Anda di halaman 1dari 74

DRAFT SKRIPSI

PENGARUH JENIS REFUGIA TERHADAP KERAGAMAN


JENIS MUSUH ALAMI DISEKITAR TANAMAN PADI
DIKELURAHAN BAKUNASE II KOTA KUPANG

OLEH

ERY SYUKURPINI NABUASA


NIM : 1704060192

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

KUPANG

2023
DRAFT SKRIPSI

PENGARUH JENIS REFUGIA TERHADAP KERAGAMAN


JENIS MUSUH ALAMI DISEKITAR TANAMAN PADI
DIKELURAHAN BAKUNASE II KOTA KUPANG

Oleh:

ERY SYUKURPINI NABUASA


NIM : 1704060192

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Cendana

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
MINAT PERLINDUNGAN TANAMAN
KUPANG
2023

2
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

JUDUL : PENGARUH JENIS REFUGIA TERHADAP


KERAGAMAN JENIS MUSUH ALAMI
DISEKITAR TANAMAN PADI DI
KELURAHAN BAKUNASE II KOTA
KUPANG
NAMA : ERY SYUKURPINI NABUASA
NIM : 1704060192
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
MINAT : PERLINDUNGAN TANAMAN

Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Titik Sri Harini, MP Petronella S. Nenotek, SP.,M.Si


NIP. 19650520 199003 2 001 NIP. 19770102 200501 2 001

Menyetujui, Mengetahui,
Dekan Kordinator Prodi Agroteknologi

Dr. Ir. Muhammad S.M.Nur, M.Si Petronella S. Nenotek, SP.,M.Si


NIP. 19650628 198803 1 001 NIP. 19770102 200501 2 001

Tanggal persetujuan :

3
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

JUDUL : PENGARUH JENIS REFUGIA


TERHADAP KERAGAMAN JENIS
MUSUH ALAMI DISEKITAR TANAMAN
PADI DI KELURAHAN BAKUNASE II
KOTA KUPANG
NAMA : ERY SYUKURPINI NABUASA
NIM : 1704060192
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
MINAT : PERLINDUNGAN TANAMAN

Tim Penguji:
Dosen Penguji I, Dosen Penguji II,

Ir. Titik Sri Harini, MP Petronella S. Nenotek, SP.,M.Si


NIP. 19650520 199003 2 001 NIP. 19770102 200501 2 001

Dosen Penguji III,

Rika Ludji, S.P., M.Si.


NIP. 19750627 200501 2 002

Tanggal lulus:

4
PERNYATAAN SKRIPSI BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Kupang, Juni 2023


Penulis,

Ery Syukurpini Nabuasa


NIM. 1704060192

5
HALAMAN PERUNTUKKAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih serta hal-hal luar biasa yang dialami penulis.

2. Kedua orang tua tercinta .... yang dengan penuh cinta dan kesetiaan serta kesabaran

memberikan support dan kekuatan yang luar biasa bagi perjalanan hidup penulis dengan

segala keterbatasan yang ada.

3. adik tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

4. Almamater tercinta Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas

Pertanian, Universitas Nusa Cendana.

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan dan penulisan Skripsi dengan
judul “Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami Pada Pertanaman Jagung Pulut Di K
elurahan Bakunase Dua, Kecamatan Kota Radja, Kota Kupang.” dengan baik. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Minat Perlindungan Tanaman
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang.
Penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari motivasi, dukungan doa dari berbagai pihak,
bantuan material, bimbingan, arahan, koreksi dan sumbangan pikiran kepada Penulis. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Muhammad S. M. Nur, M.Si, selaku Dekan Fakultas Pertanian beserta Civitas
Akademika Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana .
2. Petronella S. Nenotek, SP, M.Si, sebagai koordinator Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana.
3. Ir. Titik Sri Harini, MP selaku Dosen Pembimbing I dan Agustina Etin Nahas, SP.,M.Si
selaku selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, memberikan arahan dan
dukungan berupa motivasi serta doa yang diberikan sehingga terselesainya penulisan
skripsi ini.
4. Rika Ludji, S.P., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik yang
konstruktif, saran dan koreksi guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta Ayah dan Ibu yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya
lewat doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Adik tercinta serta seluruh keluarga atas pengorbanan dan dukungan yang luar biasa
kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan Agroteknologi Angkatan 2017.
Akhirnya Penulis berharap agar Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
segala kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dari pembaca sangat diharapkan demi
penyempurnaan Skripsi ini.

Kupang, Juli 2023


Ery Syukurpini Nabuasa

7
8
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dapat dilakukan

dengan berbagai metode pengendalian dan tidak satu-satunya menggunakan

pestisida sintetik. Tujuannya adalah mengurangi dampak negatif penggunaan

pestisida sintetik dan ketergantungan petani terhadap pestisida sintetik.

Pengendalian hama pada umumnya dilakukan dengan menggunakan

pestisida kimia karena dianggap lebih efektif, praktis dan dari segi ekonomi lebih

menguntungkan. Namun, penggunaan pestisida kimia secara berlebihan dapat

menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan baik tumbuhan, hewan, manusia,

dan juga musuh alami hama. Pada hakekatnya musuh alami hama dapat

mengendalikan hama secara alami manakala lingkungan sekitar memungkinkan

untuk bertumbuh kembangnya musuh alami tersebut. Indonesia yang beriklim

tropis memiliki banyak jenis musuh alami (parasitoid dan predator) yang secara

efektif dapat dapat menekan populasi hama (Pallit et al., 2019). Namun karena

cara pengendalian yang tidak tepat antara lain penggunaan pestisida yang

berlebihan malah membunuh musuh alami tersebut dari pada melindungi sehingga

dalam melakukan pengendalian hama perlu dilakukan dengan cara yang aman,

ramah lingkungan dan berkelanjutan atau bersandar pada pemanfaatan sumber

daya alam agar tidak menimbulkan kematian pada musuh alami hama. Salah satu

pengendalian hama yang tepat adalah dengan menggunakan pengendalian hayati.

Hal ini sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang

merupakan dasar kebijakan pemerintahan dalam program perlindungan tanaman

yang tercantum dalam UU No. 12 tahun 1992, diantaranya pengendalian hayati

9
yaitu predator, parasitoid, entomopatogen, dan jamur antogonis.

Kelompok musuh alami atau agen hayati dari kelompok serangga adalah

predator dan parasitoid. Jumlah populasi parasitoid danpredator dalam suatu

agroekosistem dapat ditingkatkan dengan dilakukan dengan menyediakan sumber

pakan bagi musuh alami tersebut. Salah satu cara yang diperhatikan adalah

meningkatkan keanekaragaman tanaman dalam suatu ekosistem yang merupakan

penyediaan pakan bagi parasitoid dan predator, karena kelimpahan jenis.

10
keanekaragaman tanaman menyediakan peningkatan sumber pakan seperti polen,

nektar, extra-floral nectar, dan embun madu (Coll & Guershon 2002; Hagen,

1986;Wäkers & van Rijn, 2005). Ketersediaan pakan sebagai sumber nutrisi yang

dapat meningkatkan kebugaran seperti lama hidup, fekunditas, dan daya mencari

mangsa/inang (Lavandero et al., 2006; Wade & Wratten, 2007 dalam Nurindah,

2012).

Pengaruh positif dari ketersediaan sumber pakan adalah akan memacu

masuknya atau imigrasi parasitoid dan predator pada suatu agroekosistem yang

terdapat inang/mangsanya, dapat meningkatkan laju kelahiran dan menurunkan

laju kematian, sehingga populasinya pada agroekosistem tersebut meningkat

(Wade et al., 2008 dalam Nurindah, 2012) menyatakan bahwa terjadi peningkatan

populasi parasitoid (khususnya Ordo Hymenoptera) dan predator (khususnya

Ordo Neuroptera) pada saat tersedianya pakan bagi musuh alami tersebut.

Salah satu seumber pakan adalah meningkatkan keanekaragaman tanaman

yang menyediakan nektar dan polen bagi musuh alami. Refugia termasuk salah

satu tanaman yang mengandung polen dan nektar yang menyediakan makanan

bagi musuh alami khususnya stadia imago. Menurut Turling & Ton (2006)

tumbuhan secara aktif dan sistematis mengeluarkan berbagai senyawa volatile

yang disebut sebagai herbivore-induced volatiles (HIPVs). Senyawa volatil

tersebut berfungsi menarik parasitoid (Dudareva & Pichersky, 2008). Quicke

(1997) melaporkan bahwa telah dimanfaatkan senyawa HIPVs untuk menakan

populasi kutu daun, ulat kubis, penarik kumbang kubah. Contoh lainnya adalah

aplikasi methyl salicylate (MeSA) dan (Z)-3hexenylacetate (HA) pada padang golf

dapat menarik Chrysopa nigricornis Burmeister (Chrysopidae), Geocoris pallens

Stal. (Geocoridae), dibutuhkan parasitoid dan predator untuk proses metabolisme

11
dan reproduksi (Quicke, 1997 dalam Nurindah, 2012).

Refugia adalah pertanaman beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat

perlindungan, sumber pakan atau sumber daya yang lain bagi musuh alami seperti

predator dan parasitoid. Refugia tumbuh disekitar tanaman yang dibudidayakan, yang

berpotensi sebagai mikrohabitat bagi musuh alami agar pelestarian musuh alami tercipta

dengan baik. Tanaman refugia dapat berupabunga kembang kertas (Zinniasp.), bunga

bunga kenikir (Cosmos caudat Kunth.), bunga matahari mini (Melampodium

divaricatum). Tanaman refugia ini mempunyai sifat mudah tumbuh, cepat berkembang

dan mempunyai warna serta aroma yang khas sehingga disukai oleh serangga

(Septariani et al., 2019).

