Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH AKTIVASI ASAM DAN BASA PADA ADSORBEN

DAUN KETAPANG (Terminalia catappa) TERHADAP


ADSORPSI LOGAM BESI (Fe2+) PADA LIMBAH B3
PT. SERMANI STEEL

TUGAS AKHIR

Oleh:

MUH. FUDAIL TONRA SOLI


17TKM270

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna menyelesaikan program Diploma Tiga
Program Studi/ Jurusan Teknik Kimia Mineral

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : PENGARUH AKTIVASI ASAM DAN BASA PADA


ADSORBEN DAUN KETAPANG (Terminalia
catappa) TERHADAP ADSORPSI LOGAM BESI
(Fe2+) PADA LIMBAH B3 PT. SERMANI STEEL.
NAMA MAHASISWA : MUH. FUDAIL TONRA SOLI
NOMOR STAMBUK : 17TKM270
PERGURUAN TINGGI : POLITEKNIK ATI MAKASSAR
PROGRAM STUDI/JURUSAN : TEKNIK KIMIA MINERAL

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Rachma, STP., MM Monita Pasaribu, S.Si., MT


NIP. 19561010 197903 2 005 NIP. 19860817 201901 2 001

Mengetahui :

Direktur Ketua Jurusan


Politeknik ATI Makassar Teknik Kimia Mineral

Ir. Muhammad Basri, MM Andi Arninda, ST., M.Si.


NIP. 19680406 199403 1 003 NIP. 19771030 200604 2 001
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3)

ii
yang ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI Makassar
Nomor : …………………………… tanggal ………………….. yang telah dipertahankan di
depan Tim Penguji pada hari ………………. tanggal ……………. sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Kimia Mineral Pada
Politeknik ATI Makassar.

PANITIA UJIAN :
Pengawas : 1. Kepala BPSDMI Kementerian Perindustrian R.I.
2. Direktur Politeknik ATI Makassar

Ketua : (……………………………….)

Sekretaris : (………………………….……)

Penguji I : (……………………………….)

Penguji II : (……………………………….)

Penguji III : (……………………………….)

Pembimbing I : Rachma, STP., MM (……………………………….)

Pembimbing II : Monita Pasaribu S.Si., MT (……………………………….)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : MUH. FUDAIL TONRA SOLI
NIM : 17TKM270

iii
Program Studi : TEKNIK KIMIA MINERAL
Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai
dengan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir
saya adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau
orang lain.

Makassar, Maret 2021


Yang menyatakan,

Muh. Fudail Tonra Soli

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan taufik,
hidayah, rahmat, dan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini dengan judul “PENGARUH AKTIVASI ASAM DAN BASA PADA ADSORBEN
DAUN KETAPANG (Terminalia catappa) TERHADAP ADSORPSI LOGAM BESI

iv
(Fe2+) PADA LIMBAH B3 PT. SERMANI STEEL” sebagai syarat penyelesaian
program Diploma Tiga. Shalawat dan taslim semoga tercurahkan pada rasul-Nya
terpilih, baginda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, begitu pula para
keluarga dan sahabatnya. Aamiin.
Pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Khususnya penulis kembali berterima kasih dan bersyukur kepada Allah Azza
‘wa Jalla.
2. Kedua orangtua dan keluarga penulis, yang senantiasa mendoakan,
memberikan semangat, dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Ir. Muhammad Basri, MM., selaku Direktur Politeknik ATI Makassar
beserta jajarannya yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
4. Ibu Andi Arninda, ST., M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Mineral dan
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik dari penulis.
5. Ibu Rachma, STP., MM sebagai Dosen Pembimbing I tugas akhir.
6. Ibu Monita Pasaribu, S.Si., MT sebagai Dosen Pembimbing II tugas akhir.
7. Dosen-dosen dan Guru-guru yang telah ikhlas mendidik, membimbing, dan
mengajar serta membekali ilmu kepada penulis selama masa pendidikan
sehingga bekal ilmu tersebut dapat mendukung penyelesaian tugas akhir ini.
8. Teman dan sahabat-sahabatku serta insan-insan yang mewarnai kehidupanku
yang telah memberikan dukungan, pembelajaran dan semangat.
9. Pada poin terakhir ini, saya mengkhususkan untuk berterima kasih kepada
diriku sendiri, terima kasih karena selalu berusaha tetap tegak dalam terpaan
angin terkuat sekalipun.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada
penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yang budiman.
Terakhir, penulis mengharapkan agar kedepannya tugas akhir ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan dan pengetahuan dari pembaca terutama
untuk peneliti selanjutnya.

Makassar, Maret 2021

Penulis

ABSTRAK

MUH. FUDAIL TONRA SOLI. 2021. “Pengaruh Aktivasi Asam dan Basa Pada
Adsorben Daun Ketapang (Terminalia Catappa) Terhadap Adsorpsi Logam Besi
(Fe2+) Pada Limbah B3 PT. Sermani Steel”. Dibawah bimbingan RACHMA sebagai
Pembimbing I dan MONITA PASARIBU sebagai Pembimbing II.

v
Limbah yang dihasilkan dari industri pelapisan logam mengandung logam
berat, salah satunya logam besi (Fe2+). Keberadaan logam besi (Fe2+) akan
menimbulkan efek racun bagi tubuh jika dalam jumlah yang berlebihan. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar logam yaitu dengan
metode adsorpsi. Daun ketapang merupakan salah satu tumbuhan yang
mengandung tanin sehingga dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengikat
atau menyerap logam. Keberadaan daun ketapang belum banyak digunakan
sehingga nilai ekonomisnya masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh aktivator asam dan basa pada proses adsorpsi daun
ketapang terhadap logam besi (Fe2+) yang terdapat pada limbah B3 PT. Sermani
Steel. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental yang diukur secara
kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Politeknik ATI Makassar
dan laboratorium UIN Alauddin, Makassar pada tanggal 24 September – 5
Oktober 2020. Penelitian ini diawali dengan melakukan aktivasi adsorben daun
ketapang dengan asam sitrat dengan NaOH. Konsentrasi asam sitrat yang
digunakan yaitu 1,3 M dan konsentrasi NaOH yaitu 1,06 M. Adsorben yang
diaktivasi lalu digunakan mengadsorpsi logam besi (Fe 2+) pada limbah B3 PT.
Sermani Steel. Sampel hasil adsorpsi dianalisa menggunakan AAS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben daun ketapang yang
diaktivasi dengan asam menghasilkan konsentrasi adsorpsi terendah sebesar
4,4185 mg/L. Sedangkan adsorben yang diaktivasi dengan basa menghasilkan
konsentrasi adsorpsi tertinggi 9,916 mg/L.
Kata kunci : Daun ketapang, limbah B3, adsorben, logam Fe2+.

