Anda di halaman 1dari 154

TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU TERHADAP


KELELAHAN PEKERJA PADA USAHA PERTAMBANGAN
PENGOLAHAN PEMURNIAN STONE CRUSHER
CV. INTAN MANDIRI ALAM SEJATI
KABUPATEN PASAMAN BARAT
PROVINSI SUMATERA BARAT

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang Untuk Memenuhi


Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun :

AGUNG PRIHANDANA
1810024427026

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2020
TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU TERHADAP


KELELAHAN PEKERJA PADA USAHA PERTAMBANGAN
PENGOLAHAN PEMURNIAN STONE CRUSHER
CV. INTAN MANDIRI ALAM SEJATI
KABUPATEN PASAMAN BARAT
PROVINSI SUMATERA BARAT

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh :
AGUNG PRIHANDANA
1810024427026

Disetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Refki Adi Nata, ST., MT Afni Nelvi, S.Si., M.Si


NIDN : 1028099002 NIDN : 1002029201

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Riam Marlina A, ST., MT Riko Ervil, MT


NIDN : 1027098501 NIDN : 1014057501

i
Surat Pernyataan

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : AGUNG PRIHANDANA

NPM : 1810024427026

Program Studi : Teknik Pertambangan

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul :

“Analisis Tingkat Kebisingan dan Suhu Terhadap Kelelahan Pekerja pada


Usaha Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian Stone Crusher CV. Intan
Mandiri Alam Sejati Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat”.

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar sarjananya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan
sebagaimnana mestinya.

Padang, 02 November 2020


Pembuat Pernyataan

Materai Rp 6000

Agung Prihandana

ii
iii
KATA PENGANTAR

‫ﺒﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ‬
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman modern saat ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Riko Ervil., MT selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang
2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku ketua Prodi Teknik Pertambangan
3. Bapak Refki Adi Nata, ST., MT selaku Pembimbing 1
4. Ibuk Afni Nelvi, S.Si., M.Si selaku Pembimbing 2
5. Dewan Penguji
6. Bapak Erman B selaku Direktur CV. Intan Mandiri Alam Sejati
7. Kepada kedua Orangtua, keluarga, Istri dan buah hati tercinta
8. Kepada seluruh karyawan/karyawati STTIND Padang
9. Rekan-rekan Mahasiswa Transfer S1 Teknik Pertambangan angkatan 2018
STTIND Padang
Penulis mengakui Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis meminta saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis sendiri. Aamiin.
Padang, 02 November 2020

Agung Prihandana

iv
ABSTRACT

CV. Intan Mandiri Alam Sejati is one of the private companies engaged in the
mining sector, namely the processing of Stone Crusher purification in Jorong
Anam Koto Selatan, Nagari Kinali, Kinali District, West Pasaman Regency, West
Sumatra Province. Noise measurement at CV. Intan Mandiri Alam Sejati aims to
determine whether the noise level at the location of the Stone crusher activity
meets the requirements according to the standard noise level based on KEP-
48/MENLH/11/1996 and SNI 7570:2010 for residential areas and the Threshold
Value (NAV) that has been determined by Decree of the Minister of Manpower
Number KEP-51/MENAKER/1999 for work locations. From the results of this
study based on the scope of work, that the noise at the study site at a distance of 1
m from the stone crusher was 96.0 dBA, 15 m from the stone crusher was 87.0
dBA, 30 m from the stone crusher was 80.0 dBA at work location. Based on KEP-
51/MENAKER/1999 at a distance of 1 m, and 15 m has exceeded the permitted
threshold for humans to receive noise continuously working for 8 hours of work,
at a distance of 30 m and 60 m has met the NAV. The noise at the location
directly adjacent to the community settlement at a distance of 100 meters is 53.6
dBA which is directly exposed to the purification processing activity also meets
the standard noise level allowed based on KEP-48/MENLH/11/1996 and SNI
7570:2010. The temperature measurement results refer to KEP-
51/MENAKER/1999 for continuous work for 8 hours. At the stone crusher
location with moderate workload, 32.6 ° C temperature data was obtained and in
the workshop with a heavy workload of 30.7 ° C. The results of temperature
measurements at the two locations exceed the Threshold Value (NAV) based on
KEP-51/MENAKER/1999.

Keywords : Threshold Value (NAV), KEP-48/MENLH/11/1996, KEP-51/MENAKER/1999,


SNI 7570:2010

v
ABSTRAK

CV. Intan Mandiri Alam Sejati adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak
disektor pertambangan, yaitu pengolahan pemurnian Stone crusher di Jorong Anam Koto
Selatan, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera
Barat. Pengukuran kebisingan di CV. Intan Mandiri Alam Sejati bertujuan untuk
mengetahui apakah tingkat kebisingan di lokasi kegiatan Stone crusher memenuhi
persyaratan menurut standar baku tingkat kebisingan berdasarkan KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010 untuk daerah pemukiman penduduk dan
Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 untuk lokasi kerja. Dari hasil
penelitian ini berdasarkan ruang lingkup kerja, bahwa kebisingan di lokasi
penelitian pada jarak 1 m dari stone crusher adalah sebesar 96,0 dBA, 15 m dari
stone crusher sebesar 87,0 dBA, 30 m dari stone crusher sebesar 80,0 dBA pada
lokasi kerja. Berdasarkan KEP-51/MENAKER/1999 pada jarak 1 m, dan 15 m
telah melebihi ambang batas yang diizinkan untuk manusia menerima kebisingan
terus menerus bekerja selama 8 jam kerja, pada jarak 30 m dan 60 m telah
memenuhi NAB. Kebisingan di lokasi yang berbatasan langsung dengan
pemukiman masyarakat pada jarak 100 meter adalah sebesar 53,6 dBA yang
terpapar langsung dengan aktifitas pengolahan pemurnian juga sudah memenuhi
standar baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan berdasarkan KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010. Hasil pengukuran suhu merujuk kepada
KEP-51/MENAKER/1999 untuk kerja teru-menerus selama 8 jam. Di lokasi stone
crusher dengan beban kerja sedang diperoleh data suhu 32,6˚C dan di workshop
dengan beban kerja berat yaitu sebesar 30,7˚C. Hasil pengukuran suhu pada dua
lokasi tersebut melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) berdasarkan KEP-
51/MENAKER/1999.

Kata kunci : Nilai Ambang Batas (NAB), KEP-48/MENLH/11/1996, KEP-


51/MENAKER/1999, SNI 7570:2010

vi
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ii
SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI PERUSAHAAN ............ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 4
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7


2.1 Sejarah Singkat CV. Inta Mandiri Alam Sejati .................................... 7
2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah ........................................................... 7
2.3 Geografis dan Kondisi Fisik ................................................................. 9
2.4 Komponen Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat ..................... 11
2.5 Karakteristik Keteknikan Batuan dan Tanah ........................................ 14
2.6 Kegiatan Pengusahaan Stone Crusher ................................................. 14
2.7 Kebisingan ........................................................................................... 23
2.8 Suhu ..................................................................................................... 32
2.9 Perasaan Kelelahan Kerja .................................................................... 37
2.10 Perhitungan Paparan Kebisingan ........................................................ 41
2.11 Perhitungan Suhu ................................................................................ 42
2.12 Kerangka Konseptual .......................................................................... 42

vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 45
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 45
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 45
3.3 Waktu Penelitian .................................................................................. 45
3.4 Instrumentasi Pengambilan Data ......................................................... 46
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 48
3.7 Kerangka Metodologi ........................................................... ............... 53

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA........................... 56


4.1 Tingkat Kebisingan Leq 1 Menit ......................................................... 56
4.2 Tingkat Kebisingan Leq 10 Menit ....................................................... 61
4.3 Tingkat Kebisingan di Pemukiman Masyarakat .................................. 63
4.4 Pengukuran Suhu ................................................................................. 70
4.5 Pengisian Kuesioner ............................................................................. 72

BAB V ANALISA DATA ................................................................................ 73


5.1 Tingkat Kebisingan di Stone Crusher .................................................. 73
5.2 Tingkat Kebisingan di Pemukiman ...................................................... 75
5.3 Suhu di Stone Crusher dan Workshop ................................................. 76
5.4 Kusioner Gejala Kelelahan Kerja ........................................................ 78

BAB VI PENUTUP........................................................................................... 80
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 80
6.2 Saran .................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xiii

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Peta Lokasi CV. Intan Mandiri Alam Sejati Kab. Pasaman Barat.... 8
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ..................................................................... 44
Gambar 3.3 Kerangka Metodologi .................................................................... 55
Gambar 4.1 Pengambilan Data Kebisingan di Stone Crusher ........................... 57
Gambar 4.2 Pengambilan Data Suhu di Stone Crusher .................................... 71

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Pasaman Barat .............................................. 9
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin di Kenagarian Kinali,
Kecamatan Kinali dirinci perjorong ............................................... 12
Tabel 2.3 Banyaknya Pasien Menurut 10 (Sepuluh) Macam Penyakit
Terbanyak ....................................................................................... 13
Tabel 2.4 Klasifikasi Reduksi Ukuran Butir .................................................... 17
Tabel 2.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Berdasarkan Pemajanan
Perhari ............................................................................................. 26
Tabel 2.6 Baku Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Berdasarkan KEP-
48/MENLH/11/1996 ........................................................................ 27
Tabel 2.7 Baku Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Berdasarkan SNI
7570:2010 ........................................................................................ 27
Tabel 2.8 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) .............................................................................................. 36
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Perhitungan Kebisingan Tiap 5 Detik sengan
Rentang 1 Menit .............................................................................. 49
Tabel 3.2 Tabel Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan pada
Pemukiman Masyarakat .................................................................. 49
Tabel 3.3 Baku Tingkat Kebisingan Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996
....... ................................................................................................... 50
Tabel 3.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Pemajanan Perhari ... 51
Tabel 3.5 Baku Tingkat Kebisingan Terhadap Lingkungan Berdasarkan SNI
7570:2010 ........................................................................................ 52
Tabel 3.6 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) ............................................................................................. 52
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan Tiap 5 Detik dengan Rentang
Menit 1 sampai Menit 10 di Lokasi Stone Crusher ......................... 57
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Leq Menit 1 sampai
Leq Menit 10 dan Leq 10 Menit ...................................................... 62

x
Tabel 4.3 Tingkat Kebisingan di Hari Senin/ 22 Juni 2020 ............................ 62
Tabel 4.4 Tingkat Kebisingan di Hari Rabu/ 24 Juni 2020 ....... ...................... 63
Tabel 4.5 Tingkat Kebisingan di Hari Sabtu/ 27 Juni 2020 ............................. 63
Tabel 4.6 Data Hasil Pengukuran Kebisingan Pemukiman Tiap 5 Detik dengan
Rentang Menit 1 sampai Menit 10 .................................................. 64
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Pemukiman Leq
Menit 1 sampai Leq Menit 10 dan Leq 10 Menit (La) .................... 69
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Kebisingan di Pemukiman Masyarakat ............. 70
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu ............................... 71
Tabel 4.10 Hasil Pengisian Kuesioner Gejala Kelelahan Kerja ....... ................. 72
Tabel 5.1 Tingkat Kebisingan di Hari Senin/ 22 Juni 2020 ............................. 73
Tabel 5.2 Tingkat Kebisingan di Hari Rabu/ 24 Juni 2020 ....... ..................... 74
Tabel 5.3 Tingkat Kebisingan di Hari Sabtu/ 27 Juni 2020 ....... ..................... 74
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Kebisingan di Pemukiman Masyarakat ............. 75
Tabel 5.5 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu ............................... 76
Tabel 5.6 Hasil Pengisian Kuesioner Gejala Kelelahan Kerja ....... ................. 78

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Data Kebisingan Hari Senin/ 22 Juni 2020 ..................................... 85
Lampiran 2 Data Kebisingan Hari Rabu/ 24 Juni 2020 ..................................... 87
Lampiran 3 Data Kebisingan Hari Sabtu/ 27 Juni 2020 ..................................... 89
Lampiran 4 Data Kebisingan Pada Pemukiman – Senin/ 22 Juni 2020 ............. 91
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Data Kebisingan pada Pemukiman – Senin/ 22
Juni 2020 ......................................................................................... 93
Lampiran 6 Data Suhu ........................................................................................ 95
Lampiran 7 Keputusan MENAKER RI No. KEP.51/MEN/1999 ...................... 96
Lampiran 8 Keputusan MENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996 .................... 105
Lampiran 9 SNI 7570 TAHUN 2010 ............................................................... 114
Lampiran 10 Peta Geologi Kabupaten Pasaman Barat ....................................... 125
Lampiran 11 Bagian-bagian Sound Level Meter dan Penggunaannya ............... 126
Lampiran 12 Bagian-bagian Thermohygrometer dan Penggunaannya .............. 127
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 128
Lampiran 14 IUP CV. Intan Mandiri Alam Sejati ............................................. 131
Lampiran 15 Kuesioner ...................................................................................... 132
Lembar Konsultasi Pembimbing I dan Pembimbing II .................................. 133

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kegiatan eksploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti
batuan merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara
fisik, ekonomi maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan sumberdaya
yang mampu menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk suatu daerah.
Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti batuan tampak
semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan
berbagai sarana prasarana fisik di berbagai daerah di Indonesia. CV. Intan
Mandiri Alam Sejati adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak di
sektor pertambangan, yaitu pengolahan pemurnian batuan stone crusher di
Jorong Anam Koto Selatan, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten
Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat.
Semakin maraknya kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jalan,
maka kebutuhan batuan split akan meningkat. Provinsi Sumatera Barat saat
ini merupakan salah satu provinsi yang sedang giat dalam upaya peningkatan
dan pemeliharaan prasarana jalan. Dengan beroperasinya kegiatan stone
crusher, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan krikil split untuk
pembangunan dan pemeliharaan jalan raya. Kegiatan yang dilakukan
perusahaan ini secara prinsip akan mendukung kegiatan perekonomian
disekitarnya dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan kepada Pemerintah Daerah maupun kepada
Pemerintah Pusat. Sama seperti kegiatan industri lainnya bahwa kegiatan
mekanis dalam pertambangan dan perangkat permesinan yang digunakan
dalam operasional pertambangan pasti akan menimbulkan efek samping
terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu aspek yang menjadi perhatian
adalah kenyamanan dan keamanan bagi tenaga kerja saat melaksanakan
pekerjaannya dan ketergangguan masyarakat setempat yang berada disekitar
lokasi penambangan terhadap aktivitas kerja yang dilakukan perusahaan.

1
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang padat akan aktivitas
peralatan mesin yang dapat menimbulkan suara yang mengganggu
lingkungan, terutama lingkungan pemukiman yang berada disekitar lokasi
kegiatan pertambangan tersebut. Efek tekanan lingkungan pada manusia
dapat berupa penurunan kualitas fisik dan non fisik (psikologi). Salah satu
bentuk tekanan lingkungan adalah gangguan akibat kebisingan dan
kenyamanan bagi tenaga kerja saat melaksanakan pekerjaannya. Kenyamanan
disini adalah kenyamanan audio dan suhu. Tenaga kerja akan dapat dan
mampu bekerja dengan efisien dan produktif apabila lingkungan tempat
kerjanya nyaman. Sebaliknya kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman
dapat menyebabkan kelelahan tenaga kerja sehingga produktivitas akan
menurun.
Kelelahan terkait dengan lingkungan kerja yang bising, suhu yang
tidak terkontrol, hal ini sejalan dengan pendapat (Soeripto, 2008:339) yang
menyatakan bahwa tenaga kerja yang terpapar kebisingan akan menyebabkan
kelelahan. Terpapar kebisingan yang berlebihan berdampak negatif pada
tenaga kerja. Tenaga kerja yang terpapar kebisingan akan menyebabkan
denyut nadi menjadi cepat, tekanan darah naik, dan pembuluh darah
menyempit, sehingga cepat merasa lelah. Kebisingan mengganggu
konsentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir, lingkungan fisik kerja yang
terlalu panas mengakibatkan tenaga kerja cepat lelah karena kehilangan
cairan dan garam (Yanti, 2009:10).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan batas ambang baku
kebisingan dan suhu pada area kerja sesuai Lampiran I dan II Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 tentang nilai
ambang batas faktor fisik di tempat kerja, bahwa nilai ambang batas
kebisingan di area kerja maksimal adalah 85 dBA dengan waktu pemajanan 8
jam dalam sehari, sedangkan suhu maksimal dengan beban kerja sedang dan
waktu bekerja 8 jam (bekerja terus menerus) adalah 26,7 oC. Disamping itu
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Badan
Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan aturan dan standarisasi tingkat
kebisingan lingkungan melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor

2
KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010 tentang baku tingkat
kebisingan yang mengatur tentang batas baku kebisingan pada lingkungan,
area pemukiman ataupun fasilitas umum masyarakat lainnya.
Berdasarkan observasi awal ditemukan bahwa tingkat kebisingan
yang ditimbulkan oleh aktivitas stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati
sudah melebihi ambang batas kebisingan yaitu 93 dBA sampai 98 dBA pada
jarak 5 meter dari alat stone crusher tempat salah satu operator crusher
berada yang dihitung selama 10 menit dan aktifitas kerja di lokasi stone
crusher berlangsung selama 8 jam dalam sehari. Di lapangan ditemukan juga
pekerja yang tidak menggunakan alat proteksi diri (APD) dan pada umumnya
tidak menggunakan alat peredam kebisingan (ear plug/headphone), masker,
safety shoes, rompi dan safety helmet, sehingga tidak ada perlindungan
terhadap paparan kebisingan dan alat bantu pengamanan lainnya pada pekerja
saat aktivitas pengolahan pemurnian sedang berlangsung.
Observasi awal juga menunjukkan bahwa pada lokasi pengolahan dan
pemurnian batuan CV. Intan Mandiri Alam Sejati untuk pengukuran suhu di
lokasi stone crusher dan workshop rata-rata adalah sebesar 28,0oC-30,0oC
dan jenis pekerjaan di lokasi crusher dan workshop termasuk jenis pekerjaan
dengan beban kerja sedang, hal ini menunjukkan bahwa suhu di lokasi
crusher dan workshop telah melebihi ambang batas (NAB) yang telah
ditentukan. Dari masalah tersebut di atas maka penulis mengangkat studi
kasus yang berjudul “Analisis Tingkat Kebisingan dan Suhu Terhadap
Kelelahan Pekerja pada Usaha Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian
Stone Crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati Kabupaten Pasaman Barat,
Provinsi Sumatera Barat”.

