OLEH :
SITI NURHALIZA
NIM:PO71340190042
Oleh:
SITI NURHALIZA
NIM : PO71340190042
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
SITI NURHALIZA
NIM : PO71340190042
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
Drs. Nasrazuhdy, M. Si
NIP. 196307061992031002
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“kita di atas bumi yang sama tapi di atas takdir yang berbeda”
Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi yang selalu memberikan
dukungan semangat, nasehat, motivasi dan do’a restunya sehingga saya bisa sampai
ketahap ini.
Terimakasih kepada teman 1 tim saya dalam penelitian ini yang selalu
memberikan semangat satu sama lain.
Dan terimakasih yang sebanyak-banyak nya untuk semua pihak yang terlibat
dalam penelitian ini.
iv
ABSTRAK
Siti Nurhaliza
Batu bara merupakan bahan bakar hidrokarbon yang terbentuk secara alami dari sisa
tumbuh-tumbuhan dan umumnya digunakan sebagai penghasil energi. Berdasarkan
pengamatan di lokasi stockpile, Efek kesehatan yang dirasakan adalah pusing, lesu, lemas,
sesak napas, batuk,dan konsentrasi yang buruk. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh
dari infeksi. Leukosit dibawa ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius,
dengan demikian leukosit memiliki peran pertahanan cepat dan kuat terhadap zat asing
infeksius yang masuk ke dalam tubuh.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat gambaran hasil pemeriksaan jumlah
leukosit pada penduduk di sekitar stockpile batu bara di Talang Duku Kabupaten Muaro
Jambi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 30 (tiga puluh) orang.
Rata-rata hasil Pemeriksaan jumlah leukosit berdasarkan umur menunjukkan bahwa
umur > 40 tahun lebih tinggi yaitu (7,76) sedangkan ≤ 40 tahun (7,5), berdasarkan jenis
kelamin laki-laki lebih tinggi yaitu (8,12) sedangkan jenis kelamin perempuan (7,31),
berdasarkan jarak rumah ke lokasi stockpile ≤ 500 meter lebih tinggi yaitu (7,79) sedangkan
> 500 meter (7,37) dan berdasarkan lama domisili tinggal > 10 tahun lebih tinggi yaitu (7,78)
sedangkan ≤ 10 tahun (7,38).
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. dengan segala
Kemenkes Jambi.
Pada penyusunan Karya Tulis ilmiah ini banyak mendapatkan bimbingan dari
Kemenkes Jambi.
Tulis Ilmiah yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi dalam
3. Bapak James P. Simanjuntak, S. Si, M. Si selaku Ketua Prodi Diploma III Jurusan
vi
4. Ibu Agraini, SKM, M.Bmd selaku Pembimbing II Karya Tulis Ilmiah yang telah
5. Ibu Wuni Sri Lestari, S.Pd, M.Kes selaku penguji I yang telah yang telah
6. Ibu Dra. Dewi Kurniasih, M.Pd selaku penguji II yang telah yang telah
7. Orang tua yang telah meberikan semangat, dukungan serta kasih sayangnya baik
8. Serta teman-teman perjuangan penulis Dea, Novia, Shepina dan Nazwa yang ikut
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam penulisan yang akan datang dapat disempurnakan
Jambi, 2022
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
2.2.2 Fungsi Leukosit ................................................................................. 11
2.2.3 Jenis-jenis Leukosit ........................................................................... 12
2.2.4 Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Leukosit .................................... 17
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Leukosit ................................... 18
2.2.6 Hubungan kadar debu batu bara terhadap jumlah leukosit................. 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep......................................................................................... 21
3.2 Definisi Operasional Variabel...................................................................... 21
3.3 Metodologi Penelitian.................................................................................. 22
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian................................................................... 22
3.4.1 Populasi Penelitian............................................................................. 22
3.4.1 Sampel Penelitian............................................................................... 22
3.5 Teknik Pengambilan Sampel....................................................................... 22
3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 23
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 23
3.7.1 Waktu Penelitian ................................................................................ 23
3.7.2 Tempat Penelitian .............................................................................. 23
3.8 Instrumen Penelitian ................................................................................... 24
3.8.1 Alat .................................................................................................... 24
3.8.2 Bahan Pemeriksaan ............................................................................ 24
3.9 Prosedur Pemeriksaan.................................................................................. 24
3.9.1 Metode Pemeriksaan........................................................................... 24
3.9.2 Prinsip Pemeriksaan........................................................................... 25
3.9.3 Pengambilan Spesimen Darah ........................................................... 25
3.10 Nilai Normal .............................................................................................. 27
3.11 Analisa Data................................................................................................ 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 28
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 32
ix
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 34
5.2 Saran............................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Batu bara merupakan bahan bakar hidrokarbon yang terbentuk secara alami
dari sisa tumbuh-tumbuhan dan umumnya digunakan sebagai penghasil energi. Selain
anorganik terutama unsur mineral yang berasal dari lempung, pasir kuarsa, batu kapur
dan sebagainya (Arif, 2014). Menurut Kementerian ESDM, melalui Peta Potensi
Energi di Indonesia (2004), Provinsi Jambi memiliki potensi batu bara yang belum
dieksplorasi sebanyak 788.65 juta ton yang tersebar di beberapa kabupaten, antara
lain: Bungo, Tebo, Tanjabbar, Sarolangun, Merangin, Batanghari, dan Muaro Jambi.
