Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM BATUBARA

ANALISA PROKSIMAT BATUBARA SEAM PT. SUMBER CAHAYA


MINERAL, SIMPANG NIAM, KECAMATAN TENGAH ILIR,
KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

Disusun Oleh

ANNISA RIZKI HARDIANTI

(21080017/2021)

Dosen Pengampu

Heri Prabowo, S.T,.M.T


NIP. 19781014 200312 1 002

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK PERTAMBANGAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR BATUBARA

Oleh:
Annisa Rizki Hardianti
BP/NIM: 2021/21080017

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Batubara
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
2023

Disahkan Oleh:
Dosen Pengampu

Heri Prabowo, S.T., M.T.


19781014 200312 1 002

LABORATORIUM BATUBARA
PROGRAM STUDI D-III PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai analisis kualitas batubara.
Dengan tesusunnya makalah ini, maka kami selaku penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Heri Prabowo, S.T., M.T selaku dosen mata kuliah Batubara


2. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik

Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan


kedepan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat dan memberikan ilmu bagi
penyusun pada khususnya pembaca pada umumnya.

Padang, 15 Juni 2023


Penyusun

Annisa Rizki Hardianti


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
A. Latar Belakang .......................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
B. Identifikasi Masalah .................. Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
C. Rumusan Masalah ..................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
D. Tujuan Penelitian ...................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
B. Keadaan Geologi Stratigrafi ...... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
C. Cadangan dan Sumber Daya Batubara ........... Kesalahan! Bookmark tidak
ditentukan.
D. Landasan Teori .......................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................. Kesalahan! Bookmark tidak
ditentukan.
A. Jenis Penelitian .......................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
B. Objek Penelitian ........................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
C. Jenis Data .................................. Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
D. Sumber Data .............................. Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
E. Alat dan Bahan .......................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
F. Teknik Pengumpulan Data ........ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
G. Studi Literatur ........................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
H. Teknik Analisi Data .................. Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
I. Diagram Alir Penelitian ............ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................. Kesalahan! Bookmark tidak
ditentukan.
A. Hasil Pengujian Sampel Batubara .................. Kesalahan! Bookmark tidak
ditentukan.
B. Pembahasan ............................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB V PENUTUP ............................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
A. Kesimpulan ............................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA .......................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Batubara merupakan sumberdaya alam yang banyak sekali


kegunaannya seperti sebagai pembangkit tenaga listrik atau bahan bakar,
pengolahan batubara pun disesuaikan dengan pemanfaatannya kemudian.
Hal-hal yang berkaitan dengan stockpile adalah manajemen kegiatan
penumpukan batubara yang baik, karena tidak semua batubara yang diambil
di suatu tambang sama kualitasnya, maka manjemen kegiatan penumpukan
batubara di stockpile sangat penting peranannya untuk memudahkan proses
selanjutnya untuk memenuhi permintaan konsumen.
Kegiatan penumpukan batubara bisa dijadikan pengendalian kualitas
batubara, karena ketika berbicara tentang aspek pemanfaatan, setiap
konsumen memiliki standar kualitas yang berbeda-beda tergantung pada
kebutuhannya. Batubara yang awalnya memiliki kualitas yang rendah bisa
dinaikan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar,
sehingga tidak ada batubara yang di tinggalkan atau tidak termanfaatkan.
Masing-masing pengendalian kualitas batubara merupakan aspek utama yang
harus diperhatikan dan dilakukan sebelum ditempatkan pada area stockpile.
Pengambilan sampel juga berdasarkan karakteristik atau sifat-sifat sampel
karena dalam pengujiannya diperlukan ketelitian dalam pengujian presisi dan
pengujian penyimpangan data tim analis dan dari hasil pengujian ini, kita baru
dapat melakukan pencampuran dan perhitungannya.
Banyaknya jumlah tonase batubara yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan terutama dengan adanya kualitas batubara yang berbeda-beda
yang dihasilkan .yang ditempatkan pada area stockpile harus dilakukan
manajemen yang baik, sehingga stockpile berfungsi dengan optimal sebagai
penyangga antara pengiriman dan proses ketersediaan batubara baik yang
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang serta sebagai tempat
pencampuran batubara untuk menyiapkan produk dengan kualitas yang
dipersyaratkan. Hal tersebut memerlukan manajemen stockpile batubara yang
dimiliki oleh perusahaan baik batubara yang kualitas tinggi dan juga batubara
kualitas rendah agar semua jenis batubara yang dimiliki oleh perusahaan
mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan tetap bisa
mempertahankan kualitas yang dinginkan konsumen dan dengan tonase yang
maksimal.
Kualitas batubara merupakan faktor dasar dalam pengambilan
keputusan oleh pihak konsumen untuk memilih produk yang dihasilkan oleh
produsen. Untuk dapat mengetahui serta memperoleh data kualitas batubara
yang dihasilkan selama proses produksi perlu dilakukan kegiatan pengukuran
kualitas batubara,penilaian kualitas batubara ditentukan oleh beberapa
parameter yang terkandung dalam batubara yang ditentukan dari sejumlah
analisis di laboratorium. Penilaian kualitas batubara ditentukan oleh beberapa
parameter yang terkandung dalam batubara dari sejumlah analisis di
laboratorium yang pada umum nya terdiri dari Calorivic Value, Total
Moisture, Inherent Moisture, Volatile Matter dan Ash Content.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarakan uraian latar belakang maka identifikasi masalah adalah
bagaimana analisa proksimat batubara yang berada pada seam 1 PT.Sumber
Cahaya Mineral

