Anda di halaman 1dari 33

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PENYERAPAN KARBON DARI


NILAI BIOMASSA POHON YANG DITANAM OLEH
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY Tbk.
AREA KAMOJANG

FAUZI MUHAMMAD ARIQ


082011133074

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PENYERAPAN KARBON DARI


NILAI BIOMASSA POHON YANG DITANAM OLEH
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY Tbk.
AREA KAMOJANG

FAUZI MUHAMMAD ARIQ


08201113074

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

2023
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2023
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL SKRIPSI

Judul : Analisis Potensi Penyerapan Karbon Dari Nilai


Biomassa Pohon yang Ditanam oleh PT. Pertamina
Geothermal Energy Tbk. Area Kamojang
Penyusun : Fauzi Muhammad Ariq
NIM : 082011133074
Pembimbing I : Dra. Thin Soedarti, CESA
Pembimbing II : Febri Eko Wahyudianto, S.T., M.T.
Tanggal Seminar :

Disetujui oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Thin Soedarti, CESA Febri Eko Wahyudianto, S.T, M.T.


NIP. 196709201992032001 NIP 199102032016113101

Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga

Prof. Dr. Sri Puji Astuti Wahyuningsih, M.Si


NIP. 196602211992032001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
skripsi dengan judul “Analisis Potensi Penyerapan Karbon Dari Nilai
Biomassa Pohon Yang Ditanam Oleh PT Pertamina Geothermal Energy
Tbk. Area Kamojang”. Naskah proposal ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam mepertoleh gelar sarjana S1 Teknik Lingkungan, Universitas
Airlangga
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah memberikan dukungan kepada penulis baik secara moral maupun materi
dalam penyelesaian penulisan proposal ini, antara lain sebagai berikut:
1. Ibu penulis yang tidak berhenti memberikan segala bentuk dukungan dan
doa sehingga penulis dapat melaksanakan segala kegiatan akademik
dengan baik dan lancar.
2. Ibu Dra. Thin Soedarti, CESA selaku Dosen Pembimbing I yang
senantiasa memberti motivasi, saran, dan nasihat selama penyusunan
proposal skirpsi
3. Bapak Febri Eko Wahyudianto S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II
yang senantiasa memberi saran dan nasihat selama penyusunan proposal
skripsi
4. Seluruh teman-teman yang telah membantu memberi motivasi dan
masukkan pada penyusunan proposal ini.
Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan
masukan untuk dapat mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.
Surabaya, 12 Januari 2024

Penulis

Fauzi Muhamad Ariq

NIM 082011133074

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL SKRIPSI…………………………….i


KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………….vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................................3
1.4 Manfaat.........................................................................................................................3
1.5 Ruang Lingkup.............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………5
2.1 Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy..................................................5
2.2 Perubahan Iklim............................................................................................................6
2.3 Emisi karbon dioksida (CO2)........................................................................................6
2.4 Biomasa Tumbuhan......................................................................................................7
2.5 Persamaan Alometrik...................................................................................................7
2.6 Daya Serap Karbon oleh Tumbuhan............................................................................8
2.7 Inter-Governmental Panel Climate Change (IPCC).....................................................9
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………………...11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................11
3.2 Alat dan Bahan...........................................................................................................11
3.3 Cara Kerja...................................................................................................................12
3.3.1 Ide penelitian........................................................................................................13
3.3.2 Studi literatur.......................................................................................................13
3.3.3 Persiapan alat dan bahan......................................................................................13
3.3.4 Pengumpulan data................................................................................................14
3.3.4.1 Penentuan ukuran dan jumlah plot....................................................................14
3.3.5 Analisis Sampel...................................................................................................16
3.3.6 Hasil dan pembahasan.........................................................................................20
3.3.7 Kesimpulan dan saran..........................................................................................20
3.3.8 Jadwal pelaksanaan kegiatan...............................................................................20

iii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………21
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….. 23

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta kawasan PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang…………11
Gambar 3.2 Kerangka Penelitian…………………………………………………………12
Gambar 3.3 Pengukuran DBH pada berbagai kondisi……………………………………14

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor emisi bahan bakar di


Indonesia…………………………………………..10
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan ………………...
…………………………………………..10

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim telah menjadi masalah umum yang belum terselesaikan hingg saat ini.
Perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kehidupan di dunia dan perlu tindakan
segera (Wardoyo, 2016). Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca yang
diakibatkan oleh gas rumah kaca, dimana energi yang diterima dari sinar matahari diserap
sebagai radiasi gelombang pendek dan dipantulkan keatmosfer dalam bentuk panas.
Kenaikan gas rumah kaca (GRK) di udara sebagai akibat kegiatan manusia diantaranya
penggunaan energi fosil (24%), alih fungsi dan penggunaan lahan (18%), industri (14%),
transportasi (14%), pertanian (14%), pemukiman/bangunan (8%). Trend kenaikan
konsentrasi GRK global akan mengakibatkan naiknya temperatur 2 0 sampai 50 Celcius
dalam 50 tahun kedepan, dan temperatur akan terus meningkat jika emisi GRK tidak
berkurang (Wardoyo, 2016).
Emisi GRK Indonesia diperkirakan akan bertumbuh dari 2,1 ke 3,3 GtCO2eq antara
tahun 2005 dan 2030. Dari pertumbuhan ini, sektor transportasi menghasilkan sekitar 23%
dari emisi CO2 bidang energi di Indonesia pada tahun 2005, dengan emisi 67,68 MtCO2eq
di tahun yang sama. Transportasi merupakan sumber terbesar ketiga dari emisi terkait
energi dan transportasi darat merupakan komponen terbesar dari emisi CO2, yaitu sekitar
89% emisi CO2 dan 91% konsumsi energi di sektor ini. Diperkirakan emisi dari sektor
transportasi akan meningkat tujuh kali lipat antara tahun 2005 dan 2030 menjadi 443
MtCO2eq (Kaleka, et al., 2023)
Gas emisi yang paling banyak terdapat di atmosfer adalah gas karbondioksida (CO 2).
Emisi gas karbon dihasilkan dari kegiatan aktivitas manusia terutama penggunaan bahan
bakar fosil. Meningkatnya aktivitas manusia pada saat ini memicu peningkatan emisi gas
karbon. Hal ini memicu banyak negara mulai melakukan upaya penurunan emisi gas
karbon. Indonesia sendiri telah mendeklarasikan target penurunan emisi. Dalam
dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) terbaru, Indonesia menaikkan target
pengurangan emisi menjadi 31,89% di tahun 2030 mendatang dengan target dukungan
internasional sebesar 43,20%. Salah satu kebijakan untuk mendukung hal ini pemerintah
telah menyiapkan beberapa skema, termasuk di bidang carbon pricing dan carbon trading.

