFTAR TABEL ............................................................................................ XVI
B AB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
D. Batasan Masalah ................................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 5
B. Landasan Teori ..................................................................................... 7
C. Pedoman Perencanaan ........................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 47
A. Lokasi Penelitian .............................................................................. 47
B. Metode Penelitian ............................................................................. 48
C. Analisis Struktur .............................................................................. 51
D. Pembuatan Gambar ......................................................................... 51
E. Bagan Alir Penelitian ....................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 53

XII
A. Data Perencanaan ............................................................................... 53
B. Preliminary Disain ............................................................................. 54
C. Kriteria Design ................................................................................... 59
D. Permodelan Struktur........................................................................... 76
E. Perhitungan Pembebanan Gedung ..................................................... 78
F. Run Analysis Model ......................................................................... 120
G. Perencanaan Penulangan Pelat Atap ................................................ 134
H. Perencanaan Penulangan Pelat Lantai .............................................. 142
I. Perencanaan Penulangan Pelat Tangga Dan Bordes ........................ 151
J. Perencanaan Pelat Dinding Geser .................................................... 159
K. Perencanaan Penulangan Balok ....................................................... 162
L. Perencanaan Penulangan Kolom ...................................................... 184
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... CXCVI
A. KESIMPULAN .......................................................................... CXCVI
B. SARAN ............................................................................................ CCI
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................CCII
LAMPIRAN ................................................................................................... CCIV

XIII
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Lokasi Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto ............. 2

Gambar 2. 1 Kategori dinding geser tampak depan .............................................. 31


Gambar 2. 2 Perencanaan tinggi efektif ................................................................ 35

Gambar 3. 1 Lokasi penelitian Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto


............................................................................................................................... 47
Gambar 3. 2 Layout desain awal ........................................................................... 51
Gambar 3. 3 Bagan Alir Penelitian ....................................................................... 52

Gambar 4. 1 Denah Kolom dan Balok elevasi +0,00 - +16,00 ............................. 54


Gambar 4. 2 Denah Kolom dan Balok elevasi +16,00 - +24,00 ........................... 54
Gambar 4. 3 Denah Lantai 1 Rencana .................................................................. 56
Gambar 4. 4 Denah Lantai 2 Rencana .................................................................. 56
Gambar 4. 5 Denah Lantai 3 Rencana .................................................................. 57
Gambar 4. 6 Denah Lantai 4 Rencana .................................................................. 57
Gambar 4. 7 Denah Lantai 5 Rencana .................................................................. 58
Gambar 4. 8 Denah Lantai Atap 1 Rencana (Sumber: Autocad 2022) ................. 58
Gambar 4. 9 Denah Lantai Atap 2 Rencana .......................................................... 59
Gambar 4. 10 Segmen Pelat .................................................................................. 59
Gambar 4. 11 Sumbu netral balok dan pelat ......................................................... 60
Gambar 4. 12 Segmen pelat .................................................................................. 63
Gambar 4. 13 Sumbu netral balok dan pelat ......................................................... 64
Gambar 4. 14 Permodelan struktur ....................................................................... 76
Gambar 4. 15 Permodelan struktur ....................................................................... 76
Gambar 4. 16 Tebal pelat ekuivalen pada tangga ................................................. 79
Gambar 4. 17 Peta zona gempa Indonesia ............................................................ 82
Gambar 4. 18 Input data lokasi gedung ................................................................ 84
Gambar 4. 19 Output desain spektra ..................................................................... 85
Gambar 4. 20 Respons Spektrum Desain Berdasarkan Website........................... 86
Gambar 4. 21 Kecepatan angin Kabupaten Banyumas ......................................... 89
Gambar 4. 22 Define load patterns SAP2000 v22 .............................................. 114
Gambar 4. 23 Input kombinasi pembebanan pada SAP2000 v22....................... 115
Gambar 4. 24 Input respons spektrum pada SAP2000 v22 ................................ 115
Gambar 4. 25 Input beban gemap arah x pada SAP2000 v22 ............................ 116
Gambar 4. 26 Input beban gemap arah y pada SAP2000 v22 ............................ 116
Gambar 4. 27 Input beban mati tambahan pada pelat ......................................... 117
Gambar 4. 28 Input beban mati tambahan pada pelat ......................................... 117
Gambar 4. 29 Input beban hidup pada pelat lantai.............................................. 118

XIV
Gambar 4. 30 Input beban hidup pada pelat atap ................................................ 118
Gambar 4. 31 Input beban angin pada kolom ..................................................... 119
Gambar 4. 32 Input beban angin pada dinding geser .......................................... 119
Gambar 4. 33 Tampilan seting Concrete frame design prefences ...................... 120
Gambar 4. 34 Hasil running analysis struktur..................................................... 121
Gambar 4. 35 Hasil design check analysis struktur ............................................ 121
Gambar 4. 36 Input nilai periode natural statik ekuivalen ( Ex statik ) .............. 123
Gambar 4. 37 Input nilai periode natural statik ekuivalen ( Ey statik ) .............. 123
Gambar 4. 38 Mendefinisikan beban gempa statik equivalen sap2000 .............. 124
Gambar 4. 39 Running analysis model ............................................................... 124
Gambar 4. 40 Output gaya geser dinamik dasar ................................................. 125
Gambar 4. 41 Output partisipasi masa ................................................................ 126
Gambar 4. 42 Output beban total desain tingkat ( Px ) ....................................... 127
Gambar 4. 43 Output gaya geser seismik tingkat x dan x-1 ( VxEx ) ................ 128
Gambar 4. 44 Output gaya geser seismik tingkat x dan x-1 ( VxEy ) ................ 128
Gambar 4. 45 Output perpindahan elastik beban gempa desain tingkat ( δeEx) 129
Gambar 4. 46 Output perpindahan elastik beban gempa desain tingkat ( δeEy ) 130
Gambar 4. 47 Output momen pelat atap arah x ( M11 ) ..................................... 134
Gambar 4. 48 Output momen pelat atap arah y ( M22 ) ..................................... 134
Gambar 4. 49 Output momen pelat atap arah x ( M11 ) ..................................... 142
Gambar 4. 50 Output momen pelat atap arah y ( M22 ) ..................................... 143
Gambar 4. 51 Gambar denah tangga ................................................................... 151
Gambar 4. 52 Output momen pelat tangga dan bordes arah x ( M11 ) ............... 152
Gambar 4. 53 Output momen pelat atap arah y ( M22 ) ..................................... 152
Gambar 4. 54 Output nilai Pu, Mu, Vu Dinding geser ...................................... 159
Gambar 4. 55 Output luas tulangan pada software SAP 2000 ............................ 163
Gambar 4. 56 Output gaya geser maksimum ...................................................... 165
Gambar 4. 57 Output luas tulangan pada software SAP 2000 ............................ 167
Gambar 4. 58 Output gaya geser maksimum ...................................................... 169
Gambar 4. 59 Output luas tulangan pada software SAP 2000 ............................ 171
Gambar 4. 60 Output gaya geser maksimum ...................................................... 173
Gambar 4. 61 Output luas tulangan pada software SAP 2000 ............................ 175
Gambar 4. 62 Output gaya geser maksimum ...................................................... 177
Gambar 4. 63 Output luas tulangan pada software SAP 2000 ............................ 179
Gambar 4. 64 Output gaya geser maksimum ...................................................... 181
Gambar 4. 65 Output gaya geser pada kolom ..................................................... 185
Gambar 4. 66 Output gaya aksial pada kolom .................................................... 185
Gambar 4. 67 Output gaya geser pada kolom ..................................................... 188
Gambar 4. 68 Output gaya aksial pada kolom .................................................... 189
Gambar 4. 69 Output gaya geser pada kolom ..................................................... 192
Gambar 4. 70 Output gaya aksial pada kolom .................................................... 192

XV
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung ..................... 10


Tabel 2. 2 Faktor Arah Angin Kd .......................................................................... 12
Tabel 2. 3 Klasifikasi Situs ................................................................................... 15
Tabel 2. 4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada
periode pendek ...................................................................................................... 18
Tabel 2. 5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada
periode 1 detik ....................................................................................................... 18

Tabel 4. 1 Rekapitulasi dimensi balok induk dan balok anak ............................... 71


Tabel 4. 2 Pembebanan mati Kolom lantai 1 - 4 ................................................... 72
Tabel 4. 3 Pembebanan hidup Kolom lantai 1 - 4 ................................................. 72
Tabel 4. 4 Pembebanan mati Kolom lantai 5 ........................................................ 73
Tabel 4. 5 Pembebanan hidup Kolom lantai 5 ...................................................... 73
Tabel 4. 6 Rekapitulasi dimensi kolom ................................................................. 75
Tabel 4. 7 Hasil borlog N-SPT.............................................................................. 83
Tabel 4. 8 Nilai Kurva Spektrum Gempa Untuk Tanah Sedang ........................... 87
Tabel 4. 9 Tabel hasil perhitungan Kz dan QZ ..................................................... 94
Tabel 4. 10 Tabel koefisien nilai CP ..................................................................... 95
Tabel 4. 11 Rekapitulasi Beban Angin (P) ......................................................... 100
Tabel 4. 12 Rekapitulasi Pembebanan angin pada kolom .................................. 112
Tabel 4. 13 Rekapitulasi Beban Angin (P) pada shear wall ................................ 113
Tabel 4. 14 Output SAP 2000 gaya geser dasar dinamik dan statik equivalen ... 125
Tabel 4. 15 Rekapitulasi nilai Px,VxEx, VxEy , δeEx, δeEy ............................. 130
Tabel 4. 16 Rekapitulasi nilai δxx, δxy, Δ Ex, Δ Ey, Δ Izin. .................................. 131
Tabel 4. 17 Rekapitulasi nilai Ɵ Ex, Ɵ Ey, Ɵmax .............................................. 133
Tabel 4. 18 Rekapitulasi Penulangan Pelat ......................................................... 183
Tabel 4. 19 Rekapitulasi Penulangan Balok ....................................................... 183
Tabel 4. 20 Rekapitulasi Penulangan Kolom ...................................................... 183
Tabel 5. 1Rekapitulasi Tebal Pelat ............................................................... CXCVI

XVI
Tabel 5. 2 Rekapitulasi Ukuran Balok ......................................................... CXCVII
Tabel 5. 3 Rekapitulasi Ukuran Kolom ....................................................... CXCVII
Tabel 5. 4 Rekapitulasi Penulangan Pelat .................................................. CXCVIII
Tabel 5. 5 Rekapitulasi Penulangan Kolom .................................................. CXCIX
Tabel 5. 6 Rekapitulasi Penulangan Kolom ......................................................... CC

XVII
B AB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin majunya kegiatan Pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, mendorong tercukupinya kebutuhan mahasiswa akan fasilitas belajar.
Sebagai solusi untuk mengantisipasi keterbatasan lahan untuk penyediaan
prasarana gedung perkuliahan, maka pembangunan gedung terutama
dikembangkan ke arah vertikal dan bukan lagi ke arah horizontal atau mendatar.
Oleh karenanya di perlukan cara perencanaan gedung yang lebih teliti, efisien, dan
aman bagi para penghuninya.

Syarat utama perencanaan struktur adalah bahwa struktur tersebut hendaknya


dapat menjamin keselamatan penghuninya, baik pada kondisi normal maupun pada
waktu terjadi bencana. Oleh karena itu struktur bangunan harus mempunyai
ketahanan dalam menerima beban sendiri, beban hidup maupun beban luar seperti
beban angin dan gempa. Analisis beban yang kurang cermat dapat membahayakan
konstruksi bangunan tersebut beserta isinya, sehingga dalam perencanaan haruslah
mengacu pada peraturan pembebanan yang berlaku.

Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang terletak di Desa


Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran, Banyumas merupakan prasarana untuk
kegiatan perkuliahan yang hanya memiliki satu lantai dengan luas bangunan hanya
588,4 m2 untuk kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu guna memenuhi
kebutuhan mahasiswa akan prasarana belajar yang aman dan nyaman di rencanakan
Struktur Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto ke arah vertikal 5
lantai dengan menggunakan struktur beton bertulang. Perhitungan struktur yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan cara konvensional dan menggunakan
software analisis struktur SAP2000 serta menggunakan software AutoCad sebagai
software pendukung dalam penggambaran desain dan detail bangunan. Penelitian
ini nantinya juga diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan oleh Universitas

1
Muhammadiyah Purwokerto dalam peningkatan gedung K yang sudah ada di
waktu mendatang.

Gambar 1. 1 Lokasi Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto


(Sumber: www.maps.google.com)

B. Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tata cara perencanaan struktur gedung beton bertulang

Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto sesuai dengan SNI

2847:2019 ?

2. Bagaimana prilaku gedung hasil perencanaan terhadap beban gempa sesuai

dengan SNI 1726:2019?

2
3. Bagaimanakah gambar perencanaan struktur bangunan 5 lantai Gedung K

Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan menggunakan struktur

beton bertulang ?

C. Tujuan Penelitian
Dalam perencanaan Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto

bertujuan untuk :

1. Menghitung dimensi untuk setiap elemen struktur bangunan gedung K

UMP berdasarkan SNI 2847:2019

2. Menghitung simpangan antar lantai akibat beban gempa berdasarkan

SNI 1726:2019.

3. Membuat gambar rencana gedung K Universitas Muhammadiyah

Purwokerto

D. Batasan Masalah
Agar dalam Penelitian lebih terarah, terfokus dan menghindari pembahasan

yang terlalu luas, maka penulis membuat Batasan masalah. Adapun batasan

masalah dalam Penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di Gedung K Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

2. Data tanah yang digunakan adalah hasil Bor log Gedung Tower

Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan kelas situs SC (tanah

keras,sangat padat, dan batuan lunak)

3. Kategori Perencanaan :

a. Perencanaan Struktur Atap Dak Beton.

3
b. Perencanaan Struktur Lantai.

c. Perencanaan Struktur Utama Beton Bertulang, yang meliputi :

1) Balok Sloof

2) Balok Anak

3) Balok Induk

4) Kolom

d. Gambar-gambar yang berkaitan dengan Pekerjaan struktur, seperti :

1) Gambar Denah

2) Gambar Tampak

3) Gambar Potongan

4) Gambar Penulangan Plat

E. Manfaat Penelitian
Manfaat perencanaan Gedung K Universitas Muhammadiyah

Purwokerto adalah :

1. Memberikan gambaran dan masukan kepada Universitas Muhammadiyah

Purwokerto dalam upaya untuk mengembangkan fasilitas gedung

perkuliahan (gedung K) yang sudah ada.

2. Dapat dijadikan dasar bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam

mengembangkan gedung K yang sudah ada.

3. Dengan dibangunnya gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto

diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas belajar mengajar

di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang

berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, balok,

plat dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran (fungsi)

yang sangat penting dan berbeda beda di dalam sebuah struktur (Reffanda

Kurniawan, 2016).

Dalam perencanaan struktur gedung bertingkat 5 elemen elemen yang

di rencanakan harus memenuhi kriteria penampang untuk system rangka

pemikul momen khusus(SRPMK), yaitu Strong Column Weak Beam, tahan

terhadap geser dan telah memenuhi syarat-syarat pendetailan untuk

mendapatkan struktur yang bersifat daktail (Servie O. Dapas, Steenie E. Wallah,

2020).

Dalam perencanaan bangunan tahan gempa diharapkan struktur dapat

berespons dengan baik terhadap beban gempa yang bekerja pada struktur

tersebut sehingga dapat menjamin bangunan tersebut tidak rusak karena gempa

kecil, sedang dan tidak runtuh akibat gempa yang besar (Patrisko Hirel Karisoh

2018).

Simpangan yang terjadi pada sebuah gedung atau bangunan tidak boleh

melebihi simpangan izin sesuai dengan SNI 1726:2012. Total perpindahan

elastis antar dua bangunan tidak boleh melebihi jarak dilatasi yang telah di

5
rencanakan agar dilatasi yang di rencanakan efektif digunakan di daerah

beresiko gempa tinggi (Suci Lestari. 2019).

Perencanaan sebuah konstruksi bangunan merupakan sebuah system

yang sebaiknya dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu agar konstruksi

yang di hasilkan sesuai dengan Tujuan Bersama yang ingin di capai (Alfian

Wiranata Zebua, 2018).

Penelitian lain yang berhubungan dengan judul ini dilakukan oleh Bakir

Yunus dari Universitas Wijayakusuma Purwokerto, yang berjudul Perencanaan

Gedung Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Purbalingga.

Penelitian tersebut di latar belakangi “Perlunya penyediaan fasilitas perkantoran

guna menunjang berjalanya pemerintahan sebagai solusi keterbatasan lahan

untuk pnyediaan prasarana gedung” Gedung DIKDUKCAPIL merupakan

gedung pemerintahan yang hanya memiliki satu lantai dan tidak menutup

kemungkinan, lambat laun memerlukan peningkatan gedung guna memenuhi

kebutuhan pemerintahan dalam melayani masyarakat. dalam Penelitian tersebut

memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan. Di karenakan gedung yang di

rencanakan juga ke arah vertikal 5 lantai, Penelitian tersebut juga dapat menjadi

acuan dalam penyusunan Penelitian ini, walau gedung yang di rencanakan

bukan untuk Pendidikan melainkan digunakan sebagai gedung perkantoran,

namun pada Penelitian tersebut belum ada perhitungan simpangan antar lantai

akibat beban gempa yang sesuai dengan SNI 1726:2019. Selain itu perbedaan

lainya adalah Penelitian ini sudah menggunakan peraturan SNI terbaru yang

berkaitan dengan gedung, memiliki konsep desain gedung yang berbeda namun

6
tetap sesuai dengan Permenristekdikti No.32 Tahun 2016 tentang Akreditasi

Prodi dan PT.

Peningkatan prasarana Pendidikan yang berupa gedung akan berdampak

baik pada proses pembelajaran yang terjadi di Universitas Muhammadiyah

Purwokerto. Karena lambat laun jumlah pelajar akan terus meningkat

mengakibatkan kebutuhan akan prasarana yang memadai juga meningkat, agar

nantinya proses pembelajaran akan menjadi lanjar karena didukung fasilitas

yang memadai.

B. Landasan Teori
1. Teori Dasar Perencanaan
Pada penyelesaian perencanaan Gedung K Universitas Muhammadiyah

Purwokerto, penulis berpedoman pada peraturan peraturan yang berlaku di

Indonesia, diantaranya adalah :

a) Permenristekdikti No.32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Prodi dan PT

b) SNI 2847:2019 tentang Persyaratan Beton Structural untuk Bangunan

Gedung

c) SNI 1727:2020 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan

Gedung dan Struktur Lain.

d) SNI 1726: 2019 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

Struktur Bangunan Gedung

e) PPIUG 1987 tentang Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah

dan Gedung

7
f) Dasar-dasar Perencanaan beton bertulang, oleh W.C Vis dan Gideon

Kusuma.

2. Konsep Desain
Konsep desain minimum luasan ruangan mengacu pada Permenristekdikti

No.32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Prodi dan PT, diantaranya :

a. Ruang Kuliah

1) Kapasitas maksimum ruang kuliah adalah 25 orang dengan standar

luas ruangan 1 m2/mahasiswa, luas minimum 20 m2.

2) Setiap kampus atau perguruan tinggi menyediakan minimum satu

buah ruang kuliah besar.

3) Kapasitas minimum ruang kuliah besar adalah 80 orang dengan

standar luas ruang 1,5 m2/mahasiswa.

b. Prasarana Perpustakaan

1) Minimum terdapat satu ruang perpustakaan perkampus perguruan

tinggi. Perpustakaan dapat disediakan di tingkat universitas, fakultas,

dan program studi, sepanjang memnuhi standar sesuai dengan jumlah

sivitas akademika yang menggunakannya.

2) Rasio luas ruang perpustakaan adalah 0,2 m2/ mahasiswa satu

Pendidikan tersebut, dengan luas total minimum 200 m2 dan lebar

minimum 8m.

8
c. Prasarana Dosen

1) Rasio minimum luas ruangan dosen adalah 4 m2/dosen dan luasan

minimum 24 m2 untuk setiap program studi.

Acuan lain yang digunakan oleh penulis berkenaan dengan luasan

ruangan yaitu denah Gedung Fakultas Teknik dan Sains.

3. Konsep Pembebanan
Jenis Beban yang berkerja pada suatu gedung memiliki beberapa

kategori, diantaranya :

a. Beban Mati

Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi gedung yang

terpasang, termasuk dinding,lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi

tetap, finishing, kalading gedung dan komponen arsitektural dan struktural

lainya serta peralatan layan terpasang.

Dalam menentukan beban mati untuk perancangan, harus digunakan

berat bahan dan konstruksi sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika tidak

ada informasi yang jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang di

setujui oleh pihak berwenang (SNI 1727-2013) oleh karena itu digunakan

acuan pembebanan terdahulu yaitu (Peraturan Pembebanan Indonesia

Untuk Gedung 1987). Besarnya berat sendiri bahan bangunan yang

diperhitungkan dapat di lihat pada tabel 2.2 di bawah ini:

9
Tabel 2. 1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung

No Bahan Bangunan dan Komponen Gedung Berat Sendiri

1 Baja 7850 kg/m3

2 Beton Bertulang 2400 kg/m3

3 Adukan Spesi 2100 kg/m3

4 Lapisan Aspal per cm tebal 14 kg/m3

5 Dinding pasangan bata merah :

 Satu batu 450 kg/m2

 Setengah Batu 250 kg/m2

 Tebal dinding 20 cm 200 kg/m2

 Tebal dinding 10 cm 120 kg/m2

6 Curtain Wall kaca + rangka 60 kg/m2

7 Klasing metal sheet + rangka 20 kg/m2

8 Instalasi ME 25 kg/m2

9 Berat Waterproofing 50 kg/m2

10 Langit-langit dan penggantung 20 kg/m2

10 Raling 20 kg/m2

Sumber : PPIUG 1987

10
b. Beban Hidup

Beban Hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan suatu gedun, dan di dalamnya termasuk beban-beban pada

lantai yang berasal dari barang barang yang dapat berpindah, mesin serta

peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak trerpisahkan dari suatu

gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga

mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.

Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat termasuk beban yang berasal

dart air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi

kinetik) butiran air ke dalam beban hidup tidak termasuk beban angin, beban

gempa dan beban khusus.

Pembebanan diperhitungkan sesuai dengan fungsi yang direncanakan

berdasarkan (SNI 1727:2020). Besarnya beban yang diperhitungkan

meliputi :

1) Ruang kuliah : 192 kg/m2 = 1.92 kN/m2

2) Atap : 96 kg/m2 = 0.96 kN/m2

3) Tangga : 488.21 kg/m2 = 4.79 kN/m2

c. Beban Angin

Beban angin merupakan beban yang diakibatkan oleh faktor

lingkungan yaitu faktor angin itu sendiri. Adapun langkah-langkah

perencanaan perhitungan beban angin sebagai berdasarkan SNI 03-

1727:2020 dengan metode berikut:

11
1) Menentukan Kecepatan Angin Dasar, V

Kecepatan angin dasar, V, yang digunakan dalam menentukan beban

angin didesain di bangunan gedung dan struktur lain harus ditentukan

dari instansi yang berwenang, sesuai dengan kategori risiko bangunan

gedung dan struktur.

2) Menentukan Faktor Arah Angin, Kd

Dalam SNI 03-1727-2013 untuk menentukan faktor arah angin, Kd,

dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2. 2 Faktor Arah Angin Kd


Tipe Struktur Faktor Arah
Angin Kd
Bangunan Gedung
Sistem Penahan Beban Angin Utama 0,85
Komponen dan Klading Bangunan Gedung 0,85
Atap Lengkung 0,85
Cerobong asap, Tangki, dan Struktur yang sama
Segi empat 0,90
Segi enam 0,95
Bundar 0,95
Dinding pejal berdiri bebas dan papan reklame
pejal berdiri bebas dan papan reklame terikat 0,85
Papan reklame terbuka dan kerangka kisi 0,85
Rangka batang Menara
Segi tiga, segi empat, persegi Panjang 0,85
Penampang lainya 0,95
Sumber : SNI 1727:2020

12
3) Menentukan faktor topografi / Topographical Factor (Kzt)

Dalam SNI 1727:2020 pasal 26.8.1 di jelaskan bahwa faktor

topografi mempengaruhi efek peningkatan kecepatan angin, hal ini di

masukkan dalam perhitungan beban angin desain dengan menggunakan

faktor Kzt . Jika kondisi situs dan lokasi gedung dan struktur bangunan

lain tidak memenuhi semua kondisi yang disyaratkan maka Kzt= 1,0.

4) Menentukan Faktor Arah Angin, G

Di dalam Tabel 26.6-1 SNI 1727:2020 untuk bangunan gedung dan

struktur , faktor efek tiupan angin diambil sebesar 0,85.

d. Beban Gempa

Kerak bumi tidak statik, selalu bergerak konstan. Menurut teori

geologi tentang tektonik lempengan, permukaan bumi terdiri dari beberapa

lempengan batuan tebal yang mengapung di atas mantel bumi yang cair.

Tekanan terbentuk disepanjang tepi lempengan sehingga peleset yang

mendadak karena pantulan elastik atau terjadi patahan batuan sehingga

menghasilkan pelepasan energi regangan mendadak. Akibatnya sebagian

energi yang dalam bentuk gelombang dijalarkan kesemua arah. Gerak

gelombang inilah yang dikenal sebagai gempa (Bakir Yunus, 2018).

Beban Gempa adalah beban dinamik dengan arah bolak-balik yang

tidak bersifat terus menerus berkerja pada struktur Bangunan atau dapat

dikatakan merupakan beban sementara yang berkerja pada struktur

13
Bangunan. (Yudha Briansyah, 2019). Besarnya beban gempa tergantung

dari beberapa faktor, yaitu :

1) Masa struktur

2) Kekakuan struktur

3) Waktu getar struktur

4) Kondisi tanah dasar

5) Wilayah gempa dimana Bangunan tersebut didirikan

Perhitungan analisis struktur gedung terhadap beban gempa mengacu

pada SNI 1726:2019 (Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk

strukur gedung dan non gedung) dengan tahapan sebagai berikut:

1) Menentukan Resiko Struktur Bangunan dan Faktor Keutamaan

Berdasarkan Pasal 4.1.2 SNI 1726:2019 disebutkan bahwa

gedung sekolah dan fasilitas Pendidikan termasuk ke dalam kategori

resiko IV dengan faktor keutamaan gempa Ie sebesar 1,5.

2) Menentukan kelas situs

Getaran yang disebabkan oleh gempa cenderung pada tanah

lunak dibandingkan pada tanah keras atau batuan. Proses penentuan

klasifikasi tanah tersebut berdasarkan data tanah pada kedalaman 30

m, karena menurut Penelitian hanya lapisan-lapisan tanah yang

mencapai kedalaman 30 m dapat menentukan pembesaran

gelombang gempa. Data tanah tersebut adalah Shear wave velocity

14
(kecepatan rambat gelombang geser), standard penetration

resistance (uji penetrasi standar SPT).

Dari data tanah yang digunakan, diketahui nilai N-seperti :

Dimana :

N = Nilai test penetrasi standar rata-rata

Ti = Tebal lapis tanah ke-i

Ni = Hasil test penetrasi lapisan tanah ke-i

Dari nilai rata-rata hasil N-SPT yang di dapatkan, dapat di

tentukan kelas situs berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 5.3.

Tabel 2. 3 Klasifikasi Situs


Kelas situs Vs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)

SA (batuan >1500 N/A N/A

keras)

SB (batuan) 750 sampai N/A N/A

1500

SC (tanah keras, 350 sampai >50 <50

sangat padat dan 750

batuan lunak)

15
SD (tanah 175 sampai 15 sampai 50 50 sampai

sedang) 350 100

SE (tanah lunak) <175 <15 <50

Atau setiap profil tanah yang mengandung

lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik

sebagai berikut:

1. Indeks plastisitas, PI > 20

2. Kadar air, w ≥ 40 %

3. Kuat geser niralir, Su <25 kPa

SF (tanah Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah

khusus, yang satu atau lebih dari karakteristik berikut :

membutuhkan  Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh

investigasi akibat beban gempa seperti mudah

geoteknik likuifaksi, lempung sangat sensitif,

spesifik dan tanah tersementasi lemah

analisis respons  Lempung sangat organik dan/atau

spesifik-situs gambut (ketebalan H>3 m)

yang mengikuti  - Lempung berplastisitas sangat tinggi

0) (ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks

Plastisitas PI > 75) Lapisan lempung

lunak/setengah teguh dengan ketebalan

H > 35 m dengan Su < 50 kPa

Sumber : Tabel 5 SNI 1726:2019

16
3) Menentukan parameter percepatan gempa. Parameter percepatan

gempa mpa dapat diketahui secara detail melalui situs online Dinas

PU di link:

http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021

4) Menentukan koefisien situs dan parameter Respons Spectra

percepatan gempa berdasarkan website resmi dinas PU di:

http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021

Didapatkan nilai spektrum percepatan pada perioda pendek (SMS)

dan perioda 1 detik (SM1).

5) Menentukan Spectrun Respons desain. Penentuan respons spektrum

desain berdasarkan website resmi dinas PU di:

http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021

6) Menentukan kategori desain seismik. Penentuan kategori desain

seismik (KDS) berdasarkan kategori resiko dan parameter respons

spectral percepatan desain sesuai dengan tabel 6 dan tabel 7 SNI

1726:2019 pasal 6.5 sebagai berikut:

17
Tabel 2. 4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon
percepatan pada periode pendek
Nilai SDS Kategori Risiko

I atau II atau III IV

SDS < 0,167 A A

0,167 ≤ SDS < 0,33 B C

0,33 ≤ SDS < 0,50 C D

0,50 ≤ SDS D D

Sumber : Tabel 8 SNI 1726:2019

Tabel 2. 5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon


percepatan pada periode 1 detik

Nilai SDS Kategori Risiko

I atau II atau III IV

SD1 < 0,067 A A

0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C

0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D

0,20 ≤ SD1 D D

Sumber : Tabel 9 SNI 1726:2019

7) Menghitung perioda struktur.

Waktu getar struktur adalah peristiwa bergetar dan

bergoyangnya struktur dalam satu periode. Peristiwa tersebut

18
dimodelkan sebagai model massa terpusat (lump pass model) ditunjukan

pada gambar di bawah ini:

Tabel 2. 6 Getar struktur dalam 1 periode


(Sumber: M. Miftakhur dalam Ebook Aplikasi Perencanaan Gedung

dengan ETABS)

Menurut SNI 1726:2019 pasal 7.8.2.1 Perioda pendekatan (Ta),

dalam detik, harus ditentukan dari persamaan berikut:

Ta = Ct. x . hnx

Dimana:

Hn : ketinggian struktur (m) diatas dasar sampai tingkat

struktur.

Ct dan x : ditentukan sesuai SNI 1726:2019 tabel dibawah ini:

19
Tabel 2. 7 Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct X

Sistem rangka pemikul momen dimana memikul 100%

gaya seismic yang di syaratkan dan tidak dilingkupi

atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku

dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai

gaya seismik :

 Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8

 Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9

Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75

Rangka atap dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75

Semua System struktur lainnya 0,0488 0,75

Sumber : Tabel 18 SNI 1726:2019

4. Simpangan Antar Lantai


Pada SNI 1726:2019 menjelaskan bahwa simpangan desain (Δ) harus

lebih kecil dari simpangan izin (Δa) sesuai dengan Tabel 20 halaman 88 SNI

1726:2019.

5. Pounding
Bangunan yang bersebelahan akan berpotensi besar mengalami benturan

dimana benturan tersebut disebut dengan pounding. Pounding akan berakibat

pada kerusakan struktur bangunan tersebut sehingga tidak kuat lagi menerima

beban yang berkerja diatasnya (Suci Lestari, 2019).

20
6. Kombinasi Pembebanan
Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua

penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang

dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan

ketentuan tata cara ini.

Semua komponen struktur beton bertulang harus direncanakan cukup kuat

sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan dalam standar SNI 2847:2019

tentang persyartan beton bertulang untuk gedung, dengan menggunakan faktor

beban dan faktor reduksi kekuatan yang sesuai.

Struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat

rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan

kombinasi beban dan gaya terfaktor. Kuat perlu didefinisikan sebagai kekuatan

suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan

beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan adanya

beban dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tentang tata cara

perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (Bakir Yunus.2018). Kuat

perlu yang dipersyaratkan dalam pasal 5.3 SNI 2847:2019 adalah:

21
Tabel 2. 8Kombinasi pembebanan
Kombinasi Beban Persamaan Beban

Utama

U = 1,4D (5.3.1a) D

U = 1,2D + 1,6L+0,5(Lr atau R) (5.3.1b) L

U = 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0L atau (5.3.1c) Lr atau R

0,5W)

U = 1,2D + 1,0W + 1,0L+ 0,5 (Lr atau R) (5.3.1d) W

U = 1,2D + 1,0E + 1,0 L (5.3.1e) E

U = 0,9D + 1,0W (5.3.1f) W

U = 0,9D + 1,0E (5.3.1g) E

Sumber : Tabel 5.3.1 SNI 2847:2019

Dimana:

1) D = Beban Mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self

weight,SW) dan beban mati tambahan(D)

2) L = Beban Hidup (live load) dengan fungsi bangunan rumah

tinggal dua lantai.

3) Lr = hidup yang boleh direduksi dengan faktor pengali 0,5

kecuali untuk gedung yang berfungsi sebagai garasi, ruang

pertemuan.

4) W = Beban angin merupakan beban yang diakibatkan oleh

faktor lingkungan berupa angin.

22
5) E = Beban gempa (Earthquake Load), ditinjau terhadap gempa

dinamik respons spektrum (RSPx, RSPy).

Kombinasi pembebanan yang di pilih adalah yang Memberikan pengaruh

paling besar pada struktur.

7. Plat Atap dan Plat Lantai


Fungsi dari atap adalah untuk melindungi Bangunan beserta isinya dari

pengaruh panas dan hujan. Bentuk atap harus sesuai dan serasi dengan rangka

bangunannya agar menambah anggun dan indah serta menambah nilai dari

harga Bangunan. Perencanaan atap gedung menggunakan plat beton bertulang

(Bakir Yunus, 2018).

Plat lantai dalam perencanaan gedung di dukung oleh balok-balok yang

bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Adapun kegunaan dari plat lantai itu

sendiri (Bakir Yunus, 2018).

1) Memisahkan ruang atas dan bawah.

2) Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.

3) Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu para ruang bawah.

4) Meredam suara yang datang baik dari ruang atas maupun ruang

bawah.

5) Menambah kekakuan Bangunan pada arah horizontal.

Plat lantai harus di rencanakan kaku, rata , lurus agar terasa nyaman untuk

berpijak kaki. Ketebalan plat lantai di tentukan oleh beban yang harus didukung

23
, besar lendutan yang diizinkan, lebar bentang atau jarak antara balok-balok

pendukung, dan bahan konstruksi plat lantai.

Bagian-bagian plat lantai yang dicor monolit dengan penampang balok

induk dan balok anak dapat berbentuk bujur sangkar ataupun persegi panjang.

Perbandingan sisi plat antara sisi panjang dan sisi pendeknya dapat dijadikan

pedoman untuk menghitung gaya-gaya yang terjadi pada plat lantai yang

bersangkutan (Bakir Yunus, 2018).

8. Plat satu arah


Penentuan momen yang terjadi dipengaruhi oleh kekakuan balok-balok

pendukungnya, seperti :

1) bila balok kaku maka tumpuan plat disebut jepit,

2) bila balok tidak kaku maka tumpuan plat disebut jepit elastis,

3) bila balok menumpu sederhana maka plat disebut jepit elastis.

Umumnya plat lantai beton bertulang dicor di tempat bersama dengan

balok penumpu dan kolom pendukungnya sehingga akan didapat hubungan satu

kesatuan yang kuat (jepit-jepit). Pada plat beton dipasang tulangan baja pada

kedua arah (tulangan silang) untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk

mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat

pada balok penumpu.

Keuntungan penggunaan plat beton (Bakir Yunus, 2018) :

1) mampu mendukung beban besar,

2) merupakan isolasi suara yang baik,

3) tidak dapat terbakar dan dapat dibuat lapisan kedap air,

24
4) dapat dipasangi tegel,

5) kuat, awet dan tidak perlu perawatan.

9. Tangga
Tangga merupakan jalan penghubung ke lantai tingkat, jadi kerusakan

pada tangga berarti menutup jalan ke atas, hal ini akan mengganggu aktivitas

penghuni ke lantai atas. Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk

Gedung 1987, beban pada tangga diambil lebih besar pada beban pada lantai

tingkat, hal ini dapat dimaklumi karena orang berdesak-desak lebih banyak pada

saat naik dan turun tangga.

Konstruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya, hanya

kerugiannya bila terjadi penurunan pada bangunan menyebabkan perubahan

sudut kemiringan tangga. Bila konstruksi tangga dibuat terpisah secara

struktural dengan rangka bangunannya, dapat dibuat pondasi tersendiri, rangka

tangga tidak menempel pada dinding tapi diberi sela + 5 cm (Bakir Yunus,

2018).

Tangga terbuat dari bahan-bahan antara lain :

1) tangga kayu : mudah dikerjakan dan murah.

2) tangga beton : kuat, awet, tahan lama, tahan api, berkesan

3) tangga baja : untuk tangga darurat, sebaiknya tidak `

4) tangga pasangan : untuk halaman rumah yang tidak terlindungi.

Konstruksi tangga perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :

1) mudah digunakan.

25
2) mudah dilihat.

3) mendapat penerangan yang cukup.

4) sebaiknya ditempatkan disisi bangunan yang berbatasan dengan luar

dan diberi jendela.

10. Balok
a. Balok persegi

Penampang segi empat merupakan bentuk yang paling sering dipakai

dalam perencanaan batang lentur atau balok. Pada perencanaan penulangan

balok di samping bahan-bahan pada balok ternyata ukuran dan syarat-syarat

tumpuan pun perlu diketahui pula. Tumpuan akan dianggap kaku, yaitu

tidak mengalami deformasi, sehingga hanya tiga syarat tumpuan yang

dipertimbangkan (Gideon Kusuma dan W.C. Vis, 1993) yaitu :

1) tumpuan bebas l yaitu balok sederhana yang ditumpu bebas dapat

mengalami perputaran sudut pada per letakan.

2) tumpuan terjepit penuh : bila balok terjepit penuh maka rotasi tidak

mungkin terjadi.

3) tumpuan terjepit sebagian : adalah keadaan di antara kedua situasi

tersebut yang memungkinkan tumpuan ini dapat sedikit berotasi.

Pada penampang balok yang menerima beban lentur, ada dua

penulangan (Gideon Kusuma dan W.C. Vis, 1993) yaitu :

26
1. Penulangan tunggal

Adalah penulangan pada satu sisi penampang di daerah tarik yang

menerima beban lentur dan memerlukan tulangan untuk menahan tegangan

tarik tersebut. Konsekuensinya penulangan ini tentu saja diperlukan

penampang yang relatif tinggi. Akibat dari penampang yang relatif tinggi

ini, tinggi ruangan akan berkurang akan tetapi lendutan balok menjadi kecil.

2. Penulangan ganda

Adalah penambahan tulangan desak dikarenakan pada penampang

yang dibebani momen lentur cukup besar. Dengan tulangan tunggal belum

cukup mengimbangi momen luar. Maka perlu memperbesar dimensi

penampang atau memberi tulangan desak untuk menambah momen dalam.

Dasar penggunaan tulangan ganda yaitu untuk menanggulangi deformasi

jangka panjang sebagai fungsi waktu (rangkak dan susut), sehingga

keberadaannya akan membebaskan beton terhadap gaya desak yang

menerus di samping kemungkinan adanya momen lentur bolak-balik.

b. Balok T atau L terbalik

Struktur balok yang dicor secara monolit dalam analisisnya dapat

dianggap balok yang langsung bersatu dengan plat. Gabungan balok persegi

dengan plat yang dihitung sebagai satu kesatuan umumnya disebut balok T

atau L terbalik. Balok yang di tengah bentang akibat lentur akan

menyebabkan terjadinya tegangan desak di dalam sayap (flens) dan berada

di sebelah atas, sedang di tumpuan daerah sayap berada di pihak tegangan

27
tarik. Lendutan pada balok akan mengakibatkan bagian lantai yang

bersebelahan ikut melendut sehingga tegangan desak timbul baik pada

bagian badan ,balok persegi maupun pada bagian sambungan lantai (Gideon

Kusuma dan W.C. Vis, 1993).

1. Tulangan geser

Perencanaan beton bertulang terhadap gaya lintang ternyata

sesuai dengan lentur murni juga karena yang menentukan adalah

perilaku struktur dalam stadium keruntuhan, beban vertikal masih kecil

maka pada balok beton belum terjadi retakan dan akan berperilaku

sebagai batang homogen. Beban vertikal yang ditingkatkan maka pada

daerah tarik akan terjadi retakan dan perilaku material pun tidak

homogen, sehingga jalur retak umumnya akan menghindari butiran-

butiran kerikil. Akibat pada retakan terjadi pembelahan material sesuai

dengan SK SNI T-15-1991-03 pada 3.4.5 menyatakan bahwa tulangan

geser dapat berupa :

a) Sengkang vertikal

Bahwa gaya lintang yang terjadi akan dilawan oleh

gabungan dari batang-batang tarik balok bagian bawah dan atas,

dari batang vertikal dan batang diagonal.

b) Tulangan geser miring

Bahwa gaya lintang yang terjadi akan dilawan oleh

gabungan batang-batang tarik (bagian bawah balok), batang-

28
batang tekan (bagian atas balok), batang-batang tekan dan tarik

diagonal.

Karena struktur pada umumnya berada pada daerah rawan

gempa bumi maka pada saat terjadi gempa tegangan geser dapat

berubah tandanya. Oleh karena itu, penggunaan tulangan geser

miring hanya bermanfaat bila tulangan ini dipasang berselang-

seling dan membutuhkan sejumlah tulangan rangkap.

Sebenarnya sengkang membatasi per besaran retakan akibat

gaya lintang sehingga daktilitas lebih meningkat dengan

diawali stadium peringatan sebelum keruntuhan terjadi.

Apabila tanpa sengkang akan terdapat retakan yang timbulnya

mendadak akibat gaya lintang (geser) dan dapat terjadi

keruntuhan tanpa peringatan terlebih dahulu.

c) Tulangan Torsi

Secara umum torsi atau puntiran terjadi akibat

perputaran balok gelagar atau kolom sumbunya. Perputaran

demikian dapat diakibatkan oleh beban-beban yang terletak

pada sumbu simetri vertikal. Adanya dua perlawanan momen

terhadap torsi sebuah balok, yaitu:

(1) momen torsi yang tidak dapat direduksi oleh retribusi gaya-

gaya dan momen dalam (torsi keseimbangan),

29
(2) momen torsi yang dapat direduksi oleh retribusi gaya-gaya

dan momen dalam (torsi kompabilitas).

Umumnya, torsi gaya lintang yang terjadi pada balok

kerap kali berupa kombinasi dari gaya lintang dan lentur. Bila

balok sebuah gelagar mengalami beban torsi, maka penampang

balok satu persatu saling menggeser. Material sendiri akan

melawan pergeseran demikian, sehingga timbul tegangan geser

dalam balok (Gideon Kusuma dan W.C Vis, 1993).

Pemeriksaan terhadap beban torsi dibutuhkan bila

keseimbangan pada sebuah struktur yang diberi beban momen

torsi tidak memungkinkan. Kerap kali momen torsi yang terjadi

tidak terlihat dengan jelas. Maka secara umum pada balok tepi

dan plat lantai akan mendapat beban torsi, ternyata balok tengah

mendapat beban torsi pula bila terdapat beban kiri dan kanan.

Dalam praktik bentuk torsi sering kali diabaikan dan pada

perencanaannya karena lantai dianggap tertumpu bebas pada

balok tepi. Bila balok tepi yang dibebani torsi kompabilitas

sedangkan momen torsi lebih besar dari momen torsi ketika

terjadi retakan, maka balok tepi harus diberi jarak minimum.

Tulangan torsi yang diperlukan untuk membatasi retakan dan

meningkatkan daktilitas balok.

Tegangan geser akibat momen torsi tergantung pada :

30
(1) adanya jumlah tulangan memanjang dan sengkang,

(2) bentuk dan tulangan yang ditinjau,

(3) kuat tarik beton.

11. Dinding Geser


Dinding geser adalah dinding beton bertulang dengan kekakuan

bidang datar yang sangat besar, yang ditempatkan pada lokasi tertentu

(ruang lift atau tangga) untuk menyediakan tahanan gaya / beban horizontal.

Dinding geser biasanya dikategorikan berdasarkan geometrinya yaitu:

a. Diding langsing (Flexural wall) yaitu dinding geser yang

memiliki rasio hx/lw ≥ 2, dimana desain di kontrol oleh

prilaku lentur.

b. Dinding Pendek (Squat wall) yaitu dinding geser yang

memiliki rasio hw/lw ≤ 2, dimana desain di kontrol oleh

prilaku geser

c. Dinding berangkai (Couple shear wall) dimana mome

guling yang terjadi akibat beban gempa ditahan oleh

sepasang dinding, yang dihubungkan oleh balok balok

perangkai, sebagai gaya gaya tarik dan tekan yang

berkerja pada masing dasar pasangan dinding tersebut.

Gambar 2. 1 Kategori dinding geser tampak depan


(Sumber: Autocad 2022)

31
Dinding geser sebagai elemen penahan gaya lateral memiliki

keuntungan utama karena menyediakan kontinuitas vertikal pada sistem

lateral struktur gedung. Struktur gedung dengan dinding geser sebagai

elemen penahan gaya lateral pada umumnya memiliki kinerja yang cukup

baik pada saat gempa. Hal ini terbukti dari sedikitnya kegagalan yang

terjadi pada sistem struktur dinding geser di kejadian-kejadian gempa yang

lalu (Imran, 2008).

12. Kolom
Definisi kolom dilihat dari cara pembebanannya ada dua, (Gideon

Kusuma dan W.C Vis, 1993) yaitu :

a) kolom adalah sebuah komponen struktur yang mendapat beban tekan

sentris. bahwa dari perencanaan ternyata sebuah kolom pendel (yaitu

kolom yang bersendi pada setiap ujungnya) dari komponen struktur tekan

hanya mengalami gaya-gaya normal (aksial),

b) kolom adalah sebuah komponen struktur yang mendapat beban tekan

eksentris. bila pada bagian atas dan bagian bawah berhubungan secara

kaku dengan komponen horizontal (balok), maka tegangan yang bekerja

pada kolom, selain tegangan aksial juga tegangan yang disebabkan oleh

momen lentur.

Dalam perencanaan bangunan bertingkat ada dua macam cara

perencanaan kolom, yaitu :

1) Struktur Penahan Pengaku

32
Kolom-kolom dengan pengaku, yaitu kolom atas (kepala) dan

kolom ujung bawah ditahan terhadap goyangan samping. Bila dalam

suatu bangunan selain portal terdapat dinding-dinding atau struktur

inti terhadap gerak transverse lebih tinggi dibanding portal

dikatakan pengaku (Brached Frame). SK SNI T-15-1991-03 Pasal

3.3.10 menentukan bahwa perhitungan perencanaan komponen

struktur terhadap momen dan beban tekan aksial, harus

diperhitungkan dengan pengaruh kekakuan atau lendutan serta

momen dan gaya-gaya pada komponen struktur. Di dalam

menentukan beban yang diizinkan, pada kolom harus

diperhitungkan terhadap dua faktor yaitu :

a) faktor awal yaitu kemungkinan terhadap keruntuhan tekuk

kolom yang langsung berkaitan dengan kelangsingan kolom.

b) faktor kedua adalah pengaruh dari sambungan atas komponen.

c) Struktur Ambang Keruntuhan

Pola distribusi tegangan suatu bahan elastis linier adalah

apabila suatu penampang beton bertulang harus menahan beban

momen lentur dan gaya normal (aksial), maka distribusi tegangan

internal menjadi lebih kompleks. Berarti teori elastisitas

mengemukakan bahwa tegangan yang terjadi pada suatu kolom

beton bertulang sebenarnya ada dua macam ambang keruntuhan

(Istimawan Dipohusodo, 1993), yaitu :

33
a) runtuh karena tarik, yaitu apabila tegangan tarik (m) lebih

besar dari pada tegangan tekan (’p), berarti sebagian dari

penampang beton itu tidak ikut bekerja sama.

b) runtuh karena tekan, yaitu apabila gaya normal (p) sedemikian

besarnya sehingga tegangan tekan (’p) yang ditimbulkan

selalu lebih besar dari pada tegangan tarik maksimum (m)

karena momen lentur (m), maka sebagian dari penampang

tidak ada tegangan tarik

C. Pedoman Perencanaan

1. Perencanaan Plan Lantai dan Plat Atap


Langkah-langkah perencanaan plat meliputi:

a) Menentukan Pembebanan
Jenis pembebanan yang bekerja pada plat lantai yaitu beban mati dan
beban hidup. Beban Rencana (Wu) = 1,2D + 1,6L
b) Perencanaan Tulangan Plat Lantai dan Atap

Perencanaan penulangan plat lantai dilakukan dengan mengambil

lebar plat lantai (b) sebesar 1 satuan panjang (b = 1 meter atau 1000

milimeter). Cara perhitungan tulangan pada plat lantai adalah sebagai

berikut. Menentukan syarat - syarat batas dan bentang perencanaan plat

lantai.

Bentang terpanjang Iy, bentang pendek Ix.

β = ly / lx

34
Menentukan Tebal Plat Lantai
Berdasarkan SNI 2847:2019, rasio kekakuan balok terhadap pelat

lantai di tentukan dengan langkah sebagai berikut :

,
hmin

a. Menentukan tebal slimut beton berdasarkan SNI 2847:2019 untuk:

1) D ≤ 36 mm, ts = 20 mm

2) D ≥ 36 mm, ts = 40 mm

b. Menentukan nilai momen

Nilai momen di dapat dari output SAP 2000.v.22

c. Menghitung tinggi efektif pelat lantai


dx = h – d, - ½ Ø
dy = h - d, - Ø - ½ Ø

Gambar 2. 2 Perencanaan tinggi efektif


d. Menentukan besarnya nilai β

fc’ ≤ 26,4 MPa, = 0,85 (SNI 2847:2019 Tabel 22.2.2.4.3)

fc’ > 26,4 MPa, = 0,85 - 0,008 (fc,- 30)

, .
ρb = . β1

e. Menentukan besarnya rasio penulangan minimum dan maksimum

,
ρmin1 =

35
ρmin2 = 0,002 (SNI 2847:2019 Tabel 24.2.4.3.2)

ρmax = 0,75 x ρb

f. Menentukan tulangan pokok lapangan dan tumpuan

1) Faktor tahanan momen

Mn =
Ø

Rn = !."#$

m =
, #

2) Rasio Penulangan

*. + . %
ρ = % &1 − )1 − ,

Rn = ρb x fy 21 − * 3 ρb x m5

Jika Rn < R maks, maka digunakan tulangan tunggal

3) Rasio penulangan

ρmin< ρ< ρmax

4) Luas tulangan yang di butuhkan

Ast = ρmin . b . dx

5) Jumlah tulangan yang di butuhkan

n = Ast/Abesi

36
6) Analisis tulangan yang di butuhkah

Tinggi balok regangan

67.
a =
, . . !

Momen nominal

Mn = As.fy.(d.a/2)

Jarak tulangan dalam 1 m

Tinjauan 1m / jumlah tulangan

Jarak maksimum tulangan

2 xh

3. Perencanaan Tangga dan Bordes


Tangga merupakan salah satu bagian dari suatu bangunan yang
berfungsi sebagai alat penghubung antara lantai pada bangunan bertingkat.
Tangga terdiri dari anak tangga dan pelat tangga (Bordes).

a. Dalam perencanaan tangga prosedur perencanaannya adalah sebagai

berikut :

1) Menentukan jumlah antrede dan optrede

2) Menentukan kemiringan tangga

b. Pembebanan tangga

Beban yang berkerja pada struktur tangga meliputi beban mati

dan hidup. Distribusi beban yang berkerja pada elemen tangga

merupakan beban yang terjadi pada tangga dan bordes.

c. Perencanaan Tulangan Plat tangga dan Plat Bordes

37
Penulangan palat tangga direncanakan arah X dan Y. (arak

X menggunakan M11 dan arah Y menggunakan M22).

1) Tinggi efektif plat bordes

dx = h – d’– ½ Ø

dy = h – d’-Ø – ½ Ø

2) Momen inersia

M11 = Mu

Mn = Ø

3) Rasio Penulangan

,
ρmin =

fc ′ 600
ρb = 0,85 . . fy

ρmax = 0,75 x ρb

Rn =
!."# $

M = , #

*. + . %
ρ =
%
&1 − )1 − ,

Jika ρ < ρmin , maka yang di pakai ρmin

4) Kebutuhan tulangan

38
Ast = ρmin x b x d

Luas satu tulangan

As = ¼ x ᴫ x D²

Jumlah tulangan yang di butuhkan

n = Ast/Asbesi

Jarak tulangan dalam 1 m

Tinjauan 1m /jumlah tulangan

Jarak maksimum tulangan

2 xh

4. Perencanaan Balok
Prinsip perencanaan balok induk SNI 2847:2019 adalah sebagai berikut :
a. Bentang besih balok

Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari 4 kali


tinggi efektif elemen struktur
Tinggi efektif, d = h – ts – ds – ½ Dtul
b. Rasio perbandingan lebar dan tinggi

Perbandingan lebar terhadap tinggi balok (b/h) tidak boleh kurang

dari 0,3

c. Analisa perhitungan

1) Pembebanan Meliputi : Beban Mati, Beban hidup, Beban

Gempa dan Beban Angin

39
2) Analisa struktur pada perencanaan balok ini menggunakan

program SAP 2000.v.22

3) Analisa tampang menggunakan SNI 2847:2019

d. Menghitung Penulangan Balok Daerah Tumpuan dan Lapangan

Perhitungan tulangan lentur, gaya dalam yang berkerja pada balok

yang ditinjau akibat pengaruh Kombinasi beban mati (D), beban

hidup (L), beban angin (W) dan beban gempa (E) dapat di lihat pada

program SAP 2000.v.22.

Mn =
Ø

Faktor reduksi penampang terkendali Tarik Ø = 0,9, kekuatan di

tentukan berdasarkan SNI 2847 2019 pasal 12.5.1.1.

1) Tinggi efektif balok

dx = h- ts – ds – ½ dtul

2) Rasio tulangan harus memenuhi ρmin<ρ<ρmax,

m =
, #

Rn = !."#$

fc ′ 600
ρb = 0,85 . . β1. fy

ρmax = 0,75 x ρb

,
ρmin =

jika ρ < ρmin < , maka di pakai ρmin

40
Mengitung tulangan yang di butuhkan

As =ρ x b x d

e. Menghitung Tulangan Geser

Besarnya gaya geser ultimate di ambil dari output SAP 2000

Faktor reduksi untuk geser dan torsi Ø = 0,75 di tentukan

berdasarkan SNI 2847:2019 Pasal 17.5.2.9.

Vc = 1/6 >?@3 AB 3 C

ØVc = 0,6 x Vc

ØVc ≤ Vu (perlu tulangan geser)

Vu perlu = Vu-Vc (pilih tulangan terpasang)

6D # #"
Vs ada = (Pakai Vs perlu)
7

Jarak tulangan geser

Tetapi jika terjadi Vu < Vc, maka selalu di pasang tulangan geser

minimum, syarat spasi maksimum tulangan geser balok menurut

SNI 2847:2019 pasal 25.7.

S < d/4

S < 8 db longitudinal terkecil

Maksimal spasi yang di pasang pada balok

41
Smax = d/2

f. Perencanaan Tulangan Badan

Menurut Damar Wicaksono, 2016 jika dimensi balok relatif tinggi

/ lebih dari 400 mm membuat risiko retak pada bagian badan semakin

besar, maka harus di beri tulangan pinggang dengan jarak antar

tulangan maksimal 400 mm.

g. Perhitungan Panjang penyaluran

Perhitungan Panjang penyaluran adalah sebagai berikut:

1) Panjang penyaluran momen positif

Berdasarkan SNI-2847:2019 Pasal 9.7.3.8. disebutkan

bahwa tulangan harus diteruskan melampaui titik dimana

tulangan tersebut sudah tidak diperlukan lagi untuk menahan

lentur sebesar tinggi efektif dan tidak kurang dari 12 D dan

tidak boleh kurang dari tinggi efektif.

2) Panjang penyaluran tulangan momen negatif

Berdasarkan SNI-2847:2019 Pasal 9.7.3.8. panjang

penyaluran tulangan momen negatif harus diperpanjang tidak

kurang dari tinggi efektif, 12 D, atau 1/16 ln.

5. Perencanaan Kolom
Kolom merupakan komponen yang memiliki peran penting dalam

suatu bangunan, fungsi kolom adalah untuk meneruskan beban seluruh

bangunan menuju fondasi, kolom termasuk struktur utama yang berfungsi

42
meneruskan beban yang ada pada bangunan seperti beban hidup dan beban

lain. Kolom harus dirancang mampu menahan gaya aksial dari beban ter

faktor dan momen maksimum dari bahan ter faktor pada satu batang lantai

atau atap bersebelahan yang di tinjau.

6. Analisa Perhitungan
a. Pembebanan meliputi beban mati, beban hidup, beban gempa dan

beban angin.

b. Analisa struktur pada perencanaan kolom ini menggunakan aplikasi

SAP 2000.v.22.

c. Analisa tampang menggunakan SNI 2847:2019

d. Menghitung Penulangan Pada Kolom

Perhitungan tulangan lentur, Gaya dalam yang berkerja pada kolom

yang di tinjau akibat pengaruh Kombinasi beban mati (D), beban

hidup(L), beban angin (W), dan beban gempa (E) dapat di lihat pada

program SAP 2000.v.22.

Mn = Ø

E
Pnperlu =
Ø

Faktor reduksi penampang terkendali Tarik Ø = 0,75, Faktor

reduksi penampang terkendali tekan Ø = 0,75

1) Tinggi efektif balok

dx = h- ts – ds – ½ dtul

2) Menghitung nilai eksentrisitas (e)

43
F GHI J

3) Menghitung nilai cb

600
@A .C
600 + fy

4) Menghitung nilai Pnb ( Gaya tekan nominal)

Pnb = 0,85 x fc‟x ab x b

E
Pnperlu = Ø

Pnperlu<Pnb -------- Analisa keruntuhan Tarik

5) Menghitung luas tulangan (Ast)

Ast = 1% x Ag

6) Menghitung jumlah tulangan

67
n =L M7 Ø NJ O PO

kontrol As > As perlu

e. Menghitung Tulangan Geser

Besarnya gaya geser ultimate di ambil dari output SAP 2000 :

Faktor reduksi untuk geser dan torsi Ø 0,75

Vc = 1/6 >?@3 AB 3 C

ØVc = 0,6 x Vc

ØVc ≤ Vu (perlu tulangan geser)

44
Vu perlu = Vu-Vc (pilih tulangan terpasang)

6D # #"
Vs ada = 7
(Pakai Vs perlu)

Tetapi jika terjadi Vu < ØVc , maka harus digunakan tulangan geser

minimum, syarat spasi maksimal kolom menurut SNI 2847:2019

pasal 18.7.5.3.

S < ¼ cross section dimensi kolom

S < 6 kali diameter tulangan longitudinal

So yang dihitung dengan

350 − ℎ3
RS 100 + & ,
3

Nilai S tidak boleh lebih besar dari 150 dan tidak boleh lebih kecil

dari 100 mm.

7. Program SAP 2000


Program SAP merupakan salah satu program analisis perancangan

struktur yang telah di pakai secara luas di seluruh dunia, dimana program

ini adalah hasil penelitian dan pengembangan oleh tim dari University of

California, Berkeley di bawah pimpinan Prof. Edward L. Wilson selama

lebih dari 25 tahun.

45
Peluncuran program pertama kali sejak tahun 1970, dengan versi awal

merupakan program berbasis teks ( DOS). Input dimasukan lewat teks

dengan format tertentu yang kemudian di analisis dan bias di tampilkan

hasilnya ataupun di lakukan pemeriksaan model struktur baik dalam model

bentuk teks maupun grafis, walau demikian perubahan terhadap model

tetap harus di lakukan pada teks input data, tidak berlangsung pada

tampilan grafisnya (Imam Satyarno, 2012)

8. Program AutoCAD
AutoCAD merupakan sebuah program yang biasa digunakan untuk

tujuan tertentu dalam menggambar serta merancang dengan bantuan

komputer dalam pembentukan model serta ukuran dua dan tiga dimensi

atau lebih dikenali sebagai“Computer -aided drafting and design program”

(CAD). Program ini dapat digunakan dalam semua bidang kerja terutama

sekali dalam bidang-bidang yang memerlukan keterampilan khusus seperti

bidang, Mekanikal Engineering, Sipil, Arsitektur, Desain Grafik, dan

semua bidang. (https://www.scribd.com/doc//Pengertian AUTOCAD)

46
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Gambar 3. 1 Lokasi penelitian Gedung K Universitas Muhammadiyah


Purwokerto
(Sumber: www.googlemaps.com)

47
B. Metode Penelitian

Metode Perencanaan Gedung K Universitas Muhammadiyah

Purwokerto, sebagai berikut :

1. Study Literatur

Study literatur berisi pembahasan terkait tori teori yang berkaitan

dengan dasar pemikiran penulisan Tugas Akhir. Tujuan dari study literatur

adalah agar penelitian ini dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.

2. Preliminari Design

Dalam perencanaan desain awal mengacu pada luasan lahan yang

tersedia sedangkan untuk desain luasan ruangan mengacu pada

Permenristekdikti No.32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Prodi dan PT

3. Atap

Pembangunan Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto

direncanakan dengan konstruksi plat beton bertulang dua arah, hal ini

didasarkan adanya kebutuhan ruang yang cukup untuk kegiatan belajar

mengajar dan lainya.

4. Lantai

Lantai direncanakan menggunakan plat beton bertulang dua arah.

Penentuan momen baik lapangan maupun tumpuan diambil dari tabel 14

(Buku-buku Dasar Perencanaan Beton Bertulang , Ir Gideon H. Kusuma

M.Eng dan Ir. W.C. Vis)

a. kuat tekan beton (fc = 26,4 MPa)

b. Kuat tarik baja (fy = 240 MPa)

48
5. Balok

Perencanaan didasarkan pada perhitungan balok biasa dengan

kekuatan batas atau ultimit strength sesuai dengan buku Dasar-Dasar

Perencanaan Beton Bertulang Ir.Gideon H. Kusuma M.Eng dan Ir. W.C.

Vis. Untuk dimensi balok bervariasi sesuai dengan panjang bentang dan

beban yang dipikul dengan syarat minimum:

a. Tinggi (h) = L s/d L

b. Lebar (b) = h s/d h


*

Adapun jenis balok yang ditinjau meliputi :

a. Balok Sloof

b. Balok Anak

c. Balok Induk

Mutu Beton (fc = 26,4 MPa)

Mutu Baja(fy = 420 MPa)

6. Kolom

Kolom direncanakan sebagai kolom beton berbentuk segi empat

dengan dimensi yang bervariasi pada tiap lantai sesuai dengan besarnya

momen dan beban yang digunakan sebagai berikut:

a. Kuat tekan beton (fc = 26,4 MPa)

b. Kuat tarik baja (fy = 420 MPa)

7. Tangga

49
Tangga yang berfungsi sebagai penghubung antara lantai bawah dan

lantai atas direncanakan menggunakan tangga beton. Adapun mutu beton

dan baja yang digunakan sebagai berikut :

a. Kuat tekan beton (fc = 26,4 MPa)

b. Kuat tarik baja (fy = 420 MPa)

Railling tangga direncanakan menggunakan stainlesstell.

8. Dinding Geser

Dinding geser adalah suatu dinding beton struktural yang berfungsi

sebagai penahan gaya geser dan torsi yang berlebihan yang di akibatkan

oleh beban desain ataupun bentuk gedung yang tidak simetris. Adapun

mutu beton dan baja yang digunakan sebagai berikut :

a. Kuat tekan beton (fc = 26,4 MPa)

b. Kuat tarik baja (fy = 420 MPa)

9. Perhitungan Beban

Pembebanan diperhitungkan sesuai dengan fungsi bangunan yang

direncanakan. Beban yang bekerja pada kontruksi bangunan gedung

meliputi beban mati, beban hidup, beban angin maupun beban akibat

pengaruh gempa berdasar (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung

1983).

a. Beban mati (DL)

b. Beban hidup (LL)

c. Beban gempa

d. Beban angin

50
Kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada (Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan dan Gedung SNI-1726-

2019).

C. Analisis Struktur

Permodelan Struktur secara 3 dimensi, Menghitung besarnya gaya

dalam (gaya lintang,gaya normal dan momen) yang bekerja pada kontruksi

akibat beban yang bekerja, menganalisis perpindahan elastik dari model

bangunan, melakukan pengecekan kestabilan P-Delta serta mencari luas

penulangan balok dan kolom.

Gambar 3. 2 Layout desain awal


(Sumber: Autocad 2022)

D. Pembuatan Gambar

Pembuatan gambar struktur (denah , tampak, potongan dan detail)

dari hasil analisis yang di dapat dengan menggunakan software autocad

2022

51
E. Bagan Alir Penelitian

Gambar 3. 3 Bagan Alir Penelitian

52
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Perencanaan
1. Data luas lahan bangunan
a) Luas Lahan : 1662,63 m2
b) Luas Bangunan : 6980 m2
2. Data tanah

a) Data tanah yang digunakan adalah data borlog pembangunan Arc


Tower Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

3. Spesifikasi bangunan
a) Fungsi Bangunan : Gedung Perkuliahan
b) Jumlah Lantai : 5 Lantai
c) Tinggi Lantai : 4,00 m (flor to flor)
d) Struktur Bangunan : Beton Bertulang
e) Konstruksi atap : Dak Beton
4. Spesifikasi Bahan
a) Mutu Beton
Struktural : (f’c) 26.4 MPa (K300)
Struktural Plat : (f’c) 26,4 MPa (K300)
b) Mutu Tulangan (fy):
BJTP 280 : fy = 280 fu = 350
BJTS 420A : fy = 420 fu = 525

53
B. Preliminary Disain
1. Desain penempatan kolom dan balok

Gambar 4. 1 Denah Kolom dan Balok elevasi +0,00 - +16,00


(Sumber: Autocad 2022)

Gambar 4. 2 Denah Kolom dan Balok elevasi +16,00 - +24,00


(Sumber: Autocad 2022)

54
2. Desain tata letak dan luasan ruangan

Desain tata letak dan luasan ruangan mengacu pada Permenristekdikti


No.32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Prodi dan PT

a. Prasarana Kuliah

1. Kapasitas maksimum ruang kuliah adalah 25 orang dengan


standar luas ruangan 2 m2/Mahasiswa, dengan luasan minimum
20 m2.

2. Setiap kampus perguruan tinggi menyediakan minimum satu


buah ruang kuliah besar.

3. Kapasitas minimum ruang kuliah besar adalah 80 orang dengan


standar luas ruang 1,5 m2/Mahasiswa.

b. Prasarana Perpustakaan

1. Minimum terdapat satu ruang perpustakaan per kampus


perguruan tinggi. Perpustakaan dapat disediakan di tingkat
universitas, fakultas, dan program studi, sepanjang memenuhi
standar sesuai dengan jumlah sivitas akademika yang
menggunakannya.

2. Rasio luas ruangan perpustakaan adalah 0,2 m2/Mahasiswa


satuan Pendidikan tersebut, dengan luas total minimum 200 m2
dan lebar minimum 8 m.

c. Prasarana Dosen

1. Rasio minimum luas ruang dosen adalh 4 m2/Dosen dan luas


minimum 24 m2 untuk setiap program studi.

55
Acuan lain yang digunakan oleh penulis ialah mengacu pada
desai ruangan gedung Fakultas Teknik dan Sains Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, gambar di bawah adalah desain awal
tata letak dan luas ruangan yang disesuaikan dengan peratuaran yang
ada :

Gambar 4. 3 Denah Lantai 1 Rencana


(Sumber: Autocad 2022)

Gambar 4. 4 Denah Lantai 2 Rencana


(Sumber: Autocad 2022)

56
Gambar 4. 5 Denah Lantai 3 Rencana
(Sumber: Autocad 2022)

Gambar 4. 6 Denah Lantai 4 Rencana


(Sumber: Autocad 2022)

57
Gambar 4. 7 Denah Lantai 5 Rencana
(Sumber: Autocad 2022)

Gambar 4. 8 Denah Lantai Atap 1 Rencana


(Sumber: Autocad 2022)

58
Gambar 4. 9 Denah Lantai Atap 2 Rencana
(Sumber: Autocad 2022)

C. Kriteria Design
1. Perencanaan Plat Atap

Plat atap yang direncanakan menggunakan material beton bertulang


dengan sistem 2 arah (x dan y) dengan 4 tumpuan sejajar. Plat atap
dianggap terjepit penuh pada keempat sisinya. Untuk plat atap sendiri
akan di gunakan peninjauan lusan plat terbesar yaitu dengan Ly = 5.00
m dan Lx = 4.00 m .

4000
5000

Gambar 4. 10 Segmen Pelat


(Sumber: Autocad 2022)

59
Bentang bersih terpanjang

Ln = 4750 – *
− *
= 4400 mm

Bentang bersih terpendek

Sn = 3750 – *
− *
= 3400 mm

Jenis plat

β = ly / lx

= 5.00 / 4.00

= 1.25 ≤ 2 (OK, plat dua arah)

Mutu material yang digunakan

a. Mutu beton (fc’) = 26,4 MPa ( K300 )


b. Mutu Baja BjTP 280 = fy = 280 fu = 350
1. Menentukan tebal plat
a. Menghitung inersia balok dan pelat
Diasumsikan ketebalan plat atap awal 100 mm
1. Menghitung inersia balok

Gambar 4. 11 Sumbu netral balok dan pelat


(Sumber: google.com)

60
Diketahui :
bw = 300 mm
ht = 450 mm
hf = 100 mm
hb = ht – hf
= 350 mm
be1 = bw + 2hb
= 1000 mm
be2 = bw + 8hf
= 1100 mm
y1 = hb/2
= 175 mm
y2 = hb + hf/2
= 400 mm
V .W V* .W*
y = 6 6*
XY.YZ .W X[.YH .W*
=
\!.!] \ .!^
_
=
*

= 284,756 mm
Ib = (((1/12) . bw . hb3 + A1 . (y-y1)2)) +

(1/12) . be . hf3 + A2 . (y2-y)2)))

= 3748196138,21138 m4

2. Menghitung inersia pelat

Bentang Panjang

Is = 1/12 . 4000 . 1003

= 33333333,3 mm4

Bentang Pendek

Is = 1/12 . 5000 . 1003

61
= 416666666,7 mm4

αf = Ecb.Ib/ Ecs.Ib

αf1 = 3748196138,21138 / 333333333,3


= 11,24458841

αf2 = 3748196138,21138 / 416666666,7


= 8,995670732

αfm = (11,24+9,00) / 2

= 10,12012957

Pada tabel 8.3.1.2 SNI 2847:2019 karena nilai (αfm) memiliki


nilai lebih dari 2 maka untuk menentukan ketebalan pelat minimum
menggunakan rumus sebagai berikut :

hmin = ln. (0,8+fy/1400)


36 +9β
hmin = 4700 (0,8 +280/1400)
36 + 11,3
hmin = 99,5 mm

Maka diambil tebal pelat atap dengan ketebalan 100 mm

62
2. Perencanaan pelat lantai

Pelat lantai yang direncanakan menggunakan material beton


bertulang dengan sistem 2 arah (x dan y) dengan 4 tumpuan sejajar.
Pelat lantai dianggap terjepit penuh pada keempat sisinya. Untuk plat
atap sendiri akan di gunakan peninjauan lusan plat terbesar yaitu
dengan Ly = 5.00 m dan Lx = 4.00 m .

4000

5000

Gambar 4. 12 Segmen pelat


(Sumber: Autocad 2022)

Bentang bersih terpanjang

Ln = 4750 – *
− *
= 4400 mm

Bentang bersih terpendek

Sn = 3750 – − = 3400 mm
* *

Jenis plat

β = ly / lx

= 5.00 / 4.00 = 1.25 ≤ 2 (OK, plat dua arah)

63
Mutu material yang digunakan

c. Mutu beton (fc’) = 26,4 MPa ( K300 )


d. Mutu Baja BjTP 280 = fy = 280 fu = 350
2. Menentukan tebal plat
a. Menghitung inersia balok dan pelat
Diasumsikan ketebalan plat atap awal 100 mm
1. Menghitung inersia balok

Gambar 4. 13 Sumbu netral balok dan pelat


(Sumber: google.com)

Diketahui :
bw = 300 mm
ht = 450 mm
hf = 120 mm
hb = ht – hf
= 330 mm
be1 = bw + 2hb
= 960 mm
be2 = bw + 8hf
= 1260 mm
y1 = hb/2
= 165 mm

64
y2 = hb + hf/2
= 390 mm
V .W V* .W*
y = 6 6*
XY.YZ .W X[.YH .W*
=
\!.!] \ .!^
*
= * *

= 286,008 mm
Ib = 1/12 . bw . hb3 + A1 . (y-y1)2 + 1/12 . be . hf3 + A2 . (y2-y)2

= 3732127184,87395 m4

2. Menghitung inersia pelat

Bentang Panjang

Is = 1/12 . 4000 . 1203

= 33333333,3 mm4

Bentang Pendek

Is = 1/12 . 5000 . 1203

= 416666666,7 mm4

αf = Ecb.Ib/ Ecs.Ib

αf1 = 3748196138,21138 / 333333333,3


= 11,24458841

αf2 = 3748196138,21138 / 416666666,7


= 8,995670732

αfm = (11,24+9,00) / 2

65
= 10,12012957

Pada tabel 8.3.1.2 SNI 2847:2019 karena nilai (αfm)


memiliki nilai lebih dari 2 maka untuk menentukan ketebalan pelat
minimum menggunakan rumus sebagai berikut :

hmin = ln. (0,8+fy/1400)


36 +9β
hmin = 4700 (0,8 +280/1400)
36 + 11,3
hmin = 99,5 mm

Maka diambil tebal pelat lantai dengan ketebalan 120 mm.

3. Perencanaan Plat Dinding Geser

Penentuan syarat-syarat dimensi dari dinding geser di atur dalam


SNI 2847:2019 Pasal 18.10 tentang ketentuan desain yang
menentukan untuk segmen vertikal dinding sebagai berikut:

a. Segmen 1 dinding geser belakang


Tinggi bersih (hw) = 20 m
Panjang segmen vertikal (lw) = 4 m

Rasio tinggi berisih dan Panjang segmen vertikal (hw/lw)

hw/lw = 20/4

=5

Karena rasio hw/lw ≥ 2 jadi perlu juga dilakukan


pengecekan rasio panjang vertikal dinding / tebal dinding (lw/bw)

66
Tebal dinding geser di asusmsikan 30 cm

lw/bw = 4/0.3

=13.3

Karena rasio lw/bw ≥ 6 maka tidak perlu digunakan pilar


di kedua sisi dinding geser.

b. Segmen 2 dinding geser samping

Rasio tinggi berisih dan Panjang segmen vertikal (hw/lw)

hw/lw = 20 / 5

=4

Karena rasio hw/lw ≥ 2 jadi perlu jugadilakukan pengecekal


rasiopanjang vertikal dinding / tebal dinding (lw/bw)

Tebal dinding geser di asusmsikan 30 cm

lw/bw = 5 / 0.3

= 16,6

Karena rasio lw/bw ≥ 6 maka tidak perlu digunakan pilar


di kedua sisi dinding geser.

c. Segmen 3 dinding geser samping bagian lift

Rasio tinggi berisih dan Panjang segmen vertikal (hw/lw)

hw/lw = 20 / 7

= 2,85

Karena rasio hw/lw ≥ 2 jadi perlu jugadilakukan


pengecekal rasiopanjang vertikal dinding / tebal dinding
(lw/bw)

Tebal dinding geser di asusmsikan 30 cm

67
lw/bw = 7 / 0.3

= 23,33

Karena rasio lw/bw ≥ 6 maka tidak perlu digunakan


pilar di kedua sisi dinding geser.

Maka digunakan ketebalan plat dinding geser dengan tebal


300 mm.

4. Perencanaan Dimensi Balok

Perhitungan asusmsi dimensi balok pada SNI 2847:2019 Tabel


9.3.1.1 dan perencanaan lebar balok pasal 18.6.2.1 akan tetapi lebar
balok (b) tidak boleh diambil lebih kecil dari (0.3 h / 250mm) kondisi
peletakan balok sederhana, menerus satu sisi dan menerus dua sisi di
hitung dengan rumus :

a. Balok peletakan sederhana bentang 800 cm (B1)

` cdd
Hmin = ab = = 50 cm (SNI 2847:2019 pasal 9.3.1)
ab

diambil tinggi balok 60 cm

e e
b = f g = f 60 = 40 cm (SNI 2847:2019 pasal 18.6.2.1)

diambil b balok 40 cm

diambil dimensi balok peletakan sederhana bentang 800 cm adalah


60 x 40 cm.

b. Balok peletakan menerus satu sisi bentang 800 cm (B2)

` cdd
Hmin = ac,h = ac.h = 43.2 cm (SNI 2847:2019 pasal 9.3.1)

diambil tinggi balok 50 cm

e e
b = f g = f 50 = 33,3 cm (SNI 2847:2019 pasal 18.6.2.1)

68
Diambil b balok 35 cm

diambil dimensi balok peletakan satu sisi bentang 800 cm peletakan


sederhana adalah 50 x 35 cm.

c. Balok peletakan menerus dua sisi bentang 800 cm (B3)

` cdd
Hmin = ab =
ea
= 38 cm (SNI 2847:2019 pasal 9.3.1)

diambil tinggi balok 40 cm

e e
b = g = 40 = 26,67 cm (SNI 2847:2019 pasal 18.6.2.1)
f f

Diambil b balok 30 cm

diambil dimensi balok peletakan dua sisi bentang 800 cm peletakan


sederhana adalah 40 x 30 cm.

d. Balok peletakan menerus satu sisi bentang 500 cm (B3)

` hdd
Hmin = ab = ac.h = 27 cm (SNI 2847:2019 pasal 9.3.1)

diambil tinggi balok 40 cm

e e
b = f g = f 40 = 26,67 cm (SNI 2847:2019 pasal 18.6.2.1)

Diambil b balok 30 cm

diambil dimensi balok peletakan satu sisi bentang 500 cm peletakan


sederhana adalah 40 x 30 cm.

e. Balok peletakan menerus dua sisi bentang 500 cm (B4)

` hdd
Hmin = ab = ea
= 23.8cm (SNI 2847:2019 pasal 9.3.1)

diambil tinggi balok 30 cm

e e
b = g = 30 = 20 cm (SNI 2847:2019 pasal 18.6.2.1)
f f

Diambil b balok 20 cm

69
diambil dimensi balok peletakan dua sisi bentang 500 cm peletakan
sederhana adalah 30 x 20 cm.

f. Balok peletakan menerus satu sisi bentang 400 cm (B4)

` idd
Hmin = ab =
ac.h
= 21.6cm (SNI 2847:2019 pasal 9.3.1)

diambil tinggi balok 25 cm

e e
b = g = 25 = 16.6 cm(SNI 2847:2019 pasal 18.6.2.1)
f f

Diambil b balok 20 cm

diambil dimensi balok peletakan satu sisi bentang 500 cm peletakan


sederhana adalah 25 x 20 cm.

g. Balok peletakan menerus dua sisi bentang 400 cm (B5)

` idd
Hmin = = = 23.8cm (SNI 2847:2019 pasal 9.3.1)
ab ea

diambil tinggi balok 25 cm

e e
b = f g = f 25 = 16.6 cm (SNI 2847:2019 pasal 18.6.2.1)

Diambil b balok 20 cm

diambil dimensi balok peletakan dua sisi bentang 400 cm peletakan


sederhana adalah 25 x 20 cm.

70
Tabel 4. 1 Rekapitulasi dimensi balok induk dan balok anak
Rekapitulasi dimensi balok induk dan balok anak
Nama Balok Dimensi (cm)
B1 60 cm x 40 cm
B2 50 cm x 35 cm
B3 40 cm x 30 cm
B4 30 cm x 20 cm
B5 25 cm x 20 cm
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

5. Perencanaan Dimensi Kolom

Dalam merencanakan dimensi kolom diambil dari segmen plat


yang memiliki luasan yang paling besar. Semakin besar beban yang
diterima oleh kolom, maka akan semakin besar pula luas penampang
kolom. Sesuai dengan SNI 1727:2020 didapatkan pembebanan sebagai
berikut:

71
a. Perencanaan Kolom dengan segemen 8 x 10

Tabel 4. 2 Pembebanan mati Kolom lantai 1 - 4

Beban mati
Panjang Lebar Tebal Berat Jenis Total Berat
Beban
m m kN
Plat 4 5 0,12 m 2,4 24 kN/m3 57,6
Balok 4 0,35 0,5 m 0,7 24 kN/m3 16,8
Balok 4 0,3 0,4 m 0,48 24 kN/m3 11,52
Flafon 4 5 20 0,024 kN/m2 0,48
2
Penggantung 4 5 - 20 0,48 kN/m 9,6
2
Plumbing 4 5 - 20 0,29 kN/m 5,8
Dinding 4 5 0,15 m 1,35 20,4 kN/m3 27,54
Spesi (2cm) 4 5 50 mm 450 0,015 kN/m3 6,75
Kramik 4 5 20 1,1 kN/m2 22
Total Beban Mati DL 158,09
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

Tabel 4. 3 Pembebanan hidup Kolom lantai 1 - 4


Beban hidup
Total
Panjang Lebar Luas Beban
Beban Berat
m m m2 kN/m2 kN
Ruang Kuliah 4 5 20 1,96 39,2
Koridor 4 5 20 3,83 76,6
Beban pekerja 4 5 20 0,98 19,6

Total Beban Mati DL 135,4

Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

72
Tabel 4. 4 Pembebanan mati Kolom lantai 5

Beban mati
Total
Panjang Lebar Tebal Volume Berat Jenis
Beban Berat
m m m m3 kN
Plat 4 5 0.12 2.4 24 kN/m3 48
Balok 4 0.25 0.35 0.35 24 kN/m3 11,52
3
Balok 4 0.3 0.45 0.54 24 kN/m 16,8
Flafon 4 5 - 20 0,024 kN/m2 0,48
Penggantung 4 5 - 20 0,48 kN/m2 9,6
Plumbing 4 5 - 20 0,29 kN/m2 5,8

Total Beban Mati DL 92,2


Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

Tabel 4. 5 Pembebanan hidup Kolom lantai 5

Beban Hidup
Panjang Lebar Luas Beban Total Berat
Beban
m m m2 kN/m2 kN
beban atap 4 5 20 0,96 19,2
Beban pekerja 4 5 20 0,98 19,6

Total Beban Mati DL 38,8

Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

73
- Total Beban Mati

Lantai 1-4 = 4 x 158,09 = 632,36 kN

Lantai 5 = 92,2 kN

= 724,56 kN

Total beban Hidup

Lantai 1-4 = 4 x 135,4 = 541,6 kN

Lantai 5 = 38,8 kN

= 580,4 kN

Kombinasi Pembebanan

1,4 DL = 1.4 x 724,56

= 1014,384

1.2 DL + 1.6 LL = 1.2 x 724,56 + 1.6 x 580,4

= 1798,112 kN

Wu = 1798112 N

Fc = 26.4 MPa

Luasan Kolom dihitung menggunakan SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.2.


Sebagai berikut :

kl 1798112
j 227.034,34 qq*
0.3 3 ?@′ 0.3 3 26.4

R √j > 227.034,34 476,481 qq

Jadi dimensi kolom K1 di ambil 50x50 cm

74
Tabel 4. 6 Rekapitulasi dimensi kolom
Rekapitulasi dimensi kolom
K1 500 x 500 mm (Perhitungan)
K2 400 x 400 mm (Asumsi)
K3 300 x 300 mm (Asumsi)
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

75
D. Permodelan Struktur
Perencanaan Gedung K Beton bertulang Unliversitas
Muhammadiyah Purwokerto permodelan struktur menggunakan
software SAP 2000 v.22.

Gambar 4. 14 Permodelan struktur


(Sumber: Sap 2000 V.22)

Gambar 4. 15 Permodelan struktur


(Sumber: Sap 2000 V.22)

76
1. Material Struktur
Struktur gedung di desain menggunakan struktur beton
bertulang dengan mutu dan Persyaratan sesuai dengan SNI
2847:2019 pasal 19.2.1.1
a. Beton
 Weight per unit volume : 2400 kg/m3
 Kuat beton yang di syaratkan (fc’) :
Beton Struktural (fc’) : 26,4 MPa
Beton non-strutural (fc’) : 14.5 MPa
 Modulus elastisitas, E : 4700 √?@′
b. Baja Tulangan
Menurut SNI 2847:2019 Pasal 20 tabel 20.2.2.4a. nila fy
maksimum yang boleh digunakan adalah fy 420 MPa. Jadi dalam
perencanaan gedung K ini menggunakan mutu baja fy 420 MPa
untuk tulangan ulir dan 280 MPa untuk tulangan Polos, dengan
Spesifikasi sebagai berikut:
Weight per unit volume : 7850 kg/m3
Modulus elastisitas beton : 200.000
Modulus geser (G) : 80.000 MPa
BJTP 280 : fy = 280 fu = 350
BjTS 420A : fy = 420 fu = 525
2. Cek periode fundamental (T)

Batas bawah

Ta = Ct . hnx

= 0,0466 . 240,9

= 0,8139 detik

Batas atas

= Cu .ta

77
= 1,4 . 0,8139

= 1,13946

TSAP = 0,6318

TSAP < Ta = 0,6318 < 0,8139 OK

Dapat di lihat periode fundamental yang terjadi pada


model SAP lebih kecil periode fundamental pendekatan, maka
permodelan struktur dapat di lanjutkan ke tahap selanjutnya.

E. Perhitungan Pembebanan Gedung


1. Perhitungan beban mati (DL)

a. Beban mati pada plat atap

Tebal plat atap 10 cm

Beban mati yang berkerja pada plat atap meliputi:

Plafon (3mm) dan penggantung= 0,024 + 0,48 =0,504 kN/m2

Instalasi Me = 0,29 kN/m2

Total beban = 0,794 kN/m2

b. Beban mati pada plat lantai

Tebal plat lantai 12cm

Beban mati yang berkerja pada plat lantai meliputi:

Plafon dan penggantung = 0,504 kg/m2

kramik mortar (25mm ) = 1,1 kN/m2

Instalasi Me = 0,29 kN/m2

Total beban = 1,909 kN/m2

c. Beban mati balok

78
Beban mati pada balok meliputi :

Berat pasangan bata ½ batu = 250 kg/m2

= 250 x 3,6 = 1000 kg/m = 8,83 kN/m’

d. Beban mati tangga

 Mencari t eqivalen
t eq
h

30 cm

12.5 cm t

200 cm

450 cm

Gambar 4. 16 Tebal pelat ekuivalen pada tangga


(Sumber: Autocad 2022)
Data tangga :
Perbedaan elevasi = 400 cm
Tebal pelat = 12 cm
Lebar tangga = (400-30)/2 = 185 cm
Tinggi optrade = 200/12,5 = 16 cm
Panjang antrede = 450/15 = 30 cm
Lebar antrede = 30 cm
Jumlah antrede = 450 /30 = 15 buah
Panjang tangga = 400 cm
Lebar bordes = 150 cm

79
Mencari pelat ekuivalen pelat tangga:

AC s AB . BC 12.5.30
⇒ t.
t
11.538 cm
BC AC √12. 5* + 30*
200
v arc tg 23°
450
2 2
3 3
t. eq t 11.538 7.6923 cm

Beban mati pada plat tangga meliputi :

Berat spesi 2 cm = 0.02 x2100 = 0,42 kN/m2

Berat kramik = 0,17 kg/m2

Total beban = 0,59 kN/m2

Beban mati anak tangga

Berat spesi 2 cm = 0.02 x21 = 0,42 kN/m2

Berat kramik = 0,17 kN/m2

Beban anak tangga = 0.07 x 22 = 1,54 kN/m2

Total beban = 2,13 kN/m2

2. Perhitungan beban hidup

Beban hidup yang berkerja pada gedung sebagai berikut:

a. Beban hidup atap = 0,96 kN/m2


b. Beban hidup ruang kuliah = 1,92 kN/m2
c. Beban hidup koridor 1 = 4,79 kN/m2
d. Beban hidup koridor 2 = 3,83 kN/m2
e. Beban hidup tangga = 4,79 kN/m2

3. Perhitungan Beban Ultimit Pelat

a. Beban ultimit pada pelat atap

Qu = 1,2 DL + 1,6 LL

80
= 1,2 (0,794) + 1,6 (0,96)

= 0,9528 + 1,536

= 2,4888 kN/m2

b. Beban ultimit pada pelat lantai dan koridor


Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (1,909) + 1,6 (4,79)
= 2,2908 + 7,664
= 9,9548 kN/m2
c. Beban ultimit pelat tangga dan bordes
Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 ( 2,13 ) + 1,6 (4,79)
= 2,556 + 7,664
= 10,22 kN/m2

4. Perhitungan Pembebanan Gempa

a. Penentuan Kelas Gempa

Penentuan wilayah gempa di sesuaikan dengan lokasi


Penelitian di lakukan dengan mengacu pada peta wilayah gempa
Indonesia. Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto
masuk dalam wilayah gempa 3 dilihat dari peta zona gempa
Indonesia di bawah. Jenis sistem yang di pakai dalam perencanaan
struktur ini adalah Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).

81
Gambar 4. 17 Peta zona gempa Indonesia
(Sumber: SNI-03-1726-2002)

Perhitungan Analisa struktur gedung akibat beban gempa


mengacu pada SNI 1726:2019 (Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung).

b. Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan dan Faktor


Keutamaan

Berdasarkan pasal 4.1.2 Tabel 3 SNI 1726:2019 di sebutkan


bahwa Gedung sekolah dan fasilitas Pendidikan termasuk dalam
kategori resiko IV dengan faktor keutamaan gempa Ie sebesar 1.5.

c. Menentukan Kelas Situs

Dari nilai rata-rata N-SPT yang di dapatkan . dapat di


tentukan kelas situs berdasarkan SNI Gempa 1726:2019 pasal 5.3

82
Tabel 4. 7 Hasil borlog N-SPT
NILAI
N- N-
rata-rata N’=Tebal
LAPIS KEDALAMAN TEBAL SPT SPT
DB1 dan N-SPT
DB1 DB2
DB2
1 3 3 3 5 4 0.75
2 6 2 14 29 21.5 0.093
3 8 2 15 23 19 0.105
4 10 2 45 41 43 0.047
5 12 2 60 60 60 0.033
6 14 2 5 60 32.5 0.061
7 16 2 60 60 60 0.033
8 18 2 60 60 60 0.033
9 20 2 60 60 60 0.033
10 22 2 60 60 0.033
11 24 2 60 60 0.033
12 26 2 60 60 0.033
13 28 2 60 60 0.033
14 30 2 60 60 0.033
30 1.353
Didapat nilai N = 22.1729
Sumber : Data tanah gedung Tower UMP

Berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 5.3 . di dapatkan nilai N


sebesar 22.1729 masuk ke dalam kategori tanah sedang (SD)

d. Menentukan Parameter Percepatan Gempa

Data yang di Input dalam situs tersebut adalah sebagai


berikut:

83
1) Koordinat lokasi Penelitian/Koordinat lokasi
Gedung K

2) Jenis Batuan Tanah Sedang (SD)

Input parameter melalui situs online PU di tunjukan pada


gambar sebagai berikut :

Gambar 4. 18 Input data lokasi gedung


(Sumber: http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021)

84
Setelah Input data akan di dapatkan output seperti yang di
tunjukan pada gambar berikut:

Gambar 4. 19 Output desain spektra


(Sumber: http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021)

e. Menentukan Koefisien Situs dan Parameter Respon Spectra


Percepatan Gempa

Berdasarkan output website puskim.pu.go.id di


dapatkan nilai spektrum percepatan pada perioda pendek (SMS)
dan perioda 1 detik (SM1) sebagai berikut.

SDS (g) = 0.62

SD1 (g) = 0.49

Dimana :

SDS = Parameter spektral percepatan desain pada periode


pendek

85
SD1 = Parameter spectral percepatan desain pada periode
1 detik

f. Menentukan Spektrum Respons Desain

Penentuan respons spektrum desain berdasarkan website


resmi Dinas PU (puskim.pu.go.id) Di tunjukan pada Tabel berikut:

Gambar 4. 20 Respons Spektrum Desain Berdasarkan Website


(Sumber: http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021)

g. Menentukan Kategori Desain Seismik

Penentuan kategori desain seismik (KDS) berdasarkan


Kategori resiko dan parameter respons spectral percepatan desain
Tabel 6 untuk Fa dan Tabel 7 untuk Fv dan SNI 1726:2019 pasal
6.5. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, di dapatkan nilai
parameter percepatan respons spectral pada perioda pendek, SDS =
0.640g dan parameter resopons spectral pada periode 1 detik, SD1 =
0.385g maka termasuk Kategori Resiko D.

h. Gempa Dinamik Respons Spektrum

Analisis beban gempa dinamik respons spektrum di tentukan


oleh percepatan gempa Rencana dan massa total struktur. Dalam
analisis struktur terhadap beban gempa dinamik massa bangunan
sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Maka
Massa tambahan yang di input pada SAP 2000.V.22. Meliputi masa

86
akibat beban mati tambahan dan beban hidup yang direduksi dengan
faktor reduksi sebesar 0.5.

i. Input Respons Spektrum Gempa Rencana

Desain Gempa dinamik respons spektrum disusun


berdasarkan respons terhadap percepatan tanah (ground
acceleration) hasil rekaman gempa Desain kurva Respons
spektrum untuk kondisi tanah sedang di tunjukan pada tabel
berikut:

Tabel 4. 8 Nilai Kurva Spektrum Gempa Untuk Tanah Sedang


T SA(g)
(detik)
0.000 0.16
0.160 0.62
0.790 0.620
0.790 0.620
0.890 0.550
0.990 0.494
1.090 0.449
1.190 0.411
1.290 0.379
1.390 0.352
1.490 0.328
1.590 0.308
1.690 0.289
1.790 0.273
1.890 0.259
1.990 0.246
2.090 0.234
2.190 0.223

87
2.290 0.213
2.390 0.205
2.490 0.196
2.590 0.189
2.690 0.182
2.790 0.175
2.890 0.169
2.990 0.163
3.090 0.158
3.190 0.153
3.290 0.148
3.390 0.144
3.490 0.140
3.590 0.136
3.690 0.132
3.790 0.129
3.890 0.125
3.990 0.122
4.000 0.122

(Sumber: http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021)

1. Input Respon Spectra(I) = 1,5 (untuk gedung Pendidikan)


2. Faktor reduksi gempa (R)= (SRPMK)
3. Faktor skala Gempa = I/R X G = 1.5/8 X 9.81 = 1,839

88
5. Perhitungan Beban Angin

Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang di


rencanakan memiliki ketinggia 22.5 meter di atas permukaan tanah dan
memiliki penaMPang ynag cukup besar. Oleh karena itu perlu ditinjau
adanya efek yang ditimbulkan oleh beban anin yang berkerja. Beban
angin yang diberikan pada permodelan gedung berpedoman pada SNI
1727:2020. Dengan Langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan kecepatan angin dasar (v)

Kecepatan angin dasar Kabupaten Banyumas di ambil dari


data BMKG yaitu data kecepatan angin tertinggi selama
seminggu dari tanggal 10 – 16 Desember 2021. yaitu 20 km/jam
(5.6 m/s / 12.437 mph) dari arah utara menuju selatan.

Gambar 4. 21 Kecepatan angin Kabupaten Banyumas


(Sumber: https://www.bmkg.go.id)

89
b. Menentukan faktor arah angin (Kd)

Tipe struktur : Bangunan Gedung Beton Bertulang

Faktor arah angin (Kd): 0.85

c. Menentukan kategori eksposur

Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto


termasuk dalam kategori eksposur (Kz) B yang merupakan
daerah perkotaan atau pinggiran kota.

d. Kategori resiko

Gedung K Universitas Muhammadiyah Purwokerto


merupakan Gedung perkuliahan yang termasuk fasilitas
penting, dan kegagalannya dapat menimbulkan bahaya bagi
masyarakat. Oleh karena itu termasuk kategori resiko IV dan
memiliki factor kepentingan Lw (1.00).

e. Menentukan efek topografi

Dalam SNI 1727:2020 di sebutkan bahwa jika kategori


rumah atau struktur bangunan lain tidak memenuhi semua
kondisi maka

Efek topografi (KZT) : 1.0

f. Menentukan efek tiupan angin (G)

Berdasarkan pasal 26.9.1 SNI 1727:2020 perhitungan


sebagai berikut :

a. Frekuensi alami perkiraan (na)

na = 43.5/h0.9

= 43.5 / 22.50.9

90
= 2.639 > 1 Hz sehingga bangunan di anggap
kaku

Untuk bangunan kaku dalam SNI 1727 diambil nilai G = 0.85.

g. Menentukan Koefisien tekan internal (GCpi)

Dari Tabel 26.11-1 SNI 1727:2020 Gedung K


Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang di rencanakan
masuk dalam klasifikasi Bangunan Gedung Tertutup.

GCpi = +0.18 (untuk angin dating)

= -0.18 (untuk angin pergi)

h. Menentukan Tekanan Angin Eksternal (Cp)

Bedasarkan Pasal 27.4.1 SNI 1727:2020 dihitung sebagai


berikut

L/B = 48/28 = 1.71

Dimana :

L = dimensi horizontal bangunan gedung, sejajar arah angin.

B = dimensi horizontal bangunan gedung, tegak lurus arah


angin

Dilakukan interpolasi untuk mendapatkan nilai Cp

a.xaya
Cp = -0.5 + z −0.3 − −0.5
eya

= -0.358

i. Menentukan tekanan velositas

Diketahui :

Z = 22.5 m (73.8 ft)

91
Zg = 365.76 ft (SNI 1727:2020 Tabel 26.9-

α = 7.0 (SNI 1727:2020 Tabel 26.9-1)

1. Kz unutk z(13.12) < 15 ft

Kz = 2.01 (15/Zg)2/α

= 2.01 ( 15/365.76)2/7

= 0.807

Beban angin (qz)

qz = 0.613 x Kz x Kzt x v2

= 0.613 x 0.807 x 1.0 x 5.62

= 13.18 N/m2

2. Kz unutk 15 ft ≤ z ≤ Zg

Kz = 2.01 (Z/Zg)2/α

= 2.01 (26.25/365.76)2/7

= 0.947

Beban angin (qz)

qz = 0.613 x Kz x Kzt x v2

= 0.613 x 0.947 x 1.0 x 5.62

= 15.473 N/m2

3. Kz unutk 15 ft ≤ z ≤ Zg

Kz = 2.01 (Z/Zg)2/α

= 2.01 (39.37/365.76)2/7

= 1.063

92
Beban angin (qz)

qz = 0.613 x Kz x Kzt x v2

= 0.613 x 1.063 x 1.0 x 5.62

= 17.373 N/m2

4. Kz unutk 15 ft ≤ z ≤ Zg

Kz = 2.01 (Z/Zg)2/α

= 2.01 (52.5/365.76)2/7

= 1.154

Beban angin (qz)

qz = 0.613 x Kz x Kzt x v2

= 0.613 x 1.154 x 1.0 x 5.62

= 18.862 N/m2

5. Kz unutk 15 ft ≤ z ≤ Zg

Kz = 2.01 (Z/Zg)2/α

= 2.01 (65.62/365.76)2/7

= 1.230

Beban angin (qz)

qz = 0.613 x Kz x Kzt x v2

= 0.613 x 1.230 x 1.0 x 5.62

= 20.103 N/m2

6. Kz unutk 15 ft ≤ z ≤ Zg

Kz = 2.01 (Z/Zg)2/α

93
= 2.01 (73.82/365.76)2/7

= 1.272

Beban angin (qz)

qz = 0.613 x Kz x Kzt x v2

= 0.613 x 1.272 x 1.0 x 5.62

= 20.791 N/m2

Tabel 4. 4 Tabel hasil perhitungan Kz dan QZ


z z
α
lantai (m) (ft) zg (ft) Kz Qz(N/mm2)
lt dasar - lt
2 4 13,1 7 365,75 0,807 13,187
lt 2 - lt 3 8 26,2 7 365,75 0,947 15,473
lt 3 - lt 4 12 39,4 7 365,75 1,063 17,373
lt 4 - lt 5 16 52,5 7 365,75 1,154 18,862
lt 5 - lt atap
1 20 65,6 7 365,75 1,230 20,103
lt atap1 - lt
atap2 22,5 73,8 7 365,75 1,272 20,791

Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

94
j. Menentukan Beban Angin (P)

Tabel 4. 5 Tabel koefisien nilai CP


CP
Angin Pergi
Angin datang

Z (m)
Dinding sisi
Dinding sisi Dinding tepi
angin pergi
angin datang

4 0.8 -0.358 -0.7


8 0.8 -0.358 -0.7
12 0.8 -0.358 -0.7
16 0.8 -0.358 -0.7
20 0.8 -0.358 -0.7
22.5 0.8 -0.358 -0.7
Catatan nilai 0.8 , 0,7 di dapat dari SNI 1727:2020 Pasal 27.3-1
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

1. Beban angin Z = 4m
a) Beban angin dinding sisi angin datang

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 13.187 x 0.85 x 0.8

= 8.96 N/m2

b) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 13.187 x 0.85 x -0.358

95
= -4.01 N/m2

c) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 13.187 x 0.85 x -0.7

= -7.84 N/m2

2. Beban angin Z = 8m
a) Beban angin dinding sisi angin datang

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 15.473 x 0.85 x 0.8

= 10.521 N/m2

b) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 15.473 x 0.85 x -0.358

= -4.708 N/m2

c) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 15.473 x 0.85 x -0.7

= -9.206 N/m2

3. Beban angin Z = 12m

96
a) Beban angin dinding sisi angin datang

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 17.373 x 0.85 x 0.8

= 11.813 N/m2

b) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 17.373 x 0.85 x -0.358

= -5.286 N/m2

c) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 17.373 x 0.85 x -0.7

= -10.337 N/m2

4. Beban angin Z = 16m


a) Beban angin dinding sisi angin datang

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 18.861 x 0.85 x 0.8

= 12.826 N/m2

b) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

97
= qz x G x CP (N/m2)

= 18.861 x 0.85 x -0.358

= -5.739 N/m2

c) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 18.861 x 0.85 x -0.7

= -11.223 N/m2

5. Beban angin Z = 20m


a) Beban angin dinding sisi angin datang

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 20.103 x 0.85 x 0.8

= 13.670 N/m2

b) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 20.103 x 0.85 x -0.358

= -6.117 N/m2

c) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 20.103 x 0.85 x -0.7

98
= -11.961 N/m2

6. Beban angin Z = 22.5m


a) Beban angin dinding sisi angin datang

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 20.791 x 0.85 x 0.8

= 14.138 N/m2

b) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 13.187 x 0.85 x -0.358

= -6.326 N/m2

c) Beban angin dinding sisi angin pergi

P = qGCp – q1(Gcpi)(N/m2)

= qz x G x CP (N/m2)

= 13.187 x 0.85 x -0.7

= -12.371 N/m2

99
Tabel 4. 6 Rekapitulasi Beban Angin (P)
P (N/m2)
Angin Pergi
Z Angin datang dinding sisi
Dinding sisi
angin datang Dinding tepi
angin pergi
4 8.967 -4.013 -7.846
8 10.522 -4.708 -9.206
12 11.814 -5.287 -10.337
16 12.826 -5.740 -11.223
20 13.670 -6.117 -11.961
22.5 14.138 -6.327 -12.371

Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

k. Menghitung Beban Angin pada Gedung (Q)

{ {*
Q =Px *

1. Z=4m

 Kolom tepi

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= 8.97 x 4
2
= 17.93 N/m

Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m

100
Q = P x l1 + l2
2
= -7.85 x 4
2
= -15.7 N/m
 Kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m dan


3m

Q = P x l1 + l2
2
= 8.97 x 4 + 3
2
= 31.38 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan

3m

Q = P x l1 + l2
2
= -4.01 x 4 + 3
2
= -14 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 5 m dan


3m

Q = P x l1 + l2
2
= 8.97 x 5 + 3
2
= 35.87 N/m

101
Angin pergi dinding tepi lebar dinding= 5 m dan 3 m

Q = P x l1+l2
2
= -4.01 x 5 + 3
2
= -16.1 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m


dan 4 m

Q = P x l1 + l2
2

= 8.97 x 4 + 4
2
= 35.87 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m
dan 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= -4.01 x 4 + 4
2
= -16.1 N/m
2. Z=8m
 Kolom tepi

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2

102
2
= 10.52 x 4
2
= 21.04 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= -9.21 x 4
2
= -18.4 N/m
 Kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4m dan 3m

Q = P x l1 + l2
2
= 10.52 x 4 + 3
2
= 36.83 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan

3m

Q = P x l1 + l2
2
= -4.71 x 4 + 3
2
= -16.5 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 5 m dan 3 m

103
Q = P x l1 + l2
2
= 10.52 x 5 + 3
2
= 42.09 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 5 m dan 3 m

Q = P x l1 + l2
2
= -4.71 x 5 + 3
2
= -18.8 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m dan 4 m

Q = P x l1 + l2
2

= 10.52 x 4 + 4
2
= 42.09 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= -4.71 x 4 + 4
2
= -18.8 N/m
3 Z = 12 m
 Kolom tepi

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m

104
Q = P x l1 + l2
2
= 11.81 x 4
2
= 23.63 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= -10.34 x 4
2
= -20.7 N/m
 Kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m dan 3 m

Q = P x l1 + l2
2
= 11.81 x 4 + 3
2
= 41.35 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan 3 m

Q = P x l1 + l2
2
= -5.29 x 4 + 3
2
= -18.5 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 5 m dan 3 m

Q = P x l1 + l2

105
2
= 11.81 x 5 + 3
2
= 47.26 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 5 m dan 3 m

Q = P x l1 + l2
2
= -5.29 x 5 + 3
2
= -21.1 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m dan

4 m

Q = P x l1 + l2
2
= 11.81 x 4 + 4
2
= 47.26 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= -5.29 x 4 + 4
2
= -21.1 N/m
4 Z = 16 m
 Kolom tepi

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m

106
Q = P x l1 + l2
2
= 12.83 x 4
2
= 25.65 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= -11.22 x 4
2
= -22.4 N/m
 Kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m


dan 3 m

Q = P x l1 + l2
2
= 12.83 x 4 + 3
2
= 44.89 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m
dan 3 m

Q = P x l1 + l2
2
= -5.74 x 4 + 3
2
= -20.1 N/m
 kolom tengah

107
Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 5 m dan
3m

Q = P x l1 + l2
2
= 12.83 x 5 + 3
2
= 51.3 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 5 m dan 3m

Q = P x l1 + l2
2
= -5.74 x 5 + 3
2
= -23 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m dan


4m

Q = P x l1 + l2
2
= 12.83 x 4 + 4
2
= 51.3 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan 4m

Q = P x l1 + l2
2
= -5.74 x 4 + 4
2
= -23 N/m
5 Z = 20 m

108
 Kolom tepi

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= 13.67 x 4
2
= 27.34 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= -11.96 x 4
2
= -23.9 N/m
 Kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m dan

3m

Q = P x l1 + l2
2
= 13.67 x 4 + 3
2
= 47.85 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan

3 m

Q = P x l1 + l2
2
= -6.12 x 4 + 3

109
2
= -21.4 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 5 m


dan 3 m

Q = P x l1 + l2
2
= 13.67 x 5 + 3
2
= 54.68 N/m

Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 5 m dan

3 m

Q = P x l1 + l2
2
= -6.12 x 5 + 3
2
= -24.5 N/m
 kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m


dan 4 m

Q = P x l1 + l2
2
= 13.67 x 4 + 4
2
= 54.68 N/m
Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan 4 m

110
Q = P x l1 + l2
2
= -6.12 x 4 + 4
2
= -24.5 N/m
6 Z = 22.5 m
 Kolom tepi

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2
2

= 14.14 x 4
2
= 28.28 N/m

Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m

Q = P x l1 + l2

= -12.37 x 4

= -24.7 N/m

 Kolom tengah

Angin datang dinding Tepi lebar dinding = 4 m dan 4 m

Q = P x l1 + l2

= 14.14 x 4 + 4

111
= 56.55 N/m

Angin pergi dinding tepi lebar dinding = 4 m dan 4 m

Q = P x l1 + l2

= -6.33 x 4 + 4

= -25.3 N/m

Tabel 4. 7 Rekapitulasi Pembebanan angin pada kolom


Beban Angin di kolom (N/m)
Tengah (5 dan 3 m / 4
Z Tepi (4m) Tengah (4 dan 3 m) dan 4 m)
(m) Angin Angin Angin Angin Angin Angin
datang Pergi datang Pergi datang Pergi
4 17.93 -15.69 31.38 -14.04 35.87 -16.05
8 21.04 -18.41 36.83 -16.48 42.09 -18.83
12 23.63 -20.67 41.35 -18.50 47.26 -21.15
16 25.65 -22.45 44.89 -20.09 51.30 -22.96
20 27.34 -23.92 47.85 -21.41 54.68 -24.47
22.5 28.28 -24.74 56.55 -25.31 - -
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

112
l. Pembebanan angin Pada Shear Wall

Beban yang digunakan adalah sebagai berikut

Tabel 4. 8 Rekapitulasi Beban Angin (P) pada shear wall


P (N/m2)
Angin Pergi
Z Angin datang dinding Dinding
Dinding
sisi angin datang sisi angin
tepi
pergi
4 8.967 -4.013 -7.846
8 10.522 -4.708 -9.206
12 11.814 -5.287 -10.337
16 12.826 -5.740 -11.223
20 13.670 -6.117 -11.961
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

6. Pembebanan Lift

Dari SNI 1727:2020 didapatkan parameter pembebanan


terpusat dan merata, beban terpusat yang digunakan untuk ruang mesin
elevator adalah sebesar 1,33 kN sedangkan Beban merata ruang mesin
elevator sesuai dengan SNI yang ada adalah 7,18 kN/m2 di konversi
kedalam kN/m karna beban akan di masukan ke dalam balok dengan
perhitungan sebagai berikut;

Diketahui:

Ukuran Void Elevator : 2,25 m x 3 m

Jadi = 7,18 x (2,25 x 3 ) *0,5

= 24,23 kN/m’

113
Beban merata tersebut akan di inputkan pada balok dengan
bentang 2,25 karena balok tersebut merupakan balok yang akan
digunakan sebagai dudukan mesin elevator.

7. Penginputan Pembebanan Struktur pada SAP 2000.v.22

a. Mendefinisikan parameter pembebanan


1) Mendefinisikan pembebanan

Beban yang di definisikan ke dalam sap diantarannya:

a) Beban mati / Dead Load (DL)


b) Beban mati tambahan / Super dead (DL)
c) Beban hidup / Live load (DL)
d) Beban hidup atap / Roof Live load (RL)
e) Beban Gempa / Quake load (E)
f) Beban Angin / Wind Load (W)
Gambar di bawah adalah hasil pendefinisian load patterns:

Gambar 4. 22 Define load patterns SAP2000 v22


(Sumber: SAP2000 v22)

2) Mendefinikan kombinasi pembebanan


Memasukkan kombinasi pembebanan ke dalam program SAP
seperti gambar di bawah :

114
Gambar 4. 23 Input kombinasi pembebanan pada SAP2000 v22
(Sumber: SAP2000 v22)
3) Menginput parameter pembebanan gempa

Memasukkan hasil perhitungan respons spektrum ke dalam


program SAP 2000 seperti gambar di bawah

Gambar 4. 24 Input respons spektrum pada SAP2000 v22


(Sumber: SAP2000 v22)

115
Gambar 4. 25 Input beban gemap arah x pada SAP2000 v22
(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 26 Input beban gemap arah y pada SAP2000 v22


(Sumber: SAP2000 v22)

116
4) Input beban pasa sap 2000

Gambar 4. 27 Input beban mati tambahan pada pelat


(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 28 Input beban mati tambahan pada pelat


(Sumber: SAP2000 v22)

117
Gambar 4. 29 Input beban hidup pada pelat lantai
(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 30 Input beban hidup pada pelat atap


(Sumber: SAP2000 v22)

118
Gambar 4. 31 Input beban angin pada kolom
(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 32 Input beban angin pada dinding geser


(Sumber: SAP2000 v22)

119
F. Run Analysis Model
Pada penelitian ini model struktur yang telah di buat mengacu pada SNI
2847:2019 yang merujuk pada ACI 318.2-14 “ Building code requirements for
concrete thin shells ads commentary” dan pada pasal 21.2 SNI 2847:2019
tentang faktor reduksi kekuatan (ϕ), parameter phi yang ada harus sesuai
dengan peraturan SNI yang ada, seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 4. 33 Tampilan seting Concrete frame design prefences


(Sumber: SAP2000 v22)

120
Gambar 4. 34 Hasil running analysis struktur
(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 35 Hasil design check analysis struktur


(Sumber: SAP2000 v22)

121
1. Menentuakan Periode natural bangunan

Untuk mengontrol hasil analisis dinamik, maka harus di bandingkan dengan


analisis statik equivalent, langkah pertama adalah menentukan periode natural (t)
dengan cara sebagai berikut :

Batas bawah

Ta = Ct . hnx

= 0,0466 . 240,9

= 0,8139 detik

Batas atas

= Cu .ta

= 1,4 . 0,8139

= 1,13946

Periode natural gedung hasil analisis SAP mode 1 adalah 0,6318. Maka
digunakan nitai Tc batas bawah yaitu 0,8139 detik, selanjutnya memasukan nilai
tersebut ke dalam pembebanan gempa statik equivalen pada Load Pattern seperti
gambar di bawah :

122
Gambar 4. 36 Input nilai periode natural statik ekuivalen ( Ex statik )
(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 37 Input nilai periode natural statik ekuivalen ( Ey statik )


(Sumber: SAP2000 v22)

123
Gambar 4. 38 Mendefinisikan beban gempa statik equivalen sap2000
(Sumber: SAP2000 v22)

Langkah selanjutnya adalah menganalisis model struktur ulang dengan cara seperti
gambar di bawah :

Gambar 4. 39 Running analysis model


(Sumber: SAP2000 v22)

124
2. Kontrol analisis dinamik

Sesuai dengan pasal 7.9.1 dan 7.9.4.1 SNI 1726:2012 hasil analisis
struktur harus di lakukan pengecekan sebagai berikut:

a) Gaya geser dinamik pada pondasi/dasar ≥ 85% gaya geser statik pada
pondasi/dasar. (Vdynamic) ≥ 85% (Vstatic). Gambar di bawah adalah hasil
pengecekan gaya geser dinamik pada bagian dasar gedung:

Gambar 4. 40 Output gaya geser dinamik dasar


(Sumber: SAP2000 v22)

Tabel 4. 9 Output SAP 2000 gaya geser dasar dinamik dan statik equivalen
OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY
KN KN
EX RESP LinRespSpec Max 4375,452 2146,657
EY RESP LinRespSpec Max 2150,412 4282,023
EY STATIK LinStatic 3,384E-11 -4836,445
EX STATIK LinStatic -4836,445 -5,373E-10
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

125
Langkah langkah pengecekan yang harus di lakukan sebagai berikut :

a. Cek base shear reaction (Vdynamic) ≥ 85% (Vstatic)

0,85 . Ex statik = 0,85 . -4836,445

= 4110,978

0,85 . Ey statik = 0,85 . -4836,445

= 4110,978

Ex Respons Spektrum = 4375,452

Ey Respons Spektrum = 4282,023

Dari hasil di dapatkan bahwa gaya geser dasar dinamik lebih besar dari
gaya geser dasar statik.

3. Langkah selanjutnya adalah mengecek partisispasi masa harus ≥ 90%, berikut


adalah hasil pengecekan partisispasi masa :

Gambar 4. 41 Output partisipasi masa


(Sumber: SAP2000 v22)

126
Dari hasil pengecekan partisipasi masa yang di lakukan, pada mode 13
- 18 prosentase pertisipasi masa yang terjadi sudah memenuhi syarat yang
ada yaitu partisipasi msa yang terjadi harus ≥ 90%.

4. Pengecekan kestabilan P-Delta

Pengecekan kestabilan P-Delta dilakukan susuai dengan Pasal 7.8.7


SNI-1726:2019, pengecekan ini perlu dilakukan untuk mengecek kestabilan
dari struktur gedung yang sedang di desain, dan jiaka nilai teta (Ɵ) yang di
hitung melebihi nilai dari teta max(Ɵmax) maka struktur harus di desain ulang.
Perhitungan kestabila P-Delta dilakukan dengan rumus di bawah :

F#.|.}H
Ɵ = ~•.X€•.•‚

Nilai Px, Δ, Vx, hsx didapat dari output program SAP seperti berikut:

a. Beban desain total pada dan diatas tingkat x (Px)


Di dapat setelah running struktur lalu – Pilih Display – Show Tabels –
Output struckture – Other output – section cut analysis, untuk load patern
pilih beban hidup dan beban mati, untuk load case pilih D+L. maka di dapat
nilai seperti gambar berikut :

Gambar 4. 42 Output beban total desain tingkat ( Px )


(Sumber: SAP2000 v22)

127
b. Gaya geser seismik yang berkerja antara tingkat x dan x-1 (Vx)
Gaya geser seismik yang berkerja antara tingkat x di dapat dengan
cara Display – Show table – other output items – Section cut analysis. Untuk
load pattern pilih hanya beban respons spektrum (Ex,Ey). Untuk load case
pilih dulu (Ex) lalu ulangi lagi untuk arah (Ey). Maka akan di dapat nilai
seperti gambar berikut :

Gambar 4. 43 Output gaya geser seismik tingkat x dan x-1 ( VxEx )


(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 44 Output gaya geser seismik tingkat x dan x-1 ( VxEy )


(Sumber: SAP2000 v22)

128
c. Mencari simpangan antar lantai tingkat desain (Δ)

Untuk mencari nilai dari (Δ) terlebih dahulu kit mencari nilai dari

perpindahan elastik yang terjadi akibat beban gempa desain tingkat (δ).

Dengan cara ganti tampilan menjadi Ex respons spektrum lalu ubah juga ke

tampilan Xz lalu pilih join lantai 1 sd atap dalam satu garis. Langkah

selanjutnya adalah pilig display – Show table – connectivity data – join

coordinate, pilih juga analysis result – join output – table join displacemen,

load case pilih Ex respons spektrum lalu ok. ulangi langkah tersebut untuk

mendapatkan perpindahan elastik arah y . Maka akan di dapat nialai sebagai

berikut :

Gambar 4. 45 Output perpindahan elastik beban gempa desain tingkat ( δeEx)


(Sumber: SAP2000 v22)

129
Gambar 4. 46 Output perpindahan elastik beban gempa desain tingkat (
δeEy )
(Sumber: SAP2000 v22)

Berikut adalah tabel rekapitulasi nilai Px,VxEx, VxEy , δeEx, δeEy :

Tabel 4. 10 Rekapitulasi nilai Px,VxEx, VxEy , δeEx, δeEy


LANTAI PX Vx Ex Vx Ey δeEx δeEy
Pondasi 0 0
K Lt.1 71085,445 4122,743 4261,088 0,002001 0,000746
K Lt.2 55280,918 3730,237 3970,694 0,005327 0,002176
K Lt.3 39772,27 3061,462 3348,839 0,008976 0,003896
K Lt.4 24678,738 2137,355 2396,744 0,012289 0,005642
K Lt.5 9602,741 883,891 1031,151 0,014834 0,007179
K Lt.6 514,061 79,823 78 0,015817 0,007967
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

Setelah nilai perpindahan elastik tiap lantai di dapatkan langkah

selanjutnya adalah mencari nilai dari perpindahan elastik δ dengan cara

sebagai berikut :

δEx = Cd.dex/Ie

= 5,5 . 0,002 /1,5

130
= 0,007333

δEy = Cd.dey/Ie

= 5,5 . 0,00127 /1,5

= 0,004653

Setelah di dapatkan nilai dari perpindahan elastik tiap lantai aktibat

beben desain gempa ( δEx dan δEy ), Langkah selanjutnya adalah mencari

nilai simpangan antar lantai (Δ) dengan mencari selisih defleksi in-elastis

antara tingkat yang di tinjau dengan tingkat di bawahnya, maka akan di

dapatkan nilai seperti tabel di bawah :

Tabel 4. 11 Rekapitulasi nilai δxx, δxy, Δ Ex, Δ Ey, Δ Izin.


Δ
LANTAI δEx δEy Δ Ex Δ Ey
Izin
(mm) (mm) (mm)
Pondasi 0 0 0 0
K Lt.1 0,007337 0,002735 7,337 2,735333333 28
K Lt.2 0,012195 0,005243 12,195333 5,243333333 28
K Lt.3 0,01338 0,006307 13,379667 6,306666667 28
K Lt.4 0,012148 0,006402 12,147667 6,402 28
K Lt.5 0,009332 0,005636 9,3316667 5,635666667 28
K Lt.6 0,003604 0,002889 3,6043333 2,889333333 28
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

Setelah dilakukan pengecaekan simpangan antar lantai didapatkan

bahwa simpangan yang terjadi pada tiap tingkat tidak melebihi simpangan

tingkat ijin sesuai dengan SNI 1726:2019 Pasal 7.12.1.

d. Cek kestabilan P-Delta

131
Seteleh semua nilai yang di butuhkan untuk mengecek kestabilan P-

Delta di dapatkan , langkah selanjutnya adalah menghitung nilai teta (ƟEx,

ƟEy) sesuai dengan SNI-1726:2019 pasal 7.87.

F# . | . }H
Ɵ = ~•ƒ# . X€• . •‚

* ,_ . _, . ,
Ɵexlt1 = . . ,

= 0,010055

* ,_ . , . ,
Ɵeylt1 = * , _. . ,

= 0,006173

* *, _. *,*_* . ,
Ɵexlt2 =
* , . . ,

= 0,014368

* *, _. , _. ,
Ɵeylt2 =
_ ,* . . ,

= 0,009403

_, _. , _. ,
Ɵexlt3 =
* *, *. . ,

= 0,013714

_, _. , . ,
Ɵeylt3 = _ , _ . . ,

= 0,009593

* _, . *, . ,
Ɵexlt4 = * ,* . . ,

= 0,010916

* _, . , _. ,
Ɵeylt4 =
* , _. . ,

= 0,008269

132
_ ,_ . , . ,
Ɵexlt5 = ,_ _ . . ,

= 0,007306

_ ,_ . , . ,
Ɵeylt5 = , . . ,

= 0,006345

,_ * . , _. ,
Ɵexlt6 = *, _ . . ,

= 0,003481

,_ * . * , . ,
Ɵeylt6 =
, . . ,

= 0,009037

( Ɵmax ) = 0,5 / βCd

= 0,5 / (1,0 . 5,5)

= 0,090909

Berikut adalah tabel rekapitulasi hasil perhitungan pengecekan


kestabilan P-Delta :

Tabel 4. 12 Rekapitulasi nilai Ɵ Ex, Ɵ Ey, Ɵmax


LANTAI hsx Ɵ Ex Ɵ Ey Ɵ max
(mm)
Pondasi
K Lt.1 4000 0,008625445 0,003111279 0,09090
K Lt.2 4000 0,012322564 0,004977197 0,09090
K Lt.3 4000 0,011851283 0,005106867 0,09090
K Lt.4 4000 0,009563299 0,004494543 0,09090
K Lt.5 4000 0,006912327 0,003578383 0,09090
K Lt.6 4000 0,001582633 0,001298334 0,09090
Sumber: Perhitungan MS-Excel 2016

133
Dapat di lihat bahwa nilai teta ( Ɵ ) yang terjadi pada seluruh
lantai lebih kecil dari teta maksimum ( Ɵmax ), maka dapat disimpulkan
bahwa struktur sudah stabil dan tidak perlu di lakukan permodelan
struktur ulang.

G. Perencanaan Penulangan Pelat Atap


Dalam perencanaan penulangan pelat lantai luasan plat yang di
rencanaakan adalaah 1m2, berikut cara perhitungan penulangan pelat atap :

Gambar 4. 47 Output momen pelat atap arah x ( M11 )


(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 48 Output momen pelat atap arah y ( M22 )


(Sumber: SAP2000 v22)

134
Dalam perencanaan peemulangan pelat lantai diambil segmen pelat
terbesar yaitu 5m x 4m (ly x lx). Dengan spesifikasi pelat atap sebagai
berikut :

Tebal pelat = 100 mm

Selimut beton = 20 mm (SNI 2847:2019 Tabel 20.6.1.3.1)

Diameter tulangan = 10 mm

Mutu beton (f’c) = 26,4 MPa (K300)

Mutu baja (fy) = 280 MPa

Beban ultimit pada pelat atap


Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (0,794) + 1,6 (0,96)
= 0,9528 + 1,636
= 2,4888 kN/m2

Menghitung tinggi efektif pelat (d) :

d = h-d’

= 100-20

= 80 mm

dy dx

dx = 100 – 20 – (0,5 × 10) = 75 mm

dy = 100 – 20 – 10 – (0,5 × 10) = 65 mm

„ = 0,85 (SNI 2847:2019 Tabel 22.2.2.4.3)

135
, . …
ρb = . β1& ,
† †

, ×* , × ,
*
× *

= 0,04645

ρmaks = 0,75 × ρb= 0,75 × 0,0439= 0,03483

, ,
ρmin1 = =* = 0,005

ρmin2 = 0,0020 ( SNI 2857:2019 Tabel 24.4.3.2)

ρmin1 > ρmin2, maka di pakai,

ρmin = ρmin1 = 0,0020

` Mencari momen yang terjadi pada pelat

Ly/lx = 5/4

= 1,25

Mencari nilai x di karenakan dalam Tabel 13.3.1 PB1 1971 untuk


nilai koefisien momen ly/lx =1,25 tidak ada, maka perlu dilakukan
interpolasi linear untuk mencari nilai koefisien momen dari 1,25, berikut
adalah perhitungannya:

Mencari nilai koefisien monen untuk Mlx

,*y , * y
,* y , #y

#y * y
,* y , ,*y ,

* y
(x-31) ,*y ,
3 1,25 − 1,3

x = -1,5 +31 = 29,5

x = 29,5

Mencari nilai koefisien monen untuk Mly

136
,*y , * y
,* y , #y

#y * y
,* y , ,*y ,

* y
(x-19) 3 1,25 − 1,3
,*y ,

x = 0,5 +19

x = 19,5

Mencari nilai koefisien monen untuk Mtx

,*y , y
,* y , #y

#y y
,* y , ,*y ,

y
(x-69) ,*y ,
3 1,25 − 1,3

x = -2,5 +69

x = 66,5

Mencari nilai koefisien monen untuk Mty

,*y , y _
,* y , #y _

#y _ y _
,* y , ,*y ,

y _
(x-57) ,*y ,
3 1,25 − 1,3

x = -0,5 +57

x = 56,5

Dari Tabel 13.3.1 PBI 1971 Digunakan rumus sebagai berikut:

Mlx = 0,001. Qu . Lx2. x

= 0,001. 2,4888 . 42. 29,5

137
= 1,1747136 kNm

Mly = 0,001. Qu . Lx2. x

= 0,001. 2,4888 . 42. 19,5

= 0,7765056 kNm

Mtx = -0,001. Qu . Lx2. x

= -0,001. 2,4888 . 42. 66,5

= -2,6480832 kNm

Mtx = -0,001. Qu . Lx2. x

= -0,001. 2,4888 . 42. 56,5

= -2,2498752 kNm

Menghitung Penulangan Lapangan Arah X

Mu = MLx = 1,1747136 kNm = 1174713,6 Nmm

_ _ ,
Mn = = 1468391,7 N.mm
ˆ .

‰ ,_
Rn = Y‚$ = = 0,261047
×_ $
*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ %
& 1 − )1 − ,

*× ,* _× *, __
= *, __
[1 − )1 − *
]

= 0,000937799
ρ <ρmin maka menggunakan ρ= 0,0020
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,0020×1000x75

138
= 150 mm2
67
Jumlah tulangan (n) = • =• 1,91 ≈ 2 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = *


= 500 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 100 = 200 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 200 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 200 mm

Menghitung Penulangan Lapangan Arah Y

Mu = MLy = 0,78 kNm = 786505,6 Nmm

_ ,
Mn = ˆ .
= 970632,0 N.mm

‰ _ *,
Rn = Y‚$ = × $ = 0,22973
*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× ,** _ × *, __
= [1 − )1 − ]
*, __ *

= 0,00082472
ρ <ρmin maka menggunakan ρ= 0,0020
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,0020×1000x75

139
= 150 mm2
67
Jumlah tulangan (n) = • =• 1,91 ≈ 2 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = *


= 500 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 100 = 200 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 200 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 200 mm

Menghitung Penulangan Tumpuan Arah X

Mu = MLx = 2,65 kNm = 2548083,2 Nmm

* ,*
Mn = ˆ .
= 3310104,0 N.mm

‰ ,
Rn = Y‚$ = ×_ $
= 0,5884629
*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , * × *, __
= *, __
[1 − )1 − *
]

= 0,002129
ρ >ρmin maka menggunakan ρ= 0,00213
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,00213×1000x75

140
= 159,747 mm2
67 ,_ _
Jumlah tulangan (n) = • = • 2,03≈ 3 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = = 333 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 100 = 200 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 200 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 200 mm

Menghitung Penulangan Tumpuan Arah Y

Mu = MLy = 2,25 kNm = 2249875,2 Nmm

** _ ,*
Mn = = 2812344,0 N.mm
ˆ .

‰ * * ,
Rn = Y‚$ = $ = 0,66564355
×
*
m = 12,477
, × Š . ×* ,

* • ‹ ׌
ρ %
& 1 − )1 − ,

*× , × *, __
= *, __
[1 − )1 − *
]

= 0,0024136
ρ >ρmin maka menggunakan ρ= 0,0024136
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,0024136×1000x65
= 156,887 mm2

141
67 , _
Jumlah tulangan (n) = • = • 2 ≈ 2 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = = 500 mm


*

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 100 = 200 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 200 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 200 mm

H. Perencanaan Penulangan Pelat Lantai


Dalam perencanaan penulangan pelat atap luasan plat yang di rencanaakan
adalaah 1m2, berikut cara perhitungan penulangan pelat atap :

Gambar 4. 49 Output momen pelat atap arah x ( M11 )


(Sumber: SAP2000 v22)

142
Gambar 4. 50 Output momen pelat atap arah y ( M22 )
(Sumber: SAP2000 v22)

Dalam perencanaan peenulangan pelat lantai diambil segmen pelat


terbesar yaitu 5m x 4m (ly x lx). Dengan spesifikasi pelat atap sebagai
berikut :

Tebal pelat = 120 mm

Selimut beton = 20 mm (SNI 2847:2019 Tabel 20.6.1.3.1)

Diameter tulangan = 10 mm

Mutu beton (f’c) = 26,4 MPa (K300)

Mutu baja (fy) = 280 MPa

Beban ultimit pada pelat lantai koridor


Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (1,909) + 1,6 (4,79)
= 2,2908 + 7,664
= 9,9548 kN/m2

143
Menghitung tinggi efektif pelat (d) :

d = h-d’

= 120-20

= 100 mm

dy dx

dx = 120 – 20 – (0,5 × 10) = 95 mm

dy = 120 – 20 – 10 – (0,5 × 10) = 85 mm

„ = 0,85 (SNI 2847:2019 Tabel 22.2.2.4.3)

, . …
ρb = . β1& ,
† †

, ×* , × ,
*
× *

= 0,04645

ρmaks = 0,75 × ρb= 0,75 × 0,0439= 0,03483

, ,
ρmin1 = =* = 0,005

ρmin2 = 0,0020 ( SNI 2857:2019 Tabel 24.4.3.2)

ρmin1 > ρmin2, maka di pakai,

ρmin = ρmin1 = 0,0020

` Mencari momen yang terjadi pada pelat

Ly/lx = 5/4

144
= 1,25

Mencari nilai x di karenakan dalam Tabel 13.3.1 PB1 1971 untuk


nilai koefisien momen ly/lx =1,25 tidak ada, maka perlu dilakukan
interpolasi linear untuk mencari nilai koefisien momen dari 1,25, berikut
adalah perhitungannya:

Mencari nilai koefisien monen untuk Mlx

,*y , * y
,* y , #y

#y * y
,* y , ,*y ,

* y
(x-31)
,*y ,
3 1,25 − 1,3

x = -1,5 +31 = 29,5

x = 29,5

Mencari nilai koefisien monen untuk Mly

,*y , * y
,* y , #y

#y * y
,* y , ,*y ,

* y
(x-19) ,*y ,
3 1,25 − 1,3

x = 0,5 +19

x = 19,5

Mencari nilai koefisien monen untuk Mtx

,*y , y
,* y , #y

#y y
,* y , ,*y ,

y
(x-69)
,*y ,
3 1,25 − 1,3

145
x = -2,5 +69

x = 66,5

Mencari nilai koefisien monen untuk Mty

,*y , y _
,* y , #y _

#y _ y _
,* y , ,*y ,

y _
(x-57) 3 1,25 − 1,3
,*y ,

x = -0,5 +57

x = 56,5

Dari Tabel 13.3.1 PBI 1971 Digunakan rumus sebagai berikut:

Mlx = 0,001. Qu . Lx2. x

= 0,001. 9,9548 . 42. 29,5

= 4,698666 kNm

Mly = 0,001. Qu . Lx2. x

= 0,001. 9,9548 . 42. 19,5

= 3,105898 kNm

Mtx = -0,001. Qu . Lx2. x

= -0,001. 9,9548 . 42. 66,5

= -10,59191 kNm

Mtx = -0,001. Qu . Lx2. x

= -0,001. 9,9548 . 42. 56,5

= -8,999139 kNm

146
Menghitung Penulangan Lapangan Arah X

Mu = MLx = 4,698666 kNm = 4698665.6 Nmm

.
Mn = ˆ .
= 5873332,0 N.mm

‰ _ *,
Rn = Y‚$ = ×_ $
= 0,650784
*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , _ × *, __
= *, __
[1 − )1 − *
]

= 0,0023589
ρ >ρmin maka menggunakan ρ= 0,0023589
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,0023589×1000x95
= 224,101 mm2
67 ** ,
Jumlah tulangan (n) = • = • 2,855≈ 3 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = = 333 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 240 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 240 mm

147
Menghitung Penulangan Lapangan Arah Y

Mu = MLy = 3,106 kNm = 3105897,6 Nmm

_,
Mn = ˆ .
= 3882372,0 N.mm

‰ * _*,
Rn = Y‚$ = × $ = 0,53735
*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , _ × *, __
= *, __
[1 − )1 − *
]

= 0,001942
ρ <ρmin maka menggunakan ρ= 0,0020
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,0020×1000x85
= 170 mm2
67 _
Jumlah tulangan (n) = • =• 2,166 ≈ 3 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = = 333 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 240 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 240 mm

148
Menghitung Penulangan Tumpuan Arah X

Mu = MLx = 10,59 kNm = 10591907,2 Nmm

_,*
Mn = ˆ .
= 13239884,0 N.mm

‰ * ,
Rn = Y‚$ = ×_ $
= 1,46702
*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , _ * × *, __
= [1 − )1 − ]
*, __ *

= 0,005422
ρ > ρmin
ρ < ρmak maka menggunakan ρ= 0,005422
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,00213×1000x95
= 515,169 mm2
67 ,
Jumlah tulangan (n) = • = • 6,563≈ 7 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = _


= 142,9 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 125 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 125 mm

149
Menghitung Penulangan Tumpuan Arah Y

Mu = MLy = 8,99 kNm = 8999139,2 Nmm

,*
Mn =
ˆ .
= 11248924,0 N.mm

‰ * * ,
Rn = = = 1,55694
Y‚$ × $

*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , × *, __
= [1 − )1 − ]
*, __ *

= 0,005768
ρ > ρmin
ρ < ρmak maka menggunakan ρ= 0,005768
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,005768×1000x85
= 490,2875
67 ,* _
Jumlah tulangan (n) = • = • 6,246 ≈ 7 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = _


= 142,9 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 125 mm

Jadi dipakai Tulangan D10 - 125 mm

150
I. Perencanaan Penulangan Pelat Tangga Dan Bordes
Perencanaan penulangan pelat tangga dan bordes luasan plat yang di
rencanaakan adalaah 1m2, berikut cara perhitungan penulangan pelat tangga
dan bordes :

400 cm

150 cm

450 cm

185 cm 30 cm 185 cm

Gambar 4. 51 Gambar denah tangga


(Sumber: Autocad 2022)
Data tangga :
Perbedaan elevasi = 400 cm
Tebal pelat = 12 cm
Lebar tangga = (400-30)/2 = 185 cm
Tinggi optrade = 200/12,5 = 16 cm
Panjang antrede = 450/15 = 30 cm
Lebar antrede = 30 cm
Jumlah antrede = 450 /30 = 15 buah
Panjang tangga = 400 cm
Lebar bordes = 150 cm

151
Gambar 4. 52 Output momen pelat tangga dan bordes arah x ( M11 )
(Sumber: SAP2000 v22)

Gambar 4. 53 Output momen pelat atap arah y ( M22 )


(Sumber: SAP2000 v22)

152
Dalam perencanaan peenulangan pelat lantai diambil segmen pelat
terbesar yaitu 5m x 4m (ly x lx). Dengan spesifikasi pelat atap sebagai
berikut :

Tebal pelat = 120 mm

Selimut beton = 20 mm (SNI 2847:2019 Tabel 20.6.1.3.1)

Diameter tulangan = 12 mm

Mutu beton (f’c) = 26,4 MPa (K300)

Mutu baja (fy) = 280 MPa

Mencari pelat ekuivalen pelat tangga:

AC s AB . BC 12.5.30
⇒ t.
t
11.538 cm
BC AC √12. 5* + 30*
200
v arc tg 23°
450
2 2
3 3
t. eq t 11.538 7.6923 cm

Tebal pelat equivalen = 12 +7,6923 = 19,7 cm

Panjang sisi miring tangga = x

X = Panjang tangga/cos α

= 450/cos 23º

= 488,86 cm

Beban ultimit pada pelat lantai koridor


Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 ( 2,13 ) + 1,6 (4,79)
= 2,556 + 7,664
= 10,22 kN/m2

153
„ = 0,85 (SNI 2847:2019 Tabel 22.2.2.4.3)

, . …
ρb = . β1& ,
† †

, ×* , × ,
×
* *

= 0,04645

ρmaks = 0,75 × ρb= 0,75 × 0,0439= 0,03483

, ,
ρmin1 = =* = 0,005

ρmin2 = 0,0020 ( SNI 2857:2019 Tabel 24.4.3.2)

ρmin1 > ρmin2, maka di pakai,

ρmin = ρmin1 = 0,0020

` Mencari momen yang terjadi pada pelat

Ly/lx = 4,88/1,85

= 2,64

Mencari nilai x di karenakan dalam Tabel 13.3.1 PB1 1971 untuk


nilai koefisien momen ly/lx =1,65 lebih besar dari 2,5 , maka di gunakan
koefisien momen sebagai berikut :

Mlx = 125

Mly = 25

Mty = 125

Dari Tabel 13.3.1 PBI 1971 Digunakan rumus sebagai berikut:

Mlx = 0,001. Qu . Lx2. x

= 0,001. 10,22 . 1,852. 125

= 4,3722 kNm

154
Mly = 0,001. Qu . Lx2. x

= 0,001. 10,22. 1,852. 25

= 0,8745 kNm

Mty = -0,001. Qu . Lx2. x

= -0,001. 10,22 . 1,852. 125

= -4,372 kNm

Menghitung Penulangan Lapangan Arah X

Mu = MLx = 4,3722 kNm = 4372243,75 Nmm

_** ,_
Mn = = 5465304,7 N.mm
ˆ .

‰ ,_
Rn = Y‚$ = $ = 0,618527
×
*
m = 12,477
, × Š . ×* ,

* • ‹ ׌
ρ %
& 1 − )1 − ,

*× , *_ × *, __
= [1 − )1 − ]
*, __ *

= 0,00224
ρ >ρmin maka menggunakan ρ= 0,00224
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,00224×1000x94
= 210,59 mm2
67 * ,
Jumlah tulangan (n) = • = • 1,863≈ 2 buah tulangan
ו $ × *$

Jarak Antar Tulangan (s) = *


= 500 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

155
Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 240 mm

Jadi dipakai Tulangan D12 - 240 mm

Menghitung Penulangan Lapangan Arah Y

Mu = MLy = 0,874 kNm = 874448,75 Nmm

_ ,_
Mn = = 1093060,9 Nmm
ˆ .

‰ ,
Rn = Y‚$ = = 0,16256
× *$
*
m = 12,477
, × Š . ×* ,

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , * × *, __
=
*, __
[1 − )1 − *
]

= 0,000582
ρ <ρmin maka menggunakan ρ= 0,0020
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,0020×1000x82
= 164 mm2
67
Jumlah tulangan (n) = • =• 1,451 ≈ 2 buah tulangan
ו $ × *$

Jarak Antar Tulangan (s) = *


= 500 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

156
Jarak antar tulangan yang dipakai= 240 mm

Jadi dipakai Tulangan D12 - 240 mm

Menghitung Penulangan Tumpuan Arah X

Mu = MLx = 4,372 kNm = 4372243,75 Nmm

_** ,_
Mn = ˆ .
= 5465304,7 N.mm

‰ ,_
Rn = Y‚$ = × $ = 0,6185
*
m = 12,477
, × Š . ×* ,

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , × *, __
= [1 − )1 − ]
*, __ *

= 0,00224
ρ > ρmin maka menggunakan ρ= 0,00224
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,00213×1000x94
= 210,59 mm2
67 * ,
Jumlah tulangan (n) = • = • 1,863≈ 2 buah tulangan
ו $ × $

Jarak Antar Tulangan (s) = = 500 mm


*

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 240 mm

Jadi dipakai Tulangan D12 - 240 mm

157
Menghitung Penulangan Tumpun Arah Y

Mu = MLy = 0,874 kNm = 874448,75 Nmm

_ ,_
Mn = ˆ .
= 1093060,9 Nmm

‰ ,
Rn = Y‚$ = × *$
= 0,16256
*
m = , × Š . ×* ,
12,477

* • ‹ ׌
ρ & 1 − )1 − ,
% †

*× , * × *, __
= *, __
[1 − )1 − *
]

= 0,000582
ρ <ρmin maka menggunakan ρ= 0,0020
sehingga,
As = ρ×b×d
= 0,0020×1000x82
= 164 mm2
67
Jumlah tulangan (n) = • =• 1,451 ≈ 2 buah tulangan
ו $ × *$

Jarak Antar Tulangan (s) = *


= 500 mm

Jarak maksimum tulangan diatur dalam SNI 2847:2019 Pasal 8.7.3.1 yang

berbunyi jarak tulangan maksimum adalah 2h

Jarak Antar Tulangan = 2H

= 2 x 120 = 240 mm

Jarak antar tulangan yang dipakai= 240 mm

Jadi dipakai Tulangan D12 - 240 mm

158
J. Perencanaan Pelat Dinding Geser
Dari output saap didapatkan data sebagai seperti gambar berikut :

Gambar 4. 54 Output nilai Pu, Mu, Vu Dinding geser


(Sumber: SAP 2000 V22)
Di dapatkan nilai sebagai berikut:
Pu = 92889,65 kN
Mu =184469,04 kN
Vu = 198,993 kN
Data Shear wall:
fc’ = 26,4 MPa
fy’ = 420 MPa
hw = 20 m
lw = 7 m
bw = 30 cm
Pengecekan rasio tulangan badan (web) mengacu pada Pasal 18.10.2.1 SNI
2847:2019 sebagai berikut:

Cek Vu >0,083Acvλ>?@′
Acv = 300 . 7000 = 2100000 mm2

0,083Acvλ>?@′ = 0,083(2100000). (1)√26,4


= 8955,69 kN > Vu (198,993)

159
Maka dapat diambil rasio luas tulangan minimum seperti pada Pasal
24.4.3.2. sebagai berikut
ρmin1 = (0,0018 . 420)/fy
= (0,0018 . 420)/420
= 0,0018
ρmin2 = 0,0014
Maka diambil nilai terbesar yaitu 0,0018
hw/lw = 20/7
= 2,85
Maka paling sedikit harus menggunakan paling sedikir 2 lapis tulangan pada
dinding.
Perhitungan tulangan horizontal dan vertikal
0,0018 Acv = 0,0018.(300x1000)
= 540 mm2
Jika dipasang tulangan D19 dalam 2 lapis maka
Ast = 2.(0,25.3,14.192)
= 566,77 mm2
Jarak antar tulangan tidak boleh melebihi 450 mm (Pasal 18.10.2.1 SNI
2847:2019)
S = 566,77/540
= 1,049 > 450
Digunakan tulangan D19-300 dalam 2 lapis untuk arah horizontal dan
vertikal.
Cek kuat geser dinding
hw/lw = 20/7
= 2,85
Αc diambil sebesar 0,17
Acv = 300. (7000) = 2100000 mm2
ρt = 566,77 / (300.300)
= 0,0063

Vn = Acv . (Acvλ>?@′ + ρt . fy)

160
= 2100000. ((0,17 . 1 . >26,4 + 0,0063 . 420
= 7390899,2
ϕVn = 0,75 . 7390899
= 5543,17 kN > Vu (198,993kN) OK

Tabel 4. 18 Rekapitulasi penulangan pelat

No Nama Pelat Penulangan

Tumpuan Arah X D12-200


Tumpuan Arah Y D12-200
1 Pelat Atap
Lapangan Arah X D12-200
Lapangan Arah Y D12-200

Tumpuan Arah X Ø10-125


Tumpuan Arah Y Ø10-125
2 Pelat Lantai
Lapangan Arah X Ø10-240
Lapangan Arah Y Ø10-240

Tumpuan Arah X D12-240


Pelat Tangga dan Tumpuan Arah Y D12-240
3
Bordes Lapangan Arah X D12-240
Lapangan Arah Y D12-240

Tumpuan Arah X D19-300


Tumpuan Arah Y D19-300
4 Dinding Geser
Lapangan Arah X D19-300
Lapangan Arah Y D19-300

Sumber: Data skripsi perhitungan pelat

161
K. Perencanaan Penulangan Balok
Dari hasil output design software SAP 2000 di dapatkan luasan

tulangan terbesar tiap balok sebagai berikut :

1. Penulangan balok B1

Dimensi Balok = 400 mm x 600 mm

Dengan tulangan utama = 19 mm

Tulangan sengkang = 12 mm

Tebal selimut beton (p) = 40 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – øtul sengkang – 0,5 D tul utama

= 600 – 40 – 12 – (0,5.19)

= 538,5 mm

Didapatkan luas tulangan terbesar dari balok ukuran b x h (40 cm x

60 cm) dari software SAP 2000 seperti gambar berikut :

162
Gambar 4. 55 Output luas tulangan pada software SAP 2000
(Sumber: SAP 2000 V22)

Menghitung kebutuhan tulangan tumpuan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan

Ast atas = 1287 mm2

Ast bawah = 710 mm2

Dicoba digunakan tulangan 5D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 5 x 0,25 x 3,14 x 192

= 1416,925 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 1416,925 > 1287 ok

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan atas 5D19

Ast bawah = 715 mm2

Dicoba digunakan tulangan 3D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

163
= 3 x 0,25 x 3,14 x 192

= 850,155 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 850,155 > 715 ok

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan bawah 3D19

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Ast = 710 mm2 + 532 mm2

= 1242 mm2

Dicoba digunakan tulangan 5D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 5 x 0,25 x 3,14 x 192

= 1416,925 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 1416,925 > 1242 ok

Maka digunakan tulangan untuk daerah lapangan 5D19

Menghitung tulangan sengkang

Didapatkan output gaya geser pada balok yang sedang di tinjau sebesar

127,889 kN

164
Gambar 4. 56 Output gaya geser maksimum
(Sumber: SAP 2000 V22)

Kuat geser balok

Vc = 1/6 >?@ – .b.d

= 1/6 √26,4 . 400 . 538,5

= 184,458 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 0,75 . 184,458

= 69,172

Vu > 0,5ϕVc = 127,889 > 69,172

Susuai pasal 9.6.3.1 SNI 2847:2019 bahwasannya luasan minimum

tulangan geser (Av min) harus disediakan pada semua penampang.

Vs perlu = øVs / 0,75

= 184,458 /0,75

= 245,943 kN

165
Av = 2. (0,25. — .d2)

= 2. (0,25. 3,14 .122)

= 226,195 mm2

V˜.[W.‚
S = ™7 š^›{

** , •* • ,
= *

= 138,67 mm

Smaks = d/2

= 538,5 / 2

= 269,25 mm

Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø 12 – 125

2. Penulangan balok B2

Dimensi Balok = 350 mm x 500 mm

Dengan tulangan utama = 19 mm

Tulangan sengkang = 12 mm

Tebal selimut beton (p) = 40 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – øtul sengkang – 0,5 D tul utama

= 500 – 40 – 12 – (0,5.19)

166
= 438,5 mm

Didapatkan luas tulangan terbesar dari balok ukuran b x h (35 cm x 50 cm)

dari software SAP 2000 seperti gambar berikut :

Gambar 4. 57 Output luas tulangan pada software SAP 2000


(Sumber: SAP 2000 V22)

Menghitung kebutuhan tulangan tumpuan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan

Ast atas = 1520 mm2

Ast dasar = 936 mm2

Dicoba digunakan tulangan 6D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 6 x 0,25 x 3,14 x 192

= 1701 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 1701 > 1520 mm OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan atas 6D19

167
Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan bawah

Ast = 936 mm2

Dicoba digunakan tulangan 4D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 4 x 0,25 x 3,14 x 192

= 1134 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000= 1134 > 936 OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan bawah 4D19

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Ast = 654 mm2 + 528 mm2

= 1182 mm2

Dicoba digunakan tulangan 5D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 5 x 0,25 x 3,14 x 192

= 1416,925 mm2

Ast perlu > Ast SAP 2000 = 1416,925 > 1182 OK

Maka digunakan tulangan untuk daerah lapangan 5D19

Menghitung tulangan sengkang

168
Didapatkan output gaya geser pada balok yang sedang di tinjau sebesar

133,541 kN

Gambar 4. 58 Output gaya geser maksimum


(Sumber: SAP 2000 V22)

Kuat geser balok

Vc = 1/6 >?@ – .b.d

= 1/6 √26,4 . 350 . 438,5

= 131,428 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 0,75 . 131,428

= 49,286

Vu > 0,5ϕVc = 133,541 > 49,286

Susuai pasal 9.6.3.1 SNI 2847:2019 bahwasannya luasan minimum

tulangan geser (Av min) harus disediakan pada semua penampang.

169
Vs perlu = øVs / 0,75

= 131,428 /0,75

= 175,23 kN

Av = 2. (0,25. — .d2)

= 2. (0,25. 3,14 .122)

= 226,195 mm2

V˜.[W.‚
S = ™7 š^›{

** , •* • ,
= _ *

= 158,5 mm

Smaks = d/2

= 438,5 / 2

= 219,25 mm

Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø 12 – 150

3. Penulangan balok B3

Dimensi Balok = 300 mm x 400 mm

Dengan tulangan utama = 19 mm

Tulangan sengkang = 12 mm

170
Tebal selimut beton (p) = 40 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – øtul sengkang – 0,5 D tul utama

= 400 – 40 – 12 – (0,5.19)

= 338,5 mm

Didapatkan luas tulangan terbesar dari balok ukuran b x h (35 cm x 50 cm)

dari software SAP 2000 seperti gambar berikut :

Gambar 4. 59 Output luas tulangan pada software SAP 2000


(Sumber: SAP 2000 V22)
Menghitung kebutuhan tulangan tumpuan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan

Ast atas = 1057 mm2

Ast dasar = 563 mm2

171
Dicoba digunakan tulangan 4D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 4 x 0,25 x 3,14 x 192

= 1134 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 1134 > 1057 mm OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan atas 4D19

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan bawah

Ast = 563 mm2

Dicoba digunakan tulangan 2D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 2 x 0,25 x 3,14 x 192

= 567 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 567 > 563 OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan bawah 2D19

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Ast = 357 mm2 + 403 mm2

= 760 mm2

Dicoba digunakan tulangan 4D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 4 x 0,25 x 3,14 x 192

= 1134 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 1134 > 760 OK

172
Maka digunakan tulangan untuk daerah lapangan 4D19

Menghitung tulangan sengkang

Didapatkan output gaya geser pada balok yang sedang di tinjau sebesar

85,153 kN

Gambar 4. 60 Output gaya geser maksimum


(Sumber: SAP 2000 V22)

Kuat geser balok

Vc = 1/6 >?@ – .b.d

= 1/6 √26,4 . 300 . 338,5

= 86,962 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 0,75 . 86,962

= 32,611

Vu > 0,5ϕVc = 85,153 > 32,611

173
Sesuai pasal 9.6.3.1 SNI 2847:2019 bahwasannya luasan minimum

tulangan geser (Av min) harus disediakan pada semua penampang.

