Anda di halaman 1dari 72

SIMULASI CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) TURBIN

ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIPE PROPELER TIGA BLADE ROTOR


GANDA MELALUI VARIASI GEOMETRI

Karya tulis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Universitas Nusa Cendana

SKRIPSI

OLEH:
ROYBERTHO A. HALE
NIM: 1706020067

PROGAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL HASIL PENELITIAN

SIMULASI CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) TURBIN


ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIPE PROPELER TIGA BLADE ROTOR
GANDA MELALUI VARIASI GEOMETRI

Oleh:
ROYBERTHO A. HALE
NIM: 1706020067

Menyetujui
Kupang, ………………….2023
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Verdy A. Koehuan, S.T., M.T. Daud P. Mangesa S.T.,MT


NIP. 197550207 200112 1 001 NIP. 19710910 2000 1 001

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Sains dan Teknik Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana

Prof. Philiphi De Rozari, S.Si., M.Si., M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Erich U. K. Maliwemu S.T., M.Eng
NIP. 19741114 200002 1 001 NIP.19820208 200604 1 002

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL HASIL PENELITIAN

SIMULASI CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) TURBIN


ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIPE PROPELER TIGA BLADE ROTOR
GANDA MELALUI VARIASI GEOMETRI

Oleh
ROYBERTHO A. HALE
NIM: 1706020067

Disetujui:
Pada Tanggal : 2023
1. Dr. Jahirwan Ut. Jasron ST., MT (....................)
NIP.197111102000011001
2. Dr.Ir. Arifin Sanusi MT (....................)
NIP. 196601021999031001
3. Muhamad Jafri ST., Meng (....................)
NIP. 197508162000210001

Menyetujui,
Kordinator Teknik Mesin

Dr. Ir. Erich U. K. Maliwemu, S.T., M.Eng


NIP.19820208 200604 1 002

iii
HALAMAN PERNYATAAN REVISI

Kami yang bertanda tangan dibawah ini selaku Tim Penguji Ujian Skripsi,
menyatakan bahwa skripsi “ Simulasi CFD (Computational Fluid Dynamics)
Turbin Angin Sumbu Horizontal Tipe Propeler Tiga Blade Rotor Ganda
Melalui Variasi Geometri” yang dibuat oleh

Nama : ROYBERTHO A. HALE


Nim : 1706020067
Telah selesai melakukan revisi/perbaikan Hasil Penelitian.

No Tim Penguji Tanda Tangan


Dr. Jahirwan Ut. Jasron ST.,MT
1
NIP. 197111102000011001
Dr. Ir. Arifin Sanusi MT
2
NIP. 196601021999031001
Muhamad Jafri S.T., Meng
3
NIP. 197508162000210001

Mengetahui
Kordinator Teknik Mesin

Dr. Ir. Erich U. K. Maliwemu, S.T., M.Eng


NIP.19820208 200604 1 002

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul : “Simulasi


CFD (Computational Fluid Dynamics) Turbin Angin Sumbu Horizontal Tipe
Propeler Tiga Blade Rotor Ganda melalui Variasi Geometri”. Adalah hasil
karya sendiri dan bukan merupakan tiruan karya serupa dan semua sumber yang
baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Yang memberi pernyataan

Nama : ROYBERTHO A. HALE

Nim : 1706020067

Tanda tangan :

Tanggal :

Skripsi S1 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di perpustakaan


Universitas Nusa Cendana, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKl yang berlaku di
Universitas Nusa Cendana. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat,
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebut sumbernya.

v
RIWAYAT HIDUP

ROYBERTHO A. HALE.merupakan nama penulis skripsi ini. Penulis lahir


pada tanggal 04 agustus 1998, Wekfau, kecamatan Sasitamean,kabupaten Malaka.
Penulis merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara, dari pasangan Bapak Vincencius
Hale dan Ibu Maria Gaudensiana Fatin. Pada umur 7 tahun penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada SDK Wekfau pada tahun 2006 dan tamat
2012, pada tahun yang sama penulis melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP ST Lukas Wekfau dan tamat pada tahun 2014, dan pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMK) pada
SMKN 1 Atambua dan tamat pada tahun 2017. Pada tahun yang sama juga penulis
terdaftar mahasiswa di Universitas Nusa Cendana, Fakultas Sains dan Teknik, Prodi
Teknik Mesin dan menyelesaiakan studi dengan meraih gelar Sarjana Teknik (S.T)
pada tahun 2023.

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan hasil
penelitian ini. Hasil penelitian ini merupakan syarat tugas akhir yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswa untuk menyelesaikan studi di Prodi Teknik Mesin,
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Kupang .Untuk memenuhi
syarat tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Simulasi CFD
(Computational Fluid Dynamics) Turbin Angin Sumbu Horizontal Tipe
Propeler Tiga Blade Rotor Ganda melalui Variasi Geometri”.

Hasil penelitian ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Penulis juga menyadari banyak kekurangan dalam
menyusun laporan ini, disebabkan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh
karena itu penulis patut mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc, selaku Rektor Universitas Nusa
Cendana.
2. Bapak Prof. Philiphi De Rozari, S.Si., M.Si., M.Sc., Ph.D selaku Dekan
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana.
3. Bapak Dr. Ir. Erich U. K. Maliwemu, S.T., M.Eng selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana.
4. Bapak Dr. Verdy A. Koehuan, S.T., M.T. selaku pembimbing I yang telah
membimbing Penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan ini.
5. Daud Pulo Mangesa, S.T., M.T. selaku pembimbing II yang telah membimbing
Penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan ini.
6. Dr. Jahirwan Ut. Jasron, ST.,MT. selaku Penguji I yang telah memberikan
masukan kepada Penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan
ini.
7. Dr. Ir. Arifin Sanusi, M.T., IPM. selaku Penguji II yang telah memberikan
masukan kepada Penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan
ini.

vii
8. Ir. Muhamad Jafri, S.T., M.Eng, IPM. Selaku Penguji III yang telah
memberikan masukan kepada Penulis dalam melakukan penelitian dan
penyusunan laporan ini.
9. Daud Pulo Mangesa, S.T., M.T. selaku Pembimbing akademik yang telah
mendidik Penulis selama masa perkuliahan di Program Studi Teknik Mesin,
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana.

10. Bapak, Ibu Dosen dan Pegawai pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas
Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, yang telah membantu penulis
selama masa perkuliahan.
11. Saudara-saudari seperjuangan penulis di Program Studi Teknik Mesin,
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana.

Teriring doa kepada semua pihak yang telah berpartisipasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penyusunan laporan hasil
penelitian ini, semoga selalu mendapat berkat dan rahmat dari Tuhan Yang Maha
Esa.

Penulis sadar bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala masukan dan saran positif yang membangun sangat penulis harapkan
demi penyempurnaannya.

Kupang, 2023

Penulis

ROYBERTHO A. HALE

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN REVISI ................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .....................................................v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv
ABSTRACT .............................................................................................................xv
DAFTAR NOTASI .............................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah .......................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian......................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................................... 4
2.2 Teori Turbin Angin ..................................................................................... 6
2.3 Bagian-bagian turbin angin ......................................................................... 8
2.3.1. Sudu turbin ......................................................................................... 8
2.3.2. Menara ............................................................................................... 8
2.3.3. Generator mini ................................................................................... 9
2.3.4. Poros .................................................................................................. 9
2.4 Medan Aliran pada turbin angin.................................................................. 9
2.5 Performa Rotor Turbin CRWT ................................................................. 13
2.6 Computational Fluid Dynamic .................................................................. 15

ix
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................21
3.1. Waktu Dan Lokasi Penelitian .................................................................... 21
3.2. Tahapan Penelitian .................................................................................... 21
3.2.1. Geometri blade ................................................................................. 21
3.2.2. Model numerik ................................................................................. 23
3.2.3. Kondisi batas.................................................................................... 24
3.2.4. Meshing ........................................................................................... 25
3.2.5. Prosedur solusi numerik................................................................... 26
3.2.6. Spesifikasi Komputer ....................................................................... 26
3.2.7. Verifikasi solusi numerik ................................................................. 27
3.3. Variable penelitian .................................................................................... 27
3.4. Analisis Data ............................................................................................. 28
3.5. Diagram alir ............................................................................................... 30
BAB IV. HASIL DAN PEBAHASAN ................................................................31
4.1. Domain Komputasi ................................................................................... 31
4.2. Performa Turbin CRWT dari Hasil Simulasi ............................................ 32
4.3. Visualisasi aliran melewati CRWT ........................................................... 37
4.4. Pembahasan ............................................................................................... 47
BAB V. PENUTUP..............................................................................................50
V.1. Kesimpulan................................................................................................ 50
V.2. Saran .......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................51
Lampiran 1. Hasil analisis CFD performa turbin CRWT ......................................54
Lampiran 2. Data hasil eksperimen performa CRWT melalui variasi skala
geometri..................................................................................................................56

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bentuk aliran menurut teori rotor disk rotor ganda (Ushiyama dkk.,
1996) ................................................................................................................ 4
Gambar 2.2. Bentuk aliran menurut teori rotor disk rotor ganda (Jung et al., 2005).
.......................................................................................................................... 5
Gambar 2.3. Volume kendali pada actuator disc (Eggleston & Stoddard, 1987) . 7
Gambar 2.4 Bagian-bagian turbin angina ............................................................... 8
Gambar : 2.5 Dinamo atau generator ...................................................................... 9
Gambar 2.6. Profil kecepatan pada daerah wake dari turbin angin (Sanderse, 2009).
........................................................................................................................ 10
Gambar 2.7. Kontur kecepatan arah aksial pada daerah near wake turbin angin rotor
tunggal dari hasil simulasi CFD (Oggiano, 2014). ........................................ 10
Gambar 2.8. Profil aliran melewati airfoil pada tiga sudut serang yang berbeda. 11
Gambar 2.9. Hubungan antara profil kecepatan aliran dan vorticiti pada aliran radial
(Yulistiyanto, 2009). ...................................................................................... 12
Gambar 2.10. Sistem vorteks pada blade atau sayap (Sanderse, 2009). ............... 12
Gambar 2.11. Separasi aliran dalam arah radial pada blade turbin angin (Mo dan
Lee, 2012). ..................................................................................................... 13
Gambar 2.12. Struktur Dasar Fluent (Fluent, 2017). ........................................... 18
Gambar 3.1. Diagram alir simulasi CRWT menggunakan metode CFD. ............. 22
Gambar 3.2. a) Geometri rotor, b) Model CRWT................................................. 23
Gambar 3.3. Domain komputasi. .......................................................................... 25
Gambar 3.4. Hex mesh pada hub (kiri) dan tip blade (kanan). ............................. 25
Gambar 4.1. (a) Domain komputasi (terowongan angin berbentuk silinder) pada
simulasi CFD turbin angin rotor ganda (CRWT), (b) rotor depan dan rotor
belakang berputar pada sumbu aksial dari silinder, dan (c) penampang blade
dimeshing menggunakan tipe mesh hex. ........................................................ 31
Gambar 4.2. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan, rotor belakang, dan
gabungan) terhadap variasi skala geometri rotor dan kecepatan angin. ........ 35
Gambar 4.3. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan, rotor belakang, dan
gabungan) terhadap variasi kecepatan angin dengan skala geometri rotor 25 %
(D=0,236 m). .................................................................................................. 36
Gambar 4.4. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan, rotor belakang, dan
gabungan) terhadap variasi tip speed ratio (TSR). ........................................ 36

xi
Gambar 4.5. Performa rotor turbin CRWT (rotor gabungan) terhadap variasi tip
speed ratio (TSR). .......................................................................................... 37
Gambar 4.6. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan) terhadap variasi tip speed
ratio (TSR). .................................................................................................... 37
Gambar 4.7. Performa rotor turbin CRWT (rotor belakang) terhadap variasi tip
speed ratio (TSR). .......................................................................................... 37
Gambar 4.8. Sepertiga domain komputasi simulasi CFD turbin angin rotor ganda
(CRWT) dengan pendefinisian bidang vertikal sepanjang arah aksial. ......... 38
Gambar 4.9. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal
aliran dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=1,0 di TSR1= 4 (DDOV1).
........................................................................................................................ 40
Gambar 4.10. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal
aliran dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=0,3 di TSR1=3,06 (DD2V1).
........................................................................................................................ 40
Gambar 4.11. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal
aliran dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=0,265 di TSR1=1,40
(DD2V1). ....................................................................................................... 40
Gambar 4.12. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal
aliran dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=0,25 di TSR1=2,56
(DD3V1). ....................................................................................................... 41
Gambar 4.13. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial
pada CRWT dengan FC=1,0 di TSR1=4 (DD0V1). ...................................... 43
Gambar 4.14. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial
pada CRWT dengan FC=0,3 di TSR1=3,06 (DD1V1). ................................. 44
Gambar 4.15. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial
pada CRWT dengan FC=0,265 di TSR1=1,40 (DD2V1). ............................. 45
Gambar 4.15. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial
pada CRWT dengan FC=0,25 di TSR1=2,56 (DD3V1). ............................... 46

xii
DAFTAR TABEL

Table 3.1. Data Geometri blade. ........................................................................... 24