1
Pasar karbon adalah suatu tempat dimana penjual dan pembeli melakukan transaksi jual-
beli kredit karbon (Wardoyo, 2016). Perhitungan karbon yang diserap oleh suatu kawasan
hutan akan membantu mengetahui jumlah karbon yang telah dikurangi.
Gas karbon dapat diserap oleh pepohonan yang kemudian dengan proses fotosintesis
pada pohon akan diubah menjadi karbon organik dan akan disimpan dalam bentuk
biomassa (Lestari et al., 2015). Dari kegiatan pepohonan ini, nilai serapan karbon pada
suatu pepohonan dapat dihitung melalui nilai biomassa pohon tersebut. Pengukuran
kandungan karbon yang tersimpan pada nilai biomassa pada suatu pohon merupakan upaya
untuk mengetahui nilai daya serap CO2 suatu pepohonan dalam wilayah tersebut. Jumlah
cadangan karbon tersimpan ini perlu diukur sebagai upaya untuk mengetahui besarnya
cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya apabila ingin mengatur nilai
besarnya cadangan karbon.
Pengukuran karbon hutan dengan nilai biomassa suatu pohon dilakukan dengan
menggunakan persamaan alometri yang diperoleh dari analisis regresi untuk satu jenis atau
kelompok jenis pohon. Petunjuk pengembangan persamaan allometri utnuk perhitungan
karbon terdapat dalam SNI 7725:2011. Sudah banyak juga penelitian yang
mengembangkan persamaan allometrik untuk kondisi hutan tertentu. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh J. Chave et al. yang dipublis pada tahun 2015, persamaan allometri
dari hasil penelitian tersebut akan digunakan penulis untuk menghitung nilai biomassa
serta serapan karbon pohon. Alasan hasil penelitian ini digunakan, karena Chave
melakukan penelitian pada sebaran hutan primer dan sekunder di 27 negara tropis. Selian
itu, 2410 pohon diteliti dengan diameter kisaran 5-156 cm. Kriteria tersebut cocok
digunakan untuk perhitungan nilai biomassa dan serapan karbon pohon yang ditanam oleh
PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang.
PT. Pertamina Geothermal Energi (PGE) adalah salah satu perusahaan swasta yang
diberi mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya alam yaitu panas bumi..
Energi panas bumi merupakan energi bersih dan terbaharukan yang rendah akan emisi
karbon, akan tetapi kegiatan produksi listrik dari panas bumi yang berada pada daerah
hutan menyebabkan eksplorasi panas bumi harus mengubah kawasan hutan menjadi
kawasan sumur. Kawasan hutan yang berkurang akan menyebabkan berkurangnya lahan
serapan karbon. Kegiatan sehari hari perusahaan juga seperti penggunaan kendaraan
opersional berbahan fosil dan penggunaan listrik juga akan menghasilkan emisi karbon.
Dari kegiatan eksplorasi tersebut yang merubah tata guna lahan hutan Kamojang, PT.
PGE Kamojang memiliki program penanaman pohon kembali pada Hutan Kamojang.

2
Sejak tahun 2008 PT. PGE Kamojang telah menanam pohon sebanyak 630.002 pohon
yang ditanam pada sekitar sumur. Adapun jenis pohon yang ditanam adalah; Ki Leho
(Saurauria bracteosa), Pasang (Lithocarpus indutus), Ki Hujan (Engelhardia spicata), Ki
Honje (Pittospormum ferrgineum), Mara (Macaranga rhizinoides), Saninten (Castanopsis
argentea). Penanaman pohon ini dilakukan di sekitar sumur produksi PT. Pertamina
Geothermal Energy Area Kamojang.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada pebelititan ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh PT. Pertamina Geothetmal
Energy Tbk. Area Kamojang?
2. Berapa nilai serapan karbon pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina Geothetmal
Energy Tbk. Area Kamojang?
3. Berapa nilai biomassa pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina Geothetmal Energy
Tbk. Area Kamojang?
4. Bagaimana perbandingan emisi karbon yang diserap dan yang dihasilkan dari PT.
Pertamina Geothetmal Energy Tbk. Area Kamojang?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh PT. Pertamina Geothetmal
Energy Tbk. Area Kamojang
2. Mengethui nilai serapan karbon pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina
Geothetmal Energy Tbk. Area Kamojang
3. Mengetahui nilai biomassa pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina Geothetmal
Energy Tbk. Area Kamojang
4. Menganalisis perbandingan emisi karbon yang diserap dan yang dihasilkan dari PT.
Pertamina Geothetmal Energy Tbk. Area Kamojang

1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi potensi serapan karbon dari pohon yang ditanam oleh
perusahaan

3
2. Terbentuknya data serapan karbon sehingga dapat dipakai oleh perusahaan untuk
keperluan seperti perdagangan kaarbon
3. Menajadi acuan untuk rencana pengurangan atau penambahan nilai serapan karbon

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pohon yang dianalisis adalah pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina Geothermal
Energy Tbk. Area Kamojang
2. Pengukuran biomassa hanyalah untuk vegetasi yang masih hidup
3. Perhitungan biomassa Pengukuran lapangan utntuk penaksiran cadangan karbon
akan mengikuti SNI 7724:2011
4. Emisi karbon yang dihitung berasal dari kegiatan opersional produksi listrik

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy


PT. Pertamina Geothermal Energy merupakan salah satu anak perusahaan PT
Pertamina Power Indonesia yang bersinergi dibaha naungan PT Pertamina (persero).
Saham perusahaan PT. Pertamina Geothermal Energy dimiliki oleh PT. Pertamina Power
Indonesia (PPI) sebesar 69,01%, Pertamina Pedeve Indonesia sebesar 5,99%, Masdar
Indonesia Solar Holdings RSC Limited sebesar 15%, dan publik sebesar 10%. PT.
Pertamina Geothermal Energy menjadi peruahaan publik semenjak 24 Februari, sehingga
10% kepemilikian dimiliki oleh masyarakat umum.
PT. Pertamina Geothermal Energi adalah salah satu perusahaan swasta yang diberi
mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya alam yaitu panas bumi (Mamentu,
2020). Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1974, saat pemerintah Indonesia
menugaskan pertamina untuk melakukan survei sumber panas bumi, serta melakukan
eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk membangkitkan listrik. Pada tanggal 28
Januari 1983, Pertamina mulai mengoperasikan PLTP Kamojang Unit I yang berkapasitas
30 MW dengan memanfaatkan panas bumi dari Lapangan Kamojang di Jawa Barat.
Saat ini PGE mengelola 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dimana listrik panas
bumi yang berhasil dibangkitkan mencapai sebesar 1.877 megawatt (MW). Rincinya,
sebesar 672 MW dioperasikan sendiri (own operation) oleh PGE dan 1.205 MW dikelola
melalui Kontrak Operasi Bersama. Wilayah yang dikelola oleh PT. PGE adalah Gunung
Sibulai-Buali, Gunung Sibayak-Sinabung, Sungai Penuh, Huluais, Lumut Balai, Way
Panas, Kamojag-Drajat, Karaha Cakrabuana, Pangalengan, Cibeureum-Parabakti, Tabanan,
Lahendong, dan Seulawah. Kapasitas ini berkontribusi sekitar 88% dari total kapasitas
terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar
9,5 juta ton CO2 per tahun. Produksi ini membantu target pemerintah yaitu penggunana
energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia sebesar 23% pada tahun 2025, realisasi
pada tahun 2020 baru mencapai 11% (Arsita, 2021).

5
2.2 Perubahan Iklim
Perubahan iklim menimbulkan bencana bagi manusia. Musim kemarau yang semakin
panjang dan musim hujan yang realtif pendek disbabkan oleh peribahan iklim. Bencana ini
menimbulkan hal seperti kekeringan, kebakaran hutan, gagal panen, dan peningkatan air
laut yang mengakibatkan terjadinya banjir. Perubahan iklim disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas rumah kaca pada atmosfer. Gas rumah kaca terdiri dari CO 2, CH4, N2O,
HFC, PFC dan SF6. Gas rumah kaca ini bersumber dari kegiatan manusia di bumi ini.
Kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca berasa dari sektor energi, limbah
pertanian, serta perubahan lahan dan pertanian. Perubahan lahan menjadi salah satu yang
menyumbang gas rumah kaca terbesar kepada atmosfer bum terutama gas CO 2 (Wibowo,
2013).

2.3 Emisi karbon dioksida (CO2)


Karbon dioksida (CO2) adalah gas yang tidak memiliki warna dan aroma, hadir dalam
bentuk gas atau cair, seperti yang diindikasikan oleh OSHA pada tahun 1978. Scinfield
(1998) mencatat bahwa CO2 merupakan gas alami yang muncul sebagai produk
sampingan dari pembakaran bahan bakar fosil dan juga terbentuk melalui perubahan tata
guna lahan dan proses industri. Konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat sekitar 1,9 ppm
setiap tahunnya karena hasil pembakaran bahan bakar fosil, produksi semen, dan
pemanfaatan lahan. Trewartha dan Lyle (1995) mengemukakan bahwa CO2, sebagai salah
satu gas rumah kaca (GRK), memiliki karakteristik tidak dapat menyerap gelombang
panjang (long wave radiation) yang berasal dari permukaan bumi (Kaleka et al., 2023).
Berdasarkan data per 2011, karbon dioksida yang ada di bumi mengalami peningkatan
sebanyak 40 persen sejak 50 tahun lalu. Menurut laporan IPCC (Intergovernmental panel
on Climate Change) ratarata suhu bumi akan naik antara 0,3 0C ke 0,7oC pada periode
2016-2035. Pada periode 2081-2100, rata-rata suhu dipermukaan bumi akan melampaui
masa pra industri atau naik 1,50C-2oC (Akbar et al., 2019)
Emisi karbon dioksida (CO2) adalah salah satu dari gas rumah kaca yang menjadi
faktor timbulnya perubahan iklim. Gas karbon dioksida menjadi penyumbang terbesar
pada gas rumah keaca sebesar 9-26% dari total gas rumah kaca. Kegiatan manusia pada era
saat ini menyumbang peningkatan gas karbon. Terdapat lima sektor yang menjadi sumber
utama gas karbon,, yaitu penggunaan energi, proses industri, penggunaan produk, kegiatan
PKPL (pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan), dan limbah. Emisi karbon yang

6
disebabkan manusia 130 kali lipat lebih besar dibanding aktivitas alam yang dikeluarkan
oleh gunung berapi (Labiba et al., 2018).

2.4 Biomasa Tumbuhan


Biomasa adalah total kandungan material organik suatu organisme hidup pada waktu
terntentu. Biomasa tumbuhan merupakan material kering dari suatu organisme hidup pada
waktu, tempat, dan luasan tertentu. Pengukuran biomasa pada tumbuhan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Hasil perhitungan biomasa pohon akan akurat bila dipresentasikan
dalam bentuk diameter batang kuadrat dan tinggi pohon. Biomasa pohon disimpan dalam
jaringan jaringan organ tanaman sepeti akar, batang, dan daun. Perhitungan biomasa pada
setiap lahan melibatakan tiga tahapan yaitu pembuatan plot, perhitungan biomasa pohon
dan perhitungan biomasa tumbuhan bawah tanah (Passal et al., 2019). Oleh karena itu
perhitunga cadangan karbon yang terdapat pada suatu pohon dapat diukur dengan nillai
biomasa pohon tersebut. Nilai dari biomasa suatu pohn bergantung pada pertumbuhan
vegetasi tersebut. Oleh karena itu, kemiringan suatu lahan berpengaruh terhadap nilai
biomasa suatu vegetasi karena kemiringan lahan mempengaruhi pertumbuhan vegetasi
tersebut (Drupadi et al., 2021).
Di permukaan bumi ini,kurang lebih terdapat 90 % biomassa yang terdapat dalam
hutan berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan sampah hutan (serasah), hewan, dan
jasad renik. Sehingga ketika terjadi kebakaran hutan atau penebangan pohon, maka
biomasa ini akan terlepas ke atmosfer dalam bumi yang akan dapat mencemari udara.
Selain biomasa yag terlepas menuju atmosfer, kemampuan bumi unutk menyerap karbon
juga akan turut berkurang. (Yamani, 2013)

2.5 Persamaan Alometrik


Penyusunan persamaan allometrik dalam dilakukan untuk menghitung kandugnan
biomasa pada suatu vegetasi. Penyusunan persamaan alometrik sendiir di Indonesia sudah
diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penyusunan persamaan diatur dalam SNI
7725:2011. Dalam SNI tersebut metode penyusunan persamaan alometri adalah dengan
pengambilan sampel dengan cara penebangan (destructive sampling). Persamaan ini
kemudian digunakan untuk menduga biomasa diatas permukaan tanah untuk pohon sejenis
maupun campuran. Persamaan diuji berdasarkan nilai kofesian determinasi dan signifikasi
paramater serta hasil uji asumsi kenormalan.

7
Persamaan alometrik yang sering digunakan pada suatu pohon merupakan persamaan
matematika yang menunjukan hubungan antara bagian tertentu. Persamaan ini dituangkan
dalam hubungan eksponensial atau logaritma antara organ tanaman (Hardjana, 2011).
Penelitian untuk penyusuan alometri telah banyak dilakukan, seperti contoh penelitian oleh
Chave. Hasil penelitian dengan sampel berupa 2.410 pohon dengan diamater setinggi dada
diatas 5 cm pada hutan tropis di berbagai negara yang berbeda (Chave et al., 2005).
Persamaan yang dikembangkan oleh Chave yang sudah disederhanakan yaitu:
Y = 0,0509 x ρ x DBH2 x T (2.1)
Dimana:
Y = biomassa total (g)
DBH = diameter setinggi dada (cm)
ρ = berat jenis kayu (g/cm3)
T = tinggi pohon (cm)
Persamaan ini disepakati oleh Chave et al.(2005) tidak bergantung pada jenis
spesies pohon yang diteliti dan benua tempat penilitan. Hal ini dikarenakan penyusunan
persamaan menggunakan spesies pohon yang beragam dan dilakukan di berbagai benua.
Persamaan ini memiliki angka validitas. Diamaeter setinggi pohon yang diteliti harus
diantara 5-156 cm dan ρ x DBH2 x T harus diantara 50-1.000.000. Berat jenis kayu juga
merupakan hasil dari berat kering yang dioven pada suhu 103 oC dibagi dengan volume
sampel tersebut (Chave et al., 2011). Kayu dioven pada suhu 103oC untuk mengeringkan
kayu tersebut sehingga kadar air dalam kayu tersebut menguap.

2.6 Daya Serap Karbon oleh Tumbuhan


Daya serap karbon tumbuhan dapat ditentukan oleh kegiatan fotosintesis tumbuhan
tersebut. Proses fotosintesis adalah proses dimana energi cahaya diubah menjadi energi
kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat pada membran interna atau tilakoid. Pigmen
fotosintesis yang utama ialah klorofil dan karotenoid. Selain cahaya matahari CO 2 dan H2O
merupakan substrat dalam reaksi fotosintesis. Hasil fotosintesis ini akan menghasilkan
karbohidrat dan melepaskan oksigen (Ai, 2012).
Dalam suatu pohon kadar C dalam bahan organik memiliki nilai kadar terpasang
(default balue) sebesar 46%. Nilai 46% merupakan hasil yang diperoleh dari laboratorium.
Sehingga nilai estimasi cadanan karbon dapat diperoleh dengan mengkalikan kandungan

8
biomassa pada suatu pohon dengan 0,46 (SNI, 2011). Sehingga didapatkan persamaan
sebagai yang tertera pada persamaan 2.2 berikut
Karbon tersimpan = Y x 0,46 (2.2)
Dimana:
Y = Biomassa (g)
0,46 = Faktor konversi untuk pendugaan karbon yang merupakan %C
Setelah mendapatkan nilai karbon yang tersimpan pada suatu pohon. Potensi
serapan karbon suatu pohon dapat dihitung dengan menkalikan dengan perbandingan
massa molekul relatif CO2 yaitu sebesar 44 dan massa atom relatif karbon yaitu sebesar 12.
Sehingga didapaktan faktor konversi sebesar 3,67 (Murdiyarso, 1997). Maka dari itu
didapatkan persamaan 2.3 sebagai berikut
Serapan CO2 = Karbon tersimpan x Faktor konversi unsur karbon (2.3)
Dimana:
Faktor konversi unsur karbon = 3,67

2.7 Emisi Pembangkkit Listrik Tenaga Panas Bumi


Emisi pada pembangkit listrik tenaga panas bumi berasa dari uap panas bumi. Uap
panas bumi memiliki dua kategori yaitu gas yang dapat larut atau dikondensasikan dan gas
yang tidak dapat larut atau yang biasa disebut non-condensabek gas (NCG). Gas yang
dapat larut setelah digunakan untu menggerakan turbin lalu akan dikondensasikan yang
kemudian akan diinjeksikan kembali kedalam sumur atau digunakan kembali untuk
mengkondensasikan gas panas bumi. (Laksminingpuri et al., 2013).
Non-condensable gas atau NCG ini dapat mempengaruhi kinerja produksi daya
pembangkit lsitrik tenaga panas bumi. NCG mempengaruhi perpindahan panas di
kondensor dengan membentuk efek gas-blanketing, yang meningkatkan suhu kondensor
dan tekanan balik pada turbin, sehingga akan mengurangi daya keluaran. Dalam
prakteknya NCG akan dipisahkan dan dibuang menuju atmosfer agar tidak mengganggu
kinerja produksi pembangkit listrik. NCG yang dilepaskan ini mengandung carbon dioxide,
hydrogen sulfide, methane, dan ammonia. Meskipun mengeluarkan gas emisi seperti
karbon dioksida, emisi pembangkit listrik tenaga panas bumi lebih kecil dibandingkan
dengan pembangkit tenaga lainnya, terutama pembangkit listrik yang bertenaga dari bahan
bakar fosil. Maka dari itu perhitungan emisi pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat

9
dilakukan dengan meneliti gas NCG yang dikeluarkan oleh pembangkit tersebut
(Alimuddin et al., 2018).
BAB III
METODE PENILITAN

/
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada kawasan PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang
yang terletak pada Jl. Samarang Garut, Laksana, Kec. Ibun, Kab. Bandung, Jawa Barat.
Pengambilan data primer dilakukan pada sekitar sumur PT. Pertamina Geothermal Energy
Area Kamojang, dimana terdapat pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang. Lokasi kegiatan pengambilan sampel berada pada dekat sumur
produksi perusahaan, yaitu sumur KMJ-41 dan sumur KMJ-32. Lokasi penanaman terletak
pada 7°09'22.7"S 107°46'54.9"E dan 7°08'39.0"S 107°46'40.2"E, seperti yang ditunjukan
pada Gambar 3.1. Luas lahan kesulurahan kurang lebih sebesar 150.000 m 2. Data primer
tersebut akan diuji pada laboratorium milik PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. Area
Kamojang. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2024 hingga April 2024.

Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel


(Sumber: Google Maps, 2024)

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: pita ukur untuk
mengukur diamter setinggi dada (DBH) pohon, roll meter untuk mengukur tinggi pohon,
tali rafia untuk melakukan pengelompokan area pohon yang akan dilakukan perhitungan
nilai biomassa, plastik sampel untuk mengambil sampel berupa batang pohon untuk

10
pengukuran berat kering suatu pohon, dan oven untuk mengeringkan batang yang telah
diambil. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
sekunder, adapun rincian bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data primer berupa diameter, tinggi, dan berat jenis kayu dari tanaman yang
ditanam oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. Area Kamojang
2. Data sekudner berupa data klasifikasi dan konsumsi listrik, klasifikasi dan
konsumsi bahan bakar kendaraan opersional pada PT. Pertamina Geothermal
Energy Tbk. Area Kamojang.

3.3 Cara Kerja


Penelitian Analisis Potensi Penyerapan Karbon Dari Nilai Biomassa pohon yang
Ditanam Oleh PT. Pertamin Getohermal Energy Area Kamojang dilakukan dengan melalui
tahap yang sistematis dan terstruktur sesuai pada Gambar 3.2.

Ide Penelitian:
Analisis Potensi Penyerapan Karbon dari Nilai Biomassa Pada Pohon yang Ditanam
Oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Studi Literatur
Studi literatur dilakukan meliputi persamaan allometri yang digunakan untuk
menghitung nilai biomassa, hubungan nilai biomasa dengan nilai serapan karbon suatu
pohon dan cara pengambilan sampel pada pohon yang akan dianalisa

S
Persiapan Alat dan Bahan

Pengumpulan Data
Pengumpulan data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data yang
dikumpulkan berupa
Data primer:
1. Jumlah dan Ukuran plot sampling
2. Diameter pohon setinggi dada (DBH)
3. Tinggi pohon
4. Berat Jenis kayu
Data sekunder:
1. Pemakaian bahan bakar kendaraan untuk kegiatan operasional
2. Pemakaian listrik

11
A
Gambar 3.2 Kerangka Penelitian
3.3.1 Ide penelitian
Ide penelitian ini adalah analisis potensi penyerapan karbon dari nilai biomassa
pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang dengan
tujuan membantu perusahaan dalam kebijakan perdangan karbon dan menjadi data untuk
kedepannya dalam usaha mengurangi gas emisi karbon.
3.3.2 Studi literatur
Studi literatur digunakan sebagai acuan atau referesni dalam melakukan penelitian.
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang
dianggap valid, meliputi jurnal penelitian laporan penelitian, peraturan yang berlaku dan
textbook. Studi literatur pada penelitian ini meliputi bagaimana cara melakukan
pengambilan sampel, persamaan alometri yang sesuai dengan kondisi, dan hubungan
biomassa dan potensi nilai serapan karbon. Studi literatur dilakukan oleh peneliti
sebelum dan selama proses penelitian berlangsung agar penelitian tetap pada dasar teori
yang dipertanggung jawabkan.
3.3.3 Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan dilakukan untuk memudahkan berlangsungnya penelitian,
sehingga penlitian dapat berjalan dengan lancar. Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pita ukur untuk mengukur diamter setinggi dada (DBH) pohon, roll meter
untuk pengukuran area plot sampel, klinometer untuk pengukuran tinggi pohon tali rafia
untuk melakukan pengelompokan area pohon yang akan dilakukan perhitungan nilai
biomassa, plastik sampel untuk mengambil sampel berupa batang pohon untuk
pengukuran berat kering suatu pohon, dan oven untuk mengeringkan batang yang telah
12
diambil. dan bahan yang diguanakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang
didapat dari pengambilan sampel pada pohon yang ditanam oleh PT. Pertamina
Geothtermal Energy Area Kamojang dan data sekunder berupa pemakaian bahan bakar
dan pemakaina listrik pada kegiatan opersional PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk.
Area Kamojang.
3.3.4 Pengumpulan data
3.3.4.1 Penentuan ukuran dan jumlah plot
Ukuran dan bentuk plot berhubungan dengan akurasi, presisi, dan waktu yang
dibutuhkan dalam pengukuran. Penentuan jumlah dan ukuran plot berdasarkan SNI
7724:2011. Plot sendiri memiliki dua bentuk sesuai dengan kondisi, yaitu persegi dan
lingkaran. Ukuran plot untuk pohon sendiri sesuai degan pertumbuhan vegetasi, untuk
pohon ukuran plot memiliki luasan minimal 400 m 2. Plot akan dibuat dengan tali rafia.
Pembuatan plot dilakukan pada muka tanah yang datar dan pada area yang mudah
dijangkau, sehingga memudahkan pengambilan sampel.
Luas lahan yang akan diteliti adalah sebesar kurang lebih 7 hektar, besarnya
intensitas sampling pada analisis vegetasi bervariasi. Hutan dengan luas 1.000 hektar atau
kurang menggunakan intensitas sampling 10 % (Utami dan Ichsan, 2020). Sehingga luas
lahan yang akan digunakan untuk pembuatan plot sebesar 0.1 x luas lahan, maka luas lahan
yang akan dibangun plot sebesar 7.000 m2. Setelah itu total plot adalah luas plot sampling
dibagi dengan luas satu plot yaitu sebesar 20 m x 20 m (Umroni, 2012), sehingga total plot
adalah 17 plot. Masing masing plot dibuat plot pengamatan sebesar 10m x 10 m untuk
tiang (vegetasi berkayu dengan diameter 10-19 cm), 5 m x 5 m untuk pancang (vegetasi
berkayu dengan diameter 2-10 cm), dan 2 m x 2 m untuk semai, serasah, dan tumbuhan
bawah(vegetasi berkayu dengan diameter <2 cm tinggi ≤ 1,5 m) (Septiawan et al., 2017).
Desain plot pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.3

13
Gambar 3.3 Desain plot pengambilan sampel
(Sumber: SNI 7724:2011)

Keterangan: 1. Plot ukuran 20 m x 20 m


2. Plot ukuran 10 m x 10 m
3. Plot ukuran 5 m x 5 m
4. Plot ukuran 2 m x 2 m

3.3.4.2 Pengukuran diameter pohon setinggi dada (DBH)


Pengukuran diameter setinggi dada (DBH) dilakukan dengan melilitkan pita ukur
pada pohon sehingga mendapatkan keliling pohon tersebut. Diameter didapatkan dengan
k
rumus d= . Pengukuran diameter setinggi dada pada berbagai kondisi lapangan mengacu
π
pada SNI 7724:2011 yang dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pengukuran DBH pada berbagai kondisi


(Sumber: Akbar et al., 2019)

3.3.4.3 Mencari nilai berat jenis kayu


Berat jenis kayu dicari dengan memotong kayu dari salah satu cabang pohon
pertama dari batang pohon yang diteliti, kemudian dihitung volumenya dengan mencari
nilai jari jari dan tinggi cabang pohon tersebut. Setelah itu ditimbang terlebih dahulu
sebelum dimasukan kedalam oven dengan suhu tetap yaitu 105 0C selama 48 jam (Chave et

14
al., 2005). Timbang kembali cabang pohon setelah dikeluarkan dari oven. Selisih berat
tersebut akan menjadi berat kering kayu. Berat kering tersebut dibagi dengan volume
cabang pohon dan akan menjadi nilai berat jenis kayu tersebut.
3.3.4.4 Pengukuran tinggi pohon
Pengukuran tinggi pohon dilakukan dengan menggunakan alat klinometer. Alat ini
menggunakan konsep kesebangunan segitiga. Pengamat menggunakan klinometer untuk
mengetaui sudut dari padandangan pengamat berdiri ke pucuk pohon. Perbandingan jarak
pengamat dengan klinometer dan tinggi elevasi klinometer dengan tali pemberatnya akan
sama dengan perbandingan jarak pengamat dengan pohon dan tinggi pohon tersebut. Dari
persamaan kesebangunan segitiga tersebut akan ditemukan tinggi pohon yang diamati.

Gambar 3.5 Ilustrasi penggunaan klinometer


Dari ilustrasi tersebut, tinggi pohon merupakan EG. Mencari tinggi pohon dapat
AD . CB
menggunakkan kesebangunan segitiga, yaitu DE= . Setelah itu DE ditambah
AB
dengan tinggi pengamat, maka didapatkan tinggi pohon tersebut.
3.3.4.5 Pengumpulan data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data jumlah uap yang dihasilkan dalam
setahun dan perbandingan kadar CO2 dalam uap tersebut. Selain itu data sekunder
penelitian ini juga berupa data pemakaian konsumsi dan klasifikasi bahan bakar pada
kegiatan operasional perusahaan, seperti penggunaan genset. Data ini diperoleh dari
sumber yang telah ada, terutama data perusahaan itu sendiri.

15
3.3.5 Analisis Sampel
3.3.5.1 Menghitung nilai biomassa dan serapan karbon pohon
Nilai biomassa akan dihitung dengan persamaan allometri yang dikembangkan oleh
Chave. Penulis menggunakan persamaan ini dikarenakan kondisi yang diuji oleh Chave
sesuai dengan kondisi hutan tempat penelitian. Chave melakukan uji pada hutan tropis
berbagai negara dengan uji sampel 2.410 pohon dengan kisaran diameter 5-156 cm.
Persamaan akan dianggap valid jika diameter pohon sesuai, yaitu 5-156 cm. Selain itu hasil
perkalian berat jenis dengan kuadrat diameter dan tinggi pohon harus diantara 50-
1.000.000. Persamaan allometri tertera pada persamaan 3.1.
Y = 0,0509 x ρ x DBH2 x T (3.1)
Dimana:
Y = biomassa total (g)
DBH = diameter setinggi dada (cm)
ρ = berat jenis kayu (g/cm3)
T = tinggi pohon (cm)
Setelah mendapatkan nilai biomasa dari pohon, maka dapat dikonversikan menjadi
nilai serapan karbon pohon tersebut. Potensi serapan karbon suatu pohon dapat dicari
dengan pertama mencari kabon yang tersimpan pada suatu pohon. Sebesar 46% kandungan
biomassa pada suatu pohon merupakan karbon. Hasil ini merupakan nilai yang diperoleh
dari hasil laboratorium dan berlaku untuk semua jenis pohon (SNI, 2011). Persamaan
tersebut adalah sebagai yang tertera pada persamaan 3.2 berikut
Karbon tersimpan = Y x 0,46 (3.2)
Dimana:
Y = Biomassa (g)
0,46 = Faktor konversi untuk pendugaan karbon yang merupakan %C
Setelah mendapatkan nilai karbon yang tersimpan pada suatu pohon. Potensi
serapan karbon suatu pohon dapat dihitung dengan mengkalikan dengan perbandingan
massa molekul relatif CO2 yaitu sebesar 44 dan massa atom relatif karbon yaitu sebesar 12.
Sehingga didapaktan faktor konversi sebesar 3,67 (Murdiyarso, 1997). Maka dari itu
didapatkan persamaan 3.3 sebagai berikut
Serapan CO2 = Karbon tersimpan x Faktor konversi unsur karbon (3.3)
Dimana:
Faktor konversi unsur karbon = 3,67

16
3.3.5.2 Perhitungan karbon yang dihasilkan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy
Tbk. Area Kamojang
Emisi karbon yang dihasilkan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. Area
Kamojang berasal dari uap panas bumi yang tidak dapat dikondensasikan atau Non-
condensable gas (NCG). NCG dilepaskan oleh pembangkit listrik tenaga panas bumi ke
lingkungan mengandung carbon dioxide, hydrogen sulfide, methane, dan ammonia melalui
cerobong dari cooling tower. Sedangkan uap lainnya akan diinjeksikan kembali pada
sumber panas bumi (Alimuddin et al., 2018). Selain itu penggunanan bahan bakar fosil
dalam pengoperasian pembangkit juga dihitung, hal ini dapat berupa penggunaan bahan
bakar dalam pengoperasian genset. Persamaan yang digunakan untuk menghitung emisi
dari kegiatan operasional pembangkit adalah sebagai berikut;
Mencari Faktor emisi pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat dicari dengan persamaan
3.4
EF CO2:
Jumlah uap air yang digunakan X Kandungan NCG X Kandungan gasx dalam NCG
Jumlah daya lsitrik yang dihasilkam(MW )
(3.4)
Faktor emisi memiliki satuan ton/MWh, dimana jumlah uap yang digunakan berupa
ton/jam, lalu persentase kandungan NCG rata rata perjam. Persentase kandungan gas x
dalam NCG dimana ketika mencari CO2 maka persentase kandungan gas CO2 dalam NCG
tersebut. Setelah faktor emisi didapatkan, maka beban emisi dapat dicari dengan
persamaan 3.5
BET CO2 : EF X MW X Period X CF (3.5)
Dimana:
EF : Faktor emisi (ton/MWh)
MW : Kapasitas pembangkit (MW)
Period : Jumlah jam operasi dalam periode tersebut (jam)
CF : Faktor kapasitas pembangkit periode tersebut (%)

3.3.6 Hasil dan pembahasan


Hasil dan pembahasan disusun setelah mengolah data primer dan sekunder yang
didapatkan. Hasil penelitian berupa nilai serapan karbon dari pohon yang ditanam oleh
PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. Area Kamojang dan emisi CO 2 yang dihasilkan
oleh perusahaan. Kedua hasil tersebut akan dibandingkan. Berdasarkan hasil

17
perbandingan ini akan ditemukan berapa nilai emisi karbon yang berhasil dikurangi oleh
perusahaan dan akan menjadi acuan untuk kedepannya untuk mengurangi atau
menambah serapan karbon.
3.3.7 Kesimpulan dan saran
Kesimpulan pada penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil dan pembahasan yang
telah dilakukan. Kesimpulan akan menjawab rumusan masalah yang ada. Saran dalam
penelitian ini yaitu rencana untuk penelitian selanjutnya untuk penyempurnaan penelitian
selanjutnya dan langkah yang bisa diambil oleh perusahaan.
3.3.8 Jadwal pelaksanaan kegiatan
Rangkaian kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan penjadwalan
yang tercantum pada Tabel 3.1 berikut
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan Bulan ke -
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan Alat dan Bahan
2 Pengambilan Data
3 Analisis Sampel
4 Penyusunan Skripsi
5 Sidang Skripsi
6 Perbaikan Skripsi

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Nilai biomassa

Sumur 41(3 tahun, 5 hektar)


Ki bereum (Saurauia cauliflora) Berat jenis kayu : 0,339 g/cm3 (Ayyash et al., )
T =sekitar 2,5 meter D=1,27 cm
Ki honje (Pittosporum ferrugineum)
T= sekitar 3 meter D=1,9 cm

Lame (Alstonia scholaris) Berat Jenis kayu : 0,36 g/cm3 (Pandit et al., 2011)
T= sekitar 1,5 meter D=1,7 cm
Pandit, I. K., Nandika, D., & Darmawan, I. W. 2011. Analisis sifat dasar kayu hasil hutan tanaman
rakyat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 16(2), 119-124.

