SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi
iii
ABSTRAK
Kebutuhan nikel yang semakin meningkat mengakibatkan perlu dilakukan kegiatan
pencarian sumber-sumber barunya.. Untuk meningkatkan kepastian dalam eksplorasi
nikel dilakukan penelitian di daerah Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara menggunakan
metode geolistrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran endapan nikel
laterit di bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitasnya. Untuk itu dilakukan
pemodelan dan interpretasi terhadap data hasil survey geolistrik resistivitas dengan
konfigurasi Wenner-Schlumberger. Pemodelan dan interpretasi dilakukan terhadap 3
lintasan dengan panjang masing-masing 470 meter. Pengolahan data menghasilkan nilai
resistivitas yang selanjutnya nilai ini digunakan untuk pemodelan 2D dengan
menggunakan Least Square Inversion. Selanjutnya hasil pemodelan 2D ini dapat
digunakan untuk melihat persebaran endapan nikel laterit. Berdasarkan hasil pengolahan
data diperoleh nilai resistivitas berkisar 2,85 – 1676,63 Ω.𝑚. Dari nilai resistivitas
tersebut dibedakan menjadi zona, yaitu zona limonit, zona saprolit dan bedrock. Daerah
dengan nilai resistivitas sebesar 200,17 – 1096,05 Ω.𝑚 diperkirakan sebagai zona
limonit, nilai resistivitas sebesar 2,51 – 200,17 Ω.𝑚 diperkirakan sebagai zona saprolit
dan nilai resistivitas 200,17 – 1676,63 Ω.𝑚 diperkirakan sebagai bedrock.
Kata kunci : Nikel Laterit, Resistivitas, Wenner-Schlumberger
v
ABSTRACT
The increasing demand for nickel makes it necessary to search for new sources. To
increase certainty in nickel exploration, research is carried out in the Pomalaa area,
Kolaka, Southeast Sulawesi using the geoelectric method. This study aims to determine
the distribution of laterite nickel deposits under the surface based on their resistivity
values. For this reason, modeling and interpretation of the resistivity geoelectrical survey
data is carried out with the Wenner-Schlumberger configuration. Modeling and
interpretation were carried out on 3 tracks with a length of 470 meters each. Data
processing produces resistivity values which are then used for 2D modeling using Least
Square Inversion. Furthermore, the results of this 2D modeling can be used to see the
distribution of laterite nickel deposits. Based on the results of data processing obtained
resistivity values ranging from 2.85 to 1676.63 Ω.𝑚. From the resistivity value, it is
divided into zones, namely the limonite zone, the saprolite zone and the bedrock zone.
Areas with resistivity values of 200.17 – 1096.05 Ω.𝑚 are estimated as limonite zones,
resistivity values of 2.51 – 200.17 Ω.𝑚 are estimated as saprolite zones and resistivity
values of 200.17 – 1676.63 Ω.𝑚 thought to be bedrock.
Keywords : Nickel Laterite, Resistivity, Wenner-Schlumberger
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,Assalamua’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
terus memberikan berbagai nikmatnya yang tak terhitung kepada setiap makhluk-
Nya. Penyelesain pembuatan skripsi yang berjudul PEMODELAN 2D
ENDAPAN NIKEL LATERIT DI DAERAH POMALAA, KOLAKA,
SULAWESI TENGGARA MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK
RESISTIVITAS merupakan berkat salah satu karunia-Nya yang amat patut
penulis syukuri.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari penuh bahwa banyak
sekali kekurangan dalam penulisan. Namun, berkat usaha, doa serta nasehat
positif dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bapak Dr. Sutrisno, Dipl.Seis., selaku Dosen Pembimbing I dari
Prodi Fisika yang telah bersedia membimbing pada pelaksanaan
Skripsi ini.
3. Bapak Ir. Yanto Sudiyanto, M.Si selaku Pembimbing II dari BPPT ,
yang dengan sabarnya membagi pengetahuannya kepada penulis.
4. Bapak Ir. Syabarudin Zikri, selaku Kepala Bagian PTPSM BPPT
yang telah memberikan waktu dan saran kepada penulis.
5. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S. Si., M.T., Ph. D, selaku Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan persetujuan pelaksanaan tugas akhir skripsi ini.
6. Ibu Tati Zera, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta seluruh dosen dan staff pengajar yang
telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan.
vii
7. Keluarga besar tercinta, terutama kedua orang tua dan Azzahra
Fathjrianna sebagai kakak yang selalu memberikan kasih sayang,
do’a, dukungan, bantuan dan semangat kepada penulis.
8. Muhammad Jajuli Muslim yang selalu menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Navy Jr tersayang Mas Papang, Hanna, Deni, Mas Poni, Tifah, Adit,
Dhafin, Iyo yang selalu memberikan semangat dan doa kepada
penulis.
10. Regita Larasati, Andini Aprilia Ardhana, Kirana Eka Putri, Afina
Erma Pradita, Shinta Sunja Prastika, Indah Manansih, Novi Mashila,
Indah Nadiiya sebagai sahabat yang selalu mensupport penulis.