3
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Adanya keluhan kelelahan dari beberapa pekerja akibat kebisingan dan
suhu yang tinggi di area kerja stone crusher.
2. Tingkat kebisingan melebihi standar yang sudah ditetapkan.
3. Suhu di lokasi kerja melebihi standar yang sudah ditetapkan.
4. Pekerja yang tidak menggunakan alat peredam suara.
5. Banyak waktu terbuang akibat karyawan yang istirahat tidak sesuai waktu
yang telah ditentukan seperti terlambat memulai pekerjaan sehabis
istirahat.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lokasi penelitian berada di CV. Intan Mandiri Alam Sejati yang
mempunyai izin dalam bidang proses pengolahan pemurnian batuan galian
pertambangan.
2. Tingkat kebisingan yang diukur berada pada ruang lingkup kerja stone
crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati yang terpapar langsung oleh
aktivitas pengolahan pemurnian, yaitu pada jarak 1 meter, 15 meter, 30
meter dan 60 meter dari sumber utama kebisingan yaitu stone crusher.
3. Tingkat kebisingan pada lokasi pemukiman di sekitar CV. Intan Mandiri
Alam Sejati yang terpapar langsung oleh aktivitas pengolahan pemurnian
pada saat aktivitas kerja sedang berlangsung yaitu pada pukul 07.00,
09.00, 15.00, dan 20.00 WIB selama satu hari pengambilan data untuk
mewakili tingkat kebisingan pada pemukiman selama 30 hari kerja.
4. Pengambilan data tingkat kebisingan di daerah kerja stone crusher ini
diambil selama 10 menit pada jarak 1 meter pukul 08.00, jarak 15 meter
pukul 10.00, jarak 30 meter pukul 14.00, dan pada jarak 60 meter pukul
16.00 WIB, masing-masing selama 3 (tiga) hari pengambilan data.
Pengambilan data pada hari senin mewakili awal minggu, hari rabu
mewakili pertengahan minggu dan hari sabtu mewakili akhir minggu.

4
5. Pengamatan untuk pengukuran suhu dilakukan di 2 (dua) lokasi yaitu
pada unit stone crusher dan ruang workshop alat berat. Pengolahan data
untuk suhu dilakukan dengan menggunakan rumus dasar ISBB (Indeks
Suhu Basah dan Bola).

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah intensitas kebisingan di lokasi kerja dan di lokasi pemukiman
sekitar stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati memenuhi nilai
ambang batas (NAB) kebisingan berdasarkan KEP-51/MENAKER/1999,
KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010?
2. Apakah tingkat suhu di lokasi unit crusher dan workshop CV. Intan
Mandiri Alam Sejati memenuhi persyaratan menurut KEP-
51/MENAKER/1999?
3. Apakah tingkat kebisingan dan suhu di lokasi kerja stone crusher dan
workshop mengakibatkan kelelahan pada pekerja?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian di CV. Intan Mandiri Alam Sejati diuraikan
sebagai berikut :
1. Menganalisis intensitas kebisingan di lokasi kerja dan di lokasi
pemukiman sekitar stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati selama
jam kerja berlangsung dan apakah memenuhi syarat Nilai Ambang Batas
(NAB) yang diperbolehkan berdasarkan KEP-51/MENAKER/1999, KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010.
2. Menganalisis tingkat suhu di lokasi area kerja unit crusher dan workshop
CV. Intan Mandiri Alam Sejati dan apakah memenuhi persyaratan
menurut KEP-51/MENAKER/1999.
3. Menganalisis kondisi pekerja apakah tingkat kebisingan dan suhu di lokasi
kerja stone crusher dan workshop mengakibatkan kelelahan kerja.

5
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diperoleh setelah melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk mengungkapkan tingkat kebisingan dan suhu di lokasi
kegiatan stone crusher, yang mana berguna untuk kenyamanan pekerja
khususnya pekerja di lokasi pengolahan pemurnian CV. Intan Mandiri
Alam Sejati, sehingga dapat diupayakan penanggulangan dan
pengendaliannya.
2. Bagi Penulis
Dapat menjadi penambah wawasan dan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang pengelolaan lingkungan dan K3 pada aktivitas
stone crusher, serta memahami peraturan yang mengatur pengelolaan
lingkungan pertambangan.
3. Bagi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan
jurnal dan dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa
yang akan melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan
pengelolaan lingkungan dan K3 pada aktivitas pertambangan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Singkat CV. Intan Mandiri Alam Sejati


CV. Intan Mandiri Alam Sejati adalah salah satu perusahaan swasta
yang bergerak disektor pertambangan, yaitu pengolahan pemurnian Stone
crusher yang berada di Jorong Anam Koto Selatan, Nagari Kinali, Kecamatan
Kinali, Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera Barat. Pendekatan
pengelolaan lingkungan kegiatan Stone crusher oleh CV. Intan Mandiri Alam
Sejati meliputi pendekatan sosial ekonomi, seperti menjalin interaksi yang
baik dengan masyarakat sekitar lokasi proyek, memberikan kesempatan kerja
dan peluang usaha bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan
Stone crusher serta menyelanggarakan Kepedulian Sosial Perusahaan,
corporate social responsibilty (CSR) sebagai upaya perusahaan menjalin
hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi kegiatan stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati berada
di Jorong Anam Koto Selatan, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten
Pasaman Barat. Luas areal yang digunakan adalah 32.032 m 2. Secara
geografis lokasi kegiatan terletak pada ketinggian 103 mdpl dengan titik
koordinat 0˚03’34,9” Lintang Selatan dan 101˚01’16,9” Bujur Timur.
CV. Intan Mandiri Alam Sejati melaksanakan kegiatan pembangunan
fasilitas Stone crusher untuk memenuhi permintaan pembangunan jalan dan
bangunan dengan ukuran batuan tertentu. Stone crusher unit merupakan
mesin yang digunakan untuk pemecahan batuan koral menjadi batuan kerikil
dengan ukuran-ukuran tertentu sesuai dengan yang telah ditentukan. Batuan
split ini digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan asphalt hotmix
dan lapisan jalan. Kapasitas operasional stone crusher CV. Intan Mandiri
Alam Sejati adalah 560 ton perhari dengan waktu operasi kerja adalah 8
(delapan) jam. Lahan yang digunakan untuk kegiatan stone crusher
CV. Intan Mandiri Alam Sejati ini yaitu ± 32.032 m 2. Lahan tersebut
digunakan untuk penempatan sarana prasarana, bahan baku, produk, dan
peralatan utama stone crusher. Adapun batas-batas lokasi stone crusher CV.
Intan Mandiri Alam Sejati adalah sebagai berikut :

Utara : Jalan raya Padang-Simpang Empat, Pemukiman masyarakat


Selatan : Kebun sawit masyarakat
Timur : Pemukiman masyarakat
Barat : Pemukiman masyarakat

Lokasi kegiatan stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati berada
di Jorong Anam Koto Selatan, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten
Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat. Peta lokasi kegiatan stone crusher
CV. Intan Mandiri Alam Sejati dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini :

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Pasaman Barat 2016


Gambar 2.1. Peta Lokasi PT. Intan Mandiri Alam Sejati Kab. Pasaman Barat
2.3 Geografis dan Kondisi Fisik
1. Geografis
a. Letak Geografis
Kabupaten Pasaman Barat merupakan daerah yang dilalui garis
khatulistiwa yang terletak antara 0˚03ˈ Lintang Utara – 0˚11ˈ Lintang
Selatan dan antara 99˚10ˈ - 100˚04ˈ Bujur Timur dengan luas wilayah
sekitar 3.887,77 km atau 9,29 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera
Barat. Kabupaten ini terletak pada ketinggian antara 0 – 2.912 meter di
atas permukaan laut. Gunung tertinggi di Kabupaten Pasaman Barat
yaitu Gunung Talamau dengan ketinggian 2.912 meter di atas
permukaan laut. Sebahagian besar wilayah datar, sebahagian lagi
berupa daerah berbukit, pegunungan dan pulau-pulau kecil dan
didominasi juga dengan sebahagian wilayah lautan dan pesisir pantai.
b. Topografis
Kabupaten Pasaman Barat keadaan tanahnya bervariasi antara
datar, bergelombang, dan bukit bergelombang. Untuk melihat keadaan
masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah :
Tabel 2.1. Topografi Kabupaten Pasaman Barat
Ketinggian dari Permukaan Laut
No Kecamatan
(mdpl)
1. Sungai Beremas 0 - 319
2. Ranah Batahan 23 - 753
3. Koto Balingka 0 - 811
4. Sungai Aur 0 - 1875
5. Lembah Melintang 15 - 725
6. Gunung Tuleh 26 - 1875
7. Talamau 225 - 2010
8. Pasaman 40 - 2913
9. Luhak Nan Duo 0 - 1250
10. Sasak Ranah Pasisie 0 - 10
11. Kinali 0 - 1332
Sumber : Pasaman Barat dalam Angka tahun 2016 (Bappeda)

Wilayah topografi Kabupaten Pasaman Barat berada pada


ketinggian 0-2913 mdpl. Apabila dilihat dari ketinggian tersebut
wilayah Pasaman Barat dapat dikategorikan kedalam 3 kondisi yaitu :
1) Daratan yang berada pada ketinggian sampai dengan 5 Meter dari
permukaan laut. Satuan topografi ini, area daratan rendah seperti
Sasak, Sikilang, Sikabau dan Air Bangis dan desa-desa pantai
lainnya.
2) Daratan yang bergelombang di atas 15 meter.
3) Kawasan bergelombang yang menuju kawasan perbukitan dengan
ketinggian diatas 50 meter, Areal perbukitan dengan ketinggian
sampai dengan 2913 meter di atas permukaan laut, yang sebahagian
besar merupakan kawasan lindung.

2. Kondisi Fisik
a. Geologi
Geologi wilayah Kabupaten Pasaman Barat dibentuk oleh
endapan permukaan formasi batuan pegunungan. Berdasarkan peta
Geologi Kabupaten Pasaman Barat dan sekitarnya, maka wilayah ini
dibagi menjadi beberapa secara genetik dan paratemis, yaitu :
1) Satuan Geomorfologi Lipat–Patahan yang meliputi 40% dari seluruh
wilayah Kabupaten Pasaman Barat.
2) Satuan Morfologi Perbukitan Karts yang tersebar setempat-setempat
yang mencover sebanyak 10% coverage.
3) Satuan dataran Pantai dan Aluvial yang meliputi 50% yang
menyebar dari Barat ke Timur.
Patahan geologi/struktur geologi yang dominan pada daerah
Pasaman Barat adalah Sesar Great Sumatera Fault Zone yang terdiri
dari sesar turun, lipatan, sesar geser dll. Ada kelurusan-kelurusan sesar
seperti sesar yang melintang dari Gunung Malintang dan Gunung
Talamau, berupa pola-pola kelurusan dari morfologi dan sesar, hanya
tidak aktif. Pola kelurusan ini merupakan akibat dari pengaruh gaya
pada sesar Semangko/Sesar Sumatera yang sangat aktif.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka daerah Pasaman
Barat, khususnya daerah bagian Barat Daya–Barat Laut yang mengikuti
arah Pulau Sumatera. Daerah ini adalah pengaruh dari sesar Sumatera.
Daerah bagian Selatan walaupun aman tetapi daerah pantai Pasaman
Barat harus waspada dari gelombang Tsunami. Bagian Selatan daerah
Pasaman Barat relatif lebih stabil dari gerakan tanah dan gempa bumi
yang selalu terjadi setiap saat pada daerah sepanjang Sumatera Fault
Zone, hal ini karena daer\ah Sumatera Fault Zone (sesar Sumatera) ini
merupakan sesar yang aktif, sehingga setiap saat jalur ini selalu
bergerak. Kejadian ini disebabkan Plate Tektonik (ocean crust) selalu
bergerak kearah Utara–Timur Laut dan menunjam ke bawah karena
bertemu Lempeng Daratan Kontinental (continental crust) yang saling
bergerak berlawanan arah, akibatnya daerah sepanjang Pulau Sumatera
dari Aceh sampai Lampung sebelah Selatan selalu bergerak dan tidak
stabil.

2.4 Komponen Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat


1. Sosial Ekonomi
Parameter kependudukan yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi rona lingkungan meliputi jumlah penduduk, kepadatan penduduk
dan jenis kelamin. Sumber informasi diperoleh dari Kecamatan Kinali
dalam angka tahun 2016 dan data primer lapangan yang diolah. Kondisi
kependudukan wilayah studi yang tersebar di Jorong Anam Koto Selatan,
Nagari Kinali pada wilayah administrasi Kecamatan Kinali dengan jumlah
penduduk sebesar 63.056 jiwa sedangkan di tapak kegiatan pembangunan
stone crusher di Jorong Anam Koto Selatan berjumlah 10.786 jiwa dengan
kepala keluarga berjumlah 2.167 KK.
Data kependudukan merupakan informasi penting dan berguna bagi
berbagai kegiatan perencanaan pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan data kependudukan tahun
2016 jumlah penduduk yang terdapat di Kecamatan Kinali berjumlah
63.881 jiwa terdiri dari 32.015 jiwa penduduk perempuan dan 31.866
penduduk laki-laki yang tersebar di dua kenagarian yakni Nagari Katiagan
Mandiangin dan Nagari Kinali. Sebaran penduduk di Kenagarian Katiagan
Mandiangin sebanyak 4.097 jiwa dan Kenagarian Kinali sebanyak 59.784
jiwa. Sedangkan jumlah penduduknya sebesar 10.786 jiwa dengan
komposisi 5.012 jiwa penduduk laki-laki dan 5.774 jiwa penduduk
perempuan.
2. Struktur Penduduk
Analisis struktur penduduk memberikan penjelasan terhadap
karakteristik kependudukan di daerah kajian pembangunan stone crusher.
Secara umum, struktur penduduk dapat dianalisis menurut umur dan jenis
kelamin yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin di Kenagarian
Kinali, Kecamatan Kinali dirinci perjorong
Jenis Kelamin Sex
No. Nama Jorong Jumlah
Laki-laki Perempuan Rasio
1. Tandikek 1.258 1.158 2.416 109
2. Bancah Kariang 1.060 979 2.039 108
3. Ampek Koto 5.712 5.622 11.343 102
4. Langgam 1.558 1.524 3.082 102
5. Koto Gadang 5.871 5.622 11.645 102
6. Limau Puruik 2.807 2.612 5.419 107
7. Padang Canduah 651 654 1.305 100
8. Bunuik 926 909 1.835 102
9. Anam Koto Selatan 5.012 5.774 10.786 87
10. Anam Koto Utara 3.526 3.423 6,5949 103
11. Mudiak Labuah 1.495 1.479 2.974 101
Jumlah/Total 29.876 29.908 59.784 100
Sumber : Proyeksi penduduk Kecamatan Kinali 2016 DISDUKCAPIL Pasbar

1) Ketersediaan Tenaga Kerja


Ketersediaan tenaga kerja akan memberikan kesempatan kerja
bagi penduduk dimana kegiatan pembangunan itu berlangsung.
Kesempatan kerja adalah memanfaatkan sumber daya manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa. Semakin meningkatnya pembangunan,
semakin besar pula kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini berarti
semakin besar pula permintaan akan tenaga kerja. Sebaliknya semakin
besar jumlah penduduk, semakin besar pula kebutuhan akan lowongan
pekerjaan (kesempatan kerja). Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
2) Kesempatan Kerja
Keberadaan Stone crusher dapat memberikan pengaruh terhadap
peningkatan perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan
karena akan bermunculan banyak peluang kegiatan usaha seiring
dengan keberadaan perusahaan diantaranya buruh muat batu, kedai nasi,
penyediaan makan dan minum, pengelolaan kuari, dan usaha truck.
Berdasarkan fenomena peluang usaha yang bermunculan dari
masyarakat ini, maka perusahaan harus bijak dalam mengelola dampak
dari peningkatan ekonomi masyarakat.
3. Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan data dari BPS, Kecamatan Kinali Dalam Angka 2016
diketahui bahwa kecenderungan penyakit dengan jumlah pasien terbanyak
yaitu ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Data tersebut menunjukkan
bahwa sebelum kegiatan Stone crusher berlangsung pola penyakit
masyarakat didominasi oleh ISPA. Data jumlah kunjungan pasien menurut
jenis penyakit utama dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3. Banyaknya Pasien Menurut 10 (Sepuluh) Macam Penyakit
Terbanyak
No Jenis Penyakit Jumlah
1 ISPA 853
2 PSPB 256
3 Penyakit pada system otot 98
4 Penyakit rongga mulut 198
5 Penyakit kulit 215
6 Penyakit karena parasit 178
7 Kelainan kebidanan 92
8 Penyakit mata 186
9 Tukak lambung 205
10 Penyakit lainnya -
Sumber : Kecamatan Kinali Dalam Angka 2016 (Bappeda)
2.5 Karakteristik Keteknikan Batuan dan Tanah
Berdasarkan karakteristik keteknikan material padat (batu dan tanah)
yang menyusun permukaan area penyelidikan dikelompokkan menjadi 2
(dua) yaitu :
1. Kelompok aluvial (Qal)
Material non-kohesif terdiri dari lanau, pasir dan kerikil, terutama
di sepanjang lembah alur-alur sungai. Ketebalan aluvial bervariasi dari nol
hingga beberapa meter.

2. Kelompok batuan gunung api yang tak dipisah-pisahkan (Qyu)


Terdiri dari lahar, breksi dan tufa berkomposisi basalt sampai
andesit. Sebagian kecil dari kelompok batuan gunung api yang tak dipisah-
pisahkan itu telah mengalami pelapukan, sehingga secara gradual berubah
menjadi tanah lempung (clay) berwarna coklat kekuningan. Tebal tanah
pelapukan mencapai 3 meter.

