SKRIPSI
NPM : 201522201022
Menyetujui :
Mengetahui :
BUDI DOLOKSARIBU,S.T.,M.Eng
NIP:197911062015041001
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Untuk diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) pada
bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
Musamus.
2. Ibu Dr. Maria Veronica Irene Herdjiono, SE., M.Si, selaku Wakil Rektor I
Musamus.
4. Ibu Yosehi Mekiuw, S.P., M.sc selaku Wakil Rektor III Universitas
Musamus Merauke.
6. Bapak Budi Doloksaribu, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Sipi
Universitas Musamus.
iii
8. Ibu Dina Limbong Pamuttu, S.T., MT selaku Pembimbing II.
9. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Musamus yang telah memberikan bekal
ini.
10. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan doa,
proposal ini, maka sangat diharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR SIMBOL DAN NOTASI
KL = kadar lumpur
viii
M3 = mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan yang
N = newton
P = Pembebanan (N)
Y = ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lubang ayakan
(ordinat standar)
ix
Y = ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lubang ayakan
(ordinat standar)
Y a = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis A pada salah satu lubang
Y b = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis b pada salah satu lubang
Y c = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis c pada salah satu lubang
x
BAB I
PENDAHULUAN
Mortar merupakan salah satu material yang memiliki peran penting dalam
penyusun suatu konstruksi baik yang bersifat struktural maupun non struktural.
banyak dijumpai dalam pekerjaan bangunan beton. Hal ini dapat dilihat dari
mortar yang biasa digunakan masyarakat untuk membangun rumah tinggal dan
kekuatan yang layak serta ekonomis salah satunya sangat bergantung pada
dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Oleh karena itu masyarakat harus bisa
yang akan digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan standar
yang digunakan.
1
plesteran namun gradasinya secara fisik sangat halus sehingga perlu dilakukan
mortar. Gradasi pasir yang sangat halus tersebut rencananya akan dilakukan
penggabungan terhadap pasir dengan gradasi yang kasar yang dalam hal ini adalah
pasir yang didatangkan sehingga material pasir tersebut dapat digunakan sebagai
baik terhadap sifat fisik maupun sifat mekanis dari material yang digunakan serta
menggunakan material lokal pasir dari kampung Kafyamke dan pasir yang
butiran yang sangat halus, dengan adanya penggabungan antara pasir dari
kampung Kafyamke dan pasir dari daerah Palu diharapkan dapat meningkatkan
gradasi agregat hingga zona yang memenuhi syarat gradasi agregat halus dan
masyarakat/
2
1.3 Rumusan Masalah
material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah
Palu?
material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah
Palu?
material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah
Palu.
material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah
Palu.
3
1. Metode pencampuran dan pengujian kekuatan tekan mortar dilakukan
2. Metode pengujian kuat tarik mortar dilakukan dengan berpedoman pada SNI
03-2491-2002.
5. Pada pengujian kuat tekan menggunakan cetakan benda uji berbentuk kubus
4
1.7 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
Pada bab ini membahas tentang hasil dan pembahasan penelitian yang
Bab V Penutup
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Doloksaribu, A., dkk (2016)[1], Kuat Tekan Beton dengan Menggunakan Bahan
Campuran Pasir Lokal (Pasir Nasem) dan Pasir Impor dengan Menggunakan Metode
DoE. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut dengan menggunakan perbandingan
pasir import : pasir lokal sebesar 70 : 30 % adalah f’c = 25,773 MPa dan untuk proporsi
80 : 20 % diperoleh hasil f’c = 26,164 MPa. Jika dilihat dari segi ekonomisnya tidak
ekonomis dan dari hasil penelitian kuat tekan yang diperoleh memenuhi syarat, karena
karakteristik beton yang diperoleh lebih besar dari kuat tekan yang direncanakan pada
Merauke-Papua. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah gradasi pasir
berkisar 2,434, dengan butir maximum 4,8 mm. Berat jenis pasir antara 2,70 sampai 2,76
dan daya serap airnya antara 4,04 % sampai 4,27 %. Kadar lumpur rata-rata pasir sebesar
6,78 % dan kandungan zat organiknya tinggi. Dari hasil uji mortar diperoleh berat jenis
mortar adalah 2,05 sampai 2,28, dan mortar dari pasir merauke termasuk mortar normal.