Salam (Syzygium polyanthum) 0,67 g/cm3 (UKL UPL Santosa Hospital Bandung)
T= 2,5 meter D=2,1 cm

Ki sireum (Syzygium lineatum) 0,815 g/cm3 (Tihurua et al., 2019)


T= 1,8 -2,5 meter D=1,6 cm
Tihurua, E. F., & Sulistyawati, E. 2019. KERAGAMAN KERAPATAN KAYU BATANG DAN
CABANG KOMUNITAS POHON DI HUTAN GUNUNG PAPANDAYAN, JAWA BARAT. BERITA
BIOLOGI, 18(2), 145-154.

Peutag (Syzygium densiflorum)


T=2 meter D=1.8 cm
1 plot 9 pohon untuk sumur 41 16 poon untuk suur 31 sumur 32 1 plot sisanya sumur 41
Sumur 32 (5 tahun, 3 hektar) 30.000 m2 /400 m2 = 75 plot * 10 % = 7 plot
Ki bereum (Saurauia cauliflora) Berat jenis kayu : 0,339 g/cm3
Total 13.000 = 4.334/ hektar *0,0025 = 10-11 pohon/plot
T= 5-7 meter D=5-6 cm
Biomassa Y = 0,0509 x ρ x DBH2 x T = 215,69 gram
Karbon tersimpan= Y x 0,46 = 99,22 gram
Nilai serap= Karbon tersimpan x 3,67 = 364.137 gram *10 pohon = 3641,37 gram / plot *7
= 25.489,59 dalam satu area (175 m2) /5 =
3641,37 gram /5 tahun = 728,27 g/tahun (nilai serap ki bereum dalam satu plot) itung ulang

19
4.1 Emisi Karbon Pada Kegiatan Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk.
Area Kamojang
Emisi karbon PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. Area Kamojang berasal dari
uap panas bumi yang dbuang ke atmosfer melalui cerobong unit cooling tower. Uap panas
bumi mengandung non-condensabale gas (NCG) yang mengandung CO2, H2S. dan NH3.
Terdapat dua unit cooling tower pada perusahaan. Pemantauan alur emisi dipantau pada
uap yang kelur dari cerobong kedua cooliing tower tersebut. Pemantauan dilakukan setiap
enam bulan sekali oleh perusahaan.
Berdasarkan laporan hasil pemantauan dan pengukuran secara manual emisi
sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau kegaiatan pusat listrik tenaga panas bumi.
Cooling tower unit IV dengan 4 cerobong dan memiliki kapasitas pembangkit total sebesar
63 Mwe, pada periode Januari-Juni 2023 menggunakan uap air sebanyak 407,92 ton/jam
yang memiliki kandungan NCG sebesar 1,074%. Kandungan gas karbon yang terdapat
didalam NCG adalah sebesar 98,53%. Unit IV pada periode ini menghasilkan daya listrik
sebesar 59 MW, sehingga jumlah emisi unit IV pada periode Januari-Juni 2023 dapat
dihitung dengan persamaan 3.4 dan persamaan 3.5
Faktor emisi
407 , 92 Ton/ jam X 0,01074 X 0,9853
EF CO2 =
59 MW
=0,07316615 Ton/MWh
Maka beban emisi unit IV periode Januari-Juni 2023
BET = 0,07316615 Ton/MWh X 63 MW X 4264 X 0,9047
=17.781,67 Ton
Kemudian pada periode Juli-Desember 2023 menggunakan uap air sebanyak 380,9
ton/jam yang memilliki kandungan NCG sebesar 1,075%. Persentase gas karbon didalam
NCG adalah sebesar 97,72%. Pada periode ini daya listrik yang dihasilkan rata rata sebesar
56 MW. Sehingga jumlah emisi unit IV pada periode Juli-Desember 2023 dapat dihitung
dengan persamaan 3.4 dan persamaan 3.5
380 , 9Ton/ jam X 0,01075 X 0,9773
EF CO2=
56 MW
=0,07145208 Ton/MWh
Maka beban emisi unit IV periode Januari-Juni 2023
BET CO2 = 0,07145208 Ton/MWh X 63 MW X 4284 X 0,9
=17.343,76 Ton

20
Unit V yang memiliki kapasitas lebih kecil yaitu 35 MW. Pada periode Januari-Juni
2023 unit V menggunakan uap air sebanyak 255, 57 ton/jam yang memiliki kandungan
NCG sebesar 0,274%. Peresntase gas karbon yang terkandung didalam NCG adalah
sebesar 93,11%. Pada periode ini daya listrik yang dihasilkan oleh unit V adalah sebesar 33
MW. Dengan ini beban emisi uniit V dihitung dengan persamaan 3.4 dan persamaan 3.5
255 ,57 Ton/ jam X 0,00274 X 0,93108
EF CO2=
33 MW
=0,020698405 Ton/MWh
Maka beban emisi unit IV periode Januari-Juni 2023
BET CO2 = 0,020698405 Ton/MWh X 33 MW X 4344 X 0,9559
=2.836,31 Ton
Pada periode selanjutnya, yaitu periode Juli-Desember 2023, unit V menggunakan
uap sebanyak 257,8 ton/jam yang memiliki kandungan NCG sebesar 0,275% dengan
persentase gas karbon sebesar 93,01%. Pada periode ini daya listrik yang dihasilkan oleh
unit V adalah sebesar 29 MW. Dengan ini bebean emisi unit V dapat dihitung dengan
persamaan 3.4 dan 3.5
257 , 8Ton/ jam X 0,00275 X 0,9301
EF CO2=
29 MW
=0,022737738 Ton/MWh
Maka beban emisi unit IV periode Januari-Juni 2023
BET CO2 = 0,022737738 Ton/MWh X 29 MW X 4015 X 0,91
=2.741,50 Ton
Sehingga jumlah emisi yang dihasilkan dari kegiatan produkis PT. Pertamina
Geothermal Energy Tbk. Area Kamojang pada tahun 2023 adalah sebesar 40.703,24 ton
CO2.
4.2 Nilai Biomassa Pohon yang Ditanam Oleh PT. Pertamina Geothermal Energy
Tbk. Area Kamojang
Penelitian perhitungan nilai biomassa dilakukan di dua area penanaman poon oleh
PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk. Area Kamojang, yaitu pada sekitar sumu 41 yang
memiliki luas lahan sebebsar 5 hektar dan pada sekitar sumur 31 yang memiliki luas lahan
sebesar 2 hektar. Pada sumur 41 tanaman yang ada berumur 3 tahun dan pada sumur 31
tanaman berumur 5 tahun.
4.3 Nilai Serap Karbon

