Anda di halaman 1dari 94

DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL

FAK ULTAS TEK NIK


UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Desain Bangunan Sebagai Fasilitas Sekolah


Sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal, memerlukan layanan pendidikan yang
beragam. Faktor sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu hal yang harus kita perhatikan
dan upayakan kelengkapannya sesuai dengan tingkat kelayakannya. Fasilitas sekolah merupakan
salah satu faktor yang keberadaannya sangat penting sehingga mempengaruhi kelancaran,
kenyamanan, keamanan, serta menjadi penentu dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Melihat
kondisi tersebut, maka fasilitas gedung sekolah harus memenuhi standar kelayakannya sehingga
tidak menimbulkan masalah seperti gedung sekolah yang kapasitasnya tidak mencukupi dan fasilitas
pendukung yang kurang memadai. Bangunan gedung sekolah merupakan bagian penting dalam
sarana dan prasarana pendidikan. Ketersediaan gedung dan ruang kelas yang nyaman sangat
berpengaruh terhadap kelancaran jalannya proses pendidikan itu sendiri. Pengertian bangun gedung
sekolah Indonesia, berlandaskan pada pengertian bangunan gedung menurut Kepmen Kimpraswil
nomor 332/KPTS/M2002 tentang pedoman teknis Penmbangunan Gedung Negara, adalah bangunan
yang berfungsi sebagai tempat melakukan proses kegiatan belajar mengajar.
Melihat dari permasalahan di atas maka akan direncanakan gedung sekolah, strukturnya
didesain dengan menggunakan sistem konstruksi beton bertulang sebagai rangka bawah dan rangka
baja sebagai rangka atas. Struktur yang direncanakan terdiri dari 5 lantai dengan tinggi lantai 1 adalah
5 m, lantai 2, 3, dan 4 adalah 4 m, serta lantai 5 adalah 7 m. Lantai 1-4 tersusun dari rangka beton
bertulang dan lantai 5 tersusun dari rangka baja. Beton memiliki kelemahan pada bobotnya yang berat,
kuat tarik yang lemah, dapat mengembang dan menyusut saat terjadi perubahan suhu, dan daya pantul
suara lebih besar. Struktur baja memiliki sifat daktail (tidak getas), dimana baja mampu berdeformasi
tanpa langsung runtuh. Ini memberikan cukup yang waktu untuk evakuasi bila terjadi gempa.
Konstruksi baja juga memiliki berat yang relatif lebih ringan daripada bahan lain tetapi juga memiliki
kemampuan yang cukup tinggi, hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut, dan dalam hal
pelaksanaan jauh lebih cepat dibanding material lain. Faktor tersebut menjadi alasan mengapa
struktur atas direncanakan menggunakan struktur baja. Bangunan tersebut direncanakan memiliki
total panjang 60 m dan lebar 25 m.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Berdasarkan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka pada Tugas Besar Perancangan
Struktur Beton Bertulang dan Struktur Baja ini direncanakan gedung sekolah 5 lantai. Gedung
sekolah yang direncanakan dengan menggunakan sistem konstruksi beton bertulang dan rangka baja
yang direncanakan untuk menahan beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban gempa
(earthquake) dan juga beban angin(wind load).

Sumber :
1. Modul Tugas Besar KKNI 2020/2021 (BAB 1,2, dan 3)
2. https://media.neliti.com/media/publications/270906-pembangunan-gedung-sekolah-dan-
ruang-kel-c1bca87e.pdf

1.2. Denah Bangunan


Denah merupakan rencana pada suatu bangunan yang digambarkan pada gambar kerja. Dimana
dalam denah kita dapat mengetahui tata letak ruang, beserta lebar dari ruang yang dapat dilihat dari
denah tersebut. Denah dalam bangunan perlu disajikan secara terperinci dalam gambar maupun
struktur guna memudahkan pekerjaan di lapangan. Untuk perencanaan gedung sekolah ini memiliki
denah sebagai berikut :

L1

L2

L3

L2

L1

L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

L1

L2

L3

L2

L1

L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4

Denah Bangunan Gedung Lantai 5

1.3. Tujuan Penyusunan Laporan


1. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung struktur gedung dengan sistem konstruksi beton
bertulang dan rangka baja
2. Menuntun mahasiswa agar mampu merencanakan metode pelaksanaan pemasangan balok
dan kolom pembangunan gedung bertingkat
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam merencanakan sistem rangka pemikul momen
sesuai fungsi bangunan, kategori desain seismic dan sesuai standar yang berlaku
4. Untuk melatih kemampuan mahasiswa agar kedepannya mampu dalam menghadapi kondisi
di lapangan kerja.

1.4. Acuan Peraturan dan Software


Adapun acuran peraturan dan software yang digunakan dalam perencanaan gedung sekolah
adalah :
1. SNI 2847-2019/ ACI 318-14 “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung”
2. SNI 1726-2019 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Struktur Bangunan Gedung”
3. SNI 1727-2018/ ASCE 7-16 “Beban Desain Minimum untuk Bangunan Gedung”
4. SNI 1729-2015/ AISC 341-16 “Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural”

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

5. SNI 2052-2014/ ASTM A 706 “Baja Tulangan Beton”


6. AutoCad, merupakan software yang digunakan dalam menggambar desain bangunan
7. ETabs, merupakan software yang digunakan dalam melakukan perhitungan gaya gaya dan
momen yang terjadi dalam suatu struktur
8. Microsoft Excel, merupakan program komputer yang digunakan dalam pengolahan angka
(aritmatika) dan proses kalkulasi
9. Microsoft Word, merupakan program penulisan kalimat yang membantu dalam penyusunan
kata dan penyusunan laporan.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

BAB II
KRITERIA DESAIN

2.1. Data Perencanaan


Diketahui data umum dan data tanah suatu struktur gedung kampus yang terdiri dari beton
bertulang sebagai rangka bawah dan baja sebagai rangka atas dengan data-data sebagai berikut :
1. Fungsi Bangunan : Gedung Sekolah
2. Posisi/Letak Bangunan :
3. Mutu Beton (f’c) : (a). 25 MPa (b). 30 MPa (c). 35 Mpa
4. Mutu Baja : (a). A36 (b). A572 (c). S 275 (d). S 355
5. Mutu Tulangan Beton Ulir (d) : (a). BjTS 420 (b). BjTS 520 (c). BjTS 550 (d). BjTS700
6. Mutu Tulangan Beton Polos ( ) : (a). BjTP 280 (b). BjTS 420
7. Material Baut : (a). A307 (b). A325 (c). A490 (d). F8T
8. Mutu Kawat Las : (a). E60xx (b). E70xx (c). E80xx (d). E90xx
9. Material Dinding : (a). Bata Merah (b). Bata Ringan
10. Material Atap : (a). Metaldeck (b). Genteng Metal (c). Bitumen
11. Profil Balok Baja : (a). IWF (b). Honeycomb WF (c).Taperred I (d). HWF
12. Profil Kolom Baja : (a). HWF (b). IWF (c).KingCross (d). HSS
13. Kecepatan Angin (m/s) : (a). 32 (b). 36 (c). 38 (d). 40
14. Data Sondir Tanah : (a). BH-01 (b). BH-02 (c). BH-03 (d). BH-04

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Denah gedung dan data tanah dapat dilihat pada gambar berikut :

3m

8m

3m

8m

3m

6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m

Gambar 2.1 Denah Bangunan Tipikal

3m

8m

3m

8m

3m

6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m

Denah Bangunan Gedung Lantai 5

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

20°

7m

4m

4m

4m

5m

Gambar 2.2 Potongan Melintang Bangunan

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.3 Data Sondir Tanah BH-01

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.2. Proses Desain


Dalam perencanaan gedung, maka dilakukan tahap proses desain dimana akan dijelaskan
melalui flowchart sebagai berikut :

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.4 Flowchart Proses Desain

2.3. Material
2.3.1. Mutu Beton (Beton Normal)
- Berdasarkan SNI 2847;2019 pasal 19.2.1; tabel 19.2.1.1; hal 433 diatur bahwa untuk
kegunaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SPRMK), nilai minimum mutu
beton adalah f’c = 21 MPa. Sedangkan bila digunakan struktur umum, nilai minimum
mutu beton adalah f’c = 17 MPa. Sedangkan untuk batas maksimal, tidak ditentukan.
- Untuk perencanaan struktur kasus ini, struktur akan didesain sebagai struktur rangka
pemikul momen khusus. Sehingga dengan mengacu pada nilai mutu beton minimum,
mutu beton yang akan digunakan pada struktur utama adalah f’c = 25 MPa.
- Besaran nilai modulus elastisitas beton diatur dalam SNI 2847:2019; pasal 20.2.2.2;
hal 434 adalah
𝐸𝑐 = 4700 . √𝑓′𝑐 = 4700. √25 = 23500 𝑀𝑃𝑎

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.3.2. Mutu Baja Tulangan


- Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 20.2.2.4; tabel 20.2.2.4a; hal 450, diatur bahwa mutu
tulangan ulir maksimum untuk elemen lentur (balok) dan gaya aksial (kolom) untuk
sistem rangka pemikul momen khusus (SPRMK) adalah fy = 420 MPa. Sedangkan untuk
sistem struktur lainnya fy = 550 MPa
- Sedangkan nilai modulus elastisitas, Es, berdasarkan pasal 20.2.2.2 adalah
Es = 200.000 MPa
- Mengacu pada SNI 2052:2017 mengenai baja tulangan beton, maka untuk perencanaan
tulangan longitudinal (tulangan baja ulir) pada struktur ini akan digunakan BjTS 420
dengan nilai mutu tulangan fy = 420 MPa
- Sedangkan untuk tulangan polos (tulangan geser) mengacu pada SNI 2052:2017, yaitu
BjTP 280 dengan nilai minimum fy = 280 Mpa
- Sehingga untuk perencanaan struktur ini digunakan mutu tulangan sengkang sebesar fy
= 280 MPa (sam dengan mutu baja tulangan polos)

2.3.3. Mutu Baja Struktural


Berdasarkan SNI 7860:2015 pasal A3.1 mengenai spesifikasi baja struktural yang digunakan
dalam sistem penahan gaya seismic (SPGS), diatur bahwa tegangan leleh baja yang
digunakan untuk komponen struktur yang berperilaku inelastic tidak boleh melampaui fy =
345 MPa atau 380 MPa. Sedangkan untuk kolom tidak boleh melampaui fy = 450 MPa.
Jadi digunakan spesifikasi A36 setara BJ-37 (fy 240 MPa ; fu 370 MPa)

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.1 Standard baja bangunan menurut ASTM


(Sumber: Wiryanto, 2015)
ASTM Keterangan
Carbon Structural Steel (jenis baja karbon yang umum dipakai
A36
untuk konstruksi
A242 High Strength Low-Alloy Structural Steel (baja tahan cuaca, biasa
dipakai tanpa pengecatan)
High Strength Low-Alloy Structural Manganese Vanadium Steel
A441
(sudah tidak berlaku dan digantikan dengan A572)
High-Yield Strength, Quenched and Tempered Alloy Steel Plate
A514 Suitable for Welding (baja mutu tinggi struktur
jembatan dengan las)
High Strength Carbon-Manganese Steel of Structural Quality
A529
(baja jenis karbon mangan untuk konstruksi)
High Strength Low-Alloy Columbium-Vanadium Steel
A572 (baja mutu tinggi dengan grade 42, 50, 55, 60 dan 65, dimana
grade 50 setara baja A992)
High Strength Low Alloy Structural Steel, up to 345 MPa
A588 Minimum Yield Point, with Atmospheric Corrosion
Resistance (baja tahan cuaca, biasa dipakai tanpa pengecatan)
Normalized High-Strength Low-Alloy Structural Steel Plates
A633
(cocok untuk temperature rendah, -45°C ke atas)
Carbon and High Strength Low-Alloy Structural Steel Shapes,
A709 Plates and Bars and Quenched-and-Tempered Alloy Structural
Steel Plates for Bridge (baja pelat untuk struktur
jembatan)
Quenched and Tempered Low-Alloy Structural Steel Plate
A852 (baja mutu tinggi untuk struktur jembatan dengan las, ketahanan
tinggi terhadap korosi)
High-Strength Low-Alloy Structural Steel Plates with
A871 Atmospheric Corrosion Resistance (baja tahan korosi untuk pipa
atau tiang (pole)
High-Strength Low-Alloy Steel Shapes of Structural Quality,
Produced by Quenching and Self Tempering Process (QST) (baja
A913 mutu tinggi dengan grade 50, 55, 60, 65, dan 70, karena melalui
proses QST maka tipe ini tidak boleh dipanasi lebih
dari 600°C

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Steel for Structural Shapes for use in Building Framing (profil


baja hot-rolled setara A572, umum digunakan untuk bangunan
A992 tahan gempa, ratio Fy/Fu 0,8 untuk menjamin
daktilitasnya. Popular digunakan sebagai pengganti baja karbon
A36
Alloy Steel Structural Shapes for use in Building Framing
A1026 (ratio Fy/Fu 0,8, tidak boleh galvanis dan dipanasi lebih dari
400°C)
Structural Steel with Low Yield to Tensile Ratio for use in Buildings
A1043 (material baru untuk struktur bangunan dengan
ratio Fy/Fu 0,8)
Standard Specification for Structural Steel with Improved Yield
A1077 Strength at High Temperature for use in Buildings
(spesifikasi baru, material baja tahan api (fire resistant steel)

