Disusun Oleh :
Ardi Kesaulya
NIM . 1316174008
i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI AMBON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI D4 TEKNIK KONSTRUKSI JALAN & JEMBATAN
Jl. Ir. M. Putuhena Wailela – Rumahtiga Ambon 97234Tlp./Fax(0911) 322715
1.
2.
3.
4.
5.
i
6.
7.
8.
Ambon, 2022
Pembimbing I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ambon, 2022
Pembimbing II
Abraham Tuanakota.ST.M.T
NIP: 19730603 200212 1 002
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Skripsi berjudul :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Koordinator Prodi D4TKJJ
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Beton Merupakan salah satu bahan struktur dalam konstruksi jembatan yang
umumnya di gunakan karena banyak memiliki kelebihan di bandingkan dengan
bahan lainnya, antara lain harganya relatif murah, material beton mudah di dapat
dan tahan terhadap api, namun beton juga mempunyai kekurangan yaitu lemah
teradap gaya tarik.
Penelitian tentang beton yang terus berlangsung pada saat ini bertujuan untuk
mendapatkan beton berkualitas baik, Jika nilai fas tinggi maka campuran beton
mudah dalam pengerjaan (workability) baik sebaliknya jika nilai fas rendah maka
pengerjaan campuran beton agak sulit (workability) rendah.
pada umumnya jika ingin mendapatkan beton dengan mutu keawetan yang tinggi,
ada beberapa faktor yang harus di perhatikan, meliputi faktor air semen (fas),
agregat (agregat kasar maupun halus), metode pelaksanaan campuran beton. fas
yang sangat mempengaruhi mutu beton, nilai fas berbanding terbalik dengan
mutu beton, semakin tinggi nilai fas mutu beton rendah sebaliknya nilai fas
rendah mutu beton tinggi Jika nilai fas tinggi maka campuran beton mudah dalam
pengerjaan (workability) baik, sebaliknya jika nilai fas rendah maka pengerjaan
1
campuran beton agak sulit, maka di gunakan bahan tambah (admixture) sehingga
menghasilkan beton berkualitas baik yang di tergetkan bisa tercapai.
Dalam penelitian ini di gunakan bahan tambah jenis ADDITON H.E (ASTM CA
94 – 81, tipe A). yaitu bahan tambahan untuk beton sejenis water reduser
(pengurang air) dan meningkatkan slump. Bahan tambah jenis ini dapat
meningkatkan workability yang dapat mempermudah pengerjaan campuran beton
untuk di aduk, di tuang, di angkut dan di padatkan. Dengan menambahkan bahan
tambah ini ke dalam adukan beton di harapkan dapat mempermudah pekerjaan
pengadukan beton. Hal ini karena ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A)
adalah bahan campuran untuk beton yang berfungsi apabila di campurkan dengan
dosis tertentu dapat mengurangi jumlah pemakaian air dan maningkatkan
workability. Namun apabila dosis yang di gunakan berlebihan maka akan
menyebabkan menurunya kuat tekan beton.
Penggunaan zat admixture dalam beton haruslah dengan kadar yang tepat agar
dapat menghasilkan beton mutu tinggi sesuai dengan rencana, apabila penggunaan
zat Admixture tidak sesuai maka yang terjadi adala sebaliknya, yaitu tidak
meningkatkan kuat tekannya akan tetapi dapat menurunkan. Atas dasar
pertimbangan di atas, maka di lakukan penelitian mengenai kadar zat Admixture
yang optimum untuk campuran beton agar menghasilkan beton mutu tinggi sesuai
dengan rencana.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN ADMIXTURE
TERHADAP MUTU BETON
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Batasan Masalah
2. Presentase pengurangan fas, zat Admixture pada campuran adalah 0%, 2%,
5%, 10% dari total presentase kebutuhan semen yang di rencanakan.
5. Agregat kasar yang di gunakan berupa batu pecah dengan ukuran agregat
maksimum 12,5 mm
6. Benda uji berupa silinder yang berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm, dengan 4
variasi yang masing – masing 5 sampel.
7. Penggujian berupa uji kuat tekan yang akan di lakukan setelah beton mencapai
umur 7 hari dan 28 hari.
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAULUAN
Dalam bab ini membahas latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan,
batasan masalah, sistematika penulisan dan bagan alir metode penulisan.
