Disusun Oleh:
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FTSP UII
i
TUGAS AKHIR
EVALUASI KINERJA IPAL KOMUNAL DI
KECAMATAN BANGUNTAPAN DAN BANTUL,
KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA
DITINJAU DARI PARAMETER FISIK DAN KIMIA
Disusun Oleh:
Andik Yulianto, S.T., M.T Dr. Suphia Rahmawati, S.T., M.T Joni Aldilla Fajri Dr., S.T., M.Eng
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya penulis telah diberi kemampuan untuk menyelesaikan penulisan
laporan Tugas Akhir tentang Evaluasi Kinerja IPAL Komunal di Kecamatan
Banguntapan dan Bantul, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta Ditinjau Dari
Parameter Fisik dan Kimia.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi syarat akademik untuk
mendapatkan gelar Sarjana Teknik bagi Mahasiswa S1 Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan semangat,
dukungan, dorongan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dalam menjalani dan
menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
2. Ayah tercinta Drs H. Heri Zulianta, Ibu Tercinta Hj. Elly Novalina A.Md
yang doa, ridha dan dukungannya yang tiada henti, adik tersayang
Ramadhan Dwi Jati Nugroho. Serta keluarga besar yang selalu mendukung.
3. Ketua Program Studi Teknik Lingkungan UII, Bapak Hudori S.T., M.T.
dan Bapak Eko Siswoyo S.T., M.Sc.ES, Ph.D.
4. Koordinator Tugas Akhir, Bapak Supriyanto, S.T., M.Sc., M.Eng dan Bu
Qorry Nugrahayu, S.T, M.T.
5. Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Andik Yulianto, S.T., M.T.,dan Ibu Dr.
Suphia Rahmawati, S.T., M.T., yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk membantu dan membimbing.
6. Dosen Penguji, Dr. Joni Aldilla Fajri S.T., M.Eng. yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu penyelesaian tugas akhir ini.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Teknik Lingkungan UII, terima kasih
atas pelajaran, pengalaman kesempatan dan bantuan yang telah diberikan.
iii
Semoga ilmu dan pengalaman yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi
saya pribadi dan orang lain.
8. Pak Tasyono, Mas Iwan, Mba Rina, Mba Diah dan Mba Sinta yang telah
membantu dan memberikan masukan selama pengerjaan tugas akhir di
Laboratorium Kualitas Lingkungan FTSP UII.
9. Ajeng dan Teteh selaku partner dalam pengerjaan tugas akhir ini. Terima
kasih sudah saling menguatkan, kalian terbaik! And let’s see, we did it!
10. My prudential, Meila Rofilah dan Maistiti Arvia Lestari. Terima kasih
sudah terus mendukung, menguatkan, mendengarkan dan selalu ada.
11. Sahabat-sahabatku Alfe, Isna, Ziki, Fiyya, Tifa, Dinda, Sally, Tisa, Neki,
Alya, Ira, Tata, dan masih banyak lagi.
12. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia khususnya
Angkatan 2014 yang telah membantu banyak hal dalam menyelesaikan
laporan ini.
13. Pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkAnan satu-persatu.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................56
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................56
5.2 Saran ....................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................57
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
IPAL Komunal menjadi salah satu solusi dalam pengolahan air limbah domestik.
DIY memiliki 376 IPAL Komunal yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota.
Berdasarkan data dari BLH DIY pemantauan kualitas efluen hanya dilakukan
pada 41 IPAL Komunal. Hasil pemantauan menunjukkan efluen IPAL Komunal
belum memenuhi baku mutu dari parameter fisik kimia. Oleh karena itu, perlu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui efisiensi penyisihan parameter fisik kimia
dan memberikan rekomendasi pengelolaan pada IPAL Komunal. Penelitian
dilakukan pada influen dan efluen IPAL Komunal di Kecamatan Banguntapan dan
Bantul. Pengujian dilakukan terhadap parameter BOD, COD, TSS, amoniak,
minyak lemak dan pH dengan metode pada SNI 6989. Analisis dilakukan pada
karakteristik dan kualitas air limbah domestik, serta efektivitas IPAL Komunal
dalam penyisihan parameter fisik kimia. Berdasarkan analisis efektivitas IPAL
Komunal diketahui bahwa IPAL Komunal di Kecamatan Banguntapan bekerja
secara efektif, sedangkan IPAL Komunal di Kecamatan Bantul bekerja secara
kurang efektif. Perlu adanya pembuatan SOP serta peningkatan partisipasi dan
peran masyarakat, pengelola serta pemerintah dalam perawatan IPAL Komunal
sehingga dapat bekerja secara optimal.
Kata kunci: air limbah domestik, IPAL komunal, ABR, fisik kimia, efisiensi
penyisihan
x
ABSTRACT
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Tabel 2. 2 Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan IPAL Domestik Komunal
Parameter Satuan Kadar Maksimum
BOD mg/L 75
COD mg/L 200
TDS mg/L 2000
TSS mg/L 75
Minyak & Lemak mg/L 10
Detergen mg/L 5
Suhu °C ±3
pH - 6 s.d. 9
Coliform MPN/100ml 10000
Sumber: Perda DIY Nomor 7 tahun 2016
6
digunakan untuk menghasilkan air olahan dengan kualitas yang lebih bagus sesuai
dengan yang diharapkan. Prosesnya dapat dilakukan baik secara biologis, fisika,
kimia atau kombinasi dari ketiga proses tersebut (Said, 2017).
