Anda di halaman 1dari 51

TUGAS AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN AlTiB DAN STRONSIUM


TERHADAP UKURAN BUTIR , SIFAT MEKANIK DAN
FLUIDITAS PADA MASTER ALLOY Al2014

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Tahap Sarjana

Oleh :
REINALLDO
NO BP : 1610911006

PEMBIMBING :
1. Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, M.T
2. Devi Chandra, Ph.D

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2021
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN AlTiB DAN STRONSIUM TERHADAP


UKURAN BUTIR, SIFAT MEKANIK DAN FLUIDITAS PADA MASTER
ALLOY Al2014

Oleh :

REINALLDO
NBP : 1610911006

Tugas Akhir ini diajukan untuk menyelesaikan


Program Sarjana (S1) Teknik Mesin di Universitas Andalas

Padang, 16 Maret 2021

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, MT Devi Chandra, Ph.D


NIP. 196809271998021001 NIP. 197207202006041002

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknik Mesin Ketua Program Studi


Sarjana Teknik Mesin

Devi Chandra, Ph. D Iskandar R, M.T


NIP. 197207202006041002 NIP. 197007091995121001
PENETAPAN TUGAS AKHIR

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Sarjana Teknik Mesin, diberikan kepada :
Nama : Reinalldo
Nomor BP : 1610911006
Dosen Pembimbing 1 : Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, M.T
Dosen Pembimbing 2 : Devi Chandra, Ph.D
Judul Tugas Akhir : Pengaruh Penambahan AltiB Dan Stronsium
Terhadap Ukuran Butir , Sifat Mekanik Dan Fluiditas
Pada Master Alloy Al2014
Jangka Waktu Penyelesaian : ± 8 (delapan) bulan
Uraian Tugas Akhir : 1. Studi Literatur
2. Pemilihan metode pengujian
3. Pengambilan data dan pengolahan
4. Analisis hasil pengujian
5. Penulisan Laporan

Padang, 16 Maret 2021


Menyetujui :
Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, MT Devi Chandra, Ph.D


NIP. 196809271998021001 NIP. 197207202006041002

iii
ABSTRAK

Pada Master Alloy Al2014 dibutuhkan grain refiner untuk menghaluskan butir
karena pada paduan ini masih memiliki butir yang kasar. Grain refiner yang paling
umum digunakan adalah AlTiB. Penambahan modifier stronsium akan mengubah
struktur silikon yang pada mulanya berbentuk jarum-jarum panjang menjadi lebih
bulat dan terdistibusi secara merata. Struktur silikon yang membulat dan tersebar
merata akan meningkatkan sifat mekanik, serta mempermudah proses pemesinan.
Pada pembuatan produk hasil coran dibutuhkan fluiditas yang baik untuk
menghindari cacat pada produk tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui fluiditas dan nilai kekerasan dari penambahan AlTiB pada master
alloy Al2014. Penelitian ini dilakukan dengan melebur master alloy Al2014 dengan
menambakan modifier stronsium dengan persentase 0,045% - 0,06% dan grain
refiner AlTiB dengan persentase 0,05% - 0,2%. Hasil dari penelitian ini adalah
penambahan Modifier Stronsium (Sr) yang ditambahkan pada Al2014 dengan
persentase sebesar 0,045% - 0,06% akan membuat terjadinya penurunan nilai
kekerasan pada paduan dan grain refiner AlTiB yang ditambahkan pada Al2014
dengan persentase sebesar 0,05% - 0,2% akan meningkatkan nilai kekerasan pada
paduan. Penambahan grain refiner AlTiB akan memberikan pengaruh, yaitu akan
meningkatkan fluiditas dari paduan namun grain refiner AlTiB dengan komposisi
0,05% - 0,2%, pada paduan Al2014 dengan 0,06% Sr akan mengakibatkan
terjadinya penurunan pada nilai fluiditas, hal ini terjadi karena adanya
overmodified.
Kata Kunci : Al2014, Grain Refiner AlTiB, Modifier Strontium, dan Fluiditas

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
tugas akhir ini yang berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN AlTiB DAN
STRONSIUM TERHADAP UKURAN BUTIR , SIFAT MEKANIK DAN
FLUIDITAS PADA MASTER ALLOY Al2014” sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan sarjana Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Andalus. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, MT dan Bapak Devi Chandra, P.hD selaku
pembimbing yang memberikan bimbingan yang cukup berarti dalam hal perhatian,
arahan dan semangat untuk proses penyelesaian laporan tugas akhir ini.
2. Bapak Ismed Hari Mulyadi, Ph.D dan Dr. Ing. Agus Sutanto selaku dosen
pembekalan mata kuliah seminar proposal yang telah memberikan bimbingan dan
pembekalan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir.
3. Orang tua tersayang yang selalu sering mengingatkan aku dan memberikan do’a,
motivasi untuk tetap selalu berjuang, semangat yang kuat dan bantuan baik moril
maupun materil untuk dapat menyelesaikan kuliah.
4. Seluruh staf pengajar di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Andalas.
5. Seluruh staf pengajar di Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Andalas.
6. Seluruh karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas.
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2016 yang telah banyak memberikan
bantuan selama proses pendidikan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas.
8. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelsaikan Tugas Akhir
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa dapat membalas setiap bantuan
dan dukungan, serta kesuksesan selalu diberikan-Nya kepada kita.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki kekurangan.
Untuk itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran yang sangat membangun.

v
Sekiranya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
terkhususnya bagi penulis dan lingkungan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Andalas, Amin.
Padang, 16 Maret 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

PENETAPAN TUGAS AKHIR ............................................................................ iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.3 Manfaat penelitian .................................................................................... 2

1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

2.1 Aluminium................................................................................................ 4

2.2 Paduan Aluminium ................................................................................... 4

2.3 Paduan Aluminium Tembaga ................................................................... 5

2.4 Penambahan Grain Refiner AlTiB ........................................................... 6

2.5 Penambahan Modifier Sr .......................................................................... 7

2.6 Fluiditas .................................................................................................... 8

BAB III METODOLOGI ...................................................................................... 11

3.1 Skematik Penelitian ................................................................................ 11

3.2 Bahan dan Alat ....................................................................................... 12

3.2.1 Bahan .................................................................................................. 12

vii
3.2.2 Alat ..................................................................................................... 13

3.3 Prosedur Percobaan ................................................................................ 15

3.3.1 Studi Literatur .................................................................................... 15

3.3.2 Penentuan Komposisi Kimia .............................................................. 16

3.3.3 Penentuan Komposisi Material Balance ............................................ 16

3.3.4 Rekayasa Penambahan Grain Refiner ................................................ 16

3.3.5 Rekayasa Penambahan Modifier ........................................................ 16

3.3.6 Peleburan ............................................................................................ 16

3.3.7 Pengukuran Panjang Fluiditas ............................................................ 16

3.3.8 Pengujian Kekerasan .......................................................................... 17

3.3.9 Pengamatan Struktur Mikro ............................................................... 17

3.3.10 Analisis Laporan ................................................................................ 18

3.4 Matriks Penelitian................................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 20

4.1 Analisa Hasil Uji Komposisi .................................................................. 20

4.2 Analisa Hasil Pengujian Fluiditas .......................................................... 20

4.3 Analisa Hasil Pengujian Kekerasan ....................................................... 22

4.4 Analisa Hasil Pengamatan Struktur Mikro ............................................. 24

BAB V PENUTUP................................................................................................ 28

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 28

5.2 Saran ....................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

LAMPIRAN A Data Hasil Pengujian Kekerasan ................................................. 32

