MnO2) DARI
PEMISAHAN MANGAN DIOKSIDA (Mn
LIMBAH PASTA BATERAI DENGANN METODE
ELEKTROLISIS
Dosen Pembimbing
Suprapto, M.Si, Ph.D
Dr.rer.nat. Fredy Kurniawan, MSi
DEPARTEMEN KIMIA
HUAN ALAM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAH
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
i
SCRIPT – SK 141501
IDE (MnO2)
SEPARATION OF MANGANESE DIOXID
FROM BATTERY PASTE WAS
WASTE BY
ELECTROLYSIS
Advisor Lecturer
Suprapto, M.Si, Ph.D
Dr.rer.nat. Fredy Kurniawan, MSi
CHEMISTRY DEPARTMENT
CIENCES
FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
ii
PEMISAHAN MANGAN DIOKSIDA (MnO2) DARI
LIMBAH PASTA BATERAI DENGAN METODE
ELEKTROLISIS
TUGAS AKHIR
Oleh:
MUHAMMAD IMAN HIDAYAT
NRP. 1412 100 061
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
iii
iv
KATA PENGANTAR
v
Lab Instrumentasi dan Sains Analitik lainnya, teman –
teman CARBON dan CARBONITA, dan teman – teman
wibu Agung Bagus P., Mitha O.M., Krisna Adi N., M.
Nurtamba Ali, Novia Amalia S., M. Zuhdan A.R., Yoga
T.K., dan Gilang W.P., atas semua bantuan dan dukungan
selama penyusunan naskah tugas akhir ini.
Penulis
vi
PEMISAHAN MANGAN DIOKSIDA (MnO2) DARI
LIMBAH PASTA BATERAI DENGAN METODE
ELEKTROLISIS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan mangan
dioksida (MnO2) dari limbah pasta baterai dengan metode
elektrolisis. Limbah pasta baterai didapatkan dari pasta
baterai bekas. Pasta dikarakterisasi menggunakan XRF dan
didapatkan komposisi terbesar adalah MnO 60%. Pasta
dilindih dengan variasi asam sulfat (H2SO4) 1 M, 2 M, dan 4
M dan reduktor asam oksalat (H2C2O4) 0,8 M pada suhu 700C
Variasi waktu pelindihan ini adalah 20, 40, dan 60 menit.
Kandungan Mn dalam larutan hasil pelindihan dianalisis
menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Didapatkan kandungan terbesar Mn pada konsentrasi 4 M
selama 60 menit sebesar 29,43%. Pemisahan MnO2 dengan
metode elektrolisis dari larutan hasil pelindihan dilakukan
dengan variasi tegangan 1, 3, dan 5 Volt dan variasi waktu
20, 40, dan 60 menit. Endapan yang dihasilkan
dikarakterisasi menggunakan XRD. Difraktogram XRD
menunjukkan senyawa MnO2 dalam bentuk groutelit dan
manganit. Endapan terbesar dihasilkan pada tegangan 5 Volt
selama 60 menit sebesar 0,1559 gram.
vii
SEPARATION OF MANGANESE DIOXIDE (MnO2)
FROM BATTERY PASTE WASTE BY
ELECTROLYSIS
ABSTRACT
Research on separation of manganese dioxide
(MnO2) from battery paste waste by electrolysis had been
performed. Battery paste waste was separated from used
battery. Paste had been characterized by XRF and the most
abundant composistion of it was MnO 60%. Paste had been
leached with the variations of sulfuric acid (H2SO4) 1 M, 2
M, and 4 M and oxalic acid (H2C2O4) 0.8 M as reductor at
700C. The time variations of this leaching were 20, 40, and 60
minutes. After leached, the solution were analyzed with
Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) to determine the
composistion of Mn in solution. The most abundant Mn
result when it was leached by sulfuric acid 4 M for 60
minutes, 29,43% Mn was leached. MnO2 separation was
carried out by electrolysis method at 1, 3, and 5 Volt and the
time variation 20, 40, and 60 minutes. Slurry was
characterized by XRD. XRD diffractogram had showed
MnO2 in groutelite and manganite mineral phase. The most
slurry was gotten when electrolysis was performed at 5 Volt
for 60 minutes. It got 0.1559 gram Mn slurry.
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................v
ABSTRAK............................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................xii
LAMPIRAN A.....................................................................xiii
LAMPIRAN B.....................................................................xiv
LAMPIRAN C......................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................1
1.2 Permasalahan.............................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................3
1.4 Batasan Masalah........................................................3
ix
AAS........................................................................22
3.2.3 Pembuatan Larutan Asam Sulfat (H2SO4) ............23
3.2.4 Pembuatan Larutan Asam Oksalat (H2C2O4)
0,8 M......................................................................24
3.2.5 Proses Pelindihan..................................................24
3.2.6 Elektrolisis Filtrat Hasil Pelindihan.......................25
3.3 Karakterisasi XRD..................................................26
BAB IV PEMBAHASAN...................................................27
4.1 Preparasi Sampel....................................................27
4.2 Pelindihan...............................................................29
4.3 Elektrolisis..............................................................34
BAB V KESIMPULAN......................................................41
5.1 Kesimpulan............................................................41
5.2 Saran......................................................................42
DAFTAR PUSTAKA........................................................43
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
LAMPIRAN A
PEMBUATAN LARUTAN
xiii
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
karakteristik yang menguntungkan seperti kekuatan,
kekerasan, dan ketahanan. Mangan juga dapat digunakan
untuk bahan baku baterai, formula stainless steel, zat
pewarna pada kaca dan paduan logam (Ansori, 2010).
