Anda di halaman 1dari 14

LITOSTRATIGRAFI

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini ialah praktikan dapat memahami pengelompokkan
batuan Sedimen dengan metode Litostratigrafi

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah :

1. Mengetahui prinsip pengelompokkan batuan secara Litodemik

2. Mampu melakukan pengelompokan batuan yang terdapat di lokasi penelitian.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah :

1. Pensil warna

2. Kertas grafik

3. Kalkulator

4. Peta geologi

5. Kertas A4

6. Alat tulis-menulis

7. Penggaris

8. Busur derajat

9. Penuntun

10. Problem set

11. Sandi Stratigrafi Indonesia


Pengertian Lithostratigrafi

Lithostratigrafi merupakan ilmu geologi yang mempelajari dan meneliti susunan


lapisan batuan berdasarkan ciri-ciri litologi. Ada dua macam cara yang digunakan para
geologist dalam menggunakan istilah litologi, yaitu:

a.Litologi, merupakan karakteristik fisik batuan yang dapat dipelajari dan dideskripsi
khususnya pada batuan sampel dan pada singkapan.

b.Litologi, merupakan karakteristik fisik, seperti tipe batuan, warna, komposisi mineral, dan
ukuran butir.

Dengan demikian, satuan litologi adalah satuan batuan yang didasarkan

dengan ciri-ciri fisik batuan sedangkan lithostratigrafi adalah ilmu geologi yang mempelajari
hubungan stratigrafi antara lapisan yang dapat didefinisikan berdasarkan litologi.

Tujuan Lithostratigrafi

Sesuai dengan Sandi Stratigrafi Indonesia tahun 1996 pasal 13, pembagian
lithostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan batuan di bumi secara bersistem menjadi
satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi. Pada satuan lithostratigrafi
penentuan satuan didasarkan pada ciri-ciri batuan yang dapat di-amati di lapangan, penentuan
batas penyebarannya tidak tergantung atas batas waktu.

Karakteristik fisik litologi yang dapat diamati di lapangan meliputi jenis batuan,
kombinasi jenis batuan, keseragaman gejala litologi batuan dan gejala lain pada tubuh batuan.
Apabila ciri-ciri fisik litologi di lapangan tidak dapat digunakan, maka dengan cara mekanik,
geofisika, dan geokimia juga dapat dilakukan. Satuan lithostratigrafi sesuai dengan hukum
superposisi, dan keberadaan komponen fosil dalam batuan termasuk salah satu komponen
batuan.

Satuan Resmi dan Tak Resmi

Satuan lithostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan Sandi,


sedangkan satuan lithostratigrafi tak resmi ialah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi
persyaratan Sandi. Satuan tak resmi setidaknya harus bersendi pada ciri-ciri litologi. Bila ciri
fisik litologi tidak dapat digunakan, maka ciri-ciri yang di dapat dengan cara mekanik juga
dapat dipakai sebagai satuan sendi tak resmi.
Tingkat- Tingkat Satuan Lithostratigrafi

Urutan tingkatan satuan lithostratigrafi resmi, dari besar ke kecil yaitu Kelompok-
Formasi-Anggota. Dengan satuan dasar lithostratigrafi yaitu formasi : 1. Kelompok ialah
satuan lithostratigrafi resmi setingkat lebih tinggi daripada formasi yang terdiri dari dua
atau lebih formasi yang mempunyai keseragaman ciri litologi, oleh karena itu suatu
kelompok tidak dapat berdiri sendiri.

Apabila dalam suatu kelompok terdapat formasi yang membaji, maka jumlah dan
jenis susunan formasinya tidak selalu tetap. Suatu formasi dapat ditingkatkan menjadi
kelompok apabila ternyata memenuhi persyaratan.

1. Formasi adalah satuan dasar lithostratigrafi, harus memiliki keseragaman atau ciri-ciri
litologi yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis
batuan atau lebih.
2. Anggota adalah bagian dari suatu formasi yang secara litologi berbeda dengan ciri umum
formasi, dan memiliki penyebaran lateral yang berarti. Anggota selalu merupakan bagian
dari formasi dan penyebarannya tidak boleh melebihi penyebaran formasi.

