Oleh :
1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh :
Disusun Oleh :
Menyetujui Dosen
Penguji I,
Pembimbing,
Aulia Ulfah Faradiba, ST., MSc. Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes
NIP/NPT 17 2 1989 0106 060 NIP/NPT. 19590729 198603 2 001
Mengetahui,
Koordinator Progam Studi Penguji II,
Teknik Lingkungan
Mengetahui,
DEKAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
Disusun Oleh :
Menyetujui Dosen
Penguji I,
Pembimbing,
Aulia Ulfah Faradiba, ST., MSc. Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes
NIP 17 2 1989 0106 060 NIP/NPT.19590729 198603 2 001
Mengetahui,
Koordinator Progam Studi Penguji II,
Teknik Lingkungan
Mengetahui,
DEKAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
N.P.M : 18034010014
N.P.M : 18034010034
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Kami
sadar bahwa penulisan laporan kerja praktik ini belum sempurna. Laporan kerja
praktik ini merupakan hasil dari kegiatan kerja praktik yang telah kami laksanakan
di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lebo, Sidoarjo.
Kami sadar bahwa dalam penulisan laporan kerja praktik ini tidak akan dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Dra. Jariyah. M.P., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dr. Ir. Novirina Hendrasarie, M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Aulia Ulfah Farahdiba, ST, MSc., selaku Dosen Pembimbing kerja
praktik Program Studi Teknik Lingkungan yang telah membimbing dan
memberikan kritik serta saran dalam penyusunan laporan kerja praktik.
4. Bapak Ir. Sumiyanto Aji, M.M.A selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Lebo yang
telah mempercayakan kami untuk melaksanakan kerja praktik.
5. Ibu Faridah, S.P., M.Agr selaku pembimbing lapangan kerja praktik di
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lebo yang telah membimbing dan memberikan saran selama
berlangsungnya kerja praktik.
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan moril,
materiil, doa serta semangat.
i
ii
Demikian laporan ini kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
kami selaku penyusun khususnya serta bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran
yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
iv
LAMPIRAN ......................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
beberapa hal yang perlu dikaji untuk menerapkan revolusi hijau di pertanian. Dalam
hal ini, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti pengelolaan
sampah organik yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas lahan pertanian.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung, sampah-sampah yang
dihasilkan masih diproses dengan cara membakar tumpukan sampah kering
maupun basah sehingga bila dibiarkan akan meningkatkan pencamaran lingkungan
yang dapat menimbulkan adanya penyakit. Oleh sebab itu adanya laporan ini
bertujuan untuk menjadi saran yang dapat dijadikan acuan untuk pihak terkait
dalam hal pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah organik.
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya
dan beracun, dan sebagainya
c. Institusi: yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan, dan lain-
lain. Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah pada daerah
komersial
d. Konstruksi dan pembongkaran bangunan: meliputi pembuatan konstruksi
baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara
lain kayu, baja, beton, debu, dan lain-lain
e. Fasilitas umum: seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan
lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish, sampah taman,
ranting, daun, dan sebagainya
f. Pengolah limbah domestik seperti Instalasi pengolahan air minum, Instalasi
pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan
antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya
g. Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses
produksi, buangan non industri, dan sebagainya
h. Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisa
pertanian.
Kategori Sampah Jakarta (%) Bandung (%) Surabaya (%) Malang (%)
Organik 78 73,4 54,93 72
Kertas 8 9,7 26,56 12
Logam 2 0,5 0,38 0,9
Kaca 2 0,4 0,1 0,9
Tekstil - 1,3 1,17 1,9
Plastik 6 8,6 15,92 8,5
Lain-lain 8 6,1 0,95 3,8
Sumber: Simandjuntak, 2004
Densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram
dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m3). Densitas
sampah sangat penting dalam menentukan jumlah timbulan sampah
12
Sumber: Hilman,2005
1. Rethink
Rethink atau perubahan paradigma bahwa sampah adalah bagian penting
dalam kehidupan manusia dan sampah merupakan sesuatu yang bernilai
ekonomis bila dikelola dengan benar. Sebaliknya jika sampah tidak dikelola
secara baik, akan menjadi malapetaka bagi lingkungan khususnya manusia.