11. Dan semua pihak terkait yang telah membantu penulis dalam
penyusunan Skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
12. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing
in me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna
thank me for having no days off, I wanna thank me for never
quitting, for being me at all times.
Penulis telah berusaha dengan maksimal sesuai dengan kemampuannya
untuk melakukan dan menyajikan yang terbaik selama pelaksanaan Skripsi namun
penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam berbagai
hal. Untuk itu penulis mengucapkan mohon maaf dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.6 Studi Terdahulu .......................................................................................... 35
2.7 Eksplorasi Geofisika .................................................................................. 41
2.7.1 Definisi Eksplorasi Geofisika .................................................................... 41
2.7.2 Konsep Eksplorasi Geofisika ...................................................... 42
2.7.3 Metode Eksplorasi Geofisika ...................................................... 43
2.8 Metode Resistivity ...................................................................................... 45
2.9 Resistivitas Semu (Apparent Resistivity) ................................................... 47
2.10 Konfigurasi Elektroda ................................................................................ 49
2.11 Sifat Kelistrikan Batuan dan Mineral ......................................................... 52
2.11.1 Konduksi secara Elektronik......................................................... 53
2.11.2 Konduksi secara Elektrolitik ....................................................... 53
2.11.3 Konduksi secara Dielektrik ......................................................... 54
2.12 Hubungan Resistivity dengan Parameter Geologi ...................................... 54
2.13 Teknik Pengukuran Metode Geeolistrik 2D .............................................. 56
2.14 Pemodelan Geofisika ................................................................................... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 60
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 60
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 62
3.2.1 Perangkat Keras ................................................................................ 62
3.2.2 Perangkat Lunak ............................................................................... 63
3.3 Diagram Alur Penelitian ............................................................................ 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 84
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 84
5.2 Saran ........................................................................................................... 85
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
1. Lampiran 1 : Rujukan Skala Umur Geologi Untuk Menentukan Umur
Batuan Pada daerah Penelitian .............................................................................. 91
2. Lampiran 2 : Data Resistivitas pada lintasan 1 .......................................... 92
3. Lampiran 3 : Data Resistivitas pada lintasan 2 ......................................... 92
4. Lampiran 4 : Data Resistivitas pada lintasan 3 .......................................... 93
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 24 Susunan elektroda dan urutan pengukuran resistivitas 2D [23] ..................... 56
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 7 Interpretasi korelasi kisaran nilai resistivitas dengan zona laterit ........................ 77
Tabel 9 Interpretasi Korelasi Kisaran Nilai Resistivitas dengan Zona Laterit .................. 80
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
bidang, tentu saja potensi sumber daya mineral logam sangat dibutuhkan agar
pembangunan dapat berjalan dengan sempurna. Salah satu jenis logam yang
industri logam dasar, industri otomotif, pesawat terbang, alat-alat berat, listrik
luar negeri.
rendah sampai immobile seperti Ni, Fe, dan Co mengalami pengayaan secara
1
Laterit memiliki tiga jenis lapisan menurut Ahmad (2006) yaitu
limonit, saprolit dan bedrock atau batuan dasar. Kandungan Ni di batuan asal
oksida) dan tidak terlarut (residu) seperti (besi, magnesium, mangan, sebagian
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada umumnya daerah ini disusun oleh
eksplorasi sumber daya alam. Salah satu metode geofisika yang sering
Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
2
pendugaan keadaan bawah permukaan serta untuk mengetahui jenis bahan
menggunakan Metode Resistivitas ini akan memperoleh hasil yang lebih baik.
resistivitas batuan dan data struktur geologi daerah penilitan. Oleh sebab itu,
sebagai berikut:
3
1.3 Pembatasan Masalah
poin-poin seperti:
kondisi atau struktur lapisan seperti jenis batuan, sebaran, ketebalan serta
4
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
dasar teori nikel, sifat kelistrikan batuan, metode geolistrik tahanan jenis,
konfigurasi elektroda.
tempat pelaksanaan skripsi, alat dan bahan, diagram alur penelitian, prosedur
BAB V: KESIMPULAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sulawesi. Batuan jenis Molasa yang tertua di Lembar Kolaka adalah Formasi
hingga Pliosen yang berumur sekitar 7 juta tahun yang terdiri dari Formasi
Boepilang terdiri atas batu lempung pasiran, napal pasiran dan batupasir.
Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh Formasi Alangga dan
terbentuk oleh konglomerat dan batu pasir yang belum padat. Formasi Buara
yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang berumur Resen
6
pencenanggaan yang kuat, menimbulkan terbentuknya pelipatan dan
malihan dan sedimen malih, dan di beberapa tempat dari batuan ultramafik
dan mafik. Pada Miosen Akhir hingga Pliosen sekitar 7 juta tahun
Pada 2,5 juta tahun yaitu pada Kala Plio-Plistosen terjadi kegiatan-
2.1.2 Morfologi
7
morfologi pegunungan, morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan
lereng tinggi dan mempunyai pola yang hampir sejajar berarah barat laut–
tenggara sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini sebagai
pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan
punggung gunung rendah yang seolah terputus tidak menerus dengan lereng
yang tidak rata walaupun bersudut tajam. Sementara itu, pegunungan yang
disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan
lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam.
8
b. Morfologi perbukitan rendah
ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit
c. Morfologi pedataran
[2].
9
2.1.3 Stratigrafi
terdiri dari sekis geneis, dan kuarsit. Kompleks batuan ini merupakan batuan
tertua pada daerah penelitian dan sebagai batuan dasar penyusun Sulawesi
10
1. Kompleks Mekongga (Pzm) terdiri atas sekis, gneiss dan kuarsit.
berbutir halus sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas gneiss
kuarsa biotit dan gneiss muskovit, bersifat kurang padat sampai padat.
Batuan ini berumur Karbon – Permian yaitu sekitar 345 – 250 juta
tahun.
Kapur. Umur batuan ini adalah Jura bagian atas - Kapur bagian
meta. Satuan ini mempunyai kontak struktur geser dengan satuan yang
Sultra (2005) adalah Karbon Akhir – Permian (290 – 250 juta tahun)
11
beragam yang umumnya berasal dari kuarsa dan kuarsit, dan
batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah yang berumur 15 juta tahun
selaras formasi yang lebih tua yang masuk kedalam kelompok molasa
2.2 Batuan
beberapa zat yang terjadi secara alami, dapat terdiri dari mineral, potongan
batu lainnya serta bahan-bahan fosil, seperti kerang atau tanaman. Seluruh
12
batuan yang ada di permukaan bumi berasal dari magma yang meleleh ke arah
permukaan. Suhu permukaan bumi yang jauh lebih rendah dari suhu di bawah
proses pembentukan batuan. Pada dasarnya semua batuan pada mulanya dari
gunung api. Gunung api ada yang di daratan ada juga yang di lautan. Magma
beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai karena panas, hujan, serta
disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku
dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya
13
perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
ekstrusif (vulkanik) [4]. Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut:
dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
intrusi [5].
yaitu batuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif. Batuan beku intrusive
14
Secara sederhana batuan beku ultramafik adalah batuan beku yang
batuan yang menjadi sumber bagi endapan nikel laterit dan nikel sulfida [6].
batuan beku plutonik maupun batuan metamorf, dan batuan yang ditemukan
di kerak mencakup jenis batuan beku dan metamorf, sedangkan yang dari
posisi tektoniknya saat ini. Batuan ultramafik di bagian kerak bumi yang
tampak, khas terdapat dalam tubuh relatif kecil di jalur sempit orogen sedang
persegi atau kira-kira sekecil sampel setangan yang tergabung ke dalam zona
sesar.
(slices) mantel atas bumi yang terlepas yang tersingkap oleh proses tektonik,
15
karena peridotit alas terjadi sebagian besar di sepanjang lempeng atas zona
bumi (di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan
juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol
pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen
dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju atau gletser [5].
16
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar
jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada. Setelah itu proses
sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini
kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu kapur dan batu
giok. Sedimen organik berupa endapan sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut
17
temperatur yang cukup tinggi pada batuan beku dan sedimen, sehingga terjadi
perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu
batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan
sepanjang batuan tersebut tidak hancur dan tidak berubah menjadi cair. Proses
terbentuk dari batuan-batuan sebelum nya yang berubah agar sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa
terjadi pada temperatur dibawah 200°C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa
= Mega Pascal) atau setara dengan tekanan sebesar 3000 atmosfer, sedangkan
Batuan yang dapat mengalami tekanan dan temperatur diatas 300 MPa dan
subduksi [5].
batuan terkadang tidak terlihat atau terjadi perubahan yang begitu besar
18
Contoh batuan metamorf adalah slate, filit, marmer, dan sekis [8]. Adapun
2.3 Mineral
Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil
dan mudah terubah menjadi mineral lain terutama mineral yang berada
suatu pola yang sistematis. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar
19
kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada
“kristal”[5].
Struktur kristalin ini seringkali diperlihatkan oleh bentuk kristalnya itu sendiri
[10]. Contohnya bentuk kristal mineral yang ditunjukkan dalam Gambar 2.7.
20
sifat-sifatnya. Beberapa sifat, seperti warna masih bisa dilihat oleh mata. Dan
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama
adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik
mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4)
warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua
adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada
umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama. Berikut ini adalah
sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral secara
21
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya
4. Warna (colour)
paling tidak ada warnawarna yang khas yang dapat digunakan untuk
mengandung aluminium.
5. Kekerasan (hardness)
22
(abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral
seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.
7. Kilap (luster)
permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu
yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap
tanah.
(mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan adalah seperti
23
1. Mineral Silikat
90% dari berat kerak bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir
Amphibole (Ca2Mg5)Si8O22(OH)2
Muscovite KAl3Si3O10(OH)2
Mica
Biotite K(Mg,Fe)3Si3O10(OH)2
Orthoclase K Al Si3 O8
Fieldspar
Plagioclase (Ca,Na)AlSi3O8
Quartz SiO2
24
Gambar 7 Kelompok Mineral Silikat [5]
2. Mineral Non-Silikat
yang sangat berharga bagi manusia, seperti emas logam mulia, perak,
dan platinum, logam yang berguna seperti besi, aluminium dan timah,
25
Tabel 2 Kelompok Mineral Non-Silikat [5]
KELOMPOK ANGGOTA SENYAWA
KIMIA
Hematite Fe2O3
Magnetite Fe3O4
Chromite FeCr2O4
Ilmenite FeTiO3
Galena PbS
Sphalerite ZnS
Pyrite FeS2
SulfidesGypsum
Chalcopyrite CuFeS2
Bornite Cu5FeS4
Cinnabar HgS
Gypsum CaSO4,2H2O
Barite BaSO4
Gold Au
Cooper Cu
Diamond C
Native Elements
Sulfur S
Graphite C
Silver Ag
26
Platinum Pt
Halite NaCl
Flourite CaF2
Halides
Sylvite KCl
Calcite CaCO3
Dolomite CaMg(CO3)2
Carbonates
Malachite Cu2(OH)2CO3
Azurite Cu3(OH)2(CO3)2
Limonite FeO(OH),nH2O
Hydroxides
Bauxite Al(OH)3,nH2O
Apatite Ca5(F,C,OH)PO4
Phosphates
Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8
27
Gambar 8 Kelompok Mineral Non-Silikat [5]
2.4 Nikel
Nikel adalah logam putih seperti perak yang bersifat keras dan anti
karat. Logam ini membantu dalam proses pengubahan beberapa logam olahan
dalam bentuk larutan yang menghasilkan energi panas. Selain itu Ni juga
hijau dan biru [12]. Nikel diperoleh dari endapan yang terbentuk akibat
proses oksidasi dan pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0,2
– 0,4 % [13].
28
Gambar 9 Contoh Logam Nikel [12]
Nikel bersifat liat dapat ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur
pada 14550C. Selain itu, nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan
logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah
terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal,
yaitu nikel sulfide dan nikel laterit. Endapan bijih nikel yang terdapat di
Laterit adalah nama umum mineral yang berupa tanah merah sebagai
akibat dari pelapukan batuan asal (induk) di daerah tropis atau sub tropis.
Laterit kaya akan kaonilit, goethite, dan kwarsa, sehingga komposisi dari
laterit sangat kompleks. Secara kimia, laterit dicirikan oleh adanya besi, nikel,
29
Laterit terutama terdapat di wilayah beriklim tropis dan subtropis yang
memiliki suhu tinggi dan curah hujan yang cukup. Akibatnya laterit banyak 9
berada dalam kerak bumi yang keras dan memiliki ketebalan mulai 6 meter
untuk digunakan sebagai sumber besi dan nikel. Dengan komposisi nikel
yang mudah larut seperti Ni, Co, dan Fe. Air hujan yang mengandung CO2
dari udara meresap ke bawah sampai ke permukaan air tanah sambil melindih
mineral primer yang tidak stabil seperti serpentin dan piroksin. Air tanah
meresap secara perlahan dari atas ke bawah sampai batas antara zona limonit
30
dan zona saprolit kemudian mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih
Pada zona ini batuan asal ultramafik akan berakumulasi dengan unsur-unsur
sehingga zona saprolit ini akan menjadi jenuh dengan unsur nikel. Unsur-
unsur yang tertinggal pada zona limonit seperti besi, mangan, kobalt dan juga
air tanah pada zona ini sehingga kandungan nikel pada zona limonit akan
1. Batuan Asal
31
lapuk (tidak stabil), dan komponen-komponennya mudah larut yang
iklim tropis dan sub tropis, terkait curah hujan dan sinar matahari
akan mengakibatkan penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah
lebih banyak, humus akan lebih tebal. Keadaan ini merupakan suatu
petunjuk dimana pada hutan yang lebat akan terdapat endapan bijih
nikel yang lebih tebal dan kadar yang lebih tinggi [14].
32
4. Stuktur Geologi
rekahan tersebut akan lebih memudahkan air masuk dan berarti proses
5. Topografi
curam jumlah air yang meluncur lebih banyak daripada air yang
6. Waktu
33
2.5 Penampang Laterit
2. Zona Limonit
Pada zona limonit hampir semua unsur yang mudah larut hilang
terlindi. Kadar Fe2O3 dan Al2O3 akan naik, sedangkan kadar SiO2 dan
MgO akan turun. Zona ini didominasi oleh mineral geothit disamping
3. Zona Saprolit
34
4. Batuan Dasar (Bedrock)
dengan jelas.
