Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM VENTILASI LUBANG TAMBANG

C1 BATUBARA BAWAH TANAH PT. NUSA ALAM LESTARI


SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Oleh:

ARIFA FADLY
1410024427020

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
ANALISIS PERANCANGAN SISTEM VENTILASI LUBANG TAMBANG
C1 BATUBARA BAWAH TANAH PT. NUSA ALAM LESTARI
SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persaratan memperoleh


gelar serjana Teknik Pertambangan

Oleh:

ARIFA FADLY
1410024427020

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
HALAMA PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : Analisis Perancangan Sistem Ventilasi Lubang Tambang

C1 Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari

Sawahlunto Sumatera Barat

Nama : Arifa Fadly

NIM : 1410024427020

Program Studi : S1 Teknik Pertambangan

Jurusan : Teknik Pertambangan

Padang, November 2018

Di setujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Rusnoviandi, ST, MM Riam Marlina, MT


NIDK: 8824210016 NUP: 9910676467

Ketua Prodi Ketua STTIND

Drs. Murad MS, MT H. Riko Ervil, MT


NIDN 007116308 NIDN 1014057501
Analisis Perancangan Sistem Ventilasi Lubang Tambang C1 Batubara
Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari Sawahlunto Sumatera Barat

Nama : Arifa Fadly


Npm : 1410024427020
Pembimbing 1 : Rusnoviandi, ST.MM
Pembimbing 2 : Riam Marlina, MT

RINGKASAN

PT. Nusa Alam Lestari adalah perusahaan pertambangan yang bergerak di


bidang produksi batubara yang terletak di desa Solok, kecamatan Talawi,
Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, pada lubang penambangan CI PT. NAL ini
menggunakan satu sistem blower utama sebagai mesin untuk mengalirkan udara
keseluruh panel penambangan yaitu dengan kapasitas 82 m3/s. Pada lubang C1
ini front kerja yang aktif yaitu panel 5, panel 6, panel 7, panel 8, sementara panel
1, panel 2, panel 3, dan panel 4 sudah tidak dilakukan penambangan lagi karena
penambangan sudah mendakati danau. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memngetahui kuantitas udara serta mengetahui temperatur pada lubang tambang
bawah tanah. Sesuai dangan kepmen 555k yaitu CH4 < 0,25%, Co < 0,04%,
H2S<0,001%, R<85%, TE 18-24⁰C. Berdasarkan pengamatan dan observasi
lapangan lubang C1 ini kecepatan angin pada blower tidak mencukupi bagi
pekerja pada front kerja maju serta banyak kebocoran di saluran udara didalam
tambang yang dapat menyebabkan kondisi yang kurang nyaman bagi para pekerja
dan pada lubang C1 ini belum memiliki rancangan sistim ventilasi, pengukuran
kecepatan angin dilakukan dengan menggunakan alat anemometer pada front
kerja yang aktif dan pengukuran gas-gas menggunakan alat gas detector. Untuk
mengetahui aliran udara pada ventilasi menggunakan perangkat lunak yaitu
ventsim 5.2 dapat diketahui kuantitas dan kualitas udara pada lubang C1 ini belum
sesuai dengan kepmen 555k, yaitu temperatur melebihi nilai Nab yaitu diatas
24⁰C, maka PT. Nusa Alam Lestari harus melakukan pergantian atau melakukan
penambahan blower agar pekerja yang ada didalam lubang bisa melakukan
penambangan dengan aman dan nyaman.

Kata kunci:Tambang bawah tanah, blower, ventilasi, Kuantitas dan kualitas


batubra

i
Analysis On Ventilation System In Holes C1 Undergroun Mines Of PT. Nusa
Alam Lestari, Sawahlunto, Sumatera Barat

Nama : Arifa Fadly


Student Id : 1410024427020
Supervisor 1 : Rusnoviandi, ST.MM
Supervisor 2 : Riam Marlina, MT

ABSTRACK

PT. Nusa Alam Lestari is a mining company engaged in coal production


located in the village of Solok, Talawi sub-district, Sawahlunto, West Sumatra
Province, at the CI mining pit PT. This NAL uses one main blower system as a
machine to drain air throughout the mining panel, namely with a capacity of 82
m3 / s. In this C1 hole the active working front is panel 5, panel 6, panel 7, panel
8, while panel 1, panel 2, panel 3, and panel 4 are no longer being carried out
because mining has approached the lake. The purpose of this research is to know
the air quantity and find out the temperature of the underground mine pit.
According to Ministerial Decree 555k, namely CH4 <0.25%, Co <0.04%, H2S
<0.001%, R <85%, TE 18-24 .C. Based on observations and field observations of
hole C1, the wind speed at the blower is insufficient for workers on advanced
working fronts and many leaks in the air ducts in the mine that can cause
conditions that are less comfortable for workers and do not have ventilation
systems, measurements Wind speed is carried out using an anemometer on the
active working front and gas measurements using a gas detector device. To find
out the air flow on ventilation using software, namely Ventsim 5.2, it can be seen
that the quantity and air quality in hole C1 is not in accordance with Kepmen
555k, that is, the temperature exceeds the Nab value above 24⁰C, then PT. Nusa
Alam Lestari must make changes or make additional blowers so that workers in
the hole can do mining safely and comfortably.

Keywords: Underground mine, blower, ventilation, air quantity and quality

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya,penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan salah

satu matakuliah wajib. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini belum

sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Walaupun

demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian tugas

akhir ini dengan baik.

Dalam proses ini penulis telah didorong dan dibantu oleh berbagai pihak,

oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

Padang.

2. Bapak Murad MS, MT selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan Sekolah

Tinggi Teknologi Industri Padang.

3. Bapak Rusnoviandi, ST.MM selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan

tugas akhir di Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang.

4. Ibu Riam Marlina, MT selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan tugas

akhir Di Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang.

5. Dosen-dosen Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang yang telah

memberikan ilmu selama perkuliahan.

6. Senior Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang yang

telah membantu penulis.

iii
7. Rekan-rekan Jurusan Teknik Pertambangan dan semua pihak yang banyak

membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas

dari kesalahan dan kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik

yang sifatnya membangun guna memperbaiki isi dari Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terima Kasih.

Padang, Desember 2018

Arifa Fadly

NPM:1410024427020

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRACT......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ . iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah ........................................................................ 4

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................

2.1 Landasan Teori ............................................................................ 6

2.1.2 Tinjauan Umum Perusahaan ..................................................... 6

1. Profil Pt. Nusa Alam Lestari ............................................. 6

2. Iklim dan Curah Hujan ....................................................... 7

3. Keadaan Geologi dan Stratigraf ........................................... 7

1) Kondisi Umum Geologi ................................................. 7

v
2) Stratigrafi ..................................................................... 8

2.1.2 Kondisi Lapisan dan Geologi Batubara .................................. 8

1. Proses Pembatubaraan (coalification) ................................ 8

2. Batubara Bubuk (pulverization of coal) ............................ 9

3. Kandungan Kelembaban (moisture) ................................ 10

4. Kandungan zat terbang (volatile matter content) .............. 10

5. Kandungan Sulfida Besi (iron sulfide) .............................. 10

6. Kandungan (phosphore content) ....................................... 11

2.1.3 Ventilasi ................................................................................ 11

1. Fungsi Ventilasi Tambang ................................................ 12

2. Prinsip Ventilasi Tambang ................................................ 12

3. Lingkup Bahasan Ventilasi Tambang .................................13

4. Sistem Ventilasi ............................................................... 14

2.1.4 Gas-gas pengotor ................................................................... 17

2.2 Kerangka Konseptual ......................................................................... 31

2.2.1 Input ................................................................................... 31

2.2.2 Proses .................................................................................. 32

2.2.3 Output ................................................................................. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 33

3.2 Tempat den waktu penelitian ...................................................... 33

3.3 Variabel Penelitian ..................................................................... 34

3.4 Data dan Sumber Data ................................................................ 35

vi
3.4.1 Data ................................................................................. 36

3.5 Sumber Data ................................................................... ............ 36

3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................... 37

3.7.1 Teknik Pengolahan Data ............................................. . 38

3.7.2 Analisa Data .................................................................. 38

3.8 Kerangka Metodologi ................................................................. 38

BAB 1V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


4.1 Pengumpulan Data......................................................................... 40

1. Kondisi Lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari .......................... 40

2. Kualitas Kandungan Gas ...................................................... 41

3. Pengukuran Luas Penampang ............................................... 45

4. Pungukuran Kecepatan Aliran Udara ................................. 46

5. Jumlah Pekerja dan Alat yang digunakan ............................ 46

6. Temperatur Efektif PT. Nusa Alam Lestari ......................... 47

4.2. Pengolahan Data ....................................................................... 48

1. Pengukuran Kuantitas Udara Dalam Tambang Bawah

Tanah PT. Nusa Alam Lestari ............................................ 48

2. Kebutuhan Udara di front kerja ...................................... 49

3. Kuantitas Udara Dalam Tambang Bawah Tanah PT. Nusa

Alam Lestari ....................................................................... 51

4. Perhitungan Temperatur Efektif PT. Nusa Alam Lestari ....... 52

5. Merencanakan Model Sistem Ventilasi ................................. 68

vii
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1 Perencanaan Sistem Ventilasi ......................................................... 57

5.2 Analisis Kebutuhan Udara Segar ..................................................... 57

5.3 Analisis Kualitas Udara .................................................................... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persentase Serapan Oksigen dan Kadar Karbon Batubara Tipe

Batubara ............................................................................................ 8

Tabel 2.2 Hubungan Kecepatan Oksidasi dan Fraksi Butiran Batubara ............ 9

Tabel 2.3 Sifat Bermacam Gas ......................................................................... 20

Tabel 2.4 Komposisi Udara Segar ...................................................................... 21

Tabel 2.5 Kebutuhan udara Pernafasan ............................................................. 22

Tabel 3.1 Koordinat Batas Izin Usaha Penambangan (IUP) ............................. 34

Tabel 4.1 Lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari .................................................... 40

Tabel 4.2 Pengukuran Kualitas Kandungan Gas di Lubang Masuk ................... 56

Tabel 4.3 Pengukuran Kualitas Kandungan Gas Pada Front Kerjapanel 3 ....... 41

Tabel 4.4 Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 5........ 42

Tabel 4.5 Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 6........ 43

Tabel 4.6 Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Maju .................... 44

Tabel 4.8 Pengukuran Luas Penampang Lubang C1 .......................................... 45

Tabel 4.9 Pungukuran Kecepatan Aliran Udara Pada Front Kerja C1 PT. Nusa

Alam Lestari ....................................................................................... 46

Tabel 4.10 Jumlah Pekerja dan Alat yang digunakan ......................................... 47

Tabel 4.11 Temperatur Efektif Kondisi Pada Tambang Bawah Tanah PT. Nusa

Alam Lestari ....................................................................................... 47

Tabel 4.12 Kuantitas Udara Tambang Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari.... 48

Tabel 4.13 Kebutuhan Udara Segar bagi Para Pekerja ...................................... 49

ix
Tabel 4.14 Kebutuhan Udara untuk Alat ........................................................... 50

Tabel 4.15 Perhitungan Kebutuhan Dalam Pengenceran Gas Metan ................ 51

Tabel 4.16 Nilai Kuantitas Udara Lubang C1 ................................................... 51

Tabel 4.17 Temperatur Efektif Kondisi Pada Tambang Bawah Tanah PT. Nusa

Alam Lestari .................................................................................... 52

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kondisi Ventilasi Alami .................................................................. 15

Gambar 2.2 Grafik Temperatur Efektif ............................................................. 26

Gambar 2.3 Penampang Three Pieces Set ........................................................... 29

Gambar 2.4 Penampang Saluran Udara (duct) .................................................... 29

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual ...................................................................... 32

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi .................................................................... 39

Gambar 4.1 Layout Sistem ventilasi aktual lubang C1 ...................................... 54

Gambar 4.2 Simulasi Aktual Lubang C1 ............................................................ 54

Gambar 4.5 Simulai Setelah Penutupan Lubang Sementara................................ 55

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Peta Layout Aktual Lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari

Lampiran B : Simulasi Aktual Sistem Ventilasi dan Simulasi Setelah

Penutupan Lubang Sementara

Lampiran C : Pengukuran Kualitas Gas Udara

Lampiran D : Pengukuran Kuanlitas Udara

Lampiran E : Pengukuran atau Tabel Temperatur Efektif

Lampiran F : Spesifikasi Blower

Lampiran G : Foto Kegiaatan Lapangan

Lampiran H : Struktur Organisasi Kerja PT. Nusa Alam Lestari

Lampiran I : Peta Izin Usaha Penambangan PT. Nusa Alam Lestari

Lampiran J : Peta Geologi PT.Nusa Alam Lestari

Lampiran K : Perhitungan Kebutuhan Udara Untuk Pekerja

Lampiran L : Perhitungan Kebutuhan Udara Untuk Alat

Lampiran M : Perhitungan Pengenceran Gas Metan

xii
13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Metode penambangan dibagi atas tambang terbuka (surface mining), dan

tambang bawah tanah (Underground Mining), kecendrungan umum di masa yang

akan datang, metode tambang bawah tanah akan menjadi pilihan utama

eksploitasi mineral dan energi (Hartman, 1987). Hal ini disebabkan, semakin

berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi yang dekat permukaan untuk

ditambang.

