Oleh :
REINALLDO
NO BP : 1610911006
PEMBIMBING :
1. Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, M.T
2. Devi Chandra, Ph.D
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
REINALLDO
NBP : 1610911006
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Sarjana Teknik Mesin, diberikan kepada :
Nama : Reinalldo
Nomor BP : 1610911006
Dosen Pembimbing 1 : Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, M.T
Dosen Pembimbing 2 : Devi Chandra, Ph.D
Judul Tugas Akhir : Pengaruh Penambahan AltiB Dan Stronsium
Terhadap Ukuran Butir , Sifat Mekanik Dan Fluiditas
Pada Master Alloy Al2014
Jangka Waktu Penyelesaian : ± 8 (delapan) bulan
Uraian Tugas Akhir : 1. Studi Literatur
2. Pemilihan metode pengujian
3. Pengambilan data dan pengolahan
4. Analisis hasil pengujian
5. Penulisan Laporan
Pembimbing I Pembimbing II
iii
ABSTRAK
Pada Master Alloy Al2014 dibutuhkan grain refiner untuk menghaluskan butir
karena pada paduan ini masih memiliki butir yang kasar. Grain refiner yang paling
umum digunakan adalah AlTiB. Penambahan modifier stronsium akan mengubah
struktur silikon yang pada mulanya berbentuk jarum-jarum panjang menjadi lebih
bulat dan terdistibusi secara merata. Struktur silikon yang membulat dan tersebar
merata akan meningkatkan sifat mekanik, serta mempermudah proses pemesinan.
Pada pembuatan produk hasil coran dibutuhkan fluiditas yang baik untuk
menghindari cacat pada produk tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui fluiditas dan nilai kekerasan dari penambahan AlTiB pada master
alloy Al2014. Penelitian ini dilakukan dengan melebur master alloy Al2014 dengan
menambakan modifier stronsium dengan persentase 0,045% - 0,06% dan grain
refiner AlTiB dengan persentase 0,05% - 0,2%. Hasil dari penelitian ini adalah
penambahan Modifier Stronsium (Sr) yang ditambahkan pada Al2014 dengan
persentase sebesar 0,045% - 0,06% akan membuat terjadinya penurunan nilai
kekerasan pada paduan dan grain refiner AlTiB yang ditambahkan pada Al2014
dengan persentase sebesar 0,05% - 0,2% akan meningkatkan nilai kekerasan pada
paduan. Penambahan grain refiner AlTiB akan memberikan pengaruh, yaitu akan
meningkatkan fluiditas dari paduan namun grain refiner AlTiB dengan komposisi
0,05% - 0,2%, pada paduan Al2014 dengan 0,06% Sr akan mengakibatkan
terjadinya penurunan pada nilai fluiditas, hal ini terjadi karena adanya
overmodified.
Kata Kunci : Al2014, Grain Refiner AlTiB, Modifier Strontium, dan Fluiditas
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
tugas akhir ini yang berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN AlTiB DAN
STRONSIUM TERHADAP UKURAN BUTIR , SIFAT MEKANIK DAN
FLUIDITAS PADA MASTER ALLOY Al2014” sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan sarjana Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Andalus. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, MT dan Bapak Devi Chandra, P.hD selaku
pembimbing yang memberikan bimbingan yang cukup berarti dalam hal perhatian,
arahan dan semangat untuk proses penyelesaian laporan tugas akhir ini.
2. Bapak Ismed Hari Mulyadi, Ph.D dan Dr. Ing. Agus Sutanto selaku dosen
pembekalan mata kuliah seminar proposal yang telah memberikan bimbingan dan
pembekalan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir.
3. Orang tua tersayang yang selalu sering mengingatkan aku dan memberikan do’a,
motivasi untuk tetap selalu berjuang, semangat yang kuat dan bantuan baik moril
maupun materil untuk dapat menyelesaikan kuliah.
4. Seluruh staf pengajar di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Andalas.
5. Seluruh staf pengajar di Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Andalas.
6. Seluruh karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas.
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2016 yang telah banyak memberikan
bantuan selama proses pendidikan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas.
