Oleh :
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
2017
ANALISA KUAT TEKAN BATUAN TERHADAP STAND-UP
TIME LUBANG TAMBANG BAWAH TANAH C1-G
PT. NUSA ALAM LESTARI
SUMATERA BARAT
SKRIPSI
Oleh:
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
2017
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
RINGKASAN
i
Compressive Strength Analysis Against Stand-up Time C1-G
Underground Mining Mine PT. NAL Sawahlunto
West Sumatra
ABSTRACT
The research area (PT NAL) is located in Salak Village, Talawi Sub-district,
Sawahlunto City. The purpose of this research is to analyze the rock compressive
strength and stand-up time required in the planning of excavation and installation
of support in underground mining pit PT. NAL. Data collection in this study used
field observation and laboratory testing. The method of problem solving in this
research is based on rock mass classification from Bieniawski (1973) Rock Mass
Rating System or RMR consisting of compressive strength of UCS, discontinuity
distance, Rock Quality Designation (RQD), solid condition, ground water
condition and orientation discontinuity. The result of the analysis of the strength
of the compressive strength test of the intact rock, it is seen that the rocks of
mining holes have UCS value of 8,835 Mpa (weak) for sandstone, 13,367 Mpa
(weak) for siltstone and 4,620 Mpa (very weak) for coal. Based on physical
properties, it is known that each rock has a low porosity value. Geomechanical
analysis gives weighted value of Rock Mass Rating (RMR) with rock mass quality
of class II (good rock) for the three types of rock mass. Analyzes using stand-up
time graphs, the duration of rocks can withstand self-stress without stand-up time
for sandstones of ± 2500 hours (3 months 12 days) with an 8 m span, batulanau ±
2000 hours (2 months 21 days) with an 8 m span and coal ± 5000 hours (6 months
27 days) with a span of 6.8 m. Based on the GSR table from Bieniawski, the
recommended excavation is a full face excavation of 1-1.5 m with a complete
support of 20 m from face for rock mass class II (good rock).
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan
Skripsi ini dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Nusa Alam Lestari
(PT. NAL).
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh
1. Bapak Riko Ervil, M.T. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
2. Bapak Dr. Murad, M.S, M.T, selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan
selesai.
iii
6. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam penulisan tugas akhir
ini.
ini.
baik atas semua bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan demi terwujudnya skripsi yang lebih baik
dari sebelumnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi penulis.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN
Ringkasan ......................................................................................................... i
Abstract ............................................................................................................ ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... v
Daftar Lampiran ............................................................................................... viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
v
Laboratorium ................................................ 15
2.1.4.3 Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan .. 18
2.1.5 Klasifikasi Massa Batuan ............................................. 23
2.1.5.1 Rock Mass Rating System (RMR) .................. 23
2.1.5.2 Iventarisasi struktur massa batuan .................. 30
2.1.6 Stand-up Time ............................................................... 30
2.1.7 Penelitian Lainnya ........................................................ 35
2.2 Kerangka Konseptual .................................................................. 38
vi
4.3 Pengolahan Data ......................................................................... 67
4.3.1 Rock Mass Rating System (RMR) ................................... 68
4.3.1.1 Uji Kuat Tekan Batuan Point Load Index (PLI) . 68
4.3.1.2 Rock Quality Designation (RQD) ....................... 72
4.3.1.3 Jarak (spasi) Discontinue/Kekar.......................... 74
4.3.1.4 Kondisi Discontinue/Kekar ................................. 78
4.3.1.5 Kondisi Air Tanah ............................................... 83
4.3.1.6 Orientasi Diskontinuitas ...................................... 85
4.3.2 Stand-up Time ................................................................. 92
DAFTAR KEPUSTAKAAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hubungan Antara Stress dan Strain Yang Terbentuk ...................... 11
Tabel 2.2 Persamaan Hubungan Kuat Tekan Denan PLI untuk Berbagai Batuan
Tabel 2.5 Hubungan Antara RQD, Kualitas Batuan dan Indeks Kecepatan .... 28
Tabel 3.10 RMR-C Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total ...................... 57
ix
Tabel 4.2 Sampel Beserta Ukurannya .............................................................. 69
Tabel 4.5 Kualitas dan Bobot Batuan Berdasarkan Nilai RQD ....................... 73
Tabel 4.6 Kualitas dan Bobot Batupasir Berdasarkan Nilai RQD ................... 73
Tabel 4.7 Kualitas dan Bobot Batulanau Berdasarkan Nilai RQD .................. 73
Tabel 4.8 Kualitas dan Bobot Batubara Berdasarkan Nilai RQD .................... 74
Tabel 4.22 Bobot Kondisi Umum Air Tanah (Bieniawski, 1989). .................. 84
x
Tabel 4.24 Pengaruh Orientasi Kekar Dalam Pembuatan Terowongan Dan
xi
Tabel 5.6 Kondisi Kekar Lapangan Batubara .................................................. 100
Tabel 5.9 Bobot Keseluruhan Batupasir dari 6 Parameter RMR ..................... 106
Tabel 5.10 Bobot Keseluruhan Batulanau dari 6 Parameter RMR .................. 108
Tabel 5.11 Bobot Keseluruhan Batubara dari 6 Parameter RMR .................... 109
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Tipe Dan Syarat Contoh Batuan Uji PLI ..................................... 16
Gambar 3.3 Plot Data Orientasi Kekar Pada Dips 5.0 ..................................... 47
Gambar 3.5 Hubungan Stand-up Time Terhadap Roof Span dan RMR .......... 58
xiii
Gambar 4.12 Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batubara ................................ 93
Gambar 5.1 Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batupasir ....................... 105
Gambar 5.2 Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batulanau ...................... 107
Gambar 5.3 Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batubara ........................ 108
Gambar 5.4 Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batupasir ................................. 110
Gambar 5.4 Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batulanau ................................ 111
Gambar 5.4 Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batubara .................................. 112
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi dua, yaitu room and pillar dan long wall mining. Batubara Indonesia,
PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL) Sawahlunto merupakan salah satu
metode room and pillar. Penambangan bawah tanah sangat identik dengan resiko
subsidence yang disebabkan oleh berkurangnya daya dukung tanah akibat adanya
excavation atau penggalian di dalam massa batuan. Oleh sebab itu diperlukan
dengan aman, mulai dari rancangan lubang bukaannya hingga metode penggalian
yang dilakukan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penambangan
bawah tanah adalah faktor keamanan lubang tambang. Faktor keamanan lubang
tambang tidak hanya dipengaruhi oleh kekuatan batuan namun juga keadaan
1
2
dan batubara menyebabkan lubang tambang bawah tanah di PT. NAL Sawahlunto
Menurut Faisal Akbar, Tri Erto Putra dkk (2015, hal. 38). Susunan batuan
pada endapan batubara di daerah penelitian yang terdiri dari perlapisan batupasir,
batuan lunak dengan kondisi sangat jelek (very weak rock) dengan kuat tekan < 5
(subsidence) di dalam lubang tambang bawah tanah (lampiran v). Hal ini menjadi
oleh batuan pada lubang tambang yang tidak dapat lagi menahan tekanan yang
tanah di PT. NAL Sawahlunto sangat diperlukan untuk mengetahui berapa lama
dapat diantisipasi. Belum adanya analisa mengenai kuat tekan batuan penyusun
3
4. Belum adanya analisa stand-up time pada lubang tambang bawah tanah
1. Analisa hanya dilakukan pada lubang tambang bawah tanah C1-G PT.
NAL Sawahlunto
2. Analisa hanya terhadap kuat tekan batuan dan perhitungan stand-up time
1. Berapa kuat tekan batuan penyusun lubang tambang bawah tanah C1-G
2. Berapa stand-up time yang diperlukan oleh lubang tambang bawah tanah
2. Menganalisa stand-up time lubang tambang bawah tanah C1-G PT. NAL
Sawahlunto.
1. Bagi penulis
2. Bagi perusahaan
Definisi batuan menurut Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 6) dapat
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak
tanah. Tanah dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya
Batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi yang
merupakan suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah
terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan
dan terbentuk batuan beku. Setelah batuan beku terpapar di permukaan atau dekat
6
7
permukaan, maka akan terjadi proses pelapukan dan hasilnya yang berupa
mengalami konsolidasi dan tegangan, maka material tersebut akan menjadi batuan
sedimen. Dalam fungsi waktu dan jika batuan sedimen mengalami pembebanan
Secara singkat dapat dikatakan bahwa batuan beku atau batuan sedimen
atau batuan metamorf yang mengalami pelapukan dapat menjadi batuan sedimen
baru. Demikian juga halnya dengan kejadian batuan metamorf baru, bahwa
apakah batuan beku atau batuan sedimen atau batuan metamorf jika mengalami
metamorfose akan dapat menjadi batuan metamorf baru. Menurut Made Astawa
Rai dkk (2011: 7) batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf memiliki
1. Batuan Beku
Batuan beku (igneous rocks) adalah batuan yang berasal langsung dari
beku asam maka kenampakannya berwarna terang dan kandungan SiO2 akan lebih
besar dari 55%. Sedangkan untuk batuan beku sedang akan berwarna agak terang,
dan kandungan SiO2 sekitar 50-50% dan batuan beku basa bewarna gelap dengan
2. Batuan Sedimen
lapis, yang merupakan hasil pelapukan dari batuan lain yang diendapkan bisa
secara fisik atau kimia dan yang telah mengalami transportasi melalui air, atau
superposisi (tua ke muda). Ciri lainnya adalah bahwa batuan sedimen bisa
mengalami perlipatan seperti sinklin atau antiklin dan juga dapat tersesarkan yang
3. Batuan Metamorf
yang mengalami tekanan dan panas tinggi. Pada proses pembentukannya tidak ada
penambahan unsur baru, dan yang ada adalah proses rekristalisasi. Batuan
metamorf ini mempunyai tekstur khas seperti: filit (halus dengan pola laminasi),
1. Struktur primer
berlapis), struktur batuan metamorf (struktur foliasi, non foliasi), dan struktur
2. Struktur Sekunder
setelah batuan terbentuk yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan
(fold).
regangan (strain) pada batuan. Menurut Muhammad Dahlan B (2015, hal 98)
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada batuan, sedangkan regangan adalah
terhadap batuan tergantung pada cara bekerja atau sifat tegasannya dan sifat fisik
batuan yang terkena tegasan. Berikut adalah klasifikasi tegasan dan regangan
1. Tegasan (stress)
terdiri atas:
besaran yang sama dari segala arah. Dalam batuan dinamakan confining
stress karena setiap tubuh batuan dalam litosfir dibatasi oleh batuan
atasnya.
