Anda di halaman 1dari 55

KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN

MATERIAL DARI KAFYAMKE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar sarjana strata satu (S1)

VINCI CHOIRY ANISAK

NPM : 201522201022

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN

MATERIAL DARI KAFYAMKE

PENYUSUN : VINCI CHOIRY ANISAK

NPM : 2015 22 201 022

Merauke, Mei 2020

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

BUDI DOLOKSARIBU,S.T.,M.Eng DINA L PAMUTTU, S.T.,M.T


NIP:197911062015041001 NIP:198506122019032020

Mengetahui :

Ketua Jurusan Teknik Sipil

BUDI DOLOKSARIBU,S.T.,M.Eng
NIP:197911062015041001

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul

“Karakteristik Mortar dengan Menggunakan Material dari Kafyamke”.

Untuk diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) pada

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Musamus.

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapat bantuan, arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan

baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Beatus Tambaib, M.A. Selaku Rektor Universitas

Musamus.

2. Ibu Dr. Maria Veronica Irene Herdjiono, SE., M.Si, selaku Wakil Rektor I

Universitas Musamus Merauke.

3. Bapak Dr. Samel W. Ririhena, M.Si. selaku Wakil Rektor II Universitas

Musamus.

4. Ibu Yosehi Mekiuw, S.P., M.sc selaku Wakil Rektor III Universitas

Musamus Merauke.

5. Bapak Frederik H. sumbung S.T.,M.Eng. selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Musamus Merauke.

6. Bapak Budi Doloksaribu, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Sipi

Universitas Musamus.

7. Bapak Budi Doloksaribu, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing I.

iii
8. Ibu Dina Limbong Pamuttu, S.T., MT selaku Pembimbing II.

9. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Musamus yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan serta membantu penulis dalam menyelesaikan proposal

ini.

10. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan doa,

motivasi serta dukungan kepada penulis secara moril maupun material

hingga proposal ini dapat terselesaikan.

11. Teman – teman Jurusan Teknik Sipil khususnya angkatan 2015

Universitas Musamus yang telah memberikan motivasi, semangat serta

membantu penulis dalam penyelesaian proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

proposal ini, maka sangat diharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Merauke, Juli 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR SIMBOL DAN NOTASI

A = Luas permukan yang dibebani (mm2)

ASTM = american standard testing and material

B = berat piknometer berisi air (gr)

Bk = berat sampel kering oven (gr)

Bt = berat piknometer berisi sampel dan air (gr)

CTM = compression testing machine

D = Diameter benda uji (mm)

DoE = Development Of Environment

Fas = faktor air semen

f’c = Kuat tekan mortar (MPa)

ft = Kuat tarik belah (MPa)

KL = kadar lumpur

L = Panjang benda uji (mm)

MHB = modulus halus butir

MPa = Mega Pascal

M1 = mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan yang

didatangkan dengan persentase perbandingan 98 : 2

M2 = mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan yang

didatangkan dengan persentase perbandingan 96 : 4

viii
M3 = mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan yang

didatangkan dengan persentase perbandingan 95 : 5

M4 = mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan yang

didatangkan dengan persentase perbandingan 94 : 6

M5 = mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan yang

didatangkan dengan persentase perbandingan 92 : 8

M6 = mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan yang

didatangkan dengan persentase perbandingan 90 : 10

N = newton

P = Pembebanan (N)

SSD = Saturated Surface Dry

W1 = berat talam (gr)

W2 = berat sampel alami + talam (gr)

W3 = berat sampel alami ( W 2 −W 1 ) (gr)

W4 = berat sampel kering + talam (gr)

W5 = berat sampel kering ( W 4 −W 1 ) (gr)

SNI = standar nasional indonesia

W ag1 = berat sampel kondisi berat tetap (gr)

W ag2 = berat sampel kering setelah dicuci (gr)

Y = ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lubang ayakan

(ordinat standar)

ix
Y = ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lubang ayakan

(ordinat standar)

Y a = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis A pada salah satu lubang

ayakan yang sama dengan lubang ayakan Y

Y b = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis b pada salah satu lubang

ayakan yang sama dengan lubang ayakan Y

Y c = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis c pada salah satu lubang

ayakan yang sama dengan lubang ayakan Y

a,b,c = Perbandingan berat antara pasir a, b dan c

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mortar merupakan salah satu material yang memiliki peran penting dalam

bidang konstruksi. Fungsi mortar adalah sebagai matriks pengikat bagian

penyusun suatu konstruksi baik yang bersifat struktural maupun non struktural.

Penggunaan material mortar di Indonesia khususnya di Kabupaten Merauke

banyak dijumpai dalam pekerjaan bangunan beton. Hal ini dapat dilihat dari

semakin meningkatnya kebutuhan pembangunan yang menggunakan material

mortar yang biasa digunakan masyarakat untuk membangun rumah tinggal dan

bahan konstruksi bangunan lainnya. Kualitas mortar untuk menghasilkan

kekuatan yang layak serta ekonomis salah satunya sangat bergantung pada

kualitas material yang digunakan.

Material agregat halus yang sesuai dengan standar sulit ditemukan di

wilayah Kabupaten Merauke sementara pembangunan terus meningkat sesuai

dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Oleh karena itu masyarakat harus bisa

memanfaatkan material yang ada semaksimal mungkin. Material agregat halus

yang akan digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan standar

yang digunakan.

Kampung Kafyamke merupakan salah satu kampung yang berada di Distrik

Ulilin Kabupaten Merauke. Kampung Kafyamke memiliki agregat halus berjenis

pasir. Masyarakat Kampung Kafyamke menggunakan material tersebut sebagai

1
plesteran namun gradasinya secara fisik sangat halus sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan untuk dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan

mortar. Gradasi pasir yang sangat halus tersebut rencananya akan dilakukan

penggabungan terhadap pasir dengan gradasi yang kasar yang dalam hal ini adalah

pasir yang didatangkan sehingga material pasir tersebut dapat digunakan sebagai

bahan campuran pembuatan mortar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian laboratorium dengan mengambil judul “Karakteristik mortar dengan

menggunakan material dari Kampung Kafyamke” yang akan dilakukan pengujian

baik terhadap sifat fisik maupun sifat mekanis dari material yang digunakan serta

mengetahui kekuatan tekan dan tarik mortar yang dihasilkan dengan

menggunakan material lokal pasir dari kampung Kafyamke dan pasir yang

didatangkan dari daerah Palu.

1.2 Identifikasi Masalah

Agregat halus berjenis pasir yang ada di kampung Kafyamke memiliki

butiran yang sangat halus, dengan adanya penggabungan antara pasir dari

kampung Kafyamke dan pasir dari daerah Palu diharapkan dapat meningkatkan

gradasi agregat hingga zona yang memenuhi syarat gradasi agregat halus dan

menghasilkan kuat tekan yang direncanakan agar dapat di gunakan oleh

masyarakat/

2
1.3 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimana sifat-sifat material pasir Kampung Kafyamke ?

2. Berapa nilai kuat tekan mortar yang dihasilkan dengan menggunakan

material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah

Palu?

3. Berapa nilai kuat tarik mortar yang dihasilkan dengan menggunakan

material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah

Palu?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sifat–sifat material pasir kampung Kafyamke.

2. Mengetahui nilai kuat tekan mortar yang dihasilkan dengan menggunakan

material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah

Palu.

3. Mengetahui nilai kuat tarik mortar yang dihasilkan dengan menggunakan

material agregat halus pasir dari kampung Kafyamke dan pasir dari daerah

Palu.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

3
1. Metode pencampuran dan pengujian kekuatan tekan mortar dilakukan

dengan berpedoman pada SNI 03-6825-2002 dan SNI 03-6882-2002.

