Anda di halaman 1dari 190

LAPORAN PENGALAMAN INDUSTRI

Pekerjaan:
TAMBANG TERBUKA BATUBARA
PT KALIMANTAN PRIMA PERSADA SITE RANTAU KALIMANTAN
SELATAN

Topik Bahasan:
Evaluasi Geometri Peledakan Terhadap Fragmentasi Batuan Hasil
Peledakan Lapisan Tanah Penutup (Overburden) di Pit Aghatis
PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR,
Rantau, Kalimantan Selatan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam menyelesaikan Program S-1 Teknik Pertambangan

Oleh:

YULIA MINARA
TM/NIM : 2016/16137020

Konsentrasi : Pertambangan Umum


Program Studi : S-1 Teknik Pertambangan
Jurusan : Teknik Pertambangan

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN INDUSTRI

Laporan Ini Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan


Penyelesaian Kegiatan Praktek Industri
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
Semester Juli – Desember 2019

Oleh:

Nama : Yulia Minara


Nim : 16137020
Jurusan : Teknik Pertambangan
Program Studi : S1 Teknik Pertambangan

Rantau, 23 Agustus 2019


Diperiksa dan Disyahkan Oleh :
Pembimbing Lapangan

(Darmansyah)
Group Leader Drill & Blasting

Mengetahui,
Superintendent Departement Engineering
PT Kalimantan Prima Persada

(Eko Chandra Widodo)


Engineering & ccp Dept. Head

ii
LEMBAR PENGESAHAN
KEGIATAN PRAKTEK LAPANGAN INDUSTRI

Laporan Ini Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan


Penyelesaian Kegiatan Praktek Lapangan Industri
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
Semester Januari - Juni 2020

Diperiksa dan Disyahkan Oleh :

Dosen Pembimbing:

Dedi Yulhendra, ST, MT


NIP. 19800915 200501 1 005

a.n. Dekan FT UNP Kepala Unit


Hubungan Industri:

Ali Basrah Pulungan, S.T., M.T


NIP. 19741212 200312 1 002

iii
BIODATA
A. Data Diri
Nama : Yulia Minara
BP/NIM : 2016/16137020
Tempat/Tanggal Lahir : Batam, 12 Juli 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Bapak : Hendri Jhoni
Nama Ibu : Zarnetty Vendra
Jumlah Bersaudara : 3 (Tiga)
Alamat : Mungguk Batubasa, Kel. III Koto Aur Malintang,
Kec. IV Koto Aur Malintang, Kab. Padang
Pariaman, Sumatera barat, Indonesia
E-mail/HP : yuliaminara3@gmail.com / 082387726048
B. Data Pendidikan
2004 – 2009 : SD Negeri 005 Sei Beduk
2009 – 2010 : SD Negeri 09 IV Koto Aur MAlintang
2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Lubuk Basung
2013 – 2016 : SMA Negeri 1 Lubuk Basung
2016 – Sekarang : Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang
C. Laporan PLI
Tempat PLI : PT Kalimantan Prima Persada
Tanggal PLI : 10 Juli s/d 27 Agustus 2018
Topik PLI : Evaluasi Geometri Peledakan Terhadap
Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan Lapisan
Tanah Penutup (Overburden) di Pit Aghatis
PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR,
Rantau, Kalimantan Selatan

Padang, 17 Agustus 2020

Yulia Minara
2016/16137020

iv
RINGKASAN

PT Kalimantan Prima Persada merupakan perusahaan yang bergerak


dalam jasa kontraktor pertambangan batubara, yang merupakan kontraktor
pertambangan di PT Bhumi Rantau Energi selaku pemegang IUP OP (Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi) di Jobsite HJUR. Kegiatan penambangan Jobsite
HJUR terletak di Desa Cabe, Rantau, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Metode penambangan yang digunakan di Jobsite HJUR adalah metode
tambang terbuka (open pit mining). Metode tambang terbuka yang diterapkan,
membuat pembongkaran tanah penutup (overburden) menjadi salah satu aktivitas
yang harus dilakukan dalam upaya pengambilan bahan galian. Peledakan
merupakan kegiatan pemecahan batuan atau pemberaian suatu material
menggunakan bahan peledak.
Peledakan pada pembongkaran overburden yang dilakukan di Pit Aghatis
Jobsite HJUR masih dikatakan belum memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan
di lapangan, geometri peledakan yang diterapkan yaitu: burden 7 m, spasi 8 m,
kedalaman lubang 5,16 m, stemming 2,86 m, powder colomn 1,5 m, dan gas bag
0,8 m. Dimana panjang dari burden, spacing, dan gas bag tidak pernah berubah
meskipun arah struktur batuan pada area peledakan berbeda-beda. Menghasilkan
fragmentasi peledakan berukuran boulder mencapai 39 % dari ukuran boulder yang
ditetapkan perusahaan yaitu ≥ 80 cm yang tidak melebihi 15%.
Untuk mengurangi fragmentasi hasil peledakan yang berukuran boulder,
maka diusulkan kajian teknis geometri peledakan baru berdasarkan rumus R.L Ash.
Geometri peledakan usulan, yaitu: burden 6,2 m, spacing 8,1 m, stemming 4,3 m,
subdrilling 1 meter, tinggi jenjang 8,5 m, kedalaman lubang ledak 9,5 meter,
powder colomn 5,2 m, Gas bag 1,0 m, powder factor 0,26 kg/bcm. Hasil
fragmentasi peledakan yang diharapkan berdasarkan perhitungan Kuz-Ram sebesar
14 %.
Kata kunci: Overburden, Peledakan, fragmentasi, R.L Ash, Kuz-Ram

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, nikmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) yang berjudul
“Evaluasi Geometri Peledakan Terhadap Fragmntasi Batuan Hasil Peledakan
Lapisan Tanah Penutup (Overburden) di Pit Agathis PT Kalimantan
Prima Persada Jobsite HJUR, Rantau, Kalimantan Selatan”. Kegiatan
Praktek Lapangan Industri dilaksanakan di Rantau, Kalimantan Selatan pada
tanggal 10 Juli – 22 Agustus 2019.
Laporan PLI ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
kurikulum yang ada pada Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik Pertambangan
Universitas Negeri Padang. Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan
dilapangan, laporan hasil penelitian sebelumnya, literatur dari berbagai referensi
yang ada kaitannya dengan pertambangan dan masukan berupa saran, kritik yang
membangun dari segala pihak.
Banyak pihak yang telah membantu, memberi dukungan, dan
memperlancar pengerjaan dan penyelesaian laporan ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa memberi doa dan dukungan
baik secara moril dan materi dan memberikan pengaruh besar dalam
terlaksananya kegiatan PLI Penulis.
2. Bapak Ali Basrah Pulungan, ST., MT., selaku Kepala Unit Hubungan Industri
Fakultas Teknik Universitas Neger Padang.
3. Ibuk Hj. Fadhillah, S.Pd., M.Si, selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
4. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, MT, selaku Koordinator PLI Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Neger Padang dan
5. Bapak Dedi Yulhendra, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing PLI, yang selalu
membimbing dan memberikan masukan untuk penulis menyelesaikan laporan
ini.

vi
6. Pak Arditya Koesnindar selaku Project Manager di PT Kalimantan Prima
persada Jobsite HJUR.
7. Pak Eko ., selaku Departemen Head Produksi dan Pak Eko Prastono selaku
Section Head Produksi PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR.
8. Pak Dwi Rusdianro dan tim dari Departemen Engineering PT Kalimantan
Prima Persada Jobsite HJUR.
9. Pak Darmansyah, selaku Grup Leader/Supervisor Drilling and Blasting dan
pembimbing penulis selama melakukan kegiatan PLI.
10. Pak Dwi Rusdianto, Pak Fuad Antami, dan Pak Bayu Hermawan Wicaksono
selaku mentor penulis selama melakukan kegiatan PLI.
11. Seluruh Staff dan Karyawan PT Kalimantan Prima Persada.
12. Asep Triyanda yang selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan kegiatan PLI dengan baik.
13. Senior dan teman-teman yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa Laporan PLI ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis sangat menerima kritik dan
saran yang membangun agar laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Padang, 17 Agustus 2020

Yulia Minara
2016/16137020

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN DARI PERUSAHAAN ........................ ii

HALAMAN PENGESAHAN DARI KAMPUS .................................. iii

BIODATA ............................................................................................ iv

RINGKASAN ....................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengalaman Lapangan Industri ............... 1

1. Tujuan Kegiatan Pengalaman Lapangan


Industri ..................................................................... 2

2. Manfaat Kegiatan Pengalaman Lapangan


Industri ..................................................................... 3

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan Pengalaman


Lapangan Industri..................................................... 4

4. Peserta Kegiatan Pengalaman Lapangan


Industri ..................................................................... 5

5. Tempat Kegiatan Pengalaman Lapangan


Industri ..................................................................... 5

viii
B. Deskripsi Perusahaan ...................................................... 6

1. Sejarah Perusahaan ................................................... 6

2. Identitas Perusahaan ................................................. 9

3. Visi, Misi, dan Budaya Kerja


PT Kalimantan Prima Persada .................................. 10

4. Struktur Organisasi
PT Kalimantan Prima Persada .................................. 13

5. KEMS (KPP Engineering Mining System) ................ 16

C. Deskripsi Kegiatan Industri ............................................. 17

1. Keadaan Umum Daerah............................................ 17

2. Bentuk Kegiatan ....................................................... 27

3. Peralatan Tambang ................................................... 38

D. Perencanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan


Industri............................................................................ 50

E. Pelaksanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan


Industri............................................................................ 51

1. Tahapan Pra-Pengalaman Lapangan Industri ............ 51

2. Tahap Pelaksanaan di Lapangan ............................... 52

3. Tahap Pasca Pengalaman Lapangan Industri............. 73

F. Hambatan dan Penyelesaian ............................................ 73

G. Temuan Menarik ............................................................. 74

BAB II TOPIK BAHASAN

A. Latar Belakang Pemilihan Topik ..................................... 78

B. Kajian Teoritis ................................................................ 79

1. Kegiatan Peledakan .................................................. 79

ix
2. Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan ....... 80

3. Geometri Peledakan ................................................. 83

4. Powder Factor ......................................................... 90

5. Pola Peledakan ......................................................... 94

6. Fragmentasi Hasil Peledakan Model Kuz-Ram ......... 95

7. Air Decking.............................................................. 100

C. Proses Pelaksanaan Kegiatan ........................................... 102

1. Studi Literatur .......................................................... 102

2. Pengamatan Lapangan .............................................. 103

3. Pengumpulan Data ................................................... 104

4. Pengolahan Data....................................................... 104

5. Menarik Kesimpulan dan Memberi Saran ................. 104

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 104

E. Pembahasan dan Analisis Data ........................................ 105

1. Kegiatan Peledakan Aktual ....................................... 105

2. Karakter Batuan Lokasi Penelitian ............................ 107

3. Indek Kemampuledakan Batuan


(Blastability Index/BI) .............................................. 107

4. Fragmentasi Hasil Peledakan Aktual Berdasarkan


Rumus Kuz_ram....................................................... 109

5. Rancangan Usulan Geometri Peledakan


Berdasarkan Teori R.L. Ash dan Fragmentasi Hasil
Peledakan yang Dihasilkan ....................................... 111

6. Perbandingan Hasil Peledakan Aktual dengan


Peledakan Rancangan Usulan ................................... 118

x
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 121

B. Saran ............................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perencanaan kegiatan penulis ..................................................... 50

2. Potensi yang Terjadi Akibat Variasi Stiffines Ratio (L/B) ........... 89

3. Hubungan powder factor dengan beberapa jenis batuan .............. 91

4. Penentuan faktor batuan berdasarkan pembobotan nilai


Blastability Index (BI) ................................................................ 99

5. Lokasi penelitian di Pit Agathis .................................................. 105

6. Geometri Peledakan Aktual ........................................................ 106

7. Penentuan faktor batuan aktual berdasarkan pembobotan nilai


Blastability Index (BI) ................................................................ 107

8. Perhitungan fragmentasi hasil peledakan aktual


PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR .............................. 109

9. Rancangan usulan geometri peledakan menurut teori R.L Ash .... 115

10. Hasil perhitungan fragmentasi peledakan berdasarkan rumusan


Kuz-Ram dari rancangan usulan geometri peledakan R.L Ash .... 117

11. Hasil akhir perbandingan peledakan aktual dengan peledakan


rancangan usulan ........................................................................ 118

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Project Map PT Kalimantan Prima Persada


di Pulau Kalimantan ................................................................... 9

2. Logo PT Kalimantan Prima Persada ........................................... 10

3. Slogan budaya kerja PT Kalimantan Prima Persada .................... 12

4. Struktur organisasi PT Kalimantan Prima Persada


Jobsite HJUR ............................................................................. 13

5. Map lokasi kerja (a) Peta topografi lokasi kerja


(b) PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR ........................ 17

6. Grafik data curah hujan rata-rata tahun 2018 .............................. 20

7. Peta kompleks geologi daerah Pulau Kalimantan (kiri) dan


Peta geologi daerah Kalimantan Selatan (kanan) ........................ 21

8. Statigrafi Cekungan Barito ......................................................... 22

9. Pelapisan batuanyang tersingkap di lokasi penelotian ................. 26

10. Batubara yang terdapat pada PT Kalimantan


Prima Persada Jobsite HJUR ...................................................... 27

11. Bussiness process PT Kalimantan Prima Persada........................ 28

12. Survey menggunakan total station (kiri); Patok informasi


elevasi (kanan) ........................................................................... 29

13. Hasil pelaksanaan land clearing ................................................. 30

14. Pengupasan tanah pucuk (top soil) dengan Excavator PC300 ...... 31

15. Aktivitas pemboran overburden dengan alat blashole drill rig


sandvik D-245S .......................................................................... 31

16. Aktivitas peledakan overburden ................................................. 32

17. Pengupasan dan pemuatan overburden dengan Top Loading ...... 33

18. Proses hauling overburden menuju disposal ............................... 34

xiii
19. Proses dumping HD785 di disposal ............................................ 35

20. Proses pemuatan (loading) batubara ........................................... 36

21. Proses hauling batubara menuju stockfile ................................... 36

22. Proses pengecilan batubara di crusher ........................................ 36

23. Batubara di stockpile .................................................................. 37

24. Reklamasi Jobsite HJUR ............................................................ 37

25. Excavator Komatsu PC1250-SP ................................................. 38

26. Excavator Komatsu PC850 ......................................................... 39

27. Excavator Komatsu PC200 ......................................................... 39

28. Excavator Komatsu PC300 ......................................................... 39

29. Excavator Komatsu PC400 ......................................................... 40

30. High dump truck Komatsu HD645 .............................................. 40

31. High dump truck Komatsu HD785 .............................................. 41

32. Dump truck Sacnia LD ............................................................... 41

33. Dump truck batubara Hino FM 260 JD ....................................... 42

34. Dump truck batubara Scania R580 .............................................. 42

35. Blasthole drilling rig RIG Sandvik D-245S ................................ 43

36. Motor grader Komatsu GD825A ................................................ 44

37. Bulldozer Komatsu DZ85 ........................................................... 44

38. Tower lamp ................................................................................ 45

39. Water truck capacity 20.000 L.................................................... 46

40. Water truck capacity 30.000 L.................................................... 46

41. Water truck capacity 50.000 L.................................................... 46

xiv
42. Compactor ................................................................................. 47

43. Fuel tank .................................................................................... 48

44. Legra ........................................................................................ 48

45. Mobile Mixer/Manufacturing Unit (MMU)................................. 49

46. Mobil sarana guide leader .......................................................... 50

47. Pemeriksaan Kesehatan .............................................................. 53

48. Pelaksanaan induksi SHE (HIRA, TSP, dan First aid) ................ 54

49. Pelaksanaan safety talk mingguan ............................................... 55

50. Kegiatan daily meeting ............................................................... 56

51. Kegiatan survey lapangan ........................................................... 57

52. Patok informasi bondery plan drill blast ..................................... 58

53. Preparasi area pemboran ............................................................. 59

54. Blast design ................................................................................ 59

55. Pemasangan titik (mark up) ........................................................ 60

56. Pemasangan safety line .............................................................. 61

57. Hasil Pemboran .......................................................................... 61

58. Pemeriksaan kondisi dan kedalaman lubang ledak ...................... 62

59. Persiapan sebelum charging ....................................................... 63

60. (kiri-kanan) Booster dan ANFO ................................................. 64

61. (kiri-kanan) inhole 500 ms dan 900 ms ....................................... 64

62. (kiri-kanan) Proses priming dan charging ................................... 64

63. (kiri-kanan) Surface delay detonator 109 ms dan 176 ms............ 65

64. Proses Tie Up ............................................................................. 66

xv
65. (kiri-kanan) Elektrik detonator dan lead wire............................. 66

66. Blasting machine ........................................................................ 67

67. Aktivitas pengukuran ground vibration ...................................... 68

68. Pengaplikasian software shotplus i-pro ....................................... 71

69. Pengaplikasian software blastware 10.74 .................................... 72

70. Pengaplikasian software AutoCAD ............................................ 72

71. Jalan hauling yang memotong jalan warga ................................. 75

72. Antrian alat angkut overburden .................................................. 75

73. Antrian alat angkut batubara ....................................................... 75

74. Setting fleet campuran antara HD 785 dan HD465 dengan loader
Excavator PC1250-SP ................................................................ 76

75. Aktivitas loading dan pemboran kurang dari 40 meter ................ 76

76. Boulder hasil peledakan Pit Aghatis .......................................... 77

77. Mekanisme Percahaya Batuan Akibat Peledakan ........................ 82

78. Geometri peledakan menurut teori R.L Ash ................................ 83

79. Pola peledakan Box Cut .............................................................. 94

80. Pola peledakan V-Cut ................................................................. 94

81. Pola peledakan Corner Cut ......................................................... 95

82. Letak air decking dalam percobaan R. Frank Chiappeta ............. 102

83. Distribusi energi kinetik yang dihasilkan oleh air decking


(R. Frank Chiappeta) .................................................................. 102

84. Lokasi penelitian di pit agathis ................................................... 105

85. Grafik presentase lolos ukuran bucket peledakan aktual .............. 111

86. Grafik presentase lolos dan tertahan ukuran bucket


peledakan rekomendasi .............................................................. 118

xvi
87. Grafik perbandingan hasil peledakan aktual dengan
peledakan rancangan usulan ....................................................... 120

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Timeframe Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) ......... 120

2. Spesifikasi Alat Gali Muat Excavator Komatsu PC1250-SP


dan Spesifikasi Alat Bor Sandvik D-245 S.................................. 122

3. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Pit Agathis


PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR, Rantau,
Kalimantan Selatan .................................................................... 127

4. Perhitungan Fragmentasi Hasil Peledakan Aktual Pit Agathis..... 155

5. Rancangan Usulan Geometri Peledakan Berdasarkan


Teori R. L. Ash untuk Memperbaiki Fragmentasi Batuan
Hasil Peledakan .......................................................................... 159

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) merupakan

salah satu lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga kerja yang

profesional dalam bidang pendidikan dan industri. FT-UNP berupaya

melaksanakan program-program pendidikan yang bertujuan menghasilkan

lulusan yang tidak hanya memahami ilmu pengetahuan dan teknologi secara

konseptual dan teoritis diperkuliahan, tetapi juga mampu mengaplikasikan dan

mengembangkan ilmu tersebut di lingkungan industri dan dunia kerja secara

praktis, untuk mencapai hal tersebut maka diadakannya program Pengalaman

Lapangan Industri (PLI).

Pengalaman Lapangan Industri (PLI) merupakan suatu mata kuliah

wajib yang harus diambil oleh setiap Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang yang memenuhi syarat-syarat yang

sudah ditetapkan oleh pihak Unit Hubungan Industri (UHI). Salah satu syarat

untuk jenjang pendidikan S1 yaitu minimal sudah menyelesaikan Satuan Kredit

Semester (SKS) sebanyak 120 SKS dengan IP komulatif ≥ 2.0. Kegiatan PLI

dilaksanakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh setiap Mahasiswa untuk

menyelesaikan program studi sebelum mengerjakan Tugas Akhir (TA).

Mahasiswa harus memiliki persiapan yang matang dalam menghadapi

dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya. Mahasiswa Jurusan Teknik

Pertambangan harus memahami tentang Ilmu Teknik Pertambangan. Melalui

1
2

kegiatan PLI mahasiswa diharapkan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang tidak diperoleh pada Perguruan Tinggi dan juga mampu

mengaplikasikan langsung ilmu yang didapat selama perkuliahan di lapangan.

Kegiatann PLI dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan industri yang

bergerak dibidang pertambangan.

Dalam laporan ini, penulis melakukan kegiatan PLI di perusahaan

PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR, Rantau, Kalimantan Selatan,

Indonesia. Pada Jobsite HJUR ini PT Kalimantan Prima Persada berkerja sama

dengan owner PT Bhumi Rantau Energi, dimana aktivitas penambangan

batubaranya menggunakan metode tambang terbuka (open pit mining).

PT Kalimantan Prima Persada merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dibidang jasa kontraktor pertambangan baik mining service, hauling service

dan port service.

1. Tujuan Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

(PLI) ini, yaitu:

a. Menumbuhkan sikap disiplin dalam dunia kerja dan etos kerja sebagai

calon tenaga kerja profesional yang siap kerja

b. Meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri penulis dalam

menghadapi dan memasuki dunia kerja nantinya.

c. Mengaplikasikan ilmu yang telah penulis peroleh selama bangku

perkuliahan di dunia kerja.


3

d. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan

industri pertambangan.

e. Mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru dalam

dunia industri yang tidak diperoleh dibangku kuliah.

f. Dapat memberikan suatu sumbangan pikiran bagi perusahaan atau

industri dari permasalahan yang ditemui.

g. Mampu membahas suatu topik yang ditemui di lapangan melalui

metode analisis ilmiah ke dalam bentuk suatu laporan PLI.

h. Mampu menulis suatu laporan kegiatan pengalaman lapangan industri

yang berisi pengalaman lapangan dan pengetahuan yang diperoleh

serta menganalisis dan mempresentasikannya di depan Dosen dan

Mahasiswa.

2. Manfaat Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Adapun manfaat dilaksanakannya kegiatan Pengalaman

Lapangan Industri (PLI) ini, yaitu:

a. Mahasiswa

Mahasiswa dapat melihat langsung keterkaitan antara teori

yang dipelajari di kampus dengan praktik di lapangan industri serta

memberi pengalaman tentang aktivitas lapangan di industri

pertambangan, sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri untuk

menghadapi dunia kerja.