Table 3.2. Informasi jumlah mesh model CFD turbin rotor tunggal. ................... 25
Tabel 3.3. Mesh Metrics. ....................................................................................... 26
Table 3.4 Variabel rasio geometri rotor CRWT.................................................... 27

xiii
ABSTRAK

SIMULASI CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) TURBIN


ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIPE PROPELER TIGA BLADE ROTOR
GANDA MELALUI VARIASI GEOMETRI

Roybertho A Hale, Verdy A. Koehuan*, Daud P. Mangesa**

Pengujian performa rotor turbin angin sumbu horizontal tipe propeler tiga
blade rotor ganda melalui penurunan skala geometri rotor sangat berpengaruh selain
terhadap parameter geometri rotor tapi juga terhadap parameter aliran. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui performa turbin angin sumbu horisontal atau
horizontal axis wind turbine (HAWT) tipe propeler tiga blade rotor ganda kontra
rotasi (double rotor counter-rotation) terhadap variasi geometri rotor CRWT
menggunakan metode computational fluid dynamics (CFD). Pada pengujian turbin
dengan ukuran skala lapangan (full scale) D1=0,944 m dilakukan pengujian skala
laboratorium dengan penurunan skala menjadi tiga variasi diameter rotor, yaitu
30% 26,5%, dan 25% (koefisien skala, SC = 0,3; SC = 0,265; dan SC = 0,26). Rasio
diameter rotor depan dan rotor belakang, D1/D2=1 dan rasio jarak, Z/D1=0,5 (Z
adalah jarak aksial rotor depan dan rotor belakang). Sehingga diameter turbin yang
diuji adalah, D1=0,2832 m, 0,2502 m, dan 0,236 m. Hasil simulasi CFD rotor turbin
CRWT dengan penurunan skala geometri menunjukkan turbin cenderung
beroperasi pada TSR rendah. Rotor depan turbin CRWT cenderung beroperasi
dengan koefisien daya dan TSR yang lebih tinggi dari rotor belakang. Vektor
kecepatan aliran pada bidang vertikal arah aksial CRWT juga dikonfirmasi oleh
hasil analisis kontur kecepatan aliran dan kontur turbulent kinetic energy terhadap
penurunan performa CRWT karena adanya penurunan faktor skala geometri rotor
turbin. Vektor kecepatan pada tip blade antara rotor depan dan rotor belakang pada
turbin CRWT dengan penurunan skala geometeri (FC = 0,25 dan 0,26 serta 0,3)
yang beroperasi di TSR rendah yang arahnya cenderung menguat menuju ke tip
blade dengan besaran vektor yang makin kuat di sisi hisap (suction surface) blade
rotor belakang. Besaran vektor ini semakin kuat ini dapat membentuk vorteks yang
menurunkan performa CRWT.

Kata Kunci: Turbin Angin; Counter-rotating/ Rotor Ganda; tip speed ratio; CFD

*Pembimbing I
**Pembimbing II

xiv
ABSTRACT

CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) SIMULATION OF


HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE THREE BLADE DOUBLE ROTOR
PROPELLER TYPE THROUGH GEOMETRY VARIATIONS

Roybertho A Hale, Verdy A. Koehuan*, Daud P. Mangesa**

Testing the rotor performance of a horizontal axis wind turbine type three-
blade double-rotor propeller through decreasing the rotor geometry scale greatly
influences not only the rotor geometry parameters but also the flow parametersThe
purpose of this study was to determine the performance of a horizontal axis wind
turbine (HAWT) three-blade propeller type double rotor counter-rotation against
variations in CRWT rotor geometry using computational fluid dynamics (CFD)
methods. In the turbine test with field scale size (full scale) D1 = 0.944 m, a
laboratory scale test was carried out with a reduced scale to three variations of the
rotor diameter, namely 30% 26.5% and 25% (scale coefficient, SC = 0.3; SC =
0.265 and SC = 0.26). The ratio of the diameters of the front and rear rotors,
D1/D2=1 and the distance ratio, Z/D1=0.5 (Z is the axial distance of the front and
rear rotors). So that the diameter of the turbine tested is, D1 = 0.2832 m, 0.2502
m, and 0.236 m CFD simulation results of the CRWT turbine rotor with decreasing
geometry scale show that the turbine tends to operate at low TSR. The front rotor
of a CRWT turbine tends to operate with a higher power coefficient and TSR than
the rear rotor. The flow velocity vector in the vertical plane of the axial direction
of the CRWT is also confirmed by the results of the analysis of the flow velocity
contour and the turbulent kinetic energy contour for a decrease in CRWT
performance due to a decrease in the turbine rotor geometry scale factor. The
velocity vector on the blade tip between the front and rear rotors in a CRWT turbine
with a decreasing geometric scale (FC = 0.25 and 0.26 and 0.3) operating at a low
TSR whose direction tends to strengthen towards the tip blade with a large vector
magnitude getting stronger on the suction side (suction surface) of the rear rotor
blade. This vector quantity gets stronger, it can form a vortex which reduces CRWT
performance.

Keywords: Wind Turbine; Counter-rotating; Double Rotor; tip speed ratio; CFD

*1st Advisor
**2nd Advisor

xv
DAFTAR NOTASI

A = luas penampang (m2)


Cp = koefisien daya
D1 = diameter rotor pertama (m)
D2 = diameter rotor kedua (m)
L = jarak aksial turbin (m)
P = daya (Watt)
r = jarak vertikal dalam arah jari-jari rotor (m)
R = jari-jari luar rotor (m)
U = kecepatan keliling (m/s)
V0 = kecepatan angin free stream (m/s)
Z = jarak horizontal dalam arah streamwise (m)
λ = tip speed ratio
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
T = Torsi (Nm)
𝜔 = kecepatan sudut (rad/det)
n1 = putaran rotor depan (rpm)
n2 = putaran rotor belakang (rpm)
T1 = torsi rotor depan (Nm)
T2 = torsi rotor belakang (Nm)
R1 = jari-jari rotor depan (m)
R2 = jari-jari rotor belakang (m)
U1 = kecepetan keliling rotor depan, m/s
U2 = kecepatan keliling rotot belakang, m/s
A1 = luas sapuan rotor depan (m2)
A2 = luas sapuan rotor belakang (m2)

xvi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini banyak dikembangkan sumber energi terbarukan, seperti sumber


energi angin, panas matahari, biogas, biomassa, gelombang air laut, panas bumi dan
sebagainya. Turbin angin merupakan salah satu sistem konversi energi angin yang
sudah sejak lama dikembangkan. Perkembangan teknologi turbin angin ini,
khususnya turbin angin sumbu horisontal atau horizontal axis wind turbine
(HAWT) tipe propeler tiga blade dewasa ini menunjukkan suatu kemajuan sangat
pesat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan efisiensi turbin dan penurunan
biaya per kWh yang cukup baik. Rotor turbin angin merupakan kunci utama dalam
proses perubahan energi kinetik angin menjadi energi mekanik, sehingga rancangan
geometri blade yang aerodinamis dengan efisiensi optimum mutlak dibutuhkan agar
dapat memaksimalkan energi yang dapat dikonversi tersebut (Vermeer dkk., 2003).
Turbin angin sumbu horisontal tipe propeler tiga blade dengan rotor ganda
(double rotor) yang dikenal dengan double rotor wind turbine (DRWT) memiliki
dua rotor yang ditempatkan pada satu sumbu putar. DRWT dengan arah putaran
saling berlawanan atau counter-rotating yang lebih dikenal dengan counter-
rotating wind turbine (CRWT) dapat membangkitkan daya listrik dengan atau tanpa
menggunakan sistem transmisi. Turbin angin ini memiliki dua buah rotor yang
diameternya sama atau berbeda, sama-sama menggerakan satu alternator dengan
arah putaran saling berlawanan arah. Secara aerodinamika dapat meningkatkan
koefisien daya turbin angin dua rotor lebih tinggi dari pada kondisi rotor tunggal.
Rotor berukuran besar ditempatkan di depan rotor yang berukuran kecil atau
sebaliknya, kecepatan rotasi dari kedua rotor ini cukup sinkron bekerja sama dan
saling dukung dalam menggerakan alternator (Kanemoto & Galal, 2006).
Studi tentang turbin angin sumbu horisontal tipe propeler tiga blade rotor
ganda kontra rotasi (double rotor counter-rotation) secara numerik maupun
eksperimental belum dijelaskan secara lengkap performa maupun fenomena aliran
pada kondisi operasi CRWT yang lebih lebar terhadap parameter aerodinamika
rotor turbin. Parameter-parameter tersebut diantaranya rasio diameter rotor, rasio

1
jarak rotor, dan tip speed ratio (TSR) (Verdy A Koehuan & Mandala, 2020; V A.
Koehuan dkk., 2019). Hal ini mengakibatkan performa CRWT dalam aplikasinya
masih terbatas mengkonversi energi angin kurang dari 50 %, yang secara kumulatif
tidak lebih baik dari desain dan aplikasi optimal SRWT.
Hasil kajian ini tidak dapat diprediksi dengan tepat performa CRWT dengan
konfigurasi rasio diameter maupun rasio jarak yang untuk suatu jenis blade tertentu.
Namun hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa turbin angin rotor ganda lebih
baik performanya jika arah putaran rotor depan dan rotor belakang saling
berlawanan (counter-rotating). Parameter penelitian seperti rasio diamater turbin
angin counter-rotating, yakni D1/D2 dimana D1 adalah diameter rotor depan dan D2
adalah diameter rotor belakang. Rasio diameter ini meliputi D1/D2 kurang dari satu,
D1/D2 sama dengan satu dan D1/D2 lebih besar satu terhadap rasio jarak aksial rotor
Z/D1 dalam aplikasinya masing-masing menunjukkan performa terbaik (V. A.
Koehuan dkk., 2017). Akan tetapi, penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih
dikaji secara parsial, cenderung pada salah satu kategori rasio diameter saja.
Sehingga dalam aplikasinya masing-masing CRWT ini menunjukkan performa
yang belum kompetitif dengan turbin angin rotor tunggal.
Analisis performa CRWT pada skala lapangan termasuk sangat mahal,
sehingga pengujian skala laboratorium menjadi sangat penting dilakukan untuk
memperoleh hasil analisis performa CRWT yang memadai. Selain eksperimen
skala laboratorium, metode computational fluid dynamics (CFD) juga dewasa ini
sangat berkembang pesat dengan berbagai kontribusi hasil penelitian yang sangat
membantu dalam analisis performa turbin angin. Oleh karena itu dalam penelitian
ini dilakukan analisis performa CRWT melalui metode computational fluid
dynamics (CFD) pada skala pengujian laboratorium. Variable CRWT seperti rasio
diameter rotor depan dan rotor belakang, rasio jarak, tip speed ratio, karakteristik
aliran di sekitar rotor menjadi sangat penting untuk dipahami pengaruhnya terhadap
performa CRWT.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah bagaimana performa turbin angin sumbu horisontal atau horizontal axis
wind turbine (HAWT) tipe propeler tiga blade rotor ganda kontra rotasi (double

2
rotor counter-rotation) terhadap variasi geometri rotor CRWT menggunakan
metode computational fluid dynamics (CFD).

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah:


1. Pengujian dilakukan pada skala laboratorium dengan model blade rotor turbin
menggunakan seri airfoil S826 yang dikeluarkan oleh NREL (National
Renewable Energy Laboratory), dimana diameter rotor pada skala lapangan
(full scale) adalah 0,944 m (Krogstad & Eriksen, 2013).
2. Pengujian skala laboratorium pada kecepatan angin 3 m/s hingga 5 m/s dengan
geometri rotor diperkecil dari ukuran skala lapangan (full scale) D1=0,944 m
menjadi tiga variasi diameter rotor, yaitu 30% 26,5%, dan 25% (koefisien
skala, SC = 0,3; SC = 0,265; dan SC = 0,26). Rasio diameter rotor depan dan
rotor belakang, D1/D2=1 dan rasio jarak, Z/D1=0,5 (Z adalah jarak aksial rotor
depan dan rotor belakang). Sehingga diameter turbin yang diuji adalah,
D1=0,2832 m, 0,2502 m, dan 0,236 m.
3. Asumsi aliran pada simulasi CFD turbin CRWT adalah aliran steadi dan udara
tidak termampatkan (incompressible).

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performa turbin angin sumbu
horisontal atau horizontal axis wind turbine (HAWT) tipe propeler tiga blade rotor
ganda kontra rotasi (double rotor counter-rotation) terhadap variasi geometri rotor
CRWT menggunakan metode computational fluid dynamics (CFD).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah;

1. Penelitian ini dapat dijadikan refrensi yang relavan dalam penelitian


selanjutnya yang membahas tentang turbin angin.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya penggunaan
turbin angin yang ramah lingkungan.
3. Menambah wawasan kepada peneliti maupun pembaca.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebelum dilakukan penelitian ini, dapat dilihat beberapa penelitian


terdahulu yang berekspern menmembuat turbin angin.penelitian ini dilakukan oleh
beberapa peneliti antara lain;
Ushiyama dkk., 1996 melakukan pengujian pada dua tingkat rotor turbin
angin dengan prinsip counter-rotating dan co-axial (Gambar 2.1), rotor depan
berdiameter 0,6 m (variasi jumlah blade 3, 4, dan 6) dan rotor belakang diameternya
1,2 m (variasi jumlah balde 2 dan 3). Pengujian pada kecepatan angin 6, 8 dan 10
m/s berhasil melaporkan adanya peningkatan putaran relatif rotor dan torsi awal
yang rendah.Rotor co-axial, torsi awalnya terendah pada rotor dengan jumlah blade
rotor belakangnya dua.Rotor counter-rotating, putaran relatif tertinggi terjadi pada
rotor dengan jumlah blade rotor belakangnya tiga.Rotor counter-rotating secara
teknis dapat digunakan sebagai penggerakan alternator untuk pembangkit
listrik.Turbin angin counter-rotating secara teknis dapat digunakan penggerakan
alternator untuk pembangkit listrik karena putaran relatifnya cukup tinggi,
sedangkan turbin co-axial digunakan untuk kondisi yang torsi awalnya rendah.