LAMPIRAN B Pengamatan Komposisi Kimia .................................................... 37

Lampiran C Dokumentasi Penelitian .................................................................... 39

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Fasa Al-Cu............................................................................ 6
Gambar 2.2 Struktur mikro Al-Ti[9] ........................................................................ 7
Gambar 2.3 Pengaruh temperatur terhadap logam murni[15]................................... 9
Gambar 2.4 Metode Pengujian Fluiditas Menggunakan Cetakan Spiral[15] ......... 10
Gambar 3.1 Metode Penelitian.............................................................................. 11
Gambar 3.2 Tungku Induksi Nabertherm ............................................................. 13
Gambar 3.3 Kowi Kapasitas 1400 gr Aluminium................................................. 13
Gambar 3.4 Cetakan Pasir dengan Pola Spiral...................................................... 14
Gambar 3.5 Timbangan Digital[16] ........................................................................ 14
Gambar 3.6 Gergaji Besi ....................................................................................... 14
Gambar 3.7 Mikroskop Optik Stereo .................................................................... 15
Gambar 3.8 Vickers Hardness Tester.................................................................... 15
Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Fluiditas .................................................................. 21
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Kekerasan ............................................................... 23
Gambar 4.3 Struktur Mikro Al2014 dengan 0.045% Sr dengan variasi AlTiB
(a)0.05%, (b)0.1%, (c)0.15%,dan (d)0.2% ........................................................... 25
Gambar 4.4 Struktur Mikro Al2014 dengan 0.06% Sr dengan variasi AlTiB
(a)0.05%, (b)0.1%, (c)0.15%,dan (d)0.2% ........................................................... 26

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Aluminium Tuang Sesuai Standar (AA)[7] ........................... 5


Tabel 4.1 Hasil Uji Optical Emission Spectroscopy master alloy Al2014 ........... 20
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Fluiditas ...................................................................... 21
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kekerasan ................................................................... 23

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alumunium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi
yang cukup baik dan sebagi hantaran listrik yang baik serta sifat-sifat baik lainnya
sebagai sifat logam. Karena sifat alumunium tersebut, alumunium menjadi salah
satu logam yang sangat diminati diseluruh dunia. Setelah baja, alumunium
merupakan logam yang sangat luas penggunaannya.
Dalam dunia industri dirgantara, aluminium digunakan sebagai bahan
pembuat komponen pesawat terbang. Hal ini dikarenakan sifat alumunium yang
ringan dan kuat. Kedua sifat tersebut merupakan syarat utama suatu material dapat
dijadikan bahan dasar struktur pesawat terbang.Terdapat beragam paduan
aluminium yang dimanfaatkan dalam industri dirgantara. Paduan aluminium yang
sering digunakan dalam industri dirgantara ialah paduan alumunium seri 7075.
Selain seri tersebut seri 2014 merupakan paduan kedua terbanyak yang
dipergunakan pada hampir keseluruhan rangka pesawat terbang.[1]
Alumunium seringkali dipadukan dengan logam lainnya untuk
meningkatkan sifat mekanik dari alumunium itu sendiri. Alumninium paduan
dibentuk dari material berbasis alumninium dengan tambahan elemen paduan.
Elemen paduan yang digunakan antara lain tembaga, magnesium, mangan, silikon,
seng, bismuth, timbal, boron nickel, titanium, chromium, vanadium, dan
zirconium.[2] Penambahan elemen tertentu pada paduan Alumunium seri 2014 akan
meningkatkan sifat mekanik, mampu mesin dan mampu cor.
Adanya penambahan satu atau beberapa unsur lain dapat merubah dan
memperbaiki sifat alumunium. Menambahkan unsur-unsur tertentu ke logam cair
merupakan cara untuk dapat memberikan awal pembentukan inti dan akan
berkembang menjadi butir. Titanium pada umumnya ditambahkan ke dalam logam
cair sebesar 0,05% sampai 0,2%. TiB ini bermanfaat untuk menghaluskan butir
(grain refiner). Selain itu, TiB berperan penting dalam memperbaiki sifat-sifat
aluminium paduan seperti sifat mekanik, mengurangi porositas, lebih tahan retak
panas, merubah struktur serta mampu memperbaiki hasil akhir pada
permukaannya.[3]

1
Pendahuluan
Pada Al2014, juga terkandung unsur Si 0,5% - 1,2%. Dengan menambahkan
(modifier) Sr akan membuat struktur Si menjadi lebih bulat dan halus. Perubahan
morfologi silikon ini akan meningkatkan sifat mekanik paduan, memudahkan
proses permesinan (machinability), dan meningkatkan mampu cor (castability)
paduan aluminium. Oleh karena semakin bulat dan halusnya struktur silikon,
mengakibatkan meningkatnya kemampuan alir.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wendi Septian, telah
dilakukan pengujian dengan penambahan AlTiB dan Sr terhadap alMgSi , dimana
pada penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan penambahan AlTiB dan Sr
terhadap AlMgSi mengakibatkan nilai fluiditasnya semakin meningkat hingga titik
optimum 0,1 %. Sedangkan pada penelitian kali ini alumunium paduan yang
digunakan ialah Al2014. Pada Al2014 ini hal yang akan dilihat ialah stuktur mikro,
tingkat kekerasan dan nilai fluiditas ketika mengalami penambahan AlTiB dan Sr.
Pengujian fluiditas dengan penambahan unsur penambah lebih dari satu
unsur seperti Stronsium dan AlTiB terhadap material yang berbeda seperti Al2014,
belum pernah dilakukan untuk metoda spiral maupun metode vakum. Berdasarkan
referensi pengujian sebelumnya maka pada penelitian kali ini akan dilihat
bagaimana pengaruh penambahan AlTiB dan Stronsium pada material Al2014
terhadap nilai fluiditas dengan metoda spiral.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian kali ini yaitu untuk mengetahui stuktur mikro
dan sifat mekanik serta fluiditas dari penambahan material AlTiB dan Stronsium
pada master alloy Al2014
1.3 Manfaat penelitian
Memperoleh data atau baseline tentang tingkat fluiditas alumunium dari
hasil pengujian menggunakan alat uji fluiditas dengan metode spiral test pada
master alloy Al2014 dengan penambahan AlTiB dan Stronsium serta sifat
mekaniknya yaitu kekerasannya dan struktur mikro.
1.4 Batasan Masalah
Agar ruang lingkup permasalahan tidak terlalu melebar, maka penelitian ini
memiliki batasan permasalahan diantanya :