4

b. Universitas

Sesuai dengan buku pedoman PLI Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang, bahwa untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan dan keterampilan dibidang teknologi dan kejuruan maka

mahasiswa perlu dilibatkan langsung dalam berbagai kegiatan

perusahaan serta dapat menjalin hubungan dengan pihak perusahaan.

c. Perusahaan

Dengan harapan perusahaan mendapat suatu masukan dan

perbandingan dalam meningkatkan produktivitasnya maupun metode

dalam penambangan yang telah dilakukan, dari laporan pengalaman

lapangan industri ini.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan

Industri

Pelaksanaan kegiatan PLI dilakukan dengan serangkaian kegiatan

sebagai berikut:

a. Orientasi

Pengenalan aturan-aturan yang ada dan berlaku pada

PT Kalimantan Prima Persada kepada Mahasiswa yang melakukan

kegiatan PLI, disebut juga dengan adaptasi.

b. Praktek

Kegiatan yang dilakukan dimana Mahasiswa dilibatkan

langsung dalam pelaksanaan proses kerja pada perusahaan yang

bersangkutan. Dalam hal ini pembimbing berperan penting untuk


5

mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan dan memberi solusi

terhadap permasalahan yang ditemui mahasiwa yang melakukan

kegiatan PLI tersebut.

c. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data dan permasalahan di dapat dari serangkaian kegiatan

yang dilakukan selama kegiatan PLI, wawancara dengan karyawan

dan hasil konsultasi dengan pembimbing. Selanjutnya data di olah dan

di analisa sesuai referensi dan literatur yang ada sebagai bahan

pertimbangan.

4. Peserta Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Berdasarkan surat balasan dari PT Kalimantan Prima Persada

tanggal 4 Juli 2019 dengan nomor surat A25-0698KPHO/VII-19/EX

mengenai izin praktik lapangan industri, perusahaan bersedia menerima

saya untuk mengikuti kegiatan praktik lapangan di perusahaan.

5. Tempat Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Tempat pelaksanaan kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

(PLI) ditentukan dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Perusahaan atau industri dalam melaksanakan kegiatan atau

operasinya memerlukan tenaga kerja dan tenaga ahli dibidang teknik

atau kejuruan.

b. Perusahaan harus memiliki badan hukum yang bergerak dibidangnya.


6

c. Perusahaan atau industri sedapat mungkin memiliki pusdiklat atau

memiliki tenaga ahli yang bisa memberikan bimbingan atau informasi

kepada mahasiswa selama mengadakan praktik lapangan industri.

d. Memiliki kegiatan atau operasi yang dilakukan oleh perusahaan, agar

mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam

meningkatkan pengetahuan yang diperolehnya di bangku perkuliahan.

Berdasarkan syarat tempat pelaksanaan kegiatan pengalaman

lapangan Industri tersebut, maka PT Kalimantan Prima Persada layak

untuk dijadikan sebagai tempat praktik lapangan industri bagi mahasiswa.

B. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT Kalimantan Prima Persada (KPP) merupakan anak perusahaan

dari PT Pamapersada Nusantara (PAMA) yang didirikan pada tanggal 9

September 2003, berdasarkan akte notaris No. 57 yang dikeluarkan kantor

notaris Noor Hasanah SH dan berdomisili di Banjarbaru, Kalimantan

Selatan. KPP didirikan dengan maksud sebagai second layer PAMA dalam

menjawab kebutuhan custumer skala menengah ke bawah akan jasa

mining contractor yang bonafit dan profesional.

Semenjak berdiri di tahun 1993 pendapatan PAMA sudah

berkembang dari US $ 66 Mil menjadi US $ 357 Mil di tahun 2003. Saat

itu klien-klien PAMA adalah perusahaan-perusahaan produsen batubara

kelas besar Indonesia, kebanyakan diantaranya adalah para investor asing.

Terhadap kondisi tersebut manajemen PAMA justru melihatnya sebagai


7

potential problem, karena dengan keterbatasan infrastruktur yang ada

PAMA memprediksikan apabila tidak melakukan improvisasi maka

di masa mendatang perkembangan pasarnya kemungkinan dapat

terhambat. Mengantisipasi hal tersebut, tercetuslah ide untuk membentuk

sebuah anak perusahaan yang bisa mengambil pasar yang berbeda dari

yang telah dimilikinya sekarang. Yaitu pasar dengan produsen-produsen

yang memiliki konsesi batubara berkategori kecil sehingga medium, yang

memang mulai berkembang saat itu.

Sebagai nilai tambahnya dari induk perusahaan yang

membuatnya, KPP dilahirkan dengan mengusung ide segar yang ditujukan

untuk menerapkan suatu konsep Mining Developer yakni sebuah

pelayanan jasa dibidang pertambangan batubara yang bergerak mulai dari

proses A-Z (A to Z). Mulai dari proses Mine Predevelopment (Feasibility

study & ekplorasi) hingga proses penjualan (marketing & sales). Dalam

perjalan waktu konsep Mining Developer berubah menjadi Integrated

Mining Service dengan tiga bisnis utama, yaitu jasa kontraktor

pertambangan, jasa pelabuhan, dan pengolahan jalan angkut.

Dalam kedudukannya sebagai salah satu anggota dari ASTRA

Affiliadted Company (Affco), KPP berasal dari rumpun industri ASTRA

Heavy Equipment Mining & Energi Group yang pada awalnya diprakasai

oleh Uneted Tractors (UT). Selain berasal dari PAMA, saham kepemilikan

KPP dimiliki pula oleh PT Unite Tractors Engineering. Secara spesifik


8

komposisinya adalah 99,9 % dimiliki oleh PT Pamapersada Nusantara dan

0,1 % oleh PT United Tractors Engineering.

Sejak pertama kali didirikan, KPP telah mengalami pertumbuhan

yang sangat signifikan walaupun bisa dikatakan masih tergolong muda.

Berdasarkan jumlah sumber daya manusianya, dalam waktu 12 tahun KPP

sudah berkembang hingga lebih dari 40 kali lipatnya. Sedangkan secara

revenue, diakhir 2014 KPP telah berhasil mencapai pendapatan sebesar 3,5

Milyar Dollar jauh berpuluh kali lipat dari revenue yang didapakan di

tahun 2003 ketika KPP baru berdiri.

Sebagai Mining Contractor, KPP menawarkan jasa kepada

pemegang kuasa Penambangan dimulai dari proses persiapan pembukaan

wilayah kerja baru, operasional ekploitasi komoditas (mining operation),

pengangkutan komoditas (hauling process), dan proses reklamasi

tambang. Sedangkan sebagai Port Service, KPP menyediakan pelayanan

proses jual-beli batubara, manajemen Port Stockyard, manajemen

shipping & loading, hingga proses transshipment ke mother vessel.

Semenjak didirikan, proyek KPP beroperasi di wilayah

Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur

(Gambar 1). Hingga ini beberapa proyek yang masih dilakukan

diantaranya adalah:

a. Rantau Mining Project

b. Sungai Puting Port Project

c. Asam-Asam Mining Project


9

d. Pama Adaro Hauling Project

e. Indexim Mining Project

f. Malinau Mining Project

g. Asmin Bara Baronang Hauling Project

h. Prolindo Cipta Nusantara ( PCNS ) Mining Project

Sumber: PT Kalimantan Prima Persada


Gambar 1. Project map PT Kalimantan Prima Persada di Pulau
Kalimantan
2. Identitas Perusahaan

a. Nama perusahaan : PT Kalimantan Prima Persada

b. Alamat : Jl. Rawa Gelam I No. 9, Kawasan Industri Pulo

Gadung, Jakarta Timur 13930, Indonesia.


10

Jl. A, Yani Km. 30,5 No. Rt. 005 Rw. 002

Kel. Guntung Payung Kec. Landasan Ulin

Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

c. Website : http://www.kppmining.com

d. Logo :

Sumber: Website PT Kalimantan Prima Persada


Gambar 2. Logo PT Kalimantan Prima
Persada
3. Visi, Misi dan Budaya Kerja PT Kalimantan Prima Persada

a. Visi

Menjadi perusahaan jasa pertambangan terintegrasi yang

terbesar di Indonesia melalui CARES:

1) Komitmen terhadap kualitas dan pengiriman produk yang tepat

waktu.

2) Kepedulian terhadap kualitas hidup karyawan dan masyarakat

sekitar.

3) Kemampuan rekayasa tambang yang dapat diandalkan.

4) Manajemen tambang yang efektif dan efisien.

5) Kesadaran terhadap keselamatan, kesehatan kerja, dan

lingkungan hidup (K3LH).


11

b. Misi

1) Memberikan pelayanan dalam industri pertambangan melalui

jasa kontraktor tambang, manajemen pelabuhan dan manajemen

jalan angkut, pengolahan batubara dan dengan kualitas terbaik,

harga yang kompetitif, dan ketepatan pengiriman.

2) Meningkatkan penciptaan nilai bagi pemegang saham.

3) Membangun kompetensi dan rasa memiliki dalam diri karyawan

melalui lingkungan yang cerdas.

4) Menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dengan para

pemangku kepentingan.

5) Membangun perilaku kerja yang mengutamakan Keselamatan,

Kesehatan kerja, dan Lingkungan hidup.

c. Budaya kerja

Budaya kerja PT Kalimantan Prima Persada disingkat

dengan kata CISS, yaitu:

1) Competence

Dapat diandalkan dengan semangat menjadi yang

terbaik untuk memberikan nilai tambah terhadap semua pihak.

2) Integrity

Dapat dipercaya dengan prinsip memegang teguh

kejujuran, tanggung jawab, keterbukaan, dan kedisiplinan.


12

3) Synergy

Dapat bekerja sama, menghargai perbedaan dengan

menyatukan keunggulan masing-masing sebagai sebuah kekuatan

yang mengutamakan kebersamaan serta kegembiraan untuk

mencapai hasil yang berlipat ganda.

4) Safety

Mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, peduli

lingkungan hidup, dan memberdayakan masyarakat sekitar.

Slogan budaya kerja PT Kalimantan Prima Persada dapat

dilihat pada Gambar 3.

Sumber: PT Kalimantan Prima Persada


Gambar 3. Slogan budaya kerja PT Kalimantan Prima Persada
13

4. Struktur Organisasi PT Kalimantan Prima Persada (Gambar 4)

Project Manager

SM Departement FAT Departement HCGS Departement SHE Departement Plan Departement

Engineering Departement Production Departement

Departemen Head

Section Head

Mine Plan Surveyor Monitoring &


Controlling

Sumber: PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR


Gambar 4. Struktur organisasi PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR
14

Struktur organisasi pada PT Kalimantan Prima Persada Jobsite

HJUR Rantau dipimpin oleh satu orang Project Manager yaitu Bapak

Arditya Koesnindar yang dalam kepemimpinan beliau terdapat 7 buah

departemen dan dipimpin oleh seorang Department Head, sebagai berikut:

a. Supply Management Department (SM)

Departemen ini bertugas penyimpanan, pembelian, dan

pengawasan semua kebutuhan yang menunjang kebelancaran

produksi. Contohnya adalah bahan peledak, unit/peralatan tambang,

perangkat komputer, alat-alat safety, bahan bakar yang merupakan

kebutuhan penunjang kebelancaran produksi. Departemen SM

dipimpin oleh Bapak Gufran Ledi.

b. Finance, Accounting, and Taxes Department (FAT)

Departemen ini bertugas untuk mengawasi pemasukan dan

pengeluaran dari perusahaan, pembayaran pajak kepada negara, dan

asset validation. Departemen FAT dipimpin oleh Bapak Prasid

Junaedi.

c. Engineering Department

Departemen ini dipimpin oleh Bapak Eko Chandra Widodo

dan membawahi tiga divisi. Pertama, divisi mine plan yang bertugas

untuk rancangan desain setiap kegiatan penambangan, mulai dari

rancangan tahunan hingga rancangan harian. Divisi ini dipimpinan

oleh Pak Eko Prastono. Kedua, survey bertugas untuk melakukan

peninjauan lapangan dan memastikan plan yang telah dibuat oleh


15

mine plan dapat terlaksana. Ketiga, monitoring and controlling yang

bertugas untuk menganalisa data dan mengevaluasi hasil kinerja dari

engineer maupun produksi setiap harinya.

d. Human Capital and General Services Department (HCGS)

Departemen HCGS bertugas untuk mengurus kontrak

karyawan hingga karyawan tersebut resign atau PHK, memberikan

gaji kepada karyawan, jasa keamanan (security), melakukan training

terhadap karyawan, sarana dan prasarana untuk karyawan, serta

hubungan dengan masyarakat sekitar. Departemen ini dipimpin oleh

Bapak Askur Noviari.

e. Safety, Health, and Environtment Department (SHE)

Departemen SHE bertugas untuk membuat dan memastikan

setiap pekerjaan yang dilakukan sudah memenuhi Standard

Operasional Pekerjaan (SOP) keselamatan yang baik, mengadakan

inspeksi kesehatan kepada karyawan baik itu makanan maupun jam

tidur, serta memastikan industri pertambangan yang dilakukan tidak

mencemarkan lingkungan. Departemen ini dipimpin oleh Bapak

Rizky Dwi Febrianto.

f. Production Department

Departemen ini dipimimpin oleh Bapak Lay Agus Rachman

dengan Section Head Pak Ervian Rusdhiarso. Sebagai pimpinan

departemen produksi bertugas untuk memastikan pekerjaan yang

dilakukan setiap harinya dapat memenuhi target produksi. Tugas dari


16

departemen ini mengeksekusi setiap pekerjaan yang dirancang oleh

bagian engineering department dengan bantuan operator yang di

arahkan oleh Grup Leader produksi. Untuk mengejar target produksi

batubara maupun overbarden yang telah ditetapkan oleh owner,

departemen ini bekerja selama 24 jam yang dibagi menjadi 2 shift,

masing-masing shift bekerja selama 12 jam.

g. Plant Department

Departemen plant bertugas untuk menyediakan service untuk

unit-unit alat berat dan melakukan controlling terhadap keadaan

semua unit. Departemen ini dipimpin oleh Bapak Dwi Wahyu

Purnomo.

5. KEMS (KPP Engineering Mining System)

Dalam menjalankan bisnis, PT Kalimantan Prima Persada

memiliki sebuah standar yang dipakai untuk berkomunikasi dalam

engineering process yaitu KEMS. KEMS dibuat sebagai acuan dalam

melakukan proses pertambangan agar tercapai “Best Mining Pratice”

untuk diterapkan di semua situs pertambangan milik perusahaan. KEMS

juga membantu untuk mengevaluasi performa dari departemen

engineering agar ke depannya lebih baik. KEMS terdiri dari beberapa

elemen, yaitu Mine Design, Mine Schedule, Dewatering System, Drillling

and Blasting, dan Distance and Grade Monitoring.


17

C. Deskripsi Kegiatan Industri

1. Keadaan Umum Daerah

a. Lokasi kerja

Lokasi wilayah IUP OP (Izin Usaha Pertambangan Operasi

Produksi) PT Bhumi Rantau Energi dengan No.1425/30/DJB/2004

yang diterbitkan pada tanggal 1 September 2004. Secara

administatif lokasi penambangan PT Kalimantan Prima Persada

Jobsite HJUR terletak di Desa Cabe, Rantau, Kabupaten Tapin,

provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi kerja PT Kalimantan Prima

Persada Jobsite HJUR dapat dilihat pada Gambar 5.

(a)
18

(b)
Sumber: PT Kalimantan Prima Persada
Gambar 5. Map lokasi kerja (a) Peta topografi lokasi kerja (b)
PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR

PT Kalimantan Prima Persada merupakan kontraktor industri

pertambangan, yang pada kegiatannya dimulai dari eksplorasi,

eksploitasi batubara, transportasi, hingga pengelolaan pelabuhan

untuk proses pengiriman terhadap pembeli. Pada PT Kalimantan

Prima Persada Jobsite HJUR terdapat tiga buah pit yang masih

beroperasi, yaitu Pit Agathis, Pit Cendana dan Pit Mahoni Selatan.
19

Dengah shift kerja dua kali yaitu pukul 07.00-18.00 WITA dan pukul

18.00-07.00 WITA.

b. Kesampaian daerah

Lokasi PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR dapat

ditempuh dengan rute perjalanan sebagai berikut:

1) Dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang,

Sumatera Barat menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarta

menggunakan transportasi udara selama 1 jam 45 menit.

2) Setelah itu dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara

Syamsudin Noor Banjar ditempuh dalam waktu 1 jam 45 menit.

3) Dilanjutkan dengan menggunakan transportasi darat berupa

mobil dari Banjar Baru menuju bagian timur memasuki

Kabupaten Tapin, lokasi tambang PT Kalimantan Prima

Persada selama 3 jam perjalanan.

c. Iklim dan curah hujan

Seperti pada umumnya daerah yang ada di Indonesia, Rantau

dan sekitarnya juga beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim

yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan terjadi pada

bulan November sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim

kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober.

Daerah Rantau memiliki curah hujan yang lumayan tinggi dan sedang

yang dapat dilihat pada Gambar 6.


20

Data Curah Hujan Rata-rata


Tahun 2018

Curah Hujan (mm)


329 328 340
277
242
207
159 155
124 80 76 50

Bulan

Sumber: Departement Engineering (2019)


Gambar 6. Grafik data curah hujan rata-rata tahun 2018

d. Keadaan geologi dan geomorfologi

Secara regional daerah penambangan batubara

PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR termasuk dalam

lingkungan pengendapan Cekungan Barito yang terbentuk pada kala

Miosen Tengah. Cekungan Barito terdiri dari batuan tersier yang

membagi stratigrafi dimulai dari tua ke muda yaitu: satuan Pra Tersier,

Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, dan Formasi

Dohor. Berdasarkan data laporan hasil ekplorasi PT Kalimantan Prima

Persada Jobsite HJUR pada Cekungan Barito, batubara diketahui

berada pada Formasi Warukin Atas, dimana hampir seluruh daerah

penambangan tertutup oleh batuan Formasi Warukin Atas. Peta

geologi daerah penelitian bisa dilihat pada Gambar 7.


21

Lokasi Penelitian

Sumber: PT Kalimantan Prima Persada


Gambar 7. Peta kompleks geologi daerah pulau
Kalimantan (kiri) dan peta geologi daerah Kalimantan
Selatan (kanan)

Formasi Warukin Atas di hampir seluruh wilayah

penambangan Jobsite HJUR, didominisi batu lempung dan batu pasir

dengan sisipan batu lanau dan batubara. Formasi Warukin secara

litologi terdiri dari batu pasir, batu lanau dan batubara yang

diendapkan pada lingkungan fluviatil, rawa sampai delatik. Ketebalan

dari formasi ini mencapai 2500 meter di lapangan minyak Tanjung,

pada bagian bawah ditemukan fosil Flosculina bontangensis yang

menunjukkan Kala Miosen tengah. Formasi Warukin diendapkan

secara selaras di atas Formasi Berai dan pada bagian bawah dari

formasi ini sering dijumpai sisipan batu gamping berlapis yang

menunjukkan perubahan berangsur dari Formasi Berai. Statigrafi

Cekungan Barito dapat dilihat pada Gambar 8.


22

Sumber : Departement Engineering, 2010


Gambar 8. Statigrafi Cekungan Barito

Dan secara morfografi daerah penelitian ini terdiri dari

perbukitan. Secara morfometri memiliki kelerengan antara 16-40%

dengan ketinggian antara 40-150 m. Secara morfostruktur dikontrol

oleh struktur homoklin. Berdasarkan atas aspek morfografi,

morfometri dan morfostruktur, maka geomorfologi daerah penelitian

merupakan perbukitan homoklin berlereng curam menengah.


23

Daerah penelitian secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua)

satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan bergelombang

dan satuan morfologi pedataran. Satuan morfologi perbukitan

bergelombang berupa perbukitan homoklin, tinggian, dan

punggungan yang membentuk perbukitan dengan ketinggian berkisar

antara 35-150 m di atas permukaan laut (dpl). Batuan penyusunnya

terdiri dari batu lempung, batu pasir kuarsa, batu lanau dengan sisipan

batubara. Satuan morfologi pedataran berupa dataran alluvial terletak

di sebelah barat dengan ketinggian 10 – 35 m di atas permukaan air

laut (dpl). Menempati daerah aliran sungai. Batuan penyusunnya

terdiri dari batu pasir, batu lempung, batu lanau dan hasil pelapukan

batuan yang lebih tua serta endapan sungai.

Secara keseluruhan daerah berupa dataran dan perbukitan

akibat dari tenaga endogen dan eksogen. Perbukitan terjadi akibat

gaya pengangkatan dari bawah permukaan, sedangkan pada dataran

bekerja erosi yang sangat kuat oleh sungai. Sehingga untuk batuan

yang resisten terhadap erosi dan pelapukan lebih kuat, membentuk

perbukitan dan batuan yang resisten sehingga cenderung membentuk

dataran karena mengalami orogenesa.

Pola pengaliran pada daerah penelitian menyerupai

cabang-cabang pohon. Hal ini mencerminkan kekerasan batuan yang

sama. Pola pengaliran di daerah penelitian merupakan pola dari

dendritik. Pola dendritik terjadi karena pengaruh topografi dan


24

struktur. Bentuk lembah yang berkembang di daerah penelitian adalah

“V” lemah. Bentuk lembah “V” lemah menunjukkan litologi

penyusun daerah penelitian berukuran butir halus yang mudah terkena

pengikisan atau penggerusan pada dasar lembah oleh material yang

mengalami.

e. Genesa bahan galian

Batuan yang tersingkap di daerah praktek lapangan terdiri

dari Formasi Warukin Atas. Litologi di formasi ini terdiri dari

perselingan antara batu lempung dan batu lanau dengan sisipan batu

pasir dan batubara. Berikut adalah karakteristik umum dari litologi

penyusun:

1) Batu lempung

Batu lempung, warna abu-abu kecoklatan sampai coklat

keputihan, kekerasan lunak-padu, menyerpih, mengandung

sisipan-sisipan batubara, struktur masif. Berdasarkan data logbor

perusahaan ketebalan batu lempung mulai dari beberapa

sentimeter sampai 16,6 meter.

2) Batu lanau

Batu lanau, warna abu-abu muda sampai abu-abu tua,

lunak-keras, padu, kadang menyerpih, berserat karbon, struktur

sedimen parallel laminasi dan masif. Material penyusun berupa

pasir dalam massa kuarsa yang tersemenkan oleh silika.

Berdasarkan data logbor perusahaan ketebalan lapisan batu lanau


25

dimulai dari beberapa sentimeter sampai 7,3 meter, rata-rata

berada pada ketebalan 2,5 meter.

3) Batu Pasir

Batu pasir, warna abu-abu muda sampai abu-abu

keputihan, berbutir halus-kasar, membundar-menyudut

tanggung, mudah hancur-keras, komponennya kuarsa kadang

mengandung coal chip dengan semen silika dan oksida besi.

Struktur sedimen yang berkembang berupa parallel laminasi,

ripple dan reverse graded bedding. Berdasarkan data logbor

perusahaan ketebalan dari batu pasir dimulai dari beberapa

sentimeter hingga 8,4 meter.

4) Batubara

Batubara, warna hitam, kusam, bagian bawah agak

mengkilap, pecahan menyudut, dan mengotori tangan.

Berdasarkan data logbor perusahaan ketebalan dari batubara

dimulai dari beberapa sentimeter sampai 25-30 meter. Arah

jurusan perlapisan Formasi Warukin Atas berkisar dari N18°E-

N217°E dan kemiringan berkisar dari 25°- 45°.

Berdasarkan variasi litologi yang terdapat pada daerah

penelitian, yang berupa data singkapan maka daerah ini tersusun oleh

satuan batu lempung. Perlapisan batuan yang tersingkap pada lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.