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pelaksanaan tugas besar ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana lingkungan pengendapan batubara?
2. Bagaimana lokasi dan kesampaian daerah penelitian?
3. Berapa umur batubara pada suatu endapan? Dan bagaimana cara
menentukannya?
4. Bagaimana keadaan geologi dan stratigrafi daerah penelitian?
5. Bagaimana hasil pengujian sampel batubara?
D. Tujuan Penelitian
Bagaimana lingkungan tempat batubara terjadi pengendapan, Analisis
Proksimat bertujuan untuk mengkuantifikasi nilai moisture atau air yang
dikandung batubara, baik air permukaan (free moisture) maupun air bawaan
(inherent moisture), kemudian mengkuantifikasi pula kandungan abu (ash), zat
terbang (volatile matters), dan karbon tertambat (fixed carbon).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara admisnistratif penambangan PT Sumber Cahaya Mineral
berlokasi di Simpang Niam, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi
Jambi. Kabupaten Tebo. Lokasi tambang PT. Sumber Cahaya Mineral terletak
kurang lebih 369 Km arah tenggara dari kota Padang dan dapat dicapai melalui
jalan raya. Dari Kabupaten Tebo lokasi tambang dapat dicapai dengan
perjalanan darat selama kurang lebih 1 jam.

Gambar 1. Rute perjalanan dari Padang menuju PT. Sumber Cahaya Mineral

B. Keadaan Geologi Stratigrafi


1. Geologi
Berdasarkan regional geologi, lokasi Lapangan masuk kedalam Cekungan
Sumatera Selatan. Cekungan ini berjajar dari arah barat laut-tenggara di
antara Bukit Barisan menuju arah selatan-barat dan dari arah Selat Malaka
dan Karimata dan Laut Jawa menuju timurlaut-timur. Cekungan Sumatera
Selatan terbentuk sebagai cekungan pull-apart akibat kecenderungan
putaran ke kanan NW-SE patahan strike-slip. Hal ini menyebabkan
Cekungan Sumatera Selatan didominasi oleh pengembangan cekungan
continental rift. Bagian tengah dari Lapangan U merupakan daerah
cekungan yang dikelilingi oleh tinggian. Tinggian tersebut antara lain
Pegunungan Tigapuluh dan Tinggian Tamiang yang berada tidak jauh dari
Lapangan U. Cekungan ini memiliki empat orientasi paleo-struktural yaitu
orientasi NESW, WNW-ESE, N-S dan NW-SE. Secara struktural,
Cekungan Sumatera Selatan terbagi menjadi empat sub cekungan utama
(Sub Cekungan Jambi, Sub Cekungan Palembang Utara, Sub-Cekungan
Palembang Selatan, dan Sub Cekungan Palembang Tengah). Lapangan U
termasuk kedalam Sub Cekungan Jambi

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

2. Stratigrafi
Data stratigrafi terukur dan melakukan penarikan batas satuan batuan
menggunakan metode Kontur Struktur (KS) berdasarkan kedudukan
lapisan batuan di lapangan maka didapatkan tiga satuan batuan yang
terdiri dari Satuan batulempung Muaraenim (SbpM) berumur Miosen
Akhir – Pliosen Awal, Satuan batulempungpasiran Air Benakat (SbplA)
berumur Miosen Tengah - Akhir dan Satuan batulempungkarbonat Gumai
(SblkG) berumur Miosen Awal – Tengah. Berikut merupakan peta satuan
batuan pada daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Stratigrafi Jambi
a. Satuan batulempung Muaraenim (SblM).
Litologi penyusun satuan batuan pada Formasi Muaraenim (Tmpm)
pada daerah penelitian berupa batulempung, yang memiliki warna
fresh putih keabuan, warna lapuk oranye dengan struktur batuan
masif. Tekstur batuan yaitu berukuran lempung (1/256 mm),
komposisi mineral yaitu mineral berukuran lempung. Satuan
batulempung Muaraenim (SblM). Hasil dari pengamatan petrografi
Satuan batulempung Muaraenim (SblM) tersusun atas mineral yaitu
: Kuarsa (H2) – 2%. Pada PPL warna absorbsi tidak berwarna, relief
rendah, pleokroisme tidak ada, bentuk kristal anhedral, belahan
tidak ada. Pada XPL warna interferensi abu abu – putih orde 1, sudut
gelapan bergelombang, kembaran tidak ada. Lempung Tufan (A1)
– 97%. Pada PPL warna absorbsi tidak berwarna – keabuan. Pada
XPL warna interferensi abu-abu – hitam. Terdiri dari campuran
material silikat dan tufan berukuran mikron. Mineral Opak (F1) –
1%. Pada PPL warna absorbsi hitam, relief rendah, pleokroisme
tidak ada, bentuk kristal euhedral – anhedral. Pada XPL warna
interferensi hitam orde 1, kembaran tidak ada. Berdasarkan
penamaan batuan menurut skala besar butir menurut
Pettijhon (1975) adalah Batulempung (Mudrock). Sayatan
petrografi Ppl.
b. Satuan batu lempung pasiran Air Benakat (SblpA).
Litologi penyusun satuan batuan pada Formasi Air Benakat (Tma)
pada daerah penelitian berupa batulempungpasiran, yang memiliki
warna fresh putih keabuan, warna lapuk oranye dengan struktur
batuan masif. Tekstur batuan yaitu berukuran lempung (1/256 mm),
komposisi mineral yaitu mineral berukuran lempung. Satuan batu
lempung pasiran Air Benakat (SblpA). Hasil dari pengamatan
petrografi Satuan batu lempung pasiran Air Benakat (SblpA)
tersusun atas mineral Kuarsa (E6) – 1%. Pada PPL warna absorbsi
tidak berwarna, relief rendah, pleokroisme tidak ada, bentuk kristal
anhedral, belahan tidak ada. Pada XPL warna interferensi abu abu –
putih orde 1, sudut gelapan bergelombang, kembaran tidak ada.
Lempung Tufan (D1) – 58%. Pada PPL warna absorbsi tidak
berwarna – keabuan. Pada XPL warna interferensi abu-abu – hitam.
Terdiri dari campuran material silikat dan tufan berukuran mikron.
Lempung Oksida (A1) – 40%. Pada PPL warna absorbsi coklat.
Pada XPL warna interferensi coklat.
c. Satuan batulempungkarbonat Gumai (SblkG).
Litologi penyusun satuan batuan pada Formasi Gumai (Tmg) pada
daerah penelitian berupa batulempungkarbonat, yang memiliki
warna fresh abu-abu gelap, warna lapuk coklat dengan struktur
batuan masif. Tekstur batuan yaitu berukuran lempung (1/256 mm),
komposisi mineral yaitu mineral berukuran lempung. Satuan
batulempungkarbonat Gumai (SblkG). Hasil dari pengamatan
petrografi Satuan batulempung karbonat Gumai (SblkG) tersusun
atas mineral Fosil (E4) – 3%. Termasuk dalam litik fragmen. Pada
PPL warna absorbsi variatif mulai tidak berwarna – coklat, relief
tinggi. Pada XPL warna interferensi variatif merah muda –
kehijauan – hitam – coklat. Memiliki bentuk yang khas (sesuai
dengan bentuk organismenya), tersusun oleh mineral kalsit dan
lempung karbonat. Kuarsa (B2) – 1%. Pada PPL warna absorbsi
tidak berwarna, relief rendah, pleokroisme tidak ada, bentuk kristal
anhedral, belahan tidak ada. Pada XPL.
C. Cadangan dan Sumber Daya Batubara

