TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh
Bimoadji Damar Ramadhan
051.0016.00016
Disusun Oleh:
Bimoadji Damar Ramadhan
05101600016
Telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Tugas akhir ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing
pada tanggal 21 Februari 2021
Dr. Lisa Oksri Nelfia, ST., MT., MSc Pratama Haditua Reyner Siregar, S.T., M.T.
NIK: 3505/USAKTI NIK: 3604/USAKTI
Mengetahui
Ketua Jurusan / Ketua Program Studi Sarjana
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang saya kerjakan dan telah selesai tanggal 21 Februari 2021, merupakan hasil
karya asli saya, apabila didapati pelanggaran berupa penjiplakan ( plagiat ) atau
kecurangan apapun maka saya bersedia untuk menerima sanksi / hukuman yang
akan dijatuhkan oleh Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti untuk saya.
Secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya menandatangani surat
pernyataan ini.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Trisakti berhak menyimpan, mengalihmedia /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
iii
REKAMAN KEGIATAN ASISTENSI /
BIMBINGAN
Nama Mahasiswa : Bimoadji Damar Ramadhan
NIM : 051001600016
Tahun Akademik & Semester : 2020/2021 Semester 9
Judul Tugas Akhir : Beton Geopolimer Berbahan Dasar Terak Besi dan
Terak Nikel dengan Curing Suhu Ruang
Pembimbing : Dr. Lisa Oksri Nelfia, S.T., M.T., M.Sc.
Pratama Haditua Reyner Siregar, S.T., M.T.
iv
14 3/2/2021 Diskusi BAB 1- 5
Dr. Lisa Oksri Nelfia, S.T., M.T., M.Sc Pratama Haditua Reyner Siregar, S.T., M.T
NIK:3505/USAKTI NIK:3604/USAKTI
v
BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR TERAK BESI DAN TERAK
NIKEL DENGAN CURING SUHU RUANG
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Trisakti
E-mail : bimoadjidr@gmail.com
ABSTRAK
Kata Kunci: Beton Geopolimer, Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, Terak Besi dan Terak
Nikel
vi
GEOPOLYMER CONCRETE BASED ON STEEL AND NICKEL SLAG
WITH AMBIENT CURING
E-mail : bimoadjidr@gmail.com
ABSTRACT
Keywords : Geopolymer Concrete, Compressive Strength, Split Tensil Strength, Steel and
Nickel Slag.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
penelitian tugas akhir ini dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan tugas akhir ini
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh pendidikan S1 pada
jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti,
DKI Jakarta.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan doa, bantuan, dukungan, dan semangat. Dalam
penulisan laporan tugas akhir ini mungkin tidak dapat terwujud tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak yang telah ikut membantu. Oleh karena itu dalam
kesempatan yang baik ini penulis mengucapan terima kasih kepada :
1. Allah Subhanahu wata’ala, yang telah memberikan rahmat, kasih
sayang, kesehatan, kemudahan dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini dengan baik.
2. Kedua orang tua penulis, Bapak Wahyono Adi dan Ibu Yuli Mulyati
serta saudara penulis Dimas Hanif Basworoadji Nugroho yang tidak
pernah putus berdoa, memberikan semangat, kasih sayang dan
dorongan dari segi apapun kepada penulis agar dapat menyelesaikan
penelitian Tugas Akhir ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Lisa Oksri Nelfia, ST., MT., MSc. selaku dosen pembimbing
penulis yang telah bersedia membantu, meluangkan waktu,
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan
penelitian Tugas Akhir ini
4. Bapak Pratama Haditua Reyner Siregar, ST., MT. selaku dosen co-
pembimbing penulis yang telah bersedia membantu, meluangkan
waktu, memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
pengerjaan penelitian Tugas Akhir ini
5. Ibu Ir. Sih Andayani, Dipl. HE. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti.
viii
6. Ibu Liana Herlina, ST., MT. selaku Kepala Praktikum Laboratorium
Beton, Universitas Trisakti yang telah mengizinkan penulis melakukan
pengujian di Laboratorium Beton, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Trisakti.
7. Ibu Christina Sari, SPd., MT. selaku Koordinator Tugas Akhir.
8. Bapak Drs. Dwi Prasetyo T.K.W. selaku dosen wali yang telah
membantu dan membimbing saya dalam perencanaan akademik dan
perkuliahan.
9. Seluruh jajaran Dosen, Staff dan Karyawan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Trisakti yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
kepada saya selama masa perkuliahan.
10. Bapak Sofyan Ependi Siregar, ST. selaku Kadept. QC & Eng. dan
Bapak David E. Tampubolon, ST. selaku Kabag. QC & Eng. PT. Jaya
Beton Indonesia, yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitian di Laboratorium PT. Jaya Beton Indonesia, Bitung.
11. Bapak Ilman, Bapak Uji, Bapak Indra, dan rekan-rekannya, yang telah
membantu saya dalam melakukan pengujian selama di Laboratorium
PT. Jaya Beton Indonesia, Bitung.
12. Bapak Ahda M. Lubis selaku Lab Supervisor dan Bapak Edy Haryanto
selaku Technical Engineer PT. Sika Indonesia
13. Desy Retnowati yang selalu memberikan saran, masukkan dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
14. Fadli Alghifari Rahman, Mukhammad Adam Balansi, Kartika Chika
Apsari Widya Kirana, Priscilla Azzahra Chairani, Isabella Permatasari,
Gemayel Sinuraya, Steven, Dwi Priambodo, Nicholas Dhaneswara dan
Ahmad Giofadhil sebagai sahabat penulis dari hari pertama yang selalu
memberikan gurauan dan semangat selama di perkuliahan.
15. Teman satu bidang Tugas Akhir Struktur Bahan yaitu Aldyan Putera
dan Abdurrazak Shahab yang telah membantu dan menjalankan Tugas
Akhir bersama.
ix
16. Emye Raka Bernusya, Ibnu Jamil Khairi, Alfien Hernanda Putra dan
Intan Wida Permatasari yang sudah membantu dan mau berdiskusi
bersama penulis mengenai Tugas Akhir ini.
17. Yunike Pritama Sudrajat, Insannul Ghufran, Eric Joshua Wuri, Arya
Wirawan Purnomo, M. Alfi Rachmansyah, Alya Adani Putri, Hot
Maruli Tua Frans Marihot Purba dan teman – teman Angkatan 2016
Jurusan Tenik Sipil, yang telah mewarnai hari – hari penulis selama
menempuh perjalanan di perkuliahan.
