Anda di halaman 1dari 168

PENGKAJIAN PEMBAKUAN STRUKTUR GORONG-

GORONG BETON BULAT MUTU K -175 &


K-225
LAPORAN PENELITIAN
[]§] OJ Io2 I []] [ill []!]
PENGEMBANGAN TEKNIK PERBAIKAN
KERUSAKAN BETON PADA STRUKTUR JEMBATA N

D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELI TIAN DAN PENGEM BANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI
11. A.H. Nasution No. 264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax 7802726 Bandung 40294 e-mail:pusjal@melsa.net.id
r-

i
.,,

LAPORAN PENELITIAN
Ioo I ITJ Io2 I [I] [ill Io4 I
PENGEMBANGAN TEKNIK PERBAIKAN
KERUSAKAN BETON PADA STRUKTUR JEMBATAN

Bandung, Desember 2004

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASl
JLN. RAVA TlMUR NO. 264 UJUNG BERUNG BANDUNG .co294 Telp. (022) 7802251 Ex1158 e-mail : pusja~Cme4 . net.ld
Lembar Pengesahan

PENGEMBANGAN TEKNIK PERBAIKAN


KERUSAKAN BETON PADA STRUKTUR JEMBATAN

Disyahkan:

Pemimpin Proyek Koordinator Kegiatan Litbang Peneliti Utama,


Pen mbangan Teknologi Kepala Balai Jembatan dan
JjnaWi~yh Bangunan Pelengkap Jalan
,.

Drs. Gugun unawan, MSi. lr. Lanny Hidayat, MSi. Panji K. Wardana, ST., MT.
NIP. 110 051 587 NIP. : 110 023 742 NIP. : 110 055 247

Mengetahui,

Kepala Pusat Litbang Prasarana Transportasi


PENGEMBANGAN TEKNIK PERBAIKAN
KERUSAKAN BETON PADA STRUKTUR JEMBATAN

Tim Pelaksana :

Peneliti Utama : Panji Krisna Wardana, ST., MT.

Peneliti : 1. lr. Lanny Hidayat, M.Si


2. lr. Lanneke Tristanto
3. lr. Deni Zaeni
4. Rubby Mastra, ST
5. lr. Joko Purnomo
6. lr. Agus Suraso
7. Ora. Lien Herlina

Teknisi : 1. Supardi
2. Warno
3. Soedarmaji
4. Jajah K
5. lndara Bakti Utama
6. Liana Sari, A.Md.
7. Edi Wikarna
8. Srini S, BE

Bandung, Desember 2004

Peneliti Utama

(Panji K. Wardana, ST., MT.)


NIP. 110 055 247
EXECUTIVE SUMMARY

PENGEMBANGAN TEKNIK PERBAIKAN KERUSAKAN BETON PADA


STRUKTUR JEMBATAN

Peneliti Utama : Panji Krisna Wardana, ST., MT.

T.A. 2004

I. Latar Belakang
Jembatan merupakan bagian yang penting pada suatu ruas jalan dan
merupakan suatu investasi yang besar. Berdasarkan data base Bridge
Manajeman System (BMS) yang dibuat pada tahun 1992, jumlah jembatan
yang terletak pada ruas jalan Nasional dan Propinsi adalah 25.290 buah.
Pada saat ini salah satu sasaran yang ingin dicapai pemerintah adalah
mempertahankan dan meningkatkan masa pelayanan jembatan sesuai
dengan tuntutan perkembangan transportasi. Sasaran ini akan dicapai melalui
program pemeriharaan serta program penanganan jembatan didasarkan
suatu kriteria yang disusun dengan mempertimbangkan aspek teknis, urgensi
dan skala prioritas serta dana yang tersedia.

Dalam masa pelaksanaan dan pemeliharaan jembatan dari struktur beton,


sering dijumpai permasalahan yaitu berupa kerusakan pada struktur beton
baik berupa retakan, korosi pada baja tulangan, gompal, keropos dan
kerontokan. Kerusakan beton tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya
nilai kondisi serta mengurangi masa pelayanan. Untuk mengembalikan nilai
kondisi jembatan serta dapat berfungsi secara optimal, aman, nyaman dan
lancar sesuai dengan masa pelayanan, maka perlu dilakukan perbaikan
dengan metoda yang tepat.

Hingga saat ini di Indonesia belum ada suatu pedoman untt.;k perbaikan
kerusakan beton pada struktur Jembatan, sehingga terdapat kesulitan dalam
perencanaan dan pelaksanan perbaikan.

Dengan dasar tersebut diatas maka dilakukan penelitian berupa


pengembangan teknik perbaikan kerusakan beton pada struktur Jembatan.
Hasil dari penelitian ini diperoleh Draft Pedoman Perbaikan Kerusakan Beton
Pada Struktur Jembatan, yang selanjutnya diharapkan dapat di bawa ke
forum yang lebih tinggi yaitu SNI.

II. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penyusunan Draft Pedoman


Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan. Sedangkan sasarannya
adalah mendapatkan NSPM "PEDOMA~ PERBAIKAN KERUSAKAN BETON
PADA STRUKTUR JEMBATAN" untuk mempermudah perencana dan pelaksana
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan.

III. Kajian Literatur


Dalam penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan, telah dilakukan pendalaman llmiah/ tinjauan pustaka dengan hasil
sebagai berikut :

g] Executive Summary T.A. 2004- BJBJ 1


a . Hingga saat ini di Indonesia belum ada suatu pedoman untuk
perbaikan kerusakan beton pada struktur Jembatan, sehingga terdapat
kesulitan dalam perencanaan dan pelaksanan perbaikan.
b . Jenis-jenis kerusakan yang umum terjadi adalah korosi pada tulangan,
serangan k!miawi (serangan karbon, klorida dan sulfat), kerontokan
beton, keropos, berongga, rembesan air (bocor}, retak dan gompal
(scaling dan spalling)
c . Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada beton
pada jembatan, yaitu terdapatnya kesalahan pada perencanaan/
pelaksanaan (seperti mutu material yang tidak memenuhl syarat) dan
Penurunan kinerja material/ struktur eksisting (seperti adanya
pelapukan pada material struktur akibat umur, serangan zat kimiawi
dan kebakaran)
d . Berdasarkan jenis kerusakan yang ada, teknik perbaikan yang umum
digunakan adalah :
• Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin
• Perbaikan permukaan dengan penambalan/ Patching
• Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan
Recovering
• Coating permukaan beton

IV. Metodologi
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, metode penelitian yang dilakukan
adalah dengan cara metode deskriptif. Metode deskriptif yang dilakukan
adalah dengan cara melakukan studi dengan cara menuturkan, menganalisa
dan mengklasifikasikan data-data yang ada berdasarkan hasil tinjauan
pustaka, Pengujian dilaboratorium dan kondisi lapangan.

V. Hasil Penelitian
Kegiatan utama dari penelitian ini adalah melakukan penyusunan "Draft
Pedoman Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan". Penyusunan
Draft Pedoman tersebut berdasarkan serangkaian kegiatan pendalaman
ilmiah, rekonesan dan peninjauan terhadap data-data teknis material
perbaikan beton. Draft pedoman tersebut berisikan mengenai jenis-jenis
kerusakan, penyebab dan metode perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan. Dalam penyusunan dan penulisan draft pedoman tersebut
mengikuti aturan yang diberlakukan dalam penyusunan standar yaitu
mengacu pada Pedoman BSN No.8 Tahun 2000.Untuk penyempumaan Draft
Pedoman Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan, telah
dilakukan diskusi teknik dengan narasumber yang selanjutnya diharapkan
dapat di bawa ke forum yang lebih tinggi yaitu SNI.

VI. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan

1. Dalam penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada


struktur jembatan, telah dilakukan pendalaman ilmiah/ tinjauan pustaka.
2. Untuk mengetahui jenis, penyebab dan metode perbaikan kerusakan beton
pada struktur jembatan di Indonesia telah dilakukan survey Lapangan
dengan hasil sebagai berikut :

lrl] Executive Summary T.A. 2004- BJBJ 2


a. Data jenis kerusakan
• Retak pada pilar, pelat lantai dan gelagar
• Keropos pada pelat lantai
• Korosi tulangan berawal dari karbonasi/ klorida pada pilar, tiang
pancang dan gelagar
• Gompal akibat kebakaran pada gelagar dan spun pile
• Serangan kimiawi
b. Penyebab kerusakan
• Susut termal
• Retak struktural akibat beban berlebih
• Pengaruh lingkungan akibat pasang surut air sungai maupun air
laut
• Kurang baiknya pelaksanaan
• Pembakaran sampah (lingkungan)
c. Metode perbaikan.
• Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin
• Perbaikan permukaan dengan penambalan/ Patching
• Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan
Recovering
• Coating permukaan beton
3. Untuk mendapatkan data-data teknis material yang umum digunakan
dalam perbaikan kerusakan beton, telah dilakukan penelaahan dan
pengujian terhadap data spesifikasi/ data teknis seperti material epoxy
resin, sealen, material pacthing, material grouting cementious dan coating.
Hasil tersebut sebagai masukan pada penyusunan Draft Pedoman
Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan.
4. Berdasarkan hasil serangkaian kegiatan penelaahan dan survey yang
dilakukan, maka dilakukan penyusunan " Draft Pedoman Perbaikan
Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan " yang disusun dalam format
Badan Standarisasi Nasional (BSN) No. 8 tahun 2000.
5. Untuk penyempumaan Draft Pedoman Perbaikan Kerusakan Beton Pada
Struktur Jembatan, telah dilakukan diskusi teknik dengan narasumber
yang selanjutnya diharapkan dapat di bawa ke forum yang lebih tinggi
yaitu SNI.

Saran

1. Perlu dibuat "buku saku" yang cukup ringkas untuk memudahkan


perbaikan dalam melakukan perbaikan jembatan.
2. Untuk menyamakan presepsi dan kemampuan teknik perbaikan kerusakan
beton pada struktur jembatan dalam melakukan tersebut perlu dilakukan
pelatihan yang kontinyu.

lrlJ Executive Summary T.A. 2004 - BJBJ 3


FOTO-FOTO CONTOH KERUSAKAN DAN PERBAIKAN BETON

Retak pada pelat lantai Setelah diinjeksi

Gompal sebagian pada Setelah di patching


permukaan pier head

---, 1
,---
I
r- I
I I

-rom~
Do-c tcrnpcnturc
(pink umc)
'- j_ _ _)
~
• ~
s~l/cd comcr
60 buscxpos.<'d

Ilustrasi kerusakan akibat setelah digrouting dengan


kebakaran bahan cementious

Sebagian permukaan pilar yang


telah di coating untuk
perlindungan permukaan beton

lrlJ Executive Summary T.A. 2004- BJBJ 4


Judul: Pengembangan Telcnlk Petballcan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

ABSTRAK

Hingga saat lni dunia konstruksi jembatan di Indonesia maslh didominasi dengan bahan
beton sebagai bahan utamanya. Dalam masa pelaksanaan dan pemeliharaannya sering
dijumpal permasalahan yaltu berupa kerusakan pada struktur beton balk berupa retakan,
korosl pada baja tulangan, gompal, keropos dan kerontokan. Dengan adanya kerusakan
beton tersebut dapat mengurangi nilai kondisi bangunan dan mengurangi masa
pelayanan.
Untuk mengembalikan nilal kondlsi jembatan serta dapat berfungsl secara optimal, aman,
nyaman dan lancar sesual dengan masa pelayanan, maka periu dilakukan perbaikan
kerusakan yang metoda yang tepat. Hingga saat ini di Indonesia belum ada suatu
pedoman untuk perbaikan kerusakan beton pada struktur Jembatan, sehingga terdapat
kesulitan dalam perencanaan dan pelaksanan perbaikan.
Dengan dasar tersebut maka telah dilakukan penelitian beru~ pengembangan teknik
perbaikan kerusakan beton pada struktur Jembatan. Kegiatan utama dari penelitian inl
adalah melakukan penyusunan "Draft Pedoman Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur
Jembatan". Penyusunan Draft Pedoman tersebut berdasarkan serangkaian kegiatan
pendalaman ilmiah, rekonesan dan peninjauan terhadap data-data teknis material
perbaikan beton.
Draft pedoman tersebut berisikan mengenai jenis-jenis kerusakan, penyebab dan metode
perbalkan kerusakan beton pada struktur jembatan. Metode perbaikan kerusakan beton
pada struktur jembatan tersebut adalah :
1. Injeksi retakan dengan bahan epoxy res/r,
2. Perbaikan permukaan dengan penambalan/ Patching
3. Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan Recovering
4. Coatlngpermukaan beton
Dalam penyusunan dan penullsan draft pedoman tersebut menglkuti aturan yang
dlber1akukan dalam penyusunan standar yaltu mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun
2000.
Untuk penyempumaan Draft Pedoman Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur
Jembatan, telah dilakukan diskusi teknik dengan narasumber yang selanjutnya diharapkan
dapat di bawa ke forum yang lebih tinggi yaitu SNI. Dari forum SNI tersebut diharapkan
menjadi NSPM "PEDOMAN PERBAIKAN KERUSAKAN BETON PADA STRUKTUR JEMBATAN"
untuk mempennudah perencana dan pelaksana perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan.

g] Laporan Akhlr I Final Report • Utbang T.A. 20tU


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerosakan Beton Pada Sttulctur Jembatsn

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan pujl serta syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, akhlmya lim
pelaksana penelitian "PENGEMBANGAN TEKNIK PERBAIKAN KERUSAKAN BETON ADA
STRUKTUR JEMBATAN" dapat menyelesalkan kegiatan penelitlan lni.

Kegiatan utama dari penelitian lnl adalah melakukan penyusunan "Draft Pedoman
Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan". Penyusunan Draft Pedoman
tersebut berdasarkan serangkaian kegiatan pendalaman llmiah, rekonesan dan peninjauan
terhadap data-data teknis material perbaikan beton.
Kegiatan penelitian lni disusun oleh lim Pelaksana Penelitian darl Balai Jembatan dan
Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Utbang Prasarana Transportasl yang dibantu oleh
narasumber yang terdiri dari pakar-pakar sesuai dengan keahllannya.
Draft pedoman tersebut berisikan mengenal jenis-jenis kerusakan, penyebab dan metode
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan. Metode perbalkan kerusakan beton
pada struktur jembatan tersebut adalah :
1. Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin
2. Perbaikan permukaan dengan penambalan/ Patching
3. Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan Recovering
4. Coating permukaan beton
Dalam penyusunan dan penullsan draft pedoman tersebut menglkuti aturan yang
diberlakukan dalam penyusunan standar yaltu mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun
2000.
Untuk penyempurnaan Draft Pedoman Perbalkan Kerusakan Beton Pada Struktur
Jembatan, telah dllakukan dlskusi teknik dengan narasumber yang selanjutnya diharapkan
dapat di bawa ke forum yang lebih tinggi yaltu SNI.
Dari forum SNI tersebut dlharapkan menjadi NSPM "PEDOMAN PERBAIKAN KERUSAKAN
BETON PADA STRUKTUR JEMBATAN" untuk mempermudah perencana dan pelaksana
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan.

Bandung, Desember 2004

lim Penyusun

ldJ Laporan Akhir I Final Report • Utbsng T.A. 2004


Daftar isi

Halaman Cover

Lembar Pengesahan ii

Tim Pelaksana iii

Executive Summary iv

Abstrak vi

Kata Pengantar vii

Daftar isi viii

BAB PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan 2

1.3 Sasaran 2

1.4 Luaran (Output) 2

1.5 Manfaat (Outcome) 2

1.6 Jadual Kegiatan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Penyebab kerusakan beton pada jembatan 4


2.2 Jenis-jenis kerusakan pada struktur jembatan 5
2.2.1 Korosi baja tulangan 5
2.2.2 Karbonasi 8
2.2.3 Klorida 9
2.2.4 Laju korosi 11
2.2.5 Serangan sulfat 12
2.2.6 Kerontokan 14
2.2.7 Beton keropos 14
2.2.8 Beton yang berongga 15
2.2.9 Rembesan atau kebocoran pada beton 15
2.2.1 0 Retak 15

Vlll
2.3 Teknik perbaikan kerusakan beton 35
2.3.1 Perbaikan retakan beton dengan injeksi 35
2.3.2 Perbaikan gompal dengan patching 38
2.3.3 Perbaikan gompal dengan grouting 41
2.3.4 Pelapisan permukaan 43
BAB Ill METODOLOGI 45

3.1 Metodologi penelitian 45


3.2 Tahapan penelitian 45
BAB IV KEGIATAN PENELITIAN 49

4.1 Tahapan kegiatan 49


4.2 Pendalaman ilmiah 50
4.3 Survey lapangan 51
4.4 Peninjauan data-data teknis material 55
4.5 Pembahasan dan penyusunan draft pedoman 57
4.6 Diskusi Teknik dan Penyempurnaan Draft Pedoman 57
4.7 Pelaporan 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 59

5.1 Kesimpulan 59

5.2 Saran 59

Daftar Pustaka 60
Lampi ran

lX
Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

BABI
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hingga saat ini dunia konstruksi jembatan di Indonesia masih didominasi dengan
bahan beton sebagai bahan utamanya. Hal tersebut dikarenakan beton dalam
penggunaannya mudah untuk dibentuk dan matrialnya mudah diperoleh.

Dalam masa pelaksanaan dan pemeliharaan jembatan dari struktur beton, sering
dijumpai permasalahan yaitu berupa kerusakan pada struktur beton baik berupa
retakan, korosi pada baja tulangan, gompal, keropos dan kerontokan.

Dengan adanya kerusakan beton tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya


nilai kondisi bangunan serta pada akhirnya dapat mengurangi masa pelayanan.
Untuk mengembalikan nilai kondisi jembatan serta dapat berfungsi secara
optimal, aman, nyaman dan lancar sesuai dengan masa pelayanan, maka perlu
dilakukan peibaikan kerusakan yang metoda yang tepat.

Hingga saat ini di Indonesia belum ada suatu pedoman untuk perbaikan
kerusakan beton pada struktur Jembatan, sehingga terdapat kesulitan dalam
perencanaan dan pelaksanan perbaikan.

Dengan dasar tersebut di atas maka perlu dHakukan penelitian berupa


pengembangan teknik perbaikan kerusakan beton pada struktur Jembatan. Hasil
dari penelitian ini diharapkan diperoleh Draft Pedoman Perbaikan Kerusakan
Beton Pada Struktur Jembatan, yang selanjutnya diharapkan dapat di bawa ke
forum yang lebih tinggi yaitu SNI.

g] Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 1


Judul : Pengembangan Telcnik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Maksud dart pengtinjauan ini adalah mendapatkan Draft: Pedoman Perbaikan
Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan, yang selanjutnya diharapkan dapat
di bawa ke forum yang lebih tinggi yaitu SNI.
b. Tujuan dart pengtinjauan ini adalah melakukan penyusunan Draft: Pedoman
Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

1.3 Sasaran
Hasil yang diharapkan dart penelitian ini adalah NSPM "PEDOMAN PERBAIKAN
KERUSAKAN BETON PADA STRUKTUR JEMBATAN" untuk mempermudah
perencana dan pelaksana perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan.

1.4 Luaran (Output)


Luaran (output) dari penelitian ini adalah berupa Draft Pedoman Perbaikan
Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan.

1.5 Manfaat (Outcome)

Manfaat (Outcome) dart penelitian ini adalah dengan adanya Draft Pedoman
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan dapat digunakan sebagai
bahan untuk dibawa ke forum yang lebih tinggi lagi yaitu SNI. Diharapkan setelah
menjadi SNI dapat digunakan oleh Instansi terkait, konsultan perencana dan
kontraktor pelaksana sebagai pedornan untuk perbaikan kerusakan beton pada
struktur jembatan.

~ Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 2


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

1.6 Jadual Keglatan

Jadual kerja pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Rencana Luaran Tahun Anggaran 2004


Kegiatan

1. Studi Uteratur/
llnjauan Pustaka

2. Survey Lapangan

3. Pengujian di
laboratorlum
4. Penyusunan
Draft Pedoman

5.
6.

g] Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 3


Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

BABII
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyebab Kerusakan Beton Pada lembatan

Jembatan merupakan bagian yang penting pada suatu ruas jalan dan merupakan
suatu investasi yang besar. Berdasarkan data base Bridge Manajeman System
(BMS) yang dibuat pada tahun 1992, jumlah jembatan yang terletak pada ruas
jalan Nasional dan Propinsi adalah 25.290 buah. Jumlah tersebut akan menjadi
jauh lebih besar lagi jika diperhitungkan pula jembatan yang terletak pada ruas-
ruas jalan perkotaan dan jalan kabupaten serta jalan poros desa dan jalan poros
ke permukiman transmigrasi.
Pada saat ini salah satu sasaran yang ingin dicapai pemrin~h adalah
mempertahankan dan meningkatkan masa pelayanan jembatan sesuai dengan
tuntutan perkembangan transportasi. Sasaran ini akan dicapai melalui program
pemeriharaan serta program penanganan jembatan didasarkan suatu kriteria
yang disusun dengan mempertimbangkan aspek teknis, urgensi dan skala
prioritas serta dana yang tersedia. Aspek teknis berkaitan erat dengan kondisi
jembatan, sedangkan urgensi dan skala prioritas ditentukan faktor-faktor
tuntutan perkembangan lalu lintas serta peranannya untuk mendukung sektor-
sektor lainnya.
Terdapat beberapa hal dari segi aspek teknis yang menyebabkan terjadinya
kerusakan pada jembatan, yaitu :
1. Terdapatnya kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan
Hasil pengamatan lapangan terdapat retak struktural/ lendutan berlebih
pada bagian struktur
Mutu material, selama pelaksanaan menunjukan hasil yang tidak
memenuhi syarat
Hasil perhitungan dengan memakai mutu yang aktual menunjukan
adanya pernurunan kapasitas struktur.
2. Penurunan kinerja material/ struktur eksisting

gJ Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 4


Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

Adanya pelapukan pada material struktur akibat umur, serangan zat


kimiawi
Adanya bencana kebakaran, gempa atau banjir

2.2 lenis-Jenls Kerusakan pada Struktur lembatan


2.2.1 Korosi Baja Tulangan
Pada umumnya baja tulangan yang telah diselimuti oleh beton (portland cement
concrete) tidak akan mengalami korosi karena pada permukaan baja telah
dllaplsi oleh lapisan tipis Fe(OH)2 (ferro oksida) atau Lapisan Pasif (passive film).
L.apisan pasif ini terbentuk dari kondisi lingkungan dari beton yang bersifat
sangat alkali, yaitu pH=12.5, bahkan dari beberapa eksperimen mencapai pH 13
- 14. Sifat alkali yang tinggi dari beton terjadi sewaktu semen tercampur dengan
air (terhidrasi), sehingga Ca(OH)2 melepas ion (OHr. Ion-ion ini membawa sifat
alkali dari beton dan menempel pada permukaan baja tulangan yang selanjutnya
akan bereaksi membentuk Fe(OHh.
Untuk baja dalam lingkungan alkali beton, kor.dl~i korosi bergantung pada pH
dan potensial. Situasi demikian dapct dirangkum dalam diagram Pourbaix seperti
dalam gambar berikut :

1500 I
1000 ~
l!J
0

·e=
>
500 L Pass1ve
I
;;; I
E
~
• o-
Corroding

j
w
-500-

-1000-
Immune

-1500 ~

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
pH

Gambar 2. 1 Diagram Pourbaix untuk baja dalam beton

g] Laporan Akhir I Rna/ Report • Lltbang T.A. 2004 5


Judul: Pensl*nbangan Telcnlk Pelbalkan Kerusalcan Beton Pade Stnlktur Jembatan

Lapisan pasif sebagai pelindung baja tulangan dari serangan korosl akan hancur
oleh serangan ion Klorida (0") dan serangan gas karbondioksida (COz) atau
dikenal dengan karbonasi. Bilamana lapisan film ini telah hancur, maka proses
korosi segera dimulai.

Korosi merupakan peristiwa elektro-kimia, yaitu adanya aliran elektron dari


anoda menuju katoda yang dikenal dengan reaksl anodik dan katodik atau
pengaruh derajat keasaman (pH). Logam pada umumnya akan mengalami
proses korosi jika berada dalam lingkungan asam (pH < n, seperti pada gambar
diatas.

Reaksi anodik adalah reaksl oksidasi atau pelepasan elektron dan reaksi katodik
adalah reaksi reduksi atau penarikan elektron. Reaksi anodik dan katodik
berlangsung secara bersamaan.

Reaksi anodik :

Reaksi kat.odik

2P" + H20 + V20z ~ 20H-


Kemudian Fe(OH)2 akan bereaksi dengan air dan oksigen membentuk Fe(OH)3
dan terhidrasi membentuk Fe.z~ atau karat merah (red-rustP1• Jenis karat yang
lain adalah karat hitam (black rusf) f=e]04 yang terjadi pada lingkungan dengan
kandungan oksigen yang kurang£21• Agar reaksi korosi dapat berlangsung maka
harus ada oksigen (02) dilingkungan tersebut. Dalam beberapa hal, seperti di
bawah air, difusi oksigen yang masuk kedalam beton akan menjadi kecil.

4Fe(OH)2 + 02 + 2H:z() ~ 4 Fe(OH)3


4 Fe(OH)3 ~ 2Fez03•H20 + 4 H20

g] Lllporan Akhir I Final Report - Lltbang T.A. 2004 8


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerosakan Beton Pada Struktur JembatJJn

a. Reaksi anodik dan katodik b. Diagram aliran listrik

Gambar 2. 2 Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang

Awal mula korosi terjadi pada permukaan luar baja pada beton yang telah
terkena karbonasi atau adanya ion klorida, kelembaban dan oksigen. Secara
cepat produk korosi lni akan menempati dengan volume yang jauh lebih besar
dari volume besi asli. Sehingga produk korosi ini akan mengakibatkan dan secara
terus meningkat tegangan di dalam beton sampai terjadi retak. Secara umum
retak akan berkembang dari tulangan sampai kepermukaan beton dan retak
pada permukaan akan menglkuti garis dari tulangan, seperti pada Gambar 2. 3.

Gambar 2. 3 Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi

Selain bahaya retak akibat korosi, yang tidak kalah penting adalah adanya
pengurangan luas baja tulangan akan mengakibatkan kapasitas struktur
berkurana.
,.

g] Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 7


Judul : Pengembangan Teknik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

2.2.2 Karbonasi

Sifat lingkungan dalam beton segar sangatlah alkali, dengan nilai pH diatas 12.5
dan hal tersebut berlangsung terus sepanjang tidak ada masukan dari luar
beton. Sifat alkali didapat dari kalslum hidroksida (Ca(OH)2) dan bentuk senyawa
lain yang merupakan produk dari reaksi hidrasi semen portland. Karbon dioksida
dan gas-gas lain di udara dapat masuk menembus (penetrasi) kedalam beton
melalui sistem pori-pori dan kapiler beton. Bilamana terdapat air {H20), karbon
dloksida {C~) dan gas-gas asam lainnya dapat bereaksi dengan kalslum
hldroksida dalam beton membentuk senyawa netral, seperti kalslum karbonat
{CaCOJ). Proses ini dlsebut karbonasi dapat digambarkan sebagai berikut £3l :

C02 + H20
H2C03 + Ca(OHh

Persenyawaan air dan i<arbcndioksida membentuk asam karbonat (H2C03) yang


kemudiar. meresap melalul pori-pori pada beton dan bereaksi dengan kalsium
hldroksida (Ca(OH)2) membentuk kalslum karbonat (CaC03). Perubahan Ca(OH) 2
menjadi Ca~ menyebabkan pH beton turun dari ± 12.5 menjadi ± 8.5, yang
menyebabkan lapisan pasif hancur atau dalam kata lain baja tulangan sudah
tldak terlindungi lagi dari korosl.

Kedalaman penetrasi karbonasi dapat dlambil secara proporsional terhadap akar


kuadrat waktu yang terekspose, bilamana faktor-faktor yang lain tetap
konstan£71• Bilamana kenaikan waktu yang terekpose dikalikan faktor empat,
maka kedalaman penetrasi karbonasi dikalikan dua.

Laju penetrasl karbonasi pada beton bergantung pada besamya perubahan


parsial (kandungan C02, kelembaban udara), penneabilitas beton, tlpe semen
dan kandungan semen. Masalah korosi akibat karbonasi tidak sama dengan
akibat dari ion klorida. Oengan menambah tebal selimut beton, menaikkan
kepadatan beton dan menaikkan kandungan semen pada beton akan sangat
membantu pencegahan kerusakan akibat korosi. Kedalaman karbonasi
cenderung akan menjadi besar pada lokasi retak dan bentuk kerusakan lainnya

g] Laporan Akhir I Final Reporl - Lltbang T.A. 2004 8


Judul: Pengembangan Teknik Perbaiksn Kerusakan Beton Pads Struktur Jembatan

karena hal tersebut akan menjadi jalan bagi udara untuk masuk kedalam beton,
seperti terlihat dalam gambar berikut :

Gambar 2. 4 Penambahan kedalaman karbonasi pada daerah retak

Jika pori-pori beton tertutup oleh air secara keseluruhan, maka penetrasi karbon
dioksida akan mengalami kesulitan. Dengan kata lain, karbonasi tidak akan
terjadi pada beton yang benar-benar kering karena proses reaksi memerlukan
adanya uap air. Laju karbonasi juga dipengaruhi oleh konsentrasi karbon
dioksida pada lokasi beton yang terekspose. Konsentrasi karbon dioksida dalam
udara kira-kira mencapai 300 ppm akan tetapi pada daerah lalu lintas padat
konsentrasi tersebut menjadi tinggi.

