Anda di halaman 1dari 137

TUGAS AKHIR

ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE


MASS RATING DAN METODE KINEMATIK STEREOGRAFIS
PADA CV. TAHITI COAL SAWAHLUNTO

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

ISRADIA REDESA
1610024427029

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
2020

i
TUGAS AKHIR

ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE


MASS RATING DAN METODE KINEMATIK STEREOGRAFIS
PADA CV. TAHITI COAL SAWAHLUNTO

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh:
Isradia Redesa
1610024427029

Disetujui:
Pembimbing 1: Pembimbing 2:

Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd., M.Sc Rizto Salia Zakri, ST., MT


NIDN. 1012019002 NIDN. 002107920

Ketua Program Studi, Ketua STTIND Padang,

Riam Marlina A, ST., MT H. Riko Ervil, MT


NIDN. 1027098501 NIDN. 1014057501

ii
ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE
MASS RATING DAN METODE KINEMATIK STEREOGRAFIS
PADA CV. TAHITI COAL SAWAHLUNTO

Nama : Isradia Redesa


NPM : 1610024427029
Pembimbing 1 : Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd., M.Sc.
Pembimbing 2 : Rizto Salia Zakri, ST., MT

ABSTRAK

CV. Tahiti Coal merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan


batubara di Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat. Penelitian
berfokus pada analisis kestabilan lereng penambangan dimana keadaan lereng yang
terbentuk saat ini memiliki kemiringan 80˚. Banyaknya terdapat batuan gantung dan
rekahan-rekahan di sekitar lereng memberikan dugaan awal bahwa lereng tersebut
berpotensi terjadi longsor. Selain itu faktor keamanan dari lereng ini juga belum
pernah diketahui dan berdasarkan interview dengan kepala lubang THC 03, beliau
mengatakan bahwa pernah terjadi kecelakaan akibat longsoran kecil yang terjadi.
Untuk itu dibutuhkan penelitian khusus terhadap lereng untuk meminimalisir
kecelakaan kerja yang terjadi di area penambangan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis nilai tingkat kestabilan lereng penambangan menggunakan
metode slope mass rating, menginterpretasikan prediksi arah umum longsor dan
kemungkinan jenis longsor yang terjadi menggunakan metode kinematik stereografis
dengan bantuan software rocsience dips 6.0 serta mengetahui faktor keamanan dari
lereng penambangan menggunakan bantuan software slide V.6.0. Hasil analisis
menyimpulkan bahwa perhitungan kelas massa lereng batuan dengan meggunakan
metode slope mass rating adalah 75.5, bobot slope mass rating masuk kedalam
batuan kelas II dengan deskripsi massa batuan dikatakan baik dan kondisi lereng
stabil. Kemudian hasil interpretasi menggunakan metode kinematik stereografis
dengan bantuan software rockscience dips 6.0 diprediksi bahwa jenis longsor yang
akan terjadi adalah longsoran baji dengan arah umum kelongsoran N 144˚ E. Serta
analisis faktor keamanan menggunakan bantuan software slide V.6.0 memperoleh
nilai faktor keamanan 5.140 dengan menggunakan metode bishop.

Kata Kunci : Kestabilan Lereng, Slope Mass Rating, Kinematik Stereografis, FK

iii
ANALYSIS OF SLOPE STABILITY USING SLOPE MASS RATING
METHOD AND KINEMATIK STEREOGRAFIS METHOD
ON CV. TAHITI COAL SAWAHLUNTO

Name : Isradia Redesa


Student ID : 1610024427029
Advisor 1 : Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd., M.Sc.
Advisor 2 : Rizto Salia Zakri, ST., MT

ABSTRACT

CV. Tahiti Coal is a company that conduct coal mining activities, located in Talawi
District, Sawahlunto City, West Sumatera Province. The focuses of this research is
analyzing the stability of mining slopes the current state of the slope has a slope of
80˚. There are many hanging rock and fractures around the slope provide initial
suspicion that the slope has the potential for landslides. Besides the safety factor of
the slope is also unknown and based on interviews with the head of the THC hole 03,
he said that there had been an accident due to small avalanche that occurred.
Therefore, special research on slopes is needed to minimize workplace accidents
occurring in the mining area. The purpose of this research is to analysis the grade of
the stability of the mining slope using the slope mass rating method, interpret
predictions about the general direction of landslides and possible types of landslides
that occur using stereographic kinematic methods with the help of the rocsience dips
6.0 software and knowing the safety factor of the mining slopes with the help of the
slide V.6.0 software. The results of the analysis concluded that the calculation of the
rock slope mass class using the slope mass rating method was 75.5, slope mass rating
weights entered into class II rocks with good rock mass descriptions and stable slope
conditions. Then the results of interpretation using stereografis kinematic method
with the help of rocsience dips 6.0 software it is predicted that the type of landslide
that will occur is a wedge avalanche with a general direction of landslide N 144˚ E
and analysis of safety factor using the help of slide V.6.0 software get value of 5.140
using the bishop method.

Key Words : Slope Stability, Slope Mass Rating, Kinematik Stereografis, FK

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaika
Tugas Akhir ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Shalawat beriringan salam
penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan sampai ke zaman modern ini. Tugas akhir penelitian ini berjudul
“Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Slope Mass Rating Dan
Metode Kinematik Stereografis Pada CV. Tahiti Coal Sawahlunto”. Tugas akhir
ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dalam menyelesaikan jenjang
perkuliahan Strata I Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini belum sempurna karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Penulisan tugas akhir
ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak H. Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
3. Bapak Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing 1 atas
kesediaanya membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan motivasi
kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Bapak Rizto Salia Zakri, ST., MT selaku Dosen Pembimbing 2 atas kesediaanya
membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan motivasi kepada
penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen Teknik Pertambangan dan Karyawan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang.

v
6. Bapak Zul Afriyon, Amd selaku Kepala Teknik Tambang (KTT) CV. Tahiti
Coal atas kesediannnya membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan
motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7. Seluruh Staf dan Karyawan CV. Tahiti Coal yang membantu dalam penulisan
tugas akhir ini.
8. Orang tua penulis Kapten Inf Dwi Budianto dan Emi Paryanti yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil selama penyusunan tugas akhir ini.
9. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan kepada penulis. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyempurnakan
penulisan tugas akhir ini.

Padang, April 2020

Isradia Redesa

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................. 3
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.4. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ......................................................................................... 6
2.1.1. Tinjauan Umum Perusahaan ......................................................... 6
2.1.1.1. Geologi dan Stratigrafi ..................................................... 7
2.1.1.2. Kondisi Hidrogeologi Regional ...................................... 11
2.1.1.3. Kualitas Batubara ............................................................ 12
2.1.2. Lereng .......................................................................................... 13
2.1.2.1. Kestabilan Lereng ........................................................... 13
2.1.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng ............ 15
2.1.3. Longsoran (Failure) .................................................................... 20
2.1.4. Klasifikasi Massa Batuan ............................................................ 24

vii
2.1.4.1. Rock Mass Rating ........................................................... 25
2.1.4.2. Slope Mass Rating .......................................................... 35
2.1.5. Analisis Kinematik ...................................................................... 37
2.1.6. Analisa Faktor Keamanan ............................................................ 38
2.1.7. Metode Bishop ............................................................................. 39
2.1. Kerangka Konseptual ............................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 42
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 42
3.2.1. Tempat Penelitian ........................................................................ 42
3.2.2. Waktu Penelitian .......................................................................... 43
3.3. Variabel Penelitian ................................................................................. 43
3.4. Jenis Data dan Sumber Data .................................................................. 44
3.4.1. Jenis Data ..................................................................................... 44
3.4.2. Sumber Data ................................................................................ 45
3.5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 45
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 46
3.6.1. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 46
3.6.2. Analisa Data ................................................................................ 50
3.7. Kerangka Metodologi ........................................................................... 51
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data ................................................................................. 53
4.1.1. Data Primer .................................................................................. 53
4.1.2. Data Sekunder .............................................................................. 61
4.2. Pengolahan Data .................................................................................... 62
4.2.1. Rock Mass Rating ........................................................................ 62
4.2.1.1. Kuat Tekan Batuan ......................................................... 62
4.2.1.2. Rock Quality Designation .............................................. 63
4.2.1.3. Jarak Kekar ..................................................................... 64

viii
4.2.1.4. Kondisi Kekar ................................................................. 64
4.2.1.5. Kondisi Air Tanah ........................................................... 65
4.2.2. Slope Mass Rating ....................................................................... 66
4.2.3. Menginterpretasikan tipe longsor ................................................ 70
4.2.4. Analisis nilai faktor Keamanan ................................................... 71
BAB V ANALISIS DATA
5.1. Rock Mass Rating ................................................................................... 73
5.1.1. Kuat Tekan Batuan ....................................................................... 73
5.1.2. Rock Quality Designation ............................................................ 74
5.1.3. Jarak Kekar .................................................................................. 74
5.1.4. Kondisi Kekar .............................................................................. 75
5.1.5. Kondisi Air Tanah ....................................................................... 77
5.2. Slope Mass Rating ................................................................................. 78
5.3. Analisa Tipe Kelongsoran ..................................................................... 79
5.4. Analisa Faktor Keamanan Lereng ......................................................... 80
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 82
6.2. Saran ...................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional ......................................................................... 8


Gambar 2.2 Log Stratigrafi Formasi Kota Sawahlunto ......................................... 10
Gambar 2.3 Peta Hidrogeologi Regional ............................................................... 12
Gambar 2.4 Longsoran Bidang (Plane Failure) .................................................... 22
Gambar 2.5 Longsoran Baji ( Wedge Failure) ...................................................... 23
Gambar 2.6 Longsoran Busur ( Circular Failure .................................................. 23
Gambar 2.7 Longsoran Guling ( Toppling Failure) .............................................. 24
Gambar 2.8 Alat Uji Point Load Index .................................................................. 27
Gambar 2.9 Tipe dan Syarat Sampel Batuan Uji PLI ............................................ 28
Gambar 2.10 Perhitungan RQD ............................................................................... 30
Gambar 2.11 Kerangka Konseptual ......................................................................... 41
Gambar 3.1 Lokasi Kesampaian Daerah ............................................................... 43
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 52
Gambar 4.1 Kondisi Lereng Aktual ...................................................................... 54
Gambar 4.2 Pengukuran Kekar ............................................................................. 55
Gambar 4.3 Pengukuran Jarak Kekar .................................................................... 56
Gambar 4.4 Pengukuran Bukaan Pada Kekar ....................................................... 57
Gambar 4.5 PengukuranPada Kekar ..................................................................... 58
Gambar 4.6 Pengujian Berat Sampel Batuan ........................................................ 59
Gambar 4.7 Pengukuran Sampel Batuan ............................................................... 61
Gambar 4.8 Hasil Interpretasi Arah Umum Longsor ............................................ 69
Gambar 4.9 Faktor Keamanan Lereng .................................................................. 72

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Nilai FK dan Kemungkinan Longsoran ........................... 14


Tabel 2.2 Pembagian Kemiringan Lereng Berdasarkan Klasifikasi .................. 15
Tabel 2.3 Kekuatan Material Batuan Utuh ........................................................ 29
Tabel 2.4 Rock Quality Designation (RQD) ...................................................... 31
Tabel 2.5 Jarak Kekar ........................................................................................ 32
Tabel 2.6 Klasifikasi Bidang Kekar ................................................................... 33
Tabel 2.7 Kondisi Air Tanah ............................................................................. 34
Tabel 2.8 Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total RMR .............................. 34
Tabel 2.9 Bobot Pengatur Untuk F1, F2, F3 dan F4 ............................................. 36
Tabel 2.10 Deskripsi Kelas Slope Mass Rating ................................................... 37
Tabel 4.1 Geometri Lereng ................................................................................ 54
Tabel 4.2 Data Pengukuran Kekar ..................................................................... 55
Tabel 4.3 Jarak Kekar ........................................................................................ 56
Tabel 4.4 Kondisi Kekar .................................................................................... 57
Tabel 4.5 Data Orientasi Kekar ......................................................................... 58
Tabel 4.6 Berat Sampel Batuan ......................................................................... 60
Tabel 4.7 Ukuran Sampel Batuan ...................................................................... 60
Tabel 4.8 Uji Kuat Tekan Batuan ...................................................................... 61
Tabel 4.9 Hasil Uji Kuat Tekan Batuan ............................................................. 63
Tabel 4.10 Kualitas dan Bobot Batuan Berdasarkan Nilai RQD ......................... 63
Tabel 4.11 Jarak Kekar ........................................................................................ 64
Tabel 4.12 Kondisi Kekar .................................................................................... 65
Tabel 4.13 Kondisi Air Tanah ............................................................................. 65
Tabel 4.14 Pembobotan Total .............................................................................. 66
Tabel 4.15 Deskripsi Massa Batuan Berdasarkan RMR ...................................... 66
Tabel 4.16 Bobot Pengatur Kekar ........................................................................ 67
Tabel 4.17 Deskripsi Lereng Berdasarkan SMR ................................................. 69

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Kesampaian Daerah


Lampiran 2 Peta Geologi Regional
Lampiran 3 Peta Stratigrafi
Lampiran 4 Peta Hidrogeologi Regional
Lampiran 5 Pengolahan Data Kuat Tekan Batuan
Lampiran 6 Pengolahan Data Rock Quality Designation (RQD)
Lampiran 7 Pengolahan Data Bobot Isi
Lampiran 8 Pengolahan Data Menggunakan Software Rocsience Dips 6.0
Lampiran 9 Pengolahan Data Menggunakan Software Slide V.6.0
Lampiran 10 Tabel Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan
Lampiran 11 Tabel Hasil Pengujian Sifat Mekanik Batuan
Lampiran 12 Form Data Pengukuran Lapangan
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 14 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 15 Surat Pernyataan
Lampiran 16 Lembar Konsultasi
Lampiran 17 Biodata

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Bentuk dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk sudut miring dengan
bidang horizontal disebut dengan lereng. Lereng terbagi menjadi dua yaitu lereng
alamiah dan lereng buatan. Lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena
adanya proses geologi, misalnya tebing sungai dan lereng bukit. Lereng buatan adalah
lereng yang terbentuk karena adanya proses timbunan dan galian. Didalam kegiatan
pertambangan terutama kegiatan tambang terbuka faktor kestabilan lereng perlu
diperhatikan karena lereng yang stabil menyebabkan lereng menjadi aman dan kecil
kemungkinan terjadi longsor. Masalah Stabilitas lereng menjadi hal yang penting
karena berhubungan dengan kegiatan penambangan. Jika terdapat longsor pada lereng
yang berdekatan dengan jalan angkut utama maka akan menyebabkan berbagai
macam gangguan pada proses penambangan dan hal itu tentu akan membahayakan
jiwa dan merusak peralatan yang ada. (Audah, 2017).
Kegiatan penambangan sangat erat hubungannya dengan proses penggalian,
pengangkutan dan ekstraksi bahan galian dengan berbagai permasalahan yang
dihadapi salah satunya adalah masalah kemantapan lereng. Penambangan
memerlukan desain lereng dengan berbagai cara. Kajian desain lereng yang stabil
dibutuhkan dalam kegiatan eksplotasi tambang. Kestabilan suatu lereng pada kegiatan
penambangan dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan
lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran
akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik yang
digunakan dalam pembuatan lereng. Apabila kestabilan dari suatu lereng dalam
operasi penambangan meragukan, maka analisa terhadap kestabilannya harus dinilai
dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terdapat
pada suatu lereng. (Agusti Wulandari, 2016).

1
2

Menurut Hoek, E. and Brown, E.T. (1980) ketidakmantapan suatu lereng akan
berakibat runtuhnya batuan di sekitar lokasi penggalian. Hal ini terjadi karena kondisi
batuan ketika belum dilakukan penggalian umumnya berada dalam keadaan
setimbang. Namun akibat pola-pola diskontinu yang terjadi selain secara alamiah dan
juga disebabkan oleh aktivitas penambangan menyebabkan berkurangnya gaya
penahan terhadap batuan pada lereng itu sehingga kesetimbangan gaya yang selama
ini terjadi cenderung bergeser dan tidak seimbang lagi.
CV. Tahiti Coal merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang
menggunakan sistem tambang bawah tanah dengan bentuk lubang bukaan adit dan
metode penambangan room and pillar. Area di sekitar lubang dan jalan tambang
tempat hauling batubara terdapat lereng-lereng yang terbentuk secara alamiah.
Material penyusun lereng-lereng ini berdasarkan litologinya terdiri dari batu pasir,
batu serpih napalan dan batu breksi andesit. Dimana akibat pola penggalian dari
aktivitas penambangan serta kondisi struktur geologi dan arah diskontinuitas pada
batuan seperti kekar (joint) dan rekahan (fracture) menyebabkan lereng tersebut
menjadi tidak stabil. Pada area central timur CV. Tahiti Coal terdapat sebuah lereng
yang berada disebelah jalan tambang dan tepat dibelakang terowongan THC 03
memiliki masalah pada kestabilan lerengnya karena pada lereng tersebut sering
terjadi longsoran kecil dilihat dari beberapa batuan yang jatuh. Sudut kemiringan dari
lereng tersebut berkisar antara 70˚ - 90˚ dimana berdasarkan klasifikasi lereng
menurut Van Zuidam, 1985 lereng dengan kemiringan >55˚ dikategorikan terjal
(extremely steep), kemudian banyaknya terdapat batuan gantung dan rekahan-rekahan
di sekitar lereng memberikan dugaan awal bahwa lereng tersebut berpotensi terjadi
longsor. Faktor keamanan dari lereng ini juga belum pernah diketahui dan
berdasarkan interview dengan Bapak Anton selaku kepala terowongan THC 03 beliau
mengatakan bahwa setiap minggu terjadi longsoran kecil dilihat dari beberapa batuan
yang jatuh dan pada Bulan Desember 2019 pernah terjadi kecelakaan yang
menyebabkan safety helm dari pekerja pecah dan kepala dari pekerja tersebut terluka
3

akibat tertimpa batuan gantung selain itu kaca alat berat excavator yang sedang
melakukan kegiatan kontruksi di lubang bukaan baru pecah akibat batuan gantung
yang jatuh.
Beberapa penelitian sebelumnya Teguh (2014), Muhammad (2018) dan
Agusti Wulandari (2018) sudah mengkaji mengenai kestabilan lereng dengan
menggunakan metode slope mass rating mendapatkan hasil yang baik. Karena dapat
mengetahui kondisi kestabilan lereng penambangan secara lebih rinci. Sedangkan P.P
Utama (2014) dan Audah (2017) melakukan analisis stabilitas lereng menggunakan
metode kinematik stereografis juga mendapatkan hasil yang baik, karena dapat di
prediksi arah kelongsoran dan jenis kelongsoran yag akan terjadi pada lereng. Oleh
karena itu penulis tertarik melakukan penelitian mengenai kestabilan lereng yang
aman selama proses penambangan dengan menggunakan metode yang sama.
Salah satu parameter pengukuran kestabilan lereng diantaranya adalah metode
slope mass rating. Metode ini digunakan untuk menentukan nilai tingkat kestabilan
dari lereng penambangan kemudian penulis menggunakan metode kinematik
stereografis untuk menginterpretasikan tipe serta arah umum kelongsoran yang akan
terjadi pada lereng dengan menggunakan bantuan software rocsience dips 6.0.
Penulis juga menambahkan dari metode penelitian sebelumnya yaitu menganalisis
faktor keamanan pada lereng penambangan dengan menggunakan bantuan software
slide V.6.0 dan dianalisa dengan menggunakan metode bishop untuk mengetahui niai
faktor keamanan pada lereng.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS KESTABILAN LERENG
MENGGUNAKAN METODE SLOPE MASS RATING DAN METODE
KINEMATIK STEREOGRAFIS PADA CV. TAHITI COAL SAWAHLUNTO”.
4

1.2. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pernah terjadi kecelakaan pada Bulan Desember 2019 akibat batuan
gantung yang mengenai kepala pekerja dan merusak kaca dari excavator.
2. Sering terjadi longsoran kecil disekitar lereng tambang CV. Tahiti Coal
dilihat dari beberapa batuan yang jatuh.
3. Sudut kemiringan dari lereng tambang CV. Tahiti Coal berkisar antara 70˚
- 90˚.
4. Banyaknya terdapat batuan gantung pada lereng tambang CV. Tahiti Coal.
5. Terdapat rekahan-rekahan disekitar lereng tambang CV. Tahiti Coal.
6. Belum diketahui faktor keamanan pada lereng tambang CV. Tahiti Coal.