Sumberdaya batubara (coal resources) adalah bagian dari endapan


batubara dalam bentuk dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek
beralasan yang memungkinkan untuk ditambang secara ekonomis. Lokasi,
kualitas, kuantitas karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan
batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau diinterpretasikan dari bukti
geologi tertentu. Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat
kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur (Badan
Standardisasi Nasional, 2011).

Masih dalam sumber yang sama, cadangan batubara (coal reserves)


adalah bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan batubara harus memasukkan
perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara ditambang.
Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin termasuk
studi kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua.

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Ada beberapa definisi


terkait sumberdaya Batubara menurut Badan Standardisasi Nasional yaitu:

1. Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource) adalah bagian dari


total estimasi sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya hanya
dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik
Informasi yang mungkin didukung oleh data pendukung tidak cukup
untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.
Estimasi dari kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti
dengan eksplorasi lanjut.

2. Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal resource) adalah bagian


dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang masuk akal, didasarkan
pada informasi yang didapatkan dari titik-titik pengamatan yang mungkin
didukung oleh data pendukung. Titik Informasi yang ada cukup untuk
menginterpretasikan kemenerusan lapisan batubara, tetapi tidak cukup
untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.

3. Sumberdaya batubara terukur (measured coal resoured) adalah bagian dari


total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada
informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan
data-data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan
untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.

4. Cadangan batubara terkira (probable coal reserve) adalah bagian dari


sumberdaya batubara tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis
setelah faktor–faktor penyesuai terkait diterapkan, dapat juga sebagai
bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat ditambang secara
ekonomis, tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor
penyesuai yang terkait diterapkan.

5. Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve) adalah bagian yang


dapat ditambang secara ekonomis dari sumberdaya batubara terukur
setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.

D. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang kualitas
batubara dan konversi.
1. Analisa Kualitas Batubara
Analisa kualitas batubara yang dilakukan adalah uji Inheren Moisture, Ash
Content, Volatile Matter, Total Moisture, Calorific Value, Sulfur, dan
HGI.
a. Uji Inhenren Moisture, Ash Content, dan Volatile Matter
1) Uji Inheren Moisture

Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture) Kandungan


air bawaan terdapat pada saat proses pembentukan batubara.
Kandungan air bawaan adalah kandungan air yang terikat
secara fisik dalam batubara, pada struktur pori-pori bagian
dalam. Inherent moisture juga disebut moisture yang dianggap
terdapat dalam rongga rongga kapiler dan pori-pori batubara
yang relatif kecil. Secara teori dinyatakan bahwa inherent
moisture terdapat pada kondisi dengan tingkat kelembaban
100% serta suhu 30º. Moisture yang terkandung dalam
batubara dan tidak menguap atau hilang dengan pengeringan
udara pada suhu lingkungan walaupun batubara tersebut telah
digerus sampai ukuran 200 mikron. Untuk menghilangkannya
dengan cara pemanasan dalam oven dengan suhu 105º -110º.
Banyaknya jumlah kandungan air bawaan pada batubara
berhubungan dalam penentuan peringkat batubara. Seiring
dengan naiknya peringkat batubara maka kandungan air
bawaan pada batubara akan semakin kecil.Untuk mendapatkan
nilai Inherent Moisture, dapat digunakan rumus berikut ini:
!"#!$
%IM = !"#!% × 100%