Proses karbonasi sendiri tidak.lah merusak atau mengganggu beton. Hasil


karbonasi akan mereduksi volume dengan sangat kecil, akan tetapi dapat
menyebabkan terjadinya retak pada lapisan luar yang mana terkekang oleh
beton yang tak terkarbonasi. Karbonasi juga dapat mengubah karakteristik fisik
beton, seperti hasil pengujian pennukaan beton sebagai contoh hammer test
Bagaimanapun, karbonasi merupakan pengaruh utama dalam hal keawetan
{durabilitY) beton seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

2.2.3 Klorida

Ion k.lorida (0-) di dalam beton yang melebihi nilai batas yaitu 0.4% dari berat
semenf41 akan mengakibatkan lapisan pasif hancur, tanpa disertai oleh

g] Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 9


Judul : Pengembangan Telcnlk Perbalkan Kerusakan Beton Pads Struldur Jembatan

perubahan derajat keasaman (pH). Persamaan reaksi pada proses korosi akibat
ion klorida adalah [2J :

Fe + 2 cr -.. FeCh
FeCh -.. Fe2+ + a-

Selama proses korosi, ion klorida tidak dikomsumsi dalam reaksi. Ion klorida
akan terus menghancurl<an lapisan paslf yang belum hancur. Dalam hal ini ion
klorida berfungsi sebagai katalis. Berbecla dengan peristiwa karbonasi, proses
korosi akan tetap terus berlangsung setelah kandungan klorida dalam beton
sudah metebihi suatu nilai batas tertentu tanpa pertu penambahan dari luar.
Proses tersebut diatas dapat terjadi pada banyak jenis logam tidak hanya terjadi
pada baja dalam beton.

Ion klorida yang masuk kedalam pori-pori beton dapat bersumber dari pencairan
garam atau dari air laut pada lingkungan pantai. Garam umumnya juga tersebar
di jalan raya dan akan menjadi garam cair. Bilamana sistem drainase tidak
bekerja secara baik maka cairan garam tersebut dapat meresap kedalam lantai
beton, gelagar beton, kolom dan lain-lainnya. Ion klorida juga dapat tercampur
dalam beton karena ketidak hati-hatlan pada pemakaian air atau agregat.

Tabel 2. 1 Batas ion klorida untuk campuran semen portland (Ofo


terhadap berat semen)

No. lenis Struktur Ofo iOn Cl"


1 Beton prategang 0.06
2 Beton bertulang dalam lingkungan lembab 0.10
dan terekpos pada sumber klorida
3 Beton bertulang dalam lingkungan lembab 0.15
dan tak terekpos pada sumber klorida
4 Di atas tanah pada lingkungan kerlng tanpa batas untuk korosi
Tingkat konsentrasl ion klorida yang dibutuhkan untuk memulai terjadi korosi
baja pada beton maslh menjadi silang pendapat dari para peneliti. FHWA
menyatakan bahwa bilamana konsentrasi klorida pada lantai jembatan sebesar

g] Laporan Akhlr I Final Report • Utbang T.A. 2004 10


Judul : Pengembangan Telcnlk Perbaikan Kerusakan Beton Pads Struktur Jembatan

0.15% didasarkan atas kadar semen maka bahaya korosi tidak terjadi. Beberapa
laporan penelitian menyatakan bahwa bilamana konsentrasi klorida mencapai 0.4
% terhadap berat semen maka akan terjadi korosi pada tulangan.

0 50 100 150
Chloride I* lelleHon Into oancn11e (mm)

Gambar 2. 5 Difusi ion Cl- pada beton normal dan mutu tinggi setelah
berumur 30 tahun, dengan asumsi konsentrasi ion Cl sebesar 5%
terhadap berat semen pada permukaan beton

2.2.4 Laju Korosi

Salah satu faktor penting daidm menentukan laju korosi adalah ketersediaan
oksigen pada sekeliling daerah katodik. Hal ini karena oksigen akan dikomsumsi
pada reaksi katodik (Pers. 2. 2). Bilamana suplai oksigen ke daerah katodik pada
logam tidak berlangsung secara kontinyu maka reaksl korosi akan diperlambat.
Besaran kandungan oksigen ini bergantung pada kondisi lingkungan. Selain itu
laju korosi juga dipengaruhi oleh besamya aliran ion dan tahan listrik beton.

Secara garis besar, laju proses korosi dapat dimodelkan dalam 2 (dua) tahap,
seperti pada Gambar 2. 6.

gJ Laporan Alchir I Final Report - Litbang T.A. 2004 11


Judul : Pengembangan Teknik PertJalkan Kerusakan Beton Pada Struldur Jembatan

a. Model korosi b. Model korosi setelah dikoreksl

Gambar 2. 6 Model korosi pada beton bertulang

Kondisi inisial berarti proses penghilangan lapisan pasif oleh penetrasi ion klorida
atau penurunan pH akibat penetrasi karbon dioksida (C02). Bagian propagasi
adalah tahapan dimana telah dimulai terjadi proses korosi dan laju korosi
dikontrol oleh ketersediaan oksigen (02), tahanan listrik dari beton dan kondisi
lingkungan seperti suhu (T) dan kelembaban relatif (RH).

Proses korosi mengurangi luas dari baja t:ulangan, dan volume produk korosi
lebih besar dari volume baja t:ulangan yang terl<orosi. Sebagai konsekuensinya,
terjadi tegangan ekspansif sepanjang t:ulangan terl<orosi yang akan
mengakibatkan retak atau spa/ling. Setelah terjadi retak atau spa/ling ;Jada
selimut beton maka laju korosi menjadi jauh lebih tinggi, seperti pada Gambar 2.
6, karena baja tulangan telah terjadi kontak langsung dengan lingkungan.

2.2.5 Serangan Sulfat

lain halnya dengan klorida, sulfat lebih menyerang secara kimiawi terhadap
beton dan bila bekerja bersama-sama dengan klorida akan menyerang baja
tulangan secara hebat. Serangan sulfat ini dapat terjadi pada dalam beton
sendiri (sulfat dalam agregat) atau akibat masukan sulfat dari lingkungan seperti
dari dalam tanah atau air. Reaksi serangan sulfat dapat dijelaskan sebagai
berikut:

~ Laporan Akhir I Rna/ Report - Litbang T.A. 2004 12


Judul : Pengembangan Telcnlk Petbaiksn Kerusaksn Beton Psda Stroktur Jembatan

Calcium sulphate + tricalsium aluminate -7 tricalcium sulphoaluminate


(ettringite) +calcium hydroxide

Volume ettringite ini jauh lebih besar dari hidrasi kalsium aluminate. Ekspansi ini
akan menghasilkan tegangan tarik pada pasta semen dan berkembang menjadi
retak didalam beton.

Natrium sulfat (Na 2S04) dalam air tanah bereaksi dengan mineral beton dalam
dua tahap. Tahap pertama, adalah bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
menghasilkan kalsium suffat (CaS04) dan natrium hldroksida (NaOH).
Selanjutnya kalsium sulfat bereaksi dengan tricalsium aluminate seperti yang
telah diuraikan diatas. Bilamana natrium sulfat dapat (selalu) tergantikan kembali
seperti pada aliran air tanah, reaksi akan berlangsung terus dengan ekspansi
lebih lanjut.

Reaksi dengan magnesium sulfat (MgS04) dalam air tanah berakibat lebih
merusak. Magnesium sulfat bereaksi sekaligus dengan tricalsium aluminate dan
kalsium hidroksida membentuk tricaldum sulphoaluminate, kalsium sulfat dan
magnesium hidrokslda. Reaksi ini menghasilkan nilai pH rendah pada larutan air
dan mengakibatkan kalsium silikat dalam pasta semen terurai dan melepaskan
lebih banyak kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida ini ak~n terus bereaksi
dengan magnesium sulfat (sepanjang masih tetap ada) da.n mengakibatkan pH
rendah. Jika kandungan magnesium sulfat sangat cukup, reaksl akan
berlangsung terus sampai struktur kalsium silikat dalam pasta beton terurai
keseluruhan dan menjadi lemah dan berongga. Pada beberapa kasus yang
hebat, pasta semen akan terbuang sampai hanya tinggal aggregat saja.

Air taut mengandung sulfat dengan konsentrasi tertentu sampai dapat


mengakibatkan kerusakan pada beton.

~ Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 13


Judul: Pengembangan Teknilc Perballcan Kerusalcan Beton Pada Strulctur Jembatan

2.2.6 Kerontokan

Kerontokan adalah tertepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan.


Hal ini dapat terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja
tulangan, kesalahan penanganan dan kurang tebalnya selimut beton.

Pengembangan
tulangan karene .-~ Tulangan
karat yang y~tng terllhat
menyebabkan
Oaerah yan~ rontok
kerontokan baton

Gambar 2. 7 kerontokan pada beton

2.2.6 Beton Keropos (Honeyoombing)

Beton yang keropos akan terjadi apabila material yang harus tidak mengisi
rongga-rongga antara agregat yang besar dan baja.
Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang kurang, cara penanganan
yang kurang baik, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya calran beton yang
disebabkan bekisting yang jelek, dan tertalu rapatnya baja tulangan.

Gambar 2. 8 beton yang keropos

g] Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 14


Judul: Pengembangan Teknlk Perballcan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

2.2.7 Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess)

Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek
jika waktu anda memukulnya dengan palu beton menjadi berlubang atau
berbunyi seperti drum.
Drumminess dapat diakibatkan oleh :
• Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton.
• Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel
dengan baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah.

2.2.8 Rembesan atau Bocoran Kedalam Beton

Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut
suc!ah terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat
merembes masuk kedalam komponen.
Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada perm!.lkaan beton.
Kadang-kadang tanda wama tersebut adalah :
• wama hijau karena ditumbuhi lumut.
• wama putih berkerak atau bahkan membentuk stalaktit berwama putih - ini
menandakan bahwa terdapat larutan kapur darl semen yang merembes keluar
(atau terbuang). Hal ini akan memperlemah beton.
• Adanya daerah yang basah secara terus menerus.

2.2.8 Retak

Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu:
• retak struktural.
• retak bukan struktural.

Untuk mengetahui jenis penanganan/perbaikan yang diperlukan, harus diketahui


apakah retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap.

g] Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 15


Judul: Pengembangan Telcnlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

Retak struktural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban
yang melebihi beban rencana atau kekuatan daripada potongan.
Retak pada balok dan elemen utama dapat disebabkan oleh :
• Momen (sekitar daerah tengah bentangan), retak ini berupa retak yang
tegak/vertikal.
• Gaya lintang dekat landasan, retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai 50
derajat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan.
• kombinasi momen dan gaya lintang.

f I I I l )
( I I (;
f

~ 8
Gambar 2. 9 retak struktural akibat momen

Gambar 2. 10 retak struktural akibat gaya lintang

Daerah yang pertu diperiksa untuk retak struktural adalah :


• Daerah Tarik
Daerah yang kritis yang pertu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik.
Sebagal contoh pada bagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah
daripada gelagar seperti yang tertihat di bawah ini

[J Lsporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 20CU 16


Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

e
Tension area

IT
Gambar 2. 11 retak tarik akibat momen lentur

• Retak Akibat Gaya Untang


Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat
perletakan gelagar dan dekat daripada kepala kolom harus diperhatikan.
Retak struktural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara
yang terbaik yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan
pada saat lalu-lintas berat lewat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa
oleh tangan kita.

Gambar 2. 12 pemeriksaan retak struktural

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 17


Judul : Pengembangan Telcnik Perbaibn Kerusakan Beton Pada Stroktur Jembatan

Retak Akibat Penurunan Pondasi

Apabila pondasi mengalami penurunan atau bergerak, terjadi banyak gaya-gaya


tambahan dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak
mempunyai pola yang pasti.

Movementt

Gambar 2.13 retak akibat penurunan pada pondasi

Retak Akibat Karat

Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja dibawah
permukaan. Karena karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat
permukaan dan mengakibatkan retak. Jika keretakan tersebut tidak dlperiksa,
maka akan terjadi kerontokan pada beton

Retak Non Struktural

Retak non struktural atau retak tak bergerak biasanya terjadl pada bagian
permukaan dan umumnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis ret:ak inl ada
yang berbahaya tetapi dapat tidak berbahaya.

Terdapat beberapa jenis retak-ret:ak non struktural yang terjadi adalah sebagai
berikut:
• retak akibat susut
• retak permukaan

g:) Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 18


Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada StnJktur Jembatan

• retak-retak struktur
• retak aldbat bekisting yang bergerak

Pola retak non struktural yang umum terjadi dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Tipe A, 8, C dan 0 : retakan sedimentasi a tau setting


Tipe E. F dan G : retakan susut plastis
Tipe H dan I : susut termal dalam beton muda
Tipe H : perubahan bentuk yang temalang dari Juar
Ttpe I : perubahan bentuk yang temalang dari dalam
Tlpe J : retakan karena susut pengeringan
Tipe K dan L : retakan permukaan kulit beton
Tipe M : retakan akibat korosi

Gambar 2.14 Pola retakan tidak struktural yang sering terjadi dalam betor

g] Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 19


Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

Gompal akibat kebakaran

Pengaruh kebakaran pada komponen beton bertulang tergantung beberapa hal


terutama tingginya temperatur dan lama terjadinya kebakaran. Hal lain juga
yang perlu mendapatkan perhatian adalah jumlah sisi komponen struktur beton
dan tebal selimut beton. Sehingga pengaruh kebakaran pada struktur kolom,
balok dan pelat juga berbeda-beda. Pengaruh kebakaran terhadap kekuatan
komponen beton bertulang dapat dilihat dari menurunnya kuat tekan beton,
modulus elastisitas, kuat lekat beton-baja, serta ekspansi longitudinal dan radial
tulangan. Disisi lain saat kebakaran adalah adanya beban tambahan dari akibat
beban-beban termal.

Kekuatan Tekan Beton :

Beton digunakan sebagai bahan elemen struktur terutama untuk menahan gaya
tekan, sehingga perlu dibahas bagaimana pengaruh kenaikan suhu pada beton
yang menerima gaya tekan. Kuat tekan beton pada awal pemanasan belum
mengalami penurunan, baru pada suhu diatas 100° C terlihat dengan jelas
penurunan kekuatannya. Hal ini disebabkan karena air yang terikat secara
kimiawi menguap pada suhu ini, sehingga mengakibatkan perubahan struktur
dari batu semen. Pada suhu antara 300° C dan 600° C, kalsium hidroksida yang
terbentuk pada proses hiJrasi mulai terurai menjadi kalsium oksida. Dengan
demikian setelah suhu kembali normal, tidak mungkin terjadi pemulihan
kekuatan tekan lagi. Pada suhu 575° C agregat tambahan yang mengandung
kuarsa mulai mengalami perubahan struktur yang disertai dengan
pengembangan volume dan pada suhu sekitar 1000° C beton normal praktis akan
hancur. Kekuatan sisa (residual strength) dari beton padat setelah mengalami
pendinginan pada berbagai macam suhu ditunjukan pada gambar 2.15.

Untuk suhu dibawah 300° C, kekuatan beton tidak banyak berkurang, akan tetapi
fal<tor negatif yang lain seperti umur beton juga harus diperhatikan. Jika tidak,
akan mengakibatkan kelebihan prakiraan kekuatan beton sebelum kebakaran
, untuk keperluan desain perbaikannya. Suhu diatas 500° C dapat sangat
mengurangi kekuatan tekan dari struktur beton dibandingkan dengan kekuatan
asalnya, sehingga dapat kehilangan fungsinya sebagai elemen struktural.

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 20


Judul : Pengembangan Telcnik Perbaik.an Kerosakan Baton Pada Struktur Jembatan

1.00 , . . . - - - . - - - - . ·--- - - - - - - - - - - - - - - - , 1.0

II
- 0.8 j
. "'"
~

\ ~
..<: -o
.. 0.60 \ - 0.6 ~

~
:,;:
\
0
\
"0
l 0.40
\
- 04

e
c..
\ i
0.20
,, I
C~lur c~.1ngr• -1 02

f---no-I'TTI.I_I_,4. __ _P~- -..L.- ~h:ls ~urJ


__ j ____ l_L__ _!_ ____ : ___ ;_ I ~ l ()
0
0 200 4('(1 t>'\) -- 800 - i :ru
Concrete trmpcralurc nc

Gambar 2.15 Pengaruh suhu terhadap kekuatan tekan beton setelah


proses pendinginan.

Perubahan Wama Beton :

Perubahan wama pada beton setelah mengalami kebakaran sering kali sangat
membantu dalam menentukan suhu maksimum yang pemah dicapai. Gambar
2.15 menunjukan pengaruh suhu terhadap perubahan wama pada beton.

Perubahan wama yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis dan tipe agregat
yang dipakai dalam pembuatannya. Pada temperatur 3000C - 600 °C, beton pada
umumnya akan berwama merah muda. Permulaan diketahuinya perubahan
wama menjadi merah muda adalah penting karena merupakan perkiraan yang
tepat atas permulaan kehilangan kekuatan yang berarti yang disebabkan oleh
pemanasan. Jadl setiap beton yang mengalami perubahan wama merah muda
patut diselidiki. Perubahan wama menjadi merah muda adalah disebabkan oleh

g] Laporan Alchir I Final Report • Lltbang T.A. 2004 21


Judul: Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada StnJktur Jembatan

hadimya garam best dalam agregat dan atau dalam pasir, pada beberapa kasus
kejadian ini tidak diperlihatkan. Oleh karena itu beton yang tldak berubah wama
menjadi merah muda belumlah pasti untuk tidak mengalami kerusakan akibat
kebakaran.

Modulus Elastisitas Beton :

Penurunan modulus elastisitas yang terjadi pada beton selama kebakaran dan
setelah proses pendinginan adalah sangat penting. Hal ini mengakibatkan
penambahan lendutan elastik serta dapat mempengaruhi akibat lainnya. Pada
gambar 2.16 tertihat pengaruh panas terhadap modulus elastisitas beton.

Nilai penurunannya bisa mencapai 40 % apabila suhu yang pemah dicapai 300°
C, atau sampai 60% apabila mencapai suhu 500° C.

~r-,

w/ca0.40

w{cao.&o

100 1000

Gambar 2.16 Modulus elastisitas beton pada suhu tinggi

g] Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 22


Judul : Pengembangan Telcnilc Perballcan Kerusalcan Beton Pada Strulctur Jembatan

Penjalaran Panas Pada Beton :

Untuk struktur beton, hanya pada pelapisan permukaan yang suhunya


meningkat secara drastis, sedangkan suhu laplsan dalamnya relatif masih
rendah, hallni disebabkan karena pemanasan terjadi hanya dari satu pihak saja.
Kurva pada Gambar 2.17 menunjukkan penetrasi panas pada struktur pelat
beton untuk berbagai jangka waktu dan suhu kebakaran.

Pada elemen balok, penyebaran panasnya tergantung dari ukurannya, seperti


yang diperfihatkan pada gambar 2.18A dan 2.188.

~ D
t surface expoS<'<!
-
1]
:b
0

cu·
<;;,·
lo f~rc

OL__L__~=-
0 25 '<l
D•s1ance from exposed face of slab- mm

Gambar 2.17 Penetrasi panas pada pelat beton.

Peningkatan suhu pada kolom beton umumnya lebih cepat dibandingkan dengan
pelat maupun balok beton, hal ini karena kolom tersebut dapat mengalami
pemanasan dari seluruh permukaannya. Pacta kurva gambar 2.18A dan 2.186
terfihat distribusi suhu pada kolom yang mengalami pemanasan dari keempat
sisinya sesuai kurva standar.

Dari gambar tersebut dapat ditentukan suhu pada kedalaman tertentu dari
permukaan kolom. Misalnya kolom ukuran 380 x 380 mm2 setelah satu jam

~ Laporan Alchlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 23


Judul : Pengembangan Telcnik Petbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

pemanasan, dengan suhu permukaan 700° C, maka suhu pada kedalaman 25


mm mencapai 300° C, pada keclalaman 50 mm suhunya lSOO C dan pada
kedalaman 75 mm hanya 100° C. Untuk kebakaran yang waktunya sangat
singkat dapat terlihat wama kuning pada permukaan betonnya. Hal ini
menunjukan bahwa hanya pada permukaan saja yang mengalami suhu tinggi,
suhu pada beberapa mllimeter di bawahnya relatif rendah dan tidak timbul
kerusakan yang berarti.

1100
\) o.~·- -. :~'!)-
:

( ,., ).
~

i : :.;·~
ll!.ti• ·~
~
600 Surfac~ exposed to fire
soo
400

300

200
300 mm or over wide rib
100

0~-
0 10 20 30 40 50 60 70 so 90 100 110 120 130 140 150
Distance from surface exposed to fire- mm

1100
~ 1000
:::>
;;.... 900

t 800
..E
1-
700

600

500

400

300
200
250 mm wide rib
100

0
0
Distance from surface exposed to lire· mm

Gambar 2.18A Suhu yang terjadi pada balok beton siku empat

g] Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 24


Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

1100
. .. .......
1000 .... ;. ,.4"'!" •.
~
.
t 900

ie 800

700
~
600

500

400

300

200
200 mm wide rib
100
0

Distance from surface exposed to fire- mm

Gambar 2.188 Suhu yang terjadi pada balok beton siku empat

Peningkatan suhu pada kolom beton umumnya lebih cepat dibandingkan dengan
pelat maupun balok beton, hal ini karena kolom tersebut dapat mengalami
pemanasan dari se'uruh permukaannya. Pada kurva gambar 2.19 terlihat
distribusi suhu pada kolom yang mengalami pemanasan dari keempat sisinya
sesuai kurva standar.

Dari gambar tersebut dapat ditentukan suhu pada kedalaman tertentu dari
permukaan kolom. Misalnya kolom ukuran 380 x 380 mm2 setelah satu jam
pemanasan, dengan suhu permukaan 700° C, maka suhu pada kedalaman 25
mm mencapai 300° C, pada kedalaman 50 mm suhunya 150° C dan pada
kedalaman 75 mm hanya 100° C. Untuk kebakaran yang waktunya sangat
singkat dapat terlihat wama kuning pada permukaan betonnya. Hal ini
menunjukan bahwa hanya pada permukaan saja yang mengalami suhu tinggi,
suhu pada beberapa milimeter di bawahnya relatif rendah dan tidak timbul
kerusakan yang berarti.

~ Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 25


Judul : Pengembangan Teknik Parbalkan Kerusakan Beton Pada Sttuktur Jambatan

~ 1200
.
2!
!1000
iE __....
~· o...
v•,O··

t
~0
-
~ All surfaces
exposed
to fire

Distance from surface of column - mm

Gambar 2.19 Suhu yang terjadi pada kolom beton berpenampang bujur sangkar

Gompal ( Spa/ling) :

Fenomena yang sering terjadi saat beton mengalami kebakaran adalah


gompalnya beton ( spa/ling). Yang dimaksud dengan gompal pada beton saat
mengalami kebakaran latah terlepasnya material beton, besar atau kecll, disertai
bunyi letusan dari permukaan beton yang mengalaml kenai!':an suhu. Uji coba
kebakaran menunjukan bahwa gejala gompal tersebut adalah gejala yang
terjadinya tidak teratur ( en-atic ). Gompal dapat terjadi setempat atau meliputi
seluruh permukaan beton.

Hasil penelitian di laboratorium dan survei di lokasi kebakaran, menunjukan


adanya dua macam bentuk gompal yaitu :

a) Gompal eksplosl, yaitu beberapa gumpalan besar dari permukaan beton,


seperti yang ditunjukan pada gambar 2.20 Hal inl terjadl pada batas
tegangan serta derajat kelengasan ( moisture content ) tertentu. Jenis
gompal ini biasanya terjadi antara 10 sampai 50 menit ( ± 30 menit ) setelah ,
permukaan beton mengalaml pemanasan dan menimbulkan kerusakan parah
yang dapat menyebabkan kegagalan pada komponen struktur tersebut.

g] L.aporan Akhir I Final Report • Utbang T.A. 2004 26


Judul : Pengembangan Teknik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Sttuktur Jembatan

b) Pengelupasan, yaitu reduksi penampang melintang secara perlahan -


lahan ( sloughing off ). Ini berupa terlepasnya lapisan-lapisan beton dan
jatuh dari permukaan, tanpa disertai letusan. Terutama terjadi pada kolom
dan balok ( gambar 2.21 ).

Gamb~ 2.20 Gompal eksplosi.

Gambar 2.21 Gompaf terkefupas.

lipe gompal yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis agregat yang digunakan.
Pada beton dengan agregat batu kapur maka gompal berupa retak melalui

g] Laporan Akhlr I Final Report - Utbsng T.A. 2004 27


Judul : Pengembangan Teknlk Pelbalkan Kerusakan Beton Pada Struldur Jembatan

agregat kasar ( agregate splitting ). Sedangkan untuk beton dari kerikll, gompal
terjadi disekitar agregat kasamya hingga ter1ihat kerikil penyusun lepas dart
matriks pasta semennya.

Pengelupasan yang mengakibatkan berkurangnya tebal selimut beton pada saat


terjadi kebakaran, jelas akan mengurangi besarnya ketahanan terhadap api dari
elemen - elemen struktur, yang ketahanannya terhadap api sangat dipengaruhi
oleh tebal selimut beton.

Kadang-kadang gompal dapat terjadi setelah kebakaran selesai atau pada saat
api akan padam, ketika beton sudah mulai turun suhunya. Pada kasus ini gompal
umumnya terjadi pada daerah yang rukup panjang dan keadaan suhu beton
relatif tetap.

Pada umumnya penyebab utama dari gompal ada tiga macam yaitu :

a) Jenis mineral yang terkandung dalam agregat.

b) Tegangan-tegangan termal yang ditimbulkan oleh:

- Pemuaian yang terkendala akibat distribusi suhu yang tidak merata di


dalam penampang melintang dan karena pemuaian terkendala dalam
arah memanjang.

- Perbedaan antara koefisien pemuaian termal dari baja dan beton.

c) Kadar air dalam beton yang mengeras dalam kaitannya dengan tegangan
tarik di dalam beton akibat uap air yang berbentuk di dalam pori-pori beton.

Apabila suatu elemen struktur beton tidak terlindung dari kenaikan suhu, dan
karena koefisien konduktivitas yang rendah, maka suhu pada permukaan elemen
struktur tersebut akan menjadi leblh tinggi dibandingkan dengan yang di
dalamnya. Disbibusl suhu di dalam penampang melintang adalah tidak linier,
sehlngga kendala pemuaian temadap serat-serat bahan akan menimbulkan
tambahan tegangan sekunder.

Terdapat suatu teori yang mengatakan apabila bahwa suatu permukaan beton
mengalami kenaikan suhu, panas yang terjadi akan merambat masuk ke dalam
beton dan menyebabkan terjadinya pelimpasan air pada lapisan luar beton
aklbat menguapnya air dalam pori-pori. Sebagian besar uap air yang terbentuk
akan mengallr ke bagian beton yang lebih dingin dan diserap kembali ke dalam

g:) Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 28


Judu/ : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

pori-pori. Karena lapisan luar yang mengalami pemanasan berangsur-angsur


akan bertambah tebalnya, maka akumulasi air dan uap akan terjadi di dalam
pori-pori pada bagian belakang lapisan yang mengalami pemanasan. Pada suatu
jarak dari pennukaan beton yang panas, pengaruh ini akan menimbulkan fonnasi
suatu lapisan yang tebalnya tertentu dan dengan sejumlah air tersumbat. Pada
waktu yang bersamaan tebalnya lapisan yang mengalami pemanasan akan terus
bertambah, air yang tersumbat akan bergerak masuk semakin jauh ke bagian
dalam beton dengan kecepatan yang tergantung pada struktur pori-pori
intemalnya. Jika lapisan yang jenuh air tidak dapat bergerak cukup cepat, maka
lapisan tersebut akan mengalami pemanasan. Di bldang pemisah lni terjadi
penguapan air yang menggunakan panas sehingga di tempat tersebut akan
terbentuk suatu gradien suhu yang terjal. Uap air yang terbentuk di bidang
pemisah ini tidak dapat bergerak masuk lebih jauh ke bagian dalam berhubung
lapisan-lapisan yang dihadapi di sana telah jenuh dengan air, oleh sebab itu
berusaha mencari jalan ke lapisan yang mengalami pemanasan. Berhubung suhu
dilapisan ini lebih tinggi, maka penguapan air naik dengan sangat cepat dan
karena kendala pemuaian maka tekanan uap akan naik. Gaya-gaya yang
terbentuk pada lapisan perantara ini harus diimbangi oleh gaya-gaya tarik yang
bekerja di dalam beton dalam arah tegak lurus pada garis tersebut, jika kuat
tarik beton pada suhu yang dicapai oleh lapisan ini tidak cukup kuat untuk
mengimbangi gaya tarik yang terjadi, maka lapisan kira-kira setebal lapisan luar
yang mengalami pemanasan dan menjadi kering akan terlepas darl permukaan
beton. Gejala inilah yang biasa dikenal dengan istilah "gompal" atau spa/ling,
yang terjadi atau tidaknya ditentukan oleh sifat-sifat, konduktivitas tennal dan
kuat tarik beton.