10
dengan besaran yang tidak sama dari segala arah. Dalam sistem
2. Regangan (strain)
ditarik akan melar, tetapi jika dilepas akan kembali kepanjang semula.
pada kondisi awal. Di alam tidak pernah dijumpai batuan yang pernah
volumenya.
elastic limit batuan dilampaui dan perubahan bentuk dan volume pada
c. Fracture: fracture terjadi apabila batas atau limit deformasi elastik dan
duktil dilampaui, dimana batuan akan patah atau hancur. Material yang
11
Tabel 2.1
Hubungan Antara Stress dan Strain yang Terbentuk
Strain Stress
Compression Tension Shear
Ductil Lipatan Penamaan untuk struktur geologi
(plastic strain) pada kategori ini sangat bervariasi
Antiklin
Sinklin
Brittle strain Kekar (joint)
(rupture) Patahan (fault)
Patahan naik Patahan turun Patahan geser
(reverse/thrust) (normal) (strike-slip)
Sumber: geologi untuk pertambangan umum, Muhammad dahlan B (2014, hal. 100)
Kekar adalah deformasi brittle berupa bidang pecahan atau rekahan pada
batuan yang terbentuk secara alami akibat adanya gaya tarik (tension) tanpa
data kekar di lapangan bisa dilakukan melalui dua cara seperti berikut:
mengukur semua kekar yang masuk pada suatu luasan tertentu, atau
Metode ini relatif memakan waktu dan kekar non-sistematik juga ikut
(joint density), orientasi kekar (joint orientation) dan spasi kekar (joint
spacing).
joint sets). Metode seleksi efektif jika daerah pengamatan cukup luas,
berhadapan, dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Pergeseran pada
sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus yang disebut sesar translasi atau terputar
berkisar antara beberapa cm sampai ratusan km. Sebagaimana struktur lipatan atau
kekar, patahan juga memiliki strike dan dip. Strike nya adalah trend garis
horizontal bidang patah, dip nya adalah sudut antara horizontal dengan bidang
bidang:
Sumber: geologi untuk pertambangan umum, Muhammad dahlan B (2014, hal. 118)
Gambar 2.1 Blok Yang Memperlihatkan Patahan/Sesar
batuan dan contoh batuan bagi kepentingan geologi dan cadangan serta
penentuan sifat fisik dan mekanik. Pengujian sifat fisik pada batuan adalah
pengujian yang dilakukan tanpa merusak fisik batuan, sedangkan pengujian sifat
mekanik merupakan pengujian yang bersifat merusak sampel batuan. Data yang
hasil akhirnya berupa model perancangan, misalnya untuk tambang bawah tanah.
14
mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu sifat
fisik dan sifat mekanik. Menurut Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 68), parameter
umum pada sifat fisik adalah bobot isi, berat jenis, porositas, absorbs dan void
ratio. Sedangkan untuk sifat mekanik standar dikenal sifat mekanik statik dan
geoteknik adalah:
5. Berat jenis sejati (true specific gravity), perbandingan bobot isi jenuh
berat air dalam batuan asli dengan berat butiran batuan dan dinyatakan
dalam %.
15
dalam batuan jenuh dengan berat butiran batuan dan dinyatakan dalam
%.
8. Derajat kejenuhan, perbandingan kadar air asli dan kadar air jenuh
dinyatakan dalam %.
total batuan.
10. Void ratio, e, perbandingan volume rongga dalam batuan dengan volume
butiran batuan.
Contoh batuan utuh dari lapangan bisa berupa contoh bongkah atau
contoh berbentuk inti silinder. Contoh batuan bongkah biasanya diambil dari
pemotongan dengan alat potong sehingga diperoleh geometri dan dimensi yang
contoh batuan harus berbentuk silinder, maka contoh batuan dari lapangan yang
Uji point load index merupakan uji indeks yang telah secara luas
digunakan untuk memprediksi nilai UCS suatu batuan secara tidak langsung di
16
contoh yang mudah dan dapat dilakukan di lapangan. Peralatan yang digunakan
mudah dibawa–bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan sehingga dengan cepat
laboratorium.
ataupun suatu bongkah batuan dan disarankan untuk pengujian ini berbentuk
silinder dengan diameter 50 mm (NX = 54, ISRM 1985). Apabila diameter contoh
batuan yang digunakan bukan 50 mm, maka diperlukan faktor koreksi terhadap
persamaan yang diturunkan oleh Broch dan Franklin. Menurut Greminger (1982),
selang faktor koreksi tergantung besarnya diameter. Karena diameter ideal yang
digunakan adalah 50 mm. Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 161).
Hawkins (1989), Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 161) melakukan
penelitian hubungan efek skala PLI terhadap kuat tekan pada dua bentuk contoh
uji, yaitu kubus dan silinder. Tampak bahwa semakin kecil ukuran contoh uji baik
untuk kubus dan silinder maka nilai kuat tekannya juga menurun. Selain itu juga
tampak bahwa variasi nilai kuat tekan pada contoh uji bentuk kubus lebih besar
Beberapa peneliti yang melakukan studi hubungan PLI dan kuat tekan
pada berbagai jenis batuan diberikan pada tabel 2.4, hampir semua peneliti
persamaan linier langsung yang koefesiennya bervariasi dari sekitar 11 hingga 24,
Tabel 2.2
Persamaan Hubungan Kuat Tekan Dengan PLI untuk Berbagai Batuan dari
Berbagai Peneliti
Referensi Persamaan Tipe batuan
Broch & Franklin (1972) Batupasir
Batuan beku, batuan
Bieniawski (1975)
sedimen
Brook (1985) -
Singh (1981) Batupasir dan shale
Vallejo dkk (1989)-shale shale
Vallejo dkk (1989)-batupasir batupasir
Batupasir dan
Kramadibrata (1992)
batulempung
Batupasir,
Gunsallus & Kulhawy (1984)
batugamping
Batuan sedimen,
Cargil & Shakoor (1990)
batuan metamorf
Batuan beku, batuan
Kahraman (2001) sedimen, batuan
metamorf
Sumber: Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 164)
18
seperti tegangan gravitasi, tegangan tektonik, tegangan sisa dan tegangan termal.
Menurut Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 319) asal mulanya tegangan
bawah tanah. Dalam banyak kasus, tegangan terinduksi ini akan melampaui
tanah.
yang ada diatasnya dan perubahan akibat proses geologi sebelumnya. Perubahan
kondisi regangan insitu dapat diakibatkan oleh beberapa hal yang antara lain
kondisi tegangan insitu menurut Brady dan Brown (1985). Made Astawa Rai
1) Topografi Permukaan
salah satu sebab beberapa pengukuran tegangan insitu oleh Hoek dan
2) Erosi
Erosi pada permukaan tanah baik disebabkan oleh air, angin, maupun es
dangkal.
20
(1978) juga membuktikan hal ini. Pada ilustrasi terlihat bahwa pada
3) Tegangan Sisa
4) Inklusi
Inklusi dalam massa batuan adalah bagian yang secara litologi membuat
umur batuan lebih muda dari formasi batuan induknya. Biasanya inklusi
merupakan intrusi seperti dykes dan sill, serta veins seperti mineral
5) Aktivitas Tektonik
struktur geologi daerah tersebut seperti sesar dan lipatan. Elemen batuan
dibawah permukaan.
22
6) Bidang Diskontinuitas
tersebut.
diskontinuitas).
7) Tegangan Alamiah
terjadi pada waktu yang lampau maupun saat ini, seperti pada saat terjadi
sesar dan lain-lain. Pergerakan dalam kerak bumi terjadi secara continue,
perbedaan panas antara inti bumi dan kerak. Tegangan tektonik sangat
geomekanika adalah klasifikasi RQD dari Deere (1964). Pengamatan awal inti bor
hasil pemboran eksplorasi dan geoteknik adalah RQD dan fraktur frekuensi.
Sedangkan penilaian kualitas massa batuan yang paling banyak digunakan pada
tahap awal adalah RMR dari Bieniawski (1989) dan Q-system yang diusulkan
oleh Barton, Lien dan Lunde (1974). Klasifikasi massa batuan untuk aplikasi
khusus lubang bawah tanah adalah klasifikasi Stand Up Time Dari Lauffer (1958)
yang memodifikasi RMR, Q-system, SMR dan GSI. Made Astawa Rai dkk (2011,
hal. 387).
Rock Mass Rating System (RMR), atau sering juga dikenal sebagai
International Standard and Procedure. RMR terdiri dari 5 (lima) parameter utama
3. Jarak discontinue/kekar.
4. Kondisi discontinue/kekar.
diskontiniutas/kekar.
kemiringan atau jurus dan kemiringan kekar untuk penerowongan dan penggalian
diperlukan beberapa ilustrasi seperti ditunjukkan pada tabel 3.2. Aplikasi RMR
untuk stand-up time merupakan waktu yang diperlukan untuk menyangga dirinya
(massa batuan) sebelum terjadi keruntuhan. Hubungan antara roof span dengan
Nilai kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh melalui beberapa pengujian,
salah satunya menggunakan alat pengujian kuat tekan point load index
(PLI).
Massa batuan yang terdiri dari kenampakan struktur geologi atau bidang
menurut tiga karekteristik utama. Made Astawa Rai dkk (2011, hal 388)
yaitu:
diskontiniutas.
seperti:
25
b) Kekasaran (roughness).
d) Luahan (seepage).
e) Kekuatan (strength).
batuan dengan cara mengukur orientasi dalam bentuk kemiringan (dip) dan arah
Spasi bidang diskontinuitas atau kekar adalah jarak tegak lurus antar
kekar. Beberapa massa batuan memiliki spasi kekar dari yang sangat rapat hingga
Hasil sebuah pengukuran spasi kekar perlu dilakukan analisa statistik dan
salah satu produknya adalah dalam bentuk histogram distribusi normal spasi yang
statistik hubungan antara spasi kekar dengan frekuensinya adalah dalam bentuk
eksponensial negatif.
umumnya diisi oleh material lainnya atau air. Semakin besar jarak
Tabel 2.3
Penggolongan dan Pembobotan Kekasaran
Kekasaran Deskripsi Pembobotan
Apabila diraba permukaan sangat tidak rata,
Sangat kasar
membentuk punggungan dengan sudut terhadap bidang 6
datar mendekati vertikal
Kasar Bergelombang, permukaan tidak rata, butiran pada
5
permukaan terlihat jelas, permukaan kekar terasa kasar
Sedikit kasar Butiran permukaan terlihat jelas, dapat dibedakan, dan
3
dapat dirasakan apabila diraba
Halus Permukaan rata dan terasa halus bila diraba 1
Licin Permukaan terlihat mengkilap 0
Sumber : jurnal eksplorium, Heri Syaeful dan Dhatu Kamajati (2015)
Sedangkan menurut Patton (1966), Made Astawa Rai dkk (2011, hal.
