Anda di halaman 1dari 51

ROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN ADMIXTURE


TERHADAP MUTU BETON

Disusun Oleh :
Ardi Kesaulya
NIM . 1316174008

PRODI D4 TEKNIK KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI AMBON
2022

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI AMBON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI D4 TEKNIK KONSTRUKSI JALAN & JEMBATAN
Jl. Ir. M. Putuhena Wailela – Rumahtiga Ambon 97234Tlp./Fax(0911) 322715

LEMBARAN ASISTENSI PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Ardi Kesaulya


NIM : 1316174008
Program Studi : Teknik Konstuksi Jalan dan Jembatan
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pemakaian Admixture Terhadap Mutu
Beton
Pembimbing I : Ir. Vera Th. C. Siahaya, M.T

No. Tanggal Uraian Paraf

1.

2.

3.

4.

5.

i
6.

7.

8.

Ambon, 2022
Pembimbing I

Ir. Vera Th. C. Siahaya, M.T.


NIP . 19620811 199702 2 001
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI AMBON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI D4 TEKNIK KONSTRUKSI JALAN & JEMBATAN
Jl. Ir. M. Putuhena Wailela – Rumahtiga Ambon 97234Tlp./Fax(0911) 322715

LEMBARAN ASISTENSI PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Ardi Kesaulya


NIM : 1316174008
Program Studi : Teknik Konstuksi Jalan dan Jembatan
Judul Skripsi : Analisis Penggaruh Pemakaian Admixture Terhadap Mutu
Beton
Pembimbing II : Abraham Tuanakotta. ST. MT

No. Tanggal Uraian Paraf

1.

2.

3.

4.

5.
6.

7.

8.

Ambon, 2022
Pembimbing II

Abraham Tuanakota.ST.M.T
NIP: 19730603 200212 1 002

HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Skripsi berjudul :

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN ADMIXTURE


TERHADAP MUTU BETON
Yang disusun oleh ARDI KESAULYA (NIM : 1316174008)
Telah disetujui dosen pembimbing untuk dipertahankan dalam
seminar proposal skripsi
Ambon, 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Vera Th. C.Siahaya. M.T Abraham Tuanakota.ST. M.T


NIP. 19620811 199702 2 001 NIP. 19730603 200212 1 002

Mengetahui
Koordinator Prodi D4TKJJ

Ir. Vera Th. C. Siahaya, M.T.


NIP . 19620811 199702 2 001
JUDUL:

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN ADMIXTURE TERHADAP MUTU


BETON

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Beton Merupakan salah satu bahan struktur dalam konstruksi jembatan yang
umumnya di gunakan karena banyak memiliki kelebihan di bandingkan dengan
bahan lainnya, antara lain harganya relatif murah, material beton mudah di dapat
dan tahan terhadap api, namun beton juga mempunyai kekurangan yaitu lemah
teradap gaya tarik.

Perkembangan teknologi beton dewasa ini telah mengalami peningkatan


sedemikian pesatnya sehingga manusia di tuntut kreaktifitasnya dalam
menciptakan inovasi baru untuk kemajuan peradaban. Demikian pula dalam
bidang konstruksi, penelitian – penelitian sering di lakukan dalam upaya
menciptakan alternatif teknologi yang cukup inovatif. Struktur Jembatan yang
mengalami pembebanan besar, membutuhkan material yang berkualitas . Beton
berkualitas baik salah satu solusi untuk mengatasi kebutuhan struktur dalam
bidang pembangunan

Penelitian tentang beton yang terus berlangsung pada saat ini bertujuan untuk
mendapatkan beton berkualitas baik, Jika nilai fas tinggi maka campuran beton
mudah dalam pengerjaan (workability) baik sebaliknya jika nilai fas rendah maka
pengerjaan campuran beton agak sulit (workability) rendah.

pada umumnya jika ingin mendapatkan beton dengan mutu keawetan yang tinggi,
ada beberapa faktor yang harus di perhatikan, meliputi faktor air semen (fas),
agregat (agregat kasar maupun halus), metode pelaksanaan campuran beton. fas
yang sangat mempengaruhi mutu beton, nilai fas berbanding terbalik dengan
mutu beton, semakin tinggi nilai fas mutu beton rendah sebaliknya nilai fas
rendah mutu beton tinggi Jika nilai fas tinggi maka campuran beton mudah dalam
pengerjaan (workability) baik, sebaliknya jika nilai fas rendah maka pengerjaan
1
campuran beton agak sulit, maka di gunakan bahan tambah (admixture) sehingga
menghasilkan beton berkualitas baik yang di tergetkan bisa tercapai.

Dalam penelitian ini di gunakan bahan tambah jenis ADDITON H.E (ASTM CA
94 – 81, tipe A). yaitu bahan tambahan untuk beton sejenis water reduser
(pengurang air) dan meningkatkan slump. Bahan tambah jenis ini dapat
meningkatkan workability yang dapat mempermudah pengerjaan campuran beton
untuk di aduk, di tuang, di angkut dan di padatkan. Dengan menambahkan bahan
tambah ini ke dalam adukan beton di harapkan dapat mempermudah pekerjaan
pengadukan beton. Hal ini karena ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A)
adalah bahan campuran untuk beton yang berfungsi apabila di campurkan dengan
dosis tertentu dapat mengurangi jumlah pemakaian air dan maningkatkan
workability. Namun apabila dosis yang di gunakan berlebihan maka akan
menyebabkan menurunya kuat tekan beton.

Penggunaan zat admixture dalam beton haruslah dengan kadar yang tepat agar
dapat menghasilkan beton mutu tinggi sesuai dengan rencana, apabila penggunaan
zat Admixture tidak sesuai maka yang terjadi adala sebaliknya, yaitu tidak
meningkatkan kuat tekannya akan tetapi dapat menurunkan. Atas dasar
pertimbangan di atas, maka di lakukan penelitian mengenai kadar zat Admixture
yang optimum untuk campuran beton agar menghasilkan beton mutu tinggi sesuai
dengan rencana.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN ADMIXTURE
TERHADAP MUTU BETON

2
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan di kaji dalam penelitian ini yaitu:


Bagaimana pengaruh admixture saat pengurangan kadar air terhadap mutu beton

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui penggaruh pemakaian Admixture terhadap mutu beton.

D. Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini di perlukan batasan – batasan


sebagai berikut :

1. Kuat tekan beton rencana (f’c) 50 MPa.

2. Presentase pengurangan fas, zat Admixture pada campuran adalah 0%, 2%,
5%, 10% dari total presentase kebutuhan semen yang di rencanakan.

3. Bahan tambah yang di pakai adalah ADDITON H.E.

4. Semen yang di gunakan adalah semen PCC merek tonasa.

5. Agregat kasar yang di gunakan berupa batu pecah dengan ukuran agregat
maksimum 12,5 mm

6. Benda uji berupa silinder yang berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm, dengan 4
variasi yang masing – masing 5 sampel.

7. Penggujian berupa uji kuat tekan yang akan di lakukan setelah beton mencapai
umur 7 hari dan 28 hari.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Memeberikan informasi kepada produsen beton mengenai presentase zat


Admixture yang optimum untuk campuran beton.
3
2. Memberikan informasi tentang perbandingan mutu beton dari variasi sampel
beton dengan penambahan ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A).

3. Memberikan konstribusi pemiukiran ilmu di bidang struktur.

4. Sebagai referensi bagi penelitian selanjudnya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAULUAN

Dalam bab ini membahas latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan,
batasan masalah, sistematika penulisan dan bagan alir metode penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Pembahasan tinjauan menyangkut pengertian beton, jenis – jenis beton, sifat –


sifat beton, material pembentuk beton, faktor – faktor yang mempengaruhi kuat
tekan beton, proses hidrasi semen, metode standar SK-SNI 1990 serta rumus –
rumus pengolaan data hasil hasil uji kuat tekan beton.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Membahas tentang metode penggumpulan data, alat – alat yang di gunakan, bahan
– bahan yang di gunakan, pengujian material di laboratorium, pengujian slump,
pembuatan benda uji, perawatan beton, pengujian kuat tekan beton dan bagan alir
penelitian.

