OLEH :
AINUM MUTMAINNAH
M111 11 012
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
i
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
mendapat kesulitan dan hambatan namun berkat bantuan dan petunjuk dari
berbagai pihak, maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Untuk itu, penulis
Achmad, M.Sc dan ibu Asrianny, S.Hut.,M.Si. selaku pembimbing yang dengan
sabar telah mencurahkan tenaga, waktu dan pikiran dalam mengarahkan dan
penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc, ibu Dr. Risma Illa Maulany,
penguji yang telah memberikan saran, bantuan dan kritik guna perbaikan
skripsi ini.
iv
2. Staf pengajar Bapak/Ibu dosen beserta staf tata usaha Fakultas
melakukan penelitian.
Rezky Ayu Lestari, Tita Rahayu Arif, Ebi, Andi Vika Faradiba,
Mainaki, Waafiah, Zukran terima kasih atas bantuan, semangat dan canda
Hasanuddin.
v
8. Kanda-kanda dan teman-teman terbaik Keluarga Mahasiswa Kehutanan
kebersamaannya.
Ucapan terkhusus penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih yang
Ismail atas doa, kasih sayang, kerja keras, motivasi, semangat dan bimbingannya
dalam mendidik dan membesarkan penulis sehingga tugas akhir ini dapat
Maemanah, dan Raodah Tul Jannah atas semangat dan dukungan yang
diberikan kepada penulis. Untuk kakek dan nenek yang penulis sayangi, Drs.
H.Muji Sutopo dan Hj.Marhana, S.H atas segala kasih sayang, doa, dan
dukungan yang diberikan sampai saat ini. Tak lupa ucapan terima kasih pada
sahabat dan kerabat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala
motivasi, inspirasi, saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis hingga
vi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................ ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Ekowisata.............................................................................. 16
viii
2. Observasi Awal............................................................... 26
E. Analisis Data......................................................................... 29
B. Topografi .............................................................................. 33
C. Iklim....................................................................................... 34
D. Kecepatan Angin.................................................................... 35
E. Penduduk............................................................................... 37
G. Vegetasi................................................................................. 39
2. Jenis Crustaceae..................................................................... 53
ix
5. Jenis Reptil...................................................................... 56
6. Jenis Anggrek.................................................................. 56
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................... 63
LAMPIRAN........................................................................................ 67
x
DAFTAR TABEL
Tabel 10 Nama Jenis Ikan yang Ditemukan Pada Plot Pengamatan ..... 54
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat unik karena
juga termasuk sumberdaya alam pesisir yang menyimpan berbagai jenis potensi
ekologis, fungsi sosial dan ekonomi, serta fungsi fisik (Junaidi, 2009). Secara
penahan ombak, angin dan intrusi air laut, serta merupakan tempat
seperti ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan jenis lainnya. Disamping
itu, hutan mangrove juga merupakan tempat habitat kehidupan satwa liar seperti
monyet, ular, biawak, dan burung. Adapun arti penting hutan mangrove dari aspek
untuk mencari kayu. Dari segi fisik, ekosistem mangrove dapat dijadikan sebagai
tempat wisata alam yang sangat potensial, maka dari itu hutan mangrove sangat
dan tersebar pada beberapa daerah, seperti Aceh, Riau, Jawa, Sulawesi,
Kehutanan (2006) adalah 28.978 ha. Sedangkan luas mangrove di Pulau Tanakeke
1
Kabupaten Takalar adalah 762,02 Ha dengan penyebaran jenisnya antara lain
(Prasad, 2007).
untuk pembuatan arang, kayu bakar, bahan bangunan dan yang paling mengancam
terjadi terhadap pesisir pantai yang ada di Pulau Tanakeke, dan telah
Apabila hal ini dibiarkan terus, maka kerusakan yang terjadi pada hutan
demikian, maka perlu dipikirkan strategi untuk menahan laju kerusakan dan
2
ekowisata tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini akan
serta menjadi bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan ekowisata dan bagi tempat lainnya yang memiliki potensi
pengembangan ekowisata.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistem Mangrove
1. Deskripsi mangrove
sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang mem iliki fungsi istimewa
yang di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa
pantai dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat
didefenisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut
(terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang
dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas terkadang tumbuhannya
sumberdaya kayunya maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan) yang
biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove (Santono, dkk. 2005).