402) contoh pengukuran kekasaran permukaan kekar adalah dalam bentuk sudut
rupa muka kekasaran I (roughness angle, i) yang dilakukan oleh Patton (1966)
Tabel 2.4
Tingkat Pelapukan Batuan
Klasifikasi Keterangan
Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan, batuan segar, butiran
Tidak terlapukkan
kristal terlihat jelas dan terang
Kekar terlihat berwarna atau kehitaman, biasanya terisi dengan
Sedikit terlapukkan lapisan tipis material pengisi. Tanda kehitaman biasanya akan
nampak mulai dari permukaan sampai kedalam batuan sejauh
20% dari spasi
Tanda kehitaman nampak pada permukaan batuan dan sebagian
Terlapukkan material batuan terdekomposisi. Tekstur asli batuan masih utuh
namun mulai menunjukkan butiran batuan mulai
terdekomposisi menjadi tanah
Keseluruhan batuan mengalami perubahan warna atau
Sangat terlapukkan kehitaman. Dilihat secara penampakan menyerupai tanah
namun tekstur batuan masih utuh dan butiran batuan telah
terdekomposisi menjadi tanah.
Sumber : jurnal eksplorium, Heri Syaeful dan Dhatu Kamajati (2015)
28
Deere (1964) yang mana datanya diperoleh dari pengeboran eksplorasi dalam
RQD dihitung dari persentase bor inti yang diperoleh dengan panjang
minimum 10 cm dan jumlah potongan inti bor tersebut biasanya diukur pada inti
perhitungan dan inti bor yang lembek dan tidak baik berbobot RQD = 0
Apabila bor inti tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung
Tabel 2.5
Hubungan antara RQD, Kualitas Batuan dan Indeks Kecepatan
Kualitas RQD (%) FF (m-1) Indeks
massa batuan kecepatan
Sangat buruk 0– 25 >15 < 0.2
Buruk 25 – 50 15 – 8 0.2 – 0.4
Sedang 50 – 75 8–5 0.4 – 0.6
Baik 75 – 90 5–1 0.6 – 0.8
Sangat baik 90 - 100 <1 0.8 – 1.0
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 339)
29
a. Persistensi
Menurut Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 400), didefinisikan sifat
Tabel 2.6
Klasifikasi Persistensi (ISRM, 1961)
Deskripsi Panjang Kekar (m)
Persistensi sangat rendah <1
Persistensi rendah 1–3
Persistensi menengah 3–10
Persistensi tinggi 10–20
Persistensi sangat tinggi >20
Sumber : Mekanika Batuan Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 400)
bidang kekar yang berfungsi sebagai pengunci antar blok atau mencegah
ISRM (1981) dalam Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 401), Panjang
profil pada rujukan tersebut adalah 1–10 m dengan kondisi skala vertikal
30
2) Kasar, jika kekerasan dapat dilihat dengan jelas dan apabila diraba
4) Halus, jika permukaan rekahan menjadi halus dan terasa halus ketika
disentuh.
halus.
time merupakan waktu yang diperlukan untuk menyangga dirinya (massa batuan)
didefinisikan sebagai lebar bukaan atau jarak antar muka dan posisi terdekat
dengan penyangga, jika jarak tersebut lebih panjang dari lebar terowongan.
RMR (Rock Mass Rating System) yang didapatkan dari hasil pembobotan 6
(enam) parameter kedalam grafik stand-up time. Keenam parameter dari RMR
a. Tentukan posisi nilai RMR pada grafik (bagian yang melengkung) baik
b. Tarik garis lurus terhadap bidang melengkung (jika plot dari bawah maka
sebelumnya.
d. Tarik garis lurus dari titik yang telah ditandai ke arah bawah, maka
Berikut adalah grafik RMR terhadap roof span dan stand-up time:
32
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 445)
Gambar 2.4 Grafik Stand-Up Time
Data yang diperoleh dari grafik stand-up time terdiri dari 2 (dua) data,
yaitu data stand-up time dan data roof span. Menurut Made Astawa Rai dkk
(2011, hal. 445) lebar terowongan tanpa penyangga (roof span) didefinisikan
sebagai lebar bukaan atau jarak antar muka dan posisi terdekat dengan penyangga,
jika jarak tersebut lebih panjang dari lebar terowongan. Sedangkan stand-up time
merupakan rentang waktu lamanya massa batuan diatap tidak runtuh (terowongan
waktu pemasangan.
33
Menurut Bieniawski (1989, hal. 62), dengan nilai RMR juga dapat
yang aman tanpa disangga dengan waktu swasangganya. Selain itu, Bieniawski
juga menentukan jenis, diameter, dan panjang dari baut batuan (rockbolt), jejaring
besi (steel set), beton tembak (shotcreate), dan beton cor (concrete).
RMR: 21-40 bench bolts 4-5 m crown and 100 medium ribs
1.0-1.5 advance in long, spaced mm in sides spaced 1.5 m
top heading. Install 1-1.5 m in where
support crown and required
concurrently with wall with
excavation 10 m wire mesh
from face
Multiple drift
Systematic Medium to
0.5-1.5 m advance
bolt 5-6 m heavy ribs
in top heading 150-200 mm in
long, spaced spaced 0.75 m
Install support crown, 150
Very poor rock 1-1.5 m in with steel
concurrently with mm in sides
RMR: <20 crown and lagging and
excavation. and 50 mm on
walls with forepoling if
Shotcreate as soon face
wire mesh. required.
as possible after
Bolt invert Close invert
blasting
Sumber: Engineering Rock Mass Classification,Z.T Bieniawski (1989, hal 62)
rock mass rating (RMR) sebesar 56 atau kelas massa batuan III: fair rock
82 atau kelas massa batuan I: very good rock. Data nilai RMR kemudian
tambang terbuka.
2. Jurnal JTM Vol. XVI No. I/2009 Singgh Saptono dkk dengan judul
Potensi adanya pengaruh skala selain pada kuat tekan juga terjadi pada
material pengisi.
3. Jurnal MINDAGI Vol.8 No. 2 Juli 2014 Ellisa Tirayoh dan Arista
pengukuran kekar dan sesar yang terdapat pada batuan yang tersingkap
kekar dan sesar sebanyak 302 buah. Hasil analisa dengan schidmnet
36
dengan bentangan 3 m.
waktu stand-up, klasifikasi Deree dengan konsep RQD, konsep RSR oleh
Barton. Hasil dari penelitian berupa stand-up time dengan nilai RMR 43,
berupa ribs at 1.5, 6H25 ribs on 2 m centres plus concentrate lining dan
spot bolting.
38
Data primer:
a. Kuat tekan batuan
b. Kondisi discontinue/kekar
Input c. Jarak discontinue/kekar
d. Kondisi air tanah
e. Sifat fisik batuan
Data sekunder:
a. Sketsa kemajuan lubang tambang seam C1
b. Peta lokasi kegiatan penambangan PT. NAL.
c. Peta geologi PT. NAL
1. Input, yaitu proses pengumpulan data, baik data dari lapangan maupun
yaitu kekuatan batuan dan stand-up time, yang mana dua variabel tersebut saling
berhubungan. Data yang diperlukan dalam proses penelitian meliputi data primer
dan data sekunder. Data yang digunakan dalam proses penentuan kuat tekan
lapangan ditambah dengan hasil uji kuat tekan batuan di laboratorium. Adapun
data yang diukur di lapangan berupa data kekar/diskontinuitas dalam lubang C1-G
yang meliputi data jarak kekar, kondisi kekar beserta keadaan air tanah di dalam
research). Menurut Moh. Nazir (2017, hal. 17). Penelitian terapan adalah
dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil
penelitian tidak perlu sebagai penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari
batubara bawah tanah PT. NAL Desa Salak, Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto,
Provinsi Sumatera Barat, wilayah tersebut terletak di sebelah timur laut Kota
Padang dan secara geografis terletak pada 00o 36‟ 45,84‟‟–00o 37‟ 12,10‟‟ LS dan
100o 45‟ 48,19‟‟ BT–100o 46‟ 48,20‟‟ BT. Lokasi penelitian dapat ditempuh dari
Kota Padang menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua dengan rute
40
41
pada minggu ke dua bulan Mei 2017, kemudian dilanjutkan dengan pra-penelitian
pada minggu ke tiga bulan Mei dan minggu ke tiga bulan Juli 2017. Setelah
seminar proposal pada bulan September akhir dan pengambilan data pada bulan
November awal.
42
akhir, pengajuan surat bimbingan dan pengajuan surat izin penelitian lebih
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Bulan
Mei Juli Agustus September Oktober November
No Keterangan (2017) (2017) (2017) (2017) (2017) (2017)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan tugas
akhir
2. Pengajukan surat
Pembimbing proposal
3. Mengajukan surat izin
penelitian
4. Pengamatan di
Lapangan
5. Penyusunan Proposal
Penelitian
6. Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
7. Seminar Proposal
8. Perbaikan
9. Pengambilan Data di
Lapangan
10 Pengolahan Data
11 Seminar Hasil
diteliti yang mempunyai keterikatan antara satu dengan yang lain. Sesuai dengan
permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian meliputi variabel bebas yang
merupakan sebab dan variabel terikat yang merupakan akibat. Variabel bebas
berupa analisa terhadap kuat tekan batuan sedangkan variabel terikat berupa
stand-up time lubang tambang bawah tanah C1-G PT. NAL di Desa Salak,
3.4.1. Data
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
penambangan, meliputi:
b. Jarak kekar.
d. Data uji kuat tekan batuan yang diperoleh melalui uji PLI.
e. Data lain yang digunakan yaitu data uji sifat fisik batuan di
Laboratorium.
2. Data sekunder
Jenis data ini diperoleh dari profil perusahaan mengenai gambaran umum
b. Data geologi.
mendukung penelitian.
44
Sumber data yang penulis dapatkan berupa kuantitatif yang berasal dari
merupakan data informasi berupa simbol angka atau bilangan. Data ini didapatkan
detail, lakukan dahulu pengamatan massa batuan yang hendak dipetakan dari jarak
dekat dan jauh beberapa kali sehingga diperoleh gambaran untuk menentukan
Pemetaan kekar yang meliputi orientasi dan jarak antar bidang kekar
menggunakan beberapa peralatan, seperti: tali (50 m), palu geologi, kompas
penggaris, tabel RMR, gambar standar skala kekasaran muka bidang kekar, botol
ukur dsb.