Tanaman padi merupakan salah satu jenis tanaman rerumputan. Tanaman padi

termasuk ke dalam genus Oryza yang terdiri dari kurang lebih 25 spesies yang tersebar

di daerah tropik dan subtropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Adapun

tanaman padi memiliki bermacam-macam jenis penyakit yang dapat menyebabkan

kerugian, kehilangan hasil panen yang tinggi dan berpengaruh terhadap sasaran

produksi. Untuk dapat menekan timbulnya penyakit tanaman padidiperlukan upaya

pengendalian. Penyakit tanaman merupakan hasil interaksi antara tiga faktor yaitu

pathogen (jamur, bakteri dan virus), tanaman padi ini sangat rentan dalam faktor

lingkungan yang tidak baik (Alle et al., 2021). Hama dan penyakit padi merupakan

salah satu cekaman biotik yang menyebabkan senjang hasil antara potensi hasil dan

hasil aktual, dan juga menyebabkan produksi tidak stabil. Populasi hama dan pathogen

penyebab penyakit tanaman padi sangat dinamis karena potensi genetic dan pengaruh

lingkungan biotik dan abiotik. Pada dasarnya, semua organisme yang dalam keadaan

terkendali tidak merugikan jika keseimbangan ekologinya tidak terganggu. Hama dan

12
penyakit tanaman berasal dari lokasi pertanaman atau datang (migrasi) dari lokasi lain

karena daya tarik tanaman padi (Widiarta dan Suharto, 2019).

Penyediaan pakan bagi musuh alami dapat menekan perkembangan hama

pada tanaman padi. Salah satu sumber nektar dan polen yang diperlukan untuk

kebugaran musuh alami adalah tanaman refugia. Terdapat berbagai jenis tanaman

refrugia yang menarik musuh alami. Oleh karena itu, perlu dillakukan sautu kajian

pengaruh refrugia terhadap keragaman musuh alami pada tanaman padi.

13
A. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahuipengaruh tanaman refugia terhadap keragaman jenis musuh

alami disekitar tanaman padi sehingga dapat dijadikan sebagai

pengendalian hayati yang mudah, murah, efisiensi dan ramah lingkungan.

2. Konservasi musuh alami pada tanaman padi

14
B. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yang diharapkan yaitu sebagai sumber informasi

bagi peneliti-peneliti, mahasiswa, petani, dan stakeholder lainnya tentang manfaat

dari penggunaan tanaman refrugia bagi tanaman padi.

C. Hipotesis

Dengan penggunaan tanaman refugia akan menghadirkan lebih dari satu

spesies musuh alami pada sekitar tanaman padi.

15
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perangkap Bunga Refugia

Bunga refugia merupakan kumpulan dari berbagai jenis bunga yang

berfungsi sebagai tempat berlindung bagi musuh alami untuk sementara seperti

predator dan parasitoid. Refugia juga adalah tumbuhan yang ada di sekitar

tanaman budidaya yang berpotensi sebagai penyumbang musuh alami bisa juga

terjadi hubungan saling menguntungkan bagi predator (Allifahet al., 2013).

Refugia menyediakan makanan dan juga inang alternatif untuk imago parasitoid

waktu lingkungan tidak sesuaisiklus hidupnya. Ada banyak jenis tanaman yang

bisa dijadikan sebagai refugia tetapi yang lebih terpenting adalah tanaman refugia

harus memiliki manfaat baik pada tanaman budidaya maupun musuh alami.

Tanaman refugia yang baik adalah jenis bunga yang cepat dalam

pertumbuhannya, tidak terlalu harus diperhatikan atau minim dalam

perawatannya, mampu bersaing dengan gulma, memiliki kualitas bunga atau

nektar yang cukup baik bagi tanaman parasitoid, mampu hidup dalam kondisi

lingkungan manapun, menciptakan lingkungan yang tidak disukai oleh hama atau

OPT, dan juga dapat menarik arthropoda untuk berlindung (Kartohardjo, 2011).

Refugia berperan sebagai sumber nektar bagi musuh alami sebelum adanya

populasi hama dipertanaman. Karena itu penanaman bunga refugia bisa menarik

lebah, tawon dan organisme menguntungkan lainnya sehingga pada waktu hama

datang sudah tersedia musuh alami dilahan (Pelawi, 2009). Serangga musuh alami

hama tanaman maupun hama tanaman itu sendiri secara naluri menyenangi

16
tanaman yang mengeluarkan nektar. Bau nektar akan menarik musuh alami

maupun hama tanaman sehingga pada tanaman yang mengeluarkan nektar akan

berkumpul serangga musuh alami maupun hama tanaman yang berakibat serangga

musuh alami tersebut memakan hama serangga. Pada tanaman yang

mengeluarkan nektar tersebut terjadi pengendalian hama tanaman secara alamiah

sehingga terjadi keseimbangan lingkungan (Odum, 1998). Jenis bunga refugia

yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga kembang kertas (Zinniasp.),

bunga bunga kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), bunga matahari mini

(Melampodium divaricatum).

17
- Bunga Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)

Kenikir (Gambar 1) merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

kemudian menyebar ke daerah tropis. Kenikir dapat ditemui di pembatas sawah,

tepi ladang dan semak belukar. Kenikir tahan terhadap cuaca panas dan dapat

tumbuh di tempat yang terkena sinar matahari langsung dengan tanah berpasir,

berbatu, berlempung, dan liat bepasir dengan kelembapan sedang atau lebih

(Astutiningrum, 2016).

Gambar 1. Bunga Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)

(Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari Tanaman kenikir adalah sebagai

berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Cosmos

18
Jenis/spesies : Cosmos caudatus Kunth (Khalid,2009).

- Bunga Kembang Kertas (Zinniasp.)

Bunga kembang kertas (Zinnia sp.) (Gambar 2) merupakan tanaman

annual yang tersebar secara luas di dunia. Tanaman ini sering digunakan

sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan bunga potong. Spesies ini

mampu tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian hingga

1800 m (Sejati, 2010).

19
Gambar 2. Bunga Kembang Kertas (Zinnia sp)

(Dokumentasi Pribadi)

Adapun klasifikasi bunga kembang kertas (Zinnia sp.) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Subfamili : Asteroideae

Genus : Zinnia

Spesies :Zinnia sp. (Plantamor.com, 2010 dalam Hidayah, 2018)

- Bunga matahari mini (Melampodium divaricatum).

Tanaman matahari mini merupakan salah satu keluarga tanaman semak

cemara kecil (Gambar 3) subtropis yang berasal dari Asia Tenggara, Jepang, dan

Cina. Tanaman ini biasanya tumbuh di hutan terbuka yang lembab.Tanaman

20
subtropis ini akan lebih cepat tumbuh ketika musim panas dibandingkan pada

musim hujan. Tanaman ini juga menjadi salah satu favorit konsumen, karena daya

tahan tumbuhan ini sangat kuat dan perawatannya tergolong mudah. Tanaman ini

pada umumnya tidak membutuhkan banyak air (Ghaisani, 2018

21
Gambar 3. Bunga Matahari Mini (Melampodium divaricatum)

(Dokumenasi Pribadi)

Klasifikasi tanaman matahari mini adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionita

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Melampodium

Spesies : Melampodium divaricatum (Plantamor, 2022).

22
B. Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal

dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman padi

sendiri sudah dimulai sejak Tahun 3.000 sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok

(Purwono dan Purnamawati, 2007). Hampir setengah dari penduduk dunia

terutama dari negara berkembang termasuk Indonesia sebagian besar menjadikan

padi sebagai makanan pokok yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan

pangannya setiap hari (Rahmawati, 2006). Hal tersebut menjadikan tanaman padi

mempunyai nilai spiritual, budaya, ekonomi, maupun politik bagi bangsa

Indonesia karena dapat mempengaruhi hajat hidup banyak orang (Utama, 2015).

Padi sebagai makanan pokok dapat memenuhi 56 – 80% kebutuhan kalori

23
penduduk di Indonesia (Syahri dan Somantri, 2016). Petani pada umumnya

membudidayakan tanaman padi secara turun temurun dari orangtua atau

pendahulunya. Hal tersebut apabila dilakukan tanpa adanya bimbingan serta

pelatihan yang intensif akan membuat petani terjebak pada pola 7 budidaya

konvensional sehingga produksi padi tergolong minim bahkan dapat menurun

(Utama, 2015). Budidaya padi terdiri dari persiapan lahan, pemilihan benih,

penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, hingga panen dan

pascapanen (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Klasifikasi tanaman padi menurut Syahri dan Somantri (2016) adalah:

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Graminae

Genus : Oryza

Species : Oryza sativa L.

C. Hama Tanaman Padi

Hama merupakan perusak tanaman baik pada akar, batang, daun dan

bagian lain tanaman yang membuat tanaman dalam pertumbuhannya menjadi mati

atau tidak sempurna. Hama adalah makluk hidup yang mengurangi ketersediaan,

kualitas atau jumlah beberapa sumber daya manusia diantaranya yaitu tumbuhan
24
atau binatang yang dipelihara oleh manusia (Mary dan Robert, 1990). Setiap

makluk hidup yang memiki ciri seperti itu disebut hama atau organisasi

pengganggu tanaman (OPT). Di permukaan bumi ini sendiri jumlah hama tidak

terbatas pada kelas atau phylum tertentu terutama pada tanaman padi. Pathak

(1977) dalam Panjaitan (2021) mengemukakan bahwa kurang lebih 70 spesies

hama yang merusak tanaman padi dan sekitar 20 spesis yang merupakan hama

utama. Hamahama tersebut menyerang akar, batang, daun, bunga, dan buah.

