Disusun Oleh
(21080017/2021)
Dosen Pengampu
Oleh:
Annisa Rizki Hardianti
BP/NIM: 2021/21080017
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Batubara
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
2023
Disahkan Oleh:
Dosen Pengampu
LABORATORIUM BATUBARA
PROGRAM STUDI D-III PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai analisis kualitas batubara.
Dengan tesusunnya makalah ini, maka kami selaku penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
B. Identifikasi Masalah
Berdasarakan uraian latar belakang maka identifikasi masalah adalah
bagaimana analisa proksimat batubara yang berada pada seam 1 PT.Sumber
Cahaya Mineral
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pelaksanaan tugas besar ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana lingkungan pengendapan batubara?
2. Bagaimana lokasi dan kesampaian daerah penelitian?
3. Berapa umur batubara pada suatu endapan? Dan bagaimana cara
menentukannya?
4. Bagaimana keadaan geologi dan stratigrafi daerah penelitian?
5. Bagaimana hasil pengujian sampel batubara?
D. Tujuan Penelitian
Bagaimana lingkungan tempat batubara terjadi pengendapan, Analisis
Proksimat bertujuan untuk mengkuantifikasi nilai moisture atau air yang
dikandung batubara, baik air permukaan (free moisture) maupun air bawaan
(inherent moisture), kemudian mengkuantifikasi pula kandungan abu (ash), zat
terbang (volatile matters), dan karbon tertambat (fixed carbon).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Rute perjalanan dari Padang menuju PT. Sumber Cahaya Mineral
2. Stratigrafi
Data stratigrafi terukur dan melakukan penarikan batas satuan batuan
menggunakan metode Kontur Struktur (KS) berdasarkan kedudukan
lapisan batuan di lapangan maka didapatkan tiga satuan batuan yang
terdiri dari Satuan batulempung Muaraenim (SbpM) berumur Miosen
Akhir – Pliosen Awal, Satuan batulempungpasiran Air Benakat (SbplA)
berumur Miosen Tengah - Akhir dan Satuan batulempungkarbonat Gumai
(SblkG) berumur Miosen Awal – Tengah. Berikut merupakan peta satuan
batuan pada daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Stratigrafi Jambi
a. Satuan batulempung Muaraenim (SblM).
Litologi penyusun satuan batuan pada Formasi Muaraenim (Tmpm)
pada daerah penelitian berupa batulempung, yang memiliki warna
fresh putih keabuan, warna lapuk oranye dengan struktur batuan
masif. Tekstur batuan yaitu berukuran lempung (1/256 mm),
komposisi mineral yaitu mineral berukuran lempung. Satuan
batulempung Muaraenim (SblM). Hasil dari pengamatan petrografi
Satuan batulempung Muaraenim (SblM) tersusun atas mineral yaitu
: Kuarsa (H2) – 2%. Pada PPL warna absorbsi tidak berwarna, relief
rendah, pleokroisme tidak ada, bentuk kristal anhedral, belahan
tidak ada. Pada XPL warna interferensi abu abu – putih orde 1, sudut
gelapan bergelombang, kembaran tidak ada. Lempung Tufan (A1)
– 97%. Pada PPL warna absorbsi tidak berwarna – keabuan. Pada
XPL warna interferensi abu-abu – hitam. Terdiri dari campuran
material silikat dan tufan berukuran mikron. Mineral Opak (F1) –
1%. Pada PPL warna absorbsi hitam, relief rendah, pleokroisme
tidak ada, bentuk kristal euhedral – anhedral. Pada XPL warna
interferensi hitam orde 1, kembaran tidak ada. Berdasarkan
penamaan batuan menurut skala besar butir menurut
Pettijhon (1975) adalah Batulempung (Mudrock). Sayatan
petrografi Ppl.
b. Satuan batu lempung pasiran Air Benakat (SblpA).