2
Pendahuluan
a. Melihat pengaruh penambahan AlTiB dan Stronsium pada alumunium pada
logam paduan Al 2014 terhadap ukuran butir, sifat mekanik ( pengujian
kekerasan ), serta nilai fluiditas paduan.
b. Penambahan AlTiB dengan variasi 0,05%; 0,1%; 0,015%, dan 0,02%
c. Penambahan Stronsium dengan variasi 0,045% dan 0,06%
d. Proses pengujian fluiditas menggunakan metode spiral test
e. Proses pengujian kekerasan dilakukan dengan metode vickers test
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisannya, tugas akhir ini disusun dalam lima bab :
Bab 1 PENDAHULUAN
Pada bab 1 berisikan pendahuluan yang mendeskripsikan mengenai latar belakang,
tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi dan sistematika penulisan.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 berisi referensi atau landasan teori yang akan digunakan, yang dapat
langsung dikaitkan atau digunakan sebagai pendukung dalam proses pengujian.
Bab 3 METODOLOGI
Pada bab 3 berisikan tentang metode yang digunakan dalam memperoleh data
dengan menggunakan penelusuran dengan tata cara yang terstruktur
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab 4 menampilkan table data dan hasil grafik pengujian serta analisa
Bab 5 PENUTUP
Pada bab 5 berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran untuk pengambangan
lanjutan.
REFERENSI
LAMPIRAN

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aluminium
Pada tahun 1809 Davy menemukan alumunium sebagai suatu unsur, dan
pertama kali direduksi sebagai logam oleh H.C.Oersted pada tahun 1825. Secara
industri tahun 1886, Paul Heroult di Perancis dan C.M.Hall di Amerika Serikat
secara terpisah memproses logam aluminium dari alumina dengan cara elektrolisa
dari garamnya yang terfusi. Sampai saat ini proses Heroult Hall masih digunakan
dalam memproduksi aluminium. Penggunaan tahunan aluminium sebagai logam
adalah yang kedua setelah besi dan baja, yang merupakan yang tertinggi di antara
logam non ferrous.
Aluminium merupakan logam non-ferrous dan merupakan logam kedua
terbesar yang dipergunakan oleh industri komponen setelah baja, dengan
pemakaian tahunan sekitar 24 juta ton pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 58
juta ton pada tahun 2016.[4] Aluminium dengan densitas 2,7 g/cm3 mempunyai sifat
yang unik, yaitu: ringan, kuat, dan tahan terhadap korosi pada lingkungan luas
termasuk udara, air, petrokimia, dan beberapa sistem kimia.
Aluminium dapat dengan mudah dipadukan dengan unsur lain (alloying) untuk
memperbaiki karakteristiknya seperti sifat mekanik, sifat mampu cor (castability),
sifat mampu mesin (machinability), ketahanan korosi (corrosion resistance), sifat
[5]
mampu las, dan ketahanan terhadap retak (hot tear resistance) . Kualitas dari
produk coran dapat ditingkatkan dengan melakukan metode modifikasi,
penghalusan butir serta memberikan perlakuan panas (heat treatment). Aluminium
merupakan bahan yang dapat disesuaikan dengan berbagai metode pengecoran
yang umum digunakan serta bisa dituang langsung ke dalam cetakan atau dies yang
dipasang pada mesin otomatis dan dalam volume yang besar. Aluminium juga dapat
dituang ke dalam cetakan pasir, cetakan shell, sentrifugal, dan investment.

2.2 Paduan Aluminium


Paduan ialah gabungan dari beberapa jenis logam, yang mana gabungan ini
berupa campuran dari dua struktur logam. Paduan juga dapat disebut sebagai
larutan padat dalam logam. Paduan tersebut dirancang untuk meningkatkan sifat

4
Hasil dan Pembahasan
yang dimiliki oleh logam, seperti sifat mekanik, ketahanan korosi, castability,
ketahanan retak, sifat mampu las dan machinability.
Paduan aluminium memiliki karakteristik ketahanan korosi yang kuat dan
konduktivitas listrik yang tinggi. Kekuatan paduan ini meningkat pada suhu di
bawah nol dan kekuatannya hilang ketika paduan ini terkena suhu tinggi. Paduan
alumunium adalah paduan suhu rendah yang baik dan sensitif terhadap suhu tinggi
berkisar antara 200 dan 250 ° C (392 dan 482 ° F).[6]
Penggolongan aluminium paduan dapat dilihan pada Tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Klasifikasi Aluminium Tuang Sesuai Standar (AA)[7]

1xxx Aluminium murni dengan persentase hampir 99.0%


2xxx (HT) Paduan aluminium dimana unsur paduan utamanya adalah
tembaga sebesar 1.9 – 6.8%
3xxx Paduan aluminium dimana paduan unsur utamanya mangan
sebesar 0.3 – 1.5%
4xxx Paduan aluminium dimana paduan unsur utamanya silikon
sebesar 3.6 – 13.5%
5xxx Paduan aluminium dimana paduan unsur utamanya
magnesium sebesar 0.5 – 5.5 %
6xxx (HT) Paduan aluminium dimana paduan unsur utamanya
magnesium sebesar 0.4 – 1.5% dan silikon 0.2 – 1.7%
7xxx (HT) Paduan aluminium dimana paduan unsur utamanya zinc
sebesar 1 – 8.2% dan magnesium
8xxx Paduan aluminium dimana paduan unsur utamanya lithium

2.3 Paduan Aluminium Tembaga


Paduan alumunium tembaga merupakan kelompok alumunium seri 2.
Paduan ini memliki karakteristik yang keras dan kuat, tetapi rapuh. Pada umumnya,
untuk kepentingan penempaan, paduan sebaiknya tidak memiliki konsentrasi
tembaga diatas 5,6% karena akan membentuk senyawa CuAl2 dalam logam yang
membuat logam menjadi rapuh.

5
Hasil dan Pembahasan
Diagram fasa paduan alumunium tembaga dapat dilihat pada
Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Fasa Al-Cu


Paduan aluminium seri 2 salah satunya adalah paduan alumunium seri
2014. Paduan ini adalah paduan berbasis aluminium yang sering digunakan di
industri kedirgantaraan. Paduan aluminium seri 2014 ini dipilih karena
memudahkan mesin dalam tempers (percampuran) atau proses pengolahan panas,
yang digunakan untuk meningkatkan ketangguhan paduan berbasis besi tertentu,
dan di antara paduan aluminium terkuat yang tersedia, serta memiliki kekerasan
tinggi. Namun, sulit untuk mengelas, karena bisa mengalami retak.[8]
Alumunium seri 2014 adalah yang kedua yang paling populer dari paduan
aluminium seri 2000, setelah paduan aluminium seri 2024. Hal ini biasanya
diekstrusi dan dipalsukan. Ketahanan korosi dari paduan ini sangat buruk. Untuk
mengatasi hal ini, sering dibalut dengan aluminium murni. Jika aluminium seri
2014 yang tidak padat harus terkena unsur-unsurnya, sebaiknya dicat sebagai
tindakan perlindungan korosi.

