Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KERJA PRAKTIK

KAJIAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN (PENENTUAN


TIMBULAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH) UPT.
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN DAN PANGAN
HORTIKULTURA KEBON LEBO, SIDOARJO

Oleh :

MOCHAMMAD SHAIFULLAH INDRAWANTO


18034010014

ANISA AMELIA ATMADANI


18034010034

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2022

1
LAPORAN KERJA PRAKTIK

KAJIAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN (PENENTUAN


TIMBULAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH) UPT.
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN DAN PANGAN
HORTIKULTURA KEBON LEBO, SIDOARJO

Oleh :

MOCHAMMAD SHAIFULLAH INDRAWANTO


18034010014

ANISA AMELIA ATMADANI


18034010034

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2022
“KAJIAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN (PENENTUAN
TIMBULAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH) UPT.
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN DAN
PANGAN HORTIKULTURA KEBON LEBO, SIDOARJO”

Disusun Oleh :

MOCHAMMAD SHAIFULLAH INDRAWANTO


NPM: 18034010014

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji


Kerja Praktik
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal ;

Menyetujui Dosen
Penguji I,
Pembimbing,

Aulia Ulfah Faradiba, ST., MSc. Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes
NIP/NPT 17 2 1989 0106 060 NIP/NPT. 19590729 198603 2 001

Mengetahui,
Koordinator Progam Studi Penguji II,
Teknik Lingkungan

Dr. Ir. Novirina Hendrasarie, MT. Ir. Tuhu Agung Rachmanto, MT


NIP/NPT 19681126 199403 2 001 NIP/NPT 19620501 198803 1 001

Mengetahui,
DEKAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM

Dr. Dra. Jariyah, MP.


NIP. 19650403 199103 2 001
“ KAJIAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN (PENENTUAN
TIMBULAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH) UPT.
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN DAN
PANGAN HORTIKULTURA KEBON LEBO, SIDOARJO”

Disusun Oleh :

ANISA AMELIA ATMADANI


NPM: 18034010034

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji


Kerja Praktik
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal ;

Menyetujui Dosen
Penguji I,
Pembimbing,

Aulia Ulfah Faradiba, ST., MSc. Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes
NIP 17 2 1989 0106 060 NIP/NPT.19590729 198603 2 001

Mengetahui,
Koordinator Progam Studi Penguji II,
Teknik Lingkungan

Dr. Ir. Novirina Hendrasarie, MT. Ir. Tuhu Agung Rachmanto, MT


NIP. 19681126 199403 2 001 NIP/NPT 19620501 198803 1 001

Mengetahui,
DEKAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM

Dr. Dra. Jariyah, MP.


NIP. 19650403 199103 2 001
LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTIK

Nama : Mochammad Shaifullah Indrawanto

N.P.M : 18034010014

Program Studi : Teknik Lingkungan

Judul Laporan : Kajian Pengelolaan Lingkungan (Penentuan Timbulan dan

Pengelolaan Sampah) UPT. Pengembangan Agribisnis

Tanaman dan Pangan Hortikultura Kebon Lebo, Sidoarjo.

Telah melaksanakan kerja praktik


di UPT. Pengembangan Agribisnis
Tanaman dan Pangan Hortikultura Kebon Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur
Mulai tanggal 16 Agustus 2021 s/d 17 September 2021
dan menyelesaikan semua kewajiban tugas praktik

Surabaya, 29 Desember 2021

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Lapangan Eksternal
Kepala Seksi Produksi

Faridah, SP., M. Agr


NIP. 19631207 198501 2 003
LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTIK

Nama : Anisa Amelia Atmadani

N.P.M : 18034010034

Program Studi : Teknik Lingkungan

Judul Laporan : Kajian Pengelolaan Lingkungan (Penentuan Timbulan dan

Pengelolaan Sampah) UPT. Pengembangan Agribisnis

Tanaman dan Pangan Hortikultura Kebon Lebo, Sidoarjo.

Telah melaksanakan kerja praktik


di UPT. Pengembangan Agribisnis
Tanaman dan Pangan Hortikultura Kebon Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur
Mulai tanggal 16 Agustus 2021 s/d 17 September 2021
dan menyelesaikan semua kewajiban tugas praktik

Surabaya, 29 Desember 2021

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Lapangan Eksternal
Kepala Seksi Produksi

Faridah, SP., M. Agr


NIP. 19631207 198501 2 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Kami
sadar bahwa penulisan laporan kerja praktik ini belum sempurna. Laporan kerja
praktik ini merupakan hasil dari kegiatan kerja praktik yang telah kami laksanakan
di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lebo, Sidoarjo.

Kami sadar bahwa dalam penulisan laporan kerja praktik ini tidak akan dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Dra. Jariyah. M.P., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dr. Ir. Novirina Hendrasarie, M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Aulia Ulfah Farahdiba, ST, MSc., selaku Dosen Pembimbing kerja
praktik Program Studi Teknik Lingkungan yang telah membimbing dan
memberikan kritik serta saran dalam penyusunan laporan kerja praktik.
4. Bapak Ir. Sumiyanto Aji, M.M.A selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Lebo yang
telah mempercayakan kami untuk melaksanakan kerja praktik.
5. Ibu Faridah, S.P., M.Agr selaku pembimbing lapangan kerja praktik di
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lebo yang telah membimbing dan memberikan saran selama
berlangsungnya kerja praktik.
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan moril,
materiil, doa serta semangat.

i
ii

7. Teman-teman Teknik Lingkungan 2018 yang telah membantu kami dalam


penyelesaian laporan kerja praktik ini.

Demikian laporan ini kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
kami selaku penyusun khususnya serta bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran
yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Surabaya, 2 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 2

1.2.1 Maksud .................................................................................................. 2

1.2.2 Tujuan .................................................................................................... 2

1.3 Ruang Lingkup ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3

2.1 Pengelolaan Lingkungan ............................................................................ 3

2.2 Pertanian Berkelanjutan ............................................................................ 4

2.3 Kegiatan Penunjang Pertanian Berkelanjutan ........................................ 6

2.4 Pengertian Sampah ..................................................................................... 9

2.5 Timbulan dan Komposisi Sampah ........................................................... 10

2.6 Pengelolaan Sampah ................................................................................. 12

2.7 Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) .............................. 13

2.8 Sistem Pengangkutan di TPS ................................................................... 17

2.9 Kondisi TPS di berbagai Negara ............................................................. 17

2.10 Metode Pengukuran Timbulan Sampah ............................................... 19

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 21

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan .................................................................... 21

iii
iv

3.2 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 23

3.2.1 Visi Perusahaan................................................................................... 23

3.2.2 Misi Perusahaan.................................................................................. 23

3.2.3 Tujuan dan Sasaran ........................................................................... 24

3.3 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok .................................................... 24

3.3.1 Struktur Organisasi ............................................................................ 24

3.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................... 26

3.3.3 Sumber Daya Ketenagakerjaan ........................................................ 27

3.4 Kondisi Lingkungan .................................................................................. 28

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .............................. 33

4.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Praktik .................................................. 33

4.2 Kegiatan Budidaya dan Pemanenan ........................................................ 33

4.2.1 Budidaya dan Pemanenan Melon ...................................................... 33

4.3 Perawatan Lahan ...................................................................................... 35

4.4 Pembahasan Pengelolaan Lingkungan .................................................... 36

BAB V TUGAS AKHIR ..................................................................................... 38

5.1 Desain Brosur Pengelolaan Sampah Organik ........................................ 38

5.2 Perkiraan Timbulan Sampah Organik Greenhouse .............................. 39

5.3 Desain TPS Sementara Sampah Organik Gedung X ............................. 41

5.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Sampah Organik . 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 48

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 48

6.2 Saran ........................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

LAMPIRAN ......................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Komposisi Sampah Beberapa Kota di Indonesia ................................ 11


Tabel 2. 2 Kriteria Pemindahan (Transfer)........................................................... 14
Tabel 2. 3 Spesifikasi Peralatan............................................................................ 16
Tabel 3. 1 Tingkat Pendidikan Pegawai ............................................................... 27
Tabel 3. 2 Jumlah Karyawan Kantor .................................................................... 28
Tabel 5. 1 Rata-rata Timbulan Sampah Organik di Greenhouse ......................... 41

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Hirarki Pengelolaan Sampah .......................................................... 12


Gambar 2. 2 Tipe Bangunan TPS di Amerika (a) completely open, (b) 3-sided
open, (c) 3-sided bays, (d) semi enclosed, dan (e) fully enclosed ......................... 18
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi UPT PATPH ................................................... 25
Gambar 3. 2 Kantor Utama UPT PATPH ........................................................... 29
Gambar 3. 3 Bangunan Greenhouse Budidaya Melon ........................................ 29
Gambar 3. 4 Laahan Terbuka UPT PATPH ........................................................ 30
Gambar 3. 5 Lahan Outbond UPT PATPH ......................................................... 30
Gambar 3. 6 Kamar Mandi UPT PATPH ............................................................ 30
Gambar 3. 7 Musholla UPT PATPH ................................................................... 31
Gambar 3. 8 Gazebo dekat lahan ......................................................................... 31
Gambar 3. 9 Pos Jaga UPT PATPH .................................................................... 32
Gambar 3. 10 Gudang Penyimpanan ................................................................... 32
Gambar 3. 11 Parkiran UPT PATPH .................................................................. 32
Gambar 4. 1 Pengelolan Lahan............................................................................ 34
Gambar 4. 2 Persilangan Bunga Jantan dan Betina ............................................. 35
Gambar 4. 3 Sistem Pengairan ............................................................................ 36
Gambar 5. 1 Desain Brosur Tampak Depan ........................................................ 38
Gambar 5. 2 Desain Brosur Tampak Belakang ................................................... 39
Gambar 5. 3 Aktivitas Pewiwilan Tanaman Melon ............................................ 40
Gambar 5. 4 Aktivitas Pemangkasan Tanaman Melon ....................................... 40
Gambar 5. 5 Aktivitas Pencabutan Gulma .......................................................... 41
Gambar 5. 6 Rencana Lokasi TPS Organik UPT PATPH .................................. 43