Membahas tentang metode penggumpulan data, alat – alat yang di gunakan, bahan
– bahan yang di gunakan, pengujian material di laboratorium, pengujian slump,
pembuatan benda uji, perawatan beton, pengujian kuat tekan beton dan bagan alir
penelitian.
Membahas tentang hasil pengujian, pengolahan data, hasil pengujian slump dan
pembahasan.
BAB V. PENUTUP
Membahas tentan kesimpulan dan saran yang meliputi jawaban dan permasalahan
maupun harapan penulis pada tugas akhir ini.
4
II. LANDASAN TEORI
A. Beton
Nugraha, P (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik yaitu setiap
butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian halnya dengan
ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitasdari mortar pada
adukan beton tersebut akan mempengaruhi mutu dari beton tersebut. Semen
merupakan unsur penting dalam adukan beton, meskipun jumlahnya hanya 7-
15% dari suatu campuran adukan beton. Beton dengan campuran semen yang
sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (learn concrete), sedangkan beton
dengan campuran semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete)
Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2 kelompok,
yaitu:
a. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Kelas dan mutu beton ini, dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:
1. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I
dinyatakan dengan B0.
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan K225. Pada mutu B1,
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-
5
bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
Pada mutu-mutu K125 dan K 175 dengan keharusan untuk memeriksa
kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih
tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh
tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara
kontinu.
2. Beton normal
6
4. Beton massa (mass concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang
besar dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.
Menurut Tjokrodimuljo (2007) beton memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan antara lain sebagai berikut ini.
a. Kelebihan
1. Harga yang relatif lebih murah karena menggunakan bahan- bahan dasar
yang umumnya mudah didapat
2. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan panas, tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya
perawatan menjadi lebih murah
3. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan
dengan baja tulangan yang mempunyai kuat tarik tinggi sehingga dapat
menjadi satu kesatuan struktur yang tahan tarik dan tahan tekan, untuk itu
struktur beton bertulang dapat diaplikasikan atau dipakai untuk pondasi,
kolom, balok, dinding, perkerasan jalan, landasan pesawat udara,
penampung air, pelabuhan, bendungan, jembatan dan sebagainya
4. Pengerjaan (workability) mudah karena beton mudah untuk dicetak dalam
bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan beton dapat dipakai beberapa
kali sehingga secara ekonomi menjadi lebih murah.
b. Kekurangan
1. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar bermacam
macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara perencanaan
dan cara pembuatannya bermacam- macam
2. Beton mempunyai beberapa kelas kekuatannya sehingga harus direncanakan
sesuai dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara
perencanaan dan cara pelaksanaan bermacam- macam pula
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh dan
mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara- cara untuk mengatasinya,
misalnya dengan memberikan baja tulangan, serat baja dan sebagainya agar
7
memiliki kuat tarik yang tinggi. Menurut Tjokrodimuljo (2007) beton
memiliki beberapa sifat yang dimiliki beton dan sering di pergunakan untuk
acuan adalah sebagai berikut ini.
a. Kekuatan
Beton bersifat getas sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya
rendah. Oleh karena itu kuat tekan beton sangat berbengaruh pada sifat yang
lain.
Tabel 2.1. Beton menurut kuat tekannya (Tjokrodimuljo, 2007)
Beton sederhana
Beton normal 15 - 30
8
b. Berat jenis
Tabel 2.2. Berat jenis beton (Tjokrodimuljo, 2007)
Jenis beton Berat jenis Pemakaian
9
mengeras.Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan melalui nilai slump. Maka
sifat ini dapat dijabarkan kedalam sifat-sifat yang lebih spesifik, yaitu:
1. Sifat kemampuan untuk dipadatkan (compactibiity).
2. Sifat kemampuan untuk dialirkan (mobility).
3. Sifat kemampuan untuk tetap dapat bertahan seragam (stability).
Keseluruhan sifat yang dibutuhkan untuk suatu campuran yang baik,
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
C. Kepadatan Beton
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik harus diperhatikan adalah kepadatan
beton. Faktor faktor yang mempengaruhi kepadatan beton antara lain:
1. Gradasi agregat
Gradasi agregat mempengaruhi kepadatan beton serta kuat tekan beton.
Agregat kasar yang tidak pecah atau kerikil alami biasanya licin dan bulat
menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan yang relatif rendah
dibandingkan dengan beton yang memakai batu pecah
2. Proporsi campuran
Yang dimaksud adalah proporsi volume dari bermacam macam bahan
pilihan dari campuran beton yang mempengaruhi workability.