Tabel 2.2 Spesifikasi baja menurut ASTM


(Sumber: Wiryanto, 2015)
Kuat leleh Kuat tarik min. Elongasi min.
Tipe tebal (mm)
(MPa) (MPa) @200 mm, %
A36 t 75 250 400 ~ 550 20
t 40 345 485
A242 40 < t 50 315 460 18
t > 50 290 435
t 65 690 760 ~ 895
A514
65 < t 150 620 690 ~ 895
A529 Gr.50 345 18
t 40 485 ~ 690
A529 Gr.55 380 17
A572 Gr.42 290 415 20
A572 Gr.50 semua 345 450 18
A572 Gr.55 380 485 17
A572 Gr.60 415 520 16
t 50
A572 Gr.65 450 550 15
A588 345 485 18
A633 Gr.A t 100 290 430 ~ 570
A633 Gr.C t 65 345 485 ~ 620 18
A633 Gr.D 65 < t 100 315 450 ~ 590
A633 Gr.E t 100 415 550 ~ 690
A709 Gr.36 t 75 250 400 ~ 550 20

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

A709 Gr.50 345 450 18


A852 485 620 ~ 760 19
A871 Gr.60 415 520 16
A871 Gr.65 450 550 15
A913 Gr.50 345 450 18
A913 Gr.60 415 520 16
A913 Gr.65 450 550 15
A913 Gr.70 485 620 14
A992 345 ~ 450 450 18
A1026 Gr.50 345 ~ 450 450 18
A1026 Gr.65 450 ~ 550 550 15
A1043 Gr.36 250 400 ~ 550 20
A1043 Gr.50 345 450 18
A1077 Gr.36 250 400 ~ 550 20
t 100
A1077 Gr.50 345 450 18

Tabel 2.3 Spesifikasi baja menurut EN 10025


(Sumber: Wiryanto, 2015)
tebal 40 mm 40 mm < t 80 mm
Tipe
Fy (Mpa) Fu (Mpa) Fy (Mpa) Fu (Mpa)
S235 235 360 215 340
S275 275 430 255 410
S355 355 510 335 490
S420 N/NL 420 540 390 520
S460 N/NL 460 570 430 550

2.3.4. Profil Baja Struktural


- Beberapa profil baja yang digunakan mengacu pada tabel profil dari PT. Gunung
Garuda. Antara lain profil IWF, H-Beam, Angle, Profil UNP, dan Profil C. Dalam
perencanaan bangunan ini digunakan profil balok dan kolom menggunakan IWF.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.4 Data Profil Equal Angle

Tabel 2.5 Data Profil Unequal Angle

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.6 Data Profil Wide Flange

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.7 Data Profil UNP

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.8 Data Profil Lipped Channel

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.9 Data Profil Pipe

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.3.5. Mutu Baut, Mur, dan Ring


- Berdasarkan SNI 1729:2015 dan SNI ASTM A325:2012 mengenai spesifikasi baut baja
hasil perlakuan panas, disyaratkan bahwa baut yang digunakan sebagai penyambung
struktural mempunyai mutu fy 660 Mpa; fu 830 MPa dari jenis HTB (High Tensile Bolt)
yang tidak bekarat dan harus dilengkapi dengan ring yang sesuai.

Tabel 2.10 Spesifikasi baut menurut DIN 18800:1990


(Sumber: Wiryanto, 2015)
Kuat leleh Kuat tarik min.
Tipe
(MPa) (MPa)
4.6 240 400
5.6 300 500
8.8 640 800
10.9 900 1000

Tabel 2.11 Parameter Baut menurut Australia/European


(Sumber: Wiryanto, 2015)
Grade Kuat rencana – BS 5950 Nilai karakteristik – SS EN 1993
(Kode baut) Fy (Mpa) Fu (Mpa) Fy (Mpa) Fu (Mpa)
8.8 375 560 640 800
10.9 400 700 900 1000
12.9 480 840 1080 1200

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.12 Spesifikasi baut menurut DIN 18800:1990


(Sumber: Wiryanto, 2015)
Grade Kuat rencana – BS 5950 Nilai karakteristik – SS EN 1993
(Kode baut)
Fy (Mpa) Fu (Mpa) Fy (Mpa) Fu (Mpa)

F8T 375 560 640 800


F10T 400 700 900 1000
F11T 440 770 950 1100
S10T 400 700 900 1000

Tabel 2.13 Kekuatan Nominal Pengencang dan bagian yang berulir


(Sumber: SNI 1729:2015 Tabel J3.2)

Pada perancangan ini digunakan material Baut A325, dengan Kekuatan Tarik
Nominal 620 Mpa, dan Kuat Geser Nominal dalam Sambungan tipe Tumpu 372
Mpa.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.3.6. Mutu Angkur


Berdasarkan SNI 1729:2015, baut angkur harus memenuhi ketentuan sesuai dengan standar
ASTM A307 (fy 240 MPa; fu 370 MPa). Baut angkur harus tetap pada posisi arah vertikal.
Baut angkur harus dipasang sesuai dengan gambar kerja. Batasan posisi pemasangan sesuai
dengan gambar kerja.

2.3.7. Mutu Kawat Las


- Menurut AWS D1.1 Structural Welding Code – Steel, Table 3.1. An American National
Standard”. Minimum yield strength dan ultimate tensile strength (N/mm2) untuk mutu
baja BJ 37 setara A36 adalah sebagai berikut

Tabel 2.14 Spesifikasi mutu kawat las

- Untuk kawat las E60xx, digunakan fy 330 MPa; fu 415 MPa.

2.3.8. Material Atap


- Untuk perencanaan metal deck, digunakan spesifikasi Lysaght Spandeck tebal 0,4 mm

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.5 Spesifikasi Atap Spandek

Gambar 2.6 Jenis Profil Atap Spandek

Gambar 2.7 Massa dan mutu Atap Spandek

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.8 Massa dan mutu Atap Spandek

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4. Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Dan pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Jika beban-beban yang bekerja pada suatu
struktur telah diestimasi, maka berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang
paling dominan yang mungkin bekerja pada suatu struktur tersebut. Besar beban yang bekerja
pada suatu struktur dan kombinasi beban- beban yang bekerja telah diatur dalam RSNI2
1727:2018. Berikut merupakan beberapa jenis beban yang akan diperhitungkan untuk
perencanaan struktur bangunan penahan gaya seismik antara lain :

2.4.1. Beban Mati


Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang bersifat tetap
selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan (super imposed dead load,
SIDL), finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari bagunan/gedung tersebut. Yang termasuk dalam beban mati adalah beban struktur,
pipa-pipa, saluran listrik, AC, lampu- lampu, penutup lantai, dan plafon. Beberapa contoh
berat dari beberapa komponen bangunan penting yang digunakan untuk menentukan
besarnya beban mati suatu gedung /bangunan dapat dilihat dari :

2.4.1.1. Beban Sendiri


Beban sendiri terdiri dari :

• Berat jenis material beton bertulang : 23,6 kN/m3


(RSNI2 1727:2018 Tabel C3.1-2, Concrete, Reinforced Stone (including
gravel)).

• Berat jenis material baja : 77,3 kN/m3


(RSNI2 1727:2018 Tabel C3.1-2, Steel, cold-drawn)

Tabel 2.15 Berat Jenis Minimum Material untuk Beban Desain


Material Density (kN/m3) Material Density (kN/m3)
Aluminum 27 Silt, moist, loose 12.3
Bituminous products Silt, moist, packed 15.1
Asphaltum 12.7 Silt, flowing 17.0
Graphite 21.2 Sand and gravel, dry, loose 15.7
Paraffin 8.8 Sand and gravel, dry, packed 17.3
Petroleum, crude 8.6 Sand and gravel, wet 18.9
Petroleum, refined 7.9 Earth (submerged)

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Petroleum, benzine 7.2 Clay 12.6


Petroleum, gasoline 6.6 Soil 11.0
Pitch 10.8 River mud 14.1
Tar 11.8 Sand or gravel 9.4
Brass 82.6 Sand or gravel and clay 10.2
Bronze 86.7 Glass 25.1
Cast-stone masonry (cement, stone, sand) 22.6 Gravel, dry 16.3
Cement, portland, loose 14.1 Gypsum, loose 11.0
Ceramic tile 23.6 Gypsum, wallboard 7.9
Charcoal 1.9 Ice 9.0
Cinder fill 9.0 Iron
Cinders, dry, in bulk 7.1 Cast 70.7
Coal Wrought 75.4
Anthracite, piled 8.2 Lead 111.5
Bituminous, piled 7.4 Lime
Lignite, piled 7.4 Hydrated, compacted 5.0
Peat, dry, piled 3.6 Hydrated, loose 7.1
Concrete, plain Masonry, ashlar stone
Cinder 17.0 Granite 25.9
Expanded-slag aggregate 15.7 Limestone, crystalline 25.9
Haydite (burned-clay aggregate) 14.1 Limestone, oolitic 21.2
Slag 20.7 Marble 27.2
Stone (including gravel) 22.6 Sandstone 22.6
Vermiculite and perlite aggregate, 3.9–7.9 Masonry, brick
nonload-bearing Hard (low absorption) 20.4
Other light aggregate, load-bearing 11.0–16.5 Medium (medium absorption) 18.1
Concrete, reinforced Soft (high absorption) 15.7
Cinder 17.4 Masonry, concretea
Slag 21.7 Lightweight units 16.5
Stone (including gravel) 23.6 Medium weight units 19.6
Copper 87.3 Normal weight units 21.2
Cork, compressed 2.2 Masonry grout 22.0
Earth (not submerged) Masonry, rubble stone
Clay, dry 9.9 Granite 24.0
Clay, damp 17.3 Limestone, crystalline 23.1
Clay and gravel, dry 15.7 Limestone, oolitic 21.7
Marble 24.5 Sandstone 12.9
Sandstone 21.5 Shale 14.5
Mortar, cement or lime 20.4 Greenstone, hornblende 16.8
Particleboard 7.1 Terra cotta, architectural
Plywood 5.7 Voids filled 18.9
Riprap (not submerged) Voids unfilled 11.3
Limestone 13.0 Tin 72.1
Sand 8.2 Oak, commercial reds and whites 7.4
Slate 27.0 Pine, southern yellow 5.8
Steel, cold-drawn 77.3 Redwood 4.4
Stone, quarried, piled Spruce, red, white, and Sitka 4.5
Basalt, granite, gneiss 15.1 Western hemlock 5.0
Limestone, marble, quartz 14.9 Zinc, rolled sheet 70.5

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.1.2. Beban Mati Tambahan (SIDL)


2
Beban mati tambahan per m lantai dapat dilihat pada RSNI2 1727:2018

Tabel 2.16 Beban mati tambahan per m2 pada lantai 1-4


Berat
Jenis Beban kN/m2 Diambil dari
Keramik Spesi 1,10 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Ceramic or quarry
tile
(19mm) on 25 mm mortar bed)
Ducting Mekanikal 0,19 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Mechanical Duct
Allowance)
Pengantung 0,10 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Suspended Steel
Langit- Channel System)
Langit
Plafon 0,05 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Acoustical
fiberboard)
Total 1,44

Beban mati tambahan per m2 pada atap


Berat
Jenis Beban kN/m2 Diambil dari
Lapisan (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Waterproofing
Waterproofing 0,05 Membranes Liquid Applied)
Ducting Mekanikal (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Mechanical Duct
0,19 Allowance)
Pengantung (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Suspended Steel
Langit- 0,10 Channel System)
Langit
Plafon 0,05 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Acoustical
fiberboard)
Total 0,39

 Accessories (gusset plate, bolt, trackstang, bracing) = 10% dari beban mati
tambahan
 Beban dinding ½ bata : 2,3 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1,
Exterior stud walls with brick veneer)
 Beban dinding pd balok 30.40= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,4)
= 8,28 kN/m
 Beban dinding pd balok 40.60= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,6)
= 7,82 kN/m

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.2. Beban Hidup


Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa layannya,
dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Jenis beban ini termasuk berat manusia,
perabotan yang dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan barang-barang lain. Karena besar
dan lokasi beban yang senantiasa berubah-ubah, maka penentuan beban hidup secara pasti
merupakan suatu hal yang cukup sulit. Oleh karena itu penentuan beban hidup mengacu
pada standar pembebanan RSNI2 1727:2018.