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan salah satu penyebab adanya pencemaran
lingkungan. Sampah-sampah yang ditimbulkan akibat kegiatan pertanian menjadi
dapat menyumbang gas metana sehingga dapat meningkatkan suhu bumi bila tidak
dikelola dengan baik. Adapun sebuah studi yang diterbitkan di Nature Geoscience
mengungkap bahwa sepertiga lahan pertanian global berisiko tinggi terkena polusi
pestisida seperti sisa bahan kimia dan juga lainnya. Menyadari hal tersebut,
pemerintah khususnya Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian mulai mengupayakan adanya pertanian berkelanjutan
dengan menerapkan revolusi hijau dan memperhatikan aspek lingkungan yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani
secara luas melalui peningkatan produksi pertanian yang dilakukan secara
seimbang dengan memperhatikan daya dukung ekosistem sehingga keberlanjutan
produksi dapat terus dipertahankan dalam jangka panjang dengan meminimalkan
terjadinya kerusakan lingkungan.
Adapun studi yang dilakukan Rodale Institute pada tahun 2011 menunjukkan
keunggulan pertanian organik, yang merupakan contoh dari pertanian
berkelanjutan, dibandingkan dengan pertanian konvensional. Keunggulan tersebut
yakni performa yang lebih baik pada musim kemarau dan menghemat 45%
penggunaan energi daripada pertanian konvensional. Pertanian konvensional
menghasilkan 40% lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dapat memperparah
pemanasan global (Maquito, 2012).
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lebo, Sidoarjo (UPT. PATPH) merupakan salah satu perusahaan di
bawah naungan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur yang menjadi salah satu yang
harus diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan. Mengonsumsi lebih sedikit air
dan energi, meningkatkan komposisi unsur hara tanah, menekan biaya produksi,
meningkatkan partisipasi masyarakat, serta ramah terhadap lingkungan merupakan

1
2

beberapa hal yang perlu dikaji untuk menerapkan revolusi hijau di pertanian. Dalam
hal ini, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti pengelolaan
sampah organik yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas lahan pertanian.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung, sampah-sampah yang
dihasilkan masih diproses dengan cara membakar tumpukan sampah kering
maupun basah sehingga bila dibiarkan akan meningkatkan pencamaran lingkungan
yang dapat menimbulkan adanya penyakit. Oleh sebab itu adanya laporan ini
bertujuan untuk menjadi saran yang dapat dijadikan acuan untuk pihak terkait
dalam hal pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah organik.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari Kerja Praktik ini adalah:
a. Untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktik Program Studi Teknik
Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur
b. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi Teknik
Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur
1.2.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari Kerja Praktik ini adalah:
a. Untuk mengetahui gambaran umum UPT. Pengembangan Agribisnis
Tanaman dan Pangan Hortikultura Kebon Lebo, Sidoarjo
b. Untuk mempelajari dan mengevaluasi sistem pengelolaan lingkungan
khususnya manajerial persampahan UPT. Pengembangan Agribisnis
Tanaman dan Pangan Hortikultura Kebon Lebo, Sidoarjo

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dari kegiatan Kerja Praktik ini adalah mempelajari
serta memahami manajemen lingkungan di Unit Kerja Lapangan Kebun Barat Lebo
dan Kinerja di UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman dan Pangan Hortikultura
Kebon Lebo, Sidoarjo Kerja Praktik dilakukan pada tanggal 16 Agustus – 17
September 2021.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Lingkungan


Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa lingkungan hidup merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri
kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Hal tersebut
menunjukkan bahwa lingkungan hidup adalah suatu sistem yang saling
berhubungan dan saling bergantung antar komponen yang satu dan lainnya dan
tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga membentuk satu kesatuan ekosistem yang
utuh. Manusia yang menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup tersebut,
tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga apabila terdapat
salah satu gangguan terhadap salah satu komponen lingkungan tersebut, baik
komponen biotik maupun abiotik, akan memberikan dampak kepada manusia itu
sendiri (Riany, 2012).
Ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 menjadi landasan Negara dalam
menguasai sumber daya alam. Penguasaan oleh Negara tersebut memiliki makna
bahwa Negara sebagai pengelola (to manage) dan tidak melakukan tindakan
sebagai pemilik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pelaksanaan dari ketentuan Pasal 33
ayat 3 dan 4 UUD 1945 tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32
tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 63
yaitu mengenai tugas dan wewenang bidang pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup sedangkan untuk bidang sumber daya alam diatur dalam Undang
– Undang masing-masing sektor, seperti UU Pertambangan Mineral dan Batubara,
UU Panas Bumi, dan UU Sumber daya Air. Landasan hukum tersebut dimaksudkan
untuk mengelola, mengatur dan mengarahkan pemanfaatan sumber daya alam tanpa
disertai dengan kerusakan lingkungan (Akib,2014).

3
4

Sekalipun sudah memiliki sejumlah regulasi yang mengatur tentang


pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam namun laju degradasi
lingkungan masih saja terus terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh Budiati (2012)
bahwa pemerintah telah sedemikian rupa merancang, merumuskan, dan
mengimplementasikan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan yang
bertujuan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa datang.
Namun pada kenyataannya masih terlihat bahwa pemerintah belum mampu
sepenuhnya dalam mengatasi degradasi lingkungan. Lebih lanjut Budiati (2012)
menambahkan bahwa pembangunan yang masih bersifat sektoral turut serta
menjadi penyebab kerusakan lingkungan berbagai tempat yang dilakukan oleh
perilaku stakeholders. Sehingga laju kerusakan lingkungan akan terus terjadi.
Dengan demikian untuk menciptakan masa depan lingkungan yang lebih baik perlu
perbaikan dalam pembangunan yaitu dengan mengarahkan para stakeholder’s agar
memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2.2 Pertanian Berkelanjutan


Dibalik kesuksesannya, tidak dapat dipungkiri ternyata revolusi hijau juga
membawa dampak negatif bagi lingkungan. Maraknya penggunaan pupuk
anorganik, pestisida, herbisida dan intensifnya eksploitasi lahan dalam jangka
panjang membawa konsekuensi berupa kerusakan lingkungan, mulai dari tanah, air,
udara maupun makhluk hidup. Penggunaan bahan-bahan kimia sintetis tersebut
berimplikasi pada rusaknya struktur tanah dan musnahnya mikroba tanah sehingga
dari hari ke hari lahan pertanian kita menjadi semakin kritis (Bendang, SPI).
Praktik-praktik pertanian modern yang dilakukan dengan tidak bijak
mengakibatkan pencemaran lingkungan, keracunan, penyakit dan kematian pada
makhluk hidup, yang selanjutnya dapat menimbulkan bencana dan malapetaka
(Tandisau dan Herniwati, 2009).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan,
revolusi hijau mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Tidak hanya menyebabkan
kerusakan lingkungan akibat penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-
5

kaidah yang telah ditetapkan, revolusi hijau juga menciptakan ketidakadilan


ekonomi dan ketimpangan sosial. Ketidakadilan ekonomi muncul karena adanya
praktik monopoli dalam penyediaan sarana produksi pertanian, sementara
ketimpangan sosial terjadi di antara petani dan komunitas di luar petani (Sahiri N,
2003).
Adanya dinamika tersebut mendorong munculnya gagasan untuk
mengembangkan suatu sistem pertanian yang dapat bertahan hingga ke generasi
berikutnya dan tidak merusak alam. Dalam dua dekade terakhir telah berkembang
konsep pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) yang merupakan
implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Pembangunan pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat tani secara luas melalui peningkatan produksi
pertanian yang dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan daya dukung
ekosistem sehingga keberlanjutan produksi dapat terus dipertahankan dalam jangka
panjang dengan meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan (Fadlina dkk,
2013).
Untuk dapat dikatakan berkelanjutan, suatu sistem pertanian harus memenuhi
prinsip dasar yang secara umum merupakan adopsi dari prinsip dasar pembangunan
berkelanjutan (Rukmana, 2012). Tiga prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan
meliputi:
1. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan secara ekonomi dimaksudkan sebagai pembangunan yang
mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara
keberlanjutan pemerintahan dan menghindari ketidakseimbangan sektoral
yang dapat merusak produksi pertanian dan industri (Fauzi, 2004).
Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui peningkatan pengelolaan
tanah dan rotasi tanaman dengan tetap menjaga kualitas tanah dan
ketersediaan air sehingga peningkatan produksi pertanian dapat terus
dipertahankan hingga jangka panjang.
2. Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan
6

Sistem yang berkelanjutan secara ekologi/lingkungan merupakan usaha


untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana
dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan
berlaku adil bagi generasi mendatang (Keraf, 2002). Pertanian
berkelanjutan dapat dicapai dengan melindungi, mendaur ulang,
mengganti dan/atau mempertahankan basis sumber daya alam seperti
tanah, air, dan keanekaragaman hayati yang memberikan sumbangan bagi
perlindungan modal alami.
3. Keberlanjutan Sosial
Keberlanjutan sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai
keadilan dan kesetaraan akses terhadap sumber daya alam dan pelayanan
publik baik dalam bidang kesehatan, gender, maupun akuntabilitas politik
(Fauzi, 2004). Dalam pertanian berkelanjutan, keberlanjutan sosial
berkaitan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan dari mereka yang
terlibat dalam sektor ini. Pertanian berkelanjutan memberikan solusi bagi
permasalahan pengangguran karena sistem ini mampu menyerap tenaga
kerja lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem pertanian
konvensional yang lebih mengedepankan penggunaan mesin dan alat-alat
berat.

2.3 Kegiatan Penunjang Pertanian Berkelanjutan


Salah satu contoh penerapan pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian
organik. Pertanian organik adalah metode produksi tanaman yang berfokus pada
perlindungan lingkungan. Metode ini menghindari penggunaan input kimia, seperti
pupuk dan pestisida (Abando dan Rohnerthielen, 2007 dalam Theocharopoulos et
al., 2012). Teknik-teknik yang digunakan dalam pertanian organik merupakan
pendekatan dari sistem pertanian berkelanjutan yang menekankan pada pelestarian
dan konservasi sumber daya alam guna terciptanya keseimbangan ekosistem dan
memberikan kontribusi bagi peningkatan produktivitas pertanian dalam jangka
panjang. Berdasarkan Sudirja (2008) adapun kegiatan-kegiatan yang menunjang
pertanian berkelanjutan di antaranya adalah sebagai berikut:
7