26

Gambar 9. Perlapisan batuan yang tersingkap di lokasi


penelitian
f. Kualitas Batubara

Kualitas batubara yang terdapat di PT Kalimantan Prima

Persada Jobsite HJUR yaitu berjenis sub bituminous dapat dilihat pada

Gambar 10. Dengan Striping Ratio 3,24 dan target produksi

Overburden 1.199.621 bcm serta target produksi batubara 369.775 ton

untuk bulan agustus 2019. Batubara pada Jobsite HJUR ini berwarna

hitam, kusam, bagian bawah agak mengkilap, pecahan menyudut dan

memiliki kandungan kalori 3800 – 4200 kkal yang dapat dilihat pada

Gambar 10.
27

Gambar 10. Batubara yang terdapat pada PT Kalimantan


Prima Persada Jobsite HJUR
2. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilakukan pada PT Kalimantan Prima

Persada Jobsite HJUR meliputi: Survey lapangan, pembukaan lahan dan

pengupasan tanah pucuk, pemboran dan peledakan overburden,

pengupasan dan pemuatan overburden, pengangkutan overburden,

penimbunan overburden, reklamasi, penambangan batubara, pemecahan

batubara, dan pengangkutan batubara dari stockpile ke port. Bentuk

kegiatan dapat dilihat pada Bussiness Process PT Kalimantan Prima

Persada (Gambar 11).


28

Sumber: PT Kalimantan Prima Persada


Gambar 11. Bussiness process PT Kalimantan Prima Persada

a. Survey lapangan

Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan

lingkungan dan kemajuan dari tambang tersebut, sehingga

perencanaan aktivitas penambangan dapat berjalan dengan

semaksimal mungkin.

Survey lapangan pada PT Kalimantan Prima Persada Jobsite

HJUR dilakukan setiap hari oleh Team Survey untuk memantau sejauh

mana kemajuan suatu tambang dan mengetahui apakah yang

dikerjakan pada aktivitas penambangan sudah sesuai dengan yang

direncanakan. Setelah Survey dilaksanakan team survey akan

memberi tanda/patok yang berisikan informasi kepada team produksi

dan data yang didapat dari survey langsung diserahkan ke Departemen

Engineering untuk mengetahui perkembangan actual di lokasi

penambangan. Kegiatan survey di PT Kalimantan Prima Persada

Jobsite HJUR dapat dilihat pada Gambar 12.


29

Gambar 12. Survey menggunakan total station (kiri);Patok


informasi cek elavasi (kanan)

b. Pembersihan lahan (land clearing)

Land clearing adalah proses pembersihan lahan dari

pepohonan dan semak-semak sebelum aktivitas penambangan

dimulai. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada siang hari dengan

menggunakan alat berat yaitu Bulldozer.

Pada PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR kegiatan

land clearing dilakukan dengan menggunakan metode countur dan

metode zig zag, karena metode itu cocok untuk daerah penambangan

berbukit dan datar. Hasil kegiatan land clearing pada Pit Ahgatis

Jobsite HJUR dapat dilihat pada Gambar 13.


30

Sumber: Laporan Rika Yastavia (2019)


Gambar 13. Hasil pelaksanaan land clearing

c. Pengupasan tanah pucuk (top soil)

Pengupasan tanah pucuk (top soil) dilakukan setelah kegiatan

land clearing selesai, dimana tanah yang dikupas berada paling atas

sampai batas lapisan sub soil yang berketebalan 50 cm.

Pada PT Kalimantan Prima Persada pada Jobsite HJUR

pengupasan top soil yang dilakukan dengan menggunakan alat

excavator Komatsu type PC300. Kemudian dimuat ke alat berat dump

truck berjenis Scania LD dan diangkut ke tempat penyimpanan top

soil yaitu bank soil. Top soil yang terkumpul akan dipergunakan

sebagai lapisan teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan

memasuki tahapan reklamasi. Proses kegiatan pengupasan top soil

dapat dilihat pada Gambar 14.


31

Gambar 14. Pengupasan tanah pucuk (top soil) dengan excavator


Komatsu PC300
d. Pemboran dan peledakan overburden

Pemboran merupakan suatu kegiatan pembuatan lubang

ledak pada lapisan overburden yang digunakan sebagai tempat untuk

memasukkan isian bahan peledak. Pada PT Kalimantan Prima Persada

pada Jobsite HJUR, kegiatan pemboran yang dilakukan menggunakan

alat blasthole drill rig berjenis Sandvik D-245S dengan diameter


7
7 inch dan kedalam pemboran 9 meter. Aktivitas pemboran yang
8

dilakukan perusahaan dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Aktivitas pemboran overburden dengan alat


blasthole drill rig Sandvik D-245S
32

Aktivitas peledakan dapat dilakukan setelah aktivitas

pemboran selesai. Kegiatan peledakan bertujuan untuk memberaikan

lapisan penutup (overburden), sehingga penggalian overburden sesuai

dengan produktivitas alat excavator yang digunakan. Aktivitas

pedakan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada

Gambar 16.

Gambar 16. Aktivitas peledakan overburden

e. Pengupasan dan pemuatan overburden/interburden

Overburden merupakan lapisan penutup yang bersifat tidak

memiliki humus yang menutup lapisan batubara yang tidak memiliki

nilai ekonomis. Sedangkan Interburden merupakan lapisan batuan

diantara dua seam batubara. Pengupasan lapisan batuan penutup ini

biasanya dilakukan dengan alat berat yaitu Excavator dan di muat

menggunakan alat berat Higth Dump Truck (HD). Metode pemuatan

(loading) terdiri dari berbagai cara yaitu top loading (bench loading),

double bench loading dan bottom loading. Namun perusahaan lebih

sering menggunakan metode top loading (bench loading) karena


33

posisi alat muat yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi alat

angkutnya memudahkan operator excavator untuk menempatkan

material yang hendak diangkut pada vessel alat angkutnya dan

mempersingkat waktu siklus untuk alat muat. Loading Overburden

sendiri menggunakan Excavator Komatsu PC1250SP dan Excavator

Komatsu PC850.

Kegiatan pengupasan dan pemuatan overburden di

PT Kalimantan Prima Persada pada Jobsite HJUR dapat dilihat pada

Gambar 17.

Gambar 17. Pengupasan dan pemuatan overburden


dengan Top Loading

f. Pengangkutan overburden (hauling)

Kegiatan pengangkutan lapisan tanah penutup

(overburden/interburden) dilakukan dengan menggunakan alat

angkut Komatsu HD785 yang berkapasitas 100 ton atau 45 bcm dan

HD465 berkapasitas 50 ton atau 22,5 bcm. Overburden diangkut oleh

hauler menuju ke disposal/waste dump area. Kegiatan hauling


34

overburden di PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR dapat

dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Proses hauling overburden menuju disposal

g. Penimbunan overburden (Dumping)

Tahapan penimbunan merupakan kegiatan yang dilakukan

setelah pasca pengangkutan. Kegiatan penimbunan overburden di

PT Kalimantan Prima Persada pada Jobsite HJUR terdapat bulldozer

yang merapikan dan meratakan pada proses penimbunan overburden

di disposal. Selain itu tinggi jenjang disposal yang dirancang setinggi

10 meter. Proses dumping overburden pada area disposal WD

Krakatau dapat dilihat pada Gambar 19.


35

Gambar 19. Proses dumping HD785 di disposal

h. Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan Batubara

Kegiatan penggalian batubara dilakukan menggunakan

excavator Komatsu PC300 dan untuk alat muat batubara

menggunakan Dump Truck (DT) berjenis Scania LD dan Hino type

FM 260 JD. Setelah proses loading batubara selanjutnya tahap

pengangkutan (hauling) batubara menuju stockpile (Gambar 21).

Batubara yang diangkut dari Pit akan ditimbang terlebih dahulu agar

dapat mengetahui volume batubara yang telah tertambang.

Selanjutnya batubara diangkut menuju crusher untuk memperkecil

ukuran batubara sesuai dengan permintaan konsumen (Gambar 22 dan

23). Kemudian batubara disimpan di stockpile sebelum dibawa

menuju pelabuhan. Proses pemuatan batubara dilihat pada Gambar 20.


36

Gambar 20. Proses pemuatan (loading) batubara

Gambar 21. Proses hauling batubara menuju stockfile

Gambar 22. Proses pengecilan batubara di crusher


37

Gambar 23. Batubara di stockpile

i. Reklamasi

Setelah semua rangkaian kegiatan penambangan selesai

dilaksanakan selanjutnya dilakukan kegiatan reklamasi. Reklamasi

dilakukan dengan cara penanaman kembali pada lahan bekas tambang

bertujuan untuk mengembalikan zona awal berupa hutan dengan

berbagai jenis tanaman yang tumbuh dilokasi tersebut. Reklamasi di

IUP PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR dilakukan oleh

owner yaitu PT Bhumi Rantau Energi. Hasil kegiatan reklamasi pada

Jobsite HJUR dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Reklamasi Jobsite HJUR


38

3. Peralatan Tambang

Peralatan tambang sangat dibutuhkan dalam akitvitas

penambangan, baik itu alat tambang utama maupun alat tambang

penunjang. Adapun alat-alat yang digunakan oleh PT Kalimantan Prima

Persada Job site HJUR, sebagai berikut:

a. Alat Tambang Utama

1) Excavator

Excavator atau mesin penggeruk merupakan alat berat

yang digunakan untuk menggali dan memuat material (loading),

mengangkat material (lifting), mengikis tebing dan pembuatan

jenjang, serta meratakan (grading). Ada beberapa jenis excavator

yang digunakan dalam aktivitas penambangan Jobsite HJUR,

antara lain: Excavator Komatsu type PC1250-SP, PC850, PC400,

PC300, dan PC200. Excavator yang digunakan perusahaan dapat

dilihat pada Gambar 25, 26, 27, 28, dan 29.

Gambar 25. Excavator Komatsu PC1250-SP


39

Gambar 26. Excavator Komatsu PC850

Gambar 27. Excavator Komatsu PC200

Gambar 28. Excavator Komatsu PC300


40

Gambar 29. Excavator Komatsu PC400

2) High Dump Truck (HD)

High dump truck berfungsi untuk mengangkut atau

memindahkan material overburden maupun interburden keluar

lokasi tambang. Jenis high dump truck yang digunakan

perusahaan yaitu: Komatsu type HD465 dan Komatsu type

HD785, yang dapat dilihat pada Gambar 30 dan 31.

Gambar 30. High dump truck Komatsu HD645


41

Gambar 31. High dump truck Komatsu HD785

3) Dump truck LD

Dump truck LD digunakan untuk mengangkut atau

memindahkan material top soil ke banksoil yang telah disediakan.

Jenis dump truck LD yang digunakan perusahaan adalah Scania

LD seperti Gambar 32.

Gambar 32. Dump truck Scania LD

4) Dump truck batubara

Dump truck batubara berfungsi untuk memindahkan

material batubara dari pit menuju stockpile dan dari stockpile

menuju port. Dump truck batubara yang digunakan untuk


42

kegiatan pit menuju stockpile adalah Hino type FM 260 JD

dengan kapasitas 28 ton seperti Gambar 33. Dan dump truck yang

digunakan untuk memindah material batubara dari stockpile

menuju port adalah Scania R580 seperti pada Gambar 34.

Gambar 33. Dump truck batubara Hino FM 260 JD

Gambar 34. Dump truck batubara Scania R580

5) Blasthole Drilling rig

Blasthole drilling rig merupakan kesatuan alat bor yang

berfungsi untuk pembuatan lubang ledak pada pengeboran.

Blasthole drilling rig yang digunakan oleh perusahaan berjenis


7
Sandvik D-245S dengan diameter 7 inch dengan kedalaman
8
43

pemboran 9 meter. Alat bor yang digunakan dapat dilihat pada

Gambar 35.

Gambar 35. Blasthole drilling rig Sandvik D-245S

b. Alat Penunjang Tambang

Untuk membantu kelancaran alat-alat tambang utama, maka

dibutuhkan alat lainnya yang bersifat sebagai penunjang operasi dan

produksi tambang yang dikenal sebagai alat penunjang tambang.

Berikut alat penunjang tambang yang ada di lokasi penambangan

PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR:

1) Motor Grader

Motor Grader adalah alat berat dengan pisau panjang

yang digunakan untuk meratakan sesuatu pekerjaan tanah,

misalnya pada pembuatan jalan. Motor Grader yang digunakan

berjenis Komatsu type GD825A, yang dapat dilihat pada

Gambar 36.
44

Gambar 36. Motor Grader Komatsu GD825A

2) Bulldozer

Bulldozer merupakan salah satu alat berat yang berkerja

mendorong, menggali, menggusur, mertakan, menarik beban dan

menimbun (Digging, cutting/filling, pushing, spreading, grading,

skidding, dll). Bulldozer yang digunakan perusahaan berjenis

Komatsu DZ85 seperti Gambar 37.

Gambar 37. Bulldozer Komatsu DZ85

3) Tower Lamp

Tower Lamp merupakan alat yang digunakan sebagai

penerangan minimum yang diadakan untuk membantu


45

operasional dalam melaksanakan aktivitas dimalam hari. Tower

Lamp ini dipasang pada semua titik yang dianggap diperlukan

penerangan. Tower Lamp yang digunakan dapat dilihat pada

Gambar 38.

Gambar 38. Tower Lamp

4) Water Truck

Water Truck merupakan truk pengangkut air yang

digunakan untuk menyiraman jalan tambang yang bertujuan

untuk mengurangi debu pada saat musim panas. Pada

PT Kalimantan Prima Persada ada 3 jenis Water Truck yang

digunakan yaitu Water Truck capacity 20.000 L, 30.000 L dan

50.000 L dapat dilihat pada Gambar 39, 40 dan 41.


46

Gambar 39. Water Truck capacity 20.000 L

Gambar 40. Water Truck capacity 30.000 L

Gambar 41. Water Truck capacity 50.000 L


47

5) Compactor

Compactor merupakan alat pemadat tanah atau material

jalan untuk mencapai tingkat kepadatan tanah yang sesuai dengan

aktivitas hauling. Compactor yang digunakan oleh perusahaan

dapat dilihat pada Gambar 42.

Gambar 42. Compactor

6) Fuel Truck

Fuel Truck merupakan truk pengangkut bahan bakar

yang telah difilterasi ke lokasi unit yang membutuhkan

penambahan bahan bakar/fuel, sehingga dapat membantu

optimalisasi penambangan. Fuel Truck yang digunakan

perusahaan dapat dilihat pada Gambar 43.


48

Gambar 43. Fuel Trunk

7) Legra

Legra merupakan alat yang digunakan untuk memompa

air yang terdapat didalam lubang ledak. Jenis legra yang

digunakan perusahan telah digabungkan dengan sarana seperi

pada Gambar 44.

Gambar 44. Legra

8) Mobile Mixer/Manufacturing Unit (MMU)

Mobile mixer/manufacturing unit adalah alat yang

digunakan untuk pencampuran bahan peledak berupa amunium


49

nitrat dan solar serta memudahkan pengisian lubang ledak secara

mekanis. MMU yang digunakan oleh perusahaan seperti Gambar

45.

Gambar 45. Mobile Mixer/Manufacturing Unit (MMU)


9) Mobil Sarana

Mobil sarana berfungsi sebagai transportasi karyawan

dari kantor/mess/parkiran kendaraan untuk ke lokasi

penambangan, sebagai transportasi yang memudahkan tim

departemen engineering berpindah-pindah tempat di lokasi

penambangan untuk melakukan pengawasan dan keperluan

selama pekerjaan/kegiatan di lapangan. Mobil sarana ini dapat

dilihat pada Gambar 46.


50

Gambar 46. Sarana departemen engineering

D. Perencanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) yang dilakukan

penulis di penambangan batubara PT Kalimantan Prima Persada sesuai dengan

proposal yang diajukakan pada tangal 10 Juli - 22 Agustus 2019 dengan

perincian kegiatan yang direncanakan dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai

berikut :

Tabel 1. Perencanaan kegiatan penulis


Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Orientasi Lapangan
2 Pengamatan Lapangan
Pengumpulan Data
3
Lapangan
Penyusunan Laporan
4
dan Presentasi
5 Presentasi Laporan
51

Jadwal dan lama kegiatan ini dapat berubah sesuai kondisi

di perusahaan. Ada juga perencanaan kegiatan yang baru berdasarkan topik

bahasan yang diarahkan oleh departeman engineering pusat sebelum kegiatan

pada Jobsite HJUR, timeframe baru dapat dilihat pada Lampiran 1.

E. Pelaksanaan Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) terdiri dari rangkaian

kegiatan yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya, mulai dari awal

sampai pada tahap penyusunan laporan. Adapun tahapan kegiatan yang

dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Pengalaman Lapangan Industri

Pada tahap ini penulis memulai kegiatan dengan mempersiapkan

berbagai hal yang diperlukan untuk mengikuti kegiatan Pengalaman

Lapangan Industri (PLI) yaitu:

a. Mengikuti Coaching atau pembekalan PLI di Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang dan di Jurusan Teknik Pertambangan

Universitas Negeri Padang.

b. Memiliki tabungan SKS sebanyak 120 SKS untuk program Sarjana.

c. Meminta surat permohonan kepada koordinator PLI di jurusan

sekaligus perekomendasian dosen pembimbing.

d. Menyerahkan surat tersebut kepada Unit Hubungan Industri (UHI)

untuk pembuatan surat permohonan pelaksanaan PLI.

e. Pihak UHI membuat surat permohonan ke perusahaan/industri.

f. Penulis mengirim surat permohonan ke perusahaan/industri.


52

g. Perusahaan menerima penulis untuk melaksanakan praktik lapangan

industri.

h. Penulis melapor dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing

sebelum berangkat ke perusahaan.

i. Komunikasi dengan pihak KPHO tentang keberangkatan. Pada

tanggal 08 Juli 2019 dikantor PT Kalimantan Prima Persada (KPHO)

untuk jadwal keberangkatan menuju site penambangan.

2. Tahap Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri

Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) dimulai dari

tanggal 10 Juli – 22 Agustus 2019. Adapun tahapan kegiatan yang

dilakukan penulis di lapangan tempat melaksanakan PLI adalah sebagai

berikut:

a. Kegiatan orientasi

1) Pada tanggal 08 Juli 2018, penulis berada di kantor pusat

PT Kalimantan Prima Persada (KPP) daerah Kawasan Industri

Pulo Gadung, Jakarta Timur. Aktivitas yang penulis lakukan

adalah registrasi, perkenalan bagian Departemen Engineering.

2) Pada tanggal 10 Juli 2019, penulis sampai di Kalimantan Selatan.

Sebelum menuju Jobsite HJUR penulis menunggu sarana di Mess

Ulin KPP yang tidak jauh dari bandara Hasanuddin Noor.

3) Pada tanggal 11 Juli 2018, hari pertama penulis melaksanakan

kegiaatan orientasi PLI yang dilakukan di kantor Jobsite HJUR.

Tahap pertama yang penulis lakukan yaitu regestrasi


53

di departemen HCGS dan regestrasi induksi SHE (Hazard

Identification Risk Assessment (HIRA), TSP, dan first aid).

Kemudian penulis melakukan perkenalan dengan kepala dan staf

bagian departemen HCGS, SHE, Produksi, dan Engineering.

Setelah itu penulis melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan

yang bertujuan untuk mengetahui kesahatan kondisi fisik dari

setiap orang yang akan meleksanakan pekerjaan tambang dan

sebagai pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan, dapat

dilihat pada Gambar 47.

Gambar 47. Pemeriksaan kesehatan

Penulis mengikuti induksi SHE (HIRA, TSP, dan first

aid) seperti Gambar 48. Serta melakukan perkenalan dengan

project manager Jobsite HJUR


54

Gambar 48. Pelaksanaan induksi SHE (HIRA, TSP, dan


First aid)
4) Penulis mengikuti kegiatan departemen produksi di kantor selama

3 hari, mulai dari perkenalan sampai kegiatan apa saja yang

dilakukan oleh departemen produksi.

5) Penulis melakukan kegiatan pengambilan Mine & Port Permit

pada tanggal 15 Juli 2019 dan Alat Pelindung Diri (APD) pada

tanggal 16 Juli 2019 di departemen SHE.

6) Setelah mendapatkan Mine & Port Permit penulis mengikuti

kegiatan departemen engineering selama 3 hari.

b. Kegiatan Harian

Pada hari-hari berikutnya penulis ikut serta dalam kegiatan

yang dilakukan Departemen Engineering dan Departemen Produksi,

baik itu dalam kegiatan yang dilaksanakan dikantor maupun kegiatan

yang dilaksanakan di lapangan.

1) Kegiatan Safety Talk

Kegiatan Safety Talk adalah kegiatan yang dilakukan

rutin setiap hari rabu jam 07.00 WITA yang dipimpin oleh
55

Departemen SHE. Kegiatan ini dilakukan di kantor dan juga di

lapangan. Keselamatan kerja adalah hal yang sangat di perhatikan

di PT Kalimantan Prima Persada oleh karena itu kegiatan Safety

Talk dilakukan bertujuan untuk memperkenalkan dan

mengingatkan seluruh karyawan agar menjaga keselamatan

dalam bekerja baik itu kesalamatan untuk diri sendiri dan juga

untuk peralatan tambang yang digunakan. Pada kegiatan Safety

Talk pemateri menyampaikan isu-isu kesehatan dan juga

membahas kecelakaan kerja yang terjadi di tambang agar tidak

terjadi kecelakaan yang sama. Kegiatan Safety Talk dapat dilihat

pada Gambar 49.

Gambar 49. Kegiatan Safety Talk

2) Kegiatan Daily Meeting

Kegiatan ini dilakukan setiap hari di view point pada jam

09.00 WITA. Pada kegiatan ini perwakilan dari masing-masing

departemen (Engineering, Produksi, SHE dan Plant)

PT Kalimantan Prima Persada bersama Owner PT Bhumi Rantau


56

Energi mengevaluasi hasil ketercapaian dihari sebelumnya dan

menyampaikan hambatan-hambatan yang ada serta mencari

solusi untuk pemecahan masalah hambatan tersebut. Kegiatan

Daily Meeting dapat dilihat pada Gambar 50.

(a)

(b)
Gambar 50. (a)(b) Kegiatan daily meeting

3) Kegiatan Survey Lapangan

Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh Team Survey, MOCO dan Mine Plan. Pada

kegiatan ini Mine Plan melakukan pengecekan apakah kegiatan

yang dilakukan dilapangan sudah sesuai dengan yang


57

direncakakan. Team Survey melakukan pengecekan elevasi aktual

pada pit untuk mengecek apakah sudah sesuai dengan request

level (RL) yang diterapkan oleh owner. Kegiatan survey lapangan

dapat dilihat pada Gambar 51.

Gambar 51. Kegiatan survey lapangan

4) Kegiatan Pengamatan Pemboran

Pada PT Kalimantan Prima Persada pada Jobsite HJUR,

kegiatan pemboran yang dilakukan menggunakan alat blasthole


7
drill rig berjenis Sandvik D-245S dengan diameter 7 8 inch (200

mm) dan kedalam pemboran 9 meter. Ketentuan geometri

pemboran didasarkan pada jenis materialnya. Pola pemboran

yang diterapkan adalah pengeboran selang-seling (staggered

pattern) dengan lubang bor tegak. Adapun alur pemborannya

antara lain:
58

a) Pemasangan Patok Plan Drill

Pemasangan patok untuk menandai daerah yang

akan dibor. Hal ini bertujuan agar operator yang melakukan

preparasi mengetahui batas area yang akan dipreparasi

(Gambar 52).