Sedangkan hubungan rasio volume pasir-semen dan kuat tekan Mortar semen
menggunakan pasir Merauke dibandingkan dengan mortar semen dari pasir Sungai
Boyong dengan gradasi agak halus ( Wahyudi, P., 2005 ) terlihat bahwa kuat tekan kedua
mortar tersebut hampir sama. Secara umum pasir Merauke dapat digunakan untuk
membuat mortar, namun kebutuhan berat semennya tiap satu meter kubik cenderung
6
Makmur, N., (2018)[3], Studi Eksperimental Kuat Tekan dan Tarik Belah Beton
Menggunakan Agregat Halus Merauke Dengan Agregat Kasar Boven Digoel. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental. Agregat halus yang
berasal dari Kampung Jagebob Raya Kabupaten Merauke dan agregat kasar dari
Kabupaten Boven Digoel. Dari hasil pengujian kuat tekan dan tarik belah beton
menggunakan campuran 1 Pc : 1,56 Ps : 4,75 Kr, diperoleh kuat tekan beton sebesar
16,14 MPa dan kuat tarik belah beton sebesar 8,00 MPa.
Renyaan, S.K., (2016)[4]. Uji Kuat Tekan Beton Mortar dengan Menggunakan Pasir
Pantai dan Pasir Non Pantai Kabupaten Merauke. Material pasir pantai bersumber dari
Onggaya dan Onggari sementara pasir non pantai bersumbar dari Jagebob dan Ulilin.
Hasil penelitian tersebut adalah kuat tekan beton mortar tertinggi pasir pantai (Onggaya
dan Onggari) dan pasir non pantai (Jagebob dan Ulilin) pada campuran 1PC : 1S masing-
masing sebesar 37,50 MPa, 35,58 MPa, 34,62 MPa dan 35,96 MPa. Selisih perbandingan
masing-masing sebesar 5,14% dan 9,64%, sehingga tidak memenuhi syarat kuat tekan
karakteristik agregat halus pasir non pantai Jagebob dan Ulilin juga tidak memenuhi
syarat kelayakan agregat halus karena memiliki kandungan organik yang tinggi sehingga
Lado, Y., dkk (2018)[5] Uji Kuat Tekan Beton dan Mortar Menggunakan Pasir Kali
Noeleke . Hasil penelitian tersebut adalah setiap umur perawatan dan komposisi
campuran, nilai kuat tekan mortar yang dihasilkan oleh mortar yang menggunakan Pasir
Kali Noeleke lebih tinggi dibandingkan dengan mortar yang menggunakan Pasir Takari.
Persentase perbandingan kuat tekan mortar pada umur perawatan 7 hari untuk komposisi
campuran 1 PCC : 4 Psr, 1 PCC : 6 Psr dan 1 PCC : 8 Psr secara berturut adalah sebesar
11,54%, 19,05% dan 25,00%, persentase perbandingan kuat tekan mortar pada umur
7
perawatan 14 hari untuk komposisi campuran 1 PCC : 4 Psr, 1 PCC : 6 Psr dan 1 PCC : 8
Psr secara berturut adalah sebesar 6,67%, 12,00% dan 20,00%, dan pada umur perawatan
28 hari persentase perbandingan kuat tekan mortar untuk komposisi campuran 1 PCC : 4
Psr, 1 PCC : 6 Psr dan 1 PCC : 8 Psr secara berturut adalah sebesar 2,78%, 6,45% dan
10,00%.
2.2.1 Mortar
Campuran agregat halus, perekat (seperti tanah liat, kapur, semen portland) dan air
disebut dengan mortar. Kegunaan mortar adalah dapat digunakan sebagai perekat seperti
perekat antar bata merah dan bata beton dalam pembuatan dinding, perekat antar batu
pada pasangan batu, dan sebagainya. Sedangkan fungsi utama mortar sediri adalah
1. Mortar Lumpur
Mortar lumpur adalah campuran agregat halus, tanah liat atau lumpur dan air.
Mortar lumpur ini biasa dipakai sebagai bahan dinding tembok atau bahan tungku api.
2. Mortar Kapur
Mortar kapur dibuat dari campuran air, kapur, semen dan air . Mortar ini biasa
dipakai sebagai bahan perekat bara merah pada dinding tembok bata atau perekat antar
8
3. Mortar Semen
Mortar semen dibuat dari campuran agregat halus, semen portland dan air. Mortar
ini biasa digunakan untuk tembok, pilar, kolom atau bagian bangunan lain yang menahan
beban .