35
1. Citra Geolistrik Resistivitas 2-Dimensi Untuk Identifikasi Zona
Laterit Dan Zona Bedrock Profil Nikel Laterit oleh Ifanali Iha, Puji
Hartoyo.
ohm.m , dan zona bedrock memiliki resistivitas lebih dari 200 ohm.m.
36
Pomalaa Menggunakan Metoda Resistivitas 2D oleh Yanto
Sudiyanto.
sekitarnya, antara 5 - 144 Ω.m. Hasil korelasi data log bor dengan
Ω.m mewakili zona saprolit, kisaran nilai resistivitas 144 - 604 Ω.m
mewakili zona limonit dan kisaran nilai resistivitas 144 -1200 Ω.m
37
Model endapan nikel laterit di daerah penelitian secara vertikal
dari atas ke bawah terdiri atas: lateritic soil yang memiliki nilai
Lateritic soil terdiri atas zona limonit yang memiliki nilai resistivitas :
Pada topografi yang relatif landai akan diperoleh zona saprolit dan
zona limonit yang lebih tebal dibandingkan lokasi yang terjal atau
38
untuk mengendapkan nikel yang terdapat pada silikat dan rekahan
Ohm.m dan zona limonit dengan nilai resistivitas < 400 Ohm.m.
peridotit. Pada zona limonit yang memiliki resistivitas sangat rendah <
39
30 Ohm.m diduga terdapat saturasi air. Zona limonit dan saprolit pada
distribusi nilai resistivitas dan log inti. Kesesuaian yang sangat baik
dapat diamati antara lapisan listrik dan empat cakrawala utama yang
40
membentuk profil pelapukan lengkap, maka dari bawah ke atas dapat
mulai dari 10 hingga 300 Ω.m, limonit sendiri berkisar dari 100
hidrologi, dan fisika bumi padat. Fisika bumi padat ini dibagi atas seismologi,
Menurut para ahli, Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang
41
ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan
parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran
pencarian menurut para ahli dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(penjelajahan angkasa), minyak bumi, gas alam, batubara, mineral, gua, air
ataupun informasi.
diukur bisa pada permukaan atau didalam bumi dengan ketinggian dan
yang mendasari, distribusi spasial satuan batuan, menentukan letak air tanah
42
dan untuk mendeteksi struktur lipatan dan batuan intrusi. Untuk mencapai
tujuan ini, idealnya kegiatan survei atau pengukuran harus dilakukan secara
metode geofisika.
memperoleh informasi dimana volume tanah besar yang tidak bisa diselidiki
polutan di tanah dan air tanah yang masih berkembang, tetapi dengan potensi
besar. Hal tersebut masih belum cukup atau tidak digunakan dalam rekayasa
geofisika ada 2 (dua) macam cara yaitu metode geofisika dinamis dan metode
getaran seismik maupun injeksi arus listrik. Contoh metode ini adalah
seismik, geolistrik, dan georadar. Sedangkan pada metode yang kedua yakni
43
Beberapa metode survei geofisika dapat digunakan di air maupun di
survei area dimana akses jalan yang sulit atau mustahil. Jangkauan yang luas
disini memiliki sifat fisika yang khas yang berbeda [22]. Metode-metode
44
2.8 Metode Resistivity
kerja metode geolistrik, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua
elektroda arus, beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda
potensial. Berdasarkan hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap
𝑉 = 𝐼𝑅 (2.1)
dalam satuan Ω ketika arus (I) dalam ampere dan tegangan (V) dalam volt
[25].
sama. Prinsip dasarnya dari metoda geolistrik adalah mengukur respon berupa
potensial pada suatu elektroda potensial akibat arus listrik yang diinjeksikan
45
ke dalam bumi melalui elektroda arus, oleh karena itu perumusan teoritis
suatu medium tertentu akibat suatu sumber arus listrik di permukaan bumi.
Jika arus (I) diinjeksikan ke dalam bumi yang homogen dan isotropis melalui
sebuah elektroda tunggal, maka arus listrik tersebut akan menyebar ke segala
mengalirkan arus listrik ke dalam lapisan bumi melalui dua elektroda arus,
lebih. Dua buah elektroda arus C (C1 dan C1) untuk menginjeksikan arus
46
Gambar 18 Konsep Resistivitas 2D [28]
menggunakan keempat elektroda yang disusun sebaris, salah satu dari dua
buah elektroda yang berbeda muatan digunakan untuk mengalirkan arus listrik
menginjeksikan arus listrik (I) ke dalam bumi melalui dua elektroda arus, C1
dan C2, kemudian beda potensial (V) yang terjadi diukur melalui dua
47
pengukuran diperoleh nilai arus (I, satuan mA) dan beda potensial listrik (V,
satuan mV), sehingga nilai resistivitas (𝜌𝑎, satuan Ω𝑚) dapat dihitung melalui
persamaan [30].