2.4.2.1. Berat Hidup pada Lantai


2
2.4.2.1.1. Ruang kelas : 1,92 kN/m (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
2
2.4.2.1.2. Koridor Lt.1 : 4,79 kN/m (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
2
2.4.2.1.3. Koridor Lt.2-5 : 3,83 kN/m (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
2
2.4.2.1.4. Tangga dan jalan keluar : 4,79 kN/m (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
2
2.4.2.1.5. Beban Partisi : 0,72 kN/m (RSNI2 1727:2018 Pasal 4.3.2)

2.4.2.2. Berat Hidup pada Atap


2
Atap datar : 0,96 kN/m (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)

Tabel 2.17 Beban Hidup Distribusi Merata Minimum


HUNIAN ATAU PENGGUNAAN BEBAN MERATA (kN/m²)
Apartemen / Rumah Tinggal
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 1,92
Tangga Rumah tinggal 1.92
Kantor
Ruang Kantor 2,40
Ruang Komputer 4,79
Lobi dan koridor lantai pertama 4,79
Koridor di atas lantai pertama 3,83
Ruang Pertemuan
Lobi 4,79
Kursi dapat dipindahkan 4,79
Panggung pertemuan 4,79
Koridor
Koridor lantai pertama 4,79

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Koridor Lantai lain sama seperti pelayanan


hunian
Ruang Makan dan restoran 4,79
Rumah Sakit
Ruang Operasi, Laboratorium 2,87
Ruang pasien 7,18
Koridor diatas lantai pertama 3,83
Perpustakaan
Ruang baca 2,87
Ruang Penyimpanan 7,18
Koridor diatas lantai pertama 3,83
Pabrik
Ringan 6,00
Berat 11,9
7
Sekolah
Ruang kelas 1,92
Koridor lantai pertama 4,79
Koridor diatas lantai pertama 3,83
Tangga dan jalan keluar 4,79
Gudang penyimpan barang
Ringan 6,00
Berat 11,9
7
Toko Eceran
Lantai pertama 4,79
Lantai di atasnya 3,59

2.4.2.3. Faktor Reduksi Beban Hidup


Menurut RSNI2 1727:2018 pasal 4.7.3, komponen struktur yang memiliki

tributary area 37,16 m2 atau lebih diizinkan untuk dirancang dengan beban hidup
tereduksi sesuai dengan rumus berikut :

Keterangan :

𝐿 = beban hidup rencana tereduksi per m2

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝐿𝑜 = beban hidup rencana tanpa reduksi per m2


𝐾𝐿𝐿 = faktor elemen beban hidup
𝐴𝑇 = tributary area dalam m2

Tabel Faktor elemen beban hidup, KLL

Menurut RSNI2 1727:2018 pasal 4.8.2, untuk komponen atap datar biasa,
berbubung, atap lengkung, awning, dan kanopi selain dari atap konstrusi fabric
dapat direduksi dengan:
𝐿𝑟 = 𝐿𝑜𝑅1𝑅2 dengan 0,58  Lr  0,96
dimana :
1 untuk Ar ≤ 18,58 m2
R1 =1,2 – 0,011Ar untuk 18,58 m2 < Ar < 55,74 m2
0,6 untuk Ar ≥ 55,74 m2
1 untuk F ≤ 4
R1 =1,2 – 0,011Ar untuk 4 < F < 12
0,6 untuk F ≥ 12

Atap berbubung, F = 0,12 x kemiringan (slope) (kemiringan dinyatakan dalam


persentase) Atap lengkung atau kubah, F = rasio tinggi terhadap bentang × 32.
Sehingga, untuk komponen atap datar biasa, berbubung, atap lengkung, awning,
dan kanopi selain dari atap konstruksi fabric terdapat beban hidup :

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝐿𝑟 = 0,96 × 0,6 × 1 = 0,576 kN/m2 = 0,58 kN/m2

2.4.3. Beban Angin


Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya
selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja
tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau. Menurut RSNI2 1727:2018,
prosedur analitis perencanaan beban angin terdiri dari prosedur directional dan envelope.
Metode directional terdiri dari :
1. Menentukan kategori resiko bangunan dan struktur lainnya
2. Menentukan kecepatan angin dasar, V untuk jenis kategori resiko bangunan
3. Menentukan parameter beban angina
a. Faktor arah angina, Kd
b. Kategori eksposur B, C dan D
c. Faktor topografi, Kzt
d. Faktor elevasi permukaan tanah, Ke
e. Faktor efek tiupan angina, G (gust effect factor)
f. Klarifikasi ketertutupan
g. Koefisien tekanan internal (GCpi)
4. Menentukan koefisien eksposur tekanan velositas, Kz atau Kh
5. Menentukan tekanan velositas, qz atau qh
6. Menentukan tekanan eksternal, Cp atau CN
7. Hitung tekanan angin desain, p pada setiap permukaan bangunan

2.4.3.1. Kategori Resiko Bangunan Gedung


Bangunan dan struktur lainnya harus diklasifikasikan berdasarkan resiko bagi
kehidupan manusia, Kesehatan, dan kesejahteraan yang terkait dengan kerusakan
atau kegagalan penggunaan menurut Tabel 2.12 Untuk tujuan penerapan
ketentuan banjir, angin, salju, gempa. Beban desain minimum untuk struktur
harus memasukkan faktor penting yng berlaku pada Tabel 2.11.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.18 Faktor kepentingan berdasarkan kategori resiko bangunan gedung


(Sumber : RSNI 1727:2018 Tabel 1.5-2)

2.4.3.2. Kecepatan Angin Dasar


Sebagai acuan normatif, penentuan nilai kecepatan angina dasar, V (m/s)
berdasarkan pada standar HB 212-2002 “Design Wind Speeds for the Asia-Pasific
Region”. Menurut HB 212-2002, wilayah Indonesia sebagai daerah di sekitar
garis ekuador yang masuk ke dalam level 1 dengan peta ditunjukkan pada gambar
berikut :

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.9 Peta Angin untuk daerah Asia Pasific dengan klasifikasi tingkat

Dalam peremcanaan struktur ini, kecepatan angin yang digunakan adalah 36 m/s.

2.4.3.3. Faktor Arah Angin, Kd


Faktor arah angina ditentukan berdasarkan tipe struktur yang terdapat pada
RSNI2 1727-2018 tabel 26.6-1

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.3.4. Kategori Eksposur


Kategori eksposur ditentukan berdasarkan ketinggian bangunan, kekasaran
permukaan dan arah lawan angina. Untuk kasus ini, kategori eksposur B dan
kekasaran permukaan B. Berikut merupakan penjelasan dari kategori eksposur B :
 Eksposur B, untuk bangunan gedung dengan tinggi rata-rata kurang dari atau
sama dengan 9,1m, Eksposur B berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah,
sebagaimana ditentukan oleh kekasaran permukaan B, berlaku diarah lawan
angin untuk jarak yang lebih besar dari 457 m. Untuk bangunan dengan tinggi
rata-rata lebih besar dari 9,1 m, Eksposur B berlaku bilamana kekasaran
permukaan B berada dalam arah lawan angin untuk jarak lebih besar dari 792
m atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar.
 Kekasaran permukaan B : Daerah perkotaan dan pinggiran kota, daerah
berhutan, atau daerah lain dengan penghalang berjarak dekat seukuran tempat
tinggal keluarga-tunggal atau lebih besar dalam jumlah banyak.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.3.5. Faktor Topografi, Kzt


Efek peningkatan kecepatan angin pada bukit, bukit memanjang, dan tebing
curam yang terisolasi akan menimmbulkan perubahan mendadak dalam topografi
umum, terletak dalam setiap kategori eksposur, harus dimasukkan dalam
perhitungan beban angin bila kondisi bangunan gedung dan kondisi lokasi
struktur memenuhi kondisi berikut:
1. Bukit, bukit memanjang, atau tebing curam yang terisolasi dan tidak terhalang
angin arah vertical ke atas oleh pengaruh topografi serupa dari ketinggian
yang setara untuk 100 kali tinggi fitur topografi (100H) atau 2 mil (3,22 km),
dipilih yang terkecil. Jarak ini harus diukur horizontal dari titik dimana tinggi
H pada bukit, punggung bukit, atau tebing yang ditentukan.
2. Bukit, bukit memanjang, atau tebing curam yang menonjol di atas ketinggian
fitur dataran arah bertikal ke atas antara radius 2 mil (3,22 km) untuk setiap
kuadran dengan faktor dua atau lebih.
3. Struktur yang berlokasi seperti terlihat pada Gambar 2 pada setengah bagian
ke atas dari bukit atau punggung bukit atau dekat puncak tebing.
4. H/Lh ≥ 0,2
5. H ≥ 4,5 m untuk Eksposur C dan D, H ≥ 18 m untuk Eksposur B.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.10 Faktor Topografi, Kzt

Efek peningkatan kecepatan angin harus dimasukkan dalam perhitungan beban


angin desain dengan menggunakan faktor 𝐾𝑧𝑡 :

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝐾𝑧𝑡 = (1 + 𝐾1𝐾2𝐾3)2
dimana K1, K2, dan K3 ditetapkan dalam Gambar 2.10
Jika kondisi situs dan lokasi bangunan gedung dan struktur lain tidak memenuhi
semua kondisi yang disyaratkan dalam RSNI2 1727:2018 pasal 26.8.1, maka Kzt
=1,0.

2.4.3.6. Faktor elevasi permukaan tanah, Ke


Faktor elevasi permukaan tanah untuk menyesuaikan kondisi densitas udara,
Ke, harus ditentukan sesuai dengan RSNI2 1727:2018 tabel 26.9-1. Namun untuk
pertimbangan yang konservatif, nilai Ke boleh diambil 1 untuk semua kasus.

Tabel 2.19 Faktor elevasi permukaan tanah, Ke

Dalam kasus ini, lokasi bangunan berada di Medan, Sumatera Utara dimana
berada 73 ft di atas permukaan laut (Sea Level). Maka, faktor elevasi permukaan
tanah :
Ke = e -0,0000362(73) = 0,99736

2.4.3.7. Faktor efek tiupan angin, G (gust effect factor)


Faktor efek tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang
kaku boleh diambil sebesar 0,85.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.3.8. Klasifikasi Ketertutupan


Untuk menentukan koefisien tekanan internal (GCpi), harus ditentukan
terlebih dahulu kategori ketertutupan struktur bangunan tersebut. Berikut
merupakan beberapa pengertian klasifikasi ketertutupan :
Bukaan : penentuan banyaknya bukaan pada pembungkus bangunan gedung
harus dibuat untuk menentukan klasifikasi ketertutupan.
Proteksi Bukaan yang dipasang kaca : bukaan yang dipasang kaca dalam
bangunan kategori resiko II, II, atau IV yang berada pada wilayah rawan-angin
kencang harus diproteksi.
Wilayah berpartikel terbawa angin : bukaan yang dipasang kaca harus
dilindungi sesuai lokasi berikut:
1. Dalam 1 mil garis pantai tinggi air rata-rata dimana kecepatan angin dasar
sama dengan atau lebih besar dari 130 mil/h (58m/s), atau
2. Dalam daerah dimana kecepatan angin dasar adalah sama dengan atau lebih
besar dari 140 mi/h (63 m/s)
Jika sebuah bangunan memenuhi definisi bangunan “terbuka” dan “tertutup
sebagian”, harus diklasifikasikan sebagi bangunan “terbuka”. Suatu bangunan
yang tidak memenuhi definisi bangunan “terbuka” atau “tertutup sebagian” harus
diklarifikasikan sebagai bangunan “tertutup”.

Tabel 2.20 Klasifikasi ketertutupan dan nilai koefisien tekanan internal (GCpi)

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.3.9. Koefisien eksposur tekanan velositas Kz atau Kh


Koefisien eksposur tekanan velositas, Kz dapat ditentukan dengan Tabel 2.18
ataupun dengan persamaan berikut :

Dalam kasus ini, Kz nya didapat :


27,4577 2/7
Kz = 2,01 ( 365,76 ) = 0,9592

Tabel 2.21 Koefisien eksposur tekanan velositas, Kz dan Kh

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.3.10. Menentukan tekanan velositas, qz


Tekanan velositas, qz yang dievaluasi pada ketinggian z di atas tanah dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
𝑞z = 0,613𝐾𝑧𝐾𝑧𝑡𝐾𝑑𝐾𝑒𝑉2 (N/m2 ) ; V dalam m/s
dengan
𝐾𝑧 = koefisien eksposur tekanan velositas = 0,9592
𝐾𝑧𝑡 = faktor topografi = 1
𝐾𝑑 = faktor arah angin = 0,85
𝐾𝑒 = faktor elevasi permukaan tanah = 0.99736
𝑉 = kecepatan angin dasar = 36 m/s
𝑞𝑧 = tekanan velositas pada ketinggian z

Maka untuk perhitungan tekanan velositas


𝑞z = 0,613 × 𝐾𝑧 × 𝐾𝑧𝑡 × 𝐾𝑑 × 𝐾𝑒 × 𝑉2
𝑞z = 0,613 × 0,9592 × 1 × 0,85 × 0,99736 × 362
𝑞z = 646,0193 N/m2

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.3.11. Menentukan tekanan eksternal CP dan CN

Gambar 2.11 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.12 Koefisien tekanan netto, CN SPBAU untuk Gedung terbuka


dengan atap pelana

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.13 Kasus Beban Dasar

2.4.3.12. Hitung Tekanan Angin Desain, P


Untuk bangunan gedung kaku tertutup dan tertutup sebagian, nilai tekanan
angin desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut :
p = qGCp − qi (GCpi )(N/m2 )

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

dengan :
q = qz untuk dinding di sisi angin datang
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding samping dan atap
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping dan
atap
qi = qz untuk mengevaluasi tekanan internal positif pada bangunan
gedung tertutup sebagian
G = faktor efek tiupan angin
Cp = koefisien tekanan eksternal
(Gcpi) = koefisien tekanan internal

Maka, dalam kasus ini,


𝑝 = 646,0193 × 0,85 × 0,8 − 646,0193 (−0,55)
𝑝 = 794,603739 N/m2

2.4.3.13. Beban Angin Desain Minimum


Menurut RSNI2 1727:2018, beban angin yang digunakan dalam desain
SPBAU untuk bangunan gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak boleh
lebih kecil dari 0,77 kN/m2 dikalikan dengan luas dinding bangunan gedung dan
0,38 kN/m2 dikalikan dengan luas atap bangunan gedung. Sementara untuk
bangunan gedung terbuka, beban angin desain harus tidak kurang dari 0,77
kN/m2 dikalikan dengan luas Af.