Produksi batu bara di Provinsi Jambi dimulai sejak tahun 2007 hingga tahun 2012
persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka
(Maryuningsih, 2015).
Debu batu bara beterbangan di udara dalam ukuran dari 1 mikron sampai 500
mikron dan mengandung bahan kimia seperti timbal (Pb). Timbal merupakan salah
1
2
satu jenis logam berat yang terdapat secara alami dan sebagai komponen pencemar
udara serta dapat menimbulkan efek toksik yang meluas pada manusia melalui
berbagai faktor lingkungan yang tercemar. Sumber timbal berasal dari pembakaran
limbah industri yang mengandung timbal dan batu bara (Suciani, 2007).
pengolahan atau akibat penambangan batu bara dan berdampak buruk pada paru-paru
pekerja dan masyarakat di sekitar area penambangan (Sukana, et al., 2013). Paparan
ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui banyak jalur: pernapasan (inhalasi),
Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah, dkk pada tahun 2008 menunjukkan
gangguan pernafasan dimana hasil pengukuran kadar debu terhirup melebihi nilai
ambang batas sebesar 2,19 mg/m3. Adapun jenis gangguan pernafasan yang
dirasakan responden berupa batuk kering (23,73%), batuk berdahak (25,42%), sesak
nafas (13,56%) dan keluhan gangguan pernafasan lainnya karena sifat debu yang
mengisi ruang udara, dengan partikel ukuran kecil, debu batu bara dapat mudah
Sel darah putih atau yang biasa disebut dengan leukosit merupakan salah satu
komponen darah yang mengandung inti serta mempunyai peran sangat penting dalam
penyebab terjadinya infeksi, sel tumor, serta zat-zat asing yang berbahaya (Bakhri, 2018).
3
menunjukkan ada hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan jumlah leukosit.
peradangan kronik (Xiaohua et al., 2013). jumlah partikel yang berukuran kecil sangat
berbahaya karena dapat terhirup dan memasuki alveoli kemudian difagositosis dan
2013). Mediator yang berperan dalam perlawanan terhadap zat asing tersebut adalah
dan kuat terhadap zat asing infeksius yang masuk ke dalam tubuh (Guyton
and Hall, 2008). Peranan leukosit sebagai pertahanan tubuh terhadap zat-zat
(Sherwood, 2015).
masuk kedalam tubuh. Fungsi utama leukosit adalah sistem pertahanan imun
batuk, flu, fungiditas. Leukosit tinggi merupakan sebuah sinyal dari adanya
infeksi atau penyakit dalam tubuh (Turrohmah, 2016). Nilai normal leukosit
dan kemacetan yang setiap hari dilalui truk batu bara. Karena masyarakat setempat
rata-rata terlibat dalam pekerjaan stockpile batu bara, efek kesehatan yang dirasakan
adalah pusing, lesu, lemas, sesak napas, batuk,dan konsentrasi yang buruk. Debu batu
bara tertiup angin saat batubara melewati proses penyortiran. Penulis memilih 2
lokasi penelitian di desa Talang Duku kecamatan Taman Rajo kabupaten Muaro
Jambi yaitu di dusun Belanti Sempit RT 02 dan di dusun Sungai Rengas RT 10 yang
menjadi kawasan PT KBPC yang telah memenuhi kriteria dalam penelitian. Oleh
penyakit yang muncul akibat paparan debu, baik dari penambangan batu bara dan
Jambi berdasarkan umur, jenis kelamin, jarak rumah ke lokasi stockpile dan
lama domisili.
Jambi.
stockpile batu bara berdasarkan jarak rumah ke lokasi stockpile batu bara.
Kemenkes Jambi.
stockpile batu bara. Oleh karena itu perlu di lakukan pemantauan lingkungan
TINJAUAN PUSTAKA
Batu bara merupakan merupakan salah satu bahan galian alam. Batu bara
tumbuhan selama hampir 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini terjadi karena
proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah
menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Perubahan yang terjadi dalam
kemudian membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam
jangka waktu berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan
mengeras (Mutasim, 2007). Tingkatan batu bara yang paling tinggi adalah antrasit,
sedangkan tingkatan yang paling rendah lebih banyak mengandung hidrogen dan
Stockpile batu bara merupakan lokasi penyimpanan batu bara pertama masuk
setelah mengalami proses pengangkutan panjang baik dari tempat distribusi ataupun
dari tempat penggalian material pada industri pertambangan. Kualitas batu bara dapat
(Aliyusra, 2017).
7
8
Salah satu kemungkinan masalah yang ditimbulkan oleh tumpukan batu bara
adalah penurunan kualitas batu bara akibat pembakaran batu bara itu sendiri atau
biasa dikenal dengan pembakaran spontan batu bara (Alfarisi dkk, 2017). Hal ini
disebabkan adanya reaksi oksidasi antara kandungan dalam batu bara dan oksigen
788.65 juta ton yang tersebar di beberapa kabupaten, antara lain: Bungo, Tebo,
merupakan bahan tambang utama di Provinsi Jambi, di samping minyak bumi dan
gas. Produksi batu bara sejak tahun 2007 hingga Mei 2012 di Provinsi Jambi
mencapai 21,7 juta metrik ton. Jika dihitung dengan harga standar batu bara di
pasaran, USD 112/ton, maka penjualan batu bara dari Provinsi Jambi menembus
Stockpile batu bara yang berada di Kawasan Talang Duku Kabupaten Muara
Jambi Provinsi Jambi, dan lokasinya tidak jauh dari pemukiman penduduk. Salah
satu stockpile batu bara yang berada disekitar Rt.10 yaitu PT KBPC. Jarak PT KBPC
dengan Rt.10 yaitu <500 m. Penduduk sekitar wilayah tersebut telah terbiasa dengan
debu batu bara selama bertahun-tahun. Kegiatan pertambangan batu bara yang
terdapat di Kawasan Talang Duku yang berlangsung terus menerus itu pasti
Pencemaran udara merupakan suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk
asal pada keadaan yang lebih buruk. Debu batubara adalah campuran kompleks yang
mineral, trace metal, dan bahan organik dengan derajat yang berbeda dari partikulat
batubara. Berbagai komponen aktif debu batubara diduga berperan secara langsung
pada patogeneis penyakit akibat debu batubara, antara lain silika, carbon centered
radical, timbal dan besi. Secara umum diketahui bahwa debu berperan penting dalam
Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang proses terjadinya secara
alami yang dapat diperoleh dari alam tersedia dalam bentuk biji logam dan juga
dalam bentuk percikan gunung berapi (WHO, 2012). Timbal atau timah hitam
merupakan sebagai salah satu komponen polutan udara yang dapat menyebabkan efek
toksik yang luas pada manusia. Pencemaran udara oleh timbal perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena berbagai dampak yang ditimbulkan (Rosita & Widiarti,
2018).
kegiatan pengangkutan batu bara. Hal ini menyebabkan merebaknya penyakit infeksi
saluran pernafasan, yang bisa memberi pengaruh jangka panjang berupa kanker paru-
paru, darah atau lambung bahkan bisa mengakibatkan kelahiran bayi cacat.