1. Pengendalian Hama Terpadu


Pengendalian hama tanaman dapat dilakukan dengan cara yang lebih bijak
dan ramah lingkungan dengan mengesampingkan penggunaan pestisida
kimiawi melalui metode Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT
merupakan pengendalian hama yang dilakukan dengan menggunakan
unsur-unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar tetap berada
pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan (Juanda dan Cahyono,
2005) dengan cara-cara yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup
(Endah dan Abidin, 2002). Beberapa cara pengendalian hama terpadu yakni:
 Menggunakan serangga atau binatang-binatang yang dikenal sebagai
musuh alami hama seperti Tricogama sp. yang merupakan musuh alami
dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman,
 Menggunakan tanaman penangkap hama untuk menjauhkan hama dari
tanaman utama,
 Melakukan rotasi tanaman untuk mencegah terakumulasinya patogen
dan hama yang sering menyerang satu spesies saja.
2. Konservasi Tanah
Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan dan dapat berfungsi secara berkelanjutan (Arsyad, 2006).
Kegiatan konservasi tanah di antaranya dengan membuat sengkedan atau
terasering pada lahan miring untuk mencegah terjadinya erosi, melakukan
reboisasi atau penanaman kembali lahan kritis, melakukan pergiliran
tanaman atau crop rotation dan menanam tanaman penutup tanah (cover
crop).
3. Menjaga Kualitas Air
Menjaga dan melindungi sumber daya air untuk tetap mempertahankan
kualitasnya pada kondisi alamiahnya merupakan hal mutlak dalam
pertanian. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna,
produktivitas dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya
8

akan menurunkan kekayaan sumber daya air. Kegiatan yang dapat


dilakukan untuk menjaga kualitas air antara lain: mengurangi penggunaan
senyawa kimia sintetis ke dalam tanah yang dapat mencemari air tanah,
menggunakan irigasi tetes yang menghemat penggunaan air dan pupuk,
melakukan penanaman, pemeliharaan dan kegiatan konservasi tanah pada
kawasan lahan kritis terutama di hulu daerah aliran sungai.
4. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman pelindung seperti gandum dan semanggi di akhir
musim panen tanaman sayuran atau sereal bermanfaat untuk menekan
pertumbuhan gulma, mencegah erosi dan meningkatkan nutrisi dan kualitas
tanah.
5. Diversifikasi Tanaman
Diversifikasi tanaman merupakan teknik menanam/memelihara lebih dari
satu jenis tanaman dalam satu areal lahan pertanian. Cara ini adalah salah
satu alternatif untuk mengurangi risiko kegagalan usaha pertanian akibat
kondisi cuaca ekstrem, serangan hama pengganggu tanaman, dan fluktuasi
harga pasar. Diversifikasi tanaman juga dapat berkontribusi bagi konservasi
lahan, menjaga kelestarian habitat binatang, dan meningkatkan populasi
serangga yang bermanfaat. Dari segi ekonomi, diversifikasi tanaman dapat
meningkatkan pendapatan petani sepanjang tahun dan meminimalkan
kerugian akibat kemungkinan kegagalan dari menanam satu jenis tanaman
saja.
6. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman diperlukan untuk meningkatkan kondisi tanah
serta melindungi lingkungan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan
penggunaan pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan sebagai penutup
tanah yang tidak hanya menyuburkan tanah tetapi juga dapat menekan biaya
pembelian pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk
organik yang dapat dimanfaatkan antara lain pupuk kompos, kascing, dan
pupuk hijau (dedaunan).
7. Agroforestri (wanatani)
9

Agroforestri merupakan sistem tata guna lahan (ushatani) yang


mengombinasikan tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk
meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan.
Sistem ini membantu terciptanya keanekaragaman tanaman dalam suatu
luasan lahan untuk mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari
erosi serta meminimalisir kebutuhan pupuk dari luar lahan karena adanya
daur-ulang sisa tanaman (Ruijter dan Agus, 2004).

2.4 Pengertian Sampah


Sampah adalah sesuatu yang tidak dapat digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang terbuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam SNI 19-2454-2002
tahun 2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik
dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari daun-daunan, kayu, kertas,
karton, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah, dan lain-lain. Sampah organik
bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi (Damanhuri dan Padmi,
2010). Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit terdekomposisi atau
bersifat non-biodegradable seperti mineral dan sisa-sisa hasil produksi (Suprihatin
dkk., 1996). Berdasarkan sumbernya, jenis sampah digolongkan menjadi beberapa
kelompok yaitu (Damanhuri dan Padmi, 2010):
a. Pemukiman: biasanya berupa rumah atau apartemen. Jenis sampah yang
ditimbulkan antara lain sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit,
sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang bekas rumah tangga, limbah
berbahaya dan sebagainya
b. Daerah komersial: yang meliputi pertokoan, rumah makan, pasar,
perkantoran, hotel, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain
10

kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya
dan beracun, dan sebagainya
c. Institusi: yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan, dan lain-
lain. Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah pada daerah
komersial
d. Konstruksi dan pembongkaran bangunan: meliputi pembuatan konstruksi
baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara
lain kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain
e. Fasilitas umum: seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan
lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish, sampah taman,
ranting, daun, dan sebagainya
f. Pengolah limbah domestik seperti Instalasi pengolahan air minum, Instalasi
pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan
antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya
g. Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses
produksi, buangan non industri, dan sebagainya
h. Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisa
pertanian.

2.5 Timbulan dan Komposisi Sampah


Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat
dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari atau perluas bangunan atau
perpanjang jalan (SNI 19- 2454-2002). Menurut Kementerian PU tahun 2013,
timbulan sampah dapat didasarkan pada berat dan volume. Satuan berat ditunjukkan
dalam kilogram per orang per hari (kg/orang.hari), atau kilogram per meter-persegi
bangunan per hari (kg/m2 .hari), atau kilogram per tempat tidur per hari
(kg/bed.hari), dan sebagainya. Sedangkan satuan volume ditunjukkan dalam satuan
liter/orang.hari (L/orang.hari), liter per meter-persegi bangunan per hari
(L/m2.hari), liter per tempat tidur per hari (L/bed.hari), dan sebagainya. Kota-kota
di Indonesia umumnya menggunakan satuan volume.
11

Jumlah timbulan sampah perlu diketahui agar pengelolaan sampah dapat


dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Jumlah timbulan sampah ini akan
berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain:
 Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan dan pengangkutan
 Perencanaan rute pengangkut
 Fasilitas untuk daur ulang
 Luas dan jenis TPA
Komposisi sampah adalah setiap komponen sampah yang membentuk suatu
kesatuan, dalam persentase (%). Komposisi sampah menentukan sistem jenis dan
kapasitas peralatan, sistem, dan program penanganannya (Kementerian PU, 2013).
Berdasarkan pada komposisinya, sampah dibedakan menjadi sampah organik serta
sampah anorganik. Sampah organik terdiri dari dedaunan, kayu, kertas, karton,
tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah dan lain-lain. Sampah anorganik
terdiri kaleng, plastik, besi dan logam-logam lainnya, gelas serta mika. Pada Tabel
2.1 dapat dilihat komposisi sampah beberapa kota di Indonesia.

Tabel 2. 1 Komposisi Sampah Beberapa Kota di Indonesia

Kategori Sampah Jakarta (%) Bandung (%) Surabaya (%) Malang (%)
Organik 78 73,4 54,93 72
Kertas 8 9,7 26,56 12
Logam 2 0,5 0,38 0,9
Kaca 2 0,4 0,1 0,9
Tekstil - 1,3 1,17 1,9
Plastik 6 8,6 15,92 8,5
Lain-lain 8 6,1 0,95 3,8
Sumber: Simandjuntak, 2004
Densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram
dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m3). Densitas
sampah sangat penting dalam menentukan jumlah timbulan sampah
12

2.6 Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU RI no
18, 2008). Pada Gambar 2.1 dapat dilihat konsep pengelolaan sampah (Hilman,
2005).

Gambar 2. 1 Hirarki Pengelolaan Sampah

Sumber: Hilman,2005

1. Rethink
Rethink atau perubahan paradigma bahwa sampah adalah bagian penting
dalam kehidupan manusia dan sampah merupakan sesuatu yang bernilai
ekonomis bila dikelola dengan benar. Sebaliknya jika sampah tidak dikelola
secara baik, akan menjadi malapetaka bagi lingkungan khususnya manusia.
2. Reduce
Reduce adalah pengurangan jumlah sampah atau meminimalisir jumlah
barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah
saja, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung
kimia berbahaya dan tidak mudah terdekomposisi.
3. Recovery
Recovery merupakan pengambilan komponen sampah yang masih bisa
digunakan seperti aki bekas yang di ambil timah hitamnya.
13

4. Recycle
Recycle yaitu mengolah barang yang tidak terpakai menjadi baru sehingga
bisa digunakan kembali seperti pengomposan, pembuatan batako dan briket.
5. Pengolahan
Berdasarkan titik berat perolehannya, terdapat dua macam metode
pengolahan sampah yaitu metode yang menitikberatkan pada penggunaan
bahan dan metode yang menitikberatkan pada perolehan energi (Widyatmoko
dan Moerdjoko, 2002). Metode yang menitikberatkan pada penggunaan
bahan seperti pemilahan, pengomposan, dan pirolisis untuk menghasilkan
sintesis. Sedangkan metode yang menitikberatkan pada perolehan energi
seperti insinerator, pirolisis, dan sampah sebagai bahan bakar.

2.7 Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS)


TPS merupakan fasilitas yang terletak dekat dengan daerah perumahan atau
komersial (Yudithia, 2012). TPS digunakan untuk menerima dan menampung
sampah dari kendaraan pengumpul hingga dapat dipindahkan ke kendaraan transfer
yang lebih besar untuk dibuang kembali ke TPA, pusat pengolahan (seperti limbah
untuk tanaman energi) atau fasilitas pengomposan (Eshet dkk., 2007). Terkadang
TPS juga menyediakan fasilitas pemilahan sampah dan recycle (Massam, 1991).
TPS memiliki beberapa keunggulan lingkungan karena penggunaan TPS
memungkinkan pengurangan jumlah kendaraan pengangkut sampah yang
menghasilkan pengurangan pengguna lalu lintas dan polusi udara (Boulanger,
1999). Selain itu, TPS memungkinkan mengurangi tempat pembuangan sampah
ilegal dan memfasilitasi penentuan tempat pembuangan sampah di lokasi terpencil
sehingga mampu menghindari dampak lingkungan yang dihasilkan dari
pembuangan sampah. Oleh karena itu, TPS memiliki peran penting dalam sistem
pengelolaan sampah (Eshet dkk., 2007). Berikut ini kriteria TPS menurut beberapa
sumber yang ada.
a. Berdasarkan SNI 19-2454-2002 kriteria pemindahan dibagi menjadi 3 tipe.
Tipe pemindahan (transfer) dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
14

Tabel 2. 2 Kriteria Pemindahan (Transfer)

Transfer Depo Transfer Depo Transfer


No Uraian
Tipe I Tipe II Depo Tipe III
1. Luas > 200 m2 60 – 200 m2 10 – 20 m2
2. Lahan - Tempat pertemuan - Tempat - Tempat
Fungsi peralatan pengumpul pertemuan pertemuan
dan pengangkutan peralatan gerobak dan
sebelum pemindahan pengumpul dan kontainer (6-
- Tempat pengangkutan 10 m3)
penyimpanan atau sebelum - Lokasi
kebersihan pemindahan penempatan
- Bengkel sederhana - Tempat parkir kontainer
- Kantor gerobak - komunal (1-
wilayah/pengendali Tempat 10 m3)
- Tempat pemilahan pemilahan
3. Daerah - Tempat Daerah yang
Pemakai pengomposan sulit
Baik sekali untuk mendapat
daerah yang mudah lahan yang
mendapat lahan kosong dan
daerah
protokol
Sumber: SNI 19-2454-2002
b. Berdasarkan Materi Bidang Sampah 1 Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan
Bidang PLP Kementerian PU tahun 2013 pemindahan/transfer mempunyai
beberapa kriteria yaitu:
 Pengosongan dilakukan setiap hari dengan frekuensi minimal 1 kali
 Perlu adanya penjadwalan pengisian dan pengosongan untuk
memaksimalkan kebersihan lokasi
 Mudah dijangkau dan tidak mengganggu arus lalu lintas
15