Teknologi dalam pengolahan air limbah secara sekunder dengan
menggunakan proses biologis ada beberapa macam salah satunya adalah dengan
sistem anaerobik dan aerobik. Namun, sistem yang paling sering digunakan
adalah sistem anaerobik. Terdapat beberapa perbedaan utama antara pengolahan
secara aerob dan anaerob adalah suhu, pH, alkalinitas, produksi lumpur dan
kebutuhan nutrien (Eckenfelder et.al, 1988). Pengolahan secara anaerobik adalah
proses yang memanfaatkan reaksi mikroorganisme untuk mengolah air limbah
dalam kondisi tanpa oksigen terlarut. Sistem anaerobik lebih sering digunakan
karena sistem yang digunakan lebih mudah bila dibandingkan dengan sistem
aerobik. Beberapa teknologi yang umum digunakan untuk pengolahan air limbah
secara anaerobik antara lain septic tank, imhoff tank, anaerobic baffle reactor
(ABR), anaerobic filter, dan UASB (Selintung, 2015).
Pengolahan air limbah secara aerob adalah proses yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk mengolah dan menguraikan zat organik pada air limbah
dengan oksigen terlarut. Teknologi yang biasanya digunakan pada sistem aerobik
adalah Activated Sludge, Aerated Pond, Trickling Filter, Rotating Biological
Contactor, Fluidized Bed Reactor, dan Sequenching Batch Reactor. IPAL
Komunal yang menggunakan sistem aerobik mempunyai kelebihan karena lumpur
yang dihasilkan dari IPAL sudah stabil karena adanya aktivitas mikroba aerob
yang menguraikan zat organik pada air limbah (Metcalf & Eddy, 2003).
aliran terlalu cepat maka proses penguraian tidak terjadi sebagaimana mestinya.
Kecepatan waktu kontak tidak boleh lebih dari 2 m/jam.
Efisiensi pengolahan tergantung pada perkembangbiakan bakteri aktif. Hal
ini menjadi hal yang harus diperhatikan pada tahap permulaan penerapan ABR.
Pencampuran yang terjadi antara limbah yang baru masuk dengan lumpur lama
dari septic tank dapat mempercepat pencapaian kinerja pengolahan secara
optimal. Prinsipnya adalah pengisian limbah lebih baik dimulai dengan
seperempat aliran harian dan jika memungkinkan dengan limbah cair yang sedikit
lebih keras. Kemudian pengisian dilanjutkan dengan menaikkan secara perlahan
dalam jangka waktu tiga bulan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi bakteri
untuk berkembang biak sebelum padatan tersuspensi keluar. Penurunan kadar
COD dalam proses degradasi adalah sebesar 60-90%.
memenuhi standar baku mutu dan aman apabila air limbah disalurkan ke
lingkungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 tahun
2016 mengenai Baku Mutu Limbah Domestik terdapat beberapa parameter fisik
dan kimia dalam air limbah yaitu:
Tabel 2.4 menunjukkan parameter fisik kimia dari air limbah domestik
beserta penjelasannya. Parameter fisik kimia menjadi tolak ukur dalam penentuan
13
kualitas air limbah. Parameter fisik kimia juga bisa dijadikan sebagai standar
penilaian dari efektivitas kinerja suatu instalasi pengolahan air limbah dalam
melakukan penyisihan polutan pada air limbah yang diolah. Parameter yang
digunakan pada penelitian ini adalah BOD, COD, pH, Minyak dan Lemak, TSS,
serta Amoniak. Parameter tersebut dipilih karena menjadi syarat baku mutu dari
kualitas air limbah domestik hasil olahan IPAL Komunal. Selain itu, khusus untuk
parameter Amoniak dan pH dijadikan sebagai parameter uji karena parameter
tersebut berpengaruh terhadap toksisitas pada Daphnia maghna.
Nama Hasil
Studi Literatur
Pengambilan Data
Instansi Pemerintah,
Observasi, Wawancara dan
Media Massa, Penelitian
Pengujian Laboratorium
Terdahulu
16
17
Sampel Air
Sampling Air Limbah
Limbah
SNI 06-698910
Analisis Penyisihan
Parameter Fisik Kimia
BOD, COD, pH,
pada IPAL
TSS, Minyak dan
Lemak, Amoniak
Efektivitas IPAL
Efisiensi Removal =
Keterangan:
a = konsentrasi pencemar pada inlet (mg/L)
b = konsentrasi pencemar pada oulet (mg/L)
20
21
22
Minyak
BOD COD TSS Amoniak
IPAL Sampel Lemak pH
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
(mg/L)
IPAL Dokaran Influen 484 154 672 38 197 7
IPAL Grojogan Influen 282 352 1205 40 606 7
IPAL Pamotan Lor Influen 968 410 323 12 130 7
IPAL Nglebeng Influen 484 235 273 10 86 7
IPAL Manding Serut Influen 726 399 107 0.42 138 6
IPAL Babadan I Influen 806 398 267 0.40 155 7
IPAL Babadan II Influen 121 270 422 26 96 7
IPAL Babadan III Influen 161 461 637 24 54 7
IPAL Sukunan II Influen 202 500 80 4 4 7
Sumber: Hasil Pengujian (Februari-Maret 2018)
120
100
80
60
40
20
0
Baku Mutu Perda DIY 7 2016 Baku Mutu Permen LHK 68 2016
Kadar BOD (mg/L)
perairan. Semakin tinggi kadar BOD, maka oksigen terlarut yang terkandung
dalam perairan akan menurun sehingga kehidupan biota perairan yang
membutuhkan oksigen untuk kehidupannya akan terganggu.
