Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK (KKP)

DI PT SUCOFINDO CABANG MEDAN

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Akademik Guna


MemperolehGelar Ahli Madya Sains (A.Md.Si) dalam Bidang Analisis Kimia
Diploma III Politeknik ATI Padang

OLEH :

NADIA PUTRI FEBRIANTI

BP : 1920105

DOSEN PEMBIMBING

Drs. Hazil Anwar, M.Si

NIP. 1959102219900310

PROGRAM STUDI : ANALISIS KIMIA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

POLITEKNIK ATI PADANG

2021

1
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATI PADANG
Jl. Bungo Pasang Tabing, Padang Sumatera Barat Telp. (0751) 7055053
Fax. (0751) 41152

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KKP

Medan, Desember 2021

Di setujui oleh :

Dosen Pembimbing Institusi, Pembimbing Lapangan,

(Drs. Hazil Anwar, M.Si) ( Tiarma Ulina)


NIP. 1959102219900310

Mengetahui,
Program Studi Analisis Kimia
Ketua,

(Elda Pelita, M.Si)


NIP. 197211152001122001

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Praktik.

Penulisan laporan Kuliah Kerja Praktik ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat kelulusan pada jenjang perkuliahan program

Diploma Politeknik ATI Padang. Laporan Kuliah Kerja Praktik ini disusun

berdasarkan hasil kegiatan praktikum di PT SUCOFINDO Medan yang

dimulai dari tanggal 25 Januari-30 April 2021.

Dalam penyelesaian laporan Kuliah Kerja Praktik ini, penulis

mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril

maupun materi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ester Edwar, M. Pd selaku Direktur Politeknik ATI Padang.

2. Ibu Elda Pelita, S. Pd., M. Si selaku Ketua Program Studi Analisis

Kimia.

3. Ibu Imelda Bahar, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Ibu Melysa Putri, M. Si selaku Dosen Pembimbing dalam menyusun

laporan KKP.

5. Bapak Limlim Abdul Halim selaku Kepala Cabang di PT

SUCOFINDO Medan.

6. Bapak Lilik Muchariadi selaku Kepala Bidang Pengujian dan

Konsultasi di PT SUCOFINDO Medan.

3
7. Bapak Osrinaldi selaku pembimbing di PT SUCOFINDO Medan.

8. Ibu Cindy M Agusnita selaku Quality Control PT SUCOFINDO

Medan.

9. Kepada orang tua yang telah memberikan doa, semangat serta

dorongan kepada penulis dalam penulisan Laporan Kuliah Kerja

Praktik.

Bang Eki Riski, Tio Ricardo, Kak Nisa Siregar, Kak Nisa Nasution,

Kak Dea Puspita selaku analis di laboraturium PT SUCOFINDO

Medan.

10. Seluruh staff dan karyawan PT SUCOFINDO Medan.

Penulis telah berusaha menyelesaikan laporan ini dengan

sebaik – baiknya, meskipun demikian penulis menyadari bahwa

laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan laporan ini agar bisa menjadi bahan acuan bagi

penulis untuk melanjutkan ke penulisan selanjutnya.

Akhir kata, penulis berdoa atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua. Aamiin.

Medan, Januari 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KKP………………………………….2


KATA PENGANTAR……………………………………………………………3
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…5
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...6
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………6
1.2 Tujuan Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik………………………….8
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………….....9
1.4 Manfaat Kuliah Kerja Praktik………………………………………..9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..12
2.1 Pengenalan Perusahaan dan Struktur Organisasi ………………...12
2.2 Teknik SampLing……………………………………………………..17
2.3 Analisis Bahan Baku dan Produk……………………………………21
2.4 Penerapan K3…………………………………………………………24
BAB III PELAKSANAAN KKP……………………………………………….32
3.1 Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Praktik …………..……...……..32
3.2 Uraian Kegiatan Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik ……..………32
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………….52
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….54
4.2 Saran.......................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...65

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama pendidikan nasional diarahkan pada

pengembangan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM),

yakni manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki wawasan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), memiliki keterampilan (skill)

serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan suatu

program pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan. Hal ini

dimaksudkan agar ada keterkaitan yang baik antara dunia

pendidikan dengan dunia industri dalam hubungan yang saling

membutuhkan, melengkapi, dan saling mendukung proses

pencapaian pembangunan nasional.

Politeknik ATI Padang sebagai salah satu lembaga

pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga kerja yang

profesional di bidang supervisi, mengemban tugas dan amanah

sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan nasional. Selain itu

juga berupaya melaksanakan program pendidikan yang bertujuan

menghasilkan lulusan yang tidak saja memahami Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (IPTEK), tapi juga mampu mempraktikan serta

mengembangkannya baik di dunia pendidikan maupun di dunia

6
usaha atau industri.

Program Studi Analisis Kimia merupakan salah satu

program pendidikan yang memberikan dasar-dasar pengetahuan

tentang ilmu kimia dan salah satu sumber daya untuk menciptakan

tenaga analis yang profesional.

Dunia kimia sebagai arena yang akan ditekuni mahasiswa

Analisis Kimia selalu berkaitan erat dengan berbagai hal yang

membutuhkan ketekunan dan keakuratan tinggi. Kemajuan kinerja

akan mempengaruhi tingkat produksi, yang selalu menjadi titik

acuan untuk selalu menjadi lebih baik.

Untuk mempersiapkan mahasiswa Analisis Kimia sebagai

lulusan yang siap dan mampu bekerja di bidangnya, maka dibuatlah

suatu kurikulum akademik berupa Kuliah Kerja Praktik (KKP).

KKP ini mengharuskan mahasiswa untuk ikut serta dalam semua

aktivitas penelitian di laboratorium. Adapun tujuan dari KKP

tersebut adalah agar adanya keterkaitan (link) yang baik antara dunia

pendidikan dengan dunia usaha atau industri dalam bentuk

hubungan yang saling membutuhkan, melengkapi, dan saling

mendukung proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Politeknik ATI Padang sebagai salah satu lembaga

pendidikan yang melaksanakan konsep link and match

(keterhubungan) tersebut mengirimkan mahasiswanya yang telah

memenuhi persyaratan ke dunia usaha atau industri untuk

melaksanakan KKP. Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut

7
diharapkan mahasiswa mampu menyatukan antara ilmu pengetahuan

yang diperoleh di bangku kuliah dengan pengetahuan dan

pengalaman yang didapat di lapangan industri. Sehingga nantinya

diharapkan mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan

perkembangan dunia industri, sebagai salah satu upaya untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kerja.

Dengan demikian diharapkan tidak terjadi kesenjangan

antara dunia pendidikan dengan dunia industri, baik dalam

kemampuan maupun keterampilan. Selanjutnya, dengan adanya

kegiatan ini diharapakan mahasiswa dapat memecahkan

permasalahan yang mungkin timbul di dunia industri melalui

kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development).

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kuliah Kerja

Praktik ini sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang penerapan ilmu atau

teori yang selama ini diperoleh di bangku kuliah dan

membandingkannya dengan kondisi nyata yang ada di industri.

2. Untuk melakukan analisis mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan serta sistem yang berjalan di industri.

3. Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang akan

membuka pola pikir yang lebih luas mengenai disiplin ilmu yang

ditekuni selama ini.

4. Untuk menambah pengetahuan dan referensi data-data yang dapat

8
digunakan untuk membantu penyusunan Tugas Akhir sesuai

dengan bidang minat yang dipilih.

5. Untuk melatih mahasiswa berpikir secara praktis dan sistematis

dalam menghadapi suatu persoalan dalam bidang komputer di

lapangan yang sebenarnya.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan ini, penulis memberikan batasan

tentang standar kompetensi yang diterapkan untuk bidang Analisis

Kimia yang akan direalisasikan selama Kuliah Kerja Praktik

(KKP) yaitu:

1. Mahasiswa Analisis Kimia mampu mengenali sejarah

perusahaan, visi-misi dan peraturan yang diterapkan perusahaan.

2. Mampu mengetahui tentang konsep dasar sampel dan teknik

pengambilan sampel.

3. Mampu melakukan Analisis Bahan Baku dan Produk yang akan

diuji.

