Anda di halaman 1dari 212

PERENCANAAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN

DAN PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PADA BLOK 5


PT. NUSAJAYA PERSADATAMA MANDIRI SITE
MATARAPE KECAMATAN MENUI KEPULAUAN,
KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH:

LA ODE MUHAMAD ZAYADI SYABAN


R1D115053

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
JUNI 2021
Halaman Persetujuan

Skripsi

PERENCANAAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN


DAN PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PADA BLOK 5
PT. NUSAJAYA PERSADATAMA MANDIRI SITE
MATARAPE KECAMATAN MENUI KEPULAUAN,
KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

Diajukan Oleh:

La Ode Muhamad Zayadi Syaban


R1D115053

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Firdaus, M.Si Erwin Anshari, S.Si.,M.Eng


NIP. 19661231 199103 1 022 NIP. 19880628 201504 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Erwin Anshari, S.Si.,M.Eng


NIP. 19880628 201504 1 001

i
KATA PENGANTAR

‫مسب‬ ‫هللا الرحمن الرحيم‬


Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas

Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

yang berjudul “Perencanaan Biaya Pengupasan Overburden Dan

Penambangan Bijih Nikel Pada Blok 5 PT. Nusajaya Persadatama Mandiri

Site Matarape Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali,

Provinsi Sulawesi Tengah” untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan

Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.

Ungkapan rasa kasih, cinta, sayang dan terima kasih dari penulis yang

sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

Ayahanda La Ode Raimi, S.Pd dan Ibunda Suharlina Siru, SP serta saudara

dan keluarga yang selama ini mendampingi, memberi semangat, motivasi dan

kasih sayang, serta doa, restu dan dukungan selama perkuliahan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat saran,

dorongan, bimbingan, serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang

merupakan pengalaman yang sangat berharga, yang tak dapat diukur secara

materi. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankan

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

ii
2. Dekan Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian.

3. Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian.

4. Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Dan Teknologi

Kebumian.

5. Bapak Drs. Firdaus, M.Si selaku Pembimbing I Bapak Erwin Anshari, S.Si.,

M.Eng selaku Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dalam

membantu memberikan masukan, saran, arahan dan banyak inspirasi serta

motivasi yang diberikan kepada penulis untuk tidak pernah berhenti belajar

dalam setiap bimbingan.

6. Bapak Deniyatno, S.Si., M.T selaku Ketua Sidang dalam seminar Tugas Akhir,

Bapak Marwan Zam Mili, S.T., M.T selaku Sekretaris penguji dan Ibu

Nining Anugrawati, S.T., M.T. selaku Penguji atas kemudahan dan

keramahan yang diberikan kepada penulis dalam setiap berurusan dan atas

masukan yang bersifat membangun sehingga Tugas Akhir ini dapat

disempurnakan.

7. Dosen-dosen dan Staf karyawan dan karyawati lingkup Jurusan Teknik

Pertambangan yang telah banyak membimbing penulis selama menempuh

pendidikan di Universitas Halu Oleo.

8. Kepada pimpinan dan karyawan PT. Nusajaya Persadatama Mandiri yang

telah memberikan izin melakukan penelitian tugas akhir.

9. Bapak Ahmad Said, ST selaku Kepala Teknik Tambang PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

iii
untuk melakukan kegiatan Tugas Akhir (TA) dan sekaligus memberikan

bimbingan di lokasi penelitian.

10. Bapak Chandra Yudha, ST selaku Mine Plan dan pembimbing lapangan

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri.

11. Ir. Muhammad Fahrullah, ST.,MT.,IPM.,ASEAN Eng yang selalu

memberikan ilmu pengetahuan yang begitu banyak, selalu membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman PT. GeoMine Engineers Indonesia, yang telah membantu

penulis dalam melaksankan kerja praktek (KP).

13. Saudara-saudara kandung penulis yang sangat penulis cintai yaitu Wa Ode

Linra Julyanti, SP, La Ode Muhamad Rabil Syaputra dan Wa Ode Rezky

Mulyani yang selalu memberikan cinta kasih kepada penulis, tiada hentinya

mendoakan dan memberikan dukungan materi dan moril kepada penulis.

14. Nur Afni Pratiwi. A, ST yang selalu yang selalu membantu penulis, selalu

bisa diharapkan dan selalu memberikan motivasi kepada penulis.

15. Sahabat-sahabat grup Kepompong yaitu Zuljannah, ST, Indri Damayanti,

Supriadi Dinata, ST, Andi Deddi Setiawan, Agrydya Munandar Alfaizy,

Ilham Jaya Saputra Iman, Muh. Isnan Yusuf, yang selalu memberikan

bantuan tanpa pamrih, memberikan dorongan moril maupun materil, yang

selalu ada disaat susah maupun senang.

16. Keluarga besar marga kafur BTN Perumnas Poasia Khusunya Risdan, c.ST,

La Ode Abdul Hasrun Purnomo, c.ST, Muhammad Ali Hujrah, c.ST, La Ode

Kasman, c.ST, Rudianto Darwin, ST, Almin, ST, Ifaldi, c.ST, Muhamad Isra,

iv
ST, Muhammad Ferri Rahardianstah.S, c.ST, Randi, c.ST, Deni Rahmat

Nurhidayat, c.ST, Arufais, A.mdt, Zulfikram, c.ST, Ardan Said Muna, c.ST,

La Tiar, c.ST, Irfan Ade Hidayat, c.ST, Muhammad Arifin, c.ST, Muhammad

Fahmi Gari, ST, Opong, c.ST dan Aswar, c.ST.

17. Saudara-saudara Teknik Pertambangan 2015 FITK UHO, yang terhebat

dan yang terbaik khususnya sahabat-sahabat saya Alif Ghazali, Ahmad Nur

Alaudin, Muhammad Fitrah, Harlin, ST, Abdul Rajab betaruna, Andi Ramlan

Wahyudi Putra, Cece Andriani, ST, Iswati, ST, Ayu Budiarti, ST, Ika

Kristianingsih, ST, Alfian Hendra Saputra, Hadis Putra Samarandi, Irfan Pela,

Alfian Darmawan, Agil mirwan Renaldi, Agil Wijayanto Ilham, Damayanti,

Febryanti, ST, Febrianti, La Ode Muhammad Basir Kanande, Asman, ST,

Intan Wahyudi, ST, Efrianto kurniawan A.R, Ameliana, Hasria Sulaiman, dan

seluruh leting-leting keluarga besar Teknik Pertambangan angkatan 2015

yang telah sama-sama berjuang dibangku perkuliahan dari titik nol yang selalu

memberikan motivasi, dorongan, inspirasi, dan selalu siap sedia membantu

saat banyak kekurangan yang penulis butuhkan dalam proses penyelesaian

Tugas Akhir ini dan selama proes perkuliahan. Semoga sukses menyertai kita

semua, amin.

18. Grup The Gibah, Ghua (Abdul Majid), Linggis (Maulid Tajam, ST), Kuda

(Muh Isra, ST,) dan Kumis (Rabiatul Ahdawiah, S.Ak) selalu bunyi dan selalu

memberi semangat serta mentraktir penulis dalam penyusunan serta

penyelesaian Tugas Akhir.

19. Sahabat-sahabat angkatan 2015 alumni SMAN 1 Kontukowuna khususnya

sahabat-sahabat alumni kelas X B, XI IPA 1 dan XII IPA 1 yang selalu ada

v
dalam memantau dan memberi semangat selama penyusunan Tugas Akhir

penulis.

20. Keluarga besar HMTP UHO yang selalu memberikan dukungan dan

memotivasi penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir.

21. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah

terlibat dan banyak membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih jauh dari

kata sempurna. Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan guna

kesempurnaan penyusunan hasil dari penelitian selanjutnya. Semoga hasil dari

laporan penelitian ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi ilmu

pengetahuan kepada pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Kendari, Juni 2021

PENULIS

vi
PERENCANAAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN DAN
PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PADA BLOK 5 PT. NUSAJAYA
PERSADATAMA MANDIRI SITE MATARAPE KECAMATAN MENUI
KEPULAUAN, KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI
TENGAH

Laode Muhamad Zayadi Syaban


Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo
Kampus Bumi Hijau Tri Dharma Anduonohu, Kendari, Indonesia

zayadisyaban07@gmail.com

ABSTRAK

Potensi bijih nikel yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah telah mendorong
PT. Nusajaya Persadatama Mandiri (NPM) untuk melakukan kegiatan dalam
sektor pertrambangan dengan luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sekitar 1.818
Ha yang berada di Desa Matarape, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten
Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Pengupasan lapisan overburden yang akan
dilakukan oleh PT. Nusajaya Persadatama Mandiri yaitu dengan menggunakan
kombinasi antara alat gali, alat gusur dan alat angkut. Untuk memprediksi atau
meminimalkan ketidak pastian biaya maka peneliti mengangkat judul penelitian
tentang estimasi biaya pengupasan overburden dan ore getting yang meliputi
biaya pengupasan, biaya penggalian atau pemuatan dan pengangkutan bahan
galian overburden dan ore. Adapun tujuan dari penelitian ini dilaksanakan untuk
menentukan jumlah alat mekanis yang akan digunakan untuk kegiatan pengupasan
overburden dan penambangan bijih nikel, serta menentukan total biaya yang akan
dikeluarkan untuk melakukan kegiatan pengupasan overburden dan penambangan
bijih nikel. Berdasarkan dari hasil simulasi teori antrian jumlah alat gali–muat dan
angkut yang dibutuhkan yaitu jumlah alat mekanis yang digunkan pada setiap
kegiatan berbeda dimana kegiatan removal overburden menggunakan excavator
CAT 320 sebanyak 6 unit dan pada kegiatan loading menggunakan
excavator CAT 330 sebanyak 4 unit dengan menggunakan dump truck UD
Quester 370
CWE sebanyak 28 unit. Total biaya yang akan dikeluarkan untuk kegiatan
pengupasan lapisan overburden sebesar Rp. 199.015.872.000. Pada kegiatan ore
geting menggunakan excavator CAT 320 sebanyak 2 unit dan pada kegiatan
loading menggunakan excavator CAT 330 sebanyak 3 unit dengan munggunakan
dump truck UD Quester 370 CWE sebanyak 18 unit. Total biaya yang akan
dikeluarkan untuk kegiatan pengupasan lapisan overburden sebesar
Rp. 125.451.936.000.

Kata Kunci : Perencanaan Biaya, Alat Gali Muat dan Angkut

vii
OVERBURDEN STRIPPING COST PLANNING AND NICKEL ORE
MINING IN BLOCK 5 PT. NUSAJAYA PERSADATAMA MANDIRI SITE
MATARAPE KECAMATAN MENUI KEPULAUAN, MOROWALI
REGENCY, CENTRAL SULAWESI PROVINCE
Laode Muhamad Zayadi Syaban
Mining Engineering Study Program, Faculty of Earth Science and
Technology Halu Oleo University Campus Bumi Hijau Tri Dharma
Anduonohu, Kendari, Indonesia
ABSTRACK
The potential of nickel ore in Central Sulawesi Province has encouraged
PT. Nusajaya Persadatama Mandiri (NPM) to conduct activities in the mining
sector with an area of Mining Business License (IUP) of about 1,818 ha located
in matarape village, Menui Islands Subdistrict, Morowali Regency, Central
Sulawesi Province. Stripping overburden layer to be done by PT. Nusajaya
Persadatama Mandiri is by using a combination of digging equipment, gum tools
and transport equipment. To predict or minimize the uncertainty of costs, the
researchers raised the title of the study on the estimated cost of stripping
overburden and ore getting which includes stripping costs, the cost of digging or
loading and transporting overburden and ore quarry materials. The purpose of
this research was carried out to determine the number of mechanical tools to be
used for overburden stripping and nickel ore mining activities, as well as to
determine the total costs that will be incurred to conduct overburden stripping
and nickel ore mining activities. Based on the results of the simulation of the
theory of queue the number of tools dug-load and transport needed is the number
of mechanical tools used in each activity is different where the removal of
overburden using cat 320 excavators as much as 6 units and in loading activities
using excavators CAT 330 as much as 4 units using dump truck UD Quester 370
CWE as much as 28 units. The total cost to be spent on overburden stripping
activities amounted to Rp. 199,015,872,000. In ore geting activities using CAT
320 excavators as much as 2 units and in loading activities using CAT
330 excavators as much as 3 units using UD Quester 370 CWE dump trucks as
many as 18 units. The total cost to be spent on overburden stripping activities
amounted to Rp. 125,451,936,000.

Keywords: Cost Planning, Equipment to dig fit and transport

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv

I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 4


A. Nikel Laterit 4
B. Pemodelan dan Perhitungan Cadangan 4
C. Tahapan Proses Penambangan 5
D. Pengupasan Tanah Penutup 6
E. Produktivitas Alat 6
1. Excavator 6
2. Dump truck 7
3. Penentuan faktor koreksi 9
4. Teori antrian 15
5. Pelayanan antrian 17
6. Waktu edar alat angkut 22
F. Penentuan Jumlah Alat 22
G. Biaya Operasi 22
1. Biaya bahan bakar 23
2. Biaya filter 24
3. Biaya ban 24
4. Biaya perbaikan dan pemeliharaan 25
5. Upah tenaga kerja 25
6. Total biaya 26

III. METODE PENELITIAN 25


A. Waktu dan Tempat Penelitian 25
B. Jenis Penelitian 25
C. Bahan Atau Materi Penelitian 25
D. Instrumen Penelitian 26
E. Prosedur Penelitian 26

ix
1. Studi literatur 26
2. Pengamatan lapangan 27
3. Pengambilan dan pengumpulan data 27
4. Pengolahan dan analisis data 27
F. Diagram Alir Penelitian 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32


A. Endapan Bijih Nikel Laterit 32
B. Pengupasan Overburden 33
1. Waktu Hauling Bermuatan 33
2. Waktu Hauling Kosong 37
3. Analisis Teori Antrian Pengupasan Overburden 40
4. Produktivitas Alat Angkut 43
5. Penentuan Jumlah Alat Gali Muat 45
6. Biaya 50
C. Penambangan Bijih Nikel 54
1. Waktu Hauling Bermuatan 54
2. Waktu Hauling Kosong 58
3. Analisis Teori Antrian 60
4. Produktivitas Alat Angkut 64
5. Penentuan Jumlah Alat Gali Muat 65
6. Biaya 71

V. PENUTUP 76
A. Kesimpulan 77
B. Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 78

LAMPIRAN 81

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Faktor koreksi operator 9


Tabel 2. Faktor koreksi waktu kerja 9
Tabel 3. Nilai faktor koreksi material 10
Tabel 4. Bucket fill factor 10
Tabel 5. Swell factor material 10
Tabel 6. Harga tahanan gelinding 12
Tabel 7. Instrumen penelitian 26
Tabel 8. Komponen dalam menentukan waktu pengangkutan 33
Tabel 9. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan 35
Tabel 10. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan 38
Tabel 11. Tingkat pelayanan 40
Tabel 12. Hasil perhitungan ηn dan 41
Tabel 13. Hasil perhitungan Lqn dan Wqn 42
Tabel 14. Waktu edar berdasarkan teori antrian 42
Tabel 15. Komponen produktivitas dump truck 43
Tabel 16. Produksi alat angkut 44
Tabel 17. Jumlah atat gali untuk overburden removal dan loading 46
Tabel 18. Jumlah alat gali muat dan angkut 47
Tabel 19. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 21 48
Tabel 20. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 22 49
Tabel 21. Harga sewa alat/unit 51
Tabel 22. Biaya sewa alat gali muat dan angkut kegiatan pengupasan
overburden 51
Tabel 23. Biaya penggunaan fuel removal, loading dan hauling overburden 53
Tabel 24. Komponen dalam menentukan waktu pengangkutan 54
Tabel 25. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan 56
Tabel 26. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan 59
Tabel 27. Tingkat pelayanan 61
Tabel 28. Hasil perhitungan ηn dan 62
Tabel 29. Hasil perhitungan Lqn dan Wqn 63
Tabel 30. Waktu edar berdasarkan teori antrian 63
Tabel 31. Komponen produktivitas dump truck 64
Tabel 32. Produksi alat angkut 65
Tabel 33. Jumlah alat untuk penambangan bijih nikel 66
Tabel 34. Jumlah alat gali muat dan angkut 67
Tabel 35. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 22 69
Tabel 36. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 23 70
Tabel 37. Harga sewa alat/unit 72
Tabel 38. Biaya sewa alat gali muat dan angkut kegiatan penambangan
bijih nikel 72
Tabel 39. Biaya penggunaan fuel ore getting, loading dan hauling ore 74
Tabel 40. Waktu edar excavator CAT 330 82

xi
Tabel 41. Waktu edar excavator CAT 320 83
Tabel 42. Waktu edar dump truck 84
Tabel 43. Jam kerja tersedia 99
Tabel 44. Target produksi overburden dan ore 100
Tabel 45. Harga sewa alat 100
Tabel 46. Harga bahan bakar minyak 100
Tabel 47. Komponen dalam menentukan waktu pengangkutan 104
Tabel 48. Jarak horizontal dari pit ke disposal 105
Tabel 49. Jarak horizontal dari disposal ke pit 106
Tabel 50. Kemiringan jalan dari pit ke disposal 106
Tabel 51. Kemiringan jalan dari disposal ke pit 107
Tabel 52. Hasil perhitungan RR. GR dan TR kondisi bermuatan 108
Tabel 53. Hasil perhitungan RR, GR dan TR kondisi tidak bermuatan 109
Tabel 54. Rimpull yang tersedia 110
Tabel 55. Waktu hauling overburden kondisi bermuatan 110
Tabel 56. Waktu kembali kosong 111
Tabel 57. Tingkat pelayanan 113
Tabel 58. Koefisien antrian 114
Tabel 59. Nilai probabilitas antrian 118
Tabel 60. Target produksi overbuden 128
Tabel 61. Komponen produktivitas dump truck 129
Tabel 62. Produksi alat angkut 131
Tabel 63. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 21 133
Tabel 64. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 22 135
Tabel 65. Komponen produktivitas alat gali muat 136
Tabel 66. Komponen produktivitas alat gali muat 137
Tabel 67. Jumlah alat untuk overburden removal dan loading overburden 139
Tabel 68. Harga sewa alat 140
Tabel 69. Biaya sewa alat excavator dan dump truck 140
Tabel 70. Biaya penggunaan fuel removal loading dan hauling
overburden 143
Tabel 71. Komponen dalam menentukan waktu pengangkutan 148
Tabel 72. Jarak horizontal dari pit ke stockpile 149
Tabel 73. Jarak horizontal dari stockpile ke pit 150
Tabel 74. Kemiringan jalan dari pit ke stockpile 152
Tabel 75. Kemiringan jalan dari pit ke stockpile) 154
Tabel 76. Hasil perhitungan RR, GR dan TR kondisi bermuatan 156
Tabel 77. Hasil perhitungan RR, GR dan TR kondisi tidak bermuatan 157
Tabel 78. Rimpull yang tersedia 159
Tabel 79. Waktu hauling ore kondisi bermuatan 160
Tabel 80. Waktu kembali kosong 161

xii
Tabel 81. Tingkat pelayanan 164
Tabel 82. Koefisien antrian 165
Tabel 83. Nilai probabilitas antrian 168
Tabel 84. Target produksi ore 177
Tabel 85. Komponen produktivitas dump truck 178
Tabel 86. Produksi alat angkut 180
Tabel 87. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 22 182
Tabel 88. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 23 184
Tabel 89. Komponen produktivitas alat gali muat 185
Tabel 90. Komponen produktivitas alat gali muat 186
Tabel 91. Jumlah alat untuk penambangan bijih nikel 188
Tabel 92. Harga sewa alat 190
Tabel 93. Biaya sewa alat excavator dan dump truck 190
Tabel 94. Biaya penggunaan fuel ore getting, loading dan hauling ore 193

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Total tahanan 14


Gambar 2. Sistem antrian alat muat dan dump truck 17
Gambar 3. Peta IUP Lokasi Penelitian 31
Gambar 4. Endapan bahan galian 32
Gambar 5. Endapan bahan galian 85
Gambar 6. Profil jalan hauling dari pit ke disposal 102
Gambar 7. Profil jalan hauling dari disposal ke pit 103
Gambar 8. Profil jalan hauling dari pit ke stockpile 146
Gambar 9. Profil jalan hauling dai stockpile ke pit 147
Gambar 10. Lokasi blok 5 195
Gambar 11. Harga sewa alat dan harga fuel 195
Gambar 12. Dump truck UD Quester 370 CWE 196
Gambar 13. Pengkuran elevasi rencana jalan dari pit ke stockpile 196
Gambar 14. Pengkuran elevasi rencana jalan dari pit ke disposal 197
Gambar 15. Perhitungan waktu edar CAT 330 pada saat loading material 197
Gambar 16. Perhitungan waktu edar CAT 320 pada saat ore getting dan
removal overburden 198
Gambar 17. Perhitungan waktu edar CAT 320 pada saat ore getting
dan removal overburden 198

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Waktu Edar Excavator CAT 330 82


Lampiran 2. Waktu Edar Excavator CAT 320 83
Lampiran 3. Waktu Dumping Dump Truck 84
Lampiran 4. Gambar Endapan Bahan Galian 85
Lampiran 5. Spesifikasi Alat Berat 86
Lampiran 6. Waktu Kerja Efektif 99
Lampiran 7. Target Produksi Overburde, Ore, Harga Sewa Alat dan
Harga Bahan Bakar Minyak 100
Lampiran 8. Elevasi dan Jarak Jalan Hauling Overburden 101
Lampiran 9. Penentuan Waktu Pengangkutan dan Kembali Kosong
Overburen 104
Lampiran 10. Analisis Teori Antrian Pengupasan Overburden 112
Lampiran 11. Target Porduksi Overburden 127
Lampiran 12. Produktivitas Alat Angkut Berdasarkan Simulasi Teori
Antrian Untuk Kegiatan Pengupasan Overburden 129
Lampiran 13. Penjadwalan Pengupasan Overburden 132
Lampiran 14. Penentuan Jumlah Alat Gali Muat Dan Angkut 136
Lampiran 15. Biaya Sewa Alat Gali Muat dan Angkut 140
Lampiran 16. Biaya Operasional Alat Gali Muat dan Angkut 141
Lampiran 17. Total Biaya 144
Lampiran 18. Elevasi Dan Jarak Jalan Hauling Ore 145
Lampiran 19. Penentuan Waktu Pengangkutan dan Kembali
Kosong Ore 148
Lampiran 20. Analisis Teori Antrian Penambangan Bijih Nikel 163
Lampiran 21. Target Porduksi Penambangan Bijih Nikel 176
Lampiran 22. Produktivitas Alat Angkut Berdasarkan Simulasi Teori
Antrian Untuk Kegiatan Penambangan Bijih Nikel 178
Lampiran 23. Penjadwalan Penambangan Bijih Nikel 181
Lampiran 24. Penentuan Jumlah Alat Gali Muat dan Angkut 185
Lampiran 25. Biaya Sewa Alat Gali Muat dan Angkut 190
Lampiran 26. Biaya Operasional Alat Gali Muat dan Angkut 191
Lampiran 27. Total Biaya 194
Lampiran 28. Dokumentasi Lapangan 195

xv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penambangan merupakan seluruh usaha pencarian bahan galian berharga

yang bernilai ekonomis yang meliputi penggalian, pengolahan, pemanfaatan

bahan galian yang bersifat ekonomis. Dalam mengelola pertambangan harus padat

modal, beresiko tinggi dan meterialnya tidak dapat diperbaharui. Potensi bijih

nikel yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah telah mendorong PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri (NPM) untuk melakukan kegiatan dalam sektor

pertrambangan dengan luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sekitar 1.818 Ha yang

berada di Desa Matarape, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali,

Provinsi Sulawesi Tengah.

Pengupasan lapisan overburden merupakan salah satu kegiatan yang

sangat mempengaruhi dalam kegiatan penambangan, makin cepat kegiatan

pengupasan lapisan overburden maka kegiatan penambangan juga akan semakin

cepat. Pengupasan lapisan tanah penutup juga selalu dilakukan sesuai dengan

kemampuan produksi dari alat mekanis yang dipakai. Pengupasan lapisan

overburden yang akan dilakukan oleh PT. Nusajaya Persadatama Mandiri yaitu

dengan menggunakan kombinasi antara alat gali, alat gusur dan alat angkut.

Ore getting merupakan proses kegiatan pengambilan bijih nikel dari

dalam permukaan bumi dengan menggunakan alat berat berupa excavator. Sesuai

dengan target produksi perusahaan pada setiap bulannya kurang lebih 125.000

ton, maka kegiatan produksi ini selalu disesuaikan dengan kamampuan alat

mekanis yang ada.

1
2

Salah satu tujuan mengelola industri pertambangan adalah memperoleh

keuntungan mengingat pentingnya dalam mengetahui biaya yang akan

dikeluarkan bagi perusahaan. Mulai dari biaya perawatan alat mekanis hingga

upah karyawan. Oleh karena itu dalam penelitian ini mengambil judul mengenai

perencanaan biaya pengupasan overburden dan penambangan bijih nikel pada

blok lima PT. Nusajaya Persadatama Mandiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada kegiatan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa total alat mekanis yang akan digunakan untuk kegiatan pengupasan

overburden dan penambangan bijih nikel ?

2. Berapa total biaya yang akan dikeluarkan untuk melakukan kegiatan

pengupasan overburden dan penambangan bijih nikel ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam kegiatan penelitian

ini, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah alat mekanis yang akan digunakan untuk kegiatan

pengupasan overburden dan penambangan bijih nikel.

2. Menentukan total biaya yang akan dikeluarkan untuk melakukan kegiatan

pengupasan overburden dan penambangan bijih nikel.


3

D. Manfaat

Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah dapat memberikan informasi

kepada pihak perusahaan mengenai rencana biaya yang akan dikeluarkan pada

kegiatan pengupasan overburden dan penambangan bijih nikel pada blok 5

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Nikel Laterit

Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan

ultramafik (dunit dan peridotit) dan ubahannya (serpentinit). Proses ini

berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di

permukaan bumi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan

nikel laterit adalah batuan asal/induk. Proses terbentuknya nikel laterit dimulai

adanya pelapukan yang intensif pada batuan peridotit/batuan induk. Batuan induk

akan terjadi perubahan menjadi serpentinit akibat adanya larutan hidrotermal pada

waktu pembekuan magma (proses serpentinisasi). Kemudian terjadi pelapukan

(kimia dan fisika) menyebabkan terjadinya dekomposisi pada batuan induk

(Rosana, dkk., 2017).

B. Pemodelan dan Perhitungan Cadangan

Pemodelan endapan mineral dan perhitungan cadangan merupakan hal

penting dalam proses penambangan sumber daya mineral. Pemodelan dan

perhitungan cadangan endapan mineral tersebut dijadikan sebagai dasar evaluasi

untuk menghasilkan keputusan apakah suatu endapan layak atau tidak layak

ditambang. Pemodelan endapan mineral diharapkan sedapat mungkin mendekati

keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan penaksiran dan pendekatan

dengan metode-metode tertentu. Salah satu bentuk model endapan dapat dibuat

berdasarkan penampang vertikal yang dibuat dari estimasi data pemboran. Data

hasil pemboran tersebut harus dianalisis menggunakan beberapa parameter agar

4
5

korelasi yang dibuat dapat mendekati kondisi yang sebenarnya (Salinita

dan Agus, 2014).

C. Tahapan Proses Penambangan

Proses penambangan sistem terbuka pada prinsipnya dimulai dengan

membersihkan permukaan tanah, kemudian mengupas tanah penutup, menggali

bahan tambang, dan mengangkut bahan tambang ke tempat penampungan

(stockyard) untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Alur

kegiatan penambangan selengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Pembersihan lahan dari vegetasi yang menutupi lapisan tanah permukaan

(clearing and grubing) dilakukan dengan Bulldozer dan Excavator.

b. Pengupasan tanah penutup. Tanah penutup dikupas dan diangkut ke tempat

penimbunan sementara, atau ditata dan disebar di area pembuangan

(disposal) akhir.

c. Penggalian dan pengambilan bahan tambang (ore) dengan alat gali muat

(ore getting). Ore diangkut keluar melewati jalan tambang ke Export Transite

Ore (ETO) dan Export Final Ore (EFO) didekat pelabuhan.

d. Penimbunan kembali kolong bekas galian dengan tanah penutup. Setiap

selesai penambangan, tanah penutup dan tanah sisa penambangan ditimbun

kembali di area bekas galian sesuai dengan desain yang telah ditentukan.

e. Penanaman kembali tanaman penutup tanah. Kegiatan penambangan terbuka

pada prinsipnya diwajibkan untuk menutup kembali areal bekas tambang

yang ditinggalkan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar

5
6

dan dipulihkan kembali kondisi ekosistemnya sekurang-kurangnya seperti

kondisi sebelumnya (Subowo, 2011).

D. Pengupasan Tanah Penutup

Penanganan lapisan penutup memiliki dampak penting pada penambangan

permukaan proyek dan harus direncanakan dengan hati-hati mempertimbangkan

kedua penambangan kegiatan dan rehabilitasi site. Material lapisan overburden

bisa berupa tanah, batu lunak dan keras. Berbagai peralatan yang besar dapat

digunakan untuk pemindahan lapisan penutup pada penambangan terbuka, sesuai

dengan jenis tanah dan topografi (Oggeri, dkk., 2019).

E. Produktifitas Alat

1. Excavator

Excavator adalah alat dari golongan shovel yang khusus dibuat untuk

menggali material di bawah permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan

alatnya. Galian di bawah permukaan ini misalnya parit, lubang untuk basement,

lahan untuk pekerjaan jalan dan lain-lain. Keuntungan excavator ini dapat

menggali sambil mengatur dalamnya galian yang lebih baik. Bagi sebagian orang

melihat proyek kontruksi rumah tinggal masih belum cukup efektif menggunakan

excavator sebagai alat gali karena tenaga manusia dianggap cukup dan mahalnya

biaya sewa excavator untuk pekerjaan tersebut, besarnya kubikasi galian tanah

yang akan dikerjakan menjadi landasan yang kuat kenapa alat konstruksi

excavator dibutuhkan untuk proyek (Simanjuntak dan Ferrari, 2013).


7

Secara umum kemampuan produksi alat gali muat dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Pfleider, 1972 dalam (Ichsannudin, dkk., 2019):

m m f (1)
m

Keterangan:

Qm = Produktivitas alat muat (BCM /jam)


3
Cm = Kapasitas bucket (m )
F = Faktor pengisian bucket
Sf = Faktor pengembangan
CTm = Waktu edar alat muat (menit)
E = Efisiensi kerja (%)

Waktu siklus (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan suatu alat

melakukan kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai

kembali. Untuk menentukan waktu siklus dari excavator dengan menggunakan

persamaan (Prasmoro dan Hasibuan, 2018):

(2)

Keterangan:

CTE : Waktu siklus atau cycle time excavator (detik)


DGT : Waktu penggalian atau digging time excavator (detik)
SLT : Waktu ayun bermuatan atau swing load time excavator (detik)
DPT : Waktu penumpahan material atau passing time excavator (detik)
SET : Waktu ayun kosong atau swing empty time excavator (detik)

2. Dump truck

Alat angkut ada bermacam-macam antara lain truck, belt conveyor,

power scrapper dan lain-lain. Dan pada umumnya alat angkut yang sering

digunakan di tambang adalah alat angkut dengan jenis dump truck. Truck

merupakan alat yang khusus digunakan sebagai alat angkut karena


8

kemampuannya yang dapat bergerak cepat, kapasitas besar dan biaya operasinya

yang relatif murah (Prasmoro, 2014).

Untuk menghitung produktivitas alat angkut (dump truck) dapat menggunakan

persamaan Pfleider, 1972 dalam (Ichsannudin, dkk., 2019):

a am f (3)
m

Keterangan:

= Produktivitas alat angkut (BCM/jam)


CTm = Waktu edar alat muat (menit)
CTa = Waktu edar alat angkut (menit)
= Kapasitas aktual bak alat angkut,
= n x Cm x F
n = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak alat angkut
E = Efisiensi kerja (%)
Sf = Faktor pengembangan
F = Faktor pengisian bucket

Untuk menghitung waktu edar alat angkut dapat menggunakan persamaan

sebagai berikut (Prasmoro, 2014):

a H (4)

Keterangan:

Cta = Waktu siklus (detik)


LT = Waktu pemuatan material (loading time) (detik)
HLT = Waktu pergi bermuatan (hauling time) (detik)
SDT = Waktu manuver sebelum menumpah (spotting time) (detik)
DT = Waktu menumpahkan material (dumping time) (detik)
RT = Waktu kembali tanpa muatan (returning time) (detik)
SLT = Waktu manuver sebelum muatan (spotting time) (detik)
9

3. Penentuan faktor koreksi

a. Faktor koreksi kondisi operator

Faktor koreksi kondisi operator mutlak diperhitungkan untuk

menentukan taksiran produksi alat dengan memperhatikan keadaan medan dan

keadaan alat. Nilai faktor koreksi operator ditunjukan pada tabel 1.

Tabel 1. Faktor koreksi kondisi operator


(Sumber : Maddeppungeng, dkk, 2012)
Nilai Faktor Koreksi
Kondisi Effisiensi
Baik sekali 1,0
Sedang 0,75
Buruk 0,60

b. Faktor koreksi waktu kerja

Faktor koreksi waktu kerja mutlak diperhitungkan untuk menentukan

taksiran produksi alat dengan memperhatikan keadaan medan dan keadaan alat.

Nilai faktor koreksi kerja ditunjukan pada tabel 2.

Tabel 2. Faktor koreksi waktu kerja


(Sumber: Maddeppungeng, dkk, 2012)
Nilai Kaktor Koreksi
Kondisi Effisiensi
50 menit/jam 0,84
40 menit/jam 0,67

c. Faktor koreksi material

Faktor koreksi material mutlak diperhitungkan untuk menentukan

taksiran produksi alat dengan memperhatikan keadaan material. Nilai faktor

koreksi material ditunjukan pada tabel 3.


1

Tabel 3. Nilai faktor koreksi material


(Sumber : Maddeppungeng, dkk, 2012)
Nilai Faktor Koreksi
Kondisi Effisiensi
Stockpile/terlepas 1,20
Sulit di cut 0,80
Dengan silinder 0,70
Tanpa silinder miring 0,60
Kendali kabel
0,80
Keras untuk di cut
Batu ledakan 1,15 – 1,25

d. Bucket fill factor

Adalah faktor pengisian bucket yang berpengaruh pada pemenuhan

kapasitas bucket. Nilai bucket fill factor dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Bucket fill factor (Sumber : Komatsu, 2009)


Bucket Fill Factor
Kategori Kondisi Operasi Penggalian Bucket Factor
Mudah Tanah liat, tanah lunak 1,1 – 1,2
Sedang Tanah asli kering, Berpasir 1,0 – 1,1
Agak sulit Tanah asli berpasir dan berkerikil 0,8 – 0,9
Sulit Tanah keras bekas ledakan 0,7 – 0,8

d. Faktor pengembangan material (swell factor)

Faktor pengembangan material merupakan perbandingan volume material

dalam keadaan insitu dengan volume batuan dalam keadaan loose. Nilai swell

factor untuk berbagai macam material dapat dilihat pada tabel berikut: (Herlita

dan Murad, 2018).

Tabel 5. Swell factor material (Sumber : Herlita dan Murad, 2018)


Density Insitu
Macam Material Swell Factor (%)
(lb/cu yd)
Bauksit 2.700 – 4.325 75
Tanah liat kering 2.300 85
1

Tabel 5. Lanjutan
Density Insitu
Macam Material Swell Factor (%)
(lb/cu yd)
Tanah liat basah 2.800 – 3.000 80 – 82
Antrasit 2.200 74
Batubara bituminus 1.900 74
Bijih tembaga 3.800 74
Tanah biasa bercampur kerikil 3.100 90
Tanah biasa basah 3.370 85
Tanah biasa kering 2.800 85
Kerikil kering 3.250 89
Kerikil basah 3.600 88
Granit pecah – pecah 4.500 56-67
Hematit pecah –pecah 6.500 – 8.700 45
Bijih besi pecah – pecah 3.600 – 5.500 45
Batu kapur pecah – pecah 2.500 – 4.200 57 – 60
Lumpur 2.160 – 2.970 83
Lumpur sudah ditekan 2.970 -3.510 83
Pasir kering 2.200 – 3.250 89
Pasir basah 3.300 – 3.600 88
Serpih (shale) 3.000 75
Batu sabak (slate) 1.590 – 4.860 77

e. Waktu pengangkutan (Hauling time)

Truk dapat melewati tanjakan dengan baik apabila rimpull yang tersedia

pada truk sama atau lebih besar dari pada rimpull yang dibutuhkan untuk

mengatasi tahanan gulir (rolling resistance), tanjakan (grade resistance),

percepatan. Besar kecilnya rimpull tergantung pada kecepatan atau gear yang

dipakai. Indonesianto dalam (Ichsannudin, dkk., 2019).

1) Tahanan gelinding (Rolling resistance)

Tahanan gelinding merupakan suatu gaya yang terjadi akibat gesekan roda

alat yang sedang bergerak dengan permukaan tanah. Besar tahanan ini akan

berbeda pada setiap jenis dan kondisi permukaan tanah atau jalan dan juga sangat
1

bergantung dari tipe roda alat berat. Diperkirakan diperlukan tahanan gelinding

alat sebesar 1,5 sampai 2,0 % berat alat agar alat tersebut dapat bergerak.

Besarnya tahanan gelinding berdasarkan jenis permukaan tanah dan tipe roda

yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Harga tahanan gelinding (Sumber : Putra dan Kasim, 2017)


Harga Tahanan Gelinding
Kondisi Jalan Angkut
(lb/ton)
Jalan keras dan licin 40
Jalan yang diaspal 45 – 60
Jalan keras dengan permukaan
45-70
terpelihara baik
Jalan yang sedang diperbaiki dan
85-100
terpelihara
Jalan yang kurang terpelihara 85-120
Jalan berlumpur dan tidak terpelihara 165-120
Jalan berpasir dan berkerikil 240-275
Jalan berlumpur dan sangat lunak 290-370

2) Grade resistance

Grade resistance adalah besarnya gaya berat yang melawan atau

membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilewati oleh

kendaraan tersebut. Pengaruh kemiringan terhadap harga GR adalah naik untuk

kemiringan positif (akan memperbesar rimpull) dan turun untuk kemiringan

negatif (akan memperkecil rimpull). Besarnya GR tergantung pada kemiringan

jalan (%) dan berat kendaraan tersebut (ton). Besarnya GR dinyatakan rata-rata

20 lb dari rimpull untuk setiap gross berat kendaraan beserta isinya pada setiap

kemiringan 1 % (Putra R.N dan Kasim T, 2017).

Kemiringan (grade) jalan angkut produksi dinyatakan dalam persen (%)

yang merupakan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak mendatar.


1

Perhitungan untuk kemiringan jalan dapat menggunakan rumus berikut (Maharani


dan Sumarya, 2018):

radeh (5)
x

Keterangan:
h = Beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m atau ft)
x = Jarak horizontal dari 2 titik yang diukur (m atau ft)

Rimpull untuk mengatasi tanjakan dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut (Ichsannudin dkk., 2019).


(6)
Sumber : (Ichsannudin dkk., 2019)

Keterangan:
Dt = Rimpull yang dibutuhkan tiap % kemiringan (20 lb/ton)
K = Kemiringan (%)

3) Total tahanan (total resistance)

Total tahanan merupakan jumlah dari tahanan gelinding dan tahanan

kelandaian, dengan rumus:


(7)
Sumber : (Kholil, 2012)

Nilai GR akan berubah berdasarkan keadaan permukaan jalan, pada jalan

naik arah GR sama dengan arah RR sehingga rumus menjadi:


(8)
Sumber : (Kholil, 2012)

Sementara itu, pada jalan menurun arah GR berlawanan dengan arah RR

sehingga rumus menjadi:`


(9)
Sumber : (Kholil, 2012)
1

Keterangan:

TR = Total resistance (lb/ton)


RR = Rolling resistance (lb/ton)
GR = Grade resistance (lb/ton)

Adapun tahanan gelinding dan tahanan kelandaian pada jalan menanjak

dan jalan menurun dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Total tahanan (Sumber : Kholil, 2012)

Rimpull merupakan besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat

diberikan oleh mesin suatu alat kepada permukaan jalur jalan atau ban

penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan. Rimpull biasanya

dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dihitung dengan rumus (Sepriadi dan

Webisono K, 2017):

Rimpull yang tersedia dapat dihitung dengan persamaan Indonesianto dalam

(Ichsannudin, dkk., 2019):


H
(10)

Keterangan:
RP = Rimpull (lb)
HP = Kapasitas mesin (HP)
EM = Efisiensi mekanis
V = Kecepatan truk (mph)
1

Untuk menentukan waktu hauling dan waktu return dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut (Sokop dkk., 2018):

H (11)
Sumber : (Sokop dkk., 2018)

Keterangan:

HLT = Waktu pergi bermuatan (hauling time) (menit)


D = Jarak angkut (meter)
V = Kecepatan (meter/menit)

Untuk menentukan kecepatan optimum Dump Truck menggunakan

persamaan berikut (Sepriadi dan Webisono K, 2017):

(12)
t
Sumber : (Sepriadi dan Webisono K, 2017)

Keterangan:

V = Kecepatan (m/detik)
S = Jarak yang ditempuh (m)
T = Waktu tempuh (detik)

4. Teori antrian

Menurut Heizer dan Render 2011, dalam Botutihe, dkk., 2018. Teori antrian

adalah ilmu yang mempelajari suatu antrian dimana antrian merupakan kejadian

yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan berguna baik bagi perusahaan

manufaktur atau jasa.

Menurut Kakiay 2004, dalam Botutihe, dkk., 2018. Faktor-faktor yang

mempengaruhi analisis antrian adalah:


1

a. Pola kedatangan

Pola kedatangan adalah dengan cara bagaimana individu-individu dari

populasi memasuki sistem. Untuk pola kedatangan menggunakan asumsi

distribusi probabilitas poisson, yaitu salah satu dari pola-pola kedatangan per unit

waktu bila sejumlah besar variabel-variabel random mempengaruhi tingkat

kedatangan.

b. Perilaku konsumen

Tindakan-tindakan individu yang melibatkan pembelian penggunaan barang

dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

menentukan tindakan-tindakan tersebut sebagai pengalaman dengan produk.

c. Aturan antrian

Aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri, misalnya,

datang awal dilayani dulu, datang terakhir dilayani dulu, berdasarkan prioritas,

dan secara random.

d. Sistem pelayanan

Pelayanan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari atau lebih

pelayanan, atau satu atau lebih fasilititas pelayanan. Pelayanan hanya terdiri dari

satu pelayan dalam satu fasilitas pelayanan yang ditemui pada loket.

e. Tertib

Aturan di mana para pelanggan dilayani, atau disiplin pelayan (service

discipline) yang memuat uraian (order) para pelanggan menerima layanan. Teori
1

antrian dapat digunakan dalam menganalisis secara statistik biaya dump truck dan

alat muat yang diperlukan untuk sejumlah truk sehingga jumlah truk optimum

dapat ditentukan. Selain itu teori antrian juga dapat memberikan gambaran

mengenai produksi optimum yang bisa dicapai dengan biaya paling minim.

Aplikasi teori antrian dapat mengambil contoh sebuah alat muat digunakan untuk

melayani beberapa truk, dimana truk ini akan mengangkut muatan ke lokasi

tujuan, menumpahkannya, dan kembali ke tempat pemuatan untuk pemuatan

selanjutnya. Model antrian dalam pelayanan dump truck dapat dilihat pada

Gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2. Sistem antrian alat muat dan dump truck


Sumber: May, 2012 dalam Prasmoro dan Hasibuan, 2018.

5. Pelayanan antrian

a. Penentuan tingkat pelayanan

Persamaan untuk menentukan tingkat pelayanan alat angkut yaitu sebagai

berikut (Sefrizni dan Kasim, 2019):

(13)
n n
1

Keterangan:

µn = Tingkat pelayanan dalam tahap n.


Tn = Waktu pelayanan dalam tahap n.
n = Loading, hauling, dumping, return

b. Probabilitas keadaan antrian

Proses pemecahan masalah menggunakan metode antrian yang kemudian

dilakukan perhitungan pada tahapan yang akan terjadi antrian, selanjutnya

dilakukan perhitungan probabilitas keadaan antrian kemudian untuk mengetahui

jumlah alat angkut yang mengantri, waktu tunggu, kebutuhan alat angkut, dan

produktivitas dari alat angkut menurut teori antrian. Persamaan yang digunakan

ialah sebagai berikut (Lestari, dkk., 2012):


( )
| - | (14)
( )

Selanjutnya probabilitas keadaan antrian putaran untuk 4 (empat) tahap


dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Ercelebi, dkk., 2009):
-n
(n n n n ) n n n ( ) (15)
n n

Keterangan:

µ = Tingkat pelayanan rata-rata dalam satu sistem dalam unit/jam


N = Jumlah populasi dalam banyak unit
M = Tahap-tahap dalam antrian
n = Jumlah individu dalam sistem pada suatu waktu dalam unit

c. Rata-rata jumlah alat angkut menunggu dalam antrian

Dalam sistem antrian putaran untuk 4 tahap, rata-rata jumlah alat angkut

menunggu dalam antrian dihitung dengan ketentuan sebagai berikut (Ercelebi,

dkk., 2009):
1

1) Tahap 1 (loading)

Alat angkut menunggu untuk dimuati alat gali-muat dengan ketentuan n1≥

sehingga rata-rata alat angkut yang menunggu untuk dimuati ditentukan dengan

persamaan berikut (Ercelebi, dkk., 2009):

q ∑ n p(n n n ) (16)

Keterangan:

Lq1 = Jumlah alat angkut yang antri pada tahap 1

2) Tahap 3 (dumping)

Alat angkut menunggu untuk menumpahkan muatan di dumping

area/stockpile dengan ketentuan n3≥ sehingga rata-rata alat angkut yang

menunggu untuk menumpahkan muatan ditentukan dengan persamaan berikut

(Ercelebi, dkk., 2009):

q ∑(n - ) (n n n n ) (17)

Keterangan:

Lq3 = Jumlah alat angkut yang antri pada tahap 3

d. Rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian

Dalam sistem antrian putaran untuk 4 tahap, rata-rata waktu tunggu alat

angkut dalam antrian dihitung dengan ketentuan sebagai berikut (Ercelebi, dkk.,

2009):
2

1) Tahap 1

Tingkat penggunaan tahap 1, diperoleh pada kondisi n 1>1, yaitu keadaan

dimana ada alat angkut yang datang ketahap 1 yang dihitung dengan

menggunakan persamaan (Ercelebi, dkk., 2009):

η ∑ (n ≥ n n n ) (18)

Keterangan:

1 = Tingkat penggunaan tahap 1

Untuk mengetahui jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 1

adalah dengan menggunakan persamaan berikut (Ercelebi, dkk., 2009):

(19)

Keterangan:

1 = Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap1


1 = Tingkat penggunaan tahap 1
1 = Tngkat pelayanan tahap 1

untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian pada alat

gali muat (tahap 1) adalah dengan menggunakan persaman berikut(Ercelebi, dkk.,

2009):

q
q
(20)

Keterangan:

Wq1 = Waktu tunggu alat angkut pada tahap 1


Lq1 = Jumlah alat angkut yang antri pada tahap 1
1 = Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap1
2

2) Tahap 3

Tingkat penggunaan tahap 3, diperoleh pada kondisi n3 >1, yaitu keadaan

dimana ada alat angkut yang datang ketahap 3 yang dihitung dengan

menggunakan persamaan (Ercelebi, dkk., 2009):

η ∑ (n n n ≥ n ) (21)

Keterangan:
3 = Tingkat penggunaan tahap 3

Untuk mengetahui jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 3
adalah dengan menggunakan persamaan (Ercelebi, dkk., 2009):

(22)

Keterangan:
3 = Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 3
3 = Tingkat penggunaan tahap 3
3 = Tingkat pelayanan tahap 3

untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian pada

dumping area/stockpile (tahap 3) adalah dengan menggunakan persamaan

(Ercelebi, dkk., 2009):

q
q
(23)

Keterangan:
Wq3 = Waktu tunggu alat angkut pada tahap 3
Lq3 = Jumlah alat tangkut yang antri pada tahap 3
3 = Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 3

6. Waktu edar alat angkut

Berdasarkan penerapan teori antrian maka waktu edar alat angkut setiap

retase atau sekali putar dapat ditentukan dengan persamaan (Ercelebi, dkk., 2009):
2

∑i ( qi ) (24)
i

Keterangan:
CT = Waktu siklus alat angkut
Wqi = Waktu tunggu alat angkut pada tahap ke-i
i = Tingkat pelayanan tahap ke-i
M = Jumlah tahap

F. Penentuan Jumlah Alat

Pengaturan peralatan ore getting rancangan berdasarkan produktivitas

alat yang diperoleh dari cycle time rata-rata alat di lapangan dan pengaturan

peralatan ore getting standar berdasarkan produktivitas alat yang diperoleh dari

cycle time standar alat dengan memperhatikan jam jalan alat dan match

factornya. Dari masing-masing perencanaan peralatan ore getting ini dapat

ditentukan pengaturan peralatan ore getting yang paling efektif dan ekonomis.

Untuk menentukan jumlah alat yang dibutuhkan dalam merencanakan peralatan

ore getting yang akan dibuat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut (Epi, dkk., 2017):

arget produksi ton jam


umlah lat roduktivitas alat ton jam (25)

G. Biaya Operasi

Biaya operasi berfokus pada operasi tambang sehari-hari. Biaya-biaya ini

dapat dibagi menjadi biaya tetap dan variabel. Biaya variabel bervariasi dengan

tonase yang dihasilkan, biaya-biaya ini termasuk bahan bakar. Biaya tetap, di sisi

lain, tidak tergantung pada tonase yang diproduksi, dan itu termasuk biaya tenaga

kerja yang tidak terkait dengan produksi. Secara umum, biaya operasi dinyatakan
2

dalam total biaya per ton bijih yang ditambang (Mohutsiwa dan Musingwini,

2015).

Biaya Operasi (Operating Cost) merupakan biaya yang harus dikeluarkan

steiap jamnya selama alat-alat mekanis tersebut masih digunakan. Biaya operasi

ini meliputi:

1. Biaya bahan bakar

Kebutuhan bahan bakar dan pelumas per jam berbeda untuk setiap alat

atau merk dari mesin tersebut. Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung

dari besar kecilnya daya mesin yang digunakan disamping kondisi medan

yang ringan atau berat juga menentukan. Data-data ini biasanya dapat diperoleh

dari pabrik produsen alat atau dealer alat bersangkutan ataupun berdasarkan data

yang diperoleh dari lapangan. Pabrik pembuat alat biasanya memberikan

prakiraan konsumsi bahan bakar sesuai daya mesin alat yang dinyatakan

dalam liter/jam atau galon/jam. Perlu diperhatikan bahwa selama

pengoperasian alat, mesin tidak selalu bekerja 100%. Misalnya pada alat

gali, pemakaian tenaga mesin 100% hanya pada waktu menggali dan

mengangkat tanah saja, sedang pada waktu bucket kosong mesin tidak

menggunakan tenaga penuh. Efisiensi kerja operator dalam satu jam kerja juga

tidak penuh 100%, misalnya hanya 50 menit/jam saja, hal ini disebut dengan

operating factor, yang semakin besar operating factornya makin besar pula

tenaga mesin bekerja. Biaya bahan bakar dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut (Dania, dkk., 2018):


iaya e utuhan ⁄ am x Harga ⁄ iter (26)
2

2. Biaya filter

Untuk kebutuhan bahan-bahan tersebut, seperti pada kebutuhan bahan

bakar, masing-masing alat besar dalam kebutuhan per jam berbeda sesuai dengan

kondisi pekerjaan, bahan pelumas yang terdiri dari oli mesin, oli transmisi, oli

hidrolis, oli final drive, gemuk (grase). Kebutuhan minyak pelumas dan minyak

hidrolis tergantung pada besarnya bak karter (crank case) dan lamanya periode

penggantian minyak pelumas, biasanya antara 100 sampai 300 jam pemakaian.

Untuk kebutuhan minyak pelumas, minyak hidrolis, gemuk (grease) dan

filter biasanya pabrik pembuat memberikan prakiraan yang dinyatakan dalam

liter/jam atau gallon/jam tergantung kondisi medan kerjanya. Biaya filter dapat

dihitung dengan persamaan (Dania, dkk., 2018):

⁄ ⁄ (27)

Sedangkan biaya filter biasanya diambil 50% dari jumlah biaya pelumas diluar
bahan bakar atau dalam rumus hitungannya yaitu (Dania, dkk., 2018):

jumlah filter Harga filter (28)


iaya filter jam ama pergantian filter

3. Biaya ban

Biaya pergantian ban dapat dihitung dengan menggunakan persamaan


(Bahar, 2015):

H
(29)

Keterangan:
BN = Biaya pemakaian ban per jam (jam)
HB = Harga ban (Rp)
UB = Umur ban (jam)
2

4. Biaya perbaikan dan pemeliharaan

Biaya perbaikan dan pemeliharaan dapat diperkirakan sesuai

dengan waktu penggunaannya dengan menggunakan persamaan (Bahar, 2015):

(30)

Keterangan:
K = Biaya perbaikan dan pemeliharaan (Rp)
E = Faktor perbaikan ringan 0,125 s/d berat 0,175
B = Harga perbaikan (Rp)
W = Jumlah jam kerja alat dalam satu bulan (jam)

5. Upah tenaga kerja

Upah tenaga kerja mengacu kepada standar gaji/upah tenaga kerja

langsung. Perhitungan upah kerja khususnya operator biasanya dihitung

menggunakan satuan waktu sebagai berikut (Bahar, 2015):

(31)

(32)

Keterangan:
L = Biaya operator/supir (Rp)
M = Biaya pembantu operator (Rp)
U1 = Upah/gaji operator/supir (Rp/jam)
U2 = Upah/gaji pembantu operator (Rp/jam)

(Bahar, 2015).

6. Total biaya

Adapun untuk mengetahui total biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan

penambangan menggunakan persamaan sebagai berikut (Rumengan, dkk., 2017):

otal iaya iaya operasional iaya sewa (27)


2

Biaya operasional adalah keseluruhan biaya-biaya komersil yang dikeluarkan

untuk menunjang atau mendukung kegiatan atau aktivitas perusahaan untuk

mencapai sasaran yang telah ditentukan, dan dalam arti lain biaya operasional

adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses kegiatan operasional

perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan perusahaan yang lebih maksimal

(Winarso, 2014).

Biaya sewa adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyewa penggunaan

alat berat dalam satuan jam atau hari (Febrianti dan Zakia, 2019).
2

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu 1 bulan pada Blok 5

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri, dimana lokasi secara administratif terletak di

Desa Matarape, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali, Provinsi

Sulawesi Tengah. Adapun peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan

menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif yaitu

penelitian yang menggunakan format terstruktur dengan pengumpulan data

berdasarkan pengamatan secara langsung. Sedangkan jenis penelitian kualitatif

adalah melakukan analisis penelitian berdasarkan data kuantitatif.

C. Bahan atau Materi Peneltian

Adapun data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung di lapangan dari

objek peneltian dimana data tersebut burupa data untuk menghitung waktu

edar excavator yang terdiri dari digging time, swing time, dumping time,

swing empty time serta data untuk menghitung waktu edar dump truck yang

terdiri dari loading time dan dumping time, elevasi dan jarak jalan.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan, dimana data

tersebut berupa data bor eksplorasi, data topografi, spesifikasi alat, waktu

25
2

kerja efektif, harga bahan bakar biaya sewa alat.

D. Instrumen Penelitian

Adapun alat dan bahan atau instrumen yang dibutuhkan dalam

melaksanakan penelitian dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Instrumen penelitian


No Nama Alat Manfaat
1 ATK Untuk menulis hasil pengamatan dilapangan
3 Total Station Untuk mengkur elevasi jalan angkut
4 Kamera Untuk dokumentasi kegiatan pengamatan dilapangan
Untuk membantu pengolahan data dan pembuatan
5 Laptop
laporan
Pakaian Untuk melindungi tubuh dari hal yang dapat
6
Safety membahayakan selama di lapangan

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan tentunya

memiliki prosedur atau tahapan-tahapan dari awal sampai akhir. Adapun prosedur

atau tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut ini:

1. Studi literatur

Kegiatan pada tahapan ini adalah mengumpulkan literatur atau referensi-

referensi yang mendukung kegiatan penelitian seperti yang terkait dengan

perencanaan tambang, produktivitas alat dan penjadwalan produksi.


2

2. Pengamatan lapangan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan atau observasi terhadap kondisi

lapangan agar dapat memperoleh gambaran awal tentang lokasi dan kegiatan

penelitian.

3. Pengambilan dan pengumpulan data

Data yang dimaksud pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang dimana cara pengambilannya dilakukan

langsung oleh yang melakukan penelitian seperti data untuk menghitung waktu

siklus alat gali muat dan angkut, elevasi dan jarak jalan. Sedangkan yang

dimaksud dengan data sekunder adalah data yang dapat diperoleh langsung dari

perusahaan seperti data blok model, data topografi, data spesifikasi alat, daftar

gaji operator dan waktu kerja efektif, harga bahan bakar.

4. Pengolahan dan analisis data

Secara umum pengolahan dan analisis data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Menghitung produktifitas alat gali muat dan angkut dengan menggunakan

persamaan 1 dan 2

b. Analisis waktu pengangkutan alat angkut (hauling time) dengan

menggunakan persamaan 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

c. Menentukan waktu antrian alat angkut dengan menggunakan persamaan 13,

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
2

d. Menentukan jumlah alat gali-muat dan angkut yang dibutuhkan dalam

kegiatan pengupasan overburden dan ore getting berdasarkan target produksi

dan produktivitas alat dengan menggunakan persamaan 25

e. Menentukan besaran biaya penggunaan bahan bakar minyak dengan

menggunakan persaman 26

f. Menentukan total biaya pengupasan overburden dan biaya penambangan bijih

nikel dengan persamaan 27


2

5. Diagram alir penelitian

Mulai

Studi literatur

Pengumpulan data

Data Primer: Data Sekunder:


1. Elevasi dan jarak jalan 1. Volume overburden dan ore
angkut 2. Data blok model
2. Waktu edar excavator: 3. Spesifikasi alat
a. Digging time 4. Waktu kerja efektif
b. Swing time 5. Target produksi overburden
c. Dumping time dan ore per bulan
d. Swing empty time 6. Dencity overburden dan ore
3. Waktu edar dump truck: 7. Nilai sweel factor
a. Loading time 8. Nilai maksimum striping ratio
b. Dumping time 9. Harga sewa alat gali muat dan
angkut
10. Harga bahan bakar

Analisis Data
a. Analisis waktu pengangkutan alat angkut (hauling time) dengan
menggunakan persamaan 5, 6, 7, 8,9, 10, 11, 12
b. Menentukan waktu antrian alat angkut dengan menggunakan persamaan
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
c. Menentukan besaran biaya operasional alat gali–muat dan angkut dalam
kegiatan pengupasan overburden dan penambangan bijih nikel dengan
menggunakan persamaan 26

1
3

Pengolahan Data
a. Menghitung produktifitas alat gali muat dan angkut dengan
menggunakan persamaan 1 dan 2
b. Menentukan jumlah alat gali muat dan alat angkut yang dibutuhkan
dengan menggunakan persamaan 25
a. Menghitung biaya total pengupasan overburden dan biaya
penambangan bijih nikel menggunakn persamaan 27

Hasil
b. Jumlah alat gali muat dan alat angkut yang dibutuhkan
c. Total biaya pengupasan overburden dan penambangan bijih nikel

Selesai
Gambar 3. Peta IUP Lokasi Penelitian

3
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Endapan Bijih Nikel Laterit

Wilayah IUP PT. Nusajaya Persadatama Mandiri terbagi menjadi 10 blok

yaitu blok 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Setiap blok memiliki topografi yang relatif

sama yaitu pegunungan yang bergelombang yang menggambarkan proses

pembentukan nikel laterit. Topografi landai cenderung membawa air dalam

bentuk run off bergerak perlahan sehingga memiliki kesempatan untuk

melakukan penetrasi lebih melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.

Endapan nikel laterit padal blok 5 memiliki ketebalan pada punggungan bukit.

Ketinggian topografi pada blok 5 berkisar 300 – 350 meter di atas permukaan laut.

Adapun gambar lapisan endapan bahan galian daerah penelitian yaitu sebagai

berikut:

Keterangan:
Body overburden
Body ore

Gambar 4. Endapan bahan galian

32
3

Berdasarkan hasil estimasi cadangan PT. Nusajaya Persadatama Mandiri

dengan cut off grade 1.4%, blok 5 memiliki volume overburden sebesar 8.708.083

3
ton dengan berat jenis 1,65 ton/m serta memiliki cadangan ore sebesar 2.858.930
3
dengan berat jenis 1,55 ton/m dengan ketebalan ore berdasarkan kalkulasi

memiliki ketebalan bervariasi dengan rata-rata 6 – 18 meter dan luas area 72 Ha.

Berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) PT. Nusajaya Persadatama

Mandiri, striping ratio pada blok 5 yaitu 1 : 3 dan dinilai ekonomis dengan nilai

striping ratio maksimum PT. Nusajaya Persadatama Mandiri yaitu 1 : 7.

B. Pengupasan Overburden

1. Waktu hauling bermuatan

Pada kegiatan pengangkutan overburden dari pit ke disposal, alat angkut

yang digunakan adalah dump truck UD Quester 370 CWE dan alat yang

digunakan untuk loading material adalah excavator CAT 330. Dalam penentuan

produktifitas alat angkut menggunakan beberapa aspek yaitu waktu siklus yang

nilainya didapatkan dari penjumlahan waktu pemuatan, waktu manuver sebelum

menumpah, waktu menumpahkan, waktu manuver untuk dimuati, waktu pergi

bermuatan dan waktu kembali kosong didapatkan dari hasil perhitungan rimpull

dan simulasi teori antrian. Dalam menentukan waktu pengangkutan dan kembali

kosong memiliki beberapa komponen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Komponen dalam menentukan waktu pengangkutan


(Sumber : Lampiran)
No Komponen Nilai Satuan Keterangan
1 Berat Kendaraan 34 ton Lampiran 5
2 Jumlah pemuatan 5 kali Pangamatan di lapangan
3

Tabel 8. Lanjutan
No Komponen Nilai Satuan Keterangan
3
3 Volume bucket excavator 1,83 m Lampiran 5
3 Konsultasi dengan pihak
4 Densitas overburden 1,65 ton/m
perusahan
Volume bucket x jumlah
5 Volume muatan 9,15 m
3
pemuatan
Volume muatan x
6 Volume muatan 15,097 ton
densitas overburden
Berat kendaraan +
7 Berat kendaraan bermuatan 49,10 ton
bermuatan

Jalan angkut yang direncanakan PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dari

pit ke disposal memiliki jarak 733 meter dengan ketinggian maksimal sebesar

337 meter di atas permukaan laut dan ketinggian terendah yaitu 300 meter di atas

permukaan laut. Dimana jalan tersebut terbagi menjadi 9 segmen, adapun gambar

profil jalan angkut dari pit ke disposal dapat dilihat pada gambar 6 lampiran 8.

Masing-masing segmen jalan angkut memiliki elevasi yang dapat dilihat pada

lampiran 8.

a. Rolling resitance (RR), grade resistance (GR) dan total resistance (TR)

Perhitungan rimpull ini dilakukan pada saat terjadi perubahan segmen

jalan. Perubahan segmen jalan dihitung dan dibagi berdasarkan kondisi jalan yang

datar, pendakian, penurunan dan tikungan. Nilai dari rimpull dalam mengatasi

tahanan gulir (rolling resistance) diasumsikan berdasarkan nilai tahanan gulir

yang terdapat pada tinjauan pustaka. Kemudian untuk mengatasi jalan dengan

kondisi menanjak (grade resistance) nilainya dapat diperoleh dengan

menggunakan persamaan 5. Dalam menentukan nilai jumlah dari tahanan gulir


3

dan tahanan kelandaian (total resistance) diperoleh dengan menggunakan

persamaan 7. Pada segmen jalan dengan kondisi menurun, nilai rolling resistance

(RR) dikurangi dengan nilai grade resistance (GR). Sebaliknya, pada segmen

jalan dengan kondisi menanjak nilai rolling resistance (RR) dijumlahkan dengan

nilai grade resistance (GR). Adapun hasil perhitungan rolling resistance (RR),

grade resistance (GR) dan total resistance (TR) dapat dilihat pada Lampiran 9.

Alat angkut Dump Truck UD Quester 370 CWE pada saat berisi material

memiliki berat sebesar 49,10 ton dengan tahanan gulir 70 lb/ton. Grade

resistance (GR) pada segmen pertama memiliki nilai sebesar -77,45 lb/ton

dimana jarak segmen horizontal sepanjang 53 meter. Dengan kondisi jalan yang

menurun pada segmen pertama diperoleh nilai dari total resistance (TR) sebesar

147,45 lb/ton. Adapun perhitungan RR, GR dan TR pada segmen-segmen

berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

b. Rimpull

Adapun untuk mengetahui rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan alat

angkut untuk setiap segmen jalan dapat dilakukan dengan menggunakan

persamaan 10. Hasil perhitungan rimpull dan kecepatan alat angkut dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan (Sumber : Spesifikasi


Alat)
Kecepatan
Kecepatan Efisiensi Rimpull
Gear Rata-Rata HP
(mph) Mekanis Tersedia
(km/jam)
1 8,45 13,59 0,85 370 13.960
2 15,79 25,40 0,85 370 7.470
3

Tabel 9. Lanjutan
Kecepatan Rimpull
Kecepatan Efisiensi
Gear Rata-Rata HP
(mph) Mekanis Tersedia
(km/jam)
3 22,34 35,94 0,85 370 5.280
4 30,87 49,68 0,85 370 3.820
6 60,48 97,31 0,85 370 1.950
8 117,94 189,76 0,85 370 1.000
9 161,56 259,95 0,85 370 730

Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan kekuatan tarik yang dapat

diberikan oleh mesin atau sering dikatan sebagai rimpull, dan kecepatan alat

angkut. Kekuatan tarik dan kecepatan yang dapat diberikan oleh mesin sangat

bervariasi tergantung dari gear mesin, semakin kecil gear yang digunakan

semakin besar tenaga yang tersedia. Efisiensi yang digunakan pada persamaan ini

efisiensi normal yaitu 0,85, karena diasumsikan alat tidak bekerja penuh dalam

sehari. Daya mesin yang digunakan untuk menentukan kecepatan di atas yaitu

370 Hp, nilai tersebut diperoleh berdasarkan spesifikasi alat angkut. Berdasarkan

dari total rimpull yang diperoleh pada segmen pertama sebesar 7.239,63 lb, maka

untuk mengatasi hambatan tersebut alat angkut harus menggunakan gear 2

dimana pada gear 2 memiliki rimpull yang tersedia sebesar 7.470 lb untuk

mengatasi hambatan jalan dan kecepatan alat angkut yaitu 25,41 Km/jam. Adapun

hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 9.

Dalam menentukan waktu hauling bermuatan, dapat diketahui setelah

diperoleh kecepatan dari rimpull dan jarak dari tiap segmen yang dihitung

berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel. Dimana

untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan dapat diketahui dengan menggunakan


3

persamaan 11. Waktu hauling bermuatanyang dibutuhkan alat angkut untuk

sampai kembali ke disposal dengan jarak angkut 733 meter adalah 2,539 menit

Lampiran 9.

2. Waktu hauling kosong

Jalan angkut yang direncanakan PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dari

pit ke disposal memiliki jarak 733 meter dengan ketinggian maksimal sebesar

337 meter di atas permukaan laut dan ketinggian terendah yaitu 300 meter di atas

permukaan laut. Dimana jalan tersebut terbagi menjadi 9 segmen, adapun gambar

profil jalan angkut dari pit ke disposal dapat dilihat pada gambar 9 lampiran 8.

Masing-masing segmen jalan angkut memiliki elevasi yang dapat dilihat pada

lampiran 9.

a. Rolling resitance (RR), grade resistance (GR) dan total resistance (TR)

Perhitungan rimpull ini dilakukan pada saat terjadi perubahan segmen

jalan. Perubahan segmen jalan dihitung dan dibagi berdasarkan kondisi jalan yang

datar, pendakian, penurunan dan tikungan. Nilai dari rimpull dalam mengatasi

tahanan gulir (rolling resistance) diasumsikan berdasarkan nilai tahanan gulir

yang terdapat pada tinjauan pustaka. Kemudian untuk mengatasi jalan dengan

kondisi menanjak (grade resistance) nilainya dapat diperoleh dengan

menggunakan persamaan 5. Dalam menentukan nilai jumlah dari tahanan gulir

dan tahanan kelandaian (total resistance) diperoleh dengan menggunakan

persamaan 7. Pada segmen jalan dengan kondisi menurun, nilai rolling resistance

(RR) dikurangi dengan nilai grade resistance (GR). Sebaliknya, pada segmen
3

jalan dengan kondisi menanjak nilai rolling resistance (RR) dijumlahkan dengan

nilai grade resistance (GR). Adapun hasil perhitungan rolling resistance (RR),

grade resistance (GR) dan total resistance (TR) dapat dilihat pada Lampiran 9.

Alat angkut Dump Truck UD Quester 370 CWE pada saat tidak berisi

material memiliki berat sebesar 34 ton dengan tahanan gulir 70 lb/ton. Grade

resistance (GR) pada segmen pertama memiliki nilai sebesar -45,03 lb/ton

dimana jarak segmen horizontal sepanjang 63 meter. Dengan kondisi jalan yang

mendaki pada segmen pertama diperoleh nilai dari total resistance (TR) sebesar

114,03 lb/ton. Adapun perhitungan RR, GR dan TR pada segmen-segmen

berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

b. Rimpull

Adapun untuk mengetahui rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan alat

angkut untuk tiap segmen jalan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan

10. Hasil perhitungan rimpull dan kecepatan alat angkut dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 10. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan (Sumber : Spesifikasi


Alat)
Kecepatan
Kecepatan Efisiensi Rimpull
Gear Rata-Rata Hp
(mph) Mekanis Tersedia
(km/jam)
1 8,45 13,59 0,85 370 13.960
2 15,79 25,40 0,85 370 7.470
3 22,34 35,94 0,85 370 5.280
4 30,87 49,68 0,85 370 3.820
5 42,27 68,01 0,85 370 2.790
6 60,48 97,31 0,85 370 1.950
7 85,46 137,51 0,85 370 1.380
8 117,94 189,76 0,85 370 1.000
9 161,56 259,95 0,85 370 730
3

Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan kekuatan tarik yang dapat

diberikan oleh mesin atau sering dikatakan sebagai rimpull, dan kecepatan alat

angkut. Kekuatan tarik dan kecepatan yang dapat diberikan oleh mesin sangat

bervariasi tergantung dari gear mesin, semakin kecil gear yang digunakan

semakin besar tenaga yang tersedia. Efisiensi yang digunakan pada persamaan ini

efisiensi normal yaitu 0,85, karena diasumsikan alat tidak bekerja penuh dalam

sehari. Daya mesin yang digunakan untuk menentukan kecepatan di atas yaitu 370

Hp, nilai tersebut diperoleh berdasarkan spesifikasi alat angkut. Berdasarkan dari

total rimpull yang diperoleh pada segmen pertama sebesar 3.910,93 lb, maka

untuk mengatasi hambatan tersebut alat angkut harus menggunakan gear 3

dimana pada gear 3 memiliki rimpull yang tersedia sebesar 5.280 lb untuk

mengatasi hambatan jalan dan kecepatan alat angkut yaitu 35,94 Km/jam. Adapun

hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 9.

Dalam menentukan waktu hauling bermuatan, dapat diketahui setelah

diperoleh kecepatan dari rimpull dan jarak dari tiap segmen yang dihitung

berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel. Dimana

untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan dapat diketahui dengan menggunakan

persamaan 11. Waktu hauling bermuatan yang dibutuhkan alat angkut untuk

sampai kembali ke pit dengan jarak angkut 733 meter adalah 1,30 menit

Lampiran 9.
4

3. Analisis teori antrian pengupasan overburden

Pada penelitian ini metode antrian merupakan metode yang digunakan

dalam penyelesaian masalah yang digunakan untuk mengetahui waktu tunggu alat

angkut untuk dimuati dan waktu tunggu alat angkut pada saat menumpahkan.

Dalam perhitungan metode antrian terdapat 4 tahapan untuk mengetahui tingkat

pelayanan.

a. Waktu pelayanan

Adapun hasil perhitungan tingkat pelayanan dump truck dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 11. Tingkat pelayanan (Sumber : Lampiran)


Waktu Tingkat
No
Pelayana (Tn) Pelayanan (1/Tn)
1 1,950 menit 0,513 menit
2 2,54 menit 0,394 menit
3 0,51 menit 1,961 menit
4 1,30 menit 0,769 menit

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata tingkat pelayanan

dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pemuatan yaitu 1,950 menit, rata-

rata tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap

pengangkutan material menuju ke disposal yaitu 2,54 menit, rata-rata tingkat

pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pembongkaran material

yaitu 0,51 menit, serta rata-rata tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu

yaitu pada tahap kembali kososng menuju pit yaitu 1,30 menit (Lampiran 10).
4

b. Probabilitas keadaan antrian

Untuk jumlah keadaan antrian dimana alat gali muat melayani alat angkut

sebanyak 7 unit yaitu sebanyak 120 kemungkinan, yang artinya ada 120 bentuk

atau cara keadaan sistem alat angkut pada saat mengantri. Perhitungan

probabilitas keadaan sistem antrian dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan

Lampiran 10 dimana apabila yang mengantri di tahap satu sebanyak 7 unit jadi

untuk tahap 2, 3 dan 4 tidak ada dump truck yang mengantri. Untuk jumlah dump

truck yang berada di tahap 1 ada 6 unit maka di mungkinkan bahwa jumlah dump

truck yang berada di tahap 2, 3 dan 4 ada 1 unit dan seterusnya sehingga diperoleh

banyaknya peluang kemungkinan terjadinya antrian putaran dari distribusi 7 unit

dump truck pada kasus 4 tahap yaitu sebanyak 120 kemungkinan. Dimana dasar

dari ketentuan jumlah probabilitas-probabilitas sama dengan 1 yaitu probabilitas

keadaaan (7,0,0,0) (Lampiran 10).

c. Tingkat penggunaan dump truck dan jumlah dump truck pada tahap 1

dan tahap 3

Adapun hasil perhitungan tingkat penggunaan dump truck ηn dan jumlah

dump truck yang terlayani ( ) pada tahap 1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil perhitungan ηn dan (Sumber : Lampiran)


Tahap 1 Tahap 3
η1 (unit/menit) η3 (unit/menit)
0,992 0,510 0,2593 0,509

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa pada tahap 1 rata-rata tingkat

penggunaan alat angkut yaitu 0,992 dan rata-rata jumlah dump truck yang dapat
4

terlayani yaitu 0,510 unit/menit (Lampiran 10). sedangkan pada tahap 3 rata-rata

tingkat penggunaan alat angkut pada yaitu 0,2593 dan rata-rata jumlah dump truck

yang dapat terlayani pada tahap 3 yaitu 0,509 unit/menit.

d. Jumlah dump truck yang antri dan waktu tunggu pada tahap 1 dan
3

Adapun jumlah dump truck yang antri (Lqn) dan waktu tunggu (Wqn) pada

tahap 1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Hasil perhitungan Lqn dan Wqn (Sumber : Lampiran)


Tahap 1 Tahap 3
Lq1 (unit) Wq1 (menit) Lq3 (unit) Wq3 (menit)
3,7103 7,296 0,0871 0,171

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan pada tahap 1 diperoleh rata-rata

jumlah dump truck yang menunggu untuk dimuati yaitu 3,7103 unit dan rata-rata

waktu tunggu masing-masing dump truck yaitu selama 7,296 menit. Sedangkan

pada tahap 3 diperoleh rata-rata jumlah dump truck yang menunggu untuk

dumping yaitu 0,0871 unit dan rata-rata waktu tunggu masing-masing dump truck

yaitu selama 0,171 menit (Lampiran 10).

e. Analisis waktu edar dump truck

Adapun hasil perhitungan waktu edar dump truck dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 14. Waktu edar berdasarkan teori antrian (Sumber : Lampiran)


Tingkat
1/µn Wq1 Wq3 CT
µn Pelayanan
(menit) (menit) (menit) (Menit)
(µn)
µ1 0,513 1,950
7,296 0,171 13,765
µ2 0,394 2,54
4

Tabel 14. Lanjutan


Tingkat
1/µn Wq1 Wq3 CT
µn Pelayanan
(menit) (menit) (menit) (Menit)
(µn)
µ3 1,961 0,51
7,296 0,171 13,765
µ4 0,769 1,30

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat

pelayanan tahap 1 adalah 1,950 menit, tahap 2 adalah 2,54 menit, tahap 3 adalah

0,41 menit dan tahap 4 adalah 1,30 menit, dimana waktu tunggu alat angkut pada

tahap 1 yaitu selama 7,296 menit dan waktu tunggu alat angkut pada tahap 3 yaitu

selama 0,171 menit, untuk cycle time alat angkut dengan adanya antrian yaitu

13,765 menit. Adapun perhitungan nilai waktu edar berdasarkan teori antrian

dapat dilihat pada lampiran 10.

4. Produktivitas alat angkut

Dalam menentukan produktivitas alat angkut pada pengangkutan

overburden dapat ditentukan dengan komponen-komponen sebagai berikut:

Tabel 15. Komponen produktivitas dump truck (Sumber : Lampiran)


No Komponen Nilai Keterangan
1 Jumlah pengsian 5 kali Pengamatan dilapangan
3
2 Kapasitas bucket exca 1,83 m Lampran 5
3 Faktor pengisian bucket 1 Asumsi
Kapasitas bak Jumlah pengsian ×
4 9,15 m3
dumptruck kapasitas bucket
5 Swell factor 0,90
Faktor koreksi waktu
6 0,84
kerja
Asumsi
7 Faktor koreksi material 0,80
8 Faktor koreksi operator 0,75
9 Loading time 0,513 menit Lampiran 10
4

Tabel 15. Lanjutan

No Komponen Nilai Keterangan


10 Hauling time 2,54 menit Lampiran 9
11 Spotting loading time 7,296 menit Lampiran 10
12 Dumping time 0,51 menit Lampiran 3
13 Returning time 1,30 menit Lampiran 9
14 Spotting dumping time 0,171 menit Lampiran 10
Konsultasi dengan
15 Densitas overburden 1,65 menit
pihak perusahaan

Waktu siklus (cycle time) alat angkut diasumsikan berdasarkan perolehan

dari data lapangan (lampiran 3, lampiran 9 dan lampiran 10) dan hasil teoritis

dari waktu hauling bermuatan, waktu kembali kosong, waktu tunggu untuk

dimuati dan waktu tunggu untuk dumping. Adapun hasil data cycle time dengan

menggunakan persamaan 4 adalah 13,765 menit. Nilai faktor koreksi diasumsikan

berdasarkan teori dengan menyesuaikan kondisi dilapangan dengan

memperhatikan keadaan medan kerja, keadaan alat dan keadaan material. Untuk

nilai Swell factor dan fill factor diasumsikan berdasarkan hasil pengamatam

dilapangan pada kegiatan yang sama. Dengan beberapa komponen yang ada,

sehingga didapatkan produktivitas dari dump truck dengan menggunakan

persamaan 3 yaitu 232,288 ton/jam. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat

pada lampiran 12.

Tabel 16. Produksi alat angkut (Sumber : Lampiran)

Alat Gali Jumlah Alat Produktifitas Produktifitas Total


Loading
Muat Angkut (unit) Alat (ton/jam) Alat Produksi
Point
(unit) (ton/bulan) (ton/bulan)
1 1 7
2 1 7
3 1 7
4

Tabel 16. Lanjutan


Alat Gali Jumlah Alat
Loading
Muat Angkut (unit)
Point
(unit)
4 1 7
Jumlah alat 28 Jumlah (tonase) 401.184,4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam pemuatan

overburden menggunakan 4 loading point dimana setiap loading point

menggunakan 1 alat gali muat dengan melayani 7 dump truck. Dalam simulasi

tersebut target pengupasan overburden tercapai.

5. Penentuan jumlah alat gali muat

Dalam penentuan jumlah alat gali muat dan angkut yang akan digunakan

ditentukan berdasarkan kegunaan, kapasitas produksi alat, serta target produksi

tiap bulannya. Adapun alat gali muat yang digunakan pada kegiatan pengupasan

overburden yaitu excavator CAT 320 dan alat angkut yaitu dumptruck UD

Quester 370 CWE dimana target produksi overburden yaitu 400.000 ton/bulan

atau 833,33 ton/jam (lampiran 11). Adapun penentuan jumlah penggunaan alat

berat menggunakan persamaan 25.

a. Alat gali muat

Dalam menentukan jumlah alat gali muat yang digunakan pada kegiatan

overburden removal ditentukan berdasarkan kapasitas produksi masing-masing

alat tersebut dan target produksi perbulannya atau per/jam. Dimana besar

produktivitas excavator CAT 320 yaitu 134,59 ton/jam, dan target produksi
4

perjamnya yaitu 833,33 ton/jam. Sehingga jumlah alat yang dibutuhkan dalam

kegiatan overburden removal yaitu:

Tabel 17. Jumlah alat gali untuk overburden removal dan loading
(Sumber : Lampiran)

Kapasitas
Bulan Ton/bulan Ton/jam Produksi Overburden Removal
(ton/jam)
1 400.000 833,33 6
2 400.000 833,33 6
3 400.000 833,33 6
4 400.000 833,33 6
5 400.000 833,33 6
6 400.000 833,33 6
7 400.000 833,33 6
8 400.000 833,33 6
9 400.000 833,33 6
10 400.000 833,33 6
11 400.000 833,33 6
12 400.000 833,33 6
13 400.000 833,33 6
14 400.000 833,33 6
15 400.000 833,33 6
16 400.000 833,33 6
17 400.000 833,33 6
18 400.000 833,33 6
19 400.000 833,33 6
20 400.000 833,33 6
21 400.000 833,33 6
22 308.083 833,33 6

Berdasarkan dari tabel di atas menunjukkan banyak jumlah alat gali muat

yang digunakan pada kegiatan overburden removal sebanyak 6 unit. Adapun hasil

perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 14. Dan jumlah alat gali muat untuk

loading overburden yaitu sebanyak 4 unit selama proses pengupasan overburden,

Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 12. Total keseluruhan
4

alat gali muat yang digunakan pada pengupasan overburden yaitu 6 unit excavator

CAT 320 dan 4 unit CAT 330.

Adapun jumlah alat gali muat dan angkut yang digunakan pada kegiatan

pengupasan overburden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Jumlah alat gali muat dan angkut (Sumber : Lampiran)
No Alat Berat Kegiatan Jumlah (unit)
1 CAT 320 Removal overburden 6
2 CAT 330 Loading overburden 4
3 UD Quester 370 CWE Hauling overburden 28

b. Penjadwalan Pengupasan Overburden

Penjadwalan kegiatan penambangan pada blok 5 PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri dilakukan selama 23 bulan. Pada penjadwalan bulan ke 1

sampai penjadwalan pada bulan ke 22 dilakukan kegiatan pengupasan overburden

selama 30 hari kerja dengan target pengupasan overburden sebesar 400.000 ton

per bulan sesuai dengan target produksi perusahaan. Penjadwalan penambangan

dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 19. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 21 (Sumber :
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 1
Bulan ke 1 samapai ke 21

13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28


OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 2
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 3
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
Minggu 4
OB OB
13.333,28 13.334,88

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui target produksi pada setiap harinya yaitu 13.333,28 ton dilakukan selama 30

hari kerja. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13.

4
Tabel 20. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 22 (Sumber :
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 1
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
Bulan ke 22

Minggu 2
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 3
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB
Minggu 4
13.333,28 14.750,84

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui target produksi pada setiap harinya yaitu 13.333,28 ton dilakukan selama 23

hari kerja. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13.

4
5

6. Biaya

Dalam kegiatan penambangan yang dilakukan di PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri terdapat beberapa komponen dalam biaya produksi yaitu

biaya sewa alat, operating cost (biaya operasi) yang terdiri dari biaya BBM.

Komponen tersebut merupakan aspek untuk dapat mengetahui besarnya biaya

produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dimana, PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri sendiri melakukan penyewaan terhadap alat berat dan alat

angkut. Biaya pengupasn overburden terdiri dari biaya sewa dan operasional alat

gali–muat dan alat angkut yang terdiri dari biaya BBM. Biaya sewa dan

operasinal tersebut didapatkan sebagai data sekunder dari perusahaan,

dimana masing masing unit berbeda. Untuk biaya operasional excavator dan

dump truck terdiri dari biaya penggunaan bahan bakar solar. Lama waktu kegiatan

pengupasan overburden yaitu 10.560 jam (lampiran 11).

a. Biaya sewa alat gali dan alat angkut

Dalam rental cost (biaya sewa) merupakan biaya yang didapat dari jumlah

alat yang digunakan di PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dimana, PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri melakukan kegiatan operasional penambangan dengan

menggunakan alat sewa sehingga biaya yang dikeluarkan merupakan rincian biaya

sewa alat perjamnya. Dalam perhitungan biaya penyewaan alat bervariasi,

tergantung dari jenis dan tipe alat yang akan disewa. Daftar harga sewa alat dapat

dilihat pada tabel berikut:


5

Tabel 21. Harga sewa alat/unit


No Unit Rp/jam
1 Excavator CAT 330 350.000
2 Excavator CAT 320 325.000
3 Dump truck UD Quester 370 CWE 250.000

Pengggunaan biaya sewa alat gali muat dan angkut dalam kegiatan

overburden removal, loading overburden, dan hauling overburden ditentukan

berdasarkan lama masa operasi. Adapun besar biaya sewa alat gali muat dan

angkut yang dibutuhkan pada proses pengupasan overburden dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 22. Biaya sewa alat gali muat dan angkut kegiatan pengupasan overburden
(Sumber : Lampiran)
Jumlah
Harga Sewa Jam Biaya
Kegiatan Alat
Alat/Jam (Rp) Kerja (Rp)
(unit)
Loading
4 325.000 10.560 13.728.000.000
overburden
Removal
6 300.000 10.560 19.008.000.000
overburden
Hauling
28 250.000 10.560 73.920.000.000
overburden
Total biaya (Rp) 106.656.000.000

Berdasarkan dari tabel di atas total biaya sewa alat gali muat dan angkut

yang dibutuhkan dalam kegiatan pengupasa overburden sebesar

Rp. 106.656.000.000. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15.

b. Biaya Operasional

Biaya operasi terbagi menjadi biaya langsung dan tidak langsung.

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri menggunakan jasa kontraktor alat dalam


5

kegiatan pengupasan overburden. Sistem pembayaran yang telah disepakati antara

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dengan jasa kontraktor dalam kegiatan

penambangan berdasarkan penggunaan alat perjamnya dimana biaya tersebut

adalah biaya pemakaian fuel. Berdasarkan dari hasil konsultasi dari pihak

kontraktor alat berat, penggunaan bahan bakar yang dibutuhkan selama

pengoperasian alat gali muat dan alat angkut dalam kegiatan pengupasan

overburden dapat dilihat pada tabel berikut ini:


Tabel 23. Biaya penggunaan fuel removal, loading dan hauling overburden (Sumber : Lampiran)
Biaya BBM Pengupasan Overburden
Lama Jumlah Jumlah
Harga Jumlah Penggunaan
No Unit Penggunaan Jam Penggunaan Bahan Biaya (Rp)
(Rp) Unit Liter/Jam
(jam) Operasi Bakar (liter)
1 CAT 330 11300 4 22 1 10.560 929.280 10.500.864.000
2 CAT 320 11300 6 21 1 10.560 1.330.560 15.035.328.000
UD Quester
3 11300 28 20 1 10.560 5.913.600 66.823.680.000
370 CWE
Total penggunaan 8.173.440 92.359.872.000

Berdasarkan dari tabel di atas banyak penggunaan bahan bakar yang dibutuhkan selama masa operasi dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan 26. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 16.

5
5

c. Total biaya sewa dan biaya operasional alat gali muat dan angkut

pengupasan overburden

Dalam kegiatan pengupasan overburden membutuhkan biaya sewa alat

sebesar Rp. 106.656.000.000 dan biaya operasional sebesar Rp. 92.359.872.000

dengan total biaya yang dibutuhkan yaitu Rp. 199.015.872.000 atau $

13.882.536.05 dengan kurs Rp. 14.335,70/USD (lampiran 17).

C. Penambangan Bijih Nikel

1. Waktu hauling bermuatan

Pada kegiatan pengangkutan bijih nikel dari pit ke stocpile, alat angkut

yang digunakan adalah dump truck UD Quester 370 CWE dan alat yang

digunakan untuk loading material adalah excavator CAT 330. Dalam penentuan

produktifitas alat angkut menggunakan beberapa aspek yaitu waktu siklus yang

nilainya didapatkan dari penjumlahan waktu pemuatan, waktu manuver sebelum

menumpah, waktu menumpahkan, waktu manuver untuk dimuati, waktu pergi

bermuatan dan waktu kembali kosong didapatkan dari hasil perhitungan rimpull

dan simulasi teori antrian. Dalam menentukan waktu pengangkutan dan kembali

kosong memiliki beberapa komponen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 24. Komponen dalam menentukan waktu pengangkutan


(Sumber : Lampiran)
No Komponen Nilai Satuan Keterangan
1 Berat kendaraan 34 ton Lampiran 5
2 Jumlah pemuatan 5 kali Pangamatan di lapangan
3
3 Volume bucket excavator 1,83 m Lampiran
3 Konsultasi dengan pihak
4 Densitas ore 1,55 ton/m
perusahaan
5

Tabel 24. Lanjutan


No Komponen Nilai Satuan Keterangan
Volume bucket x jumlah
5 Volume muatan 9,15 m
3
pemuatan
Volume muatan x
6 Volume muatan 15,097 ton
densitas overburden
Berat kendaraan +
7 Berat kendaraan bermuatan 48,182 ton
bermuatan

Jalan angkut yang direncanakan PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dari

pit ke disposal memiliki jarak 5.032 meter dengan ketinggian maksimal sebesar

340 meter di atas permukaan laut dan ketinggian terendah yaitu 154 meter di atas

permukaan laut. Dimana jalan tersebut terbagi menjadi 42 segmen, adapun

gambar profil jalan angkut dari pit ke stocpile dapat dilihat pada gambar 4

lampiran 18. Masing-masing segmen jalan angkut memiliki elevasi yang dapat

dilihat pada lampiran 18.

a. Rolling resitance (RR), grade resistance (GR) dan total resistance (TR)

Perhitungan rimpull ini dilakukan pada saat terjadi perubahan segmen

jalan. Perubahan segmen jalan dihitung dan dibagi berdasarkan kondisi jalan yang

datar, pendakian, penurunan dan tikungan. Nilai dari rimpull dalam mengatasi

tahanan gulir (rolling resistance) diasumsikan berdasarkan nilai tahanan gulir

yang terdapat pada tinjauan pustaka. Kemudian untuk mengatasi jalan dengan

kondisi menanjak (grade resistance) nilainya dapat diperoleh dengan

menggunakan persamaan 5. Dalam menentukan nilai jumlah dari tahanan gulir

dan tahanan kelandaian (total resistance) diperoleh dengan menggunakan

persamaan 7. Pada segmen jalan dengan kondisi menurun, nilai rolling resistance
5

(RR) dikurangi dengan nilai grade resistance (GR). Sebaliknya, pada segmen

jalan dengan kondisi menanjak nilai rolling resistance (RR) dijumlahkan dengan

nilai grade resistance (GR). Adapun hasil perhitungan rolling resistance (RR),

grade resistance (GR) dan total resistance (TR) dapat dilihat pada Lampiran 19.

Alat angkut Dump Truck UD Quester 370 CWE pada saat berisi material

memiliki berat sebesar 448,182 ton dengan tahanan gulir 70 lb/ton. Grade

resistance (GR) pada segmen pertama memiliki nilai sebesar 62,06 lb/ton dimana

jarak segmen horizontal sepanjang 123 meter. Dengan kondisi jalan yang mendaki

pada segmen pertama diperoleh nilai dari total resistance (TR) sebesar 132,06

lb/ton. Adapun perhitungan RR, GR dan TR pada segmen-segmen berikutnya

dapat dilihat pada Lampiran 19.

b. Rimpull

Adapun untuk mengetahui rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan alat

angkut untuk tiap segmen jalan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan

10. Hasil perhitungan rimpull dan kecepatan alat angkut dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 25. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan (Sumber : Lampiran)


Kecepatan
Kecepatan Efisiensi Rimpull
Gear Rata-Rata HP
(mph) Mekanis Tersedia
(km/jam)
1 8,45 13,59 0,85 370 13.960
2 15,79 25,40 0,85 370 7.470
3 22,34 35,94 0,85 370 5.280
4 30,87 49,68 0,85 370 3.820
5 42,27 68,01 0,85 370 2.790
6 60,48 97,31 0,85 370 1.950
7 85,46 137,51 0,85 370 1.380
5

Tabel 25. Lanjutan

Kecepatan
Kecepatan Efisiensi Rimpull
Gear Rata-Rata HP
(mph) Mekanis Tersedia
(km/jam)
8 117,94 189,76 0,85 370 1.000
9 161,56 259,95 0,85 370 730

Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan kekuatan tarik yang dapat

diberikan oleh mesin atau sering dikatakan sebagai rimpull dan kecepatan alat

angkut. Kekuatan tarik dan kecepatan yang dapat diberikan oleh mesin sangat

bervariasi tergantung dari gear mesin, semakin kecil gear yang digunakan

semakin besar tenaga yang tersedia. Efisiensi yang digunakan pada persamaan ini

efisiensi normal yaitu 0,85, karena diasumsikan alat tidak bekerja penuh dalam

sehari. Daya mesin yang digunakan untuk menentukan kecepatan di atas yaitu 370

Hp, nilai tersebut diperoleh berdasarkan spesifikasi alat angkut. Berdasarkan dari

total rimpull yang diperoleh pada segmen pertama sebesar 6.363,10 lb, maka

untuk mengatasi hambatan tersebut alat angkut harus menggunakan gear 2

dimana pada gear 2 memiliki rimpull yang tersedia sebesar 7.470 lb untuk

mengatasi hambatan jalan dan kecepatan alat angkut yaitu 25,40 Km/jam. Adapun

hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 19.

Dalam menentukan waktu hauling bermuatan, dapat diketahui setelah

diperoleh kecepatan dari rimpull dan jarak dari tiap segmen yang dihitung

berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel. Dimana

untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan dapat diketahui dengan menggunakan

persamaan 11. Waktu hauling bermuatan yang dibutuhkan alat angkut untuk

sampai kembali ke stockpile dengan jarak angkut 5.032 meter adalah 9,82 menit.
5

2. Waktu kembali kosong

Jalan angkut yang direncanakan PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dari

pit ke stockpile memiliki jarak 5.032 meter dengan ketinggian maksimal sebesar

340 meter di atas permukaan laut dan ketinggian terendah yaitu 154 meter di atas

permukaan laut. Dimana jalan tersebut terbagi menjadi 42 segmen, adapun

gambar profil jalan angkut dari pit ke disposal dapat dilihat pada gambar 5

lampiran 18. Masing-masing segmen jalan angkut memiliki elevasi yang dapat

dilihat pada lampiran 18.

a. Rolling resitance (RR), grade resistance (GR) dan total resistance (TR)

Perhitungan rimpull ini dilakukan pada saat terjadi perubahan segmen

jalan. Perubahan segmen jalan dihitung dan dibagi berdasarkan kondisi jalan yang

datar, pendakian, penurunan dan tikungan. Nilai dari rimpull dalam mengatasi

tahanan gulir (rolling resistance) diasumsikan berdasarkan nilai tahanan gulir

yang terdapat pada tinjauan pustaka. Kemudian untuk mengatasi jalan dengan

kondisi menanjak (grade resistance) nilainya dapat diperoleh dengan

menggunakan persamaan 5. Dalam menentukan nilai jumlah dari tahanan gulir

dan tahanan kelandaian (total resistance) diperoleh dengan menggunakan

persamaan 7. Pada segmen jalan dengan kondisi menurun, nilai rolling resistance

(RR) dikurangi dengan nilai grade resistance (GR). Sebaliknya, pada segmen

jalan dengan kondisi menanjak nilai rolling resistance (RR) dijumlahkan dengan

nilai grade resistance (GR). Adapun hasil perhitungan rolling resistance (RR),

grade resistance (GR) dan total resistance (TR) dapat dilihat pada Lampiran 19.
5

Alat angkut Dump Truck UD Quester 370 CWE pada saat berisi material

memiliki berat sebesar 34 ton dengan tahanan gulir 70 lb/ton. Grade resistance

(GR) pada segmen pertama memiliki nilai sebesar 14,85 lb/ton dimana jarak

segmen horizontal sepanjang 322 meter. Dengan kondisi jalan yang mendaki pada

segmen pertama diperoleh nilai dari total resistance (TR) sebesar 84,85 lb/ton.

Adapun perhitungan RR, GR dan TR pada segmen-segmen berikutnya dapat

dilihat pada Lampiran 19.

b. Rimpull

Adapun untuk mengetahui rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan alat

angkut untuk tiap segmen jalan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan

10. Hasil perhitungan rimpull dan kecepatan alat angkut dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 26. Rimpull dan kecepatan yang dibutuhkan (Sumber : Lampiran)


Kecepatan Rimpull
Kecepatan Efisiensi
Gear Rata-Rata HP
(mph) Mekanis Tersedia
(km/jam)
1 8,45 13,59 0,85 370 13.960
2 15,79 25,40 0,85 370 7.470
3 22,34 35,94 0,85 370 5.280
4 30,87 49,68 0,85 370 3.820
5 42,27 68,01 0,85 370 2.790
6 60,48 97,31 0,85 370 1.950
7 85,46 137,51 0,85 370 1.380
8 117,94 189,76 0,85 370 1.000
9 161,56 259,95 0,85 370 730

Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan kekuatan tarik yang dapat

diberikan oleh mesin atau sering dikatan sebagai rimpull, dan kecepatan alat
6

angkut. Kekuatan tarik dan kecepatan yang dapat diberikan oleh mesin sangat

bervariasi tergantung dari gear mesin, semakin kecil gear yang digunakan

semakin besar tenaga yang tersedia. Efisiensi yang digunakan pada persamaan ini

efisiensi normal yaitu 0,85, karena diasumsikan alat tidak bekerja penuh dalam

sehari. Daya mesin yang digunakan untuk menentukan kecepatan di atas yaitu 370

Hp, nilai tersebut diperoleh berdasarkan spesifikasi alat angkut. Berdasarkan dari

total rimpull yang diperoleh pada segmen pertama sebesar 2.884,99 lb, maka

untuk mengatasi hambatan tersebut alat angkut harus menggunakan gear 4

dimana pada gear 4 memiliki rimpull yang tersedia sebesar 3.820 lb untuk

mengatasi hambatan jalan dan kecepatan alat angkut yaitu 49,68 Km/jam. Adapun

hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 19. Dalam menentukan waktu

hauling dapat diketahui setelah diperolehnya kecepatan dari rimpull dan jarak

dari tiap segmen jalan. Dimana waktu yang dibutuhkan dapat diketahui dengan

menggunakan persamaan 11.

Dalam menentukan waktu hauling bermuatan, dapat diketahui setelah

diperoleh kecepatan dari rimpull dan jarak dari tiap segmen yang dihitung

berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel. Dimana

untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan dapat diketahui dengan menggunakan

persamaan 11. Waktu hauling bermuatan yang dibutuhkan alat angkut untuk

sampai kembali ke stockpile dengan jarak angkut 5.032 meter adalah 10,57 menit.

3. Analisis teori antrian penambangan bijih


nikel

Pada penelitian ini metode antrian merupakan metode yang digunakan

dalam penyelesaian masalah yang digunakan untuk mengetahui waktu tunggu alat
6

angkut untuk dimuati dan waktu tunggu alat angkut pada saat menumpahkan.

Dalam perhitungan metode antrian terdapat 4 tahapan untuk mengetahui tingkat

pelayanan.

a. Waktu pelayanan

Adapun hasil perhitungan tingkat pelayanan dump truck dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 27. Tingkat pelayanan (Sumber : Lampiran)


Waktu Tingkat
No
Pelayana (Tn) Pelayanan (1/Tn)
1 1,950 0,513
2 9,82 0,102
3 0,51 1,961
4 10,57 0,095

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata tingkat pelayanan

dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pemuatan yaitu 1,950 menit, rata-

rata tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap

pengangkutan material menuju ke stockpile yaitu 9,82 menit, rata-rata tingkat

pelayanan dump truck tiap satuan waktu yaitu pada tahap pembongkaran material

yaitu 0,51 menit, serta rata-rata tingkat pelayanan dump truck tiap satuan waktu

yaitu pada tahap kembali kososng menuju pit yaitu 10,57 menit (Lampiran 20).

b. Probabilitas keadaan antrian

Untuk jumlah keadaan antrian dimana alat gali muat melayani alat angkut

sebanyak 6 unit yaitu sebanyak 84 kemungkinan, yang artinya ada 84 bentuk atau

cara keadaan sistem alat angkut pada saat mengantri. Perhitungan probabilitas
6

keadaan sistem antrian dapat dilihat pada Lampiran 20. Berdasarkan


Lampiran

20 dimana apabila yang mengantri di tahap satu sebanyak 6 unit jadi untuk tahap

2, 3 dan 4 tidak ada dump truck yang mengantri. Untuk jumlah dump truck yang

berada di tahap 1 ada 5 unit maka di mungkinkan bahwa jumlah dump truck yang

berada di tahap 2, 3 dan 4 ada 1 unit dan seterusnya sehingga diperoleh banyaknya

peluang kemungkinan terjadinya antrian putaran dari distribusi 6 unit dump truck

pada kasus 4 tahap yaitu sebanyak 84 kemungkinan. Dimana dasar dari ketentuan

jumlah probabilitas-probabilitas sama dengan 1 yaitu probabilitas keadaaan

(8,0,0,0) (Lampiran 21).

c. Tingkat penggunaan dump truck dan jumlah dump truck pada tahap 1

dan tahap 3

Adapun hasil perhitungan tingkat penggunaan dump truck ηn dan jumlah

dump truck yang terlayani ( ) pada tahap 1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 28. Hasil perhitungan ηn dan (Sumber : Lampiran)


Tahap 1 Tahap 3
η1 (unit/menit) η3 (unit/menit)
0,486 0,246 0,097 0,191

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa pada tahap 1 rata-rata tingkat

penggunaan alat angkut yaitu 0,486 dan rata-rata jumlah dump truck yang dapat

terlayani yaitu 0,246 unit/menit. Sedangkan pada tahap 3 rata-rata tingkat

penggunaan alat angkut pada yaitu 0,097 dan rata-rata jumlah dump truck yang

dapat terlayani pada tahap 3 yaitu 0,191 unit/menit (Lampiran 20).


6

d. Jumlah dump truck yang antri dan waktu tunggu pada tahap 1 dan 3

Adapun jumlah dump truck yang antri (Lqn) dan waktu tunggu (Wqn) pada

tahap 1 dan tahap 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 29. Hasil perhitungan Lqn dan Wqn (Sumber : Lampiran)


Tahap 1 Tahap 3
Lq1 (unit) Wq1 (menit) Lq3 (unit) Wq3 (menit)
0,2861 1,147 0,0084 0,044

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan pada tahap 1 diperoleh rata-rata

jumlah dump truck yang menunggu untuk dimuati yaitu 0,2861 unit dan rata-rata

waktu tunggu masing-masing dump truck yaitu selama 1,147 menit. Sedangkan

pada tahap 3 diperoleh rata-rata jumlah dump truck yang menunggu untuk

dumping yaitu 0,0084 unit dan rata-rata waktu tunggu masing-masing dump truck

yaitu selama 0,044 menit (Lampiran 20).

e. Analisis waktu edar dump truck

Adapun hasil perhitungan waktu edar dump truck dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 30. Waktu edar berdasarkan teori antrian (Sumber : Lampiran)


Tingkat
1/µn Wq1 Wq3 CT
µn Pelayanan
(menit) (menit) (menit) (Menit)
(µn)
µ1 0,513 1,950
µ2 0,102 9,82
1,147 0,044 24,035
µ3 1,961 0,51
µ4 0,095 10,57

Berdasarkan di atas, maka dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat

pelayanan tahap 1 adalah 1,950 menit, tahap 2 adalah 9,82 menit, tahap 3 adalah
6

0,51 menit dan tahap 4 adalah 10,57 menit, dimana waktu tunggu alat angkut pada

tahap 1 yaitu selama 1,147 menit dan waktu tunggu alat angkut pada tahap 3 yaitu

selama 0,044 menit, untuk cycle time alat angkut dengan adanya antrian yaitu

24,035 menit. Adapun perhitungan nilai waktu edar berdasarkan teori antrian

dapat dilihat pada lampiran 20.

4. Produktivitas alat angkut

Dalam menentukan produktivitas alat angkut pada pengangkutan

overburden dapat ditentukan dengan komponen-komponen sebagai berikut:

Tabel 31. Komponen produktivitas dump truck


No Komponen Nilai Keterangan
1 Jumlah pengsian 5 kali Pengamatan di lapangan
3
2 Kapasitas bucket exca 1,83 m Lampran 5
3 Faktor pengisian bucket 1 Asumsi
3 Jumlah pengsian ×
4 Kapasitas bak dump truck 9,15 m
kapasitas bucket
5 Swell factor 0,90
Faktor koreksi waktu
6 0,84
kerja Asumsi
7 Faktor koreksi material 0,80
8 Faktor koreksi operator 0,75
9 Loading time 0,513 menit Lampiran 20
10 Hauling time 9,82 menit Lampiran 19
11 Spotting loading time 1,147 menit Lampiran 20
12 Dumping time 0,51 menit Lampiran 3
13 Returning time 10,57 menit Lampiran 19
14 Spotting dumping time 0,044 menit Lampiran 20
Konsultasi dengan pihak
15 Densitas ore 1,55 menit
perusahaan

Waktu siklus (cycle time) alat angkut diasumsikan berdasarkan perolehan

dari data lapangan (lampiran 3, lampiran 19 dan lampiran 20) dan hasil teoritis
6

dari waktu hauling bermuatan, waktu kembali kosong, waktu tunggu untuk

dimuati dan waktu tunggu untuk dumping. Adapun hasil data cycle time dengan

menggunakan persamaan 4 adalah 24,035 menit. Nilai faktor koreksi diasumsikan

berdasarkan teori dengan menyesuaikan kondisi dilapangan dengan

memperhatikan keadaan medan kerja, keadaan alat dan keadaan material. Untuk

nilai Swell factor dan fill factor diasumsikan berdasarkan hasil pengamatan dil

apangan pada kegiatan yang sama. Dengan beberapa komponen yang ada,

sehingga didapatkan produktivitas dari dump truck dengan menggunakan

persamaan 3 yaitu ton jam. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat

pada lampiran 22.

Tabel 32. Produksi alat angkut (Sumber : Lampiran)

Alat Gali Jumlah Alat Produktifitas Produktifitas Total


Loading
Muat angkut (unit) Alat (ton/jam) Alat Produksi
Point
(unit) (ton/bulan) (ton/bulan)
1 1 6
2 1 6
3 1 6
Jumlah alat 18 Jumlah (tonase) 138.753,16

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam pemuatan

overburden menggunakan 3 loading pint dimana setiap loading point

menggunakan 1 alat gali muat dengan melayani 6 dump truck. Dalam simulasi

tersebut target penambangan bijih nikel tercapai.

5. Penentuan jumlah alat gali muat

Dalam penentuan jumlah alat gali muat dan angkut yang akan digunakan

ditentukan berdasarkan kegunaan, kapasitas produksi alat, serta target produksi


6

tiap bulannya. Adapun alat gali muat yang digunakan pada kegiatan penambangan

bijih nikel yaitu excavator CAT 320 dan alat angkut yaitu dump truck UD

Quester 370 CWE dimana target produksi penambangan bijih nikel yaitu 125.000

ton/bulan atau 260,416 ton/jam (lampiran 24). Adapun penentuan jumlah

penggunaan alat berat menggunakan persamaan 25.

a. Alat gali muat

Dalam menentukan jumlah alat gali muat yang digunakan pada kegiatan

penambangan bijih nikel ditentukan berdasarkan kapasitas produksi masing-

masing alat tersebut dan target produksi perbulannya atau perjam. Dimana besar

produktivitas excavator CAT 320 yaitu 126,433 ton/jam, dan target produksi

perjamnya yaitu 260,416 ton/jam. Sehingga jumlah alat yang dibutuhkan dalam

kegiatan penambangan bijih nikel yaitu:

Tabel 33. Jumlah alat untuk penambangan bijih nikel (Sumber : Lampiran)
Target Kapasitas
Bulan Ton/bulan Produksi Produksi Ore Getting
(ton/jam) (ton/jam)
1 125.000 260,416 2
2 125.000 260,416 2
3 125.000 260,416 2
4 125.000 260,416 2
5 125.000 260,416 2
6 125.000 260,416 2
7 125.000 260,416 2
8 125.000 260,416 2
9 125.000 260,416 2
10 125.000 260,416 2
11 125.000 260,416 2
12 125.000 260,416 2
13 125.000 260,416 2
14 125.000 260,416 2
6

Tabel 33. Lanjutan

Target Kapasitas
Bulan Ton/bulan Produksi Produksi Ore Getting
(ton/jam) (ton/jam)
15 125.000 260,416 2
16 125.000 260,416 2
17 125.000 260,416 2
18 125.000 260,416 2
22 125.000 260,416 2
23 108.930 260,416 2

Berdasarkan dari tabel di atas menunjukkan banyak jumlah alat gali muat

yang digunakan pada kegiatan penambangan bijih nikel sebanyak 2 unit. Adapun

hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 24. Dan jumlah alat gali muat

untuk loading ore yaitu sebanyak 3 unit selama proses penambangan bijih nikel,

Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 22. Total keseluruhan

alat gali muat yang digunakan pada penambangan bijih nikel yaitu 2 unit

excavator CAT 320 dan 3 unit CAT 330.

Adapun jumlah alat gali muat dan angkut yang digunakan pada kegiatan

pengupasan overburden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 34. Jumlah alat gali muat dan angkut (Sumber : Lampiran)
No Alat Berat Kegiatan Jumlah (unit)
1 CAT 320 Ore getting 2
2 CAT 330 Loading ore 3
3 UD Quester 370 CWE Hauling ore 18

b. Penjadwalan penambangan bijih nikel

Penjadwalan kegiatan penambangan pada blok 5 PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri dilakukan selama 23 bulan. Pada penjadwalan bulan ke 1

sampai penjadwalan pada bulan ke 22 dilakukan kegiatan penambangan bijih


6

nikel selama 30 hari kerja dengan target sebesar 125.000 ton per bulan sesuai

dengan target produksi perusahaan. Penambangan bijih nikel dilakukan dibulan

bersamaan dengan kegiatan pengupasan overburden dibulan kedua Penjadwalan

penambangan dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 35. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 22 (Sumber :
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 1
Bulan ke 1 samapai ke 22

4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656


Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 2
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 3
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Minggu 4
Ore Ore
4.166,656 4.166,976

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui target produksi pada setiap harinya yaitu 13.333,28 ton dilakukan selama 30

hari kerja. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 23.

6
Tabel 36. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 23 (Sumber :
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 1
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Bulan ke 23

Minggu 2
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 3
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 4
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.763,6

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui target produksi pada setiap harinya yaitu 13.333,28 ton dilakukan selama 26

hari kerja. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 23.

7
7

6. Biaya

Dalam kegiatan penambangan yang dilakukan di PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri terdapat beberapa komponen dalam biaya produksi yaitu

biaya sewa alat, operating cost (biaya operasi) yang terdiri dari biaya BBM.

Komponen tersebut merupakan aspek untuk dapat mengetahui besarnya biaya

produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dimana PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri sendiri melakukan penyewaan terhadap alat berat dan alat

angkut. Biaya penambangan bijih nikel terdiri dari biaya sewa dan operasional

alat gali–muat dan alat angkut yang terdiri dari biaya BBM. Biaya sewa dan

operasinal tersebut didapatkan sebagai data sekunder dari perusahaan, dimana

masing masing unit berbeda. Untuk biaya operasional excavator dan dump truck

terdiri dari biaya penggunaan bahan bakar solar. Lama waktu kegiatan

penambangan bijih nikel yaitu 11.040 jam (lampiran 21).

a. Biaya sewa alat gali dan alat angkut

Dalam rental cost (biaya sewa) merupakan biaya yang didapat dari jumlah

alat yang digunakan di PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dimana, PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri melakukan kegiatan operasional penambangan dengan

menggunakan alat sewa sehingga biaya yang dikeluarkan merupakan rincian biaya

sewa alat perjamnya. Dalam perhitungan biaya penyewaan alat bervariasi,

tergantung dari jenis dan tipe alat yang akan disewa. Daftar harga sewa alat dapat

dilihat pada tabel berikut:


7

Tabel 37. Harga sewa alat/unit (Sumber : Lampiran)


No Unit Rp/jam
1 Excavator CAT 330 350.000
2 Excavator CAT 320 325.000
3 Dump truck UD Quester 370 CWE 250.000

Pengggunaan biaya sewa alat gali muat dan angkut dalam kegiatan ore

getting, loading ore, dan hauling ore ditentukan berdasarkan lama masa operasi.

Adapun besar biaya sewa alat gali muat dan angkut yang dibutuhkan pada proses

penambangan bijih nikel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 38. Biaya sewa alat gali muat dan angkut kegiatan penambangan bijih nikel
(Sumber : Lampiran)
Jumlah
Harga Sewa Jam Biaya
Kegiatan Alat
Alat/Jam (Rp) Kerja (Rp)
(unit)
Loading
3 325.000 11.040 10.764.000.000
overburden
Removal
2 300.000 11.040 6.624.000.000
overburden
Hauling
18 250.000 11.040 49.680.000.000
overburden
Total biaya (Rp) 67.068.000.000

Berdasarkan dari tabel di atas total biaya sewa alat gali muat dan angkut

yang dibutuhkan dalam kegiatan penambangan bijih nikel sebesar

Rp. 67.068.000.000. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 25.

b. Biaya operasional

Biaya operasi terbagi menjadi biaya langsung dan tidak langsung.

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri menggunakan jasa kontraktor alat dalam

kegiatan pengupasan overburden. Sistem pembayaran yang telah disepakati antara


7

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri dengan jasa kontraktor dalam kegiatan

penambangan berdasarkan penggunaan alat perjamnya dimana biaya tersebut

adalah biaya pemakaian fuel. Berdasarkan dari hasil konsultasi dari pihak

kontraktor alat berat, penggunaan bahan bakar yang dibutuhkan selama

pengoperasian alat gali muat dan alat angkut dalam kegiatan penambangan bijih

nikel dapat dilihat pada tabel berikut ini:


Tabel 39. Biaya penggunaan fuel ore getting, loading dan hauling ore (Sumber Lampiran)
Biaya BBM
Lama Jumlah Penggunaan
Harga Jumlah Penggunaan Jumlah Jam
No Unit Penggunaan Bahan Bakar Biaya (Rp)
(Rp) Unit liter/jam Operasi
(jam) (liter)
1 CAT 330 11.300 3 22 1 11.040 728.640 8.233.632.000
2 CAT 320 11.300 2 21 1 11.040 463.680 5.239.584.000
UD Quester
3 11.300 18 20 1 11.040 3.974.400 44.910.720.000
370 CWE
Total penggunaan 5.398.560 58.383.936.000

Berdasarkan dari tabel di atas banyak penggunaan bahan bakar yang dibutuhkan selama masa operasi dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan 26. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 26.

7
7

c. Total biaya sewa dan biaya operasional alat gali muat dan angkut

penambangan bijih nikel

Dalam kegiatan penambangan bijih nikel membutuhkan biaya sewa alat

sebesar Rp. 67.068.000.000 dan biaya operasional sebesar Rp. 58.383.936.000

dengan total biaya yang dibutuhkan yaitu Rp. 125.451.936.000 atau

$ 8.773.744,59 dengan kurs Rp. 14.335,70/USD (lampiran 27).


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Jumlah alat mekanis yang digunkan pada setiap kegiatan berbeda. Pada

kegiatan removal overburden menggunakan excavator CAT 320 sebanyak

6 unit dan pada kegiatan loading menggunakan excavator CAT 330

sebanyak 4 unit dengan menggunakan dump truck UD Quester 370 CWE

sebanyak 28 unit. Pada kegiatan penambangan bijih nikel jumlah alat

mekanis yang digunkan pada setiap kegiatan berbeda. Pada kegiatan ore

getting menggunakan excavator CAT 320 sebanyak 2 unit dan pada

kegiatan loading menggunakan excavator CAT 330 sebanyak 3 unit

dengan menggunakan dump truck UD Quester 370 CWE sebanyak 18

unit.

2. Total biaya yang akan dikeluarkan untuk kegiatan pengupasan lapisan

overburden sebesar Rp. 199.015.872.000 (seratus sembilan puluh

sembilan milyar lima belas juta delapan ratus tujuh puluh dua ribu rupiah)

dan total biaya yang akan dikeluarkan untuk kegiatan penambangan bijih

nikel sebesar Rp. 125.451.936.000 (seratus dua puluh lima milyar empat

ratus lima puluh satu juta sembilan ratus tiga puluh enam ribu rupiah).

76
77

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yakni dalam

menghitung biaya harus mengetahui break event stripping ratio (BESR) sehingga

dapat diketahui untung ruginya dari kegiatan penambangan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Bahar, S.B., 2015. Analisis Investasi Alat Berat Pada Pekerjaan Pengaspalan
Jalan Lapis Penetrasi Macadam Di Kabupaten Buton Utara Sulawesi
Tenggara. Jurnal Teknik Sipil Intag Surabaya, Vol. 8 No. 1, hal. 39 – 48,
ISSN: 1693-8259.
Botutihe, K., Sumarauw, J.S.B., Karuntu, M.M. 2018. Analisis Sistem Antrian
Teller Guna Optimalisasi Pelayanan Pada PT. Bank Negara Indonesia
(BNI) 46 Cabang Unit Kampus Manado. Jurnal EMBA, Vol. 6 No. 3,
hal. 1388-1397, ISSN: 2303-1174.
Dania, P., Sri, W., Zaenal. 2018. Evaluasi Biaya Kepemilikan (Owning Cost) Dan
Biaya Operasi (Operating Cost) Dump Truck Hino Ranger Ff 173 Ma
Pada Penambangan Batu Andesit Di CV Panghegar, Blok Gunung
Patapaan Desa Cilalawi, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.
Jurnal Prosiding Teknik Pertambangan, Vol. 04 No. 02. Hal 579 – 581,
ISSN: 2460-6499.
Epi., Handayani, Rr.H.E., Abuamat, HAK. 2017. Re Desain Pengaturan
PeralatanCoalgeting Untuk Memenuhi Target Produksi Desember 2016.
Jurnal Pertambangan, Vol. 1 No. 4. Hal 28 – 37. ISSN: 2549-1008.
Erecelebi, S.G., Bascetin, A. 2009. Optimation of Shovel-truck Syistem For
Surface Mining. The Journal of the Southern Agrican Institute Of Mining
and Metallurgy, Vol 109. Hal 433-439.
Febrianti, D., Zakia. 2019. Analisis Durasi dan Perhitungan Biaya Penyusutan
(Depresiasi) Alat Berat Excavator. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 8, No. 1.
Hal 10 – 19. ISSN: 2502-5295.
Herlita, P., Murad, M. 2018. Analisis Kebutuhan Alat Muat dan Alat Angkut Pada
Kegiatan Penambangan Soil di Area 242 Dengan Penerapan Metoda
Antrian untuk Memenuhi Target Produksi Clay 3000 Ton/hari. Jurnal
Binatambang, Vol. 3 No. 3, Hal 1310-1319. ISSN: 2302-3333.
Ichsannudin., Purwoko, B., Herlambang, Y. 2019. Kajian Teknis Produktivitas
Alat Gali Muat (Excavator) Hitachi ZX210-5 ML untuk Mencapai
Target Produksi Penambangan Batu Granit di PT Hansindo Mineral
Persada Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah Provinsi
Kalimantan Barat. Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas
Tanjungpura, Vol. 6 No. 1, Hal. 133-141.
Kholil, A. 2012. Alat Berat. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. ISBN: 978-
979692-080-8.
Komatsu. 2009. Specification and Application Handbook Edition 30. All Rights
Reserved Printed In Japing.
Lestari, T., Nurhakim., Riswan. 2012. Aplikasi Teori Antrian Dalam Penentuan
Alat Angkut Untuk Pencapaian Target Pemindahan Overburden di PT.
Rimau Energi Mining. Jurnal Himasapta, Vol 4, No. 2, Hal. 41-44.

78
7

Maddeppuang, A., Soedarsono., Yusep, D. 2012. Analisis Produktivitas Alat-Alat


Berat Studi Kasus Proyek Pembangunan Jalan Antartika II Di Kawasan
Industri Krakatau Steel, Cilegon. Jurnal Fondasi, Vol. 1, No. 1, Hal. 57-
66.
Maharani, F., Sumarya. 2018. Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut
Terhadap Produktivitas Dump Truck Mitsubishi Fuso 220 PS Dari Front
Penambangan Menuju Unit Crusher Pada Penambangan Batu Andesit
PT Koto Alam Sejahtera. Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 4, Hal.
1492-1501 ISSN: 2302-3333.
Mohutsiwa, M., Musingwini,C. 2015. Parametric estimation of capital costs for
establishing a coal mine: South Africa case study. The Journal of The
Southern African Institute of Mining and Metallurgy, Vol. 115, Hal 789-
797.
Oggeri, C., Taddeo, M.F., Alberto, G., Raffaele, V. 2019. Overburden
management
in Open Pits: Options and Limits in Large Limestone Quarries.
International Journal of Mining Science and Technology 29, Hal 217-
228.
Prasmoro, A. V. 2014. Optimasi Produksi Dump Truck Volvo Fm 440 Dengan
Metode Kapasitas Produksi Dan Teori Antrian Di Lokasi Pertambangan
Batubara : Studi pada Salah Satu Kontraktor Pertambangan Area
Samarinda, Kalimantan Timur.Jurnal Operations Excellence . Vol. VI.
No. 1. Hal 93-108.
Prasmoro, A.V., dan Hasibuan, S. 2018. Optimasi Kemampuan Produksi Alat
Berat Dalam Rangka Produktifitas dan Keberlanjutan Bisnis
Pertambanagn Batubara : Studi Kasus Area Pertambangan Kalimantan
Timur. Jurnal Operations Excellence, Vol. 10. No 1, Hal 1-16.
Putra, R.N., dan TamrinTamrin, K. 2017. Evaluasi Teknis Geometri Jalan Angkut
Produksi Sebagai Upaya Percapaian Target Produksi Batubara 20000
ton/bulan di Tambang Terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya (AICJ),
Perambahan, Kecamatan Talawi, Kota Sawalunto, Sumatera Barat.
Jurnal Bina Tambang, Vol.4 No.3, Hal 77-88, ISSN: 2302-3333.
Rosana, M.F., Euis, T.Y., Luhur, P.H. 2017. Karakteristik Batuan
Asal Pembentukan Endapan Nikel Laterit Di Daerah Madang
Dan Serakaman Tengah. Padjajaran Geoscience Journal, Vol.1 No.2, Hal
149-
163, i-ISSN: 2597-4033.
Rumengan, M.C., Dundu, A.K.T., Pratasis, P.A.K. 2017. Analisa
Kelayakan Investasi Alat Berat Stone Crusher Di Kelurahan Kumersot
Kota Bitung. Jurnal Sipil Statik, Vol.5 No.10, Hal 679-688, ISSN: 2337-
6732.
8

Salinita, S., dan Agus, N. 2014. Pemodelan Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi
Cadangan Pada Pt. Anugerah Tompira Nikel Di Daerah Masama,
Kabupaten Banggai. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, Vol. 10 No.
2, Hal 54-68.
Sefrizni, A., dan Tamrin, K. 2019. Analisis Kebutuhan Alat Gali Muat dan Alat
Angkut Menggunakan Simulasi Teori Antrian Pada Produksi Overburden
di PT. Haswi Kencana Indah Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo
Profinsi Jambi. Jurnal Bina Tambang, Vol. 4 No. 3, Hal 260-270, ISSN:
2302-3333.
Sepriadi., dan Webisono, K. 2017. Evaluasi Geometri Jalan Angkut Terhadap
Produktifitas Overburden Di Pit Mt 4 Penambangan Air Laya PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim Propinsi Sumatera Selatan. Volume
08 No 02. EISSN:2089-5925.
Simanjuntak, M.R.A., dan Ferrari. 2013. Peran Excavator Terhadap
Kinerja Proyek Konstruksi Rumah Tinggal Di Jakarta Selatan. Jurnal
Ilmiah Media Engineering, Vol. 3 No. 1. Hal 65-78, ISSN: 2087-9334.
Sokop, R.M., Arsjad, T.T., Malingkas, G. 2018. Analisa Perhitungan
Produktivitas Alat Berat Gali-Muat (Excavator) dan Alat Angkut (Dump
Truck) pada Pekerjaan Pematangan Lahan Perumahan Residence
Jordan Sea. Jurnal Tekno, Vol. 16, No. 70, Hal. 83-88, ISSN: 0215-
9617.
Subowo, G. 2011. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan Dan Upaya
Reklamasi Pascatambang Untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya
Lahan Dan Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan, Vol. 5 No. 2,
ISSN: 1907-0799.
Winarso, W. 2014. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Profitabilitas (ROA)
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PERSERO). Jurnal Ecodemica,
Vol. 11, No. 2. Hal 258 – 272.
LAMPIRAN
8

Lampiran 1. Waktu Edar Excavator CAT 330

Tabel 40. Waktu edar (Sumber : Hasil Penelitian)

Digging Swing Dumping Swing Empty


No Total
Time Time Time Time
1 7,41 4,55 3,59 4,43 19,98
2 6,53 6,19 4,19 6,13 23,04
3 8,52 5,47 4,29 4,55 22,83
4 7,49 6,43 5,43 6,49 25,84
5 6,13 6,26 6,34 5,52 24,25
6 9,15 5,44 5,31 6,34 26,24
7 7,53 5,57 4,56 6,44 24,1
8 7,28 6,19 5,19 6,47 25,13
9 8,19 5,29 5,33 4,19 23
10 6,56 5,48 4,59 4,39 21,02
11,0 5,29 6,37 5,29 5,55 22,5
12 7,55 6,12 4,39 5,19 23,25
13 6,42 5,11 4,31 5,33 21,17
14 9,1 6,18 5,11 6,29 26,69
15 7,4 6,17 4,19 5,29 23,05
16 6,11 5,55 6,29 5,19 23,14
17 7,23 6,46 5,36 6,18 25,23
18 9,49 5,35 4,55 6,17 25,56
19 7,55 5,29 5,57 6,29 24,7
20 6,44 6,38 3,31 5,49 21,62
21 5,56 5,47 5,33 5,58 21,94
22 6,39 6,4 4,56 7,33 24,68
23 6,19 6,32 6,17 5,27 23,95
24 5,21 6,47 3,55 6,37 21,6
25 8,45 5,19 5,21 5,19 24,04
26 6,59 5,48 4,16 4,55 20,78
27 6,48 4,59 5,44 6,13 22,64
28 6,33 6,17 5,16 7,36 25,02
29 5,19 6,38 6,05 5,48 23,1
30 6,37 5,4 5,45 5,44 22,66
Rata-rata
7,00 5,79 4,94 5,69 23
(detik)
Rerata
(menit) 0,117 0,097 0,082 0,095 0,390
8

Lampiran 2. Waktu Edar Excavator CAT 320

Tabel 41. Waktu edar (Sumber : Hasil Penelitian)


Digging Swing Dumping Swing Empty
No Total
Time Time Time Time
1 7,12 4,43 3,11 4,45 19,11
2 6,34 6,32 4,24 6,43 23,33
3 8,09 5,54 4,21 4,23 22,07
4 7,14 6,21 5,11 6,17 24,63
5 6,01 6,29 6,37 5,57 24,24
6 8,05 5,43 5,53 6,54 25,55
7 6,08 5,11 4,09 5,34 20,62
8 7,19 6,19 5,03 6,55 24,96
9 7,41 5,29 5,34 4,32 22,36
10 6,07 6,17 3,56 4,59 20,39
11 5,08 5,11 5,32 5,13 20,64
12 7,02 6,14 3,45 5,29 21,9
13 6,13 5,49 4,19 4,38 20,19
14 8,3 6,19 5,46 6,57 26,52
15 7,12 5,39 4,57 6,11 23,19
16 6,11 6,17 6,19 5,28 23,75
17 6,31 6,21 5,43 6,4 24,35
18 8,16 5,29 4,56 5,33 23,34
19 7,11 6,24 5,23 5,15 23,73
20 5,55 6,08 3,14 5,3 20,07
21 5,28 5,05 5,4 5,44 21,17
22 6,34 5,34 4,01 5,09 20,78
23 5,12 6,47 6,23 5,34 23,16
24 5,06 6,51 3,41 6,29 21,27
25 7,25 5,43 5,29 5,43 23,4
26 6,19 5,01 3,57 4,11 18,88
27 7,34 4 5,19 6,33 22,86
28 6,45 5,54 5,38 5,05 22,42
29 5,45 5,49 6,42 5 22,36
30 5,19 6,13 5,13 6,1 22,55
Rata-rata
6,54 5,68 4,81 5,44 22,459
(detik)
Rerata
0,109 0,095 0,080 0,091 0,374
(menit)
8

Lampiran 3. Waktu Dumping Dump Truck


Tabel 42. Waktu edar dump truck (dumping time)
(Sumber : Hasil Penelitian)
Waktu
CT T4 (Men
No Edar
(Detik)
1 29 0,48
2 27 0,45
3 33 0,55
4 34 0,57
5 30 0,50
6 33 0,55
7 32 0,53
8 28 0,47
9 32 0,53
10 33 0,55
11 33 0,55
12 30 0,50
13 28 0,47
14 32 0,53
15 34 0,57
16 26 0,43
17 31 0,52
18 29 0,48
19 29 0,48
20 32 0,53
21 33 0,55
22 31 0,52
23 28 0,47
24 29 0,48
25 28 0,47
26 29 0,48
27 31 0,52
28 34 0,57
29 29 0,48
30 30 0,50
Rata-rata 31 0,51
8

Lampiran 4. Gambar Endapan Bahan Galian

Keterangan:
Body overburden
Body ore

Gambar 5. Endapan bahan galian (Hasil Penelitian)


8

Lampiran 5. Spesifikasi Alat Berat

A. Alat Gali Muat

1. CAT 330

Engine

Daya bersih – ISO 9249 : 193.8 kW


Model engine : C7.1 Cat
Daya engine – ISO 14396 : 195 kW
Lubang : 105 mm
Langkah : 135 mm
Kapasitas silinder : 7.01 liter

Sistem Hidraulik

Sisitem utama – Aliran maksimum : 560 ltr/menit


(148 gal/menit)
Tekanan maksimum – Peralatan : 35 MPa
Tekanan maksimum – Peralatan – Mode
Pengangkatan : 38 kPa
Tekanan maksimum – Travel : 35 kPa
Tekanan maksimum – Swing : 29.800 kPa

Mekanisme Ayun

Kecepatan ayun : 11.5 r/menit


Torsi ayun maksimum : 86 kNm
Bobot kerja : 30.9 kg

Kapasitas Isi Ulang Service

Kapasitas tangki bahan bakar : 474 liter


Sistem pendingin : 25 liter
8

Oli engine : 25 liter


Penggerak swing – Masing-masing : 2.6 liter
Final drive – Masing-masing : 5.5 liter
Sistem hidraulik – Termasuk tangki : 310 liter
Tangki hidraulik : 147 liter
Tangki DEF : 41 liter

Dimensi

Boom : Penjangkau HD 6.15 m


Stick : Penjangkau HD 3.2 m
3
Bucket : 1.83 m
Ketinggian pengiriman –
Bagian atas kabin : 3.030 mm
Tinggi pegangan tangan : 3.060 mm
Panjang pengiriman : 10.42 mm
Radius ayun ekor : 3.130 mm
Jarak bebas counterweight : 1.120 mm
Jaraj bebas ke tanah : 490 mm
Panjang track : 4.860 mm
Panjang ke pusat roller : 3.990 mm
Pengukur track : 2.590 mm
Lebar transportasi : 3.390 mm
Gaya dan Rentang Kerja

Kedalaman penggalian maksimum : 7.250 mm


Boom : Penjangkau HD 6.15 m
Stick : Penjangkau HD 3.2 m
3
Bucket : HD 1.83 m
Jangkauan maksimum di permukaan tanah : 10.69 mm
Tinggi pemotongan maksimum : 10.000 mm
Tinggu pemuatan maksimum : 6.950 mm
8

Tinggi pemuatan minimum : 2.290 mm


Potongan kedalaman maksimum untuk
ketinggian dasar 2.440 mm (8ft) : 7.090 mm
Kedalaman penggalian maksimum
dinding vertikal : 5.790 mm
Daya penggalian bucket – ISO : 179 kN
Daya penggalian stick – ISO : 126 kN

2. CAT 320

Engine

Daya bersih – ISO 9249 : 117 kW


Model engine : C7.1 Cat
Daya engine – ISO 14396 : 105 kW
Lubang : 105 mm
Langkah : 135 mm
Kapasitas silinder : 7.01 liter

Sistem Hidraulik

Sisitem utama – Aliran maksimum : 429 ltr/menit


(148 gal/menit)
Tekanan maksimum – Peralatan : 35 MPa
Tekanan maksimum – Peralatan – Mode
Pengangkatan : 38 kPa
Tekanan maksimum – Travel : 34.3 kPa
Tekanan maksimum – Swing : 27.500 kPa

Mekanisme Ayun

Kecepatan ayun : 11.25 r/menit


Torsi ayun maksimum : 82 kNm
Bobot kerja : 22 kg
8

Kapasitas Isi Ulang Service

Kapasitas tangki bahan bakar : 345 liter


Sistem pendingin : 25 liter
Oli engine : 25 liter
Penggerak swing – Masing-masing : 12 liter
Final drive – Masing-masing : 5 liter
Sistem hidraulik – Termasuk tangki : 234 liter
Tangki hidraulik : 115 liter

Dimensi

Boom : Penjangkau 5.7 m


Stick : Penjangkau R2.9B1
3
Bucket : 1.19 m
Ketinggian pengiriman –
Bagian atas kabin : 2.960 mm
Tinggi pegangan tangan : 2.950 mm
Panjang pengiriman : 9.530 mm
Radius ayun ekor : 2.830 mm
Jarak bebas counterweight : 1.050 mm
Jaraj bebas ke tanah : 470 mm
Panjang track : 4.450 mm
Panjang ke pusat roller : 3.650 mm
Pengukur track : 2.380 mm
Lebar transportasi : 2.980 mm
Gaya dan Rentang Kerja

Kedalaman penggalian maksimum : 6.720 mm


Boom : Penjangkau HD 5.7 m
Stick : Penjangkau R2.9B1
9

3
Bucket : HD 1.19 m
Jangkauan maksimum di permukaan tanah : 9.860 mm
Tinggi pemotongan maksimum : 9.370 mm
Tinggu pemuatan maksimum : 6.490 mm
Tinggi pemuatan minimum : 2.170 mm

Potongan kedalaman maksimum untuk


ketinggian dasar 2.440 mm (8ft) : 6.550 mm
Kedalaman penggalian maksimum
dinding vertikal : 5.190 mm
Daya penggalian bucket – ISO : 150 kN
Daya penggalian stick – ISO : 9.370 mm
9

B. Dump Truck Quester 370 CWE

1. Dimensi Berat
9

2. Spesifikasi Teknik
9
9
99

Lampiran 6. Waktu Kerja Efektif

Waktu kerja tersedia yang ditetapkan oleh PT. Nusajaya Persadatama

Mandiri dalam satu bulan penuh menggunakan sistem kerja dua shift. Sift pertama

dimulai pukul 08:00 – 17.00 dan sift kedua 20.00 – 05.00 WITA. Dengan sistem

kerja tersebut. didapatkan waktu kerja tersedia 16 jam/hari. Waktu kerja tersedia

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 43. Jam kerja tersedia (Sumber : Hasil penelitian)


Jam Kerja Tersedia
No Deskripsi Waktu
1 Hari kerja tersedia 30 hari/bulan
2 Jam kerja sift 1 jam 08.00 s/d 17.00
3 jam kerja sift 2 jam 20.00 s/d 05.00
4 waktu kerja tersedia 16 jam/hari
10

Lampiran 7. Target Produksi Overburde, Ore, Harga Sewa Alat dan Harga

Bahan Bakar Minyak

A. Target Produksi

Target produksi penambangan pada setiap bulannya di PT. Nusajaya Persadatama

Mandiri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 44. Target produksi overburden dan ore


(Sumber : Hasil penelitian)
Target Prodiksi
No Material Ton/bulan
1 Overburden 400.000
2 Ore 125.000

B. Harga Sewa Alat

Harga sewa alat gali muat dan angkut yang digunakan pada PT. Nusajaya

Persadatama Mandiri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 45. Harga sewa alat (Sumber : Hasil penelitian)


Harga Sewa
No Unit Rp/Jam
1 CAT 330 350.000
2 CAT 320 325.000
3 UD Quester 370 CWE 250.000

C. Harga Bahan Bakar Minyak

Harga bahan bakar minyak dapat dilihat pada tabel beriukut:

Tabel 46. Harga bahan bakar minyak (Sumber : Hasil penelitian)


Harga
No Satuan (liter) Rp/liter
1 1 11.800
10

Lampiran 8. Elevasi dan Jarak Jalan Hauling Overburden


A. Elevasi dan Jarak

Jalan hauling overburden PT. Nusajaya Persadatama Mandiri berada pada

ketinggian sekitar 300 sampai dengan 333 meter di atas permukaan laut. Dengan

jarak dari pit ke disposal yaitu 377 meter dan terbagi menjadi 9 segmen. Adapun

profil jalan angkut dari pit ke disposal dapat dilihat pada gambar berikut:
Profil Jalan
400
350
300
250
200
Elevasi

150
100
50

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Jarak (meter)

Gambar 6. Profil jalan hauling dari pit ke disposal (Sumber : Hasil penelitian)

1
Profil Jalan
400

350
300
250
200
Elevasi

150

100
50
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Jarak (meter)

Gambar 7. Profil jalan hauling dari disposal ke pit (Sumber : Hasil Penelitian)

1
10

Lampiran 9. Penentuan Waktu Pengangkutan dan Kembali Kosong

Overburen

A. Pengangkutan Overburden

Dalam pengangkutan overburden dari pit ke disposal menggunakan alat


angkut dump truck UD Quester CWE 370. dalam menentukan waktu
pengangkutan dan kembali kosong memiliki beberapa komponen dapat dilihat
pada table berikut:

Tabel 47. Komponen dalam menentukan waktu pengangkutan


(Sumber : Hasil penelitian)
No Komponen Nilai Satuan
1 Berat kendaraan 34 ton
2 Jumlah pemuatan 5 kali
3
3 Volume bucket exca 1,83 m
3
4 Densitas overburden 1,65 ton/m
3
5 Volume muatan 9,15 m
6 Tonase muatan 15,097 ton
7 Volume kendaraan + muatan 49,097 ton

Untuk menentukan waktu pengangkutan dan kembali kosong pada

kegiatan pengupasan overburden terdiri dari beberapa aspek yaitu:

1. Jarak horizontal

a. Dari pit ke disposal

arak horizontal √a - h


10

meter

Dengan cara yang sama seperti di atas didapatkan Jarak horizontal dari

tiap-tiap segmen jalan dari front ke disposal seperti pada tabel berikut:

Tabel 48. Jarak horizontal dari pit ke disposal (Sumber : Hasil Penelitian)
Elevasi Elevasin
Beda Jarak
Segmen Dari - Ke Jarak Titik Titik
Tinggi Horizontal
Awal Akhir
1 A-B -6,05 53 337,00 330,95 52,65
2 B-C 2,56 74 330,95 333,50 73,96
3 C-D -4,42 131 333,50 329,09 130,93
4 D-E -10,49 63 329,09 318,60 62,12
5 E-F -9,40 86 318,60 309,20 85,48
6 F-G -3,89 124 309,20 305,31 123,94
7 G-H -1,43 61 305,31 303,88 60,98
8 H-I -1,85 78 303,88 302,03 77,98
9 I-J -1,42 63 302,03 300,62 62,85

b. Dari disposal ke pit

arak horizontal √a - h

meter

Dengan cara yang sama seperti di atas didapatkan Jarak horizontal dari

tiap tiap segmen jalan dari front ke disposal seperti pada tabel berikut:
10

Tabel 49. Jarak horizontal dari disposal ke pit (Sumber : Hasil Penelitian)
Elevasi Elevasin
Dari – Beda Jarak
Segmen Jarak Titik Titik
Ke Tinggi Horizontal
Awal Akhir
1 J–I 1,42 63 300,62 302,03 62,98
2 I–H 1,85 78 302,03 303,88 77,98
3 H–G 1,43 61 303,88 305,31 60,98
4 G–F 3,89 124 305,31 309,20 123,94
5 F–E 9,40 86 309,20 318,60 85,48
6 E–D 10,49 63 318,60 329,09 62,12
7 D–C 4,42 131 329,09 333,50 130,93
8 C- B -2,56 74 333,50 330,95 73,96
9 B–A 6,05 53 330,95 337,00 52,65

2. Kemiringan jalan

1. Dari pit ke disposal

eda tinggi
( ) x
arak horizontal

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui kemiringan jalan

angkut untuk tiap segmen jalan dari front ke disposal dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 50. Kemiringan jalan dari pit ke disposal (Hasil Penelitian)


Jarak
Beda Elevasi Grade Jalan
Segmen Dari - Ke Horizontal
(m) (%)
(m)
1 A-B -2,051 53 -3,87
2 B-C 2,555 74 3,45
3 C-D -6,415 131 -4,90
4 D-E 1,511 62 2,40
5 E-F -3,398 85 -3,95
10

Tabel 50. Lanjutan


Jarak
Beda Elevasi Grade Jalan
Segmen Dari - Ke Horizontal
(m) (%)
(m)
6 F-G -9,893 124 -8,00
7 G-H -5,428 61 -8,93
8 H-I -7,848 78 -10,11
9 I-J -1,418 63 -2,26

2. Dari disposal ke pit

eda tinggi
( ) x
arak horizontal

rade %

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui kemiringan jalan

angkut untuk tiap segmen jalan dari front ke disposal dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 51. Kemiringan jalan dari disposal ke pit (Sumber : Hasil penelitian)
Beda Elevasi Jarak Grade Jalan
Segmen Dari - Ke
(m) Horizontal (m) (%)
1 J-I 1,418 63 2,25
2 I-H 3,848 78 4,94
3 H-G -0,572 61 -0,94
4 G-F 6,893 124 5,57
5 F-E 3,398 85 3,95
6 E-D -1,511 62 -2,40
7 D-C 6,415 131 4,90
8 C- B -2,555 74 -3,45
9 B-A 2,051 53 3,87
10

3. Rolling resitance (RR), grade resistance (GR) dan total resistance (TR)

Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan gulir (rolling resistance)

sebagai berikut:

RR = 70 lb/ton

Besarnya grade resistance sebagai berikut:

GR = Dt × K

= 20 × (-11,49)

= -229,84 lb/ton
Maka total rimpull untuk mengatasi hambatan jalan pada segmen awal

sebagai berikut:

TR = Rimpull RR ± Rimpull GR

TR = 70 - (-77,45)

TR = 147,45 lb/ton

Adapun hasil perhitungan RR (Rolling resistance). GR (Grade resistance)

dan TR (Total resistance) untuk tiap segmen jalan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 52. Hasil perhitungan RR. GR dan TR kondisi bermuatan


(Sumber : Hasil penelitian)
Tenaga
Rolling Grade Total Berat Tenaga Yang Yang
Dari - Ke Resistance Resistance Resistance Kendaraan Dibutuhkan Dapat
(lb/ton) (lb/ton) (lb/ton) (ton) (lb) Dipakai
(lb)
A-B 70 -77,45 147,45 49,10 7.239,63 7.470
B-C 70 69,10 139,10 49,10 6.829,23 7.470
C-D 70 -98,06 168,06 49,10 8.251,16 13.960
D-E 70 47,98 117,98 49,10 5.792,62 7.470
E-F 70 -79,09 149,09 49,10 7.319,70 7.470
F-G 70 -160,07 230,07 49,10 11.296,10 13.960
G-H 70 -178,68 248,68 49,10 12.209,37 13.960
10

Tabel 52. Lanjutan


Tenaga
Rolling Grade Total Berat Tenaga Yang Yang
Dari - Ke Resistance Resistance Resistance Kendaraan Dibutuhkan Dapat
(lb/ton) (lb/ton) (lb/ton) (ton) (lb) Dipakai
(lb)
H-I 70 -202,26 272,26 49,10 13.367,15 13.960
I-J 70 -45,12 115,12 49,10 5.652,13 7.470

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui RR, GR, dan TR

dalam kondisi tidak bermuatan. adapun nilainya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 53. Hasil perhitungan RR, GR dan TR kondisi tidak bermuatan


(Sumber : Hasil penelitian)
Tenaga
Rolling Grade Total Berat Tenaga Yang Yang
Dari - Ke Resistance Resistance Resistance Kendaraan Dibutuhkan Dapat
(lb/ton) (lb/ton) (lb/ton) (ton) (lb) Dipakai
(lb)
J-I 70 45,03 115,03 34 3.910,93 5.280
I-H 70 98,79 168,79 34 5.738,76 7.470
H-G 70 -18,75 51,25 34 1.742,33 1.950
G-F 70 111,35 181,35 34 6.165,89 7.470
F-E 70 79,09 149,09 34 5.068,89 5.280
E-D 70 -47,98 22,02 34 748,61 1.000
D-C 70 98,06 168,06 34 5.713,92 7.470
C- B 70 -69,10 139,10 34 4.729,24 5.280
B-A 70 77,45 147,45 34 5.013,44 5.280

4. Rimpull

Rimpull yang tersedia dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:

H
11

V = 8,448 × 1,609 = 13,593 km/jam

Tabel 54. Rimpull yang tersedia (Sumber : Hasil Peneliitian)


Kecepatan
Rimpull Efisiensi Kecepatan
Gear HP Rata-Rata
Tersedia Mekanis (mph)
(km/jam)
1 13.960 370 0,85 8,45 13,59
2 7.470 370 0,85 15,79 25,40
3 5.280 370 0,85 22,34 35,94
4 3.820 370 0,85 30,87 49,68
5 2.790 370 0,85 42,27 68,01
6 1.950 370 0,85 60,48 97,31
7 1.380 370 0,85 85,46 137,51
8 1.000 370 0,85 117,94 189,76
9 730 370 0,85 161,56 259,95

5. Waktu hauling

Waktu hauling dapat diketahui setelah diperolehnya kecepatan dari rimpull dan

jarak dari tiap segmen jalan:

km
H jam
km jam

jam (conversi ke menit)

menit

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui waktu tempuh

untuk tiap segmen jalan. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 55. Waktu hauling overburden kondisi bermuatan


(Sumber : Hasil penelitian)
Berat Tenaga Tenaga Yang
TR Panjang Kecepatan Waktu
Segmen Kendaraan Dibutuhkan Dapat
(lb/ton) (m) (km/jam) (menit)
(ton) (lb) Digunakan (lb)
A-B 147,45 49,10 7.239,63 7.470 53 25,41 0,13
11

Tabel 55. Lanjutan


Berat Tenaga Tenaga Yang
TR Panjang Kecepatan Waktu
Segmen Kendaraan Dibutuhkan Dapat (m) (km/jam) (menit)
(lb/ton)
(ton) (lb) Digunakan (lb)
B-C 139,10 49,10 6.829,23 7.470 74 25,41 0,17
C-D 168,06 49,10 8.251,16 13.960 131 13,60 0,58
E-F 149,09 49,10 7.319,70 7.470 86 25,41 0,20
F-G 230,07 49,10 11.296,10 13.960 124 13,60 0,55
G-H 248,68 49,10 12.209,37 13.960 61 13,60 0,27
H-I 272,26 49,10 13.367,15 13.960 78 13,60 0,34
I-J 115,12 49,10 5.652,13 7.470 63 25,41 0,15
Total 2,54

Untuk waktu kembali kosong dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 56. Waktu kembali kosong (Hasil penelitian)


Berat Tenaga Tenaga Yang
TR Panjang Kecepatan Waktu
Segmen Kendaraan Dibutuhkan Dapat
(lb/ton) (m) (km/jam) (menit)
(ton) (lb) Digunakan (lb)
J-I 115,03 34 3.910,93 5.280 63 35,95 0,11
I-H 168,79 34 5.738,76 7.470 78 25,41 0,18
H-G 51,25 34 1.742,33 1.950 61 97,33 0,04
G-F 181,35 34 6.165,89 7.470 124 25,41 0,29
F-E 149,09 34 5.068,89 5.280 86 35,95 0,14
E-D 117,98 34 4.011,39 5.280 63 35,95 0,11
D-C 168,06 34 5.713,92 7.470 131 25,41 0,31
C- B 139,10 34 4.729,24 5.280 74 35,95 0,12
B-A 147,45 34 5.013,44 5.280 53 35,95 0,09
Total 1,39
11

Lampiran 10. Analisis Teori Antrian Pengupasan Overburden

A. Pengangkutan Overburden

1. Waktu pelayanan

Waktu pelayanan adalah waktu yang digunakan alat angkut dalam

beberapa tahap yaitu tahap pelayanan pemuatan (T1), tahap pengangkutan

material menuju ke disposal (T2), tahap penumpahan material di disposal (T3)

dan tahap kembali kosong menuju front untuk diisi kembali (T4).

T1 = 1,950 menit
T2 = 2,54 menit
T3 = 0,51 menit
T4 = 1,39 menit

2. Tingkat pelayanan dump truck

Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang

dilayani persatuan waktu. Rumus menentukan tingkat pelayanan yaitu:

Tingkat pelayanan pada tahap satu dapat dilihat pada uraian berikut:

Nilai tingkat pelayanan pada tahap 1 yaitu 1,950.


11

Untuk tingkat pelayanan tahap ke 2 dan seterusnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 57. Tingkat pelayanan


Waktu Tingkat
No
Pelayana (Tn) Pelayanan (1/Tn)
1 1,950 menit 0,513 menit
2 2,54 menit 0,394 menit
3 0,51 menit 1,961 menit
4 1,39 menit 0,719 menit

3. Analisis probabilitas keadaan antrian

Probabilitas keadaan antrian merupakan peluang terdapat n dalam suatu

sistem antrian dinyatakan dalam dimana P > 1 yang terbagi dalam 4 tahapan.

Untuk menentukan probabilitas keadaan antrian terlebih dahulu diketahui

koefisien dari seluruh tahapan.

a. Keadaan antrian

Rumus yang digunakan untuk menentukan kemungkinan keadaan antrian yaitu:

( )
| |
( )

K = Banyaknya unit DT ( 7 unit)


M = Jumlah tahapan (4 tahap)

| | ( )
( )
11

( )
( )

keadaan antrian

b. Koifisien antrian
n
(n n n n ) n n n ( )
n n

Diketahui:

K = Banyaknya unit DT (4 unit)


M = 4 tahapan

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui nilai koefisien

untuk tiap keadaan. adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 58. Koefisien antrian (Sumber : Hasil Penelitian)

Keadaan
No Sistem n3 Koefisien
n1 n2 n4
1 7 0 0 0 1,000
2 6 1 0 0 1,301
3 6 0 1 0 0,262
4 6 0 0 1 0,713
5 5 2 0 0 0,847
6 5 1 1 0 0,340
7 5 1 0 1 0,928
8 5 0 2 0 0,068
9 5 0 0 2 0,254
11

Tabel 58. Lanjutan

Keadaan
No Sistem n3 Koefisien
n1 n2 n4
10 5 0 1 1 0,186
11 4 3 0 0 0,367
12 4 2 1 0 0,221
13 4 2 0 1 0,604
14 4 1 2 0 0,089
15 4 1 0 2 0,331
16 4 1 1 1 0,243
17 4 0 3 0 0,018
18 4 0 2 1 0,049
19 4 0 1 2 0,066
20 4 0 0 3 0,060
21 3 4 0 0 0,120
22 3 3 1 0 0,096
23 3 3 0 1 0,262
24 3 2 2 0 0,058
25 3 2 0 2 0,215
26 3 2 1 1 0,158
27 3 1 3 0 0,023
28 3 1 2 1 0,063
29 3 1 1 2 0,086
30 3 1 0 3 0,079
31 3 0 4 0 0,005
32 3 0 3 1 0,013
33 3 0 2 2 0,017
34 3 0 1 3 0,016
35 3 0 0 4 0,011
36 2 5 0 0 0,031
37 2 4 1 0 0,031
38 2 4 0 1 0,085
39 2 3 2 0 0,025
40 2 3 0 2 0,093
41 2 3 1 1 0,068
42 2 2 3 0 0,015
43 2 2 2 1 0,041
44 2 2 1 2 0,056
45 2 2 0 3 0,051
46 2 1 4 0 0,006
47 2 1 3 1 0,017
11

Tabel 58. Lanjutan

Keadaan
No Sistem n3 Koefisien
n1 n2 n4
48 2 1 2 2 0,020
49 2 1 1 3 0,017
50 2 1 0 4 0,011
51 2 0 5 0 0,001
52 2 0 4 1 0,003
53 2 0 3 2 0,004
54 2 0 2 3 0,003
55 2 0 1 4 0,002
56 2 0 0 5 0,001
57 1 6 0 0 0,007
58 1 5 1 0 0,008
59 1 5 0 1 0,021
60 1 4 2 0 0,008
61 1 4 0 2 0,027
62 1 4 1 1 0,021
63 1 3 3 0 0,007
64 1 3 2 1 0,017
65 1 3 1 2 0,021
66 1 3 0 3 0,018
67 1 2 4 0 0,004
68 1 2 3 1 0,010
69 1 2 2 2 0,013
70 1 2 1 3 0,011
71 1 2 0 4 0,007
72 1 1 5 0 0,002
73 1 1 4 1 0,004
74 1 1 3 2 0,005
75 1 1 2 3 0,004
76 1 1 1 4 0,003
77 1 1 0 5 0,001
78 1 0 6 0 0,000
79 1 0 5 1 0,001
80 1 0 4 2 0,001
81 1 0 3 3 0,001
82 1 0 2 4 0,001
83 1 0 1 5 0,000
84 1 0 0 6 0,000
85 0 7 0 0 0,001
11

Tabel 58. Lanjutan

Keadaan
No Sistem n3 Koefisien
n1 n2 n4
86 0 6 1 0 0,002
87 0 6 0 1 0,004
88 0 5 2 0 0,002
89 0 5 0 2 0,007
90 0 5 1 1 0,005
91 0 4 3 0 0,002
92 0 4 2 1 0,005
93 0 4 1 2 0,007
94 0 4 0 3 0,006
95 0 3 4 0 0,002
96 0 3 3 1 0,004
97 0 3 2 2 0,006
98 0 3 1 3 0,005
99 0 3 0 4 0,003
100 0 2 5 0 0,001
101 0 2 4 1 0,003
102 0 2 3 2 0,003
103 0 2 2 3 0,003
104 0 2 1 4 0,002
105 0 2 0 5 0,001
106 0 1 6 0 0,000
107 0 1 5 1 0,001
108 0 1 4 2 0,001
109 0 1 3 3 0,001
110 0 1 2 4 0,001
111 0 1 1 5 0,000
112 0 1 0 6 0,000
113 0 0 7 0 0,000
114 0 0 6 1 0,000
115 0 0 5 2 0,000
116 0 0 4 3 0,000
117 0 0 3 4 0,000
118 0 0 2 5 0,000
119 0 0 1 6 0,000
120 0 0 0 7 0,000
11

c. Probabilitas antrian

Menghitung nilai probabilitas keadaan antrian adalah koefisien antrian

ke-I dibagi dengan jumlah koefisien antrian. Rumus probabilitas antrian adalah

sebagai berikut :
koifisien i
ro a ilitas
jumlah koifisien

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui nilai probabilitas

keadaan antrian untuk tiap keadaan. adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 59. Nilai probabilitas antrian (Sumber : Hasil Penelitian)


Keadaan Sistem Probabilitas
No Koefisien
n1 n2 n3 n4 Keadaan Antrian
1 7 0 0 0 1,000 0,0990
2 6 1 0 0 1,301 0,1288
3 6 0 1 0 0,262 0,0259
4 6 0 0 1 0,713 0,0705
5 5 2 0 0 0,847 0,0838
6 5 1 1 0 0,340 0,0337
7 5 1 0 1 0,928 0,0918
8 5 0 2 0 0,068 0,0068
9 5 0 0 2 0,254 0,0251
10 5 0 1 1 0,186 0,0184
11 4 3 0 0 0,367 0,0364
12 4 2 1 0 0,221 0,0219
13 4 2 0 1 0,604 0,0597
14 4 1 2 0 0,089 0,0088
15 4 1 0 2 0,331 0,0327
16 4 1 1 1 0,243 0,0240
17 4 0 3 0 0,018 0,0018
18 4 0 2 1 0,049 0,0048
11

Tabel 59. Lanjutan


Keadaan Sistem Probabilitas
No Koefisien
n1 n2 n3 n4 Keadaan Antrian
19 4 0 1 2 0,066 0,0066
20 4 0 0 3 0,060 0,0060
21 3 4 0 0 0,120 0,0118
22 3 3 1 0 0,096 0,0095
23 3 3 0 1 0,262 0,0259
24 3 2 2 0 0,058 0,0057
25 3 2 0 2 0,215 0,0213
26 3 2 1 1 0,158 0,0156
27 3 1 3 0 0,023 0,0023
28 3 1 2 1 0,063 0,0063
29 3 1 1 2 0,086 0,0086
30 3 1 0 3 0,079 0,0078
31 3 0 4 0 0,005 0,0005
32 3 0 3 1 0,013 0,0013
33 3 0 2 2 0,017 0,0017
34 3 0 1 3 0,016 0,0016
35 3 0 0 4 0,011 0,0011
36 2 5 0 0 0,031 0,0031
37 2 4 1 0 0,031 0,0031
38 2 4 0 1 0,085 0,0084
39 2 3 2 0 0,025 0,0025
40 2 3 0 2 0,093 0,0092
41 2 3 1 1 0,068 0,0068
42 2 2 3 0 0,015 0,0015
43 2 2 2 1 0,041 0,0041
44 2 2 1 2 0,056 0,0056
45 2 2 0 3 0,051 0,0051
46 2 1 4 0 0,006 0,0006
47 2 1 3 1 0,017 0,0016
48 2 1 2 2 0,023 0,0022
49 2 1 1 3 0,021 0,0020
50 2 1 0 4 0,014 0,0014
51 2 0 5 0 0,001 0,0001
52 2 0 4 1 0,003 0,0003
53 2 0 3 2 0,005 0,0004
54 2 0 2 3 0,004 0,0004
55 2 0 1 4 0,003 0,0003
56 2 0 0 5 0,002 0,0002
57 1 6 0 0 0,007 0,0007
58 1 5 1 0 0,008 0,0008
59 1 5 0 1 0,022 0,0022
12

Tabel 59. Lanjutan


Keadaan Sistem Probabilitas
No Koefisien
n1 n2 n3 n4 Keadaan Antrian
60 1 4 2 0 0,008 0,0008
61 1 4 0 2 0,030 0,0030
62 1 4 1 1 0,022 0,0022
63 1 3 3 0 0,007 0,0007
64 1 3 2 1 0,018 0,0018
65 1 3 1 2 0,024 0,0024
66 1 3 0 3 0,022 0,0022
67 1 2 4 0 0,004 0,0004
68 1 2 3 1 0,011 0,0011
69 1 2 2 2 0,015 0,0015
70 1 2 1 3 0,013 0,0013
71 1 2 0 4 0,009 0,0009
72 1 1 5 0 0,002 0,0002
73 1 1 4 1 0,004 0,0004
74 1 1 3 2 0,006 0,0006
75 1 1 2 3 0,005 0,0005
76 1 1 1 4 0,004 0,0004
77 1 1 0 5 0,002 0,0002
78 1 0 6 0 0,000 0,0000
79 1 0 5 1 0,001 0,0001
80 1 0 4 2 0,001 0,0001
81 1 0 3 3 0,001 0,0001
82 1 0 2 4 0,001 0,0001
83 1 0 1 5 0,000 0,0000
84 1 0 0 6 0,000 0,0000
85 0 7 0 0 0,001 0,0001
86 0 6 1 0 0,002 0,0002
87 0 6 0 1 0,005 0,0005
88 0 5 2 0 0,002 0,0002
89 0 5 0 2 0,008 0,0008
90 0 5 1 1 0,006 0,0006
91 0 4 3 0 0,002 0,0002
92 0 4 2 1 0,006 0,0006
93 0 4 1 2 0,008 0,0008
94 0 4 0 3 0,007 0,0007
95 0 3 4 0 0,002 0,0002
96 0 3 3 1 0,005 0,0005
97 0 3 2 2 0,006 0,0006
98 0 3 1 3 0,006 0,0006
99 0 3 0 4 0,004 0,0004
100 0 2 5 0 0,001 0,0001
12

Tabel 59. Lanjutan


Keadaan Sistem Probabilitas
No Koefisien
n1 n2 n3 n4 Keadaan Antrian
101 0 2 4 1 0,003 0,0003
102 0 2 3 2 0,004 0,0004
103 0 2 2 3 0,003 0,0003
104 0 2 1 4 0,002 0,0002
105 0 2 0 5 0,001 0,0001
106 0 1 6 0 0,000 0,0000
107 0 1 5 1 0,001 0,0001
108 0 1 4 2 0,002 0,0002
109 0 1 3 3 0,001 0,0001
110 0 1 2 4 0,001 0,0001
111 0 1 1 5 0,001 0,0001
112 0 1 0 6 0,000 0,0000
113 0 0 7 0 0,000 0,0000
114 0 0 6 1 0,000 0,0000
115 0 0 5 2 0,000 0,0000
116 0 0 4 3 0,000 0,0000
117 0 0 3 4 0,000 0,0000
118 0 0 2 5 0,000 0,0000
119 0 0 1 6 0,000 0,0000
120 0 0 0 7 0,000 0,0000

4. Tingkat penggunaan dump truck η h dump truck e y θ

pada tahap 1 dan 3

a. Tahap I

1) Tingkat penggunaan

Tingkat penggunaan tahap 1. diperoleh pada kondisi n1>1. yaitu keadaan

dimana ada alat angkut yang datang ketahap 1 yang dihitung dengan

menggunakan persamaan:

η ∑ (n ≥ n n n )
12

2) Jumlah alat angkut

Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 1 adalah:

= 0,991 x tingkat pelayanan tahap 1 (0,513)

= 0,508 Unit/menit

b. Tahap 3

1) Tingkat penggunaan

Tingkat penggunaan tahap 3, diperoleh pada kondisi n3 >1. yaitu keadaan

dimana ada alat angkut yang datang ketahap 3 yang dihitung dengan

menggunakan persamaan:

η ∑ (n n n ≥ n )

2) Jumlah alat angkut

Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 3 adalah:

3 η3 × 3

= 0,2592 x tingkat pelayanan tahap 3 (1,961)

= 0,508 Unit/menit

5. Jumlah dump truck yang antri (Lq) dan waktu tunggu (Wq) pada tahap 1

dan 3

a. Tahap I

1) Jumlah dump truck yang antri


12

Alat angkut menunggu untuk dimuati alat gali-muat dengan ketentuan

n1≥ . sehingga rata-rata alat angkut yang menunggu untuk dimuati ditentukan

dengan persamaan:

q ∑(n ) (n n n n )

Dimana, n1 ≥
Sehingga,
Lq1 = 3,6672 unit

2) Waktu tunggu

Rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian pada alat gali muat

(tahap 1) adalah

Diketahui:

q unit

menit

Maka:

q unit/menit

b. Tahap 3

1) Jumlah dump truck yang antri

Alat angkut menunggu untuk dimuati alat gali-muat dengan ketentuan

n3≥ , sehingga rata-rata alat angkut yang menunggu untuk dimuati ditentukan

dengan persamaan:
12

η ∑ (n n n ≥ n )

Dimana, n3 ≥
Sehingga,
Lq3 = 0,0868 unit

2) Waktu tunggu

Rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian pada alat gali muat

(tahap 3) adalah:

q
q

Diketahui:

q unit

unit/menit

Maka:

unit/menit

6. Analisis waktu edar dump truck (CT)

Berdasarkan penerapan teori antrian maka waktu edar alat angkut setiap

retase atau sekali putar dapat ditentukan dengan persamaan:


∑i ( qi )
i

Diketahui:
12

q
q

Maka.

a. Waktu pelayanan pada tahap 1

menit

b. Waktu pelayanan tahap 2

menit

c. Waktu pelayanan tahap 3

menit

d. Waktu pelayanan tahap 4

n
12

menit

Sehingga,

CT wq wq

menit
12

Lampiran 11. Target Porduksi Overburden

A. Target Produksi Overburden (OB)

Target produksi overburden untuk tiap bulannya yaitu 400.000 ton/bulan

dengan total tonase adalah 8.708.083 ton. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk

mengupas habis overburden adalah sebagai berikut:

arget roduksi ton ulan


Target produksi (ton/jam) =
aktu kerja tersedia ulan

ton
= jam

= 833,33 Ton/jam

adangan
Umur Tambang (bulan) =
arget produksi ton ulan

ton
=
ton ulan

= 22 bulan

Lama operasi = Umur tambang (bulan) x waktu kerja tersedia (jam/bulan)

= 22 bulan x 480 jam/bulan

= 10.560 jam
12

Tabel 60. Target produksi overbuden


(Sumber : Hasil penelitian)
Target Produksi Overburden
bulan Ton/bulan Ton/jam
1 400.000 833, 33
2 400.000 833,33
3 400.000 833,33
4 400.000 833,33
5 400.000 833,33
6 400.000 833,33
7 400.000 833,33
8 400.000 833,33
9 400.000 833,33
10 400.000 833,33
11 400.000 833,33
12 400.000 833,33
13 400.000 833,33
14 400.000 833,33
15 400.000 833,33
16 400.000 833,33
17 400.000 833,33
18 400.000 833,33
19 400.000 833,33
20 400.000 833,33
21 400.000 833,33
22 308.083 833,33
Total tonase 8.708.083
12

Lampiran 12. Produktivitas Alat Angkut Berdasarkan Simulasi Teori

Antrian Untuk Kegiatan Pengupasan Overburden

A. Pengangkutan Overburden

Dalam pengangkutan overburden dari pit ke disposal menggunakan alat

angkut dump truck. untuk menentukan produktivitas alat angkut dapat ditentukan

dengan komponen-komponen sebagai berikut:

Tabel 61. Komponen produktivitas dump truck (Sumber : Hasil penelitian)


No Komponen Nilai Keterangan
1 Jumlah pengsian 5 kali Pengamatan di lapangan
3
2 Kapasitas bucket exca 1,83 m Lampran 5
3 Faktor pengisian bucket 1 Asumsi
3 Jumlah pengsian ×
4 Kapasitas bak dump truck 9,15 m
kapasitas bucket
5 Swell factor 0,90
Faktor koreksi waktu
6 0,84
kerja Asumsi
7 Faktor koreksi material 0,80
8 Faktor koreksi operator 0,75
9 Loading time 1,950 menit Lampiran 11
10 Hauling time 2,54 menit Lampiran 10
11 Spotting loading time 7,216 menit Lampiran 11
12 Dumping time 0,510 menit Lampiran 3
13 Returning time 1,39 menit Lampiran 10
14 Spotting dumping time 0,171 menit Lampiran 11
Konsultasi dengan pihak
15 Densitas overburden 1,65 menit
perusahaan

Nilai faktor koreksi diperoleh berdasarkan nilai teoritis dengan

menyesuaikan kondisi dilapangan dengan memperhatikan keadaan medan kerja,

keadaan alat dan keadaan material. Apabila operator dalam mengoperasikan alat

berat dengan gesit, cepat dan lincah maka dikategirikan baik dengan nilai faktor

koreksinya adalah 1,0. Apabila operator dalam mengoperasikan alat berat tidak
13

terlalu licah dan tidak terlalu lambat maka dikategorikan dalam kondisi sedang

dengan nilai faktor koreksi 0,75. Apabila operator dalam mengoperasikan alat

berat terlihat lambat, malas-malasan maka dikategorikan dalam kondisi buruk

dengan nilai faktor koreksi 0,60. Pada faktor waktu kerja, apabila dalam waktu 1

jam kerja (60 menit) hanya 50 menit yang digunakan untuk bekerja maka nilai

faktor koreksinya yaitu 0,84. Apabila dalam waktu 1 jam kerja (60 menit) hanya

40 menit yang digunakan untuk bekerja maka nilai faktor koreksinya yaitu 0,67.

Faktor koreksi material, apabila kondisi materialnya terlepas/stockpile maka nilai

efisiensinya yaitu 1,20, apabila materialnya sulit untuk dicut maka nilai

efisiensinya yaitu 0,80, apabila materialnya batu ledakan maka nilai efisiensinya

yaitu 1,15-1,25.

Waktu siklus (cycle time) alat angkut diasumsikan berdasarkan perolehan

dari data lapangan dan hasil teoritis dari waktu hauling bermuatan. waktu kembali

kosong. waktu tunggu untuk dimuati. dan waktu tunggu untuk menumpahkan

bahan galian. Maka berikut adalah hasil data cycle time di lapangan dan

perhitungan teoritis dengan menggunakan persamaan:

a H
a
a menit

Untuk kapasitas bak alat angkut didapatkan dengan hasil perkalian dari

jumlah pengisian. kapasitas bucket excavator. dan faktor pengisian.

n × Cm × F

3
9,15 m
13

Dengan beberapa komponen yang ada. sehingga didapatkan produktivitas dari

dump truck yaitu:

a am f
m

a
m /jam
3 × 1,65 ton/m 3

a
ton jam

a
ton ulan unit

a
ton jam

Tabel 62. Produksi alat angkut (Sumber : Hasil penelitian)

Alat Gali Jumlah Alat Produktifitas Produktifitas Total


Loading
Muat Angkut (unit) Alat (ton/jam) Alat Produksi
Point
(unit) (ton/bulan) (ton/bulan)
1 1 7
2 1 7
3 1 7
4 1 7
Jumlah alat 28 Jumlah (tonase) 400.901,2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam pemuatan

overburden menggunakan 4 loading point dimana setiap loading point

menggunakan 1 alat gali muat dengan melayani 7 dump truck. Dalam simulasi

tersebut target pengupasan overburden tercapai.


13

Lampiran 13. Penjadwalan Pengupasan Overburden

A. Penjadwalan Pada Bulan ke 1 Sampai ke 21

Pada penjadwalan bulan ke 1 samapi ke 21 kegiatan penambangan

difokuskan pada kegiatan pengupasan overburden tanpa melakukan kegiatan

penambangan bijih nikel. Dengan target pengupasan overburden sekitar 400.000

ton per bulan dimana setiap harinya PT. Nusajaya Persadatama Mandiri

melakukan kegiatan pengupasan overburden sekitar 13.333,28 ton. Hasil ini

diperoleh dari:
arget roduksi ton ulan
Target produksi (ton/jam) =
aktu kerja tersedia ulan

ton
= jam

= 833,33 Ton/jam

Target produksi (ton/hari) = Target produksi/jam × Jam kerja tersedia

= 833,33 Ton/jam × 16 jam

= 13.333,28 Ton/hari

Kegiatan pengupsan overburden hari berikutnya dibulan ke 1 sampai ke 21

dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 63. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 21 (Sumber : Hasil penelitian)
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 1
Bulan ke 1 samapai ke 21

13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28


OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 2
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 3
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
Minggu 4
OB OB
13.333,28 13.334,88

1
1

B. Penjadwalan Pada Bulan ke 22

Pada penjadwalan bulan ke 22 kegiatan pengupasan overburden dilakukan.

Dengan sisa material overburden sebanyak 308.083 ton, dimana setiap harinya

PT. Nusajaya Persadatama Mandiri melakukan kegiatan pengupasan overburden

sekitar 13.333,28 ton.

Target produksi (ton/hari) = Target produksi/jam × Jam kerja tersedia

= 833,33 Ton/jam × 16 jam

= 13.333,28 Ton/hari

Kegiatan pengupsan overburden hari berikutnya dibulan ke 22 dapat

dilihat pada tabel berikut:


Tabel 64. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 22 (Sumber : Hasil penelitian)
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 1
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
Bulan ke 22

Minggu 2
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB OB OB OB OB OB
Minggu 3
13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28 13.333,28
OB OB
Minggu 4
13.333,28 14.750,84

1
13

Lampiran 14. Penentuan Jumlah Alat Gali Muat dan Angkut

A. Produktifitas Alat Untuk Removal Overburden

1. Produktivitas excavator CAT 320

Dalam kegiatan pengupasan overburden maupun loading overburden. alat yang

digunakan adalah excavator tipe CAT 320.

Tabel 65. Komponen produktivitas alat gali muat


(Sumber : Hasil penelitian)
No Komponen Nilai
1 Kapasitas bucket (m3) 1,19
2 Waktu menggali (menit) 0,109
3 Waktu ayun bermuatan (menit) 0,095
4 Waktu penumpahan material (menit) 0,080
5 Waktu ayun kosong (menit) 0,091
6 Densitas overburden (ton/m3) 1,65
7 Faktor koreksi waktu kerja 0,84
8 Faktor koreksi material 0,80
9 Faktor koreksi operator 0,75
10 Swell factor 0,90
11 Fill factor 1,0

Waktu siklus (cycle time) alat gali muat diasumsikan berdasarkan

perolehan dari data lapangan. Maka berikut adalah hasil data cycle

time di lapangan dengan menggunakan persamaan 2 sebagai berikut:

Ctm = Dgt + SLT + Dpt + SE


Ctm = 0,109 + 0,095 + 0,080 + 0,091
Ctm = 0,374 menit

Nilai faktor koreksi adalah 0,504 diasumsikan bedasarkan teori dengan

melihat keadaan di lapangan yang berasal dari hasil perkalian nilai faktor koreksi

waktu kerja, faktor koreksi material, dan faktor koreksi operator.


13

Untuk nilai Swell factor dan fill factor diasumsikan berdasarkan hasil

pengamatam di lapangan pada kegiatan yang sama. Dengan beberapa komponen

yang ada. sehingga didapatkan produktivitas dari excavator CAT 320 dengan

menggunakan persamaan 1 yaitu:

Qm= × Cm × F × Sf × E

Qm= × 1,19 × 1 × 0,90 × 0,504

Qm= 86,596 BCM/Jam


Qm= 86,596 × 1,65
Qm= 142,884 ton/jam

2. Produktivitas excavator CAT 330

Dalam kegiatan loading ore. alat yang digunakan adalah excavator tipe

CAT 330.

Tabel 66. Komponen produktivitas alat gali muat


(Sumber : Hasil penelitian)
No Komponen Nilai
1 Kapasitas bucket (m3) 1,83
2 Waktu menggali (menit) 0,117
3 Waktu ayun bermuatan (menit) 0,097
4 Waktu penumpahan material (menit) 0,082
5 Waktu ayun kosong (menit) 0,095
6 Densitas overburden (ton/m3) 1,65
7 Faktor koreksi waktu kerja 0,84
8 Faktor koreksi material 0,80
9 Faktor koreksi operator 0,75
10 Swell factor 0,90
11 Fill factor 1,0
13

Waktu siklus (cycle time) alat gali muat diasumsikan berdasarkan

perolehan dari data lapangan. Maka berikut adalah hasil data cycle time di

lapangan dengan menggunakan persamaan 2 sebagai berikut:

Ctm = Dgt + SLT + Dpt + SE


Ctm = 0,117 + 0,097 + 0,082 + 0,095
Ctm = 0,390 menit

Nilai faktor koreksi adalah 0.504 diasumsikan bedasarkan teori dengan

melihat keadaan dilapangan yang berasal dari hasil perkalian nilai faktor koreksi

waktu kerja, faktor koreksi material, dan faktor koreksi operator.

Untuk nilai Swell factor dan fill factor diasumsikan berdasarkan hasil

pengamatam di lapangan pada kegiatan yang sama. Dengan beberapa komponen

yang ada. sehingga didapatkan produktivitas dari excavator CAT 330 dengan

menggunakan persamaan 1 yaitu:

Qm= × Cm × F × Sf × E

Qm= × 1,83 × 1 × 0,90 × 0,504

Qm= 127,706 BCM/Jam


Qm= 127,706 x 1,65
Qm= 210,715 ton/jam

B. Jumlah Alat Gali Muat

Dalam pengupasan overburden alat yang dibutuhkan berupa excavator

dengan tipe CAT 320 dan dump truck UD Quester CWE 370. Penentuan jumlah

alat yang dibutuhkan menggunakan persamaan:


13

arget produksi ton jam


umlah lat roduktivitas alat ton jam

Diketahui:

Produktivitas alat ton jam


Target produksi ton jam
ton jam
umlah lat ton jam
umlah lat ≈ 6 unit

Untuk bulan-bulan berikutnya dilakukan dengan perhitungan yang sama.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 67. Jumlah alat untuk overburden removal dan loading overburden
(Sumber : Hasil penelitian)
Kapasitas
Bulan Ton/bulan Ton/jam Produksi Overburden Removal
(ton/jam)
1 400.000 833,33 6
2 400.000 833,33 6
3 400.000 833,33 6
4 400.000 833,33 6
5 400.000 833,33 6
6 400.000 833,33 6
7 400.000 833,33 6
8 400.000 833,33 6
9 400.000 833,33 6
10 400.000 833,33 6
11 400.000 833,33 6
12 400.000 833,33 6
13 400.000 833,33 6
14 400.000 833,33 6
15 400.000 833,33 6
16 400.000 833,33 6
17 400.000 833,33 6
18 400.000 833,33 6
19 400.000 833,33 6
20 400.000 833,33 6
21 400.000 833,33 6
22 308.083 833,33 6
14

Lampiran 15. Biaya Sewa Alat Gali Muat dan Angkut

Biaya sewa alat berat per jam yang dibutuhkan untuk masing-masing alat.

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 68. Harga sewa alat (Sumber : Hasil penelitian)


Harga sewa
No Unit Rp/Jam
1 CAT 330 375.000
2 CAT 320 350.000
3 UD Quester 370 CWE 250.000

A. Pengupasan Overburden

Untuk menentukan banyak biaya sewa alat yang dibutuhkan selama masa

operasi dapat ditentukan dengan cara:

Baiaya sewa alat = Harga sewa alat/jam × Jumlah jam operasi

Excavator CAT 330 = Rp. 325.000 × 10.560

= Rp. 3.432.000.000 × 4 unit

= Rp. 13.728.000.000

Biaya sewa alat excavator dan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 69. Biaya sewa alat excavator dan dump truck (Sumber : Hasil penelitian)
Jumlah
Harga Sewa Jam Biaya
Kegiatan Alat
Alat/Jam (Rp) Kerja (Rp)
(unit)
Loading
4 325.000 10.560 13.728.000.000
overburden
Removal
6 300.000 10.560 19.008.000.000
overburden
Hauling
28 250.000 10.560 73.920.000.000
overburden
Total biaya (Rp) 106.656.000.000
14

Lampiran 16. Biaya Operasional Alat Gali Muat dan Angkut

A. Pengupasan Overburden

1. Penggunaan bahan bakar solar

a. CAT 330 (loading overburden)

Diketahui:
Harga solar industri = Rp. 11.300
Penggunaan fuel = 22 liter/jam
Jam operasi = 10.560 jam

Sehingga:
Kebutuhan fuel = Penggugnaan fuel/ jam × jam operasi
= 22 liter/jam × 10.560 jam
= 232.320 liter/unit
Jumlah total = Banyak unit × kebutuhan fuel liter/unit
= 4 × 232.320 liter/unit
= 929.280 liter

Biaya penggunaan = Jumlah total kebutuhan fuel × harga fuel


= 929.280 liter × Rp. 11.300
= Rp. 10.500.864.000

b. CAT 320 (removal overburden)

Diketahui:
Harga solar industri = Rp. 11.300
Penggunaan fuel = 21 liter/jam
Jam operasi = 10.560 jam

Sehingga:
Kebutuhan fuel = Penggugnaan fuel/ jam × jam operasi
= 21 liter/jam × 10.560 jam
= 221.760 liter/unit
Jumlah total = Banyak unit × kebutuhan fuel liter/unit
= 6 × 221.760 liter/unit
= 1.330.560 liter
Biaya penggunaan = Jumlah total kebutuhan fuel × harga fuel
= 1.330.560 liter × Rp. 11.300
= Rp. 15.035.328.000
14

c. Dump truck UD Quester 370 CWE

Diketahui:
Harga solar industri = Rp. 11.300
Penggunaan fuel = 20 liter/jam
Jam operasi = 10.560 jam

Sehingga:
Kebutuhan fuel = Penggugnaan fuel/ jam × jam operasi
= 20 liter/jam × 10.560 jam
= 211.200 liter/unit
Jumlah total = Banyak unit × kebutuhan fuel liter/unit
= 28 × 2115.068.800.200 liter/unit
= 5.913.600 liter
Biaya penggunaan = Jumlah total kebutuhan fuel × harga fuel
= 5.913.600 liter × Rp. 11.300
= Rp. 66.823.680.000
Tabel 70. Biaya penggunaan fuel removal. loading dan hauling overburden (Sumber : Hasil Penelitian)
Biaya BBM Pengupasan Overburden
Jumlah
Lama
Harga Jumlah Penggunaan Jumlah Jam Penggunaan
No Unit Penggunaan Biaya (Rp)
(Rp) Unit Liter/Jam Operasi Bahan Bakar
(jam)
(liter)
1 CAT 330 11300 4 22 1 10.560 929.280 10.500.864.000
2 CAT 320 11300 6 21 1 10.560 1.330.560 15.035.328.000
UD
3 Quester 11300 28 20 1 10.560 5.913.600 66.823.680.000
370 CWE
Total penggunaan 8.173.440 92.359.872.000

1
14

Lampiran 17. Total Biaya

A. Biaya Pengupasan Overburden

Biaya total = Biaya perasional + Biaya sewa alat

= Rp. 92.359.872.000 + Rp. 106.656.000.000

= Rp. 199.015.872.000 atau $ 13.882.536,05


dengan kurs 14.335,70 rupiah per 1 dollar
14

Lampiran 18. Elevasi dan Jarak Jalan Hauling Ore

A. Elevasi dan Jarak

Jalan hauling ore PT. Nusajaya Persadatama Mandiri berada pada

ketinggian sekitar 154 sampai dengan 340 meter di atas permukaan laut. Dengan

jarak dari pit ke stockpile yaitu 5.031 meter dan terbagi menjadi 42 segmen.

Adapun profil jalan angkut dari pit ke disposal dapat dilihat pada gambar berikut:
Profil Jalan
400
350
300
250
200
Elevasi

150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 3600 3800 4000 4200 4400 4600 4800 5000 5200
Jarak (meter)

Gambar 8. Profil jalan hauling dari pit ke stockpile

1
Profil Jalan
400
350
300
250
200
Elevasi

150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 3600 3800 4000 4200 4400 4600 4800 5000 5200
Jarak (meter)

Gambar 9. Profil jalan hauling dari stockpile ke pit

1
14

Lampiran 19. Penentuan Waktu Pengangkutan dan Kembali Kosong Ore

A. Pengangkutan Ore

Dalam pengangkutan overburden dari pit ke disposal menggunakan alat


angkut dumptruck UD Quester CWE 370. dalam menentukan waktu
pengangkutan dan kembali kosong memiliki beberapa komponen dapat dilihat
pada table berikut:

Tabel 71. komponen dalam menentukan waktu pengangkutan


(Sumber : Hasil Penelitian)
No Komponen Nilai Satuan
1 Berat kendaraan 34 ton
2 Jumlah pemuatan 5 kali
3
3 Volume bucket exca 1,83 m
3
4 Densitas overburden 1,55 ton/m
3
5 Volume muatan 9,15 m
6 Tonase muatan 14,182 ton
7 Volume kendaraan + muatan 48,182 ton

Untuk menentukan waktu pengangkutan dan kembali kosong pada

kegiatan ore getting terdiri dari beberapa aspek yaitu:

1. Jarak horizontal

a. Dari pit ke stockpile

arak horizontal √a -h

meter
14

Dengan cara yang sama seperti di atas didapatkan Jarak horizontal dari

tiap-tiap segmen jalan dari front ke disposal seperti pada tabel berikut:

Tabel 72. Jarak horizontal dari pit ke stockpile (Sumber : Hasil penelitian)
Elevasi Elevasi
Dari - Beda Jarak
Segmen Jarak Titik Titik
Ke Tinggi Horizontal
Awal Akhir
1 A-B 3,815 123 302,894 306,71 123
2 B-C 8,35 113 306,709 315,06 113
3 C-D 13,933 152 315,059 328,99 152
4 D-E -2,631 84 328,992 326,36 84
5 E-F 5,019 175 326,361 331,38 175
6 F-G -11,422 131 331,38 319,96 130
7 G-H -1,759 124 319,96 318,20 124
8 H-I -8,638 135 318,20 309,56 135
9 I-J 1,251 100 309,561 310,81 100
10 J-K 0,303 291 310,812 311,12 291
11 K-L -0,445 84 311,115 310,67 84
12 L-M -3,92 185 310,67 306,75 185
13 M-N -8,856 93 306,75 297,89 92
14 N-O -4,975 75 297,89 292,92 75
15 O-P -2,461 162 292,919 290,46 162
16 P-Q 1,861 99 290,458 292,32 99
17 Q-R 1,254 104 292,319 293,57 104
18 R-S -8,505 99 293,573 285,07 98
19 S-T -0,495 74 285,068 284,57 74
20 T-U -1,032 86 284,573 283,54 86
21 U-V -8,21 79 283,541 275,33 79
22 V-W -3,286 92 273,331 270,05 92
23 W-X -6,358 61 270,05 263,69 61
24 X-Y -6,416 60 263,69 257,27 60
25 Y-Z -9,305 211 257,27 247,97 211
26 Z - A' -9,09 121 247,966 238,88 121
27 A' - B' -1,871 100 238,876 237,01 100
28 B' - C' -6,176 114 237,005 230,83 113
29 C' - D' -8,52 105 230,83 222,31 105
30 D' - E' -8,668 109 222,309 213,64 109
31 E' - F' -8,062 94 213,641 205,58 93
32 F' - G' -6,094 83 205,58 199,49 83
33 G' - H' -0,581 127 199,49 198,90 127
15

Tabel 72. Lanjutan


Elevasi Elevasi
Dari - Beda Jarak
Segmen Jarak Titik Titik
Ke Tinggi Horizontal
Awal Akhir
34 H' - I' -6,3 70 198,904 192,60 69
35 I' - J' -5,938 96 192,604 186,67 96
36 J' - K' -6,435 73 186,666 180,23 73
37 K' - L' -6,526 65 180,23 173,71 65
38 L' - M' -9,231 106 173,71 164,47 106
39 M' - N' -3,597 133 164,474 160,88 133
40 N' - O' 4,568 144 160,877 165,45 144
41 O' - P' 2,369 176 165,445 167,81 176
42 P' - Q' -2,39 322 167,814 165,42 322

b. Dari stockpile ke pit

arak horizontal √a -h

meter

Dengan cara yang sama seperti di atas didapatkan Jarak horizontal dari

tiap-tiap segmen jalan dari pit ke stockpile seperti pada tabel berikut:

Tabel 73. Jarak horizontal dari stockpile ke pit (Sumber : Hasil penelitian)
Elevasi Elevasin
Dari - Beda Jarak
Segmen Jarak Titik Titik
Ke Tinggi Horizontal
Awal Akhir
1 Q' - P' 2,39 322 165,42 167,814 322
2 P' - O' -2,369 176 167,81 165,445 176
3 O' - N' -4,568 144 165,45 160,877 144
15

Tabel 73. Lanjutan


Elevasi Elevasin
Dari - Beda Jarak
Segmen Jarak Titik Titik
Ke Tinggi Horizontal
Awal Akhir
4 N' - M' 3,597 133 160,88 164,474 133
5 M' - L' 9,231 106 164,47 173,705 106
6 L' - K' 6,526 65 173,71 180,231 65
7 K' - J' 6,435 73 180,23 186,666 73
8 J' - I' 5,938 96 186,67 192,604 96
9 I' - H' 6,3 70 192,60 198,904 69
10 H' - G' 0,581 127 198,90 199,485 127
11 G' - F' 6,094 83 199,49 205,579 83
12 F' - E' 8,062 94 205,58 213,64 93
13 E' - D' 8,668 109 213,64 222,31 109
14 D' - C' 8,52 105 222,31 230,829 105
15 C' - B' 6,176 114 230,83 237,005 113
16 B' - A' 1,871 100 237,01 238,876 100
17 A' - Z 9,09 121 238,88 247,97 121
18 Z-Y 9,305 211 247,97 257,27 211
19 Y-X 6,416 60 257,27 263,687 60
20 X-W 6,358 61 263,687 270,045 61
21 W-V 3,286 92 270,05 273,33 92
22 V-U 8,21 79 275,33 283,541 79
23 U-T 1,032 86 283,54 284,573 86
24 T-S 0,495 74 284,57 285,068 74
25 S-R 8,505 99 285,07 293,573 98
26 R-Q -1,254 104 293,57 292,32 104
27 Q-P -1,861 99 292,32 290,46 99
28 P-O 2,461 162 290,46 292,919 162
29 O-N 4,975 75 292,92 297,89 75
30 N-M 8,856 93 297,89 306,75 92
31 M-L 3,92 185 306,75 310,67 185
32 L-K 0,445 84 310,67 311,115 84
33 K-J -0,303 291 311,12 310,812 291
34 J-I -1,251 100 310,81 309,561 100
35 I-H 8,638 135 309,56 318,199 135
36 H-G 1,759 124 318,20 319,958 124
37 G-F 11,422 131 319,96 331,38 130
38 F-E -5,019 175 331,38 326,361 175
39 E-D 2,631 84 326,36 328,992 84
40 D-C -13,933 152 328,99 315,059 152
15

Tabel 73. Lanjutan


Elevasi Elevasin
Dari - Beda Jarak
Segmen Jarak Titik Titik
Ke Tinggi Horizontal
Awal Akhir
41 C-B -8,35 113 315,06 306,709 113
42 B-A -3,815 123 306,71 302,89 123

2. Kemiringan jalan

a. Dari pit ke stocpile

eda tinggi
( ) x
arak horizontal

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui kemiringan jalan

angkut untuk tiap segmen jalan dari pit ke stockpile dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 74. Kemiringan jalan dari pit ke stockpile (Sumber : Hasil penelitian)
Jarak
Beda Elevasi Grade Jalan
Segmen Dari - Ke Horizontal
(m) (%)
(m)
1 A-B 3,815 123 3,103
2 B-C 8,35 113 7,383
3 C-D 13,933 152 9,196
4 D-E -2,631 84 -3,115
5 E-F 5,019 175 2,869
6 F-G -11,422 130 -8,778
7 G-H -1,759 124 -1,416
8 H-I -8,638 135 -6,399
9 I-J 1,251 100 1,252
10 J-K 0,303 291 0,104
11 K-L -0,445 84 -0,530
12 L-M -3,92 185 -2,122
13 M-N -8,856 92 -9,600
15

Tabel 74. Lanjutan


Jarak
Beda Elevasi Grade Jalan
Segmen Dari - Ke Horizontal
(m) (%)
(m)
14 N-O -4,975 75 -6,655
15 O-P -2,461 162 -1,517
16 P-Q 1,861 99 1,874
17 Q-R 1,254 104 1,205
18 R-S -8,505 98 -8,656
19 S-T -0,495 74 -0,668
20 T-U -1,032 86 -1,194
21 U-V -8,21 79 -10,449
22 V-W -3,286 92 -3,577
23 W-X -6,358 61 -10,431
24 X-Y -6,416 60 -10,681
25 Y-Z -9,305 211 -4,406
26 Z - A' -9,09 121 -7,529
27 A' - B' -1,871 100 -1,863
28 B' - C' -6,176 113 -5,442
29 C' - D' -8,52 105 -8,141
30 D' - E' -8,668 109 -7,980
31 E' - F' -8,062 93 -8,639
32 F' - G' -6,094 83 -7,344
33 G' - H' -0,581 127 -0,457
34 H' - I' -6,3 69 -9,101
35 I' - J' -5,938 96 -6,204
36 J' - K' -6,435 73 -8,828
37 K' - L' -6,526 65 -10,082
38 L' - M' -9,231 106 -8,742
39 M' - N' -3,597 133 -2,700
40 N' - O' 4,568 144 3,173
41 O' - P' 2,369 176 1,346
42 P' - Q' -2,39 322 -0,743

b. Dari stockpile ke pit

eda tinggi
( ) x
arak horizontal

x
15

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui kemiringan jalan

angkut untuk tiap segmen jalan dari stockpile ke pit dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 75. Kemiringan jalan dari pit ke stockpile (Sumber : Hasil penelitian)
Beda Elevasi Jarak Grade Jalan
Segmen Dari - Ke
(m) Horizontal (m) (%)
1 Q' - P' 2,39 322 0,74
2 P' - O' -2,369 176 -1,35
3 O' - N' -4,568 144 -3,17
4 N' - M' 3,597 133 2,70
5 M' - L' 9,231 106 8,74
6 L' - K' 6,526 65 10,08
7 K' - J' 6,435 73 8,83
8 J' - I' 5,938 96 6,20
9 I' - H' 6,3 69 9,10
10 H' - G' 0,581 127 0,46
11 G' - F' 6,094 83 7,34
12 F' - E' 8,062 93 8,64
13 E' - D' 8,668 109 7,98
14 D' - C' 8,52 105 8,14
15 C' - B' 6,176 113 5,44
16 B' - A' 1,871 100 1,86
17 A' - Z 9,09 121 7,53
18 Z-Y 9,305 211 4,41
19 Y-X 6,416 60 10,68
20 X-W 6,358 61 10,43
21 W-V 3,286 92 3,58
22 V-U 8,21 79 10,45
23 U-T 1,032 86 1,19
24 T-S 0,495 74 0,67
25 S-R 8,505 98 8,66
26 R-Q -1,254 104 -1,21
27 Q-P -1,861 99 -1,87
28 P-O 2,461 162 1,52
29 O-N 4,975 75 6,65
30 N-M 8,856 92 9,60
31 M-L 3,92 185 2,12
15

Tabel 75. Lanjutan


Beda Elevasi Jarak Grade Jalan
Segmen Dari - Ke
(m) Horizontal (m) (%)
32 L-K 0,445 84 0,53
33 K-J -0,303 291 -0,10
34 J-I -1,251 100 -1,25
35 I-H 8,638 135 6,40
36 H-G 1,759 124 1,42
37 G-F 11,422 130 8,78
38 F-E -5,019 175 -2,87
39 E-D 2,631 84 3,12
40 D-C -13,933 152 -9,20
41 C-B -8,35 113 -7,38
42 B-A -3,815 123 -3,10

3. Rolling resitance (RR). grade resistance (GR) dan total resistance (TR)

Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan gulir (rolling resistance) sebagai

berikut:

RR = 70 lb/ton

Besarnya grade resistance sebagai berikut:

GR = Dt × K

RP = 20 × 3,103

= 62,06 lb/ton
Maka total rimpull untuk mengatasi hambatan jalan pada segmen awal sebagai

berikut:

TR = Rimpull RR±Rimpull GR

TR = 70 + 62,06

TR = 132,06 lb/ton

Adapun hasil perhitungan RR (Rolling resistance), GR (Grade resistance)


15

dan TR (Total resistance) untuk tiap segmen jalan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 76. Hasil perhitungan RR. GR dan TR kondisi bermuatan


(Sumber : Hasil Penelitian)
Tenaga
Total Tenaga Yang
Rolling Grade Berat Yang
Dari - Ke Resistance Dibutuhkan
Resistance Resistance Kendaraan Dapat
(lb/ton) (lb/ton) (lb/ton) (ton) (lb)
Dipakai
(lb)
A-B 70 62,06 132,06 48,1825 6.363,10 7.470
B-C 70 147,67 217,67 48,1825 10.487,81 13.960
C-D 70 183,92 253,92 48,1825 12.234,55 13.960
D-E 70 -62,30 7,70 48,1825 370,82 730
E-F 70 57,38 127,38 48,1825 6.137,66 7.470
F-G 70 -175,55 245,55 48,1825 11.831,44 13.960
G-H 70 -28,32 98,32 48,1825 4.737,17 5.280
H-I 70 -127,99 197,99 48,1825 9.539,58 13.960
I-J 70 25,04 95,04 48,1825 4.579,13 5.280
J-K 70 2,09 72,09 48,1825 3.473,26 3.820
K-L 70 -10,60 80,60 48,1825 3.883,45 5.280
L-M 70 -42,44 112,44 48,1825 5.417,67 7.470
M-N 70 -192,01 262,01 48,1825 12.624,26 13.960
N-O 70 -133,10 203,10 48,1825 9.785,80 13.960
O-P 70 -30,35 100,35 48,1825 4.835,03 5.280
P-Q 70 37,48 107,48 48,1825 5.178,57 5.280
Q-R 70 24,11 94,11 48,1825 4.534,24 5.280
R-S 70 -173,13 243,13 48,1825 11.714,44 13.960
S-T 70 -13,37 83,37 48,1825 4.016,78 5.280
T-U 70 -23,89 93,89 48,1825 4.523,71 5.280
U-V 70 -208,98 278,98 48,1825 13.441,94 13.960
V-W 70 -71,55 141,55 48,1825 6.820,13 7.470
W-X 70 -208,63 278,63 48,1825 13.424,91 13.960
X-Y 70 -213,62 283,62 48,1825 13.665,72 13.960
Y-Z 70 -88,11 158,11 48,1825 7.618,34 13.960
Z - A' 70 -150,59 220,59 48,1825 10.628,45 13.960
A' - B' 70 -37,26 107,26 48,1825 5.167,89 5.280
B' - C' 70 -108,84 178,84 48,1825 8.616,94 13.960
C' - D' 70 -162,82 232,82 48,1825 11.217,98 13.960
D' - E' 70 -159,59 229,59 48,1825 11.062,27 13.960
E' - F' 70 -172,79 242,79 48,1825 11.698,20 13.960
F' - G' 70 -146,89 216,89 48,1825 10.450,21 13.960
15

Tabel 76. Lanjutan


Tenaga
Total Tenaga Yang
Rolling Grade Berat Yang
Dari - Ke Resistance Dibutuhkan
Resistance Resistance Kendaraan Dapat
(lb/ton) (lb)
(lb/ton) (lb/ton) (ton) Dipakai
(lb)
G' - H' 70 -9,15 79,15 48,1825 3.813,42 3.820
H' - I' 70 -182,02 252,02 48,1825 12.143,16 13.960
I' - J' 70 -124,08 194,08 48,1825 9.351,15 13.960
J' - K' 70 -176,56 246,56 48,1825 11.879,78 13.960
K' - L' 70 -201,65 271,65 48,1825 13.088,64 13.960
L' - M' 70 -174,83 244,83 48,1825 11.796,72 13.960
M' - N' 70 -54,00 124,00 48,1825 5.974,59 7.470
N' - O' 70 63,46 133,46 48,1825 6.430,35 7.470
O' - P' 70 26,92 96,92 48,1825 4.669,99 5.280
P' - Q' 70 -14,85 84,85 48,1825 4.088,41 5.280

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui RR. GR. dan TR

dalam kondisi tidak bermuatan. adapun nilainya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 77. Hasil perhitungan RR, GR dan TR kondisi tidak bermuatan


(Sumber : Hasil Penelitian)
Tenaga
Tenaga Yang
Rolling Grade Total Berat Yang
Dibutuhkan
Dari - Ke Resistance Resistance Resistance Kendaraan Dapat
(lb)
(lb/ton) (lb/ton) (lb/ton) (ton) Dipakai
(lb)
Q' - P' 70 14,85 84,85 34 2.884,99 3.820
P' - O' 70 -26,92 96,92 34 3.295,38 3.820
O' - N' 70 -63,46 133,46 34 4.537,58 5.280
N' - M' 70 54,00 124,00 34 4.215,97 5.280
M' - L' 70 174,83 244,83 34 8.324,36 13.960
L' - K' 70 201,65 271,65 34 9.236,00 13.960
K' - J' 70 176,56 246,56 34 8.382,97 13.960
J' - I' 70 124,08 194,08 34 6.598,64 7.470
I' - H' 70 182,02 252,02 34 8.568,83 13.960
H' - G' 70 9,15 79,15 34 2.690,94 2.790
G' - F' 70 146,89 216,89 34 7.374,20 7.470
F' - E' 70 172,79 242,79 34 8.254,84 13.960
E' - D' 70 159,59 229,59 34 7.806,09 13.960
15

Tabel 77. Lanjutan


Tenaga
Tenaga Yang
Rolling Grade Total Berat Yang
Dibutuhkan
Dari - Ke Resistance Resistance Resistance Kendaraan Dapat
(lb)
(lb/ton) (lb/ton) (lb/ton) (ton) Dipakai
(lb)
D' - C' 70 162,82 232,82 34 7.915,97 13.960
C' - B' 70 108,84 178,84 34 6.080,55 7.470
B' - A' 70 37,26 107,26 34 3.646,72 3.820
Y-X 70 213,62 283,62 34 9.643,22 13.960
X-W 70 208,63 278,63 34 9.473,29 13.960
W-V 70 71,55 141,55 34 4.812,63 5.280
V-U 70 208,98 278,98 34 9.485,31 13.960
U-T 70 23,89 93,89 34 3.192,16 3.820
T-S 70 13,37 83,37 34 2.834,44 3.820
S-R 70 173,13 243,13 34 8.266,30 13.960
R-Q 70 -24,11 94,11 34 3.199,59 3.820
Q-P 70 -37,48 107,48 34 3.654,26 3.820
P-O 70 30,35 100,35 34 3.411,84 3.820
O-N 70 133,10 203,10 34 6.905,36 7.470
N-M 70 192,01 262,01 34 8.908,31 13.960
M-L 70 42,44 112,44 34 3.822,98 5.280
L-K 70 10,60 80,60 34 2.740,36 2.790
K-J 70 -2,09 67,91 34 2.309,09 2.790
J-I 70 -25,04 44,96 34 1.528,73 1.950
I-H 70 127,99 197,99 34 6.731,61 7.470
H-G 70 28,32 98,32 34 3.342,78 3.820
G-F 70 175,55 245,55 34 8.348,86 13.960
F-E 70 -57,38 127,38 34 4.331,04 5.280
E-D 70 62,30 132,30 34 4.498,33 5.280
D-C 70 -183,92 253,92 34 8.633,31 13.960
C-B 70 -147,67 217,67 34 7.400,73 7.470
B-A 70 -62,06 132,06 34 4.490,12 5.280

c. Rimpull

Rimpull yang tersedia dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:
15

V = 8,448 × 1,609 = 13,593 km/jam

Tabel 78. Rimpull yang tersedia (Sumber : Hasil penelitian)


Kecepatan
Rimpull Efisiensi Kecepatan
Gear HP Rata-Rata
Tersedia Mekanis (mph)
(km/jam)
1 13.960 370 0,85 8,45 13,59
2 7.470 370 0,85 15,79 25,40
3 5.280 370 0,85 22,34 35,94
4 3.820 370 0,85 30,87 49,68
5 2.790 370 0,85 42,27 68,01
6 1.950 370 0,85 60,48 97,31
7 1.380 370 0,85 85,46 137,51
8 1.000 370 0,85 117,94 189,76
9 730 370 0,85 161,56 259,95

d. Waktu hauling

Waktu hauling dapat diketahui setelah diperolehnya kecepatan dari rimpull dan

jarak dari tiap segmen jalan:

km
H jam
km jam

jam (conversi ke menit)

menit

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui waktu tempuh

untuk tiap segmen jalan, adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
16

Tabel 79. Waktu hauling ore kondisi bermuatan (Sumber : Hasil penelitian)
Berat Tenaga Tenaga yang
TR Panjang Kecepatan Waktu
Segmen Kendaraan dibutuhkan dapat (m) (km/jam) (menit)
(lb/ton)
(ton) (lb) digunakan (lb)
A-B 132,06 48,18 6.363,10 7.470 123 25,41 0,29
B-C 217,67 48,18 10.487,81 13.960 113 13,60 0,50
C-D 253,92 48,18 12.234,55 13.960 152 13,60 0,67
D-E 132,30 48,18 6.374,73 7.470 84 40,00 0,13
E-F 127,38 48,18 6.137,66 7.470 175 25,41 0,41
F-G 245,55 48,18 11.831,44 13.960 131 13,60 0,58
G-H 98,32 48,18 4.737,17 5.280 124 35,94 0,21
H-I 197,99 48,18 9.539,58 13.960 135 35,94 0,23
I-J 95,04 48,18 4.579,13 5.280 100 35,94 0,17
J-K 72,09 48,18 3.473,26 3.820 291 49,69 0,35
K-L 80,60 48,18 3.883,45 5.280 84 35,94 0,14
L-M 112,44 48,18 5.417,67 7.470 185 35,94 0,31
M-N 262,01 48,18 12.624,26 13.960 93 35,94 0,15
N-O 203,10 48,18 9.785,80 13.960 75 35,94 0,13
O-P 100,35 48,18 4.835,03 5.280 162 35,94 0,27
P-Q 107,48 48,18 5.178,57 5.280 99 35,94 0,17
Q-R 94,11 48,18 4.534,24 5.280 104 35,95 0,17
R-S 243,13 48,18 11.714,44 13.960 99 13,60 0,44
S-T 83,37 48,18 4.016,78 5.280 74 35,94 0,12
T-U 93,89 48,18 4.523,71 5.280 86 35,94 0,14
U-V 278,98 48,18 13.441,94 13.960 79 35,94 0,13
V-W 141,55 48,18 6.820,13 7.470 92 35,94 0,15
W-X 278,63 48,18 13.424,91 13.960 61 35,94 0,10
X-Y 283,62 48,18 13.665,72 13.960 60 35,94 0,10
Y-Z 158,11 48,18 7.618,34 13.960 211 35,94 0,35
Z - A' 220,59 48,18 10.628,45 13.960 121 35,94 0,20
A' - B' 107,26 48,18 5.167,89 5.280 100 35,94 0,17
B' - C' 178,84 48,18 8.616,94 13.960 114 35,94 0,19
C' - D' 232,82 48,18 11.217,98 13.960 105 35,94 0,18
D' - E' 229,59 48,18 11.062,27 13.960 109 35,94 0,18
E' - F' 242,79 48,18 11.698,20 13.960 94 35,94 0,16
F' - G' 216,89 48,18 10.450,21 13.960 83 35,94 0,14
G' - H' 79,15 48,18 3.813,42 3.820 127 35,94 0,21
H' - I' 252,02 48,18 12.143,16 13.960 70 35,94 0,12
I' - J' 194,08 48,18 9.351,15 13.960 96 35,94 0,16
16

Tabel 79. Lanjutan


Berat Tenaga Tenaga yang
TR Panjang Kecepatan Waktu
Segmen Kendaraan dibutuhkan dapat (m) (km/jam) (menit)
(lb/ton)
(ton) (lb) digunakan (lb)
J' - K' 246,56 48,18 11.879,78 13.960 73 35,94 0,12
K' - L' 271,65 48,18 13.088,64 13.960 65 35,94 0,11
L' - M' 244,83 48,18 11.796,72 13.960 106 35,94 0,18
M' - N' 124,00 48,18 5.974,59 7.470 133 35,94 0,22
N' - O' 133,46 48,18 6.430,35 7.470 144 35,94 0,24
O' - P' 96,92 48,18 4.669,99 5.280 176 35,94 0,29
P' - Q' 84,85 48,18 4.088,41 5.280 322 35,95 0,54
Total 9,82

Untuk waktu kembali kosong dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 80. Waktu kembali kosong (Sumber : Hasil penelitian)


Berat Tenaga Tenaga yang
TR Panjang Kecepatan Waktu
Segmen Kendaraan dibutuhkan dapat
(lb/ton) (m) (km/jam) (menit)
(ton) (lb) digunakan (lb)
Q' - P' 84,85 34 2.884,99 3.820 35,94 35,94 0,54
P' - O' 96,92 34 3.295,38 3.820 35,94 35,94 0,29
O' - N' 133,46 34 4.537,58 5.280 35,94 35,94 0,24
N' - M' 124,00 34 4.215,97 5.280 35,94 35,94 0,22
M' - L' 244,83 34 8.324,36 13.960 13,60 13,60 0,47
L' - K' 271,65 34 9.236,00 13.960 13,60 13,60 0,29
K' - J' 246,56 34 8.382,97 13.960 13,60 13,60 0,32
J' - I' 194,08 34 6.598,64 7.470 25,41 25,41 0,23
I' - H' 252,02 34 8.568,83 13.960 13,60 13,60 0,31
H' - G' 79,15 34 2.690,94 2.790 68,03 68,03 0,11
G' - F' 216,89 34 7.374,20 7.470 35,94 35,94 0,14
F' - E' 242,79 34 8.254,84 13.960 35,94 35,94 0,16
E' - D' 229,59 34 7.806,09 13.960 13,60 13,60 0,48
D' - C' 232,82 34 7.915,97 13.960 13,60 13,60 0,46
C' - B' 178,84 34 6.080,55 7.470 25,41 25,41 0,27
B' - A' 107,26 34 3.646,72 3.820 49,69 49,69 0,12
A' - Z 220,59 34 7.499,97 13.960 35,94 35,94 0,20
Z-Y 158,11 34 5.375,88 7.470 35,94 35,94 0,35
Y-X 283,62 34 9.643,22 13.960 13,60 13,60 0,27
X-W 278,63 34 9.473,29 13.960 13,60 13,60 0,27
W-V 141,55 34 4.812,63 5.280 35,95 35,95 0,15
16

Tabel 80. Lanjutan


Berat Tenaga Tenaga yang
TR Panjang Kecepatan Waktu
Segmen Kendaraan dibutuhkan dapat (m) (km/jam) (menit)
(lb/ton)
(ton) (lb) digunakan (lb)
V-U 278,98 34 9.485,31 13.960 79 13,60 0,35
U-T 93,89 34 3.192,16 3.820 86 49,69 0,10
T-S 83,37 34 2.834,44 3.820 74 49,69 0,09
S-R 243,13 34 8.266,30 13.960 99 35,94 0,16
R-Q 94,11 34 3.199,59 3.820 104 35,94 0,17
Q-P 107,48 34 3.654,26 3.820 99 49,69 0,12
P-O 100,35 34 3.411,84 3.820 162 35,94 0,27
O-N 203,10 34 6.905,36 7.470 75 35,94 0,13
N-M 262,01 34 8.908,31 13.960 93 35,94 0,15
M-L 112,44 34 3.822,98 5.280 185 35,95 0,31
L-K 80,60 34 2.740,36 2.790 84 68,03 0,07
K-J 67,91 34 2.309,09 2.790 291 35,94 0,49
J-I 44,96 34 1.528,73 1.950 100 35,94 0,17
I-H 197,99 34 6.731,61 7.470 135 35,94 0,23
H-G 98,32 34 3.342,78 3.820 124 35,94 0,21
G-F 245,55 34 8.348,86 13.960 131 13,60 0,58
F-E 127,38 34 4.331,04 5.280 175 35,94 0,29
E-D 132,30 34 4.498,33 5.280 84 35,95 0,14
D-C 253,92 34 8.633,31 13.960 152 35,94 0,25
C-B 217,67 34 7.400,73 7.470 113 35,94 0,19
B-A 132,06 34 4.490,12 5.280 123 35,95 0,21
Jumlah 10,57
16

Lampiran 20. Analisis Teori Antrian Penambangan Bijih Nikel

A. Pengangkutan Ore

1. Waktu pelayanan

Waktu pelayanan adalah waktu yang digunakan alat angkut dalam

beberaha tahap yaitu tahap pelayanan pemuatan (T1), tahap pengangkutan

material menuju ke disposal (T2), tahap penumpahan material di disposal (T3)

dan tahap kembali kosong menuju front untuk diisi kembali (T4).

T1 = 1,950 menit
T2 = 9,82 menit
T3 = 0,51 menit
T4 = 10,57 menit

2. Tingkat pelayanan dump truck

Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang

dilayani persatuan waktu. Rumus menentukan tingkat pelayanan yaitu:

Tingkat pelayanan pada tahap satu dapat dilihat pada uraian berikut:

Nilai tingkat pelayanan pada tahap 1 yaitu 2.


16

Untuk tingkat pelayanan tahap ke 2 dan seterusnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 81. Tingkat pelayanan (Sumber : Hasil penelitian)


Waktu pelayana (Tn) Tingkat pelayanan (1/Tn)
No
1 1,950 menit 0,513 menit
2 9,82 menit 0,102 menit
3 0,51 menit 1,961 menit
4 10,57 menit 0,095 menit

3. Analisis probabilitas keadaan antrian

Probabilitas keadaan antrian merupakan peluang terdapat n dalam suatu

sistem antrian dinyatakan dalam dimana P > 1 yang terbagi dalam 4 tahapan.

Untuk menentukan probabilitas keadaan antrian terlebih dahulu diketahui

koefisien dari seluruh tahapan.

a. Keadaan antrian

Rumus yang digunakan untuk menentukan kemungkinan keadaan antrian yaitu:

( )
| |
( )

K = Banyaknya unit DT ( 6 unit)


M = Jumlah tahapan (4 tahap)

( )
| |
( )

( )
( )

keadaan antrian
16

b. Koifisien antrian
n
(n n n n ) n n n ( )
n n

Diketahui:

K = Banyaknya unit DT ( 6 unit)


M = 4 tahapan

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui nilai koifisien untuk

tiap keadaan. adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 82. Koifisien antrian (Sumber : Hasil penelitian)

Keadaan
No Koefisien
n1 n2 Sistem n3 n4
1 6 0 0 0 1,000
2 5 1 0 0 5,033
3 5 0 1 0 0,262
4 5 0 0 1 5,420
5 4 2 0 0 12,667
6 4 1 1 0 1,316
7 4 1 0 1 27,281
8 4 0 2 0 0,068
9 4 0 0 2 14,688
10 4 0 1 1 1,418
11 3 3 0 0 21,253
12 3 2 1 0 3,313
13 3 2 0 1 68,657
14 3 1 2 0 0,344
15 3 1 0 2 73,932
16

Tabel 82. Lanjutan

Keadaan
No Sistem n3 Koefisien
n1 n2 n4
16 3 1 1 1 7,135
17 3 0 3 0 0,018
18 3 0 2 1 0,371
19 3 0 1 2 3,842
20 3 0 0 3 26,537
21 2 4 0 0 26,743
22 2 3 1 0 5,558
23 2 3 0 1 115,192
24 2 2 2 0 0,866
25 2 2 0 2 186,062
26 2 2 1 1 17,956
27 2 1 3 0 0,090
28 2 1 2 1 1,866
29 2 1 1 2 19,336
30 2 1 0 3 133,571
31 2 0 4 0 0,005
32 2 0 3 1 0,097
33 2 0 2 2 1,005
34 2 0 1 3 6,940
35 2 0 0 4 35,958
36 1 5 0 0 26,922
37 1 4 1 0 6,994
38 1 4 0 1 144,950
39 1 3 2 0 1,454
40 1 3 0 2 312,172
41 1 3 1 1 30,127
42 1 2 3 0 0,227
43 1 2 2 1 4,696
44 1 2 1 2 48,662
45 1 2 0 3 336,155
46 1 1 4 0 0,024
47 1 1 3 1 0,488
48 1 1 2 2 5,057
49 1 1 1 3 34,934
50 1 1 0 4 180,990
51 1 0 5 0 0,001
52 1 0 4 1 0,025
53 1 0 3 2 0,263
16

Tabel 82. Lanjutan

Keadaan
No Sistem n3 Koefisien
n1 n2 n4
54 1 0 2 3 1,815
55 1 0 1 4 9,404
56 1 0 0 5 38,979
57 0 6 0 0 22,584
58 0 5 1 0 7,041
59 0 5 0 1 145,917
60 0 4 2 0 1,829
61 0 4 0 2 392,818
62 0 4 1 1 37,910
63 0 3 3 0 0,380
64 0 3 2 1 7,879
65 0 3 1 2 81,645
66 0 3 0 3 563,994
67 0 2 4 0 0,059
68 0 2 3 1 1,228
69 0 2 2 2 12,727
70 0 2 1 3 87,917
71 0 2 0 4 455,492
72 0 1 5 0 0,006
73 0 1 4 1 0,128
74 0 1 3 2 1,323
75 0 1 2 3 9,137
76 0 1 1 4 47,336
77 0 1 0 5 196,194
78 0 0 6 0 0,000
79 0 0 5 1 0,007
80 0 0 4 2 0,069
81 0 0 3 3 0,475
82 0 0 2 4 2,460
83 0 0 1 5 10,194
84 0 0 0 6 35,211
16

c. Probabilitas antrian

Menghitung nilai probabilitas keadaan antrian adalah koefisien antrian

ke-I dibagi dengan jumlah koefisien antrian. Rumus probabilitas antrian adalah

sebagai berikut:
koifisien i
ro a ilitas
jumlah koifisien

Dengan cara yang sama seperti di atas dapat diketahui nilai probabilitas

keadaan antrian untuk tiap keadaan. adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 83. Nilai probabilitas antrian (Sumber : Hasil penelitian)


Keadaan Sistem Probabilitas
No Koefisien Keadaan
n1 n2 n3 n4 Antrian
1 6 0 0 0 1,000 0,0002
2 5 1 0 0 5,033 0,0012
3 5 0 1 0 0,262 0,0001
4 5 0 0 1 5,420 0,0013
5 4 2 0 0 12,667 0,0031
6 4 1 1 0 1,316 0,0003
7 4 1 0 1 27,281 0,0066
8 4 0 2 0 0,068 0,0000
9 4 0 0 2 14,688 0,0036
10 4 0 1 1 1,418 0,0003
11 3 3 0 0 21,253 0,0051
12 3 2 1 0 3,313 0,0008
13 3 2 0 1 68,657 0,0166
14 3 1 2 0 0,344 0,0001
15 3 1 0 2 73,932 0,0179
16 3 1 1 1 7,135 0,0017
17 3 0 3 0 0,018 0,0000
16

Tabel 83. Lanjutan


Keadaan Sistem Probabilitas
No Koefisien Keadaan
n1 n2 n3 n4 Antrian
18 3 0 2 1 0,371 0,0001
19 3 0 1 2 3,842 0,0009
20 3 0 0 3 26,537 0,0064
21 2 4 0 0 26,743 0,0065
22 2 3 1 0 5,558 0,0013
23 2 3 0 1 115,192 0,0279
24 2 2 2 0 0,866 0,0002
25 2 2 0 2 186,062 0,0450
26 2 2 1 1 17,956 0,0043
27 2 1 3 0 0,090 0,0000
28 2 1 2 1 1,866 0,0005
29 2 1 1 2 19,336 0,0047
30 2 1 0 3 133,571 0,0323
31 2 0 4 0 0,005 0,0000
32 2 0 3 1 0,097 0,0000
33 2 0 2 2 1,005 0,0002
34 2 0 1 3 6,940 0,0017
35 2 0 0 4 35,958 0,0087
36 1 5 0 0 26,922 0,0065
37 1 4 1 0 6,994 0,0017
38 1 4 0 1 144,950 0,0351
39 1 3 2 0 1,454 0,0004
40 1 3 0 2 312,172 0,0755
41 1 3 1 1 30,127 0,0073
42 1 2 3 0 0,227 0,0001
43 1 2 2 1 4,696 0,0011
44 1 2 1 2 48,662 0,0118
45 1 2 0 3 336,155 0,0814
46 1 1 4 0 0,024 0,0000
47 1 1 3 1 0,488 0,0001
48 1 1 2 2 5,057 0,0012
49 1 1 1 3 34,934 0,0085
50 1 1 0 4 180,990 0,0438
51 1 0 5 0 0,001 0,0000
52 1 0 4 1 0,025 0,0000
53 1 0 3 2 0,263 0,0001
54 1 0 2 3 1,815 0,0004
17

Tabel 83. Lanjutan


Keadaan Sistem Probabilitas
No Koefisien Keadaan
n1 n2 n3 n4 Antrian
55 1 0 1 4 9,404 0,0023
56 1 0 0 5 38,979 0,0094
57 0 6 0 0 22,584 0,0055
58 0 5 1 0 7,041 0,0017
59 0 5 0 1 145,917 0,0353
60 0 4 2 0 1,829 0,0004
61 0 4 0 2 392,818 0,0951
62 0 4 1 1 37,910 0,0092
63 0 3 3 0 0,380 0,0001
64 0 3 2 1 7,879 0,0019
65 0 3 1 2 81,645 0,0198
66 0 3 0 3 563,994 0,1365
67 0 2 4 0 0,059 0,0000
68 0 2 3 1 1,228 0,0003
69 0 2 2 2 12,727 0,0031
70 0 2 1 3 87,917 0,0213
71 0 2 0 4 455,492 0,1102
72 0 1 5 0 0,006 0,0000
73 0 1 4 1 0,128 0,0000
74 0 1 3 2 1,323 0,0003
75 0 1 2 3 9,137 0,0022
76 0 1 1 4 47,336 0,0115
77 0 1 0 5 196,194 0,0475
78 0 0 6 0 0,000 0,0000
79 0 0 5 1 0,007 0,0000
80 0 0 4 2 0,069 0,0000
81 0 0 3 3 0,475 0,0001
82 0 0 2 4 2,460 0,0006
83 0 0 1 5 10,194 0,0025
84 0 0 0 6 35,211 0,0085
17

4. Tingkat penggunaan dump truck η h dump truck e y θ

pada tahap 1 dan 3

a. Tahap I

1) Tingkat penggunaan

Tingkat penggunaan tahap 1. diperoleh pada kondisi n1>1. yaitu keadaan

dimana ada alat angkut yang datang ketahap 1 yang dihitung dengan

menggunakan persamaan:

η ∑ (n ≥ n n n )

2) Jumlah alat angkut

Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 1 adalah:

= 0,486 x tingkat pelayanan tahap 1 (0,513)

= 0,246 Unit/menit

b. Tahap 3

1) Tingkat penggunaan

Tingkat penggunaan tahap 3, diperoleh pada kondisi n3 >1, yaitu keadaan

dimana ada alat angkut yang datang ketahap 3 yang dihitung dengan

menggunakan persamaan:

η ∑ (n n n ≥ n )
17

2) Jumlah alat angkut

Jumlah alat angkut yang dapat terlayani pada tahap 3 adalah:

3 η3 3

= 0,097 x tingkat pelayanan tahap 3 (1,960)

= 0,191 Unit/menit

5. Jumlah dump truck yang antri (Lq) dan waktu tunggu (Wq) pada tahap

1 dan 3

a. Tahap I

1) Jumlah dump truck yang antri

Alat angkut menunggu untuk dimuati alat gali-muat dengan ketentuan

n1≥ . sehingga rata-rata alat angkut yang menunggu untuk dimuati ditentukan

dengan persamaan:

q ∑(n ) (n n n n )

Dimana, n1 ≥
Sehingga,
Lq1 = 0,2861 unit
2) Waktu tunggu

Rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian pada alat gali muat

(tahap 1) adalah

q
q

Diketahui:

q unit

menit
17

Maka:

q unit/menit

b. Tahap 3

1) Jumlah dump truck yang antri

Alat angkut menunggu untuk dimuati alat gali-muat dengan ketentuan

n3≥ . sehingga rata-rata alat angkut yang menunggu untuk dimuati ditentukan

dengan persamaan:

η ∑ (n n n ≥ n )

Dimana, n3 ≥
Sehingga,
Lq3 = 0,0084 unit
2) Waktu tunggu

Rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian pada alat gali muat

(tahap 3) adalah

q
q

Diketahui:

q unit

unit/menit

Maka:

unit/menit
17

6. Analisis waktu edar dump truck (CT)

Berdasarkan penerapan teori antrian maka waktu edar alat angkut setiap

retase atau sekali putar dapat ditentukan dengan persamaan:


∑i ( qi )
i

Diketahui:

q
q

Maka.

a. Waktu pelayanan pada tahap 1

menit

b. Waktu pelayanan tahap 2

menit

c. Waktu pelayanan tahap 3


17

menit

d. Waktu pelayanan tahap 4

menit

Sehingga.

CT wq wq

menit
17

Lampiran 21. Target Porduksi Penambangan Bijih Nikel

A. Target Produksi Ore

Target produksi ore untuk tiap bulannya yaitu 125.000 ton/bulan dengan

total tonase adalah 2.858.930 ton. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk

mengupas habis overburden adalah sebagai berikut:

arget roduksi ton ulan


Target produksi (ton/jam) =
aktu kerja tersedia ulan

ton
= jam

= 260.416 Ton/jam

adangan
Umur Tambang (bulan) = arget produksi ton ulan

ton
=
ton ulan

ulan ≈ ulan

Lama operasi = Umur tambang (bulan) x waktu kerja tersedia ( jam/bulan)

= 23 bulan x 480 jam/bulan

= 11.040 jam
17

Tabel 84. Target Produksi Ore (Sumber : Hasil penelitian)


Target Prodiksi Ore
bulan Ton/bulan ton/jam
1 125.000 260,416
2 125.000 260,416
3 125.000 260,416
4 125.000 260,416
5 125.000 260,416
6 125.000 260,416
7 125.000 260,416
8 125.000 260,416
9 125.000 260,416
10 125.000 260,416
11 125.000 260,416
12 125.000 260,416
13 125.000 260,416
14 125.000 260,416
15 125.000 260,416
16 125.000 260,416
17 125.000 260,416
18 125.000 260,416
19 125.000 260,416
20 125.000 260,416
21 125.000 260,416
22 125.000 260,416
23 108.930 260,416
Total tonase 2.858.930
17

Lampiran 22. Produktivitas Alat Angkut Berdasarkan Simulasi Teori

Antrian Untuk Kegiatan Penambangan Bijih Nikel

A. Pengangkutan Ore

Dalam pengangkutan ore dari pit ke stocpile menggunakan alat angkut

dump truck. untuk menentukan produktivitas alat angkut dapat ditentukan dengan

komponen-komponen sebagai berikut:

Tabel 85. Komponen produktivitas dump truck (Sumber : Hasil penelitian)


No Komponen Nilai
1 Jumlah pengsian 5 kali
3
2 Kapasitas bucket exca 1,83 m
3 Faktor pengisian bucket 1
3
4 Kapasitas bak dump truck 9,15 m
5 Swell factor 0,90
6 Faktor koreksi waktu kerja 0,84
7 Faktor koreksi material 0,80
8 Faktor koreksi operator 0,75
9 Loading time 0,513 menit
10 Hauling time 9,815 menit
11 Spotting loading time 0,044 menit
12 Dumping time 0,510 menit
13 Returning time 10,569 menit
14 Spotting dumping time 1,147 menit
15 Densitas ore 1,55 menit

Nilai faktor koreksi diperoleh berdasarkan nilai teoritis dengan

menyesuaikan kondisi dilapangan dengan memperhatikan keadaan medan kerja,

keadaan alat dan keadaan material. Apabila operator dalam mengoperasikan alat

berat dengan gesit, cepat dan lincah maka dikategirikan baik dengan nilai faktor

koreksinya adalah 1,0. Apabila operator dalam mengoperasikan alat berat tidak

terlalu lincah dan tidak terlalu lambat maka dikategorikan dalam kondisi sedang

dengan nilai faktor koreksi 0,75. Apabila operator dalam mengoperasikan alat
17

berat terlihat lambat, malas-malasan maka dikategorikan dalam kondisi buruk

dengan nilai faktor koreksi 0,60. Pada faktor waktu kerja, apabila dalam waktu 1

jam kerja (60 menit) hanya 50 menit yang digunakan untuk bekerja maka nilai

faktor koreksinya yaitu 0,84. Apabila dalam waktu 1 jam kerja (60 menit) hanya

40 menit yang digunakan untuk bekerja maka nilai faktor koreksinya yaitu 0,67.

Faktor koreksi material, apabila kondisi materialnya terlepas/stockpile maka nilai

efisiensinya yaitu 1,20, apabila materialnya sulit untuk di cut maka nilai

efisiensinya yaitu 0,80, apabila materialnya batu ledakan maka nilai efisiensinya

yaitu 1,15-1,25.

Waktu siklus (cycle time) alat angkut diasumsikan berdasarkan perolehan

dari data lapangan dan hasil teoritis dari waktu hauling bermuatan, waktu kembali

Kosong, waktu tunggu untuk dimuati, dan waktu tunggu untuk menumpahkan

bahan galian. Maka berikut adalah hasil data cycle time di lapangan dan

perhitungan teoritis dengan menggunakan persamaan:

a H
a
a menit

Untuk kapasitas bak alat angkut didapatkan dengan hasil perkalian dari

jumlah pengisian. kapasitas bucket excavator. dan faktor pengisian.

am n × Cm × F

am

3
am 9.15 m

Dengan beberapa komponen yang ada. sehingga didapatkan produktivitas dari

dump truck yaitu:


18

a am f
m

a
m /jam
3 × 1,55 ton/m 3

a
ton jam

a
ton ulan unit

a
ton ulan

Tabel 86. Produksi alat angkut (Sumber : Hasil penelitian)

Alat Gali Jumlah Alat Produktifitas Produktifitas Total


Loading
Muat angkut (unit) Alat (ton/jam) Alat Produksi
Point
(unit) (ton/bulan) (ton/bulan)
1 1 6
2 1 6
3 1 6
Jumlah alat 18 Jumlah (tonase) 138.753,16

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam pemuatan

overburden menggunakan 3 loading point dimana setiap loading point

menggunakan 1 alat gali muat dengan melayani 6 dump truck. Dalam simulasi

tersebut target pengupasan ore tercapai.


18

Lampiran 23. Penjadwalan Penambangan Bijih Nikel

A. Penjadwalan pada bulan ke 1 sampai ke 22

Pada penjadwalan bulan ke 1 sampai ke 22 kegiatan penambangan bijih

nikel dilakukan secara tetap. Dengan target produksi penambangan bijih nikel

sebanyak 125.000 ton per bulan. dimana setiap harinya PT. Nusajaya Persadatama

Mandiri melakukan kegiatan penambangan bijih nikel sebanyak 4.166.656 ton.

Hasil ini diperoleh dari:

Target produksi (ton/jam) = ( )

ton
= jam

= 260.416 Ton/jam

Target produksi (ton/hari) = Target produksi/jam × Jam kerja tersedia

= 260.416 Ton/jam × 16 jam

= 4.166.656 Ton/hari

Kegiatan pengupsan overburden hari berikutnya dibulan ke 1 sampai ke 22

dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 87. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 1 sampai ke 22 (Sumber : Hasil penelitian)
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 1
Bulan ke 1 samapai ke 22

4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656


Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 2
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 3
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Minggu 4
Ore Ore
4.166,656 4.166,976

1
1

B. Penjadwalan Pada Bulan ke 23

Pada penjadwalan bulan ke 23 kegiatan penambangan bijih nikel

dilakukan dengan sisa material bijih nikel sebanyak 108.930 ton. dimana setiap

harinya PT. Nusajaya Persadatama Mandiri melakukan kegiatan penambangan

bijih nikel sebanyak 4.166.656 ton.

Target produksi (ton/hari) = Target produksi/jam × Jam kerja tersedia

= 260,416 Ton/jam × 16 jam

= 4.166,656 Ton/hari

Kegiatan pengupsan penambangan bijih nikel hari berikutnya dibulan ke

23 dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 88. Jadwal kegiatan penambangan pada bulan ke 23 (Sumber : Hasil penelitian)
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 1
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Bulan ke 23

Minggu 2
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 3
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656
Ore Ore Ore Ore Ore
Minggu 4
4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.166,656 4.763,6

1
18

Lampiran 24. Penentuan Jumlah Alat Gali Muat dan Angkut

A. Produktifitas Alat untuk Penambangan Bijih Nikel

1. Produktivitas excavator CAT 320

Dalam kegiatan penambangan bijih nikel maupun loading ore. alat yang

digunakan adalah excavator tipe CAT 320

Tabel 89. Komponen produktivitas alat gali muat


(Sumber : Hasil penelitian)
No Komponen Nilai
1 Kapasitas bucket (m3) 1,19
2 Waktu menggali (menit) 0,109
3 Waktu ayun bermuatan (menit) 0,095
4 Waktu penumpahan material (menit) 0,080
5 Waktu ayun kosong (menit) 0,091
6 Densitas overburden (ton/m3) 1,55
7 Faktor koreksi waktu kerja 0,84
8 Faktor koreksi material 0,80
9 Faktor koreksi operator 0,75
10 Swell factor 0,90
11 Fill factor 1,0

Waktu siklus (cycle time) alat gali muat diasumsikan berdasarkan

perolehan dari data lapangan. Maka berikut adalah hasil data cycle time di

lapangan dengan menggunakan persamaan 2 sebagai berikut:

Ctm = Dgt + SLT + Dpt + SE


Ctm = 0,109 + 0,095 + 0,080 + 0,091
Ctm = 0,374 menit

Nilai faktor koreksi adalah 0.504 diasumsikan bedasarkan teori dengan

melihat keadaan dilapangan. yang berasal dari hasil perkalian nilai faktor koreksi

waktu kerja. faktor koreksi material. dan faktor koreksi operator.


18

Untuk nilai Swell factor dan fill factor diasumsikan berdasarkan hasil

pengamatam dilapangan pada kegiatan yang sama. Dengan beberapa komponen

yang ada. sehingga didapatkan produktivitas dari excavator CAT 320 dengan

menggunakan persamaan 1 yaitu:

Qm= × Cm × F × Sf × E

Qm= × 1,19 × 1 × 0,90 × 0,504

Qm= 86.596,3 BCM/Jam


Qm= 86.596,3 x 1,55
Qm= 134,224 ton/jam

2. Produktivitas excavator CAT 330

Dalam kegiatan loading ore, alat yang digunakan adalah excavator tipe

CAT 330.

Tabel 90. Komponen produktivitas alat gali muat


(Sumber : Hasil penelitian)
No Komponen Nilai
1 Kapasitas bucket (m3) 1,83
2 Waktu menggali (menit) 0,117
3 Waktu ayun bermuatan (menit) 0,097
4 Waktu penumpahan material (menit) 0,082
5 Waktu ayun kosong (menit) 0,095
6 Densitas overburden (ton/m3) 1,55
7 Faktor koreksi waktu kerja 0,84
8 Faktor koreksi material 0,80
9 Faktor koreksi operator 0,75
10 Swell factor 0,90
11 Fill factor 1,0
18

Waktu siklus (cycle time) alat gali muat diasumsikan berdasarkan

perolehan dari data lapangan. Maka berikut adalah hasil data cycle time di

lapangan dengan menggunakan persamaan 2 sebagai berikut:

Ctm = Dgt + SLT + Dpt + SE


Ctm = 0,117 + 0,097 + 0,082 + 0,095
Ctm = 0,390 menit

Nilai faktor koreksi adalah 0.504 diasumsikan bedasarkan teori dengan

melihat keadaan dilapangan. yang berasal dari hasil perkalian nilai faktor koreksi

waktu kerja, faktor koreksi material dan faktor koreksi operator.

Untuk nilai Swell factor dan fill factor diasumsikan berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan pada kegiatan yang sama. Dengan beberapa komponen

yang ada. sehingga didapatkan produktivitas dari excavator CAT 330 dengan

menggunakan persamaan 1 yaitu:

Qm = × Cm × F × Sf × E

Qm = × 1,83 × 1 × 0,90 × 0,504

Qm = 127,705 BCM/Jam
Qm = 127,705 x 1,55
Qm = 197,944 ton/jam

C. Jumlah Alat Gali Muat

Dalam pengupasan overburden alat yang dibutuhkan berupa excavator

dengan tipe CAT 320 dan dump truck UD Quester CWE 370 . Penentuan jumlah

alat yang dibutuhkan menggunakan persamaan:


18

arget produksi ton jam


umlah lat roduktivitas alat ton jam

Diketahui:

Produktivitas alat ton jam

Target produksi ton jam

ton jam
umlah lat ton jam

umlah lat ≈ 2 unit

Untuk bulan-bulan berikutnya dilakukan dengan perhitungan yang sama.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 91. Jumlah alat untuk penambangan bijih nikel (Sumber : Hasil penelitian)
Target Kapasitas
Bulan Ton/bulan Produksi Produksi Ore Getting
(ton/jam) (ton/jam)
1 125.000 260,416 2
2 125.000 260,416 2
3 125.000 260,416 2
4 125.000 260,416 2
5 125.000 260,416 2
6 125.000 260,416 2
7 125.000 260,416 2
8 125.000 260,416 2
9 125.000 260,416 2
10 125.000 260,416 2
11 125.000 260,416 2
12 125.000 260,416 2
13 125.000 260,416 2
14 125.000 260,416 2
15 125.000 260,416 2
16 125.000 260,416 2
17 125.000 260,416 2
18 125.000 260,416 2
19 125.000 260,416 2
20 125.000 260,416 2
21 125.000 260,416 2
18

Tabel 91. Lanjutan


Target Kapasitas
Bulan Ton/bulan Produksi Produksi Ore Getting
(ton/jam) (ton/jam)
22 125.000 260,416 2
23 108.930 260,416 126,433 2
19

Lampiran 25. Biaya Sewa Alat Gali Muat dan Angkut

Biaya sewa alat berat per jam yang dibutuhkan untuk masing-masing alat.

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 92. Harga sewa alat (Sumber : Hasil penelitian)


Harga Sewa
No Unit Rp/Jam
1 CAT 330 375.000
2 CAT 320 350.000
3 UD Quester 370 CWE 250.000

A. Penambangan Bijih Nikel

Untuk menentukan banyak biaya sewa alat yang dibutuhkan selama masa

operasi dapat ditentukan dengan cara:

Baiaya sewa alat = Harga sewa alat/jam × Jumlah jam operasi

Excavator CAT 330 = Rp. 325.000 × 11.040

= Rp. 3.588.000.000 × 3 unit


= Rp. 10.764.000.000
Biaya sewa alat excavator dan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 93. Biaya sewa alat excavator dan dump truck (Sumber : Hasil penelitian)
Jumlah
Harga Sewa Jam Biaya
Kegiatan Alat
Alat/Jam (Rp) Kerja (Rp)
(unit)
Loading
3 325.000 11.040 10.764.000.000
overburden
Removal
2 300.000 11.040 6.624.000.000
overburden
Hauling
18 250.000 11.040 49.680.000.000
overburden
Total biaya (Rp) 67.068.000.000
19

Lampiran 26. Biaya Operasional Alat Gali Muat dan Angkut

A. Penambangan Bijih Nikel

1. Penggunaan Bahan Bakar Solar

a. CAT 330 (loading ore)

Diketahui:
Harga solar industri = Rp. 11.300
Penggunaan fuel = 22 liter/jam
Jam operasi = 11.040 jam

Sehingga:
Kebutuhan fuel = Penggunaan fuel/ jam × jam operasi
= 22 liter/jam × 11.040 jam
= 242.880 liter/unit
Jumlah total = Banyak unit × kebutuhan fuel liter/unit
= 3 × 242.880 liter/unit
= 728.640 liter

Biaya penggunaan = Jumlah total kebutuhan fuel × harga fuel


= 728.640 liter × Rp. 11.300
= Rp. 8.233.632.000
b. CAT 320 (ore getting)

Diketahui:
Harga solar industri = Rp. 11.300
Penggunaan fuel = 21 liter/jam
Jam operasi = 11.040 jam

Sehingga:
Kebutuhan fuel = Penggunaan fuel/ jam × jam operasi
= 21 liter/jam × 11.040 jam
= 231.840 liter/unit
Jumlah total = Banyak unit × kebutuhan fuel liter/unit
= 2 × 231.840 liter/unit
= 463.680 liter
Biaya penggunaan = Jumlah total kebutuhan fuel × harga fuel
= 463.680 liter × Rp. 11.300
= Rp. 5.239.584.000
19

c. Dump truck UD Quester 370 CWE

Diketahui:
Harga solar industri = Rp. 11.300
Penggunaan fuel = 20 liter/jam
Jam operasi = 11.040 jam

Sehingga:
Kebutuhan fuel = Penggunaan fuel/ jam × jam operasi
= 20 liter/jam × 11.040 jam
= 220.800 liter/unit
Jumlah total = Banyak unit × kebutuhan fuel liter/unit
= 18 × 220.800 liter/unit
= 3.974.400 liter
Biaya penggunaan = Jumlah total kebutuhan fuel × harga fuel
= 3.974.400 liter × Rp. 11.300
= Rp. 44.910.720.000
Tabel 94 . Biaya penggunaan fuel ore getting, loading dan hauling ore (Sumber : Hasil penelitian)
Biaya BBM
Lama Jumlah Penggunaan
Harga Jumlah Penggunaan Jumlah Jam
No Unit Penggunaan Bahan Bakar Biaya (Rp)
(Rp) Unit liter/jam Operasi
(jam) (liter)
1 CAT 330 11.300 3 22 1 11.040 728.640 8.233.632.000
2 CAT 320 11.300 2 21 1 11.040 463.680 5.239.584.000
UD Quester
3 11.300 18 20 1 11.040 3.974.400 44.910.720.000
370 CWE
Total penggunaan 5.398.560 58.383.936.000

1
19

Lampiran 27. Total Biaya

A. Biaya Penambangan Bijih Nikel

Biaya total = Biaya perasional + Biaya sewa alat

= Rp. 58.383.936.000 + Rp. 67.068.000.000

= Rp. 125.451.936.000 atau $ 8.773.744,59


dengan kurs 14.335,70 rupiah per 1 dollar
19

Lampiran 28. Dokumentasi Lapangan

Gambar 10. Lokasi blok 5

Gambar 11. Wawancara harga sewa alat dan harga fuel


19

Gambar 12. Dump truck UD Quester 370 CWE

Gambar 13. Pengkuran elevasi rencana jalan dari pit ke stockpile


19

Gambar 14. Pengkuran elevasi rencana jalan dari pit ke disposal

Gambar 15. Perhitungan waktu edar CAT 330 pada saat loading material
19

Gambar 16. Perhitungan waktu edar CAT 320 pada saat


ore getting dan removal overburden

Gambar 17. Perhitungan waktu edar CAT 320 pada saat


ore getting dan removal overburden

Anda mungkin juga menyukai