Gambar 2.1. Pengujian dua tingkat rotor turbin angin dengan prinsip counter-rotating dan
co-axial (Ushiyama dkk., 1996) melakukan eksperimen dan analisis numerik
(metode quasi-steady strip modifikasi teori BEM) pada turbin angin counter-
rotating daya output 30 kW, dengan diameter rotor depan 5,5 m (NACA 4415)
dan rotor belakang 11 m (NACA 0012) pada TSRf (300 rpm)=TSRr (150 rpm)=8
(Jung et al., 2005). Turbin angin counter-rotating koefisien dayanya meningkat
dengan peningkatan diameter rotor depan hingga rasio diameter 0,5 (Cp,maks=0,5)
dan menurun jika diameter rotor depan terus diperbesar. Sama halnya dengan
rasio jarak, peningkatan daya output tertinggi 9% diperoleh pada rasio jarak 0,5.

4
Rasio diameter 0,5 dengan rasio jarak 0,5 menunjukkan daya output rotor ganda
21 % (Cp,maks=0,5) lebih tinggi dari rotor tunggal seperti di tunjukan pada gambar
2.2

Gambar 2.2. Experimen turbin angin counter-rotating daya output 30kW (Jung dkk 2005)
eksperimen variasi sudut blade terhadap kinerja rotor blade turbin angin tipe
propeler poros horizontal model contra rotating. Dalam penelitiannya mengatakan
bahwa kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap daya output atau daya
mekanik putaran rotor dan pembebanan pada rotor. Daya output terendah sebesar
7,397Watt pada kecepatan angin 4,03m/sdan tertinggi sebesar 25,397Watt pada
kecepatan angin 6,08m/s.Sedangkan pada penambahan sudut blade 0º pada
kecepatan 4,03m/s efesiensinya sebesar 54,7% dan akan meningkat ketika
ditambahkan sudut namun akan berkurang jika terjadi penambahan angin.maka
dikatakan bahwa turbin angin ini beroperasi secara baik pada kecepatan angin
rendah yaitu 4,03m/s pada sudut 10º (Verdy A. Koehuan dkk., 2014).
Studi Eksperimental Performa Counter Rotaring Wind Turbine Berdiameter
3M, yang dilakukan oleh Maulana Alief (2019). Pada penelitian yang dilakukan
untuk mengukur besar daya listrik, torsi dan kecepatan rotasi depan dan belakang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini Adalah kecepatan angin lebih dari 5 m/s
dimana semakin tinggi kecepatan angin maka kecepatan rotor depan belakang akan
semakin besar.Hal ini dapat berbanding lurus dengan daya listrik dan berbnding
terbalik dengan torsi dan jika besar rotasi maka torsi yang diperoleh kecil.data yang
didapat pada penelitian ini antara lain kecepatan angin 5,0 m/s, kecepatan radikal
motor depan belakang 25 rpm, torsi 12 Nm, daya listrik 2,64 Watt, dan kecepatan
angin sebesar 8,17 m/s sedangkan kecepata rotasi depan belakang masing-masing

5
428 rpm torsi dan daya listrik masing-masing 0,700934Nm dan 160,8Watt
(MAULANA, 2019).
Kumar dkk., 2012 dan Kumar dkk., 2013 dengan menggunakan desain rotor
yang sama dengan Jung et al., 2005 melalui simulasi CFD dan eksperimen dengan
penggunaan airfoil simetris pada rotor kedua menunjukkan performa aerodinamika
counter-rotating lebih baik dari rotor tunggal. Variasi jarak rotor depan dan rotor
belakang (rasio diameter 1:2) untuk optimasi daya terkonversi, diperoleh pada jarak
0,65D1 (D1 adalah diameter rotor depan) peningkatan daya maksimum 9,67 %,
jarak 0,5D1 daya maksimum 8,9 % sedangkan pada jarak 0,75D1 daya maksimum
7,8 %. Bahkan dengan penggunaan airfoil simetris untuk rotor depan maupun rotor
belakang menunjukkan performa counter-rotating lebih baik dari rotor tunggal (Lee
dkk., 2010).

2.2 Teori Turbin Angin

Turbin angin adalahsuatu alat yang dapat mengubah energi angin menjadi
energi mekanik kemudian diubah menjadi energi listrik melalui generator. Untuk
memahami keadaan kompleks fisik aerodinamika turbin angin, terlebih dulu
memahami suatu model satu dimensi sederhana (Eggleston & Stoddard, 1987).
Dalam model satu dimensi teori aktuator disk Rankine–Froude, rotor dianggap
sebagai suatu disk berputar yang mana tekanan statis yang melewati disk
mengalami discontinu. Anggap suatu volume kendali dengan batasan–batasan
eksternal adalah permukaan suatu tabung alir yang mana fluida mengalir di dalam
tabung alir melintasi actuator disc yang ditempatkan pada penampang lintang
tabung alir melawan arah angin, panampang lintang tabung alir di depan rotor
adalah upwind dan di belakang rotor adalah downwind. Bagan sederhana untuk
volume kendali ini ditampilkan pada Gambar 2.3.

6
0 3 2 1

Gambar 2.3. Volume kendali pada actuator disc (Eggleston & Stoddard, 1987)
Asumsi yang diambil dalam teori actuator disc adalah:
1. Angin dalam keadaan steady, homogen, tidak mengalami perubahan arah.
2. Fluida adalah incompressible, inviscid, dan irrotational.
3. Tidak ada gangguan terhadap aliran di aliran masuk (upstream) maupun di
aliran keluar (downstream).
4. Kecepatan aliran pada disk adalah seragam.
5. Arus dan thrust yang melintasi disk adalah seragam. Arus yang seragam dari
upwind (stasiun 0) dan downwind (stasiun 1) syarat batas volume kendali
6. Batas Upwind dan downwind adalah cukup jauh dari rotor, sehingga tekanan
statis pada poin–poin ini sama dengan tekanan statis lingkungan yang tanpa
halangan. Tekanan statis pada bagian tabung alir kondisi batas adalah sama
dengan tekanan statis lingkungan yang tanpa halangan.
Karena rotor turbin angin bertindak sebagai actuator disc, baling–baling
harus terdiri atas jumlah tak hingga dan sangat tipis, tanpa pengaruh drag dan
berputar dengan kecepatan tip jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan
angin yang datang. Karena angin tidak menerobos bagian dinding tabung alir
volume kendali menurut definisi suatu tabung alir, maka dapat diterapkan
konservasi masa volume kendali (Eggleston & Stoddard, 1987). Asumsi keempat
menyatakan bahwa besarnya pengurangan kecepatan aliran adalah sama pada setiap
radius. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa beban dorong (thrust) juga
seragam.

7
2.3 Bagian-bagian turbin angin

2.3.1. Sudu turbin

Sudu turbin merupakan hal yang penting karena sudu termaksud komponen
utama konversi energi kinetik angin menjadi energi mekanik. Cara kerja sudu turbin
cukup sederhana yaitu menerima energi kinetik dari angin kemudian mengubah nya
menjadi energi mekanik dan energi mekanik di konfersi menjadi energi listrik oleh
generator.
2.3.2. Menara

Menara pada turbin angin merupakan komponen utama pada turbin yang
menopang rumah turbin bahan yang terbuat dari struktur rangka besi siku atau pipa
(Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Bagian-bagian turbin angina

8
2.3.3. Generator mini

Generator salah satu komponen utama pada pembuatan turbin angin.


Generator merupakan alat yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Kemudian tegangan arus listrik yang dihasilkan disalurkan melalui kabel untuk
menerangi bola lampu apabila sistem pembangkit mengalami kekurangan load atau
beban (Gambar 2.5).

Gambar : 2.5 Dinamo atau generator

2.3.4. Poros

Poros turbin angin adalah salah satu bagian atau komponen pentingdari
turbin angin yang berfungsi untuk meneruskan daya dari turbin angin untuk
menghasilkkan energi listrik setelah dialirkan kegenerator.

2.4 Medan Aliran pada turbin angin

a. Deskripsi medan aliran berbasis defisit kecepatan


Wake (gelombang aliran) turbin angin terdiri atas near wake dan far wake
(Gambar 2.6). Pada daerah near wake terjadi velocity deficit (pengurangan
kecepatan) maksimum, sementara di daerah far wake kecepatan arah aksial
meningkat hingga mencapai kondisi freestream. Daerah near wake sangat
dipengaruhi oleh geometri blade dan parameter aerodinamika misalnya kondisi
aliran masuk rotor yang fluktuatif menyebabkan wake di daerah ini makin kuat.
Struktur wake di daerah near wake dicirikan dengan pembentukan vorteks helical
di tip yang membentuk spriral yang bergerak ke arah downstream. Gambar 2.6 dan
Gambar 2.7 masing-masing memperlihatkan profil wake dan kontur kecepatan
aksial. Profil wake dimodelkan sebagai defisit kecepatan angin pada posisi

9
horisontal menunjukkan defisit kecepatan terbesar di near wake (1-D – 2-D),
dimana D adalah diameter rotor dan berkurang ke arah downstream. Kontur
kecepatan aksial ke arah downstream menunjukkan bahwa di daerah near wake
berada pada kondisi stall dan terbentuknya tip vortex dan hub vortex. Selain defisit
kecepatan aliran, intensitas turbulen (turbulence intensity) dan profil turbulent
kinetic energy juga dapat diamati untuk mengukur kekuatan wake yang
memberikan beban fatik pada blade yang berada di downstream.

Gambar 2.6. Profil kecepatan pada daerah wake dari turbin angin (Sanderse, 2009).

Gambar 2.7. Kontur kecepatan arah aksial pada daerah near wake turbin angin rotor
tunggal dari hasil simulasi CFD (Oggiano, 2014).
Parameter aliran near wake seperti tip vortex dan hub vortex akan tumbuh
dan berkembang masing-masing di tip blade dan hub blade dengan kekuatan dan
karakteristik yang berbeda tergantung geometri dan jumlah blade. Parameter tip
speed ratio (TSR, λ) sebagai rasio kecepatan ujung blade terhadap kecepatan aksial
menunjukkan pada TSR rendah aliran lebih fluktuatif (kondisi stall) dari pada TSR
yang lebih tinggi. Namun pada TSR tinggi, rotor cenderung berada pada kondisi

10
propeler yang mana koefisien thrust tinggi dengan pertumbuhan vorteks yang
cukup kuat di tip blade.
Ketiga kelombok kategori operasi kondisi rotor pada Gambar 2.7 (TSR=3,
6, dan 10) ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.8 dengan profil aliran
melewati airfoil pada tiga sudut serang yang berbeda. Gambar 2.8(a) menunjukkan
aliran pada sudut serang rendah yang cenderung mengikuti pola geometri atau
permukaan airfoil dan tidak terjadi separasi namun gaya lift yang dibangkitkan
relatif rendah. Namun dengan naiknya sudut serang (Gambar 2.8b), aliran tetap
mengikuti permukaan airfoil dengan gaya lift akan meningkat. Sedangkan pada
sudut serang yang lebih tinggi (Gambar 2.8c) terjadi separasi aliran pada
permukaan airfoil (suction surface) yang menurunkan gaya lift.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.8. Profil aliran melewati airfoil pada tiga sudut serang yang berbeda.
b. Deskripsi medan aliran berbasis vortisitas
Pemahaman lebih mendalam tentang aliran di belakang turbin angin, akan
lebih mudah digunakan konsep vortisitas, karena medan kecepatan mengikuti
distribusi vortisitas yang telah diketahui. Vortisitas menunjukkan rotasi dari sebuah
aliran fluida. Hubungan antara kecepatan radial, ū dan vortisitas, ω seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.9. Karena gradien tekanan, dp/dx > 0 terdapat titik
dimana gradien kecepatan dalam arah vertical, ∂ū/∂z=0. Posisi ini disebut titik
separasi yang sekaligus sebagai titik transisi dari aliran maju dan aliran balik. Aliran
hulu dari titik separasi tidak banyak dipengaruhi oleh separasi, tetapi aliran hilir

11
yang merupakan aliran balik turut berkontribusi terhadap separasi. Distribusi
kecepatan aliran berhubungan dengan vortisitas, terlihat bahwa pusaran searah
jarum jam mengandung vortisitas positif sedangkan aliran balik mengandung
vortisitas negatif (Gambar 2.9). Garis ω=0 bertepatan dengan kecepatan balik
maksimum, daerah di atas dan di bawah garis ini memiliki vortisitas positif dan
vortisitas negatif.

Gambar 2.9. Hubungan antara profil kecepatan aliran dan vorticiti pada aliran radial
(Yulistiyanto, 2009).