10
disebabkan oleh proses penambangan & penggunaannya. Batu bara dan produk
buangannya, berupa abu ringan, abu berat, & kerak residu pembakaran, mengandung
aneka macam logam berat : misalnya arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium,
Leukosit atau sel darah putih adalah sel yang berinti dengan ukuran 9-20 𝝁m;
tulang dan jaringan limfatik. Leukosit berasal dari satu sel bakal (stem cell) dan
Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah
leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda
asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa
darah, tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan. Leukosit hanya
peradangan pada jaringan tubuh leukosit akan pindah menuju jaringan yang
reaksi leukemoid, nekrosis jaringan (infark miokardial, sirosis hati, luka bakar,
diangkut secara khusus ke daerah yang terinfeksi sebagai lini pertahanan yang cepat
dan kuat terhadap agen-agen infeksius. Salah satunya granulosit dan monosit, kedua
sel ini mempunyai kemampuan untuk mencari dan merusak setiap benda asing yang
menyerang (Guyton dan Hall, 2008). Leukosit berperan penting dalam sistem
antibody yang dapat membunuh pathogen secara tidak langsung (indirek) atau
merah terang, basofil berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.
b. Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti
sel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang termasuk
Ada tidaknya granula dalam leukosit serta sifat dan reaksinya terhadap zat
warna, merupakan ciri khas dari jenis leukosit. Selain bentuk dan ukuran, granula
menjadi bagian penting dalam menentukan jenis leukosit (Nugraha, 2015). Dalam
keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah dibakukan
adalah basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan monosit.
Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna sitoplasma serta
1. Neutrofil
dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna basa
(metilen biru), sedang pada granula menghasilkan warna ungu atau merah muda yang
samar (Nugraha 2015). Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan tubuh terhadap
zat asing terutama terhadap bakteri. Bersifat fagosit dan dapat masuk ke dalam
jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu sekitar 10 jam dan
dapat hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam jaringan ekstravaskuler
(Kiswari,2014).
Neutrofil adalah jenis sel leukosit yang paling banyak yaitu sekitar 50-70%
diantara sel leukosit yang lain. Ada dua macam netrofil yaitu neutrofil batang (stab)
yaitu neutrofil batang merupakan bentuk muda dari neutrofil segmen sering disebut
sebagai neutrofil tapal kuda karena mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda.
Seiring dengan proses pematangan, bentuk intinya akan bersegmen dan akan menjadi
neutrofil segmen. Sel neutrofil mempunyai sitoplasma luas berwarna pink pucat dan
(pucat), sering juga disebut neutrofil polimorfonuklear karena inti selnya terdiri atas
benang kromatin. Jumlah neutrofil segmen yaitu sebanyak 3-6, dan bila lebih dari 6
karena respon fisiologik terhadap stres, misalnya karena olah raga, cuaca yang
ekstrim, perdarahan atau hemolisis akut, melahirkan, dan stres emosi akut. Keadaan
2. Eosinofil
oleh parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam
(Kiswari, 2014).
sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah orange. Warna kemerahan disebabkan
adanya senyawa protein kation (yang bersifat basa) mengikat zat warna golongan
anilin asam seperti eosin, yang terdapat pada pewarnaan Giemsa. Granulanya sama
besar dan teratur seperti gelembung dan jarang ditemukan lebih dari 3 lobus inti.
Eosinofil lebih lama dalam darah dibandingkan neutrofil (Hoffbrand, dkk. 2012).
kronik (CML), emfisema dan penyakit ginjal. Sedangkan pada orang stres, pemberian
15
steroid per oral atau injeksi, luka bakar, syok dan hiperfungsiadrenokortikal akan
3. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kira-kira
kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan leukosit. Sel ini memiliki ukuran sekitar 14
μm, granula memiliki ukuran bervariasi dengan susunan tidak teratur hingga
menutupi nukleus dan bersifat azrofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan
pewarnaan Giemsa. Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu atau biru tua dan
seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan disebabkan karena
banyaknya granula yang berisi histamin, yaitu suatu senyawa amina biogenik yang
4. Monosit
memiliki dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan
Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar yaitu
sekitar 18 μm, berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji kacang, sitoplasma
tidak mengandung granula dengan masa hidup 20-40 jam dalam sirkulasi. Inti
16
biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Granula
azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim
daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh.
5. Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah neutrofil (20-
40% dari total leukosit). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif lebih banyak
dibandingkan jumlah orang dewasa, dan jumlah limfosit ini akan meningkat bila
terjadi infeksi virus. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi atas limfosit B dan
dalam timus. Keduanya tidak dapat dibedakan dalam pewarnaan Giemsa karena
memiliki morfologi yang sama dengan bentuk bulat dengan ukuran 12 μm.
Sitoplasma sedikit karena semua bagian sel hampir ditutupi nukleus padat dan tidak
bergranula (Nugraha, 2015). Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang
dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi. Limfosit T terbentuk
jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus yang akan mengalami
membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa
17
meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan
Ukuran sel limfosit beragam, ada yang seperti eritrosit dan ada yang
sebesar netrofil. Limfosit dengan garis tengah 6-8 mikrometer dikenal sebagai
limfosit kecil. Sitoplasma limfosit bersifat basa lemah dan berwarna biru muda pada
sediaan yang terpulas. Sitoplasma ini mengandung granul azurofilik. Inti selnya
kebanyakan bulat atau terkadang mirip ginjal. Kromatin inti amat padat dan berwarna
biru gelap. Sel ini juga relatif sedikit dan berwarna biru langit tanpa granul spesifik,
namun pada beberapa sel terlihat granula azurofil yang jika pulasannya baik bewarna
Metode pemeriksaan hitung jumlah leukosit dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Metode manual
1. Isap sampel darah sampai tanda 0,5 dengan pipet thoma leukosit
5. Siapkan kamar hitung yang bersih dan kering dengan deckglass diatasnya, lalu
7. Hitung jumlah leukosit dalam 4 kotak besar ditepi dengan perbesaran 10×.
Kriteria : sel yang menyinggung garis kiri dan atas dihitung sel yang menyinggung
2) Pemeriksaan otomatis
hematologi, sebagian besar laboratorium klinis saat ini mengunakan alat hematology
analyzer. Perangkat ini digunakan untuk mengukur dan menghitung sel darah secara
otomatis berdasarkan impedansi dari pancaran listrik atau cahaya dari sel yang
yang meliputi eritrosit, leukosit, jumlah trombosit, dan hemoglobin. Prinsip respons
(Trijanto, 2018).
sebagai berikut:
1. Usia
berusia 2-5 tahun lebih sering terjadi peningkatan jumlah leukosit. Pada usia yang
semakin dewasa maka akan terjadi penurunan jumlah leukosit (Astuti, 2017).
19
2. Jenis kelamin
perempuan. Jenis kelamin dikaitkan dengan pola dan aspek gender, pada jenis
adanya peningkatan jumlah penderita asma pada anak yang tinggal di dekat atau jauh
dari lokasi pertambangan batubara terbuka. Penelitian yang telah dilakukan adanya
hubungan antara kesehatan dan jarak lokasi tinggal dengan lokasi stockpile yang
menunjukkan tingginya tingkat kejadian penyakit paru dan asma (Hendryx, 2008).
4. Lama domisili
lokasi sejak adanya stockpile dalam hitungan tahun. Pada penelitian yang telah
dilakukan adanya hubungan bermakna antara lama domisili tinggal di lokasi stockpile
dengan lama paparan seseorang di lokasi perhari yang mengalami penurunan fungsi
paru dengan lingkungan polutan sehingga menimbulkan stress berat pada saluran
banyak dikeluarkan dan mudah terjadi hemolisis (O.K et al., 2010). Salah satu sel
darah yang dibentuk oleh sumsum tulang adalah lekosit. Lekosit sebagian dibentuk di
sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di
METODOLOGI PENELITIAN
- Umur
- Jenis Kelamin
- Jarak rumah ke lokasi
stockpile Jumlah leukosit
- Lama domisili
Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 2 3 4 5 6
Umur Lama waktu hidup sejak Observasi dan ≤ 40 tahun Ordinal
dilahirkan (tahun) hingga wawancara Lembar > 40 tahun
saat dilaksanakan wawancara
penelitian.