18. Kepada masyarakat Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, abang-
abang, kakak-kakak, dan adik-adik, yang telah membantu saya selama
masa perkuliahan.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Atas segala doa, semangat,
bantuan, dan dorongan penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhir
kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang tidak disengaja dalam
proses pengerjaan maupun hasil akhir di dalam laporan ini. Untuk itu, penulis
menerima berbagai masukan berupa kritik maupun saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk perbaikan laporan ini berikutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................... vi
xi
2.1 Umum ....................................................................................................... 7
2.4 Penggunaan Terak Nikel dan Terak Besi pada Beton Geopolimer ........ 11
3.5.2 Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton ................... 45
BAB IV ............................................................................................... 50
xii
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 50
4.1 Hasil Uji Binders .................................................................................... 50
BAB V ................................................................................................. 74
LAMPIRAN 1 .................................................................................... 80
LAMPIRAN 2 .................................................................................... 81
LAMPIRAN 3 .................................................................................... 82
xiii
LAMPIRAN 4 .................................................................................... 83
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur kimia poliasalat ..................................................................... 8
Gambar 2.2 Reaksi polikondensasi oleh alkali ....................................................... 9
Gambar 2.3 Nilai slump beton geopolimer ........................................................... 13
Gambar 2.4 Hasil kuat tekan beton geopolimer .................................................... 13
Gambar 2.5 Perbandingan kuat tekan pasta berbasis fly ash dengan penambahan
GGBFS .................................................................................................................. 14
Gambar 2.6 Perbandingan kuat tekan pasta berbasis fly ash – GGBFS dengan
penambahan HMNS .............................................................................................. 14
Gambar 2.7 Hasil nilai slump beton geopolimer berbasis fly ash dengan beragam
kandungan GGBFS ............................................................................................... 15
Gambar 2.8 Hasil nilai kuat tekan beton geopolimer berbasis fly ash dengan
beragam kandungan GGBFS ................................................................................ 15
Gambar 2.9 Perbandngan kuat tekan dengan penambahan GGBS ....................... 16
Gambar 2.10 Perbandingan kuat tarik belah dengan penambahan GGBS............ 16
Gambar 2.11 Perngaruh parameter terhadap kuat tekan beton geopolimer .......... 17
Gambar 2.12 Pengaruh suhu curing pada kuat tekan beton geopolimer ............... 18
Gambar 2.13 Hasil kuat tekan beton geopolimer .................................................. 18
Gambar 2.14 Kerangka berpikir ............................................................................ 20
xv
Gambar 3.9 (a) Sampel benda uji Ø 100 mm x 200 mm (b) Superplasticizer
(HRWR) Sika Viscocrete 8100 ............................................................................. 44
Gambar 3.10 Pengujian slump .............................................................................. 45
Gambar 3 11 (a) Pengujian kuat tekan beton (b) Pengujian kuat tarik belah beton
menggunakan digital compression machine ......................................................... 46
Gambar 3.12 Alur penelitian ................................................................................. 49
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Standar warna pelat organik .................................................................. 29
Tabel 3.2 Kesesuaian berat agregat kasar dengan jumlah bola ............................. 37
Tabel 3.3 Estimasi korelasi kuat tekan silinder beton berdasarkan diameter benda
uji (L/D = 2) .......................................................................................................... 46
Tabel 3.4 Metode uji untuk parameter material .................................................... 47
Tabel 3.5 Data benda uji ....................................................................................... 48
Tabel 4.1 Hasil Pengujian kerosene untuk terak besi dalam botol Le Chatelier... 50
Tabel 4.2 Hasil pengujian kerosene + terak besi 63,31 gr dalam botol Le Chatelier
............................................................................................................................... 50
Tabel 4.3 Hasil pengujian XRF terak besi ............................................................ 51
Tabel 4.4 Hasil pengujian kerosene untuk terak nikel dalam botol Le Chatelier . 51
Tabel 4.5 Hasil pengujian kerosene + terak nikel 63,13 gr dalam botol Le Chatelier
............................................................................................................................... 51
Tabel 4.6 Hasil pengujian XRF terak nikel ........................................................... 52
Tabel 4.7 Hasil pengujian kerosene untuk semen dalam botol Le Chatelier ........ 53
Tabel 4.8 Hasil pengujian kerosene + semen 64 gr dalam botol Le Chatelier...... 53
Tabel 4.9 Hasil sieve analysis agregat halus ......................................................... 54
Tabel 4.10 Hasil specific gravity agregat halus .................................................... 55
Tabel 4.11 Hasil pengujian berat isi dan persentase volume padat agregat halus 56
Tabel 4.12 Hasil pengujian kadar kotor agregat halus .......................................... 56
Tabel 4.13 Hasil pengujian daya serap air agregat halus ...................................... 57
Tabel 4.14 Hasil pengujian sieve anaysis agregat kasar ....................................... 58
Tabel 4.15 Hasil pengujian specific gravity agregat kasar ................................... 59
Tabel 4.16 Hasil pengujian berat isi dan volume padat agregat kasar .................. 59
Tabel 4.17 Hasil uji kadar kotor agregat kasar ..................................................... 60
Tabel 4.18 Hasil pengujian daya serap air agregat kasar ...................................... 60
Tabel 4.19 Hasil pengujian abrasi agregat kasar ................................................... 60
Tabel 4.20 Fraksi volume agregat kasar yang disarankan .................................... 62
Tabel 4.21 Estimasi pertama kebutuhan air pencampur dan kadar udara beton ... 62
xvii
Tabel 4.22 Rasio W/(c+p) yang disarankan dengan superplastiscizer.................. 63
Tabel 4.23 Proporsi campuran dasar OPC per m3................................................. 64
Tabel 4.24 Proporsi campuran dasar untuk G1, G2, G3 dan G4 per m3 ............... 65
Tabel 4.25 Proporsi campuran coba masing – masing komposisi binders setelah
koreksi kadar air per m3 ........................................................................................ 66
Tabel 4.26 Proporsi campuran sesuai dengan volume benda uji .......................... 68
Tabel 4.27 Hasil pengujian kuat tekan beton ........................................................ 70
Tabel 4.28 Hasil pengujian kuat tarik belah beton ................................................ 70
Tabel 4.29 Standar deviasi hasil pengujian kuat tekan ......................................... 70
Tabel 4.30 Standar deviasi hasil pengujian kuat tarik belah ................................. 70
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Spesifikasi superplasticizer Sika Viscocrete 8100 ............................ 80
Lampiran 2 Pengujian berat jenis waterglass ........................................................ 81
Lampiran 3 Tabel penambahan ekstra alkali pada masing - masing campuran .... 82
Lampiran 4 Spesifikasi OPC Tipe 1 ..................................................................... 83
xix
DAFTAR NOTASI
Ø = Diameter
○
C = Celcius
GGBS = Ground Granulated Blast Furnace Slag
G1 = 100% Terak Nikel
G2 = 75% Terak Nikel + 25% Terak Besi
G3 = 50% Terak Nikel + 50% Terak Besi
G4 = 25% Terak Nikel + 75% Terak Besi
H = Tinggi
HMNS = High Magnesium Nickel Slag
M = Molaritas
mm = Milimeter
MPa = Megapascal
OPC = Ordinary Portland Cement
SNI = Standar Nasional Indonesia
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
juga disalahkan atas dampak global dari penipisan sumber daya tidak terbarukan
seperti bahan bakar fosil, batu kapur dan tanah liat.
Untuk mengurangi gas karbon dioksida (CO2) dari hasil produksi semen,
maka diperlukan bahan pengikat yang baru untuk menggantikan Semen Portland
Biasa / Ordinary Portland Cement (OPC). Seiring perkembangan teknologi,
banyak peneliti yang mengembangkan beton ramah lingkungan yang dapat
menggantikan penggunaan Semen Portland Biasa (OPC) sebagai bahan utama
pengikat beton. Beton geopolimer merupakan jenis beton yang 100% tidak
menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya, melainkan menggunakan
bahan inorganik yang terdiri dari silikat (Si) dan aluminat (Al) sebagai material
utama serta reaktan alkalin untuk pengikat (Risdanareni et al., 2014). Bahan
beton geopolimer merupakan bahan-bahan dari hasil buangan atau limbah untuk
menggantikan penggunaan Semen Portland Biasa (OPC), yaitu fly ash (abu
terbang), abu sekam padi, slag (terak), dan silica fume.
Terak nikel adalah limbah buangan dari industri pengolahan nikel
membentuk cairan panas yang kemudian mengalami pendinginan. Terak nikel
dibedakan menjadi 3 tipe bedasarkan bentuknya yaitu high, medium, dan low
slag (Mustika et al., 2016). Terak nikel banyak mengandung silika (SiO2),
magnesia (MgO), alumina (Al2O3), kalsium (CaO), dan ferro oksida (Fe2O3).
Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS) merupakan produk
sampingan yang diperoleh dari industri besi yang telah melangami pendinginan
dan telah dihaluskan hingga seperti semen (Bouaissi et al., 2019). Terak besi
atau GGBFS cukup banyak mengandung silika (SiO2), kalsium oksida (CaO)
dan alumina (Al2O3). Kandungan silika dan alumina yang terdapat pada terak
nikel dan terak besi (GGBFS) serta tambahan larutan alkali sebagai aktivator
menyebabkan campuran ini dapat digunakan sebagai bahan pengikat untuk
menggantikan penggunaan semen sehingga beton geopolimer menjadi ramah
lingkungan.
Penggunaan campuran terak nikel dan terak besi (GGBFS) sebagai bahan
utama pengikat beton geopolimer dengan komposisi tertentu adalah solusi untuk
meningkatkan karakteristik mekanik beton, dalam hal ini kuat tekan dan
3
beton mutu tinggi (high performance concrete) dengan 100% OPC sebagai
kontrol.
100% terhadap beton geopolimer berbasis fly ash yang menggunakan kadar
molaritas sebesar 10M lebih tingi jika dibandingkan dengan subtitusi GGBFS
sebanyak 75% dan 50% terhadap beton geopolimer berbasis fly ash. Selain itu,
penelitian dari Cao et al. (2018) menghasilkan bahwa, penambahan terak nikel
pada beton geopolimer berbasis GGBFS dapat menurunkan kuat tekan beton
geopolimer yang di-curing menggunakan suhu ruangan. Kadar molaritas NaOH
memberikan pengaruh terhadap kuat tekan beton geopolimer. Penelitian yang
dilakukan oleh Rama et al. (2019) menunjukan, seiring dengan kenaikan kadar
molaritas didalam NaOH maka kuat tekan beton geopolimer dengan campuran
GGBFS dan fly ash mengalami kenaikan juga. Penelitian dari Nelfia et al.