Gambar 2.10. Sistem vorteks pada blade atau sayap (Sanderse, 2009).
Gaya angkat yang dihasilkan oleh blade dapat dikaitkan dengan bound
vortex yang terdistribusi melalui hukum Kutta-Joukowski (FL=ρV∆Γ). Bound
vortex mempengaruhi terjadinya fluktuasi kecepatan tangensial sepanjang blade,
perbedaan tekanan dan lift. Pada tip blade terjadi perbedaan tekanan antara sisi
bawah dan atas permukaan blade mengarah pada pembentukan tip vortex. Tip
vortex ini awalnya berukuran kecil kemudian diameternya membesar dengan
meningkatnya efek viskos.
Sistem vortex pada turbin angin secara mudah dapat dievaluasi melalui
tinjauan vorteks pada sayap stasioner. Bound vortex dan tip vortex membentuk
pusaran seperti tapal kuda, lihat Gambar 2.10 untuk aliran inviscid, dari teori Kelvin
tentang aliran inkompresibel menyatakan bahwa DΓ/Dt=0, di mana Γ adalah

12
sirkulasi. Sirkulasi dari bound vortex ini terjadi pada sayap memiliki pola yang
sama dan berlawanan ke downstream. Vortex ini mulai terbentuk ketika aliran
mengalir di atas sayap, bergerak mendekati tapal kuda ke arah downstream.
Demikian pula, tip vortex memiliki kekuatan dan pola yang sama tetapi berlawanan
arah.
Aliran 3-D yang dihasilkan oleh rotor blade turbin angin pada kenyataannya
sangat kompleks. Aliran mengalami percabangan oleh karena adanya separasi
dimulai dari daerah hub hingga tip blade yang diakibatkan oleh pengaruh
percepatan sentrifugal dan gradien tekanan dalam arah radial (Gambar 2.11).
Percepatan sentrifugal dinyatakan sebagai ω+r dan gradient tekanan dalam arah
radial berubah sesuai dengan variasi sudut serang airfoil pada posisi tertentu. Tip
speed ratio, λ yang tinggi, alur tip vortex akan hampir sejajar dengan bidang rotor.

Gambar 2.11. Separasi aliran dalam arah radial pada blade turbin angin (Mo dan Lee,
2012).

2.5 Performa Rotor Turbin CRWT

Performa rotor turbin CRWT dianalisis berdasarkan metode analisis pada


rotor tunggal (Eggleston & Stoddard, 1987), daya input rotor depan (P1in) dan
daya input rotor belakang (P2in) yang adalah daya angin (Watt) yang diterima
oleh rotor turbin dan daya mekanik yang dibangkitkan oleh kedua rotor (P1out
dan (P2out).
a) Daya input (Watt)
P1in= 0,5 . ⍴ . A1 . V3 (2.1)
P2in= 0,5 . ⍴ . A2 . V3 (2.2)
Keterangan:

13
ρ = massa jenis udara (kg/m3)
A1 = luas sapuan rotor depan (m2)
A2 = luas sapuan rotor belakang (m2)
V= kecepatan angin (m/dt)
b) Daya output, (Watt)
Daya output rotor depan, P1out
P1out = Daya output rotor depan (Watt)
P1out = T1 . ⍵1 (2.3)
Keterangan:
T1 = Torsi rotor depan (Nm)
⍵1 = kecepatan sudut rotor depan (rad/det)
P2out = Daya output rotor belakang (Watt)
P2out = T2 . ⍵2 (2.4)
Keterangan:
T2 = Torsi rotor belakang (Nm)
⍵2 = kecepatan sudut rotor belakang (rad/det)
c) Kecepatan Sudut rotor depan (⍵1) dan kecepatan Sudut rotor belakang (⍵2)
2 . π . n1
⍵1= (2.5)
60
2 . π . n2
⍵2= (2.6)
60

Keterangan,
n1 = putaran rotor depan (rpm)
n2 = putaran rotor belakang (rpm)
d) Kecepatan linear atau kecepatan keliling rotor depan (U1) dan kecepatan
keliling rotor belakang (U2)
U1 = ω1 . R1 (2.7)
U1=⍵1 . R2 (2.8)
Keterangan
R1 = jari-jari rotor depan (m)
R2 = jari-jari rotor belakang (m)
U1 = Kecepatan keliling rotor depan, m/s
U2 = Kecepatan keliling rotor belakang, m/s

14
e) Tip Speed Rasio rotor depan (TSR1) dan Tip Speed Rasio rotor belakang (TSR2)
𝑈1
TSR1 = 𝑉
(2.9)

𝑈2
TSR2 = 𝑉
(2.10)

f) Keofisien daya depan (Cp1) dan koefisien daya rotor belakang (Cp2)
𝑃1𝑜𝑢𝑡
Cp1 = 𝑃1𝑖𝑛 (2.11)
𝑃2𝑜𝑢𝑡
CP2 = 𝑃2𝑖𝑛 (2.12)

g) Kecepatan keliling CRWT gabungan :


U = U1 + U2 (2.13)
Keterangan
U1 = Kecepatan keliling rotor depan, m/s
U2 = Kecepatan keliling rotor belakang, m/s
h) TSR Gabungan
𝑈
TSR =𝑉 (2.14)

i) Daya output gabungan


Pout = P1 out + P2out (2.15)
j) Koefisien daya gabungan
𝑃𝑜𝑢𝑡
Cp = 𝑃1𝑖𝑛 (2.16)

2.6 Computational Fluid Dynamic

Metode computational fluid dynamics (CFD) memungkinkan kita untuk


meniru keseluruhan aliran sekitar HAWT yang mencakup menara dan bodinya. Di
tahun 1999 Duque melakukan perhitungan aerodinamika pada HAWT
menggunakan model RANS dan penerapan grid untuk memudahkan simulasi aliran
dengan konfigurasi yang kompleks. Meskipun demikian kemampuan CFD tetap
tergantung pada kemampuan komputer dan keabsahan model Navier-Stokes yang
dibuat, CFD mempunyai keuntungan yang potensial dalam pemahaman
aerodinamika HAWT secara terperinci. Prinsip dasar dari hukum kekekalan massa
ini adalah laju peningkatan massa dalam suatu elemen fluida sebanding dengan
jumlah aliran fluida yang mengalir dalam elemen tersebut. Hukum lainnya adalah

15
hukum kekekalan momentum yang merupakan hukum kedua Newton, hukum ini
menyatakan tentang penjumlahan semua gaya yang bekerja pada kontrol volume
adalah sama dengan perubahan momentum fluida pada kontrol volume.
Model turbulen adalah prosedur komputasi untuk mendekatkan sistem
persamaan mean flow sehingga masalah aliran yang bervariasi dapat diselesaikan.
Penentuan model viskositas berguna untuk menentukan pemodelan turbulen yang
terjadi di dalam suatu aliran fluida. Pemodelan turbulensi ini digunakan untuk
menentukan variabel–variabel yang tidak diketahui dalam suatu perhitungan aliran
fluida. Model turbulensi ini terdiri dari beberapa model, tetapi tidak ada model
yang benar–benar baik untuk semua jenis problem.
Model–model turbulensi adalah:
a. Model Spalart–Allmaras.
b. Model k–ε.
- Model standart k–ε
- Model RNG k–ε
- Model realizable k–ε.
c. Model k–ω.
- Standard k–ω model
- Shear-stress transport (SST) k–ω model
d. Reynolds stress model (RSM)
e. Large eddy simulation (LES) model
Penentuan model ini tergantung dari banyak pertimbangan seperti sifat–sifat
fisik dalam aliran, hasil percobaan untuk problem–problem tertentu, level akurasi
yang dibutuhkan, kemampuan komputer yang ada dan waktu yang tersedia untuk
simulasi. Model k–ε adalah model semi empirik yang berdasarkan model persamaan
transport untuk energi kinetik turbulen (k) dan tingkat disipasinya (ε). Dalam
penurunan model k–ε ini diasumsikan bahwa alirannya turbulen penuh dan efek dari
viskositas molekular diabaikan. Model turbulen k–ε telah banyak digunakan untuk
penyelesaian berbagai kasus aliran fluida, namun model ini memiliki kelemahan
dalam menangani permasalahan swirling flow dan aliran dengan lapis batas yang
melengkung dikarenakan model ini tidak mengandung pengaruh streamline yang
melengkung pada turbulensi. Salah satu permasalahan dalam pemodelan turbulen

16
adalah kurang akuratnya prediksi separasi aliran pada permukaan dengan kondisi
adverse pressure gradient yang mana hal ini sangat penting dalam aerodinamika
rotor turbin angin.
Model k-ω shear-stress transport (SST) yang dikembangkan oleh Menter
merupakan hasil modifikasi dari model model k-ω standar (Wilcox). Menter secara
efektif dapat memodelkan separasi aliran pada permukaan dengan adverse pressure
gradient yang mana tingkat akurasinya lebih baik. Selain itu, model shear-stress
transport (SST) ini memberikan akurasi tinggi dalam hal komputasi near wall
treatment pada bilangan Reynold rendah. Oleh karena membutuhkan akurasi tinggi
dalam penyelesaian permasalahan aliran, maka dibutuhkan grid yang baik dan rapat
di daerah sekitar permukaan (wall) yang dimungkinkan terjadinya separasi.
Tinjauan singkat teori lapisan batas turbulen dan lapisan geser pada plat
datar akan membantu dalam memahami pengembangan dan kalibrasi model
turbulensi. Sebagian besar hubungan ini didasarkan pada korelasi empiris dari
bentuk profil kecepatan melintasi lapisan batas atau lapisan geser. Bentuk ini dapat
digunakan bersama dengan persamaan Navier-Stokes untuk mendukung hubungan
untuk tekanan turbulen atau viskositas eddy.
Simulasi rotor turbin angin ini dilakukan dengan menggunakan metode
computational fluid dynamics (CFD) melalui software Fluent Ansys 17.0. Software
Fluent Ansys 17.0 adalah salah satu program komputasional finite volume dalam
menyelesaikan masalah aliran sesuai kondisi–kondisi batas yang sudah diketahui
sebelumnya. Struktur simulasi dalam Fluent seperti pada Gambar 2.12,
dikelompokan atas tiga bagian, yaitu: Pre–Processor, Processor, dan Post–
Processor dengan mendefinisikan kondisi–kondisi batas dan asumsi–asumsi yang
ditetapkan (Fluent, 2017).

17
Geometry or
GAMBIT mesh OTHER CAD/CAE
• Geometry setup Packages
• 2-D/3-D mesh generation

Boundary Boundary or
2-D/3-D mesh volume mesh
Mesh

T Grid
FLUENT • 2-D triangular mesh
• Mesh import and • 3-D triangular mesh
Mesh
adaptation • 2-D/3-D hybrid mesh
• Physical models
• Boundary condition
• Calculation Mesh
• Post Processing

Gambar 2.12. Struktur Dasar Fluent (Fluent, 2017).


a. Pre – processor

Tahap pre-processor sering disebut juga dengan tahap pemodelan. Langkah


pengerjaan modelnya adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan model di Gambit
Model merupakan daerah aliran fluida yang dapat digambar menggunakan
software Gambit maupun dengan mengimport gambar dari program modeling
lainnya. Pada penelitian ini, pemodelan dilakukan dengan software Gambit dan
mengekspornya ke program Fluent dalam format *.msh.
2. Pembuatan mesh
Mesh merupakan pembuatan volume–volume kecil yang merupakan elemen
finite volume, format dalam bentuk file *.msh, agar dapat dibaca oleh program
Fluent. Bentuk file ini menunjukkan bahwa file tersebut telah mengandung elemen–
elemen finite volume. Bentuk mesh pada model dilakukan di Gambit dengan bentuk
elemen yang dipilih sesuai model yang dibuat. Untuk model 3-D (volume) Gambit
menyediakan elemen hexahedral, hex/wedge, tet/hybrid.
3. Penentuan kondisi batas
Penentuan kondisi batas dilakuan berdasarkan jenis permasalahan dan
kondisi operasi yang diketahui. Selain itu kondisi batas juga ditentukan oleh solver

18
yang digunakan. Gambit menyediakan beberapa pilihan dalam penentuan kondisi
batas seperti pressure inlet, pressure outlet, mass inlet, mass outlet, wall, dan
pilihan lainnya. Berdasarkan data yang dimiliki maka data ditentukan kondisi
operasi dan hasilnya dibuat dalam format *.msh dan diekspor ke Fluent.
b. Processor

Langkah selanjutnya adalah simulasi model hasil meshing dengan perangkat


lunak Fluent. Untuk itu terlebih dahulu file hasil ekspor dari Gambit dibuka di
program Fluent ini. Versi Fluent yang dipilih adalah Fluent untuk tiga dimensi atau
dua dimensi sesuai dengan kasusnya. Hasil ekspor dari Gambit tadi dapat dibuka
dengan membuka menu File→Read→Case, kemudian pilih file *.msh yang telah
dieksport sebelumnya. File ini harus dicek volume mesh–nya untuk melihat muncul
tidaknya besar volume yang negatif. Jika ada maka pembentukan mesh harus
diulang dan jika perlu pengubahan sedikit bentuk geometri pada Gambit. Dalam
pensimulasian model ini diperlukan pendefinisian model yang merupakan salah
satu bagian penting dari simulasi ini. Hal ini karena pada bagian ini pengambilan
asumsi ditentukan sehingga didapatkan hasil simulasi yang mendekati keadaan real.
Penentuan asumsi ini secara detail dapat dilihat dalam manual Fluent. Untuk
mendekati kondisi real pengambilan asumsi ini dapat dilihat dari percobaan dan
pengalaman sebelumnya. Pendefinisian model awal adalah penentuan solver
dengan membuka menu Define→Models→Solver. Pada window ini akan
ditentukan beberapa hal seperti metode solusi yang dipakai untuk perhitungan,
formulasi kecepatan dan ketergantungan akan waktu.
Model viskositas digunakan untuk menentukan parameter–parameter untuk
aliran inviscid, laminar atau turbulen. Untuk memunculkan panel viscous model ini
buka menu Define→Models→Viscous.
Setelah penentuan kondisi batas, langkah terakhir adalah menentukan
parameter–parameter yang akan mempengaruhi penyelesaian. Parameter–
parameter ini terdapat pada menu solve dan merupakan salah satu parameter yang
akan menentukan lamanya iterasi. Parameter penyelesaian yang akan ditentukan
dapat dilihat dengan membuka menu Solve→Controls→Solution dan
Solve→Monitor→Residual untuk mengontrol tingkat konvergensi perhitungan.

19
c. Post processing

Setelah proses iterasi mencapai nilai konvergen maka langkah selanjutnya


adalah melihat hasil perhitungan yang dapat berupa hasil perhitungan, grafik
maupun gambar. Fluent mempunyai kemampuan menampilkan distribusi berbagai
sifat yang tampilannya berupa kontur. Kontur yang biasanya ditampilkan adalah
kontur tekanan, kecepatan, maupun vektor kecepatannya. Perintah yang digunakan
untuk menampilkan kontur ini adalah Display→Countours. Menu Report
digunakan untuk menampilkan hasil perhitungan yang berupa gaya–gaya dan
momen, dalam bentuk berdimensi maupun nondimensional. Sedangkan untuk
menampilkan grafik digunakan perintah Plot pada menu Fluent. Fluent juga
menyediakan fasilitas untuk melihat aliran pada model dengan mendefinisikan
terlebih dulu titik, garis, permukaan maupun volume yang menjadi fokus
pengamatan. Hal ini dapat dibuka pada menu Surface.

20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu dan tempat penelitian ini dilakukan selama dua bulan dari bulan
Maret sampai bulan Mei 2023 dilaboratorium Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknik Universitas Nusa Cendana.

3.2.Tahapan Penelitian

Metode penelitian adalah metode computational fluid dynamics (CFD)


melalui software Fluent Ansys 17.0. Prosedur simulasi turbin angin CRWT
digambarkan pada diagram alir Gambar 3.1, dimana hasil simulasi digunakan untuk
menampilkan parameter yang ingin analisis. Prosedur simulasi CFD adalah sebagai
berikut:
1. Pre-Analisis dan Start-Up
2. Geometri
3. Kondisi batas
4. Mesh
5. Solusi Numerik
6. Hasil Simulasi
7. Verifikasi dan Validasi
3.2.1. Geometri blade
Model blade yang digunakan dalam penelitian ini yang selanjutnya disebut
sebagai prototipe blade adalah blade turbin angin sumbu horisontal tipe propeler
tiga yang diadopsi dari model blade yang dikembangkan oleh NORCOWE
(Norwegian Centre for Offshore Wind Energy) dan Department of Energy and
Process Engineering, Norwegian University of Science and Technology NTNU,
Trondheim, Norway. Blade rotor turbin ini menggunakan seri airfoil S826 yang
dikeluarkan oleh NREL (National Renewable Energy Laboratory), dimana
diameter rotor 0,944 m (Krogstad dan Eriksen, 2013). Table 3.2 berikut ini
menunjukkan data parameter blade sedangkan Gambar 3.2 menunjukkan geometri
rotor blade yang digunakan dalam penelitian ini.

21
START

Pembuatan geometri dan domain komputasi

Definisikan syarat batas

Pembuatan mesh

Seting model dan parameter komputasi

Run simulasi

Check konvergen

Hasil simulasi

Validasi (Exp.CRWT)
RWWTCRCcrwy

Analisis (performa, visualisasi, dan karakteristik aliran)

END

Gambar 3.1. Diagram alir simulasi CRWT menggunakan metode CFD.

Model CRWT ditunjukkan pada Gambar 3.2 (kanan) merupakan model


turbin skala laboratorium yang akan diuji performanya pada skala geometri 30%,
26,5%, dan 25% dengan rasio diameter D1/D2 = 1 pada rasio jarak rotor Z/D1 = 0,5.
Model blade yang digunakan dalam penelitian ini yang selanjutnya disebut sebagai
prototipe blade adalah bladeturbin angin sumbu horisontal tipe propeler tiga yang
diadopsi dari model blade yang dikembangkan oleh NORCOWE (Norwegian
Centre for Offshore Wind Energy) dan Department of Energy and Process

22

No
Engineering, Norwegian University of Science and Technology NTNU, Trondheim,
Norway. Blade rotor turbin ini menggunakan seri airfoil S826 yang dikeluarkan
oleh NREL (National Renewable Energy Laboratory), dimana diameter rotor 0,944
m (Krogstad & Eriksen, 2013). Table 3.1 berikut ini menunjukkan data geometri
blade rotor CRWT.

a) b)

Gambar 3.2. a) Geometri rotor, b) Model CRWT

3.2.2. Model numerik


Persamaan volume atur adalah persamaan kontinuitas dan persamaan
Navier-Stokes. Persamaan ini ditulis dalam bentuk rotasional, dimana hal ini
memiliki keuntungan membuat simulasi tidak membutuhkan mesh bergerak dalam
memperhitungkan rotasi blade dengan moving reference frames (MRF). Model
turbulen RANS (Reynolds-Averaged Navier Stokes) yang digunakan adalah model
turbulensi turbulent 𝑘 − 𝜀 dengan model standard, RNG (renormalization group)
dan realizable.

23
Table 3.1. Data Geometri blade.

Segmen Sudut pitch (0) r (m) dr (m) Chord (m)


1 37.06 0.088 0.08143
2 36.15 0.0928 0.0048 0.08117
3 35.25 0.0976 0.0048 0.08090
4 34.35 0.1024 0.0048 0.08064
5 33.45 0.1072 0.0048 0.08038
6 32.54 0.112 0.0048 0.08011
7 30.61 0.1195 0.0075 0.07856
8 28.68 0.127 0.0075 0.07701
9 26.97 0.1345 0.0075 0.07507
10 25.26 0.142 0.0075 0.07313
11 22.43 0.157 0.0150 0.06901
12 19.99 0.172 0.0150 0.06495
13 18.03 0.187 0.0150 0.06110
14 16.35 0.202 0.0150 0.05752
15 14.66 0.217 0.0150 0.05422
16 13.07 0.232 0.0150 0.05120
17 11.83 0.247 0.0150 0.04845
18 10.75 0.262 0.0150 0.04593
19 9.82 0.277 0.0150 0.04363
20 8.88 0.292 0.0150 0.04153
21 7.99 0.307 0.0150 0.03960
22 7.25 0.322 0.0150 0.03783
23 6.57 0.337 0.0150 0.03620
24 5.92 0.352 0.0150 0.03470
25 5.30 0.367 0.0150 0.03331
26 4.72 0.382 0.0150 0.03202
27 4.13 0.397 0.0150 0.03082
28 3.54 0.412 0.0150 0.02970
29 2.94 0.427 0.0150 0.02866
30 2.22 0.442 0.0150 0.02769
31 1.10 0.457 0.0150 0.02678
32 -0.72 0.472 0.0150 0.02593
Sumber: (Krogstad & Eriksen, 2013)

3.2.3. Kondisi batas


Model blade dengan geometri pada subbab 3.2.1, yang disimulasikan adalah
model blade rotor tunggal dengan kecepatan angin operasional 6 m/s dan jari-jari
rotor 0,472 m pada TSR=6. Sementara model numerik yang digunakan adalah
model dengan hanya 1/3 dari domain (Gambar 3.3) menggunakan asumsi

24
periodisitas pada penampang antarmukanya sebagai interface yang selanjutnya
model numerik tersebut diputar 1200 untuk solusi 1/3 domain dengan kondisi batas
pada Gambar 3.3.
Kondisi batas pada domain fluida adalah sebagai berikut (Gambar 3.3):
- Inlet : kecepatan masuk 4 m/s hingga 5 m/s, intensitas
turbulen dari 5% dan rasio viskositas turbulen 10
- Outlet : Tekanan 1 atm
- Blade atau wall : kondisi non slip
- Interface periodic : Periodic (rotational)
- Slip wall : kondisi non slip
- Wall top : specified shear stress to zero

Pressure outlet 4R
Wall Top

Periodic

Blade 1 & 2
Velocity Inlet
Slip Wall

Gambar 3.3. Domain komputasi.

3.2.4. Meshing
Pembuatan meshing melalui dekomposisi pada volume di sekitar blade agar
dapat dimapping dengan elemen mesh tipe hexahedral, jumlah mesh nodes 1,38 juta
(Tabel 3.2) untuk rotor tunggal menggunakan software Gambit 2.4.6. Mesh Metrics
menunjukkan kualitas meshing seperti Tabel 3.3. Gambar 4.4 menunjukkan
komposisi mesh pada penampang blade.

Gambar 3.4. Hex mesh pada hub (kiri) dan tip blade (kanan).

Table 3.2. Informasi jumlah mesh model CFD turbin rotor tunggal.

25
Domain Nodes Elements Hexahedra
Fluid 1380919 3982602 1340820

Tabel 3.3. Mesh Metrics.

Skewness:
Outstandin Very Good Good Sufficient Bad Inappropriat
g
0-0,25 0,25-0,50 0,50-0,80 0,80-0,95 0,95-0,98 e
0,98-1,00
Orthogonal quality:
Inappropriate Bad Sufficient Good Very Good Outstanding
0-0,001 0,001-0,15 0,15-0,20 0,20-0,70 0,70-0,95 0,95-1,00

3.2.5. Prosedur solusi numerik


Prosedur Solusi numerik di ANSYS FLUENT mengubah persamaan
diferensial nonlinear Navier-Stokes menjadi satu set persamaan aljabar dengan
menggunakan solver berbasis tekanan. Menyelesaikan persamaan aljabar ini akan
memberikan nilai (u, v, w, p, k, omega) di pusat sel, dan dengan persamaan aljabar
ini sel-sel tetangga dari pusat sel (sebagai acuan) dapat diselsesaikan secara iterasi.
Mesh (jumlah sel) merupakan kunci tingkat akurasi dan lamanya proses
perhitungan, karena semakin banyak jumlah sel tentu hasil numeriknya makin baik
tapi tentu waktu iteraninya makin lama. Tipe solver digunakan pressure-based
dengan formulasi kecepatan absolut, sementara skema solusi untuk pressure-
velocity coupling digunakan algoritma coupled. Dalam prosedur iterasi, metode
solusi untuk penyelesaian persamaan tekanan digunakan second order, sedangkan
untuk persamaan momentum dan turbulen digunakan QUICK, dimana sesuai
dengan tipe mesh yang digunakan yakni hexahedral sehingga akurasi perhitungan
akan lebih baik.
3.2.6. Spesifikasi Komputer
Spesifikasi komputer yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Prosesor intel core i3-4130 CPU @ 3.40GHz (4 CPUs),~3.4GHz
- Memori 16 GB
- Grafik intel HD grafik 4400 sesbesar 2GB
- Hardisk terdiri dari SSD 350 GB dan HDD 1000 GB

26
3.2.7. Verifikasi solusi numerik
Verifikasi solusi numerik dilakukan untuk menilai proses komputasi
numeriknya sudah benar atau belum. Ada dua tahapan dalam proses verifikasi ini
adalah cek konvergensi dan cek independensi mesh.
Residual adalah salah satu ukuran paling mendasar dari konvergensi solusi
iteratif, karena secara langsung menghitung kesalahan dalam solusi sistem
persamaan. Dalam analisis CFD, residu mengukur ketidakseimbangan lokal dari
variabel yang dikonservasi dalam setiap volume kontrol. Oleh karena itu, setiap sel
dalam model akan memiliki nilai residu sendiri untuk setiap persamaan yang
diselesaikan. Kriteria konvergen dalam memonitor residual adalah 10-6 untuk
semua parameter yang disimulasikan.
Surface Monitor memungkinkan untuk menyimpan riwayat konvergensi
rata-rata, integral, laju aliran, atau rata-rata massa dari variabel bidang pada satu
atau beberapa permukaan. Surface monitoring tekanan statis pada permukaan blade
secara integral dapat dihitung setiap proses iterasi numerik, dimana nilai ini akan
cenderung tetap apabila hasil komputasi numeriknya telah mencapai konvergen
atau pun dengan suatu nilai residu tertentu.

3.3.Variable penelitian

Variable penelitian terdiri atas :


1. Variabel bebas adalah variasi kecepatan angin dan rasio geometri CRWT, yakni
30%, 26,5% dan 25% (Tabel 3.4).
2. Variabel terikat yaitu kecepatan sudut poros, torsi poros dan daya poros yang
dihasilkan dari rotor depan dan rotor belakang.
3. Variabel terkontrol terdiri atas, rasio diameter rotor depan (D1) terhadap rasio
diameter rotor belakang (D1/D2=1), sudut pitch, dan jumlah sudu tiga buah untuk
rotor depan dan rotor belakang.

Table 3.4 Variabel rasio geometri rotor CRWT.