Penelitian terhadap parameter BOD pada IPAL Komunal yang dilakukan
sebelumnya menunjukkan hasil yang beragam. Sebagian besar kadar BOD
menunjukkan hasil yang relatif bagus dan masih memenuhi baku mutu. Namun,
hasil penelitian (Kusumadewi, 2010) menunjukkan kadar BOD yang sangat tinggi
pada IPAL Komunal dengan teknologi ABR di Rusunawa Tanah Merah II
Surabaya. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian terdahulu menunjukkan
hasil yang sejalan dengan penelitian ini. Nilai BOD pada influen dan efluen dari
beberapa IPAL Komunal menunjukkan hasil yang beragam mulai dari yang
memenuhi hingga belum memenuhi baku mutu.
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Baku Mutu Permen LHK 68 2016 Baku Mutu Permen LHK 68 2016
Kadar COD (mg/L)
dengan sistem ABR dalam menyisihkan parameter COD adalah waktu tinggal.
Semakin lama waktu tinggal air limbah di dalam IPAL Komunal, maka efisiensi
penyisihan COD akan semakin meningkat. Waktu tinggal air limbah di dalam
IPAL Komunal akan dipengaruhi oleh debit dan volume reaktor pada IPAL.
Penurunan COD mampu mencapai angka 97,9% dengan waktu tinggal selama 48
jam (Susilo et al, 2015).
Kadar COD yang tinggi dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
dan kehidupan biota perairan. COD dalam perairan akan menyerap oksigen
terlarut yang terdapat didalamnya. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut dalam air dan akan berdampak buruk terhadap biota perairan.
Kadar oksigen terlarut yang semakin sedikit menyebabkan terganggunya
keberlangsungan kehidupan yang terdapat di perairan. Hasil penelitian-penelitian
yang dilakukan sebelumnya terhadap parameter COD juga menunjukkan hasil
yang relatif sama yaitu masih melebihi baku mutu. Hasil COD yang masih tinggi
menunjukkan tingginya kadar zat organik dalam suatu perairan, baik yang dapat
diuraikan secara biokimia maupun tidak.
600
500
400
300
200
100
Baku Mutu Permen LHK 68 2016 Baku Mutu Perda DIY 7 2016
Kadar TSS (mg/L)
dapat diakibatkan oleh adanya sampah-sampah yang juga masuk ke dalam IPAL.
Selain itu, perbandingan antara black water dan grey water yang masuk ke dalam
IPAL Komunal juga mempengaruhi kadar TSS yang akan diolah. Semakin besar
black water yang masuk ke dalam IPAL maka kadar TSS akan semakin besar.
Kadar TSS yang tinggi dalam perairan juga dapat menyebabkan turunnya kadar
oksigen terlarut. Apabila kadar oksigen terlarut didalam air semakin sedikit, maka
akan menganggu keberlangsungan kehidupan biota yang terdapat di perairan.
Beberapa hasil penelitian-penelitian sebelumnya terhadap parameter TSS
juga menunjukkan hasil yang sama. Kadar TSS pada efluen IPAL Komunal masih
melebihi baku mutu yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan kurangnya perawatan
berupa pengurasan dari pengelola IPAL terhadap IPAL Komunal. Apabila
pengurasan jarang dilakukan maka endapan atau lumpur yang ada di dalam IPAL
akan semakin meningkat sehingga mempengaruhi kadar TSS di dalamnya.
40
35
30
25
20
15
10
0
IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL
Dokaran Grojogan Pamotan Nglebeng Manding Babadan Babadan Babadan Sukunan
Lor Serut I II III
oleh aktivitas masyarakat di sekitar IPAL Komunal. Selain kadar influen yang
tergolong tinggi, IPAL Komunal yang menggunakan ABR sebagai teknologi
pengolahannya belum mampu menyisihkan kadar amoniak secara optimal. Hal ini
dikarenakan unit ABR hanya fokus pada pengolahan zat organik pada air limbah.
Kadar amoniak yang masih tinggi dapat menyebabkan dampak negatif
terhadap keberlangsungan kehidupan biota perairan. Amoniak dalam perairan
akan menyebabkan toksik terhadap organisme didalamnya apabila berubah
menjadi nitrat dan nitrit. Selain itu, amoniak yang tinggi juga dapat menyebabkan
oksigen terlarut dalam air akan semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh proses
nitrifikasi yang membutuhkan oksigen.
Analisis parameter amoniak jarang dilakukan dalam penelitian yang
dilakukan pada IPAL Komunal. Berdasarkan hasil penelitian Hendriarianti
(2016), menunjukkan hasil yang hampir sama mengenai kadar amoniak pada
efluen air limbah IPAL Komunal yang ada di Kota Malang. Kadar amoniak
berada pada kisaran 18 mg/L sampai dengan 50 mg/L.
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL
Dokaran Grojogan Pamotan Nglebeng Manding Babadan Babadan Babadan Sukunan
Lor Serut I II III
Baku Mutu Perda DIY 7 2016 Baku Mutu Permen LHK 68 2016
Kadar Minyak dan Lemak (mg/L)
Gambar 4.14 menunjukkan hasil pengujian kadar minyak dan lemak IPAL
Komunal di Kecamatan Banguntapan dan Bantul. Kadar minyak lemak memiliki
nilai yang beragam dengan kisaran 1 mg/L sampai dengan 177 mg/L. IPAL
Komunal dengan kadar minyak dan lemak paling rendah ialah IPAL Komunal
Sukunan, sedangkan IPAL Komunal dengan kadar minyak lemak paling tinggi
ialah IPAL Grojogan di Kecamatan Banguntapan.