2.4.4. Beban Gempa


Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh
gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan analisa dinamik karena gaya yang
terjadi pada struktur diakibatkan oleh gerakan tanah. Gempa rencana ditetapkan sebagai
gempa dengan kemungkinan terlampaui besarannya selama umur struktur bangunan 50
tahun adalah sebesar 2%. (periode ulang gempa 2500 tahun). Untuk perencanaan gedung
tahan gempa berdasarkan pada SNI 1726:2019 tentang “Tata Cara Perencanaan Ketahanan

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gempa untuk Struktur Gedung dan Non Gedung” yang meliputi dari beberapa langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menentukan kategori resiko struktur bangunan (I-IV)
2. Menentukan faktor keutamaan gempa (Ie)
3. Menentukan kelas situs tanah (SA - SF)
4. Menentukan koefisien situs (Fa, Fv) dan parameter respons spectral percepatan gempa
maksimum yang dipertimbangkan (MCER)
5. Menentukan parameter percepatan spectral desain (SD1, SDs)
6. Menentukan kategori desain seismik (A-F)
7. Menentukan sistem dan parameter struktur (R, Cd, Ωo)
8. Menentukan periode fundamental struktur (T)
9. Menghitung berat efektif seismik dan hitung gaya geser dasar seismic

2.4.4.1. Kategori Resiko Bangunan dan Faktor Keutamaan Gempa


Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung
ditentukan sesuai Tabel 2.22 dan pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2.24.
Kategori resiko bangunan (KRB) menyatakan tingkat resiko atau tingkat
kepentingan keselamatan bangunan. Semakin tinggi kategori resiko bangunan,
maka tingkat keamanan bangunan yang digunakan pada saat perencanaan harus
semakin tinggi.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.22 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
(Sumber: SNI 1726:2019)
Kategori Risiko
Jenis Pemanfaatan

Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap


jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain : I

1. Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan


perikanan
2. Fasilitas sementara
3. Gudang penyimpanan
4. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam


kategori resiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Perumahan
2. Rumah toko dan rumah kantor
3. Pasar II

4. Gedung perkantoran
5. Gedung apartemen/ rumah susun
6. Pusat perbelanjaan/ Mall
7. Bangunan industry
8. Fasilitas manufaktur
9. Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
1. Bioskop
2. Gedung pertemuan

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

3. Stadion
4. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan
unit gawat darurat
5. Fasilitas penitipan anak
6. Penjara III
7. Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan non gedung, tidak termasuk ke dalam kategori


risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
1. Pusat pembangkit listrik biasa
2. Fasilitas penanganan air
3. Fasilitas penanganan limbah
4. Pusat telekomunikasi

Gedung dan non gedung, tidak termasuk ke dalam kategori


risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan
atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya atau bahan yang mudah
meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.23 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa (lanjutan)

Jenis Pemanfaatan Kategori Risiko

Gedung dan nongedung yang dikategorikan sebagai fasilitas yang


penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
1. Bangunan-bangunan monumental
2. Gedung sekolah dan fasilitas Pendidikan
3. Rumah ibadah
4. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
5. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan darurat
6. Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunami, angin IV

badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya


7. Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
8. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
9. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau
struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat

Gedung dan nongedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan


fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.24 Faktor keutamaan gempa (Ie)


Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie
I dan II 1,0
III 1,25
IV 1,50

2.4.4.2. Klasifikasi Situs untuk Desain Seismik


Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah
harus ditentukan atau diklarifikasi terlebih dahulu amplifikasi besaran percepatan
gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs. Untuk
mengetahui kelas situs tanah yang terdapat pada lokasi tersebut dapat menggunakan
perhitungan metode kecepatan rata-rata gelombang geser, 𝑣𝑠̅ , nilai tahanan
penetrasi standar rata-rata 𝑁 dalam lapisan 30 paling atas atau 𝑁𝑐ℎ tahanan
penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif (PI<20) di dalam lapisan 30 m
paling atas, atau nilai kuat geser niralir, 𝑠𝑢̅

Tabel 2.25 Klasifikasi Situs

Kelas situs 𝒗𝒔 (m/detik) 𝑵 atau 𝑵𝒄𝒉 𝒔𝒖 (kPa)


SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat
padat dan batuan lunak) 350 sampai 750 > 50 ≥ 100
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah
dengan karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20
2. Kadar air, w ≥ 40%
3. Kuat geser niralir, 𝑠𝑢̅ < 25 kPa

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih
dari karakteristik berikut:
 Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa
SF (tanah khusus, yang seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
membutuhkan investigasi tersementasi lemah
geoteknik spesifik dan analisis  Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3
respons spesifik- situs yang m)
mengikuti 6.10.1)  Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m
dengan indeks plasitisitas )
 Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H
> 35 m dengan kPa

Nilai 𝑣𝑠 dapat ditentukan dengan perumusan sebagai berikut:


∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖
𝑣𝑠 =
𝑑
∑𝑛𝑖=1 𝑖
𝑁𝑖
Dimana:
𝑑𝑖 = tebal setiap lapisan kedalaman 0 sampai 30 meter
𝑣𝑠𝑖 = kecepatan gelombang geser lapisan i (m/detik)
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖 = 30 meter

Nilai tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata, 𝑁 dan tahanan penetrasi


standar rata- rata untuk lapisan tanah nonkohesif, 𝑁𝑐ℎ harus ditentukan sesuai
dengan perumusan berikut :
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖
𝑁=
𝑑
∑𝑛𝑖=1 𝑖
𝑁𝑖
𝑁𝑖 dan 𝑑𝑖 dalam persamaan berlaku untuk tanah nonkohesif, tanah kohesif, dan
lapisan batuan
𝑑𝑠
𝑁𝑐ℎ =
𝑑𝑖
∑𝑛𝑖=1
𝑁𝑖

𝑁𝑖 dan 𝑑𝑖 dalam persamaan berlaku untuk lapisan tanah nonkohesif saja, dan
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖 = 𝑑𝑠 , di mana 𝑑𝑠 adalah ketebalan total dari lapisan tanah nonkohesif di 30
m lapisan paling atas. 𝑁𝑖 adalah tahanan penetrasi standar sesuai SNI 4153, dengan
nnilai tidak lebih dari 300 pukulan/m. Jika ditemukan perlawanan lapisan batuan,

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

maka nilai 𝑁𝑖 tidak boleh diambil lebih dari 300 pukulan/m.


Dimana : 𝑑𝑖 = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter
𝑁𝑖 = tahanan penetrasi standar 60 % energi (N60) yang terukur langsung di
lapangan tanpa koreksi.

Nilai kuat geser niralir rata-rata, 𝑠𝑢 dapat ditentukan dengan perumusan berikut:
∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖
𝑠𝑢 =
𝑑
∑𝑘𝑖=1 𝑖
𝑠𝑢𝑖
Dimana
𝑘
∑ 𝑑𝑖 = 𝑑 𝑐
𝑖=1
𝑑𝑐
𝑠𝑢 =
𝑑𝑖
∑𝑘𝑖=1
𝑠𝑢𝑖

Dimana :
𝑑𝑐 = ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30 meter
paling atas
𝑃𝐼 = indeks plastisitas, berdasarkan tata cara yang berlaku
= kadar air dalam persen, sesuai tata cara yangberlaku
𝑠𝑢𝑖 = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang
ditentukan dan sesuai dengan tata cara yang berlaku.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.14 Soil Investigation BH-01

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.26 Perhitungan N-SPT BoreHole Log 1

Kedalaman Interval,
N-SPT d/(N-SPT)
(m) d (m)
2.50 2.50 6 0.42
4.50 2.00 4 0.50
6.50 2.00 12 0.17
8.50 2.00 11 0.18
10.50 2.00 24 0.08
12.50 2.00 31 0.06
14.50 2.00 17 0.12
16.50 2.00 16 0.125
18.50 2.00 17 0.12
20.50 2.00 27 0.07
22.50 2.00 28 0.07
24.50 2.00 24 0.08
26.50 2.00 30 0.06
28.50 2.00 35 0.05
Jumlah 2.105
N rata-rata 20.142

𝑛
∑ 𝑑𝑖 = 𝑑1 + 𝑑2 + ⋯ ⋯ + 𝑑𝑛 = 𝟐𝟖, 𝟓𝟎 𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓
𝑖=1

𝑛 𝑑𝑖 𝑑1 𝑑2 𝑑𝑛
∑ = + +⋯⋯+ = 𝟐, 𝟏𝟎𝟓
𝑖=1 𝑁𝑖 𝑁1 𝑁 2 𝑁𝑛

∑𝑛𝑖=1 𝑑𝑖 30,5
𝑁= = = 𝟏𝟑. 𝟓𝟑
𝑑
∑𝑛𝑖=1 𝑖 6,14
𝑁𝑖

Karena nilai 𝑁 < 15, maka kondisi tanah merupakan tanah lunak (SE).

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.4.3. Koefisien dan Parameter Respons Spektral dan Percepatan Gempa


Maksimum yang Dipertimbangkan Resiko Tertarget (MCER)
Untuk penentuan respon spektral percepatan gempa MCER di permukaan
tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik, yaitu :
1. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek, 0,2
detik (Fa)
2. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1
detik (Fv).
Parameter spektrum respon percepatan pada perioda pendek (SMs) dan perioda
1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus
ditentukan dengan perumusan berikut ini (SNI 1726:2019 pasal 6.2) :
𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎𝑆𝑠
𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣𝑆1
Keterangan :
𝑆𝑠 = parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda pendek
𝑆1 = parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda 1,0 detik
Dan koefisien situs (Fa) dan (Fv) berdasarkan SNI 1726:2019 pada tabel dibawah
ini :
Tabel 2.27 Koefisien Situs Fa
Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang
Kelas dipertimbangkan resiko-tertarget (MCER) terpetakan pada perioda
situs pendek, T = 0,2 detik, Ss
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss =1,25 Ss ≥ 1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0
SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8
a
SF SS
Catatan:
(a) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respons situs- spesifik, lihat 6.10.1

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.28 Koefisien Situs Fv


Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang
Kelas dipertimbangkan resiko-tertarget (MCER) terpetakan pada perioda 1
situs detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 = 0,5 S1 ≥ 0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
a
SF SS
Catatan:
(a) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respons situs- spesifik, lihat 6.10.1

2.4.4.4. Parameter Percepatan Respon Spektral Desain


Respon spektrum merupakan suatu respon yang disajikan dalam bentuk grafik
antara periode getaran struktur (T) dengan percepatan spectra (Sa) atau kecepatan
struktur (Sv) maupun spektra simpangan/perpindahan (Sd). Terdapat dua macam
respon spektrum yaitu elastik dan inelastik. Respon spektrum elastik didasarkan
atas respon struktur secara elastik, sedangkan respon spektrum inelastik adalah
spektrum yang direduksi dari spektrum elastic dengan nilai daktilitas tertentu.
Nilai spektrum dipengaruhi oleh periode getar struktur, rasio redaman, tingkat
daktilitas struktur dan jenis tanah.
Bila spektrum respons desain diperlukan dan prosedur gerak tanah dari
spesifik- situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus
dikembangkan dengan mengacu Gambar 2.3 dan mengikuti ketentuan di bawah
ini :
1. Untuk 𝑇 < 𝑇0 , spektrum respons percepatan desain, 𝑆𝑎 , dihitung dengan
persamaan :
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 (0.4 + 0.6 )
𝑇0
2. Untuk 𝑇0 ≤ 𝑇 ≤ 𝑇𝑠 dan, spektrum respons percepatan desain, 𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 ;
3. Untuk 𝑇𝑠 < 𝑇 ≤ 𝑇𝐿 , 𝑆𝑎 dihiutng dengan persamaan :

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝑆𝐷1
𝑆𝑎 =
𝑇
Keterangan :
𝑆𝐷𝑆 = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda pendek
2
𝑆𝐷𝑆 = 𝑆𝑀𝑆
3
𝑆𝐷1 = parameter respon spektral percepatan desain pada perioda 1 detik
2
𝑆𝐷1 = 𝑆𝑀1
3
𝑇 = perioda getar fundamental struktur
𝑆𝐷1
𝑇0 = 0.2 ∙
𝑆𝐷𝑆
𝑆𝐷1
𝑇𝑠 =
𝑆𝐷𝑆
𝑇𝐿 = parameter panjang pada peta transisi yang ditunjukkan pada Gambar
2.15 dan nilainya diambil dari Gambar 2.16
4. Untuk 𝑇 > 𝑇𝐿 , respons spektral percepatan desain, 𝑆𝑎 , dihitung dengan
persamaan :
𝑆𝐷1 𝑇𝐿
𝑆𝑎 =
𝑇2

Gambar 2.15 Spektrum respon desain

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Gambar 2.16 Peta Transisi periode Panjang, T L, wilayah Indonesia


Dengan menggunakan program Peta Gempa dan Respon Spektra 2019 dari
PUSGEN-PUSKIM PUPR 2019-2020 untuk mendapatkan parameter percepatan
gempa S1 dan Ss.

