Diketahui / Disyahkan :
DepartemenTeknik Mesin
Fakultas Teknik USU
Ketua,
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing,
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Pembanding I,
Pembanding II,
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Penguji I,
Penguji II,
Diketahui Oleh :
Depertemen Teknik Mesin
Ketua,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
Adapun Tugas Sarjana yang dipilih berhubungan dengan bidang Teknik
Pengecoran Logam dengan judul: PERENCANAAN DAN PEMBUATAN
BANTALAN POROS LORI DENGAN KAPASITAS LORI 2,5 TON TBS DENGAN
PROSES PENGECORAN LOGAM.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus dikerjakan oleh
mahasiswa untuk menyelesaikan studi S1 di Departemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini dikerjakan berdasarkan
hasil survey langsung di PT. Baja Pertiwi Industri Pengecoran Logam Medan
serta melakukan pembahasan dan studi literatur.
Dalam menyelesaikan tugas sarjana ini, penulis banyak mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya, Muliadi dan Erni Natalia yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan materi serta non materi yang tak terhingga buat
penulis baik dalam menyelesaikan perkuliahan maupun tugas sarjana ini.
2. Ibu Ir. Raskita S. Meliala selaku Dosen Pembimbing, Bapak Ir. Alfian
Hamsi, M.Sc. dan Bapak Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc. selaku Dosen
Pembanding serta Penguji, yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk memberikan arahan dan bimbingan hingga tugas sarjana ini selesai.
3. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Tulus Burhanuddin
Sitorus, ST, MT. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi di Departemen Teknik
Mesin USU dan Magister Teknik Mesin USU.
5. Bapak Eddy Susanto selaku Direktur PT. Baja Pertiwi Industri Medan,
Bapak Willian Rajali selaku Manager PT. Baja Pertiwi Industri Medan dan
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Bapak Ir. Sudirman selaku Kepala Bagian Quality Control, yang telah
banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama survey.
6. Kedua kakak saya, Reny Senjaya dan Yuni Senjaya yang telah banyak
memberikan bantuan baik material maupun spiritual selama proses
perkuliahan dalam penyelesaian tugas sarjana ini.
7. Teman-teman, rekan-rekan senior maupun junior dan semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dari awal
perkuliahan hingga tugas sarjana ini selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas sarjana ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari para
pembaca demi kesempurnaan tugas sarjana ini. Akhir kata semoga Tugas Sarjana
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR SIMBOL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
4
4
4
5
6
12
12
14
15
16
16
17
19
20
22
23
24
25
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
28
30
30
31
32
32
33
2.12 Penambah
37
42
42
43
44
46
47
2.14 Peleburan
48
2.15 Penuangan
49
50
53
3.1 Analisa Gaya Geser & Momen pada Bantalan Poros Lori
53
55
60
60
62
4.3 Penambah
65
4.4 Pemberat
67
67
68
70
4.8 Penuangan
72
72
72
73
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
74
74
74
77
78
81
5.1 Kesimpulan
81
5.2 Saran
84
DAFTAR PUSTAKA
85
LAMPIRAN
87
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
11
Tabel 2.4
17
Tabel 2.5
23
Tabel 2.6
24
Tabel 2.7
32
Tabel 2.8
35
Tabel 2.9
36
39
39
Tabel 4.1
71
Tabel 4.2
71
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gandar
Gambar 2.4
20
Gambar 2.5
22
Gambar 2.6
Pola Pejal
25
Gambar 2.7
26
Gambar 2.8
26
Gambar 2.9
27
27
28
28
33
34
Gambar 2.15 Hubungan antara berat coran dan waktu tuang untuk
baja cor
37
Gambar 2.16 Hubungan antara tebal coran dan jarak isi dari penambah
41
41
45
48
Gambar 3.1
53
Gambar 3.2
54
Gambar 3.3
54
Gambar 3.4
54
Gambar 3.5
55
Gambar 3.6
57
Gambar 4.1
62
Gambar 4.2
62
Gambar 4.3
Cawan Tuang
63
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Gambar 4.4
Saluran turun
64
Gambar 4.5
Pengalir
64
Gambar 4.6
Saluran masuk
65
Gambar 4.7
Rongga Cetakan
69
Gambar 4.8
Cawan Tuang
69
Gambar 4.9
70
74
75
75
76
80
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
DAFTAR SIMBOL
Simbol
Keterangan
Satuan
m2
mm
Koefisien aliran
Diameter penambah
mm
ds
mm
Berat lori
kg
Berat coran
kg
m/s2
mm
Tinggi penambah
mm
mm
mm
mm
Faktor keamanan
Panjang coran
mm
mm
M1
kg.mm
M2
M3
kg.mm
kg.mm
buah
Beban horizontal
kg
Q0
kg
R0
kg
mm
mm
Kecepatan tuang
m/s
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
kg
Berat pemberat
kg
Volume lori
m3
VT
m3
Beban horizontal
Beban statis pada satu gandar
kg/m3
kg/mm2
Tegangan lentur
kg/mm2
Wb
kg/mm2
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengecoran
logam
dapat
diartikan
sebagai
suatu
proses
untuk
memproduksi suatu benda dari logam dengan cara menuangkan logam cair ke
dalam cetakan yang mempunyai rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan,
dan selanjutnya logam tersebut dibiarkan membeku.
Sejarah mencatat bahwa pengecoran logam telah dimulai sejak empat ribu
tahun sebelum Masehi. Logam pertama yang dicor adalah emas dan perak. Hal itu
dikarenakan emas dan perak terdapat di alam dalam keadaan murni. Setelah itu
manusia menemukan tembaga yang sangat cocok untuk berbagai kebutuhan.
