SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Fisika
Oleh
Kristian Dwi Wahyuni
4211411048
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Semua yang kamu lakukan hari ini akan menentukan bagaimana kamu dimasa
depan, buatlah masa depan mu berterimakasih dengan apa yang kamu lakukan
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh
(Andrew Jackson).
Persembahan
iv
PRAKATA
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi strata satu untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains pada jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
3. Ketua Jurusan Fisika dan ketua Program Studi Fisika Fakultas Matematika
4. Prof. Dr. Supriyadi, M.Si. dan Dr.Ian Yulianti, S.Si. M. Eng, Dosen
skripsi ini.
v
5. Dr. Agus Yulianto, M.Si. selaku Dosen Penguji atas saran dan masukan
7. Bapak Sundoyo, Ibu Sri Murtini dan Dek Kharisma tercinta yang telah
ilmu.
8. Mas Muchtar Wahyudi, Mba Ida dan Dedek Zafira yang selalu
Dewi, Azka, Uzy, Dika, Dewi, Astrid, Widi, Retno, Rifki, Naufal, Rafi,
10. Teman-teman Fisika angkatan 2011, terima kasih atas kerja sama dan
selamanya.
11. KSGF UNNES yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
12. Keluarga besar Kost Mutiara ( Anis, Nurul, Yani, Dwi, Ela, Inggrit, Bita,
Yuti, Rizkia) dan Kost Pak Hendra yang telah banyak memberikan
13. Bapak Suko, Ibu Jamasri, Irfan dan Almira yang telah memberikan izin,
vi
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga
Allah SWT membalas kebaikan Saudara dengan hal yang lebih baik.
dengan banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan memberikan manfaat bagi kemajuan penelitian dan
riset selanjutnya.
Penulis
vii
ABSTRAK
Abstrak. Kelangkaan fosfat yang sejak tahun 2006 terjadi adalah penyebab
melonjaknya harga pupuk. Akibatnya banyak kegiatan eksplorasi fosfat yang
dilakukan di sekitar Gua Lowo yang justru merusak ekosistem gua. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pola sebaran deposit fosfat yang
berada di luar gua agar ekosistem gua tetap terjaga. Pengambilan data dilakukan
di daerah yang berada di sekitar Gua Lowo dengan luasan dan
terdiri dari 183 titik. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Proton
Precession Magnetometer (PPM), Global Positioning System (GPS), dan kompas
geologi. Pengolahan data dimulai dengan koreksi variasi harian & IGRF untuk
mendapatkan anomali medan magnet total. Setelah mendapat nilai anomali medan
magnet total, data kemudian diolah dengan reduksi ke kutub dan kontinuasi ke
atas untuk memisahkan anomali lokal dan regional pada ketinggian 8 m dengan
bantuan software Magpick. Hasil interpretasi kualitatif menunjukkan adanya
anomali magnetik di sebelah barat yang membentang dari arah utara ke selatan
sebesar -75 nT hingga -150 nT. Pemodelan dengan software Mag2dc digunakan
untuk interpretasi kuantitatif. Model geologi yang dihasilkan terdiri dari tiga
lapisan batuan. Lapisan batuan pertama diperkirakan sebagai endapan kalsit
dengan nilai suseptibilitas -0.01 dalam satuan SI, lapisan kedua diduga sebagai
deposit fosfat dengan nilai suseptibilitas 0.30 dalam satuan SI dan lapisan ketiga
diperkirakan sebgai lempung dengan nilai suseptibilitas 0.20 dalam satuan SI.
Terdapat dua pola sebara dugaan deposit fosfat, yang pertama bentuknya memusat
berada di kedalaman 2.5 m hingga 5 m dan yang kedua memanjang di kedalaman
3 m hingga 12 m.
viii
ABSTRACT
Abstract. Scarcity of phosphate since 2006 occurred was the cause of the soaring
price of fertilizer. As a result many phosphate exploration activities conducted
around the Cave Lowo which would damage the ecosystem of the cave.