Gambar 2.17 Hasil Output Peta Gempa PUSGEN-PUSKIM PUPR

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.29 Nilai parameter perhitungan respon spektra kota Medan


PARAMETER RESPONS
SPEKTRA
Kota Medan
Lokasi Bangunan Lintang 3.3450
Bujur 98.4020
Tinggi Bangunan Dari muka
tanah 24 m
Kategori Resiko Sekolah IV
Faktor Keutamaan Gempa Ie 1.50
Klasifikasi Situs SE (Tanah
Lunak)
Percepatan gempa MCEr terpetakan Ss 0.901686 g
untuk periode pendek
Percepatan gempa MCEr
terpetakan S1 0.468585 g
untuk periode 1 detik
Faktor amplikasi periode pendek Fa 1.178651
Faktor amplikasi periode 1 detik Fv 2.262830
Percepatan pada periode pendek SMS 1.062773 g
Percepatan pada periode 1 detik SM1 1.060328 g
Percepatan desain pada periode SDS
pendek 0.708516 g
Percepatan desain pada periode 1 SD1 0.706885 g
detik
T0 0.199540 s
Parameter Periode
Ts 0.997699 s

Gambar 2.18 Spektrum Respons Desain Puskim PU

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.4.4.5. Kategori Desain Seismik


Kategori desain seismik adalah tingkat kerusakan suatu bangunan saat terjadi
gempa yang sudah disesuaikan terhadap jenis tanah dasar. Untuk menentukan
kategori desain seismik suatu gedung berdasarkan SNI 1726:2019, maka masing-
masing bangunan dan struktur harus ditetapkan kedalam kategori desain seismik
yang lebih parah, dengan mengacu pada Tabel 2.30. dan Tabel 2.31.

Tabel 2.30 Kategori desain seismik parameter respon percepatan pada perioda pendek
(SDS)
Kategori risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
𝑆𝐷𝑆 < 0,167 A A
0,167 ≤ 𝑆𝐷𝑆 < 0,33 B C
0,33 ≤ 𝑆𝐷𝑆 < 0,50 C D
0,50 ≤ 𝑆𝐷𝑆 D D

Tabel 2.31 Kategori desain seismic parameter respon percepatan pada perioda 1 detik
(SD1)
Kategori risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
𝑆𝐷1 < 0,067 A A
0,067 ≤ 𝑆𝐷1 < 0,133 B C
0,133 ≤ 𝑆𝐷1 < 0,20 C D
0,20 ≤ 𝑆𝐷1 D D

2.4.4.6. Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem (R, C d, Ω0)


Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah
satu tipe yang ditunjukkan dalam Tabel 2.27. Pembagian setiap tipe berdasarkan
pada elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem
struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

ketinggian struktur yang ditunjukkan, dan koefisien amplifikasi defleksi.


Koefisien modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ωo,
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.27 harus digunakan dalam penentuan
geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antar lantai tingkat desain.
Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan
didetailkan sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang
ditetapkan dalam dokumen acuan yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel 2.27
dan persyaratan tambahan yang ditetapkan dalam SNI 1726:2019 pasal 7.2.4
(Persyaratan pendetailan pada kombinasi sistem rangka).

Tabel 2.32 Faktor R, Cd, dan untuk sistem pemikul gaya seismik

Koefisien Faktor Faktor Batasan sistem struktur dan


modifikasi kuat pembesar batasan tinggi struktur, hn
Sistem pemikul (m)d
respons, lebih an
gaya seismik
Ra sistem, defleksi, Kategori desain seismik
b Cd c B C De Ee Ff
C. Sistem rangka
pemikul momen
1. Rangka baja pemikul 8 3 5½ TB TB TB TB TB
momen khusus

2. Rangka batang baja 7 3 5½ TB TB 48 30 TI


pemikul momen khusus
3. Rangka baja pemikul
momen 4½ 3 4 TB TB 10k TIk TIk
menengah
4. Rangka baja pemikul 3½ 3 3 TB TB TIl TIl TIl
momen biasa
5. Rangka beton
bertulang pemikul 8 3 5½ TB TB TB TB TB
momen khususm
6. Rangka beton 5 3 4½ TB TB TI TI TI
bertulang pemikul
momen menengah
7. Rangka beton
bertulang pemikul 3 3 2½ TB TI TI TI TI
momen biasa
8. Rangka baja dan 8 3 5½ TB TB TB TB TB
beton komposit pemikul
momen khusus
9. Rangka baja dan 5 3 4½ TB TB TI TI TI
beton komposit pemikul

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

momen menengah

10.Rangka baja dan 6 3 5½ 48 48 30 TI TI


beton komposit
terkekang parsial
pemikul momen
11.Rangka baja dan 3 3 2½ TB TI TI TI TI
beton komposit pemikul
momen biasa
12.Rangka baja canai 3½ 3½ 10 10 10 10 10
3o
dingin pemikul momen
khusus dengan
pembautann

2.4.4.7. Periode Fundamental Struktur


Menurut SNI 1726:2019, perioda fundamental struktur (T), dalam arah yang
ditinjau harus diperoleh menggunakan sifat struktur dan karakteristik deformasi
elemen pemikul dalam analisis yang teruji dan tidak boleh melebihi hasil koefisien
untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari dan perioda fundamental
pendekatan, (Ta). Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan
perioda fundamental struktur, (T), diijinkan secara langsung menggunakan
perioda bangunan pendekatan, (Ta).
Persamaan berikut dapat digunakan untuk struktur dengan ketinggian tidak
melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka
penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling
sedikit 3 m.
Ta = 0,1𝑁
Keterangan :
N = jumlah tingkat.
Ta = 0,1 N
= 0,1 . 5
= 0,5
T adalah periode getar struktur, dimana nilainya bergantung pada
periode fundamental struktur hasil analisis (Tc), periode fundamental
pendekatan (Ta) dan koefisien Cu.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Jika Tc > Cu > Ta gunakan T= CuTa


Jika Ta < Tc < CuTa gunakan T = Tc
Jika Tc < Ta gunakan T = Ta
Tabel 2.33 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung

2.4.4.8. Gaya Geser Seismik dan Koefisien Respon Seismik


Gaya geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan ditentukan sesuai
dengan pasal 7.8.1 dalam SNI 1726:2019 sesuai persamaan berikut:
𝑉 = 𝐶𝑠𝑊
Keterangan :
𝐶𝑠 = koefisien respon seismik yang ditentukan SNI 1726:2019 pasal 7.8.1.1
𝑊 = berat seismik menurut SNI 1726:2019 pasal 7.7.2

Koefisien respons seismik, Cs, ditentukan dengan persamaan berikut:


𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑆 =
(𝑅⁄𝐼 )
𝑒
0.7085
𝐶𝑆 = = 0.13254
8⁄
1,5

Keterangan :
SDS = Parameter percepatan respon spektral desain pada perioda pendek
R = koefisien modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa

Nilai CS yang dihitung tidak perlu melebihi persamaan berikut :


Untuk T ≤ TL

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL
𝑆𝐷1
𝐶𝑆 =
𝑇(𝑅⁄𝐼 )
𝑒

Untuk T > TL
𝑆 𝑇𝐿
𝐶𝑆 = 𝑇2𝐷1
(𝑅 ⁄𝐼𝑒 )

Nilai 𝐶𝑠 harus tidak kurang dari


𝐶𝑠 = 0,044 𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 ≥ 0,01

Sebagai tambahan untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana 𝑆1 ≥0,6g,


maka 𝐶𝑠 harus tidak dikurangi dari :
0,5𝑆1
𝐶𝑠 −
(𝑅⁄𝐼 )
𝑒
Keterangan :
SD1 = parameter percepatan respon spektral desain pada perioda 1 detik
𝑇 = periode fundamental struktur (detik) yang ditentukan 7.8.2
S1 = parameter percepatan respon spektral maksimum yang terpetakan

2.4.4.9. Distribusi Gaya Geser Seismik


Gaya seismik lateral, Fx (kN), di sebarang tingkat harus ditentukan dari
persmaaan berikut :
𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 . 𝑉
dimana
𝑊𝑥 ℎ𝑥𝑘
𝐶𝑣𝑥 = ∑𝑖=1 𝑤𝑖 ℎ𝑥𝑘
𝑛

Keterangan :
𝐶𝑣𝑥 = faktor distribusi vertikal
𝑉 = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
𝑤𝑖 dan 𝑤𝑥 = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan
atau dikenakan pada tingkat i atau x
ℎ𝑖 dan ℎ𝑥 = tinggi dati dasar sampai tingkat i atau x
𝑘 = eksponen yang terkait dengan periode struktur dengan nilai
untuk struktur dengan T ≤ 0,5 detik, k = 1
untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik, k = 2

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

untuk struktur dengan 0,5 < T < 2,5 detik, k = 2 atau ditentukan
dengan interpolasi linear antara 1 dan 2

2.4.5. Kombinasi Pembebanan


Dalam merencanakan sebuah struktur bangunan diperlukan perencanaan pembebanan
terhadap bangunan tersebut, sehingga struktur bisa menahan beban-beban yang akan terjadi
sebagai struktur yang statis 3 dimensi. Dalam perhitungan pembebanan faktor pembebanan
yang digunakan adalah sebagai berikut :
 1,4 DL
 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau S atau R)
 1,2 DL + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
 1,2 DL + W + L + 0,5 (Lr atau R)
 0,9 DL + W
 1,2 DL + Ev + Eh + L
 0,9 DL – Ev + Eh
Sehingga akan digunakan kombinasi beban sebagai berikut. Hasil output dari program
dengan kombinasi beban yang digunakan hanya untuk analisis mekanik saja, dengan
mengambil nilai momen terbesar pada elemen struktur tertentu yang sama dimensinya
sedangkan untuk elemen lainnya dengan momen yang lebih kecil dianggap telah terwakili.
Tabel 2.34 Kombinasi Pembebanan

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.5. Perancangan Dimensi Awal (Preliminary Design)


Dalam desain konstruksi struktur apapun, terdapat beberapa persyaratan desain yang saling
terkait yang harus dipertimbangkan pada setiap tahap dalam proses desain, termasuk desain
struktur beton bertulang maupun struktur baja. Pada umumnya terdapat 3 tahapan desain,
diantaranya sebagai berikut :
1. Desain konseptual, dimana pada tahapan ini dilakukan pengambilan keputusan tentang

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

dimensi keseluruhan dan bentuk struktur


2. Desain awal, dimana perencana melakukan pra dimensi awal dan melakukan estimasi
kekuatan dan biaya
3. Desain akhir, dimana semua kasus beban yang relevan dipertimbangkan, dilakukan
pemeriksaan terhadap setiap selemen, dilakukan pengecekan terhadap posisi pengecekan dan
pengekangan.

2.5.1. Preliminary Design Balok


Perencanaan balok yang merupakan bagian dari sistem pemikul gaya seismik dan
didesain untuk menahan lentur dan geser harus memenuhi ketentuan SNI 2847:2019 pasal
18.6.2 sebagai berikut :
a) Bentang bersih, ln, harus minimal 4d
b) Lebar penampang bw, harus sekurangnya nilai terkecil dari 0,3h dan 250 mm
c) Proyeksi lebar balok yang melampaui lebar kolom penumpu tidak boleh melebihi nilai
terkecil dari c2 dan 0,75c1 pada masing-masing sisi kolom.

Gambar 2.19 Lebar efektif maksimum balok dan persyaratan tulangan transversal
(Sumber: SNI 2847:2019)
Sesuai dengan SNI 2847:2019 pasal 9.3.1; tabel 9.3.1.1; hal 180 tentang perhitungan
tinggi balok minimum nonprategang dengan komponen struktur beton normal dan mutu
tulangan beton 420 MPa dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 2.35 Tinggi minimum balok nonprategang (Sumber : SNI 2847:2019)


Kondisi tumpuan 𝒉[𝟏]Minimum
Tumpuan sederhana 𝑙/16

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Satu sisi menerus 𝑙/18,5


Kedua sisi menerus 𝑙/21
Kantilever 𝑙/8
[1] Angka ini berlaku untuk beton normal dan fy = 420 MPa. Untuk kasus lain,
ketebalan minimum harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700)

 Diketahui balok induk dengan panjang L = 6000 mm (satu sisi menerus) BI1
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019 :

Maka direncanakan h = 400 mm


Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

Direncanakan

Diambil (Memenuhi)
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi

 Diketahui balok induk dengan panjang (Kedua sisi menerus) (BI2)


Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019

Maka direncanakan h = 300 mm


Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

Direncanakan

Diambil (Memenuhi)

Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi

 Diketahui balok induk dengan panjang 𝐿 = 3000 𝑚𝑚 (Satu sisi menerus) (BI3)

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019


1
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 𝐿 = 162,162 𝑚𝑚
18,5
Maka direncanakan h = 200 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑤 ≤ ℎ
2 3
100 𝑚𝑚 ≤ 𝑏𝑤 ≤ 133,3 𝑚𝑚
Direncanakan 𝑏𝑤 𝑚𝑖𝑛 = 100 𝑚𝑚
Diambil 𝑏𝑤 = 100 𝑚𝑚 (Memenuhi)
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 100 𝑚𝑚 × 200 𝑚𝑚

 Diketahui balok induk dengan panjang 𝐿 = 8000 𝑚𝑚 (Kedua sisi menerus) (BI4)
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019
1
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 𝐿 = 380,95 𝑚𝑚
21
Maka direncanakan h = 400 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑤 ≤ ℎ
2 3
200 𝑚𝑚 ≤ 𝑏𝑤 ≤ 266,6 𝑚𝑚
Direncanakan 𝑏𝑤 𝑚𝑖𝑛 = 200 𝑚𝑚
Diambil 𝑏𝑤 = 200 𝑚𝑚 (Memenuhi)
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 200 𝑚𝑚 × 400 𝑚𝑚