11
3. Kadar air
Faktor kepadatan dikaitkan dngan kadar air beton. Kadar air dalam volume
campuran adalah penting menentukan w/c yang sekecil mungkin sehingga
pori pori beton semakin kecil.
D. Pemadatan Beton
Pemadatan dapat dilakukan pada beton dalam kadaan segar dan dalam keadaan
setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam keadaan segar adalah:
1. Untuk mengurangi rongga-rongga udara dalam beton, dapat dilakukan
dengan penekanan awal (initial pressure) sebelum beton mengeras.
2. Untuk mendapatkan kepadatan beton yang optimal
Silinder
Diameter penumbuk Jumlah tumbukan
Diameter silinder (mm)
(mm) per lapisan
150 16 25
200 16 50
250 16 75
12
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah:
1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 2
jam tergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat pemadat tidak boleh menggetarkan pembesiannya, karena akan
menghilangkan melepaskan kuat lekat antar besi dengan beton yang baru
dicor dan memasuki tahap waktu setting.
3. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu
naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meninggalkan
agregat di bagian bawah.
E. Perawatan Beton
Perawatan beton ialah suatu tahap akhir pekerjaan pembetonan, yaitu menjaga
agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak dipadatkan sampai proses
hidrasi cukup sempurna (kira-kira selama 28 hari). Kelembaban permukaan
beton itu harus dijaga agar air didalam beton segar tidak keluar. Hal ini untuk
menjamin proses hidrasi semen (reaksi semen dan air) berlangsung dengan
sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, maka oleh udara panas akan terjadi
proses penguapan air dari permukaan beton segar, sehingga air dari dalam beton
segar mengalir keluar, dan beton segar kekurangan air untuk hidrasi, sehingga
timbul retak-retak pada permukaan betonya. (Tjokrodimuljo, 2007). Pada curing
yang akan dilakukan, Air laut sendiri mengandung 3,5% zat garam, gas-gas
terlarut, bahan-bahan organik dan partikel tak terlarut. Zat garam utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida sebanyak 55%, natrium 31%, sulfat 8%,
magnesium 4%, kalsium 1%, potassium 1% dan sisanya terdiri dari bikarbonat,
bromide, asam borak, strontium dan florida kurang dari 1%.
Menurut SNI-2493-2011 perawatan benda uji beton di laboratorium dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menutup setalah pekerjaan akhir
Untuk menghindari penguapan air dari beton yang belum mengeras, benda
segera ditutup setelah pekerjaan akhir, lebih dipilih plat yang tak menyerap
dan reaktif atau lembaran plastik yang kuat, awet dan kedap air. Goni basah
dapat digunakan untuk menutup, tetapi harus diperhatikan untuk menjaga
13
goni tetap basah hingga benda uji dibuka dari cetakan. Letakan lembaran
plastik di atas goni akan melindungi goni untuk tetap basah. Lindungi
permukaan luar cetakan papan dari kontak dengan goni basah atau sumber
air lainnya sedikitnya untuk 24 jam setelah silinder dicetak. Air dapat
menyebabkan cetakan mengembang dan merusakkan benda uji pada umur
awal.
2. Pembukaan Cetakan
Membuka benda uji dari cetakan 24 jam ± 8 jam setelah pencetakan.
3. Kecuali bila ada persyaratan lain semua benda uji dirawat basah pada
temperatur 23ºC ± 1,7ºC mulai dari waktu pencetakan sampai saat
pengujian, dengan catatan temperatur dalam pasir basah atau di bawah goni
basah atau bahan yang serupa akan selalu lebih rendah dari atmosfir
sekitarnya jika penguapan terjadi. Penyimpanan selama 48 jam pertama
perawatan harus pada lingkungan bebas getaran. Seperti yang diberlakukan
pada perawatan benda uji yang dibuka, perawatan basah berarti bahwa
benda uji yang akan diuji harus memiliki air bebas yang dijaga pada seluruh
permukaan pada semua waktu. Kondisi ini dipenuhi dengan merendam
dalam air jenuh kapur dan dapat dipenuhi dengan penyimpanan dalam ruang
jenuh air sesuai dengan AASTHO M 201. Benda uji tidak boleh diletakkan
pada air mengalir atau air yang menetes. Rawat silinder beton struktur
ringan sesuai dengan standar ini atau sesuai dengan SNI 03-3402-1994.
F. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira agregat merupakan
bagian yang sangat penting karena karakteristik agregat akan sangat
mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1996).Agregat juga
adalah suatu bahan yang berasal dari buti – butir batu pecah, kerikil, pasir atau
mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil Faktor lain yang perlu diperhatikan
adalah gradasi atau distribusi ukuran butir agregat, karena bila butir-butir agregat
14
mempunyai ukuran yang seragam berakibat volume pori lebih besar tetapi bila
ukuran butirnya bervariasi maka volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan
butir yang lebih kecil akan mengisi pori di antara butiran yang lebih besar.
Agregat sebagai bahan penyusun beton diharapkan mempunyai kemampatan
yang tinggi, sehingga volume pori dan bahan pengikat yang dibutuhkan lebih
sedikit.
SNI 03-2834-1992 mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus
menjadi empat daerah atau zone yaitu: zona I (kasar), zona II (agak kasar), zona
III (agak halus) dan zona IV (halus) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.4
dan distribusi agregat kasar yang ditunjukkan pada Tabel 2.5
0,60 mm 15 34 35 59 60 79 80 100
0,30 mm 5 20 8 30 12 40 15 50
0,15 mm 0 10 0 10 0 10 0 15
19,0 mm 35 - 70 90 - 100
9,6 mm 10 - 40 70 - 85
4,8 mm 0- 5 0 - 10
16
Maksimum bagian yang
Kekuatan Beton hancur dengan Mesin Los
Angeles, Lolos Ayakan 1,7
mm (%)
G. Semen Portland
Semen merupakan serbuk yang halus yang digunakan sebagai perekat antara
agregat kasar dengan agregat halus. Apabila bubuk halus ini dicampur dengan
air selang beberapa waktu akan menjadi keras dan dapat digunakan sebagai
pengikat hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan
yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air,
maka akan terbentuk adukan yang di sebut mortar, jiga di tambah lagi dengan
agregat kasar (kerikil/batu pecah) maka akan terbentuk adukan yang biasa di
sebut beton. Semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan
kerikil sebagai kelompok pasif yang berfungsi sebagai pengisi. Penemu semen
(Portland cement) adalah joseph aspdin pada tahun 1824, seorang tukang batu
kebangsaan inggris. Di namakan semen Portland, karena awalnya semen di
hasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam di pulau Portland.
Fungsi semen ialah beraksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta semen
berfungsi untuk melekatkan butir – butir agregat agar menjadi suatu kesatuan
masa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen mengisi rongga antara butir –
butir agregat walaupun volume semennya kira – kira 10% saja dari volume
beton, namun karena merupakan bahan perekat yang aktif dan mempunyai harga
yan mahal dari pada bahan dasar beton yang lain perlu di perhatikan/dipelajari
17
secara baik. (Tjokoridimulyo,2004) unsur utama yang terkandung dalam semen
dapat di golongkan kedalam empat bagian yaitu: trikalsium silikat (C3S),
dikalsium silikat (C2S), trikalsium aluminat (C3A),dan tetrakalsium alminoferit
(C4AF). Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan
paling dominan dalam memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996).
1. Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SIO2 senyawa ini bila terkena air akan
langsung terhidrasi (proses reaksi semen dengan air), dan menghasilkan
panas akan penggaruh pada kecepatan pengerasan semen sebelum hari ke –
14
2. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SIO2) senyawa ini bila bereaksi denan
air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen
setelah lebih berumur 7 hari dan memberikan kekuatan akhir C2S juga
membuat tahan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan juga
mengurangi besar susutan pengeringan.
3. Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3 senyawa ini memberikan
kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama. Dalam semen
kandungan senyawa ini tidak boleh lebih dari 10% karena dapat
menyebabkan semen lemah terhadap serangan sulfat.
4. Tetrakalsium aluminofert (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3 senyawa ini
kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen. Kandungan
besi yang sedikit dalam semen putih akan memberikan kandungan C4AF
yang sedikit dalam semen, sehingga kualitas semen akan bertambah dari
segi kekuatannya.
Semen Portland berdasarkan tipe penggunaannya dibagi menjadi 5 tipe, yaitu
sebagai berikut ini.
