SKRIPSI
Oleh:
EMAI RIZKITA BR KARO
NPM. 2017-41-201-001
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2021
RANCANG BANGUN ALAT PENGASAPAN IKAN DENGAN
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 2017-41-201-001
Menyetujui:
Mengetahui,
Tanggal Disetujui:
ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN AKHIR SKRIPSI
NPM : 2017-41-201-001
Menyetujui,
Mengetahui
iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN
sungguh bahwa sekripsi dengan judul “Rancang Bangun Alat Pengasapan Ikan
(Cold Smoking)” merupakan karya ilmiah saya sendiri yang dimana dalam proses
penelitian dan penyusunan naskah dibantu oleh dosen pembimbing. Sekripsi ini
belum pernah diajuakan oleh siapapun dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi
atau lembaga lainnya. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktiakan
bahawa skripsi ini plagiat, maka saya bersediah dikenakan sanksi berdasarkan
v
RIWAYAT HIDUP
Maha.
tahun 2011 lulus dari SD Negeri 040548 Lau Baleng. Sekolah Menengah Pertama
dilanjutkan di SMP Negeri 1 Lau Baleng dan lulus pada tahun 2014 dan kemudian
dan lulus pada tahun 2017. Di tahun yang sama penulis diterima sebagai
program studi Teknik Pertanian dengan Nomor Pokok Mahasiswa (NPM) 2017-
penulis ikut serta dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan
vi
KATA PENGANTAR
Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tak lain dan tak bukan karena
bimbingan dan dukungan penuh dari dua dosen pembimbing, maka dari itu
penulis dengan sangat tulus mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr.
Indah Widanarti, M.Pd, dan Ibu Yosefina Mangera, S.Si., M. Pada kesempatan ini
penulis juga tak lupa menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang
sangat mendalam kepada keluarga besar terlebih kedua orang tua yang selalu
menjadi support system utama dalam segala hal. Begitu juga dengan jajaran dosen
yang berada di lingkungan Teknik Pertanian yang sudah memberikan bekal ilmu
yang sangat berguna selama masa perkuliahan sehingga penulis mampu berada di
jenjang ini. Dan tak lupa kedua sahabat, Ela Harahap dan Hasmawati, teman-
teman angkatan 2017 Jurusan Teknik Pertanian beserta orang-orang yang tidak
mampu penulis sebutkan satu persatu yang ikut berkontribusi dan membantu
banyak hal dari berbagai aspek selama penelitian hingga naskah skripsi ini mampu
penulis selesaikan.
dan kelemahan baik dari segi penyajian dan penulisan. Maka dari itu penulis
vii
dengan senang hati menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun.
Penulis berharap semoga skripsi ini bisa dijadikan bahan pembelajaran dan dasar
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
ABSTRAK............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................4
E. Batasan Masalah...........................................................................................5
A. Pengasapan....................................................................................................6
ix
C. Kandungan Asap.........................................................................................10
D. Biomassa.....................................................................................................11
E. Ikan Paha.....................................................................................................12
F. Ikan Pari......................................................................................................13
G. Ikan Mujair..................................................................................................14
C. Metode Penelitian.......................................................................................16
E. Perancangan Alat........................................................................................18
A. Alat Pengasap..............................................................................................23
BAB V PENUTUP.................................................................................................36
x
A. Kesimpulan.................................................................................................36
B. Saran............................................................................................................36
LAMPIRAN...........................................................................................................43
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Metode Dingin..................................................................................................18
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
ABSTRAK
xiv
ABSTRACT
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4.094.426 Kg. Berdasarkan data tersebut tidak heran jika sektor perikanan
protein dan air yang tinggi sehingga produk perikanan biasanya lebih
dan kerusakan kandungan gizi ikan sehingga ikan tidak layak untuk
1
2
solusi yang tepat sehingga dapat menekan angka keuntungan yang lebih
maksimal.
segi tampilan visual dan aroma khas dari hasil pembakaran biomassa.
aroma khas dengan memanfaatkan asap panas yang diperoleh dari hasil
kelapa, serbuk gergaji atau kayu kering lainnya. Senyawa kimia yang
yang dikenal oleh masyarakat ada dua yaitu pengasapan dingin dan
pengasapan ini tentunya tidak efisien karena asap dan panas yang
kurang menarik.
hanya berfokus pada satu metode pengasapan yaitu pengasapan panas (hot
pengasap ikan yang dapat gunakan untuk pengasap panas dan pengasapan
dibuat berupa alat pengasap ikan tipe kabinet. Dengan alat ini diharapkan
dapat mempermudah proses pembuatan variasi ikan asap yaitu ikan asap
4
matang yang bisa langsung dikonsumsi, atau ikan asap yang memiliki
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana desain alat pengasapan ikan yang dapat digunakan untuk dua
2. Berapa penyusutan bobot ikan asap yang dihasilkan pada pengasapan panas
C. Tujuan
1. Membuat rancang bangun alat pengasapan ikan yang dapat digunakan untuk
dua metode pengasapan sekaligus yaitu panas (hot smoking) dan pengasapan
D. Manfaat
2. Dengan prinsip kerja alat pengasap yang dapat digunakan untuk dua metode
perikanan.