 Perlu adanya penjadwalan saat pembongkaran titik pemindahan agar tidak


mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat
 Tempat pemindahan sampah dapat berupa:
1. Pelataran berdinding
Ukuran pelataran dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
keluar, masuk, dan pemuatan truk. Bila pemuatan tidak langsung
dilakukan dari gerobak maka harus tersedia tempat penimbunan
sementara. Dinding dibuat cukup tinggi agar dapat berfungsi sebagai
isolator terhadap daerah sekitarnya.
2. Kontainer
Ukuran kontainer umumnya berkapasitas 8 – 10 m 3 , muatan kontainer
tersebut berasal dari gerobak yang langsung menumpahkan muatannya
ke dalam kontainer ini. setelah kontainer penuh, kontainer dibawa ke
lokasi pembuangan akhir.
c. Berdasarkan SNI 3242-2008 kriteria TPS terbagi menjadi 3 tipe.
1. TPS tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah
yang dilengkapi dengan :
a. Ruang pemilahan
b. Gudang
c. Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan
kontainer
d. Luas lahan ± 10 - 50 m2
2. TPS tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah
yang dilengkapi dengan :
a. Ruang pemilahan (10 m2)
b. Pengomposan sampah organik (200 m2)
c. Gudang (50 m2)
d. Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan
kontainer (60 m2)
16

e. Luas lahan ± 60 – 200 m 2


3. TPS tipe III
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah
yang dilengkapi dengan :
a. Ruang pemilahan (30 m2)
b. Pengomposan sampah organik (800 m2)
c. Gudang (100 m2)
d. Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan
kontainer (60 m2)
e. Luas lahan > 200 m2

Selain itu terdapat spesifikasi peralatan dan bangunan minimal yang dapat
digunakan dalam sebuah perencanaan. Spesifikasi peralatan dapat dilihat pada
Tabel 2.3

Tabel 2. 3 Spesifikasi Peralatan

Kapasitas Pelayan Umur


No. Jenis Peralatan Volume Teknis
KK Jiwa
(m3) (Tahun)
1. Wadah komunal 0,5 – 1,0 20 - 40 100 -
200
2. Komposter komunal 0,5 – 1,0 10 - 20 50 - 100
3. Alat pengumpul : 1 128 640 2-3
Gerobak sampah bersekat
atau sejenisnya
4. Kontainer arm roll truck 6 640 3200 5-8
10 1375 5330

5. TPS 20
Tipe I 100 500 2500
Tipe II ± 300 6000 30000
17

Tipe III ± 1000 24000 120000


6. Bangunan pendaur ulang 150 600 3000 20
sampah skala lingkungan
Sumber: SNI 19-2454-2002

2.8 Sistem Pengangkutan di TPS


Pengangkutan sampah adalah sub-sistem persampahan yang bersasaran
membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara
langsung menuju TPA (Deradjat, S. dan Chaerul, M., 2009). Menurut Balai Teknik
Air Minum dan Sanitasi Wilayah 2 Surabaya (2010), sistem pengangkutan sampah
di TPS terbagi menjadi dua yaitu sistem pengangkutan SCS (Stationary Container
System) dan HCS (Hauled Container System). Sistem SCS ini akan mengangkut
seluruh sampah di tiap TPS pada rutenya masing-masing. Pada TPS pertama
seluruh sampah dimasukkan ke dump truck, lalu berlanjut pada TPS kedua dan
TPS-TPS berikutnya sampai dump truck penuh. Jika dump truck sudah penuh,
dump truck akan langsung membuang sampah ke TPA meskipun belum semua
sampah di rutenya terangkut. Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil
serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truck baik secara mekanis atau
manual. Pola pengangkutan dengan cara mekanis ini adalah kendaraan dari pool
menuju kontainer pertama dan menuangkan sampah ke dalam truk kemudian
meletakkan kembali kontainer yang kosong. Sedangkan pada pola pengangkutan
dengan manual, kendaraan dari pool menuju TPS pertama kemudian sampah
dimuat ke dalam truk. Sistem mekanis menggunakan truk pemadat dan kontainer
yang kompatibel dengan jenis truknya, sedangkan sistem manual menggunakan
tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampung lainnya.

2.9 Kondisi TPS di berbagai Negara


Manajemen dan pembuangan sampah padat merupakan tantangan utama di
seluruh dunia terutama di kawasan perkotaan dan negara-negara berkembang
(Kollikkathara dkk., 2009). Masalah sampah berkaitan erat dengan kebersihan,
keindahan, dan kesehatan lingkungan (Azwar, 1995). Pembahasan dan
18

pengembangan TPS pun masih menjadi perhatian khusus di beberapa negara maju
maupun berkembang (Alam dkk., 2007). Negara tersebut seperti Amerika Serikat,
Israel, Turki, dan Nepal. Berikut ini beberapa kondisi TPS di berbagai negara.
1. Kondisi TPS di Amerika Serikat
Luas area TPS berkisar 235-9700 m2 dengan timbulan sampah berkisar 40-
1600 ton/hari. Terdapat lima variasi bangunan TPS yaitu completely open, 3-
sided open, 3-sided bays, semi enclosed, dan fully enclosed. Completely open
TPS yang tidak memiliki dinding atau hanya dikeliling oleh pagar kawat.
Three-sided open merupakan TPS yang tiga sisi berdinding dan satu sisi
terbuka. Three-sided hanya memiliki tiga dinding dan 1 pintu teluk yang
dibiarkan terbuka. Semi enclosed adalah TPS yang memiliki empat sisi
berdinding dengan bukaan besar pada dua sisi bangunan. Fully enclosed
sepenuhnya tertutup, memiliki empat sisi berdinding dan pintu kecil untuk
masuk atau keluarnya kendaraan pengangkut sampah (Washburn, 2012).
Kondisi ke lima kategori TPS dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2. 2 Tipe Bangunan TPS di Amerika (a) completely open, (b) 3-sided
open, (c) 3-sided bays, (d) semi enclosed, dan (e) fully enclosed
19

2. Kondisi TPS di Israel TPS di Israel


Biasanya terletak jauh dari permukiman atau keramaian kota (Eshet dkk.,
2007). Sebagian besar TPS dioperasikan di tempat terbuka namun apabila
terdapat fasilitas daur ulang maka dioperasikan di tempat tertutup Pendaur
ulangan sampah masih terbatas pada kertas, kaca, plastik, dan logam yang
berjumlah < 30% dari total timbulan sampah kota (Ayalon, 2000). Timbulan
sampah yang dihasilkan sekitar 1,32-2,32 kg/orang.hari, sehingga total
timbulan sampah nasional sekitar 5,5 juta ton/tahun (Israel Ministry of the
Environment, 1997).
3. Kondisi TPS di Turki Turki
Memiliki lebih dari 6.000.000 orang penduduk. Rata-rata timbulan sampah
yang dihasilkan sebesar 6.000 ton/hari. Namun, tidak ada TPS yang
beroperasi sehingga kendaraan pengangkut sampah harus mengangkut ke
TPA yang letaknya mencapai 30 Km dari kota atau pusat perkotaan. Sehingga
disarankan untuk membangun sejumlah TPS untuk memperkecil anggaran
biaya yang digunakan (Kirca dan Erkip, 1988).
4. Kondisi TPS di Kota Kathmandu, Nepal Kota Kathmandu
Hanya memiliki satu TPS di Teku dengan luas area sebesar 100 x150 m dan
menerima 150 ton sampah per hari. Terdapat delapan petugas di TPS ini yaitu
2 orang operator, 4 orang penjaga, dan 2 orang petugas administrasi. TPS
tersebut memiliki tujuh kompaktor dengan kapasitas 14m3 yang rata-rata
beroperasi 2 kali/hari. Hingga tahun 2008, telah diusulkan TPS baru yang
berada di seberang lapangan golf dekat bandara (Alam dkk., 2008).

2.10 Metode Pengukuran Timbulan Sampah


Pengukuran jumlah timbulan sampah dapat dilakukan dengan pengukuran
berat atau volume sampah atau kedua-duanya (Kementerian PU, 2013). Pengukuran
berat maupun volume sampah sangat dipengaruhi oleh densitas sampah. Terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah timbulan sampah
yaitu:
20

1. Load-count analysis/Analisis Penghitungan Beban


Jumlah masing-masing volume sampah yang masuk ke TPA dihitung dengan
mencatat volume, berat, jenis angkutan dan sumber sampah, kemudian
dihitung jumlah timbulan sampah kota selama periode tertentu. Dengan
melacak jumlah dan jenis penghasil sampah yang dilayani oleh gerobak yang
mengumpulkan sampah tersebut, sehingga akan diperoleh satuan timbulan
sampah per-ekuivalensi penduduk (Damanhuri dan Padmi, 2010).
2. Weight-Volume Analysis/Analisis Berat-Volume
Jumlah masing-masing volume sampah yang masuk ke TPA dihitung dengan
mencatat volume dan berat sampah. Bila tersedia jembatan timbang, maka
jumlah sampah yang masuk ke fasilitas penerima sampah akan dapat
diketahui dengan mudah dari waktu ke waktu. Jumlah sampah harian
kemudian digabung dengan perkiraan area yang layanan, dimana data
penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari, maka akan diperoleh
satuan timbulan sampah per-ekuivalensi penduduk.
3. Material-balance analysis / Analisis kesetimbangan bahan
Menganalisa secara cermat aliran bahan yang masuk, aliran bahan yang
hilang dalam sistem, dan aliran bahan yang menjadi sampah dari sebuah
sistem yang batasannya telah ditentukan terlebih dahulu (system boundary).
Material balance lebih baik menghasilkan data untuk sampah rumah tangga,
institusi, industri dan material balance juga diperlukan untuk program daur
ulang.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan


Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (UPT PATPH) Sejarah Singkat berdiri seiring dengan adanya
restrukturisasi institusi di pertengahan Tahun 2008. Institusi ini merupakan
gabungan antara Kebun Pusat Pengembangan Agribisnis Hortikultura (PUSPA)
Lebo-Sidoarjo yang semula bersifat mandiri dengan Balai Teknologi Pertanian
(BTP) Bedali Lawang.
UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura pada
awalnya terdapat dua buah unit kerja yakni Kebun Bibit milik Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Timur dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Sidoarjo.
Pada akhir tahun 90-an dibangun beberapa unit greenhouse kecil untuk
pengembangan benih hortikultura, khususnya tanaman Melon Golden Langkawi.
Pengembangan Kebun Lebo pertama kali mendapat dukungan dari Gubernur Jawa
Timur pada saat itu yaitu Bapak Imam Utomo yang berkunjung pada tahun 2000,
Hal ini terbukti dengan dibangunnya dua unit greenhouse yang didapat dari
anggaran APBD pada tahun 2002-2003. Sejak tahun 2005 mulai digunakan nama
(PUSPA) Pusat Studi dan Pengembangan Agribisnis Hortikultura Lebo sebagai
identitas UPT PATPH agar mudah dikenal. Peresmian nama dan kantor PUSPA
LEBO dilakukan oleh Bapak Gubernur Jawa Timur periode ke-12 dan 13 yaitu
Bapak Imam Utomo pada tanggal 26 Juni 2006 bertepatan dengan penyelenggaraan
Hari Krida Pertanian (HKP) Jawa Timur yang ke-34. Seiring dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi maka penerapan dan penggunaan separodi
juga semakin maju, dari yang kemudian beralih menjadi modem dengan
penggunaan alat dan mesin pertanian mulai dari pengolahan lahan dengan
menggunakan traktor sampai penanaman dengan menggunakan transpalanter dan
panen dengan menggunakan combine harvester. Selain itu, sistem pengairan/irigasi
di PUSPA LEBO menggunakan sistem irigasi dripitetes dan jet spray semprot.
Sistem irigasi PUSPA LEBO ini sudah tidak menggunakan sistem irigasi modern

21
22

sehingga semuanya bisa dikontrol dengan alat. Dengan penggunaan sistem irigasi
drip dan jet spray ini dapat menghemat waktu karena menghemat waktu dan tenaga
kerja.
Pada pertengahan Tahun 2008 kebun PUSPA LEBO yang digabungkan
dengan Balai Teknologi Pertanian (BTP) Bedali. Lawang menjadi sebuah unit
kerja baru yang bernama Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PATPH), Pada Tahun 2009 mulai dibuka
kunjungan agrowisata dari sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMA, dan juga untuk
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian atau magang. Kegiatan agrowisata
dilakukan untuk layanan publik, wisata dan layanan edukasi mengenai kegiatan
hulu sampai hilir.
Kebun PUSPA LEBO menjadi salah satu kebun dilingkup UPT PATPH yang
dikelola oleh Seksi Pengembangan Agribisnis Hortikultura (PAH). Mengingat
segala kelengkapan sarana dan prasarana yang telah ada, Kebun PUSPA LEBO
juga menjadi tempat bagi semua anggota di Seksi PAH, sedangkan kantor pusat
UPT PATPH yang merupakan tempat anggota dari Sub Bagian Tata Usaha maupun
Seksi Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan masih berkedudukan di Bedali-
Lawang.
Pada awal pembentukan jenis kegiatan yang dilakukan oleh UPT PATPH
berupa operasional laboratorium (Uji Tanah, Kultur Jaringan, Pengolahan Hasil
Panen) dan pengelolaan beberapa kebun yang berlokasi di Bedali-Lawang, Dau-
Malang, Bulukerto - Batu dan Puspa Lebo-Sidoarjo. Dalam perkembangan
selanjutnya terdapat penambahan beberapa kebun yang dikelola oleh UPT PATPH,
dengan pengembangan komoditas unggulan masing-masing yaitu Kebun
Cemengkalang-Sidoarjo, Kebun Dlanggu-Mojokerto, Kebun Kebomas-Gresik, dan
Kebun Pelem-Kediri.
Seiring dengan adanya perubahan struktur dan tata kelola Perangkat Dinas di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada akhir tahun 2018 sesuai dengan
Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2018 tentang Nomenklatur, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, maka pengelolaan UPT
23

PATPH dikendalikan oleh seorang Kepala UPT dengan dibantu dengan Seorang
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Seorang Kepala Produksi dan Kepala Seksi
Pemasaran.
UPT PATPH atau dikenal dengan PUSPA LEBO terletak di Desa Lebo,
Kecamatan Sidoarjo yang berada lebih dari 25 km dari pusat Kota Surabaya
tepatnya di Jl. Raya Lebo No.48, Sidoarjo, Jawa Timur 61223. UPT PATPH ini
memiliki total luas 6.1 Ha dan berada di ketinggian 5 mdpl, pengembangan
hortikultura di UPT PATPH ini lebih diterapkan pada penerapan prinsip-prinsip
budidaya yang baik dan benar atau sering disebut dengan GAP (Good Agriculture
Practices), sehingga mampu menjadi contoh bagi masyarakat terutama bagi para
petani yang bergerak di bidang hortikultura.
Tujuan dari pendirian UPT PATPH ini adalah sebagai percontohan penerapan
pertanian modern yang dapat bekerja sebagai pusat studi, pelatihan, agribisnis
sekaligus tempat rekreasi (agrowisata) yang dapat menarik minat generasi muda
untuk lebih tertarik menggeluti bidang pertanian. Adapun komoditas-komoditas
yang dikembangkan di kebun oleh UPT PATPH antara lain: Melon Golden
Langkawi, semangka, jambu kristal, labu, cabai, bawang merah, kangkung, sawi,
jagung manis, jagung pangan. Jenis komoditas-komoditas yang ditanam di kebun
ada pula beberapa tanaman yang ditanam di tabulampot antara lain: kelengkeng,
mangga, jambu air, jambu merah, jeruk besar, asam jawa, sawo, dan lain-lain.
Selain tanaman buah dan sayur ada pula tanaman hias dan tanaman toga, tanaman
hias yang dikembangkan antara lain: adenium, gelombang cinta, kaktus, dll.
Sedangkan tanaman toga yang dibudidayakan antara lain: keji beling, sirih gading,
ginseng, kumis kucing, sambung nyawa, dan lain sebagainya.

3.2 Gambaran Umum Perusahaan


3.2.1 Visi Perusahaan
Sebagai pusat pengembangan dan pelayanan agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura yang modern dan memiliki daya saing.
3.2.2 Misi Perusahaan
24

Terdapat 2 (dua) misi utama yang diemban oleh UPT PATPH untuk
mewujudkan visi tersebut yakni:
a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan
hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan.
b) Meningkatkan pelayanan agrowisata, laboratorium, dan konsultasi agribisnis
bagi masyarakat.
3.2.3 Tujuan dan Sasaran
Dalam mewujudkan visi dan misi UPT PATPH serta menyelaraskan dengan
visi, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2021
maka disusun tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan
hortikultura yang berdaya saing, memiliki nilai tambah, dan berkelanjutan
sesuai permintaan pasar.
b. Meningkatkan layanan agrowisata yang dikelola secara profesional.
c. Meningkatkan layanan laboratorium sesuai kebutuhan masyarakat.
d. Pemasyarakatan agribisnis dan teknologi terapan.
e. Meningkatkan kualitas, kinerja, tata kelola pemerintah yang baik.

3.3 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok


3.3.1 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi di UPT PATPH adalah sebagai berikut:
25

Kepala UPT.
Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Ir. Sumiyanto Aji,
M.M.A.

Kepala Sub Kepala Seksi Kepala Seksi


Bagian TU Produksi Pemasaran
Trias Ari Wicakaono, Faridah, S.P.,M.Agr. Novie Isnawati, S.P.
S.E.,M.M.

Staff Sub Bagian


TU Staff Seksi
Staff Pemasaran
- Urusan Pelayan Teknis
Kepegawaian - Pengelola Agrowisata
- Pengelola/Teknisi Kebun
- Urusan Keuangan
- Pengelola Agrowisata
- Urusan
Aset/Perlengkapan - Pengelola Laboratorium

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi UPT PATPH

 Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas :


a. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan administrasi umum;
b. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan;
d. Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor
e. Melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat;
f. Pengelolaan urusan rumah tangga;
g. Melaksanakan pengelolaan penyusunan program, anggaran dan
perundang-undangan;
h. Melaksanakan pengelolaan kearsipan UPT;
i. Melaksanakan monitoring dan evaluasi organisasi dan tatalaksana
j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala UPT
26

 Seksi Produksi, mempunyai tugas :


a. Menyusun perencanaan kegiatan seksi produksi
b. Melaksanakan kaji terap teknologi agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura;
c. Melaksanakan pelayanan analisis unsure hara tanah dan kultur jaringan;
d. Melaksanakan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;
e. Melaksanakan pendampingan teknis agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura;
f. Melaksanakan diseminasi edukasi teknologi bidang agribisnis tanaman
pangan dan hortikultura
g. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT
 Seksi Pemasaran, mempunyai tugas :
a. Menyusun perencanaan kegiatan Seksi Pemasaran;
b. Melaksanakan pengolahan dan pemasaran hasil produksi tanaman
pangan dan hortikultura;
c. Melaksanakan promosi dan sosialisasi hasil tanaman pangan dan
hortikultura
d. Melaksanakan pengujian teknologi tanaman pangan dan hortikultura
e. Melaksanakan Agribisnis tanaman pangan dan hortikultura
f. Melaksanakan diseminasi teknologi tanaman pangan dan hortikultura
3.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi
UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas dalam bidang
pelaksanaan kaji terap teknologi serta pengembangan agribisnis tanaman pangan
dan hortikultura, tugas ketatausahaan serta pelayanan masyarakat. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, maka UPT PATPH mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan percontohan.
b. Pelaksanaan kaji terap teknologi agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura,
27

c. pelaksanaan promosi dan diseminasi edukasi teknologi bidang agribisnis


tanaman pangan dan hortikultura;
d. pelaksanaan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;
e. pelaksanaan dan pengelolaan diversifikasi usaha;
f. pelaksanaan ketatausahaan dan pelayanan masyarakat;
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan
h. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
3.3.3 Sumber Daya Ketenagakerjaan
Jumlah sumber daya ketenagakerjaan di UPT PATPH sebanyak 33 orang
pegawai, yang terdiri atas 22 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 11 orang
Pegawai Tidak Tetap (PTT). Data jumlah pegawai berdasarkan jabatan dan tingkat
pendidikan selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3. 1 Tingkat Pendidikan Pegawai

Tingkat Pendidikan
No Jabatan Total
S3 S2 S1/D4 SLTA SLTP
1 Kepala UPT 1 1
2 Kasi. Produksi 1 1
3 Kasubag. Tata Usaha 1 1
4 Kasi Pemasaran 1 1
5 Teknisi/Pengelolaan Kebun 1 2 5 1 9
6 Pengelola Kepegawaian 1 1
7 Administrasi 2 2
8 Petugas Laboratorium 1 1
9 Pengelola Keuangan 1 1 2
10 Pengelola Barang/Aset 1 1
11 Penyusunan Program 1 1
12 Pengelola Agrowisata 3 4 7
13 Sopir 1 1
14 Petugas Keamanan 3 3
15 Petugas Pemeliharaan Kebun 1 1
Jumlah Keseluruhan 5 10 17 1 33

Sumber: UPT PATPH Kebun Lebo,2020


28

Tabel 3. 2 Jumlah Karyawan Kantor

Jumlah Pegawai (Orang)


No Tanggung Jawab Jumlah
Kantor Bedali Kantor Lebo
Pegawai Kantor/Koordinator
1 4 17 21
Kebun (PNS)
Pegawai Kantor/Koordinator
2 2 7 9
Kebun (PTT)
3 Pramu Kantor (PNS) 0
4 Petugas Keamanan (PNS) 3 3
5 Petugas Keamanan (PTT) 0
Jumlah Keseluruhan 6 27
Sumber: UPT PATPH Kebun Lebo,2020
Selain pegawai kantor yang berstatus PNS maupun PTT, di masing-masing
kebun juga terdapat pekerja lapangan secara langsung terlibat dalam pengusahaan
kebun mulai dari penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman hingga
pemanenan. Pekerja tersebut menerima upah harian melalui alokasi anggaran
belanja berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPT. Adapun komposisi dan jumlah
pekerja di UPT PATPH Kebun Lebo sebanyak 31 orang dengan 22 orang laki-laki
dan 9 orang perempuan.

