Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

Sumber Dana: PNBP FE UM 2021

JUDUL
KAJIAN STUDENT ENGAGEMENT PADA PENGGUNAAN BAHAN AJAR
MATA KULIAH AUDIT

TIM PENGUSUL
Ketua Pelaksana : Dhika Maha Putri, S.Pd.,M.Acc. NIDN 0009119101
Anggota Pelaksana 1 : Ria Zulkha Ermayda, SST., M.Si NIDN 0031059001
Mahasiswa 1 : Melly Indrawati NIM 180422623087
Mahasiswa 2 : Okkie Amizar Pradana NIM 180422623139

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN KEPADA MASYARAKAT
DANA PNBP FAKULTAS EKONOMI TAHUN 2021

Judul : Kajian Student Engagement pada Penggunaan Bahan

Ajar Mata Kuliah Audit

Kategori/Skema : Penelitian Dasar

Bidang/Topik : Akuntansi Keuangan

Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Dhika Maha Putri, S.Pd., M.Acc


b. NIDN : 0009119101
c. Jabatan Fungsional : Tenaga Dosen
d. KBK/Program Studi : Jurusan Akuntansi
e. Nomor HP : 082257398801
f. Alamat surel (e-mail) : dhika.maha.fe@um.ac.id
Anggota (1)

Nama Lengkap : Ria Zulkha Ermayda

NIDN : 0031059001

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Malang


Anggota (Mahasiswa)

Mahasiswa 1 : Melly Indrawati (180422623087)

Mahasiswa 2 : Okkie Amizar Pradana (180422623139)

Lama Penelitian diajukan : 1 Tahun

i
Dana diusulkan ke UM : Rp 9.000.000,-

Dana diusulkan dan Tahun : Rp 9.000.000,- tahun 2021

Malang, 25 November 2021


Ketua Pelaksana

Menyetujui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Dhika Maha Putri, S.Pd., M.Acc.


NITP. 6200201729350

Dr. Cipto Wardoyo, S.E., M.Pd., M.Si., Ak., CA

NIP. 196104151986011001

ii
PRAKATA

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesempatan kepada kami Tim Penelitian PNBP Jurusan Akuntansi
FEB Universitas Negeri Malang untuk melaksanakan penelitian sebagai salah satu
pengejawantahan dari Tridharma Perguruan Tinggi. Penelitian yang dilaksanakan
berjudul “Kajian Student Engagement pada Penggunaan Bahan Ajar Mata Kuliah
Audit” oleh Tim Jurusan Akuntansi FEB Universitas Negeri Malang.
Kegiatan Penelitian tersebut dapat terlaksana berkat dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Malang
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang
3. Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (L2PM)
Universitas Negeri Malang
4. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Malang
5. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu terlaksananya kegiatan ini.
Kegiatan penelitian ini masih belum mencapai target ideal karena
keterbatasan waktu dan dana yang tersedia. Untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, menurut kami perlu kiranya dilakukan kegiatan penelitian dilain waktu
sebagai kelanjutan kegiatan tersebut. Namun demikian, besar harapan kami
semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat.

Malang, 20 November 2021

Tim Penelitian PNBP FE

Ketua,

iii
Dhika Maha Putri, S.Pd., M.Acc
NIDN 0009119101

iv
Daftar Isi
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN KEPADA MASYARAKAT DANA
PNBP FAKULTAS EKONOMI TAHUN 2021.............................................................i
PRAKATA.......................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5
2.1 STATE OF ART...............................................................................................5
2.2 Landasan Teori.................................................................................................5
2.3 Roadmap Penelitian..........................................................................................7
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.....................................................8
BAB 4. METODE PELAKSANAAN.............................................................................8
JADWAL PENELITIAN................................................................................................9
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................10
HASIL.........................................................................................................................10
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
LAMPIRAN...................................................................................................................14
Daftar Gambar................................................................................................................ii
Daftar Tabel....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah Penelitian..............................................................................5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
D. Urgensi Penelitian.................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................7
A. Aktivitas Pembelajaran Online...........................................................................7
B. Konsep Student Engagement................................................................................8
C. Faktor Pendukung Student Engagement.........................................................14
D. Peranan Student Engagement............................................................................19
E. Konsep Auditing.................................................................................................21
F. Kamus Online Glosaudit....................................................................................27
A. Metode Pengumpulan Data...............................................................................31
BAB IV LAPORAN OBSERVASI...............................................................................33

1
Daftar Pustaka...............................................................................................................39

2
BAB 1. PENDAHULUAN
Standar umum pertama (SA Seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa
audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar umum ketiga (SA Seksi 230 dalam
SPAP,2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas
dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Definisi keahlian dalam
bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman. Beberapa peneliti lainnya telah
memasukkan unsur kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman
(experience) ke dalam artikel mereka sebagai alat ukur dari kompetensi (Oktaria dan
Tjandrakirana, 2012). Sementara itu, Halim (2004) mengemukakan bahwa kompetensi
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu
perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor, pelatihan yang bersifat praktis dan
pengalaman dalam bidang auditing, dan pendidikan profesional yang berkelanjutan
selama menekuni karir auditor professional. Seorang auditor juga harus selalu
mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia bisnis dan lingkungan profesinya.
Dengan adanya pendidikan, pelatihan dan pengalaman, auditor mempunyai kemampuan
untuk menilai secara objektif dan dapat menggunakan pertimbangannya tanpa memihak.
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki
auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus
bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian
keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui
pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis
yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Berdasarkan hal
tersebut, pengajar mata kuliah audit harus mampu memfasilitasi pembelajaran yang
mampu menumbuhkan kompetensi auditor.
Dunia pendidikan saat ini tengah dihadapkan pada persoalan berupa pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) akibat adanya penyebaran virus covid 19. Hal tersebut
menyebabkan instansi pendidikan harus berupaya menyelenggarakan belajar mengajar
meskipun dari rumah melalui pembelajaran daring. Dalam pelaksanaan pembelajaran
daring tentunya tidak dapat lepas dari penggunaan teknologi. Penelitian terdahulu

3
menemukan bahwa teknologi berperan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi
proses belajar mengajar [1], teknologi berperan dalam memfasilitasi pendidik untuk
menyampaikan materi pembelajaran [2]. Oleh karena itu, pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi merupakan suatu hal yang krusial saat ini. Meskipun
pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi memberikan banyak manfaat
namun pembelajaran yang dilakukan dari rumah ternyata memunculkan masalah lain
berupa kejenuhan belajar yang dialami peserta didik [3]. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi kejenuhan belajar dilakukan dengan membuat media pembelajaran
yang sesuai dengan tipe belajar anak. Salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan proses pembelajaran selain kesiapan pendidik adalah media daring yang
tepat [4].
Di sisi lain dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu student engagement,
yaitu kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan rutin sekolah yang dilihat dari
indicator kognitif, perilaku dan afektif dalam melaksanakan tugas-tugas belajar tertentu
(Chapman, 2003). Tiga dimensi student engagement, ialah behavioural engagement
(partisipasi, tidak adanya perilaku yang menganggu dan perilaku yang negative),
emotional engagement (ketertarikan, kegembiraan dan sense of belonging) dan
cognitive engagement (usaha untuk menyelesaikan tugas yang diberikan) (Frederick
dkk, 2004). Meningkatkan keterlibatan siswa merupakan salah satu upaya untuk
mengurangi permasalahan dalam proses belajar mengajar. Frederick, Blumenfeld dan
Paris (2004) mengatakan bahwa berbagai permasalah siswa disekolah terjadi karena
adanya disengagement behaviour. Appleton, Christensen dan Furlong (2008)
menjelaskan bahwa disengagement behaviour dapat mengakibatkan siswa bersikap
antipati, mengobrol saat belajar, tidak bersemangat, tidak focus bahkan tidur di dalam
kelas. Salah satu upaya untuk menumbuhkan student engagement, ialah melalui
interaksi antara dosen dan mahasiswa. Interaksi merupakan hal yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Interaction can create value and satisfaction that give
different perceptions to students (Swan, 2011). Interaksi personal akan menciptakan
komunikasi yang menjadi sarana tumbuhnya student engagement dalam diri mahasiswa.
Oleh sebab itu, bagaimanapun technological developments must make a person feel
connected to another person, which is the main point in the interaction process.
Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran tetap harus memperhatikan faktor interaksi
antara dosen dan mahasiswa agar tercipta student engagement. Hasil belajar yang

4
dibersamai student engagement akan menciptakan suatu transfer ilmu yang bermakna
dan terus melekat pada diri mahasiswa.

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STATE OF ART
Penelitian ini sejalan dengan fokus UM untuk menjadi Pusat Unggulan di bidang
Inovasi Belajar (Learning Innovation) dan Rencana Induk Pembangunan (RIP) UM
2011-2030 dalam pengembangan bidang akademik yang diarahkan pada peningkatan
inovasi di bidang pembelajaran. Penelitian ini juga mendukung misi UM dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi yang berpusat
pada peserta didik, menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif, dan
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi serta misi UM dalam menyelenggarakan
penelitian dalam ilmu kependidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, ilmu sosial budaya,
seni, dan/atau olahraga yang temuannya bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan
kesejahteraan masyarakat.
2.2 Landasan Teori
Pada pertengahan 2020, telah menjadi awal mula banyak nya perubahan yang
berdampak secara global. Pandemi Covid-19 telah mengubah segala aspek kehidupan
masyarakat untuk segera beradaptasi dengan Era New Normal, tak terkecuali dengan
dunia Pendidikan di Indonesia. Institusi Pendidikan harus mengubah cara pandang dan
praktik pembelajaran selama Era New Normal. Pembelajaran tatap muka yang selama
ini dilakukan, harus mulai beradaptasi dengan pembelajaran online. Ketersediaan
jaringan dan keberadaan alat komunikasi elektronik menjadi sangat penting dalam
mendukung pembelajaran online. Selama Era New Normal, terdapat 6 strategi yang
dibutuhkan oleh institusi Pendidikan dalam pengajaran secara online, yaitu 1) strategi
kontekstualisasi, b) strategi penyampaian yang tepat, c) strategi adaptasi tinggi dalam
penggunaan teknologi, d) strategi dukungan yang memadai, e) strategi partisipasi yang
berkualitas, f) strategi proses berkelanjutan [6]. Sejalan dengan perubahan sistem
pembelajaran, baik tenaga pengajar maupun peserta didik harus beradaptasi dengan
sistem pembelajaran online.

Keterlibatan siswa, telah diakui sebagai konstruksi meta yang penuh teka-teki
dan multifaset (Appleton, Christenson dan Furlong, 2008; Fredericks, Blumenfeld dan
Paris. 2004). Student engagement, yaitu perwujudan dari motivasi yang dilihat melalui
tindakan, kognitif, dan emosi yang dilihat oleh siswa, mengacu pada tindakan berenergi,
terarah dan tetap bertahan ketika kesulitan atau kualitas siswa dalam interaksinya

6
dengan tugas akademik (Cornell dan Wellborn dalam Handelsman, 2005) . Keterlibatan
siswa dalam suatu proses psikologis, khususnya perhatian, ketertarikan, investasi, dan
upaya yang dikerahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dharmayana, 2012).
Definisi tersebut muncul sebagian dari literatur yang menekankan pentingnya
keterlibatan agen (Reeve, 2012; Reeve dan Tseng, 2011). Semakin banyak keterlibatan
dan pencapaian cenderung meningkat (Peters et al, 2019; Reeve, 2013; Zepke (2018),
semakin besar kemungkinan mereka untuk memberikan umpan balik secara positif ke
dalam lingkungan belajar (Matos et al, 2018). Keterlibatan (Finn dan Zimmer, 2012;
Linnenbrink-Garcia, Rogat dan Koskey, 2011), di mana pengaruh siswa dipengaruhi
oleh unsur-unsur sosial dalam lingkungan belajar, juga direpresentasikan dalam
pengakuan pengaruh sosial, di samping pengaruh internal. Keterlibatan kognitif, afektif
dan perilaku adalah tiga dimensi yang diterima secara luas dari keterlibatan siswa
(Fredericks et.al, 2004; Fredericks, Filsecker dan Lawson, 2016). Keterlibatan kognitif
berkaitan dengan strategi pembelajaran mendalam, pengaturan diri dan pemahaman;
keterlibatan afektif berkaitan dengan reaksi positif terhadap lingkungan belajar, teman
sebaya dan guru, serta rasa memiliki dan minat mereka; dan keterlibatan perilaku terkait
dengan partisipasi, ketekunan, dan perilaku positif. Secara lebih jelas, behavioral
engagement menggambarkan kualitas siswa yang dibaca dalam kegiatan pembelajaran
di dalam kelas atau kegiatan di luar kelas yang bersifat akademik. Dimensi ini
bertambah dengan tingkah laku siswa yang penuh usaha, ketekunan, intensitas, dan
keteguhan hati dalam menjalankan kegiatan akademik. Keterlibatan emosional, emosi
positif siswa pada proses pembelajaran maupun tugas-tugas yang didapatkan dari
sekolah. Dalam dimensi ini menunjukkan kondisi siswa yang antusias, menikmati,
senang dan puas dalam kegiatan akademik. Dimensi ini, lingkungan sangat penting
untuk menumbuhkan keterikatan siswa dan mempengaruhi kesediaan siswa untuk
belajar. Keterlibatan kognitif merupakan interaksi siswa dengan proses pembelajaran
siswa dikelas yang menunjukkan siswa bukan hanya hadir fisiknya saja tetapi juga
pikirannya. Memperhatikan dan berkonsentrasi pada materi siswa. Siswa memiliki
kesediaan untuk berusaha melebihi standar yang dimiliki (Connel dan Werborn, 1990).

Pada setiap pembelajaran, tenaga pengajar perlu menggali kompetensi dari


peserta didik. Harding & Trotman [8] mendefinisikan kompetensi sebagai kualifikasi
yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan audit dengan baik. Selain itu,
kompetensi auditor dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.