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR.............................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v

vi
ABSTRAK..........................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH..............................................................................................xii
ABSTRAK..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................4
A. PT. Sermani Steel..........................................................................................4
B. Logam Besi (Fe2+)...........................................................................................5
C. Adsorpsi.........................................................................................................9
D. Jumlah Logam yang Terserap......................................................................14
E. Daun Ketapang (Terminalia cattapa)..........................................................15
F. Tanin............................................................................................................16
G. Kerangka Berpikir........................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................21
A. Tempat dan Waktu.....................................................................................21
B. Alat dan Bahan............................................................................................21
C. Jenis Penelitian............................................................................................22
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................22
E. Analisa Data................................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................25
A. Hasil.............................................................................................................25
B. Pembahasan................................................................................................25
BAB V PENUTUP .............................................................................................28
A. Kesimpulan..................................................................................................28

vii
B. Saran...........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
LAMPIRAN.......................................................................................................31

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Adsorpsi.........................................................................................11


Tabel 4.1 Konsentrasi logam besi (Fe2+).................................................................25

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir...............................................................................19

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4.1 Hasil Analisa Sampel........................................................................32


Lampiran 4.2 Kurva Kalibrasi Logam besi (Fe2+).....................................................32
Lampiran 4.3 Perhitungan Konsentrasi Sampel.....................................................33
Lampiran 4.4 Perhitungan Jumlah Logam besi (Fe2+) yang Terserap.....................38

x
DAFTAR ISTILAH

Atomic Adsorption : Suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
Spectroscopy, AAS penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang
berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh
atom bebas.
Adsorpsi : Proses penyerapan dengan cara melekatkan ion logam

xi
ke permukaan zat lain.
Adsorbat : Zat yang diserap.
Adsorben : Zat penyerap.
Elektrolit : Suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion -
ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik,
ion-ion merupakan atom bermuatan elektrik.
Hematite : Mineral yang berwarna hitam hingga abu-abu perak
atau baja.
Hemoglobin : Sel darah merah.
Hemokromatosis : Penyakit ketika kadar zat besi di dalam tubuh terlalu
berlebihan.
Hidroksil : Adalah gugus fungsional-OH yang digunakan sebagai
subsituen senyawa organik.
Tanin : Senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa
dan kelat, yang bereaksi dan menggumpalkan protein,
atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam
dan alkaloid.
Silica gel : Butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori,
silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat.
Zeolit : Senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan
kation natrium, kalium dan barium.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu dampak negatif dari perkembangan industri yaitu

peningkatan volume limbah yang dapat mencemari perairan. Salah satu

sumber pencemar limbah berbahaya yaitu industri pelapisan logam seperti

PT. Sermani Steel. Proses pelapisan logam menggunakan bahan kimia

sehingga menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan jika tidak

dikelola dengan baik. Limbah yang dihasilkan dari industri pelapisan logam

mengandung logam berat salah satunya besi (Fe2+). Keberadaan logam besi

(Fe2+) dibutuhkan oleh makhluk hidup dalam jumlah tertentu tetapi dalam

jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun bagi tubuh. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

pencemaran yaitu dengan metode adsorpsi.

Adsorpsi merupakan proses penyerapan suatu zat pada permukaan

zat lain yang disebut sebagai adsorben. Metode adsorpsi merupakan salah

satu metode yang paling sering digunakan untuk penyisihan logam beracun

pada limbah karena prosesnya yang cukup sederhana. Beberapa adsorben

yang biasa digunakan, seperti karbon aktif, silica gel, zeolit dan lain-lain.

Adsorben tersebut memiliki harga yang relatif mahal sehingga

membutuhkan biaya yang besar untuk menurunkan kadar logam. Oleh

1
karena itu beberapa tahun terakhir ini mulai dikembangkan proses

penyerapan yang disebut biosorpsi. Metode ini menggunakan bahan yang

berasal dari tumbuhan atau hewan. Salah satu bahan yang dapat

digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan kadar logam adalah daun

ketapang yang mengandung tanin.

Ketapang (Terminalia catappa) termasuk salah satu tanaman yang

dapat tumbuh di tanah yang kurang nutrisi dan tersebar hampir di seluruh

wilayah Indonesia. Selama ini masyarakat hanya mengenal tanaman

ketapang sebagai tanaman peneduh kota dan belum banyak dimanfaatkan

sehingga nilai ekonominya masih rendah. Salah satu kandungan ketapang

yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa yang mempunyai berat molekul

yang tinggi dan mempunyai banyak gugus hidroksil dan gugus lain (seperti

karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan logam krom,

protein dan makromolekul lainnya dibawah kondisi lingkungan tertentu.

Salah satu sifat tanin yaitu sebagai pengkelat logam yang kuat (Lestari,

2010).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti

tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Aktivasi Asam Dan Basa Pada Adsorben Daun

Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Adsorpsi Logam Besi (Fe 2+) Pada

Limbah B3 PT. Sermani Steel”.

2
B. Rumusan Masalah

1. Berapa konsentrasi logam besi (Fe2+) yang diadsorpsi oleh adsorben

daun ketapang yang diaktivasi asam sitrat ?

