Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR

STRUKTUR BETON 1
PTS 246

Dibuat oleh :
Adelia Fariska Hapsari
F1G221072

Dosen Pembimbing :
Ir. M. Nuklirullah, S.T., M.Eng.

Asisten Dosen:
Wahyu Ashari, S.T.

KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK
SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan Tribrata KM.11 Pondok Meja, Mestong, Jambi 36364

HALAMAN PENGESAHAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa di
bawah ini:
Nilai
Nama : Adelia Fariska Hapsari
Nim : F1G221072
Program Studi : Teknik Sipil
Perguruan Tinggi : Universitas Jambi

Telah menyelesaikan Tugas Besar Struktur Baja I pada Semester Genap Tahun
Ajaran 2022/2023.

Jambi, Juni 2023

Mengetahui, Menyetujui,
Dosen Pengampu Asisten Dosen

Ir. M. Nuklirullah, S.T., M.Eng Wahyu Ashari, S.T.


NIP. 198906012019031012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan Tribrata KM 11 Pondok Meja, Mestong, Jambi 36364; e-mail : teknik@unja.ac.id

TUGAS BESAR MATA KULIAH STRUKTUR BETON I


Nama : Adelialia Fariska Hapsari.................................................................................
NIM : F1G221072........................................................................................................
Dosen Pengampu : Ir. M. Nuklirullah, S.T., M.Eng.
Asisten Dosen : Wahyu Ashari, S.T.

Rencanakan dan hitung elemen struktur balok dan pelat (Gambar 1) dengan menggunakan struktur
beton bertulang dengan ketentuan sebagai berikut:

Gambar 1.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan Tribrata KM 11 Pondok Meja, Mestong, Jambi 36364; e-mail : teknik@unja.ac.id

1. Beban
a. Beban mati tambahan : 0,7a kN/m2
b. Beban hidup : SNI 1727: 2020 (Lampiran 1)
(Note: a itu angka terakhir NIM, contoh M1C121009 maka a = 9)
2. Data teknis
a. Mutu baja tulangan, fy : 420 MPa
b. Mutu beton, fc’ : 30 Mpa (NIM 0, 2, 4, 6, 8), 35 Mpa (NIM 1, 3, 5, 7, 9)
3. Konsep desain menggunakan metode LRFD dengan mengacu pada SNI 2847: 2019.
4. Laporan tugas besar meliputi uraian pendahuluan, preliminary design, beban dan pola
pembebanan, analisis struktur, momen desain, geser desain, pendetailan tulangan serta gambar
rencana (pada kertas HVS A3).
5. Laporan tugas besar ditulis dengan cara diketik dan di print dengan kertas HVS A4 dengan
format sesuai dengan format laporan tugas besar/laporan praktikum pada umumnya.
6. Pemeriksaan atau asistensi tugas sekurang-kurangnya dilakukan sebanyak 3 kali secara
bertahap.
Jambi, Maret 2023

Asisten Tugas Besar


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan Tribrata KM 11 Pondok Meja, Mestong, Jambi 36364; e-mail : teknik@unja.ac.id

LAMPIRAN 1: Beban Hidup (SNI 1727: 2020)


1. Angka terakhir nim 3, 7
Fungsi gedung sebagai ruang penyimpanan perpustakaan
2. Angka terakhir nim 2, 6
Fungsi gedung sebagai ruang kelas sekolah
3. Angka terakhir nim 1, 5, 9
Fungsi gedung sebagai ruang blok sel lembaga hukum
4. Angka terakhir nim 0, 4, 8
Fungsi gedung sebagai ruang baca perpustakaan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan Tribrata KM 11 Pondok Meja, Mestong, Jambi 36364; e-mail : teknik@unja.ac.id

LAMPIRAN 2: DAFTAR ISI LAPORAN


Cover
Lembar Asistensi
Lembar Soal
BAB I: PENDAHULUAN
BAB II: DATA TEKNIS PERENCANAN
1.1. Kriteria Perencanaan
1.2. Preliminary Design
BAB III: DESAIN STRUKTUR
4.1. Perencanaan Pelat
3.1.1. Analisis struktur
3.1.2. Momen desain
3.1.3. Geser desain
3.1.4. Pendetailan tulangan
4.2. Perencanaan Balok
3.2.1. Analisis struktur
3.2.2. Momen desain
3.2.3. Geser desain
3.2.4. Pendetailan tulangan