2. Metode pengujian kuat tarik mortar dilakukan dengan berpedoman pada SNI

03-2491-2002.

3. Penggabungan agregat halus menggunakan presentase perbandingan 2 : 98 ,

4 : 96 , 5 : 95 , 6 : 94 , 8 : 92 , 10 : 90 antara pasir kampung Kafyamke dan

pasir dari daerah Palu.

4. Perbandingan antara volume semen dan agregat halus adalah 1 : 3.

5. Pada pengujian kuat tekan menggunakan cetakan benda uji berbentuk kubus

ukuran 50 x 50 x 50 mm sedangkan benda uji kuat tarik menggunakan

silinder berdimensi tinggi 7,62 x 15,24 mm.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu

pengetahuan tambahan serta menjadi bahan bacaan di perpustakaan

Universitas dan dapat memberikan referensi bagi mahasiswa lain.

2. Sebagai informasi kepada masyarakat dalam memanfaatkan material lokal

yang ada di kampung Kafyamke.

3. Sebagai masukan kepada pihak pemerintah dalam penggunaan material lokal

yang ada di kampung Kafyamke.

4
1.7 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tentang penelitian terdahulu serta teori-teori yang

berhubungan dengan material yang digunakan .

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini memuat tentang lokasi pengambilan sampel, waktu penelitian,

metode penelitian, alat dan bahan, serta diagram alir penelitian .

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini membahas tentang hasil dan pembahasan penelitian yang

dilakukan setelah mendapatkan data – data yang diperoleh.

Bab V Penutup

Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan

pembahasan penelitian yang dilakukan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Doloksaribu, A., dkk (2016)[1], Kuat Tekan Beton dengan Menggunakan Bahan

Campuran Pasir Lokal (Pasir Nasem) dan Pasir Impor dengan Menggunakan Metode

DoE. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut dengan menggunakan perbandingan

pasir import : pasir lokal sebesar 70 : 30 % adalah f’c = 25,773 MPa dan untuk proporsi

80 : 20 % diperoleh hasil f’c = 26,164 MPa. Jika dilihat dari segi ekonomisnya tidak

ekonomis dan dari hasil penelitian kuat tekan yang diperoleh memenuhi syarat, karena

karakteristik beton yang diperoleh lebih besar dari kuat tekan yang direncanakan pada

umur beton 28 hari yaitu 25 MPa.

Pasalli, D.A., (2012)[2], Sifat-sifat Mortar dari Pasir Merauke di Kabupaten

Merauke-Papua. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah gradasi pasir

kecenderungannya digolongkan ke dalam daerah II (agak halus), modulus halus butirnya

berkisar 2,434, dengan butir maximum 4,8 mm. Berat jenis pasir antara 2,70 sampai 2,76

dan daya serap airnya antara 4,04 % sampai 4,27 %. Kadar lumpur rata-rata pasir sebesar

6,78 % dan kandungan zat organiknya tinggi. Dari hasil uji mortar diperoleh berat jenis

mortar adalah 2,05 sampai 2,28, dan mortar dari pasir merauke termasuk mortar normal.

Sedangkan hubungan rasio volume pasir-semen dan kuat tekan Mortar semen

menggunakan pasir Merauke dibandingkan dengan mortar semen dari pasir Sungai

Boyong dengan gradasi agak halus ( Wahyudi, P., 2005 ) terlihat bahwa kuat tekan kedua

mortar tersebut hampir sama. Secara umum pasir Merauke dapat digunakan untuk

membuat mortar, namun kebutuhan berat semennya tiap satu meter kubik cenderung

lebih banyak dan dengan tetap memperhatikan syarat-syarat standar.

6
Makmur, N., (2018)[3], Studi Eksperimental Kuat Tekan dan Tarik Belah Beton

Menggunakan Agregat Halus Merauke Dengan Agregat Kasar Boven Digoel. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental. Agregat halus yang

berasal dari Kampung Jagebob Raya Kabupaten Merauke dan agregat kasar dari

Kabupaten Boven Digoel. Dari hasil pengujian kuat tekan dan tarik belah beton

menggunakan campuran 1 Pc : 1,56 Ps : 4,75 Kr, diperoleh kuat tekan beton sebesar

16,14 MPa dan kuat tarik belah beton sebesar 8,00 MPa.

Renyaan, S.K., (2016)[4]. Uji Kuat Tekan Beton Mortar dengan Menggunakan Pasir

Pantai dan Pasir Non Pantai Kabupaten Merauke. Material pasir pantai bersumber dari

Onggaya dan Onggari sementara pasir non pantai bersumbar dari Jagebob dan Ulilin.

Hasil penelitian tersebut adalah kuat tekan beton mortar tertinggi pasir pantai (Onggaya

dan Onggari) dan pasir non pantai (Jagebob dan Ulilin) pada campuran 1PC : 1S masing-

masing sebesar 37,50 MPa, 35,58 MPa, 34,62 MPa dan 35,96 MPa. Selisih perbandingan

masing-masing sebesar 5,14% dan 9,64%, sehingga tidak memenuhi syarat kuat tekan

karena memiliki selisih perbandingan >5,00%. Sementara itu, hasil pengujian

karakteristik agregat halus pasir non pantai Jagebob dan Ulilin juga tidak memenuhi

syarat kelayakan agregat halus karena memiliki kandungan organik yang tinggi sehingga

dapat memengaruhi mutu beton mortar.

Lado, Y., dkk (2018)[5] Uji Kuat Tekan Beton dan Mortar Menggunakan Pasir Kali

Noeleke . Hasil penelitian tersebut adalah setiap umur perawatan dan komposisi

campuran, nilai kuat tekan mortar yang dihasilkan oleh mortar yang menggunakan Pasir

Kali Noeleke lebih tinggi dibandingkan dengan mortar yang menggunakan Pasir Takari.

Persentase perbandingan kuat tekan mortar pada umur perawatan 7 hari untuk komposisi

campuran 1 PCC : 4 Psr, 1 PCC : 6 Psr dan 1 PCC : 8 Psr secara berturut adalah sebesar

11,54%, 19,05% dan 25,00%, persentase perbandingan kuat tekan mortar pada umur

7
perawatan 14 hari untuk komposisi campuran 1 PCC : 4 Psr, 1 PCC : 6 Psr dan 1 PCC : 8

Psr secara berturut adalah sebesar 6,67%, 12,00% dan 20,00%, dan pada umur perawatan

28 hari persentase perbandingan kuat tekan mortar untuk komposisi campuran 1 PCC : 4

Psr, 1 PCC : 6 Psr dan 1 PCC : 8 Psr secara berturut adalah sebesar 2,78%, 6,45% dan

10,00%.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Mortar
Campuran agregat halus, perekat (seperti tanah liat, kapur, semen portland) dan air

disebut dengan mortar. Kegunaan mortar adalah dapat digunakan sebagai perekat seperti

perekat antar bata merah dan bata beton dalam pembuatan dinding, perekat antar batu

pada pasangan batu, dan sebagainya. Sedangkan fungsi utama mortar sediri adalah

menambah lekatan dan mengikat bagian-bagian penyusun dalam suatu konstruksi.

2.2.2 Jenis Mortar


Berdasarkan jenis pengikatnya, mortar dibagi menjadi empat jenis yaitu mortar

lumpur, mortar kapur, mortar semen dan mortar khusus.

1. Mortar Lumpur

Mortar lumpur adalah campuran agregat halus, tanah liat atau lumpur dan air.

Mortar lumpur ini biasa dipakai sebagai bahan dinding tembok atau bahan tungku api.

2. Mortar Kapur

Mortar kapur dibuat dari campuran air, kapur, semen dan air . Mortar ini biasa

dipakai sebagai bahan perekat bara merah pada dinding tembok bata atau perekat antar

batu pada pasangan batu.

8
3. Mortar Semen

Mortar semen dibuat dari campuran agregat halus, semen portland dan air. Mortar

ini biasa digunakan untuk tembok, pilar, kolom atau bagian bangunan lain yang menahan

beban .

4. Mortar Khusus

Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur dan

mortar semen. Mortar khusus digunakan dengan tujuan tertentu .

2.2.3 Sifat Mortar


Mortar yang baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Murah.

2. Tahan lama.

3. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan).

4. Melekat dengan baik dengan bata, batu dan sebagainya.

5. Cepat kering dan mengeras.

2.2.4 Spesifikasi Mortar


Proporsi mortar dispesifikasikan dalam 4 tipe menurut kekuatan mortar

berdasarkan ketentuan spesifikasi proporsi bahan yang terdiri dari bahan bersifat semen,

agregat dan air yang digunakan [6] .

Tipe-tipe mortar adalah sebagai berikut :

1. Mortar tipe M adalah mortar dengan kekuatan 17,2 MPa yang dibuat

menggunakan semen pasangan tipe N dengan menambahkan semen portland

dengan komposisi tertentu menurut tabel 2.1.

9
2. Mortar tipe S adalah mortar dengan kekuatan 12,5 MPa yang dibuat

menggunakan semen pasangan tipe S dengan menambahkan semen portland

dengan komposisi tertentu menurut tabel 2.1.

3. Mortar tipe N adalah mortar dengan kekuatan 5,2 MPa yang dibuat

menggunakan semen pasangan tipe N dengan menambahkan semen portland

dengan komposisi tertentu menurut tabel 2.1.

4. Mortar tipe O adalah mortar dengan kekuatan 2,4 MPa yang dibuat

menggunakan semen pasangan tipe N dengan menambahkan semen portland

dengan komposisi tertentu menurut tabel 2.1.

Tabel 2.1 Persyaratan Proporsi

Campuran dalam volume (bahan


bersifat semen)
Rasio agregat (pengukuran
Mortar Type Semen pasangan
Semen Kondisi lembab dan
portland gembur)
M S N
M 1 ... ... 1
M ... 1 ... ...
2,25 - 3 kali jumlah
Semen S ... ... ... 1
volume bahan bersifat
pasangan S ½ ... 1 ...
semen
N ... ... ... 1
O ... ... ... 1
Sumber : [6]

Keterangan yang dimaksud dengan semen pasangan adalah

1. Semen pasangan tipe N adalah semen pasangan yang digunakan untuk

pembuatan mortar tipe N dan dapat digunakan untuk pembuatan mortar tipe S

atau tipe M dengan menambahkan semen portland dengan komposisi menurut

tabel 2.1.

2. Semen pasangan tipe S adalah semen pasangan yang digunakan untuk

pembuatan mortar tipe S dan dapat digunakan untuk pembuatan mortar tipe S

10
atau tipe M dengan menambahkan semen portland dengan komposisi menurut

tabel 2.1.

3. Semen pasangan tipe M adalah semen pasangan yang digunakan dalam

pembuatan mortar tipe M tanpa penambahan lagi semen.

Tabel 2.2 Persyaratan Spesifikasi Sifat

Kekuatan Rasio agregat


Kadar
Rata-rata 28 Retensi air (pengukuran
Mortar Tipe Udara
hari min min (%) kondisi lembab
maks (%)
(MPa) dan gembur)
M 17,2 75 .........b)
S 12,4 75 .........b) 2,25-3,5 Kali
Semen
Jumlah Volume
Pasangan N 5,2 75 .........b)
Bersifat Semen
O 2,4 75 .........b)
Sumber: [6]

Spesifikasi sifat mortar harus sesuai dengan metode pengujian, yaitu :

1. Proporsi campuran yang disiapkan di laboratorium dan memenuhi ketentuan

spesifikasi ini tidak boleh diubah kecuali jumlah air pencampurnya. Untuk bahan-

bahan yang memiliki sifat fisik berbeda tidak dapat dipakai tanpa melakukan

pengujian ulang dan harus memenuhi syarat sifat-sifat mortar.

2. Sifat-sifat mortar dalam tabel 2.2 dipakai untuk mortar yang disiapkan

dilaboratorium dengan jumlah penyampur yang memberikan kelecakan (flow) 105-

115%.

3. Sifat-sifat mortar yang disiapkan dilaboratorium dengan kelecakan 105-115%

dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya kelecakan dan sifat-sifat dari mortar

yang disiapkan untuk pekerjaan dilapangan setelah digunakan agar penyerapan air

dari komponen konstruksi pasangan terpenuhi.

4. Sifat – sifat mortar yang disiapkan dilapangan dengan jumlah air lebih banyak,

sebelum digunakan pada pekerjaan konstruksi pasangan, akan berbeda dengan

persyaratan sifat-sifat seperti dalam tabel II.2. Dengan demikian persyaratan dalam

11
tabel II.2 tidak bisa dipakai sebagai persyaratan untuk pengawasan mutu mortar

dilapangan. Untuk tujuan ini, dapat dipakai metode pengujian ASTM C 780.

2.2.5 Uji konsistensi mortar


Uji konsistensi mortar dilakukan dengan pemeriksaan meja getar atau flow table.
Hasil dari pengujian ini menunjukkan konsistensi mortar dengan mengukur tingkat
penyebaran campuran ketika menerima hentakan pada flow table dan untuk menentukan
jumlah air yang dibutuhkan mortar untuk mendapatkan kelecakan tertentu. Pada
pembuatan mortar hal terpenting yang harus diperhatikan adalah kelecekan mortar.
Kelecekan mortar ini dipengaruhi oleh jumlah air yang digunakan dalam campuran,
jumlah air yang digunakan dalam satu campuran dapat diketahui besarnya nilai faktor air
semen. Berdasarkan SNI 03-6882-2002 nilai konsistensi mortar yang diisyaratkan adalah
105% - 115%. Besarnya flow adalah penjumlahan dari hasil pembaacaan skala pada 4
posisi pengukuran mortar dan dinyatakan dalam persen.
D1 −D 0
Flow= ×100 %
D0

D0=¿ diameter mortar pada waktu dicetak (diameter bawah cetakan ± 10 cm)

D 1=¿ diameter mortar setelah selesai ketukan, diukur pada 4 posisi dan dihitung

harga rata-ratanya

2.2.6 Kuat Tekan Mortar


Kuat tekan mortar adalah kemampuan mortar dalam menerima gaya tekan dalam

persatuan luas [7]. Untuk mengetahui perbandingan kuat tekan mortar dengan varian

berbeda, perhitungan kuat tekan mortar menggunakan rumus :

Ρ maks
σm=
Α .................. (1)

Dimana :

f’c = Kuat tekan mortar (MPa)

12
P = Gaya tekan maksimum (N)

A = Luas penampang benda uji (mm )


2

Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka A= 2500 mm2

Bm
Tm=
V
Dimana :

Tm = berat isi mortar (kg/ml)

Bm = berat benda uji (kg)

V = volume benda uji (ml)

Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka V=125 ml

2.2.7 Kuat Tarik Mortar


Kuat tarik adalah ukuran kuat mortar yang diakibatkan oleh suatu gaya yang

cenderung untuk memisahkan sebagian mortar akibat tarikan. Kuat tarik juga merupakan

bagian penting didalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu.

Kekuatan tarik dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan percobaan belah

silinder dimana silinder ukuran ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm diberikan

beban tegak lurus terhadap sumbu longitudinalnya dengan silinder ditempatkan secara

horizontal diatas pelat mesin percobaan, benda uji akan terbelah dua pada saat dicapainya

kekuatan tarik [8].

Kuat tarik mortar dihitung dengan rumus :


f t=
πLD ............................................................................................................ (2)

Dengan :

ft = Kuat tarik belah (MPa)

13
P = Pembebanan (N)

L = Panjang benda uji (mm)

D = Diameter benda uji (mm)

2.2.8 Material Penyusun Mortar


2.2.7.1 Semen Portland
Semen merupakan bahan campuran yang dipakai untuk menyatukan satu atau lebih

bahan untuk dijadikan material dan sebagai pengikat agar bahan-bahan yang di

campurkan menjadi satu kesatuan yang padat dan kokoh. Fungsi semen adalah mengikat

butir-butir agregat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat [9].

Semen portland dibagi menjadi lima jenis yaitu:

1. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan

persyaratan-persyaratan khusus seperti seperti pada jenis-jenis yang lain.

2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.

3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi

pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor

hidrasi rendah.

5. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan

tinggi terhadap sulfat.

2.2.7.2 Agregat Halus


Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari

alam atau hasil olahan . Agregat halus alam adalah agregat halus hasil disintegrasi dari

batuan, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari

14
pecahan dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan

atau terak tanur tinggi [10].

Syarat mutu agregat halus adalah sebagai berikut

1. Butirannya tajam, kuat dan keras

2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca

3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati

ayakan 0,060 mm) lebih dari 5%. Apabila lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.

4. Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton.

5. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya

sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak dengan

susunan ayakan yang telah ditentukan, harus masuk dalam salah satu daerah

susunan butir menurut zone 1,2,3,atau 4 dan harus memenuhi syarat yaitu sisa

diatas ayakan 4,8 mm maksimal 2% dari berat, sisa diatas ayakan 1,2 mm maksimal

10% dari berat dan sisa di atas ayakan 0,3 mm maksimal 15% dari berat.

6. Tidak boleh mengandung garam

Sifat-sifat fisis agregat halus adalah sebagai berikut :

1. Kadar Air Agregat Halus

Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung

agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen . Pemeriksaan

kadar air ini bertujuan untuk mengetahui presentase kadar air yang dikankung dalam

suatu agregat. Pengujian kadar air agregat halus dilakukan berdasarkan SNI 03-1971-

1990, Metode pengujian kadar air agregat.

kadar air dapat dihitung dengan rumus berikut :

W 3 −W 5
×100 (% )
kadar air = W5 .......................................................................(3)

15
dimana :

W 1 = berat cawan (gr)

W 2= berat sampel alami + cawan (gr)

W 3= berat sampel alami (


W 2 −W 1 ) (gr)

W 4= berat sampel kering + cawan (gr)

W 5= berat sampel kering (


W 4 −W 1 ) (gr)

2. Kadar Lumpur Agregat Halus

Kadar lumpur merupakan fraksi-fraksi halus dalam agregat, yang harus dibatasi

sesuai dengan persentase yang dipersyaratkan. Selain itu, kadar lumpur dapat membentuk

lapisan tipis pada permukaan agregat sehingga akan mempengaruhi ikatan antara pasta

dengan agregat. Kadar lumpur yang terdapat di dalam pasir dapat ditentukan dengan cara

mencari kehilangan berat pada pasir kering oven setelah mengalami pencucian. Apabila

kadar lumpur pada sampel lebih dari 5%, maka pasir tersebut harus dicuci dahulu

sebelum dipakai sebagai bahan campuran beton [3].

Kadar lumpur dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

W ag1−W ag2
ΚL= ×100( %)
W ag2 ............................................................................ (4)

Dimana :

W ag1= berat sampel kondisi berat tetap (gr)

W ag 2 = berat sampel kering setelah dicuci (gr)

3. Berat Jenis Agregat dan Penyerapan Air

16
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni pada

volume yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung pada jenis

batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan [12].

W Ag4
=
Berat jenis permukaan jenuh (SSD) W Ag4 +W GA−W GA .Ag4 ......................

W Ag5
= ¿
Berat jenis kering oven (Bulk) W GA + ¿ W Ag4−W GA. Ag4 ........................

W Ag5
= ¿
Berat jenis semu (Apparent) W GA + ¿ W Ag5−W GA . Ag4 ........................

W Ag4 −W Ag5
×100
W Ag5
Penyerapan (Absorption) = ..............................

Dengan:
Wag4 = Berat sampel SSD (gram)
Wag5 = Berat sampel kering oven (gram)
WGA = Berat gelas + air (gram)
WGA.Ag4 = Berat gelas + air + agregat (gram)

4. Bobot Isi Agregat

Bobot isi adalah perbandingan antara berat dengan volume benda tersebut baik

dalam keadaan gembur maupun padat . Bobot isi gembur dan padat dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan :

Berat Agregat (Kg)


Bobot Isi Gembur = 3 .....................................................(9)
Volume Bejana ( m )

Berat Agregat (kg)


Bobot Isi Padat = .....................................................(10)
Volume Bejana ( m 3 )

5. Kadar Organik

17
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah di dalam agregat terdapat

senyawa-senyawa organik yang dapat merugikan mortar. Senyawa organik pada agregat

dapat memperlambat pengikatan pada mortar karena mengandung asam yang dapat

mengganggu proses hidrasi semen serta dapat menurunkan kekuatan mortar. Banyaknya

senyawa organik yang terdapat dalam agregat halus dapat dikontrol dengan

menambahkan larutan 3% NaOH pada sampel yang akan diuji. Warna larutan akan

berubah warna bergantung pada banyaknya senyawa-senyawa organik yang terdapat di

dalam agregat tersebut.

6. Gradasi Agregat Halus

Pengujian gradasi ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari

satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian

butir [13]. Agregat halus dikelompokkan dalam 4 zona (daerah) menurut gradasinya yaitu

pasir kasar (zone 1), agak kasar (zone 2), agak halus (zone 3) dan halus (zone 4) yang

dapat dilihat pada tabel 2.3 dan gambar 2.1 berikut.


Persentase butir lolos (%)

100
Persentase butir lolos (%)

100
80
80
60
60
40
40
20
20
0
0
0

50 50 30 00 00 50 00
15

25

43

00

00

75

50

1 2 4 0 0 7 5
0. 0. 0. 1. 2. 4. 9.
0.

0.

0.

1.

2.

4.

9.

Ukuran Ayakan (mm)


Ukuran Ayakan (mm)
batas bawah batas atas
batas bawah batas atas
(a) (b)
Persentase butir lolos (%)

Persentase butir lolos (%)

100 100
80 80
60 60
40 40
20 20
0 0

1 50 2 50 4 30 0 00 0 00 7 50 5 00 1 50 2 50 4 30 0 00 0 00 7 50 5 00
0. 0. 0. 1. 2. 4. 9. 0. 0. 0. 1. 2. 4. 9.
Ukuran Ayakan (mm) Ukuran Ayakan (mm)
18
batas bawah batas atas batas bawah batas atas
(c) (d)

(a) Daerah gradasi I pasir kasar, (b) Daerah gradasi II pasir agak kasar, (c) Daerah

gradasi III pasir halus, (d) Daerah gradasi IV pasir agak halus

Gambar 2.1 Gradasi Agregat Halus

(Sumber : [13])
Tabel 2.3 Batas Gradasi Agregat Halus 1

Lubang Persentase Lolos Saringan


Ayakan
Zone I Zone II Zone III Zone IV
(mm)
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 85-100 85-100 95-100
1,2 30-70 75-100 75-100 90-100
0,6 15-34 60-79 60-79 80-100
0,3 5-20 12-40 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber: [13]

Modulus kehalusan butir adalah suatu indeks yang dipakai untuk ukuran kehalusan

atau kekasaran butir-butir agregat. Makin besar nilai modulus halus menunjukkan bahwa

makin besar butir–butir agregatnya. Modulus halus butir agregat halus berkisar antara 1,5

– 3,8 (SNI 03 – 1750 - 1990).

Jumlah Berat Tertahan Komulatif (%)


Modulus Halus Butir (MHB) = (11)
100

7. Menggabungkan Agregat

Susunan butiran agregat terkadang tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu di

dalam pembuatan adukan beton diperlukan pencampuran agregat agar gradasinya sesuai

standar akan menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan baik [14].

19
Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gradasi

agregat, yaitu :

a. Menambah fraksi (bagian) butiran agregat yang kurang

b. Mengurangi jumlah butiran-butiran yang terlalu banyak

c. Menggabungkan dua atau lebih jenis agregat agar diperoleh gradasi yang

memenuhi syarat.

Gradasi pasir jauh lebih penting daripada gradasi kerikil. Hal ini disebabkan mortar

(campuran semen, pasir dan air) merupakan pelumas untuk adukan beton muda serta

menentukan sifat pengerjaan dan kohesi dari campuran bersangkutan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai gradasi pasir adalah :

a. Setiap jenis pasir yang lengkung gradasinya jatuh seluruhnya dalam batas-batas

gradasi dari salah satu daerah (zona) dianggap cocok untuk beton walaupun

tidak ideal.

b. Apabila gradasi pasir jatuh dalam batas-batas gradasi suatu daerah tertentu,

diizinkan sebesar maksimum 5 % di atas setiap saringan yang bukan saringan

0,60 mm, tetapi tidak boleh lebih halus dari batas gradasi yang ditunjukkan

oleh jenis pasir terhalus (zona 4) atau lebih kasar dari batas gradasi zona 1.

c. Jenis pasir yang mempunyai gradasi yang memotong satu daerah kemudian

pindah ke daerah lain atau melalui beberapa daerah dianggap tidak cocok untuk

produksi beton, karena jenis pasir ini menghasilkan campuran beton yang

kasar, dimana bahan-bahan berukuran diantara kasar dan halus jumlahnya

berlebihan. Akibatnya timbul sifat saling mengunci antar butirannya.

d. Jenis pasir dari zona 4 (sebagian besar butirnya lebih halus dari 0,6 mm)

apabila dipergunakan untuk produksi beton akan menimbulkan permasalahan-

permasalahan : Pasir halus membutuhkan lebih banyak air daripada pasir kasar

20
untuk sifat pengerjaan yang sama sehingga untuk menghasilkan kekuatan yang

sama dibutuhkan lebih banyak semen.

Rumus yang digunakan untuk menggabungkan dua jenis pasir atau lebih adalah :

a b c
Y= Y a+ Y b+ Y +. .. ..
100 100 100 c
......................................................(12)

Dimana :

Y = ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lubang ayakan

(ordinat standar)

Y a = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis A pada salah satu lubang

ayakan yang sama dengan lubang ayakan Y

Y b = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis b pada salah satu lubang

ayakan yang sama dengan lubang ayakan Y

Y c = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis c pada salah satu lubang

ayakan yang sama dengan lubang ayakan Y

a,b,c= Perbandingan berat antara pasir a, b dan c

2.2.7.3 Air
Air pada campuran mortar berfungsi sebagai media untuk mengaktifkan reaksi

pada agregat halus dan bahan pengikat agar saling menyatu. Air juga berfungsi sebagai

pelumas antara butir-butir agregat halus yang berpengaruh pada sifat mudah dikerjakan

pada adukan mortar.

Syarat air yang digunakan untuk campuran mortar menurut SK SNI S-04-1989-F

sebagai berikut :

21
1. Air tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat

dilihat secara visual.

2. Kadar lumpur atau zat-zat lain yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2

gram/liter.

3. Air tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak mortar lebih dari

15 gram/liter.

4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

5. Tidak mengandung klorida lebih dari 0.5 gram/liter.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Laboratorium Teknik Sipil Universitas Musamus dan

lokasi pengambilan material agregat halus adalah kampung Kafyamke. Peta lokasi

pengambilan agregat halus dapat dilihat pada gambar 3.1.

22
Lokasi pengambilan sampel
kampung Kafyamke

Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Material

3.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Agregat Halus Lokal

Agregat halus lokal yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari kampung

Kafyamke Distrik Ulilin.

2. Agregat Halus yang didatangkan

Agregat halus yang didatangkan dalam penelitian ini bersumber dari daerah Palu.

3. Semen

23
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen gresik PCC kemasan 50

kg.

4. Air

Air yang di gunakan dalam penelitian ini berasal dari air bersih Laboratorium

Teknik Sipil Universitas Musamus.

3.3 Peralatan yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Alat Uji Kadar Air

a. Cawan

b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

c. Oven

2. Alat Uji Kadar Lumpur

a. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

b. Oven

3. Alat Uji Bobot Isi

a. Mold atau bejana baja

b. Timbangan

c. Alat/meja pemadat

4. Alat Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air

a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram;

b. Gelas ukur beaker kapasitas 500 ml

c. Kerucut SSD dan penumbuknya

d. Saringan No. 4 (4,75 mm);

e. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110°C

f. Pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C

24
g. Nampan

h. Ember

5. Alat Uji Gradasi Agregat Halus

a. Satu set ayakan

b. Electric sieve shaker (mesin pengguncang ayakan)

c. Timbangan

6. Alat Pencampuran dan Pembuatan Benda Uji

a. Mesin pengaduk

b. Cetakan silinder dengan ukuran diameter 76 mm dan tinggi 152 mm dan

cetakan berbentuk kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm

7. Alat Uji Kuat Tekan

Compression Testing Machine (CTM)

8. Alat Uji Kuat Tarik

Compression Testing Machine (CTM)

3.4 Tahapan Pengujian

Tahapan pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi tahap pemeriksaan

sifat fisis agregat halus, :

3.4.1 Pengujian Sifat Fisis Agregat Halus


Sebelum agregat halus digunakan dalam campuran mortar, maka dilakukan

pemeriksaan sifat fisis terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari

agregat halus tersebut. Pengujian sifat fisis agregat halus terdiri dari pengujian kadar air,

kadar lumpur, bobot isi agregat halus, berat jenis dan penyerapan air, pengujian gradasi

agregat halus dan pengujian kadar organik. Adapun langkah-langkah pengujiannya

sebagai berikut :

1. Pengujian Kadar Air

25
Langkah-langkah pengujian kadar air agregat halus (pasir) adalah :

a. Timbang dan catatlah berat cawan.

b. Masukan benda uji ke dalam cawan kemudian timbang dan catat beratnya.

c. Hitunglah berat benda uji


W 3 =W 2 −W 1

d. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu 110°C sampai beratnya

tetap.

e. Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta cawan.

f. Hitunglah berat benda uji kering.

2. Pengujian Kadar Lumpur

Langkah-langkah pengujian kadar lumpur agregat halus (pasir) adalah :

a. Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110°C sampai beratnya tetap,

kemudian timbang dan ambil sampel sebanyak ± 100 gram .

b. Cuci benda uji sampai bersih, ditandai dengan air cucian yang tampak

jernih, lalu buang airnya dengan hati-hati jangan sampai pasir ikut

terbawa,

c. Kemudian benda uji dikeringkan dalam oven sampai beratnya tetap, lalu

timbang beratnya .

3. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air

Langkah-langkah pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus adalah

sebagai berikut:

a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110 C, sampai berat tetap, yaitu

keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan

dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut turut, tidak akan mengalami

26
perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %; dinginkan pada suhu ruang,

kemudian rendam dalam air selama 24 jam;

b. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,

tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan cara

membalik-balikan benda uji, lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan

kering permukaan jenuh (SSD)

c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan Benda uji dimasukan ke

dalam kerucut SSD secara bertahap masing-masing 1/3 tinggi sampai 3

lapis. Tiap lapis ditumbuk sebanyak 8 kali.

d. Kerucut diangkat secara perlahan-lahan. Apabila sampel tetap berbentuk

kerucut, berarti sampel masih terlalu basah. Dan jika sampel runtuh

seluruhnya berarti sampel terlalu kering. Jika bagian luar dari kerucut runtuh

sedangkan bagian dalamnya tetap tegak, berarti sampel sudah berada dalam

keadaan SSD

e. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram

benda uji ke dalam gelas ukur ,masukkan air suling sampai mencapai 90%

isi gelas ukur, putar sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung udara

di dalamnya

f. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas;

g. Timbang gelas ukur berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram

h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu 110°C sampai berat

tetap, kemudian dinginkan benda uji.

i. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah

j. Tentukan berat gelas ukur berisi air penuh .

27
4. Pengujian Bobot Isi

Langkah-langkah pengujian bobot isi gembur agregat halus adalah sebagai berikut:

a. Pasir dalam keadaan SSD ditimbang dan dimasukkan ke dalam mold hingga

penuh dan diratakan menggunakan sendok perata.

b. Mold dan pasir ditimbang . Bobot isi gembur agregat halus dapat dihitung .

Langkah-langkah pengujian bobot isi padat agregat halus adalah sebagai berikut :

a. Pasir dalam keadaan SSD ditimbang dan dimasukkan ke dalam mold

sebanyak 2 lapis.

b. Setiap lapisan diguncang sebanyak 25 kali dengan menggunakan meja

pemadat dan diratakan.

c. Mold dan pasir ditimbang. Bobot isi padat agregat halus dapat dihitung.

5. Pengujian Kadar Organik

Langkah-langkah pengujian kadar organik agregat halus adalah sebagai berikut:

a. Ambil sampel dan masukkan ke dalam gelas ukur ± 130 ml.

b. Buatlah larutan NaOH 3% dengan perbandingan 970 ml : 30 gram NaOH

c. Tambahkan larutan 3% NaOH sampai pada skala 200 ml.

d. Gelas ditutup kemudian diguncangkan selama 10 menit sampai merata.

Diamkan selama 24 jam kemudian bandingkan warna larutan NaOH yang telah

dicampur dengan warna larutan standar.

6. Pengujian Gradasi Agregat Halus

Pengujian gradasi ini dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butir pasir

dengan menggunakan saringan.

Langkah-langkah pengujian gradasi agregat halus adalah :

a. Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110°C sampai beratnya tetap,

kemudian ambil sampel sebanyak ± 1000 gram,

28
b. Sampel dimasukkan ke dalam saringan yang telah disusun berurutan mulai

dari yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 10 mm, 4,75 mm, 2,36 mm,

1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm, pan, kemudian saringan tersebut

digoyangkan dengan mesin electric sieve shaker selama 15 menit,

c. Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing

saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring.

3.4.3 Perencanaan Campuran dan Pembuatan Benda Uji


Pengujian dilakukan dengan perencanaan campuran mortar dengan perbandingan 1

: 3 antara semen dan pasir. Persentase gabungan pasir lokal dan pasir yang didatangkan

seperti yang tertera pada tabel di bawah .

29
Tabel 3.1 Distribusi Sampel Benda Uji Kuat Tekan

Waktu Waktu sampel Waktu sampel


N sampel
Kode pengujia pengujia benda pengujia benda
O benda uji
n n uji n uji

1 M0 5 5 5
2 M1 5 5 5
3 M2 5 5 5
4 M3 5 5 5
5 M4 5 5 5
6 M5 7 Hari 5 14 Hari 5 28 Hari 5
7 M6 5 5 5
8 M7 5 5 5
9 M8 5 5 5
10 M9 5 5 5
11 M10 5 5 5
jumlah 55 buah 55 buah 55 buah
total jumlah benda uji 165 buah

Tabel 3.2 Distribusi Sampel Benda Uji Kuat Tarik

Waktu Waktu sampel Waktu sampel


sampel
NO Kode pengujia pengujia benda pengujia benda
benda uji
n n uji n uji

1 M0 3 3 3
2 M1 3 3 3
3 M2 3 3 3
4 M3 3 3 3
5 M4 3 3 3
6 M5 7 Hari 3 14 Hari 3 28 Hari 3
7 M6 3 3 3
8 M7 3 3 3
9 M8 3 3 3
10 M9 3 3 3
11 M10 3 3 3
jumlah 33 buah 33 buah 33 buah
total jumlah benda uji 99 buah

Keterangan :

30
M0 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 100 : 0

M1 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 75 : 25

M2 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 50 : 50

M3 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 25 : 75

M4 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 10 : 90

M5 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 8 : 92

M6 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 6 : 94

M7 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 5 : 95

M8 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 4 : 96

M9 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 2 : 98

M10 : Mortar dengan gabungan agregat halus lokal dan impor dengan persentase

perbandingan 0 : 100

Proses langkah kerja pencampuran dan pembuatan benda uji adalah sebagai berikut

31
a. Material penyusun mortar seperti semen, agregat halus dan air ditimbang

sesuai dengan hasil perhitungan mix design.

b. Tuang air ke dalam mangkok pengaduk, kemudian maukkan semen secara

perlahan, biarkan kedua bahan dalam mangkok pengaduk selama 30 detik.

c. Aduk campuran air dan semen menggunakan mesin pengaduk selama 30

detik dengan kecepatan mesin pengaduk 140 ± 5 putaran per menit.

d. Masukkan pasir sedikit demi sedikit ke dalam mangkok yang berisi campuran

air dan semen sambil diaduk dengan kecepatan yang sama selama 30 detik,

setelah itu pengadukan diteruskan selama 30 detik dengan kecepatan

pengadukan 285±10 putaran per menit

e. Pengadukan dihentikan, bersihkan mortar yang menempel di bibir dan bagian

atas mangkok pengaduk selama 15 detik, selanjutnya mortar dibiarkan

selama 75 detik dalam mangkok yang ditutup.

f. Ulang kembali pengadukan selama 60 detik dengan kecepatan 285±10

putaran per menit.

g. Masukkan mortar kedalam cetakan kubus dan silinder, pengisian cetakan

dilakukan sebanyak 2 lapis dan setiap lapis dipadatkan.

h. Ratakan permukaan atas kubus dan silinder benda uji dengan sendok perata

i. Simpan benda uji selama 24 jam

j. Setelah itu bukalah cetakan dan rendam benda uji dalam air sampai saat

pengujian kuat tekan dan kuat Tarik dilakukan.

3.4.4 Pengujian konsistensi mortar


Langkah kerja dalam pengujian konsistensi mortar adalah :

32
a. letakkan cincin leleh di atas meja leleh, lalu diisi dengan mortar sampai penuh,

pengisian dilakukan dalam 2 lapis, setiap lapis harus dipadatkan 20 kali dengan

alat pemadat

b. ratakan permukaan atas mortar dalam cincin leleh dan bersihkan mortar yang

menempel di bagian luar cincin leleh

c. angkat cincin leleh perlahan sehingga di atas meja leleh terbentuk mortar

berbentuk kerucut terpancung

d. getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik

e. ukurlah diameter mortar diatas meja leleh pada 4 tempat yang berlainan, hitung

diameter rata-rata mortar tersebut

3.4.5 Perawatan Benda Uji


Perawatan ini dilakukan setelah mortar mencapai final setting (mortar telah

mengeras) . Perawatan (curing) mortar mempunyai maksud untuk mengurangi panas

hidrasi akibat dari reaksi pengikatan semen dengan material mortar lainnya, yaitu dengan

cara merendam benda uji dalam air atau menutupinya dengan kain lembab sampai dengan

umur 28 hari, perendaman ini dimaksudkan agar tidak terjadi retak-retak rambut pada

benda uji yang diakibatkan menguapnya air yang dikandung dalam mortar.

3.4.6 Pengujian Sifat Mekanis


Pengujian yang dilakukan adalah uji kuat tekan mortar dan uji kuat tarik mortar

yang dilakukan saat mortar berumur 7, 14 dan 28 hari.

a. Uji Kuat Tekan

Adapun langkah kerja dalam pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut :

(1) angkatlah benda uji dari tempat perendaman, kemudian permukaannya

dikeringkan dengan cara di lap dan dibiarkan selama ±15 menit;

(2) timbanglah kubus benda uji, lalu catat berat benda uji itu;

33
(3) letakkan benda uji pada mesin penekan; tekanlah benda uji Itu dengan

penambahan besarnya gaya tetap sampal benda uji itu pecah. Pada saat

pecah, catatlah besarnya gaya tekan maksimum yang bekerja.

b. Uji Kuat Tarik

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kuat tarik

mortar dan luas dari bidang tarik mortar tersebut. Pengujian kuat tarik belah

menggunakan alat compression testing machine (CTM), dengan cara menekan

silinder mortar pada posisi rebah. Benda uji silinder diletakkan sentris pada

mesin uji dan pemberian beban dilakukan secara konstan. Kuat desak yang

diperlukan untuk membuat silinder terbelah disebut dengan kuat tarik belah.

Hasil pembebanan maksimum (mortar hancur) dicatat dan dianalisis.

34
3.5 Diagram Alir Penelitian

Diagram alur penelitian yang akan dilakuan dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut:

Mulai

Pengambilan Material

Pengujian sifat fisis :


1. Kadar Air 4. Berat Jenis dan Penyerapan Air
2. Kadar Lumpur 5. Kadar Organik
3. Bobot Isi 6. Gradasi Agregat

Pembuatan benda uji dengan perbandingan 1:2 antara semen dan pasir dengan
perbandingan pasir lokal : pasir didatangkan sebagai berikut :
M0 = 100% : 0 % M6 = 6 % : 94 %
M1 = 75 % : 25 % M7 = 5 % : 95 %
M2 = 50 % : 50 % M8 = 4 % : 96 %
M3 = 25% : 75 % M9 = 2 % : 98 %
M4 = 10 % : 90 % M10 = 0 % : 100 %
M5 = 8 % : 92 %

Pengujian sifat mekanis :


Pengujian kuat tekan dan kuat tarik mortar pada umur 7,14 dan 28

Analisa Data

Hasil

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian

35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat

Sebelum melakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik mortar terlebih dulu

dilakukan uji sifat fisis terhadap agregat halus yang digunakan yaitu agregat halus yang

berasal dari Kampung Kafyamke dan agregat halus yang berasal dari daerah Palu.

Adapun pengujian sifat fisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian

kadar air, kadar lumpur, bobot isi, berat jenis dan penyerapan air, kadar organik dan

gradasi agregat halus.

4.1.1 Pengujian kadar air


Hasil pemeriksaan kadar air dapat dilihat pada lampiran 2. Dari hasil pengujian

didapat nilai kadar air pasir lokal sebesar 0,37% dan pada pasir impor sebesar 3,48%.

4.1.2 Pengujian kadar lumpur


Hasil pemeriksaan kadar lumpur dapat dilihat pada lampiran 2. Nilai kadar lumpur

yang diperoleh dari pengujian kadar lumpur pada pasir impor sebesar 2,84% dan pasir

lokal sebesar 3,87%. kedua jenis pasir ini memenuhi syarat untuk digunakan yang mana

kandungan lumpur pada agregat halus tidak boleh lebih besar dari 5% dan tidak perlu di

cuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

4.1.3 Pengujian berat jenis dan penyerapan air


Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air dapat dilihat pada lampiran 2.

Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada pasir lokal didapat berat Jenis

kering permukaan SSD 3,04, berat jenis kering oven (Bulk) 3,03, berat jenis semu

(Apparent) 3,07 dan penyerapan (Absorption)0,47% dan pada pasir impor didapat berat

36
Jenis kering permukaan SSD 2,55, berat jenis kering oven (Bulk) 2,47, berat jenis semu

(Apparent) 2,66 dan penyerapan (Absorption) 2,88%.

4.1.5 Pengujian kadar organik


Dari hasil pengujian pasir lokal diperoleh warna orange yaitu termasuk warna

pembanding 3 maka pasir lokal harus dicuci dulu sebelum digunakan . Hasil uji kadar

organik dapat dilihat pada gambar

Gambar 4.1 Pengujian kadar organik pasir lokal

Sementara dari hasil pengujian pasir impor diperoleh warna bening yaitu termasuk

warna pembanding maka pasir lokal harus dicuci dulu sebelum digunakan . Hasil uji

kadar organik dapat dilihat pada gambar

37
Gambar 4.2 Pengujian kadar organik pasir impor

4.1.4 Pengujian bobot isi


Hasil pengujian bobotisi pasir bisa dilihat pada lampiran 1 . Pada pengujian ini

diperoleh nilai bobot isi rata-rata pada pasir lokal sebesar 1378,47 kg/m³ sementara nilai

bobot isi bobot isi rata-rata pada pasir impor sebesar 1720,21 kg/m³, maka pasir lokal dan

impor memenuhi syarat agregat normal, yaitu berat isi pasir tidak kurang dari 1200

kg/m³.

4.1.6 Pengujian analisa saringan

Hasil pengujian analisis saringan agregat halus 100% lokal (M0) diperoleh hasil

mendekati zona 4 dengan nilai MHB 0,8342, agregat halus 75% lokal : 25% impor (M1)

diperoleh hasil mendekati zona 3 dengan nilai MHB 1,7298, agregat halus 50% lokal :

50% impor (M2) diperoleh hasil mendekati zona 3 dengan nilai MHB 1,9552, agregat

halus 25% lokal : 75% impor (M3) diperoleh hasil mendekati zona 3 dengan nilai MHB

2,1734, agregat halus 10% lokal : 90% impor (M4) diperoleh hasil mendekati zona 1

dengan nilai MHB 3,5849, agregat halus 8% lokal : 92% impor (M5) diperoleh hasil

mendekati zona 1 dengan nilai MHB 3,6542, agregat halus 6% lokal : 94% impor (M6)

38
diperoleh hasil mendekati zona 1 dengan nilai MHB 3,2665, agregat halus 5% lokal :

95% impor (M7) diperoleh hasil mendekati zona 1 dengan nilai MHB 2,9597, agregat

halus 4% lokal : 96% impor (M8) diperoleh hasil mendekati zona 1 dengan nilai MHB

3,3467, agregat halus 2% lokal : 98% impor (M9) diperoleh hasil mendekati zona 1

dengan nilai MHB 3,4068 dan agregat halus 100% impor (M10) diperoleh hasil

mendekati zona 1 dengan nilai MHB 3,1195. Data lengkap pemeriksaan analisis saringan

pasir gunung dapat dilihat pada Lampiran 1 Halaman L-1.

Data-data hasil pemeriksaan sifat fisis pasir lokal dan impor yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1 hasil pemeriksaan sifat fisis pasir lokal

No Uraian Hasil pemeriksaan Standar


1 Kadar air 0,37  
2 Kadar lumpur 3,87 ≤ 5%
3 Kadar organik    
4 Berat jenis 3,04 2,5 - 2,7
5 Berat isi 1380 kg/m 3  ≤1200 kg/m3 
6 Penyerapan air agregat 0,47 Max 20% 

Tabel 4.2 hasil pemeriksaan sifat fisis pasir impor

No Uraian Hasil pemeriksaan Standar


1 Kadar air 3,48  
2 Kadar lumpur 2,84 ≤ 5%
3 Kadar organik    
4 Berat jenis 2,55 2,5 - 2,7
5 Berat isi 1720  
6 Penyerapan air agregat 2,88 Max 20%  

39
Uji konsistensi mortar
4.1.7

Konsistensi mortar M0-M9

D1 −D0
Flow= ×100 %
D0

21 , 5−10
= ×100 %
10
= 115 % ( memenuhi syarat 105% - 115%.)

Konsistensi mortar M10

D1 −D0
Flow= ×100 %
D0

20 , 5−10
= ×100 %
10
= 105 % ( memenuhi syarat 105% - 115%.)

40
4.2 Mix design

Proporsi campuran adukan pada penelitian ini menggunakan perbandingan volume

dengan perhitungan tertentu (Lampiran 7 halaman L-9). Adukan disesuaikan dengan

spesi campuran yang telah direncanakan yaitu 1 pc : 3 ps. Perencanaan campuran

dilaksanakan berdasarkan SK SNI 03-6825-2002. Hasil perhitungan perencanaan

campuran (mix design) untuk 120 benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.4, untuk lebih

jelas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.

4.3 Hasil pengujian kuat tekan mortar

Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada umur 7, 14, 28 hari. Dengan

menggunakan SNI 03-6825-2002, Dari hasil uji kuat tekan mortar di dapatkan nilai beban

tekan (P) untuk masing-masing benda uji. Kemudian hasil uji kuat tekan tersebut diolah

memakai rumus 1 Hasil uji kuat tekan dapat dilihat pada lampiran. Nilai kuat tekan rata-

rata tertinggi pada mortar M2 sebesar ... mortar ini termasuk dalam tipe mortar ... Nilai

kuat tekan rata-rata terendahnya sebesar... pada mortar . Mortar ini termasuk dalam

tipe mortar...

4.4 Hasil pengujian kuat tarik mortar

Pengujian kuat tarik mortar yang dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari. Dengan

menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2491-2002), Metode Pengujian Kuat

Tarik Belah Beton. Hasil uji kuat tarik belah mortar dapat dilihat pada tabel 4.7 dan

gambar 4.4 :

41
4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Hasil kuat tekan mortar menggunakan agregat lokal (M0) memiliki kekuatan

yang lebih besar dari mortar yang menggunakan agregat impor (M10) hal ini

dikarenakan perbedaan volume semen, pasir dan air yang digunakan pada

proporsi campuran.

2. kekuatan tekan yang paling besar pada mortar M2 yaitu mortar dengan

perbandingan 50% lokal : 50% impor. Hal ini terjadi karena 50% butir agregat

lokal yang halus mengisi rongga pada campuran 50% agregat impor yang

kasar sehingga menghasilkan campuran agregat yang homogen.

3. Hasil pengujian tekan lebih tinggi dari kuat tarik karena mortar merupakan

material yang kuat dalam kondisi tekan dan lemah dalam kondisi tarik.

42
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian kuat tekan mortar pada umur 28 hari pada mortar M0 = 4,2

MPa, M1 = 4,44 MPa, M2 = 5,72 MPa, M3 = 3,88 MPa, M4 = 3,44 MPa, M5

= 3,28 MPa, M6 = 3,12 MPa, M7 = 3,2 MPa, M8 = 3 MPa, M9 = 3,16 MPa

dan M10 = 3,84 MPa.

2. Hasil pengujian kuat tarik mortar saat umur 28 hari pada mortar M0 = 0,79

MPa, M1 = 0,37 MPa, M2 = 0,44 MPa, M3 = 0,38 MPa, M4 = 0,32 MPa, M5

= 0,37 MPa, M6 = 0,38 MPa, M7 = 0,37 MPa, M8 = 0,35 MPa, M9 = 0,33

MPa dan M10 = 0,33MPa.

Berdasarkan hasil kuat tekan dan tarik mortar, agregat lokal dapat digunakan

sebanyak 50% .

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat

diambil beberapa saran untuk penelitian lanjutan :

43
DAFTAR PUSTAKA

[1] Abner Doloksaribu, Muchlis Alahudin, "Kuat Tekan Beton dengan Menggunakan
Bahan Campuran Pasir Lokal (Pasir Nasem) dan Pasir Impor dengan
Menggunakan Metode DoE", Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha , ISSN 2089-6697
(Vol. 5 No. 2), Merauke, Agustus 2016
[2] Daud Andang Pasalli, " Sifat-sifat Mortar dari Pasir Merauke di Kabupaten
Merauke-Papua", Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha, ISSN 2089-6697 (Vol . 1 No .
1), April 2012.
[3] Nasir Makmur, "Studi Eksperimental Kuat Tekan dan Tarik Belah Beton
Menggunakan Agregat Halus Merauke Dengan Agregat Kasar Boven Digoel",
merauke, 2018.
[4] Susana Klara Renyaan, "Uji Kuat Tekan Beton Mortar dengan Menggunakan
Pasir Pantai dan Pasir Non Pantai Kabupaten Merauke. Material pasir pantai
bersumber dari Onggaya dan Onggari sementara pasir non pantai bersumbar dari
Jagebob dan Ulilin", merauke, 2016.
[5] Yandrianus Lado, Sudiyo Utomo, Elia Hunggurami, "Uji Kuat Tekan Beton dan
Mortar Menggunakan Pasir Kali Noeleke" Jurnal Teknik Sipil (vol. VII, no. 1),
2018.
[6] SNI 03-6882-2002, “Spesifikasi mortar untuk pekerjaan pasangan 1.,” pp. 1–8,
2002.
[7] SNI 03-6825-2002, "Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kekuatan
tekan mortar semen Portland untuk pekerjaan sipil", 2002.
[8] Merry N M Kosakoy, Steenie E Wallah, Ronny Pandaleke, “Perbandingan nilai
kuat tarik langsung dan tidak langsung pada beton yang menggunakan fly ash”
Jurnal Sipil Statik, (vol. 5, no. 7), pp. 383–392, Manado, 2017.
[9] SNI 15-2049-2004, "Semen portland", 2004.
[10] SNI 03-6820-2002, “Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen,” (vol. 2002), p. 6820, 2002.
[11] SNI 03-1971-1990, "Metode Pengujian Kadar Air Agregat", 1990.
[12] SNI 03-1970-1990, "Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
halus", pp. 1–5, 1990.
[13] Tri Mulyono, "Teknologi Beton", Jakarta, 2003.

44
[14] Mutharom Riyadi, Amalia, "Teknologi Bahan I", Jakarta, 2005.
[15] SNI 03-1968-1990, "Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar", pp. 1–5, 1990.

45

Anda mungkin juga menyukai