Therefore, research needs to be done to find out the pattern of the distribution of
phosphate deposits located outside the cave so that the ecosystem of the cave
awake . Data was collected in an area around the Cave Lowo with an area of 200
m × 150 m and consists of 183 points. Measurements were made using Proton
Precession Magnetometer (PPM), Global Positioning System (GPS), and
geological compass. Data processing begins with a daily variation correction &
IGRF to obtain the total magnetic field anomalies. After obtaining the value of the
total magnetic field anomalies, the data is then processed with the reduction to the
pole and continuation up to separate local and regional anomalies at a height of 8
m with the help of software Magpick. The results of the qualitative interpretation
of magnetic anomalies indicate in the West that extended from the North to the
South of 75 nT until nT-150. Mag2dc modeling software used for quantitative
interpretation. The resulting geological model consists of three layers of rock. The
first rock layer is estimated as calcite deposits with a value of -0.01 susceptibility
in SI units, the second alleged rock phosphate deposits with a value of
suseptibilitas 0.30 in SI units, and the third layer of clay with a value estimated
sebgai 0.20 susceptibility in SI units. There are two patterns of spread of the
alleged deposits of phosphate, the first of its form concentrates was at a depth of
2.5 m to 3 m and the second extends the depth of 3 m to 12 m.
ix
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. ix
x
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
xi
2.6.1 Konsep Metode Magnetik............................................................ 28
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 43
LAMPIRAN .................................................................................................. 63
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
adalah kurang tersedianya bahan baku utama yaitu fosfat. Fosfat merupakan bahan
baku utama pupuk jenis SP-36 dan NPK. Fosfat adalah sumber utama unsur
Kalium dan Nitrogen yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk
baku pupuk super fosfat (SP-36) juga dapat digunakan bahan pupuk alam. Di
Indonesia jumlah cadangan fosfat yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan
guano (kadar P2O5 sebesar 0,17% hingga 43%) (Rauf & Utama, 2009: 1-8).
Fosfat termasuk bahan galian golongan C atau disebut juga bahan galian
industri. Bahan galian golongan C merupakan bahan galian yang tidak termasuk
dalam bahan galian A dan B. Golongan A yaitu bahan galian golongan strategis
galian B yaitu bahan galian yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak (UU
Kabupaten Pati Jawa Tengah, sebagaimana dikutip oleh Rauf & Utama (2009:1)
1
2
Tambakromo. Salah satu tempat yang pernah dijadikan sebagai tambang fosfat
yaitu di sekitar Gua Lowo yang terletak di Kecamatan Tambakromo. Gua yang
dihuni oleh ribuan kelelawar ini mengandung banyak cadangan fosfat, terbukti
dengan adanya kegiatan penambangan yang telah dilakukan oleh warga sekitar.
terganggu sehingga ekosistem di daerah ini menjadi rusak. Selain itu kegiatan
kepala desa melarang adanya kegiatan penambangan fosfat dan ditutup pada akhir
tahun 2010. Menurut kepala desa setempat kegiatan penambangan tetap bisa
Endapan fosfat yang ditemukan di Gua Lowo diduga adalah fosfat guano,
yang terbentuk dari tumpukan kotoran (sekresi) burung atau kelelawar yang larut
oleh air hujan atau air tanah dan meresap ke dalam tubuh batugamping, bereaksi
ditentukan oleh tipe litologi batuanya, tetapi dari unsur mineralnya. Fosfat
rendah sesuai dengan daerahnya. Fosfat merupakan mineral yang tidak dapat
berdiri sendiri karena akan bercampur dengan mineral lain yang terkandung pada
batuan tertentu, dalam penelitian ini batugamping. Batu gamping merupakan salah
satu jenis batuan sedimen, suseptibilitas dari batuan sedimen meningkat sesuai
beku. Sifat dari berbagai jenis batuan dapat diketahui dengan melihat nilai
mineral. Selain itu juga digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi
magnet batuan. Menurut Hiskiawan (n.d: 1), penelitian magnetisasi bumi secara
orang yang pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah
oleh Rao (1981) untuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi
penelitian tentang sebaran fosfat yang ada di sekitar Gua Lowo untuk selanjutnya
dijadikan sumber informasi bagi masyarakat sekitar agar kegiatan eksplorasi dapat
dikendalikan dan tidak merusak alam. Salah satu metode yang dapat digunakan
anomali magnetik lebih efektif untuk menentukan jenis dari batuan tertentu.
adalah :
1. Bagaimana pola sebaran fosfat yang berada di sekitar Gua Lowo, Desa
medan magnetnya.
1. Lokasi penelitian adalah di sekitar Gua Lowo yang terletak di Desa Larangan
2. Indikator yang diteliti adalah pola sebaran fosfat berdasarkan data anomali
medan magnetik.
3. Pengambilan data medan magnet total dengan menggunakan satu set PPM
3. Mengetahui lokasi deposit fosfat yang berada di sekitar Gua Lowo Desa
deposit fosfat berada sehingga tidak merusak alam dalam kegiatan eksplorasi.
tentang struktur dan isi skripsi. Penulisan skripsi dibagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
Bab II Tinjauan Pustaka, adalah dasar-dasar teori dari literatur ilmiah yang
geologi daerah penelitian, batuan fosfat dan teori dasar metode magnetik
Bab III Metodologi Penelitian, terdiri dari uraian lokasi penelitian, alat yang
Bab IV Hasil dan Pembahasan, merupakan uraian yang menjelaskan analisis data
Bab V Kesimpulan dan Saran, berisikan kesimpulan dari hasil pengukuran dalam
LANDASAN TEORI
Tengah. Gua yang berjarak sekitar 50 m dari jalan raya dan memiliki permukaan
yang tidak rata dan mempunyai dua buah pintu masuk yang dapat dilewati. Pintu
yang pertama berada di sebelah utara gua yang memiliki panjang lorong sekitar
200 m sedangkan pintu kedua berada di sebelah barat dan berhadapan langsung
dengan mulut jurang, sebenarnya kedua pintu ini bisa saling berhubungan. Di
sepanjang pintu masuk yang pertama telah dilakukan penambangan liar fosfat, hal
ini terlihat dari permukaan lantai dari gua sudah tidak terbentuk secara alami
saja. Kemudian speleothem pada gua ini belum terbentuk secara sempurna karena
mineral hasil pelarutan batu gamping pada atap, dinding ataupun lantai gua
(Gillieson, 1996) . Sedangkan di pintu masuk yang kedua masih belum begitu
Pegunungan Kars di Pati. Daerah kars identik dengan lahan yang selama ini
7
8
dianggap kering, gersang, tandus, kurang subur dan kekurangan air. Daerah kars
kars terbentuk pada daerah berbatuan karbonat yaitu gamping, dolomit atau
yang berbeda sehingga memiliki struktur tanah yang berbeda di setiap desanya.
Formasi batuannya terdiri dari QTpl, Tml, Tmpm, Tmw, Tmn, Tmb dan QTps.
QTpl merupakan suatu lapisan yang terdiri dari batu lempung abu-abu kehitaman
bersisipan batu pasir bermoluska dan termasuk dalam formasi lidah, Tml terdiri
dari batu lempung abu-abu, napal dan batu gamping (kalkarenit) berlapis tipis
ledok, Tmpm adalah lapisan yang terdiri dari napal masif,abu-abu keputihan, kaya
akan forami nitera plangton masuk dalam formasi mundu, Tmw terdiri dari batu
lempung dengan sisipan tipis batu gamping bagian bawah dicirikan oleh batu
batu pasir, serpih, batu lempung, batu lanau dengan sisipan batu gamping, batu
bara dan lignit dan termasuk dalam formasi ngrayong. Tmb tersusun dari batu
gamping abu-abu kadang berlapis tipis, bagian bawah dicirikan oleh banyak
sisispan tipis napal dan disebut sebagai formasi bulu. QTps terdiri dari perselingan
batu gamping dan batu pasir kaya akan fosil rombakan foramanifera plangton dan
termasuk dalam formasi selorejo (Kadar & Sudijono, 1993). Ketujuh lapisan
Gambar 2.1 Peta Geologi Lembar Rembang Jawa (Kadar & Sudijono, 1993)
Gambar 2.2 dibawah ini merupakan kondisi geologi dan perbesaran dari
Kabupaten Pati. Sedangkan gambar 2.3 merupakan lokasi dari Gua Lowo yang
sedimen yang tersusun terutama oleh mineral fosfat. Fosfat adalah unsur dalam
suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis.
Biasanya kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau
termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral
pemupukan. Faktor batuan disebabkan oleh genesa dari berbagai batuan dan
jenis endapan fosfat dicirikan oleh sifat mineralogi, kimia dan struktur yang
Fosfat merupakan satu-satunya bahan galian (di luar air) yang mempunyai
siklus. Unsur fosfor di alam diserap oleh makhluk hidup, senyawa fosfat pada
jaringan makhluk hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan
1. Fosfat primer.
yang terkadang berasosiasi dengan batuan beku yang mengandung mineral fosfat
2. Fosfat sedimen.
laut dalam. Endapan laut terbentuk dari hasil penguraian berbagai kehidupan yang
ada di laut, atau akibat erosi mineral-mineral yang mengandung fosfat oleh aliran
sungai yang kemudian dibawa kelaut dan masuk ke dalam urat-urat batu gamping.
Akibat adanya peristiwa geologi, endapan akan terangkat dan membentuk daratan.
3. Fosfat guano.
burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu
gamping karena pengaruh air hujan dan air tanah (Adiningsih et al., 1997).
terbentuk dari tumpukan sekresi (kotoran) burung atau kelelawar yang larut oleh
air (hujan) atau air tanah dan meresap ke dalam tubuh batugamping, bereaksi
dasar batugamping (Rifai H, 2010). Fresh guano terdiri dari 3 macam, yaitu guano
kelelawar pemakan buah, guano kelelawar pemakan serangga dan guano dari
kotoran burung (Hutchison, 1950). Sisa pencernaan kelelawar atau burung lain
13
sebagai pembentuk endapan guano tersusun atas nitrogen (N), karbon (C), fosfat
(PO4) dan urea ((NH2)2CO). Mineral sisa pencernaan kelelawar dan kalsit bukan
Jawa, Gresik, Cepu dan Pati, serta di Pulau Madura. Pada umumnya endapan ini
beberapa lokasi dapat mencapai 35 m. Akan tetapi endapan jenis ini termasuk
batuan fosfat yang cukup reaktif, sehingga dapat sangat berguna untuk memenuhi
Deposit guano yang paling besar terdapat di Chili dan Peru sebesar ratusan
ribu ton yang berasal dari guano hasil ekskresi burung. Tebal lapisan deposit di
Equador, Brazil, Madagaskar dan Pulau Seychelles. Deposit guano dari ekskresi
P2O5 sebagai bentuk yang mudah larut dan 2% K2O. Diperkirakan fosfat alam di
Pulau Jawa terjadi dengan proses semacam ini, tetapi gua asli sebagai tempat asli
sebagai tempat kelelawar menimbun ekskresinya telah hilang akibat erosi dan
pelapukan sehingga tinggal deposit fosfatnya saja Kasno et al., (2005: 8).
14
pegunungan karang, batu gamping atau dolomitik yang merupakan deposit gua
Kasno et al., (2005: 8). Fosfat tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Menurut
data yang dikumpulkan sampai tahun 1958 diperkirakan 663 ribu ton, sekitar 76%
terdapat di Pulau Jawa sekitar 23% terdapat di Sumatera Barat seperti pada tabel
1. Hasil Survei Explorasi tahun 1968-1985 oleh Direktorat Geologi dan Mineral,
diperkirakan sebesar 895 ribu ton yang terbesar di Pulau Jawa (66%), Sumatera
Barat (17%), Kalimantan (8%), Sulawesi (5%), dan sekitar 4% tersebar di Papua,
Aceh, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara. Perkiraan cadangan deposit fosfat
alam tersebar terdapat di Jawa Timur yaitu di Tuban, Lamongan, Gresik dan
Tabel 1 Deposit fosfat alam di Indonesia (Sumber: Kasno et al., (2005: 11))
No Provinsi Jml. Lokasi Perkiraan Deposit Kadar P2O5
(ton) ( %)
1. Aceh 5 1800 5,9
2. Sumatera Utara 1 304 29,3
3. Sumatera Barat 16 152000 t.d
4. Jawa Barat 77 169640 9,3-43,4
5. Jawa Tengah 104 228175 10,1-35,1
6. Jawa Timur 75 105639 < 40,3
7. Nusa Tenggara 2 3000 1,3-27,2
8. Irian Jaya 2 2500 15,0-31,5
Ket: t.d = tidak ditetapkan
15
Deposit gua atau batu kapur terdapat pada daerah yang terpencar dan
belum ditemukan deposit dalam jumlah yang cukup, kecuali untuk diusahakan
dalam skala kecil. Dari tabel diketahui bahwa wilayah Jawa Tengah memiliki
paling banyak tempat yang mengandung fosfat alam, salah satu tempat yang
yang cukup potensial diduga terdapat sekitar 1 atau 2 juta ton deposit fosfat
seperti di Ciamis, Pati, daeah antara Lamongan dan Tuban, serta di Hulu
Mahakam, Kalimantan Timur. Pada daerah deposit fosfat yang telah diketahui
diduga terdapat pula deposit fosfat dari endapan laut yang biasanya cukup
homogen dan dalam jumlah yang besar (Kasno et al., 2005: 11).
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb yang dapat dirumuskan
⃗ (dyne) (1)
Kuat medan magnet adalah besarnya medan magnet pada suatu titik dalam
ruang yang timbul sebagai akibat kutub p yang berada sejauh r dari titik tersebut.
⃗ (2)
Bila dua kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub magnet
+p dan –p, keduanya terletak dalam jarak l, maka momen magnetiknya dapat
ditulis sebagai :
⃗⃗⃗ ⃗ (3)
Dengan ⃗⃗⃗ merupakan vektor dalam arah vektor satuan ⃗ yang keluar dari
Suatu benda magnet yang terletak di dalam medan magnet luar menjadi
(4)
17
material magnet sehingga sering disebut sebagai polarisasi magnet. Bila besarnya
konstan dan arahnya sama maka material tersebut termagnetisasi secara seragam.
𝐵 ( ) (5)
dipakai satuan gamma dan dalam SI dalan tesla (T) atau nanotesla (nT). Medan
magnet induksi termasuk efek magnetisasi yang diberikan oleh persamaan (5).
permeabilitas relatif dari suatu benda magnetik. Dalam ruang hampa dimana tidak
magnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak di dalam inti
bumi, namun tidak berimpit dengan garis utara-selatan geografis bumi. Sedangkan
kuat medan magnet sebagian besar berasal dari dalam bumi sendiri (98%) atau
medan magnet dalam (internal field), sedangkan sisanya (2%) ditimbulkan oleh
18
induksi magnetik batuan di kerak bumi maupun luar angkasa. Beberapa alasan
Sumber medan magnet bumi secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu: (1)
medan magnet utama bumi (main field), (2) medan magnet luar (external field)
dan (3) medan magnet anomali (anomaly field). Medan magnet utama bersumber
dari dalam bumi sendiri. Medan magnet luar bersumber dari luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari
yang telah terinduksi oleh medan magnet utama bumi, sehingga benda tersebut
memiliki medan magnet sendiri dan ikut mempengaruhi besar medan magnet total
oleh parameter fisis disebut juga elemen atau komponen medan magnet bumi,
yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Komponen
medan magnet bumi tersebut mempunyai tiga arah utama yaitu komponen pada
arah utara, komponen pada arah timur dan komponen pada arah vertikal ke bawah
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 . Pada koordinat kartesian tiga
19
komponen tersebut dinyatakan sebagai BX, BY, dan BZ. Elemen-elemen lain
adalah:
bawah.
c. Intensitas Horizontal (BH),yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
d. Medan magnetik bumi (B), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Deklinasi disebut juga variasi harian kompas dan inklinasi disebut sudut
dip. Bidang vertikal yang berimpit dengan arah dari medan magnet disebut
dengan kutub utara menunjuk selatan (itu sebabnya jarum pada titik-titik kompas
20
menunjuk arah utara karena tertarik oleh kutub magnet dengan tanda
berlawanan). Bidang bumi pada suatu titik tertentu di bumi adalah vektor, dalam
hal ini memiliki orientasi yang diutamakan (arah) dan amplitudo (intensitas).
Gambar 2.5 garis gaya magnet di sekitar magnet, makin dekat ke magnet
terutama kutub-kutub magnet, garis gaya magnet semakin rapat. Ini berarti
kekuatan magnet pada setiap titik pada dan di sekitar magnet tidaklah sama. Ini
juga berarti bahwa pengaruh gaya tolak atau gaya tarik kutub magnet pada titik
titik sekeliling kutub magnet tidak sama besarnya, makin jauh dari kutub magnet
makin berkurang pengaruh gaya itu. Besar gaya tolak atau gaya tarik kutub
magnet berbanding terbalik dengan jarak kuadrat dari kutub yang bersangkutan.
renggang. Hal ini menunjukkan bahwa medan magnetik yang paling kuat terdapat
secara luas dalam studi tentang kerak bumi, ionosfer, dan magnetosfer. Nilai
IGRF berupa nilai intensitas magnetik utama bumi yang merupakan hasil
sebagai :
( ) ∑ ∑ ( ) ( ) ( ) (6)
Data nilai koreksi IGRF bisa diperoleh dari situs National Geophysical
Data Center (NDGC) untuk data geomagnetik. Data yang dihasilkan dari
persamaan (6) merupakan data real time karena dapat disesuaikan dengan daerah
bernilai lebih akurat. Parameter yang diperlukan untuk memperoleh nilai referensi
IGRF antara lain nilai lintang dan bujur daerah pengukuran, ketinggian, serta
medan magnet IGRF adalah referensi medan magnet di suatu tempat. Medan
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfir yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari
matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal
field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral
magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan
mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah
medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari
25% medan magnet utama bumi (Telford et al., 1990), sehingga dalam
̅ ̅ ̅ ̅ (7)
utama bumi, ̅ adalah medan magnet luar dan ̅ adalah medan magnet anomali.
Suatu benda atau material yang diletakkan pada medan magnet luar (H),
maka intensitas magnetik (I) akan berbanding lurus dengan kuat medan luar yang
benda atau material untuk terinduksi oleh magnet luar, yang didefinisikan sebagai
berikut :
24
(8)
anomali karena sifat magnetiknya untuk setiap jenis mineral dan batuan yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Nilai (k) pada batuan semakin besar jika
magnetik. Batuan dan material penyusun litologi bumi dibagi menjadi beberapa
1. Diamagnetik
Sifat diamagnetik dimiliki oleh semua bahan, meskipun sifat ini sangat
lemah (Hunt, 1991). Semua benda memiliki sifat diamagnetik disebabkan karena
adanya interaksi medan magnet yang terjadi dan pergerakan elektron mengelilingi
pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet
luar. Bahan diamagnetik mempunyai suseptibilitas (k) negatif besar dan positif
kecil dan suseptibilitas (k) tidak tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh:
2. Paramagnetik
25
yakni ada elektron yang putarannya tidak berpasangan dan mengarah pada arah
putaran yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, putaran tersebut berpresesi
3. Ferromagnetik
diisi oleh suatu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini
didalam medan magnet luar. Contoh: besi, nikel, kobal, terbium, dysprosium, dan
a. Antiferromagnetik
curie kemudian turun lagi menurut hukum curie-weiss. Contoh: hematit (Fe2O3).
b. Ferrimagnetik
(Y3Fe5O12).