Selanjutnya Kalshoven (1981) dalam Panjaitan (2021) hama penting pada

tanaman padi sawah yaitu penggerek batang padi bergaris (Chilo suppressalis),

25
hama putih (Nymphula depunctalis), penggerek batang padi ungu (Sesamia

inferens), penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas), wereng hijau

(Nephotettix sp.), wereng coklat (Nilaparvata lugens), walang sangit (Leptocorisa

acuta), kepinding tanah (Scotinophara coarctata), Orong-orong (Gryllotalpa

hirsuta), keong emas (Pomacea caniculata) (Mary dan Robert, 1990).

Penggerek batang padi kuning hama sundep menyerang daun padi muda,

menguning dan mati. Walaupun batang padi bagian bawah masih hidup atau

membentuk anakan tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru tidak terjadi dan

hama beluk menyerang titik tumbuh tanaman padi yang bulirnya sedang berisi

sehingga buliran pada keluar berguguran, gabah- gabah kosong dan berwarna ke

abu-abuan (Siregar, 2007).

Walang sangit merupakan hama penting yang sangat merugikan pada

pertanaman padi sawah lebak. Serangan hama tersebut dapat menyebabkan

produksi menurun drastis. Di beberapa tempat, Serangan walang sangit

(Leptocorisa acuta) yang menghisap malai padi pada periode mulai berisi bulir

hingga matang susu menyebabkan bulir padi menjadi hampa dan menurunkan

kuantitas dan kualitas produksi gabah bulir padi yang mulai berisi, jika terserang

walang sangit dapat menyebabkan bulir beras yang dipanen bercak 9 hitam (Irsan

et al., 2014).

Wereng coklat (Nilapervata lugens) selalu menghisap cairan dan air dari

batang padi muda atau bulir-bulir buah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi

dan tidak terarah, berwarna coklat, berukuran 3-5 mm, habitat ditempat lembab,

gelap dan teduh. Telur banyak yang ditempatkan dibawah daun padi yang

melengkung dengan masa ovulasi 9 hari menetas, 13 hari membentuk sayap dan 2

minggu akan bertelur kembali. Hama ini meluas serangannya dilihat dari bentuk

26
lingkungan pada tanaman dalam petakan padi. Tindakan yang dapat dilakukan

untuk mengendalikan hama ini dengan cara preventif, represif, dan kuratif

(Siregar, 2007).

Di Indonesia penyakit penting tanaman padi yaitu hawar daun bakteri

(Xanthomonas campestris pv.oryzae), penyakit tungro (virus tungro), bercak daun

pyricularia (Pyricularia grisea), busuk batang (Helminthosporium sigmoideun),

27
hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani Kuhn), kerdil hampa (Reget stunt) dan

kerdil rumput (Grassy stunt) (Semangun, 2008).

D. Musuh Alami

Musuh alami merupakan agensi hayati yang berperan sebagai salah satu faktor

pembatas perkembangan perkembangan populasi serangga hama. Musuh alami

hama terdiri atas tiga kelompok yaitu parasitoid, predator, dan patogen serangga.

Parasitoid merupakan serangga yang hidupnya memarasit kehidupan inangnya.

Predator merupakan pemangsa, memakan mangsa secara langsung. Patogen

serangga merupakan mikroorganisme yang menginfeksi dan menyebabkan

serangga menjadi sakit dan kemudian mati. Parasitoid adalah serangga yang

ukuran tubuhnya lebih kecil dibanding serangga inangnya. Jenis parasitoid dapat

dibedakan menurut cara parasitasinya. Parasitoid yang menyerang bagian luar

serangga disebut ektoparasitoid, dan jika menyerang bagian dalam serangga

disebut endoparasitoid. Beberapa jenis musuh alami padi pada tanaman padi

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Musuh alami musuh alami pada dari golongan arthropoda pada tanaman

padi(Hanif et al.,2020)

28
N Nama Ciri- Gambar

o Ciri

1 Lycosa Laba-Iaba ini aktif mencari

pseudoanula dan memburu

ta

mangsanya. Kemampuan

memangsa-nya tinggi antara

lain tergantung dari ukuran

mangsa dan keaktifan dari

mangsa. Kemampuan

predator ini menangkap dan

memangsa hama yang

kurang aktif seperti nimfa N.

virescens, sangat kecil

sekitar 0,293-3,75 ekor/hari

(Dinas Pertanian, 2020).

29
30
N Nama Ciri- Gambar

o Ciri

2 Oxyop Laba-Iaba ini mempunyai ciri-

es ciri sebagai berikut: ukuran 7 -

javan 10 mm, pada tungkai terdapat

us duri-duri yang panjang dengan

mata berbentuk segi enam.

Rentang hidup 150 hari

dengan jumlah telur yang

dihasilkan 350/betina (Dinas

Pertanian, 2020).

3 Pardosa Laba-laba ini memiliki

Pseudoannula perlaku dapat bersembunyi

ta dalam air dan sering

ditemukan dalam lahan basah

yang baru diolah atau lahan

kering. Laba-laba ini

berwarna coklat hingga abu-

abu (Khodijah et al, 2012).

4. Tetragnat Laba-laba ini tidak begitu aktif

ha spp. menyerang

mangsanya. Disiang hari laba-

Iaba ini banyak diam dan

dimalam hari aktif membuat

sarang dan mangsa yang


31
32
N Nama Ciri- Gambar

o Ciri

6 Micraspis Secara umum berwarna

inops coklat kekuningan, memiliki

pita discal yang melebar dan

melengkung, 2/3 kali melebar

dari pada pita sutural, dan

tidak mencapai distal dan

akhir proximal elytra

(Mulsant dalam Ariesandi,

2004).

7 Ischnura Warna tubuh Ischnura

senegalen senegalensis didominasi

sis warna hijau dan hitam.

Bagian atas mata majemuk

berwarna hitam dan bagian

bawah berwarna hijau-

kebiruan, bagian dorsal

toraks pada capung jantan

terdapat strip hitam. Dorsal

abdomen berwarna hitam

dengan bercak biru pada R2

dan R8. Tungkai atas

berwarna hitam dan berwarna

biru bagian bawah. Ischnura

senegalensis
33
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Bakunase II, Kota Kupang pada

tanggal 7 Februari 2022 sampai selesai.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah linggis, sekop, parang,

ember, alat tulis, kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit

bunga/kembang kertas (Zinnia sp.), bunga kenikir (Cosmos caudatus Kunth.),

bunga matahari mini (Melampodium divaricatum), tanaman padi milik petani.

Persiapan Penelitian

1. Perbanyakan Tanaman Berbunga

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan bibit atau bunga/

kembang kertas (Zinnia sp.), bunga kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), bunga

matahari mini (Melampodium divaricatum). Kemudian menggali lubang tidak

terlalu dalam dengan jarak 20x20cm dan bibit atau anakan bunga itu ditanam,

diberi pupuk kompos, dan disiram menggunakan air secukupnya dan yang terakhir

adalah tahap pemeliharaan.

2. Tanaman Padi

34
Percobaan dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda yaitu lahan sawah air

labat, lahan sawah deras, dan lahan sawah mangga lima. Anakan tanaman padi

ditanam pada ketiga lahan yang telah dipersiapkan tersebut dengan jarak tanam

20x20cm pada area lahan seluas 4.500 m².

3. Pemeliharaan

a. Pengairan dilakukan setiap hari.

b. Pengendalian gulma yang dilakukan secara mekanik menggunakan tajak

yang difungsikan juga untuk penggemburan tanah dan pembumbunan

tanaman padi. Dilakukan setelah tanaman berumur 2 dan 4 minggu.

35
c. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk kompos dan urea yang

dihamburkan pada bedeng sebelum ditanam.

C. Pelaksanaan Penelitan di lahan

Jenis refrugia yang ditanam adalah bunga/kembang kertas (Zinnia sp.), bunga

kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), bunga matahari mini (Melampodium

divaricatum). Bunga ditanam di pinggir pematang dengan jarak tanam 10cm x

10cm pada semua lahan yang dipilih. Perlakuan dilakukan dengan menggunakan

cara penanaman jenis bunga berbeda pada masing-masing pematang sawah.

D. Rancangan Penelitian

- Lokasi sawah air labat

Sawah air labat memiliki luas lahan 2500m2 dan terbagi ke dalam 12 petak

dimana masing-maing petak memiliki luas lahan200m2. Penanaman bunga di

lokasi ini dilakukan disisi kiri petak ke 4 dengan jenis bunga Melampodium

divaricatum. Di sisi kiri petak ke 8 dengan jenis bunga Ziania sp, dan disisi kiri

petak ke 12 dengan jenis bunga Cosmos caudatus Kunth.

- Lokasi sawah deras

Sawah deras memiliki luas lahan 7500m2 dan terbagi ke dalam 18 petak dimana

masing-masing petak memiliki luas lahan 400m2. Penanaman bunga di lokasi ini

dilakukan disisi kiri petak ke 5 dengan jenis bunga Melampodium divaricatum.

Disisi kiri petak ke 7 dengan jenis bunga Ziania sp, dan disisi kiri petak ke 9

dengan jenis bunga Cosmos caudatus Kunth.

- Lokasi sawah mangga lima

36
Sawah mangga lima memiliki luas lahan 10.000m2 dan terbagi ke dalam 25

petak dimana masing-masing petak memiliki luas lahan 400m2. Penanaman bunga

di lokasi ini dilakukan disisi kiri petak ke 5 dengan jenis bunga Melampodium

divaricatum. Di sisi kiri petak ke 7 dengan jenis bunga Ziania sp, dan disisi kiri

petak ke 9 dengan jenis bunga Cosmos caudatus Kunth.

37
Petak 1

Zinnia sp Cosmos caudatus Melampodi

um

divaricatu

Petak 2

Cosmos caudatus Melampodi Zinnia sp

um

divaricatum

Petak 3

Melampodi Zinnia sp Cosmos caudatus

um

divaricatum

Denah Percobaan

E. Waktu Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat tanaman refugia mulai berbunga dan

tanaman padi masuk dalam fase vegetatif. Pengamatan musuh alami dilakukan

sebanyak seminggu sekali dalam kurun waktu 3 minggu setelah tanaman refugia
38
berbunga. Pengamatan dilakukan menggunakan metode jaring ayun, pengamatan

langsung dan perangkap kuning pada tanaman refugia dan tanaman padi untuk

menangkap jenis musuh alami pada tanaman padi. Pengamatan dilakukan selama

20 menit pada 3 periode yaitu periode I (07.00-

WITA), periode II (09.00-10.00 WITA), periode III (16.00-17.00 WITA).

F. Pengamatan di Laboratorium

Musuh alami yang diperoleh dilakukan koleksi kering atau koleksi

basahsehingga memudahkan dalam mengidentifikasinya. Identifikasi dilakukan

sampai pada tingkat Genus dengan berpanduan pada berbagai literatur terkait.

G. Variabel Pengamatan

a. Populasi dan Jenis Musuh Alami

Pengamatan populasi musuh alami dilakukan dengan cara menghitung

langsung semua jenis musuh alami baik itu predator, parasitoid, maupun

polinator yang ada pada lahan percobaan tersebut.

39
b. Populasi dan Jenis Hama

pengamatan populasi hama dilakukan dengan cara menghitung langsung

semua jenis hama yang tertangkap jaring ayun. Jaring ayun diayunkan

sebanyak 10 kali pada semua lahan.

H. Analisis Data

Indeks keragaman Shanon and Weaner (1949) dalam Safrin (2021) dapat diukur dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

ni
H ' =−∑ (¿ ¿ + )¿
N N

Pi= ¿
N

Keterangan :

H’: Indeks keragaman Shanon and Weaner.

Ni: Jumlah jenis individu dari jenis ke-i.

N: Jumlah total individu dari seluruh jenis spesies.

Pi: Proporsi dari jumlah individu jenis-i dengan jumlah individu dari seluruh jenis spesies.

Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs (1978) dalam Safrin (2021)

sebagai berikut:

H>3 : Tinggi

1< H < 3 : Sedang

H<1 : Rendah (Safrin, 2021)

40
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 . Identifikasi Musuh Alami dan Hama Pada Tanaman Refugia dan Tanaman Padi

Data Pengamatan identifikasi musuh alami dan hama pada tanaman refugia dan padi

berdasarkan family dan status dapat dilihat pada table 1

Tabel 1 Identifikasi Musuh Alami dan Hama Dengan Perlakuan Refugia Pada Tanaman

Padi

NO Spesies Ordo Famili Status


1 Orthetrum Sabina Odonata Libellulidae Predator
2 Orthetrum chrysis Odonata Libellulidae Predator
3 Orthetrum testacium Odonata Libellulidae Predator
4 Ischnura hastate Odonata Coenagrionidae Predator
5 Pseudogrion Odonata Coenagrionidae Predator
pruinosum
6 Mantis religiosa Orthopoda Mantidae Predator
7 Oxyopes sp Araneae Oxyopidae Predator
8 Pirata piratikus Araneae Araneidae Predator
9 Coccinella Coleoptera Coccinelidae Predator
transversalis
10 Isodontia Mexicana Hymenoptera Encyrtidae Parasitoid
11 Dolichoderus Hymenoptera Formicidae Predator
thoracicus Smith
12 Vespa Oorientalis Hymenoptera Vespida Parasitoid
13 Oxya chinensis Orthopetera Acridoidae Hama
14 Locustana nigratoria Orthopetera Acrididae Hama
15 Mythimna separate Lepidoptera Noctuidae Hama
16 Leptocorisa oratorius Hemitera Alydidae Hama
fabricius

Berdasarkan Tabel 1, diketahui berdasarkan Bahwa pemanfaatan tanaman refugia

berpengaruh terhadap kelimpahan musuh alami dan juga ada beberapa hama. Ditemukan

sebanyak 8 ordo dan 16 famili yang berbeda pada lokasi penelitian. Pada kelimpahan musuh

alami ditemukan Odonata, Orthopoda, Araneae, Coleoptera, Hymenopter. Sedangkan terdapat

beberapa jenis hama yaitu Orthopetera, Lepidoptera, Hemitera , seperti yang terlihat di table 2
19
Tabel 2. Gambar musuh alami dan hama

Orthetrum Sabina Orthetrum chrysis Orthetrum testacium Ischnura hastate


(Odonata) (Odonata) (Odonata) (Odonata)

Pseudogrion Mantis religiosa Oxyopes sp Pirata piraticus


pruinosum (Orthopoda) (Araneae) (Araneae)
(Odonata)

Coccinella Isodontia Mexicana Dolichoderus Vespa Oorientalis


transversalis (Hymenoptera) pastorulus (Hymenoptera)
(Coleoptera) (Hymenoptera)

Leptocorisa
Oxya chinensis Locustana nigratoria Mythimna separate
oratorius fabricius
(Orthopetera) (Orthopetera) (Lepidoptera)
(Hemitera)

Sumber: Dokumentasi pribadi

Kelimpahan hama yang sedikit diduga akibat terdapatnya banyak musuh alami sehingga

menekan keragaman dan perkembangan hama yang menyerang pada tanaman cabai. Hal ini

sesuai dengan (Indiati dan Marwoto, 2017 dalam Nasution, 2022) yang menyatakan bahwa

20
apabila kehadiran musuh alami mampu menekan populasi hama secara optimal sejak awal, maka

populasi hama akan selalu berada pada tingkat yang rendah.

Banyaknya serangga yang teridentifikasi pada lahan percobaan, diduga akibat pemanfaatan

tanaman refugia yang memiliki warna bunga terang serta aroma bunga yang kuat dapat menarik

serangga untuk hinggap pada refugia dan mengurangi serangan pada tanaman utama. Hal ini

sesuai dengan (Qomariyah, 2017, dalam Nasution 2022) yang menyatakan bahwa serangga

secara umum mengunjungi bunga karena faktor penarik, yaitu bentuk dan warna bunga, serbuk

sari dan nektar, serta aroma yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Selain itu, kehadiran serangga pada tanaman refugia biasanya juga dipengaruhi oleh

produksi metabolit sekunder (senyawa volatil) yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan (Yusfachri

dkk., 2019) yang menyatakan bahwa senyawa metabolit sekunder pada tanaman memiliki

beberapa fungsi, di antaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), melindungi dari

stress lingkungan, pelindung dari serangan hama/penyakit (fitoaleksin), pelindung dari sinar ultra

violet, sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati)

4.2 Jenis-jenis Musuh Alami dan Hama yang Ditemukan di 3 Lokasi Penelitian

4.2.1 Orthetrum Sabina

Dalam klasifikasi, capung ini termasuk subordo Anisoptera dan familiLibellulidae.

Capung ini memiliki ciri berupa mata berwarna hijau dengan burik hitam, sayap transparan

dengan warna coklat kemerahan atau kekuningan yang terdapat di sayap belakang. Terdapat

garis hitam dan putih kekuningan pada bagian pinggir sintoraks, tergit abdomen berwarna putih

kekuningansepanjang lateral dan anterior. Selain itu capung ini mudah dikenali ruas abdomen

satu sampai tiga yang membengkak dengan adanya paduan warna kuning pucat agak kehijauan

(Hidayah, 2008:18).

21
Adapun keberadaan capung ini ditemukan di ketiga lokasi, baik lokasi A, B, maupun C.

Daya jelajah capung ini begitu luas dan sangat aktif pada waktu siang hari, dan termasuk capung

kanibal yang sering memangsa spesies lainnya yang berukuran sedikit kecil bahkan satu spesies

yang sama.

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.1 spesies Orthetrum Sabina

4.2.2 Orthetrum chrysis

Dalam klasifikasinya, capung ini adalah jenis subordo Anisoptera dan tergolong dalam

famili libellulidae, genus yang didapati sebelumnya telah ada yaitu orthetrum. Dan jelas

tergolong capung biasa karena terlihat besar tubuhnya, serta ciri terbang dan hinggap sayap yang

horizontal. Pada jenis-jenis yang tergolong famili libellulidae, tentunya memiliki ciri yang umum

seperti mata menonjol menyatu garis tengah diatas kepala dan memenuhi bagian kepala (Suriana,

2014:58). Begitu pula pada jenis capung ini, matanya menyatu dengan garis tengah diatas kepala,

memiliki warna merah kehitaman. Tubuhnya berwarna hitam sedikit pucat, sedangkan bagian

perut berwarna merah tanpa adanya warna lain. Dan sayap transparan sedikit gelap, ujung sayap

atas memiliki titik hitam, sayap merentang horizontal saat terbang dan merentang sedikit kearah

bawah pada saat hinggap. Capung jenis ini juga di temukan di lokasi A, B, maupun C.