45
pada singkapan massa batuan. Karena kekar diukur pada permukaan singkapan
massa batuan maka diperlukan suatu koreksi spasi sebesar cos , dimana adalah
sudut yang dibentuk antara bidang kekar dan bidang permukaan singkapan. Hasil
Sumber: Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk., (2011, hal. 421)
Gambar 3.2 Penentuan Spasi Kekar
setiap kekar.
kompas geologi yang dilengkapi klinometer dengan satuan dalam derajat yang
dihitung dari arah utara searah jarum jam, dan dituliskan sebagai angka tiga
kompas geologi dan dituliskan sebagai angka dua desimal, contoh 05° atau 55°
(00°–90°).
gelembung udara dalam nivo kotak masuk ke dalam lingkaran (ingat: sisi
E harus tetap rapat sepenuhnya pada bidang miring). Baca arah azimuth
Kemiringan dan arah kemiringan harus ditulis dalam tiga desimal dan
dua desimal yang dipisahkan dengan satu garis miring, contoh N130°E/50°.
Pasangan angka tersebut mewakili satu vektor kemiringan. Setelah orientasi kekar
47
selanjutnya adalah memplot datanya pada software Dips 5.0 untuk mendapatkan
Berikut adalah contoh plot data strike dan dip N130°E/50° menggunakan
Tabel 3. 2
Klasifikasi pembobotan panjang kekar
Parameter Rating
Panjang <1m 1-3 m 3-10 m 10-20 m > 20 m
Discontinuitas
(Persistense) 6 4 2 1 0
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
Sumber : Barton & Choubey, 1977, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk,
(2011, hal 406)
Gambar 3.4 Kondisi Kekasaran Kekar-Joint Roughness Coeffecient Jrc
Tabel 3. 3
Klasifikasi pembobotan kekasaran kekar
Parameter Rating
Kekasaran Sangat Kasar Sedikit Halus Sliken-
Diskontinuitas Kasar Kasar side
(roughnes)
6 5 4 1 0
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
berikut:
50
terisi oleh isian tipis hasil dari alterasi material. Lunturan tadi dapat
material batuan yang gembur. Tekstur asli batuan tetap terjaga, tetapi
Tabel 3.4
Klasifikasi pembobotan Bukaan kekar
Parameter Rating
Bukaan <0.1mm 0.1-1.0 1-5 mm > 5 mm
Diskoniutas - mm
6 5 4 1 0
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
bidang kekar yang umumnya terdiri dari pasir, kalsit, lempung, lanau,
51
breksi, kuarsa dan pyrite. Material pengisi ini akan mempengaruhi kuat
geser bidang kekar. Isian mempunyai dua hal yang berpengaruh yaitu:
b. Sifat isian itu sendiri yaitu kuat geser, permeabilitas dan prilaku
Bieniawski dkk:
Tabel 3.5
Klasifikasi pembobotan Isian kekar
Parameter Rating
Material
Tidak Keras Lunak
Pengisi
Ada
(Infiling)
6 5 3 1 0
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
Suatu keadaan struktur yang stabil dalam keadaan kering akan menjadi
lubang bukaan, kondisi kecepatan air tanah dalam liter per menit untuk
tabel berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi pembobotan Kelapukan kekar
Parameter Rating
Kelapukan Tidak Sedikit Lapuk Sangat Hancur
(weathering) Lapuk Lapuk lapuk
6 5 3 1 0
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
Uji UCS Point Load Indeks merupakan uji kuat tekan menggunakan alat
Point Load Indeks, Contoh yang digunakan dalam pengujian ini berbentuk
diameter 50 mm. Menurut Broch & Franklin (1972) mekanika batuan, Made
Astawa Rai dkk, (2011, hal. 162), indeks point load (Is) suatu contoh batuan dapat
3.1
batuan Made Astawa Rai dkk (2011, hal 162), selang faktor koreksi tergantung
3.2
53
Dengan, ( )
3.3
Sehingga telah diperoleh suatu persamaan Point Load Indeks yang telah
3.4
( )
kekuatan harus berdasarkan uji UCS, dan menurut Bienawski dengan diameter
3.5
diameter ekivalen (De) dalam perhitungan Point Load Indeks yang diturunkan dari
dan
3.6
3.7
3.8
Dengan, ( )
RQD dihitung dari persentase bor inti yang diperoleh dengan panjang
minimum 10 cm dan jumlah potongan inti bor tersebut dengan panjang minimum
2 m, potongan akibat penanganan pemboran harus diabaikan dari inti bor yang
lembek dan tidak baik berbobot RQD = 0 (Bieniawski, 1989) dan perhitungannya
3.9
Namun bila bor inti tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak
pada singkapan batuan. Priest & Hudson (1976) (Mekanika batuan, Made Astawa
Rai dkk, 2011 hal 398) mengajukan sebuah persamaan untuk menentukan RQD
−
3.10
Rock Mass Rating dapat ditentukan melalui tabel berikut dengan lima
3. Jarak discontinue/kekar.
4. Kondisi kekar.
55
kekar.
sedangkan untuk parameter ke enam (6) dianalisa menggunakan tabel 3.8 sampai
dan penggalian (Bieniawski, 1989: Fowell & Johnson, 1991). Jumlah bobot yang
Tabel 3.7
Klasifikasi parameter dan pembobotan
Parameter Selang Nilai
Kuat PLI
1 >10 10-4 4-2 2-1 Kuat tekan rendah perlu UCS
tekan (Mpa)
Batuan UCS
>250 100-250 50-100 25-50 25-5 5-1 <1
Utuh (Mpa)
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
2 RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 <25
Bobot 20 17 13 8 3
0.2-0.6 0.06-0.2
3 Jarak kekar >2 m 0.6-2 m <60 m
m m
Bobot 20 15 10 8 5
Parameter Selang nilai
Sangat
kasar, Agak Agak Gangue
Slickkensided
tidak kasar, kasar, lunak tebal
/tebal gongue
menerus, pemisaha pemisaha >5 mm,
<5 mm, atau
4 Kondisi kekar tidak ada n <1 mm, n <1 mm, atau
pemisahan 1-
pemisaha dinding dinding pemisahan
5 mm,
n, dinding agak sangat >5 mm,
menerus.
batu tidak lapuk lapuk. menerus
lapuk
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran/ 10 m
panjang
None <10 25-10 25-125 >125
terowongan
(lt/min)
Air Tanah
5 Tekanan air
kekar maks 0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
σ1
Kondisi
Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
umum
Bobot 15 10 7 4 10
Sumber : Bieniawski, 1973, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal 433)
3.11
57
Tabel 3.8
Pengaruh Orientasi Kekar dalam Pembuatan Terowongan dan Penggalian
(Fowell & Johnson, 1991)
Tabel 3.9
RMR-B Peubah Bobot Orientasi Kekar
Stand up-time dapat dicari dengan memasukkan nilai rock mass rating
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 445)
Gambar 3.5 Hubungan Stand-up Time terhadap roof span dan RMR
f. tentukan posisi nilai RMR pada grafik (bagian yang melengkung) baik
g. Tarik garis lurus terhadap bidang melengkung (jika plot dari bawah maka
sebelumnya.
i. Tarik garis lurus dari titik yang telah ditandai ke arah bawah, maka
Data sifat fisik batuan dapat ditentukan melalui uji laboratorium dengan
24 jam.
b. Wadah contoh yang terbuat dari material tidak korosif dan mempunyai
terendam air.
Adapun data yang didapatkan dari uji sifat fisik adalah data berat contoh
asli, berat contoh kering, berat contoh jenuh dan berat contoh jenuh didalam air.
3.12
3.15
3.16
3.18
3.19
19. Porositas, n.
3.20
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
.
Data primer Data sekunder
Data primer yang digunakan yaitu Data sekunder yang digunakan berupa
data jarak kekar, kondisi kekar, literatur perusahaan, buku serta jurnal
kondisi air tanah dan kekuatan batuan yang berkaitan dengan penelitian.
di lubang tambang C1-G PT. NAL
serta data fisat fisik batuan.
A
62
Pengolahan Data
1. Mengukur secara langsung jarak kekar, serta mengamati kondisi kekar dan
kondisi air tanah yang terdapat di dalam lubang tambang C1-G PT. NAL.
Gambar
2. Pengambilan sampel 3.3batulanau
berupa Kerangka danMetodologi
batubara yang selanjutnya akan di
analisa kuat tekannya menggunakan alat uji kuat tekan Point Load Index.
System (RMR).
Analisa Data
Menggunakan metode Rock Mass Rating system
(RMR) dari Bieniawski 1973
Hasil
Data yang didapatkan dari pengujian laboratorium adalah data uji sifat
fisik batuan (terlampir) dan data uji kuat tekan batuan menggunakan alat
pengujian Point Load Index (PLI). Sampel yang digunakan berupa sampel batuan
yang diambil dari 3 (tiga) titik, setiap titik terdiri dari 3 (tiga) sampel batu. Sampel
batupasir dan batulanau diambil di sekitar lubang tambang bawah tanah C1-G
sehingga sampel yang digunakan terdiri dari batubara, batupasir dan batulanau
gerinda listrik. Sehingga dihasilkanlah sampel batuan dengan ukuran yang tidak
teratur (irregular).
63
64
Gambar 4.1
Alat uji point load index (PLI)
Gambar 4.2
Proses Pemotongan Batu
65
Gambar 4.3
Pengujian Kuat Tekan Batuan
Pengujian dengan alat point load index dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
ke arah kiri.
tuas.
7. Tekan tahan „ZERO’ pada monitor alat hingga menunjukkan angka 0.00
Untuk data sifat fisik batuan, data yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Uji Sifat Fisik Batuan
Berat Contoh
Berat Contoh Berat
Berat Contoh Asli Jenuh Dalam
Dalam Air Contoh
No Sampel (Natural density) air (24 jam)
(solid) (Ws) Kering
(Wn) (g) (Ww)
(g) (Wo) (g)
(g)
1 Batulanau 205.19 135.8 212.7 203.7
2 Batupasir 126.5 87.2 133.5 123.6
3 Batubara 54.5 11.1 55.1 52.4
kekar yang diukur pada scanline sepanjang 20 m, terdiri dari data jarak duga/semu
kekar, isian kekar, kekasaran kekar, bukaan kekar (aperture), dan panjang kekar
(persistensi) serta data strike dan dip. Scanline ini dibentangkan di sekitar lubang
C1-G dan di dalam lubang C1-G. Scanline yang dibentangkan sebanyak 3 kali 20
dipengaruhi oleh kondisi di dalam lubang C1-G yang gelap dan telah dipasangi
penyangga.
67
Gambar 4.4
Kondisi batubara di dalam lubang C1-G
batuan dari Bieniawski (1973) yang dikenal dengan Rock Mass Rating System
Uji kuat tekan batuan dilakukan menggunakan alat point load index,
pengujian kuat tekan batuan dibutuhkan untuk menentukan kualitas dari massa
batuan. Dalam pengujian ini disediakan 3 (tiga) jenis sampel berupa batupasir,
disarankan yaitu 50 mm. oleh sebab itu, menurut Greminger (1982) (Mekanika
Batuan, Made Astawa Rai dkk, 2011 hal 162) diperlukan faktor koreksi (F).
Berikut adalah gambar dari salah satu sampel yang telah dipotong:
Gambar 4.5
Sampel Batupasir
69
Untuk daftar sampel beserta ukurannya dapat dilihat pada tabel 4.1,
Tabel 4.2
Sampel Beserta Ukurannya
L d W1 W2 W D/W D
No SAMPEL
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
adalah diameter sampel, W1 adalah lebah sampel bagian bawah, W2 adalah lebar
sampel bagian atas, W adalah rata-rata lebar sampel, D/W adalah luas sampel
Greminger (1982) seperti pada rumus 3.3, Setelah nilai dari faktor koreksi
Load Index (PLI) menggunakan rumus 3.7. Dari nilai Point Load Index (PLI)
yang telah didapat, maka dapat dicari nilai kuat tekan batuannya berdasarkan
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat di lihat nilai UCS rata-
Tabel 4.3
Nilai UCS Sampel
Point Rata-
Faktor UCS Rata-rata
No Sampel Load
Koreksi rata
Index (kg/m2) (kg/m2)
(F) (Mpa)
(Is)
1 B1 0.373 2.692 61.927
2 B2 0.376 1.160 26.678
3 B3 0.364 0.945 21.744
4 B4 0.370 0.958 22.024
5 B5 0.382 0.663 15.247 46.195 4.620
6 B6 0.317 3.727 85.713
7 B7 0.338 3.031 69.719
8 B8 0.370 3.126 71.900
9 B9 0.355 1.774 40.807
10 P1 0.376 0.607 13.964 88.353 8.835
71
Dari nilai rata-rata yang didapatkan, dapat diketahui nilai UCS dari
batupasir sebesar 88.353 kg/cm2 atau 8.835 Mpa, batulanau 133.675 kg/cm2 atau
13.367 Mpa dan batubara sebesar 46.195 kg/cm2 atau 4.620 Mpa. Berdasarkan tabel
pembobotan RMR, nilai UCS untuk ketiga sampel batuan tersebut mempunyai
bobot 1 (satu) dengan deskripsi sangat lemah (very weak) untuk batubara dan
bobot 2 (dua) dengan deskripsi batuan lemah (weak) untuk batupasir dan
Tabel 4.4
Kekuatan Material Batuan Utuh
Deskripsi Kualitatif UCS (MPa) PLI (MPa) Rating
Sangat kuat sekali
>250 >10 15
(exceptionallystrong)
Sangat kuat (very strong) 100-250 4-10 12
Kuat (strong) 50-100 2-4 7
Sedang (average) 25-50 1-2 4
Lemah (weak) 5-25 Penggunaan 2
Sangat lemah (very weak) 1-5 UCS lebih 1
Sangat lemah sekali (extremelyweak) <1 dilanjutkan 0
Sumber:Bieniawski,Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
72
yang mana datanya diperoleh dari pengeboran eksplorasi dalam bentuk inti bor
Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung
menentukan nilai RQD dari suatu garis bentangan dapat digunakan persamaan
Priest & Hudson (1976) seperti pada rumus 3.10, untuk lebih jelasnya dapat
pada lamp. 7). Data RQD untuk tiap scanline dapat dilihat pada tabel 4.4. Berikut
Gambar 4.6
Proses Pengukuran Kekar
73
Tabel 4.5
Kualitas dan Bobot Batuan Berdasarkan Nilai RQD
No Batuan RQD
1 Batupasir (scanline I) 99.6202%
2 Batulanau (scanline II) 99.6844%
3 Batulpasir (scanline III) 88.851%
1. Scanline I (Pasir)
Tabel 4.6
Kualitas dan Bobot Batupasir Berdasarkan Nilai RQD
RQD % Kualitas Batuan Bobot
< 25 Sangat Jelek (Very Poor) 3
25 - 50 Jelek (Poor) 8
50 - 75 Sedang (fair) 13
75 - 90 Baik (Good) 17
90 - 100 Sangat Baik (Excellent) 20
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
2. Scanline II (Batulanau)
Tabel 4.7
Kualitas dan Bobot Batulanau Berdasarkan Nilai RQD
RQD % Kualitas Batuan Bobot
< 25 Sangat Jelek (Very Poor) 3
25 - 50 Jelek (Poor) 8
50 - 75 Sedang (fair) 13
75 - 90 Baik (Good) 17
90 - 100 Sangat Baik (Excellent) 20
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
74
Tabel 4.8
Kualitas dan Bobot Batubara Berdasarkan Nilai RQD
RQD % Kualitas Batuan Bobot
< 25 Sangat Jelek (Very Poor) 3
25 - 50 Jelek (Poor) 8
50 - 75 Sedang (fair) 13
75 - 90 Baik (Good) 17
90 - 100 Sangat Baik (Excellent) 20
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
Nilai RQD menentukan kualitas dari massa batuan yang dilihat dari
banyaknya diskontinuitas pada tiap satu meter scanline. Semakin tinggi niali
Spasi bidang diskontinuitas atau kekar adalah jarak tegak lurus antar
di lapangan menggunakan alat ukur berupa meteran, didapatkan data spasi kekar
Tabel 4.9
Jarak Kekar Scanline Batupasir
Jarak
No Kekar
(cm)
1 1 ke 2 110
2 2 ke 3 10
3 3 ke 4 341
4 4 ke 5 62
5 5 ke 6 75
6 6 ke 7 270
7 7 ke 8 53
8 8 ke 9 10
9 9 ke 10 140
RATA-RATA 119
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Jarak Kekar Scanline Batulanau
Jarak
No Kekar
(cm)
1 1 ke 2 70
2 2 ke 3 55
3 3 ke 4 46
4 4 ke 5 55
5 5 ke 6 67
6 6 ke 7 50
7 7 ke 8 313
8 8 ke 9 283
9 9 ke 10 150
10 10 ke 11 900
Rata-rata 198.9
Tabel 4.12
Bobot Jarak/Spasi Antar Kekar (Bieniawski, 1989)
Spasi kekar Rata-Rata Jarak Antar
Deskripsi Bobot
(m) Spasi
Sangat lebar
>2 20
(very wide)
Lebar (wide) 0,6 – 2 15
Sedang 1.989 m
0,2 - 0,6 10
(moderate)
Rapat (close) 0,006 - 0,2 8
Sangat rapat
<0,006 5
(very close)
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk ( 2011, hal. 433)
77
Tabel 4.13
Jarak Kekar Scanline Batubara
Jarak Jarak
No Kekar No Kekar
(cm) (cm)
1 1 ke 2 20 14 14 ke 15 130
2 2 ke 3 82 15 15 ke 16 70
3 3 ke 4 25 16 16 ke 17 15
4 4 ke 5 10 17 17 ke 18 95
5 5 ke 6 5 18 18 ke 19 88
6 6 ke 7 80 19 19 ke 20 50
7 7 ke 8 85 20 20 ke 21 100
8 8 ke 9 100 21 21 ke 22 35
9 9 ke 10 30 22 22 ke 23 47
10 10 ke 11 88 23 23 ke 24 370
11 11 ke 12 90 24 24 ke 25 50
12 12 ke 13 82 25 25 ke 26 30
13 13 ke 14 25 26 26 ke 27 28
Rata-rata 70.38
Tabel 4.14
Bobot Jarak/Spasi Antar Kekar (Bieniawski, 1989)
Spasi kekar Rata-Rata Jarak Antar
Deskripsi Bobot
(m) Spasi
Sangat lebar
>2 20
(very wide)
Lebar (wide) 0,6 – 2 15
Sedang
0,2 - 0,6 10 0.7038 m
(moderate)
Rapat (close) 0,006 - 0,2 8
Sangat rapat
<0,006 5
(very close)
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk ( 2011, hal. 433)
78
Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam kondisi kekar, meliputi
sebagai berikut:
1. Kekar Batupasir
Tabel 4.15
Kondisi Kekar Lapangan Batupasir
persistensi/ aperture/
No kemenerus bukaan isian kekasaran kelapukan seepage
an (cm) (cm)
1 80 0.2 tidak ada kasar terurai kering
2 70 0.2 tidak ada kasar terurai kering
3 29 0.1 tidak ada kasar terurai kering
4 70 0.1 tidak ada kasar terurai kering
5 100 0.3 tidak ada kasar terurai kering
6 194 0.3 tidak ada kasar terurai kering
7 47 0.4 tidak ada kasar terurai kering
8 30 0.5 tidak ada kasar terurai kering
9 29 0.5 tidak ada kasar terurai kering
10 44 0.3 tidak ada kasar terurai kering
693 2.9 JUMLAH
69.3 0.29 RATA-RATA
79
2. Kekar Batulanau
Tabel 4.16
Kondisi Lapangan Kekar Batulanau
persistensi/ aperture/
No kemenerusan bukaan isian kekasaran kelapukan seepage
(cm) (cm)
1 119 0.1 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
2 70 0.2 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
3 76 0.2 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
4 118 0.5 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
5 114 0.1 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
6 47 1.0 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
7 79 0.3 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
8 70 0.2 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk lembab
9 95 0.3 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk basah
10 144 0.5 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk kering
11 200 0.6 tidak ada sedikit kasar tidak lapuk basah
1132 4 JUMLAH
102.909 0.363 RATA-RATA
80
3. Kekar Batubara
Tabel 4.17
Kondisi Kekar Lapangan Batubara
persistensi/ aperture/
No kemenerusan bukaan isian kekasaran kelapukan seepage
(cm) (cm)
1 50 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
2 70 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
3 30 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
4 50 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
5 55 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
6 45 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
7 46 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
8 40 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
9 60 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
10 80 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
11 55 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
12 60 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
13 57 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
14 70 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
15 100 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
16 38 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
17 47 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
18 72 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
19 40 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
20 50 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
21 80 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
22 67 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
23 100 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
24 26 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
25 48 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
26 60 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
27 95 0.1 tidak ada sedikit kasar lapuk kering
1591 2.7 JUMLAH
58.925 0.1 RATA-RATA
81
dilapangan:
Tabel 4.18
Total Bobot Kekar Lapangan Batupasir
Parameter Rating Hasil
Rating
Panjang <1m 1-3 m 3-10 m 10-20 m > 20 m
Discontinuitas
(Persistense) 6 4 2 1 0 6
Tabel 4.19
Total Bobot Kondisi Kekar Lapangan Batulanau
Parameter Rating Hasil
Rating
Panjang <1m 1-3 m 3-10 m 10-20 m > 20 m
Discontinuitas
(Persistense) 6 4 2 1 0 4
Tabel 4.20
Total Bobot Kondisi Kekar Lapangan Batubara
Parameter Rating Hasil
Rating
Panjang <1m 1-3 m 3-10 m 10-20 m > 20 m
Discontinuitas
(Persistense) 6 4 2 1 0 6
pada tiga buah kekar yang ada pada scanline batulanau. Pada tiga buah kekar
tersebut ditemukan air tanah dengan kondisi lembab dan basah. Sehingga jika
dirata-ratakan, dari seluruh kekar yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa
kondisi rata-rata kekar termasuk kering. Maka dari itu didapatkanlah rating/bobot
untuk kondisi air tanah sebesar 15 untuk batupasir, batulanau dan batubara.