Gambar 52. Patok informasi bondery plan drill blast

b) Preparasi

Preparasi dilakukan untuk mempersiapkan area

peledakan seperti meratakan material-material tumpukan

atau membuat jalan dengan bantuan Bulldozer agar

mempermudah mesin bor dalam melakukan pengeboran

lubang bor. Preparasi are pemboran dapat dilihat pada

Gambar 53.
59

Gambar 53. Preparasi area pemboran

c) Membuat Blast Design

Blast Design digunakan sebagai acuan berapa

banyak lubang bor yang akan dibuat dan bagaimana

rangkaian yang akan dipakai pada lokasi yang akan

diledakan. Contoh Blast Design dapat dilihat pada

Gambar 54.

Gambar 54. Blast design


60

d) Pemasangan Titik (mark up)

Bertujuan sebagai titik rencana yang akan dibor.

Pemasangan titik dilakukan oleh tiga orang dengan

menggunakan tali telah diukur panjangnya sesuai burden dan

spasi (Gambar 55).

Gambar 55. Pemasangan Titik (mark up)

e) Pemasangan Safety Line dan Pemboran

Safety Line dipasang dengan tujuan untuk

menandakan jika area tersebut sedang digunakan untuk

aktivitas pemboran. Aktivitas pemasangan Safety Line dan

pemboran yang dilakukan perusahaan dapat dilihat pada

Gambar 56.
61

Gambar 56. Pemasangan Safety Line

f) Pemeriksaan Kedalaman dan Keadaan Lubang Tembak

Pemeriksaan dilakukan agar mengetahui kondisi

dari lubang tembang mulai dari kedalaman dan keterdapatan

air pada lubang tembak. Hasil pemboran dan pemeriksaan

keadaan lubang ledak dapat dilihat pada Gambar 57 dan 58.

Gambar 57. Hasil Pemboran


62

Gambar 58. Pemeriksaan kedalaman dan kondisi


lubang tembak

5) Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk (Overburden) dengan

Peledakan

Waktu peledakan pada PT Kalimantan Prima Persada

Jobsite HJUR adalah sekitar jam 12.00 – 13.00 WIB yang

dilakukan setiap hari kecuali hari Jum’at. Tahapan kegiatan

peledakan antara lain, yaitu:

a) Setelah pemboran selesai tim drill and blast PT Kalimantan

Prima Persada Jobsite HJUR akan membuat blast design dan

menentukan jumlah bahan peledak yang akan digunakan.

b) Selanjutnya tim drill and blast akan mengorder bahan

peledak ke gudang handak yang dikelola oleh owner PT

Bhumi Rantau Energi.

c) Setelah bahan peledak sudah selesai di order selanjutnya

akan dibawa ke lokasi peledakan yang dikawal oleh Tim

Security. Sementara sebagian kru blasting yang berada

dilokasi peledakan melakukan persiapan sebelum pengisian


63

(charging) yang dapat dilihat pada Gambar 59, seperti

pemasangan rambu keamanan dan pembagian stemdeck di

setiap lubang ledak.

Gambar 59. Persiapan sebelum charging

d) Setelah MMU sampai dilokasi peledakan selanjutnya

dilakukan kegiatan pengisian bahan peledak (charging)

sesuai dengan blast design. Bahan peledak yang digunakan

yaitu ANFO. Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu kegiatan

Priming. Priming adalah proses perakitan booster dan in

hole delay detonator. Pada PT Kalimantan Prima Persada

menggunakan in hole delay detonator 500 ms dan 900 ms

dengan panjang 9 dan 12 meter tergantung panjang spasi dan

burden. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses

peledakan dapat dilihat pada Gambar 60, 61 dan 62.


64

Gambar 60. (kiri-kanan) Booster dan ANFO

Gambar 61. (kiri-kanan) inhole 500 ms dan 900 ms

Gambar 62. (kiri-kanan) Proses priming dan charging


65

e) Stemming merupakan pengisian material penutup pada

lubang ledak. Material stemming yang digunakan yaitu

material hasil pemboran lubang ledak.

f) Tie Up merupakan proses merangkai surface delay detonator

sesuai dengan blast design yang telah dibuat sebelumnya.

PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR menggunakan

2 macam surface delay detonator yaitu delay 109 ms dan

176 ms dengan panjang 9 dan 12 meter tergantung panjang

spasi dan burden (Gambar 63). Proses Tie Up dapat dilihat

pada Gambar 64.

Gambar 63. (kiri-kanan) Surface delay detonator


109 ms dan 176 ms
66

Gambar 64. Proses Tie Up


g) Setelah itu dilakukan proses pemasangan elektrik detonator

pada inisiasi point (IP) yang selanjutnya disambungkan ke

blastting machine menggunakan lead wire. Peralatan yang

digunakan dapat dilihat pada Gambar 65 dan 66.

Gambar 65. (kiri-kanan) Elektrik Detonator dan lead wire


67

Gambar 66. Blasting Machine

h) Setelah semua rangkaian kegiatan selesai selasai, dilakukan

kegiatan peledakan yang dipandu oleh pimpinan blastguard

sebagai pemimpin pemblokiran jalan sekitaran area

peledakan dalam keadaan aman dari unit dan manusia. Jika

area sudah dikatakan aman oleh masing-masing blastguard

selanjutnya pimpinan blastguard memberikan perintah

peledakan kepada Shotfire.

6) Kegiatan Pengukuran Ground Vibration

Kegiatan pengukuran Ground Vibration dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan data getaran dan

suara/kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan peledakan.

Menurut SNI 7571:2010 alat pengukuran getaran adalah

Seismograf yang terdiri dari satu buah Standard Transducer yang

didalamnya terdapat tiga unit Geophone Sensor yang dapat

merekam gelombang transversal, longitudinal dan vertikal dan

satu buah Microphone untuk merekam suatu ledakan.


68

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat

MicromateTM yang akan membaca ilai getaran dalam bentuk

satuan peak per velocity (Longitudinal, transfersal dan vertikal)

dan peak velocity sum (pvs). Sedangkan untuk bunyi data yang

didapat dalam bentuk dB(A). Aktivitas pengukuran Ground

Vibration dapat dilihat pada Gambar 67.

Gambar 67. Aktivitas pengukuran Ground Vibration

Langkah-langkah pengukiran menggunakan

MicromateTM adalah sebagai berikut:

a) Hubungkan geophone sensor dan microphone sensor pada

MicromateTM.

b) Hidupkan MicromateTM dengan cara menekan tombol power

selama beberapa detik hingga layar MicromateTM menyala.

c) Lalu pada menu setup lakukan setting parameter

MicromateTM, diantaranya yaitu:


69

(1) Active Sensor : menentukan sensor apa saja yang ingin

diaktifkan. Geophone, Microphone, atau

Geophone/Microphone untuk mengaktifkan kedua sensor.

(2) Sample Rate : sesuai dengan jarak lokasi pengukuran

dengan lokasi peledakan.

(3) Tringger Level isikan angka minimun getaran yang dapat

ditangkap oleh MicromateTM. Misalnya 0,05 m/s untuk

geophone trigger artinya adalah alat akan mampu

merekam data yang bernilai >0,05.

d) Selanjutnya isikan parameter seperti location untuk lokasi

pengukuran, client untuk nama costomer, company untuk

nama perusahaan, dan general note untuk catatan tambahan

bila diperlukan.

e) Tancapkan geophone sensor dan microphone sensor pada

tanah dengan arah menuju area lokasi peledakan agar bisa

menangkap getaran yang dihasilkan.

f) Lakukan sensor check untuk memastikan semua alat sudah

terpasang dengan benar untuk menangkap gellombang.

Apabila pada display monitor menunjukan passed, maka

perekaman data (start monitoring) bisa dilakukan. Namun

apabila salah satu menunjukkan failed, maka atur ulang

posisi alat dan lakukan kembali sensor check.


70

g) Selanjutnya tekan tombol start monotoring untuk memulai

perekaman data ground vibration.

h) Amati display monitor saat peledakan terjadi untuk

menentukan data getaran yang didapatkan.

i) Setelah selesai merekam data tekan tombol cancel.

j) Selanjutnya matikan MicromateTM dengan cara menekan

tombol power selama beberapa detik, kemudian akan muncul

perintah dischange battery, lalu pilih yes.

k) Data yang didapatkan dari pengukuran menggunakan

MicromateTM selanjutnya dianalisis dengan menggunakan

software blastware 10.74 untuk mendapatkan daily report

7) Pengamatan Pengecekan Pasca Peledakan

Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apakah

peledakan berjalan dengan baik dan melihat kemungkinan

terjadinya gagal ledak dalam artian bahan peledak sudah meledak

secara keseluruhan. Jika pada pengecekan tidak terdapat gagal

ledak, maka kondisi dinyatakan aman dan kegiatan operasional

bisa dilanjutkan kembali. Pengecekan ini biasanya dilakukan oleh

pimpinan blastquard dan shotfire setelah 5 menit peledakan

berakhir.

8) Kegiatan Belajar Software untuk menunjang kegiatan Blasting

Aktivitas yang penulis ikuti selama dilapangan

diantaranya, yaitu:
71

a) Software ShotPlus I-Pro.

Software ini digunakan untuk membuat simulasi

peledakan dan rangkaian peledakan serta mengetahui berapa

lubang tembak yang meledak waktu meledak per delay

dengan selisih waktu tembak kurang dan sama dengan 18

ms. Contoh pengaplikasian software shotplus i-pro dapat

dilihat pada Gambar 68.

Gambar 68. Pengaplikasian software shotplus i-pro

b) Software Blastware 10.74

Software ini digunakan untuk membaca dan

menganalisa data hasil pengukuran ground vibration. Contoh

pengaplikasian software blastware 10.74 dapat dilihat pada

Gambar 69.
72

Gambar 69. Pengaplikasian software blastware 10.74

c) Software AutoCAD

Software ini digunakan untuk menggambarkan

keadaan tambang serta memberitahu lokasi yang akan

dijadikan area peledakan serta posisi blastquard. Contoh

pengaplikasian software AutoCAD dapat dilihat pada

Gambar 70.

Gambar 70. Pengaplikasian software AutoCAD

c. Pengumpulan Data dan Penulisan Laporan

Dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan penulis

melakukan pengamatan serta mengumpulkan data yang akan


73

digunakan untuk penulisan laporan. Setelah semua data lengkap

penulis memulai menulis laporan kegiatan pengalaman lapangan

industri selama melaksanakan kegiatan diperusahaan. Dalam

penulisan laporan tersebut penulis dibimbing oleh pembimbing

dilapangan (supervisor).

d. Presentasi laporan kegiatan pengalaman lapangan industri yang telah

dilaksanakan di PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR, Rantau,

Kalimantan Selatan.

3. Tahap Pasca Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri

Adapun kegiatan pasca pengalaman lapangan industri adalah

sebagai berikut:

a. Setelah selesai melaksanakan kegiatan PLI penulis kembali kekampus

dan melapor kepada dosen pembimbing bahwasanya kegiatan telah

selesai.

b. Penulis menyerahkan laporan PLI dan formulir penilaian surpervisor

kepada dosen pembimbing.

c. Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing mengenai laporan

yang telah dibuat dan mempresentasikan laporan PLI di Jurusan

Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

F. Hambatan dan Penyelesaian

Selama kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) terdapat

beberapa hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan, diantaranya:


74

1. Keterlambatan surat balasan dari peusahaan (KPHO) sehingga

keberangkatan tidak sesuai dengan jadwal yang diajukan pada proposal.

Penyelesaiannya penulis melengkapi persyaratan-persyaratan yang harus

dibawa sembari menunggu surat balasan sehingga ketika surat balasan

sudah ada penulis dapat langsung berangkat ke perusahaan.

2. Keterlambatan pemberian Mine & Port Permit dan alat pelindung diri dari

perusahaan sehingga penulis tidak bisa langsung melaksanakan kegiatan

dilapangan. Penyelesaiannya penulis mengisi waktu dengan mengikuti

kegiatan-kegiatan departemen produksi dan engineering di kantor dan juga

penulis memulai penulisan laporan kegiatan.

3. Keterlambatan pemberian Magazine Permit & Mine Permit dari owner

sehingga penulis tidak bisa melakukan kegiatan peledakan secara

keseluruhan. Penyelesaiannya penulis hanya bisa melakukan aktivitas

dengan didampingi oleh quide leader (GL) Blasting.

G. Temuan Menarik

Selama melaksanakan kegiatan PLI di PT Kalimantan Prima Persada

Jobsite HJUR, penulis menemukan beberapa temuan menarik diantaranya:

1. Adanya jalan warga yang memotong jalan hauling batubara dari pit

menuju stockpile, sehingga aktivitas hauling terhambat jika ada warga

yang lewat karena warga adalah prioritas utama untuk melewati jalan

(Gambar 71). Untuk mengamankan dan mengatur aktivitas jalan pada

persimpangan tersebut terdapat seorang security. Pemotongan jalan telah

disepakati oleh pihak peusahaan bersama warga setempat.


75

Gambar 71. Jalan hauling yang memotong jalan warga

2. Adanya antrian alat angkut overburden dan alat angkut batubara, dapat

dilihat pada Gambar 72 dan 73.

Gambar 72. Antrian alat angkut overburden

Gambar 73. Antrian alat angkut batubara


76

3. Adanya setting fleet pada loader dan hauler pengupasan overburden yang

dipasangkan bervariasi padahal berbeda kapasitasnya, sehingga untuk

menghitung produktivitas alat gali-muat sedikit susah, dapat dilihat pada

Gambar 74.

Gambar 74. Setting fleet campuran antara HD785 dan HD465


dengan loeder excavator PC1250-SP

4. Adanya aktivitas loading dan pemboran kurang dari 40 meter, dapat dilihat

pada Gambar 75.

Gambar 75. Aktivitas loading dan pemboran kurang dari 40 meter


77

5. Dari beberapa kegiatan peledakan yang penulis amati selama melakukan

kegiatan PLI di Pit Agathis terdapat fragmentasi yang dapat dilihat pada

Gambar 76.

Gambar 76. Boulder hasil peledakan pit Agathis


BAB II
TOPIK BAHASAN

A. Latar Belakang Penulisan Topik

PT Kalimantan Prima Persada (KPP) merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang Mining Contractor khususnya tambang

batubara. Saat ini KPP memiliki beberapa job site yang sedang berjalan, salah

satunya adalah job site HJUR di Desa Cabe, Kec. Rantau, Kalimantan Selatan.

Pada job site HJUR, KPP berkerja sama dengan owner PT Bhumi Rantau

Energi (BRE).

Aktivitas penambangan pada jobsite HJUR terdapat 3 lokasi yang

masih beroperasi yaitu Pit Mahoni, Pit Aghatis, dan Pit Cendana. Metode

penambangan yang dilakukan adalah metode tambang terbuka (open pit

mining). Sehingga dalam upaya penngambilan bahan galiannya perlu

dilakukan pembongkaran tanah penutup (Overburden) dengan menggunakan

metode peledakan karena nilai kekerasan batuan penutup yang tinggi, sehingga

tidak memungkinkan untuk dibongkar langsung (metode free digging) ataupun

dengan metode ripping & dozing.

Kegiatan peledakan bertujuan untuk melepas atau memberaikan

material dari batuan induknya agar ukuran fragmentasi yang dihasilkan dapat

memudahkan kegiatan penambangan selanjutnya (Bhandari, 1997: 2-3).

Menurut Singgih, dkk dalam Auaradha (2019: 4) “Keberhasilan suatu

peledakan dapat dilihat dari target produksi yang terpenuhi, efisiensi

penggunaan bahan peledak untuk memperoleh sejumlah volume batuan yang

terbongkar (powder factor), diperoleh fragmentasi batuan hasil peledakan

78
79

dengan sedikit bongkahan (<15% dimensi batuan 100 cm), diperoleh dinding

batuan yang stabil dan rata (tidak ada overbreak, overhang, retakan-retakan),

aman (sesuai dengan standar operasional prosedur), serta dampak lingkungan

yang minim”.

Kegiatan peledakan yang telah diterapkan pada jobsite HJUR di Pit

Aghatis pada bulan Juli-Agustus masih dikatakan belum memuaskan.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, fragmentasi peledakan berukuran

boulder (≥ 80 cm) menggunakan model Kuz-Ram didapatkan presentasi

sebesar 39% , dimana perusahaan menargetkan presentasi boulder hanya 15%.

Geometri peledakan yang telah diterapkan yaitu diameter lubang 7,875 inchi,

burden 6 – 8 m, spacing 8 – 9 m, depth 4,1 – 5,7 m , Stemming 2,23 – 3,66 m,

Powder Factor (PF) 0,10 – 0,17 kg/m3, dan air decking 0,8 m.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi

untuk mengetahui seberapa efektif dan efisiennya penerapan geometri

peledakan yang telah diterapkan terhadap fragmentasi batuan hasil peledakan

yang berukuran boulder. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk

mengangkat judul topik bahasan pada laporan PLI, yaitu Evaluasi Geometri

Peledakan Terhadap Fragmentasi Batuan pada Pit Aghatis Kalimantan

Prima Persada Jobsite HJUR, Rantau, Kalimantan Selatan.

B. Kajian Teoritis

1. Kegiatan Peledakan

Peledakan merupakan suatu upaya yang dilakukan perusahaan

untuk memberaikan batuan dari batuan induk menggunakan bahan


80

peledak. Kegiatan peledakan bertujuan untuk memecahkan atau

memberaikan massa batuan menjadi fragmentasi dengan ukuran tertentu

sehingga memudahkan proses penggalian batuan yang dilakukan

excavator.

2. Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan

Menurut Diktat Angkatan VI dalam Sahrul (2018: 24)

menyatakan bahwa “Proses pecahnya batuan akibat energi ledakan dapat

dibagi dalam tiga tingkat, yaitu :

a. Proses Pemecahan Batuan Tingkat I (Dynamic Loading)

Pada saat bahan peledak diledakkan di dalam lubang tembak,

maka terbentuk temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal ini

mengakibatkan hancurnya batuan di sekitar lubang tembak. Hal ini

menimbulkan adanya gelombang kejut (shock wave) yang merambat

menjauhi lubang ledak dengan kecepatan antara 3000-5000 m/detik,

sehingga menimbulkan tegangan tangensial yang mengakibatkan

adanya rekahan menjari mengarah keluar di sekitar lubang tembak.

Rekah pertama menjalar terjadi dalam waktu 1-2 ms.

b. Proses Pemecahan Batuan Tingkat II (Quasi-Static Loading)

Tekanan sehubungan dengan gelombang kejut yang

meningkatkan lubang ledak pada proses pemecahan tingkat I

adalah positif. Apabila mencapai bidang bebas akan dipantulkan,

tekanan akan turun dengan cepat, kemudian berubah menjadi negatif

dan timbul gelombang tarik. Gelombang tarik (tensile wave) ini


81

merambat kembali di dalam batuan. Oleh karena batuan lebih kecil

ketahanannya terhadap tarikan daripada tekanan, maka akan terjadi

rekahan–rekahan primer (primary failure cracks) disebabkan karena

tegangan tarik (tensile stress) dari gelombang yang dipantulkan.

Apabila tegangan tarik cukup kuat akan menyebabkan slambing atau

spalling pada bidang bebas. Dalam proses pemecahan tingkat I dan

tingkat II fungsi dari gelombang kejut adalah menyiapkan batuan

dengan sejumlah rekahan–rekahan kecil. Secara teoritis energi

gelombang kejut jumlahnya antara 5-15 % dari energi total bahan

peledak. Jadi gelombang kejut menyediakan kesiapan dasar untuk

proses pemecahan tingkat akhir.

c. Proses Pemecahan Batuan Tingkat Tiga (Release Of Loading)

Dibawah pengaruh takanan yang sangat tinggi dari gas–gas

hasil peledakan maka rekahan radial primer (tingkat II) akan

diperlebar secara cepat oleh kombinasi efek dari tegangan tarik

disebabkan kompresi radial dan pembajian (pneumatic wedging).

Apabila massa batuan di depan lubang ledak gagal dalam

mempertahankan posisinya bergerak ke depan maka tegangan tekan

tinggi yang berada dalam batuan akan dilepaskan (unloaded) seperti

spiral kawat yang ditekan kemudian dilepaskan. Efek dari terlepasnya

batuan (unloading) adalah menyebabkan tegangan tarik tinggi dalam

massa batuan yang akan melanjutkan pemecahan hasil yang telah

terjadi pada proses pemecahan tingkat II. Rekahan hasil dalam


82

pemecahan tingkat II menyebabkan bidang–bidang lemah untuk

memulai reaksi–reaksi fragmentasi utama pada proses peledakan.

Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan dapat dilihat Pada

Gambar 77.

Bidang Bebas Pada tahap pertama terjadi


penghancuran batuan disekitar
lubang ledak dan diteruskannya
energi ledakan kesegala arah.

Retakan disekitar lubang ledak

Energi ledakanmenghancurkan batuan


disekitar lubang ledak

Energi ledakan diteruskan kesegala arah

Pada tahap kedua energi ledakan


yang bergerak sampai bidang
Bidang Bebas bebas menghancurkan batuan
pada dinding jenjang tersebut
Pecahnya batuan pada dinding
jenjang diakibatkan tegangan tarik

: Tegangan tangensial

: Tegangan radial.

: Tegangan tarik.

Pada tahap terakhir, energi


ledakan yang dipantulkan oleh
Bidang Bebas bidang bebas pada tahap
sebelumnya, danekspansi gas
akan menghancurkan
batuandengan lebih sempurna

Lubang ledak
Batas bidang bebas

Sumber : Modul Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)


Gambar 77. Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan
83

3. Geometri Peledakan

Geometri peledakan sangat berpengaruh dalam mengontrol hasil

peledakan, karena jika geometri peledakannya baik akan menghasilkan

fragmentasi batuan yang sesuai dengan ukuran alat peremuk, tanpa adanya

bongkah, kondisi jenjang yang lebih stabil, serta keselamatan alat-alat

mekanis dan keselamatan para pekerja lebih terjamin.

Dalam operasi peledakan ada tujuh standar dasar geometri

peledakan menurut R.L Ash (Gambar 78) yaitu: burden, spacing,

stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, panjang kolom isian dan

tinggi jenjang.

Sumber: Modul Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)


Gambar 78. Geometri peledakan menurut teori R.L Ash

a. Burden (B)

Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang dengan bidang

bebas yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan. Burden


84

diturunkan berdasarkan diameter lubang ledak atau diameter mata bor

atau diameter dodol bahan peledak. Untuk menentukan burden, R.L

Ash mendasarkan pada acuan yang dibuat secara empirik, yaitu

adanya batuan standar dan bahan peledak standar.

Batuan standar adalah batuan yang mempunyai sifat berat

jenis atau densitas 160 lb/cuft (2,65 ton/m3), tidak lain dari densitas

batuan rata-rata. Bahan peledak standar adalah bahan peledak yang

memiliki berat jenis (SG) 1,20 gr/cc dan kecepatan detonasi (VoD)

12.000 fps (3.657,60m/s) dan burden ratio (Kb) standar yaitu 30. Kb

standar ini digunakan jika batuan yang diledakkan sama dengan

batuan standar dan menggunakan bahan peledak standar.

Tetapi jika batuan dan bahan peledak yang akan digunakan

tidak sama dengan ukuran standar, maka harga Kb Standar itu harus

dikoreksi menggunakan faktor penyesuaian (adjustment factor).