Dari segi kuantitas, kelimpahan mineral magnetik pada batuan dan tanah
sangat kecil. Umumnya, kuantitas mineral magnetik hanya sekitar 0,1% dari
massa total batuan atau tanah. Namun demikian, sifat magnetik batuan terkadang
cukup rumit karena batuan atau tanah dapat mempuyai beberapa jenis mineral
magnetik secara sekaligus. Kerumitan akan bertambah karena sifat dari suatu
mineral magnetik juga dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari bulir-bulir
(grains) mineral tersebut, aspek bentuk dan ukuran bulir disebut dengan istilah
medan demagnetisasi pada mineral tersebut. Singkat kata, bulir berbentuk lonjong
akan mempunyai sifat- sifat yang berbeda dengan bulir berbentuk bola (Bijaksana,
2002).
kajian magnetik. Respon magnetik batuan dan mineral dapat ditentukan oleh
fosfat belum bisa ditentukan secara pasti karena setiap mineral fosfat akan
memiliki nilai yang berbeda jika diambil dari tempat yang berbeda pula. Sebagai
acuan maka dapat menggunakan nilai suseptibilitas dari batu gamping atau
limestone dan mineral kalsit karena batuan gamping yang berada di lokasi
penelitian tersusun dari mineral kalsit, fosfat dan mineral lainnya. Adapun nilai
Suseptibilitas (x 103) SI
Jenis
Rentang Rata-rata
Sedimen
Dolomit 0 - 0.9 0.1
Limestone 0–3 0.3
Sandstone 0 – 20 0.4
Shale 0.01 – 15 0.6
Rata-rata 48 batuan sedimen 0 – 18 0.9
Metamorf
Amphibolite 0.7
Sekis 0.3 – 3 1.4
Filit 1.5
Gneiss 0.1 – 25
Kuarsa 4
Serpentinit 3 – 17
Slate 0 – 35 6
Rata-rata 61 batuan metamorf 0 – 70 4.2
Batuan Beku
Granit 0 – 50 2.5
Rhiolit 0.2 – 35
Dolorit 1 – 35 17
Augite-syenite 30 – 40
Olivin-diabas 25
Diabas 1 – 160 55
Porphiri 0.3 – 200 60
Gabbro 1 – 90 70
Basalt 0.2 – 175 70
Diorit 0.6 – 120 85
Pyroxenite 125
Peridotite 90 – 200 150
Andesit 160
Rata-rata batuan beku asam 0 – 80 8
Rata-rata batuan beku basa 0.5 – 97 25
Mineral
Graphite 0.1
Kuarsa -0.01
Batu garam -0.01
Anhydrite, gypsum -0.01
Kalsit (-0.001) – (-0.01)
Coal 0.02
Lempung 0.2
Chalcopyrite 0.4
28
2. 6 Metode Magnetik
medan magnet total di suatu tempat. Analisis anomali medan magnet digunakan
penelitian (Kahfi & Yulianto, 2008: 130). Metode ini didasarkan pada pengukuran
maupun udara. Suseptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan
terhadap pengaruh magnet, yang pada berkaitan dengan kandungan mineral dan
oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetik di dalam batuan maka
akan semakin besar harga suseptibilitasnya. Metode ini sangat cocok untuk
Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi minyak bumi, panas bumi,
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
29
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF,
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari
dalam satu hari. Koreksi variasi harian dilakukan dengan menambahkan atau
mengurangkan besar data variasi harian. Jika variasi harian bernilai positif maka
dilakukan operasi pengurangan, dan jika bernilai negatif maka dilakukan operasi
penjumlahan (Kahfi & Yulianto, 2008). Waktu yang dimaksudkan harus mengacu
atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi
bawah ini
2. Koreksi IGRF
dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik
luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama adalah nilai IGRF. Jika
nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik
total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi
Dimana H0 = IGRF
mengurangi salah satu tahap yang rumit dari interpretasi, dimana anomali medan
dimulai dari tinjauan hubungan antara medan potensial dengan distribusi sumber
⃗⃗ = ̂ ∫ ⃗⃗⃗ (11)
Lambang ⃗ adalah vektor satuan dalam arah medan regional. Bentuk lain
⃗⃗⃗ ( )
⃗⃗( ) ∫ [ ( ̂ ̂) ̂ ̂] (12)
Persamaan diatas dapat ditulis dalam formulasi yang lebih umum sebagai
( ̅ )( ) ∫ ( ) ( ) (13)
fungsi Green berupa anomali total medan magnetik dipole tunggal yang
bergantung pada geometris tempat titik observasi P dan titik distribusi sumber Q.
