Disusun :
AGUNG PRIHANDANA
1810024427026
Disusun Oleh :
AGUNG PRIHANDANA
1810024427026
Disetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
Surat Pernyataan
NPM : 1810024427026
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul :
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar sarjananya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan
sebagaimnana mestinya.
Materai Rp 6000
Agung Prihandana
ii
iii
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman modern saat ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Riko Ervil., MT selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang
2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku ketua Prodi Teknik Pertambangan
3. Bapak Refki Adi Nata, ST., MT selaku Pembimbing 1
4. Ibuk Afni Nelvi, S.Si., M.Si selaku Pembimbing 2
5. Dewan Penguji
6. Bapak Erman B selaku Direktur CV. Intan Mandiri Alam Sejati
7. Kepada kedua Orangtua, keluarga, Istri dan buah hati tercinta
8. Kepada seluruh karyawan/karyawati STTIND Padang
9. Rekan-rekan Mahasiswa Transfer S1 Teknik Pertambangan angkatan 2018
STTIND Padang
Penulis mengakui Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis meminta saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis sendiri. Aamiin.
Padang, 02 November 2020
Agung Prihandana
iv
ABSTRACT
CV. Intan Mandiri Alam Sejati is one of the private companies engaged in the
mining sector, namely the processing of Stone Crusher purification in Jorong
Anam Koto Selatan, Nagari Kinali, Kinali District, West Pasaman Regency, West
Sumatra Province. Noise measurement at CV. Intan Mandiri Alam Sejati aims to
determine whether the noise level at the location of the Stone crusher activity
meets the requirements according to the standard noise level based on KEP-
48/MENLH/11/1996 and SNI 7570:2010 for residential areas and the Threshold
Value (NAV) that has been determined by Decree of the Minister of Manpower
Number KEP-51/MENAKER/1999 for work locations. From the results of this
study based on the scope of work, that the noise at the study site at a distance of 1
m from the stone crusher was 96.0 dBA, 15 m from the stone crusher was 87.0
dBA, 30 m from the stone crusher was 80.0 dBA at work location. Based on KEP-
51/MENAKER/1999 at a distance of 1 m, and 15 m has exceeded the permitted
threshold for humans to receive noise continuously working for 8 hours of work,
at a distance of 30 m and 60 m has met the NAV. The noise at the location
directly adjacent to the community settlement at a distance of 100 meters is 53.6
dBA which is directly exposed to the purification processing activity also meets
the standard noise level allowed based on KEP-48/MENLH/11/1996 and SNI
7570:2010. The temperature measurement results refer to KEP-
51/MENAKER/1999 for continuous work for 8 hours. At the stone crusher
location with moderate workload, 32.6 ° C temperature data was obtained and in
the workshop with a heavy workload of 30.7 ° C. The results of temperature
measurements at the two locations exceed the Threshold Value (NAV) based on
KEP-51/MENAKER/1999.
v
ABSTRAK
CV. Intan Mandiri Alam Sejati adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak
disektor pertambangan, yaitu pengolahan pemurnian Stone crusher di Jorong Anam Koto
Selatan, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumatera
Barat. Pengukuran kebisingan di CV. Intan Mandiri Alam Sejati bertujuan untuk
mengetahui apakah tingkat kebisingan di lokasi kegiatan Stone crusher memenuhi
persyaratan menurut standar baku tingkat kebisingan berdasarkan KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010 untuk daerah pemukiman penduduk dan
Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 untuk lokasi kerja. Dari hasil
penelitian ini berdasarkan ruang lingkup kerja, bahwa kebisingan di lokasi
penelitian pada jarak 1 m dari stone crusher adalah sebesar 96,0 dBA, 15 m dari
stone crusher sebesar 87,0 dBA, 30 m dari stone crusher sebesar 80,0 dBA pada
lokasi kerja. Berdasarkan KEP-51/MENAKER/1999 pada jarak 1 m, dan 15 m
telah melebihi ambang batas yang diizinkan untuk manusia menerima kebisingan
terus menerus bekerja selama 8 jam kerja, pada jarak 30 m dan 60 m telah
memenuhi NAB. Kebisingan di lokasi yang berbatasan langsung dengan
pemukiman masyarakat pada jarak 100 meter adalah sebesar 53,6 dBA yang
terpapar langsung dengan aktifitas pengolahan pemurnian juga sudah memenuhi
standar baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan berdasarkan KEP-
48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010. Hasil pengukuran suhu merujuk kepada
KEP-51/MENAKER/1999 untuk kerja teru-menerus selama 8 jam. Di lokasi stone
crusher dengan beban kerja sedang diperoleh data suhu 32,6˚C dan di workshop
dengan beban kerja berat yaitu sebesar 30,7˚C. Hasil pengukuran suhu pada dua
lokasi tersebut melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) berdasarkan KEP-
51/MENAKER/1999.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ii
SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI PERUSAHAAN ............ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 4
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 45
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 45
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 45
3.3 Waktu Penelitian .................................................................................. 45
3.4 Instrumentasi Pengambilan Data ......................................................... 46
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 48
3.7 Kerangka Metodologi ........................................................... ............... 53
BAB VI PENUTUP........................................................................................... 80
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 80
6.2 Saran .................................................................................................... 81
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Lokasi CV. Intan Mandiri Alam Sejati Kab. Pasaman Barat.... 8
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ..................................................................... 44
Gambar 3.3 Kerangka Metodologi .................................................................... 55
Gambar 4.1 Pengambilan Data Kebisingan di Stone Crusher ........................... 57
Gambar 4.2 Pengambilan Data Suhu di Stone Crusher .................................... 71
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Pasaman Barat .............................................. 9
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin di Kenagarian Kinali,
Kecamatan Kinali dirinci perjorong ............................................... 12
Tabel 2.3 Banyaknya Pasien Menurut 10 (Sepuluh) Macam Penyakit
Terbanyak ....................................................................................... 13
Tabel 2.4 Klasifikasi Reduksi Ukuran Butir .................................................... 17
Tabel 2.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Berdasarkan Pemajanan
Perhari ............................................................................................. 26
Tabel 2.6 Baku Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Berdasarkan KEP-
48/MENLH/11/1996 ........................................................................ 27
Tabel 2.7 Baku Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Berdasarkan SNI
7570:2010 ........................................................................................ 27
Tabel 2.8 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) .............................................................................................. 36
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Perhitungan Kebisingan Tiap 5 Detik sengan
Rentang 1 Menit .............................................................................. 49
Tabel 3.2 Tabel Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan pada
Pemukiman Masyarakat .................................................................. 49
Tabel 3.3 Baku Tingkat Kebisingan Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996
....... ................................................................................................... 50
Tabel 3.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Pemajanan Perhari ... 51
Tabel 3.5 Baku Tingkat Kebisingan Terhadap Lingkungan Berdasarkan SNI
7570:2010 ........................................................................................ 52
Tabel 3.6 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) ............................................................................................. 52
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan Tiap 5 Detik dengan Rentang
Menit 1 sampai Menit 10 di Lokasi Stone Crusher ......................... 57
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Leq Menit 1 sampai
Leq Menit 10 dan Leq 10 Menit ...................................................... 62
x
Tabel 4.3 Tingkat Kebisingan di Hari Senin/ 22 Juni 2020 ............................ 62
Tabel 4.4 Tingkat Kebisingan di Hari Rabu/ 24 Juni 2020 ....... ...................... 63
Tabel 4.5 Tingkat Kebisingan di Hari Sabtu/ 27 Juni 2020 ............................. 63
Tabel 4.6 Data Hasil Pengukuran Kebisingan Pemukiman Tiap 5 Detik dengan
Rentang Menit 1 sampai Menit 10 .................................................. 64
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Pemukiman Leq
Menit 1 sampai Leq Menit 10 dan Leq 10 Menit (La) .................... 69
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Kebisingan di Pemukiman Masyarakat ............. 70
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu ............................... 71
Tabel 4.10 Hasil Pengisian Kuesioner Gejala Kelelahan Kerja ....... ................. 72
Tabel 5.1 Tingkat Kebisingan di Hari Senin/ 22 Juni 2020 ............................. 73
Tabel 5.2 Tingkat Kebisingan di Hari Rabu/ 24 Juni 2020 ....... ..................... 74
Tabel 5.3 Tingkat Kebisingan di Hari Sabtu/ 27 Juni 2020 ....... ..................... 74
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Kebisingan di Pemukiman Masyarakat ............. 75
Tabel 5.5 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Data Suhu ............................... 76
Tabel 5.6 Hasil Pengisian Kuesioner Gejala Kelelahan Kerja ....... ................. 78
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Kebisingan Hari Senin/ 22 Juni 2020 ..................................... 85
Lampiran 2 Data Kebisingan Hari Rabu/ 24 Juni 2020 ..................................... 87
Lampiran 3 Data Kebisingan Hari Sabtu/ 27 Juni 2020 ..................................... 89
Lampiran 4 Data Kebisingan Pada Pemukiman – Senin/ 22 Juni 2020 ............. 91
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Data Kebisingan pada Pemukiman – Senin/ 22
Juni 2020 ......................................................................................... 93
Lampiran 6 Data Suhu ........................................................................................ 95
Lampiran 7 Keputusan MENAKER RI No. KEP.51/MEN/1999 ...................... 96
Lampiran 8 Keputusan MENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996 .................... 105
Lampiran 9 SNI 7570 TAHUN 2010 ............................................................... 114
Lampiran 10 Peta Geologi Kabupaten Pasaman Barat ....................................... 125
Lampiran 11 Bagian-bagian Sound Level Meter dan Penggunaannya ............... 126
Lampiran 12 Bagian-bagian Thermohygrometer dan Penggunaannya .............. 127
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 128
Lampiran 14 IUP CV. Intan Mandiri Alam Sejati ............................................. 131
Lampiran 15 Kuesioner ...................................................................................... 132
Lembar Konsultasi Pembimbing I dan Pembimbing II .................................. 133
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang padat akan aktivitas
peralatan mesin yang dapat menimbulkan suara yang mengganggu
lingkungan, terutama lingkungan pemukiman yang berada disekitar lokasi
kegiatan pertambangan tersebut. Efek tekanan lingkungan pada manusia
dapat berupa penurunan kualitas fisik dan non fisik (psikologi). Salah satu
bentuk tekanan lingkungan adalah gangguan akibat kebisingan dan
kenyamanan bagi tenaga kerja saat melaksanakan pekerjaannya. Kenyamanan
disini adalah kenyamanan audio dan suhu. Tenaga kerja akan dapat dan
mampu bekerja dengan efisien dan produktif apabila lingkungan tempat
kerjanya nyaman. Sebaliknya kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman
dapat menyebabkan kelelahan tenaga kerja sehingga produktivitas akan
menurun.
Kelelahan terkait dengan lingkungan kerja yang bising, suhu yang
tidak terkontrol, hal ini sejalan dengan pendapat (Soeripto, 2008:339) yang
menyatakan bahwa tenaga kerja yang terpapar kebisingan akan menyebabkan
kelelahan. Terpapar kebisingan yang berlebihan berdampak negatif pada
tenaga kerja. Tenaga kerja yang terpapar kebisingan akan menyebabkan
denyut nadi menjadi cepat, tekanan darah naik, dan pembuluh darah
menyempit, sehingga cepat merasa lelah. Kebisingan mengganggu
konsentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir, lingkungan fisik kerja yang
terlalu panas mengakibatkan tenaga kerja cepat lelah karena kehilangan
cairan dan garam (Yanti, 2009:10).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan batas ambang baku
kebisingan dan suhu pada area kerja sesuai Lampiran I dan II Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 tentang nilai
ambang batas faktor fisik di tempat kerja, bahwa nilai ambang batas
kebisingan di area kerja maksimal adalah 85 dBA dengan waktu pemajanan 8
jam dalam sehari, sedangkan suhu maksimal dengan beban kerja sedang dan
waktu bekerja 8 jam (bekerja terus menerus) adalah 26,7 oC. Disamping itu
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Badan
Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan aturan dan standarisasi tingkat
kebisingan lingkungan melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
2
KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010 tentang baku tingkat
kebisingan yang mengatur tentang batas baku kebisingan pada lingkungan,
area pemukiman ataupun fasilitas umum masyarakat lainnya.
Berdasarkan observasi awal ditemukan bahwa tingkat kebisingan
yang ditimbulkan oleh aktivitas stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati
sudah melebihi ambang batas kebisingan yaitu 93 dBA sampai 98 dBA pada
jarak 5 meter dari alat stone crusher tempat salah satu operator crusher
berada yang dihitung selama 10 menit dan aktifitas kerja di lokasi stone
crusher berlangsung selama 8 jam dalam sehari. Di lapangan ditemukan juga
pekerja yang tidak menggunakan alat proteksi diri (APD) dan pada umumnya
tidak menggunakan alat peredam kebisingan (ear plug/headphone), masker,
safety shoes, rompi dan safety helmet, sehingga tidak ada perlindungan
terhadap paparan kebisingan dan alat bantu pengamanan lainnya pada pekerja
saat aktivitas pengolahan pemurnian sedang berlangsung.
Observasi awal juga menunjukkan bahwa pada lokasi pengolahan dan
pemurnian batuan CV. Intan Mandiri Alam Sejati untuk pengukuran suhu di
lokasi stone crusher dan workshop rata-rata adalah sebesar 28,0oC-30,0oC
dan jenis pekerjaan di lokasi crusher dan workshop termasuk jenis pekerjaan
dengan beban kerja sedang, hal ini menunjukkan bahwa suhu di lokasi
crusher dan workshop telah melebihi ambang batas (NAB) yang telah
ditentukan. Dari masalah tersebut di atas maka penulis mengangkat studi
kasus yang berjudul “Analisis Tingkat Kebisingan dan Suhu Terhadap
Kelelahan Pekerja pada Usaha Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian
Stone Crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati Kabupaten Pasaman Barat,
Provinsi Sumatera Barat”.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Adanya keluhan kelelahan dari beberapa pekerja akibat kebisingan dan
suhu yang tinggi di area kerja stone crusher.
2. Tingkat kebisingan melebihi standar yang sudah ditetapkan.
3. Suhu di lokasi kerja melebihi standar yang sudah ditetapkan.
4. Pekerja yang tidak menggunakan alat peredam suara.
5. Banyak waktu terbuang akibat karyawan yang istirahat tidak sesuai waktu
yang telah ditentukan seperti terlambat memulai pekerjaan sehabis
istirahat.
4
5. Pengamatan untuk pengukuran suhu dilakukan di 2 (dua) lokasi yaitu
pada unit stone crusher dan ruang workshop alat berat. Pengolahan data
untuk suhu dilakukan dengan menggunakan rumus dasar ISBB (Indeks
Suhu Basah dan Bola).
5
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diperoleh setelah melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk mengungkapkan tingkat kebisingan dan suhu di lokasi
kegiatan stone crusher, yang mana berguna untuk kenyamanan pekerja
khususnya pekerja di lokasi pengolahan pemurnian CV. Intan Mandiri
Alam Sejati, sehingga dapat diupayakan penanggulangan dan
pengendaliannya.
2. Bagi Penulis
Dapat menjadi penambah wawasan dan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang pengelolaan lingkungan dan K3 pada aktivitas
stone crusher, serta memahami peraturan yang mengatur pengelolaan
lingkungan pertambangan.
3. Bagi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan
jurnal dan dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa
yang akan melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan
pengelolaan lingkungan dan K3 pada aktivitas pertambangan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lokasi kegiatan stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati berada
di Jorong Anam Koto Selatan, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten
Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat. Peta lokasi kegiatan stone crusher
CV. Intan Mandiri Alam Sejati dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini :
2. Kondisi Fisik
a. Geologi
Geologi wilayah Kabupaten Pasaman Barat dibentuk oleh
endapan permukaan formasi batuan pegunungan. Berdasarkan peta
Geologi Kabupaten Pasaman Barat dan sekitarnya, maka wilayah ini
dibagi menjadi beberapa secara genetik dan paratemis, yaitu :
1) Satuan Geomorfologi Lipat–Patahan yang meliputi 40% dari seluruh
wilayah Kabupaten Pasaman Barat.
2) Satuan Morfologi Perbukitan Karts yang tersebar setempat-setempat
yang mencover sebanyak 10% coverage.
3) Satuan dataran Pantai dan Aluvial yang meliputi 50% yang
menyebar dari Barat ke Timur.
Patahan geologi/struktur geologi yang dominan pada daerah
Pasaman Barat adalah Sesar Great Sumatera Fault Zone yang terdiri
dari sesar turun, lipatan, sesar geser dll. Ada kelurusan-kelurusan sesar
seperti sesar yang melintang dari Gunung Malintang dan Gunung
Talamau, berupa pola-pola kelurusan dari morfologi dan sesar, hanya
tidak aktif. Pola kelurusan ini merupakan akibat dari pengaruh gaya
pada sesar Semangko/Sesar Sumatera yang sangat aktif.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka daerah Pasaman
Barat, khususnya daerah bagian Barat Daya–Barat Laut yang mengikuti
arah Pulau Sumatera. Daerah ini adalah pengaruh dari sesar Sumatera.
Daerah bagian Selatan walaupun aman tetapi daerah pantai Pasaman
Barat harus waspada dari gelombang Tsunami. Bagian Selatan daerah
Pasaman Barat relatif lebih stabil dari gerakan tanah dan gempa bumi
yang selalu terjadi setiap saat pada daerah sepanjang Sumatera Fault
Zone, hal ini karena daer\ah Sumatera Fault Zone (sesar Sumatera) ini
merupakan sesar yang aktif, sehingga setiap saat jalur ini selalu
bergerak. Kejadian ini disebabkan Plate Tektonik (ocean crust) selalu
bergerak kearah Utara–Timur Laut dan menunjam ke bawah karena
bertemu Lempeng Daratan Kontinental (continental crust) yang saling
bergerak berlawanan arah, akibatnya daerah sepanjang Pulau Sumatera
dari Aceh sampai Lampung sebelah Selatan selalu bergerak dan tidak
stabil.