8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelsaikan Tugas Akhir
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa dapat membalas setiap bantuan
dan dukungan, serta kesuksesan selalu diberikan-Nya kepada kita.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki kekurangan.
Untuk itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran yang sangat membangun.
v
Sekiranya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
terkhususnya bagi penulis dan lingkungan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Andalas, Amin.
Padang, 16 Maret 2021
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
2.1 Aluminium................................................................................................ 4
vii
3.2.2 Alat ..................................................................................................... 13
BAB V PENUTUP................................................................................................ 28
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Fasa Al-Cu............................................................................ 6
Gambar 2.2 Struktur mikro Al-Ti[9] ........................................................................ 7
Gambar 2.3 Pengaruh temperatur terhadap logam murni[15]................................... 9
Gambar 2.4 Metode Pengujian Fluiditas Menggunakan Cetakan Spiral[15] ......... 10
Gambar 3.1 Metode Penelitian.............................................................................. 11
Gambar 3.2 Tungku Induksi Nabertherm ............................................................. 13
Gambar 3.3 Kowi Kapasitas 1400 gr Aluminium................................................. 13
Gambar 3.4 Cetakan Pasir dengan Pola Spiral...................................................... 14
Gambar 3.5 Timbangan Digital[16] ........................................................................ 14
Gambar 3.6 Gergaji Besi ....................................................................................... 14
Gambar 3.7 Mikroskop Optik Stereo .................................................................... 15
Gambar 3.8 Vickers Hardness Tester.................................................................... 15
Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Fluiditas .................................................................. 21
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Kekerasan ............................................................... 23
Gambar 4.3 Struktur Mikro Al2014 dengan 0.045% Sr dengan variasi AlTiB
(a)0.05%, (b)0.1%, (c)0.15%,dan (d)0.2% ........................................................... 25
Gambar 4.4 Struktur Mikro Al2014 dengan 0.06% Sr dengan variasi AlTiB
(a)0.05%, (b)0.1%, (c)0.15%,dan (d)0.2% ........................................................... 26
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alumunium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi
yang cukup baik dan sebagi hantaran listrik yang baik serta sifat-sifat baik lainnya
sebagai sifat logam. Karena sifat alumunium tersebut, alumunium menjadi salah
satu logam yang sangat diminati diseluruh dunia. Setelah baja, alumunium
merupakan logam yang sangat luas penggunaannya.
Dalam dunia industri dirgantara, aluminium digunakan sebagai bahan
pembuat komponen pesawat terbang. Hal ini dikarenakan sifat alumunium yang
ringan dan kuat. Kedua sifat tersebut merupakan syarat utama suatu material dapat
dijadikan bahan dasar struktur pesawat terbang.Terdapat beragam paduan
aluminium yang dimanfaatkan dalam industri dirgantara. Paduan aluminium yang
sering digunakan dalam industri dirgantara ialah paduan alumunium seri 7075.
Selain seri tersebut seri 2014 merupakan paduan kedua terbanyak yang
dipergunakan pada hampir keseluruhan rangka pesawat terbang.[1]
Alumunium seringkali dipadukan dengan logam lainnya untuk
meningkatkan sifat mekanik dari alumunium itu sendiri. Alumninium paduan
dibentuk dari material berbasis alumninium dengan tambahan elemen paduan.
Elemen paduan yang digunakan antara lain tembaga, magnesium, mangan, silikon,
seng, bismuth, timbal, boron nickel, titanium, chromium, vanadium, dan
zirconium.[2] Penambahan elemen tertentu pada paduan Alumunium seri 2014 akan
meningkatkan sifat mekanik, mampu mesin dan mampu cor.