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Panjang bentangan scanline 15 meter.
2. Jumlah sampel yang diambil perlitologi terdiri dari batu pasir, batu serpih
napalan dan batu breksi andesit yang berbentuk irregular.
3. Menghitung nilai tingkat kestabilan lereng menggunakan metode slope
mass rating.
4. Menginterpretasikan tipe serta arah umum kelongsoran menggunakan
metode kinematik stereografis dengan batuan software rocsience dips 6.0.
5. Menghitung nilai faktor keamanan menggunakan software slide V.6.0

1.4. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai tingkat kestabilan lereng penambangan?
2. Bagaimana prediksi arah umum longsor dan kemungkinan jenis longsor
yang terjadi pada lereng penambangan?
3. Berapakah nilai faktor keamanan pada lereng penambangan?
5

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis nilai tingkat kestabilan lereng penambangan.
2. Menganalisis prediksi arah umum longsor dan kemungkinan jenis longsor
yang terjadi pada lereng penambangan.
3. Menganalisis nilai faktor keamanan dari lereng penambangan.

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis,
Dapat mengaplikasikan teori yang telah di pelajari pada saat perkuliahan
dan menambah wawasan di dalam menerapkan ilmu teknis pertambangan
berupa analisis kestabilan lereng tambang.
2. Bagi CV. Tahiti Coal,
Dapat dijadikan sumber informasi, usulan dan bahan pertimbangan dalam
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kestabilan lereng
tambang.
3. Bagi Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang,
Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan bagi mahasiswa jurusan
teknik pertambangan dalam menyelesaikan tugas kuliah, ataupun
penelitian khususnya menganalisis kestabilan lereng.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


Landasan teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan judul
penelitian sebagai dasar acuan dalam melakukan penelitian. Teori-teori ini diambil
dari buku, jurnal, maupun arsip-arsip dari perusahaan tempat dilakukannya penelitian.

2.1.1. Tinjauan Umum Perusahaan


CV. Tahiti Coal merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan,
lahan yang di kelola CV. Tahiti Coal dulunya merupakan tanah Ulayat Kolok,
Sijantang. Dimana pada awal Tahun 2005 PT. Bukit Asam sebagai perusahaan yang
terlebih dahulu melaksanakan kegiatan penambangan melakukan pelepasan lahan
kepada pemerintah daerah Sawahlunto. CV. Tahiti Coal telah melakukan kegiatan
penambangan batubara sejak Tahun 2005 setelah memperoleh kuasa pertambangan
eksploitasi berdasarkan keputusan Walikota Sawahlunto Nomor 05.29
PERINDAGKOP Tahun 2005, tentang pemberian izin kuasa pertambangan.
Operasi produksi batubara berdasarkan keputusan Walikota Sawahlunto
dengan Nomor 05.77.PERINDAGKOP Tahun 2010 dan dilanjutkan dengan
perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi dengan Nomor 05.90.
PERINDAGKOP Tahun 2010, tanggal 21 Oktober 2010 seluas 53,80 Ha dengan
masa berlaku selama 8 (delapan) Tahun. Secara administrasi lokasi izin tersebut
berada di Sangkar Puyuh, Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,
Provinsi Sumatera Barat. Bahan galian yang ditambang oleh CV. Tahiti Coal terbagi
dalam dua seam diantaranya seam A dan seam C, seam A dengan kalori 7.650
kkal/Kg sedangkan seam C dengan kalori 7.056 Kkal/Kg.
Pada Tahun 2005 CV. Tahiti Coal memulai penambangan dengan metode
tambang terbuka (open pit). Metode penambangan ini membentuk lereng-lereng
akibat proses penggalian dan penimbunan material. Penambangan menggunakan

6
7

metode open pit ini berakhir pada Tahun 2013 dikarenakan tidak ekonomisnya
penambangan batubara (SR semakin tinggi). Penambangan dilanjutkan dengan
metode tambang bawah tanah dengan tiga terowongan, yaitu terowongan THC 01,
terowongan THC 02, dan terowongan THC 03.

2.1.1.1. Geologi dan Stratigrafi


Lokasi penambangan batubara CV. Tahiti Coal terletak dibagian barat
formasi bawah ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama
formasi sangkerawang. Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri dari batu
lempung (claystone), batu pasir (sandstone), dan batu lanau (siltstone). Secara umum,
formasi penyusun yang ada disekitar lokasi CV. Tahiti Coal adalah sebagai berikut:
1. Formasi Batu apung (Qpt); formasi ini berada pada sisi utara berada antara
formasi ombilin atas dan formasi ombilin bawah. Formasi batu apung tersusun
atas batuan batu apung yang didalam terdapat kaca kelaran.
2. Formasi atas ombilin (Tmou); formasi ombilin atas terdiri atas batuan lempung
dan napal dengan sisipan batu pasir, konglongmerat mengandung kapur berfosil.
3. Formasi bawah ombilin (Tmol); formasi bawah ombilin secara umum terdiri atas
batuan batu pasir kuarsa mengandung mika sisipan arkose, serpih lempungan,
konglongmerat kuarsa.
4. Formasi sangkerawang (Tos); formasi sangkerawang secara umum batuannya
terdiri atas batuan serpih napalan, batupasir arkose dan breksi andesit.
5. Formasi brani (Tob); batuan pada formasi brani terdiri atas batuan konglongmerat
dengan didipan batu pasir.
6. Formasi batu gamping silungkang (Psl); formasi ini umumnya merupakan formasi
dengan batuan batu gamping mengandung sisipan tipis serpih, batu pasir dan tuf.
7. Formasi silungkang (Ps); formasi silungkang merupakan formasi yang berada
sebagian besar di bagian selatan kota sawahlunto dengan susunan batuan berupa
andesit hornblende, andesit augit, meta andesit, dengan sisipan tipis tuf, batu
8

gamping serpih dan batu pasir, gamping pasiran, batu pasir gampingan dan serpih
lempung.

(Sumber: CV. Tahiti Coal)

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional CV. Tahiti Coal

Secara regional stratigrafi Sawahlunto dapat dibagi menjadi dua bagian utama
yaitu kelompok batuan Pra-Tersier dan kelompok batuan Tersier. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing kelompok batuan:
1. Kelompok Batuan Pra Tersier terdiri dari:
a. Formasi Silungkang: Formasi ini dibedakan menjadi empat satuan, yaitu lava
andesit, lava basalt, tufa andesit dan tufa basalt, formasi ini diperkirakan berumur
Perm sampai Trias.
9

b. Formasi Tuhur: Formasi ini dicirikan oleh lempung abu-abu kehitaman berlapis
baik dengan sisipan-sisipan batu pasir dan batu gamping hitam, formasi ini
diperkirakan berumur Trias.
2. Kelompok Batuan Tersier terdiri dari:
a. Formasi Sangkarewang: Formasi ini terutama terdiri dari serpihan gamping
sampai napal berwarna cokelat kehitaman, berlapis halus dan mengandung fosil
ikan serta tumbuhan yang diendapkan pada lingkungan air tawar, formasi ini
diperkirakan berumur Paleosen.
b. Formasi Sawahlunto: Formasi ini merupakan formasi paling penting karena
mengandung batubara, yang dicirikan dengan adanya batu lanau, batu lempung,
dan berselingan dengan batubara. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
sungai, formasi ini diperkirakan berumur Eosen.
c. Formasi Brani : Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu pasir kasar yang
berwarna cokelat keunguan, dengan kondisi terpilah baik, padat, keras dan
umumnya memperlihatkan adanya suatu perlapisan, formasi ini diperkirakan
berumur Paleosen.
d. Formasi Sawahtambang: Bagian bawah formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus
endapan yang terdiri dari batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan lempung
atau batu lanau, umur formasi ini diperkirakan Oligosen.
e. Formasi Ombilin: Formasi ini terdiri dari lempung gampingan, napal dan pasir
gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung
fosil, umur dari formasi ini diperkirakan Miosen bawah.
f. Formasi Ranau: Formasi ini terdiri dari tufa, batu apung berwarna abu-abu
kehitaman, umur dari formasi ini diperkirakan Pleistosen.
10

CV.Tahiti Coal

(Sumber: CV. Tahiti Coal)

Gambar 2.2 Log Stratigrafi Formasi Kota Sawahlunto

Dari eksplorasi terdahulu, pada saat penambangan telah diketahui, terdapat tiga
lapisan (seam) batubara yang dapat di tambang (mineable) dengan metode tambang
dalam. Lapisan tersebut adalah seam A dan seam C dengan kemiringan masing-
masing 15˚ - 30˚. Berikut ini adalah penjelasan dari lapisan batubara seam A dan
lapisan batubara seam C:
11

1. Lapisan Batubara A
Lapisan batubara seam A merupakan lapisan batubara terbawah (di bawah seam
C), lapisan batubara ini memilki kemiringan relatif seragam antara 15˚ - 30˚ dan
dalam desain digunakan kemiringan sebesar 6˚ - 12˚ dengan ketebalan rata-rata
2,4 m. Posisi lapisan seam A berada 4 –12 m di bawah lapisan seam C.
2. Lapisan Batubara C
Lapisan batubara seam C yang akan di tambang dengan metode tambang dalam
memiliki ketebalan rata-rata 1,9 m. Posisi lapisan tepat di atas roof seam C
terdapat lempung dengan ketebalan 3–5 m.

2.1.1.2. Kondisi Hidrogeologi Regional


Berdasarkan peta hidrogeologi yang didapatkan dari arsip perusahaan seperti
yang terlihat pada gambar 2.3. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian termasuk
kedalam akuifer dengan produktifitas kecil dan air tanah langka. Akuifer ini terdapat
pada zona pelapukan air tanah dangkal dalam jumlah terbatas masih dapat diperoleh.
Komposisi litologi batuan dan kelulusannya terdiri dari:
1. Tufa asam berbatu apung, batu pasir, batu pasir tufaan dan batu pasir kuarsa.
Sebagian mengandung sisipan lignit, arkose, serpih lempungan, konglomerat
kuarsa dan lapisan batubara. Kelulusan rendah, setempat kelulusan sedang pada
zona pelapukan.
2. Lapisan terlipat.
3. Serpih, batu lempung, batu gamping napalan, napal, serpih napalan, napal
lempungan dan batu sabak. Sebagian mengandung sisipan lignit, batu pasir, tufa
andesit, konglomerat, batu pasir tufaan, rijang, radiolarit, kuarsit dan batu lanau.
4. Batu lanau kelulusan rendah setempat, kelulusan sedang pada zona pelapukan.
12

CV. TAHITI COAL

(Sumber: CV. Tahiti Coal)

Gambar 2.3 Peta Hidrogeologi Regional

2.1.1.3. Kualitas Batubara


Menurut klasifikasi American Society For Testing And Materials (ASTM),
batubara CV. Tahiti Coal termasuk ke dalam tingkat bituminus high volatil dengan
nilai kalori 6.800–7.200 Kkal/kg. Hasil ini didapat dari analisa proximate (analisa
komponen pembentuk batubara) dan analisa ultimate (analisa unsur-unsur kimia yang
terkandung pada batubara) yang menunjukkan kadar belerang dan kadar abu yang
rendah, sedangkan bobot isi rata-rata batubara dari hasil eksplorasi adalah 1,3 ton/m3.
13

2.1.2. Lereng
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu
dengan bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alami maupun buatan
manusia. Lereng yang terbentuk secara alami misalnya: lereng bukit dan tebing
sungai, sedangkan lereng buatan manusia misalnya: galian dan timbunan, tanggul dan
dinding tambang terbuka. Berikut ini adalah penjelasan dari lereng alam dan lereng
buatan:
1. Lereng Alam (natural slope)
Lereng alam adalah lereng yang terbentuk karena fenomena alam yang terjadi
akibat proses geologi, lereng alam sering dijumpai pada kawasan dengan
topografi berbukit dan pegunungan. Lereng alam apabila tidak ada perlakuan atau
penanganan terhadap lereng tersebut, baik berupa perubahan kemiringan atau
penambahan dengan suatu konstruksi tertentu, maka kestabilan dan kemantapan
dari lereng alam tersebut benar-benar mengandalkan kestabilan internal yang
terbentuk akibat sifat, karakteristik, dan struktur tanah serta bentuk alamiahnya.
2. Lereng Buatan (man made slope)
Lereng buatan adalah lereng yang terjadi akibat terbentuknya daerah galian
atau daerah timbunan pada proses perencanaan geometri jalan dan lain
sebagainya. Lereng buatan terbentuk dengan penanganan konstruksi, baik struktur
maupun non struktur.

2.1.2.1. Kestabilan Lereng


Masalah stabilitas lereng didalam suatu pekerjaan yang melibatkan kegiatan
penggalian maupun penimbunan merupakan masalah penting, karena ini merupakan
masalah keselamatan manusia, peralatan, dan bangunan yang ada di sekitar lereng
tersebut. Dalam pekerjaan penambangan didalam penambangan terbuka, lereng yang
tidak aman akan mengganggu kelancaran produksi. Di alam, tanah maupun batuan
umumnya berada dalam setimbangan (equilibrium), artinya keadaan distribusi
tegangan pada tanah ataupun batuan tersebut di kenakan suatu kegiatan seperti:
14

penggalian, penurunan, penimbunan, pengangkutan, erosi atau aktivitas lain yang


membuat terganggunya kesetimbangan, tanah ataupun batuan tersebut akan berusaha
mecapai kesetimbangan baru dengan cara pengurangan beban terutama dalam bentuk
longsoran.
Untuk menganalisis longsoran perlu terlebih dahulu mengetahui sistem
tegangan yang bekerja pada batuan atau tanah serta sifat fisik dan mekanik dari tanah
atau batuan tersebut. Tegangan batuan di dalam massa alamiahnya adalah tegangan
horizontal, tegangan vertikal dan tekanan pori air. Sedangkan sifat mekanik yang
mempengaruhi kestabilan atau lereng adalah kohesi, sudut geser dalam dan bobot isi.
Secara prinsipnya, pada suatu lereng berlaku dua macam gaya, yaitu: gaya yang
membuat massa batuan bergerak (gaya penggerak) dan gaya yang menahan massa
batuan tersebut (gaya penahan). Suatu lereng akan longsor jika gaya penggeraknya
lebih besar dari penahannya. Secara matematis kestabilan lereng dapat dinyatakan
dalam bentuk FK dengan menggunakan persamaan 2.1 berikut ini:

GayaPenahan
FK = ............................................................................(2.1)
GayaPenggerak

Menurut Bowles, dalam Kornelis Bria dan Ag. Isjudarto, 2017. Lereng yang
stabil memiliki harga FK yang tinggi FK>1,25 dan lereng yang tidak stabil memiliki
harga FK yang rendah FK<1,07. Seperti yang terlihat pada tabel 2.1:

Tabel 2.1 Hubungan nilai FK dan Kemungkinan Longsoran Bowles, 1989


Nilai FK Kemungkinan Longsoran
𝐹𝐾 <1,07 Longsoran biasa terjadi
1,07 ≤ 𝐹𝐾 ≤ 1,25 Longsoran pernah terjadi
𝐹𝐾 > 1,25 Longsoran jarang terjadi

Kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi Van Zuidam merupakan ukuran


kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar (horizontal) yang secara umum
dinyatakan dalam persen atau derajat. Seperti yang terlihat pada tabel 2.2:.
15

Tabel 2.2 Klasifikasi Pembagian Kemiringan Lereng Van Zuidam, 1985


Kemiringan Lereng Kemiringan Lereng
Klasifikasi
(˚) (%)
0–2 0–2 Datar (flat)
2–4 2–7 Sedikit Miring (gently slope)
4–8 7 - 15 Miring (sloping)
8 – 16 15 - 30 Agak Curam (moderately steep)
16 – 55 30 - 70 Curam (steep)
35 – 55 70 - 140 Sangat Curam (very steep)
>55 >140 Terjal (extremely steep)

2.1.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng


Dalam Seegmilier (1972) secara klasik menerangkan terjadinya suatu
longsoran lereng tambang yang di mulai dengan longsoran yang kecil yang kemudian
menjadi besar sehingga menimbulkan masalah pada operasi penambangan. Ada dua
penyebab terjadinya longsoran menurut Terzaghi (1950) dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Penyebab Eksternal
Menyebabkan naiknya gaya geser yang bekerja sepanjang bidang runtuh,
antara lain yaitu:
a. Perubahan geometri lereng
b. Beban dinamik karena dump truck (traffic loading)
c. Gaya getaran yang ditimbulkan oleh gempa bumi atau ledakan
d. Penurunan muka air tanah secara mendadak
2. Penyebab Internal
Menyebabkan turunnya kekuatan geser material, antara lain yaitu:
a. Pelapukan
b. Keruntuhan progresif
c. Hilangnya sementasi material
d. Berubahnya struktur material
Menurut Varnes (1978) terdapat sejumlah peyebab internal maupun eksternal
yang dapat menyebabkan naiknya gaya geser sepanjang bidang runtuh maupun
16

menyebabkan turunnya kekuatan geser material, bahkan kedua hal tersebut juga dapat
dipengaruhi secara serentak. Terdapatnya sejumlah tipe longsoran menunjukkan
beragamnya kondisi yang dapat menyebabkan lereng menjadi tidak stabil dan proses-
proses yang memicu terjadinya longsoran, yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu kondisi material (tanah/batuan), proses
geomorfologi, perubahan sifat fisik dari lingkungan dan proses yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kestabilan suatu
lereng adalah sebagai berikut :
1. Penyebaran Batuan
Macam batuan atau tanah yang terdapat di daerah penyelidikan harus
diketahui, demikian juga penyebaran serta hubungan antar batuan. Ini perlu dilakukan
karena sifat-sifat fisik dan mekanik suatu batuan berbeda dengan batuan lain sehingga
kekuatan menahan bebannya juga berbeda.
2. Relief Permukaan Bumi
Faktor ini mempengaruhi laju erosi dan pengendapan serta menentukan arah
aliran air permukaan dan air tanah. Hal ini disebabkan karena untuk daerah yang
curam, kecepatan aliran air permukaan tinggi dan mengakibatkan pengikisan lebih
intensif dibandingkan pada daerah yang landai, karena erosi yang intensif banyak
dijumpai singkapan batuan menyebabkan pelapukannya lebih cepat. Batuan yang
lapuk mempunyai kekuatan yang rendah sehingga kemantapan lereng menjadi
berkurang.
3. Geometri Lereng
Geometri lereng mencakup tinggi lereng ada sudut kemiringan lereng.
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin
besar kemiringan dan tinggi suatu lereng maka kemantapannya semakin kecil. Muka
air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah dan batuannya
memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga menyebabkan kekuatan batuan menjadi
rendah dan lereng lebih mudah logsor.
17

4. Orientasi Bidang Lemah (Discountinuity) Terhadap Orientasi Lereng


Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-
bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Oleh karena itu perlu diperhatikan dalam
analisa adalah struktur regional dan lokal. Struktur batuan tersebut merupakan
bidang-bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air sehingga batuan
menjadi lebih mudah longsor. Dalam mendesain lereng haruslah mempertimbangkan
arah atau orientasi bidang lemah tersebut. Arah lereng yang sejajar dengan bidang
lemah akan sangat mungkin untuk mengalami kelongsoran dibanding dengan arah
lereng yang berlawanan atau tegak lurus terhadap arah bidang lemah. Hal ini
disebabkan karena orientasi bidang lemah yang berlawanan dengan orientasi lereng
akan menahan gaya normal yang bekerja pada lereng. Dalam istilah struktur geologi
terdapat dua macam discountinuity, yaitu: mayor discountinuity seperti sesar
(patahan) dan minor discountinuity seperti kekar dan bidang perlapisan.
Adanya bidang-bidang lemah ini yang mempunyai arah atau orientasi, panjang,
spasi dan kekuatan dari material pengisinya akan menentukan model dari potensial
longsoran yang terjadi.
5. Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula
pada proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi
akan menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat dari pada daerah sub-
tropis. Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannnya lebih
rendah dari batuan segarnya.
6. Tingkat Pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka
kohesi, besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat pelapukan
maka kekuatan batuan akan menurun.
18

7. Hasil Kerja Manusia


Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil.
Misalnya suatu lereng yang awalnya matap karena manusia menebangi pohon
pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik,
penggalian/tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak mantap,
sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi.
8. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
A. Sifat Fisik Batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah bobot isi,
porositas dan kadar air. Berikut penjelasan dari sifat fisik batuan :
1. Bobot Isi (𝜌)
Semakin besar bobot isi suatu batuan atau tanah, maka gaya penggerak yang
menyebabkan longsor semakin besar juga. Dengan demikian, kemantapan lereng
tersebut semakin berkurang. Bobot isi terdiri dari:
a. Bobot Isi Asli (𝜌nat)
Bobot isi asli merupakan perbandingan antara berat batuan asli dengan volume
total batuan dengan satuan dalam gr/cm3.
Wn
𝜌 nat = ....................................................................................................(2.2)
Ww − Ws
b. Bobot Isi Kering (𝜌dry)

Bobot isi kering merupakan perbandingan antara berat batuan kering dengan
volume total batuan dengan satuan gr/cm3.
Wo
𝜌 dry = ..................................................................................................(2.3)
Ww − Ws
c. Bobot Isi Jenuh(𝜌sat)
Bobot isi jenuh merupakan perbandingan antara batuan jenuh dengan volume
total batuan dengan satuan gr/cm3.
19

Ww
𝜌 sat = ..................................................................................................(2.4)
Ww − Ws
Keterangan :
Wn = Berat batuan asli (g)
Wo = Berat batuan kering (g)
Ww = Berat batuan setelah direndam (g)
Ws = Berat batuan jenuh (g)

2. Kadar Air
Kandungan air pada suatu material baik tanah maupun batuan sangat
berpengaruh terhadap kemantapan lereng. Semakin tinggi kandungan air pada suatu
lereng maka semakin kecil nilai kemantapan dari suatu lereng.