E. Batasan Masalah
1. Alat yang dirancang tidak dapat di aplikasikan untuk ikan yang berukuran
besar.
2. Parameter yang diukur pada hasil uji coba alat dengan metode pengasapan
ikan.
TINJAUN PUSTAKA
A. Pengasapan
(Frayogo dkk ,2019). Terkait tujuan pengasapan, Yusuf dkk (2018) memaparkan
bahwa pengasapan pada ikan memiliki dua tujuan yaitu untuk memperpanjang
masa simpan ikan dan menambah harga jual ikan saat dipasarkan. Dalam proses
pengasapan ikan. Faktor penting yang dimaksud adalah suhu dan lama
pengasapan. Kualitas protein yang terdapat pada ikan akan terpengaruh oleh
dampak perubahan warna dan penampilan daging yang menarik namun memiliki
penurunan nilai gizi pada ikan. Sikorski (1988), menambahkan bahwa pada
prinsipnya pengaturan suhu dan aliran udara serta kepekatan asap akan
(hot smoking) dan pengasapan dingin (cold smoking) (Wicaksono, 2014). Hot
smoking adalah pengasapan yang menggunakan suhu tinggi dan waktu dibutuhkan
6
7
a. Pengasapan Panas
menggunakan suhu 70 ºC - 100ºC dengan lama pengasapan 3-4 jam dan jarak
tempat pengasap dan sumber panas relatif dekat (Abu Faiz, 2008). Menurut
menurut Swastawati (2018), suhu pada pengasapan panas bisa mencapai 120ºC
lebih dan suhu daging ikan bagian dalam mencapai 60ºC. Lama waktu yang
dibutuhkan antara 2-3 jam. Ikan yang dihasilkan dengan metode pengasapan
panas masih mengandung kadar air yang tinggi sehingga berdampak pada daya
awet ikan. Umumnya pengasapan panas dapat menghasilkan ikan asap dengan
cita rasa yang lebih baik. Jarak sumber panas dengan tempat pengasapan
berbanding lurus dengan suhu yang dihasilkan. Suhu yang semakin tinggi akan
91,3% untuk lama pengasapan, dan interaksi antara jarak tempat pembakaran
dengan lama pengasapan terhadap kadar lemak ikan lele asap memberikan
b. Pengasapan Dingin
metode pengasapan dingin jarak ikan yang diasap jauh dari sumper panas
dengan waktu pengasapan satu sampai dua minggu (Abu Faiz, 2008). Menurut
8
Siregar dkk (2020), pengasapan dingin biasanya menggunakan suhu sekitar 40-
Penggunaan suhu rendah dimaksudkan agar daging ikan tidak cepat masak atau
protein di dalam daging ikan tidak hilang (terkoagulasi). Suhu ataupun waktu
berhari-hari. Daging ikan hasil pengasapan pada metode ini tentunya belum
masak dan tidak bisa langsung dikonsumsi dan umumnya tujuan utama dari
visual ikan.
dan tempat ikan diasap. Pada alat pengasap konvensional asap hasil pembakaran
udara.
kabinet (model oven) yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruang tempat
cerobong. Ukuran dimensi alat pengasap ini adalah (65×60× 200) cm. Pada uji
coba alat diperoleh hasil yang menunjukkan suhu udara dalam ruang pengasap
tidak stabil, terjadi kenaikan pada awal proses dan kemudian terjadi penurunan
sampai akhir pengasapan. Penyebaran suhu yang terjadi si dalam ruang pengasap
terjadi secara alami, semakin jauh rak tempat pengasap dengan sumber panas
penampungan asap hasil pengasapan. Cara kerja alat pengasapan tipe efhilink
ditunjukkan pada ruang pengasapan dimana semakin jauh rak dari sumber
pembakaran bahan bakar akan dialirkan melalui pipa atau saluran khusus ke
dalam ruangan pengasap. Alat ini biasanya digunakan untuk pengasapan ikan
C. Kandungan Asap
mengawetkan ikan. Kepekatan asap bergantung pada kandung air yang terdapat
pada asap, semakin tinggi kandungan air asap makan asap semakin pekat.