Vannoccio Biringuccio (1480-1539) merupakan bapak dari industri
pengecoran. Pada tahun 1538 beliau menjadi kepala Papal Foundry di Roma,
Italia. Pada saat itu beliau merupukan orang pertama yang menulis teknik
pengecoran dan dijadikan dalam bentuk buku. Dalam tulisan itu beliau mengupas
tentang masalah metalurgi pada abad ke-16, namun ada tiga prinsip yang masih
berlaku pada saat ini yaitu: Rencanakan dan buatlah cetakan dengan sebaikbaiknya, lebur dan cairkan logam yang akan dicor dengan baik, dan buatlah
komposisi paduan yang tepat dan sesuai dengan hasil yang diinginkan.
Ketatnya persaingan industri saat ini menyebabkan para perancang harus
membuat rancangan yang se-efisien mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk
menekan biaya produksi. Di samping itu, kualitas coran harus ditingkatkan agar
produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasaran.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
1.2
Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan perencanaan ini adalah:
1. Secara Teknis
Tujuannya adalah untuk membuat Bantalan Poros Lori yang dapat
menahan beban 3,6 ton.
2. Secara Akademis
Tujuannya adalah untuk menerapkan teori dan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
1.3
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini adalah:
1. Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan di PT. Baja Pertiwi Industri Pengecoran
Logam Jln. Sisingamangaraja KM 7,5 No. 62 B Medan.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2. Studi Literatur
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku yang berkaitan
dengan pengecoran logam serta buku-buku lain yang mendukung dan
membantu dalam proses pengerjaan tugas sarjana ini.
3. Diskusi
Berupa tanya jawab mengenai rancangan yang akan dibuat dengan dosen
pembimbing dan teman-teman mahasiswa.
1.4
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan diuraikan antara lain sebagai berikut:
1. BAB I
2. BAB II
3. BAB III
4. BAB IV
5. BAB V
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat bekerja secara
semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan
pondasi pada gedung. (Lit. 6, hal. 103)
2.1.1 Klasisfikasi Bantalan
Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Atas dasar gerakan bantalan pada poros
a. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol
atau rol jarum dan rol bulat.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
menurut standar dalam pelbagai ukuran dan bentuk. Keunggulan bantalan ini
adalah pada gesekannya yang sangat rendah. Pelumasannya juga sangat
sederhana. cukup dengan minyak gemuk, bahkan pada jenis yang memakai cil
sendiri tidak perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi, namun
karena adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran tinggi
bantalan ini agak gaduh dibandingkan dengan bantalan luncur.
Gambar 2.1 (a) Bantalan radial polos (b) Bantalan radial berkerah
(c) Bantalan aksial berkerah (d) Bantalan aksial
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Gambar 2.2 (e) Bantalan radial ujung (f) Bantalan radial tengah
2.2
dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) dihasilkan
dari ingot yang dikil (baja yang dideoksidasikan dengan ferro silikon dan dicor;
kadar karbon terjamin). Jenis-jenis baja S-C beserta dengan kekuatan tariknya
dapat dilihat pada Tabel 2.1. (Lit. 6, hal. 12)
Tabel 2.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros
Standar dan macam
Baja karbon
konstruksi mesin
(JIS G 4501)
Lambang
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
52
55
58
62
66
Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin hal. 3
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Poros (gandar) dari kereta tambang dan kereta rel tidak dibebani dengan
puntiran melainkan hanya mendapatkan pembebanan lentur saja. Jika beban pada
satu poros didapatkan sebagai dari berat kendaraan dengan muatan maksimum
dikurangi berat poros dan roda, maka besarnya momen lentur M1 (kg.mm) yang
terjadi pada dudukan roda dapat dihitung.
Dari bahan yang dipilih dapat ditentukan tegangan lentur yang diizinkan
(kg/mm2). Diameter
berikut ini.
(Lit. 6, hal. 12)
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
oleh gaya-gaya statis, vertikal dan horizontal) dengan faktor tambahan (m) pada
Tabel 2.2.
Faktor Tambahan
Tegangan m
1,0
1,1 1,2
1,1 1,2
1,2 1,3
Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin hal. 13
Simbol dari bagian perangkat roda dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
M2 = V . M1
dimana:
Beban horizontal
Beban statis pada satu gandar
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Harga
V
0,4
0,5
0,6
0,7
L
0,3
0,4
0,4
0,5
Sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin hal. 15
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
maka:
(Lit. 6, hal. 15)
(Lit. 6, hal. 15)
2.3
Bahan-bahan Pengecoran
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Besi cor kelas tinggi mengandung lebih sedikit karbon dan silikon,
lagipula ukuran grafit bebasnya agak kecil dibandingkan dengan besi cor kelabu,
sehingga kekuatan tariknya lebih tinggi yaitu kira-kira 30-50 kg/mm2. Membuat
besi cor kelas tinggi agak susah dibandingankan dengan besi cor kelabu.
Besi cor kelabu paduan mengandung unsure-unsur paduan dan grafit,
mempunyai struktur yang stabil sehingga sifatnya lebih baik. Dilihat dari unsurunsur yang ditambahkan adalah krom, nikel, molibden, titan dan sebagainya,
sehingga ketahanan panas, ketahanan aus, ketahanan korosi dan mampu mesin
dari besi cor macam ini baik sekali berkat adanya unsure-unsur tersebut.