Evaluasi kadar minyak dan lemak dilakukan dengan membandingkan hasil
pengujian dengan standar baku mutu di Permen LHK No.68 Tahun 2016 dan
Perda DIY No.7 Tahun 2016. Berdasarkan Gambar 4.14 diketahui bahwa hanya
ada 1 IPAL Komunal yang memenuhi standar baku mutu yaitu IPAL Komunal
Sukunan. Hal ini menunjukkan bahwa IPAL Komunal yang ada di Kecamatan
Banguntapan dan Bantul belum memenuhi standar baku mutu dari parameter
minyak dan lemak.
Kadar minyak dan lemak yang tinggi pada IPAL Komunal dapat diketahui
melalui pengamatan secara fisik. Tingginya minyak lemak pada suatu IPAL
ditandai dengan adanya endapan pada permukaan air limbah. Semakin tebal
endapan yang terbentuk di permukaan menggambarkan semakin besar kadar
minyak dan lemak yang terkandung didalamnya. Adapun influen air limbah
dengan kadar minyak lemak yang tinggi ditunjukkan oleh gambar berikut:
40
Kadar minyak dan lemak yang sangat tinggi diakibatkan banyaknya air
limbah sisa kegiatan dapur yang masuk ke dalam IPAL Komunal. Selain itu,
IPAL Komunal yang menggunakan sistem ABR untuk mengolah air limbah harus
diberi pengolahan khusus untuk menyisihkan kadar minyak lemak. Hal ini
dikarenakan sistem pengolahan ABR hanya fokus pada penyisihan kadar zat
organik yang terdapat dalam air limbah. Unit yang diperlukan untuk menyisihkan
kadar minyak lemak pada air limbah domestik berupa grease trap. Berdasarkan
hasil observasi, hanya ada 1 IPAL yang dilengkapi unit grease trap yaitu di IPAL
Nglebeng. Meskipun sudah dilengkapi dengan unit grease trap, efluen yang
dihasilkan oleh IPAL Nglebeng belum bisa memenuhi baku mutu dari parameter
minyak dan lemak.
Kadar minyak dan lemak yang tinggi dalam air limbah akan menyebabkan
endapan dan penyumbatan pada IPAL Komunal sehingga mempengaruhi proses
pengolahan air limbah domestik di dalamnya (Stams dan Oude, 1997). Tingginya
kadar minyak lemak juga dapat menghambat proses metanogenesis oleh bakteri
pada IPAL Komunal. Air dengan kandungan minyak lemak yang tinggi dapat
menyebabkan suasana anaerob yang dapat mengakibatkan kematian biota perairan
(Kusumadewi, 2013). Hal seperti ini juga pernah terjadi pada penelitian
sebelumnya dan mengakibatkan berkurangnya efektivitas penyisihan IPAL.
41
4.3.6. pH
pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman dari suatu
larutan untuk mengetahui sifat dari larutan tersebut yaitu asam atau basa.
Pengukuran pH merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam pengolahan air
limbah. pH memegang peranan penting dalam pengolahan air limbah yang
dilakukan secara biologis. Hal ini disebabkan oleh mikroorganisme yang hanya
dapat hidup dan bekerja optimal dalam kondisi lingkungan tertentu.
Pengujian pH pada penelitian ini menggunakan alat berupa pH meter.
Prinsip kerja dari alat ini tergolong mudah, cukup dengan mencelupkan pH meter
ke dalam air limbah yang ingin diketahui pHnya. Untuk mengetahui kualitas air
limbah dari parameter pH maka nilai pH hasil pengujian dibandingkan dengan
standar baku mutu yang terdapat pada Permen LHK No.68 Tahun 2016 dan Perda
DIY No.7 Tahun 2016 dengan nilai 6 sampai dengan 9.
10
9
8
7
5
4
3
2
1
0
IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL
Dokaran Grojogan Pamotan Nglebeng Manding Babadan Babadan Babadan Sukunan
Lor Serut I II III
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
pada air limbah tidak dapat bekerja secara efektif. Hal ini juga disebabkan oleh
kurangnya perawatan yang dilakukan oleh pengelola IPAL Komunal untuk
menjaga kondisi IPAL sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
mempengaruhi penyisihan parameter COD pada suatu IPAL, yaitu waktu tinggal
air limbah di dalam IPAL, semakin lama air limbah di dalam unit ABR maka
efluen yang dikeluarkan akan semakin baik. Selain itu, kurangnya perawatan dari
pihak pengelola IPAL Komunal juga dapat menyebabkan kemampuan IPAL
dalam menurunkan kadar COD pada air limbah belum efektif.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
menyisihkan parameter TSS, maka pada Gambar 4.18 dapat diketahui ada 2 IPAL
yang belum sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kedua IPAL tersebut
ialah IPAL Manding Serut di Kecamatan Bantul dan IPAL Dokaran di Kecamatan
Banguntapan. Faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kadar TSS pada air
limbah IPAL Komunal yang belum efektif adalah kurangnya perawatan dari
pengelola IPAL Komunal berupa pengurasan.