2.4 Penambahan Grain Refiner AlTiB


Grain refiner adalah proses penghalusan ukuran butir primer aluminium
selama pembekuan. Grain refiner Al-Ti-B umumnya berguna untuk mengontrol
besarnya struktur butir. Grain refiner mampu membuat nucleating site untuk

6
Hasil dan Pembahasan
pembentukan dendrites dan menghasilkan sejumlah besar butir yang halus dan
terdistribusi secara nseragam. [9] Berikut adalah struktur mikro Al-Ti pada Gambar
2.2

Gambar 2.2 Struktur mikro Al-Ti[9]

2.5 Penambahan Modifier Sr


Penggunaan secara luas paduan aluminium untuk berbagai jenis pengecoran
dimulai dengan penemuan oleh Pacz pada tahun 1920 bahwa penghalusan atau
modifikasi struktur mikro yang serupa seperti yang diperoleh ketika pembekuan
cepat, terjadi ketika alkalifluorida tertentu ditambahkan terlebih dahulu kedalam
aluminium cair ketika akan dituang.[10]
Modifikasi dilakukan untuk memperbaiki sifat/properties fasa paduan
aluminium silikon dengan memberikan unsur tertentu.[11] Tujuan penambahan
modifier diantaranya:
1. Mengubah struktur Si eutektik yang semula seperti jarum jarum yang
kasar atau balok berubah menjadi bulat dan halus
2. Meningkatkan sifat mekanis paduan
3. Mempermudah proses permesinan
4. Meningkatkan mampu cor (castability/fluidity) paduan aluminium silicon
Penambahan modifikasi menggunakan beberapa unsur dibagi menjadi dua
jenis diantaranya adalah:
1. Paduan Hipoeutektik
a. Stronsium (Sr)
b. Sodium (Na)

7
Hasil dan Pembahasan
2. Paduan Hipereutektik
a. Phospor (P)
b. Antimony (Sb)
2.6 Fluiditas
Fluiditas adalah kemampuan logam cair mengalir dalam cetakan uji sampai
berhenti karena terjadi fenomena solidifikasi[12]. Produk pengecoran akan menjadi
cacat apabila sifat fluiditasnya buruk terutama pada kasus pengecoran pada benda
yang tipis.
Fluiditas logam cair merupakan unsur penting terkhusus dalam pengecoran,
untuk menghindari cacat yang sering terjadi pada benda cor yang sangat tidak
diinginkan. Fluiditas atau sifat mampu alir suatu cairan yang masih buruk dapat
mengakibatkan short run casting dan juga dapat menghasilkan permukaan coran
yang kurang baik. Satuan yang dipakai sebagai ukuran fluiditas dari suatu logam
cair ialah ukuran panjang berupa cm atau inchi.
Fluiditas diukur dengan mengukur panjang cairan metal yang mengalir saat
dituangkan ke dalam saluran cetak kecil, dengan penampang saluran kecil
dimaksudkan untuk menyebabkan pendinginan yang cepat dan gradien suhu yang
besar.[13]
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai fluiditas pada dasarnya terdiri dari
intrinsik cairan dan kondisi pengecoran. Intrinsik cairan terdiri dari viskositas,
tegangan permukaan, kandungan inklusi dan komposisi material, sedangkan
kondisi pengecoran terdiri dari faktor cetakan, desain cetakan, material cetakan dan
laju penuangan. Tetapi diantara faktor itu pengaruh fluiditas pada umumnya
dipengaruhi oleh komposisi dan temperatur.[14]
2.6.1 Komposisi
Komposisi ialah salah satu faktor yang mempengaruhi nilai fluiditas
logam cair. Nilai fluiditas tinggi pada logam cair biasanya terjadi pada logam
yang murni dan paduan pada titik eutektik, sedangkan yang mempunyai nilai
fluiditas yang rendah adalah logam yang memiliki titik beku yang rendah.

2.6.2 Temperatur

8
Hasil dan Pembahasan
Temperatur ialah salah satu dari beberapa faktor penting yang
mempengaruhi sifat fluiditas. Nilai fluiditas suatu logam atau paduannya,
memiliki hubungan dengan temperatur superheat. Derajat superheat ini
menentukan kuantitas panas yang mampu dilepas sebelum proses solidifikasi.
Pengaruh temperatur terhadap fluiditas pada beberapa logam murni dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Pengaruh temperatur terhadap logam murni[15]

Pada grafik temperatur logam murni aluminium memiliki nilai


fluiditas yang paling tinggi dengan timah dengan fluiditas yang paling rendah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa logam aluminium cair dapat mengisi cetakan
lebih baik dibandingkan logam lain.

2.6.3 Metode Uji Fluiditas Cetak Spiral


Metode uji fluiditas dengan menggunkan cetakan spiral merupakan
jenis pengujian fluiditas yang paling lama digunakan. Pengujian fluiditas
dengan cetakan spiral ini dilakukan dengan cara menuangkan logam cair ke
alat uji fluiditas kemudian setelah logam membeku panjang sampel yang
berbentuk spiral diukur dengan menggunakan tali kabel kemudian panjang
tali kabel ini diukur dengan penggaris. Semakin panjang spiral yang
diperoleh maka nilai fluiditas semakin begitupun sebaliknya. Salah satu
metode uji fluiditas cetakan spiral dapat dilihat pada Gambar 2.4

9
Hasil dan Pembahasan

Gambar 2.4 Metode Pengujian Fluiditas Menggunakan Cetakan Spiral[15]

Metode uji fluiditas cetakan spiral masih memiliki kelemahan yaitu


masalah dalam memperoleh standar kondisi aliran logam cair yang
sesungguhnya.[15]

10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Skematik Penelitian
Flowchart dari penelitian ini disusun supaya penelitian ini dapat
berlangsung secara terstruktur dan mempermudah dalam memahami langkah-
langkah penelitian yang akan dilakukan. Flowchart dari penelitian ini dapat dilhat
pada Gambar 3.1.

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Perhitungan Material Balance Sesuai Variasi