Jenis Perbedaan status gender - Laki-laki Nominal
Kelamin antara laki-laki dan Wawancara Lembar - Perempuan
perempuan wawancara
Jarak rumah Jarak rumah tempat Observasi dan Lembar ≤ 500 m ordinal
ke lokasi tinggal dengan lokasi wawancara wawancara
stockpile stockpile dalam satuan > 500 m
meter (m)
21
22
Analyzer
3.3 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan
pengukuran dan pengamatan pada waktu yang bersamaan atau hanya satu kali
(Hidayat,2007).
Penduduk yang tinggal di sekitar stockpile batu bara yang berada di kawasan
Talang Duku Kecamatan Taman Rajo Kabupaten Muaro Jambi yaitu di RT.02 yang
berjumlah 54 anggota keluarga, dan di RT.10 yang berjumlah 100 anggota keluarga.
Sampel penelitian ini adalah 30 (tiga puluh) orang penduduk yang bersedia
menjadi responden dan tinggal di sekitar PT KBPC yang terletak di dusun Belanti
Sempit RT 02 dan dusun Sungai Rengas RT 10 desa Talang Duku kecamatan Taman
bara yang diasumsikan dapat mewakili seluruh penduduk yang tinggal di sekitar
stockpile dan kemudian seluruh penduduk yang tinggal di sekitar stockpile yang
terpilih tersebut diminta kesediaannya untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
23
Seluruh data dalam penelitian ini adalah data primer yang terdiri dari
stockpile dan lama domisili yang didapatkan dari hasil observasi / wawancara
pada penduduk di sekitar stockpile Batu Bara yang bertempat tinggal di dusun
- Data jumlah leukosit didapat dari hasil pemeriksaan darah penduduk sekitar
Analizer.
dusun Belanti Sempit RT 02 dan dusun Sungai Rengas RT 10 Desa Talang Duku
3.8.1 Alat
- Needle vacutainer
- Holder
- tourniquet
- Alkohol swab
- Kapas kering
- Plester
- Tissue
- Rak tabung
- Tabung reaksi
- Cool box
- Spidol / pena
Darah Vena
yang melewati filter dengan memakai tegangan listrik untuk sekali pembacaan bisa
diperiksa sekaligus beberapa parameter seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit,
MCH, MCHC, MCV dan Hitung Jenis Leukosit (Balai Laboratorium Kesehatan
(1) Siapkan needle vacutainer, holder, alkohol swab, kapas kering, tourniquet,
(3) Pasang tourniquet pada lengan atas kira-kira 4 jari (7-10 cm) diatas lipat siku
(5) Desinfeksi dengan alkohol swab secara sirkuler dari arah dalam keluar,
(6) Tusukkan pada vena dengan posisi ujung jarum yang runcing menghadap ke
atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian
posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.
26
Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang
(8) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
(3) Setelah lampu indikator menyala maka secara otomatis alat akan melakukan
(5) Kemudian masukkan data pada sampel id dan pilih discrette untuk memilih
parameter
(6) Tempelkan alat penghisap sampai dasat tabung kemudian tekan sampel bar
(8) Alat akan memproses sampel selama 1 menit dan hasil pemeriksaan akan
(9) Untuk mematikan alat klik shutdown dan tekan tombol power off di bagian
belakang alat.