7
Keahlian tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal saja, tetapi banyak faktor
lainnya, termasuk pengalaman [9]. Auditor yang berpengalaman, memiliki keahlian
dalam 3 hal, yaitu : 1) Mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan, dan 3) mencari
penyebab kesalahan [8]. Perkembangan sumber belajar saat ini membuka ruang bagi
peserta didik untuk tidak hanya belajar dari buku maupun penyampaian pengajar namun
juga dari penyampaian pengalam orang lain. pembelajaran berbasis realita pengalaman
dari orang lain menjadi suatu hal yang menarik bagi peserta didik karena apa yang
disampaikan adalah sesuai dengan kondisi lingkungan yang mereka hadapi. Oleh sebab
itu, pendidik juga harus berinovasi dengan mendatangkan narasumber praktisi.
2.3 Roadmap Penelitian

8
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menerapkan model pembelajaran
akuntansi melalui Student Engagement bahan ajar mata kuliah audit. Hal ini dilakukan
dalam upaya melatih dan membekali mahasiswa jurusan Akuntansi FEB UM untuk
dapat merasakan proses interaksi dalam proses pembelajaran yang terus melekat dan
bermakna tanpa menciptakan rasa bosan dan jenuh. Tujuan penelitian ini, sejalan
dengan semangat Universitas Negeri Malang (UM) sebagai The Learning University
yang dapat menjadi learning organization dan learning resource bagi semua lapisan
baik internal maupun eksternal UM.
BAB 4. METODE PELAKSANAAN
Penelitian ini, merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil analisis dalam
penelitian ini, didapatkan dari tiga instrument yang berbeda. Instrumen pertama, ialah
observasi. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar mata
kuliah Pengauditan yang menggunakan Sumber Belajar Kamus Online Glosaudit. Pada
saat pengamatan, dosen pengampu tidak hadir dikelas namun mengajar online melalui
SIPEJAR (Sistem Pembelajaran dalam Jaringan). Materi yang diajarkan menggunakan
kamus online Glosaudit yang disampaikan oleh dosen pengampu mata kuliah yang
bersangkutan. Selama proses pengajaran berlangsung, interaksi dosen dan mahasiswa
tetap terlaksana melalui fitur live chat dalam SIPEJAR. Hasil observasi diperkuat
dengan hasil wawancara yang dilaksanakan setelah proses observasi pembelajaran
berlangsung. Hasil wawancara didapatkan dari narasumber, yaitu mahasiswa. Hasil
observasi dan wawancara kemudian dilengkapi dengan hasil posh test dan pre test (studi
dokumentasi). Hasil penelitian ini, disajikan dalam tiga tema besar yang merupakan
dimensi dari student engagement, yaitu behavioural engagement, emotional
engagement dan cognitive engagement.

a. Tugas masing-masing anggota pengusul

9
Alokasi waktu
No Personalia Bidang Keahlian Rincian Tugas
(jam/minggu)
1 Ketua Peneliti: Pendidikan 14 jam/ minggu - Mengobservasi permasalahan
Dhika Maha Putri, Akuntansi /fenomena yang sedang
S.Pd., M.Acc terjadi sehingga perlu diteliti
- Mencari sumber referensi
- Observasi subyek penelitian
- Menulis laporan desain
operasional
- Menulis laporan kemajuan
- Menulis laporan akhir
- Menulis artikel
2 Mahasiswa 1: Pendidikan 6 jam/ minggu - Membantu mencari
Melly Indrawati Akuntansi sumber/rujukan ilmiah
- Membantu smooting layout
artikel sebelum submit
3 Mahasiswa 2: Pendidikan 6 jam/ minggu - Membantu mencari
Okkie Amizar Pradana Akuntansi sumber/rujukan ilmiah
- Membantu smooting layout
artikel sebelum submit

JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Bulan ke
No 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Mengajukan proposal √
2 Menyusun desain operasional √
3 Membuat rancangan penelitian √
4 Menyusun dan menentukan narasumber √
pada kajian student engagement
5 Melakukan pengambilan data √
6 Menyusun buku hasil penelitian √ √
7 Menyusun laporan kemajuan √
8 Menyusun laporan akhir dan laporan √
keuangan

10
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pembelajaran dengan model blended learning merupakan model pembelajaran
ini menggabungkan antara teknologi dengan interaksi antara dosen dan mahasiswa
yang menggeser dari pertemuan face to face ke dalam sebuah video. Kegiatan awal
yang dilakukan oleh tim penelitian Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Malang adalah melakukan observasi dan analisis situasi awal. Observasi
pertama dilakukan dengan melakukan wawancara kepada mahasiswa jurusan
akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang terkait dengan permasalahan
yang dirasakan ketika mempelajari mata kuliah audit dengan menggunakan proses
belajar mengajar metode tradisional. Selanjutnya tim penelitian melakukan analisis
teori-teori yang relevan dan studi pendahuluan untuk menganalisis permasalahan yang
terjadi selama proses observasi. Setelah seluruh proses analisis dan telaah mendalam,
maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh tim penelitian adalah memberikan
solusi permasalahan.
Solusi yang diberikan oleh tim penelitian adalah model pembelajaran audit
menggunakan sumber belajar kamus online glosaudit. Hasil analisis dalam penelitian
ini, didapatkan dari tiga instrument yang berbeda. Instrumen pertama, ialah observasi.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar mata kuliah
Pengauditan yang menggunakan Sumber Belajar Kamus Online Glosaudit. Pada saat
pengamatan, dosen pengampu tidak hadir dikelas namun mengajar online melalui
SIPEJAR (Sistem Pembelajaran dalam Jaringan). Materi yang diajarkan
menggunakan kamus online Glosaudit yang disampaikan oleh dosen pengampu mata
kuliah yang bersangkutan. Selama proses pengajaran berlangsung, interaksi dosen dan
mahasiswa tetap terlaksana melalui fitur live chat dalam SIPEJAR. Hasil observasi
diperkuat dengan hasil wawancara yang dilaksanakan setelah proses observasi
pembelajaran berlangsung. Hasil wawancara didapatkan dari narasumber, yaitu
mahasiswa. Hasil observasi dan wawancara kemudian dilengkapi dengan hasil posh
test dan pre-test (studi dokumentasi). Hasil penelitian ini, disajikan dalam tiga tema
besar yang merupakan dimensi dari student engagement, yaitu behavioural
engagement, emotional engagement dan cognitive engagement.

11
Hasil penelitian menunjukkan siswa lebih tertarik saat materi disajikan dengan
bahan ajar online. Di sisi lain, pengunaan bahan ajar dengan kemasan online dapat
memfasilitasi mahasiswa untuk berinteraksi dengan dosen meskipun tidak berada di
dalam kelas. Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar online dalam pembelajaran
membantu meningkatkan aspek interaksi dalam proses belajar mengajar.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa pada era Covid-19 proses pembelajaran
dilakukan secara online yang menyebabkan para mahasiswa mengalami kejenuhan
dalam proses belajar. Dalam upaya penyelesaian masalah penelitian serta menciptakan
suasana belajar online yang menarik perlu bantuan perguruan tinggi melalui media
pembelajaran student engagement kamus online Glosaudit. Jika proses pembelajaran
audit dilakukan oleh dosen secara online dikemas sedemikian rupa, maka penerapan
ilmu audit beserta pengembangan wawasan teknologi dapat dilakukan secara intensif.
Untuk penyelesaian permasalahan, dibutuhkan ahli di bidangnya masing-masing,
diantaranya sebagai berikut
1. Ahli di Bidang Pembelajaran berbasis ICT
2. Ahli di Bidang Perencanaan Pembelajaran Audit
3. Ahli di Bidang Model-model Media Pembelajaran Audit
Beberapa cara ini dapat dioptimalkan oleh universitas sebagai pihak yang
merancang sistem media pembelajaran kamus online Glosaudit disinkronkan dengan
SIPEJAR yang sudah divalidasi oleh ahli dan layak untuk diterapkan, serta merancang
dan menerbitkan buku ISBN mengenai media pembelajaran tersebut. Karena, pada
dasarnya inti dari semua jenis masalah akan diselesaikan dengan desain sistem
pembelajaran yang hebat atau luar biasa. Melalui sistem pembelajaran yang baik,
proses penciptaan dan pengembangan media pembelajaran dapat dilakukan dengan
baik. Perbaikan sistem pembelajaran online akan terbukti mampu meningkatkan
kualitas mahasiswa-mahasiswi jurusan akuntansi saat sistem telah diterapkan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Aoun, J.E 2017 Robot-proof:Higher Education in The Age of Artificial Intelligence.
US: MIT Press
Appleton, J.J, Christenson, S.L & Furlong, M.J 2008 Student Engagement With
School:Critical Conceptual And Methodological Issues Of The Construct.
Psychology in the Schools, 45(05), 369-386
Bakker, A. B., & Bal, M. P. 2010a. Weekly work engagement and performance: A
study among starting teachers. Journal of Occupational and Organizational
Psychology, 83(1), 189–206.
Bakker,A.B., & Bal,M.P 2010b Weekly work engagement and performance: A study
among starting teachers. Journal of Occupational and Organizational Psychology,
83(1), 189–206.
Bakker, A. B., & Leiter, M. P. (n.d.). Work Engagement: A Handbook of Essential
Theory and Research.
Connell, J.P., Spencer, M. B., & Aber, J. L. 1994. Educational risk and resilience in
African-American youth: Context, self, action, and outcomes in school. Child
Development, 65, 493-506.
Connell, J.P., & Wellborn, J.G. 1994. Engagement versus disaffection: Motivated
patterns of action In the academic domain. New York: University of Rochester
Dharmayana, Masrun, Kumara, A & Wirawan, Y.G. 2012. Keterlibatan Siswa (Student
Engagement) sebagai Mediator Kompetensi Emosi dan Prestasi Akademik. Jurnal
Psikologi,1 (39), 76-94.
Finn, J and Zimmer, K. 2012. Student engagement: What is it? Why does it matter? In:
Christenson, SL, Reschly, AL and Wylie, C (eds.), Handbook of Research on
Student Engagement, 97–131. Boston, MA: Springer US
Fredricks, J.A, Blumenfeld, P.C & Paris, A.H . 2004. School engagement : potential of
the concept,state of evidence. Review of Educational Research, (74) : 59- 109.
Fredricks, J. A., Filsecker, M & Lawson, M.A. 2016. Student engagement, context, and
adjustment: Addressin definitional, measurement, and methodological issues.
Learning and instruction, 43 : 1-4
Fredricks, J., McColskey, W., Meli, J., Mordica, J., Montrosse, B., & Mooney, K.
(2011a). Measuring student engagement in upper elementary through high school: A
description of 21 instruments. Issues and Answers Report, 098, 26–27.
Fredricks, J., McColskey, W., Meli, J., Mordica, J., Montrosse, B., & Mooney, K.
(2011b). Measuring student engagement in upper elementary through high school: A
description of 21 instruments. Issues and Answers Report, 098(March), 26–27.
Retrieved from
Handelsman, Mitchell M, et. Al 2005 A Measure of College Student Course
Engagement. University of Colorado at Denver. Jurnal of Educational Research.
Vol. 98, No. 3. Hal. 184-191.

13
Jimerson, S.R, Campos, E & Greif, J.L. 2003. Toward an Understanding of Definitions
and Measures of School Engagement and Related Terms. The California School
Psychologist, 8, 7-27
Linnenbrink-Garcia, L, Rogat, TK and Koskey, KLK. 2011. Affect and engagement
during small group instruction. Contemporary Educational Psychology, 36(1): 13–
24.
Lippman, L., & Rivers, A. 2008. Assessing school engagement: A guide for out-
ofschool time program practitioners. A Research-to-Results Brief, 39, 1–5.
Matos, L, Reeve, J, Herrera, D and Claux, M. 2018. Students’ agentic engagement
predicts longitudinal increases in perceived autonomy-supportive teaching: The
squeaky wheel gets the grease. The Journal of Experimental Education, 86(4): 579–
596.
Markos, S., & Sridevi, S. 2010. Employee Engagement : The Key to Improving
Performance. International Journal of Business and Management, 5(12), 89–96. [22]
Mckinsey 2016 Where machines could replace humans – and where they can’t (yet).
Peters, H, Zdravkovic, M, João Costa, M, Celenza, A, Ghias, K, Klamen, D, Mossop, L,
Rieder, M, Devi Nadarajah, V, Wangsaturaka, D, Wohlin, M and Weggemans, M.
2019. Twelve tips for enhancing student engagement. Medical Teacher, 41(6):632–
637.
Poskitt, J., & Gibbs, R. 2010. Student engagement in the middle years of schooling
(Years 7-10): A literature review. Literature Review. Report to the Ministry of
Education (EvaluationAssociates Ltd) (Massey University)
Reeve, J and Tseng, C-M. 2011 Agency as a fourth aspect of students’ engagement
during learning activities. Contemporary Educational Psychology, 36(4): 257–267.
Reeve, J. 2013. How students create motivationally supportive learning environments
for themselves: The concept of agentic engagement. Journal of Educational
Psychology, 105(3): 579–595.
Schwab 2017 The The Fourth Industrial Revolution: Crown Business Press
Swan, K 2001 Virtual interaction: Design factors affecting student satisfaction and
perceived learning in asynchronous online courses. Distance Education, 22(2), 306-
331
Zepke, N. 2018a. Student engagement in neo-liberal times: What is missing? Higher
Education Research & Development, 37(2): 433–446.
Zepke, N. 2018b. Learning with peers, active citizenship and student engagement in
Enabling Education. Student Success, 9(1): 61–73.

14
LAMPIRAN

15
Lampiran 1. Naskah Buku ISBN

BUKU HASIL PENELITIAN

KAJIAN STUDENT ENGAGEMENT PADA PENGGUNAAN BAHAN


AJAR MATA KULIAH AUDIT

COVER

Oleh :
Dhika Maha Putri, S.Pd., M.Acc
Ria Zulkha Ermayda, SST., M.Si.
Shafira Alfa Widayanti., S.E

i
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi ALLAH SWT, Tuhan semesta


alam, atas limpahan nikmat, hidayah dan karuniaNya kepada penulis, sehingga
penulisan Buku hasil penelitian “KAJIAN STUDENT ENGAGEMENT PADA
PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA KULIAH AUDIT” dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan target.
Penulisan buku ini merupakan hasil penelitian kami dalam mengkaji
penggunaan kamus online Glosaudit pada mata kuliah audit. Kajian dalam buku
ini meliputi student engagement, konsep Glosaudit, aktivitas pembelajaran audit
melalui Glosaudit, dan hasil observasi dengan mahasiswa akuntansi yang
menempuh mata kuliah audit.
Buku ini penulis dedikasikan untuk semua mahasiswa akuntansi yang
menempuh mata kuliah auditing. Besar harapan penulis ada manfaat yang dapat
diambil dari penulisan buku yang jauh dari kata sempurna ini. Masukan, kritikan
dan support dari pengguna buku ini sangat dibutuhkan demi lebih sempurnanya
buku ini. Kritik dan saran dapat dilayangkan langsung melalui penerbit atau
penulis melalui kontak yang disertakan dalam penerbitan buku ini.

Hormat Kami

Penulis

i
Daftar Gambar
Gambar 1 Student Engagement Style......................................................................9
Gambar 2 Motivation for engagement in student governance...............................13
Gambar 3 Empat Fase Audit Laporan Keuangan..................................................25
Gambar 4 Tata Letak Menu Home........................................................................27
Gambar 5 Menu Favorite.......................................................................................28
Gambar 6 Menu History........................................................................................29
Gambar 7 Glosaudit Setelah Revisi.......................................................................35
Gambar 8 Glosaudit Sebelum Revisi.....................................................................35
Gambar 9 Glosaudit Setelah Revisi.......................................................................36
Gambar 10 Glosaudit sebelum revisi....................................................................36

ii
Daftar Tabel
Tabel 1 Examples of positive and negative engagement..........................................8
Tabel 2 Contoh Tiga Jenis Audit menurut Arens et al., (2014).............................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

iv
A. Latar Belakang

......Standar umum pertama (SA Seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar umum ketiga
(SA Seksi 230 dalam SPAP,2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit
akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor
wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan
tugasnya sebagai auditor. Definisi keahlian dalam bidang auditing pun sering
diukur dengan pengalaman. Beberapa peneliti lainnya telah memasukkan unsur
kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) ke
dalam artikel mereka sebagai alat ukur dari kompetensi (Oktaria dan
Tjandrakirana, 2012). Sementara itu, Halim (2004) mengemukakan bahwa
kompetensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: pendidikan formal dalam bidang
akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor, pelatihan yang
bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing, dan pendidikan
profesional yang berkelanjutan selama menekuni karir auditor professional.
Seorang auditor juga harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
dunia bisnis dan lingkungan profesinya. Dengan adanya pendidikan, pelatihan dan
pengalaman, auditor mempunyai kemampuan untuk menilai secara objektif dan
dapat menggunakan pertimbangannya tanpa memihak. Kompetensi berkaitan
dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang
auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak
sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian
dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui
pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan
teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.
Berdasarkan hal tersebut, pengajar mata kuliah audit harus mampu memfasilitasi
pembelajaran yang mampu menumbuhkan kompetensi auditor.

v
Dunia pendidikan saat ini tengah dihadapkan pada persoalan berupa
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat adanya penyebaran virus covid
19. Hal tersebut menyebabkan instansi pendidikan harus berupaya
menyelenggarakan belajar mengajar meskipun dari rumah melalui pembelajaran
daring. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring tentunya tidak dapat lepas dari
penggunaan teknologi. Penelitian terdahulu menemukan bahwa teknologi
berperan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar [1],
teknologi berperan dalam memfasilitasi pendidik untuk menyampaikan materi
pembelajaran [2]. Oleh karena itu, pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
merupakan suatu hal yang krusial saat ini. Meskipun pembelajaran daring dengan
memanfaatkan teknologi memberikan banyak manfaat namun pembelajaran yang
dilakukan dari rumah ternyata memunculkan masalah lain berupa kejenuhan
belajar yang dialami peserta didik [3]. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kejenuhan belajar dilakukan dengan membuat media pembelajaran
yang sesuai dengan tipe belajar anak. Salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan proses pembelajaran selain kesiapan pendidik adalah media daring
yang tepat [4].

Di sisi lain dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu student


engagement, yaitu kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan rutin sekolah
yang dilihat dari indicator kognitif, perilaku dan afektif dalam melaksanakan
tugas-tugas belajar tertentu (Chapman, 2003). Tiga dimensi student engagement,
ialah behavioural engagement (partisipasi, tidak adanya perilaku yang menganggu
dan perilaku yang negative), emotional engagement (ketertarikan, kegembiraan
dan sense of belonging) dan cognitive engagement (usaha untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan) (Frederick dkk, 2004). Meningkatkan keterlibatan siswa
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi permasalahan dalam proses belajar
mengajar. Frederick, Blumenfeld dan Paris (2004) mengatakan bahwa berbagai
permasalah siswa disekolah terjadi karena adanya disengagement behaviour.
Appleton, Christensen dan Furlong (2008) menjelaskan bahwa disengagement
behaviour dapat mengakibatkan siswa bersikap antipati, mengobrol saat belajar,
tidak bersemangat, tidak focus bahkan tidur di dalam kelas. Salah satu upaya
untuk menumbuhkan student engagement, ialah melalui interaksi antara dosen dan

vi
mahasiswa. Interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Interaction can create value and satisfaction that give different
perceptions to students (Swan, 2011). Interaksi personal akan menciptakan
komunikasi yang menjadi sarana tumbuhnya student engagement dalam diri
mahasiswa. Oleh sebab itu, bagaimanapun technological developments must make
a person feel connected to another person, which is the main point in the
interaction process. Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran tetap harus
memperhatikan faktor interaksi antara dosen dan mahasiswa agar tercipta student
engagement. Hasil belajar yang dibersamai student engagement akan menciptakan
suatu transfer ilmu yang bermakna dan terus melekat pada diri mahasiswa.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,


penelitian ini bertujuan merancang dan menerapkan model pembelajaran
akuntansi melalui Student Engagement bahan ajar mata kuliah audit. Hal ini
dilakukan dalam upaya melatih dan membekali mahasiswa jurusan Akuntansi
FEB UM untuk dapat merasakan proses interaksi dalam proses pembelajaran
tanpa menciptakan rasa bosan dan jenuh. Hasil belajar yang dibersamai student
engagement akan menciptakan suatu transfer ilmu yang bermakna dan terus
melekat pada diri mahasiswa akuntansi FEB UM.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menerapkan model


pembelajaran akuntansi melalui Student Engagement bahan ajar mata kuliah audit.
Hal ini dilakukan dalam upaya melatih dan membekali mahasiswa jurusan
Akuntansi FEB UM untuk dapat merasakan proses interaksi dalam proses
pembelajaran yang terus melekat dan bermakna tanpa menciptakan rasa bosan dan
jenuh.

vii
D. Urgensi Penelitian

Dalam model pembelajaran Akuntansi melalui student engagement bahan


ajar mata kuliah audit, rancangan bahan ajar akan digunakan untuk mengatasi
berbagai kelemahan pada proses belajar mengajar mata kuliah audit di jurusan
akuntansi FEB UM. Model pembelajaran Akuntansi melalui student engagement
ini juga akan menjadi wadah bagi mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan
dosen, berdiskusi dan menyampaikan pendapat meskipun terbatas ruang dan
waktu seperti pada saat pandemi Covid-19.

viii
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Aktivitas Pembelajaran Online

Pada pertengahan 2020, telah menjadi awal mula banyak nya perubahan
yang berdampak secara global. Pandemi Covid-19 telah mengubah segala
aspek kehidupan masyarakat untuk segera beradaptasi dengan Era New
Normal, tak terkecuali dengan dunia Pendidikan di Indonesia. Institusi
Pendidikan harus mengubah cara pandang dan praktik pembelajaran selama
Era New Normal. Pembelajaran tatap muka yang selama ini dilakukan, harus
mulai beradaptasi dengan pembelajaran online. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun
2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa
Darurat Penyebaran Covid-19. Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bidang Regulasi, Chatarina Muliana Girsang menyampaikan, Surat Edaran
Nomor 15 ini untuk memperkuat Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus
Disease (Covid-19). Dalam surat edaran ini disebutkan bahwa tujuan dari
pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) adalah memastikan pemenuhan hak
peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-
19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk Covid-19,
mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di satuan pendidikan dan
memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik,
dan orang tua. Kegiatan BDR dilaksanakan untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum serta difokuskan pada pendidikan
kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi Covid-19.
Kemunculan istilah study from home menyebabkan mahasiswa ataupun
dosen harus berpindah ke dalam situasi belajar yang baru. Situasi yang serba
virtual dengan gaya belajar baru menimbulkan beberapa budaya pendidikan
yang baru juga. Adaptasi secara mendadak terhadap proses belajar online

ix
ataupun belajar dari rumah menciptakan berbagai persoalan yang dirasakan
oleh mahasiswa ataupun pengajar. Mahasiswa merasa cepat jenuh, tidak dapat
konsentrasi penuh dan memahami secara maksimal apa yang disampaikan
oleh dosen, jaringan internet yang tidak stabil, borosnya kuota internet untuk
melakukan meeting online setiap hari, dan lain sebagainya (Sugiman, 2020).
Di sisi lain, pembelajaran online juga menyebabkan mahasiswa semakin pasif,
enggan terlibat dalam proses belajar-mengajar serta menurunnya sikap
produktif (Tandon, 2021).

Selain komponen orang yang belajar dan pengajar, proses belajar juga
melibatkan fasilitas tertentu. Misalnya tempat belajar, sarana dan
media/perantara belajar. Belajar di rumah memerlukan fasilitas, seperti
smartphone, komputer, laptop dan tablet. Selain itu juga diperlukan jaringan
internet yang dapat diakses setelah memiliki paket data atau kuota internet.
Semua fasilitas penunjang ini berguna dalam menjalankan proses belajar
daring. Ketersediaan jaringan dan keberadaan alat komunikasi elektronik
menjadi sangat penting dalam mendukung pembelajaran online. Selama Era
New Normal, terdapat 6 strategi yang dibutuhkan oleh institusi pendidikan
dalam pengajaran secara online, yaitu

1) strategi kontekstualisasi,
2) strategi penyampaian yang tepat,
3) strategi adaptasi tinggi dalam penggunaan teknologi,
4) strategi dukungan yang memadai,
5) strategi partisipasi yang berkualitas,
6) strategi proses berkelanjutan.

B. Konsep Student Engagement

....Keterlibatan siswa, telah diakui sebagai konstruksi meta yang penuh


teka-teki dan multifaset (Appleton, Christenson dan Furlong, 2008;
Fredericks, Blumenfeld dan Paris. 2004). Student engagement, yaitu
perwujudan dari motivasi yang dilihat melalui tindakan, kognitif, dan emosi

x
yang dilihat oleh siswa, mengacu pada tindakan berenergi, terarah dan tetap
bertahan ketika kesulitan atau kualitas siswa dalam interaksinya dengan tugas
akademik (Cornell dan Wellborn dalam Handelsman, 2005). Keterlibatan
siswa dalam suatu proses psikologis, khususnya perhatian, ketertarikan,
investasi, dan upaya yang dikerahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
(Dharmayana, 2012). Definisi tersebut muncul sebagian dari literatur yang
menekankan pentingnya keterlibatan agen (Reeve, 2012; Reeve dan Tseng,
2011). Semakin banyak keterlibatan dan pencapaian cenderung meningkat
(Peters et al, 2019; Reeve, 2013; Zepke (2018), semakin besar kemungkinan
mereka untuk memberikan umpan balik secara positif ke dalam lingkungan
belajar (Matos et al, 2018).

Semakin banyak mahasiswa yang mempelajari suatu subjek mata


kuliah, maka akan semakin banyak pula yang mereka ketahui. Menurut Kuh,
keterlibatan dapat diartikan sebagai situasi sejauh mana mahasiswa
mengambil bagian dalam praktik pembelajaran yang efektif, terutama pada
waktu yang dihabiskan untuk berkonsultasi dengan para dosen (Axelson &
Flick, 2010). Keterlibatan sebagian besar merupakan masalah perilaku dari
para siswa ataupun mahasiwa. Di sisi lain, keterlibatan dapat menjadi sarana
penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan perasaan tentang rekan
mereka, dosen, dan lembaga yang memberikan mereka rasa keterhubungan,
afiliasi, dan kepemilikan sementara secara bersamaan menawarkan
kesempatan yang maksimal untuk belajar dan berkembang (Axelson & Flick,
2010). Keterlibatan siswa berkaitan dengan interaksi antara waktu, upaya, dan
sumber daya relevan lainnya yang diinvestasikan oleh siswa dan lembaga
mereka yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan pengalaman siswa dan
meningkatkan hasil belajar dan pengembangan siswa serta kinerja, dan
reputasi lembaga (Trowler & Trowler, 2010). Keterlibatan juga menyediakan
cara ataupun solusi untuk memperbaiki tingkat kebosanan mahasiswa yang
tinggi akibatn proses belajar secara daring.

xi
Mahasiswa dan universitas masing-masing memiliki tanggung jawab
atas kualitas pembelajaran mahasiswa. Mahasiswa perlu melakukan upaya
yang diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
mereka, dan universitas perlu menyediakan lingkungan yang sesuai untuk
memfasilitasi pembelajaran siswa. Perguruan tinggi, terutama para dosen di
mana mahasiswa berada di ruang kelasnya, jelas memiliki peran besar dalam
mendorong keterlibatan siswa.

Ukuran keterlibatan adalah korelasi yang dapat diandalkan dari hasil


mahasiswa yang diinginkan, seperti nilai yang lebih tinggi di antara
mahasiswa tahun pertama dan ketekunan perguruan tinggi (Axelson & Flick,
2010). Keterlibatan mungkin hanya produk sampingan dari lingkungan belajar
yang sesuai dengan mahasiswa. Ada masalah yang lebih kompleks dari apa
yang kita maksud dengan belajar. Bransford et al., (2000) membedakan antara
siswa "berorientasi belajar", yang menghargai pendidikan untuk nilai
intrinsiknya, dan siswa "berorientasi kinerja", yang mungkin lebih disibukkan
dengan nilai. Mungkin bentuk keterlibatan perilaku tertentu hanya mengarah
pada hasil yang terkait dengan pencapaian, bukan pada bentuk pembelajaran
yang lebih dalam yang paling kita hargai (Axelson & Flick, 2010).

Keterlibatan lebih dari sekadar keterlibatan atau partisipasi, ini


membutuhkan perasaan dan pemahaman serta aktivitas. Bertindak tanpa
merasa terlibat hanyalah keterlibatan atau bahkan kepatuhan, sedangkan
merasa terlibat tanpa bertindak adalah disosiasi (Trowler & Trowler, 2010).
Meskipun berfokus pada keterlibatan di tingkat sekolah, Fredricks et al.,
mengidentifikasi tiga dimensi keterlibatan siswa, yaitu

1. Behavioural engagement

Mahasiswa yang terlibat secara perilaku biasanya akan mematuhi


norma perilaku, seperti kehadiran dan keterlibatan, dan akan menunjukkan
tidak adanya perilaku yang mengganggu atau negatif.

xii
2. Emotional engagement

Mahasiswa yang terlibat secara emosional akan mengalami reaksi


afektif seperti minat, kenikmatan, atau rasa memiliki.

3. Cognitive engagement

Mahasiswa yang terlibat secara kognitif akan diinvestasikan dalam


pembelajaran mereka, akan berusaha untuk melampaui persyaratan, dan akan

menyukai tantangan.
Tabel 1 Examples of positive and negative engagement

Penelitian yang dilakukan oleh Trowler (2010) memberikan contoh positif


dan negatif untuk menggambarkan ketiga dimensi keterlibatan siswa. Istilah
'positif' dan 'negatif' digunakan di sini bukan untuk menunjukkan penilaian,
melainkan untuk mencerminkan sikap yang tersirat dalam banyak literatur bahwa
kepatuhan dengan harapan dan norma menunjukkan internalisasi dan persetujuan,
dan dengan demikian terlihat produktif, sedangkan perilaku yang menantang,
mengkonfrontasi atau menolak dapat mengganggu, menunda atau menghalangi,
sehingga terlihat kontra produktif.

Coates (2007) menggambarkan menggambarkan keterlibatan sebagai


konstruksi luas yang dimaksudkan untuk mencakup aspek akademik yang
menonjol serta aspek non-akademik tertentu dari pengalaman siswa, yang terdiri
dari yang berikut:

xiii
- pembelajaran aktif dan kolaboratif;
- partisipasi dalam kegiatan akademik yang menantang;
- komunikasi formatif dengan staf akademik;
- keterlibatan dalam memperkaya pengalaman pendidikan;
- merasa dilegitimasi dan didukung oleh komunitas belajar universitas.

Selain itu, Coates (2007) juga menggambarkan student engagement styles yang
berlingkup pada sosial dan akademik.

Gambar 1 Student Engagement Style

xiv
1. Intens

Siswa yang termasuk dalam bentuk keterlibatan yang intens sangat terlibat
dengan studi universitas mereka. Mereka cenderung melihat staf pengajar
sebagai orang yang mudah didekati, dan melihat lingkungan belajar mereka
sebagai responsif, mendukung, dan menantang.

2. Independent

Gaya keterlibatan independen dicirikan oleh pendekatan belajar yang


lebih berorientasi akademis dan kurang berorientasi sosial. Siswa yang
termasuk dalam gaya belajar independen melihat diri mereka sebagai peserta
dalam komunitas belajar yang mendukung. Mereka melihat guru ataupun
dosen sebagai orang yang mudah didekati, responsif terhadap kebutuhan
siswa, serta mendorong dan melegitimasi refleksi dan umpan balik siswa.
Siswa-siswa ini cenderung kurang mungkin, untuk bekerja secara kolaboratif
dengan siswa lain di dalam atau di luar kelas, atau untuk menjadi terlibat
dalam memperkaya acara dan kegiatan di sekitar kampus.

3. Collaborative

Siswa yang termasuk dalam gaya keterlibatan kolaboratif cenderung


menyukai aspek sosial kehidupan dan tugas-tugas kuliah, dibandingkan
dengan bentuk interaksi yang lebih murni kognitif atau individualistis. Tingkat
keterlibatan kolaboratif umum yang tinggi mencerminkan siswa merasa
divalidasi dalam komunitas kampus mereka, terutama dengan berpartisipasi
dalam kegiatan pengembangan bakat di luar kelas yang luas dan berinteraksi
dengan dosen dan mahasiswa lainnya.

4. Passive

xv
Kemungkinan siswa yang gaya responsnya menunjukkan gaya
keterlibatan pasif jarang berpartisipasi dalam satu-satunya atau kegiatan dan
kondisi umum yang terkait dengan pembelajaran produktif.

Pike dan Kuh (2005) menyaring tujuh jenis lembaga universitas yang
menarik dari hasil NSSE, berdasarkan enam faktor. Tidak ada lembaga universitas
yang berperingkat tinggi atau rendah secara universal di semua ukuran
keterlibatan, menunjukkan bahwa tidak hanya lembaga dengan cara berbeda
mereka melibatkan siswa, tetapi ini mungkin bukan hasil dari strategi sadar. Tujuh
jenis Pike dan Kuh adalah sebagai berikut:

1. Beragam, tetapi terfragmentasi secara interpersonal

Mahasiswa di perguruan tinggi ini memiliki banyak pengalaman dengan


keragaman dan cenderung menggunakan teknologi, tetapi tidak memandang
institusi tersebut sebagai pendukung kebutuhan akademik atau lingkungan sosial
mereka dan rekan-rekan mereka tidak dipandang sebagai pendukung atau pemberi
semangat. Secara keseluruhan, sepertinya bukan tempat yang mudah untuk tinggal
dan belajar.

2. Homogen dan kohesif antarpribadi

Mahasiswa di perguruan tinggi ini memiliki pengalaman yang relatif sedikit


dengan keragaman, tetapi memandang institusi dan rekan-rekan mereka sebagai
suportif. Lembaga-lembaga ini adalah cerminan dari jenis keterlibatan pertama.

3. Merangsang secara intelektual

Mahasiswa di perguruan tinggi ini terlibat dalam berbagai kegiatan


akademik dan memiliki banyak interaksi dengan komunitas di dalam dan di luar
kelas. Mereka juga cenderung terlibat dalam pemikiran tingkat tinggi dan bekerja

xvi
dengan rekan-rekan mereka dalam masalah akademik (yaitu pembelajaran
kolaboratif).

4. Mendukung secara interpersonal

Mahasiswa yang ada dalam pergutuan tinggi ini melaporkan frekuensi


tinggi pengalaman keragaman dan melihat rekan-rekan mereka dan kampus
sebagai mendukung upaya mereka. Mahasiswa juga memiliki jumlah kontak
yang wajar dengan anggota fakultas di dalam dan di luar kelas.

5. Teknologi tinggi, sentuhan rendah

Aturan teknologi informasi di universitas-universitas ini sampai mematikan


jenis interaksi lainnya. Ada rasa individualisme yang mencolok karena hanya
sedikit kolaborasi yang terjadi, tantangan akademik yang rendah, dan lingkungan
antarpribadi bukanlah ciri khas kampus.

6. Secara akademis menantang dan mendukung

Fakultas menetapkan harapan yang tinggi dan menekankan pemikiran


tingkat tinggi dengan cara tradisional. Sedikit pembelajaran aktif dan kolaboratif
diperlukan. Pada saat yang sama, mahasiswa saling mendukung dan memandang
kampus sebagai pendukung. Tempat yang umumnya ramah dan menyenangkan
untuk menjadi sarjana yang tertarik untuk belajar.

7. Kolaborasi

Pada jenis universitas ini, mahasiswa saling bergantung dan pada umumnya
saling mendukung satu sama lain untuk belajar, dan dimediasi oleh teknologi.
Meskipun ada sedikit peluang untuk pengalaman dengan keragaman, mahasiswa

xvii
memiliki jumlah kontak yang wajar dengan fakultas, yang bersama dengan
dimensi lain dari iklim kampus, dipandang sebagai mendukung.

C. Faktor Pendukung Student Engagement

.....Keterlibatan (Finn dan Zimmer, 2012; Linnenbrink-Garcia, Rogat dan


Koskey, 2011), di mana pengaruh siswa dipengaruhi oleh unsur-unsur sosial
dalam lingkungan belajar, juga direpresentasikan dalam pengakuan pengaruh
sosial, di samping pengaruh internal. Keterlibatan kognitif, afektif dan perilaku
adalah tiga dimensi yang diterima secara luas dari keterlibatan siswa (Fredericks
et.al, 2004; Fredericks, Filsecker dan Lawson, 2016). Keterlibatan kognitif
berkaitan dengan strategi pembelajaran mendalam, pengaturan diri dan
pemahaman; keterlibatan afektif berkaitan dengan reaksi positif terhadap
lingkungan belajar, teman sebaya dan guru, serta rasa memiliki dan minat
mereka; dan keterlibatan perilaku terkait dengan partisipasi, ketekunan, dan
perilaku positif.

Secara lebih jelas, behavioral engagement menggambarkan kualitas


siswa yang dibaca dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau kegiatan di
luar kelas yang bersifat akademik. Dimensi ini bertambah dengan tingkah laku
siswa yang penuh usaha, ketekunan, intensitas, dan keteguhan hati dalam
menjalankan kegiatan akademik. Keterlibatan emosional, emosi positif siswa
pada proses pembelajaran maupun tugas-tugas yang didapatkan dari sekolah.
Dalam dimensi ini menunjukkan kondisi siswa yang antusias, menikmati, senang
dan puas dalam kegiatan akademik. Dimensi ini, lingkungan sangat penting
untuk menumbuhkan keterikatan siswa dan mempengaruhi kesediaan siswa
untuk belajar.

Keterlibatan kognitif merupakan interaksi siswa dengan proses


pembelajaran siswa dikelas yang menunjukkan siswa bukan hanya hadir fisiknya
saja tetapi juga pikirannya. Memperhatikan dan berkonsentrasi pada materi
siswa. Siswa memiliki kesediaan untuk berusaha melebihi standar yang dimiliki
(Connel dan Werborn, 1990). Pada setiap pembelajaran, tenaga pengajar perlu

xviii
menggali kompetensi dari peserta didik. Harding & Trotman [8] mendefinisikan
kompetensi sebagai kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan
audit dengan baik. Selain itu, kompetensi auditor dipengaruhi oleh pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman. Keahlian tidak hanya didapatkan dari pendidikan
formal saja, tetapi banyak faktor lainnya, termasuk pengalaman [9]. Auditor yang
berpengalaman, memiliki keahlian dalam 3 hal, yaitu: 1) Mendeteksi kesalahan,
2) memahami kesalahan, dan 3) mencari penyebab kesalahan [8]

Lizzio dan Wilson (2009) mengidentifikasi empat kelompok motivasi


yang ditunjukkan oleh mahasiswa untuk melakukan peran keterlibatan siswa,
yang didasarkan pada dua sumbu yang berpotongan: motivasi (intrinsik atau
ekstrinsik) dan fokus (pribadi atau sistem). Hal ini menimbulkan empat kuadran,

Gambar 2 Motivation for engagement in student governance

seperti yang digambarkan di bawah ini:

xix
Pengimplementasian kajian student engagement tidak dapat berjalan
dengan sendirinya. Terdapat beberapa faktor penentu yang menunjukkan
keberhasilan dari keterlibatan siswa itu sendiri (Trowler, 2010). Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut,

a. Mahasiswa

Semakin banyak mahasiswa mempelajari suatu subjek mata kuliah,


semakin banyak mereka memperoleh ilmu pengetahuan darinya. Demikian juga,
semakin banyak mahasiswa berlatih dan mendapatkan umpan balik tentang karya
tulis, proses analisis, atau pemecahan masalah mereka, maka mereka akan
semakin mahir. Tindakan keterlbatan juga menambah dasar keterampilan dan
disposisi yang penting untuk menjalani kehidupan yang produktif dan
memuaskan setelah kuliah. Artinya, mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan
produktif pendidikan di perguruan tinggi sedang mengembangkan kebiasaan
dalam berpikir untuk memperbesar kapasitas mereka dalam belajar terus menerus
dan pengembangan pribadi (Trowler, 2010).

Mahasiswa menjadi faktor pendorong terpenting dalam menjalankan


proses student engagement. Hal ini dikarenakan mahasiswa juga perlu
berinteraksi dengan kondisi dan aktivitas yang optimal ini dengan metode-metode
yang mengarah kepada proses pembelajaran yang produktif. Mahasiswa perlu
mengeluarkan kualitas usaha tertentu untuk menantang diri mereka sendiri dalam
belajar, untuk berinteraksi dengan ide-ide dan praktik baru, serta untuk
mempraktikkan komunikasi, keterampilan organisasi dan reflektif yang
seharusnya membantu mereka belajar dan akan membentuk bagian penting dari
apa yang mereka pelajari dari pendidikan universitas (Coates, H.C. and Ainley,
2007).

b. Staf akademik atau Dosen

xx
Konteks pendidikan yang diciptakan oleh perilaku dan sikap fakultas
memiliki efek dramatis pada pembelajaran dan keterlibatan siswa (Trowler &
Trowler, 2010). Jenis universitas di mana menciptakan lingkungan yang
menekankan pada praktik pendidikan yang efektif memiliki mahasiswa yang
menjadi peserta aktif dalam pembelajaran mereka dan merasakan keuntungan
yang lebih besar dari pengalaman sarjana mereka.

Di sisi lain, mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk keterlibatan


mereka sendiri, sedangkan ada cara penting di mana para dosen dapat
berkontribusi untuk memfasilitasi keterlibatan (Axelson & Flick, 2010). Coates
(2007) menyebutkan bahwa dosen-dosen harus membuat diri mereka bersedia
untuk melakukan konsultasi di luar jam kelas serta staf akademik lainnya harus
dapat membuat hubungan nyata antara apa yang dibaca dan didiskusikan
mahasiswa dan aspek lain dari kehidupan mereka dalam hasil temuan Markwell
(2007), dosen dituntut untuk mampu menemukan cara dalam mendorong interaksi
pada kelompok belajar baik besar maupun kecil di dalam kelas, mendorong
bahkan mengharuskan, mahasiswa untuk belajar dalam kelompok, dan
menggunakan umpan balik untuk mendorong keterlibatan.

Sebagai staf akademisi, dosen mampu menemukan cara untuk mendorong


dan merangsang mahasiswanya untuk dapat bekerja dan menguasai secara
menyeluruh materi yang mereka pelajari, untuk memahami prinsip-prinsip dasar
yang tidak hanya menghafal secara mendetail. Dosen menemukan cara yang akan
melibatkan dan mendorong mahasiswa melalui hubungan keterkaitan penelitian
mereka dengan proses mengajar mereka (Markwell, 2007). Selain itu, dosen
mengambil bagian dalam kehidupan mahasiswa yang lebih luas di universitas,
mendukung kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya. Ini berarti bahwa
keterlibatan mahasiswa membutuhkan keterlibatan staf.

c. Institusi

xxi
Ketika mahasiswa sudah masuk ke dalam proses student engagement,
tentunya mereka ingin mengambil dampak positif dari peluang keterlibatan.
Sehingga sebagai pihak yang menaunginya, institusi diharuskan dapat
menyediakan dampak positif yang menguntungkan bagi mahasiswa. Coates
(2007) menjelaskan bahwa institusi perlu menyediakan sumber daya dan
kesempatan yang tepat bagi para mahasiswa untuk memungkinkan terjalinnya
jenis interaksi tertentu. Hal ini mungkin akan melibatkan perpustakaan kampus
yang didesain memiliki ruang maksimal bagi mahasiswa untuk bekerja secara
kolaboratif, kurikulum dan penilaian yang memaksa standar kinerja atau kegiatan
tertentu di sekitar kampus yang mendorong siswa untuk merenungkan etika dan
praktik pembelajaran mereka. Selain itu, jenis aplikasi-aplikasi belajar yang
menunjang terjadinya proses student engagement secara maksimal. Komponen
kedua dari keterlibatan siswa adalah bagaimana institusi menyebarkan sumber
dayanya dan mengatur kurikulum, menyediakan kesempatan belajar lainnya, serta
jenis layanan pendukung untuk mendorong mahasiswa berpartisipasi dalam
kegiatan yang mengarah pada pengalaman dan hasil yang diinginkan seperti
ketekunan, kepuasan, pembelajaran, dan kelulusan (Kuh, 2007).

Faktor kelembagaan yang paling penting dianggap sebagai kebijakan dan


praktik yang diadopsi oleh lembaga untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
Lembaga yang telah menerapkan keterlibatan siswa, ditandai dengan fokus yang
tak tergoyahkan pada pembelajaran mahasiswa yang ditekankan dalam misi dan
filosofi operasi mereka. Institusi ini juga menyesuaikan properti fisik kampus dan
memanfaatkan lingkungan sekitar dengan cara yang memperkaya kesempatan
belajar mahasiswa. Dengan kata lain, aspek budaya institusional muncul untuk
menjelaskan lebih banyak tentang apa yang penting bagi keberhasilan siswa di
universitas-universitas ini daripada variabel yang biasanya diperiksa dalam studi
tentang kinerja institusional dan siswa (Pike, G.R. and Kuh, 2005). Markwell
(2007) menyebutkan bahwa institusi harus selalu menyadari pentingnya
menciptakan lingkungan yang inklusif, lingkungan di mana mahasiswa
perempuan dan laki-laki dari semua latar belakang budaya, nasional, sosial-

xxii
ekonomi dan lainnya akan, sejauh mungkin, merasa mampu untuk terlibat secara
setara.

d. Education Ideology
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Coates (2007) menunjukkan bahwa
konsep keterlibatan siswa didasarkan pada asumsi konstruktivis bahwa
pembelajaran dipengaruhi oleh bagaimana seorang individu berpartisipasi dalam
kegiatan tujuan pendidikan. Sementara konstruktivisme adalah teori (atau filsafat)
pembelajaran yang biasanya diadakan sebagai bagian dari pemahaman yang lebih
luas tentang sifat proses belajar-mengajar, mahasiswa, dan tujuan pendidikan
tinggi secara umum. Orientasi yang berbeda untuk isu-isu tersebut paling baik
digambarkan sebagai ideologi pendidikan, yang didefinisikan sebagai kerangka
alternatif teori, keyakinan dan nilai-nilai tentang sifat, distribusi dan tatanan
pengaturan pendidikan di tingkat nasional dan lokal, yang memberikan panduan
dan pembenaran untuk perilaku di konteks pendidikan (Coates, H.C. and Ainley,
2007). Lembaga universitas menyediakan wacana dan alat konseptual yang
digunakan individu dalam berpikir, berbicara, dan berlatih. Ideologi pendidikan
yang berbeda berimplikasi pada cara keterlibatan siswa yang dipahami dan
diterapkan ataupun ditekankan dalam sebuah institusi.
e. Linking the Levels
Keterlibatan siswa bukanlah hasil yang diperlukan dari intervensi pada
satu tingkat saja; sebaliknya, itu bergantung pada kontribusi dan upaya para pihak
di berbagai tingkatan. Harper dan Quaye (2009) berpendapat bahwa baik
mahasiswa dan institusi harus terlibat. Mahasiswa tidak harus bertanggung jawab
untuk melibatkan diri mereka sendiri, melainkan administrator dan dosen harus
mendorong kondisi yang memungkinkan beragam populasi mahasiswa untuk
terlibat. Sebuah contoh yang dikutip Harper dan Quaye (2009) dari staf yang
mengabaikan untuk memasukkan perspektif multikultural ke dalam diskusi
mereka dan materi yang ditugaskan, sehingga menempatkan tanggung jawab pada
mahasiswa dari kelompok minoritas untuk menemukan materi yang sesuai
dengan perspektif mereka, atau untuk mengangkat isu-isu terkait berlomba dalam
diskusi kelas.

xxiii
D. Peranan Student Engagement

Perkembangan sumber belajar saat ini membuka ruang bagi peserta didik
untuk tidak hanya belajar dari buku maupun penyampaian pengajar namun juga
dari penyampaian pengalam orang lain. pembelajaran berbasis realita
pengalaman dari orang lain menjadi suatu hal yang menarik bagi peserta didik
karena apa yang disampaikan adalah sesuai dengan kondisi lingkungan yang
mereka hadapi. oleh sebab itu, pendidik juga harus berinovasi dengan
mendatangkan narasumber praktisi.

Definisi keterlibatan siswa sering diasumsikan daripada


diimplementasikan. Demikian juga ada berbagai perspektif tentang maksud dan
tujuan keterlibatan. Wacana keterlibatan juga cenderung memanifestasikan
beberapa masalah dan fungsi keterlibatan, sementara mengaburkan fungsi lain
yang lebih laten yang mungkin tampak kurang mulia. Berdasarkan kajian
literatur yang dilakukan oleh Vicki Trowler (2010) terdapat beberapa peranan
student engagement pada berbagai aspek, diantaranya sebagai berikut

a. Keterlibatan untuk meningkatkan pembelajaran

Mayoritas literatur tentang keterlibatan siswa berkaitan secara langsung


atau tidak langsung dengan peningkatan pembelajaran siswa. Menurut Coates
(2007), konsep keterlibatan siswa didasarkan pada asumsi konstruktivis bahwa
pembelajaran dipengaruhi oleh bagaimana seorang individu berpartisipasi dalam
kegiatan tujuan pendidikan. Pada dasarnya, keterlibatan siswa berkaitan dengan
sejauh mana siswa terlibat dalam berbagai kegiatan pendidikan menunjukkan
kemungkinan untuk mengarah pada pembelajaran berkualitas tinggi. Sebuah
badan penelitian mengenai pendidikan yang beragam telah menunjukkan bahwa
prestasi akademik secara positif dipengaruhi oleh jumlah partisipasi aktif dalam
proses pembelajaran (Trowler & Trowler, 2010). Hasil yang lebih baik, di mana
pembelajaran dan pengembangan siswa adalah kuncinya merupakan tujuan akhir
dari survei siswa nasional dan internasional tentang keterlibatan siswa.

xxiv
b. Keterlibatan untuk meningkatkan tingkat maksimum di mana sesuatu
dapat diproses tingkat dan retensi

Retensi siswa dan tingkat maksimum dalam pembelajaran menjadi


perhatian semua institusi, setidaknya sebagian karena hukuman finansial yang
melekat pada drop-out atau lamanya waktu yang tidak masuk akal untuk
menyelesaikannya. Kuh et al. (2005) menunjukkan bahwa keterlibatan siswa
dalam kegiatan yang bertujuan pendidikan secara positif terkait dengan hasil
akademik yang diwakili oleh nilai siswa tahun pertama dan dengan ketekunan
antara tahun pertama dan kedua pada perguruan tinggi, masuk akal bagi institusi
untuk memperhatikan keterlibatan siswa, atau ketidakhadirannya.

c. Keterlibatan untuk kesetaraan/keadilan sosial

Dengan pentingnya misi partisipasi yang meluas dari universitas-


universitas, fokus juga telah bergeser ke siswa 'non-tradisional' dari berbagai
angkatan (termasuk siswa dewasa, siswa paruh waktu, siswa yang kurang
beruntung secara ekonomi, siswa dari etnis minoritas), siswa penyandang cacat
dan siswa dengan tanggung jawab keluarga) dan cara terbaik untuk memastikan
bahwa mereka memiliki peluang sukses yang sama (Trowler, 2010). Dengan
mengimplementasikan student engagement dinilai dapat meningkatkan kesetaraan
terhadap proses penerimaan pendidikan bagi seluruh kalangan siswa.

d. Keterlibatan untuk relevansi kurikuler

Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dapat menyebabkan siswa


merasakan peningkatan dalam relevansi kurikuler. Namun, peningkatan relevansi
kurikuler juga dapat dicapai melalui penerapan strategi yang diinformasikan oleh
data keterlibatan siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dirangkum oleh
Trowler (2010) menunjukkan bahwa para siswa merasa belajar lebih maksimal
ketika mereka sangat terlibat dalam proses pendidikan mereka, anjuran untuk

xxv
berpikir mengenai apa yang mereka pelajari dalam kondisi belajar yang berbeda,
serta berkolaborasi dengan fakultas dan siswa lain dalam tugas proyek.

Di sisi lain, keterlibatan siswa memberikan manfaat nyata kepada para


mahasiswa. Berdasarkan desain penelitian yang dirangkum oleh Kuh (2005),
menjelaskan bahwa keterlibatan mahasiswa memungkinkan peningkatan bagi
setiap mahasiswa, terlepas dari latar belakang pendidikan dan sosial, terhadap
tujuan pendidikannya. Mahasiswa memperoleh keterampilan dan kompetensi
yang dituntut oleh era industri saat ini serta menikmati keuntungan intelektual dan
moneter terkait dengan proses penyelesaian gelar sarjana muda. Selain itu,
mahasiswa memperoleh lebih banyak pengalaman kuliah baik melalui mata
kuliah ataupun aspek lain, ketika mereka mencurahkan lebih banyak waktu dan
energi untuk tugas-tugas tertentu yang membutuhkan lebih banyak usaha daripada
yang lain.
Mahasiswa mengalami pengalaman belajar yang berbeda, berinteraksi
dengan mahasiswa-mahasiswa lain dan dosen tentang hal-hal substantif,
menerapkan pembelajaran mereka ke situasi konkret dan tugas dalam konteks
yang berbeda, dan sebagainya (Axelson & Flick, 2010; Trowler & Trowler,
2010). Di sisi lain, penelitian Lizzio dan Wilson (2009) mengamati bahwa
mahasiswa melaporkan, rata-rata, tingkat pembelajaran dan perkembangan sedang
hingga tinggi sebagai hasil dari melakukan peran representati. Jenis manfaat
pribadi yang mereka gambarkan umumnya mencerminkan motivasi mereka untuk
menerima peran tersebut yaitu mengembangkan keterampilan dan kepercayaan
diri, menjalin kontak, membantu sesama mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa
peran keterlibatan siswa berpotensi untuk menjadi konteks yang kaya dalam
mempelajari sejumlah domain keterampilan dan sikap yang berbeda.
E. Konsep Auditing

1. Pengertian Audit

Audit merupakan proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang


informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian informasi

xxvi
tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan (Arens et al., 2014). Audit juga
dapat digambarkan sebagai pengujian atas keseluruhan laporan keuangan dari
perusahaan klien beserta seluruh bukti pendukungnya (Surhali, 2006). Proses
pengujian ataupun pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan yang disajikan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Selain itu, audit menjadi salah satu bentuk komunikasi tertulis terkait kesimpulan
reabilitas laporan keuangan sehingga memudahkan para pengguna informasi
akuntansi perusahaan seperti pemegang saham.

Secara sederhana, audit diartikan sebagai proses pemeriksaan kesesuaian


laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Audit berperan
sebagai solusi untuk masalah keagenan antara manajer perusahaan dengan para
pemegang saham. Audit berperan untuk menghilangkan risiko manajemen laba
dan memberikan informasi akuntansi yang berkualitas kepada para pemegang
saham yang berada jauh dari perusahaan (Beisland et al., 2015). Kehadiran audit
eksternal juga memberikan peranan penting dalam meminimalisir risiko publikasi
informasi yang salah kepada para pemegang saham yang tidak mengetahui
sepenuhnya mengenai kondisi perusahaan.

Berdasarkan beberapa definisi auditing tersebut, terdapat beberapa istilah


audit yang akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut,

a) Informasi dan kriteria yang telah ditetapkan

Dalam melakukan audit, ketersediaan informasi dalam bentuk yang dapat


diverifikasi serta standar sebagai kriteria yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi informasi tersebut adalah penting. Bentuk kriteria yang
bertujuan untuk mengevaluasi informasi begitu beragam sesuai dengan tipe
informasi yang dihasilkan (Arens et al., 2014). Ketika informasi yang ada
terlalu subjektif, penentuan kriteria akan lebih sulit ditetapkan. Dalam kasus
tersebut, tim auditor dan entitas klien akan bersepakat mengenai kriteria yang
bersangkutan.

xxvii
b) Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
Bukti merupakan informasi yang dibutuhkan auditor untuk memeriksa
ataupun menentukan apakah laporan keuangan sudah disajikan sesuai dengan
standar (kriteria) yang telah ditentukan (Arens et al., 2014). Dalam memenuhi
tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti audit dengan kualitas dan
kuantitas yang mencukupi. Proses pemerolehan bukti audit menjadi tahapan
kritis yang dijalankan auditor dikarenakan pada proses ini, selain auditor harus
menentukan jumlah bukti, auditor juga perlu mengevaluasi bukti audit apakah
sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti sebagai informasi
audit memiliki beragam bentuk, diantaranya yaitu:
 Data elektronik
 Komunikasi tertulis dari pihak luar
 Observasi oleh auditor
 Kesaksian lisan pihak yang diaudit
c) Pihak yang kompeten dan independen
Dalam hal audit, pihak yang dinilai kompeten dan independen adalah
auditor. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami standar yang
berlaku dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta kuantitasi bukti
audit yang dikumpulkan. Sebagai auditor, seseorang dituntut untuk memiliki
sikap independen yang tinggi.
d) Pelaporan

Tahap terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit


(Arens et al., 2014). Auditor perlu menggabungkan seluruh informasi yang
diperoleh guna kesimpulan menyeluruh apabila laporan keuangan disajikan
secara wajar (Arens et al., 2014). Proses evaluasi audit merupakan proses
subjektif yang sangat mengandalkan pertimbangan profesional auditor. Hal ini
dikarenakan, pada tahapan evaluasi audit selain asumsi awal, proses
pemaknaan dari hasil audit merupakan hal yang penting (Korompis &
Latjandu, 2017).

Auditor harus memutuskan apakah bukti audit secara keseluruhan telah

xxviii
memadai dan tepat untuk diakumulasikan ke dalam kesimpulan bahwa laporan
keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi diterima umum. Adapun
lima aspek utama dalam mengevaluasi hasil menurut Arens et al., (2014)
yaitu,

a. Bukti yang tepat serta mencukupi

Auditor perlu mereviu mengenai dokumentasi audit untuk menentukan


apakah semua akun transaksi yang material, akun dan pengungkapan telah
diuji secara memadai dengan melalui kecukupan bukti audit yang tepat. Pada
hal ini, auditor juga perlu untuk mempertimbangan semua situasi audit.

b. Bukti yang mendukung pendapat auditor

Hal ini merupakan bagian terpenting ketika mengevaluasi apakah laporan


keuangan telah dinyatakan secara wajar. Para auditor melakukan reviu
terhadap ikhtisar salah saji yang ditemukan selama proses audit. Selain terkait
dengan salah saji yang material, auditor juga melakukan reviu terhadap
beberapa salah saji yang tidak material yang belum disesuaikan oleh klien.

c. Pengungkapan laporan keuangan

Sebagai bagian akhir dari audit pengungkapan laporan keuangan, banyak


kantor akuntan publik mengharuskan daftar periksa pengungkapan laporan
keuangan dilengkapi untuk setiap audit. Daftar periksa tersebut dimaksudkan
untuk mengingatkan auditor tentang masalah pengungkapan umum dalam
laporan keuangan tahunan dan untuk memungkinkan peninjauan akhir atas
keseluruhan audit oleh mitra independen.

d. Mengaudit reviu dokumentasi

xxix
Pada aktivitas ini, auditor perlu melakukan proses reviu dokumentasi audit
dikarenakan beberapa alasan diantaranya yaitu untuk mengevaluasi kinerja
personil yang belum berpengalaman, memastikan bahwa audit memenuhi
standar kerja KAP, serta mengatasi bias yang sering kali merecoki
pertimbangan auditor. Proses reviu dokumentasi menjadi salah satu indikator
peningkatan kualitas audit (IAPI, 2018).

e. Reviu independen

Pada proses reviu independen, laporan keuangan dan seluruh rangkaian


file reviu audit akan diberikan kepada pemeriksa independen yang tidak
berpartisipasi selama proses audit, namun merupakan anggota dari kantor
akuntan publik. Proses ini selain untuk menghasilkan informasi yang tidak
bias, juga memiliki tujuan untuk fungsi monitoring dan inspeksi terhadap
kertas kerja yang dilakukan oleh para auditor (IAPI, 2018).

f. Ikhtisar evaluasi bukti

Auditor mengevaluasi kecukupan dan kelayakan bukti dengan pertama


kali mengevaluasirisiko audit yang dicapai, menurut akun dan siklus, dan
kemudian melakukan evaluasi yang sama atas laporan keuangan secara
keseluruhan. Kecukupan bukti audit diukur melalui ukuran sampel yang
dipilih oleh auditor (Arens et al., 2014).

2. Jenis-jenis audit

Arens et al., (2014) membagi audit ke dalam tiga jenis bagian yaitu audit
operasional, audit ketaatan, dan audit laporan keuangan. Tiga jenis bagian audit
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut,

xxx
a. Audit Operasional

Evaluasi operasional atau manajemen adalah pemeriksaan semua atau


sebagian dari prosedur dan metode operasi organisasi untuk menilai
efektivitas, efisiensi, dan ekonominya. Audit operasional dapat menjadi alat
manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan operasi perusahaan.
Hasil audit disajikan dalam bentuk rekomendasi perbaikan kepada manajemen
sehingga jenis audit ini lebih bersifat konsultasi manajemen. Dalam audit
operasional, proses reviu dilakukan tidak hanya pada akuntansi perusahaan,
tetapi juga mencakup terkait evaluasi atau struktur organisasi, operasi
komputer, metode produksi dan pemasaran (Arens et al., 2014).

b. Audit Ketaatan
Audit ketaatan merupakan proses audit yang dilakukan untuk menentukan
apakah pihak yang diaudit (klien) mengikuti prosedur, aturan, atau standar
tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang (Arens et al., 2014). Hasil
dari audit ketaatan langsung dilaporkan kepada manajemen dikarenakan
manajemen menjadi kelompok utama yang berkepentingan terhadap tingkat
ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang berlaku.

xxxi
c. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah dinyatakan dan dievaluasi sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum (Arens et al., 2014). Pemeriksaan atas laporan keuangan
merupakan penilaian atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum
(Surhali, 2006). Dalam mengaudit laporan keuangan, auditor harus memahami
profil entitas bisnis klien, hubungan klien dengan pihak-pihak eksternal, serta
transaksi-transaksi akuntansi yang dicatat oleh klien.

Tabel 2 Contoh Tiga Jenis Audit menurut Arens et al., (2014)

Kriteria yang Bukti yang


Jenis Audit Contoh Informasi
ditetapkan tersedia

Audit Mengevaluasi Jumlah Standar Laporan


Operasional apakah pemrosesan catatan gaji, perusahaan kesalahan,
gaji yang biaya untuk efisiensi catatan gaji,
terkomputerisasi departemen dan efektivitas dan biaya
untuk perusahaan , dan departemen pemrosesan
anak H telah jumlah penggajian gaji
beroperasi secara kesalahan
efektif dan efisien yang terjadi
Audit Menentukan Catatan Ketentuan Laporan
Ketaatan apakah persyaratan perusahaan perjanjian keuangan dan
bank untuk peminjaman perhitungan
perpanjangan oleh auditor
pinjaman telah
dipenuhi
Audit Audit tahunan atas Laporan Prinsip-prinsip Dokumen,
Laporan laporan keuangan keuangan akuntansi yang catatan, dan
Keuangan klien klien berlaku umum sumber bukti
dari luar

xxxii
3. Tujuan Audit

Auditing memiliki tujuan utama yaitu untuk menyediakan pendapat mengenai


laporan keuangan yang disajikan secara wajar kepada para pengguna laporan
keuangan, dalam hal yang material, sesuai dengan standar laporan keuangan yang
berlaku umum (Arens et al., 2014). Dengan adanya pendapat yang diberikan oleh
auditor ini akan memberikan nilai tambah ataupun keyakinan kepada para
pengguna informasi laporan keuangan. Auditor perlu memperoleh bukti yang
cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas agar dapat mendukung semua
asersi manajemen dalam laporan keuangan. Untuk memenuhi tujuan audit, auditor
perlu mengikuti serangkaian proses audit. Dalam audit laporan keuangan, terdapat
empat fase audit (Arens et al., 2014).

Merencanakan dan merancang pendekatan


Fase I audit berdasarkan prosedur penilaian risiko

Melaksanakan pengujian pengendalian dan


Fase II pengujian substantif atas transaksi

Melaksanakan prosedur analitis dan


Fase III pengujian rincian saldo

Menyelesaikan audit dan menerbitkan


Fase IV laporan keuangan
Gambar 3 Empat Fase Audit Laporan Keuangan

Fase I Merencanakan dan merancang pendekatan audit berdasarkan


prosedur penilaian risiko

xxxiii
Dalam fase I audit laporan keuangan, auditor melakukan berbagai
pertimbangan terkait dengan pendekatan audit yang efektif dengan biaya yang
masuk akal. Auditor melaksanakan prosedur audit untuk menilai risiko salah saji
yang material. Fase I ini memperkenalkan tiga aspek kunci yang dilakukan oleh
auditor yaitu memperoleh pemahaman terkait entitas dan lingkungan klien,
memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian, serta menilai
salah saji yang material. Proses pemahaman entitas klien bertujuan agar auditor
memahami metode pencatatan akuntansi yang digunakan dan mengetahui terkait
strategi dan proses bisnis klien. Risiko salah saji dalam laporan keuangan akan
berkurang apabila klien memiliki pengendalian internal yang efektif terhadap
transaksi akuntansi.

Fase II Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas


transaksi

Pada fase II audit laporan keuangan audit, auditor melakukan pengujian


terhadap pengendalian internal yang dilakukan oleh klien. Pengujian substantif
merupakan proses di mana auditor mengumpulkan sejumlah bukti aktual untuk
memperoleh dasar yang kuat terkait dengan kesesuaian laporan keuangan dan
standar umum yang berlaku. Pada proses ini pula, uji substantif menyediakan
bukti terkait dengan kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.
Auditor akan melakukan evaluasi pencatatan transaksi oleh klien dengan
memverifikasi jumlah moneter transaksi tersebut (Arens et al., 2014). Sedangkan
pengujian pengendalian adalah prosedur audit untuk menguji keefektifan
pengendalian dalam mendukung pengurangan risiko pengendalian yang
ditetapkan (Arens et al., 2014). Tujuan dari uji subtantif dan uji pengendalian
dalam proses audit adalah untuk memperoleh bukti yang berkontribusi pada
penilaian risiko pengendalian oleh auditor pada audit laporan keuangan dan audit
pengendalian internal atas laporan keuangan entitas bisnis (Shielda, 2012).

Fase III Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo

xxxiv
Dalam fase III, terdapat dua kategori umum prosedur yaitu prosedur
analitis dan pengujian rincian saldo. Prosedur analitis adalah proses
membandingkan apakah saldo akun atau data lainnya telah masuk akal. Pengujian
atas rincian saldo merupakan proses audit yang ditujukan untuk menguji salah saji
moneter pada saldo-saldo dalam laporan keuangan.

Fase IV Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan keuangan

Setelah menyelesaikan rangkaian proses audit, fase IV menjadi fase


terakhir dalam audit laporan keuangan. Fase IV juga menjadi proses tahapan
evaluasi audit. Tahap evaluasi audit merupakan proses setelah menyelesaikan
seluruh rangkaian prosedur bagi setiap tujuan audit dan akun laporan keuangan
serta pengungkapan yang terkait. Auditor perlu menggabungkan seluruh informasi
yang diperoleh guna kesimpulan menyeluruh apabila laporan keuangan disajikan
secara wajar (Arens et al., 2014). Proses evaluasi audit merupakan proses
subjektif yang sangat mengandalkan pertimbangan profesional auditor. Hal ini
dikarenakan, pada tahapan evaluasi audit selain asumsi awal, proses pemaknaan
dari hasil audit merupakan hal yang penting (Korompis & Latjandu, 2017).
F. Kamus Online Glosaudit

Kamus audit (Glosaudit) merupakan aplikasi berbasis android yang


didalamnya terdapat lebih dari 500 istilah di bidang audit. File aplikasi ini
berukuran 18 MB, dengan ukuran yang cenderung kecil maka aplikasi kamus
online ini mudah untuk diakses. Tidak hanya itu, Glosaudit tersedia secara offline
sehingga pengguna tidak perlu khawatir dengan koneksi internet. Tiga fitur utama
yang disediakan oleh Glosaudit yaitu Home, Favorite, dan History. Penjelasan
fitur-fitur dalam aplikasi ini adalah sebagai berikut.

1) Home
Pada menu home, mahasiswa dapat menemukan istilah-istilah tertentu.
Mahasiswa dapat mencari istilah dengan mengetik pada panel pencarian kata.
Selain itu, pencarian istilah juga dapat dilakukan melalui pengucapan dengan

xxxv
menekan simbol speaker. Ketika melakukan pencarian dengan mengetik atau
mengucap maka aplikasi akan bekerja dan menemukan kata-kata tersebut.
Kemudian, mahasiswa dapat mengklik 1 kali pada kata yang dipilih untuk
dijadikan bale untuk membaca definisi kata atau istilah tersebut.

Gambar 4 Tata Letak Menu Home


2) Favorite

xxxvi
Pada menu favorite terdiri dari istilah-istilah yang telah ditandai sebelumnya.
Menu favorit memungkinkan mahasiswa untuk menemukan istilah-istilah yang
sering digunakan dengan mudah. Pada menu favorite ini, mahasiswa juga dapat
menghapus daftar istilah favorite. Tata letak menu favorite adalah sebagai
berikut:

Gambar 5 Menu Favorite

xxxvii
3) History
Pada menu history terdiri dari istilah-istilah yang telah dicari di Home Menu.
Menu history memudahkan mahasiswa dalam mencari istilah-istilah
sebelumnya yang pernah dicari. Menu history sama dengan daftar riwayat
pencarian para mahasiswa. Tata letak menu history ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.

Gambar 6 Menu History

xxxviii
BAB III
METODE OBSERVASI

A. Metode Pengumpulan Data

Proses observasi dan wawancara pada penelitian ini dilakukan di lokasi


fakultas ekonomi Universitas Negeri Malang. Penelitian ini merupakan
penelitian R&D yang dilakukan pada mata kuliah pengauditan dengan
menggunakan model Borg and Gall. Penelitian ini diawali dengan survei
yang dilakukan terhadap 35 mahasiswa yang mengambil mata kuliah
pengauditan. Survei dilakukan dengan memberikan tiga pertanyaan melalui
google form. Pertanyaan pertama menanyakan ya atau tidak jawaban suatu
pernyataan yaitu saya mengalami kesulitan dalam memahami istilah yang
digunakan dalam mata kuliah pengauditan. Pertanyaan kedua adalah
pertanyaan terbuka yang menanyakan kesulitan yang dihadapi dalam
mempelajari audit. Pertanyaan terakhir menanyakan tentang masukan terkait
perbaikan pembelajaran audit. 82,8% mahasiswa mengalami kesulitan terkait
memahami definisi dari istilah yang digunakan dalam mata kuliah
pengauditan. Jawaban atas pertanyaan ini juga diperkuat dari jawaban
pertanyaan kedua. Sebagian besar mahasiswa (67,74%) mengulang jawaban
bahwa kendala utama dalam mempelajari pengauditan adalah kesulitan
dalam membedakan dan memahami istilah-istilah dalam audit. Sedangkan
sebagian lainnya berpendapat bahwa sulitnya pembelajaran pengauditan
terletak pada teknis pembelajaran online. Berkenaan dengan kesulitan ini,
beberapa mahasiswa mengusulkan glosarium atau kumpulan istilah sebagai
solusi. Berdasarkan survei ini, glosaudit dikembangkan untuk membantu
mahasiswa dalam mendefinisikan istilah terkait.

Hasil analisis dalam penelitian ini, didapatkan dari tiga instrument yang
berbeda. Instrumen pertama, ialah observasi. Peneliti melakukan pengamatan
terhadap kegiatan belajar mengajar mata kuliah Pengauditan yang
menggunakan Sumber Belajar Kamus Online Glosaudit. Pada saat

xxxix
pengamatan, dosen pengampu tidak hadir dikelas namun mengajar online
melalui SIPEJAR (Sistem Pembelajaran dalam Jaringan). Materi yang
diajarkan menggunakan kamus online Glosaudit yang disampaikan oleh dosen
pengampu mata kuliah yang bersangkutan. Selama proses pengajaran
berlangsung, interaksi dosen dan mahasiswa tetap terlaksana melalui fitur live
chat dalam SIPEJAR. Hasil observasi diperkuat dengan hasil wawancara yang
dilaksanakan setelah proses observasi pembelajaran berlangsung. Hasil
wawancara didapatkan dari narasumber, yaitu mahasiswa. Hasil observasi dan
wawancara kemudian dilengkapi dengan hasil post test dan pre test (studi
dokumentasi). Hasil penelitian ini, disajikan dalam tiga tema besar yang
merupakan dimensi dari student engagement, yaitu behavioural engagement,
emotional engagement dan cognitive engagement.

xl
BAB IV
LAPORAN OBSERVASI

Seluruh segmen kehidupan manusia di bumi, tanpa kecuali, mengganggu


pendidikan. Banyak negara, termasuk Indonesia, telah memutuskan untuk
menutup sekolah dan universitas. Pandemi Covid-19 benar-benar terjadi secara
tiba-tiba. Pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, harus mengambil
keputusan sulit untuk menutup sekolah untuk mengurangi kontak masyarakat
secara signifikan dan menyelamatkan nyawa untuk bertahan hidup berkelanjutan
(Syah, 2020). Dengan adanya perkembangan teknologi, proses pembelajaran
selama pandemi Covid-19 dapat berjalan. Pendidikan tidak luput terkena dampak
dari perkembangan teknologi yang menuntut pendidikan menyesuaikan diri
terhadap upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam pendidikan,
perkembangan teknologi memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.
Tuntutan akan perubahan membuat dunia pendidikan memerlukan inovasi dan
kreativitas dalam proses pembelajaran yang membuat sistem pendidikan
dirancang lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Dalam dunia
pendidikan ada berbagai metode pembelajaran, dengan perkembangan teknologi
pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Kemajuan teknologi memberikan dampak yang besar bagi dunia


pendidikan. Pola pembelajaran yang dirancang erat kaitannya dengan teknologi
(Teo et al., 2021). Hal ini juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk
mengakses lebih banyak informasi yang tersedia. Selain itu, kehadiran teknologi
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pendidikan dan pembelajaran
(Andri, 2017). Namun konsekuensi lain dari teknologi ini adalah keterlibatan
langsung dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Karena partisipasi
mahasiswa dalam proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar, maka kondisi
ini memerlukan strategi yang bertujuan untuk menjaga interaksi (Kahn et al.,
2017). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini memberikan strategi kamus online
Glosaudit yang isinya disajikan oleh para ilmuwan atau praktisi sesuai dengan

xli
keahliannya masing-masing. Pengertian sumber daya yang menyediakan materi
kamus online Glosaudit dimaksudkan agar mahasiswa tidak kelebihan beban saat
mempelajari topik yang disajikan. Kamus Glosaudit dimuat ke dalam platform
SIPEJAR yang mendukung pembelajaran interaktif, mengatasi kurangnya
interaksi antara mahasiswa dan dosen.

Keberhasilan mahasiswa dipengaruhi oleh keterlibatan mahasiswa dalam


proses pembelajaran, sehingga metode pembelajaran campuran dapat digunakan
untuk memfasilitasi partisipasi ini. Konsep blended learning merupakan model
pembelajaran yang menggabungkan pelajaran di kelas dengan e-learning
(Wardani et al., 2018). Melalui model blended learning ini berpotensi menjadi
solusi kebutuhan interaksi dosen dan mahasiswa. Selain itu, materi yang diberikan
secara online memudahkan siswa untuk mengakses kapan saja, di mana saja.
Kemajuan teknologi yang pesat terkait erat dengan visi pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan. Singkatnya, pendidikan adalah fondasi terpenting
bagi pembangunan berkelanjutan. Melalui visi ini, sistem pendidikan dapat
memainkan peran penting dalam pencetakan generasi berikutnya dengan menjaga
pengetahuan yang bijaksana.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Research and


Development (R&D) pada mata kuliah pengauditan. Proses pelaksanaan
penelitian terdiri dari analisis situasi awal, perancangan produk, pembuatan
produk, uji validitas ahli, revisi produk pertama, uji lapangan terbatas terhadap
mahasiswa, revisi produk kedua, dan pembuatan produk akhir. Pada langkah
pertama, ditemukan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan dalam
mendefinisikan istilah yang digunakan dalam audit. Kesulitan ini tentunya
berdampak pada pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Glosaudit membantu
mahasiswa dalam memahami definisi istilah audit sebagai langkah awal untuk
mewujudkan kompetensi audit. Dengan skor hasil validitas ahli 90 dan uji
lapangan terbatas 95 menunjukkan bahwa Glosaudit valid dan layak untuk
digunakan sebagai media pembelajaran pada mata kuliah pengauditan. Oleh
karena itu, Glosaudit dapat menjadi media pelengkap dalam pembelajaran audit.

xlii
Kedepannya akan dikembangkan Glosaudit dengan berbasis web sehingga dapat
digunakan oleh lebih banyak mahasiswa, terutama yang tidak menggunakan
Android.

Penelitian ini diawali dengan survei yang dilakukan terhadap 35


mahasiswa yang mengambil mata kuliah pengauditan. Survei dilakukan dengan
memberikan tiga pertanyaan melalui google form. Pertanyaan pertama
menanyakan ya atau tidak jawaban suatu pernyataan yaitu saya mengalami
kesulitan dalam memahami istilah yang digunakan dalam mata kuliah
pengauditan. Pertanyaan kedua adalah pertanyaan terbuka yang menanyakan
kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari audit. Pertanyaan terakhir
menanyakan tentang masukan terkait perbaikan pembelajaran audit. 82,8%
mahasiswa mengalami kesulitan terkait memahami definisi dari istilah yang
digunakan dalam mata kuliah pengauditan. Jawaban atas pertanyaan ini juga
diperkuat dari jawaban pertanyaan kedua. Sebagian besar mahasiswa (67,74%)
mengulang jawaban bahwa kendala utama dalam mempelajari pengauditan
adalah kesulitan dalam membedakan dan memahami istilah-istilah dalam audit.
Sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa sulitnya pembelajaran
pengauditan terletak pada teknis pembelajaran online. Berkenaan dengan
kesulitan ini, beberapa mahasiswa mengusulkan glosarium atau kumpulan istilah
sebagai solusi. Berdasarkan survei ini, glosaudit dikembangkan untuk membantu
mahasiswa dalam mendefinisikan istilah terkait.

Kamus audit (Glosaudit) merupakan aplikasi berbasis android yang


didalamnya terdapat lebih dari 500 istilah di bidang audit. File aplikasi ini
berukuran 18 MB, dengan ukuran yang cenderung kecil maka aplikasi kamus
online ini mudah untuk diakses. Tidak hanya itu, Glosaudit tersedia secara offline
sehingga pengguna tidak perlu khawatir dengan koneksi internet. Tiga fitur utama
yang disediakan oleh Glosaudit yaitu Home, Favorite, dan History. Langkah
berikutnya untuk mengembangkan kamus audit (Glosaudit) yaitu proses validasi.
Proses validasi dilakukan dengan melibatkan dua validator. Validator pertama
adalah validator materi yang memastikan kelayakan aspek materi, sedangkan

xliii
validator kedua adalah validator media yang memastikan kelayakan aspek media.
Skor yang diperoleh pada proses validasi ini setara dengan 90. Berdasarkan
validasi materi, audit adalah materi yang valid dan layak untuk digunakan sebagai
perangkat pembelajaran pengauditan.

Glosaudit memberikan definisi yang tepat dari istilah terkait. Oleh karena
itu, glosaudit memungkinkan mahasiswa untuk memahami istilah yang digunakan
dalam pengauditan. Pemahaman ini penting sebagai langkah awal dalam
melakukan pemeriksaan atau audit terhadap laporan keuangan. Dengan
pemahaman tersebut maka dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang
audit. Selanjutnya, berdasarkan validasi ahli media, Glosaudit merupakan aplikasi
yang mudah digunakan. Tombol-tombol yang disediakan sudah familiar dengan
tata letak yang sederhana. Namun, ada saran mengenai kerapian penyajian istilah.
Validator media menemukan beberapa kata yang salah ketik dan beberapa istilah
yang dobel dalam kamus Glosaudit. Saran ini diterapkan dalam revisi pertama
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

xliv
Gambar 7 Glosaudit Gambar 8 Glosaudit
Sebelum Revisi Setelah Revisi

xlv
Gambar 10 Glosaudit Gambar 9 Glosaudit
sebelum revisi Setelah Revisi

Selanjutnya, penelitian ini tidak hanya melakukan uji validasi ahli, tetapi
juga melakukan uji lapangan terbatas terhadap 35 mahasiswa yang mengambil
mata kuliah pengauditan. Uji coba dilakukan dengan membagikan kamus audit
(Glosaudit) kepada mahasiswa. Setelah menerima Glosaudit, mahasiswa diminta
untuk mencari definisi terkait audit yang mereka butuhkan. Selain itu, mahasiswa
juga diminta untuk memberikan pendapat mengenai Glosaudit. Hasil uji lapangan
terbatas mendapat respon positif dari mahasiswa yang setara dengan 95.
Mahasiswa dapat menemukan istilah-istilah audit terkait di Glosaudit. Selain itu,
mahasiswa mempersepsikan Glosaudit sebagai media berupa kamus audit yang
mudah dioperasikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Glosaudit layak
digunakan sebagai media pembelajaran pada mata kuliah pengauditan.

Hasil evaluasi atas penggunaan media pembelajaran kamus Glosaudit


menunjukkan hasil bahwa penggunaan kamus online Glosaudit dapat memberikan
dampak yang positif terhadap seluruh dimensi dalam student engagement. Pada

xlvi
dimensi behaviour engagement, penggunaan kamus online Glosaudit
meningkatkan tingkat kehadiran dan partisipasi siswa, hal tersebut dikarenakan
pengguna merasa bahwa media pembelajaran tersebut atraktif dan tidak
membosankan. Dalam dimensi emotional engagement, kamus online Glosaudit
dinilai dapat memberikan rasa puas dan senang ketika menyimak materi.
Berdasarkan dimensi cognitive engagement, penggunaan kamus online Glosaudit
sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. Hadirnya kamus
online Glosaudit berkontribusi pada perkembangan media pembelajaran dan
keterlibatan mahasiswa. Penelitian ini memberikan peluang untuk melakukan
pengujian secara empiris pada mahasiswa yang menggunakan radio audit dan
tidak.

xlvii
Daftar Pustaka

Andri, R. M. (2017). Peran dan Fungsi Teknologi Dalam Peningkatan Kualitas


Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Research Sains, 3(1), 122–129.
http://www.jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2017/04/PERAN-
DAN-FUNGSI-TEKNOLOGI-DALAM-PENINGKATAN-KUALITAS-
PEMBELAJARAN.pdf

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2014). Auditing & Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi (S. Saat (ed.); Edisi ke L). Penerbit Erlagga.

Axelson, R. D., & Flick, A. (2010). Defining Student Engagement. Change: The
Magazine of Higher Learning, 43(1), 38–43.
https://doi.org/10.1080/00091383.2011.533096

Beisland, L. A., Mersland, R., & Strøm, R. Ø. (2015). Audit Quality and
Corporate Governance: Evidence from the Microfinance Industry.
International Journal of Auditing, 19(3), 218–237.
https://doi.org/10.1111/ijau.12041

Bransford, J., Brown, A., & Cocking, R. (2000). How people learn: Brain, mind,
experience, and school. National Academy Press.

Coates, H.C. and Ainley, J. (2007). The Report of the Course Experience
Questionnaire (CEQ). GCA.

Harper, S. R., & Quaye, S. J. (2009). Student Organizations as Venues for Black
Identity Expression and Development among African American Male
Student Leaders. Journal of College Student Development, 48(2), 133–159.

xlviii
IAPI. (2018). IAPI Nomor 4 Tahun 2018 tentang Panduan Indikator Kualitas
Audit pada Kantor Akuntan Publik (pp. 1–14).

Kahn, P., Everington, L., Kelm, K., Reid, I., & Watkins, F. (2017). Understanding
student engagement in online learning environments: the role of reflexivity.
Educational Technology Research and Development, 65(1), 203–218.
https://doi.org/10.1007/s11423-016-9484-z

Korompis, C. W. M., & Latjandu, L. D. (2017). Pengaruh Narsisme Klien, Audit


Fee, Independensi, Skeptisme. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern, 12(2),
594–604.

Kuh, G. D. (2007). How to Help Students Achieve. Chronicle of Higher


Education, 53(41), B12–13.

Lizzio, A., & Wilson, K. (2009). Student Participation in University Governance:


the Role Conceptions and Sense of Eficacy of Student Representatives on
Departmental Committees. Studies in Higher Education, 34(1), 69–84.

Markwell, D. (2007). The Challenge of Student Engagement. Teaching and


Learning Forum.

Pike, G.R. and Kuh, G. D. (2005). A Typology of Student Engagement for


American Colleges and Universities. Research in Higher Education., 46(2),
185–209.

Shielda, V. (2012). Dampak E-commerce Terhadap Pengendalian Internal Dan


Proses Audit. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Widya Mandala, 1(2),
96–100.

Sugiman. (2020, December). Jogo Saputro dan Permasalahan Belajar dari Rumah.

xlix
Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/sugiman58701/5fcce942d541df017c750872/jo
go-putro-dan-permasalahan-belajar-dari-rumah

Surhali, M. (2006). AUDIT FINANSIAL, AUDIT MANAJEMEN, DAN


SISTEM PENGENDALIAN INTERN Michell Suharli 1. Audit Finansial,
Audit Manajemen Dan Sistem Pengendalian Intern, 1(2), 1–24.

Syah, R. H. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah,


Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya
Syar-I, 7(5). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314

Tandon, R. (2021, April). Dampak Perkuliahan Daring Saat Pandemi bagi


Mahasiswa Indonesia. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/ravena73072/60811879952ccc3cd0061e12/da
mpak-perkuliahan-daring-saat-pandemi-bagi-mahasiswa-indonesia

Teo, T., Unwin, S., Scherer, R., & Gardiner, V. (2021). Initial teacher training for
twenty-first century skills in the Fourth Industrial Revolution (IR 4.0): A
scoping review. Computers and Education, 170(April), 104223.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2021.104223

Trowler, V. (2010). Student engagement literature review. Higher Education,


November, 1–15.
http://americandemocracy.illinoisstate.edu/documents/democratic-
engagement-white-paper-2_13_09.pdf

Trowler, V., & Trowler, P. (2010). Student Engagement Executive Summary


Higher Education Academy Student Engagement Project. The Higher
Education Academy, July, 1–8.

l
Wardani, D. N., Toenlioe, A. J. E., & Wedi, A. (2018). Daya tarik pembelajaran
di era 21 dengan blended learning. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan
(JKTP), 1(1), 13–18. https://core.ac.uk/download/pdf/287323676.pdf

li
lii
Lampiran 2. Logbook

Judul : "Kajian Student Engagement pada Penggunaan Bahan Ajar Mata Kuliah Audit"

Ketua Peneliti : Dhika Maha Putri, S.Pd., M.Acc (NIDN. 0009119101)

Anggota : Ria Zulkha Ermayda, SST., M.Si. (NIDN. 0031059001)

Mahasiswa 1 : Melly Indrawati (NIM 180422623087)

Mahasiswa 2 : Okkie Amizar Pradana (NIM 180422623139)

Sumber Dana : PNBP FE UM

Jumlah Dana : Rp 7,000,000

No. Tanggal Kegiatan Hasil yang Diperoleh Kendala Rencana Kegiatan Selanjutnya
1 28-06-2021 Pengarahan Pengarahan dari tim Tidak ada kendala Melakukan observasi ke mahasiswa jurusan Akuntansi UM
penelitian yang terkait dengan kegiatan penelitian
dilakukan oleh ketua
Bu Dhika, beliau
menjelaskan mengenai
tugas dan penelitian ini
secara mendalam.

List kendala
permasalahan yang Kegiatan observasi lanjutan
2 02-07-2021 Observasi awal dialami mahasiswa Tidak ada kendala
akuntansi terkait
belajar audit online
serta daftar kebutuhan
terkait solusi
permasalahan

Daftar kebutuhan yang


telah di verifikasi Tidak ada kendala
ulang.

Pengarahan penyusunan rancangan buku kamus Glosaudit


3 12-07-2021 Observasi lanjutan
Tim penelitian yang
dipimpin oleh Bu Tidak ada kendala
Dhika dan Bu Ria Penyusunan buku kamus Glosaudit
Pengarahan
memberikan
penyusunan
pengarahan terkait
4 20-07-2021 rancangan buku penyusunan buku
kamus Glosaudit kamus Glosaudit,
pencarian artikel-
artikel ilmiah yang
sesuai dengan
penelitian media
pembelajaran

Menentukan model
pembelajaran daring
yang sesuai dengan Terdapat sedikit
Penyusunan buku pelajaran audit permasalahan saat
Penyusunan buku kamus Glosaudit
kamus Glosaudit menentukan isi
5 25-07-2021 buku
Penyusunan Bab I-III
dan pembagian tugas
terkait dengan analisa Tidak ada kendala
hasil penelitian kamus
Penyusunan buku Glosaudit
kamus Glosaudit Penyusunan buku kamus Glosaudit
6 09-08-2021 Perancangan mengenai
laporan observasi
dalam buku kamus
Glosaudit Tidak ada kendala
Penyusunan buku
kamus Glosaudit

Konsultasi dengan validator ahli


7 18-08-2021

Melakukan konsultasi
terkait kelayakan buku
kamus Glosaudit
Tidak ada kendala
Konsultasi dengan
- Revisi isi buku
Validator ahli
sesuai masukkan
validator ahli dan
melanjutkan Penyusunan buku kamus Glosaudit
8 16-09-2021 pengerjaan bab 2 –4 Tidak ada kendala
Penyusunan buku yang sempat
kamus Glosaudit tertunda.
- Pengerjaan laporan
observasi
Konsultasi dengan validator ahli
9 20-09-2021
Konsultasi terkait
instrumen yang
dicantumkan dalam
buku serta penyesuaian
buku kamus Glosaudit
sebagai solusi
permasalahan kuliah
audit online Tidak ada kendala
Pelaksanaan
kegiatan validasi
ke 2
Proses evaluasi
dilakukan dengan
merangkum seluruh
catatan validator ahli,
Evaluasi I
pembenahan instrumen
10 14-10-2021 isi buku, dan
pembagian tugas
dalam penyusunan Tidak ada kendala
Evaluasi I buku

11 18-10-2021 Revisi isi buku sesuai


masukan validator
serta pembenahan
instrumen buku

- Penyelesaian seluruh
Tidak ada kendala
bab buku Glosaudit,
mulai dari bab
pendahuluan sampai
Penyusunan buku laporan observasi.
kamus Glosaudit
- Penambahan layout
aplikasi kamus
Glosaudit pada buku
Tidak ada kendala
Penyusunan buku
12 18-10-2021
kamus Glosaudit Validasi keseluruhan
rancangan buku ISBN
yang sudah selesai
- Penyesuaian
revisi buku
Penyusunan buku kamus Glosaudit
sesuai
13 02-11-2021 masukan
validator ahli
pada kegiatan
validasi ke III Tidak ada kendala
Kegiatan Validasi - Finalisasi
ke III penyusunan
buku ISBN Penyusunan buku kamus Glosaudit
sesuai dengan
format yang
disediakan Tidak ada kendala
- Pembuatan Evaluasi terakhir
Kegiatan Evaluasi desain cover
14 15-11-2021 buku
terakhir

Penerbitan buku ISBN


15 19-11-2021

Catatan:
1. Log Book ini berisi seluruh aktivitas yang dilakukan peneliti Mahasiswa
2. Jumlah halaman disesuaikan dengan kebutuhan
Lampiran 3. Laporan Penggunaan Dana

Biaya
No. MAK Uraian Pajak
Jumlah
PPN PPh
I   Bahan      
  525112 Pembelian ATK      
1 Toko dan Foto Copy PRIMA;Belanja Rp 45,000
barang berupa Kertas HVS kegiatan
Penelitian Tahun 2021 dengan judul
"Kajian Student Engagement pada
Penggunaan Bahan Ajar Mata Kuliah
Audit" oleh Tim Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
    Universitas Negeri Malang    
2 Toko FCK Rizky;Belanja barang berupa Rp 12,500
gunting untuk kegiatan Penelitian Tahun
2021 dengan judul "Kajian Student
Engagement pada Penggunaan Bahan
Ajar Mata Kuliah Audit" oleh Tim
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Negeri Malang
       
3 TIAR Fotocopy;Belanja barang berupa Rp 5,000
penggaris untuk kegiatan Penelitian
Tahun 2021 dengan judul "Kajian
Student Engagement pada Penggunaan
Bahan Ajar Mata Kuliah Audit" oleh
Tim Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
    Malang    
4 Toko FCK Rizky;Belanja barang berupa Rp 5,000
Sticky Notes untuk kegiatan Penelitian
Tahun 2021 dengan judul "Kajian
Student Engagement pada Penggunaan
Bahan Ajar Mata Kuliah Audit" oleh
Tim Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
    Malang    
5 Toko FCK Rizky;Belanja barang berupa Rp 7,500
lem kertas untuk kegiatan Penelitian
Tahun 2021 dengan judul "Kajian
Student Engagement pada Penggunaan
Bahan Ajar Mata Kuliah Audit" oleh
Tim Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
    Malang    
    Jumlah I Rp 75,000    
II   Pengumpulan Data      
525111 1 Kholilah, S.E.,M.SA.,Ak; Honorarium Rp Rp 60,000
Validator Kegiatan Penelitian Tahun 1,200,000
2021 dengan Judul "Kajian Student
Engagement pada Penggunaan Bahan  
Ajar Mata Kuliah Audit" oleh Tim
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
  dan Bisnis Universitas Negeri Malang
2 Siti Mariyah; Honorarium Validator Rp Rp 60,000
Kegiatan Penelitian Tahun 2021 dengan 1,200,000
Judul "Kajian Student Engagement pada
Penggunaan Bahan Ajar Mata Kuliah  
Audit" oleh Tim Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
    Universitas Negeri Malang
3 Thoriq Aziz;Belanja Jasa berupa Biaya Rp 800,000
Honorarium Pengumpul Data kegiatan
penelitian tahun 2021 dengan Judul
"Kajian Student Engagement pada
 
Penggunaan Bahan Ajar Mata Kuliah
Audit" oleh Tim Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
    Universitas Negeri Malang  
4 Agfia Fauziatul Ulfa;Belanja Jasa Rp 800,000
berupa Biaya Honorarium Pengumpul
Data kegiatan penelitian tahun 2021
dengan Judul "Kajian Student
 
Engagement pada Penggunaan Bahan
Ajar Mata Kuliah Audit" oleh Tim
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
    dan Bisnis Universitas Negeri Malang  
5 Yongky Teguh Setiaji;Belanja Jasa Rp 800,000
berupa Biaya Honorarium Pengumpul
Data kegiatan penelitian tahun 2021
dengan Judul "Kajian Student
 
Engagement pada Penggunaan Bahan
Ajar Mata Kuliah Audit" oleh Tim
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
    dan Bisnis Universitas Negeri Malang  
    Jumlah II Rp4,800,000   Rp 120,000
III   Pelaporan dan Luaran      
525112 1 Fotocopy DUA TUJUH; Belanja barang Rp 60,000  
berupa penggandaan dan penjilidan
laporan kegiatan Penelitian Tahun 2021
dengan judul "Kajian Student
Engagement pada Penggunaan Bahan
Ajar Mata Kuliah Audit" oleh Tim
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
  dan Bisnis Universitas Negeri Malang  
  2 WASHEL Fotocopy dan Percetakan; Rp 65,000  
Belanja barang berupa penggandaan dan
penjilidan SPJ kegiatan Penelitian
Tahun 2021 dengan judul "Kajian
Student Engagement pada Penggunaan
Bahan Ajar Mata Kuliah Audit" oleh
Tim Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
  Malang  
525113 3 DULITERA; Belanja jasa berupa desain Rp  
dan cetak buku ISBN kegiatan 2,000,000
Penelitian Tahun 2021 dengan judul
"Kajian Student Engagement pada
Penggunaan Bahan Ajar Mata Kuliah
Audit" oleh Tim Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
  Universitas Negeri Malang  
  Jumlah III Rp2,125,000    
    Jumlah I + II + III Rp7,000,000    

Anda mungkin juga menyukai