Litologi penyusun satuan batuan pada Formasi Air Benakat (Tma)
pada daerah penelitian berupa batulempungpasiran, yang memiliki
warna fresh putih keabuan, warna lapuk oranye dengan struktur
batuan masif. Tekstur batuan yaitu berukuran lempung (1/256 mm),
komposisi mineral yaitu mineral berukuran lempung. Satuan batu
lempung pasiran Air Benakat (SblpA). Hasil dari pengamatan
petrografi Satuan batu lempung pasiran Air Benakat (SblpA)
tersusun atas mineral Kuarsa (E6) – 1%. Pada PPL warna absorbsi
tidak berwarna, relief rendah, pleokroisme tidak ada, bentuk kristal
anhedral, belahan tidak ada. Pada XPL warna interferensi abu abu –
putih orde 1, sudut gelapan bergelombang, kembaran tidak ada.
Lempung Tufan (D1) – 58%. Pada PPL warna absorbsi tidak
berwarna – keabuan. Pada XPL warna interferensi abu-abu – hitam.
Terdiri dari campuran material silikat dan tufan berukuran mikron.
Lempung Oksida (A1) – 40%. Pada PPL warna absorbsi coklat.
Pada XPL warna interferensi coklat.
c. Satuan batulempungkarbonat Gumai (SblkG).
Litologi penyusun satuan batuan pada Formasi Gumai (Tmg) pada
daerah penelitian berupa batulempungkarbonat, yang memiliki
warna fresh abu-abu gelap, warna lapuk coklat dengan struktur
batuan masif. Tekstur batuan yaitu berukuran lempung (1/256 mm),
komposisi mineral yaitu mineral berukuran lempung. Satuan
batulempungkarbonat Gumai (SblkG). Hasil dari pengamatan
petrografi Satuan batulempung karbonat Gumai (SblkG) tersusun
atas mineral Fosil (E4) – 3%. Termasuk dalam litik fragmen. Pada
PPL warna absorbsi variatif mulai tidak berwarna – coklat, relief
tinggi. Pada XPL warna interferensi variatif merah muda –
kehijauan – hitam – coklat. Memiliki bentuk yang khas (sesuai
dengan bentuk organismenya), tersusun oleh mineral kalsit dan
lempung karbonat. Kuarsa (B2) – 1%. Pada PPL warna absorbsi
tidak berwarna, relief rendah, pleokroisme tidak ada, bentuk kristal
anhedral, belahan tidak ada. Pada XPL.
C. Cadangan dan Sumber Daya Batubara
D. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang kualitas
batubara dan konversi.
1. Analisa Kualitas Batubara
Analisa kualitas batubara yang dilakukan adalah uji Inheren Moisture, Ash
Content, Volatile Matter, Total Moisture, Calorific Value, Sulfur, dan
HGI.
a. Uji Inhenren Moisture, Ash Content, dan Volatile Matter
1) Uji Inheren Moisture
Keterangan:
%IM = persentase air terikat dalam sampel
W1 = berat cawan kosong
W2 = berat cawan kosong + sampel
W3 =berat cawan kosong +residu
2) Ash Content
!$#!&
%Ash !"
× 100%
Keterangan:
%Ash = persentase abu dalam sampel
W1 = berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 = berat cawan +sampel + tutup
W3 = berat cawan + residu +tutup
W4 = berat cawan + tutup (setelah pembakaran)
3) Volatile Matter
Keterangan:
%VM = persentase zat terbang dalam sampel
W1 = berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 = berat cawan + sampel + tutup
W3 = berat cawan + residu + tutup
Keterangan :
d. Uji Sulfur
Tujuan dilakukan pengujian sulfur yaitu untuk mengetahui persentase
kandungan sulfur yang ada pada batubara. Sulfur merupakan salah
satu elemen penting yang mempengaruhi kualitas batubara walaupun
kandungannya relatif rendah. Keterbentukan sulfur pada batubara
dapat melalui berbagai cara, di antaranya berasal dari pengaruh batuan
pengapit yang terendapkan pada lingkungan laut (Williams dan Keith,
1963), pengaruh air laut selama proses pengendapan tumbuhan,
proses mikrobial, dan perubahan pH (Casagrande et al., 1987).
Sumber sulfur pada batubara yang memiliki kandungan sulfur tinggi
(>1%) umumnya berasal dari material tumbuhan asal dan sulfat air
laut yang masuk ke dalam rawa. Kelimpahan sulfur pada batubara
sebagian besar dikontrol oleh derajat pengaruh air laut selama
akumulasi dan diagenesis (Chou, 2012).
e. Uji HGI
HGI adalah salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan
kemudahan batubara untuk di pulverize sampai ukuran 200 mesh atau
75 micro. Nilai HGI dari suatu batubara, ditentukan oleh organic
batubara seperti jenis maceral dan lain-lain. Secara umum semakin
tinggi peringkat batubara, maka semakin rendah HGI nya. Namun hal
ini tidak terjadi pada bituminous yang memiliki sifat cooking. Dimana
untuk jenis batubara ini HGInya tinggi sekali, bahkan bisa mencapai
lebih dari 100. Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh dilusi abu dari
penambangan. Secara umum penambahan abu dilusi apat menaikan
nilai HGI. Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh kandungan
moisture.
Keterangan:
• FC : % Fixed Carbon (adb)
• VM : % Volatile Matter (adb)
• M : % Moisture (adb)
• A : % Ash (adb)
• S : % Sulfur (adb)
• Btu : 1,8185.CV (adb)
• ADB ke DB
%((
DB=%((#;2 × 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖
Dimana:
ADB = Air Dried Basis
ARB = As Received Basis
DB = Dry Basis
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dimana
penelitian ini berkaitan dengan penelitian eksperimen. Hal ini dikarenakan
penelitian ini menggunakan data berupa angka yang kemudian diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk menampilkan hasil pengolahan
data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis dan persentase.
Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian terapan (applied research).
Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk memperluas
pengetahuan ilmiah dengan tujuan praktis. Sasaran survei adalah batu bara dari
Seam 1 dan batubara dari Kabupaten Tebo PT SCM.
B. Objek Penelitian
Objek dalam Penelitian ini adalah berupa sampel batubara seam 1 dan
sampel batubara stockpile serta dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
C. Jenis Data
1. Data Kuantitatif
a. Batubara berukuran 20 x 20 cm
b. Batubara sebanyak 5 kg
2. Data Kualitatif
a. Batubara di lokasi seam 1
b. Batubara di lokasi stockpile
c. Peta Geologi
d. Peta Stratigrafi
D. Sumber Data
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari pengamatan di lapangan.
Pada penelitian ini data primer terdiri dari :
a. Pengambilan sampel batubara
b. Preparasi sampel
c. Pengujian sampel
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diberikan langsung oleh perusahaan dan juga dapat
diperoleh dari literatur-literatur berkaitan dengan penelitian, seperti :
a. Sejarah perusahaan
b. Kondisi Geologi dan Statigrafi
2. Bahan
- Batubara seam
- Batubara stockpile
2. Observasi Lapangan
Maksud dari penelitian dilapangan dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
G. Studi Literatur
1. Pengambilan Sampel
Proses pengambilan contoh dari tubuh material (batubara) yang
representatif untuk tes/analisis dan dipakai untuk mengetahui material
asalnya. Berdasarkan tempatnya sampling dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Core Sampling
Core sampling ini lebih ditujukan bagaimana terhadap prosedur
treatment atau penanganan untuk sample yang telah didapat dari
borehole tersebut sampai sample tersebut dikirimkan ke laboratorium.
ASTM sendiri menspesifikasikan prosedure pengambilan sample dari
core ini dalam ASTM D 5192 – 95. Practice for collection of coal
samples from core. Core Sampling terdiri dari : Exploration sampling,
Deep drilling, Shalow drilling, Pit sample, dan Pit drilling.
b. Channel Pit
Channel sampling adalah pengambilan sample dari lapisan batubara
dengan membuat torehan memanjang menurut ketebalan batubara
atau endapan bahan galian lainnya. Sample ini mewakili penampang
batubara menurut ketebalannya. Sample ini biasanya diambil di
sekitar singkapan. Sebelum melakukan penyampelan sumuran atau
parit memanjang dibuat untuk membuka satu sisi batubara segar.
c. Bulk Sampling
Bulk sampling didefinisikan sebagai "proses mengekstraksi sebagian
kecil bahan dari bagian yang cukup mewakili untuk tujuan yang
dimaksudkan". Kebutuhan mendesak saat ini akan sistem
pengambilan sampel yang sederhana, efektif dan andal semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk
pengendalian kualitas sebagai sarana untuk menghadapi inflasi,
persaingan, dan konsumsi bahan baku yang meningkat pesat.
2. Pengolahan Data
Mengolah data yang ada dengan menganalisa keadaan dilapangan dari data
stockpile, hingga di pengiriman serta pengambilan sampel di stockpile dan
di pengiriman yang berdasarkan ketentuan perusahaan.
!"#!$
%VM =!"#!% × 100%
Keterangan :
% VM : persentase zat terbang dalam sampel
W1 : berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 : berat cawan + sampel + tutup
W3 : berat cawan + residu + tutup
• Ash Content
Rumus perhitungan Ash Content :
!$#!&
%Ash = !"
× 100%
Keterangan:
%Ash = persentase abu dalam sampel
W1 = berat cawan + tutup dalam keadaan kosong
W2 = berat cawan +sampel + tutup
W3 = berat cawan + residu +tutup
W4 = berat cawan + tutup (setelah pembakaran)
4. Uji Sulfur
Uji sulfur dilakukan di laboratorium menggunakan alat carbon analyzer.
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer
1. Batubara ukuran 20 x 20 cm
2. Batubara sebanyak 5 kg
Pengolahan Data
Analisis Data
% IM = W2 – W3 X 100%
W2 – W1
= 0,40 x 0,9973
= 0,39 %
• IM dari hasil pengujian TGA (IM=1,53 %)
= 1,8 x 0,9973
= 1,795 %
7. Pengujian Sulfur
Persentase sulfur batubara PT. SCM pada seam 1 setelah dilakukan
pengujian menggunakan alat Carbon Analyzer adalah sebesar 0,168
%.
8. Perhitungan Fix Carbon
• IM diperoleh dari perhitungan (IM=0,23%)
Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (0,23 % + 3,61 % + 49,65 %)
= 46,51 %
• IM dari hasil pengujian TGA (IM=1,93 %)
Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (1,93 % + 3,61 % + 49,65 %)
= 44,81 %
9. HGI
Ketergerusan (Hardgrove Grindability Index / HGI) à (Belum
Praktikum)
Ø Stockpile
1. Pengujian Free Moisture
% ADM = M2 – M3 X 100%
M1
% IM = W2 – W3 X 100%
W2 – W1
= 0,35 % x 0,9988
= 0,349 %
= 1,58 % x 0,9988
= 1,578 %
Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (0,29 % + 4,66 % + 53,26 %)
= 41,79 %
Fixed Carbon (%) = 100 % - (Total Moisture (%) + Ash (%) + Volatile Matter (%))
= 100% - (1,745 % + 4,66 % + 53,26 %)
= 40,335 %
9. HGI
Ketergerusan (Hardgrove Grindability Index / HGI) à
(Belum Praktikum)
B. Pembahasan
Ø Seam 1
1. Uji Inherent Moisture, Ash Content, Volatile Matter
a. Inherent Moisture
Nilai Inheren Moisture didapatkan dari dua cara, yaitu dengan
menggunakan rumus dan pengujian menggunakan
Thermogravimetric Analyzer (TGA). Dengan menggunakan
rumus, didapatkan nilai Inheren Moisture PT. SCM adalah 0,13%
sedangkan dengan menggunakan Thermogravimetric Analyzer
(TGA) adalah 1,79 %. Hasil pengujian Inheren Moisture akan
berpengaruh pada total moisture dan fixed carbon.
b. Ash Content
Pengujian kandungan abu (Ash Content) dilakukan dengan
menggunakan Thermogravimetric Analyzer. Hasil pengujian
kandungan abu batubara PT.SCM adalah 4,66 %.
c. Volatile Matter
Hasil pengujian Zat Terbang (Volatile Matter) menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 53,26 %.
2. Total Moisture
Total moisture didapatkan dari parameter free moisture (0,06%) dan
inherent moisture. Nilai inherent moisture berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus adalah 0,06 % sedangkan dengan
menggunakan alat Thermogravimetric Analyzer adalah 1,53 %.