Pembakaran tidak sempurna dan destilasi kering merupakan cara yang dapat
dibedakan menjadi empat kelompok yaitu, karbon, tar, gas dan cair (Rieny dkk,
2011).
senyawa sebagai berikut: asam formiat (0,43 %), formaldehid (0,06%), fenol
(1,70%), keton (0,19%), alkohol (1,04%) dan asam asetat (1.80%). Senyawa-
terjadinya oksidasi lemak (Winarno 1980). Dari semua komposisi asap, fenol
merupakan senyawa yang paling berperan penting dalam proses pengasapan yang
yang termasuk fraksi fenol adalah aldehid, keton, dan alkohol yang mempunyai
peran penting dari sisi kulitatif dan kuantitatif. Menurut Yulstiani (2008), produk
pengasapan memiliki cita rasa yang khas, dikarenakan senyawa fenol difase uap
yang kemudian diserap oleh permukaan produk yang sedang diasap. Senyawa
fenol yang memberikan aroma dan cita rasa khas adalah 4-metilguaiakol 2,6-
dimetoksi fenol dan guaiakol yang juga merupakan komponen penyusun utama
fase uap dan fase partikel pada asap. Shabrina dkk (2014) menambahkan bahwa
fenol adalah salah satu dari beberapa komponen asap yang penting dalam proses
pengawetan ikan, aman untuk dikonsumsi dan nilai organoleptik asap. Kadar
fenol berbanding lurus dengan kepekatan asap, semakin semakin pekat asap yang
D. Biomassa
pengasapan adalah serbuk gergaji, tempurung kelapa, ampas tebu, kayu dll.
2002). Menurut Soeparno (2005) kayu keras mampu menghasilkan asap dengan
mutu dan volume sesuai dengan yang diharapkan. Umumnya kayu keras
Salah satu yang dapat dikatagorikan kayu keras adalah tempurung kelapa.
Komponen utama penyusun tempurung kelapa adalah lignin, selulosa dan hemilo.
Tetapi kadar lignin yang lebih tinggi, dan kadar selulosa lebih rendah.
Berdasarkan berat keringnya kadar air yang terdapat pada tempurung kelapa
sekitar 6-9 % (Tilman, 1981). Sifat difusi termal tempurung kelapa lebih baik jika
lebih besar sebagai bahan bakar (Budi, 2011). Tempurung kelapa tersusun oleh
komposisi kimia yang terdiri dari: 1.4% K, 74,3%, 0.2% Si, C, 21.9% O, 0.5% S,
hasil pembakaran yang akan tampak hitam mengkilap, keras, utuh dan mudah
dipatahkan (Tanu dkk, 2014), sedangkan menurut Budi (2011) kualitas tempurung
kelapa diperoleh dari kelapa tua kering yang tentunya bersih dari kotoran.
bakar dalam pembuatan ikan asap, salah satunya adalah penelitian Komar (2001),
mengenai pengasapan yang dilakukan pada ikan laut dengan memanfaatkan bahan
13
berikut: laju penguapan air yang dapat dicapai selama pengasapan adalah sebesar
3%/jam pada pengasap pertama dan 0.01%/jam, efisiensi panas total 78.5%.
E. Ikan Paha
Ikan paha merupakan ikan air asin yang hidup di laut Merauke, dan
memanjang dan berwarna dominan putih dengan sisik kecil yang tersusun di
sempanjang tubuh. Ikan paha memiliki bentuk tubuh yang ramping sehingga jika
dibandingkan dengan ikan laut lainnya, ikan paha tergolong ikan yang berdaging
tipis. Umumnya, rasa dan tekstur daging ikan paha kurang digemari masyrakat.
Hal ini dapat dilihat dari jarangnya ikan paha yang dipasarkan atau dijual selain
dalam bentuk ikan segar. Tentunya dengan ketersediaan yang cukup melimpah
ikan paha dapat dijadikan olahan ikan asap untuk menambah cita rasa ikan ini.
F. Ikan Pari
Ikan pari adalah golongan ikan Elasmobranchii. Ikan pari juga dikenal
sebagi ikan batoid, yaitu ikan bertulang rawan yang memiliki ekor menyerupai
cambuk yang memiliki duri tajam dibagaian ventral dan dorsal. Ikan pari juga
memiliki celah insang pada ventral kepala dan sirip yang menyerupai sayap yang
Indonesia tahun 2014 tercatat jumlah ikan pari yang ditangkap oleh para nelayan
14
di seluruh Indonesia mencapai 35.784 ton. Sama seperti jenis ikan yang lain, ikan
pari memiliki banyak kandungan, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral. Ikan pari mudah mengalami kerusakan baik secara kimiawi atau
mikrobiologi, bila tidak mendapat penanganan yang sesuai (Suprapto dkk, 2018).
G. Ikan Mujair
Menurut Budiharjo (2002), Ikan mujair adalah salah satu ikan air tawar
yang cukup mudah ditemukan. Ikan mujair dibagi menjadi 3 jenis yaitu mujair
biasa, mujair merah (mujarah), dan mujair albino. Ikan mujair termasuk hewan
omnivora yang rakus, jenis makan yang dimakan meliputi tumbuhan air,
tawar di Indonesia cukup luas meliputi Sumatra, Bali, Nusa Tenggara, Jawa,
dan daya simpan ikan dengan menggunakan objek penelitian ikan mujair
menegaskan bahwa Ikan Mujair adalah bergizi tinggi dan potensial untuk
dimanfaatkan sebagai ikan Mujair asap. Dari uji coba yang dilakukan Wibowo
dkk diperoleh hasil sebagai berikut: uji organoleptik memiliki nilai rata-rata
Nilai aktivitas air (Aw) hasil pengujian relatif tinggi lebih dari 0,9.
Penyusun utama komponen daging ikan adalah air, kandungan air yang
terdapat pada ikan mencapai 70-80% dari berat daging yang dapat dikonsumsi.
15
Air yang terdapat pada tubuh ikan mengandung senyawa kimia yang larut dan
tidak larut (Harikeuda, 1994). Dalam proses pembusukan yang terjadi pada ikan,
sehingga bobot ikan akan berkurang bersamaan dengan air yang kemudian
memberikan efek pengawetan pada ikan, tapi disisi lain tesktur daging ikan akan
penggaraman dan asap panas dari pembakaran biomassa (Afrianto & Liviawaty
1993). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kandungan air yang terdapat
pada daging ikan, maka laju pembusukan semakin tinggi. Dengan menerapkan
teknik pengasapan pada ikan makan akan terjadi penurunan kandungan air.
1.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian akan dimulai pada bulan April samapi dengan Mei 2021.
Penelitian meliputi dua tahapan yaitu tahap perancangan alat dan uji kinerja alat.
Pembuatan alat dilakukan di bengkel las La-GUY Mopah dan pengujian alat
gerinda potong (Makita), dan mesin bor (Makita), sedangkan bahan-bahan yang
digunakan adalah plat besi ukuran 4 mm dan 3 mm, besi beton 4×2, besi beton 12,
besi holo 4×2, besi galvanis 6 mm, baut 10, besi pipa stainless 2 inc. Untuk uji
kinerja alat, alat-alat yang dibutuhkan adalah pisau, talenan, alat tulis, timbangan
adalah 6 ekor ikan mujair dengan berat ± 200 gram, 6 ekor ikan paha dengan berat
± 150 gram, dan ikan pari sebanyak 1.5 kg dan tempurung kelapa.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan adalah metode rancang bangun alat dan
16
17
d. Pipa penyalur asap, berfungsi untuk menyalurkan asap dari laci pembakaran
eksperimen yaitu metode yang lebih menekankan aspek pengukuran yang sifatnya
sistematis, terstruktur dan terencana dengan sangat jelas. Pengumpulan data pada
metode kuantitatif berbentuk angka dan pada hasil penelitian disertai gambar,
grafik, tabel dan lainnya yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara suatu
pada ikan selama proses pengasapan panas dan pengasapan dingin. Penyusutan
banyaknya air yang hilang selama proses pengasapan. Seperti yang diketahui air
E. Perancangan Alat
4, dimana alat terdiri dari ruang pengasapan, ruang pembakaran biomassa serta
pipa penyalur asap, ruang pembakaran dibagi menjadi dua bagian yaitu ruang
pembakaran untuk metode panas yang bersatu dengan ruang pengasapan dan
ruang pembakaran metode dingin yang terpisah dari ruang pengasap dan
dihubungkan oleh pipa penghubung yang berfungsi untuk menyalurkan asap hasil
Gambar 3. Desain Alat Pengasapan Ikan Metode Panas Dan Metode Dingin;
terdapat ventilasi atau tempat keluarnya asap yang dapat dibuka-tutup. Ventilasi
ini juga berfungsi sebagai pengantar suhu apabila suhu di ruang terlalu tinggi. Di
dalam ruang pengasap terdapat dua rak pengasapan yang berfungsi sebagai tempat
ikan ditata selama peroses pengasapan. Dibawah rak pengasap merupakan ruang
pengasapan panas atau pengasapan dingin secara bergantian. Uji kinerja alat
bertujuan untuk mengetahui apakah alat yang dirancang berfungsi atau tidak. Pada
saat proses pengujian alat parameter pada yang diamati sempel adalah penyusutan
1. Perlakuan Pendahuluan
2. Penataan
bertujuan untuk mendapatkan aliran asap dan panas yang merata, dimana hal
ini sangat menentukan kualitas produk akhir. Untuk mendapatkan aliran asap
dan panas yang merata, jarak antara ikan-ikan pada rak pengasap dan jarak
terlalu rapat.
3. Pengasapan
berpengaruh banyak pada ikan. Sehingga waktu pengasapan harus lama sebab
jarak antara sumber asap dan ikan cukup jauh, karena waktu pengasapan yang
lama, maka kadang-kadang ikan menjadi keras seperti kayu. Pada penelitian
Pada pengasapan panas, jarak antara ikan dan sumber asap biasanya
dekat. Maka suhunya cukup tinggi, sehingga ikan dengan cepat kehilangan
enzim autolisis sehingga daya awet ikan dapat ditingkatkan. Untuk metode
bentuk lebih sederhana yaitu dengan diagram alir yang dapat dilihat berdasarkan
Gambar
Mulai
Alat
befungsi
Ya
Pengamatan penyusutan bobot sempel
selama proses uji kinerja alat
Analisis data
Selesai
A. Alat Pengasap
utama yaitu, ruang pengasapan berbentuk kotak yang tersusun menjadi satu
biomassa untuk pengasapan dingin dan pipa penghubung yang berfungsi untuk
- Panjang alat = 50 cm
23
24
- Lebar alat = 50 cm
- Tinggi alat = 60 cm
(b)
(a) (c)
Gambar 7 terbuat dari plat besi dengan ketebalan 3 mm dengan ukuran (44
pengasapan.
melalui pipa ini. Tampilan pipa penyalur asap dapat dilihat seperti Gambar 8.
(a) (b)
persegi dimana plat ini mempunyai 4 lubang baut untuk merekatkan pipa
dengan ruang pengasap sehingga pipa dapat dibuka dan dilepas. Pipa
(b)
(a) (c)
panas lebih lama. Untuk rak pengasapan ikan, bahan yang digunakan adalah
besi beton. Terdapat dua rak pengasapan yang berjarak ±20 cm dari masing-
masing rak. Rak berfungsi sebagai tempat ikan ditata selama proses
27
4. Ventilator
pengasapan.
cm). Apabila terjadi kenaikan suhu melebihi batas maksimal suhu pengasapan
maka ventilator akan dibuka dengan dengan menarik gagang yang terpasang
pada slot ventilator sehinga asap akan keluar dari lubang ventilasi. Asap yang
metode pengasapan panas dan dingin terpisah, sehingga pipa penyalur asap hanya
akan dipasang ketika melakukan pengasapan dingin. Untuk pengasapan panas dan
Ikan dimasukan ke dalam ruang pengasapan ketika suhu di dalam ruang pengasap
sudah mencapai range suhu yang dibutuhkan Panas yang dihasilkan dari
pembakaran biomassa akan menurunkan kadar air ikan, sedangkan senyawa asap
seperi fenol, asam formit, formadehid, keton, asam asetat, dan alkohol akan
bersirkulasi dan menempel pada permukaan daging ikan. Hal ini lah yang
memberikan rasa dan aroma yang khas pada ikan sekaligus berfungsi sebagai
bakteriosidal.
Uji kinerja alat dilakukan berdasarkan cara kerja alat yang sebelumnya
sudah dipaparkan. Ikan yang diasap ditata di atas rak seperti Gambar 11.
Pengujian alat menggunakan 3 sampel ikan yaitu ikan pari, paha dan mujair.
timbangan digital. Setelah ikan ditimbang, ikan ditata di atas wadah/talam secara
1 3
2 4
1 1
2
2
3
4 3
4
pengasapan dilakukan pengukuran suhu daging ikan dan penimbangan berat ikan
sebanyak empat kali baik untuk pengasapan panas dan pengasapan dingin.
jam. Simbol angka yang terdapat pada Gambar 11 merupakan urutan pengambilan
30
sampel untuk pengujian suhu dan berat ikan selama proses pengasapan
bahwa sampel ikan tersebut akan diukur suhu daging dan berat ikan setelah
pengasapan pada menit ke 30, simbol angka “2” untuk menit ke 60, simbol angka
“3” untuk menit ke 90, simbol angka “4” untuk menit ke 120. Cara yang sama
masing 1 jam sekali dengan urutan simbol angka yang sama. Penataan ikan
saat pengukuran dikarenakan berat ikan yang berbeda. Untuk menjaga suhu ruang
pengasapan tetap stabil dilakukan pengukuran suhu secara rutin. Apabila suhu
turun melebihi batas minimal suhu yang sudah ditetapkan maka biomassa pada
laci pembakaran akan ditambah, jika terjadi kenaikan suhu melebihi batas
maksimal suhu yang ditetapkan maka ventilator akan dibuka dan asap akan keluar
melalui lubang ventilasi sehingga akan terjadi penurunan suhu pada ruang
pengasapan. Slot ventilator akan kembali ditutup apabila suhu ruangan pengasap
300°C, namun pada pengasapan metode dingin panas asap yang disalurkan
melalui pipa penghubung ke dalam ruang pengasapan 30°C - 40°C atau tidak
suhu tidak terlalu sulit. Jarak antara ruang pembakaran yang dihubungkan oleh
pipa ke ruang pengasapan menyebabkan banyak panas yang hilang pada saat
transfer panas berlangsung. Pada pengasapan metode panas suhu yang terdeteksi
selama proses pengasapan cenderung tidak stabil namun masih berada range suhu
31
minimal dan maksimal pengasapan yaitu 50°C - 100°C. Hal ini disebabkan karena
yang tidak berjalan denga baik. Proses pembakaran merupakan oksidasi bahan
bakar yang disertai panas dan cahaya berupa api. Proses pembakaran berjalan
sempurna apabila pasokan oksigen yang dihasilkan dari udara bebas mencukupi
(Triwibowo, 2013). Menurut Patambang (2009) udara tersusun dari 21% oksigen
dan 79% nitrogen (Patabang, 2009). Royani dkk (2015) menambahkan bahwa
pada pembakaran biomassa reaksi eksoterm pada saat api dimatikan masih
Uji kinerja alat dilakukan dengan cara menghitung penyusutan bobot yang
Kandungan air yang terdapat pada ikan menjadi salah satu faktor penting dalam
laju pembusukan pangan. Seperti yang diketahui air erat kaitannya dengan
120'
Berat
Jenis
NO Rak Ikan Awal BSP PB
ikan
(g) (g) (g)
Berat 240’
Jenis
NO Rak Ikan Awal BSP PB
ikan
(g) (g) (g)
Ikan rak 1 75,21 57,32 17,89
1
Pari rak 2 80,32 63,81 16,51
Ikan rak 1 81,41 64,42 16,99
2
Paha rak 2 80,56 62,63 17,93
Ikan rak 1 96,61 82,01 14,60
3
Mujair rak 2 180,12 170,61 9,51
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot, Rd: Rendemen.
berlangsung, terjadi perbedaan suhu pada ruang pengasapan. Jarak sumber panas
dengan rak pertama lebih jauh dibandingkan rak kedua sehingga kalor dan
33
senyawa asap yang diterima oleh rak pertama lebih kecil dibandingkan rak kedua.
Hal ini menyebabkan ikan yang berada pada rak kedua lebih banyak menerima
pada ikan pari di rak 2 dengan berat 80,32 gram, penyusutan bobot sebanyak
23,49 gram, dan dilanjutkan dengan jenis ikan mujair pada rak 2 dengan berat
106,15 gram dengan penyusutan bobot sebanyak 21,33 gram. Penyusutan bobot
paling rendah yang pada pengasapan panas terjadi pada ikan mujair pada rak 1
dengan berat 98,02 gram dengan penyusutan bobot sebanyak 15,30 gram.
Kemudian diikuti pada rak kedua dengan jenis ikan paha dengan berat 62,14 gram
dengan penurunan penyusutan bobot sebanyak 17,12 gram. Selain perbedaan suhu
yang terjadi pada rak pengasapan, berat sampel yang berbeda juga memberikan
dampak pada penyusutan bobot. Penyusutan bobot yang terjadi pada daging ikan
berkaitan dengan hilangnya kandungan air ikan. Seperti yang diketahui bahwa
kandungan air yang tinggi pada ikan menjadi salah satu faktor penyebab cepatnya
laju pembusukan. Sulfiani dkk (2017) sudah melakukan penelitian terhadap ikan
layang dengan bobot 100 gram – 150 gram yang diasap dengan pengasapan panas
selama 4 jam dengan suhu 40°C, diperoleh rata-rata penurunan kandungan air
sebesar 30,25 %. Dalam penelitian dinyatakan terjadi penguapan air pada bahan
pangan yang diasap dari bentuk cair ke bentuk gas. Uap air kemudian diserap oleh
34
udara yang terdapat pada ruang pengasapan. Sehingga, dari perbandingan ini
dapat disimpulkan bahwa hasil pengasapan dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan
relatif seimbang, namun perbedaan penyusutan bobot yang signifikan tetap terjadi
dikarenakan perbedaan bobot ikan. Penyusustan bobot terbesar terjadi pada rak
kedua dengan jenis ikan paha dengan berat 80,56 gram dan setelah diasap selama
4 jam berat ikan menjadi 62,63 gram atau dengan kata lain penyusutan bobot yang
diproleh hanya sebesar 17,93 gram dan secara tampilan dan tekstur ikan masih
mengandung banyak air. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa semakin besar
penyusutan bobot yang terjadi maka kandungan air ikan akan semakin sedikit.
