Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTEK PEMAGANGAN

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT SKALA SEDANG UNTUK


PEMBUATAN PETA PENUTUPAN LAHAN KECAMATAN KOTAGEDE
2020 DI BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN (BPKH) WILAYAH
XI YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

AFFAN AMIN AYATULLOH


16250469

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan magang ini telah diperiksa dan disetujui sebagai kasil kegiatan magang
untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Program Sarjana Teknik Lingkungan
(S1), 4 tahun Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Yogyakarta
Periode

Yogyakarta,

Pembimbing Lapangan Magang Pembimbing Akademis Magang

Soraya Isfandiari, S.Hut, M.T., M.A Dra.Hj. Lily Handayani, M.Si


NIP : 197200809 199803 2 001 NIDN : 0514125401

Mengetahui:
Wakil Rektor 1
Institut Teknologi YogyakaPta

Dra.Hj. Lily Handayani, M.Si


NIDN : 0514125401
IDENTITAS PEMAGANGAN

Data Personal
Nama : Affan Amin Ayatulloh
NIM : 16250469
Jumlah SKS yang sudah lulus :
Tahun Akademik : 2016
Data Instansi Magang
Nama Instansi : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI
Yogyakarta
Unit Kerja : Seksi Informasi Sumberdaya Hutan
Alamat : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI
Jawa – Madura Jl. Ngeksigondo No.53 Kotagede,
Yogyakarta
Bidang Konsentrasi Magang dan Pembimbing
Bidang Konsentrasi : Konservasi Lingkungan
Pembimbing Lapangan : Soraya Isfansiari, S.Hut, M.T, M.A.
Pembimbing Akademik : Dra. Hj. Lily Handayani, M.Si.

Yogyakarta,

Pembimbing Lapangan Magang Pembimbing Akademik Magang

Soraya Isfansiari, S.Hut, M.T, M.A Dra. Hj. Lily Handayani, M.Si.
NIP : 19720809 199803 2 0011 NIDN : 0514125401
HALAMAN PRSEMBAHAN

1. Tuhan yang maha esa, Karena hanya atas kasih dan karunia-Nya maka
laporan ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materi
sertado’a yang tiada hentinya.
3. Ibu Dra. Hj. Lily Handayani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Laporan
Kerja Praktek, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya
untuk membimbing dalam pembuatan laporan Kerja Praktek pemagangan
ini.
4. Seluruh keluarga, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,
senyum dan doanya untuk keberhasilan ini.
5. Sahabat dan teman-teman, tanpa semangat, dukungan dan bantuannya
semua takkan sampai disini,
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk semua, dan semoga laporan ini
dapat bermanfaat serta berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan masa yang
akan datang.
MOTTO

Dia Menerangkan Kebenaran Dan Dia Pemberi Keputusan


Terbaik
QS 6 : 57
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan
Kerja Praktek dangan judul “LAPORAN PRAKTEK PEMAGANGAN
PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT SKALA SEDANG UNTUK
PEMBUATAN PETA PENUTUPAN LAHAN KECAMATAN KOTAGEDE
2020”. Kerja Praktek merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah program Sarjana Teknik Lingkungan (S1)
Prodi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Yogyakarta (STTL “YLH”
Yogyakarta). Selama melaksanakan Kerja Praktek dan kemudian tersusun dalam
laporan Kerja Praktek ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan,
dukungan dan bimbingan.
Pada kesempatan ini, tidak lupa diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. DR. Ir. H. Chafid Fandeli, SU selaku Rektor Institut Teknologi
Yogyakarta (STTL “YLH”) yang telah berjasa memberikan kontribusi dan
mengabdi untuk kampus Institut Teknologi Yogyakarta (STTL “YLH”) yang
tercinta ini.
2. Ibu Soraya Isfandiari, S.Hut, M.T, M.A selaku pembimbing praktek magang di
BPKH Wilayah XI.
3. Ibu Irene Arum AS., S.T. M.T. selaku Ka. Prodi Teknik Lingkungan Institut
Teknologi Yogyakarta (STTL “YLH”).
4. Ibu Dra. Hj. Lily Handayani, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun.
6. Ayah dan ibu selaku orang tua yang selalu meberi dukungan dan doanya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Seluruh staf yang turut membantu di BPKH Wilayah XI Jawa Madura.
8. Semua pihak yang telah mendukung, membantu serta mendoakan penyelesaian
laporan ini.
Penulis menyadari Laporan Praktek Pemagangan ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan penyusun demi kesempurnaan Laporan Praktek
Pemagangan ini. Semoga Laporan Praktek Pemagangan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun sendiri maupun pihak-pihak yang membacanya.

Yogyakarta 10 Oktober 2020


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
IDENTITAS PEMAGANGAN...............................................................................ii
HALAMAN PRSEMBAHAN................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3. Tujuan................................................................................................................2

1.4. Manfaat..............................................................................................................3

1.5. Waktu Dan Tempat............................................................................................3

BAB II GAMBARAN UMUM................................................................................4


2.1. Sejarah Berdirinya BPKH Wilayah XI Yogyakarta................................................5

2.2. Lokasi BPKH Wilayah XI Yogyakarta....................................................................5

2.3. Visi Dan Misi BPKH Wilayah XI Yogyakarta.........................................................6

2.4. Struktur Organisasi BPKH Wilayah XI Yogyakarta...............................................7

2.5. Maksud Dan Tujuan Berdirinya BPKH Wilayah XI Yogyakarta............................8


2.6. Sistem Informasi Geografis.................................................................................9

2.7. Penginderaan Jauh...........................................................................................13

2.8. Citra Satelit.......................................................................................................15