𝜌𝑎 = 𝐾 𝑉 𝐼 (2.2)
tanah. Dalam kasus ini resistivitas dinamakan resistivitas semu (𝜌𝑎) bawah
jenis.
48
2. Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan
3. Kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang
konduktor.
konfigurasi Pole – pole dan konfigurasi Square. Dari berbagai jenis konfigurasi
ini menentukan faktor geometri (k) dan dari konfigurasi inilah yang menentukan
49
Dari beberapa konfigurasi yang ada, konfigurasi yang digunakan pada
konfigurasi dengan sistem aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor
“n” untuk konfigurasi ini adalah perbandingan jarak antara elektroda C1-P1
(atau C2-P2) dengan spasi antara P1-P2. Jika jarak antar elektroda potensial
(P1 dan P2) adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1 dan C2) adalah 2na
50
Berdasarkan gambar 2.9 maka faktor geometri untuk konfigurasi
Wenner-Schlumberger adalah
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 = Faktor Geometri (2.3)
{( − )−( − )}
𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (2.4)
{( −(𝑛+1)𝑎)−((𝑛+1)𝑎− )}
𝑛𝑎 𝑛𝑎
𝐾 = 𝜋𝑛 (𝑛 + 1)𝑎 (2.5)
adalah:
cukup banyak.
lainnya.
4. Keterbatasannya yaitu AB/MN harus berada pada rasio 2,5 < AB/MN
51
2.11 Sifat Kelistrikan Batuan dan Mineral
listrik dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu
dielektrik [33].
sangat dipengaruhi oleh jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana
cara air didistribusikan dalam tanah dan batuan tersebut. Konduktivitas listrik
batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air, yakni
elektrolit (larutan garam yang terkandung dalam air yang terdiri dari anion dan
kation yang bergerak bebas dalam air). Adanya medan listrik eksternal
sedangkan anion menuju kutub postif. Tentu saja, batuan berpori atau pun
tanah yang terisi air, nilai resistivitas (𝜌) listriknya berkurang dengan
52
2.11.1 Konduksi secara Elektronik
electron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh
elektron-elektron bebas berikut. Aliran listrik ini juga dipengaruhi oleh sifat
besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut
tidak hanya tergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada factor
biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida,
akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang [37].
53
2.11.3 Konduksi secara Dielektrik
terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai
electron bebas sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Elektron dalam batuan
berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan
S) pengisi rongga tersebut yang bertindak sebagai elektrolit [37] Jika rongga
batuan bersisi udara, gas atau uap air yang tidak dapat menghantarkan listrik
batuan (𝜌𝑓 ) sebagai fungsi porositas (Ф) dan 33 resisitivitas air formasi (𝜌𝑤)
54
𝜌𝑓 = 𝑎𝜌𝑤Φ−𝑚𝑆 −𝑛 (2.6)
yang telah ditentukan untuk beberapa kasus. Biasanya, 0,5 ≤ a ≤ 2,5, 1,3 ≤ m ≤
batuan terisi oleh air formasi atau formasi batuan dikatakan dalam keadaan
jenuh.
55
2.13 Teknik Pengukuran Metode Geeolistrik 2D
pada satu garis lurus dengan spasi tetap, kemudian semua elektroda
dipindahkan atau digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang telah
tahanan jenis semu. Dengan membuat peta kontur tahanan jenis semu akan
56
Dalam geofisika, model dan parameter model digunakan untuk
merupakan proses estimasi model dan parameter model berdasarkan data yang
perhitungan “data” yang secara teoritis akan teramati di permukaan bumi jika
dengan data lapangan dapat dilakukan proses coba-coba (trial and error)
data geofisika dengan cara coba-coba tersebut. Dengan kata lain, istilah
57
inversi (yang akan dijelaskan kemudian). Namun pada kasus-kasus tertentu
Sistem fisika yang dimaksud adaah fenomena yang kita tinjau, hasil observasi
terhadap sistem adalah data sedangkan informasi yang ingi diperoleh dari
diperoleh kecocokan data perhitungan dan data pengamatan yang lebih baik
dilakukan secara otomatis. Pemodelan inversi sering pula disebut sebagai data
58
Gambar 25 Proses forward modeling
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Juni 2020 sampai
60
Pada survei akuisisi geolistrik yang dilakukan terdapat 3 lintasan
pengukuran yang membentang dari arah timur laut – barat daya. Jenis
menunjukkan desain tiga lintasan survei pengukuran yaitu GL-01, GL-02, dan
antar elektroda sebesar 10 m. Batas koordinat area survei dan lintasan daerah
berikut
Nama Lintasan X Y X Y
1 351793 9530471
2 353341 9530471
3 353341 9529777
4 351793 9529777
61
Gambar 27 Desain Lintasan dan Batas Area Suvei di Pomalaa
penelitian
62
f. Kabel multicore 48 channels untuk menghubungkan elektroda
elektroda
k. Laptop
Res2Dinv.
63
c. Microsoft Excel 2016, digunakan untuk mengubahan nilai
skripsi.
survei
64
3.3 Diagram Alur Penelitian
sebagai berikut:
65
3. Menancapkan elektroda menggunakan palu geologi
66
Gambar 30 Tampilan data resistivitas dengan format .dat
format .dat.
67
Gambar 31 Tampilan RES2DINV saat berhasil membaca data
68
4. Jika hasil permodelan masih dirasa kurang maka dilakukan editing
5. Setelah itu dari data yang dihasilkan oleh inversi, data tersebut
69
BAB IV
Pomalaa.
didominasi oleh peridotit yang umumnya berupa harzburgit dan dunit yang
tersebut merupakan sumber yang baik untuk terbentuknya endapan laterit nikel.
70
Endapan laterit nikel Pomalaa secara keseluruhan memiliki lima zonasi
tutupan (top soil), limonit, transisi, saprolit dan batuan dasar. Namun zona transisi
hanya berkembang di bagian utara Pomalaa berupa yellow limonite yang terdapat
a. Zona Top Soil (Tanah Penutup) adalah zona paling atas dari zona nikel
gembur dan kadar oksida besi tinggi berupa nodul-nodul Fe. Ketebalan
nikel. Material penyusun pada zona ini gembur , berongga dan bersifat
udara, sebaliknya pada kondisi basah rongga antar butiran terisi fluida
rendah – tinggi.
71
di beberapa tempat ketebalannnya mencapai 25 meter. Umumnya
meter dengan kadar nikel umumnya berkisar 1,8 - 2,2 % Ni. Menurut
hingga 300 Ω.m. Bongkah batuan ultramafik pada zona ini masih
72
Gambar 37 Zona Saprolit (A), bongkahan bedrock (B) di Pomalaa
bahwa pada zona ini memiliki resistivitas tinggi berkisar antara 100
73
Gambar 38 Batuan dasar pada yang sudah mengalami pelapukan
lintasan (Tabel 1). Panjang untuk ketiga lintasan sama yaitu sepanjang 470 m.
74
dikorelasikan dengan faktor permeabilitas, porositas dan material penyusunnya
dari setiap zona laterit nikel serta didukung oleh peneliti sebelumnya.
laterit di bawah permukaan berkisar 2,85 – 1.676,63 Ω.m, seperti terlihat pada
1. Zona dengan kisaran nilai resistivitas 200,17 Ω.m – 1096,05 Ω.m (warna
2. Zona dengan kisaran nilai resistivitas 2,51 Ω.m – 200,17 Ω.m (warna
batuan dasar (batuan ultramafik) dan atau pecahan silika yang bersifat
resistif.
75
semakin dalam semakin tinggi yang mengindikasikan semakin dalam
point pada layer pertama terletak pada kedalaman 6 m dalam akusisi data
resistivitas dengan spasi elektroda 10 m, sehingga tidak ada data resistivitas antara
Menurut Kamaruddin. H, dkk. (2018), zona Top Soil (Tanah Penutup) yang
sehingga tidak terekam atau tidak ada data nilai resistivitas dari material
76
Gambar 41 Model Penampang Resistivitas 2D pada Lintasan N-2
77
bawah tanah penutup) dengan
ketebalan mulai 5 m – 25 m.
Namun masih terdapat nilai
resistivitas tinggi (200,17 Ω.m –
1676,63 Ω.m) pada zona ini,
kemungkinan karena terdapat
material penyusun batuan
ultramafik dan silika berukuran
kerikil-bongkah yang
menyebabkan tingginya
resistivitas.
2.51 – Zona Saprolit Zona resistivitas rendah (bersifat
200.17 konduktif) dengan kisaran nilai
resistivitas 2.51 Ω.m – 200,17
Ω.m (warna biru tua – kuning)
yang terdistribusi di dekat
permukaan hinggga bawah
permukaan, memiliki
permeablitas dan porositas
tinggi; ,diinterpretasi sebagai
zona saprolit dengan ketebalan
mencapai 60 m. Dalam zona ini
terdapat sebaran anomali nilai
resistivitas (200.17 Ω.m –
1676,63 Ω.m) yang diinterpretasi
sebagai bongkahan batuan dasar
(batuan ultramafik) dan atau
pecahan silika yang bersifat
resistif.
200,17 – Batuan Zona resistivitas medium-sangat
78
1676,63 Dasar/Bedrock tinggi dengan kisaran nilai
resistivitas 200,17 Ω.m –
1676.63 Ω.m, diinterpretasi
sebagai zona batuan dasar
(batuan Ultramafik), dimana nilai
resistivitasnya semakin dalam
semakin tinggi yang
mengindikasikan semakin dalam
semakin keras dan padat serta
permeabilitas nya sangat rendah.
hasil pemodelan inversi) menjadi 3 warna yang mewakili setiap zona laterit (Tabel
4.3).