GAMBAR RENCANA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan Tribrata KM 11 Pondok Meja, Mestong, Jambi 36364; e-mail : teknik@unja.ac.id

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak
dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-
perkembangan baik dalam teknologi pembuatan campurannya ataupun teknologi
pelaksanaan konstruksinya. Perkembangan yang telah sangat dikenal adalah
ditemukannya kombinasi antara material beton dan tulangan baja yang digabungkan
menjadi satu kesatuan konstruksi dan dikenal sebagai beton sederhana. Beton
sederhana banyak diterapkan pada bangunanbangunan struktural seperti: bangunan
gedung, jembatan, perkerasan jalan, bendungan air, tandon air dan berbagai
konstruksi lainnya. Beton sederhana pada bangunan gedung terdiri dari beberapa
elemen struktur, misalnya balok, kolom, plat lantai, pondasi, sloof, ring balok,
ataupun plat atap. Beton sederhana sebagai elemen balok harus diberi penulangan
yang berupa penulangan lentur (memanjang) dan penulangan geser. Penulangan
lentur dipakai untuk menahan pembebanan momen lentur yang terjadi pada balok.
Penulangan geser (penulangan sengkang) digunakan untuk menahan pembebanan
geser (gaya lintang) yang terjadi pada balok. Ada beberapa macam tulangan
sengkang pada balok, yaitu sengkang vertikal, sengkang spiral, dan sengkang
miring. Ketiga macam tulangan ini sudah lazim diterapkan dan sangat dikenal, yang
dikenal sebagai tulangan sengkang konvensional (Wahyudi, 1997).
Tulangan sengkang konvensional yang telah dikenal selama ini dalam
konsep perhitungannya dengan memperhitungkan, bahwa bagian tulangan sengkang
yang berfungsi menahan beban geser adalah bagian pada arah vertikal (tegak lurus
terhadap sumbu batang balok), sedangkan pada arah horisontal (bagian atas dan
bawah) tidak diperhitungkan menahan beban gaya yang terjadi pada balok. Hal ini
dikarenakan perilaku beban geser balok akan menyebabkan terjadinya keretakan
geser, yang pada umumnya dekat dengan bagian tumpuan balok (dengan beban
geser besar) kemudian menjalar kearah vertikal-horisontal menuju tengah bentang
balok. Retak geser pada balok tidak akan terjadi jika direncanakan dengan tepat
agar mampu menahan gaya geser tersebut (Kennet,1997).

1
Struktur Beton 1 PTS 246

Beton bertulang merupakan material yang digunakan pada sebagian besar


konstruksi bangunan, baik besar maupun kecil, misalnya gedung, bendungan,
jembatan dan masih banyak lagi. Beton bertulang terdiri dari campuran beton yang
dikombinasikan dengan tulangan baja, dimana beton berfungsi menahan gaya tekan
yang diakibatkan oleh beban yang diberikan sedangkan tulangan baja berfungsi
untuk menahan gaya tarik yang tidak dimiliki oleh beton
Beton bertulang (reinforced concrete) adalah suatu bahan bangunan yang
kuat, tahan lama, dan dapat dibentuk dalam berbagai bentuk serta ukuran. Beton
bertulang adalah bahan komposit yang merupakan gabungan dari dua jenis bahan,
yaitu beton (concrete) dan tulangan baja (steel). Beton merupakan campuran antara
kerikil / batu pecah, pasir, air, serta semen (PC) dengan perbandingan berat yang
tertentu (mix design). Untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan yang tinggi,
maka bahan-bahan campuran dari beton harus diuji dan diperiksa mutunya, sehingga
memenuhi mutu bahan yang disyaratkan.
Kekuatan tarik dari bahan beton besarnya hanya + 10% dari kekuatan
tekannya. Oleh sebab itu struktur beton direncanakan dengan anggapan bahwa beton
sama sekali tidak memikul gaya tarik. Untuk memikul gaya tarik yang ada,
dipergunakan tulangan baja. Kekuatan beton bertulang diperoleh dengan
menggabungkan sifat-sifat dari beton dan tulangan baja, sehingga didapatkan suatu
aksi komposit dari kedua bahan tersebut. Struktur beton bertulang merupakan jenis
struktur yang paling banyak dibangun dan digunakan orang. Untuk keperluan
perencanaan struktur beton bertulang, ada tiga aspek yang perlu mendapatkan
perhatian dari seorang perencana struktur yaitu:
1. Perhitungan mekanika gaya dari sistem struktur akibat pembebanan
2. Perhitungan jumlah tulangan yang diperlukan oleh elemen-elemen struktur
3. Penempatan dan pemasangan tulangan pada struktur
Selain pemahaman yang baik mengenai konsep dan teori dari struktur beton
bertulang, beberapa hal yang perlu disiapkan oleh seorang perencana struktur
adalah:
1. Standar pembebanan dan standar beton yang berlaku.
2. Komputer beserta programnya (software struktur)