 Diketahui balok induk dengan panjang 𝐿 = 3000 𝑚𝑚 (Kedua sisi menerus) (BI5)
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019
1
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 𝐿 = 142,86 𝑚𝑚
21
Maka direncanakan h = 150 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑤 ≤ ℎ
2 3
75 𝑚𝑚 ≤ 𝑏𝑤 ≤ 100 𝑚𝑚

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Direncanakan 𝑏𝑤 𝑚𝑖𝑛 = 75 𝑚𝑚
Diambil 𝑏𝑤 = 75 𝑚𝑚 (Memenuhi)
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 75 𝑚𝑚 × 150 𝑚𝑚

Berikut ini merupakan denah pembalokanpada lantai 1,2,3 dan 4 sesuai dengan
penjelasan yang telah dibahas pada 2.1.1 sebagai berikut :

3m

8m

3m
BI5

8m
BI4
3m BI1 BI2
BI3

6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m

Gambar 2.20 Denah Pembalokan Lantai 1,2,3,4

Tabel 2.36 Rekapitulasi Dimensi Balok


Panjang Bentang (L)
Nama Dimensi Balok(mm)
(mm)

BI1 6000 200 mm x 400 mm


BI2 6000 150 mm x 300 mm
BI3 3000 100 mm x 200 mm
BI4 8000 200 mm x 400 mm
BI5 3000 75 mm x 150 mm

Agar memudahkan digunakan dimensi balok yang sama yaitu nilai balok yang terbesar
200 mm x 400 mm. Untuk perencanaan balok anak dapat digunakan dimensi yang lebih
kecil dari balok induk yang mengacu pada perilaku balok anak dengan perencanaan rule of
thumb.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2.5.2. Preliminary Design Pelat


Perhitungan pelat dengan balok yang membentang di antara tumpuan pada semua
sisinya dihitung berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 8.3.1 sebagai berikut :

Tabel 2.37 Tebal minimum pelat dua arah nonprategang tanpa balok interior (mm)
(Sumber : SNI 2847:2019 Tabel 8.3.1.1)
Tanpa drop panel[3] Dengan drop panel[3]

Panel Panel
Panel eksterior Panel eksterior
interior interior
fy ,
Dengan
Tanpa Tanpa Dengan
MPa[2] balok
balok tepi balok tepi balok tepi[4]
tepi[4]
280 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/40 ℓn/40
420 ℓn/30 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36
520 ℓn/28 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/34 ℓn/34
[1]
ℓn adalah jarak bersih ke arah memanjang, diukur dari muka ke muka tumpuan
(mm)
[2]
Untuk fy dengan nilai diantara yang diberikan dalam tabel, ketebalan minimum
harus dihitung dengan interpolasi linear
[3]
Drop panel sesuai SNI 2847:2019 pasal 8.2.4
[4]
Pelat dengan balok di antara kolom sepanjang tepi eksterior. Panel eksterior
harus dianggap tanpa balok pinggir jika αf kurang dari 0,8. Nilai αf untuk balok
tepi harus dihitung sesuai SNI 2847:2019 pasal 8.10.2.7

Tabel 2.38 Tebal minimum pelat dua arah nonprategang dengan balok di antara
tumpuannya pada semua sisi (mm)
(Sumber : SNI 2847:2019 Tabel 8.3.1.2)
αfm h minimum, mm
αfm  0,2 Berlaku Tabel 4.4 (a)
𝑓𝑦
0,2 < αfm  Terbesar 𝑙𝑛 (0,8 + 1400 )
(b)[2],[3]
2,0 dari : 36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

125 (c)
𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0,8 + 1400 )
Terbesar (d) [2],[3]
αfm > 2,0 36 + 9𝛽
dari :
90 (e)

Untuk perencanaan awal dimensi pelat dengan balok pada semua sisi tumpuannya perlu
diperhitungkan lebar efektif sayap. Batasan lebar sayap efektif telah ditentukan pada SNI
2847:2019 Tabel 6.3.2.1.

Tabel 2.39 Batasan dimensi lebar sayap efektif untuk Balok-T


(Sumber : SNI 2847:2019 Tabel 8.3.1.2)
Lebar sayap
Lokasi sayap efektif, di luar
penampang balok
8h
Kedua sisi Sekurang
Sw/2
balok nya :
ℓn /8
6h
Satu sisi Sekurang
Sw/2
balok nya :
ℓn /12

Sw/2 Sw/2

ℓn
Gambar 2.21 Penampang lebar efektif balok

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Kuat tekan beton (𝑓′𝑐 ) = 25 Mpa


Kuat leleh tulangan (𝑓𝑦 ) = 420 Mpa
Rencana tebal pelat = 120 mm
Bentang sumbu panjang (𝑙𝑦 ) = 2,67 m = 267 cm
Bentang sumbu pendek (𝑙𝑥 ) = 6 m = 600 cm

Diketahui :

Arah X
Lebar bentang = 6 m
Panjang bentang = 2,67 m
Balok eksterior : h = 400 mm, b = 200 mm
Balok interior : h = 400 mm, b = 200 mm
Tebal pelat diasumsikan 120 mm
Eksterior Interior
𝑏𝑤 + 1⁄12 𝑙𝑛 𝑏𝑤 + 1⁄8 𝑙𝑛
𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 6ℎ𝑓 𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 8ℎ𝑓
𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2 𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2
𝑏 𝑏𝑤 𝑏 𝑏𝑤
𝑏𝑤 + 1⁄12 (6000 − ( 2𝑤 + 2
)) 𝑏𝑤 + 1⁄8 (6000 − ( 2𝑤 + 2
))
𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 6 ∙ 120 𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 8 ∙ 120
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
(6000−( 𝑤 + 𝑤 )) (6000−( 𝑤 + 𝑤 ))
2 2 2 2
{ 𝑏𝑤 + 2 { 𝑏𝑤 + 2

200 + 1⁄12 (6000 − 200) 200 + 1⁄8 (6000 − 200)


𝑏𝑒 ≤ { 200 + 720 𝑏𝑒 ≤ { 200 + 960
(6000−200) (6000−200)
200 + 2
200 + 2
683,33 𝑚𝑚 925 𝑚𝑚
𝑏𝑒 ≤ { 920 𝑚𝑚 𝑏𝑒 ≤ {1160 𝑚𝑚
3100 𝑚𝑚 3100 𝑚𝑚

Pada arah X, untuk balok dengan slab pada satu sisi saja (eksterior), digunakan lebar
sayap efektif 650 mm, sedangkan untuk lebar sayap efektif sebagai balok T digunakan
900 mm.

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Arah Y
Lebar bentang = 6 m
Panjang bentang = 2,67 m
Balok eksterior : h = 400 mm, b = 200 mm
Balok interior : h = 400 mm, b = 200 mm
Tebal pelat diasumsikan 120 mm

Eksterior Interior
𝑏𝑤 + 1⁄12 𝑙𝑛 𝑏𝑤 + 1⁄8 𝑙𝑛
𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 6ℎ𝑓 𝑏𝑒 ≤ { 𝑏𝑤 + 8ℎ𝑓
𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2 𝑏𝑤 + 𝑆𝑤⁄2
𝑏 𝑏𝑤 𝑏 𝑏𝑤
𝑏𝑤 + 1⁄12 (2670 − ( 2𝑤 + 2
)) 𝑏𝑤 + 1⁄8 (2670 − ( 2𝑤 + 2
))
𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 6 ∙ 120 𝑏𝑒 ≤ 𝑏𝑤 + 8 ∙ 120
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
(2670−( 𝑤 + 𝑤 )) (2670−( 𝑤 + 𝑤 ))
2 2 2 2
{ 𝑏𝑤 + { 𝑏𝑤 +
2 2

200 + 1⁄12 (2670 − 200) 200 + 1⁄8 (2670 − 200)


𝑏𝑒 ≤ { 200 + 720 𝑏𝑒 ≤ { 200 + 960
(2670−200) (2670−300)
200 + 2
200 + 2
405,83 𝑚𝑚 533,75 𝑚𝑚
𝑏𝑒 ≤ { 920 𝑚𝑚 𝑏𝑒 ≤ { 1160 𝑚𝑚
1435 𝑚𝑚 1435 𝑚𝑚

Pada arah Y, untuk balok dengan slab pada satu sisi saja (eksterior), digunakan lebar
sayap efektif 400 mm, sedangkan untuk lebar sayap efektif sebagai balok T digunakan
500 mm.

Menentukan nilai k

𝑏 ℎ𝑓 ℎ𝑓 ℎ𝑓 2 𝑏 ℎ𝑓 2
1 + (𝑏 𝑒 ) ( ℎ ) [4 − 6 ( ℎ ) + 4 ( ℎ ) + (𝑏 𝑒 − 1) ( ℎ ) ]
𝑤 𝑤
𝑘=
𝑏 ℎ𝑓
1 + (𝑏 𝑒 − 1) ( ℎ )
𝑤

Menentukan nilai αfm berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 8.10.2.7

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝑘 × 𝐸𝑐𝑏 × 𝐼𝑏 2,205 × 2.352.000.000


𝑎1𝑥 = = = 12,005
𝐸𝑐𝑝 × 𝐼𝑝 432.000.000
𝑘 × 𝐸𝑐𝑏 × 𝐼𝑏 2,381 × 2.539.733.333
𝑎2𝑥 = = = 13,997
𝐸𝑐𝑝 × 𝐼𝑝 432.000.000
𝑘 × 𝐸𝑐𝑏 × 𝐼𝑏 1,992 × 2.124.800.000
𝑎1𝑦 = = = 22,017
𝐸𝑐𝑝 × 𝐼𝑝 192.240.000
𝑘 × 𝐸𝑐𝑏 × 𝐼𝑏 2,083 × 2.221.866.667
𝑎2𝑦 = = = 24,075
𝐸𝑐𝑝 × 𝐼𝑝 192.240.000
𝑎1𝑥 + 𝑎1𝑦 + 𝑎2𝑥 + 𝑎2𝑦 72.094
𝑎fm = = = 18,024
4 4
𝑎fm = 18,024 karena 𝑎fm > 2 maka perletakan pelat adalah jepit penuh.

Menghitung bentang bersih ℓ𝑛


ℓ𝑛𝑥 = 580 𝑐𝑚
ℓ𝑛𝑦 = 247 𝑐𝑚
580
𝛽 = 247 = 2,348 ≤ 2,5 (𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ)

Berdasarkan SNI 2847 :2019, karena 𝑎fm < 2, maka hmin tidak boleh kurang
dari 90 mm atau
𝑓𝑦 420
ℓ𝑛𝑥 (0,8 + ) 580(0,8 + )
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 1400 = 1400 = 11,167 𝑐𝑚
36 + 9𝛽 36 + 9(2,348)
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 11,167 𝑐𝑚 < ℎ 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 = 12 𝑐𝑚, maka dapat digunakan dimensi
tebal pelat 12 cm.

2.5.3. Preliminary Design Kolom


Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan terbagi menjadi tiga yaitu kolom inti,
kolom tepi, dan kolom ujung.
 Tebal pelat = 120 mm
 Tinggi tiap tingkat = 1. Lantai 1 = 5 m
2. Lantai 2 = 4 m
3. Lantai 3 = 4 m
4. Lantai 4 = 4 m
5. Lantai 5 = 7 m

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Perencanaan awal dimensi kolom menggunakan persamaan berikut :


𝑃𝑢
𝐴𝑔 =
0.2~0.35𝑓𝑐
Keterangan :
𝐴𝑔 = luas penampang bruto kolom (m2)
𝑃𝑢 = gaya aksial total yang bekerja pada kolom (N)
𝑓c′ = kuat tekan beton (MPa)

Berdasarkan SNI 1727:2018, dengan menggunakan cara tributary area maka


didapatkan pembebanan seperti ini :
1. Kolom lantai 4
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 12500 mm.

Tabel 2.40 Rekapitulasi Perhitungan Beban Sendiri untuk Kolom


Berat sendiri
Beban Mati (DL) (kN/m3) B (m) L (m) t (m) Berat
(kN)
Pelat lantai atap 23,6 6 12,5 0,12 212,4
Balok induk memanjang 23,6 0,2 0,4 6 11,328
Balok induk melintang 23,6 0,2 0,4 12,5 23,6
Berat Total 247,328

Tabel 2.41 Rekapitulasi Perhitungan Beban SIDL untuk Kolom


Berat Berat
Beban Mati Tambahan (SIDL) B (m) L (m)
(kN/m2) (kN)
Beban SIDL 1,44 6 12,5 108
Beban frame dinding melintang 2,30 0,12 12,5 3,45
Beban frame dinding memanjang 2,30 0,12 6 1,656
Berat Total 113,106

a. Beban Hidup (LL)


Beban hidup = 15,33 kN/m2 x 6 m x 12,5 m
Total beban hidup (LL) = 1149,75 kN

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

b. Berat Total Atap (Ptot)


Ptot = 1.2DL + 1.6LL
= 1,2 (247,328+113,106) + 1,6 (1149,75)
= 432,5208 + 1839,6 = 2272,1208 kN

Maka berat yang dipikul 1 buah kolom = Ptot/2 = 1136,0604 kN = 1136060 N

Asumsi b=h, maka:


𝑃 = 0,2𝐴𝑔 𝑓𝑐 ′
𝑃 = 0,2𝑏2 𝑓𝑐 ′

𝑃
𝑏=√
0,2𝑓𝑐 ′

1136060
𝑏=√
0,2 𝑥 25

𝑏 = 476,6676
Digunakan b = 500 mm

Jadi,dimensi kolom induk K4 yang digunakan 500 m.

