Anda di halaman 1dari 144

Penuntun Praktikum

G E O L O G I
D A S A R

disusun oleh

Dr. Hasria, S.Pd., M.Si.


Suryawan Asfar, S.T., M.Si.
Masri, S.Si., M.T.

Laboratorium Teknik Geologi


• •
• •

̅
𝑁
̅ × 30%𝐸
𝑁𝐴 = 5%𝐾 × 65% 𝑁

𝑁 = 20%𝑇𝑃 × 30%𝑃𝑇 × 50%𝑃𝑆


Problem Sheet 1
Tektonik Lempeng

(1) Kunjungi situs JPL-NASA data pergerakan GPS pada


https://sideshow.jpl.nasa.gov/post/series.html. Situs ini menampilkan peta yang berisi
berbagai stasiun GPS di seluruh dunia (bersimbol titik hijau bergaris kuning). Perhatikan
bahwa anda dapat melakukan navigasi dan memperbesar laman peta untuk mengetahui
lebih banyak stasiun GPS. Temukan stasiun GPS yang ada pada gambar 2. Lengkapi isian
tabel berikut (gunakan Gambar 1 untuk memudahkan perhitungan) dan plot arah
pergerakan dan besar kecepatan stasiun GPS pada Gambar 2.

Stasiun Kecepatan latitude Kecepatan longitude Arah dan besar kecepatan resultan
JOG2 -8,460 mm/tahun 26,026 mm/tahun N103°E, 27,2 mm/tahun

a Apakah data stasiun tersebut merepresentasikan pergerakan lempeng bumi? berikan


pendapar anda!
b Berdasarkan data stasiun GPS, lempeng apa saja yang menunjukkan interaksi konvergen
dan divergen? tunjukkan batas lempengnya pada Gambar 2!
c Tinjau stasiun MSAI, OCJ2, dan KATI. Berikan pendapat anda tentang interaksi lempeng
yang terjadi di sekitar kepulauan Indonesia!
Gambar 1. Azimuth dan resultan kalkulator
Gambar 2. Lokasi beberapa stasiun GPS di berbagai belahan dunia
(2) Berikut adalah pemekaran lantai samudera yang berlangsung pada pesisir barat California
hingga Kanada. Variasi warna menunjukkan anomali magnetik. Warna merah hingga biru
menunjukkan anomali positif (+), sedangkan warna putih menunjukkan anomali negatif (-
). Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pembalikan arah magnetik bumi. Selain itu, variasi
warna juga menunjukkan perbedaan umur (dalam jutaan tahun).

a Dengan alat tulis anda, gambarkan garis yang menunjukkan pembentukan kerak baru
(pemekaran yang terjadi pada masa kini). Pada gambar dapat dijumpai 2 jenis batas
lempeng yaitu batas divergen dan batas transform, tunjukkan batas lempeng tersebut
dan arah relatif pergerakannya!
b Berapa laju pemekaran lantai samudera (nyatakan dalam cm/tahun) dari titik B hingga
mencapai titik A?
c Berapa laju pemekaran lantai samudera (nyatakan dalam cm/tahun) dari titik B hingga
mencapai titik C?
d Perhatikan bahwa di sebelah barat pusat pemekaran dijumpai batuan berumur lebih
dari 11 juta tahun, namun batuan tersebut tidak dijumpai di sisi timur. Menurut anda
apa yang terjadi pada batuan dasar samudera di sepanjang segmen C-D sehingga batuan
tertua tidak dijumpai di sisi timur zona pemekaran?
(3) Berikut adalah tabel data pusat gempa yang telah terjadi di sepanjang penampang B-B’.
pusat gempa dikategorikan dalam gempa dangkal, gempa menengah, dan gempa dalam.
Plot data lokasi pusat gempa berdasarkan kedalaman dan jaraknya terhadap palung
(trench).

a Apakah penampang tersebut menggambarkan jenis batas lempeng tertentu? Berikan


pendapat anda!
b Gambarkan garis yang menghubungkan fokus gempa pada penampang dan interpretasi
dimana zona penunjaman berlangsung di permukaan
c Jika pada zona penunjaman terbentuk magma akibat pelelehan parsial pada kedalaman
100-150 km, tunjukkan distribusi gunung api di permukaan (gambarkan dengan simbol
segitiga kecil di permukaan)
d Berikan contoh jenis interaksi lempeng tersebut di Indonesia!
𝑆𝐺 = 𝑊1 ⁄(𝑊1 − 𝑊2 )
Problem Sheet 2
Pengenalan dan Identifikasi Mineral

TABEL DESKRIPSI MINERAL


Kode Warna Belahan Rumus Kimia
Kilap Kekerasan Sifat lainnya Nama
Sampel Cerat Pecahan Mineral
Pertanyaan
1 Mengapa mineral mika yang anda deksripsi tidak dijumpai batuan peridotit?
2 Apa pebedaan yang mencolok saat anda mendeskripsi kalsit dan kuarsa
3 Bagaimana anda membedakan serpentin dan klorit pada sampel batuan yang anda
deskripsi?
4 Mineral apa saja yang anda jumpai pada batuan granit?, mengapa batuan granit
berwarna lebih terang disbanding batuan peridotit?
5 Apa pendapat anda tentang berbagai karakteristik khas pada berbagai mineral penyusun
batuan
METALLIC AND SUBMETALLIC (M) MINERAL IDENTIFICATION
STEP 1: STEP 2: STEP 3: STEP 4: STEP 5:
What is the Does the What is the Match the mineral’s Mineral name. Find
mineral’s mineral mineral’s physical properties to other out more about it in
hardness? have streak? characteristic properties the mineral
cleavage? below. database (Fig.3.21).

HARD Color silvery gold; Tarnishes brown; H 6–6.5; Brittle;


(H > 5.5) conchoidal to uneven fracture; Crystals: cubes (may be Pyrite
striated), pyritohedrons, or octahedrons; Distinguished
Scratches glass Dark gray from chalcopyrite, which is soft
to black
Not scratched Silvery dark gray to black; Tarnishes gray or rusty
by masonry nail yellow-brown; Strongly attracted to a magnet and may Magnetite
or knife blade be magnetized; H 6–6.5; Crystals: octahedrons

Cleavage Color submetallic silvery brown; Tarnishes to dull and


absent, Yellow-brown earthy yellow-brown to brown rust colors; H 1–5.5; Limonite
poor, or More commonly occurs in its nonmetallic yellow to
not visible brown forms (H 1–5)
HARD Color silvery black to black; Tarnishes gray to black;
or Brown H 5.5–6; May be weakly attracted to a magnet; Chromite
SOFT Crystals: octahedrons
Color steel gray, reddish-silver, to glittery bright silver
Red to (var. specular); Both metallic varieties have the Hematite
red-brown characteristic red-brown streak; May be attracted to a
magnet; H 5–6; Also occurs in nonmetallic, dull to
earthy, red to red-brown forms
Color bright silvery gray; Tarnishes dull gray; Brittle:
Dark gray breaks into cubes and shapes made of cubes; H 2.5; Galena
to black Crystals: cubes or octahedrons; Feels heavy for its
Cleavage size because of high specific gravity
good to
excellent Color silvery yellow-brown, silvery red, or black with
White to pale submetallic to resinous luster; Tarnishes brown or Sphalerite
yellow-brown black; H 3.5–4.0; smells like rotten eggs when
scratched, powdered, or in acid test
Color bright silvery gold; Tarnishes bronze brown
brassy gold, or iridescent blue-green and red; Chalcopyrite
H 3.5–4.0; Brittle; uneven fracture; Crystals:
tetrahedrons

SOFT Color characteristically brownish-bronze; Tarnishes


(H < 5.5) bright iridescent purple, blue, and/or red, giving It its
Dark gray nickname “peacock ore”; May be weakly attracted to Bornite
to black a magnet; H 3; Usually massive, rare as cubes or
Does not dodecahedrons
scratch glass
Color opaque brassy to brown-bronze; Tarnishes dull
Scratched by brown, may have faint iridescent colors; Fracture
masonry nail or uneven to conchoidal; No cleavage; Attracted to a
knife blade Pyrrhotite
Cleavage magnet; H 3.5–4.5; Usually massive or masses of tiny
absent, crystals; Resembles chalcopyrite, which is softer and
poor, or not attracted to a magnet
not visible
Color dark silvery gray to black; Can be scratched
with your fingernail; Easily rubs off on your fingers and Graphite
clothes, making them gray; H 1–2
Metallic or silky submetallic luster, Color dark brown,
Yellow-brown gray, or black; H 5–5.5; Forms layers of radiating Goethite
microscopic crystals and botryoidal masses
Color copper; Tarnishes dull brown or green;
Copper H 2.5–3.0; Malleable and sectile; Hackly fracture; Copper (native copper)
Usually forms dendritic masses or nuggets
Color yellow gold; Does not tarnish; Malleable and
Gold sectile; H 2.5–3.0; Forms odd-shaped masses, Gold (native gold)
nuggets, or dendritic forms
Color silvery white to gray; Tarnishes gray to black;
Silvery white H 2.5–3.0; Malleable and sectile; Forms dendritic Silver (native silver)
masses, nuggets, or curled wires

FIGURE 3.18 Identification chart for opaque minerals with metallic or submetallic luster (M) on freshly broken surfaces.

90 ■ L A B O R AT O R Y 3
DARK TO MEDIUM-COLORED NONMETALLIC (NM) MINERAL IDENTIFICATION
STEP 2: STEP 4:
STEP 1: STEP 3:
What is Find mineral name(s) and
What is the Compare the mineral’s
the check the mineral
mineral’s physical properties to other
mineral’s database for additional
hardness? distinctive properties below.
cleavage? properties (Figure 3.21).

Translucent to opaque dark gray; blue-gray, or black; May have silvery Plagioclase feldspar
iridescence; 2 cleavages at nearly 90° and with striations; H 6
Translucent to opaque brown, gray, green, or red; 2 cleavages at Potassium feldspar (K-spar)
nearly right angles; Exsolution lamellae; H 6
Green to black; Vitreous luster; H 5.5–6.0; 2 cleavages at about 124° Actinolite (amphibole)
Cleavage and 56° plus uneven fracture; Usually forms long blades and masses
excellent of needle-like crystals
or good
Dark gray to black; Vitreous luster; H 5.5–6.0; 2 cleavages at about Hornblende (amphibole)
124° and 56° plus uneven fracture; Forms long crystals that break into
blade-like fragments
HARD Dark green to black; Dull to vitreous luster; H 5.5–6.0; two cleavages Augite (pyroxene)
(H > 5.5) at nearly right angles (93° and 87°) plus uneven fracture; Forms short
crystals with squarish cross sections; Breaks into blocky fragments
Scratches Transparent or translucent gray, brown, or purple; Greasy luster; Quartz
glass Massive or hexagonal prisms and pyramids; H 7 Smoky quartz (black/brown var.),
Amethyst (purple var.)
Not Gray, black, or colored (dark red, blue, brown) hexagonal prisms with Corundum
scratched flat striated ends; H 9 Emery (black impure var.),
by masonry Ruby (red var.) Sapphire (blue var.)
nail or knife
blade Opaque red-brown or brown; Luster waxy; Cryptocrystalline; H 7 Jasper (variety of quartz)
Transparent to translucent dark red to black; Equant (dodecahedron) Garnet
Cleavage crystal form or massive; H 7
absent,
poor, or Opaque gray; Luster waxy; Cryptocrystalline; H 7 Chert (gray variety of quartz)
not visible Opaque black; Luster waxy; Cryptocrystalline; H 7 Flint (black variety of quartz)
Black or dark green; Long striated prisms; H 7–7.5 Tourmaline
Olive green, Transparent or translucent; No cleavage; Usually has Olivine
many cracks and conchoidal to uneven fracture; Single crystals or
masses of tiny crystals resembling green granulated sugar or
aquarium gravel; The crystals have vitreous (glassy) luster
Opaque dark gray to black; Tarnishes gray to rusty yellow-brown; Magnetite
Cleavage absent; Strongly attracted to a magnet; May be
magnetized; H 6–6.5
Opaque green; Poor cleavage; H 6–7 Epidote
Opaque brown prisms and cross-shaped twins; H 7 Staurolite
Yellow-brown, brown, or black; vitreous to resinous luster (may also Sphalerite
be submetallic); Dodecahedral cleavage; H 3.5–4.0; Rotten egg smell
when scratched or powdered
Cleavage Purple cubes or octahedrons; Octahedral cleavage; H 4 Fluorite
excellent
or good Black short opaque prisms; Splits easily along 1 excellent Biotite (black mica)
cleavage into thin sheets; H 2.5–3
Green short opaque prisms; Splits easily along 1 excellent Chlorite
cleavage into thin sheets; H 2–3
SOFT
(H < 5.5) Opaque rusty brown or yellow-brown; Massive and amorphous; Limonite
Yellow-brown streak; H 1–5.5
Does not Rusty brown to red-brown, may have shades of tan or white; Earthy Bauxite
scratch glass and opaque; Contains pea-sized spheres that are laminated
internally; H 1–5; Pale brown streak
Scratched by Deep blue; Crusts, small crystals, or massive; Light blue streak; Azurite
masonry nail H 3.5–4
or knife Cleavage
blade absent, Opaque green or gray-green; Dull or silky masses or asbestos; Serpentine
poor, or White streak; H 2–5
not visible
Opaque green in laminated crusts or massive; Streak pale green; Malachite
Effervesces in dilute HCI; H 3.5–4
Translucent or opaque dark green; Can be scratched with your Talc
fingernail; Feels greasy or soapy; H 1
Transparent or translucent green, brown, blue, or purple; Brittle Apatite
hexagonal prisms; Conchoidal fracture; H 5
Opaque earthy brick red to dull red-gray, or gray; H 1.5–5; Hematite
Red-brown streak; Magnet may attract the gray forms

FIGURE 3.19 Identification chart for dark to medium-colored minerals with nonmetallic (NM) luster on freshly broken surfaces.

Mineral Properties, Identification, and Uses ■ 91


LIGHT-COLORED NONMETALLIC (NM) MINERAL IDENTIFICATION
STEP 2: STEP 4:
STEP 1: STEP 3:
What is Find mineral name(s) and
What is the Compare the mineral’s
the check the mineral
mineral’s physical properties to other
mineral’s database for additional
hardness? distinctive properties below.
cleavage? properties (Figure 3.21).
White or pale gray; 2 good cleavages at nearly 90° plus uneven Plagioclase feldspar
fracture; May have striations; H 6
Orange, pink, pale brown, green, or white; H 6; 2 good cleavages at Potassium feldspar
Cleavage 90° plus uneven fracture; exsolution lamellae
excellent or
good Pale brown, white, or gray; Long slender prisms; 1 excellent Sillimanite
cleavage plus fracture surfaces; H 6–7
HARD Blue, very pale green, white, or gray; Crystals are blades; H 4–7 Kyanite
(H > 5.5)
Gray, white, or colored (dark red, blue, brown) hexagonal prisms Corundum vars. ruby (red),
Scratches with flat striated ends; H 9 sapphire (blue)
glass
Colorless, white, gray, or other colors; Greasy luster; Massive or Quartz: vars. rose (pink),
hexagonal prisms and pyramids; Transparent or translucent; H 7 rock crystal (colorless), milky
Not scratched (white), citrine (amber)
by masonry Cleavage
nail or knife absent, Opaque gray or white; Luster waxy; H 7 Chert (variety of quartz)
blade poor, or
not visible Colorless, white, yellow, light brown, or pastel colors; Translucent or Chalcedony
opaque; Laminated or massive; Cryptocrystalline; Luster waxy; H 7 (variety of quartz)
Pale green to yellow; Transparent or translucent; H 7; No cleavage; Olivine
Usually has many cracks and conchoidal to uneven fracture; Single
crystals or masses of tiny crystals resembling green or yellow
granulated sugar or aquarium gravel; Crystals vitreous (glassy)
Colorless, white, yellow, green, pink, or brown; 3 excellent cleavages; Calcite
Breaks into rhombohedrons; Effervesces in dilute HCI; H 3
Colorless, white, gray, creme, or pink; 3 excellent cleavages; Dolomite
Breaks into rhombohedrons; Effervesces in dilute HCI only if
powdered; H 3.5–4
Colorless or white with tints of brown, yellow, blue, black; Short Barite
tabular crystals and roses; Very heavy; H 3–3.5
Transparent, colorless to white; H 2, easily scratched with your Gypsum var. selenite
Cleavage fingernail; White streak; Blade-like crystals or massive
excellent or
good Colorless, white, gray, or pale green, yellow, or red; Spheres of Natrolite (zeolite)
radiating needles; Luster silky; H 5–5.5
Colorless, white, yellow, blue, brown, or red; Cubic crystals; Breaks Halite
into cubes; Salty taste; H 2.5
SOFT Colorless, purple, blue, gray, green, yellow; Cubes with octahedral Fluorite
(H < 5.5) cleavage; H 4
Colorless, yellow, brown, or red-brown; Short opaque prisms; Muscovite (white mica)
Does not Splits along 1 excellent cleavage into thin flexible transparent
scratch glass sheets; H 2–2.5
Scratched by White, gray or yellow; Earthy to pearly; massive form; H 2, easily Gypsum var. alabaster
masonry nail scratched with your fingernail; White streak
or knife blade White to gray; Fibrous form with silky or satiny luster; H 2, easily Gypsum var. satin spar
scratched with your fingernail
Yellow crystals or earthy masses; Luster greasy; H 1.5–2.5; Smells Sulfur (Native sulfur)
like rotten eggs when powdered
Opaque pale blue to blue-green; Conchoidal fracture; H 2-4; Chrysocolla
Massive or amorphous earthy crusts; Very light blue streak
Opaque green, yellow, or gray; Dull or silky masses or asbestos; Serpentine
Cleavage White streak; H 2–5
absent,
poor, or Opaque white, gray, green, or brown; Can be scratched with Talc
not visible fingernail; Greasy or soapy feel; H 1
Opaque earthy white to very light brown masses of “white clay”; Kaolinite
H 1–2; Powdery to greasy feel
Mostly pale brown to tan or white; Earthy and opaque; Contains Bauxite
pea-sized spheres that are laminated internally; H 1–5; Pale brown
to white streak
Colorless to white, orange, yellow, blue, gray, green, or red; May Opal
have internal play of colors; H 5.0–5.5; Amorphous; Often has many
cracks; Conchoidal fracture
Colorless or pale green, brown, blue, white, or purple; Brittle Apatite
hexagonal prisms; Conchoidal fracture; H 5

FIGURE 3.20 Identification chart for light-colored minerals with nonmetallic (NM) luster on freshly broken surfaces.