Adanya penambahan satu atau beberapa unsur lain dapat merubah dan
memperbaiki sifat alumunium. Menambahkan unsur-unsur tertentu ke logam cair
merupakan cara untuk dapat memberikan awal pembentukan inti dan akan
berkembang menjadi butir. Titanium pada umumnya ditambahkan ke dalam logam
cair sebesar 0,05% sampai 0,2%. TiB ini bermanfaat untuk menghaluskan butir
(grain refiner). Selain itu, TiB berperan penting dalam memperbaiki sifat-sifat
aluminium paduan seperti sifat mekanik, mengurangi porositas, lebih tahan retak
panas, merubah struktur serta mampu memperbaiki hasil akhir pada
permukaannya.[3]
1
Pendahuluan
Pada Al2014, juga terkandung unsur Si 0,5% - 1,2%. Dengan menambahkan
(modifier) Sr akan membuat struktur Si menjadi lebih bulat dan halus. Perubahan
morfologi silikon ini akan meningkatkan sifat mekanik paduan, memudahkan
proses permesinan (machinability), dan meningkatkan mampu cor (castability)
paduan aluminium. Oleh karena semakin bulat dan halusnya struktur silikon,
mengakibatkan meningkatnya kemampuan alir.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wendi Septian, telah
dilakukan pengujian dengan penambahan AlTiB dan Sr terhadap alMgSi , dimana
pada penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan penambahan AlTiB dan Sr
terhadap AlMgSi mengakibatkan nilai fluiditasnya semakin meningkat hingga titik
optimum 0,1 %. Sedangkan pada penelitian kali ini alumunium paduan yang
digunakan ialah Al2014. Pada Al2014 ini hal yang akan dilihat ialah stuktur mikro,
tingkat kekerasan dan nilai fluiditas ketika mengalami penambahan AlTiB dan Sr.
Pengujian fluiditas dengan penambahan unsur penambah lebih dari satu
unsur seperti Stronsium dan AlTiB terhadap material yang berbeda seperti Al2014,
belum pernah dilakukan untuk metoda spiral maupun metode vakum. Berdasarkan
referensi pengujian sebelumnya maka pada penelitian kali ini akan dilihat
bagaimana pengaruh penambahan AlTiB dan Stronsium pada material Al2014
terhadap nilai fluiditas dengan metoda spiral.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian kali ini yaitu untuk mengetahui stuktur mikro
dan sifat mekanik serta fluiditas dari penambahan material AlTiB dan Stronsium
pada master alloy Al2014
1.3 Manfaat penelitian
Memperoleh data atau baseline tentang tingkat fluiditas alumunium dari
hasil pengujian menggunakan alat uji fluiditas dengan metode spiral test pada
master alloy Al2014 dengan penambahan AlTiB dan Stronsium serta sifat
mekaniknya yaitu kekerasannya dan struktur mikro.
1.4 Batasan Masalah
Agar ruang lingkup permasalahan tidak terlalu melebar, maka penelitian ini
memiliki batasan permasalahan diantanya :
2
Pendahuluan
a. Melihat pengaruh penambahan AlTiB dan Stronsium pada alumunium pada
logam paduan Al 2014 terhadap ukuran butir, sifat mekanik ( pengujian
kekerasan ), serta nilai fluiditas paduan.
b. Penambahan AlTiB dengan variasi 0,05%; 0,1%; 0,015%, dan 0,02%
c. Penambahan Stronsium dengan variasi 0,045% dan 0,06%
d. Proses pengujian fluiditas menggunakan metode spiral test
e. Proses pengujian kekerasan dilakukan dengan metode vickers test
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisannya, tugas akhir ini disusun dalam lima bab :
Bab 1 PENDAHULUAN
Pada bab 1 berisikan pendahuluan yang mendeskripsikan mengenai latar belakang,
tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi dan sistematika penulisan.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 berisi referensi atau landasan teori yang akan digunakan, yang dapat
langsung dikaitkan atau digunakan sebagai pendukung dalam proses pengujian.
Bab 3 METODOLOGI
Pada bab 3 berisikan tentang metode yang digunakan dalam memperoleh data
dengan menggunakan penelusuran dengan tata cara yang terstruktur
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab 4 menampilkan table data dan hasil grafik pengujian serta analisa
Bab 5 PENUTUP
Pada bab 5 berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran untuk pengambangan
lanjutan.
REFERENSI
LAMPIRAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aluminium
Pada tahun 1809 Davy menemukan alumunium sebagai suatu unsur, dan
pertama kali direduksi sebagai logam oleh H.C.Oersted pada tahun 1825. Secara
industri tahun 1886, Paul Heroult di Perancis dan C.M.Hall di Amerika Serikat
secara terpisah memproses logam aluminium dari alumina dengan cara elektrolisa
dari garamnya yang terfusi. Sampai saat ini proses Heroult Hall masih digunakan
dalam memproduksi aluminium. Penggunaan tahunan aluminium sebagai logam
adalah yang kedua setelah besi dan baja, yang merupakan yang tertinggi di antara
logam non ferrous.
Aluminium merupakan logam non-ferrous dan merupakan logam kedua
terbesar yang dipergunakan oleh industri komponen setelah baja, dengan
pemakaian tahunan sekitar 24 juta ton pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 58
juta ton pada tahun 2016.[4] Aluminium dengan densitas 2,7 g/cm3 mempunyai sifat
yang unik, yaitu: ringan, kuat, dan tahan terhadap korosi pada lingkungan luas
termasuk udara, air, petrokimia, dan beberapa sistem kimia.
Aluminium dapat dengan mudah dipadukan dengan unsur lain (alloying) untuk
memperbaiki karakteristiknya seperti sifat mekanik, sifat mampu cor (castability),
sifat mampu mesin (machinability), ketahanan korosi (corrosion resistance), sifat
[5]
mampu las, dan ketahanan terhadap retak (hot tear resistance) . Kualitas dari
produk coran dapat ditingkatkan dengan melakukan metode modifikasi,
penghalusan butir serta memberikan perlakuan panas (heat treatment). Aluminium
merupakan bahan yang dapat disesuaikan dengan berbagai metode pengecoran
yang umum digunakan serta bisa dituang langsung ke dalam cetakan atau dies yang
dipasang pada mesin otomatis dan dalam volume yang besar. Aluminium juga dapat
dituang ke dalam cetakan pasir, cetakan shell, sentrifugal, dan investment.
4
Hasil dan Pembahasan
yang dimiliki oleh logam, seperti sifat mekanik, ketahanan korosi, castability,
ketahanan retak, sifat mampu las dan machinability.
Paduan aluminium memiliki karakteristik ketahanan korosi yang kuat dan
konduktivitas listrik yang tinggi. Kekuatan paduan ini meningkat pada suhu di
bawah nol dan kekuatannya hilang ketika paduan ini terkena suhu tinggi. Paduan
alumunium adalah paduan suhu rendah yang baik dan sensitif terhadap suhu tinggi
berkisar antara 200 dan 250 ° C (392 dan 482 ° F).[6]
Penggolongan aluminium paduan dapat dilihan pada Tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Klasifikasi Aluminium Tuang Sesuai Standar (AA)[7]
5
Hasil dan Pembahasan
Diagram fasa paduan alumunium tembaga dapat dilihat pada
Gambar 2.1
6
Hasil dan Pembahasan
pembentukan dendrites dan menghasilkan sejumlah besar butir yang halus dan
terdistribusi secara nseragam. [9] Berikut adalah struktur mikro Al-Ti pada Gambar
2.2
7
Hasil dan Pembahasan
2. Paduan Hipereutektik
a. Phospor (P)
b. Antimony (Sb)
2.6 Fluiditas
Fluiditas adalah kemampuan logam cair mengalir dalam cetakan uji sampai
berhenti karena terjadi fenomena solidifikasi[12]. Produk pengecoran akan menjadi
cacat apabila sifat fluiditasnya buruk terutama pada kasus pengecoran pada benda
yang tipis.
Fluiditas logam cair merupakan unsur penting terkhusus dalam pengecoran,
untuk menghindari cacat yang sering terjadi pada benda cor yang sangat tidak
diinginkan. Fluiditas atau sifat mampu alir suatu cairan yang masih buruk dapat
mengakibatkan short run casting dan juga dapat menghasilkan permukaan coran
yang kurang baik. Satuan yang dipakai sebagai ukuran fluiditas dari suatu logam
cair ialah ukuran panjang berupa cm atau inchi.