4. Mampu melakukan penerapan K3 dengan baik dan benar.

1.4 Manfaat Kuliah Kerja Praktik

Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah :

A. Manfaat bagi Mahasiswa

1. Melatih kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi,

menyusun serta menyelesaikan permasalahan/kasus praktis

dari sistem pengolahan dan pengujian laboratorium melalui

9
tugas khusus yang diberikan oleh pembimbing lapangan.

2. Terbentuk kerangka pemikiran sistematis dan objektif serta

mampu menganalisis secara tanggap terhadap tugas yang di

berikan di dunia kerja.

3. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang

diperoleh pada masa kuliah serta dapat menambah wawasan

dan pengalaman.

4. Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikan

pengalaman di kerja lapangan untuk dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam penulisan laporan Kuliah Kerja Praktik.

5. Mahasiswa mendapatkan sertifikat dari perusahaan apabila

sudah menyelesaikan program Kuliah Kerja Praktik.

6. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang sebelumnya tidak

didapatkan di dunia pendidikan.

B. Manfaat bagi Perusahaan

1. Dapat membantu perusahaan dalam menyelesaikan tugas

sehari-hari selama Kuliah Kerja Praktik.

2. Sebagai perwujudan pengabdian kepada masyarakat

khususnya dalam dunia pendidikan, guna menciptakan mutu

mahasiswa yang lebih baik dan siap menghadapi dunia kerja.

3. Menjalin hubungan kemitraan dengan perguruan tinggi

sehingga terciptanya suatu hubungan sinergis yang

bermanfaat demi kemajuan bersama.

C. Manfaat bagi kampus

10
1. Dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan tempat

Kuliah Kerja Praktik untuk kedepannya.

2. Dapat meningkatkan kualitas lulusaannya melalui

pengalaman yang didapat di perusahaan tempat Kuliah

Kerja Praktik.

3. Sebagai evaluasi di bidang akademi untuk pengembangan

masa pendidikan seiring dengan perkembangan ilmu

khususnya di konsentrasi studi kimia analisis.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Perusahaan dan Struktur Organisasi

2.1.1 Sejarah Perusahaan

Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah

sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat

dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan

masyarakat. (Murti Sumarni, 1997).

Sedangkan menurut Kansil (2001) perusahaan adalah setiap bentuk

badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus

menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara

Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Visi dari beberapa pakar atau ahli didefinisikan sebagai berikut :

1. Definisi visi menurut Ancok (2007) adalah sebagai berikut: Visi adalah suatu

statemen yang berisikan arahan yang jelas tentang apa yang akan diperbuat

oleh perusahaan di masa yang akan datang.

2. Definisi visi menurut Mita (2008) adalah sebagai berikut: Visi adalah sesuatu

yang kita bayangkan secara ideal yang akan kita capai di masa depan.

3. Definisi visi menurut Aditya (2010) adalah sebagai berikut: Visi adalah suatu

pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang.

12
4. Definisi visi menurut Arman (2008) adalah sebagai berikut: Visi merupakan

pernyataan yang mendefinsikan sesuatu yang ingin dicapai

perusahaan/organisasi di waktu yang akan datang.

Misi dan visi merupakan sebuah rangkaian filosofi atau tujuan yang

ditetapkan suatu organisasi sebagai arah tujuan kemana organisasi atau

berusahaan akan dibawa.

1. Menurut Wibisono (2006) misi merupakan penetapan sasaran atau tujuan

perusahaan dalam jangka pendek (biasanya 1 sampai 3 tahun). Sedangkan

visi merupakan cara pandang perusahaan di masa depan. Visi biasanya

disusun untuk jangka panjang (biasanya 3 sampai 10 tahun).

2. Definisi misi menurut Arman (2008) adalah sebagai Misi adalah

pernyataan-pernyataan yang mendefinsikan apa yang sedang/ akan

dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu (sangat) dekat atau saat ini Misi

masih merupakan sesuatu yang memiliki arti global dan cenderung

generik. Oleh karena itu, beberapa ditentukan beberapa obyektif yang

ingin dicapai dalam beberapa hal sehubungan dengan misi yang

dicanangkan tersebut (Indrajit, 2008).

2.1.2 Produk dan Bahan Baku

Bahan baku adalah sesuatu yang digunakan untuk membuat barang

jadi, bahan pasti menempel menjadi satu dengan barang jadi. Bahan baku

menjadi faktor penting dikarenakan persediaan bahan baku merupakan unsur

utama dalam kelancaran proses produksi. Dalam sebuah perusahaan bahan

13
baku dan bahan penolong memiliki arti yang sangat penting, karena menjadi

modal terjadinya proses produksisampai hasil produksi. (Hanggana 2006:11),

Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, terdapat dua jenis

bahan baku yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan

baku langsung atau direct material merupakan bahan baku yang menjadi

bagian dari barang jadi yang dihasilkan. Dimana biaya yang dikeluarkan

untuk pembelian bahan baku ini terkait erat dan sebanding dengan barang jadi

yang dihasilkan. Sedangkan, bahan baku tidak langsung atau indirect material

merupakan baku yang berperan penting dalam proses produksi, namun tidak

langsung terlihat pada barang jadi yang dibuat.

2.1.3 Struktur Organisasi

Menurut Robbins dan Coulter (2007) struktur organisasi diartikan

sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu

tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan.

Suatu struktur organisasi yang digambarkan sangat formal akan

membuat aturan dan prosedur yang menetapkan aktivitas yang seharusnya

dilakukan masingmasing individu. Organisasi semacam itu memiliki prosedur

pelaksanaan baku (standard operating procedures) yang tertulis, instruksi

khusus, dan kebijakan yang jelas. (Kreitner dan Kinichi, 2003).

Terdapat beberapa Hal penting yang harus kita ketahui untuk dapat

mengenal suatu perusahaan. Pertama adalah detail perusahaan, dimana perlu 7

perlu untuk diketahui nama perushaan, tanggal didirikannya, alamat

14
perusahaan, nomor telepon perusahaan, dan alamat email perusahaan. Kedua

adalah informasi dasar perusahaan, ini mencakup visi dan misi perusahaan,

deskripsi produk atau jasa perusahaan, struktur organisasi perusaan, dan

portofolio klien atau customer. Ketiga adalah pencapaian perusahaan, ini

mencakup penghargaan yang diraih oleh perusahaan, sertifikat yang diperoleh

perusahaan, dan program dari perusahaan tersebut.

2.1.4 Supplier dan Customer

Supplier sendiri memiliki fungsi serta tugas yang terbilang sangat berarti di

dalam rantai suplai produk kepada konsumen, baik itu benda ataupun jasa. Ada

pula sebagian guna serta tugas supplier yakni sebagai berikut:

 Bagaikan pihak yang membenarkan tersedianya bahan baku ataupun bahan

mentah untuk pihak“ orang ataupun industri” yang membutuhkannya.

 Membenarkan bahan baku yang dipasok masih dalam kondisi baik dikala

diterima oleh pihak pembeli.

 Mengendalikan proses penyimpanan bahan baku saat sebelum dikirim ke

industri yang membutuhkannya.

 Mengendalikan pengiriman bahan baku dengan pas waktu kepada pihak yang

membutuhkannya.

Definisi dan pengertian supplier dari beberapa sumber buku:

15
1. Menurut Fauzi (2004), supplier adalah suatu perusahaan atau individu yang

menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing

untuk memproduksi barang dan jasa tertentu.

2. Menurut Solihin (2012), supplier adalah organisasi yang menyediakan input

bagi perusahaan seperti bahan baku, jasa, dan tenaga kerja.

3. Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), supplier adalah sekelompok

organisasi atau individu yang memiliki kepentingan terhadap keberhasilan

suatu produsen dibandingkan bisnis lainnya.

Menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010), pemilihan supplier merupakan

kegiatan strategis, terutama apabila supplier tersebut akan memasok item yang

krisis atau akan digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting.

Kriteria yang digunakan harus mencerminkan strategi supply chain maupun

karakteristik dari item yang akan dipasok.

Menurut Fauzi (2004), terdapat beberapa kriteria yang menjadi bahan

pertimbangan dalam memilih supplier, yaitu sebagai berikut:

1. Harga penawaran, yaitu harga yang ditawarkan oleh pemasok dalam

melakukan transaksi dengan perusahaan.

2. Mutu pemasok, yaitu kualitas kondisi perusahaan pemasok.

3. Keandalan dalam ketepatan, yaitu keandalan sebuah pemasok dalam ketepatan

baik ketepatan barang yang diproduksi maupun keandalan dalam servis yang

diberikan oleh perusahaan yang menjadi distributornya.

16
4. Kemampuan koordinasi informasi, yaitu kemampuan perusahaan pemasok

dalam menangani komunikasi dengan perusahaan yang bekerja sama dalam

pemberian informasi terkini sehingga baik pemasok atau distributor tidak

dirugikan.

5. Ketersediaan produk, yaitu kondisi dimana fleksibilitas ketersediaan tipe

produk atau jumlah produk yang ada dalam antisipasi jika terjadi perubahan

dari permintaan pelanggannya.

Menurut (Rusydi, 2017:3) menyatakan bahwa pelanggan (customer) adalah

seseorang yang datang atau memiliki kebiasaan untuk membeli sesuatu dari

penjual. Kebisaan tersebut meliputi aktifitas pembelian dan pembayaran atas

sejumlah produk yang dilakukan berulang kali.

Menurut Vincent Gaspersz, pengertian customer adalah semua orang yang

menuntut kita untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan oleh karena itu

akan memberikan pengaruh pada kinerja atau performansi (performance) kita.

Menurut Philip Kotler, arti customer adalah semua individu dan rumah tangga

yang membeli atau memperoleh suatu barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.

2.2 Teknik Sampling

2.2.1 Konsep dasar sampel padat / cair / gas

Adapun konsep dasar dari sampel padat, cair dan gas adalah sebagai

berikut :

1. Sampel Cair

17
Sampel berbentuk cair memiliki tingkat homogenitas yang tinggi, salah

satu pengambilan sampel berbentuk cair adalah dengan melakukan

pemipetan.

2. Sampel Padat

Sampel berbentuk padat mempunyai tingkat homogenitas yang rendah.

Salah satu pengambilan sampel berbentuk padat adalah dengan

melakukan penggerusan dan dicampur sampai homogen.

3. Sampel Gas

Sampel berbentuk gas cukup homogen. Sampel dialirkan ke dalam

tabung tertutup yang dilengkapi katup-katup dan kran-kran serta pipa-

pipa penghubung. Tabung tersebut dilengkapi pengontrol tekanan dan

temperatur (Marwati, siti, 2013).

Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan

unsur mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih.

Besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu,

pengambilan sampel secara acak (random) harus menggunakan teknik yang

tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian.

Menurut Teken (1965) suatu teknik pengambilan sampel yang ideal

mempunyai sifat-sifat:

a Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh

populasi yang diteliti.

b Dapat menentukan presisi (presicion) dari hasil penelitian dengan

menentukansimpangan baku (standard deviation) dari taksiran yang

18
diperoleh.

Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan, dan dapat memberikan

keterangansebanyak mungkin, dengan biaya yang serendah-rendahnya

satu pengambilan sampel berbentuk cair adalah dengan melakukan

pemipetan.

4. Sampel Padat

Sampel berbentuk padat mempunyai tingkat homogenitas yang rendah.

Salah satu pengambilan sampel berbentuk padat adalah dengan

melakukan penggerusan dan dicampur sampai homogen.

5. Sampel Gas

Sampel berbentuk gas cukup homogen. Sampel dialirkan ke dalam

tabung tertutup yang dilengkapi katup-katup dan kran-kran serta pipa-

pipa penghubung. Tabung tersebut dilengkapi pengontrol tekanan dan

temperatur (Marwati, siti, 2013).

Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan

unsur mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih.

Besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu,

pengambilan sampel secara acak (random) harus menggunakan teknik yang

tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian.

2.2.2 Teknik Pengambilan sampel

Beberapa Teknik Pengambilan Sampel :

19
1. Sampling Acak Sederhana, Sampel acak sederhana (simple random

sampling) ialah suatu sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap

unit penelitian dari suatu populasi mempunyai kesempatan yang sama

untuk dipilih sebagai sampel.

2. Pengambilan sampel acak sistematis, Sampel acak sistematis ialah suatu

metode pengambilan sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari

sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih

secara sistematis menurut pola tertentu. Mempergunakan metode ini,

harus dipenuhi beberapa syarat yakni;

a. Populasi harus besar

b. Harus teredia daftar kerangka sampel

c. Populasi harus bersifat homogen

3. Sampling Acak Berlapis, Ada dua syarat yang harus terpenuhi untuk

dapat mempergunakan metode pengambilan sampel acak berlapis, yaitu

a. Ada kriteria jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar

untukmenstratifikasi populasi

b. Diketahui dengan tepat jumlah satuan-satuan elementer dari tiap

lapisandalam populasi itu.

4. Sampling Gugus (Cluster) Sederhana, Teknik sampling gugus adalah

teknik sampling dimana peneliti membentuk beberapa cluster dari hasil

penyeleksi sebagian individu yang menjadi bagian dari sebuah populasi.

5. Sampling Wilayah, sampling wilayah adalah teknik pengambilan sampel

20
dengan memperhatikan wilayah sampel itu berada.

2.3 Analisis Bahan Baku dan Produk

Perekonomian saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring

dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

yang semakin canggih. Sehingga persaingan antar perusahaan menjadi

semakin ketat. Adanya persaingan yang semakin ketat antar perusahaan

mendorong setiap perusahaan untuk menetapkan pengendalian terhadap

persediaan bahan baku secara tepatsehingga perusahaan dapat tetap eksis

untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.

2.3.1 Spesifikasi kualitas bahan baku dan produk secara umum

Analisis produk adalah pengujian produk dengan melihat

beberapa aspek sebagai indikator yang harus ada pada suatu produk.

Sehingga apabila produk tersebut tidak memenuhi indikator-indikator yang

ada, maka perusahaan akan dapat melihat bahwa produk mereka ternyata

tidak lolos uji. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk

mengkaji ulang dalam merumuskan kembali segala hal terkait produk

tersebut.

2.3.2 Jenis Metode Analisis

Berdasarkan jenisnya, metode analisis dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Analisis Kualitatif menentukan ada atau tidaknya sebuah senyawa tetapi

tidak massa atau konsentrasinya. Analisis kualitatif tidak menghitung

21
jumlah. Contoh analisis kualitatif yaitu ekstraksi, ektraksi adalah metode

analisis kualitatif dengan cara pemisahan suatu zat dari suatu padatan atau

cairan dengan menggunakan bantuan pelarut organik (n-Heksan).

2. Analisis Kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan untuk menentukan

massa dankonsentrasi suatu senyawa. Contoh analisis kuantitatif yaitu:

a Analisis Gravimetri

Berdasarkan bobot menentukan massa dari suatu analit dengan

menimbang sampel sebelum atau sesudah mengalami beberapa

perubahan. Contoh yangumum adalah menentukan masa air dalam

suatu hidrat dengan memanaskan sampelnya untuk menghilangkan air

yang ada, sehingga akan ada perbedaan masa molekul air akan

terlepas.

b Analisis Volumetri merupakan teknik penentapan jumlah sampel

melalui perhitungan volume. Titrasi atau disebut juga volumetri

merupakan metoda analisis kimia yang cepat, akurat dan sering

digunakan untuk menentukan kadar atau senyawa dalam solusi. Pada

titrasi terdapat penambahan reaktan ke larutan yang sedang dianalisis

sampai titik ekivalen tercapai. Jenis yang paling umum adalah titrasi

asam basa yang menggunakan berbagai macam indikator yang

menunjukan perubahan warna.

c Titrasi asam basa Titrasi asam basa merupakan metode analisis

kuantitatif untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan atau kadar

22
asam atau basa suatu zat berdasarkan reaksi netralisasi.

d Spektrofotometri adalah metode analisis kuantitatif untuk

menentukan konsentrasi suatu sampel dengan berdasarkan interaksi

sampel dengan cahaya monokromatik.

2.3.3 Prosedur analisis bahan baku dan produk

Prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa

orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin

penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-

ulang. Prosedur merupakan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu

kegiatan. Kegiatan tersebut dilakukan secara sistematis dan beraturan

sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. (Mulyadi, 2005).

Bahan baku merupakan faktor utama yang menunjang terhadap

kelancaran dan proses produksi. Kelancaran proses produksi dengan

dukungan pengendalian bahan baku yang memadai akan menghasilkan

produk yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai dengan rencana

produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan

perlu mengadakan pengendalian prosedur analisis bahan baku dan produk

yang terarah dan memadai.Tindak lanjut dari proses produksi tergantung

pada tersedianya bahan baku yang mencukupi serta kualitas yang sesuai

dengan standar yang ditentukan. Dengan demikian diharapkan proses

produksi yang efektif dapat tercapai.

23
2.4 Penerapan K3

2.4.1 Pengertian K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya

keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup serta meningkatkan produktivitas pekerja.

Dengan demikian, hal tersebut akan berdampak pada keuntungan

perusahaan. Keselamatan Kerja telah diatur dalam Undang-Undang No.1

tahun 1970 tentang keselamatan kerja dalam pasal 3 ayat (1) dan pasal 9 ayat

(3), yang berbunyi: “Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat- syarat

keselamatan kerja untuk:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledak.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaranatau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

fisikmaupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

h. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

i. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara

danproses kerjanya.

24
j. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yangbahaya kecelakaannya bertambah tinggi.

2.4.2 Tujuan K3

Menurut Mangkunegara (2013:162) bahwa tujuan dan manfaatdari

keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja yangbaik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya seselektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan gizi pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasikerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh


lingkungan atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja ini tidak

dapat terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran

tenaga kerja saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan. Setiap pimpinan

harus memperhatikan kesehatan serta keselamatan untuk bawahannya.

25
2.4.3 Faktor – Faktor Terjadinya Kecelakaan Dan Gangguan
Kesehatan

Menurut Mangkunegara (2013:162) dikemukakan beberapa sebab

yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja.

a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja, Terkait:

1. Penyusunan dan penyimpanan barang – barang yang berbahaya

kurang diperhitungkan keamannya.

2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak

3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

b. Pengaturan Udara, terkait:

1. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja

yangkotor,berdebu, dan berbau tidak enak)

2. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya

c. Pengaturan Penerangan, terkait:

1. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

2. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

d. Pemakaian Peralatan Kerja, terkait:

1. Pengaman peralatan kerja yang sudah using atau rusak.

2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yan baik.

e. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai, terkait:

1. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil

2. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh,

cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja

26
rendah sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang

pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas

kerja yang membawa resiko bahaya

2.4.4 Alat pelindung diri yang sesuai

2.4.4.1 Definisi Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective

Equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan oleh orang yang

beraktivitas di laboratorium untuk melindungi atau meminimalkan

terekspos dengan subtansi yang berbahaya baik biologis, kimia,

fisika (hazards) (Occupational Safety and health Administration,

2011) yang dapat membahayakan tubuh baik berupa perlukaan,

kecacatan, maupun kematian.

2.4.4.2 Prinsip Alat Pelindung Diri (APD)

Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan (APD) antara lain :

1. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik


atau bahaya-bahaya yang dihadapi (Percikan,kontak langsung maupun

tidak langsung).

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak


menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Dapat dipakai secara fleksibel (reuse maupun dispossible).

27
4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan.

5. Tidak mudak rusak.

6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.

7. Pemeliharaan mudah.

8. Tidak membatasi gerak.


2.4.4.3 Macam dan fungsi Alat Pelindung Diri (APD)

Prinsip APD harus mampu memproteksi secara keseluruhan

dari anggota tubuh, mulai dari kulit, mata, yang berpotensi terjadi

trauma tertusuk, abrasi, atau dermatitis kontak alergi/iritan,

kecacatan dan kematian. Masing-masing APD memiliki fungsi dan

cara penggunaan tertentu. Sehingga sebelum menggunakan APD

harus dipastikan dapat menggunakan. Alat Pelindung Diri harus

tersedia dalam tempat yang mudah didapatkan dan selalu dalam

keadaan tersedia. Oleh karena itu, sebelum melakukan praktikum

atau penelitian, semua alat dipastikan ketersediaan dan dapat

digunakan dengan baik dan benar.

2.4.4.4 Macam dan fungsi Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) prinsipnya terdiri atas 6 hal:

1. Pelindung mata

28
Di dalam bekerja di laboratorium mikrobiologi tidak disarankan

menggunakan kontak lensa. Alat pelindung mata di laboratorium

dapat berupa kacamata goggle. Alat ini digunakan untuk bahan-

bahan yang bersifat aerosol atau mudah memercik. Trauma mata

dapat mengakibatkan kerusakan mata serius sampai menimbulkan

kebutaan.

2. Pelindung badan

Jas laboratorium berfungsi dalam memproteksi tubuh dari

kontak dengan bahan-bahan berbahaya di dalam laboratorium, atau

kontak dengan mikroorganisme. Syarat jas laboratorium yang

digunakan adalah panjang sampai selutut dan lengan panjang

dengan bagian ujung lengan berkaret.

Jas laboratorium harus digunakan dengan benar yaitu, tertutup

semua kancing. Bagi yang menggunakan jilbab, maka jilbab harus

dimasukkan ke dalam jas laboratorium untuk menghindari jas

terkena kontaminasi baik bahan infeksius maupun reagen yang

digunakan selama bekerja di laboratorium. Jika tidak menggunakan

jilbab, maka rambut harus dalam keadaan pendek atau diikat.

Sehingga jika suatu saat menggunakan Bunsen, tidak ada risiko

berbahaya terpapar api dan menyebabkan kebakaran.

Jas harus dilepas saat keluar dari laboratorium. Jika jas laboratorium

terkontaminasi bakteri, maka harus dilakukan dekontaminasi

29
misalkan menggunakan khlorin terlebih dahulu sebelum

dimasukkan ke dalam laundri.

3. Pelindung pernafasan

Masker merupakan salah satu pelindung pernafasan. Sehingga

tidak dibenarkan menggunakan masker namun, hidung tetap terbuka.

Masker digunakan untuk mencegah kemungkinan uap yang

menyebabkan iritasi atau spora jamur yang mudah terbang di udara

untuk masuk ke saluran pernafasan.

4. Pelindung telinga

Suara mesin di laboratorium dapat menimbulkan kebisingan. Jika

terjadi secara terus menerus, dapat mengganggu fungsi pendengaran

dan menyebabkan ketulian. Keadaan ini dapat dihindari dengan

menggunakan pelindung telinga. Pelindung telinga dapat berupa busa

yang dipasang di saluran pendengaran.

5. Pelindung tangan.

Sarung tangan disposable wajib digunakan ketika peneliti atau

praktikan berada di laboratorium mikrobiologi. Penggunaan sarung

tangan harus mampu menutup sampai bagian karet dari jas

laboratorium. Perhatikan bahwa sarung tangan yang digunakan tidak

robek atau berlubang, dan gunakan sesuai dengan ukuran tangan, tidak

terlalu sempit atau terlalu longgar. Bahan Latex cukup sering

30
digunakan di dalam laboratorium karena memiliki keuntungan murah,

dan penampilan yang bagus, namun sering menyebabkan alergi. Jika

sarung tangan yang digunakan terkontaminasi dengan bahan infeksius

atau diduga infeksius, atau robek, lakukan penggantian dengan sarung

tangan baru.

31
BAB III

PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTIK (KKP)

3.1 Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Praktik (KKP)

Berdasarkan kalender akademik Politeknik ATI Padang Semester

Ganjil Tahun Ajaran 2021, maka Kuliah Kerja Praktik ini mulai pada tanggal

30 Agustus 2021 sampai dengan 31 Desember 2021 di PT Sucofindo Cabang

Medan yang berdomisili di Jalan Gatot Subroto No.105, Sei Sikambing B,

Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 20122.

Dimana waktu kerjanya harus mengikuti peraturan perusahaan yaitu :

Jam masuk kerja (Senin - Jumat) : 08.00 – 17.00 WIB

Jam istirahat (Senin - Kamis) : 12.00 – 13.00 WIB

Jam istirahat (Jumat) : 12.00 – 14.00 WIB

3.2 Uraian kegiatan pelaksanaan kuliah kerja praktik (KKP)

Di PT Sucofindo terdapat 4 kompetensi yang sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan oleh Politeknik ATI Padang. Pada Kesempatan kali ini

penulis akan membahas: Pengenalan perusahaan, Teknik sampling, Analisis

bahan baku dan produk, dan Penerapan K3 .

3.2.1 Gambaran Umum Perusahaan

3.2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT SUCOFINDO (persero) didirikan pada tanggal 22 Oktober

1956 oleh pemerintah Indonesia bermitra dengan salah satu perusahaan

32
superintending terbesar di dunia, Societe Generale de Surveillance SA

(1969) adalah perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. Saham

mayoritas saat ini dipegang oleh pemerintah Republik Indonesia

sebesar 95% dan sisanya oleh SGS. Pada masa awal pendiriannya

perusahaan berada di bawah koordinasi kementerian perekonomian dan

menyediakan jasa pemeriksaan kualitas dan kuantitas komoditi yang

antara lain untuk pengadaan stok nasional. Selain itu, PT SUCOFINDO

(persero) juga berperan dalam membantu pelaksanaan ketentuan

pemerintah mengenai tata niaga, perdagangan, dan industri. Seiring

dengan perkembangan perekonomian dan industrialisasi di Indonesia,

PT SUCOFINDO (persero) terus menerus melakukan diversifikasi

usaha di bidang jasa pemeriksaan teknik, juga pemeriksaan sarana

perdagangan, laboraturium uji dan analisis, dan yang terakhir jasa-jasa

sertifikasi sistem manajemen mutu, lingkungan serta keselamatan dan

keselamatan kerja. PT SUCOFINDO (Persero) juga mengembangkan

jasa konsultasi di bidang investasi dan manajemen properti. (Asri

Hapsari, 2009).

Pengalaman PT SUCOFINDO (persero) di bidang inspeksi,

supervise, pengkajian, dan pengujian selama beberapa dekade telah

menjadikan perusahaan ini sebagai salah satu perusahaan terbesar di

Indonesia. Menghadapi tantangan di milenium ke tiga, PT

SUCOFINDO (persero) bertekad memposisikan diri melalui suatu visi

baru menjadi perusahaan kelas dunia di bidang inspeksi, supervisi,

33
pengkajian, dan pengujian yang independen dengan tekad memenuhi

kepuasan pelanggan. Visi tersebut akan PT SUCOFINDO (persero)

wujudkan melalui peningkatan profesionalisme, jaringan yang luas,

sistem manajemen terpadu, teknologi tepat guna, dan penggunaan

standar yang diakui secara internasional. PT SUCOFINDO (persero)

sangat menghargai sumber daya manusia dan bertekad untuk

mengembangkannya secara penuh. PT SUCOFINDO (persero)

berupaya memenuhi kepentingan berbagi pihak terkait secara seimbang.

PT SUCOFINDO (persero) siap melayani pelanggan melalui jaringan

pelayanan di 45 cabang yang tersebar di Indonesia. (Asri Hapsari,

2009).

3.2.1.2 Lokasi Perusahaan

Kantor PT SUCOFINDO Medan (persero) berlokasi di Jl. Gatot Subroto

No.105 Sei Sikambing B, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara

20122.

3.2.1.3 Visi, Misi Dan Nilai Perusahaan

1. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan jasa yang terpercaya dan menguntungkan dalam

memberikan pemastian di Indonesia dan ASEAN.

2. Misi Perusahaan

a. Menyediakan layanan yang inovatif, handal, dan berkualitas tinggi

dalam inspeksi, pengujian, sertifikasi, dan jasa terkait kepada

pelanggan.

34
b. Mewujudkan lingkungan kerja yang menantang, apresiatif, dan

berlandaskan pengetahuan bagi karyawan.

c. Menciptakan nilai bagi pemegang saham dan berkontribusi kepada

perekonomian dan masyarakat di tempat kami beroperasi. (Asri

Hapsari, 2009).

3. Nilai-nilai Perusahaan

a. Fokus pelanggan

Mengerti kebutuhan pelanggan, memberi solusi serta pelayanan

terbaik kepada pelanggan.

b. Inovasi

Selalu melakukan inovasi sesuai kebutuhan atau kecendrungan pasar

dengan memanfaatkan kompetensi dan teknologi, serta melakukan

terobosan dalam proses kerja agar menjadi lebih efektif dan efisien.

c. Kompeten

Mengembangkan sikap individu yang dapat diandalkan dan memiliki

kompetensi yang sesuai standar.

d. Integritas

Mengutamakan kejujuran, transparasi, dan konsistensi antara pikiran,

perkataan, dan perbuatan.

e. Independensi

Bebas dari pengaruh dan kepentingan pihak luar perusahaan.


Kewirausahaan Selalu menciptakan peluang usaha, jejaring, dan
berani mengambil risiko dengan tetap mempertimbangkan

35
profitabilitas dan risiko.

f. Kerjasama
Bekerjasama untuk mencapai tujuan perusahaan melalui sinergi
berdasarkan prinsip saling percaya dan berbagi pengetahuan.

3.2.1.4 Arti Logo

Gambar 3.1 Logo Perusahaan

1. Identitas perusahaan berupa logo TIGA BOLA DUNIA


melambangkan kegiatan usaha Perseroan yang memiliki ruang
lingkup Internasional dan mempersatukan tiga kawasan usaha yaitu
di darat, laut dan udara.
2. Warna biru gelap, mempunyai makna sifat stabil, langgeng, aman,
dan terpercaya melambangkan suatu usaha yang dapat dipercaya
dan diandalkan.
3 Warna biru terang, memiliki kesan bersih dan luas, mencerminkan
ketertiban, dan keluasan jangkauan usaha.
4 Warna biru gradasi menggambarkan nuansa yang melambangkan
diversifikasi atau keragaman jenis usaha, serta suatu gerak yang
melambangkan suatu sifat yang berorientasi pada perkembangan
dan kemajuan masyarakat.
5 Logo type SUCOFINDO yang tertera menggunakan huruf
microgama (aerostyle) memiliki kesan tegas, kuat, luas, dan stabil,

36
sehingga sifat ini menimbulkan suatu citra yang sesuai dengan
sifat suatu usaha yang senantiasa bersungguh-sungguh dalam
setiap komitmen yang berhubungan dengan semua pihak.

3.2.1.2 Produk dan bahan baku

PT Sucofindo cabang Medan merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang jasa pengujian laboratorium. Pada perusahaan ini tidak terdapat

bahan baku pembuatan produk. Namun produk dari perusahaan ini berupa jasa

pengujian dan hasil uji dalam bentuk sertifikat. PT Sucofindo cabang Medan

menggunakan Metoda SNI dan AOCS yang sudah terferifikasi dengan

Lembaga Komite Akreditasi Nasional ( KAN ).

Prosedur bahan baku di PT ini berasal dari sampel yang dikirim oleh

customer atau diambil sendiri oleh petugas pengambil contoh PT Sucofindo

Medan, kemudian sampel yang diterima oleh PT Sucofindo Medan akan

masuk dalam proses administrasi, identifikasi dan diteruskan ke laboratorium

untuk dilakukan pengujian.

3.2.1.3 Struktur Organisasi


Bentuk atau tipe organisasi PT Sucofindo Medan adalah bentuk atau tipe

organisasi garis staf (Line Staff Organization). Sebagaimana lazimnya bentuk

organisasi ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang luas daerah

kerjanya serta memilki bidang tugas yang kompleks.

37
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Sucofindo

3.2.1.4 Supplier dan Customer

Suplier menjadi pihak yang memasok bahan mentah (raw material)

bagi pabrik. Menurut (Fauzi 2004), suplier adalah suatu perusahaan atau

individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan

dan para pesaing untuk memproduksi barang dan jasa tertentu.

Supplier PT SUCOFINDO (Persero) Medan berupa penyediaan bahan-

bahan kimia , Alat- alat kimia, serta kebutuhan setiap divisi di kantor

Sucofindo termasuk kertas kerja dan alat-alat tulis.

38
3.2.2 Teknik Sampling

Di PT SUCOFINDO Medan penulis tidak melakukan teknik sampling

ke lapangan. Tetapi penulis mengetahui sedikit tentang teknik sampling di

dalam laboratorium.

Teknik sampling di dalam laboratorium berawal dari sampel yang

diantarkan oleh pihak administrasi ke dalam laboratorium yang sudah diberi

label serta parameter ujinya pada Worksheet Order. Worksheet Order tersebut

diberikan kepada analis , kemudian sampel di preparasi oleh analis .

Sampel yang berbentuk Padatan seperti Butiran atau granul akan

dihaluskan menggunakan Blender khusus, setelah dihaluskan baru

dimasukkam ke plastik sampel dan tidak lupa diberi label kode Lab.

Sampel yang berbentuk minyak , analis akan menghangatkan sampel

minyak di waterbath, agar minyak yang semulanya padat bisa mencair lalu

dihomogenkan.

Sampel yang sudah dipreparasi , itu lah sampel yang akan di uji di

laboratorium . Biasanya diambil dalam jumlah sedikit saja , yang penting

sampel sudah mewakili sampel secara keseluruhan. Maka dari itu, sampel

harus dihomogenkan dengan sempurna agar hasil uji akurat.

3.2.3 Analisis bahan baku dan produk

3.2.3.1 Spesifikasi kualitas bahan baku dan produk secara umum

Prosedur bahan baku di PT SUCOFINDO berasal dari sampel yang

dikirim oleh customer atau diambil sendiri oleh petugas pengambil contoh PT

Sucofindo Medan untuk diuji sesuai permintaan customer, kemudian sampel

39
yang diterima oleh PT Sucofindo Medan akan masuk dalam proses

administrasi, identifikasi dan diteruskan ke laboratorium untuk dilakukan

pengujian.

Tabel 3.1 Standar Mutu CPO

Parameter Mutu SNI 01-2901- PORIM Standar Mutu CPO


CPO 2006 di PKS Indonesia

Asam Lemak Bebas % 0.5 maks 3–5 5 maks

Kadar Air dan Kotoran 0.5 maks 0.25 0.25 maks

% maks

3.2.3.2 Prosedur analisis bahan baku

Bahan baku atau sampel di PT ini berasal dari sampel yang dikirim

oleh customer atau diambil oleh petugas pengambil contoh PT Sucofindo

Medan melalui sampling. kemudian sampel yang diterima oleh PT Sucofindo

Medan akan masuk dalam proses administrasi (pembuatan Worksheet order),

identifikasi sampel dan sampel dikirimkan ke laboratorium untuk dilakukan

pengujian. Produk yang dihasilkan berupa Sertifikat hasil uji.

40
Permintaan sampling atau
analisa dari
Klien

Pembuatan Harga dari


PT Sucofindo &
Pembuatan order

Sampel diambil oleh


Sucofindo atau
diantar oleh klien

Analisa

Laporan
Analisa

Penerbit
Sertifikat
Gambar 3.3 Prosedur Analisa di PT Sucofindo Cabang Medan

ANALISIA HASIL PERTANIAN

1.CPO
CPO merupakan minyak sawit mentah yang tidak dapat langsung

dikonsumsi melainkan harus mengalami pengolahan lebih lanjut, untuk

meningkatkan efisiensi produksi, CPO tersebut harus memenuhi standar mutu,

dimana dengan adanya standar mutu tersebut pembeli akan merasa dilindungi

dari segi mutu maupun kualitas CPO yang hendak dibelinya.

41
Tabel 3.2 Komposisi Asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.

Asam Lemak Jumlah Minyak Sawit


Atom (C) (%)

Asam lemak jenuh


Oktanoat 8 -
Dekanoat 10 -
Laurat 12 -
Miristat 14 1,1 - 2,5
Palmitat 16 40 - 46
Stearat 18 3,6 - 4,7
AsamLemakTidakJenuh
Oleat 18 30 - 45
Linoleat 18 7 - 11

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu CPO

a. Asam Lemak Bebas

Asam Lemak Bebas dalam konsentrasi tinggi yang ter-ikut dalam minyak

sawit sangat merugikan. Tingginya Asam Lemak Bebas ini mengakibatkan

rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan

terbentuknya Asam Lemak Bebas dalam minyak sawit.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan Kadar Asam Lemak

Bebas yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu.

42
2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah.

3. Pemupukan buah yang terlalu lama.

4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.

Asam lemak bebas (ALB) merupakan asam yang di bebaskan pada hidrolisa

lemak. Nilai ALB mengindikasikan kualitas CPO, dimana kadar ALB tinggi

menunjukkan kualitas rendah dan mudah mengalami ketengikan. ALB juga

mempengaruhi proses pemurnian CPO, karena CPO dengan nilai ALB tinggi

akan membutuhkan biaya pemurnian yang tinggi, oleh sebab itu ALB dalam

CPO haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Tabel 3.3 Range FFA, V alkohol, N NaOH

Range FFA (%) Berat Contoh ml Alkohol Normalitas NaOH


0.00-0.2 56.4 ± 0.2 50 0.1
0.2-1.0 28.2 ± 0.2 50 0.1
1.0-30.0 7.05 ± 0.05 75 0.25
30.0-50.0 7.05 ± 0.05 100 0.25
50.0-100 3.525 ± 0.001 100 1.0

FFA sebagai asam oleat % :

ml alkali x N alkali x 28,2


Berat contoh (gr)

FFA sebagai laurat % :

ml alkali x N alkali x 20.0


Berat contoh

43
FFA sebagai palmitan % :

ml alkali x N alkali x 25,6


Berat contoh

Parameter Pengujian

A. Penentuan Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)

i. Prinsip Dasar

Metode ini didasarkan pada persentase berat dari asam

lemak bebas yang ada dimana berat molekul asam lemak

bebas tersebut dianggap sebesar 282 : 256 atau 200 sesuai

dengan jenis minyak atau lemak contoh. Kandungan asam

lemak bebas adalah ukuran keasaman organik suatu

minyak/lemak yang dinyatakan dengan persentase bobot

yang dihitung sebagai asam oleat, asam laurat atau asam

palmitat yang mana cuplikan uji dilarutkan dalam ethyl

alkahol netral panas dan larutan panas di titar dengan larutan

NaOH, standar sampai titik akhir titrasi dari indicator yang

digunakan.

ii. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Erlenmeyer 300 ml atau 250 ml

2. Neraca analitik

44
3. Spatula

4. Buret 25 ml

5. Hotplate

6. Gelas ukur 100 ml

7. Standar dan klem


b. Bahan

1.Sampel CPO

iii. Prosedur Kerja

1. Contoh minyak / lemak dicairkan serta dihomogenkan

sebelum ditimbang tetapi jangan dipanaskan lebih dari

10 OC dari titik leleh contoh.

2. Gunakan tabel 2 untuk menentukan berat contoh untuk

berbagai cara / range lemak. Timbang yang telah

ditentukan dari tabel 2 ke labu erlenmeyer.

3. Netralkan alkohol 95% panasdengan NaOH 0.25 N yang

bersifat basa dengan cara titasi sampai warna merah

muda.

4. Tambahkan alkohol netral panas 75 ml dan 2 ml

indikator phenolpthalein kedalam sampel.

5. Sampel yang berisi alkohol dan indikator pp tersebut

dipanaskan diatas hot plate sampai hangat.

45
6. Titrasi contoh dengan larutan NaOH 0.25 N, kocok kuat

sampai tepat timbulnya titik akhir titrasi warna merah

jambu.

iv. Perhitungan

FFA (%) = V x N NaOH x Faktor

Keterangan :

V = Volume penitaran NaOH (ml)

N = Normalitas NaOH (ml)

Faktor = Asam laurat (20,0) untuk Palm Kernel

Asam palmitan (25,6) untuk CPO

Asam oleat (28,2)

W = Berat sampel (gr)

FFA sebagai palmitan % : V x N x 25,6


Berat contoh

46
B. Penentuan Kadar Air (Moisture Content)

Syarat kadar air CPO produksi yang diizinkan adalah 0,20 %.


Kadar air perlu dilakukan analisis dikarenakan adanya kandungan air
yang mampu memicu pertumbuhan mikroba yang dapat memproduksi
enzim serta bereaksi dengan trigliserida menghasilkan gliserol dan
FFA.

Untuk mendapatkan kadar air sesuai yang diinginkan maka

dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan. Hal ini

bertujuan untuk menekan dan menghambat hidrolisis minyak yang akan

menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang dapat mengakibatkan bau

tengik pada minyak.

i. Prinsip Kerja

Metode ini didasarkan pada selisih berat awal dari sampel


uji dan berat setelah penguapan yang dihitung sebagai kadar
air dan bagian mudah menguap dari sampel uji.

ii. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Oven

2. Cawan Petri

3. Spatula

4. Neraca analitik

5. Desikator

6. Gegep

47
b. Bahan

1. Sampel CPO

iii. Prosedur Kerja

1. Untuk menjaga air yang terkandung dalam contoh


yang memiliki bentuk lunak dan cair, pada saat
menghomogenkan harus hati–hati sehingga air
terdiostribusi secara merata.

2. Cairkan contoh minyak / lemak serta homogenkan


sebelum ditimbang tetapi jangan dipanaskan lebih
dari 100C dari titik leleh contoh. Timbang dengan
teliti 5 gram contoh kedalam cawan petri atau kotak
timbang yang telah dikeringkan dan didinginkan
dalam desikator dan telah diketahui bobotnya.

3. Masukan dalam oven dan keringkan selama 30 menit


pada suhu 1300C ± 10C. Setelah 30 menit, pindahkan
dari oven dan dinginkan kedalam desikator selama ±
1 jam , timbang.

iv. Perhitungan

Kadar Air (%) = a – b x 100 %


w

Keterangan :

a = Berat cawan petri + sampel sebelum pemanasan


(gram)

b = Berat cawan petri + sampel setelah dipanaskan


(gram)

48
w = Berat sampel (gram)

C. Penentuan Bilangan Dobi (Deterioration Of Bleachability Index)

Adapun standar CPO yang baik adalah yang mempunyai nilai

DOBI >2,6. Pada nilai tersebut kandungan senyawa kaaroten banyak

dan kandungan senyawa hasil oksidasi sedikit, akibatnya untuk

mereduksi warnanya sangat mudah, hanya dengan menambahakan

sedikit bleaching earth. Nilai DOBI yang semakin kecil maka akan

susah untuk mereduksi warnanya. Pada DOBi <2,0 akan sangat sulit

dilakukan reduksi warna meskipun dilakukan penambahan BE dalam

jumlah besar. Hal tersebut dikarenakan, bleaching earth yang harusnya

digunakan untuk mengikat senyawa karoten, karena senyawa hasil

oksidasi banyak maka bleaching earth akan lebih suka berikatan

dengan senyawa hasil oksidasi terlebih dahulu baru dengan senyawa

karoten.

Nilai DOBI = nilai Absorban pada 446 nm


nilai Absorban pada 269 nm
Acuan metoda : PORIM Test Methods p2.9

i. Prinsip Kerja

Dobi adalah angka indeks hasil bagi nilai pengukuran


absorbansi pada panjang gelombang 446 nm dengan 269 nm
yang merupakan angka penunjuk kerusakan minyak/lemak
yang juga menggambarkan daya pemucatan minyak/lemak.

49
ii. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Spektrofotometer

2. Labu Ukur 25 ml (beserta tutup)

3. Gelas piala 30 ml

4. Neraca Analitik

5. Spatula

6. Kuvet

b. Bahan

1. Sampel CPO

2. N-heksana (Iso Oktan)

iii. Prosedur Kerja

1. Cairkan dan homogenkan sampel sebelum ditimbang


2. Ditimbang sampel ± 0,1 gram (0,0999 – 0,1001)
didalam labu ukur 25 mL
3. Dilarutkan dengan n-heksana ke dalam labu ukur 25
mL
4. Dipaskan dengan n-heksana kemudian
dihomogenkan
5. Diukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 446 nm dan 269 nm (dimana sebagai
blanko digunakan n-heksana).

50
2 Pakan Ternak
A. Penentuan Kadar Air ( Moisture Content )
i. Prinsip Kerja

Metode ini didasarkan pada selisih berat awal dari sampel


uji dan berat setelah penguapan yang dihitung sebagai kadar
air dan bagian mudah menguap dari sampel uji.

ii. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Oven

2. Cawan Petri

3. Spatula

4. Neraca analitik

5. Desikator

6. Gegep

b. Bahan

1. Makanan ternak

iii. Prosedur Kerja

1. Sampel dihaluskan terlebih dahulu sebelum ditimbang

2. Ditimbang sampel ± 5 gr dalam cawan petri yang


sudah diketahui beratnya

3. Dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050C selama 4


jam

4. Didinginkan dalam desikator

51
5. Ditimbang sampel hingga diperoleh bobot konstan

iv. Perhitungan

Kadar Air (%) = a – b x 100 %


w

Keterangan :

a = Berat cawan petri + sampel sebelum pemanasan


(gram)

b = Berat cawan petri + sampel setelah dipanaskan


(gram)

w = Berat sampel (gram)

B. Penentuan Kadar Lemak ( FAT )


Tabel 1. Kadar Lemak Kasar Beberapa Hewan Ternak

Hewan Ternak Kadar Lemak Kasar pada Pakan (%)

Sapi perah 7 – 12 *

Sapi potong 6–7*

Ayam ras petelur dara 2.0 – 5.0

Ayam ras pedaging (broiler) 3.0 – 8.0

Babi Penggemukan 8

52
i. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Alat soklet

2. Erlenmeyer asah 300 mL

3. Spatula

4. Neraca analitik

5. Gelas beaker 100 mL

6. Hot plate

7. Oven

8. Desikator

9. Thimble atau selongsong

10. Selang

b. Bahan

1. Makanan ternak

2. Batu didih

3. Petrileum Benzene atau n-hexane

4. Kapas bebas lemak

ii. Prosedur Kerja


1. Sampel dihaluskan terlebih dahulu sebelum ditimbang

2. Ditimbang sampel ± 10 gr ke dalam thimble

3. Ditutup ujung thimble dengan kapas bebas lemak

4. Dimasukkan thimble ke dalam soklet

53
5. Ditimbang Erlenmeyer asah 300 mL + batu didih

6. Ditambahkan pelarut petroleum benzene atau n-heksana

± 150 mL

7. Dieskstraksi diatas hot plate selama 8 jam

8. Diangkat dan dihilangkan sisa pelarut terakhir setelah

hampir kering dengan dipanaskan Erlenmeyer di

hotplate suhu ± 1000C

9. Dimasukkan Erlenmeyer asah kedalam oven ± 1050C

selama 2 jam

10. Didinginkan dalam desikator

11. Ditimbang hasilnya dan dicatat

iii. Perhitungan

Kadar Lemak (%) = a - b X 100 %


w

Keterangan :

a = Berat Erlenmeyer asah 300 mL + batu didih +


lemak (gram)

b = Berat Erlenmeyer asah 300 mL + batu didih(gram)

w = Berat sampel (gram)

54
C. Penentuan Kadar Protein ( Crude Protein )
Tabel Nilai Minimum Kadar Protein pada Beberapa Hewan Ternak

Jenis Pakan Hewan Kadar Minimum Protein (%)

Sapi Potong 12 – 14

12 – 21

*bergantung pada
Sapi Perah klasifikasinya

Ayam ras Petelur dara 25

Ayam ras pedaging 25

Ayam Ras petelur Layer Konsentrat 30

Babi Induk 26

i. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Labu kjedhal

2. Erlenmeyer asah 500 mL

3. Erlenmeyer 300 ml (blanko)

4. Neraca analitik

5. Gelas beaker 50 mL

6. Kompor

55
7. Labu distilasi 1000 ml

8. Hotplate

9. Spatula

10. Pipet volume 25

11. Buret 25 mL

12. Corong

13. Labu Ukur 250 mL (beserta tutup)

14. Standard an klem

15. Bola Hisap

b. Bahan

1. Makanan ternak

2. Batu didih

3. H2SO4 pekat 40 mL

4. Kertas Timbang

5. Larutan NaOH 0.1 N

6. Larutan H2SO4 0,1 N

7. Larutan NaOH 30% 30 mL

8. Indikator Metil Red

9. Aquadest

10. Table Kjedhal

56
ii. Prosedur Kerja

1. Sampel dihaluskan sebelum ditimbang

2. Ditimbang dengan kertas timbang ± 1 gr

3. Dimasukkan kedalam labu kjedhal

4. Ditambahkan tablet kjedhal dan batu didih

5. Ditambahkan asam sulfat pekat 40 mL

6. Didestruksi sampai warna konstan (hijau


kekuningan)

7. Tunggu hingga dingin, dierncerkan ke labu ukur 250


ml lalu paskan dengan Aquadest

8. Didestilasi

- Dipipet sampel 25 mL

- Dimasukkan ke labu destilasi 1000 mL

- Ditambahkan aquadest, batu didih, NaOH 30%


sebanyak 30 mL

- Didestilasi sampai volume penampung 300 mL

- Untuk penampung Erlenmeyer asah 500 mL, dipipet


25 mL H2SO4 0,1 N lalu ditambah indikator metil red
3 tetes

- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai titik akhir titrasi


warna kuning.

57
iii. Perhitungan

Protein (%) = (BL- S) X N X 14 X 6.25 X FP (10) X 100%


W X 1000

Keterangan :

BL = Volume titrasi blanko (mL)

S = Volume titrasi sampel (mL)

N = Normalitas NaOH (N)


FP = Faktor pengenceran (250 mL / 25 mL = 10)

W = Berat sampel (gr)

D. Penentuan Kadar Serat ( Fiber )

Berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI), kadar serat kasar pakan

konsentrat sapi berkisar pada 30 – 35 % sedangkan pada pakan ayam berkisar 7 –

8 %.

i. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Cawan porselen

2. Erlenmeyer asah 500 mL

3. Pipa asah

4. Neraca analitik

5. Cawan petri

6. Gelas Ukur

7. Furnace

58
8. Hotplate

9. Spatula

10. Desikator

11. Alat vakum

12. Sarung tangan

13. Oven

b. Bahan

1. Makanan ternak

2. Batu didih

3. Kertas saring no 41

4. Larutan H2SO4 1,25%

5. Larutan NaOH 3,25%

6. Kertas timbang

7. Aquadest netral (hangat)

ii. Prosedur Kerja

1. Ditimbang cawan porselen yang berisi kertas


saring yang telah dioven 1 jam

2. Ditimbang kertas timbang, lalu + sampel ± 2 gr


ke erlenmeyer asah 500 mL di tambah batu didih
dan dipasang pipa asah

3.Didestruksi
- Ditambahkan larutan H2SO4 1,25% sebanyak

59
100 mL, lalu didestruksi selama 30 menit

- Ditambahkan larutan NaOH 3,25% sebanyak


100 mL, lalu didestruksi selama 30 menit

4. Disiapkan alat vakum, lalu dibasahi kertas saring


dengan aquadest

5. Disaring sampel ke atas kertas saring dengan


menambahkan aqudest netral dan untuk penjernih
tambahkan larutan H2SO4 1,25% serta pisahkan
dari batu didih

6. Kertas saring dioven ½ jam, lalu didinginkan dan


ditimbang

7. Dtimbang cawan porselen + kertas saring yang


telah dioven bersi sampel

8. Diabukan dengan suhu 6000C kemudian


didinginkan dan ditimbang

iii. Perhitungan

Kadar Serat (%) = b - a X 100 %


w

Keterangan :

a = Berat cawan poselen setelah diabukan

b = Berat cawan petri setelah dioven

w = Berat sampel

60
E. Penentuan Kadar Abu (Ash)

i. Alat dan Bahan

a. Alat

1.Cawan porselen
2. Neraca analitik

3. Spatula

4. Furnace

5. Desikator

b. Bahan

1. Makanan ternak

ii. Prosedur Kerja

1. Ditimbang cawan porselen kosong

2. Ditambahkan sampel ± 5gr ke dalam cawan


porselen.

3. Diabukan dengan suhu 6000C selama 2 jam


kemudian didinginkan dan ditimbang.
iii. Perhitungan

Kadar Abu (%) = b - a X 100 %


w

Keterangan :

a = Berat cawan poselen kososng

b = Berat cawan porselen setelah dipemanasan

w = Berat sampel

61
3.2.4 Penerapan K3

3.2.4.1 Peraturan K3 di PT Sucofindo

Pada saat bekerja di laboraturium semua karyawan dan mahasiswa

magang diharuskan memakai alat pelindung diri (APD). Di laboraturium

diharuskan memakai jas lab, masker, sepatu tertutup, dan sarung tangan. Di

laboratorium disediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di setiap sudut

ruangan dan disediakan P3K. PT SUCOFINDO membuat Sistem Manajemen

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengacu pada Permenaker

No.05/MEN/1996 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja (SMK3) dan OHSAS 18001:1999 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja . Dengan diterapkannya

SMK3 yang bertujuan agar pengelolaan K3 dapat lebih terkendali dalam

penerapannya yang diperuntukkan bagi seluruh karyawan yang bekerja baik

di dalam kantor maupun di lapangan.

Insan SUCOFINDO menjadikan keamanan, keselamatan dan

kesehatan kerja serta lingkungan sebagai bagian dari budaya kerja dalam

menciptakan suasana kerja yang tertib, aman, andal, nyaman dan berwawasan

lingkungan dengan cara:

1. Menerapkan secara berkesinambungan budaya 5S (Seiri, Seiso,

Seiton, Shitsuke, Seiketsu) di lingkungan kerja.

2. Menguasai dan memahami situasi dan kondisi lingkungan

kerja serta menerapkan sistem keamanan, keselamatan,

62
kesehatan kerja dan lingkungan kerja secara konsisten.

3. Tanggap terhadap keadaan darurat yang disebabkan oleh

gangguan keamanan, kecelakaan, pencemaran, dan bencana

alam.

3.2.4.2 Potensi bahaya di PT Sucofindo

Potensi bahaya yang mungkin terjadi di laboratorium :

1. Kelalaian pengguaan APD yang benar

2. Kelalaian dalam menggunakan bahan kimia berbahaya

3. Ketidaktahuan dalam mengoperasikan alat dengan benar

3.2.4.3 Alat pelindung diri yang sesuai

Alat pelindung diri yang harus ada di PT SUCOFINDO :

1. Jas Laboratorium

2. Sepatu Safety

3. Sarung tangan Anti Panas

4. Sarung tangan karet

5. Respirator

63
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik

(KKP) yang berlangsung selama 4 bulan di PT Sucofindo Cabang Medan adalah

1. Penulis dapat mengetahui prosedur penggunaan alat dan prosedur

kerja dalam setiap analisis sampel

2. Penulis dapat melakukan berbagai analisis yang ada di PT Sucofindo

Cabang Medan sesuai dengan parameter yang diminta.

3. Penulis dapat mengaplikasian ilmu atau teori yang diperoleh selama

kuliah.

4. Dapat menjalin kerjasama dan komunikasi dengan karyawan

perusahaan terutama staf laboratorium

5. Penulis mendapatkan pengalaman kerja secara nyata dan

pengetahuan untuk membuka pola pikir yang lebih luas.

4.2 Saran

1. Di laboratorium analisis sebaiknya neraca analitik di tambah lagi

sehingga dapat mempercepat pekerjaan.

2. Peralatan yang ada di laboratorium harus dikalibrasi minimal satu kali

setahun untuk meminimalisir kerusakan pada alat.

3. Dalam melakukan analisa sampel harus berhati-hati dalam bekerja.

4. Gunakanlah APD yang baik dan benar.

64
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sucofindo.co.id

http://Kumalasarievhy.wardpress.com/2012/12/17.laporan-paktikum-uji-asam-lemak-

bebas.

AOCS. Official methods and recommended practices of the American Oil Chemists’

Society. AOCS, Champaign, Method Ca 5a-40, Cc 1–25, Cd 12b -92, Cd

181,Ce 16-89. 199

Cristian, G. (1980). Analitical Chemistry. 3 rded I Wiley :New Yoard.

Triyono. (2003). Teknik Sampling. Kalimantan

https://www.sucofindo.co.id/id/read/2014/09/1858/tingkat-kecelakaan-kerja-di

perusahaan-indonesia-tinggi

Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja:Manajemen dan Implementasi K3

di tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

65

Anda mungkin juga menyukai