21
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, T., & Sosilawati, E. 2019. Menghitung cadangan karbon yang tersimpan di taman
purbakala bukit siguntang palembang sumatera selatan. Sylva: Jurnal Penelitian
Ilmu-Ilmu Kehutanan, 8(1), 21-29.

Alimuddin, T. A., & Machfud, N. A. 2018. Analisis Emisi CO2 Pembangkit Listrik
Panas Bumi Ulubelu Lampung dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan
Pembangkit Listrik di Provinsi Lampung. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan, 9(2), 287-304.

Arsita, S. A., Saputro, G. E., & Susanto, S. 2021. Perkembangan Kebijakan Energi
Nasional dan Energi Baru Terbarukan Indonesia. Jurnal Syntax
Transformation, 2(12), 1779-1788

Ai, Nio Song. 2012. Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains, 28-34.

Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 7724:2011. Pengukuran dan Penghitungan


Cadangan Karbon –Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon
Hutan (ground based forest carbon accounting). Badan Standarisasi Nasional:
Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 7725:2011. Penyusunan Persamaan Alometrik


untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan Berdasar Pengukuran Lapangan
(ground based forest carbon accounting). Badan Standarisasi Nasional: Jakarta

Baharuddin, B. 2013. Analisis Potensi Tegakan Bambu Parring (Gigantochloa atter)


Sebagai Penyerap Dan Penyimpan Karbon (Studi Kasus Pengelolaan Hutan Bambu
Rakyat Di Tanralili Kabupaten Maros. The Fifth International Symposium
Indonesian Wood Research Society (IWoRS).

Chave, J., Andalo, C., Brown, S., Cairns, M. A., Chambers, J. Q., Eamus, D., &
Yamakura, T. 2005. Tree allometry and improved estimation of carbon stocks and
balance in tropical forests. Oecologia, 145, 87-99.

Drupadi, T. A., Ariyanto, D. P., & Sudadi, S. 2021. Pendugaan Kadar Biomassa dan
Karbon Tersimpan pada Berbagai Kemiringan dan Tutupan Lahan di KHDTK
Gunung Bromo UNS. Agrikultura, 32(2), 112-119.

Hardjana, A. K. 2011. Membangun Persamaan Alometrik Biomassa Tanaman Shorea


leprosula di Areal IUPHHK-HA PT. Itciku Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian
Ekosistem Dipterokarpa, 5(1), 1-10.

IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. OECD.

Kaleka, Y. U., Anggraeni, D. M., Garung, E. R., & Deke, O. 2023. Emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) on Road dengan Tier-2 Di Sumba Barat Daya. Borneo Journal of
Science and Mathematics Education, 3(1), 16-25.

22
Labiba, D., & Pradoto, W. 2018. Sebaran emisi CO2 dan implikasinya terhadap penataan
ruang area industri di Kabupaten Kendal. Jurnal Pengembangan Kota, 6(2), 164-
173.

Laksminingpuri, N., Martinus, A. 2014. Studi Kandungan Dan Temperatur Gas Panas
Bumi Kamojang Dengan Diagram Grid. Beta Gamma. Majalah Ilmiah Aplikasi
Isotop dan Radiasi, 4(2), 69-79

Mamentu, f. T., Laloma, a., & Londa, V. 2020. Manajemen Pengelolaan Sumber Daya
Alam (Tenaga Uap) Pada PT. Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong Kota
Tomohon. Jurnal Administrasi Publik, 6(92), 1-12.

Passal, A.I., Gun Mardiatmoko, & Fransina Latumahina. 2019. Estimasi Karbon
Tersimpan Skala Plot Pada Agroforestry Pola Dusung di Negeri Hutumuri,
Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon. Jurnal Hutan Tropis, 7(2), 131-144.

Septiawan, W., Indriyanto, I., & Duryat, D. 2017. Jenis Tanaman, Kerapatan, dan
Stratifikasi Tajuk Pada Hutan Kemasyarakatan Kelompok Tani Rukun Makmur 1
di Register 30 Gunung Ranggamus, Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 5(2), 88-101..

Umroni, A. 2012. Metode Inventarisasi Model-Model Pengelolaan Hutan Rakyat di


NTT. Jurnal Warta Cendana, 6(1), 12-18.

Utami, Inggita, Ichsan, & Luqmana Indra Putra. 2020. Ekologi Kuantitatif; Metode
Sampling dan Analisis Data Lapangan. Yogyakarta: K-Media.

Wardoyo, W. 2019. Perubahan Iklim dan Perdagangan Karbon dari Penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca (GRK). JMB: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 5(1), 39-44

Wibowo, A., Samsoedin, I., Nurjahjawilasa, S., & Muttaqin, Z. 2013. Petunjuk Praktis
Menghitung Cadangan Karbon Hutan. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan, Republik Indonesia Kerjasama
dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural Otganization
(UNESCO)

Yamani, A. (2013). Studi kandungan karbon pada hutan alam sekunder di Hutan
Pendidikan Mandiangin Fakultas Kehutanan Unlam. Jurnal Hutan Tropis, 1(1), 86-
91

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel data pada tiap plot


PLOT 1
No Jenis Tumbuhan DBH (cm) Tinggi (m) Berat Jenis Nilai
(g/cm3) Biomasa
(g)
1 Ki Bereum 6,5 2,3 0,339
(Saurauia cauliflora)

Lampiran 2. Tabel hasil kandungan karbon pada tiap plot


Plot no. Jumlah Biomassa Kandungan Kandungan Kandungan
tumbuhan total (Kg) karbon (kg) karbon (Ton/Ha) karbon
(Ton/Ha/tahun)
1
2
3
….
38
Rata rata
Total

Lampiran 3. Tabel nilai serap karbon pada setiap plot


Plot Kandungan karbon (Ton/Ha/tahun) Serapan karbon (Ton/Ha/tahun)
1
2
3
….
38
Rata rata
Total

24

Anda mungkin juga menyukai