3. Porositas
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kemantapan
lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang
memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang meiliki kuat geser kecil akan lebih
mudah longsor.

B. Sifat Mekanik Batuan


Sifat mekanik pada batuan berupa kuat tekan unconfined compressive strength
(UCS) dan point load index (PLI), selain itu kohesi dan sudut geser dalam merupakan
sifat mekanik batuan yang juga mempengaruhi lereng. Berikut ini penjelasan dari
kohesi dan sudut geser dalam:
1. Kohesi (c)
Kohesi adalah gaya tarik menarik antar partikel pada batuan, dinyatakan dalam
satuan berat per satuan luas, kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan
gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu
pengujian kuat geser langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaxial.
20

2. Sudut Geser Dalam (∅)


Sudut geser dalam adalah sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan
normal dan tegangan geser didalam material tanah atau batuan. Semakin besar sudut
geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan menerima
tegangan luar yang dikenakan terhadapnya.

2.1.3. Longsoran (Failure)


Longsoran adalah pergerakan massa tanah atau batuan sepanjang bidang
tergelincir atau suatu permukaan bidang geser. Massa batuan adalah kondisi material
dan bidang-bidang diskontinu yang dimiliki batuan (Bieniawski, 1989).
Penyebab longsoran diantaranya:
1. Berkurangnya kekuatan geser material pembentuk lereng akibat:
a. Erosi, baik yang disebabkan oleh aliran sungai, hujan maupun suhu.
b. Pergerakan alami dari lereng akibat pergerakan bidang longsor maupun
akibat penurunan.
c. Aktivitas manusia, antara lain :
1) Penggalian dasar lereng
2) Pengrusakan struktur penahan tanah
3) Penggundulan tanaman pada lereng
2. Bertambahnya tegangan geser pada lereng akibat :
a. Kondisi alam
b. Aktifitas manusia
c. Gempa atau sumber getaran lainnya
d. Pemindahan material di sekeliling dasar material longsoran
e. Timbulnya tekanan tanah (Lateral Vernes, 1978) membagi faktor-faktor
penyebab longsor menjadi dua bagian yaitu, faktor-faktor yang
menyebabkan kenaikan tegangan dan faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan kekuatan geser tanah. Jenis longsoran (Veners D. J. 1978) dapat
21

di kelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu jatuhan, robohan,


longsoran, pancaran lateral, aliran dan kombinasi.

Bidang-bidang diskontinue yang memotong massa batuan akan


menghasilkan blok. Blok umumnya masih tersambung dengan massa batuannya.
Blok yang terpisah akan membentuk kekar yang terbuka (opened joint fracture). Jika
air hujan atau air permukaan mengisi bukaan ini, maka akan menambah tekanan di
kedua sisinya. Tekanan air sangat tergantung pada situasi bukaan kekar, meskipun
ukuran kecil tetapi dalam daerah yang luas maka tekanan sangat berpengaruh
terhadap kestabilan lereng.
Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan
tambang terbuka yaitu:
1. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran bidang relatif jarang terjadi. Namun, jika ada kondisi yang
menunjang terjadinya longsoran bidang, longsoran yang terjadi mungkin akan lebih
besar (secara volume) dari pada longsoran lain. Longsoran ini disebabkan oleh
adanya struktur geologi yang berkembang, seperti kekar (joint) ataupun patahan yang
dapat menjadi bidang luncur.
Longsoran bidang terjadi bila seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Jurus bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar terhadap jurus bidang
permukaan lereng dengan perbedaan maksimal 20˚.
b. Kemiringan bidang luncur harus lebih kecil dari kemiringan bidang
permukaan lereng atau Ψ > Ψ𝑝.
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari sudut geser dalam atau Ψ𝑝 > ∅.
d. Terdapat bidang bebas yang merupakan batas lateral dari massa batuan yang
longsor.
Model longsoran bidang (plane failure), seperti yang terlihat pada gambar 2.4
berikut:
22

(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

Gambar 2.4 Longsoran Bidang (Plane Failure)

2. Longsoran Baji (Wedge Failure)


Longsoran baji merupakan jenis longsoran yang sering terjadi di lapangan.
Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga diakibatkan oleh adanya
struktur geologi yang berkembang. Perbedaan pada longsoran baji adalah adanya dua
struktur geologi yang berkembang dan saling berpotongan.
Longsoran ini terjadi bila dua buah jurus bidang discontinu berpotongan dan
besar sudut garis potong kedua bidang tersebut (Ψ𝑝) lebih besar dari sudut geser
dalam (𝜙) dan lebih kecil dari sudut kemiringan lereng (Ψ1). Perhitungan faktor
keamanan lebih rumit dibandingkan pada longsoran bidang karena melibatkan dua
bidang gelincir dimana gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut turut
diperhitungkan.
Model longsoran baji (wedge failure), seperti yang terlihat pada gambar 2.5
berikut:
23

(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

Gambar 2.5 Longsoran Baji ( Wedge Failure)

3. Longsoran Busur (Circular Failure)


Longsoran jenis ini banyak terjadi pada lereng tanah dan batuan lapuk atau
sangat terkekarkan dan di lereng-lereng timbunan. Bentuk bidang gelincir pada
longsoran busur, sesuai dengan namanya akan menyerupai busur bila digambarkan
pada penampang melintang.
Model longsoran busur (circular failure), seperti yang terlihat pada gambar
2.6 berikut:

(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

Gambar 2.6 Longsoran Busur ( Circular Failure)


24

4. Longsoran Guling (Toppling Failure)


Longsoran guling umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan pada batuan
yang keras, dimana struktur bidang lemahnya berbentuk kolom. Longsoran guling ini
terjadi apabila bidang-bidang lemah yang terdapat pada lereng mempunyai
kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan lereng.
Model longsoran guling (toppling failure), seperti yang terlihat pada gambar
2.7 berikut:

(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

Gambar 2.7 Longsoran Guling ( Toppling Failure)

2.1.4. Klasifikasi Massa Batuan


Klasifikasi massa batuan yang terdiri dari beberapa parameter sangat cocok
untuk mewakili karakteristik massa batuan, khususnya sifat-sifat bidang lemah atau
kekar dan derajat pelapukan massa batuan. Berdasarkan parameter tersebut, sudah
banyak usulan atau modifikasi massa batuan yang dapat digunakan untuk merancang
kemantapan lereng. Pada umumnya klasifikasi tersebut mencoba menghubungkan
bobot klasifikasi massa batuan dengan parameter sudut kemantapan lereng.
25

2.1.4.1. Rock Mass Rating (Bieniawski,1989)


Metode klasifikasi rock mass rating merupakan metode yang sederhana
dalam penggunaannya, dan parameter-parameter yang digunakan dalam metode ini
dapat diperoleh baik dari data lubang bor maupun dari pemetaan struktur bawah
tanah. Metode ini dapat diaplikasikan dan disesuaikan untuk situasi yang berbeda-
beda seperti kestabilan lereng dan kasus terowongan. Dalam menerapkan sistem ini,
massa batuan dibagi menjadi seksi-seksi menurut struktur geologi dan masing-masing
seksi diklasifikasikan secara terpisah. Batas-batas seksi umumnya struktur geologi
seperti patahan atau perubahan jenis batuan. Perubahan signifikan dalam spasi atau
karakteristik bidang discontinu mungkin menyebabkan jenis massa batuan yang sama
dibagi juga menjadi seksi-seksi yang berbeda.
Tujuan dari sistem rock mass rating adalah untuk mengklasifikasikan
kualitas massa batuan dengan menggunakan data permukaan dalam rangka untuk
memandu metode penggalian dan juga untuk memberikan rekomendasi
pertambangan serta rentang yang tidak didukung dan stand-up time. Selain itu,
penelitian ini juga mencoba untuk mencari tahu resiko rekayasa potensi yang
mungkin terjadi selama kontruksi pertambangan dan berusaha untuk menunjukkan
metode yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah resiko-resiko potensial yang
akan terjadi.
Klasifikasi rock mass rating yang diusulkan oleh Bieniawski (1989)
digunakan untuk menentukan kualitas massa batuan berdasarkan lima parameter
utama yang dijumlahkan untuk memperoleh nilai total rock mass rating, yaitu:
1. Kuat Tekan Batuan
Kuat tekan batuan adalah kemampuan batuan untuk menerima beban hingga
pecah bila diberi beban atau tekanan. Untuk mengetahui nilai kuat tekan batuan dapat
diketahui dengan uji kuat tekan uniaxial dan uji point load index:
a. Uji Kuat Tekan Uniaxial (Unconfined Compressive Strength Test)
Uji tekan dilakukan untuk mengukur tekan uniaxial (Unconfined
CompressiveStrength Test-UCS Test) dan sebuah contoh batuan berbentuk silinder
26

dalam satu arah uniaksial. Tujuan utama uji ini adalah untuk mengklasifikasikan
batuan utuh. Hasil uji ini berupa beberapa informasi seperti kurva tegangan-regangan,
kuat tekan uniaksial, modulus elastisitas, nisbah poisson, fraktur energi dan spesifik
fraktur energi.
Pengujian ini dilakukan menggunakan mesin tekan (compression machine)
dan dalam pembebanannya mengikuti standar dari Internasional Society Of Rock
Mechanics (ISRM, 1981). Secara teoritis penyebaran tegangan di dalam contoh
batuan searah dengan gaya yang dikenakan pada sampling tersebut. Akan tetapi, pada
kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh.
Hal ini terjadi karena ada pengaruh dari plat penekan pada mesin tekan yang
berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya berbentuk cone.
Contoh batuan yang akan digunakan dalam pengujian kuat tekan harus
memenuhi beberapa syarat. Kedua muka contoh batuan uji harus mencapai kerataan
hingga 0,02 m dan tidak melenceng dari sumbu tegak lurus lebih bsar dari pada 0,001
radian atau 0,05 mm dalam 50 mm (0,60˚). Demikian juga sisi panjangnya harus
bebas dari ketidakrataan sehingga kelurusannya sepanjang contoh batu uji tidak
melenceng lebih dari 0,3 mm.
Perbandingan antara tinggi dan diameter conto batuan (L/D) akan
mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Jika digunakan perbandingan (L/D) = 1,
kondisi tegangan triaksial saling bertemu sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan
batuan. Sesuai dengan ISRM (1981), untuk pengujian kuat tekan digunakan rasio
(L/D) antara 2-2,5 dan sebaliknya diameter (D) contoh batu uji paling tidak berukuran
tidak kurang dari NX, atau kurang lebih 54 mm. Semakin besar perbandingan antara
tinggi dan diameter contoh batuan yang digunakan, kuat tekan akan semakin kecil
seperti ditunjukkan persamaan 2.5 berikut:

Menurut American Society For Testing and Materials (ASTM):


𝐿 𝜎𝑐
𝜎𝑐 =1= 0,222 ......................................................................................(2.5)
𝐷 0,778+ 𝐿
𝐷
27

Menurut Protodyakonov:
𝐿 8 . 𝜎𝑐
𝜎𝑐 =2= 2 ................................................................................................(2.6)
𝐷 7+ 𝐿
𝐷

Keterangan :
𝜎𝑐 = Kuat tekan batuan

b. Point Load Index (Tes Franklin)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari contoh batuan
secara tidak langsung di lapangan. Contoh batuan dapat berbentuk silinder atau tidak
beraturan. Peralatan yang digunakan untuk uji point load, seperti ditunjukkan pada
gambar, mudah dibawa, tidak begitu besar dan cukup ringan sehingga pengujian
mudah dilakukan dan dapat dengan cepat diketahui kekuatan batuan di lapangan
sebelum pengujian laboratorium dilakukan.
Untuk pengujian menggunakan alat PLI dapat dilihat pada gambar 2.8
dibawah ini kemudian sampling batuan yang digunakan berbentuk silinder atau
bongkahan batuan, seperti terlihat pada gambar 2.9. Contoh batuan untuk pengujian
ini berbentuk silinder dengan diameter 50 mm (NX=54 mm, lihat ISRM, 1985)

Gambar 2.8 Alat Uji Point Load Index


28

(sumber: ISRM, 1985 dalam Made Astawa Rai dkk, 2011)

Gambar 2.9 Tipe dan Syarat Sampel Batuan Uji PLI

Menurut Bronch & Franklin (1972) dalam Made Astawa Rai, dkk (2011),
indeks point load (Is) suatu contoh batuan dapat dihitung menggunakan persamaan
2.7 berikut ini:

P
Is = ........................................................................................................(2.7)
D2

Apabila diameter contoh batuan yang digunakan bukan 50 mm, maka


diperlukan faktor koreksi terhadap persamaan yang diturunkan oleh Bronch &
Franklin. Menurut Graminger (1982) dalam Made Astawa Rai, dkk (2011), selang
faktor koreksi tergantung besarnya diameter. Karena diameter ideal yang digunakan
adalah 50 mm, maka Graminger menurunkan persamaan 2.8 berikut ini:

P
Is = F ....................................................................................................(2.8)
D2

Faktor koreksi ukuran (F) dapat dihitung menggunakan persamaan 2.9 berikut
ini:
0 , 45
d 
F =  .................................................................................................(2.9)
 50 
29

Sehingga diperoleh suatu persamaan point load indeks yang telah dikoreksi
menggunakan persamaan 2.10 berikut ini:
0 , 45
d  P
Is =   .......................................................................................(2.10)
 50  D2

Jika Is = 1 MPa, indeks tersebut tidak memiliki arti, maka penentuan kekuatan
harus berdasarkan uji UCS, dan menurut Bieniawski dengan diameter conto 50 mm
maka UCS dapat ditentukan dengan persamaan 2.11 berikut ini:

c = 23  Is ................................................................................................(2.11)

Keterangan:
Is(50) = Point Load Index 50 mm(MPa)
F = Faktor koreksi
P = Beban maksimum hingga contoh pecah (N)
D = Jarak antar dua konus penekan (mm)
d = Diameter contoh (mm)

Hasil pembobotan dari pengujian kuat tekan batuan utuh dapat dilihat pada
tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 Kekuatan Material Batuan Utuh


Deskripsi Kualitatif UCS (Mpa) PLI(Mpa) Bobot
Sangat kuat sekali (Exceptionally strong) >250 >10 15
Sangat kuat (Very strong) 100 – 25 4 - 10 12
Kuat (Strong) 50 – 100 2-4 7
Sedang (Average) 25 – 50 1–2 4
Lemah (Weak) 5 – 25 Penggunaan 2
Sangat lemah (Very weak) 1–5 UCS lebih 1
Sangat lemah sekali (Extremely weak) <1 dilanjutkan 0
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)
30

2. Rock Quality Designation (RQD)


Indeks rock quality designation telah diperkenalkan lebih dari 20 tahun yang
lalu sebagai indeks dari kualitas batuan pada saat informasi kualitas batuan hanya
tersedia dari deskripsi ahli geologi dan persentase dari perolehan inti yang utuh
dengan panjang 10 cm atau lebih. Ini adalah indeks kuantitatif yang telah digunakan
secara luas untuk mengidentifikasikan daerah batuan yang kualitasnya rendah
sehingga dapat diputuskan untuk menambah pemboran atau pekerjaan eksplorasi
lainnya.
Untuk menentukan rock quality designation, ISRM merekomendasikan
ukuran inti paling kecil berdiameter NX (54,7 mm) yang dibor dengan menggunakan
double tube core barrels. Seperti yang terlihat pada gambar 2.10 berikut ini:

(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

Gambar 2.10 Perhitungan RQD

Bila bor inti tidak tersedia, dapat dihitung dengan pengukuran bidang (metode
scanline). Jarak pisah antar bidang discontinuity (kekar) adalah jarak tegak lurus
antara dua bidang discontinuity yang berurutan sepanjang sebuah garis pengamatan
31

yang disebut scanline dan dinyatakan sebagai intact legth. Panjang scanline
minimum untuk pengukuran jarak discontinuity adalah 50 kali jarak rata-rata
discontinuity yang hendak diukur. Namun, menurut Internasional Society For Rock
Mechanic (ISRM, 1981) panjang ini cukup 10 kali tergantung tujuan pengukuran
scanline-nya. Pengukuran RQD jika bor inti tidak tersedia digunakan persamaan 2.12
berikut ini:

RQD = 100e −0,1 (0,1 + 1).........................................................................(2.12)

Keterangan:
RQD = Rock Quality Designation
 = Banyak kekar dalam 1 meter

Hasil pembobotan dari perhitungan kekar batuan pada scanline dapat dilihat
pada tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4 Rock Quality Designation (RQD)


RQD (%) Kualitas Batuan Bobot
<25 Sangat jelek (very poor) 3
25 – 50 Jelek (poor) 8
50 – 75 Sedang (fair) 13
75 – 90 Baik (good) 17
90 – 100 Sangat baik (excellent) 20
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

3. Jarak Antar Kekar


Jarak antar kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar
berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang. Pada perhitungan nilai
rock mass rating, parameter jarak antar kekar diberi bobot berdasarkan nilai spasi
kekarnya. Seperti yang terlihat pada tabel 2.5 berikut ini:
32

Tabel 2.5 Jarak Kekar


Deskripsi Spasi Kekar (m) Bobot
Sangat lebar (very wide) >2 20
Lebar (wide) 0,6 – 2 15
Sedang (moderate) 0,2 - 0,6 10
Rapat (close) 0,006 - 0,2 8
Sangat rapat (very close) <,0,06 5
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

4. Kondisi Kekar
Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar,
meliputi kemenerusan (persistence) jarak antar permukaan kekar atau celah
(separation/aperture), kekasaran kekar (roughness) material pengisi (infilling/gouge),
dan tingkat kelapukan (weathering). Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rougness atau kekasaran bidang diskontinu merupakan parameter yang
penting untuk menentukan kondisi bidang diskontinu. Suatu permukaan yang
kasar akan dapat mencegah terjadinya pergeseran antara kedua permukaan
bidang diskontinu.
b. Separation merupakan jarak antara kedua permukaan bidang diskontinu. Jarak
ini biasanya diisi oleh material lainnya (filing material) atau bisa juga diisi
oleh air. Makin besar jarak ini, maka semakin lemah bidang diskontinu
tersebut.
c. Continuity merupakan kemenerusan dari sebuah bidang diskontinu, atau juga
merupakan panjang dari suatu bidang diskontinu.
d. Weathering menunjukkan derajat kelapukan permukaan diskontinu.
e. Infilling (gouge) pengisi antara dua permukaan bidang diskontinu
mempengaruhi stabilitas bidang diskontinu dipengaruhi oleh ketebalan,
konsisten atau tidaknya dan sifat material pengisi tersebut. Filling yang lebih
tebal dan memiliki sifat mengembang bila terkena air dan berbutir sangat
halus akan menyebabkan bidang diskontinu menjadi lemah.
33