(2021) juga menunjukan kuat tekan beton geopolimer dengan kadar molaritas
12M lebih tinggi dari pada beton geopolimer dengan kadar molaritas 6M. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi et al. (2017)
yang menunjukan beton geopolimer dengan kadar molaritas NaOH 14M dan
rasio Na2SiO3:NaOH sebesar 2:1 mendapatkan kuat tekan tertinggi.
2.1 Umum
Beton merupakan material konstruksi yang paling sering digunakan pada
proyek konstruksi. Beton sering digunakan karena beton memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan material konstruksi lainnya. Kelebihan beton
sebagai material konstruksi diantaranya tahan terhadap api, memiliki kuat tekan
yang tinggi, dan mudah dibentuk (Tim Dosen Universitas Trisakti, 2012). Selain
itu, menurut Bouaissi et al. (2019), beton dipilih karena ketersediaan, persiapan
dan fabrikasinya yang mudah. Akan tetapi, semen yang merupakan material
utama dalam beton dapat menyebabkan masalah lingkungan yang cukup serius.
Akibat dari pembuatan semen dan produksi beton, industri semen dan beton
diperkirakan menyumbang 6% - 8% emisi karbon dioksida (CO2) (Mindess,
2019). Karbon dioksida merupakan salah satu gas yang dapat menyebabkan efek
rumah kaca. Dampak dari efek rumah kaca sendiri adalah pemanasan global dan
mencairkan es di kutub yang menyebabkan naiknya muka air laut.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan beton ramah
lingkungan yang dapat menggurangi penggunaan semen. Seperti pemanfaatan
limbah hasil industri, yaitu fly ash, slag (terak), silica fume, dan abu sekam padi.
Beton geopolimer merupakan hasil dari pengembangan beton ramah lingkungan
yang menggunakan limbah industri sebagai pengganti semen. Produksi beton
geopolimer tidak jauh berbeda dengan pembuatan beton konvensional yang
menggunakan semen sebagai bahan utamanya. Pasta geopolimer juga akan
mengikat agregat kasar dan agregat halus. Reaksi antara material aluminosilikat
seperti fly ash, metakolin, dan ground granulated blast furnace slag dengan
aktivator alkali pada beton geopolimer akan membentuk senyawa aluminosilikat
alkali yang berfungsi sebagai kalsium silikon hidrat (C-S-H) untuk mengikat
agregat (Neupane, 2018).
7
8
2.2 Geopolimer
Davidovits menjelaskan dalam penelitian Khairi et al. (2020) bahwa
geopolimer merupakan material anorganik yang mengandung unsur silika dan
alumina tinggi yang kemudian disintesis dengan larutan alkali melalui proses
polikondensasi. Davidovits juga menjelaskan dalam Ekaputri et al. (2007)
bahwa proses polimerisasi yang terjadi meliputi reaksi kimia antara alkali
dengan mineral Si – Al yang menghasilkan rantai polimer tiga dimensi dan
ikatan struktur Si – O – Al – O yang konsisten. Mineral yang mengandung silika
dan alumina yang tinggi dibutuhkan untuk proses polimerisasi yang akan
membentuk binder atau pengikat dalam beton geopolimer. Material ini dapat
memberikan kinerja yang sebanding dengan binders berbahan dasar semen
tradisional dalam berbagai aplikasi. Selain itu, material ini dapat menambah
keuntungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan (Duxson
et al., 2007).
Davidovits menyarankan penggunaan istilah poli(sialat) sebagai nama kimia
dari beton geopolimer berbahan dasar silika dan alumina. Davidovits
menggolongkan poli(sialat) menjadi 3 tipe seperti gambar dibawah ini
.
merupakan natrium atau kalium silikat yang diperoleh dari industri kimia atau
bubuk silika yang diproduksi sebagai produk sampingan dari metalurgi silikon-
ferro. Reaksi polikondensasi oleh alkali menjadi poli(siliat – siloxo) dapat dilihat
pada Gambar 2.2
memiliki kuat tekan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan beton
geopolimer yang di-curing menggunakan suhu ruang.
2.4 Penggunaan Terak Nikel dan Terak Besi pada Beton Geopolimer
Indonesia memiliki peran besar dalam produksi ekspor nikel dunia. Tercatat
ekspor bijih nikel Indonesia naik signifikan sebesar 18% pada kuartal kedua
2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 (Idris, 2019).
Terdapat beberapa provinsi di Indonesia yang menjadi tambang nikel,
diantaranya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku
Utara, dan Papua Barat. Namun dibalik itu, terdapat limbah akibat proses
peleburan bijih nikel tersebut yaitu terak nikel. Pembentukan terak nikel sendiri
dibedakan menjadi 2 cara, yaitu Electric Furnace Ferronickel Slag (EFFS) dan
Blast Furnace Ferronickel Slag (BFFS). Kandungan kimia didalam EFFS kaya
akan SiO2, MgO, dan Fe2O3 sedangkan kandungan kimia didalam BFFS kaya
akan SiO2, Al2O3 dan CaO (Wang et al., 2018). Indonesia merupakan negara
yang memproduksi terak nikel dengan jumlah yang cukup besar. Menurut
Kemenperin (2020), Indonesia memproduksi terak nikel mencapai 13 juta ton
per tahun. Dengan produksi terak nikel yang cukup besar, sudah seharusnya
perusahaan tambang nikel dan pemerintah mencari solusi dari pemanfaatan
limbah bijih nikel tersebut. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
sudah berupaya mencari solusi terbaik untuk menanfaatkan terak nikel sebagai
bahan baku industri. Doddy Rahadi selaku Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri menyampaikan dalam siaran pers kemenperin.go.id,
Standar Nasional Indonesia tentang material pilihan terak (slag) nikel hasil dari
tanur listrik (electric furnace) telah terbit pada akhir tahun 2019. Selain itu,
menurut PP No. 101 tahun 2014 pemanfaatan limbah B3 dapat berupa subtitusi
bahan baku, subtitusi sumber energi, bahan baku dan lainya sesuai iptek. Dengan
kandungan silika (Si) dan Alumina (Al) yang dominan, maka sesungguhnya
terak nikel dapat digunakan sebagai bahan pengganti semen pada beton
geopolimer.
12
Selain terak nikel, terak besi atau Ground Granulated Blast Furnace Slag
(GGBFS) diketahui juga bisa digunakan sebagai bahan pengganti semen pada
beton geopolimer. Terak besi atau GGBFS cukup banyak mengandung SiO2,
Al2O3, dan CaO sehingga dapat digunakannya sebagai bahan pengikat pada
beton geopolimer yang nantinya akan direaksikan dengan aktivator alkali. Terak
besi atau GGBFS merupakan produk sampingan yang diperoleh dari industri
besi yang telah mengalami pendinginan dan telah dihaluskan hingga seperti
semen (Bouaissi et al., 2019). Penggunaan terak besi sebagai pengganti semen
dapat mengurangi emisi gas CO2 yang menyebabkan pemasan global. Melihat
hal itu, penelitian ini akan memanfaatkan terak nikel dan terak besi sebagai
campuran pada beton geopolimer. Hasil yang akan didapat dari penelitian ini
adalah sifat mekanik dan workability dari beton geopolimer berbasis terak nikel
dan terak besi.
kuat tekan umur 14 hari lebih tinggi dari kuat tekan umur 7 hari seperti yang
terlihat pada gambar 2.6. Hal ini menunjukan bahwa HMNS tidak memiliki efek
negatif terhadap perkembangan kuat tekan beton geopolimer.
Gambar 2.5 Perbandingan kuat tekan pasta berbasis fly ash dengan penambahan GGBFS
(Sumber: Bouaissi et al. (2019))
Gambar 2.6 Perbandingan kuat tekan pasta berbasis fly ash – GGBFS dengan penambahan
HMNS
(Sumber: Bouaissi et al. (2019))
menunjukan hasil slump dan hasil kuat tekan dari pengaruh penambahan
persentase GGBFS.