2. Berapa konsentrasi logam besi (Fe2+) yang diadsorpsi oleh adsorben

daun ketapang yang diaktivasi NaOH ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besar konsentrasi logam besi (Fe2+) yang

diadsorpsi oleh adsorben daun ketapang yang diaktivasi asam sitrat.

2. Untuk mengetahui besar konsentrasi logam besi (Fe2+) yang

diadsorpsi oleh adsorben daun ketapang yang diaktivasi NaOH.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Industri

a. Memberikan kontribusi pada industri dan lingkungan dalam

penanganan limbah logam berat khususnya logam Fe2+ (besi).

b. Memberikan informasi tentang kemampuan daun ketapang

dalam mengadsorpsi logam berat.

2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk menggali dan

melakukan eksperimen tentang adsorben selain daun ketapang yang

memiliki kandungan tanin dalam penanganan limbah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PT. Sermani Steel

PT Sermani Steel adalah perusahan yang bergerak dalam bidang

proses pelapisan lembaran baja dengan seng (Zn), hasil produksi dari

perusahan ini dipasarkan di wilayah Indonesia bagian timur. PT.Sermani

Steel didirikan pada tanggal 12 Agustus 1970 (Purwanto dan Syamsul,

2005).

1. Bahan Baku Pembuatan Seng

a. Steel Sheet in Coil (CRC)

CRC atau bisa disebut baja lembaran cenai dingin yang

banyak dikenal dengan nama “Baja Putih” (White Steel) adalah

salah satu bentuk produksi yang dihasilkan dari pengerolan

dingin. PT Sermani steel menggunakan CRC sebagai bahan baku

utama proses galvanizing (zinc-coating) untuk memproduksi

BjLS (Baja Lembaran Lapis Seng).

b. Zinc lngot

Zinc lngot atau disebut sebagai timah sari adalah logam

Zinc (Zn) berbentuk batangan yang telah dipadukan dengan

berbagai unsur. Zinc ingot dipanaskan dengan suhu tinggi dan

dilebur hingga menjadi cairan yang selanjutnya melalui proses

4
galvanizing line akan melapisi baja lembaran. Sedangkan bahan

pembantu yang digunakan untuk menghasilkan seng.

2. Unit - Unit Poduksi

a. Shearing Line

Pada unit ini, gulungan lembaran baja (Colld Rolled Steel

Sheting Coil) dipotong sesuai dengan ukuran yang telah

ditetapkan oleh SNI yaitu 1892 mm sampai dengan 3048 mm.

b. Galvanizing Line

Bagian ini berfungsi untuk melapisi lembaran baja yang

telah dipotong oleh shearing line dengan timah panas agar

menjadi seng. Kapasitas terpasang 3.000 ton lapis seng (BjLS)

per bulan untuk dua unit galvanizing line.

c. Corrugation Line

Unit ini membentuk lembaran seng menjadi berbentuk

gelombang sehingga menjadi sebuah atap dimana gelombang-

gelombang tersebut akan menjadi saluran air di atas sebuah

bangunan. Pada unit ini lembaran seng dibagi menjadi

gelombang besar dan gelombang kecil (Purwanto dan Syamsul,

2005).

B. Logam Besi (Fe2+)

Besi merupakan logam yang terpenting dalam industri. Besi murni

bersifat agak lunak dan kenyal. Oleh karena itu dalam industri logam besi

5
selalu dipadukan dengan baja. Baja adalah berbagai macam paduan logam

yang dibuat dari besi tuang yang ditambahkan unsur-unsur lain seperti Mn,

Ni, V, atau W tergantung keperluannya. Besi tempa adalah besi yang

hampir murni dengan kandungan sekitar 0,2% karbon (Kurniyati, 2012).

1. Keberadaannya di alam

Besi terdapat di alam dalam bentuk senyawa, misalnya pada

mineral hematite (Fe2O3), magnetit (Fe2O4), pirit (FeS2), siderite

(FeCO3), dan limonit (2Fe2O3.3H2O). Unsur besi sangat penting bagi

hampir semua organisme yang hidup. Pada manusia besi merupakan

unsur penting dalam hemoglobin darah (Kurniyati, 2012).

2. Kegunaan

Menurut Kurniyati (2012) besi adalah logam yang paling banyak

dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal

diantaranya :

a. Kelimpahan besi di bumi cukup besar.

b. Pengolahannya relatif lebih mudah dan murah.

c. Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah

dimodifikasi

3. Sifat Fisik dan Kimia Besi (Fe)

a. Lambang : Fe

b. No. Atom : 26

c. Golongan, periode : 8,4

6
d. Penampilan : Metalik mengkilap keabu-abuan

e. Massa Atom : 55,854 (2) g/mol

f. Konfigurasi Elektron : [ Ar ] 3d6 4s2

g. Fase : Padat

h. Massa Jenis (Suhu Kamar) : 7,86 g/cm3

i. Titik Lebur : 1811°K (1538°C, 2800°F)

j. Titik Didih : 3134°K (2861°C, 5182°F)

k. Kapasitas Kalor : (25°C) 25,10 J/ (mol.K) (Kurniyati, 2012)

4. Tingkat Bahaya Besi

Besi yang terdapat pada dinding pipa atau tangki dapat ikut

larut disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

a. Pengaruh pH yang rendah (bersifat asam).

b. Pengaruh adanya CO2 agresif.

c. Pengaruh tingginya temperatur air.

d. Daya hantar listrik yang kuat.

e. Adanya bakteri besi dalam air akan memakan besi.

Menurut Sutrisno (2004), apabila konsentrasi besi terlarut

dalam air melebihi batas tersebut akan menyebabkan berbagai

masalah diantaranya :

1. Gangguan teknis

Endapan Fe(OH)2 bersifat korosif terhadap pipa dan akan

mengendap pada saluran pipa. Hal ini mengakibatkan

7
penghambatan dan efek yang dapat merugikan seperti

mengotori bak yang terbuat dari seng, wastafel dan kloset.

2. Gangguan Fisik

Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut

dalam air adalah timbulnya warna, bau dan rasa. Air akan

terasa tidak enak bila konsentrasi besi terlarutnya >1,0 mg/L.