Riyeni (2011) menegaskan bahwa untuk menghasilkan ikan asap yang memiliki
kandungan air yang baik dengan metode pengasapan dingin perlu dilakukan
waktu pengasapan 2 jam dengan suhu 50°C – 100°C dan pengasapan dingin
dengan waktu pengasapan 4 jam dengan 30°C – 45°C nyata adanya. Hal ini dapat
dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada tiga jenis
sampel ikan yang diasap dengan pengasapan panas dan pengasapan dingin. Laju
penyusutan bobot ikan yang diasap dengan pengasapan panas lebih cepat
perbedaan ini adalah suhu pengasapan. Semakin besar suhu pengasapan maka
berbanding lurus dengan banyaknya air yang hilang selama peroses pengasapan,
sedangkan peresn rendemen yang diperoleh akan besar apabila penyusutan bobot
semakin kecil. Taib (1987) menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu yang
bahan pangan akan lebih cepat sehingga penguapan air pada bahan yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
panas dan pengasapan dingin dengan spesifikasi, panjang 50 cm, lebar 50 cm,
tinggikeseluruhan 83 cm. Alat ini terdiri dari tiga komponen utama utama
± 15 cm dan lebar ±10 cm. Suhu ruang pembakaran biomassa mencapai 250°C
-300°C. Untuk pengaspan dingin suhu sampai ke dalam ruang pengasapn tidak
setabil namun masih berada dalam range suhu yang ditetapkan yaitu 50°C -
100°C.
pengasapan dari sumber panas dan bobot ikan yang diasap. Dari 3 jenis sempel
ikan yang diasap, penyusutan bobot peling kecil terjadi pada ikan mujair baik
oleh waktu pengasapan, bobot ikan itu sendiri, dan banyak panas yang diterima
oleh ikan.
36
37
B. Saran
panas dan pengasapan dingin ini. Pada ruang pembakaran biomassa suplai udara
harus diperhatikan agar pembakaran berjalan dengan baik. Pemilihan bahan utama
dalam perancangan alat juga menjadi faktor penting dalam mempermudah proses
pengasapan. Penggunaan plat besi untuk pengasapan sekala kecil sangat tidak
Selain itu untuk menghasilkan ikan asap yang lebih berkualits, baik untuk
penelitian ini penyusutan bobot yang terjadi pada ikan asap yang dihasilkan
dengan pengasapan dingin masih rendah, secara tampilan dan terkstur ikan masih
mengandung banyak air, jadi perlu dilakukan penelitian lembih mendalam terkait
Yogyakarta: Kanisius.
Bledzki, A.K., dkk. 2010. Barley husk and coconut shell reinforced polypropylene
Budi, Er. 2011. Tinjauan Proses Pembentukan dan Penggunaan Arang Tempurung
Merauke.
Frayogo, D. F., dkk. 2019. Perbedaan Pengasapan Panas dan Pengasapan Dingin
Perikanan Laut
38
39
Hafiludin. 2015. Analisis Kandungan Gizi Pada Ikan Bandeng Yang Berasal Dari
Hartanto, R., dkk. 2020. Uji Pengaruh Jarak Sumber Panas dan Lama Pengasapan
Terhadap Karakteristik Kimia Ikan Lele (Clarias sp.) Asap Pada Alat
Joesidawati, M. I., dkk. 2019. Uji Kinerja Alat Pengasap Ikan “Efhilink”. Jurnal
Novia, D., dkk. 2012. Kadar Protein, Kadar Lemak dan Organoleptik Telur Asin
Royani, D. S., dkk. 2015. Rekayasa Alat Pengasapan Ikan Tipe Kabinet (Model
Publishing.
Gadjah Mada.
Perikanan, 3(3).
Sikorski Z.E. 1988. Smoking of Fish and Carsinogens dalam Burt JR, Fish
smoking and drying. England: Elsevier Science Publisher ltd. New York.
Suprapto, H. 2018. Optimasi Proses Pengasapan Ikan Pari (Trygon Sephen) Untuk
Terbarukan, 2(2).
Winarno, F.G., Srikandi Fardiaz dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi
Wibowo, Salim A., dkk. 2013. Berbeda Terhadap Kualitas dan Daya Simpan Ikan
Wicaksono, A. T. S., dkk. 2014. Kualitas Ikan Pari (Dasyatis sp) Asap Yang
Yulistiani, R. 2008. Monograf Asap Cair sebagai Bahan Pengawet Alami pada
Produk Daging dan Ikan. Cetakan Pertama. Edisi 1. UPN Veteran Jawa
Timur. Surabaya.
Yun, D., dkk. 2014. Thermal behavior, microstructure and protein quality of
squid fillets dried by far – infrared assisted heat pump drying. Food
Control
Zaitsev, V., dkk. 1969. Fish Curing and Processing. MIR Publ. Moscow.
LAMPIRAN
1. Pembersihan ikan
2. Penimbangan Ikan
43
44
1. Pengasapan Panas
30’
Jenis Rak Berat
NO BSP PB
Ikan Ikan Awal (g)
(g) (g)
Berat 60’
Jenis Rak
NO Awal BSP PB
Ikan Ikan
(g) (g) (g)
1 Ikan rak 1 105,35 98,55 6,80
Pari rak 2 51,43 44,36 7,07
2 Ikan rak 1 74.81 67,25 7,56
Paha rak 2 86,12 76,93 9,19
3 Ikan rak 1 78,43 70,30 8,13
Mujair rak 2 82,56 72,14 10,42
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot
50
Berat 90’
Jenis Rak
NO Awal BSP PB
Ikan Ikan
(g) (g) (g)
Ikan rak 1 80,22 68,91 11,31
1
Pari rak 2 119,12 100,33 18,79
Ikan rak 1 86,32 75,32 11,00
2
Paha rak 2 80,54 62,97 17,57
Ikan rak 1 118,21 105,51 12,70
3
Mujair rak 2 113,23 94,93 18,30
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot
Berat 120’
Jenis Rak
NO Awal
Ikan Ikan
(g) BSP PB
(g) (g)
Ikan rak 1 70,22 54,13 16,09
1
Pari rak 2 80,31 56,82 23,49
Ikan rak 1 62,14 45,02 17,12
2
Paha rak 2 67,44 49,11 18,33
Ikan rak 1 98,02 82,72 15,30
3
Mujair rak 2 106,15 84,82 21,33
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot
2. Pengasapan Dingin
Berat 60’
Jenis Rak
NO Awal BSP PB
Ikan Ikan
(g) (g) (g)
Ikan rak 1 63,41 60,31 3,10
1
Pari rak 2 70,13 67,18 2,95
Ikan rak 1 70,76 67,45 3,31
2
Paha rak 2 82,58 79,51 3,07
Ikan rak 1 134,32 131,36 2,96
3
Mujair rak 2 98,14 95,44 2,70
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot
Awal BSP PB
Ikan Ikan
(g) (g) (g)
Ikan rak 1 95,12 86,87 8,25
1
Pari rak 2 83,43 73,63 9,80
Ikan rak 1 72,53 62,89 9,64
2
Paha rak 2 60,76 49,97 10,79
Ikan rak 1 174,11 166,91 7,20
3
Mujair rak 2 127,53 119,33 8,20
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot
Berat 180’
Jenis Rak
NO Awal BSP PB
Ikan Ikan
(g) (g) (g)
1 Ikan rak 1 75,23 63,81 11,42
Pari rak 2 80,41 68,63 11,78
2 Ikan rak 1 83,23 71,31 11,92
Paha rak 2 74,53 62,73 11,80
3 Ikan rak 1 155,11 145,79 9,32
Mujair rak 2 106,01 97,02 8,99
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot
Berat 240’
Jenis Rak
NO Awal BSP PB
Ikan Ikan
(g) (g) (g)
Ikan rak 1 75,21 57,32 17,89
1
Pari rak 2 80,32 63,81 16,51
Ikan rak 1 81,41 64,42 16,99
2
Paha rak 2 80,56 62,63 17,93
Ikan rak 1 96,61 82,01 14,60
3
Mujair rak 2 180,12 170,61 9,51
Ket. BSP: Berat Setelah Pengasapan, PB: Penyusutan Bobot