300
250
200
Slump (mm)
150
100
50
0
S00 A40 S10 A40 S20 A40 S30 A40 S10 A35 S10 A45 S10 A40 S10 A40
R2.5 R2.5 R2.5 R2.5 R2.5 R2.5 R1.5 R2.0
S = GGBFS%; A = alkali/binders %; R = Na2SiO3:NaOH
Gambar 2.7 Hasil nilai slump beton geopolimer berbasis fly ash dengan beragam
kandungan GGBFS
(Sumber: Nath & Sarker (2014))
60
Compressive Strength (MPa)
50
40
30
20
10
0
S00 A40 S10 A40 S20 A40 S30 A40 S10 A35 S10 A45 S10 A40 S10 A40
R2.5 R2.5 R2.5 R2.5 R2.5 R2.5 R1.5 R2.0
S = GGBFS%; A = alkali/binders %; R = Na2SiO3:NaOH
Gambar 2.8 Hasil nilai kuat tekan beton geopolimer berbasis fly ash dengan beragam
kandungan GGBFS
(Sumber: Nath & Sarker (2014))
dengan penambahan persentase GGBFS kuat tekan dan kuat tarik belah yang
dihasilkan juga meningkat seperti pada gambar 2.9 dan gambar 2.10.
Compressive Strength (MPa) FA50-GGBS50 FA25-GGBS75 FA0-GGBS100
95
85
75
65
55
45
35
7 14 28 56 112
Age (days)
4,20
Split Tensile Strength (MPa)
4,00
3,80
3,60
3,40
3,20
3,00
28 56 112
Age (days)
Gambar 2.11 merupakan penelitian Hadi et al. (2017) yang meneliti tentang
faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton geopolimer. Hasil yang didapat
adalah perbandingan alkali:binder memiliki pengaruh terbesar terhadap kuat
tekan beton geopolimer yaitu sebesar 71,23% yang diikuti oleh molaritas NaOH,
kadar binder dan perbandingan Na2SiO3 : NaOH dengan masing masing
persentase 11,66%, 10,09% dan 7,01%.
17
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
Alkali/binders NaOH Kadar GGBFS Na2SiO3/NaOH
PARAMETER
70
60
50
40
30
20 3 Hari
10
0 7 Hari
Suhu Ruangan 60°C 90°C
28 Hari
3 Hari 44,67 60,9 63,04
7 Hari 47,16 66,5 66,19
28 Hari 52,79 69,28 71,63
Suhu curing
Gambar 2.12 Pengaruh suhu curing pada kuat tekan beton geopolimer
(Sumber: Venkatesan & Pazhani (2016))
6
5
4
3
2
1
0
3 Hari 7 Hari 28 Hari
60°C 6,16 6,43 6,74
geopolimer untuk mendapatkan kuat tekan, kuat tarik belah dan workability yang
optimum. Selain itu, terak nikel dan terak besi yang berupa limbah industri dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada sebelumnya.
Menghitung kuat tarik belah beton berdasarkan SNI 2491:2014 dengan rumus:
2𝑃
𝑇=
𝜋𝑙𝑑
Dimana:
T = kuat tarik belah (Mpa)
P = Beban maksimum yang ditunjukan oleg mesin uji (N)
l = Panjang (mm)
d = diameter (mm)
setelah pengujian dilakukan, hasil uji harus dikalikan dengan faktor koreksi yang
tercantum pada SNI 1974:2011.
20
Mulai
Tinjauan Pustaka
Persiapan Material
Analisis Hasil
Kesimpulan
Selesai
21
22
E=D/A
12. Lakukan percobaan diatas sebanyak tiga kali, hitung rata – rata (F)
dan selisihnya
3.3.1.4 Uji Kadar Kotor Agregat Halus
Pengujian kadar kotor untuk agregat halus menggunakan standar JIS A 1103
sebagai acuan. Menurut JIS A 1103 material agregat halus yang lolos ayakan
0.0074 mm sudah merupakan lumpur yang bukan butiran pasir, sehingga
pengujian kadar lumpur ini menggunakan ayakan nomor 200. Berikut ini alat,
bahan dan cara pelaksanaan :
A. Alat:
- Ayakan nomor 200 (0.074 mm)
- Pan
- Oven
- Timbangan dengan ketelitian 0,5 gr.
B. Bahan:
- Air
- Sampel agregat halus
C. Cara Pelaksanaan:
1. Siapkan bahan dan peralatan.
2. Ambil sampel pasir dan beri identitas (nama dan sumber).
3. Keringkan dalam oven selama ± 24 jam dengan suhu oven 100 °C ±
10 °C.
4. Timbang sampel 1000 gr dan catat beratnya (A) pada formulir.
5. Masukkan ke dalam pan dan cuci dengan air
6. Saring sampel dengan ayakan nomor 200, material yang tertahan
masukkan kembali ke dalam pan.
7. Lakukan pencucian dan penyaringan beberapa kali sampai air terlihat
bersih.
8. Keringkan sampel yang tertahan di dalam oven selama ± 24 jam
dengan suhu oven 100 °C ± 10 °C.
9. Timbang sampel setelah di keringkan dan catat (B)
29
5 1
8 2
11 3
14 4
16 5
B. Bahan:
- Sampel agregat kasar
C. Cara Pelaksanaan:
1. Siapkan bahan dan peralatan.
2. Ambil sampel pasir dan beri identitas (nama dan sumber).
3. Keringkan sampel dalam oven sampai kering total selama ± 24 jam
(suhu 90 - 110 °C).
4. Hitung volume container (A) dan catat dalam formulir.
5. Timbang container kosong (B) dan catat dalam formulir.
6. Masukkan sampel ke dalam container 1/3 volume dan rojok sebanyak
25 kali lalu padatkan dengan palu karet.
7. Masukan lagi sampel sampai 2/3 volume container dan rojok
sebanyak 25 kali lalu padatkan dengan palu karet.
8. Isi container sampai penuh kemudian rojok 25 kali dan padatkan
dengan palu karet
9. Timbang container dan sampel di dalamnya (C) dan catat pada
formulir
10. Hitung berat sampel dengan rumus:
D=C– B
11. Hitung berat isi agregat halus dengan rumus:
E=D/A
12. Lakukan percobaan diatas sebanyak tiga kali, hitung rata – rata (F)
dan selisihnya.
3.3.1.10 Uji Kadar Kotor Agregat Kasar
Pengujian kadar kotor untuk agregat kasar menggunakan standar JIS A 1103
sebagai acuan. Menurut JIS A 1103 material agregat yang lolos ayakan 0.0074
mm sudah merupakan lumpur, sehingga pengujian kadar lumpur ini
menggunakan ayakan nomor 200. Berikut ini alat, bahan dan cara pelaksanaan:
A. Alat:
- Ayakan nomor 200 (0.074 mm)
- Pan
35
- Oven
- Timbangan dengan ketelitian 0,5 gr.
B. Bahan:
- Air
- Sampel agregat kasar
C. Cara Pelaksanaan:
1. Siapkan bahan dan peralatan.
2. Ambil sampel agregat halus dan beri identitas (nama dan sumber).
3. Keringkan dalam oven selama ± 24 jam dengan suhu oven 100 °C ±
10 °C.
4. Timbang sampel 2000 gr dan catat beratnya (A) pada formulir.
5. Masukkan ke dalam pan dan cuci dengan air
6. Saring sampel dengan ayakan nomor 200, material yang tertahan
masukkan kembali ke dalam pan.
7. Lakukan pencucian dan penyaringan beberapa kali sampai air terlihat
bersih.
8. Keringkan sampel yang tertahan di dalam oven selama ± 24 jam
dengan suhu oven 100 °C ± 10 °C.
9. Timbang sampel setelah di keringkan dan catat (B)
10. Hitung material lolos ayakan nomor 200 dengan rumus:
(A − B)
Kadar Lumpur = × 100 %
A
Lakukan percobaan diatas sebanyak tiga kali, hitung rata – rata dan selisihnya
3.3.1.11 Daya Serap Air Agregat Kasar
Pegujian daya serap air agegat kasar menggunakan standar JIS A 1110
sebagai acuan. Berikut ini alat, bahan dan cara pelaksanaan:
A. Alat:
- Kipas angin
- Oven
- Pan
- Timbangan dengan ketelitian 0,5 gr.
