Anda di halaman 1dari 75

STUDI ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK

BATUAN ULTRABASA
DI AREA PASCA PENAMBANGAN NIKEL
KECAMATAN MOTUI KABUPATEN KONAWE UTARA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH:

NANA ANGGARA DITA


R1A115038

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
NOVEMBER 2019
Halaman Persetujuan

Skripsi

Studi Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa Di Area Pasca


Penambangan Nikel Di Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara

Diajukan oleh:

Nana Anggara Dita

R1A115038

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Jahidin, S.Si., M.Si. Suryawan Asfar, ST., M.,Si.


NIP. 19810724 200604 1 001 NIP. 19840106 200902 1 006

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Geofisika

Erzam S.Hasan, S.Si., M.Si.


NIP. 19700311 199802 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Studi Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa Di Area Pasca

Penambangan Nikel Di Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara”

Dalam skripsi ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih yang tulus kepada Bapak Jahidin, S.Si., M.Si selaku Pembimbing I dan

Bapak Suryawan Asfar, S.T., M.Si selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberi arahan dan bimbingan

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

membantu penulis, terutama kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo, selaku pimpinan Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.

3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Ilmu dan

Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.

4. Tim penguji yang selalu menyempatkan waktunya hadir untuk menguji dan

memberi banyak masukkan pada penulisan ini.

5. Bapak dan Ibu dosen FITK, Terimakasih atas ilmu yang di berikan selama

menempuh pendidikan di bangku kuliah.

iii
iv

6. Kepada kakak-adikku tercinta, Rinaldy Adiyatama dan Teja Dama Putra.

Terimakasih atas segala dukungan materi, doa, maupun moril yang diberikan

“kalian hidupku”.

7. Ponakan-ponakan tersayang, Elvin Granqvist dan Zenia Arsya Kayla.

Terimakasih atas doa-doanya.

8. Kepada Kakak Ramlia, S.Si,. M.Si dan Kakak Popi Susan Lasila, S.T atas

ilmu, waktu dan tenaga yang di berikan untuk membimbing kami dalam

segala hal untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

9. Kepada teman-teman tim suseptibilitas magnetik (Desti, Fadli, Dian, Ilma,

Ulfa, Jun, Sapril). Terimakasih banyak atas bantuan pada saat pengambilan

sampel, pengolahan sampel, penyusunan hasil sampai skripsi.

10. Saudara-Saudara seperjuangan ST Teknik Geofisika 2015, Desti Natalia

Rubak Rerung, Andi Aryati Putri Wardana, Muhammad Fadli Falluran,

Yuliana, Dian Ekawaty, Ilma Septya Ningsih, Wa Ode Ulfa Intan Safitri,

Muhammad Darussalam, Harun Andrianto Fadli, Fairus Mubakri, La Ode

Arafik, Tri Rusmin Juniarto, Alfira Nurul Fatin, Idhwar Zikir Ramadhan dan

saudara-saudara lain yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu,

terimakasih banyak atas bantuannya dalam menyusun skripsi, salam

KEKUATAN 5*5 “Bersatu Dalam Kebersamaan, Kebersamaan Untuk Satu”

dari penulis.

11. Teman-teman mahasiswa Teknik Geologi Terimakasih atas bantuannya.

12. Teman-teman mahasiswa S1 Teknik Mesin 2016 terimakasih atas bantuannya.


v

13. Teman-Teman KKN Desa Tinabite, Nadia, Reni, Wandi, Rahmin, Arfan dan

yang lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu oleh penulis.

14. Para alumni dan senior Teknik Geofisika UHO.

15. Sahabat-sahabat tercinta (Azizah Djohan, Anita Rahayu, Desta Rapanca dan

Fitry Ledyani). Terimakasih atas bantuan dan motivasinya dalam penyusunan

skripsi.

16. Dan teristimewa rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis

berikan kepada Ibu Nurbaiti dan Ayah Bustamin atas kasih sayang,

motivasi, doa, dan dukungan yang diberikan untuk anak bungsunya, baik

materi, harapan, dan doa sehingga anakmu dapat menyelesaikan hasil

penelitian ini. Dan juga teristimewa untuk seluruh keluarga besar yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu (Love You All).

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun dari semua pihak penulis sangat harapkan demi

kesempurnaan tulisan ini. Atas segala bantuan yang diberikan, semoga Allah

senantiasa memberikan pahala yang berlipat ganda. Aamiin

Demikian pengantar ini, akhir kata, Waullahu Muafiq Ila Aqwamith

Thariq Wassalamu‘alaikumWarahmatullahi Wabarakatu.

Kendari, Desember 2019

Penulis
STUDI ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN
ULTRABASA
DI AREA PASCA PENAMBANGAN NIKEL
KECAMATAN MOTUI KABUPATEN KONAWE UTARA

NANA ANGGARA DITA


R1A115038

Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,


Universitas Halu Oleo
nanaanggaraditanana@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan pengukuran dan analisa metode Anisotropi Suseptibilitas


Magnetik pada batuan ultrabasa di area pasca penambangan nikel pada wilayah
Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Contoh
batuan diambil dari 6 site dalam bentuk sampel setangan (hand sample) dan
selanjutnya dibuat menjadi 95 spesimen. Anisotropi suseptibilitas magnetik
diukur menggunakan MS2B Bartington Suspetibility Meter. Nilai suseptibilitas
magnetik rata-rata pada masing-masing site berkisar antara 45,84 x 10-5 sampai
144,3 x 10-5 (SI) dengan derajat anisotropi yang bervariasi antara 4,96% – 6,85%.
%, sampel batuan dengan derajat anisotropi <10% sangat baik untuk sampel
paleomagnetik. Berdasarkan hasil analisis memperlihatkan pola anisotropi
suseptibilitas magnetik, proses pembentukan batuan ultrabasa sampel BKA1
sampai sampel BKA6 merupakan kelompok batuan terobosan intrusi, dyke, atau
sill yang mekanisme lelehan magma berarah vertikal.

Kata Kunci: Anisotropi, Suseptibiltas Magnetik, Paleomagnetik, Ultrabasa.

vi
ANISOTROPY STUDY OF SUSEPTIBILITY OF MAGNETIC ROCK
ULTRAMAFIC
IN THE POST-MINING NICKEL AREA
IN MOTUI DISTRICT, REGENCY OF NORTH KONAWE

NANA ANGGARA DITA


R1A115038

Geophysic Engineering, Faculty of Earth Sciences and Technology,


Halu Oleo University, Kendari
nanaanggaraditanana@gmail.com

ABSTRACT

Measurement and analysis of Magnetic Susceptibility Anisotropy has been carried


out on ultramafic rocks in the post-nickel mining area in the Motui District of
North Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. Rock samples were taken
from 6 sites in the form of hand samples and were then made into 95 specimens.
Magnetic susceptibility anisotropy was measured using Bartington Suspetibility
Meter MS2B. The average magnetic susceptibility value at each site ranged from
45.84 x 10-5 to 144.3 x 10-5 (SI) with varying degrees of anisotropy between
4.96% - 6.85%. %, rock samples with anisotropy degree <10% are very good for
paleomagnetic samples. Based on the results of the analysis shows the magnetic
susceptibility anisotropy pattern, the process of ultramafic rock formation from
BKA1 samples to BKA6 samples is a breakthrough intrusion, dyke, or sill rock
group with a vertical directed melt magma mechanism.

Keywords: Anisotropy, Magnetic Suseptibiltas, Paleomagnetics, Ultramafic.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5

II TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Regional 6
B. Batuan Ultrabasa 8
C. Kondisi Pasca Penambangan Kabupaten Konawe Utara 11
D. Sifat Kemagnetan Bahan 12
E. Nikel Laterit 13
F. Anisotropi pada Batuan 17
G. Anisotropi Suseptibilitas Magnetik 18
H. Parameter Anisotropi 20

III METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu Dan Tempat Penelitian 26
B. Jenis Penelitian 26
C. Alat dan Bahan 27
D. Prosedur Penelitian 29
E. Diagram Alir Penelitian 32

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Sampel BKA1 35
B. Sampel BKA2 37
C. Sampel BKA3 39
D. Sampel BKA4 41
E. Sampel BKA5 43
F. Sampel BKA6 45

viii
V. PENUTUP
A. Kesimpulan 49
B. Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Alat dan Bahan Penelitian yang Digunakan 27
Tabel 2 Lokasi Pengambilan Sampel Batuan 34

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Peta Geologi Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi 6
Gambar 2 (a) MS2 , (b) MS2B Dual Sensor 2
1
Gambar 3 Sembilan Arah Pengukuran Anisotropi 2
3
Gambar 4 Peta Titik Pengambilan Sampel 2
6
Gambar 5 Diagram Alir Penelitian 3
3
Gambar 6 Flinn-type plot dari sampel BKA1 3
6
Gambar 7 AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams 3
dari sampel BKA1 6
Gambar 8 Flinn-type plot dari sampel BKA2 3
8
Gambar 9 AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams 3
dari sampel BKA2 8
Gambar 10 Flinn-type plot dari sampel BKA3 4
0
Gambar 11 .AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams 4
dari sampel BKA3 0
Gambar 12 Flinn-type plot dari sampel BKA4 4
2
Gambar 13 AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams 4
dari sampel BKA4 2
Gambar 14 Flinn-type plot dari sampel BKA5 4
4
Gambar 15 AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams 4
dari sampel BKA5 4
Gambar 16 Flinn-type plot dari sampel BKA6 4
6
Gambar 17 AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams 4
dari sampel BKA6 6

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian 53
Lampiran 2 Pengolahan data Menggunakan Software Matlab 56
Lampiran 3 Hasil Pengukuran Anisotropi Suseptibilitas Magnetik 58

xii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya terletak pada pertemuan tiga

lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia di Utara, lempeng Indo-Australia yang

menunjam lempeng Eurasia dari Selatan, dan lempeng Pasifik yang menunjam

lempeng Eurasia dari arah Timur. Oleh karenanya pulau ini secara geologi

mempunyai kompleksitas tinggi, sehingga banyak menarik perhatian para ahli

kebumian untuk menelitinya. Kompleksitas tektonik yang di alami Pulau Sulawesi

menjadikannya pulau yang memiliki bentuk “K” yang khas, mengakibatkan Pulau

Sulawesi mempunyai struktur geologi dan stratigrafi yang rumit, serta komposisi

batuan yang beragam. Salah satu proses geologi yang terjadi dijumpai batuan

intrusi yang sangat luas (Surono, 2013).

Berdasarkan kondisi geologi, tatanan stratigrafi Sulawesi Tenggara terdiri

dari fragmen benua, kompleks ofiolit dan molasa Sulawesi. Kompleks Ofiolit di

Lengan Tenggara Sulawesi merupakan bagian dari lajur ofiolit Sulawesi Timur.

Batuan pembentuk lajur ini di dominasi oleh batuan ultrabasa dan basa/mafik serta

sedimen pelagik. Batuan ultrabasa terdiri atas harzburgit, dunit, werlit, lerzolit,

websterit, serpentinit dan piroksin. Sementara batuan basa/mafik terdiri atas

gabro, basalt, dolerit, mikrogabro dan amfobolit. Sedimen pelagiknya tersusun

oleh batugamping laut dalam dan rijang radiolarian (Apriajum, 2016).

1
2

Pemahaman mengenai pola sifat magnetik dan kandungan unsur mineral-

mineral dalam endapan tanah merupakan informasi yang sangat penting karena di

duga berkaitan dengan proses pelapukan batuan induk dan proses

pembentukannya. Proses pembentukan tanah terbagi menjadi beberapa zona

dengan ketebalan dan kandungan unsur mineral yang bervariasi (Jiles, 1996).

Sifat anisotropi magnetik pada batuan diakibatkan oleh anisotropi partikel-

partikel magnetik individual dan derajat pengarahan partikel-partikel tersebut

(Bijaksana, 1991). Dari segi struktur materi penyusun batuan terdapat dua jenis

penyebab anisotropi suseptibilitas magnetik yaitu karena bentuk butir yang tidak

bulat (non-spherical) dinamakan anisotropi bentuk (shapeanisotropy) dan akibat

struktur Kristal dinamakan anisotropi magnetokristal (magnetocrystallin

anisotropy) ((Tarling dan Hrouda, 1993). Anisotropi bentuk hanya disebabkan

oleh mineral-mineral magnetik yang memiliki suseptibilitas tinggi seperti

magnetite (Fe3O4). Mineral magnetik yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik

rendah seperti hematite, anisotropi di akibatkan oleh anisotropi magnetokristal

(Ngakoimani dan Makawarru, 2009).