untuk tumbuh dalam perairan yang asin. Sebutan bakau ditujukan untuk semua
4
individu tumbuhan, sedangkan mangal ditunjukan bagi seluruh komunitas atau
asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini. Hutan mangrove adalah hutan yang
berkembang baik di daerah pantai yang berair tenang dan terlindung dari
hempasan ombak, serta eksistensinya selalu dipengaruhi oleh pasang surut dan
aliran sungai. Defenisi lain hutan mangrove adalah suatu kelompok tumbuhan
terdiri atas berbagai macam jenis dari suku yang berbeda, namun memiliki daya
adaptasi morfologi dan fisiologis yang sama terhadap habitat yang selalu
didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang
d. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.
e. Air yang bersalinitas payau (2-22 per mil) hingga asin (mencapai 38 per mil)
tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang 89 di antaranya
adalah jenis pohon. Mangrove di Indonesia terbagi ke dalam empat family yaitu
5
Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera dan Ceriops), Soneraticeae (Sonneratia),
2. Jenis Mangrove
Aegiatilis sp., Snaeda sp., Conocarpus sp.) yang termasuk ke dalam delapan
famili (Bengen,2001).
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44
jenis efipit, dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33
jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true
mangrove), sementara jenis lain ditemukan sekitar mangrove yang dikenal sebagai
antara lain :
1. Flora mangrove sejati (Flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang hanya
6
lingkungan). Contohnya adalah jenis-jenis dari genus Avicennia, Rhizophora,
2. Flora mangrove penunjang (minor), yakni flora mangrove yang tidak mampu
jenis dari genus Cerbera, Acantus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain.
yang besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Di wilayah
optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar
dengan arus pasang surut kuat karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya
(Dahuri,1996).
pada Gambar 1, yaitu daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak
berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi
dengan Sonneratia spp yang dominan tumbuh pada lumpur yang dalam yang agak
kaya dengan bahan organik. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya
7
didominasi oleh Rhizophora spp, di zona ini juga dijumpai Bruguiera sp dan
Xylocarpus sp. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera sp. Zona transisi
antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa
Gambar 1. Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia (Bengen, 2004)
Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100
jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan
mangrove merupakan tempat ribuan burung pantai migran, termasuk jenis burung
atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam
8
c. Pengendapan lumpur
unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel
lumpur. Dengan hutan mangrove, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur
erosi.
Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi
pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang
e. Penambat racun
pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah
air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan mangrove bahkan membantu proses
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau
daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan
fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
9
g. Transportasi
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi
Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun
dari kehidupan yang ada didalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan
menjadi obyek wista alam lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI),
Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah).
Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata
lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut
10
l. Penyerapan karbon
organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini
hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak
membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon
Secara garis besar manfaat hutan mangrove dapat dibagi dalam dua bagian
a. Hasil berupa kayu (kayu kontruksi, kayu bakar, arang, serpihan kayu,
b. Hasil bukan kayu, hasil hutan ikutan (non kayu) dan lahan (Ekowisata
dan lahan budi daya). Hasil hutan mangrove non kayu ini sampai
11
kayu di Indonesia sangat besar dan dapat mendukung pengelolaan
diantaranya:
pohon mangrove, tetrdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok
ini tidak memiliki sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan
laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan
12
b. Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas dua tipe yaitu : yang hidup di
kolom air, terutama berbagai jenis ikan, dan udang; yang menempati substrat
baik keras (akar dan batang pohon mangrove maupun lunak (lumpur),
mamalia.
1) Burung
2) Reptilia
13
air seperti Cerbera rhynchop, Archrochordus granulate dan Fordonia
3) Mamalia
4) Amfibia
mungkin berpengaruh akibat airnya yang asin dan kondisi kullit yang
5) Ikan
dan tempat asuhan bagi ikan. Ikan yang terdapat di area mangrove
14
yaitu alu-alu (Sphyraenasp.), sembilang (Plotosus sp.), bandeng,
6) Crustace.
mulut liangnya, serta kepiting biola (Uca) yang salah satu cappitnya
(2010)).
7) Moluska
umum hidup pada akar dan batang pohon bakau (Littorinidae) dan
diwakili oleh tiram yang melekat pada akar bakau tempat mereka
15
B. Ekowisata
1. Pengertian Wisata
wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
tempat kerja ataupun tempat tinggal (Mathienson dan Wall, 1982 dalam Guun,
1994).
16
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
2. Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah keluar rekreasi diluar domisili untuk melepas diri dari
perkerjaan rutin atau mencari suasana lain. Menurut Undang-undang No. 9 Tahun
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta
pembinaannya dalam memperkukuh jati diri bangsa (Damanik dan Weber, 2006).
merupakan suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat
17
agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,
3. Pengertian Ekowisata
yang alami maupun buatan yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan
ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk mengetahui,
berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang
and Piece (1996) dalam Bjork (2000) ekowisata adalah perjalanan ke tempat alami
yang belum terganggu untuk pendidikan atau sekedar menikmati flora, fauna,
18
geologi dan ekosistem sebagaimana orang yang hidup berdampingan dengan alam
wisata bagian penting dari ekowisata adalah untuk merubah budaya dalam
(Srinivas, 2005).
C. Ekowisata Mangrove
Kawasan hutan mangrove adalah salah satu kawasan pantai yang memiliki
keunikan dan kekhasan tersendiri, karena keberadaan ekosistem ini berada pada
muara sungai atau estuaria. Mangrove hanya tumbuh dan menyebar pada daerah
tropis dan subtropis dengan kekhasan organisme baik tumbuhan ataupun hewan
yang hidup dan berasosiasi di sana adalah tumbuhan khas perairan estuari yang
mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang cukup luas (Kasim, 2006).
lingkungan yang khas yang terjaga keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan
mangrove yang sangat unik serta model wilayah yang dapat dikembangkan
sebagai sarana wisata dengan tetap menjaga keaslian hutan serta organisme yang
19
hidup kawasan mangrove. Suatu kawasan akan bernilai lebih dan menjadi daya
tarik tersendiri bagi orang jika didalamnya terdapat suatu yang khas dan unik
untuk dilihat dan di rasakan. Ini menjadi kunci dari suatu pengembangan kawasan
mangrove, pasang surut dan jenis biota yang ada di dalam ekosistem mangrove.
Kerapatan jenis adalah total jumlah individu spesies per luas petak
pengamatan adalah jumlah plot yang diamati ada 10 buah, dengan luas masing-
(Fachrul, 2006).
2. Keanekaragaman jenis
masing jenis rendah jika hanya terdapat beberapa jenis yang melimpah (Ardi,
2002).
berasal dari genus atau spesies yang berbeda-beda, sedangkan nilai terkecil
didapat jika semua individu berasal dari satu genus atau satu spesies saja (Odum
1971). Adapun kategori indeks keanekaragaman jenis dapat di lihat pada table 1.
20
Tabel 1. Indeks keanekaragaman jenis
Indeks keanekaragaman jenis Kategori
H’ < 2,0 Rendah
2,0 < H’ <2,0 Sedang
H’ > 3,0 Tinggi
a. Memancing (Fishing)
maupun di dalam hutan mangrove, banyaknya jenis ikan juga merupakan nilai
b. Berkanopi / berperahu
mangrove. Waktu yang paling ideal untuk melakukan pengamatan yaitu pada pagi
hari saat burung keluar dari sarang untuk mencari makanan dan sore hari saat
21
burung kembali ke sarang. Atraksi burung dalam bertingksh laku juga sangat
berperahu dan berjalan kaki. Dengan berjalan kaki kita dapat menikmati sensasi
22