3. Penghancuran (Comminution)
Comminution atau penghancuran adalah sebagai langkah pertama
yang bisa dilakukan dalam operasi mineral dressing yang bertujuan untuk
memecahkan bongkah-bongkah besar menjadi fragmen yang lebih kecil.
Dilihat dari fragmen yang dihasilkan maka kominusi dapat dibagi dalam
dua tingkat, yaitu:
a. Crushing, biasa dilakukan dalam keadaan kering menggunakan crusher.
b. Grinding, dapat dilakukan dalam keadaan kering dan basah dengan
menggunakan grinder.
Gaya penghancuran dari alat crusher adalah sebagai hasil tekanan
terhadap batuan oleh bagian yang bergerak dari alat kepada yang diam
atau bagian lain yang bergerak dari alat tersebut. Gaya impact dan gaya
tekanan dari alat dapat memecahkan batuan jika melebihi batas batuan itu.
Proses peremukan atau pengecilan ukuran butir batuan harus
dilakukan secara bertahap karena keterbatasan kemampuan alat untuk
mereduksi batuan berukuran besar hasil peledakan sampai menjadi
butiran-butiran kecil seperti yang dikehendaki. Oleh karena itu proses
peremukan batu andesit dilakukan dari tahap primer (primary crushing),
tahap sekunder (secondary crushing) sampai tahap tersier (tertiary
crushing). Menurut Taufan Agustiar (2015:35) tahapan dasar dari reduksi
ukuran butir batuan adalah seperti pada tabel 2.4 berikut :
Tabel 2.4. Klasifikasi Reduksi Ukuran Butir
Tahapan Ukuran Butiran Ukuran Terbesar Ukuran Terkecil
Grinding Kasar 10 mm 1 mm
4. Penyeragaman (Sizing)
Sizing atau penyeragaman ukuran adalah proses pemisahan butiran
mineral-mineral menjadi bagian-bagian (fraksi) yang berbeda dalam
ukurannya, sehingga setiap fraksi terdiri dari butiran-butiran yang hampir
sama ukurannya. Sizing dapat dilakukan dengan cara:
a. Screening, menyaring atau mengayak.
b. Classifying (klasifikasi), memisahkan butiran-butiran berdasarkan
kecepatan jatuh butiran di dalam air atau udara.
c. Cyclone, memisahkan butiran-butiran kasar dan halus dengan media air
melalui aliran pasir.
5. Concentration
Concentration adalah proses untuk memisahkan butiran-butiran
mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang berharga, yang
terdapat bersama-sama, sehingga didapat konsentrat yang lebih tinggi
kadarnya dengan menguntungkan. Berdasarkan perbedaan sifat fisik dari
mineral-mineral maka proses konsentrasi dapat dibagi dalam empat
macam yaitu :
a. Konsentrasi Gravimetri, pemisahan berdasarkan perbedaan gaya berat.
b. Konsentrasi Magnetis, pemisahan berdasarkan perbedaan sifat
kemagnetan.
c. Konsentrasi Elektrostatis, pemisahan berdasarkan perbedaan sifat daya
hantar listrik.
d. Konsentrasi secara Flotasi, pemisahan berdasarkan perbedaan sifat fisik
permukaan mineral terhadap pengaruh bahan kimia.
6. Dewatering
Dewatering adalah proses untuk mengurangi atau menghilangkan
kandungan air dari hasil akhir proses pengolahan bahan galian yang
menggunakan air yang banyak dalam operasinya, yang dapat dilakukan
dalam tiga tahap:
a. Thickening (pengentalan)
b. Filtering (penyaringan)
c. Drying (pengeringan)
7. Dasar Pemilihan Alat
Pertimbangan-pertimbangan untuk memilih alat pereduksi ukuran
yang akan digunakan ialah sebagai berikut:
a. Ukuran umpan
b. Kekerasan material
c. Sifat material
d. Kapasitas
e. Keseragaman produk
f. Kemampuan wet grinding
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peremukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi peremukan batuan oleh Stone
crusher antara lain:
a. Kuat tekan batuan
Ketahanan batuan dipengaruhi oleh brittlenes (kerapuhan dari
kandungan mineralnya. Struktur mineral yang sangat halus biasanya
lebih tahan dari pada batuan yang berstruktur kasar.
b. Ukuran material umpan
Ukuran material umpan mencapai produk yang baik pada
peremukan adalah kurang dari 85% dari ukuran bukaan dari alat
peremuk.
c. Reduction Ratio-80
Merupakan perbandingan ukuran ayakan yang dapat meloloskan
80% berat umpan kumulatif dengan ukuran dari ayakan yang dapat
meloloskan 80% berat produk kumulatif. Nilai reduction ratio yang
baik pada proses peremukan untuk primary crushing adalah 4-7, untuk
secondary crushing adalah 14-20 dan untuk tertiery crushing adalah 50-
100.
d. Arah resultan gaya
Untuk terjadinya suatu peremukan, maka arah resultan gaya
terakhir haruslah mengarah ke bawah. Jika arah resultan gaya terakhir
mengarah ke atas berarti peremukan tidak terjadi melainkan material
hanya akan meloncat-loncat ke atas.
e. Energi Peremukan
Energi yang dibutuhkan alat peremuk tergantung dari beberapa
faktor antara lain ukuran umpan, ukuran produk, kapasitas mesin
peremuk, bentuk material, presentase dari waktu berhenti alat peremuk
pada suatu proses peremukan. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk
meremuk berkisar antara 0,3-1,5 KWh jam/ton.
f. Kapasitas
Kapasitas alat peremuk dipengaruhi oleh jumlah umpan yang
masuk setiap jam, berat jenis umpan dan besar pengaturan dari alat
peremuk.
9. Mekanisme Pecahnya Batuan
Pecahnya batuan pada alat peremuk rahang yang disebabkan oleh
ketahanan material umpan lebih kecil dari pada kuat tekan yang
ditimbukan oleh alat peremuk, sudut singgung material (nip angle), dan
dari arah resultan gaya terakhir yang mengarah ke bawah sedemikian
sehingga batuan tersebut pecah. Adapun gaya yang bekerja pada alat
peremuk adalah:
a. Gaya Tekan
Merupakan gaya yang dihasilkan oleh gerakan rahang ayun
yang bergerak menekan batuan.
b. Gaya Gesek
Merupakan gaya yang bekerja pada peremukan antara rahang
diam maupun rahang ayun dengan batuan.
c. Gaya Gravitasi
Merupakan gaya yang bekerja pada batuan, sehingga
mempengaruhi arah gerak material ke bawah (gravitasi).
d. Gaya Menahan
Merupakan gaya tahan yang dimiliki atas gaya yang timbul
akibat gerakan rahang ayun terhadap rahang diam.
Keterangan:
V = Volume
P = Panjang Atas
A1 = Lebar Bawah
A2 = Lebar Atas
H = Tinggi
b. Feeder
Feeder adalah suatu alat yang berfungsi untuk memberikan
umpan (feed) kepada jaw crusher secara teratur dan kontinyu.
Penggunaan feeder pada dasarnya disesuaikan dengan anjuran yang
diberikan pabrik penghasil feeder itu sendiri, agar hasil yang diperoleh
bisa semaksimal mungkin.
c. Jaw Crusher
Jaw crusher adalah alat peremuk tingkat pertama (primary
crusher) yang memberikan batuan yang berasal dari tambang. Pada
prinsipnya jaw crusher terdiri dari dua buah bidang peremuk crusher
face yang berbentuk rahang (jaw) yang umumnya terbuat dari plat baja
berhadap-hadapan membentuk sudut kecil dibagian bawah, salah satu
diantaranya static (tetap) bertahap pada kerangka yang disebut fixed
jaw, sedangkan yang satu lagi dapat mendekat dan menjauh terhadap
fixed jaw yang disebut swing jaw.
Gaya peremuk dari alat jaw crusher didapat dari tekanan swing
jaw terhadap fixed jaw pada batuan yang akan pecah bila gaya tekan
pada jaw tersebut lebih besar dari pada batas elastis batuan yang akan
diremukkan. Single-Tonggle type : swing jaw di tahan sbelah atas pada
occentris bearing dari as yang berputar.
d. Conveyor atau Bucket Elevator
Conveyor atau Bucket elevator adalah suatu perangkat
trasnportasi yang berguna untuk memindahkan material ke suatu tempat
pengolahan berikutnya yang bermaksud untuk mempermudah dan
mempercepat kegiatan pengolahan. Di perusahaan dalam rangkaian
pengolahan untuk batu andesit memakai alat conveyor untuk
mendistribusikan batu andesit yang sudah melalui proses pengecilan
ukuran dari jaw crusher untuk diproses pada alat cone crusher.