Faktor Skala Geometri 100% 30% 26,5% 25%


Diameter rotor depan D1 (m) 0,944 0,283 0,250 0,236
Diameter rotor belakang D2 (m) 0,944 0,283 0,250 0,236
Nama turbin Turbin 0 Turbin 1 Turbin 2 Turbin 3

27
3.4.Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menentukan besar koefisien daya turbin angin sumbu
horisontal rotor ganda counter-rotating.
a) Menghitung daya Turbin CRWT
Daya input (P1in) adalah daya angin (Watt) yang diterima oleh rotor turbin
depan
P1in= 0,5 . ⍴ . A1 . V3
Keterangan:
ρ = massa jenis udara (kg/m3)
A1 = luas sapuan rotor depan (m2)
V= kecepatan angin (m/dt)
Daya output rotor depan, P1out
P1out = Daya output rotor depan (Watt)
P1out = 𝑇 . 𝜔
Keterangan:
T = Torsi (Nm)
𝜔 = kecepatan sudut (rad/det)

b) Kecepatan Sudut rotor depan (⍵1) dan kecepatan Sudut rotor belakang (⍵2)
2 . π . n1
⍵1=
60
2 . π . n2
⍵2=
60

Keterangan,
n1 = putaran rotor depan (rpm)
n2 = putaran rotor belakang (rpm)
c) Kecepatan linear atau kecepatan Keliling rotor depan (U1) kecepatan Keliling
belakang (U2)
U1 = ω1 . R1
U1=⍵1 . R2
Keterangan
R1 = jari-jari rotor depan (m)

28
R2 = jari-jari rotor belakang (m)
d) Tip Speed Rasio rotor depan (TSR1) dan Tip Speed Rasio rotor belakang (TSR2)
𝑈1
TSR1 = 𝑉

𝑈2
TSR2 = 𝑉

e) Keofisien daya depan (Cp1) dan koefisien daya rotor belakang (Cp2)
𝑃1𝑜𝑢𝑡
Cp1 = 𝑃1𝑖𝑛
𝑃2𝑜𝑢𝑡
CP2 = 𝑃2𝑖𝑛

f) Kecepatan keliling CRWT gabungan :


U = U1 + U2
Keterangan
U1 = Kecepatan keliling rotor depan
U2 = Kecepatan keliling rotor belakang
g) TSR Gabungan
𝑈
TSR =𝑉

h) Daya output gabungan


Pout = P1 out + P2out
i) Koefisien daya gabungan
𝑃𝑜𝑢𝑡
Cp = 𝑃1𝑖𝑛

j) Analisis aliran melalui CFD menggunakan parameter aliran kontur kecepatan


dan vektor kecepatan

29
3.5. Diagram alir

START

Parameter input CRWT

Seting simulasi CFD

100% 30% 26,5% 25%

Run simulasi

Hasil simulasi

Analisis (performa, visualisasi, dan karakteristik aliran)

Kesimpulan

END

30
BAB IV. HASIL DAN PEBAHASAN

4.1.Domain Komputasi

Domain simulasi CFD pada CRWT seperti pada Gambar 4.1 (domain
lengkap), dengan rotor yang disimulasikan berada dalam domain berupa
terowongan angin berbentuk silinder (Gambar 4.1a). Simulasi dilakukan dengan
variasi skala geometeri turbin (domain dan geometri rotor) dan tip speed ratio. Tipe
meshing yang digunakan adalah mesh terstruktur, yakni mesh hexahedra seperti
terlihat pada penampang blade (Gambar 4.1c).

(a) (b)

(c)
Gambar 4.1. (a) Domain komputasi (terowongan angin berbentuk silinder) pada simulasi
CFD turbin angin rotor ganda (CRWT), (b) rotor depan dan rotor belakang berputar pada
sumbu aksial dari silinder, dan (c) penampang blade dimeshing menggunakan tipe mesh
hex.

31
4.2.Performa Turbin CRWT dar Hasil Simulasi

Analisis data dari hasil simulasi CFD dilakukan untuk menentukan besar
koefisien daya turbin angin sumbu horisontal rotor ganda counter-rotating. Berikut
ini adalah contoh perhitungan performa CRWT dari hasil simulasi CFD pada
kondisi kecepatan angin 4 m/s dengan skala geometri turbin 30% (D=0,2832 m)
dan data putaran rotor dari hasil eksperimen rotor depan 826,5 rpm, dan 411,7 rpm
untuk rotor belakang.
a) Menghitung daya input Turbin CRWT
Daya input (P1in) adalah daya angin (Watt) yang diterima oleh rotor turbin
depan
P1in= 0,5 . ⍴ . A1 . V3
P1in= 0,5 x 1,225 kg/m3 x 0,063 m2 x (4 m/s)3
= 2,469 Watt
Keterangan:
ρ = massa jenis udara (1,225 kg/m3)
A1 = luas sapuan rotor depan (=0.25 x 3,14 x 0,28322 =0,063 m2)
V= kecepatan angin (m/dt)
b) Kecepatan Sudut rotor depan (⍵1) dan kecepatan Sudut rotor belakang (⍵2)
2 . π . n1
⍵1=
60
2 x π x 826,5 𝑟𝑝𝑚
⍵1=
60
= 86,55 rad/s

2 . π . n2
⍵2=
60
2 .x π x 411,7 𝑟𝑝𝑚
⍵2=
60
= 43,11 rad/s

Keterangan,
n1 = putaran rotor depan (rpm)
n2 = putaran rotor belakang (rpm)
c) Kecepatan linear atau kecepatan Keliling rotor depan (U1) kecepatan Keliling
belakang (U2)

32
U1 = ω1 . R1
U1 = 86,55 rad/s x 0,2832/2 m
= 12,26 m/s

U2=⍵2 . R2
U2 = 43,11 rad/s x 0,2832/2 m
= 6,1 m/s

Keterangan
R1 = jari-jari rotor depan (m)
R2 = jari-jari rotor belakang (m)
d) Tip Speed Rasio rotor depan (TSR1) dan Tip Speed Rasio rotor belakang (TSR2)
𝑈1
TSR1 = 𝑉

12,26 𝑚/𝑠
TSR1 = 4 𝑚/𝑠

= 3,06
𝑈2
TSR2 = 𝑉
6,1 𝑚/𝑠
TSR2 = 4 𝑚/𝑠

= 1,53
e) P1out = Daya output rotor depan (Watt), T1 = 0,00529 Nm (dari hasil simulasi)
P1out = 𝑇1 . 𝜔1
P1out = 0,00529 𝑁𝑚 𝑥 86,55 𝑟𝑎𝑑/𝑠
= 0,4587 Watt

f) P2out = Daya output rotor belakang (Watt), T2 = 0,00164 Nm (dari hasil simulasi)
P2out = 𝑇2 . 𝜔2
P2out = 0,00164 𝑁𝑚 𝑥 43,11 𝑟𝑎𝑑/𝑠
= 0,0706 Watt

g) Keofisien daya depan (Cp1) dan koefisien daya rotor belakang (Cp2)
𝑃1𝑜𝑢𝑡
Cp1 = 𝑃1𝑖𝑛
0,4587 𝑊𝑎𝑡𝑡
Cp1 = 2,469 𝑊𝑎𝑡𝑡

= 0,1857

33
𝑃2𝑜𝑢𝑡
CP2 = 𝑃2𝑖𝑛
0,0706 𝑊𝑎𝑡𝑡
CP2 = 2,469 𝑊𝑎𝑡𝑡

= 0,0286
h) Kecepatan keliling CRWT gabungan :
U = U1 + U2
U = 12,26 m/s + 6,1 m/s
= 18,36 m/s
Keterangan
U1 = Kecepatan keliling rotor depan
U2 = Kecepatan keliling rotor belakang
i) TSR Gabungan
𝑈
TSR =𝑉
18,36 𝑚/𝑠
TSR = 4 𝑚/𝑠

= 4,59
j) Daya output gabungan
Pout = P1 out + P2out
Pout = 0,4587 Watt + 0,0706 Watt
= 0,5293 Watt
k) Koefisien daya gabungan
𝑃𝑜𝑢𝑡
Cp = 𝑃1𝑖𝑛
0,5293 𝑊𝑎𝑡𝑡
Cp = 2,469 𝑊𝑎𝑡𝑡

= 0,2143
Performa turbin CRWT dari hasil simulasi CFD terhadap variasi kecepatan
aliran maupun skala geometri turbin selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1
dan Gambar 4.2 hingga Gambar 4.7. Hasil simulasi menunjukkan dengan
peningkatan kecepatan aliran, maka koefisien daya turbin rotor depan, rotor
belakang, dan gabungan (CRWT) cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tren
yang sama seperti dari hasil pengukuran melalui eksperimen seperti pada Lampiran
2).

34
Koefisien daya turbin CRWT cenderung menurun dengan penurunan skala
geometri rotor, namun mengalami peningkatan dengan naiknya TSR. Pada skala
geometri terkecil (faktor skala atau FC = 0,25) dari hasil eksperimen menunjukkan
turbin tidak dapat beroperasi ketika diberi beban. Namun dari hasil simulasi CFD
ini, turbin dengan faktor skala 0,25 dapat disimulasikan pada tip speed ratio (TSR)
yang lebih tinggi, maka daya output dari turbin dapat meningkat. Hal ini juga dapat
meningkatkan koefisien dayanya seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3. Turbin
CRWT dengan penurunan skala geometri cenderung beroperasi pada TSR rendah.
Sementara turbin CRWT rotor depan cenderung beroperasi dengan koefisien daya
yang lebih tinggi pada TSR yang lebih tinggi dari turbin rotor belakang.
0,6

0,5
Koefisien daya, Cp

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0
DD0-V1 DD0-V2 DD0-V3 DD1-V1 DD1-V2 DD1-V3 DD2-V1 DD2-V2 DD2-V3
Variabel
Front Rear CRWT

Gambar 4.2. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan, rotor belakang, dan gabungan)
terhadap variasi skala geometri rotor dan kecepatan angin.

35
0,25

0,20

Koefisien daya, Cp
0,15

0,10

0,05

0,00
DD3-V1 DD3-V2 DD3-V3
Variabel
Front Rear CRWT

Gambar 4.3. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan, rotor belakang, dan gabungan)
terhadap variasi kecepatan angin dengan skala geometri rotor 25 % (D=0,236 m).
0,6
Koefisien daya, Cp

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
0 2 4 6 8 10
Tip speed ratio (TSR)
Front Rear CRWT
Gambar 4.4. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan, rotor belakang, dan gabungan)
terhadap variasi tip speed ratio (TSR).

0,6
0,5
Koefisien daya, Cp

0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
0 2 4 6 8 10
Tip speed ratio (TSR)
CRWT

36
Gambar 4.5. Performa rotor turbin CRWT (rotor gabungan) terhadap variasi tip speed
ratio (TSR).

0,5

Koefisien daya, Cp
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
0 2 4 6 8 10
Tip speed ratio (TSR)
Front
Gambar 4.6. Performa rotor turbin CRWT (rotor depan) terhadap variasi tip speed ratio
(TSR).

0,5
Koefisien daya, Cp

0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
0 2 4 6 8 10
Tip speed ratio (TSR)
Rear

Gambar 4.7. Performa rotor turbin CRWT (rotor belakang) terhadap variasi tip speed
ratio (TSR).

4.3.Visualisasi aliran melewati CRWT

Visualisasi aliran yang melewati rotor turbin CRWT dari hasil simulasi CFD
ini diamati pada penampang dalam arah aksial melalui bidang vertikal seperti pada
Gambar 4.8. Visualisasi aliran ini dapat menjelaskan hubungan antara karakteristik
aliran terhadap performa dari turbin CRWT dengan variasi kecepatan dan faktor
skala geometri. Karakteristik aliran yang akan divisualisasikan adalah kontur
kecepatan, kontur turbulent kinetic energy, dan vektor kecepatan aliran melewati
rotor turbin CRWT dalam arah aksial.

37
Gambar 4.8. Sepertiga domain komputasi simulasi CFD turbin angin rotor ganda
(CRWT) dengan pendefinisian bidang vertikal sepanjang arah aksial.

Parameter tip speed ratio, λ (TSR) sebagai rasio kecepatan ujung blade rotor
turbin terhadap kecepatan aksial dari kecepatan aliran menunjukkan pada TSR
rendah aliran lebih fluktuatif dari pada TSR yang lebih tinggi. Namun pada TSR
tinggi, rotor cenderung berada pada kondisi propeler yang mana thrust tinggi
dengan pertumbuhan vorteks yang cukup kuat di tip blade. Visualisasi aliran pada
rotor turbin angin yang dilakukan oleh Zhang dkk. (2012), Massouh dan Dobrev
(2014), dan Tran dkk. (2015) diadopsi untuk menggambarkan karakteristik
penurunan kecepatan di daerah wake turbin. Visualisasi aliran pada CRWT dari
hasil simulasi CFD terhadap variasi tip speed ratio ditunjukkan dalam kontur
kecepatan dan kontur turbulent kinetic energy, serta vektor kecepatan di sekitar
blade rotor depan maupun rotor belakang dalam arah aksial ke arah downstream.
Gambar 4.9 hingga Gambar 4.12 menunjukkan kontur kecepatan aliran dan
kontur turbulent kinetic energy dalam arah aksial menuju ke downstream dari hasil
simulasi CFD pada kondisi tip speed ratio yang berbeda. Pola aliran dengan adanya
rotor belakang untuk kasus CRWT membawa dampak tidak seragamnya aliran
terutama setelah melewati rotor belakang. Effek kontra rotasi kedua rotor
memberikan gradien kecepatan yang sangat curam di sekitar tip dan hub blade ke
arah downstream yang membentuk pertumbuhan vorteks di daerah tersebut
terhadap perubahan TSR.
Kontur kecepatan aliran dan distribusi turbulent kinetic energy terhadap
dalam arah aksial rotor CRWT dari hasil simulasi CFD menunjukkan terjadi puncak
penurunan kecepatan (velocity deficit) pada daerah mendekati tip blade, tapi setelah

38
melewati tip blade kecepatan kembali meningkat dengan cepat membentuk gradien
kecepatan yang cukup besar. Gradien kecepatan yang besar dapat memicu
pertumbuhan vorteks yang besar di daerah tip dan bergerak ke arah downstream
yang mana hal ini berkaitan dengan level turbulent kinetic energy yang tinggi di
daerah tersebut Ozbay dkk. (2014b). Vorteks yang kuat di daerah tip, dapat
meningkatkan kerugian aliran dan sekaligus kerugian energi mekanik rotor turbin
angin. Selain itu, penurunan kecepatan yang tinggi dan diikuti dengan level
turbulent kinetic energy yang tinggi, juga menunjukkan adanya kerugian aliran di
area tersebut (terjadi separasi). Namun demikian, penurunan kecepatan yang tinggi
di belakang rotor juga menunjukkan adanya konversi energi angin yang efisien dari
rotor tersebut (kasus SRWT), (Adaramola dan Krogstad, 2011). Sebaliknya
penurunan kecepatan dan turbulent kinetic energy dengan level tertentu dapat
mempercepat laju pemulihan kecepatan aliran (velocity recovery) dalam gelombang
aliran (near wake) khususnya pada kasus CRWT. Hal ini sebaliknya dapat
memperbaiki performa rotor belakang dan CRWT secara keseluruhan. Penurunan
kecepatan aliran setelah rotor depan yang lebih tinggi ini menunjukkan adanya
konversi energi kinetik yang lebih baik dari CRWT.
Daerah di belakang rotor dengan penurunan kecepatan yang tinggi tidak
secara langsung berkontribusi positif pada kenaikan daya turbin, sebaliknya
penurunan kecepatan yang tinggi pada CRWT setelah melewati rotor depan
mengkibatkan terlambatnya pemulihan kecepatan aliran masuk rotor belakang.
Keterlambatan pemulihan kecepatan aliran saat masuk rotor belakang CRWT
cenderung menurunkan performa rotornya. Sebaliknya adanya pemulihan
kecepatan angin yang meningkat saat masuk rotor belakang sebagai akibat dari
adanya efek kontra rotasi CRWT berperan dalam percepatan pemulihan kecepatan
tersebut. Peningkatan pemulihan kecepatan aliran saat memasuki rotor belakang
dengan level turbulent kinetic energy yang cukup rendah dapat meningkatkan
performa rotornya.

39
Gambar 4.9. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal aliran
dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=1,0 di TSR1= 4 (DDOV1).

Gambar 4.10. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal aliran
dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=0,3 di TSR1=3,06 (DD2V1).

Gambar 4.11. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal aliran
dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=0,265 di TSR1=1,40 (DD2V1).

40
Gambar 4.12. Kontur kecepatan dan turbulent kinetic energy pada bidang vertikal aliran
dalam arah aksial pada CRWT dengan FC=0,25 di TSR1=2,56 (DD3V1).
Karakteristik aliran di sekitar rotor CRWT terhadap TSR dapat menjelaskan
fenomena aliran dan pengaruhnya terhadap performa rotor. Penurunan kecepatan
aksial yang tinggi menunjukkan konversi energi mekanik yang tinggi, sesuai
dengan performa CRWT yang telah dijelaskan sebelumnya. Interferensi aliran oleh
rotor belakang makin kuat pada performa rotor depan dengan aliran yang fluktuatif
pada level turbulent kinetic energy yang tinggi di rotor belakang. Aliran setelah
melewati rotor belakang sangat fluktuatif terutama di daerah sekitar hub sebagai
akibat dari vorteks pada hub yang cenderung bergerak menjauh ke downstream
yang meningkatkan separasi.
Level turbulensi pada CRWT terhadap TSR menunjukkan peningkatan pada
TSR rendah terutama di daerah sekitar hub dan tip blade ke arah downstream.
Peningkatan level turbulensi di sebagian penampang blade rotor belakang maupun
daerah wake CRWT memperburuk performa rotor, seperti terlihat pada grafik
performa atau koefisien daya. Selain separasi aliran pada penampang blade,
pembentukan vorteks di daerah tip pada rotor belakang CRWT juga ditandai dengan
adanya peningkatan level turbulent kinetic energy di area tersebut yang merupakan
faktor penyebab turunnya performa rotor. Hasil simulasi CFD seperti pada Gambar
4.9 hingga Gambar 4.10 mengkonfirmasi pembentukan vorteks dan separasi serta
level turbulensi yang semakin kuat di hub hingga tip blade rotor belakang CRWT
melalui variasi tip speed ratio sehingga menurunkan performa rotor belakang.
Kontur kecepatan aksial aliran di daerah hub menunjukkan kontur kecepatan
yang lebih renggang dimulai dari dinding blade ke downstream dengan
menurunnya tip speed ratio. Kontur kecepatan yang renggang dan fluktuatif ini juga

41
disertai dengan adanya peningkatan level turbulensi yang semakin tinggi dengan
adanya penurunan tip speed ratio terutama di belakang rotor kedua. Hal ini
diakibatkan oleh adanya separasi dan aliran balik yang semakin besar di rotor
belakang. Sebaliknya pada tip speed ratio yang tinggi, maka gradient kecepatan
akan meningkat ke arah tip blade yang dapat mempercepat pertumbuhan vorteks di
daerah tersebut. Pertumbuhan vorteks dapat meningkatkan kerugian energi yang
terkonversi pada rotor turbin CRWT. Peningkatan level turbulent kinetic energy di
daerah wake ini karena adanya gradien kecepatan dengan pertumbuhan vorteks
yang cukup tinggi di daerah tersebut (Moghadassian, dkk., 2016).
Gambar 4.13 hingga Gambar 4.16 masing-masing menunjukkan vektor
resultan kecepatan di tip blade rotor depan dan rotor belakang CRWT terhadap
variasi skala geometri rotor dengan D1/D2=1,0 dan L/D1=0,25 pada TSR1 yang
berbeda. Besar dan arah vektor di sekitar tip blade relatif berbeda terutama pada
TSR tinggi dan TSR rendah.

42
Gambar 4.13. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial pada
CRWT dengan FC=1,0 di TSR1=4 (DD0V1).

43
Gambar 4.14. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial pada
CRWT dengan FC=0,3 di TSR1=3,06 (DD1V1).

44
Gambar 4.15. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial pada
CRWT dengan FC=0,265 di TSR1=1,40 (DD2V1).

45
Gambar 4.15. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal aliran dalam arah aksial pada
CRWT dengan FC=0,25 di TSR1=2,56 (DD3V1).

46
Vektor kecepatan pada tip blade antara rotor depan dan rotor belakang pada
turbin CRWT dengan penurunan skala geometeri (FC = 0,25 dan 0,26 serta 0,3)
yang beroperasi di TSR rendah arahnya cenderung menguat menuju ke tip dengan
besaran vektor yang makin kuat di sisi hisap (suction surface) blade rotor belakang.
Arah dan besaran dari vektor ini cenderung meningkatkan gaya sentrifugal pada
penampang blade yang menyebabkan peningkatan gaya hambat dan penurunan
gaya angkat. Peningkatan gaya hambat pada blade dapat menyebabkan penurunan
torsi yang dibangkitkan oleh rotor turbin. Arah dan besaran vektor di sisi hisap
permukaan blade tersebut menunjukkan adanya separasi yang semakin kuat ke tip
blade rotor belakang dengan penurunan TSR. Sementara pada TSR tinggi besaran
vektor ini semakin kuat di sisi tekan permukaan blade dan bergerak ke arah
downstream yang menunjukkan adanya pembentukan vorteks yang lebih kuat di
daerah tip blade dengan penambahan TSR.

4.4.Pembahasan

Performa turbin CRWT dari hasil simulasi CFD terhadap penurunan skala
geometri turbin menunjukkan dengan peningkatan kecepatan aliran, maka koefisien
daya turbin rotor depan, rotor belakang, dan gabungan (CRWT) cenderung
meningkat. Koefisien daya turbin CRWT cenderung menurun dengan penurunan
skala geometri rotor, namun mengalami peningkatan dengan naiknya TSR. Turbin
CRWT dengan penurunan skala geometri cenderung beroperasi pada TSR rendah.
Sementara turbin CRWT rotor depan cenderung beroperasi dengan koefisien daya
yang lebih tinggi pada TSR yang lebih tinggi dari turbin rotor belakang.
Tip speed ratio, λ (TSR) sebagai rasio kecepatan ujung blade rotor turbin
terhadap kecepatan aksial dari kecepatan aliran menunjukkan pada TSR rendah
aliran lebih fluktuatif dari pada TSR yang lebih tinggi. Visualisasi aliran pada
CRWT dari hasil simulasi CFD terhadap variasi tip speed ratio ditunjukkan dalam
kontur kecepatan dan kontur turbulent kinetic energy, serta vektor kecepatan di
sekitar blade rotor depan maupun rotor belakang dalam arah aksial ke arah
downstream. Kontur kecepatan aliran dan kontur turbulent kinetic energy dalam
arah aksial menuju ke downstream dari hasil simulasi CFD pada kondisi tip speed
ratio yang berbeda memberikan pemahaman tentang hubungan karakter aliran

47
terhadap performa CRWT. Pola aliran dengan adanya rotor belakang untuk kasus
CRWT membawa dampak tidak seragamnya aliran terutama setelah melewati rotor
belakang. Effek kontra rotasi kedua rotor memberikan gradien kecepatan yang
sangat curam di sekitar tip dan hub blade ke arah downstream yang membentuk
pertumbuhan vorteks di daerah tersebut terhadap perubahan TSR.
Turbin CRWT dengan penurunan faktor skala geometri yang cenderung
beroperasi pada TSR rendah memperlihatkan pola aliran dengan kontur kecepatan
arah aksial yang sangat fluktuatif. Kontur kecepatan aliran dan distribusi turbulent
kinetic energy terhadap dalam arah aksial rotor CRWT dari hasil simulasi CFD
menunjukkan terjadi puncak penurunan kecepatan (velocity deficit) pada daerah
mendekati tip blade, tapi setelah melewati tip blade kecepatan kembali meningkat
dengan cepat membentuk gradien kecepatan yang cukup besar. Gradien kecepatan
yang besar dapat memicu pertumbuhan vorteks yang besar di daerah tip dan
bergerak ke arah downstream yang mana hal ini berkaitan dengan level turbulent
kinetic energy yang tinggi di daerah tersebut Ozbay dkk. (2014b).
Vorteks yang kuat di daerah tip, dapat meningkatkan kerugian aliran dan
sekaligus kerugian energi mekanik rotor turbin angin. Selain itu, penurunan
kecepatan yang tinggi dan diikuti dengan level turbulent kinetic energy yang tinggi,
juga menunjukkan adanya kerugian aliran di area tersebut (terjadi separasi). Namun
demikian, penurunan kecepatan yang tinggi di belakang rotor juga menunjukkan
adanya konversi energi angin yang efisien dari rotor tersebut, (Adaramola dan
Krogstad, 2011). Sebaliknya penurunan kecepatan dan turbulent kinetic energy
dengan level tertentu dapat mempercepat laju pemulihan kecepatan aliran (velocity
recovery) dalam gelombang aliran (near wake) khususnya pada kasus CRWT. Hal
ini sebaliknya dapat memperbaiki performa rotor belakang dan CRWT secara
keseluruhan. Penurunan kecepatan aliran setelah rotor depan yang lebih tinggi ini
menunjukkan adanya konversi energi kinetik yang lebih baik pada CRWT.
Daerah di belakang rotor dengan penurunan kecepatan yang tinggi tidak
secara langsung berkontribusi positif pada kenaikan daya turbin, sebaliknya
penurunan kecepatan yang tinggi pada CRWT setelah melewati rotor depan
mengkibatkan terlambatnya pemulihan kecepatan aliran masuk rotor belakang.
Keterlambatan pemulihan kecepatan aliran saat masuk rotor belakang CRWT

48
cenderung menurunkan performa rotornya. Sebaliknya adanya pemulihan
kecepatan angin yang meningkat saat masuk rotor belakang sebagai akibat dari
adanya efek kontra rotasi CRWT berperan dalam percepatan pemulihan kecepatan
tersebut. Peningkatan pemulihan kecepatan aliran saat memasuki rotor belakang
dengan level turbulent kinetic energy yang cukup rendah dapat meningkatkan
performa rotornya.
Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal arah aksial CRWT juga
mengkonfirmasi hasil analisis kontur kecepatan aliran terhadap performa CRWT.
Vektor kecepatan pada tip blade antara rotor depan dan rotor belakang pada turbin
CRWT dengan penurunan skala geometeri (FC = 0,25 dan 0,26 serta 0,3) yang
beroperasi di TSR rendah arahnya cenderung menguat menuju ke tip dengan
besaran vektor yang makin kuat di sisi hisap (suction surface) blade rotor belakang.
Arah dan besaran dari vektor ini cenderung meningkatkan gaya sentrifugal pada
penampang blade yang menyebabkan peningkatan gaya hambat dan penurunan
gaya angkat. Peningkatan gaya hambat pada blade dapat menyebabkan penurunan
torsi yang dibangkitkan oleh rotor turbin. Arah dan besaran vektor di sisi hisap
permukaan blade tersebut menunjukkan adanya separasi yang semakin kuat ke tip
blade rotor belakang dengan penurunan faktor skala geometri turbin. Hal ini karena
turbin CRWT dengan penurunan skala geometri cenderung beroperasi pada TSR
rendah. Sementara pada TSR tinggi besaran vektor ini semakin kuat di sisi tekan
permukaan blade dan bergerak ke arah downstream yang menunjukkan adanya
pembentukan vorteks yang lebih kuat di daerah tip blade dengan penambahan TSR.

49
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Turbin CRWT dengan penurunan skala geometri cenderung beroperasi pada
TSR rendah. Sementara turbin CRWT rotor depan cenderung beroperasi
dengan koefisien daya yang lebih tinggi pada TSR yang lebih tinggi dari turbin
rotor belakang. Koefisien daya turbin CRWT dapat ditingkatkan lagi melalui
desain geometri blade yang tepat dan sesuai dengan kondisi operasi turbin
secara alamiah di lapangan.
2. Vektor kecepatan aliran pada bidang vertikal arah aksial CRWT juga
dikonfirmasi oleh hasil analisis kontur kecepatan aliran dan kontur turbulent
kinetic energy terhadap penurunan performa CRWT karena adanya penurunan
faktor skala geometri rotor turbin. Vektor kecepatan pada tip blade antara rotor
depan dan rotor belakang pada turbin CRWT dengan penurunan skala
geometeri (FC = 0,25 dan 0,26 serta 0,3) yang beroperasi di TSR rendah yang
arahnya cenderung menguat menuju ke tip blade dengan besaran vektor yang
makin kuat di sisi hisap (suction surface) blade rotor belakang. Besaran vektor
ini semakin kuat ini dapat membentuk vorteks yang menurunkan performa
CRWT.

5.2. Saran
1. Turbin angin double rotor dengan kontra rotasi memiliki potensi yang baik
untuk penembangan sistem konversi energi angin. Namun desain turbin CRWT
perlu diperhatikan desain geometri blade yang tepat dan sesuai dengan kondisi
operasi turbin secara alamiah di lapangan.
2. Eksperimen CRWT pada skala lapangan (full scale) perlu dilakukan untuk
melihat karakteristik turbin aktual dan kondisi operasi yang lebih luas.

50
DAFTAR PUSTAKA

Adaramola, M. S., & Krogstad, P.-Å. (2011). Experimental investigation of wake


effects on wind turbine performance. Renewable Energy, 36(8), 2078–2086.
Eggleston, D. M., & Stoddard, F. (1987). Wind turbine engineering design.
Fluent, A. (2017). 17.0 User’s Manual, ANSYS Documentation N Fluent N User’s
Guide & Theory Guide—Release 17.0. ANSYS Inc., ANSYS Inc.
Jung, S. N., No, T.-S., & Ryu, K.-W. (2005). Aerodynamic performance prediction
of a 30 kW counter-rotating wind turbine system. Renewable Energy, 30(5),
631–644.
Kanemoto, T., & Galal, A. M. (2006). Development of intelligent wind turbine
generator with tandem wind rotors and double rotational armatures (1st report,
superior operation of tandem wind rotors). JSME International Journal Series
B Fluids and Thermal Engineering, 49(2), 450–457.
Koehuan A., V., Sugiyono, & Kamal, S. (2019). Numerical Analysis on
Aerodynamic Performance of Counter-rotating Wind Turbine through Rear
Rotor Configuration. Modern Applied Science, 13(2), 140–257.
Koehuan, V. A., Sugiyono, & Kamal, S. (2017). Investigation of Counter-Rotating
Wind Turbine Performance using Computational Fluid Dynamics Simulation.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 267(1), 12034.
Koehuan, Verdy A, & Mandala, J. F. (2020). Simulasi CFD Performa
Aerodinamika Rotor Turbin Angin Counter-Rotating melalui Variasi Rasio
Kecepatan Tip Blade dengan Solidity Konstan. LONTAR Jurnal Teknik Mesin
Undana (LJTMU ), 7(02), 1–14. https://doi.org/10.1234/ljtmu.v9i02.3342
Koehuan, Verdy Ariyanto, Nogur, L., & Jasron, J. U. (2014). Studi Eksperimental
Variasi Sudut Blade terhadap Kinerja Rotor Blade Turbin Angin Tipe Propeler
Poros Horizontal Model Contra Rotating. LONTAR Jurnal Teknik Mesin
Undana (LJTMU), 1(2), 72–81.
Krogstad, P.-Å., & Eriksen, P. E. (2013). “Blind test” calculations of the
performance and wake development for a model wind turbine. Renewable
Energy, 50, 325–333.
Kumar, P. S., Abraham, A., Bensingh, R. J., & Ilangovan, S. (2013). Computational
and experimental analysis of a counter-rotating wind turbine system.
Kumar, P. S., Bensingh, R. J., & Abraham, A. (2012). Computational analysis of
30 Kw contra rotor wind turbine. ISRN Renewable Energy, 2012.
Lee, S., Kim, H., & Lee, S. (2010). Analysis of aerodynamic characteristics on a
counter-rotating wind turbine. Current Applied Physics, 10(2 SUPPL.), S339–

51
S342. https://doi.org/10.1016/j.cap.2009.11.073
Massouh, F., & Dobrev, I. (2014). Investigation of wind turbine flow and wake.
Journal of Fluid Science and Technology, 9(3), JFST0025–JFST0025.
MAULANA, A. (2019). STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMA COUNTER
ROTATING WIND TURBINE BERDIAMETER 3 M. Universitas Gadjah
Mada.
Mo, J. O., & Lee, Y. H. (2012). CFD Investigation on the aerodynamic
characteristics of a small-sized wind turbine of NREL PHASE VI operating
with a stall-regulated method. Journal of Mechanical Science and Technology,
26(1), 81–92. https://doi.org/10.1007/s12206-011-1014-7
Moghadassian, B., Rosenberg, A., & Sharma, A. (2016). Numerical investigation
of aerodynamic performance and loads of a novel dual rotor wind turbine.
Energies, 9(7), 571.
Oggiano, L. (2014). CFD simulations on the NTNU wind turbine rotor and
comparison with experiments. Energy Procedia, 58, 111–116.
Ozbay, A., Tian, W., & Hu, H. (2014). An experimental investigation on the
aeromechanics and near wake characteristics of dual-rotor wind turbines
(drwts). 32nd ASME Wind Energy Symposium, 1085.
Sanderse, B. (2009). Aerodynamics of wind turbine wakes. Energy Research
Center of the Netherlands (ECN), ECN-E–09-016, Petten, The Netherlands,
Tech. Rep, 5(15), 153.
Tran, T. T., Kim, D.-H., & Nguyen, B. H. (2015). Aerodynamic interference effect
of huge wind turbine blades with periodic surge motions using overset grid-
based computational fluid dynamics approach. Journal of Solar Energy
Engineering, 137(6), 61003.
Ushiyama, I., Shimota, T., & Miura, Y. (1996). An experimental study of the two-
staged wind turbines. Renewable Energy, 9(1–4), 909–912.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0960148196884278
Vermeer, L. J., Sørensen, J. N., & Crespo, A. (2003). Wind turbine wake
aerodynamics. Progress in Aerospace Sciences, 39, 467–510.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0376042103000782
Yulistiyanto, B. (2009). Vorticity Fields on Flow with Vortex System. 16(2), 83–94.
Zhang, W., Markfort, C. D., & Porté-Agel, F. (2012). Near-wake flow structure
downwind of a wind turbine in a turbulent boundary layer. Experiments in
Fluids, 52(5), 1219–1235.

52
LAMPIRAN – LAMPIRAN

53
Lampiran 1. Hasil analisis CFD performa turbin CRWT

Nama
No Rasio D1 D2 A1 A2 V01 V02 n1 n2 omega1 omega2 U1 U2 U
variabel
m m m2 m2 m/s m/s rpm rpm rad/det rad/det m/s m/s m/s
1 DD0-V1 100% 0.9440 0.9440 0.6999 0.6999 9.00 9.00 728.00 436.80 76.24 45.74 35.98 21.59 57.57
2 DD0-V2 100% 0.9440 0.9440 0.6999 0.6999 7.20 7.20 728.00 436.80 76.24 45.74 35.98 21.59 57.57
3 DD0-V3 100% 0.9440 0.9440 0.6999 0.6999 6.00 6.00 728.00 436.80 76.24 45.74 35.98 21.59 57.57
4 DD1-V1 30% 0.2832 0.2832 0.0630 0.0630 4.00 4.00 826.50 411.70 86.55 43.11 12.26 6.10 18.36
5 DD1-V2 30% 0.2832 0.2832 0.0630 0.0630 4.70 4.70 1114.80 413.70 116.74 43.32 16.53 6.13 22.67
6 DD1-V3 30% 0.2832 0.2832 0.0630 0.0630 4.80 4.80 1143.00 449.20 119.69 47.04 16.95 6.66 23.61
7 DD2-V1 26.5% 0.2502 0.2502 0.0492 0.0492 4.20 4.20 449.70 429.40 47.09 44.97 5.89 5.62 11.51
8 DD2-V2 26.5% 0.2502 0.2502 0.0492 0.0492 4.70 4.70 443.60 404.40 46.45 42.35 5.81 5.30 11.11
9 DD2-V3 26.5% 0.2502 0.2502 0.0492 0.0492 4.80 4.80 479.00 469.70 50.16 49.19 6.27 6.15 12.43
10 DD3-V1 25% 0.2360 0.2360 0.0437 0.0437 4.00 4.00 827.10 356.80 86.61 37.36 10.22 4.41 14.63
11 DD3-V2 25% 0.2360 0.2360 0.0437 0.0437 4.70 4.70 1055.30 413.70 110.51 43.32 13.04 5.11 18.15
12 DD3-V3 25% 0.2360 0.2360 0.0437 0.0437 4.80 4.80 1157.30 411.60 121.19 43.10 14.30 5.09 19.39

54
Lampiran 1. Hasil analisis CFD performa turbin CRWT (lanjutan)

Nama
No TSR1 TSR2 TSR Pa1 Pa2 T1 T2 Pm1 Pm2 Cp1 Cp2 Pout Cp
variabel
rel Watt Watt Nm Nm Watt Watt Watt
1 DD0-V1 4.00 2.40 6.40 312.513 312.513 1.4107346 0.6314993 107.5487 28.8858 0.3441 0.0924 136.4345 0.4366
2 DD0-V2 5.00 3.00 8.00 160.006 160.006 0.8339564 0.4049427 63.5775 18.5227 0.3973 0.1158 82.1002 0.5131
3 DD0-V3 6.00 3.60 9.60 92.596 92.596 0.5015041 0.2467663 38.2327 11.2875 0.4129 0.1219 49.5201 0.5348
4 DD1-V1 3.06 1.53 4.59 2.469 2.469 0.0052993 0.0016377 0.4587 0.0706 0.1857 0.0286 0.5293 0.2143
5 DD1-V2 3.52 1.31 4.82 4.006 4.006 0.0082262 0.0017468 0.9603 0.0757 0.2397 0.0189 1.0360 0.2586
6 DD1-V3 3.53 1.39 4.92 4.267 4.267 0.0086447 0.0019280 1.0347 0.0907 0.2425 0.0213 1.1254 0.2638
7 DD2-V1 1.40 1.34 2.74 2.230 2.230 0.0013322 0.0011516 0.0627 0.0518 0.0281 0.0232 0.1145 0.0513
8 DD2-V2 1.24 1.13 2.36 3.126 3.126 0.0014628 0.0012628 0.0680 0.0535 0.0217 0.0171 0.1214 0.0389
9 DD2-V3 1.31 1.28 2.59 3.329 3.329 0.0016135 0.0014440 0.0809 0.0710 0.0243 0.0213 0.1520 0.0456
10 DD3-V1 2.56 1.10 3.66 1.715 1.715 0.0014097 0.0006736 0.1221 0.0252 0.0712 0.0147 0.1473 0.0859
11 DD3-V2 2.77 1.09 3.86 2.782 2.782 0.0038889 0.0009273 0.4298 0.0402 0.1545 0.0144 0.4699 0.1689
12 DD3-V3 2.98 1.06 4.04 2.963 2.963 0.0043358 0.0009280 0.5255 0.0400 0.1773 0.0135 0.5655 0.1908

55
Lampiran 2. Data hasil eksperimen performa CRWT melalui variasi skala
geometri

Tabel A.1 Hasil analisis uji rotor depan turbin 1 (DD1), FC = 0,3
variabel V (m/s) n (rpm) Ω(rad/s) U (m/s) TSR P in (W) Pout (W) Cp
V1 4.00 826.5 86.548 12.255 3.064 2.4692 0.0604 0.0245
V2 4.70 1114.8 116.739 16.530 3.517 4.0057 0.0938 0.0234
V3 4.80 1143.0 119.695 16.949 3.531 4.2668 0.1021 0.0239
Tabel A.2 Hasil analisis uji rotor belakang turbin 1 (DD1), FC = 0,3
Variabel V (m/s) n (rpm) Ω(rad/s) U (m/s) TSR P in (W) Pout (W) Cp
V1 4.00 411.7 43.114 5.393 1.348 1.9267 0.0055 0.0029
V2 4.70 413.7 43.322 5.419 1.153 3.1255 0.0116 0.0037
V3 4.80 449.2 47.044 5.884 1.226 3.3293 0.0082 0.0025
Tabel A.3 Hasil analisis uji rotor depan turbin 2 (DD2), , FC = 0,265
Variabel V (m/s) n (rpm) Ω(rad/s) U (m/s) TSR P in (W) Pout (W) Cp
V1 4.20 449.7 47.092 5.890 1.402 2.2304 0.0155 0.0070
V2 4.70 443.6 46.453 5.810 1.236 3.1255 0.0196 0.0063
V3 4.80 479.0 50.159 6.274 1.307 3.3293 0.0199 0.0060
Tabel A.4 Hasil analisis parameter uji rotor belakang turbin 2 (DD2), FC = 0,265
Variabel V (m/s) n (rpm) Ω(rad/s) U (m/s) TSR P in (W) Pout (W) Cp
V1 4.20 429.4 44.967 5.625 1.339 2.2304 0.0134 0.0060
V2 4.70 404.4 42.348 5.297 1.127 3.1255 0.0122 0.0039
V3 4.80 469.7 49.185 6.152 1.282 3.3293 0.0192 0.0058

56

Anda mungkin juga menyukai