BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka pada Tugas Besar Perancangan
Struktur Beton Bertulang dan Struktur Baja ini direncanakan gedung sekolah 5 lantai. Gedung
sekolah yang direncanakan dengan menggunakan sistem konstruksi beton bertulang dan rangka baja
yang direncanakan untuk menahan beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban gempa
(earthquake) dan juga beban angin(wind load).
Sumber :
1. Modul Tugas Besar KKNI 2020/2021 (BAB 1,2, dan 3)
2. https://media.neliti.com/media/publications/270906-pembangunan-gedung-sekolah-dan-
ruang-kel-c1bca87e.pdf
L1
L2
L3
L2
L1
L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4
L1
L2
L3
L2
L1
L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4
BAB II
KRITERIA DESAIN
Denah gedung dan data tanah dapat dilihat pada gambar berikut :
3m
8m
3m
8m
3m
6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m
3m
8m
3m
8m
3m
6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m
20°
7m
4m
4m
4m
5m
2.3. Material
2.3.1. Mutu Beton (Beton Normal)
- Berdasarkan SNI 2847;2019 pasal 19.2.1; tabel 19.2.1.1; hal 433 diatur bahwa untuk
kegunaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SPRMK), nilai minimum mutu
beton adalah f’c = 21 MPa. Sedangkan bila digunakan struktur umum, nilai minimum
mutu beton adalah f’c = 17 MPa. Sedangkan untuk batas maksimal, tidak ditentukan.
- Untuk perencanaan struktur kasus ini, struktur akan didesain sebagai struktur rangka
pemikul momen khusus. Sehingga dengan mengacu pada nilai mutu beton minimum,
mutu beton yang akan digunakan pada struktur utama adalah f’c = 25 MPa.
- Besaran nilai modulus elastisitas beton diatur dalam SNI 2847:2019; pasal 20.2.2.2;
hal 434 adalah
𝐸𝑐 = 4700 . √𝑓′𝑐 = 4700. √25 = 23500 𝑀𝑃𝑎
Pada perancangan ini digunakan material Baut A325, dengan Kekuatan Tarik
Nominal 620 Mpa, dan Kuat Geser Nominal dalam Sambungan tipe Tumpu 372
Mpa.
2.4. Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Dan pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Jika beban-beban yang bekerja pada suatu
struktur telah diestimasi, maka berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang
paling dominan yang mungkin bekerja pada suatu struktur tersebut. Besar beban yang bekerja
pada suatu struktur dan kombinasi beban- beban yang bekerja telah diatur dalam RSNI2
1727:2018. Berikut merupakan beberapa jenis beban yang akan diperhitungkan untuk
perencanaan struktur bangunan penahan gaya seismik antara lain :
Accessories (gusset plate, bolt, trackstang, bracing) = 10% dari beban mati
tambahan
Beban dinding ½ bata : 2,3 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1,
Exterior stud walls with brick veneer)
Beban dinding pd balok 30.40= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,4)
= 8,28 kN/m
Beban dinding pd balok 40.60= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,6)
= 7,82 kN/m
tributary area 37,16 m2 atau lebih diizinkan untuk dirancang dengan beban hidup
tereduksi sesuai dengan rumus berikut :
Keterangan :
Menurut RSNI2 1727:2018 pasal 4.8.2, untuk komponen atap datar biasa,
berbubung, atap lengkung, awning, dan kanopi selain dari atap konstrusi fabric
dapat direduksi dengan:
𝐿𝑟 = 𝐿𝑜𝑅1𝑅2 dengan 0,58 Lr 0,96
dimana :
1 untuk Ar ≤ 18,58 m2
R1 =1,2 – 0,011Ar untuk 18,58 m2 < Ar < 55,74 m2
0,6 untuk Ar ≥ 55,74 m2
1 untuk F ≤ 4
R1 =1,2 – 0,011Ar untuk 4 < F < 12
0,6 untuk F ≥ 12
Gambar 2.9 Peta Angin untuk daerah Asia Pasific dengan klasifikasi tingkat
Dalam peremcanaan struktur ini, kecepatan angin yang digunakan adalah 36 m/s.