3.4 Kondisi Lingkungan


Kebun Lebo memiliki luas total 6,1 hektar yang dibagi menjadi kebun lebo
Barat dan kebun lebo timur dengan tingkat keasaman 6,5 dan memiliki jenis tanah
vertisol serta menggunakan sistem irigasi tetes. Kebun Lebo berada di ketinggian 5
mdpl.
Secara geografis PAPTH kebun lebo terletak pada 11,2 – 112 BT dan 7,3 –
7,5 LS dengan batas wilayah sebagai berikut:
 Utara : berbatasan dengan kecamatan Sukodono
 Selatan : berbatasan dengan kecamatan Candi
 Barat : berbatasan dengan kecamatan Wonoayu
 Timur : berbatasan dengan kecamatan Buduran
Fasilitas yang dimiliki oleh UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan
dan Hortikultura Lebo-Sidoarjo yaitu:
29

1. Kantor
Kantor berfungsi sebagai pusat informasi UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Lebo dan juga terdapat ruang aula yang
digunakan untuk memberikan materi kepada pengunjung agrowisata di
Lebo.

Gambar 3. 2 Kantor Utama UPT PATPH

2. Greenhouse
Greenhouse digunakan sebagai tempat budidaya tanaman melon.
Greenhouse berukuran 40 m x 80 m. tempat ini biasanya digunakan
sebagai tempat pembelajaran bagi para pengunjung atau wisatawan untuk
melihat secara langsung proses budidaya tanaman.

Gambar 3. 3 Bangunan Greenhouse Budidaya Melon

3. Open Field
Lahan open field digunakan untuk budidaya tanaman melon, semangka,
kangkung, bayam, sawi, jagung, tomat, bawang merah, dan lain-lain.
Selain untuk tempat budidaya, open field juga digunakan sebagai tempat
pembelajaran bagi para pengunjung atau wisatawan.
30

Gambar 3. 4 Laahan Terbuka UPT PATPH

4. Lahan Outbound
Fasilitas outbound diberikan dalam mendukung minat pengunjung untuk
melatih ketangkasan dalam permainan outbound.

Gambar 3. 5 Lahan Outbond UPT PATPH

5. Kamar mandi dan mushola


Kamar mandi dan mushola merupakan salah satu fasilitas penting untuk
menunjang kenyamanan pengunjung selama melakukan wisata.

Gambar 3. 6 Kamar Mandi UPT PATPH


31

Gambar 3. 7 Musholla UPT PATPH

6. Gazebo
Gazebo merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Lebo
dengan fungsi sebagai tempat peristirahatan untuk para pengunjung
setelah melakukan tur wisata.

Gambar 3. 8 Gazebo dekat lahan

7. Pos security
Pos satpam berfungsi sebagai tempat bagi petugas keamanan atau satpam
untuk menjaga keamanan pengunjung dan pegawai kantor dimana
keamanan dijaga selama 24 jam.
32

Gambar 3. 9 Pos Jaga UPT PATPH

8. Gudang
Gudang ini digunakan sebagai tempat penyimpanan produk seperti pupuk,
pestisida, dan separodi dari UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura.

Gambar 3. 10 Gudang Penyimpanan

9. Tempat Parkir
Lahan parkir UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lebo tergolong cukup luas. Lahan parkir ini berada di area
depan kantor sehingga akan memudahkan pengunjung.

Gambar 3. 11 Parkiran UPT PATPH


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Praktik


Mengenali dan memahami berbagai unsur yang berkaitan dengan lingkungan
Kerja Praktik di UPT Pengembangan Agribisnis dan Hortikultura, Sidoarjo seperti
sumber daya manusia, fasilitas/bangunan, dan tata tertib yang berlaku. Berikut
prosedur pengenalan lingkungan:
1. Pengarahan oleh Bapak Ir Sumiyanto Aji, MMA selaku Kepala UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo.
2. Pengenalan para staf dan karyawan.
3. Pengenalan tata tertib dan kegiatan yang dilakukan di UPT Pengembangan
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sidoarjo.
4. Pengenalan fasilitas/bangunan secara langsung.
5. Kegiatan Kerja Praktik ini dilakukan pada Bulan Agustus – September.
Jam kerja pada UPT Pengembangan Agribisnis ini adalah pukul 06.00 –
15.00 WIB.
6. Mendapat arahan oleh pembimbing lapangan untuk ditempatkan
di Greenhouse budidaya melon dan juga lahan bawang merah selama kerja
praktik.

4.2 Kegiatan Budidaya dan Pemanenan


4.2.1 Budidaya dan Pemanenan Melon
 Pembuatan Media Tanam Benih Melon
Metode yang digunakan pada persemaian benih melon ialah dengan
metode brownis. Pada metode ini menggunakan beberapa media tanam
yaitu tanah dan cocopeat. Penggunaan cocopeat sebagai bahan dasar
dalam pembuatan media tanam mampu menekan emisi gas rumah kaca
karena mengurangi penggunaan pupuk sintesis, selain itu media tanam
organik juga kaya akan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman.

33
34

 Pengolahan Lahan
Tanah yang sudah diolah diberikan pupuk dasar seperti pupuk kandang,
urea, Za dan SP 36 pada tanah yang sudah diolah serta diberi dolomit.
Fungsi dolomit yaitu sebagai salah satu pembenah tanah. Menurut Dariah
et al, (2015) penggunaan bahan pembenah tanah seperti kompos dan kapur
dengan dosis yang tepat dapat mempercepat proses pemulihan kualitas
lahan.

Gambar 4. 1 Pengelolan Lahan

 Penanaman
Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang sudah di tugal, dalam
proses ini tanaman melon ditanam tidak terlalu dalam karena dapat
menghambat pertumbuhan tanaman.
 Pengairan
Teknik pengairan yang digunakan untuk tanaman melon ialah dengan
irigasi tetes tusuk sate. Pada teknik pengairan ini menggunakan pipa
primer dan sekunder serta selang berdiameter 5 mm yang dihubungkan
dengan tusuk sate pada masing-masing lubang tanam. Penggunaan sistem
irigasi tetes cukup efisien karena menghemat penggunaan air dan
mengoptimalkan penerimaan air oleh tanaman.
 Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan NPK.
 Penyerbukan
Penyerbukan dilakukan secara manual dengan memetik bunga jantan pada
tanaman melon, kemudian mahkota bunga jantan dihilangkan dan hanya
tersisa serbuk sarinya.
35

Gambar 4. 2 Persilangan Bunga Jantan dan Betina

 Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada cabang atas dan cabang bawah
 Seleksi Buah dan Pembandulan
Seleksi buah melon dilakukan dengan cara memilih buah yang paling
besar pada satu tanaman, kemudian buah dibandul atau diikat
menggunakan tali.
 Pemanenan
Panen merupakan akhir proses budidaya tanaman melon. Panen dilakukan
apabila buah sudah memenuhi kriteria untuk dipanen seperti warna,
bentuk, dan ukuran daun yang sudah memenuhi syarat.

4.3 Perawatan Lahan


Bentuk perawatan lahan pada setiap lahan maupun greenhouse yang ada di
UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura ini adalah
mengolah lahan yang akan digunakan dengan cara pembajakan menggunakan hand
tractor. Tanah yang sudah diolah dibiarkan selama satu minggu kemudian
diberikan pupuk dasar seperti pupuk kandang, urea, Za dan SP 36 pada tanah yang
sudah diolah serta diberi dolomit. Fungsi dolomit yaitu sebagai salah satu
pembenahan tanah. Menurut Dariah et al, (2015) penggunaan bahan pembenahan
tanah seperti kompos dan kapur dengan dosis yang tepat dapat mempercepat proses
pemulihan kualitas lahan.
Dalam praktik pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
pengendalian mekanik yaitu memotong daun tanaman yang terserang hama dan
36

penyakit, serta dilakukan pengendalian dengan pengaplikasian pestisida.


Pengaplikasian pestisida ini dilakukan sebanyak tujuh kali dalam satu musim
tanam. Kemudian aplikasi pestisida dihentikan sepuluh hari sebelum dilakukan
panen pada tanaman melon. Aplikasi pestisida dilakukan di pagi hari agar pestisida
yang diaplikasikan tidak menguap akibat intensitas matahari yang terlalu tinggi.
Teknik pengairan yang digunakan untuk tanaman melon ialah dengan irigasi
tetes tusuk sate. Pada teknik pengairan ini menggunakan pipa primer dan sekunder
serta selang berdiameter 5 mm yang dihubungkan dengan tusuk sate pada masing-
masing lubang tanam. Penggunaan sistem irigasi tetes cukup efisien karena
menghemat penggunaan air dan mengoptimalkan penerimaan air oleh tanaman.
Menurut Nora et al, (2020) sistem drip Irrigation dapat memberikan produksi yang
optimal dan penggunaan air irigasi berlangsung lebih efisien dan efektif dalam
budidaya tanaman. Sumber pengairan pada UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura ini dari sumur. Sumur tersebut kemudian
dipompa menuju ke bak penampung, dimana fungsi dari bak penampung tersebut
juga sebagai wadah air hujan apabila sedang terjadi hujan.

Gambar 4. 3 Sistem Pengairan

4.4 Pembahasan Pengelolaan Lingkungan


Hasil pengamatan terkait pengelolaan lingkungan yang ada di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura ini adalah
banyaknya sampah-sampah organik dari berbagai lahan budidaya tanaman yang
berhamburan dan kurangnya bak sampah menyebabkan terganggunya kondisi
37

lingkungan lahan akibat dari tumpukan sampah organik tersebut. Pengelolaan


lingkungan yang selama ini dilakukan adalah dengan melaksanakan kerja bakti satu
minggu sekali untuk membersihkan sampah-sampah maupun rumput liar yang ada
di sekitar lahan guna menjaga kebersihan lingkungan.
Namun, karena kurangnya bak sampah menjadi penyebab sampah-sampah
tersebut kemudian dialihkan pada lahan kosong yang ada di sekitar lahan budidaya
tanaman. Sedangkan proses pemusnahan sampah yang biasa dilakukan adalah
dengan metode pembakaran, dimana metode tersebut dapat menghasilkan gas-gas
beracun akibat adanya proses oksidasi senyawa, baik dari material yang terbakar
maupun senyawa di udara. Hasil dari gas-gas ini banyak menimbulkan kerugian,
baik secara segi kesehatan manusia (menimbulkan gangguan saluran pernapasan,
dapat menyebabkan kanker/karsinogenik, gangguan hormonal) dan merupakan
salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (Yudison, 2007). Sampah-sampah
organik yang menumpuk dapat dipilah dan dimanfaatkan kembali menjadi kompos
organik. Sehingga dampak dari pembakaran sampah dapat dikurangi.
BAB V
TUGAS KHUSUS

5.1 Desain Brosur Pengelolaan Sampah Organik


Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang
mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk dapat
terurai. Sampah organik bisa dikatakan sebagai sampah ramah lingkungan bahkan
jenis sampah ini bisa diolah kembali menjadi suatu yang bermanfaat bila dikelola
dengan tepat. Tetapi sampah bila tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan
penyakit dan bau yang kurang sedap hasil dari pembusukan sampah organik yang
cepat. Contoh dari sampah organik adalah buah-buahan yang sudah tidak layak
dimakan, sayur-sayuran kering, kulit buah-buahan, sisa makanan yang tersisa, nasi
basi, dan sebagainya. Oleh sebab itu, Adapun arahan tugas khusus yang diminta
oleh pembimbing lapangan yakni menyiapkan sekilas profil perusahaan serta
pengenalan dan pengolahan sampah organik dalam bentuk brosur, yang nantinya
diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam mengedukasi pengunjung saat
agrowisata.

Gambar 5. 1 Desain Brosur Tampak Depan

38
39

Gambar 5. 2 Desain Brosur Tampak Belakang

5.2 Perkiraan Timbulan Sampah Organik Greenhouse


Berdasarkan arahan dari pembimbing lapangan untuk memperkirakan jumlah
timbulan sampah organik yang terjadi di greenhouse pada saat budidaya buah
melon jenis Golden Langkawi guna memperkirakan tempat pewadahan sementara
pada saat periode kerja praktik didapatkan dari beberapa aktivitas berikut:
1. Pewiwilan
Pewiwilan merupakan kegiatan memangkas cabang sekunder yang
keberadaannya dapat menghambat pertumbuhan tunas produktif. Pewiwilan
dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman khususnya buah. Menurut
Rindyani (2011) pewiwilan dapat mengarahkan penyaluran asimilat
terpusat pada cabang utama sebagai penghasil buah melon. Pewiwilan awal
dilakukan setiap hari setelah 14 HST. Pewiwilan hanya dilakukan pada
tunas daun ke enam dari bawah dan tunas daun ke tujuh akan muncul bunga
yang kemudian menjadi bakal buah. Timbulan sampah yang terjadi akibat
aktivitas ataupun kegiatan ini dilakukan setiap 2-3 kali dalam seminggu
40

Gambar 5. 3 Aktivitas Pewiwilan Tanaman Melon

2. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada cabang atas dan cabang bawah. Pemangkasan
juga dilakukan pada bunga betina yang memiliki bakal buah yang busuk,
dengan ciri ciri memiliki benjolan berwarna merah ke kuning-kuningan.
Bakal buah yang busuk ini harus segara dipangkas dengan tujuan agar
tanaman lain tidak terjangkit virus dari bakal buah yang busuk. Timbulan
sampah yang terjadi akibat aktivitas ataupun kegiatan ini dilakukan setiap
2-3 kali dalam seminggu

Gambar 5. 4 Aktivitas Pemangkasan Tanaman Melon

3. Pertumbuhan Gulma
Pertumbuhan gulma di sekitar tanaman melon akan menyebabkan
persaingan dalam memperoleh nutrisi dan air sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman utama (Prayogo et al, 2017). Penyiangan atau
pencabutan gulma dilakukan di sekitar mulsa tanaman melon. Penyiangan
gulma dilakukan secara mekanis yaitu dengan mencabut gulma
41

menggunakan tangan. Timbulan sampah yang terjadi akibat aktivitas


ataupun kegiatan ini dilakukan setiap 1 kali dalam seminggu

Gambar 5. 5 Aktivitas Pencabutan Gulma

Pengukuran tingkat timbulan sampah di greenhouse dengan cara


menganalisis berat sampah dengan menggunakan pendekatan banjar dan ditimbang
sehingga bisa mengetahui timbulan sampah organik yang ditimbulkan dari berbagai
aktivitas di greenhouse. Rata-rata timbulan sampah organik yang dihasilkan setelah
satu bulan pertama tumbuh dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut.

Tabel 5. 1 Rata-rata Timbulan Sampah Organik di Greenhouse


Timbulan
Timbulan tiap Lama aktivitas
No. Aktivitas sampah
aktivitas (kg) selama seminggu
(kg/minggu)
1. Pewiwilan 6,71 2 – 3 kali 20,13
2. Pemangkasan 20,58 2 – 3 kali 61,74
Pencabutan
3. 26,71 1 kali 26,71
gulma
Total Timbulan Sampah 108,58
Sumber: Pengamatan Pribadi pada tanggal 16 Agustus – 17 September 2021

5.3 Desain TPS Sementara Sampah Organik Gedung X


Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) direncanakan akan dibangun di Gedung
X yang berada di UPT PATPH Kebun Lebo, Sidoarjo yang ada pada Gambar 5.6
dengan detail denah dan potongan yang ada pada lampiran. Tujuan pembangunan
42

TPS ini adalah untuk mengelola sampah khususnya sampah jenis organik yang
berasal dari sektor pertanian maupun segala kegiatan yang ada di UPT PATPH
Kebun Lebo, Sidoarjo. Bangunan TPS terbagi menjadi beberapa unit yaitu:
1. Pagar/pintu masuk
Pintu masuk merupakan tempat lintasan untuk melaporkan pada petugas
untuk mengizinkan masuk pengangkutan sampah, dianjurkan pada pintu
masuk untuk memberikan informasi sampah yang bisa di kelola dan punya
nilai jual.
2. Pos jaga
Pos jaga merupakan ruangan yang digunakan untuk lapor dan izin masuk
para pengangkut sampah maupun tamu yang akan masuk TPS. Lokasi pos
jaga diletakkan di bagian paling depan unit TPS.
3. Tempat cuci kendaraan pengangkut sampah
Tempat cuci kendaraan ini digunakan untuk mencuci kendaraan pengangkut
sampah. Lokasi tempat cuci kendaraan berada di belakang musholla.
4. Kantor
Kantor digunakan sebagai ruangan untuk melakukan pendataan kegiatan
administrasi dan melakukan evaluasi kegiatan. kantor diletakkan di depan
unit pengomposan dan di samping pos jaga
5. Gudang
Gudang berfungsi untuk menampung hasil dari pengumpulan barang pecah
belah seperti kertas, kain dan hasil kompos dapat disimpan dalam rak
penyimpanan, dengan susunan dapat dilaksanakan menurut tempat. Gudang
diletakkan di samping kantor dan unit pengelolaan sampah organik untuk
pengomposan.
6. Ruang pengelolaan sampah organik
Dalam ruang pengelolaan sampah organik terdiri dari unit penampungan
sampah organik, unit pemilahan, unit pencacah sampah organik, unit
pengomposan, unit pengayakan dan unit pengepakan kompos. unit
penampungan sampah organik diletakkan samping ruang masuk gerobak
motor, kemudian unit pemilahan sampah organik berada di sebelah unit
43

penampungan sampah organik, unit pencacah, dan unit komposting


diletakkan saling bersebelahan dan berjajar, untuk unit pengayakan dan
pengepakan kompos diletakkan di depan unit penampung sampah organik.
Unit pengelolaan sampah anorganik berada diruang terbuka dan beratap,
dan setiap unit diberi sekat.
7. Parkiran kendaraan bermotor
Garasi kendaraan digunakan sebagai tempat kendaraan apabila terdapat
kunjungan ke TPS yang beroperasi. Parkiran kendaraan diletakkan di
samping TPS.
8. IPAL lindi
Instalasi pengolahan air limbah lindi digunakan untuk mengelola air lindi
yang ditimbulkan akibat pengelolaan sampah organik pada TPS yang
diletakkan di luar TPS dan di depan unit penampungan sampah.
9. Kamar mandi dan musholla
Kamar mandi digunakan sebagai tempat cuci tangan sekaligus buang air
oleh petugas maupun pengunjung dengan dilengkapi tempat wudu dan
musholla untuk digunakan sebagai tempat beribadah yang diletakkan di
sebelah kantor.
10. Pintu keluar
Pintu keluar diletakkan di samping pintu masuk, dimana jalan masuk
direncanakan searah.