Persiapan Master Persiapan Persiapan


alloy 2014 material Sr material AlTiB

Peleburan

Pengukuran Panjang Fluiditas

Pengujian Kekerasan

Preparasi Sampel Metalografi dan Pengamatan Struktur Mikro

Pengumpulan data
dan Pembahasan

Selesai

Gambar 3.1 Metode Penelitian

11
Hasil dan Pembahasan
3.2 Bahan dan Alat
Bagian ini menjelaskan mengenai bahan dan alat-alat yang digunakan
selama pengujian ini :
3.2.1 Bahan
1. Master alloy (Al2014)
Logam paduan yang akan digunakan pada pengujian kali ini ialah logam
paduan master alloy (Al2014). Logam ini kemudian akan dilebur dan akan
dicampur dengan grain refiner serta modifier.
2. Grain refiner AlTiB
Penghalus ukuran butir primer aluminium selama pembekuan yang
digunakan adalah Aluminium Titanium Boron (AlTiB) yang mana akan
diberikan variasi untuk melihat pengaruh grain refiner terhadap tingkat
fluiditas master alloy.
3. Modifier Strontium (Sr)
Modifikasi dengan penambahan unsur Stronsium bertujuan agar dapat
meningkatkan keuletan paduan.
4. Resin dan hardener
Resin dan hardener digunakan untuk menambah pelapis dari logam hasil
coran untuk melihat permukaan yang dihasilkan setelah dilakukan proses
modifier.
5. Kertas amplas
Kertas amplas akan digunakan dalam pemolesan permukaan yang telah
diresin dan diberi hardener. Kertas amplas yang akan digunakan antara lain
120#, 240#,500#,1000#, 1500# dan 2000#.
6. Kain poles beludru dan zat poles Alumina
Bertujuan untuk membuat permukaan semakin halus supaya mudah untuk
diamati. Kali ini digunakan kain poles beludru untuk memperhalus dan
dipoles dengan menggunakan zat poles yaitu zat poles alumina.
7. Zat etsa HF (Hidrogen Fluorida) 0,5 %
Proses pengetsaan dilakukan dengan larutan kimia yaitu Hidrogen Flourida
0,5%. Material dicelupkan selama kurang lebih 30 detik untuk melihat
struktur mikro pada material tersebut.

12
Hasil dan Pembahasan
3.2.2 Alat
1. Tungku Induksi Nabertherm
Tungku digunakan untuk melebur spesimen Al2014 dan AlTiB dengan
Stronsium pada temperatur ± 800 °C. Tungku ini terbuat dari stainless steel. Contoh
tungku dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Tungku Induksi Nabertherm

2. Kowi
Kowi digunakan sebagai wadah peleburan spesimen. Master Alloy Al2014
dengan penambahan grain refiner AlTiB dan modifier Stronsium yang
berbentuk batangan diletakkan di dalam kowi untuk siap dilebur didalam
tungku.

Gambar 3.3 Kowi Kapasitas 1400 gr Aluminium

13
Hasil dan Pembahasan
3. Cetakan pasir dengan pola berbentuk spiral
Cetakan pasir ini digunakan untuk membentuk rongga pada cetakan yang
berbentuk spiral dimana pola spiral ini digunakan untuk melakukan
pengujian fluiditas dari masing masing variasi.

Gambar 3.4 Cetakan Pasir dengan Pola Spiral

4. Timbangan digital
Timbangan digital ini digunakan untuk menimbang berat spesimen yang
akan diuji. Timbangan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Timbangan Digital[16]

5. Gergaji Besi
Gergaji Besi ini bisa digunakan untuk memotong spesimen. Dapat dilihat
pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Gergaji Besi

14
Hasil dan Pembahasan
6. Mikroskop Optik Stereo
Mikroskop Optik ini digunakan sebagai alat untuk melakukan pengamatan
struktur mikro dan menghitung dimensi dari butir pada spesimen.

Gambar 3.7 Mikroskop Optik Stereo

7. Alat Uji Keras Vickers


Untuk melihat nilai kekerasan pada permukaan spesimen digunakan
Vickers Hardness Tester.

Gambar 3.8 Vickers Hardness Tester

3.3 Prosedur Percobaan


Bagian kali ini menjelaskan mengenai prosedur maupun langkah langkah
yang akan dilakukan dalam penelitian.
3.3.1 Studi Literatur
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Metalurgi Universitas Andalas,
Padang. Penelitian dimulai dengan melakukan perumusan masalah , dilanjutkan
dengan melakukan studi literatur terkait mengenai penelitian yang akan dilakukan
melalui buku, jurnal ilmiah, dan media internet.

15
Hasil dan Pembahasan
3.3.2 Penentuan Komposisi Kimia
Penentuan komposisi kimia dilakukan menggunakan Optical Emission
Spectrocopy. Pengujian ini dilakukan untuk melihat dan membedakan kadar
maupun komposisi dari unsur yang terkandung dalam master alloy al2014.
Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Teknik Kimia di
Universitas Negri Padang.

3.3.3 Penentuan Komposisi Material Balance


Pertama-tama dilakukan penentuan berat dari unsur penyusun paduan sesuai
dengan persentase yang telah ditentukan. Total paduan yang akan dilebur pada
masing-masing variasi yaitu 250 gr.
3.3.4 Rekayasa Penambahan Grain Refiner
Selanjutnya dilakukan penyiapan grain refiner dalam empat komposisi yang
kemudian dibentuk menjadi serbuk dan ditimbang sesuai variasi sebelum
melakukan peleburan. Penambahan Grain refiner AlTiB divariasikan dengan
persentase (0,05%, 0,1%, 0,15%,0,2%).
3.3.5 Rekayasa Penambahan Modifier
Kemudian dipersiapkan Stronsium sebagai modifier . Modifier Strontium
(Sr) diubah menjadi serbuk dan ditimbang sesuai variasi sebelum dilakukan
peleburan. Penambahan Modifier Strontsium (Sr) divariasikan dengan persentase
(0,045% dan 0,06%).
3.3.6 Peleburan
Peleburan dilakukan didalam tungku dimana bahan bakanya yaitu briket
batu bara sebagai bahan bakar dan burner. Peleburan dimasukkan secara bertahap
untuk mencegah pipa tembaga meleleh dan tidak seragamnya penarikan pada setiap
percobaan. Peleburan dilakukan dengan memasukkan spesimen kedalam kowi.
Peleburan ini dilakukan pada temperatur 800°C.
3.3.7 Pengukuran Panjang Fluiditas
Fluiditas menunjukkan kemampuan material yang dilebur mengisi seluruh
rongga pada cetakan. Hasil peleburan kemudian dituangkan ke dalam sebuah
cetakan pasir hingga terjadi solidifikasi. Penentuan nilai fluiditas ditentukan dengan
mengukur panjang spiral yang terbentuk dalam satuan cm. Semakin panjang spiral

16
Hasil dan Pembahasan
yang terbentuk makan akan menunjukkan paduan yang memiliki fluiditas yang
baik.
3.3.8 Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan kali ini menggunakan Vickers Hardness Tester sebagai
alat uji. Pengujian kekerasan ini digunakan untuk mengetahui perubahan sifat
mekanik yang terjadi akibat penambahan grain refiner dan modifier. Setiap
spesimen akan di uji kekerasannya pada 5 titik dan kemudian akan rata-rata nilai
kekerasan setiap spesimennya.
3.3.9 Pengamatan Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro menggunakan Mikroskop Optik Stereo
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan kadar AlTiB terhadap ukuran
butir.
Sebelum sampel dilakukan pengujian, sampel harus dilakukan preparasi
terlebih dahulu. Tahapan pengujian struktur mikro didasarkan pada standar
persiapan dan pengamatan metalografi. Tahapan persiapan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Cutting
Tahapan yang pertama kali dilakukan yaitu memotong spesimen yang telah
dilebur dengan menggunakan gergaji besi.
• Mounting
Selanjutnya dilakukan proses mounting. Proses ini bertujuan menempatkan
sampel pada suatu media, agar memudahkan penanganan sampel yang
berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak sampel tersebut. Media
mounting yang digunakan berupa resin dan hardener yang diletakkan terlebih
dahulu dicetakan sebelum diletakkan sampel.
• Grinding (Pengamplasan)
Proses grinding dilakukan menggunakan kertas amplas dimana amplas
memiliki nomor grid 120#, 240#, 500# 1000#, 1500# dan 2000#, yang
dilakukan secara bertahap dimulai dari amplas dengan nomor grid paling kecil
(kasar) ke nomor grid yang besar (halus). Proses pengamplasan ini bertujuan
untuk mendapatkan permukaan yang halus dan menghilangkan goresan-
goresan kasar yang terdapat pada permukaan sampel tersebut.