92 ■ L A B O R AT O R Y 3
MINERAL DATABASE (Alphabetical Listing)
Luster and Distinctive
Mineral Crystal Hardness Streak Some Uses
Properties
System
ACTINOLITE Nonmetallic 5.5–6 White Color dark green or pale green; Green gem varieties are
(amphibole) (NM) Forms needles, prisms, and the gemstone “nephrite
asbestose fibers; Good cleavage jade”; asbestos products
Monoclinic at 56° and 124°; SG = 3.1

AMPHIBOLE: See HORNEBLENDE and ACTINOLITE

APATITE Nonmetallic 5 White Color pale or dark green, brown, blue, Used mostly to make
Ca5F(PO4)3 (NM) white, or purple; Sometimes colorless; fertilizer, pesticides;
calcium Transparent or opaque; Brittle; Transparent varieties
fluorophosphate Conchoidal fracture; Forms hexagonal sold as gemstones
Hexagonal prisms; SG = 3.1–3.4

ASBESTOS: fibrous varieties of AMPHIBOLE and SERPENTINE

AUGITE Nonmetallic 5.5–6 White to Color dark green to brown or black; Ore of lithium, used to
(pyroxene) (NM) pale gray Forms short, 8-sided prisms; Two make lithium batteries,
calcium good cleavages that intersect at 87° ovenware glazes, high
ferromagnesian and 93° (nearly right angles); temperature grease, and
silicate Monoclinic SG = 3.2–3.5 to treat depression

AZURITE Nonmetallic 3.5–4 Light blue Color a distinctive deep blue; Ore of copper used to
Cu3(CO3)2(OH)2 (NM) Forms crusts of small crystals, make pipes, electrical
copper carbonate opaque earthy masses, or short wire, coins, ammunition,
hydroxide and long prisms; Brittle; Effervesces bronze, brass; added to
Monoclinic in dilute HCI; SG = 3.7–3.8 vitamin pills for healthy
hair and skin; Gemstone
3–3.5 White
BARITE Colorless to white, with tints of Ore of barium, used to
BaSO4 Nonmetallic brown, yellow, blue, or red; Forms harden rubber, make
barium sulfate (NM) short tabular crystals and fluorescent lamp
rose-shaped masses (Barite roses); electrodes, and in fluids
Brittle; Cleavage good to excellent; used to drill oil/gas wells
Orthorhombic Very heavy, SG = 4.3–4.6

BAUXITE Nonmetallic 1–3 White Brown earthy rock with shades of Ore of aluminum used to
Mixture of (NM) gray, white, and yellow; Amorphous; make cans, foil, airplanes,
aluminum Often contains rounded pea-sized solar panels; Ore of
hydroxides No visible structures with laminations; gallium used to make LED
crystals SG = 2.0–3.0 bulbs and liquid crystal
displays in cell phones,
computers, flat screen
televisions

BIOTITE MICA Nonmetallic 2.5–3 Gray-brown Color black, green-black, or Used for fire-resistant
ferromagnesian (NM) to white brown-black; Cleavage excellent; tiles, rubber, paint
potassium, hydrous Monoclinic Forms very short prisms that
aluminum silicate split easily into very thin,
K(Mg,Fe)3 (Al,Si3O10)(OH,F)2 flexible sheets; SG = 2.7–3.1

BORNITE Metallic 3 Dark gray Color brownish bronze; Tarnishes bright Ore of copper, used to
Cu5FeS4 (M) to black purple, blue, and/or red; May be weakly make pipes, electrical
copper-iron sulfide attracted to a magnet; H 3; Cleavage wire, coins, ammunition,
absent or poor; Forms dense brittle bronze, brass; added to
Isometric masses; Rarely forms crystals vitamin pills for healthy
hair and skin
CALCITE Nonmetallic 3 White Usually colorless, white, or yellow, but Used to make antacid
CaCO3 (NM) may be green, brown, or pink; Opaque tablets, fertilizer, cement;
calcium carbonate or transparent; Excellent cleavage in 3 Ore of calcium
directions not at 90°; Forms prisms,
rhombohedrons, or scalenohedrons that
break into rhombohedrons; Effervesces
Hexagonal in dilute HCI; SG = 2.7

CHALCEDONY Nonmetallic 7 White* Colorless, white, yellow, light Used as an abrasive;


SiO2 (NM) brown, or other pastel colors Used to make glass,
cryptocrystalline in laminations; Often translucent; gemstones (agate,
quartz No visible Conchoidal fracture; Luster waxy; chrysoprase)
crystals Cryptocrystalline; SG = 2.5–2.8
*Streak cannot be determined with a streak plate for minerals harder than 6.5. They scratch the streak plate.

FIGURE 3.21 Mineral Database. This is an alphabetical list of minerals and their properties and uses.

Mineral Properties, Identification, and Uses ■ 93


MINERAL DATABASE (Alphabetical Listing)
Luster and Distinctive
Mineral Crystal Hardness Streak Some Uses
Properties
System
CHALCOPYRITE Metallic 3.5–4 Dark gray Color bright silvery gold; Tarnishes Ore of copper, used to
CuFeS2 (M) bronze brown, brassy gold, or iridescent make pipes, electrical
copper-iron sulfide blue-green and red; Brittle; No cleavage; wire, coins, ammunition,
Forms dense masses or elongate bronze, brass; added to
Tetragonal tetrahedrons; SG = 4.1–4.3 vitamin pills for healthy
hair and skin

CHERT Nonmetallic 7 White* Opaque gray or white; Luster Used as an abrasive;


SiO2 (NM) waxy; Conchoidal fracture; Used to make glass,
cryptocrystalline No visible SG = 2.5–2.8 gemstones
quartz crystals

CHLORITE Nonmetallic 2–2.5 White Color dark green; Cleavage Used as a “filler” (to take
ferromagnesian (NM) excellent; Forms short prisms up space and reduce
aluminum Monoclinic that split easily into thin cost) in plastics for car
silicate flexible sheets; Luster bright parts, appliances;
or dull; SG = 2–3 Massive pieces carved
(Mg,Fe,Al)6(Si,Al)4O10(OH)8 into art sculptures
CHROMITE Metallic 5.5–6 Dark brown Color silvery black to black; Tarnishes Ore of chromium for
FeCr2O4 (M) gray to black; No cleavage; May be chrome, stainless steel,
iron-chromium oxide weakly attracted to a magnet; Forms mirrors, yellow and green
dense masses or granular masses of paint pigments and
Isometric small crystals (octahedrons) ceramic glazes, and pills
for healthy metabolism
and cholesterol levels

CHRYSOCOLLA Nonmetallic 2–4 Very light Color pale blue to blue-green; Opaque; Ore of copper, used to
CuSiO3 · 2H2O (NM) blue Forms cryptocrystalline crusts or may make pipes, electrical
hydrated copper be massive; Conchoidal fracture; wire, coins, ammunition,
silicate Orthorhombic Luster shiny or earthy; SG = 2.0–4.0 bronze, brass; added to
vitamin pills for healthy
hair and skin; Gemstone

COPPER Metallic 2.5–3 Copper Color copper; Tarnishes brown or green; Ore of copper, used to
(NATIVE COPPER) (M) Malleable; No cleavage; Forms odd- make pipes, electrical
Cu shaped masses, nuggets, or dendritic wire, coins, ammunition,
copper Isometric forms; SG = 8.8–9.0 bronze, brass; added to
vitamin pills for healthy
hair and skin

CORUNDUM Nonmetallic 9 White* Gray, white, black, or colored (red, blue, Used for abrasive
Al2O3 (NM) brown, yellow) hexagonal prisms with powders to polish lenses;
aluminum oxide flat striated ends; Opaque to gemstones (red ruby,
transparent; Cleavage absent; blue sapphire);
Hexagonal SG = 3.9–4.1 H 9 emery cloth

DOLOMITE Nonmetallic 3.5–4 White Color white, gray, creme, or Ore of magnesium used
CaMg(CO3)2 (NM) pink; Usually opaque; Cleavage to make paper;
magnesian calcium excellent in 3 directions; Breaks lightweight frames for jet
carbonate into rhombohedrons; Resembles engines, rockets, cell
calcite, but will effervesce in phones, laptops; pills for
dilute HCI only if powdered; good brain, muscle, and
Hexagonal SG = 2.8–2.9 skeletal health

EPIDOTE Nonmetallic 6–7 White* Color pale or dark green to Used as a green
complex silicate (NM) yellow-green; Massive or forms gemstone
striated prisms; Cleavage poor;
Monoclinic SG = 3.3–3.5

FELDSPAR: See PLAGIOCLASE (Na-Ca Feldspars) and POTASSIUM FELDSPAR (K-Spar)

FLINT Nonmetallic 7 White* Color black to very dark gray; Used as an abrasive;
SiO2 (NM) Opaque to translucent; Used to make glass;
cryptocrystalline No visible Conchoidal fracture; Crypto- Black gemstone
quartz crystals crystalline; SG = 2.5–2.8

FLUORITE Nonmetallic 4 White Colorless, purple, blue, gray, Ore of fluorine used in
CaF2 (NM) green, or yellow; Cleavage fluoride toothpaste,
calcium fluoride excellent; Crystals usually refrigerant gases, rocket
cubes; Transparent or fuel
Isometric opaque; Brittle; SG = 3.0–3.3
*Streak cannot be determined with a streak plate for minerals harder than 6.5. They scratch the streak plate.

FIGURE 3.21 (continued)

94 ■ L A B O R AT O R Y 3
MINERAL DATABASE (Alphabetical Listing)
Luster and Distinctive
Mineral Crystal Hardness Streak Some Uses
Properties
System
GALENA Metallic 2.5 Gray to Color bright silvery gray; Tarnishes dull Ore of lead for television
PbS (M) dark gray gray; Forms cubes and octahedrons; glass, auto batteries,
lead sulfide Brittle; Cleavage good in three solder, ammunition; May
directions, so breaks into cubes; be an ore of bismuth (an
Isometric SG = 7.4–7.6 impurity) used as a lead
substitute in pipe solder
and fishing sinkers; May
be an ore of silver (an
impurity) used in jewelry,
electrical circuit boards
GARNET Nonmetallic 7 White* Color usually red, black, or brown, Used as an abrasive;
complex silicate (NM) sometimes yellow, green, pink; Red gemstone
Forms dodecahedrons; Cleavage
Isometric absent but may have parting; Brittle;
Translucent to opaque; SG = 3.5–4.3
GOETHITE Metallic 5–5.5 Yellow-brown Color dark brown to black; Ore of iron for iron and
FeO(OH) (M) Tarnishes yellow-brown; Forms steel used in machines,
iron oxide hydroxide layers of radiating microscopic buildings, bridges, nails,
crystals; SG = 3.3–4.3 tools, file cabinets; Added
to pills and foods to aid
Orthorhombic hemoglobin production in
red blood cells
GOLD Metallic 2.5–3.0 Gold-yellow Color gold to yellow-gold; Does not Ductile and malleable
(NATIVE GOLD) (M) tarnish; Ductile, malleable and sectile; metal used for jewelry;
Au Hackly fracture; SG = 19.3; No cleavage; Electrical circuitry in
pure gold Forms odd-shaped masses, nuggets, computers, cell phones,
Isometric and dendritic forms car air bags; Heat shields
for satellites
GRAPHITE Metallic 1 Dark gray Color dark silvery gray to black; Forms Used for pencils, anodes
C (M) flakes, short hexagonal prisms, and (negative ends) of most
carbon earthy masses; Greasy feel; Very batteries, synthetic motor
soft; Cleavage excellent in 1 oil, carbon steel, fishing
Hexagonal direction; SG = 2.0–2.3 rods, golf clubs
GYPSUM Nonmetallic 2 White Colorless, white, or gray; Forms Plaster-of-paris,
CaSO4 · 2H2O (NM) tabular crystals, prisms, blades, wallboard, drywall, art
hydrated calcium or needles (satin spar variety); sculpture medium
sulfate Monoclinic Transparent to translucent; Very (alabaster)
soft; Cleavage good; SG = 2.3
HALITE Nonmetallic 2.5 White Colorless, white, yellow, blue, brown, Table salt, road salt;
NaCl (NM) or red; Transparent to translucent; Used in water softeners
sodium chloride Brittle; Forms cubes; Cleavage and as a preservative;
Isometric excellent in 3 directions, so breaks Sodium ore
into cubes; Salty taste; SG = 2.1–2.6
HEMATITE Metallic (M) 1–6 Red to Color silvery gray, reddish silver, black, Red ochre pigment in
Fe2O3 or red-brown or brick red; Tarnishes red; Opaque; paint and cosmetics. Ore
iron oxide Nonmetallic Soft (earthy) and hard (metallic) varieties of iron for iron and steel
(NM) have same streak; Forms thin tabular used in machines,
crystals or massive; May be attracted buildings, bridges, nails,
Hexagonal to a magnet; SG = 4.9–5.3 tools, file cabinets; Added
to pills and foods to aid
hemoglobin production in
red blood cells
HORNBLENDE Nonmetallic 5.5–6.0 White to Color dark gray to black; Fibrous varieties used for
(amphibole) calcium (NM) pale gray Forms prisms with good cleavage fire-resistant clothing,
ferromagnesian at 56° and 124°; Brittle; Splintery or tiles, brake linings
aluminum silicate Monoclinic asbestos forms; SG = 3.0–3.3

JASPER Nonmetallic 7 White* Color red-brown, or yellow; Opaque; Used as an abrasive;


SiO2 (NM) Waxy luster; Conchoidal fracture; Used to make glass,
cryptocrystalline No visible Cryptocrystalline; SG = 2.5–2.8 gemstones
quartz crystals
KAOLINITE Nonmetallic 1–2 White Color white to very light brown; Used for pottery, clays,
Al4(Si4O10)(OH)8 (NM) Commonly forms earthy, microcrystalline polishing compounds,
aluminum silicate Triclinic masses; Cleavage excellent but absent in pencil leads, paper
hydroxide hand samples; SG = 2.6

K-SPAR: See POTASSIUM FELDSPAR

KYANITE Nonmetallic 4–7 White* Color blue, pale green, white, or gray; High temperature
Al2(SiO4)O (NM) Translucent to transparent; Forms ceramics, spark plugs
aluminum silicate blades; SG = 3.6–3.7
oxide Triclinic
*Streak cannot be determined with a streak plate for minerals harder than 6.5. They scratch the streak plate.

Mineral Properties, Identification, and Uses ■ 95


MINERAL DATABASE (Alphabetical Listing)
Luster and Distinctive
Mineral Crystal Hardness Streak Some Uses
Properties
System
LIMONITE Metallic (M) 1–5.5 Yellow- Color yellow-brown to dark brown; Yellow ochre pigment in paint
Fe2O3 · nH2O or brown Tarnishes yellow to brown; and cosmetics. Ore of iron for
hydrated iron oxide Nonmetallic Amorphous masses; Luster dull or iron and steel used in machines,
and/or (NM) earthy; Hard or soft; SG = 3.3–4.3 buildings, bridges, nails, tools,
FeO(OH) · nH2O file cabinets; Added to pills and
hydrated iron oxide foods to aid hemoglobin
hydroxide Amorphous production in red blood cells
MAGNETITE Metallic (M) 6–6.5 Dark gray Color silvery gray to black; Opaque; Ore of iron for iron and steel
Fe3O4 or Forms octahedrons; Tarnishes gray; used in machines, buildings,
iron oxide Nonmetallic No cleavage; Attracted to a magnet bridges, nails, tools, file
(NM) and can be magnetized; SG = 5.0–5.2 cabinets; Added to pills and
foods to aid hemoglobin
Isometric production in red blood cells
MALACHITE Nonmetallic 3.5–4 Green Color green, pale green, or gray- Ore of copper, used to make
Cu2CO3(OH)2 (NM) green; Usually in crusts, laminated pipes, electrical wire, coins,
copper carbonate masses, or microcrystals; Effervesces ammunition, bronze, brass;
hydroxide in dilute HCl; SG = 3.6–4.0 added to vitamin pills for healthy
Monoclinic hair and skin; Gemstone

MICA: See BIOTITE and MUSCOVITE


MUSCOVITE MICA Nonmetallic 2–2.5 White Colorless, yellow, brown, or red- Computer chip substrates,
potassium hydrous (NM) brown; Forms short opaque prisms; electrical insulation, roof
aluminum silicate Cleavage excellent in 1 direction, can shingles, Cosmetics with a
KAl2(Al,Si3O10)(OH,F)2 be split into thin flexible transparent satiny sheen
Monoclinic sheets; SG = 2.7–3.0

NATIVE COPPER: See COPPER

NATIVE GOLD: See GOLD

NATIVE SILVER: See SILVER

NATIVE SULFUR: See SULFUR

NATROLITE Nonmetallic 5–5.5 White Colorless, white, gray, or pale Used in water softeners
(ZEOLITE) (NM) green, yellow, or red; Forms
Na2(Al2Si3O10) · 2H2O masses of radiating needles;
hydrous sodium Silky luster; SG = 2.2–2.4
aluminum silicate Orthorhombic
OLIVINE Nonmetallic 7 White* Color pale or dark olive-green to Green gemstone (peridot); Ore
(Fe,Mg)2SiO4 (NM) yellow, or brown; Forms short crystals of magnesium used to make
ferromagnesian that may resemble sand grains; paper; lightweight frames for
silicate Conchoidal fracture; Cleavage absent; jet engines, cell phones,
Brittle; SG = 3.3–3.4 laptops; pills for good brain,
Orthorhombic muscle, and skeletal health
OPAL Nonmetallic 5–5.5 White Colorless to white, orange, yellow, Gemstone
SiO2 · nH2O (NM) brown, blue, gray, green, or red; may
hydrated silicon have play of colors (opalescence);
dioxide Amorphous; Cleavage absent;
Amorphous Conchoidal fracture; SG = 1.9–2.3
PLAGIOCLASE Nonmetallic 6 White Colorless, white, gray, or black; May Used to make ceramics, glass,
FELDSPAR (NM) have iridescent play of color from enamel, soap, false teeth,
NaAlSi3O8 to within; Translucent; Forms striated scouring powders
CaAl2Si2O8 tabular crystals or blades; Cleavage
calcium-sodium good in two directions at nearly 90°;
aluminum silicate Triclinic SG = 2.6–2.8
POTASSIUM Nonmetallic 6 White Color orange, brown, white, green, Used to make ceramics, glass,
FELDSPAR (NM) or pink; Forms translucent prisms enamel, soap, false teeth,
KAlSi3O8 with subparallel exsolution lamellae; scouring powders
potassium aluminum Cleavage excellent in two directions
silicate Monoclinic at nearly 90°; SG = 2.5–2.6
PYRITE Metallic 6–6.5 Dark gray Color silvery gold; Tarnishes brown; Ore of sulfur for matches,
(“fool’s gold”) (M) H 6–6.5; Cleavage absent to poor; gunpowder, fertilizer, rubber
FeS2 Brittle; Forms opaque masses, cubes hardening (car tires), fungicide,
iron sulfide (often striated), or pyritohedrons; insecticide, paper pulp
Isometric SG = 4.9–5.2 processing
PYRRHOTITE Metallic 3.5–4.5 Dark gray Color brassy to brown-bronze; Ore of iron and sulfur; Impure
(M) to black Tarnishes dull brown, sometimes with forms contain nickel and are
FeS faint iridescent colors; Fracture used as nickel ore; the nickel is
iron sulfide uneven to conchoidal; No cleavage; used to make stainless steel
Monoclinic attracted to a magnet; SG = 4.6
*Streak cannot be determined with a streak plate for minerals harder than 6.5. They scratch the streak plate.

96 ■ L A B O R AT O R Y 3
MINERAL DATABASE (Alphabetical Listing)
Luster and
Distinctive
Mineral Crystal Hardness Streak Some Uses
System Properties

PYROXENE: See AUGITE

QUARTZ Nonmetallic 7 White* Usually colorless, white, or gray but Used as an abrasive;
SiO2 (NM) uncommon varieties occur in all colors; Used to make glass,
silicon dioxide Transparent to translucent; Luster gemstones
greasy; No cleavage; Forms hexagonal
Hexagonal prism and pyramids; SG = 2.6–2.7

Some quartz varieties are:


• var. flint (opaque black or dark gray)
• var. smoky (transparent gray)
• var. citrine (transparent yellow-brown)
• var. amethyst (purple)
• var. chert (opaque gray)
• var. milky (white)
• var. jasper (opaque red or yellow)
• var. rock crystal (colorless)
• var. rose (pink)
• var. chalcedony (translucent, waxy
luster)

SERPENTINE Nonmetallic 2–5 White Color pale or dark green, yellow, Fibrous varieties used for
Mg6Si4O10(OH)8 (NM) gray; Forms dull or silky masses fire-resistant clothing,
magnesium silicate and asbestos forms; No cleavage; tiles, brake linings
hydroxide Monoclinic SG = 2.2–2.6

SILLIMANITE Nonmetallic 6–7 White Color pale brown, white, or gray; High-temperature
Al2(SiO4)O (NM) One good cleavage plus fracture ceramics
aluminum silicate surfaces; Forms slender prisms
Orthorhombic and needles; SG = 3.2

SILVER Metallic 2.5–3.0 White to Color silvery white to gray; Tarnishes Ductile and malleable
(NATIVE SILVER) (M) silvery white dark gray to black; Ductile, malleable metal used for jewelry and
Ag and sectile; Hackly fracture; No silverware; Electrical circuit
pure silver cleavage; Forms nuggets, curled boards for computers and
Isometric wires, and dendritic forms; SG = 10.5 cell phones; Photographic
film

SPHALERITE Metallic (M) 3.5–4 White to pale Color silvery yellow-brown, dark red, Ore of zinc for brass,
ZnS or yellow-brown or black; Tarnishes brown or black; galvanized steel and
zinc sulfide Nonmetallic Dodecahedral cleavage excellent to roofing nails, skin-healing
(NM) good; Smells like rotten eggs when creams, pills for healthy
scratched/powdered; Forms immune system and
misshapen tetrahedrons or protein production: Ore of
Isometric dodecahedrons; SG = 3.9–4.1 Indium (an impurity) used
to make solar cells

STAUROLITE Nonmetallic 7 White to Color brown to gray-brown; Tarnishes Gemstone crosses


iron magnesium (NM) gray* dull brown; Forms prisms that called “fairy crosses”
zinc aluminum interpenetrate to form natural crosses;
silicate Monoclinic Cleavage poor; SG = 3.7–3.8

SULFUR Nonmetallic 1.5–2.5 Pale yellow Color bright yellow; Forms Used for matches,
(NATIVE SULFUR) (NM) transparent to translucent gunpowder, fertilizer, rubber
S crystals or earthy masses; hardening (car tires),
sulfur Cleavage poor; Luster greasy to fungicide, insecticide,
Orthorhombic earthy; Brittle; SG = 2.1 paper pulp processing

TALC Nonmetallic 1 White Color white, gray, pale green, or Used as a “filler” (to take
Mg3Si4O10(OH)2 (NM) brown; Forms cryptocrystalline up space and reduce cost)
hydrous magnesian masses that show no cleavage; in plastics for car parts,
silicate Luster silky to greasy; Feels appliances; Massive
greasy or soapy (talcum powder); pieces carved into art
Monoclinic Very soft; SG = 2.7–2.8 sculptures

TOURMALINE Nonmetallic 7–7.5 White* Color usually opaque black or green, Crystals used in radio
complex silicate (NM) but may be transparent or transmitters; gemstone
translucent green, red, yellow, pink
or blue; Forms long striated prisms
with triangular cross sections;
Hexagonal Cleavage absent; SG = 3.0–3.2

ZEOLITE: A group of calcium or sodium hydrous aluminum silicates. See NATROLITE.


*Streak cannot be determined with a streak plate for minerals harder than 6.5. They scratch the streak plate.

Mineral Properties, Identification, and Uses ■ 97


BAB 3 BATUAN BEKU
3.1 Batuan

Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak
bumi (Gambar 3.1). Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu: batuan beku (igneous
rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam bumi atau
dipermukaan bumi; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari sedimen hasil
rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material organik, atau hasil
penguapan dari larutan; dan batuan metamorfik (metamorphic rock), merupakan hasil
perubahan dalam keadaan padat dari batuan yang telah ada menjadi batuan yang
mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda, sebagai akibat perubahan panas,
tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiganya. Semua jenis batuan ini dapat
diamati dipermukaan sebagai (singkapan). proses pembentukannya juga dapat diamati
saat ini. Sebagai contoh, kegiatan gunung api yang menghasilkan beberapa jenis batuan
beku, proses pelapukan , erosi, transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah
melalui proses pembatuan (lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen.

Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai
proses yang mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang kurun
waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis yang
lain. Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus) batuan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1 Batuan merupakan kumpulan/agregat dari satu atau lebih jenis mineral
yang terbentuk secara alamiah.
Gambar 3.2 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap,
tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus

3.2 Asal Kejadian Batuan Beku

Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari
selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan ini
berasal dari dalam bumi, dimana temperatur pada umumnya bertambah dengan 30oC
setiap kilometer kedalaman (geothermal gradien). Bahan yang lebur ini, atau magma,
adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai jenis gas. Magma
dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava, dan membeku di
dalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku dipermukaan disebut
sebagai batuan beku ekstrusif.

Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada saat
pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor
diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan pendinginan dan reaksi
yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat
magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama
yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen.

Seri reaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 memberikan petunjuk pembentukan
berbagai jenis batuan beku dan menjelaskan asosiasi dari beberapa mineral.
Gambar 3.3 Seri reaksi untuk pembentukan batuan beku dari magma

Pada Gambar 3.3ditunjukkan bahwa mineral pertama yang terbentuk cenderung


mengandung silika rendah. Seri reaksi menerus (continuous) pada plagioklas
dimaksudkan bahwa, kristal pertama, plagioklas-Ca (anorthite), menerus bereaksi
dengan sisa larutan selama pendinginan berlangsung. Disini terjadi substitusi Sodium
(Na) terhadap Kalsium (Ca).

Seri tak-menerus (discontinuous) terdiri dari mineral-mineral feromagnesian (Fe-Mg).


Mineral pertama yang terbentuk adalah olivine. Hasil reaksi selanjutnya antara olivine
dan sisa larutannya membentuk piroksen (pyroxene). Proses ini berlanjut hingga
terbentuk biotite.
Apabila magma asal mempunyai kandungan silika rendah dan kandungan besi (Fe) dan
magnesium (Mg) tinggi, magma dapat membentuk batuan sebelum seluruh seri reaksi
ini terjadi. Batuan yang terbentuk akan kaya Mg dan Fe, yang dikatakan sebagai batuan
mafic , dengan mineral utama olivin, piroksen dan plagioklas-Ca. Sebaliknya, larutan
yang mengandung Mg dan Fe yang rendah, akan mencapai tahap akhir reaksi, dengan
mineral utama felspar, kwarsa dan muskovit, yang dikatakan sebagai batuan felsic atau
sialic.

Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat terjadi di
alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu pemisahan
kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau penyaringan (filtering), juga oleh
proses asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan yang terlibat akibat naiknya cairan
magma, atau oleh percampuran (mixing) dua magma dari komposisi yang berbeda.
3.3 Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku

Batuan intrusif dan batuan ekstrusif dapat berupa bentuk geometri yang bermacam-
macam. Gambar 3.4 menunjukkan bentuk-bentuk batuan beku yang umumnya dijumpai
dialam, dan hubungan antara jenis batuan dan keberadaannya ditunjukkan pada Tabel
3.1

Tabel 3.1 Hubungan antara jenis batuan dan kebaradaannya pada kerak bumi
Jenis Batuan Bentuk
Pumice Aliran lava, piroklastik
Scoria Kerak pada aliran lava, piroklastik
Obsidian Aliran lava
EKS Ryolit
Andesit Aliran lava, intrusi dangkal
Basalt
Ryolit porfir Korok (Dikes), sill, lakolit,
Andesit porfir diintrusikan pada kedalaman
Basalt porfir menengah - dangkal
Granit
INT Diorit Batolit dan stock berasal dari
Gabro intrusi dalam
Peridotit

Gambar 3.4 Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi
Masa batuan beku (pluton) intrusif adalah batolit (batholith), umumnya berkristal kasar
(phaneritic), dan berkomposisi granitik. Stok (stock), mempunyai komposisi yang sama,
berukuran lebih kecil (< 100 km). Korok (dike) berbentuk meniang (tabular), memotong
arah struktur tubuh batuan. Bentuk-bentuk ini, didasarkan pada hubungan kontaknya
dengan struktur batuan yang diterobos disebut sebagai bentuk batuan beku yang
diskordan (discordant igneous plutons). Sill, berbentuk tabular, dan Lakolit (lacolith),
tabular dan membumbung dibagian tengahnya, memotong sejajar arah umum batuan,
yang disebut sebagai bentuk batuan beku yang konkordan (concordant igneous plutons).

3.4 Pengenalan Batuan Beku

Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur nya.
Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut
dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian
magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran tentang sejarah atau proses
pendinginan dari magma.

Komposisi Mineral
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur utama
yaitu; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan Magnesium.
Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama yaitu; Felspar, Olivin, Piroksen,
Amfibol, kwarsa dan Mika. Mineral-Mineral ini menempati lebih dari 95% volume
batuan beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal.

Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak
mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang,
sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya
mempunyai warna yang gelap. Bagan yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 merupakan
cara pengenalan secara umum yang didasarkan terutama pada komposisi mineral.
Gambar 3.5 Bagan untuk pengenalan dan klasifikasi umum batuan beku

Sebagai penjelasan, muskovit dan biotit adalah mineral tambahan dan bukan mineral
utama untuk dasar pengelompokan. Amfibol dan piroksen menjadi mineral tambahan
pada kelompok batuan granitik.

Tekstur
Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan butiran atau
kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal tekstur-tekstur yang
utama yaitu :
Fanerik (phaneric)
Terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (kristal) kasar,
umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada pengamatan lebih
seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk kristal yang sempurna
(euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral) bentuk kristal tak baik
(anhedral).

Gambar 3.6 Tekstur fanerik yang memperlihatkan mineral yang dapat diidentifikasi
dengan mata telanjang.

Afanitik (aphanitic)
Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil dari 1
mm, dan tidak dapat diamati di bawah pengamatan biasa.
Gambar 3.7 Tekstur batuan afanitik, yang tidak dapat diamati dengan mata
telanjang.

Porfiritik (Porphyritic)
Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran
(kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut
sebagai fenokris (phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau matriks
(matrix) yang lebih halus (dapat berupa kristal halus (afanitik), maupun fanerik).
Gambar 3.8 Tekstur afanitik porfiritik dan fanerik porfiritik.

Vesikuler (Vesicular)
Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong, oval
atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang terperangkap pada saat
pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral disebut amygdaloidal.

Gelas (glassy)
Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph).

Gambar 3.9 Beberapa tekstur yang umum dalam batuan beku. Gelas (pertama dari
kiri), vesikuler (kedua dari kiri), porfiritik (ketiga dari kiri), fanerik (keempat dari
kiri).

Beberapa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati secara makroskopik


diantaranya adalah; tekstur ofitik (ophytic) atau tekstur diabasik (diabasic).

Tekstur pada batuan beku merupakan pencerminan mineralogi dan proses pembekuan
magma atau lava pada tempat pembentukannya. Tekstur fanerik adalah hasil
pembekuan yang lambat, sehingga dapat terbentuk kristal yang kasar. Umumnya
terdapat pada batuan plitonik. Tekstur afanitik atau berbutir halus, umumnya terdapat
pada batuan ekstrusif, yang merupakan hasil pembekuan yang bertahap, dari proses
pendinginan yang lambat, dan sebelum keseluruhan magma membeku, kemudian
berubah menjadi cepat. Tekstur vesikuler merupakan ciri aliran lava, dimana terjadi
lolosnya gas pada saat lava masih mencair, menghasilkan rongga-rongga. Tekstur gelas
terjadi karena pendinginan yang sangat cepat tanpa disertai gas, sehingga larutan
mineral tidak sempat membentuk kristal (amorph). tekstur ini umumnya terdapat pada
lava.

3.5 Klasifikasi Batuan Beku

Dasar untuk mengelompokan batuan beku yang terutama adalah kriteria tentang
komposisi mineral dan tekstur. Kriteria ini tidak saja berguna untuk pemerian batuan,
akan tetapi juga untuk menjelaskan asal kejadian batuan.