3. Gangguan kesehatan

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia

berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah. Tubuh

memerlukan senyawa ini sebanyak 7-35 mg/hari yang sebagian

diperoleh dari air. Namun jika melebihi dosis yang diperlukan

oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini

dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe,

sehingga bagi mereka yang sering mendapat transfusi darah

warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum

yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual

apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak

dinding usus. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/L akan

menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila

kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/L akan menyebabkan

air berbau seperti telur busuk.

8
C. Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut dalam

larutan oleh permukaan zat penyerap yang membuat masuknya bahan dan

mengumpul dalam suatu zat penyerap. Pada Adsorpsi ada yang disebut

adsorben dan adsorbat. Adsorben adalah zat penyerap, sedangkan

adsorbat adalah zat yang diserap (Giyatmi, 2008).

Adsorben biasanya menggunakan bahan yang memiliki pori-pori

sehingga proses adsorpsi terjadi di dalam partikel tersebut. Pada umumnya

pori yang terdapat di adsorben sangat kecil sehingga luas permukaan

dalam menjadi lebih besar dibandingkan permukaan luar. Pemisahan

terjadi karena perbedaan berat molekul atau karena perbedaan polaritas

yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan tersebut

lebih erat daripada molekul lainya (Saragih, 2008).

1. Mekanisme Adsorpsi

Proses adsorpsi dapat berlangsung jika padatan atau molekul

gas atau cair dikontakan dengan molekul adsorbat. Akibatnya terjadi

gaya kohesif atau gaya hidrostatik dan gaya ikatan hidrogen yang

bekerja diantara molekul seluruh material. Gaya-gaya yang tidak

seimbang menyebabkan perubahan-perubahan konsentrasi molekul

pada interface solid atau fluida. Molekul fluida yang diserap tetapi

tidak terakumulasi atau melekat ke permukaan adsorben disebut

9
adsorptif sedangkan yang terakmulasi atau melekat disebut adsorbat

(Ginting, 2008).

Proses adsorpsi menunjukan bahwa molekul akan

meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben

akibat reaksi kimia dan fisika. Proses adsorpsi tergantung pada sifat

zat padat yang mengadsorpsi, sifat antar molekul yang diserap,

konsentrasi, temperatur dan lain-lain (Khairunisa, 2008).

2. Jenis Adsorpsi

Berdasarkan kekuatan interaksi adsorpsi dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.

a. Adsorpsi fisika terjadi bila gaya intermolekular lebih besar dari

gaya tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif

lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini

disebut gaya Van der Waals sehingga adsorbat dapat bergerak

dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari

adsorben. Gaya antar molekul adalah gaya tarik antara

molekul-molekul fluida dengan permukaan padat, sedangkan

gaya intermolekular adalah gaya tarik antar molekul-molekul

fluida itu sendiri (Sudirjo, 2005).

b. Adsorpsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau

pemakaian bersama elektron antara molekul adsorbat dengan

permukaan adsorben sehingga terjadi reaksi kimia. Adsorpsi

10
fisika dan adsorpsi kimia dibedakan berdasarkan kriteria antara

lain, dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Bansal, 2005)

Tabel 2.1 Jenis adsorpsi

Adsorpsi Fisika Adsorpsi kimia


Entalpi adsorpsi besar
Entalpi adsorpsi kecil (biasanya
(biasanya antara 40-400
kurang dari 20 KJ/mol
KJ/mol
Terjadi adsorpsi multilayer Kebanyakan monolayer
Terjadi pada temperatur Dapat terjadi pada temperatur
dibawah titik didih adsorbat tinggi
Proses adsorpsi terjadi bila
Tidak melibatkan energi
sistem mempunyai energi
aktivasi
aktivasi
(Sumber: Bansal, 2005)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Adsorpsi

Menurut Bansal (2005) banyak faktor yang dapat

mempengaruhi laju proses adsorpsi dan banyaknya adsorbat yang

dapat diserap. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses

adsorpsi sebagai berikut:

a. Agitasi

Agitasi adalah keadaan bergolak atau bisa disebut

turbulen. Laju proses adsorpsi dikendalikan oleh difusi lapisan

dan difusi pori, tergantung pada keadaan larutan, tenang atau

bergolak / turbulen.

b. Karakteristik Adsorben

Karakteristik adsorben yang mempengaruhi laju adsorpsi

adalah ukuran dan luas permukaan partikel. Semakin kecil

11
adsorben maka laju adsorpsi akan semakin cepat. Jika semakin

luas permukaan adsorben maka jumlah partikel adsorbat yang

diserap akan semakin banyak.

c. Kelarutan Adsorbat

Proses adsorpsi terjadi saat adsorbat terpisah dari larutan

dan menempel di permukaan adsorben. Partikel adsorbat yang

terlarut memiliki afinitas yang kuat. Beberapa senyawa yang

sedikit larut sulit untuk diserap, sedangkan ada beberapa

senyawa yang sangat larut namun mudah untuk diserap

(Hassler, 1974).

d. Ukuran Pori Adsorben

Ukuran pori merupakan salah satu faktor penting dalam

proses adsorpsi karena senyawa adsorbat harus masuk ke

dalam pori adsorben. Proses adsorpsi akan lancar apabila

ukuran pori dari adsorben cukup besar untuk dapat

memasukan adsorbat ke dalam pori adsorben. Kebanyakan air

limbah mengandung berbagai ukuran partikel adsorbat.

Keadaan ini dapat merugikan karena partikel yang lebih besar

akan menghalangi partikel kecil untuk dapat masuk ke dalam

pori adsorben. Akan tetapi gerakan konstan dari partikel

adsorbat dapat mencegah terjadinya penyumbatan. Gerakan

partikel kecil yang cepat membuat partikel adsorbat yang lebih

12
kecil akan terdifusi lebih cepat ke dalam pori (Culp dan Culp,

1986).

e. pH

pH memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat proses

adsorpsi disebabkan ion hidrogen dapat menyerap dengan

kuat. Selain itu pH juga dapat mempengaruhi ionisasi. Senyawa

organik asam lebih mudah diadsorpsi pada suasana pH rendah,

sedangkan senyawa organik basa lebih mudah diadsorpsi pada

suasana pH tinggi. Nilai optimum pH bisa ditentukan dengan

melakukan pengujian di laboratorium.

f. Temperatur

Temperatur dapat mempengaruhi laju adsorpsi. Laju

adsorpsi akan meningkat dengan meningkatnya temperatur

begitu pula sebaliknya. Proses adsorpsi merupakan proses

eksotermik maka derajat adsorpsi akan meningkat saat

temperatur rendah dan turun pada temperatur tinggi.

g. Waktu Kontak

Waktu kontak mempengaruhi banyaknya adsorbat yang

terserap. Hal ini disebabkan perbedaan kemampuan adsorben

dalam menyerap adsorbat berbeda-beda (Low, 1995). Kondisi

equibrilium akan dicapai pada waktu yang tidak lebih dari 150

13
menit. Setelah 150 menit jumlah adsorbat yang terserap tidak

signifikan berubah terhadap waktu (Apriliani, 2010).

4. Metode Adsorpsi

Metode adsorpsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu statis

dan dinamis.

a. Cara statis yaitu memasukan larutan dengan komponen yang

diinginkan ke dalam wadah berisi adsorben selanjutnya diaduk

dalam waktu tertentu. Kemudian dipisahkan dengan cara

penyaringan atau dekantasi. Komponen yang telah terikat pada

adsorben dilepaskan kembali dengan melarutkan adsorben

dalam pelarut tertentu dan volumenya lebih kecil dari volume

larutan mula-mula.

b. Cara dinamis yaitu memasukan larutan dengan komponen yang

diinginkan ke dalam wadah berisi adsorben, selanjutnya

komponen yang telah terserap dilepaskan kembali dengan

mengalirkan pelarut (efluen) sesuai yang volumenya lebih kecil

(Apriliani, 2010).

D. Jumlah Logam yang Terserap

Banyaknya jumlah ion logam yang terserap oleh adsorben (mg) per

gram dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini:

(Co−Ca)V
𝑞= (Persamaan 2.1)
M

14
Keterangan :

q = Jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)

C0 = Konsentrasi awal (mg/L)

Ca = Konsentrasi akhir (mg/L)

V = Volume larutan ion logam (L)

M = Massa

(Veptiyan, 2019).

E. Daun Ketapang (Terminalia cattapa)

Tumbuhan ketapang (Terminalia catappa) adalah termasuk familia

Combretaceae. Menurut Backer (1963) tumbuhan Terminalia catappa

memiliki batang bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh

mendatar dan bertingkat-tingkat. Daun tersebar, sebagian besar berjejalan

di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bulat

telur terbalik, dengan panjang 8-38 cm dan lebar 5-19 cm. Ujung lebar dan

pangkal yang menyempit, helaian di pangkal bentuk jantung. Pada bagian

sisi bawah pangkal daun terdapat kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun.

Bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang

4-8. Buah berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Pohon Terminalia catappa memiliki tinggi mencapai 40 m dengan

batangnya berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan. Batangnya

15
memiliki lima lobed dan memiliki bau tidak sedap. Daun memiliki ujung

yang berbentuk bulat tumpul, mengkilap, kasar, dan berwarna hijau tua

yang kemudian akan berubah menjadi kuning dan merah ketika akan

gugur, daun ketapang yang gugur mempunyai aktivasi anti bakteri

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Pada daun ketapang mengandung flavonoid, saponin, triterpen,

diterpen, senyawa fenolik dan tannin (Pauly, 2005). Purwani (2015)

menyatakan Terminalia catappa adalah salah satu tumbuhan yang

berpotensi sebagai antibakteri karena mengandung senyawa metabolit

sekunder yaitu tanin, flavonoid dan saponin. Serta megandung tannin yang

menyebabkan daun Terminalia catappa mempunyai kemampuan

penyerapan.

F. Tanin

Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas

pada tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan

berat molekul biasanya berkisar 1000-3000 (Waterman dan Mole, 1994).

Tanin juga dinamakan asam tanat yang memiliki rumus molekul C 76H52O46.

Tanin mampu membentuk senyawa kompleks dan mempercepat

pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya. Tanin

merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah

gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada mikroskop

16
tanin biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning,

merah, atau cokelat (Zucker, 1983).

Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan.

Sebagai contoh dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin sering

ditemukan di daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan

xylem dan lapisan antara korteks dan epidermis. Tanin dapat membantu

mengatur pertumbuhan jaringan ini (Harbone, 1987).

Tanin berikatan kuat dengan protein dan dapat mengendapkan

protein dari larutan. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh

dan dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Di industri

tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu

mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena

kemampuannya menyambung silang protein (Kartohardjono dkk, 2008).

Secara fisika tanin memiliki sifat jika dilarutkan ke dalam air akan

membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat. Jika dicampur

dengan alkaloid dan glatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal,

dan dapat mengendapkan protein dari larutannya dan ersenyawa dengan

protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik

(Astawan, 2008).

Secara kimiawi Tanin memiliki sifat senyawa kompleks dalam bentuk

campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi, dan senyawa fenol dari

17
tanin mempunyai aksiadstrigensia, antiseptik dan pemberi warna (Najebb,

2009).

Senyawa fenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat

logam. Proses pengkhelatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH

senyawa fenolik itu sendiri. Sehingga tanin terhidrolisis memiliki potensial

untuk menjadi pengkhelat logam. Hasil khelat dari tanin ini memiliki

keuntungan yaitu kuatnya daya khelat dari senyawa tanin ini membuat

khelat logam menjadi stabil dan aman dalam tubuh. Tetapi jika tubuh

mengkonsumsi tanin berlebih maka akan mengalami anemia karena zat

besi dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut (Hangerman,

2002).

Senyawa tanin termasuk ke dalam senyawa polifenol yang artinya

senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi

menjadi dua berdasarkan pada sifat dan struktur kimianya, yaitu tanin yang

terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi. Tanin terhidrolisis biasanya

ditemukan dalam konsentrasi yang lebih rendah pada tanaman bila

dibandingkan dengan tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi terdiri dari

beberapa unit flavanoid dihubungkan oleh ikatan-ikatan karbon.

1. Tanin terkondensasi (condensed tannins) biasanya tidak dapat

dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi menghasilkan asam klorida.

Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang

merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah

18
Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari

flavonoid yang dihubungkan dengan ikatan C-8 dengan C-4.

2. Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan

membentuk jembatan oksigen. Oleh karena itu tanin ini dapat

dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida.

Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan

senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain

membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin

terhidrolisis yang biasa disebut Ellagitanins. Ellagitanin sederhana

disebut juga ester asam hexahydroxy diphenic (HHDP). Senyawa ini

dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air.

G. Kerangka Berpikir
Limbah B3

Adsorben Daun Ketapang

Aktivasi Adsorben

Konsentrasi logam besi (Fe2+)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

19
Limbah yang dihasilkan dari industri pelapisan logam mengandung

logam berat, salah satunya Fe 2+ (Besi). Keberadaan logam besi Fe 2+

dibutuhkan oleh makhluk hidup tetapi dalam jumlah yang berlebihan dapat

menimbulkan efek racun bagi tubuh. Untuk meminimalisir terjadinya

pencemaran, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan

kadar logam yaitu dengan metode adsorpsi.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Hasna Nur Fajriah

pada Juli 2018 tentang penggunaan bahan dari daun ketapang diaktivasi

dengan asam sitrat dan dikontakkan dengan air yang mengandung logam

Pb dengan variasi massa, variasi pH, variasi waktu kontak, dan variasi

konsentrasi. Hasil dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa daun

ketapang dapat digunakan sebagai adsorben logam Pb. Maka dari itu,

diharapkan daun ketapang juga dapat berperan sebagai adsorben logam

Besi (Fe2+) pada limbah B3 dengan parameter variasi aktivasi asam dan

basa.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium UIN Alauddin

Makassar.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai pada 24 September

hingga 5 Oktober 2020.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : AAS (Atomic

Adsorption Spectroscopy), blender, labu ukur 500 mL, timbangan

analitik, oven, magnetic stirrer, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 500

mL, corong kaca, penyangga corong, gegep besi, desikator, gelas ukur

100 mL, cawan petri, botol semprot, kasa asbes, batang pengaduk,

spatula, lumpang dan alu.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Limbah B3 PT.

Sermani Steel, daun ketapang, asam sitrat 1,3 M, natrium hidroksida

21
p.a 1,06 M, HCl, aquadest, indikator pH Universal, aluminium foil dan

kertas saring.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental yang diukur

secara kuantitatif kemudian dilakukan perbandingan sampel dengan

menerapkan metode adsorpsi pada limbah B3 PT. Sermani Steel

menggunakan adsorben daun ketapang dengan parameter pengaruh

aktivasi asam dan basa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Prosedur Kerja

a. Aktivasi Daun Ketapang (Adsorben)

1) Dicuci daun ketapang dengan air mengalir sampai bersih.

2) Dihaluskan daun ketapang menggunakan blender.

3) Diaktivasi daun ketapang dengan perlakuan perendaman

dengan NaOH 1,06 M dan asam sitrat 1,3 M, dengan

perbandingan 1 : 30 (w/v) selama 24 jam.

4) Dicuci dengan air/aquadest hingga air cucian terakhir

netral (pH 7).

5) Setelah itu dikeringkan menggunakan oven pada suhu

100oC selama 1 jam hingga mencapai bobot tetap.

22
6) Hasilnya kemudian digunakan sebagai adsorben untuk

langkah selanjutnya.

b. Pembuatan Sampel Standar

1) Dimasukkan limbah B3 PT. Sermani Steel sebanyak 100

mL ke dalam gelas kimia.

2) Dengan tanpa diberi perlakuan sampel tersebut diukur

adsorbansinya menggunakan alat AAS sebagai sampel

pembanding dengan sampel yang akan diberi perlakuan

kontak dengan adsorben dengan variasi waktu kontak.

c. Penentuan Jenis Aktivasi Optimum

1) Dimasukan limbah B3 PT. Sermani Steel sebanyak 100 mL

ke dalam gelas kimia.

2) Diatur pH limbah B3 PT. Sermani Steel dengan

penambahan HCl hingga mencapai pH 3.

3) Serat daun ketapang aktif sebanyak ±1 gram yang tidak

diaktivasi dan telah diaktivasi selama 24 jam, dimasukkan

ke dalam sampel limbah B3 PT. Sermani Steel.

4) Sampel limbah B3 PT. Sermani Steel dan serat daun

ketapang aktif di stirer selama 30 menit dengan

kecepatan 120 rpm.

5) Kemudian disaring dan diukur menggunakan AAS.

2. Prosedur Pengambilan Data

23
Dari prosedur kerja yang telah dilakukan tersebut akan

menghasilkan data kuantitaf yaitu konsentrasi logam yang tersisa

setelah proses adsorpsi. Konsentrasi diperoleh berdasarkan data

adsorbansi yang diukur dengan AAS. Dari data adsorbansi akan

diketahui konsentrasi logam yang terserap (mg/g).

E. Analisa Data

1. Analisa AAS (Atomic Adsorption Spectroscopy)

Untuk mengetahui kandungan konsentrasi logam pada suatu

sampel digunakan analisa AAS dengan bantuan kurva standar

sehingga besarnya penurunan kandungan logam (mg/g) dapat

diketahui.

2. Analisa Efisiensi Penurunan Logam Besi (Fe 2+) dan Jumlah Logam

yang Terserap oleh Adsorben yang Dipengaruhi Jenis Aktivasi

Untuk menganalisa jumlah ion logam Fe2+ yang terserap

adsorben yang dipengaruhi jenis aktivasi asam dan basa dapat

dihitung menggunakan persamaan 2.1

(Co−Ca)V
𝑞=
M

Keterangan :

q = Jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)

C0 = Konsentrasi awal (mg/L)

Ca = Konsentrasi akhir (mg/L)

24
V = Volume larutan ion logam (L)

M = Massa

(Veptiyan, 2019).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan tentang pengaruh pH

terhadap adsorbsi logam besi (Fe2+) pada limbah B3 PT. Sermani Steel

menggunakan adsorben daun ketapang (Terminalia catappa) dapat dilihat

pada Table 4.1

Tabel 4.1 Konsentrasi logam besi (Fe2+)

Konsentrasi Konsentrasi Akhir Logam besi Jumlah


Awal Logam (mg/L) Logam besi
Aktivasi
besi (mg/L) yang
Adsorben Fe(Ca)
teradsorpsi
Fe(Co) I II Rata-rata (mg/g)

Tanpa
40,5165 6,7916 6,3788 6,5852 3,3931
aktivasi
NaOH 40,5165 9,8711 9,9608 9,916 3,0601
C6H8O7 40,5165 4,1931 4,644 4,4185 3,6098
(Sumber: Data Primer: 2020)

B. Pembahasan

Daun Ketapang (Terminallia catappa) merupakan salah satu tanaman

yang mengandung tanin. Tanin merupakan senyawa yang mempunyai

25
bobot molekul yang tinggi dan mempunyai banyak gugus hidroksil serta

gugus karboksil sehingga dapat dijadikan sebagai pengikat logam

(adsorben). Tanin yang terhidrolisis dapat disebut dengan asam tanat yang

mempunyai sifat asam. Pada penelitian ini penggunaan adsorben daun

ketapang dilakukan pada limbah B3 PT. Sermani Steel yang banyak

mengandung logam besi (Fe2+). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variasi aktivator kimia yaitu NaOH (larutan basa), C 6H8O7 (larutan

asam) dan tanpa aktivasi terhadap daya serap logam besi (Fe 2+). Proses

Aktivasi merupakan tahap awal dalam melakukan metode adsorpsi untuk

meningkatkan daya adsorpsi pada suatu adsorben, membersihkan pori dan

membuang senyawa pengotor. Aktivasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah aktivasi kimia dengan menggunakan beberapa jenis aktivator.

Pengaruh jenis aktivator terhadap jumlah logam besi Fe 2+ yang terserap

pada Limbah B3 PT. Sermani Steel dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah

ini.
J u m la h lo g a m F e y a n g
T e r s e r a p ( m g /g )

Pengaruh Aktivasi Terhadap Jumlah


Logam Fe yang Terserap
3.8
3.6098
3.6
3.3931
3.4
3.2
3.0601
3

2.8

2.6
Tanpa Aktivasi NaOH Asam Sitrat

26
Gambar 4.1 Pengaruh Jenis Aktivator Terhadap Jumlah Logam besi yang
Terserap.
Pada Gambar 4.1 menunjukkan besarnya logam besi (Fe 2+) yang

terserap terjadi pada masing-masing jenis aktivator dan tanpa aktivasi. Dari

hasil tersebut dapat dilihat bahwa daya adsorpsi paling tinggi terjadi pada

penggunaan aktivator asam sitrat (C 6H8O7) dengan jumlah besi (Fe 2+) yang

terserap sebanyak 3,6098 mg/g, kemudian untuk pengujian tanpa aktivasi

diperoleh jumlah besi (Fe2+) yang terserap yaitu 3,3931 mg/g. Sedangkan

untuk daya adsorpsi paling rendah terjadi pada penggunaan aktivator

natrium hidroksida (NaOH) dengan nilai 3,0601 mg/g.

Aktivasi adsorben daun ketapang dengan asam sitrat (C 6H8O7) akan

menyebabkan adsorben memiliki sifat kereaktifan lebih besar. Keasaman

permukaan akan lebih besar sehingga adsorben akan menjadi lebih reaktif

pada proses adsorpsi. Sedangkan pada aktivasi dengan adsorben basa

dalam hal ini digunakan natrium hidroksida (NaOH) akan menyebabkan pH

adsorben meningkat dan mendekati netral sehingga adsorben menjadi

kurang reaktif dalam proses adsorpsi dan efisiensi penyerapannya

berkurang.

Menurut Winarno dan Laksmi (1974) asam sitrat berfungsi sebagai

agen pengkhelat dimana senyawa ini dapat mengikat logam-logam divalent

atau lebih seperti Mn, Mg, dan Fe yang sangat diperlukan sebagai

27
katalisator dalam reaksi oksidasi sehingga reaksi ini dapat dihambat dengan

penambahan asam sitrat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan daun ketapang (Terminalia

catappa) sebagai adsorben logam besi (Fe2+) pada limbah B3 PT. Sermani

Steel Makassar dapat ditari kesimpulan bahwa:

1. Konsentrasi logam besi (Fe2+) yang diadsorpsi menggunakan metoda

aktivasi asam adalah 4,4185 mg/L

2. Konsentrasi logam besi (Fe2+) yang diadsorpsi menggunakan metoda

aktivasi basa adalah 9.916 mg/L

B. Saran

Sebaiknya pada penelitian ini ditambahkan variasi konsentrasi larutan

aktivator untuk mengetahui selain jenis aktivator yang baik digunakan juga

konsentrasi larutan aktivatornya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Apriliani. (2010). Pemanfaatan Arang Ampas Tebu Sebagai Adsorben Ion Logam
Cd, Cu, dan Pb dalam Air Limbah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Astawan. (2008). Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Backer. (1963). Flora of Java. Noordhoff Groningen The Netherlands, Vol. 1 (1):
252-257.
Bansal. (2005). Activated Carbon Adsorption . New York: CRC press.
Culp, R. L., & Culp, G. L. (1986). Hand Book of Public Water Sytem. New York: Mc
Graw-Hill.
Fajriah, H. N. (2018). Pemanfaatan Daun Ketapang Sebagai Adsorben Logam
Timbal (Pb) Dalam Air Menggunakan Aktivator Asam Sitrat . Jurnal Teknik
Kimia Lingkungan .
Ginting, F. (2008). Adsorpsi. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Giyatmi. (2008). Penurunan Cu, Cr, dan Ag dalam Limbah Industri Perak di
Kotagede Setelah Diadsorpsi dengan Tanah Liat dari Daerah Godean.
Jurnal Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir ISSN.
Hangerman. (2002). Tannin Handbook. Miami University: Departemen of
Chemistry and Biochemistry.
Harbone. (1987). Metode Fotokimia. Bandung: ITB.
Hassler. (1974). Purification With Activated Carbon Industrial Commersial And
Environmental . New York: Chemical Publishing Co. Inc.
Kartohardjono. (2008). Penentuan Kulit Batang Jambu Biji Untuk Adsorpsi Cr(VI)
dari Larutan. Jakarta: Universitas Indonesi.
Khairunnisa. (2008). Kombinasi Teknik Elektrolisis dan Teknik Adsorpsi
Menggunakan Karbon Aktif untuk Menurunkan Konsentrasi Senyawa
Fenol dalam Air. Depok: Skripsi FMIPA Universitas Indonesia.

29
Kurniyati. (2012). Penurunan Kadar Besi (Fe) dalam Air Sumur Menggunakan
Arang Tempurung Kelapa. Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Lestari. (2010). Pengaruh Berat dan Waktu Kontak Untuk Adsorpsi Timbal(II) Oleh
Adsorben dari Kulit Batang Jambu Biji (psidium gua java). Jurnal Kimia
Mulawarman, 8(1) : 1693-5165.
Low, K. (1995). Effect of Dye Modification on the Sorption of Copper by Coconut
Husk. Environ Tech Journal, (16):877-883.
Najebb. (2009). Tanin. Bandung: ITB Press.
Pauly. (2005). Cosmetic Dermatological and Pharmaceutical Use of an Extract of
Terminalia Catappa. USA: United States Patent Application.
Purawanto dan Syamsul, H. (2005). Teknologi Industri Elektroplating. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Purwani. (2015). Efek Ekstrak Air Kulit Buah Delima terhadap Salmonella
typhimurium secara In Vivo. e-Jurnal Pustaka Kesehatan.
Saragih. (2008). Pembuatan dan Karakteristik Karbon Aktif dari Batubara Riau
sebagai Adsorben . Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Sudirjo. (2005). Penentuan Distribusi Benzen Toluene pada Kolom Adsorpsi Fixed
Bed Carbon Active. Jakarta: Jurusan Teknik Universitas Indonesia.
Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Bimaaksara.
Syamsuhidayat, & Hutapea. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta:
CV. Rajawali.
Veptiyan, E. (2019). Delignifikasi Selulosa Daun Nanas (Ananas comosus) dan
Jerami (Oryza sativa) Sebagai Adsorben Logam Cu. Surabaya: Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Waterman & Mole. (1994). Analysis of Phenolic Plant Metabolite In Methods In
Ecology. Oxford, UK: Blackwell Scientific Publications.
Winarno, F. & Laksmi, B. (1974). Dasar Pengawetan Pangan, Sanitasi, dan
Peracunan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Zucker. (1983). Institutional Sources of Change in the Formal Structure of
Organizations. Administrative Science Quarterly.

30
L

31
Lampiran 4.1 Kurva Kalibrasi Logam Besi (Fe2+)

0.45
0.4
0.35 f(x) = 0.039287222946545 x − 0.00334677966101694
R² = 0.999695051282186
0.3
Adsorbansi

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi

Lampiran 4.2 Data Adsorbansi sampel logam Fe2+

Adsorbansi
Sampel
Simplo Duplo

Tanpa Aktivasi 6,7916 6,3788

NaOH 9,8711 9,9608

C6H8O7 4,1931 4,644

Lampiran 4.3 Perhitungan Konsentrasi Sampel

1. Sampel Konsentrasi Awal


Diketahui adsorbansi tanpa perlakuan = 0,1589
= 0,1589 x 10
= 1,589
y = 0,0393x – 0,0033
1,589 = 0,0393x - 0,0033
X = 40,5165 mg/L

32
2. Sampel Tanpa Aktivasi

Simplo Duplo
y = 0,0393x – 0,0033 y = 0,0393x – 0,0033
0,2962 = 0,0393x - 0,0033 0,2148 = 0,0393x - 0,0033
X = 7,6208 mg/L X = 5,5496 mg/L

3. Aktivasi dengan Natrium Hidroksida (NaOH)

Simplo Duplo
y = 0,0393x – 0,0033 y = 0,0393x – 0,0033
0,3407 = 0,0393x - 0,0033 0,4321 = 0,0393x - 0,0033
X = 8,7532 mg/L X = 11,0788 mg/L

4. Aktivasi dengan Asam Sitrat (C6H8O7)

Simplo Duplo
y = 0,0393x – 0,0033 y = 0,0393x – 0,0033
0,0649 = 0,0393x - 0,0033 02758 = 0,0393x - 0,0033
X = 1,7354 mg/L X = 7,1018 mg/L

Lampiran 4.4 Perhitungan Jumlah Logam Fe yang Terserap


1. Tanpa Aktivasi

(Co−Ca)V ( 40,5165mg /L−6,5852mg/ L)0,1 L


𝑞= =
M 1g

= 3,3931 mg/g

2. Aktivasi dengan Natrium Hidroksida (NaOH)

33
(Co−Ca)V ( 40,5165mg /L−9,916 mg/ L) 0,1 L
𝑞= =
M 1g

= 3,0601 mg/g

3. Aktivasi dengan Asam Sitrat (C6H8O7)

(Co−Ca)V ( 40,5165mg /L−4,4185 mg/ L) 0,1 L


𝑞= =
M 1g

= 3,6098 mg/g

34

Anda mungkin juga menyukai