Fluiditas diukur dengan mengukur panjang cairan metal yang mengalir saat
dituangkan ke dalam saluran cetak kecil, dengan penampang saluran kecil
dimaksudkan untuk menyebabkan pendinginan yang cepat dan gradien suhu yang
besar.[13]
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai fluiditas pada dasarnya terdiri dari
intrinsik cairan dan kondisi pengecoran. Intrinsik cairan terdiri dari viskositas,
tegangan permukaan, kandungan inklusi dan komposisi material, sedangkan
kondisi pengecoran terdiri dari faktor cetakan, desain cetakan, material cetakan dan
laju penuangan. Tetapi diantara faktor itu pengaruh fluiditas pada umumnya
dipengaruhi oleh komposisi dan temperatur.[14]
2.6.1 Komposisi
Komposisi ialah salah satu faktor yang mempengaruhi nilai fluiditas
logam cair. Nilai fluiditas tinggi pada logam cair biasanya terjadi pada logam
yang murni dan paduan pada titik eutektik, sedangkan yang mempunyai nilai
fluiditas yang rendah adalah logam yang memiliki titik beku yang rendah.
2.6.2 Temperatur
8
Hasil dan Pembahasan
Temperatur ialah salah satu dari beberapa faktor penting yang
mempengaruhi sifat fluiditas. Nilai fluiditas suatu logam atau paduannya,
memiliki hubungan dengan temperatur superheat. Derajat superheat ini
menentukan kuantitas panas yang mampu dilepas sebelum proses solidifikasi.
Pengaruh temperatur terhadap fluiditas pada beberapa logam murni dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.3
9
Hasil dan Pembahasan
10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Skematik Penelitian
Flowchart dari penelitian ini disusun supaya penelitian ini dapat
berlangsung secara terstruktur dan mempermudah dalam memahami langkah-
langkah penelitian yang akan dilakukan. Flowchart dari penelitian ini dapat dilhat
pada Gambar 3.1.
Mulai
Studi Literatur
Peleburan
Pengujian Kekerasan
Pengumpulan data
dan Pembahasan
Selesai
11
Hasil dan Pembahasan
3.2 Bahan dan Alat
Bagian ini menjelaskan mengenai bahan dan alat-alat yang digunakan
selama pengujian ini :
3.2.1 Bahan
1. Master alloy (Al2014)
Logam paduan yang akan digunakan pada pengujian kali ini ialah logam
paduan master alloy (Al2014). Logam ini kemudian akan dilebur dan akan
dicampur dengan grain refiner serta modifier.
2. Grain refiner AlTiB
Penghalus ukuran butir primer aluminium selama pembekuan yang
digunakan adalah Aluminium Titanium Boron (AlTiB) yang mana akan
diberikan variasi untuk melihat pengaruh grain refiner terhadap tingkat
fluiditas master alloy.
3. Modifier Strontium (Sr)
Modifikasi dengan penambahan unsur Stronsium bertujuan agar dapat
meningkatkan keuletan paduan.
4. Resin dan hardener
Resin dan hardener digunakan untuk menambah pelapis dari logam hasil
coran untuk melihat permukaan yang dihasilkan setelah dilakukan proses
modifier.
5. Kertas amplas
Kertas amplas akan digunakan dalam pemolesan permukaan yang telah
diresin dan diberi hardener. Kertas amplas yang akan digunakan antara lain
120#, 240#,500#,1000#, 1500# dan 2000#.
6. Kain poles beludru dan zat poles Alumina
Bertujuan untuk membuat permukaan semakin halus supaya mudah untuk
diamati. Kali ini digunakan kain poles beludru untuk memperhalus dan
dipoles dengan menggunakan zat poles yaitu zat poles alumina.
7. Zat etsa HF (Hidrogen Fluorida) 0,5 %
Proses pengetsaan dilakukan dengan larutan kimia yaitu Hidrogen Flourida
0,5%. Material dicelupkan selama kurang lebih 30 detik untuk melihat
struktur mikro pada material tersebut.
12
Hasil dan Pembahasan
3.2.2 Alat
1. Tungku Induksi Nabertherm
Tungku digunakan untuk melebur spesimen Al2014 dan AlTiB dengan
Stronsium pada temperatur ± 800 °C. Tungku ini terbuat dari stainless steel. Contoh
tungku dapat dilihat pada Gambar 3.2
2. Kowi
Kowi digunakan sebagai wadah peleburan spesimen. Master Alloy Al2014
dengan penambahan grain refiner AlTiB dan modifier Stronsium yang
berbentuk batangan diletakkan di dalam kowi untuk siap dilebur didalam
tungku.
13
Hasil dan Pembahasan
3. Cetakan pasir dengan pola berbentuk spiral
Cetakan pasir ini digunakan untuk membentuk rongga pada cetakan yang
berbentuk spiral dimana pola spiral ini digunakan untuk melakukan
pengujian fluiditas dari masing masing variasi.
4. Timbangan digital
Timbangan digital ini digunakan untuk menimbang berat spesimen yang
akan diuji. Timbangan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.5
5. Gergaji Besi
Gergaji Besi ini bisa digunakan untuk memotong spesimen. Dapat dilihat
pada Gambar 3.6
14
Hasil dan Pembahasan
6. Mikroskop Optik Stereo
Mikroskop Optik ini digunakan sebagai alat untuk melakukan pengamatan
struktur mikro dan menghitung dimensi dari butir pada spesimen.
15
Hasil dan Pembahasan
3.3.2 Penentuan Komposisi Kimia
Penentuan komposisi kimia dilakukan menggunakan Optical Emission
Spectrocopy. Pengujian ini dilakukan untuk melihat dan membedakan kadar
maupun komposisi dari unsur yang terkandung dalam master alloy al2014.
Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Teknik Kimia di
Universitas Negri Padang.
16
Hasil dan Pembahasan
yang terbentuk makan akan menunjukkan paduan yang memiliki fluiditas yang
baik.
3.3.8 Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan kali ini menggunakan Vickers Hardness Tester sebagai
alat uji. Pengujian kekerasan ini digunakan untuk mengetahui perubahan sifat
mekanik yang terjadi akibat penambahan grain refiner dan modifier. Setiap
spesimen akan di uji kekerasannya pada 5 titik dan kemudian akan rata-rata nilai
kekerasan setiap spesimennya.
3.3.9 Pengamatan Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro menggunakan Mikroskop Optik Stereo
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan kadar AlTiB terhadap ukuran
butir.
Sebelum sampel dilakukan pengujian, sampel harus dilakukan preparasi
terlebih dahulu. Tahapan pengujian struktur mikro didasarkan pada standar
persiapan dan pengamatan metalografi. Tahapan persiapan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Cutting
Tahapan yang pertama kali dilakukan yaitu memotong spesimen yang telah
dilebur dengan menggunakan gergaji besi.
• Mounting
Selanjutnya dilakukan proses mounting. Proses ini bertujuan menempatkan
sampel pada suatu media, agar memudahkan penanganan sampel yang
berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak sampel tersebut. Media
mounting yang digunakan berupa resin dan hardener yang diletakkan terlebih
dahulu dicetakan sebelum diletakkan sampel.
• Grinding (Pengamplasan)
Proses grinding dilakukan menggunakan kertas amplas dimana amplas
memiliki nomor grid 120#, 240#, 500# 1000#, 1500# dan 2000#, yang
dilakukan secara bertahap dimulai dari amplas dengan nomor grid paling kecil
(kasar) ke nomor grid yang besar (halus). Proses pengamplasan ini bertujuan
untuk mendapatkan permukaan yang halus dan menghilangkan goresan-
goresan kasar yang terdapat pada permukaan sampel tersebut.
17
Hasil dan Pembahasan
• Polishing (pemolesan)
Permukaan sampel telah halus dan rata selanjutnya akan dipoles
menggunakan mesin polishing dan zat poles alumina. Proses ini dilakukan
setelah pengamplasan selesai. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan goresan
karena pengamplasan, agar diperoleh permukaan yang lebih halus dan lebih
mengkilap.