79
Tabel 9 Interpretasi Korelasi Kisaran Nilai Resistivitas dengan Zona Laterit
Kisaran Resistivitas Interpretasi
(Ω.m)
200,17 – 1096,05 Zona Limonit
2,51 – 200,17 Zona Saprolit
200,17 – 1676,63 Bedrock dan bongkah
batuan ultramafik / pecahan
silika
80
Gambar 45 Penampang 2D Hasil Intepretasi pada Lintasan N-3
terbagi menjadi 3 zona, yaitu zona limonit, zona saprolit, dan zona bedrock.
Kemudian berikut ini akan dijelaskan masing-masing zona secara detail dilihat
harga itu karena dilihat material penyusun dari zona ini bersifat
dengan resistivitas. Untuk kadar nikel pada zona ini rendah jika
belum sempurna.
81
Pada zona saprolit disusun oleh butiran halus-kasar, masih terdapat
pada zona limonit sangat baik yaitu sekitar 1,5-3% karena sudah
Pada zona bedrock, dilihat dari material penyusun pada zona ini
yang terdiri atas batuan asal (ultramafik) yang sangat kompak dan
dari itu pada zona ini memiliki nilai resistivitas yang tinggi yaitu
200,17 Ω.m – 1676,63 Ω.m. Untuk kadar nikel pada zona bedrock
di daerah penelitian.
82
Gambar 46 Hasil Permodelan 3D Seluruh Lintasan
4.11) terlihat bahwa pada setiap lintasan ditemukan 3 zona yaitu zona
83
BAB V
5.1 Kesimpulan
1676, 63 Ω.m.
saprolit, kadar nikel pada zona limonit sangat baik yaitu sekitar
zona limonit, untuk kadar nikel pada zona limonit rendah jika
1676,63 Ω.m mewakili batuan dasar, untuk kadar nikel pada zona
pelapukan.
84
5.2 Saran
85
DAFTAR PUSTAKA
Provinsi Sulawesi Tenggara,” Bul. Sumber Daya Geol., vol. 13, no. 2, pp. 84–105,
SULAWESI TENGGARA,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699,
2019.
[4] W. P. Sari et al., “Analisis Struktur Batuan Berdasarkan Data Geolistrik Tahanan
Ciletuh di Daerah Ciletuh, Jawa Barat,” Bull. Sci. Contrib., pp. 213–220, 2015.
[9] K. Abidin and A. Palili, “Studi Penentuan Mineral Bawah Permukaan Dengan
Metode Geolistrik Di Desa Tarere Kec. Larompong Kab Luwu,” J. Din., vol. 02,
86
no. 2, pp. 62–63, 2011, [Online]. Available:
https://journal.uncp.ac.id/index.php/dinamika/article/view/13.
Tenggara,” J. Geol. dan Sumberd. Miner., vol. 19, no. 3, pp. 148–161, 2018,
[Online]. Available:
http://jgsm.geologi.esdm.go.id/index.php/JGSM/article/view/408/358.
[15] I. Iha and P. Hartoyo, “Citra Geolistrik Resistivitas 2-Dimensi Untuk Identifikasi
Zona Laterit Dan Zona Bedrock Profil Nikel Laterit,” J. Ilm. Giga, vol. 21, no. 2,
87
vol. 07, no. 01, pp. 250–250, 2012, doi: 10.4133/1.4721764.
nickel ore exploration in New Caledonia,” ASEG Ext. Abstr., vol. 2003, no. 2, pp.
[19] Sismanto, “Geofisika Bagian Dari Geosains Dalam Eksplorasi Sumber Daya
Alam,” Pros. Pertem. Ilm. XXV HFI Jateng DIY, pp. 114–117, 2013.
[Online]. Available:
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/e94f7_4._Modul_Eksplorasi_Geofisika_untuk_
Airtanah.pdf.
Data Collecting Process and Use of 4-D Geoelectric Method,” M.I.P.I, vol. 12, no.
[23] M. H. Loke, “Tutorial: 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys, 2004 Revised
Edition,” Tutor. 2-D 3-D Electr. imaging Surv., no. July, p. 136, 2004.
Fiziya J. Mater. Sci. Geophys. Instrum. Theor. Phys., vol. 1, no. 2, pp. 7–14, 2019,
doi: 10.15408/fiziya.v1i2.9503.
[26] I Nengah Simpen, “Modul Praktikum Metoda Geolistrik,” Jur. Tek. Sipil, Fak.
88
[27] M. Fauzan and M. S. Purwanto, “Situs Maelang Bayuwangi Jawa Timur,” vol. 6,
no. 2, 2017.
2010.
[31] M. Dentith and S. Mudge, Geophysics for the mineral exploration geoscientist, no.
6. 2014.
89
BAWAH PERMUKAAN,” vol. 7, no. 2, pp. 84–91, 2008.
MANADO.”
90
LAMPIRAN
91
2. Lampiran 2 : Data Resistivitas pada lintasan 1
92
4. Lampiran 4 : Data Resistivitas pada lintasan 3
93