2.6 Kegiatan Pengusahaan Stone Crusher


1. Genesa Batuan Andesit
Andesit berasal dari magma yang biasanya meletus dari
stratovolcanoes pada lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya
penyebarannya dapat mencapai beberapa kilometer. Magma andesit dapat
juga menghasilkan letusan seperti bahan peledak yang kuat yang kemudian
membentuk arus pyroclastic. Andesit terbentuk pada temperatur antara 900
sampai 1.100 derajat celcius.
Di dalam andesit terdapat 40% kandungan kuarsa, 25% kandungan
piroksin, 15% kandungan hornblande, 15% kandungan biotit dan 5%
mineral lain.
Andesit adalah batuan leleran dari diorit, mineralnya berbutir halus,
komposisi mineralnya sama dengan diorit warnanya kelabu. Gunung api di
Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava
maupun piroklastika. Batuan andesit yamg banyak mengandung
hornblenda disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak
mengandung piroksin disebut andesit piroksin. Batuan ini banyak
digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton,
dll. Adapun yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu
tempel.
2. Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan bahan galian atau mineral dressing adalah istilah
umum yang digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil
tambang yang berupa mineral, batuan, bijih atau bahan galian lainnya yang
ditambang atau diambil dari endapan-endapan pada kulit Bumi, untuk
dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih bagian
mineral yang dikehendaki dan bagian yang lain yang tidak dikehendaki.
Mineral yang dikehendaki biasanya disebut juga mineral berharga karena
nilai ekonominya, sedangkan mineral yang tidak dikehendaki disebut
mineral buangan (tailling). Pada akhir proses pengolahan akan diperoleh
dua macam hasil, yaitu concentrate (konsentrat) yang sebagian besar
terdiri dari mineral dari mineral berharga dan tailling yakni terdiri dari
mineral tidak berharga.
Pengolahan bahan galian yang dapat juga disebut sebagai mineral
processing technology dapat dibagi dalam 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Mineral Dressing
Proses pengolahan bahan galian atau mineral bertujuan
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang
berharga, yang dilakukan secara mekanis dengan memanfaatkan
perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral tersebut, tanpa
mengubah identitas atau sifat kimia dan fisiknya, menghasilkan produk
yang kaya mineral berharga atau konsentrat dan mineral pengotornya
yang kadarnya rendah (tailling).
b. Extractive Metalurgy
Juga merupakan proses pengolahan bahan galian atau mineral
logam dengan tujuan mengekstrak unsur logam dari mineralnya
menjadi bahan logam yang terpisah dari pengotornya, dimana dalam
prosesnya memanfaatkan reaksi kimia, sehingga terjadi perubahan
dalam sifat-sifat fisik dan kimia dari asli mineral tersebut.
c. Fuel Technology
Proses pengolahan bahan galian atau mineral organik dengan
tujuan memisahkan atau mengurai mineral tersebut menjadi fraksi-
fraksinya dengan memanfaatkan reaksi kimia, sehingga terjadi
perubahan dalam sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral-mineral
tersebut.

3. Penghancuran (Comminution)
Comminution atau penghancuran adalah sebagai langkah pertama
yang bisa dilakukan dalam operasi mineral dressing yang bertujuan untuk
memecahkan bongkah-bongkah besar menjadi fragmen yang lebih kecil.
Dilihat dari fragmen yang dihasilkan maka kominusi dapat dibagi dalam
dua tingkat, yaitu:
a. Crushing, biasa dilakukan dalam keadaan kering menggunakan crusher.
b. Grinding, dapat dilakukan dalam keadaan kering dan basah dengan
menggunakan grinder.
Gaya penghancuran dari alat crusher adalah sebagai hasil tekanan
terhadap batuan oleh bagian yang bergerak dari alat kepada yang diam
atau bagian lain yang bergerak dari alat tersebut. Gaya impact dan gaya
tekanan dari alat dapat memecahkan batuan jika melebihi batas batuan itu.
Proses peremukan atau pengecilan ukuran butir batuan harus
dilakukan secara bertahap karena keterbatasan kemampuan alat untuk
mereduksi batuan berukuran besar hasil peledakan sampai menjadi
butiran-butiran kecil seperti yang dikehendaki. Oleh karena itu proses
peremukan batu andesit dilakukan dari tahap primer (primary crushing),
tahap sekunder (secondary crushing) sampai tahap tersier (tertiary
crushing). Menurut Taufan Agustiar (2015:35) tahapan dasar dari reduksi
ukuran butir batuan adalah seperti pada tabel 2.4 berikut :
Tabel 2.4. Klasifikasi Reduksi Ukuran Butir
Tahapan Ukuran Butiran Ukuran Terbesar Ukuran Terkecil

Hasil Peledakan Tak Terbatas 1m

Peremukan Primer 1m 100 mm

Peremukan Sekunder 100 mm 10 mm

Grinding Kasar 10 mm 1 mm

Grinding Halus 1 mm 100µ

Grinding Sangat Halus 100µ 10µ

Grinding Ultra Halus 10µ 1µ

4. Penyeragaman (Sizing)
Sizing atau penyeragaman ukuran adalah proses pemisahan butiran
mineral-mineral menjadi bagian-bagian (fraksi) yang berbeda dalam
ukurannya, sehingga setiap fraksi terdiri dari butiran-butiran yang hampir
sama ukurannya. Sizing dapat dilakukan dengan cara:
a. Screening, menyaring atau mengayak.
b. Classifying (klasifikasi), memisahkan butiran-butiran berdasarkan
kecepatan jatuh butiran di dalam air atau udara.
c. Cyclone, memisahkan butiran-butiran kasar dan halus dengan media air
melalui aliran pasir.
5. Concentration
Concentration adalah proses untuk memisahkan butiran-butiran
mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga, yang
terdapat bersama-sama, sehingga didapat konsentrat yang lebih tinggi
kadarnya dengan menguntungkan. Berdasarkan perbedaan sifat fisik dari
mineral-mineral maka proses konsentrasi dapat dibagi dalam empat
macam yaitu :
a. Konsentrasi Gravimetri, pemisahan berdasarkan perbedaan gaya berat.
b. Konsentrasi Magnetis, pemisahan berdasarkan perbedaan sifat
kemagnetan.
c. Konsentrasi Elektrostatis, pemisahan berdasarkan perbedaan sifat daya
hantar listrik.
d. Konsentrasi secara Flotasi, pemisahan berdasarkan perbedaan sifat fisik
permukaan mineral terhadap pengaruh bahan kimia.
6. Dewatering
Dewatering adalah proses untuk mengurangi atau menghilangkan
kandungan air dari hasil akhir proses pengolahan bahan galian yang
menggunakan air yang banyak dalam operasinya, yang dapat dilakukan
dalam tiga tahap:
a. Thickening (pengentalan)
b. Filtering (penyaringan)
c. Drying (pengeringan)
7. Dasar Pemilihan Alat
Pertimbangan-pertimbangan untuk memilih alat pereduksi ukuran
yang akan digunakan ialah sebagai berikut:
a. Ukuran umpan
b. Kekerasan material
c. Sifat material
d. Kapasitas
e. Keseragaman produk
f. Kemampuan wet grinding
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peremukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi peremukan batuan oleh Stone
crusher antara lain:
a. Kuat tekan batuan
Ketahanan batuan dipengaruhi oleh brittlenes (kerapuhan dari
kandungan mineralnya. Struktur mineral yang sangat halus biasanya
lebih tahan dari pada batuan yang berstruktur kasar.
b. Ukuran material umpan
Ukuran material umpan mencapai produk yang baik pada
peremukan adalah kurang dari 85% dari ukuran bukaan dari alat
peremuk.
c. Reduction Ratio-80
Merupakan perbandingan ukuran ayakan yang dapat meloloskan
80% berat umpan kumulatif dengan ukuran dari ayakan yang dapat
meloloskan 80% berat produk kumulatif. Nilai reduction ratio yang
baik pada proses peremukan untuk primary crushing adalah 4-7, untuk
secondary crushing adalah 14-20 dan untuk tertiery crushing adalah 50-
100.
d. Arah resultan gaya
Untuk terjadinya suatu peremukan, maka arah resultan gaya
terakhir haruslah mengarah ke bawah. Jika arah resultan gaya terakhir
mengarah ke atas berarti peremukan tidak terjadi melainkan material
hanya akan meloncat-loncat ke atas.
e. Energi Peremukan
Energi yang dibutuhkan alat peremuk tergantung dari beberapa
faktor antara lain ukuran umpan, ukuran produk, kapasitas mesin
peremuk, bentuk material, presentase dari waktu berhenti alat peremuk
pada suatu proses peremukan. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk
meremuk berkisar antara 0,3-1,5 KWh jam/ton.
f. Kapasitas
Kapasitas alat peremuk dipengaruhi oleh jumlah umpan yang
masuk setiap jam, berat jenis umpan dan besar pengaturan dari alat
peremuk.
9. Mekanisme Pecahnya Batuan
Pecahnya batuan pada alat peremuk rahang yang disebabkan oleh
ketahanan material umpan lebih kecil dari pada kuat tekan yang
ditimbukan oleh alat peremuk, sudut singgung material (nip angle), dan
dari arah resultan gaya terakhir yang mengarah ke bawah sedemikian
sehingga batuan tersebut pecah. Adapun gaya yang bekerja pada alat
peremuk adalah:
a. Gaya Tekan
Merupakan gaya yang dihasilkan oleh gerakan rahang ayun
yang bergerak menekan batuan.
b. Gaya Gesek
Merupakan gaya yang bekerja pada peremukan antara rahang
diam maupun rahang ayun dengan batuan.
c. Gaya Gravitasi
Merupakan gaya yang bekerja pada batuan, sehingga
mempengaruhi arah gerak material ke bawah (gravitasi).
d. Gaya Menahan
Merupakan gaya tahan yang dimiliki atas gaya yang timbul
akibat gerakan rahang ayun terhadap rahang diam.

10. Crushing Plant


Tahap penghancuran (crushing) adalah salah satu proses dari
bagian hasil penambangan yang berupa batu andesit yang diolah menjadi
bahan produk untuk dipasarkan, yang lebih dikenal dari produk ini adalah
bahan bangunan. Dari alat-alat penghancuran ini biasanya memakai alat
hopper, feeder, jaw crusher, belt conveyor.
a. Hopper
Hopper merupakan suatu alat untuk menampung material
sebelum material dimasukkan kedalam peremuk batuan (crusher).
Biasanya hopper dibuat dari plat baja yang dibentuk sehingga dapat
menampung yang akan diproses. Dengan material yang ditampung
lebih dahulu di dalam hopper, maka pemberian umpan pada crusher
dapat diatur secara kontinyu oleh feeder.
Pengangkut material agar material yang ditumpahkan oleh truck
dapat tertampung semuanya kedalam hopper. Dengan menggunakan
rumus dibawah ini volume suatu hopper dapat ditentukan sebagai
berikut :
V=Px x Tinggi

Keterangan:
V = Volume
P = Panjang Atas
A1 = Lebar Bawah
A2 = Lebar Atas
H = Tinggi

b. Feeder
Feeder adalah suatu alat yang berfungsi untuk memberikan
umpan (feed) kepada jaw crusher secara teratur dan kontinyu.
Penggunaan feeder pada dasarnya disesuaikan dengan anjuran yang
diberikan pabrik penghasil feeder itu sendiri, agar hasil yang diperoleh
bisa semaksimal mungkin.
c. Jaw Crusher
Jaw crusher adalah alat peremuk tingkat pertama (primary
crusher) yang memberikan batuan yang berasal dari tambang. Pada
prinsipnya jaw crusher terdiri dari dua buah bidang peremuk crusher
face yang berbentuk rahang (jaw) yang umumnya terbuat dari plat baja
berhadap-hadapan membentuk sudut kecil dibagian bawah, salah satu
diantaranya static (tetap) bertahap pada kerangka yang disebut fixed
jaw, sedangkan yang satu lagi dapat mendekat dan menjauh terhadap
fixed jaw yang disebut swing jaw.
Gaya peremuk dari alat jaw crusher didapat dari tekanan swing
jaw terhadap fixed jaw pada batuan yang akan pecah bila gaya tekan
pada jaw tersebut lebih besar dari pada batas elastis batuan yang akan
diremukkan. Single-Tonggle type : swing jaw di tahan sbelah atas pada
occentris bearing dari as yang berputar.
d. Conveyor atau Bucket Elevator
Conveyor atau Bucket elevator adalah suatu perangkat
trasnportasi yang berguna untuk memindahkan material ke suatu tempat
pengolahan berikutnya yang bermaksud untuk mempermudah dan
mempercepat kegiatan pengolahan. Di perusahaan dalam rangkaian
pengolahan untuk batu andesit memakai alat conveyor untuk
mendistribusikan batu andesit yang sudah melalui proses pengecilan
ukuran dari jaw crusher untuk diproses pada alat cone crusher.
11. Peralatan Pendukung Crushing Plant
Peralatan pendukung pada Crushing Plant adalah peralatan-
peralatan yang tergolong sebagai alat gali, alat muat dan alat angkut. Alat-
alat berat ini ditempatkan pada Crushing Plant untuk membantu kinerja
Crushing Plant guna meningkatkan efisiensi kerja Crushing Plant tersebut
sehingga lebih cepat dan efisien.
Faktor pemilihan alat muat sangat terpengaruh terhadap kondisi
lapangan dan lingkungan lokasi tambang, nantinya berpengaruh terhadap
efektifitas atau kualitas kerja alat muat tersebut. Sebagai Supporting
Equitment pada Crushing Plant, alat muat yang sering digunakan adalah:
a. Excavator
Excavator adalah alat muat yang menggunakan sistem
pemindahan material dengan bucket atau kantong, kantong yang
dipunyai excavator terdiri dari dua jenis yaitu kantong dengan arah
pengerukan horizontal keatas dan kantong dengan arah pengerukan
horizontal kebawah.
b. Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat yang dipergunakan untuk pemuatan
material kedalam bucket dumptruck, sebagai prime mover loader
menggunakan roda. Bucket digunakan untuk menggali, memuat tanah
atau material yang granular, mengangkatnya dan diangkut untuk
kemudian dibuang (dumping) pada suatu ketinggian pada dumptruck
dan sebagainya.
Untuk menggerakkan bucket dapat dengan kabel atau hidrolik.
Tenaga gali pada kedaan horizontal (bucket tidak diangkat) didapat dari
prime mover-nya, sehingga disini baik kendali kabel ataupun hidrolik
hanya mempunyai fungsi menggerakkan bucket keatas dan kebawah.
Untuk menggali, bucket harus didorong pada material. Jika
bucket telah penuh roda mundur dan bucket di angkat ke atas untuk
selanjutnya material dibongkar ditempat yang dikehendaki.

2.7 Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu jenis pencemaran udara yang perlu
diperhatikan, karena berdampak terhadap kesehatan. Kebisingan yaitu bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulakan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan (KEP-48/MENLH/11/1996). Menurut Wall (1979),
kebisingan adalah suara yang mengganggu. Pengaruh gangguan kebisingan
tergantung kepada intensitas bunyi dan frekuensi nada.
Menurut Soeripto (2008), intensitas bunyi adalah besarnya tekanan
(energy) yang dipancarkan oleh suatu sumber bunyi. Frekuensi nada adalah
jumlah gelombang lengkap yang merambat persatuan waktu yang dinyatakan
dalam getaran per detik (cps) atau dalam Hertz (Hz). Defenisi kebisingan
merupakan gangguan yang berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan
kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik,
sedangkan operator merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh
yang diakibatkan adanya peningkatan kebisingan.
Kebisingan yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat
kebisingan yang berbeda-beda dari suatu model ke model lain. Proses
pemotongan seperti proses penggergajian kayu merupakan sebagian contoh
bentuk benturan antara alat kerja dan benda kerja yang menimbulkan
kebisingan. Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin dan
alat yang dipakai untuk melakukan pekerjaan.
Dari pengertian diatas maka disimpulkan bahwa pengertian
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan yang berpengaruh terhadap
kesehatan dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
1. Jenis Kebisingan
Menurut Sulaksmono (1991:1) jenis-jenis kebisingan dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Kebisingan continue (Steady State Noise) adalah kebisingan dimana
fluktuasi dan intensitasnya tidak lebih dari 6 dB. Jenis kebisingan ini
dibagi dua yaitu:
1) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi luas, yaitu: suara
mesin diesel, kipas angin, dapur pijar.
2) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi sempit, yaitu: suara
mesin gergaji sirkuler, katup gas.
b. Kebisingan Impulsif (Impulse Noise) adalah kebisingan dimana waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 35
milidetik. Misalnya: ledakan meriam, bom, dynamit, dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (Intermitten Noise) adalah kebisingan
dimana suara keras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan.
Contohnya: Kebisingan yang ditimbulkan lalu lintas, pesawat lepas
landas.
Menurut Suma’mur (1980: 58-59), jenis-jenis kebisingan yang
sering ditemukan ada lima, antara lain :
a. Kebisingan yang continue dengan spectrum frekuensi yang luas (steady
state, wide band noise).
Misalnya: Mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.
b. Kebisingan continue dengan spectrum frekuensi sempit (Steady narrow
band noise).
Misalnya: gergaji sirkuler, katup gas.
c. Kebisingan terputus-putus (Intermittent)
Misalnya: lalulintas, suara kapal terbang dilapangan udara.
d. Kebisingan impulsive (Impact or Impulsive noise)
Seperti: tembakan bedil atau meriam, ledakan bom.
e. Kebisingan impulsive berulang
Misalnya: mesin tempa perusahaan.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan
Menurut Utami (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat kebisingan antara lain :
a. Jarak : Jarak yang semakin jauh dari sumber bunyi maka bunyi yang
didengar akan semakin lemah.
b. Suhu dan Kelembaban : Pada suhu tinggi perambatan suara akan lebih
cepat dibandingkan dengan suhu rendah karena molekul udara lebih
renggang sedangkan pada suhu rendah molekulnya lebih rapat.
c. Kecepatan angin : Pergerakan angin akan mempengaruhi cepat rambat
suatu bunyi. Angin yang bergerak searah bunyi dengan kecepatan yang
relatif besar maka rambatan bunyi akan semakin cepat.
d. Barier/Penghalang : Barier merupakan sekat penghalang sumber bunyi
dengan penerima bunyi sehingga material barier dapat mempengaruhi
besaran bunyi yang ada pada area terhalang. Material barier dapat
menggunakan vegetasi/tanaman ataupun bangunan peredam bunyi
dapat terpotong dengan adanya barier.
3. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah standar faktor
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu sesuai dengan
surat keputusan menteri tenaga kerja nomor: KEP-51/MENAKER/1999
tentang nilai ambang batas kebisingan yaitu 85 dBA di tempat kerja.
(Jakarta: Depnaker.1999). Berdasarkan (Surat Edaran Menteri Tenaga
Kerja No.SE.01/MEN/1997) kegunaan Nilai Ambang Batas (NAB)
adalah :
a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan
b. Pedoman untuk perencanaan produksi dan perencanaan teknologi
pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.
c. Menentukan subtitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih
beracun dengan bahan yang kurang beracun.
d. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit-penyakit dan hambatan-hambatan efesiensi kerja faktor
kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologik.
Adapun nilai ambang batas kebisingan berdasarkan pemajanan
perhari menurut KEP-51/MENAKER/1999 dapat dilihat pada tabel 2.5
berikut :
Tabel 2.5. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Berdasarkan
Pemajanan Perhari

Intensitas Kebisingan
Waktu Pemajanan Perhari
Dalam dBA
8 JAM 85
4 88
2 91
1 94
30 MENIT 97
15 100
7.5 103
3.75 106
1.88 109
0.94 112
28.12 DETIK 115
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.23 136
0.11 139
Sumber: KEP-51/ MENAKER/1999

Baku mutu kebisingan yang diberikan pada tabel 2.6 dan 2.7

berikut membatasi tingkat kebisingan berdasarkan lingkungan sekitar.


Tabel 2.6. Baku Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Berdasarkan
KEP-48/MENLH/11/1996
Peruntukan Kawasan/ Tingkat Kebisingan
Lingkungan Kegiatan DB (A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
- Bandar Udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55
2. Sekolah atau Sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55
Keterangan :
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Sumber: KEP-48/MENLH/11/1996

Tabel 2.7. Baku Tingkat Kebisingan Terhadap Lingkungan Berdasarkan


SNI 7570:2010
Tingkat Maksimal
Kebisingan durasi
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan
dB (A) terpapar
(jam/hari)
a. Lingkungan Kegiatan Tambang Terbuka
1. Transportasi kendaraan berat 90 8
2. Pemboran 100 2
3. Peledakan 110 0.5
4. Mesin Peremuk batu (Crushing Plant) 100 2
5. Genset 100 2
6. Pompa 90 8
7. Alat-alat yang lain >110 0.5

b. Lingkungan Kegiatan Tambang Bawah


Tanah
1. Pemboran 95 4
2. Peledakan 140 0.25
3. Belt & chain conveyor 90 8
4. Kompresor 100 2
5. Genset 100 2
6. Roadheader & Tunel Boring Machine 110 0.5
7. Mine cars & skip winding 100 2
8. Exhaust radial fan 120 0.25
9. Pompa 90 8
10 Alat-alat yang lain >115 0.25
Sumber: SNI 7570:2010

4. Pengukuran Kebisingan
Untuk mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan kerja,
digunakan Sound Level Meter. Mekanisme kerja Sound Level Meter
apabila ada benda yang bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya
perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya
perubahan tekanan udara tersebut diubah menjadi energi yang akan
menggerakkan meter petunjuk pada skala yang telah dikalibrasi dalam
desibel (Soeripto, 2008).
Menurut Heru Subaris, dkk., (2007), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah sebagai berikut:
a. Sebelum melakukan pengukuran dilaksanakan, battery harus diperiksa
untuk mengetahui apakah masih berfungsi atau tidak.
b. Agar peralatan Sound Level Meter yang akan digunakan benar-benar
tepat, maka terlebih dahulu harus dicek dengan menggunakan
kalibrator, yaitu dengan meletakkan/memasang alat tersebut diatas
mikrophone dari Sound Level Meter, kemudian dengan tombol pada
alat tersebut dikeluarkan nada murni (pure tone) dengan intensitas
tertentu, maka jarum penunjuk/display Sound Level Meter tersebut
harus menunjukkan sesuai dengan intensitas suara dari kalibrator
tersebut.
c. Meletakkan sejauh mungkin Sound Level Meter (paling dekat 0,5 meter
dari tubuh pengukur). Gunakan tripod untuk meletakkannya. Hal ini
dilakukan karena selain operator dapat merintangi suara yang datang
dari satu arah operator tersebut juga dapat memantulkan suara sehingga
menyebabkan kesalahan pengukuran.
d. Pengukuran di luar gedung/lingkungan harus dilakukan pada ketinggian
1,2 – 1,5 meter di atas tanah dan bila mungkin tidak kurang dari 3,5
meter dari semua permukaan yang dapat memantulkan suara.
e. Sound Level Meter ini dapat digunakan pada suasana kelembapan
sampai dengan 90% dan pada suhu antara 100 – 500C.
f. Persiapan-persiapan pengukuran yaitu :
1) Peralatan Pengukuran
Buatlah daftar dari peralatan yang diperlukan dan terlebih
dahulu periksalah battery, operasi dan aspek-aspek lain dari
peralatan. Juga sediakan kabel-kabel power yang diperlukan, kertas
perekam pengganti, pena, battery, kamera, stopwatch, catatan
lapangan dan sebagainya.
2) Dokumen-dokumen
Untuk merekam titik-titik pengukuran dan informasi lain di
lapangan, siapkan dokumen-dokumen lapangan atas dasar peta-peta
lingkungan sekitarnya, dan sebagainya.
3) Catat sebelum pengukuran
Catat tanggal dan waktu pengukuran, lokasi, kondisi cuaca,
nama pengukur, lingkup pengukuran dan model peralatan.
4) Tempat pengukuran
Pilihlah lokasi yang tidak dipengaruhi oleh suara yang tidak
bergema atau yang terpengaruh oleh medan magnetik, getaran-
getaran yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
5) Periode pengukuran
Pilihlah waktu yang kebisingan latar belakangnya stabil dan
sumber-sumber lainnya yang mempengaruhi pengukuran-
pengukuran.
6) Pelihara catatan-catatan selama pengukuran
Dengan menggunakan indra pendengaran seseorang, bedakan
antara suara target dan kebisingan lainnya dan buatlah catatan
tentang itu pada kertas rekaman selama pengukuran. Bila lingkungan
berubah selama pengukuran, catatlah perubahan itu dalam status dan
waktu hal itu terjadi dan informasi terkait lainnya pada kertas
rekaman. Misalnya, bila suatu mesin berhenti atau seseorang lewat di
depan meteran tingkat kebisingan, buatlah catatan mengenai status
dan waktu hal itu terjadi pada kertas rekaman.
7) Instruksi kepada orang-orang lain
Peringatkan orang-orang lain untuk tidak membuat suara-suara
selama merekam kebisingan.
g. Posisi Pengukuran
Menurut Heru Subaris, dkk., (2007) Pengukuran dilakukan dari
ketinggian 1,2 – 1,5 meter di atas tanah. Laporan hasil pengukuran
dikatakan baik bila laporan tersebut paling sedikit telah memuat
keterangan-keterangan berikut ini:
1) Tipe dan nomor seri dari instrument yang digunakan.
2) Cara penerapan/kalibrator (Methode of calibration).
3) Weighting Network (A,B,C) dan meter response (Slow/Fast) yang
digunakan.
4) Nama pengukur/pelaksana.
5) Jenis kebisingan (Impulse, Intermitten atau Continuose Noise).
6) Pola pemanjanan (Intermitten/comtinuese exposure).
7) Data meteorologi.
8) Data tentang obyek atau mesin yang diukur.
Pengukuran kebisingan bertujuan untuk mengetahui apakah
Sound Pressure Level (SPL) memenuhi persyaratan menurut standar baku
tingkat kebisingan untuk lokasi pemukiman masyarakat berdasarkan
KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010 dan Nilai Ambang Batas
(NAB) untuk lokasi kerja yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999.
5. Faktor Pengaruh Pendengaran Pekerja
Tidak semua kebisingan dapat mengganggu para pekerja. Hal
tersebut tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah (Slamet
Riyadi, 2011) :
a. Intensitas bising
Nada dengan 85 dBA, jika diperdengarkan selama 4 jam tidak
membahayakan. Besarnya tekanan bunyi yang dihasilkan akan
berpengaruh terhadap kesehatan tergantung lamanya bunyi yang
diterima.
b. Frekuensi bising
Bising dengan frekuensi tinggi (1000 Hz) lebih berbahaya dari
pada bising dengan intensitas rendah (700 Hz).
c. Masa kerja
Semakin lama berada dalam lingkungan bising, semakin
berbahaya untuk kesehatan, misalnya stres kerja.
d. Sifat bising
Bising yang didengarkan secara terus menerus lebih berbahaya
dibandingkan bising terputus-putus.
e. Usia
Orang yang berusia lebih dari 40 tahun akan lebih mudah stres
akibat terpapar bising di tempat kerja.
6. Pengaruh Kebisingan
Menurut Depkes RI (2003), kebisingan di tempat kerja
menimbulkan gangguan. Gangguan tersebut dapat dikelompokkan secara
bertingkat sebagai berikut :
a. Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis yaitu gangguan yang mula-mula timbul
akibat bising, dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis
dapat terganggu. Pembicaraan atau insruksi dalam pekerjaan tidak dapat
didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan ganguan lain
misalnya kecelakaan, pembicaraan terpaksa berteriak, selain
memerlukan ekstra tenaga juga dapat menambah kebisingan.
b. Stres
Gangguan fisiologis semakin lama bisa menimbulkan stres.
Suara yang tidak dikehendaki juga dapat menimbulkan gangguan jiwa,
sulit konsentrasi, dan lain sebagainya.
c. Gangguan patalogis organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruh
terhadap pendengaran atau telinga yang dapat menimbulkan ketulian
yang bersifat sementara hingga permanen.

2.8 Suhu
1. Pengertian Tekanan Panas
Tekanan panas adalah perpaduan dari suhu kering, suhu basah,
kelembaban udara, kecepatan aliran udara, suhu radiasi dan panas yang
dihasilkan oleh metabolisme tubuh. Sedangkan heat stress adalah beban
pada manusia, sedangkan heat strain merupakan efek dari beban tersebut
dari manusia (Budiono, 1996: 27).
2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas
Tingkat tekanan panas dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
a. Panas yang berasal dari proses produksi.
b. Ventilasi lingkungan kerja yang kurang baik.
Apabila kedua hal di atas terjadi di lingkungan kerja maka akan
terjadi peningkatan suhu atau panas yang terdapat pada lingkungan
kerja tersebut dan akan dapat mempengaruhi terhadap kesehatan pada
pekerja. Lingkungan kerja panas biasanya disebabkan oleh karena :
1) Di dalam ruang kerja ada sumber panas, misalnya oven, tungku
pembakaran, penggorengan dan sebagainya.
2) Ventilasi ruangan tidak sesuai dengan kebutuhan dan sirkulasi
udara.
3) Bahan bangunan gedung terbuat dari bahan yang mudah
meneruskan panas.
4) Lokasi gedung tidak mempunyai halaman yang cukup luas sehingga
sirkulasi udara sangat terbatas.
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk tekanan panas adalah situasi
tekanan panas yang oleh tenaga kerja masih dapat dihadapi dalam
pekerjaannya sehari-hari tidak membangkitkan penyakit atau gangguan
kesehatan. Parameter tersebut termuat di dalam surat edaran Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.01/MEN/1978 tentang
NAB untuk tekanan panas yaitu NAB terendah adalah 21˚C sampai
dengan 30˚C suhu basah pada kelembaban diantara 65% sampai
dengan 95%. Berdasarkan NAB tersebut maka parameter tekanan
panas yang diukur dari suhu basah, suhu udara kering dan kelembaban.
Adapun yang dimaksud dengan suhu basah yaitu suhu yang ditunjukan
oleh termometer suhu basah, suhu kering yaitu ukuran kuantitatif pada
temperatur panas dan dingin yang diukur dengan termometer,
sedangkan kelembaban yaitu jumlah masa uap air yang ada dalam
suatu volume udara. ( Budiono, 1996: 28).
3. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tubuh
a. Pengaruh suhu tubuh dalam keadaan kerja
Dalam keadaan kerja suhu tubuh akan naik karena pada waktu
melakukan pekerjaan suhu tubuh berubah-ubah demikian juga pada
suhu lingkungan yang berubah-ubah (Suma’mur, 1992: 142).
Jadi dengan demikian suhu tubuh pada manusia tidak selalu
konstan/tetap suhu tubuh tersebut tergantung dari:
1) Keaktifan jaringan.
2) Suhu dari jumlah darah yang mengalir ke daerah tubuh.
b. Batas toleransi tubuh terhadap panas
Pada keadaan normal dan istirahat suhu tubuh manusia berkisar
37 °C dan dianggaap sebagai suhu tubuh yang normal. Batas toleransi
suhu tinggi sebesar 35°C – 40°C (Tarwaka,2004: 34).
Dalam hal besarnya suhu ideal untuk seseorang selain faktor
aklimatisasi, faktor-faktor kebiasaan juga mempunyai peranan penting.
Peningkatan suhu sekitar seseorang akan juga meningkatkan suhu tubuh
orang tersebut dan akan mempengaruhi struktur sel-sel tubuh.
Menurut Thomy Arfandi (2006: 25) Faktor-faktor pada manusia
yang mempengaruhi batas suhu tubuh yang dapat dipertahankan yaitu :
1) Umur
Semakin tua seseorang maka toleransi terhadap panas
menurun dan lebih lambat mulai berkeringat dibandingkan dengan
yang usianya lebih muda serta lebih lama untuk kembali ke suhu
normal.
2) Jenis Kelamin
Kaum wanita lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu
panas, hal ini disebabkan jaringan tubuh wanita memiliki daya
konduksi jaringan yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga wanita lebih tidak panas dibandingkan dengan laki-laki.
3) Kebiasaan
Seorang tenaga kerja yang telah terbiasa atau terlatih di
dalam suhu panas akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap
tekanan/cuaca panas dibandingkan dengan orang yang belum
terbiasa sama sekali. Seseorang yang baru sembuh dari sakit juga
lebih sensitif terhadap tekanan/cuaca panas dibandingkan dengan
tenaga kerja yang sehat.
4) Aklimatisasi
Aklimatisasi ialah penyesuaian fisiologis bila seseorang
terbiasa terpapar panas. Penyesuaian yang progresif ini terjadi
setelah periode tertentu (beberapa hari sampai dua minggu).
Keluhan subyektif adalah keluhan-keluhan yang hanya dapat
dirasakan diri sendiri serta dapat mengganggu kesehatan dan
mengganggu kelancaran dalam melakukan pekerjaan di lingkungan
kerja (Depnaker RI, 1992).
c. Kegagalan Toleransi Tubuh Terhadap Panas
Tubuh selalu berusaha agar suhunya selalu konstan, akan tetapi
bila pengaruh luar atau suhu tinggi maka tubuh tidak berhasil
mempertahankan suhu konstan. Apabila tubuh gagal mempertahankan
suhu tubuh yang konstan maka kegagalan itu dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan yaitu heat stroke, heat exhaustion, heat
cramps, heat stress dan heat rash (Tarwaka, 2004: 35).
1) Heat Stroke
Heat Stroke adalah akibat kerja di lingkungan yang panas
maka suhu tubuh akan naik sampai 41°C sedangkan tubuh tidak
dapat mengeluarkan keringat, sehingga penderita akan kehilangan
kesadaran. Heat Stroke ini terjadi dengan gejala-gejala, seperti
selama bekerja badan terasa panas, tidak mengeluarkan keringat dan
kulit terasa kering.
2) Heat Exhaustion
Terjadi oleh karena iklim/cuaca kerja yang panas dan orang
tersebut akan berkeringat banyak sekali, tekanan darah akan
menurun dan frekuensi denyut jantung (nadi) akan cepat sehingga
penderita merasa lemah sehingga memungkinan terjadi pingsan.
3) Heat Cramps
Di alam dalam lingkungan yang suhunya tinggi sebagai
akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam
Natrium dari tubuh dan sebagai akibat banyak minum air tapi tidak
diberi garam untuk mengganti garam Natrium, yang hilang. Heat
Cramps terasa dengan gejala-gejala seperti kejang-kejang, otot tubuh
dan perut terasa sangat sakit.
4) Heat Stress
Pada Heat Stress ditandai dengan gejala-gejala seperti
pingsan, lemah dan muntah-muntah.
5) Heat Rash
Heat Rash merupakan bintik-bintik merah pada kulit dan
sangat gatal yang diakibatkan karena pemaparan yang berat
terhadap panas. Banyak mengeluarkan keringat dan pori-pori
saluran keringat tersumbat oleh adanya pembakaran lapisan keratin
kulit yang basah dan timbul vesikel dengan warna merah.
4. Nilai Ambang Batas (NAB) Suhu
Nilai ambang batas suhu yang diperkenankan menurut KEP-
51/MENAKER/1999 dengan nilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
adalah :
Tabel 2.8. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB (°C)
Beban Kerja
Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja Terus Menerus - 30,0 26,7 25,0
75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9
(8Jam/hari)
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
menerus
Sumber: KEP-51/ MENAKER/1999
(8jam/
Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan
hari)
pengukuran besarnya tekanan panas. Salah satunya adalah mengukur
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), adapun rumus-rumus sebagai
berikut :
a. Indeks suhu basah dan bola untuk ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + suhu kering
b. Indeks suhu basah dan bola untuk di dalam ruangan tanpa panas radiasi:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola.
Catatan :
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 kilo kalori/jam.
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 kilo kalori/jam.
- Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 kilo kalori/jam
Menurut Thomy Arfandi (2006: 24-25). Untuk batas maksimal
kerja fisik yang boleh dilakukan yaitu sebagai berikut :
1) Indeks 78°F (26°C), kerja fisik yang sangat berat dapat merupakan
faktor prespitasi terjadinya kejang panas dan sengatan panas karena
itu harus waspada.
2) Indeks 82°F (29°C), pada pekerja yang belum terlatih kerja fisik
berat perlu direncanakan dengan kebijaksanaan.
3) Indeks 85°F (29°C), kerja fisik berat tidak boleh dilakukan oleh
orang yang belum beraklimatisasi kurang dari 3 minggu.
4) Indeks lebih dari 85°F (29°C), pekerjaan dibawah sinar matahari
harus dihindarkan.
5) Indeks 88°F sampai 90°F (31°C-32°C), pekerjaan fisik harus
dikurangi pada orang yang baru melaksanakan pekerjaan kurang dari
12 minggu, hanya orang yang terlatih baik terbatas dan tidak boleh
lebih dari 6 jam sehari.