Pada dasamya, gompal pada beton berl<aitan dengan penyumbatan pori-pori


yang disebabkan oleh karbonisasi. Apabila suhu beton meningkat dan air yang
terdapat di dalamnya terhalang untuk meninggalkan pori-pori sehingga timbul
tegangan tarik yang dapat melebihi kuat tarik beton, maka karbonisasi
merambat masuk ke dalam beton dengan kecepatan yang rendah.

Teori lain mengatakan bahwa aliran uap air yang melalui pori-pori akan
menimbulkan gaya friksi pada dinding pori-pori, dan gaya ini akan berprilaku
sebagai gaya tarik di dalam kerangka beton. Nilai terbesar tegangan tarik ini

g] Laporan Alchlr I Final Report • Utbang T.A. 2004 29


Judul : Pengembangan Telcnlk P81'balkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

terjadl pada daerah dimana air berubah menjadi uap jlka suhu yang terjadi
mencapai 100° C sampai lOSO C. Tegangan-tegangan ini akan menjadi lebih
besar sebanding dengan jumlah kadar air awal. Bagi beton blasa, untuk kadar air
sebesar kira-kira 7 % ( berdasarkan volume ), maka tegangan-tegangan tarik
yang terjadi akan sama besar dengan kuat tarik beton. Jika kebakaran
berl<embang lebih cepa~ maka tegangan tarik yang timbul di dalam beton akan
menjadi lebih tinggi. Dari percobaan terlihat bahwa jika suatu elemen struktur
beton relatif tebal ( lebih besar dari 200 mm ), maka terjadinya pengelupasan
akan beri<urang atau bahkan berhenti setelah kira-kira 25 menit. Disamping itu
dengan naiknya suhu maka tegangan-tegangan sekunder akan menyebabkan
terjadinya retak-ret:ak rambat di bagian dalam dari elemen struktur beton, hal lni
mengaklbati<an tahanan yang dihadapi oleh aliran air menjadi lebih kecil. Jika
tebal elemen struktur beton kurang dari 200 mm, maka gompal dapat terjadi
pada tahap yang lebih awal setelah mulai terjadi kebakaran.

Pada elemen struktur beton yang mengalami pemanasan dari kedua sisi, maka
gompal yang terjadi akan lebih cepat. Dari percobaan terlihat bahwa untuk
elemen struktur setebal 80 mm, akan mengalami gompal kurang lebih 15 menit
setelah kebakaran dan sekitar 7 menit untuk elemen struktur setebal 50 mm.
Gompal akan berhenti apabila suhu pada sumbu simentri elemen struktur
tersebut telah mencapai 110° c.
Intensitas gompal dari beton normal, tidak dipengaruhi oleh mutu betonnya.
Beton dengan mutu yang lebih tinggi akan memiliki kepadat:an yang lebih tinggi,
namun tegangan tarik pada umumnya juga lebih tinggi, sehingga praktis kedua
hal ini saling menghapuskan.

Retak - Retak Pada Beton :

Pada suhu tinggi, koefisien pemuaian dari baja umumnya lebih besar
dlbandingkan dengan koefisien pemuaian dari beton. Hal ini menimbulkan
tegangan sekunder yang dapat mengakibatkan retak-retak pada beton di daerah
sekit:ar penulangan. Selain itu pemuaian yang tidak sama juga terjadi pada
agregat kasar dan batu semen. Pengalaman menunjukan bahwa ret:ak-retak
yang terjadi terl<onsentraslkan di daerah yang sebelumnya telah mengalami
retak akibat muai susut dan pembebanan lentur.

g] Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 30


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan K8111sakan Beton Padll Stnlktur Jembatan

Pengaruh Jenis Agregat :

Mengingat agregat cukup berpengaruh pada gejala gompalnya beton, maka jenis
agregat yang disamakan menjadi sangat penting pada elemen struktur yang
mengalami kebakaran.

Agregat batu kapur memiliki koefisien pemuaian yang lebih kecil (sekitar
setengahnya) dlbandingkan dengan agregat kuarsa, karena memiliki
konduktMtas tennal yang lebih rendah dart beton nonnal.

Pengaruh Suhu Pada Baja Tulangan/ Prategang :

Seperti beton, maka perilaku baja pada suhu tinggi akan mengalami perubahan.
Berbeda dengan beton, pada baja lebih mudah untuk dilakukan pengukuran
perilakunya pada keadaan suhu yang steady ataupun transient.

Perilaku kekuatan baja telah banyak diselidiki, tetapi sering terjadi perbdan~

perbedaan yang disebabkan oleh cara pengukuran dan metoda pengujian yang
berbeda.

Gambar 2.22 menunjukan perilaku tegangan leleh baja tulangan. Tertihat bahwa
pada suhu 5000C ~ 600 °C, tegangan lelehnya dari keadaan nonnal mengalami
pengurangan. Keadaan ini blasanya menambah besar lendutan, tetapi sangat
tergantung kepada pola pembebanan waktu kebakaran.

J:~ •. .
·~ ~ ~
rF~~ ~ ·-•ro•--
0 -L~
0 200 400 600 800
Tomperolu"'. "("

Gambar 2.22 Pengaruh suhu tinggi pada tegangan leleh baja

g] Laporan Akhlr I Final Report - Lltbllng T.A. 2004 31


Judul : Pengembangan Teknik Pwbaikan Kerusakan Seton Pada Sttulctur Jembatan

Gambar 2.23 menunjukan perilaku tegangan leleh baja prategang. Terlihat


bahwa pada suhu 2000C, tegangan tetehnya dari keadaan normal mulai
mengatami pengurangan.

2~-

ultirn.o~ tensile strength

1200

800 •

400

0 o~-40
Tempe,.ture- "C

.... 1100 .... 900


E E
E E
....... .......
z z
1()("I()
.
Vi
~

.Vi"'"'
CJ

900 700
0 2 4 6 0 2 4 6
Duration- h Duration- h
(a) Relaxation at 100°C : (b) Relaxation at 2000C
.... 700 .... 300
E E
E
...... E
.......
z z
.."' 600
"'~ 200
-CJ
CJ') v;
500 100
0 2 4 6 0 2 4 6
Duration- h Duration- h
{c) Relaxation at 3000C (d) RC!laxation at 4000C

Gambar 2.23 Pengaruh suhu terhadap tegangan leleh baja prategang

g] Laporan Akhlr I Final Report • Litbang T.A. 2004 32


Judul : Pengembangan Telcnik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

Terlihat bahwa pada suhu 400° C, tulangan baja yang diprofilkan mempunyai
kekuatan lekat hampir dua kali lebih besar dibandingkan baja polos. Penurunan
kekuatan lekat baja lni seiring dengan penurunan kekuatan tekan betonnya.

Pada suhu tinggi daktilitas baja tulangan menurun. Selain itu juga dapat tertekuk
akibat tegangan tekan yang timbul pada baja tulangan yang mengalami
pemanasan.

Maka dapat disimpulkan bahwa suhu tinggi yang dialami baik oleh baja maupun
beton akan membawa akibat yang buruk pada perilaku fisik dan mekanik bahan-
bahan tersebut.

Pada pengujian kebakaran temyata pengaruh kelembaban beton sangat penting.


Dapat diamati bahwa ketika panas mulai merambat ke dalam beton, maka untuk
beberapa saat beton akan memiliki suhu yang tetap yaitu sekitar 100° C, seperti
yang ditunjukan oleh gambar 2.24.

Fenomena !ni memperl<uat teori sebelumnya yang mengatakan bahwa air yang
terikat di dalam pori-pori beton akan menguap. Panas yang diperlukan untuk
penguapan menahan kenaikan suhu di dalam beton.

lbl Ima•Lul«ttoo

Gambar 2.24 Kurva suhu pada balok beton yang mengalami pemanasan.

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 33


Judul: Pengembangan Teknlk Pwballuln Kervsalran Beton Pada Struktur Jembatan

Oalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

a) Umur Beton.

Struktur yang mengalami pemanasan sentral, kelembaban relatif atmosfimya


rendah dan beton pada struktur tersebut lambat laun akan menjadi kering.
Struktur beton pada keadaan kelembaban udara ruang, akan memiliki kadar
kelembaban seimbang yang setara dengan 70 liter air setiap m3 beton ( 7%
volume = 3 % berat ).

b) Keadaan Ungkungan Struktur Beban.

Di dalam ruangan yang tidak mengalami pemanasan, struktur beton akan


mengandung sejumlah air bebas dl dalam pori-porinya.

c) Komposisi Beton.

Agregat ringan tertentu memlliki daya absorbsi air yang besar, sehingga
mungkin terdapat banyak air bebas di dalam beton. Pada waktu terjadi
kebakaran maka jenis struktur beton seperti ini kenaikan suhunya akan
sangat diperfambat, tetapi pada beberapa jenis agregat ringan tertentu air
tersebut tidak dapat menguap dengan cepat sehingga dapat menimbulkan
bahaya gompal pada beton.

Suatu struktur beton bertulang terdiri dari elemen pelat, balok dan kolom,
pada saat terjadinya kebakaran masing-masing elemen ini memiliki perilaku
yang berbeda-beda.

g] Laporan Alchlr I Final Repotf • Lltbang T.A. 20tU 34


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerusalcan Beton Pada Stroktur Jembatan

2.3 Teknlk Perbaikan Kenasakan beton

Kerusakan-kerusakan yang umum terjadi pada struktur beton bertulang


berdasarkan hasil tinjauan pustaka diatas adalah berupa retak, gompal, keropos
dan kerontokan beton akibat korosi pada tulangan. Dengan adanya kerusakan
tersebut maka per1u dilakukan teknik perbaikan yang sesuai dengan kerusakan
yang ada. Beberapa Teknik Perbaikan yang umum dilakukan di Indonesia :

1. Injeksi (Injection), untuk perbaikan retakan dengan cara injeksi bahan epoxy
resin
2. Penambalan (PatchindJ, untuk perbaikan pennukaan yang gompal skafa
kecil dengan menggunakan tangan.
3. Grouting, untuk perbaikan pennukaan yang gompal dalam skala besar
dengan menggunakan alat pampa.
4. Coating, per1indungan beton dari lingkungan
5. Shotcrete, pe~ikcm pennukaan beton yang gompal skala besar dengan
cara ditembak

Jenis-jenis bahan yang umum digunakan untuk perbaikan beton adalah :

1. Cement-Base, bahan dasar semen.


2. Expanding Cement-Based, bahan dasar semen dengan prosentase polimer <
5% dan dengan I tanpa bahan tambah seperti superplastlcizer, fly ash dan
serat fiber.
3. Polymer Modified Cement-Based, bahan dasar semen dengan kadar polymer
2%-20%
4. Epoxy Resin-Based, dengan bahan dasar resin sintetik sebagai bahan
pengikat

2.3.1 Perbaikan Retakan Beton dengan Injeksi

Perbalkan retakan pada struktur beton dengan cara injeksi bahan epoxy resin
adalah:

1. Untuk menutup beton terhadap serangan bahan agresif, terutama bahan


yang dapat menyebabkan korosi pada tulangan.

~ Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 35


Judul : Pengembangan Telcnlk Pel'balksn Kerusaksn Beton Psda Strulctur Jembatlln

2. Pembentukan dan perbaikan kesatuan struktur beton


3. Perbaikan retak agar tidak tembus air/ bocor

A. Pemilihan Bahan injeksi dan Sealer

-Material Injeksi (Epoxy Resin)


Pada pelaksanaan pekerjaan injeksi retakan, bahan yang digunakan adalah
material jenis Epoxy Resin. Bahan-bahan tersebut diatas mempunyai sifat
non-shnnk, lower-ueep, free now, 100% solid. Sifat non-shrink yang
dimaksud adalah grout yang tak susut dalam keadaan plastis, dimensinya
stabil ketika mengeras, dan terikat permanen ke permukaan dasar. Selain itu
material epoxy resin harus memiliki ketahanan terhadap beban dinamik yang
berulang.

- Material Sealer
Bahan sealer digunakan sebagai bahan untuk menutup retakan agar bahan
perekat tidak mengalir dari celah retak yang tidak tertutup oleh alat injektor.

B. Alat

(a) Tabung Injeksi


Harus cukup besar untuk menampung volume material grout sesuai dengan
yang diperlukan dan harus dilengkapi dengan alat pengukur tekanan untuk
mengontrol besaran tekanan yang diperfukan dalam proses pengaliran
material grout secara stabil. Jika tidak stabil akan dapat menyebabkan aliran
grout terhambat
(b) Grout pump/kompressor
Harus mampu untuk menyuplai tekanan udara secara kontinu dan stabil
kedalam tabung injeksi sesuai dengan tekanan udara yang dlperfukan.
(c) Nipple
(d) Packer
(e) Slang grouting
(f) Vacum (penghisap debu) atau peralatan pendukung yang berkaitan dan
diperfukan dalam pekerjaan injeksi.

g] Laporan Akhlr I Final Report - Litbang T.A. 2004 36


Judul : Pengembangan Teknlk Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

C. Metode Pelaksanaan

Persiaoan
Seluruh jalur-jalur retakan yang akan dlgrouting dan permukaan beton disekitar
dan sepanjang jalur retakan dibersihkan dari material debu, serpihan beton,
semen, oli (mlnyak/lemak), dan kotoran lainnya yang menempel, dengan
menggunakan vacum/sikat/kain/kuas tangcm atau alat lain. Selanjutnya lakukan
pembersihan menyeluruh dengan menyemprot permukaan beton dari jalur
retakan dengan kompressor atau vacum-cleaner untuk memastikan tidak adanya
slsa-sisa debu/serpihan yang tertinggal.

Pemasangan Nipples
Lakukan pemasangan nipples untuk titik injeksi dengan jarak antar nipple ± 25
em yang dipasang mulai dari awal hingga ujung retakan. Perhatikan agar nipples
benar-benar melekat sempuma pada permukaan beton dan tidak menyumbat
jalur retakan.

Penutupan Mulut Retakan


Seluruh permukaan jalur retakan diberi lapisan penutup berbentuk sealer sampai
tertutup dan mengeras, yang berfungsi untuk menjaga agar material grouting
(per.;,lsi) tidak meluap/keluar ke daerah lain di Juar daerah retakan. Pada lokasi
tertentu dijalur retakan diberi bukaan/tidak diberi sealer yang berfungsi sebagai
lubang kontrol.

Pemasangan Regulator
Setelah dilakukan pemasangan nipples dan penutup (sealet), dilakukan
pemasangan slang grouting yang menghubungkan antar nipple yang telah
terpasang, kemudian pipa inlet/titik injeksi paling bawah dihubungkan dengan
tabung injeksi yang telah siap terisi material grouting yang terhubung dengan
kompressor sehingga pekerjaan grouting siap untuk dilakukan.

Pelaksanaan Grouting
Setelah bidang retakan yang diberi sealer benar-benar tertutup dan mengeras,
serta bahan dan peralatan kerja/persiapan grouting telah selesai dilakukan,

g] Laporan Akhlr I Final Report - Lltbang T.A. 2004 37


Judul : Pengembangan Teknik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

selanjutnya lakukan injeksi/grouting bertekanan rendah ± 1-2 bar pada slang


inlet. Penutupan nipples baru dilakukan setelah tampak adanya tanda-tanda
bahwa jalur retakan telah terisi penuh pada lokasi titik injeksi tersebut.
Pengisian jalur retakan/injeksi dapat dilakukan secara bersamaan pada tiap-tiap
titik nipples yang telah terpasang dengan memperhatikan pengontrolan
pengisian untuk menjamin jalur retakan terisi penuh oleh material grouting.

Finishing/Perataan Permukaan
Setelah pekerjaan grouting selesai, curing dilakukan dengan cara mendiamkan
bidang retakan yang telah diperbaiki selama/sesuai dengan yang diinginkan
dalam persyaratan. Selanjutnya lakukan perataan bidang sealant menggunakan
gerinda dengan tidak merusak permukaan yang telah diperbaiki sesuai dengan
permukaan sebelumnya/permukaan beton disekitamya. Debu dan material
dibersihkan dengan vacum pembersih atau penghisap debu/kompressor
sepanjang debu tersebut tidak mengganggu lingkungan/lokasi pekerjaan
disekitamya.

2.3.2 Perbaikan Gompal dengan Patching


A. Bahan Patching dan Bonding

Pada pelaksanaan pekerjaan patching/penambalan beton, bahan dasar yang


digunakan adalah bahan semen, polymer dan tpoxy resin. Sedangkan bahan
bonding-agent dipakai acrylic emulsion cement modifier. Metoda penggunaan
bahan harus sesuai dengan petunjuk/brosur yang dikeluark.an oleh pabrik
pembuat bahan tersebut.

B. Metoda Pelaksanaan

Persiapan dan pengupasan/Chipping

Pada bag ian beton spalling serta beton yang tidak masif (un-sound cor.crete)
dikupas sehingga mencapai bagian beton yang masih padat,lrapat. Bidang
permukaan beton yang di chipping tidak membentuk/menyerupai lin(~ar akan
tetapi membentuk bidang persegi. Chipping beton dapat dilakukan dengan
bantuan alat jack hammer ukuran kecil/portable dan pahat beton atau alat tain

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A 2004 38


Judul: Pengembangan Teknik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

yang disetujui Direksi/Engineer. Pelaksanaan chipping beton harus dilakukan


dengan hati-hati dan tidak boleh merusak sarana atau bagian strukur lain yang
ada disekitamya. Untuk membentuk/meratakan bidang pinggir dl lokasi chipping
dapat dilakukan dengan gerinda beton. Secara ilustrasi dapat dilihat pada
gambar 2.25 & 2.26.

I ~'( _
,- - -· ·:.i-'

t:_~~ .. . r.o·
,..__ • - - -- ·,..>

l,,
·o-~ . .. - \:)
; . (\ 0 . C).'J •

Gambar 2.25 Gambar 2.26


Pengupasan Seton/Chipping Perapihan Bidang Clipping Beton dengan
Membentuk Bidang Persegi

Pembersihan Permukaan

Pada lokasi spalling yang telah mencapai tulangan dan menunjukkan adanya
korosi pada tulangan, maka korosi pada tulangan harus dibersihkan. Segala
material seperti serpihan beton, semen, oli (minyak/lemak), karat/kerak pada
tulangan dibersihkan dengan memal<ai sikat kawat/brusher. Lakukan
penyemprotan dengan kompressor atau vacum-cleaner/penghisap debu dan
pastikan tidak adanya kotoran yang masih menempel pada seluruh bidang
permukaan hasil chipping. Secara ilustrasi dapat dill hat pada gambar 2.27.

g] Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 39


Judul : Pengembengan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

/~
/,
,· ' ~ ~ - - -,

Q. ~
.-,-. , V • ). .
, r -, , , >O
~ · 3 2 2'
f]' . . . -~
.. v
.('. c . . ~ ~-

Gambar 2.27 Gambar 2.28


Pembersihan Korosi pada Tulangan dan Pelapisan Perekat (Bonding - Coat)
Permukaan Beton

Penqaktifan Permukaao dan Pencampuran Bahan

Pengaktifan permukaan yang dimaksud adalah berupa pelapisan perekat


(bonding-coat) untuk memperoleh jaminan ikatan atau kinerja bidang yang akan
dipert>aiki dengan material dempul. Secara ilustrasi dapat dilihat pada gambar
2.28. Bahan bonding-coat ini dapat juga dicampurkan sebelumnya kedalam
materiaJ dempul, tergantung dari petunjukfbrosur pembuat bahan tersebut
dalam metoda penggunaan bahannya.

Pelapisan Permukaan

Untuk melakukan pendempulan pada bidang chipping yang mempunyai


ketebalan > 10 mm, pendempulan sebaiknya dilakukan secara bertahap lapis
demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan sebaiknya tidak lebih dari 10 mm.
L.apisan dempulan yang pertama harus difakukan segera setelah bidang
permukaan beton diberi lapisan perekat/ bonding-coat dan sebelum lapisan
perekat ini mengering, karena jika pelapisan material dempulan yang pertama ini
dilakukan dalam kondisi perekat sudah mengering, akan mempengaruhi
kondisi/sifat kelekatan antara material dempulan/pengisi dengan permukaan
bidang beton yang akan diperbaiki/ditutup. Secara ilustrasi dapat dilihat pada
gambar 2.29.

~ Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 40


Judul : Pengembangan Teknik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

Gambar 2.29 Pengisian Bidang Chipping/Pendempulan

Perataan Pennukaan

Setelah pekerjaan dempul selesai dilakukan selanjutnya dilakukan pekerjaan


finishing/perataan permukaan bidang hasil dempulan dengan bidang permukaan
beton disekitamya. Untuk meratakan dan membersihkan/merapikan permukaan
bet:on didaerah pertemuan beton lama dengan beton dempul ini dapat dilakukan
dengan menggunakan alat Gerinda dan vacum-cleaner/penghisap debu.

Curing

Curing pada pekerjaan perbaikan dengan metoda patching sangat perlu


diperhatikan dan dilakukan pengontrolan secara kontinu sehingga dapat dicegah
kemungkinan terjadinya effect shrinkage-crack, delamination yang disebabkan
oleh proses pengeringan yang tidak/kurang sempuma.

2.3.3 Perbaikan Gompal dengan grouting

A. Persyaratan bahan

Bahan yang dipakai pada pelaksanaan pekerjaan jacketing adalah high


performance non shrink cementitious micro concrete

B. Agregat Kasar

g] Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 41


Judul : Pengembangan Telcnlk Petbalkan Kemsaun Beton Pada Sttuldur Jembatan

Agregat kasar yang digunakan berukuran kecil yang dlsesuaikan dengan


penggunaan tabung/alat injeksi, namun tetap harus menjamin tercapainya
mutu/kualitas beton yang tefah disyaratkan.

C. Bekistlng/Cetakan

Bekisting/cetakan untuk jacketing, menggunakan bahan alumunlum tebal


minimal 2 mm yang diperkuat dengan ring besl untuk pengaku bekisting.

Penyangga/support untuk bekisting balok perkuatan dapat digunakan dari bahan


balok-balok kayu atau pipa-pipa besi dengan syarat dapat menjamin
kedudukan/posisi bekisting tidak mengalaml perubahan/kuat dan stabil selama
proses grouting/lnjeksi berlangsung dan setelah selesai pekerjaan.

D. Metoda Pelaksanaan

Persia pan

Pengelupasan lapisan pelindung pada bagian pondasi yang akan dibungkus


dengan cara grici.

Pembersihan Permukaan

Pada lokasi spalling yang telah mencapai tulangan dan menunjukkan adanya
korosi pada tulangan, maka korosl pada tulangan harus dibersihkan. Segala
material seperti serpihan beton, semen, ali (mlnyak/lemak), karat/kerak pada
tulangan dibersihkan dengan memakai sikat kawat/brusher. Lakukan
penyemprotan dengan kompressor atau vacum-cleaner/penghisap debu dan
pastikan tidak adanya kotoran yang maslh menempel pada seluruh bidang
permukaan hasll chipping.

Pemasng~ Bekisting

Pemasangan cetakan/bekisting harus mampu menahan tekanan dari material


yang akan diinjeksi. Selanjutnya dipasang pipa inlet dan pipa lubang kontrol
pada bekisting.

Pemasangan Regulator

~ LJJporan Akhlr I Final Report • Lltbang T.A. 2004 42


Judul : Pengembangan Teknlk Perl:Jaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

Hubungkan regulator/tabung injeksi pada pipa inlet/titik injeksi dan hubungkan


juga dengan kompressor/grout-pump. Regulator/tabung harus dilengkapi dengan
alat pengatur besaran tekanan udara untuk mengatur kestabilan aliran injeksi.

Pendempulan/Seal

Seluruh celah-celah yang ada pada bagian-bagian sambungan/pertemuan


bekisting, ditutup dengan dempul/seal untuk mencegah keluamya/bocoran
material grouting.

Pelaksanaan Injeksi

Lakukan injeksi material beton kedalam cetakan melalui pipa inlet dengan
tekanan sekitar 2-3 bar atau sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.

Pembukaa, Beklsting

Bekisting/cetakan baru dapat dibuka setelah 24 jam masa perawatan untuk


menghindari kerusakan pada pennukaan beton.

Perapihan/Rnishing

Semua celah-celah atau rongga/lubang-lubang yang terbentuk setelah proses


pelepasan bekisting, harus diisi dan diratakan dengan dempul/seal. Bidang-
bidang permukaan beton yang tidak beraturan/garis-garis tonjolan di lokasi
pertemuan antara beton lama dengan beton baru, diratakan dengan gerinda dan
diberslhkan dengan kompressor/Vacum penghisap debu.

2.3.4 Pelapisan Permukaan

A. Pelindung (Coating)

Pemasangan lapisan menggunakan bahan epoxy khusus.

B. Alat

~ L.aporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 43


Judul: Pengembangan Teknlk Pefbalkan Kerosakan Beton Pada Sttulctur Jembatan

Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan persiapan pembersihan permukaan


beton yang akan di coating, dilakukan dengan alat vacum/penghisap debu yang
dilengkapi dengan sikap/brusher untuk menyikat/membersihkan permukaan.
Untuk pelaksanaan coatingnya dapat dilakukan dengan peralatan kain dan kuas
tangan.

C. Metoda Pelaksanaan

Persiapan

Seluruh lapisan debu, minyak/lemak atau material lepas dan lapisan cosmetic
lainnya yang dapat melemahkan ikatan pada permukaan beton dikeluarkan dan
dibersihkan dari permukaan beton yang akan dicoating. Untuk menghindari debu
yang berterbangan disekitar lokasi pekerjaan coating, maka pemberslhan
permukaan dilakukan dengan menggunakan alat vacum/penghisap yang
didalamnya sekaligus terdapat alat pembersih/brusher.

Pekedaan Pelapisan (Coating)

Lakukan pelapisan/coating yang pertama pada seluruh permukaan beton dengan


menggunakan single epoxy primer selanjutnya lakukan coating/pelapisan kedua
dengan bahan epoxy setebal 5 mm sesuai dengan penjelasan yang ada pada
pasal 3.1 mengenai persyaratan bahan untuk pellndung/coating.

Curing

Curing pacta pekerjaan pelapisan/coating dilakukan dengan cara mendlamkan


permukaan hasil coating ± 48 jam tanpa pertu perawatan lebih lanjut. Namun
jika kondisi dilapangan tidak mendesak, sebaiknya curing dilakukan dalam waktu
7 hari untuk mencapai mutu/kualitas pekerjaan coating secara makslmal.

g:) Laporan Akhir I Final Repott - Utbang T.A. 2004 44


Judul : Pengembangan Telcnik Perbaibn Kerusakan Beton Pada Struktur JemlMtan

BAB III
METODOLOGI

3.1 Metodologi Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, metode penelitian yang dllakukan adalah
dengan cara metode deskriptif. Metode deskriptif yang dilakukan adalah dengan
cara melakukan studi dengan cara menuturkan, menganalisa dan
mengklasifiksikan data-data yang ada berdasarkan hasil tinjauan pustaka,
Pengujian dilaboratorium dan kondisi lapangan.

Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan Draft Pedoman


Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan, yang selanjutnya diharapkan
dapat di bawa ke forum yang lebih tinggi yaitu SNI.

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan draft pedoman perbaikan


kerusakan beton pada struktur jembatan dalam kegiatan penelitian inl adalah
dengan melakukan :

e. Pendalaman ilmiah, yaitu dengan melakukan Studi literatur/ tinjauan pustaka


terhadap:

• Jenis-jenis kerusakan pada struktur beton seperti korosi pada tulangan,


serangan kimiawi (serangan karbon, klorida dan sulfat), kerontokan
beton, keropos, berongga, rembesan air (bocor), retak dan gompal
(scaling dan spalling). Pendalaman ini dilakukan untuk mengetahul
jenis-jenis kerusakan yang umum terjadi dan selanjutnya digunakan
sebagai data jenis kerusakan untuk diketahui penyebab dan metode
perbaikannya.

• Penyebab kerusakan pada struktur beton, pendalaman ini dilakukan


untuk mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi pada jenis-jenis
kerusakan yang ada.

g] Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 45


Judul : Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

Sebagai gambaran kerusakan yang umum terjadi adalah terdapatnya


kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan yang mengakibatkan
adanya retak struktural/ lendutan berlebih pada bagian struktur, mutu
material selama pelaksanaan menunjukan hasil yang tidak memenuhi
syarat dan hasil perhitungan dengan memakai mutu yang aktual
menunjukan adanya pernurunan kapasitas struktur. Serta penurunan
kinerja material/ struktur eksisting yang mengakibatkan adanya
pelapukan pada material struktur akibat umur serta serangan zat
kimiawi dan adanya bencana kebakaran, gempa atau banjir.

3. Metode perbaikan beton yang umum pada struktur jembatan. Setelah


diketahui jenis-jenis kerusakan dan penyebab-penyebab kerusakannya
selanjutnya dilakukan pendalaman untuk mendapatkan metode
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan yang umum
digunakan.

4. Pendalaman terhadap beberapa peraturan/ pedoman yang ada di


dalam negeri maupun yang ada di luar negeri. Pendalaman tersebut
dilakukan untuk mempelajari kaidah-kaidah dan pertimbangan teknik
yang berlaku secara nasional maupun intemasional dalam hal teknik
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan. Beberapa
peraturan/ pedoman yang diperoleh dari studi literatur/ tinjauan
pustaka adalah : dari Dir. Jend. Prasarana Wilayah (Pedoman-pedoman
dan BMS-1992), Pusat litbang prasarana transportasi (Manual
Pelaksanaan Perbaikan Struktur Beton) dan ACI.
Hasil studi literatur tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai bahan materi
untuk penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan.

f. Survey Lapangan
Survey lapangan/ Rekonesan tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis,
penyebab dan metode perbaikan kerusakan beton pada struktur jemoatan di
Indonesia. Lokasi yang ditinjau adalah pada lokasi yang dianggap cukup
mewakili seluruh kondisi jembatan-jembatan yang ada di Inuonesia. Hasil
survey lapangan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data masukan dalam
penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada struktur

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 46


Judul : Pengembangan Telcnlk Pwbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

jembatan. Data-data tersebut berupa data jenis kerusakan, penyebab


kerusakan dan metode perbaikan.

g. Peninjauan terhadap data-data teknis material perbaikan beton


Peninjauan tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis bahan dasar
material yang umum digunakan untuk perbaikan kerusakan beton pada
struktur jembatan. Untuk mendapatkan data-data teknis material yang umum
digunakan tersebut, selain dengan mendapatkan spesifikasi/ data teknis dari
produsen juga dilakukan pengujian terhadap material-material tersebut.
Kegiatan pengujian di laboratorium meliputi pengujian material yang umum
dlgunakan untuk perbaikan kerusakan beton sert:a membuat model perbaikan
kerusakan beton. Hasil pengujian cfi laboratorium tersebut selanjutnya
digunakan sebagai data masukan dalam penyusunan draft pedoman perbaikan
kerusakan beton pada struktur jembatan. Data-data tersebut berupa data-data
teknis material untuk perbaikan beton.

h. Pembahasan dan Penyusunan draft pedoman

Kegiatan pembahasan yang dilakukan adalah pembahasan teknik perbaikan


kerusakan beton pada struktur jembat:an dilakukan berdasarkan pada hasil
pendalaman ilmiah, rekonesan dan Peninjauan temadap data-data teknis
material perbaikan beton. Kegiatan pembahasan tersebut dilakukan dalam
bentuk rapat teknik/ diskusi teknik untuk mendapatkan usulan yang diperlukan
dalam penyusunan draft Pedoman perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan. Dari hasil pembahasan Dalam draft pedoman tersebut berisikan
materi mengenai jenis-jenls kerusakan, penyebab dan metode perbaikan
kerusakan beton pada struktur jembatan. Dalam penyusunan dan penulisan
draft pedoman tersebut mengikuti aturan yang diberlakukan dalam
penyusunan standar yaitu mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000.

i. Penyempumaan Draft Pedoman

Setelah dilakukan penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada


struktur jembatan, sefanjutnya draft pedoman tersebut di evaluasl dalam
forum Rapat Narasumber. Dalam Rapat Narasumber tersebut diharapkan
mendapatl<an masukan-masukan dari Narasumber untuk penyempumaan draft
pedoman tersebut. Dalam Rapat Narasumber tersebut akan di undang para
pakar di bidang Struktur beton baik di lingkungan Departemen Kimpraswll,

~ Laporan Akhlr I Rnal Report - Litbang T.A. 2004 47


Judul: Pengembangan Telcnik Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

Dinas PU Daerah, Perguruan linggi, Konsultan, Kontraktor, Asosiasi Profesi


serta intitusHnstitusi lain yang terkait. Dalam Rapat Narasumber tersebut
diharapkan mendapatkan saran, masukan dan kesepakatan dari para
Narasumber untuk penyempumaan draft pedoman tersebut.

Dalam bentuk Row Chard dapat dilihat pada Gambar 3.1.

linjauan Pustaka
;---- 1. .Jenls Ken.JSakan beton
Start Z. Pr!nyebab kMisilkan
3. Hetrx/d perlBikan
4. Peraturan-periltuf"ilfl

Survey Lapangan
I
I Pengumpulan Data
J
1 . .Jenls Kerusakan beton yanq umum terjadl
2. Penyebab kerusakan yang umum terjadi
3. Metoda pertlalkan yang telah dllakukan

~
Pengujian di Lab.
data hasH pengujlan mall!rlal untuk perbalkan beton

Analisis dan Evaluasi Pengklasifikasian Data


r
1• .Jenls Kerusakan
Data 2. Metode Per1latkan
3. Matera! Per1latkan

~
Penyusunan Draft Draft Pecloman
Perbaikan kerusakan beton pada struktur
Pedoman jernbatan

+
Diskusi Teknik Saran Perbaikan
(Narasumber) Draft Pedoman Perbaikan kerusakan beton
pada struktur jembatan

~
Penyempurnaan
Draft Pecloman

l
Finish

Gambar 3.1 Flow Chart Kegiatan Penelitian

g] Laporan Akhir I Final Report • Utbang T.A. 2004 48


Judul: Pengembangan Teknik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan

BABIV
KEGIATAN PENELITIAN

4.1 Tahapan Kegiatan

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, metode penelitian yang dilakukan adalah
dengan cara metode deskriptif. Metode deskriptif yang dilakukan adalah dengan
cara melakukan studi dengan cara menuturkan, menganalisa dan
mengklasifiksikan data-data yang ada berdasarkan hasil tinjauan pustaka,
Pengujian dilaboratorium dan kondisi lapangan.

Tahapan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan draft pedoman perbaikan


kerusakan beton pada struktur jembatan dalam kegiatan penelitian ini adalah
dengan melakukan :
1. 1injauan Pustaka/ Pendalaman Ilmiah
• Mengetahui jenis kerusakan pada beton
• Penyebab kerusakan beton pada struktur jembatan
• Metoda perbaikan beton terhadap struktur jembatan tersebut
• Peraturan-peraturan yaitu mempelajari kaidah-kaidah dan
pertimbangan teknik yang berlaku secara nasional maupun
internasional dalam hal teknik perbaikan kerusakan beton pada
struktur jembatan
2. Surveylapangan
• Jenis kerusakan beton yang umum terjadi di jembatan
• Penyebab kerusakan beton yang terjadi pada jembatan
• Metoda perbaikan yang telah dilakukan
3. Pengujian Di Laboratorium, data hasil pengujian material untuk
perbaikan beton
4. Evaluasi hasil peninjauan dari awal kegiatan.
Pengaruh dari penyebab kerusakan beton pada struktur jembatan dan
perbaikannya. Jelas perlu (dan mungkin) untuk memperlambat
perkembangan kerusakan dengan melakukan perbaikan.

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 49


Judul: Pengembangan Teknlk Perbalkan K8111$11kan Beton Pada Strvktur Jembatan

Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan Draft Pedoman


Perbaikan Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan yang disusun dengan format
Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000, yang selanjutnya diharapkan dapat di bawa ke
forum yang lebih tinggi yaitu SNI.

4.1 Pendalaman Ilmiah

Tujuan dari pendalaman llmiah, yaitu untuk mempelajari kaidah-kaidah dan


pertimbangan teknik yang berlaku secara nasional maupun intemasional dalam
hal teknik perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan. Pendalaman
ilmiah tersebut (secara detail dapat dillhat pada Bab 2 - linjauan Pustaka),
dilakukan dengan melakukan Studi literatur/ tinjauan pustaka terhadap :

1. Jenls-jenis kerusakan pada struktur beton seperti :


a . korosi pada tulangan
b. serangan kimiawi (serangan karbon, klorida dan sulfat)
c . kerontokan beton
d. keropos
e. berongga
f . rembesan air (bocor)
g. retak
h • gompal (scaling dan spalling)

Pendalaman ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis !<erusakan yang umum


terjadi dan selanjutnya digunakan sebagai data jenis kerusakan untuk
diketahui penyebab dan metode perbaikannya.

2. Penyebab kerusakan pada struktur beton, beberapa hal dari segi aspek teknis
yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada jembatan, yaitu :
a. Terdapatnya kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan
Hasil pengamatan lapangan terdapat retak struktural/ lendutan
berlebih pada bagian struktur
Mutu material, selama pelaksanaan menunjukan hasil yang tidak
memenuhi syarat
Hasll perhltungan dengan memakai mutu yang aktual menunjukan
adanya pemurunan kapasitas struktur.
b. Penurunan kinerja material/ struktur eksisting

g] LtlponJn Akhlr I Final Report - Lltbang T.A. 2004 50


Judul : Pengembangan Telcnik Perbaikan KetUsakan Beton Pada Sttulctur Jembatan

- Adanya pelapukan pada material struktur aklbat umur, serangan zat


kimiawl
Adanya bencana kebakaran, gempa atau banjir

3. Metode perbalkan beton yang umum pada struktur jembatan. Setelah


diketahui jenis-jenis kerusakan dan penyebab-penyebab kerusakannya
selanjutnya dilakukan pendalaman untuk mendapatkan metode perbaikan
kerusakan beton pada struktur jembatan yang umum digunakan. Hasil
pendalaman diperoleh metode perbaikan beton adalah :
1. Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin
2. Perbalkan permukaan dengan penambalan/ Patching
3. Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan
Recovering
4. Coating permukaan beton

4.2 Survey Lapangan

Survey L.apangan dilakukan untuk mengetahui jenis, penyebab dan metode


perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan di Indonesia. Lokasi yang
ditinjau adalah pada lokasi yang dianggap cukup mewakili seluruh kondisi
jembatan-jembatan yang ada di Indonesia. Hasil survey lapangan tersebut
selanjutnya digunakan sebagai data masukan dalam penyusunan draft pedoman
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan.
Data-data hasil survey lapangan tersebut berupa :
• Data jenis kerusakan
1. Retak pada pilar, pelat lantai dan gelagar
2. Keropos pada pelat lantai
3. Korosi tulangan berawal dari karbonasi/ klorida pada pilar, tiang
pancang dan gelagar
4. Gompal akibat kebakaran pada gelagar dan spun pile
5. Serangan kimiawi

• Penyebab kerusakan
1. Susut termal
2. Retak struktural akibat beban ber1ebih

~ Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 51


Judul : Pengembangan Telcnik Perbaikan Kerusakan Beton Pada Strolctur Jembatan

3. Pengaruh lingkungan akibat pasang surut air sungai maupun air taut
4. Kurang baiknya pelaksanaan
5. Pembakaran sampah (lingkungan)

• Metode perbaikan.
1. Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin
2. Perbaikan permukaan dengan penambalan/ Patching
3. Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan
Recovering
4. Coating permukaan beton

Berdasarkan hasil survey lapangan diperoleh beberapa jenis kerusakan yang


umum terjadi yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.1. Secara detail hasil survey dapat
dilihat pada Lampiran 2.

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 52


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

Tabel4.1
Data-Data Kerusakan, Penyebab Dan Metode Perbaikan
Hasil Survey Lapangan

No. Nama lembatan Jenls Kerusakan Penyebab Kerusakan Penanganan

1. Taman Mini (Interchange} Retak ~da pilar Susut thermal -


2. Gunung Puteri Retak pada pelat lantai Retak struktural akibat beban berlebih -
3. Cisadane 1. Retak pada pelat lantai Retak struktural akibat beban berlebih 1. Injeksi Epoxy Resin
2. Steel Plate Bonding
2. Korosi Tiang Pancang Pengaruh lingkungan (pasang surut air Concrete Jacketing
sungai)
4. Pesangrahan 1. Keropos pada Pelat lantai Kurang baiknya pelaksanaan -
2. Retak pada pelat lantal Retak struktural akibat beban berlebih -
5. Yos Sudarso Korosl pada tulangan pilar dan Lingkungan Concrete recovering
gel agar
6. Gedong Panjang Korosl ~da tulangan Llngkungan -
7. cacing Korosi Q_ada tulangan Lingkungan -
8. Tol Ir. Wiyoto Wiyono, MSc. Korosl pada tulangan Lingkungan Concrete Jacketing

9. Tol Ir. Wiyoto Wiyono, MSc. Gompal akibat kebakaran pada Pembakaran sampah (lingkungan) Concrete Jacketing
spun pile
10. Tol Ir. Wiyoto Wiyono, MSc. Gompal akibat kebakaran pada Pembakaran sampah (lingkungan) 1. Concrete Recovering
gelagar 2. Patching
11. Tol Ir. Wiyoto Wiyono, MSc. Gompal akibat kebakaran pada Pembakaran sampah (lingkungan) 1. Concrete Recovering
gelagar 2. Patching
12. -
Kartlni
~-
----------- ---
Retak pada gelagar -----
Retak struktural akibat beban berlebih
--- -- - --- ----
InjeksJ Epoxy resin

~ Laporan Akh/r I Final Report - Litbang T.A. 2004 53


Judul : Pengembangan Teknlk Perbaikan Kerusakan Beton Pads Struktur Jembatan

Tabel4.1
Data-Data Kerusakan, Penyebab Dan Metode Perbaikan
Hasil Survey Lapangan (lanjutan)

No. Nama lembatan Jenls Kerusakan Penyebab Kerusakan Penanganan

13. Gajahwong Korosl oada oelaoar Linokunoan -


14. Kendal Retak oada oelaoar Retak struktural akibat beban berleblh -
15. Keringan Retak oada Qelaoar Retak struktural akibat beban berlebih -
16. Mulungan Retak pada gelagar Retak struktural akibat beban berlebih -
17. Pasekan Retak pada gelagar Retak struktural akibat beban berlebih -
18. Siluwok Retak pada gelagar Retak struktural akibat beban berlebih -

g] Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004 54


Judul : Pengembangan Teknlk Pel'bllllcan ICetvsakan Seton Pada Struktur Jembetan

4.3 Peninjauan data-data teknis material


Peninjauan tersebut dllakukan untuk mengetahui jenis-jenls bahan dasar
material yang umum dlgunakan untuk perbalkan kerusakan beton pada struktur
jembatan. Untuk mendapatkan data-data teknis material yang umum digunakan
tersebut, selain dengan mendapatkan spesifikasl/ data teknls dan produsen juga
dilakukan pengujian terhadap material-material tersebut. Kegiatan pengujian di
laboratorium meliputi pengujian material yang umum digunakan untuk perbaikan
kerusakan beton serta membuat model perbalkan kerusakan beton. Hasil
pengujlan di laboratorium tersebut selanjutnya digunakan sebagal data masukan
dalam penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan. Data-data tersebut berupa data-data teknis material untuk perbaikan
beton. Beberapa contoh material yang umum digunakan di Indonesia untuk
perbaikan kerusakan beton adalah :

Tabel4.2 Materiallnjeksi

Data Teknis Persyaratan Material


Penggunaan Untuk 10 20
Tebal Maksimum (mm)
Bahan dasar Epoxy Epoxy
Density. (kg/1) 1,00-110 20
Viskositas (cps) 180±25 5800
Pot life 300 C 25-35 25
1 hr: min. 50 7 hr: min. 40
Compresive Strength (N/mm2)
7 hr: min. 60 28 hr : min. 92
Tensile Strength (N/mm2) 28 hr: min. 25 28 hr : min. 30
28 hr: min. 3 28 hr: min. 3
Flexural Strength (N/mm2)

Tabel4.3 Material sealer

Data Teknis Persyaratan Material


Penggunaan Retak pasip Retak aktif
Bahan dasar EPOxY Silicone rubber
Density (kg/1) 1,03 20
Pot life 300 C 25-35 10-25
1 hr: min. 60
Compresive Strength (N/mm2) 3 hr: min. 70 -
7 hr: min. 80
Tensile Strength (N/mm2) 7 hr: min. 20 -
Flexural Strength (N/mm2) 7 hr: min. 50
7 hr: min. 40
-
-
Bond Strength (Nimm2)

g] Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 55


Judul : Pengembangan Telcnlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada StTUictur Jembatan

Tabel4.4 Material untuk patching

DataTeknis Pers ~tarn Mztertal


Pengunaan !
Tebal Maksimum 5 20 40 50 50 80 100
(mm)
Polymer
Bahan dasar Polymer Polymer Monomer Epoxy Monomer Semen
Modified
_Qensity (k.Qn) 2,1 2,2 - 205 2,0 18 -
Pot life 300 C 25menit 25menit - 25 menit 40menit 60menit -
3hr:25 3hr:35
Compresive 7hr:28-33 7 hr: 67 1 hr: 15
7hr:30 7hr:40 28hr:45 28hr:41
Strenglh (N/mm2) 28hr:35-40 28 hr: 69 28 hr: 34
28hr:42 28hr:52
Flexural Strenglh 28hr: 14 7 hr: > 5 28 hr: 5 20 hr: 31 28 hr: 6 28 hr: 6
28 hr: 10,5
(Nimm2)
Bond Strenglh 28hr:3 28hr:3,7 7hr:>2 28 hr: 2 28 hr: 3 28hr:2 28hr:25
(Nimm2)
Tensile Strenglh
(Nimm2)
- - 7 hr: 2 - - - 28 hr: 2

Tabel4.5 Material grouting


Data Teknis Persyaratan Material
Bahan dasar Semen Epoxy
Density (kg/1) 2,19 2,0
Pot life 300 C 25 menit 20 menit
3 hr :min. 25 3 hr :min. 110
Compresive Strength
7 hr :min. 30 7 hr :min. 115
(N/mm2)
28 hr : min. 52 28 hr : min. 120
Flexural Strength 3 hr :min. 37
(N/mm2) 28 hr: 5- 10,5 7 hr :min. 39
28 hr : min. 40
Bond Strength 28 hr: 3-3.5 28 hr: min. 3
_1N/mm2)

Tabel4.6 Material cat


OafaTeknis n Material
Epoxy-
Bahan dasar Acrylic Epoxy Epoxy Epoxy Epoxy
Semen
Catuntuk Per1indungan
Sealent Perlindungan
Catuntuk Catuntuk per1indungan untuk yang
Penggunaan water yang water
dekorasi Perlindungan dengan Havy tidak perlu
proofing proofing
Duty abrasion water proofing
Density (kg/f) 1,30 1,40 2,00 135 21 2,2
Pot rife 300 c 30menit 360menit 40menit 20menit 20menit 60menit
50C: 18-48
WaktuOvercoating 200C :5 200C: 12-30
(jam)
300C: 2 300C: 1/2 - 300C: 10
200C: 6-18
350C: 6-18
300C: 3-9
50C: 14 200C: 7
Perawatan penuh
( hari)
300C: 5 300C: 1 - 300C:9 200C:7
350C :6
300C:7
Teoritis perlapis - 72 - 100 200 250
Temperatur
minimum (OCJ
10 40 - 10 5 7

~ L.aporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 56


Judul : Pengembangsn Teknlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada Sttulrtur Jembatan

4.3 Pembahasan dan Penyusunan draft pedoman


Keglatan pembahasan yang dilakukan adalah pembahasan teknik perbaikan
kerusakan beton pada struktur jembatan dilakukan berdasarkan pada hasil
pendalaman ilmiah, rekonesan dan Peninjauan terhadap data-data teknis
material perbaikan beton. Kegiatan pembahasan tersebut dilakukan dalam
bentuk rapat teknik/ diskusi teknik untuk mendapatkan usulan yang diperlukan
dalam penyusunan draft Pedoman perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan. Dari haSt1 pembahasan Dalam draft pedoman tersebut berislkan materi
mengenai jenis-jenis kerusakan, penyebab dan metode perbaikan kerusakan
beton pada struktur jembatan. Dalam penyusunan dan penulisan draft pedoman
tersebut menglkuti aturan yang diberlakukan dalam penyusunan standar yaitu
mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000. Berdasarkan hasil pembahasan,
penyusunan draft pedoman berdasarkan teknik perbaikan yang dilakukan yaitu :
1. Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin
2. Perb2ikan permukaan dengan penambalan/ Patching
3. Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan Recovering
4. Coating permukaan beton

Secara lengkap draft pedoman teknik perbaikan kerusakan beton pada struktur
jembatan dapat dilihat pada lampiran 3.

4.4 Diskusi Teknik dan Penyempumaan Draft Pedoman

Setelah dilakukan penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada


struktur jembatan, selanjutnya draft pedoman tersebut dl evaluasi dalam forum
Rapat Narasumber. Berdasarkan hasil diskusi teknik/ rapat narasumber tersebut
menghasilkan beberapa masukan untuk penyempumaan draft pedoman teknik
perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan yaitu :
1. Perlu mengklasifikasi kerusakan beton pada struktur jembatan untuk
mempermudah bagi perencana maupun pelaksana dalam perbaikan
jembatan.
2. Untuk mempermudah dalam memahami teknik perbaikan beton pada
struktur jembatan, maka dalam draft pedoman tersebut perlu dibuat gambar-
gambar metode pelaksanaan dalam bentuk sketsa atau foto.

g] Laporan Akhir I Final Repott - Utbang T.A. 2004 57


Je~dul : Pengembangan Teknlk Petbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

3. Tata cara penulisan materi teknis/ draft pedoman teknik perbaikan kerusakan
beton pada struktur jembatan mengikuti standar penulisan BSN No. 8 tahun
2000, sehingga memerlukan penyempumaan dalam penulisannya.
4. Untuk mempennudah dalam mengenali penyebab kerusakan dan metode
perbaikan maka perlu dibuatkan tabel. Sehingga dapat mempennudah bagl
perencana maupun pelaksana datam perbaikan jembatan.
5. Dalam pembuatan draft pedoman, perlu dlbuat persyaratan material yang
umum digunakan sebagai dasar dalam penentuan material yang akan
digunakan.

4.5 Pelaporan

Laporan yang dibuat Dalam kegiatan peflelitian yang telah dilakukan, adalah
meliputi :

• Laporan triwulan ke I, IT, ill dan IV, yang berisi tentang progres kegiatan
yang telah dilakukan.

• Draft laporan akhir, yang berisi evaluasi hasil peninjauan dari awal kegiatan.

• Laporan akhir, yang berisi penajaman dari draft taporan akhir.

g] L.aporan Akhlr I Final Report - Lltbang T.A. 2004 58


Judul : Pengembangan Teknlk Petblllkan Kerusalcan Seton Pada Strulctur Jembatan

BABY
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Dalam penyusunan draft pedoman perbaikan kerusakan beton pada struktur


jembatan, telah dilakukan pendalaman ilmiah/ tinjauan pustaka dengan hasll
sebagaiberikut:

a . Hingga saat ini di Indonesia belum ada suatu pedoman untuk perbaikan
kerusakan beton pada struktur Jembatan, sehingga terdapat kesulitan
dalam perencanaan dan pelaksanan perbaikan.

b . Jenis-jenls kerusakan yang umum terjadi adalah korosi pada tulangan,


serangan kimlawi (ser=::mgan karbon, klorida dan sulfat), kerontokan
beton, keropos, berongga, rembesan air (bocor), retak dan gompal
(scaling dan spalling)

c . Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada beton pada


jembatan, yaitu terdapatnya kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan
(seperti mutu material yang tidak memenuhi syarat) dan Penurunan
kinerja material/ struktur eksisting (seperti adanya pelapukan pada
material struktur akibat umur, serangan zat kimiawi dan kebakaran)

d . Berdasarkan jenls kerusakan yang ada, teknik perbaikan yang umum


digunakan adalah :

• Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin


• Perbaikan permukaan dengan penambalan/ Patching
• Perbaikan pennukaan beton dengan Concrete Jacketing dan
Recovering
• Coating permukaan beton

g] Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 59


Judul : Pengembangan Teknik Pel'ballcan Kerusalran Seton Pada Strulctur Jembatan

2. Untuk mengetahui jenls, penyebab dan metode perbaikan kerusakan beton


pada struktur jembatan di Indonesia telah dilakukan survey L..apangan
dengan hasil sebagai berikut :

a. Data jenis kerusakan

• Retak pada pilar, pelat lantai dan gelagar


• Keropos pada pelat lantai
• Korosi tulangan berawal dan karbonasi/ klorida pada pilar, tiang
pancang dan gelagar
• Gompal akibat kebakaran pada gelagar dan spun pile
• Serangan kimiawi

b. Penyebab kerusakan

• Susut termal
• Retak struktural akibat beban berlebih
• Pengaruh linglcungan akibat pasang surut air sungai maupun air laut
• Kurang baiknya pelaksanaan
• Pembakaran sampah (lingkungan)

c. Metode perbaikan.

• Injeksi retakan dengan bahan epoxy resin


• Perbaikan permukaan dengan penambalan/ Patching
• Perbaikan permukaan beton dengan Concrete Jacketing dan
Recovering
• Coating permukaan beton
3. Untuk mendapatkan data-data teknis material yang umum digunakan dalam
perbaikan kerusakan beton, telah dilakukan penelaahan dan pengujian
terhadap data spesifikasi/ data teknis seperti material epoxy resin, sealen,
material pacthing, material grouting cementious dan coating. Hasil tersebut
sebagai masukan pada penyusunan Draft Pedoman Perbaikan Kerusakan
Beton Pada Struktur Jembatan.

4. Berdasarkan hasil serangkaian kegiatan penelaahan dan survey yang


dilakukan, maka dilakukan penyusunan "' Draft Pedoman Perbaikan
Kerusakan Beton Pada Struktur Jembatan " yang disusun dalam format
Badan Standarisasi Nasional (BSN) No. 8 tahun 2000.

g] Laporan Akhlr I Final Report - Utbang T.A. 2004 60


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada Sttuktur Jembatan

5. Untuk penyempumaan Draft Pedoman Perbaikan Kerusakan Beton Pada


Struktur Jembatan, telah dilakukan diskusi teknik dengan narasumber yang
selanjutnya diharapkan dapat di bawa ke forum yang lebih tinggi yaitu SNI.

5.2 SARAN
1. Perlu dibuat "buku saku" yang cukup ringkas untuk memudahkan perbaikan
dalam melakukan perbaikan jembatan.

2. Untuk menyamakan presepsi dan kemampuan teknik perbaikan kerusakan


beton pada struktur jembatan dalam melakukan tersebut perlu dilakukan
pelatihan yang kontinyu.

~ Laporan Akhir I Final Report - Utbang T.A. 2004 61


Judul : Pengembangan Teknlk Perbalkan Kerusakan Beton Pada Strulctur Jembatan

DAFTAR PUSTAKA

1. AO Committee 201, Guide For Making A Condition Survey Of Concrete Service, ACI -
1992
2. AO Committee 224, Causes, Evaluatin And Repair Of Crack In Concrete Structure, ACI
-1990
3. AO Committee 503, Standar Specification Of Repairing Concrete With Epoxy Mortar,
AO -1992
4. AO Committee 546, Gude For Repair Of Concrete Bridge Superstructure, AO -1988
5. Concrete Sociaty, Assessment and repair of fire-damaged concrete structures,
Technical report No. 33, 1990.
6. Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, Sistem manajeman jembatan -
Catatan khusus pemeliharaan jembatan, BMS-1992
7. Emmons, Peter, H., Concrete Repair and Mainenance Illustrated, R.S. Means Company,
Inc.
8. IRE - CUR/Betoncereniging, Manual Pelaksanaan perbaikan struktur beton untuk
tingkat menengah, 2002
9. Lab. Mekanika Struktur, PPAU IR-ITB, Kursus singkat Perbaikan dan Perkuatan struktur
beton bertulang, ITB -1998.
10. Mays, G., Durability of Concrete (Investigation, Repair dan Protection), E&FN Spon
1992
11. PT. INDULEXCO Consulting Group, Pekerjaan Desain Rehabilitasi Jetty Kon""truksi PT.
Pupuk Kalimantan Tlmur- Bontang, 2004
12. Regional Bettermans office IV, Pedoman Untuk Pengewasan Proyek Perbaikan Lantai
Jembatan Dengan Menggunakan Bahan Perekat, 1987.
13. Raina, W., K., Concrete Bridges (Inspection, Repair, Strengthening), Tata McGrawhill
- 1994.
14. Tonias, Demetrios, E., W., K., Bridges Engineering (Design, Rehabilitation and
Maintenance), Tata McGrawhill -1994.
15. U.S. Transportation Research Board, Bridge Maintenance, corrosion, Joints seals and
polymer mortar material, 1887
16. Xanthakos, Petros P., Bridge Strengthening and Rehabilitation, Prentice Hall PTR,
1996.

lrlJ Laporan Akhir I Final Report - Litbang T.A. 2004


lAMPIRAN I

KLASIFIKASI JENIS KERUSAKAN, METODE


PERBAIKAN DAN MATERIAL PERBAIKAN
STRUKTUR BETON
KLASIFIKASI MENURUT V. K. RAINA
"' BRIDGE STRUCTURE REPAIR"

JENIS KERUSAKAN
1. Life Cracks
2. Dormat Cracks
3. Void, Hollow and Honeycombs
4. Scalling
5. Spalling

REPAIR MElliODS

1. Dry-Pack Method
2. Preplaced Agregat Method (Prepack Method)
3. Shotcrete and Gunte method
4. Epoxy Mortar Injection method 7 untuk yang keropos, rontok
5. Cemen Mortar Injection
6. Crack sealing and filling

MATERIAL
1. Ordinary portlaun cement concrete or mortar
2. Low-Slump, highly dense concrete
3. High-alumina coment concrete
4. Magnesia-phosphate cement concrete
5. Latex-modified concrete
6. Epoxy-Mortar and epoxy-concrete
7. Polymer concrete

KLASIFIKASI
MENURUT QUEENSLAD RAILWAYS
" INSTRUCTION OF CONCRETE REPAIR "

METODE PERBAIKAN
1. Coating
2. Crack sealing and waterproofing
3. Polymer impregnation
4. Epoxy resin injection grouting of cracks
5. Repair of structure suffering from chemical reaction
KLASIFIKASI
MENURUT CUR, BETONVERENIGING
DAN PUSUTBANG PRASARANA TRANSPORTASI
" MANUAL PERBAIKAN BETON "

JENIS KERUSAKAN
1. Serangan Korosi pada tulangan di dalam beton
2. Korosi yang berawal dari karbonasi
3. Korosi yang berawal dari klorida
4. Retakan dalam beton
5. Serangan pada beton

MATERIAL & REPAIR METHODS


1. Perbaikan dengan mortar semen
2. Perbaikan dengan Mortar-BE (Beton Polymer)
3. Injeksi Pada beton
4. Perlindungan permukaan dan penutupan celah (coating)

KLASIFIKASI
MENURUT PETER H. EMMONS
" CONCRETE REPAIR AND MAINTENANCE "

lvJATERIAL & REPAIR METHODS


1. Surface Repair
a. Dry Packing
b. cast-In-Place
c. Grouting/ pump
d. Grouted preplaced aggregat
e. Shotcrete
2. Strengthening and Stabilization
a. Perkuatan
b. Crack repair
3. Protection
a. Impregnation
b. Coating
c. Surfacing
d. Jacketing
KLASIFIKASI
HASIL SURVEY LAPANGAN

METODE PERBAIKAN
1. Grouting Bahan Epoxy resin
2. Paching untuk gompal pada permukaan (mak. 5 em)
3. Grouting untuk gompal pada permukaan (lebih dari 5 em dan luas)
4. Grouting untuk perlindungan/ Jacketing
5. Coating
P .:f,'J. P" ."'" """
r
~-; 1

~ D['-'/1 r·-q::, •. I ' ......- .• , dMUM


1, 'q \ -4/( tt .... .., ttl ~\ 1 ., ~. jlt<.lr'l ,.. ~
L _ \ . ·,; !.•~ l d ~. ( 1 (. ,. ,.U.! r ~lhp. Q O.kJ tJ!iL: ~ .//OIJSli\tJ.DU.,.., 1-f

lAMPIRAN II

DATA-DATA
KERUSAKAN DAN PERBAIKAN JEMBATAN
HASIL SURVEY LAPANGAN
KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknlk Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Utbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Taman Mini (Interchange)


Elemen Pilar
Jenis Kerusakan Retak pada pilar beton
Penyebab Kerusakan Susut termal dalam beton muda pada pelaksanaan
Penanganan

Tampak Jembatan Taman Mini (Interchange)

Retakan pada pilar jembatan


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbalkan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Gunung Puteri


Elemen Pelat Lantai
Jenis Kerusakan Retak struktural pada pelat lantai
Penyebab Kerusakan Pembebanan Berlebih
Penanganan

Tampak Jembatan Gunung Puteri

Retakan pada pilar jembatan


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Cisadane


Elemen Pelat Lantai
Jenis Kerusakan Retak struktural pada pelat lantai
Penyebab Kerusakan Pembebanan Berlebih
Penanganan - Injeksi Retakan dengan bahan epoxy resin
- Perkuatan dengan steel plate bonding

Tampak Jembatan Osadane

Retakan pada pelat lantai Penanganan dengan injeksi bahan epoxy resin
KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknlk Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

P~rkuatn pelat lantai dengan steel plate bonding

Nama Jembatan Jembatan Clsadane


Elemen liang Pancang pipa baja
Jenis Kerusakan Korosi
Penyebab Kerusakan Daerah pasang surut air sungai
Penanganan Concrete jacketing

Korosi Pada Tlang Pancang Jacketing Tiang Pancang


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Utbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Pesangrahan


Elemen Pelat Lantai
Jenis Kerusakan - Keropos akibat kurang baiknya pelaksanaan
- Retak struktural pada pelat lantai
Penyebab Kerusakan Pembebanan Berlebih
Penanganan

Tampak Jembatan Osadane

Keropos pada pelat lantai Retak pada pelat lantai


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Utbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Yos Sudarso


Elemen Kepala Pilar dan gelagar
Jenis Kerusakan Korosi pada tulangan
Penyebab Kerusakan Lingkungan
Penanganan Concrete Recovering

Tampak Jembatan Osadane

Korosi pada tulangan (Th. 2004) Korosi Pada Tulangan (Th. 1999)
KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Korosi Pada tulangan gelagar ujung (Th. 1999)


- I

Perbalkan gelagar ujung dengan concrete recovering (Th. 2004)


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Gedong Panjang


Elemen Abutment
Jenis Kerusakan Korosi pada tulangan
Penyebab Kerusakan Llngkungan
Penanganan

Tampak Jembatan Gedong Panjang

Korosi pada tulangan


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknlk Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Cacing


Elemen Abutment
Jenis Kerusakan Korosi pada tulangan
Penyebab Kerusakan Lingkungan
Penanganan

Tampak Jembatan Cadng lama

Korosi pada tulangan abutment


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Utbang T.A. 2004

Nama Jembatan Tol Wiyoto Wiyono


Elemen Pilar
Jenis Kerusakan Korosi pada tulangan
Penyebab Kerusakan Ungkungan
Penanganan Concrete Jacketing

Pilar jembatan tanpa perlindungan

Pilar dengan concrete jacketing


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Tol Wiyoto Wiyono


Elemen Spun Pile
Jenis Kerusakan Gompal akibat kebakaran dan perlindungan
Penyebab Kerusakan Pembakaran sampah (Ungkungan)
Penanganan Concrete Jacketing

Spun Pile

Spun pile tanpa jacketing Spun Pile dengan concrete jacketing


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Kurang baiknya ma~eril yang digunakan sehingga rapuh (mutu rendah)

Kurang balknya pelaksanaan sehingga menimbulkan keropos pada permukaan


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Tol Wiyoto Wiyono


Elemen Gelagar
Jenis Kerusakan Gompal akibat kebakaran
Penyebab Kerusakan Pembakaran sampah (Lingkungan)
Penanganan Concrete recovering

OO"C l<'mpcrotur<'
·roiile (pink zon(')

~ spolll'd comer
ban exposed

Ilustrasi kerusal<an

Gelagar dengan concrete recovering


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Tol Wiyoto Wiyono


Elemen Gelagar dan pilar
Jenis Kerusakan Gompal akibat kebakaran
Penyebab Kerusakan Pembakaran sampah (Lingkungan)
Penanganan -Concrete recovering
-Patching

Kerusakan akibat kebakaran

Gelagar dengan concrete recovering


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Gompal akibat kebakaran

Perbaikan pennukaan dengan Patching


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknlk Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Kartini


Elemen Gelagar
Jenis Kerusakan Retak struktural lentur
Penyebab Kerusakan Beban berlebih
Penanganan Grouting bahan epoxy resin

Retak struktural pada gelagar

Injeksi bahan epoXy resin


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Kartini


Elemen Gelagar
Jenis Kerusakan Retak struktural lentur
Penyebab Kerusakan Beban berlebih
Penanganan Grouting bahan epoxy resin

Retak struktural pada gelagar

Injeksi bahan epoxy resin


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Gajahwong


Elemen Gel agar
Jenis Kerusakan Korosi
Penyebab Kerusakan Ungkungan
Penanganan Concrete recovering

Tampak jembatan Gajahwong

Perbaikan gelagar ujung dengan concrete recovering


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN 1

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Kendal


Elemen Gelagar
Jenis Kerusakan Retak struktural lentur
Penyebab Kerusakan Beban berlebih
Penanganan Grouting bahan epoxy resin

Tampak jembatan Kendal

Retak struktural pada gelagar


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Keringan


Elemen Gelagar
Jenis Kerusakan Retak struktural lentur
Penyebab Kerusakan Beban berlebih
Penanganan Grouting bahan epoxy resin

Tampak jembatan Keringan

Retak struktural pada gelagar


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Mulungan


Elemen Gelagar
Jenis Kerusakan Retak struktural lentur
Penyebab Kerusakan Beban berlebih
Penanganan Grouting bahan epoxy resin

Tampak jembatan Mulungan

Retak struktural pada gelagar


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Pasekan


Elemen Gelagar
Jenis Kerusakan Retak struktural lentur
Penyebab Kerusakan Beban berlebih
Penanganan Grouting bahan epoxy resin

Tampak jembatai1 Pasekan

Retak struktural pada gelagar


KEGIATAN SURVEY LAPANGAN

"Pengembangan Teknik Perbaikan Beton Pada Struktur Jembatan"


Litbang T.A. 2004

Nama Jembatan Jembatan Siluwok


Elemen Gel agar
Jenis Kerusakan Retak struktural lentur
Penyebab Kerusakan Beban berlebih
Penanganan Grouting bahan epoxy resin

Tampak jembatan Siluwok

Retak struktural pada gelagar


lAMPIRAN III

DRAFT PEDOMAN TEKNIK PERBAIKAN


KERUSAKAN BETON PADA STRUKTUR JEMBATAN
Pd. M-XXX-XXX

PEDOMAN
Konstruksi dan Bangunan

Perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan

[] DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


Daftar isi

Daftar isi

Prakata ................................................................................ ....................................... v1

Daftar gambar iii

Daftar tabel v

Pendahuluan vii

1 Ruang lingkup 1

2 Acuan normatif 1

3 lstilah dan definisi 1

3.1 Adukan 1

3.2 Agregat 2

3.3 Agregat halus 2

3.4 Beton 2

3.5 Gompal atau kebakaran 2

3.6 Hardener 2

3.7 Keropos 2

3.8 Proses kimiawi 2

3.9 Retak 2

3.10 Retak struktural 2

3.11 Retak akibat gaya melintang 3

3.12 Sand streaking 3

4 Jenis dan penyebab kerusakan pada struktur beton 4


4.1 Umum 4
4.2 Korosi baja tulangan 4
4.3 Karbonasi 6
4.4 Klorida 7
4.5 Laju korosi 8
4.6 Serangan sulfat 9
4.7 Kerontokan 10
4.8 Beton keropos 10
4.9 Beton yang berongga/berbunyi 11
4.10 Rembesan atau bocoran kedalam beton 11
4.11 Retak 11
4.12 Gompal akibat kebakaran 14
5 Teknik perbaikan kerusakan beton 28
5.1 Umum 28
5.2 Perbaikan retakan beton dengan injeksi 28
5.3 Perbaikan gompal dengan patching 34
5.4 Perbaikan gompal dengan grouting 44
5.5 Pelapisan permukaan 49
Bibliografi 53

ii
Daftar gambar

Gambar 4.1 Diagram pourbaix untuk baja dalam beton 5


Gambar 4.2 Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang 6
Gam bar 4.3 Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi 6
Gambar 4.4 Penambahan kedalaman karbonasi pada daerah retak 7
Gam bar 4.5 Difusi ion Cl- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30 tahun,
dengan asumsi konsentrasi ion Cl sebesar 5 % terhadap berat semen pada
permukaan beton 8
Gambar 4.6 Model korosi pada beton bertulang 9
Gambar 4.7 Kerontokan pada beton 10
Gambar 4.8 Beton yang keropos 12
Gambar 4.9 Retak struktural akibat momen 17
Gam bar 4.10 Retak struktural akibat gay a lintang 12
Gambar 4.11 Retak tarik akibat momen lentur 12
Gam bar 4.12 Pemeriksaan retak struktural 13
Gambar 4.13 Retak akibat penurunan pada pondasi 13
Gambar 4.14 Pola retakan tidak struktural yang sering terjadi dalam beton ................. 14
Gam bar 4.15 Pengaruh suhu terhadap kekuatan tekan beton setelah proses
pendinginan 15
Gam bar 4.16 Modulus elastisitas beton pada suhu tinggi 16
Gambar 4.17 Penetrasi panas pada pelat beton 17
Gambar 4.18A Suhu yang terjadi pada balok beton siku em pat 18
Gam bar 4.188 Suhu yang terjadi pada balok beton siku em pat 19
Gam bar 4.19 Suhu yang terjadi pada kolom beton berpenampang bujur sangkar 20
Gambar 4.20 Gompal eksplosi 21
Gambar 4.21 Gompal terkelupas 21
Gambar 4.22 Pengaruh suhu tinggi pada tegangan leleh baja 24
Gambar 4.23 Pengaruh suhu terhadap tegangan leleh baja prategang 25
Gambar 4.24 Kurva suhu pada balok beton yang mengalami pemanasan 26
Gam bar 4.25 lkhtisar tipe kerusakan dan penyebabnya 27
Gam bar 5.1 Alat tabung injeksi 30
Gam bar 5.2 Alat tabung injeksi, kompressor dan generator 30
Gambar 5.3 Penentuan lokasi retakan dan pembersihan ............................................ 31

iii
Gambar 5.4 Pemasangan injektor 31
Gambar 5.5 Penutupan retakan dengan sealent 32
Gambar 5.6 Regulator (pipa) 32
Gam bar 5. 7 Pekerjaan grouting bah an epoxy resin 33
Gambar 5.8 Pemebersihan perrnukaan 34
Gambar 5.9 Pengupasanlchipping 35
Gam bar 5.10 Perapihan bidang chipping beton dengan membentuk bidang persegi 35
Gambar 5.11 Pekerjaan chipping 36
Gambar 5.12 Sudut potong tidak boleh melebihi 20° 37
Gambar 5.13 Hasil chipping 37
Gambar 5.14 Pembersihan korosi pada tulangan dan permukaan beton 42
Gam bar 5.15 Pelapisan perekat (Bonding- Coat) 42
Gambar 5.16 Pelapisan perekat 43
Gambar 5.17 Pengisian bidang chippinglpendempulan 44
Gam bar 5. 18 Hasil akhir patching 44
Gam bar 5.19 Pembongkaran beton yang lemah 46
Gambar 5.20 Hasil pembersihan 46
Gambar 5.21 Pemasangan bekisting 47
Gambar 5.22 Memasukan material grout kedalam tabung injeksi 48
Gambar 5.23 lnjeksi material kedalam pipa inlet 48
Gambar 5.24 Setelah bekisting di buka 49
Gambar 5.25 Pembersihan permukaan beton 52
Gambar 5.26 Pengecatan 52

iv
Daftar tabel

Tabel 4.1 Batas ion klorida untuk campuran semen portland 8


Tabel 5.1 Persyaratan material injeksi 29
Tabel 5.2 Persyaratan material sealer 29
Tabel 5.3 Persyaratan bahan patching 34
Tabel 5.4 Persyaratan bahan grouting 45
Tabel 5.5 Perbandingan epoksi : poliuretan 51
Tabel 5.6 Persyaratan bahan cat 51

v
Prakata

Pedoman perbaikan teknik perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan, dipersiapkan
oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, melalui Gugus Kerja
Bidang Konstruksi Jembatan dan Bangunan Jalan pada Sub Panitia Teknik Standarisasi
Bidang Prasarana Transportasi. Pedoman ini diprakarsai oleh Pusat Litbang Prasarana
Transportasi, Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum.
Aturan penulisan dari pedoman ini mengikuti Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000 tentang
Penulisan Standar Nasional/ndonesia.
Konsensus untuk pedoman ini diselenggarakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Prasarana Transportasi, Bandung, yang dihadiri oleh instansi pemerintah, direktorat jenderal,
konsultan dan para akademisi.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk perbaikan kerusakan
struktur jembatan beton di Indonesia. Untuk itu pengkajian pedoman ini diharapkan dapat
bermanfaat sesuai dengan kaidah teknik perbaikan kerusakan struktur beton dan diterapkan
di daerah sebagai teknologi jembatan saat ini agar lebih meningkat lagi, sehingga salah satu
kegagalan akibat kesalahan perencanaan struktur beton untuk jembatan dapat dikurangi.

VI
Pendahuluan

Pedoman ini merupakan pengembangan perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan
sesuai perkembangan teknologi sehingga menjadi setaraf dengan peraturan luar negeri.
Karena tuntutan perkembangan teknologi maka pedoman ini disusun untuk dapat melakukan
teknik perbaikan kerusakan struktur beton dan diterapkan di daerah sebagai teknologi
jembatan saat ini agar lebih meningkat lagi.
Sasaran utama dari modifikasi adalah menghindari analisa yang rumit sehingga pedoman ini
dapat digunakan untuk metoda perbaikan secara manual.

vii
Pd XX-XXXX-XXXX

Pedoman teknik perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan

1 Ruang lingkup

Pedoman teknik perbaikan kerusakan beton pada struktur jembatan ini merupakan acuan
bagi para perencana dan pelaksana dalam melakukan pekerjaan perbaikan kerusakan beton
pada sturktur jembatan. Manual ini juga dapat digunakan sebagai acuan dan bahan
pelengkap dalam persyaratan teknis untuk pekerjaan perbaikan kerusakan beton pada
struktur jembatan.

Pedoman kerusakan beton pada struktur jembatan ini berlaku untuk struktur gedung maupun
jembatan, dan jenis struktur lain yang berkaitan dengan beton bertulang atau beton
prategang.

2 Acuan normatif

Pedoman ini menggunakan acuan dokumen yang dipublikasikan oleh Standar Nasional
Indonesia (SNI) yaitu :

SNI 03-2458-1991 Metode pengambilan contoh beton segar


SNI 03-2491-1991 Metode pengujian tarik - belah beton
SNI 03-2492-1991 Metode pengambilan contoh - Beton uji beton inti
SNI 03-2493-1991 Metode pembuatan dan perawatan di laboratorium contoh uji
be ton
SN/ 03-2495-1991 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 03-2834-1992 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-3403-1994 Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran
SNI 03-4154-1994 Metode pengujian kuat lentur beton dengan balok uji sederhana
yang dibebani terpusat secara langsung
SNI 03-4811-1998 Metode pengujian rangkak pada beton tertekan
SNI 03-4812-1998 Metode pengujian kuat tarik beton secara /angsung
SNI 03-4810-1998 Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan

3 lstilah dan definisi

3.1
adukan
campuran antara agregat halus dan semen portland atau jenis semen hidrolik yang lain dan
air

1 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

3.2
agregat
material granular misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang
digunakanbersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau
adukan semen hidrolik.

3.3
agregat halus
pasir alam sebagai hasil desintegrasi 'alami' batuan atau berupa batu pecah yang dihasilkan
oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm

3.4
beton
campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat

3.5
gompal atau kebakaran
kebakaran akan timbul perbedaan temperatur yang besar pada struktur beton yang tertahan
oleh tulangan akan retak, sedangkan selimut beton kebanyakan akan terkelupas

3.6
hardener
produk yang menurut keadaan terspesifikasi bereaksi dengan bahan resin sintentik

3.7
keropos
beton yang keropos akan terjadi apabila material yang harus tidak mengisi rongga-rongga
antara agregat yang besar dan baja

3.8
proses kimiawi
terdapat bahan kimia terlarut dalam air sungai, hal ini dapat merusak beton akan menjadi
lunak dan rapuh, atau hilangnya ma-prial yang halus dan meninggalkan agregat yang kasar

3.9
retak
pecah pada beton dalam garis-garis yang relatif panjang dan sempit

3.10
retak struktural
retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban yang melebihi beban rencana atau
kekuatan daripada potongan

2 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

3.11
retak akibat gaya melintang
retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan gelagar dan dekat daripada kepala kolom

3.12
sand streaking
campuran mengandung terlalu banyak air, terlalu banyak pasta semen atau agregat yang
bergradasi tidak baik

3 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

4. Jenis dan Penyebab Kerusakan Pada Struktur Beton

4.1 Umum
Jembatan merupakan bagian yang penting pada suatu ruas jalan dan merupakan
suatu investasi yang besar. Berdasarkan data base Bridge Manajeman System (BMS)
yang dibuat pada tahun 1992, jumlah jembatan yang terletak pada ruas jalan Nasional
dan Propinsi adalah 25.290 buah. Jumlah tersebut akan menjadi jauh lebih besar lagi
jika diperhitungkan pula jembatan yang terletak pada ruas-ruas jalan perkotaan dan
jalan kabupaten serta jalan poros desa dan jalan poros ke permukiman transmigrasi.

Pada saat ini salah satu sasaran yang ingin dicapai pemerintah adalah
mempertahankan dan meningkatkan masa pelayanan jembatan sesuai dengan
tuntutan perkembangan transportasi. Sasaran ini akan dicapai melalui program
pemeriharaan serta program penanganan jembatan didasarkan suatu kriteria yang
disusun dengan mempertimbangkan aspek teknis, urgensi dan skala prioritas serta
dana yang tersedia. Aspek teknis berkaitan erat dengan kondisi jembatan, sedangkan
urgensi dan skala prioritas ditentukan faktor-faktor tuntutan perkembangan lalu lintas
serta peranannya untuk mendukung sektor-sektor lainnya.

Terdapat beberapa hal dari segi aspek teknis yang menyebabkan terjadinya kerusakan
pada jembatan, yaitu :

1. Terdapatnya kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan


Hasil pengamatan lapangan terdapat retak struktu1al/ lendutan berlebih pada
bagian struktur
Mutu material, selama pelaksanaan menunjukan hasil yang tidak memenuhi
syarat
Hasil perhitungan dengan memakai mutu yang aktual menunjukan adanya
pernurunan kapasitas struktur.

2. Penurunan kinerja material/ struktur eksisting


Adanya pelapukan pada material struktur akibat umur, serangan zat kimiawi
Adanya bencana kebakaran, gempa atau banjir

4.2 Korosi Baja Tulangan

Pada umumnya baja tulangan yang telah diselimuti oleh beton (portland cement
concrete) tidak akan mengalami korosi karena pada permukaan baja telah dilapisi oleh
lapisan tipis Fe(OHh (ferro oksida) atau Lapisan Pasif (passive film). Lapisan pasif ini
terbentuk dari kondisi lingkungan dari beton yang bersifat sangat alkali, yaitu pH=12.5,
bahkan dari beberapa eksperimen mencapai pH 13 - 14. Sifat alkali yang tinggi dari
beton terjadi sewaktu semen tercampur dengan air (terhidrasi}, sehingga Ca(OHh
melepas ion (OHr. lon-ion ini membawa sifat alkali dari beton dan menempel pada
permukaan baja tulangan yang selanjutnya akan bereaksi membentuk Fe(OH)2.
Untuk baja dalam .ingkungan alkali beton, kondisi korosi bergantung pada pH dan
potensial. Situasi demikian dapat dirangkum dalam diagram Pourbaix seperti dalam
gambar berikut :

4 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

1500 I
1000 ~
l!l i
0
§
E 500 L Pass•ve
I I
-~
c O·
8."' Corrodiog
iii
·;::
u
u -500-
Ui "'
-lOC~

Immune

-1500-
-----'-------'-----'- - J --- -1 - ..J._______l,_ __ ....J..._ _ _ .J

2 3 4 5 6 7 B 9 10 11 12 13
pH

Gambar4.1 Diagram Pourbaix untuk baja dalam beton

Lapisan pasif sebagai pelindung baja tulangan dari serangan korosi akan hancur oleh
serangan ion Klorida (Cr) dan serangan gas karbondioksida (C02) atau dikenal
dengan karbonasi. Bilamana lapisan film ini telah hancur, maka proses korosi segera
dimulai.

Korosi merupakan peristiwa elektro-kimia, yaitu adanya aliran elektron dari anoda
menuju katoda yang dikenal dengan reaksi anodik dan katodik atau pengaruh derajat
keasaman (pH). Logam pada umumnya akan mengalami proses korosi jika berada
dalam lingkungan asam (pH < 7}, seperti pada gam bar diatas.

Reaksi anodik adalah reaksi oksidasi atau pelepasan elektron dan reaksi katodik
adalah reaksi reduksi atau penarikan elektron. Reaksi anodik dan katcdik berlangsung
secara bersamaan.

ReaKsi anodik :

Reaksi katodik

Kemudian Fe(OH)2 akan bereaksi dengan air dan oksigen membentuk Fe(OHh dan
terhidrasi membentuk Fe203 atau karat merah (red-rust). Jenis karat yang lain adalah
karat hitam (black rust) Fe304 yang terjadi pada lingkungan dengan kandungan
oksigen yang kurang. Agar reaksi korosi dapat berlangsung maka harus ada oksigen
(02) dilingkungan tersebut. Dalam beberapa hal, seperti di bawah air, difusi oksigen
yang masuk kedalam beton akan menjadi kecil.

4Fe(OH)2 + 'J2 + 2H20 ~ 4 Fe(OHh


4 Fe(OHh ~ 2Fe203•H20 + 4 H20

5 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

a. Reaksi anodik dan katodik b. Diagram aliran listrik

Gambar 4.2 Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang

Awal mula korosi terjadi pada permukaan luar baja pada beton yang telah terkena
karbonasi atau adanya ion klorida, kelembaban dan oksigen . Secara cepat produk
korosi ini akan menempati dengan volume yang jauh lebih besar dari volume besi asli.
Sehingga produk korosi ini akan mengakibatkan dan secara terus meningkat tegangan
di dalam beton sampai terjadi retak. Secara umum retak akan berkembang dari
tulangan sampai kepermukaan beton dan retak pada permukaan akan mengikuti garis
dari tulangan , seperti pada Gam bar 4.3.

3 Lamination

Gambar 4 .3 Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi

Selain bahaya retak akibat korosi , yang tidak kalah penting adalah adanya
pengurangan luas baja tulangan akan mengakibatkan kapasitas struktur berkurang.

4.3 Karbonasi

Sifat lingkungan dalam beton segar sangatlah alkali , dengan nilai pH diatas 12.5 dan
hal tersebut berlangsung terus sepanjang tidak ada masukan dari luar beton . Sifat
alkali didapat dari kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan bentuk senyawa lain yang
merupakan produk dari reaksi hidrasi semen portland. Karbon dioksida dan gas-gas
lain di udara dapat masuk menembus (penetrasi) kedalam beton melalui sistem pori-
pori dan kapiler beton. Bilamana terdapat air {H 20), karbon dioksida (C0 2) dan gas-gas
asam lainnya dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida dalam beton membentuk
senyawa netral, seperti kalsium karbonat (CaC03). Proses ini disebut karbonasi dapat
digambarkan sebagai berikut :

C02 + H20 ~ H2C03


H2C03 + Ca(OH)2 ~ CaC03 + 2 H20

Persenyawaan air dan karbondioksida membentuk asam karbonat (H 2C0 3 ) yang


kemudian meresap melalui pori-pori pada beton dan bereaksi dengan kalsium
hidroksida (Ca(OH)2) membentuk kalsium karbonat (CaC0 3). Perubahan Ca(OHh

6 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

menjadi CaC0 3 menyebabkan pH beton turun dari ± 12.5 menjadi ± 8.5, yang
menyebabkan lapisan pasif hancur atau dalam kata lain baja tulangan sudah tidak
terlindungi lagi dari korosi.

Kedalaman penetrasi karbonasi dapat diambil secara proporsional terhadap akar


kuadrat waktu yang terekspose, bilamana faktor-faktor yang lain tetap konstan 171.
Bilamana kenaikan waktu yang terekpose dikalikan faktor empat, maka kedalaman
penetrasi karbonasi dikalikan dua.