Dari permasalahan diatas, maka perlu dilakukan daur
ulang baterai kering untuk menghindari pencemaran
lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomi baterai kering
bekas. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pemisahan
mangan dari pasta baterai. Pemisahan dilakukan melalui
proses pelindihan. Proses pelindihan merupakan proses agar
komponen yang diinginkan terlarut kemudian diambil
kembali (recovery) (Arsyad, 1997). Beberapa penelitian
menjelaskan, mangan dalam bentuk mangan dioksida tidak
dapat dilarutkan dengan asam. Pelarutan mangan (IV) dalam
asam bisa dilakukan dengan mereduksi mangan (IV) ke
mangan (II) dengan menambahkan pereduksi. Beberapa agen
pereduksi organik dan anorganik sudah banyak digunakan
seperti gas alam, asam oksalat, hidrogen, dan lain – lain
(Trifoni et al., 2000).
Salah satu teknik pengambilan kembali ion logam
dalam larutan adalah elektrolisis. Elektrolisis larutan ion
mangan dalam asam sulfat dapat digunakan untuk pemisahan
mangan dalam bentuk mangan dioksida (Biswaal, 2015).
Sehingga, pada penelitian ini akan dilakukan
pelindihan mangan dari pasta baterai kemudian mangan yang
terlarut diendapkan dalam bentuk mangan dioksida (MnO2)
melalui proses elektrolisis.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh waktu pelindihan dan konsentrasi asam sulfat pada
pelindihan mangan dalam pasta baterai serta pengaruh waktu
dan tegangan listrik pada elektrolisis hasil pelindihan untuk
mendapatkan mangan dioksida.
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
mangan dioksida melalui proses elektrolisis larutan hasil
pelindihan menggunakan asam sulfat pasta baterai dengan
pereduksi asam oksalat. Serta mendapatkan variabel
konsentrasi asam dan waktu maksimal saat pelindihan ;
waktu dan tegangan maksimal pada saat elektrolisis.
3
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baterai
Baterai ditemukan oleh Alesandro Volta pada tahun
1800-an. Istilah baterai sendiri berasal dari bahasa Inggris
dan dikemukakan pertama kali oleh Benjamin Franklin yaitu
“battery” yang berarti “deretan”, namun di kehidupan sehari-
hari baterai sering diartikan sebagai sebuah sel kering (a
single dry cell).
Baterai adalah kumpulan dari beberapa sel listrik
yang digunakan untuk menyimpan energi kimia untuk
selanjutnya diubah menjadi energi listrik. Baterai terdiri dari
elektroda dan elektrolit, di mana elektroda positif dapat
disebut katoda dan elektroda negatifnya adalah anoda. Di
dalam baterai terjadi reaksi reduksi-oksidasi (redoks) yang
merupakan reaksi utama dimana elektron bergerak dan
menghasilkan ggl (gaya gerak listrik) (Lister, 1993).
Baterai digolongkan menjadi dua bagian, yaitu
baterai primer dan sekunder. Baterai primer adalah baterai
yang hanya dapat digunakan satu kali dan tidak dapat diisi
ulang (rechargeable). Contoh dari baterai ini adalah baterai
sel kering (Zn – MnO2) dan baterai alkaline seperti pada
Gambar 2.1 (a). Sedangkan baterai sekunder adalah baterai
yang dapat digunakan berulang –ulang dengan mengisi
muatannya apabila energinya habis. Contoh dari baterai
sekunder adalah baterai Li-ion, aki, dan baterai nikel-
kadmium seperti Gambar 2.1 (b) (Keenan, 1984).
Baterai sel kering terdiri dari katoda, anoda, dan
elektrolit. Wadah seng dan selubung luar berfungsi padatan
yang disebut pasta. Pasta merupakan zat elektrolit baterai.
5
(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Contoh baterai primer komersial dan (b)
contoh baterai sekunder komersial
(Bird, 1993).
2.2 Pelindihan
Ekstraksi padat-cair atau disebut juga pelindihan
adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan ke
dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi
ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi
(Basset, 1994). Umumnya, larutan cair yang digunakan
dalam pelindihan adalah air, asam sulfat, asam klorida, dan
asam sianida (BAPEDAL, 2003). Dalam proses
hidrometalurgi, pelindihan merupakan proses membersihkan
6
larutan dari pengotor yang tidak dinginkan yang ikut terlarut
pada proses pelindihan (Sudarsono, 1987).
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang diinginkan dapat larut dalam larutan
pengekstraksi. Ekstraksi akan dilakukan berulang – ulang
apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut (Basset,
1994). Faktor – faktor yang memengaruhi laju
pelindihanadalah preparasi sampel, waktu pelindihan,
kuantitas pelarut, konsentrasi pelarut, jenis pelarut, dan suhu
pelindihan (Arsyad, 2001).