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Amoniak (%)
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Minyak
BOD COD TSS Amoniak
No. IPAL Lemak pH
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
(mg/L)
Baku Mutu
30 100 30 5 10 6-9
(PermenLHK 68 2016)
Baku Mutu
75 200 75 - 10 6-9
(Perda DIY 7 2016)
1 IPAL Dokaran 68 144 483 37 39 7
2 IPAL Grojogan 56 122 303 38 177 7
3 IPAL Pamotan Lor 85 222 185 11 91 7
4 IPAL Nglebeng 16 168 115 6 14 7
5 IPAL Manding Serut 12 308 73 0.39 127 6
6 IPAL Babadan I 28 260 160 0.38 130 7
7 IPAL Babadan II 93 248 188 23 40 7
8 IPAL Babadan III 105 375 215 23 37 7
9 IPAL Sukunan 93 331 17 3 1 7
Sumber: Analisis Data
IPAL Efektivitas
IPAL Nglebeng 60%
IPAL Manding Serut 33%
IPAL Babadan I 39%
IPAL Babadan II 32%
IPAL Babadan III 32%
IPAL Sukunan 42%
Sumber: Analisis Data
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL
Dokaran Grojogan Pamotan Nglebeng Manding Babadan I Babadan Babadan
Lor Serut II III
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL IPAL
Dokaran Grojogan Pamotan Nglebeng Manding Babadan I Babadan Babadan
Lor Serut II III
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi penyisihan parameter fisik dan kimia yang berjalan secara
efektif adalah pada parameter BOD dan TSS, sedangkan pada
parameter COD, Amoniak serta Minyak dan Lemak belum efektif.
Efisiensi penyisihan parameter fisik kimia pada IPAL Komunal di
Kecamatan Banguntapan cukup efektif, sedangkan di Kecamatan
Bantul kurang efektif.
2. Rekomendasi untuk pengelolaan IPAL Komunal di Kecamatan
Banguntapan dan Bantul, Kabupaten Bantul, DIY adalah pembuatan
SOP serta peningkatan partisipasi dan peran masyarakat, pengelola,
dan pemerintah dalam pemeliharaan IPAL Komunal.
5.2. Saran
Saran untuk mendukung pengembangan penelitian ini adalah:
1. Melakukan evaluasi IPAL Komunal pada wilayah berbeda.
2. Melakukan evaluasi IPAL Komunal dari parameter biologis.
3. Perluasan topik menjadi hubungan antara debit, volume reaktor dan
waktu tinggal terhadap efisiensi penyisihan parameter fisik kimia.
4. Melakukan evaluasi IPAL Komunal tidak hanya dari aspek teknis
melainkan juga aspek ekonomi dan sosial budaya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anh, N.V., T.D. Ha, T.H. Nhue, A. Morel, M. Moura dan R. Schertenleib. 2003.
Decentralized Wastewater Treatment-New Concept and Technologies
for Vietnamese Conditions. In: IWA (International Water
Association: Proceedings of the 2nd International Symposium on
Ecological Sanitation. Sweden: Stockholm
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Air dan Air Limbah. Jakarta
Casey, P. dan M. Moore. 2000. Decentralized Wastewater Treatment System.
Pipeline Report. Vol.11. No.4 Morgantown West Virginia University
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum. 2015. Buku
Petunjuk Teknis Pembangunan Infrastruktur Sanitasi Perkotaan
Berbasis Masyarakat. Jakarta
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius
Fatmawati, Sri Nastiti, Joni Hermana dan Agus Slamet. 2016. Optimasi Kinerja
Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit
Magetan. Jurnal Teknik ITS. Vol.5. No.2. 79-85
Feng, H.J., L.F.Hu, Q. Mahmood, C.D. Qiu, C.R. Fang, dan D.S. Shen. 2008.
Anaerobic Domestic Wastewater Treatment with Bamboo Carrier
Anaerobic Baffled Reactor. Internatioal Biodeterioration &
Biodegradation. Vol.62. 232-238
Ghorpade, V. S. dan Dr. P.G. Sonawane. 2015. Study of Performance
Evaluations of Decentralized Wastewater Treatment Systems to Treat
Domestic Wastewater: A Review. International Journal of Engineering
and Technical Research (LIETR). Vol.3. Nomor 12. 47-49
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Hendriarianti, Evy et al. 2015. Treatment Performance of Tlogomas
Communal Waste Water Treatment Plant in Malang City. Journal of
Applied Environmental and Biological Science. Vol.5. Nomor 11. 110-117
56
57
Putra, Al Ikhlas Nelkha dan Dhian Novita Sari. 2014. Evaluasi IPAL Rumah
Sakit JIH Yogyakarta. Skripsi Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan: Universitas Islam Indonesia
Reynaud, Simeon Nicolas. 2014. Operation of Decentralized Wastewater
Treatment System (DEWATS) Under Tropical Field Conditions.
Disertation Faculty of Environmental Sciences: Technical University
Rhomaidi. 2008. Pengelolaan Sanitasi secara Terpadu Sungai Widuri: Studi
Kasus Kampung Nitiprayan Yogyakarta: Skripsi Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan: Universitas Islam
Indonesia
Said, Nusa Idaman. 2017. Teknologi Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Erlangga
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana. Volume XXX. Nomor 3. 21-26
Sari, Novia Ratna., Sunarto dan Wiryanto. 2015. Analisis Komparasi Kualitas
Air Limbah Domestik Berdasarkan Parameter Biologi, Fisika dan
Kimia di IPAL Semanggi dan IPAL Mojosongo Surakarta. Jurnal
EKOSAINS. VII. Nomor 2. 62-74
Selintung, Marry dkk. 2015. Evaluasi Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Komunal Berbasis Masyarakat di Kecamatan Rappocini Kota
Makassar. Jurnal Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik: Universitas Hassanudin.
Singh, S., R. Haberl, O. Moog, R.R. Shrestha, P. Shrestha dan R. Shrestha. 2009.
Performance of An Anaerobic Baffled Reactor and Hybrid
Constructed Wetland Treating High-Strange Wastewater in Nepal – A
Model for DEWATS. Ecological Engineering. Vol. 35. 654-660
Stams, A.G. dan E.S.J. Oude. 1997. Understanding and Advancing Wastewater
Treatment. Current Opinion in Biotechnology. Vol.8. 328-334
Sugiharto.1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press
Tchnobagus dan Burton. 1983. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal
and Reuse. 4th Edition. New York: McGraw-Hill
59
pH DO Suhu
No. IPAL Komunal Waktu
In Ef In Ef In Ef
01.00 - 08.00 6 6,1 2,8 2,6 27 27
1 Manding Serut 09.00 - 16.00 6 6 2,4 1,7 28 28
17.00 - 00.00 6 6 2,4 1,7 28 28
01.00 - 08.00 6 6 4 4,4 26 26
2 Babadan I 09.00 - 16.00 7 7 3,6 4 28 27
17.00 - 00.00 7 7 3,6 4 28 27
01.00 - 08.00 7,1 7,1 1,1 2,5 27 28
3 Dokaran 09.00 - 16.00 6,7 7,1 1,9 2,7 28 28
17.00 - 00.00 6,7 7,1 1,9 2,7 28 28
01.00 - 08.00 7 7,2 1,4 1,5 28 28
4 Grojogan 09.00 - 16.00 7,4 7,4 1,2 0,8 30 26
17.00 - 00.00 7,2 7,2 1,0 0,8 28 28
01.00 - 08.00 7,2 7 1,2 2,6 28 28
5 Babadan II 09.00 - 16.00 7,1 7,1 0,8 1,4 25 28
17.00 - 00.00 7,1 7,1 0,8 1,4 25 28
01.00 - 08.00 7,7 7,3 1,4 0,9 28 28
6 Babadan III 09.00 - 16.00 7,4 7,1 1,2 0,7 31 30
17.00 - 00.00 7,4 7,1 1,2 0,7 31 30
01.00 - 08.00 7,9 7,2 2,3 1,4 27 26
7 Pamotan Lor 09.00 - 16.00 7,4 7 1,5 1,2 28 28
17.00 - 00.00 7,4 7 1,5 1,2 28 28
01.00 - 08.00 7,3 7,1 1,8 3 27 25
8 Nglebeng 09.00 - 16.00 8,3 7,1 3,5 2,5 25 25
17.00 - 00.00 8,3 7,1 3,5 2,5 25 25
01.00 - 08.00 7 7 0,6 1,2 27 28
9 Sukunan 09.00 - 16.00 7 7 0,7 2,7 28 28
17.00 - 00.00 7 7 0,7 2,7 28 28
62
1. Uji BOD
Perhitungan BOD:
Berikut ini merupakan contoh perhitungan kadar BOD:
Diketahui:
Influen IPAL Komunal Sukunan
Volume titrasi DO0 (V0) = 1,6 ml
Volume titrasi DO5 (V5) = 1,3 ml
Normalitas Na2S2O3 (N) = 0,025 N
F (faktor) =
= 1,0081
Volume mikroba = 2 ml
P (faktor pengenceran) =
= 0,01
Untuk mengetahui nilai BOD, maka harus diketahui nilai DO terlebih dahulu
DO =
sehingga,
DO0 =
= 6,45 mg/L
DO5 =
= 5,24 mg/L
Setelah mengetahui nilai DO, nilai BOD dapat diketahui dengan rumus
berikut:
( )
BOD5 =
66
Diketahui:
B1 = 7,66 mg/L
B2 = 7,26 mg/L
Vβ = Vα
( )
BOD5 =
= 201,61 mg/L
Adapun hasil pengujian BOD pada setiap IPAL Komunal adalah sebagai
berikut:
2. Uji COD
Standarisasi KHP
x y
0 0
100 0.030
300 0.094
700 0.232
900 0.319
X = konsentrasi (mg/L)
Y = absorbansi (abs)
Standarisasi KHP
0.35
0.3 y = 0.0004x - 0.0055
R² = 0.9972
0.25
Absorbansi
0.2
0.15 y
0.1 Linear (y)
0.05
0
0 200 400 600 800 1000
-0.05
Konsentrasi
Perhitungan:
Untuk mengetahui kadar COD, maka perhitungan dapat dilakukan dengan
rumus yang terdapat pada grafik diatas:
y = 0,0004 x – 0,0055
x =
= 503,75 mg/L
Adapun hasil pengujian kadar COD IPAL Komunal adalah sebagai berikut:
70
Influen 153.75
1 IPAL Dokaran
Efluen 143.75
Influen 352.50
2 IPAL Grojogan
Efluen 122.50
Influen 410.00
3 IPAL Pamotan Lor
Efluen 222.50
Influen 235.00
4 IPAL Nglebeng
Efluen 167.50
Influen 398.75
5 IPAL Manding Serut
Efluen 307.50
Influen 397.50
6 IPAL Babadan I
Efluen 260.00
Influen 270.00
7 IPAL Babadan II
Efluen 247.50
Influen 461.25
8 IPAL Babadan III
Efluen 375.00
Influen 500.00
9 IPAL Sukunan II
Efluen 331.25
71
3. Uji TSS
Perhitungan:
Diketahui:
Influen IPAL Komunal Sukunan
Berat kertas saring kosong (B) = 1282,7 mg
Berat kertas saring + sampel (A) = 1285,1 mg
Volume sampel (V) = 30 mL
74
TSS =
TSS =
= 80 mg/L
Adapun hasil pengujian kadar TSS pada setiap IPAL adalah sebagai berikut:
4. Uji Amoniak
Standarisasi
x y
0 0
0.1 0.066
0.2 0.093
0.3 0.148
0.5 0.217
Standarisasi Amoniak
0.25
y = 0.4245x + 0.0114
0.2 R² = 0.9846
Absorbansi
0.15
0.1 Series1
Linear (Series1)
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Konsentrasi
Perhitungan:
Untuk mengetahui kadar amoniak pada IPAL maka perhitungan dapat
dilakukan sesuai dengan rumus yang terdapat pada grafik diatas:
y = 0,4245 x + 0,0114
x =
= 0,18 mg/L
Untuk mengetahui kadar minyak dan lemak pada IPAL Komunal, maka dapat
dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Maka, berdasarkan data yang tercantum pada tabel diatas dapat diketahui
kadar minyak dan lemak pada influen IPAL Sukunan adalah sebagai berikut:
= 4 mg/L
Adapun hasil pengujian minyak dan lemak pada setiap IPAL Komunal adalah
sebagai berikut:
80
Maka
Adapun hasil analisis efektivitas IPAL dalam menyisihkan parameter fisik kimia
adalah sebagai berikut:
Hasil analisis korelasi antara usia dan efektivitas IPAL menggunakan aplikasi
Microsoft Excel adalah sebagai berikut:
Hasil analisis korelasi antara usia dan efektivitas IPAL menggunakan aplikasi
Microsoft Excel di Kecamatan Banguntapan adalah sebagai berikut:
Hasil analisis korelasi antara usia dan efektivitas IPAL menggunakan aplikasi
Microsoft Excel di Kecamatan Bantul adalah sebagai berikut:
Hasil analisis korelasi antara cakupan layanan dan efektivitas IPAL menggunakan
aplikasi Microsoft Excel adalah sebagai berikut:
Cakupan KK Efektivitas
Cakupan KK 1
Efektivitas -0.051323313 1
Hasil analisis korelasi antara cakupan layanan dan efektivitas IPAL menggunakan
aplikasi Microsoft Excel di Kecamatan Banguntapan adalah sebagai berikut:
Cakupan KK Efektivitas
Cakupan KK 1
Efektivitas -0.090165863 1
Hasil analisis korelasi antara cakupan layanan dan efektivitas IPAL menggunakan
aplikasi Microsoft Excel di Kecamatan Bantul adalah sebagai berikut:
Cakupan KK Efektivitas
Cakupan KK 1
Efektivitas 0.457910176 1
84
IPAL Dokaran
General spread sheet for baffled septic tank with integrated settler
HRT in
time of max
daily settler COD
most peak COD/ settleable lowest desludgi
waste COD BOD (no removal
waste flow BOD SS/COD digeste ng
water inflow inflow settler rate in
water per ratio ratio r temp interval
flow HRT settler
flow hour
=0)
m3/day h m3/h mg/L mg/L ratio mg/L °C months h %
12 8 1.5 153.75 483.87 0.32 0.42 25 12 1.5 23%
treatment data
COD/ COD
BOD theor COD
BOD factors to calculate COD rem
removal inflow into rem rate rem rate
ratio removal rate of baffled 25, COD out
rate in baffled reactor acc to baffle
after reactor COD
settler factors only
settler 1500
COD BOD
%
(mg/L) (mg/L) 0.72
118.38
24% 75 365.9 0.32 1 0.95 1 90% 0.84 72% 33.4
dimensions of settler baffled septic tank
number
total inner masonry
total sludge length max of
BOD BOD measurements length of depth at
COD accum of upflow upflow
rem out chosen acc to settler outlet
rem rate rate settler velocity chamber
rate required volume
s
78.30% 84.96% 72.79 2.00 1.50 0.004 1.5 1.5 1.8 8 1.5
dimensions of baffled septic tank status and gp
area of actual
actual
length of chambers single width of volum actual
width of upflow BOD
should not exceed upflow downflow e of total biogas
chambers velocit load
half depth chamb shaft baffled HRT
y
er reactor
0.75 0.75 0.83 1.11 1.50 1.33 0.25 18 34.29 0.73 0.36
85
IPAL Grojogan
General spread sheet for baffled septic tank with integrated settler
HRT in
time of max
daily settler COD
most peak COD/ settleable lowest desludgi
waste COD BOD (no removal
waste flow BOD SS/COD digester ng
water inflow inflow settler rate in
water per ratio ratio temp interval
flow HRT settler
flow hour
=0)
m3/day h m3/h mg/L mg/L ratio mg/L °C months h %
10.8 8 1.35 352.5 282.26 1.25 0.42 25 12 1.5 23%
treatment data
COD/ COD
BOD COD theor
BOD factors to calculate COD rem
removal inflow into rem 25, rem rate
ratio removal rate of baffled rate COD out
rate in baffled reactor COD acc to
after reactor baffle
settler 1500 factors
settler only
COD BOD
%
(mg/L) (mg/L) 0.70
271.42
24% 5 213.4 1.27 1 0.92 1 90% 0.84 70% 82.6
dimensions of settler baffled septic tank
number
total inner masonry
total sludge max of
BOD BOD measurements length of length depth at
COD accum upflow upflow
rem out chosen acc to settler of settler outlet
rem rate rate velocity chambe
rate required volume
rs
83.06
76.56% % 47.81 2.00 1.50 0.0042 1.35 1.5 1.8 9 1.5
dimensions of baffled septic tank status and gp
area of actual
length of actual
single width of volume actual
chambers should width of upflow BOD
upflow downflow of total biogas
not exceed half chambers velocit load
chamb shaft baffled HRT
depth y
er reactor
0.75 0.75 0.75 1.00 1.50 1.20 0.25 20.25 42.86 0.34 0.73
86
IPAL Nglebeng
General spread sheet for baffled septic tank with integrated settler
HRT
time of max in
daily COD
most peak COD/ settleable lowest desludgi settler
waste COD BOD removal
waste flow BOD SS/COD digester ng (no
water inflow inflow rate in
water per ratio ratio temp interval settler
flow settler
flow hour HRT
=0)
m3/day h m3/h mg/L mg/L ratio mg/L °C months h %
9.6 8 1.2 235 483.87 0.49 0.42 25 12 1.5 23%
treatment data
COD/ COD
BOD COD theor
BOD factors to calculate COD rem
removal inflow into rem 25, rem rate
ratio removal rate of baffled rate COD out
rate in baffled reactor COD acc to
after reactor baffle
settler 1500 factors
settler only
BOD
COD
% (mg/L
(mg/L)
) 0.72
24% 180.95 365.9 0.49 1 0.95 1 90% 0.84 72% 51.0
dimensions of settler baffled septic tank
numbe
total total inner masonry
sludge max r of
COD BOD BOD measurements length of length depth at
accum upflow upflow
rem rem out chosen acc to settler of settler outlet
rate velocity chamb
rate rate required volume
ers
78.30% 84.96% 72.79 2.00 1.50 0.0042 1.2 1.5 1.8 9 1.5
dimensions of baffled septic tank status and gp
area
of actual
length of actual
single width of volume actual
chambers should width of upflow BOD
upflo downflow of total biogas
not exceed half chambers velocit load
w shaft baffled HRT
depth y
chamb reactor
er
0.75 0.75 0.67 0.89 1.50 1.07 0.25 20.25 48.21 0.52 0.44
88
IPAL Babadan I
General spread sheet for baffled septic tank with integrated settler
HRT
time of max in
daily COD
most peak COD/ settleable lowest desludgi settler
waste COD BOD removal
waste flow BOD SS/COD digester ng (no
water inflow inflow rate in
water per ratio ratio temp interval settler
flow settler
flow hour HRT
=0)
m3/day h m3/h mg/L mg/L ratio mg/L °C months h %
12 8 1.5 397.5 806.45 0.49 0.42 25 12 1.5 23%
treatment data
COD/ COD
BOD COD theor
BOD factors to calculate COD rem
removal inflow into rem 25, rem rate COD
ratio removal rate of baffled rate
rate in baffled reactor COD acc to out
after reactor baffle
settler 1500 factors
settler only
COD BOD
%
(mg/L) (mg/L) 0.74
24% 306.07 609.8 0.50 1 0.98 1 90% 0.84 74% 79.3
dimensions of settler baffled septic tank
numbe
total total inner masonry
sludge max r of
COD BOD BOD measurements length of length depth at
accum upflow upflow
rem rem out chosen acc to settler of settler outlet
rate velocity chamb
rate rate required volume
ers
1.927787
80.05% 86.85% 106.03 2.00 1.50 0.0042 6 1.5 1.8 8 1.5
dimensions of baffled septic tank status and gp
area of actual
length of actual
single width of volume actual
chambers should width of upflow BOD
upflow downflow of total biogas
not exceed half chambers velocit load
chamb shaft baffled HRT
depth y
er reactor
0.75 0.75 0.83 1.11 1.50 1.33 0.25 18 34.29 1.22 0.95
90
IPAL Babadan II
General spread sheet for baffled septic tank with integrated settler
HRT
time of max in
daily COD
most peak COD/ settleable lowest desludgi settler
waste COD BOD removal
waste flow BOD SS/COD digester ng (no
water inflow inflow rate in
water per ratio ratio temp interval settler
flow settler
flow hour HRT
=0)
m3/day h m3/h mg/L mg/L ratio mg/L °C months h %
10.8 8 1.35 270 120.97 2.23 0.42 25 12 1.5 23%
treatment data
COD/ COD
BOD COD theor
BOD factors to calculate COD rem
removal inflow into rem 25, rem rate COD
ratio removal rate of baffled rate
rate in baffled reactor COD acc to out
after reactor baffle
settler 1500 factors
settler only
COD BOD
%
(mg/L) (mg/L) 0.72
24% 207.9 91.5 2.27 1 0.95 1 90% 0.84 72% 58.6
dimensions of settler baffled septic tank
numbe
total total inner masonry
sludge max r of
COD BOD BOD measurements length of length depth at
accum upflow upflow
rem rem out chosen acc to settler of settler outlet
rate velocity chamb
rate rate required volume
ers
78.30% 84.96% 18.20 2.00 1.50 0.0042 1.35 1.5 1.8 6 1.5
dimensions of baffled septic tank status and gp
area of actual
length of actual
single width of volume actual
chambers should width of upflow BOD
upflow downflow of total biogas
not exceed half chambers velocit load
chamb shaft baffled HRT
depth y
er reactor
0.75 0.75 0.75 1.00 1.50 1.20 0.25 13.5 28.57 0.22 0.57
91