4. Mortar Khusus
Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur dan
1. Murah.
2. Tahan lama.
berdasarkan ketentuan spesifikasi proporsi bahan yang terdiri dari bahan bersifat semen,
1. Mortar tipe M adalah mortar dengan kekuatan 17,2 MPa yang dibuat
9
2. Mortar tipe S adalah mortar dengan kekuatan 12,5 MPa yang dibuat
3. Mortar tipe N adalah mortar dengan kekuatan 5,2 MPa yang dibuat
4. Mortar tipe O adalah mortar dengan kekuatan 2,4 MPa yang dibuat
pembuatan mortar tipe N dan dapat digunakan untuk pembuatan mortar tipe S
tabel 2.1.
pembuatan mortar tipe S dan dapat digunakan untuk pembuatan mortar tipe S
10
atau tipe M dengan menambahkan semen portland dengan komposisi menurut
tabel 2.1.
spesifikasi ini tidak boleh diubah kecuali jumlah air pencampurnya. Untuk bahan-
bahan yang memiliki sifat fisik berbeda tidak dapat dipakai tanpa melakukan
2. Sifat-sifat mortar dalam tabel 2.2 dipakai untuk mortar yang disiapkan
115%.
yang disiapkan untuk pekerjaan dilapangan setelah digunakan agar penyerapan air
4. Sifat – sifat mortar yang disiapkan dilapangan dengan jumlah air lebih banyak,
persyaratan sifat-sifat seperti dalam tabel II.2. Dengan demikian persyaratan dalam
11
tabel II.2 tidak bisa dipakai sebagai persyaratan untuk pengawasan mutu mortar
dilapangan. Untuk tujuan ini, dapat dipakai metode pengujian ASTM C 780.
D0=¿ diameter mortar pada waktu dicetak (diameter bawah cetakan ± 10 cm)
D 1=¿ diameter mortar setelah selesai ketukan, diukur pada 4 posisi dan dihitung
harga rata-ratanya
persatuan luas [7]. Untuk mengetahui perbandingan kuat tekan mortar dengan varian
Ρ maks
σm=
Α .................. (1)
Dimana :
12
P = Gaya tekan maksimum (N)
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka A= 2500 mm2
Bm
Tm=
V
Dimana :
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka V=125 ml
cenderung untuk memisahkan sebagian mortar akibat tarikan. Kuat tarik juga merupakan
bagian penting didalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu.
Kekuatan tarik dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan percobaan belah
silinder dimana silinder ukuran ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm diberikan
beban tegak lurus terhadap sumbu longitudinalnya dengan silinder ditempatkan secara
horizontal diatas pelat mesin percobaan, benda uji akan terbelah dua pada saat dicapainya
2Ρ
f t=
πLD ............................................................................................................ (2)
Dengan :
13
P = Pembebanan (N)
bahan untuk dijadikan material dan sebagai pengikat agar bahan-bahan yang di
campurkan menjadi satu kesatuan yang padat dan kokoh. Fungsi semen adalah mengikat
butir-butir agregat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat [9].
1. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi
hidrasi rendah.
alam atau hasil olahan . Agregat halus alam adalah agregat halus hasil disintegrasi dari
batuan, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari
14
pecahan dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 5%. Apabila lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4. Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton.
5. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
susunan ayakan yang telah ditentukan, harus masuk dalam salah satu daerah
susunan butir menurut zone 1,2,3,atau 4 dan harus memenuhi syarat yaitu sisa
diatas ayakan 4,8 mm maksimal 2% dari berat, sisa diatas ayakan 1,2 mm maksimal
10% dari berat dan sisa di atas ayakan 0,3 mm maksimal 15% dari berat.
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen . Pemeriksaan
kadar air ini bertujuan untuk mengetahui presentase kadar air yang dikankung dalam
suatu agregat. Pengujian kadar air agregat halus dilakukan berdasarkan SNI 03-1971-
W 3 −W 5
×100 (% )
kadar air = W5 .......................................................................(3)
15
dimana :
Kadar lumpur merupakan fraksi-fraksi halus dalam agregat, yang harus dibatasi
sesuai dengan persentase yang dipersyaratkan. Selain itu, kadar lumpur dapat membentuk
lapisan tipis pada permukaan agregat sehingga akan mempengaruhi ikatan antara pasta
dengan agregat. Kadar lumpur yang terdapat di dalam pasir dapat ditentukan dengan cara
mencari kehilangan berat pada pasir kering oven setelah mengalami pencucian. Apabila
kadar lumpur pada sampel lebih dari 5%, maka pasir tersebut harus dicuci dahulu
W ag1−W ag2
ΚL= ×100( %)
W ag2 ............................................................................ (4)
Dimana :
16
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni pada
volume yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung pada jenis
batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan [12].