Klasifikasi pembobotan dari kondisi kekar batuan dapat dilihat pada tabel 2.6
berikut ini :
Tabel 2.6 Klasifikasi Bidang Kekar
Persistensi <1m 1-3m 3 - 10 m 10 - 20 mm >20 m
Bobot 6 4 2 1 0
Pemisahaan
Bukaan None <0,1 mm 0,1 - 1 mm 1 - 5 mm >5 mm
(Aperture)
Bobot 6 5 4 1 0
Slightly
Kekasaran Very rough Rough Smooth Sliken-sided
rough
Bobot 6 5 3 1 0
Isian Hard filling Hard filling Soft filling Soft filling
None
(Gauge) <5 mm >5 mm <5 mm >5 mm
Bobot 6 4 2 2 1
Slightly Moderately Highly
Pelapukan Unweathered Decomposed
weathered weathered Weathered
Bobot 6 5 3 1 0
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

5. Kondisi Air Tanah


Debit aliran air tanah atau tekanan air tanah akan mempengaruhi kekuatan
massa batuan. Oleh sebab itu perlu diperhitungkan dalam klasifikasi massa batuan.
Pengamatan terhadap kondisi air tanah ini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a. Inflow per 10 m tunnel length: menunjukkan banyak aliran air yang teramati
setiap 10 m panjang terowongan. Semakin banyak aliran air mengalir maka
nilai yang dihasilkan untuk rock mass rating akan semakin kecil.
b. Joint water pressure: semakin besar nilai tekanan air yang terjebak dalam
kekar (bidang diskontinu) maka nilai yang dihasilkan untuk rock mass rating
akan semakin kecil.
c. General condition: mengamati atap dan dinding terowongan secara visual
sehingga secara umum dapat dinyatakan dengan keadaan umum dari
permukaan seperti kering, lembab, menetes dan mengalir. Kondisi air tanah
yang ditemukan pada pengukuran kekar diindentifikasikan sebagai selah satu
34

kondisi berikut: kering (completely), lembab (damp), basah (wet), perhitungan


nilai rock mass rating, parameter kondisi air tanah (groundwater conditions).
Hasil pembobotan dengan pengamatan dan studi pendukung dari kondisi air
tanah dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini:

Tabel 2.7 Kondisi Air Tanah


Kering Terdapat Terdapat
Kondisi Umum (complete Lembab Basah tetesan air aliran air
dry) (dripping) (flowing)
Debit air per 10
m panjang
Tidak ada <10 10 – 25 25 – 125 >125
singkapan
lit/men
Tekanan
air/tegangan 0 <0,1 0,1 - 0,2 0,1 - 0,2 >0,5
utama major
Kondisi umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Bobot 15 10 7 4 0
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

Berikut hasil dari pembobotan total klasifikasi massa batuan rock mass rating.
Dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini:

Tabel 2.8 Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total Rock Mass Rating
Profil
Massa Deskripsi
Batuan
Bobot 100 – 81 80 – 61 60 - 41 40 – 21 20 – 0
Kelas Massa I II III IV V
Batuan Sangat Baik Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
Kohesi
>400 300 – 400 200 - 300 100 – 200 <100
(KPa)
Sudut geser
>45 35 – 45 25 - 35 15 – 25 <15
dalam
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)
35

2.1.4.2. Slope Mass Rating (SMR)


Romana (1985) menyertakan bobot pengatur orientasi kekar untuk
memodifikasi rock mass rating menjadi klasifikasi massa batuan yang baru yang
disebut slope mass rating. Klasifikasi slope mass rating dibuat berdasarkan
pengamatan dan data aktual dari 87 lereng di Valencia. Slope mass rating dapat
memberikan pandual awal dalam analisis kestabilan lereng dan memberikan
informasi yang berguna tentang tipe keruntuhan serta hal-hal yang diperlukan untuk
perbaikan lereng. Untuk mencari nilai slope mass rating digunakan persamaan 2.13
berikut ini:

SMR = RMR + ( F1  F2  F3 ) + F4 ............................................................(2.13)

Nilai slope mass rating diperoleh dari nilai rock mass rating yang
ditambahkan dengan faktor-faktor koreksi. F1, F2, dan F3 merupakan faktor koreksi
terhadap kondisi kekar (joint), sedangkan F4 merupakan faktor koreksi terhadap
penggalian yang digunakan pada lereng.
1. F1 tergantung pada paralelisme antara kekar dan kemiringan muka lereng (strike).
2. F2 berhubungan dengan sudut dip kekar pada longsoran bidang.
3. F3 menunjukan hubungan atara kemiringan lereng dan kemiringan kekar.

Nilai faktor koreksi F4 tergantung pada metode penggalian lerengnya, apakah


lereng alamiah, digali dengan peledakan presplitting, peledakan smooth, peledakan
buruk atau penggalian mekanis. Pembobotan orientasi kekar untuk pengatur lereng
dapat dilihat ada tabel 2.9 berikut ini:
36

Tabel 2.9 Bobot Pengatur Untuk F1, F2, F3 dan F4 Romana, 1985
Sangat Tak Sangat tak
Kasu Kriteria faktor Menguntun
menguntu Sedang menguntun menguntu
s koreksi gkan
ngkan gkan ngkan
P |𝛼𝑗 − 𝛼𝑠|
>30˚ 30˚-20˚ 20˚-10˚ 10˚-5˚ <5˚
T |𝛼𝑗 − 𝛼𝑠 − 180|
P/T F1=[𝟏 − 𝐬𝐢𝐧 𝑨]2 0,15 0,4 0,7 0,85 1
P |𝛽𝑗| <20˚ 20˚-30˚ 30˚-35˚ 35˚-45˚ >45˚
P 𝐅𝟐 = 𝐭𝐚𝐧2𝜷𝒋 0,15 0,4 0,7 0,85 1
Kuat tak Lemah
mudah mudah
longsor longsor
P 𝛽𝑗 − 𝛽𝑠 >10˚ 10˚-0˚ 0˚ 0˚-(-10˚) <(-10˚)
T 𝛽𝑗 + 𝛽𝑠 <110˚ 110˚-120˚ >120˚ - -
P/T 𝐅𝟑 = 𝜷𝒋 − 𝜷𝒔 0 -6 -25 -50 -60
Penggalian
Method of excavation Alamiah Presplitting Smooth Buruk
mekanis
F4 15 10 8 0 -8
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

Keterangan:
A = Selisih antara strike slope dan strike discontinuity
αs = Strike slope
βs = Dip slope
αj = Strike discontinuity
βj = Dip discontinuity
Faktor penyesuaian untuk metode penggalian telah ditetapkan secara empiris
sebagai berikut:
1. Lereng alamiah lebih stabil karena terbentuk akibat proses erosi dalam waktu
yang lama dan ada mekanisme penahan (vegetasi, sedikit air, dsb): F4 = -15.
2. Penggunaan teknik peledakan presplitting meningkatkan stabilitas lereng
untuk suatu kelas setengah: F4 = ± 10.
3. Penggunaan teknik peledakan smooth blasting dengan lubang-lubang yang
baik, juga meningkatkan stabilitas lereng: F4 = ± 8.
4. Teknik peledakan normal. Penggunaan dengan sound method, tidak
mengubah stabilitas lereng: F4 = 0.
37

5. Peledakan yang tidak efisien, sering terlalu banyak bahan peledakan, tidak
menggunakan peledakan baruntun (delay) atau lubang ledak tidak sejajar,
stabilitas buruk: F4 = -8.
6. Penggalian lereng dengan peralatan gali, selalu dengan ripper, hanya dapat
dilakukan pada batuan lemah dan atau di batuan terkekarkan dan sering
digabungkan dengan peledakan. Bidang lereng sulit untuk diakhiri. Metode
ini bisa bertambah atau berkurang tingkat kemantapan lereng: F4 = 0.

Hasil pembobotan total dari kelas massa lereng batuan dapat dilihat pada tabel
2.10 berikut ini:

Tabel 2.10 Romana, 1985 (Deskripsi Kelas Slope Mass Rating)


Profil massa
Deskripsi
batuan
Kelas I II III IV V
SMR rating 81 – 100 61 - 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20
Sangat
Deskripsi Sangat baik Baik Sedang Jelek
jelek
Stabil Sangat
Kestabilan Sangat stabil Stabil Tidak stabil
sebagian tidak stabil
Beberapa Bidang
Beberapa kekar Bidang atau besar atau
Longsoran Tidak ada
blok dengan baji besar seperti
banyak baji tanah
Kemungkinan
0 0,2 0,4 0,6 0,9
Longsoran
(Sumber: Irwandy Arif, 2016)

2.1.5. Analisis Kinematika Menggunakan Software Rockscience Dips 6.0


Salah satu contoh terbaik dari pendekatan awal adalah menentukan
kemungkinan ketidakstabilan dari suatu lereng dengan metode analisis kinematika.
‘Kinematika’ mengacu pada studi gerakan, tanpa mengacu pada kekuatan-kekuatan
yang pembuatnya. (Hudson & John, 2005). Analisis kinematika dilakukan untuk
mengetahui tipe longsor yang berpotensi terjadi pada lereng batuan. Analisis
kinematika menggunakan parameter orientasi struktur geologi, orientasi lereng, dan
38

sudut geser batuan yang diproyeksikan dalam analisis stereografis sehingga dapat
diketahui tipe dan arah longsoran yang kemungkinan dapat terjadi pada suatu lereng.
Analisis kinematika menggunakan proyeksi stereografis dibuat dengan
bantuan perangkat lunak rockscience dips 6.0. Perangkat lunak ini merupakan suatu
program rancangan untuk menganalisa orientasi secara interaktif dengan
mendasarkan data struktural geologi baik kekar, sesar perlapisan serta struktur-
struktur lainnya dengan mengikuti teknik yang sama di dalam streonet manual.
Parameter yang dimasukkan ke dalam program ini meliputi orientasi struktur geologi
berupa strike dan dip dari kekar serta orientasi lereng berupa strike dan dip dari
lereng.

2.1.6. Analisa Faktor Keamanan Menggunakan Software Slide V.6.0


Pada program ini dibutuhkan data-data mengenai sifat-sifat massa batuan
secara umum yang terdiri dari berat jenis (unit weight), berat jenis jenuh (saturated
unit weight), tekanan pori dan koefisien getaran/gempa (sesimic load coefficient).
Selain itu, diperlukan juga data-data lainnya, tetapi tergantung pada kriteria kekuatan
apa yang digunakan.
Pada kriteria Mohr-Coulomb diperlukan data berupa kohesi (cohesion) dan
sudut geser dalam (internal friction angle), dimana kohesi dan sudut geser dalam
didapatkan dari pembobotan total kelas massa batuan rock mass rating. Berikut ini
penjelasan dari kohesi dan sudut geser dalam:
1. Kohesi (c)
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan
dalam satuan berat per satuan luas, kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan
gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu
pegujian kuat geser langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaxial.
39

2. Sudut Geser Dalam (∅)


Sudut geser dalam adalah sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan
normal dan tegangan geser didalam material tanah atau batuan. Semakin besar sudut
geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan menerima
tegangan luar yang dikenakan terhadapnya.

2.1.7. Metode Bishop


Metode bishop adalah metode yang diperkenalkan oleh A.W. bishop pada
tahun 1955 menggunakan cara potongan. Metode bishop dipakai untuk menganalisis
permukaan gelincir (slip surface) yang berbentuk lingkaran. Dalam metode ini
diasumsikan bahwa gaya-gaya normal total berada dipusat alas potongan dan bisa
ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya pada potongan secara vertikal atau
normal. Persyaratan keseimbangan dipakai pada potongan-potongan yang
membentuk lereng tersebut. Metode bishop menganggap bahwa gaya-gaya yag
bekerja padairisan mempunyai resultan nol pada arah vertikal. (Octovian, 2014).
Pada sebagian besar metode analisis, gaya normal diasumsikan bekerja
dipusat alas dari tiap potongan, sebab potongan tipis. Ini diterapkan pada sejumlah
asumsi. Prinsip dasar metode bishop sebagai berikut :
1. Kekuatan geser didefnisikan dengan menggunakan hubungan linier Mohr-
Coulomb.
2. Menggunakan kesetimbangan normal.
3. Menggunakan kesetimbangan tangensial.
4. Menggunakan kesetimbangan momen.
5. Distribusi tegangan normal sepanjang permukaan gelincir.
6. Inklinasi dari gaya-gaya antar potongan.
7. Posisi garis resultante gaya-gaya antar potongan.
40

2.2. Kerangka Konseptual


Tahapan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku,
jurnal serta penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Pengambilan data
Pengambilan data berupa data yang diambil secara langsung dan data yang
bersumber dari perusahaan. Data primer terdiri atas pengukuran geometri
lereng, pengukuran bidang dikontinu dan pengambilan sampel batuan untuk
dilakukan pengujian sifat fisik dan mekaniknya. Sedangkan data sekunder
terdiri dari peta kesampaian daerah, peta geologi regional, peta stratigrafi dan
peta hidrogeologi regional.
3. Pengolahan Data.
Pengolahan data dilakukan dengan menghitung dan menganalisis nilai tingkat
kestabilan lereng dengan menggunakan metode slope mass rating. Kemudian
menginterpretasikan tipe seta arah umum kelongsoran menggunakan metode
kinematik stereografis dengan bantuan software rocsience dips 6.0. dan
menghitung nilai faktor keamanan dengan menggunakan software slide V.6.
4. Hasil Analisis.
Mengetahui klasifikasi nilai tingkat kestabilan lereng dengan metode slope
mass rating kemudian mengetahui tipe serta arah umum kelongsoran dengan
metode kinematik stereografis dan mengetahui faktor keamanan dari lereng
penambangan.
41

Adapun kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut ini :

INPUT PROSES OUTPUT

Data terdiri dari: Pengolahan data: Hasil analisis:


1. Data Primer 1. Menghitung dan 1. Mengetahui nilai tingkat
Data yang diperoleh menganalisis nilai tingkat kestabilan lereng
langsung dari lapangan: kestabilan lereng menggunakan metode
a. Pengukuran geometri menggunakan metode slope mass rating.
lereng. (Tinggi lereng, slope mass rating 2. Mengetahui tipe serta
lebar lereng dan menggunakan persamaan arah umum kelongsoran
kemiringan lereng) 2.13. menggunakan metode
b. Pengukuran bidang 2. Menginterpretasikan dan kinematik stereografis
dikontinu. (Jumlah kekar, menganalisis tipe serta dengan batuan software
jarak kekar, panjang kekar, arah umum kelongsoran rocsience dips 6.0.
bukaan kekar, kekasaran menggunakan metode 3. Mengetahui faktor
kekar, isian kekar dan kinematik stereografis keamanan dari lereng
pelapukan kekar) dengan batuan software dengan menggunakan
c. Pengambilan sampel rocsience dips 6.0. software slide v.6.0
batuan. (Batu pasir, batu 3. Menghitung dan
serpih napalan dan batu menganalisis nilai faktor
breksi andesit) keamanan menggunakan
2. Data Sekunder software slide V.6.0
Data yang dijadikan dengan metode bishop
pendukung untuk
memperkuat penelitian:
a. Peta kesampaian daerah
b. Peta geologi regional
c. Peta stratigrafi
d. Peta hidrogeologi regional

Gambar 2.11 Kerangka Konseptual


42

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian terapan (applied
research). Penelitian terapan adalah penelitian yang dikerjakan dengan maksud
untuk menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang
diterapkan dalam pemecah permasalahan teknis. Menurut Sugiyono (2009:9)
penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menerapkan,
menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam
memecahkan masalah-masalah praktis. Penelitian terapan ini bertujuan untuk
menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Hasil dari
penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru, akan tetapi
merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang telah ada.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan tambang CV. Tahiti Coal yang secara
administrasi penambangan CV. Tahiti Coal termasuk dalam wilayah penambangan
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Secara geografis wilayah
penambangan CV. Tahiti Coal terletak pada koordinat 100°45’10” BT – 100°45’40”
BT dan 00°37’20” LS - 00°37’50” LS.Lokasi tambang CV. Tahiti Coal terletak
kurang lebih 100 km arah timur laut dari kota Padang dan dapat dicapai melalui jalan
raya Padang - Solok - Sawahlunto (100 km). Dari kota Sawahlunto lokasi tambang
dapat dicapai melalui jalan kota Sawahlunto - Talawi. Lokasi dapat dicapai dengan
perjalanan darat selama 2 s.d 3 jam. Perjalanan dari kampus STTIND padang menuju
CV. Tahiti Coal dapat dilihat pada gambar 3.1 :

42
43

3.2.2. Waktu Penelitian


Waktu dalam penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020
sampai dengan Maret 2020.

Gambar 3.1 Lokasi Kesampaian Daerah

3.3. Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan sebab serta akibat yang terjadi serta melatar
belakangi dilakukannya sebuah penelitian. Pada dasarnya variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
(Sugiyono, 2012).
Pada peneltian ini yang menjadi variabel penelitian ada dua yaitu variabel
independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat) seperti
keterangan berikut ini:
44

1. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi


atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sering terjadi
longsoran kecil disekitar lereng tambang CV. Tahiti Coal dilihat dari beberapa
batuan yang jatuh, sudut kemiringan dari lereng tersebut berkisar antara 70˚ -
90˚, banyaknya terdapat batuan gantung dan rekahan-rekahan disekitar lereng
serta belum diketahui faktor keamanan pada lereng.
2. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis tingkat kestabilan lereng
menggunakan metode slope mass rating, prediksi tipe serta arah umum
kelongsoran menggunakan metode kinematik stereografis dengan batuan
software rocsience dips 6.0. Serta analisis faktor keamanan dengan bantuan
software slide V.6.0.

3.4. Jenis Data dan Sumber Data


3.4.1. Jenis Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu:
1. Data Primer
Jenis data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian melalui pengamatan langsung dilapangan dan data laboratorium. Berikut
beberapa data primer yang digunakan:
a. Pengukuran geometri lereng.
b. Pengukuran bidang diskontinu.
c. Pengambilan sampel batuan.
45

2. Data sekunder
Jenis data ini diperoleh dari studi kepustakaan dan arsip perusahaan. Berikut
beberapa data sekunder yang digunakan:
a. Peta kesampaian daerah
b. Peta geologi regional
c. Peta stratigrafi
d. Peta hidrogeologi regional

3.4.2. Sumber Data


Sumber data yang penulis dapatkan berupa kuantitatif. Data kuantitatif
merupakan data informasi berupa simbol angka atau bilangan. Data ini didapatkan
melalui pengukuran langsung di lapangan dan pengujian laboratorium.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Sifat Fisik Batuan
Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data sifat fisik batuan adalah
sebagai berikut:
a. Berat conto asli (natural) yang belum diberikan perlakuan apapun (Wn ).
b. Berat conto kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
dengan temperatur kurang lebih 90˚ C) (Wo ).
c. Berat conto jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) (Ww).
d. Berat conto jenuh yang tergantung didalam air (Ws ).
2. Sifat Mekanik Batuan
Tahap yang dilakukan untuk memperoleh sifat mekanik batuan adalah sebagai
berikut:
a. Sampel batuan berbentuk irregular yang didapat di lokasi penelitian
dilakukan pemotongan dengan ukuran yang memenuhi syarat dari pengujian
dimana L>0,5D dan D/W=1-1,4.
46

b. Sampel batuan yang memenuhi syarat dilakukan pengujian kuat tekan


menggunakan alat point load index (PLI), dimana pengujian ini memberikan
tekanan pada sampel batuan hingga pecah atau hancur. Selanjutnya dilakukan
perhitungan tekanan pecah yang diterima oleh sampling.
3. Pengukuran Bidang Diskontinu
Pengukuran kondisi lereng disepanjang garis bentangan (scanline) dengan
menghitung banyak kekar, jarak kekar, panjang kekar, kekasaran kekar, bukaan kekar
(aperture), isian kekar dan pelapukan kekar.
4. Pengukuran Geometri Lereng
Pengukuran geometri lereng meliputi tinggi lereng, lebar lereng, kemiringan
lereng, strike lereng dan dip lereng. Pengukuran menggunakan GPS, kompas,
meteran dan penggaris.