BAB IV. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas tentang hasil pengujian, pengolahan data, hasil pengujian slump dan
pembahasan.

BAB V. PENUTUP

Membahas tentan kesimpulan dan saran yang meliputi jawaban dan permasalahan
maupun harapan penulis pada tugas akhir ini.

4
II. LANDASAN TEORI

A. Beton

Beton merupakan material struktur yang umumnya di gunakan karena


penggunaanya yang sangat luas dalam bidang konstruksi bangunan sipil sebagian
besar bangunan komponen utamanya terbuat dari beton. Ada berbagai jenis beton
yang biasanya di gunakan dalam konstruksi antara lain beton normal, beton mutu
tinggi, dan beton ringan. Beton di katakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan
tekannya di atas 50 MPa. (Supartono, 1998 dalam Tri Mulyono, 2003).

Nugraha, P (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik yaitu setiap
butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian halnya dengan
ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitasdari mortar pada
adukan beton tersebut akan mempengaruhi mutu dari beton tersebut. Semen
merupakan unsur penting dalam adukan beton, meskipun jumlahnya hanya 7-
15% dari suatu campuran adukan beton. Beton dengan campuran semen yang
sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (learn concrete), sedangkan beton
dengan campuran semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete)
Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2 kelompok,
yaitu:
a. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Kelas dan mutu beton ini, dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:
1. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I
dinyatakan dengan B0.
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan K225. Pada mutu B1,
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-

5
bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
Pada mutu-mutu K125 dan K 175 dengan keharusan untuk memeriksa
kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih
tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh
tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara
kontinu.

b. Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 6 jenis, yaitu:


1. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih ringan
dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan untuk
memproduksi beton ringan pun merupakan agregat ringan juga. Agregat
yang digunakan umumnya merupakan hasil dari pembakaran shale,
lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil
pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m3 atau
berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440 1850
kg/m3, dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 MPa.

2. Beton normal

Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai


agregat halus dan batu pecah sebagai agregat kasar sehinggamempunyai
berat jenis beton antara 2200 kg/m3 2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar
15 40 MPa.
3. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat
isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk
menghasilkan beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis
yang besar.

6
4. Beton massa (mass concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang
besar dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.
Menurut Tjokrodimuljo (2007) beton memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan antara lain sebagai berikut ini.

a. Kelebihan
1. Harga yang relatif lebih murah karena menggunakan bahan- bahan dasar
yang umumnya mudah didapat
2. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan panas, tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya
perawatan menjadi lebih murah
3. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan
dengan baja tulangan yang mempunyai kuat tarik tinggi sehingga dapat
menjadi satu kesatuan struktur yang tahan tarik dan tahan tekan, untuk itu
struktur beton bertulang dapat diaplikasikan atau dipakai untuk pondasi,
kolom, balok, dinding, perkerasan jalan, landasan pesawat udara,
penampung air, pelabuhan, bendungan, jembatan dan sebagainya
4. Pengerjaan (workability) mudah karena beton mudah untuk dicetak dalam
bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan beton dapat dipakai beberapa
kali sehingga secara ekonomi menjadi lebih murah.
b. Kekurangan

1. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar bermacam
macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara perencanaan
dan cara pembuatannya bermacam- macam
2. Beton mempunyai beberapa kelas kekuatannya sehingga harus direncanakan
sesuai dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara
perencanaan dan cara pelaksanaan bermacam- macam pula
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh dan
mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara- cara untuk mengatasinya,
misalnya dengan memberikan baja tulangan, serat baja dan sebagainya agar
7
memiliki kuat tarik yang tinggi. Menurut Tjokrodimuljo (2007) beton
memiliki beberapa sifat yang dimiliki beton dan sering di pergunakan untuk
acuan adalah sebagai berikut ini.

a. Kekuatan
Beton bersifat getas sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya
rendah. Oleh karena itu kuat tekan beton sangat berbengaruh pada sifat yang
lain.
Tabel 2.1. Beton menurut kuat tekannya (Tjokrodimuljo, 2007)

Jenis Beton Kuat Tekan (MPa)

Beton sederhana

Beton normal 15 - 30

Beton pra tegang 30 - 40

Beton kuat tekan tinggi 40 80

Beton kuat tekan sangat tinggi > 80

8
b. Berat jenis
Tabel 2.2. Berat jenis beton (Tjokrodimuljo, 2007)
Jenis beton Berat jenis Pemakaian

Beton sangat ringan < 1,00 Non struktur

Beton ringan 1,00 2,00 Struktur ringan

Beton normal 2,30 2,40 Struktur

Beton berat > 3,00 Perisai sinar X

B. Sifat Beton Segar


Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan
peralatan yang dibutuhkan dalam pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan
mempengaruhi sifat-sifat beton pada saat mengeras. Ada dua hal yang harus
dipenuhi dalam pembuatan beton yaitu pertama sifat- sifat yang harus dipenuhi
dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras seperti kekuatan, keawetan
dan kestabilan volume. Kedua sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu
pendek ketika beton dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan
pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregasi. Akan tetapi sifat ini tidak dapat
dirumuskan dengan pasti dan berlaku untuk semua jenis bahan baku, kondisi
lingkungan dan cuaca disekitar lokasi pekerjaan. Sebagai contoh, campuran yang
mudah dikerjakan untuk pekerjaan lantai belum tentu akan mudah dikerjakan
pada cetakan balok dengan penampang sempit serta mempunyai penulangan
yang rapat.
Campuran beton direncanakan berdasarkan asumsi adanya hubungan antara siat-
sifat komposisi campuran dan sifat-sifat beton setelah mengeras. Untuk dapat
bertahan dengan sifat-sifat ini, maka beton harus dipadatkan secara seragam
pada cetakannya. Dengan demikian, pengetahuan tentang sifat beton merupakan
hal penting dalam upaya menghasilkan beton yang berkualitas baik setelah

9
mengeras.Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan melalui nilai slump. Maka
sifat ini dapat dijabarkan kedalam sifat-sifat yang lebih spesifik, yaitu:
1. Sifat kemampuan untuk dipadatkan (compactibiity).
2. Sifat kemampuan untuk dialirkan (mobility).
3. Sifat kemampuan untuk tetap dapat bertahan seragam (stability).
Keseluruhan sifat yang dibutuhkan untuk suatu campuran yang baik,
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

a. Sifat kemudahan dipadatkan dan dialirkan


Kedua sifat ini mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya dan
dapat dikatakan bahwa campuran yang mudah dialirkan akan mudah pula
dipadatkan. Ternyata untuk dapat memahami mengenai masalah aliran campuran
beton segar, prinsip-prinsip yang terdapat didalam ilmu tentang sifat aliran air
atau gas tidak dapat diterapkan pada campuran beton. Ini disebabkan karena
ilmu tentang aliran air dan gas didasarkan pada massa yang mempunyai ukuran
partikel/molekul atau atom yang seragam.
Salah satu sifat yang dapat menggambarkan kedua sifat tersebut adalah sifat
kekentalan campuran, walaupun sifat kekentalan ini tidak identik sepenuhnya
dengan sifat-sifat kemudahan untuk dialirkan. Untuk mengukur sifat kemudahan
pengerjaan dapat dilakukan dengan metode pengujian slump test.
b. Sifat dapat bertahan seragam
Sifat ini merupakan kebutuhan lain agar beton dapat dihasilkan mencapai
kekuatan optimal. Bertahan disini ialah tidak terjadi perubahan terhadap
keseragaman campuran akibat terjadinya pemisahan butiran agregat dengan
pasta semen selama proses pengangkutan, pengecoran dan pemadatan.
Campuran yang tidak stabil dapat ditandai dengan terpisahnya air dengan benda
padat serta timbulnya pemisahan agregat kasar dari pastanya.

1. Pemisahan agregat kasar dari campuran (segregasi)


Pemisahan ini terjadi bila adanya kohesi dari adukan beton tidak mampu
untuk menahan butiran agregat untuk tetap mengambang. Beton tidak
mungkin dipadatkan apabila terjadi pemisahan agregat kasar dari
adukannya, dan bila ini terjadi maka kualitas beton di tempat tersebut
10
kurang baik. Pengaruh segregasi dapat diatasi dengan mengubah susunan
gradasi dan kadar semen, dimana dengan cara ini campuran yang di hasilkan
masih tetap mempunyai sifat kemudahan untuk di kerjakan.
2. Pemisahan air dari campuran
Dapat terjadi akibat proses pengendapan butiran semen yang mengambang.
Proses ini terjadi setelah proses pengecoran dalam bakisting selesai.
Bleeding dapat diamati dengan terbentuknya lapisan air yang tergenang
dipermukaan beton. Pada campuran beton normal dengan kekentalan agak
tinggi, proses ini secara bertahap dengan merembesnya air keseluruh
permukaan beton.

3. Penguapan dan susut plastis


Pada daerah yang beriklim tropis, penguapan dapat mengganggu sifat
kemudahan pengerjaan campuran beton, karena campuran dengan segera
kehilangan keplastisannya sebelum proses pemadatan dapat dilakukan
secara sempurna. Penguapan menjadi permasalahan bila tingkat kecepat
penguapan melebihi kecepatan bleeding.

C. Kepadatan Beton
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik harus diperhatikan adalah kepadatan
beton. Faktor faktor yang mempengaruhi kepadatan beton antara lain:
1. Gradasi agregat
Gradasi agregat mempengaruhi kepadatan beton serta kuat tekan beton.
Agregat kasar yang tidak pecah atau kerikil alami biasanya licin dan bulat
menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan yang relatif rendah
dibandingkan dengan beton yang memakai batu pecah
2. Proporsi campuran
Yang dimaksud adalah proporsi volume dari bermacam macam bahan
pilihan dari campuran beton yang mempengaruhi workability.

11
3. Kadar air
Faktor kepadatan dikaitkan dngan kadar air beton. Kadar air dalam volume
campuran adalah penting menentukan w/c yang sekecil mungkin sehingga
pori pori beton semakin kecil.

D. Pemadatan Beton
Pemadatan dapat dilakukan pada beton dalam kadaan segar dan dalam keadaan
setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam keadaan segar adalah:
1. Untuk mengurangi rongga-rongga udara dalam beton, dapat dilakukan
dengan penekanan awal (initial pressure) sebelum beton mengeras.
2. Untuk mendapatkan kepadatan beton yang optimal

Pemadatan beton dapat dilakukan menggunakan batang penumbuk baja dengan


menusukkan pada beton, menggunakan alat getar mekanis (vibrator),
menggunakan mesin penggetar dan mesin sentrifugal, juga dapat memberikan
tekanan awal pada beton segar.

Tabel 2.3. Diameter tongkat penumbuk dan jumlah tumbukan (SNI2493:2011)

Silinder
Diameter penumbuk Jumlah tumbukan
Diameter silinder (mm)
(mm) per lapisan

50 sampai dengan < 150 10 25

150 16 25

200 16 50

250 16 75

12
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah:
1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 2
jam tergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat pemadat tidak boleh menggetarkan pembesiannya, karena akan
menghilangkan melepaskan kuat lekat antar besi dengan beton yang baru
dicor dan memasuki tahap waktu setting.
3. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu
naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meninggalkan
agregat di bagian bawah.

E. Perawatan Beton
Perawatan beton ialah suatu tahap akhir pekerjaan pembetonan, yaitu menjaga
agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak dipadatkan sampai proses
hidrasi cukup sempurna (kira-kira selama 28 hari). Kelembaban permukaan
beton itu harus dijaga agar air didalam beton segar tidak keluar. Hal ini untuk
menjamin proses hidrasi semen (reaksi semen dan air) berlangsung dengan
sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, maka oleh udara panas akan terjadi
proses penguapan air dari permukaan beton segar, sehingga air dari dalam beton
segar mengalir keluar, dan beton segar kekurangan air untuk hidrasi, sehingga
timbul retak-retak pada permukaan betonya. (Tjokrodimuljo, 2007). Pada curing
yang akan dilakukan, Air laut sendiri mengandung 3,5% zat garam, gas-gas
terlarut, bahan-bahan organik dan partikel tak terlarut. Zat garam utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida sebanyak 55%, natrium 31%, sulfat 8%,
magnesium 4%, kalsium 1%, potassium 1% dan sisanya terdiri dari bikarbonat,
bromide, asam borak, strontium dan florida kurang dari 1%.
Menurut SNI-2493-2011 perawatan benda uji beton di laboratorium dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menutup setalah pekerjaan akhir
Untuk menghindari penguapan air dari beton yang belum mengeras, benda
segera ditutup setelah pekerjaan akhir, lebih dipilih plat yang tak menyerap
dan reaktif atau lembaran plastik yang kuat, awet dan kedap air. Goni basah
dapat digunakan untuk menutup, tetapi harus diperhatikan untuk menjaga
13
goni tetap basah hingga benda uji dibuka dari cetakan. Letakan lembaran
plastik di atas goni akan melindungi goni untuk tetap basah. Lindungi
permukaan luar cetakan papan dari kontak dengan goni basah atau sumber
air lainnya sedikitnya untuk 24 jam setelah silinder dicetak. Air dapat
menyebabkan cetakan mengembang dan merusakkan benda uji pada umur
awal.

2. Pembukaan Cetakan
Membuka benda uji dari cetakan 24 jam ± 8 jam setelah pencetakan.
3. Kecuali bila ada persyaratan lain semua benda uji dirawat basah pada
temperatur 23ºC ± 1,7ºC mulai dari waktu pencetakan sampai saat
pengujian, dengan catatan temperatur dalam pasir basah atau di bawah goni
basah atau bahan yang serupa akan selalu lebih rendah dari atmosfir
sekitarnya jika penguapan terjadi. Penyimpanan selama 48 jam pertama
perawatan harus pada lingkungan bebas getaran. Seperti yang diberlakukan
pada perawatan benda uji yang dibuka, perawatan basah berarti bahwa
benda uji yang akan diuji harus memiliki air bebas yang dijaga pada seluruh
permukaan pada semua waktu. Kondisi ini dipenuhi dengan merendam
dalam air jenuh kapur dan dapat dipenuhi dengan penyimpanan dalam ruang
jenuh air sesuai dengan AASTHO M 201. Benda uji tidak boleh diletakkan
pada air mengalir atau air yang menetes. Rawat silinder beton struktur
ringan sesuai dengan standar ini atau sesuai dengan SNI 03-3402-1994.

F. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira agregat merupakan
bagian yang sangat penting karena karakteristik agregat akan sangat
mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1996).Agregat juga
adalah suatu bahan yang berasal dari buti – butir batu pecah, kerikil, pasir atau
mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil Faktor lain yang perlu diperhatikan
adalah gradasi atau distribusi ukuran butir agregat, karena bila butir-butir agregat

14
mempunyai ukuran yang seragam berakibat volume pori lebih besar tetapi bila
ukuran butirnya bervariasi maka volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan
butir yang lebih kecil akan mengisi pori di antara butiran yang lebih besar.
Agregat sebagai bahan penyusun beton diharapkan mempunyai kemampatan
yang tinggi, sehingga volume pori dan bahan pengikat yang dibutuhkan lebih
sedikit.
SNI 03-2834-1992 mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus
menjadi empat daerah atau zone yaitu: zona I (kasar), zona II (agak kasar), zona
III (agak halus) dan zona IV (halus) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.4
dan distribusi agregat kasar yang ditunjukkan pada Tabel 2.5

Tabel 2.4. Batas-batas gradasi agregat halus (SNI 03-2834-1992)

Ukuran Persentase berat yang lolos saringan


saringan
Zona I Zona II Zona III Zona IV

9,60 mm 100 100 100 100

4,80 mm 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100

2,40 mm 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100

1,20 mm 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100

0,60 mm 15 34 35 59 60 79 80 100

0,30 mm 5 20 8 30 12 40 15 50

0,15 mm 0 10 0 10 0 10 0 15

Tabel 2.5. Batas-batas gradasi agregat kasar (SNI 03-2834-1992)


15
Ukuran Persentase berat yang lolos saringan
saringan
5,38 (mm) 5,18 (mm)

38,0 mm 90 - 100 100

19,0 mm 35 - 70 90 - 100

9,6 mm 10 - 40 70 - 85

4,8 mm 0- 5 0 - 10

Ukuran agregat dalam prakteknya secara umum digolongkan ke dalam 3


kelompok yaitu:
1. Batu, jika ukuran butiran lebih dari 40 mm.
2. Kerikil, jika ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm.
3. Pasir, jika ukuran butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.
Agregat kasar menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia perlu
diuji ketahanannya terhadap keausan (dengan mesin Los Angeles). Persyaratan
mengenai ketahanan agregat kasar beton terhadap keausan ditunjukkan pada
Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Persyaratan kekerasan agregat kasar (SNI 03-2834-1992)

16
Maksimum bagian yang
Kekuatan Beton hancur dengan Mesin Los
Angeles, Lolos Ayakan 1,7
mm (%)

Kelas I (sampai 10 MPa) 50


20 MPa)
Kelas II (sampai 10 Mpa 40

Kelas III (diatas 20 MPa) 27


Sumber : (SNI 03-2834-1992)

G. Semen Portland
Semen merupakan serbuk yang halus yang digunakan sebagai perekat antara
agregat kasar dengan agregat halus. Apabila bubuk halus ini dicampur dengan
air selang beberapa waktu akan menjadi keras dan dapat digunakan sebagai
pengikat hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan
yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air,
maka akan terbentuk adukan yang di sebut mortar, jiga di tambah lagi dengan
agregat kasar (kerikil/batu pecah) maka akan terbentuk adukan yang biasa di
sebut beton. Semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan
kerikil sebagai kelompok pasif yang berfungsi sebagai pengisi. Penemu semen
(Portland cement) adalah joseph aspdin pada tahun 1824, seorang tukang batu
kebangsaan inggris. Di namakan semen Portland, karena awalnya semen di
hasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam di pulau Portland.
Fungsi semen ialah beraksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta semen
berfungsi untuk melekatkan butir – butir agregat agar menjadi suatu kesatuan
masa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen mengisi rongga antara butir –
butir agregat walaupun volume semennya kira – kira 10% saja dari volume
beton, namun karena merupakan bahan perekat yang aktif dan mempunyai harga
yan mahal dari pada bahan dasar beton yang lain perlu di perhatikan/dipelajari

17
secara baik. (Tjokoridimulyo,2004) unsur utama yang terkandung dalam semen
dapat di golongkan kedalam empat bagian yaitu: trikalsium silikat (C3S),
dikalsium silikat (C2S), trikalsium aluminat (C3A),dan tetrakalsium alminoferit
(C4AF). Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan
paling dominan dalam memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996).
1. Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SIO2 senyawa ini bila terkena air akan
langsung terhidrasi (proses reaksi semen dengan air), dan menghasilkan
panas akan penggaruh pada kecepatan pengerasan semen sebelum hari ke –
14
2. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SIO2) senyawa ini bila bereaksi denan
air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen
setelah lebih berumur 7 hari dan memberikan kekuatan akhir C2S juga
membuat tahan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan juga
mengurangi besar susutan pengeringan.
3. Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3 senyawa ini memberikan
kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama. Dalam semen
kandungan senyawa ini tidak boleh lebih dari 10% karena dapat
menyebabkan semen lemah terhadap serangan sulfat.
4. Tetrakalsium aluminofert (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3 senyawa ini
kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen. Kandungan
besi yang sedikit dalam semen putih akan memberikan kandungan C4AF
yang sedikit dalam semen, sehingga kualitas semen akan bertambah dari
segi kekuatannya.
Semen Portland berdasarkan tipe penggunaannya dibagi menjadi 5 tipe, yaitu
sebagai berikut ini.
1. Tipe I, yaitu Semen Portland untuk konstruksi umum yang penggunaan
tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan
pada jenis-jenis lain
2. Tipe II, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang

3. Tipe III, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan
18
kekuatan awal yang tinggi
4. Tipe IV, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan
panas hidrasi yang rendah
5. Tipe V, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.

H. Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi dengan
semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-butiran agregat agar
dapat dikerjakan dan dipadatkan. Proses hidrasi dalam beton segar
membutuhkan air kurang lebih 25% dari berat semen yang digunakan. Dalam
kenyataan, jika nilai faktor air semen kurang dari 35%, beton segar menjadi
tidak dapat dikerjakan dengan sempurna, sehingga setelah mengeras beton yang
dihasilkan menjadi keropos dan memiliki kekuatan yang rendah. Kelebihan air
dari proses hidrasi diperlukan untuk syarat- syarat kekentalan (consistency), agar
dapat dicapai suatu kelecakan (workability) yang baik. Kelebihan air ini
selanjutnya akan menguap atau tertinggal di dalam beton yang sudah mengeras,
sehingga menimbulkan pori-pori (capillary poreous).
Air adalah alat untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk penggunaan
beton. Jumlah air yang digunakan tentu tergantung pada sifat material yang
digunakan. Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan
mengganggu proses pengerasan atau ketahanan beton. Pengaruh kotoran secara
umum dapat menyebabkan:

1. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan.


2. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan.
3. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan.
4. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton.
5. Bercak-bercak pada campuran beton.
SNI 03-2847-2002 menjelaskan air untuk pembuatan beton minimal memenuhi
syarat sebagai air minum yang tawar, tidak berbau, dan tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat merusak beton, seperti minyak, asam, alkali, garam atau
19
bahan-bahan organis lainnya yang dapat merusak beton atau tulangannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada air, yang akan digunakan sebagai bahan
pencampur beton, meliputi kandungan lumpur maksimal 2 gr/lt, kandungan
garam-garam yang dapat merusak beton maksimal 15 gr/lt, tidak mengandung
khlorida lebih dari 0,5 gr/lt, serta kandungan senyawa sulfat maksimal 1 gr/lt.
Secara umum, air dinyatakan memenuhi syarat untuk dipakai sebagai bahan
pencampur beton, apabila dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari
90% kekuatan beton yang menggunakan air suling (Tjokrodimuljo, 1996).
Secara praktis, air yang baik untuk digunakan sebagai bahan campuran beton
adalah air yang layak diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Selain untuk reaksi pengikatan, dapat juga untuk perawatan sesudah beton
dituang. Air untuk perawatan (curing) harus memiliki syarat-syarat yang lebih
tinggi dari air untuk pembuatan beton. Keasamannya tidak boleh PHnya > 6,
juga tidak dibolehkan terlalu sedikit mengandung kapur.

I. Pemeriksaan Sifat Fisik Material di Laboratorium


Pemeriksaan sifat fisik material berguna dalam merencanakan campuran beton.
a. Uji berat jenis dan penyerapan agregat
Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat.
Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari
beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat
dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya serap
adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya
serap air agregat tersebut.

1. Pengujian berat jenis kerikil:

Dengan: BJ = Berat Jenis


BK = Berat Kerikil, gr
VK = Volume Kerikil, ml
2. Pengujian berat jenis pasir:

20
Dengan: BJ = Berat Jenis
BP = Berat Pasir, gr
VP = Volume Pasir, ml

b. Uji kadar lumpur


Pengujian kadar lumpur terhadap agreagat yang digunakan dalam komposisi
pembuatan agregat ringan ini berguna untuk mengetahui seberapa banyak
lumpur yang terdapat pada suatu agregat yang akan digunakan untuk pembuatan
beton ringan, karena kadar lumpur juga mempengaruhi mutu beton ringan itu
sendiri.
Untuk agregat kasar, kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron
(0,074 mm) maksimum 1%. Sedangkan untuk agregat halus, kadar lumpur atau
bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau No.200) dalam persen
maksimum (SK-SNI-T -15-1990-03).
1. Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3%.
2. Untuk agregat halus sebesar 5%.

Pengujian ini dilakukan dengan rumus:

Dengan: KL = Kadar Lumpur, %.

BP = Berat Pasir, gram.


BL = Berat Lumpur, gram.
c. Kadar air agregat
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen.

1. Perhitungan kadar air kerikil:

21
Dengan: KA = Kadar air, %.
BP = Berat kerikil, gram.
BL = Berat lumpur, gram.

2. Perhitungan kadar air pasir:

Dengan: KA = Kadar air, %.


BP = Berat pasir, gram.
BL = Berat lumpur, gram.

d. Uji analisa saringan (agregat halus)


Pengujian analisa saringan agregat halus ini dimaksudkan untuk mengetahui zona
agregat halus yang mempengaruhi porositas, selain itu juga berpengaruh terhadap
sifat kedap air, dan berpengaruh terhadap kepadatan. Sebelum agregat halus
dimasukkan dalam analisa saringan harus dalam kondisi SSD supaya tidak
menyerap air. Ada pun yang akan kita dapat dalam hasil pengujian yaitu,
Modulus Kehalusan Butir (MKB) ialah suatu indeks yang di pakai untuk
mengukur kehalusan atau kekerasan butir-butir agregat. MKB didefenisikan
sebagai jumlah persen kumulatif dari persen agregat yang tertinggal di atas satu
set ayakan (28, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 mm), kemudian nilai
tersebut di bagi dengan seratus.
Makin besar nilai MKB suatu agregat semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai MKB sekitar 1.50
3.8. Nilai ini juga dipakai sebagai dasar untuk perbandingan dari campuran
agregat. Untuk agregat campuran nilai MKB yang biasa bisa dipakai sekitar 5.0
6.0.

Selain MKB ada pula dinamakan gradasi agregat. Gradasi dapat dibedakan
22
menjadi tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapatkan campuran
beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat.
Untuk itu pengetahuan mengenai gradasi inipun menjadi penting. Dalam
pekerjaan beton yang banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang
harus memenuhi standar, namun untuk keperluan yang khusus sering dipakai
agregat ringan atau agregat berat.

e. Uji berat isi


Standar metode pengujian ini untuk menghitung berat isi dalam kondisi padat
atau gembur dan rongga udara dalam agregat. Ukuran butir agrerat kasar adalah
5 mm - 40 mm, agrerat halus terbesar 5 mm. Pengujian dalam kondisi padat
dilakukan dengan cara tusuk dan ketok. Dalam kondisi gembur dengan cara
sekop atau sendok (SK-SNI-T -15- 1990-03) 1990.
Bobot isi kering udara agrerat dihitung dalam kondisi kering oven dan kering
permukaan. Pada kondisi padat dan gembur memiliki berat isi yang berbeda
karena pada berat isi gembur masih terdapat rongga- rongga udara, berbeda
dengan berat isi padat yang dipadatkan dengan cara ditusuk sehingga berat isi
padat lebih berat daripada berat isi gembur karena berat isi padat tidak memiliki
rongga udara.
Pengujian ini dilakukan dengan rumus:

Dengan: BIP = Bobot Isi Pasir, gr/cm3.


BP = Berat Agregat, gram.
VA = Volume Agregat, cm3.
f. Kekerasan Agregat

Kekerasan merupakan lawan dari keausan. Ketahanan terhadap abrasi sering


dipakai sebagai indeks secara umum untuk kualitas agregat. Untuk mengetahui
kekerasan atau sifat tahan abrasi dengan pengujian berikut, yaitu dengan
menggunakan mesin Los angeles, mesin Rudolf dan mesin Rockwell. Pada
penelitian ini menggunakan mesin Los Angeles untuk menguji kekerasan agregat.

23
Dengan: LA = Los Angeles

A = Berat benda uji awal (gr)

B = Berat benda uji tertaham di saringan, (gr)

g. Slump Beton
Pengujian slump beton adalah suatu cara untuk mengukur kelecekan adukan
beton, yaitu kecairan/kekentalan adukan yang berguna dalam pekerjaan beton.
Slump merupakan besarnya nilai keruntuhan beton secara vertikal yang
diakibatkan karena beton belum memiliki batas yield stress yang cukup untuk
menahan berat sendiri karena ikatan antar partikelnya masih lemah sehingga
tidak mampu untuk mempertahankan ikatan semulanya. Pemeriksaan slump
dimaksud untuk mengetahui konsistensi beton dan sifat mudah dikerjakan
(workability) sesuai dengam syarat yang telah ditetapkan.

Tabel 2.9. Nilai-nilai Slump untuk Berbagai Pekerjaan, (PBBI 1971)

24
Slump (mm)
Jenis Pekerjaan

Maksimum Minimum

Dinding plat pondasi dan pondasi tapak


125 50
tulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison,
90 25
dan konstruksi bawah tanah
Plat, balok, kolom, dan dinding 150 50
Pekerjaan jalan 75 50
Pembetonan missal 75 25

Gambar 2.4 Keruntuhan slump

J. Prosedur Mixdsign Mnurut SNI 03-2834-2000.


Pada dasarnya, beton terdiri dari agregat , semen hidrolis, air, dan boleh
mengandung bahan bersifat semen lainnya dan atau bahan tambahan mineral
lainnya. Beton dapat mengandung sejumlah ronga – ronga udara yang
terperangkap atau dapat juga rongga udara yang sengaja di masukan melalui
penambahan bahan tambahan. Bahan tambahan mineral sering di gunakan untuk
mempercepat, memperlambat, memperbaiki sifat kemudahan pengerjaan
(workability), mengurangi air pencampur, menambah kekuatan, atau mengubah
sifat – sifat laindari beton yang di hasilkan.