W Ag4
=
Berat jenis permukaan jenuh (SSD) W Ag4 +W GA−W GA .Ag4 ......................
W Ag5
= ¿
Berat jenis kering oven (Bulk) W GA + ¿ W Ag4−W GA. Ag4 ........................
W Ag5
= ¿
Berat jenis semu (Apparent) W GA + ¿ W Ag5−W GA . Ag4 ........................
W Ag4 −W Ag5
×100
W Ag5
Penyerapan (Absorption) = ..............................
Dengan:
Wag4 = Berat sampel SSD (gram)
Wag5 = Berat sampel kering oven (gram)
WGA = Berat gelas + air (gram)
WGA.Ag4 = Berat gelas + air + agregat (gram)
Bobot isi adalah perbandingan antara berat dengan volume benda tersebut baik
dalam keadaan gembur maupun padat . Bobot isi gembur dan padat dapat dihitung
5. Kadar Organik
17
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah di dalam agregat terdapat
senyawa-senyawa organik yang dapat merugikan mortar. Senyawa organik pada agregat
dapat memperlambat pengikatan pada mortar karena mengandung asam yang dapat
mengganggu proses hidrasi semen serta dapat menurunkan kekuatan mortar. Banyaknya
senyawa organik yang terdapat dalam agregat halus dapat dikontrol dengan
menambahkan larutan 3% NaOH pada sampel yang akan diuji. Warna larutan akan
Pengujian gradasi ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari
satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian
butir [13]. Agregat halus dikelompokkan dalam 4 zona (daerah) menurut gradasinya yaitu
pasir kasar (zone 1), agak kasar (zone 2), agak halus (zone 3) dan halus (zone 4) yang
100
Persentase butir lolos (%)
100
80
80
60
60
40
40
20
20
0
0
0
50 50 30 00 00 50 00
15
25
43
00
00
75
50
1 2 4 0 0 7 5
0. 0. 0. 1. 2. 4. 9.
0.
0.
0.
1.
2.
4.
9.
100 100
80 80
60 60
40 40
20 20
0 0
1 50 2 50 4 30 0 00 0 00 7 50 5 00 1 50 2 50 4 30 0 00 0 00 7 50 5 00
0. 0. 0. 1. 2. 4. 9. 0. 0. 0. 1. 2. 4. 9.
Ukuran Ayakan (mm) Ukuran Ayakan (mm)
18
batas bawah batas atas batas bawah batas atas
(c) (d)
(a) Daerah gradasi I pasir kasar, (b) Daerah gradasi II pasir agak kasar, (c) Daerah
gradasi III pasir halus, (d) Daerah gradasi IV pasir agak halus
(Sumber : [13])
Tabel 2.3 Batas Gradasi Agregat Halus 1
Modulus kehalusan butir adalah suatu indeks yang dipakai untuk ukuran kehalusan
atau kekasaran butir-butir agregat. Makin besar nilai modulus halus menunjukkan bahwa
makin besar butir–butir agregatnya. Modulus halus butir agregat halus berkisar antara 1,5
7. Menggabungkan Agregat
Susunan butiran agregat terkadang tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu di
dalam pembuatan adukan beton diperlukan pencampuran agregat agar gradasinya sesuai
standar akan menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan baik [14].
19
Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gradasi
agregat, yaitu :
c. Menggabungkan dua atau lebih jenis agregat agar diperoleh gradasi yang
memenuhi syarat.