2.9. Penutupan Lahan Dengan Citra Satelit.............................................................16

2.10. Deskripsi Umum Kecamatan Kotagede........................................................20

2.11. Topografi......................................................................................................21

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................23


3.1. Interpretasi Citra..............................................................................................23

3.2. Skala Peta.........................................................................................................24

3.3. Digitasi Peta......................................................................................................25

3.4. Cropping / Pemotongan Citra...........................................................................27

3.5. Data Atribut (Attribute Table)..........................................................................27

3.6. Layout Peta.......................................................................................................29

3.7. Peta Penutupan Lahan data Kecamatan Kotagede...........................................31

BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.10 Peta wilayah Kotagede..................................................................20Y


Gambar 3.1. (1) Pemukiman. (2) Lahan Kering Campur.....................................24
Gambar 3.2. Skala Peta Penutupan Lahan Kecamatan Kotagede..........................25
Gambar 3.3. Hasil Digitasi Peta Penutupan Lahan Kecamatan Kotagede.............26
Gambar 3.4. Hasil Cropping Peta Penutupan Lahan Kecamatan Kotagede..........27

DAFTAR TABEL

YTabel 2.11. Luas Kelurahan dan Jumlah RT dan RW di Kecamatan..................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk dan pembangunan yang relatif cepat

dari tahun ketahun membuat lahan hutan semakin berkurang. Jumlah

penduduk yang kian bertambah membutuhkan lahan untuk digunakan sebagai

tempat tinggal. Namun kenyataanya kapasitas lahan yang terbatas membuat

masyarakat membuka lahan hutan untuk digunakan sebagai lahan

permukiman.

Aktifitas manusia juga berdampak pada semakin perkurangnya lahan

kawasan hutan, dimana lahan hutan digunakan oleh masyarakan untuk lahan

pertanian, lahan permukiman, pariwisata atau fasilitas lain yang menunjang

hidup masyarakat. Sering kali masyarakat merubah fungsi lahan kawasan

hutan menjadi non hutan tanpa mempertimbangkan dampak yang dapat

terjadi akibat semakin berkurangnya lahan hutan. Lahan hutan yang beralih

fungsi menjadi lahan non hutan dapat mengakibatkan degradasi lahan yang

dapat menimbulkan bencana seperti banjir, kekeringan dan longsor. Lahan

hutan yang semakin sedikit juga dapat perdampak pada kondisi udara dimuka

bumi.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat bertambahnya

jumlah penduduk dan aktifitas manusia yang berdampak dengan

berkurangnya lahan kawasan hutan dimuka bumi maka perlu diadakanya

monitoring terhadap perubahan penggunaan lahan hutan guna mengantisipasi

1
masalah-masalah yang timbul, serta menentukan tindakan apa yang harus

diambil/dilakukan guna menanggulangi masalah-masalah tersebut.

Penggunaan Sistem Informasi Geografi (SIG) meningkat tajam sejak

tahun 1980-an. Peningkatan pemakaian system ini terjadi dikalangan

pemerintah, militer, akademis, atau bisnis terutama di negara-negara maju.

BAKOSURTANAL menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir

dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personel

yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi,

menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang berefernsi

geografi.

Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data

analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah,

sawah dan lain-lain yang sebelumnya dalam format raster pada sebuah citra

satelit resolusi tinggi dapat diubah kedalam format digital dengan proses

digitasi. Digitasi merupakan usaha untuk menggambarkan kondisi bumi

kedalam sebuah bidang datar dalam computer. Atau dapat disebut sebagai

pengubahan data peta hardcopy menjadi softcopy.

1.2. Rumusan Masalah

Sumber daya hayati di Indonesia paling banyak dieksploitasi

pemanfaatannya adalah pemukiman dan lahan yang dipergunakan lainnya.

Penggunaan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam

pembuatan peta penutupan lahan dengan menggunakan arcgis.

1.3. Tujuan

2
Mengetahui cara pembuatan peta penutupan lahan Kecamatan Kota

Gede tahun 2019 dengan menggunakan citra satelit landsat skala sedang.

1.4. Manfaat

Kegiatan ini bermanfaat untuk menambah pemahaman dan

pengetahuan bagaimana cara pembuatan peta penutupan lahan di Kecamatan

Kota Gede dengan menggunakan citra satelit landsat skala sedang.

1.5. Waktu Dan Tempat

Kerja Praktek (Magang) tahun 2020 dilaksanakan pada :

1. Waktu

Kerja Praktek (Magang) dilaksanakan selama 5 minggu, yakni dimulai

pada 12 Februari - 10 Maret 2020

2. Tempat

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah Xi Jawa-Madura Jl.

Ngeksigondo No.53

3
BAB II

GAMBARAN UMUM

Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) adalah unit pelaksana

teknis di bawah Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian

Kehutanan Indonesia. Lembaga ini memiliki tugas melaksanaan pemantapan

kawasan hutan penilaian perubahan status dan fungsi hutan, serta penyajian

data dan informasi sumberdaya hutan.

Saat ini terdapat 22 BPKH yang masing-masing dipimpin oleh Kepala

Balai dengan jabatan eselon IV. Kepala Balai membawahi Kepala Subbagian

Tata Usaha, Kepala Seksi Pemolaan Kawasan Hutan, Kepala Seksi Informasi

Sumberdaya Hutan, serta unit pelaksana teknis.

Antara lain 22 BPKH sebagai berikut :

1. BPKH Wilayah I Medan


2. BPKH Wilayah II Palembang
3. BPKH Wilayah III Pontianak
4. BPKH Wilayah IV Samarinda
5. BPKH Wilayah V Banjarbaru
6. BPKH Wilayah VI Manado
7. BPKH Wilayah VII Makassar
8. BPKH Wilayah VIII Denpasar
9. BPKH Wilayah IX Ambon
10. BPKH Wilayah X Jayapura
11. BPKH Wilayah XI Yogyakarta
12. BPKH Wilayah XII Tanjung Pinang

4
13. BPKH Wilayah XIII Pangkal Pinang
14. BPKH Wilayah XIV Kupang
15. BPKH Wilayah XV Gorontalo
16. BPKH Wilayah XVI Palu
17. BPKH Wilayah XVII Manokwari
18. BPKH Wilayah XVIII Banda Aceh
19. BPKH Wilayah XIX Pekanbaru
20. BPKH Wilayah XX Bandar Lampung
21. BPKH Wilayah XXI Palangkaraya
22. BPKH Wilayah XXII Kendari

2.1. Sejarah Berdirinya BPKH Wilayah XI Yogyakarta

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa-Madura yang

dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6188/Kpts-

11/2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKH,

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Nomor P.6/MenLHK/ Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Balai Pemantapan Kawasan Hutan, BPKH menyelenggarakan

fungsi penyiapan dan penyajian data dan informasi kawasan hutan serta tata

lingkungan.

2.2. Lokasi BPKH Wilayah XI Yogyakarta

5
Gambar 2.2 Lokasi Praktek Pemagangan Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah XI Yogyakarta 2020 Sumber : Google Earth 2020

Alamat: Jl. Ngeksigondo No.58, Prenggan, Kec. Kotagede, Kota

Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55172

Jam buka :  Sabtu : Tutup

Minggu : Tutup

Senin : 07.30–16.00

Selasa : 07.30–16.00

Rabu : 07.30–16.00

Kamis : 07.30–16.00

Jumat : 07.30–16.30

Telepon :(0274) 388923

Provinsi :Daerah Istimewa Yogyakarta

2.3. Visi Dan Misi BPKH Wilayah XI Yogyakarta

Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis

Ditjen Planologi Kehutanan dh. Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188Kpts-II2002,

tanggal 10 Juni 2002 dan telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P.16 Menhut-II2013 tanggal 26 Februari 2013 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Balai Pemantapan Kawasan Hutan Didik, dkk. 2015. BPKH

6
Wilayah XI memiliki visi dan misi diantaranya: 1. BPKH Wilayah XI Jawa

Madura merupakan Unit Pelaksana Teknis UPT Direktorat Jenderal

Planologi Kehutanan tidak menetapkan visi sendiri melainkan melaksanakan

visi Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Sesusai dengan Peraturan

Direktorat Jendral Planologi Kehutanan Nomor: P. 03VII-SET2010 tanggal

19 Mei 2010 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Planologi

Kehutanan Tahun 2010-2014, disebutkan bahwa Visi Direktorat Jendral

Planologi Kehutanan adalah: “Terwujudnya Perencanaan Makro Bidang

Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan untuk Mendukung Pengelolaan

Hutan Lestari”. 2. Misi BPKH Wilayah XI Jawa Madura merupakan misi ke-

7 dari misi Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, yaitu: “Memantapkan

Prakondisi Pengelolaan Kawasan Hutan”.

2.4. Struktur Organisasi BPKH Wilayah XI Yogyakarta

Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI merupakan

Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pemantapan kawasan hutan yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Planologi

Kehutanan yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai dengan dibantu oleh

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pemolaan Kawasan Hutan,

Kepala Seksi Informasi Sumber Daya Hutan serta Kelompok Jabatan

Fungsional.

7
Struktur Organisasi BPKH Wilayah XI Jawa-Madura adalah sebagai berikut:

KEPALA BALAI

SUB BAGIAN
TATA USAHA

SEKSI PEMOLAAN SEKSI INFORMASI


KAWASAN HUTAN SUMBERDAYA HUTAN

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

2.5. Maksud Dan Tujuan Berdirinya BPKH Wilayah XI Yogyakarta

8
1. Penyelesaian masalah kawasan hutan yang telah terjadi dan menghindari

terjadinya masalah baru di masa depan serta meningkatkan kapasitas

pengelolaan hutan konservasi dan hutan lindung.

2. Mempermudah akses bagi penerima manfaat atau dapat menekan

terjadinya ekonomi biaya tinggi serta terdapat landasan kuat untuk

mengalokasikan manfaat hutan secara adil.

3. Menyediakan infrastruktur sosial maupun ekonomi bagi penguatan

kelembagaan local terutama yang mendapat akses pemanfaatan

sumberdaya hutan, peningkatan efisiensi ekonomi maupun

pengembangan nilai tambah hasil hutan.

2.6. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografi merupakan suatu sistem hasil

pengembangan perangkat keras dan perangkat lunak untuk tujuan pemetaan,

sehingga fakta wilayah dapat disajikan dalam satu sitem berbasis komputer.

Sistem informasi ini semua data yang ditampilkan bereferensi spasial

(berkaitan dengan ruang/tempat/posisi absolut) demikian pula dengan data

atributnya, karena yang membedakan sistem ini dengan sistem informasi

lainnya terletak di aspek spasialnya (kaitan dengan ruang), semua data dapat

dirujuk lokasinya di atas peta yang menjadi peta dasarnya. Ketelitian lokasi

data ditentukan oleh sumber petanya dengan segala aspeknya antara lain

kedar/skala, proyeksi, tahun pembuatan, saat pengambilan (untuk citra

satelit), koreksi geometris dan lain sebagainya. Menurut Prahasta (2001)

Sistem Informasi Geografis merupakan sistem yang berbasis komputer yang

9
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi

geografi khussunya data spasial.