Kegiatan tambang bawah tanah adalah kegiatan yang memiliki resiko yang

sangat tinggi seperti kebakaran, ledakan dan runtuhan atap yang dapat saja terjadi

setiap saat. Dibutuhkan penanganan khusus untuk tambang bawah tanah dalam

pengaturan kuantitas dan kualitas udara, dan aliran udara yang baik agar

memberikan lokasi kerja yang aman bagi pekerja yang sedang melakukan

kegiatan penambangan dilubang tambang.

PT. Nusa Alam Lestari (PT.NAL), merupakan perusahaan tambang yang

bergerak dalam produksi batubara di Kota Sawahlunto, PT. NAL pada awal

penambangan perusahaan menggunakan sistem tambang terbuka, seiring dengan

kemajuan tambang cadangan batubara sudah tidak ekonomis lagi jika ditambang

dengan tambang terbuka maka kegiatan penambangan dilanjutkan dengan metode

tambang bawah tanah.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi dilapangan PT. NAL belum

memiliki model rancangan sistem ventilasi pada lubang C1, walaupun lubang C1
14

tersebut sudah melakukan kegiatan penambangan. PT. NAL hanya menggunakan

satu blower utama untuk mengalirkan udara keseluruh panel yang ada didalam

lubang, sehingga aliran udara yang masuk ke front kerja maju sangat rendah, yang

disebabkan banyaknya saluran duct yang robek akibat gesekan lori.

Sistem ventilasi merupakan hal yang sangat penting dalam menyediakan

udara segar bagi para pekerja. Meskipun tidak memberikan dampak langsung

ketahap operasi produksi, sistem ventilasi yang kurang tepat akan menyebabkan

efisiensi yang lebih rendah, produktifitas menurun, dan tingkat kecelakaan yang

meningkat.

Kecelakaan tambang bawah tanah tidak akan terjadi apabila sistem

ventilasi yang memadai, baik secara kualitas dan kuantitas, serta temperatur yang

ada didalam lubang tambang bawah tanah sesuai peraturan dan standart yang telah

ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pertambangan Energi dan Mineral No

555.K/26/M.PE tahun 1995 yaitu CH4 < 0,25%, CO <0,04%, 02 <19,5%, H2S

<0,001, R <85% Te 18-24oC.

Pembuatan sistem ventilasi yang efektif dan efisien dimasa mendatang,

bukanlah suatu hal yang mustahil dapat dibuat. Hal tersebut dimudahkan dengan

perkembangan metode-metode numerik dan didukung dengan perkembangan

teknologi komputasi yang saat ini telah memungkinkan, untuk melakukan

pemodelan suatu jaringan ventilasi yang kompleks. Pemodelan dapat dibuat

berdasarkan sifat dan dinamika dari fluida, untuk memodelkan suatu jaringan

ventilasi digunakan software (perangkat lunak) Ventsim. Perangkat ini lebih


15

mudah salah satu contohnya pembuatan saluran udara seperti drift dan raise

cukup menggunakan data center line dari export software Autocad.

Keberhasilan dalam rancangan sistem ventilasi mempengaruhi proses

produksi dan keselamatan kerja, oleh sebab itu rancangan yang matang

dibutuhkan untuk sistem ventilasi tambang bawah tanah. Maka peneliti tertarik

mengangkat judul “Analisis Perancangan Ventilasi Untuk Mencegah Terjadinya

Swabakar Pada Lubang Tambang C1 Batubara Bawah Tanah PT. Nusa Alam

Lestari Sawahlunto-Sumatera Barat “

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Belum adanya rancangan ventilasi dilubang C1.

2. PT. NAL hanya menggunakan satu blower untuk mengalirkan udara

keseluruh panel penambangan.

3. Kuantitas dan kualitas udara tidak sesuai dengan ketetapan Keputusan

Mentri Pertambangan Energi dan Mineral No 555.K/26/M.PE tahun

1995.

4. Banyaknya saluran duct yang robek pada lubang tambang bawah tanah.

5. Ventilasi udara yang kurang diperhatikan.

1.1. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pengukuran kuantitas dan kualitas hanya dilakukan pada lubang C1 PT.

NAL sepanjang 135 M.

2. Gas-gas yang diukur hanya CH4, CO, O2, H2S dan temperatur.
16

3. Pengukuran dilakukan selama 10 hari.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kuantitas dan kualitas udara di lubang tambang PT. Nusa

Alam Lestari ?

2. Bagaimana kelembapan udara (temperature effektif dan relative

humidity) pada lubang tambang batubara bawah tanah PT. Nusa Alam

Lestari ?

3. Bagaimana rancangan sistem ventilasi yang baik untuk mencegah

terjadinya swabakar dilubang tambang batubara bawah tanah PT. Nusa

Alam Lestari ?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kuantitas dan kualitas udara di lubang tambang PT. Nusa

Alam Lestari.

2. Menganalisis kelembapan udara(relative humidity)pada lubang tambang

batubara bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari ?

3. Merancang sistem ventilasi yang baik untuk mencegah terjadinya

swabakar dengan menggunakan perangkat lunak ventsim visual 5.2.


17

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan pembanding

bagi perusahaan dalam mengevaluasi dan mencegah terjadinya kekurangan udara

dan mencegah swabakar pada lubang tambang batubara bawah tanah.

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan

ke dalam bentuk penelitian, meningkatkan kemampuan peneliti dalam

menganalisa dan memcahkan suatu permasalahan dan menambah wawasan

dilapangan agar menjadi modal penting dalam menuju dunia kerja.

3. Bagi STTIND Padang

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan apa yang penulis tulis

dapat bermanfaat dan menjadi panduan bagi mahasiswa jurusan teknik

pertambangan STTIND Padang selanjutnya.


18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori terdiri dari seluruh referensi-referensi, konsep-konsep dan

kerangka penelitian yang didukung oleh teori-teori ilmiah, yang diperoleh

kepustakaan maupun teori yang ada yang berhubungan dengan judul penelitian.

2.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan

1. Profil PT. Nusa Alam Lestari

PT. Nusa Alam Lestari adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam

bidang pertambangan batubara. Pada tahun 2004 PT. Nusa Alam Lestari memulai

kegiatan penambangan dengan eksplorasi lanjutan PT. Bukit Asam Persero Tbk.

Pada tahun 2006 PT. Nusa Alam Lestari mendapatkan perizinan untuk melakukan

kegiatan penambangan dan bekerja sama dengan kontraktor PT. Arka Ananta

untuk melakukan kegiatan penambangan menggunakan metode tambang terbuka

(open pit).

PT. Arka Ananta melakukan kegiatan penambangan tanpa melakukan

kegiatan peledakan sehingga menyebabkan produksi tidak maksimal, pada tahun

2008 PT. Nusa Alam Lestari mengambil alih langsung untuk melakukan kegiatan

penambangan dengan menggunakan kegiatan peledakan dan berakhir pada tahun

2011 dikarenakan sudah tidak ekonomis lagi dilakukan tambang terbuka.

Dari tahun 2011 PT. Nusa Alam Lestari melanjutkan kegiatan

penambangan menggunakan metode tambang bawah tanah dikarenakan masih

banyak cadangan batubara. Cadangan batubara yang terdapat pada PT. Nusa Alam
19

Lestari terdapat beberapa lapisan diantaranya lapisan batubara seam A1, akhir

tahun 2013 seam A1 habis dan dilanjutkan dengan penambangan seam C1.

2. Iklim dan Curah Hujan

Daerah tambang PT. Nusa Alam Lestari beriklim tropis dengan suhu

berkisar antara 22oC sampai 33oC dan terbagi dalam dua musim yaitu musim

hujan dan musim kemarau. Data curah hujan ini penting dalam kegiatan

penambangan terutama kegiatan pengangkutan dan ketersediaan air tanah. Hal ini

disebabkan tanah di daerah penelitian adalah tanah lempung pasiran yang akan

dipengaruhi oleh hujan.

3. Keadaan Geologi dan Stratigrafi

1). Kondisi Umum Geologi

Endapan batubara terjadi pada kala oligosen yang diendapkan dalam

cekungan antara gunung (inter mountain basin) yang dikenal dengan cekungan

ombilin dan mempunyai luas sekitar 800 km2 yang berkembang sejak zaman awal

tersier memanjang pada arah barat sampai tenggara, searah dengan sruktur

geologi yang banyak terdapat patahan (fault) dan lipatan (fold).

Batubara yang ditambang saat ini terletak pada bagian barat cekungan

ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama formasi

silungkang, formasi silungkang termasuk batuan pra-tersier yang tersingkap.

Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri dari batu lempung (clay

stone), batu pasir (sand stone), batu lanau (silt stone).


20

2). Stratigrafi

Secara regional stratigrafi daerah Sawahlunto dapat dilihat pada

formasi ombilin, nama formasi ini pertama kali diusulkan oleh Kastoyo dan

Silitonga pada tahun 1975 dalam penelitian bambang. Formasi ini terdiri dari

lempung gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan

mengandung fosil. Umur dari formasi ini diperkirakan miosen bawah.

2.1.2 Batubara

Batubara merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari hasil

akumulasi sisa-sisa tanaman yang terendapkan dalam waktu jutaan tahun yang

lalu dan mengalami proses pembatubaraan (coalification) di bawah pengaruh

tekanan dan temperatur serta perubahan kondisi geologi.

1. Proses Pembatubaraan (coalification)

Pada proses pembatubaraan tersebut terjadi peningkatan rank batubara

dari gambut (peat) ke batubara mutu rendah (lignit), bituminous dan akhirnya

menjadi antrasit. Selama proses perubahan tersebut terjadi pengurangan

kandungan oksigen dan sebaliknya terjadi pertambahan persentase kandungan

karbon.

Tabel 2.1
Persentase Serapan Oksigen dan Kadar Karbon Batubara Tipe
Batubara

Tipe Peat Lignit Bituminous Antrasit


Batubara
Oksigen % 35,3 26,5 10,6 03,0
Karbon % 57,0 67,0 83,0 93,0
Sumber: Hartman (1997:317)
21

Kemungkinan terjadinya proses oksidasi lebih besar terhadap batubara

yang rendah kualitasnya, artinya semakin tinggi mutu batubara, maka semakin

kecil peluang terjadinya pembakaran, karena serapan udara pada batubara itu

semakin berkurang.

2. Batubara Bubuk (pulverization of coal)

Batubara bubuk adalah batubara yang hancur dalam bentuk butiran-butiran

halus, yang terjadi saat berlangsungnya proses pengambilan batubara (coal

picking). Semakin banyak butiran-butiran batubara halus, maka semakin besar

kemungkinan terjadinya proses oksidasi yang menghasilkan panas (heat

generation), dan bilamana bubuk batubara tersebut berada pada area terbuka ke

udara (exposed), akan menyerap oksigen dalam jumlah besar yang menyebabkan

semakin cepatnya terjadi pembakaran. Pada tabel 2.2 berikut ini menunjukkan

pengaruh temperatur oksidasi terhadap fraksi besar butiran batubara.

Tabel 2.2
Hubungan Kecepatan Oksidasi dan Fraksi Butiran Batubara

Fraksi Ukuran Ukuran Partikel Temperatur Rasio Luas


Partikel Rata- rata Oksidasi Permukaan
< 60 mesh 0,10 mm 900C 20,0
30 - 40 mesh 0,44 mm 1150C 4,5
20 - 30 mesh 0,68 mm 1270C 3,0
Sumber: Hartman (1997:317)

Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa semakin halus ukuran butir

partikel batubara, makin rendah temperatur dimana proses oksidasi terjadi.

Dengan demikian maka batubara yang memiliki pertikel butir yang halus lebih

memungkinkan terjadinya swabakar.


22

3. Kandungan Kelembaban (moisture)

Kandungan kelembaban (moisture content) dalam batubara dapat

dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu kandungan kelembaban yang melekat

(inherent moisture content) dan kandungan kelembaban bawaan (attach moisture

content). Batubara yang mempunyai kandungan kelembaban bawaan

memungkinkan terjadinya proses oksidasi yang cepat sehingga menyebabkan

swabakar. Keberadaan kelembaban (moisture content) dalam batubara

mempercepat terbentuknya panas, karena adanya penguapan (evaporation)

kelembaban itu membantu ventilasi alam dan mempercepat terjadinya

penembusan oksigen ke dalam batubara. Kandungan kelembaban batubara antara

5% - 10% adalah keadaan yang paling memungkinkan terjadinya pembakaran.

4. Kandungan zat terbang (volatile matter content)

Batubara yang mempunyai kandungan zat terbang yang tinggi (high

volatile matter) sering mengalami pembakaran. Kondisi ini terjadi, bila rasio

kandungan karbon dan zat terbangnya (fuel ratio) mendekati 1.

Di Jepang, pada umumnya pembakaran terjadi pada batubara yang

mengandung zat terbang sekitar 40% dan fuel ratio antara 1 sampai 1,5.

5. Kandungan Sulfida Besi (iron sulfide)

Adanya kandungan sulfida besi dalam batubara akan menyebabkan

terjadinya pembakaran. Namun demikian sulfida besi bukanlah penyebab utama

terjadinya pembakaran pada batubara, tetapi karena sifat dari sulfida besi yang

sangat mudah mengalami oksidasi hingga terbentuk panas, maka adanya


23

kandungan sulfida besi dalam batubara dapat membantu mempercepatnya proses

oksidasi.