Laju penetrasi karbonasi pada beton bergantung pada besarnya perubahan parsial
(kandungan C0 2, kelembaba!1 udara), permeabilitas beton, tipe semen dan kandungan
semen. Masalah korosi akibat karbonasi tidak sama dengan akibat dari ion klorida.
Dengan menambah tebal selimut beton, menaikkan kepadatan beton dan menaikkan
kandungan semen pada beton akan sangat membantu pencegahan kerusakan akibat
korosi. Kedalaman karbonasi cenderung akan menjadi besar pada lokasi retak dan
bentuk kerusakan lainnya karena hal tersebut akan menjadi jalan bagi udara untuk
masuk kedalam beton, seperti terlihat dalam gambar berikut :

Carbonated

i~1l' ,.
Uncarbonated

.a
·.~ ·., Carbonation front/

Gambar 4.4 Penambahan kedalaman karbonasi pada daerah retak

Jika po:-i-pori beton tertutup oleh air secara keseluruhan, maka penetrasi karbon
dioksida akan mengalami kesulitan. Dengan kata lain, karbonasi tidak akan terjadi
pada beton yang benar-benar kering karena proses reaksi memerlukan adanya uap
air. Laju karbonasi juga dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida pada lokasi
beton yang terekspose. Konsentrasi karbon dioksida dalam udara kira-kira mencapai
300 ppm akan tetapi pada daerah lalu lintas padat konsentrasi tersebut menjadi tinggi.

Proses karbonasi sendiri tidaklah merusak atau mengganggu beton. Hasil karbonasi
akan mereduksi volume dengan sangat kecil, akan tetapi dapat menyebabkan
terjadinya retak pada lapisan luar yang mana terkekang oleh beton yang tak
terkarbonasi. Karbonasi juga dapat mengubah karakteristik fisik beton, seperti hasil
pengujian permukaan beton sebagai contoh hammer test. Bagaimanapun, karbonasi
merupakan pengaruh utama dalam hal keawetan (durability) beton seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.

4.4 Klorida

lon klorida (Cr) di dalam beton yang melebihi nilai batas yaitu 0.4 % dari berat semen141
akan mengakibatkan lapisan pasif hancur, tanpa disertai oleh perubahan derajat
keasaman (pH). Persamaan reaksi pada proses korosi akibat ion klorida adalah 121 :

Fe + 2 c1· ~ FeCI2
FeCb ~ Fe 2+ + Cl-

7 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Selama proses korosi, ion klorida tidak dikomsumsi dalam reaksi. len klorida akan
terus menghancurkan lapisan pasif yang belum hancur. Dalam hal ini ion klorida
berfungsi sebagai katalis. Berbeda dengan peristiwa karbonasi, proses korosi akan
tetap terus berlangsung setelah kandungan klorida dalam beton sudah melebihi suatu
nilai batas tertentu tanpa perlu penambahan dari luar. Proses tersebut diatas dapat
terjadi pad a banyak jenis log am tidak hanya terjadi pad a baja dalam beton.

len klorida yang masuk kedalam pori-pori beton dapat bersumber dari pencairan garam
atau dari air laut pada lingkungan pantai. Garam umumnya juga tersebar di jalan raya
dan akan menjadi garam cair. Bilamana sistem drainase tidak bekerja secara baik
maka cairan garam tersebut dapat meresap kedalam lantai beton, gelagar beton,
kolom dan lain-lainnya. len klorida juga dapat tercampur dalam beton karena ketidak
hati-hatian pada pemakaian air atau agregat.

Tabel 4. 1 Batas ion klorida untuk campuran semen portland (% terhadap berat
semen)

No. Jenis Struktur %ion cr


1 Beton prategang 0.06
2 Beton bertulang dalam lingkungan lembab 0.10
dan terekpos _Qada sumber klorida
3 Beton bertulang dalam lingkungan lembab 0.15
dan tak terekpos pada sumber klorida
4 Di atas tanah pada lingkungan kering tanpa batas untuk korosi

Tingkat konsentrasi ion klorida yang dibutuhkan untuk memulai terjadi korosi baja pada
beton masih menjadi silang pendapat dari para peneliti. FHWA menyatakan bahwa
bilamana konsentrasi klorida pada lantai jembatan sebesar 0.15 % didasarkan atas
kadar semen maka bahaya korosi tidak terjadi. Beberapa laporan penelitian
menyatakan bahwa bilamana konsentrasi klorida mencapai 0.4 % terhadap berat
semen maka akan terjadi korosi pada tulangan.

~E 4
"'
0
0

~ 3
~
c
~ 2
.,8
u
5 1
6
0 ~ 100 1~
Chloride penetration into concrete (mm)

Gambar 4.5 Difusi ion Cl- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30
tahun, dengan asumsi konsentrasi ion Cl sebesar 5% terhadap berat
semen pada permukaan beton '

4.5 Laju Korosi

Salah satu faktor penting dalam menentukan laju ko:-osi adalah ketersediaan oksigen
pada sekeliling daerah katodik. Hal ini karena oksigen akan dikomsumsi pada reaksi

8 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

katodik (Pers. 4. 2). Bilamana suplai oksigen ke daerah katodik pada logam tidak
berlangsung secara kontinyu maka reaksi korosi akan diperlambat. Besaran
kandungan oksigen ini bergantung pada kondisi lingkungan. Selain itu laju korosi juga
dipengaruhi oleh besarnya aliran ion dan tahan listrik beton.

Secara garis besar, laju proses korosi dapat dimodelkan dalam 2 (dua) tahap, seperti
pada Gam bar 4. 6.

c:
0
c: "ii)
0 0
·;;; t:
g 0
0
0
0 0
0., C!l
C!l
c,
!!!
.,
01 0
C!l

Cl

Time

a. Model korosi b. Model korosi setelah dikoreksi

Gambar 4.6 Model korosi pada beton bertulang

Kondisi inisial berarti proses J::enghilangan lapisan pasif oleh penatrasi ion klorida atau
penurunan pH akibat penetrasi karbon dioksida (C0 2). Bagian propagasi adalah
tahapan dimana telah dimulai terjadi proses korosi dan laju korosi dikontrol oleh
ketersediaan oksigen (02), tahanan listrik dari beton dan kondisi lingkungan seperti
suhu (T) dan kelembaban relatif (RH).

Proses korosi mengurangi luas dari baja tulangan, dan volume produk korosi lebih
besar dari volume baja tulangan yang terkorosi. Sebagai konsekuensinya, terjadi
tegangan ekspansif sepanjang tulangan terkorosi yang akan mengakibatkan retak atau
spa/ling. Setelah terjadi retak atau spa/ling pada selimut beton maka laju korosi
menjadi jauh lebih tinggi, seperti pada Gambar 4. 6, karena baja tulangan telah terjaai
kontak langsung dengan lingkungan.

4.6 Serangan Sulfat

Lain halnya dengan klorida, sulfat lebih menyerang secara kimiawi terhadap beton dan
bila bekerja bersama-sama dengan klorida akan menyerang baja tulangan secara
hebat. Serangan sulfat ini dapat terjadi pada dalam beton sendiri (sulfat dalam agregat)
atau akibat masukan sulfat dari lingkungan seperti dari dalam tanah atau air. Reaksi
serangan sulfat dapat dijelaskan sebagai berikut :

Calcium sulphate + tricalsium aluminate 7 tricalcium sulphoaluminate (ettringite) +


calcium hydroxide

Volume ettringite ini jauh lebih besar dari hidrasi kalsium aluminate. Ekspansi ini akan
menghasilkan tegangan tarik pada pasta semen dan berkembang menjadi retak
didalam beton.

Natrium sulfat (Na2S04) dalam air tanah bereaksi dengan mineral beton dalam dua
tahap. Tahap pertama, adalah bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OHh)

9 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

menghasilkan kalsium sulfat (CaS04) dan natrium hidroksida (NaOH). Selanjutnya


kalsium sulfat bereaksi dengan tricalsium aluminate seperti yang telah diuraikan diatas.
Bilamana natrium sulfat dapat (selalu) tergantikan kembali seperti pada aliran air
tanah, reaksi akan berlangsung terus dengan ekspansi lebih lanjut.

Reaksi dengan magnesium sulfat (MgS04) dalam air tanah berakibat lebih merusak.
Magnesium sulfat bereaksi sekaligus dengan tricalsium aluminate dan kalsium
hidroksida membentuk tricalcium sulphoaluminate, kalsium sulfat dan magnesium
hidroksida. Reaksi ini menghasilkan nilai pH rendah pada larutan air dan
mengakibatkan kalsium silikat dalam pasta semen terurai dan melepaskan lebih
banyak kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida ini akan terus bereaksi dengan
magnesium sulfat (sepanjang masih tetap ada) dan mengakibatkan pH rendah. Jika
kandungan magnesium sulfat sangat cukup, reaksi akan berlangsung terus sampai
struktur kalsium silikat dalam pasta beton terurai keseluruhan dan menjadi lemah dan
berongga. Pada beberapa kasus yang hebat, pasta semen akan terbuang sampai
hanya tinggal aggregat saja.

Air laut mengandung sulfat dengan konsentrasi tertentu sampai dapat mengakibatkan
kerusakan pada beton.

4. 7 Kerontokan

Kerontokan adalah terlepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan. Hal
ini dapat terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja tulangan,
kesalahan penanganan dan kurang tebalnya selimut beton.

Pengembangan
tulangan karena -'"~ Tulangan
karat yang yang terlihal
menyebabkan
Oaerah yan{) rontok
kerontokan baton

Gambar4.7 kerontokan pada beton

4.8 Beton Keropos (Honeycombing)

Beton )ang keropos akan terjadi apabila material yang harus tidak mengisi rongga-
rongga antara agregat yang besar dan baja.
Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang kurang, cara penanganan yang
k! ·-ang baik, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang disebabkan
bekisting yang jelek, dan terlalu rapatnya baja tulangan.

10 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gambar 4.8 beton yang keropos

4.9 Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess)

Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek jika
waktu anda memukulnya dengan palu beton menjadi berlubang atau berbunyi seperti
drum.
Drumminess dapat diakibatkan oleh :
• Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton.
• Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel dengan
baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah.

4.10 Rembesan atau Bocoran Kedalam Beton

Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah
terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk
kedalam komponen.
Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada permukaan beton.
Kadang-kadang tanda warna tersebut adalah :
• warna hijau karena ditumbuhi lumut.
• warna putih berkerak atau bahkan membentuk stalaktit berwarna putih - ini
menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar
(atau terbuang). Hal ini akan memperlemah beton.
• Adanya daerah yang basah secara terus menerus.

4.11 Retak

Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
• retak struktural.
• retak bukan struktural.

Untuk mengetahui jenis penanganan/perbaikan yang diperlukan, harus diketahui


apakah retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap.
Retak struktural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya ueban yang
melebihi beban rencana atau kekuatan daripada potongan.
Retak pada balok dan elemen utama dapat disebabkan oleh :
• Momen (sekitar daerah tengah bentangan), retak ini berupa retak yang
tegaklvertikal.

11 dari 53
·~ ~

.. Pd X ~ X- X

• Gaya lintang dekat landasan, retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai 50
derajat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan .
• kombinasi momen dan gaya lintang .

s
+ I I l I )
t • , II
f

2r
Gambar 4.9 retak struktural akibat momen

Garnbar 4.10 retak struktural akibat gaya lintang

Daerah yang perlu diperiksa untuk retak struktural adalah :


• Daerah T arik
Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik. Sebagai
contoh pada bagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar
seperti yang terlihat di bawah ini

J Tension area
n nu
·c:
rr
Gambar 4.11 retak tarik akibat momen lentur

• Retak Akibat Gaya Lintang


Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat perletakan
gelagar dan dekat daripada kepala kolom harus diperhatikan.
Retak struktural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang
terbaik yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan pada saat
lalu-lintas berat lewat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita.

12 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gam bar 4.12 pemeriksaan retak struktural

Retak Akibat Penurunan Pondasi

Apabila pondasi mengalami penurunan atau bergeraK, terjadi banyak gaya-gaya


tambahan dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai
pola yang pasti.

Movementt

Gam bar 4.13 retak akibat penurunan pada pondasi

Retak Akibat Karat

Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja dibawah
permukaan. Kar~n karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat permukaan
dan mengakibatkan retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi
kerontokan pada beton

Retak Non Struktural

Retak non struktural atau retak tak bergerak biasanya terjadi pada bagian permukaan
dan umurnnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya
tetapi dapat tidak berbahaya.

13 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Terdapat beberapa jenis retak-retak non struktural yang terjadi adalah sebagai
berikut:
• retak akibat susut
• retak permukaan
• retak-retak struktur
• retak akibat bekisting yang bergerak

Pola retak non struktural yang umum terjadi dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Tipe A, B, C dan 0 : retakan sedimentasi atau setting


Tipe E, F dan G : retakan susut plastis
Tipe H dan I : susut termal da/am beton muda
Tipe H : perubahan bentuk yang terhalang dari /uar
Tipe I : perubahan bentuk yang terhalang dari dalam
Tipe J : retakan karena susut pengeringan
Tipe .K dan L : retakan permukaan kulit beton
Tipe M : retakan akibat korosi

Gam bar 4. 14 Pol a retakan tidak struktural yang sering terjadi dalam beton

4.12 Gompal akibat kebakaran


Pengaruh kebakaran pada komponen bentin bertulang tergantung beberapa hal
terutama tingginya temperatur dan lama terjadinya kebakaran. Hal lain juga yang perlu
mendapatkan perhatian adalah jumlah sisi komponen struktur beton dan tebal selimut
beton. Sehingga pengaruh kebakaran pada struktur kolom, balok dan pelat juga
berbeda-beda. Pengaruh kebakaran terhadap kekuatan komponen beton bertulang
dapat dilihat dari menurunnya kuat tekan beton, modulus elastisitas, kuat lekat beton-
baja, serta ekspansi longitudinal dan radial tulangan. Disisi lain saat kebakaran adalah
adanya beban tambahan dari akibat beban-beban termal.
Kekuatan Tekan Beton:

14 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Beton digunakan sebagai bahan elemen struktur terutama untuk menahan gaya tekan,
sehingga perlu dibahas bagaimana pengaruh kenaikan suhu pada beton yang
menerima gaya tekan. Kuat tekan beton pada awal pemanasan belum mengalami
penurunan, baru pada suhu diatas 100° C terlihat dengan jelas penurunan
kekuatannya. Hal ini disebabkan karena air yang terikat secara kimiawi menguap pada
suhu ini, sehingga mengakibatkan perubahan struktur dari batu semen. Pada suhu
antara 300° C dan 600° C, kalsium hidroksida yang terbentuk pad a proses hidrasi mulai
terurai menjadi kalsium oksida. Dengan demikian setelah suhu kembali normal, tidak
mungkin terjadi pemulihan kekuatan tekan lagi. Pada suhu 575° C agregat tambahan
yang mengandung kuarsa mulai mengalami perubahan struktur yang disertai dengan
pengembangan volume dan pad a suhu sekitar 1000° C beton normal praktis akan
hancur. Kekuatan sisa (residual strength) dari beton padat setelah mengalami
pendinginan pada berbagai macam suhu ditunjukan pada gam bar 4.15.
Untuk suhu dibawah 300° C, kekuatan beton tidak ban yak berkurang, akan tetapi faktor
negatif yang lain seperti umur beton juga harus diperhatikan. Jika tidak, akan
mengakibatkan kelebihan prakiraan kekuatan beton sebelum kebakaran untuk
keperluan desain perbaikannya. Suhu diatas 500° C dapat sangat mengurangi
kekuatan tekan dari struktur beton dibandingkan dengan kekuatan asalnya, sehingga
dapat kehilangan fungsinya sebagai elemen struktural.

1 00 r - - - - c - - ----------- -- -· ------·----- : 'J

"
~

g_
~
J
0 80
E
~
"'"'g
0
~
:; ~

.c
"' 0.60 1\ 06 ""'
~
c

Concrl·lc tcmp<-raturc "C

Gam bar 4.15 Pengaruh suhu terhadap kekuatan tekan beton setelah proses
pendinginan.

Perubahan Warna Beton :


Perubahan warna pada beton setelah mengalami kebakaran sering kali sangat
membantu dalam menentukan suhu maksimum yang pernah dicapai. Gambar 4.15
menunjukan pengaruh suhu terhadap perubahan warna pada beton.
Perubahan warna yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis dan tipe agregat yang
dipakai dalam pembuatannya. Pada temperatur 300°C - 600 °C, beton pada umumnya
akan berwarna merah muda. Permulaan diketahuinya perubahan warna menjadi

15 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

merah muda adalah penting karena merupakan perkiraan yang tepat atas permulaan
kehilangan kekuatan yang berarti yang disebabkan oleh pemanasan. Jadi setiap beton
yang mengalami perubahan warna merah muda patut diselidiki. Perubahan warna
menjadi merah muda adalah disebabkan oleh hadirnya garam besi dalam agregat dan
atau dalam pasir, pada beberapa kasus kejadian ini tidak diperlihatkan. Oleh karena itu
beton yang tidak berubah warna menjadi merah muda belumlah pasti untuk tidak
mengalami kerusakan akibat kebakaran.

Modulus Elastisitas Beton :


Penurunan modulus elastisitas yang terjadi pada beton selama kebakaran dan setelah
proses pendinginan adalah sangat penting. Hal ini mengakibatkan penambahan
lendutan elastik serta dapat mempengaruhi akibat lainnya. Pada gambar 4.16 terlihat
pengaruh panas terhadap modulus elastisitas beton.
Nilai penurunannya bisa mencapai 40 % apabila suhu yang pernah dicapai 300° C,
atau sampai 60% apabila mencapai suhu 500° C.

(2~-,

Static test
Dynamic rest

~ 0.8
v
..•
• w/cc0.40
• 0.6
c
~0
0.
0
A: 0.4

wfc ~o.60
0.2

o~-.601
Tempcr.ture -'t

Gam bar 4.16 Mudulus elastisitas beton pada suhu tinggi

Penjalaran Panas PaC:.l Beton :


Untuk struktur beton, hanya pada pelapisan permukaan yang suhunya meningkat
secara drastis, sedangkan suhu lapisan dalamnya relatif masih rendah, hal ini
disebabkan karena pemanasan terjadi hanya dari satu pihak saja. Kurva pada
Gam bar 4.17 menunjukkan penetrasi panas pada struktur pelat beton untuk berbagai
jangka waktu dan suhu kebakaran.

16 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Pada elemen balok, penyebaran panasnya tergantung dari ukurannya, seperti yang
diperlihatkan pada gam bar 4.18A dan 4.188.

0
t
!l
-(;).

surface cxpos<'<i
to f1re
~ ·6
~·.
·o

200

100-

0 25 so
D>stance from exposed face of slab- mm

Gambar 4.17 Penetrasi panas pada pelat beton.

Peningkatan suhu pada kolom beton umumnya lebih cepat dibandingkan dengan pelat
maupun balok beton, hal ini karena kolom tersebut dapat mengalami pemanasan dari
seluruh permukaannya. Pada kurva gambar 4.18A dan 4.188 terlihat distribusi suhu
pada kolom yang mengalami pemanasan dari keempat sisinya sesuai kurva standar.

Dari gambar tersebut dapat ditPntukan suhu pada kedalaman tertentu dari permukaan
kolom. Misalnya kolom ukuran 380 x 380 mm2 setelah satu jam pemanasan, dengan
suhu permukaan 700° C, maka suhu pada kedalaman 25 mm mencapai 300° C, pada
kedalaman 50 mm suhunya 150° C dan pada kedalaman 75 mm hanya 100° C. Untuk
kebakaran yang waktunya sangat singkat dapat terlihat warna kuning pada permukaan
betonnya. Hal ini menunjukan bahwa hanya pada permukaan saja yang mengalami
suhu tinggi, suhu pada beberapa milimeter di bawahnya relatif rendah dan tidak timbul
kerusakan yang berarti.

17 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

1100

~ 1000 oo· :'•'bb·,


-~:0·
1:! 900
2

( ) .~Q-·
~
..
"' 800

I-
.
0.
E
700
:·o~g;

600 Surfaces exposed to fire


500

400

300

200
300 mm or over wide rib

Distance from surface exposed lo fire. mm

1100
o~·
~ 1000 • ¢,0·.
.0-•4·
~
- ~
900
(J
c.. 800
c
(J
I-
700

600

500

400

300
200
250 mm wide rib
100

0
0 10 20 JO 40 50
Distance from surface exposed to fire- mm

Gam bar 4.18A Suhu yang terjadi pada balok beton siku em pat

18 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

1100

1000
~
' 900
~

..
...
.E!
~
800
E
700
~
600

500

400

300

200
200 mm wide rib
100

Distance from surface exposed to fire- mm

Gambar 4.188 Suhu yang terjadi pada balok beton siku em pat

Peningkatan suhu pada kolom beton umumnya lebih cepat dibandingkan d~nga pelat
maupun balok beton, hal ini karena kolom tersebut dapat mengalami pemanasan dari
seluruh permukaannya. Pada kurva gambar 4.19 terlihat distribusi suhu pada kolom
yang mengalami pemanasan dari keempat sisinya sesuai kurva standar.
Dari gambar tersebut dapat ditentukan suhu pada kedalaman tertentu dari permukaan
kolom. Misalnya kolom ukuran 380 x 380 mm2 setelah satu jam pemanasan, dengan
suhu permukaan 700° C, maka suhu pada kedalaman 25 mm mencapai 300° C, pada
kedalaman 50 mm suhunya 150° C dan pad a kedalaman 75 mm hanya 100° C. Untuk
kebakaran yang waktunya sangat singkat dapat terlihat warna kuning pada permukaan
betonnya. Hal ini menunjukan bahwa hanya pada permukaan saja yang mengalami
suhu tinggi, suhu pada beberapa milimeter di bawahnya relatif rendah dan tidak timbul
kerusakan yang berarti.

19 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

~ 1200
t
- t- 9.

All surfaces
exposed
to fire

Distance from surfacr of column- mm

Gam bar 4.19 Suhu yang terjadi pada kolom beton berpenampang bujur sangkar

Gompal ( Spa/ling ) :
Fenomena yang sering terjadi saat beton mengalami kebakaran adalah gompalnya
beton ( spa/ling ). Yang dimaksud dengan gompal pada beton saat mengalami
kebakaran ialah terlepasnya material beton, besar atau kecil, disertai bunyi letusan dari
permukaan beton yang mengalami kenaikan suhu. Uji coba kebakaran menunjukan
bahwa gejala gompal tersebut adalah gejala yang terjadinya tidak teratur ( erratic ).
Gompal dapat terjadi setempat atau meliputi seluruh permukaan beton.
Hasil penelitian di laboratorium dan survei di lokasi kebakaran, menunjukan adanya
dua macam bentuk gompal yaitu :
a) Gompal eksplosi, yaitu beberapa gumpalan besar dari permukaan beton, seperti
yang ditunjukan pada gambar 4.20 Hal ini terjadi pada batas tegangan serta
derajat kelengasan ( moisture content ) tertentu. Jenis gompal ini biasanya terjadi
antara 10 sampai 50 men it ( ± 30 men it ) setelah permukaan beton mengalami
pemanasan dan menimbulkan kerusakan parah yang dapat menyebabkan
kegagalan pada komponen struktur tersebut.
b) Pengelupasan, yaitu reduksi penampang melintang secara perlahan - lahan (
sloughing off ). lni berupa terlepasnya lapisan-lapisan beton dan jatuh dari
permukaan, tanpa disertai letusan. Terutama terjadi pada koiCim dan balok (
gam bar 4.21 ).

20 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gam bar 4.20 Gompal eksplosi.

Gam bar 4.21 Gompal terkelupas.

Tipe gompal yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis agregat yang digunakan. Pada
beton dengan agregat batu kapur maka gompal berupa retak melalui agregat kasar (
agregate splitting ). Sedangkan untuk beton dari kerikil, gompal terjadi disekitar agregat
kasarnya hingga terlihat kerikil penyusun lepas dari matriks pasta semennya.
Pengelupasan yang mengakibatkan berkurangnya tebal selimut beton pada saat terjadi
kebakaran, jelas akan mengurangi besamya ketahanan terhadap api dari elemen -
elemen struktur, yang ketahanannya terhadap api sangat dipengaruhi oleh tebal
selimut beton.
Kadang-kadang gompal dapat terjadi setelah kebakaran selesai atau pada saat api
akan padam, ketika beton sudah mulai turun suhunya. Pada kasus ini gompal
umumnya terjadi pada daerah yang cukup panjang dan keadaan suhu beton relatif
tetap.
Pada umumnya penyebab utama dari gompal ada tiga macam yaitu :
a) Jenis mineral yang terkandung dalam agregat.
b) Tegangan-tegangan termal yang ditimbulkan oleh:

21 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

- Pemuaian yang terkendala akibat distribusi suhu yang tidak merata di dalam
penampang melintang dan karena pemuaian terkendala dalam arah
memanjang.
- Perbedaan antara koefisien pemuaian termal dari baja dan beton.
c) Kadar air dalam beton yang mengeras dalam kaitannya dengan tegangan tarik di
dalam beton akibat uap air yang berbentuk di dalam pori-pori beton.
Apabila suatu elemen struktur beton tidak terlindung dari kenaikan suhu, dan karena
koefisien konduktivitas yang rendah, maka suhu pad8 permukaan elemen struktur
tersebut akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang di dalamnya. Distribusi
suhu di dalam penampang melintang adalah tidak linier, sehingga kendala pemuaian
terhadap serat-serat bahan akan menimbulkan tambahan tegangan sekunder.
Terdapat suatu teori yang mengatakan apabila bahwa suatu permukaan beton
mengalami kenaikan suhu, panas yang terjadi akan merambat masuk ke dalam beton
dan menyebabkan terjadinya pelimpasan air pada lapisan luar beton akibat
menguapnya air dalam pori-pori. Sebagian besar uap air yang terbentuk akan mengalir
ke bagian beton yang lebih dingin dan diserap kembali ke dalam pori-pori. Karena
lapisan luar yang mengalami pemanasan berangsur-angsur akan bertambah tebalnya,
maka akumulasi air dan uap akan terjadi di dalam pori-pori pada bagian belakang
lapisan yang mengalami pemanasan. Pada suatu jarak dari permukaan beton yang
panas, pengaruh ini akan menimbulkan formasi suatu lapisan yang tebalnya tertentu
dan dengan sejumlah air te;-sumbat. Pada waktu yang bersamaan tebalnya lapisan
yang mengalami pemanasan ak3n terus bertambah, air yang tersumbat akan bergerak
masuk semakin jauh ke bagian dalam beton dengan kecepatan yang tergantung pada
struktur pori-pori internalnya. Jika lc:p1san yang jenuh air tidak dapat bergerak cukup
cepat, maka lapisan tersebut akan mengalami pemanasan. Di bidang pemisah ini
terjadi penguapan air yang menggunakan panas sehingga di tempat tersebut akan
terbentuk suatu gradien suhu yang terjal. Uap air yang terbentuk di bidang pemisah ini
tidak dapat bergerak masuk lebih jauh ke bagian dalam berhubung lapisan-lapisan
yang dihadapi di sana telah jenuh dengan air, oleh sebab itu berusaha mencari jalan
ke lapisan yang mengalami pemanasan. Berhubung suhu dilapisan ini lebih tinggi,
maka penguapan air naik dengan sangat cepat dan karena kendala pemuaian maka
tekanan uap akan naik. Gaya-gaya yang terbentuk pada lapisan perantara ini harus
diimbangi oleh gaya-gaya tarik yang bekerja di dalam beton dalam arah tegak lurus
pada garis tersebut, jika kuat tarik beton pada suhu yang dicapai oleh lapisan ini tidak
cukup kuat untuk mengimbangi gaya tarik yang terjadi, maka lapisan kira-kira setebal
lapisan luar yang mengalami pemanasan dan menjadi kering akan terlepas dari
permukaan beton. Gejala inilah yang biasa dikenal dengan istilah "gompal" atau
spa/ling, yang terjadi atau tidaknya ditentukan oleh sifat-sifat, konduktivitas termal dan
kuat tarik beton.
Pada dasarnya, gompal pada beton berkaitan dengan penyumbatan pori-pori yang
disebabkan oleh karbonisasi. Apabila suhu beton meningkat dan air yang terdapat di
dalamnya terhalang untuk meninggalkan pori-pori sehingga timbul tegangan tarik yang
dapat melebihi kuat tarik beton, maka karbonisasi merambat masuk ke dalam beton
dengan kecepatan yang rendah.
Teori lain mengatakan bahwa aliran uap air yang melalui pori-pori akan menimbulkan
gaya friksi pada dinding pori-pori, dan gaya ini akan berprilaku seb~gai gaya tarik di
dalam kerangka beton. Nilai terbesar tegangan tarik ini terjadi pada daerah dimana air
berubah menjadi uap jika suhu yang terjadi mencapai 100° C sampai 105° C.
Tegangan-tegangan ini akan menjadi lebih besar sebanding dengan jumlah kadar air
awal. Bagi beton biasa, untuk kadar air sebesar kira-kira 7 % ( berdasarkan volume ),
maka tegangan-tegangan tarik yang terjadi akan sama besar dengan kuat tarik beton.
Jika kebakaran berkembang lebih cepat, maka tegangan tarik yang timbul di dalam

22 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

beton akan menjadi lebih tinggi. Dari percobaan terlihat bahwa jika suatu elemen
struktur beton relatif tebal ( lebih besar dari 200 mm ), maka terjadinya pengelupasan
akan berkurang atau bahkan berhenti setelah kira-kira 25 menit. Disamping itu dengan
naiknya suhu maka tegangan-tegangan sekunder akan menyebabkan terjadinya retak-
retak rambat di bagian dalam dari elemen struktur beton, hal ini mengakibatkan
tahanan yang dihadapi oleh aliran air menjadi lebih kecil. Jika tebal elemen struktur
beton kurang dari 200 mm, maka gompal dapat terjadi pada tahap yang lebih awal
setelah mulai terjadi kebakaran.
Pada elemen struktur beton yang mengalami pemanasan dari kedua sisi, maka gompal
yang terjadi akan lebih cepat. Dari percobaan terlihat bahwa untuk elemen struktur
setebal 80 mm, akan mengalami gompal kurang lebih 15 menit setelah kebakaran dan
sekitar 7 menit untuk elemen struktur setebal 50 mm. Gompal akan berhenti apabila
suhu pada sumbu simentri elemen struktur terse but telah mencapai 110° C.
lntensitas gompal dari beton normal, tidak dipengaruhi oleh mutu betonnya. Beton
dengan mutu yang lebih tinggi akan memiliki kepadatan yang lebih tinggi, namun
tegangan tarik pada umumnya juga lebih tinggi, sehingga praktis kedua hal ini saling
menghapuskan.