84
Tabel 4.21
Kondisi Umum Air Tanah di Lapangan
Batupasir Batulanau Batubara
No Kondisi No No No
seepage seepage seepage
kekar air tanah kekar kekar kekar
1 kering 1 kering 1 kering 15 kering
2 kering 2 kering 2 kering 16 kering
3 kering 3 kering 3 kering 17 kering
4 kering 4 kering 4 kering 18 kering
5 kering 5 kering 5 kering 19 kering
6 kering 6 kering 6 kering 20 kering
7 kering 7 kering 7 kering 21 kering
8 kering 8 lembab 8 kering 22 kering
9 kering 9 lembab 9 kering 23 kering
10 kering 10 kering 10 kering 24 kering
11 lembab 11 kering 25 kering
12 kering 26 kering
13 kering 27 kering
14 kering
Tabel 4.22
Total Bobot Kondisi Umum Air Tanah (Bieniawski, 1989).
Terdapat
Kondisi Kering Terdapat
Lembab Basah Aliran Air
Umum Tetesan Air
(Flowing)
Aliran/10 m
panjang Tidak
< 10 10 – 25 25 – 125 > 125
terowongan ada
(liter/menit)
Tekanan air
pada kekar 0 < 0,1 0,1-0,2 0,1-0,2 > 0,5
maks
Rating 15 10 7 4 0
Sumber:Bieniawski, Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 433)
85
1. Scanline batupasir
Tabel 4.23
Nilai Strike dan Dip Kekar Batupasir
Batupasir
No strike dip
1 344 90
2 270 42
3 332 42
4 311 72
5 345 66
6 310 38
7 333 90
8 348 21
9 350 11
10 349 16
diagram Rosette pada software Dips 5.0, dengan hasil seperti pada gambar
berikut:
Gambar 4.7
Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batupasir
86
Tabel 4.24
Pengaruh Orientasi Kekar Dalam Pembuatan Terowongan dan Penggalian
(Fowell & Johnson, 1991)
Pengaruh jurus & kemiringan kekar untuk penerowongan
Jurus tegak lurus sumbu terowongan Tidak
Jurus paralel sumbu
tergantung
Galian//kemiringan Galian\\kemiringan terowongan
jurus
Dip Dip Dip Dip Dip Dip Dip
45º-90º 20º-45º 45º-90º 20º-45º 45º-90º 20º-45º 0º-20º
Sangat Tidak Sangat tidak Tidak
menguntun
menguntu sedang menguntun menguntung sedang menguntun
gkan
ngkan gkan kan gkan
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 436)
Tabel 4.25
Peubah Bobot Orientasi Kekar
Sangat
Sangat Tidak
Orientasi jurus dan Mengun tindak
mengun menguntun
kemiringan kekar tungkan Sedang mengunt
tungkan gkan
ungkan
terowongan 0 -2 -5 -10 -12
pembobotan pondasi 0 -2 -2 -15 -25
lereng 0 -5 -25 -50 -60
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk ( 2011 hal. 436)
Tabel 4.26
Total Bobot Batupasir Dari 6 Prameter RMR
No Parameter Bobot Hasil Bobot
1 UCS 1
2 RQD 20
3 Jarak Antar Kekar 15
64
4 Kondisi Kekar 18
5 kondisi Air Tanah 15
6 Orientasi Kekar -5
87
Tabel 4.27
Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total
Rating 100 ← 81 80 ← 61 60 ← 41 40 ← 21 <20
No class I II III IV V
Very good Very poor
Description Good rock Fair rock Poor rock
rock rock
Sumber : Engineering Rock Mass Classification, Z.T Bieniaswki, 1989 hal 55
2. Scanline batulanau
Tabel 4.28
Nilai Strike dan Dip Kekar Batulanau
Batulanau
No strike dip
1 115 72
2 132 66
3 120 78
4 115 68
5 116 76
6 135 66
7 125 70
8 125 70
9 124 76
10 131 90
11 123 90
Untuk hasil pengolahan data dari orientasi kekar pada scanline batulanau,
Gambar 4.8
Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batulanau
Tabel 4.29
Pengaruh Orientasi Kekar Dalam Pembuatan Terowongan dan Penggalian
(Fowell & Johnson, 1991)
Pengaruh jurus & kemiringan kekar untuk penerowongan
Jurus tegak lurus sumbu terowongan Tidak
Jurus paralel sumbu
tergantung
Galian//kemiringan Galian\\kemiringan terowongan
jurus
Dip Dip Dip Dip Dip Dip Dip
45º-90º 20º-45º 45º-90º 20º-45º 45º-90º 20º-45º 0º-20º
Sangat Tidak Sangat tidak Tidak
menguntun
menguntu sedang menguntu menguntung sedang menguntun
gkan
ngkan ngkan kan gkan
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 436)
Tabel 4.30
Peubah Bobot Orientasi Kekar
Sangat
Sangat Tidak
Orientasi jurus dan Mengun tindak
mengun menguntun
kemiringan kekar tungkan Sedang mengunt
tungkan gkan
ungkan
terowongan 0 -2 -5 -10 -12
pembobotan pondasi 0 -2 -2 -15 -25
lereng 0 -5 -25 -50 -60
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk ( 2011 hal. 436)
Tabel 4.31
Total Bobot Batulanau dari 6 Prameter RMR
No Parameter Bobot Hasil Bobot
1 UCS 2
2 RQD 20
3 Jarak Antar Kekar 15
62
4 Kondisi Kekar 22
5 kondisi Air Tanah 15
6 Orientasi Kekar -10
Tabel 4.32
Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total
Rating 100 ← 81 80 ← 61 60 ← 41 40 ← 21 <20
No class I II III IV V
Very good Very poor
Description Good rock Fair rock Poor rock
rock rock
Sumber : Engineering Rock Mass Classification, Z.T Bieniaswki, 1989 hal 55
3. Scanline batubara
Tabel 4.33
Nilai Strike dan Dip Kekar Batubara
Batubara
No strike dip No strike dip
1 130 60 15 300 65
2 135 70 16 260 75
3 130 55 17 260 68
4 130 50 18 260 38
5 120 52 19 260 44
6 110 70 20 285 50
7 105 47 21 330 40
8 110 60 22 265 60
9 88 50 23 285 75
10 87 60 24 290 60
11 77 63 25 280 65
12 82 80 26 286 65
13 64 80 27 299 70
14 308 43
90
Gambar 4.9
Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batubara
Dapat dilihat pada gambar bahwa jurus utama pada diagram rosette di
Tabel 4.34
Pengaruh Orientasi Kekar Dalam Pembuatan Terowongan Dan Penggalian
(Fowell & Johnson, 1991)
Pengaruh jurus & kemiringan kekar untuk penerowongan
Jurus tegak lurus sumbu terowongan Tidak
Jurus paralel sumbu
tergantung
Galian//kemiringan Galian\\kemiringan terowongan
jurus
Dip Dip Dip Dip Dip Dip Dip
45º-90º 20º-45º 45º-90º 20º-45º 45º-90º 20º-45º 0º-20º
Sangat Tidak Sangat tidak Tidak
menguntun
menguntu sedang menguntu menguntung sedang menguntun
gkan
ngkan ngkan kan gkan
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal. 436)
91
Tabel 4.35
Peubah Bobot Orientasi Kekar
Sangat
Sangat Tidak
Orientasi jurus dan Mengun tindak
mengun menguntun
kemiringan kekar tungkan Sedang mengunt
tungkan gkan
ungkan
terowongan 0 -2 -5 -10 -12
pembobotan pondasi 0 -2 -2 -15 -25
lereng 0 -5 -25 -50 -60
Sumber : Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk ( 2011 hal. 436)
Tabel 4.36
Total Bobot Dari 6 Prameter RMR
No Parameter Bobot Hasil Bobot
1 UCS 2
2 RQD 17
3 Jarak Antar Kekar 15
57
4 Kondisi Kekar 23
5 kondisi Air Tanah 15
6 Orientasi Kekar -10
Dengan nilai bobot RMR 67, dapat diklasifikasikan kelas massa batuan
Tabel 4.37
Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total
Rating 100 ← 81 80 ← 61 60 ← 41 40 ← 21 <20
No class I II III IV V
Very good Very poor
Description Good rock Fair rock Poor rock
rock rock
Sumber : Engineering Rock Mass Classification, Z.T Bieniaswki, 1989 hal 55
92
Gambar 4.10
Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batupasir
Gambar 4.11
Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batulanau
93
Gambar 4.12
Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batubara
Berikut adalah cara memasukkan nilai RMR yang telah didapat kedalam grafik
stand-up time:
k. Tentukan posisi nilai RMR pada grafik (bagian yang melengkung) baik
l. Tarik garis lurus terhadap bidang melengkung (jika plot dari bawah maka
sebelumnya.
n. Tarik garis lurus dari titik yang telah ditandai ke arah bawah, maka
kadar air asli, kandungan air saat jenuh, derajat kejenuhan hingga porositas dari
Tabel 4.38
Hasil Pengolahan Sifat Fisik Batuan
Berat Jenis
Kadar Air Asli Kandungan Air Derajat
Sejati (true Porositas, n
Sampel (natural water Jenuh Kejenuhan
specific %
content) % (absorption) % %
gravity)
Batulanau 2.649 0.007 0.044 0.166 0.117
Batupasir 2.670 0.023 0.080 0.293 0.214
Batubara 1.191 0.040 0.052 0.778 0.061
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1
Hasil Pengolahan Data UCS Sampel
UCS Rata-rata Rata-rata Bobot Deskripsi
No Sampel
(kg/m2) (kg/m2) (Mpa)
1 B1 61.927
2 B2 26.678
3 B3 21.744
4 B4 22.024 Sangat
5 B5 15.247 46.195 4.620 1 Lemah
6 B6 85.713 (Very Weak)
7 B7 69.719
8 B8 71.900
9 B9 40.807
10 P1 13.964
11 P2 12.748
12 P3 9.635
13 P4 149.390
Lemah
14 P5 87.056 88.353 8.835 2
(Weak)
15 P6 117.559
16 P7 135.936
17 P8 139.871
18 P9 129.018
95
96
19 L1 99.872
20 L2 62.888
21 L3 163.724
22 L4 78.035
Lemah
23 L5 249.812 133.675 13.367 2
(Weak)
4 L6 160.170
25 L7 78.522
26 L8 186.891
27 L9 123.158
Dari hasil uji kuat tekan yang telah dilakukan, didapatkan nilai rata-rata
kuat tekan 4.620 Mpa untuk batubara yang dikategorikan sebagai batuan sangat
lemah (very weak), untuk batupasir dan batulanau dikategorikan lemah (weak)
dengan nilai kuat tekan 8.835 Mpa dan 13.367 Mpa. Menurut jurnal teknologi
pertambangan volume 1 Nomor 1 Faisal Akbar dkk 2015 batuan yang termasuk
dalam kondisi sangat jelek (very weak) dengan kuat tekan < 5 Mpa dapat
Dari hasil pengujian dan analisa data yang dilakukan, dapat dikatakan
bahwa batulanau merupakan batuan yang memiliki nilai kuat tekan paling tinggi
memiliki kualitas lebih baik dibandingkan batupasir dan batubara dari segi kuat
tekannya.