Besi cor mampu tempa dibuat dari besi cor putih, yang dilunakan di dalam
sebuah tanur dalam waktu yang lama. Struktur sementit dari besi cor putih
berubah menjadi ferit atau perlit dan karbon yang tertemper mengendap. Menurut
struktur mikronya ada tiga macam besi cor mampu tempa, yaitu besi cor mampu
tempa perapian hitam, besi cor mampu tempa perapian putih dan besi cor mampu
tempa perlit. Besi cor macam ini sangat baik keuletannya dan perpanjangannyya
dibandingkan dengan besi cor kelabu, tetapi harganya mahal karena proses
perlunakan, lagipula tidak cocok untuk coran yang tipis dan kecil karena sebelum
proses pelunakan keuletannya berkurang.
Besi cor grafit bulat dibuat dengan jalan mencampurkan magnesium,
kalsium atau besi serum ke dalam cairan logam sehingga grafit bulat akan
mengendap. Besi cor macam ini mempunyai keuletan, kekuatan, ketahanan aus
dan ketahanan panas yang baik sekali dibandingkan dengan besi cor kelabu.
Besi cor cil adalah besi yang mempunyai permukaan terdiri dari besi cor
putih dan bagian dalamnya terdiri dari struktur dengan endapan grafit.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Permukaannya mempunyai ketahanan aus yang baik sekali dan bagian dalamnya
mempunyai keuletan yang baik pula. Besi cor demikian dipergunakan sebagai
bahan tahan aus.
disebut baja paduan tinggi apabila unsur paduannya 10%. Baja cor karbon
dikeraskan, dikuatkan dengan pencelupan dingin tetapi kemampuan mengerasnya
agak buruk dan hanya kulitnya saja yang keras. Lapisan yang mengeras menjadi
lebih tebal dengan menambahkan Mn, Cr, Mo atau Ni. Baja tersebut boleh
dikatakan mempunyai mampu keras yang tinggi kadar karbon 0,5-0,6% karena
kadar karbon menentukan tingkat kekerasan dari baja menyebabkan baja menjadi
keras dengan pencelupan dingin.
aluminium dan sebagainya, yang baik sekali dalam sifat-sifat ketahanan aus dan
korosi. Disamping itu adapula coran tembaga murni.
2.4
Penggunaan Coran
Setiap produk selalu berhubungan dengan bahan (material) dimana ahli
teknik perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sifat-sifat bahan yang
akan
digunakan.
Di
dalam
menentukan
pilihan,
perancangan
harus
berbagai
macam
tujuan,
apalagi
bahan-bahan
dipilih
dengan
Tabel 2.4 Sifat-sifat yang diminta dan bahan yang cocok untuk coran
Sifat-sifat yang
diminta
Kekuatan
Tahan banting
keuletan
Mudah dibuat
Ringan
Baik sekali dalam
konduktivitas termal
dan listrik
Tahan aus
Tahan korosi
Bahan coran
Baja cor, besi cor mutu tinggi, besi cor bergrafit bulat,
besi cor mampu tempa
Baja cor, besi cor bergrafit bulat, besi cor mampu
tempa
Baja cor kelabu, coran brons, coran paduan aluminium
(Al-Si-Cu, Al-Si-Mg)
Coran paduan aluminium, coran paduan magnesium
Coran tembaga murni
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Tahan panas
Tahan temperatur
rendah
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2.5
Pembekuan Coran
Paduan merupakan campuran antara dua unsur lebih yang membentuk
struktur kristal yang memiliki sifat logam. Salah satu campuran komponen
tersebut haruslah unsur logam tetapi lainnya dapat logam maupun bahan non
logam.
Pembekuan coran dimulai dari berbagai logam yang bersentuhan dengan
cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian
logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku, dimana
inti-inti kristal tumbuh. Bagian dari dalam coran mendingin lebih lambat daripada
bagian luar, sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian
dalam coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang seperti kolom, yang
disebut struktur kolom. Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradient
temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran besar, umpamanya pada
pengecoran dengan cetakan pasir menyebabkan gradien temperatur yang kecil
membentuk struktur kolom yang tidak jelas. Bagian tengah coran mempunyai
gradient temperatur yang kecil sehingga merupakan susunan dari butiran-butiran
kristal segi banyak dengan orientasi yang sembarang. (Lit. 8, hal. 15)
Apabila permukaan beku diperhatikan, setelah logam yang belum
membeku dituang keluar dari cetakan pada waktu pendinginan, maka terdapat dua
kasus bahwa permukaan itu bisa halus dan kasar. Permukaan halus adalah kasus
dari logam yang mempunyai daerah beku (yaitu perbedaan temperatur antara
mulainya dan berakhirnya membeku) yang sempit, dan permukaan kasar adalah
kasus dari logam yang mempunyai daerah beku lebar.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2.6
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2.7
tetapi dalam beberpa hal sukar untuk membuat produk dan mempunyai cacat yang
tergantung pada bentuk dan ukurannya, sehingga kadang-kadang coran menjadi
mahal. Oleh karena itu harus teliti dalam pengerjaannya.
Pertama, bentuk dari pola hendaknya dibuat. Pola yang sukar dibuat
membutuhkan waktu dan biaya yang banyak. pola harus sederhana agar dapat
meminimalkan kesalahan dalam pembuatan coran.
Kedua, cetakan dari coran hendaknya mudah. Terutama harus dihindari
bentuk-bentuk yang tidak dapat dicetak dengan kup dan drag atau kalau mungkin
lebih baik tidak dengan permukaan pisah yang rumit.
Ketiga, cetakan hendaknya tidak menyebabkan cacat dalam pengecoran.