17
Hasil dan Pembahasan
• Polishing (pemolesan)
Permukaan sampel telah halus dan rata selanjutnya akan dipoles
menggunakan mesin polishing dan zat poles alumina. Proses ini dilakukan
setelah pengamplasan selesai. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan goresan
karena pengamplasan, agar diperoleh permukaan yang lebih halus dan lebih
mengkilap.
Proses pemolesan ini diawali dengan memberi penekanan pada sampel yang
berguna untuk menghilangkan goresan dari hasil pengamplasan. Kemudian
secara bertahap sampel tersebut dipoles dengan tidak memberi tekanan seperti
pada awal proses pemolesan agar didapatkan permukaan sampel yang halus
dan mengkilap.
• Etching (Etsa)
Proses etching yaitu proses korosi secara terkontrol dimana bertujuan untuk
mengikis bagian batas butir, agar struktur mikro dapat lebih jelas terlihat.
Dalam prose pengetsaan ini, zat etsa yang diberikan adalah HF 0,5% pada
bagian permukaan sampel (±30 detik). Setelah dilakukan proses etching
kemudian sampel akan dibersihkan dengan air dan alkohol 70% dan
dikeringkan.
Pengamatan struktur mikro sudah bisa dilakukan untuk memastikan bahwa
struktur mikro pada sampel sudah dapat terlihat dan juga untuk memeriksa apakah
masih terdapat goresan-goresan halus akibat dari proses pengamplasan dan
pemolesan yang kurang sempurna. Apabila hasil pengamatan struktur mikronya
belum sempurna, proses pengamplasan atau pemolesan dapat diulang kembali.
3.3.10 Analisis Laporan
Setelah semua prosedur dilakukan diperoleh data sebelum dan sesudah
pengujian. Kemudian data ini akan dianalisis yang nantinya ditulis dalam bentuk
laporan.
3.4 Matriks Penelitian
Adapun data penelitian yang akan didapatkan dari hasil pengujian dapat
dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Matriks Penelitian

18
Hasil dan Pembahasan
Variabel Terikat Variabel Nilai Panjang Ukuran
Bebas Kekerasan Fluiditas Butir
(VHN) (cm) (µm)
0,05%AlTiB
0,1%AlTiB
Al 2014+0,045% Sr
0,15%AlTiB
0,2%AlTiB
0,05%AlTiB
0,1%AlTiB
Al 2014+0,06% Sr
0,15%AlTiB
0,2%AlTiB

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Hasil Uji Komposisi
Pada pengujian yang telah dilakukan , dimana menggunakan Optical
Emission Spectoscopy yang beguna sebagai alat uji komposisi kimia. Tabel 4.1
Menunjukkan hasil dari pengujian pada master alloy Al2014.

Tabel 4.1 Hasil Uji Optical Emission Spectroscopy master alloy Al2014

Unsur ( % )
Al Cu Si
90,315 2,577 5,233

Dari Tabel diatas, diperlihatkan hasil pengujian komposisi yang dilakukan


pada master alloy Al2014. Pengujian OES ini dilakukan sebanyak 1 kali untuk
mendapatkan hasilnya. Hasil pengujian diatas menunjukkan komposisi material
dimana Alumunium sebesar 90,315%, Silikon sebesar 5,223 %, dan Tembaga
sebesar 2,577%. Sedangkan sisanya merupakan unsur lainnya yang juga
mengandung unsur pengotor yang memiliki kadar sekitar 1,885%.

4.2 Analisa Hasil Pengujian Fluiditas

Pengujian fluiditas berfungsi untuk mengetahui sifat mampu alir ataupun


kemampuan logam cair mengisi sebuah rongga cetakan. Pengujian fluiditas ini
dilakukan dengan pengujian spiral test. Cetakan spiral dibuat dengan menggunakan
cetakan pasir. Setiap logam paduan dilebur terlebih dahulu dan kemudian
dituangkan pada temperatur 800°C kedalam rongga cetakan yang berbentuk spiral.
Setelah logam cair mengalami solidifikasi, hasil coran akan diukur dalam satuan
panjang (cm) dan akan menunjukan nilai fluiditas atau sifat mampu alir dari paduan
ketika mengisi rongga cetakan.

20
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Fluiditas
Kandungan AlTiB Panjang Fluiditas
No Kandungan Sr ( % )
(%) (cm)
1 0,05 56,5
2 0,1 68,4
0,045
3 0,15 73,9
4 0,2 77,7
1 0,05 81,4
2 0,1 79,7
0,06
3 0,15 70,5
4 0,2 57,2

Tabel 4.2 merupakan tabel hasil pengujian fluiditas. Berdasarkan tabel


diatas, panjang fluiditas paling pendek terdapat pada master alloy Al2014 pada
0,045% Sr, dengan penambahan 0,05% AlTiB yang memiliki spiral sepanjang 56,5
cm dan spiral paling panjang terdapat pada penambahan 0,2% AlTiB yang memiliki
panjang spiral sepanjang 77,7 cm. Sedangkan pada master alloy Al2014 dengan
0,06% Sr, panjang fluiditas terpendek ditunjukkan pada spiral paling pendek yang
terdapat pada penambahan 0,2% AlTiB dimana memiliki panjang spiral sepanjang
57,2 cm sedangkan spiral paling panjang terdapat pada penambahan 0,05% AlTiB
yang memiliki panjang spiral sepanjang 81,4 cm.

Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Fluiditas

21
Gambar 4.1 memperlihatkan pengaruh dari penambahan modifier
Stronsium (Sr) dan grain refiner AlTiB terhadap Al2014. Pada grafik diatas dapat
dilihat dengan adanya penambahan grain refiner AlTiB dengan komposisi 0,05% -
0,2% pada master alloy al2014 dengan 0,045% Sr akan meningkatkan fluiditas dari
paduan. Dengan meningkatnya fluiditas paduan, maka dapat dismpulkan bahwa
master alloy Al2014 yang dipadukan dengan AlTiB 0,2% dan Sr 0,45% mampu
mengisi cetakan dengan lebih baik dibandingkan paduan lainnya dengan
penambahan persentase Sr 0,45% dengan persentase penambahan grain refiner
AlTiB lainnya
Sedangkan penambahan grain refiner AlTiB dengan komposisi 0,05% -
0,2% pada master alloy al2014 dengan 0,06% Sr akan menurunkan ,fluiditas dari
paduan. Sehingga master alloy Al2014 yang dipadukan dengan AlTiB 0,05% dan
Sr 0,6% memiliki kemampuan untuk mengisi cetakan dengan lebih baik
dibandingkan dengan paduan lainnya dengan penambahan persentase Sr 0,6% dan
penambahan AlTiB dengan persentasi penambahan lainnya.
Berdasarkan grafik diatas terlihat dengan adanya penambahan modifier
Strontium (Sr) akan mempengaruhi tingkat fluiditas dari master alloy al2014, Hal
ini dibuktikan pada paduan Al2014 dengan AlTiB yang sama dan Sr berbeda,
terlihat adanya kenaikan nilai fluiditas hingga nilai optimum terjadi pada
penambahan 0,1% AlTiB, yang kemudian nilai fluiditasnya akan mengalami
penurunan. Fenomena turunnya nilai fluiditas dipengaruhi oleh overmodified Sr
dimana terjadi pengkasaran partikel silikon dan perubahan struktur dari silikon
yang halus menjadi struktur jarum yang berhubungan. Penambahan modifier Sr
yang berlebih akan membentuk fasa intermetalik Al4SrSi2.