6. Kandungan (phosphore content)

Kandungan posphor yang tinggi dalam batubara dapat mempermudah

terjadinya pembakaran walaupun secara tidak langsung. Posphor yang terkandung

dalam batubara disebabkan adanya tekanan dan penghancuran (pulverization)

melalui proses geologis yang menimbulkan efek panas akibat deformasi dalam

partikel batubara, sehingga secara tak langsung akan mempermudah proses

oksidasi dan akhirnya terjadi pembakaran.

2.1.3 Ventilasi

Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi

peningkatan produktivitas para pekerja tambang bawah tanah, sistem ventilasi

diperlukan selain untuk menyediakan oksigen guna memenuhi kebutuhan

pernapasan pekerja juga dibutuhkan untuk mendilusi gas-gas beracun yang mudah

meledak (CO, H2S, CH4), mengurangi konsentarsi debu yang berada didalam

udara tambang dan menurunkan temperatur udara tambang.

Ventilasi tambang adalah suatu usaha pengendalian terhadap pergerakan

udara atau aliran udara tambang, termasuk didalamnya adalah jumlah, mutu dan

arah alirannya. Adapun tujuan utama dari ventilasi tambang adalah menyediakan

udara segar dengan kuantitas dan kualitas yang cukup baik, kemudian

mengalirkan serta membagi udara segar tersebut ke dalam tambang sehingga

tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman baik pada para pekerja tambang

maupun proses penambangan.


24

1. Fungsi Ventilasi Tambang

Adapun fungsi dari ventilasi tambang bawah tanah adalah:

1) Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan

menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam

tambang dan juga bagi segala proses yang terja didalam tambang yang

memerlukan oksigen.

2) Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-gas

yang ada didalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam

udara tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan.

3) Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah

hingga ambang batas yang diperkenankan.

4) Mengatur panas dan kelembapan udara ventilasi tambang bawah tanah

sehingga dapat diperoleh suasana/lingkungan kerja yang aman.

2. Prinsip Ventilasi Tambang

Menurut Hartman(1987), pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi

tambang bawah tanah, berlaku hukum alam bahwa:

1) Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur tinggi.

2) Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang

memberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan

yang lebih besar.

3) Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam

ventilasi tambang.
25

3. Lingkup Bahasan Ventilasi Tambang

Lingkup pembahasan ventilasi tambang yaitu:

1) Pengaturan/pengendalian kualitas tambang.

Dalam hal ini akan dibahas permasalahan persyaratan udara segar yang

diperlukan oleh para pekerja bagi pernafasan yang sehat dilihat dari segi kualitas

udara (quality control).

2) Pengaturan/pengendalian kuantitas udara tambang segar yang dipelukan oleh

pekerja tambang bawah tanah.

Dalam hal ini akan dibahas perhitungan untuk jumah aliran udar yang

diperlukan dalam ventilasi dan pengaturan jeringan ventilasi tambang sampai

perhitungan kapasitas dari kipas angin.

3) Pengaturan suhu dan kelembaban udara tambang agar dapat diperoleh

lingkungan kerja yang nyaman.

Dalam hal ini akan dibahas mengenai penggunaan ilmu yang mempelajari

sifat-sifat udara atau psikrometri.

4. Sistem Ventilasi

Sistem ventilasi tambang bawah tanah pada dasarnya ada dua macam yaitu

sistem ventilasi secara alami dan sistem ventilasi secara mekanik. Penerapan

sistem ventilasi secara alami merupakan distribusi udara yang mengalir karena

adanya perbedaan tekanan udara antara jalan udara masuk dengan jalan udara

keluar. Sedangkan ventilasi secara buatan menggunakan mesin angin untuk

membuat tekanan sehingga udara mengalir ke dalam tambang.


26

1) Sistem Ventilasi Alami

Peranginan alami adalah suatu peranginan yang mengalirkan udara

kedalam tambang dengan memanfaatkan keadaan dan tenaga alam. Setiap

kenaikan atau penurunan temperatur sebesar 1oC, semua jenis gas akan memuai

atau menyusut sebesar 1/273 kali volumenya pada 0oC. Dengan kata lain, berat

per satuan volume akan bertambah atau berkurang sebesar 1/273 kali.

Temperatur di permukaan (diluar front kerja) berubah secara drastis

tergantung dari musim (terutama di negara 2 musim). Dalam satu hari, temperatur

diluar front kerja juga mengalami perubahan kecil dari siang ke malam. Tetapi,

temperatur didalam front kerja pada kedalaman tertentu hampir tidak ada

perubahan yang besar sepanjang malam dan siang. Temperatur didalam front

kerja yang panas buminya tidak tinggi, pada musim panas lebih rendah dari pada

temperatur udara luar. Sehingga, apabila terdapat perbedaan temperatur intake

airway yang ketinggian mulut front kerja intake dan outtakenya berbeda, akan

timbul perbedaan kerapatan udara didalam dan diluar front kerja atau udara di

intake airway dan return airway akibat temperatur, sehingga membangkitkan

daya ventilasi. Penyebab yang dapat membangkitkan daya ventilasi adalah

sebagai berikut:

a. Perbedaan tinggi mulut front kerja intake dan outtake

b. Perbedaan temperatur intake dan return airway

c. Perbedaan temperatur didalam dan luar front kerja

d. Komposisi udara didalamfront kerja.

e. Tekanan atmosfir
27

Pada suatu front kerja yang mempunyai 2 buah mulut front kerja yang

ketinggiannya berbeda seperti gambar di bawah, dimana pada musim panas

temperatur didalam front kerja lebih rendah dari pada temperatur luar, maka udara

didalam front kerja menjadi lebih berat dari pada udara diluar front kerja yang

sama-sama mempunyai tinggi, sehingga mulut front kerja bawah menjadi

outtake/exhaust. Pada musim dingin terjadi kebalikannya.Dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Sumber: Hartman (1997:317)

Gambar 2.1 Kondisi Ventilasi Alami

2) Ventilasi Mekanis (artificial / mechanical ventilation)

Ventilasi mekanis tambang batubara pada umumnya untuk kebutuhan

peranginannya dengan menggunakan blower, angin disalurkan dari blower dengan

menggunakan selang hingga ke front kerja.

Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke

dalam tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat

mekanis. Berdasarkan cara menimbulkan udaranya serta letak mesin, sistem

ventilasi ini dibangkitkan dengan bantuan listrik. Sebagai alat supply udaranya

digunakan fan. Fan pada sistem ini bertugas sebagai pengatur sirkulasi udara
28

sehingga setiap front kerja pada tambang tersebut akan tersuplai udara yang

cukup.Ventilasi mekanis dibedakan menjadi dua metode yaitu:

a. Metode hembus (Forcing sytem)

Sistem ini akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front

kerja. Tekanan positif berarti aliran udara ini mempunyai tekanan lebih besar

dibandingkan udara di atmosfer. Udara dialirkan melalui plastik blower dimana

saluran ventilasi ini menghubungkan fan dengan front kerja.

b. Metode hisap (Exhausting sistem)

Pada metode ini mesin angin utama di letakkan pada jalan keluar. karena

adanya hisapan mesin angin ini tekanan udara di jalur udara keluar akan mengecil,

sehingga udara dari luar pada jalur udara masuk yang mempunyai tekanan lebih

besar akan mengalir kedalam tambang. Setelah melalui tempat-tempat kerja, maka

udara menjadi kotor dan di hisap oleh kipas angin dan di alirkan keluar. Udara

yang dihisap adalah udara kotor atau gas yang berbahaya.

c. Sistem overlap

Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing.

Sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain. Ada

fan yang berfungsi sebagai penyuplai udara ke front kerja, dan ada fan yang

berfungsi sebagai menghisap udara dari front kerja. Tetapi fan yang berfungsi

untuk menghisap udara dari front dipasang mundur atau jauh dari front,

sedangkan fan yang berfungsi untuk menyuplai udara dipasang lebih dekat dengan

front. Hal ini untuk mencegah agar udara yang disuplai langsung dihisap oleh
29

exhaust fan, sehingga udara akan memiliki waktu untuk bersikulasi pada front

kerja.

2.1.4 Kuantitas dan Kualitas Udara

Ada beberapa gas-gas pengotor dalam udara tambang bawah tanah. Gas-

gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang maupun

berasal dari batuan ataupun bahan galiannya. Gas-gas pengotor pada udara

tambang yaitu:

1. Karbondioksida (CO2)

Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api

dan bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya

selalu terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal

kandungan CO2 adalah 0,03%. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul

pada bagian bekas-bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran

ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua. Sumber dari CO2 berasal dari hasil

pembakaran, hasil peledakan atau dari lapisan batuan dan dari hasil pernafasan

manusia.

Pada kandungan CO2=0,5% laju pernafasan manusia mulai meningkat,

pada kandungan CO2=3% laju pernafasan menjadi dua kali lipat dari keadaan

normal, dan pada kandungan CO2=5% laju pernafasan meningkat tiga kali lipat

dan pada CO2=10% manusia hanya dapat bertahan beberapa menit. Kombinasi

CO2 dan udara biasa disebut dengan blacdamp.


30

2. Methan (CH4)

Gas methan ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang batubara

dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang. Campuran gas

methan dengan udara disebut firedamp. Apabila kandungan methan dalam udara

tambang bawah tanah mencapai 1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus

dimatikan. Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan

karenanya selalu berada pada bagian atas dari jalan udara.

Methan merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak mempunyai rasa. Gas methan ini akan tetap berada dalam lapisan

batubara selama tidak ada perubahan tekanan padanya. Terbebasnya gas methan

dari suatu lapisan batubara, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan volume per

satuan waktu. Terhadap kandungan gas methan yang masih terperangkap dalam

suatu lapisan batubara dapat dilakukan penyedotan dari gas methan tersebut

dengan pompa untuk dimanfaatkan. Proyek ini dikenal dengan nama seam

methane drainage.

3. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan

pada saat terjadi kebakaran pada tambang bawah tanah dan menyebabkan tingkat

kematian yang tinggi. Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap

haemoglobin darah, sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan

segera bersenyawa dengan butir-butir haemoglobin yang akan meracuni tubuh

lewat darah.
31

Karbonmonoksida merupakan gas beracun yang sangat mematikan karena

sifatnya yang kumulatif, misalkan gas CO pada kandungan 0,04% dalam udara

apabila terhirup selama satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak enak,

namun dalam waktu 2 jam dapat menyebabkan rasa pusing dan setelah 3 jam akan

menyebabkan pingsan/tidak sadarkan diri dan pada waktu lewat 5 jam dapat

menyebabkan kematian. Kandungan CO sering juga dinyatakan dalam ppm (part

per milion). Sumber CO yang menyebabkan kematian adalah gas buangan dari

mobil dan kadang-kadang juga gas pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis

0,9672 sehingga selalu terapung dalam udara

4. Hidrogen Sulfida (H2S)

Gas ini sering juga disebut stinkdamp (gas busuk) karena baunya seperti

bau telur busuk. Gas ini tidak bewarna, merupakan gas racun dan dapat meledak,

merupakan hasil dekomposisi dari senyawa belerang. Gas ini mempunyai berat

jenis yang sedikit lebih berat dari udara. Merupakan gas yang sangat beracun

dengan ambang batas (TLV-TWA) sebesar 10 ppm pada waktu selama 8 jam dan

untuk waktu singkat (TLV-STEL) adalah 15 ppm. Walaupun gas H2S

mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini akan dapat

rusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf penciuman. Pada kandungan

H2S=0,01 % untuk selama waktu 15 menit, maka kepekaan manusia akan bau ini

sudah akan hilang.

5. Sulfur Dioksida (SO2)

Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa

terbakar. Merupakan gas racun yang terjadi apabila ada senyawa belerang yang
32

terbakar. Lebih berat dari pada udara dan akan sangat membantu pada mata,

hidung dan tenggorokan. Harga ambang batas ditetapkan pada keadaan gas=2

ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terendah yang singkat (TLV-STEL) =5ppm.

6. Nitrogen Oksida (NOx)

Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang inert, namun pada

keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang

sangat beracun. Terbentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil

peledakan dan gas buang dari motor bakar. NO2 merupakan gas yang lebih sering

terdapat dalam tambang dan merupakan gas racun. Harga ambang batas

ditetapkan 5 ppm, baik untuk waktu terendah singkat maupun untuk waktu 8 jam

kerja. Oksida nitrogen yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan

kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak paru-

paru apabila terhirup oleh manusia.

7. Gas Pengotor Lain

Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas

hidrogen yang dapat berasal dari proses pengikisan aki (battery) dan gas-gas yang

biasa terdapat pada tambang bahan galian radioaktif seperti gas radon.