2.9 Perasaan Kelelahan Kerja


1. Definisi Kelelahan Kerja
Lelah bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan tentu saja
subyektif sifatnya. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh
agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian
terjadilah pemulihan (Suma’mur, 1989: 68).
Kelelahan menurut Eko Nurmianto, 2004 adalah suatu pola yang
timbul dari suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu
yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.
Sedangkan kelelahan kerja adalah keadaan tenaga kerja yang
mengakibatkan terjadinya vitalitas dan produktivitas kerja akibat faktor
pekerjaan. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah
tingkat kesalahan kerja (Depnaker RI, 1996: 30).
Dari pengertian-pengertian diatas tentang perasaan kelelahan
pekerja dapat disimpulkan suatu keadaan dimana energi tubuh pekerja
menjadi menurun yang pengurangannya berpengaruh terhadap kapasitas
kerja berkaitan dengan penurunan dalam melakukan aktivitasnya.
2. Jenis Kelelahan Kerja
Menurut Nurmianto (1994: 73) kelelahan dibedakan menjadi 2
yaitu :
a. Kelelahan otot (kelelahan local)
Kelelahan otot ditandai dengan nyeri otot yang berkontraksi dan
trouma, kelelahan fisik dapat dideteksi melalui pengukuran-pengukuran
konsumsi oksigen, reaksi kardiovaskuler respon fisiologis lainnya,
seperti kecepatan pengeluaran keringat (sweat rate) dan suhu tubuh
(core temperature).
b. Kelelahan umum (general fartique) ditandai dengan :
1) Perhatian terhadap sesuatu yang kurang.
2) Daya presepsi yang menurun.
3) Lambat dan sulit berpikir.
4) Kemampuan kerja berkurang atau menurunnya aktivitas fisik dan
mental.
5) Stress atau pikiran tegang.
6) Rasa malas bekerja.
3. Gejala-gejala Kelelahan Kerja
Sebenarnya kelelahan kerja sulit untuk diukur tetapi dapat
diketahui berdasarkan indikasi-indikasi.
Menurut (Suma’mur, 1994: 191) gejala-gejala atau perasaan-
perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan kerja adalah :
a. Perasaan berat di kepala.
b. Menjadi lelah di seluruh badan.
c. Kaki merasa berat.
d. Menguap.
e. Merasa kacau pikiran.
f. Merasa lemas.
g. Menjadi mengantuk.
h. Merasa beban pada mata.
i. Kaku atau canggung dalam gerakan.
j. Tidak seimbang dalam berdiri.
k. Mau berbaring.
l. Merasa susah berfikir.
m. Lelah bicara.
n. Menjadi gugup.
o. Tidak dapat berkonsentrasi.
p. Tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu.
q. Cenderung untuk lupa.
r. Kurang kepercayaan.
s. Cemas terhadap sesuatu.
t. Tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
u. Sakit kepala.
v. Kekakuan di bahu.
w. Merasa nyeri di punggung.
x. Merasakan pernafasan tertekan.
y. Haus.
z. Suara serak.
4. Cara mengurangi kelelahan kerja
Menurut (Depkes RI, 1993: 17) Kelelahan dapat dikurangi dengan
cara :
a. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.
b. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya
memakai prinsip ekonomi gerakan.
c. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya pengeluaran tenaga tidak
melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya.
d. Memperhatikan waktu kerja yang teratur, berarti harus dilakukan
pengaturan-pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-
sarananya, masa liburan dan masa rekreasi.
e. Mengatur lingkungan fisik dengan sebaik-baiknya, seperti temperatur,
kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau,
wangi-wangian dan lain-lain.
f. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja
misalnya dengan menggunakan warna atau dekorasi ruang kerja,
menyediakanmusik, dan menyediakan waktu untuk olah raga.
5. Pengukuran perasaan kelelahan kerja
Kelelahan kerja merupakan suatu keadaan yang sulit diukur.
Metode pengukuran kelelahan kerja hingga kini belum baku, hal ini tidak
hanya disebabkan oleh efek dari jenis kelelahan yang beragam tetapi juga
diperlukan pendekatan secara multi disiplin (Granjean 1985; Kogi, 1972;
Dwivedi, 1981 cit. Silaban, 1996). Pada tahun 1957, (Pearson cit.
Setyawati 1994) mengutarakan bahwa belum terdapat alat ukur yang
secara akurat untuk mengukur kelelahan kerja.
Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk megukur
kelelahan kerja seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa peneliti,
dapat dijelaskan di bawah ini :
a. Instrumen yang disusun oleh Setyawati (1994: 45), dengan berdasarkan
pada dua indikator :
1) Waktu reaksi, adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang
tunggal sampai timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut.
2) Perasaan kelelahan kerja, diukur dengan menggunakan kuesioner
alat ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). KAUPK2
merupakan instrumen yang disusun oleh Setyawati (1994: 48), terdiri
dari pertanyaan pertanyaan tentang keluhan subyektif yang diderita
oleh tenaga kerja Indonesia yang mengalami kelelahan kerja.
b. Sastrowinoto (1985: 36), menyatakan lambatnya kemampuan mata
untuk membedakan cahaya berkedip dengan cahaya kontinu dengan
frekuensi kerling mulus adalah suatu keadaan yang menunjukkan
terjadinya kelelahan.
c. Suma’mur (1994: 56) menyatakan bahwa untuk menilai tingkat
kelelahan tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengukur waktu reaksi
(reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang
memerlukan koordinasi), konsentrasi, uji flicker fusion. Selain itu
dengan daftar gejala-gejala atau perasaan yang ada hubungannya
dengan kelelahan yaitu: perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh
badan, merasa sukar berfikir, merasa gugup menghadapi sesuatu,
merasa kurang berkonsentrasi, terhadap pekerjaan, menguap, pelupa,
merasa lelah seluruh tubuh, menjadi mengantuk, merasa cemas dan
lain- lain.
d. Menurut Grandjean (1985: 172) kelelahan kerja sulit diukur secara pasti
karena belum ada alat baku yang dipergunakan, namun dapat diukur
berdasarkan beberapa indikator.
Meskipun ada alat untuk mengukur kelelahan kerja, pada penelitian
ini dilakukan pengukuran perasaan kelelahan kerja dengan pengisian
kuesioner berdasarkan beberapa indikator perasaan lelah pekerja.
2.10 Perhitungan Paparan Kebisingan
Metoda pengukuran kebisingan, metoda perhitungan kebisingan dan
metoda evaluasi mengacu pada KEP-51/MENAKER/1999, KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010. Pengukuran tingkat kebisingan
dilakukan dengan sebuah alat pengukur kebisingan Sound level meter, diukur
tingkat tekanan bunyi dBA selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran,
pembacaan dilakukan 5 (lima) detik pada lokasi-lokasi kerja yang terpapar
kebisingan secara langsung.

{ [ ]}

Rumus di atas digunakan pada setiap menit hingga diperoleh data Leq
1 menit sampai 10 menit. Setelah masing-masing nilai Leq 1 menit diperoleh,
maka dilanjutkan dengan perhitungan Leq 10 menit dengan rumus :

{ [ ]}

Untuk Leq siang (Ls) pada pengukuran kebisingan di lokasi


pemukiman yang berada dekat dengan lokasi perusahaan Stone crusher
mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010.
Untuk mendapatkan Leq pada siang hari data hasil pengukuran dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:
Leq : Kebisingan ekivalen [dBA]
L1,…,L2 : Kebisingans setiap 5 detik selama 60 detik [dBA]
LI,…,Lx : Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dBA]
La,…,Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu di pagi hari [dBA]
Ta,…,Tc : Rentang waktu pengukuran di jam aktif pekerjaan (jam)
Ls : Pengukuran pada siang hari
2.11 Perhitungan Suhu
Pengambilan data suhu berdasarkan Nilai ambang batas yang
diperkenankan menurut KEP-51/MENAKER/1999. Pengukuran suhu
dilakukan di dua lokasi yaitu daerah stone crusher dan workshop
menggunakan alat thermohygrometer, rumus yang digunakan :

ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit crusher)

ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit workshop alat berat)

2.12 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini tedapat kerangka konseptual yang akan

membantu penulis dalam penyempurnaan tugas akhir ini yang meliputi :

1. INPUT

Input dalam penelitian ini diperoleh dari sumber yaitu :

a. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari kegiatan lapangan

yang bersumber dari pengamatan langsung dan observasi di lapangan

seperti kebisingan pada jarak 1 meter dari Crusher dan suhu di

workshop.

b. Data sekunder yaitu data-data yang diambil dari Instansi-instansi dan

dari perusahaan seperti data kependudukan dari Dinas Catatan Sipil

Kab. Pasaman Barat, data sejarah singkat perusahaan dan data lokasi

kesampaian daerah dari perusahaan.

2. PROSES

Proses dilakukan dengan pengujian dan analisis hasil

pengambilan data kebisingan, suhu dan kuisioner untuk mengetahui

apakah kebisingan dan suhu telah memenuhi nilai ambang batas yang
telah dutetapkan oleh Pemerintah dan apakah jawaban dari karyawan

yang ditunjuk sebagai responden pengisian kuisioner menunjukkan

gejala-gejala kelelahan kerja.

3. OUTPUT

Output atau hasil dari penelitian ini adalah mengetahui lokasi-

lokasi kerja yang tidak memenuhi nilai ambang batas kebisingan dan suhu

kemudian memberikan masukan tindakan yang dapat dilakukan untuk

mencegah terjadinya kelelahan kerja akibat kebisingan dan suhu yang

tidak memenuhi persyaratan tersebut.


INPUT PROSES OUTPUT
Data Primer : Pengujian dan analisis 1. Menganalisis Tingkat
1. Data Kebisingan di hasil pengambilan data kebisingan di lokasi
Lokasi Crusher kebisingan, suhu dan kerja telah memenuhi
Jarak 1m, 15m, 30m kuisioner untuk persyaratan atau tidak
dan 60m. mengetahui apakah memenuhi persyaratan
2. Data Kebisingan di kebisingan dan suhu merujuk kepada KEP-
Pemukiman telah memenuhi nilai 51/MENAKER/1999.
Masyarakat ambang batas yang 2. Menganalisis Tingkat
terhadap Crusher telah dutetapkan oleh kebisingan di
jarak 100m. Pemerintah dan apakah pemukiman masyarakat
3. Data Suhu di jawaban dari karyawan yang terpapar langsung
Crusher dan yang ditunjuk sebagai oleh aktifitas stone
Workshop. responden pengisian chruser telah memenuhi
4. Data Kuesioner kuisioner persyaratan atau tidak
Gejala Kelelahan menunjukkan gejala- memenuhi persyaratan
Kerja gejala kelelahan kerja. merujuk kepada KEP-
Data Sekunder : 48/MENLH/11/1996
1. Peta IUP CV. dan SNI 7570:2010.
IMAS 3. Menganalisis Tingkat
2. Peta Geologi suhu di unit stone
3. Peta Topografi crusher dan di workshop
4. Buku referensi. telah memenuhi
persyaratan atau tidak
memenuhi persyaratan
merujuk kepada KEP-
51/MENAKER/1999.
4. Menganalisis Tingkat
kebisingan dan suhu di
lokasi kerja stone
crusher mengakibatkan
kelelahan kerja atau
tidak.

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menjelaskan tentang tingkat kebisingan dan suhu yang
dirasakan oleh pekerja dan masyarakat disekitar lokasi stone crusher CV.
Intan Mandiri Alam Sejati. Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif.
Pada penelitian ini nantinya akan memberikan hasil berupa tingkat kebisingan
dan suhu di masing-masing lokasi pengamatan, kemudian dirujuk terhadap
standar baku mutu KEP-51/MENAKER/1999, KEP-48/MENLH/11/1996 dan
SNI 7570:2010. Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Sound Level Meter Type Tenmars TM-102 Autoranging, Thermohygrometer
digital Alla France 910000-006/B dan Kuesioner.

3.2 Lokasi Penelitian


CV. Intan Mandiri Alam Sejati berada di Jorong Anam Koto Selatan,
Nagari Kinali, Kecamatan Kinali Kabupatan Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Penelitian diambil pada lokasi kerja stone crusher pada jarak 1 m, 15 m, 30 m
dan 60 m dari stone crusher. Sedangkan pengukuran kebisingan untuk
pemukiman masyarakat diambil pada jarak 100 m. Untuk pengukuran suhu
dan kuesioner diambil pada 2 unit lokasi stone crusher dan workshop.

3.3 Waktu Penelitian


Waktu dan jadwal kegiatan Tugas Akhir ditempuh dari tanggal 22
Juni 2020 s/d 3 Agustus 2020. Waktu pengambilan data dilakukan untuk
kebisingan pada stone crusher dilakukan pada hari senin, rabu dan sabtu pada
pukul 08.00, 10.00, 14.00, 16.00 WIB. Untuk daerah pemukiman pengukuran
kebisingan dilakukan pada hari senin pada pukul 07.00, 09.00, 15.00 WIB.
Pengukuran suhu dan pengisian kuesioner diambil pada hari selasa pada
pukul 10.30 WIB di lokasi stone crusher dan 11.00 WIB pada lokasi
workshop.
3.4 Instrumentasi Pengambilan Data
Adapun instrument (peralatan) yang dibutuhkan selama penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Sound Level Meter
2. Meteran
3. Tripood
4. Thermohygrometer digital (pengukur suhu dan kelembaban)
5. Peta lokasi penelitian
6. Kamera digital
7. Komputer/laptop
8. Headphones (Ear plug)
9. Form pengambilan data kebisingan dan suhu
10. Kuesioner

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Data yang diambil merupakan data primer dan data skunder yang
dibutuhkan dalam melengkapi penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Pengambilan data kebisingan di lokasi stone crusher diambil
sebanyak 3 (tiga) hari pengambilan data dengan jarak 1 m,15 m,30 m,60 m
menggunakan alat sound level meter. Data pertama diambil pada hari
senin sebagai perwakilan hari di awal minggu, data kedua diambil pada
hari rabu sebagai perwakilan hari di pertengahan minggu, data ketiga
diambil pada hari sabtu sebagai perwakilan hari di akhir minggu. Masing-
masing data diambil pada jarak 1 m pada pukul 08.00 WIB, jarak 15 m
pada pukul 10.00 WIB, jarak 30 m pada pukul 14.00 WIB, jarak 60 m
pada pukul 16.00 WIB. Perhitungan jarak berdasarkan dengan ruang
lingkup pekerja di sekitar sumber kebisingan stone crsuher memenuhi atau
tidak memenuhi standar baku mutu nilai ambang batas tingkat kebisingan
menurut KEP-51/MENAKER/1999.
Pengambilan data kebisingan pada pemukiman masyarakat diambil
pada hari senin pada jarak 100 m. Jarak diambil dari sumber kebisingan
stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati yang berbatasan langsung
dengan pemukiman masyarakat yang diidentifikasikan terkena paparan
kebisingan. Pada pemukiman masyarakat diambil sebanyak 3 (tiga) kali
pengambilan data, pukul 07.00 WIB mewakili pukul 06.00-08.00 WIB,
pukul 09.00 WIB mewakili pukul 08.00-12.00 WIB, pukul 15.00 WIB
mewakili pukul 12.00-17.00 WIB. Data diambil pada jam siang bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas stone crusher
terhadap pemukiman masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Tingkat
kebisingan pada pemukiman di rujuk pada peraturan nilai ambang batas
kebisingan menurut KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010.
Pada lokasi stone crusher dan workshop merupakan 2 (dua) lokasi
yang padat kerja. Sehingga pengukuran suhu dilakukan pada 2 lokasi
tersebut. Pengukuran suhu menggunakan alat thermohygrometer, data
diambil pada pukul 10.30 WIB di unit stone crusher dan di workshop pada
pukul 11.00 WIB. Pengukuran suhu di kedua lokasi ini pada jam tersebut
dilakukan karena area ini adalah area padat aktivitas pekerja. Peraturan
dan perhitungan tentang suhu di rujuk kepada KEP-51/MENAKER/1999
tentang nilai ambang batas iklim kerja indeks suhu basah dan bola (ISBB).
Pada lokasi stone crusher dan workshop merupakan 2 (dua) lokasi
yang padat kerja sehingga untuk mendapatkan data analisis kelelahan
pekerja akibat kebisingan dan suhu selama aktifitas kerja berlangsung
maka dilakukan pengisian kuesioner mengenai gejala-gejala kelelahan
kerja oleh 2 (dua) orang karyawan (responden) yang dipilih berdasarkan
masing-masing lokasi yang padat aktifitas kerja yaitu lokasi stone crusher
dan workshop.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diambil dari instansi, dinas, data perusahaan,
literatur dan buku-buku referensi.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Penelitian ini menentukan tingkat kebisingan dan suhu di lokasi kerja,
di pemukiman masyarakat dan gejala kelelahan pada pekerja dengan metode
sederhana, yaitu menggunakan alat berupa Sound Level Meter,
Thermohygrometer dan Kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan di area
stone crusher, workshop dan pemukiman masyarakat yang berbatasan
langsung dengan CV. Intan Mandiri Alam Sejati.
1. Pengolahan Data Kebisingan
Pengukuran kebisingan di lokasi kerja stone crusher mengacu
kepada KEP-51/MENAKER/1999. Pencatatan data tingkat kebisingan
setiap 5 detik dalam waktu 10 menit dan ketinggian mikrofon adalah 1,5 m
dari permukaan tanah. Selama 10 menit, pengambilan data diambil 4 kali
yaitu pada jam 08.00 jarak 1 m, 10.00 jarak 15 m, 14.00 jarak 30 m, 16.00
jarak 60 m. Satu kali pengukuran diperoleh data sebanyak 120 data yang
selanjutnya dilakukan perhitungan data untuk mengetahui nilai kebisingan
Leq 1 menit, dihitung dengan menggunakan rumus :

{ [ ]}

Rumus ini digunakan pada setiap menit hingga diperoleh data Leq1
menit sampai 10 menit. Setelah masing-masing nilai Leq1 menit diperoleh,
maka dilanjutkan dengan perhitungan Leq10 menit dengan rumus :

{ [ ]}

Setelah nilai Leq 10 menit diperoleh, kemudian dimasukkan pada


Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Tiap 5 Detik
dengan Rentang 1 Menit
Leq untuk setiap 5 detik (dBA) Leq 1
Menit
menit
ke- 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
(dBA)
1 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LI
2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LII
3 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LIII
4 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LIV
5 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LV
6 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LVI
7 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LVII
8 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LVIII
9 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LIX
10 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 LX
Leq 10 Menit Leq

Untuk Leq siang hari pada pengukuran kebisingan di lokasi


pemukiman yang berada dekat dengan lokasi perusahaan stone crusher
mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010 dapat
dihitung dengan rumus berikut :

Setelah nilai Leq siang (Ls) diperoleh kemudian dimasukkan pada


tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Tabel Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan pada
Pemukiman Masyarakat
No Leq Waktu Mewakili dBA Keterangan
1 La Pukul 07.00 WIB Pukul 06.00 - 08.00 WIB La Ta=..... Jam
2 Lb Pukul 09.00 WIB Pukul 08.00 - 12.00 WIB Lb Tb=..... Jam
3 Lc Pukul 15.00 WIB Pukul 12.00 - 17.00 WIB Lc Tc=..... Jam
Keterangan:
Leq : Kebisingan ekivalen [dBA]
L1,…,L2 : Kebisingan setiap 5 detik selama 60 detik [dBA]
LI,…,Lx : Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dBA]
La,…,Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu di pagi hari [dBA]
Ta,…,Tc : Rentang waktu pengukuran di jam aktif pekerjaan (jam)
Ls : Pengukuran pada siang hari
2. Pengolahan Data Suhu
Pengukuran suhu dilakukan di dua lokasi yaitu daerah stone
crusher dan workshop menggunakan alat thermohygrometer. Data diambil
pada pukul 10.30 WIB di unit stone crusher dan di workshop alat berat
pada pukul 11.00 WIB. Data hasil pengukuran suhu dihitung
menggunakan rumus di bawah ini :
ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit crusher)
ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit workshop alat berat)
3. Pengolahan Data Kuesioner
Pengisian Kuesioner dilakukan oleh 2 (dua) orang responden yang
ditunjuk berdasarkan lokasi kerja yang padat aktifitas kerja yaitu pekerja di
lokasi unit crusher dan pekerja di workshop. Data hasil pengisian
kuesioner akan dipersentasekan berapa persen (%) jawaban responden
yang menunjukkan gejala kelelahan kerja akibat kebisingan dan suhu atau
tidak menunjukkan gejala dan disesuaikan dengan literasi yang digunakan.
4. Uji Data
Hasil pengukuran tingkat kebisingan akan disajikan dalam bentuk
tabel dari masing-masing lokasi pengamatan. Hasil pengukuran akan
dirujuk terhadap standar baku tingkat kebisingan berdasarkan
KEP-48/MENLH/11/1996, SNI7570:2010 dan KEP-51/MENAKER/1999.
Dapat dilihat pada tabel 3.3, tabel 3.4 dan tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.3. Baku Tingkat Kebisingan Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Tingkat Kebisingan
Kegiatan dBA
1. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
Bandar udara *)
Stasiun kereta api *)
Pelabuhan laut 70
Cagar budaya 60
2. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Sumber : KEP-48/MENLH/11/1996
Keterangan :
*)disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

Tabel 3.4. Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Pemajanan


Perhari
Intensitas
Waktu Pemajanan Perhari Kebisingan Dalam
dBA
8 JAM 85
4 88
2 91
1 94
30 MENIT 97
15 100
7.5 103
3.75 106
1.88 109
0.94 112
28.12 DETIK 115
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.23 136
0.11 139
Sumber: KEP-51/ MENAKER/1999
Tabel 3.5. Baku Tingkat Kebisingan Terhadap Lingkungan Berdasarkan
SNI 7570:2010
Tingkat Maksimal
Kebisingan durasi
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan
dB (A) terpapar
(jam/hari)
a. Lingkungan Kegiatan Tambang Terbuka
1. Transportasi kendaraan berat 90 8
2. Pemboran 100 2
3. Peledakan 110 0.5
4. Mesin Peremuk batu (Crushing Plant) 100 2
5. Genset 100 2
6. Pompa 90 8
7. Alat-alat yang lain >110 0.5

b. Lingkungan Kegiatan Tambang Bawah


Tanah
1. Pemboran 95 4
2. Peledakan 140 0.25
3. Belt & chain conveyor 90 8
4. Kompresor 100 2
5. Genset 100 2
6. Roadheader & Tunel Boring Machine 110 0.5
7. Mine cars & skip winding 100 2
8. Exhaust radial fan 120 0.25
9. Pompa 90 8
10 Alat-alat yang lain >115 0.25
Sumber: SNI 7570:2010

Baku mutu kebisingan yang diberikan pada Tabel 3.6 berikut ini
membatasi tingkat kebisingan berdasarkan lingkungan sekitar.
Nilai ambang batas yang diperkenankan menurut
KEP-51/MENAKER/1999 dengan nilai Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) adalah :
Tabel 3.6. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB (°C)
Beban Kerja
Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja Terus Menerus - 30,0 26,7 25,0
75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9
(8Jam/hari)
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
menerus (8jam/hari)
Sumber: KEP-51/ MENAKER/1999
3.7 Kerangka Metodologi

Kerangka metologi yang digunakan adalah seperti pada gambar berikut :

Analisis Tingkat Kebisingan dan Suhu Terhadap Kelelahan Pekerja padaUsaha


Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian Stone Crusher CV. Intan Mandiri
Alam Sejati Kabupaten Pasaman Barat,
Provinsi Sumatera Barat

Identifikasi Masalah :

1. Adanya keluhan kelelahan dari beberapa pekerja akibat kebisingan dan


suhu yang tinggi di area kerja stone crusher.
2. Tingkat kebisingan melebihi standar yang sudah ditetapkan.
3. Suhu di lokasi kerja melebihi standar yang sudah ditetapkan.
4. Pekerja yang tidak menggunakan alat peredam suara.
5. Banyak waktu terbuang akibat karyawan yang istirahat tidak sesuai
waktu yang telah ditentukan seperti terlambat memulai pekerjaan sehabis
istirahat.

Tujuan Penelitian :

1. Menganalisis intensitas kebisingan di lokasi kerja dan di lokasi pemukiman


sekitar stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati selama jam kerja
berlangsung dan apakah memenuhi syarat Nilai Ambang Batas (NAB) yang
diperbolehkan berdasarkan KEP-51/MENAKER/1999, KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010.
2. Menganalisis tingkat suhu di lokasi area kerja unit crusher dan workshop PT.
Intan Mandiri Alam Sejati dan apakah memenuhi persyaratan menurut KEP-
51/MENAKER/1999.
3. Menganalisis kondisi pekerja apakah tingkat kebisingan dan suhu di lokasi
kerja stone crusher dan workshop mengakibatkan kelelahan kerja.

A
A

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer
1. Peta IUP CV.
1. Pengambilan data kebisingan di lokasi kerja
IMAS
stone crusher.
2. Peta Geologi
3. Peta Topografi
2. Pengambilan data kebisingan pada
pemukiman masyarakat yang terpapar 4. Buku referensi.
langsung oleh aktifitas stone crusher.

3. Pengambilan data suhu menggunakan alat


thermohygrometer di unit stone crusher dan
di workshop.

4. Pengisian Kuesioner oleh karyawan CV.


IMAS (Responden) mengenai kelelahan
kerja.

Pengolahan Data

1. Hasil pengambilan data kebisingan di lokasi kerja stone chruser


diolah menggunakan software Microsoft Excel.

2. Hasil pengambilan data kebisingan di pemukiman masyarakat yang


terpapar langsung oleh aktifitas stone chruser diolah menggunakan
software Microsoft Excel.

3. Hasil pengambilan data pengukuran suhu menggunakan alat


thermohygrometer di unit stone crusher dan di workshop diolah
menggunakan software Microsoft Excel.

4. Hasil pengisian kuesioner oleh responden (karyawan CV. IMAS)


mengenai kelelahan kerja dianalisis berdasarkan literatur yang
digunakan.

B
B

Analisis Data

1. Hasil pengambilan data kebisingan di lokasi kerja stone chruser


diolah menggunakan software Microsoft Excel untuk dianalisis
merujuk pada KEP-51/MENAKER/1999.

2. Hasil pengambilan data kebisingan di pemukiman masyarakat yang


terpapar langsung oleh aktifitas stone chruser diolah menggunakan
software Microsoft Excel untuk dianalisis merujuk pada KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010.

3. Hasil pengambilan data pengukuran suhu menggunakan alat


thermohygrometer di unit stone crusher dan di workshop diolah
menggunakan software Microsoft Excel untuk dianalisis merujuk
pada KEP-51/MENAKER/1999.

4. Hasil pengisian kuesioner oleh responden (karyawan CV. IMAS)


mengenai kelelahan kerja dianalisis berdasarkan buku Suma’mur.
PK. (1994). Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

Hasil

1. Tingkat kebisingan di lokasi kerja telah memenuhi persyaratan atau


tidak memenuhi persyaratan merujuk kepada KEP-
51/MENAKER/1999.

2. Tingkat kebisingan di pemukiman masyarakat yang terpapar langsung


oleh aktifitas stone chruser telah memenuhi persyaratan atau tidak
memenuhi persyaratan merujuk kepada KEP-48/MENLH/11/1996
dan SNI 7570:2010.

3. Tingkat suhu di unit stone crusher dan di workshop telah memenuhi


persyaratan atau tidak memenuhi persyaratan merujuk kepada KEP-
51/MENAKER/1999.

4. Tingkat kebisingan dan suhu di lokasi kerja stone crusher dan


workshop mengakibatkan kelelahan kerja atau tidak.

Gambar 3.3. Kerangka Metodologi


BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Tingkat Kebisingan Leq 1 Menit


Kebisingan telah menjadi salah satu jenis pencemaran yang sangat
diperhatikan, karena berdampak terhadap kesehatan. Kebisingan yaitu bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan (KEPMENLH No.48 Tahun 1996). Menurut Wall
(1979), kebisingan adalah suara yang mengganggu. Pengaruh gangguan
kebisingan tergantung kepada intensitas bunyi dan frekuensi nada.
Penelitian ini menentukan tingkat kebisingan lingkungan di lokasi
kerja yang dilakukan dengan metode sederhana, yaitu menggunakan alat
berupa Sound Level Meter Type Tenmars TM-102 Autoranging, form
pengambilan data dan stopwatch. Pengambilan sampel dilakukan di area
Stone crusher pada jarak 1 m, 15 m, 30 m, dan 60 m berdasarkan dengan
ruang lingkup kerja. Pencatatan data tingkat kebisingan diambil setiap 5 detik
dalam waktu 10 menit dan ketinggian mikrofon adalah 1,5 m dari permukaan
tanah menggunakan tripood. Selama 10 menit, pengambilan data diambil 4
(empat) kali dalam sehari selama 3 hari (Senin, Rabu dan Sabtu) pengambilan
data pada hari senin merupakan perwakilan hari di awal minggu sedangkan
rabu perwakilan hari dipertengahan minggu dan sabtu di akhir pekan, dengan
waktu pengambilan yaitu pada jam 08.00, 10.00, 14.00,dan 16.00 yang
mewakili jam kerja. Satu kali pengukuran diperoleh data sebanyak 120 data
yang selanjutnya dilakukan perhitungan data untuk mengetahui kebisingan
dari hasil pengambilan data tersebut. tabel 4.1 merupakan pengambilan data
yang dilakukan selama 10 menit :
Sumber : Dokumentasi Lapangan
Gambar 4.1 Pengambilan Data Kebisingan di Stone Crusher

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Kebisingan Tiap 5 Detik dengan Rentang
Menit 1 sampai Menit 10 di Lokasi Stone Crusher

Nama Pengukur : AGUNG PRIHANDANA


Hari/Tanggal : Senin/22 Juni 2020
Waktu Pengukuran : 08.00 WIB
Lokasi Pengukuran : Stone Crusher
Kondisi Cuaca : Cerah
Jarak : 1 Meter

Leq untuk setiap 5 detik (dBA) Leq 1


Menit
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 menit
ke-
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 (dBA)

1 95,8 95,6 96,5 93,2 95,5 93,1 97,1 91,0 96,8 90,7 92,1 94,7 LI

2 92,9 98,3 97,0 96,8 95,1 94,7 90,8 95,3 93,0 96,6 97,3 95,8 LII

3 96,4 96,0 91,0 92,1 90,7 93,2 94,7 94,2 95,0 98,7 96,0 94,3 LIII

4 96,9 93,9 98,0 96,6 97,8 95,3 96,9 97,6 98,0 94,3 97,3 96,0 LIV

5 95,6 97,0 94,9 97,0 95,2 96,1 95,7 93,8 96,3 93,2 95,5 91,3 LV

6 93,0 95,1 97,8 96,3 97,3 93,3 96,9 93,6 98,3 97,0 95,4 98,0 LVI

7 94,8 91,9 94,7 95,8 95,4 96,1 97,4 96,7 93,9 95,2 97,3 92,0 LVII
8 95,9 98,5 97,1 96,8 97,3 95,7 95,1 94,3 96,0 95,5 96,5 93,2 LVIII

9 92,0 93,1 95,0 96,3 94,4 92,3 91,6 90,2 94,0 95,4 96,7 96,4 LIX

10 94,1 94,2 96,7 97,3 97,6 98,1 96,3 92,9 94,2 96,4 97,0 90,3 LX

Leq 10 menit

Setelah data selama 1 menit untuk setiap 5 detik diperoleh seperti


pada Tabel 4.1, maka langkah selanjutnya di lakukan perhitungan untuk
mencari Leq 1 menit sampai 10 menit dengan rumus :

{ [ ]}

1. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LI)

2. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LII)

3. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LIII)

4. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LIV)

5. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LV)

6. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LVI)

7. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LVII)

8. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LVIII)

9. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LIX)

10. { [(

) ]}

 { [

]}

= (LX)

4.2 Tingkat Kebisingan Leq 10 Menit


Setelah masing-masing nilai Leq 1 menit diperoleh, maka dilanjutkan
dengan perhitungan Leq 10 menit dengan rumus :

{ [ ]}

1. { [(

) ]}
 { [
]}

Setelah nilai Leq 10 menit diperoleh, kemudian dimasukkan pada
tabel 4.2. Data dimasukkan pada kolom jam pengukuran antara jam 07.00
sampai 09.00 WIB sesuai dengan lampiran 1.
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Leq Menit
1 sampai Leq Menit 10 dan Leq 10 Menit
Leq untuk setiap 5 detik (dBA) Leq 1
Menit
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 menit
ke-
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 (dBA)

1 95,8 95,6 96,5 93,2 95,5 93,1 97,1 91,0 96,8 90,7 92,1 94,7 94,8

2 92,9 98,3 97,0 96,8 95,1 94,7 90,8 95,3 93,0 96,6 97,3 95,8 95,7

3 96,4 96,0 91,0 92,1 90,7 93,2 94,7 94,2 95,0 98,7 96,0 94,3 94,9

4 96,9 93,9 98,0 96,6 97,8 95,3 96,9 97,6 98,0 94,3 97,3 96,0 96,7

5 95,6 97,0 94,9 97,0 95,2 96,1 95,7 93,8 96,3 93,2 95,5 91,3 95,4

6 93,0 95,1 97,8 96,3 97,3 93,3 96,9 93,6 98,3 97,0 95,4 98,0 96,3

7 94,8 91,9 94,7 95,8 95,4 96,1 97,4 96,7 93,9 95,2 97,3 92,0 95,4

8 95,9 98,5 97,1 96,8 97,3 95,7 95,1 94,3 96,0 95,5 96,5 93,2 96,2

9 92,0 93,1 95,0 96,3 94,4 92,3 91,6 90,2 94,0 95,4 96,7 96,4 94,4

10 94,1 94,2 96,7 97,3 97,6 98,1 96,3 92,9 94,2 96,4 97,0 90,3 95,9

Leq 10 menit 95,6

Sehingga proses awal perhitungan sampai 10 menit dapat dilihat


seperti pada tabel 4.2. Dengan cara yang sama untuk 10 menit jam 10.00,
14.00, dan 16.00 dilokasi stone crusher diperoleh hasil perhitungan seperti
pada lampiran 1 dengan rekapitulasi hasil seperti pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3. Tingkat Kebisingan di Hari Senin/ 22 Juni 2020

No. Jam Jarak (m) Tingkat Kebisingan (dBA)

1. 08.00 1 95,6
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,2
Untuk hasil perhitungan tingkat kebisingan pada hari Rabu diperoleh
data seperti pada lampiran 2 dengan rekapitulasi hasil tingkat kebisingan
seperti pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Tingkat Kebisingan di Hari Rabu/ 24 Juni 2020

No. Jam Jarak (m) Tingkat Kebisingan (dBA)

1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,2
3. 14.00 30 80,8
4. 16.00 60 64,4

Untuk hasil perhitungan tingkat kebisingan pada hari Sabtu diperoleh


data seperti pada lampiran 3 dengan rekapitulasi hasil tingkat kebisingan
seperti pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Tingkat Kebisingan di Hari Sabtu/ 27 Juni 2020

No. Jam Jarak (m) Tingkat Kebisingan (dBA)

1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,3

4.3 Tingkat Kebisingan di Pemukiman Masyarakat


Untuk tingkat kebisingan lingkungan pemukiman masyarakat yang
terpapar langsung dengan aktifitas kerja stone crusher, pegambilan data
dilakukan menggunakan alat berupa Sound Level Meter Type Tenmars TM-
102 Autoranging, form pengambilan data dan stopwatch. Pengambilan
sampel dilakukan di area pemukiman masyarakat. Pencatatan data tingkat
kebisingan setiap 5 detik dalam waktu 10 menit dan ketinggian mikrofon
adalah 1,5 m dari permukaan tanah menggunakan tripood. Selama 10 menit,
pengambilan data diambil 3 (tiga) kali dalam sehari yaitu pada jam 07.00,
09.00, 15.00,dan 20.00 WIB. Satu kali pengukuran diperoleh data sebanyak
120 data yang selanjutnya dilakukan perhitungan data untuk mengetahui
kebisingan dari hasil pengambilan data tersebut. tabel 4.6 merupakan
pengambilan data yang dilakukan selama 10 menit di lingkungan pemukiman
masyarakat :
Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Kebisingan Pemukiman Tiap 5 Detik
dengan Rentang Menit 1 sampai Menit 10

Nama Pengukur : AGUNG PRIHANDANA


Hari/Tanggal : Senin/22 Juni 2020
Waktu Pengukuran : 07.00 WIB (mewakili pukul 06.00-08.00 WIB)
Lokasi Pengukuran : Pemukiman terhadap Stone Crusher
Kondisi Cuaca : Cerah
Jarak : 100 Meter

Leq untuk setiap 5 detik (dBA) Leq 1


Menit
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 menit
ke-
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 (dBA)

1 42,6 42,3 40,6 42,8 39,9 39,1 41,4 38,2 42,1 40,7 42,5 39,9 LI

2 38,6 40,1 42,4 38,6 41,3 39,7 38,2 42,6 38,0 41,8 40,5 41,0 LII

3 41,0 40,4 39,8 41,7 39,1 38,4 41,4 40,9 41,7 42,1 38,6 40,6 LIII

4 42,4 42,3 38,2 39,3 38,7 39,8 42,1 40,5 39,9 38,2 39,0 38,9 LIV

5 41,9 39,7 39,5 38,7 40,3 41,9 38,4 42,1 38,6 39,3 39,4 41,5 LV

6 39,8 39,1 41,4 40,0 38,8 42,7 39,9 42,5 38,2 40,9 41,7 39,3 LVI

7 38,2 40,1 38,7 42,4 39,6 40,2 38,3 40,9 41,4 41,9 39,5 42,7 LVII

8 41,4 41,3 38,1 40,2 39,9 38,6 41,7 38,8 42,9 39,6 38,3 40,5 LVIII

9 39,3 40,8 39,7 41,1 38,0 40,3 42,7 39,1 41,4 42,9 39,3 38,5 LIX

10 43,2 40,0 38,3 39,4 40,7 41,2 38,9 42,7 41,5 40,8 39,7 42,1 LX

Leq 10 menit La

Setelah data selama 10 menit untuk setiap 5 detik diperoleh seperti


pada tabel 4.6, maka langkah selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
mencari Leq 1 menit sampai 10 menit dengan rumus :

{ [( ) ]}
1. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LI)

2. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LII)

3. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LIII)

4. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LIV)

5. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LV)

6. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LVI)

7. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LVII)

8. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LVIII)

9. { [(

) ]}

 { [

]}

 = (LIX)

10. { [(

) ]}
 { [

]}

= (LX)

Setelah masing-masing nilai Leq 1 menit diperoleh, maka dilanjutkan


dengan perhitungan Leq 10 menit yang kemudian diberi nama La/Lb/Lc....Ln
dengan rumus :

{ [ ]}

2. { [(

) ]}

3.

 { [

]}

 (La)

Setelah nilai Leq 10 menit diperoleh (La/Lb/Lc....Ln), kemudian

dimasukkan pada Tabel 4.7. Data dimasukkan pada kolom jam pengukuran

antara jam 07.00 WIB (mewakili pukul 06.00-08.00 WIB) sesuai dengan

lampiran 4.

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Pemukiman Leq


Menit 1 sampai Leq Menit 10 dan Leq 10 Menit (La)
Leq untuk setiap 5 detik (dBA) Leq 1
Menit
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 menit
ke-
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 (dBA)

1 42,6 42,3 40,6 42,8 39,9 39,1 41,4 38,2 42,1 40,7 42,5 39,9 41,2
2 38,6 40,1 42,4 38,6 41,3 39,7 38,2 42,6 38,0 41,8 40,5 41,0 40,5

3 41,0 40,4 39,8 41,7 39,1 38,4 41,4 40,9 41,7 42,1 38,6 40,6 40,6

4 42,4 42,3 38,2 39,3 38,7 39,8 42,1 40,5 39,9 38,2 39,0 38,9 40,2

5 41,9 39,7 39,5 38,7 40,3 41,9 38,4 42,1 38,6 39,3 39,4 41,5 40,3

6 39,8 39,1 41,4 40,0 38,8 42,7 39,9 42,5 38,2 40,9 41,7 39,3 40,6

7 38,2 40,1 38,7 42,4 39,6 40,2 38,3 40,9 41,4 41,9 39,5 42,7 40,6

8 41,4 41,3 38,1 40,2 39,9 38,6 41,7 38,8 42,9 39,6 38,3 40,5 40,4

9 39,3 40,8 39,7 41,1 38,0 40,3 42,7 39,1 41,4 42,9 39,3 38,5 40,5

10 43,2 40,0 38,3 39,4 40,7 41,2 38,9 42,7 41,5 40,8 39,7 42,1 41,0

Leq 10 menit 40,6


Untuk mendapatkan Leq pada siang hari data hasil pengukuran dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana Ta, Tb, Tc dan Tn adalah rentang waktu pengukuran pada


satu kali pengukuran, contohnya pengukuran kebisingan pada pemukiman
masyarakat pada pukul 07.00 WIB (mewakili pukul 06.00-08.00 WIB), maka
rentang waktu dari pukul 06.00-08.00 WIB adalah 2 (dua) jam. Artinya
rentang waktu (Ta) = 2. Berikut perhitungan Leq siang (Ls) sesuai dengan
Lampiran 4 :

{( )}

Ls = 53,6 dBA
Setelah nilai Leq Siang (Ls) diperoleh, kemudian dimasukkan pada
tabel 4.8 berikut sesuai dengan lampiran 5.
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Kebisingan di Pemukiman Masyarakat
No Leq Waktu Mewakili dBA Keterangan
1 La Pukul 07.00 WIB Pukul 06.00 - 08.00 WIB 40,6 Ta= 2 Jam
2 Lb Pukul 09.00 WIB Pukul 08.00 - 12.00 WIB 53,9 Tb= 4 Jam
3 Lc Pukul 15.00 WIB Pukul 12.00 - 17.00 WIB 54,8 Tc= 5 Jam
LS 11 Jam Siang Hari 53,6
Keterangan:
Leq : Kebisingan ekivalen [dBA]
L1,…,L2 : Kebisingan setiap 5 detik selama 60 detik [dBA]
LI,…,Lx : Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dBA]
La,…,Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu di pagi hari [dBA]
Ta,…,Tc : Rentang waktu pengukuran di jam aktif pekerjaan (jam)
Ls : Kebisingan ekivalen pada siang hari [dBA]

4.4 Pengukuran Suhu


Suhu/tekanan panas merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya
cukup dominan terhadap kinerja sumberdaya manusia bahkan pengaruhnya
tidak terbatas pada kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi, yaitu pada
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Untuk itu diperlukan standar
mengenai pengukuran suhu/tekanan panas dengan parameter indeks suhu
basah dan bola (ISBB).
Pengukuran suhu dilakukan di dua lokasi yaitu daerah stone crusher
dan workshop. Pengukuran suhu menggunakan alat thermohygrometer, data
diambil pada pukul 10.30 WIB di unit stone crusher dan di workshop alat
berat pada pukul 11.00 WIB. Pengukuran suhu di kedua lokasi ini dan pada
jam tersebut diatas dilakukan karena area ini adalah area padat aktivitas
pekerja. Data hasil pengukuran suhu dimasukkan pada tabel 4.9 sesuai
dengan lampiran 6 sebagai berikut :

Gambar 4.2 Pengambilan Data Suhu di Stone Crusher


Tabel 4.9. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu

Nama Pengukur : AGUNG PRIHANDANA


Hari/Tanggal : Selasa/23 Juni 2020
Waktu Pengukuran : 10.30 & 11.00 WIB
Lokasi Pengukuran : Stone Crusher & Workshop
Kondisi Cuaca : Cerah
Alat : Thermohygrometer digital Alla France 910000-006/B

Hasil (˚C)
Lokasi ISBB
Dry Bulb Wet Bulb Globe
Crusher digital digital digital 32,6˚C
Workshop digital digital digital 30,7˚C
Perhitungan Suhu :

ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit crusher)

ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit workshop alat berat)

ISBB = 0,7 (digital) + 0,3 (digital) = 32,6˚C (unit crusher)

ISBB = 0,7 (digital) + 0,3 (digital) = 30,7˚C (unit workshop alat berat)

4.5 Pengisian Kuesioner


Lokasi stone crusher dan workshop CV. Intan Mandiri Alam Sejati
merupakan 2 (dua) lokasi yang padat kerja sehingga untuk mendapatkan data
analisis kelelahan pekerja akibat kebisingan dan suhu selama aktifitas kerja
berlangsung, maka dilakukan pengisian kuesioner mengenai gejala-gejala
kelelahan kerja oleh 2 (dua) orang karyawan (responden) yang dipilih
berdasarkan masing-masing lokasi yang padat aktifitas kerja yaitu lokasi
stone crusher dan workshop. Data hasil pengisian kuesioner gejala kelelahan
kerja dimasukkan pada tabel 4.10 sesuai dengan lampiran 15 sebagai berikut :
Tabel 4.10. Hasil Pengisian Kuesioner Gejala Kelelahan Kerja
Nama Pengukur : AGUNG PRIHANDANA
Hari/Tanggal : Selasa/23 Juni 2020
Waktu : 10.30 & 11.00 WIB
Lokasi : Stone Crusher & Workshop
Kondisi Cuaca : Cerah
Alat : Kuesioner
% %
Usia Lokasi Jawaban Jawaban
No. Jawaban Jawaban
Responden Kerja YA TIDAK
YA TIDAK
1 20-30 Tahun Crusher 15 Butir 5 Butir 75% 25%
2 30-40 Tahun Workshop 17 Butir 3 Butir 85% 15%
BAB V

ANALISA DATA

5.1 Tingkat Kebisingan di Stone Crusher


Hasil pengambilan data kebisingan di stone crusher kemudian
dituangkan dalam tabel rekapitulasi pengambilan data yang dikelompokkan
berdasarkan hari pengambilan datanya, kemudian dianalisis apakah telah
memenuhi nilai ambang batas (NAB) yang telah ditetapkan seperti pada tabel
5.1, 5.2 dan tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.1. Tingkat Kebisingan di Hari Senin/ 22 Juni 2020

No. Jam Jarak (m) Tingkat Kebisingan (dBA)

1. 08.00 1 95,6
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,2

Pada jarak 1 m pekerja terpapar kebisingan sebesar 95,6 dBA selama


8 jam kerja, hal ini melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh
KEP-51/MENAKER/1999 yaitu sebesar 85 dBA, begitu juga pada jarak 15 m
sebesar 87,1 dBA. Untuk jarak 30 m sebesar 80,1 dBA dan 60 m sebesar 64,2
dBA sudah sesuai dengan nilai ambang batas.
Untuk hasil perhitungan tingkat kebisingan pada hari Rabu diperoleh
data seperti pada lampiran 2 dengan hasil tingkat kebisingan seperti pada
tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2. Tingkat Kebisingan di Hari Rabu/ 24 Juni 2020

No. Jam Jarak (m) Tingkat Kebisingan (dBA)

1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,2
3. 14.00 30 80,8
4. 16.00 60 64,4

Pada jarak 1 m pekerja terpapar kebisingan sebesar 96,0 dBA selama


8 jam kerja, hal ini melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh
KEP-51/MENAKER/1999 yaitu sebesar 85 dBA, begitu juga pada jarak 15 m
sebesar 87,2 dBA. Untuk jarak 30 m sebesar 80,8 dBA dan 60 m sebesar 64,4
dBA sudah sesuai dengan nilai ambang batas.
Untuk hasil perhitungan tingkat kebisingan pada hari Sabtu diperoleh
data seperti pada lampiran 3 dengan hasil tingkat kebisingan seperti pada
tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3. Tingkat Kebisingan di Hari Sabtu/ 27 Juni 2020

No. Jam Jarak (m) Tingkat Kebisingan (dBA)

1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,3

Pada jarak 1 m pekerja terpapar kebisingan sebesar 96,0 dBA selama


8 jam kerja, hal ini melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh
KEP-51/MENAKER/1999 yaitu sebesar 85 dBA, begitu juga pada jarak 15 m
sebesar 87,1 dBA. Untuk jarak 30 m sebesar 80,1 dBA dan 60 m sebesar 64,3
dBA sudah sesuai dengan nilai ambang batas (NAB).
dbA
120

100

80
SENIN
60
RABU

40 SABTU

20
meter
0
1 15 30 60

5.2 Tingkat Kebisingan di Pemukiman


Hasil pengambilan data kebisingan di pemukiman sekitar lokasi stone
crusher kemudian dituangkan dalam tabel rekapitulasi pengambilan data,
kemudian dianalisis apakah telah memenuhi atau melebihi nilai ambang batas
(NAB) yang telah ditetapkan seperti pada tabel 5.4 berikut :
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Kebisingan di Pemukiman Masyarakat
No Leq Waktu Mewakili dBA Keterangan
1 La Pukul 07.00 WIB Pukul 06.00 - 08.00 WIB 40,6 Ta= 2 Jam
2 Lb Pukul 09.00 WIB Pukul 08.00 - 12.00 WIB 53,9 Tb= 4 Jam
3 Lc Pukul 15.00 WIB Pukul 12.00 - 17.00 WIB 54,8 Tc= 5 Jam
LS 11 Jam Siang Hari 53,6

Keterangan:
Leq : Kebisingan ekivalen [dBA]
L1,…,L2 : Kebisingan setiap 5 detik selama 60 detik [dBA]
LI,…,Lx : Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dBA]
La,…,Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu di pagi hari [dBA]
Ta,…,Tc : Rentang waktu pengukuran di jam aktif pekerjaan (jam)
Ls : Kebisingan ekivalen pada siang hari [dBA]

Pada jarak 100 meter dari stone crusher, penduduk yang bermukim di
sekitar lokasi tersebut terpapar kebisingan sebesar 53,6 dBA dari pagi hingga
sore hari selama aktifitas kerja stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati
berlangsung, tingkat kebisingan ini sudah memenuhi standar kriteria kualitas
kebisingan yang diperbolehkan KEP-48/MENLH/11/1996 dimana
kebisingannya tidak boleh melebihi 55 dBA untuk lokasi perumahan dan
pemukiman sekitar.

dbA
60

50

40
La
30 Lb
Lc
20
Ls
10

0
07.00 WIB 09.00 WIB 15.00 WIB Leq Siang (Ls)

5.3 Suhu di Stone Crusher dan Workshop


Pengukuran suhu dilakukan di dua lokasi yaitu daerah stone crusher
dan workshop. Pengukuran suhu menggunakan alat thermohygrometer, data
diambil pada pukul 10.30 WIB di unit stone crusher dan di workshop alat
berat pada pukul 11.00 WIB. Pengukuran suhu di kedua lokasi ini dan pada
jam tersebut di atas dilakukan karena area ini adalah area padat aktifitas kerja.
Data hasil pengukuran suhu dimasukkan pada tabel 5.5 untuk kemudian
dianalisa apakah telah memenuhi atau melebihi nilai ambang batas (NAB)
yang telah ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 5.5 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu

Nama Pengukur : AGUNG PRIHANDANA


Hari/Tanggal : Selasa/23 Juni 2020
Waktu Pengukuran : 10.30 & 11.00 WIB
Lokasi Pengukuran : Stone Crusher & Workshop
Kondisi Cuaca : Cerah
Alat : Thermohygrometer digital Alla France 910000-006/B
Hasil (˚C)
Lokasi ISBB
Dry Bulb Wet Bulb Globe
Crusher digital digital digital 32,6˚C
Workshop digital digital digital 30,7˚C

Perhitungan Suhu :

ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit crusher)

ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit workshop alat berat)

ISBB = 0,7 (digital) + 0,3 (digital) = 32,6˚C (unit crusher)

ISBB = 0,7 (digital) + 0,3 (digital) = 30,7˚C (unit workshop alat berat )

Dari hasil perhitungan suhu jika merujuk pada lampiran Keputusan


Mentri Tenaga Kerja No. KEP-51/MENAKER/1999 untuk kerja terus-
menerus selama 8 jam, di lokasi stone crusher diperoleh data suhu sebesar
32,6˚C, jenis pekerjaan di lokasi tersebut termasuk jenis pekerjaan dengan
beban kerja sedang, hal ini ternyata melebihi dari Nilai Ambang Batas (NAB)
yang telah ditentukan, yaitu 28,0˚C. Sedangkan di workshop juga melebihi
Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 30,7˚C dikarenakan jenis pekerjaan
yang dialami oleh pekerja tersebut termasuk pekerjaan berat, dengan syarat
ketentuan tidak lebih dari 25,9˚C. mengacu pada (KEP-
51/MENAKER/1999).

˚C
33
32,5
32
31,5
Crusher
31
Workshop
30,5
30
29,5
Crusher Workshop
5.4 Kuesioner Gejala Kelelahan Pekerja
Lokasi stone crusher dan workshop CV. Intan Mandiri Alam Sejati
merupakan 2 (dua) lokasi yang padat kerja sehingga untuk mendapatkan data
analisis kelelahan pekerja akibat kebisingan dan suhu selama aktifitas kerja
berlangsung, maka dilakukan pengisian kuesioner mengenai gejala-gejala
kelelahan kerja diisi oleh 2 (dua) orang karyawan (responden) yang dipilih
berdasarkan masing-masing lokasi yang padat aktifitas kerja yaitu lokasi unit
stone crusher dan workshop. Data hasil pengisian kuesioner gejala kelelahan
kerja dimasukkan pada Tabel 5.6 sesuai dengan lampiran 15 sebagai berikut :
Tabel 5.6. Hasil Pengisian Kuesioner Gejala Kelelahan Kerja
Nama Pengukur : AGUNG PRIHANDANA
Hari/Tanggal : Selasa/23 Juni 2020
Waktu : 10.30 & 11.00 WIB
Lokasi : Stone Crusher & Workshop
Kondisi Cuaca : Cerah
Alat : Kuesioner
% %
Usia Lokasi Jawaban Jawaban
No. Jawaban Jawaban
Responden Kerja YA TIDAK
YA TIDAK
1 20-30 Tahun Crusher 15 Butir 5 Butir 75% 25%
2 30-40 Tahun Workshop 17 Butir 3 Butir 85% 15%

Dari hasil pengisian kuesioner oleh 2 (dua) orang responden yang


bekerja di lokasi padat aktifitas kerja yaitu di lokasi stone crusher hasilnya
menunjukkan 75% indikator kelelahan dirasakan oleh pekerja dan 25%
indikator kelelahannya tidak dirasakan oleh pekerja. Sedangkan di workshop
hasilnya menunjukkan 85% indikator kelelahan dirasakan oleh pekerja dan
15% indikator kelelahannya tidak dirasakan oleh pekerja.
% Butir Jawaban
90
80
70
60
50
Ya
40
30 Tidak
20
10
0
Crusher Workshop
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada lokasi kerja dan
lingkungan pemukiman masyarakat disekitar CV. Intan Mandiri Alam Sejati
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada jarak pengambilan data kebisingan 1 meter dan 15 meter, kebisingan
pada jarak ini melebihi ambang batas yang diizinkan untuk manusia
menerima kebisingan terus menerus yaitu 85 dBA dengan waktu
pemajanan 8 jam, mengacu pada KEP-51/MENAKER/1999. Pada lokasi
penelitian dengan jarak pengambilan data kebisingan 1 meter, 15 meter,
dan 30 meter didapati bahwa kebisingan pada jarak ini melebihi standar
baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan, dimana standar baku tingkat
kebisingan yang diperbolehkan untuk kawasan industri yaitu tidak boleh
melebihi 70 dBA, mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996. Untuk
kebisingan di pemukiman masyarakat pada jarak jarak 100 meter terhadap
sumber kebisingan (Stone crusher) didapatkan hasil sebesar 53,6 dBA, hal
ini sudah memenuhi standar kriteria kualitas kebisingan yang
diperbolehkan KEP-48/MENLH/11/1996 dimana kebisingannya tidak
boleh melebihi 55 dBA untuk lokasi perumahan dan pemukiman sekitar.
2. Dari hasil perhitungan suhu jika merujuk pada lampiran Keputusan Mentri
Tenaga Kerja No. KEP-51/MENAKER/1999 untuk kerja terus-menerus
selama 8 jam, di lokasi stone crusher diperoleh data suhu sebesar 32,6˚C.
Jenis pekerjaan di lokasi tersebut termasuk jenis pekerjaan dengan beban
kerja sedang hal ini melebihi dari Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah
ditentukan, yaitu 28,0˚C. Sedangkan di workshop juga melebihi Nilai
Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 30,7˚C, dikarenakan jenis pekerjaan
yang dialami oleh pekerja tersebut termasuk pekerjaan berat, dengan syarat
ketentuan tidak lebih dari 25,9˚C. mengacu pada (KEP-
51/MENAKER/1999).
3. Dari hasil pengisian kuesioner oleh 2 (dua) orang responden yang bekerja
di lokasi padat aktifitas kerja yaitu di lokasi stone crusher dan workshop
hasilnya menunjukkan 75% indikator kelelahan dirasakan oleh pekerja dan
25% indikator kelelahannya tidak dirasakan oleh pekerja di stone crusher.
Sedangkan di workshop hasilnya menunjukkan 85% indikator kelelahan
dirasakan oleh pekerja dan 15% indikator kelelahannya tidak dirasakan
oleh pekerja.

6.2 Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan, sebaiknya pekerja selalu
menggunakan alat pelindung telinga seperti ear muff, ear plug atau
headphone pada jarak 1 meter, 15 meter, dan 30 meter dari sumber
kebisingan dalam melakukan aktivitas pekerjaan untuk mengantisipasi
cacat sementara maupun permanen yang disebabkan oleh kebisingan yang
terjadi di area kerja.
2. Berdasarkan hasil penelitian penulis dalam hal perhitungan kebisingan
pada pemukiman masyarakat yang disebabkan adanya aktifitas pengolahan
pemurnian Stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati diperlukan
antisipasi untuk lebih menurunkan tingkat kebisingan di sekitar
pemukiman tersebut. Salah satu kegiatan dari antisipasi ini dapat dilakukan
dengan membuat jalur hijau atau penanaman pohon disekitar lokasi CV.
Intan Mandiri Alam Sejati.
3. Dari hasil perhitungan suhu, ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) jika
merujuk ke KEP-51/MENAKER/1999 untuk kerja terus-menerus selama 8
jam di crusher dan workshop telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
Untuk kesehatan dan kenyaman kerja karyawan ada baiknya dianjurkan
pada perusahaan menyediakan air minum di tempat yang lebih mudah
dijangkau oleh pekerja dan memperhatikan keselamatan kenyamanan kerja
karyawan untuk mengantisipasi kelelahan kerja, seperti menggunakan
safety helmet dan safety shoes untuk mengantisipasi suhu yang cukup
tinggi.
4. Perlunya untuk meningkatkan kesadaran bagi seluruh karyawan untuk
selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti safety shoes,
masker, ear muff, ear plug atau headphone untuk pekerja yang bekerja di
lokasi Stone crusher yang mengalami kebisingan yang melebihi nilai
ambang batas yang diizinkan agar terciptanya aktifitas kerja yang aman,
nyaman, sehat, terhindar dari gejala kelelahan kerja serta produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiar, Taufan. (2015). Analisis Kinerja Alat Crushing Plant Pada Tambang
Andesit Untuk Meningkatkan Produksi 125.000 Ton/Bulan di PT. Mandiri
Sejahtera Sentra, Desa Suka Mulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bandung: Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung.

Arfandi, Thomy. (2006). Hubungan Kebisingan dan Suhu Lingkungan dengan


Kelelahan Pada Pekerja PT. PLN (Persero). Jambi

Budiono, Sugeng. (1996). Hiperkes dan KK. Semarang: Bunga Rampai.

Charles E. Wilson. (1817). Noise Control : Measurement, Analysis and Control of


Sound and Vibration, New Jersey Institute of Technology.

Depnaker. (1992). Modul Kursus Tertulis Bagi Dokter Hyperkes. Jakarta.

Depnaker RI. (1993). Modul Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jakarta.

Grandjean and Kogi. (1972). Introductory Remarks. Kyoto Symposium on


Methodology of Fatique Assessment. Industrial fatique Reasearch
Committee of The Japan Assessment of Industry Health, Japan.

Granjean, E. (1985). Fitting the Task to The Man, Ed. 4. A Text Book of
Occupational Ergonomic. London. New York. Philadelphia.

Http://Www.Academia.Edu/5361011/Wibawa, Adhitya, dkk. (....). Penentuan Tingkat


Kebisingan Lingkungan Menggunakan Alat Sound Level Meter di Sekitar
Gedung Graha Widya Wisuda. Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

Kepmenaker. No: 51/Men/1999. Tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan.

Mc. Cuney, J.R. (1988). A Practical Approach to Occupational and Enviromental


Medicine. Second-Edition Printed in The United States of America.

Sastrowinoto, S. (1985). Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. PT


Pustaka Binawan Pressindo, Jakarta.

Setyawati, Lientje. (1994). Kelelahan kerja kronis. Kajian Terhadap Perasaan


Kelelahan Kerja, Penyusunan Alat Ukur. Serta Hubungannya Dengan
Waktu Reaksi dan Produktivitas Kerja. Disertasi. Program Pascasarjana,
UGM. Yogyakarta.

Silaban, Gerry. (1996). Shift Kerja dan Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Wanita
PT. Sibalec, Tesis, Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta.
Soeripto. (2000). Teknologi Pengendalian Intensitas Kebisingan, Majalah
Hiperkes dan Keselamatan Kerja , Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Depnaker RI, Jakarta.

Subaris, Heru, dkk. (2008). Hygiene Lingkungan Kerja. Penerbit Mitra Cendikia
Press, Jogjakarta.

Sulakmono. (1991). Bahaya Kebisingan dan Cara Pengendaliannya. Public


Health F.K. Unair Surabaya.

Suma’mur. PK. (1994). Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:


Gunung Agung.

Tarwaka. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. Surakarta: Unisba Press.

Waldron, H.A. (1989). Occupational Health Practice. Third Edition Butterwoths


and Co.Ltd. London.

Yanti. (2009). Hubungan Tekanan Panas, Kebisingan, Giliran Kerja Dengan


Perasaan Lelah Pada Pekerja Di Bagian Produksi Di PT. Batang Hari
Tembesi. Jambi

........., Data-data, laporan dan arsip perusahaan CV. Intan Mandiri Alam Sejati
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 Tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja


LAMPIRAN VII – Keputusan MENAKER RI No. KEP.51/MEN/1999
LAMPIRAN VIII – Keputusan MENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996
LAMPIRAN IX – SNI 7570 Tahun 2010
LAMPIRAN X – Peta Geologi Kabupaten Pasaman Barat
LAMPIRAN XI – Bagian-Bagian Sound Level Meter dan Pengoperasiannya

2
4
1
5

3
Bagian alat :

1. Tombol ON-OFF
2. Tombol “Hold”
3. Tombol “Rec. Max/Min”
4. Tombol A/C
5. Tombol “Fast/Slow”
6. LCD Display
7. Microfon

Cara Pengoperasian :

1. Pasang Baterai di kompartemen belakang.


2. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON-OFF
3. Posisikan alat setinggi ± 1,5 m dari lantai kira-kira setinggi dada dan
arahkan ke sumber suara.
4. Lihat angka pengukuran pada LCD Display dan amati selama 5 detik.
5. Tekan tombol “Hold” setelah 5 detik untuk memperoleh hasil pengukuran.
LAMPIRAN XII – Bagian-Bagian Thermohygrometer dan Pengoperasiannya

2 5

1
6

Bagian alat :

1. Tombol ON-OFF
2. Tombol MAX/MIN
3. LCD Display untuk HUMIDITY (Kelembaban)
4. LCD Display untuk TEMPERATURE (Suhu)
5. Tombol “CLEAR”
6. Tombol “IN/OUT”
7. Kabel Sensor
8. Sensor

Cara Pengoperasian :

1. Pasang baterai di kompartemen belakang.


2. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON-OFF
3. Posisikan alat setinggi ± 1,5 m dari lantai kira-kira setinggi dada.
4. Pasang kabel sensor kemudian pegang bagian putih pada sensor lalu arahkan
ke lokasi yang ingin diukur suhu dan kelembabannya.
5. Tekan tombol “IN/OUT” fungsi IN untuk suhu dan kelembaban dalam ruangan
dan OUT untuk suhu dan kelembaban luar ruangan.
6. Lihat dan catat angka pengukuran pada LCD Display TEMPERATURE dan
HUMIDITY.
7. Tekan tombol “CLEAR” untuk mengulangi pengukuran.
LAMPIRAN XIII – Dokumentasi Penelitian

1. Pengambilan Data Kebisingan Stone Crusher

2. Pengambilan Data Kebisingan Stone Crusher 2


3. Pengambilan Data Suhu

4. Pengambilan Data Suhu 2


5. Stockpile CV. Intan Mandiri Alam Sejati

6. Loading Material oleh Excavator ke Crusher Bucket

7. Workshop CV. Intan Mandiri Alam Sejati


LAMPIRAN XIV – IUP CV. INTAN MANDIRI ALAM SEJATI
LAMPIRAN XV – KUESIONER
LEMBARAN KONSULTASI
PEMBIMBING 1

Nama : AGUNG PRIHANDANA


NPM : 1810024427026
Program Studi : S1 Teknik Pertambangan
Judul Tugas : Analisis Tingkat Kebisingan dan Suhu Terhadap Kelelahan
Akhir Pekerja pada Usaha Pertambangan Pengolahan Pemurnian Stone
Crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati Kab. Pasaman Barat,
Provinsi Sumatera Barat

No Tanggal Catatan/ Saran/ Perbaikan Paraf


1. 18/03/2020 1. Perbaiki tinjauan pustaka berisi : definisi, persamaan, dan
standar
2. Perbaiki pembahasan dan hasil : ceritakan hasil penelitian
berupa hasil perhitungan, pengukuran (grafik/ tabel)
3. Perbaiki relevansi penelitian

2. 19/03/2020 1. Penelitian menganalisa kebisingan, suhu terhadap kelelahan


pekerja
2. List jenis-jenis kelelahan pekerja berdasarkan jurnal
3. Metode : Dijelaskan data apa yang dikumpulkan, bagaimana
mengumpulkan dan bagaimana mengolahnya.
4. Kuatkan dengan rencana penelitian (pada relevansi)

3. 20/03/2020 Acc seminar review jurnal

4. 8/05/2020 1. Seminar Review Jurnal secara online melalui Portal e-campus


Sttind Padang aplikasi Jitsi Meet
2. Masukan dari Penguji dan Pembimbing I :
- Tambahkan standar untuk Baku Mutu Kebisingan dengan
SNI 7570:2010
- Gunakan parameter gejala kelelahan pekerja (suma’mur)
untuk membuat kusioner/ angket
3. Lulus Seminar Review Jurnal, lanjut ke Proposal Penelitian

5. 10/05/2020 Pengiriman Proposal Penelitian ke Email Pembimbing 1 dan 2

6. 12/05/2020 1. Semua identifikasi masalah diulas dilatar belakang.


2. Tujuan dan rumusan masalah harus sinkron.
3. Buat daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

7. 14/05/2020 1. Buat daftar pertanyaan untuk quesioner untuk penilaian


parameter kelelahan.
2. Jelaskan dengan rinci cara memperoleh data primer di teknik
pengumpalan data.
3. Hasil review jurnal kmren tambahkan di landasan teori yg
berkaitan dg penelitian kita.
8. 16/05/2020 1. Rumus yang digunakan dalam penelitian harus jelas.
2. Pada kerangka konseptual proses langkah2 penyelesaian atau
pengolahan untuk tujuan dibuat sejalan dengan pengolahan
data di bagan alir penelitian.
3. Tambahkan peta geologi peta topografi dan peta iup
dilampiran.
4. Buat form pengambilan data lapangan.
5. Analisa data mengacu pada kepmenaker dan permen
pertambangan. Ini full peraturannya dilampirkan pada
lampiran.

9. 20/05/2020 1. Periksa kembali sistem penulisan. Istilah tambang dicetak


miring, penomoran mulai dari
1.
a.
1)
a)
(1)
(a)
10. 15/06/2020 1. Lengkapi daftar pustaka.
2. Buat power point,

11. 16/06/2020 ACC Seminar Proposal

12. 20/06/2020 1. Seminar Proposal melalui aplikasi Zoom


2. Lulus Seminar Proposal, Perbaikan Proposal lanjut ke
Penelitian

13. 29/06/2020 Pengiriman Tugas Akhir ke Email Pembimbing 1 dan 2

14. 07/07/2020 Pengiriman Tugas Akhir Revisi 1 ke Email Pembimbing 1 dan 2

15. 17/07/2020 Pengiriman Tugas Akhir Revisi 2 ke Email Pembimbing 1 dan 2

16. 25/07/2020 1. Kuesioner yang asli yang diisi pihak perusahaan dilampirkan
di lampiran
2. Abstrak tidak boleh lebih dari 200 kata

17. 11/08/2020 Acc Sidang Komprehensif


18. 1/9/2020 Lampirkan dokumentasi lapangan diberi judul dan nomor gambar
masing-masing

19. 7/9/2020 Seluruh sumber harus ada di daftar pustaka

20. 13/9/2020 Periksa kembaliistilah asing. Dicetak miring

21. 20/9/2020 Lampirkan kuesioner di tanda tangani masing-masingnya

22. 24/9/2020 ACC Jilid

Pembimbing I

REFKY ADINATA, ST., MT


LEMBARAN KONSULTASI
PEMBIMBING 2

Nama : AGUNG PRIHANDANA


NPM : 1810024427026
Program Studi : S1 Teknik Pertambangan
Judul Tugas : Analisis Tingkat Kebisingan dan Suhu Terhadap Kelelahan
Akhir Pekerja pada Usaha Pertambangan Pengolahan Pemurnian Stone
Crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati Kab. Pasaman Barat,
Provinsi Sumatera Barat

No Tanggal Catatan/ Saran/ Perbaikan Paraf


1. 19/03/2020 1. Hilangkan kode pada nama-nama peneliti di review jurnal
2. Isikan Volume dan Nomor Jurnal

2. 16/04/2020 (Softcopy review jurnal dikirim ke email pembimbing II)

3. 21/04/2020 1. Buatlah gambaran penelitian secara umum seperti rumusan


masalah, tujuan penelitian, dan rumus2 atau persamaan yang
dipakai. Sekaligus lampirkan di slide PTT
2. Semua catatan bimbingan baik itu dari pembimbing I maupun
Pembimbing II, diketik dilembar konsultasi
3. Semua tanda (-) di bahan review diganti dengan a, b, bc atau
penomoran
4. Jelasakan metode yang digunakan pada rencana penelitian
5. Terdapat kemiripan judul rencana penelitian dengan jurnal
nomor 3, temukan dan jelaskan perbedaannya.
6. Tambahkan dengan bimbingan perbaikan di kampus terkait
identitas jurnal

4. 22/04/2020 (Revisi 1 Review Jurnal dikirim ke email pembimbing II)

5. 24/04/2020 1. Review Jurnal ACC seminar


2. Buat slide Power Point

6. 26/04/2020 (Power point seminar review jurnal dikirim ke email pembimbing


II)

7. 08/05/2020 1. Seminar Review Jurnal secara online melalui Portal e-campus


Sttind Padang aplikasi Jitsi Meet
2. Masukan dari Penguji dan Pembimbing I :
- Tambahkan standar untuk Baku Mutu Kebisingan dengan
SNI 7570:2010
- Gunakan parameter gejala kelelahan pekerja (suma’mur)
untuk membuat kusioner/ angket
3. Lulus Seminar Review Jurnal, lanjut ke Proposal Penelitian

8. 11/05/2020 Pengiriman Proposal ke Email Pembimbing 1 dan 2

9. 10/06/2020 1. lengkapi dengan daftar lampiran


2. perhatikan dalam penulisan paragraf pada latar belakang
(harus terdiri dari beberapa kalimat )
3. kalimat awal untuk rumusan masalah, apakah bisa diganti
dengan bagaimana
4. rumusan masalah dan tujuan penelitian harus singkron
5. hasil review jurnal ditambahkan di landasan teori yang
berhubungan dengan rencana penelitian yang akan dilakukan
6. perhatikan dalam penulisan rumus, satuan rumus dan
penomoran rumus yang dipakai pada rencana penelitian
7. pada bab 3, tambahkan variabel penelitian (var bebas dan
terikat ) berdasarkan penelitian yang akan dilakukan
8. lengkapi Data, Jenis Data dan Sumber Data (baik itu data
primer maupun sekunder)
9. sebutkan data primer dan data sekunder yang digunakan
10.pada kerangka metodologi, lengkapi dengan judul penelitian,
identifikasi masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data,
pengolahan data dan hasil
11.penulisan daftar pustaka harus sesuai dengan panduan dan
sesuai dengan abjad
12.daftar pustaka harus dituliskan semuanya,
13.periksa kembali sistem penulisan, penomoran, kata2 serapan
14.buat power point

10. 16/06/2020 acc untuk seminar proposal

11. 20/06/2020 1. Seminar Proposal melalui aplikasi Zoom


2. Lulus Seminar Proposal, Perbaikan Proposal lanjut ke
Penelitian

12. 29/06/2020 Pengiriman Tugas Akhir ke Email Pembimbing 1 dan 2

13. 07/07/2020 Pengiriman Tugas Akhir Revisi 1 ke Email Pembimbing 1 dan 2

14. 14/07/2020 1. Perbaiki kesimpulan, karena tujuan penelitian ada 3, maka


kesimpulannya juga ada 3

2. Acc Sidang Komprehensif

15. 25/9/2020 ACC Jilid

Pembimbing II

AFNI NELVI, S. Si, M. Si

Anda mungkin juga menyukai