22
Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.2 spesies Orthetrum chrysis

4.2.3 Orthetrum testacium

Capung ini memiliki mata menonjol besar dan memenuhi bagian kepala, berwarna

coklat dan hitam, sayap transparan kecoklatan, serta pada bagian pangkal dan ujung sayap

memiliki bercak warna kuning pudar. Tubuh berwarna coklat gelap, dan abdomen atau perut

berwana coklat gelap dikelilingi garisgaris bulat warna hitam hingga ujung. Capung ini termasuk

aktif terbang dan aktif pula hinggap di rerumputan mati, sering terlihat di waktu siang hari

hingga sore hari menjelang senja. (Pamungkas, 2015:65).

Capung jenis ini juga sering disebut dengan nama lain yaitu sensiur sawah, karena

berdasarkan kebiasaannya di daerah Kapuas Kalimantan Tengah sering ditemukan sensiur ini di

kawasan persawahan. Begitu pula dengan ciriciri warna tubuhnya seperti coklat-kekuningan padi

maupun rumput-rumputan yang mati di persawahan. (Ulfah, 2017:68).

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.3 spesies Orthetrum testacium

23
4.2.4 Ischnura hastate

Dalam klasifikasinya, capung ini termasuk subordo Zygoptera atau capung jarum, juga

termasuk dalam famili Coenagrionidae (Suriana, 2014:58). Capung jarum ini ditemukan diketiga

lokasi, namun sedikit di lokasi A dan B dan sering ditemukan di lokasi C. Dikarenakan memang

sebagian besar capung jarum menyukai lokasi perairan rawa-rawa dan sebagainya, dan tempat

yang teduh.Capung jarum ini juga tidak aktif terbang sama seperti jenis capung jarum yang

lainnya. Adapun ciri yang dimiliki capung jarum ini ialah mayoritas tubuh berwarna orange, terkecuali

pada pangkal kaki berwarna putih keruh dan bagian tengah dekat ujung abdomen berwarna hitam. Seperti

halnya ciri yang dimiliki capung jarum lainnya, saat hinggap sayap berada diatas tubuh dan perut atau

arah vertikal.

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.4 spesies Ischnura hastate

4.2.5 Pseudogrion pruinosum

Dalam klasifikasinya, capung jarum jenis ini tergolong dalam subordo Anisoptera dan

famili coenagrionidae. Memiliki mata menonjol berwarna hitam gelap, sayap gelap transparan,

tubuh memiliki loreng silver (abu-abu) dan kaki hitam gelap. Warna abdomen hitam kecoklatan,

dan capung ini dikenal suka menghuni permukaan perairan berwana hitam gelap (Pamungkas,

2015:69-70).

Gambar pembanding Gambar pengamatan


24
Gambar 4.5 spesies Pseudogrion pruinosum

4.2.6 Mantis religiosa

Menurut hasil pengamatan Otomantis (belalang sembah) memiliki ciri-ciri sebagai

berikut : belalang sembah memiliki bentuk tubuh memanjang, warna dominan hijau, memiliki

antena di bagian kepala, memiliki 3 pasang kaki pada bagian dada, femur dan tibia tungkai/kaki

depan terdapat duri-duri untuk menangkap mangsa, memiliki dua mata yang cukup besar dan

tipe mulut penggigit pengunyah. Dalam suatu ekosistem serangga Otomantis berperan sebagai

predator dari hama tanaman. Menurut Sudarmono (2002) yang menyatakan bahwa pada

umumnya belalang sembah memiliki bentuk tubuh memanjang dengan panjang mencapai 3-5

cm, memiliki warna dominan hijau, memiliki antenna pendek di bagian kepala, memiliki 3

pasang kaki pada bagian dada. Pada femur dan tibia tungkai/kaki depan terdapat duri-duri untuk

menangkap mangsa. Belalang sembah ini mempunyai karakteristik bercak putih dan hijau yang

bergantian di bagian abdomen, adanya claw yang terdapat di bagian kaki depan. Tungkai depan

yang panjang dan kuat berfungsi untuk menangkap mangsa. Memiliki sayap berwarna warni,

yang berfungsi untuk terbang atau menghindari serangan musuh sekitarnya. Pada belalang betina

memiliki warna hijau dengan area pusat seperti mata berwarna cokelat, kuning dan putih, pada

bagian sayap dalam memiliki warna merah muda kemudian berwarna gelap pada bagian bawah.

Belalang sembah jantan memiliki sayap bagian dalam merah muda pudar kemudian

bawahnya berwarna cokelat. Belalang sembah memiliki dua mata yang cukup besar dan tipe
25
mulut penggigit pengunyah berfungsi untuk 26 mencabik atau sebagai penghancur makanan.

Belalang sembah mempunyai sifat kanibal yaitu memakan belalang sembah jantan saat

melakukan kopulasi atau kawin.

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.6 spesies Mantis religiosa

4.2.7 Oxyopes sp

Laba-laba ini memiliki ukuran sekitar 5-8 mm. Mereka memiliki kaki panjang dan

ramping serta memiliki duri yang mencolok di sekujur kakinya. Laba-laba merupakan laba-laba

pemburu. Laba-laba ini tidak membuat jaring sebagai rumah dan jebakan mangsa, namun aktif

berburu di area rerumputan, semak kecil atau semak-semak, dan vegetasi rendah lainnya. Mereka

jarang ditemukan di tanah kosong. Mereka menggunakan penglihatan mereka yang sangat tajam

dan kemampuan melompat untuk menangkap mangsa serta menghindari pemangsa. Mereka

memiliki susunan mata yang khas, yaitu dalam pola empat baris cach dua mata (Hawkeswood,

2003). Labalaba ini memiliki abdomen ramping berwarna putih dengan motif garis ber warna

hitam di tepi dan dua garis hitam yang memanjang dari chepalotorax hingga abdomen. Pada

ujung dorsal abdomen bagian anterior hingga pertengaham abdomen ditengah garis hitam terisi

dengan warna oranye yang sama dengan warna chepalotorax dan pangkal kaki. Laba-laba ini

dijumpai di semak-semak.

26
Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.7 spesies Oxyopidae sp

4.2.8 Pirata piraticus

Pirata piraticus sering disebut dengan serigala atau laba-laba tanah. Jenis ini mempunyai

warna coklat kehitaman. Jenis ini mempunyai empat mata kecil pada baris pertama, dua mata

yang besar dibaris yang kedua dan dua mata kecil di baris ketiga. Pada betina terdapat kantung

telur yang menempel pada pembuat benang. Jenis ini banyak tersebar luas karena merupakan

laba-laba jenis umum.

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.8 spesies Pirata piraticus

4.2.9 Coccinella transversalis

Coccinella transversalis berbentuk lonjong, berukuran besar dengan panjang 5-6 mm,

lebar 3-4 mm. Kepala kecil berwarna coklat. Pada sisi mata terdapat bercak putih, dan antena

berukuran pendek. Pada pronotum terdapat satu totol besar berbentuk segitiga. Elitra berwarna

kuning coklat, pada kedua sisi elitra terdapat dua pita hitam dan dua totol pada bagian depan

elitra dekat humerus

27
Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.9 spesies Coccinella transversalis

4.2.10 Sphex texanus

Famili Encyrtidae merupakan salah satu kelompok besar dan tersebar luas. Biasanya

memiliki panjang 1-2 mm. Panjang antena 8-13 segmen. Encyrtid berbeda dengan eupelmid

karena mereka mempunyai koksa-koksa depan dan tengah saling berdekatan, mesonotum

cembung, dan mereka tidak mempunyai notauli atau mempunyai dengan tidak sempurna.

Beberapa Famili Encyrtid adalah hiperparasit (Borror dkk., 1992).

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.10 spesies Sphex texanus

4.2.11 Dolichoderus pastorulus

Semut ini memiliki karakteristik kepala yang berbentul oval; memiliki satu segmen

petiol yang terletak antara alitrunk dan gaster; permukaan gaster licin; tanpa penyempitan antara

segmen; tidak memiliki sting dan ujung gaster memiliki celah dan membulat; hypopygium pada

ujung gaster tidak membentuk acidopore dan tidak memiliki rambut pendek. Semut ini memiliki

28
metasoma yang terdiri dari satu ruas tunggal dan tidak ada penyempitan antara dua ruas

berikutnya. Semut ini mempunyai kelenjar-kelenjar dubur yang menyekresi cairan yang berbau

busuk, kadang-kadang disemprotkan secara paksa dari dubur sepanjang beberapa centimeter.

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.11 spesies Dolichoderus pastorulus

4.2.12 Vespa Oorientalis

Ordo Vespa Orientalis adalah sejenis tawon tabuhan yang suka menyengat dan hidup

berkoloni. Banyak dijumpai di daerah laut tengah palestina dan india. Tabuhan betina

panjangnya 25 sampai 35 mm, tabuhan jantan berukuran kecil (Borror dkk., 1992)

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.12 spesies Vespa Orientalis

29
4.2.13 Oxya chinensis

Ciri-ciri morfologi dari belalang hijau ini, ialah memiliki antena sebagai petunjuk, hidup

pada tanaman padi-padian, dapat melompat dari tanaman satu ketanaman lainnya dengan

menggunakan tungkai belakang, memakan jenis daun dari padi-padian.

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.13 spesies Oxya chinensis

4.2.14 Locustana migratoria

Hasil pengamatan. Belalang juga memiliki thorax dan abdomen. Bentuk abdomen pada

belalang yaitu bersegmen. Tipe mulut belalang yaitu penggigit-pengunyah menunjukkan bahwa

Locusta migratoria mempunyai tubuh berwarna cokelat. Memiliki kaki belakang yang besar

untuk melompat jarak jauh. Memiliki dua pasang sayap, sayap depan lebih besar dan agak keras

dari pada sayap belakang. Memiliki bentuk mata yang oval dan besar. Locusta migratoria

berperan sebagai hama.

Tubuh belalang kembara terbagi atas kepala, thorax, dan abdomen. Kepala belalang

kembara memiliki sepasang antena, mata tunggal dan majemuk, serta alat mulut mandibulata.

Pada bagian thorax memiliki tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Memiliki abdomen yang

bersegmen dan memiliki lubang-lubang kecil, atau spirakel yang menyebabkan udara dapat

masuk ke dalam tubuh (Ikeda dan Inaba, 1972 dalam Prastiyo, 2016).

30
Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.14 spesies Valanga nigratoria

4.2.15 Bemisia tabaci

Tubuh imago B. tabaci berwama kuning, panjang berkisar antara 1,0 sampai 1,5 mm

dan sayapnya tertutup oleh tepung berwarna putih. Hampir pada semua permukaan tubuh

terdapat setae. Antena sangat pendek. Tungkainya tereduksi dan berwarna putih. Toraks agak

melebar, berbentuk cembung dan abdomen tampak jelas berwarna kekuningan. Pada bagian

posterior abdomen tidak terdapat kornikel Berbeda dengan spesies kutu daun sebelumnya.

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.15 spesies Bemisia tabaci

31
4.2.16 Leptocorisa oratorius fabricius

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Leptocorisa oratorius Fabricus mempunyai tubuh

berwarna cokelat yang terdiri atas caput, torax dan abdomen. Walang sangit memiliki kepala

hypognatus dan mempunyai sepasang antena yang panjang. Jumlah kaki yang dimiliki sebanyak

6 yaitu sepasang kaki belakang, sepasang kaki tengah dan sepasang kaki pada bagian depan.

Bentuk sayap lurus, memiliki sapasang sayap depan yang keras dan sepasang sayap belakang.

Memiliki tipe alat mulut menusuk-menghisap. Hal ini sesuai dengan pendapat Siwi et al. (1981)

dalam Vebryanti (2018) Walang sangit berperan sebagai hama

Gambar pembanding Gambar pengamatan

Gambar 4.16 Leptocorisa oratorius fabricius

32
4.3. Jumlah Keseluruhan Spesies Musuh Alami dan Hama yang Ditemukan di 3 Lokasi

Penelitian

Tabel 2. Jumlah data pengamatan musuh alami dan hama pada masa fegetatif dan generatif

NO Spesies Jumlah
1 Orthetrum Sabina 71
2 Orthetrum chrysis 118
3 Orthetrum testacium 78
4 Ischnura hastate 116
5 Pseudogrion pruinosum 117
6 Mantis religiosa 8
7 Oxyopes sp 123
8 Pirata piratikus 115
9 Coccinella transversalis 29
10 Isodontia Mexicana 23
11 Dolichoderus pastorulus 294
12 Vespa Oorientalis 237
13 Oxya chinensis 87
14 Locustana nigratoria 151
15 Mythimna separate 148
16 Leptocorisa oratorius fabricius 174

Berdasarkan data pada tabel 2, dapat dilihat bahwah hasil penelitian yang telah

dilakukan untuk melihat keragaman jenis musuh alami dengan perlakuan bunga refugia yang

ditanam disekitar tanaman padi di kelurahan bakunase II, kecamatan Kota Raja, Kota Kupang

dengan 14 kali pengamatan pada fase fegetatif dan generative ditemukan sebanyak 1889 yang

terdiri dari 8 ordo dan 16 famili yang berbeda pada lokasi penelitian. Pada kelimpahan musuh

alami ditemukan Odonata, Orthopoda, Araneae, Coleoptera, Hymenopter. Sedangkan terdapat

beberapa jenis hama yaitu Orthopetera, Lepidoptera, Hemitera.

33
4.2 Nilai Index Keragaman Serangga Pada Pertanaman Jagung Pulut

Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya

keanekaragaman serangga pada suatu areal pertanaman menurut Krebs (1978)

dalam Safrin (2021) sebagai berikut:

H>3 : Tinggi

1< H < 3 : Sedang

H<1 : Rendah

Nilai indeks keanekaragaman serangga dan musuh alami pada

pertanaman jagung pulut (Tabel 3) yaitu -2,10. Nilai indeks ini menunjukkan

bahwa keragaman serangga hama dan musuh alami pada lokasi penelitian

dikategorikan sedang. Kehadiran serangga OPT dipengaruhi oleh kehadiran

musuh alami, dimana ketika jumlah serangga OPT menurun maka jumlah musuh

alami menurun sedangkan ketika OPT tinggi maka musuh alaminya tinggi. Hal

tersebut dikarenakan serangga OPT merupakan makanan bagi serangga musuh

alami. Serangga dalam ekosistem dapat berperan sebagai organisme pengganggu

tumbuhan maupun musuh alami (Ervianna et al., 2020)

23
RERATA PRESENTASE PENGAMATAN MUSUH ALAMI FASE FEGETATIF

LOKASI 1 – 3

   
LN
    TOTAL
No Musuh Alami
1 Orthetrum Sabina 39 0,06 -2,84
2 Orthetrum chrysis 57 0,09 -2,46
3 Orthetrum testacium 44 0,07 -2,72
4 Ischnura hastate 60 0,09 -2,41
5 Pseudogrion pruinosum 52 0,08 -2,56  
6 Mantis religiosa 4 0,01 -5,12 2,83
7 Oxyopes sp 72 0,11 -2,23
8 Pirata piratikus 57 0,09 -2,46
9 Coccinella transversalis 13 0,02 -3,94
10 Isodontia Mexicana 13 0,02 -3,94
11 Dolichoderus pastorulus 139 0,21 -1,57
12 Vespa Oorientalis 120 0,18 -1,72
Total   670    
¿ ln ¿
Keterangan : Angka dalam kurung hasil dari transformasi dari H’= -∑
N N

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pada pengamatan musuh alami pada fase

vegetative total musuh alami yang didapat sangat beragam dengan jumlah terbanyak sebanyak

139 yaitu Dolichoderus pastorulus. Romarta (2020) menyatakan bahwa semut adalah serangga

sosial yang merupakan kelompok serangga yang termasuk kedalam ordo Hymenoptera dan

famili Formicidae. Organisme ini terkenal dengan koloni dan sarangnya yang teratur.

Pada pengamatan ini juga terdapat banyak sekali musuh alami dengan jumlah yang

banyak. ini diduga karena warna mencolok dari refugia yang menarik kedatangan serangga

musuh alami. Hal ini sesuai dengan pendapat dari (Menzel et al., 1988), yang menyatakan bahwa

warna bunga merupakan salah satu daya tarik bunga bagi serangga Bahan dasar dari warna

bunga dihasilkan oleh pigmen yang terdapat di dalam kromoplas atau vakuola sel pada jaringan

floral. Warna ini dihasilkan melalui proses refleksi dan refraksi cahaya pada permukaan sel.

Diperkuat lagi dengan pendapat dari (Allifah et al., 2013 dalam Sakir.I.M dkk. 2018), yang

24
menyatakan bahwa keberagaman jenis tanaman sebagai pencetus datangnya berbagai jenis

predator dan parasitoid. Tumbuhan dengan warna mencolok akan mengundang musuh alami,

karena jenis tanaman tersebut mampu menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan atau

sumberdaya yang lainnya. Tumbuhan berbunga berkemampuan memikat banyak musuh alami

karena berfungsi sebagai sumber pakan maupun tempat perhentian (untuk meletakkan telur atau

menyembunyikan diri dari bahaya). Selain warna, kandungan nectar dan polen pada refugia juga

menjadi daya tarik bagi serangga musuh alami, senyawa kimia yang kompleks dengan

kandungan nutrisi yang bervariasi. Umumnya mengandung gula sederhana (monosakarida) yaitu

sekitar 15–75% dari beratnya (Haydak,1970). Bahan lain yang terkandung dalam nectar adalah

asam amino, protein, lemak, antioksidan, alkaloid, vitamin, asam organik, allantoin dan asam

allantoat, dekstrin, dan bahan inorganic lainnya seperti mineral dan air, polen berfungsi sebagai

makanan yang penting bagi serangga musuh alami.

25
4. 4. Jumlah Musuh Alami Pada Fase Generatif

Data pengamatan musuh alami fase fegetatif pada hari 8 – 28 dapat dilihat tabel Tabel 4. Rataan musuh alami fase Generatif pengamatan

8 MST sebagai berikut:

DATA PENGAMATAN MUSUH ALAMI FASE GENERATIF

  LOKASI 1 LOKASI 2 LOKASI 3


    HARI HARI HARI TOTAL
No Musuh Alami 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 Orthetrum Sabina 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 34
2 Orthetrum chrysis 1 2 3 3 5 5 3 3 3 3 3 3 2 4 1 3 3 3 4 3 2 62
3 Orthetrum testacium 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2 1 3 3 1 4 1 1 1 2 2 1 36
4 Ischnura hastate 3 1 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 4 4 1 2 4 3 4 3 4 59
5 Pseudogrion pruinosum 4 5 4 2 5 4 5 2 2 5 2 2 1 4 2 2 3 5 2 4 3 68
6 Mantis religiosa 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 5
7 Oxyopes sp 1 2 3 1 3 4 3 3 2 2 3 1 3 4 5 3 3 2 3 3 3 57
8 Pirata piratikus 3 4 3 4 4 2 4 2 3 1 2 5 3 4 1 2 4 2 3 2 5 63
9 Coccinella transversalis 1 1 0 0 0 1 2 0 0 1 3 0 0 0 2 1 4 0 2 0 1 19
10 Isodontia Mexicana 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 12
Dolichoderus thoracicus Smith 1 1
11 7 6 8 8 8 0 7 6 8 0 8 7 7 6 8 7 9 6 7 10 7 160
12 Vespa Oorientalis 7 8 7 7 5 6 5 5 8 5 4 4 8 5 6 6 6 5 6 5 4 122
Total     697

26
RERATA PRESENTASE PENGAMATAN MUSUH ALAMI FASE GENERATIF

LOKASI 1 – 3

  LN
   
No Musuh Alami TOTAL
1 Orthetrum Sabina 34 0,05 -3,02
2 Orthetrum chrysis 62 0,09 -3,02
3 Orthetrum testacium 36 0,05 -3,02
4 Ischnura hastate 59 0,08 -3,02
5 Pseudogrion pruinosum 68 0,10 -3,02
6 Mantis religiosa 5 0,01 -3,02  
7 Oxyopes sp 57 0,08 -3,02 3,02
8 Pirata piratikus 63 0,09 -3,02
9 Coccinella transversalis 19 0,03 -3,02
10 Isodontia Mexicana 12 0,02 -3,02
11 Dolichoderus thoracicus Smith 160 0,23 -3,02
12 Vespa Oorientalis 122 0,18 -3,02
Total   697  
¿ ¿
Keterangan : Angka dalam kurung hasil dari transformasi dari : H =−∑ ln
'
N N

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pada pengamatan musuh alami pada fase

genneratif total jumlah musuh alami mengalami peningkatan dengan jumlah pada

pengamatan 697 dan jumlah musuh alami terbanyak yang diperoleh masi sama seperti fase

fegetatif yaitu Dolichoderus thoracicus Smith.tidak hanya musuh alami terdapat juga

peningkatan jumlah hama pada fase generative . Menurut Wardana dkk (2017) menyatakan

bahwa tanaman refugia bukan hanya menjadi mikro habitat bagi musuh alami tetapi juga

menarik hama karena warna yang mencolok dan aroma yang dihasilkan pada refugia dapat

memikat hama. Hal ini karena warna dapat mempengaruhi spektrum penglihatan serangga.

refugia dapat menarik kedatangan serangga menggunakan karakter 24 morfologi dan fisiologi

yang dimiliki seperti ukuran, bentuk, warna, aroma, periode berbunga, maupun kandungan

nektar dan polen. Seperti literatur Wardana (2017) dijelaskan bahwa tumbuhan berbunga

menarik kedatangan serangga menggunakan karakter morfologi dan fisiologi dari bunga,

yaitu ukuran, bentuk, warna, keharuman, periode berbunga, serta kandungan nektar dan

27
polen. Bau atau aroma bunga juga menjadi daya tarik sekaligus tanda pengenal jenis

tumbuhan bagi serangga. Aroma merupakan salah satu kemampuan adaptasi dari tanaman

yang dapat bersifat sebagai penarik atau penolak. Bagi serangga polinator, bau atau aroma

bunga lebih sulit dikenali dibandingkan dengan warna dari suatu bunga.

28
4. 7. Jumlah Musuh Alami Pada Fase Generatif

Data pengamatan hama fase generative pada hari 8 – 28 dapat dilihat tabel Tabel 5. Rataan hama fase Generatif pengamatan 8 MST

sampai dengan 28 sebagai berikut:

    LOKASI 1 LOKASI 2 LOKASI 3


    HARI HARI HARI TOTA
No Musuh Alami 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 L
Sensiur Tentara Sub Ordo
1 Anisoptera 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 34
Sensiur Helikopter Orthetrum
2 Chrysis 1 2 3 3 5 5 3 3 3 3 3 3 2 4 1 3 3 3 4 3 2 62
Sensiur Sawah Orthetrum
3 Testacium 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2 1 3 3 1 4 1 1 1 2 2 1 36
Capung Jarum Sub Ordo
4 Zygoptera 3 1 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 4 4 1 2 4 3 4 3 4 59
5 Sensibur Pseudogrion Pruinosum 4 5 4 2 5 4 5 2 2 5 2 2 1 4 2 2 3 5 2 4 3 68
6 Belalang Sembah 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 5
Laba-laba Bermata Tajam
7 (Oxyopidae) 1 2 3 1 3 4 3 3 2 2 3 1 3 4 5 3 3 2 3 3 3 57
Laba-laba Pembuat Sarang
8 (Araneidae) 3 4 3 4 4 2 4 2 3 1 2 5 3 4 1 2 4 2 3 2 5 63
9 Kumbang Kubah (Coccinelidae) 1 1 0 0 0 1 2 0 0 1 3 0 0 0 2 1 4 0 2 0 1 19
10 Tawon (Encyrtidae) 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 12
11 Semut Dolichoderus Thoracicus 7 6 8 8 8 10 7 6 8 10 8 7 7 6 8 7 9 6 7 10 7 160
Tawon Tabuhan (Vespa
12 Orientalis) 7 8 7 7 5 6 5 5 8 5 4 4 8 5 6 6 6 5 6 5 4 122
¿ ¿
Keterangan : Angka dalam kurung hasil dari transformasi dari : H =−∑ ln
'
N N

29
RERATA PRESENTASE PENGAMATAN MUSUH ALAMI FASE GENERATIVE

LOKASI 1 – 3

LN

No Musuh Alami TOTAL


1 Sensiur Tentara Sub Ordo Anisoptera 34 0,05 -3,02
2 Sensiur Helikopter Orthetrum Chrysis 62 0,09 -3,02
3 Sensiur Sawah Orthetrum Testacium 36 0,05 -3,02
4 Capung Jarum Sub Ordo Zygoptera 59 0,08 -3,02
5 Sensibur Pseudogrion Pruinosum 68 0,10 -3,02
6 Belalang Sembah 5 0,01 -3,02  
7 Laba-laba Bermata Tajam (Oxyopidae) 57 0,08 -3,02 3,02
8 Laba-laba Pembuat Sarang (Araneidae) 63 0,09 -3,02
9 Kumbang Kubah (Coccinelidae) 19 0,03 -3,02
10 Tawon (Encyrtidae) 12 0,02 -3,02
11 Semut Dolichoderus Thoracicus 160 0,23 -3,02
12 Tawon Tabuhan (Vespa Orientalis) 122 0,18 -3,02
Tota
l     697  
¿ ¿
Keterangan : Angka dalam kurung hasil dari transformasi dari : H =−∑ ln
'
N N

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pada pengamatan musuh alami pada fase

genneratif pada pengamatan ke 15 diketahui bahwa jumlah musuh alami dengan rataan tertinggi

terdapat pada perlakuan Melampodium divaricatum dengan nilai persentase sebesar 83%.

Sedangkan jumlah hama dengan rataan terendah terdapat pada pengamatan 20 perlakuan kontrol

yakni 0.74%. Tingginnya Nilai persentase jumlah hama pada perlakuan Melampodium

divaricatum pengamatan ke 15 dengan rataan 83.30 ekor dibandingkan kontrol hal ini diduga

karena karena dengan adanya tanaman refugia yang ditanam dilahan padi menyebabkan

ketersediaan makanan dan tempat berlindung dan berkopulasi bagi serangga dan juga warna

bunga refugia dapat memikat musuh alami. Menurut Wardana dkk (2017) menyatakan bahwa

tanaman refugia bukan hanya menjadi mikro habitat bagi musuh alami tetapi juga menarik hama

30
karena warna yang mencolok dan aroma yang dihasilkan pada refugia dapat memikat hama.

Hal ini karena warna dapat mempengaruhi spektrum penglihatan serangga. refugia dapat

menarik kedatangan serangga menggunakan karakter 24 morfologi dan fisiologi yang dimiliki

seperti ukuran, bentuk, warna, aroma, periode berbunga, maupun kandungan nektar dan polen.

Seperti literatur Wardana (2017) dijelaskan bahwa tumbuhan berbunga menarik kedatangan

serangga menggunakan karakter morfologi dan fisiologi dari bunga, yaitu ukuran, bentuk, warna,

keharuman, periode berbunga, serta kandungan nektar dan polen. Bau atau aroma bunga juga

menjadi daya tarik sekaligus tanda pengenal jenis tumbuhan bagi serangga. Aroma merupakan

salah satu kemampuan adaptasi dari tanaman yang dapat bersifat sebagai penarik atau penolak.

Bagi serangga polinator, bau atau aroma bunga lebih sulit dikenali dibandingkan dengan warna

dari suatu bunga.

31
DAFTAR PUSTAKA

Agustian Adang, Benny Rachman. 2009. Penerapan Teknologi Pengendalian

Hama Terpadu pada Komoditas Perkebunan Rakyat. Bogor.