Setelah dilakukan pelindihan, ada beberapa cara
untuk mengambil produk akhir yang diinginkan. Umumnya
logam diperoleh dengan cara elektrowinning dari larutannya
(Sudarsono, 1987) atau dengan pengendapan (presipitasi)
kimiawi (BAPEDAL, 2003).
Proses pelindihan mangan dilakukan dengan cara
hidrometalurgi. Awalnya, pelindihan mangan digunakan
dengan cara mengubah batuan mangan atau sumber mangan
menjadi ferromangan dan silikon mangan. Pembuatan
ferromangan diproduksi dengan menggunakan tanur tiup dan
kokas atau arang kayu sebagai reduktor. Tetapi cara ini
lambat laun ditinggalkan karena faktor lingkungan dan
efisiensi pengerjaan yang kurang baik (Zhang, 2007).
Hingga saat ini penelitian dilakukan untuk
mengekstraksi logam mangan melalui pelindihan reduktif
dengan berbagai jenis reduktor. Umumnya senyawa mangan
merupakan senyawa yang stabil, baik dalam kondisi asam
atau basa. Sehingga, proses pelindihan reduktif dalam media
larutan asam dengan penambahan reduktor merupakan cara
pengolahan sumber mangan (Zhang, 2007).
Penelitian pelindihan sumber mangan berkembang
menggunakan berbagai macam pelarut seperti asam sulfat
(Das, 1982) dengan tambahan reduktor seperti asam oksalat
(Yuanbo, 2013). Beberapa parameter proses yang perlu
diteliti meliputi konsentrasi media asam, kecepatan
7
pengadukan, suhu, dan waktu pelindihan. Parameter tersebut
dapat digunakan sebagai nilai pengolahan mangan yang
ekonomis dan efisien.
2.2.1 MnSO4
Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun
1774 di Swedia. Mangan adalah unsur kimia yang bernomor
atom 25 dan memiliki simbol Mn. Dalam keadaan normal,
mangan memiliki bentuk padat. Logam mangan berwarna
putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat
rapuh yang mudah mengalami oksidasi. Mangan termasuk
golongan transisi dan memiliki titik lebur yang tinggi kira-
kira 1.250 oC. Mangan cukup elektropositif dan mudah
melarut dalam asam bukan pengoksidasi. Mangan memiliki
kekerasan yang sedang (Sudianto, 2011).
Salah satu senyawa mangan adalah mangan (II) sulfat
dengan rumus kimia MnSO4, adalah suatu senyawa berwarna
merah muda dan memiliki berat molekul 151 gram/mol.
Mangan (II) sulfat bersifat tidak mudah terbakar, mempunyai
titik leleh 7000C, tidak volatil, dan mudah larut dalam air
dingin atau air panas (MSDS, 2003).
8
mangan, magnesium, dan nikel. Namun, reaksi dengan timah
dan tembaga membutuhkan asam sulfat yang pekat dan panas
(Takeuchi, 2006).
Beberapa proses menunjukkan untuk melindihkan
(leaching) mangan dari padatan kaya mangan diperlukan
asam dan agen pereduksi untuk mengubah bentuk tidak larut
(Mn4+) menjadi larut dalam larutan (Mn2+), terutama larutan
asam (De Michels et al., 2009). Mangan oksida direduksi dari
biloks yang lebih besar menuju biloks yang lebih rendah
seperti reaksi (2.3)
(Sumardi, 2013).
2.3 Elektrolisis
Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia
terjadi pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit.
Elektroda yang bermuatan positif disebut anoda dan elektroda
yang bermuatan negatif disebut katoda. Elektroda seperti
9
platina, emas, dan karbon yang hanya mentransfer elektron
dari larutan, disebut elektroda inert. Sedangkan elektroda
yang ikut beraksi selama elektrolisis disebut elektroda reaktif
(Dogra, 1998).
..
massa gram = (2.5)
dengan
e = Mr/jumlah elektron yang terlibat (gram mol/ mol A s)
i = arus listrik (A)
t = waktu elektrolisis (s)
(Petrucci, 1985).
10
sebagai katoda. Selama elektrolisis, tembaga dipindah secara
terus-menerus melalui larutan elektrolit dari anoda ke katoda.
Emas dan perak biasanya ditemukan sebagai “pengoksidator”
dalam tembaga.
11
Dalam pengukuran analisis elektrokimia, dimana
nilai tegangan diubah-ubah, arus yang dihasilkan akan
berhubungan dengan konsentrasi analat. Pengukuran ini
didapatkan dengan mengamati transfer elektron selama reaksi
reduksi - oksidasi saat pengukuran dilakukan seperti reaksi
berikut:
O + ne-⇌ R (2.9)
, ( , )
= +
( , )
(2.10)
Dimana
= potensial standar reaksi redoks
R = 8,314 J K-1 mol-1
T = suhu (K)
n = jumlah transfer elektron
F = 96487 Coulomb
12
Gambar 2.2. Ilustrasi perpindahan massa (Wang, 2006)
, = −
( , )
−
∅( , )
+ , ( , ) (2.11)
Dimana :
( , )
= gradien konsentrasi (saat jarak x dan waktu t)
∅( , )
= gradien potensial
z = muatan
C = konsentrasi
( , ) = kecepatan hidrodinamis (dalam arah x)
13
Arus (i) langsung berhubungan dengan fluks. Secara
matematis dirumuskan
= − (2.12)
14
Gambar 2.3. Skema kerja AAS
15
energi dasar. Disini berlaku hukum Lambert-Beer yang
menjadi dasar dalam analisis kuantitatif. Hubungan tersebut
dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
T = I0/I (2.14)
T = 10-abc (2.15)
Log(T) = -abc (2.16)
Log(1/T) = abc (2.17)
Log(1/T) = A (2.18)
A = abc (2.19)
dengan,
A = absorbansi
a = absorpsitivitas (L/mol.cm)
b = tebal lapisan yang mengabsorbsi (cm)
c = konsentrasi sampel (mol/L)
Io = intensitas sinar mula-mula (c/s)
I = intensitas sinar yang diteruskan (c/s)
T = Transmittans
(Day, 1986).