Gambar 5. 6 Rencana Lokasi TPS Organik UPT PATPH


44

5.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Sampah Organik


Tempat Pengolahan Sampah (TPS) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, pemanfaatan ulang dan pengolahan skala kawasan.
Lokasi TPS akan direncanakan di Gedung X yang berada di UPT PATPH Kebun
Lebo, Sidoarjo. Kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan di TPS adalah
pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan urutan prosedur operasional
pengelolaan sampah organik di TPS meliputi kegiatan pemilahan sampah dari
sumber penghasil, pengangkutan, pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan
penyetoran kepada pihak ketiga. Adapun beberapa standar operasional prosedur
yang nantinya dapat diterapkan di Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) yang ada di
UPT PATPH yakni sebagai berikut:
1. Pengangkutan dan Pengumpulan:
 Tujuan:
Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut sampah dari sumber
penghasil
Sampah menuju Tempat Pengelolaan Sampah (TPS)
 Alat dan bahan:
a. Gerobak motor roda 3
 Langkah-langkah:
a. Alat angkut yang dipergunakan berupa gerobak motor roda 3 yang
berukuran medium untuk mengangkut sampah dari sumber.
b. Angkut sampah untuk dikumpulkan dan diolah di TPS 3R.
2. Penerimaan Sampah
 Tujuan:
Penerimaan sampah ini bertujuan untuk menampung semua sampah
anorganik campuran yang telah diangkut oleh kendaraan pengangkut
sampah.
 Langkah-langkah:
45

a. Sampah yang telah diangkut oleh kendaraan dibongkar dan


dimasukkan ke setiap unit pengumpul sampah sesuai dengan
jenisnya
3. Pemilahan Sampah
 Tujuan:
Pemilahan sampah ini bertujuan untuk memilah sampah sesuai dengan
komposisinya
 Alat dan bahan:
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Wadah sampah
 Langkah-langkah pemilahan sampah organik:
a. Sampah organik yang berada di ruang penampung kemudian dipilah
secara manual oleh tenaga pemilah
b. Sampah organik yang sulit terurai, seperti kayu ataupun ranting
dipisahkan agar untuk mempercepat proses komposting
c. Sampah yang sudah dipilah kemudian di cacah menggunakan mesin
pencacah
4. Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos
 Tujuan:
Mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos.
 Alat dan bahan:
a. Alat Pencacah
b. Karung
c. Sekop
d. Ayakan
e. Sarung tangan
f. Ember
g. Kotak / bak composting
h. Bioaktivator (EM4)
i. Garuk
46

j. Masker
k. Termometer
 Langkah-langkah pengolahan sampah organik menjadi kompos:
a. Melakukan pencacahan sampah untuk mendapatkan potongan
sampah yang kecil sehingga mempercepat proses pengomposan
b. Melakukan pengayakan sampah yang telah di cacah
c. Meletakkan sampah yang telah diayak ke dalam karung
d. Mencampurkan sampah yang telah dicacah dengan EM4 dengan
perbandingan 4 tutup EM4 dengan 4 liter air bersih
e. Meletakkan campuran sampah dan bioaktifator ke dalam bak
pengomposan
f. Melakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga agar suhu
kompos sekitar 40 – 60oc dan kelembabannya 40%.
g. Melakukan pengukuran suhu menggunakan termometer dan
kelembaban menggunakan tongkat yang ditancapkan
h. Apabila kondisinya terlalu lembab maka perlu dilakukan
pembalikan tumpukan kompos
5. Pengepakan
 Tujuan:
Pengepakan bertujuan untuk menata kompos dan sampah anorganik
yang layak jual supaya menjadi lebih rapi, menarik dan dapat dijual.
 Alat dan bahan:
a. Karung plastik
b. Timbangan
c. Alat Pres
d. Sekop
 Langkah-langkah pengepakan sampah organik:
a. Kompos yang sudah disaring kemudian ditimbang dengan ukuran
berat tertentu, kemudian dimasukkan dikemas ke dalam plastik
supaya lebih rapi dan menarik
47

b. Simpan kompos yang telah dikemas di tempat yang aman, siap


untuk dijual ataupun dimanfaatkan kembali untuk keperluan lahan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan kerja praktik yang telah dilaksanakan di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura didapatkan beberapa
kesimpulan yakni sebagai berikut:
1. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
merupakan suatu instansi yang berada di bawah naungan Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Timur yang bergerak dibidang agribisnis.
2. Pengelolaan Lingkungan yang ada di UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura yakni sebagai berikut:
- Bentuk perawatan lahan pada setiap lahan maupun greenhouse yang
ada di UPT PATPH yaitu dengan cara pembajakan menggunakan hand
tractor. Tanah yang sudah diolah dibiarkan selama satu minggu
kemudian diberikan pupuk dasar seperti pupuk kandang, urea, Za dan
SP 36 pada tanah yang sudah diolah serta diberi dolomit. Fungsi
dolomit yaitu sebagai salah satu pembenahan tanah.
- Dalam praktik pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
pengendalian mekanik yaitu memotong daun tanaman yang terserang
hama dan penyakit, serta dilakukan pengendalian dengan
pengaplikasian pestisida.
- Teknik pengairan yang digunakan ialah dengan irigasi tetes tusuk sate
dengan sumber pengairan berasal dari sumur yang dipompa menuju
bak penampung.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu diperlukannya realisasi dari pengelolaan
sampah organik agar dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Adapun Perencanaan
TPS UPT PATPH akan direncanakan di Gedung X yang akan dialih fungsikan

48
49

menjadi TPS yang terdiri dari pintu masuk dan keluar, parkir sepeda motor, pos
jaga, kantor administrasi, kamar mandi, musholla, tempat pencucian kendaraan,
IPAL lindi, unit TPS organik (pengumpul sampah, pemilahan, mesin pencacah,
komposting dengan menggunakan aerator bambu, area pengemasan, gudang).
DAFTAR PUSTAKA

Alam, R., Chowdhury, M. A. I., Hasan, G.M.J., Karanjit, B., dan Shrestha, L.R.
2008. Generation, Storage, Collection and Transportation of Municipal Solid
Waste – A Case Study in The City of Kathmandu, Capital of Nepal. Waste
Management 28 (2008) 1088–1097

Ayalon, O. 2000. Environmental Accounting as a Means for The Development of


Solid Waste Management Policyin Israel. PhD Thesis, Technion, Haifa,
Israel.

Ayuningtyas, T. 2010. Kajian Sistem Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bubutan,


Kota Surabaya. Surabaya

Boulanger, L. 1999. Transfer station. In: Baron, M. G. (Ed.). Municipal Solid Waste
Management: Project Methodology, Haifa, Marseilles and Piraeus, Life
Program – Third countries, LIFE95/IL/B2/IL/969/MED.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

Damanhuri, E., dan Padmi, T. 2010. Pengelolaan Sampah. Institut Teknologi


Bandung. Bandung

Deradjat, S., dan Chaerul, M. 2009. Evaluasi Sistem Pengangkutan Sampah di


Wilayah Bandung Utara. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Eshet, T., Baron, M. G., Shechter, S., dan Ayalon, O. 2007. Measuring Externalities
of Waste Transfer Stations in Israel Using Hedonic Pricing. Waste
Management 27, 614 – 625

Fadlina, Inneke Meilia dkk. 2013. Perencanaan Pembangunan Pertanian


Berkelanjutan (Kajian tentang Pengembangan Pertanian Organik di Kota
Batu), Sustainable Development of Agrocultural (Studies on Organic
Agricultural Development in Batu City), J-PAL, Vol. 4, No. 1.

50
51

Hilman, M. 2005. Pengelolaan Sampah. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup

Israel Ministry of the Environment. 1997. Integrated Solid Waste Management.


Israel Environment Bulletin 20, 2–6.

Kamaruddin, S. M., Pawson, E., dan Kinghan, S. 2013. Facilitating Social Learning
in Sustainable Waste Management: Case Study of NGOs Involvement in
Selangor, Malaysia. Vol. 105, Hal. 325 - 332

Kementerian PU. 2013. Materi Bidang Sampah I Diseminasi dan Sosialisasi


Keteknikan Bidang PLP. Jakarta

Kirca, O. dan Erkip, N. 1988. Selecting Transfer Station Locations for Large Solid
Waste Systems. European Journal of Operational Research 38 (1988) 339-
349

Kollikkathara, N., Feng, H., dan Stern, E. 2009. A Purview of Waste Management
Evolution: Special Emphasis on USA. Waste Management 29, 974 – 985

Kurniaty, D. R. dan Rizal, M., 2011. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Sampah


Sebagai Alternatif Bahan Bangunan Konstruksi. Jurnal Smartek. Vol. 9, hal.
47 - 60

Massam, B. H. 1991. The Location of Waste Transfer Stations in Ashdod, Israel,


Using a Multi – Criteria Decision Support System. Geoforum 22(1), 27–37

Maquito, Max. 2012. Sustainable Agriculture as an E3 Approach to Reducing


Rural/Urban Poverty, 14 th SGRA Shared Growth Seminar “The Urban-
Rural Gap and Sustainable Shared Growth” April 26, 2012 at the School of
Labor and Industrial Relations, University of the Philippines

Rukmana, Didi. 2012. Pertanian Berkelanjutan: Mengapa, Apa dan Pelajaran


Penting dari Negara Lain, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Sahirin, N. 2003. Pertanian Organik : Prinsip Daur Ulang Hara, Konservasi Air dan
Interaksi Antar Tanaman, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
52

Simandjuntak, S. 2004. Laju Proses Dekomposisi Sampah Kota dengan Effective


Microorganisme-4 Untuk Menghasilkan Pupuk Organik yang Berkualitas.
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya

SNI 19-2454-2002. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah


Perkotaan

SNI 19-3964-1995. 1995. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan


dan Komposisi Sampah Perkotaan

SNI 19-3983-1995. 1995. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan
Kota sedang di Indonesia

Sudirja, Rija. (2008). Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem


Pertanian Organik, disampaikan pada acara Penyuluhan Pertanian, KKNM
UNPAD Desa Sawit Kec. Darangdan Kab. Purwakarta, 7 Agustus 2008.

Tandisau, Peter dan Herniwati. 2009. Prospek Pengembangan Pertanian Organik di


Sulawesi Selatan’, Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Theocharopoulos, Athanasios et al. 2012. Sustainable Farming Systems vs


Conventional Agriculture: A Socioeconomic Approach, Sustainable
Development - Education, Business and Management - Architecture and
Building Construction - Agriculture and Food Security, Prof. Chaouki Ghenai
(Ed.)

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup
LAMPIRAN

53
LEMBAR ASISTENSI KERJA PRAKTIK

Nama : Mochammad Shaifullah Indrawanto


NPM : 18034010014
Program Studi : Teknik Lingkungan
Dosen Pembimbing : Aulia Ulfah Farahdiba, ST., MSc.

Hari / Tanda Tangan


Uraian
Tanggal Dosen Pembimbing
Koordinasi awal serta diadakan pertemuaan
Senin /
melalui zoom meeting untuk konsultasi
25 Januari
menentukan lokasi kerja praktik dan topik yang
2021
akan diambil
Selasa /
2 Februari Asistensi Proposal Kerja Praktik
2021
Jumat /
Koordinasi input pengisisan KRS untuk Kerja
5 Februari
Praktik
2021
Pembahasan serta konsultasi dengan dosen
Selasa / pembimbing mengenai proposal kerja praktik PT.
29 Juni 2021 Pier yang ditangguhkan dikarenakan sudah tidak
menerima kembali mahasiswa kerja praktik
Jumat / Konsultasi mengenai bidang yang akan diambil
30 Juli 2021 untuk judul proposal kerja prakyik di UPTPATPH
Senin /
Asistensi dan ACC Proposal Kerja Praktik di
9 Agustus
UPTPATPH
2021
Rabu / Asistensi hasil laporan kerja praktik serta
22 September koordinasi melalui zoom meeting untuk
2021 membahas tentang bab 5 tugas khusus
Jumat /
Asistensi mengenai progress Laporan Kerja
7 Januari
Praktik bab 1-5 serta masukan dan saran
2o21

Anda mungkin juga menyukai