27
Nilai Normal jumlah Leukosit yaitu 4-10 103/ul (Nilai rujukan Balai
Untuk memperoleh analisa data dari hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada
penduduk di sekitar stockpile batu bara di desa Talang Duku kabupaten Muaro Jambi
dapat menarik kesimpulan yang benar diperlukan penyajian data yang akan
stockpile batu bara di Talang Duku kabupaten Muaro Jambi pada periode bulan
leukosit pada penduduk di sekitar stockpile batu bara di Talang Duku kabupaten
Hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada penduduk di sekitar stockpile batu bara
sebagai berikut:
28
29
stockpile batu bara dalam kategori normal merupakan persentase terbanyak yaitu 29
Tabel 4. Nilai standar deviasi pada penduduk di sekitar stockpile batu bara di
Talang Duku kabupaten Muaro Jambi
Pada tabel 3. di atas dapat dilihat jumlah leukosit pada penduduk di sekitar
stockpile batu bara dari 30 responden didapatkan hasil dalam kategori normal
Hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada penduduk di sekitar stockpile batu bara
di Talang Duku Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan umur, jenis kelamin, jarak
rumah ke lokasi stockpile dan lama domisili dari 30 responden dapat dilihat pada
Pada tabel 4. dilihat pada penduduk yang berumur > 40 tahun didapatkan rata-
rata jumlah leukosit yaitu 7,76 sedangkan pada penduduk yang berumur > 40 tahun
Pada tabel 5. dapat dilihat pada penduduk yang berjenis kelamin laki-laki
didapatkan rata-rata jumlah leukosit yaitu 8,12 sedangkan pada penduduk yang
Pada tabel diatas dapat dilihat pada penduduk dengan jarak rumah ke lokasi
stockpile ≤ 500 meter didapatkan rata-rata jumlah leukosit yaitu 7,79 sedangkan pada
penduduk dengan jarak rumah ke lokasi stockpile >500 meter didapatkan rata-rata
Jumlah 30 100%
Pada tabel diatas dapat dilihat pada penduduk dengan lama domisili > 10 tahun
didapatkan rata-rata jumlah leukosit yaitu 7,78 sedangkan pada penduduk dengan
4.2 Pembahasan
Hasil data penelitian yang dilakukan pada bulan Februari – Juni 2022 pada
penduduk di sekitar stockpile batu bara di Talang Duku kecamatan Taman Rajo
kabupaten Muaro Jambi didapatkan 30 orang dan sampel tersebut diperiksa di Balai
terbanyak yaitu pada umur > 40 tahun yaitu 7,76 sedangkan umur ≤ 40 tahun yaitu
7,5. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Astuti (2017) mengenai pada usia yang
leukosit terbanyak yaitu pada jenis kelamin laki-laki 19 yaitu 8,12 sedangkan
perempuan 7,31. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Bustan (2007)
bahwa laki laki lebih berisiko terjadi peningkatan jumlah leukosit dibandingkan jenis
kelamin perempuan.
rata jumlah leukosit terbanyak yaitu pada jarak ≤ 500 meter yaitu 7,79 sedangkan
jarak >500 meter yaitu 7,37. Berdasarkan dari data kuisioner dan wawancara terhadap
seperti batuk, sesak napas dan pusing akibat debu. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang tinggal di dekat atau jauh dari lokasi pertambangan batu bara terbuka. Penelitian
yang telah dilakukan Hendryx (2008) adanya hubungan antara kesehatan dan jarak
33
lokasi tinggal dengan lokasi stockpile yang menunjukkan tingginya tingkat kejadian
leukosit terbanyak yaitu pada lama domisili >10 tahun yaitu 7,78 sedangkan lama
domisili ≤ 10 tahun yaitu 7,38. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Sari et al (2013) tentang adanya hubungan bermakna antara lama domisili
tinggal di lokasi stockpile dengan lama paparan seseorang di lokasi perhari dengan
lingkungan polutan sehingga menimbulkan stress berat pada saluran pernapasan dan
gangguan pernapasan.
stockpile batu bara rata-rata leukosit tinggi yaitu 1 orang dengan jumlah leukosit 11,1
103/ul dan leukosit normal 29 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian Gunawan et al.,
(2013) Rerata kadar timah hitam dalam darah pekerja di Perkampungan Industri Kecil
Kebasen Kabupten Tegal diatas ambang toksik, namun rerata jumlah lekosit, jumlah
trombosit, dan aktifitas Superoxide Dismutase (SOD) masih dalam batas normal.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Provinsi Jambi tentang Gambaran hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada penduduk
di sekitar stockpile batu bara di Talang Duku kabupaten Muaro Jambi dapat
disimpulkan:
1. Rata-rata hasil Pemeriksaan jumlah leukosit pada penduduk di sekitar stockpile batu
bara berdasarkan umur masih dalam kategori normal pada umur > 40 tahun (7,76)
2. Rata-rata hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada penduduk di sekitar stockpile batu
bara berdasarkan jenis kelamin masih dalam kategori normal pada jenis laki-laki
batu bara berdasarkan jarak rumah ke lokasi stockpile masih dalam kategori
normal pada penduduk dengan jarak ≤ 500 meter (7,79) sedangkan > 500 meter
(7,37).
batu bara masih dalam kategori normal pada lama domisili tinggal > 10 tahun
34
35
5.2 Saran
1. Bagi peneliti dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai
dampak yang ditimbulkan dari aktifitas stockpile batu bara tentang gambaran
hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada penduduk sekitar stockpile batu bara.
2. Bagi akademik dapat menambah sumber pustaka dan referensi bacaan bagi
dampak yang ditimbulkan paparan debu pada kegiatan stockpile batu bara.
batu bara dan perlu dilakukan pemantauan lingkungan secara berkala untuk
Astuti, E. N. (2017). Kadar Benzena di Lindkungan Kerja dan Jumlah Leukosit pada
Mekanik Bengkel Ahass. Skripsi, Universita.
Bakhri, S. (2018). Analisis Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada Individu Yang
Tidur Dengan Lampu Menyala Dan Yang Dipadamkan. Jurnal Media Analis
Kesehatan, 1(1), 83–91.
Billah, Mutasim. (2007). Peningkatan Nilai Kalor Batubara Peringkat Rendah Dengan
Menggunakan Minyak Tanah Dan Minyak Residu. Teknik Kimia, Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Christine Ayu Priscilla Wenas, Paul A.T Kawatu, Woodford B.S Joseph. (2015).
Gambaran Kadar Debu, Status Merokok Dan Fungsi Paru Pada Pekerja Tambang
Batu Di Desa Warembungan.
Fiko, N. M., Yanti, A. H., & Rousdy, D. W. (2017). Profil Hematologi Pekerja
Operator PT . PLN Sektor Kapuas PLTD Sungai Raya Pontianak. 5, 8–17
Gunawan, L., Setiani, O., & Suhartono. (2013). Hubungan Kadar Timah Hitam dalam
Darah dengan Jumlah Lekosit , Trombosit , dan Aktifitas Superoxide Dismutase
( SOD ) pada Pekerja Timah Hitam di Kabupaten Tegal The Association
beetwen Blood Lead Level with the amount of lekosit , trombosit , and superox.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 12(2), 106–110.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Hall, J. E. 2016. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapura:
Elsevier Singapore
36
37
Hendryx, M., & Ahern, M. M. (2008). Relations between health indicators and
residential proximity to coal mining in West Virginia. American Journal of
Public Health, 98(4), 669-671.
Sari, M., Santi, D., N., dan Chahaya, I. (2013). Analisis Kadar CO dan NO2 di Udara
dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang Kaki Lima di Pasar
Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013.
Sherwood L. In: Herman OO, Albertus AM, Dian R editors. (2015). Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: ECG;. p. 730
Sri Suciani, M. E. (2007). KADAR TIMBAL DALAM DARAH POLISI THE BLOOD
LEAD LEVEL OF TRAFFIC POLICE AND ITS CORRELATION TO THE
HEMOGLOBIN LEVEL (Studi on Traffic Police in Semarang) Tesis Untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S2.
Sukana, B., Lestary, H., & Hananto, M. (2013). Kajian kasus ispa pada lingkungan
pertambangan batu bara di kabupaten muara enim, sumatera selatan. Jurnal
Ekologi Kesehatan, 12(3), 234–242.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN 3
LEMBAR KUISIONER PENELITIAN PADA PENDUDUK DI SEKITAR
STOCKPILE BATU BARA DI DESA TALANG DUKU KABUPATEN
MUARO JAMBI
A. Identitas Responden
1. Nama : ……………………………………
2. Alamat : ……………………………………
3. Jenis Kelamin :L/P
4. Umur : …. tahun
5. Pekerjaan : …………………………………
6. Tanggal Pengambilan sampel : …………………………………
B. Pertanyaan
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!
1. Berapa jarak rumah ke lokasi stockpile batu bara?
a. < 500 meter b. > 500 meter
2. Berapa lama nya domisili tinggal di lokasi?
a. < 10 tahun b. > 10 tahun
3. Apakah anda selalu bekerja setiap hari?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda memiliki riwayat penyakit sebelumnya?
Ya b. Tidak
5. Apakah anda sering mengalami gejala seperti pusing, sesak napas, batuk
dan badan terasa lemah dan sebagainya?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah dampak yang dirasakan setelah adanya PT stockpile Batu Bara?
a. Ya b. Tidak
Jika Ya, sebutkan: ………………………………………………
41
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI PENELITIAN
AGENDA BIMBINGAN
PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
• Penelitian
7 27 juli 2022
• Pengolahan data