Batas dan Penyebaran Satuan Lithostratigrafi

1. Batas satuan lithostratigrafi ialah kontak antara dua satuan yang berlainan ciri litologi,
yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan tersebut.
2. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya atau dalam hal
perubahan tersebut tidak nyata, batasnya merupakan bidang yang diperkirakan
kedudukannya.
3. Satuan satuan yang berangsur berubah atau menjemari, peralihannya dapat dipisahkan
sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan Sandi.
4. Penyebaran satuan satuan lithostratigrafi semata mata ditentukan oleh kelanjutan ciri ciri
litologi yang menjadi ciri penentunya.
5. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan lithostratigrafi dibatasi oleh batas cekungan
pengendapan atau aspek geologi lain.
6. Batas batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai alasan
berakhirnya penyebaran lateral (pelamparan) suatu satuan.
7. Perbedaan Satuan Litostratugrafi, Litodemik, dan Biostratigrafi
Satuan lithostratigrafi pada umumnya sesuai dengan hukum superposisi dengan
demikian untuk batuan beku, metamorf, dan batuan lain yang tidak memiliki perlapisan
dikelompokan ke dalam satuan litodemik. Satuan biostratigrafi dimaksudkan untuk
menggolongkan lapisan lapisan batuan di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan
bernama berdasarkan kandungan dan penyebaran fosil.

Stratotipe atau Pelapisan Jenis

1. Suatu stratotipe merupakan perwujudan alamiah satuan lithostratigrafi resmi di lokasi


tipe yang dapat dijadikan pedoman umum.
2. Letak suatu stratotipe dinyatakan dengan kedudukan koordinat geografi.
3. Apabila pemerian stratotipe suatu satuan lithostratigrafi di lokasi tipenya tidak
memungkinkan, maka sebagai gantinya cukup dinyatakan lokasi tipenya.

Tatanama Satuan Lithostratigrafi

Tatanama satuan lithostratigrafi resmi ialah dwinama (binomial). Untuk tingkat


Kelompok, Formasi dan Anggota dipakai istilah tingkatnya dan diikuti nama geografinya.
Suatu satuan lithostratigrafi resmi bertingkat formasi dengan lokasi tipe di daerah A
dinamakan "Formasi A", dimana "A" adalah nama geografi. Nama geografi suatu satuan
sebaiknya terdiri dari satu kata. Apabila nama tersebut terdiri dari dua suku kata maka di
dalam nama satuan lithostratigrafi, nama geografi tersebut menjadi satu kesatuan. Untuk
menghindari duplikasi, nama geografi yang telah digunakan untuk nama satuan
lithostratigrafi resmi tidak boleh digunakan untuk nama satuan lithostratigrafi resmi yang
lain.

1. Penulisan kedua kata nama satuan lithostratigrafi resmi harus dimulai dengan huruf
besar, sedangkan nama satuan tak resmi selalu dengan huruf kecil, kecuali ditulis pada
awal kalimat.
2. Jika untuk satuan lithostratigrafi yang sama terdapat dua buah penamaan, maka nama
resmi yang diusulkan terdahulu yang dipakai.
3. Nama geografi sebaran satuan di waktu lampau yang telah populer, sebaiknya
dipertahankan. Statusnya dipastikan atau diubah menurut satuan lithostratigrafi yang
sesuai.
4. Nama geografi mungkin berubah bahkan hilang, tetapi perubahan itu tidak boleh
mempengaruhi nama satuan lithostratigrafi yang telah ada.
LITODEMIK

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini ialah praktikan dapat memahami pengelompokkan

batuan beku dengan metode litodemik.


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah :

1. Mengetahui prinsip pengelompokkan batuan secara Litodemik

2. Mampu melakukan pengelompokan batuan yang terdapat di lokasi penelitian.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah :

1. Pensil warna

2. Kertas grafik

3. Kalkulator

4. Peta geologi

5. Kertas A4

6. Alat tulis-menulis

7. Penggaris

8. Busur derajat

9. Penuntun

10. Problem set

11. Sandi Stratigrafi Indonesia

A. Satuan Litodemik

Pembagian Satuan Litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan beku,

metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi

kepada ciri-ciri litologi.


Batuan penyusunan Satuan Litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum Superposisi dan

kontaknya dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif, intrusif, metamorfosa atau

tektonik.

B. Batas Dan Penyebaran Satuan

Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang berbeda ciri

litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat extrusi, intrusi, metamorfosa, tektonik atau

kontak berangsur.

Batuan kontak antara dua Satuan Litodemik yang berangsur/bergradasi, dimana ciri

litologinya cukup berbeda dan memenuhi persyaratan Sandi dapat dikelompokkan menjadi

satuan tersendiri.

C. Tingkat-Tingkat Satuan Litodemik

Urutan tingkat Satuan Litodemik resmi, masing-masing dari besar ke kecil adalah :

Supersuite, Suite dan Litodem. Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan

Litodemik, satuan di bawah litodem merupakan satuan tidak resmi.

Litodem harus mempunyai keseragaman ciri litologi yang dapat berupa batuan intrusi,

extrusi atau metamorf dan sedapat mungkin mempunyai keseragaman litologi. Satuan ini

dapat tersingkap di permukaan dan dapat berlanjut ke bawah permukaan serta dapat

dipetakan.

Satuan yang didefenisikan berdasarkan analisis kimia/sifat kimiawi maupun geofisika

merupakan satuan tidak resmi.

Suite adalah satuan litodemik resmi yang setingkat lebih tinggi dari pada Litodem, oleh

karenanya terdiri dari dua atau lebih asosiasi litodem yang serumpun.

Pengelompokkan ke dalam Suite ditujukan untuk Satuan Litodemik yang

memperlihatkan hubungan secara alamiah dari asosiasi satuan litodemik yang mempunyai
kesamaan ciri litologinya yang sejenis dan kesamaan genesa, misalnya Suite Metamorfosa

Bayat terdiri dari Litodem Filit, Litodem Sekis dan Litodem Genis.

Supersuite adalah satuan Litodemik setingkat lebih tinggi dari pada Suite, oleh

karenanya Supersuite terdiri dari dua Suite atau lebih.

Nama yang populer seperti zona pada zona mineralisasi adalah nama satuan tidak resmi.

D. Tatanama Satuan Litodemik

Tatanama Satuan dasar Litodem yang terdiri dari nama geografi dan ciri utama

komposisi litologinya, misalnya Diorit Cihara.

Ciri utama komposisi dimaksud di sini adalah ciri umum yang mudah dikenal (terutama

di lapangan) misalnya Sekis, Genis, Gabro dan lain-lain. Penamaan pada tingkat Suite, terdiri

dari nama tingkat, diikuti genesa kelompok litodem dan nama geografi yang berkaitan,

misalnya Suite Intrusi Cikotok, Suite Metamorfosa Karangsambung.

Penamaan Supersuite terdiri dari kombinasi nama tingkatan dan geografi. Nama

geografi Supersuite tidak harus sama dengan nama Suite atau Litodem.

E. Cara Pengusulan Satuan Litodemik

Pengusulan suatu Satuan Litodemik resmi melakukan melalui cara-cara yang

dinyatakan secara terbuka dan tertulis dan pernyataan harus meliputi hal-hal seperti :

a. pernyataan tentang maksud pengusulan suatu satuan resmi;

b. nama dan tingkat satuan yang diusulkan;

c. adanya stratotipe atau lokasi tipe dan pemerian ciri-ciri litologi satuan pada

umumnya;

d. lokasi geografi stratotipe atau lokasi tipe;

e. hubungan antara satuan yang diusulkan dengan satuan lin dan keterangan tentang

batas satuan;
f. penyebaran satuan ke arah tegak (ketebalan) dan lateral (pelamparan);

g. umur-umur geologi sampai tingkat satuan Zaman atau lebih kecil;

h. keterangan mengenai nama-nama yang dipergunakan sebelumnya;

i. prosedur penerbitan harus resmi.

KOLOM STRATIGRAFI
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan batuan dan interpretasi lapisanlapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi.
Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan
lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi kita
pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Untuk menggambarkan susunan
berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua
hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa
pembentukan batuannya maka di pelajarilah kolom stratigrafi.

I.2 Maksud dan Tujuan


I.2.1 Maksud

Maksud dari kegiatan praktikum ini yaitu untuk mengetahui susunan batuan secara
bersistem yang menyusun bumi terutama pada batuan sedimen.

I.2.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat membuat kolom stratigrafi yang
benar sesuai dengan aturan yang ada.

I.3 Alat dan Bahan

I.3.1 Alat
a. Alat tulis menulis
b. Pensilwarna
c. Mistar

I.3.2 Bahan

a. Kertas A4
b. Penampang Stratigrafi Terukur

II. TINJAUAN PUSTAKA

Stratigrafi merupakan cabang Geologi yang membahas tentang pemerian,


pengurutan, pengelompokan, dan klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap
lainnya. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relative maupun absolutnya (kronostratigrafi).

II.1 Konsep-Konsep/Prinsip Dasar Stratigrafi

Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-prinsip dasar yang


sangat penting aplikasinya sekarang ini. Sebagai dasar dari studi ini Nicolas Steno membuat
tempat prinsip tentang konsep dasar perlapisan yang sekarang dikenal dengan Stenos Law.
Empat prinsip steno tersebut adalah :
1. The Principles of Superpositin (Prinsip Superposisi)

Dalam suatu urutan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan yang berada
diatas lapisan yang lebih tua. pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya
pengendapan), semua massa yang berada diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu
lapisan yang lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya. Steno, 1669.

2. Principle of Initial Horizontality

Jika lapisan terendapkan secara horizontal dan kemudian terdeformasi menjadi


beragam posisi.Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun miring terhadap horizon,
pada awalnya parallel terhadap horizon. Steno, 1669.

3. Lateral Continuity

Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan


berkelanjutan jauh akhirnya terbentuk sekarang. Material yang membentuk suatu perlapisan
terbentuk secara menerus pada permukaan bumi walaupun beberapa material yang padat
langsung berhenti pada saat mengalami transportasi. Steno, 1669.

4. Principle of Cross Cutting Relationship

Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang memotong perlapisan
selalu berumur lebih muda dari batuan yang diterobosnya .Jika suatu tubuh atau
diskontinuitas memotong perlapisan, tubuh tersebut pasti terbentuk setelah perlapisan
tersebut terbentuk. Steno, 1669.
William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari Inggris. Smith adalah seorang
insinyur yang bekerja disebuah bendungan, ia mengemukakan teori biostratigrafi dan korelasi
stratigrafi. Smith mengungkapkan dengan menganalisa keterdapatan fosil dalam suatu
batuan, maka suatu lapisan yang satu dapat dikorelasikan dengan lapisan yang lain, yang
merupakan satu perlapisan. Dengan korelasi stratigrafi maka dapat mengetahui sejarah
geologinya pula.
Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan suatu
hukum yaitu Law of Faunal Succession, pernyataan umum yang menerangkan bahwa fosil
suatu organisme terdapat dalam data rekaman stratigrafi dan dapatdigunakan sebagai
petunjuk untuk mengetahui sejarah geologi yang pernah dilaluinya. Jasanya sebagai pencetus
biostratigrafi membuat ia dikenal dengan sebutan Bapak Stratigrafi.
Ahli stratigrafi lain seperti DOrbigny dan Albert Oppel juga berperan besar dalam
perkembangan ilmu stratigrafi. DOrbigny mengemukakan suatu perlapisan secara sistematis
mengikuti yang lainnya yang memiliki karakteristik fosil yang sama. Sedangkan Oppel
berjasa dalam mencetuskan konsep Biozone. Biozone adalah satu unit skala kecil yang
mengandung semua lapisan yang diendapkan selama eksistensi/keberadaan fosil organisme
tertentu. Kedua orang nilah yang juga mencetuskan pembuatan standar kolom stratigrafi.

II.2 Unsur-Unsur Stratigrafi

Didalam penyelidikan stritigrafi ada dua unsure penting pembentuk stratigrafi yang
perlu di ketahui, yaitu:
1. Unsur batuan

Suatu hal yang penting didalam unsure batuan adalah pengenalan dan pemerian
litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-
sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan
non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat
batuan sedimen yang berlapis-lapis member arti kronologis dari lapisan yang ada tentang
urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap
lapisan.
Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat
dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang
lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan
dapat berpotongan dengan yang lainnya.
2. Unsurperlapisan

Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan
bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa
perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan
pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen
tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:
a. Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga
kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang
dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.
b. Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap
lapisan sedimentasi di bawahnya.

2.3 Arti dan Makna Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan susunan


berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua
hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa
pembentukan batuannya. Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom
stratigrafi, namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalang anahli
geologi didalam menyajikan koloms tratigrafi. Penampang koloms tratigrafi biasanya
tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan
Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan
Linkungan Pengendapan.
Tabel 2.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang
tersusun dari kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, symbol litologi,
deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.
Tabel 2.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai