TESIS
Diajukan Oleh :
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Magister Teknik Sipil
Diajukan Oleh :
Diajukan Oleh :
Pembimbing II :
Tim Penguji
Ketua Penguji :
……………………………………………..
……………………………
Anggota Penguji 1 :
……………………………………………..
……………………………
Anggota Penguji 2 :
……………………………………………..
……………………………
Mengetahui
Fakultas Teknik
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Dekan Kaprodi
Fakultas Teknik Magister Teknik Sipil
Dr. Ir. H. Sajiyo, M. Kes., IPM Prof. Dr. Dr. (TS)., Ir. H. Wateno Oetomo
M.M., .T., MH
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Atas segala
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan ANALISIS
PERBANDINGAN PERHITUNGAN STRUKTURAL, BIAYA DAN
WAKTU KONSTRUKSI BERDASARKAN STANDAR SNI 2002
DENGAN SNI 2013 (studi kasus : Gedung Administrtasi 3 Lantai UNTL
Dili, Timor Leste) ” ini dengan lancar.
Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan kurikulum Program Pasca
Sarjana Magister Teknik, Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya.
Selama menyusun Tesis ini, penulis telah banyak mendapat pengarahan,
perhatian, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH selaku Dosen
Pembimbing I atas
bimbingannya selama ini sampai selesai.
2. Dr. Budi Witjaksana,ST.,MT. selaku Dosen Pembimbing II atas
bimbingannya selama ini sampai selesai.
Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada:
3. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA. Selaku Rektor Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya.
4. Dr. Ir. H. Sajiyo, M.Kes., IPM. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
5. Prof. Dr. Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH.selaku Kaprodi
Magister Teknik Sipil.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Teknik di Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya yang telah membantu, membimbing dan memberi semangat
selama penulis mengikuti perkuliahan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kebaikan Tesis ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gedung Administrasi Universitas Nacional Timor Lorosa’e
merupakan gedung yang dibangun pada tahun 2019 yang terdiri dari 3
lantai, fungsi dari gedung tersebut untuk melayani dan memfasilitasi
sistem administrasi di Universitas Nacional Timor Lorosa’e. Untuk
perencanaan angaran biaya Gedung Administrasi Universitas Nacional
Timor Lorosa’e dalam hal ini adalah element struktur balok itu
mencapai $71252,03 dengan volume 141,22 m3 (Beton), 14622,43 kg
(Besi beton) dan 345,27 m2 dengan luas dimensi balok tediri dari 2 tipe
penamapang yaitu B1 (30 cm x 50 cm) dan B2 (25 cm x 40 cm) dengan
bentangan rata- rata 7 m. Perencanaan struktur pada gedung Aministrasi
Universitas Nacional Timor Lorosa’e mengunakan standart peraturan
SNI 2847 -2002 yaitu persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung dan SNI 1726 2003 yaitu tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan nongedung hal inilah yang
menyebabkan hasil desain dimensi terlalu besar. Sehingan
mempengaruhi perencanaan angaran biaya juga menjadi besar.
Pada penelitian terdahulu, perubahan respons spektra SNI 03-
1726-2012 bergantung pada pergerakan wilayah kegempaan dari tahun
2002 ke 2012 pada daerah tersebut. Sehingga pergerakan tanah ini,
menjadi faktor perubahan nilai respons spektra pada SNI yang baru.
Pembagian wilayah gempa berdasarkan SNI 03-1726- 2002 tidak
menjadi patokan untuk perubahan respons spektra SNI 03-1726- 2012.
Tidak selalu wilayah kegempaan dengan gempa tinggi pada SNI 03-
1726- 2012 mengalami kenaikan pada respons spektranya. Begitu juga
pada wilayah kegempaan dengan gempa yang rendah. (Yoyong, 2016).
Kekurangan dari SNI 03-1726-2002 yaitu pada pembagian
wilayah kegempaannya. Di dalam zona gempa SNI 2002 mengganggap
semua daerah di setiap kota memiliki respons spektra yang sama. Tetapi
pada kenyataannya setiap daerah atau dalam lingkup yang kecil
misalnya setiap kecamatan pada suatu kabupaten tidak memiliki respons
spektra yang sama. Kekurangan ini menjadi kelebihan dari SNI 03-
1726-2012 sebagai standar kegempaan yang telah diperbaharui.
Kelebihan dari SNI 03-1726-2012 adalah setiap tempat atau
setiap lokasi dengan koordinat lintang dan bujurnya memiliki respons
spektra yang berbeda. Karena wilayah gempa ditentukan berdasarkan
parameter gerak tanah Ss (percepatan batuan dasar pada periode pendek
0,2 detik) dan S1 (percepatan batuan dasar pada periode 1 detik).
Sehingga respon spektra yang terbentuk berbeda pada setiap tempat.
Sedangkan untuk peraturan mengenai tata cara perencanaan
struktur beton bertulang di Indonesia mengalami pembaharuan seiring
dengan dikeluarkannya SNI 2847:2013 mengenai “Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung”. Perbedaan dari dari SNI
2847:2013 dengan SNI 2847:2003 adalah diantaranya adalah pada
pembagian kategori penampang struktur lentur dan faktor reduksinya.
Salah satu hal yang mengalami perubahan adalah pada penampang
struktur lentur yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu
penampang terkendali tarik, penampang terkendali tekan, dan
penampang yang berada dalam zona transisi antara tarik dan tekan.
Penentuan kriteria penampang tersebut didasarkan pada regangan tarik
netto εt yang terjadi pada tulangan baja terluar. Hal tersebut sedikit
berbeda dengan SNI 2847-2002 yang mengkategorikan menjadi dua
macam yaitu aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur (penampang
terkendali tarik) dan aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
(penampang terkendali tekan). Perbedaan tersebut tentunya juga
berpengaruh terhadap faktor reduksi kekuatannya. Pada SNI 2847-2013
faktor reduksi untuk penampang terkendali tarik sebesar 0,9 dan
penampang terkendali tekan sebesar 0,75. Sedangkan pada SNI 2847-
2002 nilainya lebih kecil, yaitu aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
(penampang terkendali tarik) sebesar 0,8 dan aksial tekan dan aksial
tekan dengan lentur (penampang terkendali tekan) sebesar 0,7.
Mempertimbangkan perbedaan yang ada, perencanaan struktur gedung
sebaiknya menggunakan peraturan terbaru demi kelayakan dan
keamanan strukturnya. Oleh karena itu, dilakukan analisis terhadap
struktur gedung beton bertulang (Balok) berdasarkan SNI 2847- 2002
dan SNI 2847-2013 serta kemudian dilengkapi dengan desain ulang
berdasarkan SNI 2847- 2013. Adapun analisis tersebut dilakukan dengan
studi kasus pada Gedung Administrasi Universitas Nacional Timor
Lorosa’e. diharapakan hasil analisis harus memenuhi syarat untuk SNI
2847- 2002 dan SNI 2847-2013 pada balok memenuhi persayaratan
rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmaks) dan memenuhi persyaratan
kekuatan momen (Mr > Mu), Biaya konstruksi rendah dan waktu
pelaksanaan proyek yang cepat/sesuai jadwal.
Balok merupakan salah satu dari elemen struktur portal dengan
bentang yang arahnya horizontal, sedangkan portal merupakan kerangka
utama dari struktur bangunan khususnya bangunan gedung. Beban yang
bekerja pada balok biasanya berupa beban lentur, beban geser maupun
torsi (momen puntir), sehingga perlu baja tulangan untuk menahan
beban-beban tersebut. Tulangan tersebut berupa tulangan memanjang
atau tulangan longitudinal yang menahan beban lentur serta tulangan
geser/ begel yang menahan beban geser dan torsi (Asroni, 2010).
Berdasarkan penulangan untuk menahan beban lentur balok terdiri dari
balok perhitungan dan kesimpulan dengan tahap-tahap prosedur
perhitungan berdasarkan SNI 2847-2013 dan British Standard 8110-1-
1997. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dari hasil
perhitungan balok, kolom dan pelat diperoleh dimensi tulangan yang
berbeda dengan metode SNI menghasilkan desain yang lebih ekonomis
dibandingkan dengan metode British Standard.
Eddy Ristanto, 2015, melakukan analisis joint balok kolom
dengan metode SNI 2847-2013 dan ACI 352R-2002 pada Hotel Serela
Lampung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang dilakukan berupa angka atau
bilangan.
Biaya proyek pada proyek konstruksi dibedakan menjadi dua
jenis yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung
(Indirect Cost). (Soeharto, 1997). Biaya langsung adalah semua biaya
yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dilapangan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung
adalah biaya bahan / material, biaya pekerja /upah dan biaya peralatan
(equipment). Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak
secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya
ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Nugraha
et al., 1986). Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak langsung
adalah biaya overhead, biaya tak terduga (contingencies), keuntungan /
profit, pajak (taxes) dan lainnya. Hubungan biaya langsung dan biaya
tak langsung terhadap waktu memiliki kecendrungan bertolak belakang.
Jika waktu pelaksanaan proyek dipercepat akan mengakibatkan
peningkatan biaya langsung tetapi pada biaya tidak langsung terjadi
penurunan.
Berdasarkan gambaran diatas pengendalian waktu dan biaya perlu
dilakukan secara terpadu atau terintergrasi. Metode pengendalian biaya dan
waktu terpadu pada proyek konstruksi (Integrated Cost and Schedule
Control in Construction Project), ini dikenal dengan Konsep “Nilai Hasil”
(Earned Value).
B. Rumusan Masalah
1. Berapa perbandingan biaya terhadap hasil analisis tulangan
lentur dan Geser pada struktur balok dengan menggunakan
peraturan lama dengan hasil analisis berdasarkan peraturan SNI
2847:2013 dan SNI 1726-2012?
2. Berapa perbandingan waktu terhadap hasil analisis tulangan
lentur dan Geser pada struktur balok dengan menggunakan
peraturan lama dengan hasil analisis berdasarkan peraturan SNI
2847:2013 dan SNI 1726-2012?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbandingan hasil perencanaan tulangan
lentur dan Geser pada struktur Portal kolom dan balok oleh pihak
desainer yang masih menggunakan peraturan lama dengan hasil
perencanaan ulang berdasarkan peraturan SNI 2847:2013 dan
SNI 1726-2012?
2. Untuk mengetahui perbandingan biaya konstruksi terhadap hasil
perencanaan pada struktur Portal oleh pihak desainer yang masih
menggunakan peraturan lama dengan hasil perencanaan ulang
berdasarkan peraturan SNI 2847:2013 dan SNI 1726-2012?
D. Manfaat Penelitian
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
informasi dan gambaran mengenai perbandingan hasil
perencanaan penulangan gedung di lapangan yang masih
menggunakan peraturan lama dengan hasil perencanaan ulang
penulangan gedung dengan peraturan baru.
2. Memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan yang terkait dan
dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, dan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
penelitian yang akan selanjutnya.
E. Batasan Penelitian
1. Pemodelan menggunakan program SAP2000 v14.0.0 untuk
mengetahui gaya-gaya dalam secara otomatis yang selanjutnya dari
data tersebut digunakan untk menganalisa penulangan pada elemen
strukturnya.
2. Bangunan yang dimodelkan memiliki 3 lantai.
3. Perancangan dilakukan terhadap elemen struktur atas yaitu balok
dan termasuk Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan waktu.
4. Struktur fondasi, plat, dan kolom tidak ditinjau.
5. Rencana Angaran Biaya berdasarkan standar TLSM – Timor Leste.
6. Analisa harga satuan material berdasarkan harga material di Dili –
Timor Leste
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1. Kuat Nominal
Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan komponen struktur atau
penampang yang dihitung sesuai dengan ketentuan dan asumsi metode desain
sebelum dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan ∅ . Pada penampan beton
bertulang, nilai kuat nominal bergantung pada dimensi penampang, jumlah dan
letak tulangan, serta mutu beton dan baja tulangan. Jadi pada dasarnya kuat
nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari keadan
struktur beton bertulang pada keadaan normal. (Ali Asroni, 2017, Hal.23).
2. Kuat Desain
Kuat rencana (Rd) diartikan sebagai kekuatan komponen struktur atau
penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal dan faktor
reduksi kekuatan ϕ. (Ali Asroni, 2017).Sesuai dengan SNI 03-2847-2013 pasal
9.3, kekuatan rencana suatu komponen struktur, sambungannya dengan
komponen struktur lain, dan penampangnya sehubungan dengan lentur, beban
normal, geser, torsi, harus diambil sebesar kekuatan nominal dihitung sesuai
dengan persyaratan dan sesuai standar, yang dikalikan faktor reduksi kekuatan ∅
. Nilai ∅ yang diggunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No. Keterangan ∅
1. Penampang terkendali tarik 0,9
Penampang terkendali tekan :
2. a. Komponen struktur dengan tulangan spiral 0,75
b. Komponen struktur bertulang lainnya 0,65
3. Geser dan torsi 0,75
4. Tumpuan pada beton 0,65
5. Daerah angkur pasca tarik 0,65
6. Model strat dan pengikat strat, strat, pengikat, daerah
pertemuan, dan daerah tumpuan dalam model 0,75
Penampang lentur komponen struktur pra tarik :
a. Dari ujung komponen struktur ke ujung
7. panjang transfer 0,75 sampai 0,9
b. Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang
penyaluran ∅ boleh ditingikan secara linier
dari
(Sumber : SNI 2847:2013)
3. Kuat Perlu
Kuat perlu dihitung berdasarkan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012. Kuat
perlu (Ruatau U) diartikan sebagai kekuatan komponen struktur atau penampang
yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam
terkaitdalam suatu kombinasi beban. Karena pada dasarnya kuat desain (R d)
merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur), sedangkan kuat
perlu (Ru) merupakan kekuatan dari gaya luar (di luar struktur) yang bekerja
pada struktur, maka agar desain struktur dapat dijamin keamanannya harus
dipenuhi syarat berikut:
Kuat desain Rd harus ≥ Kuat perlu Ru
D10 10 0,617
D13 13 1,042
D16 16 1,578
D19 19 2,226
D22 22 2,984
D25 25 3,853
D29 29 5,185
D32 32 6,313
D36 36 7,990
D44 44 11,936
D56 56 19,335
(Sumber: SNI 2847-2013)
A Lantai dan tangga rumah tinggal kecuali yang disebut dalam b 200 Kg/m
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-
B gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau 125 kg/m
benkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserva, retoran,
C 250 Kg/m
hotel asrama dan rumah sakit.
D Lantai ruang oloh raga 400 Kg/m
E Lantai ruang dansa 500 Kg/m
Tangga, bordes tangga dan gan dari yang disebut dalam d,e,f
I 500 Kg/m
dan g
TR= 6,3.
(2-11)
Keterangan:
√ ∑ ( Wi. d2i )
i
n
g . ∑ ( f i. di )
i
.............................................................................................
faktor C1, I, R dan Wt, zona wilayah gempa ditentukan berdasarkan gambar 2.4.
Gambar 2.4.Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar
Dengan Periode
Ulang 500
Tahun.
(Sumber: SNI
1726- 2012)
Gambar 2.5.Respons spektrum gempa`desain.(Sumber: SNI 1726-2012 ).
2.4.5.3. Faktor Penentu Beban Gempa
dari persamaan (2-11) dapat diketahui bahwa beban geser dasar
nominal akibat gempa V dipengaruh oleh faktor – faktor C, Ie, R dan
W.
1. Koefisien Beban Gempa C
Pasal 6.1.2 dan Pasal 5.3 SNI Gempa – 2012 juga menjelaskan bahwa situs
harus diklasifikasikan sebagai kelas situs SA, SB, SC, SD, SE, atau SF,
berdasarkan sifat – sifat tanah pada situs.
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
(Sumber: SNI Gempa 1726-2012)
Timor leste
b) Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak boleh
lebih kecil dari setengah kuat lentur negatifnya pada muka tersebut:
1
Ø.Mn+ki ≥ .Ø.Mn-ki .......(tumpuan kiri)..........................................................(2-
2
13)
1
Ø.Mn- ka ≥ .Ø.Mn- ka........(tumpuan kanan).....................................................(2-
2
14)
Dengan:
Mnki= kuat momen pada bagian tumpuan sebelah kiri dari komponen lentur.
Mnka= kuat momen pada bagian tumpuan sebelah kanan dari komponen lentur.
c) Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap penampang
di sepanjang bentang tidak boleh kurang dari ¼ kuat lentur terbesar yang
disediakan pada kedua muka tersebut.
1
(ØMn+ atau ØMn-) ≥ ØMn terbesar di setiap titik)
4
d) Sambungan lewatan pada sambungan lentur hanya diizinkan jika ada
tulangan spiral atau sengkang tertutup yang mengikat bagian sambungan
lewatan tersebut. Spasi sengkang yang mengikat daerah sambungan lewatan
tersebut tidak melebihi d/4 atau 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh
diaplikasikan pada daerah hubungan balok-kolom, pada daerah hingga
sejarak dua kali tinggi balok dari muka kolom, serta pada kolom yang
berdasarkan analisis, menunjukkan kemungkinan terjadinya leleh lentur
akibat perpindahan inelastic struktur rangka.
f. Kuat geser yang disumbangkan oleh beton, v c, dapat diambil sama dengan
nol apabila gaya geser akibat gempa lebih besar atau sama dengan 50% dari
kuat geser perlu maksimum di sepanjang daerah tersebut, serta apabila gaya
aksial tekan terfaktor, termasuk akibat gempa, lebih kecil dari A g.f’c/20.
dari
A sh (Gambar 2.7). Tulangan transversal ini dipasang di daearah
hubungan balok-kolom setinggi balok terendah yang merangka ke hubungan
tersebut. Pada daerah tersebut, spasi tulangan transversal yang ditentukan
sebesar s x dapat diperbesar menjadi 150 mm.
c. Pada hubungan balok-kolom, dengan lebar balok lebih besar
b. Untuk beton ringan, kuat geser nominal join tidak boleh diambil lebih besar
3
dari 4 dari kuat nominal hubungan balok-kolom beton berat normal.
Luas efektif
Luas efektif join b + h
b + 2x
h, tinggi pada join
bidang tulangan
penyebab geser
Tulangan
x
penyebab geser
b
Arah gaya h
penyebab geser
Menurut Setiawan (2016 ). Tuntutan dari suatu bangunan makin lama makin
berkembang, pada saat ini suatu bangunan selain dituntut untuk memenuhi
fungsi lainnya, bangunan juga dituntut memiliki bentuk yang atraktif serta
efisien dan ekonomis dari segi konstruksi maupun operasionalnya. Pada suatu
struktur beton bertulang dikenal berberapa jenis elemen yang sering diggunakan
yaitu elemen pelat, balok dan kolom.
Gambar 2.21. Distribusi regangan dan tegangan pada balok tulangan tunggal.
2. Perencanaan Batas
(Menurut Ali Asroni, 2017). Dalam perenanaan elemen struktur beton
bertulang ada beberapa kondisi batas yang dapat dijadikan konstraint, yaitu:
a) Kondissi batas ultimit, yang dapat disebabkan beberapa faktor beriikut:
1. Hilangnya keseimbangan lokal atau global
2. Repture, yaitu hilangnya ketahan lentur dan geser elemen-
elemen struktur.
3. Keruntuhan progresive akibat adanya keruntuhan lokal pada
daerah sekitarnya.
4. Pembentukan sendi plastis.
5. Ketidakstabilan struktur.
b) Kondisi batas kemampuan layanan, yang menyangkut berkurangnya
fungsi sruktur, dapat berupa:
1. Defleksi yang berlebihan pada kondisi layan.
2. Lebar retak yang berlebih.
3. Vibrasi yang mengganggu.
c) Kondisi batas khusus, yang menyangkut kerusakan/keruntuhan akibat
beban ab-normal, dapat berupa:
1. Keruntuhan pada kondisi gempa ekstrim.
2. Kebakaran, ledakan, atau tabrakan kendaraan.
3. Korosi atau jenis kerusakan lainnya akibat lingkungan.
Perencanaan yang memperhatikan kondisi-kondisi batas di atas disebut
perencanaan batas. Konsep perencanaan batas ini digunakan sebagai prinsip
dasar peraturan di Indonesia.
Gambar 2.30. Distribusi regangan dan tegangan pada balok tulangan rangkap.
(Sumber: Ali Asroni,).
Keterangan notasi pada gambar 2.30:
a = Tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekivalen = β 1.c, dalam
mm.
As = Luas tulangan tarik, mm2
A’s =Luas tulangan tekan, mm2
b = Lebar penampang balok, mm
C = Jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm.
Cc =Gaya tekan beton, kN.
Cs = Gaya tekan baja tulangan, kN.
d = tinggi efektif penampang balok, mm
ds = Jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik, mm
d’s = Jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan, mm
Es = Modulus elastisitas baja tulangan, diambil sebesar 200000 Mpa
F’c = Tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, Mpa
fs = Tegangan tarik baja tulangan = ԑ s.Es dalam Mpa
f’s = Tegangan tekan baja tulangan = ԑs’.Es dalam Mpa
fy =Tegangan tarik baja tulangan pada saat leleh, Mpa
h = Tinggi penampang balok, mm
Mn = Momen nominal aktual, kNm
Ts = Gaya tarik baja tulangan, kN
β1 = Faktor pembentuk balok tegangan beton tekan persegi ekivalen, yang
nilanya bergantung pada mutu beton.
ԑc’ = Regangan tekan beton, dengan ԑ c’ maksimal (ԑcu’) = 0,003.
ԑs = Regangan tarik baja tulangan = fs/Es
ԑs’ = Regangan tekan baja tulangan = fs’/Es
ԑy = Regangan tarik baja tulangan pada saat leleh = fy/Es = fy/200000
Gambar 2.38.Tulagn geser dan tulangan longitudinal balok. (Sumber: SNI 2847-
2013).
Gambar 2.39.Berbagi jenis begel pada balok. (Sumber: Ali Asroni,SNI 2847-
2013).
Diagram alir perhitungan tulangan geser balok dapat dilihat di Gambar
2.40, berikut ini :
Daerah vu¿.vc./2
Daerah φ .vc/2¿vu¿ . vc Daerah vu¿ . vu
Gambar 2.40. Diagram Alir Perhitungan Tulangan Geser Balok. (Sumber: Ali
Asroni,SNI Selesai
2847-2013).
b = Lebar penampang balok, mm
h = Tinggi penampang balok, mm
d = tinggi efektif penampang balok, mm
ds = Jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik, mm
d’s = Jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan, mm
F’c = Tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, Mpa
fy =Tegangan tarik baja tulangan pada saat leleh, Mpa
fyt =kuat leleh baja tulangan transversal (begel), Mpa
vu = gaya geser perlu/geser terfaktor, N.
vn = gaya geser nominal pada struktur betoon bertulang, N.
Vc = gaya geser yang dapat ditahan oleh beton, N.
∅ = faktor reduksi kekuatan struktur/lambang batangtulangan polos.
λ = faktor beton agregat ringan pada perhitungan panjang penyaluran
tulangan.
Vud = gaya geser terfaktor pada jarak d dari muka tumpuan, N.
S =jarak tulangan per 1 meter atau 1000 mm.
Avu = luas tulangan geser/begel yang diperlukkan dari hasil hitungan,mm 2.
Vs = gaya geser yang dapat ditahan oleh tulangan sengkang/begel, N.
n = jumlah total batang tulangan pada hitungan balok/jumlah kaki pada
hitungan begel/sengkang.
dd = jarak antara pusat berat tulangan tarik pada baris paling dalam dan
tepi serat beton, tekan, mm.
K = faktor momen pikul, Mpa.
Kmaks = faktor momen pikul maksimum, Mpa.
a = Tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekivalen = β 1.c, dalam mm.
As = Luas tulangan tarik, mm2
A’s =Luas tulangan tekan, mm2
ρ = rasio tulangan sebesar Ast / Ag untuk kolom, atau As/(b.d)untuk baok
dan pelat, %.
ρ maks = rasio tulangan maksimum sesuai persyaratan penampang struktur, %.
ρ min = rasio tulangan minimum sesuai persyaratan penampang struktur, %.
β1 = Faktor pembentuk balok tegangan beton tekan persegi ekivalen, yang
nilanya bergantung pada mutu beton.
amaks,leleh = tinggi a maksimum agar tulangan tarik sudah leleh,, mm.
amin,leleh = tinggi a minimum agar tulangan tekan sudah leleh,, mm.
Mn = Momen nominal aktual penampang balok, kNm.
Mnc = Momen nominal yang dihasilkan oleh gaya tekan beton, kN
Mns = Momen nominal yang dihasilkan oleh gaya tekan tulangan, kNm
Md = Momen desain pada penampang balok, kNm
c. Pasal 11.2.1.1 SNI 03-2847-2013, gaya geser yang ditahan oleh beton (V c)
dihitung dengan rumus:
Vu = 0,17 . λ √ f 'c . b . d....................................................................................(2-
91)
Dengan :
λ = faktor beban agregat ringan (Pasal 8.6.1.)
= 0,75 jika diggunakan beton agregat ringann.......................................(2-92)
= fct/(0,56.√ f c’) tetapi harus ≤ 1,0..........................................................(2-
93)
(fct adalah kuat tarik belah rata-rata beton agregat ringan, MPa)
λ = 1,0 jika diggunakan beton normal
d. Gaya geser yang ditahan oleh begel (V s) dapat dihitung berdasarkan
persamaan (2-65a) dan persamaan (2-65b) sehingga menghasilkan :
Vs = (Vu - Ø .Vc)/ Ø dengan Ø = 0,75.......................................................(2-
94)
e. Pasal 11.4.7.9 SNI 03-2847-2013:
Vs harus ≤ Vs,maks dengan Vs,maks = 0,66.√ f c’.b.d (2-64)
Jika Vs> Vs,maks maka ukuran balok diperbesar......................................(2-95)
f. Luas tulangan geser per meter panjang balok yang diperlukan(A v,u) dihitung
dengan memilih nilai terbesar dari rumus berikut:
Vs . S
Pasal 11.4.7.2, Av,u = dengan
fyt . d
S = panjang balok 1000 mm.
fyt = tegangan leleh tulangan transversal (begel).....................................(2-
96)
Pasal 11.4.6.3 : Av,u = 0,662 .√ f c’.b.S/fyt................................................(2-
97)
Pasal 11.4.6.3 : Av,u = 0,35.b.S/fyt...........................................................(2-98)
g. Spasi begel (s) dihitung dengan rumus berikut:
1
n . . π . d p2. s
1) s = 4
Av , u
dengan S = panjang balok 1000 mm..............................(2-99)
2) Pasal 11.4.5.1, umtuk Vs<0,33.√ f c ' . b . d
maka s ≤ d/2 dan ≤ 600 mm...............................................................(2-
100)
3) Pasal 11.4.5.3, untuk Vs > 0,33.√ f c ' . b . d ,
maka s ≤ d/4 dan ≤ 300 mm...............................................................(2-
101)
Keterangan:
n = Jumlah kaki begel (2, 3, atau 4 kaki)
dp = Diameter begel dari tulanngan polos, mm
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Rancangan Penelitian
Perencanaan struktur gedung beton bertulang yang dibahas dalam penulisan
ini mulai dari perhitungan pembuktian struktur beraturan sesuai dengan acuan
SNI 1726-2012 pasal 7.3.2 tentang kategori struktur beraturan dan tidak
beraturan.
Selanjutnya dilakukan perhitungan dimensi elemen struktur balok dan
kolom dalam membuat permodelan struktur. Perhitungan dimensi elemen
struktur mencakup semua elemen struktur atas yang akan dianalisis dan didesain
yaitu balok. Perhitungan ini mengacu pada ketentuan sesuai SNI 03-2847-2013
dengan formula sebagaimana tercantum pada Bab II Landasan Teori.
Setelah perhitungan dimensi elemen struktur, dilanjutkan dengan
permodelan struktur menggunakan program SAP2000V14. Kemudian
dilanjutkan dengan pembebanan struktur yang dilakukan secara terpisah dan
dianalisis menggunakan program SAP.2000-V14.
Hasil output analisis struktur berupa gaya dalam seperti Momen, Gaya
Geser, Gaya Aksial dan lainnya dengan menggunakan program SAP.2000-V14
kemudian di lakukan desain penulangan pada element struktur yaitu Balok dan
Kolom serta dengan ikuti pengontrolan penulangan dan pengontrolan kapasitas
penampang, proses perhitungan dan pengontrolan selesai dilanjutkan dengan
melakukan gambar detailing struktur, dan juga menghitunga Rencana angaran
Biaya dan waktu pelakasannaan Proyek. Setelah semua hasil analisa diketahui
maka dilakukanlah perbandingan Hasil Analisa berdasarkan Standar SNI 2847 –
2013 dan SNI 1726 – 2012 dengan hasil analisa terdahulu yang mengunakan
Standar SNI 2847 – 2002 dan SNI 1726 – 2003. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 2.56. Diagram Alir Perencanaan Struktur.
3.2. Lokasi dan Waktu Perencanaan
Lokasi penelitian untuk gedung Administrasi 3 Lantai Universitas Nacional
Timor Lorosa’e terletak di Pusat Ibu kota Timor leste yaitu jalan Av. Cidade de
Lisboa, Municipal Dili dan waktu penilitian dimulai setelah menyelesaikan
seminar proposal tesis.
Lokasi Perencanaan
Gedung
Gambar
3.1.Lokasi gedung Administrasi Universidade Nacional de Timor Lorosae- Dili
Timor-Leste
Variabel yang digunakan dalam perencanaan ini adalah variabel bebas dan
variabel terikat:
1. Variable Terikat: Dimensi struktur, Gaya dalam struktur dan
Penulangan elemen struktur.
2. Variabel Bebas: Gaya vertikal (beban mati, beban hidup, beban angin)
dan Gaya horizontal (beban gempa).
3.6.Instrument Penelitian
Dalam penelitian pada gedung Administrasi Universita Nacional Timor
Lorosa’e terletak di Pusat Ibu kota Timor leste, instrument yang diggunakan
berupa bahan dan alat adalah sebagai berikut :
1. Bahan
Bahan-bahan yang diggunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Materi mengenai contoh perhitungan elemen struktur atas berupa
pelat, balok dan kolom yang berdasarkan dengan SNI 03-2847-2013.
b. Panduan analisis struktur dengan SAP2000V14
2. Alat
Alat-alat yang diggunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Komputer atau Laptop
Dalam penelitian ini Laptop yang diggunakan adalah Laptop HP,
dengan prossesor intel Pentium inside, system tipe 64-bit operating
system.
b. Mouse dan Keyboard
c. Perangkat Lunak
Perangkat lunak atau software yang dipakai dalam analisis
perhitungan elemen struktur atas pelat, balok, dan kolom, meliputi :
1.) SAP2000 (Structural Analys Program)
Program ini adalah program computer yang diggunkan untuk
membantu mempercepat penulis bisa menganalisis struktur
bangunan yang direncanakan.
2.) AutoCad 2013
Program ini adalah program computer yang diggunakan untuk
mengambar detail-detail struktur yang diperlukan dalam analisis
struktur.
3.) Microsoft Office Word 2010
Program ini adalah program computer yang diggunakan untuk
membantuk penulis bisa menyelesaikan tulisan proposal tugas
akhir dengan lancar dan cepat.
3.7.Prosedur Penelitian
Mula
i
Pengumpulan Data
Run Analisis
ya
A
Selesai