Keterangan:
%IM = persentase air terikat dalam sampel
W1 = berat cawan kosong
W2 = berat cawan kosong + sampel
W3 =berat cawan kosong +residu

2) Ash Content

Kandungan batubara terdiri dari 3 unsur yaitu air, bahan


organik (karbon), dan bahan anorganik (mineral). Mineral matter
terdiri dari dua jenis yang berbeda yaitu bahan anorganik (mineral
asli) dan mineral dari luar batubara (mineral eksternal). Bahan
mineral yang melekat (IMM) yang terkait dengan tanaman rawa,
yang sulit dipisahkan dari karbon, biasanya 0,5-1,0%. Mineral
asing (EMM) dibuat selama penambangan dan ketika dibuat, air
diangkut ke dalam lapisan batubara. EMM dapat dipisahkan dari
karbon dengan proses pencucian.
Kandungan abu pada batubara, mempunyai hubungan yang erat
dengan sifat -sifat batubara, seperti berat jenis, ketergerusan, sifat
ketahanan api dari abu, nilai kalori, dsb.

!$#!&
%Ash !"
× 100%

Keterangan:
%Ash = persentase abu dalam sampel
W1 = berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 = berat cawan +sampel + tutup
W3 = berat cawan + residu +tutup
W4 = berat cawan + tutup (setelah pembakaran)

3) Volatile Matter

Zat Terbang (Volatile Matter) adalah jumlah materi yang


hilang ketika sampel batubara dipanaskan pada suhu dan waktu
yang telah ditentukan (setelah proses penghilangan kadar air). Zat
yang mudah menguap terdiri dari gas yang mudah terbakar
(combustible gas) seperti hidrogen, CO dan 𝐶𝐻4 dan gas yang
dapat terkondensasi seperti tar dengan sejumlah kecil gas yang
tidak mudah terbakar seperti 𝐶𝑂2 dan air yang dihasilkan dari
dehidrasi dan kalsinasi. Kelembaban mempengaruhi hasil
penentuan VM sehingga sampel kering oven memberikan hasil
yang berbeda dengan sampel kering udara. Faktor lain yang
mempengaruhi penentuan VM adalah suhu, waktu, distribusi
butir dan ukuran butir. Zat-zat yang mudah menguap
berhubungan erat dengan nilai karbon, semakin tinggi kandungan
VM, semakin rendah nilainya. Saat membakar batubara dengan
VM tinggi, ini mempercepat pembakaran fixed carbon (FC).
Sebaliknya, VM rendah mempersulit proses pembakaran.

Berdasarkan National Coal Board (NCB), dibagi empat


jenis batubara berdasarkan parameter VM, yaitu:

• Volatile dibawah 9,1% dmmmf dengan coal rank 100 yaitu


Antrasit.
• Volatile diantara 9,1-19,5% dmmmf dengan coal rank 200 yaitu
Low Volatile/ Steam Coal.
• Volatile diantara 19,5-32% dmmmf dengan coal rank 300 yaitu
Medium Volatile Coal.
• Volatile diantara 32% dmmmf dengan coal rank 400-900 yaitu
High Volatile Coal.

Bila batubara memiliki kandungan zat terbang yang tinggi, maka


sifatnya penyalaan (ignition) dan pembakaranya (combustion) pun
baik. Akan tetapi, hal ini juga mengandung resiko swabakar
(spontaneous combustion) yang tinggi.
!"#!$
%VM =!"#!% × 100%

Keterangan:
%VM = persentase zat terbang dalam sampel
W1 = berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 = berat cawan + sampel + tutup
W3 = berat cawan + residu + tutup

b. Uji Total Moisture


Total moisture adalah keseluruhan jumlah kandungan air dari
berbagai jenis yang terdapat pada sampel batubara yang diambil.
Jumlah penurunan berat pra pengeringan pada temperature < 35˚ C
ditambah penurunan berat pengeringan panas pada 107 ± 2˚ C.
kandungan air dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Inherent Moisture / residual Moisture

Merupakan air terkondensasi di kapiler, air yang terserap dan air


yang terikat dengan gugus polar dan kation, dan air yang timbul
disebabkan oleh dekomposisi kimia baik material organik
ataupun anorganik (Xianchun et al., 2009). Di mana, air dalam
bentuk ini akan menguap pada temperature 105-110°C dari
batubara yang sudah kering (setelah air dry loss-nya menguap).

Residual Moisture (RM) % = [(A-C)/B x 100]

Keterangan :

A = Massa dish + sampel sebelum pengeringan (gram)

B = Massa sampel batubara (gram)

C = Massa dish + sampel sesudah pengeringan (gram

2) Surface Moisture/Air Dried Moisture


Air yang terserap dan menempel pada batubara oloeh adanya
proses sekunder, missal: air tanah, air penyiraman saat
penambangan, air hujan, dan sebagainya.
Kandungan total moisture merupakan salah satu unsure yang
terpenting dalam transaksi perdagangan batubara, sehingga bila
ternyata nilainya melebihi kontrak yang telah disepakati, maka
nilai transaksi akan dikurangi sesuai dengan kelebihan yang
terjadi. Nilai toleransi yang berlaku untuk batubara kokas adalah
kurang dari 6% dan untuk batubara pembangkit listrik adalah 7%.
Uap air hidroskopis adalah kandungan air yang menempel di
permukaan batubara dan ukuran butiranya halus, jumlahnya juga
semakin banyak. Untuk kandungan uap air hidroskopis pada
batubara kerakal dan batubara kerakal ukuran sedang = 2% - 3%,
butiran kecil / halus = 6% - 7%, sangat halus/serbuk = 15% - 30%.
100% − 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒(%)
TM = Surface Moisture (%) + Inherent Moisture (%)
100%

c. Uji caloric Value


Kalor (Calorific Value) adalah jumlah panas yang dihasilkan ketika
sejumlah batubara dibakar. Panas ini merupakan reaksi eksotermik
yang melibatkan senyawa hidrokarbon dan oksigen. Nilai kalor
ditentukan oleh kenaikan suhu selama pembakaran sejumlah batubara.
Nilai kalor batubara dihitung dari selisih suhu pembakaran awal dan
akhir. Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan saat
pembakaran batubara dalam Kcal/kg. Nilai kalori dibagi menjadi dua,
yaitu:

1) Gross Calorific Value (GCV) adalah nilai kalori kotor sebagai


nilai kalor hasil dari pembakaran batubara dengan semua air
dihitung dalam keadaan wujud.

2) Net Calorific Value (NCV) adalah nilai kalori bersih hasil


pembakaran batubara dimana kalori yang dihasilkan merupakan
nilai kalor. Harga nilai kalori bersih ini dapat dicari setelah nilai
kalori kotor batubara diketahui.

d. Uji Sulfur
Tujuan dilakukan pengujian sulfur yaitu untuk mengetahui persentase
kandungan sulfur yang ada pada batubara. Sulfur merupakan salah
satu elemen penting yang mempengaruhi kualitas batubara walaupun
kandungannya relatif rendah. Keterbentukan sulfur pada batubara
dapat melalui berbagai cara, di antaranya berasal dari pengaruh batuan
pengapit yang terendapkan pada lingkungan laut (Williams dan Keith,
1963), pengaruh air laut selama proses pengendapan tumbuhan,
proses mikrobial, dan perubahan pH (Casagrande et al., 1987).
Sumber sulfur pada batubara yang memiliki kandungan sulfur tinggi
(>1%) umumnya berasal dari material tumbuhan asal dan sulfat air
laut yang masuk ke dalam rawa. Kelimpahan sulfur pada batubara
sebagian besar dikontrol oleh derajat pengaruh air laut selama
akumulasi dan diagenesis (Chou, 2012).

e. Uji HGI
HGI adalah salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan
kemudahan batubara untuk di pulverize sampai ukuran 200 mesh atau
75 micro. Nilai HGI dari suatu batubara, ditentukan oleh organic
batubara seperti jenis maceral dan lain-lain. Secara umum semakin
tinggi peringkat batubara, maka semakin rendah HGI nya. Namun hal
ini tidak terjadi pada bituminous yang memiliki sifat cooking. Dimana
untuk jenis batubara ini HGInya tinggi sekali, bahkan bisa mencapai
lebih dari 100. Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh dilusi abu dari
penambangan. Secara umum penambahan abu dilusi apat menaikan
nilai HGI. Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh kandungan
moisture.

2. Perhitungan Konversi ADB, ARB dan DB


a. ADB (Air Dried Basis)
Secara teknis, uji dan analisis dilakukan menggunakan contoh yang
telah dikeringkan pada udara terbuka, yaitu sampel ditebar tipis pada
suhu ruangan sehingga terjadi kesetimbangan dengan lingkungan
ruangan laboratorium sebelum akhirnya diuji dan dianalisis.

Untuk konversinya digunakan rumus, yaitu:


[%(( (+,#(,%./)]
𝐹𝐶 (𝑑𝑚𝑚𝑓) = [%((#(23%,(4536,...)]

𝑉𝑀 (𝑑𝑚𝑚𝑓) = 100 – 𝐹𝐶 (𝑑𝑚𝑚𝑓)


[%(( (789#.(/)]
𝐶𝑉 (𝑑𝑚𝑚𝑓) = [%((#(%,(453(,../)]

Keterangan:
• FC : % Fixed Carbon (adb)
• VM : % Volatile Matter (adb)
• M : % Moisture (adb)
• A : % Ash (adb)
• S : % Sulfur (adb)
• Btu : 1,8185.CV (adb)

b. As Received Base (ARB)


Analisis pada basis ini juga mengikut sertakan air yang menempel di
batubara yang diakibatkan oleh hujan, proses pencucian batubara, atau
penyemprotan ketika stock pile dan saat loading. Penilaian kualitas
pada basis ARB adalah saat berpindahnya hak kepemilikan batubara
di kapal atau tongkang. Hasil perhitungan dalam setiap basis dapat
saling dikonversi menjadi basis tertentu yang diinginkan. Berikut
rumus konvesi nilai parameter antar basis:
• ADB ke AR
%((#:2
ARB = %((#;2
× 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖

• ADB ke DB
%((
DB=%((#;2 × 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖

Dimana:
ADB = Air Dried Basis
ARB = As Received Basis
DB = Dry Basis

c. Dried Basic (DB)


Dried basic atau disingkat DB adalah kondisi dasar pada
keadaan batubara yang dipanaskan pada suhu standar sehingga
batubara dalam kondisi kering atau bebas dari kandungan air tetapi
masih terdapat kandungan abu. Pada kejadian ini volatile matter +
fixed carbon + ash content = 100%
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dimana
penelitian ini berkaitan dengan penelitian eksperimen. Hal ini dikarenakan
penelitian ini menggunakan data berupa angka yang kemudian diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk menampilkan hasil pengolahan
data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis dan persentase.
Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian terapan (applied research).
Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk memperluas
pengetahuan ilmiah dengan tujuan praktis. Sasaran survei adalah batu bara dari
Seam 1 dan batubara dari Kabupaten Tebo PT SCM.