Cetakan tidak akan digunakan kalau menyebabkan cacat dalam penuangan dan
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
20003200
4
5-6
6-8
5
6-8
8-10
8
8-10
10-12
8
10-12
12-16
10
12-16
16-20
5
8
2
3
6
10
2,5
4
8
12
3
5
10
16
4
6
12
20
5
8
16
25
6
10
2-3
2,5-4
3-5
4-6
5-8
6-10
Kurang
dari
200
3
4-5
5-6
Tabel 2.6 Toleransi tebal dinding yang biasa dari pengecoran pasir ( mm)
Bahan
Coran
besi cor
Coran
baja
Teliti
Sedang
Teliti
Sedang
30-40
40-80
2,5
3,0
2,5
4,0
3,0
4,0
3,0
5,0
80160
4,0
5,0
4,0
6,0
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2.8
Macam Pola
Pola mempunyai bebagai macam bentuk seperti diurikan dibawah ini.
Pada pemilihan pola harus diperhatikan produktivitas, kwalitas coran dan harga
pola. (Lit. 8, hal. 56)
1. Pola Pejal
Pola pejal adalah pola yang biasanya dipakai yang bentuknya hampir
serupa dengan coran. Gambar 2.6 menunjukkan 7 jenis pola yang dibagi
berdasarkan pola tunggal, pola bedah, pola setengah, pola belahan banyak
(1, 2, 3, 4, 5: permukaan pisah; A, B, C, D: permukaan penutup dari
rangka), pola penarikan terpisah dan pola penarikan sebagian.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
7. Pola Kerangka
Gambar
2.12
yang dibuat
dengan
2.9
hal ini khusus dipakai plaster atau lilin. (Lit. 8, hal. 62)
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
1. Kayu
Kayu dipakai untuk pola adalah kayu saru, kayu ras, kayu pinus, kayu
magoni, kayu jati dan lain-lain. Pemilihan kayu menurut macam dan
ukuran pola, jumlah produksi dan lamanya pakai. Kayu yang kadar airnya
lebih dari 14% tidak dapat dipakai karena akan terjadi pelntingan yang
disebabkan perubahan kadar air dalam kayu. Kadang-kadang suhu udara
luar harus diperhitungkan, dan ini tergantung pada daerah dimana pola itu
dipakai.
2. Resin sintetis
Dari berbagai macam resin sintetis, hanya resin epoksi-lah yang banyak
dipakai. Ia mempunyai sifat-sifat: penyusutan yang kecil pada waktu
mengeras, tahan aus yang tinggi, memberikan pengaruh yang lebih baik
dengan menambah pengencer, zat pemlastis atau penggemuk menurut
penggunaannya.
Resin polistirine (polistirine berbusa) dipakai sebagai bahan untuk pola
yang dibuang setelah dipakai dalam cara pembuatan cetakan yang lengkap.
Pola dibuat dengan menambah zat pembuat busa pada polistirena untuk
membuat berbutir, bentuk dan membuat busa.
Resin epoksi dipakai untuk coran yang kecil-kecil dari satu masa produksi.
Terutama sangat memudahkan bahwa rangkapnya dapat diperoleh dari
pola kayu atau pola plaster
3. Bahan untuk pola logam
Bahan yang lazim dipakai untuk pola logam adalah besi cor. Biasanya
dipakai besi cor kelabu karena sangat tahan aus, tahan panas dan tidak
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
mahal. Kadang-kadang besi cor liat dipakai agar lebih kuat. Paduan
tembaga juga biasa dipakai untuk pola cetakan kulit agar dapat
memanaskan bagian cetak yang tebal secara merata.
Aluminium adalah ringan dan mudah diolah, sehingga sering dipaki untuk
pelat pola atau pola untuk mesin pembuat cetakan.
2.10
Pembuatan Pola
Pola adalah perlu dalam pembuatan coran. Pola yang dipergunakan untuk
pembuatan cetakan benda coran, dapat digolongkan menjadi pola logam dan pola
kayu (termasuk pola plastic). Pola logam dipergunakan agar dapat menjaga
ketelitian ukuran benda coran, terumtama dalam masa produksi, sehingga unsur
pola lebih lama dan produktivitas lebih tinggi. (Lit. 8, hal. 63)
Pola logam bisa dibuat dari banyak jenis sesuai dengan penggunaannya.
Sebagai contoh, logam tahan panas seperti: besi cor, baja cor dan paduan tembaga
adalah cocok untuk pola pada pembuatan cetakan kulit, sedangkan paduan ringan,
adalah mudah diolah dan dipilih untuk pola yang dipergunakan dalam masa
produksi dimana pembUuatan cetakan dilakukan dengan tangan.
Pola kayu dibuat dari kayu, murah, cepat dibuatnya dan mudah diolahnya
dibanding dengan pola logam oleh karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk
cetakan pasir. Sedangkan sering dipakai pola kayu yang permukaannya diperkuat
dengan lapisan plastik.
2.10.1 Gambar pengecoran
Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah
gambar perencanaan menjadi gambar untuk pengecoran. Dalam hal ini
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Bahan
Besi cor, Baja cor tipis
Besi cor, Baja cor tipis yang banyak menyusut
Sama dengan atas dan aluminium
Paduan aluminium, Brons, baja cor (tebal 5-7 mm)
Kuningan kekuatan tinggi, baja cor
Baja cor (tebal lebih dari 10 mm)
Coran baja yang besar
Coran baja yang besar dan tebal
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2.11
Sistem Saluran
Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke
dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, mudlai dari cawan tuang dimana
logam cair dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke rongga cetakan. Namanama itu ialah: cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk, seperti
dijelaskan dalam Gambar 2.14.