16
berhubungan langsung dengan kisi kristal dari materi yang
dianalisis. Pola difraksi diplotkan berdasarkan intensitas
puncak yang menyatakan peta parameter kisi kristal atau
indeks Miller (hkl) sebagai fungsi 2θ, dimana θ menyatakan
sudut difraksi berdasarkan persamaan Bragg (Richardson,
1989).
dengan :
n = orde (1,2,3,...)
λ = panjang gelombang sinar (Å)
d = jarak antar bidang kisi kristal (Å)
θ = setengah sudut deviasi difraksi sinar
17
Difraksi sinar-X digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai sturktur, komposisi dan keadaan
polikristalin suatu materi. Difraksi sinar-X ini banyak
diaplikasikan untuk identifikasi suatu senyawa (unknown)
didasarkan pada puncak- puncak (peak) kristalin. Kristalinitas
material hasil sintesis dapat diperkirakan melalui
perbandingan jumlah intensitas relatif puncak material
dengan jumlah intensitas relatif puncak standar (Rayalu dkk.,
2005).
18
Adanya tarikan elektron menuju inti menyebabkan
sinar yan mengenai elektron pada kulit K akan terpental
keluar, sehingga elektron pada kulit L dan M akan mengisi
kulit K. Setiap atom memiliki garis spektra sinar X yang
memungkinkan transisi partikel akan terjadi, garis spektra
sinar X setiap atom terdiri dari deretan energi yang terpisah
(Fitton, 1997).
19
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain padatan MnSO4, pasta baterai sel kering seng-
karbon bekas, asam sulfat 1 M, 2 M, dan 4 M, asam oksalat
0,8M, dan aqua DM.
21
900oC untuk menghitung kadar abu pasta baterai kemudian
dimasukkan ke desikator hingga berat stabil dan ditimbang.
22
Pembuatan larutan standar MnSO4 30 ppm dilakukan
dengan pengenceran dari larutan standar Mn konsentrasi 40
ppm. Diambil larutan standar MnSO4 40 ppm dengan pipet
ukur sebanyak 75 mL, lalu dimasukkan ke labu ukur 100 mL.
Kemudian diencerkan dengan aqua DM hingga tanda batas
dan dihomogenkan.
Pembuatan larutan standar MnSO4 20 ppm dilakukan
dengan pengenceran dari larutan standar Mn konsentrasi 30
ppm. Diambil larutan standar MnSO4 30 ppm dengan pipet
ukur sebanyak 66,7 mL, lalu dimasukkan ke labu ukur 100
mL. Kemudian diencerkan dengan aqua DM hingga tanda
batas dan dihomogenkan.
Pembuatan larutan standar MnSO4 10 ppm dilakukan
dengan pengenceran dari larutan standar Mn konsentrasi 20
ppm. Diambil larutan standar MnSO4 20 ppm dengan pipet
ukur sebanyak 50 mL, lalu dimasukkan ke labu ukur 100 mL.
Kemudian diencerkan dengan aqua DM hingga tanda batas
dan dihomogenkan.
23
dimasukkan ke labu ukur 250 mL. Kemudian diencerkan
dengan aqua DM hingga tanda batas dan dihomogenkan.
24
Larutan sampel dibuat dengan pencampuran 1.000
mg pasta baterai sel kering, 50 mL asam sulfat 4 M, dan 5
mL asam oksalat 0,8 M. Larutan dimasukkan ke dalam labu
leher tiga yang telah siap untuk melakukan proses pelindihan.
Variasi pelindihan dilakukan selama 20, 40, dan 60 menit
dengan suhu 70oC dan diaduk menggunakan pengaduk
magnetik sebesar 300 rpm. Larutan hasil pelindihan disaring
tmenggunakan kertas saring dan ditampung.
Setelah pelindihan dilakukan, filtrat ditampung dan
dicatat volumenya. Filtrat diencerkan hingga 10 kali dengan
cara mengambil 10 mL filtrat lalu diencerkan menggunakan
labu ukur 100 mL. Filtrat pengenceran 10 kali dienceerkan
kembali dengan cara yang sama untuk membuat larutan filtrat
dengan faktor pengenceran (fp) 100 kali. Filtrat dengan fp
100 kali ini akan digunakan dalam analisis AAS sedangkan
larutan dengan fp 10 diambil 50 mL untuk proses elektrolisis.
25
3.3 Karakterisasi XRD
Endapan pada proses elektrolisis akan diuji XRD
untuk mengetahui senyawa yang terbentuk. Endapan yang
terbentuk saat elektrolisis ada di dasar larutan.
Untuk menguji endapan dalam larutan hasil
elektrolisis, larutan disaring. Kemudian dicuci menggunakan
aqua DM dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 110oC
selama 60 menit. Endapan didinginkan lalu dikarakterisasi
XRD.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
alat XRF (X-Ray Fluorescence). Didapatkan hasil pada Tabel
4.1.
28
dan variasi waktu pelindihan 20 menit, 40 menit, dan 60
menit. Sedangkan variabel yang dijaga tetap adalah
konsentrasi reduktor asam oksalat 0,8 M, suhu pelindihan
70oC dan kecepatan pengadukan 300 rpm. Pada literatur lain,
dijelaskan bahwa mangan tidak mudah larut dalam asam,
maka dibutuhkan agen reduktor seperti asam oksalat (Trifoni
et al., 2000).
4.2. Pelindihan
Mangan dioksida (MnO2) tidak mudah larut dalam
asam. Sehingga dibutuhkan reduktor untuk membuatnya larut
dalam asam. Maka digunakan asam sulfat sebagai pelarut dan
asam oksalat sebagai reduktor. Adapun reaksi yang terjadi
pada MnO2 dalam pasta baterai dapat dijelaskan pada
persamaan (4.1) dan (4.2).
29
Kemudian campuran proses refluks disaring
menggunakan kertas saring. Larutan hasil peindihan
ditampung untuk digunakan pada proses elektrolisis dan
analisis AAS. Untuk analisis AAS, larutan diencerkan hingga
100 kali agar dapat terbaca dan konsentrasi larutan masuk
dalam kurva standar Mn. Larutan untuk proses elektrolisis
diencerkan 10 kali karena jika larutan diencerkan lebih dari
10 kali, maka tidak terjadi reaksi elektrolisis.
Analisis dengan instrumen AAS menggunakan
larutan standar Mn berkonsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm
Setelah semua variasi konsentrasi dan waktu pelindihan
dilakukan, semua filtrat diencerkan hingga 100 kali. Hasil
pengenceran tersebut dianalisis menggunakan instrumen
AAS. Dari pengukuran AAS, didapatkan hasil yang ditinjau
dari perubahan waktu pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 dan
ditinjau dari perubahan konsentrasi seperti pada Tabel 4.3
dan Gambar 4.3.
Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 dilakukan dengan cara
meninjau pengaruh waktu terhadap satu variabel konsentrasi.
Konsentrasi asam sulfat yang digunakan adalah 2 M dengan
variasi waktu 20, 40, dan 60 menit didapatkan hasil
pelindihan Mn berturut – turut adalah 9,88 %, 12,49% dan
15,89%. Sedangkan pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 adalah
hasil dari pengaruh perubahan asam sulfat dengan konsentrasi
1 M, 2 M, dan 4 M pada satu variabel waktu. Hasil yang
didapatkan secara berturut – turut adalah adalah 9,88 %,
12,49% dan 15,89%. Hal ini disebabkan karena penambahan
asam sulfat dapat meningkatkan laju kecepatan reaksi dan
laju difusi H+ (Sumardi, 2013). Semakin besar konsentrasi
asam sulfat, maka semakin banyak Mn terlindih dalam
larutan asam sulfat. Peningkatan nilai persen Mn terlindih
juga bertambah sejalan dengan lamanya waktu yang
dilakukan.
30
Tabel 4.2. Hasil Analsis AAS Filtrat Pelindihan Pasta Baterai
Ditinjau Dari Perubahan Waktu
Variasi
Waktu Konsentrasi %
Konsentrasi
(menit) (mg) Pelindihan
(M)
20 95,53 9,55%
2 40 112,70 11,27%
60 124,93 12,49%
Persentase (%)
15.00% 11.27% 12.49%
9.55%
10.00%
5.00%
0.00% waktu
(menit)
20 40 60
Gambar 4.2. Grafik Persentase Filtrat Pelindihan Pasta
Baterai Dengan Variasi Asam Sulfat 2 Dengan
Waktu pelindihan 20, 40, dan 60 menit
31
Persentase (%)
20.00% 15.89%
15.00% 12.49%
9.88%
10.00%
5.00%
0.00% Konsentrasi
(M)
1 2 4
32
Persentase (%)
23.13%
25.00% 20.87%
20.00% 17.69%
15.00%
10.00%
5.00% Waktu
0.00% (menit)
20 40 60
Gambar 4.4. Grafik Hasil Perhitungan Persentase Pelindihan
Ditinjau Dari Perubahan Waktu
33
Persentase (%)
40.00% 29.43%
30.00% 23.13%
18.29%
20.00%
10.00%
0.00% Konsentrasi
1 2 4 (M)
4.3 Elektrolisis
Setelah larutan disaring, hasilnya adalah larutan hasil
pelindihan dan endapan. Larutan ini akan dielektrolisis
dengan tujuan untuk mendapatkan kembali MnO2 dalam
larutan. Elektrolisis dilakukan menggunakan elektroda
karbon pada katoda dan anoda dengan tegangan 1,0 ; 3,0 ;
dan 5,0 V dan variasi waktu 20, 40, dan 60 menit. Reaksi
pada elektrolisis Mn sebagai berikut
34
elektrolisis dilakukan, adanya perubahan pada larutan berupa
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
tetapi tidak ada pembentukan endapan seperti pada Gambar
4.6, sehingga pada tegangan 1 Volt slime masih belum
terbentuk.
(a) (b)
Gambar 4.7. (a) Saat Elektrolisis Berlangsung. (b) Setelah
Elektrolisis
35
Perubahan yang terjadi adalah oksidasi Mn2+ menjadi
Mn dan diakhiri dengan hasil Mn4+ yang merupakan
3+
0.2
0.1
0
20 40 60
Waktu (menit)
Gambar 4.8. Diagram Endapan Elektrolisis Dengan
Tegangan 3 Volt
36
Tabel 4.7. Massa Slurry Saat Elektrolisis Bertegangan 5 Volt
Waktu Massa
(menit) (gram)
20 0,0509
40 0,1078
60 0,1559
0.2
Massa (gram)
0.15
0.1
0.05
0
20 40 60
Waktu (menit)
Gambar 4.9. Diagram Endapan Elektrolisis Dengan
Tegangan 5 Volt
37
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa MnO2 terpisahkan
secara elektrolisis.
38
0.9
0.8 Massa Mn
Massa (gram)
0.7
0.6 slurry (gram)
0.5 Massa teori
0.4
0.3 (gram)
0.2
0.1
0
20 40 60
Waktu (menit)
Gambar 4.11. Diagram Massa Mn Slurry Dan Massa Meori
Elektrolisis Dengan Tegangan 3 Volt
0.9
0.8
0.7
Massa (gram)
0.6 Massa Mn
0.5 slurry (gram)
0.4 Massa teori
0.3
0.2 (gram)
0.1
0
20 40 60
Waktu (menit)
Gambar 4.12. Diagram Massa Slurry Dan Massa Teori
Elektrolisis Dengan Tegangan 5 Volt
.
39
Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 dan Gambar 4.10 dan
Gambar 4.11, dilihat bahwa adanya perbedaan antara massa
teori dan massa slurry. Perbedaan ini disebabkan karena
beberapa faktor, salah satunya resistensi pada larutan. Pada
saat elektrolisis, arus yang dihasilkan pada skala power
supply adalah 0,3 Ampere untuk tegangan 3 Volt, dan 1,5
Ampere untuk tegangan 5 Volt. Pegaruh resistansi sangat
tinggi sehingga menyebabkan daya hantar listrik menjadi
berkurang. Oleh karena itu, perbedaan massa slurry dan
massa teori yang didapatkan berbeda.
Semakin besar tegangan dan waktu elektrolisis,
maka semakin besar endapan yang dihasilkan. Ini
menunjukkan bahwa Mn2+ teroksidasi menjadi Mn4+ dalam
proses elektrolisis, sehingga Mn4+ dapat dipisahkan dengan
metode elektrolisis dalam bentuk senyawa MnO2.
40
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
41
didapatkan slurry terbesar pada tegangan 5 V selama 60
menit.
5.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, C. 2010. Potensi dan Genesis Mangan Di
Kawasan Kars Gembong Selatan Berdasarkan
Penelitian Geologi Lapangan, Analisis Data
Induksi Polarisasi dan Kimia Mineral. Buletin
Sumber Daya Geologi. 5, 2.
Anshory, I. 1984. Kimia. Bandung : Ganesha Exact.
Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan
Istilah. Jakarta : Gramedia.
BAPEDAL. 2003. Aspek Lingkungan dalam AMDAL
Bidang Pertambangan. Jakarta : BAPEDAL.
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Bird, T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta :
Gramedia.
Biswaal, A., Tripathy, B.C., Sanjay, K., Subbaiah, T.,
Minakshi, M. 2015. Electrolytic Manganese
Dioxide (EMD): A Perspective On Worldwide
Production, Reserves And Its Role In
Electrochemistry. Review. 5, 58255 – 58283.
Cheng, Z., Zhu, G., Zhao, Y. 2009. Study in Reduction-
Roast Leaching Manganese From Low-Grade
Manganese Dioxide Ores Using Cornstalk as
Reductant. Hydrometallurgy. 96, 176 – 179.
Das, S.C., Sahoo, P.K., Rao, P.K. 1982. Extraction of
Manganese Ores by Ferrous Sulfate Leaching.
Hydrometallurgy. 8 (I), 35-47.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1986. Analisa Kimia
Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Dogra, S., Dogra, K. 1998. Kimia Fisika. Jakarta :
Universitas Indonesia.
43
Fifield, F., Haines, P.J., 2000. Environmental Analytical
Chemistry 2nd Edition. London : Blackwell
Science Ltd.
Fitton, G. 1997. X-Ray fluorescence spectrometry, in
Gill, R.(ed.), Modern Analytical Geochemistry :
An Introduction to Quantitative Chemical
Analysis for Earth. Boston : Addison Wesley
Longman.
Keenan, C.W. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta :
Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Kounaves, S.P. 1997. Voltammetric Techniques.
Medford : Tufts University.
Lehninger, A.L. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta :
Erlangga.
Linden, D. 1994. Handbook of Batteries. New York
City : McGraw Hill.
Lister, E.C. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik. Jakarta
: Erlangga.