Tabel 2.3
Sifat Bermacam Gas

Berat Max.all
jenis Pengaru Sumbe owable Fatal
Nama simbol Sifat fisik
(udara h r conc.( point
=1) %)
Tidak
Oksig berbau,tid 20,0
Tidak Udara
en O2 1,106 ak (minim 6
beracun normal
berwarna,t um)
idak ada
33

rasa

Tidak
berbau,tid
Menyesa Udara
Nitrog ak
N2 0,967 kkan normal, 80,0 -
en berwarna,t
nafas lapisan
idak ada
rasa
Tidak
Pernafa
Karbo berbau,tid
Menyesa san,lapi
n ak
CO2 1,529 kkan san,pe 0,5 18
dioksi berwarna,t
nafas mbakar
da erasa agak
an
asam
Peledak
an,moto
Tidak
r
Karbo berbau,tid 0,03
Racun,da bakar,p
n ak (12,74
CO 0,967 pat embaka 0,005
mono berwarna,t explosi
meledak, ran
ksida idak ada ve)
tidak
rasa
sempur
na
Bau telur
Hidro busuk,tida 0,1
Racun,da Lapisan
gen k (4,46
H2S 1,191 pat air 0,001
sulfid berwarna,t explosi
meledak tanah
e erasa agak ve)
asam
Tidak
Dapat
berbau,tid
meledak, Lapisan (5-15
Metha ak
CH4 0,555 menyesa batubar 1,0 explosi
na berwarna,t
kkan a ve)
idak ada
nafas
rasa
Peledak
an,moto
Bau
r
Nitrog manggang
bakar,p
en gu, warna
NO2 1,590 Racun embaka 0,0005 0,005
dioksi merah
ran
da coklat,tera
tidak
sa pahit
sempur
na
34

Bau Oksidas
Sulfur manggang i
dioksi SO2 1,191 gu,tidak racun sulfida, 0.0005 0,1
da berwarna,r motor
asa asam bakar
Tidak
berbau,tid
ak Radio
Radon Rn 7,665 Lapisan - -
berwarna,t aktif
idak ada
rasa
Sumber: hartman (1997:32)

8. Pengontrol Udara Penambangan Bawah Tanah

1) Pengendalian Kualitas Udara Tambang

Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang dari Nitrogen,

Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lainnya seperti tabel berikut:

Tabel 2.4
Komposisi Udara Segar
Unsur Volume % Berat %
Nitrogen (N2) 78,09 75,55
Oksigen (O2) 20,95 23,13
Karbondioksida(CO2) 0,03 0,05
Argon (AR),dll 0,93 1,27
Sumber:Hartman, (1997:12)

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar

normal terdiri dari nitrogen = 79% dan oksigen 21%. Disamping itu selalu

dianggap bahwa udara segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2)

sebesar 0,03 %.

Demikian pula perlu diingat bahwa udara dalam ventilasi tambang selalu

mengandung uap air dan tidak pernah ada udara yang benar-benar kering. Oleh

karena itu ada istilah kelembaban udara. Pada manusia yang bekerja keras, angka

bagi pernafasan ini (respiratori quotient) sama dengan satu, yang berarti bahwa
35

jumlah CO2 yang dihembuskan sama dengan jumlah O2 yang dihirup pada

pernafasannnya.

Tabel 2.5
Kebutuhan udara Pernafasan

Udara Udara Angka


terhirup/perna tertiup Oksigen bagi
Lajuperna fasan permenit terkonsu pernafasa
Kegiatank
No fasan per dalam3/(103m dalam msi cfm n
erja
menit m3 ) in3/menit (10-
(10- 5 3
m /detik)
4 3
m /detik)
1 Istirahat 12-18 23-43(377- 300-800 0,01 0,75
705) (0,82-2,18) (0,47)

2 Kerja 30 90-120(1476- 2800-3600 0,07 (3,3) 0,9


Moderat 1968) (7,64-9,83)

3 Kerja 40 150(2460) 6000 0,10 (4,7) 1,0


keras
Sumber:Hartman, (1997:34)

Rumus kebutuhan udara untuk pekerja dalam tambang:

Berdasarkan kandungan oksigen minimum ( ≥19,5%)

a.Q – b = c.Q

ket : a = % oksigen pada udara luar (21%)

b = Komsumsi oksigen (untuk kerja keras 4,7 . 10-5

c = % oksigen minimum dalam tambang (NAB 19,5%)

Q = Jumlah udara untuk satu orang pekerja, m3/dt

9. Temperatur

Pada tambang bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting dalam

hal pemenuhan kebutuhan udara pernafasan pekerja, pada tambang batubara

bawah tanah (underground mine) dapat diasumsikan terjadi berbagai macam


36

sumber panas yang dapat meningkatkan suhu udara di area tambang bawah tanah.

Diantaranya panas dari batuan, panas dari alat yang digunakan, dan panas

dari tubuh pekerja, ditambah dengan sistem ventilasi yang kurang baik.

Temperatur efektif harus disesuaikan dengan persyaratan yang telah ditetapkan

oleh KepMen No.555.K/26/M.PE/1995 (Pasal 370 Ayat 1) yaitu antara 18o-

24oCelcius maka front kerja tersebut harus dikondisikan agar sesuai dengan

persyaratan tersebut.

10. Kelembaban

Kelembaban udara merupakan kandungan uap air pada udara didalam

tambang, kelembaban sangat dipengaruhi oleh temperatur udara, semakin tinggi

temperatur udara maka kelembaban udara akan semakin tinggi. Bekerja pada

daerah yang panas dan lembab dapat menurunkan kemampuan tubuh dan

mengalami keletihan yang cepat, sedangkan bekerja pada lingkungan yang terlalu

dingin dapat menyebabkan hilangnya sistem motorik tubuh sehingga

menyebabkan kekakuan fisik tubuh. Kelembaban ini dapat mempengaruhi

efektivitas kerja bahkan menyebabkan kecelakaan kerja, maka kelembaban harus

disesuai dengan standart yang telah ditetapkan KepMent no.555.K/27/M.PE/1995

(Pasal 370 Ayat 1) dengan kelembapan relatif maksimum yang diizinkan 85%.

Udara segar yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan

mengalami beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan, pemanasan

atau pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban. Oleh karena itu maka

volume, tekanan, kandungan energi panas dan kandungan airnya juga akan
37

mengalami perubahan. Ilmu yang mempelajari proses perubahan sifat-sifat udara

seperti temperatur dan kelembaban disebut psikometri.

11. Sumber-sumber panas

Ventilasi digunakan untuk memenuhi persyaratan kenyamanan kerja di

tambang bawah tanah yang kelanjutanya dapat meningkatkan efisiensi dan

produksi. Panas dan kelambaban mempengaruhi manusia dalam beberapa hal

antara lain:

1) Menurunkan efisiensi

2) Mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan

3) Menyababkan sakit dan kematian.

Setelah temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan kehilangan

efisiensinya, dan bila temperaturnya naik lagi maka dia akan mengalami

gangguan fisiologi. Tubuh manusia memiliki keterbatasan dalam menerima panas

sebelum metabolismenya berhenti.

Efisiensi kerja seseorang bergantung langsung kepada temperatur ambient

dan akan berkurang /menurun bila temperaturnya berada diluar rentang 68-72oF

hubungan antara efisiensi kerja dengan temperatur efektif dapat dilihat pada

gambar berikut.

Dalam kondisi panas, tujuan ventilasi adalah mengeluarkan hawa panas

dan uap air dengan laju yang sesuai, sehingga temperatur dan kelembaban udara

yang dikondisikan memungkinkan pekerja juga melepaskan panas tubuhnya saat

bekerja. Kedua faktor tersebut (panas dan kelembaban) harus dikondisikan secara

bersamaan.
38

Tubuh manusia bereaksi terhadap panas dan selalu mencoba untuk

mempertahankan suhunya sekitar 37oC dengan mengeluarkan panas melalui cara

konveksi, radiasi dan evaporasi. Namun demikian tubuh manusia akan menerima

panas kembali begitu produksi metabolismenya naik, atau menyerap panas dari

lingkunganya, dan bisa juga kombinasi kedua faktor tersebut. Sistem syaraf

sentral akan selalu bereaksi untuk menjalankan mekanisme pendinginan secara

alamiah.

Akan tetapi, bila syaraf sentral tidak dapat bekerja karena satu sebab dan

lainya, maka hal ini akan dapat menyebabkan sakit dan kematian.

Bila seseorang istirahat di dalam ruangan dengan kondisi udara jenuh,

maka batas kemampuanya untuk beradaptasi hanya akan mencapai temperatur 90o

F (32o C). namun bila ruangan tersebut dialiri udara dengan kecepatan 200 fpm

maka batas temperaturnya dapat naik hingga 95oF (35oC). sedangkan temperatur

normal untuk seseorang dapat bekerja dengan nyaman adalah 26-27oC.

Perbedaan antara temperatur cembung kering dan cembung basah

menyatakan faktor kenyamanan didalam udara lembab. Agar seseorang dapat

bekerja dengan nyaman dilingkungan udara dengan kelembaban relatif 80%

diperlukan td-tw sebesar 5oF(2,8oC)

Kecepatan aliran udara merupakan faktor utama dalam mengatur

kenyamanan lingkungan kerja. Kecepatan aliran udara sebesar 150-500 fpm (0,8-

2,5 m/detik) dapat memperbaiki tingkat kenyamanan ruang kerja yang panas dan

lembab. Dalam menduga temperatur efektif dari suatu kondisi td-tw serta
39

kecepatan aliran udara tertentu dapat menggunakan grafik yang ditunjukkan pada

gambar berikut:

Sumber:
Hartman
(1997:613)
Gambar 2.2

GrafikTemperaturEfektif

12. Kelembaban Relatif Udara

Dalam kondisi panas, tujuan ventilasi adalah mengeluarkan hawa panas

dan uap air dengan laju yang sesuai, sehingga temperature dan kelembaban udara

yang dikondisikan memungkinkan pekerja juga melepaskan panas tubuhnya saat

bekerja. Kedua faktor tersebut (panas dan kelembaban) harus dikondisikan secara

bersamaan.

Untuk menentukan kelembaban relatif (RH) dapat dilihat menggunakan

table berikut :
40

13. Pengendalian Kualitas Udara Tambang

Kualitas udara adalah jumlah udara yang masuk kedalam tambang dengan

luas dan kecepatan tertentu yang diukur setiap satuan waktu. Pengendalian

kualitas udara tambang merupakan pengaturan terhadap jumlah alirannya agar

cukup untuk pernafasan dan mengurangi konsentrasi gas serta debu yang terbawa

dalam udara termasuk didalamnya adalah pengaturan arah aliran udara agar

memenuhi ketentuan-ketentuan kecepatan.kuantitas aliran udara ini dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan:

Q=VxA

Keterangan :

Q = Kuantitas aliran udara (cfm)

V = Kecepatan aliran udara (fpm)

A = Luas penampang aliran udara (ft2)

14. Pengenceran Gas Metan

Berdasarkan penelitian jumlah pancaran gas metan pada tambang batubara

bawah tanah 8 negara penghasil utama batubara, yaitu Amerika Serikat, Australia,

Inggris, Jerman, Polandia, RRC, Cekoslovakia dan bekas Uni Soviet,

merumuskan perhitungan jumlah pancaran gas metan dengan persamaan berikut:

Y = 4.1+0.023X….........................................................(2.1)
Sumber: Howard L Hatman, 1997
Keterangan:
Y = Jumalah pancaran gas metan (m3/t)
X = Kedalaman penambangan rata-rata (m)
41

Untuk menghitung kuantitas udara yang dibutuhkan untuk mengencerkan

gas metan dapat dihitung dengan persamaan 2.13 berikut:

1
Qg  Produksi x pancaran metan x ....................(2.2)
Jam kerja efektif
Sumber: Howard L Hatman, 1997
Dimana:

Q = kuantitas udara untuk mengencerkan (m3/s)

Qg = Emisi gas metan (m3/s)

NAB = Nilai ambang batas gas tambang

Untuk menghitung emisi gas metan dapat digunakan persamaan berikut:

Qg
Q  Qg .............................................................................(2.3)
NAB  B
Sumber: Howard L Hatman, 1997

2.1.5 Penampang Tunnel Dan Penampang Duct

Luas jalur udara dihitung dari pengurangan luas terowongan dengan luas

penghalang yang ada seperti pipa udara, bentuk penampang terowongan

umumnya berbentuk three pieces set, five pieces set, arches, Pengukuran luas

penampang jalur udara ini meliputi pengukuran terowongan untuk memperoleh

hasil geometri terowongan dan pengukuran luas pipa, pengukuran yang dilakukan

yaitu:

1. Pengukuran terowongan berbentuk three pieces set

Penampang ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian atas (cap) dan

bagian samping atau tiang (side post) dengan rumus seperti berikut:
42

Gambar 2.3 Penampang Three Pieces Set

Jumlah sisi sejajar (a  b)


A x tinggi ...........................(2.4)
2

Keterangan:

A = Luas penampang (m2)

a = Panjang sisi bawah penampang (m)

b = Panjang sisi atas penampang (m)

t = Tinggi penampang (m)

2. Pengukuran luas penampang saluran udara (duct)

Pengukuran luas penampang pipa udara yang mempunyai bentuk

lingkaran dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Gambar 2.4 Penampang Saluran Udara (duct)

1
Luas penampang lingkaran A  D 2 ................................................... (2.5)
4
Keterangan:

A = Luas Penampang (m2)

π = Bilangan konstan 3,14


43

D = Diameter penampang (m)

2.1.6 Ventsim

Dalam penambangan bawah tanah, salah satu aspek penting yaitu sistem

ventilasi, ventilasi merupakan pengaliran udara ke area penambangan untuk

memenuhi kebutuhan udara pekerja maupun alat baik secara kualitas maupun

kuantitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Keputusan Menteri no 555

tahun 1995.