Studi anisotropi suseptibilitas magnetik adalah kajian tentang perbedaan

nilai suseptibilitas magnetik pada suatu bahan berdasarkan arah pengukurannya

dengan memanfaatkan sifat magnetik. Studi anisotropi suseptibilitas magnetik

pada dasarnya adalah menentukan arah-arah sumbu utama suseptibilitas magnetik,

yaitu maksimum, menengah dan minimum yang tegak lurus satu sama lain dari

suatu contoh batuan terorientasi (E. Maryati, 2010).


3

Anisotropi suseptibilitas magnetik telah banyak digunakan oleh beberapa

peneliti untuk meneliti batuan beku diantaranya menentukan pola aliran lava

purba, orientasi pembentukan mineral magnetik pada intrusi Granit (Tarling dan

Hrouda, 1993), mengintegrasikannya dengan studi paleomagnetik terhadap batuan

Granitik berumur tersier untuk kajian tektonik (Zananiri, 2004), arah aliran lava

purba batuan beku (Sandra, 2004), anisotropi suseptibilitas magnetik batuan

ultrabasa dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara (Ngkoimani dan Makawarru,

2009). Kelebihan dari anisotropi suseptibilitas magnetik adalah pengukurannya

relatif cepat, sederhana serta tidak bersifat merusak sampel yang diukur (Dearing,

1997).

Batuan ultrabasa adalah batuan beku yang kaya akan besi, magnesium,

aluminium dan logam-logam berat. Batuan ultrabasa memiliki beberapa mineral

magnetik yang terkandung didalamnya. Mineral magnetik tersebut dapat diketahui

berdasarkan nilai suseptibilitas magnetiknya.

Daerah Kabupaten Konawe Utara Kecamatan Motui berada pada peta

geologi Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi Tenggara ditemukan singkapan

batuan ultrabasa yang menjadi batuan induk endapan nikel laterit yang umumnya

terdiri dari jenis harzburgit, dunit, dan jenis peridotit yang lain. Proses observasi

awal yang panjang memberikan peluang untuk di peroleh data-data dan informasi

yang lebih banyak tentang daerah Kabupaten Konawe Utara Kecamatan Motui,

salah satu data yang dibutuhkan dan sangat penting dalam proses penelitian ini

adalah data anisotropi suseptibilitas magnetik, bagaimana ganesa terbentuknya

batuan ultrabasa di area pasca penambangan nikel sehingga daerah penelitian


4

memiliki potensi pertambangan yang cukup banyak salah satunya nikel laterit

yang sudah lama dikelola yang telah masuk pada tahap eksploitasi.

Berdasarkan dari uraian diatas, hal ini yang melatar belakangi penulis

untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Anisotropi Suseptibilitas

Magnetik Batuan Ultrabasa Di Area Pasca Penambangan Nikel Di

Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana ganesa terbentuknya batuan ultrabasa di area pasca penambangan nikel

daerah Motui Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan

anisotropi suseptibilitas magnetik.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

mengetahui ganesa terbentuknya batuan ultrabasa di area pasca penambangan

nikel daerah Motui Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara

berdasarkan anisotropi suseptibilitas magnetik.


5

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Mengembangkan implementasi ilmu geofisika khususnya dalam metode

anisotropi suseptibilitas magnetik.

B. Sebagai sumber pustaka untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan

dengan penelitian ini.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Geologi Regional Daerah Kabupaten Konawe Utara

1. Geomorfologi

Gambar 1. Peta Geologi Lembar Lasusua - Kendari, Sulawesi (Simandjuntak,


dkk., 1993)

Menurut (Rusmana, 1993), secara regional daerah penelitian termasuk

dalam lembar peta Lasusua-Kendari yang terletak pada lengan tenggara Pulau

Sulawesi. Morfologi lembar Lasusua - Kendari dapat dibedakan menjadi empat

satuan morfologi, yaitu:

a. Morfologi pegunungan; pegunungan menempati bagian tengah dan barat.

b. Morfologi perbukitan; perbukitan terdapat pada bagian barat dan timur.

Satuan perbukitan umumnya tersusun oleh batuan sedimen dengan ketinggian

berkisar 75 - 750 m di atas permukaan laut puncak yang terdapat pada satuan

perbukitan adalah Gunung Meluhu (517 m).

6
7

c. Morfologi kars; morfologi kars terdapat di Pegunungan Matarombeo dan di

bagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengki.

d. Morfologi dataran rendah; dataran rendah meliputi daerah-daerah sekitar

Teluk Kendari.

2. Struktur

Struktur geologi yang dijumpai pada peta geologi Lembar Lasusua -

Kendari adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusannya relatif berarah

barat laut - tenggara searah dengan Lawanopo dan Sesar Konaweha. Kedua sesar

tersebut berupa sesar geser mengiri yang diduga masih aktif hingga sekarang.

Sesar tersebut ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali pada Kala

Oligosen (Simandjuntak, 1993). Sesar naik ditemukan di Daerah Wawo sebelah

barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala sebelah selatan Sesar Lawanopo

yaitu beranjaknya batuan ofiolit ke atas batuan malihan Mekongga, Formasi

Meluhu dan Formasi Matano. Jenis sesar lain yang dijumpai adalah sesar

bongkah. Sesar Lawanopo berarah barat laut - tenggara, membagi Lembar

Lasusua - Kendari menjadi dua bagian. Sebelah timurlaut sesar disebut Lajur

Hialu, dicirikan dengan batuan asal kerak samudera dan sebelah baratdaya sesar

disebut Lajur Tinondo, dicirikan dengan batuan asal paparan benua. Pada Kala

Miosen Tengah, Lajur Hialu terdorong oleh benua kecil Banggai - Sula yang

bergerak ke arah barat, yang menyebabkan tersesarkannya Lajur Hialu di atas

Lajur Tinondo, yang kemudian diikuti oleh sesar bongkah. Jenis lipatan berupa

lipatan antiklin. Pada daerah setempat juga di jumpai lipatan rebah dan lipatan
8

sinklin. Kekar terdapat pada semua jenis batuan. Pada batugamping, kekar ini

tampak teratur membentuk kelurusan. Kekar pada batuan beku umumnya

menunjukkan arah tak beraturan. Pada Kala Miosen Akhir sampai Pliosen

pengangkatan kembali berlangsung, dimana pada pantai timur dan tenggara

lembar dicirikan dengan undak-undak pantai dan sungai serta pertumbuhan koral

(Rusmana, 1993).

3. Stratigrafi Daerah Penelitian

Berdasarkan peta geologi (Simandjuntak, 1993) formasi batuan penyusun

lembar Lasusua-Kendari (Rusmana, 1993) maka pada daerah penelitian berada

pada forrmasi Alluvium (Qa). Alluvium (Qa) merupakan satuan yang tersusun

oleh jenis batuan kerikil, kerakal, pasir, lempung dan lumpur. Satuan ini berasal

dari endapan sungai, rawa dan pantai sebagai endapan permukaan. Sebarannya

terdapat di daerah dataran sekitar muara sungai besar dan pantai. Umur satuan

aluvium ini diperkirakan Holosen.

B. Batuan Beku Ultrabasa

1. Pengertian Batuan Ultrabasa

Berdasarkan komposisi kimianya salah satu kelompok batuan beku adalah

batuan ultrabasa. Batuan ultrabasa adalah batuan beku yang kandungan silikannya

(<45%) tetapi kaya akan besi, magnesium, aluminium dan logam-logam berat.

Batuan ini merupakan batuan beku yang berasal dari magma basaltik yang

terbentuk pada suhu sekitar 1200oC (Gill, 2010).


9

2. Petrologi dan Mineralogi Batuan Ultrabasa

Batuan ultrabasa yang paling segar tersusun mineral hydrous seperti

hornblend terbentuk pada batuan ultrabasa, itu dapat mengindikasikan hadirnya

air selama proses kristalisasi. Batuan ultrabasa yang berasal dari manapun

cenderung akan mengalami alterasi hidrotermal. Beberapa mineral dominan yang

hadir dalam batuan ultrabasa adalah sebagai berikut: olivin, orthopiroksen,

klinipiroksen, spinel, garnet dan plagioklas (Gill, 2010).

3.  Serpentinisasi

Serpentinisasi adalah suatu reaksi eksotermis dan hidrasi dimana air

bereaksi dengan mineral mafik seperti olivin dan piroksen untuk menghasilkan

lizardit, antigorit dan krisotil. Ada beberapa hal terjadinya proses serpentinisasi

adalah adanya penambahan air, adanya penambahan silika, adanya pelepasan besi

dalam olivin (Fe, Mg), konversi besi yang lepas dari ikatan ferro (Fe 2+) menjadi

ferri (Fe3+) untuk membentuk magnetit berbutir halus. Akibatnya batuan

terserpentinisasi umumnya akan menjadi lebih magnetik. Peran atau kemunculan

mineral serpentin pada batuan dasar penghasil laterit terkadang memberikan

dampak yang sangat signifikan terhadap karakteritisasi tanah laterit yang ada

(Ahmad, 2006). Secara umum batuan dasar penghasil tanah laterit merupakan

batuan-batuan ultrabasa dimana batuan yang rendah akan unsur Si, namun tinggi

akan unsur Fe, Mg dan terdapat unsur Ni yang berasal langsung dari mantel bumi.

Kehadiran mineral serpentin pada batuan ultrabasa menjadi suatu peranan penting

dalam pembentukan karakteristik tanah laterit yang ada terutama pada pengkayaan
10

unsur logam Ni pada tanah laterit. Proses serpentinisasi akan menyebabkan

perubahan tekstur mineralogi dan senyawa pada mineral olivin maupun piroksen

pengurangan atau perubahan komposisi unsur Mg, Ni dan Fe pada mineralnya.

Genesa endapan nikel laterit menurut (Hasrari Kamaruddin, dkk, 2018) adalah

produk sisa dari pelapukan kimia batuan di permukaan bumi, dimana berbagai

mineral asli atau primer mengalami ketidakstabilan karena adanya air, kemudian

larut atau pecah dan membentuk mineral baru yang lebih stabil. Laterit penting

sebagai batuan induk untuk endapan bijih ekonomi. Proses terbentuknya nikel

laterit dimulai adanya pelapukan yang intensif pada batuan peridotit atau batuan

induk. Batuan induk akan terjadi perubahan menjadi serpentinit akibat adanya

larutan hidrotermal pada waktu pembekuan magma atau proses serpentinisasi.

Kemudian terjadi pelapukan (kimia dan fisika) menyebabkan terjadi dekomposisi

pada batuan induk. Adapun sebagian unsur Ca, Mg, dan Si akan mengalami

dekomposisi dan beberapa terkayakan secara supergen (Ni, M, Co, Zn) atau

terkayakan secara relatif (Fe, Cr, Al, Ti, S, dan Cu). Air resapan yang

mengandung CO2 yang berasal dari udara meresap sampai ke permukaan tanah

melindi mineral primer seperti olivin, serpentin dan piroksen. Air meresap secara

perlahan sampai batas antara zona limonite dan zona saprolite kemudian mengalir

secara lateral lalu lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan secara

horizontal. Untuk bahan-bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan tinggal

pada tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama larutan sebagai larutan

koloid. Batuan-batuan seperti Fe, Ni, dan Co akan membentuk konsentrasi


11

residual dan konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona saprolite serta

berwarna coklat kuning kemerahan.

C. Kondisi Pasca Penambangan di Kabupaten Konawe Utara

Secara administratif, luas daerah Kabupaten Konawe Utara yaitu 500.339

Ha atau 13,38 % dari luas wilayah Sulawesi Tenggara dan memiliki potensi

pertambangan yang cukup banyak salah satunya nikel yang sudah lama dikelola

yang telah masuk pada tahap eksploitasi. Penambangan dilakukan setelah

selesainya proses eksplorasi yang menyimpulkan bahwa suatu daerah memiliki

deposit bahan tambang yang layak untuk ditambang atau dilakukan eksploitasi.

Secara umum, proses eksploitasi terdiri dari persiapan, pelaksanaan eksploitasi

dan pasca penambangan (reklamasi). Eksploitasi inipun harus tetap

memperhatikan alam dan lingkungan. Eksploitasi adalah pengambilan bahan

tambang yang biasanya dilakukan dengan menggali ke dalam tanah. Dalam

melakukan eksploitasi sangat penting memperhatikan alam dan lingkungan jangan

sampai eksploitasi merusak dan merubah ekosistem secara drastis. Eksploitasi

harus dilakukan dengan sistem yang terkendali dan canggih sesuai dengan

perkembangan teknik pertambangan yang modern di dunia sehingga dapat

meminimalisir dampak negatif ataupun potensi kerusakan alam dan lingkungan

yang memberikan kerugian besar. Pasca penambangan adalah usaha memulihkan

kembali lahan bekas tambang, kegiatan ini disebut dengan reklamasi atau

penataan lingkungan. Reklamasi merupakan hal yang sangat penting yang harus

dilakukan perusahaan tambang (BPS, 2013).