1/3
Dstd 1/3 SG. Ve2
Af1 = ( ) dan Af2 = ( )
D SGstd . Ve std2

Maka,

Kb Terkoreksi = Kbstd x Af1 x Af2

Dimana:

Af1 = Adjusment factor untuk batuan yang diledakkan.

Af2 = Adjusment factor untuk bahan peledak yang dipakai.

Ve = VOD bahan peledak yang digunakan (ANFO = 14.000 fps)

SG = Berat jenis bahan peledak yang digunakan (gr/cc)

D = Bobot isi batuan yang diledakan (lb/ft3)


85

Dst = Bobot isi batuan standar (160 lb/ft3)

SGstd = Berat jenis bahan peledak standar (1,2 gr/cc)

Vestd = VOD bahan peledak standar (12.000 fps)

Kbstd = Burden ratio standard (30)

Jadi,

Kb(terkoreksi)x De
B=
39,30

Dimana:

B = Burden (m)

De = Diameter lubang ledak (inchi)

Kb = Burden Ratio

b. Spacing (S)

Spacing adalah jarak antar lubang ledak dirangkai dalam satu

baris dan diukur terhadap bidang bebas.

S = Ks x B

Dimana:

Ks = Spacing ratio (1,00 - 2,00)

B = Burden (m)

Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan

ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih

besar dari ketentuan akan menyebabkan bongkah (boulder) yang

banyak dan tonjolan (toe) diantara dua lubang ledak setelah

peledakan. Berdasarkan cara urutan peledakanya, pedoman penentuan

spacing adalah sebagai berikut :


86

1) Peledakan serentak, S = 2B

2) Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay)

S=B

3) Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1B hingga 2B.

4) Peledakan terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus, S antara

1,2B hingga 1,8B

5) Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang

ledak dalam baris yang sama, S = 1,15B

c. Stemming (T)

Stemming adalah lubang ledak bagian atas yang tidak diisi

bahan peledak, tetapi biasanya diisi oleh cutting hasil pemboran atau

material berukuran kerikil (lebih baik) dan dipadatkan di atas bahan

peledak. Stemming berfungsi untuk:

1) Meningkatkan confining pressure dari akumulasi gas hasil

peledakan.

2) Menyeimbangkan tekanan didaerah stemming.

3) Mengurangi gas hasil proses kimia bahan peledak.

4) Mengontrol kemungkinan terjadinya airblast dan flyrock.

Untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan dulu

stemming ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming dengan

burden. Biasanya Kt standar yang dipakai 0,70 dan ini cukup untuk

mengontrol airblast, flyrock, dan stress balance. Apabila Kt < 1 maka


87

akan terjadi cratering atau backbreaks, terutama pada systemcollar

primming. Untuk menghitung stemming dipakai persamaan:

T = Kt x B

Dimana:

Kt = Stemming ratio (0,70 - 1,00)

T = Stemming (m)

d. Subdrilling (J)

Subdrilling merupakan jarak pemboran lubang peledakan

yang melebihi batas lantai jenjang bagian bawah. Subdrilling perlu

untuk menghindari problem tonjolan (toe) pada lantai, agar jenjang

terbongkar tepat pada batas lantai jenjang sehingga didapat lantai

jenjang yang rata setelah peledakan, karena dibagian ini merupakan

tempat yang sukar diledakan. Panjang subdrilling diperoleh dengan

menentukan harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih

kecil dari 0,20. Untuk batuan masif biasanya dipakai Kj sebesar 0,30.

Hubungan Kj dengan burden diekspresikan dengan persamaan

sebagai berikut.

J = Kj x B

Dimana:

Kj = Subdrilling ratio (0,2 - 0,4)

J = Subdrilling (m)

e. Kedalaman Lubang Ledak


88

Kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari ukuran

burden untuk menghindari terjadinya overbreaks dan cratering.

Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat

produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Menurut

R.L Ash (1967), kedalaman lubang ledak berdasarkan pada hole depth

ratio (Kh) yang harganya antara 1,50-4,00. Hal ini serupa dengan

stifness ratio. Hubungan kedalaman lubang ledak dengan burden

adalah sebagai berikut :

H
Kh =
𝐵

Dimana:

Kh = Hole depth ratio

H = Kedalaman lubang ledak (m)

f. Panjang Kolom Isian/Charge Leght (PC)

Panjang kolom isian merupakan hasil pengurangan dari

kedalaman lubang ledak dengan panjang stemming, yang merupakan

panjang kolom isian bahan peledak.

Persamaan:

PC = H – T

Dimana:

PC = Panjang kolom isian (m)

H = Kedalaman lubang ledak (m)

T = Stemming (m)
89

g. Tinggi Jenjang (L)

Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh

peralatan lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang

berpengaruh terhadap hasil peledakan seperti fragmentasi batuan,

ledakan udara, batu terbang dan getaran tanah. Penentuan ukuran

tinggi jenjang berdasarkan pada stiffness ratio. Potensi yang terjadi

akibat variasi stiffness ratio dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi yang Terjadi Akibat Variasi Stiffines Ratio (L/B)


Stiffines Ledakan Flying Getaran
Fragmentasi Komentar
Ratio Udara Rock Tanah
Banyak muncul
backbreakdi toe.
1 Buruk Besar Banyak Besar
Jangan dilakukan
rancangan ulang.
Bila
2 Sedang Sedang Sedang Kecil memungkinkan
rancang ulang.
Kontrol dan
3 Baik Kecil Sedikit Kecil
fragmentasi baik.
Tidak akan
Sangat Sangat Sangat menguntungkan
4 Memuaskan
kecil sedikit kecil bila stiffines ratio
lebih dari 4.
Sumber: Modul Kursus Juru Ledak Kelas II

Rumus yang digunakan menurut metode R.L. Ash adalah

sebagai berikut:

L = 5 x De

Dimana:

L = Tinggi jejang maksimum (ft)

De = Diameter lubang ledak (inchi)


90

4. Powder Factor

Powder factor menunjukkan jumlah bahan peledak (kg) yang

dipakai untuk memperoleh satu satuan volume atau berat fragmentasi

peledakan, jadi satuannya biasa kg/m³ atau kg/ton. Dalam Modul Kursus

Juru Ledak Kelas II (2004) mengatakan bahwa “Pemanfaatan powder

factor cenderung mengarah pada nilai ekonomis suatu proses peledakan

karena berkaitan dengan harga bahan peledak yang digunakan dan

perolehan fragmentasi peledakan yang akan dijual”.

Tolak ukur dalam menetapkan angka powder factor, yaitu:

a. Ukuran fragmentasi hasil peledakan yang memuaskan, artinya

tidak terlalu banyak bongkahan (boulder) atau terlalu kecil. Terlalu

banyak bongkahan harus dilakukan peledakan ulang (secondary

blasting) yang berarti terdapat tambahan biaya, sebaliknya bila

fragmentasi terlalu kecil berarti boros bahan peledak dan tentu

biayanya pun tinggi. Ukuran fragmentasi harus sesuai dengan proses

selanjutnya, antara lain ukuran mangkok alat muat atau ukuran umpan

(feed) mesin peremuk batu (crusher).

b. Keselamatan kerja peledakan, artinya disamping berhemat juga

keselamatan karyawan dan masyarakat disekitarnya harus terjamin.

c. Lingkungan, yaitu dampak negatif peledakan yang menganggu

kenyamanan masyarakat sekitarnya harus dikurangi. Dampak negatif

tersebut getaran yang berlebihan, getaran yang menyakitkan telinga.


91

Pada Tabel 3 menjelaskan mengenai hubungan nilai powder

factor yang tepat dengan jenis batuan yang akan diledakan.

Tabel 3. Hubungan powder factor dengan beberapa jenis batuan


No. Batuan PF (Kg/m3)
Fat soft clay, heavy clay, morainic clay, slate clay,
1 heavy loam, coarse grit 0,3-0,5
Marl, brown coal, gypsum, tuff, pumice stone,
2 anthracite, soft limestone, diatomite 0,35-0,55
Clayey sandstone, conglomerate, hard clay shale,
3 marly limestone, anhydrite, micaceous shale 0,45-0,6
Granites, gneisses, synites, limestone, sandstone,
4 siderite, magnesite, dolomite, marble 0,6-0,7
Coarse-grained granite, serpentine, audisite and
5 basalt, weathered gneiss, trachyte 0,7-0,75
Hard gneiss, diabase, porphyrite, trachyte, granite-
6 gneiss, diorite, quartz 0,85
Andesite, basalt, hornfels, hard diabase, diorite,
7 gabbro, gabbro diabase 0,9
Sumber: Sahrul (2018: 41)

a. Perhitungan volume yang diledakkan

Volume batuan yang akan diledakkan tergantung pada

dimensi burden, spasi, tinggi jenjang dan jumlah lubang ledak yang

tersedia. Dimensi atau ukuran spasi, burden, tinggi jenjang

memberikan peranan penting terhadap besar kecilnya volume

peledakan. Adapun rumus perhitungan volume yang akan diledakaan

yaitu sebagai berikut :

V= BxSxLxn

Sumber: Modul Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)


92

Dimana:

V = Volume Peledakan (m3)

B = Burden (m)

S = Spasi (m)

L = Tinggi Jenjang (m)

n = Jumlah Lubang Ledak

b. Perhitungan jumlah bahan peledak

1) Densitas pengisian bahan peledak (loading density)

Loading density yaitu jumlah bahan peledak setiap meter

kedalaman kolom lubang ledak. Densitas pengisian digunakan

untuk menghitung jumlah bahan peledak yang diperlukan setiap

kali peledakan. Adapun persamaan untuk menghitung densitas

pengisian bahan peledak yaitu :

1
de = x 3,14 (De)2 x SG x 1000 (De = Meter)
4
Sumber: Modul Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)

Dimana:

de = Loading Density (Kg/m)

De = Diameter Lubang Ledak

SG = Specific Gravity (gr/cc)

2) Berat bahan peledak tiap lubang ledak (charge weight)

Berat bahan peledak dalam kolom isian bahan peledak

merupakan fungsi dari density bahan peledak, diameter bahan


93

peledak dan panjang kolom isian bahan peledak. Adapun

persamaan untuk menghitung berat bahan peledak yaitu:

E = PC x de

Sumber : Singgih (2006: 71)

Dimana:

E = Berat Bahan Peledak Dalam Lubang Ledak (Kg)

PC = Panjang Kolom Isian (m)

De = Densitas Pengisian Bahan Peledak (kg/m)

c. Perhitungan Powder Factor (PF)

Powder factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan

jumlah bahan peledak yang dipakai dengan volume peledakan, jadi

satuannya kg/m³. Karena volume peledakan dapat pula dikonversi

dengan berat, maka pernyataan PF bisa pula menjadi jumlah bahan

peledak yang digunakan dibagi berat peledakan atau kg/ton. Untuk

perhitungan berdasarkan volume (m3) tiap lubang ledak dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

𝐸
PF =
𝑉
Sumber: Singgih Saptono (2006: 72)

Dimana:

PF = Powder Factor (Kg/m3)

E = Berat Bahan Peledak Dalam Kolom Lubang Ledak (Kg)

V = Volume Yang Akan Diledakkan (m3)


94

5. Pola Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara

lubang-lubang bor dalam suatu baris dengan lubang bor pada baris

berikutnya ataupun lubang-lubang bor yang satu dengan lubang lubang bor

lainya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan

serta arah runtuhan material yang diharapkan.

Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan dapat

dibedakan:

a. Box cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuanya ke depan

dan membentuk kotak (Gambar 79).

Sumber: Modul Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)


Gambar 79. Pola peledakan Box Cut

b. ”V” Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan

dan membentuk huruf V (Gambar 80).

Sumber: Modul Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)


Gambar 80. Pola peledakan V-Cut
95

c. Corner Cut, yaitu peledakan yang arah runtuhanya ke salah satu sudut

dari bidang bebasnya (Gambar 81).

Sumber: Modul Kursus Juru Ledak Kelas II (2004)


Gambar 81. Pola peledakan Corner Cut

Berdasarkan urutan waktu peledakan serentak, maka pola

peledakan diklasifikasikan sebagai beriut:

a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan

secara serentak untuk semua lubang ledak.

b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan

peledakan dengan waktu tunda antara baris satu dengan baris lainya.

Setiap lubang ledak yang akan diledakkan harus memiliki ruang

yang cukup kearah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara

maksimal sehingga lubang ledak akan terdesak, mengembang, dan pecah.

Secara teoritis, dengan adanya tiga bidang bebas (free face) maka kuat

tarik batuan akan berkurang sehingga meningkatkan energi ledakan untuk

pemecahan batuan dengan syarat lokasi dua bidang bebasnya memiliki

jarak yang sama terhadap lubang ledak.

6. Fragmentasi Hasil Peledakan Model Kuz-Ram

Fragmentasi hasil peledakan merupakan salah satu petunjuk

untuk dapat mengetahui keberhasilan dari suatu peledakan selain powder


96

Factor (PF). Karena apabila dalam suatu peledakan, PF tercapai tetapi

tidak menghasilkan ukuran fragmentasi yang diinginkan, maka peledakan

tersebut belum bisa dikatakan berhasil.

Berdasarkan Kuznetzov dalam Singgih (2016: 76) “Ukuran

fragmentasi, TNT, dan struktur geologi batuan dapat digunakan untuk

mencari powder factor”. Dalam percobaannya pada batuan di Kimberlite

dengan berbagai ukuran diameter lubang ledak, pola peledakan, dan

kecermatan pemboran. Dimana persamaannya sebagai berikut:

𝑉 0.8 𝐸 −0,633
𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐴 ( ) 𝑥 𝑄0.167 𝑥 ( )
𝑄 115

Sumber: Singgih (2006:76)

Keterangan:

X = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)

A = Faktor batuan

V = Volume batuan yang terbongkar (V = B x S x L)

Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)

E = Relative weight strength (ANFO = 100 ; TNT = 115)

Di dalam persamaan yang dikemukakan oleh Kuznetzov, yang

dimodifikasi oleh Cunningham ada batasan-batasan yang harus

diperhatikan. Adapun batasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penerapan nisbah S/B untuk pemboran, tanpa waktu tunda tidak boleh

lebih dari dua.


97

b. Penyalaan dan pengaturan waktu tunda peledakan harus disusun

sedemikian rupa, sehingga upaya untuk mendapatkan hasil peledakan

(fragmentasi) yang baik, dan tidak terjadi misfire.

c. Bahan peledak harus menghasilkan energi yang cukup serta dalam

perhitungan menggunakan relative weight strength.

Kurva Rosin-Rammler secara umum telah diakui sebagai rujukan

penggambaran tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan. Suatu titik pada

kurva tersebut, yaitu ukuran mesh dengan 50 % kelolosan diberikan oleh

persamaan Kuznetzov. Faktor-faktor yang diperlukan untuk menentukan

kurva Rosin–Rammler adalah eksponen “n” dalam persamaan:

𝑋𝑚𝑒𝑎𝑛
𝑋𝑐 =
(0,693)1/𝑛

𝑛
𝑅 = 𝑒 −(𝑥/𝑋𝑐)

Sumber: Singgih (2006:77)

Keterangan:

R = Perbandingan material yang tertinggal pada ayakan

x = Ukuran ayakan (cm)

n = Indeks Keseragaman

e = ephsilon (2.718)

Xc = Karekteristik Batuan

Untuk mendapatkan nilai tersebut, hasil perhitungan dengan

persamaan Lownds yang dianalisis dan digambarkan berdasarkan

persamaan regresinya dan nilai “n” sangat tergantung pada ketetepan


98

pemboran, nisbah burden, dan ukuran lubang ledak, pola pemboran, nisbah

spasi dan burden serta nisbah panjang isian dan tinggi jenjang.

𝐵 1 + 𝑆/𝐵 0,5 𝑊 𝑃𝐶
𝑛 = (2,2 − 14 ) 𝑥 ( ) 𝑥 (1 − ) 𝑥 ( )
𝐷𝑒 2 𝐵 𝐿

Sumber: Singgih (2006:77)

Keterangan:

De = Diameter bahan peledak atau lubang ledak (mm)

B = Burden (m)

W = Standar deviasi pemboran (m)

S = Spacing (m)

S/B = Nisbah spasi dan burden

L = Tinggi jenjang (m)

PC = Panjang isian bahan peledak (m)

Nilai “n” mengindikasikan tingkat keseragaman distribusi ukuran

fragmentasi hasil peledakan. Kisaran nilai “n”yang normal untuk

fregmentasi peledakan antara 0,75 sampai 1,5. Apabila nilai “n” semakin

besar maka ukuran fragmentasi semakin seragam, sedangkan sebaliknya

nilai “n” rendah mengindikasikan ukuran fragmentasi yang kurang

seragam. W adalah standar deviasi dari kesalahan pengeboran (m),

Gustafsson menyarankan 3 cm/meter lubang bor sebagai diterima nomor

untuk pengeboran rusak atau penyimpangan drillhole.

Salah satu data masukan untuk model Kuz-Ram adalah faktor

batuan yang diperoleh dari indeks kemampuledakan atau Blastibility Index


99

(BI). Nilai BI ditentukan dari penjumlahan bobot lima parameter yang

ditentukan oleh Lilly seperti yang tertera dalam Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Penentuan faktor batuan berdasarkan pembobotan nilai


Blastability Index (BI)
No Parameter Pembobotan
1 Rock Mass Description (RMD)
Powdery/friable 10
Blocky 20
Totally massive 50
2 Joint plane spacing (JPS)
Close (spasi < 0,1 m) 10
Intermediate (spasi 0,1-1 m) 20
Wide (spasi > 1 m) 50
3 Joint plane orientation (JPO)
Horizontal 10
Dip out of face 20
Strike normal to face 30
Dip into face 40
SGI = 25 x Bobot
4 Specific grafity influence (SGI)
isi – 50
5 Hardness (H) 1-10 (mosh scale)
Sumber: Sahrul (2018: 46)

Hubungan antara kelima parameter tersebut terhadap BI dapat

dilihat pada persamaan berikut:

BI = 0,5 x ( RMD + JPS + JPO + SGI + H)

Sumber: Sahrul (2018: 47)

Keterangan:

BI = Blastibility Index

1 untuk batuan rapuh

7 untuk batuan agak kompak/medium strength


100

10 untuk batuan kompak/keras dengan sisipan yang rapat berjoint

intensif

13 untuk batuan kompak/keras dengan sedikit joint atau sisipan

sebaiknya antara 8-12 (Cunningham, 1983)

RMD = Rock Mass Description

JPS = Joint Mass Description

JPO = Joint Plane Orientation

SGI = Specific Gravity Influence

H = Hardness

Persamaan yang memberikan hubungan antara faktor batuan

dengan kemampuledakan suatu batuan adalah sebagai berikut:

RF = 0,12 x BI

Sumber: Sahrul (2018: 47)

Keterangan:

RF = Faktor batuan (Rock Factor)

BI = Blastibility Index

7. Air Decking

Menurut Pat Mc Laughin dalam jurnal Muhammad (2016: 417)

“Air decking merupakan istilah yang digunakan untuk ruang kosong yang

terdapat pada lubang ledak yang telah diisi bahan peledak, ruang berisi

udara kosong ini sengaja diciptakan untuk berbagai macam tujuan”.

Dalam materi advance drill and blast (2016) mengatakan “Air

decking berguna saat terjadi peledakan akan terjadi pembebanan terhadap


101

batuan dan berefek akan meningkatkan propagasi. Dan juga untuk

memperluas sistem rekahan batuan tersebut tersedia gas bertekanan yang

membantu ground movement”. Dalam percobaan dan pengembangan yang

dilakukan oleh International Technologies, LLC oleh R. Frank Chiappeta

menemukan kesimpulan dari hasil penggunaan Air Decking kajian di

lapangan, sebagai berikut:

a. Menghilangkan subdrill yang selanjutnya menurunkan cost

b. Menurunkan getaran akibat peledakan sebanyak 33%

c. Mengurangi fragmentasi hasil peledakan sebanyak 25%

d. Air decking tidak membawa pengaruh significant terhadap kualitas

fragmentasi selama masih dalam range pengurangan explosive dari

10% - 40% total kolom charge

e. Mengurangi pemakaian bahan peledak dari 16% - 25%

f. Tekanan di dasar lubang bias minimal 2 kali lipat lebih besar dari

tekanan awal atau detonasi awal di dasar lubang.

Letak air decking dalam percobaan R. Frank Chiappeta dapat

dilihat pada Gambar 82, sedangkan distribusi energi kinetic yang

dihasilkan oleh air decking menurut teori R. Frank Chiappeta dapat dilihat

pada Gambar 83.


102

Sumber: Materi Advance D&B (2016)


Gambar 82. Letak air decking dalam percobaan R. Frank Chiappeta

Sumber: Materi Advance D&B (2016)


Gambar 83. Distribusi energi kinetik yang dihasilkan oleh air
decking (R. Frank Chiappeta)

C. Proses Pelaksanaan Kegiatan

1. Studi Literatur

Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan materi yang

akan dibahas dilapangan melalui buku-buku dan laporan-laporan

penelitian serta literatur-literatur tentang teknik peledakan.


103

2. Pengamaatan Lapangan

Tahapan ini meliputi pekerjaan pengamatan terhadap kegiatan

peledakan. Mengukur dan menghitung geometri peledakan yang

diterapkan beserta fragmentasi batuan hasil peledakan.

3. Pengumpulan Data

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang langsung diambil dari pengamatan langsung di

tempat penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari

laporan perusahaan. Adapun data yang diambil, sebagai berikut:

a. Data Primer

Pengambilan data primer yang penulis lakukan berupa data

hasil pengamatan dilapangan, seperti:

1) Geometri peledakan aktual

2) Penggunaan Decking

3) Penggunaan Powder Factor (PF)

4) Foto-foto kegiatan aktual

5) Pengamatan dan perhitungan pada fragmentasi hasil peledakan

menggunakan rumus Kuz-Ram

b. Data sekunder

Berupa data pendukung yang berhubungan dengan

pengamatan hasil observasi orang lain, laporan-laporan teknik,

maupun hasil publikasi terdahulu. Adapun data-data tersebut, antara

lain:
104

1) Keadaan geologi

2) Topografi Jobsite HJUR

3) Karakteristik batuan Jobsite HJUR

4) Parameter klasifikasi massa batuan penutup Pit Aghatis

4. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara melakukan perhitungan

secara teoritis, sehingga mendapatkan rancangan peledakan untuk

pertimbangan kajian teknis dan ekonomis yang dibutuhkan.

5. Menarik Kesimpulan dan Memberi Saran

Setelah dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisa data

maka didapatkan kesimpulan dan alternatif untuk rancangan teknis

geometri peledakan dengan fragmentasi ukuran boulder yang lebih kecil

pada peledakan di Pit Agathis serta memberikan rekomendasi output

kepada perusahaan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengenai evaluasi geometri peledakan terhadap

fragmentasi batuan di Pit Agathis PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR,

Rantau, Kalimantan Selatan. Kegiatan yang dilakukan seperti observasi

kegiatan peledakan, pengumpulan literatur-literatur peledakan, pengambilan

data peledakan aktual dan pengolahan data.

Adapun jadwal kegiatan penelitian yang dilaksanakan mulai pada

tanggal 24 Juli – 8 Agustus 2019. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 5

dan Gambar 84.