Sistem ventilasi tambang bawah tanah diperlukan bantuan perangkat lunak

salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan salah satunya ventsim, perangkat

lunak ini dapat mensimulasikan sistem ventilasi. Ventsim memiliki fungsi-fungsi

diantaranya:

1. Menyediakan informasi aliran udara dalam tambang.

2. Memodelkan jaringan ventilasi dalam bentuk 3 dimensi.

3. Melakukan simulasi untuk perencanaan baru.

4. Memberikan bentuk duct yang diinginkan.

5. Membantu dalam analisis finansial untuk pilihan-pilihan ventilasi.

6. Mensimulasikan bentuk alur dan konsentrasi asap, debu, gas dalam tambang.

Dalam pemodelan sistem ventilasi dengan menggunakan simulasi

perangkat lunak ventsim dibutuhkan data-data sebagai berikut.

1. Panjang jalur udara, luas jalur udara, dan bentuk jalur udara.

2. Jumlah kebutuhan udara segar.

3. Debit aliran udara.

4. Keliling duct, Panjang duct, diameter duct.


44

5. Kemiringan terowongan.

6. Resistensi setiap terowongan.

7. Shock loss.

8. Friction factor.

2.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yang terdiri atas:

2.2.1 Input

Data Primer:

1. Pengukuran konsentrasi gas methan (CH4)

2. Pengukuran konsentrasi gas karbon monoksida (CO).

3. Pengukuran konsentrasi gas karbon dioksida (CO2).

4. Pengukuran temperatur effektif

5. Pengukuran kelembapan udara (relative humidity)

6. Perhitungan luas penampang terowongan

7. Kecepatanan angin atau udara ventilasi pada jalur utama ventilasi front

penambangan menggunakan alat anemometer.

Data Sekunder:

1. Peta Lay out tambang bawah tanah

2.2.2 Proses

Proses merupakan teknis pemecahan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perhitungan konsentrasi gas methan, gas karbon monoksida,

gas karbondioksida, pengukuran temperatur, kelembapa udara, Kebutuhan udara


45

mengencerkan gas methan, menghitung kebutuhan udara pada front kerja,

menganalisis temperatur efektif dan kelembaban relatif.

2.2.3 Output

Dari hasil proses pengolahan data maka selanjutnya akan didapat hasil

analisis data berupa kesimpulan dan saran.

Input Proses Output

a. Data Primer 1. Mengetahui aliran


1. Pengukuran konsentrasi gas 1. Aliran udara yang ada dilubang udara yang ada
dilubang tambang
methan tambang bawah tanah
bawah tanah
2. Pengukuran konsentrasi gas 2. Kuantitas dan kualitas udara 2. Menyediakan
karbon monoksida serta menganalisis kelembapan informasi aliran
3. Pengukuran konsentrasi gas dan temperatur pada lubang udara dan kualitas,
karbon dioksida tambang. kuantitas dalam
4. Pengukuran Temperatur 3. Memodelkan jaringan ventilasi tambang
5. Pengukuran kelembapan berdasarkan
kepment No 555k
udara (relative humidity) tahun1995
6. Pengukuran luas penampang 3. Memodelkan
terowongan jaringan ventilasi
7. Pengukuran kecepatan angin dengan perangkat
ventilasi lunak ventsim 5.2
b. Data Sekunder
1. Peta Lay out tambang bawah
tanah

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual


46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian terapan (applied

research). Penelitian terapan adalah menerapkan, menguji, mengevaluasi

kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah - masalah

praktis.

Penelitian terapan ini digolongkan menurut tujuan, penelitian yang

bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan.

Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk

penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan

memvalidasi suatu produk.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Nusa Alam Lestari, Kecamatan Talawi, Kota

Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Untuk mencapai lokasi kegiatan penelitian

dapat ditempuh dari kota Padang dan perjalanan dapat dilakukan melalui jalan

darat menggunakan kendaraan roda empat dengan jarak ± 117 km yang dapat

ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam perjalanan seperti gambar 3.1 berikut:

Secara geografis wilayah penambangan PT. Nusa Alam Lestari terletak

pada koordinat 100°45’48” BT – 100°46’48” BT dan 00°36’45” LS - 00°37’12”

LS. Koordinat geografis batas wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi

produksi batubara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:.


47

Tabel 3.1
Koordinat Batas Wilayah Izin Usaha Penambangan (IUP)
No. Titik Bujur Timur Lintang Selatan
Koordinat (°) (') (") (°) (') (")
1 100 45 48,19 0 36 54,35
2 100 45 54,50 0 36 54,35
3 100 45 54,50 0 36 51,80
4 100 45 59,70 0 36 51,80
5 100 45 59,70 0 36 53,65
6 100 46 9,00 0 36 53,65
7 100 46 9,00 0 36 49,78
8 100 46 22,40 0 36 49,78
9 100 46 22,40 0 36 45,84
10 100 46 48,00 0 36 45,84
11 100 46 48,00 0 37 8,21
12 100 46 30,20 0 37 8,21
13 100 46 30,20 0 37 12,00
14 100 44 58,67 0 37 12,00
15 100 44 58,67 0 37 5,50
16 100 44 14,45 0 37 5,50
17 100 44 14,45 0 36 59,00
18 100 45 48,19 0 36 59,00
Sumber : PT. Nusa Alam Lestari
3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan september 2018 sampai selesai 2018.

3.3 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi variabel penelitian ada dua yaitu variabel

bebas dan variabel terikat seperti keterangan dibawah ini:

1. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu kuantitas dan kualitas serta temperatur udara yang ada pada

lubang tambang C1 tambang batubra bawah.


48

2. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis perancangan

sistem ventilasi lubang tambang software ventsim 5.2 untuk mengetahui

jumlah aliran udara yang masuk pada lubang tambang.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data

1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan adalah:

8. Konsentrasi gas methan (CH4).

9. Konsentrasi gas karbon monoksida (CO).

10.Konsentrasi gas karbon dioksida (CO2).

11.Temperatur effektif.

12.Kelembapan udara (relative humidity).

13.Luas penampang terowongan.

14.Kecepatan angin ventilasi

2. Data sekunder:

Data sekunder yang dibutuhkan adalah:

2. Peta Lay out tambang bawah tanah

3.5 Sumber Data

Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan langsung

dilapangan, buku-buku, literatur dan dokumentasi dari PT. Nusa Alam Lestari.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


49

Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:

3.6.1 Studi Lapangan

Yaitu cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan melakukan

pengamatan langsung di lapangan atau tempat penelitian.

1. Melakukan pengukuran menggunakan alat multigas detector untuk pengukuran

gas methan, gas karbonmoksida, karbon dioksida, yang dilakukan pada 3 titik

yaitu pada : lubang bukaan(main entry), dipercabangan lubang, dan pada front

kerja. Dan pengukuran dilakukan pada waktu pagi dan sore sebelum pekerja

masuk kedalam lubang tambang dan sesudah pekerja melakukan

penambangan.

2. Pengukuran temperatur dan kelembapan udara menggunakan alat sling

psychrometer dan pengukuran kecepatan angin menggunakan alat anemometer

digital yang dilakukan pagi dan sore.

3. Mengetahui spesifikasi alat yang ada pada lubang tambang seperti kapasitas

blower, luas duct dan alat yang digunakan untuk menambang batubara.

3.6.2 Studi Pustaka

Yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku

literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan data-data serta

arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pemecahan

masalah.

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


50

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan

proses untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan

yang sudah ditetapkan. Pada pengolahan data ini ada beberapa hal yang akan

dibahas yaitu:

1. Menghitung kuantitas aliran udara (Quantity Flowrate) dan menganalisis

kualitas udara pada tambang.

Dalam penelitian ini menghitung banyaknya aliran udara (Q) yang ada

pada lokasi tambang bawah tanah dengan memperoleh data kecepatan angin dan

luas penampang terowongan maupun saluran udara yang dapat menggunakan

persamaan rumus dan untuk luas penampang terowongan. Dan dengan mengukur

konsentrasi gas yang ada dalam tambang seperti karbonmonoksida (CO),

hidrogensulfida (H2S), metana (CH4), oksigen (O2) yang mengacu pada table

pengukuran, temperatur udara dan kelembaban didalam tambang bawah tanah

menggunakan sensor dangas detector, maka dapat diketahui kualitas udara

tambang dalam kondisi baik atau tidak.

2. Perhitungan gas methan Y= 4,1 + 0,023 X

Dimana : Y = Jumlah pancaran gas methan (m3/ ton batubara)

X= Kedalaman penambangan rata-rata

3. Merencanakan jaringan ventilasi baru menggunakan perangkat lunak

Ventsim.

3.7.2 Analisa Data


51

Setelah semua data yang ada diolah selanjutnya dilakukan anailisis data

yang sudah diolah. Dari perhitungan kuantitas dan kualitas serta kebutuhan udara

dan perhitungan gas-gas dalam tambang apakah mencukupi untuk dilakukan

kegiatan operasional penambangan dan memberikan solusi untuk tidak terjadinya

swabakar penyelesaiannya pada jalur udara tersebut. Selanjutnya membuat model

system jaringan ventilasi yang baik pada lubang menggunakan perangkat lunak.

3.8 Kerangka Metodologi

Kerangka metodologi yang digunakan adalah seperti diperlihatkan pada

gambar diagram alir dibawah ini.

Analisis Perancangan Ventilasi Untuk Mencegah Terjadinya


Swabakar Pada Lubang Tambang C1 PT. Nusa Alam Lestari

IdentifikasiMasalah
1. Belum adanya rancangan sistem ventilasi pada lubang C1.
2. PT. NAL hanya menggunakan satu blower utama untuk dialirkan
keseluruh panel.
3. Kuantitas dan kualitas udara tidak sesuai dengan ketetapan Keputusan
Mentri Pertambangan Energi dan Mineral No 555.K/26/M.PE tahun
1995.
4. Ventilasi udara yang kurang diperhatikan.

TujuanPenelitian
1. Menganalisis kuantitas dan kualitas udara pada tambang bawah tanah
2. Menganalisis kelembapan udara dan temperatur effektif pada lubang tambang
batubara bawah tanah
3. Merancang sistem ventilasi yang baik untuk mencegah terjadinya
swabakar pada lubang tambang.

Pengambilan Data
4.
A

Primer Sekunder
1. Gas metan dan karbon monoksida. 2. Peta Lay out tambang bawah tanah
2. Gas karbondioksida.
3. Temperatur effektif.
4. Kelembapan udara 6.
5. Luas penampang terowongan.
6. Kecepatan angin.
52

Pengolahan Data
1. Menghitung kualitas dan kuantitas udara.
2. Menghitung temperatur effektif pada lubang tambang
3. Merancang jaringan ventilasi menggunakan perangkat lunak.

Analisi Data

Analisis kuantitas dan kualitas, kebutuhan, temperatur effektif dan


memodelkan jaringan ventilasi pada lubang tambang bawah tanah
Nusa Alam Lestari

Hasil
Rancangan sistem ventilasi pada lubang tambang bawah tanah C1 PT.
Nusa Alam Lestari

Gambar 3.3 Kerangka Metodologi


53

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Dalam melakukan perhitungan terhadap penanganan sistem ventilasi,

maka diperlukan pengumpulan data penelitian berupa data primer dan data

sekunder yang didapatkan dari pengukuran secara langsung dilapangan dan arsip

perusahaan.Pengukuran dilakukan pada lubang C1 tambang bawah tanah PT Nusa

Alam Lestari.

Data yang diperlukan dalam perhitungan penelitian ini adalah data

pengukuran gas-gas pada lubang, luas penampang terowongan, kecepatan aliran

udara jumlah pekerja dan jumlah alat yang digunakan, temperatur, serta

kelembapan dalam lubang.

1. Kondisi Lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari

Lubang kerja yang aktif yaitu front kerja panel 5, panel 6, panel 7 dan

panel 1, panel 2, panel 4, tidak aktif karena penambangan sudah mendekati danau.

Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1
Lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari
No Lokasi Aktif Tidak
Aktif
1 Lubang Ya Tidak
Masuk
2 Panel 1 Tidak Ya
3 Panel 2 Tidak Ya
4 Panel 3 Tidak Ya
5 Panel 4 Tidak Ya
6 Panel 5 Ya Tidak
7 Panel 6 Ya Tidak

53
54

8 Panel 7 Ya Tidak
2. Kualitas Kandungan Gas

Pengukuran kandungan gas-gas dalam tambang bawah tanah

menggunakan gas detector. Data yang didapat dari gas detector adalah CH4 dalam

satuan %, CO dalam satuan, H2S dalam satuan PPM (Part Pert Million) dan O2

dalam % Volume. Hasil pengukuran kandungan gas, temperatur serta kelembaban

dapat dilihat pada tabel berikut:

1) Lubang masuk

Selama pengukuran dilakukan di lubang masuk terowongan pada jam


08.00 sebelum pekerja melakukan penambangan dan jam 16.00 sebelum pekerja
keluar dari lubang tambang dan pengukuran dilakukan selama 10 hari. Dari
pengukuran pada lubang masuk kandungan gas dalam keadaan baik, kandungan
oksigen berkisar 20.7% sampai 20.9%, kelembaban berkisar antara 67% sampai
75% tidak melewati ambang batas yang ditetapkan yaitu <85% dan nilai
temperatur berkisar 24oC sampai 33oC, tidak sesuai dengan nilai ambang batas
pengukuran kualitas kandungan gas yang dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Pengukuran Kualitas Kandungan Gas di Lubang Masuk

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00


CH
CH4 CO O2 H2S R Te 4 CO O2 H2S R Te
o o
% % % % % C % % % % % C
< <8 18-24 <0.2 <19. <0.00 18-24
o o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 0.001 5 C 5 <0.04 5 1 <85 C
17 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 63 30
18 Sep 0 0 20.8 0 70 24 0 0 20.8 0 72 30
19 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 60 33
20 Sep 0 0 20.7 0 68 24 0 0 20.8 0 68 29
21 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 59 30
22 Sep 0 0 20.8 0 67 25 0 0 20.8 0 65 29
24 Sep 0 0 20.7 0 75 26 0 0 20.8 0 65 29
25 Sep 0 0 20.7 0 75 24 0 0 20.8 0 66 29
26 Sep 0 0 20.8 0 67 25 0 0 20.8 0 59 28
27 Sep 0 0 20.8 0 67 24 0 0 20.8 0 68 29
2) Front Panel 3
55

Kandungan gas pada front kerja panel 3 dalam keadaan baik, tetapi nilai

temperatur sangat tinggi melewati ambang batas yang telah ditetapkan, dan

pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3

Pengukuran Kualitas Kandungan Gas Pada Front Kerja panel 3

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00


CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te
o o
% % % % % C % % % % % C
<0.2 <19. <0.00 18-24 < 18-24
o o
NAB 5 <0.04 5 1 <85 C 0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C
17 Sep 0 0 20.7 0 70 25 0 0 20.7 0 72 29
18 Sep 0 0 20.7 0 70 27 0 0 20.7 0 72 29
19 Sep 0 0 20.7 0 70 27 0 0 20.7 0 68 28
20 Sep 0 0 20.7 0 68 25 0 0 20.7 0 65 28
21 Sep 0 0 20.6 0 68 26 0 0 20.6 0 68 29
22 Sep 0 0 20.8 0 72 27 0 0 20.8 0 68 33
24 Sep 0 0 20.8 0 72 27 0 0 20.8 0 72 33
25 Sep 0 0 20.8 0 70 26 0 0 20.8 0 72 29
26 Sep 0 0 20.6 0 70 26 0 0 20.7 0 70 29
27 Sep 0 0 20.6 0 70 25 0 0 20.7 0 70 29

3) Front Kerja Panel 5


Dari hasil pengukuran kualitas udara pada front kerja panel 5, didapatkan
kandungan gas dalam keadaan baik, kelembaban tidak melewati ambang batas
yang ditetapkan yaitu <85% dan nilai temperatur 27oC sampai 33oC melewati
ambang batas yang telah ditetapkan. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
56

Tabel 4.4
Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 5
Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00
CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te
o o
% % % % % C % % % % % C
18-24 < < 18-24
o o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C 0.25 <0.04 <19.5 0.001 <85 C
17 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 73 30
18 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 72 31
19 Sep 0 0 20.8 0 79 30 0 0 20.8 0 72 30
73.
20 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 5 30
21 Sep 0 0 20.8 0 69 29 0 0 20.8 0 72 30
22 Sep 0 0 20.8 0 75 29 0 0 20.8 0 72 30
24 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 70 30
25 Sep 0 0 20.8 0 74 28 0 0 20.8 0 73 30
26 Sep 0 0 20.8 0 74 29 0 0 20.8 0 70 30
27 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 73 30

4) Front Kerja Panel 6

Dari hasil pengukuran kualitas udara pada front kerja panel 6, didapatkan
kandungan gas dalam keadaan baik, kelembaban tidak melewati ambang batas
yang ditetapkan yaitu <85% dan nilai temperatur 27oC sampai 33oC melewati
ambang batas yang telah ditetapkan. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5
Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 6
Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00
CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te
o o
% % % % % C % % % % % C
NAB <0.25 <0.04 < < <85 18-24 <0.25 < <19.5 <0.00 <85 18-24
1
o o
19.5 0.001 C 0.04 C
17 Sep 0 0 20.6 0 73 29 0 0 20.8 0 70 30
18 Sep 0 0 20.6 0 73 29 0 0 20.8 0 74 32
19 Sep 0 0 20.6 0 80 30 0 0 20.8 0 70 32
20 Sep 0 0 20.6 0 75 29 0 0 20.8 0 70 32
21 Sep 0 0 20.7 0 70 29 0 0 20.8 0 70 30
22 Sep 0 0 20.7 0 73 27 0 0 20.8 0 72 29
24 Sep 0 0 20.6 0 70 28 0 0 20.8 0 70 29
25 Sep 0 0 20.6 0 70 28 0 0 20.8 0 70 30
26 Sep 0 0 20.6 0 80 28 0 0 20.8 0 70 29
27 Sep 0 0 20.6 0 70 28 0 0 20.8 0 73 30
57

5) Front Kerja Panel 7

Dari hasil pengukuran kualitas udara pada front kerja panel 7, didapatkan
kandungan gas dalam keadaan baik, kelembaban tidak melewati ambang batas
yang ditetapkan yaitu <85% dan nilai temperatur 27oC sampai 33oC melewati
ambang batas yang telah ditetapkan. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00


CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te
o o
MAJU % % % % % C % % % % % C
18-24 <0.2 <8 18-24
o o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C 5 <0.04 <19.5 <0.001 5 C
17 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 72 30
18 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 72 30
19 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 74 32
20 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 73 32
21 Sep 0 0 20.8 0 68 29 0 0 20.8 0 72 31
22 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 72 31
24 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 70 30
25 Sep 0 0 20.8 0 72 28 0 0 20.8 0 70 29
26 Sep 0 0 20.8 0 72 29 0 0 20.8 0 73 30
27 Sep 0 0 20.8 0 68 29 0 0 20.8 0 73 30
Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 7

6) Front maju

Dari hasil pengukuran kualitas udara pada front kerja maju, didapatkan

kandungan gas dalam keadaan baik, kelembaban tidak melewati ambang batas

yang ditetapkan yaitu <85% dan nilai temperatur 27oC sampai 33oC melewati

ambang batas yang telah ditetapkan. Dari data hasil evaluasi kualitas udara

memiliki temperatur yang cukup tinggi melebihi nilai ambang batas yang

diizinkan oleh Kepmen 555.K/26//M.PE/1995 yaitu 18o-24oC.


58

Tabel 4.7

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00


CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te
o o
% % % % % C % % % % % C
18-24 < 18-24 o
o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C 0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C
17 Sep 0 0 20.8 0 69 25 0 0 20.8 0 70 33
18 Sep 0 0 20.8 0 70 24 0 0 20.8 0 72 30
19 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 66 33
20 Sep 0 0 20.7 0 70 27 0 0 20.8 0 68 29
21 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 60 30
22 Sep 0 0 20.8 0 67 25 0 0 20.8 0 65 29
24 Sep 0 0 20.8 0 75 26 0 0 20.8 0 65 29
25 Sep 0 0 20.8 0 75 24 0 0 20.8 0 66 29
26 Sep 0 0 20.8 0 70 25 0 0 20.8 0 59 28
27 Sep 0 0 20.8 0 68 26 0 0 20.8 0 70 29
Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Maju

3. Pengukuran Luas Penampang

Pengukuran luas penampang pada tambang bawah tanah ini meggunakan

alat meteran.

Tabel 4.8
Pengukuran Luas Penampang Lubang C1

No Lokasi Bentuk Penampang Tinggi Lebar


1 Lubang Three piece set 1,5 A=1,6
Masuk
B= 1,4
2 Panel 1 Three piece set - -
3 Panel 2 Three piece set - -
4 Panel 3 Three piece set 2,05 A = 2,7

B = 1,9
5 Panel 4 Three piece set 2,05 A = 3,14

B = 2,4
6 Panel 5 Three piece set 2 A = 2,3
59

B = 1,8
7 Panel 6 Three piece set 2 A = 2,4

B = 2,05
8 Panel 7 Three piece set 2 A = 2,4

B = 2,05
9 Fk Maju Three piece set 1,55 A = 1,6

B = 1,4
4. Pungukuran Kecepatan Aliran Udara

Pengukuran kecepatan aliran udara dalam tambang bawah tanah

menggunakan anemometer.

Tabel 4.9
Pungukuran Kecepatan Aliran Udara Pada Front Kerja C1 PT. Nusa Alam
Lestari

Kecepatan
No Lokasi Udara M/S
Front
1 Maju 6,2
2 Panel 1 -
3 Panel 2 -
4 Panel 3 -
5 Panel 4 -
6 Panel 5 5,2
7 Panel 6 -
8 Panel 7 4,4
9 Panel 8 -

5. Jumlah Pekerja dan Alat yang digunakan

Lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari terdipat beberapa front kerja yang aktif

dan tidak aktif. Yaitu seperti lubang maju, front kerja panel 5, front kerja panel 6,

front kerja panel 7, front kerja panel 8, akan tetapi panel 6, panel 8, belum

dilakukan penambangan karena belum ada pekerja untuk dilakukannya

penambangan dan front kerja panel 1, front kerja panel 2, front kerja panel 3, front
60

kerja panel 4 sudah tidak dilakukan penambangan lagi. Maka dapat dihitung

jumlah pekerja dan alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10
Jumlah Pekerja dan Alat yang digunakan
No. Lokasi Jumlah Alat Jumlah
Pekerja Alat
1. front Maju 5 Orang Jack Hammer 3

2. Panel 1 - - -
3. Panel 2 - - -
4. Panel 3 - - -
5. Panel 4 - - -
5.
6. Panel 5 2 orang Jack Hammer 2
6.
7. Panel 6 - - -
8. Panel 7 2 orang Jack Hammer 2
9. Panel 8 - - -

6. Temperatur Efektif PT. Nusa Alam Lestari

Pengukuran temperatur effektif dalam tambang bawah tanah menggunakan

sling pysicometer, maka didapatkan data seperti tabel berikut:

Tabel 4.11
Temperatur Efektif Pada Tambang Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari

No Front Dry bulk Wet bulk Relative


kerja (kering) (basah) humidity
1 front 30,4°F 28,5°C 89,9 %
maju
2 panel 1 30,4°C 30,4°C -
3 panel 2 30,3°C 30,3°C -
4 panel 3 30,1°C 30,1°C -
61

5 panel 4 29,9°C 29,9°C -


6 panel 5 30,6°C 31°C 90,9 %
7 panel 6 30,4°C 29,7°C -
8 panel 7 30,1°C 29,8°C 99,9 %
9 panel 8 29°C 28,2°C -

4.2 Pengolahan Data

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kuantitas dan kualitas udara

pada lubang C1 tambang bawah tanah yang meliputi kecepatan angin dan luas

penampang, temperature effektif, serta jumlah pekerja dan alat yang digunakan.

1. Pengukuran Kuantitas Udara Dalam Tambang Bawah Tanah PT. Nusa

Alam Lestari

Dari hasil pengukuran kondisi udara pada tambang bawah tanah PT. Nusa

Alam Lestari, maka didapat kuantitas udara pada lokasi tambang seperti berikut:

Pengukuran luas penampang pipa duct = 16 inchi = 0,406 m

Tabel 4.12
Kuantitas Udara Tambang Bawah Tanah PT. Nusa Alam Lestari
No Lokasi kecepatan luas penampang Kuantitas
(m/s) (m3/s)
(m2)
1 Front maju 6.2 0,129 0.7998
2 Panel 1 - - -
3 Panel 2 - - -
4 Panel 3 - - -
5 Panel 4 - - -
6 Panel 5 5.2 0.129 0.6708
7 Panel 6 - - -
8 Panel 7 4.4 0.129 0.5676
9 Panel 8 - - -
62

Pengukuran dilakukan pada front kerja menggunakan anemometer. Untuk

mengetahui kecepatan aliran udara, pencarian luas penampang dapat dilihat pada

lampiran H.

2. Kebutuhan Udara di front kerja

1. Berdasarkan Jumlah Pekerja

Menurut Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi

NO.555K/26/M.PE/1995, setiap orang harus mendapatkan udara segar (oksigen)

sebanyak≥ 19,5% dan untuk alat yang digunakan 3 m3/menit setiap tenaga kuda

(HP).

Tabel 4.13
Kebutuhan Udara Segar bagi Para Pekerja
No. Lokasi JumlahPekerja Q(m3/s) Total
1. front Maju 5 orang 0,033 0,165
2. C Panel 1 - - -
3. Panel 2 - - -
4. Panel 3 - - -
5. Panel 4 - - -
6. Panel 5 3orang 0,033 0,099
7. Panel 6 - - -
8. Panel 7 3orang 0,033 0,099
9. Panel 8 - - -
Pencarian kebutuhan udara untuk pekerja dapat dilihat pada lampiran K.

2. Berdasarkan kebutuhan alat


63

Tambang bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari menggunakan 1 alat

mekanis dalam melakukan penambangan batubara yaitu Jack Hammer dengan

daya 2000 watt.

Tabel 4.14
Kebutuhan Udara untuk Alat
No. Lokasi Jumlah Alat Q(m3/s) Total

1. front Maju 3 0,194 0,582


2. C Panel 1 - - -
3. Panel 2 - - -
4. Panel 3 - - -
5. Panel 4 - - -
6. Panel 5 2 0,194 0,388
7. Panel 6 - - -
8. Panel 7 2 0,194 0,388
9. Panel 8 - - -
*1 watt adalah 0.00134 hp

Pencarian kebutuhan udara untuk alat dapat dilihat pada lampiran L.

3. Berdasarkan Kebutuhan dalam Pengenceran Gas Metan

Kedalaman penambangan lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari adalah 134

m. Produksi rata-rata lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari adalah 15 ton dengan

jumlah pekerja 7 orang dan jam kerja efektif 7 jam.Perhitungan kebutuhan udara

untuk pengenceran gas metan dilakukan pada front kerja penambangan yang

melakukan produksi seperti pada tabel dibawah ini:


64

Tabel 4.15
Perhitungan Kebutuhan Dalam Pengenceran Gas Metan

Front Kuantitas udara untuk mengencerkan


No kerja gas metan (m3/s)
1 front maju 0,297
2 panel 1 -
3 panel 2 -
4 panel 3 -
5 panel 4 -
6 panel 5 0,148
7 panel 6 -
8 panel 7 0,168
9 panel 8 -

Perhitungan pengenceran gas metan dapat dilihat pada lampiran M.

Berdasarkan pengukuran kuantitas udara dan kebutuhan udara segar bagi para

pekerja dan pengenceran gas metan, maka dapat diketahui nilai dari kuantitas

udara dalam tambang bawah tanah seperti tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.16
Nilai Kuantitas Udara Lubang C1
N Deskripsi Front maju Panel 5 Panel 7
o m3/s m3/s m3/s
1 Kuantitas udara di 0,7998 0,6708 0,5676
terowongan
2 a) Pengeceran gas methan 0,297 0,148 0,168
b) Pekerjaan 0,0155 0,0095 0,0095
c) Alat 0,582 0,388 0,388
Sisa - 0,0947 0,1253 0,0021

Dapat dilihat dari sisa kuantitas udara yang ada, kuantitas udara pada front

maju terjadi kekurangan udara sebesar -0,0947. Berdasarkan Kepmen

no.555K/26/M.PE/1995, jika masih dilakukan kemajuan penambangan akan

berbahaya. Jika tidak dilakukan penutupan lubang sementara.


65

4. Kualitas Udara Dan Gas Pada Tambang PT. Nusa Alam Lestari

berdasarkan KepMen No. 555k/26/M.PE/1995.

Pengukuran kualitas udara dilakukan pada setiap front penambangan yang

ada pada lubang C1 tambang bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari seperti front

maju, front kerja panel 1, front kerja panel 2, front kerja panel 3,front kerja panel

4, front kerja panel 5, front kerja panel 6, front kerja panel 7, front kerja panel 8.

Alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas udara adalah gas detector,

anemometer,dan meteran.

Maka dapat disimpulkan gas-gas yang ada tidak melewati ambang batas

yang ditetapkan dan berdasarkan pengukuran kandungan gas pada tiap-tiap front

penambangan tersebut, diketahui kualitas gas pada lubang C1 Tambang Bawah

Tanah PT. Nusa Alam Lestari dalam keadaan baik.

5. Perhitungan Temperatur Efektif PT. Nusa Alam Lestari

Dari hasil perhitungan temperatur efektif kondisi pada tambang bawah

tanah PT. Nusa Alam Lestari, maka didapat pada tabel berikut:

Tabel 4.17
Temperatur Efektif Kondisi Pada Tambang Bawah Tanah PT. Nusa Alam
Lestari

No Front Dry bulk Wet bulk Velocity Temperatur Relative


kerja (kering) (basah) efektif humidity
ft/ menit
1 front 30,4°C 28,5°C 0,3 FT/m 29°C 89,9 %
maju
2 panel 1 30,4°C 30,4°C - - -
3 panel 2 30,3°C 30,3°C - - -
4 panel 3 30,1°C 30,1°C - - -
5 panel 4 29,9°C 29,9°C - - -
6 panel 5 30,6°C 31°C 0,28 FT/m 30,6°C 90,9 %
7 panel 6 30,4°C 29,7°C - - -
66

8 panel 7 30,1°C 29,8°C 0,24 FT/m 29,7°C 99,9 %


9 panel 8 29°C 28,2°C - - -

Berdasarkan perhitungan nilai temperatur efektif menggunakan kurva

temperatur, maka dapat diketahui temperatur udara sangat tinggi yaitu 29-31oC

melewati ambang batas yaitu 18-24oC dan dapat dilihat pada lampiran E.

6. Merancang Model Sistem Ventilasi

A. Perancangan Sistem Ventilasi dan Simulasi Pada Perangkat Lunak

Ventsim

Sistem ventilasi yang digunakan pada tambang bawah tanah PT. Nusa

Alam Lestari adalah sistem hembus (forcing). Aliran udara utama bersumber dari

main fan yang berada pada lubang masuk dipermukaan, sedangkan untuk ventilasi

local juga menggunakan sistem hembus, dimana menggunakan duct untuk

mengalirkan udara pada front kerja, udara yang diambil oleh blower local ini

diambil dari udara pada front maju yang bersumber dari main fan.

Adapun data-data yang digunakan untuk pemodelan sistem ventilasi

menggunakan Software Ventsim seperti luas penampang, keliling penampang,

yang dipengaruhi oleh kondisi jalur udara, jumlah aliran udara, dan kapasitas

blower.

Penggunaan sistem ventilasi akan diuraikan lebih lanjut sebagai hasil

simulasi yang terbagi dalam 2 stage, antara lain:


67

a. Stage 1

Pada stage 1 ini dilakukan pemodelan sistem ventilasi aktual, dimana data

pemodelan diperoleh dari pengukuran langsung dilapangan. Stage 1 ini terdiri dari

front kerja yaitu front panel 3, panel 4, panel 5, panel 6,panel 7 panel 8, dan front

maju. Berikut peta layout keadaan aktual sistem ventilasi tambang bawah tanah

lubang C1.

Gambar 4.1 Layout Sistem ventilasi aktual lubang C1

Berdasarkan simulasi aktual data udara dengan debit 0,1 m3/s, Udara yang

melaju ke front maju sangat rendah, maka untuk melakukan kemajuan

penambangan harus dilakukan penggantian blower. Hasil simulasi aktual dapat

dilihat pada gambar 4.2 berikut:


68

Gambar 4.2 Simulasi Aktual Lubang C1

Dari hasil simulasi data seperti kuantitas udara, dan dimensi dari saluran

udara, maka didapatkan perbandingan kerugian nilai tekanan aliran udara dengan

kuantitas aliran udara, dimana front maju, aliran udaranya terjadi kerugian

tekanan udara. Untuk mendukung kemajuan penambang pada lubang C1

dilakukan atau melakukan penutupan lubang sementara pada front kerja yang

belum ditambang seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.3 Simulasi Setelah Dilakukan Penutupan Lubang

Dari hasil simulasi diatas maka kuantitas udara pada lubang C1 dapat

memenuhi sesuai dengan Kepmen 555.K/26//M.PE/1995.


69

BAB V

ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Perencanaan Sistem Ventilasi

Perhitungan sistem perencanaan kemajuan tambang yang dilakukan PT.

Nusa Alam Lestari didasari oleh target produksi perhari yang telah ditetapkan

yaitu 15 ton perhari serta kapasitas alat yang digunakan oleh PT. Nusa Alam

Lestari, yaitu lori dengan kapasitas 1 ton. Dengan pertimbangan tambang bawah

tanah yang memiliki kondisi luas terbatas yang sangat berbeda dengan tambang

terbuka, maka hanya digunakan satu alat angkut dalam pengangkutan batubara

pada tiap-tiap front kerja untuk menghindari terjadinya selisih alat angkut dalam

satu jalur. Kajian mengenai sistim perencanaan ventilasi tambang pada penelitian

ini tidak terlepas dari perhitungan tentang besarnya debit aliran udara yang

mengalir dan kebutuhan udara segar pada tiap-tiap front kerja serta kemajuan

tambang 2-4 meter perharinya, dan perhitungan mengenai kapasitas blower yang

digunakan agar udara yang masuk ke front kerja dapat terpenuhi.

5.2 Analisis Kebutuhan Udara Segar

Aliran udara segar yang cukup ditempat kerja didalam tambang akan

menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan aman, sehingga dapat meningkatkan

produktivitas kerja dan menurunkan tingkat terjadinya kecelakaan pada lubang

tambang. Udara didalam tambang harus memenuhi udara minimum disetiap jalur

tempat kerja sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No

555.K/26/M.PE/1995 dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peralatan

yang digunakan dalam operasi penambangan seperti Jack hammer, jumlah tenaga
70

kerja yang bekerja didalam tambang dan pancaran gas metan. Kuantitas udara

yang tersedia di setiap front penambangan dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.1
Udara Yang Dibutuhkan Pada Front Penambangan Lubang C1
No Deskripsi Front maju Panel 5 Panel 7
m3/s m3/s m3/s
1 Kuantitas udara terowongan 0,5952 0,6708 0,5676
2 Kebutuhan
1. Pengecoran gas 0,297 0,148 0,168
2. Pekerja 0,085 0,0095 0,0095
3. Alat 0,582 0,388 0,388

Sisa -0,0947 0,1253 0,0021


Dari tabel 5.1 kebutuhan udara pada lubang C1 dapat ditarik kesimpulan

pada panel 5 dan panel 7 kebutuhan udara untuk pengeceran gas metan, kebutuhan

udara bagi pekerja, serta kebutuhan untuk alat telah memenuhi dimana

ditunjukkan kelebihan udara sebesar 0,1253 m3/s dan 0,0021 m3/s, sedangkan

pada front maju ditarik kesimpulan bahwa terjadi kekurangan udara sebesar(-

0,0947 )m3/s maka jika penambangan terus dilakukan akan menyebabkan

terjadinya bahaya.

5.3 Analisis Kualitas Udara

Dari hasil penelitian mengenai kondisi udara pada tambang bawah tanah

PT. Nusa Alam Lestari terlihat kandungan kualitas udara berada pada nilai

ambang batas yang ditentukan yaitu CH4 < 1%, CO2 < 0.5%, C0 < 0.0005% dan

O2 > 19%, kelemababan < 80%. Sedangkan temperatur melewati ambang batas

yang telah ditetapkan <24o C. Maka dapat di asumsikan bahwa kuantitas udara

sudah mengalir dengan baik pada tiap-tiap panel akan tetapi terjadi kekurangan

udara pada front maju sebesar –0,0947 m3/s faktor ini disebabkan karena besar
71

blower untuk lubang tambang sejauh 135 m terlalu kecil maka untuk mengatur

kuantitas udara yang masuk maka harus dilakukan penutupan sementara lubang

kerja yang belum dilakukan penambangan.


72

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, selanjutnya dapat disimpulkan:

1. Kualitas dan kuantitas udara pada front kerja panel 5 dan panel 7 untuk

pengenceran gas metan, kebutuhan pekerja, serta kebutuhan udara untuk

alat telah memenuhi dimana ditunjukkan kelebihan udara sebesar 0,1253

m3/s dan 0,0021 m3/s sedangkan pada front maju terjadi kekurangan udara

sebesar -0,0947

2. Temperatur rata-rata tiap front penambangan memiliki temperatur 28°

yang telah melewati ambang batas yang ditetapkan kepmen

no.555.K/26/M.PE/1995 yaitu antara 18-24°C dan kelembaban rata-rata

tiap front penambangan memiliki kelembaban 70% belum melewati nilai

ambang batas yang ditetapkan kepmen no.555.K/26/M.PE/1995 yaitu

<85% setelah melakukan model sistem ventilasi untuk lubang C1 tambang

bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari dengan mengalirkan udara segar

menggunakan blower sebesar 16 inchi maka penutupan lubang sementara

agar kebutuhan udara pada tambang bawah tanah terpenuhi.

3. Sistem ventilasi aktual pada tambang bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari

menggunakan sistem hembus (forcing). Belum optimalnya kinerja blower

utama yang dipasang pada mulut tambang dalam mengalirkan udara bersih

kedalam tambang yang disebabkan oleh rendahnya besaran hembus

blower yang hanya 16 inchi dan panjangnya jalur udara. Pembagian udara
73

bersih ini nantinya akan dihisap oleh blower bantu pada tiap cabang front

kerja.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan sebagai berikut:

1. Sebaiknya PT. NAL harus melakukan penutupan sementara lubang kerja

yang belum dilakukan penambangan agar aliran udara yang dialirkan untuk

panel yang aktif dapat terpenuhi.

2. Dari pengukuran dilapangan, pengukuran gas-gas yang ada didalam lubang

tambang telah memenuhi syarat akan tetapi kelebapan didalam lubang

tambang harus diperhatikan lagi karena dengan tingginya kelembapan akan

berdampak bagi pekerja yang ada didalam lubang tambang

3. Perusahaan harus lebih memperhatikan saluran duct yang robek agar udara

yang dihembuskan oleh blower tidak berkurang untuk masuk kedalam front

kerja lubang C1 dengan adanya kebutuhan udara yang sesuai maka akan

berdampak baik bagi pekerja maupun mendilusi gas metan

4. Udara yang dihembuskan oleh blower ke front kerja dimana udara yang

masuk tidak sesuai dengan udara yang keluar, maka sebaiknya segera

dipasang main fan supaya udara kotor dapat dibawa keluar.