3.6. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


3.6.1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan
proses untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang
sudah ditetapkan. Pada pengolahan data ini ada beberapa hal yang akan dilakukan
yaitu:
1. Sifat Fisik Batuan
Perhitungan penentuan sifat fisik batuan:
a. Bobot isi asli (natural density) menggunakan (persamaan 2.2 halaman 18).
b. Bobot isi kering (dry density) menggunakan (persamaan 2.3 halaman 18).
c. Bobot isi jenuh (saturated density) menggunakan persamaan (2.4 halaman
19).
47

2. Analisis Klasifikasi Massa Batuan


Klasifikasi massa batuan digunakan untuk mengetahui bagaimana kualitas dari
massa batuan penyusun lereng. Menentukan klasifikasi massa batuan menggunakan
metode rock mass rating dengan didasarkan pada lima parameter yaitu:

a. Kuat Tekan Batuan


Adapun tahapan pengujian untuk mendapatkan nilai kuat tekan adalah sebagai
berikut:
- Sampel batuan yang akan diuji disiapkan dengan ukuran yang telah
memenuhi persyaratan pengujian.
- Sampel ditempatkan diantara dua konus penekan alat point load index
(gambar 2.8 halaman 27). Kemudian catat jarak antar konus.
- Pemberian tekanan dilakukan secara perlahan hingga sampel batuan
pecah.
- Pembebanan dihentikan setelah sampel pecah dan matikan alat penekan
apabila sampel sudah pecah.
- Baca jarum petunjuk pembebanan maksimal (dial gauge) yang diberikan
sehingga batuan pecah.
- Hasil yang didapatkan dimasukkan kedalam persamaan point load index
(persamaan 2.10 halaman 29).
- Dilanjutkan dengan pengujian kuat tekan batuan dengan menggunakan
(persamaan 2.11 halaman 29).
b. Rock Quality Designation
Pengukuran nilai rock quality designation menggunakan (persamaan 2.12
halaman 31).
c. Jarak Kekar
Pengukuran jarak antar kekar menggunakan (tabel 2.5 halaman 32).
d. Kondisi Kekar
Pengukuran kondisi kekar menggunakan (tabel 2.6 halaman 33).
48

e. Kondisi Air Tanah


Pengukuran kondisi air tanah menggunakan (tabel 2.7 halaman 34).

Setelah lima parameter diatas sudah dilakukan, selanjutnya adalah


pembobotan kelas massa batuan dengan metode rock mass rating yaitu dengan cara
menjumlahkan semua parameter yang sudah diklasifikasikan kemudian menggunakan
(tabel 2.8 halaman 34) untuk mengetahui kelas serta deskripsi dari massa batuan.

3. Analisis Tingkat Kestabilan Lereng.


Tingkat kestabilan lereng digunakan untuk mengetahui kondisi stabil atau
tidaknya suatu lereng. Dalam menganalisis tingkat kestabilan lereng menggunakan
metode slope mass rating. Untuk mencari nilai dari slope mass rating menggunakan
cara sebagai berikut:
a. Pembobotan pengatur untuk kekar dengan mencari nilai F1, F2, F3 dan F4
menggunakan (tabel 2.9 halaman 36).
b. Memasukkan kedalam (persamaan 2.13 halaman 35).
c. Mendeskripsikan tingkat kestabilan lereng dengan menggunakan (tabel 2.10
halaman 37).

4. Analisis Kinematika
Analisis kinematika dilakukan untuk mengetahui arah umum dan tipe longsor
yang berpotensi terjadi pada lereng. Analisis kinematika menggunakan proyeksi
stereografis dibuat dengan bantuan perangkat lunak rockscience dips 6.0. Berikut
adalah langkah-langkah dalam pengoprasian software rockscience dips 6.0:
a. Menyiapkan data strike dan dip dari kekar yang terdapat sepanjang garis
scanline kemudian buka software, pilih icon job control buat nama dari
project yang akan dibuat, pilih data strike dan dip pada bagian global
orientation format.
b. Pilih icon new kemudian isi kolom yang tersedia dengan memasukkan nilai
strike dan dip yang didapatkan dari hasil pengukuran. Lalu plih icon contour
49

plot untuk menentukan arah shear joint kemudian klik icon vector preset
untuk melihat titik strike dan dip nya.
c. Kemudian tentukan joint set satu dengan mengklik icon add user plan
kemudian arahkan kursor ke elevasi tertinggi kemudian beri nama. Lakukan
hal yang sama untuk mencari joint set dua dengan mengklik bagian yang
bukan milik joint set satu. Untuk mengetahui letak dari lereng klik kembali
add user plan kemudian arahkan kursor ke titik perpotongan joint set satu dan
joint set dua kemudian beri nama.
d. Setelah tampian streonet selesai amatilah bentuk dari streonet disesuaikan
dengan gambar tipe longsoran kemudian amati kemana arah longsoran yang
kemungkinan akan terjadi dengan cara melihat titik perpotongan joint set satu
dan joint set dua.

5. Analisis Nilai Faktor Keamanan


Nilai faktor keamanan dapat mengetahui lereng dalam kondisi stabil atau tidak.
Analisis faktor keamanan didapatkan dengan menggunakan software slide V.6.0
dengan mengimputkan data geometri lereng, litologi batuan, kohesi, sudut geser
dalam dan bobot isi batuan. Berikut adalah langkah-langkah penggunakan software
slide V.6.0:
a. Buka software slide V.6.0 kemudian klik menu file dan new untuk
penginputan project baru. Setelah itu lakukan penginputan data geometri
lereng kemudian klik menu analysis lalu project settings.
b. Setelah itu masukkan data properties material yang didapat dari hasil uji lab
yaitu berupa kohesi, nilai sudut geser dalam dan nilai bobot isi. Untuk
memasukkan data tersebut yaitu dengan cara klik menu properties kemudian
define material.
c. Memberikan nilai grid yang sesuai dengan kondisi lereng yang di analisis
dengan cara klik menu surfaces kemudian auto grid atau add grid dan
tentukan nilai grid spacing.
50

d. Setelah semua proses selesai selanjutnya melihat hasil faktor kestabilan dari
desain. Klik menu analysis kemudian compute atau dengan klik icon
computedan untuk melihat hasil analisis (nilai faktor kestabilan) klik menu
analysis kemudian interpret atau dengan klik icon interpret.
e. Maka hasil dari analisis kestabilan lereng denga menggunakan software slide
V.6.0 berupa nilai faktor keamanan yang ditunjukan dengan nilai angka..

3.6.2. Analisa Data


Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisa data dari pengolahan yang didapat. Tujuan dari analisa data yaitu:
1. Menganalisa nilai tingkat kestabilan lereng menggunakan metode slope mass
rating.
2. Menganalisa tipe serta arah umum kelongsoran menggunakan metode
kinematik stereografis dengan batuan software rocsience dips 6.0.
3. Menganalisa nilai faktor keamanan lereng dengan bantuan software slide V.6.0.
51

3.7. Kerangka Metodologi


Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan penulis dapat dilihat pada
kerangka metodologi berikut ini:

STUDI LITERATUR
Buku : Geoteknik Tambang dan Mekanika Batuan.
Jurnal : Beberapa jurnal terkait mengenai analisis kestabilan lereng menggunakan metode
slope mass rating dan metode kinematik stereografis.

ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE


MASS RATING DAN METODE KINEMATIK STEREOGRAFIS
PADA CV. TAHITI COAL SAWAHLUNTO

Identifikasi Masalah
1. Pernah terjadi kecelakaan pada Desember 2019 akibat batuan gantung yang jatuh dan
mengenai kepala pekerja dan merusak kaca dari excavator.
2. Sering terjadi longsoran kecil disekitar lereng.
3. Sudut kemiringan lereng tambang berkisar antara 70˚ - 90˚.
4. Banyaknya terdapat batuan gantung pada lereng tambang.
5. Terdapat rekahan-rekahan disekitar lereng tambang.
6. Belum diketahui faktor keamanan pada lereng tambang.

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai tingkat kestabilan lereng penambangan.
2. Mengetahui prediksi arah umum longsor dan kemungkinan jenis longsor yang akan terjadi pada
lereng penambangan.
3. Mengetahui nilai faktor keamanan dari lereng penambangan.

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Pengukuran geometri 1. Peta kesampaian daerah.
lereng. 2. Peta geologi regional.
2. Pengukuran bidang 3. Peta stratigrafi
Diskontinu. 4. Peta hidrogeologi regional
3. Pengambilan sampel.

A
52

Pengolahan Data
1. Menghitung nilai tingkat kestabilan lereng menggunakan metode slope mass rating.
2. Menginterpretasikan tipe serta arah umum kelongsoran menggunakan metode
kinematik stereografis dengan bantuan software rocsience dips 6.0.
3. Menghitung nilai faktor keamanan menggunakan software slide V.6.0.

Analisis Data
1. Menganalisis nilai tingkat kestabilan lereng menggunakan metode slope
mass rating.
2. Menganalisis tipe serta arah umum kelongsoran menggunakan metode
kinematik stereografis dengan bantuan software rocsience dips.
3. Menganalisis nilai faktor keamanan menggunakan software slide V.6.0.

Kriteria`

Jika FK>1,25 Tidak

Ya

Hasil
Mengetahui kestabilan dari lereng
penambangan CV. Tahiti Coal Sawahlunto

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


53

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian analisis
kestabilan lereng menggunakan metode slope mass rating dan metode kinematik
stereografis pada area central timur CV. Tahiti Coal di Desa Sikalang Kecamatan
Talawi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat. Kemudian dilanjutkan dengan
pengolahan data.

4.1. Pengumpulan Data


Sebelum melakukan analisa terhadap kestabilan lereng, terlebih dahulu
dilakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekuder yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan dan arsip
perusahaan, adapun data-data tersebut berupa:

4.1.1. Data Primer


Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di lapangan
berupa pengukuran geometri lereng, pengukuran kekar dan pengambilan sampel yang
akan dilakukan pengujian di laboratorium STTIND padang.
1. Data Lapangan.
Data yang didapatkan di lapangan berupa pengukuran geometri lereng,
pengukuran kekar dan pengambilan sampel dengan keterangan sebagai berikut:
a. Data geometri lereng didapat dengan melakukan pengukuran menggunakan
kompas geologi dan meteran. Kondisi lereng aktual serta bidang-bidang
dikontinu yang diberi tanda dengan garis warna merah dapat dilihat pada
gambar 4.1 dan hasil pengukuran geometri lereng dapat dilihat pada tabel 4.1
sebagai berikut:

53
54

Gambar 4.1 Kondisi Lereng Aktual

Berikut adalah data geometri lereng yang didapatkan dari hasil pengukuran
dilapangan:
Tabel 4.1 Geometri Lereng
Keterangan Nilai
Tinggi Lereng 27 meter
Lebar Lereng 15 meter
Strike Lereng N 285˚ E
Dip Lereng 80˚

b. Data rock quality designation didapatkan dari pengamatan jumlah kekar yang
terdapat pada bentangan scanline sepanjang 15 meter seperti yang terlihat
pada gambar 4.2 dibawah ini:
55

Gambar 4.2 Pengamatan kekar

Data hasil pengukuran kekar yang didapat dari pengamatan dilapangan dapat
dilihat pada tabel 4.2:

Tabel 4.2 Data Pengukuran Kekar


Pengukuran Kekar Jumlah Kekar
0 - 1 meter 1
1 - 2 meter 1
2 - 3 meter 0
3 - 4 meter 1
4 - 5 meter 0
5 - 6 meter 0
6 - 7 meter 1
7 - 8 meter 1
8 - 9 meter 1
9 - 10 meter 0
10 - 11 meter 0
11 - 12 meter 1
12 - 13 meter 1
13 - 14 meter 1
14 - 15 meter 1
Total 10
56

c. Data jarak antar kekar didapatkan dengan melakukan pengukuran langsung


antara kekar yang terdapat di sepanjang bentangan scanline dengan
menggunakan meteran seperti yang terlihat pada gambar 4.3:

Gambar 4.3 Pengukuran Jarak Kekar

Data jarak antar kekar yang didapat dari pengukuran dilapangan dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Jarak Kekar
Kekar Jarak
1 ke 2 1.10 meter
2 ke 3 3 meter
3 ke 4 2.50 meter
4 ke 5 0.50 meter
5 ke 6 1.50 meter
6 ke 7 0.80 meter
7 ke 8 0.50 meter
8 ke 9 1.14 meter
9 ke 10 2.03 meter
57

d. Data kondisi kekar (condition of discontinuity) didapatkan dengan melakukan


pengamatan dan pengukuran pada kekar seperti yang terlihat pada gambar 4.4:

Gambar 4.4 Pengukuran Bukaan Pada Kekar

Data kondisi kekar dari hasil pengamatan dan pengukuran kekar dilapangan
dapat dilihat pada tabel 4.4:
Tabel 4.4 Kondisi Kekar
No Kondisi Kekar
Kekar Panjang Kekar Bukaan Kekasaran Isian Pelapukan
Kekar Kekar Kekar Kekar
1 0.70 m 3 mm Slightly rough None Slightly rough
2 1.14 m 1 mm Slightly rough None Slightly rough
3 2.60 m 50 mm Slightly rough None Slightly rough
4 0.96 m 1 mm Slightly rough None Slightly rough
5 1.50 m 5 mm Slightly rough None Slightly rough
6 3m 2 mm Slightly rough None Slightly rough
7 1.20 m 10 mm Slightly rough None Slightly rough
8 0.30 m 2 mm Slightly rough None Slightly rough
9 4.2 m 3 mm Slightly rough None Slightly rough
10 2.40 m 12 mm Slightly rough None Slightly rough
58

e. Data orientasi kekar (orientation of discontinuitas) didapatkan dengan


melakukan pengukuran strike dan dip kekar seperti yang terlihat pada gambar
4.5:

A B

Gambar 4.5 Pengukuran Pada Kekar, (a) Strike Kekar, (b) Dip Kekar

Data orientasi kekar yang didapatkan dari pengukuran dilapangan dapat


dilihat pada tabel 4.5 :

Tabel 4.5 Data Orientasi Kekar


Strike Dip
Kekar Kekar
115˚ 72˚
128˚ 80˚
139˚ 52˚
136˚ 50˚
140˚ 81˚
136˚ 77˚
236˚ 73˚
135˚ 80˚
137˚ 41˚
140˚ 26˚
59

f. Data kondisi air tanah (groundwater conditions) didapatkan melalui


pengamatan di sekitar lereng dan didukung dengan peta hidrogeologi regional
dari arsip perusahaan seperti yang dapat dilihat pada (Lampiran 4). Dan dari
hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kondisi air tanah kering karena
daerah penelitian masuk kedalam zona daerah air tanah langka.
g. Pengambilan sampel batuan didapatkan langsung dari tempat penelitian dan
sampel diambil perlitologi. Adapun sampel batuan yang diambil terdiri dari
batu pasir, batu serpih napalan, dan batu breksi andesit.

2. Data Laboratorium.
Data yang didapatkan pada pengujian laboratorium adalah data uji sifat fisik
batuan dan data uji sifat mekanik batuan. Sampel batuan yang digunakan terdiri dari
batu pasir, batu serpih napalan, dan batu breksi andesit dengan keterangan sebagai
berikut:
a. Data uji sifat fisik batuan terdiri dari pengujian berat natural, berat kering,
berat jenuh dan berat melayang dari setiap sampel batuan seperti yang dapat
dilihat pada gambar 4.6:

Gambar 4.6 Pengujian Berat Sampel Batuan


60

Hasil yang didapatkan dari hasil pengujian sifat fisik batuan ini dapat dilihat
pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6 Berat Sampel Batuan


Sampel
Keterangan
1 2 3
Berat Natural (Wn ) 90.5 gr 77.4 gr 167.8 gr
Berat Kering (Wo ) 89.5 gr 76.9 gr 167.6 gr
Berat Jenuh (Ww ) 94.0 gr 79.9 gr 168.2 gr
Berat Melayang (Ws ) 28.7 gr 23.2 gr 118.3 gr

Keterangan:
Sampel 1 : Batu pasir
Sampel 2 : Batu serpih napalan
Sampel 3 : Batu breksi andesit

b. Data uji sifat mekanik batuan didapatkan dari hasil pengujian Unconfined
Compressive Strength (UCS) menggunakan alat Point Load Index (PLI)
dengan ketentuan pemotongan sampel batuan harus memenuhi syarat ukuran
D/W=1-1,4 dan L=0,5D seperti yang terlihat pada tabel 4.7. Gambar
pengukuran sampel batuan dapat dilihat pada gambar 4.7:

Tabel 4.7 Ukuran Sampel Batuan


Sampel D d W1 W2 W D/W
Batuan (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 1.920 1.785 1.850 1.765 1.807 1.062
2 1.940 1.890 1.710 1.773 1.741 1.114
3 3.560 3.350 2.830 2.822 2.826 1.259

Keterangan:
D = Jarak antar konus penekan (cm)
d = Diameter sampel (cm)
W1 = Lebar sampel bagian bawah (cm)
W2 = Lebar sampel bagian atas (cm)
W = Rata-rata lebar sampel (cm)
D/W = Luas sampel (cm)
61

A B

Gambar 4.7 Pengukuran Sampel Batuan, (a) Diameter Batuan, (b) Kuat Tekan

Kemudian hasil yang didapatkan dari pengujian sifat mekanik batuan


menggunakan alat Point Load Index (PLI) dapat dilihat pada tabel 4.8 :

Tabel 4.8 Uji Kuat Tekan Batuan


Sampel Batuan P (kg/cm2)
1 25
2 31
3 115

4.1.2. Data Sekunder


Data sekunder merupakan data yang bersumber dari arsip dan literatur
perusahaan yang menyangkut kajian penelitian berupa :
1. Peta Kesampaian Daerah (Lampiran 1)
2. Peta Geologi Regional (Lampiran 2)
3. Peta Stratigrafi (Lampiran 3)
4. Peta Hidrogeologi (Lampiran 4)
62

4.2. Pengolahan Data


Setelah melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka
selanjutnya adalah pengolahan data. Tujuan dari pengolahan data ini yaitu untuk
mengetahui nilai tingkat kestabilan lereng penambangan, mengetahui prediksi arah
umum kelongsoran dan kemungkinan jenis longsor yang terjadi pada lereng serta
mengetahui nilai faktor keamanan dari lereng penambangan.

4.2.1. Rock Mass Rating (RMR)


Klasifikasi rock mass rating yang diusulkan oleh Bieniawski (1989) digunakan
untuk menentukan kualitas massa batuan berdasarkan lima parameter utama, cara
mendapatkan nilai rock mass rating yaitu dengan menjumlahkan kelima parameter
utama. Berikut adalah penjelasan mengenai lima parameter utama yang digunakan:

4.2.1.1. Kuat Tekan Batuan


Uji kuat tekan batuan dilakukan dengan menggunakan alat point load index.
Tujuan dari uji kuat tekan ini yaitu untuk mengetahui kualitas dari massa batuan.
Dalam pengujian ini sampel yang digunakan berjumlah 3 buah sampel batuan yang
terdiri dari batu pasir, batu serpih napalan, dan batu breksi andesit. Sampel batuan
berbentuk irreguler dan masing-masing sampel dipotong kemudian dirapikan
menggunakan grinda listrik dengan ketentuan pemotongan sampel batuan harus
memenuhi syarat ukuran D/W=1-1,4 dan L=0,5D.
Untuk mencari nilai kuat tekan batuan dibutuhkan nilai faktor koreksi (F).
Nilai ini didapatkan dari persamaan Greminger (1982) seperti yang dijelaskan pada
(persamaan 2.9 halaman 28). Setelah faktor koreksi didapatkan kemudian masukkan
nilai faktor koreksi ke persamaan point load index menggunakan (persamaan 2.10
halaman 29). Lalu setelah nilai point load index didapatkan, selanjutnya dapat dicari
nilai kuat tekan batuan berdasarkan nilai Unconfined Compressive Strength (UCS)
dengan menggunakan (persamaan 2.11 halaman 29).
63

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan (Lampiran 5), maka bobot
nilai UCS rata-rata dari 3 sampel batuan dapat dilihat pada tabel 4.9:

Tabel 4.9 Hasil Uji Kuat Tekan Batuan


Rata-
Faktor
Sampel P PLI UCS UCS rata
Koreksi Bobot
Batuan (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (Mpa) UCS
(F)
(Mpa)
1 25 0.223 1.512 34.776 3.411
2 31 0.229 1.886 43.378 4.255 4.574 2
3 115 0.296 2.685 61.755 6.058

4.2.1.2. Rock Quality Designation (RQD)


Berdasarkan data kekar dengan garis scanline sepanjang 15 meter maka
dilakukan perhitungan nilai rock quality designation dapat dilihat pada (Lampiran 6).
Dengan hasil pembobotan seperti yang terlihat pada tabel 4.10:

Tabel 4.10 Kualitas dan Bobot Batuan Berdasarkan Nilai RQD


Pengukuran Kekar Jumlah Kekar RQD (%) Rata-rata RQD Bobot
0 - 1 meter 1 99.582
1 - 2 meter 1 99.582
2 - 3 meter 0 100
3 - 4 meter 1 99.582
4 - 5 meter 0 100
5 - 6 meter 0 100
6 - 7 meter 1 99.582
7 - 8 meter 1 99.582 99.721 20
8 - 9 meter 1 99.582
9 - 10 meter 0 100
10 - 11 meter 0 100
11 - 12 meter 1 99.582
12 - 13 meter 1 99.582
13 - 14 meter 1 99.582
14 - 15 meter 1 99.582
64

4.2.1.3. Jarak Kekar


Jarak bidang discontinue adalah jarak tegak lurus antar kekar. Untuk mencari
jarak antar kekar dapat dihitung secara langsung di lapangan. Berdasarkan
pengukuran di lapangan menggunakan alat ukur berupa meteran. Bobot jarak kekar
dapat dilihat pada tabel 4.11:
Tabel 4.11 Jarak Kekar
Jarak Rata-rata
Kekar Bobot
(meter) (meter)
1 ke 2 1.10
2 ke 3 3
3 ke 4 2.50
4 ke 5 0.50
5 ke 6 1.50 1.307 15
6 ke 7 0.80
7 ke 8 0.50
8 ke 9 1.14
9 ke 10 2.03

4.2.1.4. Kondisi Kekar


Kondisi kekar memiliki lima karakteristik. Lima karakteristik ini meliputi
panjang kekar, bukaan kekar, kekasaran kekar, isian kekar, pelapukan kekar.
Berdasarkan pengukuran di lapangan dengan menggunakan lat berupa meteran maka
didapatkan bobot hasil kondisi kekar seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.12:
65

Tabel 4.12 Kodisi Kekar


Kondisi Kekar
No
Panjang Bukaan Kekasaran Isian Pelapukan
Kekar
Kekar Kekar Kekar Kekar Kekar
1 0.70 m 3 mm Slightly rough None Slightly rough
2 1.14 m 1 mm Slightly rough None Slightly rough
3 2.60 m 50 mm Slightly rough None Slightly rough
4 0.96 m 1 mm Slightly rough None Slightly rough
5 1.50 m 5 mm Slightly rough None Slightly rough
6 3m 2 mm Slightly rough None Slightly rough
7 1.20 m 10 mm Slightly rough None Slightly rough
8 0.30 m 2 mm Slightly rough None Slightly rough
9 4.2 m 3 mm Slightly rough None Slightly rough
10 2.40 m 12 mm Slightly rough None Slightly rough
Rata-
1.8 m 8.9 mm Slightly rough None Slightly rough
rata
Bobot 4 0 3 6 3

4.2.1.5. Kondisi Air Tanah


Kondisi air tanah (groundwater conditions) didapatkan melalui pengamatan
di sekitar lereng dan didukung dengan peta hidrogeologi regional (Lampiran 4) dari
arsip perusahaan. Dan dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kondisi air
tanah kering karena daerah penelitian masuk kedalam zona daerah air tanah langka.
Bobot kondisi air tanah dapat dilihat pada tabel 4.13:

Tabel 4.13 Kondisi Air Tanah


Kondisi Umum Kering (complete dry)
Bobot 15

Setelah bobot kelima parameter rock mass rating didapatkan, selanjutnya


dilakukan pembobotan total dari seluruh parameter. Hasil pembobotan total
parameter rock mass rating dapat dilihat pada tabel 4.14 dan deskripsi massa batuan
menurut pembobotan total rock mass rating dapat dilihat pada tabel 4.15:
66

Tabel 4.14 Pembobotan Total


No Parameter Bobot
1 Unconfined Compressive Strength (UCS) 2
2 Rock Quality Designation (RQD) 20
3 Jarak Kekar 15
4 Kondisi Kekar
Panjang Kekar 4
Bukaan Kekar 0
Kekasaran Kekar 3
Isian Kekar 6
Pelapukan Kekar 3
5 Kondisi Air Tanah 15
Bobot Total 68

Tabel 4.15 Deskripsi Massa Batuan Berdasarkan Bobot Total Rock Mass Rating
No Keterangan Deskripsi
1 Bobot Total 68
2 Kelas II
3 Deskripsi Batuan Baik
4 Kohesi 350 kN/m2
5 Sudut Geser Dalam 40˚

Seperti yang terlihat pada tabel 4.15, maka pembobotan total kelas massa
batuan dengan metode Rock Mass Rating (RMR) adalah 68. Kelas massa batuan
dengan bobot 68 termasuk kedalam batuan kelas II dengan deskripsi batuan baik
dimana deskripsi massa batuan ini memiliki nilai kohesi 350 kN/m2 dan sudut geser
dalam 40˚.

4.2.2. Slope Mass Rating (SMR)


Klasifikasi slope mass rating diusulkan oleh (Romana, 1985) klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan tingkat kestabilan dari lereng. Untuk mengetahui nilai
tingkat kestabilan lereng dengan menggunakan metode ini perlu diketahui terlebih
dahulu bobot pengatur kekar. Bobot pengatur kekar dapat dilihat pada tabel 4.16:
67

Tabel 4.16 Bobot Pengatur Kekar


Sangat
Sangat Tak
Kriteria faktor Menguntu tak
Kasus menguntu Sedang menguntu
koreksi ngkan mengunt
ngkan ngkan
ungkan
P |𝛼𝑗 − 𝛼𝑠| >30˚
30˚-20˚ 20˚-10˚ 10˚-5˚ <5˚
T |𝛼𝑗 − 𝛼𝑠 − 180|
P/T F1=[𝟏 − 𝐬𝐢𝐧 𝑨]2 0,15 0,4 0,7 0,85 1
P |𝛽𝑗| <20˚ 20˚-30˚ 30˚-35˚ 35˚-45˚ >45˚
P 𝐅𝟐 = 𝐭𝐚𝐧2𝜷𝒋 0,15 0,4 0,7 0,85 1
Kuat tak Lemah
mudah mudah
longsor longsor
P 𝛽𝑗 − 𝛽𝑠 >10˚ 10˚-0˚ 0˚ 0˚-(-10˚) <(-10˚)
T 𝛽𝑗 + 𝛽𝑠 <110˚ 110˚-120˚ >120˚ - -
P/T 𝐅𝟑 = 𝜷𝒋 − 𝜷𝒔 0 -6 -25 -50 -60
Presplittin Penggalia
Method of excavation Alamiah Smooth Buruk
g n mekanis
F4 15 10 8 0 -8

Diketahui:
αj (strike discontinuity) = 215˚
αs (strike lereng) = 285˚
βj (dip discontinuity) = 72˚
βs (dip lereng) = 80˚

Maka nilai untuk F1, F2, F3 dan F4 adalah:


1. Nilai F1 menggambarkan keparalelan antara strike discontinuity dan strike lereng.
Dalam menghitung nilai F1 dapat menggunakan persamaan pada (tabel 4.16
halaman 66) yang dikembangkan oleh (Romana, 1985):
F1 = [𝟏 − 𝐬𝐢𝐧 𝑨]2
Dimana:
A = Menandakan selisih antara strike discontinuity dan strike lereng (αj-αs),
dengan menggunakan persamaan pada (tabel 4.16 halaman 66) maka nilai
F1 adalah:
68

F1 = [1 − sin (αj − αs)]2


F1 = [1 − sin (215 − 285)]2
F1 = [1 − sin (−70)]2
F1 = 3.762˚
Selanjutnya dengan menggunakan nilai diatas dilakukan pembobotan F1
berdasarkan (tabel 4.16 halaman 66). Dari tabel diketahui jika nilai F1 = 3.762˚
berarti masuk kedalam kriteria <5˚ maka pembobotan F1 yang didapatkan adalah
1.
2. Nilai F2 menggambarkan hubungan sudut dip kekar sesuai dengan model
longsoran. Dalam menghitung nilai F2 dapat menggunakan persamaan pada (tabel
4.16 halaman 66) yang dikembangkan oleh (Romana, 1985):
F2 = 𝐭𝐚𝐧2 𝜷𝒋
Dimana:
βj = Kemiringan kekar. Dengan menggunakan persamaan pada (tabel 4.16
halaman 66) maka nilai F2 adalah:
F2 = tan2 𝛽𝑗
F2 = tan2 (72)
F2 = 9.472˚
Selanjutnya dengan menggunakan nilai diatas dilakukan pembobotan F2
berdasarkan (tabel 4.16 halaman 66). Dari tabel diketahui jika nilai F2 = 9.472˚
berarti masuk kedalam kriteria <20˚ maka pembobotan F2 yang didapatkan adalah
0.15.
3. Nilai F3 menggambarkan hubungan sudut dip kekar dengan sudut dip lereng.
Dalam menghitung nilai F3 dapat menggunakan persamaan pada (tabel 4.16
halaman 66) yang dikembangkan oleh (Romana, 1985):
F3 = 𝜷𝒋 − 𝜷𝒔
Dimana:
69

βj = Kemiringan kekar
βs = Kemiringan lereng
Dengan menggunakan persamaan pada (tabel 4.16 halaman 66) maka nilai F3
adalah:
F3 = 𝛽𝑗 − 𝛽𝑠
F3 = 72˚− 80˚
F3 = −6˚
Selanjutnya dengan menggunakan nilai diatas dilakukan pembobotan F3
berdasarkan (tabel 4.16 halaman 66). Dari tabel diketahui jika nilai F3 = −6˚
berarti masuk kedalam kriteria 0˚-(-10˚) maka pembobotan F3 yang didapatkan
adalah −50.
4. Lereng pada daerah penelitian merupakan lereng alamiah karena dalam kegiatan
penambangan tidak melakukan kegiatan peledakan untuk membongkar material.
Sehingga dalam mengkatagorikan nilai F4 dapat menggunakan persamaan pada
(tabel 4.16 halaman 66) yang dikembangkan oleh (Romana, 1985):
Berdasarkan kondisi lereng daerah penelitian dan disesuaikan dengan (tabel 4.16
halaman 66) maka bobot F4 adalah 15.

Setelah nilai F1, F2, F3 dan F4 didapatkan selanjutnya untuk mencari nilai slope
mass rating menggunakan (persamaan 2.13 halaman 35). Maka nilai slope mass
rating yang didapatkan adalah:
SMR = RMR + ( F1 × F2 × F3 ) + F4
= 68 + (1 × 0.15 × (-50)) + 15
= 68 + (-7.5) +15
= 75.5

Tabel 4.17 Deskripsi Lereng Menurut Bobot Total Slope Mass Rating
Kelas SMR Massa Kestabilan Jenis
Batuan Rating Batuan Lereng Longsoran
II 75.5 Baik Stabil Berupa Blok
70

Seperti yang terlihat pada tabel 4.17, maka perhitungan kelas massa lereng batuan
dengan meggunakan metode slope mass rating adalah 75.5, masuk kedalam batuan
kelas II dimana deskripsi massa batuan dikatakan baik dengan kondisi lereng stabil
dan diprediksi dengan longsoran berupa blok.

4.2.3. Menginterpretasikan tipe serta arah umum kelongsoran


Dalam menginterpretasikan tipe serta arah umum kelongsoran penulis
menggunakan metode kinematik stereografis dengan batuan software rocsience dips
6.0. Pada perangkat lunak rocsience dips 6.0 dibutuhkan parameter-parameter
pendukung yang akan diinputkan kedalam pengolahan data yaitu data orientasi kekar
berupa strike dan dip dari kekar. Data orientasi kekar dapat dilihat pada (tabel 4.5
halaman 57).
Langkah-langkah pengolahan data menggunakan software rocsience dips 6.0
dapat dilihat pada (Lampiran 7). Dan hasil output dari pengolahan data yang sudah
dilakukan dapat dilihat gambar 4.8 dibawah ini:

Gambar 4.8 Hasil Interpretasi Arah Umum Kelongsoran


71

Gambar 4.8 merupakan hasil interpretasi arah umum kelongsoran dari


proyeksi stereografis di daerah penelitian. Setelah dilakukan analisis kinematik
dengan bantuan software rockscience dips 6.0 terlihat adanya perpotongan antara
bidang lemah joint set 1 dengan joint set 2 dan perpotongan antara bidang lemah
tersebut menghadap ke arah lereng. Maka kemungkinan jenis longsoran yang akan
terjadi dilokasi penelitian adalah longsoran baji dengan prediksi arah umum
longsoran N 144˚ E.

4.2.4. Analisis Nilai Faktor Keamanan Pada Lereng


Dalam menganalisa faktor keamanan pada lereng penulis menggunakan metode
bishop pada perangkat lunak slide V.6.0. Pada perangkat lunak ini dibutuhkan
parameter-parameter pendukung yang akan dimasukkan sebagai pengolahan data.
Parameter-parameter pendukung ini antara lain yaitu, geometri lereng (tabel 4.1
halaman 53), nilai kohesi (tabel 4.15 halaman 65), sudut geser dalam (tabel 4.15
halaman 65) dan bobot isi batuan seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.18 dibawah
ini:
Tabel 4.18 Bobot Isi Batuan
Sampel
Keterangan
1 2 3
Berat Natural (Wn ) 90.5 gr 77.4 gr 167.8 gr
Berat Kering (Wo ) 89.5 gr 76.9 gr 167.6 gr
Berat Jenuh (Ww ) 94.0 gr 79.9 gr 168.2 gr
Berat Melayang (Ws ) 28.7 gr 23.2 gr 118.3 gr
Bobot Isi Asli 1.385 gr/cm3 1.365 gr/cm3 3.362 gr/cm3
Rata-Rata 2.037 gr/cm3

1 gr/cm3 = 9.8066358553 19.979 kn/m3


72

Setelah semua parameter pendukung telah didapatkan selanjutnya adalah


memasukkan semua parameter tersebut ke dalam software slide V.6.0 untuk dapat
dilakukan pengolahan data. Langkah-langkah pengolahan data untuk mendapatkan
nilai faktor keamanan pada lereng dapat dilihat pada (Lampiran 8).
Dan hasil output dari pengolahan data yang sudah dilakukan dapat dilihat gambar
4.9 dibawah ini:

Gambar 4.9 Faktor Keamanan Lereng


73

BAB V
ANALISIS DATA

Kegiatan penambangan sangat erat hubungannya dengan proses penggalian,


pengangkutan dan ekstraksi bahan galian. Dari kegiatan penambangan tersebut
menghasilkan suatu permukaan dengan beda tinggi yang disebut dengan lereng.
Untuk menghitung faktor keamanan dari lereng dibutuhkan suatu kajian analisis
kestabilan lereng dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu dengan
pengklasifikasian kelas massa batuan, menghitung nilai kestabilan lereng dan faktor
keamanan dari lereng serta memprediksi arah umum dan tipe longsoran yang akan
terjadi. Dari pengumpulan dan pengolahan data yang sudah dilakukan, maka
didapatkan hasil yang dapat digunakan dalam menganalisa kestabilan lereng pada
CV. Tahiti Coal Sawahlunto.

5.1. Rock Mass Rating (RMR)


Klasifikasi rock mass rating yang diusulkan oleh (Bieniawski, 1989) digunakan
untuk menentukan kualitas massa batuan berdasarkan lima parameter utama. Berikut
adalah analisis data dengan menggunakan metode rock mass rating:

5.1.1. Kuat Tekan Batuan


Uji kuat tekan batuan dilakukan dengan menggunakan alat point load index.
Tujuan dari uji kuat tekan ini yaitu untuk mengetahui kualitas dari massa batuan.
Dalam pengujian ini sampel yang digunakan berjumlah 3 buah sampel batuan yang
terdiri dari batu pasir, batu serpih napalan, dan batu breksi andesit. Sampel batuan
berbentuk irregular dan masing-masing sampel dipotong kemudian dirapikan
menggunakan grinda listrik dengan ketentuan pemotongan sampel batuan harus
memenuhi syarat ukuran D/W=1-1,4 dan L=0,5D.
Nilai uniaxial compressive strength dari setiap sampel batuan dapat dilihat
pada (tabel 4.9 halaman 62). Dari pengolahan data yang sudah dilakukan maka nilai
uniaxial compressive strength rata-rata sampel batuan adalah 12.125 Mpa.

73
74

Berdasarkan (tabel 2.3 halaman 29) pembobotan RMR dengan nilai UCS 12.125 Mpa
mempunyai bobot 2 dengan deskripsi batuan lemah (weak). Dari pembobotan yang
dilakukan dapat dianalisa bahwa kekuatan suatu batuan untuk bertahan menerima
suatu gaya yang diberikan lemah (weak) hal ini mengakibatkan batuan mudah
mengalami keretakan sehingga batuan penyusun lerengnya menjadi tidak stabil.

5.1.2. Rock Quality Designation (RQD)


Rock Quality Designation (RQD) merupakan parameter yang dapat
menunjukkan kualitas massa batuan. Data rock quality designation didapatkan secara
tidak langsung dengan melakukan pengamatan jumlah kekar yang terdapat pada
bentangan scanline sepanjang 15 meter kemudian dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan (persamaan 2.12 halaman 31) dan mendapatkan hasil rata-rata nilai
RQD sebesar 99.721%. Berdasarkan (tabel 2.4 halaman 31) pembobotan RMR
dengan nilai RQD 99.721% mempunyai bobot 20 dengan deskripsi kualitas batuan
sangat baik (excellent). Dari pembobotan yang dilakukan dapat dianalisa bahwa
semakin tinggi nilai RQD suatu batuan maka kualitas dari massa batuan akan
semakin baik hal ini dikarenakan jika nilai RQD tinggi menandakan didalam jarak 1
meter garis pengukuran tidak terdapat adanya kekar dan jika didalam suatu batuan
tidak terdapat kekar maka batuan tersebut berkualitas baik. Begitu juga sebaliknya
jika nilai RQD rendah maka kualitas dari massa batuan akan semakin buruk
dikarenakan banyak terdapat kekar didalam 1 meter garis pengukuran dan jika
didalam suatu batuan terdapat banyak kekar maka batuan tersebut berkualitas tidak
baik.

5.1.3. Jarak Kekar


Jarak antar kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar
berurutan sepanjang garis pengukuran. Pada perhitungan nilai rock mass rating,
parameter jarak antar kekar diberi bobot berdasarkan nilai spasi kekarnya.
Pengolahan data jarak kekar dapat dilihat pada (tabel 4.11 halaman 63) sehingga
75

didapatkan nilai rata-rata jarak kekar sebesar 1.307 meter. Berdasarkan (tabel 2.5
halaman 32) pembobotan RMR dengan nilai jarak kekar 1.307 meter mempunyai
bobot 15 dengan deskripsi jarak kekar batuan lebar (wide). Dari pembobotan yang
dilakukan dapat dianalisa bahwa jika suatu lereng tersusun dari batuan yang memiliki
kekar dengan jarak yang lebar (wide) maka kekuatan dari batuan penyusun lereng
tersebut akan semakin baik hal ini dikarenakan bidang-bidang lemah dari batuan tidak
berdekatan sehingga meminimalisir terjadi longsoran. Namun jika suatu lereng
tersusun dari batuan yang memiliki kekar dengan jarak yang rapat maka akan
memperburuk kekuatan dari batuan penyusun lereng tersebut.