105

Tabel 5. Lokasi penelitian di Pit Agathis


No Tanggal Lokasi
1 24 Juli 2019 Agathis LW Blok 32-33
2 25 Juli 2019 Agathis LW Blok 32-33
3 27 Juli 2019 Agathis LW Blok 28-29
4 28 Juli 2019 Agathis LW Blok 32-33
5 29 Juli 2019 Agathis LW Blok 32-33
6 31 Juli 2019 Agathis LW Blok 30-31
7 01 Agustus 2019 Agathis Blok 30 & 31
8 03 Agustus 2019 Agathis Blok 28
9 04 Agustus 2019 Agathis Blok 29
10 05 Agustus 2019 Agathis Blok 28
11 06 Agustus 2019 Agathis Blok 33
12 08 Agustus 2019 Agathis Blok 31-32

Sumber: Engineering PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR, 2019


Gambar 84. Lokasi penelitian di Pit Agathis

E. Pembahasan dan Analisa Data

1. Kegiatan Peledakan Aktual

Kegiatan peledakan pada Pit Aghatis menggunakan bahan

peladak ANFO densitas 0.85 gr/cc dan kecepatan detonasi 4200 ms. Rata-

rata batuan yang diledakan adalah claystone dengan sisipan siltstone dan

sandstone. Berdasarkan rakapitulasi hasil pengamatan dan pengukuran


106

geometri peledakan aktual pada Pit Aghatis dapat dilihat pada Tabel 6

(secara lengkap pada Lampiran 3). Dimana diameter lubang ledak tidak

pernah berubah yaitu 200 mm dan penambahan air decking setiap lubang

ledak dengan panjang 800 mm.

Tabel 6. Geometri Peledakan Aktual


Geometri Peledakan
Kondisi
No Tanggal Burden Spacing Depth Stemming Powder
Lubang Ledak
(m) (m) (m) (m) Factor
1 24-Jul Rata-rata Berair 8 9 5.7 4.2 0.10
2 25-Jul Sangat Berai 7.5 9 4.5 3.0 0.13
3 27-Jul Rata-rata Berair 7.5 9 5.0 3.5 0.12
4 28-Jul Sedikit Berair 6 8 5.7 4.2 0.15
5 29-Jul Sedikit Berair 6 8 5.5 4.0 0.15
6 31-Jul Rata-rata Berair 7 8 4.8 3.3 0.15
7 1-Aug Sedikit Berair 6 8 5.7 4.3 0.14
8 3-Aug Sedikit Berair 7 8 4.1 2.6 0.17
9 4-Aug Rata-rata Berair 7 8 5.4 3.9 0.13
10 5-Aug Sedikit Berair 7 8 5.0 3.5 0.14
11 6-Aug Sedikit Berair 7 8 5.7 4.1 0.13
12 8-Aug Sedikit Berair 7 8 4.8 3.3 0.15
Rata-rata Aktual 6.9 8.3 5.2 3.7 0.14

Tabel 6 terlihat bahwa secara rata-rata geometri peledakan di

lapangan memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan dari aktivitas

yang telah diterapkan dari 24 Juli – 8 Agustus 2019.

Rangkaian peledakan yang sering digunakan di Pit Aghatis yaitu

echelon meskipun terkadang juga menggunakan rangkaian lain seperti,

box cut dan v-cut tergantung dari kondisi area peledakan yang akan

diledakkan. Waktu tunda yang digunakan untuk surface delay

menggunakan waktu tunda 42 ms, 190 ms dan 176 ms dan in hole delay

500 ms dan 900 ms.


107

2. Karakter Batuan Lokasi Penelitian

Pengupasan batuan penutup batubara pada Pit Aghatis dilakukan

dengan peledakan. Arah jurusan perlapisan pada daerah lokasi penelitian

adalah N18°E/288°S dengan sudut kemiringan 30°. Secara statigrafis

batuan yang tersingkap di daerah penelitian terdiri dari Formasi Warukin

Atas. Litologi di formasi ini terdiri dari perselingan antara batu lempung

(claystone) dan batu lanau (siltstone) dengan sisipan batu pasir (sandstone)

dan batubara (coal).

3. Indek Kemampuledakan Batuan (Blastability Index/BI)

Indek kemampuledakan batuan pada daerah penelitian, menurut

Lilly (1986) diperoleh dari penjumlahan harga-harga yang representatif

dari kelima parameter yaitu deskripsi massa batuan, spasi bidang kekar,

orientasi bidang kekar, pengaruh specific gravity, dan hardness.

Blastability Index (BI) digunakan untuk menetukann nilai faktor batuan

yang pada daerah penelitian. Penentuan faktor batuan berdasarkan

blastability index di Pit Aghatis dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Penentuan Faktor Batuan Aktual Berdasarkan Pembobotan


Nilai Blastability Index (BI)
No Parameter Pembobotan Pit Aghatis
Rock Mass Description (RMD)
Powdery/Frieble 10
1
Blocky 20 √
Totally massive 50
Joint Plane Spacing (JPS)
Close (spasi < 0,1 m) 10
2
Intermediate (spasi 0,1 – 1 m) 20 √
Wide (spasi > 1 m) 50
Joint Plane Orientation (JPO)
3
Horizontal 10
108

Dip out of face 20 √


Strike normal to face 30
Dip into face 40
4 Specific Grafity Influence ( SGI ) (25 x Density) - 50 (25 x 2,2) - 50 = 5
5 Hardness ( H ) 1 s.d. 10 3
0,5 x (RMD + JPS 0,5 x (20 + 20 +
6 Blastability Index (BI)
+ JPO + SGI + H) 20 + 5 + 3) = 34
7 Rock Factor (A) 0,12 x BI 0,12 x 34 = 4,08

Rock Mass Description (RMD) ditentukan berdasarkan kondisi

batuan pada Pit Aghatis, dimana batuan penyusun overburden secara

umum adalah batuan claystone dan sandstone. Dengan kondisi RMD

adalah blocky yang lapisan batuan berbentuk blok-blok. Untuk kondisi

Joint Plane Spacing (JPS) yaitu jarak tegak lurus antar dua bidang lemah

yang berurutan dari lokasi penelitian memiliki spasi yang dekat bahkan

sangat dekat dengan jarak antara 20 mm hingga 800 mm, maka JPS

tergolong kedalam intermedie karena memiliki spasi yang dekat. Untuk

kondisi Join Plane Orientation (Orientasi bidang lemah) pada Pit Aghatis

daerah yang akan diledakan pada umumnya termasuk Dip out of face

yang dimana arah orientasi bidang lemah ke arah pit, sehingga nilai JPO

didapatkan adalah dip out of face dengan bobot sebesar 20. Sedangkan

batuan claystone di lokasi penilitian memiliki bobot isi yang tertinggi

dengan nilai 2,2 gr/cc dan dengan kekerasan yang agak Lunak antara 3

skala mosh. Kerena hal tersebut nilai Specific Grafity Influence (SGI) dan

Harness (H) sandstone yang perolehan adalah 5 dan 3.


109

4. Fragmentasi Hasil Peledakan Aktual Berdasarkan Rumus Kuz_ram

Fragmentasi hasil peledakan yang ditetapkan oleh perusahaan

yaitu maksimal berukuran 80 cm, karena ukuran 1/3 dari bucket excavator

PC1250-SP mencapai 90 cm. Jika melebihi dari ukuran fragmentasi

maksimal akan menganggu proses pemuatan material hasil peledakan oleh

alat gali muat ke alat angkut. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap

fragmentasi hasil peledakan aktual yang dilakukan di Pit Aghatis, penulis

menemukan masih banyaknya fragmentasi hasil peledakan yang

ukurannya melebihi dari 80 cm dengan menggunakan model Kuz-Ram

didapatkan rata-rata presentasi yaitu 39%, sehingga dapat mengakibatkan

terganggunya proses pemuatan alat gali muat ke alat angkut.

Perhitungan fragmentasi aktual hasil peledakan dilakukan dengan

cara memasukan rata-rata dari nilai geometri data aktual yang didapat

kedalam model Kuz-Ram. Fragmentasi yang di anggap boulder apabila

melebihi 80 cm (Lampiran 4). Hasil perhitungan fragmentasi aktual di Pit

Aghatis yang melebihi 80 cm dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan Fragmentasi Model Kuz-Ram Hasil Peledakan


Aktual PT Kalimantan Prima Persada Jobsite HJUR
Rata-rata Distribusi
Indek Boulder
No Tanggal Pit/Blok Fragmentasi Fragmentasi
Keseragaman > 80 cm
(cm) (cm)
1 24-Jul lw aghatis/32-33 58.66 0.45 131.52 45%
2 25-Jul lw aghatis/32-33 46.63 0.58 88.23 39%
3 27-Jul lw aghatis/28-29 50.12 0.53 100.02 41%
4 28-Jul lw aghatis/32-33 41.56 0.52 84.60 38%
5 29-Jul lw aghatis/32-33 41.31 0.52 84.09 38%
6 31-Jul lw aghatis/30-31 41.43 0.55 80.27 37%
7 1-Aug aghatis/31 43.56 0.48 93.30 40%
8 3-Aug aghatis/30 37.05 0.63 66.41 32%
9 4-Aug aghatis/29 46.59 0.48 99.94 41%
110

10 5-Aug aghatis/33 43.73 0.52 88.82 39%


11 6-Aug aghatis/33 47.02 0.48 100.85 41%
12 8-Aug aghatis/31-32 41.43 0.55 80.27 37%
Rata-rata 44.92 0.52 91.53 39%

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa ukuran rata-rata

fragmentasi pada peledakan aktual adalah 44,92 cm, yang dimana masih

tergolong dalam fragmentasi yang baik untuk perusahan yaitu kurang dari

80 cm. Nilai rata-rata indek keseragaman “n” dari peledakan aktual adalah

0,52. Dimana nilai tersebut berada dibawah kisaran normal fragmentasi

(0,75 sampai 1,5), yang artinya distribusi dari ukuran fragmentasi hasil

peledakan tidak seragam. Untuk distribusi dari fragmentasi peledakan

aktual melebihi 80 cm, bararti peledakan saat ini masih tergolong banyak

boulder, yang mengakibat diggibilty alat gali tidak maksimal. Meskipun

fragmentasi rata-rata masuk kedalam ukuran fragmentasi yang diinginkan,

akan tetapi masih terdapat persebaran boulder dari hasil peledakan tersebut

yang berukuran melebihi 80 cm sebaanyak 39 %. Untuk melihat grafik

hubungan fragmentasi presentasi kelolosan ukuran boulder dapat

digambarkan pada Gambar 85.


111

Grafik Presentase Lolos Ukuran Bucket


Pada Peledakan Aktual
100%
80%
Lolos (%)

60%
40%
20%
0%
0 20 40 60 80 100
Fragmentasi (cm)

Gambar 85. Grafik presentase lolos ukuran bucket


peledakan aktual

5. Rancangan Geometri Peledakan Berdasarkan Teori R.L. Ash dan


Fragmentasi Hasil Peledakan yang Dihasilkan

Menurut Koesnaryo (2001 : 1-2) menyatakan bahwa suatu

operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada kegiatan

penambangan apabila diperoleh fragmentasi ukuran merata dengan sedikit

bongkah (kurang dari 15%). Dalam perancangan desain geometri

peledakan berdasarkan rumusan R.L. Ash dan mengacu kepada pernyataan

Koesnaryo penulis mengambil titik malsimal fragmentasi hasil peledakan

yang berukuran boulder maksimal sebesar 14%. Untuk perhitungan

fragmentasi hasil peledakan itu sendiri menggunakan rumusan Kuz-Ram.

Selain itu, dalam perancangan desain geometri peledakan penulis juga

mempertimbangkan faktor kemampuan alat pemboran yang digunakan

pada proses peledakan di Pit Agathis dimana alat pemboran hanya bisa

sampai pada kedalaman pemboran maksimal yaitu 10 meter.


112

Adapun rancangan usulan geometri peledakan yang penulis

sarankan untuk perusahaan yaitu rancangan usulan geometri peledakan

berdasarkan teori R.L. Ash. Dimana tolak ukur dalam pertimbangan

rancangan geometri peledakan menurut teori R.L Ash dintaranya yaitu

mempertimbangkan terhadap densitas material di lapangan serta

berdasarkan pertimbangan densitas bahan peledak yang digunakan dan

juga pertimbangan penggunaan gas bag berdasarkan panjang isian bahan

peledak yang digunakan, dimana selama ini penerapan geometri peledakan

yang diterapkan di Pit Aghatis, belum mempertimbangkan isian gas bag

berdasarkan panjang isian bahan peledak untuk densitas material serta

densitas bahan peledak yang digunakan.

Contoh perhitungan rancangan usulan geometri peledakan

berdasarkan teori R.L. Ash untuk rekomendasi pertama yang penulis

lakukan adalah sebagai berikut :

Diketahui :

De (Diameter Lubang Ledak) = 7,875 inchi


= 0,200025 m = 0,652 ft
Kbstandar = 30
SG ANFO (Berat Jenis ANFO) = 0,85 gr/cc
SGstandar (Berat Jenis Bahan Peledak Standar) = 1,2 gr/cc
VOD ANFO = 13.779,5 fps
Vestd (VOD Handak Standar) = 12.000 fps
D (Bobot isi batuan (bobot isi yang tertinggi)) = 2,2 ton / m3
= 137,341 lb/ft3
Dstd (Bobot isi batuan standar) = 160 lb/ft3
113

Maka,

1. Burden

𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒
𝐵= 𝑚
39,30
30,86 𝑥 7,875
= 𝑚
39,30
= 𝟔, 𝟐 𝒎
= 𝟓, 𝟒 𝒎
2. Spacing

Pada lokasi peledakan terdapat struktur geologi seperti

rekahan, perlapisan maka nilainya berkisar antara 1,2 – 1,8.

S = Ks x B
= 1,15 x 6,2 m
= 7,13 m

3. Stemming

T = Kt x B

= 0,90 x 6,2

= 5,6 m

4. Subdrilling

J = KJ x B

= 0,2 x 6,2

= 1,24 m

Adapun untuk penerapannya dilapangan karena


mempertimbangkan kondisi alat bor yang hanya bisa sampai batas
kedalaman 10 m, maka subdrilling yang digunakan dilapangan yaitu :
J = KJ x B = 1 m
114

5. Kedalaman Lubang Ledak (H)

Kedalaman lubang ledak yang penulis usulkan yaitu 9,5 m,

karena harga Kh yaitu = H/B = 9,5/6,2 = 1,53 (Jadi, masuk dalam

rentang yang disarankan).

6. Panjang Kolom Isian (PC)

Jika menerapkan kedalaman lubang ledak 9,5 meter, maka

nilai Panjang rekomendasi kolom isian yaitu :

PC = H – T

= 9,5 – 5,6

= 3,9 meter

7. Gas bag

Gas bag = PC x 20%

= 3,9 x 20%

= 0,78 meter

8. Densitas Pengisian Bahan Peledak

de = ¼ π x (De)2 x SG x 1000

= 0,785 x (0,200025)2 x 0,85 x 1000

= 0,785 x (0,200025)2 x 850

= 0,785 x 0,04001 x 850

= 26,70 kg per meter

9. Pemakaian Bahan Peledak

E = (PC – Gas Bag) x de

= (3,9 – 0,8) x 26,70


115

= 83,72 kg/lubang

10. Volume Batuan yang akan diledakkan

V =BxSxL

= 6,2 m x 7,1 m x 8,5 m

= 375,75 m3

11. Powder Factor (PF)

𝐸
𝑃𝐹 =
𝑉
83,72
= 375,75 = 0,22 kg/m3

Adapun rekomendasi geometri peledakan yang bisa memperbaiki

hasil fragmentasi peledakan di Pit Aghatis berdasarkan teori R.L. Ash

dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Dan hasil perhitungan rancangan

usulan geometri peledakan berdasarkan teori R.L. Ash keseluruhan dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Table 9. Rancangan Usulan Geometri Peledakan Menurut Teori R.L


Ash
Geometri Peledakan
No Parameter Rekomendasi Ke-
1 2 3 4
1 Burden (B) 6,2 m 6,2 m 6,2 m 6,2 m
2 Spacing (S) 7,1 m 7,4 m 7,8 m 8,1 m
3 Stemming (T) 5,6 m 5,2 m 4,8 m 4,3 m
4 subdrilling (J) 1m 1m 1m 1m
kedalaman lubang
5 9,5 m 9,5 m 9,5 m 9,5 m
Ledak (H)
6 Tinggi Jenjang (L) 8,5 m 8,5 m 8,5 m 8,5 m
Powder Colomn
7 3,9 m 4,3 m 4,7 m 5,2 m
(PC)
8 Gas Bag 0,8 m 0,8 m 0,8 m 0,8 m
Loading Density
9 26,70 kg/m 26,70 kg/m 26,70 kg/m 26,70 kg/m
(de)
Total ANFO
10 83,72 kg 91,67 kg 100,93 kg 110,20 kg
Perlubang (E)
116

Volume
11 375,75 m3 392,09 m3 408,43 m3 424,76 m3
Pembongkaran (V)
12 Powder Faktor (PF) 0,22 0,23 0,25 0,26

Contoh perhitungan fragmentasi peledakan dengan rumus Kuz-

ram untuk rekomendasi 4 yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

1. Ukuran Fragmentasi Batuan Rata-rata


𝑉 0,8 𝐸 −0,63
X(rata-rata) = A (𝑄 ) Q0,17 (115)
424,76 0,8 100 −0,63
= 4.08 (110,20 ) 110,200,17 (115)
= 28,8 cm

2. Indeks Keseragaman
𝐵 1+(𝑆/𝐵) 0,5 𝑊 𝑃𝐶
n = (2,2 − 14 𝐷𝑒 ) 𝑥 [ ] 𝑥 (1 − )( 𝐿 )
2 𝐵
6,2 1+1,3 0,5 0,03 5,2
= (2,2 − 14 200 ) 𝑥 [ ] 𝑥 (1 − ) (8,5)
2 6,2
= 1,02

3. Karekteristik Batuan
𝑋
Xc = 1
0,693 𝑛
28,8
= 1
0,693 1,02
= 41,16

4. Persentase Fragmentasi Hasil Peledakan Ukuran Boulder

𝑋 𝑛
R80 = 𝑒 −(𝑋𝑐) 𝑥 100%

80 1,147
−( )
= 2,71828 41,16 x 100 %

= 14 %

Hasil perhitungan fragmentasi peledakan dari rumusan Kuz-Ram

bisa dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Sementara itu, untuk perhitungan

fragmentasi hasil peledakan bisa dilihat pada Lampiran 5.


117

Tabel 10. Hasil perhitungan fragmentasi peledakan berdasarkan


rumusan Kuz-Ram dari rancangan usulan geometri
peledakan R.L Ash
Nilai
No Parameter Rekomendasi ke-
1 2 3 4
Ukuran Rata-Rata Fragmentasi
1 31,0 30,3 29,5 28,8
Hasil Peledakan (Xrata-rata)
2 Indeks Keseragaman Ukuran (n) 0,75 0,83 0,93 1,02
3 Karekteristik Batuan (Xc) 50,54 47,09 43,77 41,16
Persentase Fragmentasi Hasil
4 Peledakan Ukuran Boulder 24% 21% 17% 14%
(≥80 cm)

Berdasarkan Tabel 10 di atas, hasil perhitungan fragmentasi

peledakan dengan rumusan Kuz-Ram untuk semua rekomendasi geometri

peledakan teori R.L.Ash didapat rekomendasi geometri peledakan yang

terbaik pada rekomandasi yang ke-4. Diman usalan geometri peledakan

yang ke-4 menghasilkan fragmentasi peledakan yang baik hal ini terlihat

dari ukuran rata-rata fragmentasi yaitu 28,8 cm, dengan distribusi

fragmentasi berkisar 41,16 cm. Untuk indek keseragaman bernilai 1,02

yang menunjukan bahwa distribusi ukuran fragmentasi hasil geometri

peledakan usulan ini seragam. Persentase fragmentasi ukuran boulder

yang dihasilkan juga jauh lebih baik, dimana dengan fragmentasi hasil

peledakan ukuran boulder yang sedikit akan berdampak baik terhadap

peningkatan produktivitas alat gali muat yang menggali material hasil

peledakan karena bisa mengurangi waktu menggali alat muat (digging

time) dan dapat meningkatkan bucket fill factor alat gali muat. Untuk

melihat grafik hubungan fragmentasi presentasi kelolosan dan tertahan

ukuran boulder dapat digambarkan pada Gambar 86.


118

Grafik Presentase Tertahan dan Lolos Ukuran


Bucket Pada Peledakan Rekomendasi
100%
80%
Persentase (%)

60%
40%
20%
0%
0 20 40 60 80 100
Fragmentasi (cm)

Lolos Tertahan

Gambar 86. Grafik presentase lolos dan tertahan ukuran bucket


peledakan rekomendasi

6. Perbandingan Hasil Peledakan Aktual dengan Peledakan Rancangan


Usulan

Untuk melihat seberapa besar perbedaan hasil yang didapatkan

perlu dilakukan perbandingan antara hasil peledakan aktual dengan

peledakan rancangan usulan. Dimana perbandingan tersebut mengacu

pada perbandingan geometri peledakan yang digunakan dalam kegiatan

peledakan dan hasil fragmentasi peledakan tersebut.

Adapun perbandingan hasil peledakan aktual dengan peledakan

rancangan usulan bisa dilihat pada Tabel 11 berikut ini

Tabel 11. Hasil akhir perbandingan peledakan aktual dengan


peledakan dari rancangan usulan
Peledakan
Rata – Rata
No Parameter Rancangan Usulan
Peledakan Aktual
R. L. Ash
1 Geometri Peledakan
a. Burden (B) 7m 6,2 m
b. Spasi (S) 9m 8,1 m
c. Stemming (T) 2,4 m 4,3 m
119

d. Subdrilling (J) - 1m
e. Tinggi Jenjang (L) - 8,5 m
f. Kedalaman Lubang Ledak
6,3 m 9,5 m
(H)
g. Powder Colomn (PC) 3,8 m 5,2 m
h. Gas bag 0,8 m 1,0 m
i. Densitas Pengisian Bahan
26,70 kg/m 26,70 kg/m
Peledak (de)
j. Berat Total Isian ANFO 58,19 kg/lubang 110,20 kg/lubang
k. Volume Batuan yang
393,76 m3 424,76 m3
Akan Diledakkan
l. Powder Factor (PF) 0,15 0,26
Fragmentasi Peledakan
2 34% 14%
Ukuran Boulder

Berdasarkan Tabel 11 di atas, terlihat bahwasanya persentase

fragmentasi peledakan ukuran boulder menggunakan rancangan geometri

peledakan teori R.L.Ash ukuran bouldernya lebih kecil dari peledakan

aktual. Selain itu, juga terlihat bahwasanya persentase hasil fragmentasi

peledakan ukuran boulder dari rancangan usulan geometri peledakan

dengan teori R.L Ash jauh lebih baik dibandingan dengan hasil

fragmentasi peledakan aktual perusahaan. Sehingga, bisa dikatakan bahwa

peledakan dengan menggunakan geometri peledakan usulan hasil

fragmentasi peledakan yang dihasilkan sudah bisa dikatakan baik

dikarenakan persentase ukuran boulder < 15 %. Grafik perbandingan hasil

peledakan aktual dengan peledakan rancangan usulan bisa dilihat pada

Gambar 87.
120

Grafik Perbandingan Hasil Peledakan Aktual dan


Peledakan Rancangan Usulan
100%
80%
Persentase(%)

60%
40%
20%
0%
0 20 40 60 80 100 120
Fragmentasi (cm)

Usulan Aktual

Gambar 87. Grafik perbandingan hasil peledakan aktual


dengan peledakan rancangan usulan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode penambangan yang digunakan dalam penambangan di Pit Aghatis

yaitu metode open pit mining. Untuk pembongkaran lapisan overburden

maupun interburden di Pit Aghatis menggunakan kegiatan pemboran dan

peledakan terlebih dahulu, untuk memberaikan material

overburden/interbuden. Karena tidak dapat atau sulit digali oleh alat gali

muat secara langsung. Adapun geometri peledakan aktual yang sering

digunakan perusahaan dalam kegiatan peledakan yaitu rata-rata

menggunakan geometri peledakan: burden 7 m, spasi 8 m, kedalaman lubang

ledak rata-rata 5,16 m, panjang kolom isian (powder colomn) 1,5 m, diameter

lubang ledak 200 mm dan stamming 2,86 m.

2. Dari hasil perhitungan fragmentasi peledakan dari kegiatan peledakan aktual

perusahaan didapatkan rata-rata persentase fragmentasi ukuran boulder

berdasarkan rumus Kuz-Ram sebesar 39% sehingga rata-rata fragmentasi

ukuran boulder yang dihasilkan belum bisa dikatakan baik karena

fragmentasi peledakan ukuran boulder masih tergolong banyak atau di atas

15 %.

3. Untuk mengurangi ukuran fragmentasi boulder hasil peledakan pada Pit

Aghtis yang masih melebihi persentase hasil peledakan yang dikatakan baik

menurut koesnaaryo dalam kegiatan peledakan di PT Kalimantan Prima

Persada, maka adapun desain geometri peledakan yang diusulkan yaitu

menggunakan rancangan geometri peledakan berdasarkan teori R.L Ash.

121
122

Desain geometri peledakan dengan teori R.L. Ash yang diusulkan yaitu : (1)

burden : 6,2 m, (2) spasi : 8,1 m, (3) stemming : 4,3 m, (4) subdrilling : 1 m,

(5) tinggi jenjang : 8,5 m, (6) kedalaman lubang ledak : 9,5 m, (7) powder

colomn : 5,2 m, (8) gas bag : 1,0 meter, (9) powder factor : 0,26 kg/bcm, (10)

fragmentasi yang dihasilkan dari rumusan Kuz-Ram yaitu 14 %.

B. Saran

1. Dari beberapa kali kegiatan peledakan yang penulis ikuti, sering terjadinya

fly rock pada kegiatan peledakan, maka untuk mencegah terjadinya fly rock

penulis menyarankan agar pada saat pengisian stemming benar-benar secara

menyeluruh dan dalam kondisi padat.

2. Kegiatan peledakan yang dilakukan oleh PT Kalimantan Prima Persada

sering menghasilkan gas berwarna orange atau yang dikenal dengan istilah

fumes, maka untuk mencegah fumes penulis menyarankan kepada perusahan

agar proses pencampuran AN dan FO agar lebih diperhatikan lagi supaya

jumlah pencampurannya seimbang.

3. Pelaksanaan pengontrolan untuk kegiatan peledakan lebih ditingkatkan lagi.

Untuk kedepannya, penulis menyarankan agar dalam kegiatan peledakan

yang dilakukan PT Kalimantan Prima Persada supaya mempersiapkan lokasi

peledakan yang optimal, seperti dengan menyiapkan lokasi yang rata untuk

kinerja alat bor, serta selalu mengawasi kinerja alat bor agat tidak didapatkan

kedalaman dan kemiringan lubang yang tidak sesuai dengan direncanakan,

karena dengan kedalaman dan kemiringan lubang yang berbeda-beda,

peledakan akan tidak berjalan dengan optimal


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Diktat Peledakan Pada Kegiatan Penambangan Bahan Galian.


Diklat Teknik Pemberaian Batuan. Pusdiklat Teknologi Mineral dan
Batubara. Bandung.

Anonim. 2016. Materi advance drill and blast: Air Decking Methode. PT
Pamapersada Nusantara. Bandung.

Anonim. 2016. Materi advance drill and blast: Pengaruh Lithology Terhadap
Kestabilan Lereng. PT Pamapersada Nusantara. Bandung.

Kamus Pertambangan Umum (edisi II). Pusat penelitian dan pengembangan


Teknologi Mineral. Bandung.

Koesnaryo, S. 2001. Teori Peledakan. Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara.


Bandung.

Kramadibrata, Suseno. 2015. Rancangan Peledakan Jenjang. Bandung.


Departemen Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung.

Kursus Juru Ledak Kelas II. 2004. Modul. Bandung. Pusdiklat Teknologi
Mineral dan Batubara.

Milia P. 2018. Optimasi Geometri Peledakan untuk Mencapai Target Fragmentasi


dan Diggability dalam Pemenuhan Target Produktivitas Ore di Pit Durian
Barat dan Pit South Osela Site Bakan PT. J Resources Bolaang
Mongondow, Sulawesi Utara.. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Negeri Padang: Padang.

Muji, Auaradha Shukura. 2019. Evaluasi Hasil Peledakan pada Pembongkaran


Tanah Penutup Menggunakan Metode Topsis di PT Pamapersada
Nusantara Jobsite TOPB, Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Padang: Padang.

Nurislam, Muhammad Naufal. 2016. Kajian Aplikasi Air Decking Menggunakan


Rock Lock Terhadap Geometri Peledakan Guna Mengefisiensi
Penggunaan Bahan Peledak di PT Trubaindo Coal Mining Timur. Jurnal
ISSN: 2460-6499 Vol.2 No.2.

Ramadana, Sahrul. 2018. Analisis Geometri Peledakan Guna Mendapatkan


Fragmentasi Batuan yang Diinginkan untuk Mencapai Target
Produktivitas Alat Gali Muat pada Kegiatan Pembongkaran Lapisan
Tanah Penutup (Overburden) di Pit Menara Utara Pt. Arkananta Apta
Pratista Job Site Pt. Kpuc, Malinau, Kalimantan Utara. Skripsi. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Padang: Padang.

123
124

Rosyad, Fadhillah. 2016. Evaluasi Geometri Peledakan untuk Menghasilkan


Fragmentasi Yang Diinginkan Pada Kegiatan Pemberaian Batuan
Andesit di PT. Mandiri Sejahtera Sentra, Kabupaten Purwakarta, Provinsi
Jawa Barat. Jurnal ISSN: 2460-6499 Vol.02 No.1.

Safarudin dkk., 2016. Analisis Pengaruh Geometri Peledakan Terhadap


Fragmentasi dan Digging Time Material Blasting. Jurnal Penelitian
Enggineering (JPE) Vol.20 No.02.

Saptono, Singgih. 2016. Teknik Peledakan. Jurusan Teknik Pertambangan UPN


Veteran: Yogyakarta.
125

LAMPIRAN 1
Timeframe Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI)
126

TIMEFRAME KEGIATAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI (PLI)/KERJA PRAKTEK (KP)


PT KALIMANTAN PRIMA PERSADA JOBSITE HJUR, RANTAU, KALIMANTAN SELATAN
10 JULI - 22 AGUSTUS 2019
127

LAMPIRAN 2
Spesifikasi Alat Gali Muat Excavator Komatsu PC1250-SP dan Spesifikasi
Alat Bor Sandvik D-245 S
128

SFESIFIKASI ALAT GALI-MUAT KOMATSU PC1250-SP

1. Operating Weight : 110700 kg


2. Horse Power (Netto) : 502/1800 RPM
3. Bucket Capacity Range (SAE) : 6.7 m3
4. Performance
a. Swing Speed : 5.5 RPM
b. Max Travel Speed : 3.2 km/jam
c. Low Travel Speed : 2.1 km/jam
5. Dimension :
a. Overall length : 14790 mm
b. Overall width : 6265 mm
c. Overall height : 3470 mm
6. Engine :
a. Komatsu Model : SAA6D170E-5
b. No. Of cylinders- :6
c. Bore x stroke : 170 x 170 mm
d. Piston displacement : 23.15 ltr
7. Hydraulic System :3x
a. Variable Hydraulic pump : Piston
b. Max. Oil flow : 1588 ltr
c. Max. Oil Pressure : 320 kg/cm2
8. Capacity :
a. Fuel Tank : 1360 ltr
b. Hydraulic oil tank : 670 ltr
9. Machine Spec :
a. Boom : 7800 mm
b. Arm : 3400 mm
c. Bucket : 6.7 m3
129
130
131

SPESIFIKASI TEKNIS ALAT BOR SANDVIK TIPE D 245 S

1. Hole diameter = 127 mm – 203 mm (5” – 8”)


2. Drill pipe = 8 m (30”)
3. Hole depth = 45 m (148”)
4. Undercarriage = 325 class excavator
5. Max pulldown = 185 kN (41.500 lbf)
6. Bit load = 209 kN (47.000 lbf)
7. Engine = 354 kW (475 hp)
8. Compressor = 25,5 m3 / min (900 cfm), 6,9 bar (100psi)
9. Feed rate = 0-32 m/min (0-105 fpm)
10. Hoist rate = 0-68,3 m/min (0-224)
11. Rotation speed = 0-144 rpm
12. Rotation torque = 8282 Nm (73.000 in-lb)
13. Operating weight = 33.566 kg (74.000 lb)
132

LAMPIRAN 3
Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Pit Agathis PT Kalimantan Prima
Persada Jobsite HJUR, Rantau, Kalimantan Selatan
133

A. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 24 Juli 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 45


Blok = 32-33 ANFO = 1904.8 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 25
Kondisi Lubang = Rata-rata Berair Powder Factor = 0.10

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
2 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
3 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
4 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
5 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
6 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
7 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
8 8 9 5 37.20 1.39 2.81 0.8
9 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
10 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
11 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
12 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
13 8 9 5 37.20 1.39 2.81 0.8
14 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
15 8 9 5 37.20 1.39 2.81 0.8
16 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
17 8 9 5 37.20 1.39 3.61 -
18 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
19 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
20 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
21 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
22 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
23 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
24 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
25 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
26 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
27 8 9 5 37.20 1.39 3.61 -
28 8 9 5 37.20 1.39 3.61 -
29 8 9 5 37.20 1.39 3.61 -
134

30 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8


31 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
32 8 9 5 37.20 1.39 3.61 -
33 8 9 4 29.76 1.11 2.89 -
34 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
35 8 9 5 37.20 1.39 3.61 -
36 8 9 3 22.32 0.84 2.16 -
37 8 9 6 44.64 1.67 4.33 -
38 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
39 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
40 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
41 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
42 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
43 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
44 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
45 8 9 6 44.64 1.67 3.53 0.8
Total 360 405 256 1904.43 71.34 164.66
Min 8 9 3 22.32 0.84 2.16
Max 8 9 6 44.64 1.67 4.33
Average 8 9 5.69 42.32 1.59 3.66

2. Pola Peledakan
135

B. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 25 Juli 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 40


Blok = 32-33 ANFO = 1693.1 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 18
Kondisi Lubang = Sangat Berair Powder Factor = 0.13

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7.5 9 6 56.69 2.12 3.08 0.8
2 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
3 7.5 9 6 56.69 2.12 3.08 0.8
4 7.5 9 6 56.69 2.12 3.08 0.8
5 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
6 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
7 7.5 9 5 47.24 1.77 3.23 -
8 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
9 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
10 7.5 9 3 28.34 1.06 1.94 -
11 7.5 9 3 28.34 1.06 1.94 -
12 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
13 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
14 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
15 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
16 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
17 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
18 7.5 9 6 56.69 2.12 3.08 0.8
19 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
20 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
21 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
22 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
23 7.5 9 6 56.69 2.12 3.08 0.8
24 7.5 9 3 28.34 1.06 1.94 -
25 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
26 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
27 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
28 7.5 9 3 28.34 1.06 1.94 -
29 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
30 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
31 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
32 7.5 9 6 56.69 2.12 3.08 0.8
136

33 7.5 9 4 37.79 1.42 1.78 0.8


34 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
35 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
36 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
37 7.5 9 4 37.79 1.42 2.58 -
38 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
39 7.5 9 3 28.34 1.06 1.94 -
40 7.5 9 5 47.24 1.77 2.43 0.8
Total 300 360 179 1691.21 63.35 101.25
Min 8 9 3 28.34 1.06 1.78
Max 8 9 6 57 2 3
Average 8 9 4.48 42.28 1.58 2.53

2. Pola Peledakan

C. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 27 Juli 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 70


Blok = 28-29 ANFO = 2963 Kg
Waktu Pele dakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 40
Kondisi Lubang = Rata-rata Berair Powder Factor = 0.12
137

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
2 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
3 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
4 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
5 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
6 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
7 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
8 7.5 9 5 42.33 1.59 2.61 0.8
9 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
10 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
11 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
12 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
13 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
14 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
15 7.5 9 4 33.86 1.27 2.73 -
16 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
17 7.5 9 5 42.33 1.59 3.41 -
18 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
19 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
20 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
21 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
22 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
23 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
24 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
25 7.5 9 4 33.86 1.27 2.73 -
26 7.5 9 4 33.86 1.27 2.73 -
27 7.5 9 5 42.33 1.59 3.41 -
28 7.5 9 5 42.33 1.59 3.41 -
29 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
30 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
31 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
32 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
33 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
34 7.5 9 4 33.86 1.27 2.73 -
35 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
36 7.5 9 5 42.33 1.59 2.61 0.8
37 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
38 7.5 9 3 25.40 0.95 1.25 0.8
39 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
40 7.5 9 5 42.33 1.59 3.41 -
41 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
138

42 7.5 9 4 33.86 1.27 1.93 0.8


43 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
44 7.5 9 4 33.86 1.27 2.73 -
45 7.5 9 5 42.33 1.59 3.41 -
46 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
47 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
48 7.5 9 5 42.33 1.59 3.41 -
49 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
50 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
51 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
52 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
53 7.5 9 5 42.33 1.59 2.61 0.8
54 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
55 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
56 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
57 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
58 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
59 7.5 9 6 50.79 1.90 3.30 0.8
60 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
61 7.5 9 6 50.79 1.90 4.10 -
62 7.5 9 4 33.86 1.27 1.93 0.8
63 7.5 9 4 33.86 1.27 2.73 -
64 7.5 9 4 33.86 1.27 2.73 -
65 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
66 7.5 9 3 25.40 0.95 2.05 -
67 7.5 9 3 25.40 0.95 1.25 0.8
68 7.5 9 3 25.40 0.95 1.25 0.8
69 7.5 9 2 16.93 0.63 0.57 0.8
70 7.5 9 3 25.40 0.95 1.25 0.8
Total 525 630 350 2963.00 110.99 207.01
Min 8 9 2 16.93 0.63 0.57
Max 8 9 6 50.79 1.90 4.10
Average 8 9 5.00 42.33 1.59 2.96
139

2. Pola Peledakan

D. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 28 Juli 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 54


Blok = 32-33 ANFO = 2285.7 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 32
Kondisi Lubang = Sedikit Berair Powder Factor = 0.15

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
2 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
3 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
4 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
5 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
6 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
7 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
8 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
9 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
10 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
140

11 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8


12 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
13 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
14 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
15 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
16 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
17 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
18 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
19 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
20 6 8 4 31.18 1.17 2.83 -
21 6 8 4 31.18 1.17 2.83 -
22 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
23 6 8 5 38.98 1.46 3.54 -
24 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
25 6 8 5 38.98 1.46 3.54 -
26 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
27 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
28 6 8 5 38.98 1.46 3.54 -
29 6 8 5 38.98 1.46 3.54 -
30 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
31 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
32 6 8 4 31.18 1.17 2.83 -
33 6 8 4 31.18 1.17 2.83 -
34 6 8 5 38.98 1.46 3.54 -
35 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
36 6 8 4 31.18 1.17 2.83 -
37 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
38 6 8 6 46.77 1.75 4.25 -
39 6 8 5 38.98 1.46 3.54 -
40 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
41 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
42 6 8 4 31.18 1.17 2.03 0.8
43 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
44 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
45 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
46 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
47 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
48 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
49 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
50 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
51 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
52 6 8 5 38.98 1.46 2.74 0.8
53 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
54 6 8 6 46.77 1.75 3.45 0.8
141

Total 324 432 293 2283.99 85.55 181.85


Min 6 8 4 31.18 1.17 2.03
Max 6 8 6 46.77 1.75 4.25
Average 6 8 5.43 42.30 1.58 3.37

2. Pola Peledakan

E. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 29 Juli 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 60


Blok = 32-33 ANFO = 2539.7 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 39
Kondisi Lubang = Sedikit Berair Powder Factor = 0.15

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
2 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
3 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
4 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
5 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
142

6 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8


7 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
8 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
9 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
10 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
11 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
12 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
13 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
14 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
15 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
16 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
17 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
18 6 8 4 30.90 1.16 2.84 -
19 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
20 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
21 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
22 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
23 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
24 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
25 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
26 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
27 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
28 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
29 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
30 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
31 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
32 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
33 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
34 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
35 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
36 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
37 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
38 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
39 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
40 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
41 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
42 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
43 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
44 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
45 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
46 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
47 6 8 4 30.90 1.16 2.04 0.8
48 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
49 6 8 5 38.62 1.45 3.55 -
143

50 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8


51 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
52 6 8 4 30.90 1.16 2.84 -
53 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
54 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
55 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
56 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
57 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
58 6 8 5 38.62 1.45 2.75 0.8
59 6 8 6 46.34 1.74 4.26 -
60 6 8 6 46.34 1.74 3.46 0.8
Total 360 480 329 2541.24 95.19 202.61
Min 6 8 4 30.90 1.16 2.04
Max 6 8 6 46.34 1.74 4.26
Average 6 8 5.48 42.35 1.59 3.38

2. Pola Peledakan

F. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 31 Juli 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 60


Blok = 30-31 ANFO = 2539.7 Kg
144

Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 29


Kondisi Lubang = Rata-rata Berair Powder Factor = 0.15

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
2 7 8 5 43.91 1.64 3.36 -
3 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
4 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
5 7 8 6 52.69 1.97 4.03 -
6 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
7 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
8 7 8 5 43.91 1.64 3.36 -
9 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
10 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
11 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
12 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
13 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
14 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
15 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
16 7 8 5 43.91 1.64 3.36 -
17 7 8 5 43.91 1.64 3.36 -
18 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
19 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
20 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
21 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
22 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
23 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
24 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
25 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
26 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
27 7 8 5 43.91 1.64 3.36 -
28 7 8 6 52.69 1.97 4.03 -
29 7 8 6 52.69 1.97 4.03 -
30 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
31 7 8 6 52.69 1.97 4.03 -
32 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
33 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
34 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
35 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
36 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
37 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
38 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
145

39 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8


40 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
41 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
42 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
43 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
44 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
45 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
46 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
47 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
48 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
49 7 8 6 52.69 1.97 3.23 0.8
50 7 8 5 43.91 1.64 2.56 0.8
51 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
52 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
53 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
54 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
55 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
56 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
57 7 8 4 35.13 1.32 2.68 -
58 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
59 7 8 3 26.35 0.99 1.21 0.8
60 7 8 3 26.35 0.99 2.01 -
Total 420 480 289 2537.94 95.07 170.73
Min 7 8 3 26.35 0.99 1.21
Max 7 8 6 52.69 1.97 4.03
Average 7 8 4.82 42.30 1.58 2.85

2. Pola Peledakan
146

G. Data Geometri dan Pola Peledakans Aktual Tanggal 1 Agustus 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 50


Blok = 30 ANFO = 2116.4 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 45
Kondisi Lubang = Sedikit Berair Powder Factor = 0.14

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
2 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
3 6 8 4 31.01 1.16 2.04 0.8
4 6 8 4 31.01 1.16 2.04 0.8
5 6 8 6 46.51 1.74 4.26 -
6 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
7 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
8 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
9 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
10 6 8 5 38.76 1.45 3.55 -
11 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
12 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
13 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
14 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
15 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
16 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
17 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
18 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
19 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
20 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
21 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
22 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
23 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
24 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
25 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
26 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
27 6 8 5 38.76 1.45 3.55 -
28 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
29 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
30 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
31 6 8 4 31.01 1.16 2.04 0.8
32 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
147

33 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8


34 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
35 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
36 6 8 6 46.51 1.74 4.26 -
37 6 8 5 38.76 1.45 3.55 -
38 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
39 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
40 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
41 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
42 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
43 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
44 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
45 6 8 4 31.01 1.16 2.04 0.8
46 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
47 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
48 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
49 6 8 6 46.51 1.74 3.46 0.8
50 6 8 5 38.76 1.45 2.75 0.8
Total 300 400 273 2116.40 79.28 157.72
Min 6 8 4 31.01 1.16 2.04
Max 6 8 6 46.51 1.74 4.26
Average 6 8 5.46 42.33 1.59 3.15

2. Pola Peledakan
148

H. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 3 Agustus 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 46


Blok = 28 ANFO = 1947.1 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 18
Kondisi Lubang = Sangat Berair Powder Factor = 0.17

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7 8 5 51.24 1.92 2.28 0.8
2 7 8 5 51.24 1.92 2.28 0.8
3 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
4 7 8 5 51.24 1.92 2.28 0.8
5 7 8 5 51.24 1.92 2.28 0.8
6 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
7 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
8 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
9 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
10 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
11 7 8 3 30.75 1.15 1.85 -
12 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
13 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
14 7 8 4 41.00 1.54 1.66 0.8
15 7 8 5 51.24 1.92 2.28 0.8
16 7 8 5 51.24 1.92 2.28 0.8
17 7 8 5 51.24 1.92 3.08 -
18 7 8 5 51.24 1.92 3.08 -
19 7 8 5 51.24 1.92 3.08 -
20 7 8 3 30.75 1.15 1.85 -
21 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
22 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
23 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
24 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
25 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
26 7 8 3 30.75 1.15 1.85 -
27 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
28 7 8 4 41.00 1.54 1.66 0.8
29 7 8 3 30.75 1.15 1.05 0.8
30 7 8 4 41.00 1.54 1.66 0.8
31 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
32 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
149

33 7 8 4 41.00 1.54 1.66 0.8


34 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
35 7 8 4 41.00 1.54 1.66 0.8
36 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
37 7 8 4 41.00 1.54 2.46 -
38 7 8 4 41.00 1.54 1.66 0.8
39 7 8 3 30.75 1.15 1.05 0.8
40 7 8 3 30.75 1.15 1.05 0.8
41 7 8 3 30.75 1.15 1.05 0.8
42 7 8 4 41.00 1.54 1.66 0.8
43 7 8 5 51.24 1.92 2.28 0.8
44 7 8 5 51.24 1.92 3.08 -
45 7 8 5 51.24 1.92 3.08 -
46 7 8 5 51.24 1.92 3.08 -
Total 322 368 190 1947.30 72.94 102.66
Min 7 8 3 30.75 1.15 1.05
Max 7 8 5 51.24 1.92 3.08
Average 7 8 4.13 42.33 1.59 2.23