Cawan tuang merupakan penerima yang menerima cairan logam langsung
dari ladel. Saluran turun adalah saluran yang pertama membawa cairan logam dari
cawan tuang ke dalam pengalir dan saluran masuk. Pengalir adalah saluran yang
membawa logam cair dari saluran turun kebagian-bagian yang cocok pada
cetakan. Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalior
kedalam rongga cetakan. (Lit. 8, hal. 65)
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Luas
saluran
turun a3
(mm2)
130
240
370
430
480
580
700
770
830
920
1030
1180
1200
Diameter
saluran
turun
(mm)
13
19
22
24
25
27
30
31
33
34
36
39
39
Berat
tuang (kg)
300 350
350 400
400 450
450 500
500 600
600 700
700 800
800 900
9001000
10001250
12501500
15002000
Luas
saluran
turun a3
(mm2)
1200
1200
1270
1360
1460
1620
1710
1840
1910
2170
2410
2810
Diameter
saluran
turun
(mm)
39
39
40
42
43
45
47
48
49
52
55
60
3. Pengalir
Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapezium atau setengah
lingkaran sebab irisan demikian dibuat pada permukaan pisah, lagipula
pengalir mempunyai luas permukaan yang terkecil untuk satu ruas irisan
tertentu, sehingga lebih efektif untuk pendinginan yang lambat. Ukuran
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Ukuran dari pengalir dan saluran masuk dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Ukuran pengalir
(mm2)
20 x 20
30 x 30
35 x 35
40 x 40
50 x 50
60 x 60
Ukuran Saluran
Masuk (mm2)
90 x 6
100 x 7
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Hubungan antara berat coran dan waktu tuang untuk baja cor dapat dilihat
pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Hubungan antara waktu tuang dan berat tuang untuk baja cor
(t: tebal coran)
2.12
Penambah
Penambah memberi tambahan persediaan logam cair dan menambah
tekanan pada logam cair yang megimbangi penyusutan dan pembekuan dari coran
dan agar logam cair dapat masuk kedalam bagian cetakan yang sempit.
Penambah digolongkan menjadi dua macam, penambah samping dan
penambah atas. Penambah samping dipasang disamping coran dan langsung
dihubungkan dengan saluran turun dan pengalir, Penambah macam ini sangat
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
efektif dan dipakai untuk coran kecil dan menengah. Penambah atas dipasang di
atas coran yang biasanya berbentuk silinder atau mempunyai ukuran besar.
Penambah yang terbuka ke udara luar disebut penambah terbuka,
sedangkan penambah yang dekat pada bagian ataasnya berbentuk setengah bola
disebut penambah buta. Penambah buta tidak dapat memberikan logam cair kalau
bagian luarnya membeku, Karena dibagian-bagian yang tidak membeku diatasnya
menjadi hampa udara. untuk menghindari kesukaran ini disisipkan kerucut initi
yang kecil yang berujung tajam. (Lit. 8, hal. 78)
1. Penambah untuk coran besi
Penyusutan dari besi dalam pembekuan lebih kecil daripada penyusutan
baja cor dan paduan bukan besi. Peranan penambah disini adalah
memberikan logam cair kebagian yang menyusut karena pembekuan,
untuk mencegah terbentuknya rongga-rongga penyusutan, demikian juaga
untuk meniadakan pasir yang terbawa, terak dan gas-gas dari coran.
Umumnya besi cor mempunyai koefisien penyusutan sebagai berikut:
a. Besi cor dengan kekuatan tarik lebih dari 35 kg/mm2, penyusutan 5%
b. Besi cor dengan kekuatan tarik lebih dari 30 kg/mm2, penyusutan 3%
c. Besi cor dengan kekuatan tarik lebih dari 25 kg/mm2, penyusutan 2%
d. Besi cor dengan kekuatan tarik lebih dari 20 kg/mm2, penyusutan 0-1%
sistem pengisian yang berbeda dengan penambah atas yang diisi degan
logam cair melalui rangga cetakan karena perbedaan temperatur dari
logam cair dari penambah-penambah itu. Tabel 2.10 menunjukkan
perbandingan pengisian afektif. Ini berarti bahwa kalau jumlah berat
penambah 100kg, maka berat penambah samping yang berfungsi sebagai
penambah adalah seberat 30kg sampai 40kg sedangkan pada penambah
atas yang bekerja berat efektif adalah sebesar 30 sampai 35kg.
D (mm)
Penambah
Penambah atas
samping
T+30
T+40
T+40
T+50
selubung silinger atau torak. Macam ini lazim dipakai karena pembekuan
mengarah yang lebih baik dan pengaruh penambah yang lebih baik jika
logam cair dituang dari saluran pensil.
2. Penambah untuk coran baja
Baja cor mempunyai titik cair yang tinggi dan koefisien penyusutan yang
sangat besar, disamping itu pembekuannya terjadi dalam waktu yang
pendek yang berbeda dengan besi cor, sehingga irisan dari penambah
untuk baja cor harus besar. Penambah harus dipasaang diatas saluran
masuk, pada tempat yang tertinggi dari coran dan diatas bagian yang
paling tebal pada coran. Bentuk silinder adalah bentuk yang sering
dipakai.
Karena tempat dan bentuk penambah ditentukan, maka banyaknya
penambah ditentukan menurut rumus:
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Gambar 2.16 Hubungan antara tebal coran dan jarak isi dari penambah
2.13
juga dengan cara memecah kwarsit. Semuanya mempunyai bagian utama SiO2,
dan terkandung kotoran-kotoran seperti mika atau felspar. Pasir pantai dan pasir
kali terutama berisi kotoran seperti ikatan organik yang banyak. Kotoran ini
diinginkan sekecil mungkin. Pasir silika alam dan pasir silika buatan dari kwarsit
yang dipecah berisi kotoran. Terutama yang terakhir ini mempunyai sedikit
kotoran dan jumlah SiO2 lebih dari 95%.