Vs perlu = øVs / 0,75

= 86,962 / 0,75

= 115,95 kN

Av = 2. (0,25. — .d2)

= 2. (0,25. 3,14 .122)

= 226,195 mm2

V˜.[W.‚
S = ™7 š^›{

** , •* • ,
=

= 184,897 mm

Smaks = d/2

= 338,5 / 2

= 169,25 mm

Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø 12 – 150

4. Penulangan balok B4

Dimensi Balok = 200 mm x 300 mm

174
Dengan tulangan utama = 12 mm

Tulangan sengkang = 8 mm

Tebal selimut beton (p) = 25 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – øtul sengkang – 0,5 D tul utama

= 300 – 25 – 8 – (0,5.12)

= 261 mm

Didapatkan luas tulangan terbesar dari balok ukuran b x h (20 cm x 25 cm)

dari software SAP 2000 seperti gambar berikut :

Gambar 4. 61 Output luas tulangan pada software SAP 2000


(Sumber: SAP 2000 V22)

Menghitung kebutuhan tulangan tumpuan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan

Ast atas = 529 mm2

175
Ast dasar = 251 mm2

Dicoba digunakan tulangan 6D12

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 6 x 0,25 x 3,14 x 122

= 679 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 679 > 529 mm OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan atas 6D12

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan bawah

Ast = 251 mm2

Dicoba digunakan tulangan 3D12

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 3 x 0,25 x 3,14 x 122

= 339 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 339 > 251 OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan bawah 3D12

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Ast = 163 mm2 + 310 mm2

= 473 mm2

Dicoba digunakan tulangan 5D12

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 5 x 0,25 x 3,14 x 192

= 565 mm2

176
Ast perlu > Ast Sap 2000 = 565 > 473 OK

Maka digunakan tulangan untuk daerah lapangan 5D12

Menghitung tulangan sengkang

Didapatkan output gaya geser pada balok yang sedang di tinjau sebesar

50,64 kN

Gambar 4. 62 Output gaya geser maksimum


(Sumber: SAP 2000 V22)

Kuat geser balok

Vc = 1/6 >?@ – .b.d

= 1/6 √26,4 . 200 . 261

= 44,701 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 0,75 . 44,701

= 16,763

Vu > 0,5ϕVc = 50,64 > 16,763

177
Susuai pasal 9.6.3.1 SNI 2847:2019 bahwasannya luasan minimum tulangan

geser (Av min) harus disediakan pada semua penampang.

Vs perlu = øVs / 0,75

= 44,701 / 0,75

= 59,60 kN

Av = 2. (0,25. — .d2)

= 2. (0,25. 3,14 .82)

= 100,531 mm2

V˜.[W.‚
S = ™7 š^›{

, •* •*
= *

= 123,265 mm
Smaks = d/2

= 261 / 2

= 130,5 mm

Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø 8– 125

5. Penulangan balok B5

Dimensi Balok = 200 mm x 250 mm

178
Dengan tulangan utama = 12 mm

Tulangan sengkang = 8 mm

Tebal selimut beton (p) = 25 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – øtul sengkang – 0,5 D tul utama

= 250 – 25 – 8 – (0,5.12)

= 211 mm

Didapatkan luas tulangan terbesar dari balok ukuran b x h (20 cm x 25 cm)

dari software SAP 2000 seperti gambar berikut :

Gambar 4. 63 Output luas tulangan pada software SAP 2000


(Sumber: SAP 2000 V22)

Menghitung kebutuhan tulangan tumpuan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan

Ast atas = 582 mm2

Ast dasar = 270 mm2

179
Dicoba digunakan tulangan 6D12

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 6 x 0,25 x 3,14 x 122

= 679 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 679 > 582 mm OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan atas 6D12

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Digunakan nilai Ast terbesar dari bagian tumpuan bawah

Ast = 280 mm2

Dicoba digunakan tulangan 3D12

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 3 x 0,25 x 3,14 x 122

= 339 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 339 > 280 OK

Maka digunakan tulangan untuk tumpuan bawah 3D12

Menghitung kebutuhan tulangan lapangan

Ast = 199 mm2 + 215 mm2

= 414 mm2

Dicoba digunakan tulangan 4D12

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 4 x 0,25 x 3,14 x 192

= 452 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 452 > 414 OK

180
Maka digunakan tulangan untuk daerah lapangan 4D12

Menghitung tulangan sengkang

Didapatkan output gaya geser pada balok yang sedang di tinjau sebesar 26,872 kN

Gambar 4. 64 Output gaya geser maksimum


(Sumber: SAP 2000 V22)

Kuat geser balok

Vc = 1/6 >?@ – .b.d

= 1/6 √26,4 . 200 . 211

= 36,138 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 0,75 . 36,138

= 13,552

Vu > 0,5ϕVc = 26,872 > 13,552

Susuai pasal 9.6.3.1 SNI 2847:2019 bahwasannya luasan minimum tulangan geser

(Av min) harus disediakan pada semua penampang.

181
Vs perlu = øVc / 0,75

= 36,138 / 0,75

= 48,183 kN

Av = 2. (0,25. — .d2)

= 2. (0,25. 3,14 .82)

= 100,531 mm2

V˜.[W.‚
S =
™7 š^›{

, •* •*
=

= 123,265 mm
Smaks = d/2

= 211 / 2

= 105,5 mm

Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø 8– 100

182
Tabel 4. 19 Rekapitulasi Penulangan Balok
NAMA BALOK PENULANGAN GAMBAR

Tumpuan 8D19

B1 ( 40 x 60 cm) Lapangan 5D19

Sengkang Ø12-125

Tumpuan 10D19

B2 (35 x 50 cm) Lapangan 6D19

Sengkang Ø12-150

Tumpuan 9D19

B3 (30 x 40 cm) Lapangan 4D19

Sengkang Ø12-150

Tumpuan 9D12

B4 (20 x 30 cm) Lapangan 5D12

Sengkang Ø8-125

Tumpuan 9D12

B5 (20 x 25 cm) Lapangan 4D12

Sengkang Ø8-125

Sumber: Data skripsi perhitungan pelat

183
L. Perencanaan Penulangan Kolom
1. Perencanaan kebutuhan penulangan kolom K1

Dimensi kolom = 50 cm x 50 cm

fc’ = 26,4 MPa

fy = 420 MPa

fy = 280 Mpa

Tulangan pokok = 19 mm

Tulangan polos = 10 mm

Selimut beton = 50 mm

Perhitungan tulangan pokok

Dari program SAP 2000 di dapatkan nilai luas tulangan pokok sebesar 2500 mm2

Dicoba menggunkan tulangan 9D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 9 x 0,25 x 3,14 x 192

= 2552 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 2552 > 2500 OK

Perhitungan tulangan sengkang

184
Dari program SAP 2000 didapatkan nilai gaya geser (Vu) dan gaya aksial

(Pu) seperti gambar di bawah:

Gambar 4. 65 Output gaya geser pada kolom


(Sumber: SAP 2000 V22)

Gambar 4. 66 Output gaya aksial pada kolom


(Sumber: SAP 2000 V22)

185
Didapatkan :

Gaya geser (Vu) = 189,476 kN

Gaya aksial (Pu) = 2018,694 kN

Menghitung kapasitas gaya geser yang terjadi dengan menggunkan

persamaan :

E >
= 1+ .& + AB. C,

Vc
.6œ›

√* ,
= 1+ . + 500.430,5
2018694,0
. #

= 565,666 kN

ϕVc = 0,75 . 565,666 kN

= 424,250 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 424,250

= 212,125

ϕVc = 212,125 kN > Vu = 189,476 kN

Karena 0,5Vc > Vu, maka tulangan geser harus disediakan pada semua

penampang

Vs perlu = ϕVc / 0,75

= 424,075 / 0,75

= 565,4 kN

Av = ½ . π . d2

= ½ . 3,14 . 102 = 157,5 mm

.V˜.[W . _.*
S = 264 mm
YZ

186
Dalam SNI 2847:2019 Pasal 10.7.6.5 Persyaratan spasi maksimum harus

dihitung dengan persamaan berikut:

Vs ≥ 0,33 >?@′ . bw .d

≥ 0,33 √26,4 . 500 .430,5

≥ 364,971 kN

565,4 kN ≥ 364,971 kN

Jadi spasi maksimum tulangan geser tidak boleh melebihi jarak tulangan

maksimum sebagai berikut:

Smaks = d/4

= 430,5/4

= 107,62

Maka digunakan batang tulangan sengkang Ø10 – 100 mm.

2. Perencanaan kebutuhan penulangan kolom K2

Dimensi kolom = 40 cm x 40 cm

fc’ = 26,4 MPa

fy = 420 MPa

fy = 280 Mpa

Tulangan pokok = 19 mm

Tulangan polos = 10 mm

Selimut beton = 50 mm

Perhitungan tulangan pokok

Dari program SAP 2000 di dapatkan nilai luas tulangan pokok sebesar 3387

mm2

187
Dicoba menggunkan tulangan 12D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 12 x 0,25 x 3,14 x 192

= 3400 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 3400 > 3387 OK

Perhitungan tulangan sengkang

Dari program SAP 2000 didapatkan nilai gaya geser (Vu) dan gaya aksial

(Pu) seperti gambar di bawah:

Gambar 4. 67 Output gaya geser pada kolom


(Sumber: SAP 2000 V22)

188
Gambar 4. 68 Output gaya aksial pada kolom
(Sumber: SAP 2000 V22)

Didapatkan :

Gaya geser (Vu)= 127,204 kN

Gaya aksial (Pu)= 987,900 kN

Menghitung kapasitas gaya geser yang terjadi dengan menggunkan

persamaan :

E >
= 1+ .& + AB. C,

Vc .6œ›

√* ,
= 1+ . + 400.330,5
2018694,0
. #

= 460,010 kN

ϕVc = 0,75 . 460,010 kN

189
= 345,007 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 345,007

= 172,503

0,5ϕVc = 212,125 kN > Vu = 189,476 kN

Karena 0,5Vc > Vu, maka tulangan geser harus disediakan pada semua

penampang

Vs perlu = ϕVc / 0,75

= 345,007 / 0,75

= 460 kN

Av = ½ . π . d2

= ½ . 3,14 . 102 = 157,5 mm

.V˜.[W . _.*
S = YZ
329,7 mm

Dalam SNI 2847:2019 Pasal 10.7.6.5 Persyaratan spasi maksimum harus

dihitung dengan persamaan berikut:

Vs ≥ 0,33 >?@′ . bw .d

≥ 0,33 √26,4 . 400 .330,5

≥ 224,154 kN

460 kN ≥ 224,154 kN

Jadi spasi maksimum tulangan geser tidak boleh melebihi jarak tulangan

maksimum sebagai berikut:

Smaks = d/4

190
= 330,5/4

= 82,627

Maka digunakan batang tulangan sengkang •10 – 80 mm.

3. Perencanaan kebutuhan penulangan kolom K3

Dimensi kolom = 30 cm x 30 cm

fc’ = 26,4 MPa

fy = 420 MPa

fy = 280 Mpa

Tulangan pokok = 19 mm

Tulangan polos = 10 mm

Selimut beton = 40 mm

Perhitungan tulangan pokok

Dari program SAP 2000 di dapatkan nilai luas tulangan pokok sebesar 2379

mm2

Dicoba menggunkan tulangan 9D19

Ast perlu = Jumlah tulangan x 0,25 x μ x D2

= 9 x 0,25 x 3,14 x 192

= 2552 mm2

Ast perlu > Ast Sap 2000 = 2552 > 2379 OK

Perhitungan tulangan sengkang

Dari program SAP 2000 didapatkan nilai gaya geser (Vu) dan gaya aksial

(Pu) seperti gambar di bawah:

191
Gambar 4. 69 Output gaya geser pada kolom
(Sumber: SAP 2000 V22)

Gambar 4. 70 Output gaya aksial pada kolom


(Sumber: SAP 2000 V22)

192
Didapatkan :

Gaya geser (Vu)= 29,058 kN

Gaya aksial (Pu)= 79,100 kN

Menghitung kapasitas gaya geser yang terjadi dengan menggunkan

persamaan :

E >
= 1+ .& + AB. C,

Vc
.6œ›

79100,08 √* ,
= 1+ . #
. + 300.240,5

= 366,858 kN

ϕVc = 0,75 . 366,858 kN

= 275,143 kN

0,5ϕVc = 0,5 ϕVc

= 0,5 . 275,143

= 137,57

0,5ϕVc = 212,125 kN > Vu = 189,476 kN

Karena 0,5Vc > Vu, maka tulangan geser harus disediakan pada

semua penampang

Vs perlu = ϕVc / 0,75

= 275,143 / 0,75

= 366,85 kN

Av = ½ . π . d2

= ½ . 3,14 . 102 = 157,5 mm

.V˜.[W . _.*
S = 439,6 mm
YZ

193
Dalam SNI 2847:2019 Pasal 10.7.6.5 Persyaratan spasi maksimum

harus dihitung dengan persamaan berikut:

Vs ≥ 0,33 >?@′ . bw .d

≥ 0,33 √26,4 . 300 .240,5

≥ 122,33 kN

366,85 kN ≥ 122,33 kN

Jadi spasi maksimum tulangan geser tidak boleh melebihi jarak

tulangan maksimum sebagai berikut:

Smaks = d/4

= 240,5/4

= 60,125

Maka digunakan batang tulangan sengkang •10 – 60 mm.

194
Tabel 4. 20 Rekapitulasi Penulangan Kolom

No Nama Kolom Penulangan Gambar

Tulangan Pokok

10D19

1 K1 500X500 (mm) Tulangan Sengkang

Ø10-100

Tulangan Pokok

12D19

2 K2 400X400 (mm) Tulangan Sengkang

Ø10-80

Tulangan Pokok

10D19

3 K3 300X300 (mm) Tulangan Sengkang

Ø10-60

Sumber: Data skripsi perhitungan pelat

195
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perencanaan struktur beton bertulang, maka dapat kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dimensi struktur (Gambar denah struktur terlampir)

Struktur : Beton Bertulang

Ketinggian Lantai : Lt 1 – Lt 5 adalah 4 m

Lt Atap – Lt Maintenance adalah 2.5 m

a. Tebal Pelat

Tabel 5. 1Rekapitulasi Tebal Pelat


No Nama Pelat Tebal Pelat

1 Pelat Atap 100 mm

2 Pelat Lantai 120 mm

3 Pelat Tangga 120 mm

4 Pelat Bordes 120 mm

5 Pelat Dinding Geser 300 mm

Sumber: Data skripsi Preliminary Disain

CXCVI
b. Dimensi Balok

Tabel 5. 2 Rekapitulasi Ukuran Balok


No Nama Balok Ukuran lebar x tinggi
(b x h)

1 B1 400 mm x 600 mm

2 B2 350 mm x 500 mm

3 B3 200 mm x 400 mm

4 B4 200 mm x 400 mm

5 B5 200 mm x 250 mm

Sumber: Data skripsi Preliminary Disain

c. Dimensi Kolom

Tabel 5. 3 Rekapitulasi Ukuran Kolom


No Nama Balok Ukuran lebar x tinggi
(b x h)

1 K1 500 mm x 500 mm

2 K2 400 mm x 400 mm

3 K3 300 mm x 300 mm

Sumber: Data skripsi Preliminary Disain

CXCVII
d. Penulangan Pelat

Tabel 5. 4 Rekapitulasi Penulangan Pelat

No Nama Pelat Tebal Pelat

Tumpuan Arah X D12-200


Tumpuan Arah Y D12-200
1 Pelat Atap
Lapangan Arah X D12-200
Lapangan Arah Y D12-200

Tumpuan Arah X Ø10-125


Tumpuan Arah Y Ø10-125
2 Pelat Lantai
Lapangan Arah X Ø10-240
Lapangan Arah Y Ø10-240

Tumpuan Arah X D12-240


Tumpuan Arah Y D12-240
3 Pelat Tangga
Lapangan Arah X D12-240
Lapangan Arah Y D12-240

Tumpuan Arah X D19-300


Tumpuan Arah Y D19-300
4 Pelat Bordes
Lapangan Arah X D19-300
Lapangan Arah Y D19-300

Tumpuan Arah X D12-200


Tumpuan Arah Y D12-200
5 Pelat Dinding Geser
Lapangan Arah X D12-200
Lapangan Arah Y D12-200

Sumber: Data skripsi perhitungan penulangan pelat

CXCVIII
e. Penulangan Balok

Tabel 5. 5 Rekapitulasi Penulangan Kolom


NO NAMA BALOK PENULANGAN

Tumpuan 8D19

1 B1 ( 40 cm x 60 cm) Lapangan 5D19

Sengkang Ø12-125

Tumpuan 10D19

2 B2 (35 cm x 50 cm) Lapangan 6D19

Sengkang Ø12-150

Tumpuan 9D19

3 B3 (30 cm x 40 cm) Lapangan 4D19

Sengkang Ø12-150

Tumpuan 9D12

4 B4 (20 cm x 30 cm) Lapangan 5D12

Sengkang Ø8-125

Tumpuan 9D12

5 B5 (20 cm x 25 cm) Lapangan 4D12

Sengkang Ø8-125

Sumber: Data skripsi perhitungan penulangan balok

CXCIX
f. Penulangan Kolom

Tabel 5. 6 Rekapitulasi Penulangan Kolom


No Nama Kolom Penulangan

Tulangan Pokok

10D19
1 K1 500X500 (mm)
Tulangan Sengkang

Ø10-100

Tulangan Pokok

12D19
2 K2 400X400 (mm)
Tulangan Sengkang

Ø10-80

Tulangan Pokok

10D19
3 K3 300X300 (mm)
Tulangan Sengkang

Ø10-60

Sumber: Data skripsi perhitungan penulangan kolom

CC
2. Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa simpangan yang

terjadi di setiap tingkat tidak melebihi simpangan izin sesuai dengan

SNI 1727:2020 yaitu sebesar 0.007hsx (28 mm). Untuk hasil analisis

efek kestabilan P-Delta dapat diketahi bahwa nilai teta ( Ɵ ) yang

terjadi pada seluruh lantai lebih kecil dari teta maksimum ( Ɵmax )

Sesuai yang di syaratkan pada SNI 1727:2020 yaitu sebesar 0, maka

dapat disimpulkan bahwa struktur sudah stabil dan tidak perlu di

lakukan permodelan struktur ulang. Dari analisis permodelan

struktur yang di lakukan didapatkan bahwa struktur yang

direncanakan sudah mampu menahan beban-beban yang berkerja

pada gedung diantaranya: Beban mati, Beban hidup, Beban angin,

Beban Gempa.

3. Gambar rencana terdiri dari gambar denah, gambar tampak, gambar

potongan dan gambar detail (Gambar terlampir).

B. SARAN
Hasil dari perencanaan struktur yang telah di perhitungkan dapat dilakukan lagi
pengecekan ulang jika terjadi perubahan peraturan SNI yang berlaku

CCI
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional Indonesia. “Beban Minimum Untuk Perancangan


Bangunan Gedung Dan Struktur Lain.” SNI 1727:2018, www.bsn.go.id.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton


Untuk Bangunan Gedung. SNI 2847:2019.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung.” SNI 1736:2019.

Departemen Pekerjaan Umum. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah


Dan Gedung SNI 03-1727-1989. 1987.

Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Permenristekdikti No.32


“Akreditasi Prodi dan PT” 2016.

Servie O. Dapas, Steenie E, Wallah. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Gedung


Kuliah 5 Lantai. 2020.

Wahyono, Andang, Puji Santosa, M. Agus Salim A.F, Alex Salamullah.


Perencanaan Struktur Gedung Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2005.

Ageng Pambudi, M. Agus Salim A.F, Amris Azizi. Perencanaan Struktur


Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2020.

Fazal Mumtaz Chilmi. M. Agus Salim A.F, Amris Azizi. Perencanaan Struktur dan
Gambar Rumah Tinggal Dua Lantai di Kelurahan Dukuhwaluh, Kecamatan
Kembaran, Kabupaten Banyumas. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. 2020.

CCII
Bakir Yunus. Mukhril P. Perencanaan Struktur Gedung Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Purbalingga. Universitas Wijaya
Kusumua.2018.

W.C. Vis. Gideon Kusuma. Dasar-dasar Perencanaan Beton bertulang. Vol 1, 2, 3,


4. Jakarta 10430. 1993.

Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang Berdasatkan SK. SNI T-15-


1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta, Desember 1993.

Servie O. Dapas, Ronny Pandaleke. Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang


Dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Jurnal Sipil Statik Vol.6
No.6 Juni 2018 (361-372) ISSN: 2337-6732.

Suci Lestari. Analisis Jarak Dilatasi Bangunan Ber Layout L dan Perhitungan
Penulangan Elemen Balok dan Kolom di Sekitar Dilatasi. Universitas
Andalas Padang. 2019.

CCIII
LAMPIRAN

CCIV

Anda mungkin juga menyukai