11. Peralatan Pendukung Crushing Plant
Peralatan pendukung pada Crushing Plant adalah peralatan-
peralatan yang tergolong sebagai alat gali, alat muat dan alat angkut. Alat-
alat berat ini ditempatkan pada Crushing Plant untuk membantu kinerja
Crushing Plant guna meningkatkan efisiensi kerja Crushing Plant tersebut
sehingga lebih cepat dan efisien.
Faktor pemilihan alat muat sangat terpengaruh terhadap kondisi
lapangan dan lingkungan lokasi tambang, nantinya berpengaruh terhadap
efektifitas atau kualitas kerja alat muat tersebut. Sebagai Supporting
Equitment pada Crushing Plant, alat muat yang sering digunakan adalah:
a. Excavator
Excavator adalah alat muat yang menggunakan sistem
pemindahan material dengan bucket atau kantong, kantong yang
dipunyai excavator terdiri dari dua jenis yaitu kantong dengan arah
pengerukan horizontal keatas dan kantong dengan arah pengerukan
horizontal kebawah.
b. Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat yang dipergunakan untuk pemuatan
material kedalam bucket dumptruck, sebagai prime mover loader
menggunakan roda. Bucket digunakan untuk menggali, memuat tanah
atau material yang granular, mengangkatnya dan diangkut untuk
kemudian dibuang (dumping) pada suatu ketinggian pada dumptruck
dan sebagainya.
Untuk menggerakkan bucket dapat dengan kabel atau hidrolik.
Tenaga gali pada kedaan horizontal (bucket tidak diangkat) didapat dari
prime mover-nya, sehingga disini baik kendali kabel ataupun hidrolik
hanya mempunyai fungsi menggerakkan bucket keatas dan kebawah.
Untuk menggali, bucket harus didorong pada material. Jika
bucket telah penuh roda mundur dan bucket di angkat ke atas untuk
selanjutnya material dibongkar ditempat yang dikehendaki.
2.7 Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu jenis pencemaran udara yang perlu
diperhatikan, karena berdampak terhadap kesehatan. Kebisingan yaitu bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulakan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan (KEP-48/MENLH/11/1996). Menurut Wall (1979),
kebisingan adalah suara yang mengganggu. Pengaruh gangguan kebisingan
tergantung kepada intensitas bunyi dan frekuensi nada.
Menurut Soeripto (2008), intensitas bunyi adalah besarnya tekanan
(energy) yang dipancarkan oleh suatu sumber bunyi. Frekuensi nada adalah
jumlah gelombang lengkap yang merambat persatuan waktu yang dinyatakan
dalam getaran per detik (cps) atau dalam Hertz (Hz). Defenisi kebisingan
merupakan gangguan yang berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan
kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik,
sedangkan operator merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh
yang diakibatkan adanya peningkatan kebisingan.
Kebisingan yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat
kebisingan yang berbeda-beda dari suatu model ke model lain. Proses
pemotongan seperti proses penggergajian kayu merupakan sebagian contoh
bentuk benturan antara alat kerja dan benda kerja yang menimbulkan
kebisingan. Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin dan
alat yang dipakai untuk melakukan pekerjaan.
Dari pengertian diatas maka disimpulkan bahwa pengertian
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan yang berpengaruh terhadap
kesehatan dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
1. Jenis Kebisingan
Menurut Sulaksmono (1991:1) jenis-jenis kebisingan dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Kebisingan continue (Steady State Noise) adalah kebisingan dimana
fluktuasi dan intensitasnya tidak lebih dari 6 dB. Jenis kebisingan ini
dibagi dua yaitu:
1) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi luas, yaitu: suara
mesin diesel, kipas angin, dapur pijar.
2) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi sempit, yaitu: suara
mesin gergaji sirkuler, katup gas.
b. Kebisingan Impulsif (Impulse Noise) adalah kebisingan dimana waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 35
milidetik. Misalnya: ledakan meriam, bom, dynamit, dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (Intermitten Noise) adalah kebisingan
dimana suara keras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan.
Contohnya: Kebisingan yang ditimbulkan lalu lintas, pesawat lepas
landas.
Menurut Suma’mur (1980: 58-59), jenis-jenis kebisingan yang
sering ditemukan ada lima, antara lain :
a. Kebisingan yang continue dengan spectrum frekuensi yang luas (steady
state, wide band noise).
Misalnya: Mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.
b. Kebisingan continue dengan spectrum frekuensi sempit (Steady narrow
band noise).
Misalnya: gergaji sirkuler, katup gas.
c. Kebisingan terputus-putus (Intermittent)
Misalnya: lalulintas, suara kapal terbang dilapangan udara.
d. Kebisingan impulsive (Impact or Impulsive noise)
Seperti: tembakan bedil atau meriam, ledakan bom.
e. Kebisingan impulsive berulang
Misalnya: mesin tempa perusahaan.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan
Menurut Utami (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat kebisingan antara lain :
a. Jarak : Jarak yang semakin jauh dari sumber bunyi maka bunyi yang
didengar akan semakin lemah.
b. Suhu dan Kelembaban : Pada suhu tinggi perambatan suara akan lebih
cepat dibandingkan dengan suhu rendah karena molekul udara lebih
renggang sedangkan pada suhu rendah molekulnya lebih rapat.
c. Kecepatan angin : Pergerakan angin akan mempengaruhi cepat rambat
suatu bunyi. Angin yang bergerak searah bunyi dengan kecepatan yang
relatif besar maka rambatan bunyi akan semakin cepat.
d. Barier/Penghalang : Barier merupakan sekat penghalang sumber bunyi
dengan penerima bunyi sehingga material barier dapat mempengaruhi
besaran bunyi yang ada pada area terhalang. Material barier dapat
menggunakan vegetasi/tanaman ataupun bangunan peredam bunyi
dapat terpotong dengan adanya barier.
3. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah standar faktor
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu sesuai dengan
surat keputusan menteri tenaga kerja nomor: KEP-51/MENAKER/1999
tentang nilai ambang batas kebisingan yaitu 85 dBA di tempat kerja.
(Jakarta: Depnaker.1999). Berdasarkan (Surat Edaran Menteri Tenaga
Kerja No.SE.01/MEN/1997) kegunaan Nilai Ambang Batas (NAB)
adalah :
a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan
b. Pedoman untuk perencanaan produksi dan perencanaan teknologi
pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.
c. Menentukan subtitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih
beracun dengan bahan yang kurang beracun.
d. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit-penyakit dan hambatan-hambatan efesiensi kerja faktor
kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologik.
Adapun nilai ambang batas kebisingan berdasarkan pemajanan
perhari menurut KEP-51/MENAKER/1999 dapat dilihat pada tabel 2.5
berikut :
Tabel 2.5. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Berdasarkan
Pemajanan Perhari
Intensitas Kebisingan
Waktu Pemajanan Perhari
Dalam dBA
8 JAM 85
4 88
2 91
1 94
30 MENIT 97
15 100
7.5 103
3.75 106
1.88 109
0.94 112
28.12 DETIK 115
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.23 136
0.11 139
Sumber: KEP-51/ MENAKER/1999
Baku mutu kebisingan yang diberikan pada tabel 2.6 dan 2.7
4. Pengukuran Kebisingan
Untuk mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan kerja,
digunakan Sound Level Meter. Mekanisme kerja Sound Level Meter
apabila ada benda yang bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya
perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya
perubahan tekanan udara tersebut diubah menjadi energi yang akan
menggerakkan meter petunjuk pada skala yang telah dikalibrasi dalam
desibel (Soeripto, 2008).
Menurut Heru Subaris, dkk., (2007), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah sebagai berikut:
a. Sebelum melakukan pengukuran dilaksanakan, battery harus diperiksa
untuk mengetahui apakah masih berfungsi atau tidak.
b. Agar peralatan Sound Level Meter yang akan digunakan benar-benar
tepat, maka terlebih dahulu harus dicek dengan menggunakan
kalibrator, yaitu dengan meletakkan/memasang alat tersebut diatas
mikrophone dari Sound Level Meter, kemudian dengan tombol pada
alat tersebut dikeluarkan nada murni (pure tone) dengan intensitas
tertentu, maka jarum penunjuk/display Sound Level Meter tersebut
harus menunjukkan sesuai dengan intensitas suara dari kalibrator
tersebut.
c. Meletakkan sejauh mungkin Sound Level Meter (paling dekat 0,5 meter
dari tubuh pengukur). Gunakan tripod untuk meletakkannya. Hal ini
dilakukan karena selain operator dapat merintangi suara yang datang
dari satu arah operator tersebut juga dapat memantulkan suara sehingga
menyebabkan kesalahan pengukuran.
d. Pengukuran di luar gedung/lingkungan harus dilakukan pada ketinggian
1,2 – 1,5 meter di atas tanah dan bila mungkin tidak kurang dari 3,5
meter dari semua permukaan yang dapat memantulkan suara.
e. Sound Level Meter ini dapat digunakan pada suasana kelembapan
sampai dengan 90% dan pada suhu antara 100 – 500C.
f. Persiapan-persiapan pengukuran yaitu :
1) Peralatan Pengukuran
Buatlah daftar dari peralatan yang diperlukan dan terlebih
dahulu periksalah battery, operasi dan aspek-aspek lain dari
peralatan. Juga sediakan kabel-kabel power yang diperlukan, kertas
perekam pengganti, pena, battery, kamera, stopwatch, catatan
lapangan dan sebagainya.
2) Dokumen-dokumen
Untuk merekam titik-titik pengukuran dan informasi lain di
lapangan, siapkan dokumen-dokumen lapangan atas dasar peta-peta
lingkungan sekitarnya, dan sebagainya.
3) Catat sebelum pengukuran
Catat tanggal dan waktu pengukuran, lokasi, kondisi cuaca,
nama pengukur, lingkup pengukuran dan model peralatan.
4) Tempat pengukuran
Pilihlah lokasi yang tidak dipengaruhi oleh suara yang tidak
bergema atau yang terpengaruh oleh medan magnetik, getaran-
getaran yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
5) Periode pengukuran
Pilihlah waktu yang kebisingan latar belakangnya stabil dan
sumber-sumber lainnya yang mempengaruhi pengukuran-
pengukuran.
6) Pelihara catatan-catatan selama pengukuran
Dengan menggunakan indra pendengaran seseorang, bedakan
antara suara target dan kebisingan lainnya dan buatlah catatan
tentang itu pada kertas rekaman selama pengukuran. Bila lingkungan
berubah selama pengukuran, catatlah perubahan itu dalam status dan
waktu hal itu terjadi dan informasi terkait lainnya pada kertas
rekaman. Misalnya, bila suatu mesin berhenti atau seseorang lewat di
depan meteran tingkat kebisingan, buatlah catatan mengenai status
dan waktu hal itu terjadi pada kertas rekaman.
7) Instruksi kepada orang-orang lain
Peringatkan orang-orang lain untuk tidak membuat suara-suara
selama merekam kebisingan.
g. Posisi Pengukuran
Menurut Heru Subaris, dkk., (2007) Pengukuran dilakukan dari
ketinggian 1,2 – 1,5 meter di atas tanah. Laporan hasil pengukuran
dikatakan baik bila laporan tersebut paling sedikit telah memuat
keterangan-keterangan berikut ini:
1) Tipe dan nomor seri dari instrument yang digunakan.
2) Cara penerapan/kalibrator (Methode of calibration).
3) Weighting Network (A,B,C) dan meter response (Slow/Fast) yang
digunakan.
4) Nama pengukur/pelaksana.
5) Jenis kebisingan (Impulse, Intermitten atau Continuose Noise).
6) Pola pemanjanan (Intermitten/comtinuese exposure).
7) Data meteorologi.
8) Data tentang obyek atau mesin yang diukur.
Pengukuran kebisingan bertujuan untuk mengetahui apakah
Sound Pressure Level (SPL) memenuhi persyaratan menurut standar baku
tingkat kebisingan untuk lokasi pemukiman masyarakat berdasarkan
KEP-48/MENLH/11/1996 dan SNI 7570:2010 dan Nilai Ambang Batas
(NAB) untuk lokasi kerja yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999.
5. Faktor Pengaruh Pendengaran Pekerja
Tidak semua kebisingan dapat mengganggu para pekerja. Hal
tersebut tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah (Slamet
Riyadi, 2011) :
a. Intensitas bising
Nada dengan 85 dBA, jika diperdengarkan selama 4 jam tidak
membahayakan. Besarnya tekanan bunyi yang dihasilkan akan
berpengaruh terhadap kesehatan tergantung lamanya bunyi yang
diterima.
b. Frekuensi bising
Bising dengan frekuensi tinggi (1000 Hz) lebih berbahaya dari
pada bising dengan intensitas rendah (700 Hz).
c. Masa kerja
Semakin lama berada dalam lingkungan bising, semakin
berbahaya untuk kesehatan, misalnya stres kerja.
d. Sifat bising
Bising yang didengarkan secara terus menerus lebih berbahaya
dibandingkan bising terputus-putus.
e. Usia
Orang yang berusia lebih dari 40 tahun akan lebih mudah stres
akibat terpapar bising di tempat kerja.
6. Pengaruh Kebisingan
Menurut Depkes RI (2003), kebisingan di tempat kerja
menimbulkan gangguan. Gangguan tersebut dapat dikelompokkan secara
bertingkat sebagai berikut :
a. Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis yaitu gangguan yang mula-mula timbul
akibat bising, dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis
dapat terganggu. Pembicaraan atau insruksi dalam pekerjaan tidak dapat
didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan ganguan lain
misalnya kecelakaan, pembicaraan terpaksa berteriak, selain
memerlukan ekstra tenaga juga dapat menambah kebisingan.
b. Stres
Gangguan fisiologis semakin lama bisa menimbulkan stres.
Suara yang tidak dikehendaki juga dapat menimbulkan gangguan jiwa,
sulit konsentrasi, dan lain sebagainya.
c. Gangguan patalogis organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruh
terhadap pendengaran atau telinga yang dapat menimbulkan ketulian
yang bersifat sementara hingga permanen.
2.8 Suhu
1. Pengertian Tekanan Panas
Tekanan panas adalah perpaduan dari suhu kering, suhu basah,
kelembaban udara, kecepatan aliran udara, suhu radiasi dan panas yang
dihasilkan oleh metabolisme tubuh. Sedangkan heat stress adalah beban
pada manusia, sedangkan heat strain merupakan efek dari beban tersebut
dari manusia (Budiono, 1996: 27).
2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas
Tingkat tekanan panas dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
a. Panas yang berasal dari proses produksi.
b. Ventilasi lingkungan kerja yang kurang baik.
Apabila kedua hal di atas terjadi di lingkungan kerja maka akan
terjadi peningkatan suhu atau panas yang terdapat pada lingkungan
kerja tersebut dan akan dapat mempengaruhi terhadap kesehatan pada
pekerja. Lingkungan kerja panas biasanya disebabkan oleh karena :
1) Di dalam ruang kerja ada sumber panas, misalnya oven, tungku
pembakaran, penggorengan dan sebagainya.
2) Ventilasi ruangan tidak sesuai dengan kebutuhan dan sirkulasi
udara.
3) Bahan bangunan gedung terbuat dari bahan yang mudah
meneruskan panas.
4) Lokasi gedung tidak mempunyai halaman yang cukup luas sehingga
sirkulasi udara sangat terbatas.
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk tekanan panas adalah situasi
tekanan panas yang oleh tenaga kerja masih dapat dihadapi dalam
pekerjaannya sehari-hari tidak membangkitkan penyakit atau gangguan
kesehatan. Parameter tersebut termuat di dalam surat edaran Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.01/MEN/1978 tentang
NAB untuk tekanan panas yaitu NAB terendah adalah 21˚C sampai
dengan 30˚C suhu basah pada kelembaban diantara 65% sampai
dengan 95%. Berdasarkan NAB tersebut maka parameter tekanan
panas yang diukur dari suhu basah, suhu udara kering dan kelembaban.
Adapun yang dimaksud dengan suhu basah yaitu suhu yang ditunjukan
oleh termometer suhu basah, suhu kering yaitu ukuran kuantitatif pada
temperatur panas dan dingin yang diukur dengan termometer,
sedangkan kelembaban yaitu jumlah masa uap air yang ada dalam
suatu volume udara. ( Budiono, 1996: 28).
3. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tubuh
a. Pengaruh suhu tubuh dalam keadaan kerja
Dalam keadaan kerja suhu tubuh akan naik karena pada waktu
melakukan pekerjaan suhu tubuh berubah-ubah demikian juga pada
suhu lingkungan yang berubah-ubah (Suma’mur, 1992: 142).
Jadi dengan demikian suhu tubuh pada manusia tidak selalu
konstan/tetap suhu tubuh tersebut tergantung dari:
1) Keaktifan jaringan.
2) Suhu dari jumlah darah yang mengalir ke daerah tubuh.
b. Batas toleransi tubuh terhadap panas
Pada keadaan normal dan istirahat suhu tubuh manusia berkisar
37 °C dan dianggaap sebagai suhu tubuh yang normal. Batas toleransi
suhu tinggi sebesar 35°C – 40°C (Tarwaka,2004: 34).
Dalam hal besarnya suhu ideal untuk seseorang selain faktor
aklimatisasi, faktor-faktor kebiasaan juga mempunyai peranan penting.
Peningkatan suhu sekitar seseorang akan juga meningkatkan suhu tubuh
orang tersebut dan akan mempengaruhi struktur sel-sel tubuh.
Menurut Thomy Arfandi (2006: 25) Faktor-faktor pada manusia
yang mempengaruhi batas suhu tubuh yang dapat dipertahankan yaitu :
1) Umur
Semakin tua seseorang maka toleransi terhadap panas
menurun dan lebih lambat mulai berkeringat dibandingkan dengan
yang usianya lebih muda serta lebih lama untuk kembali ke suhu
normal.
2) Jenis Kelamin
Kaum wanita lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu
panas, hal ini disebabkan jaringan tubuh wanita memiliki daya
konduksi jaringan yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga wanita lebih tidak panas dibandingkan dengan laki-laki.
3) Kebiasaan
Seorang tenaga kerja yang telah terbiasa atau terlatih di
dalam suhu panas akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap
tekanan/cuaca panas dibandingkan dengan orang yang belum
terbiasa sama sekali. Seseorang yang baru sembuh dari sakit juga
lebih sensitif terhadap tekanan/cuaca panas dibandingkan dengan
tenaga kerja yang sehat.
4) Aklimatisasi
Aklimatisasi ialah penyesuaian fisiologis bila seseorang
terbiasa terpapar panas. Penyesuaian yang progresif ini terjadi
setelah periode tertentu (beberapa hari sampai dua minggu).
Keluhan subyektif adalah keluhan-keluhan yang hanya dapat
dirasakan diri sendiri serta dapat mengganggu kesehatan dan
mengganggu kelancaran dalam melakukan pekerjaan di lingkungan
kerja (Depnaker RI, 1992).
c. Kegagalan Toleransi Tubuh Terhadap Panas
Tubuh selalu berusaha agar suhunya selalu konstan, akan tetapi
bila pengaruh luar atau suhu tinggi maka tubuh tidak berhasil
mempertahankan suhu konstan. Apabila tubuh gagal mempertahankan
suhu tubuh yang konstan maka kegagalan itu dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan yaitu heat stroke, heat exhaustion, heat
cramps, heat stress dan heat rash (Tarwaka, 2004: 35).
1) Heat Stroke
Heat Stroke adalah akibat kerja di lingkungan yang panas
maka suhu tubuh akan naik sampai 41°C sedangkan tubuh tidak
dapat mengeluarkan keringat, sehingga penderita akan kehilangan
kesadaran. Heat Stroke ini terjadi dengan gejala-gejala, seperti
selama bekerja badan terasa panas, tidak mengeluarkan keringat dan
kulit terasa kering.
2) Heat Exhaustion
Terjadi oleh karena iklim/cuaca kerja yang panas dan orang
tersebut akan berkeringat banyak sekali, tekanan darah akan
menurun dan frekuensi denyut jantung (nadi) akan cepat sehingga
penderita merasa lemah sehingga memungkinan terjadi pingsan.
3) Heat Cramps
Di alam dalam lingkungan yang suhunya tinggi sebagai
akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam
Natrium dari tubuh dan sebagai akibat banyak minum air tapi tidak
diberi garam untuk mengganti garam Natrium, yang hilang. Heat
Cramps terasa dengan gejala-gejala seperti kejang-kejang, otot tubuh
dan perut terasa sangat sakit.
4) Heat Stress
Pada Heat Stress ditandai dengan gejala-gejala seperti
pingsan, lemah dan muntah-muntah.
5) Heat Rash
Heat Rash merupakan bintik-bintik merah pada kulit dan
sangat gatal yang diakibatkan karena pemaparan yang berat
terhadap panas. Banyak mengeluarkan keringat dan pori-pori
saluran keringat tersumbat oleh adanya pembakaran lapisan keratin
kulit yang basah dan timbul vesikel dengan warna merah.
4. Nilai Ambang Batas (NAB) Suhu
Nilai ambang batas suhu yang diperkenankan menurut KEP-
51/MENAKER/1999 dengan nilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
adalah :
Tabel 2.8. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB (°C)
Beban Kerja
Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja Terus Menerus - 30,0 26,7 25,0
75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9
(8Jam/hari)
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
menerus
Sumber: KEP-51/ MENAKER/1999
(8jam/
Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan
hari)
pengukuran besarnya tekanan panas. Salah satunya adalah mengukur
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), adapun rumus-rumus sebagai
berikut :
a. Indeks suhu basah dan bola untuk ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + suhu kering
b. Indeks suhu basah dan bola untuk di dalam ruangan tanpa panas radiasi:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola.
Catatan :
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 kilo kalori/jam.
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 kilo kalori/jam.
- Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 kilo kalori/jam
Menurut Thomy Arfandi (2006: 24-25). Untuk batas maksimal
kerja fisik yang boleh dilakukan yaitu sebagai berikut :
1) Indeks 78°F (26°C), kerja fisik yang sangat berat dapat merupakan
faktor prespitasi terjadinya kejang panas dan sengatan panas karena
itu harus waspada.
2) Indeks 82°F (29°C), pada pekerja yang belum terlatih kerja fisik
berat perlu direncanakan dengan kebijaksanaan.
3) Indeks 85°F (29°C), kerja fisik berat tidak boleh dilakukan oleh
orang yang belum beraklimatisasi kurang dari 3 minggu.
4) Indeks lebih dari 85°F (29°C), pekerjaan dibawah sinar matahari
harus dihindarkan.
5) Indeks 88°F sampai 90°F (31°C-32°C), pekerjaan fisik harus
dikurangi pada orang yang baru melaksanakan pekerjaan kurang dari
12 minggu, hanya orang yang terlatih baik terbatas dan tidak boleh
lebih dari 6 jam sehari.
{ [ ]}
Rumus di atas digunakan pada setiap menit hingga diperoleh data Leq
1 menit sampai 10 menit. Setelah masing-masing nilai Leq 1 menit diperoleh,
maka dilanjutkan dengan perhitungan Leq 10 menit dengan rumus :
{ [ ]}
Keterangan:
Leq : Kebisingan ekivalen [dBA]
L1,…,L2 : Kebisingans setiap 5 detik selama 60 detik [dBA]
LI,…,Lx : Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dBA]
La,…,Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu di pagi hari [dBA]
Ta,…,Tc : Rentang waktu pengukuran di jam aktif pekerjaan (jam)
Ls : Pengukuran pada siang hari
2.11 Perhitungan Suhu
Pengambilan data suhu berdasarkan Nilai ambang batas yang
diperkenankan menurut KEP-51/MENAKER/1999. Pengukuran suhu
dilakukan di dua lokasi yaitu daerah stone crusher dan workshop
menggunakan alat thermohygrometer, rumus yang digunakan :
ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit workshop alat berat)
1. INPUT
workshop.
Kab. Pasaman Barat, data sejarah singkat perusahaan dan data lokasi
2. PROSES
apakah kebisingan dan suhu telah memenuhi nilai ambang batas yang
telah dutetapkan oleh Pemerintah dan apakah jawaban dari karyawan
3. OUTPUT
lokasi kerja yang tidak memenuhi nilai ambang batas kebisingan dan suhu
METODOLOGI PENELITIAN
{ [ ]}
Rumus ini digunakan pada setiap menit hingga diperoleh data Leq1
menit sampai 10 menit. Setelah masing-masing nilai Leq1 menit diperoleh,
maka dilanjutkan dengan perhitungan Leq10 menit dengan rumus :
{ [ ]}
Baku mutu kebisingan yang diberikan pada Tabel 3.6 berikut ini
membatasi tingkat kebisingan berdasarkan lingkungan sekitar.
Nilai ambang batas yang diperkenankan menurut
KEP-51/MENAKER/1999 dengan nilai Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) adalah :
Tabel 3.6. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB (°C)
Beban Kerja
Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja Terus Menerus - 30,0 26,7 25,0
75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9
(8Jam/hari)
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
menerus (8jam/hari)
Sumber: KEP-51/ MENAKER/1999
3.7 Kerangka Metodologi
Identifikasi Masalah :
Tujuan Penelitian :
A
A
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data Primer
1. Peta IUP CV.
1. Pengambilan data kebisingan di lokasi kerja
IMAS
stone crusher.
2. Peta Geologi
3. Peta Topografi
2. Pengambilan data kebisingan pada
pemukiman masyarakat yang terpapar 4. Buku referensi.
langsung oleh aktifitas stone crusher.
Pengolahan Data
B
B
Analisis Data
Hasil
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Kebisingan Tiap 5 Detik dengan Rentang
Menit 1 sampai Menit 10 di Lokasi Stone Crusher
1 95,8 95,6 96,5 93,2 95,5 93,1 97,1 91,0 96,8 90,7 92,1 94,7 LI
2 92,9 98,3 97,0 96,8 95,1 94,7 90,8 95,3 93,0 96,6 97,3 95,8 LII
3 96,4 96,0 91,0 92,1 90,7 93,2 94,7 94,2 95,0 98,7 96,0 94,3 LIII
4 96,9 93,9 98,0 96,6 97,8 95,3 96,9 97,6 98,0 94,3 97,3 96,0 LIV
5 95,6 97,0 94,9 97,0 95,2 96,1 95,7 93,8 96,3 93,2 95,5 91,3 LV
6 93,0 95,1 97,8 96,3 97,3 93,3 96,9 93,6 98,3 97,0 95,4 98,0 LVI
7 94,8 91,9 94,7 95,8 95,4 96,1 97,4 96,7 93,9 95,2 97,3 92,0 LVII
8 95,9 98,5 97,1 96,8 97,3 95,7 95,1 94,3 96,0 95,5 96,5 93,2 LVIII
9 92,0 93,1 95,0 96,3 94,4 92,3 91,6 90,2 94,0 95,4 96,7 96,4 LIX
10 94,1 94,2 96,7 97,3 97,6 98,1 96,3 92,9 94,2 96,4 97,0 90,3 LX
Leq 10 menit
{ [ ]}
1. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LI)
2. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LII)
3. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LIII)
4. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LIV)
5. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LV)
6. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LVI)
7. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LVII)
8. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LVIII)
9. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LIX)
10. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LX)
{ [ ]}
1. { [(
) ]}
{ [
]}
Setelah nilai Leq 10 menit diperoleh, kemudian dimasukkan pada
tabel 4.2. Data dimasukkan pada kolom jam pengukuran antara jam 07.00
sampai 09.00 WIB sesuai dengan lampiran 1.
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Kebisingan Leq Menit
1 sampai Leq Menit 10 dan Leq 10 Menit
Leq untuk setiap 5 detik (dBA) Leq 1
Menit
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 menit
ke-
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 (dBA)
1 95,8 95,6 96,5 93,2 95,5 93,1 97,1 91,0 96,8 90,7 92,1 94,7 94,8
2 92,9 98,3 97,0 96,8 95,1 94,7 90,8 95,3 93,0 96,6 97,3 95,8 95,7
3 96,4 96,0 91,0 92,1 90,7 93,2 94,7 94,2 95,0 98,7 96,0 94,3 94,9
4 96,9 93,9 98,0 96,6 97,8 95,3 96,9 97,6 98,0 94,3 97,3 96,0 96,7
5 95,6 97,0 94,9 97,0 95,2 96,1 95,7 93,8 96,3 93,2 95,5 91,3 95,4
6 93,0 95,1 97,8 96,3 97,3 93,3 96,9 93,6 98,3 97,0 95,4 98,0 96,3
7 94,8 91,9 94,7 95,8 95,4 96,1 97,4 96,7 93,9 95,2 97,3 92,0 95,4
8 95,9 98,5 97,1 96,8 97,3 95,7 95,1 94,3 96,0 95,5 96,5 93,2 96,2
9 92,0 93,1 95,0 96,3 94,4 92,3 91,6 90,2 94,0 95,4 96,7 96,4 94,4
10 94,1 94,2 96,7 97,3 97,6 98,1 96,3 92,9 94,2 96,4 97,0 90,3 95,9
1. 08.00 1 95,6
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,2
Untuk hasil perhitungan tingkat kebisingan pada hari Rabu diperoleh
data seperti pada lampiran 2 dengan rekapitulasi hasil tingkat kebisingan
seperti pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Tingkat Kebisingan di Hari Rabu/ 24 Juni 2020
1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,2
3. 14.00 30 80,8
4. 16.00 60 64,4
1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,3
1 42,6 42,3 40,6 42,8 39,9 39,1 41,4 38,2 42,1 40,7 42,5 39,9 LI
2 38,6 40,1 42,4 38,6 41,3 39,7 38,2 42,6 38,0 41,8 40,5 41,0 LII
3 41,0 40,4 39,8 41,7 39,1 38,4 41,4 40,9 41,7 42,1 38,6 40,6 LIII
4 42,4 42,3 38,2 39,3 38,7 39,8 42,1 40,5 39,9 38,2 39,0 38,9 LIV
5 41,9 39,7 39,5 38,7 40,3 41,9 38,4 42,1 38,6 39,3 39,4 41,5 LV
6 39,8 39,1 41,4 40,0 38,8 42,7 39,9 42,5 38,2 40,9 41,7 39,3 LVI
7 38,2 40,1 38,7 42,4 39,6 40,2 38,3 40,9 41,4 41,9 39,5 42,7 LVII
8 41,4 41,3 38,1 40,2 39,9 38,6 41,7 38,8 42,9 39,6 38,3 40,5 LVIII
9 39,3 40,8 39,7 41,1 38,0 40,3 42,7 39,1 41,4 42,9 39,3 38,5 LIX
10 43,2 40,0 38,3 39,4 40,7 41,2 38,9 42,7 41,5 40,8 39,7 42,1 LX
Leq 10 menit La
{ [( ) ]}
1. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LI)
2. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LII)
3. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LIII)
4. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LIV)
5. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LV)
6. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LVI)
7. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LVII)
8. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LVIII)
9. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LIX)
10. { [(
) ]}
{ [
]}
= (LX)
{ [ ]}
2. { [(
) ]}
3.
{ [
]}
(La)
Setelah nilai Leq 10 menit diperoleh (La/Lb/Lc....Ln), kemudian
dimasukkan pada Tabel 4.7. Data dimasukkan pada kolom jam pengukuran
antara jam 07.00 WIB (mewakili pukul 06.00-08.00 WIB) sesuai dengan
lampiran 4.
1 42,6 42,3 40,6 42,8 39,9 39,1 41,4 38,2 42,1 40,7 42,5 39,9 41,2
2 38,6 40,1 42,4 38,6 41,3 39,7 38,2 42,6 38,0 41,8 40,5 41,0 40,5
3 41,0 40,4 39,8 41,7 39,1 38,4 41,4 40,9 41,7 42,1 38,6 40,6 40,6
4 42,4 42,3 38,2 39,3 38,7 39,8 42,1 40,5 39,9 38,2 39,0 38,9 40,2
5 41,9 39,7 39,5 38,7 40,3 41,9 38,4 42,1 38,6 39,3 39,4 41,5 40,3
6 39,8 39,1 41,4 40,0 38,8 42,7 39,9 42,5 38,2 40,9 41,7 39,3 40,6
7 38,2 40,1 38,7 42,4 39,6 40,2 38,3 40,9 41,4 41,9 39,5 42,7 40,6
8 41,4 41,3 38,1 40,2 39,9 38,6 41,7 38,8 42,9 39,6 38,3 40,5 40,4
9 39,3 40,8 39,7 41,1 38,0 40,3 42,7 39,1 41,4 42,9 39,3 38,5 40,5
10 43,2 40,0 38,3 39,4 40,7 41,2 38,9 42,7 41,5 40,8 39,7 42,1 41,0
{( )}
Ls = 53,6 dBA
Setelah nilai Leq Siang (Ls) diperoleh, kemudian dimasukkan pada
tabel 4.8 berikut sesuai dengan lampiran 5.
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Kebisingan di Pemukiman Masyarakat
No Leq Waktu Mewakili dBA Keterangan
1 La Pukul 07.00 WIB Pukul 06.00 - 08.00 WIB 40,6 Ta= 2 Jam
2 Lb Pukul 09.00 WIB Pukul 08.00 - 12.00 WIB 53,9 Tb= 4 Jam
3 Lc Pukul 15.00 WIB Pukul 12.00 - 17.00 WIB 54,8 Tc= 5 Jam
LS 11 Jam Siang Hari 53,6
Keterangan:
Leq : Kebisingan ekivalen [dBA]
L1,…,L2 : Kebisingan setiap 5 detik selama 60 detik [dBA]
LI,…,Lx : Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dBA]
La,…,Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu di pagi hari [dBA]
Ta,…,Tc : Rentang waktu pengukuran di jam aktif pekerjaan (jam)
Ls : Kebisingan ekivalen pada siang hari [dBA]
Hasil (˚C)
Lokasi ISBB
Dry Bulb Wet Bulb Globe
Crusher digital digital digital 32,6˚C
Workshop digital digital digital 30,7˚C
Perhitungan Suhu :
ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit workshop alat berat)
ISBB = 0,7 (digital) + 0,3 (digital) = 30,7˚C (unit workshop alat berat)
ANALISA DATA
1. 08.00 1 95,6
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,2
1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,2
3. 14.00 30 80,8
4. 16.00 60 64,4
1. 08.00 1 96,0
2. 10.00 15 87,1
3. 14.00 30 80,1
4. 16.00 60 64,3
100
80
SENIN
60
RABU
40 SABTU
20
meter
0
1 15 30 60
Keterangan:
Leq : Kebisingan ekivalen [dBA]
L1,…,L2 : Kebisingan setiap 5 detik selama 60 detik [dBA]
LI,…,Lx : Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dBA]
La,…,Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu di pagi hari [dBA]
Ta,…,Tc : Rentang waktu pengukuran di jam aktif pekerjaan (jam)
Ls : Kebisingan ekivalen pada siang hari [dBA]
Pada jarak 100 meter dari stone crusher, penduduk yang bermukim di
sekitar lokasi tersebut terpapar kebisingan sebesar 53,6 dBA dari pagi hingga
sore hari selama aktifitas kerja stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati
berlangsung, tingkat kebisingan ini sudah memenuhi standar kriteria kualitas
kebisingan yang diperbolehkan KEP-48/MENLH/11/1996 dimana
kebisingannya tidak boleh melebihi 55 dBA untuk lokasi perumahan dan
pemukiman sekitar.
dbA
60
50
40
La
30 Lb
Lc
20
Ls
10
0
07.00 WIB 09.00 WIB 15.00 WIB Leq Siang (Ls)
Perhitungan Suhu :
ISBB = 0,7 (Wet Bulb) + 0,3 (Globe) = (unit workshop alat berat)
ISBB = 0,7 (digital) + 0,3 (digital) = 30,7˚C (unit workshop alat berat )
˚C
33
32,5
32
31,5
Crusher
31
Workshop
30,5
30
29,5
Crusher Workshop
5.4 Kuesioner Gejala Kelelahan Pekerja
Lokasi stone crusher dan workshop CV. Intan Mandiri Alam Sejati
merupakan 2 (dua) lokasi yang padat kerja sehingga untuk mendapatkan data
analisis kelelahan pekerja akibat kebisingan dan suhu selama aktifitas kerja
berlangsung, maka dilakukan pengisian kuesioner mengenai gejala-gejala
kelelahan kerja diisi oleh 2 (dua) orang karyawan (responden) yang dipilih
berdasarkan masing-masing lokasi yang padat aktifitas kerja yaitu lokasi unit
stone crusher dan workshop. Data hasil pengisian kuesioner gejala kelelahan
kerja dimasukkan pada Tabel 5.6 sesuai dengan lampiran 15 sebagai berikut :
Tabel 5.6. Hasil Pengisian Kuesioner Gejala Kelelahan Kerja
Nama Pengukur : AGUNG PRIHANDANA
Hari/Tanggal : Selasa/23 Juni 2020
Waktu : 10.30 & 11.00 WIB
Lokasi : Stone Crusher & Workshop
Kondisi Cuaca : Cerah
Alat : Kuesioner
% %
Usia Lokasi Jawaban Jawaban
No. Jawaban Jawaban
Responden Kerja YA TIDAK
YA TIDAK
1 20-30 Tahun Crusher 15 Butir 5 Butir 75% 25%
2 30-40 Tahun Workshop 17 Butir 3 Butir 85% 15%
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada lokasi kerja dan
lingkungan pemukiman masyarakat disekitar CV. Intan Mandiri Alam Sejati
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada jarak pengambilan data kebisingan 1 meter dan 15 meter, kebisingan
pada jarak ini melebihi ambang batas yang diizinkan untuk manusia
menerima kebisingan terus menerus yaitu 85 dBA dengan waktu
pemajanan 8 jam, mengacu pada KEP-51/MENAKER/1999. Pada lokasi
penelitian dengan jarak pengambilan data kebisingan 1 meter, 15 meter,
dan 30 meter didapati bahwa kebisingan pada jarak ini melebihi standar
baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan, dimana standar baku tingkat
kebisingan yang diperbolehkan untuk kawasan industri yaitu tidak boleh
melebihi 70 dBA, mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996. Untuk
kebisingan di pemukiman masyarakat pada jarak jarak 100 meter terhadap
sumber kebisingan (Stone crusher) didapatkan hasil sebesar 53,6 dBA, hal
ini sudah memenuhi standar kriteria kualitas kebisingan yang
diperbolehkan KEP-48/MENLH/11/1996 dimana kebisingannya tidak
boleh melebihi 55 dBA untuk lokasi perumahan dan pemukiman sekitar.
2. Dari hasil perhitungan suhu jika merujuk pada lampiran Keputusan Mentri
Tenaga Kerja No. KEP-51/MENAKER/1999 untuk kerja terus-menerus
selama 8 jam, di lokasi stone crusher diperoleh data suhu sebesar 32,6˚C.
Jenis pekerjaan di lokasi tersebut termasuk jenis pekerjaan dengan beban
kerja sedang hal ini melebihi dari Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah
ditentukan, yaitu 28,0˚C. Sedangkan di workshop juga melebihi Nilai
Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 30,7˚C, dikarenakan jenis pekerjaan
yang dialami oleh pekerja tersebut termasuk pekerjaan berat, dengan syarat
ketentuan tidak lebih dari 25,9˚C. mengacu pada (KEP-
51/MENAKER/1999).
3. Dari hasil pengisian kuesioner oleh 2 (dua) orang responden yang bekerja
di lokasi padat aktifitas kerja yaitu di lokasi stone crusher dan workshop
hasilnya menunjukkan 75% indikator kelelahan dirasakan oleh pekerja dan
25% indikator kelelahannya tidak dirasakan oleh pekerja di stone crusher.
Sedangkan di workshop hasilnya menunjukkan 85% indikator kelelahan
dirasakan oleh pekerja dan 15% indikator kelelahannya tidak dirasakan
oleh pekerja.
6.2 Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan, sebaiknya pekerja selalu
menggunakan alat pelindung telinga seperti ear muff, ear plug atau
headphone pada jarak 1 meter, 15 meter, dan 30 meter dari sumber
kebisingan dalam melakukan aktivitas pekerjaan untuk mengantisipasi
cacat sementara maupun permanen yang disebabkan oleh kebisingan yang
terjadi di area kerja.
2. Berdasarkan hasil penelitian penulis dalam hal perhitungan kebisingan
pada pemukiman masyarakat yang disebabkan adanya aktifitas pengolahan
pemurnian Stone crusher CV. Intan Mandiri Alam Sejati diperlukan
antisipasi untuk lebih menurunkan tingkat kebisingan di sekitar
pemukiman tersebut. Salah satu kegiatan dari antisipasi ini dapat dilakukan
dengan membuat jalur hijau atau penanaman pohon disekitar lokasi CV.
Intan Mandiri Alam Sejati.
3. Dari hasil perhitungan suhu, ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) jika
merujuk ke KEP-51/MENAKER/1999 untuk kerja terus-menerus selama 8
jam di crusher dan workshop telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
Untuk kesehatan dan kenyaman kerja karyawan ada baiknya dianjurkan
pada perusahaan menyediakan air minum di tempat yang lebih mudah
dijangkau oleh pekerja dan memperhatikan keselamatan kenyamanan kerja
karyawan untuk mengantisipasi kelelahan kerja, seperti menggunakan
safety helmet dan safety shoes untuk mengantisipasi suhu yang cukup
tinggi.
4. Perlunya untuk meningkatkan kesadaran bagi seluruh karyawan untuk
selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti safety shoes,
masker, ear muff, ear plug atau headphone untuk pekerja yang bekerja di
lokasi Stone crusher yang mengalami kebisingan yang melebihi nilai
ambang batas yang diizinkan agar terciptanya aktifitas kerja yang aman,
nyaman, sehat, terhindar dari gejala kelelahan kerja serta produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar, Taufan. (2015). Analisis Kinerja Alat Crushing Plant Pada Tambang
Andesit Untuk Meningkatkan Produksi 125.000 Ton/Bulan di PT. Mandiri
Sejahtera Sentra, Desa Suka Mulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bandung: Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung.
Granjean, E. (1985). Fitting the Task to The Man, Ed. 4. A Text Book of
Occupational Ergonomic. London. New York. Philadelphia.
Silaban, Gerry. (1996). Shift Kerja dan Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Wanita
PT. Sibalec, Tesis, Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta.
Soeripto. (2000). Teknologi Pengendalian Intensitas Kebisingan, Majalah
Hiperkes dan Keselamatan Kerja , Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Depnaker RI, Jakarta.
Subaris, Heru, dkk. (2008). Hygiene Lingkungan Kerja. Penerbit Mitra Cendikia
Press, Jogjakarta.
........., Data-data, laporan dan arsip perusahaan CV. Intan Mandiri Alam Sejati
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999 Tentang
2
4
1
5
3
Bagian alat :
1. Tombol ON-OFF
2. Tombol “Hold”
3. Tombol “Rec. Max/Min”
4. Tombol A/C
5. Tombol “Fast/Slow”
6. LCD Display
7. Microfon
Cara Pengoperasian :
2 5
1
6
Bagian alat :
1. Tombol ON-OFF
2. Tombol MAX/MIN
3. LCD Display untuk HUMIDITY (Kelembaban)
4. LCD Display untuk TEMPERATURE (Suhu)
5. Tombol “CLEAR”
6. Tombol “IN/OUT”
7. Kabel Sensor
8. Sensor
Cara Pengoperasian :
16. 25/07/2020 1. Kuesioner yang asli yang diisi pihak perusahaan dilampirkan
di lampiran
2. Abstrak tidak boleh lebih dari 200 kata
Pembimbing I
Pembimbing II