2. Reduce
Reduce adalah pengurangan jumlah sampah atau meminimalisir jumlah
barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah
saja, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung
kimia berbahaya dan tidak mudah terdekomposisi.
3. Recovery
Recovery merupakan pengambilan komponen sampah yang masih bisa
digunakan seperti aki bekas yang di ambil timah hitamnya.
13
4. Recycle
Recycle yaitu mengolah barang yang tidak terpakai menjadi baru sehingga
bisa digunakan kembali seperti pengomposan, pembuatan batako dan briket.
5. Pengolahan
Berdasarkan titik berat perolehannya, terdapat dua macam metode
pengolahan sampah yaitu metode yang menitikberatkan pada penggunaan
bahan dan metode yang menitikberatkan pada perolehan energi (Widyatmoko
dan Moerdjoko, 2002). Metode yang menitikberatkan pada penggunaan
bahan seperti pemilahan, pengomposan, dan pirolisis untuk menghasilkan
sintesis. Sedangkan metode yang menitikberatkan pada perolehan energi
seperti insinerator, pirolisis, dan sampah sebagai bahan bakar.
Selain itu terdapat spesifikasi peralatan dan bangunan minimal yang dapat
digunakan dalam sebuah perencanaan. Spesifikasi peralatan dapat dilihat pada
Tabel 2.3
5. TPS 20
Tipe I 100 500 2500
Tipe II ± 300 6000 30000
17
pengembangan TPS pun masih menjadi perhatian khusus di beberapa negara maju
maupun berkembang (Alam dkk., 2007). Negara tersebut seperti Amerika Serikat,
Israel, Turki, dan Nepal. Berikut ini beberapa kondisi TPS di berbagai negara.
1. Kondisi TPS di Amerika Serikat
Luas area TPS berkisar 235-9700 m2 dengan timbulan sampah berkisar 40-
1600 ton/hari. Terdapat lima variasi bangunan TPS yaitu completely open, 3-
sided open, 3-sided bays, semi enclosed, dan fully enclosed. Completely open
TPS yang tidak memiliki dinding atau hanya dikeliling oleh pagar kawat.
Three-sided open merupakan TPS yang tiga sisi berdinding dan satu sisi
terbuka. Three-sided hanya memiliki tiga dinding dan 1 pintu teluk yang
dibiarkan terbuka. Semi enclosed adalah TPS yang memiliki empat sisi
berdinding dengan bukaan besar pada dua sisi bangunan. Fully enclosed
sepenuhnya tertutup, memiliki empat sisi berdinding dan pintu kecil untuk
masuk atau keluarnya kendaraan pengangkut sampah (Washburn, 2012).
Kondisi ke lima kategori TPS dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2. 2 Tipe Bangunan TPS di Amerika (a) completely open, (b) 3-sided
open, (c) 3-sided bays, (d) semi enclosed, dan (e) fully enclosed
19
21
22
sehingga semuanya bisa dikontrol dengan alat. Dengan penggunaan sistem irigasi
drip dan jet spray ini dapat menghemat waktu karena menghemat waktu dan tenaga
kerja.
Pada pertengahan Tahun 2008 kebun PUSPA LEBO yang digabungkan
dengan Balai Teknologi Pertanian (BTP) Bedali. Lawang menjadi sebuah unit
kerja baru yang bernama Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PATPH), Pada Tahun 2009 mulai dibuka
kunjungan agrowisata dari sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMA, dan juga untuk
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian atau magang. Kegiatan agrowisata
dilakukan untuk layanan publik, wisata dan layanan edukasi mengenai kegiatan
hulu sampai hilir.
Kebun PUSPA LEBO menjadi salah satu kebun dilingkup UPT PATPH yang
dikelola oleh Seksi Pengembangan Agribisnis Hortikultura (PAH). Mengingat
segala kelengkapan sarana dan prasarana yang telah ada, Kebun PUSPA LEBO
juga menjadi tempat bagi semua anggota di Seksi PAH, sedangkan kantor pusat
UPT PATPH yang merupakan tempat anggota dari Sub Bagian Tata Usaha maupun
Seksi Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan masih berkedudukan di Bedali-
Lawang.