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 2


Struktur Beton 1 PTS 246

Salah satu program komputer yang biasa dipakai untuk melakukan analisis
dan disain struktur adalah program SAP 2000. Namun program ini memiliki
beberapa kekurangan dalam menampilkan hasil disain elemen- elemen struktur.
Hasil disain yang berupa luasan tulangan lentur dan luasan tulangan geser dari
elemen balok dan kolom masih memerlukan perhitungan tambahan untuk proses
pendetailan, sehingga hal ini menjadi tidak praktis.
Pelat merupakan komponen struktural yang langsung dikenal beban di
atasnya. Balok merupakan komponen struktural yang menyalurkan beban dari pelat
menuju ke kolom. SNI- 2847-2019 mengatur mengenai tinggi minimum balok dan
pelat yang diizinkan jika tidak dilakukan control terhadap lendutan. Dimensi ini
digunakan untuk preliminary design pada balok dan pelat. Berdasarkan SNI-2847-
2019, dimensi balok dan pelat diatur seperti pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Ketebalan Minimum Pelat Solid Satu Arah Nonprategang
Kondisi tumpuan h minimum
Tumpuan sederhana l/20
Satu ujung menerus l/24
Kedua ujung menerus l/28
Kantilever l/10
(Sumber: SNI 2847:2019)
Tabel 1.2 Tinggi Minimum Balok Nonprategang
Kondisi perletakan Minimum h
Perletakan sederhana l/16
Menerus satu sisi l/18,5
Menerus dua sisi l/21
Kantilever l/8
(Sumber: SNI 2847:2019)
Nilai ketebalan minimum pelat dan tinggi minimum balok pada tabel 2.1 dan
tabel 2.2 belaku untuk beton yang memiliki mutu normal dan tulangan mutu fy =
420 MPa, untuk kasus lain nilai ketebalan minimum pelat dan tinggi minimum
balok harus dimodifikasi sesuai dengan aturan pada SNI 2847:2019.
Balok T adalah balok yang pengecorannya dilaksanakan bersamaan dengan
pengecoran pelat lantai atau sering disebut (monolit). Sehingga plat beton
diperhitungkan sebagai sayap dari balok, dengan lebar sayap tertentu. Secara umum
balok T dibagi menjadi 2 yaitu balok pinggir (exterior) dan balok tengah

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 3


Struktur Beton 1 PTS 246

(interior). Pada saat balok menahan beban, tidak semua bagian pelat yang berada
diatasnya berdeformasi. Semakin jauh pelat dari sumbu balok semakin kecil
konstruksi pelat itu mempengaruhi deformasi balok yang dihasilkan. Berdasarkan
SNI 2847:2019 untuk Balok-T nonprategang yang dibuat monolit atau pelat
komposit, lebar efektif sayap bf harus mencakup lebar badan balok bw ditambah
lebar efektif sayap yang menjorok sesuai Tabel 2.3, dimana h adalah ketebalan pelat
dan sw adalah jarak bersih antara balok- balok yang bersebelahan.
Tabel 1.3 Batasan Dimensi Lebar Sayap Efektif untuk Balok -T
Lokasi sayap Lebar sayap efektif di luar penampang balok
8h
Kedua sisi balok Sekurangnya: sw/2
ln/8
6h
Satu sisi balok Sekurangnya: sw/2
ln/12
(Sumber: SNI 2847:2019)

1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas besar struktur baja 1 ini dapat dilihat sebagi
berikut:
1. Dapat memahami struktur rangka batang, serta dapat memahami dan
menghitung desain perencanaan batang tarik dan batang tekan.
2. Agar dapat merencanakan dimensi gording dan kuda-kuda sesuai dengan
peraturan yang sudah di tentukan.
3. Agar dapat menganalisis gaya-gaya yang bekerja sesuai dengan peraturan
yang ada baik SNI maupun PPPBI.
4. Agar kita mengetahui bagaimana perhitungan jika menggunakan
sambungan las maupun sambungan baut.

1.3. Sistematis Penulisan


Adapun sistematis penulisan terdiri dari III bab yang sistematis
perumusannya sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan dan sistematis
penulisan.

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 4


Struktur Beton 1 PTS 246

2. BAB II DATA TEKNIK PERENCANAAN


Bab ini mendeskripsikan kriteria perencanaan dan Preliminary Design.
3. BAB III DESAIN STRUKTUR
Bab ini meliputi perencanaan pelat meliputi analisis struktur, momen desain,
geser desain, dan pendetailan tulangan. Kemudian perencanaan balok meliputi
analisis struktur, momen desain, dan pendetailan tulangan.

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 5


BAB II
DATA TEKNIK PERENCANAAN

2.1 Kriteria Perencanaan


Berikut merupakan gambar dari denah pelat dan balok yang akan
direncanakan pada tugas Struktur Baja I.

Gambar 2.1 Denah Pelat dan Balok


Berikut merupakan potongan A-A dari gambar denah pelat dan balok
ditas.

Gambar 2.2 Potongan A-A


Berikut merupakan data-data teknis yang diperlukan dalam perencanaan
pelat dan balok pada yang terdapat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2 adalah
sebagai berikut:
1. Panjang balok : 6 meter
2. Panjang pelat : 4 meter

6
TUGAS BESAR STRUKTUR BETON I PTS 246
3. Panjang kantilever : 1,5 meter
4. Mutu baja tulangan, fy : 420 MPa
5. Mutu beton, fc’ : 30 MPa (NIM GENAP)
6. Konsep desain : LRFD (Load and Resistance Factor Design)
7. Beban mati tambahan : 0,72 kN/m2 (angka terakhir NIM adalah 2)
8. Beban hidup : 1,92 kN/m2 (berdasarkan tabel 4.3.1 pada SNI
1727:2020, angka terakhir NIM adalah 2 sehingga yang digunakan adalah
fungsi gedung sebagai ruang kelas sekolah).

2.2 Preliminary Design


Preliminary design ini merupakan tahapan desain awal atau batasan dari
desain yang nantinya digunakan untu menentukan perhitungan tebal minimum
pelat, tebal minimum balok, dan dimensi balok.

2.2.1 Pelat
Pelat itu sendiri merupakan elemen horizontal dari suatu struktur yang
mendukung beban mati maupun beban hidup dan kemudian menyalurkannya ke
rangka vertical dari suatu system struktur. Berdasarkan pada SNI 2847:2019 untuk
menentukan ketebalan minimum pelat dapat dilihat berdasarkan kondisi dari
perletakan atau tumpuan dari pelat. Pelat dan balok pada perencanaan tugas besar
kali ini memiliki kondisi tumpuan pelat adalah kantilever, ujung menerus.
Tabel 2.1 Ketebalan Minimum Pelat Solid Satu Arah (non-prategang)
Kondisi Tumpuan h Minimum
Tumpuan l / 20
Satu ujung menerus l / 24
Kedua ujung menerus l / 28
Kantilever l / 10
Menentukan ketebalan minimum pelat yang digunakan berdasarkan tabel
7.3.1.1 yang terdapat pada SNI 2847:2019 adalah sebagai berikut:
1. Pelat kantilever
𝐿 1,5
= 𝑚
10 10
= 0,15 𝑚
= 150 𝑚𝑚
2. Pelat lantai

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 7


Struktur Beton I PTS 246
𝐿 4
= 𝑚
24 24
= 0,17 𝑚
= 170 𝑚𝑚
3. Kedua ujung menerus
𝐿 4
= 𝑚
28 28
= 0,14 𝑚
= 140 𝑚𝑚

2.2.2 Balok
Berdasarkan SNI 2847:2019, tentang tinggi minimum suatu balok.pada
pasal ini dijelaskan bahwa ketebalan dari keseluruhan pelat h tidak boleh kurang
dari batas minimum yang terdapat pada tabel 9.3.1.1 kecuali jika hasil hitungan
pada batas lendutan terpenuhi. Dari tabel tesebut juga dapat diketahui bahwa untuk
menentukan tinggi minimum balok dapat dilihat dari kondisi perletakan dari balok
tersebut, untuk kondisi perletakan balok pada denah yang telah diberikan adalah
menerus pada satu sisi.
Tabel 2.2 Tinggi Minimum Balok
Kondisi Perletakan h Minimum
Perletakan sederhana l / 16
Menerus satu sisi l / 18,5
Menerus dua sisi l / 21
Kantilever l/8
Untuk balok berdasarkan tabel 9.3.1.1 yang bersumber dari SNI 2847:2019,
tinggi balok dapat dihitung sebagai berikut:
1. Balok menerus satu sisi (eksterior)
𝐿
ℎ=
18,5
6
= 𝑚
18,5
= 0,32 𝑚
= 320 mm
= 𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 500 𝑚𝑚

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 8


TUGAS BESAR STRUKTUR BETON I PTS 246
𝑏 = 0,5 × ℎ
= 0,5 × (0,5 𝑚)
= 0,25 𝑚
= 250mm
= 𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 300 𝑚𝑚
2. Menerus dua sisi(interior)
𝐿
ℎ=
21
6
= 𝑚
21
= 0,29 𝑚
=290 mm
= 𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 500 𝑚𝑚

𝑏 = 0,5 × ℎ
= 0,5 × (0,5 𝑚)
= 0,25 𝑚
= 250mm
= 𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 300 𝑚𝑚

Gambar 2.3 Dimensi Balok

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 9


Struktur Beton I PTS 246
3. Lebar sayap efektif
SNI 2847:2019 pasal 6.3.2.1,dijelaskan bahwa untuk balok-T non-prategang
yang dibuat menyatu (monolit) atau pelat komposit, lebar efektif sayap (b f) harus
mencakup lebar badan balok (bw) ditambah lebar efektif sayap yang
menjorok,sesuai dengan tabel 6.3.2.1 dimana h itu sendiri meruapakan ketebalan
pelat dan untuk sw itu sendiri merupakan jarak bersih antara balok-balok yang
bersebelahan.

Gambar 2.4 Penampang Balok T dan L

Gambar 2.5 Lebar Efektif Balok T dan L

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 10


TUGAS BESAR STRUKTUR BETON I PTS 246
Berdasarkan pada gambar denah pelat dan balok yang telah diberikan pada
tugas besar beton I ini dapat dihitung lebar sayap efektif untuk balok T non-
prategang yang dibuat monolit, baik itu lokasi sayap kedua sisi balok maupun
posisi sayap satu sisi balok adalah sebagai berikut:
a. Lokasi sayap pada kedua sisi balok (balok interior)
Sekurangnya:
8 ℎ𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 8 × (170 𝑚𝑚)
= 1360 𝑚𝑚

𝑆𝑤 4000
= 𝑚𝑚
2 2

= 2000 𝑚𝑚

𝑙𝑛 4000 – 300
=
8 8

= 462,5 𝑚𝑚

Diambil dari nilai yang terkecil diatas yaitu nilai 𝑙𝑛 sebesar 462,5 mm untuk
8

menghitung lebar sayap efektif,


𝑙𝑛 𝑙𝑛
𝑏𝑓 = + 𝑏𝑤 +
8 8
= 462,5 𝑚𝑚 + 200 𝑚𝑚 + 462,5 𝑚𝑚
= 1225 𝑚𝑚 (𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 1250 𝑚𝑚)

Gambar 2.5 Lebar Sayap Efektif Balok Interior

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 11


Struktur Beton I PTS 246

b. Lokasi sayap pada satu sisi balok (balok eksterior)


Sekurangnya:
6 ℎ𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 6 × (170 𝑚𝑚)
= 1020 𝑚𝑚
𝑆𝑤 4000
= 𝑚𝑚
2 2

= 2000 𝑚𝑚

𝑙𝑛 4000 – 300
=
12 12

= 308,333 𝑚𝑚 ≈ 310 𝑚𝑚
Diambil nilai terkecil yaitu nilai 𝑙𝑛 sebesar 310 mm untuk menghitung lebar
12
sayap efektif,
𝑙𝑛
𝑏𝑓 = + 𝑏𝑤
12
= 310 𝑚𝑚 + 300 𝑚𝑚
= 610 𝑚𝑚 (𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 650 𝑚𝑚)

Gambar 2.6 Lebar Sayap Efektif Balok Eksterior

Keterangan:
bf = lebar sayap efektif
bw = lebar balok
h = tebal pelat
sw = panjang pelat
In = bentang bersih = jarak antara balok – lebar balok

Adelia Fariska Hapsari – F1G221072 12

Anda mungkin juga menyukai