36
B. Bahan:
- Air
- Sampel agregat kasar
C. Cara Pelaksanaan:
1. Siapkan bahan dan peralatan.
2. Ambil sampel pasir 2000 gr dan beri identitas (nama dan sumber).
3. Rendam sampel hingga jenuh air selama ± 24 jam.
4. Keringkan sampel menggunakan kipas angin atau di biarkan kering
pada suhu ruang hingga keaada SSD.
5. Timbang pan (A).
6. Timbang sampel dan pan (B).
7. Hitung berat sampel dengan rumus:
C=B-A
8. Keringkan sampel di dalam oven sampai kering selama ± 24 jam pada
suhu 100 °C ± 10 °C.
9. Setelah mengering biarkan sampel dingin dengan suhu ruangan.
10. Timbang sampel dalam keadaan kering (D).
11. Hitung daya serap agregat halus dengan rumus:
(C − D)
E= × 100 %
D
12. Lakukan percobaan diatas sebanyak tiga kali, hitung rata – rata dan
selisihnya.
13. Apabila selisih hasil percobaan > 0.05 maka keseluruhan percobaan
harus diulangi lagi.
3.3.1.12 Uji Abrasi
Pengujian ketahanan abrasi agregat kasar menggunakan standar JIS A 1121
sebagai acuan. Untuk menentukan jumlah bola baja dan jumlah agregat yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Berikut ini alat, bahan dan cara
pelaksanaan:
37
6. Buka tutup drum lalu masukkan agregat kasar yang telah disiapkan.
7. Masukkan bola baja dengan jumlah yang sesuai dengan Tabel 3.1.
8. Tutup kembali tutup drum tersebut.
9. Tekan tombol START hingga drum berputar, jumlah putaran akan
terbaca pada counter dan drum akan berhenti berputar secara otomatis
saat jumlah putaran mencapai 500.
10. Letakan wadah dibawah drum untuk menampung hasil sampel yang
telah diuji.
11. Buka tutup drum lalu tekan tombol JOG hinga drum berputar dan
agregat kasar dan bola baja tertampung pada cacthing pan.
12. Saring agregat kasar dengan saringan nomor 12, kemudian agregat
kasar yang tertahan dicuci sampai bersih.
13. Keringkan agregat kasar yang dicuci dalam oven selama ± 24 jam
pada suhu 100 °C ± 10 °C.
14. Timbang berat keringnya (B). hitung persentase keausan agregat
dengan rumus:
A − B
Keausan = × 100 %
A
(a) (b)
Gambar 3.8 (a) Botol Le Chatelier berisi minyak tanah dan terak besi (b) Botol Le Chatelier berisi
minyak tanah dan terak nikel
(a) (b)
44
Gambar 3.9 (a) Sampel benda uji Ø 100 mm x 200 mm (b) Superplasticizer (HRWR) Sika
Viscocrete 8100
Menghitung kuat tarik belah beton berdasarkan SNI 2491:2014 dengan rumus:
2𝑃
𝑇=
𝜋𝑙𝑑
Keterangan:
T = kuat tarik belah (Mpa)
P = Beban maksimum yang ditunjukan oleg mesin uji (N)
l = Panjang (mm)
d = diameter (mm)
Terdapat faktor koreksi untuk benda uji yang memiliki ukuran selain diameter
150 mm dan tinggi 300 mm. faktor koreksi yang digunakan tercantum di dalam
SNI 1974:2011 terdapa pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Estimasi korelasi kuat tekan silinder beton berdasarkan diameter benda uji (L/D = 2)
Diameter (D) Tinggi (L)
Faktor koreksi
mm mm
50 100 1.09
75 150 1.06
100 200 1.04
125 250 1.02
150 300 1.00
175 350 0.98
200 400 0.96
250 500 0.93
300 600 0.91
(Sumber: SNI 1974:2011)
(a) (b)
Gambar 3 11 (a) Pengujian kuat tekan beton (b) Pengujian kuat tarik belah beton menggunakan
digital compression machine
47
mencapai umur yang ditentukan untuk dilakukan pengujian kuat tekan dan kuat
tarik belah. Tabel 3.5 menunjukan data benda uji pada penelitian ini:
Tabel 3.5 Data benda uji
Waktu
Jumlah
Nama Sampel Molaritas Curing Pengujian
Sampel
(hari)
OPC – 0 3 0
OPC – 3 Suhu 3 3
-
OPC – 7 ruang 3 7
OPC - 28 6 28
G1 6M - 0 3 0
G1 6M - 3 3 3
6M
G1 6M - 7 3 7
G1 6M - 28 6 28
G1 12M - 0 3 0
G1 12M - 3 Suhu 3 3
12M
G1 12M - 7 ruang 3 7
G1 12M - 28 6 28
G2 6M - 0 3 0
G2 6M - 3 3 3
6M
G2 6M – 7 3 7
G2 6M – 28 6 28
G2 12M – 0 3 0
G2 12M – 3 3 3
12M
G2 12M – 7 3 7
G2 12M - 28 6 28
G3 6M - 0 3 0
G3 6M - 3 3 3
6M
G3 6M - 7 3 7
G3 6M - 28 6 28
G3 12M - 0 3 0
G3 12M – 3 Suhu 3 3
12M
G3 12M – 7 Ruang 3 7
G3 12M – 28 6 28
G4 6M - 0 3 0
G4 6M - 3 3 3
6M
G4 6M - 7 3 7
G4 6M - 28 6 28
G4 12M - 0 3 0
G4 12M – 3 3 3
12M
G4 12M – 7 3 7
G4 12M – 28 6 28
Total sampel 135 buah
(Catatan: 0 hari = 5 jam)
49
Mulai
Persiapan Material
Pengujian Material
Pengujian Workability
Pengujian Pengujian
Kuat tekan Kuat tarik belah
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Tabel 4.2 Hasil pengujian kerosene + terak besi 63,31 gr dalam botol Le Chatelier
No Suhu Ruang 29°C Suhu Air 4°C
1 24 ml 23.4 ml
2 24 ml 23.5 ml
3 24 ml 23.4 ml
Rata - rata 23.43 ml
50
51
Chemical Properties
1 SiO2 % 29.39 42.92 34.97
2 Al2 O3 % 13.90 17.00 13.67
Physical Properties
1 Moisture Content % 4.29 15.71 0.58
2 SAI 7D kg/cm2 69.10 78.86 63.76
Tabel 4.5 Hasil pengujian kerosene + terak nikel 63,13 gr dalam botol Le Chatelier
No Suhu Ruang 29°C Suhu Air 4°C
1 24 ml 23.2 ml
2 24 ml 23.1 ml
3 24 ml 23 ml
Rata - rata 23.1 ml
52
Chemical Properties
1 SiO2 % 29.39 42.92 41.74
2 Al2 O3 % 13.90 17.00 8.05
Physical Properties
1 Moisture Content % 4.29 15.71 1.03
2 SAI 7D kg/cm2 69.10 78.86 49.99
density semen
Specific gravity semen =
density air pada 4 °C
3.12 gr/ml
=
1 gr/ml
= 3.12
besarnya molaritas yang digunakan pada penelitian ini. Molaritas larutan NaOH
yang digunakan pada penelitian ini sebesar 6M dan 12M. NaOH memiliki nilai
berat molekuk relatif (Molecul Relative) sebesar 40 gram/mol. Maka untuk
mendapatkan berat jenis larutan sesuai dengan molaritas sebagai berikut:
4.2.1 Berat Jenis Larutan NaOH 6M
Kebutuhan flakes NaOH 6M = 6M x 40 = 240 gr
Air = 1000 ml
Berat larutan NaOH = 1174.82 gr
1174.82
Berat jenis larutan NaOH = = 1.17 gr/ml
1000
10.00 0.00 0.00 0.00 0,00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
5.00 16.40 1.64 15.20 1.52 13.40 1.34 1.50 1.50 98.50
2.50 166.20 16.62 158.00 15.80 166.00 16.60 16.34 17.84 82.16
1.20 286.60 28.66 288.00 28.80 285.20 28.52 28.66 46.50 53.50
0.60 203.00 20.30 199.00 19.90 189.00 18.90 19.70 66.20 33.80
0.30 125.40 12.54 132.20 13.22 122.20 12.22 12.66 78.86 21.14
0.15 129.00 12.90 144.20 14.42 153.60 15.36 14.23 93.09 6.91
Pan 73.40 7.34 63.40 6.34 70.60 7.06 6.91 100.00 0.00
Total 1000.00 100.00 1000.00 100.00 1000.00 100.00 303.99
FM 3.04
55
Dari hasil sieve analysis diatas, selanjutnya mencari nilai modulus kehalusan
butir (fineness modulus) agregat haus dengan rumus:
Jumlah berat tertahan kumulatif (%)
FM =
Jumlah berat tertahan (%)
303.99
=
100
= 3.039 ≈ 3.04
Dari hasil percobaan diatas, didapat nilai modulus kehalusan agregat halus
sebesar 3.04. Menurut ASTM C33-03 nilai modulus kehalusan yang baik
bernilai diantara 2.3 – 3.1. Oleh karna itu, agregat halus yang digunakan pada
penelitian ini berkualitas baik. Grafik sieve analysis dapat dilihat pada Gambar
4.1
Menurut peraturan JIS A 5004 tentang gradasi butir, agregat halus yang
digunakan termasuk bergradasi baik.
4.3.1.2 Specific Gravity
Tabel 4.10 merupakan hasil dari percobaan specific gravity atau berat jenis
agregat halus:
Tabel 4.10 Hasil specific gravity agregat halus
No Percobaan Satuan 1 2 3
1 Nomor flask 1 2 3
2 Berat flask (A) 226.20 226.20 226.20
3 Berat sampel dan flask (B) gr 726.20 726.20 726.20
56
No Percobaan Satuan 1 2 3
4 Berat sampel (C = B - A) gr 500.00 500.00 500.00
5 Berat flask, sampel dan air (D) gr 1027.20 1028.60 1026.40
6 Berat air (E - D - B) gr 301.00 302.40 300.20
7 Berat jenis (F = C / (C - E)) 2.51 2.53 2.50
8 Selisih 0.02
9 Rata-rata 2.52
Berdasarkan JIS A 5004 specific gravity ≥ 2.5, maka berat jenis agregat halus
2,52 dapat digunakan.
4.3.1.3 Berat Isi dan Persentase Volume Padat
Tabel 4.11 merupakan hasil dari pengujian berat isi dan persentase volume
padat agregat halus:
Tabel 4.11 Hasil pengujian berat isi dan persentase volume padat agregat halus
No. Percobaan Satuan 1 2 3
1. Volume container (A) cm3 2002.00 2002.00 2002.00
2. Berat container (B) gr 786.80 786.80 786.80
3. Berat sample dan container (C) gr 4087.20 3971.00 3973.60
4. Berat sample (D=C-B) gr 3300.40 3184.20 3186.80
3
5. Berat isi (E=D/A) gr/cm 1.65 1.59 1.59
6. Selisih 0.04
7. Rata - rata 1.61
8. Berat Jenis (G) 2.52
9. Persentase volume padat (H=(F/G)x100%) 63.90
Berdasarkan JIS A 5004 berat isi agregat halus ≥ 1.4 gr/cm3. Dari percobaan
di atas, berat isi yang didapat adalah 1.61 gr/cm3.
4.3.1.4 Kadar Kotor
Tabel 4.12 merupakan hasil dari pengujian kadar kotor agregat halus:
Tabel 4.12 Hasil pengujian kadar kotor agregat halus
Menurut JIS A 5004 kadar kotor agregat halus yang dapat digunakan untuk
pengecoran sebesar ≤ 7%. Dari percobaan di atas, kadar kotor yang didapat
adalah 2.29%.
4.3.1.5 Zat Organis
Gambar 4.2 merupakan hasil dari pengujian zat oraganis agregat halus
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa warna yang dihasilkan cairan berwarna
bening yang berarti tidak terdapat zat organis.
4.3.1.6 Daya Serap Air
Tabel 4.13 merupakan hasil dari pengujian daya serap air agregat halus:
Tabel 4.13 Hasil pengujian daya serap air agregat halus
No. Percobaan Satuan 1 2 2
1 Berat pan (A) gr 1288.40 1281.60 1286.00
2 Berat sample dan pan (B) gr 2288.40 2281.60 2286.00
3 Berat sample (C=B-A) gr 1000.00 1000.00 1000.00
4 Berat sample kering (D) gr 972.40 973.60 972.80
5 Daya serap air (E=(C-D)/D) % 2.84 2.71 2.80
6 Selisih 0.20
7 Rata - rata 2.78
Menurut peraturan JIS A 5004 agregat halus yang dapat digunakan yaitu
agregat halus yang memiliki daya serap air ≤ 3%. Pada percobaan ini daya serap
air yang didapat sebesar 2.78%.
58
25.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
20.00 150.20 7.51 209.20 10.46 182.00 9.10 9.02 9.02 90.98
12.70 1654.00 82.70 1606.40 80.32 1500.20 75.01 79.34 88.37 11.63
10.00 158.00 7.90 159.00 7.95 281.40 14.07 9.97 98.34 1.66
5.00 11.20 0.56 8.00 0.40 11.80 0.59 0.52 98.86 1.14
2.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 98.86 1.14
1.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 98.86 1.14
0.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 98.86 1.14
0.30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 98.86 1.14
0.15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 98.86 1.14
pan 26.60 1.33 17.40 0.87 24.60 1.23 1,14 100.00 0.00
total 2000.00 2000.00 2000.00
Dari hasil pengujian sieve analysis yang sudah dilakukan, diketahui diameter
maksimal agregat kasar pada percobaan ini memiliki diameter 20 mm dengan
gradasi agregat kasar 10 – 20 mm. Menurut peraturan JIS A 5005 tentang gradasi
butir, agregat kasar yang digunakan termasuk bergradasi baik. Grafik sieve
analysis dapat dilihat pada Gambar 4.3
5.7%. Dari hasil percobaan yang dilakukan nilai keausan agregat kasar sebesar
16.13%.
Untuk beton geopolimer berbahan dasar 50% terak besi + 50% terak nikel
(G3), dilakukan konversi dari semen ke terak besi dan terak nikel. Terak besi
dan terak nikel dianggap kadar bahan bersifat semen/binders sama namun
dibagi 2 atau 50% untuk terak besi dan 50% untuk terak nikel. Sehingga
volume binders berubah tetapi volume agregat kasar, air dan kadar udara
konstan. Ini akan merubah volume pasir, berikut perihitungan proporsi
campuran dasar G3:
Terak Nikel = (532.22 : 2) : 2.78 = 95.72 liter
Terak Besi = (532.22 : 2) : 2.75 = 96.77 liter
Agregat kasar = 1061.28 : 2.51 = 422.82 liter
Air = 186.28 = 186.28 liter
Kadar udara = 0.015 x 1000 = 15 liter
Sub total = 816.59 liter
Kebutuhan volume pasir per m3 = 1000 - 816.59 = 183.41 liter
Konversi menjadi berat pasir:
(183.41 : 1000) x 2.52 x 1000 = 462.19 kg
Dengan cara yang sama untuk proporsi campuran beton geopolimer dengan
50% terak nikel dan 50% terak besi, maka akan didapat proporsi campuran
dasar per m3 untuk kombinasi campuran yang lainnya yaitu 75% terak besi
dan 25% terak nikel (G4), 25% terak besi dan 75% terak nikel (G2), serta
100% terak nikel (G1). Maka proporsi campuran dasar (berat kering) dapat
dilihat pada Tabel 4.24:
65
Tabel 4.24 Proporsi campuran dasar untuk G1, G2, G3 dan G4 per m3
G1 G2 G3 G4
Material Berat Volume Berat Volume Berat Volume Berat Volume
(kg) (l) (kg) (l) (kg) (l) (kg) (l)
Terak
532.22 191.45 399.17 143.59 266.11 95.72 133.06 47.86
Nikel
Terak
- - 133.06 48.38 266.11 96.77 399.17 145.15
Besi
Agregat
1061.28 422.82 1061.28 422.82 1061.28 422.82 1061.28 422.82
Kasar
Agregat
464.83 184.45 463.51 183.93 462.19 183.41 460.88 182.89
Halus
Air 186.28 186.28 186.28 186.28 186.28 186.28 186.28 186.28
8) Campuran coba
Kondisi agregat kasar dan agregat halus pada proporsi campuran dasar masih
dalam keadaan kering oven, sehingga perhitungan campuran dasar perlu
disesuaikan dengan kondisi kebasahan agregat saat perencanaan campuran.
Pada saat perencanaan campuran untuk beton geopolimer G3 kadar air
agregat kasar sebesar 1% dan agregat halus sebesar 2.8% diukur terhadap
berat kering oven. Maka perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah air yang
diperlukan.
Campuran dasar untuk G3:
Agregat kasar (basah) = 1061.28 x (1+0.01) = 1071.89 kg
Agregat halus (basah) = 462.19 x (1 + 0.028) = 475.14 kg
Air = 186.28 – 1061.28 x 0.01 – 462.19 x 0.028 = 162.72 kg
Dengan cara yang sama namun menyesuaikan kadar air dari masing masing
kombinasi campuran dimana:
Koreksi kadar air OPC = 0.8% agregat kasar dan 3.8% agregat halus
Koreksi kadar air G1 = 0.9% agregat kasar dan 3% agregat halus
Koreksi kadar air G2 = 0.7% agregat kasar dan 2.5% agregat halus
Koreksi kadar air G4 = 0.8% agregat kasar dan 3.2% agregat halus
maka koreksi kadar air agregat setiap kombinasi campuran binders dapat
dilihat pada Tabel 4.25:
66
Tabel 4.25 Proporsi campuran coba masing – masing komposisi binders setelah koreksi
kadar air per m3
OPC G1 G2 G3 G4
Material
532.22 - - -
Semen (kg)
- 532.22 399.17 266.11 133.06
Terak Nikel
(kg) - - 133.06 266.11 399.17
Terak Besi
(kg) 1069.77 1070.83 1068.71 1071.89 1069.77
Agregat
Kasar (kg) 537.06 478.77 475.10 475.14 475.63
Agregat
Halus (kg) 158.13 162.78 167.26 162.72 163.04
Air (kg)
108482.36 × 1.6686
Waterglass = = 181.01 kg
1000
54241.18 × 1.17
Larutan NaOH (6M) = = 63.46 kg
1000
54241.18 × 1.36
Larutan NaOH (12M) = = 73.77 kg
1000
(a) (b)
Gambar 4.4 (a) Pengujian slump G4 12M (b) Suhu beton G4 12M
18
16
14
12
10
8
6
6M 12M 6M 12M 6M 12M 6M 12M
OPC G1 G2 G3 G4
Series1 23,20 9,97 10,37 9,07 9,67 8,17 8,43 7,67 7,77
Waktu G1 G2 G3 G4
OPC
Pengujian 6M 12M 6M 12M 6M 12M 6M 12M
28 Hari 4.17 1.93 2.29 2.40 2.51 2.61 3.22 3.39 4.23
50
40
30
Nilai
20
10
0
6M 12M 6M 12M 6M 12M 6M 12M
OPC G1 G2 G3 G4
5 jam 5,89 2,41 2,81 6,39 4,60 11,46 10,68 13,67 13,75
3 Hari 29,95 14,32 16,42 16,12 18,38 20,75 28,35 30,78 42,95
7 Hari 37,35 17,06 19,78 19,35 24,50 22,57 32,37 37,91 52,00
28 Hari 48,27 20,18 23,61 24,43 31,85 25,35 38,67 44,95 57,72
3
Nilai
2
Tarik
0
Kuat
80%
60%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
40%
20%
Gambar 4.8 Perbandingan hasil kuat tekan dengan kuat tarik belah
Dapat dilihat dari hasil pengujian diatas, kuat tekan awal beton geopolimer
maupun saat umur beton 28 hari dan kuat tarik belah beton meningkat seiring
dengan peningkatan persentase terak besi terhadap terak nikel. Menurut Xie et
al. (2019) hal ini disebabkan karena kandungan Ca pada terak besi cukup tinggi
sehingga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kuat tekan awal maupun
saat umur beton 28 hari. Penurunan kadar terak besi menyebabkan penurunan
kandungan kalsium dalam campuran beton geopolimer yang mengakibatkan
keterlambatan reaksi polimerisasi dan pembentukan gel Ca-Al-Si yang
terstruktur menjadi terhambat sehingga menurunkan kuat tekan beton
geopolimer (Hadi et al., 2017). Perbedaan molaritas NaOH pada larutan alkali
juga mempengaruhi kuat tekan dari beton geopolimer, dimana kuat tekan dan
72
kuat tarik belah beton geopolimer naik seiring dengan kenaikan molaritas
NaOH. Hal ini karena kandungan NaOH yang tinggi dapat meningkatkan
penguraian bahan baku dan meningkatkan kelarutan silikat dan aluminat
(Pavithra et al., 2016). Kuat tarik belah beton memiliki nilai yang relatif rendah
jika dibandingkan dengan kuat tekan beton, menurut Rahamudin et al. (2016)
kuat tarik belah beton hanya berkisar 10% - 15% dari kekuatan tekan beton.
Dapat dilihat pada Gambar 4.8 persentase kuat tarik belah terhadap kuat tekan
beton pada penelitian ini berkisar 7.33% - 10.31%.
Mengacu kepada SNI 03-6468-2000 dimana beton mutu tinggi didefinisikan
sebagai beton yang memiliki kuat tekan yang disyaratkan fc’≥ 41.4 MPa, maka
dapat disimpulkan hanya beton geopolimer G4 dengan kadar molaritas 6M dan
12M yang dapat dikategorikan beton mutu tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Bernusya (2020)
yang meneliti kuat tekan beton geopolimer berbahan dasar terak nikel dan terak
besi yang di-curing dengan steam curing pada suhu 60°C selama 4 jam. Hasil
yang didapat adalah beton geopolimer yang di-curing menggunakan steam
curing memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton
geopolimer yang di-curing menggunakan suhu ruang. Menurut Lewa &
Kusumaningrum (2020) proses perawatan beton memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas dan kinerja mekanis dari beton. Metode curing
dengan ambient curing menyebabkan reaksi geopolimerisasi terjadi secara
lamban, sebaliknya beton yang di-curing dengan suhu tinggi dapat mencapai
70% kekuatannya hanya dengan di-curing selama 3 – 4 jam (Khairi et al., 2020).
Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 merupakan perbandingan hasil kuat tekan
penelitian Bernusya (2020) dengan penelitian kali ini, dimana G3 merupakan
50% terak +50% terak nikel dan G4 75% terak besi +25% terak nikel.
73
80
70
60
50
40
30
20
10
0
5 jam 3 Hari 7 Hari 28 Hari
G3 8M Steam Curing 57,94 64,19 68,24 72,76
G4 8M Steam Curing 46,95 75,18 79,57 82,84
G3 12M Ambient Curing 10,68 28,35 32,37 38,67
G4 12M Ambient Curing 13,75 42,95 52,00 57,72
Gambar 4.10 Perbandingan kuat tekan beton geopolimer berdasarkan metode curing dengan
molaritas tinggi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini:
1. Nilai slump beton geopolimer dipengaruhi oleh kadar molaritas dan kadar
terak besi pada campurannya. Semakin besar molaritas maka semakin besar
nilai slump-nya dan semakin sedikit kandungan terak besi maka semakin
besar nilai slump-nya.
2. Nilai slump beton konvensional jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
beton geopolimer.
3. Hasil slump beton geopolimer tertinggi terdapat pada campuran G1 dengan
molaritas 12M yaitu sebesar 10.37 cm.
4. Nilai kuat tekan beton dan kuat tarik belah geopolimer dipengaruhi oleh kadar
molaritas dan kadar terak besi pada campurannya. Semakin besar molaritas
maka kuat tekan dan kuat tarik beah yang dihasilkan semakin besar
sedangkan semakin sedikit kandungan terak besi maka semakin kecil kuat
tekan dan kuat tarik belah beton geopolimer.
5. Nilai kuat tekan dan kuat tarik belah beton konvensional lebih tinggi dari
beton geopolimer kecuali pada campuran G4 12M.
6. Hasil kuat tekan dan kuat tarik belah dari G4 dengan molaritas 12M pada
umur 28 hari adalah nilai kuat tekan dan kuat tarik belah tertinggi. Nilai kuat
tekan G4 pada umur 28 hari sebesar 57.72 MPa sedangkan nilai kuat tarik
belah G4 sebesar 4.23 MPa.
7. Terdapat penambahan ekstra alkali berkisar 14 – 16% dari alkali yang
diperlukan untuk mendapatkan nilai slump rencana.
8. Hanya beton geopolimer G4 saja yang dapat masuk kategori beton mutu
tinggi dengan curing suhu ruang, dimana menurut SNI 03-6468-2000 beton
mutu adalah beton yang memiliki kuat tekan yang disyaratkan fc’≥ 41.4 MPa.
74
75
5.2 Saran
1. Menggunakan agregat kasar dengan diameter maksimum 15 mm sesuai
dengan syarat yang ada di SNI 03-6468-2000.
2. Melakukan pengujian Scanning Electron Microscope (SEM) untuk
mengetahui susunan mikrostruktur dari sampel beton yang telah dibuat.
3. Penggunaan steam curing atau oven curing dengan suhu 60°C - 90°C untuk
mempercepat reaksi geopolimerisasi.
4. Penggunaan jenis dan kadar superplasticizer yang lebih variatif untuk
mendapatkan slump rencana tanpa penambahan esktra larutan alkali.
5. Melakukan pengujian umur beton yang lebih panjang untuk mengetahui
kekuatan optimum beton geopolimer.
6. Melakukan pengujian Toxicity Charateristic Leaching Procedure (TCLP)
untuk mengetahui jumlah kadar logam berat dan potensi mencemari
lingkungan.
7. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak dari penambahan ekstra
larutan alkali pada beton geopolimer.
DAFTAR PUSTAKA
Bernusya, E. R. (2020). Laporan Tugas Akhir Studi Karateristik Mekanik Beton
Geopolimer pada Terak Besi dan Terak Nikel.
Bouaissi, A., Li, L. yuan, Al Bakri Abdullah, M. M., & Bui, Q. B. (2019).
Mechanical properties and microstructure analysis of FA-GGBS-HMNS
based geopolymer concrete. Construction and Building Materials, 210, 198–
209. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2019.03.202
Cao, R., Li, B., You, N., Zhang, Y., & Zhang, Z. (2018). Properties of alkali-
activated ground granulated blast furnace slag blended with ferronickel slag.
Construction and Building Materials, 192, 123–132.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2018.10.112
Duxson, P., Fernández-Jiménez, A., Provis, J. L., Lukey, G. C., Palomo, A., & Van
Deventer, J. S. J. (2007). Geopolymer technology: The current state of the art.
Journal of Materials Science, 42(9), 2917–2933.
https://doi.org/10.1007/s10853-006-0637-z
Ekaputri, J. J., Triwulan, & Damayanti, O. (2007). Analisa Sifat Mekanik Beton
Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash Jawa power paiton sebagai material
alternatif. Jurnal Teknologi Dan Rekayasa Teknik Sipil “TORSI,”
13(December 2007), 33–47.
Hadi, M. N. S., Farhan, N. A., & Sheikh, M. N. (2017). Design of geopolymer
concrete with GGBFS at ambient curing condition using Taguchi method.
Construction and Building Materials, 140, 424–431.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2017.02.131
Hardjito, D., Wallah, S. E., Sumajouw, D. M. J., & Rangan, B. V. (2005). Fly Ash-
Based Geopolymer Concrete Fly Ash-Based Geopolymer Concrete.
Geopolymer Cement and Concrete, 7982(May), 68–106.
https://doi.org/10.1080/13287982.2005.11464946
Hossain, M. U., Poon, C. S., Dong, Y. H., & Xuan, D. (2018). Evaluation of
environmental impact distribution methods for supplementary cementitious
materials. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 82(March 2017), 597–
608. https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.09.048
76
77
Idris, M. (n.d.). Indonesia Raja Nikel Dunia, Puluhan Tahun Hanya Ekspor Bijih
Mentah Halaman all - Kompas.com. Retrieved November 1, 2020, from
https://money.kompas.com/read/2019/12/15/123615726/indonesia-raja-nikel-
dunia-puluhan-tahun-hanya-ekspor-bijih-mentah?page=all
Jawahar, J. G., & Mounika, G. (2015). Strength properties of fly ash and GGBS
based geo-polymer concrete. ASIAN JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING
(BHRC), 17(1), 127–135.
Kemenperin. (n.d.). Kemenperin: Kemenperin Angkat Potensi Slag Nikel Jadi
Bahan Baku Industri. Retrieved November 1, 2020, from
https://kemenperin.go.id/artikel/21806/Kemenperin-Angkat-Potensi-Slag-
Nikel-Jadi-Bahan-Baku-Industri
Khairi, I. J., Oksri-Nelfia, L., Yuwono, B. E., & Siregar, P. H. R. (2020). REVIEW
KARAKTERISTIK MEKANIK DAN TOXICITY CHARACTERISTIC
LEACHING PROCEDURE BETON GEOPOLIMER Studi Literatur
Karakteristik Beton Geopolimer ( A Literature Review of Mechanical
Properties and Toxicity Characteristic Leaching Procedure in. Jurnal
Infrakstruktur, 6, 105–114.
Kuo, W. Ten, Juang, C. U., & Chen, Z. R. (2020). Effect of burn joss paper ash on
properties of ground-granulated blast furnace-based slag geopolymer. Applied
Sciences (Switzerland), 10(14). https://doi.org/10.3390/app10144877
Lewa, S. T. P., & Kusumaningrum, P. (2020). PENGARUH PENAMBAHAN
SERAT BAJA TERHADAP SIFAT MEKANIS REACTIVE POWDER
CONCRETE. Construction Engineering and Sustainable Development, 3(2),
49–53.
Menteri Lingkungan Hidup, R. I. (2017). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.73/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2017 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Dan
Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. 1–250.
Mindess, S. (2019). Sustainability of concrete. In Developments in the Formulation
and Reinforcement of Concrete. Elsevier LTD. https://doi.org/10.1016/B978-
0-08-102616-8.00001-0
78
alkalin terhadap kuat mekanik beton geopolimer dengan tras sebagai pengisi.
Seminar Nasional X - 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya, February, 847–856.
Venkatesan, R. P., & Pazhani, K. C. (2016). Strength and durability properties of
geopolymer concrete made with Ground Granulated Blast Furnace Slag and
Black Rice Husk Ash. KSCE Journal of Civil Engineering, 20(6), 2384–2391.
https://doi.org/10.1007/s12205-015-0564-0
Wallah, S. E., & Rangan, B. V. (2006). Low-Cakcium Fly Ash Based. 1–107.
https://espace.curtin.edu.au/handle/20.500.11937/34322
Wang, D., Wang, Q., Zhuang, S., & Yang, J. (2018). Evaluation of alkali-activated
blast furnace ferronickel slag as a cementitious material: Reaction mechanism,
engineering properties and leaching behaviors. Construction and Building
Materials, 188, 860–873. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2018.08.182
Xie, J., Wang, J., Rao, R., Wang, C., & Fang, C. (2019). Effects of combined usage
of GGBS and fly ash on workability and mechanical properties of alkali
activated geopolymer concrete with recycled aggregate. In Composites Part
B: Engineering (Vol. 164). Elsevier Ltd.
https://doi.org/10.1016/j.compositesb.2018.11.067
80
LAMPIRAN 1
Lampiran 1 Spesifikasi superplasticizer Sika Viscocrete 8100
LAMPIRAN 2
Lampiran 2 Pengujian berat jenis waterglass
LAMPIRAN 3
Lampiran 3 Tabel penambahan ekstra alkali pada masing - masing campuran
G1 G2 G3 G4
Material OPC
6M 12M 6M 12M 6M 12M 6M 12M
Semen (kg) 14.42 0 0 0 0 0 0 0 0
Terak Nikel (kg) 0 14.42 14.42 10.82 10.82 7.21 7.21 3.61 3.61
Terak Besi (kg) 0 0 0 3.61 3.61 7.21 7.21 10.82 10.82
Air (kg) 4.28 0 0 0 0 0 0 0 0
Waterglass (kg) 0 4.91 4.91 5.04 5.04 4.90 4.90 4.91 4.91
Larutan NaOH (kg) 0 1.72 2.00 1.77 2.05 1.72 2.00 1.72 2.00
Flakes NaOH (kg) 0 0.35 0.71 0.36 0.73 0.35 0.71 0.35 0.71
Split (kg) 28.99 29.02 29.02 28.96 28.96 29.04 29.04 28.99 28.99
Pasir (kg) 14.55 12.97 12.97 12.87 12.87 12.87 12.87 12.89 12.89
Sp (kg) 0.43 0.43 0.43 0.43 0.43 0.43 0.43 0.43 0.43
Ekstra Alkali (gr) 0 1102 1062 1066 1122 1106 1046 1090 1018
83
LAMPIRAN 4
Lampiran 4 Spesifikasi OPC Tipe 1