Pasir pantai, pasir kali, pasir silica alam dan pasir silica buatan tidak
melekat dengan sendirinya, oleh karena itu dibutuhkan pengikat untuk mengikat
butir butirnya satu sama lain dan baru dipakai setelah pencampuran.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2. Tanah Lempung
Terdiri dari kaolit, ilit dan monmorilonit juga kwarsa, feldspar, mika dan
kotoran lainnya. Kalau ditambahkan air, dia menjadi lekat dan jika lebih
banyak air akan menjadi pasta. Kalau lempung kehilangan kadar air, sifat
lekatnya akan berkurang. Ukuran dari tanah lempung adalah sekitar 0,005
mm sampai 0,02 mm.
3. Pengikat Lain
Dibuat dari pasir yang dibubuhi minyak pengering nabati 1,5-3,0% seperti
minyak biji rami, minyak kedele atau minyak kol dan dipanggang pada
temperatur 200-2500 C.
4. Tambahan Lain
Bubuk arang, tepung ter, jelaga kokas, atau tepung grafit dibubuhkan kirakira 1% kepada pasir cetak agar permukaan coran menjadi halus,
pembongkaran mudah, dan dalam beberapa hal mencegah permukaan
kasar.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
dengan
pengikat
lempung
yang
dikeringkan
mempunyai
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
4. Sifat-sifat panas
Cetakan mengalami temperatur tinggi dan tekanan tinggi dari logam cair
pada waktu penuangan. Sehingga kekuatan panas, dan sebagainya harus
diketahui sebelumnya.
5. Sifat-sifat Sisa
Sifat-sifat sisa yang dibutuhkan ketika coran diambil dari cetakan setelah
penuangan disebut sifat sisa. Untuk pembongkaran, perlu sifat mampu
ambruk yang baik.
Sifat mampu ambruk yang baik dari pasir cetak ialah berarti bahwa
cetakan dengan mudah dapat rontok dan pasir cetak dengan mudah
disingkirkan dari permukaan coran.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2.14
Peleburan
Sampai pada saat ini, tanur perapian terbuka (open hearth furnace) masih
banyak dipergunakan untuk peleburan baja, tetapi sekarang tanur listrik lebih
banyak dipakai disebabkan karena biaya peleburan yang murah. Peleburan dengan
busur api listrik dibagi menjadi dua macam proses yaitu pertama proses asam dan
kedua proses basa. Cara yang pertama dipakai untuk peleburan skrap baja yang
berkualitas tinggi sedangkan yang kedua untuk meleburkan baja dengan kualitas
biasa. (Lit. 8, hal. 164)
Tanur listrik heroult adalah tanur yang paling banyak dipakai. Tanur ini
mempergunakan arus bolak-balik tiga fasa. Energy panas diberikan oleh loncatan
busur listrik antara elektroda karbon dan cairan baja. Terak menutupi cairan dan
mencegah absorpsi gas dari udara luar selama pemurnian berjalan.
Dalam peleburan baja, di samping pengaturan komposisi kimia dan
temperatur, perlu juga mengatur absorpsi gas, jumlah dan macam inklusi bukan
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
2.15
Penuangan
Cairan baja yang dikeluarkan dari tanur diterima dalam ladel dan
2.16
cetakan dan dari coran, kemudian saluran turun, saluran masuk, penambah
dipisahkan dari coran dan akhirnya sirip-sirip dipangakas serta permukaan coran
dibersihkan. Semua pekerjaan ini dilakukan secari mekanik atau dengan tangan,
tetapi dianjurkan agar sebanyak mungkin pekerjaan itu dilakukan secara mekanik.
Pemeriksaan coran mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Memelihara kualitas
Kualitas dan baiknya produk coran harus dijamin dengan jalan
memisahkan produk yang gagal.
2. Penekanan biaya dengan mengetahui lebih dahulu produk yang cacat
Dalam pemeriksaan penerimaan bahan baku dan bahan yang diproses
sejak dari pembuatan cetakan sampai selesai, produk yang cacat harus
diketahui seawall mungkin agar dapat menekai biaya pekerjanya.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
3. Penyempurnaan teknik
Menurut data kualitas yang didapat dari pemeriksaan dan percobaan,
menyisihkan produk yang cacat dapat dilakuakan lebih awal dan
selanjutnya tingkat kualiatas dapat dipelihara dengan memeriksa data
tersebut secara kolektif, sehingga kualitas dan teknik pembuatan dapat
disempurnakan.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
BAB III
PENETAPAN SPESIFIKASI BANTALAN POROS LORI
3.1
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Diagram benda bebas dari segmen kiri dengan jarak x < 142,5 mm:
Fy = 0
+ M = 0
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Untuk:
x1 = 0
M1 = 0
x2 = 100 mm
x3 = 125 mm
Diagram benda bebas dari segmen kiri dengan jarak x < 467,5 mm:
Fy = 0;
+ M = 0;
3.2
kereta tambang (lori) dengan poros seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Berat lori adalah sebesar 1,1 ton dengan kapasitas 2,5 ton dan menggunakan 2
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
buah poros dengan 4 roda. Kecepatan maksimum adalah sebesar 100 km/jam.
Bahan poros ditentukan melalui perhitungan berikut ini.
Diketahui:
Berdasarkan Tabel 2.1, jenis bahan yang cocok digunakan adalah Baja
Karbon JIS G 4501 dengan lambang S30C yang mempunyai kekuatan tarik (Wb)
48 kg/mm2.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
= 650 mm
= 935 mm
= 600 mm
= 100 km/jam
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
10. Jarak dari titik tengah bantalan ke ujung luar naaf roda (a) = 100 mm.
Panjang naaf roda (l) = 85 mm
11. Beban horizontal (P)
14. Momen lentur pada naaf tumpuan roda sebelah dalam karena beban
horizontal (M3)
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
18.
(baik)
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
BAB IV
PERENCANAAN PEMBUATAN BANTALAN POROS LORI
4.1
Perencanaan Pola
Pada umumnya bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan pola ada 3
Namun dari ketiga bahan diatas, yang paling sering dan umum digunakan
adalah kayu jati.
Bahan tambahan juga diperlukan untuk jenis pengecoran tertentu, yaitu:
a. Cat dempul yang berfungsi untuk menutupi pori-pori pola.
b. Cat stipcote 7019 warna abu-abu yang digunakan agar pasir cetak tidak
lengket pada pola saat pembuatan cetakan.
= 5 mm
= 2 mm
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Untuk lebih jelasnya, dimensi pola bantalan poros lori dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
4.2
dan kemudian diameter saluran tuang dapat diperoleh dari Tabel 2.8.
Berikut ini adalah perhitungan berat coran:
1. Massa jenis baja () = 7850 kg/m3
2. Untuk mempermudah perhitungan volume maka bantalan dibagi menjadi 4
bagian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2.
2. Saluran turun
Dari Tabel 2.8, untuk berat coran sebesar 11,33 kg maka diameter saluran
turun adalah 19 mm. Bentuk saluran turun yang direncanakan dalam
proses pembuatan bantalan poros lori ditunjukkan pada Gambar 4.4.
3. Pengalir
Pengalir yang digunakan mempunyai bentuk yang sederhana dan
berjumlah 1 buah. Bentuknya dapat dilihat pada Gambar 4.5.
4. Saluran masuk
Gambar 4.6 menunjukkan saluran masuk yang merupakan saluran terakhir
yang dilalui oleh logam cair setelah pengalir. Jenis yang digunakan adalah
saluran masuk tunggal. Berdasarkan Tabel 2.9, luas saluran masuk untuk
berat coran sebesar 11,33 kg adalah
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
4.3
Penambah
Jenis penambah yang digunakan adalah penambah atas dimana dalam hal
ini penambah tidak berfungsi untuk penambahan cairan logam, melainkan hanya
sebagai media untuk pengeluaran uap panas pada saat proses penuangan.
Berdasarkan Gambar 2.16 yang menunjukkan hubungan antara tebal coran
dengan jarak pengisian penambah.
80
260
83,2
90
280
83,2 80 = x - 260
90 80
280 260
x = 266,4 mm
Maka: Jarak Pengisian (JP) untuk tebal coran 83,2 mm adalah 266,4 mm.
panjang dudukan
= 250,84 = 0,4 buah 1 buah
2 x jarak pengisian penambah (JP) 2(266,4)
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Volume penambah
Volume coran
y
0,8
0,6
Maka:
4.4
Pemberat
Dalam penuangan logam cair ke dalam cetakan, kup mengalami daya
apung karena logam cair. Maka pemberat perlu diletakkan diatas kup untuk
mencegah terapungnya kup. Perhitungannya adalah sebagai berikut.
Diketahui:
Maka:
4.5
antara lain:
a. Pasir Baru (Green Sand)
Pasir baru yang digunakan untuk pembuatan cetakan adalah pasir silica.
Pasir ini harus dikeringkan dalam mesin sand dryer hingga kadar airnya
mencapai 0,1-0,2%. Perbandingan antara pasir silica dengan bahan
pengikat adalah 8 : 1.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
4.6
natrium silikat 3-7% dan bahan pengikat (gula tetes). Pasir silica digunakan
sebagai pelapis permukaan yang bersentuhan langsung dengan coran. Langkah
pertama, papan cetakan diletakkan pada permukaan yang rata lalu rangka cetak
dan pola untuk drag ditempatkan diatas papan cetak. Saluran masuk dan pengalir
juga ditempatkan sedemikian rupa. Kemudian pasir silica ditambahkan hingga
menutupi seluruh bagian pola lalu pasir bekas dimasukkan untuk memenuhi
rongga cetakan dan dipadatkan dengan penumbuk. Pasir yang melewati tepi atas
rangka cetakan digaruk.
Untuk proses pengerasan pasir digunakan gas CO2 yang ditiupkan ke
dalam cetakan dengan tekanan 1,0-1,5 kg/cm2. Reaksi pengerasan dengan
menggunakan gas CO2 dijelaskan pada rumus berikut:
Na2O.SiO2.xH2O + CO2
Na2CO3.xH2O + SiO2
turun. Kemudian pasir silica dan pasir bekas dimasukkan dalam rangka cetakan
dan dipadatkan. Langkah terakhir, kup dan drag disatukan maka proses
pembuatan cetakan selesai. Untuk lebih jelasnya rongga cetakan yang
direncanakan dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Untuk lebih jelasnya, ukuran cawan tuang selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 4.8.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
4.7
adalah tanur induksi tipe kruss seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.9, dengan
kuat arus 500 Ampere, frekuensi 60 Hz, temperatur mencapai 1800 2000C.
Si
Cr
Mn
Fe
0,30
0,25
0,50
0,80
0,035
0,03
98,085
Si
Cr
Mn
Fe
0,30
0,25
0,65
1,0
0,035
0,03
97,735
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
4.8
Penuangan
Maka:
0,01133
0,2
18
0,3
20
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
0,01133
0,2
23
0,3
26
50
15
83,2
100
18
4.9
Pengerjaan Akhir
Mesin shot blasting yang digunakan pada PT. Baja Pertiwi Industri
Pengecoran Logam mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
a. Hanger Type Shot Blasting Machine
Gambar 4.12 menunjukkan Hanger Type Shot Blasting Machine yang
dirancang sendiri oleh pihak perusahaan karena sulit ditemukan di pasaran.
Kapasitas mesin
: 500 Kg
Voltase
Waktu pengerjaan
: 15 20 menit
Jumlah Turbin
: 2 buah
Daya turbin
: 10 HP
Total daya
: 28 HP
Diameter drum
: 1000 mm
Kapasitas drum
: 300 kg
Putaran
: 5-7 rpm
: 100 kg/min
: 1,3 HP
Lama pembersihan
: 15-20 menit
Kecepatan hisap
: 800 m3/jam
Berat mesin
: 3 ton
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
4.10
Pemeriksaan Coran
Dalam pemeriksaan hasil coran, quality control diterapkan pada beberapa
penuangan
terlebih
dahulu
dilakukan
pada
bagian
yang
Inklusi pasir adalah cacat yang terjadi akibat pasir yang terbawa di dalam
benda coran. Biasanya terjadi pada bagian permukaan coran. Cara
pencegahannya adalah dengan memperhatikan kerapatan pasir cetak,
ketahanan pasir cetak yang baik terhadap panas.
Bagan alir proses pembuatan bantalan poros lori dapat dilihat pada
Gambar 4.14.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
START
Pasir Hitam
Pembongkaran
Pasir Baru
Pemisahan
Magnetis
Pengeringan
Pemecah Bungkah
Pendinginan
Pendinginan
Pengayakan
Pengayakan
Penyimpanan
Pasir Baru
Penyimpanan
Pasir Baru
Pengaduk
Pemberi
Udara
Penyimpanan
Pengikat
Pemilihan
Bahan
Pembuatan Pola
Pola
Pembuatan Cetakan
Penuangan
Pembongkaran
Pembersihan
Pemeriksaan
END
Gambar 4.14 Diagram alir proses pembuatan bantalan poros lori
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Bantalan yang dirancang ini digunakan pada Pabrik Pengolahan Buah
1. Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat Bantalan Poros Lori ini
adalah Baja Karbon JIS G 4501 dengan lambang S30C yang mempunyai
kekuatan tarik (Wb) 48 kg/mm2.
0,30 %
b. Silikon
0,25 %
c. Krom
0,65 %
d. Mangan
1,0 %
e. Belerang
0,035 %
f. Fosfor
0,03 %
g. Besi
97,735 %
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
= 5 mm
= 2 mm
6. Pasir baru yang digunakan untuk membuat cetakan pasir berasal dari
Pangkalan Berandan yang dikeringkan dengan dengan mesin sand dryer
hingga kandungan airnya mencapai 0,1-0,2% dengan tambahan bahan
pengikat yaitu gula tetes dengan perbandingan antara pasir dan gula tetes
adalah 8:1 sedangkan pasir bekas yang berasal dari sisa pembongkaran
ditambahkan gula tetes sebanyak 8%.
8. Jenis tanur yang digunakan untuk proses peleburan adalah tanur induksi
frekuensi rendah jenis krus.
a. Kecepatan tuang = 2,1 m/s
b. Waktu tuang = 17 detik
c. Temperatur tuang = 1550C
11. Pemeriksaan hasil coran dilihat dari bentuk penampang dan ukuran.
Pemeriksaan ukuran meliputi:
a. Diameter dalam
b. Diameter luar
c. Tebal bantalan
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
d. Tebal dudukan
e. Panjang dudukan
5.2
Saran
Proses pembuatan bantalan poros lori ini dilaksanakan di PT. Baja Pertiwi
Industri Pengecoran Logam Medan yang telah melewati beberapa tahapan untuk
menghasilkan bantalan yang berkualitas dan dapat beroperasi dengan baik. Dalam
hal ini, penulis ingin menyarankan agar teori proses pengecoran logam dapat
dikuasai dengan sebaik-baiknya sebelum praktek langsung di lapangan supaya
tidak kewalahan pada saat proses pengerjaan.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaprie, Sriati. 1985. Teknologi Mekanik Jilid 1 Edisi ketujuh. Jakarta: PT.
Erlangga.
2. E.Shigley, Joseph, D.Mitchell, Larry. 1995. Perencanaan Teknik Mesin
Jilid 2, Trans. Ir. Gandhi Harahap, M,Eng. Edisi keempat. Jakarta: PT.
Erlangga.
3. Hibbeler, R.C. 2005. Mechanics of Materials 6th Edition. Singapore:
Prentice-Hall, Inc.
4. Shinroku Saito, Prof. Dr., Surdia Tata, Prof. Ir. M.S. Met. E. 1985.
Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
5. Heine, Richard W. 1967. Principles of Metal Casting 2nd Edition. United
State of America: McGraw-Hill, Inc.
6. Sularso, Ir. MSME, Suga, Kiyokatsu. 1997. Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
7. Agarwal R.L, Banga T.R. 1995. Foundry Engineering Reprinted Edition.
Delhi: Khanna Publishers.
8. Chijiwa Kenji, Prof. Dr., Surdia Tata, Prof. Ir. M.S. Met. E. 1976. Teknik
Pengecoran Logam Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
9. Gere, Timoshenko. 1996. Mekanika Bahan Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
10. Van Vlack, Lawrence. 1989. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta:
Erlangga.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.
LAMPIRAN
Himawan Abdi Senjaya : Perencanaan Dan Pembuatan Bantalan Poros Lori Dengan Kapasitas Lori 2,5 Ton
Tbs Dengan Proses Pengecoran Logam, 2010.