Retak - Retak Pada Beton :


Pada suhu tinggi, koefisien pemuaian dari baja umumnya lebih besar dibandingkan
dengan koefisien pemuaian dari beton. Hal ini menimbulkan tegangan sekunder yang
dapat mengakibatkan retak-retak pada beton di daerah sekitar penulangan. Selain itu
pemuaian yang tidak sama juga terjadi pada agregat kasar dan batu semen.
Pengalaman menunjukan bahwa retak-retak yang terjadi terkonsentrasikan di daerah
yang sebelumnya telah mengalami retak akibat muai susut dan pembebanan lentur.
Pengaruh Jenis Agregat :
Mengingat agregat cukup berpengaruh pada gejala gompalnya beton, maka jenis
agregat yang disamakan menjadi sangat penting pada elemen struktur yang
mengalami kebakaran.
Agregat batu kapur memiliki koefisien pemuaian yang lebih kecil (sekitar
setengahnya) dibandingkan dengan agregat kuarsa, karena memiliki konduktivitas
termal yang lebih rendah dari beton normal.

Pengaruh Suhu Pada Baja Tulangan/ Prategang :


Seperti beton, maka perilaku baja pada suhu tinggi akan mengalami perubahan.
Berbeda dengan beton, pada baja lebih mudah untuk dilakukan pengukuran
perilakunya pada keadaan suhu yang steady ataupun transient.
Perilaku kekuatan baja telah banyak diselidiki, tetapi sering terjadi perbedaan-
perbedaan yang disebabkan oleh cara pengukuran dan metoda pengujian yang
berbeda.
Gambar 4.22 menunjukan perilaku tegangan leleh baja tulangan. Terlihat bahwa pada
suhu 500°C - 600 °C, tegangan lelehnya dari keadaan normal mengalami
pengurangr,. Keadaan ini biasanya menambah besar lendutan, tetapi sangat
tergantung kepada pola pembebanan waktu kebakaran.

23 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

~
;
1.2 t-I l!";~:c.a hot rolled

! 10 r----------D 10

c: rf- '" " ;.(~ ~


?
e I '""' 0.8 <

0.6
r
,,'
"':>

,,
~ 04 0.4

i 0.2 ~- 02
t_
0
I ~ _j__ - __ j~ _ _j_
400 600 800
7rmpcratur<:- 0 (

Gam bar 4.22 Pengaruh suhu tinggi pada tegangan leleh baja

Gambar 4.23 menunjukan perilaku tegangan leleh baja prategang. Terlihat bahwa
pada suhu 200°C, tegangan lelehnya dari keadaan normal mulai mengalami
pengurangan.

24 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

2~.-,

ultimale tcr,s•lc strength

400

0 o~-2mL40
Temperature- OC

1100 900
"'E "'
E
E E
'- '-
z z.,.,
.,.,or. 10!10
~
!::
U'l

900
0 2
--4 6
~
!::
U'l
.r. BOO

700
0 2 4 6
Duration- h Duration- h
(a) Relaxation at 100°C (b) Relaxation at 2000C

700
--E ....
E
300
E
-...._ E
'-
z.,., z
600
• Ill
~
.... "' 200
,_"'
~

vs U'l

500 100
0 2 4 6 0 2 4 6
Duration- h Duration- h
(c) Relaxation at 300°C (d) Relaxation at 400"C

Gambar 4.23 Pengaruh suhu terhadap tegangan leleh baja prategang

Terlihat bahwa pada suhu 400° C, tulangan baja yang diprofilkan mempunyai kekuatan
lekat hampir dua kali lebih besar dibandingkan baja polos_ Penurunan kekuatan lekat
baja ini seiring dengan penurunan kekuatan tekan betonnya_
Pada suhu tinggi daktilitas baja tulangan menurun. Selain itu juga dapat tertekuk akibat
tegangan tekan yang timbul pada baja tulangan yang mengalami pemanasan_
Maka dapat disimpulkan bahwa suhu tinggi yang dialami baik oleh baja maupun beton
akan membawa akibat yang buruk pada perilaku fisik dan mekanik bahan-bahan
terse but.

25 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Ketahanan Struktur Beton Bertulang Terhadap Suhu Tinggi


Pada pengujian kebakaran ternyata pengaruh kelembaban beton sangat penting.
Dapat diamati bahwa ketika panas mulai merambat ke dalam beton, maka untuk
beberapa saat beton akan memiliki suhu yang tetap yaitu sekitar 100° C, seperti yang
ditunjukan oleh gambar 4.24.
Fenomena ini memperkuat teori sebelumnya yang mengatakan bahwa air yang terikat
di dalam pori-pori beton akan menguap. Panas yang diperlukan untuk penguapan
menahan kenaikan suhu di dalam beton.

100

I Joo

~ '

(l) Rtcb.ngulubum (b) IrrtguW ltction

Gam bar 4.24 Kurva s.Jhu pada balok beton yang mengalami pemanasan.

Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:


a) Umur Beton.
Struktur yang mengalami pemanasan sentral, kelembaban relatif atmosfirnya
rendah dan beton pada struktur tersebut lam bat laun akan menjadi kering.
Struktur beton pada keadaan kelembaban udara ruang, akan memiliki kadar
kelembaban seimbang yang setara dengan 70 liter air setiap m3 beton ( 7%
volume= 3% berat ).
b) Keadaan Lingkungan Struktur Beban.
Di dalam ruangan yang tidak mengalami pemanasan, struktur beton akan
mengandung sejumlah air bebas di dalam pori-porinya.
c) Komposisi Beton.
Agregat ringan tertentu memiliki daya absorbsi air yang besar, sehingga mungkin
terdapat banyak air bebas di dalam beton. Pada waktu terjadi kebakaran maka
jenis struktur beton seperti ini kenaikan suhunya akan sangat diperlambat, tetapi
pada beberapa jenis agregat ringan tertentu air tersebut tidak dapat menguap
dengan cepat sehingga dapat menimbulkan bahaya gompal pada beton.

26 dari 53
...
.. ..... I dMUM P·d X~ -X
"' __ \. ~
II }l.-..V'l
..._ ·r ·~ .. ,.pl.i.QV.k.l! '.-i.l'
1
" "~
, /ousra\a.ou.N'I '"'

Suatu struktur beton bertulang terdiri dari elemen pelat, balok dan kolom, pada
saat terjadinya kebakaran masing-masing elemen ini memiliki perilaku yang
berbeda-beda.

Pemeriksaan struktur jembatan penyebab kerusakan beton berdasarkan pengamatan


visual saja, harus dijaga untuk mengambil keputusan yang penting tidak ikut
dipertimbangkan. Lalu didalam bidang keahlian diadakan evaluasi data dan
dipertimbangkan, bagaimana tipe mekanisme kerusakan yang mungkin telah terjadi
dan juga yang sesuai dengan hasil pengamatan. Sebagai pustaka dapat digunakan
gambar 4.25, yang dikutip dari laporan CUR 90.

r- ---
,
! per.g8uhi(;:
i 1 ka~ts1
; ~.;
~
pengaruh fiSK-
penurunan
-
~c
~ -r-peng;uut.mekaras.
?. beban nonnal
I s alah pclaksanaan
I 12 penu!'\Jna... ; I' 16 schmut
--;- s~l ot :l ~7w! : i·I:J
tc.u r :~rg
,· - -

2 klOnda , segar atau leblh I' g!:sekan acuan !ebal


3 asam I sulfat ! , 6 peng•katan s~men dar: I 0 pen:.rrJnan 13 !ethi!Ml;mya ar • 7 J<I"'3K .L:l~t ;w 2 r:
~:hl(-
1 ,.
1
pond~s'
I keboc:r~n acu:"~
1
4
a1r 1 dan tt:tk ' ' •er1ah.; r2 p <s~ ., ;
a 7 pengtnngan dan tum::x:an ' 14 befl)ndahy-~ 1~ ce ·ormas' •
agrcgat p!ngambi .:;:n 'e:nbab
penga~!'l
(A= apt ~e:-.akrn}
~ !t!mperatur
.
1I :umbuk.an
ledakan j'
:
15. pemadatan
pra
lclar.gan

!
119 kL:rar:g
atau
p asca o.t!au
te.n~l a ng
tuli~;,.n
$<1~h
!

~:-awtn )'ang p~oe-r.il

lttt' ,:,· "r: "


,_.....!..._ _ __ _ _ ! __ __ - ·- - buruk . ................-

. ' i -- T-
I . I " I" r~; I
Ti e ken,;sak.2n ~ · .- .... _.L.?e:webab 6 7 8 :o 1!
I. kuli: beton
" " I"
I'
serangan berangsur

I: retak (leba'} di permukaan:


I
I I I ! : Ii :' .j
! I
I
seteml"'t iidak homogin i

L!:.
i !II.
. ~orsl
ku; ~ng
dJri penam.:!
tulaogoo
kJ!llitas
r. ~
I
I
I•
setemp;Wselu!'\Jh te:"kelupas

penur..man kel-:uatan ba!"lan


~a ketahanail tert'ladap
n
. !

--l
I
::A i
X

,·' ---+' .. .. I :_-T L~


X

=-i==bf.... X X

I
I: I. ,. I
.1efonnasi

I
retak datam
Kehanc-Jran t ~!on :
X
!
' I i ·'
.!
deforrnas• ;>las!:s ~ a : •
!ulangan
I I '
l
I I

IV. defO:TT12si daot


bagian strv<:u ~
!•
i
·1.
I
~ . ..
sarang keriltil besar.
samb!Jngan pengeeoran
lida k ba ilo:

Jendutan; pelenturan
kotom m i~ ing
i
i -· -·j
i
I
I
x•

X
x•
I it
·1 ~ !
I I I
I

I
I
! . .j

Gam bar 4.25 lkhtisar tipe kerusakan dan penyebabnya (suimber : Laporan CUR 90).

27 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

5. Teknik Perbaikan Kerusakan beton

5.1 Umum
Kerusakan-kerusakan yang umum terjadi pada struktur beton bertulang adalah berupa
retak, gompal, keropos dan kerontokan beton akibat korosi pada tulangan. Untuk
mengembalikan pada kondisi awal, maka perlu dilakukan perbaikan. Beberapa Teknik
Perbaikan yang umum dilakukan di Indonesia adalah :
1. lnjeksi (Injection), untuk perbaikan retakan dengan cara injeksi bahan epoxy resin
2. Penambalan (Patching), untuk perbaikan permukaan yang gompal skala kecil
dengan menggunakan tangan.
3. Grouting, untuk perbaikan permukaan yang gompal dalam skala besar dengan
menggunakan alat pampa.
4. Coating, perlindungan beton dari lingkungan

Jenis-jenis bahan yang umum digunakan untuk perbaikan beton adalah :


1. Cement-Base, bahan dasar semen.
2. Expanding Cement-Based, bahan dasar semen dengan prosentase polimer < 5%
dan dengan I tanpa bahan tambah seperti superplasticizer, fly ash dan serat fiber.
3. Polymer Modified Cement-Based, bahan dasar semen dengan kadar polymer 2% -
20%
4. Epoxy Resin-Based, d'3ngan bahan dasar resin sintetik sebagai bahan pengikat

5.2 Perbaikan Retakan Beton dengan lnjeksi


Perbaikan retakan pada struktur beton dengan cara injeksi bahan epoxy resin adalah :
1. Untuk menutup beton terhadap serangan bahan agresif, terutama bahan yang dapat
menyebabkan korosi pada tulangan.
2. Pembentukan dan perbaikan kesatuan struktur beton
3. Perbaikan retak agar tidak tembus air/ bocor

A. Pemilihan Bahan injeksi dan Sealer


- Material lnjeksi (Epoxy Resin)
Pada pelaksanaan pek~an injeksi retakan, bahan yang digunakan adalah
material jenis Epoxy Resin. Bahan-bahan tersebut diatas mempunyai sifat non-
shrink, lower-creep, free flow, 100% solid. Sifat non-shrink yang dimaksud adalah
grout yang tak susut dalam keadaan plastis, dimensinya stabil ketika mengeras,
dan terikat permanen ke permukaan dasar. Selain itu material epoxy resin harus
memiliki ketahanan terhadap beban dinamik yang berulang. Secara umum
persyaratan material dapat dilihat pada Tabel 5.1.

28 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Tabel 5.1 Persyaratan Materiallnjeksi

Data Teknis Persyaratan Material


Penggunaan Untuk 10 20
Tebal Maksimum (mm)
Bahan dasar Epoxy Epo~
Density (kgll) 1,00-1,10 2,0
Viskositas (cps} 180±25 5800
Pot life 300 C 25-35 25
1 hr: min. 50 7 hr: min. 40
Compresive Strength (N/mm2)
7 hr: min. 60 28 hr : min. 92
Tensile Strength (N/mm2) 28 hr : min. 25 28 hr : min. 30
28 hr: min. 3 28 hr: min. 3
Flexural Strength (N/mm2)

- Material Sealer
Bahan sealer digunakan sebagai bahan untuk menutup retakan agar bahan
perekat tidak mengalir dari celah retak yang tidak tertutup oleh alat injektor.
Secara umum persyaratan material dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Persyaratan Material sealer

Data Teknis Persyaratan Material


Penggunaan Retak pasip Retak aktif
Bahan dasar Epoxy Silicone rubber
Density (kg/1) 1,03 2,0
Pot life 300 C 25-35 10-25
1 hr: min. 60
Compresive Strength (N/mm2) 3 hr: min. 70 -
7 hr: min. 80
Tensile Strength (N/mm2) 7 hr: min. 20 -
Flexural Strength (N/mm2) 7 hr: min. 50 -
Bond Strength (N/mm2)
7 hr: min. 40 -

B. Alat
(a) Tabung lnjeksi
Harus cukup besar untuk menampung volume material grout sesuai dengan yang
diperlukan dan harus dilengkapi dengan alat pengukur tekanan untuk mengontrol
besaran tekanan yang diperlukan dalam proses pengaliran material grout secara
stabil. Jika tidak stabil akan dapat menyebabkan aliran grout terhambat.
(b) Grout pump/kompressor
Harus mampu untuk menyuplai tekanan udara secara kontinu dan stabil kedalam
tabung injeksi sesuai dengan tekanan udara yang diperlukan.
(c) Nipple
(d) Packer
(e) Slang grouting

29 dari 53
(f) Vacum (penghisap debu) atau peralatan pendukung yang berkaitan dan
diperlukan dalam pekerjaan injeksi.

Gambar 5.1 Alat Tabung lnjeksi

Gam bar 5.2 Alat tabung injeksi, Kompressor dan generator

C. Metode Pelaksanaan
Persiapan
Seluruh jalur-jalur retakan yang akan digrouting dan permukaan beton disekitar dan
sepanjang jalur retakan dibersihkan dari material debu, serpihan beton, semen, oli
(minyakllemak), dan kotoran lainnya yang menempel, dengan menggunakan
vacum/sikat/kain/kuas tangan atau alat lain. Selanjutnya lakukan pembersihan
menyeluruh dengan menyemprot pennukaan beton dari jalur retakan dengan

30 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

kompressor atau vacum-cleaner untuk memastikan tidak adanya sisa-sisa


debu/serpihan yang tertinggal.

Gambar 5.3 Penentuan Lokasi Retakan dan Pembersihan

Pemasangan Nipples
Lakukan pemasangan nipples untuk titik injeksi dengan jarak antar nipple ± 25 em
yang dipasang mulai dari awal hingga ujung retakan. Perhatikan agar nipples benar-
benar melekat sempurna pada permukaan beton dan tidak menyumbat jalur retakan .

-~

Gambar 5.4 Pemasangan lnjektor

31 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Penutupan Mulut Retakan


Seluruh permukaan jalur retakan diberi lapisan penutup berbentuk sealer sampai
tertutup dan mengeras, yang berfungsi untuk menjaga agar material grouting
(pengisi) tidak meluap/keluar ke daerah lain di luar daerah retakan . Pada lokasi
tertentu dijalur retakan diberi bukaan/tidak diberi sealer yang berfungsi sebagai
lubang kontrol.

Gambar 5.5 Penutupan retakan dengan sealent

Pemasangan Regulator
Setelah dilakukan pemasangan nipples dan penutup (sealer), dilakukan pemasangan
slang grouting yang menghubungkan antar nipple yang telah terpasang, kemudian
pipa inlet/titik injeksi paling bawah dihubungkan dengan tabung injeksi yang telah
siap terisi material grouting yang terhubung dengan kompressor sGhingga pekerjaan
grouting siap untuk dilakukan.

Gambar 5.6 regulator (pipa)

32 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Pelaksanaan Grouting
Setelah bidang retakan yang diberi sealer benar-benar tertutup dan mengeras, serta
bahan dan peralatan kerja/persiapan grouting telah selesai dilakukan, selanjutnya
lakukan injeksi/grouting bertekanan rendah ± 1-2 bar pada slang inlet. Penutupan
nipples baru dilakukan setelah tampak adanya tanda-tanda bahwa jalur retakan telah
terisi penuh pada lokasi titik injeksi tersebut.
Pengisian jalur retakan/injeksi dapat dilakukan secara bersamaan pada tiap-tiap titik
nipples yang telah terpasang dengan memperhatikan pengontrolan pengisian untuk
menjamin jalur retakan terisi penuh oleh material grouting.

Gam bar 5. 7 Pekerjaan grouting bahan epoxy resin

Finishing/Perataan Permukaan
Setelah pekerjaan grouting selesai, curing dilakukan dengan cara mendiamkan
bidang retakan yang telah diperbaiki selama/sesuai dengan yang diinginkan dalam
persyaratan. Selanjutnya lakukan perataan bidang sealant menggunakan gerinda
dengan tidak merusak permukaan yang telah diperbaiki sesuai dengan permukaan
sebelumnya/permukaan beton disekitarnya. Debu dan material dibersihkan dengan
vacum pembersih atau penghisap debu/kompressor sepanjang debu tersebut tidak
mengganggu lingkungan/lokasi pekerjaan disekitarnya.

33 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

·- -~
"""-----·~1
Gambar 5.8 Pembersihan permukaan

5.3 Perbaikan Gompal dengan Patching

A. Bahan Patching dan Bonding

Syarat utama untuk keberhasilan perbaikan atau perlindungan beton adalah


ikatan yang kuat antara bahan perbaikan/pelindung dengan beton lama. Pada
pelaksanaan pekerjaan patching/pen::trnbalan beton, bahan dasar yang
digunakan adalah bahan semen, polymer dan epoxy resin. Sedangkan bahan
bonding-agent dipakai acrylic emulsion cement modifier. Metoda penggunaan
bahan harus sesuai dengan petunjuklbrosur yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat bahan tersebut. Secara umum persyaratan material dapat dilihat pada
Tabel5.3.

Tabel 5.3 Persyaratan bahan pathing

Data Ttknis Persyaratan Material


Pengunaan 5 20 40 50 50 80 100
Tebal Maksimum
(mm)
Bahan dasar Polymer Polymer Polymer Modified Monomer Epoxy Monomer Semen
Density (kgll) 2,1 2,2 - 2,05 2,0 1,8 -
Potrlfe300C 25menit 25menit - 25menit 40 menit 60 menit -
3 hr : 25 3 hr : 35
Compresive 7hr : 28-33 7 hr : 67 1 hr : 15
7 hr : 30 7 hr: 40 28 hr : 45 28hr : 41
Strength (N/mm2) 28hr : 35-40 28 hr: 69 28hr:34
28 hr : 42 28hr : 52
Flexural Strength 28 hr: 10,5 28hr:14 7hr : >5 28 hr: 5 28 hr : 31 28 hr: 6 28 hr : 6
(N/mm2)
Bond Strength 28 hr : 3 28 hr: 3,7 7 hr: > 2 28 hr: 2 28 hr : 3 28 hr : 2 28 hr : 25
(l~ .' m2)
Tensile Strength
(Nimm2)
- - 7 hr : 2 - - - 28hr : 2

34 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

B. Metoda Pelaksanaan
Persiapan dan Pengupasan/Chipping

Permukaan beton harus dikupas sebelum dilakukan perbaikan. Pekerjaan ini


mencakup pengupasan semua bagian yang tidak berfungsi dan tercemar.
Permukaan beton dan tulangan yang terbuka ini, masih memerlukan pengerjaan
tambahan sebelum perbaikan yang sebenamya dilakukan. lkatan antara mortar baru
dengan beton lama sangat penting dalam perbaikan beton. Daya ikat suatu perbaikan
tidak akan melebihi kekuatan beton dasar. Karena ini beton dasar harus bersih, kasar
dan keras. Dengan demikian permukaan beton harus bersih dari semua pencemaran
dan bagian lunak, keropos, tidak bersatu dan lepas. Korosi tulangan sering penyebab
kerusakan beton. Persiapan permukaan tulangan sangat penting untuk menghentikan
dan/atau mencegah korosi.

Pada persiapan permukaan akan dibedakan antara pengupasan beton, persiapan


permukaan beton lama dan persiapan permukaan tulangan.

Pada bagian beton spalling serta beton yang tidak masif (un-sound concrete) dikupas
sehingga mencapai bagian beton yang masih padat/rapat. Bidang permukaan beton
yang di chipping tidak membentuklmenyerupai lingkaran akan tetapi membentuk
bidang persegi. Chipping beton dapat dilakukan dengan bantuan alat jack hammer
ukuran kecil/portable dan pahat beton atau alat lain yang disetujui Direksi/Engineer.
Pelaksanaan chipping beton harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak boleh
merusak sarana atau bagiarl strukur lain yang ada disekitarnya. Untuk
membentuklmerataKan bidang pinggir di lokasi chipping dapat dilakukan dengan
gerinda beton. Secara ilustrasi dapat dilihat pada gambar (5.9) & (5.10).

.. -~"
". .,/· .... _, '.

! - -~:. '·.
·. ~-> . _. -·~
' '. ',/ . ·, __ , ..
I ,

b-;~ '"._
1 ->~.
I ~- . I .
-
-,_. .
. ·--' • • • "-'1 ' _.....

Gambar (5.9) Gam bar (5.1 0)


Pengupasan Seton/Chipping Perapihan Bidang Chipping Beton dengan
Membentuk Bidang Persegi

35 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gambar 5.11 pekerjaan chipping

Bila kerusakan te~adi karena korosi akibat zat merusak dalam beton atau karbonisasi,
pengupasan bagian-bagian yang lepas dan tidak bersatu belum cukup. Bagian beton yang
berada lang sung di sekitar tulangan harus dibersihkan juga.

Bila kerusakan terjadi karena karbonisasi maka paling sedikit beton yang kena karbonasi
harus dibersihkan sebagai berikut :
• langsung di sekitar bagian berkorosi ;
• sampai pada kedua sisi tulangan, terlihat 20-30mm baja yang tidak berkorosi.

Beton yang tercernar perlu dibersihkan dan juga daerah sekitarnya yang mungkin lebih
bc1nyak daripada bagian yang langsung di sekitar bagian yang berkorosi, pembersihan ini
dilaksanakan sebagai pencegahan agar korosi tidak dapat terjadi lagi. Untuk memungkinkan
pemasangan selimut beton baru, beton di sekitar tulangan perlu juga dibersihkan hingga
jarak sebesar diameter batang tulangan sehingga dapat dicegah korosi yang mungkin terjadi
dalam beton.

Bila kerusakan terjadi karena khlorida dalam beton, untuk menjamin perbaikan maka semua
beton tercemar yang berhubungan dengan tulangan harus dibersihkan. Hal tersebut juga
harus dilakukan pada bagian yang tidak rusak, karena pada bagian perbatasan antara beton
baru yang bebas khlorida dengan beton lama yang tercemar, dapat dengan cepat te~adi
korosi lagi.

Dalam pelaksanaan sering tidak dilakukan pengupasan sedemikian cermat, dan dicoba
dengan cara lain untuk mencapai keawetan, dimana kemungkinan terjadinya kerusakan
lanjutan akan lebih besar.

Pada pengupasan beton diperlukan perhatian untuk akhir dari bagian-bagian terkupas. lni
berarti bahwa akhir pengupasan, yang disebut sudut potong, harus se-tegak mung kin. Bila
akhir pengupasan terlalu datar maka tepi-tepi perbaikan lebih tipis sehingga lebih cepat
menyusut. Demikian kemungkinan terlepasnya ikatan menjadi lebih besar.

36 dari 53
Pd XX-XXXX- XXXX

~#-WN., .,
1'- ~
I< I
1 I
a. sudut potong baik (maksimum 20")

sudut potong besar


susut bertambah
b. sudut potong terlalu besar

Gambar 5.12 Sudut potong tidak boleh melebihi 20°

Gambar 5.13 Hasil Chipping

Beberapa alternatif metode Chipping :

Pengupasan dengan Palu dan Pahat


I

Cara ini dilakukan untuk :


• membersihkan bagian yang lepas dan tidak bersatu;
• pek~an pengupasan ringan

37 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Pengupasan dengan Palu Pemecah Elektrik atau Palu Pemotong Pneumatik

Cara ini sesuai untuk :


• membersihkan bagian yang lepas dan tidak bersatu;
• membersihkan beton terkarbonasi sekeliling tu!angan;
• membersihkan beton tercemar khlorida;
• memperkasar permukaan beton;
• palu pemotong pneumatik lebih sesuai untuk pekerjaan lebih berat.

Kerugian pengupasan dengan cara ini adalah :


• Bising;
• Perlu tenaga yang cukup besar dan kurang baik untuk kesehatan karena debu yang
dihasilkan;
• Menyebabkan retak yang lebih dalam pada struktur akibat getaran yang diakibatkan
oleh palu, serta dapat mengakibatkan terlepasnya bagian-bagian beton sehingga
dapat berpengaruh secara negatif pada ikatan antara beton lama dan beton baru;
• Pengupasan dapat mengakibatkan pori-pori dalam beton tertutup karena
penekanan, yang mempunyai pengaruh negatif pada ikatan. Hal ini dapat di atasi
dengan perawatan pasca.
• Perawatan pasca permukaan dapat dilakukan, misalnya dengan cara
penyemprotan, yang harus dilakukan untuk memperoleh ikatan optimal.

Keuntungan:
• Dapat dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan.

Penyemprotan dengan Air Bertekanan Tinggi (800-1400 bar)

Pada penyemprotan dengan air bertekanan tinggi, air dipompa dengan tekanan sangat
tinggi melalui mulut pompa yang kecil. Permukaan beton terkupas karena adanya
tekanan yang tinggi pada permukaan. Besarr.ya tekanan yang diperlukan tergantung
pada bahan, kualitas beton dan jenis pengerjaan yang diinginkan.

Cara ini sesuai untuk :


• membersihkan bagian beton yang lepas dan tidak bersatu;
• membersihkan beton yang terkarbonatasi di sekeliling tulangan;
• membersihkan beton yang tercemar khlorida;
• membersihkan korosi baja sampai tercapai Sa 2,5;
• memperkasar permukaan beton ( dengan tekanan air sebesar 400-1000 bar);
• membersihkan hampir semua lapisan permukaan yang tercemar (tekanan yang
diperlukan tergantung pada bahan)

Kerugian dengan menggunakan metode ini adalah :

• diperlukan personil atau peralatan khusus;


• pekerjaan akan berbahaya bila tidak cermat dalam mengikuti aturan kerja;
• pekerjaan memberatkan operator, tetapi hal ini dapat diatasi bila jarak dari peralatan
ke permukaan beton diatur;
• biaya akan lebih mahal dibandingkan dengan cara pengerjaan mekanis;
• penggunaan air yang berlebihan;
• biaya perawatan tinggi;
• jumlah beton yang dibersihkan sulit dikendalikan.

Teta pi keuntungan yang didapat berupa :

38 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

• tidak diperlukannya perawatan lanjutan ;


• kebisingan yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan cara pengupasan yang
menggunakan palu, karena suara tidak diteruskan dalam struktur;
• terjadi permukaan dengan ikatan sangat baik;
• hampir tidak berdebu;
• hampir tidak terjadi kerusakan lebih dalam.

Pengupasan Dengan Mesin Pengupas

Pengupasan secara mesin sering digunakan dalam konstruksi jalan untuk


membersihkan lapisan aspal beton, tetapi mungkin juga digunakan untuk
membersihkan beton. Tersedia mesin yang lebih kecil untuk pekerjaan memperkasar
lantai saja.

Cara ini sesuai untuk :


• membersihkan selimut beton pada permukaan horisontal yang luas;
• pengasaran permukaan horisontal.

Kerugiannya adalah :
• pembersihan beton hanya mungkin dilakukan sampai pada tulangan;
• pembersihan beton sangat memerlukan keahlian mendalam;
• hanya dapat digunakan pada bidang horisontal;
• dapat terjadi kerusakan lebih dalam, terutama bila sekaligus dihilangkan lapisan
yang terlalu tebal.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh adalah :


• produksi yang diperoleh besar bila pekerjaan dilakukan pada permukaan yang luas.

Penyemprotan dengan Grit (partikel/butiran keras)

Cara ini sesuai untuk :


• membuat kasar permukaan beton yang harus disemprot dengan kuat ;
• membersihkan hampir semua lapisan dan pencemaran permukaan;
• membersihkan bagian-bagian korosi lepas dari tulangan;
• membersihkan korosi baja sampai Sa 2,5.

Kerugiannya adalah :
• terjadinya pencemaran yang berasal dari debu dan kebisingan. Pencemaran debu
dapat dikurangi dengan pemberian air tetapi hasil akhir yang diperoleh berkurang;
• terdapat banyak bahan yang jatuh, dimana dengan cara pengumpulan kembali dan
penghisapan masalah dapat dikurangi;
• penggunaan cara semprot yang dilakukan dengan serpihan logam seperti grit
dapat menyebabkan tapak korosi di kemudian waktu.

Penyemprotan aari Air Bertekanan Tinggi dengan Bahan Tambahan

Penyemprotan dengan air bertekanan tinggi dapat disemprotkan bersamaan dengan


grit khusus. Demikian hasil akhir dapat sang at meningkat pada jenis beton tertentu.

• perkasaran permukaan beton


• membersihkan hampir semua lapisan dan pencemaran permukaan;
• me~rsihkan bagian-bagian korosi lepas;
• membersihkan korosi baja sampai Sa 2,5.

39 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Perkasaran dengan Palu Bergerigi

Palu bergerigi adalah alat yang diperlengkapi dengan kumpulan dari sekitar 20 gerigi.
Gerigi tersebut memukul dengan kekuatan besar pada permukaan beton sehingga
bagian-bagian beton terloncat lepas.

Cara ini sesuai untuk:


• perkasaran permukaan beton yang kecil;
• membersihkan bagian-bagian korosi lepas, Sa 2,5 tidak tercapai;
• perawatan pasca dari penyemprotan api.

Pemecahan/Perkasaran dengan Palu Pemecah Batuan

Pemecahan adalah cara yang digunakan untuk memecahkan batuan alam. Permukaan
dikerjakan dengan sejenis palu sehingga bagian-bagian permukaan beton terlontar dan
terlepas.

Cara ini sesuai untuk :


• perkasaran permukaan beton yang kecil;
• membersihkan bagian-bagian korosi yang lepas, Sa 2,5 tidak tercapai.

Kerugiannya adalah:
• Paksaan dari pukulan palu dapat rr.engakibatkan te~adiny retak yang lebih dalam
pada beton, retak tersebut menyebabkan bahwa setelah pembersihan masih
terdapat bagian-bagian lepas dalam beton. lni mempunyai pengaruh negatif pada
ikatan.

Penyemprotan dengan Api

Dengan penyemprotan api diberikan suatu kejutan suhu pada beton yang akan
mencapai nilai sebesar 1500°C, yang akan membersihkan permukaan beton dengan
ketebalan antara 0,5 mm s/d 3 mm.

Cara ini tidak sesuai untuk :


• membersihkan beton sekeliling tulangan pada perbaikan beton;
• persiapan permukaan beton ringan.

Tetapi sesuai untuk:


• perkasaran permukaan beton;
• membersihkan hampir semua lapisan dan pencemaran permukaan;
• terutama sesuai untuk permukaan sangat tercemar.

Kerugiannya adalah :
• tulangan yang terbuka tidak boleh terkena api; bila terdapat risiko demikian maka
cara ini tidak boleh digunakan;
• untuk persiapan permukaan beton diperlukan bahan dan personil khusus, bila tidak
demikian maka mungkin te~adi kerusakan struktur yang parah;
• asap berbahaya dapat terlepas dengan penyemprotan api pada lapisan cat I bahan
sintetik tertentu;
• karena temperatur tinggi dapat te~adi dampak negatif pada permukaan beton,
sehingga diperlukan perawatan pasca untuk memperoleh ikatan memadai;
• penyemprotan api selalu memerlukan perawatan pasca;

40 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

• te~adi retak mikro pada permukaan, yang dapat mempunyai pengaruh negatif pada
kekuatan ikat, hasil percobaan membuktikan bahwa daya ikat menurun dibanding
permukaan yang disemprot tanpa api;
• bagian yang tidak diperbaiki harus terlindung dengan baik terhadap temperatur
panas;
• dengan penyemprotan api, batuan kecil terlontar dengan tenaga besar keluar dari
beton.

Keuntungannya adalah
• hampir tidak berdebu;
• kebisingan terbatas, dibandingkan penyemprotan dengan air bertekanan tinggi.

Sikat Mekanis

Cara ini sesuai untuk :


• membersihkan bagian-bagian korosi yang lepas, tetapi nilai Sa 2,5 tidak tercapai;
• digunakan sebagai perawatan lanjut setelah penyemprotan dengan api.

Pembersihan dengan Air Panas Bertekanan Tinggi (±150 bar, 90°C)

Cara ini sesuai untuk:


• membersihkan kotoran pada permukaan beton;
• membersihkan lapisan cat seperti c.at kwarsa dan lateks;
• membersihkan lapisan cat karet khlo.-ida, epoksi;
• membersihkan tumbuhan dan lumut ( yang hanya dimungkinkan bila digunakan air
panas dengan suhu 140°C dan penyemprotan dengan uap).

Penyemprotan dengan Kompresor Udara Bertekanan

Cara ini sesuai untuk :


• membersihkan debu tepat sebelum perbaikan;

Kerugiannya adalah:
• udara kompresor harus bebas minyak dan gemuk dimana umumnya udara
kompresor tidak bersih.

Pembersihan Permukaan

Kekuatan sambungan antara perbaikan dan beton lama sangat penting agar
perbaikan beton berfungsi dengan baik. lkatan perbaikan pada beton dasar akan
maksimal sebesar kuat tarik beton lama. Kuat ikat tinggi dapat dicapai pada
permukaan beton yang cukup kasar dan ber-kualitas baik setelah pengupasan bagian
tercemar dan lapisan permukaan.

lkatan antara beton dasar dan perbaikan dapat berkurang karena :


• bagian-bagian beton yang lepas;
• bagian -bagian beton yang tidak bersatu;
• serpihan beton yang lepas;
• acian yang terlalu rapat dan licin;
• pori-pori yang tertutup karena penekanan selama persiapan permukaan;
• kotoran;
• gemuk;

41 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

• minyak;
• minyak acuan;
• kompon perawatan;
• lapisan cat;
• tumbuhan, lumut;
• debu pada permukaan;
• pori-pori yang terisi debu.

Semua bagian tersebut harus dibersihkan agar perbaikan memperoleh ikatan


optimal. Setelah bagian-bagian yang lepas dan retak dibersihkan, umumnya
tertinggal bidang potong yang tidak bersih. Bidang potong tersebut harus dirawat
lebih lanjut. Beberapa cara untuk perawatan permukaan bidang potong akan
dijelaskan kemudian.

Sesuai dengan sistem perbaikan yang diterapkan, maka disyaratkan adanya


kelembaban pada beton dasar. Pada perbaikan dengan mortar semen terdapat risiko
bahwa beton dasar yang terlalu kering akan menyerap air dari mortar sehingga
kualitas perbaikan di bidang ikatan akan berkurang. Pada perbaikan dengan mortar
berperekat sintetik sering disyaratkan beton dasar yang cukup kering karena perekat
sintetik memerlukan lingkungan kering. Karena itu faktor kelembaban tersebut perlu
diperhatikan. Dengan bantuan bahan pengikat permukaan yang merupakan bagian
dari berbagai sistem perbaikan, ketergantungan pada kelembaban permukaan akan
berkurang. Bagian dari sistem perbaikan tersebut harus dike~an sesuai
persyaratan peng~a dari produsen atau dilc:kukan percobaan untuk memperoleh
hasil optimal.

Bila permukaan harus dibuat basah terlebih dahulu, maka beton dasar tidak boleh
terlalu basah, permukaannya harus redup atau jenuh kering permukaan.

Pada lokasi spalling yang telah mencapai tulangan dan menunjukkan adanya korosi
pada tulangan, maka korosi pada tulangan harus dibersihkan. Segala material seperti
serpihan beton, semen, oli (minyakllemak), karat/kerak pada tulangan dibersihkan
dengan memakai sikat kawatlbrusher. Lakukan penyemprotan dengan kompressor
atau vacum-cleaner/penghisap debu dan pastikan tidak adanya ko1oran yang masih
menempel pada seluruh bidang permukaan hasil chipping. Secara ilustrasi dapat
dilihat pada gambar (5.14).

Gambar (5.14) Gambar (5.15)


Pembersihan Korosi pada Tulangan dan Pelapisan Perekat (Bonding - Coat)
Permukaan Beton

42 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gambar 5.16 Pelapisan perekat

Pengaktifan Permukaan dan Pencampuran Bahan


Untuk memperoleh pengikatan memadai pada beton dasar diharuskan pembasahan
beton dasar secara lengkap dengan bahan pengikat, yang berfungsi juga untuk.
pengisian struktur permukaan yang menjadi kasar akibat pengupasan dan blast.
Terutama pada spesi mortar berbahan dasar polimer tetapi juga pada banyak spesi
mortar berbahan dasar semen. Spesi mortar dikomposisi sedemikian rupa dengan
bahan pengikat secukupnya untuk membungkus semua bahan pengisi dan diperoleh
mortar pekat dengan kekuatan tinggi. Untuk penyambungan baik pada beton
dasar/existing sering diperlukan perekat tambahan, seperti bahan halus, tanpa bahan
kasar tambahan. Perekat tambahan yang diperlukan ini dapat dipasang pada beton
dasar dengan cara dikuaskan dan tercipta suatu jembatan ikat antara beton dasar
dan perbaikan. Secara ilustrasi dapat dilihat pada gambar (5.16). Bahan bonding-coat
ini dapat juga dicampurkan sebelumnya kedalam material dempul, tergantung dari
petunjuklbrosur pembuat bahan tersebut dalam metoda penggunaan bahannya.

Pelapisan Permukaan
Untuk melakukan pendempulan pada bidang chipping yang mempunyai ketebalan >
10 mm, pendempulan sebaiknya dilakukan secara bertahap lapis demi lapis dengan
ketebalan tiap lapisan sebaiknya tidak lebih dari 10 mm. Lapisan dempulan yang
pertama harus dilakukan segera setelah bidang permukaan beton diberi Japisan
perekaUbonding-coat dan sebelum lapisan perekat ini mengering, karena jika
pelapisan material dempulan yang pertama ini dilakukan dalam kondisi perekat sudah
mengering, akan mempengaruhi kondisi/sifat kelekatan antara material
dempulan/pengisi dengan permukaan bidang beton yang akan diperbaiki/ditutup.
Secara ilustrasi dapat dilihat pada gambar 5.17

43 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

c •
- . - .
- -- ~A -~
- - . =:J
..
-: .--c

. - -.
' '

Gambar 5.17 Pengisian Bidang Chipping/Pendempulan

Perataan Permukaan
Setelah pek~an dempul selesai dilakukan selanjutnya dilakukan pekerjaan
finishing/perataan permukaan bidang hasil dempulan dengan bidang permukaan
beton disekitamya. Untuk meratakan dan membersihkan/merapikan permukaan
beton didaerah pertemuan beton lama dengan beton dempul ini dapat dilakukan
dengan menggunakan alat Gerinda dan vacum-cleaner/penghisap debu.

Curing
Curing pada pekerjaan perbaikan dengan metoda patching sangat perlu diperhatikan
dan dilakukan pengontrolan secara kontinu sehingga dapat dicegah kemungkinan
te~adiny effect shrinkage-crack, delamination yang disebabkan oleh proses
pengeringan yang tidaklkurang sempum:J.

Gambar 5.18 Hasil akhir patching.

5.4 Perbaikan Gompal dengan grouting


t'

A Persyaratan bahan
Bahan yang dipakai pada pelaksanaan pek~an jacketing adalah high
performance non shrink cementitious micro concrete. Secara umum persyaratan
material dapat dilihat pada Tabel 5.4.

44 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Tabel 5.4 Persyaratan bahan grouting

--
Data Teknls Persyaratan Material
Bahan dasar Semen Epoxy
Density (kg/1) 2,19 2,0
Pot life 300 C 25 menit 20 menit
3 hr :min. 25 3 hr :min. 110
Compresive
7 hr :min. 30 7 hr :min. 115
Strength (N/mm2)
28 hr : min. 52 28 hr: min. 120
Flexural Strength 3 hr :min. 37
(N/mm2) 28 hr: 5-10,5 7 hr :min. 39
28 hr: min. 40
Bond Strength 28 hr: 3-3.5 28 hr: min. 3
(N/mm2)

B. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan berukuran kecil yang disesuaikan dengan
penggunaan tabung/alat injeksi, namun tetap harus menjamin tercapainya
mutu/kualitas beton yang telah disyaratkan.
C. Bekisting/Cetakan
Bekisting/cetakan untuk jacketing, menggunakan bahan alumunium tebal minimal 2
mm yang diperkuat dengan ring besi untuk pengaku bekisting.
Penyangga/support untuk bekisting balok perkuatan dapat digunakan dari bahan
balok-balok kayu atau pipa-pipa besi dengan syarat dapat menjamin
kedudukan/posisi bekisting tidak mengalami perubahan/kuat dan stabil selama
proses grouting/injeksi berlangsung dan setelah selesai pekerjaan.

D. Metoda Pelaksanaan

Persiapan
Secara umum pekerjaan persiapan sama dengan pekerjaan penambalan/ pathing
padat bab 5.3.

Pembersihan Permukaan
Seperti halnya telah dibahas pada bab 5.3, pada lokasi spalling yang telah mencapai
tulangan dan menunjukkan adanya korosi pada tulangan, maka korosi pada tulangan
harus dibersihkan. Segala material seperti serpihan beton, semen, eli
(minyak/lemak), karat/kerak pada tulangan dibersihkan dengan memakai sikat
kawat/brusher. Lakukan penyemprotan dengan kompressor atau vacum-
cleaner/penghisap debu dan pastikan tidak adanya kotoran yang masih menempel
pada seluruh bidang permukaan hasil chipping.

45 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gambar 5.19 Pembongkaran beton yang lemah

Gambar 5.20 hasil pembersihan

Pemasangan Bekisting
Pemasangan cetakan/bekisting harus mampu menahan tekanan dari material yang
akan diinjeksi. Selanjutnya dipasang pipa inlet dan pipa lubang kontrol pada
bekisting.

46 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gambar 5.21 Pemasangan Bekisting

Pemasangan Regulator
Hubungkan regulator/tabung injeksi pada pipa inlet/titik injeksi dan hubungkan juga
dengan kompressor/grout-pump. Regulator/tabung harus dilengkapi dengan alat
pengatur besaran tekanan udara untuk mengatur kestabilan aliran injeksi.

Pendemoulan/Seal
Seluruh celah-celah yang ada pada bagian-bagian sambungan/pertemuan bekisting,
ditutup dengan dempul/seal untuk mencegah keluamya/bocoran material grouting.

Pelaksanaan lnjeksi
Pada penggunaan material injeksi diperlukan banyak perhatian untuk prosedur
pengadukan dan jumlahnya air. Sifat-sifat sangat tergantung dari jumlah air yang
tepat dan cara pengadukan yang tepat.

Pada pengadukan harus dicegah terjadinya terlalu banyak gelembung udara dalam
material injeksi. Dengan memilih pengaduk yang sesuai, terutama pengaduk paksa
yang lambat, dapat dicegah bahwa setelah pembukaan acuan masih banyak pori
udara.

Pelaksanaan injeksi material beton kedalam cetakan melalui pipa inlet dengan
tekanan sekitar 2-3 bar atau sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.

47 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gam bar 5.22 Memasukan material grout kedalam tabung injeksi

Gambar 5.23 lnjeksi material kedalam pipa inlet

Pembukaan Bekisting
Bekisting/cetakan baru dapat dibuka setelah 24 jam masa perawatan untuk
menghindari kerusakan pada permukaan beton.

48 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gambar 5.24 Setelah bekisting di buka

Perapihan/Finishing
Semua celah-celah atau rongga!lubang-lubang yang terbentuk setelah proses
pelepasan bekisting, harus diisi dan diratakan dengan dempullseal. Bidang-bidang
permukaan beton yang tidak beraturan/garis-garis tonjolan di lokasi pertemuan antara
beton lama dengan beton baru, diratakan dengan gerinda dan dibersihkan dengan
kompressor/vacum penghisap debu.

5.5 Pelapisan Permukaan


A. Persyaratan Bahan
Beton diserang karena terjadi perubahan kimiawi di dalam beton. Perubahan ini
disebabkan oleh gas dalam udara, seperti karbon dioksida, sulfat dioksida dan
senyawa nitrogen. Beton dapat dilindungi terhadap gas dari udara sengan bantuan
cat. Sistem cat menutup beton terhadap gas dari udara. Secara umum persyaratan
material dapat dilihat pada Tabel 5.6. Beberapa penyebab terjadinya kerus?l<an
beton akibat serangan kimiawi :

1. Alkalitas
Bila beton mengeras maka kelihatannya kering. Tetapi beton masih mengandung
air dalam pori. Air ini jenuh dengan kapur bebas. Selama pengeringan terjadi
pemisahan kapur bebas oleh air pada permukaan dan dalam pori beton. Proses ini
disebut alkalitas. Dalam bahasa teknik dikatakan bahwa beton segar bersifat
alkalis dengan nilai pH 13.
Alkalitas adalah perlindungan baik untuk tulangan beton. Tetapi permukaan alkalis
juga bekerja seperti sabun. Hal ini berarti bahwa beton memisahkan beberapa zat
pengikat cat dari lapisan cat, misalnya minyak dan produk yang mengandung
minyak. Dinding beton tidak dapat dilindungi dengan cat begitu saja. Alkalitas
beton harus ditentukan dengan cairan indikator (fenolftaline) atau dengan kertas
indikator.
2. Karbonasi
Arang dioksida dari udara bereaksi dengan kapur dari beton. Lalu kapur diubah
menjadi kalsiumkarbonat. Karena proses ini maka alkalitas beton menurun.
Sehingga baja tulangan dapat diserang oleh korosi. Nilai pH yang semula sekitar
13 secara pelahan berubah menjadi nilai netral. Proses perubahan akibat
pengaruh karbon dioksida disebut karbonasi.

49 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Karbonasi beton dapat diukur dengan memahat beton sampai ke tulangan.


Kemudian dengan bantuan cairan indikator (fenolftaline) dapat ditentukan medan
karbonasi.
3. Sulfatasi
Dalam beton terbentuk kalsiumsulfat. Hal ini te~adi akibat pengaruh senyawa
belerang dari udara. Bila beton menyerap air, volume beton naik. Karena ini
bagian-bagian beton tertekan keluar. Selain itu kalsium sulfat bersifat asam.
Sehingga alkalitas beton akan menurun. Proses ini disebut sulfatasi.
4. Khlorida
Dekat pantai terjadi endapan garam pada bangunan. Bila garam telah mencapai
tulangan, maka dapat te~adi korosi sumuran titik. Dalam garam terdapat khlorida
yang merugikan beton bertulang sehingga menyebabkan korosi sumuran titik.
Selain itu kadang-kadang pemah digunakan terlalu banyak CaCI2 dalam spesi
beton yang digunakan sebagai akselerator. Kelebihan dosis CaCI 2 dapat
menyebabkan korosi sumuran titik.
5. Sistem cat lama
Bila tebal lapisan cat lama terlalu tebal sehingga menyebabkan menurunnya
kemampuan lolosnya uap air. Selain itu lapisan cat lama dapat retak, melepas dan
beserbuk. Oleh karena itu lapisan cat lama harus dihilangkan. Pada obyek kecil,
lapisan cat ama dapat dikerik bersih. Setelah ini beton dicuci dengan air. Pada
obyek besar, lapisan cat lama dihilangkan dengan grit blast atau penyemprotan air
bertekanan tinggi.
6. Tumbuhan dan jamur
Beton yang tercemar diberi pra-perawatan dengan pembersihan tekanan tinggi
atau grit blast. Setelah pembersihan digu'lakan bahan untuk mematikan
tumbuhan. Bahan ini bekerja dalam waktu singkat. Karena ini pasca perawatan
harus dilakukan dengan produk yang menolak air.
7. Kulit semen
Bag ian ringan dari mortar tipis dapat melekat pada bekisting, misalnya semen dan
bahan agregat halus. Semen dan bahan agregat halus membentuk lapisan sangat
keras setelah pengerasan berlanjut. Lapisan keras yang tipis tersebut tidak begitu
terikat pada dasar dan seri ••g mudah lepas. Hal ini dinamakan kulit semen. Kulit
semen harus dihilangkan sebelum pengecatan. Bila tidak, maka kulit semen
melepas bersama dengan lapisan cat.

Jenis cat untuk perlindungan yang umum digunakan adalah :


1. Cat epoksi
Epoksi sering digunakan untuk tanki, pipa, bak penjemihan riol, instalasi kimia,
lantai teknik. Epoksi sangat sesuai untuk melindungi beton terhadap pengaruh
agresif. Epoksi juga mengikat baik pada berbagai substrat. Epoksi sangat peka
terhadap sinar ultra-violet. Hal ini merupakan kerugiannya. Pada penerapan yang
baik dimungkinkan untuk membuat lapisan sangat tebal. Produk baik + penerapan
baik = hasil akhir baik.

2. Produk poliuretan
Poliuretan tahan goresan dan mudah dibersihkan. Karena pengaruh kimiawi dalam
atmosfir (pencemaran-hujan asam) maka poliuretan sesuai sebagai lapisan akhir
pada sistem tertentu.
r'oliuretan diterapkan pada kereta api, kapal terbang, mebel dan mobil. Selain itu
juga digunakan pada obyek yang ditulisi. Karena kemampuan yang baik untuk larut,
maka dapat menghilangkan tulisan dengan kliner dapat dilakukan secara berulang.

50 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Tabel 5.5 Perbandingan epoksi : poliuretan

Sifat EP: PUR:


• pengikatan ++ +
• kilapan dan tahan wama +I- +
• tidak menjadi serbuk +I- +
• mudah dibersihkan + ++
• tahan secara mekania + ++
• tahan secara kimiawi ++ +
(lingkungan)
• tahan secara kimiawi + -
(sentuhan)
Keterangan : ++ = sangat balk
+ =
baik
+/- =
cukup
=
sedang

Tabel 5.6 Persyaratan bahan cat

Data Teknls Persyaratan Material


Bahan dasar Acrylic Epoxy Epoxy- Epoxy Epoxy Epoxy
Semen
Penggunaan Cat untuk Per1indungan
Sealent Per1indungan
Cat untuk Cat untuk p..'>flindungan untuk yang
Perlindu an water yang water
dekorasi
ng j proofing
dengan Havy
_QlJt}t abrasion
proofing
tidak per1u
water_Qroofing
Density (kg/1) 1,30 1,40 2,00 1,35 2,1 2,2
Pot life 300 C 30 menit 360 menit 40 menit 20 menit 20 menit 60 menit
300C: 2 - 50C: 18-48
Waktu Overcoating 200C:5 200C: 12-30
300C: 112 200C: 6-18
(jam) 300C: 10 350C:6-18
300C: 3-9
300C: 5 50C: 14
Perawatan penuh 200C :7
( hari )
300C: 1 - 300C: 9 200C:7
350C:6
300C:7
Teoritis per1apis - 72 - 100 200 250
Temperatur 10 40 - 10 5 7
minimum ( OC )

B. Alat
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan persiapan pembersihan permukaan beton
yang akan di coating, dilakukan dengan alat vacum/penghisap debu yang dilengkapi
dengan sikap/brusher untuk menyikaUmembersihkan permukaan. Untuk pelaksanaan
coatingnya dapat dilakukan dengan peralatan kain dan kuas tangan.

C. Metoda Pelaksanaan
Persiapan
Seluruh Japisan debu, minyakllemak atau materiallepas dan Japisan cosmetic Jainnya
yang dapat melemahkan ikatan pada pennukaan baton dikeluarkan dan dibersihkan
dari permukaan beton yang akan dicoating. Untuk menghindari debu yang
berterbangan disekitar lokasi pekerjaan coating, maka pembersihan permukaan
dilakukan dengan menggunakan alat vacum/penghisap yang didalamnya sekaligus
terdapat alat pembersih/brusher.

51 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Gambar 5.25 Pembersihan permukaan beton

Pekedaan Pelapisan (Coating)


Lakukan pelapisan/coating yang pertama pada seluruh permukaan beton dengan
menggunakan single epoxy prifi1er selanjutnya lakukan coating/pelapisan kedua
dengan bahan epoxy setebal 5 mm sesuai dengan penjelasan yang ada pada pasal
3.1 mengenai persyaratan bahan untuk pelindung/coating.

Gambar 5.26 Pengecatan

Curing
Curing pada pek~an pelapisan/coating dilakukan dengan cara mendiamkan
permukaan hasil coating ± 48 jam tanpa perlu perawatan lebih lanjut. Namun jika
kondisi dilapangan tidak mendesak, sebaiknya curing dilakukan dalam waktu 7 hari
untuk mencapai mutu/kualitas pekerjaan coating secara maksimal.

52 dari 53
Pd XX-XXXX-XXXX

Bibliografi

- ACI Committee 201, Guide For Making A Condition Survey Of Concrete Service,
ACI -1992
- ACI Committee 224, Causes, Evaluatin And Repair Of Crack In Concrete
Structure, ACI -1990
- ACI Committee 503, Standar Specification Of Repairing Concrete With Epoxy
Mortar, ACI -1992
- ACI Committee 546, Gude For Repair Of Concrete Bridge Superstructure, ACI -
1988
- Concrete Sociaty, Assessment and repair of fire-damaged concrete structures,
Technical report No. 33, 1990.
- Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bin a Marga, Sistem manajeman jembatan -
Catalan khusus pemeliharaan jembatan, BMS-1992
- Emmons, Peter, H., Concrete Repair and Mainenance Illustrated, R.S. Means
Company, Inc.
- IRE- CUR/Betoncerenigir.g, Manual Pelaksanaan perbaikan struktur beton untuk
tingkat menengah, 2002
- Lab. Mekanika Struktur, PPAU IR-ITB, Kursus singkat Perbaikan dan Perkuatan
struktur beton bertulang, ITS - 1998.
- Mays, G., Durability of Concrete (Investigation, Repair dan Protection), E&FN
Span 1992
- PT. INDULEXCO Consulting Group, Pekerjaan Desain Rehabilitasi Jetty
Konstruksi PT. Pupuk Kalimantan Timur- Bontang, 2004
- Regional Bettermans office IV, Pedoman Untuk Pengewasan Proyek Perbaikan
Lantai Jembatan Dengan Menggunakan Bdhan Perekat, 1987.
- Raina, W., K., Concrete Bridges (Inspection, Repair, Strengthening), Tata
McGrawhill - 1994.
- Tenias, Demetrios, E., W., K., Bridges Engineering (Design, Rehabilitation and
Maintenance), Tata McGrawhill- 1994.
- U.S. Transportation Research Board, Bridge Maintenance, corrosion, Joints seats
and polymer mortar material, 1887
- Xanthakos, Petros P., Bridge Strengthening and Rehabilitation, Prentice Hall
PTR, 1996.

53 dari 53
FORMULIR EV ALUASI LAPORAN AKHIR

JUDUL

KETUA TIM

BALAIIBIDANGIBAGIAN

~L ~
..................................~:.- ........................................ ········· ········-·································

KESIMPULAN : ,

{!)1. Disetujui
Perlu Perbaikan
Untuk Disyahkan

Bandung, ~f"Desmbr 2004

Tim Teknis,

tfc1~
k Uvn;:;;:;, j-
( ....................................~· )
NIP : .• ./J.fll)...[;2.?::!j ......

Keterangan : *) Pilih salah satu

D:\l.Proker\S.Sural_Sunrl\2003\MONEV\Pcnelujuan Lap Akhir.doc


I
I

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai