SKRIPSI
Oleh:
FIKRY BAGUS ALFARISY
NIM. 15111012
SKRIPSI
Oleh :
FIKRY BAGUS ALFARISY
NIM: 15111012
ii
Dosen Pembimbing :
1. Prof. Dr. Ir. Setyo Budi, MS.
2. Rohmatin Agustina, SP., MP
iii
PERBEDAAN PERLAKUAN BERBAGAI JENIS PUPUK TERHADAP
PERTUMBUHAN DUA KLON TEBU (Saccharum officinarum L.)
DI LAHAN KERING
Telah disetujui
Pada,
Ir. Endah Sri Redjeki, MP., M.Phil Wiharyanti Nur Lailiyah, SP., MP
NIP. 01118803014 NIP. 01111802208
iv
Diterima oleh Fakultas Pertanian sebagai Skripsi
Universitas Muhammadiyah Gresik
Dipertahankan pada
Hari : Kamis
Tanggal : 25 Juli 2019
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Gresik
Tim Penguji :
Ketua Sekretaris
Anggota
v
HALAMAN PERNYATAAN
vi
RINGKASAN
Fikry Bagus Alfarisy. 15111012. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah
Gresik. Perbedaan Perlakuan Berbagai Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dua
Klon Tebu(Saccharum officinarum L.). Dosen Pembimbing I: Prof.Dr.Ir Setyo
Budi.,MS. Dosen Pembimbing II: Rohmatin Agustina, SP., MP. Dosen Penguji:
Ir.Endah Sri Redjeki,M.P.,M.Phil
vii
MOTTO
viii
Ku Persembahkan Kepada :
ix
KATA PENGANTAR
x
8. Adik-adikku di Agroteknologi,Wibi, Novendra, Agung, Guntur, Ady, Camdi,
Mitra, Farisa, Atus, Amin, Diana, Asifa, Lufita
9. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Dosen-dosen Program Studi
Agroteknologi untuk ilmunya selama ini, penghormatan dan terima kasih yang
luar biasa untuk : Ibu Endah Sri Redjeki, Ibu Diana, Pak Rahmad Jumadi, Prof
Setyo Budi, Ibu Vivi, Ibu Vita Mukti, Ibu Wiharyanti Nur Lailiyah.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian dan penyusunan skripsi
dapat bermanfaat khususnya bagi pribadi penulis sendiri dan umumnya bagi para
pembaca skripsi ini.
Gresik, 16 Juli 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………….……
i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………… iv
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..……v
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………….……… v
RINGKASAN………………………………………………………….….. vii
MOTTO…………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR..................................................................................x
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xv
DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………xviii
BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………..……. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………...….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...…. 3
1.3 Tujuan Masalah……………………………………………………..…..3
1.4 Hipotesis……………………………………………………………….. 3
BAB 3 METODOLOGI…………………………………………...………21
3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………..………. 21
3.2 Bahan dan Alat………………………………………………………….21
xii
3.3 Metode Penelitian……………………………………………………… 21
3.4 Denah Petak Percobaan…………………………………………………24
3.5 Denah Petak Sampel…………………………………………...………. 24
3.6 Pelaksanaaan Penelitian………………………………………….…….. 24
3.6.1 Persiapan Benih………………………………………………….24
3.6.2 Persiapan Lahan………………………………………….……... 24
3.6.3 Pemeliharaan……………………………………………………. 25
3.6.3.1 Pengarian………………………………………………... 25
3.6.3.2 Pembersihan Gulma…………………………………….. 25
3.6.3.3 Pengendalian OPT………………………………………. 25
3.6.3.4 Pemupukan……………………………………………… 25
3.7 Variabel Pengamatan…………………………………………..………. 28
3.7.1 Tinggi Tanaman (cm)……………………………………………28
3.7.2 Tinggi Batang (cm)……………………………………………... 29
3.7.3 Jumlah Anakan (buah)…………………………………………. 30
3.7.4 Jumlah Daun (buah)……………………………………….......... 30
3.7.5 Diameter Batang (cm)…………………………………………... 31
3.7.6 Jumlah Ruas (buah)…………………………………………….. 32
3.7.7 Panjang Ruas (cm)……………………………………………….32
3.8 Analisis Data…………………………………………………………… 33
3.8.1 Analisis Sidik Ragam (ANOVA)………………………….......... 33
3.8.2 Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5 %………………. 33
xiii
5.2 Saran………………………………………………………...…………. 50
DAFTAR PUSTAKA……………...…………………………………...….51
LAMPIRAN………………………...…………………………….………..
54
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
20. Rata-rata Jumlah Ruas Tebu Pada Umur 132 HST…………………… 74
21. Rata-rata Diameter Batang Tebu Pada Umur 111 HST……………… 74
22. Rata-rata Diameter Batang Tebu Pada Umur 118 HST……………… 75
23. Rata-rata Diameter Batang Tebu Pada Umur 125 HST……………… 75
24. Rata-rata Diameter Batang Tebu Pada Umur 132 HST……………… 75
25. Rata-rata Panjang Ruas Tebu Pada Umur 111 HST………………….. 76
26. Rata-rata Panjang Ruas Tebu Pada Umur 111 HST………………….. 76
27. Rata-rata Panjang Ruas Tebu Pada Umur 111 HST………………….. 76
28. Rata-rata Panjang Ruas Tebu Pada Umur 111 HST………………….. 77
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Perhitungan Dosis Pupuk……………………………………………….34
2. Deskripsi Klon…………………………………………………………. 56
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
ekonomis cukup tinggi, karena sebagai bahan baku utama dalam pembuatan gula.
Tanaman tebu mengandung nira yang dapat diolah menjadi kristal-kristal gula
banyak hal untuk meningkatkan produksi tebu, yaitu dengan cara seperti
dapat menghasilkan gula yang lebih baik. Akibat dari kondisi tersebut maka perlu
dicari solusi yang dapat memperbaiki kualitas tanah yang telah menurun (Putra,
pupuk yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman tebu dan kandungan gula
terjadinya penurunan kualitas tanah seperti tanah menjadi cepat mengeras, kurang
mampu menyimpan air, tanah cepat menjadi asam serta menekan aktivitas
mikroorganisme tanah.
tanah, dan akhirnya menurunkan hasil panen atau produksi tanaman. Akibat dari
kondisi tersebut maka perlu dicari solusi yang dapat memperbaiki kualitas tanah
1
kondisi tersebut, maka faktorial yang dapat dilakukan adalah kembali
tebu.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa – sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, dan
pupuk kandang.
pertumbuhan bibit tebu. Alang – alang dan Chromolaena odorata sering kali
populasinya lebih dominan dibandingkan gulma lainnya dalam suatu lahan.. Hal
ini karena diduga kuat mempunyai alelopati. Keadaan di mana suatu gulma atau
Seresah kacang tanah meskipun biasa digunakan sebagai bahan pakan bagi
ternak namun dengan pengelolaan yang terbaik terutama dalam bidang pertanian,
akan lebih memberikan manfaat yang besar. Dekomposisi seresah dan pelepasan
hara dipengaruhi oleh kualitas seresah antara lain konsentrasi N dan C yang
menentukan rasio C-N (C/N), kandungan polifenol dan lignin (Wang et al, 2010;
Barchia, 2009; Palm dan Sanchez, 1991 dalam Hairiah et al, 2004; Supriyadi, 2008).
Bahan organik dengan kandungan polifenol dan lignin serta C/N tinggi, menyebabkan
proses dekomposisi akan berlangsung lambat dan demikian sebaliknya. Seresah atau
bahan organik akan cepat melapuk pada C/N <25, kandungan lignin <15% dan
polifenol <3% (Palm dan Sanchez, 1991 dalam Hairiah et al, 2004).
2
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian tentang
pemberian berbagai jenis pupuk terhadap pertumbuhan dua klon tebu (Saccharum
sedangkan jenis pupuk yang digunakan antara lain pupuk organik dari ekstrak
Chromolaena odorata dan seresah kacang tanah serta pupuk anorganik berupa
dalam unsur N dan C/N rasio sangat tinggi yaitu N = 30% dan C/N rasio = 11.
Dibandingkan dengan pupuk lainya. Seresah kacang tanah juga mempunyai unsur
N dan C/N rasio cukup tinggi yaitu N = 4,59 % C/N rasio = 10 – 15.(FAO, 1987).
3
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan pertumbuhan dengan pemberian jenis pupuk pada dua
1.4 Hipotesis
Terdapat interaksi nyata pemberian jenis pupuk dan dua klon terhadap
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
tanaman perdu dengan nama latin Saccharum officinarum. Di daerah Jawa Barat
disebut ‘Tiwu’, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut ‘tebu’ atau
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Gambar 2. 1 Morfologi Tanaman Tebu
Genus : Saccharum Sumber : N. Silva, 2010
2.2.1 Batang
Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan
buku buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman tebu berasal
dari mata tunas yang berada di bawah tanah. Tumbuh keluar dan berkembang
membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara
5
2.2.2 Akar
Tebu memiliki akar serabut dengan panjang yang bisa mencapai satu
meter. Sewaktu tanaman tebu masih muda atau masih berbentuk bibit, ada dua
macam akar, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek berasal dari stek batangnya,
tidak berumur panjang, dan hanya berguna saat tanaman masih berumur
muda.Akar tunas berasal dari tunasnya, berumur panjang dan akan tetap ada
2.2.3 Daun
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri,
berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, ditengah
Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan sub tropika sampai batas garis
isoterm 20 ºC yaitu antara 190 LU – 350 LS. Kondisi tanah yang baik bagi
tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, selain itu
akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah
sehingga pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan. Drainase yang baik
air dan unsur hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan tanaman
pada musim kemarau tidak terganggu. Drainase yang baik dapat manyalurkan
kelebihan air dimusim penghujan sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat
6
2.3.1 Tanah
Menurut Sudiatso (1982), tekstur tanah yang cocok untuk tanaman tebu
adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan menahan air
yang cukup. Kedalaman (solum) tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu minimal
50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air. Syarat topografi lahan tebu adalah
berlereng panjang, rata, dan melandai. Bentuk permukaan lahan yang baik untuk
0– 8 % .
bawah 5.5 dapat menyebabkan perakaran tanaman tidak dapat menyerap air
sedangkan apabila tebu ditanam pada tanah dengan pH diatas 7 tanaman akan
2.3.2 Iklim
pertumbuhan terhenti. Apabila hujan tetap tinggi maka pertumbuhan akan terus
terjadi dan tidak ada kesempatan untuk menjadi masak sehingga rendemen
menjadi rendah.
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan
kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah: pada
7
periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per
bulan) selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan
125 mm dan 4 – 5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang
Bagian utama tanaman tebu adalah akar, batang, daun dan bunga.
Batang tebu terdiri dari beberapa ruas yang disekat oleh buku-buku.
Panjang satu ruas berkisar 15-25 cm. Ruas yang panjang, selanjutnya semakin
mendekati pucuk panjang ruasnya semakin berkurang. Potensi bobot batang tebu
Daun tebu mempunyai struktur yang tipis dan mudah robek. Posisi daun
tebu melekat pada batang dan tumbuh pada pangkal node. Setiap daun terdiri dari
bagianyang melekat dan bagian yang tidak melekat. Bagian yang melekat
berbentuk seperti pipa yang menyelimuti batang dengan panjang dari bawah
sampai atas batang. Ketika tebu sudah mulai memasuki masa panen, daun tebu
terjadi pada perubahan dari fase vegetatif ke fase reproduktif. Bunga tebu tumbuh
8
(1) Fase muncul lapang (emergence phase),
konsep thermal unit mengasumsikan faktor panjang hari tidak berpengaruh. Laju
perkembangan tanaman berbanding lurus dengan suhu rata-rata (Tr) di atas suhu
dasar tanaman (Tb). Laju perkembangan tanaman terjadi bila suhu rata – rata
harian melebihi suhu dasar yaitu sebesar 10 – 12° (Martine JF, Siband P,
gula, karena bagian dalamnya terdapat jaringan parenkim berdinding tebal yang
mengandung nira pada saat dipanen. Tanaman tebu memiliki beberapa fase
a. Fase perkecambahan
9
Pada minggu pertama mata tunas akan membentuk taji dan tunas mulai
keluar, tinggi taji akan makin banyak dan mencapai 12 cm pada minggu kedua.
Pada minggu ketiga daun akan terbuka dengan tinggi tunas 20—25 cm. Pada
minggu keempat akan terbentuk 4 helai daun dengan tinggi ±50 cm, akar tunas
dan anakan akan keluar pada minggu kelima. Kondisi tersebut berlangsung bila
Tebu beranak mulai umur 5 minggu sampai dengan 3,5 bulan, tergantung
varietas dan lingkungan tumbuh. Jumlah anakan tertinggi terjadi pada umur 3—5
bulan dan setelah itu turun atau mati sebanyak 40—50%. akibat terjadinya
d. Fase pemasakan
mati. Pemasakan tebu terjadi pada saat metabolisme berkurang dan terjadi
pengisian gula pada ruas-ruas tebu. Fase kemasakan pada tanaman keprasan
(ratoon) terjadi lebih awal dibandingkan tanaman baru (plant cane). Fase
serta kondisi lingkungan seperti suhu, matahari serta air (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
10
2.5 Pupuk
produktivitas tanaman dan mutu tanah. Penggunaan pupuk organik dan pupuk
tanaman pada sistem usahatani yang intensif. Pemberian pupuk ke dalam tanah
tanah dinilai berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro
maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Hubungan antara jumlah
hara yang tersedia dalam jaringan tanaman dengan respon pertumbuhan tanaman
secara grafikal, dapat digunakan untuk mengetahui suatu unsur hara berada dalam
11
2.6 Unsur Hara Makro
2.6.1 Unsur N
pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Serta
dan Marsono, 2001). Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi
substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa
nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan
seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam
kerdil, daun berwarna hijau muda, daun yang lebih tua menguning dan mengering.
Di dalam tubuh tanaman, nitrogen bersifat dinamis (mobil) sehingga jika terjadi
kekurangan nitrogen pada pucuk, nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan
dipindahkan ke organ yang lebih muda. Dengan demikian, pada daun-daun yang
lebih tua gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal. Jika terjadi
kelebihan nitrogen, tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun menjadi lebih
besar, batang menjadi lunak dan berair (sekulensi) sehingga mudah rebah dan
bunga, bahkan bunga yang telah terbentuk lebih mudah rontok dan pematangan
12
2.6.2 Unsur P
akar benih dan akar tanaman muda, sebagai bahan mentah untuk pembentukan
pembungaan, pemasakan biji, dan buah (Lingga dan Marsono, 2001). Fosfor
diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, atau tergantungdari nilai pH tanah. Fosfor
sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari
pelapukan bahan organik. Walaupun jumlah fosfor di dalam tanah mineral cukup
banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan fosfor karena sebagian besar
fosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar
sebagai berikut: Lambat dan kerdil, perkembangan akar lambat, pematangan buah
terhambat, perkembangan bentuk dan warna buah buruk, serta biji tanaman
2.6.3 Unsur K
bunga, dan buah tidak mudah gugur. Kalium juga merupakan sumber kekuatan
bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono,
2001). Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K +. Dari ketiga unsur hara
yang banyak diserap oleh tanaman (NPK), kalium yang jumlahnya paling
13
Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu
pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah.
Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak daripada unsur hara lain,
kecuali nitrogen. Kalium bersifat mudah bergerak sehingga siap dipindahkan dari
satu organ ke organ lain yang membutuhkan. Secara umum peran kalium
kalium yaitu: untuk translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan
(Novizan, 2002).
Organik adalah bahan organik yang berasal dari pupuk kandang, pupuk
hijau, limbah pertanian, pupuk hayati, dan limbah rumah tangga atau perkotaan.
Sumber hara yang juga diperkenankan dalam sistem pertanian organik adalah
bahan galian tambang berupa kapur, batuan fosfat, biosuper atau campuran batuan
a. Sisa tanaman
evaporasi dari permukaan tanah, dan pada saat yang sama dapat mencegah erosi
14
tanah. Hara dalam tanaman dapat dimanfaatkan setelah tanaman mengalami
4,59 % dibandingkan tanaman lain nya dan dapat disajikan dalam.Tabel 2.1 Rasio
C/N sisa tanaman bervariasi dari 80:1 pada jerami gandum hingga 20:1 pada
tanaman legum. Selama proses dekomposisi ini nilai rasio C/N akan menurun
sumber bahan kompos dari limbah pertanian dengan nilai C/N rasio. pada sisa
tanaman hijauan kandungan nilai C/N rasio yaitu 10 -15 dan disajikan pada Tabel
15
Tabel 2. 3 Sumber Bahan Kompos, Kandungan Nitrogen, dan Rasio C/N
b. Kotoran hewan
Kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian antara lain adalah
kotoran ayam, sapi, kerbau, kambing, kuda, dan sebagainya. Komposisi hara pada
makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan jauh lebih
rendah daripada pupuk kimia sehingga takaran penggunaannya juga akan lebih
tinggi. Namun demikian, hara dalam kotoran hewan ini ketersediaannya (release)
lambat sehingga tidak mudah hilang. Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh
karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuk senyawa kompleks
16
organo protein atau senyawa asam humat atau lignin yang sulit terdekomposisi.
Salmonella sp. Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan pupuk kandang
harus hati-hati.
tanaman baik tingkat tinggi atau rendah. Istilah pupuk umumnya berhubungan
dengan pupuk buatan yang tidak hanya berisi unsur hara. Tanaman dalam bentuk
unsur nitrogen, tetapi juga dapat berbentuk campuran yang memberikan bentuk-
bentuk ion dari unsur hara yang dapat diabsorpsi oleh tanaman. Untuk menunjang
dan harus ada 3 unsur mutlak yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. (Amini dan
Syamdidi, 2006).
pemupukan pertama dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36
dan 1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan 1-1,5 bulan setelah pemupukan
pertama dengan sisa dosis yang ada. Pada tanaman keprasan, pemupukan pertama
dilakukan 2 minggu setelah kepras dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan
1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan 6 minggu setelah keprasan dengan
17
Tabel 2. 4 Standar Mutu Hara Pupuk Makro Utama
No Jenis pupuk Uraian Standar mutu
1 Urea a. Bentuk butiran
- Kadar nitrogen Min.46
- Kadar air Maks.0,5
- Kadar bioret Maks.1,0
b. Bentuk tablet
- Kadar nitrogen
- Kadar air
- Kadar biuret
2 TSP Kadar hara fosfor :
a. P205 total Min. 46
b. P205 dapat diserap Min. 44
c. P205 larut air Min. 36
Kadar air Maks. 5
Kadar asam bebas sebagai H3P04 Maks. 5
3 SP-36 Kadar hara fosfor
a. P205 total Min. 36
b. P205 dapat diserap Min. 34
c. P2O5 larut air Min. 30
Kadar air Min. 5
Kadar asam bebas sebagai H3P04 Maks. 6
4 ZA Kadar N Min. 21
Kadar S Maks.23
Kadar air Maks 1,5
5 KCL Kadar K sebagai K2O Min. 60
Kadar air Maks. 0,5
Sumber: (Firmansyah, 2000)
2.8 Pupuk Chromolaena odorata
Selatan dan Tengah, menyebar ke daerah tropis Asia, Afrika dan Pasifik.
Digolongkan sebagai gulma invasif, semak berkayu yang berkembang cepat. Juga
dikenal sebagai gulma siam, berdiri membentuk padat yang dapat mencegah
(Prawiradiputra, 2007).
(0,78%). Kandungan unsur hara Nitrogen yang tinggi pada Chromolaena odorata
18
cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik karna
Daun – daun tersebut dibersihkan dari kotoran yang ikutan dan dipisahkan
tidak rusak karena terdedah oleh sinar matahari langsung. Daun yang telah kering
dihancurkan dengan blender dan diayak sehingga diperoleh serbuk halus. Serbuk
Alkohol 96% selama 3-4 hari pada suhu kamar. Ekstaksi merupakan proses
Tabel 2.5 Kadar Hara Chromolaena odorata dan Beberapa Kompos Pupuk
Organik
Pupuk Organik C N P K Ca Mg C/N
Pukan Kambing 36,2 3,80 0,46 3,26 2,51 0,73 10
Pukan Ayam 26,2 1,4 1,20 2,89 2,45 0,56 18
Pukan Sapi 47 3,5 1,01 5,92 2,96 1,34 13
Sisa Tanaman 11,5 1,4 0,34 3,11 1,8 0,55 8
Tithonia 18,2 2 0,46 5,11 2,40 0,60 9
Chromolaena 30 2,7 0,62 3,73 3,84 0,74 11
Sumber: Hartatik. (2007)
2.9 Pupuk Seresah Kacang Tanah
(Supardi, 1983). Kompos yang berasal dari seresah tanaman mengandung hara
makro dan mikro secara lengkap serta bahan organik karbon yang strukturnya
19
Dalam praktek usaha tani yang sesungguhnya, sejumlah nitrogen yang
diambil dari udara bertambah. Apabila tanaman itu dipotong untuk jerami dan
dimasukkan ke tanah pertanian, sekitar setengah nitrogen yang diambil dari udara
yang berasal dari bahan organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui
amino.
2.10 Klon SB
Klon tebu SB (Setyo Budi) merupakan koleksi dari plasma nutfah tebu
yang dikelola oleh pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Tebu (P3T).
20
2.10.1 Klon SB 5
seperti : Bentuk tanaman tegak tinggi, tanaman rata – rata ± 104 cm, Warna
batang ungu, warna daun hijau, warna telinga daun hijau keunguan, warna mata
batang ungu, bentuk ruas batang panjang, ruas terusan lurus, bentuk cincin ruas
melingkar sejajar mata, bentuk ukuran daun panjang melebar. Bentuk telinga daun
serong. Bentuk lengkungan daun kurang dari ½, bentuk bulu daun kecil – lebat,
2.10.2 Klon SB 7
sifat seperti : bentuk batang ruas kelos dengan susunan ruas- ruas, warna batang
2,5 Gy 7/8, lapisan lilin tipis, warna daun 5GY 6/6. Telinga daun berbentuk pisau
pembedah pendek, tadah embun persegi empat dengan bagian tengah sabit liigule
sabit lurus, bulu punggung sabit tipis, letak mata pada berkas pangkal pelepah
21
BAB 3
METODOLOGI
Waktu pelaksanaan dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2019, berada pada
diketinggian 56 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan jenis tanah yaitu
grumusol.
Penelitian ini menggunakan alat : sabit, penggaris, meteran, tali rafia, tag
name, alat tulis, golok, gembor. Adapun bahan yang dipakai yaitu ekstrak
pada umur 104 hst dan 118 hst. Seresah kacang tanah sebanyak 6 kg per bedeng,
dua faktor. Faktor Pertama yaitu klon (K) yang terdiri atas 2 (dua) taraf perlakuan.
Faktor kedua adalah pupuk hijau (P) yang terdiri atas 4 (empat) taraf perlakuan
K1 = SB 7
K2 = SB 5
22
Anak Petak (AP) : Pupuk hijau (P) meliputi empat taraf yaitu
P0 = Tanpa Pupuk
Darussalam, 2015)
Keterangan :
percobaan.
23
3.4 Denah Petak Percobaan
: Tanaman sampel
: Petak Panen
: Tanaman tebu
24
3.6 Pelaksanaan Penelitian
holywood. Kemudian daun dan batang dipisahkan dari tanaman tebu. Sisa batang
pembuatan petak di lahan tersebut dengan metode yang sudah di tulis pada
rancangan percobaan.
bahan tali rafia untuk batasan antar petak ke petak dengann lainnya. Ukuran
petaknya yaitu dengan panjang 24 meter dan lebar 10 meter, jadi masing masing
Sehingga terdapat 24 satuan kombinasi perlakuan. Jarak antar petak 1 meter. Serta
3.6.3 Pemeliharaan
3.6.3.1 Pengairan
tebu di lahan kering, Untuk membantu pertumbuhan tanaman agar tetap stabil.
Pengairan di kebun holywood dilakukan dengan cara manual yaitu mengisi tendon
25
3.6.3.2 Pembersihan Gulma
menggunakan tangan atau cangkul sampai bersih. Gulma yang telah dicabut
3.6.3.3 Pemupukan
batang tebu secara merata. Cara pengaplikasian seresah kacang tanah yaitu dengan
pupuk phonska dengan cara menggejik tiap tanaman tebu. Perlakuan masing –
untuk sekali aplikasi. Untuk konsentari seresah kacang tanah terdiri dari 7 kg per
bedengan. Untuk konsentrasi pupuk phonska terdiri dari 80 gram per tanaman.
di butuhkan daun dan batang tertinggi. Prosesnya yaitu dengan mencacah kecil –
sinar matahari dan harus sampai kering. Kemudian dihaluskan dengan tiga proses
26
Diaplikasikan dengan cara bubuk Chromolaena odorata dicampur dengan air
tanah kemudian siap diaplikasikan. Cara aplikasi dengan cara menggali tanah
tanah.
27
Gambar 3.4 Aplikasi Seresah Kacang Tanah
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019
c. Pupuk Phonska
Pupuk phonska yaitu pupuk kimia yang di dalam nya mengandung unsur
aplikasi nya yaitu dengan cara di gejik pada tanaman. Kemudian pupuk phonska
28
Tabel 3. 1 Umur aplikasi pemupukan dan berbagai jenis dosis Pupuk
Pemupukan Waktu Aplikasi Jumlah Dosis Cara aplikasi
Setelah Penanaman
Phonska Umur tanaman 104 19,2kg/ha Dikocor setiap
hari tanaman
(Diaplikasikan sekali)
Seresah Kacang Umur tanaman 104 42kg/ha Di letakan saluran
Tanah hari drainase antara
(Diaplikasikan sekali) bedengan
Chromolaena Umur tanaman 36kg/ha Dikocor setiap
odorata 104,118 hari tanaman
(Diaplikasikan 2
minggu sekali)
dilakukan dengan cara non destruktif (tidak merusak). Setelah pemberian berbagai
kacang tanah dan phonska. Variabel pengamatan tersebut meliputi tinggi tanaman,
tinggi batang, jumlah anakan, jumlah daun, diameter batang, jumlah ruas dan
tebu dari bagian permukaan tanah sampai ujung daun tebu paling atas.
dilakukan dengan menggunakan alat meteran pada sampel tanaman yang sudah di
tandai.
29
Gambar 3.6 Pengukuran Tinggi Tanaman
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019
3.7.2 Tinggi Batang (cm)
mengukur batang tanaman tebu dari bagian permukaan tanah sampai titik tumbuh
30
Pengamatan jumlah anakan tebu dilakukan dengan cara menghitung secara
Dengan cara menghitung jumlah anakan tebu yang dihitung pada bagian di sekitar
Menghitung jumlah daun tebu yang segar warna hijau saja, yang dihitung pada
31
Gambar 3.9 Menghitung Jumlah Daun
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019
3.7.5 Diamter Batang (cm)
mengukur batang tebu mulai dari permukaan tanah bagian bawah, tengah, atas.
Setelah itu di rata-rata menjadi satu data diameter batang. Pengamatan diameter
menggunakan alat jangka sorong pada sampel tanaman yang sudah di tandai.
32
3.7.6 Jumlah ruas (Buah)
secara manual dari ruas batang tanaman tebu permukaan tanah sampai batas garis
ruas batang paling atas. Pengamatan jumlah ruas tanaman tebu dilakukan 1
minggu sekali. Menghitung jumlah ruas tanaman tebu dihitung pada bagian
tiap panjang ruas bagian atas, tengah, bawah. Setelah itu di rata-rata menjadi satu
data panjang ruas. Dihitung pada bagian sampel tanaman yang sudah ditandai.
33
Gambar 3.12 Pengukuran Panjang Ruas
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019
3.8 Analisis Data
pada perlakuan dengan taraf siginfikasi 5%. Berikut ini model matematika
Yijk = µ + + βi + ( ij + Pk + εijk
Keterangan :
34
εijk = Pengaruh acak ( galat percobaan) pada taraf ke i, taraf ke j, interaksi ke i
dan ke j
dilanjutkan dengan Uji Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) / DMRT 5%.
pertumbuhan dan hasil kemudian diuji lebih lanjut oleh Duncan’s multiple range
test dengan taraf signifikasi 5%, adapun formulasi uji Duncan adalah sebagai
berikut :
untuk p = 2,3,.......t
35
= jarak dalam peringkat antara pasangan rataan perlakuan
BAB 4
4.1 Hasil
Kondisi lingkungan yang diamati antara lain curah hujan dan suhu tanah.
Variabel pertumbuhan yang diamatai meliputi tinggi tanaman (cm), tinggi batang
(cm), jumlah anakan, jumlah daun (helai), diameter batang (cm), jumlah ruas
ketinggian 56 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan curah hujan rata – rata
Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengolah data hasil
36
sampel dalam jumlah populasi selama penelitian. Analisis data yang telah
tanaman (cm), tinggi batang (cm), jumlah anakan (buah), jumlah daun (helai),
jumlah ruas (buah), diameter batang (cm) dan panjang ruas (cm). Dilihat dari nilai
(cm), tinggi batang (cm), jumlah anakan (cm), jumlah ruas (buah) dan panjang
ruas (cm), dan dilanjutkan uji DMRT 5%. Analisis Sidik Ragam nilai kuadrat
37
Tabel 4. 1 Nilai Kuadrat Tengah 7 Variabel Pertumbuhan Tanaman Tebu
Keterangan : Apabila terdapat ** = terdapat perbedaan sangat nyata, * = terdapat perbedaan nyata, dan tn = tidak terdapat perbedaan
nyata
38
Tabel 4.1 menunjukan perbedaan nyata pada variabel pertumbuhan tinggi
tanaman (cm), tinggi batang (cm), jumlah anakan, jumlah ruas (buah), dan
panjang ruas (cm), dilihat dari nilai SK (Sumber keragaman). Tidak terdapat
perbedaan nyata pada variabel jumlah daun (helai) dan diameter batang (cm). Jika
pada Tabel Anova terdapat perbedaan nyata dilakukan dengan uji DMRT 5%.
39
4.1.2.1.1 Tinggi Tanaman
Tabel 4.2 menunjukan tinggi tanaman dengan kombinasi perlakuan berbagai jenis
pupuk dan klon. Selain itu juga ditampilkan nilai rerata tinggi tanaman perlakuan
pada kombinasi perlakuan pemberian berbagai jenis pupuk dan jenis klon.
Perbedaan nyata terdapat pada semua umur pengamatan. Akan tetapi pada
pada variabel tinggi tanaman. Analisis sidik ragam variabel tinggi tanaman secara
lengkap ditampilkan pada Tabel Lampiran 3,4,5 dan 6. Uji lanjut DMRT 5% pada
40
perlakuan klon menunjukan rerata tertinggi pada perlakuan K1 (SB 7) dengan
tinggi 320,10 cm. Nilai terendah pada K2 (SB 5) dengan tinggi 217,27 cm.
Tabel 4.3 menunjukan tinggi batang dengan kombinasi perlakuan berbagai jenis
pupuk dan klon. Selain itu juga ditampilkan nilai rerata tinggi batang perlakuan
pada kombinasi perlakuan jenis klon dan pemberian berbagai jenis pupuk.
Perlakuan klon menunjukan perbedaan nyata pada variabel tinggi batang semua
menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada variabel tinggi batang. Analisis
41
sidik ragam variabel tinggi batang secara lengkap ditampilkan pada Tabel
Lampiran 7,8,9 dan 10. Uji lanjut DMRT 5% pada perlakuan klon menunjukan
Tabel 4.4 menunjukan jumlah anakan dengan kombinasi perlakuan berbagai jenis
pupuk dan klon. Selain itu juga disajikan nilai rerata jumlah anakan perlakuan
pada kombinasi perlakuan jenis klon dan pemberian berbagai jenis pupuk.
Perlakuan klon menunjukan perbedaan nyata pada variabel jumlah anakan pada
42
umur pengamatan 132 hst. Akan tetapi pada perlakuan pemberian jenis pupuk
menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata pada variabel jumlah anakan. Analisis
sidik ragam variabel jumlah anakan secara lengkap ditampilkan pada Tabel
Lampiran 11,12,13 dan 14. Uji lanjut DMRT 5% pada perlakuan klon
menunjukan rerata tertinggi saat umur 132 hst pada perlakuan K1 (SB 7) dengan
tinggi 111,47 cm . Nilai terendah pada K2 (SB 5) dengan tinggi 47,29 cm.
Tabel 4.5 menunjukan jumlah daun dengan kombinasi perlakuan berbagai jenis
pupuk dan klon. Selain itu juga disajikan nilai rerata jumlah daun perlakuan
43
Hasil Uji DMRT 5% Tabel 4.5 menunjukkan tidak terdapat interaksi nyata
kombinasi perlakuan pemberian berbagi jenis pupuk dan perlakuan klon. Tidak
terdapat perbedaan nyata pada perlakuan jenis klon. Tidak terdapat perbedaan
nyata pada perlakuan pemberian jenis pupuk. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
4.6 menunjukan jumlah ruas dengan kombinasi perlakuan berbagai jenis pupuk
dan klon. Selain itu juga ditampilkan nilai rerata jumlah ruas perlakuan berbagai
pada kombinasi perlakuan jenis klon dan berbagai jenis pupuk. Perlakuan klon
44
menunjukan perbedaan nyata pada variabel jumlah ruas semua umur
tidak terdapat perbedaan nyata pada variabel jumlah ruas. Analisis sidik ragam
19,20,21 dan 22. Uji lanjut DMRT 5% pada perlakuan klon menunjukan rerata
tertinggi pada perlakuan K1 (SB 7) dengan tinggi 8,32 cm . Nilai terendah pada
Tabel 4.7 menunjukan diameter batang dengan kombinasi perlakuan jenis pupuk
dan klon. Selain itu juga ditampilkan nilai rerata diameter batang perlakuan jenis
45
Hasil Uji DMRT 5% Tabel 4.7 menunjukkan tidak terdapat interaksi nyata
kombinasi perlakuan pemberian jenis pupuk dan perlakuan klon. Tidak terdapat
perbedaan nyata pada perlakuan jenis klon. Tidak terdapat perbedaan nyata pada
perlakuan pemberian jenis pupuk. Hal ini dapat dilihat pada Tabel Analisis Sidik
Tabel 4.8 menunjukan panjang ruas dengan kombinasi perlakuan jenis pupuk dan
klon. Selain itu juga ditampilkan nilai rerata panjang ruas perlakuan jenis pupuk
dan klon.
pada kombinasi perlakuan jenis klon dan berbagai jenis pupuk. Perlakuan klon
46
menunjukan perbedaan nyata pada variabel panjang ruas semua umur
tidak terdapat perbedaan nyata pada variabel panjang ruas. Analisis sidik ragam
variabel panjang ruas secara lengkap ditampilkan pada Tabel Lampiran 27,28,29
dan 30. Uji lanjut DMRT 5% pada perlakuan klon menunjukan rerata tertinggi
pada perlakuan K1 (SB 7) dengan tinggi 11,14 cm . Nilai terendah pada K2 (SB 5)
buku buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman tebu berasal
dari mata tunas yang berada di bawah tanah. Klon K1 (SB 7) persilangan antara
klon PL55 dengan klon VMC 71/238. Perbedaan yang tampak dari warna tebu
pada klon K1 (SB 7) yaitu berwarna kuning kehijauan, sedangkan klon K 2 (SB 5)
b. Mata Tebu
47
Gambar 4. 2 Mata Tebu
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
Klon K1 (SB 7) persilangan antara klon BL (bululawang) dengan klon
Cening. Klon K2 (SB 5) persilangan antara klon PL55 dengan klon VMC 71/238.
Perbedaan mata tebu pada klon K1 (SB 7) yaitu ceper, sedangkan mata pada klon
c. Panjang Ruas
Cening. Klon K2 (SB 5) persilangan antara klon PL55 dengan klon VMC 71/238.
Perbedaan panjang ruas tebu pada klon K1 (SB 7) yaitu 14 cm, sedangkan panjang
ruas pada klon K2 (SB 5) yaitu 9,5 cm. Alat yang digunakan yaitu penggaris.
d. Panjang Daun
48
Gambar 4. 4 Panjang Daun Tebu
Sumber : Dokuemntasi Pribadi, 2019
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri,
berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, ditengah
Cening. Klon K2 (SB 5) persilangan antara klon PL55 dengan klon VMC 71/238.
Perbedaan panjang daun tebu pada klon K1 (SB 7) yaitu 183 cm, sedangkan
panjang ruas pada klon K2 (SB 5) yaitu 155 cm. Alat yang digunakan yaitu
meteran.
49
Gambar 4. 5 Lebar Daun Tebu
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri,
berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, ditengah
Cening. Klon K2 (SB 5) persilangan antara klon PL55 dengan klon VMC 71/238.
Perbedaan lebar daun tebu pada klon K1 (SB 7) yaitu 5 cm, sedangkan panjang
4.2 Pembahasan
nyata pada semua variabel pertumbuhan dan untuk semua umur pengamatan,
(tinggi tanaman, tinggi batang, jumlah anakan, jumlah ruas dan panjang ruas).
Rerata tinggi tanaman tertinggi pada klon K1 dengan nilai (320,10 cm), sedangkan
terendah klon K2 (217,10 cm). Rerata tinggi batang tertinggi pada klon K 1 dengan
nilai (111,47 cm), sedangkan terendah klon K2 (47,29 cm). Rerata jumlah anakan
50
tertinggi pada klon K1 dengan nilai (1.10 anakan), sedangkan terendah klon K2
(0,63 anakan). Rerata jumlah ruas tertinggi pada klon K1 dengan nilai (8,32 cm),
sedangkan terendah klon K2 (5,50 cm). Rerata panjang ruas tertinggi pada klon K 1
Hal ini karena unsur nitrogen dalam tanah masih cukup tersedia pada
tanaman tebu. Pada pertumbuhan fase vegetatif tanaman sampai fase generatif
mendekati panen, kemungkinan unsur yang diberikan masih dalam bentuk tidak
tersedia bagi tanaman sehingga belum bisa diserap oleh tanaman tebu.
Pertambahan anakan yang tidak berbeda diduga unsur nitrogen dalam tanah masih
cukup tersedia dan bahan tanam. masih mempunyai cadangan makanan yang
unsur nitrogen yang diberikan masih dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman
sehingga belum dapat diserap oleh akar tanaman (Cahyani et al., 2016). Menurut
optimal dapat terjadi apabila dilakukan pemberian dosis yang tepat ke dalam
pupuk hijau Chromolaena odorata tidak diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Ageyman (2013) bahwa jika suatu jenis pupuk organik atau
bahan organik mempunyai kadar N rendah, lignin akan akan terhambat, hanya
51
4.1.2 Pengaruh Pemberian Pupuk Phonksa Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Tebu
nyata pada semua variabel pertumbuhan dan untuk semua umur pengamatan.
(tinggi tanaman, tinggi batang, jumlah anakan, jumlah ruas dan panjang ruas).
Rerata tinggi tanaman tertinggi pada klon K1 dengan nilai (320,10 cm), sedangkan
terendah klon K2 (217,10 cm). Rerata tinggi batang tertinggi pada klon K 1 dengan
nilai (111,47 cm), sedangkan terendah klon K2 (47,29 cm). Rerata jumlah anakan
tertinggi pada klon K1 dengan nilai (1.10 anakan), sedangkan terendah klon K2
(0,63 anakan). Rerata jumlah ruas tertinggi pada klon K1 dengan nilai (8,32 cm),
sedangkan terendah klon K2 (5,50 cm). Rerata panjang ruas tertinggi pada klon K 1
keadaan lahan budidaya tersebut. Dosis pupuk yang digunakan pada tanaman baru
dan tanaman ratoon juga berbeda. Pada umumnya dosis urea untuk tanaman
Secara umum, aplikasi pupuk anorganik NPK pada tanaman tebu dilakukan dua
kali. Waktu pemupukan pada tanaman baru sedikit berbeda dengan waktu
1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan
1-1,5 bulan setelah pemupukan pertama dengan sisa dosis yang ada. Pada tanaman
52
dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan 6
minggu setelah ratoon 1 dengan sisa dosis yang ada (Indrawanto dkk., 2010).
hara yang berada dalam tanah berada dalam keadaan seimbang, maka suatu
produktif (productive capasity) dari tanah. Tanaman yang di tanam pada tanah-
dapat dicapai hanya dengan suatu langkah singkat. Bila sejumlah besar pupuk
diberikan pada tanah dengan kapasitas produski tanah rendah, maka sebagaian
besar pupuk yang diberikan hilang karena proses pencucian atau pelarutan oleh
air.
perbedaan nyata pada semua variabel pertumbuhan dan untuk semua umur
pertumbuhan (tinggi tanaman, tinggi batang, jumlah anakan, jumlah ruas dan
panjang ruas). Rerata tinggi tanaman tertinggi pada klon K 1 dengan nilai (320,10
53
cm), sedangkan terendah klon K2 (217,10 cm). Rerata tinggi batang tertinggi pada
klon K1 dengan nilai (111,47 cm), sedangkan terendah klon K 2 (47,29 cm). Rerata
jumlah anakan tertinggi pada klon K1 dengan nilai (1.10 anakan), sedangkan
terendah klon K2 (0,63 anakan). Rerata jumlah ruas tertinggi pada klon K1 dengan
nilai (8,32 cm), sedangkan terendah klon K 2 (5,50 cm). Rerata panjang ruas
tertinggi pada klon K1 dengan nilai (11,14 cm), sedangkan terendah klon K2 ( 8,59
cm).
penggunaan pupuk anorganik yang tidak murah, dan juga potensial sebagai pupuk
yang tepat guna, antara lain penentuan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tiap
jenis tanaman, waktu pemberian/ input pangkasan yang disesuaikan dengan fase
pelepasan hara dipengaruhi oleh kualitas seresah antara lain konsentrasi N dan C
yang menentukan rasio C-N (C/N), kandungan polifenol dan lignin (Wang et al,
2010; Barchia, 2009; Palm dan Sanchez, 1991 dalam Hairiah et al, 2004;
perhatian. (Supardi, 1983). Seresah tanaman mengandung hara makro dan mikro
secara lengkap serta bahan organik karbon yang strukturnya kompleks dimana
54
Dalam praktek usaha tani yang sesungguhnya, sejumlah nitrogen yang
diambil dari udara bertambah. Apabila tanaman itu dipotong untuk jerami dan
dimasukkan ke tanah pertanian, sekitar setengah nitrogen yang diambil dari udara
yang berasal dari bahan organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui
amino.
pertumbuhan (tinggi tanaman, tinggi batang, jumlah anakan, jumlah ruas dan
panjang ruas). Rerata tinggi tanaman tertinggi pada klon K 1 dengan nilai (320,10
cm), sedangkan terendah klon K2 (217,10 cm). Rerata tinggi batang tertinggi pada
klon K1 dengan nilai (111,47 cm), sedangkan terendah klon K 2 (47,29 cm). Rerata
55
jumlah anakan tertinggi pada klon K1 dengan nilai (1.10 anakan), sedangkan
terendah klon K2 (0,63 anakan). Rerata jumlah ruas tertinggi pada klon K1 dengan
nilai (8,32 cm), sedangkan terendah klon K 2 (5,50 cm). Rerata panjang ruas
tertinggi pada klon K1 dengan nilai (11,14 cm), sedangkan terendah klon K2 ( 8,59
cm).
jumlah ruas batang, panjang batang, dan diameter batang. Klon tebu masak awal
tengah pada tanah inceptisol dipengaruhi oleh klon / varietas yang digunakan.
Hasil penelitian Gulati, I.M.J., Ch. Sunmarg, Kare, J. Behra, N.S. Jena, S. Lenka
digunakan.
56
BAB 5
5.1 Simpulan
dan panjang ruas). Rerata tinggi tanaman tertinggi pada klon K1 dengan
nilai (320,10 cm), sedangkan terendah klon K2 (217,10 cm). Rerata tinggi
terendah klon K2 (47,29 cm). Rerata jumlah anakan tertinggi pada klon K1
Rerata jumlah ruas tertinggi pada klon K1 dengan nilai (8,32 cm),
sedangkan terendah klon K2 (5,50 cm). Rerata panjang ruas tertinggi pada
klon K1 dengan nilai (11,14 cm), sedangkan terendah klon K2 ( 8,59 cm).
5.2 Saran
pada umur yang relatif muda (1 bulan sebelum olah tanah). Untuk itu perlu
57
DAFTAR PUSTAKA
Amini, S., Syamdidi, S., 2006. Konsentrasi Unsur Hara pada Media dan
Pertumbuhan Chlorella Vulgaris dengan Pupuk Anorganik Teknis dan
Analis. J. Perikan. Univ. Gadjah Mada 8, 201–206.
Damanik, J., 2009. Pengaruh Pupuk Hijau Krinyu (Chromolaena odorata L 80.
FAO. 1987. Princples of composting. In Soil Management: Compost Production
and use in Tropical and Sub-tropical Environments. FAO Soils Bulletin
56.
Firmansyah, M.A., Asmarhansyah, dan D.A. Suriadikarta. 2000. Pengapuran dan
aplikasi bahan organik pada lahan kering masam terhadap jagung
varietas
Bisma di Parenggean Kalimantan Tengah. Prosiding Seminar Nasional
III
Pengembangan Lahan Kering. Bandar Lampung, 3-4 Oktober 2000.
Universitas Lampung. Hal: 110-114.
Gulati, I.M.J., Ch. Sunmarg, Kare, J. Behra, N.S. Jena, S. Lenka. 2015.Effect of
planting methods on growth pattern and productivity of sugarcane
varieties. J. Agric. Res. Comm. Centre. 46(3): 222-228.
Hadi, M., 2008. Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan
Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh 7.
Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, M. Syakir, dan R. Rumini. 2010. Budidaya
dan Pasca Panen Tebu. ESKA Media. Jakarta. 39 hlm.
Lingga, P., dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Martine JF, Siband P, Bonhomme R. 1999. Simualtion of The Maximum Yield of
Sugarcane at Different Altitudes: Effect of Temperature on The
Conversion of Radiation into Biomass. J. Agronomic 19: 3 – 12 p.
Melati, M. dan Andriyani. 2005. Pengaruh pupuk kandang ayam dan pupuk hijau
terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai panen muda yang
dibudidayakan secara organik. Buletin Agronomi. 33 (2) 8-15
Mezuan, M., IP, H., 2002. Penerapan formulasi pupuk hayati untuk budidaya padi
gogo: studi rumah kaca. JIPI 4, 27–34.
58
Mulyadi, A. 2008. Karakteristik kompos dari Bahan Tanaman Kaliandra, Jerami
Padi dan Sampah Sayuran. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Najiyati, S., L. Muslihat dan I.N.S Putra. 2005. Panduan Pengolahan Lahan
Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Bogor. Wetlands Internasional.
231 hal.
Nath, T.N. 2013. The macronutrients status of long term tea cultivated soils in
Dibugrah and Sivasgar Districts of Assam, India International Journal
of Scientific Research. 2(5):273-275.
Notohadiprawiro, Soeprapto dan E. Susilowati. 2006. Pengelolaan Kesuburan
Tanah dan Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta : Ilmu Tanah UGM.
Noor, A. dan R.D. Ningsih. 1998. Upaya meningkatkan kesuburan dan
produktivitas tanah di lahan kering. Dalam. Prosiding Lokakarya
Strategi Pembangunan Pertanian Wilayah Kalimantan. Instalasi Penelitian
dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Banjarbaru
59
Sudradjat, R.1998. Pedoman Teknis Penggunaan EM – 4 Untuk Pembuatan
Kompos
dari Daun dan Seresah Pohon di Kawasan Hutan. Info DAS. No.4
ISSN
1410 – 1110. Surakarta.
60
LAMPIRAN
sinar matahari sampai daun Chromolaena odorata nya bener–benar kering. Daun
yang telah kering dihancurkan dengan mesin padi dan dihaluskan ke mesin
= 360.000 ml
1 liter air
61
X ml ekstrak = 180 liter ekstrak
500 ml air
Y gram (bubuk) = 36 kg
sebanyak 250 ml/liter dengan cara dikocor. Semua perlakuan tanaman sebanyak
240 tanaman, sehingga kebutuhan yaitu 36 kg dan dicampur air sebanyak 360
kali.
kacang tanah atau dalam keadaan segar yaitu setelah tanaman kacang tanah
62
Kebutuhan jika 7t/ha dengan luas 10m².
7000kg ≈ 10.000 m²
x ≈ 10 m²
7.000 x 10 = 10.000 x
sampel yang diaplikasikan dengan pupuk NPK yaitu pupuk NPK. terdapat 6 lajur
tanaman tebu yang diaplikasikan dengan pupuk NPK. dengan populasi tanaman
240.
800kg 10.000 m²
Y x kg 240 m²
Y = 192.000 : 10.000
Y = 19,2 kg ( keseluruhan )
6 petak 19,2 kg
1 petak = 19,2 : 6
1 petak = 3,2 kg
Diaplikasikan 1 kali.
63
Lampiran 2. Deskripsi Klon
Deskripsi klon SB 7
1. Batang
2. Daun
64
3. Mata
4. Pengamatan Pertumbuhan
Brix = Kosong
Tutut
65
Deskripsi bulu lawang ( BL )
Sifat morfologis
1. Batang
2. Daun
serong
3. Mata
Tengah – tengah
66
1. Pertumbuhan
Perkecambahan = lambat
Kadar sabut = 13 – 14 %
Blendok = peka
Pokahbung = moderat
Mosaik = tahan
67
Deskripsi Cening
Sifat morfologis
1. Batang
mata
dangkal
2. Daun
kedudukan tegak
tidak ada
68
3. Mata
1. Pertumbuhan
Perkecambahan = Sedang
Mosaik = Tahan
Pokahbung = Tahan
69
Deskripsi klon SB 5
Sifat morfologis
1. Batang
2. Daun
3. Mata
70
4. Pengamatan Pertumbuhan
Brix = Kosong
Tutut
71
Varietas VMC71/238
Sifat Morfologi
1. Batang
2. Daun
72
Lengkung daun : Ujung melengkung kurang dari ½ helai
3. Mata
sayap rata
Mosaik : Tahan
Blendok : Tahan
73
Pokkahbung : Tahan
Potensi produksi
dan Grumosol
Suassono, Nasrulloh
Indonesia (P3GI)
74
Lampiran 3. Tabel Analisis Sidik Ragam
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
111 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Pe tak Utama
Kelompok 2 2212,20 1106,10 3,02 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 62955,53 62955,53 171,96 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 732,22 366,11
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 811,43 270,48 0,44 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 452,07 150,69 0,25 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 3649,65 608,28
Total 23 70813,11
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
118 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Pe tak Utama
Kelompok 2 2085,92 1042,96 2,78 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 65166,68 65166,68 173,91 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 749,42 374,71
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 816,57 272,19 0,45 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 456,92 152,31 0,25 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 3656,20 609,37
Total 23 72931,72
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
125 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Pe tak Utama
Kelompok 2 2594,22 1297,11 3,30 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 62873,61 62873,61 159,85 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 786,66 393,33
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 818,89 272,96 0,40 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 694,43 231,48 0,34 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 4083,11 680,52
Total 23 71850,93
75
Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
132 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Pe tak Utama
Kelompok 2 1951,77 975,89 2,43 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 63448,17 63448,17 157,91 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 803,61 401,81
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 952,43 317,48 0,57 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 1147,95 382,65 0,68 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 3369,73 561,62
Total 23 71673,67
Tabel 5. Rata-rata Tinggi Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
111 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 660,70 330,35 2,99 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 24168,11 24168,11 218,91 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 220,80 110,40
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 534,48 178,16 1,07 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 325,49 108,50 0,65 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 997,51 166,25
Total 23 26907,09
Tabel 6. Rata-rata Tinggi Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
118 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 665,26 332,63 2,62 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 24041,34 24041,34 189,29 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 254,01 127,00
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 538,13 179,38 1,07 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 356,87 118,96 0,71 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 1001,39 166,90
Total 23 26857,01
76
Tabel 7. Rata-rata Tinggi Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
125 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 709,14 354,57 2,44 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 23921,22 23921,22 164,31 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 291,18 145,59
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 551,61 183,87 1,06 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 399,12 133,04 0,77 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 1043,35 173,89
Total 23 26915,62
Tabel 8. Rata-rata Tinggi Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
132 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 706,01 353,01 2,34 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 24454,55 24454,55 162,44 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 301,09 150,55
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 566,10 188,70 1,01 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 433,60 144,53 0,78 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 1118,86 186,48
Total 23 27580,22
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Anakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
111 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 5,08 2,54 7,94 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 3,84 3,84 12,00 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,64 0,32
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 0,73 0,24 0,56 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,15 0,05 0,11 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 2,60 0,43
Total 23 13,04
77
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Anakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
118 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 3,97 1,99 12,81 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 2,16 2,16 13,94 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,31 0,16
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 0,60 0,20 0,42 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,04 0,01 0,03 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 2,84 0,47
Total 23 9,92
Tabel 11. Rata-rata Jumlah Anakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
125 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 3,97 1,99 12,81 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 2,16 2,16 13,94 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,31 0,16
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 0,60 0,20 0,42 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,04 0,01 0,03 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 2,84 0,47
Total 23 9,92
Tabel 12. Rata-rata Jumlah Anakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
132 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 4,12 2,06 20,28 * 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 1,31 1,31 12,85 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,20 0,10
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 1,19 0,40 0,95 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,49 0,16 0,39 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 2,50 0,42
Total 23 9,81
78
Tabel 13. Rata-rata Jumlah Daun Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
111 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 3,10 1,55 2,67 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 2,28 2,28 3,92 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 1,16 0,58
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 0,52 0,17 0,35 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 1,64 0,55 1,11 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 2,96 0,49
Total 23 11,68
Tabel 14. Rata-rata Jumlah Daun Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
118 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 5,30 2,65 4,56 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 3,53 3,53 6,06 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 1,16 0,58
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 0,25 0,08 0,19 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 1,87 0,62 1,37 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 2,73 0,46
Total 23 14,85
Tabel 15. Rata-rata Jumlah Daun Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
125 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 5,30 2,65 4,56 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 3,53 3,53 6,06 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 1,16 0,58
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 0,25 0,08 0,19 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 1,87 0,62 1,37 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 2,73 0,46
Total 23 14,85
79
Tabel 16. Rata-rata Jumlah Daun Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
132 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 5,30 2,65 1,47 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 6,62 6,62 3,66 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 3,61 1,81
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 0,53 0,18 0,26 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,13 0,04 0,06 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 4,10 0,68
Total 23 20,28
Tabel 17. Rata-rata Jumlah Ruas Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
111 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 4,65 2,33 1,29 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 85,88 85,88 47,54 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 3,61 1,81
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 2,78 0,93 0,64 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,76 0,25 0,18 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 8,67 1,44
Total 23 106,36
Tabel 18. Rata-rata Jumlah Ruas Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
118 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 5,80 2,90 3,71 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 78,48 78,48 100,40 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 1,56 0,78
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 2,86 0,95 0,91 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 3,46 1,15 1,10 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 6,31 1,05
Total 23 98,48
80
Tabel 19. Rata-rata Jumlah Ruas Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
125 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 5,80 2,90 3,71 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 78,48 78,48 100,40 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 1,56 0,78
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 2,86 0,95 0,91 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 3,46 1,15 1,10 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 6,31 1,05
Total 23 98,48
Tabel 20. Rata-rata Jumlah Ruas Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Umur
132 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 7,04 3,52 0,81 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 47,60 47,60 10,91 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 8,72 4,36
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 4,31 1,44 0,93 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 4,67 1,56 1,01 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 9,25 1,54
Total 23 81,60
Tabel 21. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 111 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 0,11 0,06 0,90 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 0,05 0,05 0,76 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,12 0,06
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 0,18 0,06 0,31 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,41 0,14 0,73 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 1,13 0,19
Total 23 2,00
81
Tabel 22. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 118 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 0,14 0,07 1,26 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 0,20 0,20 3,78 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,11 0,05
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 0,18 0,06 0,60 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,16 0,05 0,55 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 0,59 0,10
Total 23 1,38
Tabel 23. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 125 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 0,14 0,07 1,26 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 0,20 0,20 3,78 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,11 0,05
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 0,18 0,06 0,60 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,16 0,05 0,55 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 0,59 0,10
Total 23 1,38
Tabel 24. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 132 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 0,14 0,07 1,60 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 0,22 0,22 4,84 tn 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,09 0,05
Analisis Anak Petak
Pupuk (Faktor B) 3 0,21 0,07 0,69 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 0,16 0,05 0,54 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 0,60 0,10
Total 23 1,41
82
Tabel 25. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 111 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 2,48 1,24 24,90 * 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 39,12 39,12 785,22 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,10 0,05
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 5,20 1,73 0,54 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 4,88 1,63 0,51 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 19,10 3,18
Total 23 70,88
Tabel 26. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 118 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 2,49 1,24 63,16 * 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 38,91 38,91 1974,73 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,04 0,02
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 5,65 1,88 0,58 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 5,33 1,78 0,55 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 19,37 3,23
Total 23 71,79
Tabel 27. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 125 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 2,49 1,24 63,16 * 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 38,91 38,91 1974,73 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,04 0,02
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 5,65 1,88 0,58 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 5,33 1,78 0,55 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 19,37 3,23
Total 23 71,79
83
Tabel 28. Rata-rata Diameter Batang Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada
Umur 132 HST
F TABEL
SK DB JK KT F HIT Notasi
0,05 0,01
Analisis Petak Utama
Kelompok 2 1,72 0,86 3,77 tn 19,00 99,00
Klon (Faktor A) 1 48,36 48,36 211,99 * 18,51 98,50
Galat (a) 2 0,46 0,23
Analisis Anak Pe tak
Pupuk (Faktor B) 3 4,43 1,48 0,50 tn 4,76 9,78
Interaksi A X B 3 5,93 1,98 0,67 tn 4,76 9,78
Galat (b) 6 17,71 2,95
Total 23 78,60
84