𝐾𝑧𝑡 = (1 + 𝐾1𝐾2𝐾3)2
dimana K1, K2, dan K3 ditetapkan dalam Gambar 2.10
Jika kondisi situs dan lokasi bangunan gedung dan struktur lain tidak memenuhi
semua kondisi yang disyaratkan dalam RSNI2 1727:2018 pasal 26.8.1, maka Kzt
=1,0.
Dalam kasus ini, lokasi bangunan berada di Medan, Sumatera Utara dimana
berada 73 ft di atas permukaan laut (Sea Level). Maka, faktor elevasi permukaan
tanah :
Ke = e -0,0000362(73) = 0,99736
Tabel 2.20 Klasifikasi ketertutupan dan nilai koefisien tekanan internal (GCpi)
Gambar 2.11 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin
dengan :
q = qz untuk dinding di sisi angin datang
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding samping dan atap
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping dan
atap
qi = qz untuk mengevaluasi tekanan internal positif pada bangunan
gedung tertutup sebagian
G = faktor efek tiupan angin
Cp = koefisien tekanan eksternal
(Gcpi) = koefisien tekanan internal
Gempa untuk Struktur Gedung dan Non Gedung” yang meliputi dari beberapa langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menentukan kategori resiko struktur bangunan (I-IV)
2. Menentukan faktor keutamaan gempa (Ie)
3. Menentukan kelas situs tanah (SA - SF)
4. Menentukan koefisien situs (Fa, Fv) dan parameter respons spectral percepatan gempa
maksimum yang dipertimbangkan (MCER)
5. Menentukan parameter percepatan spectral desain (SD1, SDs)
6. Menentukan kategori desain seismik (A-F)
7. Menentukan sistem dan parameter struktur (R, Cd, Ωo)
8. Menentukan periode fundamental struktur (T)
9. Menghitung berat efektif seismik dan hitung gaya geser dasar seismic
Tabel 2.22 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
(Sumber: SNI 1726:2019)
Kategori Risiko
Jenis Pemanfaatan
4. Gedung perkantoran
5. Gedung apartemen/ rumah susun
6. Pusat perbelanjaan/ Mall
7. Bangunan industry
8. Fasilitas manufaktur
9. Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
1. Bioskop
2. Gedung pertemuan
3. Stadion
4. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan
unit gawat darurat
5. Fasilitas penitipan anak
6. Penjara III
7. Bangunan untuk orang jompo
Tabel 2.23 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa (lanjutan)
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih
dari karakteristik berikut:
Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa
SF (tanah khusus, yang seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
membutuhkan investigasi tersementasi lemah
geoteknik spesifik dan analisis Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3
respons spesifik- situs yang m)
mengikuti 6.10.1) Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m
dengan indeks plasitisitas )
Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H
> 35 m dengan kPa
𝑁𝑖 dan 𝑑𝑖 dalam persamaan berlaku untuk lapisan tanah nonkohesif saja, dan
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖 = 𝑑𝑠 , di mana 𝑑𝑠 adalah ketebalan total dari lapisan tanah nonkohesif di 30
m lapisan paling atas. 𝑁𝑖 adalah tahanan penetrasi standar sesuai SNI 4153, dengan
nnilai tidak lebih dari 300 pukulan/m. Jika ditemukan perlawanan lapisan batuan,
Nilai kuat geser niralir rata-rata, 𝑠𝑢 dapat ditentukan dengan perumusan berikut:
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖
𝑠𝑢 =
𝑑
∑𝑘𝑖=1 𝑖
𝑠𝑢𝑖
Dimana
𝑘
∑ 𝑑𝑖 = 𝑑 𝑐
𝑖=1
𝑑𝑐
𝑠𝑢 =
𝑑𝑖
∑𝑘𝑖=1
𝑠𝑢𝑖
Dimana :
𝑑𝑐 = ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30 meter
paling atas
𝑃𝐼 = indeks plastisitas, berdasarkan tata cara yang berlaku
= kadar air dalam persen, sesuai tata cara yangberlaku
𝑠𝑢𝑖 = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang
ditentukan dan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Kedalaman Interval,
N-SPT d/(N-SPT)
(m) d (m)
2.50 2.50 6 0.42
4.50 2.00 4 0.50
6.50 2.00 12 0.17
8.50 2.00 11 0.18
10.50 2.00 24 0.08
12.50 2.00 31 0.06
14.50 2.00 17 0.12
16.50 2.00 16 0.125
18.50 2.00 17 0.12
20.50 2.00 27 0.07
22.50 2.00 28 0.07
24.50 2.00 24 0.08
26.50 2.00 30 0.06
28.50 2.00 35 0.05
Jumlah 2.105
N rata-rata 20.142
𝑛
∑ 𝑑𝑖 = 𝑑1 + 𝑑2 + ⋯ ⋯ + 𝑑𝑛 = 𝟐𝟖, 𝟓𝟎 𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓
𝑖=1
𝑛 𝑑𝑖 𝑑1 𝑑2 𝑑𝑛
∑ = + +⋯⋯+ = 𝟐, 𝟏𝟎𝟓
𝑖=1 𝑁𝑖 𝑁1 𝑁 2 𝑁𝑛
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖 30,5
𝑁= = = 𝟏𝟑. 𝟓𝟑
𝑑
∑𝑛𝑖=1 𝑖 6,14
𝑁𝑖
Karena nilai 𝑁 < 15, maka kondisi tanah merupakan tanah lunak (SE).
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 =
𝑇
Keterangan :
𝑆𝐷𝑆 = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda pendek
2
𝑆𝐷𝑆 = 𝑆𝑀𝑆
3
𝑆𝐷1 = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda 1 detik
2
𝑆𝐷1 = 𝑆𝑀1
3
𝑇 = perioda getar fundamental struktur
𝑆𝐷1
𝑇0 = 0.2 ∙
𝑆𝐷𝑆
𝑆𝐷1
𝑇𝑠 =
𝑆𝐷𝑆
𝑇𝐿 = parameter panjang pada peta transisi yang ditunjukkan pada Gambar
2.15 dan nilainya diambil dari Gambar 2.16
4. Untuk 𝑇 > 𝑇𝐿 , respons spektral percepatan desain, 𝑆𝑎 , dihitung dengan
persamaan :
𝑆𝐷1 𝑇𝐿
𝑆𝑎 =
𝑇2
Tabel 2.30 Kategori desain seismik parameter respon percepatan pada perioda pendek
(SDS)
Kategori risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
𝑆𝐷𝑆 < 0,167 A A
0,167 ≤ 𝑆𝐷𝑆 < 0,33 B C
0,33 ≤ 𝑆𝐷𝑆 < 0,50 C D
0,50 ≤ 𝑆𝐷𝑆 D D
Tabel 2.31 Kategori desain seismic parameter respon percepatan pada perioda 1 detik
(SD1)
Kategori risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
𝑆𝐷1 < 0,067 A A
0,067 ≤ 𝑆𝐷1 < 0,133 B C
0,133 ≤ 𝑆𝐷1 < 0,20 C D
0,20 ≤ 𝑆𝐷1 D D
Tabel 2.32 Faktor R, Cd, dan untuk sistem pemikul gaya seismik
momen menengah
Keterangan :
SDS = Parameter percepatan respon spektral desain pada perioda pendek
R = koefisien modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa
Untuk T > TL
𝑆 𝑇𝐿
𝐶𝑆 = 𝑇2𝐷1
(𝑅 ⁄𝐼𝑒 )
Keterangan :
𝐶𝑣𝑥 = faktor distribusi vertikal
𝑉 = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
𝑤𝑖 dan 𝑤𝑥 = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan
atau dikenakan pada tingkat i atau x
ℎ𝑖 dan ℎ𝑥 = tinggi dati dasar sampai tingkat i atau x
𝑘 = eksponen yang terkait dengan periode struktur dengan nilai
untuk struktur dengan T ≤ 0,5 detik, k = 1
untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik, k = 2
untuk struktur dengan 0,5 < T < 2,5 detik, k = 2 atau ditentukan
dengan interpolasi linear antara 1 dan 2
Gambar 2.19 Lebar efektif maksimum balok dan persyaratan tulangan transversal
(Sumber: SNI 2847:2019)
Sesuai dengan SNI 2847:2019 pasal 9.3.1; tabel 9.3.1.1; hal 180 tentang perhitungan
tinggi balok minimum nonprategang dengan komponen struktur beton normal dan mutu
tulangan beton 420 MPa dengan ketentuan sebagai berikut :
Diketahui balok induk dengan panjang L = 6000 mm (satu sisi menerus) BI1
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019 :
Direncanakan
Diambil (Memenuhi)
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi
Direncanakan
Diambil (Memenuhi)
Diketahui balok induk dengan panjang 𝐿 = 3000 𝑚𝑚 (Satu sisi menerus) (BI3)
Diketahui balok induk dengan panjang 𝐿 = 8000 𝑚𝑚 (Kedua sisi menerus) (BI4)
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019
1
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 𝐿 = 380,95 𝑚𝑚
21
Maka direncanakan h = 400 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑤 ≤ ℎ
2 3
200 𝑚𝑚 ≤ 𝑏𝑤 ≤ 266,6 𝑚𝑚
Direncanakan 𝑏𝑤 𝑚𝑖𝑛 = 200 𝑚𝑚
Diambil 𝑏𝑤 = 200 𝑚𝑚 (Memenuhi)
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 200 𝑚𝑚 × 400 𝑚𝑚
Diketahui balok induk dengan panjang 𝐿 = 3000 𝑚𝑚 (Kedua sisi menerus) (BI5)
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019
1
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 𝐿 = 142,86 𝑚𝑚
21
Maka direncanakan h = 150 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑤 ≤ ℎ
2 3
75 𝑚𝑚 ≤ 𝑏𝑤 ≤ 100 𝑚𝑚
Direncanakan 𝑏𝑤 𝑚𝑖𝑛 = 75 𝑚𝑚
Diambil 𝑏𝑤 = 75 𝑚𝑚 (Memenuhi)
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 75 𝑚𝑚 × 150 𝑚𝑚
Berikut ini merupakan denah pembalokanpada lantai 1,2,3 dan 4 sesuai dengan
penjelasan yang telah dibahas pada 2.1.1 sebagai berikut :
3m
8m
3m
BI5
8m
BI4
3m BI1 BI2
BI3
6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m
Agar memudahkan digunakan dimensi balok yang sama yaitu nilai balok yang terbesar
200 mm x 400 mm. Untuk perencanaan balok anak dapat digunakan dimensi yang lebih
kecil dari balok induk yang mengacu pada perilaku balok anak dengan perencanaan rule of
thumb.
Tabel 2.37 Tebal minimum pelat dua arah nonprategang tanpa balok interior (mm)
(Sumber : SNI 2847:2019 Tabel 8.3.1.1)
Tanpa drop panel[3] Dengan drop panel[3]
Panel Panel
Panel eksterior Panel eksterior
interior interior
fy ,
Dengan
Tanpa Tanpa Dengan
MPa[2] balok
balok tepi balok tepi balok tepi[4]
tepi[4]
280 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/40 ℓn/40
420 ℓn/30 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36
520 ℓn/28 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/34 ℓn/34
[1]
ℓn adalah jarak bersih ke arah memanjang, diukur dari muka ke muka tumpuan
(mm)
[2]
Untuk fy dengan nilai diantara yang diberikan dalam tabel, ketebalan minimum
harus dihitung dengan interpolasi linear
[3]
Drop panel sesuai SNI 2847:2019 pasal 8.2.4
[4]
Pelat dengan balok di antara kolom sepanjang tepi eksterior. Panel eksterior
harus dianggap tanpa balok pinggir jika αf kurang dari 0,8. Nilai αf untuk balok
tepi harus dihitung sesuai SNI 2847:2019 pasal 8.10.2.7
Tabel 2.38 Tebal minimum pelat dua arah nonprategang dengan balok di antara
tumpuannya pada semua sisi (mm)
(Sumber : SNI 2847:2019 Tabel 8.3.1.2)
αfm h minimum, mm
αfm 0,2 Berlaku Tabel 4.4 (a)
𝑓𝑦
0,2 < αfm Terbesar 𝑙𝑛 (0,8 + 1400 )
(b)[2],[3]
2,0 dari : 36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)
125 (c)
𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0,8 + 1400 )
Terbesar (d) [2],[3]
αfm > 2,0 36 + 9𝛽
dari :
90 (e)
Untuk perencanaan awal dimensi pelat dengan balok pada semua sisi tumpuannya perlu
diperhitungkan lebar efektif sayap. Batasan lebar sayap efektif telah ditentukan pada SNI
2847:2019 Tabel 6.3.2.1.
Sw/2 Sw/2
ℓn
Gambar 2.21 Penampang lebar efektif balok
Diketahui :
Arah X
Lebar bentang = 6 m
Panjang bentang = 2,67 m
Balok eksterior : h = 400 mm, b = 200 mm
Balok interior : h = 400 mm, b = 200 mm
Tebal pelat diasumsikan 120 mm
Eksterior Interior
𝑏𝑤 + 1⁄12 𝑙𝑛 𝑏𝑤 + 1⁄8 𝑙𝑛
𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 6ℎ𝑓 𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 8ℎ𝑓
𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2 𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2
𝑏 𝑏𝑤 𝑏 𝑏𝑤
𝑏𝑤 + 1⁄12 (6000 − ( 2𝑤 + 2
)) 𝑏𝑤 + 1⁄8 (6000 − ( 2𝑤 + 2
))
𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 6 ∙ 120 𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 8 ∙ 120
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
(6000−( 𝑤 + 𝑤 )) (6000−( 𝑤 + 𝑤 ))
2 2 2 2
{ 𝑏𝑤 + 2 { 𝑏𝑤 + 2
Pada arah X, untuk balok dengan slab pada satu sisi saja (eksterior), digunakan lebar
sayap efektif 650 mm, sedangkan untuk lebar sayap efektif sebagai balok T digunakan
900 mm.
Arah Y
Lebar bentang = 6 m
Panjang bentang = 2,67 m
Balok eksterior : h = 400 mm, b = 200 mm
Balok interior : h = 400 mm, b = 200 mm
Tebal pelat diasumsikan 120 mm
Eksterior Interior
𝑏𝑤 + 1⁄12 𝑙𝑛 𝑏𝑤 + 1⁄8 𝑙𝑛
𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 6ℎ𝑓 𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 8ℎ𝑓
𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2 𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2
𝑏 𝑏𝑤 𝑏 𝑏𝑤
𝑏𝑤 + 1⁄12 (2670 − ( 2𝑤 + 2
)) 𝑏𝑤 + 1⁄8 (2670 − ( 2𝑤 + 2
))
𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 6 ∙ 120 𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 8 ∙ 120
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
(2670−( 𝑤 + 𝑤 )) (2670−( 𝑤 + 𝑤 ))
2 2 2 2
{ 𝑏𝑤 + { 𝑏𝑤 +
2 2
Pada arah Y, untuk balok dengan slab pada satu sisi saja (eksterior), digunakan lebar
sayap efektif 400 mm, sedangkan untuk lebar sayap efektif sebagai balok T digunakan
500 mm.
Menentukan nilai k
𝑏 ℎ𝑓 ℎ𝑓 ℎ𝑓 2 𝑏 ℎ𝑓 2
1 + (𝑏 𝑒 ) ( ℎ ) [4 − 6 ( ℎ ) + 4 ( ℎ ) + (𝑏 𝑒 − 1) ( ℎ ) ]
𝑤 𝑤
𝑘=
𝑏 ℎ𝑓
1 + (𝑏 𝑒 − 1) ( ℎ )
𝑤
Berdasarkan SNI 2847 :2019, karena 𝑎fm < 2, maka hmin tidak boleh kurang
dari 90 mm atau
𝑓𝑦 420
ℓ𝑛𝑥 (0,8 + ) 580(0,8 + )
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 1400 = 1400 = 11,167 𝑐𝑚
36 + 9𝛽 36 + 9(2,348)
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 11,167 𝑐𝑚 < ℎ 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 = 12 𝑐𝑚, maka dapat digunakan dimensi
tebal pelat 12 cm.
𝑃
𝑏=√
0,2𝑓𝑐 ′
1136060
𝑏=√
0,2 𝑥 25
𝑏 = 476,6676
Digunakan b = 500 mm
2. Kolom Lantai 3
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 12500 mm.
Asumsi b = h, maka :
P = 0,2 Ag f’c
P = 0,2 b2 f’c
𝑝
𝑏=√
0,2 𝑓′𝑐
2272121
𝑏=√
0,2 𝑥 25
𝑏 = 674,11
Digunakan b = 700 mm
3. Kolom Lantai 2
a. Kolom Induk
Asumsi b = h, maka :
P = 0,2 Ag f’c
P = 0,2 b2 f’c
𝑝
𝑏=√
0,2 𝑓′𝑐
3408181
𝑏=√
0,2 𝑥 25
𝑏 = 825,61
Digunakan b = 900 mm
4. Kolom Lantai 1
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 12500 mm.
Asumsi b = h, maka :
P = 0,2 Ag f’c
P = 0,2 b2 f’c
𝑝
𝑏=√
0,2 𝑓 ′ 𝑐
4544242
𝑏=√
0,2 𝑥 25
𝑏 = 953,34
Digunakan b = 1000 mm
60 cm ≤ 2t + i ≤ 65 cm
𝑖
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen = ∙ sin 𝛼
2
i = lebar injakan
𝛼 = sudut kemiringan tangga (5° ≤ 𝛼 ≤ 40°)
Panjang tangga = 5 m
Tinggi tangga
2,5 m
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
Kemiringan tangga, 𝛼 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( ) = 26,57°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
optrede(i) = 27 cm
aantrede (t) = 17 cm
Tebal pelat
tangga
17
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen = . sin 26,57° = 3,8 𝑐𝑚 ≈ 4 𝑐𝑚
2
Panjang tangga = 5 m
Tinggi tangga
2m
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
Kemiringan tangga, 𝛼 = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 ) = 21,8°5
optrede(i) =27 cm
aantrede (t) = 17 cm
Tebal pelat tangga
= 4,5 cm
17
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen = 2
. sin 21,8° = 3,2 𝑐𝑚 ≈ 4 𝑐𝑚
Penentuan dimensi awal rafter dengan memperkirakan beban yang bekerja pada rafter,
kemudian dikontrol melalui lendutan yang terjadi. Batas lendutan yang diijinkan,
𝐿
𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 = 240
Beban Mati :
- Beban metal deck = 4,46 kg/m2 = 0,0446 kN/m2
- Berat profil gording (asumsi) = 18,6 kg/m = 0,1824 kN/m
- Beban mati tambahan (Tabel 2.16) = 0,39 kN/m2
- Beban Accessories (gusset plate, bolt, trackstang, bracing) = 15% dari SIDL = 0,0585
kN/m2
Maka perkiraan lendutan yang terjadi pada tengah bentang akibat beban luar adalah :
5𝑞𝑢 𝐿4 𝑃𝑢 𝐿3 5 ∙ 20,3983 ∙ 11,746164 12,2573 ∙ 11,746163 5469,9572
𝛿𝑢 = + = + =
384𝐸𝐼 48𝐸𝐼 384𝐸𝐼 48𝐸𝐼 𝐸𝐼
Lendutan ijin,
𝐿 11746,16
𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 = = = 48,9423 𝑚𝑚
240 240
Jika Elastisitas baja= 200.000 MPa, maka Inersia profil yang digunakan adalah
𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 > 𝛿𝑢
48,9423 𝐸𝐼 > 5469,9572 ∙ 1012 Nmm3
𝑰 > 558816933 mm4, maka digunakan profil baja dengan 𝑰𝒙 = 666000000 mm4
Maka, profil baja yang digunakan, yaitu IWF 400 × 400 × 13 × 21 (Tabel 2.6)
Sayap
𝑏 𝐸𝑠 𝐸𝑠
< 0,38√ 1,0 √
𝑡𝑓 𝑓𝑦 𝑓𝑦
2. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur seperti pada pasal F2-5
𝐸
𝐿𝑏 𝑚𝑎𝑥 = 0,086 ∙ 𝑖𝑦 ∙ 𝑓𝑠
𝑦
200000
𝐿𝑏 𝑚𝑎𝑥 = 0,086 ∙ 101 𝑚𝑚 ∙ 240
𝐿𝑏 𝑚𝑎𝑥 = 7238,333 𝑚𝑚
𝐸
𝐿𝑝 = 1,76𝑟𝑦 √𝑓𝑠
𝑦
200000
𝐿𝑝 = 1,76 ∙ 101 𝑚𝑚 √
240
𝐿𝑝 = 5148,982 mm
2 2
𝐸𝑠
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 0,70𝑓 √ 𝐽𝑐 + √( 𝐽𝑐 ) + 6,76 (0,70𝑓𝑦 )
𝑦 𝑆 ℎ
𝑥 𝑜 𝑆 ℎ 𝑥 𝑜 𝐸 𝑠
0,5
𝐼𝑦 0,5 22400 𝑐𝑚 4
𝑟𝑡𝑠 = ( ) = ( ) = 10,1 𝑐𝑚 = 101 𝑚𝑚
𝐴 114,20 𝑐𝑚 2
1 1
𝐽 = (2𝑏𝑡𝑓 3 + ℎ𝑜 𝑡𝑤 3 ) = (2.400. 213 + 387. 133 ) = 2753013
3 3
200000
𝐿𝑟 = 1,95 × 101 ×
0,70 × 240
2
√ 2753013 2753013 0,70 × 240 2
+ √( ) + 6,76 ( )
3514511,87 × 387 3514511,87 × 387 200000
𝐿𝑟 = 16581,72 𝑚𝑚
Cek syarat :
Lp Lb L r
5148,982 7238,333 16581,72 OK
Dengan nilai reduksi lentur b = 0,90 maka rasio kapasitas lentur balok
𝑀𝑢
<1
∅𝑏. 𝑀𝑛
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣
Dengan nilai reduksi geser v = 0,90 maka rasio kapasitas geser balok
𝑉𝑢
<1
∅𝑣 𝑉𝑛
1⁄ ×𝑞 ×𝐿
2 𝑢
0,9×748,8 kN
<1
1⁄ ×20,3983 𝑘𝑁/𝑚 ×11,74616 𝑚
2
0,9×748,8 kN
<1
0,1777 < 1 OK
Jika elastisitas baja 200.000 MPa dan tinggi kolom 7 m, maka inersia profil yang
digunakan adalah
Pu ≤ Pcr
𝜋 2𝐸𝐼
144968 N <
4𝐿2
4𝐿2
𝐼 > 𝑃𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜋 2𝐸
4(11,74616 𝑚𝑚)2
𝐼 > 144968 N × 𝜋 2 ×200000
𝑏 𝐸𝑠
< 0,56√
𝑡𝑓 𝑓𝑦
400
2 200000
21
< 0,56√ 240
Badan
𝑃𝑢
𝐶𝑎 = ∅𝑐𝑃𝑛
; 𝑃𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
144968 𝑁
𝐶𝑎 = 0,9 (218,7 𝑥 102 𝑥240)
𝐶𝑎 = 0,0307
Untuk nilai Ca < 0,125
ℎ−(2𝑡𝑓+2𝑟) 𝐸𝑠
< 2,45√ (1 − 0,93𝐶𝑎)
𝑡𝑤 𝑓𝑦
400−(2×21+2×22) 200000
< 2,45√ (1 − 0,93𝑥0,0307)
13 200
𝜋 2 ×200000
= 71,66672
Dengan nilai reduksi gaya aksial Øc = 0,90 maka rasio kapasitas aksial kolom
𝑃𝑢
<1
∅𝑐 𝑃𝑛
144968 N
0,9 × 4042385,19 𝑁
<1
0,0398 < 1 OK
Maka Profil WF 400x400x13x21 aman digunakan sebagai kolom baja pada lantai atas
(5).