97
Nilai yang diperlukan selanjutnya adalah nilai RQD yang telah diolah
bawah ini:
Tabel 5.2
Nilai RQD
No Batuan RQD Bobot Deskripsi
1 Batupasir (scanline I) 99.6202% 20 Sangat Baik
2 Batulanau (scanline II) 99.6844% (Excellent)
3 Batubara (scanline III) 88.851% 17 Baik (Good)
dalam massa batuan sering memberi pengaruh buruk pada sifat mekanik batuan.
Berdasarkan nilai rata-rata RQD yang didapat, dapat ditentukan bobot dari nilai
RQD menggunakan tabel 4.5. Nilai RQD yang diperoleh menunjukkan bahwa
massa batupasir dan batulanau memiliki kualitas yang sangat baik (Excellent)
batuan tersebut. Sedangkan untuk nilai RQD massa batubara memiliki kualitas
pada jurnal teknologi pertambangan volume 1 nomor 1 Pandu Wibawa dkk 2016,
berdasarkan RQD kualitas batuan yang baik adalah basaltic andesit, andesit dan
konglomerat. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai RQD maka semakin
Jarak kekar yang digunkan adalah jarak kekar yang telah dirata-ratakan
dan didapatkan rata-ratanya seperti pada tabel 5.3, jarak rata-rata tersebut apabila
dilihat pada tabel 4.9 berada pada rentang antara 0.6-2.0 m, maka bobot untuk
jarak kekar sebesar 15. Nilai tersebut dikategorikan lebar oleh Bieniawski dan
dikatakan bahwa semakin lebar spasi kekar, maka semakin baik kualitas massa
batuan dikarenakan semakin sedikit jumlah kekar yang ada dalam massa batuan.
Tabel 5.3
Jarak Kekar
No Batuan Jarak Kekar Bobot Deskripsi
1 Batupasir (scanline I)
Lebar
2 Batulanau (scanline II) 15
(Wide)
3 Batupasir (scanline III)
dkk 2016 dikatakan bahwa kekar pada massa batuan cenderung akan
Tabel 5.4
Panjang
Discontinuitas <1m 6
(Persistense)
Bukaan
1-5 mm 1
Diskoniutas
Kekasaran
Diskontinuitas Kasar 5
(roughnes)
Material
Tidak
Pengisi 6
Ada
(Infiling)
Kelapukan
Hancur 0
(weathering)
Jumlah 18
100
Tabel 5.5
Kondisi Kekar Lapangan Batulanau
Parameter Hasil Rating
Panjang 1-3 m
Discontinuitas 4
(Persistense) 4
Bukaan 1-5 mm
1
Diskoniutas
1
Kekasaran Kasar
Diskontinuitas 5
(roughnes) 5
Material Tidak
Pengisi Ada 6
(Infiling) 6
Tidak
Kelapukan Lapuk 6
(weathering)
6
Jumlah 22
Tabel 5.6
Kondisi Kekar Lapangan Batubara
Parameter Rating Hasil
Rating
Panjang <1m
Discontinuitas
(Persistense) 6 6
Bukaan 0.1-1.0
Diskoniutas mm 4
4
Kekasaran Sedikit
Diskontinuitas Kasar 4
(roughnes)
4
Material
Tidak
Pengisi 6
Ada
(Infiling)
6
Kelapukan Lapuk
(weathering) 3
3
Jumlah 23
101
berdasarkan hasil dari perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai panjang rata-
rata kekar kurang dari 1 (satu) meter dengan bobot 6 yang merupakan bobot
tertinggi dari tabel pembobotan panjang kekar. Semakin pendek kemenerusan dari
kekar, maka semakin baik kualitas dari massa batuan yang diukur.
Bukaan kekar diartikan sebagai lebar kekar yang ada. Dari pengukuran
dan perhitungan data yang ada, didapatkan nilai bukaan kekar berada pada rentang
1-5 mm untuk batupasir dan batulanau serta 0.1-1.0 mm untuk batubara, Semakin
besar bukaan kekar, maka semakin buruk kualitas massa batuan yang ada.
yang mana semakin kasar bidang batuan maka semakin kecil kekuatan geser
bidang pada massa batuan, sehingga pergerakan bidang batuan akan berkurang
permukaan bidang kekar, material pengisi akan mempengaruhi kuat geser bidang
diakibatkan kekerasan rekahan. Dari penelitian yang dilakukan, tidak ada isian
diseluruh kekar yang telah diukur dan setelah dicocokkan dengan tabel
pembobotan memiliki bobot 6 yang merupakan bobot tertinggi dari bobot isian
kekar. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa massa batuan dengan kekar tanpa
Selain isian, hal lain yang mempengaruhi kuat geser bidang batuan
adalah kelapukan, yang mana semakin lapuk suatu bidang kekar, maka semakin
besar kuat geser pada bidang batuan. Berdasarkan data dilapangan, kondisi bidang
pada kekar terlihat sangat lapuk, lapuk dan tidak lapuk. Saat dicocokkan dengan
Kondisi air tanah pada terowongan perhitungan besaran masuknya air tanah
dihitung dalam satuan liter per 10 m dari penggalian. Sebagai alternatif, kondisi
umum dapat dinyatakan dalam kering, lembab, basah, menetes dan mengalir
(Made Astawa Rai dkk 2011, hal. 409 dan Z. T Bieniawski 1989, hal. 23 serta
di lapangan, kondisi air tanah relatif kering, yang mana untuk predikat air tanah
kondisi air tanah. Dari pembobotan tersebut, dapat diketahui bahwa semakin
rendah kandungan air tanah, maka semakin baik kualitas massa batuan.
103
Kondisi air tanah yang ada pada masing-masing kekar sepanjang scanline
Tabel 5.7
Kondisi Umum Air Tanah di Lapangan
Batupasir Batulanau Batubara
No No No No
seepage seepage seepage seepage
kekar kekar kekar kekar
1 kering 1 kering 1 kering 15 kering
2 kering 2 kering 2 kering 16 kering
3 kering 3 kering 3 kering 17 kering
4 kering 4 kering 4 kering 18 kering
5 kering 5 kering 5 kering 19 kering
6 kering 6 kering 6 kering 20 kering
7 kering 7 kering 7 kering 21 kering
8 kering 8 lembab 8 kering 22 kering
9 kering 9 lembab 9 kering 23 kering
10 kering 10 kering 10 kering 24 kering
11 lembab 11 kering 25 kering
12 kering 26 kering
13 kering 27 kering
14 kering
Kondisi umum Kering
Bobot 15
Dari kondisi air tanah masing-masing kekar yang ditunjukkan pada tabel
5.8 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kekar memiliki kondisi air tanah yang
kering.
104
Data kekar yang diperlukan bukan hanya sekedar keadaan fisik saja, akan
tetapi juga diperlukan pengukuran terhadap jurus dan arah kemiringan dari kekar
(strike dan dip), yang mana posisi strike dan dip akan menentukan apakah
pengolahan data dan analisa terhadap strike dan dip didapatkan strike bidang
dapat dilihat pada tabel 5.8. Dari data orientasi kekar yang telah didapatkan
berupa data strike dan dip, kemudian dianalisa menggunakan diagram Rosette
pada software Dips 5.0 dan didapatkanlah hasil orientasi kekar seperti pada
gambar 5.1, 5.2 dan 5.3. Terdapat beberapa aturan yang dikemukakan dalam buku
Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk (2011, hal 434), yang mana ada 2 (dua)
kondisi orientasi kekar yaitu tegak lurus sumbu terowongan dan sejajar sumbu
Tabel 5.8
Nilai Strike dan Dip Kekar
Kekar Batupasir Kekar Batulanau Kekar Batubara
No strike dip No strike dip No strike dip No strike dip
1 115 72 1 344 90 1 130 60 15 300 65
2 132 66 2 270 42 2 135 70 16 260 75
3 120 78 3 332 42 3 130 55 17 260 68
4 115 68 4 311 72 4 130 50 18 260 38
5 116 76 5 345 66 5 120 52 19 260 44
6 135 66 6 310 38 6 110 70 20 285 50
7 125 70 7 333 90 7 105 47 21 330 40
8 125 70 8 348 21 8 110 60 22 265 60
9 124 76 9 350 11 9 88 50 23 285 75
10 131 90 10 349 16 10 87 60 24 290 60
11 123 90 11 11 77 63 25 280 65
12 82 80 26 286 65
13 64 80 27 299 70
14 308 43
1. Batupasir
diagram rossete:
Gambar 5.1
Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batupasir
106
Dari diagram rosette di atas, dapat dikatakan bahwa orientasi kekar tegak
lurus terhadap terowongan, yang mana strike dominan berada pada rentang 340-
350 dan dip dominan berada pada rentang 70-80. Berdasarkan table 3.8 dan table
3.9, untuk orientasi kekar yang tegak lurus sumbu terowongan berada pada
rentang 45°-90° dan memiliki nilai peubah „sedang‟ dengan bobot penilaian -5
(min lima).
dibawah ini:
Tabel 5.9
Bobot Keseluruhan Batupasir dari 6 Prameter RMR
No
No Parameter Bobot Hasil Bobot Rating Description
Class
1 UCS 1
2 RQD 20
3 Jarak Antar Kekar 15
64 80-60 II Good rock
4 Kondisi Kekar 18
5 kondisi Air Tanah 15
6 Orientasi Kekar -5
berada pada rating 61-80 dengan deskripsi Good Rock dan berada pada kelas
batuan no II.
107
2. Batulanau
Untuk hasil pengolahan data dari orientasi kekar pada scanline batulanau,
Gambar 5.2
Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batulanau
dan dip dominan berada antara 30°-40°, apabila dilihat pada tabel 3.8 orientasi
kekar tegak lurus sumbu terowongan dan berada pada rentang 20°-35° dengan
nilai peubah „tidak menguntungkan‟ berdasarkan tabel 3.9 maka orientasi kekar
dibawah ini:
Tabel 5.10
Bobot Keseluruhan Batulanau dari 6 Prameter RMR
No
No Parameter Bobot Hasil Bobot Rating Description
Class
1 UCS 2
2 RQD 20
3 Jarak Antar Kekar 15
62 80-60 II Good rock
4 Kondisi Kekar 22
5 kondisi Air Tanah 15
6 Orientasi Kekar -10
3. Batubara
Untuk hasil pengolahan data dari orientasi kekar pada scanline batulanau,
Sumber:Pengolahan Data
Gambar 5.3
Hasil Diagram Rosette Orientasi Kekar Batubara
Dapat dilihat pada gambar bahwa jurus utama pada diagram rosette di
atas berada antara 280°-290° sedangkan arah dip utama terletak antara 10°-20°.
didapatkanlah nilai „sedang‟ dengan bobot berdasarkan tabel 3.9 sebesar -5 (min
lima).
dibawah ini:
Tabel 5.11
Bobot Keseluruhan Batubara dari 6 Prameter RMR
No
No Parameter Bobot Hasil Bobot Rating Description
Class
1 UCS 2
2 RQD 17
3 Jarak Antar Kekar 15
67 80-60 II Good rock
4 Kondisi Kekar 23
5 kondisi Air Tanah 15
6 Orientasi Kekar -5
diklasifikasikan kelas massa batuan berada pada kelas II dengan deskripsi „Good
rock’.
bobot total dari penjumlahan RMRbasic dan bobot peubah orientasi kekar. Hasil
tersebut kemudian diplot pada grafik stand-up time, jika ditarik ke bawah maka
Gambar 5.4
Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batupasir
Batupasir memiliki nilai RMR 64, setelah dilakukan plot pada grafik
stand-up time, didapatkan nilai sebesar ±2500 jam atau sekitar 3 bulan 12 hari
dengan span 8 m.
111
Gambar 4.20
Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batulanau
Batulanau memiliki nilai RMR 62, setelah dilakukan plot pada grafik
stand-up time, didapatkan nilai sebesar ±2000 jam atau sekitar 2 bulan 21 hari
Gambar 4.20
Hasil Plot Grafik Stand-Up Time Batubara
Batubara memiliki nilai RMR 67, setelah dilakukan plot pada grafik
stand-up time, didapatkan nilai sebesar ±5000 jam atau sekitar 6 bulan 27 hari
dengan span 8 m.
Tabel 5.12
Rekapitulasi Pengolahan Data
No Batuan RMR Stand-up Time
penggalian di dalam lubang penambangan PT. NAL hanya memakai asumsi saja.
pemakaian nilai RMR terendah sebagai antisipasi keadaan terburuk yang mungkin
terjadi. Akan tetapi, nilai RMR yang didapat sangat dipengaruhi oleh orientasi
kekar yang terbentuk. Seperti halnya batulanau yang memiliki nilai kuat tekan
tertinggi diantara batupasir dan batubara akan tetapi memiliki nilai RMR lebih
rendah dari batupasir karena dipengaruhi oleh orientasi kekar yang yang ada.
Untuk petunjuk penggalian dan penyanggaan berdasarkan nilai RMR dapat diliat
pada tabel 3.11, yaitu dengan kemajuan full face 1-1.5 m dan support 20 m from
face.
Yoszi Mingsi Anaperta 2013 didapatkan nilai RMR dari perhitungan yang
dalam jurnal eksplorium volume 37 nomor 2 Dhatu kamajati dkk 2016 didapatkan
dalam kelas IV atau batuan buruk sedangkan LP2 dan LP3 termasuk dalam
114
kategori batuan baik. Korelasi hasil perhitungan RMR dengan kondisi roof span
terowongan Eko-remaja disimpulkan bahwa kondisi batuan pada LP1 berada pada
zona yang membutuhkan penyangga sedangkan LP2 dan LP3 tidak membutuhkan
Sifat fisik batuan perlu diketahui karena sifat fisik batuan sangat
mempengaruhi kualitas dari massa batuan. Berikut adalah hasil perhitungan nilai
sifat fisik batuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9.
Tabel 5.13
Hasil Sifat Fisik Batuan
Berat Jenis
Kadar Air Asli Kandungan Air Derajat
Sejati (true Porositas, n
Sampel (natural water Jenuh Kejenuhan
specific %
content) % (absorption) % %
gravity)
Batulanau 2.649 0.007 0.044 0.166 0.117
Batupasir 2.670 0.023 0.080 0.293 0.214
Batubara 1.191 0.040 0.052 0.778 0.061
Semakin tinggi kadar air, menunjukkan bahwa nilai angka pori pada
batuan semakin tinggi, semakin tinggi pula kadar air menunjukkan bahwa tingkat
kejenuhan air pada massa batuan semakin tinggi. Jika nilai derajat kejenuhan
semakin tinggi, maka kuat geser batuan semakin rendah begitu juga sebaliknya.
115
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1.7 Kesimpulan
dari lokasi penambangan PT. NAL tepatnya di sekitar lubang tambang C1-G
1. Nilai kuat tekan batuan penyusun lubang tambang C1-G 4.620 Mpa
untuk batubara (sangat lemah), 8.835 Mpa untuk batupasir (lemah) dan
13.367 Mpa untuk batulanau (lemah). Nilai kuat tekan batuan yang
memiliki nilai RMR 64 dengan stand-up time sebesar ±2500 jam atau
stand-up time sebesar ±2000 jam atau sekitar 2 bulan 21 hari dengan
span 7.5 m. Batubara memiliki nilai RMR 67, stand-up time sebesar
±5000 jam atau sekitar 6 bulan 27 hari dengan span 8 m. Dengan asumsi
terburuk dari batuan penyususn lubang tambang bawah tanah C1-G PT.
RMR menurut Bieniawski (1973) yaitu dengan kemajuan full face 1-1.5
1.8 Saran
1. Scanline I (Pasir)
a. Meter ke 1
99.532%
b. Meter ke 2
c. Meter ke 3
100%
d. Meter ke 4
100%
e. Meter ke 5
−
f. Meter ke 6
98.248%
g. Meter ke 7
100%
h. Meter ke 8
100%
i. Meter ke 9
99.532%
j. Meter ke 10
k. Meter ke 11
−
99.532%
l. Meter ke 12
100%
m. Meter ke 13
100%
n. Meter ke 14
100%
o. Meter ke 15
100%
p. Meter ke 16
100%
q. Meter ke 17
100%
r. Meter ke 18
100%
s. Meter ke 19
100%
t. Meter ke 20
100%
2. Scanline II (Batulanau)
a. Meter ke 1
b. Meter ke 2
c. Meter ke 3
−
d. Meter ke 4
99.532%
e. Meter ke 5
100%
f. Meter ke 6
100%
g. Meter ke 7
99.532%
h. Meter ke 8
100%
i. Meter ke 9
100%
j. Meter ke 10
99.532%
k. Meter ke 11
99.532%
l. Meter ke 12
100%
m. Meter ke 13
100%
n. Meter ke 14
100%
o. Meter ke 15
100%
p. Meter ke 16
100%
q. Meter ke 17
100%
r. Meter ke 18
100%
s. Meter ke 19
100%
t. Meter ke 20
99.532%
3. Scanline III (Batubara)
a. Meter ke 1
b. Meter ke 2
c. Meter ke 3
d. Meter ke 4
e. Meter ke 5
−
f. Meter ke 6
99.532%
g. Meter ke 7
h. Meter ke 8
99.532%
i. Meter ke 9
j. Meter ke 10
−
k. Meter ke 11
l. Meter ke 12
m. Meter ke 13
n. Meter ke 14
o. Meter ke 15
100%
p. Meter ke 16
100%
q. Meter ke 17
100%
r. Meter ke 18
s. Meter ke 19
t. Meter ke 20
100%
LAMPIRAN VII
SKETSA KEKAR DI LAPANGAN
LAMPIRAN VIII
HASIL PENGUJIAN KUAT BATUAN
Senin/ 4 Des 2017
PERHITUNGAN KUAT TEKAN BATUAN UTUH (UCS)
1. Sampel 1 (B1)
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
2. Sampel 2 (B2)
a. Faktor koreksi
Penyelesaian:
( )
( )
b. Point Load Index (PLI)
3. Sampel 3 (B3)
Sumber:Dokumentasi
Gambar 3
Hasil Uji Kuat Tekan Sampel 3
a. Faktor koreksi
( )
( )
4. Sampel 10 (B4)
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
6. Sampel 12 (B6)
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
7. Sampel 13 (B7)
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
8. Sampel 14 (B8)
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
9. Sampel 15 (B9)
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
b. Point Load Index (PLI)
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
cm
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
b. Point Load Index (PLI)
d. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
Penyelesaian:
a. Faktor koreksi
( )
( )
b. Point Load Index (PLI)
Berat jenis
berat jenis
Berat contoh bobot isi jenuh semu
Bobot isi asli Bobot isi kering sejati (true
No kering (Wo) (saturated (apparent
(natural density) (dry density) specific
(g) density) specific
gravity)
gravity)
1 Batulanau 203.7 2.668 2.649 2.766 2.649 2.649
2 Batupasir 123.6 2.732 2.670 2.883 2.670 2.670
3 Batubara 52.4 1.239 1.191 1.252 1.191 1.191
Pembimbing I
No. Urut : 12
Nama : Indah Sulistia Ningsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tgl Lahir : Lubuksanai / 28 Desember
1994
NPM : 1310024427056
Program Studi : S1 Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 27 Desember 2017
IPK : 3.72
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Tugas Akhir : Analisa Kuat Tekan Batuan
Terhadap Stand-up Time
Lubang Tambang Bawah
Tanah C1-G PT. NAL
Sawahlunto Sumatera Barat
Dosen : 1. Dr. Murad M.S, M.T
Pembimbing 2. Eka Rahmatul Aidha,
M.Pd
Asal SMTA : SMAN 1 Mukomuko
Nama Orang Tua : Kasdi
Dami
Alamat / Tlp / Hp : Jl. Lintas Bengkulu, Desa
Lubuksanai2, Kec. XIV Koto,
Kab. Mukomuko, Prov.
Bengkulu / 085766148747
Email : Sulisningsih7376@gmail.com