LAMPIRAN A
75

LAMPIRAN B
76
77
LAMPIRAN C
Pengukuran Kualitas Gas Lubang C1
Instrumen : Gas detector Lokasi : Lubang Bukaan
Pengukur : Arifa Fadly Cuaca : Berawan

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00

CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te

o o
% % % % % C % % % % % C

< 18-24 <19. 18-24


o o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 0.001 <85 C <0.25 <0.04 5 <0.001 <85 C

17 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 63 30

18 Sep 0 0 20.8 0 70 24 0 0 20.8 0 72 30

19 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 60 33

20 Sep 0 0 20.7 0 68 24 0 0 20.8 0 68 29

21 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 59 30

22 Sep 0 0 20.8 0 67 25 0 0 20.8 0 65 29

24 Sep 0 0 20.7 0 75 26 0 0 20.8 0 65 29

25 Sep 0 0 20.7 0 75 24 0 0 20.8 0 66 29

26 Sep 0 0 20.8 0 67 25 0 0 20.8 0 59 28

27 Sep 0 0 20.8 0 67 24 0 0 20.8 0 68 29


Pengukuran Kualitas Kandungan Gas Pada Front Kerja panel 3

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00

CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te

o o
% % % % % C % % % % % C

18-24 < 18-24


o o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C 0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C

17 Sep 0 0 20.7 0 70 25 0 0 20.7 0 72 29

18 Sep 0 0 20.7 0 70 27 0 0 20.7 0 72 29

19 Sep 0 0 20.7 0 70 27 0 0 20.7 0 68 28

20 Sep 0 0 20.7 0 68 25 0 0 20.7 0 65 28

21 Sep 0 0 20.6 0 68 26 0 0 20.6 0 68 29

22 Sep 0 0 20.8 0 72 27 0 0 20.8 0 68 33

24 Sep 0 0 20.8 0 72 27 0 0 20.8 0 72 33

25 Sep 0 0 20.8 0 70 26 0 0 20.8 0 72 29

26 Sep 0 0 20.6 0 70 26 0 0 20.7 0 70 29

27 Sep 0 0 20.6 0 70 25 0 0 20.7 0 70 29


Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 4

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00

CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te

o o
% % % % % C % % % % % C

< < 18-24 < 18-24


o o
NAB <0.25 <0.04 19.5 0.001 <85 C <0.25 0.04 <19.5 <0.001 <85 C

17 Sep 0 0 20.6 0 73 29 0 0 20.8 0 70 30

18 Sep 0 0 20.6 0 73 29 0 0 20.8 0 74 32

19 Sep 0 0 20.6 0 80 30 0 0 20.8 0 70 32

20 Sep 0 0 20.6 0 75 29 0 0 20.8 0 70 32

21 Sep 0 0 20.7 0 70 29 0 0 20.8 0 70 30

22 Sep 0 0 20.7 0 73 27 0 0 20.8 0 72 29

24 Sep 0 0 20.6 0 70 28 0 0 20.8 0 70 29

25 Sep 0 0 20.6 0 70 28 0 0 20.8 0 70 30

26 Sep 0 0 20.6 0 80 28 0 0 20.8 0 70 29

27 Sep 0 0 20.6 0 70 28 0 0 20.8 0 73 30


Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 5

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00

CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te

o o
% % % % % C % % % % % C

18-24 < < 18-24


o o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C 0.25 <0.04 <19.5 0.001 <85 C

17 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 73 30

18 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 72 31

19 Sep 0 0 20.8 0 79 30 0 0 20.8 0 72 30

20 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 73.5 30

21 Sep 0 0 20.8 0 69 29 0 0 20.8 0 72 30

22 Sep 0 0 20.8 0 75 29 0 0 20.8 0 72 30

24 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 70 30

25 Sep 0 0 20.8 0 74 28 0 0 20.8 0 73 30

26 Sep 0 0 20.8 0 74 29 0 0 20.8 0 70 30

27 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 73 30

\
Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Kerja Panel 6

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00

CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te

o o
MAJU % % % % % C % % % % % C

18-24 18-24
o o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C

17 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 72 30

18 Sep 0 0 20.8 0 70 29 0 0 20.8 0 72 30

19 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 74 32

20 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 73 32

21 Sep 0 0 20.8 0 68 29 0 0 20.8 0 72 31

22 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 72 31

24 Sep 0 0 20.8 0 75 30 0 0 20.8 0 70 30

25 Sep 0 0 20.8 0 72 28 0 0 20.8 0 70 29

26 Sep 0 0 20.8 0 72 29 0 0 20.8 0 73 30

27 Sep 0 0 20.8 0 68 29 0 0 20.8 0 73 30


Pengukuran Kualitas Kandungan Gas pada Front Maju

Tanggal Jam 08.00 Jam 16.00

CH4 CO O2 H2S R Te CH4 CO O2 H2S R Te

o o
% % % % % C % % % % % C
18-24 < 18-24 o
o
NAB <0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C 0.25 <0.04 <19.5 <0.001 <85 C

17 Sep 0 0 20.8 0 69 25 0 0 20.8 0 70 33

18 Sep 0 0 20.8 0 70 24 0 0 20.8 0 72 30

19 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 66 33

20 Sep 0 0 20.7 0 70 27 0 0 20.8 0 68 29

21 Sep 0 0 20.8 0 68 24 0 0 20.8 0 60 30

22 Sep 0 0 20.8 0 67 25 0 0 20.8 0 65 29

24 Sep 0 0 20.8 0 75 26 0 0 20.8 0 65 29

25 Sep 0 0 20.8 0 75 24 0 0 20.8 0 66 29

26 Sep 0 0 20.8 0 70 25 0 0 20.8 0 59 28

27 Sep 0 0 20.8 0 68 26 0 0 20.8 0 70 29

Diketahui oleh:

Dian Firdaus, Amd


Kepala Teknik Tambang
LAMPIRAN D

Nilai Kuantitas Udara Lubang C1

N Deskripsi Front maju Panel 5 Panel 7


o m3/s m3/s m3/s

1 Kuantitas udara di trowongan 0.7998 0.6708 0.5676

2 d) Pengeceran gas methan 0,297 0,108 0,108


e) Pekerjaan 0,0155 0,0095 0,0095
f) Alat 0,582 0,388 0,388

Sisa - 0.0947 0.1653 0.1653


LAMPIRAN E
FRONT MAJU
PANEL 5
LAMPIRAN F

Type : SHT 35

Size : 350 MM (14’’)

Watt : 750 W

Voltage : 220 V/ 240 V

Frequency : 50 Hz

Speed : 2800 r/min

Wind pressure : 598 Pa

Air dilevery ; 82 m3/min


LAMPIRAN G

Foto Kegiatan Lapangan

Pengukuran Anemometer Pengukuran Sling Pysicometer


LAMPIRAN H
Perhitungan Luas Penampang

No Lokasi Bentuk Penampang Tinggi Lebar


1 Lubang Three piece set 1,5 A=1,6
Masuk
B= 1,4
2 Panel 1 Three piece set - -
3 Panel 2 Three piece set - -
4 Panel 3 Three piece set 2,05 A = 2,7

B = 1,9
5 Panel 4 Three piece set 2,05 A = 3,14

B = 2,4
6 Panel 5 Three piece set 2 A = 2,3

B = 1,8
7 Panel 6 Three piece set 2 A = 2,4

B = 2,05
8 Panel 7 Three piece set 2 A = 2,4

B = 2,05
9 Fk Maju Three piece set 1,55 A = 1,6

B = 1,4

a
1. Lubang masuk
Tinggi = 1,5 m
a = 1,6 m
b = 1,4 m
Aterowongan = xt
= x 1,5 = 2,25
A0
=3,14 ( 0,23 )2
= 3,14 . 0,041
= 0,129 m2
Atotal = Aterowomgan . A duct
= 2,25 m2 . 0,129 m2
= 2,21 m2
2. Fk Panel 3
Tinggi = 2,05 m
a = 2,7 m
b = 1,9 m
Aterowongan = xt
= x 2,05 = 4,17 m2
A0
=3,14 ( 0,23 )2
= 3,14 . 0,041
= 0,129 m2
Atotal = Aterowomgan . A duct
= 4,715 m2 . 0,129 m2
= 4,586 m2
3. Fk Panel 4
Tinggi = 2,05 m
a = 3,14 m
b = 2,4 m
Aterowongan = xt

= x 2,05 = 5,678 m2

A0
=3,14 ( 0,23 )2
= 3,14 . 0,041
= 0,129 m2
Atotal = Aterowomgan . A duct
= 5,678 m2 . 0,129 m2
= 5,549 m2
4. Fk Panel 5
Tinggi =2 m
a = 2,3 m
b = 1,8 m
Aterowongan = xt

= x 2 = 4,1 m2
A0
=3,14 ( 0,203 )2
= 3,14 . 0,041
= 0,129 m2
Atotal = Aterowomgan . A duct
= 4,1m2 . 0,129 m2
= 3,971m2
5. Fk Panel 6
Tinggi =2 m
A = 2,4 m
b = 2,05 m

Aterowongan = xt

= x 2 = 4,45 m2

A0
=3,14 ( 0,203 )2
= 3,14 . 0,041
= 0,129 m2
Atotal = Aterowomgan . A duct
= 4,45m2 . 0,129 m2
= 4,321m2
6. Fk Panel 7
Tinggi =2 m
A = 2,4 m
b = 2,05 m

Aterowongan = xt

= x 2 = 4,45 m2

A0
=3,14 ( 0,203 )2
= 3,14 . 0,041
= 0,129 m2

Atotal = Aterowomgan . A duct


= 4,45m2 . 0,129 m2
= 4,321m2
7. Fb maju
Tinggi = 1,55 m
a = 1,6 m
b = 1,4 m

Aterowongan = xt

= x 1,55 = 2,325 m2

A0

=3,14 ( 0,203 )2

= 3,14 . 0,041

= 0,129 m2

Atotal = Aterowomgan . A duct

= 2,325 m2 . 0,129 m2

= 2,196 m2
No Lokasi kecepatan luas penampang Kuantitas
(m/s) (m3/s)
(m2)
1 Front maju 6.2 0,129 0.7998
2 Panel 1 - - -
3 Panel 2 - - -
4 Panel 3 - - -
5 Panel 4 - - -
6 Panel 5 5.2 0.129 0.6708
7 Panel 6 - - -
8 Panel 7 4.4 0.129 0.5676
9 Panel 8 - - -

Diketahui oleh:

Dian Firdaus, Amd


Kepala Teknik Tambang
LAMPIRAN M
Perhitungan Pengeceran Gas Metan

1. Front Maju

Jumlah pancaran methan pada front maju dengan pekerja 5 orang dan

kedalaman penambangan rata-rata 135 m.

Produksi rata-rata batubara perhari:

1. Y = x produksi perhari

= x 15 ton/hari

= 10,71 ton/hari

Y= 4,1 + 0.023 x 135m

Y=7,205 m3/ton

Jadi emisi gas metan adalah:

Qg = Produksi x Pancaran metan x

Qg = 10,71 ton x 7,205 m3/ton x

= 0,0030 m3/s

Kuantitas udara yang dibutuhkan untuk mengencerkan gas metan adalah:

Q = – Qg

= – 0,0030 m3/s

= 0,297 m3/s

2. Front Kerja Panel 5


Jumlah pancaran methan pada front kerja panel 5 dengan pekerja 3 orang

dan kedalaman penambangan rata-rata 90 m.

Produksi rata-rata batubara perhari:

Y= x produksi perhari

= x 15 ton/hari

= 6,42 ton/hari

Y= 4,1 + 0.023 x 90 m

Y= 6,17 m3/ton

Jadi emisi gas metan adalah:

Qg = Produksi x Pancaran metan x

Qg = 6,42 ton x 6,17 m3/ton x

= 0,0015 m3/s

Kuantitas udara yang dibutuhkan untuk mengencerkan gas metan adalah:

Q = – Qg

= – 0,0015 m3/s

= 0,148 m3/s

3. Jumlah pancaran gas pada front kerja panel 7 dengan pekerja 3 orang dan

dengan kedaaman penambangan rata – rata 119

Y= x produksi perhari
= x 15

= 6,42 ton/hari

= 4,1 + 0,023 x 119

= 6,873

Jadi emisi gas metan adalah:

Qg = Produksi x Pancaran metan x

= 6,42 ton x 6,873 m3/ton x

= 0,0017 m3/s

Kuantitas udara yang dibutuhkan untuk mengencerkan gas metan adalah:

Q = – Qg

= – 0,0017 m3/s

= 0,168 m3/s
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ARIFA FADLY

NPM : 1410024427020

Program Studi : Teknik Pertambangan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

“ANALISIS PERANCANGAN SISTEM VENTILASI LUBANG TAMBANG C1


BATUBARA BAWAH TANAH PT.NUSA ALAM LESTARI SAWAHLUNTO
SUMATERA BARAT”
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi orang lain.

Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi

akademik yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan gelar kesarjanaannya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Padang, November 2018


Pembuat Pernyataan

(ARIFA FADLY)
BIODATA WISUDAWAN

Nama : Arifa Fadly

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/ Tanggal Lahir : Padang 29 Juni 1996

Nomor Pokok
: 14100124427020
Mahasiswa
Program Studi : Teknik Pertambangan

Tanggal Lulus : 24 November 2018

IPK : 3,35

Predikat Lulus : Sangat Memuaskan

Analisa Perancangan Sistem Ventilasi


Lubang Tambang C1 Batubara Bawah
Judul Skripsi :
Tanah PT. Nusa Alam Lestari
Sawahlunto Sumatera Barat
1. Rusnoviandi ST, MM
Dosen Pembimbing :
2. Riam Marlina MT

Asal SMA : SMA ADABIAH 1 PADANG

Nama Orang Tua : Alm. Afrizal N, ST

Komp. Permata Berlian Blok D-9


Alamat :
Sungai Sapih Kuranji Padang.

Anda mungkin juga menyukai