5.1.4. Kondisi Kekar


Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar, yaitu
kemenerusan (persistence), jarak antar permukaan kekar atau celah
(separation/aperture), kekasaran kekar (roughness), material pengisi
(infilling/gouge), dan tingkat kelapukan (weathering). Kondisi kekar di lapangan
ditentukan dengan mengunakan alat pengukur berupa meteran untuk mengukur
panjang dan jarak antar permukaan kekar. Sedangkan untuk kekasaran, material
pengisi dan tingkat kelapukan menggunakan indra penglihatan (mata) dan indra
perasa (kulit). Berikut adalah analisa dari lima karakteristik kekar:
a. Kemenerusan (persistence) merupakan panjang dari kekar yang diukur. Dari
pengolahan data yang dilakukan pada (tabel 4.12 halaman 64) rata-rata
panjang kekar adalah 1.8 meter. Dan berdasarkan (tabel 2.6 halaman 33)
pembobotan RMR dengan nilai kemenerusan 1.8 meter mempunyai bobot 4
karena masuk kedalam range kemenerusan 1 - 3 meter. Dari pembobotan
yang dilakukan dapat dianalisa bahwa semakin pendek kemenerusan dari
suatu kekar maka semakin baik kualitas dari massa batuan yang diukur hal ini
dikarenakan kekar dengan kemenerusan yang pendek tidak terlalu
mempengaruhi kualitas batuan penyusun lereng. Begitu juga sebaliknya jika
semakin panjang kemenerusan dari suatu kekar maka semakin buruk kualitas
76

dari massa batuan yang diukur karena kekar dengan kemenerusan yang
panjang akan membuat bidang lemahnya semakin banyak dan menyebabkan
kualitas batuan penyusun lerengnya akan buruk.
b. Jarak antar permukaan kekar atau celah (separation/aperture) merupakan
lebar bukaan permukaan kekar. Dari pengolahan data yang dilakukan pada
(tabel 4.12 halaman 64) rata-rata bukaan kekar adalah 8.9 mm. Dan
berdasarkan (tabel 2.6 halaman 33) pembobotan RMR dengan nilai bukaan
kekar 8.9 mm mempunyai bobot 0 karena masuk kedalam range bukaan kekar
>5 mm. Dari pembobotan yang dilakukan dapat dianalisa bahwa semakin
besar bukaan kekar maka semakin buruk kualitas dari massa batuan. Begitu
juga sebaliknya jika semakin kecil bukaan kekar maka akan semakin baik
kualitas dari massa batuan tersebut. Bukaan >5 mm termasuk besar dan ini
menandakan kualitas dari massa batuannya buruk.
c. Kekasaran kekar (roughness) dapat diartikan bahwa semakin kasar bidang
batuan maka semakin kecil kekuatan geser bidang pada massa batuan,
sehingga pergerakan bidang batuan akan berkurang. Dari pengolahan data
yang dilakukan pada (tabel 4.12 halaman 64) rata-rata kekasaran kekar adalah
slightly rough. Dan berdasarkan (tabel 2.6 halaman 33) pembobotan RMR
dengan kondisi kekasaran kekar slightly rough artinya kekasaran kekar sedang
sehingga mempunyai bobot 3. Dari pembobotan yang dilakukan dapat
dianalisa bahwa kekasaran berfungsi sebagai pengunci permukaan bidang
kekar yang mana semakin kasar bidang suatu batuan maka semakin kecil
kekuatan geser pada massa batuan tersebut sehingga pergerakan bidang
batuan akan berkurang begitu juga sebaliknya semakin licin bidang suatu
batuan maka semakin besar kekuatan geser pada massa batuan tersebut
sehingga menyebabkan pergerakan bidang batuan akan lebih cepat.
d. Material pengisi (infilling/gouge) merupakan isian yang terdapat dicelah antar
permukaan bidang kekar, material pengisi ini akan mempengaruhi kuat geser
bidang kekar. Dari pengolahan data yang dilakukan pada (tabel 4.12 halaman
77

64) rata-rata material pengisi adalah none. Dan berdasarkan (tabel 2.6
halaman 33) pembobotan RMR untuk material pengisi none artinya tidak ada
isian yang terdapat dicelah antar permukaan bidang kekar sehingga
mempunyai bobot 6. Dari pembobotan yang dilakukan dapat dianalisa bahwa
material pengisi akan mempengaruhi kuat geser bidang kekar karena terdapat
material lain didalam kekar yang mempengaruhi sehingga berdampak buruk
terhadap kekuatan kekar tersebut. Jadi jika tidak ada material pengisi didalam
kekar maka kualitas dari batuannya akan semakin baik.
e. Tingkat kelapukan (weathering) dapat diartikan semakin lapuk suatu bidang
kekar maka semakin besar kuat geser pada bidang batuan. Dari pengolahan
data yang dilakukan pada (tabel 4.12 halaman 64) rata-rata tingkat kelapukan
adalah slightly rough. Dan berdasarkan (tabel 2.6 halaman 33) pembobotan
RMR untuk tingkat kelapukan adalah slightly rough artinya tingkat kelapukan
sedang sehingga mempunyai bobot 3. Dari pembobotan yang dilakukan dapat
dianalisa bahwa semakin lapuk suatu bidang kekar maka akan semakin besar
kuat geser pada bidang batuan. Begitu juga sebaliknya semakin kuat suatu
bidang kekar maka akan semakin kecil kuat geser pada bidang batuan
tersebut.

5.1.5. Kondisi Air Tanah


Kondisi air tanah (groundwater conditions) didapatkan melalui pengamatan di
sekitar lereng dan didukung dengan peta hidrogeologi regional (Lampiran 4) dari
arsip perusahaan. Dan dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kondisi air
tanah kering karena daerah penelitian masuk kedalam zona daerah air tanah langka.
Berdasarkan (tabel 2.7 halaman 34) pembobotan RMR untuk kondisi air tanah adalah
kering (complete dry) sehingga mempunyai bobot 15. Dari pembobotan yang
dilakukan dapat dianalisa bahwa semakin rendah kandungan air tanah maka akan
semakin baik kualitas dari massa batuan. Begitu juga sebaliknya semakin tinggi
kandungan air tanah maka akan semakin buruk kualitas dari massa batuan.
78

Setelah dilakukan analisis kelima parameter utama pendukung metode rock


mass rating dapat simpulkan seperti yang terlihat pada (tabel 4.15 halaman 65)
bahwa pembobotan total kelas massa batuan dengan metode rock mass rating ini
adalah 68. Kelas massa batuan dengan bobot 68 termasuk kedalam batuan kelas II
dengan deskripsi batuan baik dimana deskripsi massa batuan ini memiliki nilai kohesi
350 kN/m2 dan sudut geser dalam 40˚. Jika dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan Agusti Wulandari (2018) didapatkan hasil yang berbeda, kelas massa
batuan yang diperoleh mempunyai bobot 59,83 termasuk kedalam batuan kelas III
dengan deskripsi batuan sedang. Jika dilihat secara keseluruhan setiap parameter
RMR yang peneliti dapatkan sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Agusti
Wulandari (2018) namun yang membedakan pada parameter kondisi air tanah jika
kondisi air tanah didaerah peneliti kering sedangkan pada penelitian Agusti Wuandari
(2018) kondisi air tanah lembab yang mana kondisi air tanah yang semakin tinggi
akan menurunkan kualitas dari massa batuan. Selain itu terjadinya perbedaan
pembobotan kelas massa batuan ini dikarenakan formasi batuan penusun lerengnya
berbeda.

5.2. Slope Mass Rating


Klasifikasi slope mass rating digunakan untuk menentukan tingkat kestabilan
dari lereng. Untuk mengetahui nilai tingkat kestabilan lereng dengan menggunakan
metode ini dilakukan terlebih dahulu bobot pengatur kekar kemudian dilakukan
pengolahan data menggunakan (persamaan 2.13 halaman 35). Dan berdasarkan (tabel
4.17 halaman 68) dapat disimpulkan perhitungan kelas massa lereng batuan dengan
menggunakan metode slope mass rating adalah 75.5 nilai slope mass rating ini
masuk kedalam batuan kelas II dimana deskripsi massa batuan dikatakan baik dengan
kondisi lereng stabil dan diprediksi kemungkinan longsoran yang akan terjadi berupa
blok. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan (Muhammad, 2018) hasil
pembobotan yang didapatkan berbeda yaitu 57 nilai slope mass rating ini masuk
kedalam batuan kelas III dimana deskripsi massa batuan dikatakan sedang dengan
79

kondisi lereng tidak stabil dan diprediksi kemungkinan longsoran yang akan terjadi
berupa bidang atau baji besar. Hal ini dikarenakan parameter yang didapatkan dari
hasil pengolahan (Muhammad, 2018) berbeda dengan parameter yang peneliti
dapatkan. Bobot yang didapatkan oleh (Muhammad, 2018) lebih kecil dari pada
pengolahan yang peneliti dapatkan sehingga kestabilan dari lereng (Muhammad,
2018) terganggu.

5.3. Analisa Tipe Serta Arah Umum Kelongsoran


Berdasarkan pengolahan data menggunakan metode kinematik stereografis
dengan batuan software rocsience dips 6.0 maka didapatkan hasil output interpretasi
tipe serta arah umum kelongsoran seperti yang dapat dilihat pada (gambar 4.8
halaman 69). Dari gambar 4.8 dapat dianalisa bahwa adanya perpotongan antara
bidang lemah joint set 1 dengan joint set 2. Bidang lemah joint set 1 merupakan
titik terendah yang diambil berdasarkan hasil plot strike dan dip kekar sedangkan
joint set 2 merupakan titik tertinggi yang diambil berdasarkan hasil plot strike dan dip
kekar. Kemudian perpotongan antara bidang lemah ini menghadap ke arah lereng
maka setelah dilakukan analisa antara hasil interpretasi dengan gambar tipe longsoran
(gambar 2.5 halaman 23) dapat disimpulkan bahwa kemungkinan jenis longsoran
yang akan terjadi dilokasi penelitian adalah longsoran baji. Kemudian prediksi arah
umum kelongsoran dianalisa dengan melihat perpotongan antara kedua joint set
mengarah kemana dan setelah dianalisa dapat diketahui bahwa prediksi arah umum
longsoran berada pada N 144˚ E. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
(Audah, 2017) dengan menggunakan metode dan software yang sama mendapatkan
hasil yang sama juga dengan yang peneliti lakukan. Hal ini dikarenakan pada
penelitian (Audah, 2017) terdapat perpotongan antara bidang lemah yang menghadap
ke arah lereng dengan prediksi longsoran baji namun yang berbeda arah
longsorannya, prediksi arah longsoran (Audah, 2017) adalah N 232° E perbedaan ini
dikarenakan bidang-bidang lemah yang terdapat pada lereng peneliti dan (Audah,
2017) tidak sama.
80

5.4. Analisa Faktor Kestabilan Lereng


Faktor kestabilan lereng pada tambang CV. Tahiti Coal dipengaruhi oleh sifat
fisik dari material penyusun lereng penambangan. Dimana karakteristik sifat fisik
material meliputi nilai bobot isi, nilai kohesi dan nilai sudut geser dalam. Untuk
mendapatkan nilai-nilai ini dilakukan dengan cara pengujian laboratorium dengan
ketentuan sampel sesuai dengan pengujian point load index hasil pengujian sampel
harus dilakukan dengan baik agar dapat mewakili karakteristik material penyusun
lereng yang sebenarnya. Hasil yang didapatkan kemudian diinputkan kdalam
software slide V.6.0 untuk dapat dianalisis faktor keamanannya. Berikut adalah
analisa dari setiap parameter sifat fisik material:
a. Bobot Isi Batuan
Bobot isi batuan menyatakan perbandingan antara berat batuan dengan
volume batuan tersebut. Semakin jenuh material maka nilai bobot isi semakin
besar dan beban yang ditanggung badan lereng semakin besar pula, sebaliknya
material batuan dalam kondisi kering bobot isinya akan semakin kecil
sehingga bebannya akan semakin kecil pula. Pengaruh terhadap faktor
kestabilan adalah jika nilai bobot isi material semakin besar maka faktor
kestabilannya akan semakin kecil. Dan semakin kecil nilai bobot isi batuan
maka faktor kestablanya menjadi semakin besar. Nilai bobot isi batuan yang
digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng adalah 19.979 kn/m3
pengolahan data bobot isi batuan dapat dilihat pada (tabel 4.18 halaman 70) .
b. Kohesi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, nilai
kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar pula.
Nilai kohesi didapatkan dari hasil perhitungan kualitas massa batuan
berdasarkan metode rock mass rating. Dari hasil perhitungan yang dapat
dilihat pada (tabel 4.15 halaman 65) didapatkan nilai kohesi sebesar 350
kn/m2.
81

c. Sudut Geser Dalam


Sudut geser dalam merupakan sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan
normal dan tegangan geser didalam material batuan. Sudut geser dalam adalah
sudut rekahan yang terbentuk jika suatu batuan dikenakan tegangan yang
melebih tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material,
maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar. Kekuatan
material lereng penambangan untuk menahan longsoran sangat tergantung
pada daya ikat antar butirnya (kohesi) dan sudut geser dalam. Besarnya nilai
kohesi dan sudut geser dalam ini mempengaruhi besar kecilnya kekuatan
geser sehingga nilai faktor kestabilan juga akan berbeda. Dengan
memperhatikan persamaan kekuatan geser Mohr-Coulomb dimana semakin
besar nilai kohesi dan sudut geser dalam suatu material, maka semakin besar
kekuatan geser material tersebut untuk menahan longsor. Sebaliknya semakin
kecil nilai kohesi dan sudut geser dalam maka semakin kecil pula kekuatan
geser material untuk menahan longsor.Nilai sudut geser dalam dari material
penyusunlereng dapat diketahui dari hasil perhitungan kualitas massa batuan
dengan metode RMR seperti yang dapat dilihat pada (tabel 4.15 halaman 65)
dari hasil perhitungan didapatkan nilai sudut geser dalam sebesar 40˚.
Hasil analisa yang dilakukan menggunakan software slide V.6.0 menggunakan
metode bishop dapat dilihat pada (gambar 4.9 halaman 71) dapat disimpulkan bahwa
nilai faktor keamanan lereng pada CV. Tahiti Coal adalah 5.140. Berdasarkan
ketentuan menurut bowles lereng dikatakan aman jika FK>1.25 dan angka yang
didapatkan dari hasil pengolahan dapat dikatakan sangat aman . Dari design geometri
lereng menunjukkan bahwa lereng memiliki kemiringan terjal namun faktor
keamanan dari lereng ini sangat baik hal ini terjadi karena faktor geometri lereng
bukan merupakan hal utama dalam menentukan tingkat kestabilan lereng. Adanya
faktor-faktor lain seperti bobot isi yang kecil, nilai kohesi yang besar dan sudut geser
dalam yang besar serta faktor-faktor lainnya dapat memperkuat kestabilan dari lereng
tersebut.
82

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang sudah dilakukan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai tingkat kestabilan lereng penambangan CV. Tahiti Coal didapatkan dari
hasil pembobotan total nilai slope mass rating. Nilai slope mass rating ini
diperoleh dari nilai rock mass rating yang ditambahkan dengan faktor-faktor
koreksi. Pembobotan total rock mass rating menghasilkan nilai 68 dengan
kategori batuan kelas II dan deskripsi massa batuan dikatakan baik sedangkan
untuk faktor koreksi F1, F2, F3 dan F4 masing-masing mempunyai nilai 1, 0.15,
(-50) dan 15. Dari analisa yang dilakukan maka bobot total yang diperoleh dari
nilai slope mass rating adalah 75.5, nilai ini masuk kedalam kategori batuan
kelas II dimana deskripsi massa lereng dikatakan baik dan untuk nilai tingkat
kestabilan lerengnya dinyatakan stabil.
2. Prediksi arah umum longsor dan jenis longsor yang akan terjadi pada lereng
penambangan CV. Tahiti Coal didapatkan dari hasil pengolahan menggunakan
metode kinematik stereografis dengan bantuan software rocsience dips 6.0.
Hasil output yang didapatkan dengan memasukkan nilai strike dan dip dari
kekar menunjukkan bahwa kemungkinan jenis longsoran yang akan terjadi
adalah longsoran baji karena dari hasil output terlihat adanya perpotongan
antara joint set 1 dan joint set 2 serta menghadap kearah lereng dan dari
perpotongan antara joint set ini menunjukkan bahwa prediksi arah umum
longsoran yang akan terjadi pada arah N 144˚ E karena hasil perpotongannya
tepat di angka N 144˚ E.

82
83

3. Nilai faktor keamanan lereng pada CV. Tahiti Coal didapatkan dari hasil
pengolahan menggunakan software slide V.6.0 dengan metode bishop.
Parameter yang digunakan dalam pengolahan data meliputi geometri lereng,
nilai bobot isi, nilai kohesi dan nilai sudut geser dalam. Dari hasil analisa yang
dilakukan maka didapatkan nilai faktor keamanan lereng penambangan adalah
5.140. Berdasarkan ketentuan menurut bowles lereng dikatakan aman jika
FK>1.25 dan angka yang didapatkan dari hasil pengolahan dapat dikatakan
sangat aman

6.2. Saran
Penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan
untuk CV. Tahiti Coal mengenai analisis kestabian lereng yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan pemantauan dan pengawasan lereng CV. Tahiti Coal sebaiknya
dilakukan secara berkala untuk mengetahui adanya gerakan pada batuan atau
tanah yang mungkin terjadi pada lereng. Maka dengan demikian apabila terjadi
gejala ketidakstabilan pada lereng dapat segera dilakukan upaya untuk
pencegahan dan perbaikan.
2. Merapikan batuan gantung yang berpotensi jatuh demi menjaga keamanan
dalam kegiatan penambangan.
3. Selalu berhati-hati kepada para pekerja untuk tidak berlama-lama beraktifitas
disekitar lereng penambangan dan melengkapi alat pelindung diri (APD) karena
lereng sewaktu-waktu bisa terjadi longsor.
4. Lereng saat ini berada dalam keadaan aman, maka tidak perlu dilakukan
perubahan geometri pada lereng penambangan.
84

DAFTAR PUSTAKA

Agusti Wulandari, Shalaho Dina Devy, dan Hamzah Umar. 2016. Analisis
Kestabilan Lereng Dengan Menggunakan Metode Rock Mass Rating Dan
Slope Mass Rating Pada Tambang Batupasir Di Samarinda Seberang,
Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi Mineral,
4(1), 8-14.

Audah, M. Taufik Toha , dan Djuki Sudarmono. 2017. Analisis Kestabilan Lereng
Menggunakan Metode Slope Mass Rating Dan Metode Stereografis Pada
Pit Berenai Pt. Dwinad Nusa Sejahtera (Sumatera Copper And Gold)
Kabupaten Musi Rawas Utara Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Pertambangan, 1(5), 36-43.

Deny Tandiara Tandidatu dan Sundek Hariyadi. Analisis Kemantapan Lereng


Highwall Tambang Terbuka Menggunakan Metode Bishop Pada Pit 22
Gn Di Pt Kitadin Site Embalut Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Geologi Pertambangan, 25(2), 25-37.

Irwandy Arif. 2016. Geoteknik Tambang. Bandung: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Made Astawa Rai.dkk. 2010. Mekanika Batuan. Bandung: ITB.

Muhammad Amin Syam, Heryanto, dan Tommy Trides. 2018. Analisis Kestabilan
Lereng Berdasarkan Nilai Slope Mass Rating Di Desa Sukamaju,
Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara,Kalimantan Timur. Jurnal
Geocelebes, 2(2), 53-63.

Murad MS dan Indah Sulistia Ningsih. 2018. Analisa Kuat Tekan Terhadap
Waktu Stand Up C1-G Pertambangan Bawah Tanah PT. Nal
Sawahlunto Sumatera Barat. Jurnal Sains dan Teknologi, 18(1), 1-8.

Octovian Cherianto Parluhutan Rajagukguk dan Turangan A.E, Sarje Monintja. 2014.
Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Bishop. Jurnal Sipil Statik,
2(3), 140-147.