2. Kolom Lantai 3
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 12500 mm.

Tabel 2.42 Rekapitulasi Perhitungan Beban Sendiri untuk Kolom


Beban Mati (DL) Berat Sendiri B (m) L (m) t (m) Berat
(kN/m3) (kN)
Pelat lantai atap 23,6 6 12,5 0,12 212,4
Balok induk dan anak memanjang (5 bh) 23,6 0,2 0,4 6 11,328
Balok induk melintang (1 bh) 23,6 0,2 0,4 12,5 23,6
Berat Total 247,328

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Tabel 2.43 Rekapitulasi Perhitungan Beban SIDL untuk Kolom


Beban Mati Tambahan (SIDL) Berat B (m) L (m) Berat
(kN/m2) (kN)
Beban SIDL 1,44 6 12,5 108
Beban frame dinding melintang 2,30 0,12 12,5 3,45
Beban frame dinding memanjang 2,30 0,12 6 1,656
Berat Total 113,106

a) Beban hidup (LL)


Beban hidup = 15,33 kN/m2 x 6 m x 12,5 m
Total beban hidup (LL) = 1149,75 kN

b) Berat total atap (Ptot)


Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL + Plantai 4
= 1,2 (247,328+113,106) + 1,6 (1149,75)+ 2272,1208
= 432,5208 + 1839,6 + 2272,1208 = 4544,2416 kN

Maka berat yang dipikul 1 buah kolom = Ptot/2 = 2272,1208 kN = 2272121 N

Asumsi b = h, maka :
P = 0,2 Ag f’c
P = 0,2 b2 f’c

𝑝
𝑏=√
0,2 𝑓′𝑐

2272121
𝑏=√
0,2 𝑥 25

𝑏 = 674,11

Digunakan b = 700 mm

Jadi, dimensi kolom induk K3 yang digunakan 700 mm

3. Kolom Lantai 2
a. Kolom Induk

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul


bentang sebesar 6000 mm x 12500 mm.

Tabel 2.44 Rekapitulasi Perhitungan Beban Sendiri untuk Kolom


Beban Mati (DL) Berat Sendiri B (m) L (m) t (m) Berat
(kN/m3) (kN)
Pelat lantai atap 23,6 6 12,5 0,12 212,4
Balok induk dan anak memanjang (5 bh) 23,6 0,2 0,4 6 11,328
Balok induk melintang (1 bh) 23,6 0,2 0,4 12,5 23,6
Berat Total 247,328

Tabel 2.45 Rekapitulasi Perhitungan Beban SIDL untuk Kolom


Beban Mati Tambahan (SIDL) Berat B (m) L (m) Berat
(kN/m2) (kN)
Beban SIDL 1,44 6 12,5 108
Beban frame dinding melintang 2,30 0,12 12,5 3,45
Beban frame dinding memanjang 2,30 0,12 6 1,656
Berat Total 113,106

a) Beban hidup (LL)


Beban hidup = 15,33 kN/m2 x 6 m x 12,5 m
Total beban hidup (LL) = 1149,75 kN

b) Berat total atap (Ptot)


Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL + Plantai 3
= 1,2 (247,328+113,106) + 1,6 (1149,75)+ 4544,2416
= 432,5208 + 1839,6 + 4544,2416 = 6816,3624 kN

Maka berat yang dipikul 1 buah kolom = Ptot/2 = 3408,1812 kN =3408181 N

Asumsi b = h, maka :
P = 0,2 Ag f’c
P = 0,2 b2 f’c

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝑝
𝑏=√
0,2 𝑓′𝑐

3408181
𝑏=√
0,2 𝑥 25

𝑏 = 825,61

Digunakan b = 900 mm

Jadi, dimensi kolom induk K2 yang digunakan 900 mm

4. Kolom Lantai 1
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 12500 mm.

Tabel 2.46 Rekapitulasi Perhitungan Beban Sendiri untuk Kolom


Beban Mati (DL) Berat Sendiri B (m) L (m) t (m) Berat
(kN/m3) (kN)
Pelat lantai atap 23,6 6 12,5 0,12 212,4
Balok induk dan anak memanjang (5 bh) 23,6 0,2 0,4 6 11,328
Balok induk melintang (1 bh) 23,6 0,2 0,4 12,5 23,6
Berat Total 247,328

Tabel 2.47 Rekapitulasi Perhitungan Beban SIDL untuk Kolom


Berat Berat
Beban Mati Tambahan (SIDL) B (m) L (m)
(kN/m2) (kN)
Beban SIDL 1,44 6 12,5 108
Beban frame dinding melintang 2,30 0,12 12,5 3,45
Beban frame dinding memanjang 2,30 0,12 6 1,656
Berat Total 113,106

a) Beban hidup (LL)


Beban hidup = 15,33 kN/m2 x 6 m x 12,5 m
Total beban hidup (LL) = 1149,75 kN

b) Berat total atap (Ptot)


Ptot = 1,2 DL + 1,6 LL + Plantai 2

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

= 1,2 (247,328+113,106) + 1,6 (1149,75)+ 6816,3624


= 432,5208 + 1839,6 + 6816,3624 = 9088,4832 kN

Maka berat yang dipikul 1 buah kolom = Ptot/2 = 4544,2416 kN = 4544242 N

Asumsi b = h, maka :
P = 0,2 Ag f’c
P = 0,2 b2 f’c

𝑝
𝑏=√
0,2 𝑓 ′ 𝑐

4544242
𝑏=√
0,2 𝑥 25

𝑏 = 953,34

Digunakan b = 1000 mm

Jadi, dimensi kolom induk K1 yang digunakan 1000 mm

Tabel 2.48 Rekapitulasi Dimensi Kolom


Tinggi Bentang
Nama (H) Dimensi Kolom
(mm) (mm)
K1 (Lantai 1) 5000 1000x1000
K2 (Lantai 2) 4000 900x900
K3 (Lantai 3) 4000 700x700
K4 (Lantai 4) 4000 500x500

2.5.4. Preliminary Design Tangga


Adapun langkah-langkah perencanaan tangga sebagai berikut :
1. Perencanaan desain awal tangga
Mencari lebar (aantrede), tinggi injakan (optrede) dan tebal pelat ekuivalen

60 cm ≤ 2t + i ≤ 65 cm

𝑖
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen = ∙ sin 𝛼
2

Dimana : t = tinggi injakan

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

i = lebar injakan
𝛼 = sudut kemiringan tangga (5° ≤ 𝛼 ≤ 40°)

2. Perhitungan pembebanan yang terjadi pada tangga


3. Perhitungan gaya-gaya dalam
4. Perhitungan penulangan tangga

 Perencanaan Tangga dari Lantai 1 ke Lantai 2


Perencanaan tangga beton bertulang direncanakan terjepit pada 2 ujungnya.

Panjang tangga = 5 m

Tinggi tangga
2,5 m

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
Kemiringan tangga, 𝛼 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( ) = 26,57°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎

Untuk perbandingan tinggi per panjang tangga = 0,5


Maka perbandingan opterede dan aantrede juga 0,5 (i=2 t), sehingga syarat
kenyamanan tangga :
4 𝑡 ≥ 60 𝑐𝑚
𝑡 ≥ 15 𝑐𝑚
Digunakan t = 17 cm
2(16) + 𝑖 ≥ 61 𝑐𝑚
𝑖 ≥ 61 − 34 𝑐𝑚
𝑖 ≥ 27 𝑐𝑚
Digunakan i = 27 cm

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

optrede(i) = 27 cm

aantrede (t) = 17 cm
Tebal pelat
tangga

17
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen = . sin 26,57° = 3,8 𝑐𝑚 ≈ 4 𝑐𝑚
2

Maka tebal rata-rata pelat tangga = 4 cm + 17 cm = 21 cm

 Perencanaan Tangga dari Lantai 2 ke 3 ke 4 ke 5


Perencanaan tangga beton bertulang direncanakan terjepit pada 2 ujungnya.

Panjang tangga = 5 m

Tinggi tangga
2m

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
Kemiringan tangga, 𝛼 = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 ) = 21,8°5

Untuk perbandingan tinggi per panjang tangga = 0,4


Maka perbandingan opterede dan aantrede juga 0,4 (i=2,5t), sehingga syarat
kenyamanan tangga :
4,5 𝑡 ≥ 60 𝑐𝑚
𝑡 ≥ 13,3 𝑐𝑚
Digunakan t = 17 cm
2(17) + 𝑖 ≥ 61 𝑐𝑚
𝑖 ≥ 61 − 34 𝑐𝑚
𝑖 ≥ 27 𝑐𝑚
Digunakan i = 27 cm

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

optrede(i) =27 cm

aantrede (t) = 17 cm
Tebal pelat tangga
= 4,5 cm

17
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen = 2
. sin 21,8° = 3,2 𝑐𝑚 ≈ 4 𝑐𝑚

Maka tebal rata-rata pelat tangga = 4,5 cm + 17 cm = 21,5 cm ≈ 22 𝑐𝑚

2.5.5. Preliminary Design Rafter Baja


Detail umum dari struktur rangka portal baja ditunjukkan pada gambar dibawah
ini. Gambaran berikut dimaksudkan untuk memberi pemahaman terkait hubungan
antar elemen sehingga keputusan yang dilakukan pada setiap tahap dalam proses
desain dapat dibuat dengan pemahaman implikasinya

Gambar 2.22 Potongan melintang menunjukkan portal frame dan tumpuannya

Penentuan dimensi awal rafter dengan memperkirakan beban yang bekerja pada rafter,
kemudian dikontrol melalui lendutan yang terjadi. Batas lendutan yang diijinkan,
𝐿
𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 = 240

Jarak Antar Gording : 1,5 meter


Panjang Bentang Rafter : 25 meter
Sudut Atap : 20°

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

L = (25/2)/(cos 20°) : 11,74616 meter

Beban Mati :
- Beban metal deck = 4,46 kg/m2 = 0,0446 kN/m2
- Berat profil gording (asumsi) = 18,6 kg/m = 0,1824 kN/m
- Beban mati tambahan (Tabel 2.16) = 0,39 kN/m2
- Beban Accessories (gusset plate, bolt, trackstang, bracing) = 15% dari SIDL = 0,0585
kN/m2

Beban Hidup : 0,96 kN/m2

Beban angin datang (maksimum) : 0,795 kN/m2

Beban angin pergi : 0,795 kN/m2

Gambar 2.1 Tampak atas pembebanan Rafter

Total beban mati yg dibebankan merata bentang (qDL)


qDL = (0,0446+0,39+0,0585)kN/m2 × 6 m
= 2,9586 kN/m

Total beban mati yang dibebankan terpusat (gording) (PDL)


Jarak Gording = 1,5 m
Jumlah Gording = L/jarak gording
= 11,74616 m/1,5 m
= 8 buah
PDL = 0,1824 kN/m × 6 m × 8 buah
= 8,7552 kN

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Beban hidup yg dibebankan merata bentang (q LL)


qLL = (0,96+0,795)kN/m2 x 6 m
= 10,53 kN/m

Maka beban ultimate, qu = 1,2 qDL + 1,6 qLL


= 1,2 (2,9586) + 1,6 (10,53)
= 20,3983 kN/m

PU = 1,4 PDL = 1,4 (8,7552 kN) = 12,2573 kN

Maka perkiraan lendutan yang terjadi pada tengah bentang akibat beban luar adalah :
5𝑞𝑢 𝐿4 𝑃𝑢 𝐿3 5 ∙ 20,3983 ∙ 11,746164 12,2573 ∙ 11,746163 5469,9572
𝛿𝑢 = + = + =
384𝐸𝐼 48𝐸𝐼 384𝐸𝐼 48𝐸𝐼 𝐸𝐼

Lendutan ijin,
𝐿 11746,16
𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 = = = 48,9423 𝑚𝑚
240 240
Jika Elastisitas baja= 200.000 MPa, maka Inersia profil yang digunakan adalah
𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 > 𝛿𝑢
48,9423 𝐸𝐼 > 5469,9572 ∙ 1012 Nmm3

𝑰 > 558816933 mm4, maka digunakan profil baja dengan 𝑰𝒙 = 666000000 mm4
Maka, profil baja yang digunakan, yaitu IWF 400 × 400 × 13 × 21 (Tabel 2.6)

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Perencanaan rafter baja akan dilakukan pemeriksaan terhadap :


1. Kelangsingan balok menurut SNI 1729:2015 tabel B4.1b
Penampang kompak Penampang non Kompak

Sayap

𝑏 𝐸𝑠 𝐸𝑠
< 0,38√ 1,0 √
𝑡𝑓 𝑓𝑦 𝑓𝑦

200 200000 200000


< 0,38√ 1,0 √
21 240 240
9,52 < 10,9697 28,8675
OK!!
Penampang sayap kompak
Badan
ℎ − (2𝑡𝑓 + 2. 𝑟) 𝐸𝑠 ℎ − (2𝑡𝑓 + 2. 𝑟) 𝐸𝑠
< 3,76√ < 5,70√
𝑡𝑤 𝑓𝑦 𝑡𝑤 𝑓𝑦

400 − ((2 × 21) + (2 × 22)) 200000 400 − (2.21 + 2.22) 200000


< 3,76√ < 5,70√
13 240 13 240
24,15 < 108,5419 24,15 < 164,5448
OK!!
(Penampang badan kompak)

2. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur seperti pada pasal F2-5
𝐸
𝐿𝑏 𝑚𝑎𝑥 = 0,086 ∙ 𝑖𝑦 ∙ 𝑓𝑠
𝑦

200000
𝐿𝑏 𝑚𝑎𝑥 = 0,086 ∙ 101 𝑚𝑚 ∙ 240

𝐿𝑏 𝑚𝑎𝑥 = 7238,333 𝑚𝑚
𝐸
𝐿𝑝 = 1,76𝑟𝑦 √𝑓𝑠
𝑦

200000
𝐿𝑝 = 1,76 ∙ 101 𝑚𝑚 √
240

𝐿𝑝 = 5148,982 mm

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

2 2
𝐸𝑠
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 0,70𝑓 √ 𝐽𝑐 + √( 𝐽𝑐 ) + 6,76 (0,70𝑓𝑦 )
𝑦 𝑆 ℎ
𝑥 𝑜 𝑆 ℎ 𝑥 𝑜 𝐸 𝑠

0,5
𝐼𝑦 0,5 22400 𝑐𝑚 4
𝑟𝑡𝑠 = ( ) = ( ) = 10,1 𝑐𝑚 = 101 𝑚𝑚
𝐴 114,20 𝑐𝑚 2
1 1
𝐽 = (2𝑏𝑡𝑓 3 + ℎ𝑜 𝑡𝑤 3 ) = (2.400. 213 + 387. 133 ) = 2753013
3 3
200000
𝐿𝑟 = 1,95 × 101 ×
0,70 × 240

2
√ 2753013 2753013 0,70 × 240 2
+ √( ) + 6,76 ( )
3514511,87 × 387 3514511,87 × 387 200000

𝐿𝑟 = 16581,72 𝑚𝑚

Cek syarat :
Lp  Lb  L r
5148,982  7238,333  16581,72 OK

Maka momen nominal ,


𝑀𝑝 = 𝑍𝑥 × 𝐹𝑦
𝑀𝑝 = 3330000 𝑚𝑚 3 × 240 𝑀𝑝𝑎
𝑀𝑝 = 799200000 𝑁𝑚𝑚
𝑀𝑝 = 799,2 𝑘𝑁𝑚
𝐿𝑏 − 𝐿𝑝
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0,7. 𝐹𝑦 . 𝑆𝑥 )( )] ≤ 𝑀𝑝
𝐿𝑟 − 𝐿𝑝

𝑀𝑛 = 1,0 [799200000 − (799200000 −


7238,333−5148,982
0,7. 240 . 3514511,87 )(16581,72−5148,982)] ≤ 𝑀𝑝

𝑴𝒏 = 𝟓𝟗𝟎, 𝟒𝟑 𝒌𝑵𝒎 (≤ 799,2 𝑘𝑁𝑚) OK

Dengan nilai reduksi lentur b = 0,90 maka rasio kapasitas lentur balok
𝑀𝑢
<1
∅𝑏. 𝑀𝑛

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL
1⁄ ×20,3983 𝑘𝑁/𝑚 ×(11,74616 𝑚)2
8
0,9 . 590,43 𝑘𝑁𝑚
<1

0,662 < 1 kNm OK

3. Pemeriksaan kekuatan geser balok


Nilai koefisien tekuk geser pelat badan, kv , ditentukan sebagai berikut :
ℎ−(2𝑡𝑓+2𝑟)
(i) Untuk badan tanpa pengaku transversal dengan 𝑡𝑤
< 260 ; kv = 5

400 − (2.21 + 2.22)


< 260
13
𝟐𝟒, 𝟏𝟓 < 𝟐𝟔𝟎
Maka kv = 5 (dengan stiffner)
(ii) Untuk badan dengan pengaku transversal
5
𝑘𝑣 = 5 +
(𝑎/ℎ)2
Kekuatan geser nominal ditentukan berdasarkan pasal
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣

Nilai koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :


ℎ−(2𝑡𝑓+2𝑟) 𝑘𝑣 ∙𝐸𝑠
(i) Bila < 1,10√ ; Cv = 1,0
𝑡𝑤 𝑓𝑦

400 − (2.21 + 2.22) 5 ∙ 200000


< 1,10√
13 240

𝟐𝟒, 𝟏𝟓 < 𝟕𝟏, 𝟎𝟎𝟒𝟕


Maka Cv = 1,0
𝑘 ∙𝐸
1,10√ 𝑣 𝑠
𝑘𝑣 ∙𝐸𝑠 ℎ−(2𝑡𝑓 +2𝑟) 𝑘𝑣 ∙𝐸𝑠 𝑓𝑦
(ii) Bila 1,10√ < < 1,37√ ; Cv =
𝑓𝑦 𝑡𝑤 𝑓𝑦 𝑡𝑤

ℎ−(2𝑡𝑓+2𝑟) 𝑘𝑣 ∙𝐸𝑠 1,51𝑘𝑣 ∙𝐸𝑠


(iii) Bila 𝑡𝑤
> 1,37√ 𝑓𝑦
; Cv = ℎ−(2𝑡𝑓 +2𝑟) 2
( ) 𝑓𝑦
𝑡𝑤

𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝑉𝑛 = 0,6 ∙ 240 ∙ 5200 ∙ 1


𝑉𝑛 = 748800 𝑁
𝑉𝑛 = 748,8 𝑘𝑁

Dengan nilai reduksi geser v = 0,90 maka rasio kapasitas geser balok
𝑉𝑢
<1
∅𝑣 𝑉𝑛
1⁄ ×𝑞 ×𝐿
2 𝑢
0,9×748,8 kN
<1
1⁄ ×20,3983 𝑘𝑁/𝑚 ×11,74616 𝑚
2
0,9×748,8 kN
<1

0,1777 < 1 OK

4. Pemeriksaan interaksi lentur dan geser


𝑀𝑢 0,625𝑉𝑢
+ < 1,376
∅𝑏 𝑀𝑛 ∅𝑣 𝑉𝑛
351,8 0,625∙119,8
+ < 1,376
0,9∙590,43 0,9∙748,8

𝟎. 𝟕𝟕𝟑 < 𝟏, 𝟑𝟕𝟔 OK

2.5.6. Preliminary Desain Kolom Baja


Perencanaan awal kolom baja dikontrol melalui tekuk yang terjadi. Jenis pembebanan
pada kolom hampir sama dengan balok hanya saja ditambah dengan berat sendiri rafter
baja. Gaya aksial yang terjadi pada kolom dengan asumsi jepit-bebas sehingga, tekuk
𝜋 2 𝐸𝐼
kritis yang diijinkan yaitu 𝑃𝑐𝑟 = 4𝐿2

Beban sendiri rafter, P rafter = 89,6 kg/m x 11,74616 m


= 1052,4559 kg
= 10,3211 kN
Beban ultimate pada rafter, qu = 1,2 qDL+1,6 qLL
= 1,2 (2,9586 kN/m) + 1,6 (10,53 kN/m)
= 20,3983 kN/m
Pu = 1,4 PDL

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

= 1,4 (8,7552 kN)


= 12,2573 kN

Maka beban aksial total pada kolom adalah


Pu = (qu x lebar) + Pu + P rafter
= (20,3983 kN/m x 6 m) + 12,2573 kN + 10,3211 kN
= 144,9682 kN = 144968 N

Jika elastisitas baja 200.000 MPa dan tinggi kolom 7 m, maka inersia profil yang
digunakan adalah
Pu ≤ Pcr
𝜋 2𝐸𝐼
144968 N <
4𝐿2
4𝐿2
𝐼 > 𝑃𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜋 2𝐸
4(11,74616 𝑚𝑚)2
𝐼 > 144968 N × 𝜋 2 ×200000

𝐼 > 40531644,253 𝑚𝑚4


Maka digunakan profil baja dengan Ix = 66600 cm4

Selanjutnya perencanaan kolom baja dilakukan pemeriksaan terhadap :


1. Kelangsingan balok menurut SNI 1729:2015 tabel B4.1b
Penampang kompak
Sayap

𝑏 𝐸𝑠
< 0,56√
𝑡𝑓 𝑓𝑦
400
2 200000
21
< 0,56√ 240

9,52 < 16,1658

Badan
𝑃𝑢
𝐶𝑎 = ∅𝑐𝑃𝑛
; 𝑃𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
144968 𝑁
𝐶𝑎 = 0,9 (218,7 𝑥 102 𝑥240)

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

𝐶𝑎 = 0,0307
Untuk nilai Ca < 0,125
ℎ−(2𝑡𝑓+2𝑟) 𝐸𝑠
< 2,45√ (1 − 0,93𝐶𝑎)
𝑡𝑤 𝑓𝑦

400−(2×21+2×22) 200000
< 2,45√ (1 − 0,93𝑥0,0307)
13 200

24,15 < 75,2638 …. OK

2. Pemeriksaan Kapasitas Aksial Kolom


Kekuatan kolom dicek terhadap kekuatan aksial kecuali gaya lintang yang
bekerja dalam bentang kolom tersebut.
𝐸𝑠
𝐿𝑏 max = 0,086. 𝑖𝑦.
𝑓𝑦
200000 𝑀𝑃𝑎
𝑏 max = 0,086 𝑥 101 𝑚𝑚 𝑥
240 𝑀𝑃𝑎
𝐿𝑏 max = 7238,333 mm

3. Pemeriksaan Kapasitas Aksial Kolom


(a) Dengan menggunakan Direct Analysis Method (DAM) maka
ky = ky = 1
𝑘𝑥 . 𝑙 𝑏 7238,333 𝑚𝑚
𝜆𝑥 = 𝑖𝑥
= 175 𝑚𝑚
= 41,3619
𝑘𝑦 . 𝑙 𝑏 7238,333 𝑚𝑚
𝜆𝑦 = 𝑖𝑦
= 101 𝑚𝑚
= 71,6667

(b) Pemeriksaan tegangan lentur kolom


𝜋 2 𝐸𝑠
fey =
𝜆𝑦 2

𝜋 2 ×200000
= 71,66672

𝒇𝒆𝒚 = 384,6315 MPa


𝑓𝑦
𝑓𝑐𝑟 = 0,658𝑓𝑒𝑦 . 𝑓𝑦
240
= 0,658 𝟑𝟖𝟒,𝟔𝟑𝟏𝟓 × 240
𝒇𝒄𝒓 = 184,8370 MPa

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

Maka kapasitas aksial kolom adalah


𝑃𝑛 = 𝐴𝑠 x 𝑓𝑐𝑟
= 21870 𝑚𝑚 2 × 184,8370 MPa
= 4042385,19 𝑁
𝑷𝒏 = 𝟒𝟎𝟒𝟐, 𝟑𝟖𝟓 𝒌𝑵

Dengan nilai reduksi gaya aksial Øc = 0,90 maka rasio kapasitas aksial kolom
𝑃𝑢
<1
∅𝑐 𝑃𝑛
144968 N
0,9 × 4042385,19 𝑁
<1

0,0398 < 1 OK
Maka Profil WF 400x400x13x21 aman digunakan sebagai kolom baja pada lantai atas
(5).

2.6. Kuat Rencana


Struktur dan komponen struktur harus didesain agar mempunyai kekuatan desain di semua
penampang, paling sedikit sama dengan kekuatan yang perlu dihitung untuk beban dan gaya
terfaktor. Komponen struktur juga harus memenuhi semua ketentuan untuk menjamin kinerja
yang mencukupi. Kuat rencana pada penampang dihitung dengan mengalikan kuat nominal dan
faktor reduksi kekuatan .

Tabel 2.49 Faktor reduksi kekuatan perencanaan beton bertulang ()

Gaya atau elemen


struktur  Pengecualian

Di dekat ujung komponen


Momen, gaya aksial, atau pratarik (pretension) dimana
kombinasi momen dan gaya 0,65 – 0,90 strand belum
a)
aksial sesuai 21.2.2 sepenuhnya bekerja, ϕ harus sesuai
dengan 21.2.3
Persyaratan tambahan untuk
struktur tahan gempa terdapat pada
b) Geser 0,75
21.2.4
c) Torsi 0,75 -

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091
DEPARTEMEN TEK NIK SIPIL
FAK ULTAS TEK NIK
UNIVERS ITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 2 Kampus USU - Telp (061) 803371, Medan 20155

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN


DOSEN : Ir. SANCI BARUS, M.T.
REKAYASA SIPIL

d) Tumpu (bearing) 0,65 -

Zona angkur pascatarik


e) (post-tension) 0,85 -

f) Bracket dan korbel 0,75 -

Strut, ties, zona nodal, dan


g) daerah tumpuan yang dirancang 0,75
dengan strut-and-tie di Pasal 23 -
Komponen sambungan beton
pracetak terkontrol leleh oleh
h)
elemen baja dalam tarik 0,90 -
i) Beton polos 0,60 -
0,45 – 0,75
j) Angkur dalam elemen beton sesuai Pasal
17 -

Tabel 2.50 Faktor reduksi kekuatan perencanaan baja struktural ()


Komponen struktur Faktor tahanan 
a) Lentur 0,90
b) Geser 0,90*
c) Tekan aksial 0,90
d) Tarik aksial leleh 0,90
Tarik aksial fraktur 0,75
Sambungan baut
 Geser 0,75
e)  Tarik 0,75
 Kombinasi geser dan tarik 0,75
 Tumpu 0,75
Sambungan las
f)  Las tumpul penetrasi penuh 0,75
 Las sudut/tumpul penetrasi 0,75
sebagian 0,75
 Las pengisi
* tergantung penampang

FARHAN ANFASA UTAMA 17 0404 069


FIRA ANISHA AZMI 17 0404 091

Anda mungkin juga menyukai