3. Nilai Kalori
Hasil pengujian Nilai Kalori (Caloric Value) batubara menggunakan
alat Calorimeter Analyzer adalah 4870,37 cal/g. Menurut spesifikasi
ASTM untuk bahan bakar padat, dengan nilai tersebut maka batubara
PT. SCM tergolong dalam kelas Lignit.
4. Uji Sulfur
Nilai persentase sulfur batubara PT. SCM setelah diuji menggunakan
alat Carbon Analyzer adalah 0,168 %.
5. Fix Carbon
Parameter yang digunakan untuk menghitung nilai fix carbon, total
moisture, ash content, dan volatile matter. Hasil fixed carbon jika
menggunakan nilai inherent moisture dari rumus adalah 55,79%
sedangkan dari Thermogravimetric Analyzer adalah 54,335 %.
Ø Stockpile
1. Uji Inherent Moisture, Ash Content, Volatile Matter
a. Inherent Moisture
Nilai Inheren Moisture didapatkan dari dua cara, yaitu dengan
menggunakan rumus dan pengujian menggunakan
Thermogravimetric Analyzer (TGA). Dengan menggunakan
rumus, didapatkan nilai Inheren Moisture PT. SCM adalah 0,06%
sedangkan dengan menggunakan Thermogravimetric Analyzer
(TGA) adalah 1,57 %. Hasil pengujian Inheren Moisture akan
berpengaruh pada total moisture dan fixed carbon.
b. Ash Content
Pengujian kandungan abu (Ash Content) dilakukan dengan
menggunakan Thermogravimetric Analyzer. Hasil pengujian
kandungan abu batubara PT. SCM adalah 4,66 %.
c. Volatile Matter
Hasil pengujian Zat Terbang (Volatile Matter) menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 53,26 %.
2. Total Moisture
Total moisture didapatkan dari parameter free moisture (0,29 %) dan
inherent moisture. Nilai inherent moisture berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus adalah 0,01 % sedangkan dengan
menggunakan alat Thermogravimetric Analyzer adalah 1,46 %.
3. Nilai Kalori
Hasil pengujian Nilai Kalori (Caloric Value) batubara menggunakan
alat Calorimeter Analyzer adalah 5000,15 cal/gr. Menurut spesifikasi
ASTM untuk bahan bakar padat, dengan nilai tersebut maka batubara
PT. SCM tergolong dalam kelas Lignit.
4. Uji Sulfur
Nilai persentase sulfur batubara PT.AGM setelah diuji menggunakan
alat Carbon Analyzer adalah 4,66 %.
5. Fix Carbon
Parameter yang digunakan untuk menghitung nilai fix carbon, total
moisture, ash content, dan volatile matter. Hasil fixed carbon jika
menggunakan nilai inherent moisture dari rumus adalah 55,79 %
sedangkan dari Thermogravimetric Analyzer adalah 54,335 %.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan rumus, didapatkan nilai Inheren Moisture PT. SCM
adalah 0,13 % sedangkan dengan menggunakan Thermogravimetric
Analyzer (TGA) adalah 1,79 %.
2. Pengujian kandungan abu (Ash Content) dilakukan dengan menggunakan
Thermogravimetric Analyzer. Hasil pengujian kandungan abu batubara
PT.SCM adalah 4,66 %.
3. Hasil pengujian Zat Terbang (Volatile Matter) menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 53,26 %.
4. Nilai inherent moisture berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
rumus adalah 0,06 % sedangkan dengan menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah 1,79 %.
5. Hasil pengujian Nilai Kalori (Caloric Value) batubara menggunakan alat
Calorimeter Analyzer adalah 4870,37 cal/g
6. Nilai persentase sulfur batubara PT. SCM setelah diuji menggunakan alat
Carbon Analyzer adalah 0,168 %.
7. Hasil fixed carbon jika menggunakan nilai inherent moisture dari rumus
adalah 55,79% sedangkan dari Thermogravimetric Analyzer adalah 54,335
%.
DAFTAR PUSTAKA
Ruiz, I. S. dan Crelling, J. C., 2008. Applied Coal Petrology. USA: Elsevier Ltd.
Lowry, H. H., 1963. Chemistry of Coal Utilization. USA : John Wiley & Sons,
Inc
LAMPIRAN
A. Dokumentasi Lapangan
B. Dokumentasi Laboratorium