Komponen SIG terdiri atas : komponen perangkat keras, perangkat

lunak, data dan informasi geografi, dan manajemen data, sedangkan sebagai

sistem SIG terdiri atas subsistem : data input, data output, data management

dan data manipulation serta analysis, sehingga pada dasarnya dapat

dikatakan bahwa peranan data sangat vital dalam menjalankan proyek-

proyek SIG. Pengorganisasian data perlu dibentuk sistem basis data/data

base yang bertujuan memudahkan dalam kegiatan pengembangan selajutnya

ataupun manipulasi ulang.

SIG merupakan suatu sistem informasi yang berbasis spasial, maka

untuk dapat memberikan informasi yang akurat diperlukan data yang

akurat, tepat waktu, berkesinambungan dan sesuai kebutuhan. Usaha untuk

mendukung hal tersebut diperlukan peta dasar berupa peta terbaru, peta

digital dan citra satelit sedangkan data atribut (berupa teks, tabel dan

grafis), harus selalu diperbaharui sesuai dengan perubahan kondisi dan

dikumpulkan dari sumber-sumber yang berkompeten.

Salah satu unggulan pertama SIG adalah terletak pada

kemampuannya untuk mendapatkan informasi-informasi yang tidak

terprediksi sebelumnya. Penggunaan SIG terutama untuk pengelolaan

sumberdaya alam, yang meyangkut perencanaan, pemanfaatan, dan

pengendalian sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Prahasta, 2001).

Secara umum SIG terdiri dari sub sistem (Prahasta,2001), yaitu :

10
1. Data masukan (Input Data) : Subsistem ini bertugas untuk

mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari

berbagai sumber. Sub sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam

mengkonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya

ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

2. Data Keluaran (Output Data) : Subsistem ini menampilkan atau

menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian data baik dalam bentuk

softcopy maupun dalam hardcopy seperti tabel, grafik, dan peta.

3. Data Manajemen : Subsitem ini mengorganisasikan baik data spasial

maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga

mudah dipanggil, diupdate, dan diedit.

4. Data Manipulasi dan Analisis : Subsistem ini menentukan informasi-

informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini

juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan

informasi yang diharapkan.

Subsistem masukan data dimaksudkan sebagai upaya

mengumpulkan dan mengolah data spasial dari sumber (peta, data

penginderaan jauh, dan basis data lain). Subsistem penyimpanan dan

pemanggilan kembali dilakukan untuk mengorganisasi data dalam bentuk

yang mudah dan cepat dapat diambil kembali, dan memungkinkan

pemutakhiran serta koreksi cepat dan akurat. Sistem manipulasi data dan

analisis data dilaksanakan untuk mengubah data sesuai permintaan

pengguna, atau menghasilkan parameter dan hambatan bagi berbagai

11
optimasi atau pemodelan menurut ruang dan waktu. Subsistem keluaran

mampu menayangkan sebagian atau seluruh basis data asli maupun data

yang telah dimanipulasi, serta keluaran dari model spasial dalam bentuk

tabel dan peta.Sistem Informasi Geografis (SIG) bukan sekedar alat

pembuat peta, dan walaupun produk SIG lebih sering disajikan dalam

bentuk peta, namun kekuatan SIG yang sebenarnya terletak pada

kemampuannya untuk melakukan analisis. SIG dapat mengolah data

dengan volume yang besar. Dengan demikian, pengetahuan mengenai

bagaimana mengekstrak data tersebut dan bagaimana menggunakannya

merupakan fungsi analisis dalam SIG.

Informasi keruangan (data spasial) diperlukan untuk berbagai

kajian sumberdaya lahan, memecahkan berbagai masalah keruaangan,

seperti analisis bencana alam, kebakaran hutan, banjir, konversi lahan, studi

kualitas permukiman, dan perencanan tata ruang. Informasinya dapat

diperoleh dan dianalisis melalui teknologi Sistem Informasi Geografis

(SIG).Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis secara terpadu dalam

pengolahan citra digital adalah untuk memperbaiki hasil klasifikasi.

Dengan demikian, peranan teknologi Sistem Informasi Geografis dapat

diterapkan pada operasionalisasi penginderaan jauh satelit. Mengingat

sumber data sebagian besar berasal dari data penginderaan jauh baik satelit

maupun terestrial terdigitasi, maka teknologi Sistem Informasi geografis

erat kaitannya dengan teknologi penginderaan jauh. Namun demikian,

penginderaan jauh bukan merupakan satu-satunya ilmu pendukung bagi

12
sistem ini. Sumber data lain berasal dari hasil survey terestrial atau uji

lapangan dan data-data sekunder lainnya seperti sensus, catatan, dan

laporan yang terpercaya. Data spasial dari penginderaan jauh dan survey

terestrial tersimpan dalam basis data yang memanfaatkan teknologi

komputer digital untuk pengelolaan dan pengambilan keputusan.