Material Safety Data Sheet. 2003. Manganese Sulfate.
Houston : sciencelab.com.
Nurhayati. 2008. Reaksi Katalis Oksidasi. Jakarta :
FMIPA-UI.
Oktiawan, W., Krisbiantoro. 2007. Efektivitas
Penurunan Fe2+Dengan Unit Saringan Pasir
Cepat Media Pasir Aktif. Semarang : FT-TL
Universitas Diponegoro.
Petrucci, R.H. 1985. Kimia untuk Universitas Terapan
Modern Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Rayalu, S.S., Udhoji, J.S., Meshram, S.U. 2005.
Estimation of Chrystallinity in flyash-based
44
Zeolite-A using XRD and IR Spectroscopy.
Current Science. 89, 2147-2151.
Said, N.I. 2003. Metode Praktis Penghilangan Zat Besi
Dan Mangan Di Dalam Air Minum. Jakarta :
Kelair – BPPT.
Skoog, D.A., Holler, F.J., Nieman, T.A.
1998. Principles of Instrumental Analysis, 5th
edition. Philadelphia : Saunders College
Publishing.
Smallman, R.E., Bishop, R.J. 1991. Metalurgi Fisik
Modern dan Rekyasa Material. Edisi keenam
Terj. Sriati Djaprie. Jakarta : Erlangga.
Sobianowska-Turek, A., Szczepaniak, W., Maciejewski,
P. Gawlik-Kobylinska, M. 2016. Recovery Of
Zinc And Manganese, And Other Metals (Fe, Cu,
Ni, Co, Cd, Cr, Na, K) From Zn-MnO2 and Zn-C
Waste Batteries : Hydroxyl And Carbonate Co-
Precipitation From Solution After Reducing
Acidic Leaching With Use Of Oxalic Acid.
Journal of Power Resources. 325, 220-228.
Sudarsono, K. 1987. Proses Fabrikasi Zirkonium dan
Kelongsong Zircalloy. Buletin. VIII, 3.
Sudianto. A., Widodo. P., Cahyadi. T.A., Pratiwi.
2011. Prosiding TPT XX Perhapi 2011 Analisa
Kelayakan Ekonomi Rencana Penambangan Biji
Mangan di Daerah Karangsari Kabupaten
Kulonprogo-DIY. Program Studi Teknik
Pertambangan–FTM UPN “Veteran”
Yogyakarta.
Sumardi, S., Mubarok, M.Z., Saleh, Nuryadi. 2013.
Pengolahan Bijih Mangan Menjadi Mangan
Sulfat Melalui Pelindihan Reduktif
45
Menggunakan Asam Oksalat Dalam Suasana
Asam. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung.
Takeuchi, Y. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia
Terjemahan Ismunandar. Tokyo : Iwanami
Shotens.
Trifoni, M., Veglio, F., Taglieri, G., Toro, L. 2000. Acid
Leaching Process By Using Glucose As
Reducing Agent : A Comparison Among The
Efficiency Of Different Kinds Of Manganiferous
Ores. Mineral Engineering. 13, 217-221.
Wang, J. 2006. Analytical Electrochemistry. New York
City : Wiley.
Yuanbo, Z., Zhixiong, Y., Guanghui, L., Tao, J. 2013.
Manganese Extraction by Sulfur-Based
Reduction Roasting-Acid Leaching From Low
Grade Manganese Oxide Ore. Hydrometallurgy.
89, 137-159.
Zhang, W., Cheng, C.Y. 2007. Manganese Metallurgy
Review Part I : Leaching of Ore / Secondary
Materials and Recovery of Electrolytic /
Chemical Manganese Dioxide. Hydrometallurgy.
105, 96-102.
46
LAMPIRAN A
PEMBUATAN LARUTAN
ppm Mn Ar Mn
=
ppm MnSO Mn MnSO
1.000 ppm 55
=
ppm MnSO 151
ppm MnSO4 =
2.745,45 ppm = ,
MnSO4 mg = 274,54 mg
47
Jadi, untuk membuat larutan MnSO4 1.000 ppm
dilarutkan padatan MnSO4 terlebih dulu dengan aqua DM
secukupnya sebanyak 274,54 mg ke gelas beker. Lalu
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya
ditambahkan aqua DM hingga tanda batas.
M1 V1 = M2 V2
1.000 ppm . V1 = 100 ppm . 100 mL
V1 =10 mL
M1 V1 = M2 V2
100 ppm . V1 = 50 ppm . 100 mL
V1 =50 mL
Jadi untuk membuat larutan standar MnSO4 50 ppm
diambil 50 mL larutan standar MnSO4 100 ppm dan
48
dimasukan kedalam labu ukur 100 mL kemudian
ditambahkan aqua DM hingga tanda batas.
M1 V1 = M2 V2
50 ppm . V1 = 40 ppm . 100 mL
V1 =80 mL
M1 V1 = M2 V2
40 ppm . V1 = 30 ppm . 100 mL
V1 =75 mL
49
A.1.5 Pembuatan Larutan Standar MnSO4 20 ppm
Pembuatan larutan standar MnSO4 20 ppm dilakukan
dengan cara mengencerkan larutan standar MnSO4 30 ppm.
Untuk mengetahui berapa mL larutan standar MnSO4 30 ppm
yang harus diambil supaya didapatkan konsentrasi larutan
standar MnSO4 20 ppm yaitu sebagai berikut:
M1 V1 = M2 V2
30 ppm . V1 = 20 ppm . 100 mL
V1 =66,7 mL
M1 V1 = M2 V2
20 ppm . V1 = 10 ppm . 100 mL
V1 =50 mL
50
A.2. Pembuatan Larutan H2SO4 4 M
Pembuatan H2SO4 4 M dilakukan dengan cara
mengencerkan H2SO4 pekat 98% :
ρ . 10 . %
M=
Mr
1,84 . 10 . 98
M=
98
M H2SO4 98% = 18,40 M
Untuk mengetahui berapa mL H2SO4 98% yang harus
diambil supaya didapatkan konsentrasi H2SO4 4 M yaitu
sebagai berikut:
M V = M V
18,40 . V = 4 . 500 mL
2.000
=
18,40
= 106,50 mL
Jadi untuk membuat H2SO4 4M dari H2SO4 98% diambil
106,50 mL dan dimasukan kedalam labu ukur 500 mL yang
telah terisi aqua DM secukupnya, kemudian ditambahkan
aqua DM hingga tanda batas.
51
A.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4 2 M
Pembuatan larutan H2SO4 2 M dilakukan dengan cara
mengencerkan larutan H2SO4 4 M. Untuk mengetahui berapa
mL larutan H2SO4 4 M yang harus diambil supaya didapatkan
konsentrasi larutan H2SO4 2 M yaitu sebagai berikut:
M1 V1 = M2 V2
4 M . V1 = 2 M . 250 mL
V1 =125 mL
M1 V1 = M2 V2
2 M . V1 = 1 M . 250 mL
V1 =125 mL
52
Mr MnSO4 = 126 gram/mol
Volume air = 0,10 L
M H2C2O4 = 0,80 M
MH2C2O4 = ( )
0,80 =
,
53
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
54
LAMPIRAN B
55
1
0.8 y = 0.016x - 0.027
R² = 0.985
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60
Gambar B.1 Kurva Standar MnSO4
Variasi
Waktu Massa Massa
Konsentrasi
(menit) Awal (mg) Akhir (mg)
(M)
20 1.000 619,5
2 40 1.000 593,9
60 1.000 499,1
56
Tabel B.3. Pengurangan Massa Pasta Baterai pada Proses
Pelindihan Dengan Variasi Asam Sulfat 1 M, 2 M,
dan 4 M Selama 60 menit
Variasi Massa Massa
Konsentrasi Awal Akhir
(M) (mg) (mg)
1 1.000 535,8
2 1.000 499,1
4 1.000 497,3
57
Tabel B.4. Hasil Pengujian Larutan Hasil Pelindihan Dengan
Variasi Asam Sulfat 1 M, 2 M, dan 4 M Selama
60 Menit Menggunakan Instrumen AAS
Variasi
Konsentrasi fp Absorbansi
(M)
1 100 0,5958
2 100 0,7607
4 100 0,9749
,
=
mg Mn 38,213 mg
=
100 mL 1000 mL
mg Mn = 3,8213 mg
Konsentrasi Mn (mg) = 3,8213 mg
58
kali dengan mengambil 10 mL dari filtrat yang telah
diencerkan 10 kali lalu diencerkan lagi hingga 100 mL. Maka
didapatkan fp 100 kali.
Variasi
Konsentrasi
Konsentrasi
(mg)
(M)
1 379,76
2 480,30
4 610,91
59
Dalam pengujian AAS, nilai kadar Mn nilai kadar
Mn dalam larutan hasil pelindihan juga perlu diperhitungkan.
Sebelum memulai perhitungan, volume filtrat setelah
pelindihan harus dicatat. Selain itu, dalam perlakuan ini
dilakukan pengenceran bertingkat, yakni dua kali.
Perhitungan kadar ini tidak menggunakan fp sebesar 100 kali
tetapi 10 kali. Sehingga perhitungannya adalah sebagai
berikut
( )
( )
.100%= % pelindihan
,
.
.100% = 9,55 %
60
Maka, hasil keseluruhan pelindihan Mn dengan variasi
konsentrasi asam sulfat dan variasi waktu dapat dilihat pada
Tabel B.8 dan Tabel B.9.
Variasi Volume
Waktu Konsentrasi %
Konsentrasi Filtrat
(menit) (mg) Pelindihan
(M) (mL)
20 50 95,53 9,55%
2 40 51 112,70 11,27%
60 51 124,93 12,49%
Variasi Volume
Konsentrasi %
Konsentrasi Filtrat
(mg) Pelindihan
(M) (mL)
1 51 98,77 9,88%
2 51 124,93 12,49%
4 51 158,90 15,89%
61
% Pelindihan = 9,55%
% Kadar abu = 54%
%
% Pelindihan = % .9,55% = 17,69%
62
Tabel B.12. Massa slurry saat Elektrolisis bertegangan 3 Volt
Waktu Massa
(menit) (mg)
20 18,5
40 35,8
60 57,3
63
Massa slurry = 18,5 mg
Ar Mn = 55 gram/mol
Mr MnO2 = 87 gram/mol
64
BIODATA PENULIS
E-mail : muhammadimanhidayat@gmail.com
65