Gradasi pasir jauh lebih penting daripada gradasi kerikil. Hal ini disebabkan mortar
(campuran semen, pasir dan air) merupakan pelumas untuk adukan beton muda serta
a. Setiap jenis pasir yang lengkung gradasinya jatuh seluruhnya dalam batas-batas
gradasi dari salah satu daerah (zona) dianggap cocok untuk beton walaupun
tidak ideal.
b. Apabila gradasi pasir jatuh dalam batas-batas gradasi suatu daerah tertentu,
0,60 mm, tetapi tidak boleh lebih halus dari batas gradasi yang ditunjukkan
oleh jenis pasir terhalus (zona 4) atau lebih kasar dari batas gradasi zona 1.
c. Jenis pasir yang mempunyai gradasi yang memotong satu daerah kemudian
pindah ke daerah lain atau melalui beberapa daerah dianggap tidak cocok untuk
produksi beton, karena jenis pasir ini menghasilkan campuran beton yang
d. Jenis pasir dari zona 4 (sebagian besar butirnya lebih halus dari 0,6 mm)
permasalahan : Pasir halus membutuhkan lebih banyak air daripada pasir kasar
20
untuk sifat pengerjaan yang sama sehingga untuk menghasilkan kekuatan yang
Rumus yang digunakan untuk menggabungkan dua jenis pasir atau lebih adalah :
a b c
Y= Y a+ Y b+ Y +. .. ..
100 100 100 c
......................................................(12)
Dimana :
Y = ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lubang ayakan
(ordinat standar)
Y a = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis A pada salah satu lubang
Y b = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis b pada salah satu lubang
Y c = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis c pada salah satu lubang
2.2.7.3 Air
Air pada campuran mortar berfungsi sebagai media untuk mengaktifkan reaksi
pada agregat halus dan bahan pengikat agar saling menyatu. Air juga berfungsi sebagai
pelumas antara butir-butir agregat halus yang berpengaruh pada sifat mudah dikerjakan
Syarat air yang digunakan untuk campuran mortar menurut SK SNI S-04-1989-F
sebagai berikut :
21
1. Air tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat
2. Kadar lumpur atau zat-zat lain yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2
gram/liter.
3. Air tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak mortar lebih dari
15 gram/liter.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
lokasi pengambilan material agregat halus adalah kampung Kafyamke. Peta lokasi
22
Lokasi pengambilan sampel
kampung Kafyamke
Agregat halus lokal yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari kampung
Agregat halus yang didatangkan dalam penelitian ini bersumber dari daerah Palu.
3. Semen
23
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen gresik PCC kemasan 50
kg.
4. Air
Air yang di gunakan dalam penelitian ini berasal dari air bersih Laboratorium
a. Cawan
c. Oven
b. Oven
b. Timbangan
c. Alat/meja pemadat
e. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110°C
24
g. Nampan
h. Ember
c. Timbangan
a. Mesin pengaduk
Tahapan pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi tahap pemeriksaan
pemeriksaan sifat fisis terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari
agregat halus tersebut. Pengujian sifat fisis agregat halus terdiri dari pengujian kadar air,
kadar lumpur, bobot isi agregat halus, berat jenis dan penyerapan air, pengujian gradasi
sebagai berikut :
25
Langkah-langkah pengujian kadar air agregat halus (pasir) adalah :
b. Masukan benda uji ke dalam cawan kemudian timbang dan catat beratnya.
d. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu 110°C sampai beratnya
tetap.
e. Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta cawan.
a. Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110°C sampai beratnya tetap,
b. Cuci benda uji sampai bersih, ditandai dengan air cucian yang tampak
jernih, lalu buang airnya dengan hati-hati jangan sampai pasir ikut
terbawa,
c. Kemudian benda uji dikeringkan dalam oven sampai beratnya tetap, lalu
timbang beratnya .
Langkah-langkah pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus adalah
sebagai berikut:
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110 C, sampai berat tetap, yaitu
keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan
dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut turut, tidak akan mengalami
26
perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %; dinginkan pada suhu ruang,
b. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
kerucut, berarti sampel masih terlalu basah. Dan jika sampel runtuh
seluruhnya berarti sampel terlalu kering. Jika bagian luar dari kerucut runtuh
sedangkan bagian dalamnya tetap tegak, berarti sampel sudah berada dalam
keadaan SSD
e. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram
benda uji ke dalam gelas ukur ,masukkan air suling sampai mencapai 90%
isi gelas ukur, putar sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung udara
di dalamnya
g. Timbang gelas ukur berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu 110°C sampai berat
27
4. Pengujian Bobot Isi
Langkah-langkah pengujian bobot isi gembur agregat halus adalah sebagai berikut:
a. Pasir dalam keadaan SSD ditimbang dan dimasukkan ke dalam mold hingga
b. Mold dan pasir ditimbang . Bobot isi gembur agregat halus dapat dihitung .
Langkah-langkah pengujian bobot isi padat agregat halus adalah sebagai berikut :
sebanyak 2 lapis.
c. Mold dan pasir ditimbang. Bobot isi padat agregat halus dapat dihitung.
Diamkan selama 24 jam kemudian bandingkan warna larutan NaOH yang telah
Pengujian gradasi ini dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butir pasir
a. Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110°C sampai beratnya tetap,
28
b. Sampel dimasukkan ke dalam saringan yang telah disusun berurutan mulai
dari yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 10 mm, 4,75 mm, 2,36 mm,
1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm, pan, kemudian saringan tersebut
: 3 antara semen dan pasir. Persentase gabungan pasir lokal dan pasir yang didatangkan
29
Tabel 3.1 Distribusi Sampel Benda Uji Kuat Tekan
1 M0 5 5 5
2 M1 5 5 5
3 M2 5 5 5
4 M3 5 5 5
5 M4 5 5 5
6 M5 7 Hari 5 14 Hari 5 28 Hari 5
7 M6 5 5 5
8 M7 5 5 5
9 M8 5 5 5
10 M9 5 5 5
11 M10 5 5 5
jumlah 55 buah 55 buah 55 buah
total jumlah benda uji 165 buah
1 M0 3 3 3
2 M1 3 3 3
3 M2 3 3 3
4 M3 3 3 3
5 M4 3 3 3
6 M5 7 Hari 3 14 Hari 3 28 Hari 3
7 M6 3 3 3
8 M7 3 3 3
9 M8 3 3 3
10 M9 3 3 3
11 M10 3 3 3
jumlah 33 buah 33 buah 33 buah
total jumlah benda uji 99 buah
Keterangan :
30
M0 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 100 : 0
M1 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 75 : 25
M2 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 50 : 50
M3 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 25 : 75
M4 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 10 : 90
M5 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 8 : 92
M6 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 6 : 94
M7 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 5 : 95
M8 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 4 : 96
M9 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 2 : 98
M10 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase
perbandingan 0 : 100
Proses langkah kerja pencampuran dan pembuatan benda uji adalah sebagai berikut
31
a. Material penyusun mortar seperti semen, agregat halus dan air ditimbang
d. Masukkan pasir sedikit demi sedikit ke dalam mangkok yang berisi campuran
air dan semen sambil diaduk dengan kecepatan yang sama selama 30 detik,
h. Ratakan permukaan atas kubus dan silinder benda uji dengan sendok perata
j. Setelah itu bukalah cetakan dan rendam benda uji dalam air sampai saat
32
a. letakkan cincin leleh di atas meja leleh, lalu diisi dengan mortar sampai penuh,
pengisian dilakukan dalam 2 lapis, setiap lapis harus dipadatkan 20 kali dengan
alat pemadat
b. ratakan permukaan atas mortar dalam cincin leleh dan bersihkan mortar yang
c. angkat cincin leleh perlahan sehingga di atas meja leleh terbentuk mortar
e. ukurlah diameter mortar diatas meja leleh pada 4 tempat yang berlainan, hitung
hidrasi akibat dari reaksi pengikatan semen dengan material mortar lainnya, yaitu dengan
cara merendam benda uji dalam air atau menutupinya dengan kain lembab sampai dengan
umur 28 hari, perendaman ini dimaksudkan agar tidak terjadi retak-retak rambut pada
benda uji yang diakibatkan menguapnya air yang dikandung dalam mortar.
Adapun langkah kerja dalam pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut :
(2) timbanglah kubus benda uji, lalu catat berat benda uji itu;
33
(3) letakkan benda uji pada mesin penekan; tekanlah benda uji Itu dengan
penambahan besarnya gaya tetap sampal benda uji itu pecah. Pada saat
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kuat tarik
mortar dan luas dari bidang tarik mortar tersebut. Pengujian kuat tarik belah
silinder mortar pada posisi rebah. Benda uji silinder diletakkan sentris pada
mesin uji dan pemberian beban dilakukan secara konstan. Kuat desak yang
diperlukan untuk membuat silinder terbelah disebut dengan kuat tarik belah.
34
3.5 Diagram Alir Penelitian
Diagram alur penelitian yang akan dilakuan dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut:
Mulai
Pengambilan Material
Pembuatan benda uji dengan perbandingan 1:2 antara semen dan pasir dengan
perbandingan pasir lokal : pasir didatangkan sebagai berikut :
M0 = 100% : 0 % M6 = 6 % : 94 %
M1 = 75 % : 25 % M7 = 5 % : 95 %
M2 = 50 % : 50 % M8 = 4 % : 96 %
M3 = 25% : 75 % M9 = 2 % : 98 %
M4 = 10 % : 90 % M10 = 0 % : 100 %
M5 = 8 % : 92 %
Analisa Data
Hasil
Selesai
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik mortar terlebih dulu
dilakukan uji sifat fisis terhadap agregat halus yang digunakan yaitu agregat halus yang
berasal dari Kampung Kafyamke dan agregat halus yang berasal dari daerah Palu.
Adapun pengujian sifat fisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian
kadar air, kadar lumpur, bobot isi, berat jenis dan penyerapan air, kadar organik dan
didapat nilai kadar air pasir lokal sebesar 0,37% dan pada pasir impor sebesar 3,48%.
yang diperoleh dari pengujian kadar lumpur pada pasir impor sebesar 2,84% dan pasir
lokal sebesar 3,87%. kedua jenis pasir ini memenuhi syarat untuk digunakan yang mana
kandungan lumpur pada agregat halus tidak boleh lebih besar dari 5% dan tidak perlu di
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada pasir lokal didapat berat Jenis
kering permukaan SSD 3,04, berat jenis kering oven (Bulk) 3,03, berat jenis semu
(Apparent) 3,07 dan penyerapan (Absorption)0,47% dan pada pasir impor didapat berat
36
Jenis kering permukaan SSD 2,55, berat jenis kering oven (Bulk) 2,47, berat jenis semu
pembanding 3 maka pasir lokal harus dicuci dulu sebelum digunakan . Hasil uji kadar
Sementara dari hasil pengujian pasir impor diperoleh warna bening yaitu termasuk
warna pembanding maka pasir lokal harus dicuci dulu sebelum digunakan . Hasil uji
37
Gambar 4.2 Pengujian kadar organik pasir impor
diperoleh nilai bobot isi rata-rata pada pasir lokal sebesar 1378,47 kg/m³ sementara nilai
bobot isi bobot isi rata-rata pada pasir impor sebesar 1720,21 kg/m³, maka pasir lokal dan
impor memenuhi syarat agregat normal, yaitu berat isi pasir tidak kurang dari 1200
kg/m³.
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus 100% lokal (M0) diperoleh hasil
mendekati zona 4 dengan nilai MHB 0,8342, agregat halus 75% lokal : 25% impor (M1)
diperoleh hasil mendekati zona 3 dengan nilai MHB 1,7298, agregat halus 50% lokal :
50% impor (M2) diperoleh hasil mendekati zona 3 dengan nilai MHB 1,9552, agregat
halus 25% lokal : 75% impor (M3) diperoleh hasil mendekati zona 3 dengan nilai MHB
2,1734, agregat halus 10% lokal : 90% impor (M4) diperoleh hasil mendekati zona 1
dengan nilai MHB 3,5849, agregat halus 8% lokal : 92% impor (M5) diperoleh hasil
mendekati zona 1 dengan nilai MHB 3,6542, agregat halus 6% lokal : 94% impor (M6)
38
diperoleh hasil mendekati zona 1 dengan nilai MHB 3,2665, agregat halus 5% lokal :
95% impor (M7) diperoleh hasil mendekati zona 1 dengan nilai MHB 2,9597, agregat
halus 4% lokal : 96% impor (M8) diperoleh hasil mendekati zona 1 dengan nilai MHB
3,3467, agregat halus 2% lokal : 98% impor (M9) diperoleh hasil mendekati zona 1
dengan nilai MHB 3,4068 dan agregat halus 100% impor (M10) diperoleh hasil
mendekati zona 1 dengan nilai MHB 3,1195. Data lengkap pemeriksaan analisis saringan
Data-data hasil pemeriksaan sifat fisis pasir lokal dan impor yang diperoleh dapat
39
Uji konsistensi mortar
4.1.7
D1 −D0
Flow= ×100 %
D0
21 , 5−10
= ×100 %
10
= 115 % ( memenuhi syarat 105% - 115%.)
D1 −D0
Flow= ×100 %
D0
20 , 5−10
= ×100 %
10
= 105 % ( memenuhi syarat 105% - 115%.)
40
4.2 Mix design
campuran (mix design) untuk 120 benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.4, untuk lebih
Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada umur 7, 14, 28 hari. Dengan
menggunakan SNI 03-6825-2002, Dari hasil uji kuat tekan mortar di dapatkan nilai beban
tekan (P) untuk masing-masing benda uji. Kemudian hasil uji kuat tekan tersebut diolah
memakai rumus 1 Hasil uji kuat tekan dapat dilihat pada lampiran. Nilai kuat tekan rata-
rata tertinggi pada mortar M2 sebesar ... mortar ini termasuk dalam tipe mortar ... Nilai
kuat tekan rata-rata terendahnya sebesar... pada mortar . Mortar ini termasuk dalam
tipe mortar...
Pengujian kuat tarik mortar yang dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari. Dengan
Tarik Belah Beton. Hasil uji kuat tarik belah mortar dapat dilihat pada tabel 4.7 dan
gambar 4.4 :
41
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil kuat tekan mortar menggunakan agregat lokal (M0) memiliki kekuatan
yang lebih besar dari mortar yang menggunakan agregat impor (M10) hal ini
dikarenakan perbedaan volume semen, pasir dan air yang digunakan pada
proporsi campuran.
2. kekuatan tekan yang paling besar pada mortar M2 yaitu mortar dengan
perbandingan 50% lokal : 50% impor. Hal ini terjadi karena 50% butir agregat
lokal yang halus mengisi rongga pada campuran 50% agregat impor yang
3. Hasil pengujian tekan lebih tinggi dari kuat tarik karena mortar merupakan
material yang kuat dalam kondisi tekan dan lemah dalam kondisi tarik.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
1. Hasil pengujian kuat tekan mortar pada umur 28 hari pada mortar M0 = 4,2
2. Hasil pengujian kuat tarik mortar saat umur 28 hari pada mortar M0 = 0,79
Berdasarkan hasil kuat tekan dan tarik mortar, agregat lokal dapat digunakan
sebanyak 50% .
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
43
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abner Doloksaribu, Muchlis Alahudin, "Kuat Tekan Beton dengan Menggunakan
Bahan Campuran Pasir Lokal (Pasir Nasem) dan Pasir Impor dengan
Menggunakan Metode DoE", Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha , ISSN 2089-6697
(Vol. 5 No. 2), Merauke, Agustus 2016
[2] Daud Andang Pasalli, " Sifat-sifat Mortar dari Pasir Merauke di Kabupaten
Merauke-Papua", Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha, ISSN 2089-6697 (Vol . 1 No .
1), April 2012.
[3] Nasir Makmur, "Studi Eksperimental Kuat Tekan dan Tarik Belah Beton
Menggunakan Agregat Halus Merauke Dengan Agregat Kasar Boven Digoel",
merauke, 2018.
[4] Susana Klara Renyaan, "Uji Kuat Tekan Beton Mortar dengan Menggunakan
Pasir Pantai dan Pasir Non Pantai Kabupaten Merauke. Material pasir pantai
bersumber dari Onggaya dan Onggari sementara pasir non pantai bersumbar dari
Jagebob dan Ulilin", merauke, 2016.
[5] Yandrianus Lado, Sudiyo Utomo, Elia Hunggurami, "Uji Kuat Tekan Beton dan
Mortar Menggunakan Pasir Kali Noeleke" Jurnal Teknik Sipil (vol. VII, no. 1),
2018.
[6] SNI 03-6882-2002, “Spesifikasi mortar untuk pekerjaan pasangan 1.,” pp. 1–8,
2002.
[7] SNI 03-6825-2002, "Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kekuatan
tekan mortar semen Portland untuk pekerjaan sipil", 2002.
[8] Merry N M Kosakoy, Steenie E Wallah, Ronny Pandaleke, “Perbandingan nilai
kuat tarik langsung dan tidak langsung pada beton yang menggunakan fly ash”
Jurnal Sipil Statik, (vol. 5, no. 7), pp. 383–392, Manado, 2017.
[9] SNI 15-2049-2004, "Semen portland", 2004.
[10] SNI 03-6820-2002, “Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen,” (vol. 2002), p. 6820, 2002.
[11] SNI 03-1971-1990, "Metode Pengujian Kadar Air Agregat", 1990.
[12] SNI 03-1970-1990, "Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
halus", pp. 1–5, 1990.
[13] Tri Mulyono, "Teknologi Beton", Jakarta, 2003.
44
[14] Mutharom Riyadi, Amalia, "Teknologi Bahan I", Jakarta, 2005.
[15] SNI 03-1968-1990, "Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar", pp. 1–5, 1990.
45