12

D. Sifat Kemagnetan Bahan

Sifat kemagnetan pada suatu bahan bersumber dari pergerakan elektron

dari atom. Terdapat dua jenis pergerakan elektron yaitu gerak orbital disekitar inti

atom dan gerak spin disekitar sumbunya. Masing-masing jenis pergerakan

tersebut mempunyai momen magnetik. Momen magnetik suatu atom merupakan

penjumlahan secara vektor dari momen magnetik semua elektron dalam atom

tersebut. Jika momen magnetik dari elektron-elektron tersebut berorientasi

sehingga momen magnetiknya saling menghilangkan, maka atom tersebut secara

keseluruhan tidak memiliki momen magnetik. Sementara itu, jika keadaan saling

menghilangkan momen magnetik tersebut hanya sebagian, maka atom tersebut

mempunyai momen magnetik. Kondisi tersebut memunculkan sifat magnetik

yang berbeda pada suatu bahan. Sifat-sifat magnetik tersebut yaitu:

1. Diamagnetik

Diamagnetik merupakan mineral alam yang tidak mempunyai momen

magnetik sehingga kemagnetannya sangat lemah. Atom-atom bahan diamagnetik

mempunyai kulit elektron terisi penuh. Setiap elektron berpasangan dan

mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap pasangan sehingga tidak

mempunyai momen magnet. Jika ada medan magnet dari luar yang menginduksi

bahan itu, maka elektron tersebut akan berputar dan menghasilkan medan magnet

lemah yang melawan medan penginduksinya seperti yang disebutkan dalam

Hukum Lenz.
13

2. Paramagnetik

Paramagnetik terdapat dalam suatu bahan yang memiliki kulit elektron

terluar yang belum penuh yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan,

sehingga jika terdapat medan luar, spin tersebut akan berputar dan menghasilkan

medan magnet yang mengarah searah medan magnet luar.

3. Ferromagnetik

Pada bahan ferromagnetik terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi

oleh satu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar. Nilai suseptibilitas

bahan ferromagnetik sangat besar, berbeda dengan nilai suseptibilitas pada bahan

diamagnetik dan paramagnetik. Oleh karena itu, ferromagnetik dicirikan dengan

bahan yang memiliki nilai suseptibilitas tinggi. Tidak seperti bahan diamagnetik

dan paramagnetik, bahan ferromagnetik tidak memiliki nilai suseptibilitas yang

konstan tetapi besar nilai suseptibilitasnya bervariasi sesuai dengan medan magnet

yang mempengaruhinya (Telford, 1990).

E. Nikel Laterit

Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later yang artinya bata (membentuk

bongkah – bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata). Hal ini

dikarenakan tanah laterit tersusun oleh fragmen–fragmen batuan yang

mengambang diantara matriks, seperti bata diantara semen namun ada juga yang

mengartikan nikel laterit sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan

secara ekonomis dapat di tambang.


14

Batuan induk dari endapan nikel laterit adalah batuan ultrabasa dengan

kandungan mineral ferromagnesian (olivin, piroksin dan amphibol) dalam jumlah

besar yang berasosiasi dengan struktur geologi yang terbentuk pada masa

Precambrian hingga Tersier (Ahmad, 2006). Batuan-batuan sejenis peridotit

antara lain:

1. Dunite, yang mengandung olivin lebih dari 90% dan piroksen sekitar 5%.

2. High Serpentinized, yang mengandung olivin 85% dan piroksen 15%.

3. Low Serpentinized, yang mengandung olivin 65% dan piroksen 35%.

4. Serpentinite, merupakan hasil perubahan dari batuan peridotit oleh proses

serpentinisasi akibat hidrothermal.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan nikel laterit

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit

adalah:

a. Batuan asal

Terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan

ultrabasa. Dalam hal ini pada batuan ultrabasa tersebut terdapat elemen Ni

yang paling banyak diantara batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral yang

paling mudah lapuk atau tidak stabil seperti olivin dan piroksin mempunyai

komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan

pengendapan yang baik untuk nikel.


15

b. Suhu atau temperatur yang tinggi

Suhu dan temperatur yang tinggi mempercepat proses pelapukan kimia yang

merupakan kondisi yang sangat idela dalam pengembangan laterit.

c. Iklim

Pergantian musim kemarau dan musim penghujan dapat menimbulkan

perbedaan temperatur yang membantu terjadinya pelapukan mekanis dimana

akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses

atau reaksi kimia pada batuan.

d. Struktur

Struktur yang paling berperan adalah struktur kekar (joint) dibandingkan

terhadap struktur patahannya. Dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan

lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih

intensif.

e. Topografi

Daerah yang mempunyai topografi landai maka air akan bergerak perlahan-

lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi

lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.

f. Waktu

Waktu yang lama akan mengakibatkan pelapukan intensif karena akan

mengakumulasi unsur nikel.


16

2. Profil endapan nikel laterit

Sedangkan profil nikel laterit pada umumnya dibagi menjadi:

a. Tanah penutup atau top soil (biasanya disebut “Iron Capping”) tanah residu

berwarna merah tua yang merupakan hasil oksidasi yang terdiri dari masa

hematite, geothite serta limonite. Kadar besi yang terkandung sangat tinggi

dengan kelimpahan unsur Ni yang sangat rendah.

b. Zona limonite berwarna merah coklat atau kuning, berukuran butir halus

hingga lempungan, lapisan kaya besi dari limonite soil yang menyelimuti

seluruh area.

c. Zona lapisan antara atau “Silica Boxwork” zona ini jarang terdapat pada batuan

dasar (bedrock) yang serpentinisasi mengisi sepanjang rekahan dan sebagian

menggantikan zona terluar fragmen peridotit, sebagian mengawetkan struktur

dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal dan magnesit.

d. Zona saprolite merupakan campuran dari sisa–sisa batuan, bersifat pasiran dan

pada beberapa kasus terdapat silika, bentukan dari suatu zona transisi dari

limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan,

mineral-mineral primer yang terlapukan. Struktur dan tekstur batuan asal

masih terlihat.

e. Batuan dasar (bedrock) tersusun atas bongkahan atau blok dari batuan induk

yang secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadarnya

sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Bagian ini merupakan

bagian terbawah dari profil laterit (Ahmad, 2016).


17

F. Anisotropi pada Batuan

Suatu bahan (batuan) dikatakan isotropik jika sifat-sifat bahan (batuan)

tidak bergantung pada arahnya. Bahan seperti ini sangat sedikit terdapat di alam.

Sementara itu, bahan dikatakan anisotropi secara magnetik apabila sifat-sifat

magnetiknya bergantung pada arah atau orientasi medan yang

mempengaruhinya. Anisotropi magnetik biasanya ditunjukkan sebagai

suseptibilitas magnetik, magnetisasi remanen atau energi magnetisasi pada

saturasi. Untuk bahan seperti ini, nilai suseptibilitas akan bergantung pada arah

medan magnetik yang diberikan. Pemberian medan magnetik pada arah yang

berbeda akan memberikan nilai suseptibilitas yang berbeda. Secara fundamental,

sifat anisotropi disebabkan oleh anisotropi bentuk (shape anisotropy) dan

anisotropi dalam struktur kristal (magnetocrystallin anisotropy). Pada batuan sifat

anisotropi suseptibilitas magnetik diakibatkan oleh adanya mineral-mineral yang

bersifat ferromagnetik. Secara kuantitatif jumlah mineral ferromagnetik pada

batuan sangat kecil (<0.1% dari massa total), namun sifat magnetik begitu

menonjol sehingga mendominasi magnetisasi batuan. Adanya sifat magnetik pada

batuan, maka dapat diukur nilai suseptibilitas magnetiknya. Sifat anisotropi

magnetik pada batuan tidak saja bergantung pada derajat anisotropi dari masing-

masing bulir mineral ferromagnetik. Misalnya batuan yang memiliki bulir-bulir

yang sangat anisotropik tetapi tidak terorientasi dengan baik akan memiliki derajat

anisotropi yang sama dengan batuan lain yang memiliki bulir-bulir yang tidak

begitu anisotropik tetapi sangat terorientasi. Lebih jauh lagi, ukuran bulir mineral

ferromagnetik juga dapat mempengaruhi anisotropi magnetik batuan.


18

Pada batuan masalah anisotropi magnetik dapat menjadi lebih rumit jika

masalah interaksi antara bulir-bulir mineral ferromagnetik juga diperhitungkan.

Sebagai contoh untaian dari bulir-bulir mineral magnetik berbentuk bola yang

saling terpisah tidak akan menghasilkan anisotropi magnetik. Namun jika jarak

antara bulir diperkecil (meskipun tidak harus saling menempel), bulir-bulir

tersebut akan saling berinteraksi sehingga menghasilkan pengarahan magnetik

(magnetic allignment) sebagai bentuk dari anisotropi magnetik.

Hal-hal diatas harus diperhitungkan dalam penafsiran data anisotropi

magnetik. Dalam banyak kasus aspek-aspek mineralogi (jenis mineral, fasa) dan

granulometri (bentuk dan ukuran bulir) dari mineral-mineral ferromagnetik pada

batuan harus diketahui dengan baik sebelum melakukan penafsiran terhadap data

anisotropi magnetik. Selain dipengaruhi mineral-mineral ferromagnetik yang

terkandung di dalamnya, anisotropi magnetik pada batuan juga sangat dipengaruhi

oleh proses pembentukan batuan tersebut (Satria Bijaksana, 2004).

G. Anisotropi Suseptibilitas Magnetik

AMS adalah kajian tentang perbedaan nilai suseptibilitas magnetik

pada suatu bahan berdasarkan arah pengukurannya dengan memanfaatkan sifat

magnetik dan suatu cara pengukuran anisotropi magnetik batuan dengan

menggunakan medan searah yang kecil. Besar anisotropi suseptibilitas magnetik

suatu sampel batuan dinyatakan sebagai perbandingan antara suseptibilitas

maksimum dengan suseptibilitas minimumnya.

Di dalam batuan, AMS dikontrol oleh mineral yang bersifat

ferromagnetik, paramagnetik dan diamagnetik. Batuan dengan nilai suseptibilitas


19

diatas 5 x 10-3 (SI), sifat paramagnetik dan diamagnetiknya diabaikan karena AMS

secara efektif hanya dikontrol oleh sifat ferromagnetik saja. Untuk batuan dengan

nilai suseptibilitas dibawah 5 x 10-4 (SI) kandungan mineral yang bersifat

ferromagnetik rendah, sehingga AMS secara efektif dikontrol oleh mineral yang

bersifat paramagnetik dan mineral yang bersifat diamagnetik dapat di abaikan.

Batuan dengan rentang nilai suseptibilitas antara 5 x 10-4 (SI) dan 5 x 10-3 (SI),

AMS secara umum dikontrol oleh mineral yang bersifat feromagnetik dan

paramagnetik. Anisotropi suseptibilitas magnetik merupakan suatu studi yang

penting, karena mempunyai cakupan aplikasi yang luas. Aplikasi (AMS)

anisotropi suseptibilitas magnetik di antaranya adalah proses pembentukan batuan

beku, sedimentologi dan geologi struktur. AMS dari pembentukan batuan beku

dapat dikembangkan lebih jauh untuk memprediksi aliran lava dan aliran batuan

vulkanik (Tarling dan Hraouda, 1983).

Visualisasi karakteristik anisotropi digambarkan dalam ellipsoida triaxial,

yang memiliki sumbu-sumbu utama: suseptibilitas maksimum (κ1), suseptibilitas

intermediat (κ2) dan suseptibilitas minimum (κ3) dalam representasi koordinat

kartesian. Dimana jika κ1 = κ2 = κ3, maka ellipsoida berbentuk sferis; jika κ1 ≈ κ2

dan κ2 ≈ κ3 , maka ellipsoida berbentuk pipih dan jika κ1 > κ2 dan κ2 ≈ κ3 maka

ellipsoida akan berbentuk lonjong (prolate), petunjuk mengenai adanya penjajaran

bulir-bulir magnetik diinterpretasikan oleh karakteristik ellipsoida suseptibilitas

magnetik. Penjajaran bulir-bulir magnetik umumnya terdapat pada mineral

ferromagnetik. Dimana penjajaran bulir-bulir magnetik yang terjadi pada

batuan dengan foliasi yang jelas, akan cenderung memiliki sumbu panjang yang
20

terotasi kearah bidang foliasi. Jika κ3 tegak lurus dengan foliasi, maka ellipsoida

suseptibilitas magnetik cenderung berbentuk pipih. Sebaliknya, sebuah batuan

dengan lineasi yang jelas akan memiliki suseptibilitas magnetik yang lonjong

dimana κ1 sejajar dengan arah lineasi (Tarling, 1993).

Jika suatu batuan dikenai medan magnetik (H), maka batuan tersebut akan

memperoleh magnetisasi (M) sebanding dengan medan magnetik yang

dialaminya. Parameter kesebandingan antara medan magnetik dan magnetisasi

yang diperoleh tersebut didefenisikan sebagai suseptibilitas magnetik (κ), jadi

magnetisasi (M) diberikan oleh persamaan di bawah ini (Ngakoimani, 2004).

M=κ H (1)

dimana:

M adalah momen dipol magnetik per satuan volume/magnetisasi (A/m)

κ adalah kerentanan magnetik (Magnetic Susceptibility), tidak berdimensi

H adalah intensitas medan magnetik (A/m)

H. Parameter Anisotropi

Dalam penelitian ini parameter anisotropi bertujuan untuk melihat sejauh

mana anisotropi suseptibilitas magnetik data penelitian yang diambil. Dalam

literatur, besarnya anisotropi magnetik pada bahan tersebut dinyatakan

dengan derajat anisotropi (κ1/κ3) atau persentase anisotropi [(κ1/κ3) - 1] x 100%.

Nilai presentase anisotropi magnetik pada batuan biasanya berkisar antara 1 s/d

10%.
21

Pengukuran AMS dilakukan dengan menggunakan alat Bartington

Magnetic Suseptibility Meter model MS2 yang dihubungkan dengan sensor MS2B

yang mempunyai diameter internal 36 mm. Alat ini menggunakan medan lemah

80 A/m dan frekuensi 470 Hz (Dearing, 1999). Ketika sampel ditempatkan

kedalam sensor, akan terjadi perubahan frekuensi yang kemudian dikonveksi

menjadi nilai suseptibilitas. Pengukuran dilakukan dengan memasukan sampel

kedalam sensor. Posisi sampel disesuaikan dengan arah pengukuran yang

diinginkan. Arah-arah pengukuran AMS pada dasarnya merujuk pada metode

yang digunakan (Bijaksana, 1991).

a b

Gambar 2. (a) MS2 , (b) MS2B Dual Sensor

Respon magnetik suatu bahan pada saat dikenakan medan magnet luar

dapat bergantung pada orientasi bahan tersebut (disebut sebagai anisotropi) dan

magnetisasinya dapat memiliki arah yang berbeda dengan medan magnet luar.

Dalam kasus tersebut suseptibilitas magnetik diekspresikan sebagai sebuah tensor.

Untuk bahan yang bersifat anisotropi, medan magnetik yang dikenakan pada satu
22

arah, misal arah x, akan menimbulkan magnetisasi tidak hanya pada arah x saja,

tetapi juga pada arah y dan z (Butler, 1992).

Parameter-perameter anisotropi suseptibilitas magnetik sebagai berikut:

Lineasi magnetik (L)

( κ maks )
L= (2)
( κ int )

Foliasi magnetik (F)

F = ¿¿ (3)

Derajat anisotropi P

(κ maks )
P= (4)
(κ min )

Faktor bentuk (T)

(2 η1−η 2−η3 )
T= (5)
(η 1−η3 )

Harga T berkisar antara -1 sampai dengan 1. Nilai T menentukan bentuk

suseptibilitas dengan keterangan sebagai berikut :

T = -1, bentuk ellip suseptibilitas lonjong rotational jika hanya lineasi yang

berkembang.

-1<T<0, bentuk ellip suseptibilitas lonjong yaitu jika lineasi yang dominan.

T = 0, bentuk ellip suseptibilitas netral yaitu jika lineasi dan foliasi

berkembang dengan derajat yang sama.

0<T<1, bentuk ellip suseptibilitas pepat yaitu jika foliasi yang dominan.
23

T = 1, bentuk ellip suseptibilitas pepat rotational yaitu jika hanya foliasi yang

berkembang.

Gambar 3. Sembilan arah pengukuran anisotropi suseptibilitas magnetik.

Berdasarkan arah – arah pengukuran AMS sebagaimana di tunjukkan pada

gambar 3, cosinus setiap arah dari pengukuran N, E dan D merupakan sumbu

referensi adalah sebagai berikut:


24

Dari persamaan, maka suseptibilitas pada 9 arah pengukuran dapat ditulis

sebagai berikut:

A1 = κ 11

A2 = 0.5 κ 11 + 0.5 κ 22 + κ 12

A3 = κ 22

A4 = 0.5 κ 11 + 0.5 κ 22 – κ 12

A5 = 0.5 κ 11 + 0.5 κ 33 + κ 31

A6 = 0.5 κ 22 +0.5 κ 33 + κ 23

A7 = 0.5 κ 11 + 0.5 κ 33 – κ 31

A8 = 0.5 κ 22 + 0.5 κ 33 – κ 23

A9 = κ 33

Persamaan ini dapat ditulis dalam matriks dengan nilai masing-masing

parameter A, θ, dan κ adalah sebagai berikut :

A1
1 0 0 0 0 0

|| | |
A2
0.5 0.5 0 0 0 1 κ11

‖‖
A3 0 1 0 0 0 0 κ22
A4 0 1 0 0 0 0 κ33
A = A5 , θ = 0.5 0.5 0 0 0 -1 , dan κ =
κ23
A6 0.5 0 0.5 0 1 0
0.5 0 0.5 -1 0 0 κ31
A7
0 0.5 0.5 -1 0 0 κ12
A8
0 0 1 0 0 0
A9
25

Selanjutnya untuk menyelesaikan sembilan persamaan dengan enam para

meter κ ij yang tidak diketahui digunakan metode ‘Least Square’. Pemecahan

matriks untuk mendapatkan sumbu-sumbu utama suseptibilitas digunakan

program khusus dalam bahasa matlab, setelah diperoleh sumbu-sumbu utama

suseptibilitas magnetik maksimum (κ 1), intermediet (κ 2) dan minimum (κ 3)

dimana κ 1 > κ 2 > κ 3, Dmax, Dint, Dmin, Imax, Iint, Imax, Imin. Maka selanjutnya dapat

dilakukan perhitungan parameter anisotropi, seperti derajat anisotropi (P =κ 1/

κ 3), lineasi (L= κ 1/ κ 2), foliasi (F= κ 2/ κ 3) dan faktor bentuk (T= ( ln F – ln

L )/( lnF + lnL )). Untuk memudahkan interpretasi derajat anisotropi, biasanya

digunakan persen derajat anistropi yang didefinisikan sebagai P% = (P-1) x

100%, jika P = 1, maka sampel bersifat isotropi, jika P semakin besar maka

sampel semakin anisotropi. Untuk faktor bentuk (T), jika nilainya positif

menunjukkan bahwa foliasi magnetik mendominasi dan jika negatif

menunjukkan bahwa lineasi magnetik mendominasi interpretasi T (Agarwal,

2010).
26
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak proposal penelitian disetujui. Pengambilan

sampel dilakukan di area pasca penambangan nikel Kecamatan Motui yang akan

diteliti di laboratorium Teknik Geofisika dan Teknik Pertambangan, Universitas

Halu Oleo. Batuan ultrabasa diambil di daerah Motui Kabupaten Konawe Utara.

Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Peta Titik Pengambilan Sampel

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dilapangan dan laboratorium.

26
27

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian yang digunakan


No Nama
Spesifikasi Kegunaan Gambar
. Alat/bahan
Bartington MS2
dilengkapi Untuk mengukur
Suseptibility
1. dengan sensor susptibilitas
Meter
MS2B, frekuensi sampel
rendah 465 Hz
Monitor, CPU,
Seperangkat Untuk
2. keybooard dan
Komputer pengolahan data
mouse
Untuk
Diameter dalam memperoleh core
Portable Rock
3. mata bornya 2,58 sampel
Drill
cm

Untuk alat
Gurinda Tile
4. Diameter 180 mm pemotong core
Cutter
sampel

Sebagai tempat
Kantong
5. - sampel
sampel

Untuk alat
6. ATK -
tambahan

Untuk mengambil
sampel dalam
7. Palu Geologi -
bentuk
bongkahan
No Nama Spesifikasi Kegunaan Gambar
28

. Alat/bahan

Untuk menahan
batu pada kotak
8. Semen -
kayu pada saat
pengecoran

Untuk menandai
posisi horizontal
pada hand sampel
9. Waterpass - agar sesuai
dengan posisi
sesungguhnya
dilapangan

10. Kompas - Sebagai penunjuk


arah utara pada
sampel

11. Batuan
Ultrabasa - Sebagai sampel

Untuk
menentukan
12. GPS (Global Digital koordinat posisi
Position geografis area
System) pengambilan
sampel
29

D. Prosedur Penelitian

1. Observasi daerah penelitian

Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Mencari singkapan batuan di lokasi penelitian.

b. Menentukan lokasi titik pengambilan sampel batuan dengan menggunakan

GPS.

2. Pengambilan sampel

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap pengambilan sampel adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan batuan ultrabasa yang akan diambil.

b. Menentukan titik koordinat lokasi pengambilan sampel menggunakan Global

Position System (GPS) pada setiap titik pengambilan sampel.

c. Menentukan arah utara sampel menggunakan sebuah kompas dan horizontal

menggunakan waterpass.

d. Batuan ultrabasa tersebut kemudian diambil menggunakan palu geologi.

3. Preparasi sampel

Sampel batuan ultrabasa diambil dari daerah Motui Kabupaten Konawe Utara

Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari daerah penelitian diambil sebuah bongkahan

batuan yang dinamakan hand-sample.

a. Sampel batuan yang masih berbentuk bongkahan, dimana hand-sample ini

terlebih dahulu ditandai arah utaranya dengan kompas dan posisi horizontalnya

dengan waterpass. Penandaan ini dimaksudkan agar sama dengan posisi yang

sebenarnya dilapangan saat dilakukan pengeboran di laboratorium.


30

b. Sebelum dilakukan pengeboran di laboratorium, hand-sample ini diletakkan

pada suatu wadah berbentuk kotak sesuai dengan posisi sebenarnya di lapangan,

kemudian dilakukan pengecoran campuran semen, air dan pasir untuk

mengokohkan kedudukan hand-sample tersebut.

c. Selanjutnya hand-sample siap dibor dalam arah tegak lurus bidang horizontal,

dengan ukuran diameter mata bor adalah 2,58 cm. Setelah hand-sample dibor

dalam bentuk core, kemudian sampel tersebut dipotong-potong menjadi beberapa

sampel dengan menggunakan alat pemotong batuan. Berikan nama pada sampel

dengan urutan: nama site, nomor core sampel dan nomor urut sampel. Hal ini

dilakukan agar sampel tidak saling tertukar. Umumnya sampel yang diukur

berbentuk silinder dengan diameter 2,2 cm dan tinggi 2,3 cm.

4. Pengukuran anisotropi suseptibilitas magnetik

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer.

a. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Bartington Magnetik

Suseptibilitas Meter. Alat ini menggunakan medan lemah 80 A/M dan frekuensi

470 Hz. Dengan memasukan sampel ke dalam sensor, akan terjadi perubahan

frekuensi yang kemudian dikonversi menjadi nilai suseptibilitas. Arah-arah

pengukuran AMS pada dasarnya merujuk pada metode yang digunakan oleh

(Bijaksana,1991), kecuali arah U-D (A3) tidak diukur karena peralatan Bartington

Magnetik Suseptibilitas Meter model MS2 yang digunakan tidak memungkinkan

untuk mengukur arah tersebut. Oleh karena itu, arah–arah pengukuran AMS dari

(Bijaksana, 1991) dimodifikasi menjadi sembilan arah saja (A1 sampai A9).
31

b. Untuk interpertasi nilai suseptabilitas magnetik maka digunakan software

stereonet dengan cara menginput Dmax, Dint, Dmin, Imax, Iint, Imax, Imin dalam software

tersebut. Dan untuk menentukan arah sumbu maksimum digunakan rose

diagrams dengan cara menginput Dmax dan Imax.


32

E. Diagram Alir Penelitian

Seluruh rangkaian tahapan yang dilakukan dalam penelitian tersajikan

dalam diagram alir penelitian sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 5.

Mulai

Studi pustaka dan observasi daerah


penelitian

Data Morfologi
Data Statigrafi
Data Litologi

Pegambilan sampel di lapangan

Data koordinat dan


sampel batuan

Preparasi sampel

Pengecoran Hand Pengeboran Hand


Sampel Sample

1
33

Core sampel

Pengukuran MS2B dan sensor


MS2B

Sumbu arah
suseptibilitas magnetik

Pengolahan data (software matlab R2014a,


microsoft office excel, dan software
stereonet)

Grafik,
model/gambar

Interpretasi data nilai anisotropi


suseptibilitas magnetik

Selesai

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian


Keterangan :
: Mulai

: Proses / kegiatan

: Keluaran / masukan

: Alur
34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel batuan dalam studi ini berasal dari beberapa stasiun di area pasca

penambangan nikel PT. Bumi Konawe Abadi Site Motui Kabupaten Konawe

Utara, Sulawesi Tenggara. Adapun posisi geografis, kode sampel, jumlah hand

sample dan jumlah spesimen untuk semua stasiun pengambilan sampel batuan

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Lokasi Pengambilan Sampel Batuan

Jumlah Jumlah
Stasiun Titik Koordinat Kode Sampel
Hand Sample Spesimen
S : 03049’6,6’’
1 BKA1 1 16
E : 122026‘25,7’’
S : 03049’12,8’’
2 BKA2 1 14
E : 122026’22,6’’
S : 03049’17,3’’
3 BKA3 3 7
E : 122026’14,2’’
S : 03049’25,7’’
4 BKA4 1 23
E : 122026’24,7’’
S : 03049’37,1’’
5 BKA5 1 18
E : 122026‘26,2’’
S : 03049’37,1’’
6 BKA6 1 17
E : 122026’26,2’’

Berdasarkan hasil pengukuran parameter anisotropi suseptibilitas magnetik

(AMS) pada 95 sampel dari 6 stasiun menunjukkan nilai suseptibilitas total (bulk

susecptibility) yang terukur berkisar antara 45,84 x 10-5 sampai 144,3 x 10-5 SI.

Nilai suseptibilitas ini menunjukkan bahwa sampel batuan yang dianalisa

merupakan kelompok batuan beku ultrabasa (Bijaksana, 1991).

34
35

Rata-rata persen derajat anisotropi dari semua sampel yaitu BKA1

(5.09%), BKA2 (4.96%), BKA3 (6.56%), BKA4 (6.85%), BKA5 (5.45%), dan

BKA6 (5.53%). Nilai ini memberikan gambaran bahwa sampel batuan ultrabasa

yang dianalisa memiliki derajat anisotropi yang rendah. Sampel batuan dengan

persen derajat anisotropi <10%, sangat baik untuk sampel paleomagnetik karena

batuan ini dapat merekam medan magnetik bumi dengan akurasi yang tinggi

(Butler, 1992).

Bentuk ellipsoida suseptibilitas yang dicirikan lonjong atau pipih dapat

diperlihatkan oleh plot hubungan antara foliasi (F) terhadap lineasi (L) atau yang

dikenal dengan Flinn-Type plot. Untuk memudahkan interpretasi terhadap

distribusi nilai suseptibilitas, maka suseptibilitas maksimum, menengah, dan

minimum digambarkan dalam bentuk plot stereonet. Sedangkan untuk

menentukan arah sumbu maksimum digambarkan dalam rose diagrams (Tarling

dan Hraouda, 1983).

A. Sampel BKA1

Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik untuk sampel BKA1 terdapat

nilai suseptibilitas berkisar antara 51,88 x 10-5 sampai 61,57 x 10-5 dalam Satuan

Internasional (SI). Berdasarkan analisis parameter anisotropi suseptibiltas

magnetik pada sampel BKA1, diperoleh nilai derajat anisotropi berkisar antara

2,77% sampai 8,39%.

Hasil grafik hubungan antara foliasi dan lineasi pada Flinn-type plot

sampel BKA1 sebagaimana diperlihatkan dalam (Gambar 6) menunjukan bahwa


36

bulir-bulir magnetik berbentuk oblate dan ada pula memberikan pola prolate,

sehingga masih perlu dikaji lagi mengapa hal ini bisa terjadi.

Flinn-type plot

Gambar 6. Flinn-type plot dari sampel BKA1

Gambar 7. AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams dari sampel BKA1

Hasil plot stereonet sebagaimana terlihat pada (Gambar 7), sampel BKA1

menunjukkan masing-masing nilai suseptibilitas diberi kode kotak hitam

(suseptibilitas maksimum), segitiga hitam (suseptibilitas menengah/ intermediet)

dan bulatan hitam (suseptibilitas minimum). Arah sumbu maksimum (κ1)


37

beberapa berada disekitar tengah lingkaran dan terdistribusi sekitar arah timur

laut – barat daya N40○E. Arah sumbu intermediet (κ2) beberapa berada ditengah

lingkaran dan sebagian terdistribusi sekitar arah utara – barat laut. Arah sumbu

minimum (κ3) dominan berada ditengah dan beberapa terdistribusi sekitar arah

timur laut – barat laut. Untuk mengetahui gambaran atau proses terbentuknya

batuan ultrabasa pada sampel BKA1 digunakan suseptibilitas atau arah sumbu

maksimum (κ1). Berdasarkan hasil analisa, sampel batuan ultrabasa yang dianalisa

merupakan kelompok batuan terobosan intrusi, dyke, atau sill yang berarah

vertikal (Tarling dan Hraouda, 1983).

B. Sampel BKA2

Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik untuk sampel BKA2 terdapat

nilai suseptibilitas berkisar antara 51,7 x 10-5 sampai 106 x 10-5 dalam Satuan

Internasional (SI). Berdasarkan analisis parameter anisotropi suseptibiltas

magnetik pada sampel BKA2, diperoleh nilai derajat anisotropi berkisar antara

2,36% sampai 7,61%.

Hasil grafik hubungan antara foliasi dan lineasi pada Flinn-type plot

sampel BKA2 sebagaimana diperlihatkan dalam (Gambar 8) menunjukan bahwa

bulir-bulir magnetik lebih prolate, dalam faktor bentuk dapat dipresentasikan

-1<T<0 dengan nilai -0,59.


38

Flinn-type plot

Gambar 8. Flinn-type plot dari sampel BKA2

Gambar 9. AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams dari sampel BKA2

Selanjutnya hasil plot stereonet sebagaimana terlihat pada (Gambar 9)

dengan kode sampel BKA2, menunjukkan masing-masing nilai suseptibilitas

diberi kode kotak hitam (suseptibilitas maksimum), segitiga hitam (suseptibilitas

menengah/ intermediet) dan bulatan hitam (suseptibilitas minimum). Arah sumbu

maksimum (κ1) terdistribusi sekitar arah timur laut – barat daya N55 oE. Arah
39

sumbu intermediet (κ2) dominan berada ditengah lingkaran dan sebagian

terdistribusi sekitar arah timur – barat laut. Arah sumbu minimum (κ3) dominan

berada ditengah lingkaran dan terdistribusi sekitar arah timur laut – barat laut.

Untuk mengetahui gambaran atau proses terbentuknya batuan ultrabasa pada

sampel BKA2 digunakan suseptibilitas atau arah sumbu maksimum (κ1).

Berdasarkan hasil analisa, sampel batuan ultrabasa yang dianalisa merupakan

kelompok batuan terobosan intrusi, dyke, atau sill yang berarah vertikal (Tarling

dan Hraouda, 1983).

C. Sampel BKA3

Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik untuk sampel BKA3 terdapat

nilai suseptibilitas berkisar antara 46,58 x 10-5 sampai 144,3 x 10-5 dalam Satuan

Internasional (SI). Berdasarkan analisis parameter anisotropi suseptibiltas

magnetik pada sampel BKA3, diperoleh nilai derajat anisotropi berkisar antara

4,01% sampai 5,73%.

Hasil grafik hubungan antara foliasi dan lineasi pada Flinn-type plot

sampel BKA3 sebagaimana diperlihatkan dalam (Gambar 10) menunjukan bahwa

bulir-bulir magnetik lebih oblate, dalam faktor bentuk dapat dipresentasikan

0<T<1 dengan nilai 0,33.


40

Flinn-type plot

Gambar 10. Flinn-type plot dari sampel BKA3

Gambar 11. AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams dari sampel BKA3

Hasil plot stereonet sebagaimana terlihat pada (Gambar 11) dengan kode

sampel BKA3, menunjukkan masing-masing nilai suseptibilitas diberi kode kotak

hitam (suseptibilitas maksimum), segitiga hitam (suseptibilitas menengah/

intermediet) dan kotak putih (suseptibilitas minimum). Arah sumbu maksimum


41

(κ1) terdistribusi sekitar arah timur laut – barat daya N45oE. Arah sumbu

intermediet (κ2) terdistribusi sekitar arah tenggara – barat laut. Arah sumbu

minimum (κ3) dominan berada ditengah lingkaran dan terdistribusi sekitar arah

timur laut – barat laut. Untuk mengetahui gambaran atau proses terbentuknya

batuan ultrabasa pada sampel BKA3 digunakan suseptibilitas atau arah sumbu

maksimum (κ1). Berdasarkan hasil analisa, sampel batuan ultrabasa yang dianalisa

merupakan kelompok batuan terobosan intrusi, dyke, atau sill yang berarah

vertikal(Tarling dan Hraouda, 1983).

D. Sampel BKA4

Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik untuk sampel BKA4 terdapat

nilai suseptibilitas berkisar antara 55,71 x 10-5 sampai 67,22 x 10-5 dalam Satuan

Internasional (SI). Berdasarkan analisis parameter anisotropi suseptibiltas

magnetik pada sampel BKA4, diperoleh nilai derajat anisotropi berkisar antara

3,21% sampai 8,99%.

Hasil grafik hubungan antara foliasi dan lineasi pada Flinn-type plot

sampel BKA4 sebagaimana diperlihatkan dalam (Gambar 12) menunjukan bahwa

bulir-bulir magnetik lebih oblate, dalam faktor bentuk dapat dipresentasikan

0<T<1 dengan nilai 0,26.


42

Flinn-type plot

Gambar 12. Flinn-type plot


dari sampel BKA4

Gambar 13. AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams dari sampel BKA4

Hasil plot stereonet sebagaimana terlihat pada (Gambar 13) dengan kode

sampel BKA4, menunjukkan masing-masing nilai suseptibilitas diberi kode kotak

hitam (suseptibilitas maksimum), segitiga hitam (suseptibilitas menengah /

intermediet) dan kotak putih (suseptibilitas minimum). Arah sumbu maksimum

(κ1) beberapa berada di tengah dan dominan terdistribusi sekitar arah timur laut –
43

barat daya N25oE. Arah sumbu intermediet (κ2) terdistribusi sekitar arah timur

laut – barat laut. Arah sumbu minimum (κ3) dominan berada ditengah lingkaran

dan terdistribusi sekitar arah timur laut – barat laut. Untuk mengetahui gambaran

atau proses terbentuknya batuan ultrabasa pada sampel BKA4 digunakan

suseptibilitas atau arah sumbu maksimum (κ1). Berdasarkan hasil analisa, sampel

batuan ultrabasa yang dianalisa merupakan kelompok batuan terobosan intrusi,

dyke, atau sill yang berarah vertikal (Tarling dan Hraouda, 1983).

E. Sampel BKA5

Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik untuk sampel BKA5 terdapat

nilai suseptibilitas berkisar antara 45,84 x 10-5 sampai 73,22 x 10-5 dalam Satuan

Internasional (SI). Berdasarkan analisis parameter anisotropi suseptibiltas

magnetik pada sampel BKA5, diperoleh nilai derajat anisotropi berkisar antara

2,78% sampai 8,61%.

Hasil grafik hubungan antara foliasi dan lineasi pada Flinn-type plot

sampel BKA5 sebagaimana diperlihatkan dalam (Gambar 14) menunjukan bahwa

bulir-bulir magnetik lebih oblate, dalam faktor bentuk dapat dipresentasikan

0<T<1 dengan nilai 0,46.


44

Flinn-type plot

Gambar 14. Flinn-type plot dari sampel BKA5

Gambar 15. AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams dari sampel BKA5

Hasil plot stereonet sebagaimana terlihat pada (Gambar 15) dengan kode

sampel BKA5, menunjukkan masing-masing nilai suseptibilitas diberi kode kotak

hitam (suseptibilitas maksimum), segitiga hitam (suseptibilitas menengah /

intermediet) dan kotak putih (suseptibilitas minimum). Arah sumbu maksimum

(κ1) beberapa berada di dalam lingkaran dan dominan terdistribusi sekitar arah
45

barat laut – tenggara N135oE. Arah sumbu intermediet (κ2) dominan berada

ditengah lingkaran dan sebagian terdistribusi sekitar arah utara – barat laut. Arah

sumbu minimum (κ3) dominan berada ditengah lingkaran dan terdistribusi sekitar

arah utara – barat laut. Untuk mengetahui gambaran atau proses terbentuknya

batuan ultrabasa pada sampel BKA5 digunakan suseptibilitas atau arah sumbu

maksimum (κ1). Berdasarkan hasil analisa, sampel batuan ultrabasa yang dianalisa

merupakan kelompok batuan terobosan intrusi, dyke, atau sill yang berarah

vertikal (Tarling dan Hraouda, 1983).

F. Sampel BKA6

Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik untuk sampel BKA6 terdapat

nilai suseptibilitas berkisar antara 49,56 x 10-5 sampai 53,13 x 10-5 dalam Satuan

Internasional (SI). Berdasarkan analisis parameter anisotropi suseptibiltas

magnetik pada sampel BKA6, diperoleh nilai derajat anisotropi berkisar antara

2,63 % sampai 8,83%.

Hasil grafik hubungan antara foliasi dan lineasi pada Flinn-type plot

sampel BKA6 sebagaimana diperlihatkan dalam (Gambar 16) menunjukan bahwa

bulir-bulir magnetik lebih oblate, dalam faktor bentuk dapat dipresentasikan

0<T<1 dengan nilai 0,38.


46

Flinn-type plot

Gambar 16. Flinn-type plot dari sampel BKA6

Gambar 17. AMS stereoplots dan AMS kmax rose diagrams dari sampel BKA6

Hasil Plot stereonet sebagaimana terlihat pada (Gambar 17) dengan kode

sampel BKA6, menunjukkan masing-masing nilai suseptibilitas diberi kode kotak

hitam (suseptibilitas maksimum), segitiga hitam (suseptibilitas menengah /

intermediet) dan kotak putih (suseptibilitas minimum). Arah sumbu maksimum

(κ1) beberapa berada di dalam lingkaran dan dominan terdistribusi disekitar arah
47

barat laut – tenggara N105oE. Arah sumbu intermediet (κ2) terdistribusi sekitar

arah tenggara – barat laut. Arah sumbu minimum (κ3) dominan berada ditengah

lingkaran dan terdistribusi sekitar arah timur laut – barat. Untuk mengetahui

gambaran atau proses terbentuknya batuan ultrabasa pada sampel BKA6

digunakan suseptibilitas atau arah sumbu maksimum (κ1). Berdasarkan hasil

analisa, sampel batuan ultrabasa yang dianalisa merupakan kelompok batuan

terobosan intrusi, dyke, atau sill yang berarah vertikal (Tarling dan Hraouda,

1983).

Nilai rata-rata faktor bentuk anisotropi dari sampel BKA1 sampai sampel

BKA6, menunjukan bulir-bulir magnetiknya oblate yang didominasi oleh foliasi

dibanding lineasi, akan tetapi pada sampel BKA1 menunjukan bahwa bulir-bulir

magnetik berbentuk oblate dan ada pula memberikan pola prolate, sehingga

masih perlu dikaji lagi mengapa hal ini bisa terjadi dan pada sampel BKA2

dimana bulir magnetiknya prolate, dimana lineasi yang lebih dominan dibanding

foliasi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Tarling dan Hraouda, 1983)

yang menyatakan bahwa pada batuan beku foliasi lebih dominan dibanding

lineasi. Dominannya foliasi dibanding lineasi diperkirakan viskositas magma pada

saat batuan terbentuk besar menyebabkan laju alirannya kecil. Akan tetapi

berbeda dengan hasil penelitian terdahulu (Sandra, 2004) penelitian pada batuan

beku di daerah Istimewa Yogyakarta, dimana lineasi lebih dominan dibanding

foliasi. Dominannya lineasi ini diperkirakan disebabkan oleh viskositas magma

dari site rendah sehingga menyebabkan laju alirannya tinggi.


48

Berdasarkan hasil rose diagrams, arah sumbu utama (κ1) dari sampel

BKA1 sampai BAK6. Sampel BKA1 menunjukkan arah sumbu maksimum (κ1)

terdistribusi sekitar arah timur laut – barat daya N40 ○E. Sampel BKA2

menunjukkan arah sumbu maksimum (κ1) terdistribusi sekitar arah timur laut –

barat daya N55oE. Sampel BKA3 menunjukkan arah sumbu maksimum (κ1)

terdistribusi sekitar arah timur laut – barat daya N45 oE. Sampel BKA4

menunjukkan arah sumbu maksimum (κ1) yang terdistribusi sekitar arah timur

laut – barat daya N25oE. Sampel BKA5 menunjukkan arah sumbu maksimum (κ1)

terdistribusi sekitar arah barat laut – tenggara N135oE. Sampel BKA6

menunjukkam arah sumbu maksimum (κ1) arah sumbu maksimum (κ1)

terdistribusi disekitar arah barat laut – tenggara N105oE.

Pola anisotropi suseptibilitas magnetik batuan ultrabasa sampel BKA1

sampai sampel BKA4 berdasarkan hasil analisa menunjukkan proses

pembentukan batuan ultrabasa pada keempat sampel ini merupakan kelompok

batuan terobosan intrusi, dyke, atau sill yang berarah vertikal. Dimana arah sumbu

maksimum (κ1) sama yaitu mengarah ke timur laut – barat daya. Selanjutnya pola

anisotropi suseptibilitas magnetik batuan ultrabasa sampel BKA5 dan sampel

BKA6 berdasarkan hasil analisa menunjukkan proses pembentukan batuan

ultrabasa pada kedua sampel ini merupakan kelompok batuan terobosan intrusi,

dyke, atau sill yang berarah vertikal. Dimana arah sumbu maksimum (κ1) sama

yaitu mengarah ke barat laut – tenggara.


49
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengukuran anisotropi suseptibilitas magnetik pada sampel

batuan ultrabasa diketahui bahwa nilai suseptibilitas total (bulk susecptibility)

yang terukur berkisar antara 45,84 x 10-5 sampai 144,3 x 10-5 SI. Batuan yang

dianalisais umumnya berbentuk oblate dengan persen derajat anisotropi 4,96% –

6,85%, sampel batuan dengan derajat anisotropi <10% sangat baik untuk sampel

paleomagnetik. Berdasarkan hasil analisis memperlihatkan pola anisotropi

suseptibilitas magnetik, proses pembentukan batuan ultrabasa sampel BKA1

sampai sampel BKA6 merupakan kelompok batuan terobosan intrusi, dyke, atau

sill yang mekanisme lelehan magma berarah vertikal.

B. Saran

Agar penelitian studi anisotropi suseptibilitas magnetik batuan ultrabasa di

area pasca penambangan nikel Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara, yang

dilakukan kali ini dapat menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya.

49
DAFTAR PUSTAKA.

Agarwal, K.K., Bali, R., Patil, S.K., dan Ali, Nawaz., 2010, Anisotropy of
Magnetic Susceptibility in The Almora Christalline Zone Lesser Himalaya,
India: A Case Study, Asian Journal of Earth Sciences.

Ahmad, Waheed, 2006, Nickel Laterites Fundamentals of Chemistry, Mineralogy,


Weathering Processes, Formation, and Exploration, VALE Inco.

Apriajum, dkk, 2016. Pemetaan Potensi Nikel Laterit Berdasarkan Analisis


Spasial. Jurnal Geologi.

Bijaksana, S., 1991. Magnetic Anisotropy of Cretaceous Deep Sea Sedimentary


Rocks From the Pacific Plate, Thesis, Memorial University of
Newfoundland, 44– 55.

Bijaksana, S., 2004. Ulasan tentang landasan fisis anisotropi magnetik pada
batuan. Jurnal Geofisika.

BPS, Konawe Utara, 2013, Konawe Utara dalam angka 2013.

Butler, R.F. (1992) : Paleomagnetism : Magnetik Domains to Geologic Terranes,


------- Blackwell Scientific Publications, Boston, 319 pp

Dearing, J., 1996, Frequency-Dependent Susceptibility Measurements of MS2


Systems, British Library Cataloguing in Publication Data, 36-41.

Dearing, J., 1997, Enviromental Magnetik Suseptibility, Bartington User Manuals,


Bartington Instrument Ltd, Oxford, 102PP.
Gill, Robin. 2010. Igneous Rock and Processes. Department of Earth Sciences
Royal Holloway Univesity of London.

Hasrari Kamaruddin, dkk, 2018. Profil Endapan Nikel Laterit Kolaka Regency.

Jiles, 1996, Introduction To Magnetism And Magnitite Material, New York, USA:
Champman and Hall.

Ngkoimani, L., Bijaksana, S., Budiman, A., Sandra, 2003. Measurement of


Magentic Susceptibility and Grain Size Determination in Andesitic Rocks
Proceedings of the 2003 Annual Physics Seminar, Bandung, Indonesia.

50
51

Ngkomani, L., Makkawaru, A., 2009. Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan


Ultrabasa Dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara. Universitas Halu
Oleo.

Maryati,. E., 2010. Studi anisotropy of magnetic susceptibility


(ams) batuan beku daerah sekitar kampus universitas negeri semarang
(unnes), gunungpati, kota semarang. Universitas Negeri Semarang.

Rusmana, Sukido, D. Sukarna, E. Haryono dan T.O. Simanjuntak. 1993. Peta


Geologi Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi.

Sandra, 2004. Pengukuran Anisotropi Magnetik Pada Batuan Beku Dari Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tesis S2 Jurusan Fisika. Institut Teknologi
Bandung.

Simandjuntak, T.O., Surono, Hadiwijoyo, S., 1993, Geologi Lembar Kolaka,


Sulawesi, skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Surono, 2013. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Pusat Penelitian dan


Pengembangan Geologi, Bandung.

Tarling, D. H. dan Hrouda, F. 1993. The Magnetic Anisotropy of Rock. Chapman


& Hall.

Telford, W. M., Goldrat, L.P., dan sheriff, R.P., 1990. Applied Geophysic Second
Edition. Cambridge University Press. New York.

Zananiri, I., Dimitriadis, S., Kondopoulou, D., Atzemoglou, A., 2002. A


preliminary AMS study in some Tertiary granitoid from Northern Greece
: integration of tectonic and paleomagnetic data, Physics and Chemistry
of the Earth, 27, 1289-1297.
LAMPIRAN
53

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 1.1. Pengambilan Sampel Batuan


54

Lampiran 1.2. Pengecoran dan Penandaan Arah Utara Batuan

Lampiran 1.3. Penandaan Sembilan Arah Batuan

Lampiran 1.4. Pengukuran MS2B dan Pengolahan Data Dengan Software Matlab
55

Lampiran 2. Pengolahan Data Menggunakan Softwere Matlab

Original program oleh Arry HMDKSP on MATLAB 6.0


% Original program oleh Arry HMDKSP on MATLAB 6.0
% Modifikasi oleh Satria Bijaksana
% Metoda perhitungan parameter anisotropi (baik suseptibilitas
maupun remanen magnetik)
% Data diperoleh dari 9 arah
% B = matriks yang hbungan antara hasil pengukuran dengan komponen
tensor anisotropi

B = [1 0 0 0 0 0
0.5 0.5 0 0 0 1
0 1 0 0 0 0
0.5 0.5 0 0 0 -1
0.5 0 0.5 0 1 0
0 0.5 0.5 1 0 0
0.5 0 0.5 0 -1 0
0 0.5 0.5 -1 0 0
0 0 1 0 0 0]

% C = matriks transpose dari [B]

C = B'

% E = matriks [C] di kali matriks [B]


E = C*B
56

% R = matriks inversi dari [E]


R = inv(E)
% G = matriks [R] di kali matriks [C]

G = R*C

% Prosedur memasukkan data kesembilan arah dari sampel anda


for i=1:9,
for j=1:1,
disp(['Susetibilitas Sample Arah A
(',num2str(i),',',num2str(j),')']);
A(i,j)=input('=');
end
end

% Prosedur Pengambilan Data yang ter-record.


A
=[A(1,1);A(2,1);A(3,1);A(4,1);A(5,1);A(6,1);A(7,1);A(8,1);A(9,1)]

% Prosedur Mencari Parameter Tensor Anisotropi dengan metode Least


Square Fit
% X = G * A dimana G adalah Matriks reciprocal [E] dikali Matrik
Transpose [C]
% Dan A adalah data Sampel den arah waktu observasi.
X = G*A

% H=merupakan elemen matriks yang menggambarkan


% Parameter [X] ordo (6x1) ke matriks ordo (3x3)
H=[X(1,1) X(6,1) X(5,1); X(6,1) X(2,1) X(4,1); X(5,1) X(4,1)
X(3,1)]

% Prosedur Penentuan Besar dan Arah nilai Eigen Vector

% Matriks [D]=Besar 3 nilai Eigen dengan Matriks (3x3)


% Matriks [V]=Arah Maksimum, Intermediate, dan Minimum.

[V,D] =eigs(H)

% V(1,1), V(1,2), V(1,3) adalah komponen vektor sumbu x berurutan


(Max, Int, Min)
% V(2,1), V(2,2), V(2,3) adalah komponen vektor sumbu y berurutan
(MAx, Int, Min)
% V(3,1), V(3,2), V(3,3) adalah komponen vektor sumbu z berurutan
(Max, Int, Min)
Max=[V(1,1) V(2,1) V(3,1)]
Int=[V(1,2) V(2,2) V(3,2)]
Min=[V(1,3) V(2,3) V(3,3)]

% Prosedur penge-check-an data dinyatakan benar


% bila komponen yang tegak lurus menghasilkan harga nol
% P = Max. Int
P =(V(1,1)*V(1,2)+V(2,1)*V(2,2)+V(3,1)*V(3,2))
% Q = Max. Min
Q =(V(1,1)*V(1,3)+V(2,1)*V(2,3)+V(3,1)*V(3,3))
57

% S = Int. Min
S =(V(1,2)*V(1,3)+V(2,2)*V(2,3)+V(3,2)*V(3,3))

% Prosedur Menetukan Deklinasi ( Max, Int, Min ) {Bisa dilihat


buku : Lisa Taxue P.11}
% Prosedur Menetukan Inklinasi (MAx, Int, Min) (Bisa dilihat
buku : Lisa Tauxe P.11)
% W adalah tampilan dari
%(Xmax, Decmax, Incmax ),
%(Xint, Decint, Incint ),
%(Xmin, Decmin, Incmin )
%W =[D(1,1) Dmax Imax D(2,2) Dint Iint D(3,3) Dmin Imin ]

Xmax = D(1,1)
Xint = D(2,2)
Xmin = D(3,3)

Dmax = atan(V(2,1)/V(1,1))*(360/(2*pi))
Dint = atan(V(2,2)/V(1,2))*(360/(2*pi))
Dmin = atan(V(2,3)/V(1,3))*(360/(2*pi))

Imax = asin(V(3,1)/sqrt(V(1,1)^2+V(2,1)^2+V(3,1)^2))*(360/(2*pi))
Iint = asin(V(3,2)/sqrt(V(1,2)^2+V(2,2)^2+V(3,2)^2))*(360/(2*pi))
Imin = asin(V(3,3)/sqrt(V(1,3)^2+V(2,3)^2+V(3,3)^2))*(360/(2*pi))
58

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Anisotropi Suseptibilitas Magnetik

Spesimen κmax (10-5 SI) κint (10-5 SI) κmin (10-5 SI) Dmax Dint Dmin Imax Iint Imin F P L κm (10-5 SI) T P(%) DmaxC ImaxC DintC IintC DminC IminC
A1.1.1 58.8793 57.055 56.2324 41.1189 -27.938 -49.313 -3.0774 81.4462 7.9733 1.01463 1.04707 1.03197 57.3889 -0.6697 4.70707 221.119 3.0774 332.062 81.4462 310.688 7.9733
A1.2.1 59.8002 59.6229 58.0103 87.3737 1.3629 -6.2869 3.8299 46.1014 43.6427 1.0278 1.03085 1.00297 59.1445 -0.0703 3.08549 87.3737 3.8299 1.3629 46.1014 353.713 43.6427
A1.3.1 59.5639 58.4582 57.1113 -10.172 54.3776 -67.722 -33.374 -33.12 39.1643 1.02358 1.04294 1.01891 58.3778 -0.4223 4.29442 169.829 33.3735 234.378 33.1199 292.278 39.1643
A1.3.2 55.6023 54.2549 53.1761 -27.07 68.8306 8.6362 22.285 -14.083 63.22 1.02029 1.04563 1.02483 54.3444 -0.5298 4.56258 332.93 22.285 248.831 14.0829 8.6362 63.22
A1.4.1 58.3297 54.6427 54.1944 35.2634 -28.442 -65.563 17.9022 53.9 -30.176 1.00827 1.0763 1.06747 55.7223 -0.8797 7.63049 35.2634 17.9022 331.558 53.9 114.437 30.1757
A1.4.2 56.4606 54.9566 53.9828 -67.53 16.781 38.1517 -9.627 -30.302 57.8897 1.01804 1.0459 1.02737 55.1333 -0.5837 4.58998 112.47 9.627 196.781 30.3021 38.1517 57.8897
A1.5.1 58.6121 57.0903 54.8976 -55.499 -58.401 32.2549 61.5913 28.3779 -1.2146 1.03994 1.06766 1.02666 56.8667 -0.3626 6.76623 304.501 61.5913 301.599 28.3779 212.255 1.2146
A1.5.2 56.0384 53.6592 52.869 -13.809 78.6592 6.75 -19.818 6.8156 68.9486 1.01495 1.05995 1.04434 54.1889 -0.7303 5.99482 166.191 19.8181 78.6592 6.8156 6.75 68.9486
A1.6.1 56.9103 55.1869 55.0695 44.1609 88.7658 -41.527 16.0508 67.9963 14.6456 1.00213 1.03343 1.03123 55.7222 -0.9331 3.34269 44.1609 16.0508 88.7658 67.9963 318.473 14.6456
A1.7.1 55.9096 55.7582 52.8988 -73.785 -12.996 71.4212 63.7706 -13.52 -22.029 1.05405 1.05692 1.00272 54.8555 0.00366 5.69162 286.215 63.7706 167.004 13.5199 251.421 22.0287
A1.7.2 52.6849 52.4538 51.2614 -68.236 29.9319 -25.37 23.1568 -18.376 59.7342 1.02326 1.02777 1.00441 52.1334 -0.1375 2.77694 291.764 23.1568 209.932 18.3761 334.63 59.7342
A1.8.1 58.9174 57.4831 56.6662 63.1188 -19.91 -34.912 -7.5476 -42.493 -46.517 1.01442 1.03973 1.02495 57.6889 -0.6183 3.97274 243.119 7.5476 160.091 42.4925 145.088 46.5165
A1.8.2 53.6823 52.6684 51.0493 -74.279 23.7324 -30.471 22.5227 -18.578 60.1175 1.03172 1.05158 1.01925 52.4667 -0.3479 5.15776 285.721 22.5227 203.732 18.5777 329.529 60.1175
A1.9.1 53.0155 51.8567 50.7611 -33.152 72.0804 13.5459 30.4364 -24.093 49.4138 1.02158 1.04441 1.02235 51.8778 -0.4872 4.4412 326.848 30.4364 252.08 24.0931 13.5459 49.4138
A1.10.1 63.3974 61.5597 59.743 42.0329 -75.978 11.6616 72.3165 -8.5157 15.38 1.03041 1.06117 1.02985 61.5667 -0.4655 6.11687 42.0329 72.3165 104.022 8.5157 11.6616 15.38
A1.11.1 58.5881 56.3638 54.0482 14.4655 -62.378 84.8072 16.7961 37.019 -48.1 1.04284 1.084 1.03946 56.3334 -0.4379 8.39972 14.4655 16.7961 297.622 37.019 264.807 48.0999
A2.1.1 68.5326 64.1862 63.6812 56.1187 -61.404 -24.993 16.587 -57.195 -27.418 1.00793 1.07618 1.06772 65.4667 -0.8845 7.61826 56.1187 16.587 118.596 57.1947 155.007 27.4178
A2.1.2 73.2435 71.7851 69.2381 73.814 -76.331 -14.894 -11.432 -76.876 6.3609 1.03679 1.05785 1.02032 71.4222 -0.3215 5.78497 253.814 11.4315 103.669 76.8759 345.106 6.3609
A2.2.1 52.9096 51.2913 50.8991 48.7004 -37.161 67.5225 27.4361 7.9148 61.2561 1.00771 1.0395 1.03155 51.7000 -0.7942 3.94997 48.7004 27.4361 322.839 7.9148 67.5225 61.2561
A2.2.2 73.0286 72.3495 69.6886 3.1887 62.6022 -41.542 50.573 -22.703 -30.289 1.03818 1.04793 1.00939 71.6889 -0.1621 4.79275 3.1887 50.573 242.602 22.7028 138.458 30.2894
A2.3.1 65.3511 62.776 60.7395 22.034 88.718 -45.922 -24.693 -40.722 39.2235 1.03353 1.07592 1.04102 62.9555 -0.5164 7.59242 202.034 24.6931 268.718 40.7222 314.078 39.2235
A2.3.2 63.5883 61.1366 59.7418 21.7991 -49.447 -88.972 -21.03 -39.904 -42.689 1.02335 1.06439 1.0401 61.4889 -0.6071 6.43854 201.799 21.0299 130.553 39.9036 91.0283 42.6887
A2.4.1 88.044 86.5589 85.7638 -80.006 -5.0663 16.339 9.9607 55.9466 32.18 1.00927 1.02659 1.01716 86.7889 -0.6391 2.6587 279.994 9.9607 354.934 55.9466 16.339 32.18
A2.5.1 85.5052 83.9703 81.5579 57.9098 -30.881 -76.112 -8.211 -8.3197 78.2695 1.02958 1.0484 1.01828 83.6778 -0.3541 4.83987 237.91 8.211 149.119 8.3197 283.888 78.2695
A2.5.2 109.2835 105.4174 103.3324 34.5241 -53.749 40.6019 32.1487 -2.7452 57.7056 1.02018 1.05759 1.03667 106.0111 -0.6233 5.75918 34.5241 32.1487 126.251 2.7452 40.6019 57.7056
A2.6.1 74.884 73.365 73.151 -58.815 24.4273 60.1717 -14.846 -23.938 61.3225 1.00293 1.02369 1.0207 73.8000 -0.8723 2.36907 121.185 14.8457 204.427 23.9383 60.1717 61.3225
A2.7.1 74.3028 73.2953 72.0352 53.678 -48.327 13.903 30.3596 19.5498 52.6877 1.01749 1.03148 1.01375 73.2111 -0.4231 3.14791 53.678 30.3596 311.673 19.5498 13.903 52.6877
A2.8.1 81.6705 79.7019 78.8276 -72.833 -14.924 19.3028 -8.7955 73.7622 13.5394 1.01109 1.03606 1.0247 80.0667 -0.6776 3.60648 107.168 8.7955 345.076 73.7622 19.3028 13.5394
A2.8.2 81.4209 78.467 78.1455 50.0914 -30.261 -68.885 17.8677 -27.469 -56.359 1.00411 1.04191 1.03765 79.3445 -0.8959 4.19141 50.0914 17.8677 149.739 27.4689 111.115 56.3588
A2.9.1 72.7107 69.6671 68.0888 21.4918 87.1811 -60.729 14.384 -58.079 27.8239 1.02318 1.06788 1.04369 70.1555 -0.6282 6.78805 21.4918 14.384 267.181 58.0792 299.271 27.8239
B1.1.1 53.7099 52.6033 51.3868 8.7212 -80.474 63.472 -5.7194 7.9864 80.155 1.02367 1.04521 1.02104 52.5667 -0.4474 4.52081 188.721 5.7194 279.526 7.9864 63.472 80.155
B1.2.1 55.8182 55.45 53.6651 40.1699 -27.874 88.9925 -36.429 -26.867 -41.735 1.03326 1.04012 1.00664 54.9778 -0.1355 4.0121 220.17 36.4293 152.126 26.8665 268.993 41.735
B2.1.1 54.2948 52.4902 51.3483 42.5178 -51.859 23.4097 28.035 8.1552 60.5968 1.02224 1.05738 1.03438 52.7111 -0.5838 5.73826 42.5178 28.035 308.141 8.1552 23.4097 60.5968
B2.1.2 47.693 46.6322 45.4082 31.0906 -60.984 26.8352 44.2465 2.1285 45.6744 1.02696 1.05032 1.02275 46.5778 -0.4316 5.03169 31.0906 44.2465 299.016 2.1285 26.8352 45.6744
B2.2.1 55.9555 54.8608 53.517 56.7456 -33.229 68.7617 2.6128 -0.5554 87.3287 1.02511 1.04556 1.01995 54.7778 -0.4186 4.5565 56.7456 2.6128 146.771 0.5554 68.7617 87.3287
B3.1.1 150.8624 146.8375 135.2001 50.8336 -39.148 50.8821 38.1128 -0.0236 51.8872 1.08608 1.11585 1.02741 144.3000 -0.1641 11.5845 50.8336 38.1128 140.852 0.0236 50.8821 51.8872
B3.2.1 142.8885 139.6577 129.3205 38.5132 -42.943 62.6059 35.4247 -11.798 52.0746 1.07993 1.10492 1.02313 137.2889 -0.1523 10.4918 38.5132 35.4247 137.057 11.7976 62.6059 52.0746
59

C.1.1 83.3501 81.2674 75.6825 -41.583 -48.596 -87.679 20.0308 -33.911 49.1058 1.06642 1.08021 1.01293 60.1556 -0.1022 8.02094 27.2166 20.0308 131.404 33.9113 272.321 49.1058
C.1.2 94.0209 91.1918 85.8206 -40.914 -68.356 -14.238 3.1045 2.2503 86.1644 1.02441 1.04439 1.01951 59.4111 -0.4207 4.43929 21.7658 3.1045 291.644 2.2503 345.762 86.1644
C.2.1 80.8574 79.6359 76.1067 -43.737 39.6107 51.7264 -5.423 -31.183 58.242 1.03798 1.06359 1.02468 58.1667 -0.3581 6.35901 132.905 5.423 219.611 31.1833 51.7264 58.242
C.2.2 80.2323 79.1376 74.6634 81.7714 20.2937 -20.375 -14.931 19.284 65.2368 1.04933 1.07267 1.02224 59.9778 -0.2654 7.26653 104.94 14.9309 20.2937 19.284 339.625 65.2368
C.3.1 103.594 102.9759 92.9301 77.95 -53.339 49.1906 46.3221 -14.454 40.0845 1.03922 1.05206 1.01236 60.8889 -0.2035 5.20622 21 46.3221 126.661 14.4543 49.1906 40.0845
C.3.2 98.5692 95.2972 86.1337 -50.152 42.4098 -13.007 15.1236 -10.956 71.1688 1.05368 1.06921 1.01474 62.0222 -0.1664 6.9211 309.411 15.1236 222.41 10.9556 346.994 71.1688
C.4.1 171.8852 167.4891 147.1257 -53.702 -57.884 55.4376 37.5808 22.1647 44.1813 1.02255 1.05444 1.03119 67.2222 -0.5571 5.44429 13.8453 37.5808 302.116 22.1647 55.4376 44.1813
C.4.2 166.1537 151.8305 133.0159 -3.0729 34.782 -18.708 17.036 -13.529 67.9812 1.06092 1.07531 1.01357 66.2111 -0.1264 7.53122 300.554 17.036 214.782 13.5287 341.292 67.9812
C.5.1 192.1883 189.9483 159.5634 -34.077 69.442 -65.199 -20.203 -23.717 57.9853 1.03941 1.048 1.00826 55.7111 -0.1368 4.79977 168.746 20.2031 249.442 23.7169 294.801 57.9853
C.6.1 134.8267 134.2101 120.4299 65.3959 62.6338 -49.277 30.2273 14.1416 55.9729 1.01952 1.02913 1.00943 61.8333 -0.3074 2.91323 341.075 30.2273 62.6338 14.1416 310.723 55.9729
C.7.1 154.2493 144.9411 132.2096 -36.939 -43.114 -41.725 -0.5077 -23.475 66.5191 1.06731 1.10199 1.0325 65.4333 -0.2642 10.1992 227.107 0.5077 136.886 23.4748 318.275 66.5191
C.7.2 192.2599 187.0507 157.5228 24.976 13.6718 -68.998 33.4826 -4.9073 56.0633 1.05382 1.07122 1.01651 60.2000 -0.1856 7.12202 280.416 33.4826 193.672 4.9073 291.002 56.0633
C.8.1 172.6702 161.8321 145.9977 -63.178 74.5965 -27.049 29.871 6.8637 59.1904 1.01862 1.03215 1.01329 62.4667 -0.3986 3.21519 348.561 29.871 74.5965 6.8637 332.952 59.1904
C.9.1 158.4308 150.719 134.7502 -17.19 -62.939 -84.54 10.9224 -40.629 47.2993 1.06453 1.08684 1.02096 58.4222 -0.1866 8.684 17.5306 10.9224 117.061 40.6292 275.46 47.2993
C.10.1 186.4075 179.3065 158.3526 32.7704 -69.809 59.6241 12.2184 -10.441 73.8216 1.05658 1.07231 1.01489 63.0444 -0.1567 7.23141 17.9037 12.2184 110.191 10.4412 59.6241 73.8216
C.10.2 144.6928 134.3416 124.3322 -52.626 -67.047 59.1811 -3.5205 -31.513 58.2452 1.06317 1.10999 1.04403 61.9222 -0.3517 10.9989 205.114 3.5205 112.953 31.5129 59.1811 58.2452
D.1.1 61.8619 58.728 58.1434 49.7513 -48.794 -17.491 14.5402 29.8072 56.1593 1.01005 1.06395 1.05336 59.5778 -0.8286 6.39539 49.7513 14.5402 311.207 29.8072 342.509 56.1593
D.1.2 56.4355 54.1517 53.1795 20.3432 -81.047 -36.069 21.4552 26.6807 54.6097 1.01828 1.06123 1.04217 54.5889 -0.677 6.12266 20.3432 21.4552 278.953 26.6807 323.931 54.6097
D.2.1 64.0946 63.3155 62.3566 17.246 -68.591 61.7928 15.7791 -14.408 68.3716 1.01538 1.02787 1.01231 63.2556 -0.4296 2.78719 17.246 15.7791 111.409 14.4075 61.7928 68.3716
D.2.2 68.4328 67.0311 65.5028 6.1665 -84.927 -5.5572 -17.656 -3.4317 71.9917 1.02333 1.04473 1.02091 66.9889 -0.4499 4.47309 186.167 17.6562 95.0728 3.4317 354.443 71.9917
D.3.1 63.0091 62.2426 61.2483 32.3105 -33.618 -82.61 27.103 38.5539 -39.465 1.01623 1.02875 1.01231 62.1667 -0.4157 2.87486 32.3105 27.103 326.383 38.5539 97.3899 39.4649
D.3.2 67.5294 65.3459 62.858 57.6129 32.0517 -40.996 34.2356 52.9713 -12.405 1.03958 1.07432 1.03341 65.2444 -0.4197 7.43167 57.6129 34.2356 32.0517 52.9713 139.005 12.4049
D.4.1 52.9968 52.0404 50.1961 -47.542 40.1086 -88.511 12.5552 10.431 73.5665 1.03674 1.0558 1.01838 51.7444 -0.2993 5.57952 312.458 12.5552 40.1086 10.431 271.489 73.5665
D.4.2 51.4589 50.2667 49.4745 74.2137 -45 4.9178 27.3694 43.3139 34.3309 1.01601 1.04011 1.02372 50.4000 -0.5802 4.01096 74.2137 27.3694 315 43.3139 4.9178 34.3309
D.5.1 53.9291 52.8802 51.524 -40.092 -10.648 78.0115 76.568 11.7487 -6.4188 1.02632 1.04668 1.01984 52.7778 -0.4045 4.66792 319.908 76.568 349.352 11.7487 258.012 6.4188
D.6.1 68.3604 66.9317 63.8412 -57.303 33.8224 -53.619 33.5219 -1.6977 56.4235 1.04841 1.07079 1.02135 66.3778 -0.2615 7.07881 302.697 33.5219 213.822 1.6977 306.382 56.4235
D.6.2 68.5476 67.3334 64.5523 -37.301 53.3027 40.3439 -2.7541 12.3584 77.3289 1.04308 1.06189 1.01803 66.8111 -0.2554 6.18924 142.699 2.7541 53.3027 12.3584 40.3439 77.3289
D.7.1 66.1685 65.0123 63.4858 -10.579 79.195 -11.118 40.3642 0.2657 49.6345 1.02404 1.04226 1.01778 64.8889 -0.4022 4.22567 349.421 40.3642 79.195 0.2657 348.882 49.6345
D.7.2 74.4252 73.228 72.0134 22.9639 -81.43 -57.092 -12.246 -48.874 38.5043 1.01687 1.03349 1.01635 73.2222 -0.4756 3.3491 202.964 12.2464 98.57 48.8741 302.908 38.5043
D.8.1 67.348 65.1341 60.8845 -5.4112 47.6434 87.1557 10.5805 72.736 -13.483 1.0698 1.10616 1.03399 64.4555 -0.2638 10.616 354.589 10.5805 47.6434 72.736 267.156 13.4827
D.9.1 64.3946 62.5917 61.8804 -89.549 1.5949 -44.729 -8.1476 7.935 78.589 1.01149 1.04063 1.0288 62.9556 -0.7016 4.063 90.4515 8.1476 1.5949 7.935 315.271 78.589
D.9.2 63.5422 61.3771 60.0807 6.962 -65.173 83.3473 16.2245 46.5129 -38.971 1.02158 1.05761 1.03528 61.6667 -0.5975 5.76142 6.962 16.2245 294.827 46.5129 263.347 38.9706
D.10.1 59.5211 57.3983 56.0139 -57.416 43.3553 24.7751 -9.2953 -48.789 -39.697 1.02472 1.06261 1.03698 57.6444 -0.5736 6.2613 122.584 9.2953 223.355 48.789 204.775 39.697
D.10.2 47.1129 46.0641 44.3563 -45.831 -30.88 48.7775 33.3261 55.762 6.9662 1.0385 1.06215 1.02277 45.8444 -0.3356 6.21468 314.169 33.3261 329.12 55.762 48.7775 6.9662
60
E.1.1 53.6134 53.317 52.2363 -39.387 47.0892 -55.514 27.4838 6.7385 61.5637 1.02069 1.02636 1.00556 53.0556 -0.1926 2.6362
E.1.2 52.1258 51.2405 49.767 12.9404 85.5268 -45.886 25.8237 31.7332 46.9272 1.02961 1.0474 1.01728 51.0444 -0.3407 4.7396
E.2.1 52.5583 51.2211 49.3873 33.8122 -69.5 -10.833 -29.304 -22.305 51.7303 1.03713 1.06421 1.02611 51.0556 -0.3777 6.4206
E.2.2 52.1849 49.9034 48.8784 44.8646 -62.695 -39.815 9.885 -59.99 28.0191 1.02097 1.06765 1.04572 50.3222 -0.6622 6.7647
E.3.1 52.4849 51.0523 48.6628 -71.697 26.205 -43.26 -30.415 13.1806 56.2724 1.0491 1.07854 1.02806 50.7333 -0.3181 7.8542
E.3.2 53.1888 52.0733 50.2378 28.7584 -64.613 -30.018 10.8927 16.9929 69.6334 1.03654 1.05874 1.02142 51.8333 -0.3354 5.8740
E.4.1 54.0392 53.4138 51.947 -77.41 17.9983 -34.506 -18.613 15.6349 65.3083 1.02824 1.04028 1.01171 53.1333 -0.267 4.0275
E.5.1 51.0699 50.6166 49.4802 42.6007 -45.951 -56.262 3.6004 -21.891 67.7844 1.02297 1.03213 1.00896 50.3889 -0.2592 3.212
E.5.2 52.7102 52.166 48.8571 -59.535 34.9748 -49.998 -43.248 4.7778 46.3537 1.06773 1.07886 1.01043 51.2444 -0.0712 7.8864
E.6.1 51.5562 49.7895 47.8543 -8.0377 -3.2575 83.8973 39.4659 -50.436 -2.3485 1.04044 1.07736 1.03548 49.7333 -0.4283 7.7357
E.6.2 52.7743 51.4052 49.2205 -78.012 15.1257 5.7441 -4.4417 35.1702 54.4657 1.04439 1.0722 1.02663 51.1333 -0.3336 7.2201
E.7.1 54.5801 52.6893 51.8972 71.061 -41.832 11.4518 29.8445 34.1383 -41.405 1.01526 1.0517 1.03589 53.0555 -0.6843 5.1696
E.7.2 53.6212 52.4375 50.3746 26.9381 -63.404 -47.097 2.3676 8.21 81.4509 1.04095 1.06445 1.02257 52.1444 -0.3173 6.4449
E.8.1 50.9715 50.2873 49.2412 16.1139 78.2517 -30.168 -45.314 24.8088 34.3554 1.02124 1.03514 1.01361 50.1667 -0.3703 3.5139
E.8.2 50.4701 49.2854 48.9112 52.4436 -73.624 14.5302 75.2456 8.8135 -11.738 1.00765 1.03187 1.02404 49.5556 -0.7495 3.187
E.9.1 52.2481 49.5108 48.0078 32.1453 -57.217 -58.808 -0.7797 39.2837 50.7054 1.03131 1.08833 1.05529 49.9222 -0.605 8.8325
E.9.2 52.5938 52.2373 51.2355 -42.791 54.9161 9.9315 -18.721 21.5911 60.7721 1.01955 1.02651 1.00682 52.0222 -0.2406 2.6510

Anda mungkin juga menyukai