B. Objek Penelitian
Objek dalam Penelitian ini adalah berupa sampel batubara seam 1 dan
sampel batubara stockpile serta dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

C. Jenis Data
1. Data Kuantitatif
a. Batubara berukuran 20 x 20 cm
b. Batubara sebanyak 5 kg
2. Data Kualitatif
a. Batubara di lokasi seam 1
b. Batubara di lokasi stockpile
c. Peta Geologi
d. Peta Stratigrafi

D. Sumber Data
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari pengamatan di lapangan.
Pada penelitian ini data primer terdiri dari :
a. Pengambilan sampel batubara
b. Preparasi sampel
c. Pengujian sampel
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diberikan langsung oleh perusahaan dan juga dapat
diperoleh dari literatur-literatur berkaitan dengan penelitian, seperti :
a. Sejarah perusahaan
b. Kondisi Geologi dan Statigrafi

E. Alat dan Bahan


1. Alat
- Timbangan digital
- Mesin Crusher
- Mortar
- Shieve Sieker
- Tabung sampel
- Plastik sampel
- Safety gloves
- Oven pengering
- Leco Ac500 Calorimeter Analyzer
- Leco Sc 832 Carbon Analyzer
- Leco Tga 701 Thermogravimetric Analyzer

2. Bahan
- Batubara seam
- Batubara stockpile

F. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Studi Literatur
Yaitu dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas melalui buku-buku literatur, mempelajari penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya, maupun yang bersifat sebagai
pendukung referensi yang berkaitan dengan pengendalian mutu batubara

2. Observasi Lapangan
Maksud dari penelitian dilapangan dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

G. Studi Literatur
1. Pengambilan Sampel
Proses pengambilan contoh dari tubuh material (batubara) yang
representatif untuk tes/analisis dan dipakai untuk mengetahui material
asalnya. Berdasarkan tempatnya sampling dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Core Sampling
Core sampling ini lebih ditujukan bagaimana terhadap prosedur
treatment atau penanganan untuk sample yang telah didapat dari
borehole tersebut sampai sample tersebut dikirimkan ke laboratorium.
ASTM sendiri menspesifikasikan prosedure pengambilan sample dari
core ini dalam ASTM D 5192 – 95. Practice for collection of coal
samples from core. Core Sampling terdiri dari : Exploration sampling,
Deep drilling, Shalow drilling, Pit sample, dan Pit drilling.
b. Channel Pit
Channel sampling adalah pengambilan sample dari lapisan batubara
dengan membuat torehan memanjang menurut ketebalan batubara
atau endapan bahan galian lainnya. Sample ini mewakili penampang
batubara menurut ketebalannya. Sample ini biasanya diambil di
sekitar singkapan. Sebelum melakukan penyampelan sumuran atau
parit memanjang dibuat untuk membuka satu sisi batubara segar.
c. Bulk Sampling
Bulk sampling didefinisikan sebagai "proses mengekstraksi sebagian
kecil bahan dari bagian yang cukup mewakili untuk tujuan yang
dimaksudkan". Kebutuhan mendesak saat ini akan sistem
pengambilan sampel yang sederhana, efektif dan andal semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk
pengendalian kualitas sebagai sarana untuk menghadapi inflasi,
persaingan, dan konsumsi bahan baku yang meningkat pesat.

2. Pengolahan Data
Mengolah data yang ada dengan menganalisa keadaan dilapangan dari data
stockpile, hingga di pengiriman serta pengambilan sampel di stockpile dan
di pengiriman yang berdasarkan ketentuan perusahaan.

H. Teknik Analisi Data


1. Uji Inherent Moisture, Ash Content, Volatile Matter
• Inherent Moisture (IM) adalah air yang berada dalam batubara
manakala batubara berada dalam keseimbangan kelembapan dalam
udara bebas.
• Volatile Matter (Zat Terbang) merupakan nilai yang menunjukkan
persentasi jumlah zat-zat terbang yang terkandung di dalam batubara.
Rumus perhitungan Volatile Matter :

!"#!$
%VM =!"#!% × 100%

Keterangan :
% VM : persentase zat terbang dalam sampel
W1 : berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 : berat cawan + sampel + tutup
W3 : berat cawan + residu + tutup
• Ash Content
Rumus perhitungan Ash Content :

!$#!&
%Ash = !"
× 100%

Keterangan:
%Ash = persentase abu dalam sampel
W1 = berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 = berat cawan +sampel + tutup
W3 = berat cawan + residu +tutup
W4 = berat cawan + tutup (setelah pembakaran)

2. Perhitungan Total Moisture


Untuk menghitung total moisture dengan menggunakan rumus :
TM = FM + IM
Keterangan :
TM : Total Moisture
FM : Free Moisture
IM : Inherent Moisture

3. Uji Calorific Value


Uji nilai kalori dilakukan di laboratorium menggunakan alat calorimeter
analyzer.