1. Tipe I, yaitu Semen Portland untuk konstruksi umum yang penggunaan
tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan
pada jenis-jenis lain
2. Tipe II, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang
3. Tipe III, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan
18
kekuatan awal yang tinggi
4. Tipe IV, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan
panas hidrasi yang rendah
5. Tipe V, yaitu Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
H. Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi dengan
semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-butiran agregat agar
dapat dikerjakan dan dipadatkan. Proses hidrasi dalam beton segar
membutuhkan air kurang lebih 25% dari berat semen yang digunakan. Dalam
kenyataan, jika nilai faktor air semen kurang dari 35%, beton segar menjadi
tidak dapat dikerjakan dengan sempurna, sehingga setelah mengeras beton yang
dihasilkan menjadi keropos dan memiliki kekuatan yang rendah. Kelebihan air
dari proses hidrasi diperlukan untuk syarat- syarat kekentalan (consistency), agar
dapat dicapai suatu kelecakan (workability) yang baik. Kelebihan air ini
selanjutnya akan menguap atau tertinggal di dalam beton yang sudah mengeras,
sehingga menimbulkan pori-pori (capillary poreous).
Air adalah alat untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk penggunaan
beton. Jumlah air yang digunakan tentu tergantung pada sifat material yang
digunakan. Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan
mengganggu proses pengerasan atau ketahanan beton. Pengaruh kotoran secara
umum dapat menyebabkan:
20
Dengan: BJ = Berat Jenis
BP = Berat Pasir, gr
VP = Volume Pasir, ml
21
Dengan: KA = Kadar air, %.
BP = Berat kerikil, gram.
BL = Berat lumpur, gram.
Selain MKB ada pula dinamakan gradasi agregat. Gradasi dapat dibedakan
22
menjadi tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapatkan campuran
beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat.
Untuk itu pengetahuan mengenai gradasi inipun menjadi penting. Dalam
pekerjaan beton yang banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang
harus memenuhi standar, namun untuk keperluan yang khusus sering dipakai
agregat ringan atau agregat berat.
23
Dengan: LA = Los Angeles
g. Slump Beton
Pengujian slump beton adalah suatu cara untuk mengukur kelecekan adukan
beton, yaitu kecairan/kekentalan adukan yang berguna dalam pekerjaan beton.
Slump merupakan besarnya nilai keruntuhan beton secara vertikal yang
diakibatkan karena beton belum memiliki batas yield stress yang cukup untuk
menahan berat sendiri karena ikatan antar partikelnya masih lemah sehingga
tidak mampu untuk mempertahankan ikatan semulanya. Pemeriksaan slump
dimaksud untuk mengetahui konsistensi beton dan sifat mudah dikerjakan
(workability) sesuai dengam syarat yang telah ditetapkan.
24
Slump (mm)
Jenis Pekerjaan
Maksimum Minimum
25
Nasional Indonesia SNI 03-2834-2000 sebagai berikut:
9. Hitung jumlah kadar air bebas (W) dengan cara mengetahui ukuran
agregat maksimum, nilai slump sebagaimana yang telah ditentukan
pada poin 8, kadar air agregat kasar (Wk) dan kadar air agregat
halus (Wh). Rumus kadar air bebas (W) yaitu:
W = 0,33 Wk + 0,67 Wh
11. Nilai persentase agregat halus (h) dan agregat kasar (k)
26
didapatkan dari hasil laboratorium analisa saringan yaitu uji
saringan agregat kasar dan agregat halus;
12. Nilai berat jenis kering permukaan agregat halus (γh) dan berat
jenis kering permukaan agregat kasar (γk) yang didapatkan dari
hasil uji laboratorium analisa berat jenis agregat halus dan agregat
kasar;
17. Hitung jumlah kadar agregat kasar (D) yang besarnya adalah hasil
kali persentase agregat kasar (k) yang terdapat pada poin 11
dengan jumlah kadar agregat gabungan yang terdapat pada poin
15;
1) Jumlah kadar air (W) terkoreksi = B – (Ck – Ca) x C / 100 – (Dk – Da)
x D / 100;
Keterangan:
B = Jumlah air
C = Jumlah agregat halus D =
Jumlah agregat kasar
Ca = Absorpsi air pada agregat halus (%) Da =
Absorpsi agregat kasar (%)
Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%) Dk =
Kandungan air dalam agregat kasar (%)
Dari hasil hitungan persamaan diatas, maka komposisi adukan beton
mengurangkan atau menambahkan hasil-hasil perhitungan ini, akan
kita peroleh susunan bahan campuran beton yaitu yang seharusnya
kita takar untuk tiap 1 m3 beton dengan ketelitian 5 kg. Setelah hasil
perancangan beton ini didapat, selanjutnya melakukan uji adukan
beton di laboratorium. Adukan beton yang akan diuji ini meliputi uji
beton segar dan uji beton keras.
28
hingga umur 28 hari, kemudian dilakukan uji kuat tekan beton. Jika
pada pengujian ini tidak memenuhi syarat maka harus melakukan
perancangan ulang adukan beton hingga didapatkan komposisi yang
disyaratkan dalam aspek teknik yang diinginkan. Setelah tahapan
pembuatan campuran di laboratorium dilakukan maka proses
selanjutnya adalah
membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix Formula
(JMF) ke tempat pengolahan beton yang dapat berupa pengolahan
menggunakan mesin mixing biasa (molen) atau ke tempat pengolahan
beton yang besar (concrete plant). Selama masa pengolahan beton ini
berjalan maka proses pengawasan kualitas juga harus tetap dilakukan.
Komposisi beton pada dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor air
semen (fas), jenis semen dan agregat, juga kandungan semen dan
agregat. Seperti halnya susut, semakin besar faktor air semen dan
kandungan semen maka rangkak semakin besar. Semangkin banyak
agregat yang digunakan maka terjadi susut semakin sedikit. Berikut ini
faktor penyebab terjadinya rangkak dan susut pada beton:
6. Tes Slump;
7. Waktu pembebanan;
29
Hubungan antara faktor air semen dan kekuatan beton dapat
ditulis dalam rumus Duff Abrams, (1919) sebagai berikut:
A
f’c =
B 1.5 x
f’c = Kuat tekan beton pada umur tertentu
X = Perbandingan berat antara air dan semen
A,B = Konstanta
Uji karakteristik material penyusun beton di laboratorium
mengacu pada standar SNI.
5. Cara uji berat is, volume produksi campuran dan kadar udara beton.
10. metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat.
30
K. Defenisi Dan Jenis – Jenis Bahan Tambah
Bahan tambah (admixture) adalah bahan – bahan yang di tambahkan ke dalam
campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton berlangsung. Fungsi
dari bahan ini adalah mengubah sifat – sifat beton agar menjadi lebi cocok untuk
pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Menurut manual of concrete practice dalam admixture and concrete, tujuan
tujuan dari penggunaan bahan tambah adalah sebagaiberikut :
d. Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting
a. Menambah sifat muda pengerjaan tanpa menambah kandungan air
b. Menhambat atau mempercepat waktu pengikatan awal campuran beton
c. Mengurangi atau mencegah penurunan atau perubahan volume
d. Mengurangi segregasi
e. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan
beton segar
f. Megurangi kehilangan nilai slump.
e. Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting
a. Menghambat dan mengurangi panas selama proses pengerasan awal
(beton mudah)
b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur mudah
c. Menambah kekuatan beton
d Menambah sifat keawetan beton,ketahanan dari gangguan luar termasuk
serangan garam – garam sulfat
e. Mengurangi kapilaritas air
f. Mengurangi sifat permeabilitas
g. Mengontrol pengembangan yang di sebabkan oleh reaksi alkali dari alkali
termasuk alkali dsalam agregat
h. Menghasilkan struktur beton yang baik
i. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.
31
Secara umum bahan tambah yang di gunakan dalam beton dapat di bedakan
menjadi dua yaitu :
1. Bahan tambah bersifat kimiawi (chemical admixture)
2. Bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
32
6. Tipe F”Water Reducing, High Range Admixture” adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang di perlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu sebanyak 12% atau lebih
7. Tipe G”Water Reducing, High Range Admixture” adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.
Jenis bahan tembah ini merupakan gabungan superplasticizer memudah
waktu pengikatan beton. Biasanya di gunakan untuk kondisi pekerjaan yang
sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola beton di sebabkan
keterbatasan rumah kerja.
34
a. Memperbaiki kinerja workability
b. Mengurangi panas hidasi
c. Mengurangi biaya pekerjaan beton
d. Mengurangi daya tahan terhadap serangan sulfat
e. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali – silica
f. Mempertinggi usia beton
g. Mempertinggi kuat tekan beton
h. Mempertingi keawetan beton
i. Mengurangi penyusutan
j. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.
35
d. Sebagai PLASTISATOR dapat meningkatkan nilai slump tanpa
menambah air adukan sehingga memudahkan pengerjaan atau penuangan.
3. Cara pemakaian ADDITON H.E (ASTM CA 94 – 81, tipe A)
a. Pemakaian air adukan harus di kurangi sebanyak 20% dari pembetonan
biasa.
b. Pemakaian seman sedikitnya 300 kg/m³ atau perbandingan semen : pasir
=1:5
c. Berat air adukan tidak lebih daro 0,5 berat semen
d. Butiran pasir dan kerikil harus bersih dan sebaiknya di cuci
e. Campurkan ADDITON H.E dan adukan merata dan pembetonan seperti
biasa.
f. Pengecoran arus di lakukan secara berkesinambungan untuk mencega
terjadinya sambungan dingin (cool joint).
g. Selama pengecoran, adukan beton harus di padatkan sebaiknya dengan
alat pemadat/penggetar mekanis.
h. Perawatan beton untuk menjaga kelembaban dengan menutup karung
basah tetap di perlukan minimal selama 3 ari awal.
Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui secara pasti akan
kekuatan tekan beton ringan pada umur 28 hari yang sebenarnya apakah sesuai
dengan yang telah disyaratkan. Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan
diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja
(Mulyono. T, 2004).
Tabel 2.7. Hubungan Kuat tekan beton terhadap Umur beton
36
Umur (hari) Kuat Tekan Beton (%)
7 65
14 88
28 100
37
Gambar 2.1. Metode pengujian secara langsung (direct)
38
III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil tempat pada Laboratorium Politeknik Negeri
Ambon, Jl. Ir. M. Putuhena Wailela – Rumahtiga Ambon. untuk pengujian
agregat, semen, hingga pencampuran beton normal dengan mengunakan
bahan tambah aditif ADDITON H.E(ASTM CA 94 – 81, tipe A).
2. Waktu penelitian
Pembuatan benda uji dan pengujian di lakukan (bulan) 2022
g. Bahan bahan yang di gunakan
a. Semen portland
Semen portland yang di gunakan adalah semen portland merek semen
tonasa dengan kemasan 1 sak 50 kg.
b. Pasir
39
Pasir yang di gunakandalam penelittian ini merupakan pasir alam yang
diambil quary Laha, Ambon.
c. Air yang di gunakan sebagai bahan pencampur berasal dari Laboratorium
Politeknik Negeri Ambon.
d. Admixture
Penelitian ini menggunakan Admixture yaitu ADDITON.H.E yang
nantinya akan di campurkan pada campuran beton.
1. Agregat Halus
a. Analisis Ayakan Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)
b. Berat isi
c. Pengujian kadar organic
d. Pemeriksaan kadar lumpur
2. Agregat kasar
a. Analisis ayakan batu pecah
b. Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian kerikil lewat ayakan no. 200)
menurut ASTM CA117-90
c. Pemeriksaan keausan dengan mesin los anggeles menurut ASTM C 131 –
89 dan ASTM c 535 – 89
d. Pemeriksaan berat isi batu pecah menurut ASTM C 29 / C 29 M – 90
40
e. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi batu pecah menurut ASTM C 127 –
88
1. Library research
Teknik kepustakaan ialah penelitian kepustakaan yang di laksanakan dengan
cara mebaca, menelan dan mencatat berbagai literature atau bahan bacaan
yang sesuai dengan pokok bahasan. dengan kata lain penelitian kepustakaan
merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada umumnya tidak terjun
langsung ke lapangan dalam pencarian sumber datanya.
2. Eksperimen
Eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan berencana untuk
membutikan kebenaran suatu teori dan sebagainya.
D. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai
data.Berdasarkan sumber data yang di pakai dalam penulisan ini menggunakan
data primer.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana:
1. Variabel bebas (X) : % fas
2. Variabel terikat (Y): Beton
F. Metode Analisis
Adapun metode analisis pada penelitian ini yaitu:
1. Pemeriksaan sifat fisik material di lanoratorium
2. Kuat tekan beton
41
G. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Persiapan Material
Pengujian Material
12 Buah Umur 7
12 Buah Umur 28
Hari Hari
Selesai
DAFTAR PUASTAKA
LAMPIRAN
44
Catatan:
…………, ……………………. 22
Mengetahui,
Penyelia Teknisi Lab.
(
( )
)
45