Anda di halaman 1dari 109

i

ANALISIS KESESUAIAN RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK


REVITALISASI TAMAN VILLA YULIANA
DI KABUPATEN SOPPENG

ANALYSIS ON THE SUITABILITY OF GREEN SPACE FOR THE


REVITALIZATION OF YULIANA VILLA PARK
IN SOPPENG REGENCY

SRI AGUSMAWATI JAFAR


P0303215005

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii

ANALISIS KESESUAIAN RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK


REVITALISASI TAMAN VILLA YULIANA
DI KABUPATEN SOPPENG

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Disusun dan diajukan oleh

SRI AGUSMAWATI JAFAR

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Agusmawati Jafar

Nomor Pokok : P0303215005

Program Studi : Pengelolaan Lingkungan hidup

Menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya

orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar,
Yang menyatakan,

Sri Agusmawati Jafar


v

PRAKATA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil alamin segala puji hanya untuk Allah SWT serta

salam dan shalawat tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Berkat

ridha dan limpahan rahmat Allah SWT,sehingga tesis berjudul “Analisis

Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau untuk Revitalisasi Taman Villa Yuliana

di Kabupaten Soppeng” ini dapat terselesaikan sebagai syarat

memperoleh gelar magister di Sekolah Pascasarjana Universitas

Hasanuddin Makassar. Tak lepas pula berkat bantuan dari berbagai pihak,

sehingga pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kahar Mustari, MS dan Bapak Dr. Ir. Anwar Umar,

MS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan motivasi,

arahan, dan ide selama persiapaan penelitian hingga penyelesaian

tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc, Bapak Prof. Dr. Ir.

Didi Rukmana, MS., dan Bapak Dr. Ir. Syamsuddin Millang,

M.Si selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya atas semua saran dan kritiknya serta pengetahuan demi

menyempurnakan tesis ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pengelolaan Lingkungan

Hidup dan Fakultas Pertanian, khususnya untuk Bapak Dr. Hari

Iswoyo, SP., MA., Ibu Tigin Dariati, SP., MES., dan Ibu Dr. Ir. Cry

Wahyuni Brahmi, SP., M.Si yang telah mendidik dan memberi ilmu
vi

pengetahuan yang begitu berharga kepada penulis selama

menempuh masa perkuliahan sampai penulis merampungkan tesis ini.

4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan

saudara (i) seperjuangan “Awardee Beasiswa Unggulan 2016”, yang

telah banyak membantu dalam memberikan bantuan beasiswa studi.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng, Dinas Lingkungan Hidup,

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Soppeng,

Tim Penggerak PKK Kabupaten Soppeng, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Soppeng, atas kemudahan yang diberikan dalam

memperoleh data.

6. Bapak Ketua LP2M Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Ir. Laode Asrul,

SP., MP ; Kepala Puslitbang Lingkungan Hidup Universitas

Hasanuddin Bapak Prof. Dr. Dadang Ahmad Suriamihardja, M.Eng.,

beserta Bapak/Ibu Staf, Kakak, Adik dan saudara (i) “KARKUS

COMMUNITY” di PUSLITBANG LH – LP2M UNHAS, terkhusus untuk

kakanda Dr. Muhammad Shaifullah Sasmono, SP., MP dan Andi

Besse Poleuleng, SP., MP terima kasih tak terhingga atas

pengalaman berharga, bantuan dan dukungannya selama ini.

7. Bapak Ir. Rinaldi Sjahril, M.Agr., P.hD beserta Teman - teman di

Laboratorium Biosains dan Bioteknologi Reproduksi Tanaman dan

Teaching Industry “RINALDI’S CREW” yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu namanya, terima kasih atas persaudaraan kita,

semangat, dukungan dan kegokilannya.


vii

8. Saudara (i) Laskar PLH 2015 “Pengelolaan Lingkungan Hidup”

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin atas dukungan,

semangat, dan kasih sayang yang terjalin selama ini. Terkhusus

untuk Adinda Siti Rabiatul Adawiah, S.Si., M.Si dan Kakanda Patrisia

Vista, ST., M.Si yang telah membantu selama proses penelitian

hingga penyusunan tesis ini.

9. Saudara (i) Seperjuangan REJUVINASI 2008 terima kasih telah

hadir sebagai kawan, lawan, saudara, telah banyak cerita yang

terangkai dari awal berproses di bangku kuliah, telah banyak

memberi kenangan selama masa - masa kuliah, suka duka yang

telah penyusun lalui tak akan pernah terlupakan, Terkhusus untuk

Muh. Mukhtadir Putra, SP dan Fadhilah Achmad, SP., M.Si yang

telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

10. Cinta dan kasih tercurah untuk orang tua yang tak tergantikan,

Ayahanda M. Jafar, BA (Alm.) dan Ibunda Asiah, AP ,yang senantiasa

menjadi penyemangat dan mengajarkan untuk selalu kuat dalam

segala ujian hidup. Untuk Dewi Sartika Jafar, S.Si dan Nur Wahyudin

Jafar, S.Pd., yang paling bisa diandalkan, serta segenap keluarga dan

kerabat untuk kasih sayang, doa dan motivasi yang tidak pernah putus

terucap buat penulis.

Tak ada kesempurnaan yang dapat diraih, dengan segala

keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau, penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tesis ini
viii

lebih sempurna sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan

penulisan karya ilmiah di masa yang akan dating.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat dijadikan sumber

informasi dalam meningkatkan wawasan keilmuan kita dalam mengarungi

samudera ilmu dan berlabuh di dermaga kearifan.

Makassar, Agustus 2017

Penulis

ABSTRAK

SRI AGUSMAWATI JAFAR. Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau


untuk Revitalisasi Taman Villa Yuliana di Kabupaten Soppeng (dibimbing
oleh Kahar Mustari dan Anwar Umar).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Mengidentifikasi karakteristik


tanaman yang ada di Taman Villa Yuliana berdasarkan kriteria yang
ix

ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :


05/PRT/M/2008, (2) mengkaji dan menganalisis jenis prasarana fisik yang
ada di Taman Villa Yuliana berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008, dan (3)
menganalisa komponen hardscape (keras) dan softscape (lunak) Taman
Villa Yuliana dalam tinjauan estetik dan fungsional. Penelitian ini
mengambil lokasi di Taman Villa Yuliana Kabupaten Soppeng, Sulawesi
Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode survey, Kuisioner, Analytical Hierarchy Process
(AHP) dan Focus Group Discussion (FGD). Penelitian menunjukkan
bahwa evaluasi dan identifikasi terhadap karakteristik jenis tanaman
menurut stakeholder yang memenuhi kriteria adalah jenis tanaman
penutup. Prasarana fisik yang penting dalam menunjang kebutuhan
Taman Villa Yuliana saat ini belum memadai. Pendapat dari pengunjung
dalam hal ini masyarakat sebagai pengguna belum sepenuhnya
mendapatkan kepuasan terhadap prasarana fisik yang ada. Sehingga
menjadi bahan masukan bagi pemerintah kabupaten setempat untuk
memenuhi kebutuhan terhadap prasarana fisik sehingga animo masyrakat
semakin meningkat. Desain Taman Villa Yuliana adalah yang dilengkapi
dengan tanaman dan prasarana fisik yang sesuai dengan kriteria
peraturan yang berlaku.

Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Taman Kota, Villa Yuliana, Analytical
Hierarchy Process (AHP) dan Focus Group Discussion
(FGD)

ABSTRACT

SRI AGUSMAWATI JAFAR. Analysis on the Suitability of Green Open


Space for the Revitalitation of Villa Yuliana Park in Soppeng Regency
(guided by Kahar Mustari and Anwar Umar).

This research aims to determine (1) Identify the characteristics of the


existing plants in Villa Yuliana park based on criteria determined by
Regulation of the Minister of Public Works No. 05 / PRT / M / 2008, (2)
review and analyze the types of physical infrastructure in Taman Taman
x

Yuliana based on criteria established by Regulation of the Minister of


Public Works No. 05 / PRT / M / 2008, and (3) analyzing hastecape (hard)
and softscape (soft) components of Villa Yuliana park in aesthetic and
functional reviews. This research takes place in Villa Yuliana park of
Soppeng Regency, South Sulawesi. The method used in this research is
uses a quantitative approach using survey methods, questionnaires,
analytical hierarchy process (AHP) and Focus Group Discussion (FGD).
The results showed that evaluation and identification of plant type
characteristics are according to stakeholders at the research sites
indicated that the number of plants present at the site was still lacking in
terms of quantity and quality In compliance with RTH requirements in
accordance with the regulations. Physical infrastructure that is important in
supporting the needs of the Villa Yuliana park is currently not adequate.
The opinion of visitors in this case people as a user has not fully gained
satisfaction with the existing physical infrastructure. So it becomes
ansuggestion for the local regency government to fulfill the needs of
physical infrastructure so that the interest of society is increasing. Design
Villa Yuliana park is equipped with plants and physical infrastructure in
accordance with applicable regulatory criteria.

Keywords: Green Open Space, Park City, Villa Yuliana, Analytical


Hierarchy Process (AHP) and Focus Group Discussion
(FGD).
xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................... iv

PRAKATA ........................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................ ix

ABSTRACT ...................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 5

C. Tujuan Penelitan ................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perancangan Lanskap ......................................... 8

B. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ............................................. 12

C. Taman Kota ....................................................................... 19

D. Kriteria Tanaman Untuk RTH ............................................ 22

E. Sarana dan Fasilitas Taman ............................................. 26


xii

E. FGD (Focus Group Discussion)......................................... 30

F. AHP (Analytical Hierarchy Process) .................................. 33

G. Kerangka Pikir ................................................................... 37

BAB III METODOLOGI

A. Jenis Penelitian ................................................................. 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 38

C. Alat dan Bahan ................................................................. 40

D. Sumber Data .................................................................... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 40

F. Teknik Analisis Data .......................................................... 42

G. Prosedur Penelitian ........................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Lokasi Penelitian .................................................. 48

B. Identifikasi Karakteristik Tanaman .................................. 51

C. Kajian dan Analisis Jenis Prasarana Fisik ........................ 59

D. Analisis Komponen Hardscape dan Softscape ................ 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 74

B. Saran .............................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 76


xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Fungsi Pokok Ruang Terbuka Hijau ............................................ 15

2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ...................... 19

3. Daftar Nama dan Lokasi Taman Kota di Kabupaten Soppeng ... 21

4. Contoh Pohon untuk Taman Lingkungan dan Taman Kota ......... 26

5. Skala banding secara berpasangan untuk AHP .......................... 36

6. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data .......... 41

7. Tanaman yang Digunakan Pada Taman Villa Yuliana ................ 52

8. Prasarana Fisik yang diperlukan pada Taman Kota .................... 59

9. Persepsi dan Preferensi Responden ........................................... 61

10.Tabel Jenis Prasarana Fisik ....................................................... 70

11.Tabel Jenis Karakteristik Tanaman ............................................ 70


xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pikir ............................................................................ 37

2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................ 39

3. Diagram Alir penelitian ............................................................... 47

4. Sarana dan Prasarana di Taman Villa Yuliana ........................... 49

5. Berbagai Tanaman yang Terdapat pada Tapak ......................... 50

6. Grafik Pembobotan Karakteristik Tanaman di Taman ................. 54

7. Hasil Pembobotan AHP Karakteristik Tanaman yang Penting ... 54

8. Grafik Pembobotan Prasarana Fisik .......................................... 63

9. Hasil Pembobotan AHP Prasaran Fisik ...................................... 63

10. Kondisi Taman Villa Yuliana saat ini ............................................ 72

11. Konsep Revitalisasi Taman Villa Yuliana .................................... 73

12. Hasil Pembobotan Kriteria Tanaman yang prioritas menurut Bupati

Soppeng ...................................................................................... 83

13. Hasil Pembobotan Kriteria Tanaman yang prioritas menurut

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Soppeng ............................ 83

14. Hasil Pembobotan Kriteria Tanaman yang prioritas menurut

Dinas PUPR ................................................................................. 84

15. Hasil Pembobotan Kriteria Tanaman yang prioritas menurut Tim

Penggerak PKK ........................................................................... 84

16. Hasil Pembobotan Kriteria Tanaman yang prioritas menurut

Pengunjung ................................................................................. 85

17. Hasil Pembobotan Kriteria Tanaman yang prioritas menurut


xv

Pakar ........................................................................................... 85

18. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang prioritas menurut Bupati

Soppeng ....................................................................................... 86

19. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang prioritas menurut Dinas

Lingkungan Hidup ........................................................................ 86

20. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang prioritas menurut Dinas

PUPR ........................................................................................... 87

21. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang prioritas menurut Tim

Penggerak PKK ............................................................................ 87

22. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang prioritas menurut

Pengunjung ................................................................................. 88

23. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang prioritas menurut

Pakar ............................................................................................ 88

24. Focus Group Discussion (FGD).................................................... 89

25. Pengambilan Foto Udara Menggunakan Drone ........................... 89

26. Pengambilan Data Kuisioner/Wawancara Responden ................. 90

27. Revitalisasi Sebelum dan Sesudah Taman Villa Yuliana ............. 91


xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Data Responden Ahli ..................................................................... 79

2. Data Responden Umum ............................................................... 80

3. Kuisioner Responden ..................................................................... 81

4. Hasil Pembobotan Kriteria Tanaman Softscape ............................ 83

5. Dokumentasi Kegiatan ................................................................... 89

6. Daftar Hadir FGD ........................................................................... 93


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh

berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/

perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Dalam

pembangunan perkotaan yang pesat seiring pesatnya laju pertumbuhan

penduduk kota, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankan dan

mengembangkan ruang-ruang terbuka hijau sebagai unsur kota dan

merupakan kebutuhan mutlak bagi penduduk kota.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari kota yang tidak

didirikan bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri atas unsur

alam (vegetasi dan air) dan unsur binaan antara lain : Taman Kota, jalur

hijau, pohon-pohon pelindung tepi jalan, hutan kota, kebun bibit, pot-pot kota,

pemakaman, pertanian kota yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas

lingkungan (Gunadi, 1995).

Menurut Fandeli, 2004 dalam Rasyid (2015) Ruang terbuka hijau kota

merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai

kawasan lindung, sehingga ruang terbuka hijau diklasifikasikan berdasarkan

status kawasan, seperti kawasan hijau kota yang terdiri atas pertamanan
2

kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau

fasilitas olahraga dan kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau

diklasifikasikan berdasarkan fungsi kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan

struktur vegetasinya.

Salah satu contoh ruang terbuka hijau adalah taman kota. Taman kota

merupakan salah satu bentuk pemanfaatan ruang sebagai bagian dari ruang

terbuka hijau kota yang diperuntukkan sebagai tempat-tempat pertemuan dan

wadah bagi aktivitas masyarakat di udara terbuka dan sebagai bagian dari

peruntukkan penggunaan lahan dalam wilayah kota yang disediakan untuk

tetap merupakan ruang terbuka. Taman kota merupakan sarana umum yang

ditata (didesain) serta dibentuk untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh

masyarakat kota sebagai sarana sosial tanpa ada diskriminasi (perbedaan

suku, relijius, ras) (Gunadi, 1995).

Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

menjelaskan bahwa ruang terbuka hijau pada wilayah kota minimal 30% dari

luas wilayahnya. Sekarang ini untuk mencapai kota ideal menurut aturan

tersebut, sangat minim ditemukan RTH pada suatu kota dikarenakan alih

fungsi lahan, selain itu kondisinya pun masih kurang baik karena kurangnya

perhatian dari pihak pemerintah maupun masyarakat. Kondisi tersebut akan

menjadi lebih baik jika taman kota diperhatikan, dijaga, dan dipelihara

sehingga akan memberikan banyak manfaat. Manfaat tersebut baik dari segi

estetika yang dapat menambah keindahan suatu kota, juga secara


3

fungisional dapat menciptakan iklim mikro, serta sebagai tempat

bersosialisasi bagi masyarakat.

Kabupaten Soppeng saat ini mulai membenahi dirinya menjadi kota

yang layak untuk bersaing dari kota-kota lainnya yang ada di Sulawesi

Selatan. Secara geografis Kota Soppeng terletak pada 4020’55’’LU dan

119052’57’’BT berada pada ketinggian 120 m diatas permukaan laut dengan

luas wilayah secara keseluruhan adalah 1,500 km2 dan berpenduduk

sebanyak kurang lebih 225,512 jiwa (Soppeng dalam Angka/ BPS 2015).

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Soppeng tahun 2015 menunjukkan

pertambahan penduduk di Kabupaten Soppeng semakin meningkat pesat

dari tahun sebelumnya. Pertambahan jumlah penduduk ini tentunya

berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah

kebutuhan akan ruang terbuka hijau sebagai sarana rekreasi keluarga dalam

kota.

Untuk menunjang kebutuhan akan ruang terbuka hijau yang

diperuntukkan untuk warga masyarakat di Kabupaten Soppeng, Pemerintah

Kabupaten Soppeng membangun taman kota yang terletak di Kelurahan

Botto,Kecamatan Lalabata. Kehadiran taman kota (Taman Villa Yuliana) yang

saat ini sedang gencar-gencarnya di tata oleh pemerintah setempat disambut

baik oleh semua warga masyarakat. Hal ini dikarenakan kondisi geografis

Kabupaten Soppeng yang berbukit-bukit, sehingga menjadi daya tarik bagi


4

warga masyarakat yang ingin menikmati pemandangan Kota Soppeng dari

ketinggian.

Namun disayangkan taman yang luas dan menjadi tempat hiburan

warga ini, pengelolaannya masih kurang maksimal. Beberapa tanaman masih

sangat sederhana dan kurang memperhatikan aspek estetika. Taman kota

yang seharusnya memiliki peranan yang penting dalam menunjang

lingkungan sebuah kota seharusnya dapat juga memiliki fungsi hidrologis,

ekologi, kesehatan, estetika, dan rekreasi (Rasyid, 2005). Melalui fungsi yang

beragam ini, taman kota menjadi pilihan menarik bagi masyarakat dan

pemerintah dalam mengembalikan kenyamanan lingkungan perkotaan sesuai

dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan.

Hal tersebut di atas menjadikan Taman Villa Yuliana belum berfungsi

sesuai peruntukannya, sehingga dibutuhkan suatu studi evaluasi tata hijau

yang dapat menjadi pedoman dalam menciptakan suatu lanskap taman.

Melalui evaluasi ini diharapkan Taman Villa Yuliana dapat menjadi tempat

yang tidak hanya memiliki nilai fungsional saja tetapi juga memiliki nilai

estetika yang lebih tinggi yang mampu menumbuhkembangkan kawasan

sesuai dengan kebutuhan RTH, sehingga Taman Kota Soppeng lebih dikenal

masyarakat luas dan menjadi ikon Kabupaten Soppeng.


5

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka pokok

permasalahan yang menjadi kajian penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Apakah karakteristik tanaman (Softscape) di Taman Villa Yuliana telah

memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 ?

2. Apakah prasarana fisik (Hardscape) di Taman Villa Yuliana telah

memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 ?

3. Bagaimana konsep desain yang disesuaikan dengan kebutuhan,

preferensi masyarakat dan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk:

1. mengidentifikasi karakteristik tanaman yang ada di Taman Villa Yuliana

berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 05/PRT/M/2008


6

2. mengkaji dan menganalisis jenis prasarana fisik yang ada di Taman Villa

Yuliana berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008

3. menganalisa komponen hardscape (keras) dan softscape (lunak) Taman

Villa Yuliana dalam tinjauan estetik dan fungsional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

masukan, acuan atau bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan terutama

dalam hal perbaikan lingkungan taman kota di Kabupaten Soppeng dalam

membangun dan melestarikan tanaman pada lokasi RTH.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian berfokus pada penggalian manfaat dan fungsi keberadaan

taman kota bagi masyarakat Kabupaten Soppeng saat ini, sehubungan

dengan fungsi taman kota dalam penelitian yang meliputi :

a. Fungsi lingkungan dan Estetika

Fokus pada fungsi lingkungan dan estetika dalam penelitian ini yaitu

mengevaluasi keberadaan vegetasi di Taman Villa Yuliana Kabupaten

Soppeng, yang meliputi jenis tanaman hias dalam taman serta manfaat

keberadaannya. Keberadaan vegetasi seharusnya dapat memberikan


7

manfaat bagi lingkungan, seperti penghasil gas oksigen sehingga menjadikan

taman sebagai paru – paru kota serta aspek keindahan.

b. Fungsi wahana Interaksi

Fokus pada fungsi wahana interaksi yaitu pengamatan terhadap

aktivitas yang dilakukan masyarakat di taman kota tersebut, termasuk pelaku

dan intensitasnya. Banyaknya aktivitas yang terjadi di taman diharapkan

berbanding lurus dengan interaksi sosial yang akan terjadi. Berdasarkan jenis

dan jumlah interaksi sosial yang terjadi, maka akan bisa diketahui bentuk -

bentuk interaksi sosialnya serta subjek dari interaksi sosial tersebut.

c. Fungsi pendidikan

Fokus pada fungsi pendidikan yaitu taman dijadikan sebagai sarana

pendidikan atau sarana untuk menambah wawasan bagi para pengunjung

taman. Adanya papan keterangan nama tanaman yang dilengkapi dengan

nama ilmiah yang dipasang dipohon – pohon/tanaman yang ada di taman

serta tempat baca buku gratis (perpustakaan mini) yang dilengkapi dengan

fasilitas wifi gratis bagi pengunjung taman yang telah disediakan oleh

pemerintah setempat.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perancangan Lanskap

Desain berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu Design. Dalam bahasa

Indonesia sering pula digunakan padanan katanya yaitu Rancangan.

Perancangan merupakan suatu proses pengorganisasian unsur garis,

bentuk, ukuran, warna, tekstur dan unsur desain lainnya sehingga tercipta

suatu hasil karya tertentu (Arifin dan Nurhayati, 2000). Sedangkan Arsitektur

Lanskap adalah bidang ilmu dan seni yang mempelajari pengaturan ruang

dan massa di alam terbuka dengan memposisikan elemen-elemen lanskap

alami maupun buatan manusia beserta segenap kegiatannya agar tercipta

karya lingkungan yang secara fungisional berfungsi dan secara estetika

indah, efektif, serasi, seimbang, teratur dengan tertib sehingga tercapai

kepuasan jasmani dan rohani manusia serta makhluk hidup lainnya (Hakim

R, 2012).

Tahap perencanaan (planning) merupakan penerapan fungsi yang

akan dibuat sesuai dengan keinginan pemilik dan yang akan dikombinasikan

dengan hasil data analisis sintesis perancang. Hasil dari tahap perencanaan

biasanya dalam bentuk konsep perencanaan tapak yang didukung oleh

gambar zonasi/tata letak, sirkulasi dan fungsi-fungsi tata ruang. Prinsip

desain diterapkan dalam menyusun, menata desain (titik, garis, bentuk,

bidang, ruang, tekstur, warna, cahaya, banyangan, bunyi, dan aroma) dan
9

elemen lanskap (soft material dan hard material). Desain arsitektur lanskap

bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan (kenyaman, kesehatan,

dan ketentaman) sekitar kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta

mempertahankan kelestarian yang memberikan kepuasan hidup secara

berkelanjutan (Dariati, dkk., 2011)

Vegetasi merupakan elemen lembut (soft material) tidak mempunyai

bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya

sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan

tersebut terlihat dari bentuk, tekstur, warna dan ukurannya. Perubahan ini

diakibatkan oleh karena tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan

dipengaruhi oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya. Menurut Arnold,1993

dalam Andraini (2015), vegetasi merupakan nama tanaman atau tumbuh-

tumbuhan yang terdiri dari klasifikasi berdasarkan morfologinya yaitu: Pohon,

perdu, semak, ground cover (penutup tanah) dan rumput (elemen pengalas).

Pohon peneduh lebih efektif ditanam dipedestrian daripada pohon hias,

karena tanaman hias ketinggian cabang dan rantingnya hanya sekitar 1,8 m,

sehingga akan menghalangi pandangan/visual di ruang pedestrian,

sedangkan pohon peneduh dapat mencapai 4,5 m. Pemilihan jenis tanaman

alam suatu perencanaan adalah suatu seni dan juga ilmu pengetahuan. Seni

karena menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur dan

kualitas desain yang berubah karena tanaman dipengaruhi iklim, usia dan

faktir yang mempengaruhi pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman


10

tergantung pada : fungsi tapak disesuaikan dengan tujuan perencanaan,

peletakan tanaman juga disesuaikan dengan tujuan dan fungsi tanaman.

Menurut Hakim R (2012), menyatakan tanaman mempunyai nilai

estetika dan juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan. Fungsi

tanaman sebagai control pandangan (visual control), pembatas fisik (physical

barriers), pengendali iklim (climate control), pencegah erosi (erosion control),

habitat binatang (wildlife habitets), dan nilai estetis (aesthetic values). Nilai

estetika diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga),

bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, tajuk), tekstur tanaman dan

komposisi tanaman.

Karakteristik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan

percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur,

aksentuasi, skala ketinggian dan kesendiriannya. (Hakim R, 2012). Penataan

tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perencanaannya tanpa

melupakan fungsi daripada tanaman yang dipilih. Pada peletakan ini harus

pula dipertimbangkan keseimbangan dalam desain (unity). Jadi, dalam

perencanaan tanaman lansekap, pemilihan jenis tanaman merupakan factor

penting.

Hakim R (2012), memandang perencanaan dalam perencanaan

kawasan sebagai pengatur dan penyatu berbagai tata guna lahan, bersama

dalam sebuah proses yang didasarkan pada suatu pengetahuan teknis

tentang fisiologi kawasan dan suatu pengertian estetika terhadap upaya


11

(appeaence). Bentuk dari hasil sebuah prose perencanaan bukan merupakan

suatu konsep yang mentah tetapi merupakan kumpulan ari kebijakan-

kebijakan yang bersifat relative, fleksibel, beragam dan mewakili nilai-nilai

pribadi. Perencanaan merupakan aktivitas universal manusia, suatu keahlian

dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil

sebelum diadakan pemilihan diantara berbagai alternative yang ada (Dariati,

dkk., 2011).

Perencanaan merupakan kegiatan pemecahan masalah dan proses

pengambilan keputusan merupakan proses pemikiran dari suatu ide menjadi

implementasi suatu bentuk nyata. Dalam bidang arsitektur lansekap

merencanakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai

penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas

estetikanya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan pada lahan

tersebut akan tercapai lingkungan tapak yang berkelanjutan (Nurisjah, 2007

dalam Sinta, 2016)

Estetika merupakan hubungan yang harmonis dari semua elemen atau

komponen yang dirasakan. Estetika dalam lanskap dapat berarti suatu

keindahan yang dapat mempengaruhi kualitas suatu lingkungan dan

merupakan salah satu sumber daya alam (SDA) sehingga perlu dilestarikan

dan ditingkatkan kualitasnya. Nilai yang terdapat dalam keindahan lanskap

yang alami adalah pemandangan, kekerasan, keagungan, kemegahan,

kekuatan, ketenangan, dan kehalusan.


12

Zulaini (2006) menyatakan kualitas estetika suatu lanskap secara

langsung dapat memberikan kepuasan pada seseorang dan secara tidak

langsung dapat mempengaruhi perilaku manusia. Kualitas estetika sangat

berperan dalam membentuk karakter dan identitas suatu tempat. Komponen

dari suatu objek dalam menentukan tingkat estetikanya dapat ditentukan

melalui dua penilaian, yaitu formal dan simbolik. Estetika formal menilai suatu

objek berdasarkan bentuk, ukuran, warna, kompleksitas, dan keseimbangan

suatu objek. Sedangkan estetika simbolik menilai suatu objek berdasarkan

pada makna konotatif dari objek tersebut setelah dialami oleh pengamat.

B. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

1. Defenisi dan Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) diperkotaan terdiri

dari Ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka hijau

(RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces)

suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi

(endemic maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial

budaya, dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi

(kesejahteraan) bagi masyarakatnya. (Lab.Perencanaan Lanskap Fakultas

Pertanian IPB, 2005). Dalam Peraturan Menteri dalam Negeri No. 1 Tahun

2007 Pasal 1 Ayat 2, Ruang Terbuka Hijau Kwasan Perkotaan yang

selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu


13

kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung

manfaat ekologi, sosial budaya, ekonomi dan estetika (Peraturan Menteri

dalam Negeri, 2007). Sedangkan menurut Menteri Pekerjaan Umum, RTH

adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang pengggunaanya

lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang penggunanaanya

lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

alamiah maupun yang sengaja ditanam (Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kota Makassar, 2014).

Proporsi RTH pada wilayah kota berdasarkan Undang-undang No. 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah paling sedikit 30% dari luas

wilayah kota. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin

keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan

sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang selanjutnya akan

meningkatkan nilai estetika kota (Kodoatie dan Sjarief, 2010). Proporsi RTH

public pada wilayah kota paling sedikit 20% dari luas wilayah kota

dimaksudkan agar RTH minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya,

sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan RTH bagi masyarakat perkotaan ada beberapa

aspek utama yang harus dipertimbangkan, yaitu hubungan antar RTH

dengan lingkungan sekitar, RTH harus ditujukan untuk kepentingan

masyarakat yang tetap memperhatikan aspek estetika dan fungisional,

mengembangkan pengalaman substansial dari RTH (efek dari garis, bentuk,


14

tekstur dan warna) disesuaikan dengan karakter lahan dan karakter

pengguna, memenuhi semua kebutuhan teknis, dan pengawasan yang

mudah (Kodotie dan Sjarief, 2010)

2. Peran, Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) baik RTH public maupun RTH privat,

memiliki fungsi utama yaitu fungsi Ekologis, dan fungsi tambahan yaitu fungsi

arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan,

empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan,

kepentingan dan keberlanjutan suatu wilayah kota. RTH berfungsi ekologis

yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus

merupakan suatu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran dan berbentuk pasti

dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya

penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat

hidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural)

merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan

budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai

dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi,

dan pendukung arsitektur kota (Lab. Perencanaan Lanskap Fak. Pertanian,

IPB 2005).

Fungsi pokok Ruang Terbuka Hijau pada umumnya sama yaitu

sebagai awal areal penyeimbang dan konservasi ekosistem, pencipta iklim


15

mikro, sarana rekreasi dan estetika tetapi masing-masing ruang terbuka hijau

mempunyai penekanan pada fungsi khusus (Purnomohadi, 2001).

Tabel 1. Fungsi Pokok Ruang Terbuka Hijau

Jenis RTH Fungsi Tujuan Keterangan


Lahan
Taman Kota Ekologis, Keindahan (tajuk, Mutlak dibutuhkan
rekreatif, tegakan, pengarah, bagi kota,
Estetis, pengaman, pengisi, dan keserasian, rekreasi
Olah raga pengalas), kurangi aktif dan pasif,
pencemaran, meredam nuansa rekreasi,
bising, perbaiki iklim terjadinya
mikro, daerah resapan, keseimbangan
penyangga system mental(psikologis)
kehidupan, kenyamanan dan fisik manusia,
habitat,
keseimbangan
ekosistem
Jalur Konservasi Perlindungan, Perlindungan total
(tepian) mencengah okupansi tepi kiri-kanan
Sempadan penduduk bantaran sungai
Sungai dan (±25-50 m)
Pantai
Pencegah Mudah menyebabkan Rawan erosi
erosi erosi, iklim mikro,
penahan badai
Penelitian Taman laut
16

Jenis RTH Fungsi Tujuan Keterangan


Lahan
Taman Olah Kesehatan, Kenikmatan,pendidikan, Rekreasi aktif,
raga, Rekreasi kesenangan, kesehatan, sosialisasi,
Bermain, interaksi, kenyaman mencapai prestasi,
Rekreasi menumbuhkan
kepercayaan diri
Taman Pelayanan Perlindungan, Dibutuhkan seluruh
Pemakaman public pendukung ekosistem, anggota
Umum ventilasi dan pemersatu masyarakat,
ruang kota menghilangkan
rasa angker
Pertanian Produksi, Kenyamanan spasial, Peningkatan
Kota estetika, visual, audial dan produksivitas
pelayanan thermal ekonomi budidaya tanaman
public pertanian

Sangat penting untuk diingat bahwa tumbuhan merupakan kehidupan

pelopor yang menyediakan bahan makanan dan perlindungan kepada hewan

maupun manusia. Sementara untuk kota di luar negeri taman identik dengan

peradaban suatu bangsa, sehingga mereka sangat memperhatikan masalah

pembanguan fungsi, misalnya Di Italia; terkenal sebagai tempat asal pemusik

kelas dunia memiliki taman dengan ciri khas permainan musik lewat water

orchestra, Di Yunani; orang terkenal gemar memasak dan mengobati

memiliki taman dengan ciri khas kitchen garden, Di Mesir; taman memiliki ciri

khas tanaman herba, rempah-rempah dan wewangian, di Inggris; taman


17

dengan rumput terpangkas rapi dengan seni pemangkasan yang terkenal

yaitu topiary, di Cina dan Jepang; dengan tradisi Buddhisme, taoisme

merancang taman yang berfungsi spirit kerohanian dengan ciri khas taman

adalah air, batu dan bukit-bukitan dan di Sydney yang berpenduduk asli suku

Aborigin menganggap tanah dan alam bagian dari hidup mereka, jadi

pemerintah membangun taman nasional (suaka alam) dengan

mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai pengelola taman dan setelah itu

mengembalikannya kepada penduduk tradisional sepenuhnya, lalu

pemerintah menyewa taman tersebut dari penduduk, sehingga sehingga

kedua pihak mengelolanya bersama.

3. Fasilitas Pendukung Ruang Terbuka Hijau

Menurt Rubenstein (1992), mengemukakan bahwa fasilitas/ elemen

pendukung RTH sebagai berikut :

a. Ground Cover, adalah elemen utama sebagai penutup tanah

berupa tekstur, material. Adapun dari segi material dibedakan atas 2

(dua),yakni:

✓ Material Keras : batu-bata, paving, aspal

✓ Material Lunak : rumput dan tanah liat

b. Bangku (tempat duduk), diperlukan untuk beristirahat atau bersantai

menikmati suasana taman. Bangku dapat dibuat dari besi, kayu, batu
18

atau beton dan memiliki sandaran. Umumnya bangku yang baik

memiliki ketinggian 37,5 - 45cm.

c. Tanaman peneduh, berfungsi sebagai peneduh terhadap sinar

matahari dan hujan, mengurangi kebisingan, polusi kendaraan

bermotor, dan memperindah kawasan.

d. Tempat sampah, merupakan prasarana dalam menjaga kebersihan

lingkungan taman.

e. Jam, apabila ditempatkan pada posisi yang tepat dapat menjadi

landmark di taman.

f. Lampu, dimana berfungsi sebagai penerangan bagi pengguna ruang

terutama pada malam hari.

g. Sculpture, berfungsi sebagai penambah estetika dan vocal point

(menarik perhatian mata). Contohnya: patung, air mancur.

4. Kebijakan Dan Standar Ruang Terbuka Hijau

Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

mengharuskan proporsi ruang terbuka hijau sebanyak 30% dengan

rincian sebesar 20% ruang terbuka hijau publik, dan 10% ruang terbuka

hijau privat dari luas wilayahnya. Proporsi 30% merupakan ukuran

minimal untuk menjamin ekosistem kota.


19

Standar kebutuhan RTH menurut peraturan menteri pekerjaan umum

No.05/PRT/M/2008 berdasarkan jumlah penduduk dapat dibagi kedalam

beberapa unit lingkungan. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah

penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk


20

Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan


Umum, 2008

C. Taman Kota

Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang

berada di perkotaan dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat

beraktivitas. Secara umum taman kota memiliki tiga fungsi yang saling

berkaitan, antara lain fungsi ekologis, estetika dan fungsi sosial. Fungsi

ekologis memposisikan taman kota sebagai penyerap polusi akibat dari


21

padatnya aktivitas penduduk, seperti meredam kebisingan dan menyerap

kelebihan CO2. Dalam fungsi estetika, taman kota berperan untuk

mempercantikl sebuah kota, dan dalam fungsi sosial, taman kota menjadi

wadah masyarakat dalam berbagai aktivitas sosial seperti berolahraga,

rekreasi dan diskusi (Mahardi, 2013)

Menurut Perda Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 tahun 2009, taman

kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berdiri sendiri atau

terletak di antara batas – batas bangunan/prasarana kota lain dengan

menggunakan unsur – unsur buatan atau alami, baik berupa vegetasi

maupun material – material pelengkap lain yang berfungsi sebagai fasilitas

pelayanann warga kota dalam berinteraksi sosial. Selanjutnya Menurut

Gallion, 1994 dalam Mahardi (2013) menyatakan taman kota biasanya

merupakan transisi antara perkembangan kota dan daerah pedesaan, yang

terletak di luar konsentrasi penduduk. Taman kota dibentuk sebagai penyekat

hijau untuk memisahkan berbagai penggunaan lahan dalam kota.

Taman kota memiliki fasilitas – fasilitas yang melengkapi kebutuhan

para pengguna misalnya plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang, tempat

bersejarah (museum), dan lainnya. Selain mengakomodir kebutuhan rekreasi

masyarakat kota, fungsi taman kota juga sebagai pelembut kesan keras dari

struktur massif fisik kota. Taman kota juga dapat membentuk karakter kota

dan memberikan keindahan visual lingkungan kota agar tercipta unity antar

ruang.
22

Tabel 3. Daftar nama dan lokasi taman kota yang dikelola Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Soppeng Tahun
2016
NO NAMA TAMAN LOKASI LUAS (m2)
Sebelah Utara Stadion H. A.
1 Taman Bunga Laburawung 665
Wana
2 Taman Tugu BNI Jl. Merdeka 26
3 Taman Lamumpatue (Salassa'E) Jl. Lamumpatu'E 144
4 Taman Tugu BRI Jl. Merdeka 28
5 Taman Villa Yuliana Jl. Pengayoman 980
6 Taman Kalong Jl. Merdeka, Jl. Lamumpatu'E 1.080
7 Taman Tugu Adipura Jl. Pemuda 31
8 Taman BNI Jl. Kalino 12
9 Taman Tugu Prasamya Jl. Pemuda 100
10 Taman Anggrek Jl. Kemakmuran 790
11 Taman Tugu Tani Jl. Kemakmuran 805
12 Taman Waduk Ompo Ompo 600
13 Taman Segitiga depan Kel. Botto Jl. Kayangan 15
Taman Segitiga Jalan Harum
14 15
Sewo Jl. Harum Sewo
15 Taman Segitiga Jl. Perumnas Anggrek Permai 15
16 Taman Tugu Mas Takalala Tettikenrarae Kec. Marioriwawo 112
Taman Segitiga dekat KUA
17 57
Liliriaja Cangadi, Kec. Liliriaja
18 Taman Dare Bunga-Bunga'E Pajalesang 315
Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten
Soppeng(2016)

D. Kriteria Tanaman Untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)


23

Dalam pengembangan RTH, pemilihan jenis tanaman yang tepat,

sesuai dengan fungsi-fungsi RTH, maka perlu diperhatikan persyaratan

umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan, yakni beberapa hal

sebagai berikut : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/PRT/M/2008)

• Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota,

• Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur,

udara dan air yang tercemar),

• Cepat tumbuh dan mempunyai umur yang panjang,

• Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang,

• Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah,

• Dahan dan ranting tidak mudah patah,

• Buah tidak terlalu besar,

• Tidak gugur daun (serasah yang dihasilkan sedikit),

• Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap,

• Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri,

• Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme),

• Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota,

• Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau

oleh masyarakat,

• Mempunyai bentuk yang indah,

• Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada,


24

• Kompatibel dengan tanaman lain,

• Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,

• Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan

indah/artistik, baik ditinjau dari bentuk, warna, tekstur maupun

aromanya.

Booth (1983) dalam Mahardi (2013) mengemukakan bahwa tanaman

memiliki tiga fungsi utama dalam lingkungan perkotaan yaitu fungsi structural,

fungsi lingkungan dan fungsi visual. Fungsi lingkungan dapat dikatakan juga

sebagai fungsi ekologis. Tanaman memiliki peranan penting yang

berpengaruh pada kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung. Fungsi – fungsi tanaman anatara lain meluputi perbaikan iklim,

bidang teknik, bidang arsitektur, nilai estetika dan habitat kehidupan liar.

Agar dapat memenuhi fungsi – fungsi ekologis tanaman, terdapat

beberapa criteria yang harus diperhitungkan, yaitu :

1. Peredam Bising

Efektifitas tanaman dalam mengontrol kebisingan tergantung pada

tinggi tanaman, kepadatan daun, dan jarak penanaman. Sedangkan Laurie

(1986) dalam Mahardi (2013) menyatakan bahwa kemampuan tanaman

dalam mereduksi kebisingan tergantung dari ukuran dan kerapatan daun.

Penanaman pohon dan semak dapat mengurangi tingkat kebisingan di udara.

Kebisingan dapat direduksi hingga 10 dB pada jalur yang tersusun dari pohon

yang tinggi dan rimbun. Semakin dekat tanaman ke sumber kebisingan akan
25

semakin efektif tanaman tersebut dalam meredam bising. Tingkat kebisingan

yang dapat direduksi oleh tanaman juga dipengaruhi oleh intensitas,

frekuensi, dan arah suara.

2. Modifikasi Suhu (Peneduh)

Suhu lingkungan sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari, untuk itu

diperlukan tanaman sebagai media penangkap radiasi untuk menurunkan

suhu lingkungan. Efektifitas tanaman dalam menangkap radiasi matahari

tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun, dan pola percabangan.

Pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi

matahari. Karakteristik tanaman yang dapat menghalangi sinar matahari dan

menurunkan suhu lingkungan yaitu bertajuk lebar, bentuk daun lebar, dan

memiliki ketinggian kanopi lebih dari 2 meter.

3. Pengontrol Kelembaban Udara

Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan

mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau

berdaun kasar (berambut), pola percabangan horisontal dan tekstur batang

yang kasar. Tanaman dapat mengontrol kelembaban udara dengan

melakukan transpirasi, yaitu melepaskan uap air ke udara. Semakin banyak

jumlah daun maka semakin banyak jumlah uap air yang dikeluarkan, dengan

demikian kelembaban udara semakin tinggi.

4. Penahan Angin
26

Dengan keberadaan tanaman maka kecepatan angin dapat

dimanipulasi dengan cara menghalangi atau membelokkan arah angin.

Komposisi tanaman yang berbeda ketinggian mampu mengurangi kecepatan

angin sekitar 40-50%. Tingkat proteksi suatu area terhadap angin tergantung

pada ketinggian tanaman. Beberapa kriteria tanaman sebagai penahan angin

menurut Dahlan (1992), antara lain: (1) memiliki dahan yang kuat namun

cukup lentur; (2) daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin yang agak

kuat; (3) tajuk tidak terlalu rapat dan juga tidak terlalu jarang. Tajuk yang

terlalu rapat akan mengakibatkan terbentuknya angin turbulen, sedangkan

tajuk yang terlalu jarang tidak dapat berfungsi sebagai penahan angin.

Kerapatan tanaman yang ideal antara 75-85%; (4) tinggi tanaman harus

cukup, agar dapat bekerja sebagai pelindung dengan baik.

Tabel 4. Contoh Pohon untuk Taman Lingkungan dan Taman Kota

NO Jenis dan Nama Tanaman Nama Latin Keterangan


1. Bunga Kupu-kupu Bauhinia purpurea Berbunga
2. Sikat Botol Calistemon lanceolatus Berbunga
3. Kamboja merah Plumeria rubra Berbunga
4. Kersen Muntingia calabura Berbuah
5. Kendal Cordia sebestena Berbunga
6. Kesumba Bixa orellana Berbunga
7. Jambu batu Psidium guajava Berbuah
8. Bunga sakura Lagerstroemia loudonii Berbunga
9. Bunga saputangan Amherstia nobilis Berbunga
27

10. Lengkeng Dimocarpus longan Berbuah


11. Bunga lampion Brownea ariza Berbunga
12. Bungur Lager stroemea floribunda Berbunga
13. Tanjung Momosups elengi Berbunga
14. Kenanga Cananga odorata Berbunga
15. Sawo kecik Manilkara kauki Berbuah
16. Akasia Acacia denticulosa Berbunga
17. Jambu air Eugenia aquea Berbuah
18. Kenari Canarium commune Berbuah

Catatan : Pemilihan tanaman disesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim


setempat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
05/PRT/M/2008)

E. Sarana dan Fasilitas Taman

Taman kota adalah salah satu perwujudan dari ruang terbuka kota

yang sangat penting untuk tempat mengfasilitasi public. Banyak fungsi dari

adanya Taman Kota seperti peresapan air untuk mengurangi resiko banjir,

mengurangi tingkat polusi di lingkungan Kota dan menghasilkan oksingen

yang merupakan kebutuhan utama manusia bertahan hidup. Salah satu

manfaat didirikan taman dalam kota untuk memperindah tampilan suatu kota,

memberikan efek kesehatan untuk masyarakat yang berolahraga, berekreasi

bersama keluarga tanpa menempuh jarak yang jauh untuk menikmati

hijaunya alam dan memiliki fungsi sosial untuk warga bersosialisasi sehingga
28

terciptanya kehidupan harmonis dan memfasilitasi masyarakat untuk

beraktivitas dan bberekreasi diruang terbuka.

RTH Taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan

berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini

dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan

fasilitas rekreasi, taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman khusus

(untuk lansia), fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga dengan

minimal RTH 30%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum.

Prinsip perancangan taman merupakan dasar-dasar yang digunakan

dalam kegiatan perancangan taman yang merupakan ruang terbuka kota

yang mencakup aspek-aspek yang dipertimbangkan serta pengaturan

komponen-komponen penataan taman. Prinsip perancangan ini disusun agar

potensi pengembangan taman yang ada dapat dimanfaatkan sebaik

mungkin, serta persoalan yang ada dapat diatasi, dengan ikut

dipertimbangkannya sisi kebutuhan manusia (demand) sehingga dihasilkan

suatu penataan taman yang baik. Untuk menyusun prinsip perancangan

taman, selain didasarkan pada kriteria perancangan (issues of concern) serta

komponen yang diatur (scope of issues), juga diperlukan pula input berupa

preferensi masyarakat (demand) dan kondisi eksisting taman (supply)

sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunannya.

Pengaturan komponen-komponen ditujukan agar kriteria yang

diinginkan dapat tercapai, oleh karena itu setiap komponen memiliki indikator
29

tertentu sebagai tolak ukur pencapaian kriteria yang diwakilinya. Selain

sebagai acuan kondisi ideal taman yang harus dicapai, kriteria dan

komponen ini juga merupakan dasar dalam menilai kualitas taman yang ada,

sehingga dengan dilakukannya penilaian terhadap kualitas taman yang ada,

dapat dirumuskan prinsip-prinsip perancangan taman. Prinsip-prinsip

perancangan taman disusun berdasarkan kriteria atau aspek-aspek yang

dipertimbangkan (issues of concern) dengan mengatur komponen-komponen

yang ada (scope of issues ) agar kriteria-kriteria yang diinginkan dapat

tercapai. Kriteria atau aspek-aspek yang dipertimbangkan, yaitu:

1. Keamanan, yaitu menyangkut keamanan lingkungan taman yang

harus diciptakan agar pengguna merasa aman dalam melakukan

aktifitasnya di dalam taman, serta agar mencegah terjadinya tindak

kriminalitas di dalam taman.

2. Keselamatan, yaitu penciptaan keselamatan bagi pengguna ketika

beraktifitas di dalam taman, serta melindungi pengguna dari

kemungkinan terjadinya kecelakaan.

3. Kesehatan, yaitu menyangkut penciptaan lingkungan taman yang

sehat.

4. Daya Tarik, yaitu menyangkut daya tarik yang ditimbulkan oleh taman,

dari segi aktifitas penggunanya yang menjadi daya tarik sehingga

mampu menjadi tempat interaksi pengguna.


30

5. Kenyamanan, menyangkut rasa nyaman pengguna dalam

menggunakan fasilitas dan melakukan aktifitasnya. Selain itu,

kenyamanan juga menyangkut penyediaan fasilitas dalam taman

untuk pengguna beraktifitas dengan nyaman. Oleh karena itu perlu

dilakukan pemenuhan kebutuhan pengguna agar secara psikologis

rasa nyaman dapat diciptakan.

6. Aksesibilitas, memiliki tiga pengertian yaitu pertama, merupakan

kemudahan pengguna dalam memasuki taman secara fisik. Kedua,

aksesibilitas visual yang menyangkut kemudahan pencapaian taman

secara visual. Terakhir, aksesibilitas menyangkut kemudahan dan

kebebasan pengguna dalam beraktifitas di dalam taman.

7. Keindahan, yaitu menyangkut unsur estetika yang terdapat pada

taman, sehingga menimbulkan nuansa lingkungan yang

menyenangkan secara estetis.

F. FGD (Focus Group Discussion)

Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion merupakan

suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu masalah tertentu yang

sangat spesifik. Irwanto (2007) menjelaskan bahwa diskusi kelompok terarah

adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin seorang

narasumber atau moderator yang mendorong peserta untuk berbicara


31

terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting dan berkaitan

dengan topik saat itu. Menurut Prastowo (2011) Diskusi Kelompok Terarah

merupakan suatu bentuk penelitian kualitatif dimana sekelompok orang

dimintai pendapatnya mengenai suatu produk, konsep, layanan, ide, iklan,

kemasan/situasi kondisi tertentu. Tujuan dari Diskusi Kelompok Terarah itu

sendiri adalah untuk memperoleh masukan atau informasi mengenai

permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian masalah ini

ditentukan oleh pihak lain setelah informasi berhasil dikumpulkan dan

dianalisis. Karakteristik Diskusi Kelompok Terarah adalah (1) Jumlah peserta

Diskusi terbatas, dengan tujuan agar setiap peserta mendapat kesempatan

untuk berbicara, mengemukakan pendapat dan terlibat aktif dalam diskusi,

(2) Peserta diskusi berasal dari satu populasi sasaran yang sama atau

kelompok homogen, dengan ciri-ciri yang sama, ditentukan dari tujuan

penelitian.

Menurut Prastowo (2011), prinsip yang harus dipegang teguh dalam

Diskusi Kelompok Terarah adalah: 1. FGD adalah Kelompok Diskusi, bukan

wawancara atau obrolan. Ciri khas metode riset FGD yang tidak dimiliki oleh

metode penelitian kualitatif lain (baik wawancara mendalam maupun

observasi) adalah adanya interaksi. 2. FGD adalah Group, bukan individu.

Sehingga, agar dinamika kelompok berjalan lancar, setiap anggota kelompok

terlibat secara aktif. 3. FGD adalah diskusi terfokus, bukan diskusi bebas.

Tidak hanya terfokus pada Interaksi dan Dinamika Kelompok, namun pula
32

terfokus pada Tujuan Diskusi. Ada beberapa alasan mengapa Diskusi

Kelompok Terarah dipilih adalah: Adanya keyakinan bahwa masalah yang

diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara. Untuk

memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat.

Sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat

lokal dan sepesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan masayarakat

setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling serasi. Untuk

menumbuhkan peranan memilih dari masyarakat yang diteliti, sehingga pada

peniliti memberikan rekomendasi, dengan mudah masyarakat mau menerima

rekomendasi tersebut.

Syarat agar Diskusi Kelompok Terarah dapat berjalan lancar adalah:

Setiap Diskusi Kelompok Terarah membutuhkan 1 (satu) orang moderator, 1

(satu) pencatat proses, 1 (satu) pengembang peserta dan 1 (satu) atau 2

(dua) orang logistik dan blocker (Irwanto, 2007). Tugas utama moderator atau

fasilitator adalah : Menjamin terbentuknya suasana yang akrab , saling

percaya dan yakin diantar peserta. Peserta harus saling diperkenalkan.

Menerangkan tatacara berinteraksi dengan menekankan bahwa semua

pendapat dan sasaran mempunayi nilai yang sama dan sama pentingnya dan

tidak ada jawaban yang benar atau salah. Cukup mengenal

permasalahannya sehingga dapat mengajukan pertanyaan yang sesuai dan

bersifat memancing peserta untuk berfikir. Perlu adanya garis besar topik

yang akan didiskusikan untuk menentukan arah diskusi. Moderator harus


33

berskap santai, antusias, lentur, terbuka terhadap saran-saran, bersedia

diinterogasi, bersabar dan harus dapat mengendalikan suaranya.

Memperhatikan keterlibatan peserta, tidak boleh berpihak atau membiarkan

beberapa orang tertentu memonopoli diskusi dan memastikan bahwa setiap

orang mendapat kesempatan yang cukup untuk berbicara.

Memperhatikan komunikasi atau tanggapan yang berupa bahasa

tubuh atau non verbal. Mendengarkan diskusi sebaik-baiknya sambil

memperhatikan waktu dan mengarahkan pembicaraan agar dapat berpindah

dengan lancar dan tepat pada waktunya sehingga semua masalah dapat

dibahas sepenuhnya. Lama pertemuan tidak lebih dari 90 menit, untuk

menghindari kelelahan. Peserta diskusi adalah orang dari populasi sasaran

terpilih secara acak sehingga dapat mewakili populasi sasaran. Tetapi

seringkali cara ini tidak mungkin dilakukan atau tidak diinginkan karena

adanya keterbatasan ekonomi, demografis atau kebudayaan, maka lebih baik

membentuk kelompok yang umumnya, yaitu dengan menyaring berdasarkan

karakteristik tertentu. Kegagalan sebuah Diskusi kelompok Terarah antara

lain karena : 1. Karakter Konsumen/Peserta. Para peserta merupakan

peserta pasif, pengguna produk yang tidak potensial 2. Dinamika Kelompok.

Terdapat peserta yang dominan dan menguasai para peserta lainnya 3.

Keterbatasan Waktu. Keinginan untuk segera mendapat hasil temuan dan

dengan biaya murah. David Minter & Michael Reid menjelaskan bahwa hal ini

yang sering membuat hasil kurang mendalam, kurang cerdas dan inovatif
34

mengenai sebuah temuan, misalnya tentang produk yang laku di pasaran.

Namun hal ini juga akan terbentur dengan dilematis, karena jika waktu

diskusi ditambah atau ditingkatkan, mungkin saja mengakibatkan peserta

bosan atau mengalami Syndrom Respondent Fatique.

G. AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu

prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi

criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan

dalam penyusunan prioritas. Di samping bersifat multi kriteria, AHP juga

didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis (Susila dkk., 2007

dalam Setiyadi, S, dkk, 2011). Lubis (2013) menggunakan metode AHP

dengan bantuan kuisioner untuk menganalisis prioritas kebijakan yang

mendukung pengembangan hutan kota DKI Jakarta. AHP dapat juga

digunakan untuk menentukan jenis penggunaan lahan yang paling optimal

dari sekian banyak opsi yang tersedia (Baja, 2012).

Alternatif dalam penggunaan AHP dan GIS dalam evaluasi kesesuaian

lahan ada bermacam-macam, salah satunya adalah pendekatan

menggunakan unit lahan. Dalam evaluasi kesesuaian lahan, dapat saja

terjadi satu jenis penggunaan lahan sesuai untuk dikembangkan (menurut

kriteria yang digunakan) pada banyak unit lahan dalam ruang wilayah
35

tertentu. AHP dan GIS dapat digunakan untuk memilih unit lahan mana yang

paling sesuai (secara berurut) dikembangkan untuk komoditas atau

penggunaan lahan yang dikaji (Baja, 2012).

Menurut Magdalena (2012), karena sulitnya menentukan bobot-bobot

ataupun prioritas-prioritas yang sering berubah-ubah, maka digunakan

perbandingan berpasangan yang menggunakan data, pengetahuan, dan

pengalaman untuk memperoleh prioritas. Prinsip ini berarti membuat

penilaian berkenaan dengan pertimbangan relative pentingnya satu elemen

terhadap yang lain. Untuk itu diperlukan suatu skala perbandingan antar dua

elemen, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pertanyaan biasanya

diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah:

a. Elemen mana yang lebih penting (penting/disukai/mungkin)?

b. Berapa kali lebih penting (penting/disukai/mungkin)?

Untuk kegiatan pembandingan antar sepasang objek, metode AHP

memberikan sebuah skala banding antar dua objek (Magdalena, 2012)

seperti dituangkan pada Tabel 5. Responden yang diambil dalam pemilihan

sampel yang digunakan di AHP adalah responden ahli yang berasal dari para

pemangku kepentingan RTH. Pemilihan responden dilakukan berdasarkan

ketentuan bahwa responden yang dipilih adalah responden ahli. Yang

dimaksud dengan responden ahli adalah orang-orang yang menguasai materi

penelitian (Magdalena, 2012; Sestri, 2013).


36

Hasil perhitungan dengan geometric mean tiap responden dengan

menggunakan AHP kemudian digabungkan dan nilai hasil penggabungan

tersebut akan dihitung tingkat consistency ratio-nya (CR) menggunakan tool

Expert Choice 11. Inconsistency ratio atau rasio inkonsistensi data responden

merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah

perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak

(Magdalena, 2012). Skala banding berpasangan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Skala banding secara berpasangan (Magdalena, 2012)


36

H. Kerangka Pikir Penelitian

KRITERIA VEGETASI UNTUK


KELENGKAPAN FASILITAS
TANAM KOTA BERDASARKAN
PADA TAMAN KOTA
PERMEN PU NO: 05/PRT/M/2008

YA TIDAK JUMLAH FUNGSI

SARINGAN EKOLOGI PERLU ADANYA PENAMBAHAN


FASILITAS

Aspek Hortikultural : Aspek Arsitektural :


✓ Syarat Tumbuh
✓ Kebutuhan ✓ Ukuran
Tanaman ✓ Warna
✓ Cahaya
✓ Air ✓ Bentuk
✓ Nutrisi, dll. ✓ Tekstur

TANAMAN YANG SESUAI FASILITAS TAMAN YANG


KEBUTUHAN RTH SESUAI KEBUTUHAN RTH

KOMPONEN LANDSKAP YANG SESUAI RTH DI


TAMAN VILLA YULIANA KABUPATEN SOPPENG

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


37

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan

perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005 dalam Rahim, 2014). Penelitian

ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi suatu variabel atau tema,

gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan atau gejala menurut apa yang

ada pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan metode survey, Kuisioner, Analytical

Hierarchy Process (AHP) dan Focus Group Discussion (FGD).

Data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder

dianalisis secara interpretatifdan kuantitatif dengan merujuk pada referensi

yang ada (studi pustaka).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Taman Villa Yuliana Kabupaten

Soppeng, Sulawesi Selatan. Alasan dipilihnya Taman Villa Yuliana sebagai

lokasi penelitian ini karena taman kota ini merupakan salah satu taman yang

berada tepat di pusat kota. Keberadaan taman kota hadir di tengah hiruk

piruk kehidupan perkotaan Kabupaten Soppeng yang dinamis. Taman Villa


38

Yuliana merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk berkumpul dan

berinteraksi oleh Masyarakat Kabupaten Soppeng (Gambar 2.)

Penelitian ini berlangsung dari bulan januari sampai bulan april 2017 di

Taman Villa Yuliana, Jl. Pengayoman, Kelurahan Botto, Kecamatan Lalabata,

Kabupaten Soppeng.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kamera digital, Drone,

Laptop dan alat gambar. Jenis software penunjang untuk pengolahan data

antara lain : Microsoft Word dan Excel 2010, Expert Choise 11 dan Realtime
39

Landscaping Architech. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain : Peta

dasar lokasi.

D. Sumber Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer sebagai data utama, diperoleh langsung dari hasil wawancara dan

pengisian kuisioner oleh narasumber/stakeholders yang terdiri dari Pemda

Kabupaten Soppeng, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sopeng, Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Soppeng, Tim

Penggerak PKK Kabupaten Soppeng dan Tokoh masyarakat/pengunjung.

Sedangkan Data Sekunder dalam penelitian ini berupa arsip atau dokumen

dari dinas terkait dan media online (studi pustaka).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, Karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh

data. Untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggung

jawabkan kebenaran ilmiahnya. Terdapat dua jenis data penelitian ini, yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan

dan pengukuran secara langsung pada tapak, pemotretan, wawancara

dengan narasumber dan penyebaran kuisioner kepada responden. Data

sekunder diperoleh melalui pencarian data di dinas terkait dan pengumpulan


40

studi pustaka dan literatur. Jenis data, sumber dan teknik pengumpulan data

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis Data Teknik Sumber Data


Pengumpulan Data
(1) (2) (3) (4)
A Aspek Fisik dan
Biofisik
Survei lapang dan Lapangan dan
• Letak luas dan batas wawancara literatur
tapak
Studi Pustaka BPS dan BMKG
• Iklim Tanah dan Survei lapang dan Lapangan dan
topografi wawancara pengelola

Studi Pustaka dan BPS


• Hidrologi (sumber Survei lapang
air), Drainase
Survei lapang dan Lapangan
• Fasilitas dan Utilitas wawancara

Survei lapang dan Lapangan


• Aksebilitas dan wawancara
Sirkulasi
Survei lapang dan Lapangan
• Vegetasi wawancara
Survei lapang Lapangan
41

• Pemandangan/view
B Aspek Sosial dan
Teknik
Wawancara Dinas
5. Pengelolaan Lingkungan
Hidup

6. Aktivitas Wawancara Dinas


Lingkungan
Hidup/Pengunjun
g

F. Teknik Analisis Data

Pendekatan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan sistem strata keputusan. Data dan informasi yang

diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Keseluruhan data

dianalisis dengan membandingkan data yang diperoleh dengan kriteria

evaluasi yang dibuat berdasarkan literatur. Kemudian dilakukan pembobotan

dengan menggunakan aplikasi AHP (Analytical Hierarchy Process) dan

program Expert Choice untuk menentukan skala prioritas dalam kesesuaian

ruang terbuka hijau Taman Villa Yuliana Kabupaten Soppeng. Validasi AHP

dilakukan dengan penilaian oleh orang yang mengetahui atau pakar di bidang

RTH. Pemaparan hasil analisis dilakukan secara deskriptif.dilengkapi dengan

diagram hasil sintesis.


42

AHP berfungsi untuk menyederhanakan masalah yang kompleks, tidak

terstruktur, strategik, dan dinamik yang menjadi bagian-bagiannya serta

menata variabel dalam suatu hierarki (tingkatan). Kemudian tingkat variabel

diberi nilai numeric secara subjektif tentang arti pentingnya secara relatif

dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut

kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki

prioritas tertinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem

tersebut. Perbedaan antara model AHP dengan model lainnya terletak pada

jenis input model AHP yang memakai persepsi manusia yang dianggap

ekspert/ahli sebagai input utamanya (Saaty dan Forman, 1992).

G. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui prosedur berikut ini :

1. Observasi Awal

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan, serta untuk menghimpun keterangan –

keterangan dari pihak – pihak terkait yang dapat membantu dan menemukan

data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Serta dapat

mendukung data yang diperoleh dari data wawancara, sehingga akan

diketahui apakah data yang diberikan oleh informan terkait masalah

penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.


43

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung pada

lokasi penelitian yaitu Taman Villa Yuliana. Sebelumnya peneliti telah

melakukan studi banding di beberapa kota di Jawa Timur antara lain Taman

Kota Batu, Taman Selecta, Taman Bungkul dan Taman Kantor Wali Kota

Surabaya.

Pengamatan pada lokasi penelitian dan lokasi studi banding dilakukan

dengan menggunakan kamera digital dan drone untuk mendapatkan gambar

landskap secara keseluruhan.

2. Fokus Group Discussion (FGD)

Fokus Group Discussion merupakan penggalian informasi terfokus

pada satu masalah yaitu Manfaat, Fungsi Penataan dan harapan terhadap

Keberadaan Taman Villa Yuliana bagi masyarakat. Diskusi terfokus ini

dilakukan dengan menghadirkan Pemda Kabupaten Soppeng, Tim

Penggerak PKK Kabupaten Soppeng, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Sopeng, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten

Soppeng dan Tokoh masyarakat/pengunjung.

3. Wawancara (Interview)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam (in-

depth interview), yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan

wawancara mendalam melalui informan kunci yang memiliki pemahaman

lebih tentang ilmu arsitektur landskap dan memahami situasi dan kondisi

objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan terbuka dan


44

mengarah pada kedalam informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak

terstruktur. Kriteria pemilihan responden disesuaikan dengan topik dan tujuan

yang ingin dicapai. Responden yang dipilih merupakan individu-individu yang

diasumsikan mengetahui mengenai aspek yang dikaji atau sudah bisa

dipastikan memiliki informasi yang ingin diperoleh. Responden ahli antara lain

dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Soppeng, Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat (PUPR), Tim Penggerak PKK Kabupaten Soppeng

dan Dosen Fakultas Pertanian (Konsentrasi Landskap). Sedangkan

responden umum adalah Masyarakat/Pengunjung taman. Jumlah responden

tersebut dianggap telah mewakili.

4. Analisis Hierarki Proses (AHP)

Tahapan akhir dalam merumuskan strategi adalah dengan

menganalisis hasil wawancara/kuisioner pihak stakeholders dengan

menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP) software Expert Choice.

Penyusunan skala prioritas keputusan evaluasi kesesuaian ruang terbuka

hijau di Taman Villa Yuliana Kabupaten Soppeng dilakukan dengan

mengacu pada hasil AHP. Hasil rumusan disusun secara berurutan

berdasarkan tingkat kepentingan keputusan. Tingkat kepentingan keputusan

disusun berturut-turut dimulai dari keputusan dengan criteria nilai/bobot

tertinggi sampai terendah.

5. Perencanaan dan Konsep Perancangan


45

Pada tahap ini ditentukan konsep perencanaan tapak yang mengacu

pada tujuan serta fungsi yang ditetapkan. Konsep tersebut dikembangkan

lebih lanjut dalam bentuk rencana tata ruang, tata hijau, sirkulasi, fasilitas dan

utilitas serta aktivitas dalam tapak.

Tahap ini, merupakan pengembangan konsep perencanaan yang

terinci. Konsep yang dihasilkan menyajikan rincian rencana spesifik terhadap

elemen-elemen lanskap pada tapak tersebut. Pembuatan desain dan jenis

tanaman dalam bentuk tertulis dan bentuk gambar/terlukis atau gabungan

keduannya. Desain dalam bentuk tertulis dan ilustrasi gambar (site plan)

yang terdiri dari denah gambar, tampak potongan, detail dan perspektif.

6. Rekomendasi

Pada tahap ini dirumuskan rekomendasi untuk penerapan tata hijau di

taman kota terkait aspek ekologis dan estetika. Rekomendasi ini dirumuskan

sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan taman kota di

Kabupaten Soppeng.

PERSIAPAN DAN PENGUMPULAN DATA

✓ Data
INVENTARISASI/
Fisik
KONSEP AWAL
✓ Data
Biofisik
Stackholder FGD ✓ Data
Sosial
s

AHP ANALISIS DAN SINTESIS Potensi
Tapak
✓ Penge
mbangan
KONSEP PERUBAHAN Potensi
46

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Lokasi Penelitian

Taman Villa Yuliana terletak di tengah kota Kabupaten Soppeng yaitu

di Jalan Pengayoman, Kelurahan Botto, Kecamatan Lalabata, Kabupaten

Soppeng dengan luas wilayah 890 km2. Taman Villa Yuliana dibangun sejak

tahun 2012 dan mulai difungsikan sebagai Taman Kota pada tahun 2015

Sejak difungsikan sebagai Taman Kota yang sekaligus berfungsi

sebagai RTH di Kabupaten Soppeng, sarana yang terdapat pada tapak

berupa lampu taman, lampu sorot, kursi/tempat duduk, tempat sampah, dan
47

pergola, sedangkan prasarana yang terdapat pada tapak berupa jalan

setapak dan jaringan listrik yang berasal dari PLN. Sarana dan prasarana

tersebut secara lengkap tersaji pada Gambar 4.


48

Gambar 4. Sarana dan Prasarana di Taman Villa Yuliana

Kondisi eksisting yang ada menunjukkan bahwa sarana dan prasarana

yang berada didalam tapak belum cukup lengkap, begitu pula perawatan

pada berbagai fasilitas tersebut masih kurang sehingga perlu adanya

tindakan khusus dari pengelola terhadap kondisi tersebut. Selain sarana dan

prasarana, kondisi tanaman pada lokasi penelitian juga menjadi perhatian

secara khusus. Berdasarkan survey lapang, tanaman yang ada pada lokasi

penelitian terdiri atas tanaman pohon, tanaman perdu, tanaman semak dan

tanaman penutup tanah (Gambar 5).

A B C

D E F

G H I

J
49

K L

Gambar 5. Berbagai jenis tanaman yang terdapat pada tapak (a. Ketapang
Kencana (Terminalia mantaly) ; b. Palem Putri (Veitchia merillii) ; c. Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata) ; d. Pucuk Merah (Syzygium oleina) ;
e. Rombusa (Passiflora foetida) ; f. Puring (Codiaeum variegatum) ;
g. Walisongo (Schefflera arboricola) ; h. Soka merah (Ixora acuminata) ;
i. Melati Jawa (Jasminum officinale) ; j. Oleander (Nerium oleander );
k. Akalipa (Acalypha hispida) ; l. Cemara Norfolk (Araucaria heteropylla

Umumnya tanaman yang ada pada tapak merupakan tanaman yang

mempunyai nilai estetika yang indah dengan model penanaman yang sangat

beragam, namun dengan keberagaman tersebut sehingga posisi tanaman

menjadi tidak teratur. Penempatan tanaman banyak yang tidak sesuai, dan

beberapa jenis tanaman tidak mampu tumbuh jika tidak mendapatkan sinar

matahari langsung.

Berdasarkan hal tersebut di atas, sehingga dirasa perlu untuk

melakukan identifikasi karakteristik tanaman yang didasarkan pada kriteria

menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyedia dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan. Hal ini diperlukan untuk memaksimalkan fungsi tanaman baik

secara estetika maupun fungsi hidrologis, ekologi, kesehatan, estetika, dan

rekreasi.
50

B. Identifikasi Karakteristik Tanaman Pada Lokasi Penelitian


Berdasarkan Kriteria Yang Ditetapkan Pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008

Dalam melakukan identifikasi karakteristik tanaman pada lokasi

penelitian harus disesuaikan dengan kriteria tanaman berdasarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Penyedia dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Kriteria tersebut secara lengkap tersaji pada Bab II Poin D.

Pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap tanaman yang

digunakan pada Taman Villa Yuliana, secara lengkap tersaji Pada Tabel 7 di

bawah ini.

Tabel 7. Tanaman Yang digunakan Pada Taman Villa Yuliana

NO NAMA LOKAL NAMA LATIN KLASIFIKASI


1. Agave Aleurites moluccana Semak/Herbaseus
2. Bromelia/Tri Color Dracaena reflexca Semak/Herbaseus
3. Kana Canna indica Semak/Herbaseus
4. Ketapang Kencana Terminalia mantaly Pohon Besar
5. Tahi Ayam Lantana Camara Semak/Herbaseus
6. Mahoni Swietenia macrophylla Pohon Besar
7. Kembang Kertas Bougainvillea spectabilis Perdu
8. Pucuk Merah Syzygium oleina Perdu
9. Palem Putri Veitchia merillii Pohon Kecil
11. Oleander Nerium oleander Perdu
12. Melati Jawa Jasminum officinale Perdu
13. Lidah Mertua Sansevieria trifasciata Semak/Herbaseus
14. Kenikir Cosmos caudatus Penutup Tanah
15. Iris Neomarica longifolia Semak/Herbaseus
16. Lili Paris Clorophytum comosum Penutup Tanah
17. Puring Codiaeum variegatum Perdu
18. Ekor Kucing/Akalipa Acalypha hispida Perdu
19. Cemara Norflok Araucaria heteropylla Pohon sedang
20. Soka Merah Ixora acuminata Perdu
51

21. Asam Keranji Dialium indum Pohon Besar


22. Tabebuya Tabebuia rosea Pohon Kecil
23 Rombusa Passiflora foetida Penutup Tanah
26. Rumput Mutiara Hedyotis corymbosa Penutup Tanah
28. Rumput Gajah Mini Pennisetum purpureum Penutup Tanah

Setelah identifikasi karakteristik jenis tanaman yang digunakan pada

Taman Villa Yuliana, kemudian dilakukan wawancara dengan instansi terkait

pada bidang yang berbeda, dan penilaian bobot untuk setiap elemen yang

dinilai. Hasil penilaian bobot untuk masing-masing elemen tersebut kemudian

dianalisis dan dijadikan dasar untuk mengidentifikasi karakteristik tanaman

apakah tanaman tersebut sudah sesuai peruntukannya atau belum sesuai

peruntukannya.

Terdapat dua bagian yang diberikan bobot sesuai dengan pertanyaan

yang dibuat sebelumnya, yaitu :

Bagian pertama menyangkut pembobotan 7 karakteristik tanaman

(softscape) dengan pertanyaan sebagai berikut : Karakteristik tanaman

manakah yang perlu dipertimbangkan dalam penataan taman Villa Yuliana.

Pada bagian ini penilaian dilakukan dengan perbandingan dua jenis tanaman

berpasangan yang dilakukan secara bergantian menurut prioritasnya

(pairwise comparisions). Pada bagian ini jawaban bersifat subjektif

berdasarkan pertimbangan masing – masing pakar yang kemudian dilihat

kembali urutan stakeholder yang paling berpengaruh dalam membuat

kebijakan terhadap RTH.


52

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/PRT/M/2008

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan bahwa contoh jenis vegetasi pada taman kota yaitu :

(1) 150 Pohon (Pohon Besar, Pohon Sedang, Pohon Kecil); (2) Semak; (3)

Perdu; dan (4) Penutup Tanah. Karakteristik tanaman yang paling penting

dalam pembangunan taman kota di Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada

Gambar 6.

KARAKTERISTIK TANAMAN YANG PENTING


Pohon Besar Pohon Sedang Pohon Kecil Perdu Semak/Herbaseus Penutup Tanah

0.268
0.265

0.234

0.227
0.225

0.224
0.138

0.106
0.069

0.080

0.077
0.055

DLH DINAS PUPR PAKAR BUPATI PKK PENGUNJUNG

Gambar 6. Grafik Pembobotan Karakteristik tanaman di Taman Villa Yuliana.

Gambar 7. Hasil Pembobotan AHP Karakteristik tanaman yang penting


di Taman Villa Yuliana
53

Hasil AHP menunjukkan bahwa karakteristik tanaman yang paling

penting dalam pembangunan taman kota di Kabupaten Soppeng menurut

Dinas Lingkungan Hidup yaitu penutup tanah dengan bobot 0.265. Menurut

Dinas PUPR yaitu perdu dengan bobot 0.234. Menurut Pakar yaitu perdu

dengan bobot 0.225 dan Menurut Bupati yaitu semak/herbaseus yang paling

penting dengan bobot 0.227. Menurut Tim Penggerak PKK yaitu

semak/herbaseus dengan bobot 0.268 dan Menurut Pengunjung yaitu perdu

merupakan karakteristik tanaman yang paling penting dengan bobot 0.224.

Menurut Dinas Lingkungan Hidup, karakteristik tanaman yang memiliki

prioritas penting di taman Villa Yuliana yaitu Penutup Tanah karena bersifat

selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang

kekurangan unsur hara. Tanaman penutup tanah atau cover crop memiliki

fungsi, yaitu: (a) meningkatkan kesuburan tanah; (b) Pengendalian Air; (c)

Pengendalian Gulma; dan (d) Pengendalian Hama dan Penyakit (Kurniawan,

2010). Contoh jenis tanaman penutup tanah yaitu krokot (Portulaca

oleracea), adam hawa (Rhoeo discolor), sutra bombai (Portulaca grandiflora),

lili paris (Clorophytum comosum), sugi putih (Dracaena sp.), bawang-

bawangan, dolar-dolaran dan jenis rerumputan.

Menurut Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Tim

Penggerak PKK dan Pengunjung, karakteristik tanaman yang memiliki

prioritas penting di taman Villa Yuliana yaitu perdu karena cabangnya yang

banyak dan tingginya kurang dari 4 –5 m. Menurut Theophrasthus, perdu


54

merupakan tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena

cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah, kurang dari 4-5

meter. Tanaman ini memiliki karakteristik umumnya berakar tunggang,

berbatang kayu, hidup bergerombol lebih dari satu pohon, cabang ranting

dan daunnya tumbuh bergerombol. Karakteristik lainnya yaitu memiliki kayu

dan batang yang hijau, tumbuh cepat dan menghasilkan bunga dan banyak

biji dalam singkat periode tertentu, memiliki daun dan batang yang mati turun

di akhir musim tanam ke tingkat tanah.

Tanaman perdu memiliki fungsi untuk menciptakan suatu degradasi

pandangan yang menarik (agar pandangan tidak selalu terarah kepada

tembok) tanaman hias perdu di kategorikan pada komponen softscape atau

suatu komponen lunak yang terdapat pada area taman meskipun tanaman

hias perdu merupakan jenis tumbuhan yang berukuran tinggi di bawah 6 m,

akan tetapi ukuran tersebut tidak berlaku pada area taman rumah sebab para

jasa pembuatan taman lebih sering menggunakan komponen tanaman hias

perdu dengan ukuran yang lebih pendek sekitar 70-150 cm. Contoh jenis

tanaman perdu yaitu Kenikir (Cosmos caudatus), Suplier (Adiantum sp.),

Mirten (Malphigia coccigyera), Kembang kertas (Bougainvillea spectabilis),

kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), nusa indah (Mussaenda

philippica), pucuk merah (Syzygium oleana), agave (Aleurites moluccana),

rombusa (Passiflora foetida), Hanjuang merah (Cordyline fruticosa) dan

bromelia (Dracaena reflexca).


55

Menurut Pakar dan Bupati karakteristik tanaman yang memiliki

prioritas sangat penting di taman Villa Yuliana yaitu semak yang memiliki

banyak ranting dan bercabang pendek tinggi lebih rendah dari pohon,

kurang dari 1m. Menurut Kurniawan (2010), jenis tumbuhan dengan

habitus semak memiliki ciri -ciri berkayu dengan cabang yang banyak,

tinggi lebih rendah dari pohon, memiliki kayu yang sedikit, batang

lembut dan hijau, tumbuh cepat, cabang ranting dan daunnya

tumbuh bergerombol. Contoh jenis tanaman semak adalah Anggrek tanah

(Spathoglottis plicata), kana (Canna indica), iris (Neomarica longifolia), bunga

tahi ayam (Tagetes erecta), mawar (Rosa L.), melati (Jasminum sambac),

kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan teh-tehan (Malphigia coccigera).

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan dan Alfian (2010) menyatakan

bahwa tanaman untuk mengatasi NOx adalah Kenanga (Cananga odorata),

angsana (Pterocarpus indicus), mahoni (Swietenia macrophylla), glodogan

tiang (Polyathea longifolia), nusa indah (Mussaenda pubescens), akalipa

(Acalypha hispida) dan kana (Canna indica); tanaman yang digunakan untuk

mengatasi debu adalah Oleander (Nerium oleander), Nusa indah

(Mussaenda pubescens) dan kenanga (Cananga odorata). Tanaman yang

digunakan untuk resapan adalah Mahoni (Swietenia macrophylla),

sedangkan tanaman yang berfungsi sebagai pelindung adalah kana (Canna

indica), lidah mertua (Sansevieria trifasciata), lili paris (Clorophytum

comosum) dan adam hawa (Rhoeo discolor). Tanaman yang digunakan


56

untuk estetika adalah lidah mertua (Sansevieria trifasciata), nusa indah

(Mussaenda pubescens), kembang kertas (Bougainvillea spectabilis), dan

puring (Codiaeum variegatum). Tanaman untuk penutup tanah menggunakan

rumput gajah mini (Pennisetum purpureum), lili paris (Clorophytum comosum)

dan adam hawa (Rhoeo discolor).

Hasil identifikasi terhadap karakteristik jenis tanaman menurut

stakeholder pada lokasi penelitian dijadikan dasar dalam menentukan apakah

saat ini tanaman yang ada apakah sudah sesuai peruntukannya dengan

mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pembobotan oleh Dinas

Lingkungan Hidup selaku stakeholder yang berperan dalam penentuan

tanaman prioritas yang ada pada lokasi tersebut masih sangat kurang dalam

segi fungsi dan jenis tanaman dalam memenuhi persyaratan RTH sesuai

dengan peraturan.

Adapun karakteristik tanaman yang penting untuk memenuhi kriteria

berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008

adalah jenis tanaman penutup tanah seperti krokot (Portulaca oleracea),

adam hawa (Rhoeo discolor), sutra bombai (Portulaca grandiflora), lili paris

(Clorophytum comosum), sugi putih (Dracaena sp.), bawang-bawangan,

dolar-dolaran dan jenis rerumputan.


57

Selain identifikasi dan karakteristik tanaman, diperlukan suatu kajian

dan analisis lebih mendalam terkait jenis prasarana fisik yang merupakan

kesatuan dalam menunjang terpenuhinya kebutuhan RTH di Taman Villa

Yuliana.

C. Kajian dan Analisis Jenis Prasarana Fisik yang ada di Taman Villa
Yuliana Berdasarkan Kriteria Yang Ditetapkan Pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008

Prasarana fisik (Hardscape) taman Villa Yuliana saat ini masih banyak

yang perlu dibenahi baik dari segi penataan maupun jumlahnya. Data

prasarana fisik (Hardscape) yang diperlukan pada taman kota dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Prasarana Fisik (Hardscape) yang diperlukan pada Taman Kota


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
05/PRT/M/2008
JENIS PRASARANA KETERANGAN
JENIS PRASARANA
NO BERDASARKAN
YANG DIPERLUKAN Ada/Tidak Ada
PERATURAN
1. Papan Nama Papan Nama Ada
2. Kursi/Tempat Duduk Kursi/Tempat Duduk Ada
3. Lampu taman Lampu taman Ada
4. Lampu Sorot Lampu Sorot Ada
5. Tempat Sampah Tempat Sampah Ada
6. Jalan Setapak Jalan Setapak Ada
7. Parkiran Parkiran Tidak Ada
8. Gazebo/Tempat Berteduh Gazebo/Tempat Berteduh Tidak Ada
9. WC Umum WC Umum Tidak Ada
10. Air Mancur Air Mancur Tidak Ada
58

JENIS PRASARANA KETERANGAN


JENIS PRASARANA
NO BERDASARKAN
YANG DIPERLUKAN Ada/Tidak Ada
PERATURAN
11. Fasilitas Bermain Anak Fasilitas Bermain Anak Tidak Ada
12. Areal Terapi Koral Areal Terapi Koral Tidak Ada
13. Lapangan terbuka Lapangan terbuka Tidak Ada
14. Trek lari Trek lari Tidak Ada
15. Panggung Terbuka Panggung Terbuka Tidak Ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Taman Villa Yuliana masih ada

beberapa prasarana fisik yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan

berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/PRT/M/2008

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan.

Menurut Simonds (1983) dalam Harris dan Dines (1988), jalan adalah

suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua

bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan diperuntukkan bagi

kelancaran lalu lintas. Dijelaskan juga fungsi tanaman pada jalan adalah

untuk mengisi ruang yang membatasi antara jalan dengan bagian lain yang

ditempatkan mengikuti alur jalan dan merupakan bagian dalam sistem

jaringan jalan, sehingga tanaman menjadi pagar alami pada jalan.

Dalam mengkaji dan menganalisis jenis prasarana fisik yang ada di

Taman Villa Yuliana dilakukan dengan metode kuesioner. Kuesioner ini

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar animo masyarakat untuk datang

ke lokasi penelitian, kendaraan apa yang digunakan dalam berkunjung, dan


59

juga berapa jumlah kunjungan per harinya. Setelah data tersebut didapatkan,

maka dibuatlah kajian dan analisis ketersediaan jenis prasarana fisik yang

seuai dengan kriteria yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyedia dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Pada penelitian ini responden umum yang diambil berjumlah 20 orang

yang merupakan masyarakat dan pengunjung taman dengan menggunakan

metode purposive sampling. Persepsi dan preferensi dari responden dapat

dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Persepsi dan Preferensi Responden (n = 20)


Parameter Jenis Jumlah Persentase
(orang) (%)
1 2 3 4
Transportasi yang digunakan a. Pete-pete - -
ke Taman Villa Yuliana b. Mobil pribadi 5 25
c. Motor pribadi
13 65
d. Ojek
2 10
Mengetahui dengan siapa a. Sendiri - -
berkunjung ke Taman Villa b. Keluarga 4 20
c. Teman
Yuliana 16 80
Mengetahui tujuan a. Penelitian - -
pengunjung ke Taman Villa b. Jalan-jalan 20 100
c. Pendidikan
Yuliana - -
Intensitas pengunjung ke a. 1 – 2 kali 5 25
Taman Villa Yuliana dalam 1 b. 3 – 4 kali 11 55
c. < 1 kali
bulan - -
d. > 4 kali
60

4 20
Lama waktu yang dihabiskan a. < 1 jam 1 5
pengunjung di Taman Villa b. 1 – 2 jam 10 50
c. 2 – 3 jam
Yuliana 6 30
d. > 3 jam
3 15
Sumber : Data Sekunder (2017)

Persentase jumlah responden yang menyatakan menggunakan motor

pribadi sebagai alat transportasi ke Taman Villa Yuliana sebesar 65%.

Persentase yang menyatakan bahwa pengunjung ke Taman Villa Yuliana

dengan teman sebesar 80 %. Persentase yang menyatakan bahwa

mengatakan tujuan ke Taman Villa Yuliana adalah sekedar jalan – jalan

sebesar 100%. Intensitas pengunjung ke Taman Villa Yuliana dalam 1 bulan

yaitu 3 – 4 kali sebesar 55 %. Lama waktu yang dihabiskan pengunjung di

Taman Villa Yuliana yaitu 1 – 2 jam sebesar 50 %.

Hasil tersebut kemudian dijadikan dasar dalam melakukan

pembobotan 11 prasarana fisik (Hardscape) dengan pertanyaan sebagai

berikut : Prasarana fisik (fasilitas penting) manakah yang perlu

dipertimbangkan dalam penataan taman Villa Yuliana? Pada bagian ini

penilaian dilakukan dengan perbandingan dua elemen prasarana fisik

berpasangan yang dilakukan secara bergantian menurut prioritasnya

(pairwise comparisions). Hasilnya berupa prasarana fisik yang paling penting

dilakukan jika ingin memperbaiki lingkungan taman kota di Kabupaten

Soppeng dalam pembangunan lokasi Ruang Terbuka Hijau. Pada bagian ini
61

jawaban bersifat subjektif berdasarkan pertimbangan masing – masing pakar

yang kemudian dilihat kembali urutan stakeholder yang paling berpengaruh

dalam membuat kebijakan terhadap RTH.

Prasarana fisik yang paling penting dalam pembangunan taman kota

di Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada Gambar 8.

PRASARANA FISIK YANG PENTING


Lampu Kursi/Tempat Duduk Areal Terapi Koral
Tempat Sampah Parkiran Air Mancur
WC Umum
0.32

0.182
0.181

0.168
0.158
0.154

0.137

0.049
0.037

0.036
0.03

0.03

DLH DINAS PUPR PAKAR BUPATI PKK PENGUNJUNG

. Gambar 8. Grafik Pembobotan Prasarana Fisik di Taman Villa Yuliana

Gambar 9. Hasil Pembobotan AHP Prasarana Fisik yang penting di Taman

Villa Yuliana
62

Hasil AHP menunjukkan bahwa prasarana fisik yang paling penting

dalam pembangunan taman kota di Kabupaten Soppeng menurut

pengunjung yaitu parkiran dan lampu taman dengan bobot 0.321. Menurut

Tim Penggerak PKK yaitu Kursi/Tempat Duduk dengan bobot 0.241. Menurut

Pakar yaitu Lampu taman dengan bobot 0.155 dan Menurut Dinas

Lingkungan Hidup yaitu Air Mancur yang paling penting dengan bobot 0.145.

Menurut Dinas PUPR yaitu Lampu taman dengan bobot 0.104 dan Menurut

Bupati yaitu lampu taman merupakan prasarana fisik yang paling penting

dengan bobot 0.034.

Menurut pengunjung prasarana fisik yang memiliki prioritas penting di

Taman Villa Yuliana yaitu parkiran. Parkiran dianggap sebagai suatu

kebutuhan agar kendaraan pengunjung dapat diparkir/disimpan di tempat

yang aman. Adapun luasan parkiran disesuaikan dengan kondisi lokasi

Taman Villa Yuliana. Prasarana lain yang dianggap penting adalah gazebo

sebagai tempat bagi pengunjung untuk berkumpul dan menikmati keindahan

taman bersama pengunjung lain sekaligus tempat berteduh pada saat panas

dan hujan. Prasarana selanjutnya yang penting adalah WC umum dan

fasilitas bermain anak. Prasarana inilah yang membuat animo pengunjung

semakin meningkat, karena seluruh keluarga dapat menikmati keindahan

Taman Villa Yuliana dengan fasilitas yang lengkap.

Selain itu, pemeliharaan taman lebih diperhatikan agar taman Taman

Villa Yuliana lebih terlihat terawatt dan dapat digunakan sebagaimana


63

fungsinya sebagai RTH Publik dan taman untuk masyarakat sekitar

Kabupaten Soppeng.

Menurut Tim Penggerak PKK yaitu Kursi/Tempat duduk yang

diperlukan untuk beristirahat atau bersantai menikmati suasana taman

Menurut Kustianingrum (2013) menyatakan bahwa manfaat kursi taman

antara lain : (a) Untuk tempat duduk; (b) Untuk bersantai; (c) Untuk

memperindah taman; (d) Untuk bersosialisasi; (e) Untuk tempat

Istirahat.Bangku dapat dibuat dari besi, kayu, batu atau beton dan

memiliki sandaran. Umumnya bangku yang baik memiliki ketinggian

37,5 - 45cm.

Menurut Pakar, dalam memenuhi fungsi pendidikan prasarana yang

penting adalah label dan simbol pada setiap tanaman dan prasarana yang

lainnya. Hal ini membuat pengunjung bukan hanya datang sekedar

menikmati Taman Villa Yuliana tetapi juga edukasi.

Menurut Dinas Lingkungan Hidup prasarana fisik yang memiliki

prioritas penting di taman Villa Yuliana yaitu Air Mancur. Air mancur (water

feature) bisa difungsikan sebagai filter udara. Menurut Kustianingrum (2013)

menyatakan bahwa keberadan air mancur bisa menyaring beragam zat

pencemar dan beracun yang bergentayangan di udara.Berbagai gas beracun

dan polutan yang telah tercampur dalam air bisa dimanfaatkan dan diserap

oleh tanaman air. Dalam proses fotosintesa, tumbuhan mengolahnya

sebagai bahan nutrisi yang penuh manfaat. Hasil dari proses fotosintesa
64

adalah oksigen. Berbagai tanaman air berbunga cantik yang bisa dipilih

diantaranya yaitu eceng gondok, melati air, water poppy, teratai, lotus dan

iris.

Menurut Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan

Bupati taman prasarana fisik yang memiliki prioritas penting di taman Villa

Yuliana yaitu Lampu Taman yang dipergunakan untuk menunjang suasana di

malam hari sebagai penerang taman.Menurut Kustianingrum (2013) Lampu

taman selain fungsi sebagai penerangan, juga berfungsi menambah nilai

estetika, menambah keindahan taman.Setiap taman kota memiliki bentuk

tiang dan lampu sendiri yang beda dengan tiang dan lampu taman kota

lainya. Untuk memperlunak tampilan lampu taman, bisa dilakukan dengan

kombinasi tanaman merambat sepanjang tiang lampu taman. Dengan

kehadiran lampu, maka menikmati taman di malam hari akan memberikan

susasana berbeda. Apalagi dengan banyaknya titik-titik lampu sehingga

sorot lampu akan membentuk cahaya yang unik. Dengan begitu, suasana

sekitar taman menjadi nyaman dan indah serta baik sebagai penyegaran

(refreshing).

Untuk memenuhi fungsi Taman Kota yang diperuntukkan sebagai

tempat-tempat pertemuan dan wadah bagi aktivitas masyarakat di udara

terbuka dan sebagai bagian dari peruntukkan penggunaan lahan dalam

wilayah kota yang disediakan untuk tetap merupakan ruang terbuka,

sehingga prasarana fisik yang penting dalam menunjang kebutuhan Taman


65

Villa Yuliana saat ini adalah parkiran, gazebo, WC Umum, fasilitas bermain

anak, trek lari, dan lapangan terbuka. Apabila hal tersebut terpenuhi, Taman

Villa Yuliana dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya oleh seluruh

masyarakat.

Setelah komponen softscape dan hardscape dianalisis dan diketahui

komponen yang penting untuk ditambahkan dalam revitalisasi Taman Villa

Yuliana, sehingga dilakukan analisis komponen hardscape dan softscape

dalam tinjauan estetik dan fungsional. Hal ini dirasa perlu untuk menunjang

agar Taman Villa Yuliana telah memenuhi persyaratan berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan. Hasil analisis ini kemudian dibuatkan suatu desain revitalisasi

yang telah sesuai dengan peraturan yang diacu.

D. Analisis Komponen Hardscape (keras) dan Softscape (lunak) Taman


Villa Yuliana dalam Tinjauan Estetik dan Fungsional.

Preferensi masyarakat diarahkan berdasarkan Pedoman Penyedia

dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan yaitu

Karakteristik tanaman(softscape), Prasarana Fisik (Hardscape), dan Konsep

desain sesuai kebutuhan. Faktor pengambilan keputusan oleh pemerintah

daerah didasarkan atas pertimbangan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial.

Dasar dari prinsip evaluasi AHP yaitu membandingkan tingkat kepentingan


66

prioritas antara satu elemen dengan elemen lain yang berada pada tingkat

atau level yang sama berdasarkan pertimbangan tertentu dan memberikan

bobot nilai untuk masing-masing elemen. Pembobotan dilakukan dengan

cara penilaian para pakar atau responden kunci (Expert judgement).

Pada penelitian ini pakar atau responden ahli diambil dari Stakeholder

yang memiliki wewenang mengenai pengelolaan RTH Taman Kota di

Kabupaten Soppeng serta yang kebijakannya terhadap fasilitas dan utilitas

publik dapat mempengaruhi pengembangan pembangunan pada RTH.

Stakeholder yang dimaksud antara lain Bupati Kabupaten Soppeng, Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Soppeng, Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Kabupaten Soppeng, Perguruan Tinggi (Pakar) dan Para

Pengunjung Taman. Tokoh masyarakat sebagai salah satu pakar penilai

dipilih yang memiliki kapasitas menyangkut peranan taman kota Kabupaten

Soppeng dimana pendapatnya dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk

pengembangan RTH taman kota di Kabupaten Soppeng. Perguruan tinggi

sebagai salah satu pakar penilai yang dipilih yang memiliki kapasitas

menyangkut penataan lanskap untuk suatu taman, dimana pendapatnya

dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk pengembangan pembangunan

RTH taman kota di Kabupaten Soppeng.

1. Perencanaan dan Konsep Perancangan

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat

RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang
67

diisi olehtumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial,

budaya,ekonomi dan estetika. Penataan RTHKP adalah proses

perencanaan, pemanfaatandan pengendalian RTHKP. Jenis Ruang Terbuka

Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan yang meliputi taman kota (Permendagri No

1 tahun 2007).

Perencanaan (planning) merupakan penerapan fungsi yang akan

dibuat sesuai dengan keinginan pemilik dan yang akan dikombinasikan

dengan hasil data analisis sintesis perancang. Hasil dari tahap perencanaan

biasanya dalam bentuk konsep perencanaan tapak yang didukung oleh

gambar zonasi/tata letak, sirkulasi dan fungsi-fungsi tata ruang.

Menurut Simonds (1983), pelaksanaan (construction) merupakan

tahap yang dilakukan setelah proses perencanaan dan perancangan selesai.

Menurut Harris dan Dines (1988), tahap pelaksanaan terdiri dari:

1. Pekerjaan pembangunan, pengawasan, dan koordinasi yang

mencakupadministrasi, jadwal kerja, laporan, dokumentasi,

pengawasan serta control biaya.

2. Penerimaan pekerjaan, meliputi penyetujuan kelengkapan pekerjaan

dan pembayaran kepada kontraktor.

Jenis fasilitas prasarana fisik yang dperlukan untuk mengembangkan

Taman Villa Yuliana tersaji pada Tabel 10.


68

Tabel 10. Tabel jenis prasarana fisik untuk keperluan pengembangan di


Taman Villa Yuliana
NO JENIS PRASARANA KETERANGAN
1. Parkiran Disesuaikan dengan kebutuhan
2. Gazebo/Tempat berteduh Disesuaikan dengan kebutuhan
3. WC Umum Disesuaikan dengan kebutuhan
4. Air Mancur Disesuaikan dengan kebutuhan
5. Fasilitas Bermain Anak Disesuaikan dengan kebutuhan
6. Areal Terapi Koral Disesuaikan dengan kebutuhan
7. Lapangan Terbuka Disesuaikan dengan kebutuhan
8. Trek lari Disesuaikan dengan kebutuhan
9. Panggung terbuka Disesuaikan dengan kebutuhan

Tabel 11. Tabel jenis karakteristik tanaman untuk keperluan pengembangan

di Taman Villa Yuliana

JENIS KARAKTERISTIK
NO KETERANGAN
TANAMAN
1. Krokot Disesuaikan dengan kebutuhan
2. Nona Makan Sirih Disesuaikan dengan kebutuhan
3. Adam Hawa Disesuaikan dengan kebutuhan
4. Kenanga Disesuaikan dengan kebutuhan
5. Kamboja Bali Disesuaikan dengan kebutuhan
6. Sikat Botol Disesuaikan dengan kebutuhan
7. Anggrek Tanah Disesuaikan dengan kebutuhan
8. Bayam Hias Disesuaikan dengan kebutuhan
9. Aglonema Disesuaikan dengan kebutuhan
10. Anthurium Disesuaikan dengan kebutuhan
69

Berdasarkan atas kebutuhan tersebut di atas, sehingga desain

eksisting Taman Villa Yuliana (Gambar 10) dapat diganti dengan usulan

rancangan revitalisasi Taman Villa Yuliana (Gambar 11) yang lebih ramah

lingkungan dengan mempertimbangkan jenis tanaman yang sesuai dengan

hasil identifikasi karakteristik tanaman yang dibutuhkan (Tabel 11) dan

beberapa sarana fisik yang dianggap penting untuk ditambahkan (Tabel 10),

sehingga ungsi Taman Villa Yuliana sebagai Taman Kota dapat terpenuhi.

Dengan desain ini diharapkan Taman Villa Yuliana dapat menunjang

kebutuhan RTH sesuai dengan peruntukannya.


70

Gambar 10. Kondisi Existing Taman Villa Yuliana di Kabupaten Soppeng saat ini
7
2
71

Gambar 11. Konsep Revitalisasi Taman Villa Yuliana Kabupaten Soppeng

7
3
72

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Hasil analisisis dan identifikasi terhadap karakteristik jenis tanaman

menurut stakeholder pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa

karakteristik tanaman yang penting untuk memenuhi kriteria berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 adalah jenis

tanaman penutup tanah seperti krokot (Portulaca oleracea), adam hawa

(Rhoeo discolor), sutra bombai (Portulaca grandiflora), lili paris

(Clorophytum comosum), sugi putih (Dracaena sp.), bawang-bawangan,

dolar-dolaran dan jenis rerumputan.

2. Prasarana fisik yang penting dalam menunjang kebutuhan Taman Villa

Yuliana saat ini adalah parkiran, gazebo, WC umum dan fasilitas bermain

anak.

3. Konsep desain revitalisasi taman Villa Yuliana adalah yang dilengkapi

dengan tanaman dan prasarana fisik yang disesuaikan dengan kriteria

peraturan yang berlaku.


73

B. SARAN

1. Stakeholder terkait diharapkan dapat menyesuaikan tanaman yang ada

sesuai dengan peraturan yang ada. Selain itu perlu perberian papan

keterangan nama taaman yang dilengkapi dengan nama ilmiah yang

dipasang dipohon-pohon/tanaman yang ada di Taman Villa Yuliana.

2. Sarana dan prasarana yang penting agar segera dilengkapi untuk

memenuhi kriteria peraturan yang berlaku.

3. Desain yang ada saat ini agar disempurnakan sesuai dengan kebutuhan

dan saran dari stakeholder.

4. Pemeliharaan taman lebih diperhatikan agar Taman Villa Yuliana lebih

terlihat terawat dan dapat digunakan sebagaimana fungsinya sebagai

RTH Publik dan taman untuk masyarakat sekitar Kabupaten Soppeng.


74

DAFTAR PUSTAKA

Andraini, D. E., 2015. Evaluasi Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Kota


Makassar terhadap Pertumbuhan dan Fungsi Trembesi (Samanea
saman (Jacq.) Merr.) [Thesis]. Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin. Makassar

Arifin, H. S. A dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Penebar


Swadaya. Jakarta. ISBN 979-489-202-5 Hal. 79 - 80

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar. 2014. BLHD Kota


Makassar Akan Melakukan Pendataan Kembali Ruang Terbuka Hijau
yang Ada di Kota Makassar. Makassar: http://blhdmakassar.info/blhd-
kota-makassar-akan-melakukan-pendataan-kembali-ruang-terbuka-
hijau-yang-ada-di-kota-makassar/. Akses: 19 Desember 2016

Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Kabupaten Soppeng Dalam Angka


Tahun 2015.

Dariati, T., Dungga, N.E., Brahmiyanti, C. W., dan Nurfaidah, 2011. Bahan
Ajar Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Lanskap.
Universitas Hasanuddin. Makassar

Gunadi. 1995. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid I. Hipokrates.
Jakarta

Hakim, R. 2012. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara.


Jakarta. ISBN 6022171644 Hal. 82

Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota Peran Perancangan Kota
sebagai Kebijakan Publik. Surabaya. Brillian Internasional. ISBN:
9789791546966 Hal. 50

Irwanto , 2007. Focus Group Discusion ( FGD ), Sebuah Pengantar Praktis,


Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat. Universitas Katolik Atma
Jaya. Jakarta. Hal. 1 -2

Kodoatie, R. J. dan R. Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: C. V. Andi


Offset.
Kurniawan, Hendra., dan Alfian, Rizki. 2010. Konsep Pemilihan Vegetasi
Landskap pada Taman Lingkungan di Bundaran Waru Surabaya. Buana
Sains Vol. 10 No 2: 181 – 188.
75

Kustianingrum, D., Sukarya, K. S., Rachadi, F. 2013. Fungsi dan Aktifitas


Taman Ganesha sebagai Ruang Publik di Kota Bandung. Jurnal Reka
Karsa Institut Teknologi Nasional Vol 1 No 2: 108 – 115

Laboratorium Perancangan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap


Fakultas Pertanian IPB. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah
Perkotaan. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pengembangan Sistem
RTH di Perkotaan. Bogor. Di Akses: 20 Oktober 2016.

Magdalena, H. 2012. Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan


Mahasiswa Lulusan Terbaik di Perguruan Tinggi (Studi Kasus STMIK
Atma Luhur Pangkalpinang). Yogyakarta: SENTIKA (Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi), 10 Maret 2011, ISSN 2089-9815

Mahardi, Firdha. 2013. Evaluasi Fungsi Ekologis dan Estetika pada Beberapa
Taman Kota di Jakarta. [Thesis]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Natsir, F. 2013. Cara Menghitung Skala Likert.


https://fathirphoto.wordpress.com/2013/09/24/cara-menghitung-skala-
likert/.Akses: 28 April 2017

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor: 1. 2007. Penataan Ruang Terbuka


Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta: Kementerian dalam Negeri.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008. Pedoman


Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2012. 2012. Pedoman


Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan. Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Ar-Ruzz Media.


Yogyakarta. Hal. 119

Purnomohadi, Ning. 2001. Ruang Terbuka Hijau sebagai Unsur Utama Tata
Ruang Kota. http://www.ampl.or.id/digilib/read/ruang-terbuka-hijau-
sebagai-unsur-utama-tata-ruang-kota/2840/. Akses pada tanggal 9
November 2016

Rachman, Z., 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencanakan dan


Melaksanakan dalam Arsitektur Lanskap. Himagro. Bogor
76

Rahim, M. A. 2014. Strategi Pengembangan dan Master Plan Agrowisata


Salodik di Kabupaten Banggai [Thesis]. Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. Makassar

Rasyid, A. 2005. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kota Watansoppeng


[Skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian dan
Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar

Sestri, E. 2013. Penilaian Kinerja Dosen dengan Menggunakan Metode AHP


Studi Kasus di STIE Ahmad Dahlan Jakarta. Jakarta: Jurnal Liquidity,
Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2013.Hl. 100-109.

Setiyadi, S, dkk. 2011. Penentuan Strategi Sustainability Usaha pada UKM


Kuliner dengan Menggunakan Metode SWOT-AHP. Yogyakarta: Jurnal
Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Desember 2011, ISSN 1412-6869.
Hl. 68-77
Sinta. 2016. Konsep Perancangan Area Hortikultura dengan Konsep
Agroedutourism di Taman Maccini Sombala Kota Makassar [Skripsi].
Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung

Teknomo, K. Siswanto, H. dan Yudhanto, A. 1999. Penggunaan metode


Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan moda ke kampus. Jurnal Teknik
Sipil, Vol 1, No. 1 Maret 1999, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan.


Ruang. Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.
77

Lampiran 1. Data Responden Ahli

JENIS
NO NAMA PEKERJAAN/ ALAMAT KETERANGAN
PROFESI
1. H. A. Kaswadi Razak, SE PNS Jl. Merdeka No.72 Bupati Soppeng
2. Drs. A. Aswam, M.Si PNS BTN Lalabata Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Pekerjaan Umum dan


3. Ir. Abdillah, MT PNS Jl. Pesantren
Perumahan Rakyat
4. Andi Yulianti,SE Sekretaris Tim Penggerak
PNS Jl. Salotungo
PKK
5. Dr. Hari Iswoyo, SP., MA Staf Pengajar Perdos Unhas Perguruan Tinggi

6. Tigin Dariati, SP., MES Staf Pengajar Perdos Unhas Perguruan Tinggi
78

Lampiran 2. Data Responden Umum

UMUR TINGKAT JENIS


NO NAMA (Tahun PENDIDIKAN PEKERJAAN/PR ALAMAT KETERANGAN
) TERAKHIR OFESI
1. Asriadi, SH 27 S1 Pengawai Swasta Jl. Pahlawan Tokoh
Masyarakat
2. Dewi Sartika, S.Si 28 S1 Pengawai Swasta Jl. Merdeka Tokoh
Masyarakat
3. Supra Yogi 29 S1 Pengawai BUMN Jl. Kesatria N0.19 Tokoh
Masyarakat
4. Ria Ramdhani, SP 28 S1 Tenaga Honorer Jl. H. A. Wana Tokoh
Masyarakat
5. Kamelia Said, SE 26 S1 Mahasiswa Jl. Merdeka Tokoh
Masyarakat
6. Lili Nur Indasari, S.Pd., 40 S2 PNS Jl. Abdul Muis Tokoh
M.Pd Masyarakat
7. Abdul Rahman 44 S1 PNS Jl. Bila Selatan Tokoh
Masyarakat
8. Reza Permana, S.Si 25 S1 Wiraswasta BTN Husada Tokoh
79

Permai Masyarakat
9. Andi Masykur, S.STP, SH 37 S2 PNS Jl. Salotungo Tokoh
Masyarakat
10. Dirhan Eka Pradipta, S.IP 34 S1 PNS BTN Pepabri Tokoh
Masyarakat
11. Andi Riska Inayah, SE., 30 S2 Pengawai BUMN Takkalala Tokoh
MAP Masyarakat
12. Asniyar, SKM 29 S1 Tenaga Honorer Takkalala Tokoh
Masyarakat
13. Irma Jamaluddin 23 S1 Mahasiswa Jl. Kemakmuran Tokoh
Masyarakat
14. Mukhtadir Putra 24 S1 Mahasiswa BTN Malaka Tokoh
Permai Masyarakat
15. Fadhilah 20 SMA Mahasiswa Jl. Lakacere Tokoh
Masyarakat
16. Nur Rahma Aribe 22 SMA Mahasiswa BTN Madello Indah Tokoh
Masyarakat
17. Ria Megasari, SP., M.Si 29 S2 Wiraswasta Jl. Pasar Sentral Tokoh
Masyarakat
80

18. Muhammad Fiqhi Putra 21 SMA Mahasiswa Jl. Cikke’e Tokoh


Masyarakat
19. Hasriati Saleh, A.md 28 D3 Tenaga Honorer Jl. Sewo Tokoh
Masyarakat
20. Siti Aisyah, ST, MT 28 S1 Dosen Swasta Jl. Pengayoman Tokoh
Masyarakat
81

Lampiran 3. Kuisioner Responden


Di bawah ini tersedia sejumlah pertanyaan yang merupakan data

untuk penelitian saya mengenai “Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau

untuk Revitalisasi Taman Villa Yuliana di Kabupaten Soppeng” Penelitian ini

bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa karakteristik tanaman, prasarana

fisik dan Merancang Desain Taman Villa Yuliana dalam tinjauan estetika dan

fungisional berdasarkan kriteria yang ditetapkan oeh Peraturan Menteri

Pekerjaan Umu Nomor : 05/PRT/M/2008.

Hasil penelitian ini digunakan untuk penulisan tesis sebagai syarat

menyelesaikan studi di Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Partisipasi

Bapak/Ibu/Sdr (i) sebagai responden sangat diharapkan dapat bermanfaat

sebagai bahan masukan, acuan atau bahan pertimbangan bagi penentu

kebijakan terutama dalam hal perbaikan lingkungan taman kota di Kabupaten

Soppeng dalam membangun dan melestarikan tanaman pada lokasi RTH.

Ata kesediannya saya ucapkan terima kasih.

Makassar, April 2017

Sri Agusmawati Jafar


82

A. PREFERENSI RESPONDEN

1. Transportasi yang Anda gunakan ke Taman Villa Yuliana?


a. Pete – pete
b. Mobil Pribadi
c. Motor Pribadi
d. Ojek
2. Dengan siapa Anda berkunjung ?
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Rombongan
3. Apa tujuan Anda mengunjungi Taman Villa Yuliana?
a. Penelitian
b. Sekedar jalan – jalan
c. Pendidikan
4. Berapa kali Anda mengunjungi ke tempat tersebut dalam 1 bulan:
a. 1 – 2 kali
b. 3 – 4 kali
c. Kurang dari 1 kali
d. Lebih dari 4 kali
5. Berapa lama waktu yang Anda habiskan di Tempat tersebut ?
a. < 1 jam
b. 1 - 2 jam
c. > 2 jam

B. PERSEPSI RESPONDEN

1. Ada beberapa fasilitas penting yang perlu dipertimbangkan dalam


penataan Taman Villa Yuliana :
a. Lampu (L)
b. Jalan Setapak(JS)
c. Kursi/Tempat duduk (K)
d. Pohon dan Tanaman Hias (PTH)
e. Tempat Sampah (TS)
f. Gazebo/Tempat berteduh (Gz)
g. Areal Terapi Koral (ATK)
h. Fasilitas bermain anak (FBA)
i. Parkiran (P)
j. Papan nama (PN)
k. WC Umum (T)
l. Air Mancur (AM
83

Lampiran 4. Hasil pembobotan Kriteria Tanaman (Softscape) yang Prioritas

Gambar 12. Hasil Pembobotan Kriteria Tnaman yang Prioritas Menurut


Bupati Kabupaten Soppeng

Gambar 13. Hasil Pembobotan Karakteristik Tanaman yang Prioritas

Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Soppeng


84

Gambar 14. Hasil Pembobotan Karakteristik Tanaman yang Prioritas

Menurut Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kabupaten Soppeng

Gambar 15. Hasil Pembobotan Karakteristik Tanaman yang Prioritas

Menurut Tim Penggerak PKK Kabupaten Soppeng


85

Gambar 16. Hasil Pembobotan Karakteristik Tanaman yang Prioritas

Menurut Pengunjung/Tokoh Masyarakat

Gambar 17. Hasil Permbobotan Karakteristik Tanaman yang Prioritas

Menurut Pakar (Perguruan Tinggi)


86

Lampiran 5. Hasil pembobotan Prasarana Fisik (Hardscape) yang prioritas

Gambar 18. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang Prioritas Menurut

Bupati Kabupaten Soppeng

Gambar 19. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang Prioritas Menurut Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Soppeng


87

Gambar 20. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang Prioritas Menurut Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Soppeng

Gambar 21. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang Prioritas Menurut Tim

Penggerak PKK Kabupaten Soppeng


88

Gambar 22. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang Prioritas Menurut

Pengunjung/Tokoh Masyarakat

Gambar 23. Hasil Pembobotan Prasarana Fisik yang Prioritas Menurut

Pakar/Pihak Akademisi
89

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 24. Fokus Group Discussion (FGD)

Gambar 25. Pengambilan Foto Udara Menggunakan Drone


90

Gambar 26. Pengambilan Data Kuisioner/Wawancara Responden


91

Gambar 27. Revitalisasi Sebelum dan Sesudah Taman Villa Yuliana


92

Lampiran 5. Daftar Hadir Fokus Group Discussion (FGD)

Anda mungkin juga menyukai