pola persebaran dari target yang diinginkan. Menurut Suyanto (2012), reduksi ke
kutub bertujuan agar anomali medan magnet maksimum terletak tepat di atas
cara trial and errors dengan melihat kecenderungan pola kontur hasil kontinuasi.
Prinsip dari kontinuasi ke atas adalah bahwa suatu medan potensial dihitung pada
setiap titik di dalam suatu daerah berdasarkan sifat medan pada permukaan yang
Green. Teorema ini menjelaskan bahwa apabila suatu fungsi U adalah harmonik,
kontinyu dan mempunyai turunan yang kontinyu di sepanjang daerah R maka nilai
( ) ∫ ( ) (14)
dan r adalah jarak dari titik P ke suatu titik pada permukaan S. Persamaan (15)
menggambarkan secara dasar prinsip dari kontinuasi ke atas, di mana suatu medan
potensial dihitung pada setiap titik di dalam suatu daerah berdasarkan sifat medan
Benda
ke bawah, maka suatu medan potensial diukur pada permukaan z = z0 dan medan
yang diinginkan terletak pada suatu titik P(x,y,z0 - z) yang berada di atas
sebagaimana digambarkan pada gambar 2.7 . Sumber anomali berada pada z.z0.
hemisphere menjadi kecil, dengan demikian, jika mendekati tak terhingga maka
( )
( ) ∫ ∫ ( ( ) ) (15)
√( ) ( ) ( ) dan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Terdapat dua pola sebaran dugaan deposit fosfat, deposit fosfat pertama
UTM X 506299 hingga 506309 dan dugaan deposit fosfat kedua memiliki
hingga 506359.
5.2 Saran
suceptibility meter untuk mendapatkan nilai suseptibilitas pasti dari batuan fosfat.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih S., Sri Rochhayati, Moersidi & A. Kasno. 1997. Prospek Pengunaan
Pupuk Fosfat Alam untuk Meningkatkan Budidaya Pertanian Tanaman
Pangan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Penggunaan Pupuk P-
alam. Mendorong Pembangunan Pertanian Indonesia yang Kompetitif .
Jakarta : Departemen Pertanian.
Gary M., R. McAfee Jr., & C.L. Walf. 1974. Glossary of Geology. Amer.
Geolo.Ins: Washington DC.
60
61
Nabeel F., D.D Warnama, & A.S Bahri. 2013. Analisa Sebaran Fosfat dengan
Menggunakan Metoda Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger Studi
Kasus Saronggi, Madura. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(1): 9-14.
Tersedia di http://download.portalgaruda.org/ [diakses 17-11-2014].
Nurdiyanto, B., Harsa H., & Ahadi S. 2011. Modul Teori dan Pengolahan Metode
Magnetik Sebagai Prekursor Gempabumi. Puslitbang BMKG.
N Garnetsya D Rusli, Hamdi, Fatni M. 2014. Kaitan Komposisi Unsur Dasar
Penyusun Mineral Magnetik Dengan Nilai Suseptibilitas Magnetik Guano
Dari Gua Bau-Bau Kalimantan Timur. Pillar of Physics, (2): 49-56.
Pusat Sumber Daya Geologi. 2008. Deposit Batu Fosfat di Indonesia. Peta
Potensi Sumber Daya Geologi Seluruh Kabupaten. Bandung.