2. Pola Peledakan
150

I. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 4 Agustus 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 60


Blok = 29 ANFO = 2539.7 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 34
Kondisi Lubang = Rata-rata Berair Powder Factor = 0.13

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
2 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
3 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
4 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
5 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
6 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
7 7 8 3 23.52 0.88 2.12 -
8 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
9 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
10 7 8 6 47.03 1.76 4.24 -
11 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
12 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
13 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
14 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
15 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
16 7 8 6 47.03 1.76 4.24 -
17 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
18 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
19 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
20 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
21 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
22 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
23 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
24 7 8 5 39.19 1.47 2.73 0.8
25 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
26 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
27 7 8 3 23.52 0.88 2.12 -
28 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
29 7 8 3 23.52 0.88 2.12 -
30 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
31 7 8 5 39.19 1.47 3.53 -
32 7 8 4 31.35 1.17 2.83 -
151

33 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8


34 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
35 7 8 5 39.19 1.47 2.73 0.8
36 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
37 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
38 7 8 7 54.87 2.06 4.14 0.8
39 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
40 7 8 7 54.87 2.06 4.14 0.8
41 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
42 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
43 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
44 7 8 7 54.87 2.06 4.14 0.8
45 7 8 7 54.87 2.06 4.14 0.8
46 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
47 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
48 7 8 7 54.87 2.06 4.14 0.8
49 7 8 7 54.87 2.06 4.14 0.8
50 7 8 5 39.19 1.47 2.73 0.8
51 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
52 7 8 6 47.03 1.76 4.24 -
53 7 8 7 54.87 2.06 4.14 0.8
54 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
55 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
56 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
57 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
58 7 8 5 39.19 1.47 2.73 0.8
59 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
60 7 8 6 47.03 1.76 3.44 0.8
Total 420 480 324 2539.70 95.13 201.67
Min 7 8 3 23.52 0.88 2.12
Max 7 8 7 54.87 2.06 4.24
Average 7 8 5.40 42.33 1.59 3.36
152

2. Pola Peledakan

J. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 5 Agustus 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 60


Blok = 33 ANFO = 2539.7 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 39
Kondisi Lubang = Sedikit Berair Powder Factor = 0.14

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7 8 5 42.16 1.58 3.42 -
2 7 8 3 25.30 0.95 1.25 0.8
3 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
4 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
5 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
6 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
7 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
8 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
153

9 7 8 3 25.30 0.95 2.05 -


10 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
11 7 8 3 25.30 0.95 2.05 -
12 7 8 5 42.16 1.58 3.42 -
13 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
14 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
15 7 8 5 42.16 1.58 2.62 0.8
16 7 8 5 42.16 1.58 3.42 -
17 7 8 4 33.73 1.26 2.74 -
18 7 8 2 16.86 0.63 1.37 -
19 7 8 3 25.30 0.95 2.05 -
20 7 8 4 33.73 1.26 2.74 -
21 7 8 3 25.30 0.95 2.05 -
22 7 8 5 42.16 1.58 3.42 -
23 7 8 6 50.59 1.90 4.10 -
24 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
25 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
26 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
27 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
28 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
29 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
30 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
31 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
32 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
33 7 8 5 42.16 1.58 2.62 0.8
34 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
35 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
36 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
37 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
38 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
39 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
40 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
41 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
42 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
43 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
44 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
45 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
46 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
154

47 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8


48 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
49 7 8 5 42.16 1.58 3.42 -
50 7 8 6 50.59 1.90 4.10 -
51 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
52 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
53 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
54 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
55 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
56 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
57 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
58 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
59 7 8 5 42.16 1.58 2.62 0.8
60 7 8 6 50.59 1.90 3.30 0.8
Total 420 480 301 2538.01 95.07 174.73
Min 7 8 2 16.86 0.63 1.25
Max 7 8 6 50.59 1.90 4.10
Average 7 8 5.02 42.30 1.58 2.91

2. Pola Peledakan
155

K. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 6 Agustus 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 73


Blok = 33 ANFO = 3089.9 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 69
Kondisi Lubang = Sedikit Berair Powder Factor = 0.13

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7 8 4 29.91 1.12 2.88 -
2 7 8 4 29.91 1.12 2.08 0.8
3 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
4 7 8 3 22.44 0.84 2.16 -
5 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
6 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
7 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
8 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
9 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
10 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
11 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
12 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
13 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
14 7 8 4 29.91 1.12 2.08 0.8
15 7 8 4 29.91 1.12 2.08 0.8
16 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
17 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
18 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
19 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
20 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
21 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
22 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
23 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
24 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
25 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
26 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
27 7 8 6 44.87 1.68 4.32 -
28 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
29 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
30 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
31 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
32 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
156

33 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8


34 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
35 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
36 7 8 4 29.91 1.12 2.08 0.8
37 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
38 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
39 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
40 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
41 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
42 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
43 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
44 7 8 7 52.35 1.96 4.24 0.8
45 7 8 7 52.35 1.96 4.24 0.8
46 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
47 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
48 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
49 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
50 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
51 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
52 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
53 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
54 7 8 7 52.35 1.96 4.24 0.8
55 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
56 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
57 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
58 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
59 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
60 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
61 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
62 7 8 5 37.39 1.40 2.80 0.8
63 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
64 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
65 7 8 4 29.91 1.12 2.08 0.8
66 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
67 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
68 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
69 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
70 7 8 6 44.87 1.68 4.32 -
71 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
72 7 8 7 52.35 1.96 4.24 0.8
73 7 8 6 44.87 1.68 3.52 0.8
Total 511 584 413 3088.55 115.69 242.11
Min 7 8 3 22.44 0.84 2.08
Max 7 8 7 52.35 1.96 4.32
157

Average 7 8 5.66 42.31 1.58 3.32

2. Pola Peledakan

L. Data Geometri dan Pola Peledakan Aktual Tanggal 8 Agustus 2019

1. Data Geometri Peledakan

Cuaca = Cerah Jumlah Lubang = 60


Blok = 31-32 ANFO = 2539.7 Kg
Waktu Peledakan = 12.00 WITA Jumlah Air Decking = 41
Kondisi Lubang = Sedikit Berair Powder Factor = 0.15

Isian Powder Air


Bore Burden Spasi Depth Stamming
Handak Coulumb Deck
Hole ID (m) (m) (m) (m)
(kg) (m) (m)
1 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
2 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
3 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
4 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
5 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
6 7 8 3 26.02 0.97 1.23 0.8
7 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
8 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
9 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
158

10 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8


11 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
12 7 8 3 26.02 0.97 1.23 0.8
13 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
14 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
15 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
16 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
17 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
18 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
19 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
20 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
21 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
22 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
23 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
24 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
25 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
26 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
27 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
28 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
29 7 8 6 52.04 1.95 3.25 0.8
30 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
31 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
32 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
33 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
34 7 8 6 52.04 1.95 4.05 -
35 7 8 6 52.04 1.95 4.05 -
36 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
37 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
38 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
39 7 8 6 52.04 1.95 4.05 -
40 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
41 7 8 6 52.04 1.95 4.05 -
42 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
43 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
44 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
45 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
46 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
47 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
48 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
49 7 8 3 26.02 0.97 2.03 -
50 7 8 3 26.02 0.97 2.03 -
51 7 8 4 34.70 1.30 2.70 -
52 7 8 4 34.70 1.30 2.70 -
53 7 8 6 52.04 1.95 4.05 -
159

54 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8


55 7 8 6 52.04 1.95 4.05 -
56 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
57 7 8 5 43.37 1.62 3.38 -
58 7 8 4 34.70 1.30 1.90 0.8
59 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
60 7 8 5 43.37 1.62 2.58 0.8
Total 420 480 293 2541.43 95.20 165.00
Min 7 8 3 26.02 0.97 1.23
Max 7 8 6 52.04 1.95 4.05
Average 7 8 4.88 42.36 1.59 2.75

2. Pola Peledakan
160

LAMPIRAN 4
Perhitungan Fragmentasi Hasil Peledakan Aktual Pit Agathis
161

Contoh : perhitungan fragmentasi hasil peledakan pada tanggal 24 Juli 2019

Factor Batuan (A)

Rock Mass Description (RMD) ditentukan berdasarkan kondisi batuan

pada Pit Agathis, dimana batuan penyusun overburden secara umum adalah batuan

claystone dan sandstone.

Dengan kondisi RMD adalah blocky yang dimana lapisan batuan

berbentuk blok. Kondisi dari Joint Plane Spacing (JPS) dari lokasi penelitian

memiliki spasi yang dekat bahkan sangat dekat dengan jarak antara 20 mm hingga

800 mm, maka JPS tergolong kedalam intermedia karena memiliki spasi yang

dekat. Untuk kondisi Join Plane Orientation (Orientasi bidang lemah) pada Pit

Aghatis daerah yang akan diledakan pada umumnya termasuk Dip out of face yang

dimana arah orientasi bidang lemah ke arah pit, sehingga nilai JPO didapatkan

adalah dip out of face dengan bobot sebesar 20. Sedangkan batuan claystone di

lokasi penilitian memiliki bobot isi yang tertinggi dengan nilai 2,2 gr/cc dan dengan

kekerasan yang agak lunak antara 3 skala mosh. Kerena hal tersebut batuan

sandstone dijadikan sebagai acuan dari nilai Specific Grafity Influence (SGI) dan

Harness (H) dengan perolehan nilai 5 dan 3.

Indeks Peledakan (BI) = 0,5 x (RMD+JPS+JPO+SGI+H)

= 0,5 x ( 20 + 20 +20 + 5 +3)

= 34

Faktor Batuan (A) = BI x 0,12

= 34 x 0,12

= 4,08
162

1. Ukuran Fragmentasi Batuan Rata-rata (Xrata-rata)

𝑉 0,85 𝐸 −0,63
X(rata-rata) = A (𝑄 ) Q0,17 (115)

410,4 0,85 100 −0,63


= 4,08 ( 41,0 ) 41,00,17 (115)

= 4,65 (7,085) x (1,880) x (1,0920)

= 58,66 cm

2. Indeks Keseragaman (n)

𝐵 1+(𝑆/𝐵) 0,5 𝑊 𝑃𝐶
n = (2,2 − 14 𝐷𝑒 ) 𝑥 [ ] 𝑥 (1 − )( 𝐿 )
2 𝐵

8 1+(9/8) 0,5 0,03 1,5


= (2,2 − 14 200) 𝑥 [ ] 𝑥 (1 − ) (5,7)
2 8

= 1,64 x 1,31 x 0,26

= 0,45

3. Karakteristik Ukuran (Xc)


𝑥
Xc =
0,6931/𝑛

58,66
= 1
0,6930,45

= 131,518
163

Perhitungan Presentase Fragmentasi Hasil Peledakan Ukuran Boulder

Adapun kategoro boulder di Jobsite HJUR yaitu ukuran ≥80 cm, maka

adapun perhitungan fragmentasi hasil peledakan ukuran boulder yaitu :

1. Presentasi batuan dengan ukuran ≥80 cm yang tertahan (Boulder)

𝑋 𝑛
R80 = e−(𝑋𝑐) 𝑥 100%

80 0,45
−( )
= 2,71828 131,52 𝑥 100%

= 45%

2. Presentasi batuan dengan ukuran ≤80 cm yang lolos

R80 = 100% − 45%

= 55%
164

LAMPIRAN 5
Rancangan Usulan Geometri Peledakan Berdasarkan Teori R. L. ASH untuk
Memperbaiki Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan
165

A. Geometri Peledakan R.L Ash


Diketahui :
De (Diameter Lubang Ledak) = 7,875 inchi = 0,200025 m = 0,652 ft
Kbstandar = 30
SG ANFO (Berat Jenis ANFO) = 0,85 gr/cc
SGstandar (Berat Jenis Bahan Peledak Standar) = 1,2 gr/cc
VOD ANFO = 13.779,5 fps
Vestd (VOD Handak Standar) = 12.000 fps
D (Bobot isi batuan (bobot isi yang tertinggi)) = 2,2 ton / m3 = 137,341 lb/ft3
Dstd (Bobot isi batuan standar) = 160 lb/ft3
Maka :

1. Burden
Dalam menentukan burden harus dilakukan penyesuaian dari aspek
batuan dan bahan peledak yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan kondisi dilapangan.
Maka :
𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒
𝐵= 𝑚
39,30
Faktor penyesuaian
Af1 = Faktor yang disesuaikan untuk batuan yang akan diledakkan
Af2 = Faktor yang disesuaikan untuk bahan peledak yang dipakai
1/3
𝐷𝑠𝑡𝑑 1/3 𝑆𝐺 . 𝑉𝑒 2
𝐴𝐹1 = ( ) 𝐴𝐹2 = ( )
𝐷 𝑆𝐺𝑠𝑡𝑑 . 𝑉𝑒𝑠𝑡𝑑 2
1/3
160 1/3 0,85 𝑥 13.779,52
=( ) =( )
137,341 1,2 𝑥 12.0002

= 1,05 = 0,98

Kb terkoreksi = Kb standar x Af1 x Af2

= 30 x 1,05 x 0,98

= 30,8562

Jadi :
𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒
𝐵= 𝑚
39,30
30,86 𝑥 7,875
= 𝑚
39,30
= 𝟔, 𝟐 𝒎
= 𝟓, 𝟒 𝒎
166

2. Spasi
Harga nisbah spacing (Ks) berkisar antara 1.0 – 2.0. Pada lokasi
peledakan terdapat struktur geologi seperti rekahan, perlapisan maka nilainya
berkisar antara 1,2 – 1,8. Sehingga besarnya spacing yang digunakan untuk
perbaikan ialah:
a. Rekomendasi 1
S = Ks x B
= 1,15 x 6,2 m
= 7,13 m
b. Rekomendasi 2
S = Ks x B
= 1,20 x 6,2 m
= 7,44 m
c. Rekomendasi 3
S = Ks x B
= 1,25 x 6,2 m
= 7,75 m
d. Rekomendasi 4
S = Ks x B
= 1,30 x 6,2 m
= 8,06 m

3. Stemming (T)
Nilai nisbah stemming (Kt) berkisar antara 0,70 – 1. Dalam
rekomendasi ini hanya digunakan satu perbaikan dengan nilai Kt sebesar 0,70
untuk ke 4 rekomendasi, yaitu:
a. Rekomendasi 1
T = Kt x B
= 0,90 x 6,2
= 5,6 m
b. Rekomendasi 2
T = Kt x B
= 0,84 x 6,2
= 5,2 m
c. Rekomendasi 3
T = Kt x B
= 0,77 x 6,2
= 4,8 m
d. Rekomendasi 4
T = Kt x B
167

= 0,70 x 6,2
= 4,3 m

4. Subdrilling (J)
Harga nisbah subdrilling (KJ) berkisar antara 0,2 – 0,3. Adapun nilai
KJ yang dipakai yaitu 0,2, maka :
J = KJ x B
= 0,2 x 6,2
= 1,24 m
Adapun untuk penerapannya dilapangan karena mempertimbangkan
kondisi alat bor yang hanya bisa sampai batas kedalaman 9 m, maka subdrilling
yang digunakan dilapangan yaitu :
J = KJ x B = 1 m

5. Kedalaman Lubang Ledak (H)


Menurut Ash (1967) kedalaman lubang ledak berdasarkan pada hole
depth ratio (Kh) yang harganya yaitu 1,50 - 4,00 dimana serupa dengan harga
stiffness ratio. Dimana kenyataannya dilapangan saat ini adapun nilai hole
depth ratio yaitu <1,50. Harga Kh saat ini dilapangan dimana nilai H berkisar
antara 6 - 8 m dan B = 7 m, maka nilai Kh = H/B berada antara 0,86 – 1,14
Penulis menyarankan kepada perusahaan untuk menerapkan
kedalaman lubang ledak (H) sebesar 9 m dengan memakai penerapan nilai
usulan perbaikan burden yaitu 6,2 m, hal ini sesuai dengan kemampuan alat
bor dimana rata – rata kedalaman lubang ledak hanya bisa sampai dengan batas
maksimal 9,5 m.
Jika H = 9,5 m, maka harga Kh yaitu = H/B = 9,5/6,2 = 1,53 (Jadi,
masuk dalam rentang yang disarankan).

6. Panjang Kolom Isian (PC)


Jika menerapkan kedalaman lubang ledak 9,5 meter, maka nilai
Panjang rekomendasi kolom isian yaitu :
a. Rekomendasi 1
PC = H – T
= 9,5 – 5,6
= 3,9 meter

b. Rekomendasi 2
PC = H – T
168

= 9,5 – 5,2
= 4,3 meter
c. Rekomendasi 3
PC = H – T
= 9,5 – 4,8
= 4,7 meter
d. Rekomendasi 4
PC = H – T
= 9,5 – 4,3
= 5,2 meter

7. Gas bag
Saat ini perusahaan menggunakan air decking/gas bag sepanjang 0,8
meter untuk kedalaman lubang ledak 4 - 6 meter. Dalam percobaan dan
pengembangan yang dilakukan oleh International Technologies, LLC (R.
Frank Chiappeta) menemukan kesimpulan dari hasil penggunaan Air Decking
kajian di lapangan, salah satunya adalah untuk mengurangi fragmentasi hasil
peledakan digunakan sebanyak 25%. Sedangkan gas bag yang digunakan
perusahan berada dalam range pengurangan explosive dari 52% - 56% dengan
pengunaan rata - rata powder factor sebesar 0,14 dan menghasilkan rata – rata
fragmentasi tertahan untuk ≥80 cm sebesar 32% - 45%. Pada isian explosive
1,43 meter dengan burden 6 meter, spasi 8 meter, depth 6 meter, dan gas bag
0,8 meter pengurangan explosive sebesar 56%. Pada isian explosive 1,46 meter
dengan burden 7 meter, spasi 9 meter, depth 4 meter, dan gas bag 0,8 meter
pengurangan explosive sebesar 55%. Dan pada isian explosive 1,54 meter
dengan burden 8 meter, spasi 9 meter, depth 6 meter, dan gas bag 1,5 meter
pengurangan explosive sebesar 52%.
Untuk itu penulis menggunakan pengurangan explosive sebesar 20%
untuk gas bag.
a. Rekomendasi 1
Gas bag = PC x 20%
= 3,9 x 20%
= 0,78 meter
b. Rekomendasi 2
Gas bag = PC x 20%
= 4,3 x 20%
= 0,86 meter

c. Rekomendasi 3
Gas bag = PC x 20%
169

= 4,7 x 20%
= 0,95 meter
d. Rekomendasi 4
Gas bag = PC x 20%
= 5,2 x 20%
= 1,03 meter

8. Pemakaian Bahan Peledak


Densitas Pengisian Bahan Peledak
de = ¼ π x (De)2 x SG x 1000
= 0,785 x (0,200025)2 x 0,85 x 1000
= 0,785 x (0,200025)2 x 850
= 0,785 x 0,04001 x 850
= 26,70 kg per meter
Maka :
a. Rekomendasi 1
Jika, PC (Powder Coloum) = 3,9 m dan gas bag = 0,8
Maka :
E = (PC – Gas Bag) x de
= (3,9 – 0,8) x 26,70
= 83,72 kg/lubang

b. Rekomendasi 2
Jika, PC (Powder Colomn) = 4,3 m dan gas bag = 0,9
Maka :
E = (PC – Gas Bag) x de
= (4,3 – 0,9) x 26,70
= 91,67 kg/lubang

c. Rekomendasi 3
Jika, PC (Powder Colomn) = 4,7 m dan gas bag = 0,9
Maka :
E = (PC – Gas Bag) x de
= (4,7 – 0,9 x 26,70
= 100,93 kg/lubang

d. Rekomendasi 4
Jika, PC (Powder Colomn) = 5,2 m dan gas bag = 1,0
Maka :
E = (PC – Gas Bag) x de
170

= (5,2 – 1,0) x 26,70


= 110,20 kg/lubang

9. Volume Batuan yang akan diledakkan


Volume Batuan yang akan diledakkan dapat dicari dengan rumus:
V=BxSxL
V total hasil peledakan = B x S x L, Maka volume batuan hasil perhitungan
dengan besar spasi, burden, dan tinggi jenjang adalah :
a. Rekomendasi 1
V =BxSxL
= 6,2 m x 7,1 m x 8,5 m
= 375,75 m3
b. Rekomendasi 2
V =BxSxL
= 6,2 m x 7,4 m x 8,5 m
= 392,09 m3
c. Rekomendasi 3
V =BxSxL
= 6,2 m x 7,8 m x 8,5 m
= 408,43 m3
d. Rekomendasi 4
V =BxSxL
= 6,2 m x 8,1 m x 8,5 m
= 424,76 m3

10. Powder Factor (PF)


Besarnya powder factor berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan geometri dari teori R.L Ash yaitu :
a. Rekomendasi 1
𝐸
𝑃𝐹 =
𝑉
83,72
= 375,75 = 0,22 kg/m3

b. Rekomendasi 2
𝐸
𝑃𝐹 =
𝑉
91,67
= = 0,23 kg/m3
392,09
171

c. Rekomendasi 3
𝐸
𝑃𝐹 =
𝑉
100,93
= 408,43 = 0,25 kg/m3

d. Rekomendasi 4
𝐸 𝐸
𝑃𝐹 =
𝑃𝐹 =
𝑉 𝑉
117,48110,20 3 3
= = = 0,33 = 0,26
kg/mkg/m
360,4424,76
172

B. Fragmentasi Peledakan Usulan dengan Rumusan Kuz-Ram

Adapun contoh perhitungan fragmentasi peledakan dengan rumusan


Kuz-ram dari salah satu rekomendasi geometri peledakan R.L. Ash yaitu
sebagai berikut, dimana salah satu contoh yang diambil untuk dilakukan
perhitungan yaitu rekomendasi 4 :
5. Ukuran Fragmentasi Batuan Rata-rata
𝑉 0,8 𝐸 −0,63
X(rata-rata) = A (𝑄 ) Q0,17 (115)
424,76 0,8 100 −0,63
= 4.08 (110,20 ) 110,200,17 (115)
= 28,8 cm

6. Indeks Keseragaman
𝐵 1+(𝑆/𝐵) 0,5 𝑊 𝑃𝐶
n = (2,2 − 14 𝐷𝑒 ) 𝑥 [ ] 𝑥 (1 − )( 𝐿 )
2 𝐵
6,2 1+1,3 0,5 0,03 5,2
= (2,2 − 14 200 ) 𝑥 [ ] 𝑥 (1 − ) (8,5)
2 6,2
= 1,02

7. Karekteristik Batuan
𝑋
Xc = 1
0,693 𝑛
28,8
= 1
0,693 1,02
= 41,16

8. Perhitungan Persentase Fragmentasi Hasil Peledakan Peledakan Ukuran


Boulder
Adapun kategori boulder di Jobsite HJUR yaitu ukuran ≥80 cm,
maka adapun perhitungan fragmentasi hasil peledakan ukuran boulder
yaitu :
a. Persentase batuan dengan ukuran ≥80 cm yang tertahan (Boulder)
𝑋 𝑛
−( )
R90 =𝑒 𝑋𝑐 𝑥 100%
80 1,147
−( )
= 2,71828 41,16 x 100 %
= 14 %

b. Persentase batuan dengan ukuran ≤80 cm yang lolos


R = 100 % - 28 %
= 72 %

Anda mungkin juga menyukai