Allifah, A. N. A., Yanuwiadi, B., Gama, Z. P., & Leksono, A. S. 2013. Refugia

sebagai Mikrohabitat untuk Meningkatkan Peran Musuh Alami di Lahan

Pertanian. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura. 113–116.

Alle, Ansar Rusmin, Sirajuddin H, Muharto. 2021. Sistem Pakar Pendeteksi

Penyakit Pada Tanaman Padi Menggunakan Metode (Forward Chaining)

Berbasis Web di Desa Subaik Kecamatan Wasile. Politeknik Sains &

Teknologi Wiratama. Maluku Utara.

Ariesandi, D. 2004. Inventarisasi Serangga Predator Hama Padi Pada Areal

Pertanian Padi Desa Jarangan Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.

Universitas Muhamadyah Malang.

Astutiningrum, T. 2016. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir (Cosmos

caudatus Kunth.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

secara in - vitro. Naskah Skripsi S-1. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Coll, M. and Guershon, M. 2002. Omnivory in terrestrial arthropods: mixing plant

andprey diets. Annual Review of Entomology 47: 267–297


32
Cybext Pertanian. 2019. Mengenal Trichogramma sp.

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/80263/Mengenal-

Trichogramma-Sp-/

Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Buleleng. 2019. Mengenal Beberapa Jenis

Musuh Alami Wereng

(Predator).

https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/mengenal-

beberapa-jenis-musuh-alami-wereng-predator-65

Dudareva, N. and E. Pichersky. 2008. Metabolic engineering of plant volatiles.

Current Opinion in Biotechnology 19:181–189.

Flint, Mary Louise dan Robert Van Den Bosch. 1990. Pengendalian Hama

Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.

Ghaisani, Fildzah. 2018. Studi Perbandingan Tentang Prospek Tanaman Bonsai

Cemara Sargentii,Kemuning Supermicro, Bougainville, dan Serissa

Foetida (Studi kasus pada UD Artha, Kelurahan Sidomulyo, Kota Batu).

Universitas Brawijaya. Malang

Global Biodiversity Information Facility (GBIF) Secretariat (2019). GBIF

Backbone Taxonomy. www.gbif.org

Hanif Kl, Herlinda S,irsan C, Pajiastuti Y. 2020. Dampa overdosis bioinsektisida

beauveria bassiana terhadap keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda

33
tidak sasaran di sawah rawa air tawar Sumatra Selatan(Indonesia).

Biodiversitas 21: 2124 -2136

Hidayah, Nurul. 2018. Pengaruh Kepadatan Bunga Kertas (Zinnia sp.) sebagai

Refugia Terhadap Densitas Wereng (Nilaparvata lugens, Stal.) dan

Walang sangit (Leptocorisa acuta, Thumb.) di Lahan Padi Desa

Tambakrejo (Pemanfataanya Sebagai Buku Ilmiah Populer). Universitas

Jember.

Irsan, C., Harun, M.U., Saleh, E. 2014. Pengendalian tikus dan walang sangit di

padi organik sawah lebak. Prosiding seminar nasional lahan suboptimal.

Palembang.

Julinatono I. W. 2019. Mengenal Predator.

http://totonunsari.blogsome.come/2009/04/2007/mengenal-predator-

diantara-hama-serangga.

Karindah., S; E. Siswanto, Sultanto, dan L.Susistyowati. 2003. Parasitoid Larva

Pupa Tetrastichinae (Hymenoptera : Eulophidae) pada Plutella xylostella L.

(Lepidoptera : Yponomeutidae) di Daerah batu dan Kabupaten Malang.

Kongres PEI dan Simposium EntomologyVI. Hal : 45

Kartohardjono, A. 2011. Penggunaan Musuh alami Komponen Pengendalian

Hama Padi Berbasis Ekologi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 29–46.

Khalid, 2009. Defenisi Kenikir/2011/10/deskripsi-kenikirtagetes-erecta.html.

Khodijah, Herlinda, S., Irsan, C., Pujiastuti, Y., Thalib, R. 2012. Arthropoda

Predator dan Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang Surut

Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal. 1(1):57–63.

34
Mahanani. P.A., R. Rahmazayandi, dan J. Suryana. 2020. Pengenalan Sistem

Refugia pada Lahan Pertanian di Desa Jalaksana, Kabupaten Kuningan

Bogor.

Nasution, M. 2022. Pemanfaatan beberapa tanaman refugia terhadap kelimpahan

arthropoda pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)

Nurindah. 2012. Peranan parasitoid dan predator dalam pengendalian Wereng

kapas Amrasca biguttula (ISHIDA) (Heteroptera : Ciccadellidae).

Perspektif. 11(1): 23 – 32

Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental of

Ecology oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pallit, Bella Finka., Rampe, dan Rumondor. M. 2019. Intensitas Serangan Akibat

Hama Pemakan Daun Setelah Aplikasi Ekstrak Daun Kirinyuh

(Chromolaena odorata) pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.).

Universitas Sam Ratulangi Manado.

Panjaitan, Elisa. 2021. Konservasi Musuh Alami Pada Padi Sawah (Oryza sativa

L.) Dengan Refugia di Desa Jati Mulia Kecamatan Nibung Hangus

Kabupaten Batu Bara. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Pamungkas DW, Ridwan M. 2015. “Keragaman jenis capung dan capung jarum

(Odonata) di beberapa sumber air di Magetan, Jawa Timur”. Jurnal. Pros Sem

Nas Masy Biodiv Indon 1: 1295-1301.

35
Pelawi, A.P. 2009. Indeks keanekaragaman jenis serangga pada beberapa

ekosistem di areal perkebunan PT. Umbulmas Wisea Kabupaten Labuhan

Batu. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Plant Resistance and Parasitoids and Predators of Insects. Horwood, Chichester,

England. pp. 151–197.

Pribadi Avry. 2010. Serangan Hama dan Tingkat Kerusakan Daun Akibat Hama

Devoliator pada Tegakan Jabon (Anthocephalus Cadamba Miq.). Riau.

Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan

Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahmawati, S. 2006. Status perkembangan perbaikan sifat genetik padi

menggunakan transformasi argobacterium. Jurnal Agrobiogen. 2 (1): 36 –

44.

Safrin, Rosadalima. 2021. “Keanekaragaman Serangga Hama Dan Musuh Alami Pada

Tanaman Bawang Merah(Allium Ascalonicum Linn ) Di Desa Kolbano,

Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Timor Tengah Selatan (Tts).” Universitas

Nusa Cendana Fakultas Pertanian.

Saputra, K., Sutriyono, dan Brata. B. 2018. Populasi dan Distribusi Keong Mas

(Pomacea canaliculata L.) sebagai Sumber Pakan Ternak pada Ekosistem

Persawahan di Kota Bengkulu. Universitas Bengkulu. Sumatera Selatan.

Sejati, R. 2010. Studi Jenis dan Populasi Serangga-Serangga yang Berasosiasi

dengan Tanaman Berbunga pada Pertanian Padi. Perpustakaan UNS,

Surakarta.

36
Semangun, H. 2008. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gadjah

Mada University Press, 475 p.

Septariani, Dwiwiyati Nurul., Herawati, A., Mujoyo. 2019. Pemanfaatan berbagai

Tanaman Refugia Sebagai Pengendali Hama Alami Pada Tanaman Cabai

(Capsicum annum L). Universitas Sebelas Maret.

Setiyono, J., Siti, D., Elde, N.R., & Nurdin, S.B. 2017. Dragonflies Of

Yogyakarta, Jenis Capung Daerah Istimewa Yogyakarta. IDS (Indonesian

Dragonflies Society). Yogyakarta.

Siregar, A. Z. 2007. Hama-hama Tanamanan Padi.USU Repository

Suriana, dkk. 2014. Inventarisasi Capung (Odonata) di Sekitar Sungai dan Rawa Moramo, Desa

Sumber. Fakultas MIPA Universitas Hulu Oleo Kendali Sulawesi Tenggara.

Syahri dan R.U. Somantri. 2016. Penggunaan varietas unggul tahan hama dan

penyakit mendukung peningkatan produksi padi nasional. Jurnal Litbang

Pertanian. 35 (1): 25-36

Turlings, T.C.J. and J. Ton. 2006. Exploiting scents of distress: the prospect of

manipulating herbivore-induced plant odours to enhance the control of

agricultural pests. Current Opinion in Plant Biology 9: 421–427

Utama, M Zulman Harja. 2015. Budidaya pada Lahan Marjinal Kiat

Meningkatkan Produksi Padi. Andi Offset, Yogyakarta.

Widiarta, N. dan Suharto, H. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Padi Secara Terpadu. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Wiryanta, 2006. Bertanam cabai pada musim hujan. Agromedia. Tanggerang

37
Yusfachri, P., Yayuk P., Yenni A., Murni SR., Nurhayati. 2019. Pemanfataan kandungan

metabolit sekunder yanag dihasilkan tanaman pada cekaman biotik. Agriland.

38
LAMPIRAN

A. Lampiran Perlakuan/Plot Percobaan

Ulanga

nI Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

(P0) (P1) (P2) (P3)

P0 1 P1 1 P1 2 P1 3

P0 2 P2 1 P2 2 P2 3

P0 3 P3 1 P3 2 P3 3

Keterangan:

P0 = Kontrol

P1 = Bunga Matahari Mini

P2 = Bunga Kembang Kertas

P3 = Bunga Kenikir

B. Lampiran Denah Percobaan

39
40

Anda mungkin juga menyukai