Banyak sekali klasifikasi yang dapat dipakai, yang penting untuk diketahui untuk
kriteria mineralogi adalah ;

- Kehadiran Mineral Kwarsa


Kwarsa adalah mineral utama pada batuan felsik, dan merupakan mineral
tambahan pada batuan menengah atau mafik.

- Komposisi dari Felspar


K-Felspar dan Na-Felspar adalah mineral-mineral utama pada batuan felsik,
tetapi jarang atau tidak terdapat pada batuan menengah atau mafik. Ca-
Plagioklas adalah mineral karakteristik batuan mafik.
-Proporsi Mineral Feromagnesia (Fe-Mg)
Sebagai batasan umum, batuan mafik kaya akan mineral Fe-Mg, dan batuan
felsik kaya akan kwarsa. Olivin umumnya hanya terdapat pada batuan mafik.
Piroksen dan amfibol hadir pada batuan mafik sampai menengah. Biotit
umumnya terdapat pada batuan menengah sampai felsik.

Gambar 3.5 adalah bagan klasifikasi yang umum, yang dapat dipakai untuk pemerian
jenis batuan beku secara makroskopik.

3.6 Praktikum

Tujuan
• Dapat mendeskripsi dan menginterpretasi tekstur batuan beku
• Dapat mendeskripsi komosisi mineral dari batuan beku
• Dapat mengklasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi mineral
• Mengeksplorasi lebih lanjut informasi tentang batuan beku dari sumber lain
(internet, buku, dll)

Peralatan
• Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan beku.
GEOTOOLS

0
SHEET 1

VISUAL ESTIMATION OF PERCENT

1 cm
AGI-NAGT Laboratory Manual in Physical Geology

0
2

1 cm
9
3

2
15%

45%

85%

4
5%

3
5

4
6

5
7

6
7
8

7
8
galena
halite,

(o -fel
pyr ugite

K
r
First cut along

AGI-NAGT Laboratory Manual in Physical Geology


90°

t
93°

ho dspa
(a
oxe )

dashed line

cla r

9
nes

6
se)
Then cut out
87

(h
°

each red

56
am orn
CUBIC (3

°
triangle

10
a ph ble
or t 90° ib nd
PRISM ) ol e)
94 A
es
° (2 at 9 TIC
C 0°) (2
T I °)

11
pla 0 a
124
gio
ea A

feld clase
PR 6° a
°
(2 n I S M
r9

t5

spa
IS nd 1

5
r
PR

MA 24°)

Gonio

12
e
ag
TIC

86°
m
v
Clea

ete

13
r

(6 at 6ECAH
DO

60°

14
ED 105°)
RAL

AG

4
D

T I
- NA G
0° a ED

e
alerit
BO nd

sph
°
n

105
M a

15
H

d 1 RA
O 75°

a
[Se t 120° and 60°) s
20
t

a cond vage L °) °
(3 H at 71 ary clea09° 20
te,
1

16
R
lci ite
4 ma ° a n d 1
a
c lom
in cleavages
do °
OCTAHEDRAL
75
3

17
fluorite
109°

71°

18
19
2

GEOTOOLS
20

0 1 cm 2 3 4 5 6 7 8

SEDIMENT GRAIN SIZE SCALE Cut out these


21

AGI-NAGT Laboratory Manual in Physical Geology tools or make


1/256 mm 1/16 mm copies of them
1

22

0.0039 mm 0.0625 mm 2.0 mm


for your
CLAY SILT SAND GRAVEL personal use.
23

Fine Coarse
inches

No
visible
grains
24
0

M00_AGI6608_11_SE_Insert2.indd 1 12/1/16 6:45 PM


IGNEOUS ROCK ANALYSIS AND CLASSIFICATION
STEP 1 & 2: MCI and Mineral Composition STEP 3: Texture
Quartz Pegmatitic
hard, transparent, gray, mostly crystals larger than
crystals with no cleavage 1 mm: very slow cooling of
Mafic Color Index (MCI): the percent of mafic (green, dark gray, black) minerals in the rock.

magma

INTRUSIVE ORIGIN
See the top of Figure 5.2 and GeoTools Sheets 1 and 2 for tools to visually estimate MCI.

Plagioclase Feldspar Phaneritic


FELSIC MINERALS

hard, opaque, usually pale gray crystals about 1–10 mm,


to white crystals with cleavage, can be identified with a hand
often striated lens: slow cooling of magma

Porphyritic
Potassium Feldspar large and small crystals:
hard, opaque, usually pastel slow, then rapid cooling
orange, pink, or white crystals and/or change in magma
with exsolution lamellae viscosity or composition

Muscovite Mica Aphanitic


flat, pale brown, yellow, or crystals too small to identify
colorless, crystals that scratch with the naked eye or a hand
easily and split into sheets lens; rapid cooling of lava

EXTRUSIVE (VOLCANIC) ORIGIN


Biotite Mica Glassy
flat, glossy black crystals that rapid cooling and/or very
scratch easily and split into poor nucleation
sheets

Amphibole Vesicular
MAFIC MINERALS

hard, dark gray to black, brittle like meringue: rapid cooling


crystals with two cleavages that of gas-charged lava
intersect at 56 and 124 degrees

Pyroxene (augite) Vesicular


hard, dark green to green-gray some bubbles:
crystals with two cleavages that gas bubbles in lava
intersect at nearly right angles

Olivine (gemstone peridot) Pyroclastic or Fragmental:


hard, transparent to opaque, particles emitted from
pale yellow-green to dark green volcanoes
crystals with no cleavage

STEP 4: Igneous Rock Classification Flowchart


K-spar > Plagioclase quartz present... GRANITE 1,2
Feldspar > mafic minerals
Texture is no quartz........... SYENITE 1,2
pegmatitic K-spar < Plagioclase....................................... DIORITE 1,2
or phaneritic MCI = 45–85.................................................... GABBRO1,2
Feldspar < mafic minerals
MCI = 85–100 (< 15% felsic minerals) ........... PERIDOTITE
Also refer to
felsic (MCI = 0–15) and/or pink, white, or pale brown............................................... RHYOLITE2,3 Figure 5.2
Texture is intermediate (MCI = 15–45) and/or green to gray...................................................... ANDESITE2,3
aphanitic and/or mafic (MCI > 45) and/or dark gray to black .............................................................. BASALT2,3
vesicular mafic with abundant vesicles (resembles a sponge) ................................................ SCORIA
intermediate or felsic with abundant tiny vesicles—like meringue, floats in water.. PUMICE

Glassy texture ................................................................................................................................................. OBSIDIAN

fragments < 2mm.................................................................. TUFF


Pyroclastic (fragmental) texture
fragments > 2mm.................................................................. VOLCANIC BRECCIA
1
Add pegmatite to end of name if crystals are > 1 cm (e.g., granite-pegmatite).
2
Add porphyritic to front of name when present (e.g., porphyritic granite, porphyritic rhyolite).
3
Add vesicular to front of name when present (e.g., vesicular basalt).

FIGURE 5.4 Igneous rock analysis and classification. Step 1—Estimate the rock’s mafic color index (MCI). Step 2—Identify the main
rock-forming minerals if the mineral crystals are large enough to do so, and estimate the relative abundance of each mineral (using a Visual
Estimation of Percent chart from GeoTools Sheet 1 or 2). Step 3—Identify the texture(s) of the rock. Step 4—Use the Igneous Rock Classification
Flowchart to name the rock. Start on the left side of the flowchart, and work toward the right side to the rock name.

136 ■ L A B O R AT O R Y 5
IGNEOUS ROCKS CLASSIFICATION
1. Mafic Color
Index (MCI) Felsic Intermediate Mafic Ultramafic
Estimate the rock’s
percent of mafic
(green, dark gray, and
black) mineral crystals.
You can also use visual 0 15 45 85 100%
estimators in GeoTools Felsic Intermediate Mafic Ultramafic
1 and 2. (0 to 15% mafic crystals) (16 to 45% mafic crystals) (46 to 85% mafic crystals) (> 85% mafic crystals)
100%
Muscovite

A LS
LS
ER A
Quartz
IN ER
80 ) M IN
ge k)M
Plagioclase
r an ac
Feldspar o bl
2. Minerals n/ ,
Identify minerals
ow ay
in the rock, if
br gr
60 k
ar
possible, and
e
the percent al d
of each one. You , p n,
can use visual
estimators in
Potassium
Feldspar ray ree
g g
GeoTools 1 and 2. (K-Spar) ht Olivine

n:
Skip this step if the ig

ia
40
, l

es
rock is glassy or
aphanitic. ite

n
h

ag
:w

om
ed
olor er
r Pyroxene
C (F
ht- (augite)
(Lig
20
IC IC
FEL S AF
M
ite Amphibole
Biot
(hornblende)
0
3. Texture(s)
Identify the rock’s 4. Rock Name: Select name below, based on data from steps 1–3.
texture(s).
Pegmatitic: PEGMATITIC PEGMATITIC PEGMATITIC PEGMATITIC
very
INTRUSIVE ORIGIN

GRANITE DIORITE GABBRO PERIDOTITE


coarse-grained

Phaneritic:
coarse-grained GRANITE DIORITE GABBRO PERIDOTITE
(SYENITE, if no quartz)
Phenocrysts1 PORPHYRITIC PORPHYRITIC PORPHYRITIC PORPHYRITIC
in a phaneritic GRANITE DIORITE GABBRO PERIDOTITE
groundmass

Phenocrysts1 PORPHYRITIC PORPHYRITIC PORPHYRITIC


in an aphanitic RHYOLITE ANDESITE BASALT
groundmass

Aphanitic:
fine-grained RHYOLITE ANDESITE BASALT
EXTRUSIVE ORIGIN

Glassy OBSIDIAN KOMATIITE


(resembles basalt but
has 1–10 cm long
SCORIA criss-crossing needles
PUMICE (resembles a sponge) of olivine or pyroxene)
Vesicular (abundant tiny vesicles–like meringue;
very lightweight; white or gray; floats in water) VESICULAR BASALT
(has few scattered vesicles)

Pyroclastic or VOLCANIC TUFF (fragments < 2 mm)


Fragmental VOLCANIC BRECCIA (fragments > 2 mm)
1
Phenocrysts are crystals conspicuously larger than the finer grained groundmass (main mass, matrix) of the rock.

FIGURE 5.5 Igneous Rock Classification Chart. Obtain data about the rock in Steps 1–3, then use that data to select the name of the
rock (Step 4). Also refer to FIGURE 5.4 and the examples of classified igneous rocks in FIGURES 5.8–5.14.

Igneous Rocks and Processes ■ 137


Estimate the Percentage of Mafic Minerals

Name: Course/Section: Date:

felsic intermediate mafic ultramafic


(granite, rhyolite) (diorite, andesite) (basalt, gabbro) (peridotite, etc.)

15% 45% 85%

5% 30% 60% 95%

Figure A5.5.1  

The mafic minerals in photo A are shown


A B as black areas in map B. Use the scale
above to estimate the percentage of
mafic minerals in this rock.

mafic %:

Based on your estimate, describe this


rock as felsic, intermediate, mafic, or
ultramafic.

Now do the same analysis for the three


rocks shown below.

C D E

mafic %: mafic %: mafic %:


rock description: rock description: rock description:

Figure A5.5.2  

  143

M05_AGI6608_11_SE_C05.indd 143 12/20/16 7:13 PM


Estimate Mineral Composition of a Phaneritic
Rock by Point Counting
Name: Course/Section: Date:

Geologists sometimes classify rocks using a technique called point-counting to estimate the relative abundance
of different minerals in a rock. A phaneritic igneous rock is shown in the photograph marked A. The four major
minerals in the rock are identified in the map marked B. You will use the map and a point-counting technique
adapted for this lab to classify the rock.

A B

biotite
potassium plagioclase
feldspar feldspar
quartz

The basic idea is to identify the mineral found at each of several points on the rock. We draw a square grid with 5
vertical and 5 horizontal lines on some opaque paper. Each of the 25 spots where the grid lines cross will be
called a node. At each node, we will create a small hole in the grid so that we can see the map of the rock
through the hole.

We count the number of node points that are filled with each of the four major minerals (that is, with each of the
four colors on the map), and use that number to estimate the total volume of each major mineral in the rock. You
can see more than one mineral through the hole at some node points, so either pick the mineral that fills most of
the hole, or if two minerals each fill about half the hole, count each as 0.5.
Figure A5.6.1    

Point Count, Grid C


C
Number of
nodes
filled with
the mineral

( x 4) = % potassium feldspar
(pink)

( x 4) = % plagioclase feldspar
(white)

( x 4) = % quartz (gray)

( x 4) = % biotite (black)

Figure A5.6.2  

144 

M05_AGI6608_11_SE_C05.indd 144 12/20/16 7:13 PM


How reliable was that sample of 25 points as a way to estimate
D the modal composition of the rock? Let’s see.

The grid has been shifted in three different ways, so we can


sample three different sets of points. Repeat the point count for
each of these three grids.

Point Count, Grid D


Number of nodes
filled with the
mineral

( x 4) = % potassium feldspar (pink)

( x 4) = % plagioclase feldspar (white)

( x 4) = % quartz (gray)

( x 4) = % biotite (black)

Point Count, Grid E


E
( x 4) = % potassium feldspar (pink)

( x 4) = % plagioclase feldspar (white)


A
( x 4) = % quartz (gray)

( x 4) = % biotite (black)

Point Count, Grid F


( x 4) = % potassium feldspar (pink)

( x 4) = % plagioclase feldspar (white)

( x 4) = % quartz (gray)

( x 4) = % biotite (black)

Use the data from the point counts of grids D, E, and F to


F complete the following table.

average standard deviation


potassium feldspar
plagioclase feldspar
quartz
biotite

Do the results of your point count of grid C on the previous page


fall within one standard deviation of the average of grids D, E,
and F for each of the major minerals? Explain…

What type of phaneritic igneous rock is shown in photograph A?

Figure A5.6.2  (continued)

  145

M05_AGI6608_11_SE_C05.indd 145 12/20/16 7:14 PM


Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ___________
150
ACTIVITY Analysis and Interpretation of Igneous Rocks

IGNEOUS ROCKS WORKSHEET

Sample Texture(s) Present Minerals Present and Mafic Color Rock Name How Did the Rock Form Relative to
Number Their % Abundance Index from Bowen’s Reaction Series and
or Letter Intrusive/Extrusive Processes?
ACTIVITY Estimate Rock Composition

Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ___________


A. Estimate mafic color index (MCI) for each rock below, using a Visual Estimation of Percent Chart (cut from GeoTools 1 or
2 at the back of the manual). For the rocks with visible crystals, determine the percent of each mineral by point counting
along the line provided and by using the Visual Estimation of Percent Chart. Based on all methods, determine the rock’s
compositional group. All of these rocks are shown at their actual size (x1).

Mafic Color Index (MCI): Mafic Color Index (MCI):

Compositional Group: Compositional Group:

Mafic Color Index (MCI): Mafic Color Index (MCI):

Percent Based Percent Based Percent Based Percent Based


Mineral on Visual on Point Mineral on Visual on Point
Estimation Counting Estimation Counting

Plagioclase feldspar Potassium feldspar

Hornblende Plagioclase feldspar

Quartz
Compositional Group:
Biotite

Compositional Group:

B. REFLECT & DISCUSS


1. Which method do you think is the best one to use for determining the rock’s compositional group? Why?

2. Is there any benefit to using two or all three methods to determine the rock’s compositional group? Why?
Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ___________
150
ACTIVITY 5.8 Analysis and Interpretation of Igneous Rocks
IGNEOUS ROCKS WORKSHEET

Sample Texture(s) Present Minerals Present and Mafic Color Rock Name How Did the Rock Form Relative to
Number Their % Abundance Index from Bowen’s Reaction Series and
or Letter Intrusive/Extrusive Processes?
BAB 4 BATUAN SEDIMEN

4.1 Kejadian Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari
proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang
binatang, sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup penghancuran batuan
oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan pengangkutan hasil tersebut kemudian
terubah oleh proses kompaksi, sementasi menjadi batuan yang padat.

4.2 Tekstur Batuan Sedimen

Besar butir (grain size)


Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang
dipakai adalah “skala Wentworth”

Diameter butir Istilah


Lebih besar 256 mm Bourder (bongkah)
64 mm s/d 256 mm Cobble (berangkal)
4 mm s/d 64 Pebble (kerakal)
2 mm s/d 4 mm Granuale (kerikil)
1/16 mm s/d 1/16 mm Sand (pasir)
1/256 mm s/d 1/16 mm Silt (lanau)
Lebih kecil 1/256 Clay (lempung)

Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir.
Istilah-istilah yang dipakai adalah “terpilah baik” (butir-butir sama besar), “terpilah
sedang dan “terpilah buruk (gambar 3.1).

Gambar 4.1 Perbandingan pemilahan


Gambar 4.2 Contoh visual pemilahan baik (kiri) dan pemilahan buruk (kanan).

Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran. Istilah-istilah
yang dipakai adalah (gambar 3.2) :
- membundar baik (well rounded)
- membundar (rounded)
- membundar tanggung (sub rounded)
- menyudut tanggung (sub angular)
- menyudut (angular)
Gambar 4.3 Perbandingan kebundaran

Gambar 4.4 Kenampakan kebundaran butir.

Kemas (Fabric)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di antara
semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah “kemas terbuka” digunakan untuk butiran
yang tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup” untuk butiran yang saling
bersentuhan
Gambar 4.5 Kenampakan kemas terbukan dan tertutup.

Porositas
Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan
dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif yang merupakan
fungsi daya serap batuan terhadap cairan. Porositas ini dapat diuji dengan meneteskan
cairan. Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas dangat baik” (very good), “baik”
(good), “sedang” (fair), “buruk” (poor.

Semen dan Masa Dasar


Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat pembentukan
batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral lempung.

Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan.
Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan
semen atau butiran yang lebih halus.
Gambar 4.6 Hubungan antara matrik, semen, dan butiran.

4.3 Struktur Sedimen

Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk pada
saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen yang
dapat diamati pada satuan antara lain :

Perlapisan
Perlapisan adalah bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan oleh perbedaan besar
butir atau warna dari bahan penyusunannya. Jenis perlapisan beragam dari sangat tipis
(laminasi) sampai sangat tebal.

Perlapisan bersusun (graded bedding)


Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus pada satu
satuan perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk bagian bawah dan bagian
atas dari perlapisan tersebut. Umumnya butir yang kasar merupakan bagian bawah
(bottom) dan butiran yang halus merupakan bagian atas (top).

Perlapisan silang-siur (cross bedding)


Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnya
dengan sudut yang berlainan dalam satu satuan perlapisan (Gambar 3.3). Lapisan ini
terutama terdapat pada batupasir.

Gelembur gelombang (current ripple)


Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan (gb 3.3).
Flute cast
Struktur sedimen berbentuk suling dan terdapat pada dasar suatu lapisan yang dapat
dipakai untuk menentukan arus purba (gambar 3.2).

Load cast
Struktur sedimen yang terbentuk akibat pengaruh beban sedimen diatasnya (gambar
3.3).

Gambar 4.7 Beberapa struktur sedimen, perlapisan gelembur (kiri atas), perlapisan
sejajar (kanan atas dan kiri bawah), perlapisan bersusun (kanan bawah).

Gambar 4.8 Contoh perlapisan silangsiur.


Gambar 4.9 Struktur-struktur sedimen pada batuan sedimen.

4.4 Komposisi Batuan Sedimen

Batuan sedimen dibentuk dari material batuan lain yang telah mengalami pelapukan dan
stabil dalam kondisi temperature dan tekanan permukaan. Batuan sedimen dibentuk
oleh 4 material utama yaitu :

a. Kwarsa
b. Karbonat
c. Lempung
d. Fragmen batuan

Kwarsa
Kwarsa adalah salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan sedimen yang berasal
dari batuan granit kerak kontinental, bersifat keras, stabil dan tahan terhadap pelapukan.
Kwarsa tidak mudah lapuk walaupun telah mengalami transportasi oleh air, malahan
sering terakumulasi seperti endapan pasir fluvial pada lingkungan pantai.

Kalsit
Kalsit adalah mineral utama pembentuk batugamping (limestones) yang juga dapat
berfungsi sebagai semen pada batupasir dan batulempung. Kalsium (Ca) berasal dari
batuan-batuan beku, sedangkan karbonat berasal dari air dan karbon dioksida. Kalsium
diendapkan sebagai CaCO3 atau diambil dari air laut oleh organisme-organisme dan
dihimpun sebagai material cangkang. Ketika organisme tersebut mati, fragmen-fragmen
cangkangnya biasanya terkumpul sebagai partikel klastik yang paling kaya membentuk
macam-macam batugamping.

Lempung
Mineral-mineral lempung berasal dari pelapukan silikat, khususnya feldspar. Mereka
sangat halus serta terkumpul dalam lumpur dan serpih. Kelimpahan feldspar dalam
kerak bumi dan bukti bahwa pelapukan secara cepat dibawah kondisi atmosfer, terlihat
dari mineral-mineral lempung pada batuan-batuan sedimen dalam jumlah yang besar.

Fragmen-fragmen batuan
Batuan sumber yang telah mengalami pelapukan membentuk fragmen-fragmen berbutir
kasar dan endapan klastik seperti kerikil. Fragmen-fragmen batuan adalah juga hadir
sebagai butiran dalam beberapa batuan berukuran halus.

4.5 Klasifikasi Batuan Sedimen

Golongan detritus/klastik
Breksi (Breccia)
Berukuran butir lebih besar dari 2 mm, dengan fragmen menyudut, umumnya terdiri
dari fragmen batuan hasil rombakan yang tertanam dalam masa dasar yang lebih halus
dan tersemenkan. Bahan penyusun dapat berupa bahan dari proses vulkanisme yang
disebut breksi volkanik.

Konglomerat (Conglomerate)
Berukuran butir lebih besar dari 1/16 mm - 2 mm. Dapat dikelompokkan menjadi,
Batupasir halus, sedang dan kasar.
Jenis-jenis batupasir ditentukan oleh bahan penyusunannya misalnya ; “Greywacke”
yaitu batupasir yang banyak mengandung material volkanik. “Arkose”, yaitu batupasir
yang banyak mengandung felspar dan kwarsa. Kadang-kadang komposisi utama dipakai
untuk penamaannya misalnya; Batupasir kwarsa, “Kalkarenit” yaitu hampir
keseluruhannya terdiri dari butiran gamping.

Batulanau (Siltstone)
Berukuran butir antara 1/256 - 1/16 mm, perbedaan dengan batupasir atau betulempung
hanya perbedaan besar butirnya.

Batulempung (Claystone)
Berukuran butir sangat luas, lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari mineral-
mineral lempung. Perbedaan komposisinya dapat dicirikan dari warnanya (berhubungan
dengan lingkungan pengendapan)
Serpih (Shale)
Serpih mempunyai sifat-seperti batulempung atau batulanau, tetapi pada bidang-bidang
lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih (berlembar).

Napal (Marl)
Napal adalah batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi, yaitu
antara 30% - 60%. Sifat ini dapat berangsur menjadi lebh kecil dari 30% yang dikenal
dengan nama batulempung gampingan dan dapat lebih besar dari 60% yang disebut
batugamping lempungan (umum dijumpai dalam pemerian batuan detrius yang
mengandung unsur karbonat).

Gambar 4.10 Beberapa contoh batuan sedimen klastik.

Golongan karbonat
Secara umum dinamakan batugamping (Limestone) karena komposisi utamanya adalah
mineral kalsit (CaCO2). Termasuk pada kelompok ini adalah Dolomit (CaMg (CO3)2).

Sumber yang utama batugamping adalah “terumbu” (reef), yang berasal dari kelompok
binatang laut. Macam-macam batugamping dapat dilihat pada Gambar.3.6.

Pada batugamping klastik, sedimentasi mekanis sangat berperan, dimana bahan


penyusun merupakan hasil rombakan dari sumbernya.

Dikenal beberapa jenis batugamping :

-Kalkarenit yaitu batupasir dengan butiran gamping/kalsit


-Kalsirudit yaitu berukuran butir lebih besar dari 2 mm dan
-Batugamping bioklastik atau batugamping kerangka (Skeletal),
Pada sedimentasi organik dikenal “Batugamping terumbu” dimana bahan penyusun
terdiri dari Koral, Foraminifera dan ganggang yang saling mengikat satu sama lainnya.

Sedimentasi yang sifatnya kimiawi, merupakan hasil penguapan larutan gamping,


dikenal sebagai “Batugamping kristalin”, terdiri dari kristal kalsit. Dapat disebut
dolomit, jika terjadi penggantian kristal kalsit menjadi dolomit.

Gambar 4.11 Contoh kenampakan batugamping bioklastik dan batugamping


terumbu.

Golongan evaporit
Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan tersebut.
misalnya :
Anhidrit yaitu garam CaSO4
Gypsum yaitu garam CaSO4xH2O
Halit (Rocksalt) yaitu garam NaCl.

Golongan Batubara
Terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan pemanasan.
Dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan variasi komposisi Carbon
dan Hidrogen :

- Gambut (peat) = 54% C - 5% H


- Batubara muda = 67% C - 6% H
- Batubara (Coal) = 78% C - 6% H
- Antrasit = 91% C - 3% H
Gambar 4.12 Salah satu kenampakan batubara di lapangan.

Golongan silika
Terdiri dari batuan yang umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam, bersifat
kimiawi dan kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti halnya radiolaria
dan diatomea. Contoh batuan ini adalah : Chert (Rijang), Radiolarit, Tanah Diatomea.
Gambar 4.13 Bagan klasifikasi batuan sediment

Gambar 4.14: Determinasi batuan sedimen


4.6 Praktikum

Tujuan
• Dapat mendeskripsi dan menginterpretasi tekstur batuan sedimen
• Mengklasifikasikan batuan sedimen dalam kategori kimia, detritus, dan atau
organik
• Dapat mendeskripsi komposisi mineral dari batuan sedimen
• Dapat mengklasifikasi batuan sedimen berdasarkan tekstur dan komposisi
mineral
• Dapat menginterpretasi struktur sedimen
• Dapat memperkirakan lingkungan pembentukan berdasarkan komposisi mineral,
tekstur dan struktur sedimen.
• Mengeksplorasi lebih lanjut informasi tentang batuan sedimen dari sumber lain
(internet, buku, dll)

Peralatan
• Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan sedimen.
• HCl, komparator besar butir.

Tugas
1. Deskripsi batuan sedimen.
a. Tentukan sampel batuan sedimen yang anda dapatkan termasuk dalam
golongan klastik, karbonat, evaporit, batubara atau silica!
b. Deskripsikan besar butir dan tekstur lainnya sesuai dengan golongan batuan
sedimennya. Gunakan larutan HCl untuk mengetahui material/mineral
penyusun dan semen (jika ada).
c. Jika tidak terjadi reaksi dengan HCl, tentukan kekerasan mineral penyusun
batuan tersebut, kemudian tentukan nama/jenis mineralnya.
d. Perhatikan baik-baik, apakah sampel anda memiliki fosil dan tekstur khusus
lainnya?
e. Tentukan nama batuan sesuai dengan Gambar 4.14.
f. Minta bantuan asisten untuk memastikan nama batuan dan deskripsi anda
sudah dalam keadaan benar.
M06_AGI6608_11_SE_C06.indd 178

Name:
178 

SEDIMENTARY ROCKS WORKSHEET

Sample Does Is matrix made Is matrix a mass of What is the grain size What are the grains composed of? (e.g., Assign a Where might this sediment have
number matrix fizz of microscopic intergrown crystals, or class of most particles calcite, quartz, clay, feldspar, rock fragments, provisional rock been deposited/precipitated?
or letter in acid? grains? is it clastic? (See Fig. 6.15) fossils, ooids, evaporites, pyroclasts) name. (See Fig. 6.27)

Hand Sample Analysis and Interpretation


Course/Section:
Date:
12/20/16 8:48 PM
ACTIVITY Sedimentary Rock Inquiry

Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ___________


A. Analyze the sedimentary rocks below (and actual rock samples of them if available). Beside each picture, write words and phrases to
describe the rock’s composition (what it is made of) and texture (the size, shape, and arrangement of its parts). Use your current
knowledge, and complete the worksheet with your current level of ability. Do not look up terms or other information.

1 2

3 4

5 6

B. REFLECT & DISCUSS Reflect on your observations and descriptions of sedimentary rocks in part A. Then describe how
you would classify the rocks into groups. Be prepared to discuss your classification with other geologists.
ACTIVITY Sediment Analysis, Classification, and Interpretation

Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ___________


Complete parts 1 through 6 for each sample below. Refer to FIGURES 6.2 and 6.3 as needed.
SAMPLE A
1. Grain size range in mm: _______________________________________________
0 1 mm
2. Percent of each Wentworth size class:
clay _______ silt _______ sand _______ gravel _______
3. Grain sorting (circle):
Poor Moderate Well
4. Grain roundness (circle):
Angular Subround Well-rounded
5. Sediment composition (circle):
Detrital Biochemical Chemical
(Siliciclastic) (Bioclastic)
Ooids
6. Describe how and in what environment (FIGURE 6.10) this sediment may have formed.

SAMPLE B
0 1 2 mm
1. Grain size range in mm: __________________________________________
2. Percent of each Wentworth size class:
clay ____ silt ____ sand ____ gravel ____
3. Grain sorting (circle):
Poor Moderate Well
4. Grain roundness (circle):
Angular Subround Well-rounded
5. Sediment composition (circle):
Detrital (Siliciclastic) Biochemical (Bioclastic) Chemical
6. Describe how and in what environment (FIGURE 6.10) this sediment may have formed.

SAMPLE C
0 10 mm 1. Grain size range in mm: __________________________________________
2. Percent of each Wentworth size class:
clay _______ silt _____ sand ____ gravel ____
3. Grain sorting (circle):
Poor Moderate Well
4. Grain roundness (circle):
Angular Subround Well-rounded
5. Sediment composition (circle):
Detrital Biochemical Chemical
(Siliciclastic) (Bioclastic)
6. Describe how and in what environment (FIGURE 6.10) this sediment may have formed.

D. REFLECT & DISCUSS Imagine that these sediments


are rocks. Which of the samples do you think would be the
least diagnostic of a specific ancient environment? Why?
ACTIVITY Using the Present to Imagine the Past—Dogs and
Dinosaurs
Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ___________
A. Analyze photographs X and Y below.

X. Modern dog tracks in mud with mudcracks on a tidal flat, Y. Triassic rock (about 215 m.y. old) from southeast
St Catherines Island, Georgia (x1) Pennsylvania with the track of a three-toed Coelophysis
dinosaur (x1)

1. How are the modern environment (Photograph X) and Triassic rock (Photograph Y) the same?

2. How are the modern environment (Photograph X) and Triassic rock (Photograph Y) different?

3. Describe what the Pennsylvania ecosystem (environment + organisms) was like when Coelophysis walked there about
215 million years ago.

B. REFLECT & DISCUSS Use what you learned about sediment and sedimentary rocks. Develop a hypothesis about how the
dinosaur footprint in Photograph Y was preserved.
ACTIVITY “Reading” Earth History from a Sequence of Strata

Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ___________


A. Permian strata (about 270 million years old) exposed along Interstate Route 70 in northeastern Kansas. Describe the
paleoenvironment (pink column), then apply it to infer the record of change (purple column).

RECORD OF
DESCRIPTION OF CHANGE
HAND SAMPLE DESCRIPTION OF PALEOENVIRONMENT
OUTCROP Bedding plane ROCK UNIT REPRESENTED BY

peat bog or swamp


muddy bay/estuary
surface THE ROCK UNIT

evaporating bay
ocean (marine)

land
7. Tan skeletal limestone
with shells of many kinds
of marine organisms,
bimodal cross-bedding,
oscillation ripple marks,
animal burrows, flutes,
flute casts, and chert.

6. Gray silty mudstone


(shale) with animal
burrows, fossil
clams, fossil plant
fragments, and current
ripple marks.

5. Red and gray silty


mudstone with
raindrop impressions,
fossil roots, and
mudcracks.

4. Gray silty mudstone


with abundant gypsum
layers and crystals.

3. Tan skeletal limestone


with bimodal
cross-bedding.

2. Coal. peat bog or swamp

Probably moist muddy


1. Gray silty mudstone land where ferns grew;
with mudcracks and mudcracks formed in
fossil ferns. dry periods.
1 METER

B. REFLECT & DISCUSS What could have caused the sea level to rise and fall in this way about 270 million years ago?
BAB 5 BATUAN METAMORFIK

5.1 Kejadian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan
(P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung di
bawah permukaan.

Proses metamorfosis meliputi :


- Rekristalisasi.
- Reorientasi
- pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan
atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga
hubungan antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi
kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.

5.2 Jenis metamorfisme

a) Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses


yang berperan adalah panas larutan aktif.

b) Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal


(misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang
timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadang-
kadang juga terjadi rekristalisasi.

c) Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan


temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan
tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan “zona tunjaman”
dsb.

5.3 Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar butiran
mineral (Gambar 5.1).

a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk:


“Lepidoblastik”, mineral-mineral pipih dan sejajar
“Nematoblastik”, bentuk menjarum dan sejajar
“Granoblastik”, berbentuk butir

b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik

Gambar 5.1 Tekstur batuan metamorfik

5.4 Struktur batuan metamorf

Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah “foliasi”, yaitu tekstur yang
memperlihatkan orientasi kesejajaran mineral. Kadang-kadang foliasi menunjukkan
orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila berasal dari batuan
sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada sama sekali hubungan dengan
sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga mencerminkan derajat metamorfisme.

Jenis-jenis foliasi di antaranya :

a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-putus,


dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.
b. Schistosity, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selang-
seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik.
c. Phyllitic, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur
lepidoblastik.
d. Slaty, merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.
Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan foliasi, umumnya masih menunjukkan
tekstur “granulose” (penyusunan mineral) berbentuk butir, berukuran relatif sama, atau
masif. Ini terjadi pada batuan metamorf hasil metamorfisme dinamis, teksturnya
kadang-kadang harus diamati secara langsung dilapangan misalnya; “breksi kataklastik”
dimana fragmen-fragmen yang terdiri dari masa dasar yang sama menunjukkan orentasi
arah; “jalur milonit”, yaitu sifat tergerus yang berupa lembar/bidang-bidang
penyerpihan pada skala yang sangat kecil biasanya hanya terlihat dibawah mikroskop.

4.5. Beberapa batuan metamorf yang penting

Berfoliasi

Batu sabak (Slate)


Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral. Jenis
mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral lempung,
serisit, kompak dan keras.

Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan tekstur
yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang menyeret, dan
mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot.
Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya
mineral-mineral lain disamping mika.

Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup besar
untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic, berkilap sutera
pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain, seperti turmalin dan
garnet.

Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai sifat
“bended” (“gneissic”). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan kepada batuan
beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan jalur-jalur yang
tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut (menyerat) seperti chlorit, mika,
granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.

Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil
metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam dan
mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.
Tak berfoliasi

Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa,
umumnya terjadi pada metamorfisme regional.

Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada
batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena metamorfosa
kontak atau regional.

Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (regional/thermal), berasal dari batuan
sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih dikenal
dengan nama batu bara.

Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses
hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.

5.5 Klasifikasi

Untuk mengindentifikasi batuan metamorf, dasar utama yang dipakai adalah strukturnya
(foliasi atau tak berfoliasi), dan kandungan mineral utamanya atau mineral khas
metamorf (Tabel 5.1 dan Tabel 5.2). Sedangkan klasifikasi secara umum dapat
mempergunakan Gambar 5.2
Tabel 5.1 Mineral pembentuk batuan metamorf

A. MINERAL DARI BATUAN ASAL ATAU HASIL METAMORFOSA


Kwarsa Muskovit
Plagioclas Hornblende
Ortoklas Kalsit
Biotit Dolomit

B. MINERAL KHAS BATUAN METAMORF


Sillimanit 1) Garnet 2)
Kyanit 1) Korundum 2)
Andalusit 1) Wolastonit 2) & 3)
Staurolit 1) Epidot 3)
Talk 1) Chlotit 3)

1)
metamorfosa regional
2)
metamorfosa thermal
3)
larutan kimia

Tabel 5.2 Zona derajat metamorfosa regional


DERAJAT METAMORFOSA MINERAL KHAS

RENDAH (Low grade Metamorphism) Chlorit


Biotit

PERTENGAHAN (medium grade metamorphism) Almandit


Staurolit
Kyanit

TINGGI (High grade metamorphism) Sillimanit


Gambar 5.2 Bagan untuk determinasi batuan metamorf

5.6 Praktikum

Tujuan
• Praktikan dapat membedakan batuan metamorf berfoliasi dan tidak berfoliasi
• Dapat mendeskripsi dan membedakan bentuk dan tipe foliasi.
• Dapat menentukan jenis mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf
• Dapat mengklasifikasi batuan metamorf yang umum ditemukan
Peralatan
• Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan metamorf
• HCl
Tugas
• Bedakan sampel batuan yang ada menjadi dua kemumpok, yaitu kelumpok non
foliasi dan berfoliasi.
• Untuk sampel batuan berfoliasi, mulai dari yang memiliki butir kasar, tentukan
mineral yang menyusun batuan tersebut. Kemudian identifikasi jenis foliasi
yang ada. Apakah termasuk dalam gneiss? Sekistose? Filitik? Atau slaty?
• Tentukan nama batuan dari sampel-sampel tersebut berdasarkan jenis foliasinya.
• Untuk sampel batuan yang tidak berfoliasi, tentukan mineral yang menyusun
batuan tersebut, gunakan larutan HCl dan paku baja serta peralatan lain untuk
menentukan mineral penyusun batuan tersebut.
• Minta bantuan kepada asisten praktikum untuk memastikan nama batuan yang
anda deskripsi adalah benar.
Name: ______________________________________ Course/Section: ______________________ Date: ____________
ACTIVITY Hand Sample Analysis, Classification, and Origin

METAMORPHIC ROCKS WORKSHEET

Sample Mineral Composition and Other


Letter or Texture(s) Rock Name Parent Rock Uses
Distinctive Properties
Number (Figure 7.16—Step 1) (Figure 7.16, Step 3) (Figure 7.16, Step 4) (Figure 7.16, Step 5)
(Figure 7.16, Step 2)
foliated nonfoliated

foliated nonfoliated

foliated nonfoliated

foliated nonfoliated

foliated nonfoliated
Problem Sheet 1
Berikut adalah galeri beberapa batuan metamorf. Tuliskan interpretasi anda sesuai dengan
pengetahuan awal yang anda miliki. Interpretasi berupa komposisi batuan (mineral penyusun),
tekstur (ukuran, bentuk, dan orientasi penyusun)

batuan ini tersusun atas mineral batuan ini tersusun atas mineral berukuran
gelap (biotit?) dan mineral terang halus berwarna hijau (Talc?)
yang terorientasi

batuan ini tersusun atas mineral mika


batuan ini tersusun atas mineral mika muscovite berukuran seragam dan
terorientasi dengan kristal mineral garnet terorientasi

batuan ini tersusun atas mineral kalsit


berukuran homogen

batuan ini tersusun atas kristal mineral mika


yang tidak terorientasi
Problem Sheet 2

Slate Filit Sekis

1 Deskripsikan perubahan kristal mineral pada ketiga batuan di atas!


2 Mengapa tekstur pada filit berbeda dengan sekis?
3 Apakah batuan tersebut terbentuk pada lingkungan metamorfisme yang sama? Berikan
pendapat anda!

Problem Sheet 3

Gambar berikut adalah isograde metamorfisme pada batas lempeng konvergen


1 Apa tipe metamorfisme yang dijumpai pada (1), (4), dan (5)?
2 Identifikasi fasies metamorfisme pada (1) hingga (7)
3 Apa indeks mineral yang digunakan sebagai penciri fasies pada (3), (4), dan (7)
BAB 6 PETA TOPOGRAFI

6.1 Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis-
garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi-rendahnya permukaan dari pandangan
datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit, sungai, lembah, danau, rawa, tepi-laut
dan adakalanya pada beberapa jenis peta, ditunjukkan juga, vegetasi dan obyek hasil
aktifitas manusia. Pada peta topografi standard, umumnya dicantumkan juga tanda-
tanda yang menunjukkan geografi setempat.

Peta topografi mutlak dipakai, terutama didalam perencanaan pengembangan wilayah,


sehubungan dengan pemulihan lokasi atau didalam pekerjaan konstruksi. Didalam
kegiatan geologi, peta topografi terpakai sebagai peta dasar untuk pemetaan, baik yang
bersifat regional ataupun detail, disamping foto udara atau jenis citra yang lain. Peta
topografi juga dipelajari sebagai tahap awal dari kegiatan lapangan untuk membahas
tentang kemungkinan proses geologi muda yang dapat terjadi, misalnya proses erosi,
gerak tanah/bahaya longsor dan sebagainya. Selain itu, keadaan bentang alam
(morfologi) yang dapat dibaca pada peta topografi sedikit banyak merupakan
pencerminan dari keadaan geologinya, terutama distribusi batuan yang membawahi
daerah itu dan struktur geologinya.

6.2 Sistem koordinat

Dikarenakan peta hanya memperlihatkan bagian kecil dari permukaan bumi, diperlukan
posisi dimana peta tersebut terdapat relative terhadap bumi secara keseluruhan. Oleh
karena itu dibentuk garis-garis imaginer yang memotong bumi dan disebut garis lintang
dan garis bujur (Gambar 6.1).

Dikarenakan bentuk bumi yang hampir bulat, sedangkan peta berupa permukaan datar
maka diperlukan system proyeksi untuk memproyeksikan permukaan bola atau sebagian
permukaan bola (permukaan bumi) ke permukaan data (peta). Salah satu proyeksi yang
umum digunakan adalah proyeksi “Mercator”. Namun demikian tetap terdapat distorsi,
yang tidak dapat dihindari, dalam peta yang dihasilkan jika dibandingkan dengan
keadaan sebenarnya. Distorsi tersebut kan kecil di daerah dekat katulistiwa seperti
Indonesia, dan akan besar jika di daerah dekat dengan kutub.

Dalam system koordinat geografi, pengukuran sudut digunakan menggunakan system


derajat. Dalam satu lingkaran penuh terbagi menjadi 360o, dalam satu derajat terbagi
menjadi 60’ (menit), dan dalam satu menit terbagi menjadi 60” (detik). Satu derajat
dalam garis lintang jika diukur di permukaan bumi pada garis lintang 0o akan memiliki
panjang 111km, sedangkan untuk satu derajat garis bujur jika diukur di garis katulistiwa
akan memiliki jarang 111km, sedangkan jika di ukur di kutub (geografi) akan memiliki
jarak 0km.
Gambar 6.1 Garis bujur(longintut) dan lintang(latitut) dalam system koordinat
geografi. Lintan0o terletak ada garis katulistiwa, sedangkan bujur (longitut)
memotong kutub utara dan selatan geografis melalui Greenwich pada 0o.

Sistem koordinat UTM umum digunakan di dunia didasarkan pada 60 zona utara selatan
berdasarkan garis bujur. Setiap zona UTM memiliki lebar 6o garus bujur. Grid yang
digunakan dalam system UTM merupakan system metrik, dimana nilai dari kiri ke
kanan (barat ke timur) akan meningkat, dan dari selatan ke utara akan meningkat. Satu
titik dalam sistem koordinat UTM dinyatakan dengan nilai koordinat barat-timur, utara
selatan koordinat, kemudian zona UTM dan hemisphere.

Misalnya lokasi di Semenanjung Mangkalihat dengan koordinat UTM 50N 711872mE,


109320mN menyatakan bahwa titik tersebut berada di zona 50 hemisphere utara, pada
711872 meter dari titik acuan semu (yang berada pada ujung barat dari setiap zona
UTM), dan berada sejauh 109320 meter dari katulistiwa.

Sedangkan titik di Rote, dengan titik koordinat UTM 50S 528746mE, 8820452mN
menyatakan bahwa titik tersebut berada pada zona UTM 51 di belahan bumi
(hemisphere) selatan, berjarak 528746 meter dari titik acuan semu zona 51 dan berjarak
8820453 meter dari kutub selatan (geografi).
Gambar 6.2 Pembagian zona UTM di wilayah Indonesia dan sekitarnya.

6.3 Arah peta dan deklinasi magnetik

Petunjuk arah peta ini umumnya menunjukkan dimana arah utara peta. Pada umumnya
utara peta akan berada pada arah atas, namun tidak menutup kemungkinan pada arah
yang lain. Petunjuk arah utara peta ini menunjukkan arah utara geografi. Sedangkan jika
kita menggunakan kompas makan arah utara kompas adalah arah utara magnet bumi
yang tidak sama dengan arah utara geografi. Untuk itu dalam peta topografi diperlukan
informasi perbedaan arah utara magnet bumi dan arah utara geografi. Perbedaan ini
disebut sebagai deklinasi magnetic. Dalam peta topografi yang diterbitkan oleh
BAKOSURTANAL (saat ini berubah nama menjadi Badan Informasi Geospasial),
terdapat juga arah utara grid (UG) yang menunjukkan arah utara dari grid UTM. Contoh
informasi arah deklinasi pada peta topografi terdapat pada Gambar 6.4.

6.4 Skala Peta

Skala yang dipakai dalam topografi bisa bermacam-macam misalnya, skala verbal
contoh “one inch to one mile”, atau sering kali dipakai Skala grafis berupa pita garis
yang dicantumkan pada peta. Skala ini seringkali dipakai sebagai pelengkap dari skala
perbandingan angka yang sudah dicantumkan (Gambar 6.4).

Di Indonesia, dikenal berbagai ukuran skala perbandingan skala-skala seperti 1:250.000,


1:500.000, 1:1.000.000 dikenal sebagai skala iktisar. Skala 1:25.000, 1:50.000,
1:100.000 merupakan skala standar. Skala 1:1.000, 1:5.000 atau lebih umumnya disebut
skala detail. Contoh efek skala dalam peta dan tingkat kedetilan terdapat pada Gambar
6.3.
Gambar 6.3 Skala peta untuk daerah yang sama akan memperlihatkan detil yang
berbeda.

6.5 Symbol peta

Pada peta topografi yang standard, disamping titik ketinggian hasil pengukuran
topografi, umumnya dicantumkan tanda-tanda menunjukkan sifat fisik permukaan,
misalnya sifat sungai, garis pantai dan juga obyek hasil aktifitas manusia (Gambar 6.5
dan Gambar 6.6)
Gambar 6.4 Unsur-unsur yang terdapat dalam peta topografi yang diterbitkan oleh
BIG (dahulu BAKOSURTANAL).
Gambar 6.5 Tanda-tanda pada peta topografi
Gambar 6.6 Tanda-tanda pada peta topografi (lanjutan).

6.6 Garis kontur & karakteristiknya

Pada topografi menunjukkan bentuk dan ketinggian permukaan melalui garis-garis


ketinggian (garis kontur). Garis kontur pada prinsipnya adalah garis perpotongan
bentuk muka bumi dengan bidang horizontal pada suatu ketinggian yang tetap (Gambar
6.7).
Garis kontur mempunyai sifat-sifat berikut:
• Setiap titik pada garis kontur mempunyai ketinggian yang sama.
• Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan satu dengan yang lain, atau diluar
peta.
• Setiap garis kontur yang ber-spasi seragam (uniformly spaced contour)
menunjukkan suatu keminringan lereng yang seragam.
• Garis-garis kontur yang rapat menunjukkan lereng curam.
• Garis-garis kontur yang renggang menunjukkan suatu lereng landai.
• Garis kontur yang bergigi menunjukkan suatu depresi (daerah yang rendah),
yang tanda giginya menunjukkan kearah depresi tersebut.
• Garis kontur membelok kearah hulu suatu lembah, tetapi memotong tegak lurus
permukaan sungai.
• Garis-garis kontur umumnya membulat pada punggung bukit atau gunung tetapi
membentuk lengkung yang tajam pada alur-alur lembah sungai.
• Nilai garis kontur terbesar suatu punggung bukit dan nilai terkecil pada suatu
lembah selalu terdapat berpasangan, yang berarti bahwa tidak terdapat nilai
satu kontur yang maksimum atau minimum.

Gambar 6.7 Garis kontur pada prinsipnya adalah garis perpotongan bentuk muka
bumi dengan bidang horizontal pada suatu ketinggian yang tetap.

6.7 Cara membuat peta topografi

Untuk dapat menggambarkan peta topografi yang baik, perlu diketahui unsur-unsur
penting diantaranya; bukit, lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan manusia.
Relief atau bentuk tinggi rendahnya bentang alam diukur dengan menggunakan alat
ukur seperti; teodolit, alidade, waterpas, kompas dan lain- lain. Titik yang menunjukkan
ketinggian (umumnya diambil dari datar permukaan laut diterakan pada peta menurut
skala yang tertentu.

Cara membuat kontur ketinggian yaitu dengan menggunakan titik ketinggian sebagai
kerangka. Contoh pada Gambar 6.8, titik-titik ketinggian adalah A sampai E mewakili
ketinggian dari bentang alam diukur.

Misalnya pada garis A-B dengan beda tinggi 100 m akan dibuat kontur ketinggian
100m, maka spasi antar kontur dapat diinterpolasikan jaraknya dari selisih harga kontur
dengan titik tsb. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan dengan jarak A-B pada
peta.

Demikian pula misalnya antara A-E akan dibuat kontur 250, maka konturnya adalah
selisih tinggi A dan harga kontur (250) dibandingkan dengan beda tinggi A-E dikalikan
jarak A-E sebenarnya pada peta

.
Gambar 6.8 proses pembuatan garis kontur ketinggian.
Dalam penggambaran garis kontur ketinggian, kadang-kadang diperlukan gambaran
atau sketsa bentang alamnya misalnya bukit-bukit dan lembah, alur sungainya, sehingga
dapat mengurangi kesalahan dalam interpolasi.

6.8 Penampang Topografi

Penampang topografi adalah profil yang menunjukkan muka bumi sepanjang garis
penampang tertentu. Penampang ini dibuat dengan memproyeksikan titik potong kontur
dan garis penampang pada ketinggian (Gambar 6.9). Kadang-kadang skala tegak dibuat
lebih besar dengan maksud lebih memperlihatkan profilnya.

Cara konstruksi penampang topografi adalah sebagai berikut:


A. Pilih garis dimana penampang akan dibuat (misalnya A-B pada Gambar 6.9A).
B. Catat ketinggian masing-masing kontur yg terpotong oleh garis A-B. (Gambar
6.9B). Dalam proses ini dapat menggunakan kertas grafik dimana akan dibuat
penampang topografi.
C. Buat skala/nilai ketinggian secara vertikal di sisi kanan dan kiri dari kertas
grafik yang ada digunakan dalam mengkonstruksi penampang. Pastikan nilai
ketinggiannya mencakup nilai ketinggian maksimum dan minimum dari nilai
peta yang akan dibuat penampang. Skala vertikal dapat bernilai sama dengan
skala horizontal maupun tidak.
D. Setelah itu dari titik-titik ketinggian yang dicatat pada langkah B, kemudian
tarik garis lurus ke bawah dan sesuaikan dengan nilai ketinggian di sebelah kiri
dan kanan, kemudian beri tanda.
E. Setelah itu hubungkan nilai-nilai ketinggian yang telah ditandai pada langkah
sebelumnya.
Gambar 6.9 Cara membuat penampang topografi
6.9 Analisa Peta Topografi

Analisa peta topografi dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum dilakukan


penyelidikan dilapangan ataupun pembukaan suatu wilayah. Analisa ini umumnya
disertai foto udara, atau dengan bantuan informasi keadaan geologi regional.

Seringkali keadaan topografi sangat dicerminkan oleh keadaan geologinya, sehingga


studi pendahuluan ini sangat membantu penyelidikan selanjutnya Hal-hal yang perlu
dipelajari pada peta topografi antara lain, pola garis kontur, kerapatan, bentuk-bentuk
bukit, kelurusan punggungan, bentuk lembah atau aliran, pola aliran sungai dan
sebagainya. Bebarapa sifat yang menonjol dari topografi misalnya bentuk morfologi
yang landai, umumnya ditempati oleh endapan aluvial sungai/pantai, atau batuan-batuan
yang lunak misalnya lempung, napal dan sebagainya. Bentuk perbukitan yang
bergelombang, umumnya ditempati oleh batuan yang berselang-seling, misalnya
batupasir dan lempung atau breksi.

Bukit-bukit yang menonjol dan tersendiri, seringkali merupakan suatu tubuh batuan
intruksi, misalnya andesit, basalt. Pada batugamping, sangat khas dikenal bentuk
“topografi karst” dan sebagainya.

Kelurusan punggungan atau sungai biasanya menunjukkan struktur geologi, misalnya


perlapisan batuan, jalur patahan atau batas perbedaan jenis batuan.

Pola aliran sungai, apabila dapat dikelompokkan menjadi kelompokkan menjadi


kelompok yang mendirikan batuan atau struktur tertentu.

Beberapa bentuk pola aliran antara lain adalah (Gambar 6.10) :

-Dendritik
Mempunyai pola seperti ranting pohon dimana anak sungai menggabung pada sungai
utama dengan sudut yang tajam, menunjukkan batuan yang homogen terdiri dari batuan
sedimen yang lunak atau vulkanik.

-Rectangular
Arah anak sungai dan hubungan dengan sungai utama dikontrol oleh joint (kekar-
kekar), fracture dan bidang folasi, umumnya terdapat pada batuan metamorf dan atau
batuan dengan perlapisan yang datar.

-Angulate
Mempunyai anak sungai yang pendek-pendek, sejajar, anak sungai dikontrol oleh sifat
seperti batupasir atau gamping yang mempunyai pola kekar paralel.

-Trellis
Mempunyai anak-anak sungai yang pendek-pendek sejajar, pola ini lebih menunjukkan
struktur dari pada jenis batuannya sendiri, umumnya terdapat pada daerah batuan
sedimen yang mempunyai kemiringan, serta adanya perselingan antara batuan yang
lunak dan keras dimana sungai utama umumnya dikontrol oleh adanya sesar atau
rekahan-rekahan.

-Paralel
Terbentuk pada permukaan yang mempunyai kemiringan yang seragam. Sudut anak
sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai utama umumnya dikontrol oleh sesar
atau rekahan-rekahan.

-Radial
Aliran sungai-sungai menyebar dari puncak yang lebih tinggi. Umumnya terdapat pada
puncak gunung atau bukit-bukit.

-Sentripetal
Sungai menuju kesatu arah, umumnya menunjukkan adanya depresi atau akhir dari pada
antiklin atau siklin yang tererosi.
Gambar 6.10 Jenis pola aliran Sungai
Pada peta topografi, proses geologi muda, terutama erosi akan tercermin pada bentuk
lembah dan aliran sungainya. Pada prinsipnya gaya pengikis “erosi” cenderung untuk
meratakan muka bumi ini, sampai pada batas dasar erosi yang berupa, laut, danau atau
sungai yang besar. Sehubungan dengan ini dikenal jenjang-jenjang atau stadium erosi
dari tingkat muda (youth), dewasa (mature) dan lanjut (old) untuk suatu wilayah yang
terbatas. Suatu wilayah dikatakan stadium erosinya tingkat muda apabila dicirikan oleh
bentuk lembah yang curam, berbentuk V, lurus erosi vertikal dasar lembah sangat
berperan. Pada stadium dewasa, erosi lateral mulai berperan, dinding lembah mulai
landai dan berbentuk U, dan mulai ada pengendapan. Pada stadium lanjut, dinding
lembah sudah sangat landai, bahkan berupa dataran limpahan banjir, banyak sekali
meander. Seringkali meander tersebut sudah terputus membentuk oxbow lake (Gambar
6.12).

Pada peta topografi juga dipelajari keadaan hidrografi terutama hubungan nya dengan
curah hujan dan daerah aliran sungai (DAS), dimana batas garis pemisah air (water
divide) dapat dipelajari dengan melihat bentuk-bentuk punggungan yang meliputi aliran
sungai utama (Gambar 6.11).

Gambar 6.11 Garis pemisah air yang membatasi DAS.


Gambar 6.12 Perkembangan tingkat erosi sungai
6.10 Foto Udara

Foto udara adalah alat yang fundamental dalam mempelajari geologi karena foto udara
dapat menunjukkan gambaran permukaan bumi secara terinci dari perspektif vertikal.

Gambaran vertikal pada foto udara tidak selalu menunjukkan keadaan alamiah seperti
tampak pada bentang alam. Objek-objek seperti jalan, bangunan, sawah, danau akan
mudah diketahui. Akan tetapi untuk mengidentifikasi jenis bentang alam, tubuh batuan
dan gambaran geologi lainnya, diperlukan pengalaman dan dengan kontrol keadaan
geologi yang diketahui.

Salah satu kelebihan dari foto udara adalah dapat memberikan gambaran stereoskopik
sehingga citra bentang alam akan tampil dalam gambaran tiga dimensi. Foto udara
diambil secara berurutan searah jalur terbang dengan kurang lebih 60% mengulangi
daerah yang tercakup pada foto (overlap). Apabila dua foto pada satu jalur digabungkan
dan dilihat dengan stereoskop dengan konsentrasi pandangan pada kedua foto, akan
terlihat gambaran tiga dimensi.

Beberapa foto udara vertikal telah ditampilkan dalam cetak pasangan berbentuk
stereogram. Untuk melihat gambaran tiga dimensi, letakkan stereoskop diatas
stereogram dan lakukan pandangan tepat pada garis tengah (Gambar 6.13). Atur jarak
lensa stereoskop sesuai dengan jarak mata

Gambar 6.13 Cara melihat gambaran tiga dimensi dengan menggunakan stereoskop
6.11 Praktikum

Tujuan
• Dalam praktikum kali ini praktikan diharapakan dapat memahami dan membaca
peta topografi dan foto udara.
• Praktikan dapat mengkonstruksi kontur ketinggian sederhana.
• Praktikan dapat membuat penampang topografi
• Praktikan dapat menganalisa pola aliran sungai
• Praktikan dapat menentukan garis pemisah air dari foto udara.

Peralatan
• Alat tulis (pensil, penghapus, pensil warna, penggaris, busur derajat, dll.)
• Kertas grafik
• Kertas kalkir atau plastik transparan
• Kertas A4.
• Peta-peta sebagai tugas

Tugas
1. Pada Gambar 6.14, terdapat beberapa titik ketinggian (dalam meter) dan garis
yang menunjukkan aliran sungai. Buat kontur dengan interval 10m dari peta
tersebut.
a. Mulai dengan mengamati data ketinggian yang ada, tandai ketinggian
maksimum dan minimum. Amati kemiringan lereng secara umum.
b. Kontur paling bawah (110m) telah dibuat. Tidak ada nilai yang benar-
benar 110m pada peta, namum perhatikan bahwa kontur 110m terletak
dekat dengan titik ketinggian 111m dan relative lebih jauh dari titik
106m.
c. Perhatikan juga bahwa kontur berbentuk “V” ketika melewati sungai.
d. Lanjutkan untuk kontur 120m dan seterusnya.
2. Lakukan langkah-langkah yang sama dengan tugas 1 untuk peta pada Gambar
6.15. kemudian buat penampang barat timur yang memotong titik ketinggian
65m di bagian tengah peta.
3. Gunakan peta dan ilustrasi morfologi pada Gambar 6.16.
a. Buat peta topografi pada lembar tugas dengan interval kontur 20m.
b. Buat penampang topografi barat-timur melewati BM 275 (dengan skala
vertikal dan horisontal yang sama)
4. Gunakan peta topografi daerah Bantarujeg pada Gambar 6.17
a. Identifikasi sungai sungai yang digambarkan pada peta topografi
tersebut.
b. Perhatikan sungai-sungai kecil yang mengalir ke S.Cilutung.
c. Analisis pola aliran sungai yang ada.
Gambar 6.14. peta untuk digunakan dalam Tugas 1.
Gambar 6.15. Peta untuk digunakan pada tugas 2. Ketinggian dalam meter
Gambar 6.16 peta dan sketsa kenampakan morfologi untuk Tugas 3.
Gambar 6.17 Peta topografi daerah Kebumen, Jawa Tengah (Tugas 4).
BAB 7 FOSIL DAN SKALA WAKTU GEOLOGI

7.1 Fosil

Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan dan terawetkan pada lapisan-
lapisan batuan pembentuk kerak bumi. Sisa-sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain. Fosil
merupakan pencerminan dari sifat binatang atau tumbuhan, lingkungan kehidupan serta
evolusi dari kehidupan purba.

7.2 Kegunaan Fosil

Suatu kelompok fosil merupakan petunjuk di dalam mempelajari lingkungan


kehidupannya selang waktu yang tertentu, serta penyebaran kehidupannya. Oleh karena
itu fosil sangat berguna didala :

a. Menentukan umur fosil


Fosil yang ditemukan dalam batuan mempunyai selang waktu yang tertentu. Dengan
membandingkan urutan perlapisan pada batuan sedimen dan kandungan fosilnya,
dapat ditentukan umur relatif suatu lapisan terhadap lapisan yang lain.

b. Urutan korelasi
Korelasi adalah prinsip menghubungkan lapisan yang sama umurnya pada lapisan
batuan. Dengan melihat kumpulan fosil yang sama pada satu lapisan dengan lapisan
yang lain, maka dapat dihubungkan suatu garis kesamaan waktu pembentukan batuan
tersebut.

c. Menentukan lingkungan pengendapan


Beberapa binatang dapat dipelajari lingkungan hidupnya (misalnya: lingkungan laut
dalam, laut dangkal, payau, darat dsb). Hal ini akan membantu didalam
merekontruksikan paleogeografi dari pengendapan satuan batuan.

7.3 Taksonomi

Taxonomi ialah suatu cara pengelompokkan dari kehidupan tumbuhan atau binatang
berdasarkan sifat dan hubungan genetiknya. Urutan taxonomi ialah: Kingdom, Filum,
Subfilum, kelas, ordo, genus dan species.

7.4 Umur Geologi

Umur geologi pada umumnya dikaitkan dengan sejarah kehidupan terdahulu (purba),
urut-urutan satuan batuan dan peristiwa geologi yang menyangkut skala yang besar,
misalnya: pengangkatan, pembentukan pegunungan, pembentukan cekungan dsb.
Penentuan umur geologi didasarkan pada fosil penunjuk yang biasa disebut sebagai
umur relatif, sedangkan penentuan umur geologi dengan mempergunakan metoda
radioaktif dari unsur-unsur yang terkandung dalam batuan sebagai umur absolut.

Umur relatif ini pada dasarnya adalah umur suatu proses/objek geologi dibandingkan
dengan proses atau objek geologi yang lainnya. Beberapa proses/objek geologi yang
sering digunakan untuk menentukan umur relatif adalah pengendapan sedimen,
terobosan batuan beku, pembentukan struktur geologi (lipatan, sesar dll.), pengangkatan
dan erosi.

7.5 Skala waktu geologi

Perkembangan zaman geologi disusun didalam urutan skala waktu geologi yang
meliputi : Masa (Era), Zaman (Period), dan Kala (Epoch). Masa terdiri dari
Kenozoikum, Mesozoikum, Paleozoikum, dan Pre-Kambrium (terdiri beberapa Masa).
Sedangkan Zaman terdiri dari Kuarter (Quarternary), Neogen (Neogene), Paleogen
(Paleogene), Kapur (Cretaceous), Jura (Jurassic), Trias (Triassic), Perm (Permian),
Karbon (Carboniferus), Devon (Devonian), Silur (Silurian), Ordovisium (Ordovician),
Kambrium (Cambrium) dll. Skala waktu geologi ditunjukan pada Gambar 7.1
Gambar 7.1 Skala Waktu Geologi
BAB 8 PERLAPISAN

8.1 Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen

Peta geologi umumnya menggambarkan bermacam-macam batuan dan struktur


geologinya. Gambaran tersebut mengikuti aturan atau pengertian mengenai hubungan
dan kejadian geologi suatu lapisan batuan, serta sifat-sifat hubungannya. Pengertian ini
meliputi: umur batuan, urut-urutan kejadian dan sejarah pembentukannya. Dalam
membahas urut-urutan kejadian dan sejarah pembentukan batuan sedimen, dikenal
beberapa prinsip dasar tentang letak (posisi) lapisan batuan dengan lapisan yang lain.

Prinsip Superposisi
Dalam keadaan normal, suatu lapisan batuan yang letaknya diatas satuan lapisan batuan
lain, selalu berumur lebih muda dari lapisan batuan dibawah nya.

Pada dasarnya lapisan sedimen diendapkan secara horizontal, kecuali pada lingkungan
dimana posisi sedimen terhadap cekungan mempunyai kemiringan asal (initial dip).
Pada kedudukan lapisan yang sudah terganggu karena tektonik (miring, terlipat dan
terbalik), prinsip ini dapat diterapkan apabila dapat diketahui bagian atas (top) dan
bawah (bottom) lapisan, dengan mempelajari struktur sedimennya (Gambar 4.7).

Prinsip perlapisan sejajar dan kesamaan waktu


Lapisan sedimen diendapkan dan membentuk perlapisan yang sejajar. Batas perlapisan
(garis pengendapan) merupakan garis kesamaan waktu dari satu tempat ke tempat yang
lainnya pada lapisan yang sama.

Prinsip kesinambungan
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus atau berkesinambungan (continuity),
sampai batas cekungan sedimentasinya. Suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong
secara lateral dengan tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam keadaan normal.
Kecuali apabila sudah dipengaruhi oleh aktifitas tektonik (misalnya sesar), atau
memang terjadi penipisan secara berangsur-angsur, kemungkinan adanya perubahan
facies, atau hubungan yang tak selaras.

Dengan prinsip-prinsip diatas, digunakan cara korelasi yang menghubung kan satuan
batuan di suatu tempat dengan satuan batuan di tempat yang lain didasarkan pada
kesamaan waktu pembentukannya. Untuk korelasi ini dapat dipakai sifat-sifat batuan
(korelasi litologi = kesebandingan) atau sifat kandungan fosilnya (korelasi paleontologi)
yang pada dasarnya merupakan petunjuk kesamaan waktu kejadian pembentuknya.

Bila dalam menghubungkan satuan sedimen pada satu garis waktu yang sama terdapat
perubahan sifat litologinya, misalnya batugamping disuatu tempat berubah menjadi
napal ditempat lain, dikatakan bahwa lapisan batuan tersebut “berubah fasies”. Fasies
menyangkut aspek lingkungan dan biologisnya.

8.2 Keselarasan dan ketidakselarasan

Suatu urutan beberapa satuan batuan sedimen dikatakan mempunyai hubungan yang
selaras (conformity), apabila pada pembentukannya, urutan satuan-satuan tersebut
secara vertikal merupakan hasil pengendapan yang menerus tanpa adanya selang waktu
dalam pengendapan.

Selang waktu yang hilang (time gap), dan berhentinya pengendapan disebabkan oleh
kejadian pengangkatan, perlipatan dan pensesaran isi cekungan, pengikisan (erosi),
penurunan dan pengendapan kembali di atas batuan tersebut.

Umumnya bidang ketidakselarasan dicirikan oleh suatu batas hasil erosi, dengan
endapan lingkungan darat (misal konglomerat dasar).

8.3 Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity)

Bentuk ketidakselarasan, dimana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan


membentuk sudut dengan satuan batuan di atasnya. Dalam hal ini pengangkatan sudah
disertai dengan pemiringan lapisan (tilting) atau perlipatan (folding).

Hubungan bukan keselarasan (Non-conformity), merupakan hubungan antara batuan


beku ataupun metamorf dengan batuan sedimen yang diendapkan diatasnya. pada
dasarnya hubungan ini juga merupakan ketidak selarasan, mengingat proses
pengendapan diatas batuan jenis lain akan menyangkut proses pengangkatan,
pengikisan dan penurunan kembali sehingga merupakan alas bagi batuan sedimen di
atasnya.

8.4 Hubungan antar satuan batuan dan struktur

Pada keadaan geologi dengan berbagai jenis dan satuan batuan, berlaku aturan yang
menyangkut kedudukan batuan (akan dijelaskan pada bab selanjutnya) dan hubungan
antar satuan batuan tersebut. Hubungan antar satuan batuan bisa merupakan hubungan
yang teratur (lihat Gambar 8.1), berupa tidak selaras (lihat Gambar 8.2) dan dapat juga
saling berpotongan. Keadaan potong memotong ini berhubungan dengan umur relatif
dan waktu kejadiannya (lihat Gambar 8.3).

Pada batuan beku intrusi, dapat dipastikan bahwa umurnya akan lebih muda terhadap
batuan yang diintrusi. Suatu intrusi dapat menerobos batuan sedimen, beku metamorf.
Dengan demikian hubungan potong memotong akan dapat menjelaskan kejadiannya.
Demikian halnya dengan hubungan ketidak selarasan dan juga struktur geologi (sesar).
Urutan batuan di atas bidang ketidak selarasan merupakan kejadian berikutnya dari
satuan batuan dibawahnya yang memungkinkan juga sudah mengalami beberapa
kejadian, misal, perlipatan, pensesaran dsb. Umur sesar umumnya dapat ditentukan
berdasarkan satuan batuan paling muda yang ikut tersesarkan. Maka umur sesar tersebut
adalah lebih muda dari satuan batuan tersebut.

Menghubungkan lapisan batuan yang sama

A B

Menghubungkan batas lapisan batuan, satuan batuan berubah fasies

Gambar 8.1 Prinsip kesebandingan dan korelasi pada satuan batuan


Ketidakselarasan sejajar
(paralel unconformity)

Ketidakselarasan bersudut
(angular unconformity)

+ + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Tak selaras
(non conformity)

Gambar 8.2 Jenis-jenis ketidak selarasan (unconformity)


E
D

B
A

Urutan batuan dari tua ke muda ( A - B - C - D - E )

Umur perlipatan patahan lebih tua dari lapisan di atas bidang ketidakselarasan

_
+ +
+ + +B + + +
+ _
+ _
D
+ + + + +A + + + + + +
+ + + + + + + + + + +E
+ + + + +
+ + + + + +
+ + + + + + +
+ C+ + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + +
+ + + + + + +
Urutan kejadian perlipatan intrusi ( C - A - B - D ), intrusi E

Gambar 8.3 Hubungan antara struktur dengan satuan batuan serta kejadiannya
Problem Sheet 7 Skala Waktu Geologi
1 Pada penampang stratigrafi berikut, urutkan pembentukan batuan dan event geologi yang
berlangsung dari kejadian tertua hingga kejadian termuda

a Tentukan jenis ketidakselarasan pada event S dan R, apa perbedaan mendasar kedua
ketidakselarasan tersebut
b Mengapa pada bagian timur Grand Canyon tidak dijumpai sekuen yang lengkap
dibanding pada sisi baratnya? Menurut anda event tektonik apa yang menyebabkan hal
tersebut?

c Gunakan pensil warna/bolpoin dan secara perlahan tunjukkan kontak ketidakselaran pada
foto di atas, menurut anda apa jenis ketidakselarasan yang ada pada foto?
2 Dijumpai tiga unit batuan kristalin: (A) dike basaltik, (B) granit, (C) metamorf berfoliasi.
Analisis isotop dilakukan pada mineral penyusun ketiga batuan kristalin tersebut dengan
hasil terlampir pada Tabel. Asumsikan bahwa penentuan umur absolut menggunakan
penanggalan K-Ar, dengan waktu paruh Ar40 1,25 juta tahun.

Rock unit Number of parent atoms Number of daughter atoms


Pt Dt
A 7497 1071
B 11480 3827
C 839 2517

Umur absolut batuan ditentukan dengan menghitung perbandingan antara atom induk tersisa
(Pt) terhadap keseluruhan atom yang meluruh (Po), dengan persamaan berikut:
𝑃𝑡 𝑃𝑡
𝑃% = [ = ] × 100%
𝑃0 𝑃𝑡 + 𝐷𝑡
Tentukan besar waktu paruh dengan menggunakan kurva di bawah, dan gunakan waktu
paruh K-Ar. Hasil perkalian yang diperoleh merupakan umur absolut batuan

a Berapa umur absolut dike basaltik batuan A? nyatakan juga dalam umur relatif (kurun,
masa, zaman)?
b Berapa umur absolut granit batuan B? nyatakan juga dalam umur relatif (kurun, masa,
zaman)?
c Berapa umur absolut metamorf berfoliasi batuan C? nyatakan juga dalam umur relatif
(kurun, masa, zaman)?
d Tentukan umur relatif pembentukan batupasir Y dan W berdasarkan umur absolut dari
ketiga batuan kristalin yang lain.
110

100

90

80
Remaining Parent Isotope (%)

70

60
Series1

50

40

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Half-Lives
3 Berikut adalah singkapan batubara pada suatu areal pertambangan. Singkapan tersusun atas sill
basaltik, batupasir, serpih dengan fosil daun, dan sesar.

a Tentukan umur relatif batuan serpih pada singkapan terebut berdasarkan kehadiran fosil daun
Neuropteris ferns.
b Tentukan umur absolut sill basaltik pada singkapan (gunakan waktu paruh U235-Pb207)
c Tentukan jenis sesar dan besar pergeseran pada batuan sedimen
d Berikan interpretasi urut-urutan event geologi pada singkapan tersebut, lengkapi interpretasi
anda dengan menggunakan skala waktu geologi.
BAB 9 PETA GEOLOGI
9.1 Pengertian dan Kegunaan

Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi
susunan batuan yang ada dan bentuk-bentuk struktur dari masing-masing satuan batuan
tersebut.

Peta geologi merupakan sumber informasi dasar dari jenis-jenis batuan, ketebalan,
kedudukan satuan batuan (jurus dan kemiringan), susunan (urutan) satuan batuan,
struktur sesar, perlipatan dan kekar serta proses-proses yang pernah terjadi di daerah ini.

Peta geologi ada kalanya dibuat berdasarkan kepentingan, misalnya untuk kepentingan
ilmiah (science), untuk kepentingan pertambangan, teknik sipil (engineering), pertanian,
lingkungan dsb. Hal ini akan menghasilkan bermacam-macam peta geologi, misalnya
peta geologi teknik.

9.2 Penyebaran batuan pada peta

Peta geologi dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran singkapan di lapangan, yang
kemudian diplot pada peta dasar yang dipakai (peta topografi). Untuk dapat
menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar, dipakai beberapa aturan teknis,
antara lain: perbedaan jenis batuan dan struktur geologi digambarkan berupa garis.
Penyebaran batuan beku akan mengikuti aturan bentuk tubuh batuan beku (misalnya
sill, dike, lakolit dsb., Gambar 3.4), sedangkan penyebaran batuan sedimen akan
tergantung pada jurus dan kemiringannya.

9.3 Jurus dan kemiringan lapisan batuan

Jurus dan kemiringan adalah besaran untuk menerangkan kedudukan suatu bidang.
Bidang tersebut, salah satunya adalah bidang perlapisan suatu batuan sedimen. Pada
suatu singkapan batuan berlapis, jurus dinyatakan sebagai garis arah dan kemiringan
dinyatakan sebagai besaran sudut (Gambar 9.1).
Gambar 9.1 Jurus dan kemiringan pada singkapan batuan berlapis

Secara geometris jurus dapat dinyatakan sebagai perpotongan antara bidang miring
(perlapisan batuan, bidang sesar, dll.) dengan bidang horizontal yang dinyatakan
sebagai besaran sudut, diukur dari Utara atau Selatan. Kemiringan adalah besaran sudut
vertikal yang dibentuk oleh bidang miring tersebut dengan bidang horizontal. Dalam hal
ini diambil yang maksimum, yaitu pada arah yang tegak lurus jurus lapisan batuan
(Gambar 9.2).

EBCH = bidang perlapisan


EH = jurus pada ketinggian 200 m
BC = jurus pada ketinggian 100 m
α = kemiringan lapisan
β = kemiringan semu
FG = proyeksi jurus 100 m pada
horizontal

Gambar 9.2 Geometri jurus dan kemiringan suatu lapisan batuan

Jurus umumnya diambil pada selang ketinggian yang pasti, misalnya jurus pada
ketinggian 100 m, 200 m, 300 m, dan seterusnya. Pada tampak peta (proyeksi pada
bidang horizontal), dengan sendirinya garis-garis jurus merupakan garis-garis yang
sejajar dengan spasi yang tetap. Pada suatu satuan batuan yang mempunyai ketebalan
tertentu dapat dibatasi adanya jurus lapisan bagian atas (top) dan jurus lapisan bagian
bawah (bottom) pada ketinggian yang sama. Dari sini dapat ditentukan ketebalan tiap
satuan, apabila penyebaran atau jurus top dan bottomnya dapat diketahui (Gambar 9.3).
m
botto
F s 200
Juru
N
top
20 0
s
Juru
E B G

α α
ggian
2 00 m
.
ketin
M
t' t

I
D

Penampang ketebalan (t)


A
satuan batuan C
Satu satuan
batuan

E F
B
t

m
I otto
0b
20
a
top
E
t op
200
A B α
bottom

I t

F C Proyeksi jurus
top dan bottom, dan
B penentuan ketebalan
satuan

Gambar 9.3 Penentuan ketebalan lapisan dengan metoda orthografi

9.4 Hubungan kedudukan lapisan dan topografi

Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan
perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai
lapisan-lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas-batas
lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi.
Aturan yang dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana
titik tersebut merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai
kerangka garis kontur topografi) dengan lapisan batuan (dalam hal ini dipakai kerangka
garis jurus) pada ketinggian yang sama (Gambar 9.4).
.
200 m
Jurus
.
300 m
Jurus
C
.
B 400 m
Jurus
F
A
E Proyeksi
pada peta
D

Titik-titik singkapan
(perpotongan kontur dan jurus)
400
300
r 200
kontu

300 400 600


500
B

L N
K M

600
500 400
300

Titik-titik kedudukan
m C. lapisan
600
x

500
x

400
x

300
x

A K L M N B

Penampang A- B

Gambar 9.4 Hubungan jurus lapisan batuan, topografi dan penyebaran singkapan

Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran batuan dipermukaan


dengan mencari titik-titik tersebut, apabila jurus-jurus untuk beberapa ketinggian dapat
ditentukan. Sebaliknya, dari suatu penyebaran singkapan dapat pula ditentukan
kedudukan lapisan dengan mencari jurus-jurusnya.
Sehubungan dengan ini terdapat suatu keteraturan antara bentuk topografi, penyebaran
singkapan dan kedudukan lapisan. Pada suatu bentuk torehan lembah, keteraturan ini
mengikuti Hukum V (Gambar 9.5).

a b c

d e f
Gambar 9.5 Pola singkapan menurut hukum V
a. Lapisan horizontal;
b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan dengan arah aliran;
c. Lapisan vertikal;
d. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran;
e. Lapisan dengan kemiringan searah dan sama besar dengan arah aliran;
f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil dengan arah aliran)
9.5 Cara penulisan kedudukan lapisan

Kedudukan lapisan batuan diukur dengan kompas geologi di lapangan. Oleh karena itu
kerangka yang dipakai umumnya arah Utara atau Selatan. Dikenal dua jenis skala
kompas yaitu skala azimut (00 - 3600) dan skala kwadran (00 - 900).

Suatu lapisan mempunyai kemiringan berarah Selatan Barat, dituliskan sebagai berikut :
- Skala azimuth N 1200 E/45 SW atau
- Skala kwadran S 600 E/45 SW (Gambar 9.6)

N N

120º 60º

W E W E

60º

S S

Gambar 9.6 Cara penggambaran kedudukan lapisan secara skala Azimut dan
Kwadran

Lazimnya lebih sering dipakai skala azimuth karena lebih praktis karena selalu ditulis
N.... 0 E untuk arah jurusnya, sehingga kadang-kadang tidak dicantumkan pada kwadran
arah kemiringan dicantumkan.

9.6 Simbol pada peta dan tanda litologi

Peta geologi menggunakan tanda-tanda yang menunjukkan jenis batuan, kedudukan,


serta struktur geologi yang ada pada daerah tersebut. Beberapa simbol yang umum
dipakai ditunjukkan pada Gambar 9.7. Disamping tanda (simbol) litologi, juga sering
dipakai warna, untuk membedakan jenis satuan (Gambar 9.8).
25
Jurus dan kemiringan lapisan
25

Arah kemiringan dan kemiringan lapisan


60
Jurus dan kemiringan lapisan terbalik
90
Lapisan vertikal

Lapisan horisontal

Jurus dan kemiringan foliasi

Foliasi vertikal

Foliasi horisontal

Jurus dan kemiringan kekar

Kekar vertikal

Kekar horisontal

Sumbu antiklin
20
Antiklin dengan arah penunjaman

13 Antiklin rebah

Sumbu sinklin

Sinklin dengan arah penunjaman

Sinklin rebah

Sesar mendatar
U Sesar dengan bidang sesar miring ke arah panah
D
60º U = up, D = down

Sesar normal

Sesar sungkup (thrust fault)

Gambar 9.7 Tanda-tanda pada peta geologi


7.7. Peta geologi dan penampang geologi

Peta geologi selalu dilengkapi dengan penampang geologi, yang merupakan gambaran
bawah permukaan dari keadaan yang tertera pada peta geologi. Keadaan bawah
permukaan harus dapat ditafsirkan dari data geologi permukaan dengan menggunakan
prinsip dan pengertian geologi yang telah dibahas sebelumnya.

Konglomerat Jingga / Coklat

Breksi Jingga / Coklat

Batupasir Kuning

Napal (marl) Biru muda

Lempung Hijau

Serpih (shale) Kelabu

. . . .
. . . .
. . . .
. . .
. .
.
. .
Lanau (silt) Kuning muda
. . . . . . . .

Batugamping Biru

Dolomit Biru tua

Evaporit Merah muda

Batubara Hitam

+ ++ + + Batuan beku Merah


+ ++ + +
+ + +
v v v Tuff Coklat / ungu
v v
v v v

Batu Metamorf Ungu / jingga

Gambar 9.8 Simbol dan warna batuan

Untuk dapat lebih jelas menunjukkan gambaran bahwa permukaan penampang dibuat
sedemikian rupa sehingga akan mencakup hal-hal yang penting, misalnya; memotong
seluruh satuan yang ada struktur geologi dan sebagainya.

Untuk menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan


penggambaran dengan bantuan garis jurus (Gambar 9.9), yaitu dengan memproyeksikan
titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan pada ketinggian
sebenarnya.
Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan
lapisan yang nampak pada penampang merupakan kemiringan lapisan sebenarnya,
sehingga kemiringan lapisan dapat langsung diukur pada penampang, akan tetapi bila
tidak tegak lurus jurus, kemiringan lapisan yang tampak merupakan kemiringan semu,
sehingg harus dikoreksi terlebih dahulu dengan menggunakan tabel koreksi atau secara
grafis.

Gambar 9.9 Cara membuat penampang dengan batuan garis jurus


Problem sheet 8
Peta Geologi

(1) Buatlah blok diagram pada cardboard model 1 pada lampiran. Gunakan stapler atau
penjepit kertas agar model blok diagram anda kokoh. Cardboard menunjukkan susunan
perlapisan miring batuan sedimen.
a Tentukan besar kemiringan lapisan batuan sedimen!
b Ke arah mana dapat dijumpai singkapan batuan D di permukaan!
c Berikan urut-urutan pembentukan batuan dari yang tertua hingga yang termuda!
(2) Lengkapi peta geologi dan diagram blok berikut:

a Gambarkan lapisan pada sisi vertikal diagram blok


berdasarkan data kemiringan yang ada di peta
geologi
b Pada blok diagram yang sudah selesai, hitung besar
kemiringan lapisan
c Jika dijumpai singkapan berarah NW-SE seperti
pada gambar, berikan tanggapan anda terkait
perubahan kemiringan lapisan tersebut.
(3) Peta geologi berikut menunjukkan peta sebaran batupasir dan batulempung.
a Buat kontur struktur (strike) dari bidang kontak unit batupasir dan batulempung dengan
mengidentifikasi kontak batuan dengan kontur ketinggian sebagaimana tahapan pada
modul praktikum.
b Buat penampang geologi melintang berarah X-Y.

(4) Peta berikut menunjukkan beberapa titik singkapan kontak antara breksi dan batulanau.
a Tentukan kedudukan jurus dan besar kemiringan perlapisan
b Interpretasi kontak perlapisan batuan pada seluruh wilayah peta
Gunakan prinsip metode 3 titik, dan perpotongan antara garis kontur dan jurus lapisan
batuan
1. Trim torn edge

1 D
EL R
with scissors.

D A
O BO
2. Fold along
3. Fold
Cardboard Model 1

M RD
corner blue lines.

A
along

C
dashed line,
push toward
center of block, and
paper clip or staple.

W E

P P M D S S O

M00_AGI6608_11_SE_Insert1.indd 1 11/28/16 9:18 PM


Gambar Soal 3
Gambar Soal 4

Anda mungkin juga menyukai