4.3 Analisa Hasil Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan berfungsi untuk mengetahui sifat mekanik dari paduan


berupa nilai kekerasan yang didapatkan dari masing-masing paduan. Pengujian
kekerasan ini dilakukan dengan menggunakan alat uji kekerasan yaitu Vickers
Hardness Tester. Pengujian dilakukan sebanyak lima titik pada masing masing
paduan, pada pengujian kekerasan kali ini. Dari lima titik tersebut kemudian akan
dirata-ratakan untuk mendapatkan hasil dari pengujian kekerasan setiap paduan.

22
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai kekerasan setiap titik yang merupakan rata-rata
nilai kekerasan dari setiap paduan.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kekerasan

Kandungan Sr Kandungan AlTiB Rata-Rata Nilai Kekerasan


(%) (%) ( VHN )
0,05 90,34
0,1 97,7
0,045
0,15 101,8
0,2 105,1
0,05 85,72
0,1 94,92
0,06
0,15 101
0,2 103,58
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat adanya peningkatan nilai kekerasan
paduan disetiap penambahan komposisi grain refiner AlTiB. Hal ini membuktikan
bahwa grain refiner AlTiB berfungsi untuk meningkatkan nilai kekerasan pada
master alloy Al2014, dimana nilai kekerasan tertinggi terdapat pada paduan Al2014
yang ditambahkan 0,045% Sr dan 0,2% AlTiB dengan nilai rata-rata sebesar 105,1
VHN (Vickers Hardness Number), sedangkan nilai kekerasan terendah terdapat
pada padual Al2014 yang ditambahkan 0,06% Sr dan 0,05% AlTiB dengan nilai
rata-rata sebesar 85,72 VHN.

Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Kekerasan

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat penambahan modifier Strontium (Sr)


berpengaruh terhadap nilai kekerasan master alloy Al2014 Dimana pada grafik

23
diatas terlihat penambahan komposisi modifier Strontium (Sr) menurunkan nilai
kekerasan rata-rata dari master alloy Al2014. Dimana ketika master alloy Al2014
ditambahkan 0,045% Sr dan 0,05% AlTiB memiliki nilai kekerasan sebesar 90,34
VHN, sedangkan pada master alloy Al2014 yang ditambahkan 0,06% Sr dan 0,05%
AlTiB memiliki nilai kekerasan sebesar 85,72 VHN Hal ini membuktikan bahwa
modifier Strontium (Sr) dapat menurunkan nilai kekerasan dari master alloy
Al2014.
Berdasarkan data nilai kekerasan yang didapatkan, dengan adanya
penambahan grain refiner AlTiB dan modifier Sr memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap master alloy Al2014. Peningkatan nilai kekerasan berbanding
lurus dengan peningkatan penambahan grain refiner AlTiB. Dimana pada Al2014
yang ditambahkan 0,045% modifier Sr dan 0,05% -0,2% grain refiner AlTiB,
terjadi peningkatan kekerasan , begitu pula pada Pada Al2014 yang ditambahkan
0,06% modifier Sr dan 0,05% - 0,2% grain refiner AlTiB juga mengalami
peningkatan kekerasan. Namun Peningkatan nilai kekerasan berbanding terbalik
dengan peningkatan penambahan modifier Sr, dimana terjadi penurunan nilai
kekerasan.

4.4 Analisa Hasil Pengamatan Struktur Mikro

Setelah dilakukan pemotongan pada bagian ujung spiral hasil coran,


selanjutnya dilakukan pengamatan struktur mikro hasil coran. Terlebih dahulu
proses metalografi dilakukan untuk mempermudah pengamatan stuktur mikro dan
dilakukan proses pengetsaan untuk mendapatkan morfologi yang lebih jelas dengan
menggunakan HF ( Hydrofluorid Acid ) 0,5% selama kurang lebih 30 detik.
Pengamatan stuktur mikro ini dilakukan dengan alat yaitu Mikroskop Optik Stereo
dengan tipe Olympus GX-71F dengan perbesaran 50X untuk mengamati struktur
mikro hasil metalografi yang telah dilakukan. Hasil pengamatan struktur mikro
yang didapat dari hasil pengamatan pada variasi dengan kandungan modifier
0,045% Sr dan 0,06% Sr dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4

24
a b

c d

Gambar 4.3 Struktur Mikro Al2014 dengan 0,045% Sr dengan variasi AlTiB (a)0,05%; (b)0,1%;
(c)0,15%;dan (d)0,2%

Pada Gambar 4.3 dengan menggunakan mikroskop optik, dilakukan


pengambilan foto stuktur mikro dengan penambahan grain refiner AlTiB yang
memiliki komposisi 0,05% - 0,2% serta modifier 0.045% pada paduan Al2014.
Dengan adanya penambahan grain refiner AlTiB dan modifier Stronsium (Sr) akan
menghaluskan silikon pada paduan. Penambahan grain refiner AlTiB dan modifier
Stronsium (Sr) juga akan membuat susunan silikon pada paduan Al2014 menjadi
lebih merata. Pada Gambar 4.3 (a) 0,05% AlTiB dapat dilihat struktur silikon pada
paduan yang awalnya memanjang dan tidak tersebar merata. Peningkatan
komposisi grain refiner AlTiB dengan 0,045% Sr pada paduan akan membuat
struktur silikon menjadi lebih halus dan lebih tersebar merata pada matrik
aluminium seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.3 (d) 0,2% AlTiB. Hal ini
mengakibatkan nilai fluiditas dari paduan tersebut semakin baik dimana paduan
mampu mengisi cetakan dengan semakin baik seiring dengan penambahan
persentase AlTiB . Demikian juga dengan nilai kekerasannya akan semakin
meningkat pula.