Proses pemolesan ini diawali dengan memberi penekanan pada sampel yang
berguna untuk menghilangkan goresan dari hasil pengamplasan. Kemudian
secara bertahap sampel tersebut dipoles dengan tidak memberi tekanan seperti
pada awal proses pemolesan agar didapatkan permukaan sampel yang halus
dan mengkilap.
• Etching (Etsa)
Proses etching yaitu proses korosi secara terkontrol dimana bertujuan untuk
mengikis bagian batas butir, agar struktur mikro dapat lebih jelas terlihat.
Dalam prose pengetsaan ini, zat etsa yang diberikan adalah HF 0,5% pada
bagian permukaan sampel (±30 detik). Setelah dilakukan proses etching
kemudian sampel akan dibersihkan dengan air dan alkohol 70% dan
dikeringkan.
Pengamatan struktur mikro sudah bisa dilakukan untuk memastikan bahwa
struktur mikro pada sampel sudah dapat terlihat dan juga untuk memeriksa apakah
masih terdapat goresan-goresan halus akibat dari proses pengamplasan dan
pemolesan yang kurang sempurna. Apabila hasil pengamatan struktur mikronya
belum sempurna, proses pengamplasan atau pemolesan dapat diulang kembali.
3.3.10 Analisis Laporan
Setelah semua prosedur dilakukan diperoleh data sebelum dan sesudah
pengujian. Kemudian data ini akan dianalisis yang nantinya ditulis dalam bentuk
laporan.
3.4 Matriks Penelitian
Adapun data penelitian yang akan didapatkan dari hasil pengujian dapat
dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Matriks Penelitian
18
Hasil dan Pembahasan
Variabel Terikat Variabel Nilai Panjang Ukuran
Bebas Kekerasan Fluiditas Butir
(VHN) (cm) (µm)
0,05%AlTiB
0,1%AlTiB
Al 2014+0,045% Sr
0,15%AlTiB
0,2%AlTiB
0,05%AlTiB
0,1%AlTiB
Al 2014+0,06% Sr
0,15%AlTiB
0,2%AlTiB
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Hasil Uji Komposisi
Pada pengujian yang telah dilakukan , dimana menggunakan Optical
Emission Spectoscopy yang beguna sebagai alat uji komposisi kimia. Tabel 4.1
Menunjukkan hasil dari pengujian pada master alloy Al2014.
Tabel 4.1 Hasil Uji Optical Emission Spectroscopy master alloy Al2014
Unsur ( % )
Al Cu Si
90,315 2,577 5,233
20
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Fluiditas
Kandungan AlTiB Panjang Fluiditas
No Kandungan Sr ( % )
(%) (cm)
1 0,05 56,5
2 0,1 68,4
0,045
3 0,15 73,9
4 0,2 77,7
1 0,05 81,4
2 0,1 79,7
0,06
3 0,15 70,5
4 0,2 57,2
21
Gambar 4.1 memperlihatkan pengaruh dari penambahan modifier
Stronsium (Sr) dan grain refiner AlTiB terhadap Al2014. Pada grafik diatas dapat
dilihat dengan adanya penambahan grain refiner AlTiB dengan komposisi 0,05% -
0,2% pada master alloy al2014 dengan 0,045% Sr akan meningkatkan fluiditas dari
paduan. Dengan meningkatnya fluiditas paduan, maka dapat dismpulkan bahwa
master alloy Al2014 yang dipadukan dengan AlTiB 0,2% dan Sr 0,45% mampu
mengisi cetakan dengan lebih baik dibandingkan paduan lainnya dengan
penambahan persentase Sr 0,45% dengan persentase penambahan grain refiner
AlTiB lainnya
Sedangkan penambahan grain refiner AlTiB dengan komposisi 0,05% -
0,2% pada master alloy al2014 dengan 0,06% Sr akan menurunkan ,fluiditas dari
paduan. Sehingga master alloy Al2014 yang dipadukan dengan AlTiB 0,05% dan
Sr 0,6% memiliki kemampuan untuk mengisi cetakan dengan lebih baik
dibandingkan dengan paduan lainnya dengan penambahan persentase Sr 0,6% dan
penambahan AlTiB dengan persentasi penambahan lainnya.