4. Uji Sulfur
Uji sulfur dilakukan di laboratorium menggunakan alat carbon analyzer.

I. Diagram Alir Penelitian


Analisis kualitas batubara seam 1 di PIT dan Stockpile dengan metoda analisis
proksimat di PT. Sumber Cahaya Mineral, Simpang Niam, Kecamatan Tengah
Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.
Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer
1. Batubara ukuran 20 x 20 cm
2. Batubara sebanyak 5 kg

Pengolahan Data

Analisis Data

1. Hasil pengujian Inherent


Moisture, Ash Content, dan
Volatile Matter
2. Hasil pengujian Total
Moisture
3. Hasil pengujian Caloricfic
Value
4. Hasil pengujian Sulfur
5. Uji HGISELESAI
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian Sampel Batubara


Ø Seam 1
1. Pengujian Free Moisture
% ADM = M2 – M3 X 100%
M1
% ADM = 1240,65 g – 1125,98 g X 100%
416,98 g
= 0,27 %

2. Pengujian Inherent Moisture

% IM = W2 – W3 X 100%
W2 – W1

% IM = 1240,65 g – 1125,98 g X 100%


1240,65 g – 416,98 g
= 0,13 %

3. Pengujian Total Moisture


• IM diperoleh dari perhitungan (IM=0,18%)

TM = Surface Moisture (%) + Inherent Moisture (%) ×


100 % - Surface Moisture (%)
TM = 0,27 % + 0,13 % X 100 % - 0,27 % 100%
100%

= 0,40 x 0,9973

= 0,39 %
• IM dari hasil pengujian TGA (IM=1,53 %)

TM = Surface Moisture (%) + Inherent Moisture (%) ×


100 % - Surface Moisture (%)
TM = 0,27 % + 1,53 % X 100 % - 0,27 % 100%
100%

= 1,8 x 0,9973

= 1,795 %

4. Pengujian Ash Content (Kandungan Abu)


% ASH = W3 – W4 X 100%
W2
= 3,61 % (Hasil Pengujian dengan alat TGA)

5. Pengujian Calorific Value


Nilai kalori batubara PT. SCM pada seam 1 setelah dilakukan
pengujian menggunakan alat Calorimeter Analyzer adalah sebesar
4870,37 cal/gr.

6. Pengujian Valatile Matter


% VM = W2 – W3 X 100%
W2 – W1
= 49,65 % (Hasil Pengujian dengan alat TGA)

7. Pengujian Sulfur
Persentase sulfur batubara PT. SCM pada seam 1 setelah dilakukan
pengujian menggunakan alat Carbon Analyzer adalah sebesar 0,168
%.
8. Perhitungan Fix Carbon
• IM diperoleh dari perhitungan (IM=0,23%)
Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (0,23 % + 3,61 % + 49,65 %)
= 46,51 %
• IM dari hasil pengujian TGA (IM=1,93 %)
Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (1,93 % + 3,61 % + 49,65 %)
= 44,81 %
9. HGI
Ketergerusan (Hardgrove Grindability Index / HGI) à (Belum
Praktikum)
Ø Stockpile
1. Pengujian Free Moisture
% ADM = M2 – M3 X 100%
M1

% ADM = 1289,46 g – 1236,94 g X 100%


415,78 g
= 0,12 %

2. Pengujian Inherent Moisture

% IM = W2 – W3 X 100%
W2 – W1

% IM = 1289,46 g – 1236,94 g X 100%


1289,46 g – 415,78 g
= 0,06 %

3. Pengujian Total Moisture


• IM diperoleh dari perhitungan (IM=0,29 %)
TM = Surface Moisture (%) + Inherent Moisture (%) ×
100 % - Surface Moisture (%)
100%
TM = 0,29 % + 0,06 % X 100 % - 0,12 %
100%

= 0,35 % x 0,9988

= 0,349 %

• IM dari hasil pengujian TGA (IM=1,46 %)


TM = Surface Moisture (%) + Inherent Moisture (%) ×
100 % - Surface Moisture (%)
TM = 0,12 % + 1,46 % X 100 % - 0,12 % 100%
100%

= 1,58 % x 0,9988

= 1,578 %

4. Pengujian Ash Content (Kandungan Abu)


% ASH = W3 – W4 X 100%
W2
= 4,66 % (Hasil Pengujian dengan alat TGA)

5. Pengujian Calorific Value


Nilai kalori batubara PT. SCM pada stockpile setelah
dilakukan pengujian menggunakan alat Calorimeter
Analyzer adalah sebesar 5000,16 cal/gr.

6. Pengujian Volatile Matter


% VM = W2 – W3 X 100%
W2 – W1
= 53,26 % (Hasil Pengujian dengan alat TGA)
7. Pengujian Sulfur
Persentase sulfur batubara PT. SCM pada stockpile setelah
dilakukan pengujian menggunakan alat Carbon Analyzer
adalah sebesar 0,181 %.
8. Perhitungan Fix Carbon
• IM diperoleh dari perhitungan (IM=0,29 %)

Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (0,29 % + 4,66 % + 53,26 %)
= 41,79 %

• IM dari hasil pengujian TGA (IM=1,46 %)

Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (1,745 % + 4,66 % + 53,26 %)
= 40,335 %

9. HGI
Ketergerusan (Hardgrove Grindability Index / HGI) à
(Belum Praktikum)

B. Pembahasan
Ø Seam 1
1. Uji Inherent Moisture, Ash Content, Volatile Matter
a. Inherent Moisture
Nilai Inheren Moisture didapatkan dari dua cara, yaitu dengan
menggunakan rumus dan pengujian menggunakan
Thermogravimetric Analyzer (TGA). Dengan menggunakan
rumus, didapatkan nilai Inheren Moisture PT. SCM adalah 0,13%
sedangkan dengan menggunakan Thermogravimetric Analyzer
(TGA) adalah 1,79 %. Hasil pengujian Inheren Moisture akan
berpengaruh pada total moisture dan fixed carbon.
b. Ash Content
Pengujian kandungan abu (Ash Content) dilakukan dengan
menggunakan Thermogravimetric Analyzer. Hasil pengujian
kandungan abu batubara PT.SCM adalah 4,66 %.
c. Volatile Matter
Hasil pengujian Zat Terbang (Volatile Matter) menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 53,26 %.