Pada awal pembentukan jenis kegiatan yang dilakukan oleh UPT PATPH
berupa operasional laboratorium (Uji Tanah, Kultur Jaringan, Pengolahan Hasil
Panen) dan pengelolaan beberapa kebun yang berlokasi di Bedali-Lawang, Dau-
Malang, Bulukerto - Batu dan Puspa Lebo-Sidoarjo. Dalam perkembangan
selanjutnya terdapat penambahan beberapa kebun yang dikelola oleh UPT PATPH,
dengan pengembangan komoditas unggulan masing-masing yaitu Kebun
Cemengkalang-Sidoarjo, Kebun Dlanggu-Mojokerto, Kebun Kebomas-Gresik, dan
Kebun Pelem-Kediri.
Seiring dengan adanya perubahan struktur dan tata kelola Perangkat Dinas di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada akhir tahun 2018 sesuai dengan
Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2018 tentang Nomenklatur, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, maka pengelolaan UPT
23
PATPH dikendalikan oleh seorang Kepala UPT dengan dibantu dengan Seorang
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Seorang Kepala Produksi dan Kepala Seksi
Pemasaran.
UPT PATPH atau dikenal dengan PUSPA LEBO terletak di Desa Lebo,
Kecamatan Sidoarjo yang berada lebih dari 25 km dari pusat Kota Surabaya
tepatnya di Jl. Raya Lebo No.48, Sidoarjo, Jawa Timur 61223. UPT PATPH ini
memiliki total luas 6.1 Ha dan berada di ketinggian 5 mdpl, pengembangan
hortikultura di UPT PATPH ini lebih diterapkan pada penerapan prinsip-prinsip
budidaya yang baik dan benar atau sering disebut dengan GAP (Good Agriculture
Practices), sehingga mampu menjadi contoh bagi masyarakat terutama bagi para
petani yang bergerak di bidang hortikultura.
Tujuan dari pendirian UPT PATPH ini adalah sebagai percontohan penerapan
pertanian modern yang dapat bekerja sebagai pusat studi, pelatihan, agribisnis
sekaligus tempat rekreasi (agrowisata) yang dapat menarik minat generasi muda
untuk lebih tertarik menggeluti bidang pertanian. Adapun komoditas-komoditas
yang dikembangkan di kebun oleh UPT PATPH antara lain: Melon Golden
Langkawi, semangka, jambu kristal, labu, cabai, bawang merah, kangkung, sawi,
jagung manis, jagung pangan. Jenis komoditas-komoditas yang ditanam di kebun
ada pula beberapa tanaman yang ditanam di tabulampot antara lain: kelengkeng,
mangga, jambu air, jambu merah, jeruk besar, asam jawa, sawo, dan lain-lain.
Selain tanaman buah dan sayur ada pula tanaman hias dan tanaman toga, tanaman
hias yang dikembangkan antara lain: adenium, gelombang cinta, kaktus, dll.
Sedangkan tanaman toga yang dibudidayakan antara lain: keji beling, sirih gading,
ginseng, kumis kucing, sambung nyawa, dan lain sebagainya.
Terdapat 2 (dua) misi utama yang diemban oleh UPT PATPH untuk
mewujudkan visi tersebut yakni:
a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan
hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan.
b) Meningkatkan pelayanan agrowisata, laboratorium, dan konsultasi agribisnis
bagi masyarakat.
3.2.3 Tujuan dan Sasaran
Dalam mewujudkan visi dan misi UPT PATPH serta menyelaraskan dengan
visi, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2021
maka disusun tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan dan
hortikultura yang berdaya saing, memiliki nilai tambah, dan berkelanjutan
sesuai permintaan pasar.
b. Meningkatkan layanan agrowisata yang dikelola secara profesional.
c. Meningkatkan layanan laboratorium sesuai kebutuhan masyarakat.
d. Pemasyarakatan agribisnis dan teknologi terapan.
e. Meningkatkan kualitas, kinerja, tata kelola pemerintah yang baik.
Kepala UPT.
Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Ir. Sumiyanto Aji,
M.M.A.
Tingkat Pendidikan
No Jabatan Total
S3 S2 S1/D4 SLTA SLTP
1 Kepala UPT 1 1
2 Kasi. Produksi 1 1
3 Kasubag. Tata Usaha 1 1
4 Kasi Pemasaran 1 1
5 Teknisi/Pengelolaan Kebun 1 2 5 1 9
6 Pengelola Kepegawaian 1 1
7 Administrasi 2 2
8 Petugas Laboratorium 1 1
9 Pengelola Keuangan 1 1 2
10 Pengelola Barang/Aset 1 1
11 Penyusunan Program 1 1
12 Pengelola Agrowisata 3 4 7
13 Sopir 1 1
14 Petugas Keamanan 3 3
15 Petugas Pemeliharaan Kebun 1 1
Jumlah Keseluruhan 5 10 17 1 33
1. Kantor
Kantor berfungsi sebagai pusat informasi UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Lebo dan juga terdapat ruang aula yang
digunakan untuk memberikan materi kepada pengunjung agrowisata di
Lebo.
2. Greenhouse
Greenhouse digunakan sebagai tempat budidaya tanaman melon.
Greenhouse berukuran 40 m x 80 m. tempat ini biasanya digunakan
sebagai tempat pembelajaran bagi para pengunjung atau wisatawan untuk
melihat secara langsung proses budidaya tanaman.
3. Open Field
Lahan open field digunakan untuk budidaya tanaman melon, semangka,
kangkung, bayam, sawi, jagung, tomat, bawang merah, dan lain-lain.
Selain untuk tempat budidaya, open field juga digunakan sebagai tempat
pembelajaran bagi para pengunjung atau wisatawan.
30
4. Lahan Outbound
Fasilitas outbound diberikan dalam mendukung minat pengunjung untuk
melatih ketangkasan dalam permainan outbound.
6. Gazebo
Gazebo merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Lebo
dengan fungsi sebagai tempat peristirahatan untuk para pengunjung
setelah melakukan tur wisata.
7. Pos security
Pos satpam berfungsi sebagai tempat bagi petugas keamanan atau satpam
untuk menjaga keamanan pengunjung dan pegawai kantor dimana
keamanan dijaga selama 24 jam.
32
8. Gudang
Gudang ini digunakan sebagai tempat penyimpanan produk seperti pupuk,
pestisida, dan separodi dari UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura.
9. Tempat Parkir
Lahan parkir UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lebo tergolong cukup luas. Lahan parkir ini berada di area
depan kantor sehingga akan memudahkan pengunjung.
33
34
Pengolahan Lahan
Tanah yang sudah diolah diberikan pupuk dasar seperti pupuk kandang,
urea, Za dan SP 36 pada tanah yang sudah diolah serta diberi dolomit.
Fungsi dolomit yaitu sebagai salah satu pembenah tanah. Menurut Dariah
et al, (2015) penggunaan bahan pembenah tanah seperti kompos dan kapur
dengan dosis yang tepat dapat mempercepat proses pemulihan kualitas
lahan.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang sudah di tugal, dalam
proses ini tanaman melon ditanam tidak terlalu dalam karena dapat
menghambat pertumbuhan tanaman.
Pengairan
Teknik pengairan yang digunakan untuk tanaman melon ialah dengan
irigasi tetes tusuk sate. Pada teknik pengairan ini menggunakan pipa
primer dan sekunder serta selang berdiameter 5 mm yang dihubungkan
dengan tusuk sate pada masing-masing lubang tanam. Penggunaan sistem
irigasi tetes cukup efisien karena menghemat penggunaan air dan
mengoptimalkan penerimaan air oleh tanaman.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan NPK.
Penyerbukan
Penyerbukan dilakukan secara manual dengan memetik bunga jantan pada
tanaman melon, kemudian mahkota bunga jantan dihilangkan dan hanya
tersisa serbuk sarinya.
35
Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada cabang atas dan cabang bawah
Seleksi Buah dan Pembandulan
Seleksi buah melon dilakukan dengan cara memilih buah yang paling
besar pada satu tanaman, kemudian buah dibandul atau diikat
menggunakan tali.
Pemanenan
Panen merupakan akhir proses budidaya tanaman melon. Panen dilakukan
apabila buah sudah memenuhi kriteria untuk dipanen seperti warna,
bentuk, dan ukuran daun yang sudah memenuhi syarat.
38
39
2. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada cabang atas dan cabang bawah. Pemangkasan
juga dilakukan pada bunga betina yang memiliki bakal buah yang busuk,
dengan ciri ciri memiliki benjolan berwarna merah ke kuning-kuningan.
Bakal buah yang busuk ini harus segara dipangkas dengan tujuan agar
tanaman lain tidak terjangkit virus dari bakal buah yang busuk. Timbulan
sampah yang terjadi akibat aktivitas ataupun kegiatan ini dilakukan setiap
2-3 kali dalam seminggu
3. Pertumbuhan Gulma
Pertumbuhan gulma di sekitar tanaman melon akan menyebabkan
persaingan dalam memperoleh nutrisi dan air sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman utama (Prayogo et al, 2017). Penyiangan atau
pencabutan gulma dilakukan di sekitar mulsa tanaman melon. Penyiangan
gulma dilakukan secara mekanis yaitu dengan mencabut gulma
41
TPS ini adalah untuk mengelola sampah khususnya sampah jenis organik yang
berasal dari sektor pertanian maupun segala kegiatan yang ada di UPT PATPH
Kebun Lebo, Sidoarjo. Bangunan TPS terbagi menjadi beberapa unit yaitu:
1. Pagar/pintu masuk
Pintu masuk merupakan tempat lintasan untuk melaporkan pada petugas
untuk mengizinkan masuk pengangkutan sampah, dianjurkan pada pintu
masuk untuk memberikan informasi sampah yang bisa di kelola dan punya
nilai jual.
2. Pos jaga
Pos jaga merupakan ruangan yang digunakan untuk lapor dan izin masuk
para pengangkut sampah maupun tamu yang akan masuk TPS. Lokasi pos
jaga diletakkan di bagian paling depan unit TPS.
3. Tempat cuci kendaraan pengangkut sampah
Tempat cuci kendaraan ini digunakan untuk mencuci kendaraan pengangkut
sampah. Lokasi tempat cuci kendaraan berada di belakang musholla.
4. Kantor
Kantor digunakan sebagai ruangan untuk melakukan pendataan kegiatan
administrasi dan melakukan evaluasi kegiatan. kantor diletakkan di depan
unit pengomposan dan di samping pos jaga
5. Gudang
Gudang berfungsi untuk menampung hasil dari pengumpulan barang pecah
belah seperti kertas, kain dan hasil kompos dapat disimpan dalam rak
penyimpanan, dengan susunan dapat dilaksanakan menurut tempat. Gudang
diletakkan di samping kantor dan unit pengelolaan sampah organik untuk
pengomposan.
6. Ruang pengelolaan sampah organik
Dalam ruang pengelolaan sampah organik terdiri dari unit penampungan
sampah organik, unit pemilahan, unit pencacah sampah organik, unit
pengomposan, unit pengayakan dan unit pengepakan kompos. unit
penampungan sampah organik diletakkan samping ruang masuk gerobak
motor, kemudian unit pemilahan sampah organik berada di sebelah unit
43
j. Masker
k. Termometer
Langkah-langkah pengolahan sampah organik menjadi kompos:
a. Melakukan pencacahan sampah untuk mendapatkan potongan
sampah yang kecil sehingga mempercepat proses pengomposan
b. Melakukan pengayakan sampah yang telah di cacah
c. Meletakkan sampah yang telah diayak ke dalam karung
d. Mencampurkan sampah yang telah dicacah dengan EM4 dengan
perbandingan 4 tutup EM4 dengan 4 liter air bersih
e. Meletakkan campuran sampah dan bioaktifator ke dalam bak
pengomposan
f. Melakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga agar suhu
kompos sekitar 40 – 60oc dan kelembabannya 40%.
g. Melakukan pengukuran suhu menggunakan termometer dan
kelembaban menggunakan tongkat yang ditancapkan
h. Apabila kondisinya terlalu lembab maka perlu dilakukan
pembalikan tumpukan kompos
5. Pengepakan
Tujuan:
Pengepakan bertujuan untuk menata kompos dan sampah anorganik
yang layak jual supaya menjadi lebih rapi, menarik dan dapat dijual.
Alat dan bahan:
a. Karung plastik
b. Timbangan
c. Alat Pres
d. Sekop
Langkah-langkah pengepakan sampah organik:
a. Kompos yang sudah disaring kemudian ditimbang dengan ukuran
berat tertentu, kemudian dimasukkan dikemas ke dalam plastik
supaya lebih rapi dan menarik
47
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan kerja praktik yang telah dilaksanakan di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura didapatkan beberapa
kesimpulan yakni sebagai berikut:
1. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
merupakan suatu instansi yang berada di bawah naungan Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Timur yang bergerak dibidang agribisnis.
2. Pengelolaan Lingkungan yang ada di UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura yakni sebagai berikut:
- Bentuk perawatan lahan pada setiap lahan maupun greenhouse yang
ada di UPT PATPH yaitu dengan cara pembajakan menggunakan hand
tractor. Tanah yang sudah diolah dibiarkan selama satu minggu
kemudian diberikan pupuk dasar seperti pupuk kandang, urea, Za dan
SP 36 pada tanah yang sudah diolah serta diberi dolomit. Fungsi
dolomit yaitu sebagai salah satu pembenahan tanah.
- Dalam praktik pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
pengendalian mekanik yaitu memotong daun tanaman yang terserang
hama dan penyakit, serta dilakukan pengendalian dengan
pengaplikasian pestisida.
- Teknik pengairan yang digunakan ialah dengan irigasi tetes tusuk sate
dengan sumber pengairan berasal dari sumur yang dipompa menuju
bak penampung.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu diperlukannya realisasi dari pengelolaan
sampah organik agar dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Adapun Perencanaan
TPS UPT PATPH akan direncanakan di Gedung X yang akan dialih fungsikan
48
49
menjadi TPS yang terdiri dari pintu masuk dan keluar, parkir sepeda motor, pos
jaga, kantor administrasi, kamar mandi, musholla, tempat pencucian kendaraan,
IPAL lindi, unit TPS organik (pengumpul sampah, pemilahan, mesin pencacah,
komposting dengan menggunakan aerator bambu, area pengemasan, gudang).
DAFTAR PUSTAKA
Alam, R., Chowdhury, M. A. I., Hasan, G.M.J., Karanjit, B., dan Shrestha, L.R.
2008. Generation, Storage, Collection and Transportation of Municipal Solid
Waste – A Case Study in The City of Kathmandu, Capital of Nepal. Waste
Management 28 (2008) 1088–1097
Boulanger, L. 1999. Transfer station. In: Baron, M. G. (Ed.). Municipal Solid Waste
Management: Project Methodology, Haifa, Marseilles and Piraeus, Life
Program – Third countries, LIFE95/IL/B2/IL/969/MED.
Eshet, T., Baron, M. G., Shechter, S., dan Ayalon, O. 2007. Measuring Externalities
of Waste Transfer Stations in Israel Using Hedonic Pricing. Waste
Management 27, 614 – 625
50
51
Kamaruddin, S. M., Pawson, E., dan Kinghan, S. 2013. Facilitating Social Learning
in Sustainable Waste Management: Case Study of NGOs Involvement in
Selangor, Malaysia. Vol. 105, Hal. 325 - 332
Kirca, O. dan Erkip, N. 1988. Selecting Transfer Station Locations for Large Solid
Waste Systems. European Journal of Operational Research 38 (1988) 339-
349
Kollikkathara, N., Feng, H., dan Stern, E. 2009. A Purview of Waste Management
Evolution: Special Emphasis on USA. Waste Management 29, 974 – 985
Sahirin, N. 2003. Pertanian Organik : Prinsip Daur Ulang Hara, Konservasi Air dan
Interaksi Antar Tanaman, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
52
SNI 19-3983-1995. 1995. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan
Kota sedang di Indonesia
53
LEMBAR ASISTENSI KERJA PRAKTIK