Berdasarkan grafik diatas terlihat dengan adanya penambahan modifier
Strontium (Sr) akan mempengaruhi tingkat fluiditas dari master alloy al2014, Hal
ini dibuktikan pada paduan Al2014 dengan AlTiB yang sama dan Sr berbeda,
terlihat adanya kenaikan nilai fluiditas hingga nilai optimum terjadi pada
penambahan 0,1% AlTiB, yang kemudian nilai fluiditasnya akan mengalami
penurunan. Fenomena turunnya nilai fluiditas dipengaruhi oleh overmodified Sr
dimana terjadi pengkasaran partikel silikon dan perubahan struktur dari silikon
yang halus menjadi struktur jarum yang berhubungan. Penambahan modifier Sr
yang berlebih akan membentuk fasa intermetalik Al4SrSi2.
22
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai kekerasan setiap titik yang merupakan rata-rata
nilai kekerasan dari setiap paduan.
23
diatas terlihat penambahan komposisi modifier Strontium (Sr) menurunkan nilai
kekerasan rata-rata dari master alloy Al2014. Dimana ketika master alloy Al2014
ditambahkan 0,045% Sr dan 0,05% AlTiB memiliki nilai kekerasan sebesar 90,34
VHN, sedangkan pada master alloy Al2014 yang ditambahkan 0,06% Sr dan 0,05%
AlTiB memiliki nilai kekerasan sebesar 85,72 VHN Hal ini membuktikan bahwa
modifier Strontium (Sr) dapat menurunkan nilai kekerasan dari master alloy
Al2014.
Berdasarkan data nilai kekerasan yang didapatkan, dengan adanya
penambahan grain refiner AlTiB dan modifier Sr memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap master alloy Al2014. Peningkatan nilai kekerasan berbanding
lurus dengan peningkatan penambahan grain refiner AlTiB. Dimana pada Al2014
yang ditambahkan 0,045% modifier Sr dan 0,05% -0,2% grain refiner AlTiB,
terjadi peningkatan kekerasan , begitu pula pada Pada Al2014 yang ditambahkan
0,06% modifier Sr dan 0,05% - 0,2% grain refiner AlTiB juga mengalami
peningkatan kekerasan. Namun Peningkatan nilai kekerasan berbanding terbalik
dengan peningkatan penambahan modifier Sr, dimana terjadi penurunan nilai
kekerasan.
24
a b
c d
Gambar 4.3 Struktur Mikro Al2014 dengan 0,045% Sr dengan variasi AlTiB (a)0,05%; (b)0,1%;
(c)0,15%;dan (d)0,2%
25
e f
g h
Gambar 4.4 Struktur Mikro Al2014 dengan 0,06% Sr dengan variasi AlTiB (a)0,05%; (b)0,1%;
(c)0,15%;dan (d)0,2%
26
menjadi tidak beraturan. Nilai fluiditasnya pun semakin menurun dikarenakan
struktur silikon menjadi kasar sehingga menghambat cairan aluminium untuk
mengalir.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
28
5.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30
STRUKTUR SILIKON PADA MASTER ALLOY Al-7 % Si DAN Al-11 %
Si,” vol. 13, no. 3, pp. 175–180, 2007.
[16] N.N, “Timbangan Digital,” 2019. .
31
LAMPIRAN A
Data Hasil Pengujian Kekerasan
32
Gambar A.1 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,05% AlTiB
Gambar A.2 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,1% AlTiB
Gambar A.3 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,15% AlTiB
33
Gambar A.4 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,2% AlTiB
Gambar A.5 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,05% AlTiB
Gambar A.6 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,1% AlTiB
34
Gambar A.7 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,15% AlTiB
Gambar A.8 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,2% AlTiB
35
Tabel A.1 Data Hasil Pengujian Kekerasan
36
LAMPIRAN B
Pengamatan Komposisi Kimia
37
38
Lampiran C
Dokumentasi Penelitian
39
40
41