P.P. Utama, Y.P. Nusantara, dkk. 2014. Analisis Kinematik Kestabilan Lereng
Batu Pasir Forasi Butak. Jurnal Teknik Geologi, 242-253.
Refky Adi Nata, Alfi Sabri dan Widya Juniantari. 2019. Block Punch Index (BPI)
dan Point Load Index (PLI) Untuk Prediksi Uniaxial Compressive
Strength (UCS). Workshop dan Simposium Nasional Geomekanika Ke-5.

Riko Ervil, dkk. 2019. Buku Pedoman Penulisan Laporan Kerja Praktik Dan
Tugas Akhir Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang.Padang.

Teguh Samudera Paramesywara dan Budhi Setiawan. 2014. Analisis Kestabilan


Lereng Menggunakan Metode RMR, SMR Dan Kesetimbangan Batas
Pada Tambang Terbuka Kabupaten Belitung Timur. Riset Geologi dan
Pertambangan.
Lampiran 1
Peta Kesampaian Daerah
Lampiran 2
Peta Geologi Regional

Lampiran 3
Peta Stratigrafi
Lampiran 3
Peta Stratigrafi

CV.Tahiti Coal
Lampiran 4
Peta Hidrogeologi Regional

CV. TAHITI COAL


Lampiran 5
Pengolahan Data Kuat Tekan Batuan
Sampel 1 Batu Pasir
• Diketahui:
W1 = 1.850 cm
W2 = 1.765 cm
P = 25 kg/cm2
D = 1.920 cm
d = 1.785 cm
• Penyelesaian:
1. Syarat Sampel D/W = 1.0-1.4
(W1 + W2 )
W=
2
(1.850 + 1.765)
W=
2
W = 1.807
Maka, D/W = 1.920/1.807 = 1.062
2. Faktor koreksi (F)
0 , 45
d 
F = 
 50 
0 , 45
 1.785 
F = 
 50 
F = 0.223
3. Persamaan Point Load Indeks (PLI)
0 , 45
d  P
Is =  
 50  D2
0, 45
 1.785  25
Is =  
 50  (1.920) 2
Is = 1.512
4. Persamaan Unconfined Compressive Strength (UCS)
c = 23 Is
c = 231.512
c = 34.776 kg/cm2 × 0.0981
c = 3.411Mpa

Sampel 2 Batu Serpih Napalan


• Diketahui:
W1 = 1.710 cm
W2 = 1.773 cm
P = 31 kg/cm2
D = 1.940 cm
d = 1.890 cm
• Penyelesaian:
1. Syarat Sampel D/W = 1.0-1.4
(W1 + W2 )
W=
2
(1.710 + 1.773)
W=
2
W = 1.741
Maka, D/W = 1.940/1.741 = 1.114
2. Faktor koreksi (F)
0 , 45
d 
F = 
 50 
0 , 45
 1.890 
F = 
 50 
F = 0.229
3. Persamaan Point Load Indeks (PLI)
0 , 45
d  P
Is =  
 50  D2
0, 45
 1.890  31
Is =  
 50  (1.940) 2
Is = 1.886
4. Persamaan Unconfined Compressive Strength (UCS)
c = 23 Is
c = 231.886
c = 43.378 kg/cm2 × 0.0981
c = 4.255 Mpa

Sampel 3 Batu Breksi Andesit


• Diketahui:
W1 = 2.830 cm
W2 = 2.822 cm
P = 115 kg/cm2
D = 3.560 cm
d = 3.350 cm
• Penyelesaian:
1. Syarat Sampel D/W = 1.0-1.4
(W1 + W2 )
W=
2
(2.830 + 2.822)
W=
2
W = 2.826
Maka, D/W = 3.560/2.826 = 1.259
2. Faktor koreksi (F)
0 , 45
d 
F = 
 50 
0 , 45
 3.350 
F = 
 50 
F = 0.296
3. Persamaan Point Load Indeks (PLI)
0 , 45
d  P
Is =  
 50  D2
0, 45
 3.350  115
Is =  
 50  (3.560) 2
Is = 2.685
4. Persamaan Unconfined Compressive Strength (UCS)
c = 23 Is
c = 23 2.865
c = 61.755 kg/cm2 × 0.0981
c = 6.058 Mpa
Lampiran 6
Pengolahan Data Rock Quality Designation (RQD)

1. Scanline 1
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
2. Scanline 2
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
3. Scanline 3
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×0 (0,1 × 0 + 1)
RQD = 100 %
4. Scanline 4
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
5. Scanline 5
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×0 (0,1 × 0 + 1)
RQD = 100%
6. Scanline 6
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×0 (0,1 × 0 + 1)
RQD = 100 %
7. Scanline 7
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
8. Scanline 8
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
9. Scanline 9
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
10. Scanline 10
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×0 (0,1 × 0 + 1)
RQD = 100 %
11. Scanline 11
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×0 (0,1 × 0 + 1)
RQD = 100 %
12. Scanline 12
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
13. Scanline 13
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
14. Scanline 14
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
15. Scanline 15
RQD = 100 𝑒 −0,1 𝜆 (0,1 𝜆 + 1)
RQD = 100 𝑒 −0,1 ×1 (0,1 × 1 + 1)
RQD = 99,532 %
Lampiran 7
Pengolahan Data Bobot Isi

Sampel 1 Batu Pasir


• Diketahui:
Berat Natural (Wn) = 90.5 gram
Berat Kering (Wo) = 89.5 gram
Berat Jenuh (Ww) = 94.0 gram
Berat Melayang (Ws) = 28.7 gram
• Penyelesaian:
1. Bobot Isi Asli (𝜌nat)
Wn
𝜌 nat =
Ww − Ws
90.5
𝜌 nat =
94.0 − 28.7
𝜌 nat = 1.385 gram/cm3
2. Bobot Isi Kering (𝜌dry)
Wo
𝜌 dry =
Ww − Ws
89.5
𝜌 dry =
94.0 − 28.7
𝜌 dry = 24.2 gram/cm3
3. Bobot Isi Jenuh(𝜌sat)
Ww
𝜌 sat =
Ww − Ws
94.0
𝜌 sat =
94.0 − 28.7
𝜌 sat = 28.7 gram/cm3
Sampel 2 Batu Serpih Napalan
• Diketahui:
Berat Natural (Wn) = 77.4 gram
Berat Kering (Wo) = 76.9 gram
Berat Jenuh (Ww) = 79.9 gram
Berat Melayang (Ws) = 23.2 gram
• Penyelesaian:
1. Bobot Isi Asli (𝜌nat)
Wn
𝜌 nat =
Ww − Ws
77.4
𝜌 nat =
79.9 − 23.2
𝜌 nat = 1.365 gram/cm3
2. Bobot Isi Kering (𝜌dry)
Wo
𝜌 dry =
Ww − Ws
76.9
𝜌 dry =
79.9 − 23.2
𝜌 dry = 1.356 gram/cm3
3. Bobot Isi Jenuh(𝜌sat)
Ww
𝜌 sat =
Ww − Ws

79.9
𝜌 sat =
79.9 − 23.2

𝜌 sat = 1.409 gram/cm3


Sampel 3 Batu Breksi Andesit
• Diketahui:
Berat Natural (Wn) = 167.8 gram
Berat Kering (Wo) = 167.6 gram
Berat Jenuh (Ww) = 168.2 gram
Berat Melayang (Ws) = 118.3 gram
• Penyelesaian:
1. Bobot Isi Asli (𝜌nat)
Wn
𝜌 nat =
Ww − Ws
167.8
𝜌 nat =
168.2 − 118.3
𝜌 nat = 3.362 gram/cm3
2. Bobot Isi Kering (𝜌dry)
Wo
𝜌 dry =
Ww − Ws
167.6
𝜌 dry =
168.2 − 118.3
𝜌 dry = 3.358 gram/cm3
3. Bobot Isi Jenuh(𝜌sat)
Ww
𝜌 sat =
Ww − Ws

168.2
𝜌 sat =
168.2 − 118.3

𝜌 sat = 3.370 gram/cm3


Lampiran 8
Pengolahan Data Menggunakan Software Rocsience Dips 6.0

1. Buka software rocsience dips 6.0

2. Pilih icon new lalu icon job control ketikkan nama dari project yang akan dibuat,
pilih data strike dan dip pada bagian global orientation format.
3. Kemudian isi kolom yang tersedia dengan memasukkan nilai strike dan dip yang
didapatkan dari hasil pengukuran.

4. Lalu plih icon contour plot untuk menentukan arah shear joint kemudian klik icon
vector preset untuk melihat titik strike dan dip nya.
5. Kemudian tentukan joint set satu dengan mengklik icon add user plan kemudian
arahkan kursor ke elevasi tertinggi.

6. Beri nama joint set 1 sebagai tanda agar dapat dibaca dengan mudah.
7. Lakukan hal yang sama untuk mencari joint set dua dengan mengklik bagian yang
bukan milik joint set satu.

8. Beri nama joint set 2 sebagai tanda agar dapat dibaca dengan mudah.
9. Untuk mengetahui letak dari lereng klik kembali add user plan kemudian arahkan
kursor ke titik perpotongan joint set satu dan joint set dua.

10. Beri nama Lereng sebagai tanda agar dapat dibaca dengan mudah.
11. Setelah tampian streonet selesai amatilah bentuk dari streonet disesuaikan dengan
gambar tipe longsoran.

12. Kemudian amati kemana arah longsoran yang kemungkinan akan terjadi dengan
cara melihat titik perpotongan joint set satu dan joint set dua.
Lampiran 9
Pengolahan Data Menggunakan Software Slide V.6.0

1. Buka Software Slide V.6.0, kemudian klik icon draw polyline lalu buatlah design
lereng.

2. Klik kembali draw polyline buatlah lereng menjadi 3 bagian untuk menentukan
batuan penyusunnya.
3. Setelah itu pilih menu boundaries dan klik add external boundary arahkan kursor
dan klik setiap ujung design dari lereng. Lalu pilih menu boundaries kembali klik
add material boundary dan lakukan hal yang sama dengan mengarahkan kursor
dan klik setiap ujung design dari lereng.

4. Pilih menu properties dan klik assignment materials untuk menentukan susunan
dari material penyusun lereng.
5. Setelah itu pilih menu properties dan klik define material. Isilah nama material,
nilai bobot isi, kohesi dan sudut geser dalam serta warna dari material.

6. Pilih menu project setting lalu isilah beberapa metode yang akan dilihat faktor
keamanannya.
7. Pilih menu surface dan klik auto grid.

8. Pilih menu analysis dan klik compute setelah proses selesai ambil menu analysis
kembali lalu klik interpret maka faktor keamanan dari lereng dapat diketahui
Lampiran 10
Tabel Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan

Nama : Isradia Redesa Pengujian : Bobot Isi Batuan


Tgl Pengujian : 20 Maret 2020 Alat : Oven,Timbangan

Tabel Pengujian Sifat Fisik Batu Pasir

Batu Pasir Bobot Asli Bobot Kering Bobot Jenuh


Keterangan
(gram) (𝝆nat) (𝝆dry) (𝝆sat)

Berat Natural
90.5
(Wn )
Berat Kering
89.5
(Wo )
1.385 gr/cm3 24.2 gr/cm3 28.7 gr/cm3
Berat Jenuh
94.0
(Ww )
Berat Melayang
28.7
(Ws )

Tabel Pengujian Sifat Fisik Batu Serpih Napalan

Batu
Serpih Bobot Asli Bobot Kering Bobot Jenuh
Keterangan
Napalan (𝝆nat) (𝝆dry) (𝝆sat)
(gram)

Berat Natural
77.4
(Wn )
Berat Kering
76.9
(Wo )
1.365 gr/cm3 1.356 gr/cm3 1.409 gr/cm3
Berat Jenuh
79.9
(Ww )
Berat Melayang
23.2
(Ws )
Tabel Pengujian Sifat Fisik Batu Breksi Andesit

Batu
Breksi Bobot Asli Bobot Kering Bobot Jenuh
Keterangan
Andesit (𝝆nat) (𝝆dry) (𝝆sat)
(gram)

Berat Natural
167.8
(Wn )
Berat Kering
167.6
(Wo )
3.362 gr/cm3 3.358 gr/cm3 3.370 gr/cm3
Berat Jenuh
168.2
(Ww )
Berat Melayang
118.3
(Ws )

Mengetahui,
Dosen Pendamping

Refky Adi Nata, ST.,MT


Lampiran 11
Tabel Hasil Pengujian Sifat Mekanik Batuan

Nama : Isradia Redesa Pengujian : Point Load Index


Tgl Pengujian : 20 Maret 2020 Alat : Jangka Sorong, PLI

Tabel Pengujian Sifat Mekanik Batuan

Sampel D d W1 W2 W D/W
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Batu Pasir 1.920 1.785 1.850 1.765 1.807 1.062

Batu Serpih Napalan 1.940 1.890 1.710 1.773 1.741 1.114

Batu Breksi Andesit 3.560 3.350 2.830 2.822 2.826 1.259

Keterangan:
D = Jarak antar konus penekan (cm)
d = Diameter sampel (cm)
W1 = Lebar sampel bagian bawah (cm)
W2 = Lebar sampel bagian atas (cm)
W = Rata-rata lebar sampel (cm)
D/W = Luas sampel (cm)

Mengetahui,
Dosen Pendamping

Refky Adi Nata, ST.,MT


Lampiran 12
Form Data Pengukuran Lapangan
Lampiran 13
Dokumentasi Penelitian
Pengukuran Lapangan
Pengujian Sifat Fisik Batuan
Pengujian Sifat Mekanik Batuan
Lampiran 14
Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 15
Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Isradia Redesa
NPM : 1610024427029
Program Studi : Teknik Pertambangan

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul :

“Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Slope Mass Rating Dan


Metode Kinematik Stereografis Pada CV. Tahiti Coal Sawahlunto”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan gelar
kesarjanaannya).
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Padang, April 2020


Pembuat Pernyataan

Isradia Redesa
Lampiran 16
LEMBAR KONSULTASI

Nama :Isradia Redesa


NPM :1610024427029
Program Studi :Teknik Pertambangan
Judul Tugas Akhir : Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Slope Mass
Rating Dan Metode Kinematik Stereografis Pada CV. Tahiti
Coal Sawahlunto

No Tanggal Catatan/Saran/Perbaikan Paraf


a. Judul diperbaiki penulisannya.
b. Point-point diidentifikasi masalah
dibahas terlebih dahulu secara detail
dilatarbelakang.
c. Pada latarbelakang masalah masukkan
1 15 Februari 2020
beberapa penelitian sebelumnya tentang
kestabilan lereng menggunakan metode
yang sama.
d. Metode-metode yang digunakan
dimasukkan pada batasan masalah
bukan dirumusan masalah.
a. Rumusan masalah dijadikan 3 saja
karena RMR merupakan data.
b. Lereng 70˚-90˚ diidentifikasi dengan
tabel 2.2.
c. Gambar ditinjauan pustaka diperbesar
dan tidak perlu dibingkai.
d. Sumber tabel dan gambar dibuat
2 18 Februari 2020 singkat, tidak perlu diberi gelar
lengkap.
e. Penulisan persamaan rumus
menggunakan microsoft equation 3.0
supaya lebih rapi.
a. Peta IUP perusahaan tidak perlu
dimasukkan kedalam data sekunder
karena tidak dibutuhkan.
b. Pada pengolahan data cukup dibuat
persamaan berapa dan halaman berapa
3 21 Februari 2020
saja tidak perlu dibuatkan persamaan
rumusnya lagi.
c. Bagan kerangka metodologi diperbaiki
sesuai ketentuan dan diberikan kriteria
apabila lereng stabil dan tidak.
a. Variabel penelitian dilihat lagi
referensinya.
4 24 Februari 2020 b. Margin disesuaikan dengan aturan
STTIND.
c. Buat Bahan Persentasi.
a. Tambahkan foto dipersentasinya
supaya lebih memperkuat identifikasi
5 25 Februari 2020
masalah.
b. Acc seminar proposal.
a. Pada bab IV tambahkan garis-garis
merah atau warna lain untuk
mendeteksi kekarnya.
b. Gambar 4.6 ditukar dengan gambar
6 20 April 2020
pengukuran menggunakan neraca
analitik saja.
c. Tabel disesuaikan dengan standar
penulisan STTIND.
a. Hasil yang diperoleh pada bab V
dibandingkan/ dikaitkan dengan
penelitian-penelitian terdahulu.
b. Setiap hasil dianalisis dan diulas secara
mendalam sehingga hal-hal menarik
7 24 April 2020
ditimbulkan.
c. Kesimpulan bukan sekedar ringkasan
dari penelitian tetapi harus muncul
pertanyaan 5w+1h sehingga
kesimpulannya jelas.
a. Dipoles beberapa kalimat dalam
penekanan masalah di abstrak
8 27 April 2020 b. Tujuan penelitian difokuskan lagi
c. Sawahlunto town diubah menjadi
sawahlunto city.
d. Grammer dan pemilihan kata pada
abstract diperbaiki lagi.

9 4 Mai 2020 Acc Komprehensif

Pembimbing I

(Ahmad Fauzi Pohan,S.Pd M.Sc.


NIDN: 1012019002
LEMBARAN KONSULTASI

Nama :Isradia Redesa


NPM :1610024427029
Program Studi :Teknik Pertambangan
Judul Tugas Akhir : Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Slope Mass
Rating Dan Metode Kinematik Stereografis Pada CV. Tahiti
Coal Sawahlunto

No Tanggal Catatan/Saran/Perbaikan Paraf


a. Kata accident diubah menjadi
kecelakaan.
b. Hasil interview dengan kepala lubang
1 26 Februari 2020 dituliskan dilatarbelakang dengan jelas.
c. Tulisan gambar 2.1 dst dan tabel 2.1 dst
ditebalkan keterangannya tidak usah
ditebalkan.
a. Judul tabel diberi spasi 1.5 dengan
tabelnya.
b. Tabel diberi jarak spasi 1.
c. Pada kerangka konseptual bagian
proses tidak hanya pengolahan data saja
2 28 Februari 2020
yang dimasukkan tetapi analisis
datanya juga dimasukkan.
d. Keterangan data RQD ditambahkan.
e. Tulisan pada kerangka metodologi
diperkecil saja supaya rapi.
a. Penggunakan tab disamakan
seluruhnya.
b. Perhatikan lagi pengetikan yang masih
salah.
3 1 Maret 2020
c. Perhatikan penggunaan kata yang harus
dimiringkan dan ditebalkan.
d. Daftar pustaka dibuat berurutan sesuai
abjad a-z.
a. Foto-foto sebaiknya dimasukkan lagi
ke lampiran agar dapat dibaca dengan
4 3 Maret 2020
jelas.
b. Acc seminar proposal.
a. Abstrak diberi spasi 1.
b. Pemilihan kata bahasa inggris pada
5 28 April 2020 abstract diperbaiki lagi.
c. Gambar PLI sebaiknya diganti dengan
gambar alat PLI kampus saja.
a. Materi analisis kinematik ditambahkan
pada bab II.
6 2 Mai 2020
b. Hasil interpretasi dianalisa kembali.
c. Pelajari cara membuat streonet manual.
a. Perbaiki kembali kata asing yang harus
dicetak miring dan bahasa indonesia
7 5 Mai 2020 menurut kbbi
b. Acc Komprehensif

Pembimbing II

(Rizto Salia Zakri, ST., MT)


NIDN: 002107920
Lampiran 17
Biodata Wisudawati

No. Urut
: -
Nama
: ISRADIA REDESA, S.T
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tgl Lahir
: Bangkinang, 07 Desember 1997
NPM NA
: 1610024427029
Program Studi
: Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus
: 23 Juni 2020
IPK
: 3,86
Pedikat Lulus
: Dengan Pujian
Analisis Kestabilan Lereng
Menggunakan Metode Slope Mass
Judul Skripsi : Rating Dan Metode Kinematik
Stereografis Pada CV. Tahiti Coal
Sawahlunto
1. Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd., M.Sc
Dosen Pembimbing :
2. Rizto Salia Zakri, ST, MT
Asal SLTA
: SMA Negeri 1 Sijunjung
Nama Orang Tua Ayah : Kapten Infanteri Dwi Budianto
:
Ibu : Emi Paryanti
Perumahan Villa Sungai Karang Blok C
Alamat No. 8 Jorong Pulau Berambai Kelurahan
:
Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten
Sijunjung Provinsi Sumatera Barat
No HP / WA : 082171255309
:
Email Isradiaredessa1@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai