Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DESA BARU

Studi Kasus pada Desa Lekona Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao

Disusun oleh:
MADALINA SODAKAIN
NIM: 1710020032

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN
Berdasarkan hasil seminar proposal yang diselenggarakan pada:
Hari :
Tanggal :
Menerangkan baahwa :
Nama Lengkap : Madalina Sodakain
NIM : 1710020032
Program Studi : Akuntansi
Judul Penelitian : ”Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Upaya
Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Baru
(StudiKasus pada Desa Lekona Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao)”

Proposal dinyatakan sah dan memenuhi syarat untuk menulis skripsi dengan
pembimbing.
Kupang,……
TIM SEMINAR

Ketua Program Studi Akuntansi Pembimbing I

Linda Lomi Ga SE,Msi Maria E.D. Tunti, SE.,M.Si


NIP. 19800320 200501 2 003 NIP: 19810226 200812 2 001

Pembimbing II Penguji I

Yohana Febiani Angi, SE.,MAKS Minarni A. Dethan, SE.,M.Akt


NIP: 19850202 200912 2 002 NIP: 19850715 201012 2 001

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Nusa Cendana

Christine C. Foenay, SE., MSi.


NIP. 19720917 200501 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta
kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA BARU (Studi Kasus pada Desa Lekona Kecamatan Pantai
Baru Kabupaten Rote Ndao)”.
Tujuan penulisan proposal ini untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Akuntansi pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Nusa Cendana. Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu penelitimengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan proposal ini.
Terselesaikannya proposal ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat peneliti menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan proposal
ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati:

1. Bapak Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph. D sebagai Rektor Universitas
Nusa Cendana.
2. Ibu Christine C. Foenay, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Nusa Cendana.
3. Ibu Linda Lomi Ga, SE.,MSA sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusa Cendana.
4. Ibu Yohana Febiani Angi, SE.,MAKS Sekertaris Program Studi sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dibalik kesibukannya.
5. Ibu Maria E.D.Tunti, SE.,M.Si sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan waktu dalam membimbing peneliti sehingga dapat
menyelesaikan proposal ini.

ii
6. Ibu Minarni A.Dethan,SE.,M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam
menyelesaikan proposal ini.
7. Ibu Maria P. L. Muga,SE.,M.Si.,Akt sebagai Dosen Penasehat Akademik
yang selalu membimbing dan memberi semangat.
8. Seluruh Dosen dan Tenaga Kependidikan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Nusa Cendana yang telah memberikan bekal ilmu
yang luar biasa kepada peneliti.
9. Keluarga yang terkasih Bapak, Mama, Kakak dan Adik yang telah
mendukung dan memberikan do’a bagi peneliti dalam menyelesaikan
proposal ini.
10. Sahabat-sahabat yang terkasih Handry, Nining, Elma, Enjel, Izna, Tesa,
Fiki, Mba Fembri dan teman – teman Absolute’17 yang telah membantu
dan memberi semangat bagi peneliti dengan caranya masing – masing
dalam menyelesaikan proposal ini.
Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan peneliti berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Kupang, November 2020

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... . 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

2.1 Kajian Teoritis ............................................................................................ 10

2.1.1 Desa ........................................................................................................ 10

2.1.2 Alokasi Dana Desa .................................................................................. 12

2.1.3 Pengelolaan Alokasi Dana Desa ............................................................... 15

2.1.4 Pembangunan Desa.................................................................................. 18

2.1.5 Pemberdayaan Masyarakat....................................................................... 20

2.2 Kajian Empirik ........................................................................................... 21

2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 27

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................. 27

3.2 Jenis dan Sumber Data................................................................................ 27

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 28

iv
3.4 Definis Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 28

3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 29

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 33

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ............................................................................................................ 25

Gambar 3.1 ............................................................................................................ 30

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ................................................................................................................... 7

Tabel 2.1 ................................................................................................................. 21

vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat dapat diartikan sejumlah manusia yang terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat desa
didefinisikan masyarakat yang penduduknya memiliki mata pencaharian
berbagai sektor mulai dari sektor pertanian, peternakan atau gabungan
Sektor-sektor mendukung mata pencaharian masyarakat.
Sektor pertanian merupakan komponen utama yang menopang
kehidupan di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran yang penting
dalam perekonomian. Apa yang terjadi di pertanian akan secara langsung
berpengaruh pada perkembangan desa. Peranan pertanian antara lain
menyediakan kebutuhan pangan yang dibutuhkan masyarakat untuk
menjamin ketahanan pangan. Ada pun Sektor peternakan mempunyai
peran yang cukup penting dalam perekonomian masyarakat. Misalnya
beternak sapi dan ayam, namun dalam sekotr ini masih banyak di temukan
beberapa kendala antara lain kurangnya pengatuan ilmu dalam hal
beternak, kurangnya modal, akses bahan pakan, dan juga jaringan
kerjasama.
Menurut Soekanto, (2006: 166) warga suatu masyarakat pedesaan
mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang
hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupannya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk
masyarakat desa pada umumnya hidup dari pertanian dan ada juga yang
bekerja sebagai peternak, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang
bangunan, akan tetapi inti pekerjaan penduduk pedesaan adalah pertanian.
Masyarakat ditandai oleh ciri-ciri, yaitu adanya interaksi, ikatan pola
tingkah laku yang khas didalam semua aspek kehidupan yang bersifat
mantap dan kontinyu dimana mereka saling membantu satu sama lain
sehingga saling menguntungkan antar masyarakat. Masyarakat desa

1
memiliki karakteristik dalam hidup bermasyarakat, yakni: Menjunjung
tinggi kesopanan, kekeluargaan, suka gotong royong, demokratis, dan
religius.
Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah telah diatur mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi di Negara
Indonesia, dimana pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih
besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan
tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan.
Untuk meningkat pembangunan yang ada di Indonesia, maka harus
dimulai dari level Pemerintahan di tingkat paling bawah yaitu Desa.
Pemabangunan desa didasarkan pada kinerja ketiga instansi yaitu,
Pemerintah Desa, Badan Pemusyawaratan Desa, dan Lembaga
Pemberdayaan Mayarakat. Kedudukan Desa tercermin dalam UU No.6
Tahun 2014 pasal 2 dan 5 bahwa desa merupakan penyelenggaraan
Pemerintahaan Desa, Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Desa
berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Ketentuan Umum UU Desa mendefiniskan Pembangunan Desa
adalah Upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejateraan masyarakat desa. Pembangunan masyarakat desa
mencakup berbagai pendekatan dan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejateraaan dan mata pencaharian penduduk yang tinggal
di daerah pedesaan. Pembangunan desa yang fokus pada pekerjaan umum
(misalnya, jalan umum) dan teknologi (misalnya, alat-alat dan teknik
untuk meningkatkan produksi pertanian). Pembangunan desa adalah upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa. Pembangunan desa ditujukan untuk sebuah
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat desa. Dalam
pembangunan desa seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan dari
pembangunan yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat pendesaan yang
mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan.

2
Dasar pemikiran pemberdayaan masyarakat adalah memajukan
kemampuan masyarakat desa untuk mengelola secara mandiri urusan
komunitasnya. Berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1
Ayat 12 menjelaskan Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya
mengembangkan kemandirian dan kesejateraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah
dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Pemberdayaan masyarakat
memprioritaskan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, Pemberdayaan masyarakat desa meliputi kegiatan yang
bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam
pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan masyarakat, serta
perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan
desa. Program pemerintah untuk pembangunan yang belum tercapai dalam
menuntaskan kemiskinan yang ada di desa di sebagian masyarakat
tentunya hal ini masyarakat perlu diharapkan untuk lebih kuat
menghadapai tantangan hidup yang ada dan semakin hari tidak bisa
terkendali dan susah untuk ditebak. Program yang ada pun mulai
bermunculan dan terbit setiap periode dan setiap tahun baik dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bertujuan mendorong
dan membangkitkan kemampuan masyarakat terutama masyarakat
terutama masyarakat desa. Seperti halnya pemerintah desa di desa Lekona
telah melakukan kegiatan pemberdayaan misalnya pemberdayaan di
bidang pertanian, dan juga pemberdayaan di bidang usaha.
Ini adalah wujud pembangunan dan pemberdayaan yang dilakukan
pemerintahan desa untuk mendorong masyarakat untuk bisa lebih mandiri
untuk menuju hidup yang lebih baik dan menuntas kemiskinan. Namun,
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat lebih khususnya di masyarakat
desa Lekona ada hal yang menghambat yaitu kurangnya sikap gotong
royong , dikarenakan mereka lebih mengutamakan diri sendiri.

3
Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan salah satu bentuk hubungan
keuangan antar tingkat pemerintahan yaitu hubungan keuangan antara
pemerintahan kabupaten dengan pemerintahan desa. Untuk dapat
merumuskan hubungan keuangan yang sesuai maka diperlukan pemahaman
mengenai kewenangan yang dimiliki pemerintah desa. Artinya, anggaran
pemerintah yang diberikan kepada desa terkait sepenuhnya adalah untuk
fasilitas pembangunan dan permberdayaan desa sebagai salah satu lembaga
yang andil dalam format kepemerintahaan. Menurut Arifiyanto (2004)
Alokasi Dana Desa (ADD) Adalah salah satu pendapatan desa yang
penggunaannya terintregasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes). Maksud Alokasi Dana Desa (ADD) adalah sebagai bantuan
stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program
Pemerintah Desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan
masyarakat (Rosalinda, 2014).
Perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten disebut Alokasi
Dana Desa yang penyalurannya melalui kas desa atau rekening desa
(Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah kabupaten/kota paling
sedikit 10% setelah dikurangi Alokasi Khusus). Alokasi dana desa
merupakan substansi baru dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes). Besar alokasi dana desa tersebut berjumlah 30% dialokasikan
untuk aparatur pemerintah desa, sedangkan 70% digunakan untuk
pemberdayaan masyarakat dan publik, pengelokasian alokasi dana desa
ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada
peraturan menteri. Pengalokasian dana desa mempertimbangkan: 1)
Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, 2) Jumlah
penduduk desa, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan
geografis desa (BPKP, 2015).
Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa pengelolaan dana
desa sudah efektif, seperti penelitian yang dilakukan oleh Florensi (2014)

4
menunjukan hadirnya Alokasi Dana Desa memberikan dampak yang
positif baik bagi pemerintah desa maupun masyarakat desa dan dalam
pembangunan. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa yang didalamnya
terdapat proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan tahapan-
tahapan yang ada. Pengelolaan alokasi dana desa adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban.
Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan
mengikutsertakan masyarakat desa. Dalam menyusun perencanaan
pembangunan desa, pemerintah desa wajib menyelenggarakan
musyawarah perencanaan pembangunan desa. Musyawarah rencana
pembangunan desa menetapkan prioritas , program, kegiatan, dan
kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Prioritas, program,
kegiatan,, dan kebutuhan pembangunan desa dirumuskan berdasarkan
penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa yang meliputi peningkatan
dan akses terhadap pelayanan dasar, pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur dan lingkungan berdasarakan kemamapuan teknis dan
sumber daya lokal yang tersedia, pengembangan ekonomi pertanian.
Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan
kewenangan dilaksanakan melalui rekening kas desa. Semua penerimaan
dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
Penatausahaan dilakukan oleh berdahara desa, penatausahaan sebagai
bentuk pertanggungjawaban, penyajian, pelaporan, dan mengungkpakan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab pemerintah
desa kepada publik, Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap
penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir
bulan secara tertib. Tahap selanjutnya kepala desa menyampaikan
laporan realisasi pelaksanaan dana desa kepada Bupati. Setelah semua
tahap telah dilakukan kepala desa menyampaikan laporan

5
pertanggungjawaban realisasi pelaksaanan setiap akhir tahun anggaran.
Dan juga laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksaan alokasi dana desa diinformasikan kepada masyarakat desa
secara tertulis dan dengan medida informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat, media informasi bisa berupa papan informasi.
Sofianto (2017) menyatakan bahwa implementasi dana desa desa
berkontribusi pada masyarakat dengan meningkatkan aksesibilitas
komunitas perdesaan dan partisipasi masyarakat dam pembangunan. Hal
ini disebabkan karena adanya masalah seperti Alokasi Dana Desa yang
diberikan belum memadai untuk meningkatkan pemberdayaan
masyarakat. Kemudian Manolang (2005) menekankan pentingnya peran
tokoh dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan sehingga mampu menghasilkan perencanaan pembangunan
yang efektif. Selain partisipasi, dalam penggunaan dana desa juga harus
diperhatikan mengenai kebutuhan desa.
Desa Lekona adalah salah satu desa di Kecamatan Pantai Baru
Kabupaten Rote Ndao yang baru di bentuk dari yang masih memiliki
tingkat kemiskinan yang tinggi. Dengan adanya Alokasi Dana Desa
(ADD) ini dapat membantu masyarakat desa Lekona untuk menuju hidup
yang lebih baik, desa Lekona merupakan desa yang baru mekar dari
tahun 2017 sehingga pembangunan dan pemberdayaan yang dilakukan
pemerintah saat ini masih tergolong berkembang, dari jumlah anggaran
ADD yang desa Lekona dapatkan dan direalisasikan untuk pembangunan
dan pemberdayaan desa terpakai sekitar 90% sampai 95%, sehingga sisa
dana anggaran tahunan dijadikan SILPA yang kemudian digunakan untuk
anggaran tahun berikut. Tetapi yang diamati penulis, pengelolaan alokasi
dana desa di desa Lekona belum berjalan sesuai dengan harapan,
misalnya dalam bidang pertanian masih sangat minim bantuan desa
kepada masyarakat yang bertani walaupun sudah ada beberapa bantuan
tetapi belum menunjang kebutuhan masyarakat desa. Berdasarkan
penelitian awal yang penulis lakukan, diperoleh informasi dari

6
masyarakat menggambarkan bahwa Pengelolaan Alokasi Dana Desa di
Desa Lekona masih terdapat banyak permasalahan, baik di bidang
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung
jawaban keuangan desa. Pada tahapan perencanaan penggunaan Alokasi
Dana Desa lebih cenderung pada program yang akan dilaksanakan dibuat
oleh Kepala Desa sehingga pada saat Musyawarah Rencana
Pembangunan tokoh masyarakat yang hadir kesannya hanya sebatas
untuk mendengar. Pada tahap pembahasan rencana penggunaan alokasi
dana desa yang dihadirkan hanya orang-orang tertentu saja sementara
hasil dari pembahasan rencana penggunaan alokasi dana desa tidak
diinformasikan kepada masyarakat secara umum sehingga masyarakat
bahkan tidak tahu bahwa Desa mendapatkan bantuan dana yang besar
dari pemerintah. Adapun tujuan penggunaan anggaran ADD yang
digunakan untuk pembangunan dan pemberdayaan desa, seperti hal pada
desa Lekona telah melakukan beberapa pembangunan seperti, Kantor
Desa, Jalan Rabat, dan Rumah layak huni. Pemberdayaan yang
dilakukan pemerintah desa dari ADD seperti pelatihan Hidroponik pada
bidang pertanian dan juga adanya upaya perlindungan pertanian.
Tabel 1.1
Anggaran ADD Desa Lekona
No Tahun Anggaran
1 2018 Rp.383.717.800
2 2019 Rp.335.790.000
3 2020 Rp.320.957.152
Sumber:Diolah,2020
Berdasarkan
Hasil akhir yang diharapkan dengan adanya Pengelolaan Alokasi
Dana desa adalah terciptanya pembangunan dan pemberdayaan
diberbagai aspek, baik itu pembangunan fisik maupun pembangunan non-
fisik. Pembangunan fisik berupa pembangunan fasilitas bagi masyarakat
desa seperti jalan, rumah layak huni, dan sebagainya. Untuk
pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat berupa pembekalan sumber

7
daya manusia untuk masyarakat desa seperti penyuluhan pertanian, maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Baru (Studi
Kasus pada Desa Lekona Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote
Ndao).”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Pengelolaan alokasi dana desa dalam upaya meningkatkan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Lekona?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Upaya
Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah
dilakukan di Desa Lekona.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak
terkait.
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
mengembangkan beberapa literatur ekonomi yang sudah ada,
khususnya mengenai pengelolaan keuangan desa.
2. Bagi objek penelitian
Penelitian ini diharapkam dapat memberi masukan terhadap
pemerintah desa yang ada di Kecamatan Pantai Baru khususnya
desa Lekona mengenai Pengelolaan keuangan desa dalam bentuk
Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
3. Bagi penelitian selanjutnya

8
Dapat memberikan referensi dalam penelitian lebih lanjut
mengenai menganalisis Alokasi Dana Desa untuk upaya
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Desa
1. Pengertian Desa
Menurut Rosalinda (2014) desa sebagai bagian dari sistem
pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia yang diakui
otonominya dan Kepala Desa melalui pemerintah desa dapat diberikan
penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun pemerintahan
daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai Desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-usul dan adat
istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada didaerah
kabupaten. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa pasal 1, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa
memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peratuan Pemerintah
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yakni:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintah yang sudah ada
berdasarkan hak asal-usul desa.
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya
kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara
langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.

10
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada desa.
Desa juga memiliki hak dan kewajiban sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa yakni:
a. Desa berhak:
1) Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
berdasarkan hak asal-usul, adat istiadat, dan nilai
sosial budaya masyarakat desa.
2) Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;
3) Mendapatkan sumber pendanaan.
b. Desa berkewajiban:
1) Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan serta
kerukunan masyarakat desa dalam rangka
kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
desa.
3) Mengembangkan kehidupan demokrasi.
4) Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa
dan;
5) Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat desa.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli, distulah dapat peneliti mengambil
kesimpulan bahwa desa memiliki posisi terpenting dimasyarakat maupun
pemerintah dalam mengurus masyarakatnya sendiri.

2. Tujuan Desa
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan
kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna
dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap

11
masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan
pembangunan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
pembentukan desa yakni:
1) Faktor penduduk, minimal 2.500 jiwa atau 500 kepala
keluarga
2) Faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan
pembinaan masyarakat
3) Faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan atau
komunikasi antar dusun
4) Faktor sarana dan prasarana, tersedianya sarana
perhubungan, pemasaran, sosial, produksi, dan sarana
pemerintahan desa
5) Faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama.

2.1.2 Alokasi Dana Desa


1. Pengertian Alokasi Dana Desa
Dalam PP No. 72 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 disebutkan:
Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota. Menurut Wida (2016) pelaksanaan Pembangunan
Desa harus sesuai dengan yang telah direncanakan dalam proses
perencanaan dan masyarakat, bersama aparat pemerintahan juga
berhak mengetahui dan melakukan pengawasan terhadap jalannya
Pembangunan Desa. Sedangkan Menurut Rosalinda (2014)
pembangunan adalah pengahrapan kan kemajuan dalam sosial serta
ekonomi dan untuk mana setiap negera mempunyai pandangan
maupun nilai-nilai yang berlainan mengenai apa yang diharapkan itu.
Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai

12
kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. Adapun tujuan
Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBD kabupaten/kota
ini adalah untuk:
a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
melaksanakan pelayanan pemerintah, pembangunan, dan
kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya;
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara
partisipatif sesuai dengan potensi desa;
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat desa;
d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong.
Pemerintah mengharapkan kebijakan alokasi dana desa ini dapat
mendukung pelaksanaan pembangunan partisipatif berbasis
masyarakat dan upaya pemeberdayaan masyarakat pedesaan sekaligus
memelihara kesinambungan pembangunan di tingkat desa.

2. Penetapan Alokasi Dana Desa


Alokasi Dana Desa (ADD) didasarkan pada ketetapan-ketetapan
berikut ini:
a. Penetapan dan hasil perhitungan ADD setiap tahun ditetapkan dengan
peraturan bupati.
b. Penetapan dan hasil perhitungan ADD dimaksud diberitahukan kepada
desa selambat-lambatnya bulan Agustus setiap tahunnya.
c. Data variable independen utama dan variabel independen tambahan
selambat-lambatnya dikirim oleh tim pendamping tingkat kecamatan
kepada tim fasilitasi kabupaten pada bulan Maret untuk penghitungan
ADD tahun berikutnya.

13
3. Perhitungan Alokasi Dana Desa
Penyaluran alokasi dana desa dilakukan melalui kas
desa/rekening desa. Alokasi dana desa dimaksudkan untuk
memberikan stimulan pembiayaan program pemerintahan desa dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.
Rumus penentuan Alokasi Dana Desa (ADD) dipergunakan untuk
menghitung besarnya alokasi dana desa untuk setiap desa dilakukan
dengan menghitung alokasi dasar dan alokasi formula. Alokasi dasar
yang merupakan alokasi yang dibagi secara merata kepada setiap
desa sebesar 90% dari dana desa yang diterima kabupaten,
sedangkan alokasi formula dihitung dengan memperhatikan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan
geografis setiap desa sebesar 10% dari dana lembang yang diterima
kabupaten. Adapun rumus Alokasi Dana Desa (x) :

ADD=AD+AF
Dimana:
ADD= Alokasi Dana Desa
AD= Alokasi Dasar
AF= Alokasi Formula

4. Penggunaan Alokasi Dana Desa


Alokasi Dana Desa (ADD) diarahkan untuk membiayai kegiatan
meliputi:
a. Penyelenggaraan pemerintahan desa Alokasi Dana Desa (ADD)
yang digunakan belanja aparatur dan operasional desa yaitu untuk
membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa dengan
prioritas sebagai berikut:
1) Peningkatan Sumber daya Manusia (SDM) kepala desa dan
perangkat desa meliputi pendidikan, pelatihan, pembekalan
2) Biaya operasional tim pelaksana bidang pemerintahan.

14
3) Biaya tunjangan kepala desa, perangkat desa, tunjangan dan
operasional BPD, honor ketua RT dan Rw serta penguatan
kelembagaan RT/RW.
4) Biaya perawatan kantor dan lingkungan kantor kepala desa
5) Biaya penyediaan dan pembuatan pelaporan dan
pertanggung jawaban.
b. Pemberdayaan masyarakat, Alokasi Dana Desa (ADD) yang
digunakan untuk membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat
dengan prioritas kegiatan seperti:
1) Biaya pemberdayaan manusia dan institusi.
2) Biaya pemberdayaan lingkungan.
3) Biaya pemberdayaan usaha/ekonomi.

2.1.3 Pengelolaan Alokasi Dana Desa


Dalam pengelolaan alokasi dana desa terdiri dari beberapa tahap
untuk mengalokasikan dana desa, antara lain:
1. Perencanaan
Perencanaan awal dalam dalam alokasi dana desayang merupakan
tahap paling awal dari kegiatan pengelolaan alokasi dana desa.
Kegiatan perencanaan kegiatan secara partisipatif sekaligus
menetapkan alokasi anggaran yang dituangkan dalam daftar rencana
kerja. Daftar rencana kerja telah tersusun, selanjutnya kepala desa
selaku penanaggung jawab membentuk tim pelaksana alokasi dana
desa yang terdiri dari pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa dan
bendahara desa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan alokasi dana desa yang merupakan tahap realisasi
dari seluruh rencana kegiatan pengelolaan alokasi dana desa yang
telah disepakati. Alokasi dana desa yang diterima digunakan untuk
biaya penyelenggaraan pemerintah yang diserahkan pada masing-
masing pos dan untuk biaya pemberdayaan masyarakat diserahkan

15
kepada tim pelaksana tingkat desa yang nantinya akan
dipertanggungjawabkan kepada kepala desa. Pelaksana kegiatan
tersebut meliputi kepala desa, karang taruna, tim pengerak PKK,
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta masyarakat desa.
3. Penatausahaan
Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa
harus menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus
dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaranbersangkutan
berdasarkan keputusan kepala desa. Menurut Sujarweni (Ardi
Hamzah, 2015) berdahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh
kepala desa, bendahara wajib mempertanggungjawabkan uang melalui
laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban
disampaikan setiap bulan kepada kepala desa. Dalam Permendagri
Nomor 113 tahun 2014 laporan pertanggungjawaban yang wajib
dibuat oleh bendahara desa adalah sebagai berikut.
a. Buku Kas Umum
Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai
aktivitas yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik
secara tunai maupun kredit, digunakan juga untuk mencatat
mutasi perbankan atau kesalahan dalam pembukuan. Buku kas
umum dapat dikatakn sebagai sumber dokumen transaksi.
b. Buku Pembantu Pajak
Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum,
dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan
dengan pajak.
c. Buku Bank
Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum,
dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan
dengan uang bank.

16
4. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dalam bentuk laporan berkala dan laporan
akhir penggunaan Alokasi Dana Desa harus dibuat sesuai dengan
Peraturan Bupati. Penyampaian laporan atas realisasi penggunaan dana
yang dibiayai oleh ADD dilaksanakan secara berjenjang oleh kepala
desa kepada Tim Pendamping Kecamatan kemudian Tim Kepala
Pendamping Kecamatan membuat laporan tingkat desa kemudian
selanjutnya laporkan kepada Bupati
5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban alokasi dana desa yang dilakukan secara
administratif dalam bentuk surat pertanggung jawaban (SPJ) dengan
format yang sudah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.
Pertanggungjawaban tersebut merupakan wujud dari
pertanggungjawaban administratif desa kepada pemerintah diatasnya,
sedangkan pertanggungjawaban pemerintah desa kepada masyarakat
masih belum nampak.
Penyalagunaan alokasi dana desa dapat diminimalisir bahkan bisa
juga dicegah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten menetapkan
pengaturan dan pengelolaan yang harus ditaati oleh pengelola ADD
disetiap desa sebagai berikut:
a. Pengelolaan ADD dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan
kedalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja
desa.
b. Pengelolaan keuangan ADD merupakan bagian tidak terpisahkan
dari anggaran pendapatan dan belanja desa beserta lampirannya.
c. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD harus direncanakan.
d. ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip efisien dan
efektif, terarah, terkendali serta akuntabel dan bertanggung jawab.
e. Bupati melakukan pembinaan pengelolaan keuangan desa.
f. ADD merupakan salah satu sumber pendapatan desa.

17
g. Pengelolaan alokasi dana desa dilakukan oleh pemerintah desa yang
dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa.

2.1.4 Pembangunan Desa


Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional dalam rangka otonomi daerah. Pembangunan desa mempunyai
peran yang sangat penting dan strategis dalam rangka Pembangunan
Nasional dan Pembangunan Daerah, karena didalam terkandung unsur
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta menyentuh secara
langsung kepentingan besar masyarakat yang bermukim di pedesaan
dalam rangka upaya meningktakan kesejateraan mereka. Dalam undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 78 ayat (1)
Pembangunan Desa Bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui pemenuhan dasar, pembangunan sarana, dan prasarana Desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya
alam dan lingukungan secara berkelanjutan. Pemabngunan desa pada
hakikatnya mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan
kegotongroyongan guna mewujudkan guna mewujudkan pendamaian dan
keadilan sosial.
Menurut Kartasamita (1996:393) : “Pembangunan desa sebagai
suatu usaha sadar dalam serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu
perubahan dari keadaan yang buruk menuju ke keadaan yang lebih baik
yang dilakukan oleh masyarakat tertentu disuatu negara. Selanjutnya
Kartasamita (1996:394) menjelaskan pembangunan pedesaan meliputi 3
upaya besar, yaitu:
1. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa dalam rangka
peningkatan kapasitas masyarakat dari struktur masyarakat
pedesaan tradisional ke masyarakat pedesaan yang maju dan
mandiri.

18
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pedesaan agar
memiliki dasar memadai untuk meningkatkan dan memperkuat
produktivitas dan daya saing.
3. Pembangunan dan prasarana(terutama transportasi) agar sumber
daya yang ada dipedesaan dapat didistribusi dan pembangunan
pedesaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Menurut Rosalinda (2014) pembangunan adalah
pengharapan akan kemajuan dalam sosial serta ekonomi dan
untuk mana setiap negara mempunyai pandangan maupun nilai-
nilai yang berlainan mengenai apa yang dimaksud dengan
diharapkan itu. Pembangunan masyarakat desa adalah seluruh
kegiatan pembangunan yang berlangsugn di Desa dan meliputi
seluruh aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara
terpadu dengan mengembangkan gotong royong, tujuannya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
berdasarkan kemampuan dan potensi sumber daya alam melalui
peningkatan kualitas hidup, keterampilan, dan prakarsa
masyarakat.
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa pembangunan merupakan
perpaduan antara partisipasi masyarakat dan kegiatan pemerintah.
Pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana-prasarana sedangkan
selebihnya diberikan kepada masyarakat itu sendiri, karena pada
hakekatnya pembangunan itu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam hal ini pemerintah yang memberikan pengawasan, bimbingan,
pembinaan kepada masyarakat, serta dana dalam hal ini Alokasi Dana
Desa.

19
2.1.5 Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa Nomor 5 Tahun 2015
tentang penetapan prioritas penggunaan dana desa bahwa pemberdayaan
masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejateraan masyarakat dengan meningkatkan pengatahuan, sikap,
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa. Menurut Sumayardi (2005:11)
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mempersiapkan masyarakat
seiring dengan langkah memperkuat kelembagaan masyarakat agar
mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan
dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Selain itu,
pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi yakni memberdayakan
kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis
sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan
masyarakat.
Sumodiningrat (Mardikanto, 2013:29) menyatakan bahwa hakikat
dari pemberdayaan berpusat pada manusia dan kemanusiaan, dimana
manusia dan kemanusiaan sebagai tolak ukur normatif, struktural, dan
substansial. Sedangkan, Menurut Wilson (Nyoman S, 2005:130)
menyatakan ada 4 tahap proses pemberdayaan sebagai berikut:
1. Awakening, merupakan proses pertama pemberdayaan untuk
mendorong individu menerima tantangan pemberdayaan,
2. Understanding, proses kedua yaitu memunculkan pemahaman
dan persepsi baru yang sudah mereka dapat mengenai diri mereka
sendiri, pekerjaan, aspirasi dan keadaan umum mereka.
3. Harnessing, proses ketiga merupakan tahap individu memutuskan
seperti apa menggunakan ketrampilan yang dimiliki dalam
pemberdayaan.

20
4. Using adalah menggunakan ketrampilan dan kemampuan yang
dimiliki dalam pemberdayaan sebagai kebiasaan.
Wilson (Nyoman S, 2005:122) memberikan pendapat tentang
indikator yang mempengaruhi akibat adanya pemberdayaan dalam
organisasi, yang pada intinya adalah Reputasi, Fokus Manajemen,
Manajemen Pemberdayaan, Kepemimpinan, mengeluarkan
kesanggupan manusia, Pengakuan dan Penghargaan, Inovasi,
Kepercayaan, Teamwork, pengambilan dan pengendalian keputusan,
Komunikasi Masyarakat, Struktur dan Prosedur dan Tujuan
Organisasi.
Dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat dilakukan
guna untuk memungkinkan potensi masyarakat meningkat,
memperkuat potensi masyarakat, terciptanya kemandirian. Setiap
masyarakat memiliki kemampuan tapi kadang-kadang mereka tidak
sadari akan kemampuan yang mereka miliki maka dari itu
diperlukaannya pemberdayaan masyarakat supaya kemampuan
masyarakat terus digali dan dikembangkan.

2.2 Kajian Empirik


Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini, maka penulis
mengambil beberapa jurnal sebagai rujukan dalam penelitian ini. Adapun
beberapa jurnal yang menjadi rujukan penulis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Metode Variabel Hasil
Penelitian
Diah Wulan Analisis Pendekat Alokasi Pengelolaan
Dari Pengelolaan an Dana Desa ADD belum
Hardi Alokasi Dana deskriptif sepenuhnya
Warsono Desa (ADD) kualitatif berberdayak
2018 Dalam an
Pemberdayaan masyarakat
Masyarakat dalam setiap
Desa tahapannya.

21
Margomulyo,
Kecematan
Juwana,
Kabupaten Pati
Feni Analisis Metode Alokasi Tahap
Yudanti Pengelolaan Deskripti Dana Desa perencanaan
Prasetyanin Alokasi Dana f masyarakat
gtyas Desa (ADD) kualitatif desa
2017 Dalam karangluhur
Pemberdayaan berperan
Masyarakat aktif dalam
Desa memberikan
Karangluhur, masukan
Kabupaten kepada
Wonosobo pemerintah
desa untuk
membangun
desa.
Marselina Pengelolaan Deskiript AlokasiDan Pengelolaan
Ara Lili Alokasi Dana if a Desa keuangan di
2018 Desa (ADD) Kualitatif desa
Dalam Upaya Magmagan
Meningkatkan Karya sudah
Pembangunan sesuai
Ekonomi dengan
Masyarakat di ketentuan
Desa Magmagan yang
Karya, ditetapkan
Kecamatan oleh
Lumar pemerintah
pusat yang
mengacu
pada
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
nomor 113
tahun 2014,
dimana
dalam
proses
penganggara
n melalui
prosedur
perencanaan

22
,
pelaksanaan
pencairan
dana,
pentausahaa
n, pelaporan
pertanggung
jawaban dan
publikasi.
Novianti Analisis Penelitia Alokasi Pemerintah
Ruru Penerapan n Dana Desa desa telah
Lintje Alokasi Dana Kualitatif menerapkan
Kalangi Desa (ADD) dengan baik
Novi S. Dalam Upaya standar
Budiarso Meningkatkan program
2017 Pembangunan ADD
Desa(studi kasus berdasarkan
pada Desa Peraturan
Suwaan, Minahasa
Kecamatan Utara
Kalawat, Nomor 22
Kabupaten Tahun 2016.
Minahasa Utara)
Chandra Analisis Pendekat Alokasi Alokasi
Prakarsa Alokasi an Dana Desa dana desa
Sukanto Dana Desa Deskripti lebih
Mardalena (ADD) f banyak
2020 Terhadap Kualitatif untuk
Pemberday kegiatan
aan administrasi
Masyaraka di desa
t Dan karena
Kelembag alokasinya
aan Desa hanya 0
Di persen dari
Kecamatan APBD
Baturaja Kabupaten/
Timur, Kota.
Kabupaten Kabupaten
Ogan Baturaja
Komering Timur.
ulu
Sumber: Diolah, 2020
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan penulis lakukan ada pada jenis masalah yang diteliti yaitu tentang

23
pengeloaan alokasi dana desa. Sedangkan perbedaan yang paling
mendasar antara penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian yang
akan penulis lakukan adalh terletak pada objek penelitian, waktu dan
tempat yang berbeda.
Kelebihan penelitian yang akan penulis lakukan dibandingkan
dengan beberapa jurnal yang menjadi referensi penulis sebelumnya, yaitu
penulis mencoba melakukan penelitian di desa baru.

2.3 Kerangka Berpikir


Undang- undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa merupakan sebuah produk era reformasi yang menjadi
bentuk awal kemandirian Desa dalam menyelenggarakan pemerintahan
maupun dalam pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi Perencanaan, pelaksanaan
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Dimana Perencanaan adalah pemerintah desa menyusun perencanaan
pembangunan dan pemberdayaan sesuai dengan kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan dan pemberdayaan kabupaten
atau kota, kemudian yang dimaksudkan dengan Pelaksanaan yaitu
pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya timbul
transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan
melalui rekening kas desa. Selanjutnya Penatausahaan merupakan
penerimaan dan pengeluaran yang wajib dilakukan oleh Bendahara Desa.
Kepala desa harus menetapkan bendahara desa, penetapan bendahara
desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan
dan berdasarkan Keputusan Kepala Desa. Pelaporan dilakukan dalam
bentuk laporan berkala dan laporan akhir penggunaan Alokasi Dana Desa
harus dibuat sesuai dengan Peraturan Bupati. Penyampaian laporan atas
realisasi penggunaan dana yang dibiayai oleh ADD dilaksanakan secara
berjenjang oleh kepala desa kepada Tim Pendamping Kecamatan

24
kemudian Tim Kepala Pendamping Kecamatan membuat laporan tingkat
desa kemudian selanjutnya laporkan kepada Bupati. Pertanggungjawaban
terdiri dari Kepala Desa menyampaikan Laporan pertanggungjawaban
realiasai pelaksanaan APBDes Kepada Bupati/Walikota melalui camat
setiap akhir tahun anggaran.
Kerangka berpikir dirancang untuk dapat lebih memahami
mengenai konsep penelitian tentang analisis pengelolaan alokasi dana
desa dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan
masayarakat desa baru. Gambaran singkat pengelolaan alokasi dana desa
di desa Lekona beserta faktor yang mempengaruhinya melalui skema
berikut.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Alokasi Dana Desa:

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penatausahaan
4. Pelaporan
5. Pertanggungjawaban

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Sumber: Diolah,2020

25
Dalam bagan diatas disimpulkan bahwa melalui Alokasi Dana
Desa, diharapkan desa akan mampu menyelenggarakan otonominya agar
dapat tumbuh dan berkembang dan hasil akhirnya terciptanya
pembangunan dan pemberdayaan di desa yang diciptakan oleh
masyarakat desa setempat. Dalam mengelola alokasi dana desa
dibutuhkan pengelolaan yang baik dimana didalam pengelolaan alokasi
dana desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
dan pertanggung jawaban sehingga pembangunan dan pemberdayaan
yang dihasilkan adalah pembangunan dan pemberdayaan yang
berkualitas, yakni sebuah hasil pembangunan yang menggambarkan
tujuan, kebutuhan dan hasil kerja bersama seluruh elemen masayarakat
desa. Jika pengelolaan alokasi dana desa dilakukan dengan baik dan
terbuka dengan masyarakat, maka akan berimplikasi pada partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan kerja sama dalam pembangunan dan
perberdayaan desa.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur yang
dipergunakan untuk melakukan penelitian, sehingga mampu menjawab
rumusan masalah dan tujuan penelitian. Model penelitian ini adalah
penelitian bersifat Deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat
sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi, pendekatan kualitatif
yang digunakan lebih menekankan pada penjelasan secara rinci dan
mendalam mengenai analisis pengelolaan alokasi dana dalam upaya
meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Metode kualitatif ini memberikan informasi yang lengkap sehingga
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak
dapat diterapkan pada berbagai masalah.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif frngan
pendekatan analisis deskriptif, yaitu metode yang lakukan dengan cara
mengumpulkan, mempersiapkan, dan menganalisis data sehingga
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.
Berdasarkan pendekatan ini penulis akan mengumpulkan,
mempersiapkan, serta menganalisis data sehingga mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai analisis pengelolaan alokasi dana desa
dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak
pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil

27
observasi dari suatu objek, kejadian atau hasil pengujian (benda).
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan
cara menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian
benda (metode observasi). Data primer yang akan peneliti gunakan
berupa wawancara dengan perangkat desa dan masyarakat desa
Lekona dan lembar observasi tentang pengelolaan alokasi dana desa.

2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa
buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dupublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan
cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau
membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.
Data sekunder yang akan peneliti gunakan berupa catatan dan arsip
tentang pengelolaan alokasi dana desa.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Lekona,
Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao dan waktu penelitian
akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021.
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah
variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi variabel terikat,
sedangkan variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini, variabel
independen adalah alokasi dana desa, sedangkan variabel
dependennya adalah pembangunan dan pemberdayaan desa.
1. Variabel Independen/bebas:
Alokasi Dana Desa (X)

28
Indikator: Alokasi Dana Desa adalah anggaran keuangan yang
diberikan pemerintah kepada desa, yang mana sumbernya berasal
dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima
oleh kabupaten. Sumbernya kepala desa, dan perangkat desa.
2. Variabel dependen/terikat:
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat (Y)
Indikator: Sarana Perekonomian, Tingkat Kesehatan dan
Pendapatan. Sumbernya masyarakat.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Mengumpulkan data dalam penelitian ini dibutuhkan teknik
pengumpulan data sebagai beikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatp muka dan tanya jawab langsung
antara peneliti dan narasumber. Jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan buku dalam pengumpulan
data, tetapi lebih terbuka untuk mendapatkan informasi
yang lebih mendalam tentang permasalahan dari
responden (Sugiyono,2016:160). Wawancara tidak
terstruktur akan dilaksanakan kepada perangkat desa dan
masyarakat.
b. Observasi adalah metode pengumpulan data yang
kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam
pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi
tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang
terjadi. Observasi yang dilakukan kepada perangkat desa.

29
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sekumpulan berkas yakni mencari
data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.
Dokumentasi yang akan peneliti kumpulkan berupa arsip-
arsip alokasi dana desa dan foto-foto kegiatan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisi daya seperti


yang diberikan Miles dan Huberman (dalam Sugiono,2014:246)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai
jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display,
dan conclusionndrawing/verification. Langkah-langkah analisis
ditunjukan pada gambar berikut.
Gambar 3.1
Teknik Analisis Data

Data Collection

Data Display

Data Reduction

Conclusion/drawing
verification

Sumber: Sugiyono, 2014

30
Teknik Analisis data Menurut Miles dan Huberman
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah di
kemukakan semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
akan semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dengan bentuk
uraian singkat, grafik, bagan, hubungan antara kategori, dan
flowchart. Dalam hal ini, Miles dan Huberman (1984)
menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text”.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Conclusion drawing/verification
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

31
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.

32
DAFTAR PUSTAKA
Arifiyanto. 2014. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Jember.
Universitas Jember. Journal riset akuntansi dan keuangan, volume 2, Nomor 3,
2014.
Dari, D. Wulan & Warsono, H. 2018. Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Margomulyo Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Administrasi Publik
Universitas Diponegoro. Dalam journal online, Volume 7, Nomor 2, 2018.
Halim, Abdul & Kusufi, M. S. 2014. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba
Empat.
Lili, M. Ara. 2019. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan Ekonomi Masyarakat di Desa Magmagan Karya Kecamatan
Lumar. Journal Ekonomi Daerah, Volume 7, Nomor 1, 2018.
Manolang, E. S. P. 2013. Peran Tokoh Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan Desa Desa Naha Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten
Sangihen. Dalam Journal Governance, Volume 5, Nomor 1, 2013.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Mardikanto, Totok. 2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam perspektif kebijakan
publik. . Bandung: Alfabeta.
Prasetyaningtyas, F.Y. 2018. Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Karangluhur Kabupaten Wonosobo. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Adminsitasi Publik Universitas Diponegoro.
Dalam Journal Online, Volume 7, Nomor 1, 2018.
Prakarsa, dkk. 2020. Analisis Alokasi Dana Desa (ADD) Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat dan Kelembagaan Desa di Kecamtan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu. Universitas Surabaya.
Ruru, Novianti. dkk. 2017. Analisis Penerapan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam
Upaya Meningkatkan Pembangunan Desa(Studi Kasus Pada Desa Suwaan
Kecamatan Kabupaten Minahasa Utara). Universitas Sam Ratulangi. Journal
Riset Akuntansi, Volume 12, Nomor 1, 2017.

33
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alafabeta
Sujarweni,V,. Wiratna. 2015. Akuntansi Desa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.

Undang-undang Nomor T tahun 2014 tentang Desa

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah dan Pemerintah Daerah

34

Anda mungkin juga menyukai