25
e f

g h

Gambar 4.4 Struktur Mikro Al2014 dengan 0,06% Sr dengan variasi AlTiB (a)0,05%; (b)0,1%;
(c)0,15%;dan (d)0,2%

Gambar 4.4 memperlihatkan struktur mikro Al2014 yang ditambahkan


0,06% modifier Sr dan 0,05% - 0,2% grain refiner AlTiB yang terlihat pada
mikroskop optik. Pada gambar diperlihatkan adanya suatu perubahan yang cukup
jelas terjadi pada struktur mikro paduan. Pada gambar 4.4 (e) menunjukkan silikon
yang awalnya tersebar secara merata dan menebal. Dan dengan adanya penambahan
komposisi grain refiner AlTiB mengakibatkan silikon lebih menebal namun tidak
tersebar secara merata seperti ditunjukkan Gambar 4.4 (h). Hal ini disebabkan
karena dipengaruhi pada penambahan Sr yang berlebihan pada 0,06% Sr.
Pada gambar terlihat struktur silikon yang sebelumnya terlihat tersebar
secara merata berubah menjadi tidak merata dan tidak beraturan. Fenomena ini
disebut overmodified. Overmodified atau overmodifkasi terjadi karena jumlah
penambahan Sr melewati jumlah batas menyebabkan bentuk struktur mikronya

26
menjadi tidak beraturan. Nilai fluiditasnya pun semakin menurun dikarenakan
struktur silikon menjadi kasar sehingga menghambat cairan aluminium untuk
mengalir.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Penambahan AlTiB sebagai grain refiner memberikan pengaruh, dimana
dengan ditambahkannya grain refiner AlTiB dengan komposisi 0,05% -
0,2% pada paduan Al2014 dengan 0,045% Sr akan meningkatkan fluiditas
dari paduan, sehingga kemampuan paduan dalam mengisi cetakan akan
semakin baik, sedangkan dengan ditambahkannya grain refiner AlTiB
dengan komposisi 0,05% - 0,2%, pada paduan Al2014 dengan 0,06% Sr
akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada nilai fluiditas, hal ini terjadi
karena adanya fenomena overmodified yang mengakibatkan kemampuan
paduan mengisi cetakan menurun.
2. Modifier Stronsium (Sr) yang ditambahkan pada Al2014 dengan persentase
sebesar 0,045% - 0,06% akan membuat terjadinya penurunan nilai
kekerasan pada paduan dan grain refiner AlTiB yang ditambahkan pada
Al2014 dengan persentase sebesar 0,05% - 0,2% akan meningkatkan nilai
kekerasan pada paduan.
3. Struktur mikro yang diperlihatkan pada Al2014 dengan penambahan
0,045% modifier Stronsium (Sr) dan AlTiB membuat strukutur silikonnya
menebal dan merata, sehingga mengakibatkan nilai fluiditas dari paduan
akan semakin baik sedangkan pada penambahan 0,06% modifier Stronsium
(Sr) dan AlTiB akan membuat struktur silikonnya lebih menebal namun
tidak merata sehingga kemampuan paduan untuk mengisi cetakan pun
menurun.

28
5.2 Saran

Untuk penelitian yang lebih baik dipenelitian berikutnya, disarankan :

1. Melakukan proses metalografi secara lebih baik untuk mendapatkan


hasil metalografi yang lebih baik pula

2. Melakukan pengujian fluiditas menggunakan metoda lainnya untuk


menambah literatur

29
DAFTAR PUSTAKA

[1] T. Taufiq and A. Korda.A, “STUDI PENGARUH TEMPERATUR AGING


DAN ORIENTASI BUTIRAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN
AL 2014,” vol. XVII, no. 3, pp. 1–10, 2010.
[2] I. A. Institute, “Fourth Sustainable Bauxite Mining Report,” 2008.
[3] J. R. Brown, Foseco Non-Ferrous Foundryman’s Handbook. Butterworth
Heinemann, Eleventh Edition, Oxford, 1999.
[4] ASM Specialty Handbook, Aluminium and Aluminium Alloys. Ohio, USA.,
1993.
[5] S. Tata and S. Shinroku, PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK. 1992.
[6] “https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6614.” [Online] diakses
pada 25 April 2020
[7] “Modul Badan Standarisasi Nasional (BSN), ‘SNI 07-0732-1989.’”
[8] “Https://www.smithmetal.com/2000-series-aluminium-alloys.htm.”
[Online] diakses pada 25 April 2020
[9] B. Arifin and B. Suharno, “Grain Refinement Dalam Aluminium Tuang,”
Universitas Indonesia, 2005.
[10] Damisih, “Pengaruh Penambahan Modifier Strontium Terhadap Struktur
Mikro dan Sifat Mekanis Paduan Aluminium AC8A Hipereutektik.Depok,”
Universitas Indonesia, 2008.
[11] B. Arifin and B. Suharno, “Modifier Dalam Aluminium Tuang,” Universitas
Indonesia, 2005.
[12] C. J and H. R.A., “The Fluidity of Molten Metals,” Train. Alumunium Appl.
Technol. Lect. 3205, pp2-4, 1994.
[13] S. M.D and A. L, A Review on The Fluidity of Al Based Alloys Norwegian
University of Science and Technology. 2005.
[14] “Dahle. AK dan Lars Arnberg. The Effect of Grain Refinement on The
Fluidity of Aluminum Alloys. Materials Science Forums vol 217-222, pp
259-264,1996.”
[15] B. Suharno, I. Prima, and T. Evan, “PERANAN MODIFIER STRONTIUM
TERHADAP FLUIDITAS DAN PERUBAHAN MORFOLOGI

30
STRUKTUR SILIKON PADA MASTER ALLOY Al-7 % Si DAN Al-11 %
Si,” vol. 13, no. 3, pp. 175–180, 2007.
[16] N.N, “Timbangan Digital,” 2019. .

31
LAMPIRAN A
Data Hasil Pengujian Kekerasan

32
Gambar A.1 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,05% AlTiB

Gambar A.2 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,1% AlTiB

Gambar A.3 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,15% AlTiB

33
Gambar A.4 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,045%Sr dan 0,2% AlTiB

Gambar A.5 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,05% AlTiB

Gambar A.6 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,1% AlTiB

34
Gambar A.7 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,15% AlTiB

Gambar A.8 Nilai Kekerasan Al2014 dengan Penambahan 0,06%Sr dan 0,2% AlTiB

Gambar A.9 Jejak Hasil Pengujian

35
Tabel A.1 Data Hasil Pengujian Kekerasan

Kandungan Kandungan Nilai Kekerasan ( Rata-Rata Nilai


No
Sr ( % ) AlTiB ( % ) VHN ) Kekerasan ( VHN )
78.9
91.1
1 0.05 96.8 90.34
91.9
93
97.2
90.8
2 0.1 98.3 97.7
93.2
109
0.045
115
86.1
3 0.15 122 101.8
97.3
88.6
107
88.6
4 0.2 92.9 105.1
112
125
86.4
89.3
1 0.05 89.2 85.72
82.8
80.9
95.9
98.7
2 0.1 101 94.92
89.7
89.3
0.06
104
97.2
3 0.15 106 101
96.8
101
107
111
4 0.2 95.1 103.58
95.8
109

36
LAMPIRAN B
Pengamatan Komposisi Kimia

37
38
Lampiran C
Dokumentasi Penelitian

39
40
41

Anda mungkin juga menyukai