2.7. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh

informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data

yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek,

daerah, atau fenomena yang dikaji. Penginderaan jauh dapat diartikan

sebagai suatu proses membaca (Lillesand & Kiefer, 1990). Sutanto (1979)

menjelaskan bahwa penginderaan jauh atau remote sensing merupakan cara

memperoleh informasi atau pengukuran dari pada obyek atau gejala,

dengan menggunakan sensor dan tanpa ada hubungan langsung dengan

obyek atau gejala tersebut. Karena tanpa kontak langsung, maka diperlukan

media supaya obyek atau gejala tersebut dapat diamati dan didekati oleh si

penafsir. Media ini berupa citra (images atau gambar).

Citra penginderaan jauh merupakan gambaran muka bumi beserta

obyek - obyek yang ada atau nampak padanya dan pembuatan gambarannya

dilakukan dengan sensor (alat pengindera) buatan yang dipasang pada

balon, pesawat terbang, satelit, dan sebagainya. Interpretasi setidak-

tidaknya akan meliputi tiga pekerjaan mental yang dapat dilaksanakan

secara bersamaan maupun tidak, yakni:

13
a. Deteksi obyek pada citra

b. Identifikasi obyek pada citra

c. Penggunaan yang tepat dari informasi yang diperoleh untuk memecahkan

masalah yang sedang dihadapi

Identifikasi merupakan pengejaan ciri-ciri obyek yang dikaji. Tiap

obyek mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tersendiri dimana karakteristik

ini dapat dilacak pada citra (Sutanto, 1979).

Citra penginderaan jauh terbagi menjadi dua jenis citra, yaitu citra

foto dan citra non foto. Pembeda dari kedua jenis citra tersebut adalah jenis

sensor, jenis detektor, dan proses perekamannya. Citra foto udara biasanya

dicetak dalam skala besar, sedangkan citra non foto biasanya dicetak dalam

skala kecil. Untuk dapat memahami prinsip penginderaan jauh, terdapat 5

komponen yang terdapat pada sistem penginderaan jauh meliputi :

a. Matahari sebagai sumber energi utama karena temperaturnya tinggi 5

b. Atmosfer sebagai medium yang bersikap menyerap, memantulkan,

menghamburkan (scatter) dan melewatkan radiasi elektromagnetik

c. Obyek atau target di muka bumi yang diterima atau memancarkan

spektrum elektromagnetik dari dalam obyek tersebut

d. Radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan

e. Alat pengindera (sensor), yaitu alat untuk menerima dan merekam radiasi

atau emisi spektrum elektromagnetik yang datang dari obyek.

14
2.8. Citra Satelit

Citra merupakan masukan data atau hasil observasi dalam proses

penginderaan jauh. Penginderaan Jauh atau Remote Sensing didefinisikan

sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek,

daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena tersebut.

Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu

obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat

pemantau/sensor, baik optik, elektrooptik, optik-mekanik maupun

elektromekanik. Citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran

terlebih dahulu dalam pemanfaatannya.Citra Satelit merupakan hasil dari

pemotretan/perekaman alat sensor yang dipasang pada wahana satelit ruang

angkasa dengan ketinggian lebih dari 400 km dari permukaan bumi.

Jenis Citra Satelit berdasarkan tingkat resolusi spasial Kemampuan

sensor dalam merekam obyek terkecil pada tiap pikselnya ini disebut

dengan resolusi spasial.

Berdasarkan tingkatan resolusinya citra satelit dibedakan menjadi 3 macam,

yaitu :

 Citra resolusi rendah, memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m

(Citra satelit Landsat)

15
 Citra resolusi sedang, memiliki resolusi spasial 2.5 m s/d 10 m (Citra

satelit SPOT)

 Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6 m s/d 1 m (Citra

satelit Ikonos dan Quickbird).

Tingkat resolusi spasial citra satelit ini dipengaruhi oleh

kemampuan sensor dalam merekam objek yang terkecil, Satelit Landsat

TM mampu merekam obyek terkecil dilapangan sebesar 30 x 30 meter,

Satelit Ikonos merekam dengan obyek terkecilnya 1 x 1 meter. QuickBird

dengan ukuran obyek terkecilnya 0,6 x 0,6 meter. Citra satelit terbentuk

dari serangkaian matrik elemen gambar yang disebut dengan piksel. Piksel

merupakan unit terkecil dari sebuah citra. Piksel sebuah citra pada

umumnya berbentuk segi empat dan mewakili suatu area tertentu pada

citra. Jika sebuah sensor memiliki resolusi spasial 20 meter dan citra dari

sensor tersebut menampilkannya secara penuh, maka masing-masing piksel

akan mewakili area seluas 20 x 20 meter. Citra yang menampilkan area

dengan cakupan yang luas biasanya memiliki resolusi spasial yang rendah.

2.9. Penutupan Lahan Dengan Citra Satelit

Peta Penutupan Lahan (Land Cover) dengan Citra Satelit mengacu

pada data yang merupakan hasil dari pengklasifikasian data citra satelit

mentah menjadi data Klasifikasi Tutupan Lahan (Land Cover) . Klasifikasi

citra bertujuan untuk pengelompokan atau melakukan segmentasi terhadap

kenampakan-kenampakan yang homogen dengan menggunakan teknik

kuantitatif.

16
Penutupan lahan (and cover) berbeda dengan penggunaan lahan

(land use) meskipun dua istilah ini sering digunakan secara

bergantian. Penggunaan lahan adalah deskripsi tentang bagaimana

orang memanfaatkan lahan dan kegiatan sosial

ekonomi – perkotaan dan lahan pertanian merupakan dua kelas penggunaan

lahan yang paling umum dikenal. Pada satu titik atau tempat, mungkin ada

beberapa alternatif dan penggunaan lahan, spesifikasi yang mungkin

memiliki politik dimensi.

Salah satu isu land cover (tutupan lahan) utama adalah bahwa

setiap survei mendefinisikan objek yang berbeda dengan nama yang

sama. Sebagai contoh, ada banyak definisi ‘Forest’, yang sebenarnya

terdapat fitur hutan yang berbeda-beda (tinggi, tutupan kanopi, hutan

produksi, hutan kerapatan tinggi, hutan kerapatan rendah, dan lain-lain )

Citra satelit dan GIS untuk Tutupan Lahan (Land Cover) adalah

kunci untuk aplikasi yang beragam seperti lingkungan, kehutanan,

hidrologi, pertanian, dan geologi. Manajemen Sumber Daya Alam,

Perencanaan dan program Pemantauan bergantung pada informasi yang

akurat tentang  tutupan lahan (land cover) di suatu daerah.

Analisis citra satelit memungkinkan untuk:

 Analisa cepat dan akurat

 Kuantitatif penilaian vegetasi hijau

 Mendasari karakteristik tanah

17
Citra satelit memungkinkan pengamatan langsung dari permukaan

tanah pada interval berulang-ulang dan karena itu memungkinkan pemetaan

dalam pemantauan dan penilaian:

 Kesehatan tanaman

 Mengubah deteksi

 Mengetahui Kualitas Air

 Analisis lingkungan

 Penghematan Energi

 Pemetaan dan landscape Irigasi

 Peta Karbon

 Tanah dan Analisis Kesuburannya

Citra Resolusi Sedang

Citra bersolusi menengah (sedang) adalah citra-citra satelit yang

memiliki resolusi spasial 4 – 30 m. Citra satelit Landset dikelompokkan

pada citra bersolusi menengah.

Satelit Landsat

Program Landsat dimulai dengan diluncurkannya satelit Landsat.

Landsat merupakan satelit pengamatan bumi (EOS/Earth Observation

Sattelite) yang pertama, diluncurkan pada tahun 1972. Satelit ini terkenal

dengan kemampuannya merekam permukaan bumi dari angkasa. Generasi

penerus satelit Landsat-1 yaitu Landsat-2, 3, 4, 5, dan 7. Pada saat ini

Landsat sebagai satelit pokok yang dioperasikan.

18
Landsat diluncurkan pada 15 April 1999. Landsat ini dilengkapi

dengan Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+), yang merupakan

kelanjutan dari program Thematic Mapper (TM) yang diusung sejak

Landsat-5. Saluran pada satelit ini pada dasarnya adalah sama dengan 7

saluran pada TM, namun diperluas dengan saluran 8 yaitu Pankromatik.

Saluran 8 ini merupakan saluran berresolusi tinggi yaitu seluas 15 meter.

Karaktreristik Satelit Landsat

1. Tanggal Peluncuran 15 April 1999 at Vandenberg Air Force Base,

California, USA

2. Orbit 705 +/- 5 km (at the equator) sun-synchronous

3. Inklinasi Orbit 98.2 +/- 0.15

4. Periode Orbit 98.9 minutes

5. Ketinggian 681 kilometer

6. Resolusi pada Nadir 30x30 meter (TM), 120 m x 120 m pixel (far-

infrared band/band 7)

7. Cakupan Citra 185 km (115 miles)

8. Waktu Melintas Ekuator 10:30 AM solar time

9. Waktu Lintas Ulang 16 days (233 orbits)

10. Saluran Citra Panchromatic, blue, green, red, near IR, middle IR, far

IR,Thermal IR

19
2.10. Deskripsi Umum Kecamatan Kotagede

20
Gambar 2.10 Peta wilayah Kotagede

Kecamatan Kotagede merupakan bagian wilayah dari Kota

Yogyakarta yang memiliki luas 3,07 Km2 . Luas wilayah ini merupakan

9,45% dari wilayah administrasi Kota Yogyakarta yang luasnya 32,5 Km 2.

Letak geografis Kotagede yaitu antara 1100 24’19” - 1100 27’53” BT dan

70 15’35” - 70 49’35” LS, dan terletak sekitar 10 Km dari pusat Kota

Yogyakarta.

Batas-batas wilayah Kecamatan Kotagede sebagai berikut: 

 Sebelah Utara : Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul

 Sebelah Timur : Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul

 Sebelah Selatan : Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul

 Sebelah Barat : Kecamatan Umbulharjo

2.11. Topografi

Kotagede didominasi oleh wilayah permukiman dan lahan

pertanian, namun lahan pertanian tersebut semakin lama semakin berkurang

sesuai dengan perkembangan wilayah Kecamatan Kotagede yang semakin

banyak dengan kebutuhan daerah permukiman, maupun kegunaan lain yang

juga sesuai dengan perkembangan wilayah yang telah disesuaikan dengan

kebijakan pemerintah setempat. Wilayah Kecamatan Kotagede dibagi

menjadi 3 Kelurahan yaitu; Kelurahan Prenggan, Kelurahan Purbayan dan

Kelurahan Rejowinangun. 

21
No Kelurahan Luas (Km2) Jumlah RW Jumlah RT
1. Prenggan 0.83 13 57
2. Purbayan 0.99 14 58
3. Rejowinangun 1.25 13 49
Jumlah 3.07 40 164
Tabel 2.11. Luas Kelurahan dan Jumlah RT dan RW di Kecamatan
Kotagede

Pusat perekonomian dari kawasan Kotagede adalah Pasar

Kotagede yang merupakan sentra perekonomian dari masyarakat Kotagede

dan sekitarnya yang terletak di perpotongan akses jalan bagian Utara-

Selatan (Bagian dari rute Yogyakarta-Gunung Kidul) dan akses jalan Barat-

Timur (kea rah Barat menuju Yogyakarta dan Kearah Timur menuju Pleret

dan Surakarta). Disekitar Pasar tersebut terletak beberapa tempat yang

mempunyai makna sejarah dan budaya bagi penduduk sekitar dan dinasti

Mataram Islam. Dibagian Tenggara pasar Kotagede terdapat sebuah

kampung yang bernama Kampung Alun-alun dan di sebelah barat dari

kampong tersebut terletak sebuah makam pendiri Kerajaan Mataram.

Sebelah selatan kampong adalah wilayah yang dipercayai sebagai bekas

letak dari Keraton Mataram yang pertama.

22
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Interpretasi Citra

Berdasarkan interpretasi Citra Landsat Skala Sedang

menggunakan kombinasi band terbaik untuk klasifikasi tutupan lahan,

pengamatan kebenaran objek-objek tutupan lahan secara visual di

lapangan di Kecamatan Kotagede teridentifikasi menjadi 2 kelas tutupan

lahan. Kelas tutupan lahan tersebut terdiri dari pemukiman dan pertanian

lahan kering campur

Kenampakan jenis tutupan lahan padat citra ditampilkan dengan

warna yang berbeda-beda. Misalnya badan air diwakili dengan warna

biru. Warna biru juga digunakan untuk menampilkan sawah baru tanam.

Sawah baru tanam biasnya memiliki banyak air. Vegetasi diwakili dengan

warna hijau terang sampai gelap. Derajat kecerahan warna hijau ini

23
biasanya mewakili kerapatan vegetasinya. Hutan dengan kerapatan tinggi

akan tampak dengan hijau gelap bila dibandingkan dengan hutan

berkerapatan rendah atau hutan campuran. Lahan terbangun dan lahan

terbuka diwakili dengan warna merah. Gambar 3 dan 4 merupakan contoh

reflektan penampakan permukaan bumi mengunakan Landsat Skala

Sedang.

(1) (2)

Gambar 3.1. (1) Pemukiman. (2) Lahan Kering Campur


4 Skala Peta

Skala Peta adalah angka dengan perbandingan jarak peta dengan

jarak yang sebenarnya. Skala Peta tidak hanya menunjukkan perbandingan

jarak di peta dengan jarak yang ada di lapangan. Seperti untuk mengukur

jarak di lapangan atau menghitung luas suatu areal, tetapi dengan

menunjukkan ketelitian geometris dan detail dari unsur dan informasi yang

disajikan. Semakin besar suatu skala peta, maka semakin teliti dan detair

unsur informasi yang disajikan, begitu pun sebaliknya.

24
Rumus skala peta digunakan untuk menentukan atau menghitung

besar skala dari suatu peta. Rumus ini sangatlah sederhana, hanya memuat

perhitungan biasa. Kami yakin semuanya dapat menggunakan rumus skala

peta ini dengan baik. Seperti apa rumusnya? Berikut ini adalah rumus

mencari besar skala dari suatu peta:

Skala = Jarak pada peta : Jarak sesungguhnya.

Penggunaan skala dalam pembuatan peta penutupan lahan citra

satelit landsat skala sedang adalah dengan menggunakan resolusi berkisaran

4 – 30m. Pada pembuatan peta ini menggunakan skala 1 : 20.000,

dikarenakan kecamatan kotagede wilayahnya tidak terlalu besar dan skala

yang dibuat hanya menggunakan resolusi 1 : 20.000

Gambar 3.2. Skala Peta Penutupan Lahan Kecamatan Kotagede.

5 Digitasi Peta

Digitasi adalah suatu proses mengkonversi data analog menjadi

data digital dimana dapat ditambahkan atribut yang berisikan informasi dari

objek yang dimaksud. Pada saat ini proses digitasi biasanya dilakukan

25
dengan menggunakan komputer atau sering disebut Digitasi on

Screen dimana komputer tesebut dilengkapi dengan software pemetaan

seperti ArcGIS, ArcView atau yang lainnya.

Proses digitasi akan menghasilkan suatu file dengan format

Shapefile (.Shp) yaitu  format data vektor yang digunakan untuk

menyimpan lokasi , bentuk, dan atribut dari fitur geografis. Format data

Shp disimpan dalam satu set file terkait dan berisi dalam satu kelas fitur.

Format data ini berisikan tentang data referensi geografis yang

didefinisikan sebagai objek tunggal seperti jalan, sungai, landamark, dll. 

Data yang disimpan dapat berupa titik (point), garis (polyline) dan

poligon (polygon). Penggunaan jenis data tersebut bergantung dari objek

yang akan kita rekam.

a. Titik (point), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan

suatu pusat. Contohnya kota, fasilitas umum, dan lokasi lain.

b. Garis (polyline), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan

bentuk memanjang. Contohnya jaringan sungai dan jalan.

c. Poligon (polygon), digunakan untuk menggambarkan suatu objek yang

memiliki luasan atau wilayah. Contohnya wilayah kota, tutupan lahan,

batas areal konsesi, blok, petak, dll.

26
Gambar 3.3. Hasil Digitasi Peta Penutupan Lahan Kecamatan Kotagede

6 Cropping / Pemotongan Citra

Data citra yang sudah kita potong dengan sesuai kebutuhan yang

ada yaitu berformat vektor, yang nantinya kita jadikan obyek penelitian,

dan juga berfungsi untuk memperjelas citra yang akan kita teliti.

Citra tersebut akan kita potong dengan data shp Kecamatan

Kotagede yang sudah ada, karena daerah penelitian yang akan dilakukan

berada di Kecamatan Kotagede seperti pada Gambar 5 sebagai berikut:

27
Gambar 3.4. Hasil Cropping Peta Penutupan Lahan Kecamatan Kotagede

7 Data Atribut (Attribute Table)

Bagian penting dari SIG adalah pengetahuan tentang database atau

dalam SIG disebut sebagai data atribut. Data atribut berbentuk table, dan

lumrah juga disebut sebagai tabel atribut. Table atribut memiliki kolom dan

baris. Format yang digunakan adalah dbf dan txt.

Semua program apikasi Sistem Informasi Geografi menggunakan

atribut fitur untuk menghasilkan informasi dan manipulasi tampilan. Tanpa

data yang tersimpan dalam atribut fitur, maka data tersebut tidak memiliki

arti yang banyak karena hanya memberikan informasi bentuk fitur saja.

Semua operasi editing fitur harus mempertimbangkan factor atribut fitur

yang diedit, terlebih pada beberapa perintah yang dapat menyebabkan

perubahan atribut.

28
Data yang disajikan berikut adalah dari apa yang di buat dalam

peta tersebut. Kolom FID berisi nomer tiap kolom. Kolom shape berisi

Plygone ZM yaitu untuk pembuatan suatu digitasi. Kolom NAMOBJ untuk

pemberian nama suatu daerah yang dibuat seperti nama KOTAGEDE.

Kolom FCODE unutk pemberian kode sautu daerah berisi 40402. Kolom

SHAPE_LENG untuk penentuan suatu koordinat pada peta yang sudah di

digitasi tersebut. Kolom SHAPE_AREA untuk penentuan koordinat di area

peta yang dibuat. Kolom Kecamatan untuk pemberian nama peta yang

dibuat. PL2020 adalah kode untuk digitasi suatu penutupan lahan yang

dibuat. Kode 2012 adalah kode untuk pemukiman, kode 20092 adalah kode

untuk lahan pertanian campur.

Tabel 3.5. Data Atribute Table


8 Layout Peta

Output yang dikehendaki oleh sebagian besar user's adalah layout

peta yang menarik dan mudah dimengerti serta mengandung presisi yang

baik. Setidaknya dalam suatu layout peta, seperti judul peta, skala peta,

29
arah utara, koordinat/grid, legenda peta, tahun pembuatan, penerbit peta,

dan  index peta.

Berikut ini adalah keterangan mengenai komponen layout peta :

1. Judul Peta

Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di

bagian atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat

mungkin diletakan di kanan atas.

2. Skala Peta

Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya

di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di

bawah legenda.

3. Tanda Arah

Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah kea rah

atas peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan

bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah.

4. Koordinat

Sistem koordinat yang biasa digunakan adalah Universal

Transverse Mercator ( UTM) dan sistem koordinat geografis yang

menunjukan suatu titik di bumi berdasarkan garis lintang dan bujur.

5. Legenda

Legenda adalah keterangan dari symbol-simbol yang merupakan

kunci untuk memahami peta.

30
6. Symbol Peta

Simbol Peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan

yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya,

jenis-jenis symbol peta antara lain :

a. Symbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data

posisional.

b. Symbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan

dengan jarak.

c. Symbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan

symbol yang mencakup area tertentu.

9 Peta Penutupan Lahan data Kecamatan Kotagede

Hasil penutupan lahan data ditunjukkan pada Gambar 8. Secara

visual, setiap kelas dapat diidentifikasi menggunakan berdasarkan

pengetahuan analis. Bagian utara terdapat pertanian lahan kering campur

dan pemukiman, disitu terdapat Gembiraloka Zoo yang disampingnya

sungai Gajahwong dan pemukiman sekitarnya. Di bagian tengah terdapat

pemukiman dan pertanian lahan kering campur, akan tetapi mayoritas lebih

31
besar pemukimannya. Di bagian selatan hanya terdapat pemukimanan saja.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kawasan Kecamamatan Kotagede dilihat

pada Peta Citra Satelit Landsat Skala Sedang mayoritas adalah pemukiman.

Gambar 3.7. Peta Penutupan Lahan data Kecamatan Kotagede

BAB IV

KESIMPULAN

Dalam pembuatan laporan praktek magang ini dapat disimpulkan sebagai

berikut :

32
1. Dapat mengetahui informasi sejarah dan visi misi di Balai Pemantapan

Kawasan Hutan.

2. Dalam pembuatan peta penutupan lahan ini menggunakan citra satelit

sedang.

3. Lokasi yang diambil dalam pembuatan peta ini adalah di kawasan

Kecamatan Kotagede.

4. Dalam pembuatan peta ini kita dapat mengetahui apa saja lahan yang

digunakan di kawasan Kecamatan Kotagede, seperti : pemukiman, lahan

kering yang digunakan, dll.

5. Pada peta penutupan lahan tersebut terdapat berapa skala peta yang

diperoleh, terdapat symbol – symbol yang menunjukkan lahan apa saja

yang digunakan di kawasan Kecamatan Kotagede yang digambarkan pada

layout peta.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, E. H. (2010). Penginderaan Jauh Dengan Ermapper. Manado, Graha Ilmu.

33
Badan Standarisasi Nasional, SNI 7645. Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta,

Badan Standarisasi Nasional.

34

Anda mungkin juga menyukai