Langkah-langkah perencanaan campuran beton berdasarkan Standar

25
Nasional Indonesia SNI 03-2834-2000 sebagai berikut:

1. Tentukan tekan beton yang disyaratkan (target mutu beton yang


diinginkan) f‘c pada umur beton tertentu (biasanya ditentukan
umur beton 28 hari);

2. Menghitung standar deviasi (Sr);

3. Menghitung nilai tambah (M) dengan rumus, M = 1.64 x Sr;

4. Menghitung mutu beton rata-rata (f’cr) dengan menggunakan rumus,


f’cr = f’c + M;
5. Menentukan type semen yang akan dipakai;

6. Menentukan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini


dapat dalam bentuk tak dipecahkan (pasir atau koral) atau
dipecahkan;

7. Menetapkan faktor air semen (fas) dengan cara mengetahui nilai


kuat tekan beton rata-rata pada umur 28 hari (dapat mengacu pada
poin 4 diatas) sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai
dan memploting grafik fas yang terdapat pada SNI 03-2834-2000
bisa menggunakan grafik fas untuk sampel yang berbentuk silinder
maupun kubus berdasarkan rencana sampel yang akan dibuat;

8. Tetapkan slump yang direncanakan;

9. Hitung jumlah kadar air bebas (W) dengan cara mengetahui ukuran
agregat maksimum, nilai slump sebagaimana yang telah ditentukan
pada poin 8, kadar air agregat kasar (Wk) dan kadar air agregat
halus (Wh). Rumus kadar air bebas (W) yaitu:

W = 0,33 Wk + 0,67 Wh

10. Hitung jumlah kadar semen (S) dengan menggunakan rumus


W
S=
fas

11. Nilai persentase agregat halus (h) dan agregat kasar (k)

26
didapatkan dari hasil laboratorium analisa saringan yaitu uji
saringan agregat kasar dan agregat halus;

12. Nilai berat jenis kering permukaan agregat halus (γh) dan berat
jenis kering permukaan agregat kasar (γk) yang didapatkan dari
hasil uji laboratorium analisa berat jenis agregat halus dan agregat
kasar;

13. Hitung berat jenis gabungan (γgabungan) dengan menggunakan


rumus

γ gabungan = (h x γh) + (k x γk);

14. Menetapkan berat volume beton segar (Wbeton) berdasarkan grafik


16 yang terdapat di SNI 03-2834-2000 dengan menilik nilai kadar air
bebas (W) yang terdapat pada poin 9 dan berat jenis gabungan
(γgabungan);
15. Besar nilai kadar agregat gabungan adalah Wbeton - S - W;

16. Menghitung jumlah kadar agregat halus (C) adalah persentase


agregat halus (h) yang terdapat pada poin 11 dikalikan dengan
jumlah kadar agregat gabungan yang terdapat pada poin 15;

17. Hitung jumlah kadar agregat kasar (D) yang besarnya adalah hasil
kali persentase agregat kasar (k) yang terdapat pada poin 11
dengan jumlah kadar agregat gabungan yang terdapat pada poin
15;

Prosedur perencanaan beton di atas, mulai dari poin 1 sampai poin 17


menghasilkan jumlah kadar material masing-masing bahan campuran

beton sebanyak 1 m3. Proporsi campuran beton segar dari prosedur


perencanaan tersebut diatas dihitung berdasarkan kondisi agregat dalam
keadaan jenuh kering permukaan

Sehingga perlu dilakukan koreksi nilai proporsi bahan campuran


beton sehingga mendapatkan komposisi bahan campuran beton yang
sebenarnya dan digunakan sebagai adukan beton yang akan diuji (Job
27
Mix Design). Nilai koreksi komposisi adukan beton harus terkoreksi
terhadap kadar air yang terdapat pada agregat dan koreksinya
menggunakan persamaan berikut ini:

1) Jumlah kadar air (W) terkoreksi = B – (Ck – Ca) x C / 100 – (Dk – Da)
x D / 100;

2) Jumlah kadar agregat halus terkoreksi = C + (Ck – Ca) x C / 100;

3) Jumlah kadar agregat kasar terkoreksi = D + (Dk – Da) x D / 100;

Keterangan:

B = Jumlah air
C = Jumlah agregat halus D =
Jumlah agregat kasar
Ca = Absorpsi air pada agregat halus (%) Da =
Absorpsi agregat kasar (%)
Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%) Dk =
Kandungan air dalam agregat kasar (%)
Dari hasil hitungan persamaan diatas, maka komposisi adukan beton
mengurangkan atau menambahkan hasil-hasil perhitungan ini, akan
kita peroleh susunan bahan campuran beton yaitu yang seharusnya

kita takar untuk tiap 1 m3 beton dengan ketelitian 5 kg. Setelah hasil
perancangan beton ini didapat, selanjutnya melakukan uji adukan
beton di laboratorium. Adukan beton yang akan diuji ini meliputi uji
beton segar dan uji beton keras.

Menguji beton segar dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan


pada saat pengerjaannya (sifat workability). Indikator kemudahan
dalam pengerjaan ini bergantung dari nilai slump beton. Hal-hal lain
yang diuji pada beton segar adalah mengetahui apakah terjadi bleeding
dan atau segregation. Menguji kekerasan beton dengan tujuan utama
yaitu mengetahui mutu beton karakteristik. Hal ini dilakukan dengan
cara membuat benda uji berbentuk silinder atau kubus dan dirawat

28
hingga umur 28 hari, kemudian dilakukan uji kuat tekan beton. Jika
pada pengujian ini tidak memenuhi syarat maka harus melakukan
perancangan ulang adukan beton hingga didapatkan komposisi yang
disyaratkan dalam aspek teknik yang diinginkan. Setelah tahapan
pembuatan campuran di laboratorium dilakukan maka proses
selanjutnya adalah

membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix Formula
(JMF) ke tempat pengolahan beton yang dapat berupa pengolahan
menggunakan mesin mixing biasa (molen) atau ke tempat pengolahan
beton yang besar (concrete plant). Selama masa pengolahan beton ini
berjalan maka proses pengawasan kualitas juga harus tetap dilakukan.
Komposisi beton pada dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor air
semen (fas), jenis semen dan agregat, juga kandungan semen dan
agregat. Seperti halnya susut, semakin besar faktor air semen dan
kandungan semen maka rangkak semakin besar. Semangkin banyak
agregat yang digunakan maka terjadi susut semakin sedikit. Berikut ini
faktor penyebab terjadinya rangkak dan susut pada beton:

1. Karakteristik material beton diantaranya yaitu kualitas semen,


homogenitas adukan dan kandungan mineral agregat;

2. Perbandingan air terhadap semen atau faktor air semen;

3. Pengaruh suhu pada saat proses pengerasan (temperature);

4. Nilai kelembaban nisbi pada saat material digunakan (humidity);

5. Pembebanan pada saat umur beton belum mencapai 100%;

6. Tes Slump;

7. Waktu pembebanan;

8. Tegangan yang terjadi pada beton;

9. Besar rasio dipermukaan komponen struktur.

29
Hubungan antara faktor air semen dan kekuatan beton dapat
ditulis dalam rumus Duff Abrams, (1919) sebagai berikut:

A
f’c =
B 1.5 x
f’c = Kuat tekan beton pada umur tertentu
X = Perbandingan berat antara air dan semen
A,B = Konstanta
Uji karakteristik material penyusun beton di laboratorium
mengacu pada standar SNI.

Jenis jenis pengujian material

1. Mutu dan cara uji agregat.

2. Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.

3. Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus.

4. Metode magujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar.

5. Cara uji berat is, volume produksi campuran dan kadar udara beton.

6. Spesifikasi bahan tambahan untuk beton.

7. spesifikasi ADDITON. H.E. sebagai tambahan untuk campuran beton

7. metode perawatan dan pembuatan benda uji beton di laboratorium.

8. metode pegujian kandungan udara pada beton segar.

9. spesifikasi beton siap pakai.

10. metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat.

11. semen tonasa campur.

12. semen tonasa

13. semen tonasa komposit

30
K. Defenisi Dan Jenis – Jenis Bahan Tambah
Bahan tambah (admixture) adalah bahan – bahan yang di tambahkan ke dalam
campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton berlangsung. Fungsi
dari bahan ini adalah mengubah sifat – sifat beton agar menjadi lebi cocok untuk
pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Menurut manual of concrete practice dalam admixture and concrete, tujuan
tujuan dari penggunaan bahan tambah adalah sebagaiberikut :
d. Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting
a. Menambah sifat muda pengerjaan tanpa menambah kandungan air
b. Menhambat atau mempercepat waktu pengikatan awal campuran beton
c. Mengurangi atau mencegah penurunan atau perubahan volume
d. Mengurangi segregasi
e. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan
beton segar
f. Megurangi kehilangan nilai slump.
e. Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting
a. Menghambat dan mengurangi panas selama proses pengerasan awal
(beton mudah)
b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur mudah
c. Menambah kekuatan beton
d Menambah sifat keawetan beton,ketahanan dari gangguan luar termasuk
serangan garam – garam sulfat
e. Mengurangi kapilaritas air
f. Mengurangi sifat permeabilitas
g. Mengontrol pengembangan yang di sebabkan oleh reaksi alkali dari alkali
termasuk alkali dsalam agregat
h. Menghasilkan struktur beton yang baik
i. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

31
Secara umum bahan tambah yang di gunakan dalam beton dapat di bedakan
menjadi dua yaitu :
1. Bahan tambah bersifat kimiawi (chemical admixture)
2. Bahan tambah yang bersifat mineral (additive).

a. Bahan tambah kimia


Jenis – jenis bahan tambah kimia di bedakan menjadi tujuh tipe bahan yaitu :
1. Tipe A”Water – Reducing Admixture” adalah bahan tambah yang
mengurangi air pencampur yang di perlukan untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu.
2. Tipe B”Retarding Admixture” adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Pengunaanya untuk menunda waktu
pengikatan beton, misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau untuk
memperpanjang waktu pemadatan, untuk menghindari cold joints dan
menghindari dampak penurunan saat beton segar saat pelaksanaan
pengecoran.
3. Tipe C”Accelerating Admixture” adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan kekuatan awal beton. Bahan ini di gunakan untuk
mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat
pencapaian kekuatan awal beton. Accelerating Admixture yang paling
terkenal adalah kalsium klorida.dosis maksimum adalah 2% dari berat
semen yang di gunakan.
4. Tipe D”Water Reducing and Retarding Admixture” adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang di
perlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
5. Tipe E”Water Reducing and Acelerating Admixture” adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang di
perlukan untuk mengasilkan beton yang berkonsistensinya tertentu dan
mempercepat pengikatan awal.

32
6. Tipe F”Water Reducing, High Range Admixture” adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang di perlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu sebanyak 12% atau lebih
7. Tipe G”Water Reducing, High Range Admixture” adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.
Jenis bahan tembah ini merupakan gabungan superplasticizer memudah
waktu pengikatan beton. Biasanya di gunakan untuk kondisi pekerjaan yang
sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola beton di sebabkan
keterbatasan rumah kerja.

b. Bahan tambah mineral (Additive)


Berapa bahan tambah mineral (Additive) diantaranya :
1. Abu terbang batu bara (flay ash)
Menurut ASTM C.168, abu terbang di devenisikan sebagai butiran halus
hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Abu terbang dapat
di bedakan mejadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang di hasilkan dari
pembakaran batu bara astrasit atau batu bara bitomius dan bau terbang kelas
C yang di hasilkan dari batu keras lignite atau subbmitemeus. Abu terbang
kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) labih dari 10% beratnya.
Kandungan kimia abu terbang tercantum dalam table 3.3 (ASTM C618 –
95).
2. Slag
Merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Devenisi slag menurut
ASTM C.989 “Standard Specification For Ground Granulated Blast
Furnance Slag For Use In Concreteand Mortar” adalah produk non mental
yang merupakan material berbentuk halus granular hasil pembakaran yang
kemudian di dinginkan, misalnya dengan mencelupkannya ke dalam air.
Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut
a. Mempertinggi kekuatan beton, karena karena kecenderungan lambatnya
kenaikan kuat tekan beton
33
b. Menaikan ratio antara kelenturan dan kuat tekan
c. Megurangi variasi kuat tekan
d. Mempertinggi kethanan terhadap sulfat dan air laut
e. Mengurangi serangan alkali silica
f. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu memperbaiki
penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton memperbaiki
keawetan karena pengaruh perubahan volume
g. Mengurangi porositas dan serangan klorida
3. Silica fume
Menurut ASTM C.1240 – 95 “Spesifikation For Silica Fume For Use In
Hidraulic Cement Concrete And Mortar” adalah material pozzolan yang
halus, dimana komposisi silica lebih banyak yang di hasilkan dari tanur
tinggi atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon (di kenal dengan
antara mikrosilika dengan silica fume). Penggunaan silica fume dalam
campuran beton di maksudkan untuk menghasilkan, beton dengan kekuatan
tekan yang tinggi. Misalnya untuk kolom struktur, dinding geser, pre-cast
atau beton prategang dan berapa keprluan lainnya. Kriteria beton kekuatan
tinggi sekitar 50 – 70 Mpa pada umur 28 hari. Penggunaan silica fume
berkisar 0 – 30%, untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dsan keawetan
beton dengan faktor air semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa
superplasticizer dan nilai slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987).
4. Pengalus gradasi (finely divided mineral admixture)
Bahan ini merupakan mineral yang di pakai untuk memperhalus perbedaan
– perbedaan dengan memberikan ukuran yang tidak ada atau kurang dalam
agregat, selain itu juga dapat di pergunakan untuk menaikan mutu beton
yang akan di buat. Kegunaan lainnya adalah mengurangi permeabilitas atau
ekspansi dan juga dan juga mengurangi biaya produksi beton. Contoh bahan
ini adala kapur hidrolis semen slag. Flay ash pozzolan alam yang sudah
menjadi kapur atau mentah. Berikut ini barapa besar keuntungan
penggunaan baan tambah mineral (Cain, 1994) adalah sebagai berikut :

34
a. Memperbaiki kinerja workability
b. Mengurangi panas hidasi
c. Mengurangi biaya pekerjaan beton
d. Mengurangi daya tahan terhadap serangan sulfat
e. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali – silica
f. Mempertinggi usia beton
g. Mempertinggi kuat tekan beton
h. Mempertingi keawetan beton
i. Mengurangi penyusutan
j. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.

L. ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A)


f. Dosis ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A)
c. Dosis 80.00 : 200 cc per zak/50kg SEMEN
d. Dosis 80.00 : kekuatan tekan beton umur 10 setara dengan beton biasa
umur 28 hari.
e. Dosis 120 cc : kekuatan tekan beton umur 7 hari setara dengan beton
biasa umur 28 hari.
f. Dosis 200 cc : kekuatan tekan beton umur 5 hari setara dengan beton
biasa umur 28 hari.

2. Kegunaan ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A)


a. Menghambat proses pengikatan awal dari tiga jam menjadi 4 ½ jam
sehingga waktu penuangan dan penurunan slump mejadi lebih lama dan
beton terhidar dari keretakan.
b. Meningkatkan kekuatan tekan akhir sampai 28% sehingga dapat di buat
campuran beton yang ekonomis.
c. Sebagai WATER REDUSER dapat megurangi jumla air adukan sampai
20% sehingga beton menjadi lebi bermutu tinggi dan kedap air.

35
d. Sebagai PLASTISATOR dapat meningkatkan nilai slump tanpa
menambah air adukan sehingga memudahkan pengerjaan atau penuangan.
3. Cara pemakaian ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A)
a. Pemakaian air adukan harus di kurangi sebanyak 20% dari pembetonan
biasa.
b. Pemakaian seman sedikitnya 300 kg/m³ atau perbandingan semen : pasir
=1:5
c. Berat air adukan tidak lebih daro 0,5 berat semen
d. Butiran pasir dan kerikil harus bersih dan sebaiknya di cuci
e. Campurkan ADDITON H.E dan adukan merata dan pembetonan seperti
biasa.
f. Pengecoran arus di lakukan secara berkesinambungan untuk mencega
terjadinya sambungan dingin (cool joint).
g. Selama pengecoran, adukan beton harus di padatkan sebaiknya dengan
alat pemadat/penggetar mekanis.
h. Perawatan beton untuk menjaga kelembaban dengan menutup karung
basah tetap di perlukan minimal selama 3 ari awal.

M. Kuat Tekan (Compressive Strength)


Compression Testing Machine merupakan alat uji kuat tekan beton secara
merusak (destructive test) dan pengujian menggunakan alat inilah yang paling
mendekati nilai kuat tekan beton sebenarnya dimana pengujian ini harus
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat Compression Testing
Machine.

Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui secara pasti akan
kekuatan tekan beton ringan pada umur 28 hari yang sebenarnya apakah sesuai
dengan yang telah disyaratkan. Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan
diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja
(Mulyono. T, 2004).
Tabel 2.7. Hubungan Kuat tekan beton terhadap Umur beton

36
Umur (hari) Kuat Tekan Beton (%)

7 65

14 88

28 100

Kuat tekan beton dapat di hitung dengan rumus:

Dengan: F = gaya maksimum dari mesin tekan, kg


A = luas penampang yang diberi tekanan, cm2
P = kuat tekan, kg/cm2

Tabel 2.8. Nilai Konversi Kuat Tekan Beton

Bentuk Benda Uji Perbandingan

Kubus: (15 x 15 x 15) cm 1,0

(20 x 20 x 20) cm 0,95

Silinder: (15 x 30) cm 0,83

37
Gambar 2.1. Metode pengujian secara langsung (direct)

Gambar 2.2. Metode pengujian secara semi langsung (semi direct)

Gambar 2.3. Metode pengujian secara tidak langsung (indirect)

38
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil tempat pada Laboratorium Politeknik Negeri
Ambon, Jl. Ir. M. Putuhena Wailela – Rumahtiga Ambon. untuk pengujian
agregat, semen, hingga pencampuran beton normal dengan mengunakan
bahan tambah aditif ADDITON H.E(ASTM CA 94 – 81, tipe A).
2. Waktu penelitian
Pembuatan benda uji dan pengujian di lakukan (bulan) 2022
g. Bahan bahan yang di gunakan
a. Semen portland
Semen portland yang di gunakan adalah semen portland merek semen
tonasa dengan kemasan 1 sak 50 kg.
b. Pasir

39
Pasir yang di gunakandalam penelittian ini merupakan pasir alam yang
diambil quary Laha, Ambon.
c. Air yang di gunakan sebagai bahan pencampur berasal dari Laboratorium
Politeknik Negeri Ambon.
d. Admixture
Penelitian ini menggunakan Admixture yaitu ADDITON.H.E yang
nantinya akan di campurkan pada campuran beton.

Gambar 3.1. Admixture ADDITON. H.E.


B. Jenis Data

1. Agregat Halus
a. Analisis Ayakan Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)
b. Berat isi
c. Pengujian kadar organic
d. Pemeriksaan kadar lumpur
2. Agregat kasar
a. Analisis ayakan batu pecah
b. Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian kerikil lewat ayakan no. 200)
menurut ASTM CA117-90
c. Pemeriksaan keausan dengan mesin los anggeles menurut ASTM C 131 –
89 dan ASTM c 535 – 89
d. Pemeriksaan berat isi batu pecah menurut ASTM C 29 / C 29 M – 90
40
e. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi batu pecah menurut ASTM C 127 –
88

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk menganalisa sebuah studi kasus dibutuhkan


beberapa pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan laporan skripsi.
Adapun beberapa pengumpulan data penelitian ini, yaitu:

1. Library research
Teknik kepustakaan ialah penelitian kepustakaan yang di laksanakan dengan
cara mebaca, menelan dan mencatat berbagai literature atau bahan bacaan
yang sesuai dengan pokok bahasan. dengan kata lain penelitian kepustakaan
merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada umumnya tidak terjun
langsung ke lapangan dalam pencarian sumber datanya.
2. Eksperimen
Eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan berencana untuk
membutikan kebenaran suatu teori dan sebagainya.

D. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai
data.Berdasarkan sumber data yang di pakai dalam penulisan ini menggunakan
data primer.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana:
1. Variabel bebas (X) : % fas
2. Variabel terikat (Y): Beton

F. Metode Analisis
Adapun metode analisis pada penelitian ini yaitu:
1. Pemeriksaan sifat fisik material di lanoratorium
2. Kuat tekan beton
41
G. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Material

Pengujian Material

Mix Desain (Perencanaan Campuran)

Pembuatan Sampel Beton dan Uji Slump

12 Buah Umur 7
12 Buah Umur 28
Hari Hari

Pengujian Kuat Tekan


Beton
42
Analisis dan Kesimpulan

Selesai

DAFTAR PUASTAKA

https://www.bilder.id/aditif-beton Builder Indonesia. (2019).


Admixture Beton Dan Berbagai Bahan TambahCampuran
Beton. Di Akses Pada 12 Desember 2021.
Arsitur Studio.(2020), Pengertian Semen, Bahan Penyusun,
Pabrikasi, Dan Kegunaannya. Di Akses Pada 2 Desember
2021.
Agergat: Pengertian, Fungsi, Klasifikasi, Dan Gradasi. (2019). Di
Akses Pada 3 September 2021.
https://text-id.123dok.com Anonim, 2000. Standar Nasional
Indonesia 03-6468-2000.’’ Tata Cara Perhitungan
Campuran Beton Berkekuatan Tinggi ‘’
Wisnumurti, dkk., 2007. Pengaruh Penggunaan Aksselerator
Megaset Merah Di Bawah Dosis Optimal Terhadap Kuat
Tekan Beton Dengan Berbagai Variasi Umur Beton, Jurnal
Rekayasa Sipil. Universiats Brawijaya. Malang
SNI T-03-2834-1993, Tata Cara Campuran Beton Normal. Jogja.
http://repositorsy.umy.ac.id Sulisyawati, Reni. 2009. Pengaruh Panggunaan Zat
Admixture Terhadap Kuat Tekan Beton. Fakultas Teknik Sipil
Universitas Wijayakusuma Purwokerto, Purwokerto.
Brzozowski P, Horszczaruk E, Hrabiuk K, 2017. The Influence of
Natural and Nano- Additives on Early Strength of Cement
Mortars. Procedia Engineering 172 (2017)127-134.
Mulyono T, 2003. Teknologi Beton. Andi. Yogyakarta.
43
Mulyono T, 2005. Teknologi Beton. Andi. Yogyakarta.

Nugraha P, Antoni, 2007. Teknologi Beton dari Material,


Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Andi. Yogyakarta.
Nugraha P, Antoni, 2007. Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton
Kinerja Tinggi. Andi. Yogyakarta

LAMPIRAN

Formulir Kerja Pengujian Kuat Tekan Beton


No. pengujian :
Jenis contoh :
Jumlah contoh :
Terima tanggal :
Diuji tanggal :
Diuji oleh :
Diperiksa oleh :
Pengujian Dilaksanakan sesuai cara uji SNI 1974-2011.
Nomo
Tanggal Umur Massa Dimensi Luas Gaya Kuat
r
Benda pembuata Benda Bidan
(hari) L w h Tekan Tekan Keterangan
uji n uji g
(mm
(kg) (mm) (mm) (mm2) (kN) (N/mm2)
)

44
Catatan:
…………, ……………………. 22
Mengetahui,
Penyelia Teknisi Lab.

(
( )
)

45

Anda mungkin juga menyukai