2. Total Moisture
Total moisture didapatkan dari parameter free moisture (0,06%) dan
inherent moisture. Nilai inherent moisture berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus adalah 0,06 % sedangkan dengan
menggunakan alat Thermogravimetric Analyzer adalah 1,53 %.

3. Nilai Kalori
Hasil pengujian Nilai Kalori (Caloric Value) batubara menggunakan
alat Calorimeter Analyzer adalah 4870,37 cal/g. Menurut spesifikasi
ASTM untuk bahan bakar padat, dengan nilai tersebut maka batubara
PT. SCM tergolong dalam kelas Lignit.

4. Uji Sulfur
Nilai persentase sulfur batubara PT. SCM setelah diuji menggunakan
alat Carbon Analyzer adalah 0,168 %.

5. Fix Carbon
Parameter yang digunakan untuk menghitung nilai fix carbon, total
moisture, ash content, dan volatile matter. Hasil fixed carbon jika
menggunakan nilai inherent moisture dari rumus adalah 55,79%
sedangkan dari Thermogravimetric Analyzer adalah 54,335 %.
Ø Stockpile
1. Uji Inherent Moisture, Ash Content, Volatile Matter
a. Inherent Moisture
Nilai Inheren Moisture didapatkan dari dua cara, yaitu dengan
menggunakan rumus dan pengujian menggunakan
Thermogravimetric Analyzer (TGA). Dengan menggunakan
rumus, didapatkan nilai Inheren Moisture PT. SCM adalah 0,06%
sedangkan dengan menggunakan Thermogravimetric Analyzer
(TGA) adalah 1,57 %. Hasil pengujian Inheren Moisture akan
berpengaruh pada total moisture dan fixed carbon.
b. Ash Content
Pengujian kandungan abu (Ash Content) dilakukan dengan
menggunakan Thermogravimetric Analyzer. Hasil pengujian
kandungan abu batubara PT. SCM adalah 4,66 %.
c. Volatile Matter
Hasil pengujian Zat Terbang (Volatile Matter) menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 53,26 %.

2. Total Moisture
Total moisture didapatkan dari parameter free moisture (0,29 %) dan
inherent moisture. Nilai inherent moisture berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus adalah 0,01 % sedangkan dengan
menggunakan alat Thermogravimetric Analyzer adalah 1,46 %.

3. Nilai Kalori
Hasil pengujian Nilai Kalori (Caloric Value) batubara menggunakan
alat Calorimeter Analyzer adalah 5000,15 cal/gr. Menurut spesifikasi
ASTM untuk bahan bakar padat, dengan nilai tersebut maka batubara
PT. SCM tergolong dalam kelas Lignit.
4. Uji Sulfur
Nilai persentase sulfur batubara PT.AGM setelah diuji menggunakan
alat Carbon Analyzer adalah 4,66 %.
5. Fix Carbon
Parameter yang digunakan untuk menghitung nilai fix carbon, total
moisture, ash content, dan volatile matter. Hasil fixed carbon jika
menggunakan nilai inherent moisture dari rumus adalah 55,79 %
sedangkan dari Thermogravimetric Analyzer adalah 54,335 %.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan rumus, didapatkan nilai Inheren Moisture PT. SCM
adalah 0,13 % sedangkan dengan menggunakan Thermogravimetric
Analyzer (TGA) adalah 1,79 %.
2. Pengujian kandungan abu (Ash Content) dilakukan dengan menggunakan
Thermogravimetric Analyzer. Hasil pengujian kandungan abu batubara
PT.SCM adalah 4,66 %.
3. Hasil pengujian Zat Terbang (Volatile Matter) menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 53,26 %.
4. Nilai inherent moisture berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
rumus adalah 0,06 % sedangkan dengan menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 1,79 %.
5. Hasil pengujian Nilai Kalori (Caloric Value) batubara menggunakan alat
Calorimeter Analyzer adalah 4870,37 cal/g
6. Nilai persentase sulfur batubara PT. SCM setelah diuji menggunakan alat
Carbon Analyzer adalah 0,168 %.
7. Hasil fixed carbon jika menggunakan nilai inherent moisture dari rumus
adalah 55,79% sedangkan dari Thermogravimetric Analyzer adalah 54,335
%.
DAFTAR PUSTAKA

Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara. Bandung: Institut


Teknologi Bandung.

Riyanto, A., 2006. Ensiklopedia Batubara. Bandung: Puslitbang tekMIRA.

Ruiz, I. S. dan Crelling, J. C., 2008. Applied Coal Petrology. USA: Elsevier Ltd.

Sukandarrimudi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Darmawan, R., Aryanti, N., dan Soetrisnanto, D., 2013. Tinjauan Energi Thermal
Pembakaran dan Pengaruh Terhadap Emisi SOX dan Slagging pada Boiler.
Jurnal Ilmu Teknik Vol 9 No 1/2013: 122-135.

Lowry, H. H., 1963. Chemistry of Coal Utilization. USA : John Wiley & Sons,
Inc
LAMPIRAN

A. Dokumentasi Lapangan
B. Dokumentasi Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai